Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS ETOS KERJA ISLAM PETANI KARET DALAM
MEMENUHI KEBUTUHAN KELUARGA DI DESA PURWOHARJO
KECAMATAN RIMBO BUJANG KABUPATEN TEBO
SKRIPSI
RIZAL ARIFIN
NIM: EES 150842
PEMBIMBING:
Prof. Dr. SUBHAN, M.Ag
AGUSTINA MUTIA, S.E., M.EI
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SULTHAN THAHA SAIFUDIN
JAMBI
2019
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil‟alamin..
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan
Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah engkau
jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar
dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah
awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan
doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku
untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayah dan Ibuku
tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa,
dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan
hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada
didepanku.,,Ayah,.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku
untuk membalas semua pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku kalian
ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang
separuh nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Ayah,,, Ibu,, masih saja
ananda menyusahkanmu..
Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tangaku
menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan
aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas
menjagaku,, mendidikku,,membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah
balasan setimpal syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti
dari panasnya sengat hawa api nerakamu..
Untukmu Ayahhandaku Asroji ,,,Ibundaku Muji Kustini...Terimakasih....
we always loving you...
Kepada adik saudara orang terdekatku Rohid Apriyansah , Rakhmad
Gusdaryanto, dan Reni Marleni, terimakasih buat segala dukungan dan doa.
Kepada Bapak dan Ibu pembimbingku, Bapak Prof. Dr . Subhan, M.Ag dan
Ibu Agustina Mutia, SE.,M. EI terimaksih selama ini telah bersebar dan mau
membimbing sehingga skripsi ini selesai.
v
Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan lokal G
angkatan 2015
“Tanpamu teman aku tak pernah berarti,,tanpamu teman aku bukan siapa-
siapa yang takkan jadi apa-apa”, buat saudara sekaligus sahabatku selama
berada di Jambi, Wildan Arif Rohman, M Ridho Alfathir, M Setiaji Pangestu,
M Darwis, Juliana, Utari Pradita Sari, Rita Apryanti, Siti Wahyuni , suka cita
empat tahun lebih kita lalui bersama,, kini giliranku untuk terbang tinggi
mengejar kalian dan mimpi-mimpi yang pernah kita rangkai. Buat sobat
seperjuangan Energen dan Omah Kene Kono Adoh
Terimakasih atas segala bantuan dan motivasinya, kalian adalah obat pelipur
lara hatiku yang selalu menghiburku dalam keadaan terjatuh, spesial doa untuk
kalian semua semoga cepat terkejar target kalian untuk cepat wisuda.. Amiiin
ya robbal‟alamin...
vi
vii
MOTTO
Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan. Q.S. At-Taubah ayat 1051
1 Tim penerjemah dan penafsiran Al-qur‟an dan, (Bandung: Jumanatul „Al-Art (J-
ART), 2004)
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Analisis Etos Kerja Islam Petani Karet Dalam
Memenuhi Kebutuhan Keluarga Di Desa Purwoharjo Kecamatan Rimbo
Bujang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif, Pengumpulan data penulis menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa etos kerja
petani karet berpengaruh terhadap hasil kerja mereka dan berpengaruh pula
terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan keluarganya berupa sandang, pangan,
papan, kesehatan, dan pendidikan. Etos kerja Islam para petani karet Desa
Purwoharjo sebagian telah sesuai dengan nilai-nilai dan syariat Islam, namun
sebagian besar tidak paham tentang nilai-nilai etos kerja Islam dan Islam yang
menjadi pedoman hidup seorang muslim, sehingga tidak sesuai dan masih
melakukan tindakan-tindakan yang bertolak belakang dengan etos kerja dalam
Islam seperti, tidak bekerja keras, tidak jujur, tidak hemat dan tidak memiliki
sikap tangguh. Etos kerja yang baik atau sebaliknya, pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap hasil atau pendapatan mereka dan kemudian akan
berpengaruh dengan pemenuhuan kebutuhan keluarga mereka.
Kata Kunci : Etos Kerja, Petani Karet, Kebutuhan Keluarga
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah atas berkat Rahmat Allah yang senantiasa
memberikannikmat dan karunia-Nya serta Kekuatan Lahir batin kepada
penulis. Sholawatbeserta salam selalu dan kita curahkan kepada junjungan kita
Nabibesar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan umatnya yang
selalutaat dengan ajarannya. Semangat pejuang dan harapan untuk selalu
berusaha danberupaya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
Judul “Analisis Etos Kerja Islam Petani Karet Dalam Memenuhi Kebutuhan
Keluarga Di Desa Purwoharjo Kec Rimbo Bujang”. Ini dimaksudkan untuk
memenuhi sebagian dari persyaratanguna menyelesaikan program sarjana (S1)
pada Fakultas Ekonomi dan BisnisIslam Universitas Islam Negeri (UIN)
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penyusun skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan saran yang diberikan oleh Prof. Dr. Subhan, M.Ag selaku dosen
Pembimbing I dan Ibu Agustina Mutia, SE.,M. EI selaku dosen Pembimbing
II dalam penulisan skripsi ini. Dan juga kepada Bapak Kepala Desa
Purwoharjo telah memberikan izin melakukan penelitian berkenaan dengan
etos kerja Islam petani karet tersebut dan membantu dalam memberikan
keterangan lisan maupu tulisan yaitu berupa data-data guna untuk
menyelesaikan skripsi ini. Dengan adanya kritik dan saran, maka skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Subhan, M. Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Jambi.
x
2. Ibu Dr. Rafidah, SE., M. EI, Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE., ME, Ibu Dr.
Halimah Ja‟far, M. Fil. I, Selaku Wakil Dekan I, II, Dan III di Lingkungan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan
ThahaSaifuddin Jambi
3. Bapak Dr. Sucipto, S. Ag., MA dan ibu GWI Awal Habibah, SE, M.E.Sy
sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi
yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis
5. Bapak dan Ibu staf Tata Usaha dan Akademik di Lingkungan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi
6. Teman-teman lokal Ekonomi Syariah G 2015.
7. Di samping itu, penulis sadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Hanya Allah
SWT yang memiliki kesempurnaan sedangkan kehilafan tak lepas dari
pemikiran manusia. Oleh karena itu kita mohon ampunan kepada-Nya dan
kepada sesama manusia kita mohon kemaafannya. Semoga amal kebajika
kita dibalas oleh Allah SWT.
Jambi, 2019
Penulis
Rizal Arifin
NIM. EES 150842
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................ ii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................. v
MOTTO ......................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Batasan Masalah........................................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
F. Kerangka Teori.......................................................................................... 8
G. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 26
H. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 29
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 30
B. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 31
C. Objek dan Subjek ...................................................................................... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 33
E. Teknik Analisis Data ................................................................................. 35
F. Sistematika Penulisan................................................................................ 36
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Desa Purwoharjo ............................................................. 36
B. Struktur Organisasi Desa .......................................................................... 38
C. Keadaan Topografi dan Batas Wilayah..................................................... 39
xii
D. Visi dan Misi Desa Purwoharjo ................................................................ 40
E. Keadaan Masyarakat ................................................................................. 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Etos Kerja Petani Karet Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga ....... 49
1. Etos Kerja Islam ................................................................................... 50
2. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga ......................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 65
B. Saran .......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Mata Pencaharian Penduduk Desa Purwoharjo ............................... 3
Tabel 1.2 Luas Tanaman Karet ....................................................................... 5
Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 6
Tabel 1.4 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 29
Tabel 3.1Nama-nama Kepala Desa Purwoharjo ............................................. 37
Tabel 3.2 Pertumbuhan Penduduk .................................................................. 40
Tabel 3.3 Data Keagamaan Desa Purwoharjo ................................................. 42
Tabel 3.4 Data Sekolahan ............................................................................... 43
Tabel 3.5 Jumlah Prasaranan Kesehatan ......................................................... 44
Tabel 4.1 Jumlah Pendapatan Petani ............................................................... 47
Tabel 4.2 Data Tingkat Pendidikan Petani Karet Desa Purwoharjo ............... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk bekerja (homo faber). Dengan bekerja manusia
menyatakan eksistensi dirinya dalam kehidupan masyaarakat. Bekerja pada
dasarnya merupakan realitas fundamental bagi manusia, dan karenanya menjadi
hakikat kodrat yang yang selalu terbawa dalam setiap jenjang perkembangan
kemanusiaannya. Bekerja sebagai pernyataana eksistensi diri manusia
sesungguhnya merupakan penjelmaan kesatuan diri yang melibatkan semua unsur
yang membentuk keakuanya yaitu jiwa,semangat,pikiran maupun tenaga serta
anggota tubuh fisiknya. Oleh karena itu, maka dalam bekerja eksistensi itu terlihat
dan terukur kadar kualitasnya. 2 Bekerja juga merupakan suatu hal yang mutlak
yang dilakukan oleh semua manusia. Hampir semua kebutuhan dengan bekerja.
Kerja juga suatau wujud tanggung jawab seseorang terhadap kebutuhan diri
maupun keluarga.
Bekerja adalah segala aktivitas dinamis yang mempunyai tujuan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan didalam mencapai
tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan
prestasi yang optimal sebagai pengabdian dirinya kepada Allah SWT. Bekerja
dikatakan aktivitas dinamis, mempunyai makna bahwa seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh seorang muslim harus dengan penuh tantangan (challenging), tidak
2Musa Asy‟arie, Etos Kerja & Pemberdayaan Ekonomi Umat Islam, (Yogyakarta:
Lesti , 1997), hlm.40.
2
monoton, dan selalu berupaya untuk mencari terobosan-terobosan baru
(innovative) dan tidak pernah merasa puas dalam berbuat kebaikan.3 Dengan
demikian bekerja adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi dan dilakukan
oleh setiap manusia didunia yang ingin mendapatkan rezeki guna mengcukupi
kebutuhan hidupnya, diri sendiri dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.
Etos kerja Islam adalah sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan
yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya,
menampakkan kemanusianya, melainkan juga manifestasi dari amal saleh dan
oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.4 Dalam aspek
kehidupan perekonomian terdapat dua corak konsep penerapan ekonomi yang
dikemukan oleh Max Weber, yaitu ekonomi kapitalis dan ekonomi teradisional.
Ekonomi kapitalis diirasionalkan secara hati-hati dan teliti yang diarahkan pada
jangkauan masa depan dengan berusaha mengeksploitasi kesempatan-kesempatan
politik beserta spekulasi yang tidak bisa dirasionalkan. Sedangkan sistem ekonomi
tradisional atau tradisionalisme ekonomi, yakni suatu periaku yang sama bertolak
belakang dengan usaha untuk mendapatkan kekayaan. Usaha yang dilakukan
terbatas hanya untuk mencukupi jenis-jenis kebutuhan sebagaiman layaknya
kebanyakan orang. Mereka bukan mengejar pendapatan keuntungan, akan tetapi
menitik beratkan pada tercapainya dan terpenuhinya kebutuhan.5
Kebutuhan-kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi oleh manusia yaitu
sandang, pangan dan papan serta kesehatan dan pendidikan. Pangan dan sandang
adalah kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Tidak pun yang dapat
melepaskan diri dari dua hal tersebut.6 Adanya kebutuhan pada diri manusia
sangat mudah dibuktikan karena hal tersebut dapat diindahkan dan dirasakan
secara langsung dalam diri kita. Kita butuh makan, istirahat dan tempat tidur serta
bernafas setiap saat, ingin dihormati dan disegani oleh orang lain, juga butuh
kepuasaan spritual disamping yang bersifat materi. Semua dapat dirasakan semua
itu dapat dirasakan sebagai kebutuhan hidup. Semua itu merupakan fitrah yang
dimiliki manusia tanpa kecuali, fitrah ini diberikan oleh Allah SWT sebagai
potensi kehidupan yang memungkinkan manusia bertahan hidup.7
Masyarakat desa didefinisikan dengan pekerjaan disektor pertanian. Desa
dapat diartikan sebagai daerah-daerah masyarakat hukum terbawah, yang berada
dibawah kecamatan dengan sumber ekonomi utamanya adalah pertanian dengan
3 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2002),
hlm.27 4 Desmon Ginting, Etos kerja: Panduan Menjadi Karyawan Cerdas, Hlm 7
5 Ajat Sudrajad, Etika Protestan dan Kapitalisme Barat Relevansinya Dengan
Islam Indonesi, hlm 32-35. 6 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam,
(Jakarta:Robbani, 2001), hlm. 41 7 M . Yusuf Yusanto, Peran Nilai Dan Moral Dalam Perekonomian Islam, (Jakarta:
Robbani, 2001) Hlm.41
3
usaha sampingan memelihara ternak sedangkan masyarakat ditandai dengan
pergaulan yang akrab dan memegang teguh adat istiadat setempat.
Desa Purwoharjo Kecamatan Rimbo Bujang merupakan salah satu desa yang
memiliki tipologi masyarakat pertanian. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas
masyarakat di desa Purwoharjo yang sebagian besar bermata pencahariian sebagai
petani, baik petani pemilik, petani penggarap atau sebagai buruh tani.
Tabel 1.1
Mata Pencaharian Penduduk Desa Purwoharjo
NO Pekerjaan Jumlah/Jiwa
1 Buruh Tani 442
2 Petani 782
3 Pedagang 137
4 Tukang kayu 15
5 Tukang Batu 43
6 Penjahit 35
7 PNS 57
8 TNI/Polri 1/3
9 Pengerajin 5
10 Industri Kecil 15
11 Buruh Industri 10
12 Kontraktor 4
13 Supir 30
14 Montir/Mekanik 37
15 Guru Swasta 82
16 Lain-Lain 153
4
Sumber: Data Desa Purwoharjo8
Pertanian yang banyak dikembangkan di Desa Purwoharjo salah satunya
pertaniaan karet. Para petani karet di Desa Purwoharjo mengandalkan hasil kebun
karet mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, meskipun harga karet
mengalami naik turun. Dari observasi yang penulis lakukan terdapat beberapa
petani karet yang melakukan kecurangan dan karena itulah berbagai macam cara
dilakukan oleh sebagian petani yang tidak jujur, mencampur hasil karet mereka
dengan air, tanah, daun-daunan, tatal dan sebagainya dengan tujuan untuk
menambah berat hasil timbangan karet tersebut. Padahal semestinya seorang
petani memiliki etos kerja yang baik, harus berlaku jujur , dilandasi keinginan
agar orang lain mendapat kebaikan dan kebahagian sebagaimana ia
mengininkanya dengan cara menjelaskan catatan barang yang diketahui dan yang
tidak diketahui oleh pembeli atau yang bisa disebut dengan pengumpul karet.
Karena kualitas karet yang tidak bagus di dalamnya terdapat seperti tatal, pasir ,
air, daun-daunan dan lain sebagainya. Berikut ayat Al-qur‟an yang berkaitan
tentang kezalimaan diuraikan dalam QS. An Nisaa‟ ayat 168:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman,
Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula)
akan menunjukkan jalan kepada mereka”.9
Tabel 1.2
Luas Tanaman Karet10
No Kabupaten Tebo 2016 2017 2018
1 Tebo Ilir 6082 2345 2034
2 Muara Tabir 1369 1718 1700
3 Tebo Tengah 4420 4457 4434
4 Sumay 4351 4527 4670
5 Tengah Ilir 4043 2343 2343
8 Data Desa Purwoharjo, 2018
9Tim penerjemah dan penafsiran Al-qur‟an dan, (Bandung: Jumanatul „Al-Art (J-
ART), 2004) 10 Bapan Pusat Statistik, 2018
5
6 Rimbo Bujang 13184 12803 12706
7 Rimbo Ulu 7977 7996 8000
8 Rimbo Ilir 6018 6073 6100
9 Tebo Ulu 9129 9183 9376
10 VII Koto 5823 6507 6879
11 Serai Serumpun 1123 1120 1199
12 VII Koto Ilir 2628 2637 2678
Sumber: Bapan pusat statistik.2018
Dilihat dari para peneliti terdahulu Nofi Mujharotun (2014) yang berjudul
Islam Dan Etos Kerja Petani Desa Agrosari Sedayu Yogyakarta Terhadap
Kelompok Agribisnis Jamur Tiram (Ajt), hasil dari penelitian ini adalah Bekerja
yang baik adalah melakukan pekerjaan sesuai dengan etos kerja islam, Islam
sendiri mengajarkan umatnya untuk memiliki etos kerja yang baik dalam bekerja
untuk memenuhi kebutuhannya. 11
Kemudian penelitian dari Sadatun Ni‟mah (2016), yang berjudul Etos
Kerja Berbasis Aspek Keagamaan Dan Praktek Pertaniaan Tradisional Studi
Masyarakat Agraris Kebon Blora Jawa Tengah dengan hasil penelitian sebagai
berikut menunjukan bahwa etos kerja petani terdapat dalam sikap kerja dan sikap
hidup petani. Etos kerja keagamaan membawa pengaruh terhadap pertanian
tradisional yang diterapkan sampai saat ini, praktek pertanian tersebut dilakukan
berdasarkan kesadaran dan potensi yang petani miliki sekarang.12
Para petani karet seharusnya memiliki etos kerja yang tinggi terhadap
pekerjaanya, dengan memiliki etos kerja yang tinggi maka masyarakat akan
bekerja atau bertani dengan seoptimal mungkin untuk memperoleh hasil berupa
pendapatan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, yang tentunya
harus bekerja dan berlandaskan Al-Qur‟an dan Hadits. Maka dari pemaparan latar
belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang : “Analisis
11 Nofi Mujharotun, Islam Dan Etos Kerja Petani Desa Agrosari Sedayu Yogyakarta
Terhadap Kelompok Agribisnis Jamur Tiram (AJT) skripsi, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2016 12
Sadatun Ni‟mah, Etos Kerja Berbasis Aspek Keagamaan Dan Praktek Pertaniaan
Tradisional Studi Masyarakat Agraris Kebon Blora Jawa Tengah.skripsi, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, (2016)
6
Etos Kerja Islam Petani Karet Dalam Memenuhi Kebeutuhan Keluarga Di
Desa Purwoharjo Kecamatan Rimbo Bujang”
B. Rumusa Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana etos kerja Islam petani
karet di Desa Purwoharjo dalam memenui kebutuhan keluarganya?
C. Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan waktu, dana dan tenaga dan supaya penelitian
ini dapat dilakukan secara mendalam, maka tidak semua masalah yang telah
diidentifikasikan akan diteliti. Guna memperdalam kajian, penelitian ini akan
dibatasi hanya melihat bagaimana etos kerja islam petani karet didesa Purwoharjo
terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga.
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulisan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui etos kerja Islam yang dimiliki oleh petani karet desa
Purwoharjo terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian dan penulisan diharapkan mampu untuk memberikan
manfaat sendiri. Untuk itu penulis berharap hasil penelitian dari penelitian ini
dapat bermanfaat secara teoritis maupun bemanfaat untuk kepentingan secara
praktis.
1. Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang etos kerja petani karet dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan
dapat dijadika sebagai bahan pertimbangan pada kajian penelitian yang akan
datang.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai karya yang dapat disumbangkan kepada semua pihak, terutama
terhadap institusi-institusi pendidikan, para pelajar mahasiswa dan bahkan
pakar kemasyarakatan.
7
b. Selain sebagai sebuah sajian namun dalam karya ini terdapat karya yang
penting untuk diketahui khususnya sebagai rujukan dalam
mengembangkan potensi desa khususnya petani karet.
F. Kerangka teori
1. Pengertian Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini,
cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan etos kerja
Islam dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim
bahwa bekerja tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu
manifestasi dari amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang luhur.
Harsono dan Santosos menyatakan bahwa etos kerja adalah semangat
kerja yang didasari oleh oleh nilai-nilai dan norma tertentu. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat Sukriyanto yang menyatakan bahwa etos kerja adalah suatu
semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik
guna memperoleh nilai-nilai kehidupan mereka. Etos kerja menentukan
penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan.13
Menurut Desmon ginting, etos kerja dapat didefinisikan sebagai
semangat bekerja yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang
yang bekerja, yang berlandaskan etika dan perspektif kerja yang diyakini, dan
diwujudkan melalui tekad dan prilaku konkret didunia kerja.14
Etos kerja Islam adalah sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan
yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan
dirinya, menampakkan kemanusianya, melainkan juga manifestasi dari amal
saleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.15
Yang jelas seperti diuraikan oleh Alatas, etos kerja bukan suatu
fenomena kebudayaan, melainkan suatu fenomena sosiologis yang
eksistensinya terbentuk oleh hubungan produksi yang timbul sebagai akibat
dari struktur ekonomi yang ada dalam masyarakat itu. Untuk mampu bekerja
keras seseorang membutuhkan cukup energi. Energi yang cukup dapat
13 J. Harsono dan Santoso, Etos Kerja Pengusaha Muslim Perkotaan di Kota
Ponorogo, (Jurnal: Penelitian Humaniora), hlm 56 14 Desmon Ginting, Etos kerja: panduan menjadi karyawan cerdas, Hlm 7
15 Choiriyati Isny, Pengaruh Motivasi dan Etos Kerja Islam Terhadap Kinerja
Karyawan Studi Kasus Pada Karyawan KJKS BMT Fastabiq di Pati(skripsi). IAIN
Walisongo, 2011, hlm, 18-19
8
diperoleh apabila orang tersebut mampu memperoleh gizi yang baik, sedang
gizi yang baik dapat diperoleh apabila orang tersebut memperoleh kesempatan
untuk bekerja guna memperoleh pendapatan yang cukup guna memperoleh
makanan bergizi tinggi agar memperoleh cukup energi agar orang itu dapat
bekerja lebeih baik.16
Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara
mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang
bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang
optimal (high performance).17 Etos kerja muslim didefenisikan sebagai sikap
kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja
itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya,
melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh. Sehingga bekerja
yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah
seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai
hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok
yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah,
menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah:
Artinya: “Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku”, (Q.S. adz-Dzaariyat : 56).18
Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang
selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan
bagian amanah dari Allah. Dan cara pandang untuk melaksanakan sesuatu
harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran, yaitu : dimensi ma‟rifat (aku
tahu), dimensi hakikat (aku berharap), dan dimensi syariat (aku berbuat).
a) Etos Kerja: Dimensi Ma‟rifat (Aku Tahu)
1) Tahu siapa aku, apa kekuatan dan kelemahanku,
2) Tahu apa pekerjaanku
16 Mubyanto,dkk, Etos Kerja dan Kohesi Sosial (Yogyakarta: Aditya Media,1993).
Hlm. 3-4 17
Musa Asy‟ari, Etos Kerja Islam & Pemberdayaan Umat,(Yogyakarata: Lesfi,
1997), hlm.34. 18
Tim penerjemah dan penafsiran Al-qur‟an dan, (Bandung: Jumanatul „Al-Art (J-
ART), 2004)
9
3) Tahu siapa pesaingku dan kawanku
4) Tahu produk yang akan dihasilkan
5) Tahu apa bidang usahaku dan tujuanku
6) Tahu siapa relasiku
7) Tahu pesan-pesan yang akan kusampaikan
b) Etos Kerja: Dimensi Hakikat (Aku berharap)
Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana arah tindakan
dilangkahkan. Setiap pribadi muslim meyakini bahwa niat atau dorongan untuk
menetapkan cita-cita merupakan ciri bahwa dirinya hidup.
c) Etos Kerja: Dimensi Syariat (Aku Berbuat)
Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan serta harapan-
harapan hendaklah mempunyai arti kecuali bila dipraktikkan dalam bentuk
tindakan nyata yang telah diyakini kebenarannya.19
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi
pembeda antara etos kerja dalam Islam yaitu kaitannya dengan nilai serta cara
meraih tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja merupakan sebuah kewajiban
hakiki dalam upaya mendapatkan Ridho Allah sehingga dinamakan etos kerja
Islami, dimana etos kerja Islami merupakan semangat dan sikap kerja yang
total dengan niat Lillahita‟ala sehingga pekerjaannya mampu mendatangkan
materi sekaligus amal.
2. Etos Kerja Dalam Islam
Agama Islam selalu mengajarkan agar umatnya selalu berusaha dan
berdoa untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat serta terhindar dari sengsara
siskasaan neraka. Untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat mereka harus
berupaya bekerja dan beribadah dengan baik.
19
Musa Asy‟ari, Etos Kerja Islam & Pemberdayaan Umat,(Yogyakarata: Lesfi,
1997), hlm.78
10
Manusia adalah makhluk kerja yang ada persamaanya dengan hewan
yang bekerja dengan gayanya sendiri. Tetapi berbeda dengan caranya, hewan
bekerja semata dengan berdaasarkan naluri, tidak ada etos, atau permainan akal.
Sebaliknya manusia tidak hanya naluriah tetapi juga menggunakan akal fikiran,
etos dan pendayagunaan diperlukan untuk meringankan beban tenaga fisik yang
terbatas, maupun meraih prestasi hebat sekali pun.
Menurut Asifudin etos kerja Islam merupakan krakter dan kebiasaan
manusia berkenaan dengan kerja, terpancar dari sistem keimana/aqidah Islam
yang merupakan sikap hidup mendasar terhadapnya. Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa etos kerja Islam ialah karakter dan kebiasaan
manusia dalam bekerja yang bersumber pada keyakinan/aqidah. Islam dan
didasarkan pada Al-Qur‟an dan Sunnah.manusia bekerja bukan hanya karna motif
mencari kehidupan di dunia tetapi bekerja merupakan perintah dari agama.20
Apabila manusia bekerja tanpa etos tanpa moral dan akhlak, maka gaya
kerja manusia meniru cara kerja hewan, turun ketingkat terendah. Dengan
demikian juga tanpa menggunakan akal maka hasil kerjanya tidak akan
memperoleh kemajuan apapun. Allah SWT mengagugrahkan akal fikiran,
kemudian yang lebih tinggi lagi iailah tuntutan, pedoman dan petunjuk melalui
risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Dalam Islam banyak risalah yang mengandung pedoman hidup yang
lengkap dan lurus terdapat pula etos kerja, berupa pedoman dan tuntutan dalam
bekerja supaya karyanya sukses dan berkah. Etos kerja yang datang dari Allah
SWT inilah yang paling tepat dan paling yang paling benar.
Etos kerja Islam mencerminkan sebagai berikut:21
a) Bekerja keras
Bekerja penuh kegigihan atau bekerja keras merupakan sesuatau
keharusan dalam bekerja yang mendorong umat Islam memilki etos
kerja yang tinggi. Manusia sebagai khalifah dimuka bumi adalah selain
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, manusia dituntut untuk
bekerja dengan giat untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi maupun
keluarganya. Bentuk kerja keras petani tersebut adalah pemanfaatan
waktu seoptimal mungkin, jam kerja normal yaitu 8 jam/ hari.22
b) Jujur
20 A.J Asifudin, Etos Kerja Islam,(Surakarta: Muhammadiyah University Prress
2004) , hlm. 234 21
Hasan Aedi, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, (Bandung, Alfabet, 2011),
hlm. 47 22 Undang-Undang RI, Tentang Ketenaga Kerjaan No 13 Tahun 2003 Pasal 77
11
Jujur merupakan sikap siddiq yakni benar dalam berkata dan b erbuat
sesuatu, mengakui kekurangan serta menjauhu berbuat bohong atau
menipu.23 Dalam kehidupan sehari-hari kita dianjurkan untuk selalu
bersikap jujur baik itu untuk diri sendiri maupun masyarajat banyak.
Berlaku jujur sangat penting dilakukan dan dimiliki oleh setiap orang
karena dengan berperilaku jujur maka hidup akan menjadi lebih aman
dan nyaman.
c) Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk
melekukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan.
Dorongan-dorongan tersebut berupa alasan-alasan yang menjadi dasar
seseorang melakukan sesuatu.
d) Hemat
Hidup hemat atau menghindari berbuat boros adalah menggunakan
sesuatu dengan cermat dan hati-hati. Karena pemborosan adalah diantar
sifat tercela yang harus dihindari. Krekteria boros disini merujuk pada
membelanjakan harta melebihi kebutuhan atau membeli barang yang
manfaatnya rendah serta membelanjakan harta yang tidak pada
tempatnya, bukan cerminan adanya etos kerja yang tinggi.
e) Tangguh
Indikatir etos kerja dalam Islam terletak pada muslim yang tangguh,
tahan uji dan tidak lemah. Orang seperti ini akan bekerja sekuat tenaga
sebelum akhirnya mengembalikan semua ikhtiarnya kepada Allah
SWT.24 Petani karet yang seperti ini aka lebih mampu memikul amanah
yang memiliki tanggung jawab sebagai tulang punggung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Dalam etos kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Adapun
faktor-faktor tersebut yaitu:25
a. Agama
23 Astri Fitria, Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Sikp Akuntan Dalam
Perubahan Organisasi Dengan Komitmen Organisasi Sebagi Intervening, (Jurnal Maksi,
Vo 3 Agustus 2012), Hlm. 19 24 Hasan Aedi, Tori dan Aplikasi Eika Bisnis Islam,(Bandung: Penerbit Alfabet,
2011), hlm.61 25
Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja Dan Pembangunan Ekonomi,(Jakarta:
LP3ES, 1979),hlm.3
12
Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan
mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir,
bersikap dan bertindak seseorang tentu diwarnai oleh ajaran agama yang dianut
jika seseorang sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama.
b. Budaya
Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut
sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai
budaya masyarakat yang bersangkutan.
c. Sosial politik
Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan
dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh.
d. Kondisi Lingkungan/Geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang
berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil
manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari
penghidupan di lingkungan tersebut.
e. Pendidikan
Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos
kerja keras.
f. Struktur Ekonomi
Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota
masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka
dengan penuh.
g. Motivasi Intrinsik Individu
Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu
yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap
yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang.
4. Ciri-ciri Etos Kerja Islam
13
Ciri–ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja Islam akan
tampak dalam dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu
keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu merupan bentuk ibadah,
suatu panggilian dan perintah Allah yang akan memuliakan dirinya,
memanusiakan dirinya sebagia bagian dari manusia pilihan.26
Al-Qur‟an menanamkan kesadaran bahwa dengan bekerja berarti kita
merealisasikan fungsi kehambaan kita kepada Allah, dan menempuh jalan menuju
ridha-Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf hidup, dan memberikan
manfaat kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain. Dengan tertananmnya
kesadaran diri ini, seorang muslim atau muslimah akan berusaha mengisi setiap
waktunya hanya dengan aktivitas yang berguna. Semboyannya adalah “tiada
waktu tanpa bekerja, tiada waktu tanpa amal”. Adapun agar nilai ibadahnya tidak
luntur, maka perangkat kualitas etos kerja yang Islami diperhatikan.
Berikut ini adalah ciri-ciri etos kerja Islam yang terpenting untuk
dihayati:27
a. Baik dan Bermanfaat
Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik
dan bermanfaat bagi kehidupan orang lain, agar setiap pekerjaan mampu
memberikan nilai tambah dan mengangkat derajat manusia baik secara
individu maupun kelompok. Diuraikan dalam QS. Al-An‟am ayat 132:
Artinya: “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang)
dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan 28
Pekerjaan yang standar adalah pekerjaan yang bermanfaat bagi
individu dan masyarakat, secara material dan moral-speritual. Jika tidak
26
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami,(Jakarta:Gema Insani,2008),
hlm. 103 27
Muhamad sakura, Etos Kerja Dalam Pandangan Islam, 2015 28
Tim penerjemah dan penafsiran Al-qur‟an dan, (Bandung: Jumanatul „Al-
Art (J-ART), 2004)
14
diketahuai adanya pesan khusus dari agama, maka seorang harus
memperhatikan pengakuan umum bahwa sesuatu iu bermanfaat, dan
berkonsultasi kepada orang yang lebih tau. Jika hal ini pun tidak dilakukan,
minimal kembali kepada pertimbangan akal akal sehat yang didukung secara
nurani yang sejuk, lebih-lebih jika dilakukan memalui media shalat minta
petunjuk (istikharah). Dengan prosedur ini, seorang muslim tidak perlu
bingung atau ragu dalam memilih suatu pekerjaan.29
b. Al-Itqan (Kemantapan atau Perfectness)
Kualitas kerja yang itqan atau perfect merupakan sifat pekerjaan,
kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang Islami. Rahmat Allah telah
dijanjikan bagi setiap orang yang bekerja secara itqan, yakni mencapai
standar ideal secara teknis. Untuk itu, diperlukan itu, diperlukan itu,
diperlukan dukungan pengetahuan dan skill yang optimal. Dalam konteks ini,
Islam mewajibkan umatnya agar terus menambah atau mengembangkan
ilmunya dan tetap berlatih Suatu ketrampilan yang sudah dimiliki dapat saja
hilang, akibatmeninggalkan latihan, padahal manfaatnya besar untuk
masyarakat. Karena itu, melepas atau menelentarkan keterampilan tersebut
termasuk perbuatan dosa. Konsep Itqan memberikan penilaian lebih terhadap
hasil pekerjaan yang sedikit atau terbatas, tetapi berkualitas, dari pada output
yang banyak, tetapi kurang bermutu.
c. Al-Ihsan (Melakukan yang Terbaik atau Lebih Baik Lagi)
Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan memberikan dua pesan,
yaitu sebagai berikut:
a. ihsan berarti „yang terbaik‟ dari yang dapat dilakukan.
Dengan makna pertama ini, maka pengertian ihsan sama dengan
„itqan‟. Pesan yang dikandungnya ialah agar setiap muslim mempunyai
komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam segala hal
yang ia kerjakan. Seperti dalam QS. Al Qashash ayat 77:
29 Hafhidhudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik,( Jakarta:
Gema Insani, 2003), hlm. 40.
15
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.30
b. Ihsan mempunyai makna „lebih baik‟ dari prestasi atau kualitas
pekerjaan sebelumnya.
Makna ini memberi pesan peningkatan yang terus menerus, seiring
dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu, dan sumber
daya lainnya. Adalah suatu kerugian jika prestasi kerja hari ini
menurun dari hari kemarin. Keharusan berbuat yang lebih baik juga
berlaku ketika seorang muslim membalas jasa atau kebaikan orang
lain. Bahkan, idealnya ia tetap berbuat yang lebih baik, ketika
membalas keburukan orang lain.
Semangat kerja yang ihsan ini akan dimiliki manakala seseorang
bekerja dengan semangat ibadah, dan dengan kesadaran bahwa
dirinya sedang dilihat oleh Allah SWT.
d. Al-Mujahadah (Kerja Keras dan Optimal)
Di dalam Al-Qur‟an meletakkan kualitas mujahadah dalam bekerja
pada konteks manfaatnya, yaitu untuk kebaikan manusia sendiri, dan agar
nilai guna dari hasil kerjanya semakin bertambah. Mujahadah dalam
maknanya yang luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama adalah yakni
mengerahkan segenap daya dan kemampuan yang ada dalam
merealisasikan setiap pekerjaan yang baik. Dapat juga diartikan sebagai
mobilisasi serta optimalisasi sumber daya. Sebab, sesungguhnya Allah
SWT telah menyediakan fasilitas segala sumber daya yang diperlukan
melalui hukum „taskhir‟, yakni menundukkan seluruh isi langit dan bumi
untuk manusia. Tinggal peran manusia sendiri dalam memobilisasi serta
mendayagunakannya secara optimal, dalam rangka melaksanakan apa
30 Tim penerjemah dan penafsiran Al-qur‟an dan, (Bandung: Jumanatul „Al-Art (J-
ART), 2004)
16
yang Allah ridhai. Bermujahadah atau bekerja dengan semangat jihad
(ruhul jihad) menjadi kewajiban setiap muslim dalam rangka tawakkal
sebelum menyerahkan (tafwidh) hasil akhirnya pada keputusan Allah.
Firman Allah dalam QS. Ali 'Imran ayat 159:
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya”.31
5. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
Kebutuhan adalah suatu keperluan asasi yang harus dipenuhi untuk
mencapai keseimbangan organisme. Kebutuhan muncul ketika seseorang merasa
kurang, ketidak sempurnaan yang dapat merusak kesejahteraanya. Dengan kata
lain, kebutuhan muncul karena ketidakseimbangan dalam individu, sehingga
membuat individu melakukan suatu tindakan yang mengarah pada suatu tujuan,
dan kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.32
Keluarga adalah sebuah institusi terkecil didalam masyarakat yang
berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman,
damai, dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggotanya.
Keluarga diposisikan sebagai lembaga sosial yang paling dasar untuk mencetak
kualitas manusia.
Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-
laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk
menciptakan dan membesarkan anak-anak. Sedangkan keluarga dalam bentuk
31
Tim penerjemah dan penafsiran Al-qur‟an dan, (Bandung: Jumanatul „Al-
Art (J-ART), 2004) 32
0E. Koswara, Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan Bagi Orang Tua
dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2009), Hlm. 59
17
yang murni yaitu satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak
yang belum dewasa.33
6. Macam-macam Kebutuhan
Kebutuhan manusia sangat bermacam-macam. Kebutuhan tersebut dapat
digolongkan, sebagai berikut :
a. Kebutuhan Menurut Intensitas
1. Kebutuhan Primer
Kebutuhan primer adalah kebutuhan utama atau kebutuhan pokok
yang pertama harus dipenuhi untuk mempertahankan hidup. Kata primer
sendiri berasal dari kata primus, yang berarti pertama. Secara umum
kebutuhan primer terdiri atas pangan, sandang, dan papan; atau makanan,
pakaian, dan rumah. Tanpa makanan, pakaian, dan rumah manusia bisa
mati kelaparan, kedinginan, dan kepanasan.
2. Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan kedua yang dipenuhi,
setelah kebutuhan primer terpenuhi. Adapun kata sekunder berasal dari
kata scundus, yang berarti kedua. Contoh kebutuhan sekunder, yaitu
meja, kursi, lemari, sepatu, tas, sisir, kaos kaki, buku, pensil, televisi,
radio, tempat tidur, dan kendaraan.
3. Kebutuhan Tersier
Kebutuhan tersier adalah kebutuhan ketiga yang dipenuhi,
setelahkebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Kata tersier berasal dari
kata tertius, yang berarti ketiga. Kebutuhan tersier disebut juga
kebutuhan mewah. Kebutuhan ini umumnya dipenuhi oleh orang yang
berpendapatan tinggi dan dilakukan untuk meningkatkan prestise atau
kebanggaan di mata masyarakat. Contoh kebutuhan tersier, yaitu pakaian
33
Tantri Ruswat,. Bentuk Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Oleh Wanita Pekerja
Pembuat Bulu Mata Palsu (Tinjauan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham
Maslow)(skripsi), 2018,Purwokerto: IAIN Purwokerto, hal :26
18
mewah, tas mewah, mobil mewah, rumah mewah, dan kapal pesiar
mewah
b. Kebutuhan Menurut Sifat
1. Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang diperlukan oleh jasmani
atau badan.
2. Kebutuhan Rohani
Kebutuhan Rohani adalah kebutuhan yang diperlukan oleh rohani
atau jiwa. Contoh: untuk menyegarkan pikiran manusia memerlukan
hiburan, untuk menguatkan iman manusia memerlukan siraman rohani
berupa petunjuk dan nasihat keagamaan, untuk mencerdaskan pikiran dan
meningkatkan keterampilan manusia memerlukan pendidikan.
c. Kebutuhan Menurut Bentuk
1. Kebutuhan Material
Kebutuhan material adalah kebutuhan yang berbentuk benda material
atau benda berwujud, seperti tas, makanan, rumah, pakaian, dan lain-
lain.
2. Kebutuhan Immaterial
Kebutuhan immaterial adalah kebutuhan yang berbentuk benda
immaterial atau benda yang tak berwujud, seperti nasihat ulama,
penjelasan guru, hiburan, petunjuk dokter, dan lain-lain.
d. Kebutuhan Menurut Waktu
1. Kebutuhan Sekarang
19
Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang pemenuhannya tidak dapat
ditunda dan harus dipenuhi saat kebutuhan tersebut dirasakan. Contoh:
kebutuhan akan makan bagi orang yang lapar dan kebutuhan akan obat
bagi orang yang sakit.
2. Kebutuhan Masa Depan
Kebutuhan masa depan adalah kebutuhan yang pemenuhannya dapat
ditunda, karena dibutuhkan pada saat yang akan datang. Contoh:
kebutuhan akan tempat tidur bayi bagi ibu yang sedang hamil muda dan
kebutuhan akan biaya kuliah bagi anak yang masih SMP. Pada umumnya
orang mempersiapkan diri untuk memenuhi kebutuhan masa depan, di
antaranya dengan menabung.
e. Kebutuhan Menurut Subjek
1. Kebutuhan Individu
Kebutuhan individu adalah kebutuhan yang harus dipenuhi secara
individu atau perorangan. Contoh: kebutuhan makan, minum, pakaian,
sepatu, dan sikat gigi. Kebutuhan individu setiap orang berbeda.
2. Kebutuhan Kualitatif/Bersama
Kebutuhan kolektif adalah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk
kepentingan bersama dan dilakukan secara bersama-sama. Contoh :
kebutuhan akan jalan raya, listrik, pasar, sistem pengairan, tempat
pembuangan sampah, dan lain-lain.34
34
Mustafa Edwin, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,(Jakarta: Kencana,
2012),hlm,71
20
G. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi tentang uraian sistematis tentang hasil-hasil
penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
yang akan dilaksanakan oleh peneliti dan telah diringkas dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 1.3
Penelitian Terdahulu
No Nama & Tahun Judul Metode Hasil Penelitian
1 Nofi
Mujharotun
(2014)
Islam Dan Etos Kerja
Petani Desa
Agrosari Sedayu
Yogyakarta
Terhadap Kelompok
Agribisnis Jamur
Tiram (Ajt)
Kualitatif Bekerja yang baik
adalah melakukan
pekerjaan sesuai
dengan etos kerja
Islam, Islam sendiri
mengajarkan
umatnya untuk
memiliki etos kerja
yang baik dalam
bekerja untuk
memenuhi
kebutuhannya.35
2 Sadatun
Ni‟mah
(2016)
Etos Kerja Berbasis
Aspek Keagamaan
Dan Praktek
Pertaniaan
Tradisional Studi
Masyarakat Agraris
Kebon Blora Jawa
Tengah
Kualitatif Menunjukan bahwa etos
kerja petani terdapat
dalam sikap kerja
dan sikap hidup
petani. Etos kerja
keagamaan
membawa pengaruh
terhadap pertanian
tradisioanal yang
diterapkan sampai
saat ini, praktek
pertanian tersebut
35
Nofi Mujharotun, Islam Dan Etos Kerja Petani Desa Agrosari Sedayu
Yogyakarta Terhadap Kelompok Agribisnis Jamur Tiram (AJT) skripsi, 2016, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
21
dilakukan
berdasarkan
kesadaran dan
potensi yang petani
miliki sekarang.36
3 Yendri Nazahar
(2011)
Analisis Etos Kerja
Pegawai Negri Sipil
Pada Kantor Camat
Kampar Kabupaten
Kampar
Deskriptif
Kualitatif
Etos kerja pegawai
negri sipil pada
kantor camat
kampar
dikategorikan
rendah, dan ada tiga
faktor yang
membuat rendahnya
etos kerja pegawai
negri sipil pada
kantor camat
kampar yaitu
kurangnya
pembinaan,
pengawasan dari
atasan dan penilaian
prestasi yang tidak
sesuai peraturan.37
4 Syahril Sidiq
(2015)
Etos Kerja Pedagang
Perempuan Dalam
Menigkatkan
Ekonomi Rumah
Tngga Muslim Stusi
Pada Pasar Pasir
Gintung Bandar
Lmpung.
Kualitatif Persoalan ekonomi
merupakan faktor
yang melatar
belakangi
perempuan memilih
sebagai pedagang
perempuan memilih
sebagai pedagang
sayuran di pasar, jiki
dilihat dari aspek
keagamaan yang
menjadi indikator
etos kerja, pada saat
waktu shalat tiba
kebanyakan dari
pedagang tidak
mengindahkannya
dan bahkan tetap
36 Sadatun Ni‟mah , Etos Kerja Berbasis Aspek Keagamaan Dan Praktek Pertaniaan
Tradisional Studi Masyarakat Agraris Kebon Blora Jawa Tengah, skripsi, (2016), UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. 37 Yendri Nazahar, Analisis Etos Kerja Pegawai Negri Sipil Pada Kantor Camat
Kampar Kabupaten Kampar, Skripsi, (2011), UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
22
melanjutkannya
aktivitas
berdagangnya meski
waktu shalat tiba.
5 Khuzriyah
(2014)
Etos Kerja Pedagang
Sembako Muslim
Pasar Beringharjo
Yogyakarta
Kualitatif Bahwa para pedagang
sembako muslim
beringharjo
memiliki etos krja
yang baik, yang
dimotivasi oleh
motif biogenetis dan
theogenetis.
Biogenetis adalah
dorongan untuk
memenuhi
kebutuahan-
kebutuahan biologis
terlihat dari
kegigihan para
pedagang. Motif
theogenetis
merupakan
keinginan manusia
berbakti kepada
tuhan, keinginan
untuk melaksanakan
perintah-perintahnya
hal ini mendorong
untuk bekerja dan
berusaha secara
halal.38
Dari tabel di atas dilihat bahwa terdapat beberapa penelitian yang
berkaitan dengan etos erja. Dalam penelitian terdapat beberapa perbedaan dari
penelitian terdahulu seperti tempat penelitian yang berbeda dari penulis, dan
variabel yang diteliti juga berbeda.
H. Kerangka Pemikiran
38 Khuzriyah, Etos Kerja Pedagang Sembako Muslim Pasar Beringharjo
Yogyakarta. Skripsi, (2014), UIN Sunan kalijaga Yogyakarta
23
Tabel 1.4
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa petani karet harus
bekerja sesuai dengan etos kerja yang baik, etos kerja yang baik adalah harus
bekerja keras, jujur, memiliki motivasi, hemat dan tangguh dalam bekerja. Etos
kerja yang baik akan menimbulkan semangat kerja maka akan tercukupinya
kebutuhan keluarga.
Petani Karet
Etos Kerja
Bekerja Keras
Jujur
Motivasi
Hemat
Tangguh
JT Tercukupinya
kebutuhan keluarga
24
BAB II
METODE PENELITIAN
Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain,
metodologi adalah suatu ungkapan umum untuk mengkaji topik penelitian.
Metodologi ini dipengaruhi atau berdasarkan prespektif teoritis yang kita gunakan
untuk melakukan penelitian, sementara prespektif teoritis itu sendiri adalah suatu
krangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data
dan menghubungkan data yang rumit dengan pristiwa atau situasi lain39
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam metode ini adalah
pendekatan deskriptif-kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya prilaku persepsi, motivasi, tindakan dll.40
Sedangkan deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan
menjadi kunci terhadap obyek yang sudah diteliti. Data yang mungkin berasal
dari naskah, wawancara, catatan,lapangan,dokumen dan sebagainya tersebut
dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau
realitas.41
B. Jenis dan Sumber Data
Untuk mengumpulkan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini
menggunakan data sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber
asli.42Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data primer dari lapangan,
yaitu dari petani karet Desa Purwoharjo Kecamatan Rimbo Bujang
Kabupaten Tebo.
39
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung;PT. Remaja
Rosdakarya 2004), hal 145 40
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung;PT.Remaja Putra 2009),
hal 6
41 Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta;PT. Rafindo Persada 1997) hal 66
42 Muhammad,Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kualitatif, (Jakatra;
Raja Grafindo Persada, 2004) hlm. 102.
25
b. Data Sekunder
Selain data primer, sebagai pendukung dalam penelitian ini penulis juga
menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber eksternal maupun imternal.43
. Data yang diperoleh dari lembaga
atau pun instansi yaitu dari Kantor Desa Purwoharjo.
C. Objek dan Subjek Penelitian
a. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas:
Objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.44
Dari objek tersebut diambil contoh subjek yang
diharapkan dan dapat mewakili objek. Adapun jumlah objek dalam
penelitian ini adalah 391 yaitu para petani karet yang ada di Desa
Purwoharjo.
b. Subjek Penelitian
Subjek adalah bagian dari jumlah dan karaktristik yang dimiliki oleh
objek tersebut. Bila objek besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari
semaua semua yang ada di objek besar, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan subjek yang di ambil
dari populasi itu, apa yang dipelajari oleh subjek itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukannya oleh objek. Untuk itu subjek yang diambil dari
objek harus betul-betul Representatif (mewakili).45
Dalam menentukan subjek pada penelitian ini menggunakan metode
Nonprobality Sampling dengan teknik Purpousive Sampling yang
merupakan teknik nonproblality sampling yang memilih orang-orang yang
terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri khusus yang dimiliki oleh subjek
yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-
sifat objek yang diketahui sebelumnya.46 Dalam nonprobabilty sampling
setiap unsur dalam objek tidak memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai subjek.47 Dari jumlah objek sebagaimana yang tertera diatas
adalah 391 maka yang diambil sebagai subjek adalalah 22 dengan alasan 22
43 Ibid., hlm 103
44 Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kuantitatif dan R & D (Bandung Alfabet,
2017), hlm, 117 45 Ibid, hlm, 118 46
Muhammad , Metode Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta, Rajawali Pres), 2008,
hlm, 175 47 Ibid, hlm, 173
26
orang itu tersebut yang merupakan para petani karet yang memiliki lahan
luas, petani karet yang memiliki lahan kecil dan petani penggarap sehingga
dianggap lebih resfresentatif untuk mewakili objek.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode untuk
mengumpulkan data. Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Dalam penelitian kualitatif, observasi dipahami sebagai pengamatan
langsung terhadap objek, untuk mengetahui kebenarannya, situasi, kondisi,
konteks, ruang, serta maknanya dalam upaya pengumpulan data.
Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung pada petani
karet di Desa Purwoharjo untuk mengamati objek penelitian secara langsung
dan lebih mendalam guna mendapatkan informasi.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan tanya
jawab langsung oleh objek yang diteliti.48
Metode (interview) yaitu adalah
proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana
dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi yang diberikan.49
Sedangkan jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara terstruktur yaitu peroses wawancara dimana peneliti
bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan tertulis yangb alternatif jawabannya
pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden
diberi pertanyaan yang sama, dan penulis mencatatnya. Tujuannya untuk
mendapatkan informasi yang menyangkut karakteristik atau sifat
permasalahan dari objek penelitian. Yang akan diwawancara dalam
penelitian ini adalah petani karet Desa Purwoharjo Kec Rimbo Bujang.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.
48
Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kuantitatif dan R & D (Bandung Alfabet,
2017), hlm, 145 49
Ibid, hlm, 138
27
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life historis), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen
yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.50
Dari penjabaran diatas dapat ditarik kesimpulan melalui penulis yang
berkenaan dengan penelitian, makan dengan ini penulis menggunakan
metode dokumentasi untuk memperoleh data tentang kegiatan petani karet
Desa Purwoharjo Kecamatan Rimbo bujang dalam bekerja guna untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.
E. Teknik Analisis Data
Setelah berbagai data terkumpul , maka untuk menganalisis digunakan
teknik deskritif analisi yaitu teknik untuk menggambarkan atau menjelaskan data
yang terkait dengan pembahasan, dimana teknik ini menggambarkan tentang
bagaimana etos kerja Islam petani karet terhadap pemenuhan kebutuhan hidup
keluarga. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat perlu adanya pengelolahan
data sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Pada tahap ini adalah mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya.51
b. Data Display (Penyajian Data)
Pada tahap ini penulis mensinkronkan hubugan antara data yang satu
dengan data yang lainnya. Dalam artian penulis mengorganisir data
kemudian menghubungkan data-data tersebut secara terstruktur sesuai
dengan tujuan peneliti.
c. Verivikasi Data
Pada tahap ini penulis mulai melakukan analisis permasalahan dengan
melakukan penafsiran terhadap data yang telah diorganisir, sehingga dari
50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung alfabet,
2017), hlm 240 51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung alfabet,
2017), hlm 247
28
tahap ini peneliti akan memperoleh jawaban dari apa yang terdapat pada
rumusan masalah.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini digunakan untuk memudahkan penulis
dalam penyusunan dan pemahaman tentang skripsi, agar nantinya peneliti ini
dapat berjalan sesuai dengan setting yang telah penulis tentukan sebelumnya.
Maka dari itu terlebih dahulu ditentukan susuan dan sistematikan penyusuna
skripsi sebagai berikut:
BAB I :Pendahuluan, Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, batasan masalah, kerangka
teori, dan tinjauan pustaka.
BAB II :Metode penelitian, pada bab ini berisi mengenai tempat dan waktu
penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, dan
instrumen pengumpulan data sistematika penulisan dan jadwal
penelitian.
BAB III :Dalam bab ini penulis menerangkan gambaran tentang penelitian
yang akan diteliti oleh penulis.
BAB IV :Hasil Dan Pembahasan, Bab ini berisi analisis etos kerja Islam petani
karet dalam memenuhi kebeutuhan keluarga.
BAB V :Penutup, Bab ini bagian akhir dari skripsi berisi tentang kesimpulan
dan saran.
29
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Desa Purwoharjo
Desa Purwoharjo berasalnya dari Desa transmigrasi yang penduduknya
berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur sejumlah 495 KK dengan jumlah
2.200 jiwa yang ditempatkan mulai dari tanggal 22 Desember 1976 s/d 1977.
Pembinaan masyarakat trasmigrasi pada saat itu dilakukan oleh Pemerintah
dengan Dapertemen Transmigrasi yang bernama Unit Pemukiman Trasmigrasi
(UPT) dan mulai tahun1982 UPT II deserahkan pada Pemerintah Daerah
sehingga pembinaanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah yangb
pada saat itu masuk Kabupaten Bungo Tebo. Berdasarkan Undang-undang No
54 tahun 1999 tentang otonomi daerah, bahwa Desa Purwoharjo masuk
kedalam wilayah Kabupaten Tebo sampai pada saat sekarang ini.52
Berikut adalah tabel nama-nama Kepala Dasa Purwoharjo dalam bentuk
tabel.
Tabel 3.1
Nama-nama Kepala Desa Purwoharjo dari tahun 1988 sampai
sekarang:
No Nama Kepala Desa Tahun Pemerintahan
1 Siswoco 1988 – 1993
2 Wiji Pranjono 1993 – 1998
3 Yahya 1998 – 2003
4 Sukidi 2003 - 2008
5 Sanudin 2008 – 2013
6 Suranto 2013 – 2018
7 Musaidi 2018 Sampai sekarang
Sumber: Data Desa Purwoharjo tahun 201853
52
Data Desa Purwoharjo 2018 53
Data Desa Purwoharjo 2018
30
B. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Purwoharjo
C. Keadaan Topografi dan Batas wilayah
a. Keadaan Topografi
Desa Purwoharjo berada pada 10-20
0 lintang selatan dan 102
0 bujur timur,
keadan tanah bergelombang denga ketinggian 50-100 meter dari permukaan
lautsuhu rata-rata 27C0-30C
0, serta dengan curah hujan rata-rata 2.200
mm/th. Dengan luas wilayah lebih kurang 30.55 Km2 atau sama dengan
3.155 Ha.
b. Batas Wilayah
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pulau Temiang.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tirtakencana.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tegal Arum.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Perintis.
Kepala Desa
Musaidin A.Md
Sekertaris Desa
Hendrik MB, SH
Kepala Seksi
Pemerintahan
Musafak
Kepala Seksi
Kesejahteraa
n
M Sabarudin
Kepala Seksi
Pelayanan
Eva Indriani
Kepala TU
& Umum
Sri Tati
Kepala Urusan
Keuangan
Dery Arysandi
Kepala
Dusun
Mekarsari
Isman
Kepala
Dusun
Trukosari
Agus
Susiono
Kepala
Dusun
Argosari
Herman
Kepala
Dusun
Mekarsari
Hendrik
Kepala
Dusun
Tegal Sari
Danang
Kepala
Dusun
Tirtasari
Khoironi
Kepala
Dusun
Tambaksa
ri
Kuswanto
Kepala
Dusun
Purwosar
i
Puji R
Kepala Urusan
Perencanaan
Fitriyatun
Qomariyah
31
c. Kependudukan
Data komposisi penduduk sngat penting untuk perencanaan
pemerintah dalam segala bidang maupun dalam dunia usaha. Jika
dihubungkan dengan kesejahteraan masyarakat maka, kesejahteraan
masyaratak diukur dari beberapa indikator, dimana indikator kesejahteraan
merupakan ukuran ketercapaian masyarakt dimana masyarakat dapat
dikatakan sejahtera atau tidak dan berkembang atau tidak.
Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor utama yang
menentukan kualitas perkembnagan sumber daya manusia didalam
masyarakat. Jumlah penduduk dapat dijadikan ukuran atas keberhasilan
pembanguna dalam perkembangan kependudukan didalam suatu daerah.
Berikut adalah data perkembangan penduduk Desa Purwoharjo tahun 2018
dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dalam bentuk tabel.
Tabel 3.2
Pertumbuhan penduduk
Jumlah KK Jumlah Jiwa
1.329 Laki-laki : 2.484
Prempuan : 2.309
Sumber: Data Desa Purwoharjo 2018
54
D. Visi dan Misi Desa Purwoharjo
Demokrasi memlilki makna bahwa penyelenggaraan pemrintahan dan
pelaksanaan pembangunan didesa harus mengakomodasi aspirasi dari masyarakat
melalui Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan yang ada
sebagai mitra pemerintah desa yang mampu memwujudkan peran aktif
masayaratak agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta
bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama
warga desa sehingga diharapkan adanya peningkatan tafar hidup dan
kesejahteraan masyarakat memlalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan
yang sesuai dengan esensi masalah dan priorotas kebutuhan masyarakat.
54
Data Desa Purwoharjo 2018
32
Atas pertimbangan tersebut diatas, maka untuk jangka waktu 6
(Enam) tahun kedepan Penyelengaraan Pemerintahan dan Pelaksaan
Pembangunan dapat benar-benar mendasarkan pada prinsip keterbukaan dan
partisipasi masyarakat sehingga secara bertahap Desa Purwoharjo dapat
mengalami kemajuan. Untuk itu dirumuskan Visi dan Misi sebagai berikut:
a. Visi
“Terwujudunya masyarakat Desa Purwoharjo yang aman, sehat, dan
mandiri.”
Rumusan Visi tersebut merupakan suatu ungkapan dari niat yang luhur
untuk memperbaiki penyelenggaran pemerintah dan pelaksanaan pembangunan
di Desa Purwoharjo baik secara individu maupun kelembagaan sehingga 6
(enam) tahun kedepan Desa Purwoharjo mengalami suatu perubahan yang
lebih baik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dilihat dari segi
ekonominya, dengan dilandasi semangat kebersamaan dalam penyelenggaran
pemerintah dan pelaksanaan pembangunan.
b. Misi
1) Memwujudkan keamanan dan ketertiban dilingkungan Desa Puwoharjo.
2) Meningkatkan kesehatan masyarakat, serta mengusahakan jaminan
kesehatan masyarakat melalui program pemerintah.
3) Menigkatkan kinerja perangkat desa untuk memwujudkan pelayanan
yang maksimal kepada masyarakat Desa Purwoharjo.
4) Memperbaiki dan meningkatkan kinerja dan tata usaha badan usaha
milik desa (Bumdes) serta meningkatkan produksi rumah tangga kecil.
5) Meningkatkan sarana dan perasarana dari segi fisik, ekonomi,
pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan olah raga di Desa Purwoharjo.
33
E. Keadaan masyarakat
a. Agama
Masyarakat Desa Purwoharjo semuanya memiliki agama yang
diakui oleh Negara Republik Indonesia yaitu mempunyai keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Agama yang dianut oleh penduduk Desa
Purwoharjo mayoritas adalah beragama Islam namun ada juga yang
beragama Khatolik dan Kristen. Sedangkan tempat beribadah hanya ada
Masjid, sedangkan Gereja tidak ada di Desa Purwoharjo jadi masyarat yang
beragama Kristen untuk beribadah ke Dea tetangga. Untuk Masjid yang ada
di Desa Purwoharjo berjumlah 10 Masjid. Berikut adalah data keagamaan
Desa Purwoharjo.
Tabel 3.3
Data Keagamaan Desa Purwoharjo Tahun 2018
No Nama Agama Jumlah Pemeluk
1 Islam 4.583
2 Kristen 100
3 Katolik 40
Sumber: Data Desa Purwoharjo 2018
b. Pendidikan
Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai ukuran untuk
menggambarkan standar hidup penduduk dalam suatu daerah. Pendidikan
akan dapat menambah produktifitas penduduk. Pendidikan merupakan
aspek penting dalam kehiduapan masyaratka yang berperan meningkatkan
kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakt, maka semakin
baik pula kualits sumber daya manusianya. Berikut adalah data sekolahan di
Desa Purwoharjo :
34
Tabel 3.4
Data Sekolah
No Nama Pendidikan Jumlah Sekolah
1 TK/PAUD 10
2 SD/MI 5
3 SMP/MTS 2
4 SMA/MA 1
5 PESANTREN 1
Sumber: Data Desa Purwoharjo 201855
c. Kesehatan
Kesehatan memberikan peranan penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia untuk menompang pertumbuhan ekonomi.
Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan rakyat yang dapat
menggambarkan tingkat kesehatn masyarakat sehubung dengan kualitas
kehidupannya. Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan agar semua
lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan seraca mudah,
murah dan merata.
Untuk kesehatan di Desa Purwoharjo terdapat prasarana kesehatan
yang terdiri dari posyandu, apotek dan rumah bersalin. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Jumlah Prasarana Kesehatan
No Prasarana Kesehatan Jumlah
1 Apotik 1
2 Posyandu 2
3 Rumah Bersalin 2
Sumber: Data Desa Purwoharjo 201856
55 Data Desa Purwoharjo 2018 56 Data Desa Purwoharjo 2018
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Etos kerja adalah semangat kerja yang dimiliki seseorang atau
golongan sosial terhadap suatu pekerjaan, tidak hanya semangat kerja tetapi etos
kerja Islam juga sangat menjunjung tinggi perilaku jujur, tanggung jawab,
disiplin, ikhlas, dan tidak mudah putus asa. Begitupun seorang petani, dalam
bertani mereka diharapkan untuk memiliki etos kerja yang baik meraka harus
bersemangat kerja, jujur, disisplin, bertanggung jawab dan ikhlas. Hal-hal tersebut
harus dimiliki dan juga sangat berpengaruh untuk para petani guna memenuhi
kebutuhan keluarga mereka sesuai dengan ajaran islam.
Di Desa Purwoharjo, khususnya para petani kebanyakan mereka
hanya tamatan SD bahkan ada juga dari meraka yang tidak tamat SD, sehingga
pengethuan mereka akan etos kerja dan bagaimana Islam sangat menganjurkan
etos kerja dalam setiap kegiatan ekonomi umatnya itu sangat kurang. Jadi yang
mereka tahu hanyalah bagaimana cara untuk mendapatkan penghasilan agar
kebutuhannya dan keluarganya terpenuhi, tidak memikirkan bahwa hal yang
mereka lakukan secara tidak sengaja akan merugikan orang lain atau tidak.
Etos kerja petani karet Desa Purwoharjo dalam mengelola kebutuhan
keluarga mereka dirasa masih sangat kurang, karena beberapa petani masih ada
yang tidak jujur dalam membuat lateks (bekuan karet), untuk memperoleh hasil
timbangan yang memuaskan mereka melakukan kecurangan, seperti memasukka
tatal, pasir, daun-daunan. Meskipun tidak semua petani karet di Desa Purwoharjo
melakukan hal tersebut. Padahal menurut beberapa pengumpul karet yang penulis
wawancarai, hal tersebut adalah salah satu penyebab harga karet sering
mengalami penurunan, kerena umumnya para pengumpul karet di Desa
Purwoharjo menyetor kembali ke pedagang besar atau pabrik olahan karet
langsung, dan harga karet disesuaikan dari pabrik olahan karet tersebut. Semakin
keras lateks maka semakin baik pula kualitasnya karena kandungan airnya sedikit.
Sebaliknya jika lateks tersebut lembek maka kualitasnya kurang bagus, karena
mengandung banyak air. Kualitas karet yang tidak bagus juga memiliki
kandungan yang terdapat didalam karet seperti tatal, pasir, tanah, daun-daunan.57
Tentunya hal tersebut sangat merugikan para pengumpul karet jika terus
dilakukan oleh para petani, karena satu malam saja lateks-lateks tersebut tidak
disetorkan maka berat lateks tersebut mengalami penyusutan yang sangat drastis
dari timbangan awal. Misalnya, petani menjual latek tersebut kepada pengumpul
karet dengan berat 45 kg dan pada saat pengumpul karet menjual lateks tersebut
bersama dengan lateks-lateks yang sudah terkumpul dari para petani lainnya,
57 Sumber Wawancara, Bapak Saryono, Tengkulak Karet Desa Purwoharjo, 19 April
2019.
36
beratnya hanya 25 kg, jadi berat lateks menurun atau menyusut 29 kg.58 untuk
mendapatkan hasil yang baik atau bagus peteni karet harus mengetahui waktu dan
teknik menyadap karet yang tepat, yaitu sebagai berikut:59
1) Waktu Penyadapan
Pohon karet yang sudah dewasa dan siap untuk disadap adalah pohon yang
berumur 5-6 tahun dengan ukuran lingkar batang mencapai 45 cm dan
diukur pada bagian 100 cm di atas penyatuan okulasi. Hal itu dilakukan
untuk mencegah penyadapan yang terlalu dini dan berimbas pada
kurangnya volume lateks (getah karet) pada priode sadap selanjutnya.
Waktu yang baik untuk melakukan penyadapan adalah saat pukul 05:45,
penelitan menunjukkan bahwa penyadapan pada waktu itu mengeluarkan
lateks yang lebih banyak dibndingkan dengan waktu penyadapan yang
lain. Frekuensi penyadapan juga dibedakan berdasarkan umur setelah
dimulai penyadapan. Pada 2 tahun pertama penyadapan, sebaiknya
dilakukan penyadapan sebanyak 3 hari sekali. Pada tahun setelahnya, baru
bisa dilakukan penyadapan sebanyak 2 hari sekali.
2) Teknik Penyadapan
Menyadap adalah kegiatan melukai pembuluh lateks, maka dalam proses
penyadapan kita perlu sedikit berhati-hati agar pisau sadap tidak mengenai
kayu (xilem). Tanaman karet. Penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit
pohon karet sampai batas kambium (batas antara kulit pohon karet dengan
kayu). Cara penyadapan yang baik adalah mengiris dari bagian kiri atas ke
bawah kanan membentuk jalur aliran lateks dengan kemiringan sekitar 30
derajat. Penyadapan tidak dilakukan secara vertikal dari atas kebawah,
cara vertikal hanya akan menghasilkan lateks yang lebih sedikit karena
jalur irisan lebih pendek. Panjangnya lintasan irisan lateks juga hanya
setengah lingkarannya saja, tidak mengitari keseluruhan lingkaran.
Saat ini harga karet hnya kisaran Rp.6000 sampai Rp.7000 per
kilonya.60
Harga karet yang tergolong murah membuat para petani di Desa
Purwoharjo selalu memutar otak bagaimana caranya dengan harga karet yang
begitu murah tetapi tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Karena para
petani karet Desa Purwoharjo untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka
hanya mengandalkan dari hasil kebun karet mereka, belum lagi yang hanya
58 Sumber Wawancara, Bapak Narto, Tengkulak Karet Desa Purwoharjo, 20 April
2019. 59 Tumpal H dan Irwan Suhendry, Budi Daya & Teknologi Karet, (Jakarta; Niaga
Swadaya, 2013) 60
Sumber Wawancara, Ibu Muji Kustini, Petani Karet Desa Purwoharjo, 20 April
2019
37
memiliki lahan karet < 1.00 ha atau sebagai petani penggarap, ini sangat
menyulitkan bagi mereka. Itu sebabnya sebagian dari mereka masih melekukan
kecurangan-kecurangan dalam mereka bertani dan memeperoleh pendapatan.
Pendapatan petani karet setap minggunya cenderung tidak stabil
dikarenakan harga karet yang selalu naik turun. Dan antara petani satu dengan
petani lainnya juga berbeda pendapatan perminggunya tergantung pada luas lahan
yang dimiliki. Kemudian untuk petani penggarp mereka mendapat setangah
bagian dari sang pemilik kebun untuk hasil sadapan yang mereka sadap setiap
minggunya. Begitu pula dengan pengeluaran yang dikeluarkan para petani
berbeda-beda tergantung tinggkat konsumsi petani untuk kebutuhan pangan dan
non pangan. Sebagai seorang petani karet guna memenuhi kebutuhan hidup
keluarga mereka, tanpa memikirkan jika berlaku curang atau tidak jujur adalah hal
yang sangat tidak dibenarkan oleh ajaran Islam.
Tabel 4.1
Jumlah pendapatan petani karet Desa Purwoharjo
No Nama Status
Petani
Luas
Lahan
Pendapatan
Perminggu
Komulasi
Pendapatan
Perbulan
1 Badarudin Pemilik 1.5 Ha Rp. 800.000 Rp.3.200.000
2 Suheni Pemilik 1 Ha Rp. 550.000 Rp.2.200.000
3 Basuki Pemilik 1.5 Ha Rp. 800.000 Rp.3.200.000
4 Taryoko Pemilik 1.5 Ha Rp. 755.000 Rp.3.100.000
5 Tukijo Pemilik 1.5 Ha Rp. 750.000 Rp.3.000.000
6 Partiyah Pemilik 1 Ha Rp. 575.000 Rp.2.300.000
7 Sumarno Pemilik 1 Ha Rp. 500.000 Rp.2.00.0000
8 Sukiman Pemilik 1 Ha Rp. 600.000 Rp.2.400.000
9 Sumarjo Pemilik ⁄ Ha Rp. 400.000 Rp.1.600.000
10 Sanudin Pemilik ⁄ Ha Rp. 350.000 Rp.1.400.000
11 Karep Pemilik ⁄ Ha Rp. 300.000 Rp.1.200.000
12 Ngatiyem Pemilik ⁄ Ha Rp. 400.000 Rp.1.600.000
13 Suryadi Pemilik ⁄ Ha Rp. 280.000 Rp.1.120.000
14 Siti Pemilik 1 Ha Rp. 550.000 Rp.2.200.000
15 Partiyah Pemilik 1 Ha Rp. 600.000 Rp.2.400.000
16 Ngadimin Pemilik 1.5 Ha Rp. 800.000 Rp.3.200.000
17 Suladi Penggarap 1 Ha Rp. 375.000 Rp.1.500.000
18 Ngabadi Penggarap 1 Ha Rp. 250.000 Rp.1.000.000
38
19 Leo Penggarap 1.5 Ha Rp. 400.000 Rp.1.600.000
20 Sarno Penggarap 1.5 Ha Rp. 380.000 Rp.1.520.000
21 Sugeng Penggarap 1 Ha Rp. 300.000 Rp.1.200.000
22 Suwardi Penggarap 1 Ha Rp. 280.000 Rp.1.120.000
Sumber: Data Desa Purwoharjo 201861
Etos kerja yang datang dari Allah SWT inilah yang paling tepat dan
yang paling baik. Yang memberikan keterampilan dan pengaturan kepada
makhluk yang telah digariskannya merupakan pengaturan yang tepat dan benar.
Allah berfirman dalam Al-Qur‟an sebagai pandangan asasi bagi orang yang
beriman dalam Q.S Al-An‟am : 71 yang berbunyi:
Artinya: "Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah,
sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan
tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita
akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita,
seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang
menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang
memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): "Marilah
ikuti kami." Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang
sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada
Tuhan semesta alam.62
Dalam ayat tersebut mengandung makna bahwa orang-orang yang
berfikir secara wajar, tentun dapat membeda-bedakan mana yang baik mana yang
buruk , serta mana yang benar mana yang salah. Karena tidak dapat diragukan
lagi, bahwa menghambakan diri kepada zat yang dapat diharapkan manfaatnya
61
Data Desa Purwoharjo,2018 62 Tim penerjemah dan penafsiran Al-qur‟an dan, (Bandung: Jumanatul „Al-Art (J-
ART), 2004)
39
dan ditakuti siksanya, lebih utama dan lebih baik dari pada menghambakan diri
kepada sesuatu yang bergelimang tak dapat diharapkan sesuatu apapun darinya.
Setelah penulis melakukan penelitian mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan pembahasan skripsi ini, baik secara secara teori yang
berdasarkan litelatur-litelatur maupun hasil penelitian tentang “Analisis Etos
Kerja Islam Peteni Karet Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Di Desa
Purwoharjo Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo” maka selanjutnya
peneliti akan menganalisis data tersebut.
A. Etos Kerja Petani Karet Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
Bekerja atau berusaha adalah suatu kewajiban setiap muslim yang yang
mampu bekerja, dan harus bekera karena hal itu adalah tanggung jawab moral
setiap masyarakat, keluarga dan dirinya sendiri. Mengenai hal tersebut Allah
dalam firmannya Q.S Ar-Ra‟ad 13:11 yaitu:
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia.63
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT tidak menghendaki
hambanya hanya berdoa saja tanpa berusaha. Manusia diharuskan mempunyai
semangat tinggi untuk selalu bergerak maju ke arah yang lebih baik, karena Islam
tidak suka sifat malas dan miskin, karena miskin mendekatkan pada kekufuran.
Setelah hasil wawancara diadakan pengolahan maka langkah
selanjutnya penulis akan mengintrepertasikan hasil jawaban sesuai dengan
item-item wawancara yang telah diajukan kepada para responden petani karet
63
Tim penerjemah dan penafsiran Al-qur‟an dan, (Bandung: Jumanatul „Al-Art (J-
ART), 2004)
40
Desa Purwoharjo serta diambil kesimpulan. Hasil wawancara tersebut sebagai
berikut:
1. Etos Kerja Islam
a. Bekerja keras
Etos kerja dalam Islam yang pertama yaitu mereka para petani
karet harus bekerja keras. Bekerja penuh dengan kegigihan atau bekerja
keras merupakan suatu keharusan dalam bekerja yang mendorong umat
Islam memiliki etos kerja yang tinggi. Manusia sebagai khalifah dimuka
bumi adalah selain melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, manusia
dituntut untuk bekerja dengan giat untuk memenuhi kebutuhan hidup
pribadi maupun keluarganya.64 Bentuk pelaksanaan kerja keras petani
tersebut adalah pemanfaat waktu secara seoptimal mungkin, jam kerja
normal yaitu 8 jam/hari.65 Pertanyaan yang tertera dalam wawancara tentang
bekerja keras:
1. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari responden
menghasilkan bahwa responden yang mengerti tentang etos kerja hanya
memperoleh 3 orang dan yang menjawab Tidak sebanyak 19 orang.
2. Berdasarkan pertanyaan wawancara mengenai dari jam berapa mulai
bekerja dan proses apa saja yang petani lakukan saat menyadap karet
hingga selesai dapat dilakukan bahwa yang menjawab mulai dari pagi
setelah subuh sekitar pukul 05:00-09:00 adalah 9 responden yang
menjawab mereka bekerja kurang dari jam tersebut atau mereka bekerja
tidak pada jam tersebut dalam artian bekerja semau mereka sebanyak 13
responden.
Bentuk pelaksanaan kerja keras petani tersebut adalah pemanfaatan
waktu seoptimal mungkin, jam kerja normal yaitu 8 jam/hari.66
Sedangkan hasil wawancara dari item pertanyaan diatas bahwa mayoritas
64 Mohammad Irham, Etos Kerja Dalam Perfektif Islam, (Jurnal Subtansial, Vol. 14,
No. 1, April 2012)Hlm 30 65 Undang-Undang RI, Tentang Ketenaga Kerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 77 66 Undang-Undang RI, Tentang Ketenaga Kerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 77
41
responden yaitu petani karet Desa Purwoharjo belum mengerti apa itu
yang dimaksud dengan etod kerja Islam. Dan masih banyak petani karet
yang bekerja kurang dari 8 jam/ hari.
Jadi dari wawncara tentang item pertanyaan mengenai bekerja
keras adalah bahwa responden yaitu petani karet Desa Purwoharjo masih
belum mencerminkan indikator bekerja keras yang sesungguhnya.
Karena jika dilihat dari presentasinya, masing-masing item pertanyaan
menunjukan bahwa 86,36% responden tidak mengetahui apa itu yang
dimaksud dengan etos kerja dan 59,09% responden termasuk dalam
kategori yang jam kerjanya kurang dari 8 jam/hari, berarti petani karet
Desa Purwoharjo belum bisa dikatakan sebagai petani karet dalam
kategori bekerja keras. Karena seharusnya yang dikatakan seseorang itu
dalam kategori bekerja keras. Karena seharusnya yang dikatakan
seseorang itu dikategorikan bekerja keras yaitu mereka yang bekerja 8
jam/ hari atau lebih.
b. Jujur
Etos kerja dalam Islam yang kedua para petani karet harus jujur dalam
bekerja. Jujur merupakan sikap siddiq yakni benar dalam berkata dan
berbuat sesuatu, mengakui kekurangan serta menjauhi berbuat bohong atau
menipu.67
Pertanyaan yang tertera dalam wawancara tentang jujur yaitu:
1. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa pertanyaan kepada
responden tetntang kejujuran dalam bekerja ini adalah penting, karena
terbukti yang menjawab penting sebanyak 22 responden tidak ada yang
menjawab bahwa kejujuran dalam bekerja itu tidak penting.
2. Hanya 7 responden yang menjawab Ya, itu artinya banyak dari
responden yang menjawab Tidak yaitu sebanyak 15 responden yang
67 Astrid Fitria, Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Sikap Akuntan Dalam
Perubahan Organisasi dengan Komitmen Organisasi Sebagai Intervening, (Jurnal Maksi,
Vol 3Agustus 2012), hlm.19
42
masih memasukkan bahan-bahan yang sebenarnya dilarang untuk
dimasukkan kedalam bekuan karet yang siap dijual (lateks).
3. Dari pertanyaan ini diperoleh jawaban bahwa semua responden yang
menjawab Ya 0 artinya seluruh responden yang menjawab tidak 22
orang.
c. Motivasi
Etos kerja dalam islam yang ketiga yaitu mereka para petani karet
harus mempunyi motivasi untuk bekerja. Motivasi yaitu adanya dorongan
dari dalam diri untuk mandiri dan mengenbangkan usaha yang dijalani.
Menjadikan diri sebagai sosok yang yang menginginkan petubahan. Serta
memiliki keperibadian yang kuat sehingga tidak goyah dengan pengaruh
negatif. Pengukuran motivasi didasarkan atas dua komponen yang
membentuknya yaitu: Motifasi dan mengharapan.68 Pertanyaan yang
tertera dalam wawncara tentang motivasi yaitu:
1. Dari pertanyaan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa responden
menjadikan keluarga sebagai motivasi mereka untuk bekerja agar
terpenuhinya kebutuhan keluarga mereka, hal ini dapat dibuktikan dari
responden yang menjawab Ya adalah 18 responden, dan yang menjawab
Tidak sebanyak 4 responden.
2. Dari pertanyaan tersebut secara garis besar menjawab Ya yaitu 22 orang
responden dan 0 untuk menjawab Tidak. Jadi responden
menggantungkan harapan besar untuk masa depan keluarga terutama
untuk pendidikan anak, itulah yang menjadikan motivasi untuk mereka.
d. Hemat
Etos kerja dalam Islam yang ke empat adalah mereka para petani
karet harus harus bersikap gemat. Hidup hemat atau menghindari berbuat
68
Vicky R.B Moniaga, Hubungan Antar Etos Kerja, Motivasi, Sikap dan
Produktifitas Usaha Tani, (Jurnal: Minahasa, 2012), hlm. 48
43
boros adalah menggunakan sesuatu dengan cermat dan hati-hati. Karena
pemborosan adalah diantara sifat tercela yang harus dihindari, karekteria
boros disini meryjuk pada pembelanjaan harta yang melebihi kebutuhan
atau membeli barang yang manfaatnya yang rendah serta membelanjakan
harta yang tidak pada tempatnya, bukan cerminan adanya etos kerja yang
tinggi. Adapun indikator dari hidup hemat yaitu dengan menentukan atau
membuat skala prioritas kebutuhan. Pertanyaan yang berkaitan dengan
wawancara tentang hemat yaitu:
1. Dari pertanyaan tersebut responden yang menjawab selalu
membelanjakan hasil pendapatan keluarganya untuk keinginan
terlebih dahulu 12 responden, sedangkan yang menjawab
mendahulukan kebutuhan dalah 10 responden.
2. Dari pertanyaan diatas masih banyak petani yang menjawab Ya
dibandingkan mereka yang menjawab tidak, yaitu sebesar 6 responden
yang menjawab Ya, dan 16 responden yang menjawab Tidak.
Adapun indikator dari hidup hemat yaitu dengan menentukan atau
skala prioritas kebutuhan. Sedangkan hasil wawancar penulis bertentangan
dengan teori tersebut, karena 12 responden memilih mendahulukan apa
yang mereka inginkan dibandingkan dengan apa yang mereka butuhkan
saat membelanjakan hasil pendapatan mereka sebagai seorang petani karet.
Maka efeknya hanya 6 responden yang bisa menyisihkan atau menabung
sedikit dari hasil pendapatannya sebagai seorang petani tersebut untuk
keperluan masa yamg akan datang.
Jadi, petani karet Desa Purwoharjo termasuk boros dalam
menggunakan atau membelanjakan hasil dari pendapatan keluarga mereka.
Karena petani karet desa Purwoharjo masih mendahulukan keinginan dari
pada yang dibutuhkan, dan oleh kerena itu mereka tidak bisa menyisihkan
sedikit dari hasil pendapatannya. Karena seharusnya petani karet Desa
Purwoharjo harus hidup hemat yaitu dengan menentukan atau membuat
44
skala prioritas kebutuhan agar bisa menyisihkan sedikit dari penghasilan
mereka.
Islam merupakan agama yang sempurna mengatur semua aspek
kehidupan yang berlandaskan pada Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Salah
satunya adalah mengenai etos kerja, etos kerja dalam islam adalah hasil
kepercayaan seorang muslim bahwa kerja memiliki kaitan dengan tujuan
hidup, yakni memperoleh keridhoan Allah SWT. Ini adalah implementasoi
dari kenyataan bahwa Islam adalah adalah aama amal atau kerja yang
mengajarkan orientasi kerja (achaevement orientation). Islam
menghendaki setiap individu hidup ditengah masyarakat secara layak
sebagai manusia, paling tidak ia dapat memenuhi kebutuhan pokok
keluarganya berupa berupa sandang, pangan dan papan, mmperoleh rasa
aman dilingkungan masyarakat, atau membina rumah tangga dengan bekal
yang cukup. Tuntutan ajaran Islam bagi kaum muslim seperti itu, jika
dijalankan dan dijadikan pegangan sepenuhnya, tentu akan melahirkan
kualitas kerja yang tinggi.69 Artinya bagi setiap anggota keluarga petani
karet ini maupun setiap orang harus tersedia tingkat kehidupannya sesuai
dengan kondisinya, sehingga mampu melaksanakan berbagai kewajiban
yang dibenbankan oleh Allah SWT, serta berbagai tugas lainnya. Untuk
memwujudkan hal itu Islam mengajarkan bahwa setiap orang dituntut
bekerja atau berusaha dan menfaatkan rezeki pemberia dari Alllah SWT
sebaik-baiknya. Bahwa ketakwaan dan kesalehan dalam menganut ajaran
Islam secara kaffah dalam kondisi tertentu akan mendomisikan pemeluk
ajaran agama Islam dalam melakukan kegiatan duniawi. Sebab itu etos
kerja para petani karet diharuskan dapat berusaha untuk bekerja dengan
penuh semangat, jujur dan mempunyai motivasi, hemat dan tangguh guna
mencapai tujuan mereka yaitu memnuhi kebutuhan hidup keluarga, serta
dapat memanfaatkan rezeki yang didapat dari kerja kerasnya sebagi petani
karet.
69
Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Membangun Etos Kerja & Logika Berpikir
Islam,(Malang: UIN Malang,2009), hlm.2
45
e. Tangguh
Etos kerja dalam Islam yang kelima yaitu mereka para petani karet
harus bersifat tangguh dalam keadaan apapun. Indikator eros kerja dalam
Islam terletak pada muslim yang tangguh, tahan uji dan tidak lemah.
Orang seperti ini akan bekerja sekuat tenaga sebelum akhirnya
mengenbalikan semua ikhtiarnya kepada Allah SWT. Ketangguhan
seorang petani karet dapat diketahui dari kekuatan secara fisik, dan
hambatan-hambatan apa yang membuat petani karet menurun seperti
pengaruh iklim dan harga karet itu sendiri.70 Pertanyaan yang tertera dalam
wawancara tentang tangguh yaitu:
1. Dari pertanyaan wawancara tersebut 9 orang yang menjawab Ya dan 13
orang menjawab Tidak untuk menyadap karet saat hujan dan musim
gugur.
2. Dari pertanyaan yang tersebut dapat diketahui bahwa mengeni
murahnya harga karet saat ini, 12 orang menjawab bahwa hal tersebut
mempengaruhi semangat kerja mereka, dan 10 orang mejawab tidak
mempengaruhi semangat kerja.
Ketangguhan seorang petani karet dapat diketahui dari kekuatan mereka
secara fisik, dan hambatan-hambatan yang apa yang membuat petani
karet menurun seperti pengaruh iklim dan harga karet itu sediri. Benar
bahwa pengaruh iklim dan harga mempengaruhi semangat kerja petani
karet seperti saat hujan atau saat pohon karet gugur 13 orang tidak
melakukan kegiatan menyadap karet, dan mengenai harga karet yang
turun seperti saat ini 12 orang petani menjadi bermalas-malasan
menyadap karet, dan beberapa petani menebas habis pohon karet dan
beralih menjadi petani sawit dan menanam sayuran,
Jadi para petani karet Desa Purwoharjo belum memiliki sikap
tangguh seperti apa yang dimaksud oleh peneliti. Karena jika
dibandingkan dengan teori yang sudah tertera diatas, seharusnya petani
karet Desa Purwoharjo tetap semangat dalam bekerja sebagai petani
70
Vicky R.B Moniaga, Hubungan Antara Etos Kerja, Mtivasi, Sikap Dan
Produktifitas Usaha Tani, (Jurnal: Minahasa, 2012), hlm. 48
46
karet walau dalam keadaan apapun, seperti pengaruh iklim dan harga
karet yang tidak stabil dan selalu mengalami naik turun.
2. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
a. Tingkat Pendapatan Keluarga
Pemenuhan kebutuhan keluarga yaitu dapat diukur dari indiktor
yang pertama adalah tingkat pendapatan keluarga. Pendapatan seseorang
seseorang terdiri dari penghasilan gaji/upah , bunga sewa, deviden,
keuntungan merupakan arus uang yang diukur dalam satu jangka waktu,
umpamanya seminggu, sebulan atau setahun.71 Pertanyaan yang tertera
dalam wawancara tentang tingkat pendapatan yaitu:
1. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan diketahui bahwa pertanyaan
wawancara tentang luas lahan dan sistem kerja menentukan hasil
pendapatan adalah 22 responden menjawab Ya, dan 0 menjawab Tidak.
2. Dari pertanyaan di atas bahwa, apakah pendapatan petani karet dengan
luas lahan yang sama tidak menjamin pendapatan yang sama di setiap
minggunya, terdapat 14 responden yang menjawab Ya dan 8 responden
menjawab Tidak.
Jadi dari data yang didapatkan dari hasil wawancara yang penulis
lakukan kepada petani karet Desa Purwoharjo, ada beberapa perbedaan
antara petani karet, hal tersebut terjadi terjadi karena adanya beberapa
perbedaan system dalam bekerja, luas lahan, perawatan kebun, dan lain-
lain. Tergantung dari beberapa besar dan bagaimana cara atau usaha
petani karet untuk memperoleh hasil dari setiap pekerjaan. Dapat
dibuktikan dari hasil pertanyaan wawancara 22 responden menjawab luas
lahan dan sistem bekerja menentukan hasil pendapatan, dan responden
yang menjawab pendapatan petani karet dengan luas lahan yang sama
tidak menjamin seorang petani itu memiliki pendapatan yang sama
disetiap minggunya sebanyak 14 responden.
71
Khadariyah, Analisis Pendapatan Nasional, (Jakarta Bina Aksara, 1998), hlm. 26
47
b. Komposisi Pengeluaran
Pemenuhan kebutuhan keluarga dapat diukur dari indikator yang
ke dua yaitu adalah komposisi pengeluaran. Pengeluaran rumah tangga
yaitu seluruh biaya pengeluaran yang dikeluarkan oleh seluruh anggota
rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran pangan dan non pangan.72
Pertanyaan yang tertera dalam wawancara tentang komposisi pengeluaran
yaitu:
1. Dari wawancara yang dilakukan penulis mengenai apakah pengeluaran
lebih besar dari pendapatan adalah 12 responden menjawab Ya, sedangkan
10 responden menjawab Tidak.
2. Dari pertanyaan tersebut mengenai seluruh pendapatan responden
dikeluarkan untuk keperluan pangan dan non pangan adalah 22 responden
menjawab Ya dan 0 responen menjawab Tidak.
Pengeluaran rumah tangga adalah seluruh biaya pengeluaran yang
dikeluarkan oleh seluruh anggota rumah tangga yang terdiri dari
pengeluran pangan dan non pangan. Komposisi pengeluaran para petani
karet Desa Purwoharjo setiap bulannya dialokasikan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup keluarganya, seperti makan 3 kali sehari, pendidikan
anak, listrik, pembelian sandang, biaya pengobatan, rekreasi dan keutuhan
lainya. Sebagian besar para petani memiliki jumlah pengeluaran yang lebih
besar ketimbangan dari pendapatanya, sehingga hal ini para petani karet
tidak memiliki peluang untuk menabung.
c. Tingkat Pendidikan
Pemenuhan kebutuhan keluarga yaitu dapat diukur dari dari
indikator yang ketiga yaitu dari segi tinggkat pendidikan pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memeliki kekuatan spritual keagamaan,
72
Agustina Arida, Analisis Ketahan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Proporisi
Pengeluaran Pangan Dan Konsumsi Energi, (Jurnal, Agrisep Vol 16 No,1, Aceh, 2015),
hlm, 5
48
pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang dimilki dirinya, masyarakat bangsa dan negara.73
Pertanyaan yang tertera dari wawancara yang penulis lakukan adalah
sebagai berikut:
1. Dari wawancara yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa pertanyaan
mengenai apakah anak usia 6-17 tahun semua bersekolah atau tidak, 14
responden menjawab Ya sedangkan 8 responden menjawab Tidak karena
anak mereka ada yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
2. Dari pertanyaan yang penulis lakukan, seluruh responden menjawab
ingin menyekolahkan anaknya lebih tinggi dari pada pendidikan orang
tuannya.
Jadi dari data yang didapatkan melalui wawancara kepada kepala
Desa Purwoharjo didapatkan bahwa pendidikan mereka paling tinggi
adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, dan sebagian
besar dari mereka hanya lulusan Sekolah Dasar (SD), namun semua
anggota keluarga petani karet yang berusia 6-17 tahun bersekolah, para
petani mempunyai harapan tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya
lebih tinggi dari pendidikan mereka.74
Tabel 4.2
Data Tingkat Pendidikan Petani Karet Desa Purwoharjo
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SD 192
2 SMP 103
3 SMA 96
Sumber: Data Desa Purwoharjo 201875
d. Tingkat Kesehatan
73 UU RI NO. 20 Ayat 1 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Dan
Penjelasannya 74 Sumber Wawancara, Bapak Musaidi, Kepala Desa Purwoharjo, 20 April 2019
75 Data Desa Purwoharj, 2018
49
Pemenuhan kebutuhan keluarga yaitu dapat diukur dari
indikator yang keempat yaitu kesehatan tingkat kesehatan adalah tinggi
atau rendahnya angka kesehatan disuatu lingkungan.76 Pertanyaan yang
tertera tingakat kesehatan yaitu:
Dari hasil wawancara yang penukis lakukan menegai apakah responden
menggunakan layanan kesehatan untuk pemenuhankebutuhan kesehatannya
adalah 17 responden menjawab Ya, sedangkan 5 respionden menjawab Tidak.
Jadi wawncara yang dilakukan peneliti kepada petani karet Desa
Purwoharjo, para petani karet dalam kondisi yang sehat saat mereka bekerja,
dan 17 responden telah menggunakan layanan medis untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan mereka.
Dalam ekonomi Islam pemenuhan kebutuhan keluarga dapat dilihat
dari teori skala prioritas dan kemaslahatan yang berkaitan dengan tanggung
jawab dalam keluarga. Masalah adalah kepemilikan atau kekuatan barang
dan jasa yang mengandung elemen-elemen dasar dan tujuan hidup umat
manusia didunia dan diakhirat. Dan dalam ekonomi Islam terpenuhinya
kebutuhan hidup yaitu terhindar dari kelaparan, dahaga, penyakit, dan
kebodohan, rasa takut terhadap penindasan lingkungan dan masa depan diri.
Hal ini sesuai dengan kesahteraan surgawi yang dapat dilukiskan antara lain
dalam peringatan Allah SWT kepada Adam, terdapat pada Al-Qur‟an surat
Al Jumu‟ah ayat 9-10:
76
Sriyono, Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pemahaman Masyarakat Tentang
Ikan Berformalin Terhadap Kesehatan Masyarakat, (Jurnal, Volume 8, No.1,
Jakarta,2015)hlm, 30
50
Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.77
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa panggilan untuk shalat jum‟at sangat tegas, bahkan seorang yang sedang
berniagapun harus menghentikan aktifitas berniaganya. Al-Qur‟an secara tegas
memberikan dorongan umat islam agar memiliki etos kerja yang tinggi, untuk
tampil sebagai pekerja keras dan berprestasi untuk menggapai keberuntungan
hidup, tidaklah hanya cukup tenggelam dalam masalah ritual formal. Tetapi
hendaknya dimanifestasikan dalam ibadah aktual.
Kemudian seseorang manusia akan bergantung apa yang akan dilakukan.
Ajaran inilah yang diterapkan oleh Islam, esensi ajaran tersebut menurut ulama
dan cendikiawan mengandung makna bahwa pandangan hidup seorang muslim
haruslah menjadi Islam sebagai sistem hidup yang mengatur semua sisi
kehidupan manusia, yang menjajjikan keselamatan didunia atau diakhirat.78
77
Tim penerjemah dan penafsiran Al-qur‟an dan, (Bandung: Jumanatul „Al-Art (J-
ART), 2004)
78 Alwi Shihab, Islam Inkusif: Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama, (Bandung:
Mizan, 1997), hlm. 172
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dan analisis data maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa etos kerja Islam adalah mereka yang bekerja keras, jujur memiliki
motivasi, hemat dan tangguh. Sedangkan petani karet Desa Purwoharjo
tidak bisa dikatakan sebagai pekerja keras, karena sebagian responden yang
terdiri dari 22, 13 responden menjawab tidak melakukan pekerjaan
menyadap karet. 15 dari responden tidak memiliki sikap jujur, 18
responden memiliki motivasi untuk bekerja guna untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya,12 dari mereka tidak memiliki sikap hemat 13
responden tidak memiliki sikap yang tangguh seperti yang dimaksud oleh
penulis. Etos kerja petani karet mempengaruhi hasil pendapatan mereka dan
juga mempengaruhi usaha mereka untuk meningkatkan pemenuhan
kebutuhan keluarga mereka.
2. Pemenuhan kebutuhan keluarga yaitu bisa dilihat dari tingkat pendapatan
keluarga, komposisi pengeluaran, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan,
kondisi perumahan. Pemenuhan kebutuhan keluarga petani karet Desa
Purwoharjo yaitu dari tingkat pendapatn keluarga, luas lahan dan sistem
bekerja menentukan hasil pendapatan. Komposisi pengeluaran petani karet
lebih besar dari pada pendapatan. Untuk tingkat pendidikan petani karet
sebagian besar hanya lulusa SD tetapi untuk anak usia 6-17 tahun masih
bersekolah bahkan orag tua menginginkan pendidikan anaknya lebih tinggi
dibandingkan dengan pendidikan orang tuanya.
52
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, sebagi usaha
meningkatkan pemenuhan kebutuhan keluarga petani karet. Adapun saran-
saran yang dapat menjadi pertimbangan baik bagi petani maupun pelaku usaha
lainya adalah sebagai berikut:
1. Kepada para petani karet dan pelaku usaha lainya yang selama ini telah
mengaplikasikan etos kerja yang sesuai dengan syariat Islam agar tetap
diperbaiki dan ditingkatkan.
2. Kepada para petani karet maupun para usaha lainnya yang belum sesuai
dengan cerminan nilai-nilai etos kerja muslim agar dapat memperbaiki
system kerjanya agar tidak merugikan orang lain. Karena apa yang
diusahakan dan diperbuat akan mempengaruhi hasilnya.
53
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Al-qur‟an dan Terjemahnya, Bandung: Jumanatul „Al-Art (J-ART), 2004
A.J Asifudin, Etos Kerja Islam, (Surakarta: Muhammadiyah University Press
2004)
Ajat Sudrajad, Etika Protestan dan Kapitalisme Barat Relevansinya Dengan
Islam Indonesi, (Bandung: PT. Remaja Putra 2010)
Alwi Shihab, Islam Inkusif: Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama,
(Bandung: Mizan, 1997)
Dedy mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung;PT. Remaja
Rosdakarya 2004)
Hafhidhudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (
Jakarta: Gema Insani, 2003)
Hasan Aedi, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, (Bandung, Alfabet, 2011)
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung;PT.Remaja Putra
2009)
M . Yusuf Yusanto, Peran Nilai Dan Moral Dalam Perekonomian Islam,
(Jakarta: Robbani, 2001)
Mubyanto,dkk, Etos Kerja dan Kohesi Sosial (Yogyakarta: Aditya
Media,1993).
Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kualitatif,
(Jakatra; Raja Grafindo Persada, 2004)
Musa Asy‟ari, Etos Kerja Islam & Pemberdayaan Umat, (Yogyakarata:
Lesfi, 1997)
Mustafa Edwin, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,
2012)
Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta;PT. Rafindo Persada 1997)
Sugiyono, Metode penelitian Kualitatif, kuantitatif dan R & D (Bandung
alfabet, 2017)
54
Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja Dan Pembangunan Ekonomi, (Jakarta:
LP3ES, 1979)
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islam, (Jakarta: Gema Insani,
2002)
Tumpal H dan Irwan Suhendry, Budi Daya & Teknologi Karet,
(Jakarta; Niaga Swadaya, 2013)
Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian
Islam,(Jakarta:Robbani, 2001)
JURNAL/SKRIPSI
Agustina Arida, Analisis Ketahan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan
Proporisi Pengeluaran Pangan Dan Konsumsi Energi, (Jurnal,
Agrisep Vol 16 No,1, Aceh, 2015)
Astri Fitria, Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Sikp Akuntan Dalam
Perubahan Organisasi Dengan Komitmen Organisasi Sebagi
Intervening, (Jurnal Maksi, Vo 3 Agustus 2012)
Choiriyati, Isny, Pengaruh Motivasi dan Etos Kerja Islam Terhadap Kinerja
Karyawan Studi Kasus Pada Karyawan KJKS BMT Fastabiq di
Pati(skripsi) (2014), IAIN Walisongo
Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Membangun Etos Kerja & Logika Berpikir
Islam,(Malang: UIN Malang,2009)
J. Harsono dan Santoso, Etos Kerja Pengusaha Muslim Perkotaan di Kota
Ponorogo, (Jurnal: Penelitian Humaniora)
Khuzriyah, Etos Kerja Pedagang Sembako Muslim Pasar Beringharjo
Yogyakart,. Skripsi, 2014, UIN Sunan kalijaga Yogyakarta
Mohammad Irham, Etos Kerja Dalam Perfektif Islam, (Jurnal Subtansial,
Vol. 14, No. 1, April 2012)
Nofi Mujharotun, Islam Dan Etos Kerja Petani Desa Agrosari Sedayu
Yogyakarta Terhadap Kelompok Agribisnis Jamur Tiram (AJT)
skripsi, 2016, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
OE. Koswara, Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan Bagi Orang
Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan
SMA, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009)
55
Sadatun Ni‟mah, Etos Kerja Berbasis Aspek Keagamaan Dan Praktek
Pertaniaan Tradisional Studi Masyarakat Agraris Kebon Blora Jawa
Tengah, skripsi, (2016), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Sriyono, Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pemahaman Masyarakat
Tentang Ikan Berformalin Terhadap Kesehatan Masyarakat, (Jurnal,
Volume 8, No.1, Jakarta,2015)
Tantri Ruswati, Bentuk Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Oleh Wanita
Pekerja Pembuat Bulu Mata Palsu, skripsi, (2018), IAIN Purwokerto.
Vicky R.B Moniaga, Hubungan Antar Etos Kerja, Motivasi, Sikap dan
Produktifitas Usaha Tani, (Jurnal: Minahasa, 2012)
Yendri Nazahar (2011). Analisis Etos Kerja Pegawai Negri Sipil Pada
Kantor Camat Kampar Kabupaten Kampar, Skripsi, (2011), UIN
Sultan Syarif Kasim Riau.
2
3
4
5