Upload
habao
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS ETOS KERJA PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR
MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starta Satu (S.1)
Dalam Ilmu Syari’ah Jurusan Ekonomi Islam (EI)
Oleh:
JANUARY FILASUFAH
062411048
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
Ali Murtadho, M.Ag.
Jl. Taman Karonsih IV/1 181
Ngaliyan Semarang
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks.
Hal : Naskah Skripsi
An. Sdr. January Filasufah
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini
saya kirim naskah skripsi Saudara:
Nama : January Filasufah
Nomor Induk : 062411048
Judul : ANALISIS ETOS KERJA PEDAGANG MUSLIM DI
SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK
SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera
dimunaqosyahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Semarang, 9 Juni 2011
Pembimbing I Pembimbing II
DR. Ali Murtadho, M.Ag. Johan Arifin, S.Ag. MM NIP.19710830 199803 1 003 NIP.19710908 200212 1 001
iii
n
iv
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak ber isi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 09 Juni 2011 Deklarator,
January Filasufah 062411048
v
MOTTO
Wahai Tuhan Kami, Berikanlah Kepada Kami Kebaikan Di Dunia Dan Kebaikan Pula Di Akhirat,
Dan Jagalah Kami Dari Siksa Neraka
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etos kerja pedagang muslim di sekitar Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak dalam mengelola usahanya dan bagaimana dampak etos kerja terhadap tingkat kesejahteraan pedagang muslim di sekitar Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak.
Dalam Islam, seorang muslim adalah seorang pekerja. Etos kerja muslim adalah sebagai sikap keyakinan yang mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya,tetapi suatu manifestasi dari amal sholeh. Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk berupaya menyeimbangkan kesejahteraan antara dunia dan akherat.
Seorang muslim yang bekerja karena ibadah kepada Allah, hendaklah ia bersungguh-sungguh tidak melupakan hak Allah dan tidak menyimpang dari peraturan-peraturan yang baik. Dengan bekal agama yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari diharapkan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an. Indikator yang diterangkan dalam Al-Qur’an ada tiga, yaitu menyembah Tuhan (pemilik) Ka’bah, menghilangkan lapar, dan menghilangkan rasa takut. Kemudian di perinci dalam UU No 6 tahun 1974.
Untuk mencapai kesejahteraan, bisa dilakukan dengan cara mengukur kesejahteraan melalui pendekatan konsumsi, manusia sudah berupaya melakukan secara individu atau kelompok. Kesejahteraan yang bersifat lahir biasanya dikenal dengan kesejahteraan ekonomi lebih mudah dari pada kesejahteraan batin.
Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Alasannya dipilih penelitian kualitatif ini, karena peneliti ingin memperoleh deskripsi secara langsung berhubungan dengan masyarakat ekonomi mikro terhadap tingkat kesejahteraan yang mereka rasakan melalui bekerja keras dan dengan etos kerja yang tinggi.
Hasil penelitian menyatakan adanya pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Pedagang. Dimana pemenuhan kebutuhan hidup yang bersifat primer atau pokok mampu tercukupi dan dirasakan mengalami peningkatan, Dengan mengandalkan pendapatan yang diperoleh sebagai pedagang dapat mencukupi kebutuhan primer. Peningkatan dengan memiliki kios dengan berbagai macam barang yang dijual, pendapatannya bisa menyekolahkan anak anak hingga Perguruan Tinggi dan bisa menunaikan ibadah Haji serta bisa mengeluarkan zakat maal tiap tahun.
Jadi kehidupan seorang muslim, harus dilandasi etos kerja Islami yang merupakan masalah urgen. Dengan mengaktualisasikann ajaran agama Islam diharapkan menjadi etos kerja islami sehingga dengan modal ini masyarakat Muslim mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya baik dunia maupun akherat.
Kata Kunci : Etos kerja Islami, Tingkat Kesejahteraan, Pedagang, Makam Sunan Kalijaga.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Ayahku yang paling saya hormati Ibu tercinta yang selalu sayang kepadaku, dan Almamaterku tercinta IAIN Walisongo Semarang
viii
KATA PENGANTAR
Sujud syukur kami rungkukkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Mengetahui, Maha Adil, lagi Maha Penyayang berkat limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya. Sehinga kami dapat menyelesaikan penulisan skripsi guna
melengkapi persyaratan menyelesaikan studi di Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo. Shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah memberikan pegangan hidup bagi setiap makhluk untuk sadar dengan
ketidak sempurnaannya, dan berusaha untuk berbuat baik bagi masyarakat.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir.
Bukan tanpa aral rintangan, banyak proses yang harus dilewati, banyak pula
pihak yang turut membantu kelancaran penulisan skripsi ini, kami telah berusaha
dengan segala daya dan upaya guna meyelesaikannya. Namun tanpa bantuan dari
berbagai pihak lain yang dengan keihlasan hati tentunya karya ini tidak mungkin
dapat terwujud. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada
mereka yang telah banyak memberi sumbangan kepada penulis dalam rangka
menyelesaikan karya ini, mereka adalah :
1. Bapak Prof. DR. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo
Semarang beserta staf-stafnya.
2. Bapak DR. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang.
3. Bapak DR. Ali Murtadlo, M. Ag. Selaku ketua Jurusan Ekonomi Islam yang
telah memberikan ijin dan arahan dalam penyusunan skripsi ini, dan juga
menjadi Dosen pembimbing I yang selalu memberikan petunjuk dan
ix
membimbing penulis hingga terselesainya skripsi ini.
4. Dosen pembimbing II Johan Arifin, S.Ag. MM. Yang selalu memberikan
motifasi kepada mahasiswanya serta telah memberikan bimbingan yang
sangat berharga bagi penulis.
5. Bapak H. Muchamad Fauzi, SE. MM, terimakasih atas pencerahan yang
diberikan kepada peneliti, telah banyak waktu yang di luangkan serta
mendampingi saat berdiskusi tentang pendalaman skripsi.
6. Bapak Rahman El Yunusi, S.E., M.M. yang sabar dan penuh ketulusan dalam
meletakkan dasar pengetahuan dan memberi nasehat yang sangat bermanfaat
pagi peneliti.
7. Keluarga kami di rumah, bapak, ibu serta saudara-saudara kami terutama ibu
dengan kasih sayang dan kesabaran selalu mendoakan, mendampingi dan
merestui kami serta teman-teman mahasiswa dan aktivis kampus yang telah
sudi diskusi bareng dengan peneliti. Dan pihak-pihak yang telah membantu
terselesainya laporan.
8. Buat Keluarga besar pak de dan bude yang selama 5 tahun ini telah
memberikan kasih sayang dan perhatian karena kami diberikan tempat tinggal
di rumah beliau dari awal pertama masuk kuliah sampai terakhir.
9. Teman-teman EIB 2006 yang telah berjuang bareng dalam menanamkan
pengetahuan ke dalam diri kita mengenai ekonomi Islam dan berusaha
mewujudkannnya dalam prilaku. Teruslah berjuang untuk membumikan
ekonomi Islam.
10. Sahabat baikku ( Oriz, Fida, Anis ) suka duka kita jalani bersama, walau
x
banyak cobaan yang harus dilalui kita tetap semangat demi masa depan. Dan
lima tahun kita lalui bersama menjalani kuliah, senang duka, tawa dan marah
kita jalani bersama. Pererat hubungan ini sampai kapanpun.
Tiada manusia yang sempurna, jauh sebelumnya kami meminta maaf setulus
hati kepada semua pihak yang telah kami sebutkan di atas maupun yang tidak
tersebut. sebelum kesalahan kami terkoreksi, kritik yang arif serta saran yang
konstruktif sangat peneliti harapkan. Tidak lain supaya di waktu yang akan datang
kami dapat menyajikan karya ilmiyah yang lebih baik dari sebelumnya. Akhir
kalam, semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya, pihak-
pihak yang berkepentingan, serta bagi peneliti khususnya.
Semarang, 09 Juni 2011
Penulis
January Filasufah
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. ...... i NOTA PEMBIMBING…………………………………………………………. ii PENGESAHAN……………………………………............................................ iii DEKLARASI …………………………………………...................…………… iv MOTTO………………………………………………………………………… v ABSTRAK………………………………………………………… ………….. vi PERSEMBAHAN…………………………………….......................…………. vii KATA PENGANTAR …………………………………………….………….. viii DAFTAR ISI…………………………………………………………..………. xi DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xiii DAFTAR GRAFIK …………………………………………………………… xiv BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 9 D. Manfaat Penelitian................................................................. 10
E. Tinjauan Pustaka.................................................................. 11 F. Metode Penelitian................................................................. 13
G. Sistematika Penulisan Skripsi............................................... 17
BAB II : ETOS KERJA DAN KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM A. Etos Kerja.............................................................................. 20
B. Kesejahteraan......................................................................... 27 C. Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan........................................................................ 34 D. Aspek Sosiologi Masyarakat................................................. 37
BAB III: KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK
A. Sejarah Desa Kadilangu......................................................... 42 B. Keadaan Daerah..................................................................... 43
C. Penduduk…………............................................................... 43 D. Sosial Ekonomi...................................................................... 45
E. Agama.................................................................................... 46 F. Kondisi Pedagang Sekitar Makam.......................................... 47
xii
G. Komunikasi Antar Pedagang................................................. 49
BAB IV: ANALISIS TERHADAP ETOS KERJA ISLAMI DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK A. Karakteristik Responden....................................................... 53
B. Analisis Terhadap Etos Kerja Pedagang Secara Islami........ 58
C. Analisis Peningkatan Kesejahteraan Pedagang..................... 73
D. Analisis Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Pedagang....................................................... 80
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................ 85 B. Saran...................................................................................... 88
C. Penutup................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kelurahan
Kadilangu ............................................................................................. 44 Tabel. 2 Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kelurahan Kadilangu............... 45
Tabel. 3 Penduduk Menurut Agama Kelurahan Kadilangu................................ 46 Tabel. 4 Sarana Ibadah Kelurahan Kadilangu...................................................... 47
Tabel. 5 Dampak Etos Kerja Islami Terhadap Kesejateraan Pedagang................ 84
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Struktur Organisasi Padagang Sekitar Makam....................................... 50
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemuliaan seorang manusia bergantung kepada apa yang
dilakukannya. Ajaran inilah yang ditekankan oleh Islam, esensi ajaran
tersebut menurut para Ulama’ dan Cendekiawan mengandung makna
bahwa pandangan hidup (worldview) seorang muslim haruslah menjadikan
Islam sebagai sistem hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia,
yang menjanjikan kesejahteraan dan keselamatan dunia dan akherat.
Keseimbangan (equilibrium) antara ibadah dan mu’amalah ini hanya
mampu ditampilkan dalam wajah Islam.
Al-Quran memang tidak merinci dalam satu konsep ekonomi teoritis
praktis, tetapi selalu memberikan motivasi kepada umatnya untuk sejahtera
di bidang ekonomi.1 Salah satu buktinya, dalam al-Quran terdapat konsep
komersial sebanyak dua puluh macam terminologi, yang diulang sebanyak
370 kali.2 Hal ini menunjukkan sebuah manifestasi adanya spirit yang
bersifat komersial dalam al-Qur’an.3
Setiap individu memiliki dorongan untuk melakukan kegiatan yang
memiliki tujuan. Dorongan-dorongan untuk melakukan suatu kegiatan ini
1 Alwi Shihab, Islam Inklusif ;Menuju Sikap terbuka Dalam Beragama, Bandung: Mizan,
1997, hal. 172-173. 2 Moch. Khoirul Anwar, Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro (Studi Tentang Eksistensi
Bayt al-Maal wa al-Tamwiil dan Koperasi Simpan Pinjam Dalam Pemberadayaan Ekonomi Umat di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur), Tesis, Surabaya: UIN Sunan Ampel, hal. 14.
3 A. Qodri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat; Meneropong Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hal. 23.
xvi
disebut dengan motivasi. Motivasi ini tidak terlepas dari dorongan yang
berasal dari dalam maupun luar individu. Tidak jarang dorongan-dorongan
ini menjadi sebuah gerakan yang sifatnya kolektif, massif dan melibatkan
banyak massa. Hal ini terjadi di dalam sebuah komunitas individu-individu
yang mempunyai kesamaan tujuan dan alasan, sebagai contoh adalah
organisasi kemahasiswaan, organisasi keagamaan, perusahaan, komunitas
pengusaha dan lain sebagainya.
Pengaruh spiritual atau keagamaan mendasari perilaku manusia yang
akhirnya menjadi motif manusia dalam bertindak, adalah sebuah naluri
dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Tindakan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih
penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap
kehidupan seseorang di akherat kelak, apakah masuk golongan ahli surga
atau sebaliknya.
Keterkaitan yang kuat antara agama Islam dengan aktivitas ekonomi
umat merupakan kegiatan ekonomi dalam Islam, meskipun konkritnya
adalah kegiatan untuk mendapatkan kecukupan materi, tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan sesudah mati dan akan tetap dipertanggung
jawabkan di hadapan Tuhan.4 Islam tidak mengajarkan sistem ekonomi
yang komprehensif, tetapi Islam mengajarkan landasan etika dan moral bagi
para pemeluknya yang akan melakukan kegiatan ekonomi. Islam
mempunyai prinsip mengajarkan kebaikan dan mengatur kehidupan
4 Munawar Ismail, Islam Kapitalisme dan Sosialisme. Studi Komperatif Sistem Ekonomi, Jurnal Lintasan Ekonomi, Edisi khusus Januari-April, Malang: Lembaga Penerbit FE Unibraw, 1997, hal. 22.
xvii
umatnya di dunia dan di akhirat. Prinsip etika ekonomi hakikatnya adalah
menjalankan bisnis yang jujur sesuai dengan aqidah agama.5 Pendapat ini
didukung pula pendapat Burhan bahwa doktrin dalam Islam terkait erat
dengan tujuan hidup manusia yang hakiki. Oleh karena itu, membicarakan
tujuan manusia, dilihat dari kaca mata ekonomi, tidak dapat lepas dari
tujuan hidup. Kegiatan ekonomi manusia menyatu dengan status manusia
sebagai khalifah dan fungsi manusia untuk ibadah. Sebagai khalifah maka
kegiatan ekonomi manusia diperuntukkan guna memakmurkan seluruh
penghuni bumi seraya menjaga kelestariannya, sedangkan dalam ibadah
kegiatan tersebut hendaknya ditujukan untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan.6
Dalam Islam, seorang Muslim adalah seorang pekerja. Dalam Kitab
Musnad Achmad disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,
ابن قال جده عن أبيه عن عروة بن هشام حدثنا قالا نمير وابن وكيع حدثنا
قال عنه الله رضي الزبير عن نمير
الجبل فيأتي أحبله أحدكم يأخذ لأن وسلم عليه الله صلى الله رسول قال
أن من له خير بثمنها فيستغني فيبيعها ظهره على حطب من بحزمة فيجيء
منعوه أو أعطوه الناس يسأل
5 Mohamad Fadhely, Meneropong Kehidupan Ekonomi Umat Islam, Peradapan Islam,
Kapitalis Budaya Cina di Indonesia, Jakarta: Golden Press, 1995, hal. 14. 6 Umar Burhan, Memberdayakan Ekonomi Umat : Suatu Kajian Konsepsional dalam
Beberapa Bukti Empiris, Jurnal Lintasan Ekonomi, Malang: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 1997, hal. 17.
xviii
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Waki' dan Ibnu Numair, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Urwah dari Bapaknya dari kakeknya Ibnu Numair berkata; dari Zubair Radhiallahu 'anhu berkata ;Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Seorang lelaki yang membawa seutas tali, dia pergi ke gunung, kemudian (kembali) dengan membawa seikat kayu bakar dan menjualnya sehingga dia merasa cukup dengan hasil tersebut adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada manusia baik mereka memberi atau menolaknya7 Hadis tersebut menunjukkan bahwa, pertama, Allah akan
memuliakan orang yang bekerja. Seorang Muslim tidak pantas bermalas-
malasan dalam mencari rezeki walaupun itu dengan alasan sibuk beribadah
atau tawakal kepada Allah SWT. Tidak pantas pula mengharap sedekah dari
orang lain padahal ia memiliki kemampuan bekerja untuk menghidupi
dirinya, memenuhi kebutuhan keluarganya, atau orang-orang yang menjadi
tanggungannya. Dalam kitab Sunan Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Tidak halal sedekah kepada orang kaya dan orang yang
memiliki kemampuan yang stabil.”8
Kedua, Kerendahan dan kehinaan bagi orang yang meminta-minta
kepada orang lain. Seorang Muslim tidak pantas meminta-minta kepada
orang lain. Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah Saw
bersabda, “Orang yang meminta sesuatu bukan kebutuhannya, bagaikan
orang yang memungut bara api.”9
Etos kerja seorang Muslim dapat dilihat dari hadis riwayat Thabrani
yang menyebutkan bahwa:
7 Imam Achamad, Musnad Achmad, Maktabah Syamilah, Bairut,Juz 3, hadist 1354, th, hal.
363 8 Imam Tirmidzi, Sunan At Tirmidzi, Maktabah Syamilah, Bairut,Juz 3, hadist 321, th, hal.
35 9 Ibid, hadis nomor 143 hal. 40
xix
وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول كان :قال هريرة أيب عن سعد بن الليث حدثين
لو اجليد من سيكون" :قالوا مث. اطفةالع هو رجل مر أصحابه، مع جلس
اصل من كان اذا : "النيب قال الصحابة السمع". اهللا سبيل يف روحه استخدمت
السن، كبار من هم الذين والديه إىل خرج إذا .اهللا سبيل يف فهو الصغري، البنه
فهو نفسه، قدسية على احلفاظ نع يريد ألنه خيرج كان اذا .اهللا سبيل يف فهو
".شيطان الطريق على انه وعرض الظهار خرج كان واذا .اهللا يلسب يف
Artinya: Menceritakan kepadaku Lais bin Sa’ad dari Abu Hurairah dia berkata: Tatkala Rasulullah SAW duduk bersama para sahabatnya, lewatlah seorang lelaki dengan penuh semangat. Para sahabat kemudian berkata, Alangkah baik jika semangatnya itu dimanfaatkan di jalan Allah.” Mendengar perkataan sahabat tersebut, Rasulullah Saw mengomentarinya dengan bersabda, “Jika dia keluar untuk (keperluan) anaknya yang masih kecil, maka dia berada di jalan Allah. Jika dia keluar untuk kedua orangtuanya yang sudah tua renta, maka dia berada di jalan Allah. Jika dia keluar (bekerja) karena ingin menjaga kesucian dirinya (dari meminta-minta), maka dia juga berada di jalan Allah. Dan jika dia keluar untuk pamer dan gagah-gagahan maka dia di jalan setan.10 Keberadaan Sunan Kalijaga di wilayah Demak mampu menyadarkan
masyarakatnya dan bersedia memeluk agama Islam tanpa adanya kekerasan,
hal ini didasarkan atas sikap Sunan Kalijaga yang sangat toleran pada
budaya lokal, disamping itu juga seorang seniman, diantara buah karyanya
adalah suluk Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Sunan Kalijaga juga
10 Teuku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadis-hadis Hukum, Juz 7, Ed. 2, Cet.
3, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001, hal. 201, atau Imam Thabrani, Mu’jamul Kabir Lit Thabrani, hadits ke 1239, bab Qath’atu Minal Mafqudi, juz. 20, hal. 15
xx
menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon
carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu (”Petruk Jadi Raja”).11
Mengutip pernyataan dari S. Soebardi dan Woodcraft Lee dalam
Zakiyudin,12 bahwasannya watak masyarakat Indonesia masa kini
dan warisan budayanya tidak dapat meninggalkan pengkajian terhadap
peran Islam semakin menguatkan bahwasannya telah terjadi akulturasi
antara ritual yang sudah menjadi tradisi dengan agama itu sendiri.
Alkulturasi Budaya pun terjadi di Pulau Jawa di mana Ulama yang
kemudian terkenal dengan sebutan walisongo memegang peranan yang
sangat penting dalam proses akulturasi budaya. Penciptaan tembang-
tembang Jawa, wayang kulit hingga upacara memperingati Maulid Nabi
yang lebih dikenal dengan sebutan grebeg mulud, sekatenan adalah contoh
dari peranan walisongo dalam hal ini Sunan Kalijogo mengakulturasikan
Islam dan ritual hingga menjadi ritual adat Jawa.13
Karena kebesaran Sunan Kalijaga, masyarakat masih selalu
mengenang beliau meskipun telah lama wafat. Melalui mistikasi ritual
ziarah kemakam Sunan Kalijaga, masyarakat mentransformasikan
penghormatannya kepada Sunan Kalijaga. Maka dari itu, berbagai penjuru
wilayah di Indonesia masyarakat muslim berbondong-bondong untuk
berziarah ke makam waliyullah ini dan masih dilaksanakan hingga
sekarang.
11 Achmad Chodjim, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga, Yogyakarta: Serambi, 2004,
hal. 35 12 Zakiyudin Baidlowi, Dakwah Kultural Muhammadiyah, Surakarta: Pondok
Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran, 1995, hal 13 13 Achmad Chodjim, Op. Cit, hal. 45.
xxi
Kedatangan peziarah dari berbagai daerah, apalagi yang jauh atau
bahkan dari mancanegara, menimbulkan dampak pula bagi masyarakat
sekitar makam. Selain pada hari-hari tertentu yang berkaitan dengan ziarah
ritual seperti malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon, pada hari-hari libur
nasional bahkan lebih ramai oleh kunjungan para peziarah maupun
wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Pada waktu banyak
pengunjung dipastikan banyak para pedagang tiban atau asongan yang
menjajakan berbagai barang dagangannya. Hal ini jelas membawa
perubahan ekonomi pada masyarakat sekitar makam yang menjadi objek
wisata realigi.
Kondisi inilah yang di manfaatkan oleh masyarakat muslim di sekitar
makam Sunan Kalijaga untuk mencari rizki melalui kegiatan perniagaan, di
wilayah kompleks makam Sunan Kalijaga terdapat lebih dari 300 pedagang
yang eksis disana, sebagaimana keterangan dari Raharjo Kusumo selaku
managerial dari Kasepuhan Ahli Waris dan Keluarga Sunan Kalijaga yang
bertanggung jawab terhadap pertokoan di sekitar kompleks makam.
Berbagai produk ditawarkan pedagang untuk kebutuhan peziarah baik
kebutuhan konsumtif maupun sekedar oleh-oleh. Dari kondisi yang dapat
dilihat, etos kerja yang dimiliki pedagang tergolong cukup tinggi dimana
sebagian dari mereka sudah pernah melaksanakan ibadah haji dan mampu
memberikan zakat, sehingga secara lahiriah telah hidup dalam
kesejahteraan.
xxii
Etos kerja adalah suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat
untuk mampu bekerja lebih baik guna memperoleh nilai hidup mereka. Etos
kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu
pekerjaan. Nilai-nilai agama dan kultural dapat memberikan dorongan pada
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu,
terutama dalam bidang ekonomi.
Motif religi yang mendorong keberhasilan hidup seseorang dapat
dijumpai pada masyarakat Islam di Indonesia. Yang telah mendorong
tumbuhnya pengusaha-pengusaha Islam di Indonesia adalah adanya
persamaan yang besar sekali antar etos kerja kaum santri pedagang.
Terminologi etos kerja kaum santri pedagang tersebut menggambarkan
keberhasilan para pengusaha muslim dalam mengembangkan usahanya di
beberapa kota di Jawa sebagai contoh mengenai organisasi ekonomi umat
Islam era kolonialisme yang sering kita dengar dengan sebutan Serikat
Dagang Islam.
Usman menyatakan bahwa sejarah kehidupan masyarakat Indonesia
memperlihatkan adanya keterkaitan yang signifikan antara kedalaman
penghayatan agama dan kegairahan dalam kehidupan ekonomi. Kelompok-
kelompok tertentu yang tergolong menjalankan syariat agama dengan lebih
bersungguh-sungguh, dalam kehidupan sosial dan pribadinya kelihatan
lebih mampu beradaptasi dalam kehidupan ekonomi.14 Hal ini senada
dengan Weber dalam Kidron yang menyatakan bekerja dan keberhasilan
14 Sunyoto Usman, Perkembangan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Pelajar, 1998, hal.99.
xxiii
secara finansial tidak hanya semata untuk kepentingan personal tetapi juga
dalam rangka kepentingan tujuan religi.15
Fenomena inilah yang menarik peneliti untuk melakukan kajian di
wilayah ini, hal ini bahwa wilayah Jawa banyak terdapat makam tokoh
besar keagamaan Islam yang sering di datangi ummat. Disana pula terjadi
kegiatan ekonomi yang mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat
luas. Sehingga pemilihan judul yang menurut penulis tepat dalam penelitian
ini adalah Analisa Etos Kerja Pedagang Muslim Di Sekitar Makam
Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak Serta Dampaknya Terhadap
Peningkatan Kesejahteraan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan diteliti adalah
1. Bagaimanakah etos kerja pedagang Muslim di sekitar Makam
Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak dalam mengelola usahanya.
2. Bagaimanakah dampak etos kerja terhadap tingkat kesejahteraan para
pedagang Muslim di sekitar Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga)
Demak.
C. Tujuan Penelitain
Penelitian ini bertujuan
1. Mengetahui etos kerja pedagang muslim di sekitar Makam Kadilangu
(Sunan Kalijaga) Demak dalam mengelola usahanya.
15 Kidron A, Work Values and Organization Commitment, Academy on Management
Journal 21, 1978, hal. 2.
xxiv
2. Mengetahui dampak etos kerja terhadap tingkat kesejahteraan
pedagang muslim di sekitar Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga)
Demak.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini memberikan deskripsi
pengembangan kepada dua wilayah yang berbeda, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a) Sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat menambah
wawasan pengetahuan bagi pembaca terutama tentang etos kerja
pedagang muslim dan tingkat kesejahteraannya.
b) Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam teori Ekonomi Islam,
dalam rangka meningkatkan strategi peningkatan kesejahteraan
pedagang ke depan.
c) Bagi peneliti baru, diharapkan dapat dijadikan sumber informasi
dan referensi untuk kemungkinan penelitian topik-topik yang
berkaitan baik yang bersifat melengkapi ataupun lanjutan.
2. Manfaat praktis
a) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengelola
pertokoan di sekitar makam untuk mengetahui kondisi riil para
pedagang.
b) Untuk memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi
pedagang dalam melaksanakan usahanya.
xxv
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari adanya duplikasi, maka penulis menyertakan
beberapa buku, penelitian dan skripsi yang ada relevansinya dengan
penelitian ini, yaitu:
1. Nanat Fatah Natsir dalam bukunya Etos Kerja Wirausahawan Muslim,
menjelaskan tentang hasil awal mengenai studi keagamaan para
antropolog memusatkan dan menekankan perhatian pada aspek
keyakinan keagamaan, dari pada perilaku (behaviour) keagamaan , tapi
sekarang terjadi pergeseran paradigma, dimana studi tentang
religiusitas keagamaan lebih menekankan aspek tindakan (behaviour)
yang menghasilkan semangat dalam bekerja.16
2. Penelitian yang dilakukan oleh Jusuf Harsono dan Slamet Santoso
yang berjudul Etos Kerja Pengusaha Muslim Perkotaan di Kota
Ponorogo menyimpulkan bahwa pengusaha muslim perkotaan di kota
Ponorogo mempunyai etos kerja yang tinggi. Semangat kerja mereka
tidak hanya didorong oleh motif-motif ekonomi, yaitu supaya bisa
memenuhi kebutuhan ekonomi semata, tetapi juga didorong oleh motif
religi dan motif sosial. Tingginya etos kerja para pengusaha muslim
perkotaan dalam menjalankan usahanya adalah modal utama dalam
16 Nanat Fatah Natsir, Etos Kerja Wirausahawan Muslim, Bandung: Gunung Djati Press,
1999.
xxvi
mengembangkan usaha mereka, di samping mereka mempunyai
pengalaman dan keterampilan yang cukup.17
3. Penelitian yang dilakukan Firmansyah yang berjudul Etos Kerja Sektor
Informal Pedagang Kaki Lima menyimpulkan bahwa pedagang kaki
lima memiliki nilai positif yang mana terwujud dalam semangat kerja
keras, memiliki kebiasaan berhemat dan mempunyai ikatan emosional
yang sama dengan sejawat mereka, sehingga mampu memberikan rasa
kesejahteraan yang lebih dibandingkan dengan tidak ada etos kerja.18
4. Saini dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Ibadah Ritual Dan
Etos Kerja Karyawati Yang Berdomisili di Pondok Pesantren (Studi
Kasus Karyawati PT. Golden Flower Di Ungaran Kab. Semarang)
menjelaskan mengenai keterikatan yang erat antara ibadah ritual yang
dijalani karyawati PT. Golden Flower dengan etos kerja mereka,
sehingga semakin ibadah mereka di tingkatkan maka etos kerja
karyawati juga semakin meningkat.19
5. Terakhir adalah skripsi dari Joni Yusuf dengan judul Pemikiran
Muhammad Yunus tentang Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif
Hukum Islam menyimpulkan bahwa dalam memperbaiki ekonomi umat
Islam memasuki abad modern ada beberapa agenda yang harus
dikerjakan. Kesiapan mentalitas umat untuk berubah dan siap maju demi
17 Jusuf Harsono dan Slamet Santoso, Etos Kerja Pengusaha Muslim Perkotaan di Kota Ponorogo, Jurnal Penelitian Humaniora, Edisi Khusus, Juni 2006, Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 2006.
18 Firmansyah, Etos Kerja Sektor Informal Pedagang Kaki Lima, Penelitian Individual, Surabaya: Unbraw, 1994.
19 Saini, Hubungan Ibadah Ritual Dan Etos Kerja Karyawati Yang Berdomisili di Pondok Pesantren (Studi Kasus Karyawati PT. Golden Flower Di Ungaran Kab. Semarang), Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo, 2004.
xxvii
memperbaiki nasib diri menjadi prioritas utama dalam membangun
kemajuan ekonomi. Demikian pelurusan pemahaman dan pemaknaan
ajaran Islam juga merupakan program yang tidak dapat ditinggalkan.
Pemahaman bahwa keduniaan, terlebih lagi harta kekayaaan, jauh dari
ibadah dan keakhiratan adaah sama sekali salah dan menjadi racun
terhadap umat Islam. Dunia dan akherat tidak dapat dipisahkan: aldunya
mazra’at al-akherah (keduniaan adalah investasi yang nantinya berbuah
di akherat).20
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu urutan atau tata cara pelaksanaan
penelitian dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan penelitian
yang diajukan21. Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara-cara yang
ada hubungannya dengan penulisan sebagai berikut:
Jenis penelitian ini berupa penelitian lapangan (penelitian kancah/ field
reseach) yang dilakukan dalam medan yang sebenarnya untuk menemukan
realitas yang terjadi mengenai masalah tertentu22.
Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah penelitian
kualitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan pada kondisi obyek yang
alami, peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
20 Joni Yusuf, Pemikiran Muhammad Yunus tentang Pengentasan Kemiskinan Dalam
Perspektif Hukum Islam, Skripsi, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008. 21 A. H. Kahar Usman, Aplikasi Penelitian Kuantitati dan Kalitatif, Kudus: Stain, hal. 8 22 Sutrisno Hadi, Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan Fak.
Psikologi UGM, 1975, hal.63
xxviii
secara gabungan.23 Atau prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, berupa kata-kata yang menggambarkan objek penelitian dalam
kondisi sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya.24
Alasan dipilihnya penelitian kualitatif ini, karena peneliti ingin
memperoleh deskripsi secara langsung berhubungan dengan masyarakat
ekonomi mikro terhadap tingkat kesejahteraan yang mereka rasakan melalui
bekerja keras dan dengan etos kerja yang tinggi.
1. Sumber data penelitian
Salah satu tahap yang penting dalam proses penelitian adalah
tahap pengumpulan data, karena data merupakan faktor yang
paling menentukan dalam suatu penelitian. Karena itu sumber data
harus valid agar mampu memberikan makna yang mendalam
dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan sumber data primer,
yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama. Data
ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan yang lainnya.25
Data dapat diperoleh dari pengurus Makam Sunan Kalijaga dan
para pedagang. Dengan kata lain data ini merupakan murni yang
diperoleh dari hasil lapangan. Pengambilannya menggunakan
teknik purposive sampling untuk memperoleh sampel dengan
kategori sebagai berikut:
23 Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metode Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 2002,
hal.33 24 Hasan Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, Cet II, 1995, hal. 67 25 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,
1991, hal.87
xxix
a. Pedagang telah berjualan di area Makam dan Masjid Sunan
Kalijaga minimal 5 tahun.
b. Pedagang telah melakukan ibadah Haji dan mampu
membayar Zakat tiap tahunnya.
Maka dari itu peneliti menetapkan jumlah sampel yang
diambil sebanyak 5 orang pedagang dengan kualifikasi di atas.
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan
untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pokok
permasalahan yang telah ditulis. Dengan menggunakan metode
sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan
pengkodean serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan
dengan organisme institusi, sesuai dengan tujuan-tujuan
empiris.26 Adapun alat pengumpulan datanya disebut panduan
observasi, yang digunakan untuk mendapatkan data hasil
pengamatan baik terhadap benda, kondisi, situasi, kegiatan,
proses atau penampilan tingkah laku seseorang.27
26 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta:
Ghalia Indonesia Anggota IKAPI, 2002, hal.86 27 Sanipah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Dasar-Dasar dan Aplikasinya,
Jakarta: CV. Rajawali, 1992, hal.136
xxx
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
dengan cara mengumpulkan, menelusuri buku-buku, atau
tulisan-tulisan yang relevan dengan tema kajian.28 Hal ini
penulis lakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang
ada relevansinya dengan pokok pembahasan dari literature
yang ada dengan cara menelaah dan mempelajari kepustakaan
yang representatif.
c. Interview / wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan
datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan
oleh yang diwawancarai.29 Dalam melakukan interview
pewawancara membawa pedoman yang hanya garis besar
tentang hal-hal yang ditanyakan. Penulis akan mewawancarai
sebagian pengurus makam Sunan Kalijaga dan Sebagian
Pedagang yang cukup besar omsetnya.
3. Metode analisis data
Analisis data menurut Lexy J. Moleong adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori dan uraian dasar. Analisis data adalah mengatur,
28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 1996, hal. 236 29 Abdurrahman Fathoni, Metode Penelitian dan Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006, hal. 105
xxxi
mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan
mengkategorikannya.30
Untuk keperluan analisis data, penulisan menggunakan
metode analisa deskriptif. Yaitu prosedur atau cara memecahkan
masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang
diselidiki (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain)
sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang akurat pada saat
sekarang.31
Dalam kerangka analisa tersebut digunakan juga metode
content analisys (analisis isi). Dipilihnya metode ini dikarenakan
penelitian ini memiliki sumber data berupa teks dari hasil
wawancara dan dokumen dianalisis. Setelah semua data terkumpul
maka penulis berusaha menjelaskan suatu obyek permasalahan
secara sistematis serta memberikan analisa secara cermat dan tepat
terhadap obyek kajian tersebut.
G. Siatematika Penulisan Skripsi
Agar dapat mudah dipahami skripsi ini tersusun dalam lima bab yang
masing-masing bab berisi persoalan-persoalan tertentu yang tetap berkaitan
antara bab satu dengan bab yang lainnya. Adapun sistematika tersusun
sebagai berikut :
30 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, cet. IV, 1993, hal. 103.
31 Hasan Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Cet II, 1995, hal. 68
xxxii
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi, Latar Belakang Masalah, Permasalahan, Tujuan, Manfaat
penulisan Sripsi, Telaah Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika
Penulisan Skripsi.
BAB II ETOS KERJA DAN KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF
EKONOMI ISLAM
Berisi pengertian Etos Kerja, Etos Kerja dalam pandangan Islam,
Garis-garis yang melandasi Kerja Islami, dan Komponen yang dapat
disebut sebagai Etos Kerja Islami. Serta berisi mengenai Pengertian
Sejahtera, Kesejahteraan dalam Ajaran Al-Qur’an, Sejahtera Menurut
Undang-undang, serta Indikator untuk mengukur Kesejahteraan
Masyarakat.
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK
Berisi sejarah Desa Kadilangu, Keadaan Daerah, Penduduk, Sosial
Ekonomi, Agama, dan Kondisi Pedagang disekitar Makam, serta
organisasi persatuan pedagang disekitar Makam Sunan Kalijaga.
BAB IV ANALISIS TERHADAP ETOS KERJA ISLAMI DAN TINGKAT
KESEJAHTERAAN PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR
MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK
Berisi tentang hasil penelitian yang berupa jawaban dari
permasalahan dan tujuan penelitian yang diangkat, yaitu:
Menggambarkan kondisi pedagang mengenai Etos Kerja Islam
xxxiii
mereka. Pengaruh Etos Kerja Islam yang dimiliki pedagang terhadap
tingkat kesejahteraan mereka.
BAB V PENUTUP
Berisi simpulan, saran dan masukan untuk pihak terkait dalam
penelitian ini.
xxxiv
BAB II
ETOS KERJA DAN KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF
EKONOMI ISLAM
A. Etos Kerja
1. Pengertian Etos Kerja
Etos dalam arti modern dikembangkan oleh filsuf Immanuel Kant yang
menyatakan etos merupakan kehendak otonom sebagai ciri khas setiap
moral, dalam kaitannya dengan kerja, etos diartikan sebagai sikap kehendak
yang di tuntut terhadap kegiatan tertentu.32
Sementara Mochtar Lubis menggunakan kata etos dalam arti luas, yaitu
suatu sistem tata nilai moral, tanggung jawab dan kewajiban.33 Sedangkan
menurut Dr. Mochtar Bukhori, kata etos berasal dari Yunani, yaitu Ethos,
yang berarti “ciri, sifat”, atau “kebiasaan, adat istiadat” atau juga
“Kecenderungan moral, pandangan hidup” yang dimiliki seseorang, suatu
golongan atau suatu bangsa.34
Sedangkan kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu.35 Adapun menurut
Toto Tasmara, kerja adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan
menyerahkan seluruh aset, fikir dan dzikir untuk mengaktualisasikan atau
menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan
32 Frans Von Magnis, Menuju Etos Pekerjaan yang Bagaimana, Jakarta: Prisma, No. 11,
1978, hal. 71. 33 Mochtar Lubis, Etos Pers Indonesia, Jakarta: Prisma, No. 11, 1978, hal. 13. 34 Mochtar Bukhori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Tirta Wacana
Yogya, 1989, hal. 73. 35 Kamus Bahsan Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 428.
xxxv
dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang
terbaik (Khoiru Ummah) atau dengan kata lain bahwa hanya dengan bekerja
manusia itu memanusiakan dirinya.36
Makna kerja dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memenuhi
kebutuhannya, baik di dunia maupun akhirat. Bekerja bukanlah sekedar
untuk memperoleh penghasilan, namun bekerja yang lebih hakiki
merupakan perintah Tuhan untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi
sesamanya. Melalui bekerja, dapat diperoleh beribu pengalaman, dorongan
bekerja, bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin, dituntut kerja keras,
kreatif, dan siap menghadapi tantangan zaman.
Etos kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara
mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang
bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang
optimal (high performance).
Sukriyanto melalui tesisnya, memberikan pengertian bahwa etos kerja
adalah suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu
bekerja lebih baik guna memperoleh nilai hidup mereka.37 Etos kerja
menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan. Ia
akan menentukan hasil-hasilnya. Ada keterkaitan yang erat antara etos kerja
dengan survivalitas (daya tahan hidup) manusia di bidang ekonomi. Artinya
36 Toto Tasmara, Membudayakan Etor Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hal.
27. 37 Sukiyanto, Etos Kerja Salah Satu Faktor Survivalitas Peternak Sapi Perah, Studi Kasus
Di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu Kota Batu Kabupaten Malang, Thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang, 2000, hal. 92.
xxxvi
semakin progresif etos kerja suatu masyarakat semakin baik hasil-hasil
yang dicapai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
2. Etos Kerja Dalam Pandangan Ekonomi Islam
Istilah kerja dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada
mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan
waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal
lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang
mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan
masyarakat sekelilingnya serta negara.38
Kerja sebagai bagian dari mu’amalah bermakna ibadah, di samping ia
merupakan ekspresi keberagamaan, sekaligus sebagai upaya untuk proses
mengekspresikan diri dalam dunia kerja dan meruhaninya manusia artinya
kebutuhan diri untuk bekerja ketika sudah masuk umur kerja. Sehingga
bekerja merupakan upaya untuk mengantarkan manusia meningkatkan
derajat spiritualitasnya. Tentu saja kalau manusia tidak menafsirkan kerja
berhenti pada konsep jasmaniah, akan mudah terlepas dari hati nurani, akan
terlepas dari nilai-nilai ruhaniah, dan itu berarti akan terlepas dari kebenaran
Allah.
Akhirnya etos kerja dapat disimpulkan sebagai sikap yang muncul atas
kehendak otonom dan kesadaran sendiri terhadap kerja. Etos kerja juga
dimaknai oleh Abdullah sebagai sikap yang mendasar tentang kerja yang
38 Yusuf Al-Qardhawy, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Jakerta:
Robbani press, 1997, hal. 146
xxxvii
ada pada diri seseorang.39 Secara umum bahwa yang dimaksud dengan etos
kerja adalah semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma
tertentu.
Etos kerja muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang
melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja
untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga
sebagai suatu manifestasi dari amal saleh. Sehingga bekerja yang
didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah
seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai
hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai
sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang
amanah, menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah, “Dan
tidak Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyat : 56).
Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu
obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan
bagian amanah dari Allah.
Allah SWT dalam al-Qur’an telah berfirman mengenai konsep etos
kerja yang harus dimiliki oleh setiap orang mu’min, diantaranya dalam
surat at-Taubah ayat 105 yang berbunyi40
39 Taufik Abdullah ed, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta: LP3S,
1979, hal. 30. 40 Al Qur'an Surat Qs at-Taubah ayat 105, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur'an,
Al-Qur'an dan Terjemahnya dengan transliterasi, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1998, hal. 203
xxxviii
الغيب عالم إلى ستردونو والمؤمنون ورسوله عملكم الله فسيرى اعملوا وقل
تعملون كنتم بما فينبئكم والشهادةArtinya: Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".
Maksud dari ayat di atas manusia diperintahkan untuk bekerja semampu
dan sekuat tenaga manusia, ketika manusia sudah bekerja Allah SWT akan
memberikan apa yang telah dikerjakan sesuai jerih payah yang dijalani.
Serta firman Allah SWT dalam surat al-An’am ayat 135 yang
berbunyi41
عاقبة له تكون من تعلمون فسوف عامل إني مكانتكم على اعملوا قوم يا قل
الظالمون يفلح لا إنه الدار
Artinya: “ Katakanlah : Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak akan mendapat keberuntungan”.
Penjelasan ayat di atas mengggambarkan manusia bekerja harus bekerja
sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang di inginkan, tanpa bekerja
keras maka manusia tidak akan mendapatkan apa-apa.
Serta dipertegas lagi oleh Allah SWT dalam surat ar-Ra’d ayat 11
yaitu42
41 Ibid, hal. 145 42 Quraish Shihab, Al-Qur’an dan terjemahannya Juz 1-30, Jakarta: Departemen Agama
RI, ed. Ravisi, 2002, hal. 337
xxxix
له اتقبعم ن منيه بيدي منلفه وخ هفظونحي ر منإن الله أم لا الله ريغا يم مبقو
دونه من لهم وما له مرد افل سوءا بقوم الله أراد وإذا بأنفسهم ما يغيروا حتى
ال منو Artinya: Baginya (manusia) dan malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka.
Ayat di atas menjelaskan Allah SWT tidak menghendaki hamba-Nya
hanya berdo’a saja tanpa berusaha. Manusia diharuskan mempunyai
semangat tinggi untuk selalu bergerak maju kearah yang lebih baik, karena
Islam tidak suka sifat malas dan miskin, karena miskin mendekatkan
kepada kekufuran.
3. Ciri-ciri Etos Kerja Islam
Sementara ciri-ciri dari etos kerja Islam sebagaimana dijelaskan K. H.
Toto Tasmara terdapat 25 buah, yaitu:43
1. Mereka kecanduan terhadap waktu → Menyusun tujuan, realisasi,
kerja, evaluasi
2. Hidup berhemat dan efisien
3. Ikhlas
4. Jujur
43 Toto Tasmara, Loc.Cit, hal. 34.
xl
5. Memiliki komitmen → Tekad dan keyakinan, tidak mudah
menyerah
6. Istiqomah
7. Berdisiplin → berhati-hati dan tanggungjawab dalam kerja
8. Konsekuen dan berani menghadapi tantangan
9. Memiliki sikap percaya diri
10. Kreatif
11. Bertanggungjawab → kerja sebagai amanah
12. Mereka bahagia karena melayani/ menolong
13. Memiliki harga diri
14. Memiliki jiwa kepemimpinan
15. Berorientasi ke masa depan
16. Memiliki jiwa wiraswasta
17. Memiliki insting bertanding
18. Mandiri (Independent)
19. Kecanduan belajar dan haus mencari ilmu
20. Memiliki semangat perantauan
21. Memperhatikan kesehatan dan gizi
22. Tangguh dan pantang menyerah
23. Berorientasi pada produktivitas
24. Memperkaya jaringan silaturahim
25. Memiliki semangat perubahan
xli
B. Kesejahteraan
1. Pengertian Kesejateraan
Keadaan miskin tidak dikehendaki oleh manusia sebab dalam kondisi
seperti itu mereka dalam keadaan serba kekurangan, tidak mampu
mewujudkan berbagai kebutuhan utamanya di dalam kehidupannya,
terutama dari segi material. Akibat dari ketidakmampuan di bidang
material, orang miskin mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
gizinya, memperoleh pendidikan, modal kerja, dan sejumlah kebutuhan
utama lainnya. Akibat lain yang mungkin timbul di antara mereka, antara
lain, kurangnya harga diri, moralitas yang rendah, dan kurangnya kesadaran
beragama sebagaimana dikatakan James C. Scott dalam M. Hamdar
Arraiyyah.44
Kemiskinan menjadi momok bagi Indonesia dan negara miskin
berkembang lainnya. Oleh karena itu, Indonesia menyatukan komitmennya
bersama 189 pemimpin negara lain guna mengubah dunia menjadi lebih
baik, dengan mendeklarasikan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
atau Millenium Development Goals (MDGs). MDGs yang menargetkan
pencapaian perubahan pada tahun 2015 memberikan ruang untuk
pemenuhan kebutuhan dasar seluruh warga, menjamin warga bebas dari
rasa takut dan menjamin hak warga untuk hidup bermartabat dalam
kerangka hak asasi manusia.
44 M. Hamdar Arraiyyah, Meneropong Fenomena Kemiskinan: Telaah Perspektif Al-
Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, hal. 2
xlii
Kesejahteraan merupakan hal yang mutlak bagi masyarakat miskin.
Disini Islam telah mengajarkan manusia untuk berbuat demi
kesejahteraannya, sebagaimana yang dijelaskan A Qodri Azizy menjelaskan
bahwa Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mengejar kesejahteraan di
dunia dan di akhirat, yang menjadi do’a rutin bagi tiap-tiap umat seperti QS
Al-Baqarah ayat 22 yang berbunyi:
من به فأخرج ماء السماء من وأنزل بناء والسماء فراشا الأرض لكم جعل الذي
تعلمون وأنتم أندادا لله تجعلوا فلا لكم رزقا الثمراتArtinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.45
Kesejahteraan akherat kita sudah sering mendapatkan pembahasannya.
Sedangkan kebaikan dunia adalah tidak bisa lepas dari terwujudnya kualitas
hidup yang meliputi kesejahteraan harta. Jelas sekali miskin, terbelakang,
bodoh, dan semacamnya tidaklah akan disebut baik atau berkualitas dalam
hidupnya. Ini semua tidak menjadi cita-cita Islam secara doktrinal.46
Kesejahteraan menurut Spicker dalam M. Hamdar Arraiyyah.47
diartikan sebagai “well-being” atau kondisi sejahtera. Kesejahteraan
bermula dari kata sejahtera, berawalan kata ke dan berakhiran kata an.
Sejahtera berarti aman sentosa, makmur, dan selamat, artinya terlepas dari
segala macam gangguan dan kesukaran. Sosial adalah dari bahasa inggris
45 Al Qur'an Surat Qs al-Baqarah ayat 22, Loc. Cit , hal. 4 46 A. Qodri Azizy, Loc. Cit, hal. 3. 47 M. Hamdar Arraiyyah, Loc. Cit, , hal. 4
xliii
yaitu “social” yang berarti ramah tamah, senang sekali bergaul,
kemasyarakatan.
Sejahtera sebagaimana dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia48 adalah aman, sentosa, damai, makmur, dan selamat (terlepas)
dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Pengertian ini
sejalan dengan pengertian “Islam” yang berarti selamat, sentosa, aman, dan
damai. Dari pengertiannya ini dapat dipahami bahwa masalah kesejahteraan
sosial sejalan dengan misi Islam itu sendiri. Misi inilah yang sekaligus
menjadi misi kerasulan Nabi Muhammad Saw, sebagaimana dinyatakan
dalam ayat 107 surat al-Anbiya’ yang artinya : “Dan tidaklah Kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
(Q.S. al-Anbiyâ’: 107).
Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk berupaya
menyeimbangkan kesejahteraan antara dunia dan akherat. Hal ini seperti
yang termuat pada QS Al-Qashash ayat 77, yaitu:49
كما وأحسن الدنيا من نصيبك تنس ولا الآخرة الدار الله آتاك فيما وابتغ
نسأح الله كلا إليغ وبت ادض في الفسإن الأر لا الله حبي فسدينالم Artinya: Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi (QS. Al-Qashas: 77).
48 Anton M. Moeliono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999,
hal. 325 49 Al-Qur’an dan terjemahannya, Loc.Cit, hal. 394
xliv
2. Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Indikator sejahtera menurut Islam merujuk kepada Al Qur’an surat Al-
Quraisy (106):3 – 4, yaitu :50
خوف من وآمنهم جوع من أطعمهم الذي, البيت هذا رب فليعبدوا
Artinya: “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah) (106:3)”Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut (106:4)”
Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa indikator kesejahteraan dalam Al
qur’an ada tiga, yaitu :
a. Menyembah Tuhan (Pemilik) Ka’bah
Indikator sejahtera yang pertama dan paling utama di dalam
Al-Qur’an adalah “menyembah tuhan (pemilik) rumah (Ka’bah)”,
mengandung makna bahwa proses mensejahterakan masyarakat
tersebut didahului dengan pembangunan Tauhid, sehingga sebelum
masyarakat sejahtera secara fisik, maka terlebih dahulu dan yang
paling utama adalah masyarakat benar-benar menjadikan Allah
sebagai pelindung, pengayom dan menyerahkan dirinya
sepenuhnya kepada sang khalik. Semua aktivitas kehidupan
masyarakat terbingkai dalam aktivitas ibadah.51
b. Menghilangkan lapar
Mengandung makna bahwa , QS Al-Quraisy (106):4, diawali
dengan penegasan kembali tentang Tauhid bahwa yang memberi
50 Ibid, hal. 602 51 Muhammad Sobary, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial,
Yogyakarta: LKiS, 2007, hal. 27
xlv
makan kepada orang yang lapar tersebut adalah Allah, jadi
ditegaskan bahwa rizki berasal dari Allah bekerja merupakan
sarana untuk mendapatkan rizki dari Allah. Kemudian diayat ini
juga disebutkan bahwa rizki yang bersumber dari Allah tersebut
untuk menghilangkan lapar.52 Perlu digaris bawahi bahwa rizki
tersebut adalah untuk menghilangkan lapar. Mempunyai makna
bahwa rizki yang diberikan Allah kepada setiap ummatnya bukan
untuk ditumpuk-tumpuk, ditimbun, apalagi dikuasai oleh individu,
kelompok atau orang-orang tertentu saja. Ini juga bermakna
secukupnya saja sesuai dengan kebutuhan menghilangkan lapar
bukan kekenyangan, apalagi berlebih-lebihan.
c. Menghilangkan rasa takut.
Membuat suasana menjadi aman, nyaman dan tentram
bagian dari indikator sejahtera atau tidaknya suatu masyarakat. Jika
perampokan, perkosaan, bunuh diri, dan kasus kriminalitas tinggi,
maka mengindikasikan bahwa masyarakat tersebut belum
sejahtera. Dengan demikian pembentukan pribadi-pribadi yang
sholeh dan membuat sistem yang menjaga kesholehan setiap orang
bisa terjaga merupakan bagian integral dari proses
mensejahterakan masyarakat.53
Keadaan sejahtera juga digambarkan dalam UU No 6 tahun 1974 secara
abstrak, yaitu suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun
52 M. Hamdar Arraiyyah, Loc. Cit, , hal. 11 53 Ibid, hal. 12
xlvi
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman
lahir batin. Lebih lengkap, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
memberi pengertian sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah
terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan
dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan
pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih,
aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta
terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Kesejahteraan memiliki beberapa kata kunci yaitu terpenuhi kebutuhan
dasar, makmur, sehat, damai dan selamat, beriman dan bertaqwa. Untuk
mencapai kesejahteraan itu manusia melakukan berbagai macam usaha,
misalnya di bidang pertanian, perdagangan, pendidikan, kesehatan serta
keagamaan, pertahanan-keamanan dan sebagainya. Manusia juga
melakukan upaya-upaya secara individu serta berkelompok. Upaya
mencapai kesejahteraan lewat kelompok misalnya membentuk paguyuban,
koperasi, assosiasi, organisasi serta membentuk Negara. Kesejahteraan juga
bisa dibedakan menjadi lahiriyah atau fisik dan batiniyah. Namun,
mengukur kesejahteraan, terutama kesejahteraan batin/spiritual, bukanlah
yang mudah. Kesejahteraan yang bersifat lahir yang biasa dikenal dengan
kesejahteraan ekonomi lebih mudah diukur daripada kesejahteraan batin.
Ukuran kesejahteraan lebih kompleks dari kemiskinan. Kesejahteraan harus
dapat memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kerohanian.
xlvii
Kesejahteraan dapat diraih jika seseorang dapat mengakses pekerjaan,
pendapatan, pangan, pendidikan, tempat tinggal, kesehatan, dan lainnya.
Untuk mengukur kesejahteraan dapat dilihat dari sisi fisik atau ekonomi.
Terdapat berbagai perkembangan pengukuran tingkat kesejahteraan dari sisi
fisik, seperti Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia),
Physical Quality Life Index (Indeks Mutu Hidup), Basic Needs (Kebutuhan
Dasar), dan GNP/Kapita (Pendapatan Perkapita). Ukuran kesejahteraan
ekonomi ini pun bisa dilihat dari dua sisi, yaitu konsumsi dan produksi
(skala usaha).54 Dari sisi konsumsi maka kesejahteraan bisa diukur dengan
cara menghitung seberapa besar pengeluaran yang dilakukan seseorang atau
sebuah keluarga untuk kebutuhan sandang, pangan, papan, serta kebutuhan
lainnya dalam waktu atau periode tertentu.
Melalui pendekatan konsumsi, kita dapat melihat seberapa jauh
perkembangan ekonomi Masyarakat. Pengamatan sederhana yang
dilakukan yaitu dengan cara melihat atau menghitung perkembangan skala
usaha atau pendapatan yang diterima serta tujuh kebutuhan (konsumsi)
rumah tangga anggota dalam masa tertentu, yang meliputi : pangan atau
gizi, pendidikan, kesehatan, sandang/pakaian, tempat tinggal, fasilitas
rumah tangga, sumbangan sosial/ infak, zakat, dan ibadah haji.
54 Radius Prawiro, Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi, Pragmatisme dalam Aksi,
ed. Revisi, Jakarta: PT. Primamedia Pustaka, 2004, hal. 381
xlviii
C. Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Peningkatan Kesejahteraan
Allah telah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka
bumi ini. oleh karena itu manusia dalam mengisi kehidupannya dan untuk
meningkatkan taraf hidupnya harus bersungguh-sungguh untuk mencapai
hasil dalam memenuhi kebutuhan mereka, diantaranya makan, minum,
pakaian, tempat tinggal, sedekah, zakat, dan ibadah haji yang sudah menjadi
kebutuhan pokok setiap Muslim. Persaingan hidup yang sangat ketat,
banyaknya pabrik-pabrik dengan peraturan-peraturan yang sangat ketat,
upah yang tidak standar, sedangkan kebutuhan membengkak. Dalam hal ini
Allah telah mewajibkan umat Islam untuk bekerja dan memperoleh
penghasilan, baik dengan cara bertani, berindustri, berniaga, atau dalam
bentuk-bentuk usaha lainnya. Sebagaimana firman Allah:
كثريا الله واذكروا الله فضل من وابتغوا الأرض في فانتشروا الصلاة قضيت فإذا
لكمون لعفلحت Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka hendaklah kamu bertebaran di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.(Q.S. Al-Jumu’ah : 10).55
Demikianlah Allah telah mewajibkan setiap muslim bekerja, sebab
dengan bekerja setiap muslim akan mengaktualisasikan dirinya sebagai
makhluk ciptaan Allah yang sempurna. Seorang muslim yang bekerja
karena ibadah kepada Allah tentulah dalam bekerja dia akan bersungguh-
sungguh. Akan tetapi dalam bekerja maupun dalam berusaha hendaklah
55 Al-Qur’an dan terjemahannya, Loc.Cit, hal. 554
xlix
seorang muslim itu tidak melupakan hak Allah dan tidak boleh
menyimpang dari peraturan- peraturan yang baik. Hendaklah ia berlapang
dada, jujur, penuh ikhlas, semangat dengan niat beribadah pada Allah
semata. Dengan berbekal pengetahuan agama yang diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari diharapkan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan
yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an.
Etos kerja Islami memegang peranan penting bagi seorang Muslim
dalam melaksanakan pekerjaannya, dengan adanya etos kerja Islami yang
tinggi akan tercipta kepuasan diri seorang Muslim atas hasil kerja yang
dicapai, sehingga pekerjaan yang dijalaninya dapat dilaksanakan dengan
baik.
Menurut Hasibuan, terdapat pengaruh yang kuat antara etos kerja
dengan peningkatan kesejahteraan, dia menyatakan bahwa pemenuhan
materi dan non materi dapat meningkatkan etos kerja seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan atau usahanya.56
Menurut Boatwright dan Slate, semakin lama individu bekerja,
semakin tinggilah etos kerja yang ia miliki. Semakin lama individu bekerja,
maka semakin tinggilah kemungkinan individu untuk memperoleh
kesempatan untuk mengembangkan dan menggunakan kapasitasnya dan
memperoleh peluang dalam pertumbuhan karir dan mendapatkan jaminan
kesejahteraan hidup.57 Kedua hal diatas akan membentuk persepsi
56 Malayu SP Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed. Revisi, Jakarta: Bumi
Aksara, 2001, hal. 112 57 Boatwright, J. R. dan Slate, J. R., Work Ethic Measurement of Vocational Students in
Georgia. Journal of Vocational Education Research, vol.25 (4), 2000,
l
seseorang terhadap kualitas kehidupannya baik dalam kerja maupun
kebutuhan dasarnya sebagaimana pendapat Walton dalam Kossen.58
Dalam tesis Max Weber menyatakan ajaran Calvinisme sekte
Puritanisme menganggap kerja sebagai Beruf (panggilan). Kerja tidak
sekedar pemenuhan keperluan hidup semata, tetapi tugas yang suci.
Pensucian kerja adalah sikap hidup yang di landaskan pada doktrin yaitu,
intensifikasi pengabdian agama yang dijalankan dengan kagairahan kerja
(etos kerja yang tinggi) sebagai gambaran dan pernyataan dari manusia
yang terpilih. 59
Penelitian Muhammad Sobary yang menemukan titik terang tesis
Weber tentang etika protestan di masyarakat muslim di Indonesia. Sobary
melihat adanya etos kerja dan gerakan wirausaha yang bangkit dari
kesadaran keberagamaan masyarakat di Suralaya Jawa Barat.60 Meski
demikian Sobary memberikan catatan bahwa penelitiannya di Suralaya
memang tidak bisa mendapatkan spirit keberagamaan, dalam konteks
gerakan ekonomi mandiri (sejahtera), sedahsyat apa yang ditemukan Weber
di Eropa barat. Sobary mendapati perilaku ekonomi masyarakat muslim di
Suralaya tidak bisa mewujud seperti spirit Protestan di Barat menjadi
ideologi besar yang melahirkan pengusaha kelas elite, bahkan menguasai
struktur ekonomi dunia.61
http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVER/v25n4/boatwright.html. data diunduh pada tanggal 15 April 2011.
58 Kossen, S., Aspek Manusiawi dalam Organisasi, edisi 3, Jakarta: Erlangga, 1986, hal. 10 59 Taufik Abdullah ed, Loc. Cit, hal. 9 60 Muhammad Sobary, Loc. Cit, Yogyakarta: LKiS, 2007, hal. 16 61 Ibid, hal. 17
li
D. Aspek Sosiologi Masyarakat
Seiring perubahan peradaban manusia yang semakin berkembang,
terjadi pemecahan sumber ilmu pengetahuan menjadi ilmu-ilmu yang
mandiri. Salah satunya adalah sosiologi yang mulai tumbuh pada abad ke-
19, sosiologi mengusung kajian mengenai kehidupan manusia dalam
masyarakat.
Auguste Comte dalam Abdulsyani mengatakan sosiologi adalah
filsafat tentang manusia dan filsafat pergaulan hidup. Konsep ini
mencerminkan fokus utama sosiologi mengenai hubungan manusia,
kemajuannya, bentuk dan kewajibannya.62 Dari pendekatan tersebut aspek
sosiologi masyarakat meliputi mata pencaharian, pendidikan, keagamaan,
dan organisasi.
1. Mata pencaharian
Keadaan hidup yang terus berlangsung dirasakan oleh manusia
mewajibkan mereka untuk berusaha mempertahankan kehidupannya dengan
memenuhi dasar kebutuhan hidup yaitu makanan. Dalam mempertahankan
hidupnya manusia melakukan aktifitas untuk menghasilkan sesuatu yang
bisa mempertahankan dirinya agar tetap hidup, inilah yang disebut dengan
mata pencaharian.
Teori sosial menjelaskan bahwa mata pencaharian manusia terbagi
menjadi bebesapa fase perkembangannya, dimulai dari sistem berburu,
bercocok tanam, hubungan industrial, kewirausahaan. Fase berburu
62 Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, danTerapan, cet. 2, Jakarta: Bumi Aksara,
2002, hal. 2.
lii
merupakan mata pencaharian manusia yang paling tertua, sistem ini telah
bertahan sejak 2 juta tahun yang lalu, hingga akhir abad ke-19 sistem ini
mulai hilang dari muka bumi.63
Selanjutnya adalah fase bercocok tanam, menurut ahli sejarah Verre
Gordon Childe penemuan kepandaian bercocoktanam merupakan suatu
peristiwa sangat penting dalam proses perkembangan kebudayaan umat
manusia, hal ini disebut dengan revolusi kebudayaan. Bercocoktanam mulai
muncul sekitar 10.000 tahun yang lalu, dimana menurut ahli ilmu pertanian
Rusia bernama N.I. Vavilov dalam penelitiannya tentang sebaran tanaman
di dunia menyimpulkan tanaman-tanaman tertentu yang sekarang tersebar
dan tercampur di berbagai daerah yang luas, pada awalnya mempunyai
tempat asalnya masing-masing. Penelitian ini menyatakan awal mula
perkembangan bercocok tanam dari wilayah aliran sungai besar di Asia
Tenggara, Asia Timur, aliran sungai Tigris dan Alfurat, daerah Laut
Tengah, Afrika Timur, Meksiko Selatan, dan Peru.64
Ketiga adalah fase hubungan industrial yang bermula dari adanya
revolusi industri di Inggris, hubungan industrial muncul dari pergeseran
perekonomian agraris manjadi ekonomi industri, dimana mata pencaharaian
manusia bertumpu pada pemilik modal atau kapital dan buruh. Munculnya
hubungan industrial mulai pesat pada akhir abad ke-18.
Terakhir adalah fase kewirausahaan yang mulai di dengungkan abad ke-
21 ini. Sejatinya kegiatan kewirausahaan mulai muncul dalam bentuk
63 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Pokok-pokok Etnografi II, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 32
64 Ibid, hal. 53-55
liii
perdagangan dari daerah cina, india, dan Arab. Mata pencaharian dari
kewirausahaan ini merupakan fase dari terakhir yang saat ini masil terus
dikembangkan.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha yang di sengaja untuk membentuk tingkah
laku anak berdasarkan asal-usul keberadaannya.65
Secara sosiologis, pendidikan juga mencakup proses sosialisasi yang
dilembagakan melalui sekolah sebagai institusi, karena kita membawa
anak-anak dari lingkungan keluarga ke lingkungan yang lebih luas.
Perbuatan ini sama saja dengan mengalihkan perhatian kita dari
pembentukan identitas individu dalam suatu unit keluarga kepada
pembentukan struktur sosial yang lebih luas dan pada gilirannya akan saling
memberikan pengaruh oleh identitas tersebut. Jadi, kita beralih dari suatu
orientasi mikro ke makro yang dengan logika itu maka pendidikan secara
bersistem tetap diperlukan untuk memanusiakan manusia utuh dan kaya
arti.66
3. Keagamaan
Parsudi Suparlan mendefinisikan agama secara umum merupakan suatu
perangkat aturan yang memberikan pedoman hubungan manusia dengan
tuhan, sesama, dan lingkungannya.67 Dari batasan tersebut terkesan masih
tekstual dan doktriner, sehingga keterlibatan manusia sebagai subjek belum
65 Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, cet. 2, Bandung: Alfabeta, 2010, hal. 38 66 Suryadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling Untuk PAUD, Yogyakarta: Diva Press,
2009, hal. 10 67 Parsudi Suparlan, Kebudayaan dalam Pembangunan, Jakarta: Majalah Dialog
Departeman Agama RI, no 21, 1986. hal. 14
liv
nampak didalamnya.maka lebih mendalam agama diartikan sistem
keyakinan yang dianut dan berupa tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh
suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasikan dan dalam
rangka respon terhadap sesuatu yang dirasakan dan diyakini sebagai ghoib
dan suci. Agama sebagai sistem keyakinan akhirnya dapat menjadi bagian
dari sistem nilai yang ada dalam kebudayaan masyarakat, sehingga menjadi
pendorong sekaligus pengendali bagi tindakan-tindakan anggota masyarakat
agar tetap sesuai dengan nilai-nilai agama dan kebudayaannya.
Secara fenomanologi agama mudah untuk dikenal identitasnya lewat
salah satu dari tiga bentuk institusionalnya, yaitu denominasionalisme dan
sektarianisme, kelompok indepanden lepas dari agama tardisional, tetapi
jelas disebut agama, dan nilai-nilai yang diikatkan pada struktur yang ada
pada dirinya dan bukan bersifat keagamaan.68
Sementara Arief Budiman berpandangan lain mengenai agama, ia
membagi agama dalam dua kategori untuk mendefinisikannya, yaitu
pertama sebagai keimanan, di mana orang percaya terhadap kehidupan
abadi di kemudian hari, kemudian orang mengabdikan dirinya untuk
kepercayaan itu. Di sini agama dilihat sebagai masalah teologi. Kedua,
dalam terminologi ilmu sosial, agama dilihat sebagai nilai dasar yang
mempengaruhi perilaku manusia.69
68 Robert W. Crapps, Dialog Psikologi dan Agama, Sejak William James Hingga Gordon
W. Allport, terjem, Yogyakarta: Kanisius, 1993, hal. 22 69 Arief Budiman, Agama Demokrasi dan Keadilan, Semarang: IAIN Walisongo, 1993,
hal. 20
lv
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi menjadi dua yaitu agama wahyu
dan agama bukan wahyu. Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh
manusia dari Allah Sang Pencipta malalui Malaikat Jibril dan disampaikan
serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Sedangkan agama
bukan wahyu adalah agama yang bersandar pada ajaran-ajaran seseorang
yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai
aspek secara mendalam.70
4. Organisasi
Organisasi secara etimologis adalah tubuh atau alat tubuh, aturan,
susunan, perkumpulan dari kelompok tertentu dengan dasar ideologi yang
sama. Sedangkan secara terminologi organisasi adalah kesatuan (Entity)
sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasikan, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus
untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.71
Ott dalam Riggio mengatakan organisasi mempunyai bentuk struktur
formal dan juga kekuatan informal yang membuat bentuk dan tingkah laku
dalam organisasi menjadi khas. Pendekatan yang populer mengenai aspek-
aspek informal dalam organisasi secara kolektif dipandang sebagai budaya
organisasi.72
70 Azyumardi Azra dkk, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum, cet. 3, Jakerta: Deperteman Agama RI, 2002, hal. 31-32 71 Abdulsyani, Loc. Cit, hal. 115 72 Ronald E. Riggio, Introduction to Industrial/Organizational Psychology, Third Edition,
Printice Hall, Upper Saddle River, New Jersey 07458, 2000, hal. 58
lvi
BAB III
KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR MAKAM
KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK
A. Sejarah Desa Kadilangu
Tanah Kadilangu merupakan tanah hadiah yang diberikan dari Sultan
Demak Raden Patah kepada Sunan Kalijaga, dimana berdasarkan penuturan
bapak Prayitno73 (juru kunci makam), tanah hadiah ini diberikan sekitar
tahun 1532 M hadiah ini diberikan kepada Sunan Kalijaga sebagai tanda
terima kasih Raden Patah atas jasa Sunan Kalijaga (dengan dibantu para
wali) yang berhasil memimpin, merencanakan serta melaksanakan
pembangunan masjid Agung Demak. Selain itu Raden Patah sangat bangga
kepada Sunan Kalijaga karena Sunan Kalijaga dengan tangan sendiri telah
berhasil membuat hasil karya besar, yang sampai hari ini masih ada, yaitu
gaya kepala yang digantung (terkenal dengan sebutan Soko Guru).
Pada saat diberikan tanah Kadilangu masih berupa hutan belukar dan
rawa, sehingga sunan Kalijaga membuka lahan itu untuk permukiman dan
membangun desa. Munculnya nama Kadilangu menurut cerita masyarakat,
dahulu kala pada saat pembukaan lahan pohon dan daunnya digunakan untuk
mengeringkan rawa, tetapi setelah pohon dan daun tercium aroma harum
yang sangat kuat, istilah dalam bahasa Jawa adalah “Kadi” (tetapi penduduk
disana menyebutnya “Langu”) yang aneh maka dari kejadian ini tahan hadiah
73 Wawancara dengan Prayitno, juru kunci Makam Sunan Kalijaga pada tanggal 10 April
2011.
lvii
dari Raden Patah kepada Sunan Kalijaga dinamakan sebagai Desa
Kadilangu.
B. Keadaan Daerah
Kelurahan Kadilangu termasuk dalam wilayah Kecamatan Demak,
mempunyai luas 0,952 KM², terdiri dari 73,64 Hektar tanah sawah dan 21,55
Hektar tanah kering. Terletak di Sebelah Timur Kota Demak pada jalur
Demak-Grobogan sejauh lebih kurang 2 Kilometer dengan ketinggian 4
meter diatas permukaan air laut.
Kelurahan Kadilangu berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Desa Botorejo
Sebelah Timur : Desa Botorejo
Sebelah Selatan : Desa Kendaldoyong
Sebelah Barat : Kelurahan Bintoro.74
Dengan melihat perincian luas daerah maka sebagian besar Kelurahan
Kadilangu merupakan tanah sawah, yang sebagian besar merupakan sawah
tadah hujan, sedangkan yang merupakan pertanian tehnis hanya sebagian
kecil saja.
C. Penduduk
Penduduk Kelurahan Kadilangu berjumlah 3.426 jiwa yang meliputi
penduduk laki-laki sebanyak 1.700 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
74 Tim Penyusun BPS Kabupaten Demak, Demak Dalam Angka tahun 2007, Demak:
Badan Pusat Statistik dan Litbanglahtasipda Kabupaten Demak, 2008, hal. 25. diunduh pada wab. www.kabdemak.co.id, Tanggal 2 April 2011
lviii
1.726 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut seluruhnya merupakan Warga
Negara Indonesia dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 853 KK.75
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut umur dan
jenis kelamin di Kelurahan Kadilangu, dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1.
JUMLAH PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN KELURAHAN KADILANGU
No. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 2. 3. 4 5. 6. 7. 8.
0 – 4 5 - 14 15 - 24 25 - 34 35 - 44 45 - 54 55 - 64 65 >
175 363 263 199 191 165 170 174
238 343 249 167 188 170 188 183
413 706 512 366 379 335 358 357
Jumlah 1.700 1.726 3.426 Sumber Data : Kelurahan Kadilangu Tahun 200776 Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari jumlah penduduk
yang ada yang paling banyak adalah umur 9 – 14 Tahun sebanyak 706 jiwa.
Dari hasil pengamatan pra penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa
rata-rata umur pedagang yang berada di kawasan Makam dan Masjid Sunan
Kalijaga berumur antara 25 hingga 44 tahun dan kebanyakan berjenis
kelamin perempuan yang biasa menjaga toko, dengan prosentase 70%
perempuan dan 30% laki-laki. Adapun jumlah pedagang sebagaimana
dijelaskan dalam bab satu yaitu keterangan dari Bapak Raharjo Kusumo
kurang lebih 300 pedagang.
75 Ibid, hal. 25 76 Data yang ditemukan peneliti dalam web resmi Kabupaten Demak paling akhir sampai
tahun 2007 yang baru dipublikasikan.
lix
D. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial masyarakat Kelurahan Kadilangu cukup baik terutama
yang menyangkut kepentingan bersama dari anggota masyarakat. Kerukunan
dalam masyarakat juga masih terpelihara dengan baik, hal ini dapat dilihat
dari adanya kegiatan bersama, misalnya kebersihan lingkungan kampung dan
sebagainya.
Sarana pendidikan di Kelurahan Kadilangu terdapat 2 Sekolah Dasar
Negeri dan 1 Sekolah Diniyah. Sedangkan sarana kesehatan di Kelurahan
Kadilangu hanya terdapat 1 Puskesmas.77
Sebagian besar wilayah Kelurahan Kadilangu berupa tanah sawah,
maka penduduk Kelurahan Kadilangu kebanyakan bermata pencaharian
sebagai petani. Tanah sawah di Kelurahan Kadilangu sebagian besar
merupakan sawah tadah hujan sehingga musim tanamnya terbatas. Pada
daerah yang dapat terjangkau irigasi teknis bisa dua kali panen setiap
tahunnya, sedangkan daerah yang kurang airnya penduduk hanya bisa satu
kali panen.
Tabel 2. PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN
KELURAHAN KADILANGU
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah 1. 2. 3. 4 5. 6. 7. 8.
Petani Buruh Tani Buruh Industri dan bangunan Pengusaha Pedagang Pegawai Negeri Sipil, Polisi dan TNI Pensiunan Lain-lain
367 486 139 5 261 335 241 102
77 Ibid, hal. 30
lx
Jumlah 1936 Sumber Data : Kelurahan Kadilangu Tahun 2007
Kategori pedagang yang berada di kawasan Makan dan Masjid Sunan
Kalijaga meliputi pedagang makanan tradisional daerah, buah asli daerah,
makanan siap saji, makanan dari Negara Arab, pedagang pakaian, buku-buku
bacaan, perlengkapan sholat, plastik penyimpan sandal, pernak pernik, jasa
penginapan, jasa CMCK, jasa penitipan sepeda motor, penjual kelontong,
dan lain sebagainya.
E. Agama
Penduduk di Kelurahan Kadilangu mayoritas beragama Islam. Hal ini
dapat dipahami sebab Kelurahan Kadilangu dulunya tempat pusat
penyebaran agama Islam untuk pertama kalinya di Pulau Jawa. Karena
mayoritas beragama Islam maka perwujudan kehidupan sehari-hari sangat
dipengaruhi oleh hukum agama Islam. Contoh : pengajian bersama, tahlil,
manakib dan sebagainya.
Tabel 3. PENDUDUK MENURUT AGAMA
KELURAHAN KADILANGU
No. Jenis Agama Jumlah Penganut
1. 2. 3. 4 5.
Islam Katholik Kristen Hindu Budha
3.385 7 34 - -
Jumlah Sumber Data : Kelurahan Kadilangu Tahun 2007
lxi
Tabel 4. SARANA IBADAH
KELURAHAN KADILANGU
No. Jenis Agama Jumlah Bangunan
1. 2. 3. 4 5.
Masjid Musholla Gereja Kuil Klenteng
8 19 - - -
Jumlah Sumber Data : Kelurahan Kadilangu Tahun 2007
F. Kondisi Pedagang Sekitar Makam
Kompleks Masjid-Makam Sunan Kalijaga sering dikunjungi peziarah
yang terus mengunjungi makam Sunan Kalijaga dengan tujuan untuk
mengenang jasa dan pengabdian Sunan Kalijaga sekaligus mendoakannya.
Secara tidak langsung kawasan Kadilangu menjadi ramai karena kunjungan
para peziarah atau hanya untuk rekreasi. Peziarah atau hanya untuk rekreasi
tentunya memerlukan suatu jasa seperti penginapan, warung makan, rental
perlengkapan ibadah, toko souvenir, dan lainnya. Untuk memudahkan para
penjual jasa menjalankan pekerjaannya, muncul beberapa warung atau ruko
kecil sebagai tempat menjajakan jasanya. Hal ini terjadi terus-menerus yang
pada akhirnya terbentuklah permukiman seperti yang ada sekarang.
Pembangunan rumah yang kurang memperhatikan aspek-aspek pola
pemukiman menyebabkan daerah ini mengalami penurunan kualitas
lingkungan di berbagai segi seperti pertumbuhan pedagang kaki lima
disekitar makam (sekitar tahun 1986 Pengurus Masjid-Makam Sunan
lxii
Kalijaga membangun kawasan ruko di sepanjang jalan menuju Masjid-
Makam Sunan Kalijaga).78
Hingga kini pedagang kaki lima yang berada di sekitar kompleks
Makam-Masjid Sunan Kalijaga kian bertambah, awalnya hanya berada di
area pertokoan yang telah dibuatkan oleh pengurus Makam-Masjid Sunan
Kalijaga yang berada di jalan utama menuju Makam dan Masjid, namun
sekarang meluas hingga jalan kampung yang ada di dalam dan membujur
dari arah selatan hingga utara Makam dan Masjid.
Tidak mengherankan memang, berkembangnya pedagang kaki lima di
sebabkan makin banyaknya peziarah dan wisatawan yang datang
mengunjungi lokasi kompleks Makam-Masjid Sunan Kalijaga dari tahun ke-
tahun. Serta kondisi petani yang sering gagal panen karena tanaman padinya
terserang hama penyakin, memberikan inspirasi untuk mereka dengan
membuka kios sederhana Sebagai pendapatan sampingan di luar kegiatan
bertani.
Produk yang ditawarkan juga sangat beragam dimalai dari makanan
tradisional, buah asli daerah, makanan siap saji, makanan dari Negara Arab,
buku-buku bacaan, tasbih, sajadah, sandal, plastik penyimpan sandal, pernak
pernik, dan masih banyak produk yang di tawarkan. Hal ini mencerminkan
seluruh kebutuhan peziarah maupun wisatawan dapat diperoleh di lokasi
pedagang kaki lima yang berada di sekitar Makam-Masjid Sunan Kalijaga.
78 Wawancara dengan Prayitno selaku juru kunci makan pada tanggal 10 April 2011.
lxiii
G. Komunikasi Antar Pedagang
Setiap komunitas atau kumpulan orang yang tinggal dan berinteraksi
satu sama lain tentu memiliki organisasi untuk menjembatani kepentingan
masing-masing individu. Tidak terkecuali para pedagang yang ada di sekitar
makam Sunan Kalijaga, kebutuhan untuk berkoordinasi dan menjalin
hubungan antar sesama pedagang dibentuk koordinator pedagang di bawah
pengawasan skretariat kasepuhan keluarga dan ahli waris Sunan Kalijaga.
Pedagang yang ada di sekitar makam Sunan Kalijaga terbagi menjadi
dua bagian yaitu bagian dalam yang meliputi pedagang yang berada di
sekitar makam dan masjid Sunan Kalijaga, dimulai dari gerbang utama
masuk kompleks makam hingga jalan setapak di arah barat dan timur
makam, hal ini sesuai dengan yang peneliti dapatkan dari keterangan Bapak
H. Tomo.79
Sedangkan Bapak Suparman80 membawahi para padagang yang berada
di sisi luar meliputi jalan primer desa Kadilangu, pedagang di wilayah tempat
parkir, dan pedagang keliling. Pembagian wilayah dimaksudkan agar
koordinatosi berjalan efektif karena banyaknya pedagang yang ada. Serta
diambil dari para pedagang yang ada di dalamnya supaya lebih memahami
dan bisa menyampaikan aspirasi pedagang.
Peneliti melihat komunikasi dan manajemen pedagang terbilang bagus,
karena letak pemilihan koordinator sangat setrategis pada wilayahnya, Bapak
79 H. Tomo merupakan koordinator pedagang disekitar makam Sunan Kalijaga di bagian
dalam, wawancara dilakukan pada tanggal 2 mei 2011. 80 Sumarman adalah koordinator pedagang dibagian luar. wawancara dilakukan pada
tanggal 2 mei 2011.
lxiv
H. Tomo berada di sisi dalam pedagang dan dekat sekali dengan gerbang
memasuki makam Sunan Kalijaga, hanya berjarak satu ruko dan berada di
sebelah timur jalan stapak kawasan makam. Sedangkan posisi Bapak
Suparman berada di samping gerbang utama memasuki kompleks makam
Sunan Kalijaga, sehingga dari lokasi koordinator sangat memudahkan
mereka dalam menjalankan aktifitasnya.
Struktur organisasi dari pedagang yang ada disekitar makam dimulai
dari sesepuh ahli waris dan keluarga Sunan Kalijaga yang saat ini adalah
Bapak R. Mohamad Soedioko. Adapun yang menjalankan roda organisasi
kasepuhan adalah Bapak Raharjo Kusumo S.E. dan menjalin mitra dengan
pemerintah desa Kadilangu, selanjutnya adalah pengurus makam Sunan
Kalijaga yang dipegang Bapak Prayitno, dan dilanjutkan oleh Bapak
Suparman dan Bapak H. Tomo. Sebagaimana dijelaskan grafik di bawah ini.
Grafik 1 Struktur Organisasi Padagang Sekitar Makam
Sumber: Dokumentasi di Kantor Kasepuhan tahun 2011
R. Mohamad Soedioko
Pemerintah Desa Kadilangu
Bapak Raharjo Kusumo
Bapak Prayitno
Bapak Suprman
Bapak H. Tomo
Pedagang Wilayah Luar
Pedagang Wilayah Dalam
lxv
Keterangan yang kami dapat dari Bapak Suparman dan Bapak H. Tomo
jumlah pedagang yang sesuai dengan kriteria dari pengambilan sampel
penelitian yaitu:
a. Pedagang telah berjualan di area Makam dan Masjid Sunan
Kalijaga minimal 5 tahun.
b. Pedagang telah melakukan ibadah Haji dan mampu membayar
Zakat tiap tahunnya.
Berdasarkan pengembilan mereka dari wilayah dalam dan luar maka
didapatkan jumlahnya yaitu:
1. Bapak H. Sukri beserta Istri, yaitu pedagang yang menjual pakaian
dan souvenir.
2. Hj. Karti pedagang pakaian dan souvenir yang berada di wilayah
dalam.
3. H. Tomo dan Istrinya yang berdagang pakaian, souvenir, dan kaset
juga VCD Islami.
4. H. Marjo beserta Istri yang memiliki penginapan dan ruko
souvenir.
5. Ibu Hj. Dilah pedagang yang menyediakan bermacam pakaian dan
makanan khas dari berbagai daerah terutama Demak.
6. Hj. Suntiroh yang memiliki kios pakaian, souvenir, dan makanan
khas.
7. H. Japar beserta Istrinya pemilik rumah makan yang berlokasi di
sisi luar.
lxvi
8. H. Pardi dan Istrinya yang juga memiliki rumah makan yang
bersandingan dengan H. Japar.
9. Bapak H. Mustofa dan Istri yaitu pemilik hotel Mustika dan
tempatnya cukup jauh dari makam.
10. Hj. Rasmi pemilik rumah makan dan ruko pakaian serta souvenir
yang berlokasi di luar dan dalam.
11. H. Roji yang juga memiliki rumah makan.
12. Dan terakhir H. Hasan Hanafi yaitu pemilik rumah makan dan
penitipan sepeda motor.
Hasil rekomendasi dari Bapak Superman dan H. Tomo untuk dijadikan
responden sebagai bahan informasi penyusunan sekripsi maka di dapat lima
pedagang yang dijadikan responden. Mereka adalah sebagaiberikut:
1. Hj. Karti
2. H. Marjo beserta Istri
3. Hj. Dilah
4. Hj. Suntiroh dan
5. Hj. Rasmi
Lima orang di atas menjadi sampel penelitian karena dirasa cukup
mewakili dari jenis usaha pedagang yang berada di kompleks makam Sunan
Kalijaga, serta usaha mereka yang dipandang berkembang dari sejenisnya.
lxvii
BAB IV
ANALISIS TERHADAP ETOS KERJA ISLAMI DAN TINGKAT
KESEJAHTERAAN PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR MAKAM
KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK
H. Karakteristik Responden
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 5 orang pedagang yang telah
memenuhi kriteria, mereka adalah H. Marjo, Hj. Karti, Hj. Dilah, Hj.
Suntiroh, dan Hj. Rasmi, secara terperinci peneliti akan menjelaskan
mengenai masing-masing responden yaitu:
Pertama H. Marjo adalah pemilik kios souvenir dan penginapan yang
berada di jalan setapak dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga, usahanya
dimulai pada tahun 1985, setelah adanya perbaikan ruko tempat berdagang
H. Marjo memutuskan untuk menjadi pedagang setelah dirasa menjadi petani
semakin tidak menentu nasibnya, sawah yang dimiliki dijual dan hasilnya
digunakan untuk modal berdagang.
Pada awal usahanya H. Marjo hanya menjual souvenir saja, pada saat
itu pendapatannya masih pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,
dia selalu menyisihkan pendapatannya untuk rencana pengembangan usaha,
hal ini dipandang sangat perlu karena jumlah peziaran yang lambat laun
makan bertambah bahkan hingga ada yang datang pada malam hari, sehingga
terbesit dalam benaknya untuk mendirikan penginapan.
lxviii
Setelah beberapa tahun akhirnya pada tahun 1995 dia membangun
penginapan disamping rumahnya, H. Marjo memiliki keuntungan karena
rumahnya berada di jalan setapak yang menuju makam Sunan Kalijaga dan
tanahnya masih cukup untuk mendirikan penginapan sehingga letak yang
strategis memberikan dampak positif.
Sekitar tahun 2000 H. Marjo lupa tepatnya tahun berapa Ia dan istrinya
diberi karunia untuk menunaikan ibadah haji, setelah melaksanakan ibadah
haji bisnisnya semakin berkembang baik, sekarang omsetnya perhari rata-
rata dalam kondisi sedang adalah Rp 1.700.000,00 perhari ini diperolah dari
usaha sovenirnya dan penginapan.
Dia telah mampu menyekolahkan anaknya hingga jenjang Perguruan
Tinggi, serta memiliki kendaraan roda empat untuk kebutuhan keluarganya
dan kebutuhan bisnisnya. Setiap tahun H. Marjo juga mampu membayar
zakat maal.
Kedua Hj. Karti, mulanya adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki
pekerjaan, hingga pada saat kondisi keuangan keluarga yang makin
memburuk, ia bertekad untuk menjadi pedagang. Dia bukan keturunan
padagang yang telah membuka usaha terlebih dahulu, selain itu dia juga tidak
mempunyai cukup modal untuk membuka usaha yang besar. Setelah tidak
lagi bertani, ia membuka usaha dagang dan memperoleh modal dari
penjualan sawah karena melihat perkembangan usaha yang berada di
kawasan Makam Sunan Kalijaga sangat menjanjikan. Dalam mengelola
usahanya Hj. Karti dibantu suaminya.
lxix
Produk yang dijual Hj. Karti adalah souvenir dan pakaian, omset yang
didapatnya perhari berkisar antara Rp 400.000,00 hingga Rp 650.000,00.
usahanya telah berjalan selama 15 tahun dimulai dari tahu 1996. anaknya
masih sekolah setingkat SMA, dan rencananya akan melanjutkan perguruan
tinggi setelah lulus nanti.
Pada tahun 2003 Hj. Karti mendapat panggilan untuk menunaikan
ibadah haji, namun ia hanya berangkat sndirian tidak bersama suaminya.
Setiap tahun Hj. Karti juga telah mampu untuk mengeluarkan zakat maalnya.
Ketiga Hj. Dilah merupakan pemilik ruko yang menyediakan berbagai
macam pakaian batik untuk anak-anak,wanita, dan pria serta makanan khas
dari daerah sendiri maupun dari daerah luar. Hj. Dilah dalam mengelola
usahanya mengambil kredit dari lembaga keuangan untuk mengembangkan
usahanya.
Usaha dagang yang digeluti Hj. Dilah malai tahun 1989 untuk
membantu perekonomian keluarga. Produk awal yang dijual Hj. Dilah adalah
makanan khas. Setelah mendapatkan modal tambahan Hj. Dilah
mengembangkan produk yang dijual berupa pakaian muslim untuk anak-
anak, wanita, dan laki-laki.
Saat ini omset yang didapatnya perhari berkisar antara Rp 400.000,00
hingga Rp 700.000,00. Hasil kerjanya digunakan untuk kebutuhan keluarga
dan membiayai anaknya yang masih kuliah, etos kerja yang dimiliki Hj.
Dilah mengantarnya melakukan ibadah haji pada tahun 2001, ini merupakan
buah dari kerja kerasnya selama bekerja. Disamping itu Hj. Dilah juga
lxx
mengeluarkan zakat maal tiap tahunnya dimulai setelah naik haji hingga
sekarang.
Responden keempat adalah Hj. Suntiroh yang berjualan Pakaian,
souvenir, dan makanan khas memulai usahanya pada tahun 1988 hal ini
setelah suaminya meninggal akibat sakit. Sebagai kepala keluarga yang
memiliki anak kecil, Hj. Suntiroh berjuang dengan sepenuh tenaga untuk
menghidupi keluarganya, dan mempersiapkan masa depan anak-anaknya.
Hj. Suntiroh memiliki tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang saat
ini menginjak semester akhir disalah satu Perguruan Tinggi Islam di Demak,
Hj. Suntiroh menguliahkan anaknya pada Perguruan Tinggi Islam
dikerenakan keinginannya untuk mendidik anak pertamanya sebagai kepala
rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap adik-adiknya, karena Hj.
Suntiroh merasa sudah tua.
Diperkirakan omset harian Hj. Suntiroh sekitar Rp 400.000,00 pada
kondisi sepi, karena Hj. Suntiroh tidak bisa menceritakan jumlah yang pasti.
Pada tahun 2005 Hj. Suntiroh pergi menunaikan ibadah haji sebagai
panggilah Allah SWT, namun sebelumnya Hj. Suntiroh telah mampu untuk
mambayar zakat tiap tahunnya. Zakat dari Hj. Suntiroh selalu diserahkan
pada amil zakat.
Hj. Rasmi yang menempati posisi terakhir sebagai responden
merupakan pedagang yang meneruskan usaha orang tuanya. Awalnya Ibu Hj.
Rasmi berjualan souvenir saja yang menjadi warisan dari orang tuanya, pada
saat awal jualan ruko yang ditempati masih berukuran kecil, dengan sifat
lxxi
istiqomah dan pantang menyerah Ibu Hj. Rasmi berhasil memajukan usaha
penjualan souvenir. Dan menambah produk berupa pakaian, fase-fase awal
berjualan pakaian jumlah barangnya sangat terbatas hal ini dikarenakan
modalnya yang sedikit dan relasi untuk produsen pakaian masih terbatas.
Lambat laun berjalan Ibu Hj. Rasmi dengan sikap istiqomahnya mampu
bertahan dan semakin besar usaha pakaian yang dijual, sekarang berbagai
motif dan gaya pakaian semakin lengkap dan sudah banyak merek dari
produsen pakaian muslim terpajang di rukonya, relasipun bertambah banyak
dan sekarang sistem yang digunakan dalam menjual pakaian adalah
kongsinasi, dimana produsen menitipkan barangnya kepada penjual dan
dalam jangka waktu yang disepakati baru dilakukan pembayaran atas barang
titipan tadi.
Sekitar tahun 2000 Ibu Hj. Rasmi telah membuka usaha baru yaitu
Rumah Makan yang terletak di dekat tempat parkir kendaraan Bus dan Mobil
pribadi, berkat sifat istiqomah yang dipegang kukuh Ibu Hj. Rasmi, sekarang
kesuksesan dapat dirasakan olehnya. Omset dari usahanya Ibu Hj. Rasmi
menuturkan dalam kondisi sepi dari tiga pos usahanya tadi sebesar Rp
500.000,00 per hari, sedangkan kondisi sedang mampu mencapai Rp
1.500.000,00 per hari, dan waktu ramai peziarah omsetnya mencapai Rp
3.000.000,00 per hari, kondisi ini biasanya saat khaul dari Sunan Kalijaga.
Tahun 2005 Hj. Rasmi dan suaminya (almarhum) menunaikan ibadah
haji. Hj. Rasmi sangat bersyukur karena dapat menyekolahkan anaknya
sampai kejenjang Perguruan Tinggi, dia memilih Perguruan Tinggi yang
lxxii
bernuansakan Islam karena budaya keluarga santri yang melekat pada
keluarganya sehingga ajaran agama merupakan asas untuk melakukan segala
aktifitasnya. Cita-cita Hj. Rasmi adalah melihat anaknya sukses dalam
ekonomi dan shaleh dengan ajaran agama Islam. Tiap tahun Hj. Rasmi
mengeluarkan zakat malnya dengan menyerahkan langsung kapada para
mustahiqnya.
I. Analisis Terhadap Etos Kerja Pedagang Secara Islami
Munculnya kegiatan perdagangan di sekitar Makam Sunan Kalijaga
Kadilangu Demak sedikit banyak akan mewarnai kehidupan ekonomi
masyarakat setempat. Dalam hal ini perlu dicermati adalah peran pedagang
dalam menegakkan ekonomi keluarga. Sebagian penduduk asli Kadilangu,
bekerja sebagai pedagang di kawasan Makam Sunan Kalijaga ada yang
dilakukan sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan. Hal ini
terdorong atas kesadaran pribadi untuk menambah penghasilan keluarga.81
Sikap kewirausahaan merupakan faktor utama dalam perkembangan
perekonomian masyarakat pedesaan, seperti halnya perdagangan di sekitar
Makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak. Seorang wirausaha harus
mempunyai syarat dasar yaitu niat atau tekad yang kuat dan kedua adalah
keberanian untuk melakukan.
Pedagang muslim di sekitar Makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak
menjadi pengusaha terbilang sukses tidak berangkat dengan modal usaha
81 Wawancara dengan Bapak Suparman selaku koordinator pedagang yang ada di sekitar
Makam Sunan Kalijaga , tanggal 3 Mei 2011.
lxxiii
yang besar, tetapi mereka berangkat dengan modal semangat dan
ketrampilan. Yang tidak kalah menarik dari etos kerja pengusaha muslim
perkotaan adalah bahwa tingginya etos kerja mereka tidak hanya didorong
oleh motif-motif ekonomi semata, tetapi juga didorong oleh motif religi dan
sosial.
Hasil wawancara tentang etos kerja yang dimiliki oleh para pedagang
menjelaskan adanya keseimbangan antara motif ekonomi dengan motif religi
yang terangkum dalam sembilan pertanyaan mengenai etos kerja pedagang,
yaitu:
Jawaban seluruh responden menyatakan bahwa mereka melakukan
gaya hidup yang sederhana dan menabung sebagian pendapatannya baik
untuk kebutuhan yang tidak terduga maupun untuk biaya menunaikan ibadah
Haji, sedangkan untuk biaya mengeluarkan Zakat sebanyak 3 orang
responden lebih sering menghitung besarnya Zakat yang dikeluarkan pada
saat sudah chaul atau sudah masuk waktu membayar Zakat, adapun yang 2
orang responden sering menghitung Zakatnya tidak dalam kurun waktu satu
tahun sekali mereka adalah H. Marjo dan Hj. Rasmi.
Para responden menyisihkan pendapatannya untuk ditabung sebagai
cadangan kebutuhan apabila ingin mengembangkan usahanya, selain itu
adakalanya untuk kebutuhan pendidikan putra-putrinya hingga jenjang
setinggi mungkin, serta kebutuhan pedagang akan hari tuanya nanti tatkala
sudah tidak mampu bekerja seperti waktu muda.
lxxiv
Sifat ikhlas atau ketulusan merupakan kepasrahan seseorang dalam
melakukan sesuatu karena manusia tidak memiliki daya untuk menghindari
dan tidak pula memiliki kekuatan untuk berbuat apapun kecuali dengan
pertolongan langsung Allah SWT, semua perbuatan yang dilakukan semata-
mata karunia Allah SWT kepada manusia, sebab hanya Allah SWT yang
bisa memberi Hidayah dan Taufiq kepada manusia.82
Kondisi masyarakat Kadilangu Demak yang bernuansakan santri
termasuk pula pedagang yang ada di sekitar Makam Sunan Kalijaga, tidak
bisa dipisahkan antara kegiatan ekonomi dengan ajaran agama. Ketulusan
pedagang dalam memberikan pelayanan kepada konsumen menurut mereka
adalah sesuatu yang harus diberikan, kerena situasi yang mempertemukan
mereka semata karena karunia Allah SWT dan mayoritas konsumennya
adalah para peziarah yang melakukan aktifitas di jalan Allah SWT.
Sebagaimana yang disampaikan H. Marjo pemilik ruko souvenir dan
penginapan, dia mengatakan “saya bekerja dengan niat ibadah untuk
menafqahi keluarga dan menggunakan hasilnya sesuai ajaran Islam,
sedangkan yang menjadi pembeli souvenir dan yang menginap di penginapan
kebanyakan adalah peziarah yang merupakan tamu dari salah satu dari wali
Allah SWT, mereka melakukan ibadah sesuai perintah agama, sehingga
sudah menjadi kewajiban saya untuk memberikan pelayanan yang baik
sebagai tuan rumah yang didatangi dengan keikhlasan. Saya yakin pertemuan
82 Salim Bahreisy, Al-Hikam (Pendekatan Abdi Pada Khaliqnya), terjemah, Surabaya:
Madya, cet.5, 1984, hal. 22
lxxv
saya dengan pembeli atau yang menginap merupakan karunia Allah SWT
sebagai wasilah kami untuk mendapatkan ridhoNya”.83
Keikhlasan yang selalu diterapkan para pedagang dalam menjalankan
usahanya tidak lain didasarkan pada semangat kerja sebagai sebuah
perwujudan dalam ajaran agama yang mereka peluk. Namun terkadang
keikhlasan ini tercemar adanya sifat amarah tatkala kondisi yang dialami
pedagang tidak berjalan dengan baik, semisal harga tawar yang di inginkan
pembeli seenaknya sendiri dan berkelakuan seenak hati.
Selanjutnya untuk jawaban dari para responden mengenai kejujuran
dalam menjalankan usaha adalah mutlak harus ada, karena kejujuran
merupakan kunci mencapai derajat yang lebih tinggi baik secara materi
maupun di sisi Tuhan.
Hj. Dilah yaitu pemilik ruko yang menyediakan berbagai macam
pakaian dari anak-anak,wanita, dan pria serta makanan khas dari daerah
sendiri maupun dari daerah luar mengatakan “dalam menjalankan usaha
apapun jika ingin terus berputar dan meningkatkan usahanya harus
mempunyai sifat jujur dalam menjalankan usaha, kejujuran ini diterapkan
untuk supplier dan konsumen, dengan sifat jujur kita akan dipercaya oleh
supplier untuk menyetok barang maupun makanan yang akan kita jual.
Sedangkan kejujuran pada konsumen akan mendatangkan banyak rizki,
karena sekali konsumen percaya kita berlaku jujur maka mereka akan dengan
senang hati mengajak teman rombongannya untuk berbelanja di ruko kami.
83 Hasil wawancara dengan Bapak H. Marjo selaku pemilik kios souvenir dan penginapan
yang berada di jalan dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga , tanggal 3 Mei 2011.
lxxvi
Hal ini juga sesuai dengan ajaran Islam yang mewajibkan para pedagang
untuk berlaku jujur”.84
Seperti halnya Hj. Dilah, pemilik ruko yang menawarkan berbagai
macam souvenir asli Demak maupun luar daerah yang sekaligus menjual
pakaian yang bernama Hj. Karti memiliki pandangan bahwa ketika terjadi
transaksi, Ibu Hj. Karti mengatakan harga beli dari supplier dan menawarkan
margin keuntungan kepada calon konsumen yang akan membeli, sehingga
dari sini akan terjadi transaksi yang saling ridho dan diyakini akan membawa
barokah serta manfaat untuk kedua belah pihak. Bagi Hj. Karti sifat jujur
akan membawa hasil yang diperoleh sangat diyakini adalah pendapatan yang
halal, sehingga ketika digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga
sehingga akan tercipta keluarga yang sakinah.85
Sifat jujur akan menumbuhkan seseorang saling mengasihi sesama
muslim sebagaimana seseorang mencintai dirinya sendiri, hal ini
sebagaimana ajaran Rasulullah SAW tentang kesempurnaan iman seorang
muslim. Sifat jujur dalam mengelola usaha akan mengarah pada kujujuran
pedagang dalam menghitung besarnya zakat maal yang akan di keluarkan,
karena kejujuran ini merupakan refleksi dari rasa kasih sayang dan kecintaan
sesama muslim, sehingga pedagang akan menyalurkan zakatnya kepada
mustahiq sesuai dengan harta yang harus dikeluarkan untuk zakatnya.
84 Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Dilah selaku pemilik kios pakaian dan makanan khas
yang berada di jalan dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga , tanggal 3 Mei 2011. 85 Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Karti selaku pemilik kios souvenir dan pakaian yang
berada di jalan dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga , tanggal 3 Mei 2011.
lxxvii
Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa tidak semua pedagang mampu
melakukan sikap istiqomah dalam menjalankan usahanya, akan tetapi jika
usaha yang digeluti padagang ingin mancapai sukses yang maksilam maka
istiqomah dalam satu usaha harus ada. Hasil penelitian mendapatkan
sebagian besar responden awalnya tidak berprofesi sebagai pedagang di
sekitar Makam Sunan Kalijaga, mereka ada yang pernah menjadi petani,
pekerja swasta, dan lain sebagainya, seiring kebutuhan keluarga yang dirasa
kurang terpenuhi dari hasil kerja, maka mereka beralih profesi menjadi
pedagang. Dari sini mereka baru sadar bahwa sifat istiqomah sangat
diperlukan dalam melakukan usaha yang masih kecil, jika usaha yang
digeluti pedagang terlihat cukup sukses maka mereka melakukan perluasan
usaha yang bisa mereka kelola dengan berlandaskan sikap istiqomah.
Ibu Hj. Rasmi adalah salah satu responden yang cukup sekses dengan
sikap istiqomahnya dalam berwirausaha.86 Awalnya Hj. Rasmi berjualan
souvenir saja warisan dari orang tuanya, pada saat awal jualan ruko yang
ditempati masih berukuran kecil, dengan sifat istiqomah dan pantang
menyerah Hj. Rasmi berhasil memajukan usaha penjualan souvenir. Setelah
dianggap sukses Hj. Rasmi memulai menambah produk yang dijual berupa
pakaian, fase-fase awal bejualan pakaian jumlah barangnya sangat terbatas
hal ini dikarenakan modalnya yang sedikit dan relasi untuk produsen pakaian
masih terbatas. Lambat laun berjalan Hj. Rasmi dengan sikap istiqomahnya
mampu bertahan dan semakin besar usaha pakaian yang dijual, sekarang
86 Hasil wawancara dengan Hj. Rasmi selaku pemilik kios souvenir, pakaian yang berada di jalan dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga dan ruman makan yang berada di dekat tempat parkir kendaraan, tanggal 6 Mei 2011.
lxxviii
berbagai motif dan gaya pakaian semakin lengkap dan sudah banyak merek
dari produsen pakaian muslim terpajang di rukonya, relasipun bertambah
banyak dan sekarang sistem yang digunakan dalam menjual pakaian adalah
konsinasi, dimana produsen menitipkan barangnya kepada penjual dan dalam
jangka waktu yang disepakati baru dilakukan pembayaran atas barang titipan
tadi.
Sekitar tahun 2000 Ibu Hj. Rasmi telah membuka usaha baru yaitu
Rumah Makan yang terletak di dekat tempat parkir kendaraan Bus dan Mobil
pribadi, berkat sifat istiqomah yang dipegang kukuh Ibu Hj. Rasmi, sekarang
kesuksesan dapat dirasakan olehnya. Omset dari usahanya Ibu Hj. Rasmi
menuturkan dalam kondisi sepi dari tiga pos usahanya tadi sebesar Rp
500.000,00 per hari, sedangkan kondisi sedang mampu mencapai Rp
1.500.000,00 per hari, dan waktu ramai peziarah omsetnya mencapai Rp
3.000.000,00 per hari, kondisi ini biasanya saat khaul dari Sunan Kalijaga.
Lamanya pedagang berjualan di sekitar Makam Sunan Kalijaga
bervariasi dari mulai tahun 1996 dan yang paling lama sudah mulai berjualan
tahun 1975 dimulai dari usaha orang tua pedagang dan kemudia diteruskan
olah anak-anaknya hingga sekarang. Dari semua responden yang ditemui
peneliti, mereka tidak pernah berpindah tempat berjualan dari awal hingga
sekarang, yang terjadi pengadaan ruko baru untuk mengembangkan usaha
yang telah dilakukan pedagang, selain itu mereka juga menyatakan bahwa
perpindahan tempat usaha dikarenakan adanya relokasi dari pengelola ruko.
lxxix
Berkenaan dengan sikap tanggung jawab, responden telah memiliki
sikap kejujuran yang mengarah pada rasa tanggung jawab yang besar oleh
pedagang dengan produk yang dijual. Tanggung jawab pedagang terhadap
produknya meliputi berbagai aspek diantaranya tentang makanan adalah
produk yang dijual merupakan makanan dan minuman yang halal
dikonsumsi masyarakat muslim, kualitas makanan dan minuman yang selalu
terjaga dan layak dikonsumsi jadi tidak ada makanan yang rusak karena usia.
Sedangkan untuk pakaian dan souvenir, pedagang bertanggung jawab
terhadap kelayakan pakai, jika ada pakaian yang rusak atau ada kesalahan
dalam proses produksi maka pedagang menyimpannya dan dikembalikan
pada produsennya, sementara untuk souvenir barang yang dijual dalam
kondisi bagus dan tidak ada cacat pada produk. Disamping tanggung jawab
terhadap produk yang dijual pedagang juga memberikan keleluasaan pembeli
untuk memilih produk yang akan dibeli dengan memberikan peluang untuk
menelitinya lebih dulu. Serta memberikan peluang perjanjian yang saling
mengakomodir kepentingan antara penjual dan pembeli.
Responden yang bernama Hj. Suntiroh87 yang berjualan Pakaian,
souvenir, dan makanan khas mengatakan bahwa dirinya akan bertanggung
jawab terhadap produk yang dijualnya, terutama produk makanan, dimana
kualitas makanan memang menjadi prioritas selain kehalalan makanan.
Untuk produk makanan yang diolah rumahan dan sudah jelas kehalalannya,
Hj. Suntiroh selalu memeriksa kondisi makanan apakah masih layak
87 Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Suntiroh pemilik kios souvenir, pakaian, dan makanan
khas yang berada di jalan dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga, tanggal 6 Mei 2011.
lxxx
dikonsumsi atau sudah tidak bisa dikonsumsi. Sementara produk makanan
dan minuman yang diproduksi oleh perusahaan besar maka langkah awalnya
adalah ijin dari dinas kesehatan, tanda halal dari MUI, dan tanggal
kadaluarsa dari produk tersebut.
Selain itu rasa tanggung jawab yang dilakukan juga tidak terlepas dari
pengamalan ajaran agama Islam sebagai seorang muslim yang taat serta
sikap tanggung jawab para pedagang memberikan manfaat diantaranya
konsumen yang datang akan kembali lagi ditempat yang sama saat konsumen
datang berziarah lagi di Makam Sunan Kalijaga, Ibu Hj. Suntiroh
menjelaskan bahwa para peziarah yang sering dilihatnya adalah peziarah
yang dalam kurun waktu tertentu akan kembali melakukan ibadah ziarahnya.
Bertahannya usaha para pedagang, sangat tergantung pada sikap
kewiraswastaan yang dimiliki oleh para pedagang dalam menjalankan
usahanya. Sikap kewiraswastaan mendorong semangat untuk
mengembangkan usaha yang dijalankan para pedagang, yang selanjutnya
dapat mendorong perkembangan ekonomi masyarakat Kadilangu Demak.
Para pedagang menggunakan berbagai cara untuk mengembangkan usahanya
menjadi lebih besar, hal ini terlihat dari sikap mereka yang selalu semangat
dan ingin memperbesar modal usaha dengan cara mengambil kredit dari
lembaga Perkreditan seperti BPR (Bank Perkreditan Rakyat) baik
konvensional maupun syari’ah serta Koperasi Simpan Pinjam atau BMT
lxxxi
yang dalam prosesnya dirasa sangat mudah dalam mengucurkan modal
usaha.88
Sikap semangat dan ingin mengembangkan usaha yang dimiliki oleh
para pedagang di sekitar Makam Sunan Kalijaga dari beberapa hasil yang
peneliti dapat antara lain : H. Marjo, seorang pedagang sukses dengan
berjualan souvenir, rukonya terbilang cukup besar serta memiliki
penginapan. Dalam menjalankan usaha Ia dibantu oleh istri dan anaknya, ia
mempuyai rumah yang juga berdampingan dengan penginapannya, dia juga
mempunyai ruko sebagai tempat berjualan souvenir. usaha yang dimiliki H.
Marjo diberi nama sesuai dengan pemiliknya, sebuah potret seorang
pedagang ulet yang mampu menghadapi gejolak dalam kewirausahaan,
namun tetap semangat dalam kerja dan merusaha mengembangkannya.
Berkat keuletannya menghadapi kendala dan juga sikap kewiraswaataannya
sampai sekarang usahanya tetap eksis dan semakin meningkat.
Berbeda dengan Hj. Rasmi yang mengumpulkan modal untuk dapat
mengembangkan usahanya, awalnya Hj. Rasmi hanya meneruskan usaha
yang telah digeluti oleh orang tuanya yang berjualan souvenir, dia
memutuskan untuk berwiraswasta dengan meneruskan usaha keluarga karena
terlihat menjanjikan keuntungan sebagai tambahan untuk kebutuhan
keluarganya. Selain ditunjang dengan modal yang mencukupi berupa kios
yang telah terisi berbagai bentuk souvenir, dengan semangat kerja ia telah
menambah produk yang dijual berupa pakaian muslim untuk anak-anak
88 Hasil wawancara dengan beberapa pedagang yang menjadi narasumber, tanggal 3 dan 6
Mei 2011.
lxxxii
wanita, dan laki-laki. Selain sikap semangat, Hj. Rasmi juga berusaha untuk
mengembangkan usahanya, akhirnya terwujud cita-citanya untung
mengembangkan usahanya dengan mendirikan rumah makan.
Golongan pedagang yang tergolong mandiri adalah Hj. Karti, dia bukan
keturunan padagang yang telah membuka usaha terlebih dahulu, selain itu
dia juga tidak mempunyai cukum modal untuk membuka usaha yang besar.
Setelah tidak lagi bertani, ia membuka usaha ini dan memperoleh modal dari
penjualan sawah karena melihat perkembangan usaha yang berada di
kawasan Makam Sunan Kalijaga sangat menjanjikan. Dalam mengelola
usahanya dibantu suaminya. Berkat kerja kerasnya dan modal yang pas-
pasan, usahanya semakin berkembang dengan pesat dari produk yang dijual
sedikit dan bentuknya hanya beberapa macam menjadi produk yang dijual
berbagai macam dan banyak baik souvenir maupun pakaian.
Kesehatan dan gizi merupakan hal yang utama, maka dari itu para
pedagang selalu berusaha melindungi konsumennya dari produk yang
membahayakan kesehatan. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan
responden diantaranya untuk produk souvenir yang kebanyakan dijual adalah
berbahan dasar kayu, seperti tasbih, meja lipat untuk al-Qur’an, sandal
bakiak, dan lain sebagainya.
Sedangkan souvenir yang berbahan plastik juga produk yang beredar
luas dipasaran, sehingga produk yang dijual tidak khusus untuk padagang
yang berada di sekitar Makam Sunan Kalijaga saja, asumsi para pedagang
produk souvenir yang mereka jual aman untuk kesehatan manusia, karena
lxxxiii
selama ini tidak ada komplain dari para konsumen dan pemerintah setempat
juga tidak pernah melarang atau mengamankan produk yang dijual.
Adapun penginapan yang dimiliki H. Marjo selalu dijaga kebersihanya
dan menegakkan peraturan yang tegas bagi para pengunjung untuk selaku
manjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya, dia mengatakan
bahwa ketika kondisi penginapan kumuh tentu peziarah tidak akan
menggunakan jasanya, serta lokasi penginapan yang memang berdampingan
dengan kediamannya sehingga akan berdampak langsung dengan kesehatan
keluarganya apabila kondisi penginapan tidak sehat.
Dan mengenai produk makanan yang selalu dilihat komposisi dari
makanan yang diproduksi oleh perusahaan besar, serta telah mengantongi ijin
dari badan pengawas obat dan makanan, serta waktu kadaluarsa produk yang
jangkanya masih panjang. Pelayanan yang baik dari makanan yang sehat dan
kandungan gizi yang seimbang akan memberikan peluang untuk
mengembangkan usaha para pedagang.
Kondisi pedagang dalam menjalankan usahanya yang sekuat tenaga
menjaga usahanya agar tetap kokoh berjalan dalam kehidupan, dimana tiap
sehari-hari manusia mengalami permasalahan yang harus diselesaikan
dengan baik tidak terkecuali pedagang yang ada di sekitar Makam Sunan
Kalijaga, berkenaan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dari
kegiatan usaha para pedagang, maka telah disepakati adanya koordinator
yang menjadi strata tertinggi tingkal awal bagi para pedagang.
lxxxiv
Pengamatan peneliti melihat adanya kemajuan yang baik dalam
membuat koordinator pedagang dengan membentuk dua koordinator yang
membawahi wilayah yang berbeda, yaitu koordinator dalam yang dipimpin
oleh Bapak H. Tomo, lokiasi kiosnya dari garupra Makam Sunan Kalijaga
berjarak satu kios saja. H. Tomo menjadi koordinator pedagang yang berada
di jalan setapak menuju Makam Sunan Kalijaga. Ada tiga arah jalan setapak
yang menuju makam yaitu dari arah barat makan, selatan makam, dan timur
makam.
Sedangkan koordinator untuk pedagang yang berada di tempat parkir
bus dan kendaraan pribadi serta kios-kios yang berada di sepanjang jalan
raya, dikomando oleh Bapak Suparman kiosnya terletak di sebelah timur
jalan setapak setelah gapura pertama masuk makam. Kedua koordinator
inilah yang menjadi rujukan padagang ketika terjadi permasalahan dalam
usaha untuk tahab awalnya. Termasuk didalamnya mengenai komunikasi
dalam menjalankan pengambilan data penelitian setelah mendapat
persetujuan meneliti dari sesepuh ahli waris dan keluarga Sunan Kalijaga.89
Keterangan yang peneliti dapat dari Bapak Suparman dan Bapak H.
Tomo90 mengatakan bahwa ketika terjadi permasalahan, pedagang yang
bersangkutan akan melaporkan kepada koordinator, kemudian ditindaklanjuti
dengan menggalian keterangan untuk mengetahui akar permasalahan, setelah
89 Saat ini urusan kesekretariatan dipimpin oleh Bapak Raharjo Kusumo, SE. Adapun untuk
urusah persetujuan mengenai aktifitas yang berkaitan dengan Sunan Kalijaga harus meminta persetujuan dulu dari sesepuh ahli waris dan keluarga Sunan Kalijaga yaitu Bapak R. Muhamad Soedioko.
90 Wawancara pada tanggal 2 Mei 2011, setelah melakukan pertemuan dengan Bapak Raharjo Kusumo SE.
lxxxv
diketahui akar masalahnya maka koordinator akan memberikan tawaran
untuk menyelesaikan masalah dari prinsip kekeluargaan hingga
menyelesaian dengan jalur hukum yang berlaku di Indonesia.
Terakhir, kami menanyakan tentang kondisi silaturahmi antara
pedagang dengan konsumen. Banyak peziarah yang datang kemakam Sunan
Kalijaga kerap kali datang berulang pada waktu-waktu tertentu minimum
satu tahun sekali, hal menjadikan hubungan antara peziarah yang telah
melakukan pembelian di tempat responden penelitian menjadi akrab dan
terjalin silaturahmi yang baik. Hal ini didasarkan atas sikap yang baik para
pedagang sewaktu mereka melayani pembeli serta menjaga hubungan
silaturahmi dengan komsumen melalui sapaan yang selalu diucapkan
pedagang tatkala bertemu kembali, menanyakan kondisi konsumen dan
keluarganya, berbincang akrab dengan konsumen dan berprilaku baik
terhadap konsumen.
H. Marjo yang memiliki pelanggan untuk penginapannya selalu
menjalin komunikasi dengan pelanggannya, bahkah setiap sampai di Demak
rombongan dari pelanggan H. Marjo selalu memilih pada malam hari
sehingga bisa beristirahat di penginapannya, selain itu ada pelanggan yang
menghubungi terlebih dahulu untuk memesan tempat menginap. Menututnya
kesuksesan akan dapat diraih dengan menjalin hubungan silaturahmi dengan
konsumen sebagaimana ajaran Islam yang menyebutkan bahwa seorang
mukmin yang menyambung silaturahmi sesama muslim akan dimudahkan
rizkinya oleh Allah SWT, selain itu pelayanan yanng baik juga akan
lxxxvi
memberikan setimulus untuk lebih mempererat konsumen untuk menjadi
pelanggan yang setia.
Hj. Dilah juga mengutarakan bahwa seringkali menyapa peziarah yang
kerap datang kemakam Sunan Kalijaga dan pernah membeli di tempatnya
menjadikan hubungan silaturahmi yang baik, sehingg menjadikan pelanggan
yang loyal dan mengajak saudara, teman dan kerapatnya untuk membeli
makanan khas untuk oleh-oleh keluarga dirumah di kios Ibu Hj. Dilah,
tambahnya pula silaturahmi akan mempermudah dirinya untuk mendapatkan
rizki yang halal dan barokah.
Sikap etos kerja yang dimiliki padagang menjelaskan tentang semangat
dalam kegiatan ekonomi merupakan merupakan dorongan untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik, dalam hal ini etos kerja pedagang
sangat mempengaruhi perkembangan usahanya. Etos adalah sikap terhadap
diri sendiri dan terhadap dunia yang direfleksikan dalam kehidupan. Etos
merupakan hal yang abstrak pada diri manusia yang berwujud non materi,
karena merupakan sikap mendasar pada diri manusia atau dapat dikatakan
watak kebudayaan milik masyarakat.91 Kerja adalah perbuatan manusia yang
ditujukan pada orang lain dan sebagai balas jasa diberikan upah. Kerja
merupakan produksi yang berpangkal kepada manusia, sehingga manusia
mempunyai peran penting terhadap proses produksi. Dari dua pengertian di
atas etos kerja dapat diartikan semangat kerja yang menjadi ciri khas
keyakinan seseorang atau kelompok dalam melakukan kegiatan kerja
91Taufik Abdullah, Agama Etos Kerja Dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta : LP3ES, 1982,
hal. 2.
lxxxvii
terdapat semangat dalam perbuatannya sehingga mendorong seseorang atau
kelompok untuk melakukan pekerjaan.
Keberhasilan yang telah dicapai oleh para pedagang, diyakini
merupakan hasil kerja keras dan usaha untuk lebih maju yang selama ini
dilakukan. Keuletan dan kerja keras merupakan pantulan dari seseorang yang
taat menjalankan perintah agamanya. Dalam agama Islam dinyatakan bahwa
usaha ulet dan kerja keras merupakan tanggung jawab langsung kepada
Tuhan. Jadi kesadaran beragama mempunyai potensi sebagai pendorong
yang sedikit banyak menyangkut kegiatan sosial ekonomi.92
Para pedagang yang dijadikan sumber penelitian kesemuanya beragama
Islam yang taat, mereka dalam menjalankan usahanya berpegang pada ajaran
agama sehingga semangat atau etos kerja yang mereka tampilkan tidak bisa
terlepas dari substansi ajaran Islam yang diwujudkan dalam kegiatan
ekonomi.
J. Analisis Peningkatan Kesejahteraan Pedagang
Hasil wawancara tentang tingkat kesejahteraan para pedagang
menjelaskan adanya kondisi yang mampu memberikan tauladan kepada
muslim lain untuk mengikutinya, hal ini terangkum dalam sembilan
pertanyaan mengenai tingkat kesejahteraan pedagang, yaitu:
Kucukupan pangan yang harus dimiliki untuk menyambung hidup
adalah keharusan, akan tetapi kondisi harga sembilan bahan pokok makanan
yang semakinm melambung, membuat sebagian besar masyarakat Indonesia
92Taufik Abdullah, Op. Cit, hal. 14.
lxxxviii
kesulitan untuk memenuhinya terlebih situasi perekonomian yang tidak
kunjunng stabil. Namun hal ini tidak begitu dirasakan responden begitu
mencekik leher.
Para responden masih mampu mencukupi kecukupan pangan keluarga
mereka dengan tolok ukur empat sehat lima sempurna, yaitu nasi, sayur-
mayur, lauk-pauk, protein, dan susu. Bagi mereka pemenuhan akan makanan
yang menyehatkan dan halal akan berpengaruh terhadap aktifitas dirinya dan
keluarganya. Bagi pedagang makanan yang halal, sehat dan bergizi akan
meningkatkan produktifitas kerja yang mereka lakukan, sedangkan untuk
anak-anak mereka akan berdampak pada kesehatan jasmani dan rohani,
sehingga pada saat mereka belajar akan dapat maksimal menelaah ilmu yang
dipelajarinya.
Sebagaimana yang dituturkan Ibu Hj. Karti, dimana ketika ia belum
berdagang, kondisi makanan untuk sehari-harinya serba kekurangan dan
tidak memenuhi standar kesehatan, sehingga ia dan keluarganya sering sakit,
tubuh yang tidak vit, pikiran tidak fokus.
Hasil dari pendapatan yang diterima oleh padagang sebagaian disimpan
untuk kebutuhan pendidikan putra-putri para pedagang, mereka memandang
pendidikan adalah sesuatu yang penting dan sebisa mungkin putra-putrinya
dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin untuk bekal manjalani hidup
nanti.
Hj. Rasmi mengatakan bahwa pendiddikan anaknya adalah yang utama
baginya, setelah suaminya meninggal Hj. Rasmi menjadi single parent dan
lxxxix
merasakan betapa beratnya menjalankan usaha dan mengurusi keluarganya,
karena Hj. Rasmi hanya lulusan dari sekolah dasar, maka pendidikan menjadi
prioritas baginya untuk mempersiapkan kehidupan anaknya dimasa
mendatang sekaligus sebagai penerus usahanya yang diharapkan dapat
dikembangkan dan terus eksis.
Hj. Rasmi sangat bersyukur karena dapat menyekolahkan anaknya
sampai kejenjang Perguruan Tinggi, dia memilih perguruan tinggi yang
bernuansakan Islam karena budaya keluarga santri yang melekat pada
kelurganya sehingga ajaran agama merupakan asas untuk melakukan segala
aktifitasnya. Cita-cita Hj. Rasmi adalah melihat anaknya sukses dalam
ekonomi dan shaleh dengan ajaran agama Islam.
Berbeda dengan H. Marjo yang juga menyekolahkan anaknya hingga
Perguruan Tinggi, dia menyekolahkan anak-anaknya pada perguruan umum
dan Islam, hal ini menurutnya dibutuhkan untuk masa depan anaknya dan
mereka diharapkan dapat saling bekerjasama dalam membagi ilmu umum
dan agama sehingga hasil yang diterima bisa maksimal dan mampu
mengikuti arus zaman yang serba canggih dan penuh dengan intrik untuk
saling menjatuhkan. Sehingga bekal ilmu umum digunakan untuk memahami
intri-intri yang tidak baik dalam bisnis dan ilmu agama sebagai benteng agar
tidak terjerumus dalam bisnis yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Untuk masalah pengobatan jawaban responden sangatlah relatif semua
itu tergantung situasi dan kondisi responden masing-masing baik dari kondisi
sakit yang ringan, sedang, maupun berat . Adakalanya mereka melakukan
xc
pengobatan di rumah sakit, puskesmas, maupun sekedar memeriksakan ke
dokter praktek rumahan. Kalau sakit yang diderita keluarga berat maka
responden akan membawa keluarganya yang sakit untuk berobat ke rumah
sakit, adapun jika dirasa sakitnya ringan dan bisa berobat jalan responden
akan membawa keluarganya berobat ke puskesmas atau ke dokter praktek di
rumah.
Sebagian responden melakukan pembelian pakaian pada saat
dibutuhkan tidak terpaku pada kondisi tertentu misalnya hari lebaran, karena
bagi mereka sandang atau pakaian merupakan kebutuhan primer selain
pangan dan perumahan, jadi ketika dibutuhkan maka akan dibeli tanpa
menunggu lebaran atau hari tertentu. Tercukupinya kebutuhan sandang para
responden tercermin dari kondisi sejahtera yang diraihnya. Selain itu
responden bisa memanfaatkan pembelian pakaian tersebut tidak hanya untuk
konsumsi pribadi tapi sekalian untuk mengetahui produk-produk terbaru
yang banyak bermunculan dan laris dipasaran. Sehingga mereka memperoleh
dua keuntungan sekaligus yaitu kebutuhan sandang dan keuntungan dagang
dengan menjual pakaian yang sedang marak dipasaran.
Peluang ini dimanfaatkan oleh pedagang yang ada di sekitar makan
Sunan Kalijaga untuk menawarkan produk dengan motif baru dan sebagai
kebutuhan sandangnya.
Seluruh responden yang kami temui adalah warga asli dari kelurahan
Kadilangu Demak sehingga rumah yang ditempati merupakan milik pribadi,
bahkan kondisinya termasuk dalam golongan atas yang bentuk fisik
xci
rumahnya lebih bagus dibandingkan pedagang yang belum meningkat
kesejahteraannya. Kualitas dari bahan bangunan juga tergolong super, hal ini
dihasilkan dari kerja keras yang menjadikan etos kerja pedagang tergolong
tinggi dan tidak bertentangan dengan ajaran agama, karena budaya
masyarakat santri kota Demak masih tertanam erat dalam diri para pedagang.
Seperti halnya rumah H. Marjo yang memiliki mobil tentu
mempersiapkan garasi untuk menyimpan kendaraannya dan ada
keseimbangan antara bentuk rumah dengan kemampuan untuk membeli
mobil.
Ketersediaan perabotan rumahtangga merupakan sarana yang penting
dalam menunjang kebutuhan sehari-hari, pedagang yang menjadi responden
kami memiliki perabotan atau fasilitas rumah tangga yang sudah memadai,
seperti halnya fasilitas sumur, kamar mandi, kamar tidur untuk tiap orang,
ruangan dapur, ruang keluarga, ruang tamu, dan teras rumah.
Sedangkan untuk perabotannya juga terbilang lengkap sesuai kebutuhan
dari responden, seperti halnya perabutan milik Hj. Rasmi yang memiliki
kulkas untuk menyimpan bahan-bahan rumah makannya ketika belum
dibawa kerumah makan. Selain itu juga memiliki mesin cuci karena sebagian
besar waktunya dihabiskan di ruko, maka mesin cuci dibutuhkan untuk
menyingkat waktu dalam mencuci pakaian.
Sedangkan H. Marjo jelas memiliki mesin cuci untuk keperluan
penginapannya, selain itu ada fasilitas penyediaan TV untuk memberikan
xcii
hiburan pada pelanggannya. Serta perabot-perabot lain yang menjadi
kebutuhannya sudah dapat terpenuhi.
Keshalihan dalam bersosial dengan memberikan infaq dari pendapatan
para pedagang, terbilang cukup bersimpati, karena mereka menyisihkan
sebagian uangnya untuk berinfaq sebagai wujud dari rasa syukur terhadap
rizki yang diberikan oleh Allah SWT kepada mereka, kondisi keseimbangan
inilah yang mereka ingin jalankan dimana ajaran Islam yang menerangkan
bahwa bagi orang yang mampu terdapat hak bagi golongan yang kurang
mampu atau untuk kepentingan bersama sehingga mereka sadar dengan
adanya dana yang di salurkan untuk shodaqoh.
Seperti halnya Ibu Hj. Karti yang pernah mengalami masa-masa sulit
menyadarkan dia untuk selalu membantu saudara sesama muslim dan ikut
serta dalam menyediakan kebutuhan sosial seperti mushola yang layak,
masjid yang bisa digunakan untuk orang banyak, dan sekolah sebagai tempat
untuk mendidik generasi penerus sesudahnya. Maka dari itu Hj. Karti selalu
menyiapkan sejumlah uang untuk menyalurkan infaqnya selain zakat.
Kondisi para pedagang yang menjadi responden termasuk golongan
muzakki, maka mereka telah mampu untuk mengeluarkan zakat maal, dari
mereka ada yang langsung menyalurkan zakatnya kepada yang berhak, ada
yang menyerahkan kepada amil zakat dari wilayah tempat tinggal para
pedagang.
Para pedagang yang termasuk wajib mengeluarkan zakatnya selalu
berkonsultasi dengan pengurus makam maupun kasepuhan ahli waris Sunan
xciii
Kalijaga untuk menghitunng besarnya zakat yang dikeluarkan sehingga
mereka tidak begitu pusing untuk menentukan besarnya dana zakat yang
harus dibayarkan.
Semua responden telah mampu melaksanakan ibadah haji, menurut
pendapat para pedagang, menunaikan ibadah haji adalah dalam rangka
memenuhi motivasi religi, motivasi ini memberikan semangat baru dalam
menjalankan usahanya bagi para pedagang.
Keinginan besar Hj. Dilan untuk menunaikan ibadah haji menberikan
dia semangat untuk berusaha menjadi orang yang mampu melaksanakannya,
ia berkata meskipun biaya ibadah haji mencapai jutaan rupiah, maka harus
bisa disiapkan karena memang itu suatu kewajiban dalam agama Islam.
Hj. Suntiroh juga berpendapat bahwa ibadah haji bagi seorang muslim
suatu kewajiban. Pada saat keberangkatan saya, saya merasa sangat takut,
karena saya sudah mampu tetapi belum bisa langsung berangkat, tetapi
dengan niat yang bulat dan demi suatu ibadah maka saya akan
melakukannya.
Para pedagang memang tidak semuanya siap untuk menunaikan ibadah
haji meskipun secara materi mereka telah siap, namun kondiri psikis yang
harus benar-benar disiapkan oleh para pedagang karena akan berkunjung
kerumah Allah SWT yang sangat dimuliakan. Serta kondisi sosial
masyarakat Kadilangu yang bernuansakan santri sehingga seseorang yang
sudah bergelar haji atau hajah harus memberikan sari tauladan yang baik
terhadap pedagang lainnya.
xciv
K. Analisis Dampak Etos Kerja Islami Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Pedagang.
Analisis terhadap hasil penelitian menyatakan adanya dampak secara
langsung dari Etos Kerja Islami terhadap Peningkatan Kesejahteraan
Pedagang. Dimana pemenuhan kebutuhan hidup yang bersifat primer atau
pokok seperti sandang, pangan, perumahan serta pendidikan bagi anak-anak,
bahkan menjalankan ibadah haji dan membayar zakat mampu tercukupi dan
dilaksanakan serta mengalami peningkatan setelah responden menjadi
pedagang. Dengan mengandalkan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan
sebagai pedagang, umumnya responden dapat mencukupi kebutuhan primer.
Peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan, memiliki kios dengan berbagai
macam barang yang dijual, serta penghasilan yang diperoleh dapat untuk
menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Seperti yang
dikatakan Ibu Hj. Rasmi, sejak terjun sebagai pedagang di sekitar makam
Sunan Kalijaga, secara bertahap kehidupan ekonominya mengalami
peningkatan. Dia menuturkan dapat menyekolahkan anaknya sampai
kejenjang Perguruan Tinggi. Semakin berkembangnya usaha dirasakan sejak
ia dapat menunaikan ibadah haji bersama dengan suaminya yang sudah
meninggal. Secara materi sangat terlihat dengan kondisi rumah yang bagus
dan lengakap dengan perabotan yang dapat dikatakan cukup mahal.
Di samping dapat memenuhi kebutuhan primer, para pedagang juga
dapat memenuhi kebutuhan sekundernya. Keadaan ini dapat dilihat pada
masing-masing rumah pedagang terdapat berbagai barang perlengkapan
xcv
rumah tangga yang bagus dan lengkap. Para pedagang yang sukses untuk
memperlancar usahanya dengan meggunakan alat transportasi roda empat.
Sarana transportasi tersebut digunakan untuk mengangkut barang yang dibeli
dari pemasok. Pedagang yang belum memiliki kendaraan roda empat tidak
kalah dalam kendaraan roda dua, mereka memiliki kendaraan roda dua yang
tergolong kendaraan bagus dan harganya berkisaran tengah-tengah artinya
tidak murah dan tidak mahal.93
Kesuksesan yang berhasil diraih oleh para pedagang tersebut tidak dapat
dipisahkan dengan keuletan dan semangat kerja dengan berlandaskan ajaran
agama yang mereka peluk dan mereka hayati dalam kegiatan ekonomi oleh
para pedagang dalam hal ini etos kerja Islami. Para pedagang menganggap
bahwa usaha ulet dan kerja keras merupakan cerminan dari seorang yang taat
menjalankan agamanya. Hal ini seperti ajaran dalam etika Islam, yang
menyatakan bahwa usaha ulet dan kerja keras merupakan tanggung jawab
kepada Tuhan.94
Etos kerja Islami memegang peranan penting bagi seorang Muslim
dalam melaksanakan pekerjaannya, dengan adanya etos kerja Islami yang
tinggi akan tercipta kepuasan diri seorang Muslim atas hasil kerja yang
dicapai, sehingga pekerjaan yang dijalaninya dapat dilaksanakan dengan
baik.
Menurut Hasibuan, terdapat hubungan yang erat antara etos kerja
dengan peningkatan kesejahteraan, dia menyatakan bahwa pemenuhan materi
93Wawancara dengan 4 pedangan di sekitar makam, Tanggal 3 dan 6 Mei 2011. 94Taufik Abdulah (editor), Agama, Etos Kerja dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: LP3ES,
1988, hal. 144-150.
xcvi
dan non materi dapat meningkatkan etos kerja seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan atau usahanya.95
Etos kerja juga merupakan suatu norma budaya yang mendukung
seseorang untuk melakukan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya
berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memiliki nilai instrinsik.96
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dilihat bahwa etos kerja erat kaitannya
dengan nilai-nilai yang dihayati secara intrinsik oleh seseorang.
Menurut Boatwright dan Slate, semakin lama individu bekerja, semakin
tinggilah etos kerja yang ia miliki. Semakin lama individu bekerja, maka
semakin tinggilah kemungkinan individu untuk memperoleh kesempatan
untuk mengembangkan dan menggunakan kapasitasnya dan memperoleh
peluang dalam pertumbuhan karir dan mendapatkan jaminan kesejahteraan
hidup.97 Kedua hal diatas akan membentuk persepsi seseorang terhadap
kualitas kehidupannya baik dalam kerja maupun kebutuhan dasarnya
sebagaimana pendapat Walton dalam Kossen.98
Dalam tesis Max Weber menyatakan ajaran Calvinisme sekte
Puritanisme menganggap kerja sebagai Beruf (panggilan). Kerja tidak
sekedar pemenuhan keperluan hidup semata, tetapi tugas yang suci.
Pensucian kerja (perlakuan terhadap kerja sebagai suatu usaha keagamaan
95 Malayu SP Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed. Revisi, Jakarta: Bumi
Aksara, 2001, hal. 112 96 Hill, What is Work Ethic?, On-Line Lessons, 1999, data diunduh pada web
http://www.coe.uga.edu/workethic/less2.htm. tanggal 15 April 2011. 97 Boatwright, J. R. dan Slate, J. R., Work Ethic Measurement of Vocational Students in
Georgia. Journal of Vocational Education Research, vol.25 (4), 2000, http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVER/v25n4/boatwright.html. data diunduh pada tanggal 15 April 2011.
98 Kossen, S., Aspek Manusiawi dalam Organisasi, edisi 3, Jakarta: Erlangga, 1986, hal. 10
xcvii
yang akan menjamin kepastian dalam diri akan keselamatan semasa hidup
dan setelah mati) sikap hidup yang di landaskan doktrin ini yaitu intensifikasi
pengabdian agama yang dijalankan dengan kagairahan kerja (etos kerja yang
tinggi) sebagai gambaran dan pernyataan dari manusia yang terpilih. 99
Penelitian Muhammad Sobary yang menemukan titik terang tesis Weber
tentang etika protestan di masyarakat muslim di Indonesia. Sobary melihat
adanya etos kerja dan gerakan wirausaha yang bangkit dari kesadaran
keberagamaan masyarakat di Suralaya Jawa Barat.100 Meski demikian
Sobary memberikan catatan bahwa penelitiannya di Suralaya memang tidak
bisa mendapatkan spirit keberagamaan, dalam konteks gerakan ekonomi
mandiri, sedahsyat apa yang ditemukan Weber di Eropa barat. Sobary
mendapati perilaku ekonomi masyarakat muslim di Suralaya tidak bisa
mewujud seperti spirit Protestan di Barat menjadi ideologi besar yang
melahirkan pengusaha kelas elite, bahkan menguasai struktur ekonomi
dunia.101
Secara jelas dapat dilihat dari penelitian Irwan Abdullah yang memiliki
bukti-bukti lain yang dapat dikatakan otentik, bahwa para pengusaha kecil
(pedagang) sebagaimana yang terjadi di Jatinom, Klaten, mereka adalah
penganut Islam yang berpaham modernis, yang berhasil menerjemahkan
paham keagamaannya menjadi paham keagamaan yang reformis, sehingga
99 Taufik Abdullah ed, Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta: LP3ES,
1979, hal. 9 100 Muhammad Sobary, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial,
Yogyakarta: LKiS, 2007, hal. 16 101 Ibid, hal. 17
xcviii
sangat mendorong bagi terciptanya kesuksesan usaha yang mereka
jalankan.102
Jadi etos kerja Islami merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam
kehidupan seorang Muslim. Dengan mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama
menghasilkan etos kerja Islami sehingga dengan pedagang mampu
meningkatkan kesejahteraan hidupnya baik dunia maupun akhirat.
Sebagaimana tergambar dalam tabel di bawah ini:
Tabel 5. DAMPAK ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KESEJATERAAN
PEDAGANG
NO Nama Usaha Awal Usaha Sekarang Tingkat Kesejahteraan
1 Hj. Karti Penjual pakaian
Menjual Souvenir dan Pakaian
Terpenuhinya kebutuhan primer, membayar zakat, dan haji
2 H. Marjo Penjual souvenir kecil
Memiliki penginapan dan Kios Souvenir
Memiliki kendaraan roda empat, mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi, dan berangkat haji beserta istri.
3 Hj. Dilah Penjual makanan khas
Penjual Pakaian Anak-anak, Wanita, dan Pria serta menyediakan Makanan Khas
Kondisi rumah sudah bangunan beton, memiliki kendaraan roda dua, dan telah melakukan haji
4 Hj. Suntiroh
Penjual souvenir di trotoar jalan
Penjual Pakaian, Souvenir, dan Makanan Khas
Mampu memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan, mempu membayar zakat, dan berangkat haji
5 Hj. Rasmi
Meneruskan usaha orang tua dengan berjualan souvenir
Penjual Souvenir dan memiliki Rumah Makan
Menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi, terpenuhinya fasilitas rumah tangga, dan bisa membayar zakat.
Sumber: Hasil Penelitian Diolah Tahun 2011
102 Irwan Abdullah, The Muslim Bussinessmen of Jatinom: Religious Reform and Economic
Modernization in a Central Java Town, Amsterdam: University of Amsterdam, 1994, hal. 147
xcix
BAB V
PENUTUP
L. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian analisa etos kerja
pedagang muslim di sekitar makam Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak
serta dampaknya terhadap peningkatan kesejahteraan, sebagai berikut :
1. Etos kerja yang dimiliki para pedagang berdasarkan hasil
penelitian tergolong sangat tinggi terlihat dari sembilan indikator
etos kerja Islami yang mereka miliki, dalam menjalankan
usahanya pedagang memegang teguh etos kerja yang dimiliki.
Terdapat kesamaan yang erat antara etos kerja para pedagang
dengan ciri etos kerja Islami dari hasil penelitian, hal ini
dikarenakan daerah Demak yang menyatakan sebagai Kota Wali
dan Kota Santri benar-benar dihayati dan dijalankan oleh para
pedagang sehingga etos kerja mereka mencerminkan etos kerja
Islami. Sebagaimana tercermin dari sembilan pertanyaan yang
peneliti tanyakan dalam etos kerja Islami. Diantaranya adalah:
a. Sifat ikhlas dalam menjalankan usaha, jujur dalam
menyampaikan produk yang dijual, bertanggung jawab
terhadap apa yang menjadi barang atau jasa yang
ditawarkan, serta istiqomah dengan usaha yang dijalani para
c
pedagang menjadi modal dasar untuk memulai langkah maju
dalam berwirausaha.
b. Kemudian di perkokoh dengan sikap hidup berhemat,
berprinsip wiraswasta dalam jiwa para pedagang, berusaha
memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap konsumen
dengan menjalankan prinsip menjaga kesehatan dan
kandungan gizi yang ada pada makanan, pantang menyerah
dalam menghadapi setiap problematika usaha dan tetap
tangguh dengan cobaan yang diberikan Allah SWT, serta
menjalin silaturahmi seluas mungkin dengan para konsumen,
sesama pedagang dan para supleyer merupakan pondasi yang
kokoh dalam usaha yang menjadikan etos kerja para
pedagang.
c. Para pedagang dalam menjalankan usahanya berpegang
pada ajaran agama sehingga semangat atau etos kerja yang
mereka tampilkan tidak bisa terlepas dari substansi ajaran
Islam yang diwujudkan dalam kegiatan ekonomi.
2. Adanya dampak langsung etos kerja terhadap tingkat kesejateraan
pedagang disekitar makam Sunan Kalijaga secara nyata terlihat
dari kondisi para pedagang di lapangan. Sebagaimana hasil
penelitian ini menemukan kesejahteraan pedagang secara
langsung mampu membawa mereka mencukupi kebutuhan dunia
dan akhiratnya yaitu:
ci
a. Kesejahteraan yang bersifat duniawi meliputi kecukupan
pedagang dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka yang
sesuai dengan kucukupan 4 sehat 5 sempurna, memiliki
rumah hunian sendiri yang layak ditempati dan standard
sebagai tempat tinggal, adanya fasilitas rumah tangga yang
mendukung seperti mobil, motor, alat masak, alat cuci, sumur
dan lain-lain, mampu menyekolahkan putra-putrinya hingga
jenjang yang lebih tinggi, tercukupi kebutuhan pakaian, dan
terpenuhinya kebutuhan kesehatan para pedagang beserta
keluarganya.
b. Sedangkan untuk kesejahteraan akherat atau dalam arti
mereka mampu memberikan manfaat terhadap sesama muslim
yaitu para pedagang yang dijadikan responden telah
menunaikan ibadah haji baik sendiri maupun beserta istrinya,
menyiapkan dana untuk memberikan infaq dan shodaqoh dari
hasil usahanya, dan tiap tahun para pedagang mampu
mengeluarkan zakat mallnya.
c. Dampak tidak langsung dari etos kerja para responden
terhadap kesejahteraan sosial memberikan manfaat yang
besar bagi lingkungan disekitarnya, diantaranya adalah
terbentuknya koordinator para pedagang untuk menjembatani
segala permasalahan para pedagang secara umum untuk
meningkatkan kejejahteraan secara merata, adanya upaya
cii
untuk mendayagunakan hasil dari infaq, shodaqoh dan zakat
pada sasaran yang tepat diharapkan mampu menggerakkan
roda perekonomian kaum mustahiq dan memberikan layanan
pendidikan yang layak terhadap anak yang tidak mampu
bersekolah.
M. Saran
Kesimpulan yang peneliti temukan dari hasil penelitian memberikan
kami beberapa tawasan Sebagai saran untuk menjaga dan mengembangkan
yang sudah ada, yaitu:
1. Adanya etos kerja yang dimiliki responden membuktikan adanya
efek langsung terhadap seseorang, hal ini perlu adanya sosialisasi
melalui program-program yang tepat guna oleh koordinator
pedagang kepada pedagang lain yang masih terbilang belum
memiliki etos kerja yang tinggi.
2. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan harus selalu di ceramahkan
dalam setiap kegiatan keagamaan dengan menitik beratkan pada
keseimbangan antara ajaran agama dengan kemaslahatan dunia.
3. Pemanfaatan dari hasil kesejahteraan yang telah dirasakan seperti
hasil shodaqoh, infaq, dan zakat dikelola dengan baik sehingga
mampu mengentaskan para mustahiq zakat menjadi muzakki pada
waktu yang akan datang.
ciii
4. Pendayagunaan dari hasil shodaqoh, infaq, dan zakat untuk
meningkatkan mutu pendidikan, jaminan kesehatan dan
memberikan bantuan kebutuhan pokok dari masyarakat bawah.
5. Meneruskan ajaran-ajaran Walisongo dalam sendi masyarakat
yang lebih luas tidak hanya di wilayah Kadilangu melainkan
seluruh wilayah Demak sebagai perwujudan dari Kota Santri yang
membawa kemaslahatan didunia dan keselamatan diakherat.
N. Penutup
Dengan mengucap alhamdulillahirabbil ‘alamin, akhirnya penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan
kewajiban sebagai mahasiswa untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S.1). Dengan bentuk, isi, maupun
sistematika yang masih belum sempurna, penyusun mengharapkan saran
yang arif dan kritik yang konstruktif guna penyempurnaan penulisan skripsi
ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi yang telah dibuat akan
membawa manfaat yang nyata untuk kita semua dalam rangka membangun
perekonomian berbasis syari’ah terutama program kewirausahaan berbasis
masyarakat bawah menengah sebagai pilar perekonomian bangsa. Amin.
civ
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan. The Muslim Bussinessmen of Jatinom: Religious
Reform and Economic Modernization in a Central Java Town. Amsterdam:
University of Amsterdam. 1994.
Abdullah, Taufik ed. Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi.
Jakarta: LP3ES. 1979.
Abdulsyani. Sosiologi Skematika, Teori, danTerapan. cet. 2. Jakarta:
Bumi Aksara. 2002.
Achamad, Imam. Musnad Achmad. Maktabah Syamilah. Bairut: Juz 3.
hadist 1354. th.
Al-Qardhawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam.
Jakerta: Robbani press. 1997.
Al-Qur'an dan Terjemahannya. Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-
Qur'an. Al-Qur'an dan Terjemahnya dengan transliterasi. Semarang: PT. Karya
Toha Putra. 1998.
Anwar, Moch. Khoirul. Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro (Studi
Tentang Eksistensi Bayt al-Maal wa al-Tamwiil dan Koperasi Simpan Pinjam
Dalam Pemberadayaan Ekonomi Umat di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur).
Tesis. Surabaya: UIN Sunan Ampel.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT.
Rineka Cipta. Jakarta. 1996.
Arraiyyah, M. Hamdar. Meneropong Fenomena Kemiskinan: Telaah
Perspektif Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.
Ash-Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasbi. Koleksi Hadis-hadis Hukum.
Juz 7. Ed. 2. Cet. 3. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2001.
cv
Azizy, A. Qodri. Membangun Fondasi Ekonomi Umat; Meneropong
Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.
Azra, Azyumardi dkk. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum. cet. 3. Jakerta: Deperteman Agama RI. 2002.
Baidlowi, Zakiyudin. Dakwah Kultural Muhammadiyah. Surakarta:
Pondok Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran. 1995.
Boatwright, J. R. dan Slate, J. R., Work Ethic Measurement of Vocational
Students in Georgia. Journal of Vocational Education Research. vol.25 (4). 2000.
http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVER/v25n4/boatwright.html. data diunduh
pada tanggal 15 April 2011.
Budiman, Arief. Agama Demokrasi dan Keadilan. Makalah. Semarang:
IAIN Walisongo. 1993.
Bukhori, Mochtar. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: Tirta Wacana Yogya. 1989.
Burhan, Umar. Memberdayakan Ekonomi Umat : Suatu Kajian
Konsepsional dalam Beberapa Bukti Empiris. Jurnal Lintasan Ekonomi. Malang:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. 1997.
Chodjim, Achmad. Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga. Yogyakarta:
Serambi. 2004.
Crapps, Robert W. Dialog Psikologi dan Agama, Sejak William James
Hingga Gordon W. Allport. Terjem. Yogyakarta: Kanisius. 1993.
Fadhely, Mohamad. Meneropong Kehidupan Ekonomi Umat Islam.
Peradapan Islam. Kapitalis Budaya Cina di Indonesia. Jakarta: Golden Press.
1995.
Faisal, Sanipah. Format-Format Penelitian Sosial. Dasar-Dasar dan
Aplikasinya. Jakarta: CV. Rajawali. 1992.
cvi
Fathoni, Abdurrahman. Metode Penelitian dan Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
Firmansyah. Etos Kerja Sektor Informal Pedagang Kaki Lima. Penelitian
Individual. Surabaya: Unbraw. 1994.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Fak.
Psikologi UGM. 1975.
Harsono, Jusuf dan Slamet Santoso. Etos Kerja Pengusaha Muslim
Perkotaan di Kota Ponorogo. Jurnal Penelitian Humaniora. Edisi Khusus. Juni
2006. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo. 2006.
Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia Anggota IKAPI. 2002.
Hasibuan, Malayu SP. Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed. Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara. 2001.
Hill. What is Work Ethic?. On-Line Lessons. 1999. data diunduh pada
web http://www.coe.uga.edu/workethic/less2.htm. tanggal 15 April 2011.
Isjoni. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. cet. 2. Bandung: Alfabeta.
2010.
Ismail, Munawar. Islam Kapitalisme dan Sosialisme. Studi Komperatif
Sistem Ekonomi. Jurnal Lintasan Ekonomi. Edisi khusus Januari-April. Malang:
Lembaga Penerbit FE Unibraw. 1997.
Kidron A. Work Values and Organization Commitment. Academy on
Management Journal 21. 1978.
Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi, Pokok-pokok Etnografi II.
Jakarta: Rineka Cipta. 2002.
Kossen, S., Aspek Manusiawi dalam Organisasi. edisi 3. Jakarta:
Erlangga. 1986.
cvii
Lubis, Mochtar. Etos Pers Indonesia. Jakarta: Prisma. No. 11. 1978.
Magnis, Frans Von. Menuju Etos Pekerjaan yang Bagaimana. Jakarta:
Prisma. No. 11. 1978.
Moeliono, Anton M. Dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 1999.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset. cet. IV. 1993.
Natsir, Nanat Fatah. Etos Kerja Wirausahawan Muslim. Bandung:
Gunung Djati Press. 1999.
Nawawi, Hasan. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. Cet II. 1995.
Prawiro, Radius. Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi,
Pragmatisme dalam Aksi. ed. Revisi. Jakarta: PT. Primamedia Pustaka. 2004.
Riggio, Ronald E. Introduction to Industrial/Organizational Psychology.
Third Edition. Printice Hall. Upper Saddle River. New Jersey 07458. 2000.
Saini. Hubungan Ibadah Ritual Dan Etos Kerja Karyawati Yang
Berdomisili di Pondok Pesantren (Studi Kasus Karyawati PT. Golden Flower Di
Ungaran Kab. Semarang). Skripsi. Semarang: IAIN Walisongo. 2004.
Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat. Metode Penelitian. Bandung:
Mandar Maju. 2002.
Shihab, Alwi. Islam Inklusif ;Menuju Sikap terbuka Dalam Beragama.
Bandung: Mizan. 1997.
Sobary, Muhammad. Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju
Kesalehan Sosial. Yogyakarta: LKiS. 2007.
Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. 1991.
cviii
Sukiyanto, Etos Kerja Salah Satu Faktor Survivalitas Peternak Sapi
Perah. Studi Kasus Di Desa Sidomulyo. Kecamatan Batu Kota Batu Kabupaten
Malang. Thesis. Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
2000.
Suparlan, Parsudi. Kebudayaan dalam Pembangunan. Jakarta: Majalah
Dialog Departeman Agama RI. no 21. 1986.
Suyadi. Buku Pegangan Bimbingan Konseling Untuk PAUD.
Yogyakarta: Diva Press. 2009.
Tasmara, Toto. Membudayakan Etor Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani
Press. 2002.
Tim Penyusun BPS Kabupaten Demak. Demak Dalam Angka tahun
2007. Demak: Badan Pusat Statistik dan Litbanglahtasipda Kabupaten Demak.
2008
Tirmidzi, Imam. Sunan At Tirmidzi. Maktabah Syamilah. Bairut.Juz 3.
hadist 321. th.
Usman, A. H. Kahar. Aplikasi Penelitian Kuantitati dan Kalitatif. Kudus:
Stain. 2006.
Usman, Sunyoto. Perkembangan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. 1998.
Yusuf, Joni. Pemikiran Muhammad Yunus tentang Pengentasan
Kemiskinan Dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2008.
cix
Lampiran A. Transkip Wawancara untuk Etos Kerja Islam para pedagang
26. Apakan Bapak/Ibu sering menyisihkan uang untuk kebutuhan yang tidak
terduga maupun kebutuhan agama seperti zakat/haji?
a. Hj. Karti : Tentu saja saya akan menyisihkan uang hasil usaha
saya, karena akan saya gunakan untuk cadangan sewaktu-waktu
jika kebutunan mendadak seperti biaya pengobatan ketika sakit,
urusan keluarga dan lainnya, serta akan saya tabungan untuk hari
tua saya, kebutuhan pendidikan anak yang semakin meningkat.
b. H. Marjo : Setiap orang tentunya butuh tabungan untuk dirinya,
ajaran Islam juga mengajarkan umatnya untuk menabung
sebanyak mungkin untuk kebutuhan akhiratnya, dunia merupakan
lahan untuk mencari bekal akhirat, maka sudah semestinya saya
sebagai seorang muslim melaksanakan ajaran agama tidak hanya
untuk akhirat saja, tetapi untuk kebutuhan dunia pula. Saya juga
menyiapkan uang zakat saya setiap bulan dari hasil pembukuan
keuangan, hal ini agar pada saat dikeluarkan tidak terkendala.
c. Hj. Dilah : Barang-barang yang saya jual tidak semuanya saya
bayar di awal, sehingga saya membutuhkan tabungan untuk
membayar kepada suplayer pada saat jatuh tempo, saya juga
gunakan untuk biaya pendidikan anak-anak saya, menunaikan
ibadah haji dan untuk menambah modal usaha agar semakin
berkembang. Untuk zakat karena masih sedikit yang saya
keluarkan, saya hitung diakhir tahun berdasarkan pendapatan
bulanan yang saya dapat.
d. Hj. Suntiroh : Saya suka hidup apa adanya, tidak usah berfoya-
foya, karena semua akan dipertanggung jawabkan kelak, maka
sisa dari pendapatan setelah memenuhi kebutuhan harian saya
tabung untuk kebutuhan nanti, saya juga ingan menyiapkan modal
untuk anak saya yang ingin berwirausaha, saya naik haji dulu juga
cx
dengan menabung dari sedikit dan mempunyai tekat yang kuat
untuk melaksanakan ibadah haji.
e. Hj. Rasmi : Pendapatan yang saya terima akan saya sisihkan
sebagian sebagai tabungan dan mengajarkan anak-anak saya
untuk terbiasa hidup hemat. Hidup ini tidak bisa diprediksi oleh
manusia, sehingga membutuhkan cadangan untuk menjaga
kebutuhan mendadak, serta adanya tabungan akan meringankan
diri kita, saya juga menghitung besaran zakat tiap bulan, karena
masih terlihat sedikit jika bulanan dan tidak merasa terbebani
pada saat dikeluarkan. Sebagai orang tua, memiliki kewajiban
untuk masa depan anaknya sehingga tabungan saya prioritaskan
untuk itu.
27. Dalam menjalankan usaha yang Bapak/Ibu geluti apakah didasari
dengan rasa ikhlas?
a. Hj. Karti : Apa yang diberikan Allah adalah rizki yang terbaik
untuk saya dan keluarga, sehingga apapun yang saya dapatkan
dari hasil berjualan saya terima dengan ikhlas, itu sudah menjadi
sifat saya menerima apa yang saya miliki saat ini dan nanti. Saat
menjalankan usaha ini saya jalankan semampu saya dengan rasa
ikhlas dan pasrah kepada Allah SWT.
b. H. Marjo : Saya bekerja dengan niat ibadah untuk menafaqahi
keluarga dan menggunakan hasilnya sesuai ajaran Islam,
sedangkan yang menjadi pembeli souvenir dan yang menginap di
penginapan kebanyakan adalah peziarah yang merupakan tamu
dari salah satu wali Allah SWT, mereka melakukan ibadah sesuai
perintah agama, sehingga sudah menjadi kewajiban saya untuk
memberikan pelayanan yang baik sebagai tuan rumah yang
didatangi dengan keikhlasan. Saya yakin pertemuan saya dengan
pembeli atau yang menginap merupakan karunia Allah SWT
Sebagai wasilah kami untuk mendapatkan ridhoNya.
cxi
c. Hj. Dilah : Saya akan selalu berusaha untuk ikhlas dalam
menjalankan usaha perdagangan ini, ya kerena banyak orang
yang saya temui dan berbagai macam karakter sehingga perlu
kesabaran dan keikhlasan. Seringkali para pembeli dengan sesuka
hati menawar harga barang tanpa menghitung harga dasar dari
barangnya, mereka menganggap bahwa para pedagang sengaja
meninggikan harganya untuk meraup untung sebanyak mungkin
karena tempatnya di wilayah wisata. Padahal saya berusaha
memberikan harga yang murah agar konsumen puas dengan
mengambil untung yang minim.
d. Hj. Suntiroh : Tentu saya ikhlas menjalankan pekerjaan ini, karena
ini merupakan usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan,
sehingga mau tidak mau saya harus ikhlas, kalau tidak tentu saya
sudah pindah kerjaan, kerena tidak sedikit pembeli yang sering
membuat hati saya terasa sakit dengan apa yang mereka lakukan,
meskipun demikian banyak juga yang menghargai saya sehingga
saya tetap bertahan disini dengan memegang teguh rasa ikhlas.
e. Hj. Rasmi : Alhamdulilah keikhlasan masih bisa saya pegang
dalam menjalankan usaha, kerena saya yakin sifat ikhlas akan
memberikan manfaat yang positif bagi saya dan keluarga. Banyak
sekali cobaan yang selalu menyertai dalam berdagang, kadang
coaan dari para pembeli, kadang datang dari pemasok, kadang
muncul dari keluarga, bahkan dari diri sendiri, semua itu saya
ambil hikmahnya dan tetap ikhlas.
28. Banyak sekali pedagang yang demi keuntungan sesaat mereka tidak
berlaku jujur, bagaimana dengan Bapak/Ibu, apakah menjungjung
tinggi kejujuran dalam menjalankan usaha?
a. Hj. Karti : Prinsip saya adalah dengan mengatakan harga beli
dari suplayer dan menawarkan margin keuntungan kepada calon
konsumen yang akan membeli, sehingga dari sini akan terjadi
transaksi yang saling ridho dan saya yakini akan membawa
cxii
barokah serta manfaat untuk keluarga dan pembeli. Bagi saya sifat
jujur akan membawa hasil yang diperoleh adalah pendapatan
yang halal karena saya yakin itu, sehingga ketika digunakan untuk
mencukupi kebutuhan keluarga akan tercipta keluarga yang
sakinah.
b. H. Marjo : Jujur adalah prinsip saya dalam berdagang, kerena
saya berdagang kepada sesama muslim, dan sesama muslim harus
saling menyayangi dan mengasihi, maka dari itu saya akan
berusaha memegang ajaran itu dengan berprilaku jujur terhadap
konsumen, saya juga menjaga harta yang saya dapatkan harus
bersumber hari usaha yang halal dan tanpa adanya kebohongan.
c. Hj. Dilah : Dalam menjalankan usaha apapun jika ingin terus
berputar dan meningkatkan usaha harus mempunyai sifat jujur
dalam menjalankan usaha, kejujuran ini diterapkan untuk suplayer
dan konsumen, dengan sifat jujur kita akan dipercaya oleh
suplayer untuk menyetok barang maupun makanan yang akan kita
jual. Sedangkan kejujuran pada konsumen akan mendatangkan
banyak rizki, karena sekali konsumen percaya kita berlaku jujur
maka mereka akan dengan senang hati mengajak teman
serombongannya untuk berbelanja di ruko kami. Hal ini juga
sesuai dengan ajaran Islam yang mewajibkan para pedagang
untuk berlaku jujur.
d. Hj. Suntiroh : Saya tidak mau kehilangan konsumen saya, karena
mareka adalah sumber dari mata pencaharian saya dan keluarga,
karena yang menjadi konsumen tetap adalah mereka yang pernah
membeli di tempat saya dan kembali lagi saat mereka berziarah,
sehingga saya selalu menerapkan kejujuran dalam bedagang,
hasilnya konsumen yang pernah datang akan kembali dengan
membawa tetan-temannya, alhamdulillah saya mensyukiri hal itu.
e. Hj. Rasmi : Ajaran agama yang mewajibkan saya untuk selalu
jujur dalam bekerja akan saya pegang teguh untuk menjaga dan
cxiii
menjalankannya, saya tidak mau harta yang saya dapatkan
merupakan hasil yang haram kerena berbohong kepada pembeli
maupun suplayer terlebih lagi kepada Allah yang maha
mengetahui, maka untuk menjaganya tidak hanya dari kegiatan
usaha tetapi harta yang saya keluarkan untuk zakat juga akan saya
hitung agar tidak kurang dan saya tambahkan sedikit untuk
menjaga kesucian harta yang kami gunakan sekeliarga.
29. Berapa lama Bapak/Ibu berjualan disini, apakan Bapak/Ibu pernah
bergonta-ganti tempat maupun barang yang di jual atau Bapak/Ibu
istiqomah dengan apa yang selama ini dilakukan?
a. Hj. Karti : Saya berjualan disini sudah lebih dari lima belas tahun,
hal ini saya pertahankan karena usaha ini merupakan sumber
pendapatan dari keluarga saya, dari awal saya tidak pernah
bergonta-ganti tempat maupun barang yang saya jual, karena dari
tahun-ketahun saya memiliki pelanggan yang selalu datang
ketempat saya sehingga saya pertahankan tempat ini hingga nanti.
Saya pun selalu menambag macam barang dagangan saya agar
konsumen meresa tercukupi kebutuhannya di kioas ini.
b. H. Marjo : Tahun 1985 saya memulai usaha ini, dalam
perjalannya saya merasakan berdagang adalah sumber mata
pencaharian saya dan keluarga, maka untuk menambahkan modal
akhirnya saya jual sawah. Dulu harga sawah masih sangat murah
sehingga uang yang saya dapatkan juga sedikit, makanya saya
mulai dari menjual souvenir yang tentunya jumlahnya tidak
seberapa, alhamdulillah rumah saya memang berada di sini
sehingga saya tidak perlu berganti-ganti tempat, saya akan
pertahankan usaha ini hingga anak-anak saya menggantikan
posisi, sekarang saya sudah memiliki penginapak sehingga anak-
anak sudah saya serahi tugas untuk membantu bekerja di sini.
c. Hj. Dilah : Usaha saya ini sudah berusia 22 tahun, dalam
menjalankan usaha saya mengambil kreditt dari bank, sehingga
cxiv
tidak mungkin saya berganti tempat, dari awal saya memang
sudah berada di sini karena tempat ini terbaik untuk saya gunakan
sebagai berdagang. Awalnya saya hanya menjual makan khas saja
dan terus saya pertahankan agar tetap bisa menopang ekonomi
keluarga, kemudia saya kembangkan dengan berjualan pakaian
baik anak-anak, wanita dan pria hal itu setelah saya dapatkan
pinjaman dari bank.
d. Hj. Suntiroh : Saya tidak pernah berganti lokasi maupun
mengurangi barang yang saya jual, karena usaha ini merupakan
sumber utama pendapatan keluarga, saya selalu mempertahankan
dan menjaganya walaupun keseharian keluarga saya hidup dalam
keadaan yang sederhana, saya tidak ingin bermewah-mewah dan
pada akhirnya mengurangi modal usaha. Saya berjualan mulai
tahun 1988, berarti sekarang sudah berjalan 23 tahun,
alhamdulillah sudah selama itu usaha ini masih berdiri dan saya
persiapkan untuk masa depan anak saya.
e. Hj. Rasmi : Awalnya saya hanya berjualan souvenir saja warisan
dari orang tua, pada saat awal jualan ruko ini masih berukuran
kecil, sifat istiqomah dan pantang menyerah selalu saya pegang
teguh dan akhirnya saya berhasil memajukan usaha penjualan
souvenir. Setelah saya anggap sukses, lalu memulai menambah
produk yang dijual yaitu pakaian, fase-fase awal bejualan pakaian
jumlah barang saya sangat terbatas hal ini dikarenakan modalnya
pas-pasan dan relasi untuk produsen pakaian masih terbatas.
Lambat laun berjalan alhamdulullah dengan sikap istiqomah saya
mampu bertahan dan semakin besar dan usaha pakaian yang saya
jual semakin bervariasi, sekarang berbagai motif dan gaya
pakaian semakin lengkap dan sudah banyak merek dari produsen
pakaian muslim terpajang di ruko, relasipun bertambah banyak
dan sekarang sistem yang saya gunakan dalam menjual pakaian
adalah konsinasi, dimana produsen menitipkan barangnya kepada
cxv
saya dan dalam jangka waktu yang disepakati baru saya lakukan
pembayaran atas barang titipan tadi.
30. Apakah Bapak/Ibu merasa bertanggung jawab penuh dengan barang
yang Bapak/Ibu jual hingga sampai dibeli konsumen?
a. Hj. Karti : Barang yang saya jual tidak barang yang akan busuk,
karena bagan dasarnya bukan dari makanan, sehingga lebih lahan
lama. Berkaitan dengan tanggung jawab saya terhadap
konsumen,itu sudah pasti saya miliki, karena tanpa adanya
tanggung jawab tentu saya tidak akan dipercaya oleh konsumen
dan saya juga tidak akan dipercaya suplayer untuk menjual
produknya, maka dari awal perjenjian saya dengan suplayer saya
utarakan jika ada barang yang rusak dari proses produksi saya
akan kembalikan, dan kalau yang merusaknya saya, maka saya
beli sendiri, tapi kalo yang merusaknya konsumen ya mereka yang
harus bertanggung jawab.
b. H. Marjo : Setiap apa yang saya lakukan nanti di akhirat akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, saya selalu berusaha
untuk menjaga barang yang saya jual layak untuk konsumen,
karena alasan tadi. Sehingga setiap barang dagangan saya ini,
saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan saya berhati-hati
dalam mengambil barang yang akan saya jual dari pemasok,
setiap barang yang saya anggap tidak layak untuk dijual saya akan
mengumpulkannya dan akan saya kempalikan pada pemasoknya
untuk ditukar dengan barang baru yang baik.
c. Hj. Dilah : Tentu saja saya akan bertanggungjawab dengan apa
yang saya jual, saya selalu memberikan kesempatan konsumen
untuk memilih apa yang akan mereka beli, namun sebelumnya saya
mengecek kualitas barang yang saya jual terutama makanan,
karena makanan memiliki masa tertentu,maka dari itu kelayakan
makanan akan saya utamakan agar konsumen tidak mengalami
gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi makanan dari tempat
cxvi
saya. Saya takut jika kehilangan konsumen dan lebih takut lagi
dengan hukuman Allah karena telah melakukan hal yang berdosa.
d. Hj. Suntiroh : Saya akan bertanggung jawab terhadap produk
yang dijual di sini, terutama produk makanan, dimana kualitas
makanan memang menjadi prioritas saya selain kehalalan
makanan, karena peziarah yang sering saya lihat adalah peziarah
yang dalam kurun waktu tertentu akan kembali melakukan ibadah
ziarahnya lagi.
e. Hj. Rasmi : Saya ingin konsumen merasa puas telah membeli di
tempat saya, dan makan di warung saya, maka kualitas makanan
yang saya sediakan akan selalu saya jaga. Saya memiliki cara
khusus agar makanan saya tetap awet meskipun sudah lewat satu
hari, dan tentunya masih sehat untuk di makan oleh peziarah,
resep khusus yang saya miliki juga akan mempengaruhi rasa dari
makanan yang saya jual, pemilihan bumbu-bumbu yang
berkualitas dan tetap mempertahankan biaya produksi agar tetap
terjangkau.
31. Apakah Bapak/Ibu selalu semangat dalam menjalankan usaha ini dan
berusaha mengembangkannya?
a. Hj. Karti : Saya bukan keturunan padagang yang telah membuka
usaha terlebih dahulu, pada awalnya saya tidak mempunyai cukup
modal untuk membuka usaha yang besar. Karena hasil bertani
semakin tidak mencukupi kebutuhan, saya membuka usaha ini dan
memperoleh modal dari penjualan sawah. Saya melihat
perkembangan perdagangan di kawasan Makam Sunan Kalijaga
sangat menjanjikan dikemudian hari. Saya selalu semangat karena
dibantu suami. Hasil dari kerja keras meski kondisi modal yang
pas-pasan, usaha saya semakin berkembang dengan pesat dari
produk yang dijual sedikit dan bentuknya hanya beberapa macam
menjadi produk berbagai macam dan banyak baik souvenir
maupun pakaian.
cxvii
b. H. Marjo : Saat ini ruko saya terbilang cukup besar serta ada
penginapannya, semua karena kerja keras. Dalam menjalankan
usaha saya dibantu istri dan anak-anak, alhamdulillah saya punya
rumah yang juga berdampingan dengan penginapan, selain itu ada
ruko sebagai tempat berjualan souvenir. Adanya dorongan dari
keluarga dan kewajiban sebagai kepala rumah tangga saya selalu
menjalankan usaha dengan baik.
c. Hj. Dilah : Pantang menyerah dan semangat adalah modal utama
bagi saya untuk memulai usaha dan mempertahankannya,
meskipun demikian tidak saya pungkiri peran penting uang yang
menyokong usaha saya. Namun semangat untuk mempertahankan
dapur biar tetap mengebul adalah dasar saya dalam menjalankan
usaha ini.
d. Hj. Suntiroh : Keberadaan suami dan anak-anak memberikan
semangat kepada saya untuk menjalankan usaha keluarga, saya
ingin usaha ini terus berkembang dan semakin besar untuk modal
anak-anak saya nanti. Saya selalu teringan masa-masa sulit dulu,
saya tidak ingin anak-anak saya mengalaminya, sehingga saya
selalu semangat dan mendidik anak untuk terus maju
mengembangkan usaha tanpa mengenal lelah.
e. Hj. Rasmi : Saya selalu mengumpulkan uang untuk modal dalam
mengembangkan usaha, saya bermula dari meneruskan usaha
yang telah digeluti oleh orang tua dengan berjualan souvenir,
akhirnya saya memutuskan untuk berwiraswasta dengan
meneruskan usaha keluarga karena terlihat menjanjikan
keuntungan sebagai tambahan untuk biaya kebutuhan kelurga.
Alhamdulillah saya ditunjang dengan modal yang mencukupi,
berupa kios yang telah terisi berbagai bentuk souvenir, tetapi
tanpa memiliki semangat kerja saya tidak akan seperti sekarang.
Jumlah produk yang dijual berupa pakaian muslim untuk anak-
anak wanita, dan laki-laki semakin bertambah. Saya ingin sekali
cxviii
menngembangkan usaha, maka saya kumpulkan modal dan
akhirnya terwujud dengan mendirikan rumah makan sekitar tahun
2000an.
32. Apakah barang yang Bapak/Ibu jual benar-benar Bapak/Ibu perhatikan
tingkat kesehatan atau kandungan gizinya bagi konsumen?
a. Hj. Karti : Saya tidak begitu paham dengan barang-barang yang
tidak berbahaya terhadap kesehatan manusia, karena saya bukan
pengrajinlangsung, maka dari itu souvenir yang saya jual
kebanyakan berbahan dasar kayu yang tentunya aman untuk
manusia terutama anak-anak, serta pakaian yang dari kain katun,
sehingga saya yakin barang yang saya jual tidak akan
mengganggu kesehatan konsumen.
b. H. Marjo : Saya selalu dijaga kebersihan penginapan dan
menegakkan peraturan yang tegas bagi para pengunjung untuk
selaku manjaga kebersihan dan membuang sampah pada
tempatnya, ketika kondisi penginapan kumuh tentu peziarah tidak
akan menggunakan jasa saya, serta lokasi peginapak yang
memang berdampingan dengan kediaman saya sehingga akan
berdampak langsung dengan kesehatan keluarga saya apabila
kondisi penginapan tidak sehat. Oleh karenanya lingkungan yang
sehat merupakan prioritas bagi saya.
c. Hj. Dilah : Makanan khas yang saya jual biasanya bertahan
maksimal 6 bulan, maka dari itu sama jaga waktu kadaluarsanya,
dan maksimal bagi saya adalah 3 bulan dari waktu pembuatan,
lebih dari itu saya kembalikan pada pemasoknya dan saya tukar
dengan barang baru, hal ini saya lakukan untuk menjaga rasa dan
menjaga kesehatan bagi konsumen, saya pernah mengalami
sendiri waktu membeli makanan yang sudah kada luarsa dan
penjualnya tidak mau bertanggung jawab, untunglah dulu hanya
rasanya yang tidak enak dan tidak berakibat keracunan, dari situ
saya sadar dengan segala makanan yang saya jual.
cxix
d. Hj. Suntiroh : saya menjual souvenir, pakaian, dan makanan khas,
dari 3 produk tadi yang paling utama saya jaga agar tidak
mengganggu kesehatan adalah makanan khas, sedangkan untuk
souvenir dan pakaian saya tidak tahu pastinya, Cuma saya pernah
dengar berita kalau mainan dari China berbahaya untuk kesehatan
karena unsur apa gitu, maka dari itu saya tidak berani menjual
mainan dari China.
e. Hj. Rasmi : Maksimal makanan yang saya jual bertahan selama 3
hari, lebih dari itu saya akan buang karena sudah tidak baik lagi.
Maka sekarang makanan olahan yang saya siapkan tidak pernah
banyak, saya selalu menyiapkan dalam waktu maksimal 2 hari
harus habis, dan diganti dengan makanan yang baru, dari situ
saya yakin makanan yang saya jual menyehatkan.
33. Dalam menghadapi masalah usaha bagaimana Bapak/Ibu
menyelesaikannya?
a. Hj. Karti : Saya selalu menghadapi permasalahan yang ada dalam
usaha ini dan berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik,
keberadaan keluarga sangat membantu terselasainya semua
permasalahan yang terjadi, namun demikian ketika berkaitan
dengan orang lain disini sudah dibentuk koordinator pedagang
yang akan menjembataninya.
b. H. Marjo : Selalu sabar dan pasrah dengan segala ujian dari Allah
adalah pegangan hidup saya, maka ketika terjadi permasalahan
pada usaha saya, sebisa saya akan berusaha menyelesaikannya,
manum disini telah dibentuk koordinator pedegang yang telah siap
untuk membantu segala permasalahan.
c. Hj. Dilah : Seingat saya sekitar tahun 2000an koordinator
pedagang dibentuk, hal itu bertujuan untuk menjaga stabilitas
para pedagang dan sebagai wadah pedagang untuk melekukan
musyawarah, dari situ saya selalu melaporkan segala
permasalahaan yang terjadi pada usaha saya, dan hasil
cxx
rembukannya akan bermanfaat untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi.
d. Hj. Suntiroh : Permasalahan yang sering saya alami akan saya
selesaikan dengan prinsip kekeluargaan, namun ketika tidak
ditemukan jalan tengah, maka saya akan mengusulkan untuk
mengambil orang luar yaitu koordinator pedagang yang memang
sudah menjadu tugas mereka. Di sini jarang sekali permasalahan
yang dibawa sampai kepolosi, tetapi sering selesai dengan prinsip
keluarga, kecuali masalah yang memang muncul akibat kejahatan,
itu lain lagi penyelesaiannya.
e. Hj. Rasmi : alhamdulilah saya merasa jarang sekali mengalami
permasalahan dengan pihak lain, namun kalau masalah dalam diri
saya sendiri ya sering, misalnya uang untuk belanja kurang, atau
pendapatan berkurang. Biasanya saya hanya membicarakan
kepada pedagang yang adda disekitar sana mengenai kondisinya,
dengan begitu saya bisa melihat apa yang terjadi, seumpama saya
yang paling sedikit pendapatannya akan melakukan langkah baru
agar setabil lagi.
34. Apakah setiap konsumen yang pernah membeli di toko Bapak/Ibu ketika
bertemu lagi Bapak/Ibu sapa dan mengigatkan pernah saling kenal?
a. Hj. Karti : Setiap pembeli yang pernah mapir di tempat saya, pasti
saya kenal orangnya jika datang lagi berziarah, karena saya selalu
menanamkan keramahan dan berusaha menjalin silaturahmi
dengan mereka. Keakraban dan kehangatan yang saya tawarkan
akan dirasakan konsumen berada di tengah keluarganya sendiri,
hal ini akan memberikan saya dan konsumen saling mengenal dan
akrab. Dengan begituakan terjalin hubungan biak dan konsumen
tanpa kita banyak tawari akan datang sendiri kepada saya seolah
saya adalah keluarganya.
b. H. Marjo : Saya memiliki pelanggan penginapan yang selalu saya
jalin komunikasi dengan pelanggan, bahkah setiap sampai di Kota
cxxi
Demak rombongan dari pelanggan saya selalu memilih waktu
malam hari sehingga bisa beristirahat di penginapan saya, selain
itu ada pelanggan yang menghubungi saya terlabih dahulu untuk
memesan tempat menginap. Saya menganggap kesuksesan akan
dapat diraih dengan menjalin hubungan silaturahmi dengan
konsumen sebagaimana ajaran Islam yang menyebutkan bahwa
seorang mukmin yang menyambung silaturahmi sesama muslim
akan dimudahkan rizkinya oleh Allah SWT, selain itu pelayanan
yang baik juga akan memberikan efek positif untuk lebih
mempererat konsumen untuk menjadi pelanggan yang setia.
c. Hj. Dilah : Saya seringkali menyapa peziarah yang kerap datang
kemakam Sunan Kalijaga dan pernah membeli di tempat saya, hal
ini menjadikan hubungan silaturahmi yang baik antara saya dan
konsumen, sehingga menjadikan pelanggan yang setia dan
mengajak saudara, teman dan kerabatnya untuk membeli makanan
khas untuk oleh-oleh keluarga dirumah di kios saya, bagi saya
silaturahmi akan mempermudah untuk mendaparkan rizki yang
halal dan barokah.
d. Hj. Suntiroh : Kesuksesan yang saya raih saat ini tidak terlepas
dari kesetiaan konsumen yang datang dan membeli di tempat saya,
saya tidak mau mengecewakan mereka dan akan mempertahankan
mereka untuk setia kepada saya, karenanya hubungan silaturahmi
yang baik akan selalu saya lakukan kapada setiap pembali dan
para peziarah pada umumnya agar mereka percaya kepada saya
dan tidak merasa asing saat berziarah kemakam Kanjeng Sunan
Kalijaga.
e. Hj. Rasmi : Saya menganggap orang yang datang di tempat usaha
saya adalah saudara yang membawa kebaikan kepada saya dan
keluarga, saya berusaha untuk menjamu mereka sebaik mungkin
agar tidak kecewa dan meresa antara kami ada hubungan
kekeluargaan yang saling menyayangi dan menjaga satu sama
cxxii
lain. Saya berharap hubungan baik saya dengan konsumen dan
suplayer tidak hanya berakhir di dunia melainkan berlanjut di
akhirat. Saya yakin ada kebaikan berawal dari adanya sikap
kekeluargaan yang saling menjaga antara semua pihak.
B. Transkip wawancara untuk Tingkat Kesejahteraan pedagang
1. Bagaimana kecukupan pangan keluarga Bapak/Ibu?
a. Hj. Karti : Ketika saya belum berdagang, kondisi makanan untuk
sehari-hari serba kekurangan dan tidak memenuhi standar
kesehatan, karena pendapatan yang sangat minim dan hanya
cukup untuk membeli sayur dan kebutuhan lain, sehingga saya dan
keluarga sering sakit akibat buruknya kualitas makanan yang saya
makan, tubuh yang tidak fit, pikiran juga tidak fokus, alhamdulilah
setelah berdagang di sini, saya dan keluarga tercukupi kebutuhan
makan yang lebih layak, saya yakin ini adalah barokah dari Sunan
Kalijaga.
b. H. Marjo : Alhamdulilah hasil dari bergagang dalam mencukupi
kebutuhan makan yang semakin naik harganya, saya dan keluarga
tidak pernah merasa kekurangan mekipun itu tentang gizinya, saya
selalu menyiapkan makanan untuk keluarga yang menyehatkan
dan bergizi.
c. Hj. Dilah : Saya selalu mengutamakan kecukupan gizi keluarga,
karena makanan yang tidak bergizi akan berpengaruh buruk pada
aktifitas, disini saya bersyukur telah mampu untuk mencukupinya
semua itu dari hasil berjualan di sini.
d. Hj. Suntiroh : Untuk keluarga saya akan menyiapkan yang terbaik,
karena saya bekerja memang untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
pendapatan saya juga saya rasa cukup untuk memberikan makan
yang baik dan bergizi bagi keluarga.
e. Hj. Rasmi : Kalau masalah makanan tentu tidak akan kekurangan,
karena saya memiliki rumah makan sendiri yang memang
cxxiii
sekaligus untuk keluarga, jadi saya ya tinggal ngambil yang ada di
rumah makan beserta lauk pauknya yang saya inginkan, serta
keluarga butuhkan.
2. Apakah putra-putri Bapak/Ibu telah mengenyam pendidikan setinggi
mungkin?
a. Hj. Karti : Saya ingin anak-anak saya sekolah setinggi mungkin
agar masa depan mereka lebih baik dari pada saya, saya dulunya
hanya sekolah Madrasah, sehingga masih kesulitan dalam
menjalani hidup, sehingga gabi saya pendidikan anak merupakan
hal penting bagi saya.
b. H. Marjo : Saya telah menyekolahkan anak saya hingga perguruan
tinggi, saya memilih menguliahkan anak-anak pada perguruan
umum dan Islam, karena bagi saya hal itu dibutuhkan untuk masa
depan mereka dan saya mengharapkan anak-anak nanti dapat
saling bekerjasama dalam membagi ilmu umum dan agama
sehingga hasil yang diterima bisa maksimal dan mampu mengikuti
arus zaman yang serba canggih dan penuh dengan intrik untuk
saling menjatuhkan. Sehingga bekal ilmu umum digunakan untuk
memahami intri-intri yang tidak baik dalam bisnis dan ilmu agama
sebagai benteng agar tidak terjerumus dalam bisnis yang tidak
sesuai dengan ajaran agama Islam.
c. Hj. Dilah : Untuk pendidikan anak saya sengaja untuk menabung
hasil pendapatan berjualan, zaman sekarang pendidikan sangatlah
penting, karena tanpa pendidikan yang layak kita akan ditindas
dan menjadi masyarakat yang selalu dikalahkan, maka dengan
pendidkan saya mengharapkan anak saya nanti mampu untuk
menghadapi masa depan yang labih baik dari pada saya saat ini.
d. Hj. Suntiroh : Apa yang saya kerjakan memeng bertujuan untuk
merawat anak dan menyekolahkannya hingga setinggi mungkin,
meskipun biaya sekolah yang semakin mahal namun demi anak
saya selalu menyisihkan hasil penjualan untuk saya gunakan
cxxiv
sebagai biaya pendidikan anak saya, tanpa begitu saya takut pada
saat pembayar biaya sekolah bertepatan dengan kebutuhan
belanja barang, sehingga saya simpan biaya sekolah tersendiri.
e. Hj. Rasmi : Bagi saya pendiddikan anak adalah yang utama,
setelah suami saya meninggal dunia saya menjadi orang tua
tunggal yang berkewajiban membesarkan anak selain itu saya
harus berjuang untuk menjalankan usaha yang penuh cobaan.
Saya hanyalah lulusan sekolah dasar, maka pendidikan menjadi
prioritas bagi saya untuk mempersiapkan kehidupan anak saya di
masa mendatang sekaligus saya siapkan menjadi penerus usaha
keluarga agar dapat dikembangkan dan terus ada. Alhamdulillah
saya sangat bersyukur karena dapat menyekolahkan mereka
sampai kejenjang perguruan tinggi, saya memilih perguruan tinggi
Islam karena keluarga saya adalah santri. keinginan saya hanya
ingin melihat anak-anak sukses dalam ekonomi dan mengerti
ajaran agama Islam.
3. Dimanakah Bapak/Ibu melakukan pengobatan pada saat salah satu
anggota kelurga yang sakit?
a. Hj. Karti : Ketika saya sakit atau anggota keluarga saya memilih
untuk berobat di tempat praktek dokter, karena sekarang bentuk
penyakit bermacam-macam dan obatnya juga menyesuaikan, sadi
biar penangananya lebih tepat saya memilih tempat praktek dokter
ketimbang puskesmas, tapi kalau memang penyakit berat, semoga
saja tidak terjadi saya akan mengambil perawatan di rumah sakit.
b. H. Marjo : Untuk masalah penyakit yang ringan saya cukup
berobat di puskesmas, karena sekarang juga sedah ada dokternya
jadi saya rasa sudah sama dengan dokter-dokter yang lain, selain
itu biaya pengobatan juga murah bagi saya, untuk penyakit berat
saya akan bawa kerumah dakit terlebih dahulu, bersamaan juga
saya mencari obat alternatif yang biasanya lebih aman karena
bukan dari bahan kimia.
cxxv
c. Hj. Dilah : Saya setandar kaya orang lainnya, seumpama pusing
ya saya cukup minum obat yang dijual di warung umum, tapi kalau
demam yang sudah lebih dari 1 minggu atau batuk yang sampai 1
bulan baru saya priksakan ke doktor yang membuka praktek atau
kepuskesmas tergantuk pada saat itu keinginan saya dibawa
kemana, sedangkan untuk penyakit berat alhamdulillah saya belum
pernah dan keluarga juga, jadi belum pernan berobat ke rumah
sakit, dulu saja waktu saya melahirkan anak di bantu dukun
beranak dan yang terakhir di puskesmas.
d. Hj. Suntiroh : Kalau sakit ya biasanya berobat ke mantri atau
puskesmas dulu, karena setiap demam kadang berbeda-beda obat
yang menyembuhkan, jadi ya kalau sudah berobat di puskesmas
atau mantri tidak kunjung sembuh pindah ke tempat praktek
dokter, begitu juga sebaliknya.
e. Hj. Rasmi : Tergantung yang sakit kepengen di bawa kemana,
karena tiap orang dari keluarga saya berbeda tempat yang dituju
untuk berobat, kalau saya suka minum obat yang dijual bebas
karena sering cocoknya, tapi kalau lama belum sembuh baru
priksa di puskesmas, anak pertama saya lebih suka langsung ke
tempat praktek dokter umum atau spesialis, sedangkan yang lain
juga berbeda-beda. Tapi kalau penyakit berat ya tentu akan saya
bawa kerumah sakit sewajarnya, jika belum ada kemajuan saya
beralih pada pengobatan alternatif.
4. Apakah keluarga Bapak/Ibu melakukan bembelian pakaian baru meski
pada saat lebaran atau hari-hari tertentu?
a. Hj. Karti : Masalah pakaian saya tidak terlalu memikirkan karena
saya juga berjualan pakaian, jadi kalau saya ingin pakaian baru
tinggal ngambil saja di kios yang saya sukai.
b. H. Marjo : Anak-anak yang malah sering membeli pakaian, karena
di sini motif pakaian yang dijual bernuansakan Islami atau
memiliki ciri khusus dengan Sunan Kalijaga atau Walisanga, maka
cxxvi
tempat belinya ya di pasa atau di mall. Untuk saya yang sudah tua
cukup yang ada di sini saja sudah cukup dan harganya lebih
murah di banding beli di luar.
c. Hj. Dilah : Pakaian bukanlah masalah besar bagi saya dan
keluarga, karena tidak harus menunggu saat lebaran saja untuk
membeli pakaian, karena pakaian itu sudah menjadi kebutuhan
yang sewaktu-waktu harus di miliki, jadi setiap butuh pakaian baru
ya beli baik yang dijual disini atau membeli dari luar.
d. Hj. Suntiroh : Saya sendiri juga menjual pakaian, jadi setiap ada
model yang baru saya akan mengambil satu untuk saya pakai, dari
situ malah pakaian yang saya jual bisa lebih laris karena
konsumen bisa melihat sendiri pakaian yang saya jual, secara
tidak segaja konsumen melihat pakain yang saya sama dengan
yang saya jual, dan mereka tertarik karena dilihat bagus dan
pantas untuk dipakai.
e. Hj. Rasmi : ya kalau ingin membeli pakaian baru saya ya tinggal
beli saja, dala setahun kalau saya hitung jumlah pembelian
pakaian sekitar empat hingga lima kali, terlebih anak-anak yang
lebih sering membeli pakaian karena mereka cepat sekali berganti
modelnya, beda dengan orang tua begini yang memang standar
begitu saja dari dulu.
5. Bagaimana dengan tempat tinggal Bapak/Ibu, apakah itu milik pribadi
atau masih kontrak?
a. Hj. Karti : Rumah saya milik pribadi karena saya warga asli sini,
jadi tidak perlu kontrak atau semacamnya, karena sudah dapat
memiliki rumah dari dulu di tempat ini, pedagang disini semuanya
warga Kadilangu jadi tidak ada yang kontrak dan membangun
usaha di sini.
b. H. Marjo : Alhamdulilah saya mampu untuk membeli sebuah
mobil, karena jalan menuju rumah saya juga bisa untuk dilewati
kendaraan roda empat meskipun terletak di dalam kampung.
cxxvii
Masyarakat sini biasanya memilih untuk menyeimbangkan kondisi
rumahnya apakah bisa untuk dilewati mobil atau tidak, karena
saya yakin banyak yang mampu untuk membeli mobil tetapi
kondisi rumahnya yang tidak bisa dilewati sehingga mereka tidak
membeli mobil. Rumah yang saya miliki tergolong cukup luas
karena bersanding dengan penginapan saya, semuanya sudah
bersertifikat.
c. Hj. Dilah : Saya warga Kadilangu sendiri, jadi rumah yang saya
tempati ya milik pribadi, dulu sebelum sukses rumah saya itu jelek
dan tidak layak untuk dihuni, berkat gerjualan di sini saya mampu
untuk merenovasinya menjadi lebih baik dan tidak kalah dengan
milikmorang lain yang lebih kaya dari pada saya.
d. Hj. Suntiroh : Untuk tempat tinggal adalah milik saya pribadi,
karena saya asli warga sini jadi tidak perlu membeli tanah atau
rumah sebagai tempat tinggal, lokasinya juga tidak jauh dari
makam Sunan Kalijaga cukup di tempuh hanya sekitar 10 menit
sudah sampai.
e. Hj. Rasmi : Kalau rumah ya tentu milik saya sendiri, di sini itu
tidak ada pedagang yang kontrak rumah, karena mereka memang
orang sini sendiri jadi tidak membutuhkan sewa tempat, kecuali
orang yang berjualan keliling ituya, mereka bukan warga seni
meskipun demikian mereka juga tidak sewa tempat disini, karena
mereka selalu berkeliling untuk menjual dagangan mereka.
6. Dalam rumah Bapak/Ibu sudahkah tercukupi kebutuhan fasilitar rumah
tangga?
a. Hj. Karti : Perabot rumah tangga alhamdulillah sudah cukup
untuk saya gunakan, karena saya sering berada di ruko maka di
sini juga saya sediakan televisi sebagai penghibur menjaga ruko,
selain itu anak-anak waktu dirumah ya bisa melakukan apa yang
mereka inginkan karena perabot rumah tangga sudah sukup
terpenuhi.
cxxviii
b. H. Marjo : Fasilitas yang saya memiliki diantaranya mesin cuci
yang digunakan untuk keperluan penginapan, selain itu ada juga
TV untuk memberikan hiburan pada pelanggan. Serta perabot-
perabot lain yang menjadi kebutuhan keluarga saya sudah dapat
saya terpenuhi.
c. Hj. Dilah : Masalah perabotan rumah tangga saya rasa sudah
cukup, karena saya bukan orang yang “neko-neko” ya kebutuhan
perabotnya standar apa adanya seperti orang-orang lain. Saya
tidak ingi bermewah-mewahan untuk membelinya, lebih baik saya
gunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.
d. Hj. Suntiroh : Saya rasa perapotan rumah tangga sudah cukup,
seperti rich kookier, TV, kompor, alat masak dan lain sebagainya,
kadang anak-anak sering minta untuk dibelikan mesin cuci, tapi
saya tidak mau karena akan membiasakan mereka untuk hidup
enak tanpa berusaha lebih giat lagi, maka dari itu perabot rumah
tangga saya sesuaikan untuk kemandirian anak-anak, adapun
fasilitas rumah ya sudah cukup bagi saya.
e. Hj. Rasmi : Saya memiliki kulkas untuk menyimban bahan-bahan
rumah makan ketika belum saya bawa. Selain itu saya memiliki
mesin cuci karena sebagian besar waktu saya habis di sini, maka
mesin cuci amat saya butuhkan untuk menyingkat waktu dalam
mencuci pakaian.
7. Ketika ada pembangunan Masjid, Mushola atau Madrasah Diniyyah
apakah Bapak/Ibu ikut serta dalam memberikan sumbangan dana?
a. Hj. Karti : Saya dulu pernah mengalami masa-masa sulit, hal ini
menyadarkan saya untuk selalu membantu saudara sesama muslim
dan ikut serta dalam menyediakan kebutuhan sosial seperti
Mushola yang layak, Masjid yang bisa digunakan untuk orang
banyak, dan sekolah sebagai tempat untuk mendidik generasi
penerus sesudah saya. Maka dari itu saya selalu menyiapkan
sejumlah uang untuk menyalurkan infaq saya selain zakat.
cxxix
b. H. Marjo : Namanya infaq dan shodaqah itu sudah menjadi ajaran
yang lebih baik dilaksanakan bagi setiap orang Islam, maka dari
itu apapun bentuknya saya berusaha untuk ikut serta, karena
dengan demikian saya merasa tentram di dunia dan akhirat, sedikit
banyak saya berusaha untuk menyisihkan uang untuk bershodaqag
atau berinfaq.
c. Hj. Dilah : Secara tidak langsung pada saat anak saya sekolah
dulu saya selalu memberikan shodaqah untuk membangun atau
memperbaiki madrasah, hal ini saya sadari karena kalau bukan
dari swadaya sendiri akan sulit untuk mendapatkannya, dan
tentunya akan lebih ikhlas kita ketika infaq atau shodaqah yang
saya berikan memang benar digunakan sebagaimana yang
tercantum dalam surat permohonannya. Sedikit atau banyak saya
upayakan untuk selalu bershodaqah karena itu merupakan ajaran
Islam.
d. Hj. Suntiroh : Saya yakin dengan bershodaqah atau berinfaq harta
yang saya miliki akan semakin barokah dan bertambah, selain itu
akan berpengaruh besar terhadap watak anak-anak, karena dari
saya bershodaqoh anak-anak saya menjadi sholih dan sholihah,
menyayangi orang tuanya, dan memiliki rasa kasih sayang yang
tinggi.
e. Hj. Rasmi : Saya ingin mengajarkan kepada anak-anak saya untuk
taat menjalankan ajaran Islam dengan memberi contoh melalukan
ibadag shodaqah dan infaq, terutama para pengemis yang
memang sangat membutuhkan, meskipun di sini banyak sekali
pengemis namun sedikit dari mereka yang memeng sangat
membutuhkan, karena itu saya sangat mengenal mereka,
sedangkan untuk pembangunan Mushola, Mesjid, atau Madrasah,
saya selalu ikit serta.
8. Apakah setiap tahun Bapak/Ibu sudah ada nishob untuk membayar
zakat?
cxxx
a. Hj. Karti : Alhamdulillah seelah saya melakukan penghitungan
pendapatan selama satu tahun saya termasuk orang yang
berkewijiban untuk mengeluarkan zakat, saya selalu berkonsultasi
dengan kesepuhan ahli waris dan keluarga Sunan Kalijaga untuk
besarnya zakat yang harus saya bayarkan, karena saya tidak bisa
menghitung sendiri.
b. H. Marjo : Dalam menghitung besarnya zakat yang harus saya
keluarkan daya melakukannya berdasarkan bulanan, karena
alhamdulillah pendapatan yang saya dapatkan terbilang cukup
besar jadi kalau saya ambilkan diakhir tahun takutnya terlalu
berat saya rasa, jadi saya sisihkan, dan kalau sudah waktunya
saya akan membahasnya dengan pihak kasepuhan, apakah sudah
pas atau masih kurang. Kemudian dana zakat itu saya serahkan
kepada kasepuhan karena mereka juga berperan sebagai amil
zakat.
c. Hj. Dilah : Setiap tahun saya berkewajiban membayar zakat
karena zakat saya terbilang masih sedikit maka saya serahkan
lanhsung pada mustahiq hal itu sesudah saya berkonsultasi dengan
kasepuhan terlebih dahulu.
d. Hj. Suntiroh : Zakat yang saya keluarkan saya serahkan kepada
kasepuhan untuk di koordinir dengan harta zakat orang lain,
karena saya merasa tidak bisa sendiri menyerahkan kepada yang
berhak maka saya pasrakkan kepadakasepuhan, saya yakin zakat
saya akan jaul lebih bermanfaat untuk sesama karena di kelola
dengan baik.
e. Hj. Rasmi : Saya takut pada saat membayar zakat, saya tidak
memegang uang yang cukup maka dari itu saya selalu menyimpan
tabungan yang saya khususkan untuk zakat, jadi kalau saatnya
dikeluarkan saya hanya menambahi sedikit jika kurang, tetapi
biasanya malah melebihi dari dana zakat yang harus saya
keluarkan, hal ini setelah saya meminta bantuan dari kasepuhan.
cxxxi
9. Apakah Bapak/Ibu perlah melakukan ibadah haji baik sendiri, berdua
atau bersama keluarga meski cuma sekali?
a. Hj. Karti : Alhadulillah saya pernah melakukan ibadah Haji, saya
berangkat pada tahun 2003 sendirian karena suami saya belum
bisa ikut, saya berbahagia sekali karena telah melengkapi rukun
Islam dengan melakukan ibadah Haji.
b. H. Marjo : Saya dulu berangkat dengan istri saya sekitar tahun
2000an, saya lupa tepatnya karena sudah lama. Saya memang dari
awal berniat untuk melaksanakan ibadah haji, hal inilah yang saya
rasakan menjadi dorongan untuk berdagang yang lebih giat, saya
selalu menyimpan pendapatan saya dan tidak akan saya ambil
sebelum cukup untuk biaya Haji saya dan istri saya.
c. Hj. Dilah : Niat saya untuk beribadah Haji memberikan saya
semangat untuk berusaha menjadi orang yang mampu
melaksanakannya, bagi saya meskipun biaya ibadah haji mencapai
jutaan rupiah, maka harus bisa saya siapkan karena memang itu
suatu kewajiban dalam agama Islam.
d. Hj. Suntiroh : Saya berpendapat bahwa ibadah haji bagi seorang
muslim suatu kewajiban. Pada saat keberangkatan saya, saya
merasa sangat takut, karena saya sudah mampu tetapi belum bisa
langsung berangkat, tetapi dengan niat yang bulat dan demi
menjalankan suatu ibadah maka saya akan melakukannya dengan
khusu’.
e. Hj. Rasmi : Meskipun biayanya sangat mahal bagi saya tidak akan
bermasalah, karena saya ingin menyempurnakan Islam saya
dengan majalankan Ibadah Haji meskipun sekali, bagi saya itu
sudah sangat menentramkan hati saya, selain melihat keluarga
saya hidup sejahtera saya juga ingin bisa beribadah dengan
sempurna.
cxxxii
Daftar Riwayat Hidup
Nama : January Filasufah Nim : 062411048 Jurusan : EI (Ekonomi Islam) Fakultas : Syari’ah TTL : Demak, 22 Januari 1988 Alamat : Rejosari Rimbu Kidul 4/6 Karangawen Demak 59566 Pendidikan Formal
1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Nonformal
1. 2.
Pengalaman Organisasi
1. 2. 3.
Prestasi Semasa Kuliah
1. 2. 3.
Semarang, Hormat Kami
January Filasifah NIM: 062411048