34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat,khususnya dalam bidang statistika banyak penelitian dengan data yang dipengaruhi berbagai macam faktor. Sehingga peneliti sering kali kesulitan untuk mengolah data tersebut. Sehingga diperlukan adanya metode statistik multivariat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu metode statistik multivariat yang dapat digunaka yaitu dengan mengelompokan beberapa variabel berdasarkan hubungan antar variabel tersebut sehingga di dapatkan kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal . metode ini disebut analisis faktor. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan analisis faktor? 2. Apa tujuan dari analisis faktor? 3. Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu data agar dapat diselesaikan menggunakan analisis faktor? 4. Bagaimana proses pada analisis faktor? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi analisis faktor 2. Untuk mengetahui tujuan dari analisis faktor 3. Untuk mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu data agar dapat diselesaikan menggunakan analisis faktor. 4. Untuk mengetahui proses pada analisis faktor

analisis faktor 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM STUDI MATEMATIKA

Citation preview

Page 1: analisis faktor 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat,khususnya dalam bidang statistika banyak

penelitian dengan data yang dipengaruhi berbagai macam faktor. Sehingga peneliti sering kali

kesulitan untuk mengolah data tersebut. Sehingga diperlukan adanya metode statistik multivariat

untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu metode statistik multivariat yang dapat digunaka

yaitu dengan mengelompokan beberapa variabel berdasarkan hubungan antar variabel tersebut

sehingga di dapatkan kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal . metode ini

disebut analisis faktor.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan analisis faktor?

2. Apa tujuan dari analisis faktor?

3. Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu data agar dapat diselesaikan menggunakan analisis

faktor?

4. Bagaimana proses pada analisis faktor?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi analisis faktor

2. Untuk mengetahui tujuan dari analisis faktor

3. Untuk mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu data agar dapat diselesaikan

menggunakan analisis faktor.

4. Untuk mengetahui proses pada analisis faktor

Page 2: analisis faktor 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Analisis faktor merupakan salah satu metode statistik multivariat untuk mengidentifikasi

dimensi beberapa variabel kemudian mengelompokkannya lebih sederhana berdasarkan sifat

dasarnya. Dengan kata lain, proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antara

sejumlah variabel-variabel yang saling bebas satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu

atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah variabel awal

tanpa kehilangan sebagian besar informasi penting yang terkandung didalamnya. Sebagai contoh,

jika ada 20 variabel yang bebas satu dengan yang lain, dengan analisis faktor mungkin bisa

diringkas hanya menjadi 2 kumpulan variabel baru.Kumpulan variabel baru tersebut disebut

faktor, di mana faktor tersebut tetap mencerminkan variabel-variabel aslinya.

B. Tujuan Analisis Faktor

1. Data Summarization, yakni mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan

melakukan uji korelasi.Uji korelasi adalah pengujian hubungan pada variabel-variabel.

jika hubungan antara variabel-variabel tersebut kuat maka dikelompokan menjadi satu

factor. jika tidak maka dikelompokan pada faktor yang lain. sehingga tidak ada

hubungan(korelasi) lagi antara faktor – faktor tersebut .

2. Data Reduction, yakni setelah melakukan uji korelasi, dilakukan proses membuat sebuah

kumpulan variabel baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel

sebelumnya.

C. Jumlah sample yang ideal untuk analisis faktor

Jumlah sampel yang dianjurkan 50-100 sampel.denga ratio 1:10 yaitu 1 variabel untuk 10

sampel.

D. Asumsi yang harus dipenuhi pada Analisis Faktor :

Oleh karena prinsip utama Analisis Faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi terkait

dengan korelasi:

Besar korelasi antar variabel bebas harus cukup kuat,yaitu di atas 0,5

Besar Korelasi Parsial.(korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel yang lain)justru harus kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi parsial diberikan lewat

pilihan ANTI-IMAGE CORRELATION.

Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar variabel), yang diukur dengan besaran BARTLETT TEST OF SPHERICITY atau MEASURE SAMPLING ADEQUACY

Page 3: analisis faktor 2

(MSA). Uji barlet digunakan untuk menguji hipotesis H0 yang menyatakan bahwa

semua variabel tidak berhubungan satu sama lainnya.dan MSAdigunakan untuk

mengetahui variabel-variabel yang tidak memenuhi syarat kecukupan analisis faktor.

Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikan di antara paling sedikit

beberapa variabel.

Pada beberapa kasus, asumsi NORMALITAS dari variabel-variabel atau faktor yang terjadi sebaiknya dipenuhi. Karena sebagian besar uji statistik dihitung dengan asumsi

data normal

E. Proses pada analisis faktor :

1. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis.

Jika nilai-nilai dalam masing-masing variabel sangat bervariasi dalam satuan, dalam

artian ada variabel (data) dengan satuan Ratusan Ribu (misal Gaji), sampai satuan Jumlah

di bawah 10 (misal Jumlah anak). Perbedaan yang sangat mencolok akan menyebabkan

bias(penyimpangan) dalam Analisis Faktor sehingga data asli harus ditransformasi

(standardisasi) sebelum bisa dianalisis. Pda SPSS proses standardisasi data bisa dilakukan

dengan mentransformasi data ke bentuk z-Score. SPSS : Analyze > Descriptives Statistics

> Descriptives… Lalu masukkan semua variabel ke kotak VARIABLE(S), kemudian

aktifkan Save Standardized values as variables > OK. Variable yang akan dianalisis

kemudian adalah variable yang berawalan huruf z.

2. Menguji variabel tersebut agar menjadi variabel yang layak dimasukkan dalam analisis

fakt or. Pada tahap ini dilakukan penyaringan terhadap sejumlah variabel hingga di dapat

variabel-variabel yang memenuhi syarat untuk dianalisis.

3. Setelah sejumlah variabel yang memenuhi syarat diperoleh , maka dilakukan proses

factoring, atau ekstraksi yaitu proses menyederhanaan dari banyak variabel menjadi

faktor . Beberapa metode pencarian faktor yang populer adalah Principal Componen dan

Maximum Likelihood

4. Faktor yang terbentuk, pada banyak kasus, kurang menggambarkan perbedaan diantara

faktor – faktor yang ada. Untuk itu, jika isi faktor masih diragukan, dapat dilakukan

Factor Rotation untuk memperjelas apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan

berbeda dengan faktor lain. Beberapa metode Rotasi :

Orthogonal Rotation, yakni memutar sumbu 90o. Perotasian secara ortogonal

dilakukan dengan tetap mempertahankan keortogonalan faktor – faktor yang

berimplikasi pada ada tidaknya perbedaan antara pattern dengan bobot terstruktur.

Hasil perotasian ini tidak akan menyebabkan perubahan proporsi keragaman

peubah yang dijelaskan oleh m faktor bersama. Beberapa rotasi yang termasuk

rotasi ortogonal adalah rotasi Varimax ,Quartimax, Equamax dan Parsimax.

Rotasi Varimax merupakan rotasi yang membuat jumlah varian faktor

loading(bobot). factor loading adalah angka yang menunjukan besarnya korelasi

antara suatu variabel dengan faktor faktor yang terbentuk. dalam masing2 faktor

akan menjadi maximum dimana nantinya peubah asal hanya akan mempunyai

korelasi yang tinggi dan kuat dengam factor tertentu saja(korelasinya mendekati

Page 4: analisis faktor 2

1) dan tetunya memiliki korelasi yang lemah dengan factor yang lainnya(

korelasinya mendekati nol)),

Oblique Rotation, yakni memutar sumbu ke kanan, namun tidak harus 90o. Pada

rotasi non-ortogonal (oblique) diasumsikan bahwa faktor – faktor yang dihasilkan

saling berkorelasi. Beberapa rotasi yang termasuk oblique adalah rotasi Promax,

Procustes, dan Harris-Kaiser.

Dengan demikian urutan dalam proses factoring adalah:

a) proses factoring dengan menggunakan metode Principal Componen dan

Maximum

b) jika ada keraguan atas hasil yang ada , maka dilakukan proses Rotasi

5. memberi nama faktor yang terbentuk,yaitu nama factor yang dianggap bisa mewakili

variabel-variabel anggota faktor tersebut.

6. Validasi faktor dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil analisis factor tersebut bisa

digeneralisasikan ke populasi.

Misalnya pada kasus faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan, dari

100 sampel yang ada kemudian didapat 2 faktor. Uji validasi akan menentukan apakah

jika demikian, faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan dari semua

orang (tentu jauh lebih besar dari 100 sampel) tersebut juga bisa direduksi menjadi dua

faktor seperti pada sampel. Validasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti:

Membagi sampel awal menjadi dua bagian, kemudian membandingkan hasil

faktor sampel satu dengan sampel dua. Jika hasil tidak banyak perbedaan, bisa

dikatakan faktor yang terbentuk telah valid

Dengan melakukan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan cara

Structural Equation Modelling. Proses ini bisa dibantu dengan software khusus

seperti LISREL.

Dari dua cara di atas yang paling praktis digunakan adalah dengan menguji kestabilan

factor yang telah terbentuk. Untuk mengetahui kestabilan tersebut, sampel yang ada akan

dipecah (split) menjadi dua bagian, dan kemudian setiap bagian akan diuji dengan

analisis faktor. Kemudian masing – masing hasil diperbandingkan, dengan ketentuan, jika

sebuah factor stabil, maka hasil – hasil yang ada relatif tidak jauh berbeda, baik jumlah

factor atau angka – angkanya.

7. Pembuatan factor scores yang akan berguna jika akan dilakukan analisis lanjutan, seperti

analisis regresi, analisis diskriminan atau lainnya.

Proses tersebut dapat di gambarkan pada flowcart berikut

Variabel Acak dari data

standarisasi

Page 5: analisis faktor 2

Faktor yang terbentuk stabil

Generalisasi ke populasi

ya ya

tidak

>0,5

tidak

Uji variabel

Variabel z-score

Variabel yang memenuhi syarat

KMO>0,5

sig<0,05

Di ekstrak

Metode Varimax

Validasi Faktor

Split kasus menjadi 2 bagian

Analisis faktor untuk tiap kasus

Membuat Faktor Scores

Z-score

KMO & barlet

MSA

Proses Factoring

Metode Principal

Component

Proses Rotasi

Page 6: analisis faktor 2

F. Contoh Kasus

Berikut contoh kasus, berkenaan dengan Pemerintah Kota Bandung yang bermaksud

mendirikan terminal terpadu di daerah Kota Bandung. Pihak Pemkot bermaksud untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan dan

membangun terminal terpadu dengan menggunakan metode Analisis Faktor. Untuk itu

dikumpulkan data 10 variabel dari 17 kecamatan di Kota Bandung. Variabel-variabel

yang dimaksud adalah :

Var. 1 : jumlah preman/calo angkutan umum (orang)

Var. 2 : hirarki kecamatan dalam lingkup daerah (skor)

Var. 3 : skala pelayanan kecamatan (skor)

Var. 4 : jumlah warga kecamatan (KK)

Var. 5 : jumlah tenaga kerja yang tersedia (orang)

Var. 6 : luas lahan milik pemerintah yang di peruntukan terminal (Ha)

Var. 7 : luas tanah milik perorangan (Ha)

Var. 8 : jumlah keuangan kecamatan (Rp)

Var. 9 : panjang ruas jalan (Km)

Var. 10 : kinerja prasarana (skor)

Page 7: analisis faktor 2

Data tersaji sebagai berikut :

Kecamatan Var 1

Var 2 Var 3 Var 4 Var 5 Var 6 Var 7 Var 8 Var 9 Var 10

Cicadas 12 710 840 324 175 0 21,9 17210 2,8 35500

Arcamanik 8 530 560 122 97 0 15,2 18277 4,2 8020

Ujung Berung

11 610 690 440 287 65,3 130 59255 6 2390

Cibiru 14 890 960 921 519 0 35,8 49215 5 78100

Bandung Kidul

13 650 790 743 477 0 12,7 53350 8 74280

Margacinta 9 510 610 144 10 0 15,9 20459 4 19500

Rancasari 12 590 840 994 350 0 40 93139 6,00 103040

Kiara condong

13 690 810 589 557 0 161 54370 5,5 62440

Batu Nunggal

17 650 890 1038 1009 0 245 13832 14 10350

Lengkong 27 1750 1410 944 564 19,6 250 9078 17 1080

Regol 22 1510 1000 674 645 0 722 7251 17,5 720

Astana Anyar

13 350 660 359 352 0 0 2766 14 600

Andir 25 1670 1200 837 787 0 373 43683 26 55000

Cicendo 24 1650 1300 1102 1068 0 91,3 59487 12 42640

Sukasari 15 610 890 393 355 0 159 8041 10 9080

Cidadap 13 500 660 230 212 0 380 8164 10 480

Bandung Wetan

16 400 650 240 175 0 15,2 8154 10 500

Page 8: analisis faktor 2

Pada jendela awal SPSS input data seperti pada tabel

Untuk dapat melakukan penilaian terhadap kelayakan variabel di atas, yang perlu

diperhatikan bahwa satuan yang dimiliki oleh data (variabel) ternyata sangat bervariasi

(Ha, skor, Km, Rp, dll). Oleh karena itu, proses penilaian variabel untuk kasus dengan

data yang bervariasi dalam besaran, dilakukan dengan dua tahapan yaitu : standarisasi

data dengan Z-score dan penilaian variabel. Perlunya dilakukan standarisasi terlebih

dahulu mengandung maksud untuk menghindari munculnya perbedaan yang sangat

mencolok sehingga akan menyebabkan bias dalam analisis faktor. Namun apabila data

yang dimiliki tidak bervariasi dalam besaran, dapat langsung melakukan langkah

penilaian tanpa melakukan tahapan standarisasi terlebih dahulu. Dengan demikian,

langkah-langkah pengoperasian program aplikasi SPSS adalah:

1. Setelah keseluruhan data yang dikumpulkan tersebut di entry, selanjutnya klik

menu analyze dan pilih sub menu Descriptive Statistics lalu Descriptives hingga

muncul tampilan :

Page 9: analisis faktor 2

2. Masukkan semua variabel ke dalam kotak Variable(s) dan aktifkan bagian Save

standardized values as variables. Abaikan bagian yang lain lalu tekan tombol

OK untuk menampilkan hasil standardisasi.

3. Selanjutnya perhatikan tampilan tabel data (buka data view). Perhatikan pada

kolom lanjutan telah muncul nilai masing-masing variabel yang telah

distandarkan, yaitu dengan muncul nilai Z-score masing-masing variabel seperti :

4. Setelah melakukan standarisasi, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian

variabel. Adapaun langkah-langkah yang dilakukan dalam melaukan penilaian

variabel yaitu klik menu analyze dan pilih sub menu data reduction lalu

factor:

Sehingga akan muncul:

Page 10: analisis faktor 2

5. Sesuai dengan kasus, maka masukkan semua variabel Z-score yang ada ke dalam

bagian Variables. Selanjutnya klik pada kotak Descriptives hingga nampak :

6. Pada bagian Correlation Matrix berisi berbagai alat pengujian dengan dasar

korelasi antar variabel. Untuk itu, pada bagian ini pilih dengan cara mengaktifkan

kotak pada Determinant, KMO and Bartlett’s test of Sphericity dan Antiimage.

7. Abaikan bagian yang lain dan selanjutnya tekan tombol Continue untuk kembali

ke menu utama; kemudian tekan OK untuk dapat menampilkan output dari

aplikasi program SPSS.

Page 11: analisis faktor 2

Sebelum melakukan pengujian, langkah yang harus dilakukan adalah menentukan

hipotesa terlebih dahulu. Adapun hipotesa untuk signifikansi adalah :

Ho : sampel (variabel) belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut

H1 : sampel (variabel) sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut

Sedangkan kriteria dalam melihat signifikansi adalah :

Sig > 0,05, maka Ho diterima

Sig < 0,05, maka Ho ditolak

Selain itu perlu diperhatikan angka MSA (Measure of Sampling Adequacy), yaitu

berkisar 0 sampai 1 dengan kriteria :

- MSA = 1; variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain

- MSA > 0,5; variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut

- MSA < 0,5; variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih

lanjut, atau harus dikeluarkan dari variabel lainnya

Dalam aplikasi SPSS, angka MSA ditunjukkan dalam Tabel matriks Anti Image;

tepatnya pada sumbu diagonal matriks Anti-Image Correlation.

Output yang ditampilkan dari beberapa langkah aplikasi program SPSS yang dilakukan

di atas :

Page 12: analisis faktor 2

Nilai determinan yang dihasilkan adalah 2,292 x 10 , ini berarti menunjukkan nilai

yang mendekati 0; dan inilah yang diharapkan (Determinant ≈ 0). Dengan demikian

matriks korelasi yang terbentuk bukanlah matrik identitas.

Nilai KMO and Bartlett’s test adalah 0,618 dengan signifikansi 0,00. Oleh karena nilai

tersebut sudah di atas 0,6 dan signifikansi jauh di bawah 0,05, maka variabel dan

sampel yang ada sebenarnya cukup dapat dianalisis lebih lanjut.

Namun demikian, masih perlu diperhatikan nilai MSA yaitu dari tampilan output

tabel Anti Image.

Perhatikan bagian Anti-Image Correlation, khususnya pada nilai korelasi yang

bertanda a (arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah); nilai MSA variabel jumlah

preman/calo angkutan umum = 0,736; variabel hirarki kecamatan dalam lingkup

regional = 0,755; dan seterusnya untuk variabel yang lain.

Dengan kriteria nilai MSA tersebut, terlihat MSA variabel luas lahan milik pemerintah

(6,772E ), jumlah keuangan kecamatan (0,382) dan kinerja prasarana (0,360) tidak

memenuhi batas 0,5. maka variabel tersebut dikeluarkan dan perlu dilakukan proses

pengujian ulang. Namun apabila terdapat lebih dari 1 variabel yang memiliki MSA

di bawah 0,5, maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil; dan

proses penilaian tetap harus dilakukan pengulangan. Dengan demikian variabel yang

harus dikeluarkan adalah luas lahan milik pemerintah.

Yang perlu diperhatikan bahwa dalam proses penilaian ulang tersebut, langkah-langkah

yang dilakukan sama dengan langkah penilaian sebelumnya. Hanya saja tidak lagi

memasukkan variabel yang telah dinyatakan harus dikeluarkan.

Proses inti dari analisis faktor adalah melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan

variable yang ada, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Banyak metode untuk

melakukan proses ekstraksi, namun metode yang populer digunakan adalah Principal

Component Analysis, sebagaimana akan dibahas dalam kasus berikut.

Setelah satu atau lebih faktor terbenruk, dengan sebuah faktor berisi sejumlah variabel,

mungkin saja sebuah variabel sulit untuk ditentukan akan masuk dalam faktor yang

Page 13: analisis faktor 2

mana. Atau jika yang terbentuk dari proses factoring hanya satu faktor, bisa saja sebuah

variabel diragukan apakah layak dimasukkan dalam faktor yang terbentuk atau tidak.

Untuk mengatasi hal tersebut, bisa dilakukan proses rotasi pada faktor yang terbentuk

sehingga memperjelas posisi sebuah variabel, akankah dimasukkan pada faktor yang

mana.

Masih dengan menggunakan data terdahulu, namun data yang belum distandarkan

sebagai contoh kasus; akan coba dilakukan analisis faktor untuk mengetahui apakah

varaiebl-variabel tersebut dapat direduksi menjadi satu atau lebih faktor.

Dengan demikian dilakukan :

1. Dari tampilan data yang telah di entry, klik menu analyze dan pilih sub menu data

reduction lalu factor.

2. Masukkan semua variabel (kecuali variabel luas lahan milik pemerintah) ke dalam kotak

Variables. Kemudian klik pada bagian extraction hingga tampak:

3. Dalam menu Extraction berisikan berbagai tools untuk melakukan proses ekstraksi

variabel (factoring). Pada bagian Method tetapkan pada pilihan Principal

Components (pilihan ini sudah default). Kemudian untuk bagian Analyze tetap

pada pilihan Correlation Matrix; aktifkan unrotated factor solution dan Scree

plot pada bagian Display; sedangkan eigenvalues over tetap pada angka 1 dan

Maximum iteration, juga tetap pada angka 25. abaikan bagian yang lain dan tekan

tombol Continue untuk kembali ke menu utama.

Page 14: analisis faktor 2

4. Selanjutnya klik pada bagian Rotation hingga muncul tampilan:

Pada Method berisikan berbagai metode rotasi; untuk itu pilih Varimax. Sedangkan

sehubungan dengan proses rotasi, untuk dapat menampilkan output, maka pilih Rotated

Solution dan Loading plot(s) pada Display. Biarkan Maximum Iterations for

Convergen tetap pada angka 25. selanjutnya tekan tombil Continue untuk kembali ke

menu utama.

5. Berikutnya klik pada bagian Options hingga muncul :

Pada bagian ini yang diharapkan yaitu agar tampilan output dengan sendirinya telah

mengurutkan nilai dari yang terbesar untuk keseluruhan variabel. Untuk itu klik Sorted

by size pada Coefficient Display Format. Abaikan bagian yang lain kemudian tekan

tombol Continue untuk kembali ke menu utama.

Page 15: analisis faktor 2

6. Tekan tombol OK untuk menampilkan output :

Communalities merupakan nilai yang menunjukkan kontribusi variabel tersebut

terhadap faktor yang terbentuk. Dapat juga didefinisikan sebagai besaran nilai varians

(dalam persentase) suatu variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.

Nilai communalities ini sama pengertiannya dengan nilai koefisien determinasi

(pada model regresi).

Pada tabel di atas misalnya, nilai communalities variabel jumlah preman/calo angkutan

umum = 94%; ini berarti sebesar 94% varians dari variabel jumlah preman/calo

angkutan umum dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.

Untuk variabel hirarki kecamatan dalam lingkup daerah, nilai communalities = 84,2%.

Hal ini berarti sekitar 84,2% varians dari variabel hirarki kecamatan dalam lingkup

daerah dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Demikian seterusnya dengan

variabel lainnya.

Semakin besar communalities sebuah variabel, berarti semakin erat hubungannya

dengan faktor yang terbentuk.

Berdasarkan tabel di atas ada beberapa hal yang dapat diketahui :

Nilai eigenvalues; yang menunjukkan jumlah variabel yang menjadi anggota suatu

faktor.

Page 16: analisis faktor 2

Besaran variansi yang dapat dijelaskan oleh faktor dengan sejumlah variabel

pembentuknya.

Jumlah faktor yang dapat terbentuk oleh sejumlah variabel yang dimiliki.

Setelah dilakukan ekstraksi, tampak dalam tabel di atas bahwa faktor yang terbentuk

sebanyak 2 faktor, dengan masing-masing mempunyai nilai eigenvalues 4,956 dan

2,434. sesuai dengan definisi eigenvalues, berarti kita dapat mengatakan bahwa faktor-1

beranggotakan 4,956 variabel dan faktor-2 beranggotakan 2,434 variabel (faktor yang

mempunyai nilai eigenvalues < 1, berarti tidak mempunyai anggota variabel

pembentuk faktor).

Tabel di atas menunjukkan adanya 9 component (variabel) yang dimasukkan dalam

analisis faktor dengan masing-masing variabel memiliki variansi 1, maka total variansi

adalah 9x1 = 9.

Sesuai dengan jumlah faktor yang terbentuk dan jumlah variansi masing-masing

variabel yang diketahui, selanjutnya dapat dijelaskan oleh masing-masing faktor

maupun oleh keseluruhan faktor yang terbentuk (baik sebelum dirotasi dan setelah

dirotasi).

- Variansi faktor-1 : (4,956/9) x 100% = 44,066%

- Variansi faktor-2 : (2,434/9) x 100% = 27,046%

Artinya bahwa sebesar 44,066% variasni dari variabilitas pembentuk faktor-1 dapat

dijelaskan faktor tersebut, dan sebesar 27,046% variansi dari variabilitas pembentuk

faktor-2 dapat dijelaskan oleh faktor tersebut.

Sedangkan total kedua faktor tersebut akan mampu menjelaskan 82,122% (atau

44,066% + 27,046%) dari variabilitas kesembilan variabel asli tersebut.

Selain dari tabel Total Varians, yang menjelaskan dasar perhitungan dalam menentukan

jumlah faktor, untuk melihat berapa jumlah faktor yang tebentuk dapat pula dilihat pada

grafik :

Page 17: analisis faktor 2

Nilai batas eigenvalues pembentuk faktor adalah 1; apabila kurang dari 1 berarti tidak

terdapat variabel pembentuk faktor. Dengan demikian, dari grafik tersebut tampak

bahwa ada 2 faktor yang terbentuk. Hal ini berarti sama dengan hasil pendefinisian

sebelumnya.

Page 18: analisis faktor 2

Tabel Component Matrix di atas menunjukkan nilai loading factor masing-masing

variabel terhadap faktor. Loading Factor adalah nilai yang menunjukkan hubungan

(korelasi) suatu variabel terhadap faktor. Apabila suatu variabel mempunyai nilai

loading factor terbesar pada faktor tertentu (dibanding faktor lainnya), maka variabel

tersebut akan menjadi anggota atau pembentuk faktor tersebut. Nilai loading factor

yang disarankan sebagai penentu komponen faktor yaitu setidaknya bernilai 0,7

(korelasi ≥ 0,7). Hal ini sesuai dengan pendefinisian koefisien korelasi bahwa (0,7 ≤ r <

0,9) dikatakan bahwa adanya hubungan yang kuat antar variabel yang diteliti.

Page 19: analisis faktor 2

Dari tabel Component Matrixs di atas dapat pula diketahui distribusi variabel terhadap

2 faktor yang terbentuk.

Cara yang dilakukan untuk melihat distribusi variabel tersebut yaitu dengan membandingkan

nilai loading factor suatu variabel pada faktor-faktor yang ada, misal :

- korelasi variabel jumlah preman/calo angkutan umum dengan faktor-1 adalah

+0,946, berarti menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Sedangkan dengan faktor-

2 mempunyai korelasi –0,211, yang berarti tidak adanya hubungan antara variabel

jumlah preman/calo angkutan umum dengan faktor-2. dengan demikian, variabel

jumlah preman/calo angkutan umum dimasukkan dalam komponen faktor-1.

Hal ini berlaku pula untuk variabel lainnya.

Apabila dalam ekstraksi yang dilakukan ini masih dirasa belum dapat diyakini,

misalnya masih adanya suatu variabel yang belum jelas akan menjadi komponen faktor

mana, maka langkah rotasi harus dilakukan. Sebagai contoh dalam kasus ini yaitu

variabel luas tanah milik perorangan yang mempunyai nilai loading factor pada faktor-1

= +0,579 dan pada faktor-2 = -0,505. hal ini masih belum dapat diyakini variabel

tersebut akan masuk dalam komponen faktor-1 atau faktor-2. setelah dilakukan proses

rotasi dengan metode varimax, hasilnya :

Setelah dilakukan rotasi dapat disimpulkan :

Faktor-1 mempunyai komponen variabel-variabel :

1. Jumlah preman/calo angkutan umum

2. Hirarki kecamatan dalam kingkup daerah

3. Skala pelayanan kecamatan

4. Panjang ruas jalan

5. Jumlah tenaga kerja yang tersedia

6. Jumlah warga kecamatan

7. Luas tanah milik perorangan

Faktor-2 mempunyai komponen variabel-variabel :

1. Kinerja prasarana

2. Jumlah keuangan kecamatan

Page 20: analisis faktor 2

Variabel luas lahan milik pemerintah tidak menjadi komponen baik faktor-1 maupun

faktor-2. Hal ini dikarenakan variabel tersebut dianggap kurang mempunyai hubungan

(korelasi < 0,7) terhadap kedua faktor yang tebentuk.

Contoh Kasus

Berikut contoh kasus, berkenaan dengan Pemerintah Kota Bandung yang bermaksud

mendirikan terminal terpadu di daerah Kota Bandung. Pihak Pemkot bermaksud untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan dan

membangun terminal terpadu dengan menggunakan metode Analisis Faktor. Untuk itu

dikumpulkan data 10 variabel dari 17 kecamatan di Kota Bandung. Variabel-variabel

yang dimaksud adalah :

Var. 1 : jumlah preman/calo angkutan umum (orang)

Var. 2 : hirarki kecamatan dalam lingkup daerah (skor)

Var. 3 : skala pelayanan kecamatan (skor)

Var. 4 : jumlah warga kecamatan (KK)

Var. 5 : jumlah tenaga kerja yang tersedia (orang)

Var. 6 : luas lahan milik pemerintah yang di peruntukan terminal (Ha)

Var. 7 : luas tanah milik perorangan (Ha)

Var. 8 : jumlah keuangan kecamatan (Rp)

Var. 9 : panjang ruas jalan (Km)

Var. 10 : kinerja prasarana (skor)

Data tersaji sebagai berikut :

Page 21: analisis faktor 2

Untuk dapat melakukan penilaian terhadap kelayakan variabel di atas, yang perlu

diperhatikan bahwa satuan yang dimiliki oleh data (variabel) ternyata sangat bervariasi

(Ha, skor, Km, Rp, dll). Oleh karena itu, proses penilaian variabel untuk kasus dengan

data yang bervariasi dalam besaran, dilakukan dengan dua tahapan yaitu : standarisasi

data dengan Z-score dan penilaian variabel. Perlunya dilakukan standarisasi terlebih

dahulu mengandung maksud untuk menghindari munculnya perbedaan yang sangat

mencolok sehingga akan menyebabkan bias dalam analisis faktor. Namun apabila data

yang dimiliki tidak bervariasi dalam besaran, dapat langsung melakukan langkah

penilaian tanpa melakukan tahapan standarisasi terlebih dahulu. Dengan demikian,

langkah-langkah pengoperasian program aplikasi SPSS adalah:

8. Setelah keseluruhan data yang dikumpulkan tersebut di entry, selanjutnya klik

menu analyze dan pilih sub menu Descriptive Statistics lalu Descriptives hingga

muncul tampilan :

Page 22: analisis faktor 2

9. Masukkan semua variabel ke dalam kotak Variable(s) dan aktifkan bagian Save

standardized values as variables. Abaikan bagian yang lain lalu tekan tombol

OK untuk menampilkan hasil standardisasi.

10. Selanjutnya perhatikan tampilan tabel data (buka data view). Perhatikan pada

kolom lanjutan telah muncul nilai masing-masing variabel yang telah

distandarkan, yaitu dengan muncul nilai Z-score masing-masing variabel seperti :

11. Setelah melakukan standarisasi, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian

variabel. Adapaun langkah-langkah yang dilakukan dalam melaukan penilaian

variabel yaitu klik menu analyze dan pilih sub menu data reduction lalu

factor:

Sehingga akan muncul:

Page 23: analisis faktor 2

12. Sesuai dengan kasus, maka masukkan semua variabel Z-score yang ada ke dalam

bagian Variables. Selanjutnya klik pada kotak Descriptives hingga nampak :

13. Pada bagian Correlation Matrix berisi berbagai alat pengujian dengan dasar

korelasi antar variabel. Untuk itu, pada bagian ini pilih dengan cara mengaktifkan

kotak pada Determinant, KMO and Bartlett’s test of Sphericity dan Antiimage.

14. Abaikan bagian yang lain dan selanjutnya tekan tombol Continue untuk kembali

ke menu utama; kemudian tekan OK untuk dapat menampilkan output dari

aplikasi program SPSS.

Page 24: analisis faktor 2

Sebelum melakukan pengujian, langkah yang harus dilakukan adalah menentukan

hipotesa terlebih dahulu. Adapun hipotesa untuk signifikansi adalah :

Ho : sampel (variabel) belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut

H1 : sampel (variabel) sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut

Sedangkan kriteria dalam melihat signifikansi adalah :

Sig > 0,05, maka Ho diterima

Sig < 0,05, maka Ho ditolak

Selain itu perlu diperhatikan angka MSA (Measure of Sampling Adequacy), yaitu

berkisar 0 sampai 1 dengan kriteria :

- MSA = 1; variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain

- MSA > 0,5; variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut

- MSA < 0,5; variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih

lanjut, atau harus dikeluarkan dari variabel lainnya

Dalam aplikasi SPSS, angka MSA ditunjukkan dalam Tabel matriks Anti Image;

tepatnya pada sumbu diagonal matriks Anti-Image Correlation.

Output yang ditampilkan dari beberapa langkah aplikasi program SPSS yang dilakukan

di atas :

Page 25: analisis faktor 2

Nilai determinan yang dihasilkan adalah 2,292 x 10 , ini berarti menunjukkan nilai

yang mendekati 0; dan inilah yang diharapkan (Determinant ≈ 0). Dengan demikian

matriks korelasi yang terbentuk bukanlah matrik identitas.

Nilai KMO and Bartlett’s test adalah 0,618 dengan signifikansi 0,00. Oleh karena nilai

tersebut sudah di atas 0,6 dan signifikansi jauh di bawah 0,05, maka variabel dan

sampel yang ada sebenarnya cukup dapat dianalisis lebih lanjut.

Namun demikian, masih perlu diperhatikan nilai MSA yaitu dari tampilan output

tabel Anti Image.

Perhatikan bagian Anti-Image Correlation, khususnya pada nilai korelasi yang

bertanda a (arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah); nilai MSA variabel jumlah

preman/calo angkutan umum = 0,736; variabel hirarki kecamatan dalam lingkup

regional = 0,755; dan seterusnya untuk variabel yang lain.

Dengan kriteria nilai MSA tersebut, terlihat MSA variabel luas lahan milik pemerintah

(6,772E ), jumlah keuangan kecamatan (0,382) dan kinerja prasarana (0,360) tidak

memenuhi batas 0,5. maka variabel tersebut dikeluarkan dan perlu dilakukan proses

pengujian ulang. Namun apabila terdapat lebih dari 1 variabel yang memiliki MSA

di bawah 0,5, maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil; dan

proses penilaian tetap harus dilakukan pengulangan. Dengan demikian variabel yang

harus dikeluarkan adalah luas lahan milik pemerintah.

Yang perlu diperhatikan bahwa dalam proses penilaian ulang tersebut, langkah-langkah

yang dilakukan sama dengan langkah penilaian sebelumnya. Hanya saja tidak lagi

memasukkan variabel yang telah dinyatakan harus dikeluarkan.

Proses inti dari analisis faktor adalah melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan

variable yang ada, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Banyak metode untuk

melakukan proses ekstraksi, namun metode yang populer digunakan adalah Principal

Component Analysis, sebagaimana akan dibahas dalam kasus berikut.

Setelah satu atau lebih faktor terbenruk, dengan sebuah faktor berisi sejumlah variabel,

mungkin saja sebuah variabel sulit untuk ditentukan akan masuk dalam faktor yang

Page 26: analisis faktor 2

mana. Atau jika yang terbentuk dari proses factoring hanya satu faktor, bisa saja sebuah

variabel diragukan apakah layak dimasukkan dalam faktor yang terbentuk atau tidak.

Untuk mengatasi hal tersebut, bisa dilakukan proses rotasi pada faktor yang terbentuk

sehingga memperjelas posisi sebuah variabel, akankah dimasukkan pada faktor yang

mana.

Masih dengan menggunakan data terdahulu, namun data yang belum distandarkan

sebagai contoh kasus; akan coba dilakukan analisis faktor untuk mengetahui apakah

varaiebl-variabel tersebut dapat direduksi menjadi satu atau lebih faktor.

Dengan demikian dilakukan :

1. Dari tampilan data yang telah di entry, klik menu analyze dan pilih sub menu data

reduction lalu factor.

2. Masukkan semua variabel (kecuali variabel luas lahan milik pemerintah) ke

dalam kotak Variables. Kemudian klik pada bagian extraction hingga tampak:

3. Dalam menu Extraction berisikan berbagai tools untuk melakukan proses ekstraksi

variabel (factoring). Pada bagian Method tetapkan pada pilihan Principal

Components (pilihan ini sudah default). Kemudian untuk bagian Analyze tetap

pada pilihan Correlation Matrix; aktifkan unrotated factor solution dan Scree

plot pada bagian Display; sedangkan eigenvalues over tetap pada angka 1 dan

Maximum iteration, juga tetap pada angka 25. abaikan bagian yang lain dan tekan

tombol Continue untuk kembali ke menu utama.

Page 27: analisis faktor 2

4. Selanjutnya klik pada bagian Rotation hingga muncul tampilan:

Pada Method berisikan berbagai metode rotasi; untuk itu pilih Varimax. Sedangkan

sehubungan dengan proses rotasi, untuk dapat menampilkan output, maka pilih Rotated

Solution dan Loading plot(s) pada Display. Biarkan Maximum Iterations for

Convergen tetap pada angka 25. selanjutnya tekan tombil Continue untuk kembali ke

menu utama.

5. Berikutnya klik pada bagian Options hingga muncul :

Pada bagian ini yang diharapkan yaitu agar tampilan output dengan sendirinya telah

mengurutkan nilai dari yang terbesar untuk keseluruhan variabel. Untuk itu klik Sorted

by size pada Coefficient Display Format. Abaikan bagian yang lain kemudian tekan

Page 28: analisis faktor 2

tombol Continue untuk kembali ke menu utama.

6. Tekan tombol OK untuk menampilkan output :

Communalities merupakan nilai yang menunjukkan kontribusi variabel tersebut

terhadap faktor yang terbentuk. Dapat juga didefinisikan sebagai besaran nilai varians

(dalam persentase) suatu variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.

Nilai communalities ini sama pengertiannya dengan nilai koefisien determinasi

(pada model regresi).

Pada tabel di atas misalnya, nilai communalities variabel jumlah preman/calo angkutan

umum = 94%; ini berarti sebesar 94% varians dari variabel jumlah preman/calo

angkutan umum dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.

Untuk variabel hirarki kecamatan dalam lingkup daerah, nilai communalities = 84,2%.

Hal ini berarti sekitar 84,2% varians dari variabel hirarki kecamatan dalam lingkup

daerah dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Demikian seterusnya dengan

variabel lainnya.

Semakin besar communalities sebuah variabel, berarti semakin erat hubungannya

dengan faktor yang terbentuk.

Berdasarkan tabel di atas ada beberapa hal yang dapat diketahui :

Nilai eigenvalues; yang menunjukkan jumlah variabel yang menjadi anggota suatu

Page 29: analisis faktor 2

faktor.

Besaran variansi yang dapat dijelaskan oleh faktor dengan sejumlah variabel

pembentuknya.

Jumlah faktor yang dapat terbentuk oleh sejumlah variabel yang dimiliki.

Setelah dilakukan ekstraksi, tampak dalam tabel di atas bahwa faktor yang terbentuk

sebanyak 2 faktor, dengan masing-masing mempunyai nilai eigenvalues 4,956 dan

2,434. sesuai dengan definisi eigenvalues, berarti kita dapat mengatakan bahwa faktor-1

beranggotakan 4,956 variabel dan faktor-2 beranggotakan 2,434 variabel (faktor yang

mempunyai nilai eigenvalues < 1, berarti tidak mempunyai anggota variabel

pembentuk faktor).

Tabel di atas menunjukkan adanya 9 component (variabel) yang dimasukkan dalam

analisis faktor dengan masing-masing variabel memiliki variansi 1, maka total variansi

adalah 9x1 = 9.

Sesuai dengan jumlah faktor yang terbentuk dan jumlah variansi masing-masing

variabel yang diketahui, selanjutnya dapat dijelaskan oleh masing-masing faktor

maupun oleh keseluruhan faktor yang terbentuk (baik sebelum dirotasi dan setelah

dirotasi).

- Variansi faktor-1 : (4,956/9) x 100% = 44,066%

- Variansi faktor-2 : (2,434/9) x 100% = 27,046%

Artinya bahwa sebesar 44,066% variasni dari variabilitas pembentuk faktor-1 dapat

dijelaskan faktor tersebut, dan sebesar 27,046% variansi dari variabilitas pembentuk

faktor-2 dapat dijelaskan oleh faktor tersebut.

Sedangkan total kedua faktor tersebut akan mampu menjelaskan 82,122% (atau

44,066% + 27,046%) dari variabilitas kesembilan variabel asli tersebut.

Selain dari tabel Total Varians, yang menjelaskan dasar perhitungan dalam menentukan

jumlah faktor, untuk melihat berapa jumlah faktor yang tebentuk dapat pula dilihat pada

grafik :

Page 30: analisis faktor 2

Nilai batas eigenvalues pembentuk faktor adalah 1; apabila kurang dari 1 berarti tidak

terdapat variabel pembentuk faktor. Dengan demikian, dari grafik tersebut tampak

bahwa ada 2 faktor yang terbentuk. Hal ini berarti sama dengan hasil pendefinisian

sebelumnya.

Page 31: analisis faktor 2

Tabel Component Matrix di atas menunjukkan nilai loading factor masing-masing

variabel terhadap faktor. Loading Factor adalah nilai yang menunjukkan hubungan

(korelasi) suatu variabel terhadap faktor. Apabila suatu variabel mempunyai nilai

loading factor terbesar pada faktor tertentu (dibanding faktor lainnya), maka variabel

tersebut akan menjadi anggota atau pembentuk faktor tersebut. Nilai loading factor

yang disarankan sebagai penentu komponen faktor yaitu setidaknya bernilai 0,7

(korelasi ≥ 0,7). Hal ini sesuai dengan pendefinisian koefisien korelasi bahwa (0,7 ≤ r <

0,9) dikatakan bahwa adanya hubungan yang kuat antar variabel yang diteliti.

Page 32: analisis faktor 2

Dari tabel Component Matrixs di atas dapat pula diketahui distribusi variabel terhadap

2 faktor yang terbentuk.

Cara yang dilakukan untuk melihat distribusi variabel tersebut yaitu dengan membandingkan

nilai loading factor suatu variabel pada faktor-faktor yang ada, misal :

- korelasi variabel jumlah preman/calo angkutan umum dengan faktor-1 adalah

+0,946, berarti menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Sedangkan dengan faktor-

2 mempunyai korelasi –0,211, yang berarti tidak adanya hubungan antara variabel

jumlah preman/calo angkutan umum dengan faktor-2. dengan demikian, variabel

jumlah preman/calo angkutan umum dimasukkan dalam komponen faktor-1.

Hal ini berlaku pula untuk variabel lainnya.

Apabila dalam ekstraksi yang dilakukan ini masih dirasa belum dapat diyakini,

misalnya masih adanya suatu variabel yang belum jelas akan menjadi komponen faktor

mana, maka langkah rotasi harus dilakukan. Sebagai contoh dalam kasus ini yaitu

variabel luas tanah milik perorangan yang mempunyai nilai loading factor pada faktor-1

= +0,579 dan pada faktor-2 = -0,505. hal ini masih belum dapat diyakini variabel

tersebut akan masuk dalam komponen faktor-1 atau faktor-2. setelah dilakukan proses

rotasi dengan metode varimax, hasilnya :

Setelah dilakukan rotasi dapat disimpulkan :

Faktor-1 mempunyai komponen variabel-variabel :

1. Jumlah preman/calo angkutan umum

2. Hirarki kecamatan dalam kingkup daerah

3. Skala pelayanan kecamatan

4. Panjang ruas jalan

5. Jumlah tenaga kerja yang tersedia

6. Jumlah warga kecamatan

7. Luas tanah milik perorangan

Faktor-2 mempunyai komponen variabel-variabel :

1. Kinerja prasarana

2. Jumlah keuangan kecamatan

Page 33: analisis faktor 2

Variabel luas lahan milik pemerintah tidak menjadi komponen baik faktor-1 maupun

faktor-2. Hal ini dikarenakan variabel tersebut dianggap kurang mempunyai hubungan

(korelasi < 0,7) terhadap kedua faktor yang tebentuk.

Page 34: analisis faktor 2

BAB III

KESIMPULAN

Analisis faktor adalah suatu metode statistik multivariate yang menemukan hubungan

antara sejumlah variabel-variabel yang saling bebas satu dengan yang lain, sehingga bisa

dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dibandingkan dengan

jumlah variabel awal. Yang bertujuan untuk Data Summarization dan Data Reduction.

Asumsi yang harus dipenuhi adalah besar korelasi antar variabel bebas harus di atas

0,5;Besar Korelasi Parsial harus kecil, Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar

variabel), yang diukur dengan besaran BARTLETT TEST OF SPHERICITY atau

MEASURE SAMPLING ADEQUACY (MSA),Pada beberapa kasus, asumsi

NORMALITAS harus di penuhi. Proses pada analisis faktor adalah Menentukan variabel

apa saja yang akan dianalisis, Menguji variabel tersebut agar menjadi variabel yang layak

dimasukkan dalam analisis faktor, faktor rotasi untuk menguji korelasi faktor yang

terbentuk, memberi nama faktor yang terbentuk, Validasi faktor , Pembuatan factor

scores yang akan berguna jika akan dilakukan analisis lanjutan, seperti analisis regresi,

analisis diskriminan atau lainnya.