42
i PENELITIAN PEMBINAAN/PENINGKATAN KAPASITAS (PPK) ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA LABORATORIUM IPA MADRASAH ALIYAH KOTA MAKASSAR BERORENTASI PADA PENILAIAN KINERJA KEPALA LABORATORIUM Santih Anggereni, S.Si., M.Pd. ID Peneliti: 201111840208000 JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

i

PENELITIAN PEMBINAAN/PENINGKATAN KAPASITAS (PPK)

ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

PELAKSANAAN TUGAS KEPALA LABORATORIUM IPA

MADRASAH ALIYAH KOTA MAKASSAR BERORENTASI PADA

PENILAIAN KINERJA KEPALA LABORATORIUM

Santih Anggereni, S.Si., M.Pd.

ID Peneliti: 201111840208000

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Page 2: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu ’Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahi Robbil ’Aalamiin, segala puji syukur tiada hentinya

penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang Maha pemberi petunjuk, anugerah,

dan nikmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

penelitian ini yang berjudul “Analisis Faktor dan Upaya Penyelesaian Kesulitan

Pelaksanaan Tugas Kepala Laboratorium IPA Madrasah Aliyah Kota Makassar

Berorientasi pada Penilaian Kinerja Kepala Laboratorium ”.

Salawat serta Salam penulis curahkan kehadirat junjungan umat,

pemberi syafa’at, penuntun jalan kebajikan, penerang di muka bumi ini, seorang

manusia pilihan dan teladan kita, Rasullulah SAW, beserta keluarga, para

sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman, Aamiin.

Penulis merasa sangat berhutang budi pada semua pihak atas

kesuksesan dalam penyusunan laporan penelitian ini, sehingga sewajarnya bila

pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-

pihak yang memberikan semangat dan bantuan, baik secara material maupun

spiritual. Laporan penelitian ini terwujud berkat uluran tangan dari insan-insan

yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khaliq untuk memberikan dukungan,

bantuan, dan bimbingan bagi penulis.

Samata, November 2018

Penulis

Santih Anggereni

Page 3: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

C. Defini Operasional Variabel ................................................................ 5

D. Fokus Penelitian ................................................................................... 5

E. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................................. 5

F. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

G. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................... 8

A. Laboratorium Sekolah .......................................................................... 8

B. Ketenagaan Laboratorium .................................................................... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 20

A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................. 20

B. Subjek Penelitian ................................................................................. 25

C. Prosedur Penelitian .............................................................................. 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 29

A. Hasil Penelitian Kuantitatif .................................................................. 29

B. Hasil Penelitian Kualitatif .................................................................... 39

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 48

A. Kesimpulan .......................................................................................... 48

B. Implikasi .............................................................................................. 48

DAFTAR PUSATAKA ................................................................................... 49

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 4: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laboratorium adalah suatu tempat dimana terjadi berbagai aktivitas

yang melibatkan bahan, peralatan dan instrumentasi khusus yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak

tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan

kerja, ini dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang

disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan kewajiban bagi

setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan

kenyamanan kerja (Refirman: 1993; 23).

Laboratorium hendaknya memiliki standar operasional prosedur yang

baik, standar operasional prosedur sebuah laboratorium hendaknya memiliki

standar-standar yang ditetapkan, standar-standar inilah yang sering menjadi

wacana yang tidak diketahui oleh tenaga kependidikan laboratorium, Menurut

Permendiknas No. 26 TH. 2008, standar ketenagaan laboratorium terdiri dari

Kepala laboratorium, teknisi dan laboran dengan kualifikasi dan kompotensi

yang telah di standarkan sehingga diaktualisasi dalam pelaksanaan proses

pembelajaran khusus dalam proses praktikum di laboratorium.

Dalam melaksanakan tugas pokoknya, kepala laboratorium/bengkel

Sekolah berfungsi sebagai manager yang mengelola laboratorium/bengkel

Sekolah. Sasaran pengelolaan laboratorium/bengkel Sekolah adalah membantu

serta mengkoordinir kegiatan praktikum bersama guru pengguna

laboratorium/bengkel agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

siswa. Sedangkan secara managerial, membantu pimpinan sekolah mengelola

sumber daya fasilitas praktikum secara administrasi yang menjadi

wewenangnya agar dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan

pada sekolahnya.

Berkaitan dengan tugas kepala laboratorium kemudian diatur dalam

pedoman penilaian kinerja (PK) kepala laboratorium tahun 2011, pelaksanakan

tugas pokoknya, kepala laboratorium/bengkel Sekolah berfungsi sebagai

manager yang mengelola laboratorium/bengkel Sekolah. Sasaran pengelolaan

laboratorium/bengkel Sekolah adalah membantu serta mengkoordinir kegiatan

praktikum bersama guru pengguna laboratorium/bengkel agar dapat

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Sedangkan secara

managerial, membantu pimpinan sekolah mengelola sumber daya fasilitas

praktikum secara administrasi yang menjadi wewenangnya agar dapat

meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan pada sekolahnya.

1

Page 5: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

2

Pelaksanaan tugas kepala laboratorium terkait dengan kinerja kepala

laboratorium itu sendiri.

Menurut Rivai dan Basri (2005:50) kinerja adalah hasil atau tingkat

keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam

melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti

standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan

terlebih dahulu telah disepakati bersama. Kinerja merupakan hasil kerja dari

tingkah laku (Amstrong, 1999:15). Pengertian kinerja ini mengaitkan antara

hasil kerja dengan tingkah laku. Sebagai tingkah laku, kinerja merupakan

aktivitas manusia yang diarahkan pada pelaksanaan tugas organisasi yang

dibebankan kepadanya. Pelaksanaan tugas kepala laboratorium terkait dengan

kinerjanya tentu selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut

dapat menjadi pendukung dan dapat menjadi tantangan bagi kepala

laboratorium dalam pelaksaanaan tugasnya. Menurut Prawirosentono (1999:27)

beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja mencakup efektifitas dan

efisiensi, otoritas (wewenang), disiplin, dan inisiatif.

Menurut Gibson yang dikutip oleh Ilyas (1999:57) untuk mencapai

kinerja yang baik ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku

kerja dan kinerja yaitu: Pertama, variabel individu, yang meliputi:

kemampuan dan keterampilan; Latar belakang keluarga. Tingkat social,

pengalaman, umur, etnis, jenis kelamin; Kedua, variabel organisasi, yang

mencakup antara lain : sumber daya; kepemimpinan; imbalan; struktur;

desain pekerjaan; dan Ketiga variabel psikologis, yang meliputi: Presepsi;

Sikap; Kepribadian; Belajar; Motivasi. Berdasarkan pendapat ahli tersebut

maka dapat ditunjukkan bahwa kinerja seseorang, dalam hal ini kepala

laboratorium, menghadapi beberapa kendala dalam pelaksanaan tugasnya

sebagai kepala laboratorium.

Hasil survey yang dilakukan oleh Ditendid (2006) mengungkapkan

bahwa tidak semua laboratorium sekolah memiliki tenaga laboratorium. Hasil

temuan lapangan oleh kelompok kerja tenaga laboratorium menunjukkan

bahwa ada kesulitan dalam rekrutmen tenaga laboratorium sekolah yang

disebabkan oleh tidak adanya formasi dan ketidakjelasan dalam kualifikasi.

Selanjutanya Penelitian Suhardiman (2015) menggambarakan bahwa kinerja

kepala laboratorium di wilayah kota Makassar yang meliputi 7 komponen

penilaian kinerja yakni kepribadian, sosial, Pengorganisasian guru, laboran dan

teknisi, pengelolaan program dan administrasi, Pengelolaan dan pemantauan,

pengembangan dan inovasi, serta lingkungan dan K3, sehingga melalui

penelitian ini akan dilakukan penilaian kinerja kepala laboratorium kota

Makassar berdasarkan Pedoman Kinerja 2011 diperoleh skor hasil penilaian

kinerja yang berada pada kategori kurang. Akan tetapi tidak secara pasti

Page 6: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

3

mengungkap secara pasti faktor apasajakah yang menjadi penyebab kesulitan

pelaksanaan kerja kepala laboratorium. Sehingga penelitian ini akan di arahkan

untuk mempelajari fenomena kurangnya kinerja kepala laboratorium dan akan

lebih di fokuskan pada pencarian informasi berkaitan dengan faktor-faktor

penyebab dari masalah tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasa perlu untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Faktor dan Upaya Penyelesaian Kesulitan

Pelaksanaan Tugas Kepala Laboratorium IPA Madrasah Aliyah Kota

Makassar Berorientasi pada Penilaian Kinerja Kepala Laboratorium”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai pokok penelitian yaitu:

1. Bagaimanakah gambaran kinerja kepala Laboratorium Madrasah Aliyah

Kota Makassar?

2. Faktor-Faktor apa saja penyebab kesulitan pelaksanaan tugas kepala

laboratorium IPA dengan analisis penilaian kinerja kepala laboratorium

Madrasah Aliyah kota Makassar?

3. Upaya apakah yang akan dilakukan dalam penyelesaian kesulitan

pelaksanaan tugas kepala laboratorium IPA dengan analisis penilaian kinerja

kepala laboratorium Madrasah Aliyah kota Makassar?

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang diukur pada penelitian adalah kinerja kepala laboratorium

IPA khususnya fisika yang berorientasi pada Penilaian Kinerja (PK) kepala

laboratorium berdasarkan Permendikas No 26 Tahun 2011 tentang Standar

Tenaga Laboratorium Sekolah. Secara operasional, kinerja kepala laboratorium

yang berorientasi pada PK Kepala yang dimaksud adalah kinerja kepala

laboratorium sekolah yang berkaitan dengan Kompetensi Kepribadian,

Kompetensi Sosial, Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Profesional.

Kinerja kepala laboratorium pada penelitian ini diukur dengan menggunakan

instrument angket kinerja kepala laboratorium dan pedomana wawancara.

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pengamatan tentang:

1. Kinerja kepala laboratorium sekolah

2. Faktor-faktor kesulitan pelaksanaan tugas kepala laboratorium IPA

Sekolah/Madrasah

Page 7: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

4

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi fokus penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari

penelitian, dalam penelitian ini peneliti hanya akan berfokus pada kinerja

kepala laboratorium dan faktor kesulitan pelaksanaan tugas kepala laboratorium

IPA Sekolah/Madrasah.

Kinerja kepala laboratorium dalam penelitian ini adalah tugas-tugas

kepala laboratorium IPA Sekolah/Madrasah yang berkaitan dengan pengelolaan

laboratorium dan berorientasi pada Permendikas No. 26 Tahun 2008 tentang

Standar Tenaga Laboratorium. Kinerja kepala laboratorium memuat tentang

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi manajerial, dan

kompetensi profesional.

Faktor kesulitan pelaksanaan tugas kepala laboratorium yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan hal-hal yang menjadi hambatan

dan kesulitan kepala laboratorium IPA sekolah/madrasah dalam melaksanakan

tugasnya sebagai kepala laboratorium, yang harus disesuaikan dengan

Permendikas No. 26 Tahun 2008.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran kinerja kepala Laboratorium Madrasah Aliyah Kota

Makassar.

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan pelaksanaan tugas kepala

laboratorium IPA dengan analisis penilaian kinerja kepala laboratorium

Madrasah Aliyah kota Makassar.

2. Mengetahui upaya yang akan dilakukan dalam penyelesaian kesulitan

pelaksanaan tugas kepala laboratorium IPA dengan analisis penilaian kinerja

kepala laboratorium Madrasah Aliyah kota Makassar.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat kesulitan pelaksanaan tugas

kepala laboratorium IPA terhadap kinerja kepala laboratorium kota

Makassar.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diambil dari pelaksanaan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagi Instansi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan

informasi dan literatur terkait pengelolaan Laboratorium.

2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini menjadi informasi untuk perbaikan

sarana dan prasarana laboratorium IPA sekolah/madrasah pada masa

yang akan datang

Page 8: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

5

3. Bagi kepala laboratorium, sebagai acuan untuk memperbaiki kualitas

diri dalam melaksanakan tugasnya sebagai kepala laboratorium di tahun

yang akan datang.

4. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai informasi seberapa besar pengaruh

model pembelajaran kooperatif word square terhadap hasil belajar fisika

sehingga menambah pengalaman peneliti.

Page 9: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Laboratorium Sekolah

Terdapat sejumlah definisi tentang laboratorium, antara lain dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa laboratorium merupakan

tempat atau lainnya yang dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan

percobaan dan sebagainya (Tim Penyusun Kamus, 1994). Laboratorium adalah

merupakan suatu tempat dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan.

Tempat yang dimaksudkan dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau

ruangan terbuka, kebun misalnya. Secara terbatas, laboratorium dapat

dipandang sebagai suatu ruangan yang tertutup dimana suatu percobaan dan

penyelidikan dilakukan (Depdikbud, 1997). Umumnya ruangan dalam hal ini

adalah tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran secara praktek yang

memerlukan peralatan khusus yang tidak mudah dihadirkan di ruang kelas.

Menurut Supriyono (Hendro, 2009: 3) laboratorium adalah sebuah

tempat untuk melakukan kegiatan Ilmu Pengetahuan Alam yang bertujuan

untuk: (1) membengkitkan dan memelihara daya tarik, sikap, kepuasan,

keterbukaan dan rasa ingin tahu terhadap Ilmu Pengetahuan Alam, (2)

mengembangkan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah, (3)

meningkatkan metode ilmiah dengan berpikir ilmiah, (4) mengembangkan

pemahaman konsep dan intelektual, serta (5) mengembangkan kemampuan

berprakikum.

Laboratorium adalah tempat yang digunakan orang untuk menyiapkan

sesuatu atau melakukan kegiatan ilmiah” (Subiyanto, 1988). Menurut Ismatuti

(2016), di laboratorium, siswa dan guru melakukan pembelajaran berupa

praktikum dan penelitian. Guru dapat menggunakan fasilitas laboratorium

untuk kegiatan praktikum, dimana kegiatan praktikum merupakan kegiatan

integral dari kegiatan belajar mengajar. Laboratorium menjadi ruang lingkup

dalam Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal

yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk teknologi dan

komunikasi.

Dalam pembelajaran sains, laboratorium merupakan bagian integral dari

kegiatan belajar mengajar. Hal ini dikarenakan siswa tidak hanya sekedar

mendengarkan keterangan guru dari pelajaran yang telah diberikan, tetapi harus

melakukan kegiatan sendiri untuk mencari keterangan lebih lanjut tentang ilmu

yang dipelajarinya. Dengan adanya laboratorium, maka diharapkan proses

pengajaran sains dapat dilaksanakan seoptimal mungkin, meskipun bukan

berarti sains tidak dapat diajarkan tanpa laboratorium. Dari sisi ini tampak

8

Page 10: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

7

betapa penting peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan

pendidikan sains. Menurut Darsana (2014), keberadaan laboratorium IPA di

Sekolah Tingkat Pertama dan Menengah Umum berperan untuk menunjang

proses belajar mengajar di bidang IPA melalui pemahaman gejala-gejala alam

sebagai hasil pengamatan yang menghasilkan siswa-siswi yang mampu berpikir

analisis, kritis, dan kreatif. Pengadaan alat-alat IPA di sekolah berperan untuk

meningkatkan daya guna laboratorium tersebut sesuai dengan kemajuan IPTEK.

Fungsi dasar laboratorium adalah memfasilitasi dukungan proses

pembelajaran agar sekolah dapat memenuhi misi dan tujuannya. Laboratorium

sekolah dapat digunakan sebagai wahana untuk pengembangan penalaran, sikap

dan keterampilan peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

Keberhasilan kegiatan laboratorium didukung oleh tiga faktor, yaitu peralatan,

bahan dan fasilitas lainnya, tenaga laboratorium, serta bimbingan pendidik

yang diperoleh peserta didik dalam melakukan tugas-tugas praktik (Kartisa,

2013: 42)

Setidaknya ada 4 alasan yang menguatkan peran laboratorium dalam

pembelajaran di sekolah antara lain (Rustaman, 1995; 54):

1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar sains. Dalam belajar, siswa

dipengaruhi oleh motivasi. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan

bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan

laboratorium, siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin

tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum di mana

siswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasi.

2. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen.

Kegiatan eksperimen merupakan aktivitas yang banyak dilakukan oleh

ilmuwan. Untuk melakukan eksperimen diperlukan beberapa keterampilan

dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur, membandingkan,

memanipulasi peralatan laboratorium, dan keterampilan sains lainnya.

Dengan adanya kegiatan praktikum di laboratorium akan melatih siswa

untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih

kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara

akurat dengan alat ukur yang sederhana atau lebih canggih, menggunakan

dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan

menginterpretasikan eksperimen.

3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Para ahli meyakini

bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan

menjadikan siswa sebagai ilmuwan. Pembelajaran sains sebaiknya

dilaksanakan melalui pendekatan inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

Page 11: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

8

karena itu pembelajaran sains baik di SMA/MA maupun di SMP/MTs

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

4. Praktikum menunjang materi pelajaran. Praktikum memberikan kesempatan

bagi siswa untuk menemukan teori, dan membuktikan teori. Selain itu

praktikum dalam pembelajaran sains dapat membentuk ilustrasi bagi konsep

dan prinsip sains. Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum

dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Selanjutnya secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa, laboratorium

sains berperan penting dalam kegiatan pembelajaran yakni dengan

menumbuhkan dan mengembangkan aspek-aspek antara lain: (1) keterampilan

dalam pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data, (2) kemampuan

menyusun data dan menganalisis serta menafsirkan hasil pengamatan, (3)

kemampuan menarik kesimpulan secara logis berdasarkan hasil eksperimen,

mengembangkan model dan menyusun teori, (4) kemampuan

mengkomunikasikan secara jelas dan lengkap hasil-hasil percobaan, (5)

keterampilan merancang percobaan, urutan kerja, dan pelaksanaannya, (6)

keterampilan dalam memilih dan mempersiapkan peralatan dan bahan untuk

percobaan, (7) keterampilan dalam menggunakan peralatan dan bahan, (8)

kedisiplinan dalam mematuhi aturan dan tata tertib demi keselamatan kerja.

Menurut Mohammad Amien (1988: 2), jenis-jenis laboratorium ditinjau

dari tujuan dan fungsinya dapat dibagi menjadi:

1. Laboratorium dasar. Laboratorium dasar merupakan tempat yang dapat

digunakan siswa untuk memperkenalkan dan memahami konsep dasar yang

menjadi tuntutan untuk mengembangkan pengetahuan lanjut.

2. Laboratorium pengembangan. Laboratorium pengembangan mengemban

tugas khusus, sesuai dengan spesialisasi bidang ilmu yang digeluti oleh

personil-personil yang ada di laboratorium tersebut.

3. Laboratorium metodologi pengajaran. Laboratorium metodologi pengajaran

di sekolah mempunyai kedudukan yang sangat khusus, karena mewarnai

penampilan (performance) guru dalam tugasnya. Jadi, laboratorium

metodologi pengajaran merupakan wahana dan tempat pengembangan

kompetensi pedagogis (keguruan) bagi guru-guru di sekolah, sehingga

laboratorium metodologi pengajaran sangat diperlukan di suatu sekolah dan

atau madrasah.

4. Laboratorium penelitian. Laboratorium penelitian diharapkan dapat

digunakan sebagai wahana atau tempat melakukan penelitian bidang ilmu

yang ditekuni oleh guru dan murid. Dengan demikian, laboratorium

penelitian dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ilmiah

yang endingnya adalah penemuan konsep, prinsip, teori, azas, aturan, atau

Page 12: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

9

hukum-hukum dalam bidang ilmu yang digelutinya atau disebut sebagai

produk ilmiah. Akibatnya apa ? Akibatnya ialah di sekolah akan terbentuk

masyarakat yang gemar meneliti atau menemukan atau disebut pula sebagai

masyarakat ilmiah.

B. Ketenagaan Laboratorium Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan menegaskan bahwa Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria

minimal tentang sistem pendidikan di seluruh Indonesia. Salah satu Standar

Nasional Pendidikan tersebut adalah Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan. Khusus yang berkaitan dengan standar tenaga laboratorium

Sekolah/Madrasah, pemerintah melalui Direktorat Tenaga Kependidikan telah

mengembangkan standar yang memuat kualifikasi dan kompetensi yang harus

dipenuhi oleh seorang tenaga laboratorium Sekolah/madrasah.

Standar tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008, tentang Standar Tenaga

Laboratorium Sekolah/Madrasah. Berlandaskan pada Permen Nomor 26 Tahun

2008 tersebut maka seorang tenaga laboratorium sekolah/madrasah harus

memiliki kualifikasi dan kompetensi yang spesifik sesuai dengan tugas dan

fungsinya dalam menunjang peningakatan kualitas pendidikan pada umumnya.

Agar seorang tenaga laboratorium memiliki pengetahuan, keterampilan dan

sikap sesuai dengan tugas yang diembannya (Ditjen PMPTK 2010).

Tenaga laboratorium sekolah adalah tenaga kependidikan yang

mengabdikan diri dan dituntut menunjang kegiatan proses pendidikan di

laboratorium sekolah, meliputi laboran dan teknisi. Laboran adalah tenaga

laboratorium dengan keterampilan tertentu yang bertugas membantu pendidik

dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran di laboratorium sekolah. Teknisi

adalah tenaga laboratorium dengan jenjang keterampilan dan keahlian tertentu

yang lebih tinggi dari laboran, yang bertugas membantu pendidik dan peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran di laboratorium sekolah.

Menurut Sutrisno (2013), organisasi laboratorium yang dimaksud adalah

pemberdayaan segala sumber daya yang dimiliki sekolah dalam

penyelenggaraan laboratorium fisika di sekolah. Dengan adanya

pengorganisasian sumber daya manusia yang dimiliki, fungsi labolatorium

fisika di sekolah dapat berjalan sesuai dengan perencanaan pengadaan

labolatorium dan berjalan sesuai dengan kedudukan labolatorium dalam

sekolah, personalia labolatorium dan sesuai dengan harapan manajemen

labolatorium.

Menurut Wirjosoemarto et al., sebagaimana dikutip oleh Indriastuti

(2012), agar kesinambungan daya guna laboratorium dapat dipertahankan,

Page 13: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

10

laboratoratorium perlu dikelola secara baik. Salah satu bagian dari pengelola

laboratorium ini adalah staff atau personal laboratorium. Staff atau personal

laboratorium mempunyai tanggung jawab terhadap efektifitas dan efisiensi

laboratorium termasuk fasilitas, alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada

sekolah menengah, biasanya laboratorium dikelola oleh seorang penanggung

jawab laboratorium yang diangkat dari salah seorang guru IPA (fisika, kimia

atau biologi). Di sekolah menengah, pengelola laboratorium bertanggung jawab

kepada Kepala Sekolah.

Tenaga laboratorium sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan

yang sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kualitas proses

pembelajaran di sekolah melalui kegiatan laboratorium. Sebagaimana tenaga

kependidikan lainnya, tenaga laboratorium sekolah juga merupakan tenaga

fungsional. Setiap laboratorium memiliki tenaga laboratorium, dapat terdiri dari

laboran dan atau teknisi sesuai dengan kebutuhannya.Menurut Permendiknas

No. 26 TH. 2008, tenaga laboratorium terdiri dari

1. Kepala Laboratorium Sekolah (Kompetensi: kepribadian, sosial,

managerial, profesional)

2. Teknisi Laboratorium Sekolah (Kompetensi: kepribadian, sosial,

administratif, profesional)

3. Laboran Laboratorium Sekolah (Kompetensi: kepribadian, sosial,

administratif, profesional).

Seorang kepala laboratorium harus menguasai bidang ilmu yang sesuai

dengan laboratorium IPA. Arifin & Barnawi (2012:186) menjelaskan, ada dua

jalur yang dapat ditempuh untuk menjadi kepala laboratorium yaitu: (a) jalur

guru: Melalui jalur guru, persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain:1)

pendidikan minimal sarjana (S1), 2) berpengalaman minimal 3 tahun sebagai

pengelola praktikum, 3) memiliki sertifikat kepala laboratorium

sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh

pemerintah; dan (b) jalur laboran atau teknisi: Melalui jalur laboran atau teknisi,

persyaratan yang harus dipenuhi antara lain: 1) pendidikan minimal diploma 3

(D3), 2) berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi, 3)

memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi

atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah.

Teknisi laboratorium merupakan tenaga laboratorium yang membantu

kepala laboratorium terutama dalam mempersiapkan alat dan bahan praktikum,

serta pemeliharaan alat dan bahan. Kualifikasi teknisi laboratorium

sekolah/madrasah telah ditetapkan dalam peraturan menteri pendidikan sebagai

berikut: (1) Minimal lulusan diploma dua (D2) yang relevan dengan peralatan

laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh

pemerintah. (2) Memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah/madrasah dari

Page 14: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

11

perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah (Arifin &

Barnawi, 2012: 189).

Laboran adalah tenaga laboratorium yang membantu kepala

laboratorium terutama dalam mengelola bahan- bahan dan peralatan, dan

melayani kegiatan praktikum. Kualifikasi laboran juga telah ditetapkan pada

peraturan menteri pendidikan Nasional nomor 26 tahun 2008 sebagai berikut:

(1) Minimal lulusan program diploma satu (D1) yang relevan dengan jenis

laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh

pemerintah. (2) Memiliki sertifikat laboran sekolah/madrasah dari perguruan

tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah (Arifin & Barnawi, 2012: 192)

Aturan berkaian dengan fungsi kepala laboratorium di sekolah juga

diatur kedalam kompotensi yang di atur oleh Permenpan Nomor 21 Tahun 2010

menyatakan bahwa Kepala laboratorium/bengkel Sekolah merupakan salah satu

tenaga kependidikan yang memegang peran strategis dalam meningkatkan

profesionalisme guru, kepala sekolah dan mutu pendidikan di Sekolah. Tugas

pokok Kepala laboratorium/bengkel Sekolah adalah melaksanakan tugas yang

bersifat akademik dan managerial pada satuan pendidikan yang meliputi

penyusunan program kerja laboratorium/bengkel Sekolah, pelaksanaan

program, pembinaan terhadap teknisi dan laboran, penilaian kinerja teknisi dan

laboran, evaluasi hasil pelaksanaan program laboratorium/bengkel Sekolah.

Aspek yang dinilai pada penilaian kinerja kepala laboratorium/bengkel

Sekolah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 21 tahun 2010 yang meliputi:

1. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian yang dinilai meliputi: berperilaku arif,

berperilaku jujur, menunjukkan kemandirian, menunjukkan rasa percaya diri,

berupaya meningkatkan kemampuan diri, bertindak secara konsisten sesuai

dengan norma agama, hukum, sosial, dan budaya nasional Indonesia,

berperilaku disiplin, beretos kerja yang tinggi, bertanggung jawab terhadap

tugas, tekun, teliti, dan hati-hati dalam melaksanakan tugas, kreatif dalam

memecahkan masalah yang berkaitan dengan tugas profesinya, berorientasi

pada kualitas.

2. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial yang dinilai meliputi: menyadari kekuatan dan

kelemahan baik diri maupun stafnya, memiliki wawasan tentang pihak lain

yang dapat diajak kerja sama, bekerjasama dengan berbagai pihak secara

efektif, berkomunikasi dengan berbagai pihak secara santun, empatik, dan

efektif, memanfaatkan berbagai peralatan TIK untuk berkomunikasi

Page 15: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

12

3. Kompetensi Managerial

Kompetensi managerial yang dinilai meliputi: merencanakan

pengelolaan laboratorium/bengkel Sekolah, menyusun rencana pengembangan

laboratorium/bengkel Sekolah, menyusun prosedur operasi standar (pos) kerja

laboratorium/bengkel Sekolah, mengembangkan sistem administrasi

laboratorium/bengkel Sekolah, mengkoordinasikan kegiatan praktikum dengan

guru, menyusun jadwal kegiatan \laboratorium/bengkel Sekolah, memantau

pelaksanaan kegiatan laboratorium/bengkel Sekolah, menyusun laporan

kegiatan laboratorium/bengkel Sekolah, merumuskan rincian tugas teknisi dan

laboran, menentukan jadwal kerja teknisi dan laboran, mengevaluasi kegiatan

laboratorium/bengkel Sekolah, mensupervisi teknisi dan laboran, membuat

laporan secara periodik memantau kondisi dan keamanan bahan serta alat

laboratorium/bengkel Sekolah, memantau kondisi dan keamanan bangunan

laboratorium/bengkel Sekolah membuat laporan bulanan dan tahunan tentang

kondisi dan pemanfaatan laboratorium/bengkel Sekolah, menilai kinerja teknisi

dan laboran laboratorium/bengkel Sekolah, menilai hasil kerja teknisi dan

laboran, menilai kegiatan laboratorium/bengkel Sekolah, mengevaluasi

program laboratorium/bengkel Sekolah untuk perbaikan selanjutnya

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional yang dinilai meliputi: mengikuti

perkembangan pemikiran tentang pemanfaatan kegiatan laboratorium/bengkel

Sekolah sebagai wahana pendidikan, menerapkan hasil inovasi atau kajian

laboratorium/bengkel Sekolah, menyusun panduan/penuntun (manual)

praktikum, merancang kegiatan laboratorium/bengkel Sekolah untuk

pendidikan dan penelitian, melaksanakan kegiatan laboratorium/bengkel

Sekolah untuk kepentingan pendidikan dan penelitian, mempublikasikan karya

tulis ilmiah hasil kajian/inovasi, menetapkan ketentuan mengenai kesehatan dan

keselamatan kerja, menerapkan ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan

kerja, menerapkan prosedur penanganan bahan berbahaya dan beracun,

memantau bahan berbahaya dan beracun, serta peralatan keselamatan kerja.

Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan penilaian terhadap kinerja

dari tenaga kependidikan laboratorium yang dilakukan dengan merujuk pada

instrumen pedoman penilaian kinerja kepala laboratorium dari BPSDMP pusat

pengembangan tenaga kependidikan yang dilakukan dilakukan dengan

menggunakan instrumen yang terdiri atas 7 komponen (1) Kompotensi

kepribadian, (2) Sosial, (3) pengorganisasian guru, teknisi, dan laboran, (4)

Pengelolaan Program dan Administrasi, (5) Pengelolaan dan Pemantauan (6)

Pengembangan Inovasi, (7) lingkungan dan K3

Page 16: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Mixed Methods. Penelitian ini merupakan

penelitian dengan menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada

sebelumnya yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Mixed Methods

disebut juga dengan penelitian campuran. Menurut Tashakkori dan Creswell

dalam Donna M. Mertens (2010) yang dimuat dalam buku Sugiyono (2011:18),

penelitian campuran adalah merupakan penelitian dimana peneliti

mengumpulkan dan menganalisis data, mengintegrasikan temuan dan menarik

kesimpulan secara inferensial dengan menggunakan dua pendekatan atau

metode penelitian, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kualitatif dalam satu

studi.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Sequential Explanatory

Design, yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama penelitian dilakukan

dengan metode kuantitatif dan pada tahap selanjutnya dilakukan dengan metode

kualitatif. Berikut langkah-langkah penelitian dengan desain Sequential

Explanatory Design menurut Sugiyono (2011: 416) :

Masalah ,

Rumusan

Masalah

Landasan

Teori dan

Hipotesis

Pengumpulan

dan analisis data

kuantitatif

Hasil

Pengujian

Hipotesis

Metode kualitatif untuk membuktikan,

memperdalam dan memperluas data

kuantitatif

Penentuan

sumber

data

penelitian

Pengumpulan

dan analisis

data kualitatif

Analisis data

kuantitatif

dan kualitatif

Kesimpulan

dan saran

Page 17: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

14

Gambar 1: Langkah-langkah Penelitian dalam Desain Sequential Explanatory

Pendekatan Penelitian Kuantitatif

Pendekatan yang digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif pada

penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Menurut Subana (2009: 26),

penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengangkat

fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang

dan menyajikannya secara apa adanya.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif

penelitian yaitu angket kinerja kepala laboratorium yang disesuaikan dengan

Permendiknas no. 26 tahun 2008.

Untuk mengolah data kuantitatif dalam penelitian ini, maka digunakan

teknik analisis statistik deskriptif yang terdiri dari:

a. Rata-rata (Mean)

Keterangan :

x Skor rata-rata

xi = Nilai ujian

n = Jumlah sampel (Kadir, 2016 : 53)

b. Standar Deviasi

√∑

Keterangan :

s = Nilai standar deviasi

xi = Nilai ujian

x = Nilai rata-rata

n = Jumlah sampel (Sudjana, 1992 :

93)

c. Proporsi Persentase

%100Nf

P

Keterangan:

P = persentase

f = frekuensi

N = Jumlah sampel

d. Kategorisasi Kinerja Kepala Laboratorium

Tabel 3.1: Kriteria Pengkategorian Keefektifan Intrumen penilaian kinerja

Kepala Laboratorium Kota Makassar Tahun 2018

Page 18: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

15

Interval Skor Kategori keefektifan

X > 4,65 Sangat tinggi

3.45 < X 4, 64 Tinggi

1.15 < X 3.45 Sedang

0.35 < X 1.15 Kurang

X 0.35 Rendah

Pendekatan Penelitian Kuantitatif Setelah diperoleh gambaran kinerja kepala laboratorium secara

kuantitatif, selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan mengumpulkan data

secara kualitatif. Hal ini bertujuan untuk memberikan ulasan dan informasi

yang lebih mendalam tentang kinerja kepala laboratorium serta kesulitan-

kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala

laboratorium.

Pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan adalah pendekatan

fenomenologi. Pendekatan ini berupaya mengungkapkan tentang makna dari

pengalaman seseorang. Makna tentang sesuatu yang dialami seseorang akan

sangat bergantung pada bagaimana orang berhubungan dengan sesuatu itu.

(Edgar dan Sedwick, 1999:273)

Fenomonologi menjelaskan fenomena dan maknanya bagi individu

dengan melakukan wawancara pada sejumlah individu. Temuan ini kemudian

dihubungkan dengan prinsip-prinsip filosofis fenomonologi. Studi ini kemudian

diakhiri dengan esendi dari makna (Creswell, 1998:40).

Pengumpulan data kualitatif dilakukan beberapa teknik pengumpulan

data, yang pertama adalah dengan melakukan wawancara secara mendalam.

Karena dalam pendekaan fenomenologi wawancara secara mendalam

merupakan keharusan agar dapat mengungkap hal-hal yang berhubungan

dengan personal orang tersebut. Wawancara dilakukan antara peneliti dengan

subjek penelitian serta dengan beberapa orang yang peneliti anggap dapat

memberikan data sesuai dengan yang dibutuhkan peneliti. Selain wawancara,

juga dilakukan Focus Group Discussion (FGD) antara peneliti dan subjek

penelitian untuk memperkuat data penelitian kualitatif yang dikumpulkan.

Dalam penelitian kualitatif biasanya difokuskan pada kata-kata, tindakan

orang yang terjadi pada konteks tertentu. Analisis data harus seiring dengan

pengumpulan fakta-fakta di lapangan, dengan demikian analisis data dapat

dilakukan sepanjang proses penelitian. Sebaiknya pada saat menganalisis data

Page 19: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

16

peneliti juga harus kembali lagi ke lapangan untuk memperoleh data yang

dianggap perlu dan mengolahnya kembali. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman yang dijelaskan

dalam buku Sugiyono (2011: 334) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data yang dimaksudkan di sini ialah proses pemilihan,

pemusatan perhatian untuk menyederhanakan, mengabstrakkan dan

trasnformasi data “kasar” yang bersumber dari observasi, catatan, rekaman

video maupun dokumentasi dari lapangan. Reduksi ini diharapkan untuk

menyederhanakan data yang telah diperoleh agar memberikan kemudahan

dalam menyimpulkan hasil penelitian. Dalam mereduksi data, peneliti hanya

akan mengambil data yang dianggap penting serta membuat beberapa

kategorisasi untuk memudahkan menyimpulkan data.

2. Model Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah kedua dari kegiatan analisis data

adalah mendisplaykan data. Peneliti akan membuat display data dalam bentuk

teks naratif. Penyajian data yang telah diperoleh dari lapangan terkait dengan

seluruh permasalahan penelitian dipilih yang dibutuhkan dengan yang tidak.

Dari penyajian data tersebut, maka diharapkan dapat memberikan kejelasan

mana data yang sifatnya substansif dan mana datayang bersifat data pendukung.

3. Penarikan Kesimpulan/ verifikasi

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan kesesuaian

pernyataan dari subjek penelitian dengan makna yang terkandung dengan

konsep dasar penelitian. Verifikasi dimaksudkan agar penilaian tentang

kesesuain data dengan maksud yang terkandung dalam konsep-konsep dasar

dalam pelitian tersebut lebih tepat dan obyektif.

4. Uji Keabsahan Data Kualitatif

Uji keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan hanya

menggunakan uji kredibilitas data atau uji terhadap kepercayaan data. Uji

kredibilitas hasil penelitian dapat dilakukan dengan cara triangulasi. Triangulasi

yang digunakan penelitian yaitu, triangulasi sumber yang diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber. Adapun yang menjadi sumber data

dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran fisika, wali kelas dan teman

dari subjek penelitian.

Page 20: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

17

B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah seluruh Kepala Laboratorium Madrasah

Aliyah di wilayah kementerian Agama kota Makassar tahun 2015. Dimana

diketahui total subjek penelitian Madrasah Aliyah dalam lingkup kementrian

Agama kota Makassar dimana diketahui sebanyak 27 Madrasah Aliyah. Dalam

penelitian ini memiliki lingkup penelitian yang terbatas pada subjek penelitian

Madrasah Aliyah yang memiliki kepala laboratirium. Sajian data daftar nama

Madrasah yang ada diwilayah kota Makassar dapat dilihat data dibawah ini :

Tabel 3.1: Nama Madrasah Aliyah Di Wilayah kota Makassar kota Makassar

Tahun 2018

NO NAMA MADRASAH LOKASI T. KALAB

1 MAN 1 Makassar Jl. Talasalapang No.46 1

2 MAN 2 Model Makassar Jl. Slt. Alauddin 105 1

3 MAS Al-Hidayah Jl. Abd. Kadir No.29 0

4 MAS Darul Istiqamah Jl. Mamoa Raya No.23 A 0

5 MAS Darul Ihsan Jl. Slt. Alauddin III No. 8 0

6 MAN 3 Biringkanaya Jl. P. Kemerdekaan KM 15 1

7 MAS Darul Arqam Gombara Jl. Prof. DR.Ir. Sutami 1

8 MAS Ulul Albab Jl. Dg. Ramang No. 102 1

9 MAS DDI Galesong Baru Jl. Yos Sudarso Lr.154A/17 1

10 MAS DDI Gusung Jl. Barukang Raya No.102 0

11 MAS YPIQ Al Muzahwirah Jl. Teuku Umar 12 lr.7 0

12 MAS Bhayangkara Jl. Sultan Abdullah No.49 0

13 MAS MDIA Taqwa Jl. Dr. WS Husodo 1

14 MAS Aisyiyah Jl. Muhammadiyah No.68B 1

15 MAS Muallimin Muh. Cab.

MKS Jl. Muhammadiyah 51B 1

16 MAS MDIA T. Pend. Islam Jl. Mentimun No.31 1

17 MAS As’Adiyah 170 Layang Jl. Tinumbu lr.149 No.23 1

18 MAS MDIA Bontoala Jl. Lamuru 65 1

19 MAS PP An Nahdlah Layang Jl. Tinumbu dalam Lr.1 No.9 1

Page 21: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

18

1 = Terdapat Kepala Laboratorium (Data kementrian agama kota Makassar

2018)

0 = tidak Terdapat Kepala Laboratorium

C. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:

a. Membuat instrumen penelitian, yaitu berupa angket penilaian kinerja

kepala laboratotium yang disesuaikan dengan Permendiknas No. 26

Tahun 2008

b. Melakukan validitas instrumen yang telah dibuat pada ahli atau pakar

c. Mengurus surat izin penelitian

d. Melakukan pengambilan data jumlah sampel yang akan diteliti yang

sesuai dengan kriteria peneliti.

e. Melakukan konsultasi dengan pihak sekolah mengenai rencana teknis

penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti mulai melakukan penelitian di sekolah yang

dituju dengan urutan:

a. Menentukan subjek penelitian

b. Melakukan pengambilan data kuantitatif dengan cara membagikan

angket kepada subjek penelitian untuk memperoleh data secara

kuantitatif

20 MAS PP An Nahdlah

Sudiang Jl. Tinumbu No.272 0

21 MAS Muh. Mamajang Jl. Dr. Ratulangi No.101 1

22 MAS Tajmil Akhlak Jl. AP. Pettarani III 0

23 MAS Ps. Madinah Jl. Arung teko No.100

Sudiang 0

24 MAS Immim Putra Jl. P. Kemerdekaan KM.10 0

25 MAS ats. Tsabat Tamalanrea Mas, BTP 0

26 MAS Al-Fakhriyah Jl. Prof.Ir.Sutami No.20

Buluroke 1

27 MAS Radhiyatul BTN Mangga Tiga Blok C2

No.11 0

Jumlah 16

Page 22: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

19

c. Melakukan pengambilan data kualitatif dengan cara melakukan

wawancara dengan subjek penelitian, catatan lapangan, dokumentasi

serta melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan subjek

penelitian

3. Tahap Akhir

Tahap ini merupakan suatu tahap mengumpulkan data hasil penelitian

untuk kemudian diolah dan dianalisis. Analisis data dilakukan secara kuantitatif

terlebih dahulu kemudian data kuantitatif dijadikan dasar untuk menganalisis

data secara kualitatif.

Page 23: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian secara kuantitatif

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data penelitian kinerja

kepala laboratorium Madrasah Aliyah Tahun 2018 dengan menggunakan

intrumen Angket penilaian kinerja pada komponen (1) kinerja kepribadian dan

(2) komponen kinerja sosial. Sementara komponen kinerja kepala laboratorium

yang di ukur dengan menggunakan studi dokumentasi adalah 3)

pengorganisasian guru, teknisi, dan laboran, (4) Pengelolaan Program dan

Administrasi, (5) Pengelolaan dan Pemantauan (6) Pengembangan Inovasi, (7)

lingkungan dan K3. selanjutnya Data yang di peroleh dalam penelitian ini akan

dianalisis dengan teknik statistik deskriptif. Analisis Deskriptif untuk

menggambarkan Kinerja Ketenagaan Laboratorium Madrasah Kota Makassar.

Adapun gambaran 7 komponen penilaian kinerja akan dijelaskan sebagai

berikut:

a. Deskripsi komponen penilaian kinerja kepribadian kepala laboratorium

Madrasah aliyah kota Makassar Tahun 2018

Tabel 4.1 : Hasil Penilaian Kinerja Komponen Kepribadian Kepala

Laboratorium IPA Madrasah Aliyah Kota Makassar

NO Rentang Frekwensi Persentase (%) Klasifikasi Kinerja

Kepribadian

1 91 – 100 0 0 Amat Baik

2 76 – 90 5 31,25 Baik

3 61 – 75 10 62,5 Cukup

4 51 – 60 1 6,25 Sedang

5 0 – 50 0 0 Kurang

Jumlah 16 100

Dari hasil tabel penilaian kinerja kepala laboratorium Madrasah Aliyah kota

Makassar tentang kinerja kepribadian yang di ukur dengan menggunakan

instrumen angket dengan skala penilaian (SS = Sangat Sering, S = Sangat, K =

Kurang, TP = Tidak Pernah) terhadap kriteria kinerja kepribadian yang terdiri

dari 11 kriteria kinerja kepribadian yang disebar kedalam 37 indikator penilaian

kinerja kepribadian disajikan dalam diagram berikut ini;

29

Page 24: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

21

Gambar 4.1: Diagram penilaian Kinerja Komponen Kepribadian Kepala

Laboratorium IPA Madrasah Aliyah Kota Makassar

Analisis penilaian kinerja Kepribadian kepala laboratorium IPA Madrasah

Aliyah kota Makassar Tahun 2015. Kriteria Amat Baik = 0 orang dengan

persentase 0%, Baik = 5 orang dengan persentase 31,25 %, Cukup = 10 orang

denga persentase 62,50%, Sedang 1 orang dengan persentase 6,25% dan tidak

ada satupun berkriteria dengan persentase 0%. Sehinnga di peroleh skor rerata

komponen adalah 67,86 dengan kategori komponen kepribadian adalah Cukup.

b. Deskripsi komponen penilaian kinerja sosial kepala laboratorium IPA

Madrasah aliyah kota Makassar.

Tabel 4.2 : Hasil penilaian kinerja komponen sosial kepala Laboratorium IPA

Madarasah Aliyah Kota Makassar Tahun 2018

NO Rentang Frekwensi Persentase (%) Klasifikasi Kinerja

sosial

1 91 – 100 0 0 Amat Baik

2 76 – 90 2 12,5 Baik

3 61 – 75 6 37,5 Cukup

4 51 – 60 5 31,25 Sedang

5 0 – 50 3 18,75 Kurang

Jumlah 16 100

Dari hasil tabel penilaian kinerja sosial kepala laboratorium yang di

ukur dengan menggunakan instrumen angket dengan skala penilaian (SS =

Amat Baik(91 -100)

Baik(76- 90)

Cukup(61- 75)

Sedang(51 - 60)

Kurang (≤ 50)

Frekuensi 0 5 10 1 0

0123456789

1011

Amat Baik(91 -100)

Baik (76-90)

Cukup (61-75)

Sedang (51 -60)

Kurang (≤ 50)

Frekuensi 0 2 6 5 3

0

1

2

3

4

5

6

7

Page 25: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

22

Sangat Sering, S = Sangat, K = Kurang, TP = Tidak Pernah) terhadap 5 kriteria

kinerja sosial dalam 16 indikator penilaian kinerja sosial yang disajikan

kedalam diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.2: Diagram penilaian kinerja komponen sosial kepala Laboratorium IPA

Madarasah Aliyah Kota Makassar Tahun 2018

Perhitungan penilaian kinerja sosial kepala laboratorium Madrasah Aliyah

diperoleh Kriteria Amat Baik = 0 orang dengan persentase 0%, Baik = 2 orang

dengan persentase 12,50%, Cukup = 6 orang dengan persentase 31,25%,

Sedang= 5 orang dengan persentase 25% dan kriteria Kurang = 3 orang dengan

persentase 18,75%. Sehinnga di peroleh skor rerata komponen adalah 59,08

dengan kategori komponen penilaian kinerja sosial adalah Sedang.

c. Deskripsi komponen penilaian kinerja pengorganisasian guru, teknisi,

dan laboran, kepala laboratorium IPA Madrasah aliyah kota Makassar.

Tabel 4. 3: Hasil Penilaian Kinerja Komponen pengorganisasian guru, teknisi dan

laboran Kepala Laboratorium IPA Madarasah Aliyah Kota Makassar

NO Rentang Frekwensi Persentase (%)

Klasifikasi Kinerja

guru, teknisi dan

laboran

1 91 – 100 0 0 Amat Baik

2 76 – 90 1 6,25 Baik

3 61 – 75 0 0 Cukup

4 51 – 60 3 18,75 Sedang

5 0 – 50 12 75 Kurang

Jumlah 16 100

Amat Baik(91 -100)

Baik (76-90)

Cukup (61-75)

Sedang (51 -60)

Kurang (≤ 50)

Frekuensi 0 2 6 5 3

0

1

2

3

4

5

6

7

Page 26: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

23

Dari hasil tabel penilaian kinerja kepala laboratorium Madrasah Aliyah

kota Makassar tentang kinerja Komponen Pengorganisasian Guru, Teknisi dan

Laboran yang di ukur dengan menggunakan instrumen studi dokumentasi

dengan skala penilaian (AD=Ada dan dilaksanakan/digunakan, AT=Ada dan

Tidak dilaksanakan/digunakan, TA = Tidak Ada) terhadap kriteria kinerja

Komponen Pengorganisasian Guru, Teknisi dan Laboran yang terdiri dari 6

kriteria kinerja Komponen Pengorganisasian guru, teknisi dan laboran yang

disebar kedalam 10 indikator. Dapat disajikan kedalam tabel berikut ini:

Gambar 4.3: Diagram Penilaian Kinerja Komponen Pengorganisasian Guru, Laboran

dan Teknisi Kepala Laboratorium IPA Madrasah Aliyah Kota Makassar

Dari observasi diperoleh penilaian kinerja Pengorganisasian Guru,

Teknisi dan Laboran kepala laboratorium IPA Madrasah Aliyah kota Makassar

Tahun 2015. Kriteria Amat Baik = 0 orang dengan persentase 0%, Baik = 1

orang dengan persentase 6,25%, Cukup = 0 orang dengan persentase 0%,

Sedang= 3 orang dengan persentase 18,75% dan kriteria Kurang = 12 orang

dengan persentase 75%. Sehingga di peroleh skor komponen adalah 7,39

dengan kategori Komponen Pengorganisasian Guru, Teknisi dan Laboran

adalah Kurang.

d. Deskripsi komponen penilaian kinerja Pengelolaan Program dan

Administrasi kepala laboratorium IPA Madrasah Aliyah kota

Makassar.

Amat Baik(91 -100)

Baik (76-90)

Cukup (61-75)

Sedang (51 -60)

Kurang (≤ 50)

Frekuensi 0 1 0 3 12

0

2

4

6

8

10

12

14

Page 27: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

24

Tabel 4. 4: Hasil Penilaian Kinerja Komponen Pengelolaan Program dan

Administrasi Kepala Laboratorium IPA Madarasah Aliyah

NO Rentang Frekwensi Persentase (%)

Klasifikasi Kinerja

Program dan

Administrasi

1 91 – 100 1 6,25 Amat Baik

2 76 – 90 1 6,25 Baik

3 61 – 75 2 12,50 Cukup

4 51 – 60 1 6,25 Sedang

5 0 – 50 11 68,75 Kurang

Jumlah 16 100

Penilaian kinerja kepala laboratorium Komponen Pengelolaan Program

dan Administrasi yang di ukur dengan menggunakan instrumen studi

dokumentasi dengan skala penilaian terhadap kriteria kinerja Komponen

Pengorganisasian Guru, Teknisi dan Laboran diperoleh penilaian komponen

kinerja disajikan dalam diagram berikut ini:

Gambar 4.4: Penilaian Kinerja Komponen Pengelolaan Program dan Administrasi

Kepala Laboratorium Madrasah Aliyah Kota Makassar

Data diperoleh penilaian kinerja Pengelolaan Program dan Administrasi

kepala laboratorium IPA Madrsah Aliyah kota Makassar Tahun 2015. Kriteria

Amat Baik = 1 orang dengan persentase 6,25%, Baik = 1 orang dengan

persentase 6,25%, Cukup = 2 orang dengan persentase 12,50%, Sedang= 1

orang dengan persentase 6,25% dan kriteria kurang = 11 orang dengan

persentase 68,75%. Sehinnga di peroleh skor rerata komponen adalah 7,39

Amat Baik(91 -100)

Baik (76-90)

Cukup (61-75)

Sedang (51 -60)

Kurang (≤ 50)

Frekuensi 1 1 2 1 11

0123456789

101112

Page 28: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

25

dengan kategori komponen Pengelolaan Program dan Administrasi adalah

Kurang.

e. Deskripsi komponen penilaian kinerja Pengelolaan Pemantauan dan

Evaluasi kepala laboratorium IPA Madrasah aliyah kota Makassar.

Tabel 4.5: Hasil Penilaian Kinerja Komponen Pengelolaan Pemantauan dan

Evaluasi Kepala Laboratorium IPA Madarasah Aliyah

NO Rentang Frekwensi Persentase (%)

Klasifikasi Kinerja

Pemantauan dan

Evaluasi

1 91 – 100 1 6,25 Amat Baik

2 76 – 90 0 0 Baik

3 61 – 75 1 6,25 Cukup

4 51 – 60 0 0 Sedang

5 0 – 50 14 87,50 Kurang

Jumlah 16 100

Penilaian kinerja kepala laboratorium Madrasah Aliyah kota Makassar

tentang kinerja Komponen Pengelolaan Pemantauan dan Evaluasi yang di ukur

7 kriteria kinerja Komponen Pengelolaan Pemantauan dan Evaluasi yang

disebar kedalam 17 indikator penilaian kinerja Komponen Pengelolaan

Pemantauan dan Evaluasi diperoleh rerata adalah 7,52. Penilaian kinerja

Komponen Pengelolaan Pemantauan dan Evaluasi kepala laboratorium

Madrasah Aliyah kota Makassar Tahun 2015 diperoleh Kriteria Amat Baik = 1

orang dengan persentase 6,25%, Baik = 0 orang dengan persentase 0%, Cukup

= 1 orang denga persentase 6,25%, Sedang= 0 orang dengan persentase 0% dan

kriteria kurang = 14 orang dengan persentase 87,50%. dengan rerata kategori

komponen Komponen Pengelolaan Pemantauan dan Evaluasi adalah Kurang.

Adapun diagram hasil penilaian kinerja komponen pengelolaan program dan

administrasi Madrasah aliyah kota Makassar Tahun 2015 di sajikan dalam

diagram berikut:

Page 29: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

26

Gambar 4.5: Diagram Penilaian Kinerja Komponen Pengelolan Program dan

administrasi Kepala Laboratorium Madrasah Aliyah Kota Makassar

f. Deskripsi komponen penilaian kinerja Pengembangan Inovasi kepala

Laboratorium IPA Madrasah aliyah kota Makassar.

Tabel 4.6: Penilaian Kinerja Komponen Pengembangan dan Inovasi Kepala

Laboratorium IPA Madarasah Aliyah Kota

NO Rentang Frekwensi Persentase (%)

Klasifikasi Kinerja

Pengembangan dan

Inovasi

1 91 – 100 1 6,25 Amat Baik

2 76 – 90 0 0 Baik

3 61 – 75 1 6,25 Cukup

4 51 – 60 1 6,25 Sedang

5 0 – 50 13 81,25 Kurang

Jumlah 16 100

Penilaian kinerja kepala laboratorium tentang kinerja Komponen

Pengembangan dan Inovasi yang di ukur dengan menggunakan instrumen

dokumentasi dengan skala penilaian. Sajian Data Hasil penelitian dapat dilihat

dalam diagram berikut ini:

Amat Baik(91 -100)

Baik(76- 90)

Cukup(61- 75)

Sedang(51 - 60)

Kurang (≤ 50)

Frekuensi 1 0 1 0 14

0123456789

101112131415

Page 30: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

27

Gambar 4.6: Diagram Penilaian Kinerja Komponen Pengembangan dan Inovasi

Madrasah Aliyah Kota Makassar

Dari data diperoleh penilaian kinerja Komponen Pengembangan dan

Inovasi kepala terhadap 5 kriteria penilaian komponen inovasi dan

pengembagan diperoleh Kriteria Amat Baik = 1 orang dengan persentase

6,25%, Baik = 0 orang dengan persentase 0%, Cukup = 1 orang dengan

persentase 6,25%, Sedang= 1 orang dengan persentase 6,25% dan kriteria

Cukup = 13 orang dengan persentase 81,25%. Sehinnga di peroleh skor rerata

komponen adalah 8,36. dengan kategori komponen Komponen Pengembangan

dan Inovasi adalah Kurang.

g. Deskripsi komponen penilaian kinerja pengelolaan lingkungan dan K3

kepala laboratorium IPA Madrasah aliyah kota Makassar.

Tabel 4. 15 : Hasil Penilaian Kinerja Komponen lingkungan dan K3 Kepala

Laboratorium IPA Madarasah Aliyah Kota Makassar

NO Rentang Frekwensi Persentase (%) Klasifikasi Kinerja

lingkungan dan K3

1 91 – 100 0 0 Amat Baik

2 76 – 90 0 0 Baik

3 61 – 75 1 6,25 Cukup

4 51 – 60 0 0 Sedang

Amat Baik(91 -100)

Baik (76-90)

Cukup (61-75)

Sedang (51- 60)

Kurang (≤ 50)

Frekuensi 1 0 1 1 13

0123456789

1011121314

Page 31: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

28

5 0 – 50 15 93,75 Kurang

Jumlah 16 100

Dari hasil tabel penilaian kinerja kepala laboratorium Madrasah Aliyah

kota Makassar tentang kinerja Komponen Pengelolaan Lingkungan dan K3

yang di ukur dengan menggunakan instrumen studi dokumentasi diperoleh

penilaian Komponen Pengelolaan Lingkungan dan K3 yang disebar kedalam 11

indikator di sajikan dalam tabel diagram batang ini:

Gambar 4.7: Diagram Penilaian Kinerja Komponen Lingkungan dan K3 Kepala

Laboratorium Madrasah Aliyah Kota Makassar

Dari data diperoleh penilaian kinerja komponen Pengelolaan

Lingkungan dan K3 kepala laboratorium adalah Kriteria Amat Baik = 0 orang

dengan persentase 0,00%, Baik = 0 orang dengan persentase 0%, Cukup = 1

orang dengan persentase 6,25%, Sedang= 0 orang dengan persentase 0,00% dan

kriteria Cukup = 15 orang dengan persentase 93,75%. Sehinnga di peroleh skor

komponen adalah 5,53 dengan kategori komponen Pengelolaan Lingkungan

dan K3 adalah Kurang.

Sehingga deskripsi data penilaian kinerja kepala Laboratorium

Madrasah Aliyah kota Makassar Tahun 2015. Yang di ukur seluruh komponen

ini terdiri atas 46 kriteria kinerja dan 133 indikator yang sesuai dengan tugas

pokok kepala laboratorium/bengkel Sekolah melalui instrumen penelitian yaitu

Angket dan Studi dokumentasi dapatdi sajikan dalam tabel berikut :

Amat Baik(91 -100)

Baik (76-90)

Cukup (61-75)

Sedang (51 -60)

Kurang (≤ 50)

Frekuensi 0 0 1 0 15

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Page 32: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

29

Tabel 4.8: Rekapitulasi penilaian Kinerja Kepala Laboratorium kota Makassar

berdasarkan Pedoman Penilaian kinerja (PK) kepala Laboratorium

Dari keselurahan data yang diperoleh terhadap 16 kepala laboratorium

madrasah aliyah kota makassar yang merupakan sujek penelitian deskriptif ini

terlihat hanya satu komponen yang mendapatkan katagori cukup yaitu

komponen kepribadian dengan skor komponen sebesar 67,86. Sementara 6

komponen penilaian kinerja kepala laboratorium yakni (2)komponen kinerja

sosial = 59,08, (3)pengorganisasian guru, teknisi, dan laboran =7,39,

(4)Pengelolaan Program dan Administrasi= 10,98, (5)Pengelolaan dan

Pemantauan= 8,36 (6)Pengembangan Inovasi =8,36 dan (7) komponen

lingkungan dan K3= 5,53 hanya memperoleh katagori kurang.

2. Hasil Penelitian Secara Kualitatif

Hasil penelitian secara kuantitatif memberikan gambaran bahwa kinerja

kepala laboratorium IPA Madrasah Aliyah se-Kota Makassar rata-rata berada

pada kategori kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepala laboratorium

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan pedoman kinerja memiliki berbagai faktor kesulitan dan penghambat, sehingga untuk mengetahui secara

mendalam tentang faktor-faktor kesulitan tersebut maka penelitian dilanjutkan

pada tahapan pengumpulan data secara kualitatif.

Pengumpulan data secara kualitatif dilaksanakan dengan melakukan

wawancara mendalam pada subjek penelitian serta mengadakan focus group

discussion (FGD). Wawancara dilakukan dengan memberikan beberapa

pertanyaan kepada subjek penelitian terkait kompetensi-kompetensi yang

tertuang dalam penilaian kinerja kepala laboratorium berdasarkan standar

permendiknas no. 26 tahun 2008. Sementara itu, focus group discussion (FGD)

dilakukan dengan cara mengundang para subjek penelitian dalam suatu forum

untuk mendiskusikan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja

No Komponen Rerata Kriteria Kinerja

1 Kepribadian 67,86 Cukup

2 Sosial 59,08 Sedang

3 Pengorganisasian Guru 7,39 Kurang

4 Pengelolaan Program Administrasi 10,98 Kurang

5 Pengelolaan Pemantauan dan evaluasi 8,36 Kurang

6 Pengembangan dan Inovasi 8,36 Kurang

7 Lingkungan dan K3 5,53 Kurang

Page 33: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

30

kepala laboratorium yang sesuai dengan standar serta upaya yang akan

dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut.

a. Gambaran Umum Subjek Penelitian Seperti yang telah diuraikan pada BAB III, bahwa subjek dalam

penelitian ini hanya diambil pada madrasah Aliyah yang memiliki tenaga

laboratorium, dalam hal ini adalah kepala laboratorium. Berdasarkan observasi,

terdapat 16 orang kepala laboratorium yang diambil sebagai subjek. Kepala

laboratorium tersebut pada umumnya memiliki kualifikasi pendidikan yang

relevan dengan bidang laboratorium masing-masing. Hanya saja, ada beberapa

yang masih berstatus honorer dan sebagiannya sudah berstatus PNS. Sementara

itu, tidak semua tenaga yang diangkat menjadi kepala laboratorium memiliki

sertifikat pelatihan laboratorium. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu

faktor yang menghambat kinerja kepala laboratorium.

b. Faktor-faktor kesulitan kinerja kepala laboratorium IPA Madrasah

Aliyah Kota Makassar untuk kompetensi kepribadian.

Kompetensi kepribadian berdasarkan permendiknas no. 26 tahun 2008,

memuat tentang kemampuan tenaga laboraootium untuk menjadi pribadi yang

dewasa, mantap, berakhlak mulia, dan menunjukkan komitmen terhadap tugas.

Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa untuk kompetensi ini,

para kepala laboratorium menyatakan tidak mengalami kendala atau hambatan.

Alasannya bahwa memang sudah sepatutnya seorang guru atau kepala

laboratorium menunjukkan pribadi sebagaimana yang tercantum pada penilaian

kinerja. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa untuk

kompetensi kepribadian, kepala laboratorium IPA Madrasah Aliyah kota

Makassar tidak mengalami kendala atau kesulitan.

c. Faktor-faktor kesulitan kinerja kepala laboratorium IPA Madrasah

Aliyah Kota Makassar untuk kompetensi sosial.

Kompetensi sosial yang tercantum dalam permendiknas no. 26 tahun

2008 terdiri dari kemampuan bekerja sama dalam melaksanakan tugas dan

kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Umumnya,

menurut kepala laboratorium IPA Madrasah Aliyah kota Makassar, menyatakan

bahwa telah memiliki kemampuan kerja sama dan komunikasi yang cukup.

Sesuai dengan hasil wawancara, rata-rata kepala laboratorium memberikan

jawaban yang sama yaitu senantiasa berkomunikasi dengan kepala sekolah

tentang kebijakan-kebijakan yang akan diambil untuk laboratorium. Sementara

Page 34: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

31

itu, pada kepala laboratorium juga sudah mengupayakan untuk bekerja sama

dengan pihak-pihak pengguna laboratorium dalam pelaksanaan tugasnya

sebagai kepala laboratorium. Berdasarkan hasil ini, maka dapat disimulkan

bahwa tidak ada kendala dan hambatan yang dihadapi oleh kepala laboratorium

IPA Madrasah Aliyah Kota Makassar didalam melaksanakan tugasnya terkait

kompetensi sosial.

d. Faktor-faktor kesulitan kinerja kepala laboratorium IPA Madrasah

Aliyah Kota Makassar untuk kompetensi manajerial

Menurut permendiknas no. 26 tahun 2008, kompetensi manajerial

memuat kompetensi; (1) merencanakan kegiatan dan pengembangan

laboratorium, (2) pengelolaan kegiatan laboratorium, (3) membagi tugas

teknisi/laboran, (4) memantau sarana dan prasarana laboratorium, dan (5)

mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan laboratorium.

Berdasarkan hasil yang digambarkan dari data kuantitatif, diperoleh bahwa

pada kompetensi ini menunjukkan kinerja kepala laboratorium pada kategori

kurang. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam pelaksanaan tugasnya yang

berkaitan dengan kompetensi ini, para kepala laboratorium IPA Madrasah

Aliyah Kota Makassar mengalami kendala atau kesulitan.

d.1. Faktor kesulitan yang dihadapi untuk kompetensi perencanaan

kegiatan laboratorium.

Umumnya, rencana kegiatan laboratorium telah disusun dalam

kurikulum sekolah/madrasah sebagai bagian dalam kegiatan pembelajaran.

Namun, pada pelaksanaannya senantiasa dihadapkan dengan berbagai faktor

penghambat dan umumnya faktor tersebut terkait masalah waktu dan

banyaknya perangkat pembelajaran yang harus disusun. Hasil ini berdasarkan

wawancara yang telah dilakukan dengan kepala laboratorium MAN 2 kota

Makassar, yang mengatakan bahwa:

“Sulit untuk menyusun rencana-rencana kegiatan laboratorium atau

menyusun prosedur operasi standar kerja laboratorium ditengah padatnya

kegiatan sekolah, sehingga tidak ada waktu yang cukup untuk menyusun

itu. Lain lagi, dengan RPP dan perangkat penilaian yang menjadi tuntutan

kurikulum yang berlaku sekarang ” (26 Oktober 2018).

Hal ini kemudian diperkuat oleh kepala laboratorium MAN 1 Makassar

yang mengatakan bahwa:

Page 35: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

32

“Untuk menyusun prosedur operasi standar kerja laboratorium harus

memiliki waktu yang cukup. Sementara kita para kepala laboratorium

yang juga adalah guru, tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan hal

itu. Hal ini karena kami selaku guru harus mengutamakan perangkat

pembelajaran dan terlebih lagi harus memburu materi yang harus segera

diselesaikan” (24 Oktober 2018).

Jawaban yang diberikan oleh kedua kepala laboratorium tersebut sejalan

dengan jawaban yang diberikan oleh kepala laboratorium IPA madsarah yang

lain. Bersarkan hasil ini, maka dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat

pelaksanaan tugas kepala laboratorium untuk kompetensi perencanaan kegiatan

laboratorium adalah faktor waktu dan tuntutan kurikulum terkait perangkat

pembelajaran.

d.2. Faktor kesulitan yang dihadapi untuk kompetensi pengelolaan

kegiatan laboratorium.

Pengelolaan kegiatan laboratorium merupakan salah satu penilaian

dalam kinerja kepala laboratorium sekolah/madrasah, sesuai dengan

permendiknas no. 26 tahun 2008. Gambaran yang diperoleh dari data kuantitatif

menunjukkan bahwa pengelolaan laboratorium IPA madrasah masih

dikategorikan kurang. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala

laboratorium, rata-rata memberikan informasi bahwa sulitnya mengelolah

kegiatan laboratorium disebabkan karena kurangnya waktu dan banyaknya

tuntutan tugas perangkat yang harus segera diselesaikan. Selain itu, rata-rata

madrasah tidak mengangkat tenaga pembantu yaitu teknisi dan laboran untuk

membantu kinerja kepala laboratorium. Meskipun ada yang ditunjuk namun

biasanya riwayat pendidikannya tidak seusai dengan bidang yang diamanhkan.

Informan dari MAN 2 Kota Makassar saat diwawancara, mengatakan

bahwa:

“Saya sulit untuk mengelolah kegiatan laboratorium karena banyaknya

tugas yang harus diselesaikan. Terlebih lagi, kinerja kepala laboratorium

yang termuat dalam permendiknas juga sangat banyak dan itu tidak bisa

dilaksanakan secara bersamaan dengan tugas saya selaku guru mata

pelajaran, Meskipun saya sudah menyusun jadwal kegiatan di

laboratotium, namun biasa saja terbentur dengan jadwal mata pelajaran,

demikian pula dengan guru yang lain” (26 Oktober 2008).

Hal ini juga sejalan dengan yang dikatakan oleh kepala laboratorium

MAN 1 Makassar:

Page 36: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

33

“Saya sudah menyusun jadwal penggunaan laboratorium, tetapi

pelaksanaannya selalu terkendala dengan waktu dan jadwal. Sementara

itu, sulit juga untuk memantau langsung kegiatan laboratorium karena

kami kekurangan tenaga laboratorium. Padahal jika ada tenaga laboran,

maka kami akan sangat terbantu” (24 Oktober 2008).

Kedua jawaban yang diberikan oleh kepala laboratorium tersebut sejalan

dengan jawaban kepala laboratorium yang lain. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa faktor yang menghambat pengelolaan kegiatan laboratorium adalah

faktor waktu dan tuntutan kerja yang padat.

d.3. Faktor kesulitan yang dihadapi untuk kompetensi pembagian tugas

kepada teknisi dan laboran.

Teknisi dan laboran adalah tenaga laboratorium yang diangkat untuk

membantu kinerja kepala laboratorium. Tugas utama dari teknisi dan laboran

adalah senantiasa berkoordinasi dengan kepala laboratorium untuk mengelolah

laboratorium. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diperoleh bahwa

rata-rata laboratorium IPA madrasah Aliyah Kota Makassar tidak memiliki

laboran ataupun teknisi. Hal ini menjadi informasi bahwa kepala laboratorium

tidak menyusun standar kerja untuk teknisi dan laboran. Sementara itu,

madrasah yang memiliki tenaga laboran justru diperbantukan pada bidang lain

yaitu di perpustakaan karena tidak seusai dengan bidangnya.

d.4. Faktor kesulitan yang dihadapi untuk kompetensi terkait

pemantauan sarana dan prasaran laboratorium.

Untuk menunjang kegiatan laboratorium, maka setiap laboratorium

harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Tanpa itu, maka

kegiatan di dalam laboratorium, khususnya kegiatan praktikum, tidak dapat

berlangsung secara efektif.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, rata-rata laboratorium

madrasah Aliyah kota Makassar kurang dalam pengelolaan tata letak alat serta

bahan praktikum yang sesuai dengan standar operasional. Meskipun para kepala

laboratorium telah mengupayakan untuk memantau keadaan alat serta bahan

laboratorium, namun para kepala laboratorium mengatakan bahwa pemantaun

tersebut tidak dilakukan secara efisien dan terjadwal. Pemantauan hanya

dilakukan jika ada guru yang ingin melakukan kegiatan praktikum di

laboratorium. Informasi yang diberikan oleh para kepala laboratorium merujuk

pada kurangnya waktu dan padatnya jadwal mengajar di sekolah. Selain itu,

Page 37: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

34

tidak adanya tenaga laboratorium yang dapat membantu untuk mematau

keadaan alat serta bahan di laboratorium.

d.4. Faktor kesulitan yang dihadapi untuk kompetensi terkait

pemantauan evaluasi kinerja teknisi dan laboran.

Terkait kinerja untuk kompetensi ini, informasi yang diperoleh dari

kepala laboratorium rata-rata memberikan jawaban tidak dilakukan karena tidak

memilik tenaga laboran dan teknisi. Adapun madrasah yang memiliki tenaga

laboran atau teknisi laboratorium, memberikan jawaban bahwa laboran

diperbantukan di bidang lain, yaitu perpustakaan, sehingga tidak dilakukan

evaluasi terhadap kinerjanya terkait tugas di laboratorium.

e. Faktor-faktor kesulitan kinerja kepala laboratorium IPA Madrasah

Aliyah Kota Makassar untuk kompetensi profesional.

Kompetensi profesional kepala laboratorium berdasarkan permendikan

no. 26 tahun 2008 memuat tentang pemanfaatan laboratorium untuk kegiatan

penelitian sekolah, kajian tentang laboratorium atau pelatihan-pelatihan tentang

laboratorium serta keselamatan kerja (K3). Pada umumnya, kompetensi ini

telah dilaksanakan oleh kepala laboratorium IPA madrasah Aliyah kota

Makassar, khususnya pada komponen pemanfaatan laboratorium sebagai

tempat penelitian atau praktikum. Namun, kendala yang dihadapi oleh beberapa

kepala laboratorium adalah karena ruang laboratorium juga difungsikan sebagai

ruang kelas karena kurangnya ruangan yang ada di madrasah Aliyah kota

Makassar. Rata-rata kepala laboratorium IPA madrasah Aliyah kota Makassar

memberikan jawaban yang sama, bahwa ruang laboratorium dijadikan juga

sebagai ruang kelas.

Terkait perkembangan pemikiran tentang pemanfaatan kegiatan

laboratorium sebagai wahana pendidikan, para kepala laboratorium rata-rata

memberikan jawaban memiliki hambatan. Salah satu hambatannya adalah

karena kurangnya perhatian terhadap kepala laboratorium dalam kegiatan

workshop pengelolaan laboratorium yang diadakan oleh kementerian terkait.

f. Upaya yang dilakukan untuk penyelesaian kesulitan pelaksanaan tugas

kepala laboratorium IPA Madrasah Aliyah Kota Makassar

Untuk mengetahui upaya yang dimungkinkan untuk dilaksanakan dalam

penyelesaian tugas kepala laboratorium IPA Madrasah Aliyah Kota Makassar,

Page 38: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

35

maka kepala laboratorium diajak berdiskusi dalam kegiatan focus group

discussion (FGD). Melalui kegiatan tersebut, maka diperoleh informasi yang

lebih mendalam terkait kinerja kepala laboratorium, kesulitannya, serta upaya

yang dapat dilakukan.

Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan, para kepala laboratorium IPA

Madrasah Aliyah Kota Makassar menginginkan adanya tambahan tenaga

laboran atau teknisi untuk membantu kinerja kepala laboratorium. Laboran atau

teknisi laboratorium seyogianya memiliki kompetensi yang sesuai dengan

bidangnnya. Selain itu, kepala laboratorium berharap mendapatkan perhatian

dari pihak terkait untuk keikutsertaan dalam kegiatan pengembangna ilmu

seperti workshop pelatihan pengelolaan laboratorium.

Page 39: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

36

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun kesimpulan yang

dipaparkan sebagai berikut:

1. Deskripsi penilaian kinerja kepala Laboratorium Madrasah Aliyah kota

Makassar Tahun 2018 diperoleh Penilaian kinerja Kepala Laboratorium

Madsarah Aliyah dengan kategori Kurang.

2. Faktor-faktor kesulitan yang dihadapi kepala laboratorium dalam

melaksanakan kinerja adalah faktor waktu, beban kerja di sekolah yang

padat, tidak adanya tenaga pembantu yaitu laboran dan teknisi

laboratorium, serta sarana dan prasaran yang tidak memumpuni.

3. Upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan perhatian kepada

kepala laboratorium untuk ikut dalam kegiatan workshop pengelolaan

laboratorium dari instansi yang terkait, menambahkan tenaga

laboratrium yaitu laboran atau teknisi laboratorium.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini menjadi informasi bagi pihak-pihak yang terkait

untuk dapat meningkatkan perhatian pada pengelolaan laboratorium yang

merupakan bagian dari proses pembelajaran di Madrasah/Sekolah. Selain itu,

hasil penelitian ini menjadi dasar bagi peneliti yang ingin melanjutkan

penelitian terkait pengelolaan laboratorium.

Page 40: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

37

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. & Barnawi. 2012. Manajemen Sarana & Prasarana Sekolah.

Yogyakarta : ArRuzz Media.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.2010.

Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Crswell, John. 2015. Riset Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ditjen PMPTK. 2010; Modul 2 pelatihan kepala laboratorium; Bandung

Francel, Wallen. 2008. Desain and evaluate Research in education. San

Fransico: Mc Gew hill

Indriastuti. 2012. Kesiapan Laboratorium Biologi dalam Menunjang Kegiatan

Praktikum SMA Negeri di Kabupaten Brebes. Skripsi. Semarang:

FMIPA

Universitas Negeri Semarang.

Kemendiknas. 2011. Pedoman Penilaian Kinerja Kepala Laboratorium.

Jakarta.

Permendiknas No. 26 Tahun 2008 tentang standar Tenaga Pengelola Laboratorium

Sekolah/Madrasah.

Refirman dan Rosminar Suna. 1993. Desain, Perlengkapan, Tata Ruang dan

Pengelolaan Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Universitas

Terbuka, Depdikbud.

Siregar, Syofian. 2015. Statistika Terapan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Kencana.

Suhardiman. 2015. Analisis Kinerja Kepala Laboratorium IPA Madrasah

Aliyah Kota Makassar Tahun 2015. Tesis. Universitas Negeri Makassar.

Sutrisno. 2013. Modul Labolatorium Fisika Sekolah I. Bandung: UPI

Tim Instruktur Diklat Kepala Laboratorium IPA. 2012. Modul Diklat Laboratorium

IPA.

Page 41: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

38

Amien, Muhammad. 1988. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk

Praktikum Pendidikan IPA Umum (General Science) untuk Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan

LPTK Dirjen Dikti Depdikbud RI.

Page 42: ANALISIS FAKTOR DAN UPAYA PENYELESAIAN KESULITAN

39