113
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES DI KAMPUNG SAWAH, KELURAHAN JATIMURNI, KOTA BEKASI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Risma Trihandayani NIM. 11141110000045 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2018 M

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI

MASYARAKAT FLORES DI KAMPUNG SAWAH,

KELURAHAN JATIMURNI, KOTA BEKASI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Risma Trihandayani

NIM. 11141110000045

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2018 M

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI

MASYARAKAT FLORES DI KAMPUNG SAWAH,

KELURAHAN JATIMURNI, KOTA BEKASI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Risma Trihandayani

11141110000045

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2018 M

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES DI

KAMPUNG SAWAH, KELURAHAN JATIMURNI, KOTA BEKASI

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

prasyarat memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari kara orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 September 2018

Risma Trihandayani

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Risma Trihandayani

NIM : 11141110000045

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES DI

KAMPUNG SAWAH, KELURAHAN JATIMURNI, KOTA BEKASI

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 18 September 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing,

Dr. Cucu Nurhayati, M. Si. Saifudin Asrori, M.Si.

NIP. 197609182003122003 NIP. 197701192009121001

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

iv

PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES DI

KAMPUNG SAWAH, KELURAHAN JATIMURNI, KOTA BEKASI

Oleh

Risma Trihandayani

11141110000045

Telah dipertahankan dalam siding ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28

September 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 28 September

2018

Ketua

Dr, Cucu Nurhayati, M. Si

NIP. 197609182003122003

Sekretaris

Dr, Joharatul Jamilah, M.Si

NIP. 1968081619970732002

Penguji I

Husnul Khitam, M.Si

NIP. 1983080720015031003

Penguji II

Dr. M. Guntur Alting, M.Pd, M.Si

NIP. 197405121999031005

Ketua Program Studi Sosiologi

Dr, Cucu Nurhayati, M. Si

NIP. 197609182003122003

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis kelompok masyarakat Flores dengan pendekatan

migrasi dilihat dari dua faktor utama yaitu faktor pendorong (push factor) dari

daerah asal dan faktor penarik (pull factor) yang dimiliki daerah tujuan oleh

Everett Lee. Lokasi yang dijadikan fokus penelitian yaitu Kampung Sawah,

Kelurahan Jatimurni, Kota Bekasi yang berbatasan langsung dengan Jakarta Timur

dan berdekatan dengan wilayah administrasi Kota Bekasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif

guna memahami fenomena secara mendalam melalui observasi, wawancara

(interview) dan dokumentasi. Adapun metode unit analisis dalam mengumpulkan

informan menggunakan metode purposive berdasarkan pada target informan yang

mampu memberikan informasi secara tepat dan mewakili populasi.

Penelitian ini menunjukkan, arus migrasi yang terbangun berdasarkan

semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah asal yang

mengharuskan kelompok masyarakat Flores untuk mencari dan mendapatkan

tempat baru bagi mereka sebagai upaya memperbaiki taraf ekonomi (push factor).

Kuatnya ikatan kekerabatan, ikatan emosional dan ikatan primordial (kesamaan

asal usul, latar belakang budaya dan etnis) merupakan faktor penarik (pull factor)

yang tersedia di daerah tujuan. Karena networking etnisitas yang terbangun di

kelompok Masyarakat Flores seperti membantu mencarikan akses dan lapangan

pekerjaan, menjaga dan menjamin perlindungan sosial bagi anggota kelompoknya

menjadi modal sosial bagi mereka yang melakukan migrasi dan mempertahankan

eksistensi kelompok pendatang.

Kata kunci: push factor & pull factor, migrasi, eksistensi kelompok masyarakat

pendatang

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

Ta’ala atas segala rahmat dan hidayah-Nya, tidak luput juga shalawat dan salam

kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam yang telah memberikan

syafa’at bagi umatnya yang bertaqwa, begitu pula penulis akhirnya dapat

menyelesaikan skripsinya guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Sosial. Selain itu tidak luput penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

amat bersar kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Johatotul Jamilah, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Saifudin Asrori, M.Si sebagai dosen pembimbing dengan ketulusan

hatinya membantu dan mengarahkan selama proses penulisan hingga pada

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen Prodi Sosiologi serta staff TU dan Perpustakaan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

vii

memberikan segala ilmu pengetahuan yang penuh berkah, semoga bekal

ilmu selama ini memberikan manfaat untuk penulis terutama masyarakat.

6. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Machmud S.E (Alm) semasa

hidupnya telah mencurahkan kasih sayang dan pengorbanannya untuk

keluarga, dan tak terlupakan nasihatnya. Semoga Bapak selalu dalam

kasih sayang Allah Subhanallahu wa Ta’ala.

7. Ibu Supriati, perempuan hebat yang telah melahirkan dan merawat

penulis, tidak pernah terputus do’a-do’a ibunda untuk kesuksesan dan

keselamatan anak-anaknya. Ini salah satu jawaban do’a darimu Ibu.

8. Siti Habibah Bramandia, Diah Andam Suri dan Kakakku Laila Agustina

terima kasih telah merasakan pahit manisnya kehidupan anak kost selama

empat tahun bersama. Semoga tali silaturahmi kita tidak akan terputus.

9. Keluarga besar Sosiologi B angkatan 2014 yang sama-sama merasakan

perjuangan pencapaian gelar S.Sos, terima kasih telah memberikan gelak

tawa, pengalaman hingga kesedihan selama masa kuliah, semoga kita

semua bisa meraih dan merasakan kesuksesan.

10. Teman-teman KKN 068 BERIRAMA yang telah menjadi keluarga

serumah dan teman berbagi pengalaman selama satu bulan penuh di Desa

Pasanggrahan, Solear.

11. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di FISIP Mengajar yang

mengajari penulis wujud simpati dan empati sesungguhnya.

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

viii

12. Si Ahli Gizi IPB Septiani Nur Pratiwi yang telah banyak meluangkan

waktunya untuk dijadikan tempat curhat dan berbagi cerita dengan

penulis.

13. Kepada Sungjin, Young K, Jae, Kim Wonpil dan Dowoon dengan setia

selalu bermain instrument dan bersenandu indah di setiap malam ketika

penulis menyelesaikan penulisan skripsi.

14. Kesbangpol Kota Bekasi, staf kelurahan Jatimurni dan staf kelurahan

Jatimelati yang telah memberikan izin dan berkenan memberikan

informasi dan data guna kelengkapan penelitian.

15. Seluruh masyarakat Gang. Maumere RT. 005/ 003 Kelurahan Jatimurni,

Kota Bekasi khususnya kepada masyarakat Flores dengan keramahan dan

penuh senyum mempersilahkan penulis untuk dijadikan sebagai bahan

penulisan skripsi.

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk bidang

keilmuwan sosial dan penulis dapat mengimplementasikan ilmu yang telah

didapatkan selama menjalani proses perkuliahan, dan hanya kepada Allah

Subhanahu wa Ta’ala penulis bergantung pada-Nya. Semoga taufiq dan hidayah-

Nya selalu menyertai kita. Aamiinn ya Rabbal ‘Alamin.

Jakarta, 18 September 2018

Risma Trihandayani

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………………. v

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... ix

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….. x

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ……………………………………………… 1

B. Pertanyaan Penelitian …………………………………………….. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………....... 5

D. Tinjauan Pustaka …………………………………………………. 6

E. Kerangka Teoritis………………………………………….……… 11

E.1 Teori Migrasi oleh Everett S. Lee…………………..………. 11

E.2 Faktor Pendorong (push factor) dan Faktor Penarik

(pull factor) ………………………………………………….

13

F. Metodologi Penelitian ……………………………………………. 17

F.1 Pendekatan Penelitian ………………………………............. 17

F.2 Subjek dan Lokasi Penelitian ……………………………….. 18

F.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ……………………….. 19

F.4 Teknis Analisis Data ………………………..………………. 22

G. Sistematika Penelitian ………………………..………………... 23

BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL DAN REGIONAL

MASYARAKAT KAMPUNG SAWAH

A. Gambaran Umum ………………………..……………………….. 25

1. Letak dan Kondisi Wilayah ………………………..……….. 25

2. Keadaan Penduduk ………………………..……………… 27

3. Sejarah dan Kondisi Masyarakat Kampung Sawah………… 29

4. Kehidupan Sosial ………………………..…………………. 30

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

x

5. Kehidupan Agama ………………………..………………… 32

B. Karakter Sosial Masyarakat Flores, Kampung Sawah …………… 34

BAB III FAKTOR PENDORONG DAN FAKTOR PENARIK MIGRASI

MASYARAKAT FLORES DI KAMPUNG SAWAH,

KOTA BEKASI

A. Faktor Pendorong (push factor) dari Daerah Asal………………. 39

A.1 Faktor Fisik: Ekologi ……………………….……………. 39

A.2 Ekonomi dan Lapangan Pekerjaan…….…..…………… 44

B. Faktor Penarik (pull factor)…………... ……………..…………… 46

B. 1 Ikatan Primordial di Daerah Tujuan …………………..... 46

B. 2 Pemberian Jaminan Akses dan Kesempatan Kerja ………. 55

B. 3 Pemberian Jaminan Sosial dan Keamanan…. …………. 58

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………..……………………………. 61

B. Saran ………………………..………………………..………….. 63

DAFTAR PUSTAKA ………………………..………………………..…………. 65

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.E.1.1 Faktor-faktor Determinan Mobilitas Penduduk 14

Gambar II.A.1 Peta Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok

Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat ……………….…

26

Gambar III.B.1.1 Gang Maumere Rt.005/003 Kelurahan Jatimurni,

Bekasi ………………..………………..…………..

49

Gambar III.B.1.2 Tembok Pembatas Wilayah RT. 005/003

dengan Komplek…………………………………..

49

Gambar Lampiran 1.1 ketika Warga Maumere, Flores dengan warga

lainnya sedang berkumpul, ………………….…..

-

Gambar Lampiran 1.2 di saat peneliti memperhatikan anak-anak

Maumere dengan anak lainnya sedang bermain......

-

Gambar Lampiran 1.3 Bapak Vincent ketika membakar sampah………...

Gambar Lampiran 1.4 Bersama Informan ………………..………………. -

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I.A.1 Penduduk Menurut Wilayah, Jenis Kelamin, dan

Status Migrasi Seumur Hidup……………………..

2

Tabel I.D.1 Matriks Tinjauan Pustaka………………................ 10

Tabel I.E.2.1 Gambaran Faktor Pendorong (Push Factor)

dan Faktor Penarik (Pull Factor) ………………….

15

Tabel F.2.1 Data Informan………………………………….. 18

Tabel II.A.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Jatimurni

Berdasarkan Jenis Kelamin ………………………

27

Tabel II.A.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Jatimurni

Berdasarkan Mata Pencaharian…………………

28

Tabel II.A.3 Jumlah Penduduk Menurut Wilayah dan Agama

yang Dianut Kecamatan Pondokmelati, Kota

Bekasi Tahun 2010......………………..……..…….

32

Tabel III. A.1.1 Jumlah Usaha Pertanian menurut Wilayah dan

Pelaku Usaha Tahun 2003 dan 2013 Provinsi

Nusa Tenggara Timur……………………………..

40

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini membahas dinamika kependudukan yang didasari pada

perpindahan penduduk (migrasi) yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Flores

di Kampung Sawah, Kota Bekasi berdasarkan bentuk-bentuk pendorong (push)

dan penarik (pull). Arus migrasi yang terbangun berdasarkan kebutuhan

subsistensi yang semakin mencekik masyarakat saat ini mengharuskan mereka

untuk mencari dan menemukan wilayah baru yang dapat menjamin keberadaan

dan kebutuhan mereka. Migrasi juga dikaitkan dengan pola kebiasaan dan budaya

masyarakat etnis Flores yang ingin mengeksplor kehidupan yang baru. Ikatan

primordial masyarakat Flores yang kuat menjadikan kolektivitas etnis menyatukan

mereka meskipun sudah tidak lagi berada di tanah kelahiran. Oleh karena

pemilihan migrasi secara kultural banyak dipilih oleh masyarakat asal kepulauan

Nusa Tenggara Timur ini untuk menyusul keluarga yang lebih dahulu bermigrasi

ke luar pulau. Jenis migrasi seperti itu sebagai jenis migrasi berantai (Nor Zana

tanpa tahun. 4)

Migrasi merupakan salah satu jalan yang dianggap cukup berhasil sebagai

langkah memperbaiki taraf kehidupan terutama dalam segi ekonomi. Menurut

Rozy Munir (2004: 115) menyatakan bahwa Migrasi sebagai salah satu faktor dari

tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah penduduk, setelah

faktor kelahiran dan kematian. Perpindahan penduduk ke perkotaan atau akibat

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

2

dari perluasan daerah perkotaan seperti Kota Bekasi sebagai salah satu kota

penyangga Ibu Kota DKI Jakarta menjadi wilayah yang cukup dianggap

menjanjikan oleh masyarakat Flores sebagai pelaku migrasi karena kemajuan dan

perkembangan perekonomian, perdagangan dan lapangan kerja.

Kota Bekasi dengan segala daya tarik yang dimilikinya dan menjadi

wilayah yang juga dapat dikatakan cukup maju dalam industri, transportasi,

infrastruktur dan pendidikannya mendorong para pelaku migran sebagai pilihan

destinasi mereka dalam upaya memperbaiki taraf kehidupan. Hal ini dibuktikan

dengan data yang menunjukkan status migrasi per Kecamatan di wilayah Bekasi

pada tahun 2010.

Tabel I.A.1 Penduduk Menurut Wilayah, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi

Seumur Hidup

Nama Kecamatan Laki-laki + Perempuan

Status Migrasi

Non Migran

Kabupaten/Kota

Migran

Kabupaten/Kota Jumlah

1 Pondokgede 75,785 170,718 246,503

2 Jatisampurna 41,517 62,198 103,715

3 Pondokmelati 45,046 83,888 128,934

4 Jatiasih 82,268 116,176 198,444

5 Bantargebang 42,409 53,436 95,845

6 Mustikajaya 70,758 89,015 159,773

7 Bekasi Timur 93,925 153,432 247,357

8 Rawalumbi 75,437 132,897 208,334

9 Bekasi Selatan 72,572 131,082 203,654

10 Bekasi Barat 88,926 183,631 272,557

11 Medan Satria 62,359 98,803 161,162

12 Bekasi Utara 110,020 198,573 308,593

Kota Bekasi 861,022 1,473,849 2,334,871

Sumber: BPS 2010

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

3

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan Kecamatan Pondokmelati yang di

dalamnya termasuk Kelurahan Jatimurni sebagai lokasi penelitian ini, memiliki

jumlah migran yang lebih banyak yaitu 83.888 jiwa ketimbang non migran dengan

45.046 jiwa termasuk di dalamnya kelompok masyarakat Flores yang melakukan

migrasi dengan memilih Kelurahan Jatimurni Kampung Sawah ini.

Keberadaan masyarakat Flores di Kampung Sawah Bekasi sudah cukup

diterima oleh masyarakat Kampung Sawah yang mayoritas berasal dari suku

Betawi, Jawa dan Sunda karena masyarakat asal Flores kepulauan Nusa Tenggara

Timur ini tinggal di Kampung Sawah sudah lebih dari sepuluh tahun bahkan lebih

dari tiga puluh tahun yang pada saat itu kondisi Kampung Sawah masih sepi

pemukiman dan harga tanah yang masih murah menyebabkan mereka yang

mayoritas dahulunya bekerja di pelabuhan Tanjung Priok sebagai tenaga

pengangkut barang dan sopir ini memilih Kampung Sawah untuk dijadikan tempat

tinggal selama merantau. (Observasi dan wawancara dengan Bapak Vincent,

Kampung Sawah 17/03/2018)

Bermula hanya beberapa orang Flores yang tinggal di Kampung Sawah

untuk pekerjaan dan mengejar pendidikan, kini sudah ada lebih dari seratus orang

yang tinggal di Kampung Sawah, Bekasi dan membentuk sebuah pemukiman

kelompok masyarakat Flores dengan pemberian nama sebuah gang yaitu Gang

Maumere yang dibuat untuk menandai tempat asal dan identitas kelompok

masyarakat Flores itu sendiri (Observasi penulis, Kampung Sawah 17/03/2018).

Todaro (2003) menjelaskan bahwa selain kuatnya faktor ekonomi,

faktor sosial, demografi dan faktor budaya lokal (kultural) sangat memiliki

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

4

kecenderungan dalam menjelaskan fenomena pendorong migrasi sebagai

faktor pendorong (push factor), dan faktor penarik (pull factor) dari

penghidupan yang dianggap lebih layak, seperti akses pekerjaan dan

pendidikan. Masyarakat Flores yang bermigrasi ini lebih memilih untuk

berada di dalam satu lingkungan tempat tinggal yang sama atau saling

berdekatan. Hal ini karena, pada hakikatnya selain ikatan kekerabatan dan

ikatan emosional kelompok masyarakat akan lebih memilih berada di

lingkungan orang-orang yang memiliki kesamaan asal daerah, kesamaan adat

istiadat, agama, latar belakang pekerjaan dan pendidikan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penulis dalam

penelitiannya, mengambil fenomena masyarakat Flores yang melakukan

migrasi ke Kampung Sawah, Kota Bekasi. Adapun pokok masalah yang ingin

digali adalah faktor-faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull

factor) apa saja yang menyebabkan Kampung Sawah dipilih sebagai

destinasi migran asal Kota Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur dan

memilih untuk hidup secara berkelompok dengan kelompoknya yang

memiliki kesamaan latar belakang daerah, ikatan primordial dan adat istiadat

yang masih mengikat mereka meskipun sudah tidak lagi berada di tanah

kelahiran. Penulis tertarik untuk mengangkat fenomena tersebut menjadi

sebuah penelitian yang berjudul:

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT

FLORES DI KAMPUNG SAWAH, KELURAHAN JATIMURNI, KOTA

BEKASI”.

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

5

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk faktor-

faktor pendorong (push factor) dan penarik (pull factor) kelompok masyarakat

Flores yang bermigrasi ke Kampung Sawah, Kota Bekasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C. 1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pernyataan masalah dan pertanyaan masalah

yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penulisan penelitian

ini adalah untuk mengidentifikasikan dan mengetahui bentuk faktor

pendorong (Push Factor) dan faktor penarik (Pull factor) kelompok

masyarakat Flores yang melakukan migrasi ke Kampung Sawah,

Kelurahan Jatimurni, Kota Bekasi.

C. 2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin penulis capai dalam penelitian ini di antara

lain:

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi

dalam bidang keilmuwan sosial khususnya sosiologi kependudukan

mengenai faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull

factor) terjadinya migrasi dengan subjek yang diteliti yaitu masyarakat

Flores di Kampung Sawah, Kota Bekasi.

Serta diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan

berkaitan dengan studi kependudukan mengenai migrasi disertai

faktor-faktornya dan juga hubungan migrasi berkaitan atas latar

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

6

belakang budaya, suku dan etnis khususnya yang terjadi pada

masyarakat Flores di Kampung Sawah, Kota Bekasi.

D. Tinjauan Pustaka

Penulis telah menemukan beberapa studi yang berkaitan dengan

permasalahan yang dijadikan fokus dalam penelitian terutama dalam masalah

migrasi serta faktor-faktornya yang dibahas dengan spesifik dan dengan berbagai

pendekatan. Selain itu tinjauan pustaka juga dapat memberikan pemahaman lebih

jauh kepada penulis untuk menemukan perbedaan dengan penelitian-penelitian

terdahulu, serta dapat membantu penulis dalam menambah literasi dan informasi

guna melengkapi referensi untuk penelitiannya.

Pertama, tesis oleh Siti Khotijah (2008) yang berjudul Analisis Faktor

Pendorong Migrasi Warga Klaten ke Jakarta, penelitian ini melihat banyak hal

yang menjadi faktor penarik yang membuat masyarakat Klaten memilih untuk

migrasi ke Jakarta di antara lainnya untuk mencari penghidupan yang lebih baik

dan mencari pengalaman kerja, dengan anggapan Kota Jakarta masih menjadi

prioritas utama dengan didukung segala perkembangan teknologi, informasi dan

transportasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor

yang mempengaruhi migrasi masyarakat Klaten ke Jakarta periode tahun 1998-

2006. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan model

regresi linier dengan mencacah tiap triwulan dari Dinas Tenaga Kerja dan

transmigrasi Kabupaten Klaten, dan data sekunder dari BPS. Hasilnya

menunjukkan variable luas perlahanan sawah, pertumbuhan ekonomi dan tingkat

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

7

pengangguran di Klaten memiliki pengaruh terhadap jumlah migran warga Klaten

ke Jakarta.

Kedua, jurnal penelitian oleh Anggraeni Primawati (2011) berjudul Faktor

Ekonomi Sebagai Alasan Migrasi Internasional ke Malaysia, mengimplikasikan

bahwa alasan pendorong TKI memilih bermigrasi dan bekerja di Malaysia karena

kesulitan akses mendapatkan pekerjaan dan mencari modal seperti yang dialami

masyarakat Kecamatan Purwodadi. Faktor penarik yang mengharuskan mereka

menjadi TKI ke Malaysia dengan alasan kesempatan kerja di daerah asal relatif

sulit dan penghasilan yang rendah, oleh sebab itu dengan penghasilan yang lebih

tinggi didapatkan dengan bekerja sebagai TKI dipergunakan mereka untuk

mencari modal demi masa depan keluarga. Penelitian ini menggunakan

pendekatan neo klasik dalam melihat fenomena migrasi sebagai respon terhadap

munculnya ketimpangan dalam bidang ekonomi, di samping keadaan alam yang

tidak memberikan keuntungan.

Ketiga, penelitian oleh Sari Sefriani (tanpa tahun) berjudul Kontribusi

Migran Terhadap Pertumbuhan Sektor Informal di Perkotaan Kasus di Jakarta

Selatan. Berdasarkan hasil temuannya, faktor ekonomi menjadi faktor utama

mendasari pelaku migran melakukan migrasi ke Mampang Prapatan, Jakarta

Selatan, selain itu sebagian besar migran di Mampang Prapatan yang tidak

memiliki skill, minimnya kemampuan bersaing dan bertahan (survival) bergantung

pada sektor informal salah satunya menjadi pedagang kaki lima, asongan,

pengamen di sepanjang jalan Pasar Mampang yang merupakan migran yang

tersebar dari berbagai daerah luar Jakarta karena dianggap menjadi alternatif

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

8

terbaik bagi mereka yang tidak beruntung dalam mendapatkan pekerjaan di sektor

formal. Namun dalam penelitiannya, Sari Sefriani menjelaskan bahwa sektor

informal yang memenuhi ibu kota Jakarta juga memberikan keuntungan dalam

mengurangi jumlah pengangguran dengan semakin banyaknya pekerja di sektor

informal seperti pedagang atau PKL yang menjalankan usaha kaki lima dengan

memafaatkan lahan umum untuk berdagang dan berperan dalam pembangunan

ekonomi nasional.

Keempat, jurnal dari tesis penelitian oleh Sri Rum Gyarsih (1999),

Mobilitas Penduduk Daerah Pinggiran Kota di Dusun Kadipiro dan Dusun

Sidorejo Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Menjelaskan

temuannya bahwa daerah Dusun Kadipiro dan Dusun Sidorejo, Kabupaten Bantul

mulai banyak didatangi para migran sejak lima belas tahun terakhir dan mulai

mengalami perkembangan sejak pembangunan pemukiman-pemukian baru dan

maraknya kegiatan-kegiatan usaha. Para pendatang sudah memiliki kartu identitas

yang terdaftar di Desa Ngestiharjo karena bentuk mobilitas yang dilakukan adalah

mobilitas permanen karena menetap dalam jangka panjang. Sebagian besar pelaku

migran berasal dari kabupaten sekitar Provinsi DI Yogyakarta dengan jumlah

migran di Dusun Kadipiro 44.0% dan di Dusun Sidorejo mencapai 39.0% dengan

alasan tinggal di sana adalah harga lahan yang lebih murah dibandingkan harga

lahan di kota, kemudian karena daerah tersebut memberikan harapan kesempatan

memperbaiki ekonomi mereka.

Kelima, Jurnal penelitian yang tidak disebutkan tahunnya, yang berjudul

Migrasi Sebagai Upaya Penunjang Kehidupan Keluarga (studi kasus Terhadap

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

9

Migran Sumba Timur dalam Paguyuban Hikmast di Kota Denpasar), yang

disusun oleh Renais Rambu H. Djawa, I.G.P.B Suka Arjawa, dan I Nengah Punia.

Masalah yang diangkat yaitu arus migrasi yang dilakukan pendatang dari Sumba

Timur ke kota Denpasar, Bali semakin hari semakin banyak. Peneliti telah

melakukan pengamatan ke tempat-tempat di mana masuknya para pendatang

(migran) seperti di Bandara I Gusti Ngurah Rai dan pelabuhan Kapal Benoa, motif

kedatangan yang menjadi faktornya pun beragam, seperti hanya untuk berlibur,

melanjutkan pendidikan dan juga untuk menetap sementara (sirkuler) dan mencari

pekerjaan. Dari hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa berdasarkan pada

teori tindakan sosial Max Weber, migrasi yang dilakukan oleh warga dari Sumba

Timur ke Kota Denpasar didorong oleh beragam alasan seperti kesadaran untuk

mengubah keadaan perekonomian, keinginan untuk merasakan kehidupan di kota

besar, menambah pengalaman bekerja, lapangan pekerjaan yang sempit di daerah

asal dan untuk mendapatkan peluang besar di kota tujuan, ajakan teman atau

kerabat, budaya yang dipengaruhi keluarga dan lingkungan, dan aspek lainnya

seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan psikologis.

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

10

Tabel I.D.1

Matriks Tinjauan Pustaka

Penulis dan

Judul

Penelitian

Metode

Penelitian

Teori Hasil Penelitian

Siti Khodijah

(2008),

Analisis

Faktor

Pendorong

Migrasi

Warga Klaten

ke Jakarta.

(Tesis)

Kuantitatif Teori Migrasi

oleh Everett S.

Lee, Lewis Fei

Ranis dan

Todaro, Teori

Kebutuhan dan

Tekanan

Variable luas lahan sawah,

pertumbuhan ekonomi dan

tingkat pengangguran di daerah

migran berpengaruh terhadap

jumlah migran warga Klaten di

Jakarta periode tahun 1998-

2006.

Anggraeni

Primawati

(2011),

Faktor

Ekonomi

Sebagai

Alasan

Migrasi

Internasional

ke Malaysia.

kualitatif Pendekatan neo

klasik migrasi,

Teori Push And

Pull Factors

Everett Lee

Alasan pendorong TKI

bermigrasi sekaligus bekerja di

Malaysa karena kesulitan akses

mendapatkan pekerjaan dan

mencari modal yang dirasakan

Masyarakat Kecamatan

Purwodadi dan penghasilan

tinggi yang didapatkan selama

bekerja di Malaysia dapat

mereka jadikan sebagai modal

untuk menghidupi keluarga.

Sari Sefriani,

Kontribusi

Migran

Terhadap

Pertumbuhan

Sektor

Informal di

Perkotaan

Kasus di

Jakarta

Selatan

kualitatif Teori Push And

Pull Factors

Everett Lee

Faktor pendorong utama pelaku

migran ke Jakarta selatan

adalah faktor ekonomi. Dengan

skill dan pendidikan yang

kurang mumpuni menyulitkan

pelaku migran bekerja di sektor

formal sehingga mereka hanya

dapat mengisi sektor informal

di Jakarta Selatan dengan

dibuktikan makin banyak

kegiatan informal seperti

pedagang kaki lima yang

mengisi lahan umum.

Sri Rum

Gyarsih

(1999),

Mobilitas

Penduduk

Daerah

Pinggiran

kuantitatif Nilai kefaedahan

tempat (place

utility) Wolpert,

Migrasi oleh

Mantra

Dusun Kadipiro dan Dusun

Sidorejo, Kabupaten Bantul

sebagai destinasi bagi para

migran yang berasal dari sekitar

provinsi DI Yogyakarta sejak

dibangunnya pemukiman-

pemukiman baru dan makin

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

11

Kota di

Dusun

Kadipiro dan

Dusun

Sidorejo Desa

Ngestiharjo

Kecamatan

Kasihan

Kabupaten

Bantul.

marak kegiatan usaha. Salah

satu alasan semakin banyaknya

migran karena harga lahan yang

lebih murah dibandingkan

wilayah lain di sekitarnya.

Renais

Rambu H.

Djawa dkk,

Migrasi

Sebagai

Upaya

Penunjang

Kehidupan

Keluarga

(studi kasus

Terhadap

Migran

Sumba Timur

dalam

Paguyuban

Hikmast di

Kota

Denpasar)

kualitatif Teori Tindakan

sosial, Max

Weber

Motif migrasi yang dilakukan

oleh penduduk asal Sumba

Timur ke Denpasar, Bali

didorong atas dasar kesadaran

untuk mengubah keadaan

ekonomi, keinginan untuk

merasakan kehidupan di kota

besar dan mencari berbagai

pengalaman. Hasil penelitian

mendapatkan temuan ajakan

teman atau kerabat, budaya

yang dipengaruhi keluarga dan

aspek pendukung lainnya .

E. Kerangka Teoritis

E. 1 Teori Migrasi oleh Everett S Lee

Rusli Said (2012: 136) menjelaskan migrasi sebagai dimensi gerak

atau mobilitas penduduk secara permanen, sedangkan gerak penduduk

yang non-permanen hanyalah sebuah sirkulasi dan komutasi. Seseorang

dapat disebut melakukan migrasi apabila melakukan perpindahan tempat

tinggal secara permanen atau untuk jangka waktu minimal tertentu dengan

jarak minimal ataupun pindah dari satu unit geografis satu ke unit

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

12

geografis lainnya dan juga dapat dikatakan suatu perubahan tempat tinggal

dari tempat asal ke tempat tujuan. Migrasi terjadi dari waktu ke waktu dan

terus berulang sehingga jumlahnya kerap dihitung berdasarkan jangka

waktu tertentu (interval migrasi), adapun penghitungan migran dapat

dihitung dengan mempertimbangkan tempat lahir.

Everett S Lee (1966) dalam tulisannya dalam A Theory of

Migration mendefinisikan migrasi secara luas sebagai perubahan yang

permanen ataupun semipermanen dari tempat tinggal. Tidak ada batasan

mengenai ditempatkan pada jarak ataupun pada sifat yang secara sukarela

ataupun tidak disengaja dari tindakannya. Setiap tindakan yang mendasari

perilaku migrasi melibatkan asal, tujuan dan serangkaian rintangan-

rintangan yang saling menghalangi.

“Migration is defined broadly as a permanent or semipermanent

change of residence. No restriction is placed upon the distance of

the move or upon the voluntary or involuntary nature of the act, and

no distinction is made between external and internal migration.”

“No matter how short or how long, how easy or how difficult,

every act of migration involves an origin, a destination, and an

intervening set of obstacles. (Everett S. Lee. 1996: 49)”

Mobilitas penduduk yang bermigrasi dari desa ke kota kerap

menjadi sumber kekhawatiran di negara-negara berkembang karena

terbatasnya kemampuan penyediaan lapangan pekerjaan dan kebutuhan

fasilitas perkotaan bagi penduduknya yang semakin bertambah. Kota-kota

di sekitar Ibu Kota Jakarta pula kerap menjadi destinasi bagi para migran

dengan bayang-bayang harapan dalam kesempatan kerja.

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

13

E. 2 Faktor Pendorong (Push Factor) dan Faktor Penarik (Pull Factor)

Everett S. Lee (Rusli Said. 2012: 144) menyatakan dalam setiap

tindakan migrasi baik itu jarak dekat maupun jarak jauh melibatkan faktor-

faktor yang berkaitan dengan daerah asal, daerah tujuan, pirbadi dan

rintangan-rintangan antara. Everess S. Lee membagi tiga set faktor-faktor

tersebut antara lain:

1. Faktor-faktor yang bertindak untuk mengikat orang dalam suatu

daerah atau mengikat orang terhadap daerah itu, yang disebut

sebagai faktor-faktor minus (-)

2. Faktor-faktor yang cenderung menolak mereka, sebagai faktor-

faktor plus (+)

3. Faktor-faktor yang pada dasarnya indifferent, tidak memiliki

pengaruh penolak maupun pengikat.

Lee dalam tulisannya A Theory of Migration mengungkapkan

ketiga set faktor tersebut di suatu wilyah berkembang sesuai dengan

tingkat keragaman daerah di wilayah tersebut. Faktor plus atau positif (+)

menjadi faktor yang memberikan sisi menguntungkan dengan mendiami

wilayah tujuan tertentu dengan segala kesempatan dan akses yang didapat,

sebaliknya faktor negatif (-) memberikan nilai negatif pada wilayah yang

bersangkutan sehingga seseorang ingin berpindah dari wilayah tersebut

karena kesempatan dan akses yang diharapkan tidak dimiliki. Hal tersebut

tergambar sebagai berikut (Everett Lee. 1966: 50):

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

14

Gambar I.E.I.I

Faktor-faktor Determinan Mobilitas Penduduk

Sumber: Everett S. Lee. A Theory of Migration (1966: 50)

Dari gambar tersebut menjelaskkan munculnya beragam pengaruh

seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor positif (+) di mana dapat

menarik individu untuk melakukan migrasi hingga pada akhirnya memilih

untuk menetap di daerah tujuan dipengaruhi beberapa hal seperti keadaan

lingkungan yang membuat nyaman, mendapatkan pekerjaan dan upah yang

layak, tersedianya fasilitas pendukung kehidupan dan lainnya. Kemudian

faktor negatif (-) dalam gambar menjelaskan faktor pemicu (pendorong)

seseorang untuk bermigrasi seperti kurang tersedianya lapangan dan akses

pekerjaan di daerah asal, minimnya upah tenaga kerja dibandingkan di

kota, biaya hidup semakin tinggi tidak diimbangi dengan pemasukan

keluarga. Terakhir, faktor netral (o) di mana tidak menjadi persoalan bagi

seseorang untuk memilih bermigrasi.

Menurut Lee, Todaro dan Titus (Mantra. 2000: 186) motivasi

terbesar seorang migran memilih berpindah yaitu motif ekonomi. Motif

ekonomi semakin berkembang karena ketimpangan ekonomi antardaerah

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

15

semakin jelas terlihat.Everett Lee (dalam Rozy Munir: 2004) menyebutkan

faktor-faktor yang mempengaruhi arus migrasi terdapat dua faktor yaitu

faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor), seperti

yang telah dispesifikasikan oleh penulis dalam tabel berikut ini:

Tabel I.E.2.1

Gambaran Faktor Pendorong (Push Factor) dan Faktor Penarik (Pull

Factor)

Faktor pendorong (Push Factor) Faktor Penarik (Pull Factor)

Semakin berkurang sumber daya

alam

Adanya rasa superior di wilayah

baru

Semakin sempit penyediaan

lapangan pekerjaan di daerah asal,

karena masuknya penggunaan

teknologi mesin

Kesempatan atau peluang pekerjaan

yang lebih besar

Adanya tekanan atau diskriminasi

politik, agama, suku di daerah asal

Kesempatan memperoleh

pendidikan yang lebih baik

Ketidakcocokan dengan adat budaya

di daerah asal

Keadaan lingkungan dan keadaan

lingkungan yang lebih sesuai

Alasan pekerjaan ataupun

pernikahan

Tarikan ataupun ajakan dari orang

yang diharakan sebagai tempat

berlindung. (keluarga, kerabat,

kenalan)

Bencana alam Adanya aktivitas di kota besar.

Seperti tempat hiburan, pusat-pusat

perbelanjaan

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

16

Menurut Everett Lee (Mantra. 2000: 181) proses terjadinya migrasi

dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya:

a. Faktor individu

b. Faktor-faktor yang berasal dari daerah asal, seperti halnya keadaan

ekologi daerah asal yang memiliki keterbatasan penggunaan lahan,

minimnya lapangan pekerjaan dan upah kerja, serta terbatasnya

jenis pekerjaan yang dapat dilakukan di daerah asal.

c. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan: beragamnya akses dan

lapangan pekerjaan, upah kerja yang sesuai (tinggi).

d. Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan: ketersediaan

transportasi, jarak antara dari daerah asal ke perkotaan.

Faktor individu yang dinyatakan oleh Everett memberikan

penilaian apakah suatu daerah tujuan dapat memenuhi kebutuhannya atau

tidak, oleh sebab itu faktor individu sebagai komponen pengaruh yang

penting. Sedangkan Norris memiliki pendapat lain bahwa faktor-faktor

yang berasal dari daerah asal di mana seseorang lahir, dan tumbuh ia tahu

betul mengenai kondisi lingkungannya dan akan terus merasa bahwa

daerah asal mereka merupakan rumah pertama (first home) bagi mereka

dan daerah yang kini mereka tempati sebagai rumah kedua (second home).

Oleh sebab itu penulis dalam penelitiannya berdasarkan kajian yang

diangkat oleh Everett S. Lee mengenai faktor pendorong dan faktor

penarik berusaha mereduksinya dengan data-data yang telah ditemukan

dengan penjelasan berikut ini:

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

17

Melihat fenomena migrasi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat

Flores di Kampung Sawah, Kelurahan Jatimurni, Kota Bekasi dengan berdasarkan

kondisi wilayah Kampung Sawah yang multikultural, memiliki peluang untuk

memperbaiki taraf kehidupan mereka dan dapat hidup di lingkungan yang saling

berdekatan dengan kelompoknya sebagai pendukung dari faktor penarik, maka

teori yang relevan sebagai analisisnya adalah menggunakan teori push and pull

factor yang digagas oleh Everett S. Lee karena perilaku sosial yang ditunjukkan

oleh kelompok masyarakat Flores yang melakukan migrasi merupakan perilaku

untuk memperbaiki dan mengubah status sosial mereka.

F. Metodologi Penelitian

F. 1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk mendapatkan serta memahami arus

migrasi serta faktor pendorong (Push Factor) dan faktor penarik (Pull

Factor) migrasi yang terjadi pada kelompok masyarakat Flores di

Kampung Sawah, Kota Bekasi. Maka penelitian ini akan lebih mendalam

jika menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Pendekatan kualitatif yang dimaksud untuk memahami

Migrasi Masyarakat Flores di Kampung Sawah, Kota Bekasi

Faktor Pendorong

Terbatasnya Akses

Lapangan Pekerjaan

Faktor Fisik: Ekologi

tempat asal

Faktor Penarik

(Networking Etnisitas)

Jaminan Akses Penyediaan Lapangan Pekerjaan dan Tempat

Tinggal

Jaminan Sosial dan Keamanan

Ikatan Primordial

dan Kuatnya ajakan

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

18

fenomena apa yang dialami subjek penelitian, misalnya perilaku, presepsi,

motivasi, tindakan dsb. Secara holistik dan dengan pendeskripsian dalam

bentuk kata-kata dan Bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Lexy J Moleong. 2012: 6).

F. 2 Subjek dan Lokasi Penelitian

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah kelompok masyarakat

asal Flores, Nusa Tenggara Timur yang tinggal di Kampung Sawah,

Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondokmelati, Kota Bekasi. Dengan

penjelasan informan penelitian sebagai berikut ini:

Tabel F.2.1 Data Informan

Nama Lengkap Usia Lama tinggal Tanggal

wawancara

Cleventinus

Marcus Nong

30 tahun 21-22 Maret 2018

Valentinus 50 tahun 33 tahun 19 Juni 2018

Margaretha Dewi 23 tahun 17 tahun 9 Desember 2017

(observasi awal),

dan 25 Agustus

2018

Yohanes Argentio

Bagas

20 tahun 20 tahun 19 Juni 2018

Vincent 67 tahun 36 tahun 17 Maret 2018

Fransiskus Saverus 65 tahun 28 tahun 19 Juni 2018 dan

25 Agustus 2018

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

19

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kampung Sawah, tepatnya berada di

Gang Maumere RT. 005 RW. 003 yang berada di Kelurahan Jatimurni,

Kota Bekasi.

F. 3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis Data

Jenis pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan skripsi

ini menggunakan dua jenis data, yaitu :

1) Data primer melalui pengambilan data yang diperoleh langsung

oleh penulis dari pengamatan di lapangan, observasi dan

wawancara tatap muka (face to face) yang dilakukan mendalam

dengan partisipasi melalui wawancara kelompok ataupun

wawamcara pribadi. Tipe wawancara yang dilakukan adalah

wawancara struktur (structured interview) dengan tujuan untuk

memberikan secara tepat mengenai konteks dari pertanyaan yang

diajukan, setiap informan mendapatkan stimulus dari wawancara

yang sama berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah ditentukan

dan disusun sebelumnya (Silalahi. 2009: 313).

2) Data sekunder melalui studi kepustakaan seperti mengutip dari

buku-buku ilmiah, jurnal, skripsi, tesis, arsip pemerintahan dan

kepustakaan penunjang lainnya yang didapatkan dari buku

langsung ataupun dari sumber online, tentunya memiliki kesamaan

kasus dan informasi yang relevan untuk mendukung penelitian ini.

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

20

Dukungan dengan pengumpulan sumber visual seperti pengambilan

gambar, rekaman suara wawancara dengan informan serta aktivitas

gambaran kehidupan objek yang diteliti.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian skripsi

ini adalah dengan menggunakan sistem observasi (melalui pengamatan

awal), interview (wawancara) dan dokumentasi sebagai pelengkap.

1) Observasi (Pengamatan)

Guba dan Lincoln (dalam Lexy J Moleong. 2012: 174)

mengemukakan alasan pentingnya observasi dalam penelitian

kualitatif, karena pengamatan didasari atas pengalaman peneliti

dengan melihat dan mengalami secara langsung sebagai cara yang

baik dalam mengetes kebenaran. Kemudian peneliti mencatat

perilaku dan kejadian yang sebenarnya. Teknik observasi

(pengamatan) juga memungkinkan peneliti untuk memahami

keadaan yang rumit, apabila peneliti ingin mengamati beberapa

kejadian atau tingkah laku sekaligus.

Observasi (pengamatan) dibagi dua berdasarkan

pengamatan secara terbuka dan pengamatan tertutup. Pengamatan

secara terbuka diketahui oleh subjek penelitian dan subjek dengan

sukarela memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengamati

pola tingkah laku dan peristiwa yang terjadi atas dasar kesadaran

subjek yang diteliti. Sebaliknya pengamatan tertutup tanpa

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

21

diketahui oleh subjek yang ditelitinya atau secara diam-diam (h.

176). Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung dan

tertutup yaitu dengan menyaksikan dan mengamati sendiri,

melakukan pembauran dengan subjek kemudian penulis mencatat

perilaku yang langsung ditangkap.

2) Interview (Wawancara)

Wawancara yaitu percakapan dengan tujuan tertentu, yang

dilakukan oleh dua pihak yakni pewawancara dengan informan

yang memberikan informasi serta jawaban yang diinginkan oleh

pewawancara (Lexy J Moleong. 2012: 187). Wawancara yang

dilakukan yaitu dengan wawancara pembicaraan informal di mana

pertanyaan yang diajukan sudah disusun oleh pewawancara

(peneliti) selanjutnya secara spontanitas dalam mengajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada informan yang ditemui dan

sebelumnya telah bersedia untuk diwawancarai (h. 187).

Suasananya yang dibuat saat wawancara dalam suasana yang

santai, informan pun tidak terhambat ketika melakukan kegiatan di

rumah sekaligus menjawab pertanyaan oleh pewawancara.

Penulis dalam mengumpulkan informan menggunakan

metode purposive guna mendapatkan target informan yang mampu

memberikan informasi berdasarkan kebutuhan dan dapat dipercara

mampu mewakili satu populasi tertentu, pemilihan juga dilakukan

berdasarkan penilaian karakteristik individu yang akan dijadikan

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

22

informan supaya diperoleh data yang sesuai dengan maksud

penelitian (Silalahi.2009: 273), adapun jumlah informan sebanyak

6 orang.

3) Dokumentasi

Dokumentasi menjadi salah satu item penting yang dimiliki

oleh penulis, seperti rekaman dan transkip wawancara, sumber-

sumber data yang didapatkan oleh penulis sejak dilakukan

pengamatan hingga berjalannya penelitian, seperti dokumen resmi

yang didapatkan dari pihak Kelurahan Jatimurni dan Kelurahan

Jatimelati, buku-buku dan jurnal yang berkaitan dengan tema

skripsi.

F. 4 Teknik Analis Data

Bogda dan Biklen (1982) (Lexy J Moleong. 2012: 248)

menjelaskan analisis data dalam kualitatif sebagai langkah yang dilakukan

dengan pendataan, pengorgaisasian data, memilih menjadi satuan yang

kemudian dikelola, mensintesiskan kemudian mencari dan menemukan

hal-hal penting dan dapat dipelajari sehingga dapat diinformasikan kepada

orang lain melalui tulisan penelitian.

Proses analisis data dilakukan setelah dikumpulkannya data-data

dari hasil observasi, wawancara serta data sekunder berupa studi

kepustakaan (library research) yang telah menjadi satu kesimpulan dan

menyajikan informasi yang kemudian dianalisis secara kualitatif sehingga

memperoleh gambaran yang jelas dan secara menyeluruh berdasarkan hasil

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

23

pengumpulan, pemahaman dan penyimpulan gejala-gejala, faktor-faktor

mengenai fenomena migrasi yang terjadi pada masyarakat Flores di

Kampung Sawah, Kota Bekasi.

G. Sistematika Penelitian

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab, adapun

sistematikanya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, berisi rancangan penelitian yang termuat

menjadi beberapa sub bab, antara lain pernyataan masalah, pertanyaan

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teoritis, metodologi penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL DAN REGIONAL

MASYARAKAT KAMPUNG SAWAH, bab ini memuat penjelasan

gambaran umum mengenai sasaran penelitian yaitu Kampung Sawah yang

terletak di Kelurahan Jati Melati, Kota Bekasi, hal-hal yang berkaitan

dengan kondisi geografis dan keadaan sosial ekonomi. Serta gambaran

secara mendalam mengenai subjek penelitian yaitu masyarakat Flores yang

merupakan kelompok pendatang minoritas di Kampung Sawah, Bekasi.

BAB III ANALISIS FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK

PERILAKU MIGRASI MASYARAKAT FLORES, bab ini merupakan

inti dari pembahasan dan analisis yang didapatkan berdasarkan data-data

primer ataupun sekunder berkaitan dengan masalah yang diambil oleh

penulis.

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

24

BAB IV PENUTUP, bab ini berisikan kesimpulan serta saran dari

penelitian yang telah dilakukan

Daftar Pustaka, memuat temuan kepustakaan yang digunakan untuk

melengkapi data temuan hasil yang berhubungan dengan permasalahan

yang diangkat dalam penelitian ini.

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

25

BAB II

LATAR BELAKANG SOSIAL DAN REGIONAL MASYARAKAT

KAMPUNG SAWAH

A. Gambaran Umum

1. Letak dan Kondisi Wilayah

Kampung sawah berada di Kecamatan Pondok Melati yang terbagi

menjadi dua kelurahan, Jatimelati dan Jatimurni. Kelurahan Jatimurni menjadi

salah satu kelurahan yang masuk ke dalam Kecamatan Pondokmelati dengan

luas wilayah secara administrasi seluas 300,500 Ha. Awalnya kelurahan

Jatimurni merupakan wilayah pemekaran Desa Jatiranggon di tahun 1982 yang

pada saat itu masuk dalam wilayan Perwakilan Jatisampurna Kecamatan

Pondokgede, Kabupaten Bekasi. (Laporan Tahunan Kelurahan Jatimurni

Tahun. 2017: 8)

Berdasarkan Pasal 67 ayat 6 UU nomor 22 tahun 1999, Desa Jatimurni

berubah statusnya menjadi Kelurahan yang diatur dalam Peraturan Daerah

Nomor 2 tahun 2003 mengenai Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan.

Kemudian pada tahun 2005 dengan dibuat Kecamatan Pondokmelati, maka

Kelurahan Jatimurni masuk ke wilayah Kecamatan pondokmelati Kota Bekasi

(Laporan Tahunan Kelurahan Jatimurni Tahun. 2017: 8).

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

26

Gambar II. A. 1

Peta Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondokmelati, Kota Bekasi

Sumber:https://www.google.com/maps/place/Jatimurni,+Pondokmelati,+Kota

+Bks,+Jawa,+Barat-

Kelurahan Jatimurni memiliki luas wilayah yang tercatat secara

administrasi seluas 300.500 Ha yang terdiri tanah darat seluas 274.380 Ha dan

pelataran sawah seluas 26.120 Ha. Adapun batas-batas wilayah administrasi

Kelurahan Jatimurni (Laporan Tahunan Kelurahan Jatimurni. 2017: 9) sebagai

berikut:

Sebelah timur : Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih

Kota Bekasi

Sebelah Barat : Kelurahan Setu Kecamatan Cipayung

Kotamadya Jakarta Timur

Sebelah Utara : Kelurahan Jatimelati Kecamatan

Pondokmelati Kota Bekasi

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

27

Sebelah Selatan : Kelurahan Jatiranggon Kecamatan

Jatisampurna Kota Bekasi

Kampung Sawah awalnya merupakan wilayah pertanian dengan sistem

tadah hujan, namun dengan seiring perkembangan pembangunan lahan

pertanian semakin terkikis dan beralih fungsi menjadi wilayah pemukiman

masyarakat (Buku Laporan Tahunan Kelurahan Jatimelati Kecamatan

Pondokmelati, 2017: 2).

2. Keadaan Penduduk

Menurut Laporan Tahunan Kelurahan Jatimurni (2017: 9) Kondisi

penduduk di wilayah Kampung Sawah, Kelurahan Jatimurni berdasarkan data

kependudukan hingga pendataan pada bulan Desember 2017 berjumlah 25.032

orang yang terdiri dari 12.701 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 12.331 jiwa

berjenis kelamin perempuan yang terdiri dari 6.258 data KK (Kepala

Keluarga). Berikut ini gambaran jumlah penduduk Kelurahan Jatimurni:

Tabel II.A.1

Jumlah Penduduk Kelurahan Jatimurni

Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk

2016 2017

1 Laki-laki 12.576 12.701

2 Perempuan 12.221 12.331

JUMLAH 24.787 25.032

Sumber: Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni 2017

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

28

Tabel II.A.2

Jumlah Penduduk Kelurahan Jatimurni

Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

2016 2017

1 Belum bekerja/tidak bekerja 2.675 2.881

2 Mengurus rumah tangga 4.875 4.980

3 Pelajar/ mahasiswa 5.243 5.449

4 Pensiunan 232 232

5 PNS 423 2.187

6 TNI 146 146

7 Polri 58 58

8 Pedagang 284 536

9 Petani 30 123

10 Peternak 3 47

11 Nelayan 2 0

12 Industry 52 407

13 Konstruksi 6 6

14 Transportasi 242 242

15 Karyawan BUMN/BUMD/Honorer 161 161

16 Karyawan swasta 4.401 4.170

17 Dosen 16 16

18 Guru 220 220

19 Wiraswasta 2.116 2.161

20 Buruh/ Harian lepas 779 779

21 Penceramah 18 18

22 Anggota DPRD 2 0

23 Bidan Swasta 0 0

24 Dokter Swasta 0 82

JUMLAH 21.984 24.901

Sumber: Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni 2017

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

29

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah penduduk yang

memiliki pekerjaan karyawan swasta sebagai pekerjaan yang paling banyak

dilakukan oleh penduduk Kelurahan Jatimurni yaitu berjumlah 4.170,

pekerjaan diurutan kedua yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mengalami

peningkatan pada tahun 2017 dengan jumlah 2.187, kemudian Wiraswasta

sebagai pilihan pekerjaan lainnya sebanyak 2.161 sehingga jika melihat dari

komposisi mata pencaharian penduduk Kelurahan Jatimurni termasuk ke

dalam masyarakat golongan kelas menengah. Kemudian jumlah penduduk

tersebut tersebar di 8 RW (Rukun Warga) dan 59 RT (Rukun Tetangga)

(Laporan Tahunan Kelurahan Jatimurni tahun 2017).

3. Sejarah dan Kondisi Masyarakat Kampung Sawah

Sejarah keberadaan Kampung Sawah pada paruh kedua abad ke-19

masuk wilayah Pondok Gede, masih berupa tanah perkebunan yang dimiliki

oleh orang Eropa saat itu, masih berupa perkebunan karet. Kondisi tanah yang

subur menjadikan Kampung Sawah hingga saat ini masih banyak ditumbuhi

oleh berbagai jenis tanaman yang masih dimanfaatkan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan seperi pisang, pepaya, sawo, nangka, cempedak, kecapi,

rambutan, durian, dan sebagainya, selain itu masih ada sebagian masyarakat

Kampung Sawah yang bertani sebagai mata pencaharian utama meskipun kini

jumlah lahan pertanian semakin sempit karena tergusur oleh banyaknya

perumahan yang dibangun disekitarnya. (www.servatiuskampungsawah.org/)

Seiring dengan perkembangan dalam aspek pembangunan dan ekonomi

di Kampung Sawah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

30

dibukanya jalan bebas hambatan (TOL JORR) membuat makin banyak

masyarakat yang tinggal di Kampung Sawah (Buku Laporan Tahunan

Kelurahan Jatimelati Kecamatan Pondokmelati, 2017: 1). Jadi memang tidak

mengherankan jika keadaan masyarakat sudah sangat heterogen sehingga

mempengaruhi latar belakang ekonomi dan pendidikan masyarakatnya.

4. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Kampung Sawah, Kelurahan Jatimurni

Kota Bekasi jika dilihat sekilas memang tidak memiliki perbedaan secara

signifikan dengan kehidupan sosial di wilayah sekitarnya, salah satunya

menjadi daerah destinasi bagi para perantau atau pendatang yang tersingkir

dari Ibu Kota Jakarta, karena letak Kampung Sawah sendiri berbatasan

langsung dengan wilayah Pondok Gede, Jakarta Timur. Kemudian seiring

dengan meningkatnya jumlah pendatang dapat menimbulkan kecemasan

tersendiri bagi penduduk Kampung Sawah yang merupakan suku asli Betawi,

karena semakin banyaknya pendatang makin banyak juga kelompok-kelompok

masyarakat yang didasari kesamaan tempat asal, suku dan etnis. Dari

kehidupan kelompok sosial tersebut akan ditemukan beragam kepentingan,

pemikiran, sikap, orientasi, yang dipertemukan dalam satu lingkungan sosial

yang disebut dengan komunitas sosial (Elly M. Setiadi & Usman Kolip.2011:

95), hingga dalam kehidupan berkelompok ditemukan berbagai wujud

kepentingan, salah satunya kepentingan sosial di mana di dalamnya terdapat

keinginan untuk merasa aman, tertib, sejahtera, dan terhindar dari segala

bentuk ancaman sehingga kepentingan dan tujuan kolektif tersebut melahirkan

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

31

apa yang disebut dengan identitas kelompok (Elly M. Setiadi & Usman Kolip.

2011: 96).

Anggapan bahwa kota Jakarta sebagai harapan bagi kelompok etnis di

seluruh Indonesia dalam upaya memperbaiki taraf kehidupan rupanya hingga

sekarang masih menjadi daya tarik bagi masyarakat di luar Jakarta. Padahal

sejak kepempinan Gubernur Jakarta Ali Sadikin tahun 1970 pernah

menyatakan bahwa Jakarta berusaha menutup diri bagi para migran sebagai

langkah daam menyeimbangkan jumlah populasi di Jakarta, sehingga dianggap

mampu melindungi warga asli agar tidak tergeser dengan para pendatang yang

justru mendapatkan penghidupan yang lebih baik dibandingkan warga asli

seperti menjadi pegawai pemerintahan atau mengisi berbagai posisi yang

belum dapat diisi oleh warga asli Jakarta (Ana Windarsih. 2013: 195). Namun

hingga sekarang ini keberadaan migran sulit untuk dibendung dan dikurangi

oleh pemerintah daerah, kemungkinan besar salah satu penyebab migran mau

kembali ke daerah asalnya adalah kurang bertahan (survive) dengan persaingan

ketat yang ada di Jakarta, tapi tidak sedikit juga yang masih bertahan dengan

segala kekurangan yang dimiliki baik itu secara ekonomi, modal, kemampuan

(skill) sehingga beban yang ditanggung Pemprov DKI Jakarta semakin berat.

Dari segi interaksi dan komunikasi di masyarakat Kampung Sawah

tidak ada pembeda-bedaan dan cukup membaur, apalagi jika dilihat dari segi

keagamaan Kampung Sawah menjadi wilayah yang cukup terbuka dan ramah

bagi pemeluk agama dan suku budaya berbeda.

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

32

5. Kehidupan Agama

Komposisi pemeluk agama di Kecamatan Pondok Melati berdasarkan

Data Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah muslim sebanyak 109.093 orang,

umat kristiani sebanyak 12.170 orang, katolik 6.245, budha 553 orang dan

hindu sebanyak 361 orang. Berikut ini gambarannya berdasarkan tabel di

bawah ini:

Tabel II.A.3

Jumlah Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut

Kecamatan Pondokmelati, Kota Bekasi

Tahun 2010

No. Agama Jumlah Penganut

1 Islam 109.093

2 Kristen 12.170

3 Katolik 6.245

4 Hindu 361

5 Budha 553

6 Khong Hu Chu 26

7 Lainnya 12

8 Tidak terjawab 473

9 Tidak ditanyakan 1

Jumlah 128.934

Sumber: BPS 2010

Kampung sawah menjadi daya tarik sendiri untuk masyarakat Kota

Bekasi dan sekitarnya karena keadaan masyarakatnya yang multikultural,

sangat menjaga keharmonisan dan kerukunannya hingga saat ini. Sebagai salah

satu wilayah ikon di Bekasi dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan

persaudaraan, Kampung Sawah sudah sangat kental dengan sikap toleransi

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

33

yang sudah terbentuk sejak ratusan tahun dengan menjadikan keberagaman

masyarakat dalam ras, suku, agama, dan adat istiadat sebagai sebuah

keistimewaan karena masyarakat dapat hidup berdampingan dengan segala

perbedaan yang melekat.

Seperti dikutip dalam salah satu wartaberita online dengan judul artikel

Kampung Sawah Bekasi Didorong Jadi Percontohan Kerukunan Beragama

(kompas.com/1/08/2016) Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Kementerian Dalam Negeri mendorong Kampung Sawah, Kota Bekasi sebagai

wilayah percontohan kerukunan umat beragama. Ungkap Ketua Tim

Klarifikasi Kelurahan Kementerian Dalam Negeri David Yama (01/08/2016)

menyatakan kerukunan yang terjalin di Kampung Sawah menjadi nilai

tambahan karena terus terjaga eksistensinya hingga saat ini, dan harus

diperluas skalanya dalam upaya meningkatkan nilai-nilai kerukunan,

ungkapnya saat menjadi penilai lomba tingkat Nasional di Kampung Sawah,

Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi.

(https://nasional.kompas.com diakses pada 23/07/2018)

Salah wujud kerukunan umat beragama yang telah terjalin sangat lama

adalah berdirinya tiga bangunan rumah ibadah yang saling berdekatan, yaitu

Gereja Katolik Santo Servatius, di seberangnya berdiri Gereja Kristen

Protestan Pasundan tidak jauh setelahnya berdiri kokoh Masjid Agung Al-

Jauhar Yasfi beserta pesantren Yayasan Fisabilillah sebagai pusat kajian

keillmuan dan ibadah untuk umat islam. Ketiga rumah ibadah tersebut hingga

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

34

saat ini menjadi pilar bentuk keberagaman dan wujud solidaritas masyarakat

Kampung Sawah (Observasi penulis, Kampung Sawah 17/03/2018).

B. Karakter Sosial Masyarakat Flores, Kampung Sawah

Individu pada dasarnya hidup dalam kelompok yang sejenis, baik itu dari

segi kesamaan ras, etnis, pekerjaan, kesamaan taraf ekonomi dan faktor-faktor lain

yang mempengaruhinya. Hal inilah yang dilakukan oleh kelompok masyarakat

Flores yang bermigrasi ke Kampung Sawah, yang bermukim di RT. 005/ 003

mereka tinggal dan hidup dalam komunitas dengan membentuk kelompok tinggal

masyarakat sebagai upaya dalam mempertahankan populasi atau keberadaan

mereka di Kampung Sawah. Pola pemukiman yang berjaringan dan dekat satu

sama lain memudahkan mereka dalam berkomunikasi dan berinteraksi satu sama

lain.

Berdasarkan informasi yang telah penulis dapatkan menunjukkan bahwa

arus migrasi yang telah dilakukan masyarakat Flores ke Kampung Sawah semula

sebagai batu loncatan, singgah sementara mengikuti saudara yang lebih dahulu

tinggal hingga pada akhirnya menetap secara permanen. Secara terus-menerus dan

berkelanjutan, proses berjalannya waktu dan menaruh harapan terhadap daerah

yang disinggahi mendorong mereka untuk menetap dan berbaur dengan penduduk

asli.

Adapun diperkuat dengan hasil pengamatan yang menyatakan bahwa

masyarakat Flores yang tinggal di Kampung Sawah terutama di Gang Maumere

RT.005/ 003 bukanlah kelompok pendatang yang langsung datang dari daerah asal

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

35

yaitu tanah kelahiran mereka Flores, melainkan mereka sebelum tinggal di

Kampung Sawah mulanya telah menetap di sekitar Tangerang dan kawasan

Tanjung Priok, sebagai tenaga kerja pengangkut, sopir hingga di bagian

perkapalan.

Berikut ini merupakan pemaparan dari empat (4) informan berbeda yang

telah diwawancarai mengenai alasan kepindahan (migrasi) dan memilih Kampung

Sawah sebagai tujuan mereka:

“…… mungkin masing-masing keluarga ya beda ya, kami dulu tinggal di

Tanjung Priok, Jakarta Utara kalau alasan pindah Bapak kami karena

pergaulan di dekat pelabuhan agak seperti ya banyak nakalnya lah…..

karena Bapak saya merasa tidak aman pergaulannya. Dulu kami ada 3-4

kepala rumah tangga yang tinggal di kontrakan yang sama satu persatu

pindah.” (wawancara dengan Valentinus (50 tahun) , 19/06/2018)

“Saya tadinya tinggal di Tangerang kerjanya jauh di perusahaan pabrik

Nestle. Kebetulan mertua saya tinggal di sini ya saya akhirnya ngikut ke

sini,…. Alasan lain teman-teman di sini karena mereka nyari kerja di

Jakarta, tanah juga dulu kan masih murah, saya aja dulu beli tanah di sini

Rp. 9000 per meter…” (wawancara dengan Fransiskus Saverus (65 tahun),

19/06/2018)

“hhmm sekarang aku aja udah umur 23 tahun, udah lama sih ya. Sejak aku

SD kelas satu pindah ke sini awalnya tinggal di Priok waktu Bapak masih

kerja di sana. Kita juga dari kecil belum pernah pulang ke Flores karena

lahir di Jakarta.” (wawancara dengan Dewi (23 tahun), 9/12/2017)

“kalau yang saya tau sih dulu merantau, kerja di Jatiwaringin. Kakak-

kakak dari ayah saya juga merantau ke sini jadi ayah saya ikutan merantau.

Karena betah yaudah jadi menetap di sini jauh sebelum ayah saya ketemu

ibu saya, dari waktu bujang. “ (wawancara dengan Yohanes Argentio

Bagas, 20 tahun, 19/06/2018)

Dalam buku Strategi Migran Banjar yang ditulis oleh Taufik Arbain

(2009:103) studi kasus mengenai strategi Migrasi etnis Banjar di Kelurahan

Pahandur, Kota Palangkaraya, menjelaskan faktor penting para pendatang etnis

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

36

Banjar yang bekerja di sektor informal lebih memilih wilayah yang memiliki

potensi dan akses dengan sentra ekonomi terutama perdagangan, dan ikatan etnis.

Begitu pula yang terjadi di dalam masyarakat Flores, faktor yang

mendasari mereka memilih Kampung Sawah karena letaknya yang sangat strategis

dengan kota yaitu Jakarta Timur dan dekat dengan wilayah administrasi Kota

Bekasi dengan harga tanah yang pada saat itu masih terbilang sangat murah,

kemudahan akses transportasi darat yang cukup terfasilitasi dalam mendukung

berjalanya roda perekonomian, perdagangan dan akses pendidikan. Seperti

pernyataan dari salah satu informan berikut ini:

“kami awalnya kan merantau dan kerja di Tanjung Priok. Saya pindah ke

sini dulu karena tanah masih murah di tahun 1979 masih sekitar Rp. 5000/

meter….. itu juga bermula ajakan dari teman-teman yang lebih dulu tinggal

di sini sesama orang flores. Dulu juga kan kami untuk air aja di Tanjung

Priok itu kan beli, kalau di sini kan tidak beli, gereja dekat, sekolah juga

dekat.” (Wawancara dengan Vincent (67 tahun), 17/03/2018)

Salah satu hasil dari pengidentifikasian keberadaan kelompok masyarakat

Flores di Kampung Sawah yaitu penamaan sebuah gang atau jalan kecil yang

menuju pemukiman RT. 005/ 003 di mana paling banyak populasi orang-orang

yang berasal dari suku Flores, Nusa Tenggara Tengah yang dinamai Gang

Maumere. Penulis sempat menanyai dan mencari tahu alasan dibalik pemberian

nama gang tersebut, berikut dengan proses terjadinya yang ternyata ide penamaan

tersebut. Seperti yang dipaparkan oleh salah satu migran asal Flores, berikut ini:

“untuk pemberian nama gang di sini awalnya dulu hanya jalan setapak,

awalnya karena keisengan remaja-remaja flores yang dulu suka berkumpul

dan main di pos depan gang yang sekarang sudah dibongkar, lalu karena

semakin diketahui warga lainnya mereka izin ke saya dan meminta saran

pada saya. Karena saya pikir untuk orang lewat saja susah karena sempit,

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

37

jadi saya membuka jalan dulu dari pihak perumahan yang sekarang ini

dibangun dengan meminta sedikit kepada bapak H. Agus untuk dihibahkan

itu sekitar 4-5 tahun lalu ya paling tidak supaya ambulans masuk kalau ada

warga saya yang kenapa-kenapa. Kemudian saya membuat surat

permohonan resmi dari saya sendiri dengan luas tanah yang dihibahkan 45

meter untuk pembuatan gang masuk ke sini. Pemberian nama sendiri oleh

remaja flores dengan nama Gang Maumere atas persetujuan saya. Selain

itu juga sebagai identitas dari wilayah ini supaya saudara atau kerabat yang

datang mengetahui dengan mudah untuk mencari alamat.” (wawancara

dengan Cleventinus Marcus Nong, 22/03/2018)

Melalui hasil pengamatan didapatkan bahwa penamaan Gang Maumere

dari prosesnya hingga berdiri plang jalan tidaklah semudah yang dibayangkan,

karena melalui proses yang cukup panjang dalam perizinan kepada pihak lain yang

sebelumnya sudah membeli tanah termasuk jalan yang sekarang ini sering dilalui

oleh warga dan menjadi akses jalan utama.

“iya ini ada ceritanya nih. Kan sering ya anak-anak muda kami kumpul-

kumpul di bawah, saya juga ada itu. Tiba-tiba beberapa anak muda nih

yang lagi kumpul langsung aja corat coret tembok pembatan dengan

kompek dengan tulisan-tulisan Maumere. Kebetulan juga dulu kan banyak

ya di depan jalan orang yang mengontrak itu orang-orang Maumere tapi

lama-lama ya mereka pindah juga karena udah dapat kerja atau mungkin

rumah di tempat lain. Tapi tetap jalan maumere ini jadi identitas kami yang

orang Maumere, Flores. awalnya sih ya iseng-iseng lalu sama Marcus ya

dikasih izin dan dipermudah sampai sekarang lah itu ada plang jalan

namanya jalan Maumere. Ya sekitar 3 -4 tahun lalu lah.” (wawancara

dengan Fransiskus Saverus (65 tahun), 19/06/2018)

Masyarakat Flores yang tinggal di RT. 005/003 umumnya masih memiliki

garis hubungan kekerabatan, saudara dekat atau saudara satu kampung. Hal ini

karena banyaknya masyarakat Flores khususnya remaja-remaja asal Flores yang

merantau untuk mendapatkan peluang pekerjaan dan mengejar pendidikan, selain

itu, kuatnya pengaruh dan ajakan kerabat yang sudah mendapatkan keberhasilan

dan kesuksesan di Ibu Kota Jakarta maupun di wilayah sekitarnya semakin

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

38

membuka peluang mereka untuk mengikuti jejak dalam mencapai kehidupan yang

lebih baik.

Keberadaan kelompok masyarakat Flores yang semakin berkembang di

Kampung Sawah tentunya memiliki sosok yang dijadikan sebagai center (pusat)

yang bertanggungjawab atas keberlangsungan dan keberadaan kelompoknya

dengan memberikan segala bentuk jaminan, akses, peluang dan membentuk norma

yang harus dipatuhi sebagai upaya mempertahankan eksistensi kelompok di

tengah kelompok masyarakat yang lebih mayoritas tentunya untuk menghindari

segala bentuk pergesekan (baik itu konflik etnis, budaya atau agama) yang apabila

terjadi akan semakin menggeser keberadaan masyarakat Flores di Kampung

Sawah, Kota Bekasi.

Saling menghargai dan menghormati kebudayaan masyarakat asli

merupakan kunci dalam upaya mempertahankan eksistensi kelompok masyarakat

Flores ditengah-tengah banyaknya masyarakat betawi dan jawa.

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

39

BAB III

FAKTOR PENDORONG (PUSH FACTOR) DAN FAKTOR PENARIK

(PULL FACTOR) MIGRASI MASYARAKAT FLORES DI KAMPUNG

SAWAH, KOTA BEKASI

A. Faktor Pendorong (push Factor) dari Daerah Asal

A.1 Faktor Fisik: Ekologi

Mochtar Naim (2013: 247), risetnya mengenai migrasi suku

Minangkabau dalam bukunya berjudul Merantau: Pola Migrasi Suku

Minangkabau berupaya mengaplikasikan faktor-faktor lokasi atau ekologi

daerah asal terhadap kelompok masyarakat migran dari daerah lain. Hal

yang dimaksud dengan faktor lokasi yaitu jauh-dekatnya dari pusat-pusat

kegiatan politik atau kegiatan ekonomi, dinyatakan bahwa masyarakat yang

berada jauh dari pusat kegiatan ekonomi dan politik akan lebih kuat

dorongannya untuk merantau atau bermigrasi. Faktor-faktor ekologi seperti

keadaan pertanian dalam mempertahankan keberlangsungan hidup semakin

lama semakin ditinggalkan, sebab itu apabila tanah tidak lagi cukup

memberikan kehidupan yang layak dengan segala kebutuhan yang kian hari

terus bertambah maka kuat dorongan seseorang untuk bermigrasi.

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu wilayah

kepulauan di Indonesia yang terdiri dari 566 pulau besar dan pulau kecil, di

dalamnya terdiri dari wilayah Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Rote, Pulau

Alor dan sebagainya. Iklim di Provinsi NTT termasuk tropis kering dengan

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

40

intensitas kemarau lebih panjang yakni ±8 bulan pertahun, yang

menyebabkan kurang suburnya lahan pertanian karena penyebaran curah

hujan yang lebih tidak merata (Noor Zana: 4). Berdasarkan data yang

tercatat dalam web resmi BPS data sensus pertanian tahun 2013 mengenai

jumlah usaha pertanian menurut wilayah tahun 2013 di Nusa Tenggara

Timur, komposisi pertanian rumah tangga di Flores Timur mengalami

perluasan periode 2003-2013, sebagai berikut ini:

Tabel III. A.1.1

Jumlah Usaha Pertanian menurut Wilayah dan Pelaku Usaha Tahun

2003 dan 2013 Provinsi Nusa Tenggara Timur

Nama Kabupaten/Kota

Usaha Pertanian

Rumah Tangga Usaha Pertanian (RumahTangga)

Tahun

2003 2013

16,695 01 Sumba Barat 15,533

02 Sumba Timur 32,963 36,955

03 Kupang 52,156 57,103

04 Timor Tengah Selatan 91,454 101,068

05 Timor Tengah Utara 43,424 44,986

06 Belu 57,204 57,865

07 Alor 31,346 31,498

08 Lembata 20,241 21,618

09 Flores Timur 38,716 38,953

10 Sikka 46,332 46,717

11 Ende 40,245 36,278

12 Ngada 22,468 24,001

13 Manggarai 44,487 48,233

14 Rote Ndao 21,902 21,577

15 Manggarai Barat 35,082 41,512

16 Sumba Tengah 10,341 11,663

17 Sumba Barat Daya 37,798 46,346

18 Nagekeo 21,130 22,614

19 Manggarai Timur 43,743 49,409

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

41

Sumber: Data Sensus Pertanian, BPS 2013

Keadaan luas tanah yang ada di Nusa Tenggara sekitar 67.000 km2

(NTB 20,000 km2

dan NTT 47.000 km) dengan berbagai permasalahan

ekologi dan lingkungan, rentan terhadap bencana alam seperti gunung

berapi dan gempa bumi (James Roshetko dan Mulawarman. 2002: 2).

Meski Kepulauan Nusa Tenggara menjadi salah satu wilayah tergesang,

kurang pangan dan air di wilayah kepulauan Indonesia ternyata menyimpan

kekayaan alam khususnya potensi mineral yang kurang digali dan

dipergunakan pemerintah untuk sumber penghidupan rakyatnya seperti

pertanian, peternakan, perikanan dan pariwisata padahal sebelumnya

diketahui melimpahnya potensi mineral seperti mangan, marmer, emas,

minyak bumi, biji besi dan potensi mineral lainnya (Herry Naif dalam

https://Walhintt.wordpress.com).

Riset yang mengangkat mengenai kemiskinan dan ketahanan pangan

di NTT salah satunya Jonatan A. Lassa (2008: 40), bahwa argumentasi

sosiologi mengenai perilaku merujuk pada karakter orientasi daratan

dikatakan sebagai faktoa empirik dari minimnya pemanfaatan sumberdaya

kelautan di NTT yang melimpah. Kekeringan dan keterbatasan alam kerap

dijadikan adu domba oleh beberapa pengambil kebijakan yang tidak

menciptakan pangan dalam upaya menjamin ketahanan pangan dan gizi

bagi rumah tangga masyarakat di kepulauan Nusa Tenggara Timur, yang di

20 Sabu Raijua 14,824 15,840

71 Kota Kupang 8,094 7,923

Provinsi Nusa Tenggara

Timur 0 0

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

42

dalamnya termasuk Pulau Flores. Dalam riset tersebut dijelaskan kurun

empat tahun terakhir kontribusi tanaman pangan (food crops) terhadap

Pendapatan Domestic Regional Bruto (PDRB) di Kepulauan NTT turun

drastis lebih dari 53.7% pada akhir tahun 1960-an hingga pada tahap 21% di

tahun 2006, hal tersebut terjadi karena menurun drastisnya bantuan

pertanian terhadap PDRB yang semakin beralih ke sektor non-pertanian dan

menurunnya produksi pertanian di kepulauan NTT yang disebabkan

kekeringan oleh badai El Nino saat itu (Jonatan Lassa. 2008: 31).

Kepulauan Nusa Tenggara termasuk pulau Flores, sebagian

penduduknya tinggal di pedesaan, khususnya orang tua yang masih belum

fasih menggunakan Bahasa Indonesia karena jaraknya yang cukup terisolasi

dari daerah lain yang memiliki kepadatan penduduk lebih. Infrastruktur

seperti jalan, instansi pendidikan seperti gedung sekolah, fasilitas kesehatan

dan layanan pemerintah lebih tertinggal dan terbatas dibandingkan daerah

lain (Roshetko dan Mulawarman. 2002: 3).

Roshetko dan Mulawarman (2002 :2) menjelaskan meskipun

sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor pertanian, hal tersebut

berbanding terbalik dengan kondisi ekologi yang cukup serius karena

sebagian besar tanah di seluruh Kepulauan Nusa Tenggara memiliki fungsi

terbatas untuk pertanian.. Meskipun sifat fisik dan kimia tanahnya beragam

bentuk wilayah yang bergunung, ketinggiannya miring, tanah dangkal dan

curah hujan rendah membatasi produktivitas tanah.

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

43

Sebab itu beberapa informan ketika ditanyai alasan-alasan

kepindahan mereka dari Maumere, Flores faktor alam menjadi salah satu

pendorong yang cukup kuat karena dari beberapa informan yang didapatkan

berasal dari keluarga yang kesehariannya berladang ataupun bertani,

sehingga berupaya mencari jalan untuk perlahan mencari peruntungan

dengan meninggalkan kampung halamannya. Karena peluang mendapatkan

pekerjaan sulit dan kesempatan untuk memilih pekerjaan pun sangat

terbatas dibandingkan di perkotaan, seperti yang dinyatakan oleh Marcus

Nong:

“oh ya jelas faktor daerah asal mempengaruhi kita-kita ini untuk

merantau, karena pekerjaan susah, kalau tidak bertani ya jadi buruh.

Apalagi opung saya sampai orang tua merawat kebun atau ternak.”

(Wawancara pada 22/03/2018)

Pernyataan seperti itu diperkuat oleh Vincent (67 tahun) yang

berpindah ke Kampung Sawah dengan latar belakang keluarganya sebagai

penggarap lahan di daerah asalnya yaitu Maumere, Flores.

“Pindah ke sini? ohhh enggak, ke Kampung Sawah ini tadinya kan

dari Tanjung Priok ketika muda. Dulu kan di sana ngontrak per

bulannya tahun 1975-1976 itu masih murah. Dulu saya waktu di

flores bantu orang tua punya lahan untuk digarap saja.” (wawancara

pada 17/03/2018)

Membangun perekonomian di daerah asal dengan hanya melakukan

kegiatan yang dijalankan keluarga seperti bertani ataupun merawat ladang

dan ternak dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang ada, dianggap

tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan primer oleh sebab itu

kenyataan bahwa harus keluar dari zona aman harus dilakukan oleh mereka.

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

44

A.2 Ekonomi dan Lapangan Pekerjaan

Kehidupan manusia dikelilingi oleh beragam aspek, salah satu yang

paling banyak dibahas dan dikaitkan adalah aspek ekonomi. Menjadi sesuatu

hal yang wajar jika seseorang bertindak rasional apabila bersangkutan

dengan ekonomi, baik itu mengenai untung dan rugi. Rasa haus individu

terhadap upaya mencapai titik kepuasan dan kebutuhan akan terus muncul

dan tidak akan segan untuk meninggalkan rumahnya (kampung halaman)

untuk mendapatkan kepuasan dan kebutuhan yang diinginkan tersebut.

Aspek-aspek ekonomi lah yang menjadi pendorong kuat kelompok

masyarakat Flores dalam bermigrasi atau merantau. Baik itu ke Tanjung

Priok hingga pada akhirnya memilih untuk tinggal lebih lama di Kampung

Sawah, Kota Bekasi. Seperti pernyataan salah seorang informan yaitu

Marcus Nong yang juga berperan dalam mengajak ataupun membawa

remaja-remaja asal Flores untuk bermigrasi dan tinggal di dalam

kelompoknya, Masyarakat Flores Kampung Sawah dengan beragam tujuan.

Seperti yang dikatakan oleh informan, “….. Saya bawa 9 orang dari Flores

tahun 1990 untuk tinggal di sini.” (wawancara pada 22/03/2018). Kemudian

secara perlahan hingga saat ini banyak masyarakat Flores yang tinggal di

Kampung Sawah juga mengikuti dengan mengajak saudara dan kerabatnya.

Selain karena mencari pekerjaan, kebanyakan masyarakat Flores

yang memilih meninggalkan Flores di antara lain seperti untuk mengejar

pendidikan, terutama remaja-remaja yang menginginkan sekolah ke jenjang

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

45

yang lebih baik. Seperti yang ditambahkan oleh Marcus Nong dalam

wawancara yang dilakukan:

“biasanya untuk mencari pekerjaan, sekolah (masuk universitas)

kadang-kadang hanya untuk main ke rumah saudara, paling mereka

biasanya ngontrak.” (wawancara pada 21/03/2018)

Namun, semuanya kembali lagi kepada kemampuan (skill),

pengalaman dan kesanggupan mereka untuk bermigrasi. Tiidak jarang

mereka yang sudah pergi meninggalkan kampung halamannya di Flores

karena ketidakmampuannya untuk bertahan (survive) terhadap persaingan

yang sangat ketat di perkotaan dengan minimnya bekal yang mereka miliki,

khususnya di Bekasi sebagai kota yang dipenuhi dengan kegiatan industri

sekaligus sebagai salah satu penyangga roda perekonomian Ibu Kota Jakarta.

Seperti pernyataan salah satu informan beriku ini:

“ya mereka biasanya ngontrak yang kebetulan sedang kosong

mereka tempati sambil menunggu kerja. Mereka ini biasanya datang

diajak karena alasan kerja, tapi tidak sedikit juga yang frustasi

karena tidak dapat kerja akhirnya mereka pulang lagi ke Flores

karena mereka kalah saing,” (Wawancara Valentinus (50 tahun),

19/06/2018)

Selain itu kemampuan beradaptasi di lingkungan baru juga sangat

diperlukan, sebagai upaya untuk dapat bertahan (survive) terhadap

kebudayaan, kebiasaan, norma-norma di lingkungan yang baru mereka

kunjungi dan pada akhirnya menetap.

“tentu ya itu sangat berpengaruh besar sekali. Ya lingkungan aja kan

kita orang baru di sini, Bahasa pun kita awalnya perlu pemahaman

lagi ya.” (Fransiskus Saverus, (65 tahun), wawacara pada

19/06/2018)

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

46

Noo Zana (tanpa tahun: 4) dalam analisisnya menurut pandangan

masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur bermigrasi ataupun merantau

menjadi tradisi turun temurun, karena jika ibu ataupun ayah mereka

sebelumnya pernah melakukan migrasi baik itu ke luar pulau ataupun

menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) maka mereka yang masih muda-

muda akan mengikuti jejak langkah orang tuanya. Dengan segala harapan

dan bayangan-bayangan yang didapatkan dari pendahulu mereka tentang

“keindahan” di daerah tujuan migrasi.

B. Faktor Penarik (Pull Factor)

B. 1 Ikatan Primordial di Daerah Tujuan

Ikatan primordial berakar dari identitas yang dimiliki para anggota

suatu kelompok etnis, seperti tubuh, nama, Bahasa, agama ataupun

kepercayaan sejarah dan asal usul (adat istiadat), identitas dasar tersebut

sebagai sumber acuan bagi para anggota kelompok etnis dalam melakukan

interaksi sosial (Yoseph Yapi Taum. 2006: 3). Salah satu tradisi atau

kebiasaan masyarakat Flores adalah tinggal berdekatan dengan komunitas

kelompoknya, termasuk ketika mereka melakukan migrasi ke luar wilayah

tanah kelahiran mereka.

Identitas kelompok sebagai sumber ikatan primordial yang lahir

dari hubungan keluarga atau hubungan darah (keturunan), ras, lingkungan

kepercayaan, yang melahirkan ikatan emosional anggota-anggotanya

(Yoseph Yapi Taum. 2006: 3). Seperti halnya ikatan kekerabatan kelompok

masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur sangat kuat sehingga ketika

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

47

mereka tidak lagi berada di tanah kelahiran, kolektivitas kelompoklah yang

mengikat dan menyatukan mereka. Secara naluri pun ketika mereka datang

ke daerah tujuan akan langsung datang ke rumah keluarga, kerabat ataupun

kenalan yang berasal dari daerah asal yang sama.

Fenomena yang terjadi pada kelompok masyarakat Flores di

Kampung Sawah menurut penulis sangat cukup menggambarkan bagaimana

ikatan primordial dan identitas kelompok masyarakat Flores ini sangat

berpengaruh kuat. Sudah tergambarkan sebelumnya dalam BAB II penelitian

ini bahwa kelompok masyarakat Flores tinggal dan hidup membentuk

pemukiman yang saling berjejaring dan berdekatan di RT. 005/003 sebagai

upaya untuk mempertahankan populasi dan keberadaan mereka sehingga

memudahkan mereka untuk berkomunikasi dan berkumpul satu sama lain di

mana hampir semua masyarakat Flores yang tinggal di wilayah tersebut

masih memiliki hubungan kekeluargaan ataupun kenalan (kerabat). Seperti

informasi yang telah didapatkan berikut ini:

“(lalu selain adik bapak, siapa lagi saudara yang tinggal di sini?)

banyak, ada sepupuh-sepupuh paman dan bibi saya, tahun 1992

banyak itu yang pindah ke sini.” (Wawancara Marcus Nong,

22/03/2018)

Kemudian didukung dengan pernyataan informan lain yang ketika

dulunya tinggal di Tanjung Priok dengan beberapa kepala keluarga lainnya

secara hampir bersamaan pindah satu persatu ke Kampung Sawah:

“mungkin masing-masing keluarga ya beda ya, kami dulu tinggal

di Tanjung Priok, Jakara Utara kalau alasan pindah Bapak kami

karena pergaulan di dekat pelabuhan agak seperti ya banyak

nakalnya lah…. Dulu kami ada 3-4 kepala rumah tangga yang

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

48

tinggal di kontrakan ang sama satu persatu pindah.” (Wawancara

Valentinus (50 tahun), 19/ 06/2018)

Sebagai anak muda yang mengikuti orang tuanya tinggal di

Kampung Sawah, Bagas (20 tahun) juga turut menceritakan bagaimana

keluarganya dapat tinggal di lingkungan masyarakat Flores Kampung

Sawah, yaitu karena ajakan dari saudara dan kerabat yang sudah lebih dulu

tinggal ketika ayah Bagas masih sendiri (bujang) hingga menikah dan

memiliki keluarga sendiri.

“kalau yang saya tau sih dulu merantau, kerja di Jatiwaringin.

kakak-kakak dari ayah saya juga merantau ke sini jadi ayah saya

ikutan merantau. Karena betah yaudah jadi menetap di sini jauh

sebelum ayah saya ketemu ibu saya, dari waktu bujang.”

(Wawancara Argentio Bagas (20 tahun), 19/06/2018)

Selain itu, dengan penamaan gang yang menghubungkan akses

menuju rumah-rumah masyarakat Flores sesuai dengan daerah asal mereka

lahir yaitu di Maumere, Flores Nusa Tenggara Timur. Dalam wawancara

yang dilakukan dengan salah satu informan:

“Pemberian nama sendiri oleh remaja Flores dengan nama Gang

Maumere atas persetujuan saya. Selain itu juga sebagai identias dari

wilayah ini supaya saudara atau kerabat yang datang mengetahui

dengan mudah untuk mencari alamat.” (wawancara Marcus Nong,

22/03/2018)

Penamaan jalan tersebut tentunya semakin memberikan akses atau

kemudahan bagi para pendatang baru asal Flores untuk mencari alamat

kerabat atau saudara mereka. Selain itu penamaan gang awal mulanya

sebagai penanda bagi masyarakat di sekitarnya bahwa di rt. 005/003

mayoritas adalah masyarakat dari Maumere, Flores, seperti yang diabadikan

oleh penulis dalam dokumentasinya.

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

49

Gambar III.B.1.1

Gang Maumere Rt. 005/003 Kelurahan Jatimurni, Bekasi

Sumber: dokumen pribadi penulis

Gambar III.B.1.2

Tembok Pembatas wilayah RT. 005/003 dengan Komplek

Sumber: dokumen pribadi penulis

Dalam salah satu wawancara yang dilakukan oleh seorang

masyarakat asli Flores yang sudah sangat lama tinggal di Kampung Sawah

selama 28 tahun, menjelaskan bagaimana ketika remaja-remaja Flores

dengan keisengan mereka menamai batas wilayah tersebut dengan mencoret-

coret tembok (Gambar III.B1.2).

“tiba-tiba beberapa anak muda nih yang lagi kumpul langsung aja

corat coret tembok pembatas dengan komplek dengan tulisan –

tulisan Maumere. Kebetulan juga dulu kan banyak ya di depan

jalan orang-orang yang ngontrak itu orang-orang Maumere tapi

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

50

lama-lama ya mereka pindah juga karena udah dapat kerja atau

mungkin rumah di tempat lain.” (Wawancara dengan Fransiskus

Saverus (65 tahun), 19/03/2018)

Meskipun sekarang ini keberadaan masyarakat Flores di Kampung

Sawah sudah berkurang dan banyak juga masyarakat dari daerah lain yang

datang dengan tujuan yang sama yaitu mencari tempat tinggal dan mencari

kesempatan hidup yang lebih baik tidaklah mengubah keadaan, karena

eksistensi masyarakat Flores masih belum tergantikan. Seperti pernyataan

Fransiskus Saverus ketika diwawancarai:

“tapi tetap jalan Maumere ini jadi identitas kami yang orang

Maumere, Flores.” (wawancara pada, 19/03/2018)

Kemudian penamaan gang yang sesuai dengan tanah asal

masyarakat Flores sudah dianggap menjadi identitas mereka, juga diakui

oleh salah seorang informan yang sudah tinggal selama 17 tahun mengikuti

orang tuanya di wilayah Kampung Sawah, spesifiknya di RT.005/003

Kelurahan Jatimurni. Meskipun ia menyadari bahwa mereka adalah

kelompok minoritas di wilayah Kampung Sawah dan lebih banyak warga

yang berasal dari suku Betawi asli Kampung Sawah dan berasal dari Jawa :

“Ya kurang lebih cukup banyak (populasi masyarakat Flores di

RT.005/003). Tapi tetap sih paling banyak kan orang betawi asli sini

sama warga yag dari jawa. Kalau Flores karena kami cuma

pendatang-pendatang aja sih, tapi kebetulan banyak yang sudah

menetap lama ya Mba.” (wawancara Dewi (23 tahun), 23/08/2018)

Selain itu kegiatan kumpul-kumpul untuk sekedar berinteraksi

sampai melakukan kegiatan penting seperti pesta pernikahan, dan acara lain

yang sarat dengan adat istiadat Flores juga kerap dilakukan.

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

51

“iya masih ada, kami kalau ada kegiatan suka kumpul seperti

latihan meniup suling atau gendang. Dan seperti alat musik lain

seperti gong itu hanya flores asli yang bisa memainkannya, kami

yang keturunan campuran flores jawa belum terlalu mengerti.

Tadinya hanya nostalgia saja, sebagai wujud romantisme untuk

mengenang orang tua kita di ajak bisa tau yang namanya kesenian

flores, Paling banyak ya paling dua puluh orang lah yang masih

suka kumpul, kami juga bingung setelah generasi kami siapa lagi

yang melanjutkan. Ya mungkin saja nanti hanya cerita, karena beda

pada jaman sekarang hiburan ya mengikuti orang tua. Beda dengan

sekarang sangat sulit untuk mengenalkan alat tradisional yang

dianggap kuno oleh remaja sekarang.” (wawancara Valentinus

(50tahun), 19/06/2018)

Kebiasaan-kebiasaan tersebut salah satu yang masih sering

dilakukan yaitu dengan melakukan latihan-latihan dengan alat musik

tradisional Flores yang dibuat dan dikirimkan langsung dari tempat asal

pembuatannya. Apalagi sebagai bentuk nostalgia dalam mengobati rasa

rindunya dengan kampung halaman. Seperti informasi yang didapatkan

penulis:

“ohh, kita ada kesenian seperti suling. Tapi itu juga tidak asli Flores

lagi karena sudah mengalami perubahan dan penyesuaiana….. ya

enggak (pembuatan alat musik), itu dikirim dari Flores. Enggak ada

itu di sini pembuatannya.” (wawancara Fransiskus Saverus, 65

tahun, 25/08/2018)

Taufik Arbani (2009: 24) menjelaskan faktor-faktor demografi

seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan, jenjang pendidikan,

pendapatan ataupun pekerjaan, serta faktor lamanya tinggal di suatu wilayah

termasuk dalam karakteristik pemukiman apakah homogen atau heterogen,

dan mempengaruhi pilihan alternatif seseorang dalam konteks komunitas

etnis ataupun agamanya untuk dapat menyesuaikan diri di mana ia berada.

Kelompok etnis Banjar di Kota Palangkaraya dalam penelitian Taufik Arbani

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

52

(2009: 24) yang berstatus pendatang akan membentuk simbol-simbol

tertentu untuk membedakan dengan kelompok lain dan memunculkan rasa

yang berbeda untuk dapat dihargai dan diakui keberadaannya.

Sama halnya dengan fenomena yang penulis temukan (kesamaan

etnis, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan asal tempat tinggal di

masyarakat Flores) mereka kerap melakukan kegiatan-kegiatan kumpul

sebagai simbol kebersamaan mereka. Sebagai tujuan menjaga ikatan

primordialnya dalam momen-momen tertentu dimanfaatkan untuk saling

bertemu dan mempererat ikatan. Informasi yang diberikan oleh Dewi (23

tahun) yang mengatakan:

“Biasanya menjelang natal untuk kami Flores yang Katolik,

biasanya kegiatan kumpulnya di Matraman, Jakarta Pusat jadi

seluruh Maumere mau yang asalnya Manggarai, Flores atau yang

dari Lembata gitu.” (25/08/2018)

Informasi lainnya yang ditemukan ketika ditanyai perwakilan dari

kelompok masyarkat Flores di Kampung Sawah yang menghadiri maupun

menjadi salah satu panitia atau yang sibuk mengurusi kegiatan tersebut

informan menambahkan:

“Jarang sih mba, soalnya enggak semuanya mau ikutan kumpul

juga karena alasan jauh atau sebagainya gitu ya. Paling yang ber

tittle atau yang punya pengaruh aja yang jadi panitia terus

mengkoordinir warga kami.” (wawancara dengan Dewi (23 tahun),

25/08/2018)

Untuk memudahkan komunikasi di dalam kelompoknya,

penggunaan Bahasa daerah pun masih kerap digunakan dalam komunikasi

sehari-hari. Meskipun untuk fenomena saat ini banyak masyarakat Flores

yang menikahi pasangannya berasal dari suku budaya yang berbeda sehingga

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

53

keturunan-keturunan mereka sedikit yang memahami Bahasa keturunan

keluarga yaitu Bahasa Flores. Dalam hasil wawancara menjelaskan:

“iya kalau sedang mengobrol ya masih dipakai, misalnya nih “nona

manise” artinya nona manis, seperti ucapan salam atau percakapan

lainnya ya sering dipakai. Ini kalau Maumere campuran ya mereka

agak sedikit paham lah.” (Wawancara dengan Fransiskus Saverus (65

tahun), 19/06/2018)

Tambahan informasi lainnya oleh informan yang merupakan

keturunan Jawa dan Flores ketika ditanyai kebiasaan yang masih sering

diterapkan salah satunya penggunaan Bahasa Flores:

“ya masih untuk orang tua, kalau saya yang masih muda paham

sedikit-sedikit ketika mereka bicara pakai Bahasa Flores. Tapi saya

ketika ditanya atau menjawab dengan Bahasa Flores yang tidak bisa.”

(Wawancara dengan Dewi, 25/08/2018)

Kebiasaan atau aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Flores di

Kampung Sawah seperti penggunaan Bahasa daerah, ataupun melakukan

kegiatan-kegiatan yang sarat dengan adat istiadat sebenarnya merupakan

cara atau strategi adaptasi yang dilakukan oleh pelaku migran tersebut,

seperti yang dikatakan oleh Siti Maisaroh (2016: 8) dalam jurnalnya berjudul

Networking Etnisitas Sebagai Modal Sosial Etnis Madura di Perantauan

bahwa tidak sedikit pengalaman dari pelaku migran ketika menginjakkan

kaki di lingkungan baru, meskipun segala persiapan baik dari mental ataupun

materil seringkali merasa terkejut ketika menyadari bahwa lingkungan

barunya begitu berbeda dengan lingkungan tempat tinggal daerah asalnya.

Reaksi tersebut sebagai bentuk kejutan atau gegar budaya (culture shock)

sebagai keadaan yang alami dialami oleh setiap orang yang berada di dalam

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

54

kebudayaan, kebiasaan dan lingkungan baru yang belum pernah ia temui

sebelumnya.

Dengan begitu dalam menghadapi culture shock kelompok

masyarakat Flores harus melakukan perlawanan terhadap kerisauan dalam

dirinya dengan menganggap lingkungan barunya sebagai rumah kedua

(second home) caranya seperti yang mereka lakukan yaitu menciptakan

lingkungan yang berkelompok, masih menggunakan Bahasa Flores dalam

percakapan sehari-hari, tetap melakukan kegiatan ataupun acara yang sarat

dengan kebiasaan di tempat asalnya, Flores, dan menciptakan kehidupan

serta menjaga kerukunan dengan kelompoknya, baik itu kerabat dan tetangga

demi keberlangsungan hidup yang seperti mereka harapkan untuk

mengurangi rasa keterasingan dengan lingkungan baru.

Ikatan yang menjadikan sebuah kesatuan manusia menjadi suatu

yang disebut dengan “masyarakat” adalah pola perilaku yang khas dalam

tiap faktor kehidupan, memiliki kontinuitas waktu dengan kata lain sudah

menjadi suatu momen rutin yang dilakukan (Koentjaraningrat. 2009:117),

momen-momen seperti itulah yang menjadi daya faktor penarik (pull factor)

bagi mereka yang hendak bermigrasi dan sekaligus mengikat hubungan

terutama semakin memiliki kemesraan, menciptakan rasa identitas yang

kuat, dan dapat merasakan kenyamanan meskipun berada di tengah-tengah

mayoritas masyarakat lain di lingkungannya.

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

55

B. 2 Pemberian Jaminan Akses dan Kesempatan Kerja

Faktor penarik (pull factor) yang muncul ketika seseorang melakukan

migrasi biasanya karena daya tarik akses pekerjaan yang lebih banyak

pilihan baik itu berupa sektor formal maupun sektor informal di kota tujuan,

namun jika hanya mengandalkan kemampuan (skill), kepercayaan diri dan

pengalaman tidak cukup terbantu juga tidak ada link atau jaringan yang

menolong. Keberadan masyarakat Flores di Kampung Sawah terjadi erat

kaitannya dengan hubungan kekerabatan yang telah terbangun, seperti

halnya jaringan lapangan pekerjaan, dengan memberikan peluang bagi

mereka yang telah disiapkan sebagai mitra atau tenaga kerja dengan segala

jaringan, akses dan status yang dimiliki kerabatnya yang sudah lebih dulu

merasakan keberhasilan. Kemudian tempat tinggal, tidak dapat dipungkiri

bahwa apabila kerabat khususnya remaja-remaja asal Flores yang datang

untuk tinggal sementara atau mungkin menetap lama maka akan disediakan

dan dicarikan tempat tinggal yang berdekatan dengan komunitas masyarakat

Flores dengan pengawasan dan perlindungan masyarakat Flores lainnya yang

sudah tinggal jauh lebih lama agar tidak membuat ulah dengan masyarakat

lain di lingkungan barunya sebagai bentuk tanggung jawab.

Seperti dalam hasil wawancara dengan salah satu remaja asal Flores

yang mendapatkan akses pekerjaan di salah satu kegiatan perkapalan dari

salah satu kerabatnya yang sudah mendapatkan kesuksesan berikut ini:

“saya kerja di perkapalan. saya ikut anaknya bapak Marcus kerja di

perkapalan. ini aja saya baru beberapa minggu pulang jadi masih

agak binggung (mabuk laut).” (wawancara dengan Yohanes Argentio

Bagas (20 tahun), 19/06/2018)

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

56

Ditambah lagi dengan informasi yang diungkapkan oleh Vincent (67

tahun) yang menyatakan selain memberikan akses lapangan pekerjaan, salah

satu warga Flores yang juga menjadi informan penulis membuka peluang

lapangan pekerjaan yang ia miliki. Karena basic nya memiliki kegiatan

usaha.

“kalau seperti Bapak Marcus sendiri yang memang asli dari Flores,

suka mendatangkan anak-anak muda asalh Flores untuk mencari

kerja….” (wawancara 17/03/2018)

Kemudian informan menambahkan dalam wawancaranya:

“…. Dia (Marcus) mampu menyediakan lapangan kerja bagi remaja-

remana Flores karena dia kan punya usaha pembuatan drum-drum

besar.” (wawancara Vincent (67 tahun), 17/03/2018)

Tidak terbantahkan lagi memang, ikatan kekerabatan dan asal usul

etnis (ethnic origin) mempengaruhi kuatnya faktor penarik (pull factor) bagi

para pelaku migran, masyarakat Flores sehingga tidak segan untuk

memberikan bantuan dalam mencarikan pekerjaan hingga memberikan

lapangan pekerjaan, diperkuat dengan pernyataan salah satu informan yang

turut pernah merasakan sebagai perantau:

“ya kalau untuk internal keluarga itu mungkin ditanamkan lah ya

bagi anak-anaknya (norma-norma yang dijalankan), tapi ya kalau

misalnya ada yang butuh kerjaan atau apapun ya kita yang punya link

atau sekedar informasi ya kasih tau. Saya kasih info juga ini,

kebanyakan orang flores di sini itu pindahan dari Priok semua dulu

tinggal di Merak alasan pindah ke sini awalnya ada yang pindah terus

lama-lama pada ikutan karena tanah juga masih murah ya.”

(wawancara Fransiskus Saverus, (65 ttahun), 25/08/2018)

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

57

Informan menambahkan alasan menerima pendatang baru dari Flores

karena ikatan kekerabatan meskipun saudara jauh, hal lainnya karena juga

pernah merasakan menjadi orang asing di kota tujuan, di tanah rantauan :

“Mereka pun masih punya ikatan saudara ya meskipun jauh. Kalau

kami tidak menerima mereka di sini kasihan juga ya karena kami pun

awalnya sama seperti mereka, orang asing.” (wawancara Fransiskus

Saverus, (65 tahun), 25/08/2018)

Adapun pernyataan tersebut diakui oleh Marcus bahwa ia menjadi

salah satu orang yang turut memberikan kemudahan akses dan peluang kerja

bagi saudara-saudara yang baru merantau ke Jakarta dan sementara menetap

di Kampung Sawah, dengan mengatakan:

“mereka diajak ke sini itu karena tujuan mereka kerja, ada yang

punya keahlian. Kalau mereka tidak punya keahlian dan

pekerjaannya belum pasti saya tidak mau menerima mereka untuk

tinggal di sini. Dulu adik saya namanya Julius Baga pindah ke sini

karena ingin menjadi petinju, di tahun 1991-1992 dia jadi petinju.”

(Wawancara Marcus Nong, 21/03/2018)

Pada umumnya remaja-remaja yang merantau bergantung kepada

kerabat atau kenalannya yang menyediakan lapangan pekerjaan, namun

ketika sudah mampu untuk mandiri dan dapat beradaptasi dengan keadaan

lingkungan barunya maka secara perlahan dilepas atau dibiarkan mereka

untuk mencari keberuntungannya dan mengeksplor diri mereka sendiri.

Adapun kebanyakan sektor yang ditawarkan kepada remaja-remaja Flores ini

merupakan sektor informal yang biasanya membutuhkan keterampilan,

kekuatan fisik, dan sektor lainnya di bidang usaha ekonomi dan jasa.

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

58

B. 3 Pemberian Jaminan Sosial dan Keamanan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data informasi yang

didapatkan oleh penulis, keterikatan kolektivitas masyarakat Flores cukup

tinggi sehingga mereka akan saling memberikan perlindungan jaminan sosial

dan keamanan antara anggotanya. Namun tidak jarang bagi mereka yang

baru saja bermigrasi masih kerap melakukan kebiasaan-kebiasaan yang

kurang diterima oleh masyarakat asli di Kampung Sawah dan dianggap

membawa masalah baru bagi kelompoknya, sehingga anggota lainnya harus

menyelesaikannya sebagai cara memperbaiki keadaan, dengan melindungi

dan memberikan rasa aman bagi anggotanya yang baru datang serta

masyarakat lainnya. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan

berikut ini:

“mohon maaf ini seperti ada terjadi sesuatu kami yang merupakan

Flores Peranakan campur karena orang tua kami ada yang menikah

dengan orang Jawa, Sunda, Padang atau Medan gitu yang lebih dulu

lama tinggal di Kampung Sawah yang lebih mengeri situasi dan

kenal situasi di sini. Kalau seperti Bapak Marcus sendir yang

memang asli dari Flores, suka mendatangkan anak-anak muda asal

Flores untuk mencari kerja kadang mereka membuat ulah seperti

mabuk. Kami jadi tidak enak dengan warga asli di ini (betawi

kampung sawah dan jawa) kami yang sudah menjaga dan membaur

dengan masyarakat melihat mereka membuat ulah dengan seenak-

enaknya membuat kami geram. (wawancara Valentinus (50 tahun),

19/06/2018)

Kemudian informan menambahkan dalam wawancara mengenai

jaminan keamanan untuk kelompok secara keseluruhan saling menjaga dan

kompak untuk menjalani sendi kehidupan sosial, apalagi mereka menyadari

betul bahwa mereka adalah pendatang dan harus menghormati masyarakat

lainnya.

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

59

“kalau untuk jaminan keamanan untuk kelompok kami secara

keseluruhan kami bersama-sama menjaga.” (wawancara Valentinus

(50 tahun), 19/06/2018)

Dalam hal pengawasan sendiri, memang menurut beberapa informan

tugas tersebut paling terasa dibebankan oleh Marcus karena menjadi ketua

RT apalagi menjadi suatu pencapaian di mana ketua RT sebelum-

sebelumnya adalah warga asli betawi dan jawa, selain harus dapat

memberikan jaminan sosial dan keamanan bagi warganya, ada treatment

khusus bagi warga Flores karena tidak dapat dilepaskan dari eksistensi atau

keberadaan kelompoknya di Kampung Sawah dengan bekerja sama

mengawasi setiap perilaku anggota kelompoknya. Seperti yang diungkapkan

oleh salah satu informan berikut ini:

“Ya kalau itu paling bapak Marcus yang ngawasin. Kita kan orang

tua gak ikut-ikutan nimbrung, paling kita cuma bantu ingetin aja

jangan rese kalau di sini. karena kalau remaja-remaja kita suka ada

yang mabuk kan suka mengganggu warga lainnya.” (wawancara

Vincent (67 tahun), 17/03/2018)

Konsep modal sosial muncul dari pemikiran bahwa anggota

masyarakat tidak mungkin dapat secara individu mampu mengatasi berbagai

masalah yang dihadapi, sebab itu diperlukan kebersamaan dan kerjasama

yang baik dari kelompok untuk menstabilkan eksistensi keberadaan

anggotanya (Siti Maisaroh. 2016: 91). Dengan pemberian jaminan sosial dan

keamanan mereka akan merasakan diterima di lingkungan baru artinya tidak

dikucilkan atau dianggap berbeda oleh masyarakat. Sama halnya yang

diungkapkan Everett Lee (1966: 50) bahwa orang-orang yang tinggal di

wilayah yang berdekatan dalam jangka panjang memiliki kenalan dengan

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

60

daerah, biasanya mampu membuat mereka dianggap dan tidak tergesa-gesa

dalam memberikan penilaian tentang mereka.

Di sisi lain, hubungan ikatan emosional yang mengikat hubungan

primordial kelompok masyarakat Flores di Kampung Sawah sebagai

kelompok masyarakat yang melakukan migrasi dapat meningkatkan rasa

aman, perlindungan, dan memunculkan rasa saling percaya di kelompok

mereka sendiri. Seperti yang dinyatakan oleh Yoseph Yapi Taum (2006: 3)

kesamaan identitas mendorong untuk saling mempercayai, minimal pada

pertemuan pertama mereka beranggapan bahwa mereka sama-sama memiliki

perilaku, Bahasa, nama keluarga ataupun keturunan daerah yang sama.

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

61

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, dengan

fokus penelitian perilaku migrasi masyarakat Flores di Kampung Sawah,

Kota Bekasi disertai faktor pendorong dan faktor penariknya yang

dikemukakan oleh Everett S Lee, arus migrasi yang terbangun berdasarkan

tuntutan kebutuhan yang semakin banyak masyarakat saat ini

mengharuskan mereka untuk mencari dan mendapatkan lingkungan baru

untuk dapat menjamin keberadaan dan kebutuhan mereka. Adapun

penelitian mengenai analisa faktor-faktor tindakan migrasi masyarakat

Flores di kampung Sawah mengimplikasikan hal-hal berikut ini:

A Faktor Pendorong (push factor) dari daerah asal

A.1 Faktor Fisik: Ekologi

Keadaan ekologi pulau Flores, Nusa Tenggara Timur yang

merupakan pulau dengan keadaan iklim tropis kering menyebabkan

kurang suburnya lahan pertanian dan perladangan, sehingga

menyebabkan banyak masyarakat yang memilih untuk

meninggalkan tanah kelahirannya untuk memutus roda kemiskinan.

A.2 Ekonomi dan Lapangan Pekerjaan

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

62

Kemiskinan dan kekurangan pangan yang kerap melanda Nusa

Tenggara, termasuk Flores serta kebutuhan primer yang terus

tinggi, dan keterbatasan ketersediaan lapangan pekerjaan

menjadikan migrasi sebagai pilihan tepat (the right choice) bagi

masyarakat Flores dalam kasus penelitian ini.

B Faktor Penarik (pull factor) dari Daerah Tujuan

B. 1 Ikatan Primordial di Daerah Tujuan

Kuatnya ikatan primordial yang didasari pada ikatan

darah, keturunan dan kesamaan daerah asal merupakan sumber

bagi para anggota kelompok etnis yang bermigrasi sebagai

acuan dalam melakukan interaksi sosial, seperti kebiasaan yang

masih kerap dibawa oleh kelompok masyarakat Flores di

Kampung Sawah, seperti penggunaan Bahasa Flores sehari-

hari, tinggal berdekatan atau berkelompok, melakukan kumpul-

kumpul dan melestarikan kebudayaan Flores di tanah rantau

B. 2 Pemberian Jaminan Akses dan Kesempatan Kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikatan

kekerabatan berdasarkan asal usul etnis (ethnic origin) memiliki

pengaruh kuat bagi masyarakat Flores sehingga tidak segan

untuk memberikan bantuan untk mencarikan ataupun

memberikan lapangan pekerjaan.

B. 3 Pemberian Jaminan Sosial dan Keamanan

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

63

Keterikatan kolektivitas masyarakat Flores di Kapung

Sawah cukup tinggi sehingga mereka akan saling memberikan

perlindungan, jaminan sosial dan keamanan bagi anggota

kelompoknya, sebagai bentuk memberikan rasa aman dan

nyaman bagi para migran lainnya, serta menjaga eksistensi

kelompok yang sudah dijaga sejak lama bersamaan dengan

masyarakat lainnya.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian pada kelompok masyarakat Flores di

Kampung Sawah, terdapat beberapa hal yang luput dari perhatian penulis

dalam penelitiannya. Karena kenyataannya yang ditemui di lapangan

seringkali tidak terlihat dan baru disadari ketika penulis mengkaji kembali

hasil-hasil temuan, yang seharusnya dapat dikembangkan antara lain:

1. Networking etnisitas dan kemajemukan kelompok masyarakat

Flores di Kampung Sawah diharapkan dapat terus dipertahankan

supaya eksistensi kelompok terus terjaga, namun dengan segala

kemungkinan yang dapat terjadi seperti munculnya sikap

etnosentrisme seharusnya dapat dicegah, sehingga permasalahan-

permasalahan yang muncul seperti pergesekan antar kelompok

dapat dihindari.

2. Penulis ketika melakukan pengamatan menyimak terdapat jurang

pemisah (gap) antara masyarakat asli dengan masyarakat migran

(Kelompok masyarakat Flores) yang terkadang tidak dapat

Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

64

disembunyikan. Oleh sebab itu diperlukan kerjasama, interaksi,

sosialisasi dan kemampuan adaptasi yang lebih sehingga dapat

hidup berdampingan dengan kelompok masyarakat lainnya.

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

65

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arbani, Taufik. 2009. Strategi Migran Banjar. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Mantra, Ida Bagoes. 2000. Demografi Umum (Edisi Kedua). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penulisan Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosyakarya Offsed

Munir, Rozy. 2004. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Demografi

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Naim, Mochtar. 2012. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada

Setiadi, Elly M & Kolip, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta

dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya.

Jakarta: Kencana

Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama

Rusli, Said. 2012. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3S

ARSIP & LAPORAN

Arsip Buku Laporan Tahunan Kelurahan Jatimelati Kecamatan Pondokmelati,

2017. Diberikan oleh Sekertaris Kelurahan pada 20/04/2018.

Arsip Buku Laporan Tahunan Kelurahan Jatimurni Kecamatan Pondokmelati,

2017. Diberikan oleh Staff Kelurahan pada 11/05/2018

Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia,

Penduduk Menurut Wilayah, Jenis Kelamin, dan Status Migrasi Seumur

Hidup Kota Bekasi. (diakses & diunduh pada 04/10/2018)

(http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=324&wid=3275000000)

Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia,

Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut, Kota Bekasi.

(diakses & diunduh pada 01/08/2018)

Page 79: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

66

(http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?wid=3275000000&tid=321&f

i1=58&fi2=3 )

Data Sensus Pertanian 2013 – Badan Pusat Statistik Republik Indoneisa, Jumlah

Usaha Pertanian menurut Wilayah dan Pelaku Usaha Tahun 2003 dan 2013

Provinsi Nusa Tenggara Timur. (Diakses & diunduh pada 05/10/2018)

(http://st2013.bps.go.id/dev2/index.php/site/tabel?tid=19&wid=530000000

JURNAL, MAKALAH DAN TESIS

Gyarsih, Sri Rum. 1999. Mobilitas Penduduk Daerah Pinggiran Kota di Dusun

Kadipiro dan Dusun Sidorejo Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan

Kabupaten Bantul. Majalah Geografi Indonesia, Volume 13 Nomor 2

September 1999. (diunduh pada 02/10/2018)

(file:///C:/Users/ACER/Downloads/10%20(1).pdf)

Maisaroh, Siti. 2016. Networking Etnisitas Sebagai Modal Sosial Etnis Madura di

Perantauan. Seminar Nasional Gender dan Budaya Madura III

(diunduh pada 23/05/2018.)

(http://lppm.trunojoyo.ac.id/budayamadura/download)

Khotijah, Siti. 2008. Analisis Faktor Pendorong Migrasi Warga Klaten ke

Jakarta. Tesis Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan: Universitas Diponegoro. (diunduh pada 01/10/2018)

(https://core.ac.uk/download/pdf/11717855.pdf)

Lassa, Jonatan A. 2008. Memahami Kebijakan Pangan dan Nutrisi Indonesia:

Studi Kasus Nusa Tenggara Timur 1958-2008. Journal of NTT Studies

Vol.1 No. 1:29. (Diunduh pada 09/10/2018)

(http://ntt-academia.org/nttstudies/Lassa-2009.pdf)

Lee, Everett S. 1966. A Theory of Migration. Journal Demography, Vol. 3, No. 1:

Population Association of America. (diunduh pada 03/10/2018)

(https://emigratecaportuguesa.files.wordpress.com/2015/04/1966-a-theory-

of-migration.pdf)

Primawati, Anggraeni. 2011. Faktor Ekonomi Sebagai Alasan Migrasi

Internasional ke Malaysia. Jurnal INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO.

11/1/Desember 2011. (diunduh pada 01/10/2018)

(http://stisipwiduri.ac.id/File/N/Full/2408JURNAL%20INSANI%20STISI

P%20Widuri_Anggraeni%20PrimawatiDes%202011.pdf)

Rambu, Renais dkk. Migrasi Sebagai Upaya Penunjang Kehidupan Keluarga

studi kasus Terhadap Migran Sumba Timur dalam Paguyuban Hikmast di

Kota Denpasar. FISIP Universitas Udayana. (diunduh pada 03/04/2018)

(https://ojs.unud.ac.id/index.php/sorot/article/view/27013/17157)

Page 80: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

67

Roshetko, James & Mulawarman. 2002. Wanatari di Nusa Tenggara: Ringkasan

Hasil Lokakarya. Bogor: International Center for Research in

Agroforestry. (diunduh pada 09/10/2018)

(https://www.researchgate.net/publication/298788715_WANATANI_DI_

NUSA_TENGGARA_RINGKASAN_HASIL_LOKAKARYA?enrichId=

rgreq-4df787daceaf189a1d4041b86a31c103-

XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI5ODc4ODcxNTtBUzozNDA4

NzgxOTY1MjcxMDVAMTQ1ODI4MzEwMzY3Mw%3D%3D&el=1_x

_3&_esc=publicationCoverPdf)

Sefriani, Sari. Tanpa tahun. Kontribusi Migran Terhadap Pertumbuhan Sektor

Informal di Perkotaan Kasus di Jakarta Selatan. Pusat Penelitian

Kependudukan LIPI. (diunduh pada 01/10/2018)

(https://ojs.unud.ac.id/index.php/piramida/article/view/3001/2159)

Taum, Yoseph Yapi. 2006. Masalah-masalah Sosial dalam Masyarakat

Multietnik. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Makalah dalam Focus

Group Discussion (FGD) “Identifikasi Isu-isu Strategis yang Berkaitan

dengan Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa”, dilaksanakan oleh

Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, (diunduh pada

06/10/2018)

(http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/1113/1/Multietnik-

Yapi.pdf)

Zana, Nor. Tanpa Tahun. Migran Kultural Buruh Migran Indonesia Asal Nusa

Tenggara Timur ke Malaysia. (Diakses dan diunduh pada 04/10/2018)

(http://migrantcare.net/wp-content/uploads/2016/11/migrasi-kultural_nor-

zana.pdf)

SUMBER LAINNYA

Peta kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat,

(diakses pada 24/08/2018)

(https://www.google.com/maps/place/Jatimurni,+Pondokmelati,+Kota+Bk

s,+Jawa+Barat/@-)

Kampung Sawah Bekasi Didorong Jadi Percontohan Kerukunan Beragama.

(diakses pada 23/07/2018)

(https://nasional.kompas.com/read/2016/08/01/20522981/.kampung.sa

wah.bekasi.didorong.jadi.percontohan.kerukunan.beragama,)

Sepangkeh Sejarah Kampung Sawah. (Diakses pada 06/07/2018)

(http://www.servatius-kampungsawah.org/sepangkengsejarah,)

Naif, Herry. Potret Ekologi NTT. Wahana Tani Mandiri (Dipublikasikan

pada 05 Desember 2011, (diakses pada 05/10/2018)

Page 81: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

68

(https://walhintt.wordpress.com/2011/12/05/potret-ekologi-ntt/)

WAWANCARA

Wawancara dengan Bapak Cleventinus Marcus Nong, pada 22/03/2018

Wawancara dengan Bapak Fransiskus Saverus (65 tahun), pada 19/06/2018 dan

25/08/2018

Wawancara dengan Bapak Valentinus (50 tahun) , pada 19/06/2018

Wawancara dengan Margaretha Dewi (23 tahun), pada 9/12/2017 dan 25/08/2018

Wawancara dengan Yohanes Argentio Bagas, pada 19/06/2018

Wawancara dengan Bapak Vincent, pada 17/03/2018

Page 82: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

TRANSKIP WAWANCARA

Nama Cleventinus Marcur Nong

Status Masyarakat Flores & Ketua RT.

005/ 003

Tanggal Wawancara 22 Maret 2018

Lama tinggal di Kampung Sawah 1988 (30 tahun)

Pewawancara : “Bapak kita perkenalan dulu aja ya, nama bapak siapa?”

Informan : “Nama saya Cleventinus Marcur Nong”

Pewawancara : “bapak berarti asli Flores ya Pak?”

Informan : “iya, saya asli dari Flores.”

Pewawancara : “bapak di Kampung Sawah sudah tinggal berapa lama pak?”

Informan : “saya di sini sudah tinggal dari tahun 1988.”

Pewawancara : “bapak semenjak tahun 1988 ini karena keinginan sendiri atau

diajak saudara?”

Informan : “dulu awalnya tinggal di Teluk bong Cuma karena ada Om di sini

tahun 1988 saya ikut, akhirnya main-main saja dan beli tanah di

sini karena dulu masih sangat murah sekitar Rp. 4000”

Pewawancara : “wah beda ya, sekarang harga tanah udah mahal banget. dulu

pindah karena kerja atau bagaimana pak?”

Informan : “wahh jauhh harganya. Dulu saya kerja di Cengkareng.”

Pewawancara : “Kalau kebanyakan kan warga flores yang tinggal di sini kerja di

Priok.”

Page 83: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Informan : “iya kerja di Tanjung Priok, tapi kalau saya dikirim kerja dari

Ujung Pandang, bekerja sebagai supir.”

Pewawancara : “Oke. Berarti di sini sanak saudara banyak ya pak?”

Informan : “kalau dulu sangat sedikit tapi karena saya menetap di Kampung

Sawah saudara jadi pada ikut tinggal disini.”

Pewawancara : “nah itu karena diajak atau keinginan sendiri mereka pak?”

Informan :mereka diajak kesini itu karena tujuan mereka kerja, ada yang

punya keahlian. Kalau mereka tidak punya keahlian dan

pekerjaannya belum pasti saya tidak mau menerima mereka untuk

tinggal di sini. Dulu adik saya namanya Julius Baga pindah ke sini

karena ingin menjadi petinju, di tahun 1991-1992 dia jadi petinju.”

Pewawancara : “lalu selain adik bapak, siapa lagi saudara yang tinggal di sini?”

Informan : “banyak, ada sepupu-sepupu paman dan bibi saya, tahun 1992

banyak itu yang pindah ke sini. Saya bawa 9 orang dari Flores

tahun 1990 untuk tinggal di sini.”

Pewawancara : ada gak sih pak pengaruh latar belakang keluarga atau lingkungan

rumah asal bapak supaya bapak pindah ke luar pulau gitu?

Informan : “oh ya jelas faktor daerah asal mempengaruhi kita-kita ini untuk

merantau, karena pekerjaan susah, kalau tidak bertani ya jadi buruh.

Apalagi opung saya sampai orang tua merawat kebun atau ternak.

Susah deh kalau di sana, di sini kan saya bisa lebihmengembangkan

diri jadinya.”

Pewawancara : “berarti karena kenyamanan ya pak? Atau mungkin ada lagi

alasannya pak?”

Informan : “iya jelas, karena kenyamanan. Lalu kalau untuk masyarakat

Kampung Sawah ini begitu saya beli tanah karena satu

kenyamanan itu dan kedua masyarakat di sini enak tidak

Page 84: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

memandang dari agama apa atau dari suku mana, jadi yang penting

tergantung dari kita yang sebagai pendatang bisa menempatkan diri

atau tidak. Kalau kita bisa menempatkan diri ya kita bisa diterima.”

Pewawancara : “ berarti selama ini belum pernah terjadi permasalahan pak dari

masyarakat pendatang khususnya dari warga Flores dengan

masayarakat asli kampung sawah?”

Informan : “ohhh enggak, tidak ada.”

Pewawancara : “terus kebiasaan atau adat istiadat masyarakat flores yang masih

dijaga sampai sekarang ini ada tidak pak?”

Informan : “oohh, biasanya ada kumpul-kumpul warga flores. Ya paling

masak dan makan bersama dan paling di hari libur.”

Pewawancara : “Oke terus selama bapak Marcus tinggal di Kampung Sawah

selama 30 tahun, ada tidak tokoh yang dituakan dan dihormati

khususnya bagi warga flores sendiri pak?”

Informan : “ dulu ada. Yang dituakan bapak Selong, namun karena sudah tua.

Namun sekarang ini orang-orang flores yang tinggal di sini

menyebutkan kalau saya adalah tokoh yang dituakan dan disegani

di sini, saya bilang masih ada orang yang lebih pintar, yang lebih

tua dan paling kaya. Namun banyak anak muda yang menjawab

tidak ada yang seperti bapak Marcus kalau bapak Marcus kan bisa

bergaul ke mana saja, dan jadi panutan bagi orang-orang flores di

sini, apalagi saya memang orang asli Flores yang merantau

lumayan lama di sini. kalau orang yang kemampuannya ada tapi dia

gak bergaul sama warga Floresnya sendiri ya berarti dia bukan

panutan.”

Pewawancara : “Berarti bapak Marcus merupakan tokoh panutan ya pak. apa

sering pak misalkan ada warga yang kesusahan atau masalah

konsultasinya atau minta solusinya ke bapak?”

Page 85: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Informan : “bisa, bisa dibilang begitu, nah iya tapi karena tidak secara resmi

aja.”

Pewawancara : “lalu timbal baliknya bagaimana pak?”

Informan : “ya saya kasih solusi ke mereka dan nasihati. Kalau memang

butuh bantuan seperti uang, atau hal berbentuk materil lalu berita

kematian, pernikahan itu pasti minta sarannya ke saya dulu baru

kita kumpul bersama untuk membicarakannya.”

Pewawancara : “oke, kemudian untuk sekarang ini apakah masyarakat flores

menikahnya dengan sesama kelompoknya atau bagaimana?”

Informan : “sudah bebas, ada yang menikah dengan orang sunda, jawa, atau

betawi.”

Pewawancara : “kemudian bagaimana untuk masyarakat asli kampung sawah ke

bapak? Apakah juga dianggap sebagai sosok yang paling

dihormati?”

Informan : “itu sih bagaimana orang-orang menilai, khususnya untuk warga

asli. Saya tidak pernah mengakui kalau saya adalah orang hebat di

sini, tapi selama ini tidak pernah ada masalah dan justru saya sudah

diangkat menjadi ketua RT hampir selama 3 periode.”

Pewawancara : “lalu ada panggilan khusus atau panggilan akrab tidak untuk

memanggil nama bapak?”

Informan : “ya paling warga di sini memanggil saya dengan sebutan Om

Marcus saja.”

Pewawancara : “terus apakah bapak menerapkan norma-norma atau peraturan

khusus yang harus ditaati oleh warga khususnya yang dari Flores

ini pak?”

Page 86: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Informan : “iya itu tentu ada,kalau untuk warga flores yang masih

pendaatang, mereka harus tahu adat disini seperti apa dan

bagaimana. Jangan pernah mencari keributan, untuk menjaga

keharmonisan yang sudah dijaga orangtua kita.”

Pewawancara : “berarti apakah bapak memberikan jaminan keamanan untuk

warga flores yang baru datang?”

Informan : “iya pokoknya kalau ada sesuatu tinggal panggil saya saja, nanti

saya bantu.”

Pewawancara : “Lalu selama ini pernah ada kejadian yang tidak mengenakkan

tidak pak? Seperti konflik atau masalah-masalah yang mengancam

keamanan?”

Informan : “pernah dulu itu hampir kejadian. Seperti masalah individu atau

ada keributan remaja kita seperti kesalahpamahan. Selama ini juga

Saya bukan bermaksud sombong atau bagaimana tapi saya bergaul

dengan siapa aja orang-orang terima. Saya malah kalau ada

kegiatan pengajian dari warga yang muslim diundang, walau saya

katolik. Sampai tokoh-tokoh muslim lainnya kenal dengan saya.”

Pewawancara : “Kalau yang seperti dibilang bapak sebelumnya, remaja-remaja

flores yang datang ke sini biasanya mereka untuk keperluan apa?”

Informan : “biasanya untuk mencari pekerjaan, sekolah (masuk universitas)

kadang-kadang hanya untuk main ke rumah saudara, paling mereka

biasanya ngontrak.”

Pewawancara : “kemudian untuk pemberian nama gang, di sini kan pemberian

nama gang Maumere karena mayoritas warganya asalnya dari

Maumere, Flores. Apa ada lagi wilayah yang diberi nama khusus

daerah pak?”

Page 87: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Informan : “wahh ada, seperti nama gang Lanbata, itu juga salah satu nama

daerah flores timur. Mereka lebih lama tinggal di sana, untuk

pemberian nama gang di sini awalnya dulu hanya jalan setapak,

awalnya karena keisengan remaja-remaja flores yang dulu suka

berkumpul dan main di pos depan gang yang sekarang sudah

dibongkar, akhirnya remaja-remaja sini asal corat coret tembok

dengan tulisan-tulisan gang Maumere, lalu karena semakin

diketahui warga lainnya mereka izin ke saya dan meminta saran

pada saya. Karena saya pikir untuk orang lewat saja susah karena

sempit, jadi saya membuka jalan dulu dari pihak perumahan yang

sekarang ini dibangun dengan meminta sedikit kepada bapak H.

Agus untuk dihibahkan itu sekitar 4-5 tahun lalu ya paling tidak

supaya ambulan masuk kalau ada warga saya yang kenapa-kenapa.

Kemudian saya membuat surat permohonan resmi dari saya sendiri

dengan luas tanah yang dihibahkan 45 meter untuk pembuatan gang

masuk ke sini. Pemberian nama sendiri oleh remaja flores dengan

nama Gang Maumere atas persetujuan saya. Selain itu juga sebagai

identitas dari wilayah ini supaya saudara atau kerabat yang datang

mengetahui dengan mudah untuk mencari alamat.”

Pewawancara : “lalu ada tidak pak makanan atau minuman tradisional dari Flores

yang masih suka di konsumsi sampai sekarang?”

Informan : “ohh masih, seperti Moke. Kamu tau minuman Moke? Jadi

biasanya diminum saat ada acara-acara seperti orang Batak saja

gitu. Moke ini dikirim langsung dari Flores karena dibuat dari daun

lontar dan di sini juga sangat jarang buah lontar. Kalau di flores nya

itu setiap ada acara atau pesta adat harus ada minuman itu, seperti

minuman khas tradisional kami.”

Pewawancara : “oke balik lagi ke pertanyaan utamanya nih bapak Marcus, berarti

untuk kebanyakan warga flores yang tinggal di sini menganggap

Page 88: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

bapak Marcus ini sebagai panutan atau tokoh kelompok masyarakat

Flores begitu pak?”

Informan : “sebenarnya aku juga bingung ya, kalau untuk ada penyebutan

tokoh itu kan harus ada hitam di atas putihnya ya secara formal lah

gitu. Tapi ini kan enggak, ya memang sudah lama semenjak saya

tinggal di sini dan tokoh-tokoh yang lebih dituakan sudah pada

meninggal atau sekarang sudah sakit-sakitan maka sekarang ini

saya lah yang dianggap warga flores sebagai tokohnya mereka. Dan

memang kalau setiap ada masalah yang menyangkut warga flores

saya yang selalu dipanggil, itu pasti ribut anak-anak flores itu saya

yang membantu mencari solusi.”

Pewawancara : “dan sekarang bapak sudah menjadi ketua RT, apa ada

perubahan?

Informan : “nah apalagi semenjak saya sudah jadi ketua RT selama 3 periode

dan kebetulan diantara ketua RT sebelumnya baru saya yang

berasal dari warga Flores asli. Tentunya ini jadi nilai plus juga

untuk saya, tapi saya tidak membeda-bedakan warga flores dengan

warga asli kampung sawah di RT. 003 RW. 005 warga saya

keseluruhan ada sekitar 780 warga dan hampir 400 KK (Kepala

Keluarga).”

Page 89: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Nama Valentinus (50 tahun)

Status Warga RT. 005/ 003 (keturunan

Flores Betawi)

Tanggal Wawancara 19 Juni 2018

Lama tinggal di Kampung Sawah 1985 (33 tahun)

Pewawancara : “Oke Bapak saya mulai wawacaranya ya Pak. Saya minta izin

merekam pembicaraan untuk data wawancara. Kalau boleh tau

nama lengkap dan usianya berapa?”

Informan : “Valentinus, saya mungkin September nanti pas usia 50 tahun.”

Pewawancara : “Berarti bapak Valen sudah memiliki KTP asli sini ya pak?”

Informan : “iya sudah punya.”

Pewawancara : “bapak berarti lahir di sini atau bagaimana pak? Boleh diceritakan

bagaimana bapak bisa tinggal di sini?”

Informan : “oh enggak, saya enggak lahir di sini. Mungkin masing-masing

keluarga ya beda ya, kami dulu tinggal di Tanjung Priok, Jakarta

Utara kalau alasan pindah alasan Bapak kami karena pergaulan di

dekat pelabuhan agak seperti ya banyak nakalnya lah. Karena dulu

saya juga sempat nakal waktu saya kelas 2 SMP tahun 1985 ya

berkala saja lah, karena bapak saya merasa tidak aman

pergaulannya. Dulu kami ada 3-4 kepala rumah tanggal yang

tinggal di kontrakan yang sama satu persatu pindah.”

Pewawancara : “terus bapak dengan keluarganya pindah ke kampung sawah

secara tidak sengaja atau karena ajakan dari kerabat?”

Informan : “iya pastinya karena ajakan, misalnya seperti “oh si A tinggal di

sana enak loh.” situasinya dulu masih banyak pohon, damai,

tenang. Dan karena ibu saya orang sini (betawi). “

Page 90: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Pewawancara : “lalu bapak di Flores masih ada saudara dari pihak ayahnya?”

Informan : “iya masih ada, tapi saya tidak pernah ke Flores. Mungkin beda

dengan warga sini yang benar-benar tinggal duluan dan lahir dari

Flores ya seperti bapak Marcus, saya saja lahir di Jakarta meski

keturunan dari ayah saya flores saya kurang memahami Bahasa

flores.”

Pewawancara : “lalu apakah ayah bapak Valen semasa hidupnya menerapkan

kebiasaan atau adat istiadat Flores di keluarganya termasuk anak-

anaknya?”

Informan : “oh iya masih, salah satunya saya dengan teman-teman spontan ya

mungkin karena satu-satunya memainkan alat tradisional suling

bamboo, saya juga kurang paham asalnya bagaimana karena

memang ada kemiripan dari daerah lain di sekitar flores seperti

Ambon atau di Papua. Mungkin yang membedakan dari penyajian

atau memainkan lagu-lagunya dengan suling tersebut berbeda. Saya

juga pernah tanya ke orang-orang tua ini kok lagunya seperti ini ya

jawaban mereka karena pengaruh Belanda pada jaman itu alunan

lagunya seperti mars yang penuh semangat. Dan setelah generasi

tua sudah meninggal satu persatu, akhirnya saya dan teman-teman

saat muda belajar untuk menggerakkan alat tradisional suling ini.”

Pewawancara : “untuk generasi mudanya sekarang ini masih ada yang

meneruskan?”

Informan : “iya masih ada, kami kalau ada kegiatan suka kumpul seperti

latihan meniup suling atau gendang. Dan seperti alat musik lain

seperti gong itu hanya flores asli yang bisa memainkannya, kami

yang keturunan campuran flores jawa belum terlalu mengerti.

Tadinya hanya nostalgia saja, sebagai wujud romantisme untuk

mengenang orang tua kita di ajak bisa tau yang namanya kesenian

flores, Paling banyak ya paling dua puluh orang lah yang masih

Page 91: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

suka kumpul, kami juga bingung setelah generasi kami siapa lagi

yang melanjutkan. Ya mungkin saja nanti hanya cerita, karena beda

pada jaman sekarang hiburan ya mengikuti orang tua. Beda dengan

sekarang sangat sulit untuk mengenalkan alat tradisional yang

dianggap kuno oleh remaja sekarang.”

Pewawacara : “kalau untuk jenis makanan atau minuman tradisional flores yang

masih dibawa saat ini atau dikonsumsi apa pak?”

Informan : “ya kalau makanan paling tidak banyak ya, paling saat ada acara

kumpul ada beberapa jenis makanan khas flores tapi saya tidak

mengetahui jauh nama jenis makanan itu. Paling minuman yang

masih dijaga dan dikonsumsi sampai sekarang ada sejenis minuman

arak daerah (moke).”

Pewawancara : “kalau moke itu dibikin di sini atau dibawa langsung dari Flores?”

Informan : “kalau di sini saya kurang tau pasti ada yang bikin atau tidak

karena bahan pembuatannya juga cukup susah. Karena pemerintah

sekarang ini pengawasannya cukup ketat ya jadi dari luar daerah

membawa apapun perlu pengawasan dan pemeriksaan, sedangkan

minuman ini adalah minuman tradisional yang mungkin sudah

jarang diketahui oleh orang Flores sendiri, tapi ya mau alasannya

ini minuman khas daerah kalau efeknya memabukkan ya sama saja

pasti ada pemeriksaan. Seperti shofi ambon atau papua yang terbuat

dari pohon aren yang difermentasi.”

Pewawancara : “Nah, kalau menurut Bapak Valen sendiri, tokoh flores yang di

tuakan di kampung Sawah seperti yang sudah bapak sebutkan tadi

ya. Mungkin tokoh muda kira-kira ada?”

Informan : “ya kira-kira bapak Marcus lah, mohon maaf ini seperti ada terjadi

sesuatu kami yang merupakan Flores Peranakan campur karena

orang tua kami ada yang menikah dengan orang Jawa, Sunda,

Page 92: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Padang atau Medan gitu yang lebih dulu lama tinggal di Kampung

Sawah yang lebih mengerti situasi dan kenal situasi di sini. kalau

seperti Bapak Marcus sendiri yang memang asli dari Flores, suka

mendatangkan anak-anak muda asal Flores untuk mencari kerja

kadang mereka membuat ulah seperti mabok. Kami jadi tidak enak

dengan warga asli di sini (betawi kampung Sawah dan jawa) kami

yang sudah menjaga dan membaur dengan masyarakat melihat

mereka membuat ulah dengan seenak-enaknya itu membuat kami

geram. Nah kalau misalnya pun ada kepentingan atau keperluan

untuk kelompok kami biasanya yang dituakan sekarang ini ya

Marcus.”

Pewawancara : “biasanya anak-anak muda ini tinggal di rumah kerabat atau

mengontrak sendiri?”

Informan : “ya mereka biasanya ngontrak yang kebetulan sedang kosong

mereka tempati sambil menunggu kerja. Mereka ini biasanya

datang diajak karena alasan kerja, tapi tidak sedikit juga yang

frustasi karena tidak dapat kerja akhirnya mereka pulang lagi ke

Flores karena mereka kalah saing,”

Pewawancara : “jadi menurut bapak untuk tokoh masyarakat khusunya bagi

kelompok masyarakat flores di sini adalah bapak Marcus?”

Informan : “jadi Marcus ini sebelum dia jadi RT pun kalau ada kejadian-

kejadian apapun seperti orang sini asli yang tersinggung dengan

pendatang Flores yang dia ajak, atau hal-hal penting dari kelompok

kami ya pasti yang dimintai tolong pertama Marcus.”

Pewawancara : “lalu alasan pribadi bapak bapak Marcus ini bisa menjadi tokoh

yang cukup berpengaruh?”

Page 93: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Informan : “karena dia orang yang mau membaur, dia mampu menyediakan

lapangan kerja bagi remaja-remaja flores karena dia kan punya

usaha pembuatan drum-drum besar.”

Pewawancara : “kalau untuk perlindungan sosial dan keamanan untuk warga

Flores ini yang menjamin apakah bapak Marcus sendiri atau

bersama-sama?”

Informan : “kalau untuk jaminan keamanan untuk kelompok kami secara

keseluruhan kami bersama-sama menjaga. Kalau jauh-jauh

sebelumnya ada yang lebih dihormati dan sepuh namun karena

mereka satu persatu meninggal dan ada juga yang sudah tua dan

sakit-sakita jadi perlu ada penggantinya. Meskipun tidak secara ada

penobatan secara resmi karena ini ya berjalan aja, jadi tidak karena

Marcus ini seorang RT tapi jauh sebelum itu.”

Pewawancara : “terus apakah status ekonomi atau kekayaan jadi salah satu

pertimbangan bapak Marcus dijadikan tokoh masyarakat di sini?”

Informan : “bisa iya bisa enggak. Biasanya kan siapapun dia kalau tidak

punya apa-apa ya orang lain tidak akan melihat atau dia tidak

punya apa-apa tapi kalau punya jaringan atau link yang kuat pasti

orang lainpun memandang. Tapi kalau Marcus sih karena dia

orangnya rajin punya kegiatan usaha, kalau saya tidak memandang

dari status ekonomi. toh sama saja lah.”

Pewawancara : “apakah ada norma-norma khusus yang dijalankan dan disepakati

oleh tokoh masyarakat kelompok Flores dengan masyarakat flores

untuk menjaga keutuhan warganya?”

Informan : “tentu ada, tapi ya mengalir saja gitu tentunya di dalam keluarga

masing-masing, tapi kalau norma secara bakunya dari tokoh muda

betawi sering membicarakannya dengan tokoh kami bapak Marcus

Page 94: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

atau dengan kami untuk memberi tahu seperti menjaga lingkungan

untuk menjaga kerukunan.”

Pewawancara : “oke, lalu kira-kira kalau misalnya ada warga flores yang sedang

mendapatkan musibah, membutuhkan sesuatu atau sedang

kesusahan apakah bergantung pada bapak Marcus sebagai tokoh

Flores?”

Informan : “ya seperti yang saya bilang, kalau warga flores di sini

keterlibatan secara keseluruhan seperti membentuk arisan atau

kumpulan rutin warga flores itu tidak ada. Ya tidak dipungkiri pasti

ada kalau untuk meminjam atau membutuhkan sesuatu datangnya

ke Marcus. Tapi kalau untuk menjadikan Marcus ini sebagai

patokan ya tidak juga.”

Pewawancara : “bapak meskipun keturunan campur Flores dengan Betawi,

apakah bapak menganggap masyarakat flores di sini sebagai

minoritas?”

Informan : “minoritas iya lah pasti, karena masih lebih banyak yang dari suku

betawi atau jawa.”

Pewawancara : “apakah bapak merasakan pembedaan-pembedaan meskipun itu

hal kecil?”

Informan : “kalau pembedaan kami tidak merasa dibedakan ya, kecuali kalau

ada sedikit masalah atau konflik seperti hal kecil seperti mereka

flores asli yang baru datang kan mereka belum paham betul

kebiasaan di sini. seperti suatu kejadian dulu, kebanyakan dari kami

adalah depkolektor ada dulu beberapa yang saya kenal tiba-tiba ada

satu sekolah yang disegel dengan pihak mana itu saya kurang

paham lah, yang membuat saya geram itu adalah iya memang

menyita itu adalah pekerjaan kamu tapi buat saya pendidikan itu

harus terus berjalan, yang saya lihat itu anak-anak TK itu disuruh

Page 95: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

keluar dari kelasnya karena ada penyegelan sekolah mereka. hal itu

tidak manusiawi dan tidak menghargai pendidikan. Anak-anak itu

melihat langsung amarah, kekerasan yang terjadi saat sekolah

mereka ditutup hal premanisme itu tidak sepantasnya mereka lihat.

Akhirnya masalah itu selesai secara perlahan karena ada

perundingan antara flores asli yang pendatang dengan kami flores

campuran yang sudah lebih dulu tinggal di Kampung Sawah. Lalu

tidak jarang juga selentingan-selentingan atau guyonan yang orang

asli flores itu kepada kami yang campuran, “ohh ini dia ini juga

flores juga kan biar dikata separo-separo (setengah).”

Pewawancara : “ohh. Berarti secara tidak langsung ada pembatasan sendiri di

dalam masyarakat flores (flores asli dengan flores campuran)?”

Informan : “secara tidak langsung ya memang ada. Seperti suatu kejadian

kami sedang berkumpul dalam suatu acara dan kami saling

mengenal baik, tetapi ketika mereka (flores asli) ngobrol dan

minum yaudah mereka asik dengan dunia mereka sedangkan kami

tidak terlalu paham dengan Bahasa mereka (Bahasa daerah flores).”

Pewawancara : “oke bapak Valen, ngobrolnya sampai di sini dulu. Terima kasih

dan mohon maaf sudah ganggu tidur siangnya.”

Informan : “iya tidak apa-apa justru saya yang minta maaf karena jawaban-

jawabannya kurang berkelas dan kurang memuaskan.”

Pewawancara : “enggak bapak. Saya senang, karena pemikiran saya menjadi lebih

terbuka mengenai keadaan warga flores dari yang saya lihat

langsung.”

Page 96: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Nama Yohanes Argentio Bagas (20 tahun)

Status Warga RT. 005/ 003 (keturunan

Flores Sunda)

Tanggal Wawancara 19 Juni 2018

Lama tinggal di Kampung Sawah -

Pewawancara : “oke Bagas. Kalau boleh tau usianya berapa?”

Informan : “20 tahun.”

Pewawancara : “oke. Lahir di Kampung Sawah?”

Informan : “iya lahir di sini, ayah saya orang flores mamah saya orang

sunda.”

Pewawancara : “di sini berarti banyak saudara?”

Informan : “ada, tapi paling banyak saudara saya ada di cipinang bali, kali

malang.”

Pewawancara : “oke Bagas, sekarang kerja atau kuliah sekarang ini?”

Informan : “saya lulus SMA kerja sekarang”

Pewawancara : “oke, Bagas kira-kira tau tidak kebiasaan atau adat istiadat yang

dibawa bapak kamu sebagai orang flores diterapkan ke anak-

anaknya?”

Informan : “enggak ada sih, karena bapak saya juga udah lama tingal di sini.

jadi udah kebawa sama budaya sini sama budaya yang mamah saya

bawa.”

Pewawancara : “sepengetahuan kamu apa alasan ayah kamu merantau dari Flores

ke pulau Jawa atau ke Jakarta?”

Page 97: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Informan : “kalau yang saya tau sih dulu merantau, kerja di Jatiwaringin.

kakak-kakak dari ayah saya juga merantau ke sini jadi ayah saya

ikutan merantau. Karena betah yaudah jadi menetap di sini jauh

sebelum ayah saya ketemu ibu saya, dari waktu bujang.”

Pewawancara : “nah Bagas kan sebagai anak muda khususnya ada keturunan ayah

yang dari Flores dan di sini kan banyak saudara kamu yang asalnya

dari Flores. menurut kamu dan anak-anak muda di sini ada tidak sih

sosok yang sangat dihormati dan dihargai?”

Informan : “kalau saya saya lulus SMA ngambil sertifikat terus kerja, karena

saya kerja jauh jadi saya kurang bisa melihat keadaan di sini ya.”

Pewawancara : “ohh, emang Bagas kerja di mana?”

Informan : “saya kerja di perkapalan. Saya ikut anaknya bapak Marcus kerja

di perkapalan. Ini aja saya baru beberapa minggu pulang jadi masih

agak bingung (mabuk laut). Hehehehe”

Pewawancara : “ohh berarti Bagas ini dibantu untuk dapat kerja ya, oke deh

terimakasih banyak ya. Segini dulu tanya-tanyanya nanti kalau ada

lain waktu bisa ya ketemu lagi.”

Informan : “oke, gapapa kak.”

Page 98: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Nama Fransiskus Saverus (65 tahun)

Status Warga RT. 005/ 003 (Warga asli

Flores)

Tanggal Wawancara 19 Juni 2018 dan 25 Agustus

2018

Lama tinggal di Kampung Sawah 1990 (28 tahun)

Pewawancara : “bapak Frans sudah berapa lama tinggal di Kampung Sawah?”

Informan : “sejak 1990, berarti udah 28 tahun. Waktu pindah ke sini jalanan

masih seperti hutan.”

Pewawancara : “alasan bapak pindah ke sini itu karena apa pak?”

Informan : “saya tadinya tinggal di Tangerang kerjanya jauh di Nestle.

Kebetulan mertua saya tinggal di sini ya saya akhirnya saya ngikut

ke sini. mertua saya orang flores (mertua laki-laki) dan betawi

Cipulir (mertua perempuan).”

Pewawancara : “lalu alasan saudara-saudara bapak yang tinggal di sini itu kenapa

pak?”

Informan : “Ya teman-teman di sini karena mereka nyari kerja di Jakarta,

tanah juga dulu kan masih murah. Saya aja dulu beli tanah di sini

Rp. 9000 per meter coba kalau dibandingkan sekarang hahahahaha

bisa kredit lagi dulu itu.”

Pewawancara : “nah bapak kan sudah cukup lama tinggal di kampung sawah ya.

Kira-kira warga flores yang tinggal di kampung sawah ini memiliki

tokoh warga flores tidak pak?”

Informan : “kalau yang sudah tua nya itu Bapak Selong atau biasa dipanggil

bapak Sili, tapi sekarang dia sudah sakit struk sejak lama dan Cuma

di kursi roda aja. Ya paling untuk sekarang ini yang menjadi tokoh

Page 99: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

atau orang yang kami sebagai warga flores hormati ya keponakan

saya itu ketua RT Bapak Marcus.”

Pewawancara : “lalu apakah pengaruh dari ketaatan agama, atau mungkin ada gak

pengaruh status ekonomi yang mempengaruhi mereka ini dianggap

sebagai tokoh warga flores?”

Informan : “ya enggak lah. Keluarga dari ibu mertua saya aja sudah berhaji 4

kali. Agama kalau di kampung sawah tidak terlalu menjadi

permasalahan. Orang flores di kampung sawah khususnya sudah

bercampur dengan orang sini sih, ada yang menikah dengan orang

betawi, jawa juga jadi ya gimana ya kebiasaan mereka pun mau gak

mau kita ikutin ya kita hargai.”

Pewawancara : “terus bapak Marcus kan menjabat sebagai ketua RT nih pak dari

orang Flores asli, apakah bisa dikatakan sebagai tokoh masyarakat

Flores untuk saat ini pak?”

Informan : “ya iya, apalagi sekarang udah jadi ketua RT kita sudah pasti

kalau ada hal apapun mengenai warga yang diutamakan dia. Kami

di sini semakin merasa diakui oleh warga.”

Pewawancara : “lalu apakah sebelum jadi ketua RT pun bapak Marcus ini sudah

cukup berpengaruh di sini?”

Informan : “iya, karena dia juga cukup lama ya di sini hampir barengan sama

saya. Dia itu memang kalau bergaul itu kemana-mana jadi ya

kenalannya banyak makanya banyak juga yang pilih jadi RT.

Karena awalnya kan punya bisnis cat, drum gitu.”

Pewawancara : “nah, ini yang lebih menarik perhatian saya pak. Bagaimana

proses penamaan jalan Maumere pak?”

Informan : “iya ini ada ceritanya nih. Kan sering ya anak-anak muda kami

kumpul-kumpul di bawah, saya juga ada itu. Tiba-tiba beberapa

Page 100: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

anak muda nih yang lagi kumpul langsung aja corat coret tembok

pembatan dengan kompek dengan tulisan-tulisan Maumere.

Kebetulan juga dulu kan banyak ya di depan jalan orang yang

mengontrak itu orang-orang Maumere tapi lama-lama ya mereka

pindah juga karena udah dapat kerja atau mungkin rumah di tempat

lain. Tapi tetap jalan maumere ini jadi identitas kami yang orang

Maumere, Flores. awalnya sih ya iseng-iseng lalu sama Marcus ya

dikasih izin dan dipermudah sampai sekarang lah itu ada plang

jalan namanya jalan Maumere. Ya sekitar 3 -4 tahun lalu lah.”

Pewawancara : “lalu kira-kira ada gak nih pak peraturan-peraturan atau norma-

norma yang dijalankan oleh warga flores, misalnya kan banyak ya

remaja flores yang datang untuk mencari kerja atau mungkin

menumpang tinggal dirumah saudara yang di sini. sebelumnya

mereka apa dikasih wejangan atau diberitahu norma-norma?”

Informan : “ya kalau untuk internal keluarga itu mungkin ditanamkan lah ya

bagi anak-anaknya, tapi ya kalau misalnya ada yang butuh kerjaan

atau apapun ya kita yang punya link atau sekedar informasi ya

kasih tau. Saya kasih info juga ini, kebanyakan orang flores di sini

itu pindahan dari Priok semua dulu tinggal di Merak alasan pindah

ke sini awalnya ada yang pindah terus lama-lama pada ikutan

karena tanah juga masih murah ya.”

Pewawancara: “terus nih ya pak misal ada kerabat muda-muda yang baru datang

buat cari kerja sering ya pak dicarikan sama keluarga atau kerabat

di sini?”

Informan : “iya seperti Marcus dia kalau ada remaja-remaja kami yang baru

datang suka dicarikan pekerjaan, atau diperkejakan di usaha yang

dia punya, pembuatan drum gitu. Mereka pun masih punya ikatan

saudara ya meskipun jauh. Kalau kami tidak menerima mereka di

sini kasihan juga ya karena kami pun awalnya sama seperti

mereka, orang asing.”

Page 101: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Pewawancara : “apakah masyarakat Flores dijamin keamanan, keberadaan dan

bergantung pada saran-saran dalam pernikahan, kematian atau

bahkan dalam politik?”

Informan : “kalau kami semua sudah dijamin, karena tiap bulannya ada iuran

jadi misal ada keluarga kami ada yang kesusahan atau

membutuhkan dana yang mendesak atau apapun ya sudahh ada

pegangan dari warga. Tapi kalau untuk politik di sini sih tidak ada

intervensi atau pemaksaan itu kan hak masing-masing.”

Pewawancara : “nah bapak kan meskipun sudah tinggal lama di sini apakah bapak

masih merasa kalau bapak dengan warga flores lainnya sebagai

kelompok minoritas di Kampung sawah? Karena kan masih lebih

dominan masyarakat betawi, jawa dan sunda gitu. Apakah bapak

masih merasakan adanya pembatasan kelompok di masyarakat?”

Informan : “maksudnya ada kelompok-kelompok gitu? Oh tidak ya, di sini

sih sudah lebih membaur. Ya di sini pun kami masih sangat

membutuhkan orang-orang asli sini seperti betawi karena mereka

yang lebih tahu latarbelakang ya bagaimanapun mereka tuan rumah

dan kami adalah tamu.”

Pewawancara : “alasan bapak dari flores pindah ke Jakarta apakah dipengaruhi

kebudayaan sana? Mungkin yang memang mengharuskan anak

laki-laki untuk merantau, atau kebudayaan sana yang terlalu

mengekang mungkin?”

Informan : “saya dulu ke Jakarta itu tamat SMP, ya nyari kerja gitu. Saya

ditolong sama om saya dulu kerja di Departemen Perdagangan

sampai ngasih saya ongkos lah gitu. Karena dulu mau sekolah tidak

ada uang, di situ lah saya belajar mandiri.”

Page 102: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Pewawancara : “terus perbedaan keadaan alam kan tentu berbeda ya pak, apa itu

menjadi alasan yang mempengaruhi bapak berpindah Jakarta yang

notabennya ada di pulau jawa?

Informan : “tentu ya itu sangat berpengaruh besar sekali. Ya lingkungan aja

kan kita orang baru di sini, Bahasa pun kita awalnya perlu

pemahaman lagi ya.”

Pewawancara : “kira-kira masih ada kebiasaan atau budaya flores yang masih

dibawa sampai sekarang gak?”

Informan : “ohh, kita ada kesenian seperti suling. Tapi itu juga udah tidak asli

flores lagi karena sudah mengalami perubahan dan penyesuaian.

Sampai sekarang pun masih berjalan dan suka di undang ke mana-

mana, tapi karena pemain-pemainnya itu sudah kerja di luar kota

untuk berkumpulnya susah. Nama keseniannya Rokantenda

(goyang kekiri) yang kini sering dinyanyikan untuk tarian-tarian

senam itu kan khas maumere. Kita berbaur di sini malah Bahasa

jadi lebih ke betawi, malah anak-anak kecilnya bahkan tidak tau

Bahasa Flores. kesenian tradisional kami ini kan sudah beberapa

periode ya emang sekarang aja ini sudah makin jarang dipakai

untuk kegiatan acara. Ini baru dipesan lagi alat-alatnya langsung

dari Flores.”

Pewawancara: “ oh enggak dibuat di sini ya pak.”

Informan : “ya enggak, dikirim dari Flores. Enggak ada itu di sini

pembuatannya. Nanti deh kalau ada acara atau pesta adat kamu

saya suruh isteri saya ajak kamu supaya tahu bagaimana dan seperti

apa. Tapi ya begitu kalau sudah di atas jam 10 malam kursi-kursi

dipindahkan orang-orang menari dengan lagu-lagu kami, bisa-bisa

sampai subuh kalau yang masih kuat.”

Page 103: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Pewawancara: “terus kalau untuk Bahasa Maumere sendiri masih digunakan di

sini pak?”

Informan : “iya kalau sedang mengobrol ya masih dipakai, misalnya nih

“nona manise” artinya nona manis, seperti ucapan salam atau

percakapan lainnya ya sering dipakai. Ini kalau Maumere campuran

ya mereka agak sedikit paham lah.”

Pewawancara : “terus itu jalanan awalnya kan masih jalan setapak ya pak Cuma

muat untuk motor, sekarang bisa jadi bagus dari kapan pak?”

Informan : “oh itu dari Marcus sama ketua bina lingkungan di sini

mengajukan ke Gereja, dari satu minggu yang lalu lah. Terus

dananya cair untuk membangun jalan di depan supaya enggak

becek lagi kan dapat dana. Serta umat-umat gereja yang susah

diperhatikan dan dibantu. Untuk dana ya dapat subsidi langsung

dari Katedral (gereja Katolik Pusat) bertahap satu lingkungan itu

dikasih Rp. 50.000.000,- dan dibagi-bagi lah untuk umat umat-umat

gereja yang susah diperhatikan dan memang sedang butuh.”

Pewawancara : “terus kalau kegiatan kumpul-kumpul antara keluarga Maumere di

sini bagaimana pak? Apa ada agenda khususnya?”

Informan : “kalau kumpul ya iya, acara paling pesta-pesta yang

membutuhkan adat seperti nikahan yang tergantung tuan rumahnya

mau pakai adat atau enggak. Tari-tarian seperti rokatenda,

sambutan untuk pengantin pakai Bahasa Flores, pakaian nikahan

disebutnya „du a mo an‟, musik-musik penyambutan pengantin dari

gereja sampai ke rumah mempelai gitu.”

Pewawancara : “wah saya bener-bener dapat ilmu baru nih tentang adatnya.”

Informan :”iya. Terus ketika acara pernikahan adat Flores biasanya ada itu

bapak Sili yang menjadi ketua adat istilahnya bagi kami, untuk

pemberkatan dengan Bahasa Flores terus dikepret (diciprati)

Page 104: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

dengan air daun siri atau semacamnya dengan doa-doa, ya saya

juga tidak terlalu mengerti artinya ya. Itu bisa juga loh memanggil

roh leluhur seperti ketika acara pernikahan sebelum meniup itu

suling harus ada doa-doanya supaya suling itu ketika ditiup

suaranya keras seperti ada energi yang masuk gitu nah Bahasa

Floresnya itu „tung pyong‟. Memang kalau ditelisik secara agama

ya bertentanga, tapi karena ini memang tradisi dan adat yang

memang harus dijaga susah juga untuk menghilangkannya apalagi

kalau di Maumere sananya masih sangat kental itu kalau di sini kan

sudah disesuaikan dengan lingkungan dan kebiasaan.”

Pewawancara : “terus Bapak Sili kan jadi ketua adat ya bagi warga Maumere di

sini. ada gak pak sebutan atau panggilan kehormatan gitu pak?”

Informan : “oh ada. Sebutnya „mo at‟ (orang yang dituakan). Alasannya kan

karena ketika ada urusan yang berkaitan dengan adat atau tradisi

beliau yang diutamakan, seperti pesta adat atau pertemuan yang

membutuhkan doa-doa adat. Karena yang paling tua itu yang masih

kental dengan adat Maumere, Floresnya yang paling paham dengan

ritual-ritual asli seperti meminta perlindungan, memohon supaya

enggak hujan saat pesta, terus makanan pesta juga didoakan kan

suka tuh ya makanan tiba-tiba rasanya basi atau tidak enak padahal

baru dimasak gitu, nah itu didoakan supaya tidak membuat malu

keluarga atau pihak yang sedang pesta.”

Pewawancara : “Terus pak kalau tokoh secara adat kan ini Bapak Sili ya, tokoh

masyarakat Flores atau Maumere secara keseluruhannya siapa ini

ya atau tokoh mudanya? Istilahnya yang paling dibergantungkan

sama masyarakat Flores gitu.”

Informan : “Beda dengan Marcus, kalau Bapak Sili kan memang beliau yang

mengurusi kegiatan adat istiadat kami warga Maumere. Kalau

Marcus dia masyarakat Maumere keseluruhan khususnya yang jadi

Page 105: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

warganya di RT. 005 ini seperti keamanan warga, ya karena dia

(bapak Marcus) bisa menganyomi warga termasuk anak-anak muda

di sini.”

Pewawancara: “terus pak mohon maaf ini kalau misalnya Bapak Sili sudah tidak

mampu lagi untuk menjadi ketua adat siapa yang gantiin?”

Informan : “itu sih emang dikhawatirkan ya, anak-anaknya juga udah pada

berpencar karena alasan menikah atau kerja gitu ya, sebagian besar

yang udah tua udah meninggal. Bisa dikatakan ya emang udah abis

ya.”

Pewawancara : “terus Pak peran mo at tersebut selain jadi ketua adat atau orang

yang paling dibutuhkan ketika ada kegiatan adat yang memang

butuh ritual atau doa semacamnya itu apa pak? Apakah bisa

memberikan masukan-masukan atau solusi gitu ketika

masyarakatnya lagi dapat masalah?

Informan : “iya itu juga salah satu perannya ya, enggak jarang yang banyak

minta doa-doa keselamatan, rezeki, jodoh atau apalah itu ya atau

saran-saran sesuai dengan agama kami ataupun lainnya ke bapak

Sili, Cuma untuk sekarang karena faktor umur itu tadi, kemampuan

untuk beraktifitas makin kurang kan. Agak cukup susah juga.”

Pewawancara : “oke deh pak. Sampai sini aja dulu wawancaranya, bapak juga

mau lanjut aktivitas lagi. Terimakasih banyak ya pak maaf sudah

menggaggu waktu santainnya.”

Informan : “iya nanti sering-sering main ke sini. Kita ngobrol lagi sama isteri

saya juga ya.”

Page 106: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Pewawancara : “Boleh dikenalkan dulu bapak namanya siapa terus umurnya

berapa. Pak?”

Informan : “Nama Vincent, umur saya masih muda kok 67 tahun.”

Pewawancara : “Bapak saat sudah pindah ke sini apa sudah menikah sama ibu?”

Informan : “Oh iya belum.”

Pewawancara : “Bapak pindah ke sini apakah ikut saudara atau bagaimana pak?

Mungkin bisa dijelaskan."

Informan : “Pindah ke sini? ohhh enggak, ke Kampung Sawah ini tadinya kan

dari Tanjung Priok. Dulu kan di sana ngontrak per bulannya tahun

1975-1976 itu masih murah. Dulu saya waktu di flores bantu orang

tua punya lahan untuk digarap saja.”

Pewawancara : “Jadi alasan pindah ke sini karena pindah kerja atau bagaimana?”

Informan : “Kami awalnya kan merantau dan kerja di Tanjung Priok. Saya

pindah ke sini dulu karena tanah masih murah di tahun 1979 masih

sekitar Rp. 5000/ meter. itu juga bermula ajakan dari teman-teman

yang lebih dulu tinggal di sini sesama orang Flores. Dulu juga kan

kami untuk air aja di Tanjung Priok itu kan beli, kalau di sini kan

tidak beli, gereja dekat, sekolah juga dekat.”.”

Pewawancara : “ Kenapa bapak pilih kampung sawah pak?”

Informan : “Karena dulu di Priok kan air beli, kalau di sini kan air kita tidak

beli, gereja kita dekat, sekolah juga dekat.”

Nama Vincent (67 tahun)

Status Warga RT. 005/ 003

Tanggal Wawancara 17 Maret 2018

Lama tinggal di Kampung Sawah 1982 (36 tahun)

Page 107: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Pewawancara : “Ada tidak pak adat kebiasaan yang masih dijaga sampai sekarang

ini, yang dibawa dari Flores?”

Informan : “Yang paling penting tatakrama lah yang dijaga.”

Pewawancara : “Terus ada tidak pak untuk warga flores sendiri tokoh yang paling

dituakan atau dihormati?”

Informan : “Selain Marcus sih ada yang paling dituakan, Cuma ya karena

sudah sakit-sakitan terus juga sudah banyak yang meninggal. Yang

masih ada itu bapak Vius Vedo. Ada sekitar 20 tahun tinggal di

sini.”

Pewawancara : “apa ada sebutan atau panggilan khusus untuk memanggil tokoh

atau orang-orang yang dituakan ini?”

Informan : “Ya paling manggil om atau opung (kakek).”

Pewawancara : “Atau mungkin ada tidak peraturan-peraturan khusus atau norma

yang dibuat?”

Informan : “ya itu sudah diatur oleh tokoh kami, dan menerapkan dari dalam

keluarga. Kalau adat dari Flores sendiri karena keras ya. Tapi

karena kami juga menyesuaikan dengan adat di sini, adat asal kami

tidak cocok ditanah rantau.”

Pewawancara : “terus nih pak, balik lagi ke pertanyaan. Untuk sekarang ini siapa

yang menjadi sosok yang menjaga masyarakat Flores, secara kan

sekarang ini masyarakat Flores jumlahnya lebih sedikit

dibandingkan kelompok masyarakat lain. Siapa yang berperan

untuk menjaga kelompok ini?

Informan : “Siapa ya. Sekarang sih untuk tokoh-tokoh itu tinggal anak-

anaknya aja, Cuma enggak seperti orang tua mereka yang sangat

menjaga kami. Untuk sekarang ini ya Marcus ya salah satu orang

asli Flores yang cukup punya pengaruh penting.”

Page 108: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Pewawancara : “oke pak, saya dapet informasi juga tentang moke semacam

minuman khas flores bener ya pak? Bisa bantu dijelasin gak pak,

apa itu dan cara pembuatan moke.”

Informan : “Oh, moke. di sini banyak yang bawa tapi dijual lagi. Bahannya

dari pohon aren dan pohon lontar yang disuling airnya lalu

difermentasi, diminum saat ada acara pesta. Ada semacam kayu

atau akar yang direndam sebagai campurannya saat difermentasi itu

supaya rasa dan aromanya lebih kuat.”

Pewawancara : “terus masih suka diminum pak kalau di sini? kan dibuatnya

langsung dari Flores, apa harus nunggu keluarga datang membawa

atau bagaimana?

Informan : “biasanya anak-anak kita yang kalau pulang kampung suka bawa

itu minuman (moke) untuk oleh-oleh itupun dibawa juga tidak

banyak, paling cuma tiga sampai lima botol karena ada

pemeriksaan ketat di dermaga.”

Pewawancara : “kalau di sini apa ada rundingan-rundingan dari warga Flores

dalam pemilihan calon pemimpin politik misalnya presiden atau

pemilihan calon walikota gitu, ada gak?

Informan : “ya mereka lah yang kader-kader itu, kalau kita paling Cuma

sosialisasi saja tidak ada paksaan untuk urusan politik ya itu urusan

kita pribadi dong.”

Pewawancara : “oke kalau mengenai tokoh masyarakat Flores seperti yang udah

tadi dibilang kan seperti Bapak Marcus ya untuk sekarang ini.

Orangnya bagaimana menurut bapak?

Informan : “ya kalau Marcus kan selain karena dia itu adalah RT, orangnya

juga sosialnya tinggi, bergaul sama siapa aja.”

Page 109: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Pewawancara : “kalau untuk jumlah warga asli Flores yang bapak Vincent tau

kira-kira ada berapa pak?”

Informan : “ya kurang lebih ada 30-40 keluarga ya, kebanyakan sih masih

pada ngontrak nanti pindah, terus ada yang datang lagi. Seperti itu

lah. Kalau jaman dulu sih memang paling banyak warga Floresnya,

Cuma yang tua-tuaya sudah pada menninggal. Ada juga yang suka

datang pergi itu remaja-remaja yang datang buat nyari kerja.”

Pewawancara : “terus pak untuk sekarang ini kira-kira alasan lain yang membawa

remaja-remaja Flores tinggal sementara di sini kenapa pak? kalau

bapak tau.”

Informan : “ya mereka karena alasan cari kerja. kalau seperti Bapak Marcus

sendiri yang memang asli dari Flores, suka mendatangkan anak-

anak muda asal Flores untuk mencari kerja, dia kan mampu

menyediakan lapangan kerja bagi remaja-remaja Flores karena dia

kan punya usaha pembuatan drum-drum besar.”

Pewawancara : “Berarti siapa yang mengawasi datangnya remaja-remajanya? Apa

bapak dengan ibu?

Informan : “Ya kalau itu paling bapak Marcus yang ngawasin. Kita kan orang

tua gak ikut-ikutan nimbrung, paling kita cuma bantu ingetin aja

jangan rese kalau di sini. karena kalau remaja-remaja kita suka ada

yang mabuk kan suka mengganggu warga lainnya.”

Pewawancara : “Oke bapak dan ibu ini saya terimakasih udah diterima dengan

baik, mohon maaf kalau pertannyaan tadi ada yang menyinggung.”

Informan : “Iya kok kita terima dengan baik. Bapak dulu disini pindah dari

tahun 1982 dari masih banyak pohon duren, masih hutan lah. Tanah

juga masih becek, lampu juga masih pakai lampu tempel. Sudah

ya.”

Page 110: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Pewawancara : “iya bapak, terimakasih banyak. Maaf mengganggu waktu nya ini,

hehehehe”

Nama Margareta Dewi (23 tahun)

Status Warga RT. 005/ 003

Tanggal Wawancara 9 Desember 2017 dan 25 Agustus

2018

Lama tinggal di Kampung Sawah 2001 (17 tahun)

Pewawancara : ““halo mba Dewi, maaf ini saya ganggu waktunya, saya mau

tanya-tanya seputar masyarakat Flores di sini boleh ya mba?

Informan : “iya boleh kok mba.”

Pewawancara : “mba Dewi dengan keluarga asli flores atau keturunan campuran

mba?

Informan : “Bapak saya orang Flores yang datang ke sini ketemu sama ibu

saya orang Jawa.”

Pewawancara : “ohh. Mba sama keluarga tinggal di Kampung Sawah dari

kapan?”

Informan : “hhmm sekarang aku aja udah umur 23 tahun, udah lama sih ya.

Sejak aku SD kelas satu pindah ke sini awalnya tinggal di Priok

waktu Bapak masih kerja di sana. Kita juga dari kecil belum pernah

pulang ke Flores karena lahir di Jakarta.”

Pewawancara : “tadi saya awalnya ke rumah Bapak Marcus dulu ini, Cuma beliau

gak ada di rumah kata anaknya.”

Informan : “iya emang lagi pergi bapaknya, semalam katanya sih ke puncak.”

Page 111: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Pewawancara : “oke mba Dewi, karena kelahiran Jakarta mba paham mengenai

budaya atau kebiasaan Flores?”

Informan : “ya sedikit-sedikit lah ya dikenalkan sama bapak saya.”

Pewawancara : “kalau di RT 005 RW 003 ini apa emang banyak warga Flores

mba karena kebetulan kan nama gang nya ini udah seperti identitas

warga gitu.”

Informan : “ya kurang lebih cukup banyak ya. Tapi tetap sih paling banyak

kan orang betawi asli sini sama warga yang dari jawa. Kalau Flores

karena kami Cuma pendatang-pendatang aja sih, tapi kebetulan

banyak yang sudah menetap lama ya mba”

Pewawancara : “berarti mba hubungan saudara di sini masih banyak?

Informan : “saudara ya ada juga di sini."

Pewawancara : “kalau saya boleh tau nih mba, bapak Marcus kalau gak ada di

rumah itu karena kesibukan kerja biasanya?”

Informan : “iya, karena kebetulan dia punya pabrik jadi Cuma ngecek aja sih

paling sore di rumah. Kalau mau datang lagi biasanya pagi jam

Sembilan atau mungkin sore, pasti bapaknya ada dirumah.”

Pewawancara : “oh iya mba Dewi, di keluarga ini masih suka ngobrol pakai

Bahasa Flores?”

Informan : “ya masih untuk orang tua, kalau saya yang masih muda paham

sedikit-sedikit ketika mereka bicara pakai Bahasa Flores. Tapi saya

ketika ditanya atau menjawab dengan Bahasa Flores yang tidak

bisa.”

Pewawancara: “oh gitu ya mba, jadi paham sedikit gitu ya kalau ada orang tua

yang ngobrol pakai Bahasa Flores. Ngomong-ngomong saya

terakhir ke sini dua bulan lalu jalanan di depan belum bagus,

Page 112: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

sekarang udah diperbaiki ya mba. Itu dari dana iuran warga atau

bagaimana? ”

Informan : “oh enggak, itu atas saran bapak Marcus ke ketua lingkungan kita

untuk minta bantuan keuskupan dari gereja minta supaya diperbaiki

karena kalau hujan kan becek gitu ya apalagi akses utama kami

kalau ke luar. Bantuan-bantuan lainnya untuk umat katolik ada ya

dari gereja, tapi kalau umat lain ya ada dana sendiri dari warga.”

Pewawancara: “terus ada enggak sih mba kegiatan-kegiatan kumpul warga Flores

misalnya acara rutinnya gitu.”

Informan : “ada. Biasanya menjelang natal untuk kami flores yang Katolik,

biasanya kegiatan kumpulnya di Matraman, Jakarta Pusat jadi

seluruh Maumere mau yang asalnya Manggarai, Flores atau yang

dari Lanbata gitu.”

Pewawancara : “untuk perwakilan dari warga Flores di sini siapa mba yang jadi

pengurus atau yang sibuk mengurusi acara kumpul itu mba?”

Informan : “jarang sih ya mba, soalnya enggak semuanya mau ikutan kumpul

juga karena alasan jauh atau sebagainya gitu ya. Paling yang ber-

tittle atau punya pengaruh aja yang jadi panitia terus

mengkoordinir warga kami.”

Pewawancara: “mungkin kayak Bapak Marcus mba?”

Informan : “ya beliau salah satunya, karena yang paling dikenal dan asli

Flores yang masih cukup muda dan paham seperti itu lah ya mba.

Itu juga kan tergantung dari pembentukan panitia perwakilannya.”

Pewawancara : “oh berarti kegiatan kumpul-kumpul itu ketika sedang ada momen

aja ya mba, seperti menjelang natalan gitu ya.”

Page 113: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MIGRASI MASYARAKAT FLORES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43482/1/RISMA... · semakin banyak tuntutan ekonomi dan faktor ekologi daerah

Informan : “iya terus juga kalau ada pesta pernikahan, kan keluarga Flores

dari mana aja datang. Misalkan yang dari Tangerang atau daerah

lain itu pada datang, kadang pesta sampai pagi.”

Pewawancara : “terus mba kalau dari yang saya tahu berarti ikatan persaudaraan

warga Flores kan masih sangat erat nih ya. Misalnya ketika ada

saudara yang sedang kesusahan gitu siapa yang paling dibutuhkan

saat seperti itu?”

Informan : “ya pastinya keluarga dulu ya, yang dimintai tolong. Cuma karena

kami juga seringkali bergantung sama tokoh kami seperti bapak Sili

atau Bapak Selong yang sangat paham adat istiadat Maumere,

Flores atau Bapak Marcus yang bisa ditemui atau diminta tolong

kapan aja kadang juga kami minta saran atau masukan ke mereka

gitu.”

Pewawancara : “dimintai tolong itu ketika apa mba Dewi?”

Informan : “ya apa ya, tergantung kesulitan orangnya dan apa yang

dibutuhkan ya. Misal keponakan saya bulan april lalu sempat sakit

radang usus harus masuk rumah sakit. Karena saat itu keadaan

keuangan kami lagi kurang karena bapaknya enggak kerja ya mau

enggak mau dong kami minta tolong ya istilahnya minta

dipinjamkan untuk biaya berobat ke Om Marcus. Tapi setelah

keponakan saya sembuh saya langsung urus permohonan bantuan

dari pihak keuskupan gereja untuk mengganti uang yang

dipinjamkan Om Marcus gitu. Mungkin yang lain juga ada ya tapi

saya tidak tahu persis apa kebutuhannya”

Pewawancara : “oh gitu mba, apa harus ada timbal baliknya gitu mba Dewi?”

Informan : “ya paling saya harus ganti uang pinjaman secepatnya, karena

enggak enak juga lah ya mba. Itu aja sih”

Pewawancara : “okedeh mba Dewi, terimakasih ya infonya.”