78

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAPVOLUME EKSPOR KAKAO INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

SKRIPSI

Oleh :

FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2017

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAPVOLUME EKSPOR KAKAO INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

Oleh:FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA

105040100111005

MINAT EKONOMI PERTANIANPROGRAM STUDI AGRIBISNIS

SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian Strata Satu (S-1)

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2017

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karyayang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu PerguruanTinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapatyang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulisdiacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Agustus 2017

Fajri Akbar K Y

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

LEMBAR PERSETUJUAN

JudulPenelitian : Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh TerhadapVolume Ekspor Kakao Indonesia di Pasar Internasional

NamaMahasiswa : Fajri Akbar Kardieno YasamithaNIM : 105040100111005Program Studi : AgribisnisMenyetujui :DosenPembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Kedua,

Prof.Dr.Ir Nuhfil Hanani AR., MS Fahriyah, SP., M.Si.NIP. 195811281983031005 NIP. 197806142008122003

Mengetahui,Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Mangku Purnomo, SP., M.Si., Ph.dNIP.197704202005011001

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

LEMBAR PENGESAHAN

Mengesahkan

MAJELIS PENGUJI

Penguji I Penguji II

Condro Puspo Nugroho, SP., MP. Neza Fadia Rayesa, STP, M. Sc.NIP. 198804162014041001 NIP. 20160988 1204 200 1

Penguji III Penguji IV

Prof. Dr. Ir. NuhfilHanani AR., MS Fahriyah SP., M.Si.NIP. 195811281983031005 NIP. 197806142008122003

TanggalLulus : ………………….

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik
Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik
Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

i

RINGKASAN

FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA. 105040100111005. AnalisisFaktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Kakao Indonesia diPasar Internasional. Pembimbing Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR., MS danFahriyah, SP., M.Si.

Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditas perkebunanyang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnyasebagaipenyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan nilai ekspor kakao.Disampingitu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayahdanpengembangan agroindustri. Kakao merupakan jenis tanamanperkebunan,dimana pada masa yang akan datang akan menjadi komoditi yangdiharapkanmenduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lain,seperti kelapasawit dan karet, setidaknya dari segi luas areal pertanamanmaupunsumbangannya kepada negara sebagai komoditi ekspor, maka dari itukakaobanyak dikembangkan dari berbagai wilayah di Indonesia. Sumbangannyata bijikakao terhadap perekonomian Indonesia dalam bentuk devisa dari hasileksporbiji kakao dan hasil industri kakao.

Permintaan biji kakao terus meningkat, terutama dari Amerika Serikat dannegara-negara Eropa Barat. Berbagai negara tersebut dikenal sebagai produsenmakanan yang menggunakan kakao sebagai komponen utamanya. Indonesiasebagai salah satu produsen perlu memanfaatkan peluang tersebut untukmeningkatkan devisa negara dengan meningkatkan ekspor biji kakao. Berorientasipada pasar ekspor, peluang besar kakao Indonesia masih relatif terbuka. Beberapahasil studi menunjukkan bahwa daya saing kakao masih baik sehingga Indonesiamasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkanpasar domestik.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat dilihat bahwapeluang Indonesia untuk meningkatkan volume ekspor kakao masih sangatterbuka karena permintaan biji kakao di pasar internasional juga diperkirakanterus meningkat. Oleh karena itu diperlukan sebuah kajian ilmu analisis mengenaifaktor-faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor kakao Indonesia di pasarinternsaional dari segi luas lahan, produktivitas, permintaan, harga kakao duniadan harga kakao domestik untuk melihat kemungkinan peningkatan volumeekspor kakao Indonesia.

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangberpengaruh terhadap volume ekspor Indonesia di pasar internasional yaitudengan menggunakan regresi linier berganda. Metode pengumpulan data dengancara mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber digunakan untukmendapatkan data yang valid dan reliabel.

Hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor kakaoIndonesia di pasar internsaional menunjukan bahwa secara keseluruhan variabelluas lahan, produktivitas, permintaan, harga kakao dunia dan harga kakaodomestik berpengaruh positif sebesar 99,1% terhadap volume ekspor kakaoIndonesia dengan variabel dominan yaitu luas lahan (X1) dan permintaan (X3).

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

ii

SUMMARY

FAJRI AKBAR KARIDENO YASAMITHA. 105040100111005. Analysis offactors affecting Indonesian cocoa export volume in international market. Underguidance from Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR., MS and Fahriyah, SP., M. Si.

Cocoa (Theobroma cacao) is one of the plantation commodities whosehasquite important role for the national economy, particularly as a provider ofemployment, income sources and export value. Besides, cocoa also plays a role inencouraging regional development and agro-industry development. Cocoa is atype of plantation crop, which in the future will be a commodity that is expectedto occupy a place with other plantation commodities, such as oil palm and rubber,at least in terms of area of cultivation and its contribution to the country as anexport commodity, therefore cocoa many developed from various regions inIndonesia. The real contribution of cocoa beans to the Indonesian economy in theform of foreign exchange from exports of cocoa beans and cocoa products.

Cocoa bean demand continues to increase, especially from the United Statesand Western European countries. These countries are known as food producerswho use cocoa as their main component. Indonesia as one of the producers needsto take advantage of these opportunities to increase the foreign exchange byincreasing cocoa bean exports. Based on export market orientation, Indonesia stillhas a great opportunity for cocoa bean exports. Some studies show that cocoacompetitiveness is still good so Indonesia still has an opportunity to increaseexports and develop the domestic market.

Based on the background of the research problems can be seen thatIndonesia's opportunity to increase the export volume of cocoa is still very openbecause demand for cocoa beans in the international market is also expected toincrease. Therefore, that is important to make analysis of factors that affect theexport volume of Indonesian cocoa in the international market in terms of landarea, productivity, demand, world cocoa price and domestic cocoa price to see thepossibility of increasing the export volume of Indonesian cocoa.

The analytical tool used to analyze the factors that affect the export volumeof Indonesia in the international market is by using multiple linear regression.Data collection methods by collecting secondary data from various sources areused to obtain valid and reliable data.

The analysis of factors affects the export volume of Indonesian cocoa in theinternational market shows that the overall variables of land area, productivity,demand, world cocoa price and domestic cocoa price have a positive effect of99.1% to the export volume of Indonesian cocoa with the dominant variable areland area (X1) and demand (X3).

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Volume Ekspor Kakao Indonesia di Pasar Internasional.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari

perhatian, bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR., MS selaku Dosen Pembimbing Utama, dan

Fahriyah, SP., M. Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan skripsi ini.

2. Kepada orang tua dan keluarga besar yang tiada hentinya memberikan

semangat dan dukungan moral serta materiil yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepada saudara-saudara dan juga teman-teman agribisnis angkatan 2010 yang

telah memberikan dukungan moral pada penulis.

4. Kepada Rizky Hendra Saputra, SE., Alfian Condro Guritno, S. Kom., Theo,

Rifan, Dhior, Mirza, Nabiel, Wanda dan sahabar-sahabat yang selalu

mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga tulisan ini menjadi karya yang membawa manfaat dan nilai positif

bagi penelitian selanjutnya.

Malang, Agustus 2017

Penulis

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Jember, pada tanggal 4 November 1991. Penulismerupakan putra pertama dari pasangan Bapak Drs. Bambang Setyonohadi, MM.dan Ibu Dyah Enok Lestariningtyas, S. Pd. Penulis memiliki tiga orang saudarayaitu Yusar, Naufal dan Qeis yang semuanya masih bersekolah.

Latar belakang pendidikan formal penulis, yaitu lulus dari SDN Ambulu 03Kecamatan Ambulu pada tahun 2004. Pendidikan menengah pertama di SMPNegeri 1 Ambulu Kecamatan Ambulu, lulus tahun 2007. Pendidikan menengahatas di SMA Negeri 2 Jember, lulus tahun 2010. Pada tahun yang samamelanjutkan ke jenjang Strata Satu di Universitas Brawijaya-Malang, FakultasPertanian, Program Studi Agribisnis melalui jalur SNMPTN (Seleksi NasionalMasuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif diorganisasi di luar kampus yaitu di Indonesia Nerazzurra Distretto Malang Rayasebagai divisi Nobar periode 2011-2014.

Demikian riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

v

DAFTAR ISI

RINGKASAN .............................................................................................. iSUMMARY ................................................................................................. iiKATA PENGANTAR ................................................................................ iiiRIWAYAT HIDUP ..................................................................................... ivDAFTAR ISI................................................................................................ vDAFTAR TABEL ....................................................................................... viiDAFTAR GAMBAR................................................................................... viiiDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 11.1 Latar Belakang ........................................................................................ 11.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 71.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 91.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 102.1 Telaah Penelitian Terdahulu ................................................................... 102.2 Tinjauan Tentang Kakao ......................................................................... 12

2.2.1 Tinjauan Agronomi Kakao............................................................. 122.2.2 Sejarah Biji Kakao ......................................................................... 152.2.3 Produk-Produk Biji Kakao............................................................. 182.2.4 Perusahaan Kakao di Indonesia ..................................................... 202.2.5 Sertifikasi Kakao............................................................................ 22

2.3 Tinjauan Tentang Perdagangan Internasional ......................................... 232.4.1 Pengertian Perdagangan Internasional ........................................... 232.4.2 Teori Perdagangan Internasional.................................................... 232.4.3 Keuntungan Perdagangan Internasional......................................... 272.4.4 Teori Permintaan............................................................................ 282.4.5 Teori Penawaran............................................................................. 30

2.4 Tinjauan Tentang Ekspor ........................................................................ 322.5 Tinjauan Tentang Lahan ......................................................................... 332.6 Tinjauan Tentang Produktivitas .............................................................. 34

III. KONSEP KERANGKA PEMIKIRAN .............................................. 364.1 Kerangka Pemikiran................................................................................ 364.2 Hipotesis.................................................................................................. 374.3 Batasan Masalah...................................................................................... 384.4 Definisi Operational ................................................................................ 38

IV. METODE PENELITIAN .................................................................... 394.1 Jenis Penelitian........................................................................................ 394.2 Jenis Metode dan Pengumpulan Data ..................................................... 394.3 Metode Analisis Data.............................................................................. 39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 435.1 Perkembangan Kakao di Indonesia......................................................... 43

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

vi

5.1.1 Perkembangan Volume Ekspor Kakao di Indonesia..................... 435.1.2 Perkembangan Luas LahanTanaman Kakao di Indonesia ............ 435.1.3 Perkembangan Produktivitas Kakao di Indonesia ........................ 455.1.4 Perkembangan Permintaan Kakao Indonesia

di Pasar Internasional.................................................................... 465.1.5 Perkembangan Harga Kakao Dunia.............................................. 475.1.6 Perkembangan Harga Kakao Domestik ........................................ 48

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume EksporKakao Indonesia di Pasar Internasional ................................................. 495.2.1 Uji Kebaikan Kesesuaian (Goodness of Fit)................................. 495.2.2 Uji F .............................................................................................. 505.2.3 Uji t ............................................................................................... 50

VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 576.1 Kesimpulan ............................................................................................. 576.2 Saran........................................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 59LAMPIRAN ................................................................................................ 63

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Ekspor Non Migas................................................................... 1

2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku MenurutLapangan Usaha (Subsektor Tanaman Bahan Pangan TanamanPerkebunan) 2010-2014 .................................................................. 2

3. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku MenurutLapangan Usaha (Sektor Pertanian) 2010-2014.............................. 3

4. Produksi Kakao Dunia Berdasarkan Negara Penghasil ................... 4

5. Karakteristik Buah Kakao Menurut Kemasakan Buah .................... 14

6. Rata-Rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Lahan Kakao diIndonesia Tahun 1980-2015............................................................ 45

7. Koefisien Variabel-Variabel Bebas.................................................. 49

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Buah Kakao............................................................................................13

2. Perkebunan Kakao .................................................................................15

3. Luas Lahan dan Produksi Kakao ...........................................................20

4. Penyebaran Industri Kakao ....................................................................21

5. Keseimbangan Dalam Perdagangan Internasional.................................26

6. Kurva Ekspor .........................................................................................32

7. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................... 37

8. Perkembangan Volume Ekspor KakaoIndonesia di PasarInternasional ............................................................................................. 43

9. Perkembangan Luas Lahan Usahatani Kakao Indonesia ..................... 44

10. Perkembangan Produktivitas Kakao Indonesia.................................. 46

11. Perkembangan Permintaan Kakao Indonesia di Pasar Internasional .. 46

12. Perkembangan Harga Kakao Dunia .................................................... 47

13. Perkembangan Harga Kakao Domestik .............................................. 48

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Volume Ekspor Kakao Indonesia diPasar Internasional . ............... 64

2. Luas Lahan Kakao Indonesia .......................................................... 65

3. Produktivitas Kakao Indonesia........................................................ 66

4. Permintaan Kakao Indonesia di Pasar Internasional ....................... 67

5. Harga Kakao Dunia ......................................................................... 68

6. Harga Kakao Domestik .................................................................... 69

7. Hasil Estimasi Model Linier............................................................. 70

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menganut sistem

perekonomian terbuka kecil, artinya Indonesia melakukan perdagangan ekspor

namun bukan sebagai pembuat harga (price maker), sehingga kondisi

perdagangan ekspor dipengaruhi oleh pasar internasional. Negara yang melakukan

perdagangan luar negeri dapat meningkatkan pendapatannya dengan mengekspor

bahan baku mentah, barang setengah jadi, maupun barang yang sudah jadi atau

langsung pakai. Perdagangan ekspor Indonesia dibagi menjadi dua kategori, yaitu

ekspor migas dan non migas. Ekspor migas meliputi minyak bumi dan gas alam.

Ekspor non migas meliputi produk hasil pertanian, kehutanan, industri, perikanan,

peternakan dan tambang non migas.

Ekspor non migas di Indonesia mendominasi perdagangan luar negeri. Nilai

ekspor non migas Indonesia setiap tahunnya mengalami

peningkatandanpenurunan. Pada tahun 2014 nilai ekspor non migas Indonesia

adalah 145.961,0 juta USD (Kementerian Perdagangan, 2014). Tabel 1 dibawah

menunjukan nilai ekspor non migas Indonesia setiap tahunnya.

Tabel 1.Nilai Ekspor Non Migas (dalam US$ 1.000.000)

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014PertanianIndustri

5001,998.010,6

5.165,8122.187,7

5.569,2116.123,3

5.713,0113.029,7

5.770,0117.329,0

Pertambangan 26.712,6 34.652,0 31.329,9 31.159,5 22.850,0Lain-lain 9,9 13,0 18,7 16,3 10,0Total NonMigas

129.739,5 162.019,6 153.043,0 149.918,8 145.961,0

Sumber : Kementrian Perdagangan, 2014

Tabel 1 menunjukkan ekspor non migas Indonesia. Ekspor non migas terdiri

dari sektor pertanian, sektor industri, sektor pertambangan dan lain-lain. Sektor

pertanian merupakan sektor yang memiliki kontribusi terhadap pendapatan

nasional berupa Produk Dometik Bruto (PDB). Pada tahun 2010 kontribusi sektor

pertanian terhadap total nilai ekspor non migas adalah US$ 5001,9 (3,85%) dan

pada tahun 2014 meningkat menjadi US$ 5770,0 (4,44%). Tabel 2 menunjukan

kontribusi subsektor tanaman bahan pangan dan tanaman perkebunan dari tahun

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

2

2010 sampai dengan 2014. Pada tahun 2010 subsektor tanaman bahan pangan dan

tanaman perkebunan berkontribusi sebesar 618.425,6 miliar rupiah. Pada tahun

2011 kontribusi dua subsektor tersebut meningkat menjadi 683.677,1 miliar

rupiah, peningkatan tersebut berlanjut pada tahun-tahun berikutnya yaitu tahun

2012 meningkat menjadi 737.458,9 miliar rupiah, tahun 2013 meningkat menjadi

796.647,1 miliar rupiah dantahun 2014 meningkatlagimenjadi 797.085,0 miliar

rupiah (Badan Pusat Statistik, 2015).

Tabel 2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut LapanganUsaha (Subsektor Tanaman Bahan pangan Tanaman Perkebunan) 2010-2014(dalam miliar rupiah)

Subsektor 2010 2011 2012 2013 2014TanamanBahanPangan

482.377,1 529.967,8 574.916,3 621.322,7 621.834,0

TanamanPerkebunan

136.048,5 153.709,3 162.542,6 174.638,4 175.251,0

Total 618.425,6 683.677,1 737.458,9 796.471,1 797.085,0Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015 (Diolah)

Pada Tabel 2 menunjukan bahwa salah satu subsektor pertanian yang

memiliki peranan penting bagi peningkatan perekonomian nasional adalah

subsektor perkebunan. Subsektor tersebut menjadi sangat penting peranannya,

karena nilai ekspor komoditi subsektor perkebunan nasional lebih tinggi dari nilai

impor komoditi perkebunan dari pasar internasional. Selain itu subsektor

perkebunan merupakan salah satu subsektor pada sektor pertanian yang

mempunyai kontribusi dominan terhadap nilai ekspor dalam neraca perdagangan

Indonesia. Pada tahun 2010 kontribusi subsektor tanaman perkebunan adalah

136.048,5 milliar rupiah (21,9%) dan pada tahun 2014 hingga bulan Desember

mencapai 175.251,0 milliar rupiah (28,3%) (Kementerian Pertanian 2014).

Kondisi demikian merupakan hal yang baik bagi sektor pertanian untuk

menutupi devisa yang dikeluarkan untuk biaya impor komoditas pertanian

lainnya, baik tanaman bahan pangan, maupun peternakan (Siregar 2008). Seperti

pada Tabel 2, pentingnya subsektor perkebunan bagi peningkatan perekonomian

nasional dapat dilihat dari besarnya sumbangan subsektor perkebunan perkebunan

terhadap PDB Indonesia menurut lapangan usaha sektor pertanian yang terus

meningkat pada kurun waktu lima tahun terakhir ini. Pada Tabel 3 menunjukan

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

3

kontribusi subsektor perkebunan terhadap produk domestik bruto Indonesia

menurut lapangan usaha sektor pertanian pada tahun 2010 sampai dengan 2014.

Tabel 3. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut LapanganUsaha (Sektor Pertanian) 2010-2014 (%)

Subsektor 2010 2011 2012 2013 2014Tanaman Bahan Pangan 49 49 48 47 47Tanaman Perkebunan 14 14 14 13 13Peternakan 12 12 12 13 13Kehutanan 5 5 5 4 4Perikanan 20 21 21 22 22Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015

Subsektor perkebunan tidak menjadi penyumbang terbesar terhadap produk

domestik bruto Indonesia, akan tetapi kontribusi subsektor tanaman perkebunan

mempunyai persentase terbesar ketiga setelah tanaman bahan pangan dan

perikanan. Pada tahun 2010 hingga 2012, kontribusi subsektor tanaman

perkebunan pada PDB adalah 14%. Pada kurun waktu 2 tahun terakhir kontribusi

PDB subsektor tanaman perkebunan mengalami penurunan menjadi 13% selama

tahun 2013 hingga 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015).

Tanaman perkebunan mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi.

Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara.

Telah banyak upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi sub-sektor

perkebunan misalnya dengan cara intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan

rehabilitasi. Salah satu tanaman perkebunan yang diharapkan memberikan

sumbangan devisa negara sebagai komoditi ekspor adalah komoditi kakao.

Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor dari subsektor perkebunan

yang merupakan komoditas unggulan nasional, dimana pada tahun 2000 sampai

dengan tahun 2007 komoditas ini memberikan sumbangan devisa keempat setelah

kelapa sawit, karet, dan kelapa. Namun pada tahun 2008 komoditas kakao naik

pada peringkat ketiga setelah kelapa sawit dan karet yaitu sebesar US$ 1,413

milyar tahun 2009 (Ditjenbun, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa komoditas

kakao sebagai salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan

devisa negara yang besar.

Produksi kakao di Indonesia dihasilkan dari Perkebunan Negara,

Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat. Lokasi perkebunan kakao skala besar

yang diusahakan perusahaan perkebunan terletak di daerah Sumatera Utara, Jawa

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

4

Tengah dan Jawa Timur sedangkan Perkebunan Rakyat terletak di Maluku,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Sejalan

dengan itu pengembangan penanaman kakao di Indonesia berjalan dengan pesat

(Siregar et al., 2005). Pada Tabel 4 menunjukkan perbandingan volume produksi

kakao Indonesia dengan Pantai Gading dan Ghana sebagai penghasil utama kakao

di dunia.

Tabel 4. Produksi Kakao Dunia Berdasarkan Negara Penghasil (Ton)

Tahun ProduksiPantai Gading Ghana Indonesia

20102011201220132014

1.301.3471.511.2551.485.8821.448.9921.434.077

632.037700.020879.348835.466858.720

844.626712.200740.500720.900728.400

Sumber : FAOSTAT, 2015

Selama lebih dari 35 tahun, Indonesia telah berkecimpung dalam hal ekspor.

Menurut data yang dirilis oleh FAOSTAT pada tahun 2010 Indonesia menduduki

posisi kedua sebagai penghasil kakao terbesar di dunia dengan volume produksi

sebesar 844.626 ton. Pantai Gading menduduki posisi pertama sebagai penghasil

kakao terbesar di dunia dengan volume 1,31 juta ton kakao dan di tempat ketiga

ditempati oleh Ghana dengan volume 632.037 ton. Namun pada tahun 2012

Ghana berhasil menggeser Indonesia sebagai penghasil kakao terbesar kedua di

dunia dengan volume 879.348 ton sedangkan volume produksi Indonesia menurun

menjadi 740.500 ton (FAOSTAT, 2015).

Produksi kakao Indonesia mengalami fluktuasi dan cenderung menurun

setiap tahunnya. Terjadinya ketidakstabilan dalam hal jumlah produksi kakao

akan berdampak pada volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

Beberapa penyebab terjadinya penurunan pada produksi kakao adalah umur

tanaman yang sudah menua, menuanya umur petani biji kakao, serangan hama

dan penyakit kakao, menurunnya tingkat kesuburan tanah dan persaingan

penggunaan lahan antara budidaya kakao dengan komoditas lain.

Dalam kegiatan produksi kakao, untuk bisa menghasilkan kakao diperlukan

lahan. Lahan ini harus dimaksimalkan agar hasil produksi juga maksimal. Lahan

yang maksimal didukung dengan cara penanaman kakao yang benar, teknik yang

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

5

tepat dan pemeliharaan yang intensif. Produksi kakao yang dihasilkan di

Indonesia ini dihasilkan dari Perkebunan Rakyat, Perkebunan Negara dan

Perkebunan Swasta. Perkebunan di Indonesia ini sendiri sebagian besar

didominasi oleh Perkebunan Rakyat namun kepemilikan per petaninya sangat

kecil hanya rata-rata berkisar 1 ha per petani, namun luas Perkebunan Rakyat ini

92,7% dari total luas lahan perkebunan kakao Indonesia, dimana sisanya dimiliki

oleh Perkebunan Negara dan Perkebunan Swasta.

Setelah membahas produksi yang berkaitan erat dengan luas lahan,

produktivitas merupakan faktor yang juga penting dalam melihat perkembangan

ekspor. Produktivitas kakao berkaitan erat dengan produksi kakao. Dalam hal ini,

apabila luas lahan kakao tinggi namun produktivitasnya rendah maka produksi

kakao juga akan rendah. Perawatan tanaman dan perawatan lahan yang intensif

diperlukan dalam menjaga produktivitas kakao agar tetap tinggi. Produktivitas

kakao Indonesia belakangan ini masih kalah dibanding negara pesaing. Hal ini

terjadi karena perawatan tanaman yang dilakukan petani masih sangat kurang.

Selain produktivitas, harga juga merupakan faktor yang diperlukan dalam

kegiatan ekspor. Harga merupakan komponen yang penting dalam suatu

perdagangan baik domestik maupun internasional. Cara paling mudah dalam

memperkirakan tingkat harga yang akan terjadi pada tahun mendatang adalah

berdasarkan data pasokan kakao pada akhir tahun, pasokan kakao yang melimpah

akan menekan harga, demikian juga dengan pasokan yang terbatas maka harga

juga akan naik.

Harga kakao internasional memiliki kaitan erat dengan harga kakao

domestik. Hal ini disebabkan karena petani Indonesia mengikuti harga bursa New

York sebagai acuan menetapkan harga, sehingga tidak bisa ditentukan sendiri dan

tidak bisa juga disesuaikan dengan permintaan konsumen. Harga kakao Indonesia

berubah-ubah dan cenderung rendah karena kakao Indonesia yang non fermentasi

kualitasnya berbeda dengan negara pesaingnya Pantai Gading dan Ghana.

Ekspor kakao Indonesia dapat ditentukan dari tingkat permintaan kakao

dalam negeri dan luar negeri. Tingkat permintaan kakao dalam negeri masih

terbilang sedikit dibandingkan dengan total produksi kakao. Permintaan kakao

dapat dilihat berdasarkan tingkat konsumsi dan kebutuhan masyarakat di suatu

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

6

negara. Total produksi kakao Indonesia yang tinggi jika dibandingkan dengan

tingkat permintaan kakao dalam negeri yang rendah, maka sebagian besar hasil

produksi kakao ditujukan untuk ekspor.

Permintaan kakao di pasar internasional cukup tinggi mengingat tingkat

konsumsi kakao di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa juga tinggi.

Negara-negara tersebut dikenal sebagai negara penghasil produk olahan kakao,

dalam hal ini coklat. Negara penghasil produk olahan umumnya tidak memiliki

lahan kakao sendiri, sehingga untuk memproduksi produk olahan negara tersebut

mengimpor bahan bakunya dari negara lain. Permintaan kakao Indonesia di

negara-negara tersebut cenderung fluktuatif karena beberapa hal diantaranya mutu

kakao Indonesia yang masih rendah karena non fermentasi. Akibatnya adalah

kakao Indonesia diimpor hanya untuk campuran dalam memproduksi kakao.

Negara-negara penghasil produk kakao olahan cenderung memakai bahan baku

biji kakao fermentasi dalam hal ini biji kakao dari Pantai Gading dan Ghana.

Sehingga harapan ke depannya petani kakao Indonesia mampu meningkatkan

kualitas biji kakao yang akan diekspor sehingga dapat bersaing dengan negara

produsen biji kakao lain.Berdasarkan latar belakang ekonomi tersebut maka

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor kakao Indonesia di pasar

internasional”.

1.2 Rumusan Masalah

Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditas perkebunan

yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnyasebagai

penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan nilai ekspor kakao.Disamping

itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah

danpengembangan agroindustri. Kakao merupakan jenis tanaman

perkebunan,dimana pada masa yang akan datang akan menjadi komoditi yang

diharapkanmenduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lain,

seperti kelapasawit dan karet, setidaknya dari segi luas areal pertanaman

maupunsumbangannya kepada negara sebagai komoditi ekspor, maka dari itu

kakaobanyak dikembangkan dari berbagai wilayah di Indonesia. Sumbangan

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

7

nyata bijikakao terhadap perekonomian Indonesia dalam bentuk devisa dari hasil

eksporbiji kakao dan hasil industri kakao. Sumbangan lainnya adalah penyediaan

bahanbaku industri dalam negeri, baik industri makanan maupun industri

kosmetik.

Melihat ekspor kakao yang cenderung fluktuatif di pasar internasional,

dampak yang dapat dirasakan adalah sumbangan ekspor kakao dalam devisa

negara akan menurun. Ekspor kakao Indonesia yang tinggi akan meningkatkan

devisa negara dan sebaliknya ekspor kakao Indonesia yang rendah juga akan

menyebabkan penurunan devisa negara. Selain itu melihat industri kakao dalam

negeri yang masih sangat sedikit, dampak yang dapat dilihat adalah pasokan

kakao Indonesia akan melimpah. Pasokan kakao yang melimpah akan menekan

harga kakao Indonesia di dalam negeri sehingga apabila harga kakao rendah maka

petani juga mendapatkan untung yang relatif rendah. Apabila masalah ini

berkelanjutan maka yang akan terjadi adalah petani akan kehilangan motivasi

untuk meningkatkan produksi maupun kualitas kakao yang diproduksi.

Ekspor kakao Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

produktivitas kakao Indonesia, harga kakao, kualitas kakao yang dihasilkan dan

konsumsi kakao dalam negeri. Produktivitas yang tinggi akan meningkatkan

produksi kakao. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian khusus dalam hal

perawatan tanaman kakao agar produktivitasnya tetap terjaga. Perawatan yang

dapat dilakukan adalah penanaman bibit unggul yang tahan terhadap penyakit.

Peningkatan produksi dengan perluasan areal saat ini tidak dapat

mengimbangi penurunan produksi tanaman tua dan tua renta, serta serangan hama

PBK dan penyakit VSD sudah menjadi ancaman bagi produksi kakao

nasional.Oleh karena itu upaya perbaikan perlu segera dilakukan agar produksi

kakao nasional dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Perbaikan perkebunan

kakao dapat dilakukan melalui upaya rehabilitasi, peremajaan dan perluasan areal

dengan bahan tanam unggul dan penerapan teknologi maju. Di samping itu, upaya

pengendalian hama PBK dan penyakit VSD perlu terus digalakkan.

Harga juga berperan penting dalam kegiatan ekspor. Harga kakao

ditentukan dari harga bursa New York. Sedangkan harga kakao Indonesia sendiri

ditentukan dari kualitas biji kakao itu sendiri. Kenyataannya, kakao Indonesia

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

8

selalu mendapatkan potongan harga karena biji kakao Indonesia tidak melalui

proses fermentasi. Petani umumnya tidak melakukan fermentasi karena

memerlukan waktu yang lebih lama pada prosenya. Oleh karena itu, dengan

waktu yang lebih lama petani juga mengeluarkan biaya yang lebih besar. Petani

cenderung ingin mendapat keuntungan dengan cara yang relatif cepat.

Permasalahan utama yang diambil dalam penelitian ini adalah bahwa ada

ketidaksesuaian antara teori yang dipakai sebagai acuan dengan praktek atau

keadaan nyata. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Republik Indonesia dan beberapa sumber data yang lain menunjukkan bahwa

terjadi fluktuasi pada produktivitas kakao Indonesia, harga kakao dunia dan harga

kakao domestik akan tetapi permintaan biji kakao Indonesia di pasar internasional

cenderung mengalami kenaikan. Sehingga permasalahan ini memerlukan

penelitian lebih lanjut.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris mengenai hubungan

antara variabel dependen dengan beberapa variabel independen yang ada dalam

penelitian mengenai volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

Variabel dependen yang diambil adalah volume ekspor kakao Indonesia di pasar

internasional, sedangkan variabel independennya adalah luas lahan kakao

Indonesia, produktivitas kakao Indonesia, permintaan kakao Indonesia di pasar

internasional, harga kakao dunia dan harga kakao domestik.

Berdasarkan identifikasi masalah dan kendala yang telah dijabarkan, maka

rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan luas lahan dan produktivitas kakao di Indonesia.

2. Apa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor kakao

Indonesia di pasar internasional.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perkembangan volume ekspor kakao Indonesia di pasar

internasional.

2. Untuk mengetahui perkembangan luas lahan dan produktivitas kakao di

Indonesia.

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

9

3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap volume

ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan masukan dan informasi kepada Pemerintah serta pihak-pihak

terkait dalam menjaga dan mengembangkan komoditas biji kakao sebagai

salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia.

2. Memberi masukan dan informasi kepada peneliti lain dalam memberikan

saran dan rekomendasi, serta sebagai rujukan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan yaitu

ditulis oleh Damar (2011) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Biji Kakao Indonesia ke Malaysia dan Singapura, dengan hasil penelitian bahwa

faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi permintaan biji kakao

Indonesia ke Malaysia adalah harga biji kakao Indonesia, GDP negara Malaysia

dan harga biji kakao negara pesaing (Ghana). Sedangkan faktor yang memberikan

pengaruh paling signifikan bagi permintaan biji kakao Indonesia ke Singapura

adalah harga biji kakao Indonesia dan harga biji kakao negara pesaing (Ghana).

Hasil penelitian tersebut menggunakan Metode Random Sampling dan Metode

Analisis Regresi Majemuk dengan empat variabel kuantitatif.

Penelitian berikutnya yaituIzzudin (2015) Analisis Daya Saing Ekspor Biji

Kakao Sebagai Komoditas Unggulan Indonesia Dalam Menghadapi Integritas

Ekonomi ASEAN 2015 dengan hasil penelitian yaitu produktivitas, tingkat

liberasi perdagangan dan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh nyata terhadap

kinerja daya saing ekspor kakao. Peningkatan produktivitas kakao dapat

mempengaruhi peningkatan daya saing ekspor. Hasil penelitian tersebut

menggunakan Metode Random Sampling dan Metode Analisis Regresi Linier

Berganda.

Anggita, Anna dan Amzul (2014) Analisis Perdagangan Kakao Indonesia di

Pasar Internasional dengan hasil penelitian variabel-variabel yang berpengaruh

signifikan terhadap volume ekspor kakao biji Indonesia antara lain GDP riil per

kapita negara tujuan ekspor, nilai tukar riil Indonesia terhadap LCU dan bea

keluar kakao biji. Pada model kakao butter, semua variabel berpengaruh

signifikan. Pada model kakao powder, variabel-variabel signifikan terhadap

volume ekspor adalah GDP riil per kapita Indonesia, GDP riil per kapita negara

tujuan dan jarak ekonomi Indonesia dengan negara tujuan ekspor. Hasil penelitian

tersebut menggunakan Metode Analisis Data Panel dengan Gravity Model dan

Metode Analisis Regresi dan Analisis Potensi Perdagangan.

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

11

Fatiqlal (2015) Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Volume

Ekspor CPO Indonesia di Pasar Internasional dengan hasil penelitian variabel-

variabel yang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia

antara lain luas area lahan, produktivitas CPO Indonesia, harga CPO dunia,

populasi negara China, populasi negara India, pendapatan negara China, nilai

tukar rupiah terhadap dollar, volume ekspor CPO Malaysia, populasi negara

Indonesia dan pendapatan negara Indonesia. Hasil penelitian tersebut

menggunakan Analisis Regresi Berganda dan Analisis Deskriptif.

Penelitian-penelitian terdahulu di atas menjelaskan tentang daya saing

perdagangan biji kakao Indonesia terhadap negara lain dalam Pasar Internasional,

sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan identifikasi

dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor biji kakao Indonesia ke

pasar internasional dan menghitung berapa besar pengaruh faktor tersebut

terhadap volume ekspor biji kakao Indonesia.

Dalam produksi biji kakao sebagai komoditi ekspor luas lahan kakao

berpengaruh terhadap produksi biji kakao kering. Hal ini terjadi karena apabila

luas lahan kakao Indonesia bertambah maka akan menyebabkan peningkatan

produksi biji kakao kering Indonesia yang nanti harapannya meningkatkan

volume ekspor kakao Indonesia ke pasar internasional. Namun bukan hanya luas

lahan saja yang berpengaruh terhadap produksi biji kakao kering Indonesia, tapi

produktivitas juga berpengaruh terhadap produksi biji kakao kering. Logikanya

apabila produktivitas lahan kakao Indonesia tinggi maka produksi biji kakao

Indonesia juga akan tinggi. Tapi lain halnya apabila produktivitas lahan kakao

Indonesia rendah, dengan luas lahan kakao yang tinggi sekalipun tidak menjamin

produksi biji kakao juga akan ikut tinggi.

Dalam kegiatan perdagangan internasional, harga kakao dunia sangat

berpengaruh terhadap volume kakao Indonesia ke pasar internasional. Hal ini

terjadi karena apabila harga kakao dunia meningkat maka akan menyebabkan

penurunan jumlah permintaan ekspor biji kakao Indonesia ke pasar internasional.

Secara teoritis dalam teori permintaan terdapat suatu hukum permintaan yang

mengatakan bahwa dalam keadaan ceteris paribus apabila harga barang naik

mengakibatkan permintaan akan barang tersebut menjadi turun, dan sebaliknya

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

12

(Nicholsen, 1995). Pertanyaan yang timbul adalah apakah benar dengan kenaikan

harga biji kakao Indonesia menyebabkan permintaan ekspor biji kakao Indonesia

ke pasar internasional menurun.

Harga kakao domestik juga akan berpengaruh terhadap penawaran kakao

Indonesia ke pasar internasional. Hal ini terjadi karena apabila harga kakao

domestik meningkat maka akan menyebabkan peningkatan penawaran jumlah

ekspor kakao Indonesia ke pasar internasional, namun pada saat yang bersamaan

akan menyebabkan penurunan permintaan ekspor kakao Indonesia di pasar

internasional. Secara teoritis dalam teori penawaran terdapat suatu hukum

penawaran yang mengatakan bahwa dalam keadaan ceteris paribus apabila harga

barang naik mengakibatkan penawaran akan barang tersebut juga akan naik, dan

sebaliknya (Hanafie, 2010).

2.2 Tinjauan Tentang Kakao

2.2.1 Tinjauan Agronomi Kakao

Kakao merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon yang dikenal

di Indonesia sejak tahun 1560, namun baru menjadi komoditi yang penting sejak

tahun 1951. Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian dan mendukung

industri kakao pada tahun 1975, setelah PTP IV berhasil menaikkan produksi

kakao per hektar melalui penggunaan bibit unggul Upper Amazon Interclonal

Hibryd, yang merupakan hasil persilangan antar klon dan sabah. Tanaman tropis

tahunan ini berasal dariAmerika Selatan. Penduduk Maya dan Astec di Amerika

Selatan dipercayai sebagai perintis pengguna kakao dalam makanan dan

minuman. Sampai pertengahan abad ke XVI, selain bangsa diAmerika Selatan,

hanya bangsa Spanyol yang mengenal tanaman kakao. Dari Amerika Selatan

tanaman ini menyebar ke Amerika Utara, Afrika dan Asia.

Tanaman kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang

atau cabang. Untuk itulah tanaman kakao digolongkan menjadi kelompok

tanaman Caulifloris, adapun sistematika tanaman kakao menurut klasifikasi secara

botani adalah:

Divisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeClass : Dicotiledoneae

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

13

Ordo : MalvalesFamili : SterculiceaeGenus : TheobromaSpecies : Theobroma cacao L

Gambar 1. Buah KakaoSumber : Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004

Tanaman kakao (Theobroma cacao L) termasuk famili sterculiaceae.

Tanaman ini berasal dari hutan-hutan didaerah Amerika Selatan yang kemudian

tanaman ini diusahakan penanamannya oleh orang-orang Indian Aztec.

Sesungguhnya terdapat banyak jenis tanaman kakao, namun jenis yang paling

banyak ditanam untuk produksi kakao secara besar-besaran hanya tiga jenis,

yaitu:

1. Jenis Criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika

Selatan. Jenis ini menghasilkan biji kakao yang mutunya sangat baik dan

dikenal sebagai: cokelat mulia, fine flavour cocoa, choiced cocoa, edel cocoa.

2. Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai negara produsen kakao dan

menghasilkan biji kakao yang mutunya sedang. Jenis kakao ini berasal dari

Brasil, Afrika barat dan Ekuador.

3. Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis criollo dan

forastero secara alami, sehingga kakao jenis ini sangat heterogen. (Sunanto,

1992).

Tanaman kakao tumbuh baik dihutan tropik, sebab pertumbuhan kakao

sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu. Tanaman kakao yang dapat

tumbuh ada di daerah yang terletak diantara 20° LU dan 20° LS (Lintang Selatan).

Tanaman kakao juga dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang memiliki curah

hujan 1600 sampai 3000 mm per tahun atau rata-rata optimumnya sekitar 1500

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

14

mm per tahun yang terbagi merata sepanjang tahun. Tanaman kakao sangat peka

terhadap kekeringan yang panjang (3-4 bulan) (Sunanto, 1994).

Tanaman kakao termasuk tanaman yang berakar tunggang. Pertumbuhan

akarnya cukup dalam, bisa mencapai 15 m kearah dalam dan 8 m ke arah

samping. Batangnya dapat mencapai tinggi antara 8-10 m. Meskipun demikian,

tanaman ini mempunyai kecenderungan tumbuh lebih pendek jika ditanam tanpa

pohon pelindung. Cabang primer idealnya tumbuh antara 1,2-1,5 m agar tanaman

mempunyai tajuk yang baik dan seimbang. Daunnya terdiri atas tangkai daun dan

helai daun. Ukuran daunnya antara (25-34 x 9-12)cm. Daun yang tumbuh pada

ujung tunas biasanya berwarna merah, tapi menjadi hijau setelah dewasa

(Setiawan, 1995).

Buah kakao yang masih muda disebut cherelle dan sampai 3 bulan pertama

sejak perkembangannya akan terjadi cherelle wilt yaitu buah muda menjadi kering

dan mengeras. Buah yang sudah masak disebut pod atau tongkol, warnanya

bermacam-macam dan ukurannya antara 10-30 cm. Buah yang sudah masak pada

umumnya memiliki dua macam warna, yaitu buah kakao menjadi masak setelah

5-6 bulan dari proses penyerbukannya. Setiap tongkol berisi 30-50 biji kakao,

berat biji kering sekitar 0,8-1,3 gr/biji(Sunanto, 1994).

Tabel 5. Karakteristik Buah Kakao Menurut Kemasakan BuahWarna Belum Masak Warna Sudah Masak1. Hijau muda – Hijau tua2. Merah

1. Kuning2. Orange

Sumber : Sunanto, 1994

Hama pada tanaman kakao sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian

produksi, beberapa hama penting yang sering dijumpai dikebun kakao adalah

penggerek buah kakao, kepik penghisap buah, penggerek kulit batang, ulat kilan,

tikus dan tupai (PT. Perkebunan Nusantara IV, 1996). Hama ini dapat

menyebabkan kerugian yang besar bila menyerang buah-buah muda. Serangannya

dapat menyebabkan buah berhenti perkembangannya, bahkan serangan yang berat

dapat menyebabkan buah mati. Untuk itu perlu adanya pengendalian secara

terpadu dan kontinu agar tanaman dapat terpelihara dengan baik dan tidak

merugikan secara ekonomi (Sudarmo, 1989).

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

15

Gambar 2. Perkebunan KakaoSumber : Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004

2.2.2 Sejarah Biji Kakao di Indonesia

Dalam perkembangannya kakao tidak hanya menjadi minuman tetapi juga

menjadi makanan yang disukai anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Di awal

abad ke-17, kakao menjadi minuman penyegar yang digemari di istana Spanyol.

Sepanjang abad itu, kakao menyebar di antara kaum elit Eropa, kemudian lewat

proses yang demokratis harganya menjadi cukup murah, dan pada akhir abad itu

menjadi minuman yang dinikmati oleh kelas pedagang. Kira-kira 100 tahun

setelah kedatangannya di Eropa, begitu terkenalnya kakao di London, sampai

didirikan “rumah cokelat” untuk menyimpan persediaan cokelat, dimulai di

rumah-rumah kopi. Rumah cokelat pertama dibuka pada 1657.

Tahun 1988 tercatat sebagai tahun ke-77 masuknya kakao ke Indonesia.

Adalah Dr. C.J.J. Van Hall orang yang pertama kali mengadakan seleksi terhadap

pohon induk di Djati Renggo dan Getas. Kedua nama kebun tersebut digunakan

untuk menamakan beberapa klon kakao jenis Criollo yang sampai saat ini masih

digunakan, dengan kode DR dan G berbagai nomor.

Bubuk kakao telah dikenal sebagai pencampur minuman oleh bangsa indian

suku Maya di Amerika tengah sejak abad sebelum masehi, namun baru abad ke-

15 biji kakao mulai di perkenalkan di belahan dunia lain. Dengan kegunaannya

sebagai upeti atau alat barter bernilai tinggi, biji kakao sebagai pencampur

minuman diperkenalkan kepada bangsa Spanyol.

Usaha pengembangan pertanaman kakao dirintis oleh bangsa spanyol ke

benua Afrika dan Asia. Di Afrika, kakao diperkenalkan pada abad ke-15 dengan

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

16

daerah penanaman terutama di Nigeria, Pantai Gading, dan Kongo. Pada waktu

yang bersamaan kakao juga di perkenalkan di Asia, terutama daerah-daerah yang

berdekatan dengan kawasan pasifik.

Kakao yang di perkenalkan pada tahun 1560 di Sulawesi Utara berasal Dari

Filipina. Jenis yang pertama kali di tanam adalah Criollo, yang oleh bangsa

Spanyol diperoleh dari Venezuela. Produksi kakao ini relatif rendah dan peka

terhadap serangan hama dan penyakit, tetapi rasanya enak. Pada tahun 1806,

usaha perluasan kakao dimulai lagi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Penanaman

di laksanakan di sela-sela areal pertanaman kopi. Pada tahun-tahun selanjutnya

didatangkan lagi jenis kakao yang lain, mengingat kelemahan jenis kakao Criollo.

Dr. C.J.J. Van Hall. MacGillvray, Van Der Knaap adalah peneliti-peneliti yang

giat melakukan seleksi guna mendapatkan bahan tanam unggul maupun klon

induk pada awal pertanaman coklat di Indonesia. Pada tahun 1914, MacGillvray

telah menulis buku mengenai kakao, kemudian dituliskannya lagi pada tahun

1932 sebagai edisi ke-dua.

Tahun 1888 diperkenalkan bahan tanam Java Criollo asal Venezuela yang

bahan dasarnya adalah kakao asal sulawesi Utara tadi, sebagai bahan tanam tertua

untuk mendapatkan bahan tanam unggul. Sebelumnya, pada tahun 1880 juga

diperkenalkan bahan tanam jenis Forestero asal Venezuela untuk maksud yang

sama. Dari hasil penelitian saat itu, direkomendasikan bahan tanam klon-klon DR,

KWC dan G dengan berbagai nomor.

Sejalan dengan itu, pengembangan tanaman kakao di Indonesia, khususnya

di Jawa berjalan dengan pesat. Pada tahun 1938 telah terdapat 29 perkebunan

kakao dengan distribusi 13 perkebunan di Jawa Barat, 7 perkebunan di Jawa

tengah, dan 9 perkebunan di Jawa Timur. Perkembangannya juga di dorong oleh

meluasnya penyakit karat daun kopi oleh Hemeleia vastatrix, sehingga

menyebabkan musnahnya areal pertanaman kopi di Jawa. Disamping itu oleh

perusahaan perkebunan, pengembangan usahakakao juga dilakukan oleh petani

pekebun, terutama di Jawa Barat.

Pengalihan usaha perkebunan menjadi milik negara pada awal kemerdekaan

menjadikan usaha pengembangan pertanaman kakao menjadi semakin mantap.

Daerah-daerah di Jawa Barat dan Sumatra Utara merupakan hasil pertanaman

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

17

kakao yang kemudian berkembang dengan pesat. Perkembangan pertanaman

kakao dengan demikian telah meluas ke Indonesia bagian barat.

Sejalan dengan itu, program pemuliaan untuk mendapatkan bahan tanam

unggul terus giat dilaksanakan. Tahun 1973 diperkenalkan kakao jenis bulk

melalui seleksi yang dilakukan oleh PT Perkebunan VI dan Balai Penelitian

Perkebunan (BPP) Medan. Kakao jenis bulk pada tahun berikutnya memperkecil

kemungkinan untuk memperluas penanaman kakao jenis Criollo. Seperti

diketahui, kakao jenis bulk dikenal sebagai jenis kakao yang relatif tahan akan

hama dan penyakit, produksinya tinggi walaupun rasnya sedang.

Program pemuliaan PT Perkebunan VI dan BPP Medan itu, yang tetuanya

terdiri dari biji-biji campuran Na, Pa, Sca, ICS, GG, DR, Poerboyo dan Getas,

menghasilkan biji yang dikenal dengan nama varietas sintetik 1, 2, dan 3. Tetua

tersebut berupa biji illegitim hibrida F1 dari Malaysia, yang ditanam sebanyak

150.000 pohon.Pada tahun 1976, BPP Jember juga melakukan program

pemuliaannya dalam rangka untuk mendapatkan bahan tanam hibrida. Pemuliaan

ini bertujuan untuk menghasilkan bahan tanam biji hibrida dengan efek heterosis.

Sejumlah persilangan dari klon-klon ICS, Sca, dan DR telah diuji untuk maksud

itu. Secara bersamaan usaha untuk mendapatkan bahan tanam klon yang dapat di

jadikan sebagai induk maupun bahan tanam praktek juga dilaksanakan di kebun

Kaliwining Jember, dan Malangsari.

Di Sumatra Utara, penelitian yang sama terus dilaksanakan dalam rangka

pengembangan pertanaman kakao. Beberapa PT Perkebunan mulai melakukan

penanaman kakaobulk, seperti PT Perkebunan IV dan II. PT Perkebunan II

bahkan melakukan perluasan penanaman kakao di Irian Jaya dan Riau serta

membangun kebun benih kakao di Maryke, Medan. Pembangunan kebun benih

kakao tersebut dilaksanakan bersama P4TM (Pusat Penelitian Dan Pengembangan

Perkebunan Tanjung Morawa) Medan yang saat ini telah menghsailkan bahan

tanam biji hibrida, dengan tetua klon-klon Sca, ICS, Pa, TSH, dan IMS. Biji-biji

hibrida yang dihasilkan kebun benih kakao masih dalam tahap pengujian.

Perkembangan yang pesat dari pertanaman kakao di Indonesia,

menyebabkan peningkatan produksinya secara cepat. Bila pada tahun 1970-1977

produksi kakao Indonesia hanya 2.000-3.000 ton, maka padatahun 1980 angka itu

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

18

melonjak menjadi 7.000 ton. Dengan produksi kakao dunia saat ini 1.600.000 ton,

maka potensi Indonesia sebagai penghasil cokelat masih baik prospeknya (Siregar

et al., 2007).

2.2.3 Produk-produk Dari Biji Kakao

Pengolahan hasil kakao memiliki prospek serta nilai jual yang tinggi,

dengan memanfaatkan produk alternatif yang mampu mengantisipasi aspek akan

penurunan hasil produksi biji kakao. Secara skematis tahap diversifikasi produk

olahan biji kakao terbagi menjadi 4 bentuk :

1. Pulpa (Nata de cacao)

Konversi pulpa (lendir) menjadi nata dapat diadopsi oleh petani / skala

industri kecil dengan proses yang relatif sederhana. Pembuatan nata menggunakan

micoroba Acetobacter xylinum dengan kadar kandungan senyawa gula 12 – 15 %

dan beberapa jenis asam-asam organik dan asam amino serta air (Figuera et al.,

1993). Langkah-langkah membuat nata de cacao adalah pemeraman, pengenceran

dan penyaringan pulpa kemudian pengemasan dan penyimpanan. Pemeraman

adalah peruraian biji kakao segar pra-fermtasi secara alami. Pemeraman sebagai

media pertumbuhan mikroba untuk menunjang kesempurnaan proses

fermentasi.Pengenceran dilakukan untuk menghidari intensitas warna coklat pada

nata yang dihasilkan sebanyak 20 kali. 1 bagian pulpa dicampur dengan sembilan

belas gelas bagian air diaduk dan kemudian disaring. Ditempatkan dalam bak

fermentasi dengan kedalaman + 3 cm. Kemudian pada pengemasan dan

penyimpanan, nata dapat dikemas dalam plastik atau gelas yang telah disterilkan

pada suhu panas 800C,dan ditutup dengan plastik berlabel. Proses pengemasan

dilakukan untuk menghindari kontaminasi dengan penanganan atau udara, serta

ruang berpendingin (refrigator).

2. Pasta

Langkah-langkah dari pembuatan pasta kakao adalah persiapan bahan baku,

penyangraian, pemisahan kulit, pemastaan dan pengempaan. Pada persiapan

bahan baku, biji kakao kering yang difermentasi secara penuh memiliki mutu

baik. Tekstur fisik, kimiawi, dan higenitas sangat diperhatikan secara intens,

karena ini menentukan citarasa dan kesehatan konsumsi yang membutuhkan biji

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

19

kakao memiliki syarat biji kakao bahan baku. Setelah bahan baku siap maka biji

kakao akan disangrai. Proses penyangraian ini dimaksudkan untuk membentuk

aroma dan cita rasa khas coklat dari biji kakao dengan perlakuaan panas yang

mengandung asam amino dan gula reduksi. Kapasitas 10 – 40 kg per batch.

Dengan suhu ruang sangrai 190 – 225° C selama 10- 35 menit. Setelah biji kakao

disangrai kemudian biji kakao sangrai akan dipisahkan antara kulit dan daging

bijinya. Komponen yang akan di konsumsi adalah daging biji (nib) sedangkan

kulitnya dapat diolah untuk membuat kompos dan campuran pakan ternak.

Persentase kulit terikut nib sebesar 0.6 %, sedangkan nib yang terikuti kulit 1 %

dengan ukuran butiran nib adalah 10 mesh. Setelah terpisah antara kulit dan

daging biji, daging biji dapat diolah menjadi pasta coklat. Untuk bahan baku

makanan / minuman, nib yang semula berbentuk butiran padat kasar harus

dihancurkan hingga ukuran tertentu (< 20 mu) menjadi pasta cairan kental. Lemak

kakao dikeluarkan dari pasta dengan kempa. Rendemen pengempaan dipengaruhi

kondisi pasta seperti kandungan lemak antara 40 – 45 0C, kadar air 4 % untuk

ukuran partikel kurang dari 75 mm. Rendemen lemak yang diperoleh dari

pengempaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, suhu pasta, kadar air

pasta, ukuran partikel pasta, kadar protein pasta, tekanan kempa, dan waktu

pengempaan.

3. Bubuk Coklat

Bubuk coklat dibuat dari bungkil coklat yang merupakan residu dari

pengempasan pasta coklat yang dihaluskan dengan Breaker. Proses penghalusan

(bubuk) lanjutan dilakukan dengan menggunakan mesin pengayak / penghalus

dengan tipe rool ata menggunakan dengan alat yang disebut pulveriser, untuk

menhasilkan kandungan lemak 10 – 22 % pada suhu 34° C. Aspek suhu selama

penghalusan harus terkontrol secara cermat untuk memperoleh diperoleh bentuk

bubuk yang stabil baik dari aspek warna maupun sifat-sifat alirnya [flow ability].

Untuk konsumsi, bubuk coklat dicampur dengan gula dan bahan lain (vanila, dll)

untuk memunculkan citarasa yang lebih bervariatif.

4. Lemak Kakao

Lemak kakao adalah lemak nabati alami yang mempunyai sifat unik karena

sifatnya yang tetap cair pada kondisi lingkungan dengan suhu di bawah titik

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

20

bekunya (super cooling). Teknik tempering khusus dengan merubah struktur

kristal lemak kakao hingga pada titik lelehnya, 34-35° C.

Lemak kakao mempunyai warna putih-kekuningan dan mempunyai bau

khas cokelat, penyusutan volume (kontraksi) pada saat didinginkan sehingga

padatan lemak yang dihasilkan sangat kompak dan mempunyai penampilan fisik

yang menarik. Lemak kakao memiliki susunan berbagai senyawa lemak jenuh,

lemak tak jenuh dan gliserida mempunyai sifat rapuh (brittle) pada suhu 25° C

dan tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dingin. Lemak kakao larut

sempurna dalam alkohol murni panas dan sangat mudah larut dalam khloroform,

bensen dan petroleum eter (ICCO, 2003).

2.2.4 Perusahaan Kakao di Indonesia

Daerah penghasil kakao Indonesia adalah sebagai berikut: Sulawesi Selatan

184.000 ton (28,26%), Sulawesi Tengah 137.000 ton (21,04%), Sulawesi

Tenggara 111.000 ton (17,05%), Sumatera Utara 51.000 ton (7,85%), Kalimantan

Timur 25.000 ton (3,84%), Lampung 21.000 ton (3,23%) dan daerah lainnya

122.000 ton (18,74%). Menurut usahanya perkebunan kakao Indonesia

dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok yaitu ; Perkebunan Rakyat 887.735 Ha,

Perkebunan Negara 49.976 Ha dan Perkebunan Swasta 54.737 Ha.

Gambar 3. Luas Lahan dan Produksi Kakao(Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian)

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

21

Meskipun sebagian besar hasil perkebunan kakao Indonesia diekspor dalam

bentuk bahan mentah, di dalam negeri juga terdapat industri pengolahan kakao.

Industri pengolahan kakao banyak berada di pulau Jawa.

Gambar 4. Penyebaran Industri Kakao(Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian)

Bentuk lain dari pengusahaan kakao dikenal dengan PIR (Perusahaan

IntiRakyat), yang pada dasarnya merupakan bentuk gabungan antara

perkebunanrakyat dengan perkebunan besar negara atau dengan perkebunan besar

swasta.Pelaksanaan usaha tani di bidang perkebunan, termasuk di dalamnya

kakao, harus berpedoman kepada Tridarma Perkebunan yang berbunyisebagai

berikut:

1. Menghasilkan devisa maupun rupiah bagi negara dengan cara

seefisienefisiennya.

2. Memenuhi fungsi sosial, diantaranya berupa pemeliharaan atau penambahan

lapangan kerja bagi warga negara Indonesia.

3. Memelihara kekayaan alam, berupa pemeliharaan dan peningkatan kesuburan

tanah dan tanaman yang berwawasan kelestarian lingkungan.

Usaha tani kakao, seperti halnya dengan jenis-jenis usaha tanilainnya, dibina

secara langsung oleh Direktorat Jenderal Perkebunan. Peraninstansi-instansi baik

di luar maupun di dalam lingkup Departemen Pertanian danPerkebunan sendiri

juga sangat diperlukan dalam upaya pengembanganpengusahaan kakao.

Berdasarkan Mangoensoekarjo dan Tojib (2000), keterkaitan dalamruang

lingkup Direktorat Jendral Perkebunan pada usaha tani kakao dikaitkan dengan

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

22

penerapan pola PIR. Peran beberapa bagian atau instansi seperiTim khusus PIR

(TK - PIR), instansi-instansi eselon I dalam Departemen Pertaniandan Perkebunan

yang lingkup tugasnya bersifat sektoral (mencakup seluruh tubuhDepartemen),

yaitu sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Badan Penelitiandan

Pengembangan (Litbang) dan Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan(Badan

Diklatluh) berperan serta sesuai dengan lingkup tugas masing-masing.Selain itu

beberapa biro lain seperti Biro Perencanaan dapat memberikan sarandan masukan-

masukan yang berharga. Penyediaan teknologi dan bibit unggulsebagai peran

Badan Litbang, pada prakteknya dilakukan oleh lembaga-lembagapenelitian

kakao. Program-program pelatihan kepada para pembina lapangan dan petani

apabila dianggap perlu merupakan peran Badan LitbangDepartemen Pertanian dan

Perkebunan.

Keterkaitan luar lingkup Departemen Pertanian dan Perkebunanmenyangkut

program atau proyek pembangunan perkebunan kakao.Program atau proyek ini

termasuk dalam skala besar dilihat dari luas arealnya,tenaga kerja yang diserap,

dan dana yang dibutuhkan. Oleh karena itu, program initermasuk dalam

pembinaan Departemen Keuangan dan Menteri NegaraPerencanaan dan

Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas/BPPT. Menteri Negaratersebut

melakukan koordinasi lintas sektoral secara intensif dalam

perencanaan,pelaksanaan, dan pengawasan sejumlah program serupa. Peran

Badan Koordinasidan Penanaman Modal (BKPM), baik di tingkat pusat maupun

daerah, dalampenelaahan dan penilaian program ini karena menyangkut

penanaman modaldalam jumlah besar yang modal investasi dapat berasal dari

dalam atau luarnegeri.

2.2.5 Sertifikasi Kakao

1. Rainforest Alliance (RA)

Rainforest Alliance (RA), adalah organisasi internasional anggota dari

Sustainable Agriculture Network (SAN) atau lebih dikenal dengan Jaringan

Pertanian Lestari. SAN merupakan organisasi kerjasama antara kelompok-

kelompok konservasi yang awalnya berasal dari Amerika. RA didirikan oleh SAN

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

23

dengan tujuan utama untuk konservasi keanekaragaman hayati dan memastikan

kelangsungan hidup berkelanjutan.

2. UTZ Certified

UTZ Certified adalah program sertifikasi dunia yang menerapkan standar

produksi dan pembelian komoditas pertanian yang bertanggung jawab,

memberikan jaminan atas mutu profesionalitas, sosial dan lingkungan dalam

praktek produksi yang diharapkan pembeli dan konsumen (Referensi Nasional

Kakao, 2010).

2.3 Tinjauan Tentang Perdagangan Internasional

2.3.1 Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh

penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu

dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau

pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara,

perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan

GDP.Perdagangan internasional dapat mendorong industrialisasi, kemajuan

transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

2.3.2 Teori Perdagangan Internasional

1. Model Adam Smith, dalam teorinya Adam Smith memfokuskan pada

keuntungan mutlak yang menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh

keuntungan mutlak disebabkan bahwa negara tersebut mampu memproduksi

barang dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Menurut

teori ini juga bahwa jika harga barang dengan jenis sama tidak memiliki

perbedaan di berbagai negara maka tidak ada alasan untuk melakukan

perdagangan internasional.

2. Model Ricardian memfokuskan pada keunggulan komparatif (The Law of

Comparative Advantage) atau dikenal dengan konsep daya saing. Teori ini

merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional.

Dalam Sebuah model Ricardian, bahwa negara mengkhususkan dalam

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

24

memproduksi apa yang menurut mereka paling baik untuk di produksi. Tidak

seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-

negara akan menjadi spesialis beberapa komoditas dibandingkan memproduksi

bermacam barang komoditas. Model Ricardian tidak secara langsung

memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal

dalam negara.

3. Model Heckscgher-Ohlin (1993) dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian

dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh

lebih rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat.

Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak

memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga neoklasikal

kedalam teori perdagangan internasional. Menurut H-O, sebuah negara akan

mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor

produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu. Dalam waktu yang

bersamaan negara tersebut akan mengimpor komoditi yang produksinya

memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal dalam

memproduksinya. Melalui perdagangan bebas maka akan terjadi interaksi

peningkatan ekspor dan impor yang mengakibatkan pada peningkatan GDP.

Dengan demikian seluruh dunia mendapatkan manfaat dari perdagangan dan

kedua belah pihak sekurang-kurangnya sama sejahteranya dengan atau tanpa

perdagangan (Lindert and Charles, 1995).

Teori Heckscher dan Ohlin memiliki beberapa asumsi yaitu:

a. Dunia hanya terdiri dari dua negara, dua komoditas, dan dua faktor produksi.

b. Kedua negara itu memiliki dan menggunakan tingkat teknologi produksi yang

sama.

c. Salah satu dari kedua komoditi tersebut bersifat padat modal, sedangkan yang

lainnya bersifat padat tenaga kerja, dan hal ini berlaku untuk kedua negara.

d. Skala hasil konstan.

e. Spesialisasi produksi yang terjadi di masing-masing negara setelah

perdagangan internasional berlangsung tidak lengkap atau tuntas.

f. Persamaan selera di kedua Negara.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

25

g. Adanya kompetitif sempurna di pasar komoditi maupun di pasar factor

produksi.

h. Pentingnya mobilitas internal, namun menyisihkan kemungkinan terjadinya

mobilitas atau perpindahan faktor produksi antar negara.

i. Tidak ada biaya transportasi, tarif maupun berbagai bentuk hambatan lainnya

yang mengganggu berlangsungnya perdagangan internasional secara bebas.

j. Seluruh sumber daya produktif yang ada di masing-masing negara.

k. Dikerahkan secara penuh (full employment).

l. Hubungan dagang yang berlangsung benar-benar seimbang.

Pada dasarnya teori H-O ini adalah teori sederhananya yang menganggap

bahwa dunia ini memiliki dua negara dan setiap negara memiliki teknologi

produksi yang sama. Teori ini tentu menjadi sebuah teori yang sangat padat untuk

dikaji.Meskipun dalam teori ini menerangkan tentang perbedaan sumber daya

alam yang dimiliki masing-masing negara namun hal tersebut belum tentu benar

karena sangat jauh dengan kehidupan nyata.

4. Perdagangan yang terjadi antar kedua negara disebabkan oleh adanya

perbedaan penawaran. Terlihat pada Gambar 2 menunjukkan perdagangan

yang dilakukan oleh dua negara yaitu negara 1 dan negara 2. Masing-masing

negara melambangkan kurva penawaran dan permintaan untuk komoditi X di

negara masing-masing.

Panel A memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P1, kuantitas

komoditi X yang ditawarkan (QSX) akan sama dengan kuantitas yang diminta

(QDX) oleh konsumen di negara 1, demikian pula halnya dengan negara 1 yang

tidak akan mengekspor komoditi X sama sekali. Hal tersebut memunculkan titik

A* pada kurva S di panel B yang merupakan kurva penawaran ekspor negara 1.

Panel A juga memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P2 maka akan

terjadi kelebihan penawaran (QSX) apabila dibandingkan dengan tingkat

permintaan untuk komoditi X (QDX) dan kelebihan itu sebesar BE.

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

26

Px/Py Px/Py Px/Py

Sx

P3 A* S P3 A’

Ekspor Sx E*

P2 B E B* B’ E’

Impor

P1 A A* D Dx

Dx

0 X 0 X 0 X

Gambar 5. Keseimbangan Dalam Perdagangan InternasionalSumber: Salvatore, 1996

Kuantitas BE merupakan kuantitas komoditi X yang akan diekspor oleh

negara 1 pada harga relatif P2. BE sama dengan B*E* dalam panel B dan terdapat

titik E* yang berpotongan dengan kurva penawaran ekspor komoditi X dari

negara 1 atau S. Panel C memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P3,

maka penawaran dan permintaan untuk komoditi X akan sama besarnya (QDX =

QSX) pada titik A’, sehingga negara 2 tidak akan mengadakan impor komoditi X

sama sekali. Hal itu dilambangkan oleh titik A’ yang terletak pada kurva

permintaan impor komoditi X negara 2 (D) yang berada di panel B. Panel C juga

menunjukkan bahwa berdasarkan harga relatif P2 akan terjadi kelebihan

permintaan (QDX>QSX) sebesar B’E’. Kelebihan itu sama artinya dengan

kuantitas komoditi X yang akan diimpor negara 2 berdasarkan harga relatif P2,

jumlah tersebut sama dengan B*E* pada panel B yang menjadi kedudukan titik

E* yang melambangkan jumlah atau tingkat permintaan impor komoditi X dari

penduduk di negara 2 (D).

Berdasarkan harga relatif P2, kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh

negara 2 (B’E’ dalam panel C) sama dengan kuantitas ekspor komoditi X yang

ditawarkan negara 1 (BE dalam panel A). Hal itu diperlihatkan oleh perpotongan

antara kurva D dan kurva S setelah komoditi X diperdagangkan antara kedua

negara (panel B).Dengan demikian, P2 merupakan harga relatif ekuilibrium untuk

komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung. Dari panel B dapat

Panel CPasar di negara 2Untuk komoditi X

Panel APasar di Negara 1Untuk komoditi X

Panel BHubungan perdaganganInternasional dalam Komoditi X

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

27

dilihat bahwa apabila PX/PY lebih besar dari P2 maka kuantitas ekspor komoditi

X yang ditawarkan akan melebihi tingkat permintaan impor sehingga lambat laun

harga relatif komoditi X akan mengalami penurunan sehingga pada akhirnya akan

sama dengan P2.

2.3.3 Keuntungan Perdagangan Internasional

Menurut Deliarnov (1997), dengan melakukan perdagangan internasional

maka dapat memberikan beberapa keuntungan yaitu:

1. Apa saja yang tidak bisa dihasilkan dalam negeri, sekarang bisa dinikmati

dengan jalan mengimpor dari negara lain.

2. Perdagangan luar negeri memungkinkan dilakukannya spesialisasi sehingga

barang - barang bisa dihasilkan secara lebih murah karena lebih cocok dengan

kondisi negara tersebut, baik dari segi bahan mentah maupun cara berproduksi.

3. Negara yang melakukan perdagangan luar negeri dapat memproduksi lebih

besar dari pada yang dibutuhkan pasar dalam negeri. Dengan demikian, tingkat

perekonomian dan sekaligus pendapatan nasional bisa ditingkatkan dan angka

pengangguran bisa ditekan.

MenurutSmith (2009) Dalam rangka mencari keunggulan mutlak,

mengemukakan ide tentang pembagian kerja internasional (spesialisasi). Dengan

adanya spesialisasi internasional ini akan memiliki keuntungan antara lain:

1. Dapat memberikan hasil berupa manfaat (gains from trade) yang berupa

kenaikan produksi dan konsumsi barang/jasa.

2. Setiap negara akan menekankan produksi barang yang memiliki keuntungan

alamiah maupun keuntungan yang diperkembangkan.

Dengan demikian setiap negara akan melakukan spesialisasinya dalam

produksi yang memiliki keuntungan mutlak, yaitu keuntungan yang dinyatakan

dalam banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang

tersebut. Keuntungan ini baru akan diperoleh apabila suatu negara mampu

memproduksi suatu barang dengan jam/hari kerja yang lebih sedikit dibandingkan

dengan negara lain.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan (gains

from trade) seperti yang dijelaskan oleh Sukirno (2002) adalah sebagai berikut:

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

28

1. Memperoleh barang yang tidak diproduksi di daerahyang bersangkutan.

Pengalaman empirik membuktikan bahwa tidak ada daerah yang mampu

menghasilkan sendiri semua barang yang dibutuhkan oleh penduduknya,

sehingga konsumen lokal harus berupaya memperoleh atau membeli barang

kebutuhan tersebut dari daerah lain. Dengan demikian, kegiatan perdagangan

memberi manfat berupa peluang atau kesempatan bagi konsumen untuk

memenuhi kebutuhannya terhadap barang yang tidak diproduksi di daerah

setempat.

2. Memperluas pasar bagi produk yang dihasilkan oleh suatu daerah. Ada

beberapa daerah yang dapat menghasilkan suatu barang tertentu dalam jumlah

yang banyak, lebih banyak dari jumlah yang dibutuhkan oleh penduduknya.

Apabila kelebihan produksi tersebut dijual atau dipasarkan ke daerah lain

kemungkinan harganya bisa menjadi lebih tinggi dibanding harga lokal,

sehingga produsen bisa memperoleh keuntungan yang lebih besar. Disamping,

perluasan pasar ini juga dapat meningkatkan volume produksi dan menambah

atau memperluas kesempatan kerja.

Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Walaupun suatu daerah dapat

menghasilkan jenis barang yang sama dengan yang dihasilkan oleh daerah lain,

tetapi mungkin daerah yang bersangkutan lebih memilih untuk membeli barang

tersebut dari daerah lain. Hal ini dilakukan untuk lebih mendorong produksi

barang lain yang dapat memberikan keuntungan atau manfaat lainnya yang lebih

besar.

2.3.4 Teori Permintaan

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada

berbagai tingkat harga selama peride waktu tertentu (Raharja et al., 2008). Hukum

permintaan adalah bila harga suatu barang naik, ceteris paribus, maka jumlah

barang yang diminta akan berkurang dan begitu sebaliknya jika harga suatu

barang turun maka jumlah barang yang diminta akan bertambah. Faktor yang

dapat mempengaruhi permintaan adalah sebagai berikut :

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

29

1. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu

bertambah. Begitu juga sebaliknya jika harga suatu barang naik maka jumlah

barang yang diminta akan berkurang.

2. Harga barang lain yang terikat

Harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tetapi

kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan dua macam

barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap).

3. Tingkat pendapatan per kapita

Tingkat pendapatan per kapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi

tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu

barang meningkat.

4. Selera atau kebiasaan

Selera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang.

Beras misalnya, walaupun harganya sama permintaan beras pertahun di provinsi

Papua lebih rendah dibandingkan dengan di Jawa Timur. Karena penduduk Papua

lebih menyukai sagu ketimbang beras.

5. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk juga dapat mempengaruhi jumlah permintaan akan suatu

barang tertentu. Semakin tinggi jumlah penduduk suatu daerah makan semakin

banyak pula permintaan akan suatu barang tersebut.

6. Perkiraan harga dimasa mendatang

Perkiraan harga di masa mendatang juga mempengaruhi jumlah permintaan.

Bila masyarakat memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, maka

masyarakat lebih baik membeli suatu barang tersebut sekarang, sehingga

mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja

di masa sekarang.

7. Distribusi pendapatan

Distribusi pendapatan per kapita dapat mempengaruhi jumlah permintaan. Jika

distribusi pendapatan bagus, berarti daya beli secara umum akan suatu barang

akan meningkat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat, begitu

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

30

juga sebaliknya jika distribusi pendapatan buruk maka daya beli secara umum

melemah, sehingga permintaan akan suatu barang menurun.

8. Usaha produsen meningkatkan penjualan

Usaha produsen meningkatkan penjualan dapat mempengaruhi jumlah

permintaan dengan cara usaha – usaha promosi sepeti pengiklanan barang

tersebut, pemberian hadiah kepada pembeli, diskon, dll (Rahardja dan Manurung,

2008).

2.3.5 Teori Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada

berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Hukum penawaran adalah

semakin tinggi harga suatu barang, ceteris paribus, semakin banyak jumlah

barang tersebut yang ingin ditawarkan oleh penjual, begitu juga sebaliknya

semakin rendah harga suatu barang maka semakin sedikit jumlah barang tersebut

yang ingin ditawarkan oleh penjual. Faktor yang dapat mempengaruhi penawaran

adalah sebagai berikut :

1. Harga barang itu sendiri

Jika harga naik maka produsen akan cendrung menambah jumlah barang yang

dihasilkan.

2. Harga barang lain yang terikat

Harga barang lain yang terikat dapat mempengaruhi jumlah penawaran.

Apabila harga barang subtitusi naik, maka penawaran akan suatu barang tersebut

akan bertambah, begitu juga sebaliknya apabila harga barang subtitusi turun,

maka penawaran akan suatu barang tersebut akan berkurang. Sedangkan untuk

barang komplemen, bila harga barang komplemen naik maka penawaran suatu

barang akan berkurang, begitu juga sebaliknya bila harga barang komplemen

turun maka jumlah penawaran suatu barang tersebut akan bertambah.

3. Kenaikan harga faktor produksi

Kenaikan harga faktor produksi, seperti tingkat upah yang lebih tinggi, harga

barang baku yang meningkat, atau kenaikan tingkat modal, akan menyebabkan

perusahaan akan memperoduksi output lebih sedikit dengan jumlah anggaran

yang tetap. Kenaikan harga faktor produksi tersebut akan mengurangi laba

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

31

perusahaan. Apabila tingkat laba suatu perusahaan industri tidak menarik lagi,

maka perusahaan tersebut akan pindah ke industri lainnya, dan hal ini

mempengaruhi tingkat jumlah penawaran yang mengakibatkan berkurangnya

penawaran akan suatu barang.

4. Biaya produksi

Kenaikan harga input sebenarnya juga menyebabkan kenaikan biaya produksi.

Dengan demikian, bila biaya produksi meningkat maka produsen akan

mengurangi hasil produksinya, yang mengakibatkan jumlah penawaran akan suatu

barang tersebut berkurang.

5. Teknologi produksi

Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan

barang – barang baru. Dalam hubungannya dengan penawaran suatu barang,

kemajuan teknologi menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang.

6. Jumlah pedagang atau penjual

Jumlah pedagang atau penjual dapat mempengaruhi jumlah tingkat permintaan.

Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran

barang tersebut akan bertambah.

7. Tujuan perusahaan

Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba, bukan memaksimumkan

hasil produksinya. Akibatnya, tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan

kapasitas produksinya secara maksimum, tetapi akan menggunakannya pada

tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum. Dengan demikian

penawaran suatu barang dipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapai oleh produsen

8. Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi penawaran suatu barang. Di

Indonesia, beras merupakan makanan utama. Kebijakan pemerintah untuk

mengurangi impor beras dan meningkatkan produksi dalam negeri guna

tercapainya swasmbada beras, menyebabkan para petani menanam padi tertentu

yang dapat memberikan hasil banyak setiap panennya. Kebijakan ini jelas

menambah supply beras dan keperluan impor beras dapat dikurangi (Rahardja dan

Manurung, 2008).

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

32

2.4 Tinjauan Tentang Ekspor

Ekspor adalah seluruh benda atau jasa yang dijual ke negara lain ditambah

dengan jasa-jasa yang diselenggarakan ke negara tersebut berupa pengakutan,

permodalan, dan hal-hal lainnya yang menunjang ekspor tersebut. Ekspor terjadi

karena adanya kelebihan penawaran di dalam negeri yang disebabkan oleh

rendahnya harga relatif domestik dibandingkan dengan harga di negara lain.

Sehingga dengan adanya harga yang lebih tinggi di negara lain (pasar

internasional), maka penawaran komoditi akan beralih ke pasar internasional

berupa ekspor. Sedangkan peningkatan ekspor tersebut dapat berpengaruh di

dalam negeri yaitu dapat membuat neraca pembayaran (balance of payment)

menjadi bertambah.Peningkatan ekspor dapat dilihat pada gambar gambar berikut:Domestic

Price World Pw Internasional Pasar Ekspor

P1 P1 Sw Sw Penawaran

Ekspor Kakao

P0 Indonesia

Dw

Q1 Q2

0 Q1 Q0 X 0 Q1 X

Gambar 6. Kurva EksporSumber : Kindleberger (1982)

Menurut Kindleberger (1982), ekspor dan harga internasional memiliki

hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi harga internasional maka semakin

tinggi ekspor suatu komoditi yang dipasarkan. Akan tetapi, jumlah keseimbangan

ekspor yang akan terjadi ditentukan oleh kekuatan permintaan akan ekspor dan

juga harga ekspor yang terjadi.

Jika suatu barang atau jasa dalam suatu negara memiliki harga relatif yang

lebih rendah ketimbang harga relatif di negara lain, maka negara tersebut akan

melakukan ekspor ke negara yang memiliki harga relatif lebih tinggi. Menurut

Krugman dan Obstfeld (2003), perbedaan harga relatif dapat diakibatkan oleh

perbedaan permintaan dan juga penawaran relatif, yang dipengaruhi antara lain

oleh perbedaan kemajuan teknologi dan sumber daya alam yang dimiliki oleh

masing-masing negara. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Posner dan

Vernon dalam Wiratmo (2003) yang mengatakan bahwa ekspor dipengaruhi oleh

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

33

perbedaan tingkat kemajuan teknologi dan juga perbedaan selera antar negara. Hal

tersebut membuat negara-negara yang memiliki barang atau jasa dengan nilai

lebih (penggunaan teknologi) cenderung akan mengekspor barangnya. Hal ini

juga diperkuat dengan pernyataan Duenas-Caparas (2006) yang mengatakan

bahwa negara dengan teknologi maju akan cenderung untuk mengekspor barang-

barang penemuan baru yang berteknologi tinggi, dan mengimpor barang-barang

yang kurang membutuhkan teknologi.

2.5 Tinjauan Tentang Lahan

Lahan memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik itu oleh FAO

maupun pendapat para ahli. Menurut Purwowidodo (1983) lahan adalah suatu

lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang

sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan.

Menurut Rafi’i (1985) lahan adalah permukaan daratan dengan benda-benda

padat, cair bahkan gas. Definisi lain juga dikemukakan oleh Arsyad (1989) yang

mendefinisikan bahwa lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas

iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada

pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan

manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan

vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang tersalinasi.

Selain itu lahan memiliki pengertian yang hampir serupa dengan

sebelumnya. Menurut FAO dalam Sitorus (2004) pengertian lahan adalah suatu

daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer,

atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta

hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu

dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi

lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

Rayes (2007), lahan memiliki banyak fungsi yaitu :

1. Fungsi produksi, sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan ,

melalui produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat,

bahan bakar kayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia, baik secara

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

34

langsung maupun melalui binatang ternak termasuk budidaya kolam dan

tambak ikan.

2. Fungsi lingkungan biotik, lahan merupakan basis bagi keragaman daratan yang

menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan, hewan dan

jasad-mikro diatas dan dibawah permukaan tanah.

3. Fungsi pengatur iklim, lahan dan penggunaannya merupakan sumber (source)

dan rosot (sink) gas rumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa

pantulan, serapan dan transformasi dari energi radiasi matahari dan daur

hidrologi global.

4. Fungsi hidrologi, lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air tanah

dan air permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.

5. Fungsi penyimpanan, lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan

mentah dan mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia.

6. Fungsi pengendali sampah dan polusi, lahan berfungsi sebagai penerima,

penyaring, penyangga dan pengubah senyawa - senyawa berbahaya.

7. Fungsi ruang kehidupan, lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal

manusia, industri, dan aktivitas sosial seperti olahraga dan rekreasi.

8. Fungsi peninggalan dan penyimpanan, lahan merupakan media untuk

menyimpan dan melindungi benda - benda bersejarah dan sebagai suatu

sumber informasi tentang kondisi iklim dan penggunaan lahan masa lalu.

9. Fungsi hubung spasial, lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia,

masukan dan produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan binatang antra

daerah terpencil dari suatu ekosisitem alami.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lahan

merupakan tanah dengan segala ciri, kemampuan maupun sifatnya beserta segala

sesuatu yang terdapat diatasnya termasuk didalamnya kegiatan manusia dalam

memanfaatkan lahan.Lahan memiliki banyak fungsi yang dapat dimanfaatkan

oleh manusia dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.

2.6 Tinjauan Tentang Produktivitas

Produktivitas fisik rata-rata adalah keluaran (output) yang dihasilkan

tiapunit masukan (input) baik masukan modal maupun tenaga kerja

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

35

(Nicholson,1995). Sebuah usaha tertentu dikatakan mengalami peningkatan

produktivitasketika keluaran tiap unit masukan tenaga kerja

meningkat.Produktivitas rata-ratasering dipergunakan sebagai ukuran efisiensi.

Definisi produk rata-rata luas lahan(APL) adalah sebagai berikut:

APL = ( )( )= Ton/Hektar

Return to scale (RTS) merupakan tanggapan keluaran dari

prosespeningkatan semua masukan secara bersamaan. Jika fungsi produksi

diketahuiQ=ƒ(KL) dan semua masukan digandakan dengan kostanta positif yang

sama, m(di mana m>1), maka dapat diklasifikasikan hasil berbanding skala dari

fungsiproduksi tersebut dengan kriteria:

1. Apabila kenaikan yang proporsional dalammasukan meningkatkan keluaran

dengan proporsi yang sama, maka fungsiproduksi tersebut memperlihatkan

hasil berbanding skala yang konstan.

2. Apabila keluaran yang meningkat kurang dari proporsional, fungsi tersebut

memperlihatkan hasil berbanding skala yang menurun.

3. Apabila keluaran meningkat lebih dari proporsional, terdapat hasil berbanding

skala yang meningkat (Nicholson, 2005).

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

36

III. KONSEP KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara

ke negara lain. Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala

bisnis kecil hingga besar sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat

internasional. Faktor yang mempengaruhi ekspor suatu negara diantaranya

produktivitas dari barang yang diekspor, kebijakan pemerintah di bidang

perdagangan luar negeri, keadaan pasar luar negeri dan permintaan barang dari

luar negeri.

Menurut Triyoso (2004) kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan

cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan

memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang

dijual oleh sebuah negara ke negara lain pada suatu tahun tertentu.

Luas lahan kakao dinilai berpengaruh terhadap ekspor kakao Indonesia.

Secara logika, dengan memiliki luas lahan yang tinggi diharapkan produksi kakao

juga akan tinggi. Namun pada keadaan sebenarnya luas lahan yang tinggi tidak

menjamin produksi juga ikut tinggi karena produktivitas tanaman kakao juga

berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produksi kakao Indonesia. Apabila luas

lahan tinggi namun produktivitasnya rendah maka produksi kakao yang dihasilkan

akan rendah juga.

Permintaan kakao Indonesia dinilai berpengaruh terhadap ekspor kakao

Indonesia. Permintaan kakao Indonesia berkaitan erat dengan konsumsi kakao

dalam negeri dan luar negeri. Konsumsi kakao dalam negeri yang rendah akan

mengakibatkan kecenderungan pasokan kakao dalam negeri diekspor ke luar

negeri. Terlebih kebanyakan negara penghasil produk kakao olahan seperti

Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa tidak memiliki lahan kakao. Oleh

karena itu, satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kakao di

negara mereka adalah dengan mengimpor kakao dari negara produsen biji kakao

salah satunya Indonesia.

Harga kakao dinilai memiliki pengaruh terhadap ekspor kakao Indonesia.

Harga kakao dunia ditentukan oleh harga bursa New York. Harga kakao domestik

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

37

dapat dilihat dari pasokan kakao dan konsumsi kakao domestik.Apabila harga

kakao di dalam negeri rendah maka petani cenderung menjual produknya di luar

negeri untuk mendapatkan untung yang lebih besar. Namun harga kakao sendiri

berkaitan dengan pasokan kakao yang tersedia. Apabila pasokan kakao melimpah

maka harga kakao cenderung rendah dan sebaliknya apabila pasokan kakao

sedikit maka harganya cenderung naik. Dari beberapa pertimbangan di atas maka

dirumuskan kerangka berfikir yang bertujuan meningkatkan volume ekspor pada

Gambar 7 berikut.

Gambar 7.Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah penelitian yang ada,

dimana kebenaran harus diuji terlebih dahulu. Jika diterima maka harus dikuatkan

secara empiris dan jika ditolak maka ditolak juga secara empiris. Hipotesis juga

Produksi Kakao Indonesia

Faktor-faktor yangmempengaruhi volume eksporkakao :

1. Luas Lahan2. Produktivitas3. Permintaan kakao di

Pasar Internasional4. Harga dunia5. Harga domestik

Volume Ekspor KakaoIndonesia

Analisis RegresiLinier

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

38

menyatakan hubungan apa yang kita cari atau apa yang akan kita pelajari dari

permasalahan.

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan

sebelumnya maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Luas lahan, produktivitas, permintaan pasar internasional, harga dunia dan

harga domestik diduga berpengaruh terhadap volume ekspor kakao Indonesia

di pasar internasional.

3.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini digunakan batasan masalah, antara lain :

1. Penelitian ini hanya terbatas pada masalah faktor-faktor yang mempengaruhi

peningkatan volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

2. Kebijakan pemerintah dalam penelitian ini diabaikan.

3. Dalam penelitian ini, produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas

kakao Indonesia secara menyeluruh.

3.4 Definisi Operasional

Definisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Luas Lahan adalah sebidang tanah yang digunakan untuk usahatani kakao

dalam satuan hektar (ha).

b. Produktivitas adalah kemampuan produksi kakao pada setiap satuan hektar

(kg/ha).

c. Permintaan adalah permintaan pasar internasional terhadap hasil produksi biji

kakao Indonesia setiap tahunnya (kg).

d. Harga dunia adalah harga kakao per kilogram yang berlaku di pasar

internasional (US$/kg).

e. Harga domestik adalah harga kakao per kilogram yang berlaku di pasar dalam

negeri (US$/kg).

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

39

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian explanatory yaitu

penelitian yang menjelaskan tentang hubungan kausal diantara variabel-variabel

melalui pengujian hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya, sehingga dapat

mengetahui seberapa besar kontribusi variabel-variabel bebas (Independen)

terhadap variabel terikat (Dependen) serta besarnya pengaruh yang terjadi.

Penelitian bertujuan untuk mencari tahu hubungan variabel independen yakni luas

lahan perkebunan kakao di Indonesia, produktivitas kakao di Indonesia,

permintaan kakao Indonesia di pasar internasional, harga dunia yang berlaku dan

harga domestik biji kakao kering terhadap volume ekspor kakao Indonesia di

pasar internasional.

4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder yang digunakan ada data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk

data runtut waktu (time series data) tahunan. Penelitian ini menggunakan data

tahun 1980-2015 yang diperoleh dari berbagai sumber.

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini menggunakan metode

studi dokumen, yaitu cara memperoleh data dengan mempelajari dokumen-

dokumen tentang luas lahan perkebunan kakao di Indonesia, produktivitas kakao

di Indonesia, permintaan kakao Indonesia di pasar internasional, harga dunia biji

kakao kering dan harga domestik biji kakao kering pada tahun 1980-2015 yang

diperoleh dari berbagai sumber seperti Dirjen Perkebunan, FAO, Kementrian

Perdagangan, BPS, Pusdatin dan lain sebagainya.

4.3 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu bagian terpenting dari sebuah penelitian

karena pada bagian ini semua hasil pengumpulan data akan diolah, dimana hasil

tersebut mencerminkan fakta yang ada di lapang. Hasil tersebut akan berguna

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

40

sebagai dasar pengujian hipotesis yang telah ditentukan pada bagian sebelumnya.

Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan antara lain:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan luas

lahan perkebunan kakao di Indonesia, produksi kakao Indonesia, produktivitas

kakao Indonesia, permintaaan kakao Indonesia di pasar internasional, harga biji

kakao kering dan volume ekspor pada tahun 1980-2015.

2. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

pengaruh luas lahan perkebunan kakao di Indonesia, produktivitas kakao

Indonesia, permintaan kakao Indonesia di pasar internasional, harga dunia biji

kakao kering dan harga domestik biji kakao kering terhadap peningkatan volume

ekspor kakao Indonesia di pasar internasional. Model yang digunakan dalam

menganalisis hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dengan

volume ekspor adalah model fungsi dari ekspor. Fungsi tersebut adalah suatu

fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel

yang satu disebut sebagai variabel dependen, yaitu variabel yang dijelaskan (Y)

dan variabel yang lain disebut sebagai variabel independen, yaitu variabel yang

menjelaskan (X) (Soekartawi, 1993). Secara matematis fungsi tersebut dapat

dituliskan dalam persamaan linier berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Dimana :

Y = Volume ekspor kakao di pasar internasional (Ton)

X1 = Luas lahan perkebunan kakao di Indonesia (Ha)

X2 = Produktivitas kakao Indonesia (Ton/ha)

X3 = Permintaan kakao Indonesia di pasar internasional (Ton)

X4 = Harga dunia (US$/kg)

X5 = Harga domestik (US$/kg)

a, b = Besaran yang akan diduga

e = Kesalahan (Disturbance Term)

Adanya perbedaan dalam satuan dan besaran variabel bebas maka

persamaan regresi dibuat dengan model logaritma natural untuk menghindari

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

41

adanya heteroskedastisitas, mengetahui koefisien yang menunjukkan elastisitas

dan mendekatkan skala data (Ghozali, 2005).

Penentuan variabel – variabel dalam penelitian ini berdasarkan teori – teori

perdagangan Internasional (ekspor). Metode analisis yang dipilih untuk penelitian

ini adalah analisis regresi berganda dan metode yang digunakan adalah metode

kuadrat terkecil atau method of Ordinary Least Square (OLS) sedangkan

operasional pengolahan data dilakukan dengan software SPSS. Metode OLS

mempunyai beberapa keunggulan yaitu secara teknis sangat mudah dalam

penarikan interpretasi dan perhitungan serta penaksiran BLUE (Best Linier

Unbiased Estimator). Sebelum model diestimasi terlebih dahulu dilakukan

sebagai berikut:

1. Pengajuan Hipotesis

Apabila syarat untuk ditelitinya suatu model regresi telah terpenuhi semua,

maka langkah selanjutnya untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini, dilakukan analisis data dengan:

a. Uji F

Untuk mengetahui sejauh mana model analisis yang digunakan dalam

penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel

tergantung, digunakan uji F dan memperhatikan besarnya koefisien determinasi

(R2) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

F = (ESS/(K-1))/(RSS/(n-K))

Dimana :

F = Nilai F hitung

ESS = Explained Sum Square (rata-rata kuadrat regresi)

RSS = Residual Sum Square (rata-rata kuadrat residual)

K = Banyaknya variabel termasuk konstanta

n = Jumlah data

Pengujian mulalui uji F adalah dengan membandingkan Fhitung dengan

Ftabelpada signifikansi 0,05. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari α0 ditolak dan

H1 diterima. Sedangkan formulasi H0 dan H1 adalah sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 artinya tidak ada pengaruh yang berarti antara variabel

X1, X2, X3, X4 terhadap variabel Y.

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

42

H1 : b1 = b2 = b3 = b4 ≠ 0 artinya ada pengaruh yang berarti antara variabel X1,

X2, X3, X4 terhadap variabel Y.

b. Uji t

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan apakah luas area perkebunan kakao,

produktivitas kakao, permintaan kakao dan harga biji kakao kering berpengaruh

terhadap volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional melalui uji t

dengan rumus sebagai berikut:

t = bi/(Se bi)

Dimana :

Sebi = Standar error dari koefisien regresi

bi = Koefisien regresi

Hipotesis statistiknya dinyatakan dengan:

H0 : bi = 0

H1 : bi ≠ 0

Pengujian dilakukan melalui uji t dengan membandingkan besarnya nilai

thitung jika besarnya nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel berarti variabel

bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel tidak bebas (secara parsial).

H0 ditolak apabila t-hitung >t-tabel atau t-hitung < - t-tabel pada taraf

signifikansi tertentu. H1 diterima, artinya variabel bebas (X) secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) pada tingkat

kepercayaan tertentu.

H0 diterima apabila – t-tabel< t-hitung < t-tabel pada taraf signifikansi tertentu.

H1 ditolak, artinya variabel bebas (X) secara parsial tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) pada tingkat kepercayaan tertentu.

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

43

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Kakao di Indonesia

5.1.1 Perkembangan VolumeEkspor Kakao Indonesia di Pasar Internasional

Pada periode 1980-2015 volume ekspor kakao Indonesia di pasar

internasional berfluktuasi namun cenderung mengalami peningkatan. Ekspor

kakao yang dimaksud adalah biji kakao kering.Rata-rata peningkatan ekspor

kakao Indonesia pada periode 1980-2015 adalah 15,14% per tahun. Pada tahun

1980 ekspor kakao Indonesia adalah 5.812.000 kg atau 5.812 ton dan pada tahun

2015 meningkat menjadi 355.321.000 kg atau 355.321 ton.

Luas lahan usahatani kakao dijelaskan pada Gambar 8 sebagai berikut :

Gambar 8. PerkembanganVolume Ekspor Kakao Indonesia di Pasar InternasionalSumber : Kementerian Pertanian, 2016 (Diolah)

5.1.2 Perkembangan Luas Lahan Tanaman Kakao di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor komoditas kakao yang

memiliki peran aktif dalam memasarkan komoditas kakao di pasar internasional.

Hal ini dapat dibuktikan dengan keikutsertaan indonesia dalam memenuhi

permintaan kakao di pasar internasional setiap tahunnya. Usahatani kakao

Indonesia di periode 1980-2014 sudah ditangani dengan sebaik mungkin oleh

pemerintah dan instansi terkait. Dapat dilihat dari meningkatnya luas lahan

usahatani kakao yang terus meningkat setiap tahun.

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

44

Luas lahan usahatani kakao dijelaskan pada Gambar 9 sebagai berikut :

Gambar 9. Perkembangan Luas Lahan Kakao IndonesiaSumber : Kementerian Pertanian, 2016 (Diolah)

Pada periode tahun 1980-2015 secara umum pola perkembangan luas lahan

kakao di Indonesia cenderung meningkat seperti pada Gambar 9. Pada tahun

1980, luas lahan kakao di Indonesia sebesar 207.348 ha, kemudian pada tahun

2015 menjadi 1.704.982 ha. Secara umum rata-rata peningkatan luas lahan kakao

pada kurun waktu 1980-2015 sebesar 11,48% per tahun. Pada periode ini luas

lahan terbesar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 1.774.463 ha. Pada periode

1980-2011 rata-rata pertumbuhan luas lahan kakao sebesar 13,35% per tahun

sedangkan pada periode 2012-2015 luas lahan kakao turun sebesar 0,11% per

tahun.

Sejak tahun 2001, luas lahan kakao diatas satu juta hektar dan terus

meningkat hingga tahun 2012 dan tahun 2012 merupakan luas lahan tertinggi

selama periode 1980-2015. Menurut status pengusahaannya, perkebunan kakao di

Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar

Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Dari ketiga status

pengusahaan ini, peningkatan luas lahan cukup tinggi terjadi pada PR dimana

pada periode 1980-2011 luas lahannya meningkat sebesar 18,28% per tahun, PBN

sebesar 3,86% per tahun dan PBS sebesar 7,20% per tahun. Penurunan luas lahan

kakao nasional pada periode tahun 2012-2015 disebabkan karena luas lahan PBN

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

45

turun 16,52% dan PBS turun 8,38% sementara luas lahan PBR naik 0,52% per

tahun seperti pada Tabel 5 berikut.

Tabel 6. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Lahan Kakao di IndonesiaTahun 1980-2015

Tahun Luas LahanPR PBN PBS Indonesia

Pertumbuhan (%)1980-20151980-20112012-2015

15,8118,280,52

1,033,86

-16,52

5,047,20-8,38

11,4813,35-0,11

Kontribusi (%)1980-20151980-20112012-2015

91,3094,7697,42

3,402,201,14

5,303,041,44

100,00100,00100,00

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah PusdatinKeterangan : PR = Perkebunan Rakyat

PBN = Perkebunan Besar Negara

PBS = Perkebunan Besar Swasta

Dari sisi kontribusi, luas lahan kakao Indonesia pada tahun 1980-2015

didominai oleh PR dengan rata-rata kontribusi sebesar 91,30% sementara PBN

sebesar 3,40% dan PBS sebesar 5,30% dari seluruh luas lahan kakao Indonesia.

Pada periode tahun 2012-2015, kontribusi luas lahan kakao PR sedikit meningkat

menjadi 97,42% sementara PBN 1,14% dan PBS 1,44% dari seluruh luas lahan

kakao di Indonesia (Tabel 5).

5.1.3 Perkembangan Produktivitas Kakao di Indonesia

Perkembangan produktivitas biji kakao kering di Indonesia selama tahun

1980-2015 cenderung berfluktuasi (Gambar 10). Pada tahun 1980 produktivitas

biji kakao kering Indonesia sebesar 531 kg/ha kemudian tahun 2015 naik menjadi

799 kg/ha. Pada tahun 1999 produktivitas biji kakao kering Indonesia yaitu

sebesar 550 kg/ha. Namun sejak tahun 2000 produktivitas biji kakao kering

Indonesia perlahan naik kembali hingga mencapai 889 kg/ha pada tahun 2007.

Setelah itu produktivitas biji kakao kering Indonesia cenderung berfluktuasi

hingga pada tahun 2015 sebesar 799 kg/ha.

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

46

Gambar 10. Perkembangan Produktivitas Kakao IndonesiaSumber : FAOSTAT, 2016 (Diolah)

5.1.4 Perkembangan Permintaan Kakao Indonesia di Pasar Internasional

Perkembangan permintaan kakao Indonesia di pasar internasional cenderung

meningkat tiap tahunnya. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 11 sebagai berikut :

Gambar 11. Perkembangan Permintaan Kakao Indonesia di Pasar InternasionalSumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016 (Diolah)

Perkembangan permintaan kakao Indonesia di pasar internasional pada

periode 1980-2015 cenderung meningkat namun cukup fluktuatif seperti pada

Gambar 11. Pada tahun 1980 permintaan kakao Indonesia di pasar internasional

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

47

sebesar 4.680 ton, kemudian pada tahun 2015 menjadi 350.730 ton. Permintaan

kakao Indonesia di pasar internasional dari tahun 1980 cenderung naik setiap

tahunnya hingga pada nilai tertinggi tahun 2006 sebesar 609.035 ton. Setelah

tahun 2006 permintaan kakao Indonesia di pasar internasional cenderung turun

hingga tahun 2014 mencapai 333.679 ton dan kemudian tahun 2015 naik kembali

menjadi 350.730 ton (Gambar 11).

5.1.5 Perkembangan Harga Kakao Dunia

Perkembangan harga kakao dunia pada periode tahun 1980-2015 cenderung

fluktuatif setiap tahunnya. Perkembangan harga kakao dunia pada periode 1980-

2015 cenderung fluktuatif seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12. Harga kakao

dunia pada tahun 1980 adalah sebesar US$ 1,97/kg, kemudian pada tahun 2015

menjadi US$ 3,14/kg. Harga kakao dunia mencapai nilai tertinggi pada tahun

1985 yaitu sebesar US$ 3,78/kg, kemudian setelah itu harga kakao dunia sering

mengalami naik turun harga hingga pada 2015 harga kakao dunia sebesar US$

3,14/kg.

Harga kakao yang dimaksud pada penelitian ini adalah harga biji kakao

kering. Harga dunia yang dimaksud adalah harga yang diberlakukan kepada

komoditas ekspor biji kakao Indonesia di pasar internasional.

Gambar 12. Perkembangan Harga Kakao DomestikSumber : FAOSTAT, 2016 (Diolah)

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

48

5.1.6 Perkembangan Harga Kakao Domestik

Perkembangan harga kakao domestik pada periode tahun 1980-2015

cenderung meningkat namun cukup fluktuatif. Hal ini ditunjukkan pada Gambar

5.5 sebagai berikut :

Gambar 13. Perkembangan Harga Kakao DomestikSumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016 (Diolah)

Perkembangan harga domestik kakao Indonesia pada periode tahun 1980-

2015 cenderung fluktuatif seperti yang ditunjukkan Gambar 13. Pada 1980 harga

kakao domestik adalah senilai US$ 0,3975/kg, kemudian pada 2015 menjadi US$

1,6831/kg. Dari tahun 1980 perkembangan harga kakao domestik cenderung

mengalami kenaikan dan penurunan harga komoditas (Gambar 13). Harga kakao

domestik yang dimaksud adalah harga yang diberlakukan pada komoditas biji

kakao kering pada pasar domestik atau di dalam negeri.

Harga kakao domestik Indonesia pada tahun tertentu tergantung pada

pasokan kakao Indonesia pada tahun tersebut. Harga akan tinggi apabila pasokan

kakao sedikit dan permintaan akan kakao Indonesia tersebut tinggi pada pasar

domestik. Dan sebaliknya harga akan cenderung rendah apabila pasokan kakao

melimpah dan permintaan kakao Indonesia rendah pada pasar domestik. Hal ini

juga dipengaruhi dari perkembangan industri kakao dalam negeri.

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

49

5.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kakao Indonesia di

Pasar Internasional

Hasil regresi dari model linier volume ekspor kakao disajikan pada Tabel 6 :

Tabel 7. Koefisien Variabel-Variabel BebasModel Unstandardized

CoefficientsStandardizedCoefficients

Beta

T Sig.

B Std. Error(Constant)

LLPR

PRMHRGDUNHRGDOM

-3,00940,687

18456,4380,9628,344-3,773

1,81219,597

28365,3640,0356,0581,511

0,0990,0130,9680,030-0,089

-1,6602,076-0,65127,7281,377-2.498

0,1070,0470,5200,0000,1790,018

R square 0,992R squareadjusted

0,991

F statistik 742,401Sig (F statistik) 0.000

Sumber : Data penelitian diolah dengan SPSSKeterangan : Variabel dependent ekspor

Model persamaan dapat ditulis sebagai berikut :

Y = -3,009 + 40,687X1 + 18.456,438X2 + 0,962X3 + 8,344X4 – 3,773E7 + e

5.2.1 Uji Kebaikan Kesesuaian (Goodness of Fit)

Berdasarkan pengujian model akan didapatkan pula koefisien determinasi

(R2), semakin tinggi koefisien determinasi maka akan semakin baik model

tersebut dalam arti semakin besar kemampuan variabel bebas (independent)

menerangkan variabel terikat (dependent). Nilai R2 akan meningkat dengan

bertambahnya jumlah variabel bebas dalam persamaan, namun dengan menambah

jumlah variabel bebas, derajat bebas akan semakin kecil. Karena itu dipergunakan

R2 adjusted yang sudah mempertimbangkan derajat bebas, disamping itu dapat

pula diketahui koefisien determinasi partial (r2) yang menunjukkan seberapa besar

kemampuan masing-masing variabel bebas (independent) mempengaruhi variabel

terikat (dependent).

Setelah dilakukan olah data diperoleh nilai koefisien determinasi (R

adjusted square) sebesar 0,991 artinya bahwa 99,1% variasi volume ekspor kakao

Indonesia di pasar internasional dapat dijelaskan secara nyata oleh variasi luas

lahan, produktivitas kakao Indonesia, permintaan kakao Indonesia di pasar

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

50

internasional, harga kakao dunia dan harga kakao domestik sedangkan 0,9%

variasi sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model (yang tidak

diteliti).

5.2.2 Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independent

secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependent. Dari perhitungan

diketahui bahwa nilai F hitung 742,401 dan Prob.sign 0,000 menunjukkan bahwa

secara bersama-sama (uji serentak) semua variabel independent luas lahan,

produktivitas kakao Indonesia, permintaan kakao Indonesia di pasar internasional,

harga kakao dunia dan harga kakao domestik terdapat pengaruh terhadap volume

ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

5.2.3 Uji t

Uji t bertujuan untuk menunjukkan variabel apa saja yang secara parsial

atau individu berpengaruh positif terhadap volume ekspor kakao Indonesia di

pasar internasional dengan membandingkan nilai signifikansi dari masing-masing

variabel tersebut (luas lahan, produktivitas, permintaan, harga kakao dunia dan

harga kakao domestik).

Hasil estimasi dari model regresi yang disajikan dalam Tabel 7

menunjukkan bahwa variabel produktivitas kakao dan harga kakao dunia

berpengaruh tidak signifikan terhadap ekspor kakao Indonesia ke pasar

internasional. Sedangkan variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap

ekspor kakao Indonesia di pasar internasional adalah luas lahan, permintaan kakao

Indonesia di pasar internasional dan harga kakao domestik. Interpretasi Tabel

7dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel Luas Lahan Kakao Indonesia

Variabel luas lahan pada Tabel 7 memiliki nilai B (konstanta) sebesar 40,687

yang berarti bahwa apabila variabel luas lahan naik sebesar 1 ha maka volume

ekspor kakao Indonesia di pasar internasional akan mengalami kenaikan sebesar

40,687 kg pada taraf kepercayaan 95,3%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi

hubungan positif antara luas lahan dengan volume ekspor kakao Indonesia di

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

51

pasar internasional, semakin naik luas lahan maka semakin meningkat volume

ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

Luas lahan kakao di Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Hal ini disebabkan karena komoditas kakao sudah dianggap sebagai

komoditas unggulan bagi kegiatan ekspor Indonesia ke luar negeri. Dapat

dibuktikan dengan kontribusi ekspor kakao pada Produk Domestik Bruto (PDB)

Indonesia melalui nilai ekspor kakao. Luas lahan kakao Indonesia pada tahun

2015 sudah mencapai 1.704.982 ha. Namun sayangnya tidak diimbangi dengan

peningkatan produksi yang signifikan sehingga volume ekspor kakao Indonesia di

pasar internasional hingga tahun 2015 pun hanya 355.321 ton.

Luas lahan kakao di Indonesia 95% merupakan Perkebunan Rakyat dimana

pelaku agribisnisnya adalah petani rakyat. Petani di Indonesia mayoritas memiliki

tingkat pendidikan rendah sehingga dalam kegiatan budidayanya mereka hanya

sekedar membudidayakan kakao secara konvensional. Banyak pihak yang sudah

berusaha melakukan pendekatan kepada petani dan memberikan penyuluhan

inovasi budidaya kakao namun terkadang petani masih bersikukuh dengan

budidaya yang sudah mereka lakukan secara turun-temurun. Oleh sebab itu,

produksi kakao Indonesia masih rendah karena mindset para petani masih tertutup

terhadap teknologi atau inovasi baru terhadap budidaya kakao.

Beberapa masalah pada lahan pertanian kakao Indonesia adalah pada

beberapa daerah penghasil kakao kemampuan lahannya sudah menurun karena

perawatan yang kurang intensif dari para pelaku pertanian. Lemahnya

kelembagaan petani dan sinergi antar stakeholder juga diyakini menjadi

permasalahan agribisnis kakao di Indonesia. Sehingga perlu adanya usulan

rekomendasi yang dapat dilakukan di waktu yang mendatang seperti

pengembangan perkebunan kakao melalui pendekatan kawasan agribisnis yang

memenuhi skala ekonomi, penguatan kelembagaan dan kapasitas petani kakao

untuk meningkatkan daya tawar petani dan koordinasi sinergi program dari

berbagai stakeholders dari hulu ke hilir termasuk melakukan pendampingan baik

dari aspek budidaya, pengolahan pascapanen, pemasaran maupun pembiayaan.

Dengan melihat interpretasi hasil regresi pada Tabel 7 bahwa pada setiap

kenaikan satuan luas lahan kakao sebesar 1 ha maka akan meningkatkan volume

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

52

ekspor kakao Indonesia di pasar internasional sebesar 40,687 kg pada taraf

kepercayaan 95,3% diharapkan kepada para petani untuk lebih meningkatkan

produksi kakao pada satuan luas lahan kakao yang mereka miliki karena pada

penelitian ini variabel luas lahan berpengaruh secara positif terhadap volume

ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

2. Variabel Produktivitas Kakao Indonesia

Variabel produktivitas pada Tabel 7 memiliki nilai B (konstanta) sebesar

18456,438 yang berarti bahwa apabila variabel produktivitas naik sebesar 1 kg/ha

maka volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional akan mengalami

kenaikan sebesar 18456,438 kg pada taraf kepercayaan 48%. Koefisien bernilai

positif artinya terjadi hubungan positif antara produktivitas dengan volume ekspor

kakao Indonesia di pasar internasional, semakin naik produktivitas maka semakin

meningkat volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

Produktivitas kakao di Indonesia cenderung mengalami fluktuasi setiap

tahunnya. Hal ini terjadi karena beberapa kendala diantaranya mayoritas usia

tanaman yang sudah tua dan rendahnya pemanfaatan teknologi berbasis Good

Agricultural Practices (GAP) sehingga menyebabkan penurunan produktivitas.

Selain masalah di atas, terjadinya serangan hama penggerek buah kakao (PBK)

serta penyakit busuk buah kakao maupun VSD di lapangan juga menjadi masalah

yang menyebabkan menurunnya produktivitas kakao(Departemen Pengembangan

UMKM, 2015).

Rendahnya produktivitas kakao terutama kakao rakyat, karena pada

umumnya petani kakao belum menanam benih unggul yang dianjurkan,

kebanyakan kakao yang ditanam berasal dari benih asalan sehingga produksinya

rendah dan rentan serangan hama dan penyakit. Rendahnya produktivitas kakao

juga banyak disebabkan oleh kondisi perawatan dan pemeliharaan kebun. Banyak

tanaman yang diusahakan petani kondisinya tidak terawat dan tidak produktif

karena sudah berumur tua, di atas 25 tahun. Pemupukan seringkali juga tidak

sesuai aturan karena sulitnya memperoleh pupuk yang distribusinya terbatas

sehingga harganya relatif mahal, sementara petani pada umunya kurang bermodal.

Pemangkasan dan kebersihan kebun juga kurang diperhatikan sehingga tanaman

tidak produktif bahkan mendorong meningkatnya serangan OPT.

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

53

Dengan melihat interpretasi hasil regresi pada Tabel 7 bahwa pada setiap

kenaikan satuan produktivitas kakao sebesar 1 kg/ha maka akan meningkatkan

volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional sebesar 18.456,6438 kg

pada taraf kepercayaan 48% diharapkan kepada para petani untuk lebih

meningkatkan produktivitas kakao pada satuan luas lahan kakao yang mereka

miliki karena pada penelitian ini variabel produktivitas berpengaruh secara positif

terhadap volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

3. Variabel Permintaan Kakao Indonesia di Pasar Internasional

Variabel permintaan pada Tabel 7 memiliki nilai B (konstanta) sebesar 0,962

yang berarti bahwa apabila variabel permintaan naik sebesar 1 kg maka volume

ekspor kakao Indonesia di pasar internasional akan mengalami kenaikan sebesar

0,962 kg pada taraf kepercayaan 100%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi

hubungan positif antara permintaan dengan volume ekspor kakao Indonesia di

pasar internasional, semakin naik permintaan maka semakin meningkat volume

ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

Permintaan kakao Indonesia cenderung meningkat namun cukup

berfluktuasi. Hal ini dikarenakan karena beberapa faktor diantaranya negara

pengimpor pada umumnya melihat kualitas dari biji kakao Indonesia yang

diekspor. Salah satu permasalahan dalam komoditas kakao sebagai komoditas

ekspor adalah sebagian besar (78,5%) diekspor dalam bentuk biji kering tanpa

pengolahan lebih lanjut (produk primer), sehingga harga jualnya menjadi lebih

rendah dibanding bila diolah dulu melalui proses fermentasi. Hal ini terjadi karena

petani menghendaki pembayaran yang lebih cepat tanpa harus menunggu proses

fermentasi. Dampak langusng dari kondisi ini adalah pendapatan petani menjadi

berkurang serta industri pengolahan kakao dalam negeri kurang berkembang

karena kurang pasokan bahan baku sehingga dampak lebih lanjut adalah

penyerapan tenaga kerja menjadi rendah.

Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah telah menetapkan

kebijakan tarif ekspor baru dalam bentuk PMK No. 67/2010 tentang penetapan

barang ekspor yang dikenakan bea keluar diantaranya biji kakao, yang

dimaksudkan untuk mencegah arus ekspor kakao terutama kakao yang belum

diolah sehingga mendorong berkembangnya industri pengolahan kakao dalam

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

54

negeri yang dapat menyadiakan lapangan kerja juga meningkatkan harga jual

ekspor dan pendapatan petani. Perbaikan mutu perlu dilakukan pada agribisnis

kakao di Indonesia untuk meningkatkan permintaan kakao Indonesia di pasar

internasional. Untuk mendapatkan mutu produksi yang baik, buah yang dipanen

harus cukup masak. Pemetikan dilakukan dengan alat pemotong agar tidak

merusak buah maupun bantalan tangkai buah. Rendahnya mutu biji kakao

Indonesia mengakibatkan kakao Indonesia hanya dipakai sebagai bahan campuran

makanan cokelat maksimal 10% (Veldsman, 1993).

Peningkatan mutu kakao dilakukan dengan teknologi pengolahan kakao

seperti fermentasi dan pengeringan. Sebelum difermentasi buah hasil pemeraman

dan pemecahan disortasi berdasarkan kualitasnya. Fermentasi dilakukan untuk

memperoleh biji kakao kering yang bermutu baik dan memiliki aroma serta cita

rasa khas cokelat. Biji yang sudah difermentasi kemudian dicuci, dikeringkan dam

disortasi untuk memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat. Pengeringan

dilakukan untuk menjaga agar hasil fermentasi tetap baik.

Dengan melihat interpretasi hasil regresi pada Tabel 7bahwa pada setiap

kenaikan satuan permintaan kakao Indonesia sebesar 1 kg maka akan

meningkatkan volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional sebesar

0,962 kg pada taraf kepercayaan 100% diharapkan kepada para petani untuk lebih

meningkatkan mutu biji kakao pada produksi kakao yang mereka hasilkan karena

pada penelitian ini variabel permintaan berpengaruh secara positif terhadap

volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

4. Variabel Harga Kakao Dunia

Variabel harga kakao dunia pada Tabel 7 memiliki nilai B (konstanta) sebesar

8,334 yang berarti bahwa apabila variabel harga kakao dunia naik sebesar US$ 1

maka volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional akan mengalami

kenaikan sebesar 8,334 kg pada taraf kepercayaan 82,1%. Koefisien bernilai

positif artinya terjadi hubungan positif antara harga kakao dunia dengan volume

ekspor kakao Indonesia di pasar internasional, semakin naik harga kakao dunia

maka semakin meningkat volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

Harga kakao dunia cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Hal ini

dikarenakan karena beberapa hal diantaranya terjadi gagal panen atau terjadi

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

55

penurunan produksi yang relatif tajam di negara produsen utama. Ini terjadi pada

saat sejumlah negara produsen kakao di Afrika mengalami kekeringan panjang

atau ketika Indonesia mengalami musim kemarau basah. Dampaknya produksi di

produsen utama menurun sehingga harga meningkat. Hal lainnya yang mungkin

terjadi adalah terjadinya serangan hama dan penyakit yang terjadi secara masif.

Meskipun kasus ini jarang terjadi namun ini adalah resiko yang mungkin pada

perkebunan kakao.

Masalah penurunan permintaan pada negara pengimpor juga dapat menjadi

masalah kenapa harga kakao dunia berfluktuasi. Hal ini bisa terjadi ketika terjadi

krisis ekonomi di negara-negara industri cokelat. Seperti saat terjadi krisis

ekonomi di Eropa yang berdampak pada penurunan demand terhadap biji kakao

sehingga harga mengalami penurunan secara drastis.

Dengan melihat interpretasi hasil regresi pada Tabel 7 bahwa pada setiap

kenaikan satuan harga kakao dunia sebesar US$ 1 maka akan meningkatkan

volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional sebesar 8,344 kg pada taraf

kepercayaan 82,1% diharapkan kepada para petani untuk lebih meningkatkan

produksi dan mutu kualitas kakao pada satuan luas lahan kakao yang mereka

miliki karena penurunan produksi kakao pada negara produsen dapat

mempengaruhi harga kakao dunia yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap

volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

5. Variabel Harga Kakao Domestik

Variabel harga kakao domestik pada Tabel 7 memiliki nilai B (konstanta)

sebesar -3,773 yang berarti bahwa apabila variabel harga kakao domestik naik

sebesar US$ 1 maka volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional akan

mengalami penurunan sebesar 3,773 kg pada taraf kepercayaan 98,2%. Koefisien

bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara harga kakao domestik

dengan volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional, semakin naik harga

kakao domestik maka semakin menurun volume ekspor kakao Indonesia di pasar

internasional.

Harga kakao domestik cenderung meningkat namun sering mengalami

fluktuasi. Hal ini disebabkan karena harga kakao dunia juga berfluktuasi. Harga

kakao dunia memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap harga kakao

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

56

domestik. Apabila pasokan kakao dari negara produsen meningkat secara drastis

maka harga kakao dunia akan menurun secara drastis karena kelebihan pasokan

kakao di pasar internasional. Dengan menurunnya harga kakao dunia maka harga

kakao domestik pun juga akan menurun karena melimpahnya barang yang

ditawarkan kepada konsumen.

Dengan melihat interpretasi hasil regresi pada Tabel 7 bahwa pada setiap

kenaikan satuan harga kakao domestik sebesar US$ 1 maka akan menurunkan

volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional sebesar 3,773 kg pada taraf

kepercayaan 98,2%. Hal ini terjadi karena apabila harga domestik naik maka

petani kakao di Indonesia cenderung menjual produknya di pasar Indonesia.

Petani akan berpikir bahwa dengan menjual barangnya di pasar Indonesia maka

dia sudah memperoleh keuntungan karena harganya sedang tinggi dan

mengakibatkan penurunan pada volume produk yang akan diekspor. Oleh sebab

itu pada penelitian ini variabel harga kakao domestik berpengaruh secara negatif

terhadap volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional.

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

57

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian analisis faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Perkembangan volume ekspor kakao Indonesia pada periode 1980-2015

fluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan

ekspor kakao Indonesia adalah 15,14% per tahun. Pada tahun 1980 ekspor

kakao Indonesia adalah 5.812 ton dan pada tahun 2015 meningkat menjadi

355.321 ton.

2. Perkembangan luas lahan kakao Indonesia pada periode 1980-2015 cenderung

mengalami peningkatan. Pada tahun 1980 luas lahan kakao Indonesia adalah

207.348 ha dan pada tahun 2015 luas lahan kakao Indonesia meningkat

menjadi 1.704.982 ha. Produktivitas kakao Indonesia cenderung sering

fluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 1980 produktivitas kakao Indonesia

adalah 531 kg/ha dan pada tahun 2015 naik menjadi 799 kg/ha.

3. Dari hasil penelitian, diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

volume ekspor kakao Indonesia di pasar internasional diantaranya luas lahan,

produktivitas, permintaan kakao Indonesia di pasar internasional, harga kakao

dunia dan harga kakao domestik. Secara keseluruhan, variabel volume ekspor

kakao Indonesia di pasar internasional seperti luas lahan (X1), produktivitas

(X2), permintaan kakao Indonesia di pasar internasional (X3) dan harga kakao

dunia (X4) berpengaruh secara positif sebesar 99,1%, namun harga kakao

domestik (X5) berpengaruh secara negatif. Variabel dominan yang berpengaruh

positif adalah luas lahan dan permintaan dengan tingkat kesalahan di bawah

5%.

6.2 Saran

Untuk penanganan lebih lanjut, maka saran penelitian mengenai analisis

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor kakao Indonesia di pasar

internasional yaitu sebagai berikut :

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

58

1. Dengan mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi ekspor kakao

Indonesia di pasar internasional diharapkan pemerintah dan instansi terkait

mampu menjaga dan meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh secara

positif di penelitian ini untuk meningkatkan volume ekspor kakao Indonesia

agar dapat selalu memenuhi permintaan kakao Indonesia di pasar

internasional.

2. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dengan pengusaha atau instansi

terkait dalam meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas biji kakao

Indonesia baik melalui kerjasama teknis, sharing informasi pasar maupun

dalam teknologi penanganan dan pengolahan pasca panen untuk

meningkatkan kualitas komoditi kakao Indonesia yang akan diekspor.

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

59

DAFTAR PUSTAKA

Anggita, Anna dan Amzul. 2014. Analisis Perdagangan Kakao Indonesia di PasarInternasional. FE IPB. Bogor.http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bultri/article/view/2321 (Diakses pada tanggal 4 November 2016).

Arsyad, Lincolin. 1991. Ikhtisar Teori dan Soal Jawab Ekonomi Mikro. BPFE.Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2015. Data Ekspor Non Migas Subsektor Tanaman BahanPangan dan Perkebunan Indonesia tahun 2014. Berita Resmi Statistik.Jakarta.https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1002 (Diakses padatanggal 15 Oktober 2016).

Damar, Archibald. 2011. AnalisisFaktor-Faktor yangMempengaruhiEksporBijiKakao Indonesia ke Malaysia danSingapura.Semarang.http://eprints.undip.ac.id/28640/1/JURNAL_SKRIPSI.pdf(Diaksespadatanggal 15 Oktober 2016).

Deliarnov. 1997. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Departemen Pengembangan UMKM. 2015. Peningkatan Daya Saing dan NilaiTambah Kakao Indonesia.. Bank Indonesia. Sulawesi Selatan.http://www.bi.go.id/id/umkm/penelitian/nasional/kajian/Documents/Proceeding%20Seminar%20Peningkatan%20Daya%20Saing%20dan%20Nilai%20Tambah%20Kakao%20Indonesia.pdf (Diakses pada tanggal 7 Agustus 2016).

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Menuju ASEAN Economic Community2015. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.Jakarta.http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/kemendag1-12.pdf(Diakses pada tanggal 4 November 2016).

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan2010-2014. Kementerian Pertanian Republik Indonesia.Jakarta.http://ditjenbun.pertanian.go.id/.../file/RENSTRA-DITJEN-PERKEBUNAN-2010-2014.pdf (Diakses pada 19 Oktober 2016)

Duenas-Caparas, Ma. Teresa S. 2006. Determinants of Export Performance in thePhillipine Manufacturing Sector. Eindhoven Centre for Innovation Studies.Eindhoven.

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

60

FAOSTAT. 2015. Data Produksi Kakao Pantai Gading, Ghana danIndonesia.http://www.fao.org/faostat/en/#data/QC (Diakses pada tanggal 24Agustus 2017).

Ferguson dan Gould. 1975. Microeconomic Theory and Application. Prentice HallInternational, Inc. London.

Figuera, A. and Janick, J. 1993. New Products from Theobroma cacao: Seed Pulpand Pod Gum. New Crops. New York.

Gaspersz, Vincent. 1996.Total Quality Management.GramediaPustakaUtama.Jakarta.

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BadanPenerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

ICCO. 2003. Products That Can be Made from Cocoa. International CocoaOrganization. https://www.icco.org/faq/52-by-products/115-products-that-can-be-made-from-cocoa.html (Diakses tanggal 4 November 2016).

Izzudin. 2015. AnalisisDayaSaingEksporBijiKakaoSebagaiKomoditasUnggulanIndonesia dalamMenghadapiIntegritasEkonomi ASEAN 2015.Malang.http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/2065(Diaksespadatanggal 14 Oktober 2016).

Kementerian Pertanian. 2013. Penetapan Kinerja (PK) Satuan Kerja LingkupDirektorat Jenderal Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Kindleberger. 1982. EkonomiInternasionalEdisiKedelapan. Erlangga. Jakarta.

Krugman, Paul dan Obsfeld, Maurice. 2004. Ekonomi Internasional Teori danKebijakan Harper Collins Publisher. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.

Lindert, Peter H. 1995. TeoriEkonomiInternasionalEdisiKesembilan. BumiAksara.Jakarta.

Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, H. 2003. ManajemenBudidayaKelapaSawit.GadjahMada University Press. Yogyakarta.

Mubyarto, 1989. PengantarEkonomiPertanian.LP3ES. Jakarta.

Nicholson, W. 1995. Mikroekonomi Intermediate danAplikasinya. Bina RupaAksara.Jakarta.

Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

61

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap BudidayaKakao. Agromedia Pustaka. Jember.

Purwowidodo. 1983. Teknologi Mulsa. Dewaruci Press. Jakarta.

PT. Perkebunan Nusantara IV. 1996. Vandemecum Kelapa Sawit, Karet dan Kakao.Langsa. Jakarta.

Rafi’i, Suryatna. 1985. Meteorologi dan Klimatologi. Angkasa. Bandung.

Rahardja, Pratama. 2008. TeoriEkonomiMakro :SuatuPengantar. LembagaPenerbitFE UI. Jakarta.

Rayes. 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Balai Penelitian Tanah danWorld Agroforestry Centre. Bogor.

Referensi Nasional Kakao. 2010. Indikator Nasional untuk Kriteria Sertifikasi KakaoLestari. Kelompok Referensi Nasional Kakao. Jakarta.

Salvatore, Dominick. 1996. Ekonomi Internasional. Erlangga. Jakarta.

Setiawan, D. 1995. TanamanKakao, BudidayadanPengolahanHasil. PusatPenelitianKopi danKakao, Jember.

Siregar, T.H.S., S. Riyadi dan L. Nuraeni. 2007. Pembudidayaan, Pengolahan danPemasaran Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, T.H.S., S. Riyadi dan L. Nuraeni. 2008. Faktor-Faktor yang MempengaruhiPengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan pada PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. FE USU.Medan.http://eprints.ums.ac.id/20073/23/2._Naskah_Publikasi_Ilmiah.pdf(Diakses pada tanggal 4 November 2016).

Sitorus, Santun R.P. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito. Bandung.

Smith, T. 2009. Growth Regulator, Extension Floriculture Program, USDA’sCooperative State Research, Education and Extension Service (CREES).University of Massachusetts Armherst. Massachusetts.

Sudarmo, S. 1989. Tanaman Perkebunan. Pengendalian Hama dan Penyakit.Kanisius. Yogyakarta.

Sukirno, Sadono. 2002. TeoriMikroEkonomi. CetakanKeempatBelas. Rajawali. Press.Jakarta.

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH …repository.ub.ac.id/8736/1/FAJRI AKBAR KARDIENO YASAMITHA.pdfmasih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestik

62

Sunanto, H. 1992. Cokelat, Budidaya, PengolahanHasildanAspekEkonominya.Kanisius. Yogyakarta.

Sunanto, H. 1994. BudidayaTanamanKakao. Kanisius, Yogyakarta.

Soekartawi. 1993. Analisis Usahatani. Raja grafindo Persada, Jakarta.

Triyoso, Bambang. 2004. Analisis Kausalitas Antar Ekspor dan PertumbuhanEkonomi di Negara-Negara ASEAN. Fakultas Ekonomi UNSU. SumateraUtara.https://jurnal.usu.ac.id/index.php/edk/article/view/11687(Diakses padatanggal 4 November 2016).

Veldsman, I. 1993. A European Chocolate Manufacturer's Experience of FermentedSulawesi Cocoa. ICCE Conference.

Widianingsih, Yuli. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PermintaanEkspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan China.UNDIP.Semarang. http://eprints.undip.ac.id/28640/1/JURNAL_SKRIPSI.pdf (Diaksespada tanggal 4 November 2016).