Upload
phungkhanh
View
255
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PROFITABILITAS BANK SYARIAH
DI INDONESIA
Skripsi
Oleh
Achmad Aditya Ramadhan NIM : 109084000047
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434H/2013
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Achmad Aditya Ramadhan
2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 14 Maret 1992
3. Alamat : Jl. Kebon Nanas Utara 003/007, Cipinang
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnCempedak, Jatinegara, Jakarta Timur
4. Telepon : 089652745304
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 04 Cipinang Cempedak Tahun 1997-2003
2. SMP Negeri 36 Pedati Tahun 2003-2006
3. SMA Negeri 36 Rawamangun Selatan Tahun 2006-2009
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Tahun 2009-2013
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Rohis SMAN 36 2007-2009
2. Bendahara Karang Taruna RT 005 2012-Sekarang
vii
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of the Inflasi, Non-Performing Financing (NPF), and Operating Expenses to Operating Income (BOPO) to the Banking Profitability (ROA).
Objects in this study is Sharia Banks and Sharia business units in Indonesia, which has been registered in the Bank Indonesia during 2008-2012. The method used in this research is to use multiple regression analysis estimation method of Ordinary Least Square (OLS) to test the hypothesis that the t test and F test Before using multiple regression analysis, performed classical assumption first.
From the results of simultaneous hypothesis test (F test) showed that the Inflasi, NPF, and BOPO has a significant impact on banking profitability of Islamic banks with a significance level of 0.000. While based on the partial results of hypothesis testing (t test) showed that the Islamic banks indicate that Inflation variable, and NPF not influence of probability Islamic banking because it has 0.0839 and 0.7544 which means under alpha of 0.05. While the BOPO variable has a significant to the profitability of Islamic banks. The value of adjusted R2 in regression models obtained for publicly traded banks 0.769. This shows that the major effect of independent variables are Inflation, NPF, and BOPO to the dependent variable (ROA) of 76.7% while the remaining 23.3% is influenced by other factors such CAR, FDR, SIZE and each others.
Keywords: ROA, Inflation, NPF, BOPO
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Inflasi, Non
Performing Financing (NPF), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia (ROA).
Obyek dalam penelitian ini adalah Bank-bank Umum Syariah dan Unit-unit usaha Syariah di Indonesia yang telah terdaftar di Bank Indonesia periode tahun 2008-2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) dengan uji hipotesis yaitu uji t dan uji F. Sebelum menggunakan analisis regresi berganda, dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Dari hasil uji hipotesis secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa Inflasi, NPF, dan BOPO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank syariah dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial (uji t) pada bank syariah menunjukkan bahwa variabel Inflasi dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank syariah karena memiliki probabilitas sebesar 0.0839 dan 0.7544 yang berarti berada di atas α sebesar 0.05. Sedangkan variabel BOPO berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank syariah karena memiliki probabilias sebesar 0.0000 yang berarti berada di bawah α sebesar 0.05. Nilai adjusted R2 dalam model regresi ini diperoleh sebesar 0,767 Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independent yaitu Inflasi, NPF, dan BOPO terhadap variabel dependent (ROA) sebesar 76,7% sedangkan sisanya sebesar 23,3% dipengaruhi oleh faktor lain seperti CAR, FDR, SIZE, dan lain-lain .
Kata Kunci : ROA, Inflasi, NPF, BOPO
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang
ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT yang Maha Rahman, Maha Rahim, Maha Penolong setiap hamba-
Nya. Yang telah melimpahkan segala karunia-Nya, Rahmat-Nya, serta ilmu
pengetahuan yang tidak terhingga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua, ayahanda Deden Subagio dan ibunda Nurhasanah yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada henti-
hentinya kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat kepada penulis.
4. Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Bapak Dr. Lukman, M.Si,
yang telah memberikan ilmunya serta motivasi.
5. Bapak Dr.Ir.H.Roikhan Mochamad Aziz, MM, selaku Dosen Pembimbing 1
dan juga sebagai penemu Sinlammim, 319913616 dan habslm, yang telah
berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan
atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Yoghi Citra Pratama, MSi selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia memberikan banyak ilmu, motivasi, saran dan dengan sabar
membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
x
7. Seluruh dosen dan Staf jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang
telah sabar dan membantu selama perjalanan empat tahun ini.
8. Adikku Erlan dan Fachri yang telah memberikan semangat dan dukungannya.
9. Wulan Fauzyni yang telah memberikan doa, semangat, motivasi, perhatian
dan senantiasa menemani penulis selama ini.
10. A’ Heru yang telah memberikan semangat dan dukungannya.
11. Segenap keluarga yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian
skripsi ini.
12. Para fans Futu, Deni dan Putra yang telah memberikan doa, semangat dan
dukungannya.
13. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2009 Aziz, Sena, Mawan,
Romdon, Dims, Iam, Geri, Udin dan teman-teman seperjuangan IESP yang
tidak disebutkan satu persatu.
14. Seluruh teman-teman FEB yang selalu mengisi hari-hari menjadi
menyenangkan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan semua pihak.
Jakarta, 3 September 2013
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………...…………. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI………………….…….. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF …… iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………………. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................... vi
ABSTRACT . ................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ....................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian……………………….. 1
B. Perumusan Masalah……………………………... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………. . 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori…………………………..……... 12
1. Pengertian Perbankan …………………..…. 12 2. Fungsi Perbankan…………………………… 12 3. Tujuan Perbankan.…………………………… 15 4. Pengertian Perbankan Syariah…………….... 15 5. Produk Perbankan Syariah ………………… 19 6. Sumber Dana Bank Syariah………………… 24 7. Sistem Pembiayaan Bank Syariah …………. 25 8. Laporan Keuangan Perbankan Syariah…… 25
xii
9. Profitabilitas (ROA)………………………… 26 10. Non Performing Finance (NPF)….………… 27 11. Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO)………….. 28 12. Inflasi…………………………………………. 30 13. Keterkaitan Antar Variabel…………………. 33
B. Penelitian Sebelumnya…………………………… 34
C. Kerangka Berpikir.……………………………… 41
D. Hipotesis………………………………………….. 44
BAB III METODELOGI PENELITI
A. Ruang Lingkup Penelitian….…………………... 46
B. Gambaran Umum Penelitian……………………. 47
C. Teknik Pengumpulan Data………………………. 48
D. Teknik Analisi…………….………………………. 48 1. Regresi Linier Berganda...…………………… 48
2. Pengujian Model dengan Asumsi Klasik …… 50
a. Uji Normalitas…………………………… 50
b. Uji Multikolinieritas……………………. 51
c. Uji Heterokedastisitas…………………….. 51
d. Uji Autokorelasi………………………… 52
3. Uji Statistik…………………………………… 53
a. Koefisien Determinasi …………………… 53
b. Uji Signifikansi Parameter
Individual (Uji Statistik t) ………………… 54
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) …………. 54
E. Operasional Variabel Penelitian…………….…… 55
1. Variabel Dependen ………………………….. 55
2. Variabel Independen………………………… 56
xiii
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian……………. 57
1. Gambaran Umum Bank Syariah……………. 57
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia… 58
3. Gambaran Umum Penelitian………………… 59
a. Perkembangan ROA ……………………. 60
b. Perkembangan Inflasi …………………… 61
c. Perkembangan NPF ……………………. 62
d. Perkembangan BOPO …………………… 63
B. Pengujian dan Pembahasan……………………... 64
1. Uji Asumsi Klasik…………………………….. 64
a. Uji Normalitas……………………………. 64
b. Uji Multikolinieritas……………………… 65
c. Uji Heterokedastisitas……………………. 65
d. Uji Autokorelasi………………………….. 66
2. Uji Signifikan…………………………………. 68
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)…………… 68
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)……………. 69
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………… 70
3. Pembahasan………………………………….. 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………. 74
B. Saran……………………………………………… 75
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… 77
LAMPIRAN……………………………………………………… 79
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 : Perbedaan prinsip antara sistem bunga
dan sistem bagi hasil.............................................. 2
Tabel 1.2 : Perkembangan Bank Syariah…………………... 3
Tabel 1.3 : Rasio keuangan BUS dan UUS……….………… 7
Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu…………………………….. 38
Tabel 4.1 : Hasil Uji Normalitas…………...………………… 64
Tabel 4.2 : Correlation Matrix…………………..………….. 65
Tabel 4.3 : Uji Heterokedastisitas…………………….…….. 66
Tabel 4.4 : Uji Autokorelasi………………………….……… 67
Tabel 4.5 : Uji Adjusted R Square…………..……………… 68
Tabel 4.5 : Hasil Uji t…………………..…………………….. 69
Tabel 4.6 : Hasil Uji F…………..……………………………. 70
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 : Perkembangan ROA ……..……………. 60
Grafik 4.2 : Perkembangan Inflasi…………….…… 61
Grafik 4.3 : Perkembangan NPF ..…………………. 62
Grafik 4.4 : Perkembangan BOPO …………………. 63
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Teoritis……………. 43
xvii
DARFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Daftar Bank Umum Syariah (BUS)
dan Usaha Unit Syariah (UUS)……………… 79
Lampiran 2 : Data Variabel Dependen
dan Independen BUS dan UUS………………. 81
Lampiran 3 : Uji Normalitas…………………………………. 83
Lampiran 4 : Uji Multikolinieritas…………………………… 83
Lampiran 5 : Uji Heteroskedastisitas………………………… 84
Lampiran 6 : Uji autokorelasi………………………………… 85
Lampiran 7 : Hasil Uji Adjusted R-square................................. 86
Lampiran 8 : Hasil Uji t……………………………………….. 87
Lampiran 9 : Hasil Uji F………………………………………. 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara keuangan yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan
dana kepada pihak yang kekurangan dana (Ismail, 2010:3). Dana yang
dimiliki oleh bank adalah berasal dari dana bank itu sendiri, dana dari
masyarakat dan dana pinjaman. Bank juga dibebani suatu misi dalam
perekonomhian Indonesia, yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
dengan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit agar daya
beli atau usaha masyarakat dapat meningkat, sehingga akan meningkatkan
pembangunan ekonomi Indonesia.
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat,
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan Pasal 5 Undang-
Undang No.10 Tahun 1998, tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu
Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
Menurut dari segi imbalan maupun jasa atas penggunaan dana,
simpanan ataupun pinjamannya, bank dibedakan menjadi dua, yaitu bank
konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang dalam
2
aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran
dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah
imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu,
sedangkan bank Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan
dan mengenakan imbalan mengacu pada hukum islam, dan dalam kegiatannya
tidak membebankan bunga, maupun tidak membayar bunga kepada nasabah.
Imbalan yang diterima oleh bank syariah, maupun yang dibayar nasabah
tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan pihak bank (Ismail,
2010:20).
Tabel 1.1 Perbedaan prinsip antara sistem bunga dan sistem bagi hasil
No. Faktor
Perbedaan Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil
1 Penentuan Besarnya Hasil
Sebelum kegiatan usaha dilakukan
Sesudah kegiatan usaha
2 Yang Ditentukan Sebelumnya
Besarnya Bunga/ nilai hasil
Kesepakatan porsi/ bagian masing-masing pihak
3 Jika Terjadi Kerugian
Ditanggung oleh satu pihak saja
Ditanggung kedua belah Pihak
4 Perhitungan Dari mana yang diserahkan, bersifat fixed
Dari untung yang akan diperoleh
Sumber : Sulhan dan Siswanto (2008:129)
Menurut pasal 1 ayat (7) UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Berdasarkan status pendirian
3
sistem Syariahnya bank Syariah dibedakan atas Bank Umum Syariah (BUS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS). Pada BUS statusnya independen dan tidak
bernaung dibawah sistem perbankan konvensional. Sementara UUS statusnya
tidak independent dan masih bernaung di bawah aturan manajemen perbankan
konvensional.
Tabel 1.2 Perkembangan Bank Syariah
2007 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah BUS 3 5 6 11 11 11 Jumlah Kantor
401 581 711 1.215 1.401 1.460
Jumlah UUS 26 27 25 23 24 24 Jumlah Kantor
196 241 287 262 336 427
Jumlah BPRS 114 131 138 150 155 155 Jumlah Kantor
185 202 225 286 364 373
Total Kantor 782 1.024 1.223 1.763 2.101 2.260 Total Aset BUS dan UUS (triliun)
36,538 49,555 66,090 97,519 145,467 145,6
Total Aset BPRS (triliun)
1,216 1,693 2,124 2,739 3,520 3,789
Sumber : BI diolah kembali
Dari tabel di atas dapat dilihat adanya krisis moneter yang terjadi pada
pertengahan tahun 1997 membawa dampak terhadap struktur perekonomian
terutama struktur keuangan dan perbankan. Hal ini menimbulkan krisis
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Sehingga puluhan bank
konvensional banyak yang ditutup dan dimerger, sementara bank syariah
justru berkembang. Sebelum krisis hanya ada 1 Bank Umum Syariah (BUS)
dan 9 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Sampai dengan bulan
4
Februari 2012, industri perbankan syariah telah mempunyai jaringan sebanyak
11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 155
BPRS, dengan total jaringan kantor mencapai 2.260 kantor yang tersebar di
hampir seluruh penjuru nusantara. Total aset perbankan syariah mencapai
Rp149,3 triliun (BUS & UUS Rp145,6 triliun dan BPRS Rp 3,789 triliun) atau
tumbuh sebesar 51,1% dari posisi tahun sebelumnya. Industri perbankan
syariah mampu menunjukkan pertumbuhan yang tinggi dengan rata-rata
sebesar 40,2% pertahun dalam lima tahun terakhir (2007-2011), sementara
rata-rata pertumbuhan perbankan nasional hanya sebesar 16,7% pertahun.
Oleh karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai ‘the fastest
growing industry’. (Bank Indonesia).
Hal ini diperkuat dengan lahirnya undang-undang syariah dalam pasal
1 ayat (1) UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah menyatakan
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Mengingat begitu pesatnya pertumbuhan dan ketatnya persaingan
perbankan syariah di Indonesia, maka pihak bank syariah perlu meningkatkan
kinerjanya agar dapat menarik investor dan nasabah, serta dapat tercipta
perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Salah satu indikator
untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat
profitabilitasnya. Hal ini terkait sejauh mana bank menjalankan usahanya
secara efisien. Efisiensi diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh
5
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Semakin tinggi
profitabilitas suatu bank, maka semakin baik pula kinerja bank tersebut
(Stiawan, 2009:2).
Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur
kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah Return on
Equity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan return on asset (ROA)
pada industri perbankan (Ponco, 2008:4). ROA adalah Rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA bank, semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Naomi, 2009:5).
Lingkungan ekonomi makro akan mempengaruhi operasional
perusahaan yang dalam hal ini keputusan pengambilan kebijakan yang
berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan. Variabel ekonomi makro yang
dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, khususnya
perbankan syariah di Indonesia, yaitu Inflasi (Sahara, 2013:151)
Inflasi merupakan presentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam
suatu tahun tertentu. Atau dengan kata lain adanya penurunan dari nilai mata
uang yang berlaku (Stiawan, 2009:18). Jika inflasi sedang meningkat maka
harga-harga barang kebutuhan masyarakat akan ikut meningkat dan akan
menurunkan tingkat konsumsi masyarakat. Menurunnya tingat konsumsi
masyarakat akan membuat para investor tidak mau untuk berinvestasi di
sektor riil. Sebagian besar dana investasi untuk sektor riil adalah dibiayai oleh
6
bank. Hal ini menjadikan bank kesulitan menyalurkan dana serta menanggung
biaya dari modal yang ada. Dan pada akhirnya akan berdampak pada
menurunnya profitabilitas perbankan.
Variabel berikutnya untuk mengukur ROA adalah NPF. Non
Performing Financing (NPF) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
pembiayaan bermasalah pada suatu bank. Pembiayaan bermasalah di sini
adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. NPF
dijadikan variabel yang mempengaruhi profitabilitas karena Besarnya kredit
bermasalah dibandingkan dengan aktiva produktifnya dapat mengakibatkan
kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikan,
sehingga mengurangi laba dan berpengaruh negatif pada profitabilitas bank
(Wibowo, 2013:4).
Variabel berikutnya untuk mengukur ROA adalah BOPO. Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio perbandingan
antara biaya operasional dan pendapatan operasional. BOPO menunjukkan
kemampuan bank dalam menjalankan operasionalnya secara efisien. Teori
yang ada menjelaskan bahwa hubungan antara BOPO dan ROA adalah
berbanding terbalik (Stiawan, 2009:8). Jika tingkat BOPO meningkat maka
bank tersebut menjalankan oprasionalnya tidak efisien, sehingga
menyebabkan ROA menjadi menurun karena biaya oprasional menjadi tinggi.
7
Table 1.3 Rasio keuangan BUS dan UUS (dalam persentase)
Rasio 2008 2009 2010 2011 2012 ROA 1,42 1,48 1,67 1,79 2,14
Inflasi 11,06 2,78 6,96 3,79 4,30 NPF 3,95 4,01 3,02 2,52 2,22
BOPO 81,75 84,39 80,54 78,41 74,97 Sumber : Data BI dan BPS diolah kembali
Berdasarkan data pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa ROA BUS dan
UUS dalam perkembangannya selama periode tahun 2008-2012 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2008-2009 ROA mengalami peningkatan sebesar
0,06 persen dari 1,42 persen menjadi 1,48 persen. Pada tahun 2009-2010 ROA
juga mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen dari 1,48 persen menjadi
1,67 persen. Pada tahun 2010-2011 ROA juga mengalami peningkatan sebesar
0,12 persen dari 1,67 persen menjadi sebesar 1,79 persen. Pada tahun 2011-
2012 ROA juga mengalami peningkatan sebesar 0,35 persen dari 1,79 persen
menjadi sebesar 2,14 persen. Peningkatan ROA tertinggi terjadi pada tahun
2011-2012 yaitu sebesar 0,35 persen. Dengan demikian perlu diketahui faktor-
faktor yang memepengaruhi ROA sehingga dapat diambil langkah perbaikan
kinerja keuangan bank untuk meningkatkan ROA selanjutnya.
Pada table 1.2 dapat dilihat bahwa inflasi pada tahun 2008-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008-2009 inflasi mengalami penurunan
sebesar 8,28 persen dari 11,06 persen menjadi 2,78 persen, sedangan ROA
mengalami peningkatan sebesar 0,06 persen. Pada tahun 2009-2010 inflasi
mengalami peningkaan sebesar 4,18 persen dari 2,78 persen menjadi 6,96
persen, dan ROA juga mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen. Pada
8
tahun 2010-2011 inflasi mengalami penurunan sebesar 3,17 persen dari 6,96
persen menjadi 3,79 persen, tetapi ROA mengalami kenaikan sebesar 0,12
persen. Pada tahun 2011-2012 inflasi mengalami peningkatan sebesar 0,51
persen dari 3,79 persen menjadi 4,30 persen. Dan ROA juga mengalami
peningkatan sebesar 0,23 persen dari 1,79 persen menjadi sebesar 2,02 persen.
Fenomena ini menunjukkan telah terjadi ketidakkonsistenan hubungan antara
inflasi dengan ROA. Dimana inflasi tahun 2008-2009 mengalami penurunan
dan ROA mengalami peningkatan, sedangkan di tahun 2009-2010 inflasi
mengalami peningkatan dan ROA juga meningkat. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut.
Pada table 1.2 dapat dilihat bahwa NPF BUS dan UUS pada tahun
2008-2012 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2008-2009 NPF mengalami
peningkatan sebesar 0,06 persen dari 3,95 persen menjadi 4,01 persen, dan
ROA juga mengalami peningkatan sebesar 0,06 persen. Pada tahun 2009-2010
NPF mengalami penurunan sebesar 0,99 persen dari 4,01 persen menjadi 3,02
persen, sedangkan ROA meningkan sebesar 0,19 persen. Pada tahun 2010-
2011 NPF mengalami penurunan sebesar 0,50 persen dari 3,02 persen menjadi
2,52 persen, sedangkan ROA megalami peningkatan sebesar 0,12 persen. Pada
tahun 2011-2012 NPF mengalami penurunan sebesar 0,30 persen dari 2,52
menjadi 2,22, sedangkan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,35 persen.
Fenomena ini menunjukkan telah terjadi ketidakkonsistenan hubungan antara
NPF dengan ROA. Di mana pada tahun 2008-2009 NPF mengalami
peningkatan dan ROA juga mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun
9
2010-2011 NPF mengalami penurunan dan ROA mengalami peningkatan.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa BOPO BUS dan UUS pada tahun
2008-2012 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2008-2009 BOPO mengalami
peningkatan sebesar 2,64 persen dari 81,75 persen menjadi 84,39 persen, dan
ROA juga meningkat sebesar 0,06 persen. Pada tahun 2009-2010 BOPO
mengalamai penurunan sebesar 3,85 persen dari 84,39 persen menjadi 80,54
persen, sedangkan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen. Pada
tahun 2010-2011 BOPO mengalami penurunan sebesar 2,13 persen dari 80,54
persen menjadi 78,41 persen. Pada tahun 2011-2012 BOPO mengalamai
penurunan sebesar 3,44 persen dari 78,41 persen menjadi 74,97 persen,
sedangkan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,30 persen. Fenomena ini
menunjukkan telah terjadi ketidakkonsistenan hubungan antara BOPO dengan
ROA. Di mana pada tahun 2009-2010 BOPO mengalami penurunan dan ROA
mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2008-2009 BOPO juga
mengalami peningkatan dan ROA juga mengalami peningkatan, tetapi pada
tahun 2009-2011 BOPO dan ROA mempunyai hubungan yang negatif sesuai
dengan teori yang ada, di mana BOPO menurun dan ROA meninggkat. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka
penelitian ini mengambil judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”. Bank Syariah di sini adalah Bank
Umum Syariah (BUS) dan Usaha Unit Syariah (UUS). Di mana variabel
10
Profitabilitas diukur dengan ROA untuk mengetahui kinerja aset yang dimiliki
bank syariah dalam memperoleh laba, variabel makroekonomi yaitu inflasi,
variabel kualitas pembiayaan diukur dengan NPF, dan variabel Rasio Efisiensi
Operasiolan diukur dengan BOPO.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah ketidak konsistenan hubungan antara inflasi, NPF, dan
BOPO terhadap ROA, menjadi suatu masalah yang perlu dikaji lebih lanjut.
Oleh karena itu penelitian ini berfokus pada penggunaan variabel inflasi, NPF,
dan BOPO untuk mengetahui pengaruhnya terhadap profitabilitas bank
syariah di Indonesia yang diukur dengan ROA pada periode tahun 2008-2012.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka diperlukan
penelitian lebih lanjut terhadap rasio-rasio keuangan. Dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh inflasi secara parsial terhadap ROA Bank Syariah
di Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaruh NPF secara persial terhadap ROA Bank Syariah
di Indonesia?
3. Bagaimanakah pengaruh BOPO secara parsial terhadap ROA Bank
Syariah di Indonesia?
4. Bagaimanakah pengaruh inflasi, NFP, dan BOPO secara simultan terhadap
ROA Bank Syariah di Indonesia?
11
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh NPF terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia.
3. Menganalisis pengaruh BOPO terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia.
4. Menganalisis pengaruh inflasi, NPF, dan BOPO secara bersama-sama
terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia.
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi Perbankan
Bank yang berkepentingan dapat mengetahui kinerja keuangan, serta dapat
digunakan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan profitabilitas
usaha di waktu yang akan datang.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang diperoleh selama
kuliah dan menambah pengetahuan serta wawasan khususnya yang
berkaitan dengan manajemen keuangan dalam perbankan.
3. Bagi masyarakat umum.
Diharapkan dapat menambah wawasan di bidang perbankan khususnya
perbankan syariah dalam hal yang berkaitan dengan profitabilitas.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Perbankan
Bank adalah salah satu dari lembaga keuangan di Indonesia.
Definisi lembaga keuangan berdasarkan Surat keputusan Menteri
Keuangan Repuplik Indonesia No 792 Tahun 1990 yaitu lembaga
keuangan adalah semua badan yag memiliki kegiatan di bidang keuangan
berupa pengimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama
untuk membiayai investasi perusahaan. Menurut Undang-Undang No. 10
Tahun 1998 tentang Perbankan, mendefinisikan bank sebagai badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
(Ismail, 2010:3).
2. Fungsi Perbankan
Menurut Pasal 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan menjelaskan bahwa fungsi perbankan Indonesia adalah
menghimpun dana dan kemudian menyalurkan dana ke masyarakat.
Fungsi tersebut dikenal sebagai intermediasi keuangan (financial
intermediary). Menurut (Riyadi, 2006:67) Fungsi perbankan lebih spesifik
sebagai berikut:
a. Fungsi Pembangunan (Development)
12
13
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat menunjang
pertumbuhan perekonomian Negara. Jika sistem dan perbankan baik,
maka perbankan akan bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.
b. Fungsi Pelayanan (Service)
Pelayanan di sinni adalah memberikan semua kegiatan keuangan yang
dibutahkan dan diinginkan oleh nasabah, sehingga nasabah
memperoleh kemudahan dalam melakukan kegiatan transaksi
keuangannya.
c. Fungsi Transmisi
Fungsi transmisi merupakan kegiatan perbankan yang berkaitan
dengan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dengan
menciptakan instrument keuangan yang disebut dengan uang giral.
Uang giral adalah jenis simpanan dana di bank yang dapat ditarik
setiap saat dengan menggunakan cek dan jenis simpanan uang tersebut
umumnya dikenal dengan tabungan giro.
Adapun fungsi dari bank syariah menurut Sofyan S. Harahap (2005) antara
lain sebagai berikut:
a. Manajer Investasi
Salah satu fungsi bank yang penting adalah sebagai manajer investasi,
maksudnya adalah bank syariah merupakan manajer investasi dari
pemilik dana yang dihimpun, karena besar kecilnya pendapatan (bagi
hasil) yang diterima sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian,
dan profesionalisme dari bank syariah. Penyaluran dana yang
14
dilakukan oleh bank syariah diharapkan mendapatkan hasil yang
mempunyai implikasi langsung kepada pemilik dana. Jika investasi
yang dilakukan bank syariah mengalami pembayaran yang tidak
lancar, bahkan sampai macet, bisa mengakibatkan pendapatan yang
diperoleh kecil dan pendapatan pemilik dana menjadi kecil pula.
b. Investor
Bank syariah menginvestasikan dana dengan jenis dan pola investasi
yang sesuai dengan syariah. Investasi tersebut meliputi akad
Murabahah, Sewa-menyewa, Musyarakah, akad Mudharabah, akad
Salam, memperdagangkan produk dan investasi atau
memperdagangkan saham yang dapat diperjual belikan, keuntungan
dibagikan setelah bank menerima bagian keuntungan yang sudah
disepakati sebelum pelaksanaan akad.
c. Jasa Keuangan
Bank syariah menjalankan fungsi sebagai pemberi jasa keuangan,
misalnya memberi jasa kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, jasa
untuk memperoleh imbalan atas dasar sewa, dan sebagainya. Hanya
saja yang sangat diperhatikan adalah prinsip syariah tidak boleh
dilanggar.
d. Fungsi Sosial
Konsep perbankan syariah mengharuskan bank-bank Islam
memberikan pelayanan sosial apakah melalui dana Qard (pinjaman
kebajikan) atau zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip-
15
prinsip Islam. Disamping itu konsep perbankan syariah mengharuskan
bank-bank Islam untuk memainkan peran penting didalam
pengembangan sumber daya manusianya dan memberikan kontribusi
bagi kesejahteraan sosial.
3. Tujuan Perbankan
Menurut Psal 3 UU No. 10 tahun 1998 adalah perbankan Indonesia
bertujuan menunjang pelaksaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional
ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
4. Pengertian Perbankan Syariah
Menurut Pasal 1 ayat UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya
disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit
16
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit
kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit
syariah (Bank Indonesia).
Bank Syariah adalah sistem perbankan dalam Ekonomi Islam
didasarkan pada konsep pembagian baik keuntungan maupun kerugian.
Disini artinya siapa yang ingin mendapatkan hasil dari tabungannya, juga
harus bersedia mengambil risiko. Bank-bank syariah dikembangkan
berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara hal yang
temporal (keduniaan) dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan
kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan.
Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi transaksi bisnis
pun harus sesuai dengan ajaran syariah (Stiawan, 2009:15).
Menurut Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
Lembaga yang berwenang di sini adalah Dewan Pengawas Syariah (DPS)
yang bersifat independen yang merupakan kepanjangan tangan dari Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). DPS
ditempatkan pada bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
17
prinsip syariah dengan tugas yang diatur oleh DSN-MUI. Adapun prinsip
perbankan menurut (Aziz, 2006:4) sebagai berikut:
a. Larangan riba dan bunga.
Larangan ini dimulai dari adanya pelarangan yang tegas terhadap riba.
Tidak diragukan lagi bahwa apa yang diharamkan oleh al-Qur’an
maupun al-hadits adalah riba. Al-Qur'an mengharamkannya dalam Qs.
2:275.
Allah berfirman:
Artinya :
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
18
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
b. Keadilan sosial, persamaan, dan hak milik.
Keadilan sosial dalam pandangan Islam menuntut pemilik dana dan
pengguna dana untuk berbagi atas keuntungan, demikian juga bila
terjadi kerugian. Islam memberikan panduan bahwa proses akumulasi
kekayaan dan distribusi ekonomi terbentuk secara fair dan benar.
c. Uang sebagai modal “potensial”.
Dalam pandangan Islam uang merupakan modal “potensial”. Ia akan
menjadi modal nyata ketika uang tersebut bekerjasama dan bergabung
dengan sumber daya lain untuk melakukan suatu aktivitas produktif.
Islam mengakui nilai kontribusi uang, ketika ia bertindak sebagai
modal yang digunakan untuk aktivitas usaha
d. Larangan perilaku spekulatif.
Sistem keuangan Islam tidak menghendaki penimbunan (hoarding)
dan melarang transaksi yang mengandung ketidakpastian, perjudian,
dan beresiko ekstrim.
e. Kesucian akad (kontrak).
Islam menegakkan kewajiban sesuai dengan akad (kontrak) dan
keterbukaan informasi sebagai tugas suci. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi resiko dari informasi asimetrik dan moral.
f. Aktivitas yang disetujui Syariah.
19
Hanya aktivitas bisnis yang tidak melanggar ketentuan-ketentuan
syariah yang memenuhi persyaratan untuk investasi. Sebagai contoh,
investasi bisnis yang berkaitan dengan minuman keras, perjudian, dan
barang haram dilarang oleh Islam.
Adapun prinsip-prinsip bank syariah menurut Nadratuzzaman (2006)
antara lain:
a. Prinsip Al Ta’awun yaitu prinsip untuk saling membantu dan bekerja
sama antara anggota masyarakat dalam kebaikan.
b. Prinsip Menghindari Al Ikhtina yaitu dana berhenti, membiarkan uang
menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi
masyarakat umum.
5. Produk Perbankan Syariah
Bank syariah menawarkan produk dan jasa perbankan sesuai
dengan syariah Islam. Sebelum dipasarkan, produk atau jasa tersebut harus
disetujui terlebih dahulu oleh Dewan Pengawas Syariah yang menetapkan
apakah produk atau jasa tersebut memenuhi prinsip syariah atau tidak.
a. Produk Penghimpun Dana
Bank syariah dalam menerima dana masyarakat terdiri atas tiga jenis
simpanan atau tabungan, yaitu giro Wadiah, tabungan, dan deposito
berjangka. Namum, bank syariah memunngkinkan menerima simpanan
dari bank-bank atau lembaga keuangan.
1) Giro Wadiah
20
Giro Wadi’ah amanah yang mempunyai prinsip harta titipan tidak
boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sedangkan wadi’ah
dhamanah adalah pihak yang dititipi (bank) bertanggungjawab atas
keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta
titipan tersebut.
2) Tabungan
Penarikan tabungan atau simpanan di bank dilakukan sesuai
dengan persetujuan antara penabung dan pihak bank. Dalam hal ini
dapat menggunakan akad Al Wadiah atau akad Mudharabah.
Berdasarkan akad wadiah, tabungan selama masih memiliki saldo,
dapat ditarik setiap saat oleh penabung di setiap saat. Penerimaan
tabungan berdasarkan akad Mudharabah digunakan untuk
tabungan yang penarikannya tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu.
Untuk akad Mudharabah, kepada pemilik tabungan diberikan
imbalan atas dasar pembagian keuntungan yang telah ditetapkan
atau telah disetujui sebelumnya. Selain itu apabila bank mengalami
kerugian, pemilik tabungan ikut menanggung resiko kerugian
tersebut.
3) Deposito berjangka
Penarikan deposito dilakukan menurut perjanjian antara deposan
dan bank yang bersangkutan. Dalam hal ini digunakan akad
mudharabah. Deposan diberikan imbalan berdasarkan pembagian
keuntungan yang nisbah bagi hasilnya telah ditetapkan dan
21
disetujui sebelumnya. Jika bank mengalami kerugian maka
doposan juga akan menanggung resiko.
4) Penerimaan dana lainnya
Selain menerima simpanan dari masyarakat, bank syariah dapat
pula menerima dana dari bank serta pihak lain. Dana tersebut
disalurkan untuk memperolah laba atas dasar akad Al Wadiah, Al
Mudharabah, atau Al Qad Ul Hasan. Dana yang diterima atas
dasar akad Al Qard Ul Hasan antara lain dapat berupa Zakat,
Infak, dan Shodakoh (ZIS).
b. Penyaluran Dana
Penyaluran dana dilakukan untuk berbagai usaha atau kegiatan, dengan
akad :
1) Al mudharabah
Mudharabah, merupakan bentuk kerjasama antara dua atau lebih
pihak dimana bank sebagai pemilik modal (shahibul maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada nasabah sebagai
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi
100% modal shahibul maal dan keahlian dari mudharib. Bank
diberi hak memberikan saran-saran dan melakukan pengawasan.
Dalam hal ini bank menerima inbalan atau keuntungan yang
besarnya ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak. Jika
22
terjadi kerugian, sepenuhnya ditanggung oleh bank, kecuali jika
disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian nasabah.
2) Al Musyarakah
Musyarakah, merupakan transaksi yang dilandasi oleh adanya
keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki secara bersam-sama. Semua modal
disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola
bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana
proyek.
3) Al Murabahah
Murabahah, yaitu kontrak jual beli dimana bank bertindak sebagai
penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah
harga beli bank ditambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang
diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dapat
dilakukan secara cicilan maupun sekaligus.
4) Ijarah dan Ijarah wa Iqtina
Yaitu kontrak jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual jasa,
sementara nasabah sebagai pembeli. Diakhir masa kontrak bank
dapat menawarkan nasabah untuk membeli barang yang
disewakan. Jika sewa cicilan sudah termasuk harga pokok barang
disebut ijarah wa iqtina.
5) Bai As Salam
23
Yaitu kontrak jual beli dimana nasabah bertindak sebagai penjual,
sementara bank sebagai pembeli barang yang diserahkan oleh
nasabah secara tangguh, sedangkan pembayaran secara tunai oleh
bank. Dalam transaksi ini kuantitas, harga, dan waktu penyerahan
barang harus ditentukan secara pasti. Transaksi ini biasanya
digunakan untuk produk pertanian dalam jangka waktu yang
singkat.
6) Bai’ Al Isthisna’
Yaitu produk yang menyerupai produk salam. Sistem
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali
pembayaran. Umumnya diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur dan konstruksi.
7) AL Qard Ul Hasan
Bank menyediakan fasilitas dana kepada nasabah tanpa
mengharapkan imbalan dari nasabah. Fasilitas itu biasanya
diberikan kepada nasabah yang betul-betul membutuhkan dan
berhak menerimanya.
c. Jasa Perbankan
Menurut Bank syariah memberikan jasa perbankan dalam bentuk-
bentuk berikut:
1) Kafalah
24
Bank memberikan garansi bank sebagai jaminan pelaksana proyek.
Pihak yang dijamin menyetor sejumlah uang dengan prinsip Al
Wadiah. Sebagai imbalan, bank memperoleh sejumlah fee.
2) Hiwalah
Bank melakukan pengiriman uang transfer dengan akad hiwalah.
Bank memperoleh fee sebagai imbalan terhadap jasa pengiriman
uang.
3) Wakalah
Merupakan akad perwakilan antara dua pihak. Umumnya
digunakan untuk penerbitan L/C (Letter of Credit), akan tetapi juga
dapat digunakan untuk mentransfer dana nasabah ke pihak lain.
4) Ju’alah merupakan akad pemberian imbalan tertentu atas
pencapaian hasil yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Akad ini
digunakan oleh bank dalam menawarkan jasa dengan fee sebagai
imbalannya.
6. Sumber Dana Bank Syariah
Sumber dana yang terdapat di bank syariah berasal dari:
a. Modal inti (core capital) adalah modal yang berasal dari para pemilik
bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham,
cadangan kas dan laba ditahan.
b. Kuasi ekuitas (mudharabah account) adalah dana-dana yang tercatat
dalam rekening-rekening bagi hasil.
c. Titipan (wadiah) adalah simpanan nasabah tanpa imbalan.
25
7. Sistem Pembiayaan Bank Syariah
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi 2
,yaitu (Syafi’i Antonio, 2001):
a. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
b. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
8. Laporan Keuangan Perbankan Syariah
Sistem pembukuan akuntansi sangat diperlukan oleh semua
lembaga keuangan, untuk mencatat semua transaksi ekonomi yang
dilakukan oleh lembaga keuangan yang bersangkutan biasanya setahun
sekali pada akhir tahun periode akuntansi (Adyani, 2011:21). Salah satu
indikator utama yang dijadikan dasar penelitian adalah laporan keuangan
bank syariah di Indonsia. Oleh karena itu, kegiatan usaha suatu bank
menurut ketentuan pemerintah harus dinyatakan dalam laporan keuangan
yang diterbitkan dan dilaporkan kepada masyarakat dan otoritas moneter
sebagai pengawas perbankan nasional.
Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi bank secara
keseluruhan. Laporan keuangan yang dihasilkan bank diharapkan dapat
26
memberikan informasi tentang kinerja keuangan dan pertanggungjawaban
manajemen bank kepada seluruh stake holder bank (Dewi, 2010:18).
9. Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas (profitability) atau ROA adalah kemampuan suatu
bank dalam memperoleh laba. menurut Bank Indonesia, Return On Asset
(ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-
rata total asset dalam satu periode. Semakin besar Return On Asset (ROA)
menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin
besar. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset
(ROA) sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perusahaan
perbankan. Laba merupakan tujuan dengan alasan sebagai berikut:
a. Dengan laba yang cukup dapat dibagi keuntungan pemegang saham
dan atas persetujuan pemegang saham sebagian dari laba disisihkan
sebagai cadangan. Tambahan cadangan akan menaikan kredibilitas
(tingkat kepercayaan) bank tersebut di mata masyarakat.
b. Laba merupakan penilaian keterampilan pimpinan. Pimpinan bank
yang cakap dan terampil pada umumnya dapat mendatangkan
keuntungan yang lebih besar dari pada pimpinan yang kurang cakap.
c. Meningkatkan daya tarik bagi pemilik modal (investor) untuk
menanamkan dananya dengan membeli saham yang dikeluarkan atau
ditetapkan oleh bank. Sehingga bank akan mempunyai kekuatan modal
untuk memperluas penawaran produk dan jasanya kepada masyarakat
(Simorangkir, 2004:152).
27
ROA menurut Ravika Fauziah (2011) adalah rasio perbandingan
antara laba setelah pajak dengan total aktiva yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva
yang dipergunakan dalam periode tertentu. Jika ROA suatu perusahana
naik dari tahun ke tahun, maka bisa dikatakan perusahaan semakin efisien
dalam mengelola bisnisnya. Semakin besar ROA suatu bank, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik posisi
bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:118).
Profitabilitas dari bank tidak hanya penting bagi pemiliknya, tetapi
juga bagi golongan-golongan lain di dalam masyarakat. Bila bank berhasil
mengumpulkan cadangan dengan memperbesar modal, akan
meminjamkan yang lebih besar karena tingkat kepercayaan atau
kridibilitas meningkat (Simoragkir, 2004:153). Untuk menghitung ROA
dapat digunakan rumus sebagai berikut:
10. Non Performing Finance (NPF)
NPF adalah jumlah kredit yang bermasalah dan kemungkinan tidak
dapat ditagih. Semakin besar nilai NPF maka semakin buruk kinerja bank
tersebut (Stiawan, 2009:7). NPF mencerminkan risiko pembiayaan,
semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah
semakin buruk.
Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat
fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank
28
syariah. Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi
pencapaian laba bank. Bertambahnya NPF akan mengakibatkan hilangnya
kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang
diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh buruk
pada ROA (Wibowo, 2013:4). Untuk mennghitung NPF dapat
menggunakan rumus:
Pengaruh NPF terhadap ROA
Secara teori NPF mencerminkan risiko pembiayaan bank syariah,
semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah
semakin buruk. Dan Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut
mempengaruhi pencapaian laba bank. Adanya pembiayaan bermasalah
yang besar dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh
pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga mempengaruhi
perolehan laba dan berpengaruh buruk pada ROA.
Dengan demikian semakin besar NPF akan mengakibatkan
menurunnya ROA. Begitu pula sebaliknya, jika NPF turun, maka ROA
akan meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Adi Stiawan (2009) dan Budi Ponco (2008) yang menunjukkan hasil
bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap ROA.
11. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur
29
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional (Ponco 2008:22).
Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan
usaha pokoknya, terutama kredit, dimana sampai saat ini pendapatan bank-
bank di Indonesia masih didominasi oleh pendapatan bunga kredit.
Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam
menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang
dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari 1
(Wibowo, 2013:4).
Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO
adalah dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga
mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak
efisien dalam menjalankan operasinya (Ponco, 2008:23).Untuk
menghitung BOPO dapat menggunakan rumus:
Pengaruh BOPO terhadap ROA
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Jika rasio yang semakin meningkat
mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya
operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat
30
menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola
usahanya. Sehingga semakin kecil rasio efisiensi, maka akan semakin
meningkatkan profitabilitas bank.
Setiap peningkatan biaya operasional bank yang tidak diikuti
dengan peningkatan pendapatan operasional akan berakibat pada
berkurangnya laba sebelum pajak, yang pada akhirnya akan menurunkan
ROA (Stiawan, 2009:7). Dari uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa
BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA.
12. Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas
(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari
inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur
tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari
waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa
yang dikonsumsi (Bank Indonesia). Rumus menghitung Inflasi dengan
menggunakan pendekatan IHK adalah:
Inflasi =
31
Indikator inflasi lainnya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar
(IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga
transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan
pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar
pertama atas suatu komoditas.masyarakat (Bank Indonesia).
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi penawarn agregat
(cost push inflation), dari sisi permintaan agregat (demand pull inflation),
inflasi. Faktor terjadinya cost push inflation disebabkan oleh naiknya
harga bahan baku sehingga menyebabkan biaya produksi menjadi
meningkat, dan pada akhirnya produsen menaikan harga jualnya untuk
mengurangi kerugian akibat meningkatnya biaya produksi. Faktor
terjadinya demand pull inflation disebabkan oleh meningkatnya
permintaan agregat tanpa diimbangi oleh peningkatan barang dan jasa,
sehingga barang dan jasa menjadi langka.
Menurut (Adi Stiawan, 2009:18) kibat penting dari inflasi yang
berkaitan dengan inflasi, yaitu :
a. Inflasi menimbulkan penanaman modal secara spekulatif, dalam hal ini
pemilik modal cenderung menggunakan uangnya untuk investasi yang
sifatnya spekulatif. Mereka menganggap membeli rumah atau
menyimpan barang berharga lebih menguntungkan daripada investasi
pada sektor yang produktif.
b. Tingkat bunga meningkat sehingga mengurangi investasi, untuk
menghindari penurunan dari nilai modal yang dipinjamkan, institusi
32
keuangan akan menaikkan bunga pinjaman mereka. Makin tingi
tingkat inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunganya. Tingkat
bunga yang tinggi akan mengurangi kemauan pemilik modal untuk
mengembangkan sector-sektor produktif. Apabila dikaitkan dengan
profitabilitas bank, maka dengan rendahnya investasi maka investor
juga akan mengurangi hutang di bank sehinga menurunkan tingkat
profitabilitas bank.
c. Menimbulkan ketidakpastian ekonomi suatu Negara di masa yang akan
datang, dengan begitu investor akan berfikir lagi untuk berinvestasi di
Negara yang bersangkutan.
Pengaruh Inflasi terhadap ROA
Inflasi dapat berpengaruh buruk bagi perekonomian. Apabila
terjadi inflasi yang parah tak terkendali (hyperinflasi) maka keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Hal ini
mengakibatkan minat masyarakat untuk menabung, atau berinvestasi dan
berproduksi menjadi berkurang. Harga meningkat dengan cepat,
masyarakat akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga
kebutuhan sehari-hari yang terus meroket. Bagi produsen sebuah inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi maupun operasional mereka
sehingga menyebabkan kerugian bagi produsen karena harga jual akan
meningkat sementara permintaan produk tersebut akan menurun (Wibowo,
2013:4).
33
Jika minat masyarakat untuk menabung, atau berinvestasi dan
berproduksi menjadi berkurang, maka profitabilitas bank menjadi
berkurang karena banklah yang menjalankan kegiatan tersebut. Dari uraian
tersebut dapat di rumuskan bahwa inflasi dapat berpengaruh negatif
terhadap ROA.
13. Keterkaitan Antar Variabel
a. Hubungan Inflasi dengan ROA
inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus, apabila terjadi inflasi yang parah maka keadaan
perekonomian menjadi tidak stabil. Hal ini mengakibatkan minat
masyarakat untuk menabung, atau berinvestasi dan berproduksi
menjadi berkurang sehingga dapat menurunkan ROA, sehingga jika
inflasi tinggi maka ROA perbankan akan turun, dan sebaliknya jika
inflasi turun maka ROA perbankan akan naik. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Febrina Dwijayanthy (2009), dan Adi Stiawan (2009)
b. Hubungan NPF dengan ROA
Risiko kredit yang diukur dengan NPF berpengaruh negatif terhadap
kinerja keuangan bank yang diukur dengan ROA. Sehingga jika
semakin besar NPF akan mengakibatkan menurunnya ROA, yang juga
berarti kinerja keuangan bank yang menurun. Begitu pula sebaliknya,
jika NPF turun, maka ROA akan semakin meningkat, sehingga kinerja
keuangan bank dapat dikatakan semakin baik. seperti penelitian yang
dilakukan oleh Edhi Satriyo Wibowo (2013)
34
c. Hubungan BOPO dengan ROA
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional, Sehingga semakin besar BOPO, maka akan semakin kecil
kinerja keuangan perbankan, begitu juga sebaliknya, bila BOPO
semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan suatu
perbankan semakin meningkat atau membaik. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Budi Ponco (2008) dan Edhi Satriyo Wibowo (2013)
B. Penelitian Sebelumnya
Pelaksanaan penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk menggali
informasitentang ruang penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
Penelitian terdahulu yang dipilih diantaranya seperti yang akan penulis
jabarkan pada pembahasan di bawah ini.
Penelitian pertama oleh Febrina Dwijayanthy dan Prima Naomi
(2009), dengan judul “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar
Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”. Variable yang
ditelitinya adalah Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Mata Uang, dan Profitabilitas.
Dengan menggunakan metode teknik analisa yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang
lain. Hasil penelitiannya adalah Inflasi berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas bank. BI Rate terbukti tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
bank. Dalam penelitian ini lebih jauh tampak adanya kolerasi yang cukup
35
antara inflasi dan BI Rate, karena pada praktiknya BI Rate merupakan
kebijakan dari pemerintah sebagai dampak dari inflasi, Nilai tukar mata uang
terhadap profitabilitas bank terbukti dan pengaruhnya bersifat negatif.
Penelitian kedua oleh Ayu Yanita Sahara (2013), dengan judul “
Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto
Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Indonesia di Indonesia”. Variable
yang ditelitinya adalah Inflasi, Suku Bunga BI, GDP, dan ROA. Dengan
menggunakan metode teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Perhitungan variabel dependen dan variabel independen, Uji
Normalitas, Uji Asumsi Klasik, Analisis regresi berganda, Uji hipotesis
simultan (F) dan parsial (t), dan Koefisien determinasi (R2). Hasil
penelitiannya adalah ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
Inflasi, suku bunga BI, dan GDP terhadap ROA. Secara individual (parsial)
variabel suku bunga BI (BI rate) berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun
pada pengujian Inflasi dan Produk Domestik Bruto (GDP) menunjukkan hasil
bahwa terdapat pengaruh positif terhadap ROA. Nilai koefisien determinan
(R2) diperoleh sebesar 0,444 atau 44,4%. Hal ini menunjukkan bahwa 44,4%
Return On Asset (ROA) dipengaruhi oleh variabel Inflasi, suku bunga BI, dan
GDP sedangkan sisanya sebesar 55,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar
penelitian ini.
Penelitian ketiga oleh Edhi Satriyo Wibowo (2013), dengan judul
“Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, dan NPF
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”. Variabel yang ditelitinya adalah suku
36
bunga, inflasi, CAR, BOPO, NPF, dan ROA bank syariah. Metode
penelitiannya adalah pengujian asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan
uji hipotesis. Hasil penelitiannya adalah bahwa BOPO berpengaruh signifikan
negatif terhadap ROA sedangkan variable CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga
tidak berpengaruh.
Penelitian keempat oleh Ravika Fauziah (2011), dengan judul
“Analisis Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Central Asia (BCA) Tahun 2007-2011”. Variable
penelitiannya adalah tingkat inflasi, Return on Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), and BOPO. Metode penelitiannya yaitu analisa regresi linier, metode
tersebut digunakan untuk meramalkan pengaruh dari suatu variable terikat
berdasarkan variabel bebas. Hasil penelitiannya adalah tidak terdapat
pengaruh antara Inflasi terhadap ROA, ROE, dan BOPO pada Bank Muamalat
Indonesia Maupun Bank Central Asia, karena nilai signifikansi >5%.
Penelitian kelima oleh Balachendher K. Guru, J. Staunton, dan B.
Shanmugam, dengan judul “Determinants of Commercial Bank Profitability in
Malaysia”. Variable penelitiannya adalah Return on Asset (ROA), Loan and
Advances of Each Commercial Bank as a Percentage of total assets (LOTA),
Investment in Subsidiaries of Each Commercial Bank as a Percentage of total
assets (INTA), Capital and Reserves of Each Commercial Bank as a
Percentage of total assets (CRTA), Current Account Doposits of Each
Commercial Bank as a Percentage of total Doposits (CADT), Time and
Savings Doposits of Each Commercial Bank as a Percentage of total assets
37
Doposits (TSDR), Total Expenditure as a Percentage of total assets (TETA),
Loan to Deposits Ratio of Each Commercial Bank (LIQ), Logarithm of the
total assets of Each Bank (LOGT), Annual Percentage Change In the
Malaysian Consumer Price Index (INF), Annual Growth in the M3 Measure of
Money Supply (MON), Average Annual BLR of All Commercial Banks (BLR),
Total Deposits at each Bank as a Percentage of all Banks’ Total Deposits
(MSD). Dengan menggunakan metode teknik analisa yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang
lain. Hasil penelitiannya efisiensi beban manajemen ditemukan menjadi salah
satu faktor penentu yang paling penting dari profitabilitas bank komersial, ada
kemungkinan bagi bank-bank untuk meningkatkan profitabilitas dengan
memfokuskan perhatian pada pengendalian biaya yang tepat dan efisiensi
operasi.
Penelitian keenam oleh Panayiotis P. Athanasoglou Sophocles N.
Brissimis Matthaios D. Delis (2005), dengan judul “Bank-Specific, Industry-
Specific and Macroeconomic Determinants of Bank Profitability”. Variable
penelitiannya adalah bank khusus, industri khusus, makroekonomi, dan
profitabilitas bank. Metode menelitiannya menggunakan panel tidak seimbang
dari bank komersial Yunani mencakup periode 1985-2001. Dalam hubungan
statis literatur yang biasanya berlaku metode kuadrat terkecil pada model
Fixed Effects atau Random. Namun, dalam hubungan dinamis metode ini
38
menghasilkan bias (terutama karena dimensi waktu T semakin kecil) dan
perkiraan konsisten.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas berlanjut sampai
batas moderat, bahwa penyimpangan dari persaingan sempurna struktur pasar
yang tidak begitu besar. Semua faktor penentu bank khusus, dengan
pengecualian ukuran, mempengaruhi profitabilitas bank secara signifikan.
Tabel 2.1 Penelitian Tedahulu
Peneliti Tahun Judul Variabel Alat Analisis
Hasil
Balachendher K. Guru, J. Staunton, dan B. Shanmugam,
2000 Determinants of Commercial Bank Profitability in Malaysia Determinants of Commercial Bank Profitability in Malaysia
ROA LOTA INTA CRTA CADT TSDR TETA LIQ LOGT INF MON BLR MSD
Dengan menggunakan metode teknik analisa yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain
Efisiensi beban manajemen ditemukan menjadi salah satu faktor penentu yang paling penting dari profitabilitas bank komersial, ada kemungkinan bagi bank-bank untuk meningkatkan profitabilitas dengan memfokuskan perhatian pada pengendalian biaya yang tepat dan efisiensi operasi.
Panayiotis P. Athanasoglou
2005 Bank-Specific, Industry-Specific and
Bank khusus, industri khusus,
Panel tidak seimbang dari bank komersial
Menunjukkan bahwa profitabilitas berlanjut
39
Sophocles N. Brissimis Matthaios D. Delis
Macroeconomic Determinants of Bank Profitability
makroekonomi, dan profitabilitas bank.
Yunani mencakup periode 1985-2001
sampai batas moderat, bahwa penyimpangan dari persaingan sempurna struktur pasar yang tidak begitu besar. Semua faktor penentu bank khusus, dengan pengecualian ukuran, mempengaruhi profitabilitas bank secara signifikan
Febrina Dwijayanthy dan
2009 Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007
Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Mata Uang, dan Profitabilitas
Regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain
Inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas bank. BI Rate terbukti tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Dalam penelitian ini tampak adanya kolerasi yang cukup antara inflasi dan BI Rate, karena pada praktiknya BI Rate merupakan kebijakan dari pemerintah sebagai dampak dari inflasi, Nilai tukar mata uang terhadap
40
profitabilitas bank terbukti dan pengaruhnya bersifat negatif.
Ravika Fauziah
2011 Analisis Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia dan Bank Central Asia (BCA) Tahun 2007-2011
Tingkat inflasi, Return on Asset (ROA), Return On Equity (ROE), and BOPO
Analisa regresi linier, metode tersebut digunakan untuk meramalkan pengaruh dari suatu variable terikat berdasarkan variabel bebas
Tidak terdapat pengaruh antara Inflasi terhadap ROA, ROE, dan BOPO pada Bank Muamalat Indonesia Maupun Bank Central Asia, karena nilai signifikansi >5%.
Ayu Yanita Sahara
2013 Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Indonesia di Indonesia
Inflasi, Suku Bunga BI, GDP, dan ROA
Perhitungan variabel dependen dan variabel independen, Uji Normalitas, Uji Asumsi Klasik, Analisis regresi berganda, Uji hipotesis simultan (F) dan parsial (t), dan Koefisien determinasi (R2)
Ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama Inflasi, suku bunga BI, dan GDP terhadap ROA. Secara individual (parsial) variabel suku bunga BI (BI rate) berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian Inflasi dan Produk Domestik Bruto (GDP) menunjukkan hasil bahwa
41
terdapat pengaruh positif terhadap ROA.
Edhi Satriyo Wibowo
2013 Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, dan NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah
Suku bunga, inflasi, CAR, BOPO, NPF, dan ROA bank syariah
Pengujian asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan uji hipotesis
Bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA sedangkan variable CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi profitabilitas bank syariah di Indonesia. Di mana variabel
Profitabilitas diukur dengan ROA untuk mengetahui kinerja aset yang dimiliki
bank syariah dalam memperoleh laba, variabel makroekonomi adalah inflasi,
variabel kualitas pembiayaan diukur dengan NPF, dan variabel Rasio Efisiensi
Operasiolan diukur dengan BOPO.
Menurut teori inflasi dari Adi Stiawan (2009), inflasi berpengaruh
negatif terhadap ROA perbankan syariah, karena apabila terjadi inflasi yang
parah maka keadaan perekonomian menjadi tidak stabil. Hal ini
mengakibatkan minat masyarakat untuk menabung, atau berinvestasi dan
berproduksi menjadi berkurang sehingga dapat menurunkan ROA. Sehingga
dapat dirumuskan, Y = f (X1).
42
Menurut teori NPF dari Edhi Satriyo Wibowo (2013), NPF
berpengaruh negatif terhadap ROA perbankan syariah, karena bertambahnya
NPF akan mengakibatkan hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh
pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga mempengaruhi
perolehan laba dan berpengaruh buruk pada ROA. Sehingga dapat
dirumuskan, Y = f (X2)
Menurut teori BOPO dari Budi Ponco (2008), BOPO berpengaruh
negatif terhadap ROA perbankan syariah, karena Setiap peningkatan biaya
operasional bank yang tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan
operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak, yang pada
akhirnya akan menurunkan ROA. Sehingga dapat dirumuskan, Y = f (X3)
Dari teori dan peneliatian terdahulu yang ada sehingga dapat dibuat
kerangka berpikir secara simultan, Inflasi, NPF, dan BOPO berpengaruh
negatif terhadap ROA perbankan syariah. Sehingga dapat dirumuskan,
Y = f (X1, X2, X3).
Keterangan
Y = ROA
X1 = Inflasi
X2 = NPF
X3 = BOPO
43
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber : Hasil pengembangan penelitian
Data Publikasi BI
Data Perbankan Syariah
Inflasi NPF BOPO
ROA
Teori kuantitas Teori Keynes
Teori Stuktural
Jumlah Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan
Total Biaya
Total Pendapatan
44
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan dan kajian terhadap penelitian dahulu tentang
hubungan Inflasi, NPF, dan BOPO terhadap ROA yang relevan, Menurut teori
inflasi dari Adi Stiawan (2009), inflasi berpengaruh negatif terhadap ROA
perbankan syariah, karena apabila terjadi inflasi yang parah maka keadaan
perekonomian menjadi tidak stabil. Hal ini mengakibatkan minat masyarakat
untuk menabung, atau berinvestasi dan berproduksi menjadi berkurang
sehingga dapat menurunkan ROA.
Menurut teori NPF dari Edhi Satriyo Wibowo (2013), NPF
berpengaruh negatif terhadap ROA perbankan syariah, karena bertambahnya
NPF akan mengakibatkan hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh
pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga mempengaruhi
perolehan laba dan berpengaruh buruk pada ROA.
Menurut teori BOPO dari Budi Ponco (2008), BOPO berpengaruh
negatif terhadap ROA perbankan syariah, karena Setiap peningkatan biaya
operasional bank yang tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan
operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak, yang pada
akhirnya akan menurunkan ROA.
Dari teori dan peneliatian terdahulu yang di atas sehingga dapat dibuat
hipotesis yang akan diujikan kebenarannya secara empiris adalah:
1. Inflasi berpengaruh parsial secara negatif terhadap profitabilitas (ROA)
bank syariah di Indonesia.
45
2. Non Performing Financing (NPF) berpengaruh parsial secara negatif
terhadap profitabilitas (ROA) bank syariah di Indonesia.
3. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh parsial
secara negatif terhadap profitabilitas (ROA) bank syariah di Indonesia.
4. Inflasi, NPF, dan BOPO berpengaruh secara bersama-sama (simultan)
terhadap profitabilitas (ROA) bank syariah di Indonesia.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode statistika untuk keperluan
estimasi. Dalam metode statistika alat analisis yang biasa di pakai dalam
khasanah penelitian adalah analisis regresi. Analisis regresi pada dasarnya
adalah studi atas ketergantungan suatu variabel yaitu variabel yang tergantung
pada variabel yang lain yang di sebut dengan variabel bebas dengan tujuan
untuk mengestimasi dengan meramalkan nilai populasi berdasarkan nilai
tertentu dari variabel yang di ketahui (Gujarati, 1996). Penelitian ini akan
menggunakan persamaan regresi linear berganda dan di transformasikan
dalam bentuk logaritma dengan menggunakan kuadrat terkecil dengan
formulasi sebagai berikut:
Untuk memudahkan pemahaman penelitian, perlu penegasan tentang
variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel
dependen (terikat) dan tiga variabel independen (bebas). Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. Sedangkan variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi, NPF, dan
BOPO . Untuk memudahkan pemahaman tentang variabel yang diteliti, perlu
penegasan dan penjelasan mengenai definisi operasional variabel. Definisi
operasional memberikan pengertian variabel yang didesifikasikan sesuai
dengan yang dibutuhkan untuk pengukuran. Dilihat dari sudut pandang
hubungannya variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
46
47
variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini pengelohan
data dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square).Variabel
independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar,
2003:19). Variabel dapat di tulis dalam X.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan
dipublikasikan oleh instansi tertentu.
B. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan obyek penelitian bank-bank umum syariah
dan unit-unit usaha syariah di Indonesia yang telah terdaftar di Bank
Indonesia, sebagaimana di bawah dari periode Januari 2008 sampai dengan
bulan Desember 2012. Jumlah keseluruhan bank syariah yang ada adalah 35
bank meliputi 11 Bank Umum Syariah (BUS), dan 24 Unit Usaha Syariah
(UUS).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari Bank Indonesia, Biro Keuangan serta sumber lain yang
terkait dengan penelitian ini. Secara rinci data yang dipergunakan:
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini di peroleh dari beberapa
sumber, antara lain:
1. Data Realisasi ROA Bank Syariah Indonesia tahun 2008-2012 bersumber
dari Bank Indonesia.
2. Data Realisasi Inflasi Bank Syariah Indonesia tahun 2008-2012 bersumber
dari Badan Pusat Statistik.
48
3. Data Realisasi NPF Bank Syariah Indonesia tahun 2008-2012 bersumber
dari Bank Indonesia.
4. Data Realisasi BOPO Bank Syariah Indonesia tahun 2008-2012 bersumber
dari Bank Indonesia.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
dari instansi, lembaga atau sumber-sumber lain yang relevan. data yang
terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif regresi berganda.
D. Teknik Analisis
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu dengan
menggunakan regresi berganda dengan menggunakan software Eviews 5.0
setelah semua data-data ini terkumpul maka selanjutnya data-data tersebut
dianalisis yaitu dengan uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Regresi Linier Berganda
Alat analisa yang dipakai untuk mengetahui pengaruh variabel
Inflasi, Non Performing Financing (NPF), dan Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return on Assets (ROA) adalah
dengan menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi pada
dasarnya adalah studi ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan
satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan
tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau
nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen
yang diketahui (Gujarati,2003).
49
Teknik estimasi variabel dependen yang digunakan adalah
Ordinary Least Square (OLS) yaitu mengestimasi garis regresi dengan
jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi
terhadap garis tersebut (Imam Ghozali, 2005). Y diasumsikan sebagai
ROA, X diasumsikan sebagai Inflasi, NPF dan BOPO , sehingga :
Y = f (Inflasi, NPF, BOPO)
Dari persamaan di atas maka diperoleh,
Y = β0 + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + et
Y = β0 + β 1 Inflasi + β 2 NPF + β 3 BOPO + et
Y : ROA
X1 : Inflasi
X2 : Non Performing Financing (NPF)
X3 : Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
β0..., βn : koefisien regresi (kosntanta)
et : error term
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dan nilai statistik t, nilai statistik F dan koefisien determinasinya.
Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak).
Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada
dalam daerah di mana Ho diterima.
50
2. Pengujian Model dengan Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa
autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas tidak terdapat dalam
penelitian ini atau data yang dihasilkan berdistribusi normal (Ghozali,
2001). Pengujian Model asumsi klasik terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel dependen, variabel independen maupun keduanya
berdistribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah yang memiliki
distribusi data yang normal.
Untuk menguji, apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan
membandingkan nilai Jarque-Bera dengan nilai Chi-tabel. Jika nilai
Jarque Bera < dari nilai Chi tabel, data dalam penelitian berdistribusi
normal. (Winarno, 2007:5.37).
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal.
51
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variable bebas.
Menurut Ajija R. dkk (2011:35), ada atau tidaknya multikolinieritas
dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing
variable bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing
variable bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasitas merupakan fenomena terjadinya perbedaan varian
antar seri data. Heteroskedasitas muncul apabila nilai varian dari
variabel tak bebas (Yi) meningkat sebagai meningkatnya varian dari
variabel bebas (Xi), maka varian dari Yi adalah tidak sama. Gejala
heteroskedasitas lebih sering dalam data cross section dari pada time
series. Selain itu juga sering muncul dalam analisis yang menggunakan
data rata-rata. Untuk mendektesi keberadaan heteroskedasitas
digunakan metode uji White, dimana apabila nilai probabilitas (p
value) observasi R2 lebih besar dibandingkan tingkat resiko kesalahan
yang diambil (digunakan α = 5 %), maka residual digolongkan
homoskedasitas.
52
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Uji korelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data
observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang
(cross section). Salah satu penyebab munculnya masalah autokorelasi
adalah adanya kelembaman (inertia) artinya kemungkinan besar akan
mengandung saling ketergantungan (interpendence) pada data
observasi periode sebelumnya dan periode sekarang (Suliyanto,
2011:125).
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, dalam penelitian ini
menggunakan uji Durbin-Watson. Uji D-W merupakan salah satu uji
yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi
(Winarno, 2009:5.27). Menurut Suliyanto (2011:129) salah satu
ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi adalah
dengan uji DW dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW < dL
2) Tanpa kesimpulan, jika dL < nilai DW < dU
3) Tidak ada autokorelasi, jika dU < nilai DW < 4-dU
4) Tanpa Kesimpulan, jika 4-dU < nilai DW < 4-dL
5) Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW > 4dL
53
3. Uji Statistik
Selain Uji Asumsi Klasik, juga dilakukan uji statistik yang
dilakukan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai
aktualnya. Pengujian statistik melibatkan ukuran kesesuaian model yang
digunakan (goodness of fit) dan uji signifikansi, baik pengujian secara
parsial (uji t) maupun pengujian secara simultan (uji F). Secara spesifik,
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Koefisien Determinasi
Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien determinasi (R2)
menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen
dapat menjelaskan variasi variabel dependennya (goodness of fit test).
Nilai R2 dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:
R2= Nilai berkisar antara nol dan satu (0<R2<1). Nilai R2 yang kecil
atau mendekati nol berarti kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, jika
nilai R2 mendekati satu berarti variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Gujarati, 2009:19).
54
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5% (α =
0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
Adapun hipotesis dalam uji model ini adalah:
Ho = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen
secara simultan terhadap variabel dependen.
Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat
(Ghozali, 2011:98).
Adapun hipotesis dalam uji model ini adalah:
Ho = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen
secara simultan terhadap variabel dependen.
Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen.
55
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
ROA
ROA adalah rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan total
aktiva yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atas aktiva yang dipergunakan dalam periode tertentu.
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank
Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan
bulanan, yaitu dari Januari 2008 – Desember 2012 yang dinyatakan dalam
bentuk persentase.
2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain. Variabel dapat di tulis dalam X. Variabel Independen berupa
persentase. Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia maka penelitian ini
menspesifikasikan variabel independen dan definisi operasional sebagai
berikut :
56
a. X1 (Inflasi)
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Data operasional yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu
berdasarkan perhitungan bulanan dari Januari 2008 – Desember 2012
yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
b. X2 (NPF)
NPF adalah jumlah kredit yang bermasalah dan kemungkinan tidak
dapat ditagih. Semakin besar nilai NPF maka semakin buruk kinerja
bank tersebut. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah
berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2008 – Desember
2012 yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
c. X3 (BOPO).
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Data operasional yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik
Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari
2008 – Desember 2012 yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
57
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dipaparkan gambaran umum obyek penelitian,
dilanjutkan dengan uji asumsi klasik. Bagian berikutnya menguraikan hasil
analisis data, diikuti dengan pengujian hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini.
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Gambaran Umum Bank Syariah
Salah satu tonggak penting dalam pengembangan ekonomi syariah
Di Indonesia adalah beroperasinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun
1992. Perbankan syariah semakin marak manakala diterbitkan UU No 10
tahun 1998 yang memungkinkan perbankan menjalankan dual banking
system atau bank konvensional dapat mendirikan divisi syariah. Dengan
adanya Undang-undang tersebut bank-bank konvensional mulai melirik
dan membuka unit usaha syariah. Tak heran jika perkembangan perbankan
syariah cukup pesat. Faktor utama yang mendukung perkembangan
ekonomi syariah di Indonesia di masa mendatang adalah jumlah penduduk
Indonesia yang mayoritas muslim dan adanya peningkatan kesadaran umat
Islam dalam berinvestasi sesuai syariah.
Bila dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia tergolong terlambat
dalam bank syariah karena Malaysia sudah mendirikan Bank Islam
Malaysia Berhad pada tahun 1983. Seiring keluarnya UU No. 10/1998
57
58
tentang perubahan atas UU No. 7/1997 tentang perbankan termasuk bank
umum yang dijalankan dengan prinsip syariah maka keberadaan bank
syariah di Indonesia semakin kokoh dan diakui keberadaannya. Berbagai
kebijakan tersebut tidak hanya menyangkut perluasan jumlah kantor dan
operasi bank-bank syariah untuk meningkatkan sisi penawaran, tetapi juga
pengembangan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk
meningkatkan sisi permintaan. Perkembangan yang pesat terutama tercatat
sejak dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberi izin kepada
bank konvensional untuk mendirikan suatu unit usaha syariah (UUS).
Semenjak itu kantor dan operasi bank syariah tumbuh semakin pesat.
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Adanya krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997
membawa dampak terhadap struktur perekonomian terutama struktur
keuangan dan perbankan. Hal ini menimbulkan krisis kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan nasional. Sehingga puluhan bank
konvensional banyak yang ditutup dan dimerger, sementara bank syariah
justru berkembang. Sebelum krisis hanya ada 1 Bank Umum Syariah
(BUS) dan 9 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Sampai dengan
bulan Februari 2012, industri perbankan syariah telah mempunyai jaringan
sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS),
dan 155 BPRS, dengan total jaringan kantor mencapai 2.260 kantor yang
tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara. Total aset perbankan syariah
mencapai Rp149,3 triliun (BUS & UUS Rp145,6 triliun dan BPRS Rp
59
3,789 triliun) atau tumbuh sebesar 51,1% dari posisi tahun sebelumnya.
Industri perbankan syariah mampu menunjukkan akselerasi pertumbuhan
yang tinggi dengan rata-rata sebesar 40,2% pertahun dalam lima tahun
terakhir (2007-2011), sementara rata-rata pertumbuhan perbankan nasional
hanya sebesar 16,7% pertahun. Oleh karena itu, industri perbankan syariah
dijuluki sebagai ‘the fastest growing industry’. (Bank Indonesia).
Hal ini diperkuat dengan lahirnya undang-undang syariah dalam
pasal 1 ayat (1) UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah
menyatakan Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
3. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan obyek penelitian bank-bank umum
syariah dan unit-unit usaha syariah di Indonesia yang telah terdaftar di
Bank Indonesia, sebagaimana di bawah dari periode Januari 2008 sampai
dengan bulan Desember 2012. Jumlah keseluruhan bank syariah yang ada
adalah 35 bank meliputi 11 Bank Umum Syariah (BUS), dan 24 Unit
Usaha Syariah (UUS).
Di mana variabel penelitiannya adalah ROA, Inflasi, NPF dan
BOPO. Profitabilitas diukur dengan ROA untuk mengetahui kinerja aset
yang dimiliki bank syariah dalam memperoleh laba, variabel
60
makroekonomi yaitu inflasi, variabel kualitas pembiayaan diukur dengan
NPF, dan variabel Rasio Efisiensi Operasiolan diukur dengan BOPO.
a. Perkembangan ROA
Grafik 4.1 Perkembangan ROA
Sumber: Data diolah kembali
Dari grafik 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rasio ROA dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2012 mengalami fluktuatif. Nilai ROA tertinggi
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terjadi pada februari 2008.
Nilai ROA terendah terjadi pada Mai 2010 yaitu sebesar 1.25 persen.
Pada tahun 2012 ROA perbankan syariah mengalami peningkatan dari
1.36 persen di bulan Januari menjadi 2.14 persen di bulan Desember.
61
b. Perkembangan Inflasi
Grafik 4.2
Perkembangan Inflasi
Sumber: Data diolah kembali
Pada grafik 4.2 dapat dilihat bahwa inflasi pada tahun 2008-2012
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 inflasi mengalami peningkatan
yang sangat tinggi dan merupakan inflasi yang paling tinggi yang
terjadi dari tahun 2008 sampai tahun 2012 yaitu terjadi pada bulan
September sebesar 12.14 persen karena kebijakan pemerintah yang
menetapkan BBM naik dari harga Rp 4500 menjadi RP 6000. Pada
tahun 2009 inflasi mengalami penurunan yang sangat tajam dan
merupakan inflasi yang terendah dari tahun 2008 sampai tahun 2012
karena penurunan harga BBM dari RP 6000 menjadi RP 4500 dan
penurunan harga pangan global. Pada tahun 2010 sampai tahun 2011
inflasi mengalami peningkatan karena naiknya harga pangan domestik.
62
Dan pada tahun 2012 inflasi mengalami penurunan dan tetap stabil
karena penerapan kebijakan moneter dan makroprudensial yang tepat
dan koordinasi kebijakan dengan pemerintah yang semakin solid
dalam mendorong kestabilan harga.
c. Perkembangan NPF
Grafik 4.3 Perkembangan NPF
Sumber: Data diolah kembali
Pada grafik 4.3 dapat dilihat bahwa nilai rasio NPF dari tahun 2008
sampai tahun 2012 mengalami fluktuatif. nilai rasio NPF tertinggi dari
tahun 2008 sampai dengan tahun 20012 terjadi pada September 2009
yaitu sebesar 5.72 persen terjadi karena kinerja perbankan syriah masih
kurang berhati-hati dalam memberikan pembiayaan. Nilai rasio NPF
terendah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terjadi pada
Desember 2012 yaitu sebesar 2.22 persen karena menejerial perbankan
63
Syariah sudah menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko
yang sehat.
d. Perkembangan BOPO
Grafik 4.4 Perkembangan BOPO
Sumber: Data diolah kembali
Dari grafik 4.4 dapat dilihat bahwa nilai rasio BOPO dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2012 mengalami fluktuatif. Nilai BOPO rasio
paling rendah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terjadi pada
Maret 2009 yaitu sebesar 67.61 persen dikarenakan penurunan harga
BBM sehingga biaya operasioal perbankan menjadi berkurang. Nilai
rasio BOPO paling tinggi terjadi pada Januari 2012 yaitu sebesar 86.22
persen, namun diakhir tahun 2012 BOPO mengalami penurunan
dikarenakan Membaiknya kinerja dan ketahanan Bank Syariah di
Indonesia.
64
B. Pengujian dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel dependen, variabel independen maupun
keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah
yang memiliki distribusi data yang normal.
Untuk menguji, apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak dapat
diketahui dengan membandingkan nilai Jarque-Bera dengan nilai Chi-
tabel. Jika nilai Jarque Bera < dari nilai Chi tabel, maka data dalam
penelitian berdistribusi normal. (Winarno, 2007:5.37).
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas
Nilai Jarque-Bera Nilai Chi-tabel
54.23217 79.08
Sumber: Data Diolah
Dari Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa 54.23217 < 79.08
nilai Jarque- Bera sebesar 54.23217 atau berada dibawah nilai X2 tabel
yaitu Sebesar 79.08 maka H0 diterima. Kesimpulannya, dapat
dikatakan bahwa data terdistribusi normal.
65
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variable bebas.
Pada penelitian ini, ada atau tidaknya multikolinieritas
dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing
variable bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing
variable bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi multikolinieritas.
Tabel 4.2 Correlation Matrix
BOPO INFLASI NPF BOPO 1.000000 -0.419404 -0.008820
INFLASI -0.419404 1.000000 0.173933 NPF -0.008820 0.173933 1.000000
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai koefisien BOPO
dengan inflasi sebesar -0.419404 dan -0.419404 < 0.8 maka tidak
terjadi multikolinieritas. Nilai koefisien BOPO dengan NPF
sebesar -0.008820 dan -0.008820 < 0.8 maka tidak terjadi
multikolinieritas. Nilai koefisien NPF dengan inflasi sebesar
0.173933 dan -0.173933 < 0.8 maka tidak terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu kondisi dimana terjadi
ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah
data yang homoskedastisitas. Homoskedastisitas adalah kesamaan
66
varians dalam model regresi. Untuk mendektesi keberadaan
heteroskedasitas digunakan metode uji White, dimana apabila nilai
probabilitas (p value) observasi R2 lebih besar dibandingkan
tingkat resiko kesalahan yang diambil (digunakan α = 5 %), maka
residual digolongkan homoskedasitas.
Tabel 4.3 Uji Heterokedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
Obs*R-squared 10.11272
Probability 0.119985
Pada Tabel 4.2 -value Obs *R-square = 10.11272 dan
nilai probabilitasnya adalah 0.119985 dan 0.119985 > 0.05 maka
dapat kita simpulkan bahwa data tersebut bebas dari
heterokedastisitas atau data tersebut memiliki kesamaan varians
dalam model regresi
d. Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, dalam penelitian ini
menggunakan uji Durbin-Watson. Uji D-W merupakan salah satu
uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi (Winarno, 2009:5.27). Menurut Suliyanto (2011:129)
salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
67
autokorelasi adalah dengan uji DW dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW < dL
2) Tanpa kesimpulan, jika dL < nilai DW < dU
3) Tidak ada autokorelasi, jika dU < nilai DW < 4-dU
4) Tanpa Kesimpulan, jika 4-dU < nilai DW < 4-dL
5) Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW > 4dL
Pada penelitian ini sebelumnya data melakukan diferensi
tingkat satu pada data untuk menghilangkan masalh autokorelasi.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Uji autokorelasi
dU 1.65
Nilai D-W 2.292
4-dU 2.35
Pada tampilan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai D-W
sebesar 1,819945. Nilai ini berada diantara nilai dU 1.65 < 2.292 <
2.35 yang mengindikasikan bahwa data tidak mengandung masalah
autokorelasi.
68
2. Uji Signifikansi
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dalam perhitungan statistik ini nilai R2 yang digunakan
adalah adjusted R square. Adjusted R square adalah suatu indikator
yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu
variable independen ke dalam suatu persamaan regresi. Nilai
adjusted R2 telah dibebaskan dari pengaruh derajat kebebasan
(degree of freedom) yang berarti nilai tersebut telah benar-benar
menunjukkan bagaimana pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
Tabel 4.5
Hasil Uji Adjusted R square
Adjusted R-squared 0.766292
Sumber: Data diolah kembali
Analisis melalui software eviews 5.0 dapat diestimasi nilai
adjusted R square pada Bank Syariah di Indonesia sebesar 0.766292
menandakan bahwa variasi dari perubahan ROA (Y) mampu
dijelaskan secara serentak oleh variabel-variabel Inflasi (X1), NPF
(X2), BOPO (X3), sebesar 76,7%, sedangkan sisanya sebesar
23,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk dalam
model.
69
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t ini digunakan untuk melihat besar pengaruh variabel
independen (BOPO, Inflasi, BPF) terhadap variabel dependen
(ROA) secara parsial atau secara sendiri-sendiri pada Bank Syariah
di Indonesia.
Tabel 4.6 Hasil Uji t
Variabel Dependen: ROA
Variabel Independen
t-Statistic
Prob Keterangan Hipotesis
Inflasi 1.760001 0.0839 Tidak signifikan Ditolak
NPF 0.314331 0.7544 Tidak signifikan Ditolak
BOPO -11.82446 0.0000 Signifikan Diterima Sumber: Data diolah kembali
Berdasarkan hasil uji t diatas, maka:
1) Variabel Inflasi memiliki tingkat probabilitas 0.0839, yang
berarti berada diatas 0,05 dan H1 ditolak. Maka variabel
Inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial
terhadap variabel penyaluran ROA.
2) Variabel NPF memiliki tingkat probabilitas 0.7544, yang
berarti berada diatas 0,05 dan H2 ditolak. Maka variabel
NPF tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial
terhadap variabel penyaluran ROA.
3) Variabel BOPO memiliki tingkat probabilitas 0,0000 dan
nilai t-Statistik sebesar -11.82446, yang berarti berada
dibawah 0,05 dan H3 diterima. Maka variabel BOPO
70
memiliki pengaruh signifikan negatif secara parsial
terhadap variabel ROA.
Jadi dengan demikian variabel BOPO berpengaruh secara
parsial terhadap ROA dengan tingkat probabilitas yang berada
dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,0000. Sedangkan variabel Inflasi dan
NPF tidak berpengaruh terhadap variabel dependen ROA karena
masing-masing tingkat probabilitasnya diatas 0,05 yaitu 0.0839
dan 0.7544.
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F ini bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh
variabel independen (Inflasi, NPF, BOPO ) terhadap variabel
dependen (ROA) secara simultan atau bersama-sama pada Bank
Syariah.
Tabel 4.7 Hasil Uji F
Prob(F-statistic) Keterangan Hipotesis
0.0000 Signifikan Hipotesis diterima Sumber: Data diolah kembali
Dari hasil regresi diatas, maka bisa dilihat bahwa variabel
independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
variabel Y dengan probabilitas sebesar 0,000000 yang berarti
dibawah 0,05. Maka, H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya
variabel independen (BOPO, Inflasi, dan NPF) secara simultan
71
atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
ROA pada Bank Syariah.
3. Pembahasan
Hasil dari pengujian statistik ternyata tidak semuanya mendukung
hipotesis. Secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa inflasi memiliki arah
positif namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA
perbankan syariah, karena memiliki probabilitas sebesar 0.0839 yang
berarti berada di atas α sebesar 0.05 . Hal ini bertentangan dengan teori
yang sebelumnya yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif
terhadap ROA perbankan syariah. Yang menjadi alasannya adalah
inflasi tidak hanya berpengaruh buruk bagi perekonomian suatu
Negara, tetapi dengan adanya inflasi yang terkendali dan sesuai dengan
target pemerintah maka pertumbuhan ekonomi akan baik, sehingga
pendapatan nasional dan produksi nasional akan naik. Dengan
kenaikan pendapatan nasional dan produksi nasional maka akan
meningkatkan profitabilitas perbankan karena produsen akan
meminjam uang kepada bank untuk menambah modal usahanya dan
untuk masyarakat dengan kenaikan pendapatan maka akan menambah
tabungannya di bank. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil
penelitian dari Ravika Fauziah (2011) yang meneliti bahwa tidak ada
pengaruh inflasi dengan ROA Bank Muamalat dan t hitungnya bernilai
positif. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Ayu Yanita
72
Sahara (2013) yang meneliti bahwa inflasi berpengaruh positif
terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia tahun 2008-2010.
b. Hasil pengujian hipotesis 2 mendapatkan bahwa NPF tidak memiliki
pengaruh langsung yang signifikan terhadap ROA, karena nilai
probabilitasnya sebesar 0.7544 yang berarti berada di atas α sebesar
0.05. Hal ini berarti bahwa kondisi NPF yang lebih besar dalam satu
periode tidak secara langsung memberikan penurunan laba pada
periode yang sama. Hal ini dikarenakan pengaruh yang signifikan dari
NPF terhadap ROA adalah berkaitan dengan penentuan tingkat
kemacetan pembiayaan yang diberikan oleh sebuah bank. Dalam hal
ini karena pembiayaan merupakan sumber utama pendapatan bank. Di
sisi lain adanya NPF yang tinggi akan dapat mengganngu perputaran
modal kerja dari bank. Maka jika bank memiliki jumlah pembiayaan
macet yang tinggi, maka bank akan berusaha terlebih dahulu
mengevaluasi kinerja mereka dengan sementara menghentikan
penyaluran pembiayaannya hingga NPF berkurang. Dan juga rata-rata
NPF bank Syariah di Indonesia masih rendah dan di bawah angka
standar BI yaitu sebesar 5%, sehingga NPF bank Syariah tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitasnya. Hasil yang sama
ditunjukkan oleh penelitian Edhi Satriyo Wibowo (2013) yang
menyatakan bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap ROA. Hal ini
dapat dilihat dari nilai NPF relatif rendah, hal ini sangat dimungkinkan
bahwa angka kredit macet di bank umum juga rendah.
73
c. Hasil pengujian hipotesis 3 mendapatkan bahwa BOPO memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ROA dengan arah negatif, karena
nilai probabilitasnya sebesar 0.00000 yang berarti berada di bawah α
sebesar 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
beban pembiayaan bank maka laba yang diperoleh bank akan semakin
kecil. Tingginya beban biaya operasional bank yang menjadi
tanggungan bank umumnya akan dibebankan pada pendapatan yang
diperoleh dari alokasi pembiayaan. Beban atau biaya kredit yang
semakin tinggi akan mengurangi permodalan dan laba yang dimiliki
bank. Hasil ini konsisten dengan penelitian Budi Ponco (2008), Adi
Stiawan (2009), dan Edhi Satriyo Wibowo (2013) yang menyatakan
BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA. Jika kondisi
biaya operasional semakin meningkat tetapi tidak dibarengi dengan
pendapatan operasional maka akan berakibat berkurangnya Return on
Asset.
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang sudah diuraikan,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat disimpulkan
bahwa:
a. Variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA
bank syariah di Indonesia karena nilai probabilitasnya sebesar 0.0839
yang berarti berada di atas α sebesar 0.05. Sehingga H1 yang
menyatakan bahwa rasio Inflasi berpengaruh negatif terhadap ROA
bank syariah di Indonesia ditolak.
b. Variabel NPF tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA bank
syariah di Indonesia karena nilai probabilitasnya sebesar 0.7544 yang
berarti berada di atas α sebesar 0.05. Sehingga H2 yang menyatakan
bahwa rasio NPF berpengaruh negatif terhadap ROA bank syariah di
Indonesia ditolak.
c. Variabel BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA bank
syariah di Indonesia, Karena nilai probabilitasnya sebesar 0.00000
yang berarti berada di bawah α sebesar 0.05. Sehingga H3 yang
menyatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA
bank syariah di Indonesia dapat diterima.
74
75
2. Hasil pengujian hipotesis secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa
variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
variabel Y dengan probabilitas sebesar 0,000000 yang berarti dibawah
0,05. Maka, H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel independen
(Inflasi, NPF dan BOPO) secara simultan atau bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah.
3. Hasil uji koefisien determinasi diestimasi nilai adjusted R square pada
Bank Syariah di Indonesia sebesar 0.766292 menandakan bahwa variasi
dari perubahan ROA (Y) mampu dijelaskan secara serentak oleh variabel-
variabel Inflasi (X1), NPF (X2), BOPO (X3), sebesar 76,7%, sedangkan
sisanya sebesar 23,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk
dalam model.
B. Saran
1. Atas dasar hasil analisis yang didapat, maka disarankan bagi pihak
manajemen agar dapat meningkatkan ROA maka bank harus lebih selektif
dalam mengeluarkan biaya operasional BOPO agar ROA dapat meningkat.
2. Jika terjadi inflasi yang tinggi pihak manajemen harus mampu
mempertahankan kinerjanya agar investor dan masyarakat dapat beralih ke
perbankan syariah.
3. Pihak bank harus dapat menjaga nilai NPF agar tidak melebihi ketentuan
yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu di bawah 5%.
76
4. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu hanya meneliti variabel ROA,
Inflasi, NPF dan BOPO saja. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
untuk meneliti lebih banyak variabel lagi.
5. Dalam penelitian ini periode penelitiannya adalah 2008-2012. Penelitian
berikutnya diharapkan lebih memperbaharui dan menambah periode
penelitian agar hasil yang didapat lebih maksimal.
77
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Faisal & Yoso Aripurnomo, “Strategi dan Oprasional Bank”, Eresco, 1996.
Ajija, Shochrul R, Dyah W. Sari, Rahmat H. Setianto, Martha R. Primanti.
“Cara Cerdas Menguasai Eviews”. Salemba Empat. Jakarta. 2011. Arifin, Muhammad, “Riba dan Tinjauan Kritis Perbankan Syari’ah”,
Pustaka Darul Ilmi, Bogor. Arthesa, Ade & Edia Handiman, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank”, Indeks, Jakarta, 2006. Dwijayanthy, Febriana & Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI
Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”, Jurnal Manajemen, Vol. 3 (2): 87-98, 2009.
Fauziah, Ravika, “Analisis Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat
Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia dan Bank Central Asia (BCA) Tahun 2007-2011”, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, 2011.
Gujarati, Damor, “Basic Econometrics Fourth Edition”, The Mc.Growth
Hill Compnies Inc, New York, 2003. Karim, Adiwarman, “Fikih Ekonomi Keuangan Islam”, Darul haq, Jakarta,
2008. Mankiw, N. Gregory, “Makroekonomi”, Erlangga, Jakarta, 2006. Marsuki, “Analisis Kritis Laporan Keuangan Bank Sentara ASEAN, Asia,
dan Eropa”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010. Ponco, Budi, “Analisis Pengaruh CAL, NPL, BOPO, NIM, dan LDR
Terhadap ROA (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007)”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.
Sahara, Ayu Yanita, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan
Produk Domestik Bruto Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 1 Nomor 1 hal 149-157, 2013.
78
Setiawan, Aziz Budi, “Perbankan Syariah; Challenges dan Opportunity
Untuk Pengembangan di Indonesia”, Jurnal Kordinat, Edisi: Vol.VIII No.1, 2006.
Simorangkir, O. P, “Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank”,
Ghalia Indonesia”, Bogor, 2004. Stiawan, Adi, “Analisis lPengaruh Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar
dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah” Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS”.
Andi: Yogyakarta. 2011.
Wibowo, Edhi Satriyo, “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR,
BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”, Jurnal Manajemen, Volume 2, Nomor 2, Hal 1-10, 2013.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews”. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. 2009.
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/248300B4-6CF9-4DF5-A674-
0073B0A6168A/14396/UU_21_08_Syariah.pdf diakses pukul 22.49 15 mei 2013.
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/91B56449-C5EA-4B6C-B03E-600863889853/25987/PerkembanganProspekPerbankanSyariahIndonesiaMEA201.pdf. Diakses pada pukul 13.03 11 mei 2013
http://www.scribd.com/doc/11320386/Definisi-Bank diakses pada pukul
12.57, 11 mei 2013
79
LAMPIRAN
Lampiran 1:
Daftar Bank Umum Syariah (BUS) dan Usaha Unit Syariah (UUS)
BUS UUS
PT Bank Syariah Muamalat Indonesia PT Bank Danamon
PT Bank Syariah Mandiri PT Bank Permata
PT Bank Syariah Mega Indonesia PT Bank Internasional Indonesia (BII)
PT Bank Syariah BR PT CIMB Niaga
PT Bank Syariah Bukopin HSBC, Ltd.
PT Bank Panin Syariah PT Bank DKI
PT Bank Victoria Syariah BPD DIY
PT BCA Syariah BPD Jawa Tengah (Jateng)
PT Bank Jabar dan Banten BPD Jawa Timur (Jatim)
PT Bank Syariah BNI BPD Banda Aceh
PT Maybank Indonesia Syariah BPD Sumatera Utara (Sumut)
BPD Sumatera Barat (Sumbar)
BPD Riau
80
BPD Sumatera Selatan (Sumsel)
BPD Kalimantan Selatan (Kalsel)
BPD Kalimantan Barat (Kalbar)
BPD Kalimantan Timur (Kaltim)
BPD Sulawesi Selatan (Sulsel)
BPD Nusa Tenggara Barat (NTB)
PT BTN
PT BTPN
PT OCBC NISP
PT Bank Sinarmas
BPD Jambi
81
Lampiran 2:
Data Variabel Dependen dan Independen BUS dan UUS
Tahun ROA Inflasi NPF BOPO Jan-08 2.48 7.36 4.18 75.56 Feb-08 2.6 7.4 4.16 75.85 Mar-08 2.59 8.17 4.17 76.28 Apr-08 2.52 8.96 4.39 74.52
May-08 2.41 10.38 4.94 73.46 Jun-08 2.32 11.03 4.23 72.94 Jul-08 2.35 11.9 4.17 73.35
Aug-08 2.39 11.85 4.04 73.33 Sep-08 2.21 12.14 4.12 73.6 Oct-08 2.04 11.77 4.49 75.21
Nov-08 1.87 11.68 4.97 78.56 Dec-08 1.42 11.06 3.95 81.75 Jan-09 2.11 9.17 4.39 77.35 Feb-09 2.15 8.6 4.61 74.61 Mar-09 2.44 7.92 5.14 67.61 Apr-09 2.29 7.31 5.17 70.94
May-09 2.22 6.04 4.77 72.67 Jun-09 2.16 3.65 4.39 73.56 Jul-09 2.12 2.71 5.15 74.54
Aug-09 2.08 2.75 5.61 75.22 Sep-09 1.38 2.83 5.72 84.05 Oct-09 1.46 2.57 5.51 83.28
Nov-09 1.48 2.41 5.54 83.08 Dec-09 1.48 2.78 4.01 84.39 Jan-10 1.65 3.72 4.36 84.87 Feb-10 1.76 3.81 4.75 79.73 Mar-10 2.13 3.43 4.53 76.27 Apr-10 2.06 3.91 4.47 77.15
May-10 1.25 4.16 4.77 85.79 Jun-10 1.66 5.05 3.89 79.99 Jul-10 1.67 6.22 4.14 79.77
Aug-10 1.63 6.44 4.1 80.36
82
Sep-10 1.77 5.8 3.95 79.1 Oct-10 1.79 5.67 3.95 78.94
Nov-10 1.83 6.33 3.99 77.7 Dec-10 1.67 6.96 3.02 80.54 Jan-11 2.26 7.02 3.28 75.75 Feb-11 1.81 6.84 3.66 79.56 Mar-11 1.97 6.65 3.6 77.63 Apr-11 1.9 6.16 3.79 78.78
May-11 1.84 5.98 3.76 79.05 Jun-11 1.84 5.54 3.55 78.13 Jul-11 1.86 4.61 3.75 77.13
Aug-11 1.81 4.79 3.53 77.65 Sep-11 1.8 4.61 3.5 77.54 Oct-11 1.75 4.42 3.11 78.03
Nov-11 1.78 4.15 2.74 77.92 Dec-11 1.79 3.79 2.52 78.41 Jan-12 1.36 3.65 2.68 86.22 Feb-12 1.79 3.56 2.82 78.39 Mar-12 1.87 3.97 2.76 78.21 Apr-12 1.79 4.5 2.85 77.77
May-12 1.99 4.45 2.93 76.24 Jun-12 2.05 4.53 2.88 75.74 Jul-12 2.05 4.56 2.92 75.87
Aug-12 2.04 4.58 2.78 75.89 Sep-12 2.07 4.31 2.74 75.44 Oct-12 2.11 4.61 2.58 75.04
Nov-12 2.09 4.32 2.5 75.29 Dec-12 2.14 4.3 2.22 74.97
Sumber: Bank Indonesia
83
Lampiran 3: Uji Normalitas
Sumber: Data diolah
Lampiran 4:
Uji Multikolinieritas
Correlation Matrix
ROA BOPO INFLASI NPF
ROA 1.000000 -0.874185 0.472439 0.048998
BOPO -0.874185 1.000000 -0.419404 -0.008820
INFLASI 0.472439 -0.419404 1.000000 0.173933
NPF 0.048998 -0.008820 0.173933 1.000000 Sumber: Data diolah
84
Lampiran 5:
Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test: F-statistic 1.790618 Probability 0.118811
Obs*R-squared 10.11272 Probability 0.119985
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/19/13 Time: 17:23 Sample: 2008M01 2012M12 Included observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.399709 2.217465 0.180255 0.8576
BOPO -0.015582 0.057205 -0.272385 0.7864 BOPO^2 0.000103 0.000365 0.281673 0.7793 INFLASI 0.035990 0.016263 2.213003 0.0312
INFLASI^2 -0.002227 0.001046 -2.128560 0.0380 NPF 0.037678 0.078700 0.478756 0.6341
NPF^2 -0.003523 0.010060 -0.350223 0.7276 R-squared 0.168545 Mean dependent var 0.022139
Adjusted R-squared 0.074418 S.D. dependent var 0.052094 S.E. of regression 0.050118 Akaike info criterion -3.039580 Sum squared resid 0.133128 Schwarz criterion -2.795240 Log likelihood 98.18740 F-statistic 1.790618 Durbin-Watson stat 0.628161 Prob(F-statistic) 0.118811
Sumber: Data diolah
85
Lampiran 6:
Uji autokorelasi
Dependent Variable: D(ROA)
Method: Least Squares
Date: 08/28/13 Time: 22:41
Sample (adjusted): 2008M02 2012M12
Included observations: 59 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.668687 0.692440 2.409864 0.0193
BOPO -0.021637 0.008929 -2.423244 0.0187
D(INFLASI) -0.021346 0.048268 -0.442234 0.6601
D(NPF) -0.023815 0.079349 -0.300132 0.7652
R-squared 0.109049 Mean dependent var -0.005763
S.D. dependent var 0.245808 S.E. of regression 0.238262
Akaike info criterion 0.034498 Sum squared resid 3.122286
Schwarz criterion 0.175348 Log likelihood 2.982303
Hannan-Quinn criter. 0.089480 F-statistic 2.243924
Durbin-Watson stat 2.291517
Sumber: Data diolah
86
Lampiran 7:
Hasil Uji Adjusted R-square
Dependent Variable: ROA Method: Least Squares Date: 08/19/13 Time: 17:36 Sample: 2008M01 2012M12 Included observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BOPO -0.072471 0.006129 -11.82446 0.0000
INFLASI 0.014557 0.008271 1.760001 0.0839 NPF 0.007224 0.022983 0.314331 0.7544
C 7.450090 0.498425 14.94725 0.0000 R-squared 0.778175 Mean dependent var 1.953333
Adjusted R-squared 0.766292 S.D. dependent var 0.318581 S.E. of regression 0.154013 Akaike info criterion -0.839221 Sum squared resid 1.328318 Schwarz criterion -0.699598 Log likelihood 29.17663 F-statistic 65.48375 Durbin-Watson stat 0.600540 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah
87
Lampiran 8:
Hasil Uji t
Dependent Variable: ROA Method: Least Squares Date: 08/19/13 Time: 17:36 Sample: 2008M01 2012M12 Included observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BOPO -0.072471 0.006129 -11.82446 0.0000
INFLASI 0.014557 0.008271 1.760001 0.0839 NPF 0.007224 0.022983 0.314331 0.7544
C 7.450090 0.498425 14.94725 0.0000 R-squared 0.778175 Mean dependent var 1.953333
Adjusted R-squared 0.766292 S.D. dependent var 0.318581 S.E. of regression 0.154013 Akaike info criterion -0.839221 Sum squared resid 1.328318 Schwarz criterion -0.699598 Log likelihood 29.17663 F-statistic 65.48375 Durbin-Watson stat 0.600540 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah
88
Lampiran 9:
Hasil Uji F
Dependent Variable: ROA Method: Least Squares Date: 08/19/13 Time: 17:36 Sample: 2008M01 2012M12 Included observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BOPO -0.072471 0.006129 -11.82446 0.0000
INFLASI 0.014557 0.008271 1.760001 0.0839 NPF 0.007224 0.022983 0.314331 0.7544
C 7.450090 0.498425 14.94725 0.0000 R-squared 0.778175 Mean dependent var 1.953333
Adjusted R-squared 0.766292 S.D. dependent var 0.318581 S.E. of regression 0.154013 Akaike info criterion -0.839221 Sum squared resid 1.328318 Schwarz criterion -0.699598 Log likelihood 29.17663 F-statistic 65.48375 Durbin-Watson stat 0.600540 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah