Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FINANSIAL PENANGKARAN SARANG BURUNG
WALET DI DESA TARAILU KECAMATAN SAMPAGA
KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT
SKRIPSI
IHCMAL
105950061015
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ANALISIS FINANSIAL PENANGKARAN SARANG BURUNG
WALET DI DESA TARAILU KECAMATAN SAMPAGA
KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Kehutanan
IHCMAL
105950061015
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya meyatakan bahwa skripsi “Analisis Finansial
Penangkaran Sarang Burung Walet di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga
Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat” adalah benar merupakan hasil karya
yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun karya yang tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks yang
di cantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Februari 2020
Penulis
Hak Cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar 2020
@Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh
Makassar.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar.
ABSTRAK
IHCMAL (10595001015). Analisis Finansial Penangkaran Sarang Burung Walet
di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat
Di bawah bimbingan Hajawa dan Hasanuddin Molo.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara finansial usaha
penangkaran burung walet di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten
Mamuju dilihat dari aspek ekonomi yaitu NPV, B/C Ratio, dan IRR.
Penelitian di laksanakan di Desa Tarailu Kecamatan Samaga Kabupaten
Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Sampel yang diambil sebanyak 2 penangkaran
burung walet, Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,pengamatan dan
wawancara. Jenis data yang dikumpulkan yakni data primer yaitu biaya meliputi
biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC) serta penerimaan dari usaha
penangkaran, Data sekunder yaitu data diperoleh dari laporan, literatur yang
relevan serta data statistik untuk memperleh informasi seperti data keadaan umum
lokasi penelitian, Analisis ini dilakukan dengan analisis finansial dengan
menghitung Net Present Value (NPV) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) dan internal
rate of retunt (IRR)
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut pada penangkaran
A dengan suku bunga 7% dengan masa pengelolaan 25 tahun maka didapatkan
nilai NPV 706.450.145, B/C Ratio 4,3608 dan Nilai IRR 47,07% sedangkan Pada
Penangkaran B dengan suku bunga 7% dimana masa pengelolaan juga selama 25
tahun maka didapatkan hasil untuk nilai NPV 1.120.043.006, B / C Ratio 5,1902,
dan Nilai untuk IRR 50,81% , Maka kedua penangkaran ini yaitu Penangkaran A
dan Penangkaran B memenuhi ketiga aspek finansial yaitu nilai NPV > 0, B/C
Ratio > 1, Dan Nilai IRR diatas suku bunga yang berlaku saat ini yaitu 7%.
Sehingga kedua penangkaran burung walet ini dinyatakan layak dikembangkan
secara finansial.
Kata Kunci : Burung walet. Analisis Finnsial, Net Present Value (NPV) , Benefit
Cost Ratio (B/C Ratio) dan Internal Rate Of Retunt (IRR)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Analisis Finansial Penangkaran Sarang Burung Walet di Desa Tarailu
Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat”, Sebagai salah
satu syarat mendapat Gelar Sarjana Kehutanan. Salam dan salawat semoga
senantiasa dilimpahkan oleh Allah SWT kapada junjungan Nabi Muhammad
SAW sebagai suritauladan kepada kita semua. Penulis berharap apa yang
dipaparkan dalam skripsi ini dapat memberikan informasi baru bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan masukan sangat Penulis hargai.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua saya tercinta ayahanda Hardi dan ibunda Normawati yang
selalu memberikan kasih sayang, doa serta dorongan moril maupun
materil yang tak terhingga.
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi. ,MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibunda Dr. Husnah Latifah ,S.Hut.,M.Si. Selaku Wakil Dekan I Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Hikmah,S.Hut.,M.Si.,IPM Selaku Ketua Program Studi Kehutanan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr.Ir.Hajawa, M.P.. Selaku pembimbing I dan Dr. Ir. Hasanuddin Molo,
S. Hut, MP, IPM. Selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan selama penyusunan skripsi, pengetahuan dan motivasi.
6. Dr. Ir. Irma Sribianti, S.Hut., M. P., selaku penguji I dan
Muthmainnah S.Hut., M. Hut., selaku penguji II yang tak hentinya
memberi arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta staf tata usaha
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
memberikan ilmu selama di bangku perkuliahan.
8. Asmaun, Kristina, Faisal Basri, Riskawati Marsyam, Miranda Rifdayanti
Nur Abdi Aminullah serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu yang telah memberikan doa dan dukungan serta partisipasi
yang sangat besar dalam penyusunan Skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan.
Penyusunan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu
hargai keritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat mendorong
kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya semoga Allah SWT memberikan rahmat dan
kemanfaatan yang banyak atas penulisan Skripsi ini dan menjadikan kita hamba-
Nya yang pandai mensyukuri nikmat-Nya Amin Ya Rabbal’Alamin.
Makassar, Februari 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.. ................................................................................... iii
HALAMAN KOMISI PENGUJI ................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................................... v
HAK CIPTA................................................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR. ............................................................................................ .viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ..x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... .xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv
I. PENDAULUAN ....................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 5
2.1. Sumber Daya Alam .......................................................................................... 5
2.2. Klasifikasi Burung Walet ................................................................................. 6
2.3. Habitat Burung Walet ....................................................................................... 8
2.4. Manfaat Dan Nilai Jual Burung Walet ............................................................. 9
2.4.1. Manfaat Sarang Walet ............................................................................ 9
2.4.2. Nilai Jual Sarang Walet ........................................................................ 11
2.5.Analisis Finansial ............................................................................................ 11
2.5.1. Biaya Produksi ..................................................................................... 12
2.5.2. Penerimaan ........................................................................................... 13
2.5.3. Pendapatan Penanggkaran Burung ....................................................... 13
2.5.4. Net Present Value (NPV) ..................................................................... 14
2.5.5. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ........................................................ 15
2.5.6. Internal Rate Of Returnt (IRR) ............................................................. 15
2.6. Kerangka Fikir ................................................................................................ 16
III. METODE PENELITIAN .................................................................................... 17
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ....................................................................... 17
3.2. Alat Dan Bahan .............................................................................................. 17
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 17
3.4. Langka-Langka Penelitian .............................................................................. 17
3.5. Jenis Data ....................................................................................................... 18
3.5.1. Data Primer .......................................................................................... 18
3.5.2. Data Sekunder ...................................................................................... 20
3.6. Analisis Data .................................................................................................. 20
3.6.1. Biaya Produksi ..................................................................................... 20
3.6.2. Penerimaan ........................................................................................... 21
3.6.3. Pendapatan .......................................................................................... 21
3.6.4. Net Present Value (NPV) ..................................................................... 21
3.6.5. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ........................................................ 22
3.6.6. Internal Rate Of Returnt (IRR) ............................................................. 22
IV. KEADAAN UMUM LOKASI ............................................................................ 24
4.1. Keadaan Geografis ......................................................................................... 24
4.2. Penduduk Kecamatan ..................................................................................... 25
4.3. Sarana dan Prasarana ...................................................................................... 26
4.3.1. Pendidikan .............................................................................................. 26
4.3.2. Kesehatan ............................................................................................... 26
4.3.3. Tempat Ibadah ........................................................................................ 27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 28
5.1. Identifikasi Penangkaran Arang Burung Walet .............................................. 28
5.1.1. Penangkaran A ..................................................................................... 28
5.1.2.Penangkaran B ....................................................................................... 30
5.2. Analisis Finansial Penangkaran A Dan B ...................................................... 33
5.2.1. Penangkaran A ..................................................................................... 33
5.2.2. Penangkaran B ...................................................................................... 36
5.3. Penerimaan Penangkaran A Dan B ................................................................ 39
5.3.1. Penerimaan Penagkaran A.................................................................... 39
5.3.2. Penerimaan Penangkaran B .................................................................. 40
5.4. Pendapatan Penangkaran A Dan B ................................................................. 41
5.4.1. Pendapatan Penangkaran A .................................................................. 42
5.4.2. Pendapatan Penangkaran B .................................................................. 42
5.5. Analisis Finansial ........................................................................................... 43
5.5.1. Net Present Value (NPV) ..................................................................... 44
5.5.2. Rasio Manfaat Terhadap Biaya (B/C Ratio) ........................................ 45
5.5.3. Internal Rate Of Returns (IRR) ............................................................ 45
VI . PENUTUP........................................................................................................... 48
6.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 48
6.2. Saran .............................................................................................................. 48
DAFTAR TABEL
No teks Halaman
1. Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Sampaga .............................. 25
2. Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Sampaga 2017,
2018 ............................................................................................................ 26
3. Alat Dan Bahan Biaya Tetap ( FC ) Penangkaran A .................................. 29
4. Alat Dan Bahan Biaya Tidak Tetap ( VC )penangkaran B ........................ 32
5. Biaya Tetap Penangkaran A ....................................................................... 34
6. Biaya tidak tetap penangkaran A................................................................ 35
7. Biaya tetap penangkaran B ......................................................................... 37
8. Biaya tidak tetap penangkaran B ................................................................ 38
9. Penerimaan Penangkaran A........................................................................ 40
10. Penerimaan Penangkaran B ........................................................................ 41
11. Pendapatan Penangkaran A ........................................................................ 42
12. Pendapatan Penangkaran B ........................................................................ 42
13. Nilai Net Present Value (NPV) .................................................................. 44
14. Nilai Ratio Manfaat Terhadap Biaya (B/C) ............................................... 45
15. Internal rate of Returns (IRR) .................................................................... 46
16. Aspek Financial Penangkaran Sarang Burung Walet Didesa Tarailu ........ 47
DAFTAR GAMBAR
No teks Halaman
1. Kerangka Fikir .................................................................................................. 16
2. Penangkaran A ................................................................................................... 29
3. Penangkaran B ................................................................................................... 31
DAFTAR LAMPIRAN
No teks Halaman
1. Data Primer ....................................................................................................... 51
2. Olah Data .......................................................................................................... 57
3. Dokumentasi Penelitian ..................................................................................... 75
4. Surat Izin Penelitian ........................................................................................... 79
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Burung walet adalah salah satu sumber daya alam (SDA) hayati Yang
memiliki potensi besar. Burung walet bermanfaat baik secara ekologi maupun
ekonomi, dari segi ekonomi burung walet memiliki sarang yang mempunyai harga
yang cukup mahal dan merupakan komoditi ekspor.
Habitat makro Burung Walet merupakan daerah tempat untuk mencari
pakan dan berkembang biak habitat makro burung walet adalah disekitar pantai
dan daerah yang di tumbuhi banyak tanaman atau hutan. habitat makro sangat
penting bagi kelangsungan hidup burung walet karena serangga pakan burung
walet bergantung pada kondisi habitat makronya.
Habitat mencari pakan yang paling cocok adalah campuran antara sawah
dan tegalan (50%), lahan basah (20%), dan daerah berhutan (30%). Komposisi ini
berkaitan dengan habitat serangga yang paling disukai Burun Walet.
Berhubungan dengan nilai jual sarang burung walet yang tinggi , maka
masyarakat berupaya melakukan penangkaran dengan cara modifikasi habitat
dengan membuat tempat penangkaran yang meniru habitat aslinya terutama
persyaratan fisik ( Ayuti, . 2016 ).
Habitat mikro burung walet adalah lingkungan di dalam gedung tempat
burung walet beristirahat, membuat sarang, bertelur dan membesarkan anak-anak
walet yang baru menetas. Habitat mikro besifat setempat sehingga dapat dengan
mudah dikondisikan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan burung walet.
Kondisi habitat mikro diatur dengan habitat aslinya seperti mengatur temperatur,
kelembapan dan intensitas cahaya layaknya di dalam gua. Suhu dan kelembaban
optimum didalam gedung dibutuhkan burung walet sebagai zona nyaman untuk
beristirahat suhu kelembaban yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan
mengurangi produkvitas sarang dan menganggu kenyamanan burung walet.
Produksi sarang burung walet tergantung pada pakan yang dikonsumsi,
jika pakan yang dikonsumsi walet banyak, maka kelenjar walet akan
menghasilkan air liur yang berlimpah. Sarang yang dibuat walet digunakan untuk
menetap, berkembang biak, merawat, dan membesarkan anaknya. Bisnis sarang
burung walet merupakan suatu investasi yang memiliki prospek cukup cerah dan
sangat menjanjikan. Dari tahun ke tahun, harga sarang burung walet yang
dihasilkan relatif meningkat. Hal ini karena semakin meningkatnya pengetahuan
masyarakat akan khasiat sarang burung walet sehingga permintaan sarang burung
walet di dunia semakin meningkat (Salekat, 2009 ).
Usaha penangkaran burung walet membutuhkan investasi yang cukup
besar, maka sejak awal dibutuhkan perencanaan yang matang dan pengetahuan
yang utuh mengenai faktor–faktor yang terdapat dalam pengembangan usaha
penangkaran burung walet. Hal ini sangat diperlukan untuk menekan risiko dan
ketidakpastian sekecil-kecilnya, sehingga diperoleh optimalisasi sumberdaya yang
digunakan. Dalam usahanya para penangkar menghadapi beberapa kendala
diantaranya dalam hal penentuan harga, karena keterbatasan para penangkar
terhadap informasi pasar dan burung walet merupakan satwa liar sehingga
menyebabkan pendapatan para penangkar tidak menetap.
Salah satu daerah di Indonesia yang banyak melakukan usaha budidaya
(penangkaran) walet sarang putih di dalam gedung adalah di Desa Tarailu
Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju. Daerah ini terletak disekitar hamparan
persawahan serta dikelilingi oleh pegunungan sehingga menjadi daerah yang
cocok untuk burung walet dalam beraktivitas mencari pakan. Tempat penangkaran
sarang walet putih (Collocalia Fuciphaga) di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga
Kabupaten Mamuju telah memproduksi sarang burung walet dan telah
dikomersilkan, oleh karena itu perlu adaya analisis finansial untuk memastikan
apakah usaha penangkaran ini menguntungkan dan layak dikembangkan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian yang dilaksanakan yaitu,
apakah usaha penangkaran burung walet layak dikembangkan secara finansial di
Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilaksanakan yaitu untuk menganalisis
secara finansial usaha penangkaran burung walet di Desa Tarailu Kecamatan
Sampaga Kabupaten Mamuju.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Analisis
kelayakan finansial usaha penangkaran sarang burung walet di Desa
Tarailu, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju.
2. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan Analisis finansial penangkaran sarang burung
walet.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sumber Daya Alam
Sumber daya adalah sesuatu yang memiliki nilai guna. Sumber Daya Alam
(SDA) adalah keseluruhan faktor fisik, kimia, biologi dan sosial yang membentuk
lingkungan sekitar kita. sumber daya alam adalah semua yang berasal dari bumi,
biosfer, dan atmosfer, yang keberadaannyatergantung pada aktivitas manusia.
Semua bagian lingkungan alam kita (biji-bijian, pepohonan, tanah, air, udara,
matahari, sungai) adalah sumber daya alam (Kehati, 2009).
Sumber daya alam adalah unsur-unsur yang terdiri dari SDA nabati
(tumbuhan) dan SDA hewani (satwa) dengan unsur non hayati disekitarnya yang
secara keseluruhan membentuk ekosistem1. SDA memiliki peranan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia. Secara yuridis, pengertian SDA termuat dalam
Pasal 1 ayat 9 UU No. 32tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, ialah SDA adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan
ekosistem.Terdapat beberapa pendapat mengenai pembagian sumberdaya alam.
antara lain ditinjau dari sifat umum ekosistemnya dibagi menjadi dua golongan
besar yaitu SDA terestris (daratan) dan SDA akuatik (perairan) (Kehati, 2009).
Sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA
yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperharui. SDA yang dapat
diperbaharuiialah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya
tidak diekploitasi berlebihan. SDA yang tidak dapat diperbaharui yaitu SDA yang
jumlahnya terbatas karena penggunaannya lebih cepat daripada proses
pembentukannya dan apabila digunakan secara terus menerus akan habis seperti
contoh tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air.
Kebutuhan SDA meningkat dikarenakan pertambahan penduduk serta kemajuan
pembangunan. SDA yang terbatas bahkan menurun. Tanpa upaya pelestarian atau
konservasi maka terjadi krisis SDA, kualitas menurun, persediaan langka,
keanekaragaman berkurang, dll. Pemanfaatan SDA dibagi berdasarkan sifatnya,
yaitu SDA Hayati dan Non Hayati. Pasal 12 ayat 1 UU No.32 tahun 2009
menyatakan pemanfaatan SDA dilakukan berdasarkan Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) (Kehati, 2009).
Pada dasarnya semua SDA termasuk SDA hayati harus dimanfaatkan
untuk kesejahteraan masyarakat dan umat manusia sesuai dengan kemampuan dan
fungsinya. Pemanfaatannya harus sedemikian rupa sesuai dengan UU No. 5
tahun1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya, sehingga dapa
tberlangsung secara lestari untuk masa kini dan masa depan. Pemanfaatan dan
pelestarian tersebut seperti tersebut di atas harus dilaksanakan secara serasi
danseimbang sebagai perwujudan dari asas konservasi SDA hayati dan
ekosistemnya. (Kehati, 2009).
2.2. Klasifikasi Burung Walet
Collocalia fuciphaga merupakan salah satu spesies dari burung walet yang
paling banyak dibudidaya serta mudah dijumpai hampir diseluruh pelosok di
Indonesia. Spesies ini merupakan burung berkelompok yang menempati suatu
daerah yang berlimpah akan pakan mereka (serangga kecil), seperti di hutan yang
padat, pegunungan tandus, lahan pertanian terbuka, bahkan bangunan yang
sengaja dibuat untuk dijadikan sebagai tempat tinggal burung walet (Campbell
dan Lack, 1985).
Spesies Collocalia fuciphaga ini bersifat monogami dan induk betina
menghasilkan dua butir telur yang dierami oleh kedua induk selama 23±3 hari
(Campbell dan Lack, 1985). Spesies ini berukuran sedang (12 cm), tubuh bagian
atas berwarna coklat kehitam-hitaman dengan tungging abu-abu pucat, tubuh
bagian bawah berwarna coklat, sayap berbentuk bulan sabit memanjang dan
runcing, memiliki ekor yang menggarpu dan kuku yang tajam (Mackinnon, 1995).
Kedua jenis kelamin pada burung ini sulit dibedakan, serta memiliki bobot tubuh
8,7-14,8 gram (Dunning, 2008) dan bentang sayap 110-118 mm (Campbell dan
Lack, 1985).
Burung walet sarang putih (Collocalia fuciphaga) memiliki klasifikasi
zoologis sebagai berikut (Soehartono , 2009) .
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Apodiformes
Famili : Apodidae
Genus : Collocalia
Spesies : Collocalia fuciphaga
Collocalia fuciphaga merupakan penerbang yang kuat, mampu terbang
sekitar 40 jam secara terus menerus, menjelajahi home range dengan radius 25-40
km. saran Collocalia fuciphaga terbentuk dari air liur burung tersebutkemudian
mengeras (Mardiastuti et al., 1998).
2.3. Habitat Burung Walet
Habitat mikro Burung Walet adalah lingkungan di dalam gedung tempat
Burung Walet beristirahat, membuat sarang, bertelur dan membesarkan anak-anak
walet yang baru menetas. Habitat mikro bersifat setempat sehingga dapat dengan
mudah dikondisikan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan Burung Walet.
Kondisi habitat mikro diatur dengan meniru kondisi habitat aslinya seperti
mengatur temperatur, kelembaban dan instensitas cahaya layaknya di dalam gua.
Kondisi seperti ini akan tercapai dengan cara pemilihan bahan dan desain
bangunan yang tepat serta menambahkan alat-alat pendukung. Suhu dan
kelembaban optimum di dalam gedung dibutuhkan Burung Walet sebagai zona
nyaman Burung Walet untuk beristirahat. Suhu dan kelembaban yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi akan mengurangi produktivitas sarang dan mengganggu
kenyamanan Burung Walet (Ibrahim dkk., 2009).
Habitat makro Burung Walet merupakan daerah tempat Burung Walet untuk
mencari pakan dan berkembang biak. Habitat makro sangat penting bagi
kelangsungan hidup Burung Walet karena serangga pakan Burung Walet
bergantung pada kondisi habitat makronya yang terdiri dari area bervegetasi dan
berair. Ketersediaan serangga pakan Burung Walet tersebut bergantung pada
kondisi iklim dan luasnya lokasi habitat serangga sebagai penyedia tempat dan
makanan (Hakim, 2011).
Menurut Soehartono dan Mardiastuti (2003), habitat mencari pakan yang
paling cocok untuk spesies Collocalia fuciphaga adalah campuran antara sawah
dan tegalan (50%), lahan basah (20%), dan daerah berhutan (30%). Komposisi ini
berkaitan dengan habitat serangga yang paling disukai oleh Burung Walet. Urutan
serangga yang paling disukai oleh Burung Walet yaitu serangga yang berasal dari
ordo Hymenoptera dan Homoptera yang hidup di daerah sawah dan tegalan,
Diptera yang hidup di daerah lahan berkayu, dan Ephemenoptera yang hidup di
lahan basah (Adiwibawa, 2000).
2.4. Manfaat dan Nilai Jual Sarang Walet
2.4.1 Manfaat Sarang Walet
Hasil dari peternakan walet adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya
(saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat
bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan
paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.
Mahluk yang ludahnya begitu berharga itu tak lain dan tak bukan adalah burung
walet, sebutan lainnya adalah burung layang-layang dan dalam bahasa Inggris
disebut swallow. Dengan air liurnya yang kental burung walet membuat
sarangnya. Air liur yang kental itu akan mengering saat terkena udara. Dewasa ini
di dunia dikenal 2 jenis sarang burung walet yakni sarang burung walet yang
dipanen di gua-gua di pegunungan, serta sarang burung walet yang dipanen di
atap rumah-rumah tua yang lebih popular sebagai sarang burung walet
rumahan.(Risdawati, N. 2007).
Bagi tubuh, protein berfungsi sebagai zat pembangun bahkan setelah diteliti
salah satu senyawa turunannya yaitu azitothymidine dapat melawan penyakit
AIDS. yang lebih istimewa,Sarang burung walet memiliki sumber asam amino
yang lengkap. Tercatat sarang burung walet memiliki 17 asam amino esensial,
semiesensial dan non-esensial. Serta mineral-mineral yang terkandung dalam
sarang walet sangat manjur untuk mendukung aktivitas tubuh ( Wendrato,I. 1988
).
Ada 6 mineral yang sudah diketahui seperti kalsium, zat besi, fospor, kalium
dan natrium.Bagi tubuh, kalsium berperan sangat penting untuk pembentukan
tulang. Namun sayang nya mineral dan senyawa paling penting dalam sarang
burung walet mudah hilang. Oleh karena itu Dr. Kong Yun Cheung dari china
menyarankan agar saat memasak sarang walet tidak perlu dicuci, sebab
kandungan glikoprotein bisa terbuang (Risdawati, N. 2007).
Kandungan gizinya yang tinggi membuatnya dipercaya memiliki khasiat
sebagai aphrodisiac yang di masa tertentu hanya bisa dinikmati oleh kaum
bangsawan di Tiongkok Kuno. Banyak sinshe dan ahli pengobatan China
tradisional yang mencampurkan sarang burung walet ke dalam tonik penguat.
Belakangan sup sarang burung walet dikemas dan diproduksi secara modern
sebagai salah satu tonik penambah energi. Sayang harganya sangatlah mahal
sehingga walau jaman telah modern dan kaum bangsawan tak lagi memonopoli
segala segi di muka bumi ini, sarang burung walet masih tak terjangkau oleh
semua orang (Risdawati, N. 2007).
2.4.2. Nilai Jual Sarang Walet
Adapun harga jual sarang burng walet dapat kita lihat di tabel di bawah ini:
Varian Sarang Walet Harga/ Kg (Rp)
Sarang Burung Walet Grade Super 100g Rp 3.100.000
Sarang Burung Walet Hancuran 100g Rp 1.200.000
Sarang Burung Walet Super Bersih Premium 1kg Rp 23.500.000
Sarang Burung Walet 17g Rp 350.000
Sarang Burung Walet 50g Rp 1.100.000
Sarang Burung Walet 100g Rp 1.800.000
Sup Sarang Burung Walet Instan Rp 600.000
Pembersih Sarang Burung Walet Superwhite Rp 450.000
Pakan Walet Ampuh Menambah Populasi Burung Walet
3Kg Rp 390.000
Parfum + Pakan Walet Penambah Kualitas dan Produksi
Sarang Walet 2Kg Rp 640.000
2.5. Analisis Finansial
Analisis Finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal
pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya usaha
yang dijalankan. Menurut Husnan Suswarsono (2000) analisis finansial
merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk
menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur usaha. Alat
analisis dalam analisis finansial penelitian ini meliputi: Biaya, Produktivitas,
Pendapatan, B/C Ratio, NPV, dan IRR.
2.5.1. Biaya Produksi
Biaya adalah suatu pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku
baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan
oleh akuntansi biaya. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan baik pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.
Definisi biaya menurut Mulyadi (2012) adalah sebagai berikut :“ Biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah
terjadi atau kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu.”
Menurut Karter dan Usry (2006) mendefinisikan bahwa : “Biaya sebagai
nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat.” Sedangkan
menurut Harahap (2007) mendefinisikan sebagai berikut : ”Biaya sebagai
penurunan gross dalam asset atau kenaikkan gross dalam kewajiban yang diakui
dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan
lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya adalah harga
yang telah dipakai atau digunakan untuk memperoleh pendapatan.
Biaya total (TFC) adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan untuk membeli semua keperluan baik barang dan jasa yang akan
digunakan dalam proses produksi demi menghasilkan / produksi suatu barang.
Total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel
yang harus dikeluarkan dari usaha,
2.5.2. Penerimaan
Penerimaan yang disebut juga dengan pendapatan kotor menurut Ibrahim
(2003) merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dan
sumber dalam penangkaran burung selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan
dari hasil penjualan, pertukaran, atau penaksiran kembali.
pendapatan kotor ini di dalamnya mencakup :
a. Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan mengingat akan
adanya penerimaan pada permulaan dan akhir tahun.
b. Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari penangkaran burung
kepada rumah tangga dan keperluan-keperluan pribadi dari penangkaran
dan kepada usaha-usaha yang tidak termasuk penangkaran burung.
c. Nilai dari bahan yang dibayarkan sebagai upah kepada tenaga kerja luar.
d. Nilai dari hasil bahan uang yang dihasilkan dalam penangkaran burung
yang dipergunakan lagi di dalam penangkaran burung sendiri sebagai
bangunan-bangunan tetap.
e. Tambahan nilai dari persediaan dan modal.
2.5.3. Pendapatan Penangkaran burung
Menurut Ibrahim (2003), pendapatan penangkaran dapat diperhitungkan
dengan biaya alat-alat luar dan dengan bunga modal dari luar.Sedangkan
pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor
dengan biaya mengusahakan.
Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar ditambah dengan upah
tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang
dibayarkan kepada tenaga kerja luar. Untuk memperhitungkan nilai biaya dan
pendapatan penangkaran burung pada umumnya dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Memperhitungkan keadaan keuangan penangkaran burung dan penangkaran
pada suatu waktu.
2. Memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan penangkaran burung
selama satu tahun.
3. Memperhitungkan hubungan antara biaya dan pendapatan penangkaran
burung pada akhir tahun.
Pendapatan usaha merupakan pengurangan penerimaan total dengan biaya
total dari usaha produksi.
2.5.4. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang
(Present Value) dari selisish antara benefit (manfaat) dengan cost(biaya) pada
Dsicount Rate tertentu. Net Present Value (NPV) menunjukan kelebihan benefit
(manfaat) dibandingkan dengan cost (biaya).
Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode
NPV adalah sebagai berikut:
a) Apabila NPV > 0, maka usulan proyek diterima,
b) Apabila NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, dan
c) Apabila NPV = 0, Kemungkinan proyek akan diterima atau nilai perusahaan
tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak. (Choliq et al., 1999 )
2.5.5. Net benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV
negatif. Net B/C ini menunjukan gambaran berapa kali lipat benefit akan
diperoleh dari cost yang dikeluarkan.
Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present
value yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang
negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk
diusahakan karena setiap pengeluaran sebanyak Rp. 1 maka akan
menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka proyek tersebut
tidak layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan
penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran.
2.5.6. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengetahui presentase
keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan IRR juga merupakan alat ukur
kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman.
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang
dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan karena bisnis
membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan bisnis
baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). Sedangkan menurut
Umar (2005) Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mencari tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa
datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. Apabila IRR
sama dengan tingkat discount maka usaha tidak dapat mendapatkan untung atau
rugi, tetapi jika IRR < tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak
diusahakan, sedangkan apabila IRR > tingkat discount rate maka usaha tersebut
layak untuk diusahakan.
2.6. Kerangka Fikir
Sumber daya alam hayati terdiri dari puluhan ribu sumber daya, satu
diantaranya habitat burung walet, habitat burung walet kini dikembangkan dengan
cara diadakan penangkaran. Untuk mengetahui pendapatan finansial dari hasil
penangkaran burung walet maka perlu dilakukan penelitian analisis finansial
penangkaran burung walet yang telah disusun dalam kerangka fikir, sebagai
berikut :
Habitat Burung Walet
Penangkaran burung walet dan
sarang burung walet
Biaya Penerimaan
Analisis Finansial
Nila present value(NPV)
Internal Rate of Return
(IRR)
Benefit Cost (BC)
Sumber Daya Alam Hayati
Gambar 1. Kerangka fikir
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober sampai November 2019.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten
Mamuju.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan meliputi : alat tulis, kamera, kalkulator,
laptop dan daftar pertanyaan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penangkaran burung walet dan sarang burung walet.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat analisa kasus yaitu melakukan pengamatan langsung
pada objek penangkaran sarang walet putih (Collocalia fuciphaga) hasil budidaya
di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju.
3.4. Langkah-Langkah Penelitian
1. Observasi
Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan mengamati
secara langsung di lokasi penelitian atau lapangan. Berikut observasi yang
akan dilakukan :
a. Tingkah laku walet
b. Kondisi bangunan penangkaran walet
Kelayakan Usaha
2. Pengamatan
Proses pengamatan penangkaran sarang burung walet dilakukan untuk
memenuhi syarat pengambilan data di lokasi penelitian atau lapangan.
a. Mengambil gambar
b. Mengamati keadaan sekitar.
3. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan sesuai tujuan penelitian.
a. Dilakukan Perekaman
b. Memperhatikan setiap detail penyampaian narasumber
3.5. Jenis Data
3.5.1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
melalui observasi dan wawancara langsung dengan pemilik penangkaran walet
serta survey terhadap analisis finansial usaha penangkaransarang burung walet
sarang putih yang beara di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten
Mamuju.
1. Biaya (Cost)
a. Biaya Tetap ( Fixed Cost )
1) Biaya Pendirian Rumah/Gedung
Bangunan rumah/gedung burung walet dilokasi penelitian
dihitung dalamsatuan gedung dan dalam pembuatan rumah/gedung
dengan sistemborongan bangunan seperti tenaga kerja, pemasangan
cor/beton, , pipa, besi, plafon, dan lainnya. Setiap narasumber
besarnya biaya untuk mendirikan bangunan berbeda-beda tergantung
luas rumah/gedung burung walet.
2) Izin Pengelolaan/Izin Lingkungan Masyarakat
Usaha sarang burung walet pada saat permulaan usaha terdapat
izin lingkungan masyarakat sekitar rumah/gedung walet.
3) Perlengkapan/ Peralatan
Perlengkapan rumah walet yaitu alat-alat yang ada di dalam
rumah/gedung burung walet antara lain baskom/wadah, pipa, water
pump, tape/vcd, loudspeaker, dan kaset/flashdisk rekaman suara
burung walet. Peralatan panen yaitu alat-alat yang digunakan saat
panen sarang burung walet antara lain senter/headlamp, scraper, dan
wadah/ember. Burung walet masuk ke dalam rumah walet dengan cara
menggunakan rekaman suara walet, sementara cara pemancingan juga
dapat menggunakan feses burung walet, putih telur (ayam/bebek),
sarang burung walet palsu.
b. Biaya Tidak Tetap
1) Biaya pemeliharaan
Untuk pemeliharaan usaha sarang burung walet yaitu pada
pemeliharaan rumah/gedung walet antara lain memperbaiki fisik
bangunan yang sudah rusak dan kebersihan lingkungan sekitar
rumah/gedung walet.
2) Upah tenaga kerja
Tenaga kerja pada usaha sarang burung walet rata-rata yang
dibutuhkan 1-3 orang. Penangkar burung walet memerlukan bantuan
tenaga kerja dalam hal panen sarang burung walet dengan upah rata-
rata 10 persen dari hasil panen yang diperoleh.
3) Peralatan Pemanenan
Peralatan pemanenan merupakan alat yang digunakan dalam
proses pemanenan seperti senter, sendok ( Kapi ) dan keranjang sebgai
tempat sarang burung walet yang telah dipanen.
c. Penerimaan
1) Harga Jual sarang Burung Walet.
2) Hasil penjualan burung walet (penerimaan dari usaha penangkaran).
3) waktu panen / berapa kali setahun
3.5.2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data diperoleh dari laporan, iformasi-informasi berupa
dan lain sebagainya dokumen-dokumen dan literaturyang relevan serta dari data
statistik untuk memperleh informasi seperti data keadaan umum lokasi penelitian.
3.6. Analisis Data
3.6.1. Biaya Produksi
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Rahim dan Hastuti, 2007).
TC = TFC + TV
Keterangan :
TC = Total biaya (Rp)
TFC = Total biaya tetap (Rp)
TVC = Total biaya variabel (Rp)
3.6.2. Penerimaan
Secara sistematis Penerimaan Total dapat dirumuskan sebagai berikut
(Soekartawi, 2006) :
TR = Q × P
Keterangan :
TR = Total penerimaan (Rp)
Q = Total penjualan (Rp)
P = Harga produk (Rp)
3.6.3. Pendapatan
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut ( Soekartawi, 2006).
Π = TR – TC
Keterangan :
Π = Total pendapatan dari usaha
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total biaya (Rp)
3.6.4. Net Present Value (NPV)
Secara matematis dapat dilihat pada rumus dibawah sebagai berikut:
Keterangan:
Bt = Benefit pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
t = Periode Waktu atau tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga yang berlaku ( 7% )
n = Lamanya periode waktu
3.6.5. Net benefit Cost Ratio (Net B/C)
Secara matematis dapat dilihat pada rumus dibawah sebagai berikut:
Keterangan :
Bt = Benefit pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
T = Periode Waktu atau tahun ke-t
I = Tingkat suku bunga yang berlaku (7%)
N = Lamanya periode waktu
Dengan kriteria keputusan:
a) Net B/C > 1 Proyek dikatakan layak diusahakan
b) Net B/C < 1 Proyek dikatakan tidak layak diusahakan (Choliq et
al.,1999)
3.6.6. Internal Rate of Return (IRR)
Untuk mendapatkan nilai IRR digunakan rumus matematis seperti berikut:
Keterangan :
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = Tingkat suku bunga saat NPV bernilai positif
i2 = Tingkat suku bunga saat NPV bernilai negatif
Suatu proyek usaha layak diusahakan jika IRR > bunga bank yang
berlaku (Choliq et al., 1999)
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1. Keadaan Geografis
Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Sampaga memiliki batas-
batas:
a) Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Tengah.
b) Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Papalang.
c) Di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.
d) Di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bonehau.
Geografi Kecamatan Sampaga memiliki wilayah seluas 110,27 km2 yang
secara administratif terbagi ke dalam 7 desa terdiri dari 7 desa, yaitu Desa
Salubarana, Desa Kalonding, Desa Tanambua, Desa Bunde, Desa Tarailu, Desa
Sampaga, Desa Losso. Desa dengan wilayah paling luas wilayah adalah Desa
Kalonding dengan luas wilayah 45,77 km2 atau 41,51 persen dari luas Kecamatan
Sampaga. Sementara, desa dengan wilayah paling sempit adalah Desa losso
dengan luas wilayah 7,89 km2 atau 7,16 persen dari luas wilayah Kecamatan
Sampaga. Ibukota Kecamatan Sampaga berada di Desa Bunde. Desa yang terletak
paling jauh dari ibukota Kecamatan Sampaga adalah Desa Salubarana, yaitu 10
km.
Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Sampaga
Desa Luas (km) Persentase (%)
Salubarana 9,48 8,6
Kalonding 45,77 41,51
Tanambua 8,63 7,83
Bunde 17,37 15,75
Tarailu 12,99 11,78
Sampaga 8,14 7,38
Losso 7,89 7,16
TOTAL 110,27 100
Sumber : BPS Kabupaten Mamuju 2018
4.2. Penduduk Kecamatan
Jumlah Penduduk Kecamatan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017
adalah 15.865 jiwa yang terdiri atas 8.006 jiwa penduduk laki-laki dan7.859 jiwa
penduduk perempuan. Sementara itu, besarnya angka rasiojenis kelamin tahun
2017 penduduk lakilakiterhadap penduduk perempuan sebesar 101,87.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Sampaga tahun 2017 mencapai 143,87
jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 3,70
orang.Kepadatan penduduk di 7 desa cukupberagam dengan kepadatan penduduk
tertinggi terjadi di Desa Tarailu dengan kepadatan sebesar 312,09 jiwa/km2 dan
terendah terjadi di Desa Kalonding sebesar 76,23 jiwa/Km2.
Table 2. Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Sampaga 2010, 2016,
2017
Desa Jumlah Penduduk/Population
2010 2016 2017
Salubarana 753 841 854
Kalonding 3.076 3.435 3.489
Tanambua 589 658 669
Bunde 3.709 4.143 4.208
Tarailu 3.573 3.991 4.054
Sampaga 1.371 1.530 1.554
Losso 915 1.021 1.037
TOTAL 13.986 15.619 15.865
Sumber : BPS Kabupaten Mamuju
4.3. Sarana dan Prasarana
4.3.1. Pendidikan
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatudaerah adalah
tersedianya cukupsumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ketersediaan
fasilitas pendidikan akan sangat menunjang dalam mengingkatkan mutu
pendidikan. Sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Sampaga meliputi 5
TK, 14 Sekolah Dasar, 1 Madarasah Ibtidaiyah, 3 Sekolah Menengah Pertama, 2
Madrasah Tsanawiyah, 1 Sekolah Menengah Atas, dan 1 Madrasah Aliyah.
4.3.2. Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan
kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka
terjadi peningkatan kesejahteraan. Ketersediaan sarana kesehatan akan sangat
menunjang peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Pada tahun 2017 terdapat
1 puskesmas, 7 puskesmas pembantu, 1 poskesdes, dan 18 posyandu di
Kecamatan Sampaga.
4.3.3. Tempat Ibadah
Perkembangan pembangunan di bidang keagamaan dapat dilihat dari
banyaknya sarana peribadatan masing masing agama. Terdapat 36 masjid, 9
mushola, dan 2 gereja protestan di Kecamatan Sampaga pada tahun 2017.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identifikasi Penangkaran Sarang Burung Walet
Usaha sarang burung walet yang diusahakan oleh penangkar yang berada
di Tarailu merupakan usaha yang sudah cukup lama dilaksanakan. Jenis sarang
yang diusahakan di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga adalah jenis sarang putih.
Usaha sarang burung walet merupakan salah satu sumber daya penghasilan yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Karena produktivitas usaha sarang burung walet di
Desa Tarailu Kecamatan Sampaga mempunyai potensi untuk mengembangkan
usaha sarang burung walet.
5.1.1. Penangkaran A
Penangkaran A adalah penangkran yang dimiliki oleh Bapak Mustamin,
Penangkaran A mempunyai luas 8×4 m yaitu seluas 32 m2 dengan tinggi
mencapai 8 m dan mempunyai 3 lantai, Tinggi pada lantai pertama yaitu 2,5 m
dan pada lantai 2 dan 3 masing-masing mempunyai tinggi 2 m dan tinggi menara
yaitu 1,5 m. Pada gedung A kolam air yang terbuat dari betong hanya terdapat di
dalam gedung pada pinggir lantai 1, sedangkan pada lantai 2 dan lantai 3
menggunakan baskom sebagai wadah tempat air.
Baskom yang digunakan pada lantai 2 dan 3 yaitu masing-masing 25
baskom yang di taruh di pinggir ruang gedung. Atap yang digunakan oleh
penangkaran A yaitu menggunakan atap seng dan Sirip yang dipasang pada plafon
gedung berbentuk persegi dengan bahan kayu sengong.
Dalam pembangunan penangkaran ini terdapat biaya tetap dan tidak tetap
biaya tersebut yang terdiri alat dan bahan yang dapat kita lihat pada Tabel 3,
sebagai berikut
Tabel 3. Alat Dan Bahan Biaya Tetap ( FC )
No Alat dan Bahan jenis
biaya
1 biaya bangunan FC
2 pipa 1,5 in FC
3 sambungan L pipa 1,5 in FC
4 lem pipa FC
5 keran air FC
6 sound sistem FC
7 flashdisk 16 GB FC
8 Pilox FC
9 water pump FC
10 rak telur FC
Gambar 1. Penangkaran A
11 jaring paranet FC
12 baskom atau wadah FC
13 karpet karet FC
14 senter biasa FC
15 parfum walet FC
16 Gembok FC
17 Lampu FC
18 biya pemeliharaan FC
19 biaya listrik FC
Sumber : Data Primer 2019
Pada Tabel 3 terdapat beberapa rincian alat dan bahan yang digunakan
dalam pembangunan penangkaran sarang burung walet yang termasuk dalam
biaya tetap atau fixed cost (FC) beberapa diantaranya : Biaya bangunan yang
dipakai sebagai penangkaran itu sendiri, sound sistem sebagai pembesar suara
untuk memudahkan panggilan terhadap walet, dan flashdisk dimana yang
digunakan kali ini berkapasitas 16 gb fungsi dari flashdisk itu sendiri untuk
menyimpan 2 jenis yaitu untuk memanggil dan menginap.
Diluar dari Tabel 3 diatas yang tidak termasuk dalam biaya tetap dan
tergolong kedalam biaya tidak tetap (Varibel Cost) terdiri dari beberapa alat dan
bahan yang digunakan dalam pemanenan sarang burung walet seperti sendok
(Kapi) yang digunakan sebagai alat untuk mengambil sarang burung walet dari
sirip atau tempat burung walet membuat sarang, senter kepala yang digunakan
pemanen sebagai alat penerang dalam gedung walet karena kondisi gedung yang
sangat gelap, keranjang yang digunakan sebagai wadah atau tempat sarang burung
walet yang telah dipanen, dan upa pemanen yang merupakan biaya yang
dikeluarkan pada saat penangkaran telah dipanen.
5.1.2. Penangkaran B
Penangkaran B adalah penangkran yang dimiliki oleh Bapak bahtiar,
Penangkaran B mempunyai luas 10×4 m dengan tinggi mencapai 10 m dan
mempunyai 3 lantai, Tinggi pada lantai pertama yaitu 2,5 m dan pada lantai dua
dan 3 masing-masing mempunyai tinggi 2 m dan tinggi menara yaitu 2,5 m. Pada
gedung B memiliki 2 kolam air yang terbuat dari betong hanya terdapat di dalam
gedung pada pinggir kiri kanan lantai 1, sedangkang pada lantai 2 dan lantai 3
menggunakan baskom sebagai wadah tempat air, baskom yang digunakan pada
lantai 2 dan 3 yaitu masing-masing 40 baskom yang di taruh di pinggir ruang
gedung. Atap yang digunakan oleh penangkaran B yaitu menggunakan atap seng
dan Sirip yang dipasang pada plafon gedung berbentuk persegi dengan bahan
kayu sengong.
Gambar 2. Penangkaran B
Dalam pembangunan penangkaran ini terdapat biaya tetap, biaya tersebut
terdiri dari alat dan bahan yang dapat kita lihat pada Tabel 4.
Tabel 4 . Alat Dan Bahan Biaya Tetap ( FC)
No Alat dan Bahan jenis biaya
1 biaya bangunan FC
2 pipa 1,5 in FC
3 sambungan L pipa 1,5 in FC
4 lem pipa FC
5 keran air FC
6 sound sistem FC
7 flashdisk 16 GB FC
8 Pilox FC
9 water pump FC
10 rak telur FC
11 jaring paranet FC
12 baskom atau wadah FC
13 karpet karet FC
14 senter biasa FC
15 parfum walet FC
16 Gembok FC
17 Lampu FC
18 biya pemeliharaan FC
19 biaya listrik FC
Sumber : Data Primer 2019
Pada Tabel 4 seperti halnya pada penangkaran A, penangkaran B juga
terdapat beberapa rincian alat dan bahan yang digunakan dalam pembangunan
penangkaran sarang burung walet yang termasuk dalam biaya tetap atau fixed cost
(FC) beberapa diantaranya Biaya bangunan, sound sistem dan flashdisk fungsi
dari alat dan bahan juga sama pada penangkaran A. Pada tabel diatas terdapat
biaya pemeliharaan berupa penyemprotan hama.
Diluar dari Tabel 4 diatas yang tidak termasuk dalam biaya tetap dan
tergolong kedalam biaya tidak tetap (Varibel Cost) pada penangkaran B juga
terdiri dari beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam pemanenan sarang
burung walet seperti sendok (Kapi) yang digunakan sebagai alat untuk mengambil
sarang burung walet dari sirip atau tempat burung walet membuat sarang, senter
kepala yang digunakan pemanen sebagai alat penerang dalam gedung walet
karena kondisi gedung yang sangat gelap, keranjang yang digunakan sebagai
wadah atau tempat sarang burung walet yang telah dipanen, dan upa pemanen
yang merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat penangkaran telah dipanen.
5.2. Analisis Biaya Penangkaran A dan B
Menurut Husnan Suswarsono (2000) analisis finansial merupakan suatu
analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan
apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur usaha. Analisis Finansial
bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas,
sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya usaha yang dijalankan.
5.2.1. Penangkaran A
Penangkaran A dibangun kurang lebih selama satu tahun mulai pada tahun
2012 sampai dengan 2013 dan mulai berproduksi pada tahun 2014 dengan masa
pengelolaan 25 tahun sehingga dalam analisis biaya, penerimaan, dan keuntungan
atau pendapatan serta analisis finansial dilakukan selama 25 tahun mulai 2012 s/d
2036.
1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah, terlepas dari
perubahan tingkat aktivitas dalam kisaran relevan tertentu. Biaya
Penangkaran A meliputi biaya biaya bangunan dan biaya operasional, biaya
tersebut dapat kita lihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Biaya Tetap Penangkaran A
1 Biaya bangunan 1 gedung 25 FC 66.219.000Rp 66.219.000Rp 2.648.760Rp
2 pipa 1,5 in 10 batang 15 FC 17.000Rp 170.000Rp 11.333Rp
3 sambungan L pipa 1,5 in5 buah 15 FC 5.000Rp 25.000Rp 1.667Rp
4 lem pipa 2 buah 15 FC 7.500Rp 15.000Rp 1.000Rp
5 keran air 5 buah 15 FC 25.000Rp 125.000Rp 8.333Rp
6 sound sistem 1 paket 15 FC 11.000.000Rp 11.000.000Rp 733.333Rp
7 pilox 2 buah 2 FC 15.000Rp 30.000Rp 15.000Rp
8 water pump 1 buah 10 FC 750.000Rp 750.000Rp 75.000Rp
9 rak telur 20 rak 1 FC 2.000Rp 40.000Rp 40.000Rp
10 flashdisk 16 GB 1 buah 5 FC 76.000Rp 76.000Rp 15.200Rp
11 jaring paranet 1 rol 5 FC 350.000Rp 350.000Rp 70.000Rp
12 baskom atau wadah 60 buah 10 FC 20.000Rp 1.200.000Rp 120.000Rp
13 karpet karet 3 rol 15 FC 700.000Rp 2.100.000Rp 140.000Rp
14 senter biasa 1 buah 5 FC 200.000Rp 200.000Rp 40.000Rp
15 parfum walet 2 jergen 3 FC 375.000Rp 750.000Rp 250.000Rp
16 gembok 1 buah 15 FC 50.000Rp 50.000Rp 3.333Rp
17 lampu 1 buah 5 FC 45.000Rp 45.000Rp 9.000Rp
18 biya pemeliharaan 12 bulan 1 FC 100.000Rp 1.200.000Rp 1.200.000Rp
19 biaya listrik 12 bulan 1 FC 150.000Rp 1.800.000Rp 1.800.000Rp
86.145.000Rp 7.181.960Rp
No Alat dan Bahan jumlah satuanumur
pemakaian
jenis
biayaHarga Per satuan biaya Total
biaya
penyusutan
total
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 5. Dapat kita lihat bahwa biaya tetap pada
penangkaran A adalah sebesar Rp 86.145.000 dengan biaya terbesar yaitu biaya
bangunan sebesar Rp 66.219.000, biaya bangunan tentunya sangatlah besar karena
didalamnya terdapat rincian beberapa biaya seperti halnya semen, seng, juga
didalanya terdapat upah pekerja sedangkan biaya paling rendah pada penangkaran A
yaitu biaya lem pipa sebesar Rp 15.000 karena lem pipa yang digunakan tidaklah
banyak juga harganya sangatlah murah.
2. Biaya Tidak Tetap
Suprapto (2005), biaya tidak tetap (Variable cost) adalah biaya yang
jumlah totalnya berubah sebanding (proporsional) dengan perubahan volume
kegiatan. Komposisi biaya tidak tetap meliputi biaya upah pemanen dan biaya
alat yang digunakan dalam pemanenang, biaya tersebut dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Biaya Tidak Tetap Penangkaran A
Sendok (Kapi) 1 Buah 1 vc 100.000Rp 100.000Rp
Keranjang 1 Buah 1 vc 75.000Rp 75.000Rp
Upah Pemanen 1 Orang 2 vc 1.000.000Rp 2.000.000Rp
Senter Kepala 1 Buah 1 vc 150.000Rp 150.000Rp
Sendok (Kapi) 2 Buah 1 vc 100.000Rp 200.000Rp
Keranjang 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp
Upah Pemanen 2 Orang 2 vc 1.000.000Rp 4.000.000Rp
Senter Kepala 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp
Sendok (Kapi) 2 Buah 1 vc 100.000Rp 200.000Rp
Keranjang 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp
Upah Pemanen 2 Orang 3 vc 1.000.000Rp 6.000.000Rp
Senter Kepala 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp
Sendok (Kapi) 2 Buah 1 vc 100.000Rp 200.000Rp
Keranjang 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp
Upah Pemanen 2 Orang 3 vc 1.500.000Rp 9.000.000Rp
Senter Kepala 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp
Sendok (Kapi) 3 Buah 1 vc 100.000Rp 300.000Rp
Keranjang 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp
Upah Pemanen 3 Orang 3 vc 1.500.000Rp 13.500.000Rp
Senter Kepala 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp
Sendok (Kapi) 3 Buah 1 vc 100.000Rp 300.000Rp
Keranjang 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp
Upah Pemanen 3 Orang 2 vc 1.500.000Rp 9.000.000Rp
Senter Kepala 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp
No Tahun Alat dan Bahan
IV 2016
Biaya Total
I2012-
2013- - - vc - -
Jumlah SatuanPemakaia
n/tahun
Jenis
BiayaHarga Satuan Biaya
-
II 2014 Rp 2.175.000
III 2015 Rp 4.800.000
Rp10.200.000
Rp 6.800.000
V 2017 Rp 9.800.000
VI 2018 Rp14.700.000
VII 2019
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 6. dapat kita lihat bahwa biaya tidak tetap pada
penangkaran A pada tahun 2012-2013 belum ada biaya tidak tetap yang
dikeluarkan dikarenakan pada tahun 2012-2013 belum adanya kegiatan
produksi atau pemanenan. Pengeluaran biaya tidak tetap baru ada pada tahun
2014 karena pada tahun ini mulai dilakukan pemanenang, biaya yang
dikeluarkan dari tahun ketahun berubah- ubah, perubahan biaya tersebut
dipengaruhi produktifitas sarang burung walet, semakin bertambahnya jumlah
sarang yang dipanen maka akan semakin besar biaya yang dikeluarkan.
5.2.2. Penangkaran B
Penangkaran B mulai dibangun pada tahun 2011 sampai dengan 2012 dan
mulai berproduksi pada tahun 2013 dengan masa pengelolaan 25 tahun sehingga
dalam analisis biaya, penerimaan, dan keuntungan atau pendapatan serta analisis
finansial dilakukan selama 25 tahun mulai 2012 s/d 2036.
1. Biaya Tetap Penangkaran B
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah, terlepas dari
perubahan tingkat aktivitas dalam kisaran relevan tertentu. Biaya
Penangkaran B meliputi biaya biaya bangunan dan biaya operasional, biaya
tersebut dapat kita lihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Biaya Tetap Penangkaran B
No Alat dan Bahan jumlah satuanumur
pemakaian
jenis
biaya
Harga Per
satuan biaya Total
biaya
prenyusutan
1 biaya bangunan 1 gedung 25 FC 101.277.000Rp Rp101.277.000 Rp 4.051.080
2 pipa 1,5 in 20 batang 15 FC 17.000Rp 340.000Rp 22.667Rp
3 sambungan L pipa 1,5 in 7 buah 15 FC 5.000Rp 35.000Rp 2.333Rp
4 lem pipa 5 buah 15 FC 7.500Rp 37.500Rp 2.500Rp
5 keran air 6 buah 5 FC 25.000Rp 150.000Rp 30.000Rp
6 sound sistem 1 paket 15 FC 11.000.000Rp 11.000.000Rp 733.333Rp
7 flashdisk 16 GB 1 fls 5 FC 76.000Rp 76.000Rp 15.200Rp
8 pilox 4 buah 2 FC 15.000Rp 60.000Rp 30.000Rp
9 water pump 1 buah 10 FC 750.000Rp 750.000Rp 75.000Rp
10 rak telur 30 rak 1 FC 2.000Rp 60.000Rp 60.000Rp
11 jaring paranet 2 rol 5 FC 350.000Rp 700.000Rp 140.000Rp
12 baskom atau wadah 80 buah 10 FC 20.000Rp 1.600.000Rp 160.000Rp
13 karpet karet 4 rol 15 FC 700.000Rp 2.800.000Rp 186.667Rp
14 senter biasa 1 buah 5 FC 200.000Rp 200.000Rp 40.000Rp
15 parfum walet 4 jergen 3 FC 375.000Rp 1.500.000Rp 500.000Rp
16 gembok 1 buah 15 FC 50.000Rp 50.000Rp 3.333Rp
17 lampu 1 buah 5 FC 45.000Rp 45.000Rp 9.000Rp
18 biya pemeliharaan 12 bulan 1 FC 100.000Rp 1.200.000Rp 1.200.000Rp
19 biaya listrik 12 bulan 1 FC 150.000Rp 1.800.000Rp 1.800.000Rp
123.680.500Rp 9.061.113Rp total Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 7. Dapat kita lihat bahwa biaya tetap pada
penangkaran B adalah sebesar Rp 121.603.500 dengan biaya terbesar yaitu
biaya bangunan sebesar Rp 101.277.000 seperti halnya dengan penangkaran
A, biaya penangkaran B juga terdapat beberapa rincian biaya didalamnya
seperti semen, seng, dan upah pekerja dan biaya paling rendah yaitu biaya
lem pipa sebesar Rp 23.000 karena lem pipa yang digunakan tidaklah banyak
juga harganya yang paling rendah jika dibandingkan harga alat dan bahan
lainnya.
2. Biaya Tidak Tetap
Suprapto (2005), biaya tidak tetap (Variable cost) adalah biaya yang
jumlah totalnya berubah sebanding (proporsional) dengan perubahan volume
kegiatan. Komposisi biaya tidak tetap meliputi biaya upah pemanen dan biaya
alat yang digunakan dalam pemanenang, biaya tersebut dapat dilihat pada
pada Tabel 8.
Tabel 8. Biaya Tidak Tetap Penangkaran B
Sendok (Kapi) 1 Buah 1 vc 100.000Rp 100.000Rp Rp 2.175.000
Keranjang 1 Buah 1 vc 75.000Rp 75.000Rp
Upah Pemanen 1 Orang 2 vc 1.000.000Rp 2.000.000Rp
Senter Kepala 1 Buah 1 vc 150.000Rp 150.000Rp
Sendok (Kapi) 1 Buah 1 vc 100.000Rp 100.000Rp Rp 2.400.000
Keranjang 1 Buah 1 vc 150.000Rp 150.000Rp
Upah Pemanen 1 Orang 2 vc 1.000.000Rp 2.000.000Rp
Senter Kepala 1 Buah 1 vc 150.000Rp 150.000Rp
Sendok (Kapi) 2 Buah 1 vc 100.000Rp 200.000Rp Rp 6.800.000
Keranjang 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp
Upah Pemanen 2 Orang 3 vc 1.000.000Rp 6.000.000Rp
Senter Kepala 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp
Sendok (Kapi) 3 Buah 1 vc 100.000Rp 300.000Rp Rp14.700.000
Keranjang 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp
Upah Pemanen 3 Orang 3 vc 1.500.000Rp 13.500.000Rp
Senter Kepala 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp
Sendok (Kapi) 3 Buah 1 vc 100.000Rp 300.000Rp Rp14.850.000
Keranjang 4 Buah 1 vc 150.000Rp 600.000Rp
Upah Pemanen 3 Orang 3 vc 1.500.000Rp 13.500.000Rp
Senter Kepala 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp
Sendok (Kapi) 4 Buah 1 vc 100.000Rp 400.000Rp Rp19.600.000
Keranjang 4 Buah 1 vc 150.000Rp 600.000Rp
Upah Pemanen 4 Orang 3 vc 1.500.000Rp 18.000.000Rp
Senter Kepala 4 Buah 1 vc 150.000Rp 600.000Rp
Sendok (Kapi) 4 Buah 1 vc 100.000Rp 400.000Rp Rp13.600.000
Keranjang 4 Buah 1 vc 150.000Rp 600.000Rp
Upah Pemanen 4 Orang 2 vc 1.500.000Rp 12.000.000Rp
Senter Kepala 4 Buah 1 vc 150.000Rp 600.000Rp
No Tahun Alat dan Bahan Jumlah
II 2013
V 2016
III 2014
IV 2015
Satuan
I2011-
2012- - -
Pemakaian/
tahun
Jenis
BiayaHarga Satuan Biaya Biaya Total
vc - - -
VIII 2019
VI 2017
VII 2018
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 6. Dapat kita lihat bahwa biaya tidak tetap pada
penangkaran B pada tahun 2011-2012 belum ada biaya tidak tetap yang
dikeluarkan dikarenakan pada tahun 2011-2012 belum adanya kegiatan
produksi atau pemanenan. Pengeluaran biaya tidak tetap baru ada pada tahun
2013 karena pada tahun ini mulai dilakukan pemanenang, biaya yang
dikeluarkan dari tahun ketahun berubah- ubah, perubahan biaya tersebut
dipengaruhi produktifitas sarang burung walet, semakin bertambahnya jumlah
sarang yang dipanen maka akan semakin besar biaya yang dikeluarkan.
5.3. Penerimaan Penangkaran A dan B
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan
harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga
akan turun ketika produksi berlebihan (Soekartawi, 1995)
5.3.1. Penerimaan Penangkaran A
Penangkaran A mulai berproduksi pada tahun 2014, pemanenan tahun
pertama dilakukan sebanyak 2 kali pada perioden Januari-Juni dan pada periode
Juli – Desember. Pemanenan tahun pertama volume yang dihasilkan sebanyak 0,5
kg pada periode Januari – Juni dan periode Juli – Desember jumlah yang
dihasilkan sebanyak 0,7 kg. jumlah ini terus meningkat pada tahun berikutnya.
pada tahun 2014 penangkaran ini rata-rata produksi sebanyak 0,6 kg, tahun 2015
sebanyak 1,25 kg, tahun 2016 sebanyak 2,3 kg, tahun 2017 sebanyak 3,4 kg,
tahun 2018 sebanyak 4,3 kg, dan rata-rata produksi pada tahun 2019 sebanyak 6,1
kg.
Tabel 9. Penerimaan Penangkaran A
No Tahun Periode Volume Rata-
Rata/TahunSatuan Harga Satuan/Kg
Jumlah
PenerimaanJumlah Pertahun
1 2014 JAN-JUN 0,5 KG 9.000.000Rp 4.500.000Rp
JUL-DES 0,7 KG 9.000.000Rp 6.300.000Rp
2 2015 JAN-JUN 1 KG 9.000.000Rp 9.000.000Rp
JUL-DES 1,5 KG 9.000.000Rp 13.500.000Rp
3 2016 JAN-APR 2 KG 9.000.000Rp 18.000.000Rp
MEI-AGU 2,5 KG 9.000.000Rp 22.500.000Rp
SEP-DES 2,5 KG 9.000.000Rp 22.500.000Rp
4 2017 JAN-APR 3 KG 11.000.000Rp 33.000.000Rp
MEI-AGU 3,5 KG 11.000.000Rp 38.500.000Rp
SEP-DES 3,9 KG 11.000.000Rp 42.900.000Rp
5 2018 JAN-APR 4 KG 11.000.000Rp 44.000.000Rp
MEI-AGU 4,5 KG 11.000.000Rp 49.500.000Rp
SEP-DES 4,5 KG 11.000.000Rp 49.500.000Rp
6 2019 JAN-APR 6 KG 11.000.000Rp 66.000.000Rp
MEI-AGU 6,2 KG 11.000.000Rp 68.200.000Rp
487.900.000Rp 487.900.000Rp TOTAL
134.200.000Rp
10.800.000Rp
22.500.000Rp
63.000.000Rp
114.400.000Rp
143.000.000Rp
6,10
0,60
1,25
2,33
3,47
4,33
Sumber : Data Primer 2019
Bedasarkan Tabel 9 total penerimaan penangkaran A selama berproduksi
yaitu Rp 478.000.000 .
5.3.2. Penerimaan Penangkaran B
Penangkaran B mulai berproduksi pada tahun 2013, dimana pemanenan
dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu periode Januari sampai Juni menghasilkan
sebanyak 1 kg dan pada periode Juli sampai Desember sebanyak 1,2 kg. Jumlah
ini terus meningkat setiap tahunnya. Jumlah rata-rata produksi pada tahun 2013
sebanyak 1,1 kg, 2014 sebanyak 2,15 kg, tahun 2015 sebanyak 2,83 kg, tahun
2016 sebanyak 4,1 kg, tahun 2017 sebanyak 5,7 kg, tahun 2018 sebanyak 6,73 kg,
dan pada tahun 2019 sebanyak 7,2 kg.
Tabel 10. Penerimaan Penangkaran B
No Tahun Periode Volume Rata-
Rata/TahunSatuan Harga Satuan/Kg
Jumlah
PenerimaanJumlah Pertahun
1 2013 JAN-JUN 1 kg 9.000.000Rp 9.000.000Rp
JUL-DES 1,2 kg 9.000.000Rp 10.800.000Rp
2 2014 JAN -JUN 2 kg 9.000.000Rp 18.000.000Rp
JUL-DES 2,3 kg 9.000.000Rp 20.700.000Rp
3 2015 JAN-APR 2,5 kg 9.000.000Rp 22.500.000Rp
MEI-AGU 3 kg 9.000.000Rp 27.000.000Rp
SEP-DES 3 kg 9.000.000Rp 27.000.000Rp
4 2016 JAN-APR 3,8 kg 9.000.000Rp 34.200.000Rp
MEI-AGU 4 kg 9.000.000Rp 36.000.000Rp
SEP-DES 4,5 kg 9.000.000Rp 40.500.000Rp
5 2017 JAN-APR 5,5 kg 11.000.000Rp 60.500.000Rp
MEI-AGU 5,6 kg 11.000.000Rp 61.600.000Rp
SEP-DES 6 kg 11.000.000Rp 66.000.000Rp
6 2018 JAN-APR 6,8 kg 11.000.000Rp 74.800.000Rp
MEI-AGU 7 kg 11.000.000Rp 77.000.000Rp
SEP-DES 6,5 kg 11.000.000Rp 71.500.000Rp
7 2019 JAN-APR 7 kg 11.000.000Rp 77.000.000Rp
MEI-AGU 7,4 kg 11.000.000Rp 81.400.000Rp
815.500.000Rp 815.500.000Rp
223.300.000Rp
158.400.000Rp
TOTAL
19.800.000Rp
38.700.000Rp
76.500.000Rp
110.700.000Rp
188.100.000Rp 5,70
6,77
7,2
1,10
2,15
2,83
4,10
Sumber : Data Primer 2019
Bedasarkan Tabel 10 total penerimaan penangkaran B selama berproduksi
yaitu Rp.815.500.000.
5.4. Pendapatan penangkaran A dan B
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang
dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha. Pendapatan penangkaran sarang
burung walet A dan B adalah selisih dari total penerimaan penangkaran A dan B
dengan total biaya yang telah dikeluarkan dalam pengelolaan penangkaran sarang
burung walet tersebut, dengan demikian pendapatan disebut pula keuntungan
5.4.1. Pendapatan Penangkaran A
Tabel 11. Pendapatan Penangkaran A
Penerimaan Pendapatan
(Rp) = (Rt) (Rp) = (Bt)
1 4.181.960 0,07 292.737 4.474.697 0 -4.474.697
2 7.181.960 0,07 502.737 7.684.697 0 -7.684.697
3 9.506.960 0,07 665.487 10.172.447 10.800.000 627.553
4 11.981.960 0,07 838.737 12.820.697 22.500.000 9.679.303
5 13.981.960 0,07 978.737 14.960.697 63.000.000 48.039.303
6 16.981.960 0,07 1.188.737 18.170.697 114.400.000 96.229.303
7 21.881.960 0,07 1.531.737 23.413.697 143.000.000 119.586.303
8 17.381.960 0,07 1.216.737 18.598.697 134.200.000 115.601.303
Tahun Biaya (Rp) Ct suku bunga bunga modalBiaya (RP) Ct
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 11. Pendapatan penangkaran A pada tahun pertama
mengalami (-) yaitu sebesar -Rp 4.474.697, hal itu disebabkan karena pada tahun
pertama belum ada penerimaan, sedangkan pada tahun ketiga sudah ada
penerimaan yaitu Rp 627.553, walaupun hasilnya masih sedikit dibandingkan
modal yang dikeluarkan.
5.4.2. Pendapatan Penangkaran B
Tabel 12. Pendapatan Penangkaran B
Penerimaan Pendapatan
(Rp) = (Rt) (Rp) = (Bt)
1 6.061.113 0,07 424.278 6.485.391 0 -6.485.391
2 9.061.113 0,07 634.278 9.695.391 0 -9.695.391
3 11.374.780 0,07 796.235 12.171.015 19.800.000 7.628.985
4 11.449.780 0,07 801.485 12.251.265 38.700.000 26.448.735
5 15.849.780 0,07 1.109.485 16.959.265 76.500.000 59.540.735
6 23.749.780 0,07 1.662.485 25.412.265 110.700.000 85.287.735
7 23.899.780 0,07 1.672.985 25.572.765 188.100.000 162.527.235
8 28.649.780 0,07 2.005.485 30.655.265 223.300.000 192.644.735
9 22.649.780 0,07 1.585.485 24.235.265 158.400.000 134.164.735
Tahun Biaya (Rp) Ct suku bunga bunga modalBiaya (RP) Ct
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 12. Pendapatan penangkaran B pada tahun pertama
mengalami (-) yaitu sebesar Rp -6.485.391 hal itu disebabkan karena pada tahun
pertama belum ada penerimaan, sedangkang tahun ketiga sudah ada penerimaan
yaitu sebesar Rp 7.628.985, walaupun hasilnya masih sedikit dibandingkan modal
yang dikeluarkan.
5.5. Analisis Finansial
Langkah-langkah dalam analisis finansial Penangkaran Sarang Burung
Walet adalah
a. Menghitung biaya dalam usaha Penangkaran Sarang Burung Walet
pada setiap penangkaran, yakni; biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya
tetap meliputi; biaya penyusutan bangunan dan peralatan serta suku
bunga dari modal yang harus dibayarkan dengan tingkat suku bunga 7
%. Biaya tidak tetap meliputi; biaya untuk, pemeliharaan, biaya listrik,
dan upah tenaga kerja.
b. Menghitung manfaat atau penerimaan dari Penangkaran Sarang Burung
Walet, yaitu jumlah produksi dikalikan dengan harga produksi
c. Menghitung keuntungan atau pendapatan dari Penangkaran Sarang
Burung Walet, hal ini peroleh dengan mengurangkan antara penerimaan
dari Penangkaran Sarang Burung Walet,dengan biaya yang dikeluarkan
dalam pengelolaan Penangkaran Sarang Burung Walet tersebut.
d. Menghitung nilai criteria NPV, BCR dan IRR
Adapun hasil analisis finansial dengan nilai Net Present Value (NPV),
rasio manfaat terhadap biaya (B/C Ratio = BCR) dan Internal Rate of Returns
(IRR) sebagai berikut:.
5.5.1. Net Present Value (NPV),
Net present value (NPV) adalah salah satu cara yang dipakai untuk
menganalisis mengenai layak atau tidaknya suatu kegiatan atau proyek layak
dilaksanakan. Menghitung nilai sekarang bersih atau Net present value (NPV),
yaitu dengan cara mengurangkan semua nilai manfaat dengan semua nilai biaya
yang seluruhnya dinyatakan dengan nilai sekarang. Bila nilai NPV itu positif
(NPV> 0), maka kegiatan itu dikatakan layak untuk dilksanakan.
Tabel 13. Nilai Net Present Value (NPV)
No penangkaran masa pengelolaan NPV
1 A 25 706.450.145
2 B 25 1.120.043.006
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 13. Nilai Net Present Value (NPV) tertinggi pada
kedua penangkaran sarang burung walet tersebut terdapat pada penangkaran B
dengan jumlah NPV sebesar 1.120.043.006 sedangkan pada penangkaran A
memiliki jumlah NPV 706.450.145, (NPV) pada kedua penangkaran sarang
burung walet di Desa Tarailu keduanya berniali positif artinya berada diatas nol,
ini berarti bahwa kudua usaha penangkaran sarang burung walet di Desa Tarailu
layak dilaksanakan ( NPV > 0 )
5.5.2. Rasio manfaat terhadap biaya (B/C Ratio)
Ratio manfaat terhadap biaya adalah analisis perbandingan antara manfaat
dan biaya proyek atau kegiatan yang disebut benefit cost ratio analysis atau B/C
Ratio. Cara ini dilakukan dengan membandingkan total pendapatan
proyek/kegiatan dengan total biaya proyek/kegiatan yang semuanya dinyatakan
dalam nilai sekarang. Apabila nilai B/C Ratio > 1, maka proyek atau kegiatan
dinyatakan layak untuk dilaksanakan, dan sebaliknya bila nilai B/C Ratio < 1,
maka proyek atau kegiatan dinyatakan tidak layak dilaksanakan.
Tabel 14. Nilai Ratio Manfaat Terhadap Biaya (B/C)
No Penangkaran Masa Pengelolaan B/C Ratio
1 A 25 4,3608
2 B 25 5,1902
Sumber : Data Primer 2019
Pada Tabel diatas penangkaran sarang burung walet di Desa Tarailu
memiliki nilai B/C ratio yang berbeda dimana penangkaran B memiliki nilai B/C
ratio lebih tinggi dari penangkaran A, nilai B/C ratio pada penangkaran A sebesar
4,3608 sedangkan pada penangkaran B memiliki nila B/C ratio sebesar 5,1902
walaupun kedua penangkaran sarang burung walet pada tabel diatas memiliki
nilai B/C ratio yang berbeda tetapi kedua penangkaran tersebut layak untuk
dilaksanakan karena memiliki nilai B/C ratio > 0
5.5.3. Internal rate of Returns (IRR)
Internal rate of Returns (IRR) dimaksudkan untuk menentukan nilai
tingkat diskonto yang dapat diharapkan dari suatu proyek tertentu. Semakin
tinggi nilai IRR, akan semakin baik manfaat proyek tersebut, sehingga
memungkinkan untuk memperoleh pendanaan dengan tingkat bunga yang lebih
rendah dari pada tingkat IRR tersebut.
Untuk mendapatkan nilai IRR kita melalukan berberapa percobaan
dengan cara mengubah suku bunga sampai mendapatkan nilai NPV yang bernilai
positif dekat dengan nol dan nilai NPV yang bernilai negatif dekat dengan nol..
Pada penangkaran A Suku bunga 47% akan menghasilkan Net Present Value
(NPV) positif yang dekat dengan nol sedangkan suku bunga yang mencapai 48 %
akan menghasilkan Net Present Value (NPV) negatif yang dekat dengan nol,
sedangkan pada penangkaran B Suku bunga 50% akan menghasilkan
menghasilkan Net Present Value (NPV) positif yang dekat dengan nol sedangkan
suku bunga yang mencapai 51% akan menghasilkan Net Present Value (NPV)
negatif yang dekat dengan nol. Hal tersebut dapat kita liaht pada Tabel 15.
Tabel 15. Internal rate of Returns (IRR)
No Penangkaran Umur
Pemakaian
Suku
Bunga
(%)
NPV B/C
ratio IRR (%)
1 A 25 47 99.170 1,00340
0,47 48 -1.279.136 0,95512
2 B 25 50 1.346.724 1,0400
0,51 51 -317.595 0,9904
Sumber : Data Primer 2019
Berdasrkan Tabel 15. diatas nilai IRR pada penangkaran A memiliki nilai
IRR sebesar 47,07 % sedangkan Penangkaran B memilliki nilai IRR yang lebih
tinggi dibandinkan penangkaran A yaitu sebesar 51,31%.
Tabel 16. Aspek Financial Penangkaran Sarang Burung Walet Di desa
Tarailu
No Penangkaran Aspek Ekonomi
NPV B/C Ratio IRR
1 A 706.450.145 4,3608 47,07
2 B 1.120.043.006 5,1902 50,81
Sumber :Hasil Pengolahan Data Primer 2019
Tabel 16. Menunjukkan bahwa berdasarkan aspek finansial penangkaran
yang paling baik dan paling layak dilaksanakan adalah penangkaran B hal ini
dimungkinkan oleh karena penangkaran B memiliki nilai NPV, B/C Ratio dan
nilai IRR yaang lebih tinggi dibandinkan nilai NPV,B/C Ratio dan nilai IRR pada
penangkaran A.
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada penangkaran A dengan suku bunga 7% dengan masa pengelolaan 25
tahun maka didapatkan nilai NPV 706.450.145, B/C Ratio 4,3608 dan
Nilai IRR 47,07%
2. Pada Penangkaran B dengan suku bunga 7% dimana masa pengelolaan
juga selama 25 tahun maka didapatkan hasil untuk nilai NPV
1.120.043.006, B / C Ratio 5,1902, Dan Nilai untuk IRR 51,31%
3. Maka kedua penangkaran ini yaitu Penangkaran A Dan Penangkaran B
memenuhi ketiga aspek ekonomi yaitu nilai NPV > 0, B/C Ratio > 1, Dan
Nilai IRR diatas suku bunga yang berlaku saat ini yaitu 7%. Sehingga
kedua penangkaran burung walet ini dinyatakan layak dikembangkan
secara finansial.
6.2 Saran
Penelitian ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi investor atau
pengusaha penangkaran sarang burung walet karena berdasrkan analisis financial
menunjukan bahwa usaha ini layak untuk diusahakan.
Sebelum membangun penangkaran sarang burung walet sebaikanya
pengusaha berkomonikasi atau bersosialisai kepada masyarakat sekitar tempat
penangkaran sarang burung walet karena suara pemanggil burung walet cukup
mengganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwibawa, E. 2000. Pengelolaan Rumah Walet. Yogyakarta. Kanisius.
Ayuti, T. dkk., 2016, Identifikasi Habitat dan Produksi Sarang Burut Walet
(collocalia fuciphaga) Di Kabupaten Lampung Timur, Universitas
Padjadjaran, Lampung Timur.
Carter Usry, 2006, Akuntansi Biaya, Edisi ke tigabelas, buku satu, Salemba
Empat, Jakarta
Chamdi, A. N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan
Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003.
Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.
Choliq, Wirasasmitadan dan Hasan. 1999. Evaluasi Poyek. Pioner Jaya. Bandung.
Daniel Mohar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Gittinger, J. Price. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi
Kedua. Jakarta: UI Press – John Hopkins.
Gittinger, J.Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek Proyek Pertanian. Penerjemah
Slamet
Harahap. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan ke-7. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Husein Umar. (2005), Metode Penelitian Untuk Tesis Dan Bisnis, Jakarta:
Grafindo Persada.
Husnan, S dan Suswarsono, 2000, Studi Kelayakan Proyek,, Yogyakarta.
Ibrahim, Y. (2003). Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta.
Kadariah. 1986. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Jakarta: Universitas
Indonesia Press. Sutomo dan Komet Mangiri, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia Press.
Kehati, 2009, Materi Kursus Inventarisasi Flora Dan Fauna Taman Nasional
Meru Betiri.Malang.
Mackinnon j , 1995 . Panduan Pengenalan lapangan Burung-burung di Jawa dan
Bali, Yogyakarata: Gaja Mada University Press
Mardiastuti et al. 1998. Teknik pengusahaan walet rumah, pemanenan sarang dan
penanganan pasca panen. Laporan RUT IV. Bidang Teknologi
Perlindungan Lingkungan. Kantor Menteri Negara Riset dan
Teknologi. Dewan Riset Nasional. Jakarta.
Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi ke-5. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta:
STIM YKPN.
Nazzarudin dan A. Widodo. 2008. Sukses Merumahkan Walet. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Rahim. Abd.