Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS
FUNDAMENTAL
KOMPREHENSIFAFK
AFK
Untuk Pemula
INVESTABOOK
1
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Analisis Fundamental
Komprehensif untuk
Pemula
Muhammad Alfisyahrin
Founder & CEO Investabook
2
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................... 2
PRAKATA ........................................................................................... 4
BAB I Lima Resep Sukses Investasi Saham ala Pat Dorsey .............. 14
1. Kerjakan PR-mu! .................................................................. 14
2. Cari Economic Moat! ........................................................... 18
3. Miliki Margin of Safety! ....................................................... 20
4. Simpan untuk Jangka Waktu Lama! .................................... 22
5. Ketahui Kapan Saat yang Tepat untuk Menjual Sahammu! 24
BAB II Memahami Bahasa Investasi ................................................ 30
Model Bisnis ................................................................................ 32
1. Baca Materi dan Laporan Public Expose ......................... 34
2. Baca Profil Perusahaan di Laporan Tahunan ................... 37
3. Baca Ikhtisar Keuangan di Laporan Tahunan dan Informasi Segmen di Laporan Keuangan ................................................. 42
Laporan Keuangan ...................................................................... 48
1. Anatomi Laporan Keuangan ............................................ 50
2. Hubungan Antar-Informasi di Laporan Keuangan........... 67
3. Alat Bantu Analisis ........................................................... 80
BAB III Mencari Economic Moat di Industri yang Beragam .......... 106
Ragam Bentuk Economic Moat ................................................. 110
Tiga Langkah Mencari Economic Moat ..................................... 115
Economic Moat di Industri Utama Indonesia ............................ 124
BAB IV Menyaring Saham Potensial .............................................. 127
3
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
BAB V Hati-Hati Valuasi ................................................................. 131
Jebakan Valuasi Relatif (Pricing) ............................................... 132
Jebakan Valuasi Intrinsik ........................................................... 136
BAB VI Memperkirakan Value Sebuah Bisnis ............................... 138
Arus Kas Bersih .......................................................................... 139
Waktu dan Risiko ...................................................................... 141
Memadukan Input dalam Valuasi Intrinsik ............................... 143
Identifikasi Value Driver ............................................................ 156
Mungkinkah Perusahaan Luar Biasa Dihargai Murah? ............. 158
BAB VII Peta Jalan Investor Sabar ................................................. 164
EPILOG: Jangan Mau Jadi Investor Saham Pemula Selamanya ..... 170
4
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
PRAKATA
Analisis Fundamental Komprehensif (AFK) Emiten hadir
untuk investor jangka panjang yang ingin meningkatkan nilai
kekayaannya dengan cara yang aman dan berkelanjutan
melalui strategi buy and hold. Strategi ini dipopulerkan oleh
Warren Buffett dan Charlie Munger, duet investor-pebisnis
yang telah melipatgandakan kekayaannya dan rekan pemilik
saham lain melalui perusahaan konglomerasi mereka:
Berkshire Hathaway.
Bagi investor jangka panjang yang berkomitmen untuk
mengikuti jalan yang dirintis Buffett dan Munger, tidak ada
yang lebih penting dari pemahaman yang utuh dan
mendalam tentang kualitas sebuah bisnis. Bahkan, lebih
penting dari mencari supercheap stock ala Value Investing
klasik yang dirintis oleh Benjamin Graham.
Munger pernah mengatakan:
“Jika kalian memiliki sebuah bisnis dengan Return on Capital
6% dan menyimpannya selama 40 tahun, kalian tidak akan
mendapatkan imbal hasil lebih dari 6%, bahkan ketika kalian
membelinya dengan diskon yang sangat besar. Sebaliknya,
jika kalian membeli sebuah bisnis dengan Return on Capital
18% dan menyimpannya selama 20 hingga 30 tahun, kalian
akan tetap mendapatkan imbal hasil yang besar meskipun
membelinya dengan harga yang agak mahal.”
5
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Namun, bukan berarti Buffett dan Munger keluar dari filosofi
Value Investing. Menurut mereka, semua investasi cerdas
adalah Value Investing yang intinya adalah membeli sebuah
bisnis dengan harga di bawah dari potensi nilai yang bisa
diberikan oleh bisnis tersebut. Bisnis sebagus apa pun tidak
akan menjadi investasi yang baik ketika dibeli dengan harga
yang terlalu mahal dibanding nilai yang bisa diberikan oleh
bisnis tersebut.
Jadi, Buffett dan Munger selalu memulai analisisnya dari
analisis bisnis dan mengakhirinya dengan valuasi. Di antara
dua hal tersebut ada analisis kompetensi dan integritas
manajemen. Bisnis yang berkualitas baru bisa
merealisasikan potensi penciptaan nilainya jika dikelola
oleh manajemen yang kompeten dalam mengalokasikan
modal dan bisa dipercaya untuk menjalankan tugas
utamanya: menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan.
Per 22 Agustus 2019, menurut Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI), jumlah investor saham di Indonesia baru
mencapai 1 juta orang. Di antara 1 juta orang yang terdata
sebagai investor saham tersebut, hampir pasti lebih banyak
yang sebenarnya menjadi trader yang memperjualbelikan
saham dengan mengantisipasi pergerakan harga saham
dalam jangka pendek. Sudah menjadi aksioma sejak lama di
pasar modal di seluruh dunia, jumlah investor tidak mungkin
lebih banyak dibanding trader.
Namun, di antara –sebutlah- seratus sampai dua ratus ribu
orang yang berkomitmen untuk menjadi investor dan
6
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
mencari peningkatan kekayaan melalui bisnis di balik
lembaran saham, bukan semata pergerakan harga saham
dalam jangka pendek, sebagian besar masih memiliki
pemahaman parsial dan menjalankan strategi investasi
“jalan pintas” yang rentan menyesatkan.
Ada dua strategi investasi “jalan pintas” yang banyak
digunakan oleh Investor Saham Pemula:
1. Beli saham bluechip dan likuid, lalu lupakan.
Saham bluechip adalah istilah untuk saham yang
memiliki kapitalisasi pasar (market cap) terbesar.
Kapitalisasi pasar adalah harga per lembar saham x
lembar saham beredar. Jadi, perusahaan yang harga
per lembar sahamnya naik, kapitalisasi pasarnya juga
akan naik. Meski ada yang berpendapat bahwa bluechip
juga punya ciri lain, seperti perusahaan menjadi market
leader di industrinya. Faktanya, tidak selalu begitu.
Kriteria mutlak dari saham bluechip adalah kapitalisasi
pasarnya.
Adapun saham yang likuid adalah saham yang ramai
diperdagangkan di bursa atau pasar saham. Saham
bluechip biasanya juga likuid.
Saham bluechip dan likuid di Indonesia biasanya
dikumpulkan dalam sebuah indeks. Ada tiga indeks yang
paling terkenal dengan kriteria yang hampir serupa,
yakni Indeks LQ45, IDX30, dan IDX80. Kriteria utama
ketiga indeks tersebut sama: kapitalisasi pasar yang
7
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
besar dan frekuensi perdagangan yang tinggi.
Ada anggapan bahwa dengan membeli salah satu atau
beberapa saham yang berada di indeks tersebut, maka
seorang investor tidak perlu mempelajari terlalu dalam
bisnis sebuah perusahaan dan tidak perlu memantau
secara rutin perkembangan bisnisnya. Pasti aman! Pasti
cuan!
Padahal, penghuni ketiga indeks itu saja dievaluasi
setiap tiga bulan. Ada yang dibuang dan ada yang
dimasukkan. Bagaimana jika ternyata saham yang kamu
beli karena menjadi penghuni salah satu indeks
tersebut, lalu tiga bulan kemudian keluar dari indeks
tanpa kamu ketahui? Harga sahamnya terus turun
karena siklus bisnisnya sedang berganti dari boom
(kejayaan) ke bust (kemerosotan). Pikirkan kembali jika
kamu masih menjalankan strategi “jalan pintas” yang
satu ini.
Lebih dari itu, kamu juga harus tahu kalau perusahaan
di balik sekumpulan saham bluechip itu beroperasi di
industri dan punya model bisnis yang beragam.
Peluang, tantangan, dan risiko operasi bisnisnya juga
pasti berbeda.
Risiko yang diminimalisasi dengan memiliki saham
bluechip hanyalah risiko fluktuasi harga saham dan
ketidaksesuaian kinerja harga saham dengan IHSG.
Karena kapitalisasi pasarnya besar, saham bluechip
relatif lebih susah untuk “digoreng”. Butuh puluhan
8
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
atau ratusan miliar untuk sengaja mengangkat atau
menurunkan harga saham bluechip. Selain itu, karena
porsi saham bluechip cukup besar terhadap
keseluruhan pasar saham, jika memiliki saham bluechip,
pergerakan portofoliomu tidak akan terlalu jauh
berbeda dengan IHSG atau indeks acuan lainnya.
Saham yang likuid juga membatasi risiko kesulitan
untuk menjual saham tersebut nanti. Baik saham
bluechip maupun saham yang likuid sama sekali tidak
melindungimu dari risiko bisnis yang berpotensi
menggerus fundamental perusahaanmu di masa depan.
Kamu tidak akan tahu apakah saham bluechip dan
likuidmu beroperasi di industri yang siklikal, model
bisnisnya ramah dengan utang berbunga, economic
moat-nya sedang eroding (terkikis), ruang
bertumbuhnya sudah minim, atau rentan terdisrupsi,
jika kamu tidak mempelajari bisnis perusahaan
tersebut secara utuh dan mendalam.
2. Beli saham undervalue yang PER dan PBV-nya rendah atau harga sahamnya sedang downtrend.
Meski murid terbaiknya, Warren Buffett, telah
mengembangkan Value Investing yang dirintis oleh
Benjamin Graham, faktanya di Indonesia masih
cukup banyak pengikut Benjamin Graham yang
berfokus untuk menemukan supercheap stock dan
tidak terlalu memperhatikan kualitas bisnis di
baliknya.
9
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Salah satu Investor Saham senior yang menjadi
panutan di Indonesia, Lo Kheng Hong yang akrab
disapa LKH, juga sebenarnya merupakan pengikut
Benjamin Graham Way, meski beliau dijuluki sebagai
Warren Buffett-nya Indonesia.
Alih-alih mencari bisnis yang bisa memberikan imbal
hasil yang besar secara berkelanjutan dengan risiko
yang minim seperti Buffett dan Munger, LKH
berfokus mencari saham yang sedang dijauhi oleh
pasar (ditandai oleh PER dan PBV yang sangat
rendah), biasanya karena membukukan rugi atau
kinerja bisnisnya sedang merosot.
Beberapa saham yang dikenal memberikan
keuntungan yang besar kepada LKH adalah United
Tractor (UNTR), Multibreeder Adirama Indonesia
(MBAI) sekarang menjadi Japfa Comfeed Indonesia
(JPFA), Indika Energy (INDY), dan Indah Kiat Pulp &
Paper (INKP). LKH tetap memegang saham-saham
tersebut, bahkan seringkali justru menambahnya
meski harganya terus turun karena pasar semakin
pesimis kepada prospek masa depan perusahaan
tersebut.
LKH baru mulai melepas saham yang dimiliki justru
ketika harganya beranjak naik dan pelaku pasar
modal lain (trader dan investor ikut-ikutan) mulai
membeli saham-saham yang dijual oleh LKH.
10
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Adanya contoh konkret sosok yang bisa sukses di
pasar modal dan sama-sama berinvestasi di pasar
saham Indonesia membuat cukup banyak investor
saham pemula yang ingin mengikuti LKH Way:
mencari saham super murah yang sedang dijauhi
pasar. Namun sayangnya, LKH dan orang-orang yang
mempopulerkannya hanya berfokus pada sisi
kemudahannya tanpa menyampaikan secara terbuka
risiko yang perlu diperhatikan dan syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh seorang investor jika ingin
menjalankan LKH Way.
Pertama, bisnis yang karakternya siklikal, seperti
yang selalu dipilih oleh LKH, memang bisa
memberikan keuntungan besar. Namun, hal itu
hanya akan terjadi jika kamu membeli dan
menjualnya pada saat yang tepat. Jika tidak, bukan
keuntungan besar yang akan kamu dapat, tetapi
justru kerugian yang sangat parah. Contoh paling
mudah adalah mereka yang membeli saham karena
saham tersebut dimiliki LKH, padahal di saat itu LKH
sebenarnya sedang menjualnya perlahan-lahan.
Oleh karena itu, memahami siklus dan faktor-faktor
yang mendorong pergerakan siklus sebuah bisnis
adalah hal pertama yang harus dipahami oleh
seorang investor yang ingin mengikuti LKH Way. PER
dan PBV yang rendah atau pergerakan harga saham
yang sedang menurun bisa jadi petunjuk awal, tetapi
tidak akan cukup untuk menjadi penentu keputusan
11
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
beli/jual. Angka PER dan PBV serta grafik harga
saham yang sedang menurun justru bisa jadi
menyesatkan jika kamu tidak memahami faktor
pendorong di baliknya.
Kedua, memiliki saham perusahaan yang bisnisnya
siklikal berarti harus siap menghadapi risiko
volatilitas harga. Bagi investor senior yang telah
melewati beberapa resesi dan krisis ekonomi,
volatilitas dan –khususnya- penurunan harga saham
yang tajam bukanlah masalah bagi LKH. Namun, bagi
kebanyakan investor saham pemula, penurunan
harga yang tajam adalah cobaan besar. Meski secara
teknis harta mereka hanya hilang di atas kertas,
tetapi perasaan kerugian itu begitu nyata bagi
investor saham pemula. Membatasi kerugian dengan
cut loss seringkali terasa lebih realistis dibanding
terus merasa kehilangan uang setiap harinya.
AFK Emiten menawarkan pilihan saham perusahaan
yang model bisnisnya relatif sederhana, stabil, dan
mudah dipahami untuk investor saham pemula.
Pergerakan harga sahamnya pun lebih sering naik
dibanding turun karena nilai intrinsiknya juga terus
bertumbuh dan berlipat ganda (compounding).
Meskipun begitu, bukan berarti harga sahamnya saat
ini sudah overvalued. Grafik harga saham tidak
menjelaskan apa pun tentang nilai intrinsik yang
ditawarkan oleh sebuah perusahaan. Valuasi adalah
proses memadukan berbagai value driver yang
12
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
dianalisis satu per satu dalam AFK Emiten.
Dengan menggunakan kerangka analisis fundamental yang
dikembangkan oleh Pat Dorsey, seorang Fund Manager yang
telah berjasa membuat Morningstar menjadi salah satu
perusahaan riset pasar modal terkemuka di dunia, AFK
Emiten telah menjadi contoh nyata bagaimana filosofi dan
strategi investasi ala Buffett dan Munger diterapkan dalam
menganalisis saham di Indonesia.
Namun, kami menyadari bahwa hal yang paling dibutuhkan
oleh Investor Saham Pemula di Indonesia saat ini adalah
mindset dan skill set yang utuh sebagai seorang investor.
Tanpa pemahaman soal model bisnis, kemampuan membaca
laporan keuangan, dan kejelian dalam memperkirakan value
sebuah perusahaan, maka AFK Emiten belum dapat
memberikan manfaat yang optimal.
Oleh karena itu, kami membuat buku Analisis Fundamental
Komprehensif untuk Pemula.
Buku ini mengambil berbagai insight penting dari berbagai
buku investasi dan menyajikannya dengan cara yang ringkas
dan mudah dipahami dengan rincian sebagai berikut:
1. The Five Rules for Successful Stock Investing (Pat
Dorsey)
a. Mindset Investor
b. Analisis Model Bisnis
c. Analisis Economic Moat
13
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
d. Manajemen Portofolio
2. Financial Management Canvas (Kho Sin Hien &
Fransiska Ida Mariani)
a. Memahami Laporan Keuangan
b. Analisis Rasio Keuangan
3. Warren Buffett and the Interpretation of Financial
Statements (Mary Buffett & David Clark)
a. Analisis Economic Moat melalui Laporan
Keuangan
b. Analisis Risiko melalui Laporan
Keuangan
4. The Little Book of Valuation (Aswath
Damodaran)
a. Identifikasi Value Driver (Story)
b. Metode Discounted Cash Flow
Buku ini adalah paket komplet untuk kamu yang siap
mengalokasikan uang dan waktumu sebagai upfront
investment untuk keberhasilan investasi dalam jangka
panjang.
14
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
BAB I
Lima Resep Sukses Investasi
Saham ala Pat Dorsey
Tulisan atau buku dengan judul “resep sukses” biasanya
berisi pembahasan yang terlalu normatif dan umum.
Sebaliknya, pembahasan yang mendalam tentang suatu topik
yang sebenarnya bisa disarikan menjadi resep sukses,
seringkali gagal dirumuskan oleh penulisnya dengan sajian
yang sederhana.
Itulah uniknya buku “The Five Rules for Successful Stock
Investing” yang ditulis oleh Pat Dorsey. Meski menggunakan
judul yang terkesan normatif, Dorsey berhasil menyajikan
hal-hal penting yang harus dimiliki seorang investor saham
untuk bisa sukses dengan ringkas dan tetap berbobot.
Inilah lima resep sukses investasi saham ala Pat Dorsey:
1. Kerjakan PR-mu!
Do your homework.
Do your own research.
Kata-kata seperti di atas sudah sering diucapkan untuk
mengingatkan para investor saham, khususnya yang masih
pemula, untuk tidak menelan mentah-mentah seluruh informasi
yang diberikan.
15
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Walaupun disclaimer seperti di atas terkadang justru menjadi
pelindung seorang investor yang sebenarnya punya niat
untuk mempromosikan emiten yang telah dia miliki atau
dikenal juga dengan istilah pompom.
Niat pompom itu pun bertemu dengan kemalasan para
investor saham pemula yang menginginkan hasil investasi
yang besar dengan waktu yang cepat dan usaha yang minim.
Tidak bisa! Dalam hidup ini, setiap pilihan punya konsekuensi
positif dan negatif yang harus disadari. Potensi keuntungan
yang besar, selalu diikuti dengan risiko yang juga besar.
Kemudahan pada satu sisi, pasti harus dibayar pada sisi yang
lain. Selalu ada efek samping!
Termasuk saat kamu memilih untuk menjadi investor yang
dependen atau bergantung pada pihak lain. Mari kita bahas
beberapa contohnya.
Pertama, kamu memilih untuk berinvestasi di reksadana
saham. Kamu memang tidak perlu pusing memilih saham apa
yang bagus dan bisa memberimu keuntungan.
Namun efek sampingnya, kamu harus merelakan 3% dari
imbal hasil danamu yang dikelola oleh Manajer Investasi (MI)
untuk menjadi fee mereka. Terkesan kecil, tetapi bayangkan
jika imbal hasil yang MI hasilkan dari danamu ternyata hanya
10%? Kamu hanya akan mendapatkan imbal hasil 7% dari
dana yang kamu titip-kelolakan. Tidak jauh berbeda dengan
imbal hasil obligasi atau sukuk negara dengan tingkat
16
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
kepastian cashflow (kupon pasti dibayar setiap bulan) yang
tinggi dan risiko yang rendah. Jadi, MI seharusnya
memberikan imbal hasil yang jauh lebih besar karena ada
banyak biaya yang akan menggerus imbal hasil tersebut.
Kedua, kamu memilih untuk berinvestasi saham secara
langsung, tetapi pilihan sahammu berdasarkan pada
rekomendasi saham yang dibuat oleh orang lain, baik yang
gratis maupun berbayar. Pekerjaanmu untuk melakukan
analisis memang menjadi semakin mudah. Tugasmu tinggal
mengambil keputusan saja, rekomendasi saham mana yang
paling cocok untuk kamu beli dan simpan.
Namun efek sampingnya, kamu jadi tidak punya pemahaman
yang utuh dan mendalam mengenai saham yang kamu beli.
Ketika harga saham yang kamu pilih karena rekomendasi dari
pihak lain itu tiba-tiba turun drastis, kemungkinan besar
kamu akan panik karena kamu tidak memahami mengapa
sahamnya tiba-tiba turun. Kamu pun akan bertanya kepada
pemberi rekomendasi, “Sebaiknya saya melakukan apa?
Tetap simpan atau cut loss?”
Bahkan, ketika harga sahammu tiba-tiba naik drastis, bisa jadi
kamu akan tetap bingung dan kembali bertanya pada
pemberi rekomendasi, “Sebaiknya saham ini saya simpan
dulu atau segera take profit?”
Kemudahan upaya dengan biaya yang lebih murah dibanding
jasa manajer investasi harus kamu bayar dengan
kebimbangan yang mungkin akan menghantuimu setiap kali
17
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
pasar dibuka, apa pun yang terjadi pada saham yang kamu
beli berdasarkan rekomendasi.
Meski serial Analisis Fundamental Komprehensif (AFK)
Emiten telah berupaya untuk berfokus pada kedalaman
analisis tanpa rekomendasi yang eksplisit, tetap saja ada
sebagian kecil pembaca AFK Emiten yang langsung melompat
pada Bab Valuasi dan langsung melakukan aksi berdasarkan
pembahasan di bab terakhir tersebut.
Meski AFK Emiten ditulis untuk menjadi referensi tambahan,
pembaca yang belum memiliki mindset dan skill set yang
cukup sebagai seorang investor, tetap berpotensi menjadikan
AFK Emiten sebagai satu-satunya referensi tanpa
pembanding.
Oleh karena itu, perlu ada prekuel dari AFK Emiten, yakni AFK
untuk Pemula yang akan mengarahkan pembacanya pada
jalur yang tepat untuk menjadi investor yang lebih cerdas
dan independen.
Kerjakan PR-mu artinya kamu harus mampu memahami
bahasa investasi: bisnis dan keuangan. Bisnis adalah aset
produktif di balik lembaran saham yang kamu beli. Keuangan
adalah cara kamu menilai kondisi dan kinerja dari bisnis
tersebut.
Membeli saham sebuah perusahaan yang tidak kamu pahami
model bisnis dan laporan keuangannya seperti menikah
dengan orang asing yang berkomunikasi dengan bahasa yang
18
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
tidak kamu mengerti.
Siap-siap saja untuk bingung, kesal, kaget, dan kecewa
dengan berbagai hal yang akan terjadi di masa depan.
Mengapa tidak mengenalnya pelan-pelan? PDKT dulu gitu!
Sabar~
Kerjakan dulu PR-mu!
2. Cari Economic Moat!
Pembaca AFK Emiten pasti sudah banyak yang tercerahkan
dengan istilah yang cukup asing dalam edukasi investasi
saham di Indonesia: economic moat.
Di saat banyak edukasi investasi saham di Indonesia hanya
fokus pada membeli saham di bawah nilai intrinsiknya, AFK
justru fokus untuk menganalisis kualitas bisnis dari
perusahaan yang dianalisis.
Mengapa?
Karena bisnis yang berkualitas dan berpotensi memberikan
kinerja yang konsisten dalam jangka panjang, pasti memiliki
nilai intrinsik yang berbeda dari bisnis yang biasa-biasa saja
atau kinerjanya bagus pada musim-musim tertentu saja.
Economic moat adalah keunggulan kompetitif perusahaan
yang sulit ditiru oleh pesaing sehingga perusahaan tersebut
dapat memberikan imbal hasil yang tinggi secara
19
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
berkelanjutan. Mirip seperti parit yang melindungi kerajaan
dari serangan musuh pada zaman dulu.
Di mana ada gula, di situ ada semut. Perusahaan yang
terbukti mampu memberikan imbal hasil yang tinggi akan
mengundang lebih banyak persaingan. Efeknya, imbal hasil
perusahaan yang awalnya superior itu akan terus menurun.
Bisa jadi hanya memberikan imbal hasil rata-rata (reversion
to the mean) atau justru hilang karena terdisrupsi pesaing
yang lebih kuat.
Economic moat yang baik itu layaknya parit yang dalam ke
bawah (memberikan imbal hasil yang tinggi) dan
membentang lebar (bisa bertahan dalam jangka waktu
panjang).
Perusahaan yang mampu memberikan imbal hasil yang
tinggi, tetapi keunggulan kompetitifnya relatif mudah ditiru
oleh pesaing, hanya akan memiliki narrow economic moat.
Hanya ada sedikit perusahaan yang memiliki economic moat,
apalagi wide economic moat.
Jika kamu ingin memiliki sebuah saham dalam jangka
panjang, maka kamu harus mampu mengidentifikasi
economic moat seperti apa yang melindungi profitabilitas
sebuah perusahaan dan memperkirakan berapa lama
economic moat tersebut akan bertahan.
Pemahaman soal model bisnis dan persaingan dalam industri
20
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
akan membantumu memahami apa saja economic moat yang
mungkin tersedia di beberapa industri utama.
3. Miliki Margin of Safety!
Sebagus apa pun bisnis sebuah perusahaan, tidak berarti
kamu layak menghargainya pada harga berapa pun. Kamu
harus tetap melakukan valuasi untuk memperkirakan berapa
nilai yang bisa diciptakan sebuah perusahaan di masa depan.
Investor, yang membedakannya dari spekulator, harus
membeli sebuah saham dengan harga di bawah nilai
intrinsiknya. Bukan sekadar yakin bahwa seseorang akan mau
membelinya dengan harga yang lebih besar di masa depan.
Selisih antara harga yang kamu bayar saat membeli sebuah
saham dengan prospek penciptaan nilai perusahaan
tersebut di masa depan adalah Margin of Safety. Semakin
besar selisihnya, semakin baik.
Margin of Safety akan memberimu perlindungan ekstra
ketika asumsi yang mendasari valuasimu ternyata terlalu
optimis sekaligus memberikan potensi keuntungan yang
lebih besar jika asumsimu ternyata tepat.
Di balik harga saham ada ekspektasi. Begitu pun dengan rasio
yang melibatkan harga pasar (market multiple) dalam
penghitungannya seperti Price to Earning Ratio (PER) dan
Price to Book Value Ratio (PBV).
21
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Ekspektasi pasar terhadap suatu perusahaan dapat terlalu
pesimis, wajar, atau terlalu optimis. Berhati-hatilah jika kamu
menggunakan market multiple dalam valuasi. Ekspektasi
pasar memang bisa salah, tetapi bisa juga benar.
Perusahaan dengan PER rendah, jangan-jangan memang
akan segera mengalami penurunan laba bersih di masa
depan karena faktor makro ekonomi dan/atau persaingan
yang semakin ketat. Misalnya perusahaan batubara dan
tekstil pada tahun 2019.
Sebaliknya, perusahaan dengan PER tinggi karena
pertumbuhan laba bersih historis yang cepat seperti CLEO
atau profitabilitas yang sangat tinggi seperti UNVR juga
belum tentu bisa mempertahankan kecepatan pertumbuhan
dan profitabilitasnya di masa depan.
Oleh karena itu, kamu memerlukan sebuah alat valuasi
bernama Discounted Cash Flow (DCF).
Dengan DCF, kamu dapat meramu hasil analisismu terkait
economic moat, prospek pertumbuhan, kondisi keuangan,
kompetensi dan integritas manajemen, serta risiko yang
menyertai sebuah bisnis ke dalam model yang akan
mengkuantifikasi cerita-cerita bisnis yang telah kamu gali.
Dengan DCF pula, kamu dapat melakukan hitung mundur
(reverse calculation) untuk membongkar asumsi-asumsi di
balik harga saham yang ditawarkan saat ini.
22
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Kamu akan lebih mudah untuk mengukur, asumsi siapa yang
lebih masuk akal? Apakah pasar sedang gila atau justru kamu
yang tidak jeli memahami nilai sebuah bisnis?
4. Simpan untuk Jangka Waktu Lama!
Salah satu keunggulan saham dibanding instrumen investasi
lain seperti properti adalah likuiditasnya. Secara umum,
seseorang yang membeli saham, tidak akan kesulitan untuk
menjual sahamnya kepada orang lain, bahkan di hari yang
sama.
Namun, dalam keunggulannya itu pula terletak risiko besar
dari saham. Karena pembentukan harganya terus menerus
berlangsung selama perdagangan dibuka, seorang pelaku
pasar modal bisa saja lupa bahwa di balik sebuah saham itu
ada bisnis riil yang beroperasi.
Dalam jangka pendek, mood para pelaku pasar modal-lah
yang menentukan naik dan turunnya harga saham. Adapun
dalam jangka panjang, pergerakan harga saham akan
mengikuti fundamental perusahaan.
Sayangnya, sebagian orang yang melakukan jual beli saham
dalam jangka waktu pendek tidak menyadari dan
menyiapkan diri untuk menghadapi risiko tersebut. Mereka
yang disebut oleh Benjamin Graham sebagai spekulator.
Mereka tidak tahu kalau sebenarnya mereka hanya
mengundi nasib di pasar modal.
23
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Meskipun begitu, mereka yang telah menyiapkan proteksi
risiko tetapi menyimpan sahamnya tidak terlalu lama, satu
sampai tiga tahun misalnya, sesungguhnya telah kehilangan
kesempatan besar untuk merasakan keajaiban dunia
kedelapan: compounding effect.
Compounding effect adalah efek peningkatan yang makin besar seiring peningkatan jangka waktu investasi karena akumulasi imbal hasil yang diinvestasikan kembali.
Jadi, jika kamu mendapatkan imbal hasil 10% per tahun
dengan pokok dana 10 juta maka pada tahun kedua, kamu
akan mendapatkan imbal hasil 1 juta yang akan membuat
pokok danamu menjadi 11 juta. Pada tahun ketiga, imbal
hasilmu menjadi 1.1 juta dan akan meningkatkan pokok
danamu menjadi 12.1 juta.
Skenario di atas hanya terjadi jika kamu menginvestasikan
kembali imbal hasil yang kamu peroleh pada instrumen yang
memberikan imbal hasil yang sama atau bahkan lebih baik.
Skenario di atas mengasumsikan kamu mendapatkan imbal
hasil yang sama setiap tahunnya.
Nah, di sinilah letak kesalahan dari edukasi mengenai
compounding effect yang membuat beberapa investor saham
pemula berpikir bahwa kalian harus “mengamankan” capital
gain pada tingkat floating profit tertentu (misalnya 25%) agar
hasil penjualannya dapat digunakan untuk memberikan
saham undervalue lain yang diharapkan akan memberikan
imbal hasil serupa.
24
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Ada dua potensi masalah dari strategi investasi seperti ini.
1. Saham yang telah “diamankan” keuntungannya
belum tentu akan kembali ke tingkat harga saat
dibeli dulu, bisa jadi justru terus naik.
2. Kamu belum tentu mendapatkan saham yang lebih
baik dibanding saham yang telah kamu jual.
Bukan hanya itu, dengan bertransaksi lebih sering, kamu juga
akan memberikan uang lebih banyak kepada sekuritas
melalui broker fee dan negara melalui pajak transaksi saham.
Dengan menyimpan saham yang bagus yang dibeli di harga yang juga bagus dalam jangka waktu lama, kamu seperti menggelindingkan bola salju dengan ongkos yang minimal.
Eits, akan tetapi, kamu harus tetap memantau
perkembangan saham yang kamu miliki, ya, minimal tiga
bulan sekali. Apalagi kalau kamu rutin menambah dana
investasimu setiap bulan, kamu juga harus beberapa kali
melihat aplikasi sekuritasmu untuk melihat apakah pasar
sudah memberikan diskon untuk saham incaranmu.
5. Ketahui Kapan Saat yang Tepat
untuk Menjual Sahammu!
Menjalankan strategi investasi buy and hold ala Buffett dan
Munger bukan berarti kamu lantas melupakan saham yang
telah kamu beli.
25
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Kamu harus tahu kapan saat yang tepat dan untuk alasan apa
kamu menjual saham yang telah kamu beli dan simpan.
Jika ternyata sahammu jelek dan asumsimu salah, mengapa
harus disimpan lama-lama?
Cut loss bukan tindakan yang haram bagi seorang investor. Walaupun seorang investor yang berhati-hati dalam melakukan analisis dan aksi beli jarang melakukan cut loss.
Cut loss yang diharamkan bagi investor jangka panjang,
menurut Pat Dorsey adalah cut loss semata-mata karena
harga sahammu turun. Begitu pun dengan taking profit yang
terburu-buru.
Seorang investor jangka panjang tidak boleh merealisasikan
keuntungannya hanya karena melihat grafik harga sahamnya
telah melonjak drastis sejak awal tahun.
Apakah berarti harga sahamnya akan segera turun? Belum
tentu. Kamu harus menggali lebih dalam mengenai prospek
fundamental perusahaan tersebut. Bagi investor, apa yang
bisa dilakukan sebuah perusahaan pada masa depan, jauh
lebih penting dari apa yang telah dilakukannya pada masa
lalu. Grafik harga saham tidak memberitahumu apa pun soal
apa yang dijanjikan oleh bisnis perusahaan tersebut pada
masa depan.
Jadi, apa dong alasan yang tepat bagi seorang investor jangka
panjang untuk menjual sahamnya?
26
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Oke, ini dia.
1. Analisis dan Asumsimu Ternyata Salah
Investor tidak boleh gengsi untuk mengoreksi
kesalahannya.
Bisa jadi, asumsimu terlalu optimis terkait prospek
fundamental perusahaan tersebut.
Bisa jadi laju pertumbuhan ternyata tidak bisa
secepat yang kamu ekspektasikan, kemampuan
perusahaan pesaing untuk merebut pangsa pasar
perusahaanmu ternyata jauh lebih kuat, atau
peluang sumber pertumbuhan baru yang ternyata
tidak sesuai harapan.
Menyimpan lama-lama saham perusahaan dengan
fundamental yang buruk adalah penerapan yang
sesat dari strategi investasi buy and hold.
2. Fundamental Perusahaanmu Memburuk
Asumsimu bisa jadi tepat pada beberapa tahun awal
setelah kamu membeli saham tersebut. Namun,
seiring waktu berjalan, ternyata situasi mulai
berubah.
Profitabilitas perusahaanmu mulai tergerus oleh
27
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
persaingan yang semakin ketat, kondisi keuangan
perusahaanmu memburuk karena ekspansi yang
terlalu agresif, atau perusahaanmu mulai kesulitan
mencari peluang pertumbuhan baru yang
menjanjikan.
Cek kembali fundamental perusahaanmu. Apakah
situasi masih mungkin menjadi lebih baik? Apakah
kamu percaya manajemen bisa melakukannya?
Jika tidak, segera jual saham tersebut meskipun
dalam keadaan rugi. Batasi kerugianmu sebelum
menjadi semakin parah.
3. Harga Sahammu Sudah Naik Terlalu Jauh dari Nilai Intrinsiknya
Ingat, bukan dari harga rata-rata belimu, tetapi dari
harga wajar yang kamu perkirakan merupakan nilai
intrinsiknya.
Pasar seringkali terlalu optimis kepada sebuah
perusahaan yang memiliki kinerja bagus, baik yang
baru bagus belakangan ini atau pun yang konsisten
sejak lama kinerjanya bagus.
Manfaatkan! Namun, tetap harus berhati-hati.
Sadarilah bahwa perusahaan yang bagus itu nilai
intrinsiknya berlipat ganda. Jangan sampai terburu-
buru melepaskan wonderful company ketika
28
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
harganya hanya sedikit lebih mahal dibanding
perkiraan nilai intrinsiknya.
Kecuali, jika memang pasar sudah benar-benar gila,
realisasikan saja keuntunganmu. Karena dalam
jangka panjang, harga saham biasanya akan
mendekati nilai intrinsiknya.
4. Ada Peluang Investasi yang Lebih Baik
Sebagai seorang investor, kamu harus selalu
mengupayakan alokasi modal terbaik yang bisa kamu
lakukan.
Menjual sebagian sahammu, bahkan dalam keadaan
rugi, untuk kamu belikan saham yang menurutmu
punya prospek yang lebih baik adalah hal yang
sangat wajar.
Kerugianmu bisa jadi akan tertutupi pada saham
barumu tersebut.
5. Portofoliomu Sudah Didominasi oleh Satu Saham Tertentu
Menurut Pat Dorsey, inilah alasan terbaik di antara
empat alasan lain untuk menjual saham yang kamu
miliki. Jika kamu menjual sebagian sahammu karena
porsinya sudah terlalu besar dari portofoliomu,
berarti saham pilihanmu sudah tepat.
29
Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com
Pat Dorsey memberikan rule of thumb, porsi satu
saham sebaiknya hanya 10-15% dari total
portofoliomu.
Meskipun begitu, batas porsi satu saham dalam
portofolio tersebut bisa jadi akan fleksibel
tergantung pada profil risiko, circle of competence,
dan besarnya dana kelolaan.
Kamu bisa memiliki satu saham dengan porsi lebih
dari 15% dari total portofoliomu jika kamu siap
menghadapi pergerakan nilai portofolio yang lebih
fluktuatif, pilihan sahammu terbatas karena kamu
hanya memiliki pemahaman mendalam pada satu
sampai dua industri saja, dan/atau dana kelolaanmu
yang belum terlalu besar (< 1 miliar rupiah).
Jika kamu telah menguasai mindset dan skill set sebagai
seorang investor, mampu memilah perusahaan luar biasa
yang memiliki wide economic moat, membelinya pada harga
diskon sebagai margin of safety-mu, menyimpannya agar
nilainya terus berlipat ganda, dan menjualnya pada saat yang
tepat, maka sukses dalam investasi saham seharusnya hanya
tinggal waktu.
Pertanyaannya, seberapa sabar kamu untuk menjalani proses
belajar ini dengan tekun dan menunggu hasilnya dengan
percaya diri?
Mau VersiLengkapnya?
Harga: Rp 450.000,-
Ebook (PDF) - 171 halaman
Ikuti langkah-langkah di bawah ini:1. Lakukan transfer a.n. PT Investabook PustakaUtama ke CIMB Niaga 860008911900. 2. Kirimkan bukti transfer melalui [email protected] atau DM InstagramInvestabook.3. Pengiriman akan dilakukan maksimal 1 harisetelah konfirmasi.
INVESTABOOK