30
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Pengertian Sastra Lisan Sebelum kita membahas apa itu sastra lisan, pertama-tama saya akan membahas tentang folklor yang merupakan wadah bagi sastra lisan. Menurut Danandjaja (2007, 2), definisi folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun- temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Dari pernyataan di atas kita dapat mengetahui bahwa folklor itu dapat diwariskan secara lisan maupun dengan garakan-gerakan atau alat pembantu mengingat, dimana folklor dipat dibedakan menajadi beberapa bagian. Menurut Brunvand folklor dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu: Folklor lisan Folklor lisan bentuknya murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklore yang termasuk pada kelompok ini antara lain : (1) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan title kebangsawanan; (2) ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah, 1

analisis gambang kromong

Embed Size (px)

DESCRIPTION

antroplogi, kebudayaan, betawi

Citation preview

BAB 1Pendahuluan

1.1. Pengertian Sastra Lisan

Sebelum kita membahas apa itu sastra lisan, pertama-tama saya akan membahas tentang folklor yang merupakan wadah bagi sastra lisan. Menurut Danandjaja (2007, 2), definisi folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).Dari pernyataan di atas kita dapat mengetahui bahwa folklor itu dapat diwariskan secara lisan maupun dengan garakan-gerakan atau alat pembantu mengingat, dimana folklor dipat dibedakan menajadi beberapa bagian.Menurut Brunvand folklor dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:Folklor lisanFolklor lisan bentuknya murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklore yang termasuk pada kelompok ini antara lain : (1) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan title kebangsawanan; (2) ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pomeo; (3) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; (4) puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair; (5) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; dan (6) nyanyian rakyat. (kentongan tanda bahaya di Jawa atau bunyi gendang untuk mengirim berita seperti yang dilakukan di Afrika), dan musik rakyat.Folklor sebagian lisanFolklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsure bukan lisan. Kepercayaan rakyat misalnya, yang oleh orang modern seringkali disebut takhyul itu, terdiri dari pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib, seperti tanda salib bagi orang Kristen Katolik yang dianggap dapat melindungi seseorang dari gangguan hantu, atau ditambah dengan benda material yang dianggap berkhasiat untuk melindungi diri atau dapat membawa rezeki, seperti batu-batu permata tertentu. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok besar ini, selain kepercayaan rakyat, adalah permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat-istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.Folklor bukan lisanFolklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material. Bentukbentuk folklor yang tergolong yang material antara lain: arsitektur rakyat (bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya), kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional. (dalam Djananjaja, 2007:21-22)Dari pembagian-pembagian folklor di atas kita dapat mengetahui bahwa sastra lisan memamng termasuk kedalam folklor, yaitu folklor lisan. Dimana sastra lisan mempunyai definisi yang hampir sama seperti definisi folklor, yaitu sebagian kebudayaan yang dapat diwariskan secara turun-temurun, hanya saja sastra lisan hanya dapat diwariskan secara lisan walaupun dalam praktiknya sastra lisan dapat dibagi-bagi lagi menjadi sastra lisan murni, sastra sebagian lisan dan sastra bukan lisan.Pada makalah objek pengamatan yang saya amati adalah gambang kromong dimana gambang kromong itu di dalamnya terdapat nyanyian-nyanyian tradisional Betawi, yang mana hal itu dapat dikelompokkan ke dalam nanyian rakyat (folksong). Nanyian rakyat merupakan salah satu bentuk dari folklor lisan atau sastra lisan murni, dimana dalam bukunya, Brunvand mendefinisikan nanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu, yang bereda secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisonal, serta banyak mempunyai varian (Brunvan, 1968:130).

1.2. Pengertian Sastra Lisan/Tradisi Betawi

Saat kita membahas tentang apa itu sastra/tradisi Betawi berarti kita sedang membicarakan tentang etnis Betawi. Sryomihardjo (1976) mengatakan, etnis Betawi muncul dari proses kawin mawin berbagai jenis etnis di Jakarta sejak abad ke-17 dan yang sudah berbahasa Melayu. Namun Saidi (1997) menyatakan bahwa etnis Betawi ada sejak abad-abad pertama tahun masehi (dalam Chaer, 2012). Jika kita mengambil kesimpulan Suryomiharjo dan Sidi bahwa etnis Betawi merupakan proses kawin-mawin berbagai jenis etnis di Jakarta namun sudah ada sejak abad pertama abad masehi. Maka dapat dikatakan bahwa sastra lisan/tradisi Betawi merupakan perpaduan berbagai kebudayaan yang ada di Jakarta pada abad ke-17, tetapi di dalamnya masih terkandung nilai-nilai kebudayaan masyarakat Betawi asli yang ada sejak abad pertama tahun masehi.Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kesenian gambang kromong yang merupakan hasil asimilasi antara kebudayaan Betawi dengan kebudayaan Tionghoa pada masa itu.Abdul Chaer (2012) dalam bukunya mengatakan setiap bentuk folklor yang ada di masyarakat Betawi mempunyai fungsi dalam kehidupan keseharian mereka. Artinya, setiap butir folklor ada konteks kebudayaan yang meliputinya.Kita dapat mengetahui bahwa kebudayaan Betawi terutama sastra lisannya diambil dari kehidupan mereka sehari-hari. Sebagai contoh dalam lagu Bini Dua, makna yang terkandung dalam lagu tersebut diambil dari kehidupan langsung masyarakat Betawi yang mempunyai istri lebih dari satu lalu kemungkinan para istri-istri Betawi yang dipoligami oleh suami mereka menciptakan lagu ini sebagai bentuk kekesalan mereka.

1.3. Pengertian Gambang Kromong

Menurut salah satu warga Betawi yang tinggal Setu Babakan, gambang kromong merupakan suatu pargelaran seni yang di dalamnya diisi dengan nyanyian-nyanyian dan musik yang ditujukan untuk menghibur. Selain untuk menghibur fungsi lain dari gambang kromong adalah untuk meramaikan acara pernikahan, pesta adat, pargelaran seni dan lain-lain.Gambang kromong merupakan orkes tradisional Betawi yang penyebarannya tidak hanya di wilayah DKI Jakarta saja tetapi mencakup Jabodetabek. Hal ini terbukti beberapa wilayah di Kab. Tangerang yang secara administrative termasuk ke dalam propinsi Banten sendiri cukup banyak perkumpulan gambang kromong dan wayang cokek, sehingga dapat dikatakan masyarakat Tangerang, terutama komunitas Tionghoa Peranakannya tak terpisahkan dari gambang kromong dan wayang cokek (Kwa, 2005).Mengingat tentang sejarah gambang kromong yang merupakan proses asimilasi kebudayaan Tionghoa dengan kebudayaan Betawi, tidak mengherankan kalau penyebaran gambang kromong sampai ke wilayah Tangerang. Karena pada waktu itu banyak etnis-etnis Betawi dan peranakan Tionghoa yang menetap di wilayah Jabodetabek. Sehingga apa yang dikatakan Kwa tersebut tidaklah mengherankan lagi.Bukti bahwa gambang kromong merupakan proses asimilasi budaya, yaitu antara kebudayaan Betawi dan kebudayaan Tionghoa dapat dilihat pada alat-alat musik yang dimainkan pada saat pertunjukan orkes gambang kromong. Berikut alat-alat musik yang terdapat dalam orkes gambang kromong: Sebuah gambang.Instrument ini terdiri dari atas 18 bilah kayu manggarawan. Ke 18 bilah itu dibagi dalam 3 oktaf. Nada terendah adalah liuh (g) dan nada tertinggi adalah siang (g). Seperangkat kromong.Terdiri dari 10 buah dalam dua baris. Yang terbaik terbuat dari perunggu, tetapi ada pula yang terbuat dari kuningan. Abris luar (nomor 1, 2 dan seterusnya) terdiri atas nada-nada siang-liuh-u-kong-che (c-a-g-e-d). ditabuh berbarengan antara baris luar dan dalam: 1-8, 2-10, 3-9, 4-7, dan 5-6. Sebuah Su-kongInstrument gesek berdawai dua semacam rebab berukuran besar dan berasal dari Cina ini dilaras dalam nada su (a) dan kong (e). tabung di bagian bawah sering terbuat dari cangkang buah berenuk yang keras. Sebuah Teh-hian.Instrument gesek berdawai 2 berukuran sedang ini dilaras dalam nada siang dan liuh (g). Sebuah Kong-a-hian.Instrument gesek berdawai dua berukuran kecil tersebut dilaras dalam nada liuh (g) dan che (d). Sebuah Bangsing (suling)Ditiup secara horizontal, sejajar dengan mulut. Dua buah gong perunggu atau kuningan.Digantung. Larasnya nada siang (c). Seperangkat gendang.Fungsi gendang sangat menonjol pada lagu-lagu sayur yang mengiringi orang ngibing Cokek. Sebuah Pan (kecrek).Terbuat dari bilah-bilah logam tipis yang dijadikan satu dan dipukul-pukul hingga menghasilkan bunyi crek-crek-crek. Sebuah Sio-lo (ningnong atau ningning).Terdiri dari dua buah piringan kecil (canang) (Kwa, 2005).Tidak hanya alat musiknya saja, terdapat pula lagu-lagu gambang kromong yang mengandung unsur-unsur etnis Tionghoa di dalamnya seperti Tan Sha Sioe Khie, Tang Hoa Ko Nyanyi dan Poa Si Li Tan (Kwa, 2005).

1.4. Sejarah Gambang Kromong

Menurut tulisan Phoa Kian Sioe dalam majalah Panca Warna No.9 tahun 1949 berjudul "Orkes Gambang, Hasil kesenian Tionghoa peranakan di Jakarta." Orkes Gambang Kromong merupakan perkembangan dari orkes Yang Khim yang terdiri atas Yang-Khim, Sukong, Hosiang, Thehian, Kongahian, Sambian, Suling, Pan (kecrek) dan Ningnong. Oleh karena Yang-Khim sulit diperoleh, maka digantilah dengan gambang yang larasnya disesuaikan dengan notasi yang diciptakan oleh orang-orang Hokkian. Sukong, Tehian dan Kongahiantidak begitu sulit untuk dibuat disini. Sedangkan Sambian dan Hosiang di tiadakan tanpa terlalu banyak mengurangi nilai penyajiannya.Sekitar tahun 1880 atas usaha Tan Wangwe dengan dukungan Bek(Wijkmeester) Pasar Senen Teng Tjoe, orkes gambang mulai dilengkapi dengan kromong. Kempul, Gendang dan Gong. Lagu-lagunya ditambah dengan lagu-lagu Sunda popular, sebagaimana ditulis oleh Phoa Kian Sioe sebagai berikut : "Pertjobaan Wijk meester Teng Tjoe telah berhasil, lagoe-lagoe gambang ditaboeh dengan tambahan alat terseboet diatas membikin tambah goembira Tjio Kek dan pendenger-pendengernya. Dan moelai itoe waktoe moelai brani pasang selendang boeat "mengibing (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta).Karena orkes gambang kromong semakin populer baik dikalangan masyarakat Tionghoa maupun masyarakat Pribumi, sejak abad ke-19 mulai bermunculan seniman-seniman gambang kromong yang berasal dari etnis Betawi seperti Benyamin S, Ida Royani, Lilis Suryani, dan lain-lain.Para senimanseniman tersebut menyanyikan lag-lagu pop berbahasa Betawi dengan ditambah sedikit pantun dan banyolan dalam setiap lagu yang mereka bawakan.Sampai sekarang orkes gambang kromong masih menjadi salah satu tradisi kebudayaan Betawi yang masih diminati oleh masyarakat Jakarta selain lenong dan palang pintu.

(Orkes gambang kromong Grup Puja Betawi saat pertunjukan di Setu Babakan)

Bab 2Isi

2.1. Runtutan Pertunjukan dan TranskripPertunjukan gambang kromong ini saya rekam dan saya saksikan secara langsung di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan pada hari Minggu 19 Oktober 2014. Pertunjukan ini dimulai pada pukul 13.30 dan dibuka oleh pembawa acara 1(penyanyi 4). Setelah pembawa acara 1 membuka pertunjukan, lalu dilanjutkan oleh lagu pertama, Ayam Jago.Transkrip:Ayam JagoDinyanyikan oleh penyanyi 1, 2 dan 3

Ayam jago jangan diadu(1)Kalau diadu jenggernya merah(1)Ayam jago jangan diadu (1)Kalau diadu jenggernya merah(1)

Baju ijo jangan diganggu(1)Kalau diganggu yang punya marah(1)Baju ijo jangan diganggu(1)Kalau diganggu yang punya marah(1)

Laju laju perahu laju(3)Perahu laju sampai samudra(3)Laju laju perahu laju(3)Perahu laju sampai samudra(3)

Boleh lupa kain dan baju(3)Asal-lah jangan seni budaya(3)Bolehlah lupa kain dan baju(3)Asal jangan lupa seni budaya(3)

Darimana datangnya lintah(2)Eh dari sawah turun ke kali(2)Darimana datangnya lintah(2)Eh dari sawah turun ke kali(2)

Darilah mana datangnya cinta(2)Darilah mata turun ke hati(2)Eh dari mana datangnya cinta(2)Darilah mata turun ke hati(2)

Bengkaklah lidah karena kopi(1)Lidah saya bukanlah pahit(1)Bengkaklah lidah karena kopi(1)Lidah saya bukanlah pahit(1)

Kalau tidak karena kaki(1)Tidaklah kami sampai kemari(1)Kalau tidak karena kaki(1)Tidaklah kami sampai kemari(1)

Satu dua si kuda berlari(3)Tidaklah sama kuda yang belang(3)Satu dua kuda berlari(3)Tidaklah sama kuda yang belang(3)

Satu dua gampang dicari(3)Tidaklah sama abang seorang(3)Satu dua gampang dicari(3)Tidaklah sama abang seorang(3)

Setelah itu pembawa 1 dan pembawa acara 2(penyanyi 5) menyelingi pertunjukan dengan banyolan-banyolan. Lalu pertunjukan dilanjutkan dengan tarian Ondel-ondel. Setelah itu mereka menyanyikan lagu kedua, Jali Jali Bunga Siantan.Transkrip: Jali Jali Bunga SiantanDinyanyikan oleh penyanyi 4 dan penyanyi 5

Srini junjang semarak, srini junjang semarak(5) kalau ambil kita di kampung duri(5)Srini junjang semarak, sayangilah yang manis(5) Ambil kita di kampung duri(5)

Kalau terselip nona di kampung orang(5) Terselip di kampung orang(5)Biar bisa membawa diri(5)Kalau jali-jali bunga siantan nona(5)Jali-jali bunga siantan,(5)Saya nirik, saya pantan(5)Yang blawetan(5)

Laju laju perahu laju, laju laju perahu laju(4)Lajunya sampai pulau selawi(4)Laju laju memang perahu laju(4)Laju laju perahu laju, lajunya sampai pulau selawi(4)

Lupalah kain, lupa dan baju, nona(4) Lupa kain, lupa dan baju(4)Jangan di lupa seni betawi(4)

Jalilah jali setu babakan, nona(4)Jali jali setu babakan(4)Ada yang nangis, ada yang makan(4)

Ribu ribu anak manjangan, ribu ribu anak manjangan(5) Nuruni sawah, bermakan padi(5)Ribu ribu anak manjangan, sayang di sayang(5)Nuruni sawah, bermakan padi(5)

Eiy sepuluh ribu dilarang jangan sayang(5) sepuluh ribu dilarang jangan(5)Kalau jodoh pasti menjadi(5)

Eiy jali-jali ini lagunya sayang (5)Jali-jali ini lagunya(5)Saya nanyi sama kawannya(5)

Setelah lagu kedua selesai dinyanyikan pembawa acara 1 dan 2 kembali menyelingi pertunjukan dengan banyolan-banyolan serta memanggil penyanyi 2, dimana penyanyi 2 dan penyanyi 4 menanyikan lagu ke 3.Transkrip: Bini DuaDinyanyikan oleh penyanyi 2 dan penyanyi 4

Bang kenape giliran aye abang ga pulang-pulang(2)Kalau udeh ame yang mude kaga inget yang tue(2)Bukan abang ga mau pulang, nggak inget yang tua(4) (2: kaga caya abang)Waktu abang mau kesini inget ama yang muda(4) (4: he-eh salah maaf neng)

Ga percaye, kaga percaye(2) E dasar emang abang akal buaye(2)Pulang ngomel, ga pulang ngomel(4)Emang dasar mulut lu aje yang comel(4)

Eiy sekarang cerein saye(2) Aye udeh ga sudi(2) (4: oke oke)Gue bosen hidup begini (2)Same juge disikse(2)

(4: timbang begitu aje minta bercere2: yey abang, anak tu dikasih makan bang, bukannya abang ke rumah bini muda mulu4: beh, gue perempuan atu, tiga ntar gue cerein ya)

Bang kenape giliran aye abang ga pulang-pulang(2)Kalau udeh ame yang mude kaga inget yang tue(2)Bukan abang ga mau pulang, nggak inget yang tue(4)Waktu abang mau kesini abang disuruh kerje(4)

(2: boong, aye kaga percaya4: tanya bu RT noh)

Ga percaye, kaga percaye(2) E dasar emang abang akal buaye(2)Pulang ngomel, ga pulang ngomel(4)Emang dasar mulut lu aje yang comel(4)

Eiy sekarang cerein saye (2)Aye udeh ga sudi(2)Gue bosen hidup begini(2) Same juga disikse(2)

Setelah lagu ke 3 selesai dinyanyikan pembawa acara 1 dan 2 serta penyanyi 2 mengeluarkan banyolan-banyolan. Lalu penyanyi 2 menyanyikan lagu ke 4Transkrip:Bibir MerahDinyanyikan oleh penyanyi 2

Bibir merah, bajunya merahKain merah, pita merah, semua merahTertawa pula, tanda sukaItu dia nyonya yang berkepang dua

Senyum simpulnya, aduh manisnyaRambut ikal berias muka berseri-seri tanda sukaWarna merah, bajunya merahSepatu merah, cincin merah, semua merah

Bibir merah, bajunya merahKerudung merah, baju merah, semua merahTertawa pula, tanda sukaItu dia nyonya yang berkaos merah

Senyum simpulnya, aduh manisnyaRambut ikal berias muka berseri-seri tanda sukaWarna merah, jilbabnya merahBaju merah, sepatu merah, semua merah

Setelah lagu ke 4 selesai dinyanyikan, penyanyi 2 keluar dari panggung dan digantikan dengan penyanyi 3. Lalu pembawa acara 1 dan 2 kembali menyelingi acara dengan banyolan-banyolan mereka. Setelah itu penyanyi 3 dan penyanyi 4 menyanyikan lagu ke 5.Transkrip:

Sawah LadangDinyanyikan oleh penyanyi 3 dan penyanyi 4

Adek manis adek manis(4)Abang pergi jangan menangis(4)Baik-baik jaga diri (4)Abang ke kote cari rezeki(4)

Abang sayang abang sayang(3)Ane baik jangan pulang(3)Abang sayang abang sayang(3)Lekas pergi segera datang(3)

Selamat tinggal oh sayang, selamat jalan ya abang(4)Sawah dan ladang oh sayang jangan lupakan(4)Selamat tinggal oh sayang(3 dan 4), selamat jalan oh sayang(3)Sawah dan ladang oh sayang jangan lupakan(3 dan 4)

Abang sayang abang sayang(3 dan 4)Cepat pergi jangan datang(3)Abang sayang abang sayang(3)Lekas pergi segera datang(3)

(4: sabar ya de ya3: ga mau bang4: abang mencari rezeki ke kota3: jangan lama-lama bang, adek sendirian bang)

Adek manis(4) (3: iye bang) adek manis(4) (3: saya)Abang pergi jangan menangis(4)Baik baik jaga diri(4)Abang ke kote cari rezeki(4)

Abang sayang abang sayang(3)Lekas pergi segera datang(3)Baik baik jaga diri(4)Lekas pergi, sawah dan ladang(4)

Selamat tinggal oh sayang, selamat jalan oh abang(4)Sawah dan ladang oh sayang jangan lupakan(4)Selamat jalan oh sayang(3), selamat jalan oh abang(3)Sawah dan ladang oh sayang jangan lupakan(3 dan 4)

Abang sayang abang sayang(3 dan 4)cepat pergi jangan pulang(3)Baik baik jaga diri(4)Jangan lupakan adek seorang(4)

Setelah itu para penyanyi terus menyanyikan lagu-lagu gambang kromong lainya dan pertunjukan berakhir pada pukul 16.00Keterangan: Penyanyi 1: prempuan berbaju hitamPenyanyi 2: prempuan berbaju merah mudaPenyanyi 3: prempuan berbaju merahPenyanyi 4: pria berbaju unguPenaynyi 5: pria berbaju putih

2.2. Analisis Unsur-Unsur2.2.1. Analisis Pemain(penyanyi)

Secara keseluruhan penyanyi-penyanyi yang tampil dalam pertunjukan gambang kromong ini bagus. Hanya saja karena penyanyi 3 lupa lirik pada lagu sawah dan ladang, jadinya lagu tersebut menjadi sedikit berantakan.

2.2.2. Analisis Pemusik dan Musik

Para pemusik pada pertunjukan gambang kromong ini terlihat begitu bersemangat dalam meminkan alat musik mereka masing-masing. Sedangkan musik yang dimainkan pada saat pertunjukan sangat sesuai dengan lagu yang dibawakan.

2.2.3. Analisis Penonton

Sebagian besar pengunjung yang hadir pada pertunjukan tersebut merupakan pengunjung Setu Babakan. Mereka terlihat sangat antusias dengan pertunjukan tersebut, terutama anak-anak. Walaupun mereka tidak naik ke atas panggung untuk berjoget bersama penyanyi, tetapi ada beberapa penonton yang me-request lagu dan menyawer.

2.2.4. Analisis Panggung

Panggung yang disiapkan oleh panitia pada pertunjukan tersebut terbilang cukup luas, karena dapat menampung para penanyi dan pemusik di atasnya ditambah dengan ondel-ondel yang berada di kedua sisi panggung yang membuat panggung tersebut menjadi lebih indah.

2.2.5. Analisis Perlengkapan Lain

Busana dan riasan yang dikenakan oleh para penyanyi sudah sesuai dengan tema pertunjukan tersebut, yaitu budaya Betawi. Sedangkan untuk pencahayaan, saya rasa pencahayaan di atas panggung kurang begitu diperhatikan. Hal itu terlihat dengan minimnya pencahayaan di atas panggung.

2.2.6. Analisis Tuturan2.2.6.1. Analisis Jeda dan IntonasiAnalisis jeda pada lagu pertama Ayam Jago:dari hasil rekaman video yang saya dengar, seluruh bait yang terdapat di lagu ini memiliki cara penyanyian yang sama antara bait satu dengan bait yang lain, sehingga penjedaannya dan intonasinya pun sama.Ayam jago jangan diadu//Kalau diadu/ jenggernya merah//Ayam jago jangan diadu// Kalau diadu/ jenggernya merah//

Baju ijo jangan diganggu//Kalau diganggu/ yang punya marah//Baju ijo jangan diganggu//Kalau diganggu/ yang punya marah//...Analisis jeda pada lagu ke-2 Jali-Jali Bunga Siantan:pada lagu ke-2 ini walaupun pada setiap bait terdapat perbedaan tetapi tetap memiliki pola tersendiri, sehingga dapat saya katakan setiap bait pada lagu ini memiliki jeda dan intonasi yang hampir sama.Srini junjang semarak//, srini junjang semarak/// kalau ambil kita di kampung duri///Srini junjang semarak//, sayangilah yang manis/// Ambil kita di kampung duri///

Kalau terselip nona di kampung orang// Terselip di kampung orang/Biar bisa membawa diri///Kalau jali-jali bunga siantan nona//Jali-jali bunga siantan,/Saya nirik, saya pantan//Yang blawetan

Laju laju perahu laju//, laju laju perahu laju//Lajunya sampai pulau selawi///Laju laju memang perahu laju///Laju laju perahu laju//, lajunya sampai pulau selawi///...Analisis lagu ke-3 Bini Dua:pada lagu ke-3 ini bait 4 sampai 6 merupakan pengulangan dari bait 1 sampai 3, karena itu bait 4 memiliki persamaan jeda dan intonasi yang sama dengan bait 1, bait 5 sama dengan bait 2 dan bait 6 sama dengan bait 3. Bang kenape/ giliran aye/ abang ga pulang/-pulang//Kalau udeh/ ame yang mude/ kaga inget yang tue///Bukan abang/ ga mau pulang/, nggak inget yang tua///Waktu abang/ mau kesini/ inget ama yang muda///

Ga percaye/, kaga percaye// E/ dasar emang abang/ akal buaye//Pulang ngomel/, ga pulang ngomel//Emang dasar mulut lu/ aje yang comel//

Eiy/ sekarang cerein saye/ Aye udeh ga sudi///Gue bosen/ hidup begini/ Same juge disikse///...Analisis lagu ke-4 Bibir Merah:pada lagu ke-4 ini terdapat persamaan intonasi dan penjedaan antara bait 1 dengan bait 3 dan bait 2 dengan bait 4.Bibir merah/, bajunya merah//Kain merah/, pita merah/, semua merah//Tertawa pula/, tanda suka//Itu dia/ nyonya yang ber/kepang dua//

Senyum simpulnya/, aduh manisnya//Rambut ikal/ berias muka/ berseri-seri tanda suka//Warna merah/, bajunya merah//Sepatu merah/, cincin merah/, semua merah///...Sedangkan untuk lagu ke-5, Sawah Ladang, tidak saya analisis karena seperti yang saya katakan pada 2..2.1 mengenai analisis pemain/penyanyi bahwa penyanyi 3 lupa lirik lagu. Sehingga lagu Sawah Ladang tidak bisa dianalisis.ket: intonasi ditandai dengan tanda () dan jeda ditandai dengan tanda (/). Semakin banyak jumlah tandanya semakin tinggi intonasinya dan semakin panjang jedanya.

2.2.6.2. Analisis Vokal

Pada lagu pertama bait pertama baris 1 dan 3 besifat aliterasi, dan baris 2 dan 4 bersifat asonansi. Bait ke-2, 7, 9, dan 10, sama seperti bait pertama. Bait ke-3, 4, 6, dan 8 bersifat aliterasi. Sedangkan bait ke-5 pada baris ke- 1 dan 2 bersifat asonansi sedangkan baris 3, dan 4 bersfiat aliterasi.Pada lagu ke-2 Srini junjang semarak, srini junjang semarak(asonansi) kalau ambil kita di kampung duri(aliterasi)Srini junjang semarak, sayangilah yang manis(aliterasi) Ambil kita di kampung duri(aliterasi)

Kalau terselip nona di kampung orang(asonansi) Terselip di kampung orang(asonansi)Biar bisa membawa diri(aliterasi)Kalau jali-jali bunga siantan nona(aliterasi)Jali-jali bunga siantan,(asonansi)Saya nirik, saya pantan(asonansi)Yang blawetan(asonansi)

Laju laju perahu laju, laju laju perahu laju(alisterasi)Lajunya sampai pulau selawi(aliterasi)Laju laju memang perahu laju(aliterasi)Laju laju perahu laju, lajunya sampai pulau selawi(aliterasi)

Lupalah kain, lupa dan baju, nona(aliterasi) Lupa kain, lupa dan baju(aliterasi)Jangan di lupa seni betawi(aliterasi)

Jalilah jali setu babakan, nona(aliterasi)Jali jali setu babakan(aliterasi)Ada yang nangis, ada yang makan(asonansi)

Ribu ribu anak manjangan, ribu ribu anak manjangan(asonansi) Nuruni sawah, bermakan padi(aliterasi)Ribu ribu anak manjangan, sayang di sayang(asonansi)Nuruni sawah, bermakan padi(aliterasi)

Eiy sepuluh ribu dilarang jangan sayang(asonansi) sepuluh ribu dilarang jangan(asonansi)Kalau jodoh pasti menjadi(aliterasi)

Eiy jali-jali ini lagunya sayang (asonansi)Jali-jali ini lagunya(aliterasi)Saya nanyi sama kawannya(aliterasi)Pada lagu ke-3 bait 1 dan 4 memiliki sifat yang sama yaitu, baris pertama bersifat asonansi dan baris 2, 3, 4 bersifat aliterasi. Bait 2 dan 5 memiliki sifat yang sama yaitu, baris 1 dan 2 bersifat aliterasi sedangkan baris 3 dan 4 bersifat asonansi. Bait 3 dan 6 memiliki sifat yang sama yaitu semua barisnya bersifat aliterasi.Pada lagu ke-4 bait 1 dan 3 memiliki sifat yang sama yaitu, baris 1, 2, 4 bersifat asonansi sedangkan baris ke 3 bersifat aliterasi. Bait 2 dan 4 memiliki sifat yang sama yaitu, baris 1 dan 2 bersifat aliterasi sedangkan baris 3 dan 4 bersifat asonansi.Ket: Aliterasi berakhiran vokal sedangkan asonansi berakhiran konsonan pada akhir baris.

2.2.6.3. Analisis Rima

Pada lagu pertama semua bait berima a-b-a-b. Pada lagu kedua tidak terdapat ola rima yang jelas.Pada lagu ketiga, keempat,maupun kelima terdapat persamaan pola rima.

2.2.6.4. Analisis Paralelisme

Yang terlihat adanya sifat paralelisme adalah lagu kedua yaitu pada larik Laju laju perahu laju, laju laju perahu laju". Pada larik tersebut terdapat sifat paralelisme pada awal kalimat.Hal serupa terlihat juga pada lagu ketiga pada larik Bang kenape giliran aye abang ga pulang-pulang. Pada larik tersebut terdapat sifat paraelisme pada akhir kalimat.

Bab 3Penutup

3.1. Kesimpulan

Gambang kromong merupakan hasil asimilasi kebudayaan etnis Betawi dan etnis Tionghoa, hal ini dapat terlihat dari alat musik dan lagu-lagu gambang kromong yang bernuansa Tionghoa. Penyebaran gambang kromong tidak hanya di wilayah DKI Jakarta saja, tetapi juga mencakup wilayah Jabodetabek yang terdapat peranakan Tionghoa.Lagu-lagu gambang kromong dewasa ini kebanyakan berasal dari para seniman Betawi yang bergenre pop, tetapi masih sering dijumpai lagu-lagu gambang kromong seperti Jali-Jali dan Ayam Jago yang merupakan lagu gambang kromong klasik.Dari hasil analisis tuturan yang saya lakukan, ternyata dari lima lagu gambang kromong yang dianalisis terdapat 4 lagu yang berupa pantun yaitu Ayam Jago, Jali-Jali Bunga Siantan, Bini Dua dan Bibir Merah, walaupun pada lagu Jali-Jali Bunga Siantan kurang begitu terlihat pola pantun.

3.2. Saran

Dari hasil kunjungan saya ke perkampungan budaya Betawi Setu Babakan yang berada di Srengseng, Sawah Besar. Terlihat bahwa perkampungan itu kurang begitu terawat dangan baik terutama di daerah pinggiran danau. Karena saya melihat banyak sekali sampah-sampah berserakan di tanah, kios-kios pedagang yang letaknya berantakan, tidak adanya lahan parkir, jadi mobil dan motor parkir seenaknya di pinggir jalan, dan sebagainya.Saran saya adalah seharusnya pemerintah harus lebih memperhatikan dan mengelola daerah ini dengan baik, karena saya yakin jika daerah ini dikelola dengan baik bukannya tidak mungkin jika nantinya di masa depan daerah ini dapat dijadikan objek wisata oleh wisatawan-wisatawan domestik maupun mancanegara.

Referensi

Brunvand, Jan Hrold. 1968. The Study of American Folklore An Introduction. New York: W.W. Norton & CO- Inc.

Chaer, Abdul. 2012. Folklor Betawi: Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi. Jakarta: Masup.

Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta. Ikhtiar Kesenian Betawi. 2003.

Djananjaja, James. 2007. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Kreatama.

Kwa, David. 2005. Lebih Dalam tentang Gambang Kromong dan Wayang Cokek. Dewan Kesenian Tanggerang. Jurnal Kesenian Cisadane Nomor 1, Juni 2005.21