94
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Rakhmawati NIM: 105081002585 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430H/2009M

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP

DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana

Ekonomi

Oleh

Rakhmawati

NIM: 105081002585

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430H/2009M

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

1. Nama : Rakhmawati

2. Tempat /Tanggal Lahir : Brebes, 08 Juni 1987

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Telepon : (021) 92114704 / 085718917740

6. E-mail : [email protected]

7. Alamat : - Jl. Mawar No. 37 Rt/Rw 01/01

Brebes

- Cipinang Timur Rt/Rw 09/03

Cipinang - Pulogadung Jakarta

Timur

II. Pendidikan

1. SDN 1 Bulakamba –Brebes : Tahun 1994-1999

2. MTsN Peterongan Jombang : Tahun 1999-2002

3. MAN Cirebon : Tahun 2002-2005

4. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Jakarta : Tahun 2005-2009

i

Page 3: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

ii

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of monetary policy on third-party funds in Islamic banking in Indonesia. This research was conducted at the Bank Indonesia. Using a sample of Mua'mmalat Bank, Bank Mega Syariah, and Bank Syariah Mandiri. The resources used in this research is secondary resources. This research study is using confirmatory factor analysis method. The purpose of confirmatory factor analysis is to measure whether the construct or latent variable of monetary policy and fund third party which is analyzed with unidemensional way, accurate, and consistent can be explained by the indicators as conceptualized

The results of the analysis studies shown that, in unidemensional,

accurate, and consistent, are factors confirmatory construction of monetary policy variables, can be measured and described by both of indicators, they are SWBI and Real GDP. By unidemensional accurate, and consistent, are confirmatory factors construction a third party fund variable, can be measured and explained by three indicators, they are Giro wadiah, savings mudarabah, and mudarabah deposits. There is a weakness n relationship between monetary policy to a third-party funds in Islamic banking in Indonesia, because of there is one of the monetary policy variable that is not significant, it is SWBI

Keywords: monetary policy, Islamic banking, SWBI, Inflation, Real GDP, Giro wadiah, mudharabah saving, deposits mudharabah

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

iii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan moneter terhadap dana pihak ketiga pada perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada Bank Indonesia. Dengan mengunakan sampel pada Bank Mua’mmalat, Bank Mega Syariah, dan Bank Syariah Mandiri. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah konfirmatori faktor analisis. Tujuan dari konfirmatori faktor analisis adalah untuk menguji apakah konstruk atau variabel laten kebijakan moneter dan dana pihak ketiga yang di teliti secara unidimensional, tepat, dan konsisten dapat dijelaskan oleh indikator-indikator sebagaimana yang dikonsepkan.

Hasil analisis penelitian menunjukan bahwa, secara unidemensional,

tepat, dan konsisten, adalah faktor-faktor konfirmatori pembentukan variabel kebijakan moneter , dapat diukur dan di jelaskan oleh kedua indikator, yaitu SWBI, and GDP Riil. Secara unidemensional tepat, dan konsisten, adalah factor-faktor konfirmatori pembentukan variabel dana pihak ketiga, dapat diukur dan di jelaskan oleh ketiga indikator, yaitu Giro wadiah, tabungan mudharabah), deposito mudharabah. Terdapat hubungan yang sedikit lemah antara kebijakan moneter terhadap dana pihak ketiga pada perbankan syariah di Indonesia, dikarenakan ada satu dari variabel kebijakan moneter yang tidak signifikan yaitu SWBI

Kata Kunci : kebijakan moneter, perbankan syariah, SWBI, Inflasi, GDP Riil, Giro wadiah, tabungan mudharabah, deposito mudharabah

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, tuhan seru sekalian alam, yang telah

melimpahkan nikmat yang tak terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

berjudul “ Analisis hubungan antara Kebijakan Moneter Terhadap Dana Pihak

Ketiga Pada Perbabankan Syariah Di Indonesia. “ Sholawat serta salam semoga

selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Para sahabat, keluarga dan para

pengikutnya.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari do’a dan

bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh kerena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan doa dan dukungannya meskipun

jauh disana, yang merupakan motivasi penulis untuk menjadi orang yang sukses

2. Keluarga besarku, terutama kaka-kaka dan kaka ipar penulis terimakasih banyak

untuk semua bantuan dan motivasinya dari awal sampai akhir

3. Keponakan-keponakan ku terutama Dewanti Rosyana terimakasih atas

motivasinya buat tante.

4. Bapak Prof .Dr.Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu

Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sekaligus dosen pembimbing

I yang bersedia meluangkan waktu, solusi dan motivasi untuk penulis demi

terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Arief Mufraini, Lc, MS, selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, fikiran dan tenaga, yang dengan sabar membimbing penulis

dalam memberikan solusi atas masalah yang penulis hadapi.

6. Bapak Indoyama Nasaruddin MAB, selaku ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

v

serta para dosen FEIS yang telah memberikan ilmu pengetahuannya yang begitu

bermanfaat bagi penulisnya.

7. Karyawan Bank Indonesia Yang telah begitu baik membantu penulis dalam

pengumpulan data.

8. Temen-teman seperjuangan penulis, Manajemen Perbankan, dan Manajemen

Keuangan terutama Amie, Lutfah, Najahi, Ridho, Rini, Nova Eka, Intan dan

Chamay, Terimakasih untuk semua bantuan tenaga dan motivasinya.

9. Temen-temen Costan terutama, Teh lety, Desi, dan Ka Bela Terimakasih untuk

semua bantuan tenaga dan motivasinya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfat khususnya

bagi penulis dan bagi pembaca umumnya, serta semoga Allah Senantiasa Melindungi

dan merahmati kita dengan segala kebaikan, amiin ya rabbal ‘alamin.

Jakarta, 26 november 2009

Penulis

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………. i

DAFTAR RIWIYAT HIDUP…………………………………………………….. ii

ABSTRACT………………………………………………………………………. iii

ABSTRAK……………………………………………………………………….. iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. v

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… vii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………... xi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………... xii

DAFTAR DIAGRAM……………………………………………………………. xiii

Bab I. PENDAHULUAN………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Penelitian……………………………………………….. 1

B. Perumusan Masalah……………………………………………………… 6

C. Tujuan Dan Manfaat…………………………………………………….. 7

1. Tujuan Penelitian……………………………………………………… 7

2. Manfaat Penelitian…………………………………………………….. 7

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….. 9

A. Kebijakan Moneter ……………………………………………………… 9

1. Instrumen Kebijakan Moneter………………………………………..... 9

2. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter………………………….... 11

3. Prinsip Kebijakan Moneter Yang Sehat………………………………. 12

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

vii

4. Bank Indonesia (BI) Dalam Kebijakan Moneter……………………… 13

5. Kebijakan moneter dalam syariah…………………………………….. 17

6. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia(SWBI)……………………………. 19

7. Inflasi…………………………………………………………………. 21

8. Produk Domestik Bruto………………………………………………... 23

B. Dana Pihak Ketiga Pada Perbankan Syariah…………………………. 24

1. Giro Wadiah ………………………………………………………….. 26

2. Tabungan Mudharabah ……………………………………………….. 27

3. Deposito Mudharabah ………………………………………………… 29

C. Penelitian Terdahulu ……………………………………………………. 30

D. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………. 32

E. Hipotesis…………………………………………………………… …….. 33

Bab III. METODELOGI PENELITIAN………………………………………. 34

A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………… 34

B. Metode Penentuan Sampel……………………………………………… 34

C. Metode Pengumpulan Data…………………………………………….. 34

D. Metode Analisis……………………………………………………......... 35

1. Analisis Faktor Konfirmatori (confirmatori Factor Analysis)………… 35

a. Menguji Model Pengukuran………………………………………. 36

1) Uji Kesesuaian Model : Uji Unidemensionalitas……………… 36

2) Uji Validitas Reabilitas indikator……………………………… 38

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

viii

b. Validitas konstruk…………………………………………………. 39

1) Convergent Validity…………………………………………… 39

2) Variance Extracted…………………………………………….. 39

3) Construct ReLiability (CR)……………………………………. 40

4) Discriminan Validity…………………………………………... 41

E. Operasional Variabel…………………………………………………… 41

Bab IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN…………………………………. 42

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian…………………………… 42

1. Sejarah Singkat Perusahaan…………………………………………… 42

2. Perkembangan Usaha………………………………………………..... 47

a. Perkembangan Ragam Usaha…………………………………….. 47

1) Kebijakan Pengembangan Perbankan Di Indonesia………...... 47

2) Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah…….. 59

b. Perkembangan Keuntungan………………………………………. 52

B. Penemuan Dan Pembahasan…………………………………………… 56

1. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analisysis)……... 57

a. Menguji Model Pengukuran………………………………………. 57

1) Uji Kesesuaian Model : Uji Unidemensionalitas……………… 58

2) Uji Validitas Reabilitas indikator……………………………… 58

b. Validitas konstruk…………………………………………………. 67

1) Convergent Validity…………………………………………… 67

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

ix

2) Variance Extracted…………………………………………….. 67

3) Construct ReLiability (CR)……………………………………. 69

4) Discriminan Validity…………………………………………... 71

C. Interprestasi Hasil………………………………………………………. 72

Bab V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI……………………………………... 75

A. Kesimpulan………………………………………………………………... 75

B. Implikasi…………………………………………………………………... 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

x

DAFTAR TABEL

Nomer Keterangan Hal

3.1 Operasional Variabel 41

4.1 Kriteria Fit 60

4.2 Regression Weight 61

4.3 Standardized Regression 62

4.4 Analisis Model Tahap 1 Dan 2 64

4.5 Regression Weight 65

4.6 Standardized Regression 66

4.7 Standardized Regression 68

4.8 Correlations 72

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomer Keterangan Hal

2.1 Skema Sertifikat Wadiah Bank Indonesia 21

2.2 Kerangka Pemikiran 32

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

xii

DAFTAR DIAGRAM

Nomer Keterangan Hal

4.1 Output 1 Dengan Diagram Jalur 59

4.2 Output 2 Dengan Diagram Jalur 63

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembahasan sistem perbankan tidak terlepas dengan kebijakan moneter.

Dalam hubungan ini maka akan timbul pertanyaan tentang bagaimana pengaruh

kebijakan moneter yang diambil BI terhadap kedua sistem perbankan tersebut.

Untuk sistem perbankan konvensional, tentu permasalahan ini sudah bukan

menjadi bahan baru lagi. Efektifitas kebijakan moneter terhadap perbankan

konvensional sudah teruji dan sudah terimplementasi dengan luas. Bagaimana

dengan sistem perbankan syariah, hal ini memerlukan kajian tersendiri karena

dalam sistem dual banking pengaruh kebijakan moneter terhadap bank syariah

bisa jadi mempunyai implikasi yang berbeda dengan pengaruh kebijakan moneter

terhadap perbankan konvensional.

Di Indonesia terdapat dua sistem perbankan yaitu sistem bunga (interest

rate system) dan sistem bagi hasil atau yang lebih dikenal dengan sistem tanpa

bunga (free interest rate system). Didalam perbankan syariah juga terdapat

instrument SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). Hal ini menunjukkan

bahwa Indonesia memiliki dual monetary system yaitu mekanisme tingkat bunga

dan bagi hasil. Sistem bagi hasil sebagai sebuah prinsip perhitungan berdasarkan

1

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

2

pendapatan produsen atau peminjam yang memiliki sifat fleksibel terhadap

pengembalian bagi hasilnya.

Mekanisme transmisi adalah saluran yang menghubungkan antara

kebijakan moneter dengan perekonomian. Bernanke dan Gertler menekankan

pada sektor kredit(credit channer). sementara Obstfeld dan Rogoff memilih

menekankan konsep mekanisme transmisi pada kebijakan nilai tukar. Beberapa

ekonom sepakat bahwa mekanisme transmisi merupakan proses antara yang

menyebabkan perubahan pada GDP riil dan Inflasi melalui mekanisme kebijakan

moneter (Taylor dalam McCallum,2004).

Keberadaan sistem bagi hasil menimbulkan kemungkinan perpindahan

konsumen peminjam dari sistem bunga ke bagi hasil. Mekanisme subtitusi

tersebut membuat terjadinya lack di kebijakan moneter Indonesia. Kemungkinan

yang lain, hal tersebut dapat mereduksi efek negatif daripada pengurangan

pinjaman di sektor konvensional. Reduksi tersebut timbul sebagai akibat dari

mekanisme pinjaman syariah yang membuat keseimbangan antar pertumbuhan di

sektor moneter dan sektor riil sehingga penambahan proporsi pinjaman syariah

pada perekonomian dapat menekan inflasi.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pengaruh

kebijakan moneter terhadap perbankan syariah, sehingga besar kecilnya pengaruh

ini berbeda dengan perbankan konvensional. Ketiga faktor tersebut adalah

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

3

dikotomi antara perbankan syariah dengan konvensional, instrumen kebijakan

moneter yang digunakan, dan kondisi struktur modal, asset (terutama asset-asset

likuiditas), dan kapitalisasi perbankan syariah yang mempunyai karakteristik

berbeda dengan perbankan konvensional.

Faktor kedua yang diduga mempengaruhi perbedaan besar pengaruh

kebijakan moneter antara dana pihak ketiga yang digunakan olah BI. Pada sistem

konvensional kebijakan moneter digunakan untuk mempengaruhi jumlah

penawaran uang dan tingkat bunga dalam perekonomian. Kebijakan ini dilakukan

antara lain dengan: Pertama, operasi pasar terbuka yaitu otorasi moneter

melakukan jual beli surat-surat berharga. Operasi pasar terbuka dilaksanakan

untuk mempengaruhi likuiditas rupiah dipasar uang, yang pada giliranya tingkat

suku bunga. OPT dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui penjualan sertifikat

Bank Indonesia dan investasi rupiah. Penjualann SBI dilakukan melalui lelang

sehingga tingkat diskonto yang terjadi benar-benar mencerminkan kondisi

likuiditas pasar uang. Sedangkan kegiatan intervensi rupiah dilakukan oleh BI

untuk menyesuaikan kondisi pasar uang, baik likuiditas maupun tingkat suku

bunga. Kedua, otoritas moneter membuat perubahan atas tingkat bunga diskonto

dan tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank-bank umum.

Dengan kebijakan yang berorientasi pada pengaturan tingkat suku bunga

dan mayoritas instrumen yang digunakan juga berbasis bunga, maka kebijakan

ini tidak sepenuhnya dapat teradopsi oleh perbankan syariah. Namun disisi lain

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

4

arah kebijakan moneter didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai

dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi lainnya, baik dalam jangka

pendek, menengah maupun panjang. Kebijakan moneter konvensional yang

mempunyai pengaruh yang kuat pada sektor riil perekonomian (GDP) dan

berorientasi pada pencapaian target tingkat inflasi tertentu kemungkinan

mempunyai pengaruh terhadap asset dan liabilities perbankan syariah karena

perbankan syariah mempunyai orientasi dan link keterkaitan yang luas dengan

sector riil. Disamping itu dominasi sistem konvensional sangat erat, maka

pengaturan tingkat bunga melalui kebijakan moneter sistem konvensional

kemungkinan akan berpengaruh terhadap perbankan syariah.

Faktor ketiga yang diduga mempengaruhi perbedaan besar dampak

kebijakan moneter terhadap perbankan syariah dan perbankan konvensional

adalah kondisi dan karakteristik struktur modal,asset dan kapitalisasi perbankan

syariah. Munurut sudut pandang lending channel, terdapat kanal trasmisi

kebijakan moneter yang terlaksana melalui kredit bank. Pengetatan moneter akan

mempengaruhi jumlah deposit yang kemudian akan diikuti pengurangan supplay

kredit bank kepada nasabah. Jika pengaruh berkurangnya deposit sebagai

pendanaan lainya, maka takanan kebijakan moneter ini akan mempunyai efek

yang signifikan.

Menurut Kashyap and Stein (2004), lending channel akan sangat efektif

bagi bank kecil yang mempunyai struktur modal sederhana yang hampir

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

5

seluruhnya ditopang oleh deposit dan saham biasa. Pengaruh lending channel

bank juga lebih kuat dirasakan oleh bank yang memiliki asset likuid dan

berkapitalisasi kecil. Bank berlikuiditas kecil tidak dapat melindungi portopolio

pinjaman (loan portofolio) mereka dari pengetatan moneter dengan merubah kas

dan sukuritas yang dimiliki. Sedang bank berkapitalisasi kecil hanya mempunyai

sedikit akses ke pasar untuk memperoleh uninsured funding, sehingga pembiyaan

bank tersebut lebih bergantung pada tekanan kebijakan moneter.

Dengan landasan pandangan tersebut, maka secara teori besar pengaruh

kebijakan moneter pada perbankan syariah akan ditentukan juga oleh kondisi dan

karakteristik struktur modal, asset, dan kapitalisasi perbankan syariah. Perbedaan

kondisi dan karakteristik struktur modal, asset, kapitalisasi, antara perbankan

syariah dan perbankan konvensional akan menjadi penyebab perbedaan

pengaruh kebijakan moneter yang diterima masing-masing sistem perbankan.

Dengan latar belakang ketiga hal tersebut diatas, yaitu adanya dikotomi

antara perbankan syariah dan perbankan konvensional, metode yang digunakan

BI dalam mengambil kebijakan moneter serta kondisi struktur modal, likuiditas

kapitalisasi. Karakteristik nasabah perbankan syariah saat ini, maka efektifitas

pengaruh moneter konvensional yang diterapkan BI saat ini kemungkinan

mempunyai effek dan kecendurungan yang berbeda dengan perbankan

konvensioanal.

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

6

Namun disisi lain kebijakan moneter konvensional ini mempunyai

pengaruh yang kuat pada sector riil perekonomian (GDP) dan berorientasi pada

pencapaian target inflasi tertentu. Perkembangan sektor riil dan tingkat inflasi

akan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perbankan syariah yang

menggunakan konsep bagi hasil untuk menggantikan bunga ini, berorientasi pada

sektor riil. Disamping itu dominasi sistem konvensional yang telah mengakar dan

secara realitas interaksi pelaku ekonomi dan interaksi aktivitas ekonomi

perbankan syariah konvensional sangat erat, maka pengaruh kebijakan moneter

konvensional terhadap perbankan syariah mempunyai arah trend kecenderungan

yang sama dengan perbankan konvensional, alasan itulah yang mendorong

penulisan skripsi ini yang berjudul “ Analisis hubungan antara Kebijakan

Moneter Terhadap Dana Pihak Ketiga Pada Perbankan Syariah Di Indonesia”

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah SWBI (Sertifikat Bank Indonesia), Inflasi, dan GDP Riil adalah

faktor-faktor konfirmatori pembentukan variabel kebijakan moneter ?

2. Apakah Giro wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah adalah

faktor-faktor konfirmatori pembetukan variabel dana pihak ketiga ?

3. Bagaimana hubungan antara kebijakan moneter terhadap dana pihak ketiga?

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalah diatas maka tujuan penelitian adalah

sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis SWBI (Sertifikat Bank Indonesia), Inflasi, dan GDP

Riil adalah faktor-faktor konfirmatori pembentukan variabel kebijakan

moneter

b. Untuk manganalisis Giro wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito

mudhorabah adalah faktor-faktor konfirmatori pembentukan variabel dana

pihak ketiga

c. Untuk menganalisis apakah ada hubungan anatara kebijakan moneter

terhadap dana pihak ketiga

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penelitian ini di harapkan

dapat bermanfaat bagi:

a. Penulis

Untuk mengimplementasikan ilmu yang penulis peroleh selama

kuliah pada program SI Jurusan Manajemen.

b. Perbankan Syariah

Pengaruh kebijakan moneter konvensional terhadap perbankan

syariah ini menjadi topik yang akan dibahas lebih lanjut. Kajian pengaruh

Page 21: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

8

kebijakan moneter terhadap perbankan syariah ini dapat bermanfaat untuk

evaluasi perkembangan sistem perbankan syariah serta sebagai bahan awal

kajian dalam menentukan metode kebijakan moneter sistem syariah.

c. Bagi Mahasiswa

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan penelitian lebih lanjut

(bagi yang berminat).

d. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi tambahan yang dapat di gunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan analisis kebijakan moneter terhadap

perbankan syariah khususnya pada dana pihak ketiga.

e. Perguruan Tinggi

Penelitian ini akan menambah kepustakan dibidang manajemen

perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah

wawasan pengetahuan, khususnya tentang kebijakan moneter pada

perbankan syariah.

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah merupakan alat utama selain kebijakan fiskal

yang digunakan pemerintah untuk mempengaruhi kecepatan arah dan

keseluruhan aktivitas ekonomi, yaitu untuk mempengaruhi tingkat keluaran

agregat, tenaga kerja, serta harga.

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki

keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Jumlah uang

beredar, dalam analisis ekonomi makro, memiliki pengaruh penting terhadap

tingkat output perekonomian, juga terhadap stabilitas harga-harga. Uang yang

beredar terlalu tinggi tanpa disertai kegiatan produksi yang seimbang, akan

ditandai dengan meningkatnya harga-harga pada seluruh barang dalam

perekonomian atau dikenal dengan istilah inflasi.

1. Instrument Kebijakan Moneter

Suatu otoritas moneter mempunyai pengaruh yang penting,

walaupun secara tidak langsung, terhadap trend tingkat harga, output, dan

nilai tukar uang suatu Negara. Otoritas moneter atau bank sentral melakukan

hal tersebut melalui kemampuanya dalam mengendalikan penawaran uang

dan kredit bank, serta malalui pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

10

kredit, dan perkembangan sektor financial pada sebuah perekonomian.

Pengaruh spesifik yang lain adalah kemampuan bank sentral untuk

mengendalikan jumlah maksimum suku bunga yang dibayarkan terhadap

jumlah simpanan tertentu kepada bank-bank dan menentukan proporsi saham

yang dapat dibeli melalui kredit. Dalam hal-hal tertentu bank sentral dapat

mempunyai kekuasaan temporer untuk mengendalikan kredit komersial,

kredit perumahan, dan kredit konstruksi, atau kredit lainnya. Bank sentral

dalam melakukan kebijakanya mempunyai empat instrument utama yaitu:

a. Operasi pasar terbuka yang bertujuan mempengaruhi jumlah uang beredar.

Operasi pasar terbuka dilakukan dengan pembelian dan penjualan

sekuritas pemerintah yang biasanya berbentuk obligasi

b. Discount rate, instrument kebijakan moneter ini berkaitan dengan fasilitas

yang dimiliki oleh bank untuk meminjam uang secara langsung kepada

bank sentral. Pinjaman tersebut biasanya berbentuk direct advance atau

over draf yang disekuritasi dengan asset-aset tertentu (biasanya sekuritas

pemerintah ) pada saat sekarang.

c. Cadangan minimum, salah satu bentuk pengaturan lainnya adalah

ketentuan cadangan lainnya adalah ketentuan cadangan minimum.

Peraturan ini untuk meminjam pemilik uang atau nasabah deposan dapat

menarik depositnnya. Namun semua deposit nasabah dicadangkan karena

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

11

bagi bank sendiri cadangan minimum ini merugikan karena merupakan

dana menganggur yang tidak menghasilkan pendapatan bagi bank.

d. Pengawasan pinjaman dan pembujukan moral (moral suasion). Tujuan

utama dari melaksanakan pengawasan pinjaman secara selektif adalah

untuk memastikan bahwa bank-bank umum memberikan pinjaman-

pinjaman dan melakukan investasi –investasi sesuai dengan yang

diinginkan bank sentral

2. Mekanisme Transmisi kebijakan moneter

Transmisi melalui kanal tingkat suku bunga IS-LM, Saluran tingkat

suku bunga merupakan mekanisme transmisi moneter model IS-LM

keynesian yang telah menjadi ajaran utama dalam makro ekonomi. Menurut

pandangan IS-LM Keynesian, pada ekspansi moneter, transmisi moneter

menyebabkan rangkaian hubungan yang dapat digambarkan sebagai berikut

M↑→i,↓→I↑→ Y↑ dimana (M↑) menunjukan suatu ekspansi kebijakan

moneter yang mendorong pada penurunan tingkat suku bunga riil, ( i,↓), yang

berarti menurunkan biaya modal, sehingga menyebabkan peningkatan pada

penguluaran investasi,(I↑) , dan pada akhirnya akan mendorong peningkatan

permintaan agregrat dan peningkatan penawaran output (Y↑ )

Walaupun Keynes pada mulanya menekankan kanal ini bekerja

melalui keputusan belanja investasi bisnis, riset selanjutnya mengetahui

bahwa keputusan belanja masyarakat untuk rumah dan barang tahan lama juga

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

12

merupakan keputusan investasi. Sehingga pengeluaran masyarakat untuk

belanja rumah barang tahan lama masuk dalam hitungan investasi

Satu hal penting dari mekanisme transmisi tingkat suku bunga

adalah penekanan pada suku bunga riil, bukan nominal, yang mempunyai

peran mempengaruhi keputusan konsumen dan bisnis dan suku bunga jangka

panjang, bukan tingkat suku bunga jangka pendek, yang merupakan faktor

utama yang mempengaruhi pengeluaran belanja. Pandangan ekspektasi

rasional juga menyatakan tingkat suku bunga jangka panjang merupakan rata-

rata dari tingkat ekspektasi tingkat suku bunga jangka pendek dimasa depan,

sehingga tingkat suku bunga kanal melaui harga perumahan dan harga tanah.

3. Prinsip Kebijakan Moneter Yang Sehat

a. Mempunyai satu tujuan akhir yang diutamakan (overriding objective),

yaitu sasaran inflasi, sebagai kontribusi pokok kebijakan moneter dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, sasaran inflasi

ditetapkan dengan mempertimbangkan pengaruhnya (trade-off) dengan

pertumbuhan ekonomi.

b. Kebijakan moneter bersifat antisipatif atau forward looking, yaitu dengan

mengarahkan kebijakan moneter yang ditempuh saat ini diarahkan untuk

mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan pada periode yang akan datang

mengingat adanya efek tunda (lag) kebijakan moneter.

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

13

c. Mengikatkan diri kepada suatu mekanisme tertentu dalam membuat

pertimbangan penentuan respon kebijakan moneter. Dalam penetapan

respon kebijakan moneter, bank sentral mempertimbangkan perkiraan

inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta berbagai variabel lain.

d. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat (good governance),

yaitu berkejelasan tujuan, konsisten, transparan, dan berakuntabilitas.

4. Bank Indonesia (BI) Dalam Kebijakan Moneter

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun

1999 tentang Bank Indonesia (BI). Tujuan BI adalah mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tersebut BI mempunyai

tugas utama, menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan

menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.

Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, BI

berwewenang menetapkan sasaran - sasaran moneter dengan memperhatikan

sasaran laju inflasi yang ditetapkan.

Tugas BI ini mengalami perubahan sejak diterapkannya undang

tersebut, yaitu dari multiple objektif (mendorong pertumbuhan ekonomi,

menciptakan lapangan kerja, dan memelihara kestabilan rupiah) menjadi

single objective (mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah) dengan

demikian tingkat keberhasilan BI akan lebih mudah diukur dan

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Page 27: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

14

Kestabilan nilai rupiah tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar

yang terjadi. Tingkat inflasi tercermin dari naiknya harga barang-barang

secara umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi dapat dibagi menjadi

2 macam, yaitu takanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan dari sisi

penawaran. Dalam hal ini, BI hanya memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi takanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan

tekanan inflasi dari sisi penawaran ( bencana alam, musim kemarau, distribusi

tidak lancar, dll) sepenuhnya berada diluar pengadilan BI. Dengan

keterbatasan ini, untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang

rendah dan stabil, maka BI membutuhkan kerja sama dan komitmen dari

seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta. Nilai tukar rupiah

sepenuhnya ditetapkan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi

dipasar. Apa yang dapat dilakukan oleh BI adalah menjaga agar nilai rupiah

berfluktuasi secara tajam.

Seperti dikemukakan diatas bahwa kontrol BI atas inflasi sangat

terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karaena itu, BI

selalu melakukan assessment terhadap perkembangan perekonomian.

Khususnya terhadap kemungkin inflasi. Respon kebijakan moneter BI

didasarkan kepada hasil assessment tersebut. Namun pengadilan inflasi tidak

bisa dilakukan hanya melalui kebijakan moneter, melainkan juga kebijakan

ekonomi makro lainnya seperti kebijakan fiskal dan kebijakan disektor riil.

Page 28: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

15

Sasaran akhir kebijakan moneter BI dimasa depan pada dasarnya

lebih diarahkan untuk menjaga inflasi. Pemilihan inflasi sebagai sasaran akhir

ini sejalan pula dengan kecenderungan perkembangan terakhir bank-bank

sentral didunia, dimana banyak bank sentral yang beralih untuk lebih

memfokuskan diri pada upaya pengadilan inflasi. Alasan yang mendasari

perpunahan tersebut adalah, pertama, bukti-bukti emperis menunjukan bahwa

dalam jangka panjang kebijakan moneter hanya dapat mempengaruhi tingkat

inflasi, kebijakan moneter tidak dapat mempengaruhi variabel riil, seperti

pertumbuhan output ataupun tingkat pengangguran. Kedua, pencapaian inflasi

rendah merupakan prasyarat bagi tercapai sasaran makro ekonomi lainnya,

seperti pertumbuhan pada tingkat kapasitas penuh dan penyediaan lapangan

kerja yang seluas-luasnya. Ketiga, yang terpenting penetepan tingkat inflasi

rendah sebagai tijuan akhir kebijakan moneter akan menjadi nominal anchor

berbagai kegiatan ekonomi strategi yang digunakan oleh BI dalam mencapai

sasaran inflasi yang rendah adalah:

a. Mangkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur tranmisi kebijakan

b. Menentukan sasaran akhir kebijakan moneter

c. Mengidentifikasi variabel yang menyebabkan tekanan-tekanan inflasi

d. Memformulasikan respon kebijakan moneter

Sedangkan target inflasi sasaran akhir adalah berupa laju inflasi

yang diperoleh dari indeks harga konsumen dan laju inti ( core atau

Page 29: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

16

underlying inflation) adalah sebagai sasaran operasional BI dalam

menjalankan fungsi- fungsi bank sentral terhadap bank syariah mempunyai

instrumen sebagai berikut:

a. Giro wajib minimum adalah simpanan minimum bank-bank umum dalam

bentuk giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan

presentase tertentu dari dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga adalah giro

wadiah, tabungan dan deposito mudharabah, serta kewajiban lain. GWM

ini adalah kewajiban bank dalam rangka mendukung pelaksanaan prinsip

kehati-kehatian pebankan serta juga sebagai instrument moneter

b. Sertikat investasi mudharabah antar bank syariah (sertifikat IMA) adalah

instrument yang digunakan bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk

mendapatkan keuntungan dan dilain pihak sebagai sarana penyedia jangka

pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana. Sertifikat ini

berjangka waktu 90 hari, diterbitkan oleh kantor pusat bank syariah

dengan format dan ketentuan standar dari BI

c. Sertifikat wadiah bank Indonesia (SWBI). SWBI adalah instrument BI

yang sesuai dengan syariah islam yang digunakan dalam operasi moneter

terbuka. SWBI dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan

likuiditas sebagai saran penitipan jangka pendek. Pemberian bonus bagi

SWBI ditentukan berdasarkan parameter sertifikat IMA

Page 30: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

17

5. Kebijakan Moneter Dalam Syariah

Adapun instrumen moneter syariah adalah hukum syariah. Hampir

semua instrument moneter pelaksanaan kebijakan moneter konvensional

maupun surat berharga yang menjadi underlying-nya mengandung unsur

bunga. Oleh karena itu instrumen-instrumen konvensional yang mengandung

unsur bunga (bank rates, discount rate, open market operation dengan

sekuritas bunga yang ditetapkan didepan) tidak dapat digunakan pada

pelaksanaan kebijakan moneter berbasis Islam. Tetapi sejumlah instrument

kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah pakar ekonomi Islam

masih dapat digunakan untuk mengontrol uang dan kredit, seperti Reserve

Requirement, overall and selecting credit ceiling, moral suasion and change

in monetary base.

Dalam ekonomi Islam, tidak ada sistem bunga sehingga bank sentral

tidak dapat menerapkan kebijakan discount rate tersebut. Bank Sentral Islam

memerlukan instrumen yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan

ekonomi moneter dalam ekonomi Islam. Dalam hal ini, terdapat beberapa

instrumen bebas bunga yang dapat digunakan oleh bank sentral untuk

meningkatkan atau menurunkan uang beredar. Penghapusan sistem bunga,

tidak menghambat untuk mengontrol jumlah uang beredar dalam ekonomi.

Page 31: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

18

Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter

dalam ekonomi Islam, antara lain :

a. Reserve Ratio, adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang

harus dipegang oleh bank sentral, misalnya 5 %.

b. Moral Suassion, bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk

meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka ketika

ekonomi berada dalam keadaan depresi. Dampaknya, kredit dikucurkan

maka uang dapat dipompa ke dalam ekonomi

c. Lending Ratio, dalam ekonomi Islam, tidak ada istilah Lending (

meminjamkan ), lending ratio dalam hal ini berarti Qardhul Hasan

(pinjaman kebaikan).

d. Refinance Ratio, adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga.

Ketika refinance ratio meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat,

dan ketika refinance ratio turun, bank komersial harus hati-hati karena

mereka tidak di dorong untuk memberikan pinjaman.

e. Profit Sharing Ratio, ratio bagi keuntungan (profit sharing ratio) harus

ditentukan sebelum memulai suatu bisnis. Bank sentral dapat

menggunakan profit sharing ratio sebagai instrumen moneter, dimana

ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar, maka ratio

keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan

Page 32: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

19

f. Islamic sukuk, adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi,

pemerintah akan mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang akan

mengalir ke bank sentral dan jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi

sukuk memiliki kapasitas untuk menaikkan atau menurunkan jumlah uang

beredar. Government Investment Certificat

6. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)

Salah satu sifat tingkat suku bunga adalah sangat mudah berubah.

Situasi ini sring terjadi dalam kurun waktu yang singkat terutama tingkat suku

bunga jangka pendek. Tingkat suku bunga jangka panjang relatif kurang

fluktuasi dibandingkan dengan tingkat suku bunga jangka pendek, namun

untuk saat ini cenderung ikut bergerak naik turun dalam jangka pendek

terutama setelah diperkenalkan berbagai jenis surat berharga berjangka

panjang dengan menggunakan system floating rate yang selalu disesuaikan

dengan kondisi tingkat suku bunga di pasar jangka pendek.

Dalam transaksi pasar keuangan financial market yang terdiri dari

system perbankan, pasar uang, dan pasar modal yang pada dasarnya

merupakan transaksi pinjam meminjam dana, sisi supply (penawaran) adalah

cermin dari keseluruhan dana yang dipinjamkan (lending), sedangkan sisi

demand (permintaan) merupakan cerminan dari keseluruhan dana yang akan

dipinjam. Harga dari dana di pasar uang merupakan tingkat bunga. Apabila

penawaran dana melebihi permintaan dana, artinya jumlah dana yang

Page 33: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

20

dipinjamkan lebih besar dari jumlah dana yang di pinjam, tingkat bunga akan

berada di atas equilibrium sehingga tingkat bunga akan turun. Sebaliknya

apabila permintaan lebih besar dari penawaran, berarti jumlah dana yang akan

dipinjam melebihi jumlah dana yang akan dipinjamkan maka tingkat bunga

cenderung akan naik.

Dalam perbankan konvensional yang dijadikan benchmark untuk

penentuan tingkat suku bunga adalah suku bunga bank Indonesia (SBI) untuk

periode satu bulan maupun tiga bulan sedangkan untuk perbankan syariah

dikenal dengan sertifikat wadiah bank Indonesia (SWBI), yang merupakan

untuk penitipan dana jangka pendek bank yang kelebihan likuiditas untuk

jangka waktu satu minggu, dua minggu dan maksimum satu bulan. Dan atas

penempatan dana tersebut bank Indonesia memberikan bonus yang mengacu

kepada tingkat indikasi imbalan sertifikat investasi mudharabah antar bank

(IMA) pada pasar uang antar bank syariah (PUAS).

SWBI digunakan bank syariah dalam hal apabila terjadi kelebihan

dana, SWBI merupakan surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia

dengan menggunakan prinsip wadiah yad addhamanah. Dengan demikian

banak Indonesia memberikan bonus tertentu atas penempatan dana tersebut.

Produk SWBI merupakan produk kontroversional yang masih membutuhkan

penyelesaian hingga saat ini. Beberapa kalangan menganggap SWBI sama

Page 34: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

21

saja dengan sistem SBI sebagaimana yang dikenal dalam sistem perbankan

konvensional

Skema SWBI

2b. Penyerahan Barang

1.Akad

3. pengembalian uang plus bonus

2.a penerbitan SWBI

Sumber : Zulkifli, Hal, 90, 2003

7. Inflasi

Berdasarkan pengertiannya, ada 2 konsep dalam pengertian inflasi inti.

Pertama, inflasi inti sebagai komponen inflasi yang cenderung ‘menetap’ atau

persisten (persistent component) di dalam setiap pergerakan laju inflasi.

Kedua, inflasi inti sebagai kecenderungan perubahan harga-harga secara

umum (generalized component). Core inflation pada beberapa literature

disebut juga dengan underlying inflation. Inflasi inti inilah yang dapat

dipengaruhi atau dikendalikan oleh BI. Di dalam operasionalnya, BI tidak

menggunakan inflasi IHK sebagai acuan dalam mengambil kebijakan

moneter, namun menggunakan inflasi inti.

Penggunaan inflasi inti sebagai sasaran operasional dikarenakan inflasi

inti dapat memberikan signal yang tepat dalam memformulaskan kebijakan

Mustawda (B.I)

Muwaddi’ (Bank )

Page 35: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

22

moneter. Sebagai contoh, dalam hal terjadi gangguan permintaan (demant

shock) yang mengakibatkan inflasi tinggi, respon bank sentral akan

mengetatkan uang beredar sehingga tingkat inflasi dapat ditekan. Disamping

itu, kebijakan tersebut dapat juga untuk menyesuaikan kembali pertumbuhan

ekonomi pada tingkat yang sesuai dengan kapasitas perekonomian.

Sebaliknya, jika inflasi meningkat karena terjadinya gangguan penurunan

disisi penawaran (supply side), misalnya kenaikan harga makanan karena

musim kering maka kebijakan uang ketat justru dapat memperburuk tingkat

harga dan pertumbuhan ekonomi. Respon yang dapat dilakukan oleh bank

sentral adalah kebijakan melonggarkan likuiditas perekonomian justru

diperlukan untuk menstimulir penigkatan penawaran.

BI menetapkan IHK sebagai tergetnya, seperti yang diterapkan

disemua Negara yang menganut sistem target inflasi secara eksplesit. Ada

berapa alasan yang mendasari dipilihnya IHK mengukur target bank sentral,

baik dari sisi teoritis maupun dari segi kepraktisannya. Kelebihan

digunakannya IHK ini antara lain adalah merupakan alat ukur yang paling

tepat dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat karena IHK

mengukur indeks biaya hidup konsumen. Seperti yang berlaku pada Negara –

nagara yang lain institusi yang bertugas mengumpulkan data statistik selalu

memfokuskan sebagian besar sumber dayanya untuk menghasilkan data IHK

yang reliable dibandingkan indeks harga lainnya, sehingga hasil pengukuran

Page 36: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

23

IHK selalu memiliki kualitas yang lebih baik dan selalu tersedia secara tepat

waktu.

Dilihat dari asalnya, tekanan inflasi dapat dibedakan atas domestic

pressures (berasal dari dalam negari ) dan external pressures ( berasal luar

negeri ). Tekanan yang berasal dari dalam negeri dapat diakibatkan oleh

adanya gangguan dari sisi penawaran dan permintaan serta kebijakan yang

diambil dari instansi lain, misalnya kebijakan penghapusan subsidi

pemerintah, kenaikan pajak, dll. Gangguan dari sisi penawaran dapat timbul

apabila terjadi musim kering yang mengkibatkan gagal panen, terjadinya

bencana alam, gangguan distribusi tidak lancar dan adanya kerusuhan-

kerusuhan sosial yang berakibat terputusnya pasokan dari luar daerah.

Gangguan dari sisi permintaan dapat terjadi apabila otoritas moneter

menerapkan kebijakan uang longgar.

8. Produk Domestik Bruto (PDB)

PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang

diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya

per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan

pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut.

Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa

memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor

produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul

Page 37: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

24

faktor produksi yang digunakan.. PDB Nominal (atau disebut PDB Atas

Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan

pengaruh harga. Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga

Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari

harga. PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu

pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk

PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:

PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor -

impor

B. Dana Pihak Ketiga Pada Perbankan Syariah

Data yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) sampai dengan akhir tahun

2008 menunjukkan bahwa Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan

Syariah di Indonesia yang kian merosot. Nilai dana masyarakat di bank

syariah pada akhir Juli 2008 sebesar Rp 32,90 triliun, nilai tersebut lebih kecil

Rp 150 miliar dibandingkan dengan dana masyarakat per akhir Juni, yang

sebesar Rp 33,05 triliun. Penurunan tersebut diindikasikan karena persaingan

antara bank syariah dengan bank konvensional yang semakin ketat, dalam

bentuk agresifitas bank umum dalam menawarkan bunga.

Saat likuiditas di pasar ketat, bank umum berupaya menggaet dana

masyarakat dengan mengerek bunga tinggi. Tentunya bunga tinggi ini hanya

Page 38: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

25

diberikan pada berbagai produk yang tidak diikutsertakan dalam program

penjaminan. Sehingga faktor utama yang menjadi bahan pertimbangan

nasabah adalah perolehan bunga dan imbal hasil yang tinggi. Laporan yang

dirilis oleh BI menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga di bank umum

didominasi oleh nasabah korporat, yaitu institusi dan perusahaan yang

memiliki nilai rata-rata diatas Rp. 100 juta untuk simpanan tabungan atau

deposito.

Sedangkan nasabah ritel faktor utama yang menjadi bahan

pertimbangan adalah berbagai jenis pelayanan dan kemudahan yang

ditawarkan, sehingga di pasar retail persaingan bunga cenderung diabaikan.

Untuk mempertahankan besaran dana masyarakat, bank syariah kini mulai

memberikan nisbah atau bagi hasil simpanan yang lebih kompetitif. Beberapa

bank Syariah yang sudah mulai kompetitif memperbaiki struktur nisbahnya

diantaranya adalah Niaga Syariah dengan tingkat nisbah berkisar 9,5%-10%

untuk nasabah institusi dan untuk nasabah ritel berkisar 7,75%-8,75%; BSMI

juga menaikkan nisbah dari 8,5%-9% menjadi sekitar 10%.

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang diterapkan di perbankan

Syariah secara umum meliputi 3 yaitu sebagai berikut:

Page 39: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

26

1. Giro Wadiah

Bank Islam dapat memberikan jasa simpanan giro dalam bentuk

rekening wadiah. Dalam hal ni bank islam menggunakan prinsip wadiah

yad dhamanah. Dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus

menjamin pembayaran kembali minimal simpanan wadiah. Dana tersebut

dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dan berhak atas

pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam

kegiatan komersial. Pemilik simpanan dapat menarik kembali

simpanannya sewaktu-waktu, baik sebagian atau seluruhnya.

Bank tidak boleh menyatakan atau menjanjikan imbalan atau

keuntungan apapun kepada pemegang rekenig wadiah dan sebaliknya

pemegang rekening juga tidak boleh mengharapkan atau meminta imbalan

atau keuntungan atas rekening wadiah. Setiap imbalan atau keuntungan

yang dijanjikan dapat dianggap riba. Namun demikian bank atas

kehendaknya sendiri, dapat memberikan imbalan berupa bonus (hibah )

kepada pemilik dana (pemegang rekening wadiah) Ciri-Ciri Giro wadiah

adalah :

a. Bagi pemegang rekening disediakan cek untuk mengoperasikan

rekeningnya

Page 40: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

27

b. Untuk membuka rekenig diperlukan surat referensi nasabah lain atau

pejabat bank, dan menyetor sejumlah dana minimum (yang ditentukan

kebijakan masing-masing bank )sebagai setoran awal

c. Calon pemegang rekening tidak terdaftar dalam daftar hitam bank

Indonesia

d. Penarikan dapat dilakukan setiap waktu dengan cara menyerahkan

cek atau intruksi tertulis lainya

e. Tipe rekening:

1) Rekening perorangan

2) Rekening pemilik tunggal

3) Rekening bersama (dua orang atau lebih )

4) Rekening organisasi atau perkumpulan yang tidak berbadan

hukum

2. Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah adalah simpanan dana yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang

telah disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat

lainnya yang disamakan dengan itu. Tabungan yang dibenarkan secara

syariah adalah tabungan yang didasarkan dengan prinsip mudharabah dan

wadiah. Adapun ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah

adalah sebagai berikut:

Page 41: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

28

a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai sohibul mal atau

pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola

dana.

b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan

berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

dan mengembangkannya termasuk didalamnya mudharabah dengan

pihak lain.

c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan

bukan piutang.

d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan

diuangkan dalam akan pembukuan rekening.

e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan

menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah

tanpa persetujuan dengan yang bersangkutan.

Dalam tabungan berdasarkan mudharabah, nasabah bertindak

sebagai shahibul mal atau pemilik dana, bank bertindak sebagai mudharib

atau pengelola dana. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat

melakukkan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah dan mengembangkannya termasuk didalamnya

mudharabah dengan pihak lain.

Page 42: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

29

Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah

dan dituangkan dalam akad pembukuan rekening dan bank tidak

diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan

yang bersangkutan. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional

tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

Dalam tabungan berdasarkan wadiah dana bersifat sebagai simpanan dan

bias diambil kapan saja, serta tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali

dalam bentuk pembelian yang bersifat suka rela dari pihak bank.

3. Deposito Mudharabah

Deposito mudharabah atau lebih tepatnya lagi deposito investasi

mudharabah merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga

(perseroan atau badan hukum ) yang menarikanya hanya dilakukan hanya

dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan

mendapat imbalan bagi hasil. Imbalan dalam bentuk berbagi pendapatan

(revenue sharing ) atas penggunaan dana tersebut secara syariah dengan

proporsi pembagian katakanlah 70: 30, 70% untuk deposan dan 30%

untuk bank. Jangka waktu deposito mudharabah berkisar antara 1 bulan, 3

bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

Deposito berjangka (time and investment account). Baik pribadi

maupun maupun badan / lembaga. Akad menerima deposito adalah

wadiah, atau mudharabah dimana bank menerima dana masyarakat

Page 43: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

30

barjangka 1,3,6,12 bulan dan seterusnya, sebagai penyertaan semantara

pada bank. Deposan yang akad depositnya wadi’ah mendapat nisbah bagi

hasil hasil keuntungan yang lebih kecil dari mudharabah dari bagi hasil

yang diterima bank dalam pembiyaan / kredit nasabah.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian selanjutnya oleh Pariyo yang berjudul Analisis Pengaruh

Variabel Makro Ekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga (Pada Bank

Muammalat) ,skripsi Universitas Indonesia Jakarta. Pengujian menggunakan

persamaan regresi yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator),pada

tahapan ini diperiksa kelayakan model, dengan melakukan, Uji F dan R

square (R2) untuk menilai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat,

Uji T, pemeriksaan heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan 2

variabel makro yaitu SBI, Valuta Asing, berdasarkan pengujian yang

dilakukan bahwa untuk variabel valuta asing negatif, hal ini disebabkan ketika

nilai rupiah mengalami penurunan, maka DPK akan mengalami peningkatan

sebaliknya jika rupiah mengalami apresiasi maka DPK akan mengalami

penurunan, sedangkan pada variabel SBI bernilai positif dengan DPK hal ini

berarti bila SBI naik maka DPK akan turun atau sebaliknya.

Penelitian lain dilakukan oleh Ramli (2002) Analisis Pengaruh

Kebijakan Moneter Yang Menentukan Rasio Pembayaran Deviden Dan

Deposito Syariah. Dalam penelitian ini dilakukan 63 sampel perusahaan dari

Page 44: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

31

tahun 1999 sampai tahun 2001 pengujuan dilakukan regresi berganda dengan

dua variabel independen yaitu earning pershare dan debt to equity ratio

sedangkan variabel dependennya deviden pershare dari penelitian tersebut

diperoleh hasil hanya variabel earning pershare dari penelitian tersebut

deperoleh hasil hanya variabel earning pershare saja yang berpengaruh positif

terhadap besarnya deviden..

Penelitian selanjutnya oleh Heri sudarsono yang berjudul

Perkembangan Dan Prospek Bank Syariah Di Indonesia, penelitian ini

dilakukan di Bank Muammalah Indonesia, dan mengambil data bulanan yaitu

dari tahun 1987-2003. dan dalam melakukan penelitian menggunakan analisis

regresi berganda. Yaitu untuk mengetahui seberapa besar naiknya tingkat

perkembangan syariah di Indonesia.

Penelitian Kusdiyanto (hal 17 2004) yang meneliti Pengaruh

Beberapa Faktor Terhadap Dana Pihak Ketiga Bank-Bank Umum Devisa Di

Indonesia, sebelum dan sesudah pakto, dalam penelitian digunakan variabel

bebas suku bunga deposito dan total aktiva yang mempunyai pengaruh positif

dan signifikan terhadap jumlah deposito bank baik sebelum maupun sesudah

pakto 1988

Page 45: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

32

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2

r

Operasionalisasi Variabel (reflective measurement Theory)

Hasil Penelitian

Hipotesis Teori

Model pengukuran (Revlective factor models)

Perbaikan model

MASALAH PENELITIAN

PENGUJIAN MODEL PENGUKURAN CFA

Overall Model fit test

Model tidak fit

Uji signifikan koefisien bobot faktor (nilai P dan kooefisien yang bobot faktor yang distandarkan )

Validitas Construk (convergent validity, varience extracted, construct relibity, discrimunant validity)

INTERPRETASI HASIL

Indikator yang tidak valid dan

tidak reliabel di drop

Data

Page 46: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

33

E. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis

dibawah ini pada dasarnya merupakan jawaban semantara terdapat suatu

masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang

dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Penelitian

a. Adanya hubungan antara SWBI, Inflasi, Dan GDP Riil terhadap

kebijakan moneter

b. Adanya hubungan antara Giro wadiah, tabungan mudharabah,

deposito mudharabah terhadap dana pihak ketiga

2. Hipotesis Statistik

H0 : ρi = Terdapat pengaruh yang signifikan antara SWBI, Inflasi, Dan

GDP Riil terhadap kebijakan moneter

H1 : ρi = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara SWBI, Inflasi,

Dan GDP Riil terhadap kebijakan moneter

H0 :ρi = Terdapat pengaruh yang signifikan antara Giro wadiah, tabungan

mudharabah, deposito mudharabah terhadap dana pihak ketiga

H1: ρi = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Giro wadiah,

tabungan mudharabah, deposito mudharabah terhadap dana

pihak ketiga

Page 47: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

34

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

B. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini di gunakan untuk mengetahui besar hubungan antara

moneter terhadap perbankan Syariah dilakukan dengan mengkaji hubungan

antara dana pihak ketiga perbankan syariah terhadap indikator kebijakan

moneter. Penelitian ini dilakukan pada bank Indonesia. Dengan mengunakan

sampel pada Bank Mua’mmalat, Bank Mega Syariah, dan Bank Syariah

Mandiri.

C. Metode Penentuan Sampel

Pada penelitian ini metode penentuan sampel yang akan dilakukan

adalah purposive sampling dengan menggunakan data sekunder. Data

sekunder didapat dari laporan keuangan perbankan syariah dalam bentuk

laporan triwulan statistik perbankan syariah. untuk periode 2004-2008 atau

mencakup 360 data pada bank syariah yang sedang berkembang.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam setiap panelitian ada beberapa tahapan yang harus dilakukan

tahapan tersebut diantaranya meliputi cara pengumpulan data dan informasi

yaitu melalui metodelogi penelitian.

1. Sumber data : Data sekunder dari laporan keuangan BI didepan DPR RI

untuk data inflasi, GDP Riil, tingkat bunga SWBI. Sedangkan data dana

Page 48: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

35

pihak ketiga adalah data laporan Triwulan perbankan syariah yang

dikeluarkan Bank Syariah Mandiri, Bank Mu’ammalat dan Bank Mega

Syariah. Data tersebut diolah kedalam bentuk data triwulan untuk

menyesuaikan dengan data GDP Riil, inflasi, dan SWBI

2. Teknik pengelolaan data: Data triwulan dari seluruh variabel diolah

dengan menggunakan AMOS 16.0. Variabel terikatnya adalah dana pihak

ketiga Sedangkan variabel bebasnya adalah inflasi, GDP Rill, suku bunga

SWBI.

E. Metode Analisis

1. Analisis Faktor Konfirmatori (confirmatori Factor Analysis).

Analisis Faktor Konfirmatori (confirmatori Factor Analysis).

Pada tahun 1950-an dan 1960-an analisis faktor mendapatkan popularitas

dikalangan para peneliti dan dikembangakan lebih lanjut oleh para peneliti

seperti Joreskog (1967) dan Lawley (1971) yang menggunakan

pendekatan atas Maksimum Likelihood (ML). pendekatan Maksimum

Likelihood ini memungkinkan para peneliti menguji hipotesis bahwa ada

sejumlah faktor yang dapat menggambarkan interkorelasi antar variabel.

Dengan konsep meminimumkan fungsi Maksimum Likelihood

maka didapatkan Likelihood Ratio Chi-square Test untuk menguji

hipotesis bahwa model yang dihipotesiskan cocok atau sesuai (Fit) dengan

data. Pengembangan lebih lanjut menghasilkan metodologi analisis

Page 49: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

36

Konfirmatori Faktor (Confirmatory Factor Analysis) yang

memungkinkan pengujian hipotesis berkaitan dengan jumlah faktor dan

pola loadingnya.

Model pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengukuran respesifikasi model karena heywood case yaitu untuk

mengukur dimana setiap set variabel berfungsi sebagai indikator dari

konstruk yang berbeda dan kedua konstruk tersebut berkorelasi satu sama

lain.

Analisis Konfirmatori atau sering disebut dengan Confirmatory

Factor Analisis (CFA) didesain untuk menguji multidimensional dari

suatu konstruk teoritis. Analisis ini sering juga disebut menguji validitas

suatu konstruk teoritis.

Variabel laten yang digunakan dalam penelitian dibentuk

berdasarkan konsep teoritis dengan beberapa indikator atau manifest.

Analisis Konfirmatori ingin menguji apakah indikator-indikator tersebut

merupakan ukuran unidimensionalitas dari suatu konstruk laten.

a. Menguji Model Pengukuran

3) Uji Kesesuaian Model : Uji Unidemensionalitas

Setelah model pengukuran berhasil dirumuskan, maka

berdasarkan dataset sampel, parameter model estimasi dan diuji

kesesuiannya dengan data. Ada dua tujuan yang ingin dicapai

Page 50: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

37

melalui pengujian kesesuaian model pengukuran, yaitu sebagai

berikut :

(a) Mengevaluasi apakah model pengukuran yang diusulkan Fit

atau tidak dengan data. Dalam hal ini, model pengukuran

dikatakan Fit dengan data apabila model dapat mengestimasi

matriks kovariansi populasi ( yang tidak berbeda dengan

matriks kovariansi data sampel (S). hal tersebut

mengidentifikasikan bahwa hasil estimasi dapat diberlakukan

terhadap populasi. Diterjemahkan menurut ukuran Goodness-

Of-Fit-Test (GFT) utama, hal tersebut dijelaskan dengan nilai

P-hitung statistik Chi-square yang dihasilkan model lebih

besar atau sama dengan 0,05, nilai RMSEA lebih kecil dari

0,08 dan atau niali CFI lebih besar dari 0,90.

(b) Mengevaluasi apakah model pengukuran yang diusulkan

bersifat unidimensional atau tidak. Suatu model pengukuran

dikatakan memiliki sifat unidimensional apabila modelnya Fit

dengan data serta indikator-indikatornya hanya mengukur satu

variabel laten. Dengan kata lain, secara empirik modelnya

merupkan Congeneric dan bukan Non Congeneric Model.

Page 51: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

38

4) Uji kesesuaian Kedua Konstruk : Uji Validitas Reabilitas indikator

Apabila dari hasil pengujian kesesuian model

menunjukan model pengukuran tidak Fit dengan data maka model

perlu diperbaiki. untuk memperbaiki model langkah pertama yang

harus dilakukan adalah menguji kebermaknaan (Tes Of

Significance) koefisien suatu bobot faktor. Tujuan menentukan

Validitas dan Reliabilitas masing-masing indikator dalam

mengukur variabel latennya.

Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa suatu indikator

dikatakan Valid dan Reliabel mengukur variabel latennya apabila:

(a) Secara statistik koefisien bobot faktor signifikan dengan nilai

P-hitung yang lebih kecil dengan tingkat kesalahn 0,005 (5%).

(b) Besarnya estimasi koefisien bobot faktor yang distandarkan

untuk masing-masing indikator tidak kurang dari 0,40 atau

0,50

Berdasarkan hasil uji kebermaknaan (Validitas dan

Reliabilitas) koefisien bobot faktor, perbaikan model pengukuran

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Jika dari hasil uji

kebermaknaan ditemukan ada bobot faktor yang tidak signifikan

(P-hitung> 0,05) dan atau estimasi koefisien bobot faktor yang

distandarkan ada yang kurang dari 0,40 atau 0,50 diindikasikan

Page 52: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

39

indikator tersebut tidak valid dalam mengukur variabel latennya.

Apabila ditemukan ada indikator yang tidak valid maka indikator

tersebut didrop atau dikeluarkan dari model pengukuran (Hair dkk,

2006). Artinya, model pengukuran diperbaiki dan koefisien bobot

faktor diestimasi ulang.

b. Validitas konstruk

Validitas Konstruk memberikan kepercayaan bahwa ukuran

indikator yang diambil dari sampel menggambarkan skor

sesungguhnya di dalam populasi. Ada empat ukuran validitas konstruk

yaitu Convergent Validity, Variance Extracted, Construct Reliability

dan Discriminant Validity.

5) Convergent Validity

Konstruk yang tinggi, maka nilai loading yang tinggi pada

suatu faktor (konstruk laten) menunjukan bahwa mereka Converge

pada suatu titik. Syarat yang harus dipenuhi, pertama Loading

faktor harus signifikan. Oleh karena loading faktor yang signifikan

bisa jadi masih rendah nilainya, maka standardized loading

estimate harus sama dengan 0.50 atau lebih dan idealnya 0.70.

6) Variance Extracted

Dalam analisis Faktor Konfirmatori, prosentase rata-rata

nilai Variance Extracted (AVE) antar item atau indikator suatu set

Page 53: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

40

konstruk laten merupakan ringkasan convergen indikator. AVE

dapat dihitung dengan menggunakan nilai Standardized loading

dengan rumus sebagai berikut:

AVE = total kuadrat standardized factor loading

= Menunjukan Standardized Factor Loading

i = Jumlah item dan indikator validitas

AVE dihitung sebagai total kuadrat Standardizes Loading

ditambah total varians dari error. Nilai AVE sama dengan atau

diatas 0.50 menunujukan adanya convergent yang baik. Nilai AVE

harus dihitung untuk setiap konstruk laten.

7) Construct ReLiability (CR)

Reliabilitas juga merupakan salah satu indikator validitas

convergent. Besarnya nilai Construct Reliability (CR) dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CR =

Page 54: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

41

Construct Reliability 0.70 atau lebih menunujukan reliabilitas

yang baik. Sedangkan reliabilitas konstruk 0.60 – 0.70 masih

dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model baik

8) Discriminan Validity

Discriminant validity mengukur sampai seberapa jauh suatu

konstruk benar-benar berbeda dari konstruk lainnya. Nilai dari

diskriminant validity yang tinggi memberikan bukti bahwa suatu

konstruk adalah unik dan mampu menangkap fenomena yang diukur.

Cara mengujinya adalah membandingkan nilai akar kuadrat AVE

( dengan nilai korelasi antar konstruk).

F. Operasional Variabel

TABEL 3.1 Operasional Variabel Penelitian

Variabel Laten Definisi Operasional

Kebijakan moneter Diukur dengan menggunakan variabel makro ekonomi dengan indikator

1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (X1) 2. Inflasi (X2) 3. GDP Riil (X3)

Dana pihak ketiga Diukur dengan menggunakan 3 indikator 4. Giro wadiah (X4) 5. Tabungan mudharabah (X5) 6. Deposito mudharabah (X6)

Page 55: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

42

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gamabaran Umum Objek Penelitian

Perkembangan perbankan syariah secara kuantitatif menunjukan hal yang

menggembirakan. Ini terlihat dari indikator seperti perkembangan volume usaha

serta semakin lengkapnya produk pendukung di perbankan syariah, demikian pula

dengan jaringan yang semakin banyak dan hamper tersedia di ibukota propinsi

hamper seluruh wilayah Indonesia. Total asset bank Syariah juga menunjukan

pertumbuhan yang tinggi sehingga telah meningkatkan pangsa bank syariah

1. Sejarah Singkat Perbankan Syariah

Sejarah perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia

mencerminkan dinamika aspirasi dan keinginan dari masyarakat Indonesia

sendiri untuk memiliki sebuah alternatif sistem perbankan menerapkan sistem

bagi hasil yang menguntungkan bagi nasabah dan bank. Rintisan praktek

perbankan syariah dimulai pada awal tahun 1980-an, sebagai proses pencarian

alternatif sistem perbankan yang diwarnai oleh prinsip-prinsip transparansi,

berkeadilan, seimbang, dan beretika. Sebagai sebuah uji coba, masyarakat

bersama-sama dengan akademisi kemudian mencoba mempraktekkan gagasan

tentang bank syariah tersebut dalam skala kecil, seperti pendirian Bait Al-

Tamwil Salman di Institut Teknologi Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di

Jakarta. Keberadaan badan usaha pembiayaan non-bank yang mencoba

Page 56: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

43

menerapkan konsep bagi hasil ini semakin menunjukkan, bahwa masyarakat

Indonesia membutuhkan hadirnya alternatif lembaga keuangan syariah untuk

melengkapi pelayanan oleh lembaga keuangan konvensional yang sudah ada.

Mengamati semakin berkembangnya aspirasi masyarakat Indonesia untuk

memiliki lembaga keuangan syariah, maka para pemuka agama yang

tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI) selanjutnya menindaklanjuti

aspirasi masyarakat tersebut dengan melakukan pendalaman tentang konsep-

konsep keuangan syariah termasuk sistem perbankan syariah. Pada tanggal

18-20 Agustus 1990, MUI menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan

Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian

dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional Keempat MUI di Jakarta

pada 22-25 Agustus 1990, yang menghasilkan amanat bagi pembentukan

kelompok kerja pendirian bank Islam pertama di Indonesia. Kelompok kerja

ini disebut Tim Perbankan MUI yang bertugas untuk secara konkrit

menindaklanjuti aspirasi dan keinginan masyarakat tersebut serta melakukan

berbagai persiapan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Pengembangan

sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-

banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur

Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan

yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama,

sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis

Page 57: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

44

mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan

kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan

prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling

menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan

dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai

kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan

spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam

produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan

yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan

yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia

tanpa terkecuali.

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya

penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat

merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta

menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya

penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung

kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-

transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem

keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan

Page 58: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

45

kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka

menengah-panjang.

Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka

pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki

landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara

lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang

mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima

tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam

mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.

melalui perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, keberadaan

sistem perbankan syariah semakin didorong perkembangannya. Berdasarkan

Undang-Undang No.10 Tahun 1998, Bank Umum Konvensional

diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,

yaitu melalui pembukaan UUS (Unit Usaha Syariah). Dalam UU ini pula

untuk pertamakalinya nama “bank syariah” secara resmi menggantikan

istilah “bank bagi hasil” yang telah digunakan sejak tahun 1992. Dalam

perjalanan waktu, pengalaman membuktikan bahwa sistem perbankan syariah

telah menjadi salah satu solusi untuk membantu menyokong perekonomian

Page 59: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

46

nasional dari krisis ekonomi dan moneter tahun 1998. Sistem perbankan

syariah terbukti mampu menjadi penyangga stabilitas sistem keuangan

nasional ketika melewati guncangan. Kemampuan itu semakin mempertegas

posisi sistem perbankan syariah sebagai salah satu potensi penopang

perekonomian nasional yang layak diperhitungkan. Pada akhirnya, sistem

perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah

perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh

masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Dengan positioning khas perbankan

syariah sebagai ''lebih dari sekedar bank'' (beyond banking), yaitu perbankan

yang menyediakan produk dan jasa keuangan yang lebih beragam serta

didukung oleh skema keuangan yang lebih bervariasi, diyakini bahwa di

masa-masa mendatang akan semakin tinggi minat masyarakat Indonesia untuk

menggunakan bank syariah. Dan pada gilirannya hal tersebut akan

meningkatkan signifikansi peran bank syariah dalam mendukung stabilitas

sistem keuangan nasional, bersama-sama secara sinergis dengan bank

konvensional dalam kerangka Dual Banking System (sistem perbankan ganda)

Arsitektur Perbankan Indonesia (API)

Page 60: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

47

2. Perkembangan Usaha

a. Perkembangan Ragam Usaha

1) Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Di Indonesia

Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan

syariah dan meletakkan posisi serta cara pandang Bank Indonesia

dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, selanjutnya

Bank Indonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan “Pengembangan

Perbankan Syariah di Indonesia”. Dalam penyusunannya, berbagai

aspek telah dipertimbangkan secara komprehensif, antara lain kondisi

aktual industri perbankan syariah nasional beserta perangkat-perangkat

terkait, trend perkembangan industri perbankan syariah di dunia

internasional dan perkembangan sistem keuangan syariah nasional

yang mulai mewujud, serta tak terlepas dari kerangka sistem keuangan

yang bersifat lebih makro seperti Arsitektur Perbankan Indonesia

(API) dan Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) maupun

international best practices yang dirumuskan lembaga-lembaga

keuangan syariah internasional, seperti IFSB (Islamic Financial

Services Board), AAOIFI dan IIFM.

Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk

memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi

secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka

Page 61: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

48

arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu

kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan

Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan

demikian upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian

dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana strategis dalam

skala yang lebih besar pada tingkat nasional.

“Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” memuat visi,

misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan

inisiatif strategis dengan prioritas yang jelas untuk menjawab

tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun waktu 10 tahun ke

depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang

signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam

aktivitas keuangan nasional, regional dan internasional, dalam kondisi

mulai terbentuknya integrasi dgn sektor keuangan syariah lainnya.

Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih

diarahkan pada pelayanan pasar domestik yang potensinya masih

sangat besar. Dengan kata lain, perbankan Syariah nasional harus

Page 62: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

49

sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas

layanan dan kinerja yang bertaraf internasional.

Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin

diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang

modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat

Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang

menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah

yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian

permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan

dengan tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana

bangsa ini menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara

demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan syariah akan

senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia

sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan negeri.

2) Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah

Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan

syariah di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah

Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai

strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek

strategis, yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan

Page 63: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

50

syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan

syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar

secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih beragam,

peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang

memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank.

Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan

sebagai tahap implementasi dari grand strategy pengembangan pasar

keuangan perbankan syariah, antara lain adalah sebagai berikut:

Pertama, menerapkan visi baru pengembangan perbankan

syariah pada fase I tahun 2008 membangun pemahaman perbankan

syariah sebagai Beyond Banking, dengan pencapaian target asset

sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II

tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai

perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dengan pencapaian

target asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar

75%. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia

sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian

target asset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar

81%.

Page 64: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

51

Kedua, program pencitraan baru perbankan syariah yang

meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning

baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan

kedua belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif

dengan produk dan skema yang beragam, transparans, kompeten

dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu up-date

dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang

memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah “bank syariah lebih

dari sekedar bank atau beyond banking”.

Ketiga, program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap

potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan

pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi

semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi

masing-masing bank syariah.

Keempat, program pengembangan produk yang diarahkan

kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan

value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan

jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang

mudah dipahami.

Page 65: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

52

Kelima, program peningkatan kualitas layanan yang didukung

oleh SDM yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang

mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu

mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah

secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan

Keenam, program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara

lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung,

maupun tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site),

yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan

produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat.

b. Perkembangan Keuntungan

Perbankan syariah adalah lembaga investasi dan perbankan yang

beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Sumber dana yang

didapatkan harus sesuai dengan syara’, alokasi investasi yang dilakukakan

bertujuan untuk menumbuhkan ekonomi dan sosial masyarakat serta

melakukan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan nilai-nilai syariah.

Dari definisi tersebut jelas bahwa perbankan syariah tidak hanya semata-

mata mencari keuntungan dalam operasionalnya akan tetapi terdapat nilai-

nilai sosial kemasyarakatan dan spititualisme yang ingin dicapai.

Page 66: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

53

Eksistensi perbankan syariah di Indonesia ditandai dengan

dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk pada tahun 1991

diprakarsai oleh Majelis ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah

Indonesia, dan memulai kegiatan operasionalnya pada tahun 1992.

Sewaktu terjadi krisis ekonomi moneter di Indonesia, Bank Muamalat

Indonesia dengan sistem syariahnya menjadi satu-satunya bank yang tidak

terkena imbas dari krisis ekonomi tersebut.

Konsep Ekonomi Syariah diyakini menjadi “sistem imun” yang

efektif bagi Bank Muamalat Indonesia sehingga tidak terpengaruh oleh

gejolak krisis ekonomi pada waktu itu ternyata menarik minat pihak

perbankan konvensional untuk mendirikan Bank yang juga memakai

sistem syariah. Pada tahun 1999, perbankan syariah berkembang luas dan

menjadi tren pada tahun 2004. Hingga hari ini, sudah berdiri tiga bank

yang beroperasi dengan sistem syariah atau bank umum syariah. Ketiga

bank tersebut adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri

(BSM), dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). Belum lagi ditambah

dengan Unit Usaha Syariah dari bank-bank konvensional seperti BNI

Syariah, BRI Syariah, HSBC Ltd, dll. Bank Pembanguan Daerah (BPD)

pun tidak mau ketinggalan untuk membuka Unit Usaha Syariah seperti

Bank Sumsel Syariah, dan perbankan syariah Indonesia akan semakin

semarak dengan hadirnya Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

Page 67: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

54

Dengan perkembangan yang cukup signifikan ini, perbankan

syariah nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu pancang

perekonomian Indonesia yang kuat dan menjadi solusi terbaik terhadap

permasalahan-permasalahan perekonomian yang ada di masyarakat saat

ini, terutama bagi mereka yang memiliki Usaha Kecil dan Menengah,

yang sangat membutuhkan pinjaman dana dari bank untuk usahanya.

Keberadaan Bank Syariah di Indonesia secara kuantitas maupun

aktivitas menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan,

terutama sejak berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah. Menurut data yang dikeluarkan Bank Indonesia melalui Statistik

Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), total kantor Bank Syariah

di Indonesia yang pada tahun 2005 hanya berjumlah 550 menjadi 1.107

pada bulan Juni 2009 yang tersebar hampir di seluruh propinsi . Dari segi

pendanaan berdasarkan golongan pembiayaan cenderung meningkat

drastis khusunya golongan pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah

(UKM) yang pada tahun 2005 berjumlah Rp. 273.212.000.000 meningkat

hampir tiga kali lipat sejumlah Rp. 744,060.000.000 pada bulan Juni 2009.

Komposisi pembiayaan berdasarkan jenis penggunaan juga cukup

menjanjikan, modal kerja dengan pangsa sebesar 52,8 % , investasi

dengan pangsa 20,6% dan sisanya untuk konsumsi yaitu sebesar 26%.

Masih banyak data dan fakta lain yang membuktikan bahwa

Page 68: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

55

perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup prospektif. Dengan

ini diharapkan peran perbankan syariah dalam mendukung perekonomian

nasional akan semakin signifikan.

Sistem transaksi yang diterapkan oleh perbankan syariah

mengacu pada azas keadilan, yaitu sistem bagi hasil (profit sharing). Bank

syariah tidak menawarkan bunga melainkan rasio (nisbah) antara

keuntungan yang akan diperoleh nasabah dengan pihak bank, misalnya

60:40 artinya 60 persen keuntungan bagi nasabah dan sisanya merupakan

keuntungan bagi bank. Karena itu besar-kecilnya keuntungan yang

diterima nasabah tergantung dari keuntungan yang didapat oleh bank.

Berbeda dengan bank syariah, bank konvensional sudah menentukan besar

bunga terlebih dahulu tanpa memperhitungkan apakah bank sedang

mendapatkan keuntungan besar atau kecil.

Operasional sistem perbankan syariah yang berdasarkan prinsip

bagi hasil (profit sharing) memberikan sebuah solusi baru yang saling

menguntungkan bagi masyarakat dan bank, investasi yang beretika,

mengutamakan azas kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi

dan menghindari transaksi spekulatif. Dengan kata lain dua keuntungan

sekaligus yang akan kita peroleh dengan bertransaksi sesuai syariah yaitu

keuntungan duniawi dan ukhrawi (akhirat).

Page 69: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

56

Empat hal yaitu Halal, Prospektif, Adil dan Menguntungkan

yang menjadikan Perbankan Syariah bukan saja menjadi alternatif

melainkan solusi. Solusi dalam menyeimbangkan nilai-nilai duniawi

dengan ukhrawi (akhirat) dalam setiap transaksi keuangan kita

B. Penemuan Dan Pembahasan

Dalam penemuan dan pembahasan ini akan di verifikasi model

ekonometrika yang digunakan untuk mengistimasikan hubungan antara kebijakan

moneter pada perbankan syariah. Model Confirmatory Factor Analisis (CFA)

masing-masing dengan variabel kebijakan moneter (SWBI, Inflasi dan GDP Riil)

terhadap dana pihak ketiga ( Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito

Mudharabah) perbankan syariah dan model ini dihasilkan oleh program AMOS.

Berdasakan model ini diestimasikan perubahan dana pihak ketiga ( Giro

Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah) perbankan syariah

terhadap perubahan indikator kebijakan moneter (SWBI, Inflasi dan GDP Riil) .

Analisis besar perubahan, perbandingan dengan hasil perbankan syariah, serta

analisis terhadap hal-hal yang dapat menjadi penyebabnya, akan di bahas dengan

menghubungkan dan memperhatikan data kondisi perbankan syariah periode

triwulan 2004 sampai dengan 2008. Analisis gabungan sebagai representasi

hubungan antara kebijakan moneter terhadap dana pihka ketiga pada perbankan

syariah diuraikan dalam bab ini

Page 70: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

57

1. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatori Factor Anlisysis /Cfa)

a. Menguji Model Pengukuran

Model pengukuran yang digunakan respesifikasi model karena

Heywood case, dimana variabel laten yang diteliti, diukur hanya

berdasarkan pada indikator-indikator yang dikandung oleh variabel laten

tersebut. Analisis konfirmatori ingin menguji apakah indikator-indikator

tersebut merupakan ukuran unidemensionalitas, secara emperis ovaral

measurement meliputi, cocok atau fit dengan data pengujian

unidemensional meliputi uji kesesuaian model (overall medel fit test ) uji

kebermaknaan (tes of significance ) masing-masing kooefien bobot faktor

dan evaluasi reabilitas konstruk.

Jadi model yang di hipotesiskan terdiri dari kebijakan moneter dan

dana pihak ketiga. Dimana setiap set variabel berfungsi sebagai indikator

dari konstruk yang berbeda dan kedua varibel tersebut berkorelasi satu

sama lain.

Adapun dalam penelitian ini terdiri dari 6 indikator yaitu SWBI,

Inflasi, GDP Rill, Giro wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito

mudharabah. Adapaun tahapan-tahapan dalam melakukan CFA melalui

beberapa tahap.

Page 71: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

58

1) Uji Kesesuaian Model : Uji Unidemensionalitas dan Uji Validitas

Reabilitas indicator

Uji unidemensionalitas dimaksudkan untuk mengetahui

kesesuaian model pengukuran diterjemahkan berdasarkan ukuran

Goodness-Of-Fit-Tes(GFT) utama, hal tersebut ditunjukan oleh

nilai P-hitung statistic Chi-Square yang dihasilkan oleh model

lebih besar atau = 0,05, nilai RAMSEA <0.08, dan atau nilai GFI

dan AGFI > 0.90 menilai goodness-of-fit merupakan tujuan utama

dalam persamaan struktural yaitu ingin mengetahui sampai

seberapa jauh model yang di hipotesiskan “fit” atau cocok dengan

sampel data, jika terdapat goodness-of-fit yang jelek, langkah

selanjutnya adalah mendeteksi sumber penyebab “misfit” dalam

model hal ini dapat dilihat dari parameter estimate, kesesuaian

nilai standar error dan signifikan statistic dari parameter estimate.

(Imam Ghozali, “Model – Model Persamaan Struktural Konsep &

Aplikasi”, 2008)

Page 72: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

59

(a) Hasil tampilan output dengan diagram jalur tahap 1

DIAGRAM 4.1 Output 1 Dengan Diagram jalur

.01

kebijakan Moneter

.25

DPK

.02

X3

.00

e3

1.00

1

X2

.00

e2.041

X1

.00

e1.09

1

X6

.02

e6

1.00

1

X5

.01

e51.211

X4

.03

e41.60

1

Chi-squares=3.699Prob=.883GFI=.940

AGFI=.842TLI=1.070

RMSEA=.000

Sumber : Hasil output CFA dengan menggunakan AMOS 16

Informasi yang diperoleh dari hasil CFA menunjukan bahwa,

hasil pada uji kesesuaian model tahap pertama diperoleh

informasi hasil CFA menujukan hasil Chi-Squre sebesar 3.

699dengan probabilitas = 0.883 model lebih besar dari 0.05

bahwa di simpulkan bahwa model fit dengan data, tetapi apabila

dilihat dari kriteria fit lainnya yang dapat dilihat pada tabel

dibawah ini adalah sebagai berikut:

Page 73: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

60

TABEL 4.1 Kriteria Fit

Model GFI >0.90 AGFI>0.90 RMSEA<0.08

Default model 0.940 0.842 0.000

Pada tabel dapat kita lihat nilai GFI = 0.940, AGFI = 0.842,

GFI sudah memenuhi kriteria nilai fit sedangkan AGFI

mempunyai nilai dibawah 90% (kriteria nilai fit > 0.90 ) dan

nilai RMSEA = 0.000 mempunyai nilai yang disyaratkan yaitu

sesuai yang disyaratkan < 0.08, maka model dinyatakan fit.

Untuk memperbaiki model pengukuran maka bobot faktor

yang memiliki kurang dari nilai yang distandarkan yaitu 0.50 yang

berarti indikator tersebut tidak valid dan tidak reliabel dalam

mengukur model variabel yang diteliti sehingga pada analisis

perbaikan model. Selanjutnya indikator-indikator tersebut harus

dikeluarkan. Dari tabel dibawah ini kita dapat mengukur kedua veribel

untuk menentukan indikator-indikator mana yang harus dikeluarkan.

(Imam Ghozali, “Model – Model Persamaan Struktural Konsep &

Aplikasi”, 2008)

TABEL 4.2

Regression Weights

Page 74: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

61

Estimate S.E C.R. P Label

X3 <--- kebijakan Moneter 1.000

X2 <--- kebijakan Moneter .040 .060 .674 .500 par_2

X1 <--- kebijakan Moneter .089 .097 .914 .361 par_3

X6 <--- DPK 1.000

X5 <--- DPK 1.208 .087 13.815 *** par_4

X4 <--- DPK 1.596 .129 12.325 *** par_5

Sumber : Hasil output CFA dengan menggunakan AMOS 16

Bila dilihat dari hasil Regression Weights terhadap

masing-masing setiap konstruk menunjukan 2 indikator yang

tidak signifikan atau kurang dari 0.50 yaitu X2 ( 0.40). Hal

tersebut mangandung arti bahwa indikator tersebut tidak

memiliki validitas dan reabilitas yang memadai dalam

mengukur varibel laten kebijakan moneter terhadap dana pihak

ketiga perbankan syariah. Oleh kerena itu modelnya harus

diperbaiki

TABEL 4.3

Standardized Regression Weights

Page 75: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

62

Estimate X3 <--- kebijakan Moneter 1.597 X2 <--- kebijakan Moneter .152 X1 <--- kebijakan Moneter .373 X6 <--- DPK .966 X5 <--- DPK .988 X4 <--- DPK .975

Sumber : Hasil output CFA dengan menggunakan AMOS 16

Sedangkan pada hasil uji kebermaknaan dilihat dari

Standardized Regression Weights terhadap masing-masing

setiap konstruk menunjukan 2 indikator yang tidak signifikan

atau kurang dari 0.50 yaitu X1( 0.373) dan X2 ( 0.152). Hal

tersebut mangandung arti bahwa 2 indikator tidak memiliki

validitas dan reabilitas yang memadai dalam mengukur varibel

laten kebijakan moneter terhadap dana pihak ketiga perbankan

syariah. Oleh kerena itu modelnya harus diperbaiki.

Pada analisis perbaikan model kedua, penulis tidak

langsung mengeluarkan 2 indikator tersebut sekaligus, tapi

dengan cara bertahap satu persatu sampai mendapatkan model

pengukuran yang baik (fit).

Page 76: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

63

(b) Hasil Output 2

Berikut ini analisis perbaikan model dengan diagram

jalur tahap ke 2 setelah indikator yang tidak valid (indikator X1

) didrop dari model, maka terbentuklah model baru seperti pada

diagram 4.2 sebagai berikut:

DIAGRAM 4.2 Output 2 Dengan Diagram Jalur

Sumber : Hasil output CFA dengan menggunakan AMOS 16 Hasil analisis perbaikan model tahap ke 2 yang

menghasilkan model fit. Untuk itu analisis selanjutnya yaitu

Page 77: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

64

Evaluasi Reability Construk dan Varience Extrated

menggunakan perbaikan model ke 2

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai nilai-nilai yang

dihasilkan atas perbaikan model yang dilakukan tabel dibawah

ini dapat menjelaskan perbaikan model yang dilakukan, tabel

dibawah ini dapat menjelaskan perubahan-perubahan nilai-nilai

yang dihasilkan dari uji kesesuaian model atau uji

unidemensionalis dari tahap 1 sampai 2 guna untuk mendapatkan

model yang baik atau fit. Adapun hasil dan kesesuaian tahap

pertama sampai tahap ke 2 sebagai berikut:

TABEL 4.4 Analisis Model Tahap 1dan 2

Tahap 1 2

Chi-Squares 3.699 1.012

Prob 0.883 0.908

GFI = > 0.90 0.940 0.980

AGFI = > 0.90 0.842 0.924

TLI = > 0.90 1.070 1.108

RAMsea= < 0.80 0.000 0.000

Berdasarkan tebel ditas, terlihat uji kesesuaian model

atau uji unidimensionalitas kriteria model fit dari tahap 1 sampai

tahap ke 2 perubahan-perubahan tersebut terjadi karena adanya

Page 78: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

65

Heywood Case atau perhitungan indikator-indikator yang tidak

valid, kemudian model pengukuran diestimasi ulang selanjutnya

hasil setiap konstruk tahap kedua dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

TABEL 4.5

Regression Weights

Sumber : Hasil output CFA dengan menggunakan AMOS 16

Bila dilihat dari hasil Regression Weights, berdasarkan

tabel diatas dapat kita lihat bahwa hasil uji setiap konstruk

tahap ke 2 menghasilkan hampir semuanya signifikan dengan

istimasi setiap konstruk yang distandarkan hampir semuanya

lebih besar dari nilai yang disyaratkan sebesar 0.50. hanya

masih ada satu indikator yang memiliki nilai loading dibawah

0.50 yaitu X1 (0.3). untuk analisis selanjutnya indikator X1

Page 79: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

66

harus dibuang dari analisis. Akan tetapi dalam analisis ini

penulis hanya melakukan perbaikan model sampai tahap ke 2,

karena pada tahap ini penulis sudah mendapatkan nilai model

yang memenuhi kriteria Model Fit.

TABEL 4.6

Standardized Regression Weights

Sumber : Hasil output CFA dengan menggunakan AMOS 16

Sedangkan pada hasil uji kebermaknaan dilihat dari

Standardized Regression Weights berdasarkan tabel diatas dapat

kita lihat bahwa hasil uji koefisien bobot faktor tahap ke 2

menghasilkan hampir semuanya signifikan.

Dengan istimasi koefisien bobot faktor yang

distandarkan hampir semuanya lebih besar dari nilai yang

disyaratkan sebesar 0.50. Jadi pada perubahan indikator tahap

yang kedua sudah dikatakan fit

Page 80: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

67

b. Validitas konstruk

1) Convergent Validity

Dikatakan convergent validity jika indikator atau item-item

suatu konstruk laten atau share (berbagi) memeliki proposi varian

yang tinggi. Untuk mengukur validitas konstruk dapat dilihat dari nilai

faktor loadingnya. Pada kasus dimana terjadi validitas konstruk yang

tinggi, maka nilai loading yang tinggi pada suatu faktor (konstruk

laten) menunjukan bahwa mereka converge pada suatu titik. Syarat

yang harus dipenuhi, pertama faktor loading faktor harus disignifikan.

Oleh karena itu loading faktor yang signifikan bisa jadi masih

rendah nilainya, maka standardized loading estimete harus sama

dengan 0,50 atau lebih dan idealnya 0.70. Berdasarkan hasil output

standardized loading estimate diatas, secara umum semua loading

sudah diatas 0.50. (Imam Ghozali, “Model – Model Persamaan

Struktural Konsep & Aplikasi”, 2008)

2) Variance Extracted

AVE dihitung sebagai total kuadrat standardized loading

ditambah total varians dari error. Nilai AVE sama dengan atau ditas

0,50 menunjukan adanya convergent yang baik.

Page 81: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

68

AVE = total kuadrat standardized factor loading

= Menunjukan Standardized Factor Loading

i = Jumlah item dan indikator validitas

TABEL 4.7

Standardized Regression Weights

Sumber : Hasil output CFA dengan menggunakan AMOS 16

Jumlah kuadrat standar loading (∑λi2)

(kebijakan moneter: XI SWBI dan X3 GDP Riil )

= 0.52 + 1.02 = 0.25 + 1 = 1.25

(Dana pihak ketiga X4 giro wadiah X5 tab.mudharabah X6

dep.mudharabah)

Page 82: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

69

= 0.92 + 1.02 + 1.02 = 0.81 + 1 + 1 = 2.81

Jumlah kesalahan pengukuran (measurement error)

Kesalahan pengukuran = 1- λi2 ( kuadrat standard loading)

(kebijakan moneter: XI SWBI dan X3 GDP Riil )

= (1- 0.25) + (1- 1) = 0.75 + 0 = 0.75

(Dana pihak ketiga X4 giro wadiah X5 tab.mudharabah X6

dep.mudharabah)

= ( 1- 0.81+ 1-1 + 1-1) = 0.19 + 0 +0 = 0.19

Jadi AVE untuk konstruk laten :

(kebijakan moneter: XI SWBI dan X3 GDP Riil )

= 1.25: (1.25 + 0.75) = 1.25: 2 = 0.625

(Dana pihak ketiga X4 giro wadiah X5 tab.mudharabah X6

dep.mudharabah)

= 2.81 : ( 2.81 + 0.19) = 2.81 : 3 = 0.94

Jadi dapat disimpulkan bahwa konstruk laten (kebijakan moneter: XI

SWBI dan X3 GDP Riil ) dan kontruk laten (Dana pihak ketiga X4

giro wadiah X5 tab.mudharabah X6 dep.mudharabah) memenuhi

kriteria AVE > 0.50.

3) Construct ReLiability (CR)

Reliability juga merupakan salah satu indikator validitas

convergent construk reability 0.70 atau lebih lebih menunjukan

Page 83: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

70

realibilitas yang baik. Sedangkan reabilitas 0.60- 0.70 masih dapat

diterima dengan syarat validitas indikator dalam model baik (Imam

Ghozali, “Model – Model Persamaan Struktural Konsep & aplikasi”,

2008)

Rumus:

Jumlah standar loading (∑λi)

(kebijakan moneter: XI SWBI dan X3 GDP Riil )

0.5 + 1.0 = 1.5

(Dana pihak ketiga X4 giro wadiah X5 tab.mudharabah X6

dep.mudharabah)

0.9 + 1 + 1 = 2,9

Jumlah kesalahan pengukuran (measurement error)

Kesalahan pengukuran = 1 - λi2 (kuadrat standar loading )

(kebijakan moneter: XI SWBI dan X3 GDP Riil )

(1 – 0.5) + ( 1 – 1.0 ) = 0.5 + 0 = 0.5

(Dana pihak ketiga X4 giro wadiah X5 tab.mudharabah X6

dep.mudharabah)

(1 – 0.9) + (1 – 1.0) + ( 1 – 0.1 ) = 0.1 + 0 + 0 = 0.1

Jadi construct reliability (CR) untuk konstruk laten

CR =

Page 84: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

71

(kebijakan moneter: XI SWBI dan X3 GDP Riil )

= ( 1.5 )2 : ( 1.5 +0.5) = 2.25 : 2 = 1.125

(Dana pihak ketiga X4 giro wadiah X5 tab.mudharabah X6

dep.mudharabah)

(2.9)2 : ( 2.9 + 0.1) = 8.41 : 3 = 2.8

Berdasarkan hasil uji construk reability ( CR) untuk konstruk

laten, didapatkan bahwa semua konstruk laten mempunyai reliabilitas

yang tinggi lebih besar dari 0.70. ( yang di syararatkan baik ), yaitu

dengan nilai konstruk laten, (kebijakan moneter: XI SWBI dan X3

GDP Riil ), dan (Dana pihak ketiga X4 giro wadiah X5 tab.mudharabah

X6 dep.mudharabah) masing- masing memiliki nilai: 1.125 dan 2,8,

dalam hal ini kebijakan moneter terhadap dana pihak ketiga pada

perbankan syariah di Indonesia secara unidemensional, tepat dan

konsisten dapat diukur oleh kelima variabel tersebut

4) Discriminan Validity

Discriminant validity untuk mengukur sampai seberapa jauh

suatu konstruk benar-benar berbeda dengan konstruk lainnya. Nilai

discriminant validity yang tinggi memberikan bukti bahwa suatu

konstruk adalah unik dan mampu menangkap fenomena yang diukur.

Page 85: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

72

Cara mengujinya adalah dengan membandingkan nilai keadrat dari

( )= dengan nilai korelasi antar konstruk.

Berikut nilai kuadrat dari konstruk laten:

(kebijakan moneter: XI SWBI dan X3 GDP Riil )

= (√0.625 ) = 0.79

(Dana pihak ketiga X4 giro wadiah X5 tab.mudharabah X6

dep.mudharabah)

= (√ 0.94 ) = 0.96

Lalu bandingkan dengan dengan nilai korelasi antar konstruk dibawah

ini:

Tabel 4.8

Correlations

Sumber : Hasil output CFA dengan menggunakan AMOS 16 Jadi dapat di simpulkan bahwa kedua kontruk memiliki nilai

diskriminant valididy yang tinggi karena nilai akar kuadrat AVE

kebijakan moneter dan dana pihak ketiga nilainya diatas nilai korelasi

antar konstruk tersebut yaitu: 0.3

Page 86: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

73

C. Interprestasi Hasil

Dengan melihat hasil estimasi hubungan antara kebijakan moneter

terhadap dana pihak ketiga pada perbankan syariah di Indonesia, maka

keseluruhan hubungan antara kebijakan moneter yang diambil oleh BI

mempunyai hubungan pada perbankan syariah khususnya pada dana pihak

ketiga. Pada analisis sebelumya yaitu dengan menggunakan analisis regresi. Yaitu

dengan menggunakan variabel makro yang digunakan 2 yaitu SBI, Valuta Asing,

berdasarkan pengujian yang dilakukan bahwa untuk variabel valuta asing negatif,

hal ini disebabkan ketika nilai rupiah mengalami panurunan maka DPK akan

mengalami peningkatan sebaliknya jika rupiah mengalami apresiasi maka DPK

akan mengalami penurunan, sedangkan pada variabel SBI bernilai positif dengan

DPK hal ini berarti bila SBI naik maka DPK akan terun atau sebaliknya.

Sedangkan dari penelitian ini menggunakan CFA (Confirmatori Factor

Anlisysis). yaitu dengan menggunakan variabel makro SWBI, Inflasi, dan GDP

terhadap dana pihak ketiga ( giro wadiah, tabungan mudharabah dan deposito

mudharabah ) berdasarkan pengujian yang dilakukan bahwa variabel inflasi

bernilai negatif dengan DPK pada periode triwulan yang sama, dari tinjauan

ekonomi hal ini memang sesuai dengan teori. Inflasi muncul ketika masyarakat

cenderung membeli barang dan jasa lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan

(demand inflasion ) atau karena naiknya biaya produksi barang dan jasa (cost

pust inflasion ).

Page 87: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

74

Sehingga baik pada situasi demand inflasion maupun cost pust inflasion

kebutuhan masyarakat terhadap uang untuk mendapatkan barang semakin tinggi,

kebutuhan uang beredar semakin banyak. Pada kondisi inflasi ini masyarakat

cenderung menarik tabungan atau depositonya atau mengurangi rencana

menabung dan akibatnya jumlah deposito perbankan berkurang, dengan demikian

inflasi mempunyai hubungan yang negatife dengan dana pihak ketiga dalam

periode triwulan yang sama.

Hubungan variabel dana pihak ketiga yang diwakili dengan variabel GDP

Riil periode triwulan menunjukan hungan yang positif. Hubungan positif ini dapat

diterima secara subtantif ekonomi. Dana pihak ketiga merupakan fungsi positif

dari investasi, sedangkan investasi mempunyai hubungan positif dengan

pendapatan nasional. Hubungan variabel dana pihak ketiga yang diwakili dengan

variabel SWBI periode triwulan menunjukan hubungan positif dengan DPK

berarti jika SWBI meningkat, maka DPK juga akan mengalami peningkatan

sebaliknya jika SWBI menagalami penurunan maka DPK akan mengalami

penurunan.

Karena disini sudah jelas apabila dilihat dari estimasi malalui analisis

CFA, kebijakan moneter secara unidemensional, tepat, dan konsisten dan dapat

diukur dan di jelaskan oleh kedua indikator, yaitu X1 ( suku bunga SWBI), X3 (

GDP Riil). Dilihat dari estimasinya, validitas terbesar dalam pembentukan

Page 88: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

75

konstruk kebijakan moneter oleh indikator X1 yaitu sebesar 0.5 kemudian diikuti

indikator X3 sebesar 1.

Dana pihak ketiga secara unidemensional tepat, dan konsisten dan dapat

diukur dan di jelaskan oleh ketiga indikator, yaitu X4 ( Giro wadiah), X5 (

tabungan mudharabah ), X6 (deposito mudharabah). Dilihat dari estimasinya,

validitas terbesar dalam pembentukan konstruk dana pihak ketiga oleh indikator

X4 yaitu sebesar 0.9 kemudian diikuti X5 sebesar 1.0 serta X6 sebasar 1.0

Page 89: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

76

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Dalam skripsi ini di bahas hubungan antara kebijakan moneter

terhadap dana pihak ketiga pada perbankan syariah di Indonesia. Hasil

estimasi melalui analisis CFA ( confirmatory factor analisis) tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Secara unidemensional, tepat, dan konsisten, adalah faktor-faktor

konfirmatori pembentukan variabel kebijakan moneter , dapat diukur dan

di jelaskan oleh kedua indikator, yaitu SWBI, dan GDP Riil.

2. Secara unidemensional tepat, dan konsisten, adalah faktor-faktor

konfirmatori pembentukan variabel dana pihak ketiga, dapat diukur dan

di jelaskan oleh ketiga indikator, yaitu Giro wadiah, tabungan

mudharabah, dan deposito mudharabah

3. Terdapat hubungan yang sedikit lemah antara kebijakan moneter terhadap

dana pihak ketiga pada perbankan syariah di Indonesia, dikarenakan ada

satu dari variabel kebijakan moneter yang tidak signifikan yaitu SWBI.

Page 90: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

77

B. Implikasi

Berdasarkan hasil dari kedua model yang digunakan dalam skripsi ini

menunjukan bahwa hubungan antara kebijakan moneter terhadap dana pihak

ketiga. Yaitu masih dipengaruhi oleh SWBI, dan GDP Riil. Hal ini berarti

masih terdapat kanal transmisi yang memungkinkan pengaruh SWBI dan

GDP Riil dapat teradopsi didalam perbankan syariah. Namun bila dilihat dari

model, pengaruh SWBI terhadap dana pihak ketiga relatife kecil, sehingga

efektifitas saluran terbesar transmisi kebijakan moneter BI terhadap

perbankan Syariah ini lebih banyak melalui kanal pembiyaan (lending

channel) dibanding kanal interest rate cost of capital.

Interes rate masuk berpengaruh pada perbankan syariah secara tidak

langsung (karena perbankan Syariah tidak memakai sistem bunga) yaitu

diantaranya melalui kanal benchmarking produk. Dengan demikian untuk

menjaga kemurnian Syar’I, terbebas dari pengaruh bunga, bank syariah perlu

melepaskan diri benchmarking produk-produk dan instrumen syariahnya

dengan produk-produk dan instrument perbankan konvensional. Diantaranya

adalah bank syariah harus berani menghitung return menentukan nisab,

berdasarkan perhitungan riil dan tidak membenchmarking perbankan

konvensional.

Page 91: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

78

Bagi pengambil kebijakan moneter BI, hasil dan metodelogi penelitian

ini dapat digunakan untuk bahan tambahan dalam merumuskan tindakan

kebijakan moneter maupun penentuan instrument kebijakan moneter yang

efektif bagi perbankan syariah didalam sistem perbankan syariah di Indonesia.

Page 92: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

79

Daftar Pustaka

Arifin, Zainul, “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Alfabeth. Jakarta 2002

Bank Syariah , Laporan Triwulan 2004-2008, Bank Indonesia Jakarta Ghozali Imam, “Model – Model Persamaan Struktural Konsep”, Dan

Aplikasi Dengan Program Amos 16.0, Badan Penerbit Universitas Diponogoro Semarang, 2008

Hamid,Abdul.”Panduan Penulisan Skripsi”, Cetakan 2, FEIS UIN

Press,Jakarta, 2007. IBI, 2001, “konsep, produk dan implementasi operasional bank syariah”,

Djambatan , Jakarta Insukindro, “Pendekatan Kointegrasi Dalam Analisis Ekonomi (Studi Kasus

Permintaan Deposito Dalam Valuta Asing Di Indonesi)”, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, vol. 1, No.2, 2007

Insukindro, “Pengaruh Penghinpunan dana Pihak Ketiga Terhadap Total

Pinjaman Yang Diberikan Pada PT. Bank |Pembengunan Daerah Jawa Timur”, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, 2007

Judisseno K. Rmsky, “Sistem Moneter Dan Perbankan Di Indonesia, PT

Gramedia Pustaka Utama”, Jakarta 2005 Karim, Adiwarman Azwar, “Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro”,

IIIT, Jakarta 2002 Karim, Adiwarman Azwar, “Ekonomi Mikro Islam”, IIIT, Jakarta 2002

Karim, Adiwarman Azwar, “Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Islam”, Karim Business Consulting, Jakarta 2002

Kusnendi, “Model – Model Persamaan Struktural Satu Dan Multigroup

Sampel Dengan Lisrel”, Alfabeta Bandung 2008 Kasmir, “Dasar – Dasar Perbankan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2002

Page 93: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

80

Muhamad, “ Pengantar Akuntansi Syariah” , Salemba Empat, Jakarta, 2002 Naim. Inun , “ Akuntasi Inflasi “, Cetakan Ke-5 BPEE, Yogyakarta , 2001 Nurdin Upik Hamdani, “Analisis Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Dan

Pembiyaaan Terhadap Pembentuk Laba Bersih Perbankan Syariah Di Indonesia|”, (Periode Desember 2000-juni 2005), Universitas Erlangga 2006

Pariyo, “Variabel Makro Ekonomi Yang Mempengaruhi Penghimpunan

deposito dan pembiyaan (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia Periode 2000-2003”), Skripsi, UI, Jakarta 2004

Perwataatmadja dan Antonio M Syafi’i, “ Apa dan Bagaimana Bank Islam”,

Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf. 1992 Heri, Sudarsono, “ Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskriptif dan

ilustrasi.” Edisi 3, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2008

Rodoni, Ahmad, “ Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya” Center For

Social And Economics Studies (Cses) Press Jakarta, 2008 Siregar, Hermanto, “Dampak Kebijakan Inflation Targeting Terhadap

Beberapa Variabel Makroekonomi Di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan juli 2006

Sukirno Sadono, “Pengantar Teori Makro ekonomi”, Raja Grafitindo

Persada, Jakarta 1995 Sultan Remy Sjahadeini, “Perbankan Islam”, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,

1999 Suyatno, Thomas, “Kelembagaaan Perbankan” Gramedia Pustaka Utama ,

Jakarta, 2000 Syahril, Syabirin, “Upaya Pemulihan Ekonomi Melalui Ekonomi Kebijakan

Moneter Terhadap Perbankan” Jurnal Ekonomi, 2007

Page 94: ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/844/1/... · ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN MONETER TERHADAP DANA PIHAK KETIGA

81

Warjiyo, Perry, dan Doddy Zulverdi, “Penggunaan Suku Bunga Sebagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneter Di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, Vol 1 no. 1, juli 2007

Wiyono, Slamet, “ Cara Mudah Memakai Akuntansi Perbankan Syariah”,

Grafindo, Jakarta 2005 Www.Bi.go.id