13
ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS DENGAN INFLASI DI INDONESIA (2011.I - 2016.VI) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : RINAWATI B 300 130 116 PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS DENGAN …eprints.ums.ac.id/49899/1/Naskah Publikasi.pdfGranger menunjukkan bahwa nilai tukar dengan inflasi ada juga terjadi hubungan kausalitas

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA

KURS DENGAN INFLASI DI INDONESIA

(2011.I - 2016.VI)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Program Studi Strata I pada Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

RINAWATI

B 300 130 116

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

i

ii

iii

1

ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS DENGAN

INFLASI DI INDONESIA (2011.I - 2016.VI)

Abstrak

Fundamental ekonomi yang salah satunya nilai tukar mata uang lebih

dominan untuk dikaji. Nilai tukar yang berfluktuatif juga mempunyai keterkaitan

dengan sektor rill, dalam hal ini fenomena nilai tukar yang berfluktuatif

berdampak langsung mempengaruhi inflasi begitu pula sebaliknya. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas antara nilai tukar dengan

inflasi. Penelitian ini menggunakan data bulana periode Januari 2011 - Juni 2016,

data diperoleh dari Bank Indonesia (BI). Alat analisis menggunakan uji kausalitas

Granger untuk mengetahui hubungan sebab akibat. Hasil penelitian uji kausalitas

Granger menunjukkan bahwa nilai tukar dengan inflasi ada juga terjadi hubungan

kausalitas satu arah. Berdasarkan dari penelitian ini Bank Indonesia harus dapat

mengendalikan volatilitas nilai tukar yang optimal dalam rangka pencapaian

kestabilan harga dan investasi. Perlunya juga peran pemerintah untuk membantu

bank sentral dalam upaya mengendalikan nilai tukar agar fundamental ekonomi

terjaga stabil dan kuat.

Kata Kunci : Nilai Tukar, Inflasi, Kausalitas, Kausalitas Granger

Abstract

Economic fundamentals that one exchange is dominant for review. The

exchange rate has also fluctuated linkages with the real sector, in this case the

phenomenon of fluctuating exchange rates affect inflation directly affects vice

versa. This study aims to analyze the causality the exchange rate and the inflation

rate. This study uses data bulana the period January 2011 - Juni 2016, the data

obtained from Bank Indonesia (BI). Analysis tools using Granger causality test to

determine the causal relationship. Granger causality test research results show

exchange rate with inflation there have also been a one-way causality. Based on

this research by Bank Indonesia should be able to control the optimal exchange

rate volatility in order to achieve price stability and investment . Also the need for

the government's role to assist the central bank in an effort to control the

exchange rate that maintained stable economic fundamentals and strong.

Keyword : The Exchange Rate, Inflation, Causality, Granger Causality

A. PENDAHULUAN

Proses percepatan pemulihan ekonomi untuk mencapai kondisi

perekonomian seperti sebelum pertengahan tahun 1997 tidak terlepas dari usaha

untuk menciptakan sistem kurs yang mendukung kestabilan dan keterjangkauan

2

kurs. Bahkan sampai saat ini pelaku ekonomi masih dibayangi terjadinya krisis

ekonomi lanjutan yang merupakan akses buruk dari fluktuasi kurs. Hal ini

membawa dampak buruk bagi percepatan proses pemulihan ekonomi. Pemulihan

dampak buruk yang telah dialami dari adanya krisis ekonomi dengan adanya

program stabilisasi ekonomi yang dilakukan pemerintah menggunakan konsep

virtuous cycle melalui perbaikan kepercayaan pasar (market confidence). Dengan

kepercayaan pasar yang baik maka kurs akan stabil karena tekanan spekulasi akan

cenderung berkurang, kurs stabil akan menurunkan tingkat inflasi yang berasal

dari pass through nilai tukar dan ketidakpastian nilai tukar. Dengan inflasi yang

rendah maka suku bunga dapat diturunkan agar dapat merangsang dunia bisnis,

dampak dari penurunan suku bunga tersebut adalah investasi akan meningkat.

Peningkatan investasi tersebut akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

akan menciptakan lapangan kerja dan menurunkan kemiskinan (Mudrajat

Kuncoro, 2009)

Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian yang penting, laju

perubahannya selalu diupayakan rendah dan stabil agar tidak menimbulkan

penyakit makroekonomi yang nantinya akan memberikan dampak ketidakstabilan

dalam perekonomian. Inflasi yang tinggi dan tidak stabil merupakan cerminan

akan kecenderungan naiknya tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus

menerus selama periode waktu tertentu.

Dengan naiknya tingkat harga ini daya beli dari masyarakat akan menurun

akibatnya barang-barang hasil produksi tidak akan habis terjual dan produsen pun

tidak akan menambah besaran investasinya. Apabila besaran investasi berkurang

hal ini akan menyebabkan pendapatan nasional akan menurun, yang merupakan

gambaran dari pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi

kestabilan kegiatan suatu perekonomian yakni sebagai roda pembangunan.

Kurs merupakan salah satu harga yang penting dalam perekonomian

terbuka karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan

penawaran yang terjadi di pasar. Mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca

perdagangan, transaksi berjalan maupun bagi variabel-variabel makro ekonomi

lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu

3

negara. Nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki

kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil. Ketidakstabilan nilai tukar ini

mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional (Triyono,

2008:156). Kenaikan tingkat inflasi yang mendadak dan besar di suatu negara

akan menyebabkan meningkatnya impor oleh negara tersebut terhadap berbagai

barang dan jasa dari luar negeri, sehingga semakin diperlukan banyak valuta asing

untuk membayar transaksi impor tersebut. Hal ini akan mengakibatkan

meningkatnya permintaan terhadap valuta asing di pasar (Admaja, 2002:71).

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis

mencoba membahas lebih lanjut mengenai hubungan diantara kedua masalah

terkait dengan mengangkat judul “Analisis Hubungan Kausalitas antara Kurs

dengan Inflasi di Indonesia tahun 2011.I – 2016.VI.”

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah variabel kurs berpengaruh terhadap variabel

inflasi.

2. Untuk mengetahui apakah variabel inflasi berpengaruh terhadap variabel

kurs.

3. Untuk mengetahui apakah variabel kurs dan variabel inflasi saling

mempengaruhi.

B. METODE

Data yang digunakan adalah data sekunder yang berbentuk runtutan waktu

(Time Series) tiap bulan untuk kurs dan inflasi Indonesia dari tahun 2011.I sampai

tahun 2016.VI, yang diambil dari indikator ekonomi yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia

1. Uji Stasioneritas

Untuk mengetahui data stasioner atau tidak dapat dilihat dengan

membandingkan antara nilai statistik DF atau ADF dengan nilai kritisnya.

Jika nilai absolut statistic DF atau ADF lebih besar dari nilai kritisnya maka

data menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya maka data tidak stasioner.

4

Hipotesis uji ADF adalah: HO : δ = 0 (data tidak stasioner) dengan HA

: δ < 0 (data stasioner). Apabila koefisien δ > 0 (positif), maka uji ADF tidak

valid dikarenakan data urut waktu yang diuji berarti bersifat eksplosif. Model

uji ADF terbaik adalah model yang memiliki nilai akaike information

criterion (AIC) minimum (Gujarati, 2003)

2. Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas granger yaitu untuk menganalisa pola hubungan

kausalitas atau hubungan timbal balik antara dua variabel yang di teliti.

Granger mengemukakan definisi kausalitas adalah variabel X dikatakan

menyebabkan Y jika variasi Y dapat dijelaskan secara lebih baik dengan

menggunakan nilai masa lalu X dibandingkan jika tidak menggunakannya

(Gujarati, 2015).

Keterangan :

KURSt = Kurs Indonesia pada tahun t

INFt = Inflasi Indonesia pada tahun t

n = Jumlah lag

αi,βi,λi,δi = Konstanta

U1,2t = Faktor Gangguan

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Uji Stasioneritas

Hasil Uji Stasioneritas Variabel Kurs

Variabel Model δ τ stat τ (0,05) AIC Prob.

Kurs

1.2 -0.801823 -6.489887 -1.945987 13.71571 0.0000

2.2 -0.804581 -6.458518 -2.907660 13.74441 0.0000

3.2 -0.816557 -6.484456 -3.481595 13.76583 0.0000

5

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Hasil Uji Stasioneritas Variabel Inflasi

Variabel Model δ τ stat τ (0,05) AIC Prob.

Inflasi

1.2 -0.893681 -6.001936 -1.946072 -7.103751 0.0000

2.2 -0.901081 -5.987853 -2.908420 -7.076444 0.0000

3.2 -0.903748 -5.952246 -3.482763 -7.046526 0.0000

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pengolahan data

dengan menggunakan uji ADF menunjukan bahwa kedua variabel stasioner.

Hal ini dapat dilihat dari nilai statistik ADF di atas nilai kritis P-value pada

derajat kepercayaan 5%. Model uji terbaik adalah model yang memiliki nilai

Akaike Information Criterion (AIC) minimum.

2. Uji Kausalitas Granger

Berdasarkan hasil Uji Kausalitas Granger antara kurs dengan inflasi di

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Hasil Uji Kausalitas Granger

Time lag Null Hypothesis: F-Statistic Prob.

K=4 DKURS does not Granger Cause DINF 0.51514 0.7249

DINF does not Granger Cause DKURS 1.36154 0.2597

Sumber : Data Sekunder yang Diolah

Dari hasil pengujian diatas hipotesis nol untuk DKURS (kurs) tidak

mempengaruhi DINF (inflasi), dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (0,7249) >

α (0,05) pada lag 4. Hal ini berarti bahwa Ho diterima, yang berarti bahwa

DKURS tidak menyebabkan DINF. atau dengan kata lain, dapat disimpulkan

bahwa kurs tidak menyebabkan inflasi.

Untuk hasil kedua, hipotesis nol untuk DINF (inflasi) tidak

mempengaruhi DKURS (kurs), dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (0,2597)

> α (0,05) pada lag 4. Hal ini berarti bahwa Ho diterima , yang berarti bahwa

DINF tidak menyebabkan DKURS. Atau dengan kata lain, dapat disimpulkan

bahwa inflasi tidak menyebabkan terjadinya kurs.

6

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak

ada pola hubungan kausalitas antara variabel kurs dan variabel inflasi. Yang

artinya perubahan tingkat kenaikan nilai kurs tidak selalu dipengaruhi oleh

tingkat kenaikan inflasi. Dan sebaliknya, tingkat kenaikan inflasi tidak selalu

dipengaruhi oleh tingkat kenaikan nilai kurs.

D. PENUTUP

a. Kesimpulan

Analisis Kausalitas Granger antara kurs dengan inflasi di Indonesia

memperlihatkan hasil analisis pengolahan data, bahwa tidak terdapat

hubungan kausalitas antara kedua variabel. Hal ini dapat disimpulkan

dengan terlebih dahulu melakukan beberapa pengujian diantaranya sebagai

berikut:

1. Uji Stasioneritas

Hasil uji stasioneritas menunjukkan bahwa variabel kurs dan inflasi

tidak stasioner pada tingkat level, yang ditunjukkan dari ketiga model

terbaik dengan kriteria AIC minimum, menunjukkan bahwa semua model

memiliki nilai τ-statistik lebih kecil dari nilai Mackinon Critical Value

sebesar 5%, sehingga kedua variabel tidak stasioner.

2. Uji Derajat Integrasi

Hasil pengujian derajat pertama (1st Difference) menunjukkan

bahwa nilai kedua variabel telah stasioner. Hal tersebut ditunjukkan dari

semua model terbaik dengan kriteria AIC minimum semua model

memiliki nilai τ-statistik lebih besar atau lebih negatif dari nilai

Mackinnon Critical Value sebesar 5%. Karena data telah stasioner pada

derajat pertama, maka pada pembeda pertama atau ordo pertama data

tersebut dilakukan analisis untuk menguji hipotesis dalam penelitian

melalui kausalitas granger.

3. Uji Kausalitas Granger

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji kausalitas

granger menunjukkan bahwa dari kedua variabel tidak memiliki hubungan

kausalitas atau tidak saling mempengaruhi. Dilihat dari nilai probabilitas

7

kedua variabel > α (0,05) pada lag 4. Dimana hal ini berarti bahwa Ho

diterima atau dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa kedua variabel

tidak saling menyebabkan.

b. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas penulis

memberikan saran :

1. Perlunya peran pemerintah untuk membantu bank sentral dalam upaya

mengendalikan nilai tukar. Dengan mensejalankan kebijakan

pemerintah dengan kebijakan Bank Indonesia, bukan malah

berkebalikan. Pemerintah juga harus memberikan kebijakan fiskal

yang tepat, seperti dengan memberlakukan kuota import, dan

kebijakan dalam perdagangan internasional agar menjaga kestabilan

sektor riil di dalam negeri. Serta otoritas moneter Indonesia dalam hal

ini adalah Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan laju inflasi dan

nilai tukar mata uang di Indonesia.

2. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan jangka waktu yang

lebih panjang agar dapat memprediksi kondisi pertumbuhan ekonomi

dilihat dari perkembangan kurs dan inflasi dalam jangka panjang. Serta

diharapkan dapat menganalisis variabel-variabel lain yang

mempengaruhi inflasi dan kurs. Oleh karena itu perlu dikembangkan

pembahasan dan penelitian lebih lanjut untuk kesempurnaan penelitian

yang sudah ada.

8

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2016. Data Penelitian Kurs dan Inflasi. Surakarta. Situs

www.bi.go.id

Boediono. 2001, Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Gujarati, D.N. 2003. Dasar – Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga

Gujarati, Damodar N. 2010. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Gujarati, Damodar N. 2015. Dasar-Dasar Ekonometrika. Buku II. Edisi

Kelima. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Hady, Hamdy. 2001. Ekonomi Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Joesoef, J.R. 2008. Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing. Jakarta: Salemba

Empat

Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Krugman, Paul R. 2005. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan.

Jakarta: PAU FE UI dan Harper Collins Publishers.

Kuncoro, Mudrajat. 2015, Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: UPP STIM

YKPN.

Langi, Theodores Manuela dkk. 2014, “Analisis Pengaruh Suku Bunga Bi,

Jumlah Uang Beredar, Dan Tingkat Kurs Terhadap Tingkat Inflasi Di

Indonesia”, Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Volume 14 No. 2

Mardiyati, Umi dkk. 2013, “Analisis Pengaruh Niali Tukar, Tingkat Suku

Bunga Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham”, Jurnal Riset

Manajemen Sains Indonesia, Vol. 4, No.1

Muchlas, Zainul dkk. 2015, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs

Rupiah Terhadap Dolar Amerika Pasca Krisis (2000-2010)”, Jurnal

JIBEKA, Volume 9 Nomor 1

Mulyani, Neny. 2014, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar

Rupiah, Dan Produk Domestic Bruto Terhadap Jakarta Islamic

Index”, Jurnal Bisnis Dan Manajemen Eksekutif, Vol. 1, No. 1

9

Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Buku II. Edisi kesatu. Cetakan

Kesepuluh. Yogyakarta: BPFE UGM

Nopirin. 2010. Ekonomi Internasional. Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE

Nurrohim , Muh. 2013, “Analisis Kausalitas Volatilitas Nilai Tukar Mata

Uang Dengan Kinerja Sektor Keuangan Dan Sektor Rill”, Economics

Development Analysis Journal, EDAJ 2 (4)

Oktavia , Adek Laksmi dkk. 2013, “Analisis Kurs Dan Money Supply Di

Indonesia”, Jurnal Kajian Ekonomi, Vol. I, No. 02

Putra, I Komang dan Luh Gede Meydianawati. 2015, “Analisis Vector Auto

Regressive Terhadap Kausalitas Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar

Indonesia”, E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana,

Vol. 4 No. 3

Rohmanda, Deny dkk. 2014, “Pengaruh Kurs Rupiah, Inflasi Dan BI Rate

Terhadap Harga Saham”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 13

No. 1

Salvatore. 1997. Ekonomi Inetrnasional. Jakarta: Erlangga

Serfianto D. Purnomo. 2013, Pasar uang & Pasar valas. Jakarta: Kompas

Gramedia.

Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi (Edisi Kedua),

Jakarta: Raja Grafindo Persada.