98
ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI (QUALITY DEMERIT INDEX) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PRODUKSI PT UNILEVER SKIN CARE FACTORY CIKARANG Oleh: Ade Riza Kurniawan 009200700040 Skripsi ini ditujukan kepada Fakultas Komunikasi President University untuk memenuhi syarat kelulusan Sarjana Komunikasi 2012

ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI (QUALITY DEMERIT

INDEX) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

PRODUKSI PT UNILEVER SKIN CARE FACTORY CIKARANG

Oleh:

Ade Riza Kurniawan

009200700040

Skripsi ini ditujukan kepada Fakultas Komunikasi

President University untuk memenuhi syarat kelulusan Sarjana

Komunikasi

2012

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …
Page 3: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

ii

ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI (QUALITY DEMERIT

INDEX) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

PRODUKSI PT UNILEVER SKIN CARE FACTORY CIKARANG

Kepala program study & Dosen pebimbing:

M. Raudy Gathmyr S.Sos, M.si

Dosen penguji:

Dindin Dimyati, S.Sos, M.A

Dosen penguji:

Suresh Kumar, ST, Msi

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

iii

PENASIHAT SKRIPSI

SURAT REKOMENDASI JUDUL

Skripsi dengan judul PELATIHAN QDI (QUALITY DEMERIT INDEX)

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PRODUKSI PT

UNILEVER SKIN CARE FACTORY CIKARANG” dipersiapkan oleh Ade Riza

Kurniawan sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Komunikasi

President University, telah direvisi dan dapat diajukan. Saya merekomendasikan

skripsi ini untuk sidang lisan.

Bekasi, 1 Maret 2012

M. Raudy Gathmyr S.Sos, M.si Dosen pebimbing

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatkan bahwa skripsi “ANALISIS HUBUNGAN

PELATIHAN QDI (QUALITY DEMERIT INDEX) TERHADAP

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PRODUKSI PT UNILEVER SKIN

CARE FACTORY CIKARANG” adalah benar karya ilmiah terbaik dan saya jamin

keasliannya.

Bekasi, Februari 2012

Penulis,

Ade Riza Kurniawan

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

v

ABSTRACT

Nama : Ade Riza Kurniawan (009200700040) Program Study : Ilmu Komunikasi Judul :“Analisis Hubungan pelatihan terhadap produktivitas kerja

karyawan produksi PT Unilever Skin Care factory Cikarang” Company / Organization is one example of a for-profit organizations. Orientation on the advantages this will always be instilled in the minds of every company personnel, from top level management to the low level. From time to time will do something effective and efficient, reducing waste and increasing productivity both personnel, machinery / equipment, the environment, methods, and products. Communication is so important to go to that direction. With good communication as a tool for all the company's goal will be achieved and the needs of personnel and the environment will be directly proportional. This study aims to determine the relationship of communication QDI training on the performance of the production employees. Performance can be seen from the results of employee productivity PT Unilever Skin Care. Within an organization or company will always have the nature of effective and efficient. Similarly, PT Unilever skin care factory, which is oriented to obtain maximum results with existing resources. In this study, will discuss the relationship of communication techniques is the reduction of the production department QDI (Quality Demerit Index) figures PT Unilever Skin Care Factory which is correlation to the productivity of production employees. management theory using the theory of communication research, the results of the study described by statistical analysis and observation. This thesis discusses the relationship between training variable (x) as a free variable and performance variable (y) as a bound variable, at PT Unilever Skin Care Factory Cikarang population in this study were employees of the production (Leader, Champion, project, and the operator) that totaling 144 people, and the sampling technique used is stratified random sampling researchers where the number of employees who used as sample is 37 people based on their respective job title. Data collection in this study using questionnaires, reports from the company, and observation. Measurement scale study using a Likert scale. To see the relationship between variables X and Y are used Pearson correlation. The researcher uses a analysis of respondents' answers to a number of questions asked in questionnaires and the results explanative are displayed in the form of a frequency distribution table. Based on the results of correlation analysis of the results obtained by person correlation, the relationship of training to the performance of the Pouch SBU is 0504, the relationship of training on performance of the tube SBU is 0819, and bottle SBU relationship training on performance is 0458 with a significance level of 0.05. The results of pouch SBU & bottle SBU does not indicate a strong relationship, in contrast with the SBU tube showed a strong and significant relationship. Based on observation and secondary data obtained can be concluded also that there is no strong relationship between training QDI to PT Unilever Skin Care Cikarang employee’s performance.

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

vi

ABSTRAK

Nama : Ade Riza Kurniawan (009200700040) Program Study : Ilmu Komunikasi Judul :“Analisis Hubungan pelatihan terhadap produktivitas kerja

karyawan produksi PT Unilever Skin Care factory Cikarang”

Perusahaan/ Organisasi merupakan salah satu contoh organisasi yang mencari keuntungan. Orientasi pada keuntungan ini akan selalu ditanamkan dalam benak setiap personil perusahaan, dari level top management hingga Low level. Dari waktu ke waktu akan melakukan sesuatu hal yang efektif dan efisien, yaitu mengurangi waste dan meningkatkan produktivitas baik personil, mesin/alat, lingkungan, metoda, dan hasil produksi. Komunikasi menjadi sedemikian penting guna menuju ke arah tersebut. Dengan komunikasi yang baik sebagai alat agar segala tujuan perusahaan akan tercapai dan kebutuhan personil maupun lingkungan akan berbanding lurus. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi pelatihan QDI dan QDI report untuk karyawan production department PT Unilever tbk Skin-Care factory terhadap produktivitas kerja/production waste.

Thesis ini membahas mengenai hubungan antara variable Pelatihan (x) sebagai variable bebas kinerja dan variable Kinerja (y) sebagi variable terikat, di PT Unilever Skin Care Factory Cikarang populasi dalam penelitian ini adalah karyawan produksi (Leader, Champion, project, dan operator) yang berjumlah 144 orang, dan teknik sampling yang digunakan peneliti adalah stratified random sampling dimana jumlah karyawan yang digunakan sebagai sample adalah 37 orang berdasar job title masing-masing. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuisioner, laporan dari perusahaan, dan observasi. Skala pengukuran penelitian ini menggunakan skala likert. Untuk melihat adanya hubungan antara vriabel X dan variabel Y digunakan korelasi pearson. Penulis menggunakan analisis deskriptif dari jawaban responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil analisis korelasi person diperoleh hasil, nilai hubungan pelatihan terhadap kinerja SBU Pouch sebesar 0.504, hubungan pelatihan terhadap kinerja SBU tube sebesar 0.819, dan hubungan pelatihan terhadap kinerja SBU botol sebesar 0.458 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Hasil SBU pouch dan botol tidak menunujukkan adanya hubungan yang kuat dan SBU tube memberikan hasil hubungan yang kuat dan signifikan. Berdasarkan observasi dan data sekunder yang diperoleh dapat disimpulkan pula bahwa belum ada hubungan yang kuat antara pelatihan dan kinerja,

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

vii

KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah dengan

memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai guna

memperoleh gelar strata satu pada Fakultas Komunikasi President university.

Banyak pihak yang telah membantu memberikan bantuan, baik melalui moril

maupun spiritual, maka Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Vincentius Winarto, Phd selaku dekan fakultas ilmu komunikasi

President University.

2. Bapak M. Raudy Gathmyr S.Sos, M.si selaku University Mentor dan kepala

program study fakultas ilmu komunikasi President University yang telah

memberikan bimbingan dalam penelitian.

3. Ibu Ir. Yunita Ismail M.si, selaku University Mentor yang telah memberikan

bimbingan dalam penelitian ini.

4. Seluruh dosen President University, atas ilmu yang sudah diberikan selama

ini.

5. Pak Boy, Mba Ratna, dan Mba Denok, beserta Staff pegawai President

University, yang telah membantu dalam proses admintrasi.

6. Ibunda dan Ayah (Alm) tercinta yang penulis hormati dan sayangi tiada

henti memberikan doa dan dukungan untuk penulis.

7. Bapak Rahmat Hartono, selaku supervisor QC PT Unilever Skin care

factory yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan

penelitian.

8. Ibu Mia Hermawati, selaku staff administrasi QC PT Unilever Skin factory

yang telah memberikan bantuan selama penelitan.

9. Teman-teman mahasiswa President University fakultas komunikasi, Siti,

Sammy, Shanty, Prisca, Citra, Rani, Ivah, Adhi, Afrieska, Anggoro dan

teman–teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas semangat

persahabatan.

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

viii

10. Rekan-rekan kerja PT Unilever Skin care factory, yang membantu dalam

penelitian ini.

11. Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah

membantu kelancaran penelitian dan penyusunan laporannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan. Penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik yang

membangun yang dapat membantu dalam penyempurnaan laporan ini. Demikian

laporan ini penulis susun, semoga laporan ini bermanfaat bagi semua yang

membacanya.

Cikarang, 27 Februari 2012

Ade Riza Kurniawan

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................. iii

ABSTRACT...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR....................................................................................... vii

DAFTAR ISI..................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 6

1.4.1.Manfaat Akademis ..................................................................................... 6

1.4.1.Manfaat Praktis .......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan komunikasi ........................................................................................... 7

A. Komunikasi .................................................................................................... 7

B. Komunikasi Organisasi .................................................................................. 10

2.2 Tinjauan Tentang Budaya Organisasi dan Komunikasi ...................................... 13

2.3 Tinjauan Pelatihan .............................................................................................. 15

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelatihan .................................................... 17

2.5 Tinjauan Produktivitas Kerja .............................................................................. 12

a. Pengertian ......................................................................................................... 17

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas ............................................ 18

c. Hubungan Pelatihan dengan Produktivitas ...................................................... 20

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3..1 Tipe Penelitian ................................................................................................... 21

3.2 Metode Penelitian ............................................................................................... 21

3.3 Subjek Penelitian ................................................................................................ 21

3.3.1 Populasi Penelitian ..................................................................................... 21

3.4 Pengumpulan Data .............................................................................................. 23

3.4.1 Sumber Data ............................................................................................... 24

3.5 Variabel Penelitian .............................................................................................. 24

3.6 Validitas dan Reliabilitas .................................................................................... 25

a. Uji Validitas .................................................................................................... 26

b. Uji Reliabilitas ................................................................................................ 27

3.7 Teknis Analisis Data ........................................................................................... 27

a. Analisis Deskriptif .......................................................................................... 27

b. Uji Normalitas Data ........................................................................................ 27

c. Analisis Korelasi Pearson ............................................................................... 28

BAB IV HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT UNILEVER tbk ............................................................... 30

4.2 Pelaksanaan Pelatihan QDI ................................................................................. 41

a. Variabel pelatihan .......................................................................................... 42

b. Variabel Kinerja ............................................................................................ 42

4.3 Hubungan Pelaksanaan Pelatihan QDI di PT Unilever Skin

Care Factory terhadap Produktivitas Kerja Karyawan .................................... 43

a. Validitas ......................................................................................................... 44

b. Reliabilitas ..................................................................................................... 46

4.4 Analisis Data ....................................................................................................... 47

4.5.1 Asumsi Normalitas ................................................................................... 47

a. Hubungan Antara Pelatihan dan Kinerja SBU Pouch ................................... 48

b. Hubungan Antara Pelatihan dan Kinerja SBU Tube ..................................... 49

c. Hubungan Antara Pelatihan dan Kinerja SBU Botol .................................... 50

4.5 Hasil Analisis Berdasarkan Hasil Aktual Laporan QDI ..................................... 51

a. Analisis QDI Report ...................................................................................... 51

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

xi

b. Uji Paired test Laporan QDI pada SBU ........................................................ 53

1. SBU Pouch ................................................................................................ 53

2. SBU Botol ................................................................................................. 54

3. SBU Tube .................................................................................................. 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ................................................................................................................... 60

Saran ......................................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA…….…………………………………………………..........62

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

xii

DAFTRAR TABEL

3.1 Tabel Populasi ..................................................................................................... 22

3.2 Pengolahan Data skala Likert ............................................................................. 23

4.1 Hasil Pengolahan Data Pelaksanaan Pelatihan ................................................... 41

4.2 Pernyataan Variabel Pelatihan ............................................................................ 42

4.3 Pernyataan Variabel Kinerja ............................................................................... 42

4.4 Validasi Butir Pernyataan Kinerja ...................................................................... 44

4.5 Validasi Butir Pernyataan Pelatihan ................................................................... 45

4.6 Nilai Cronbach’s Alpha ...................................................................................... 46

4.7 Summary Hasil Analisis ..................................................................................... 56

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

xiii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Communication Process Helix ............................................................................ 8

4.1 Struktur Organisasi Management ....................................................................... 37

4.2 Summary QDI Maret-Agustus ............................................................................ 51

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

xiv

LAMPIRAN

1. Tabel r ................................................................................................................... 64

2. Tabel signifikansi satu arah................................................................................... 65

3. Lembar Kuisioner ................................................................................................. 66

4. Chart QDI Januari-Agustus 2011 .......................................................................... 69

5. Hasil Kuisioner ..................................................................................................... 72

6. Company Profile ................................................................................................... 74

7. Photo Kegiatan Komunikasi Selain Training........................................................ 78

8. Daftar Hadir Peserta Training ............................................................................... 80

9. Deskripsi Responden ............................................................................................ 83

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses komunikasi merupakan kegiatan mendasar bagi manusia sebagai

makhluk hidup dan makhluk sosial. Komunikasi dapat terjadi dimana saja, kapan

saja, dan oleh siapa saja. Seperti halnya komunikasi yang ada di dalam suatu

organisasi, baik itu organisasi yang beorientasi untuk mencapai keuntungan

(profit) seperti perusahaan-perusahaan, maupun nirlaba (non-profit) misalnya

yayasan.

Perusahaan merupakan salah satu contoh organisasi yang mencari

keuntungan. Orientasi pada keuntungan ini akan selalu ditanamkan dalam benak

setiap personil perusahaan, dari level top management hingga Low level. Dari

waktu ke waktu akan melakukan sesuatu hal yang efektif dan efisien, yaitu

mengurangi waste dan meningkatkan produktivitas baik personil, mesin/alat,

lingkungan, metoda, dan hasil produksi. Komunikasi menjadi sedemikian penting

guna menuju ke arah tersebut. Dengan komunikasi yang baik sebagai alat agar

segala tujuan perusahaan akan tercapai dan kebutuhan personil maupun

lingkungan akan berbanding lurus.

Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka

masing-masing. Richard West & Lynn H. Turner, 2010 dalam Introducing

Communication theory Analysis and Application mendefinisikan komunikasi

demikian : “A social process in which individuals employ symbols to establish

and interpret meaning in their environment” (Sebuah proses sosial di mana

individu menggunakan simbol untuk menetapkan dan menafsirkan makna dalam

lingkungan mereka).

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

2

Komunikasi adalah suatu proses sosial. Komunikasi ditafsirkan sebagai

suatu proses sosial karena hal itu melibatkan objek dan interaksi, baik tatap muka

atau online. Hal ini tentu meliputi dua orang yang bertindak sebagai pengirim dan

penerima pesan. Keduanya memainkan peran integral dalam proses komunikasi

ketika komunikasi sosial itu melibatkan orang-orang yang banyak untuk interaksi

dengan berbagai niat, motivasi, dan kemampuan. Untuk menunjukkan bahwa

komunikasi adalah sebuah proses, berarti komunikasi itu berlangsung dan tidak

berujung. Komunikasi juga bersifat dinamis, kompleks, dan terus berubah.

Sifat proses komunikasi juga berarti bahwa banyak yang bisa terjadi dari

awal percakapan sampai akhir percakapan. Interaksi mungkin berakhir pada suatu

tempat yang berbeda sekali daripada saat awal komunikasi dimulai. Hal ini

dicontohkan oleh seringnya konflik yang terjadi antara atasan dengan bawahan,

karyawan dengan karyawan, dan atasan dengan pihak manajemen pada konteks

management communication. Meskipun percakapan mungkin dimulai dengan

bahasa yang mutlak dan tidak fleksibel, konflik mungkin dapat diselesaikan

dengan cara kompromi dan semua ini dapat terjadi dalam hitungan menit saja.

Menurut Cees B.M. van Riel and Charles J. Fombrun (2007) dalam

Essential of Corporate Communication terdapat tiga pengelompokan prinsip

kerja-kegiatan yang berkaitan dengan komunikasi di dalam

organisasi/perusahaan, yaitu komunikasi manajemen (management

communication), komunikasi pemasaran (marketing communication), dan

komunikasi organisasi (organizational communiction). Cluster paling strategis

adalah "manajemen komunikasi", komunikasi yang terjadi antara tingkat

manajemen organisasi dan khalayak internal dan eksternal. Tingkatan manajemen

terdiri dari semua karyawan dengan otoritas atas akuisisi dan retensi sumber daya

yang merupakan kunci dalam perusahaan. Dengan kata lain, tidak hanya

manajemen senior, tetapi juga berbagai tingkat bisnis unit dan manajer

departemen dalam organisasi.

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

3

Manajer memenuhi fungsi kunci dalam organisasi. Manajemen sering

digambarkan sebagai “accomplishing work through other people.”.

(menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain). Biasanya ini meliputi fungsi

seperti perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), koordinasi

(coordinating) dan pengendalian (Controlling). Manajemen hanya ada dengan

persetujuan dari mereka yang dikelolanya. Dengan kata lain, sulit untuk

mengelola orang yang tidak ingin dikelola. Sebagai akibatnya, salah satu peran

manajer adalah untuk terus membujuk individu/bawahan bahwa tujuan organisasi

harus diperjuangkan. Oleh karena itu komunikasi adalah salah satu keterampilan

yang paling penting dan harus dimiliki bagi seorang manajer agar mendapatkan

penerimaan sebagai tujuan organisasi.

Demikian halnya yang perlu dilakukan oleh PT Unilever tbk Skin-care

factory yang merasa bahwa komunikasi yang ada saat ini perlu ditingkatkan lagi

agar efektif dan efisien dalam proses produksi. Salah satu fungsinya yaitu

pengendalian (controlling), Untuk meningkatkan produktivitas kerja khususnya

hasil produksi karyawan sesuai kebijakan manajemen yaitu monthly QDI report

menjadi daily QDI report dan disertai pula dengan training secara

berkesinambungan. Untuk itu pelaporan QDI ini dirutinkan setiap hari untuk

dievaluasi bersama pada awal minggu pada saat production meeting dan

dilakukan pelatihan QDI secara berkesinambungan dengan tidak mengabaikan

teknik komunikasi yang terdahulu yaitu memasang photo (visual sign) sebagai

penunjang pengurangan angka QDI pada machine board di tiap line produksi.

Salah satu contoh managemnt communication di PT Unilever tbk Skin-

care factory adalah dengan komunikassi internal, misalnya melalui laporan,

email, telepon, training, modul, poster, dan memo. Salah satu contoh adalah

laporan (report), laporan tersebut adalah laporan QDI (Quality Demerit

Index)/indeks penyimpangan kualitas yang dilaporkan oleh tim Quality skin setiap

harinya dan di sampaikan ke berbagai orang terkait kinerja tim produksi pada hari

sebelumnya lalu ada training secara berkesinambungan untuk laporan QDI

tersebut. QDI (Quality Demerit Index) / indeks penyimpangan qualitas adalah

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

4

nilai-nilai kumulatif yang dihitung oleh tim QC atas produk-produk yang

defect/waste/substandard dan menyimpang, dimana hasil akhirnya ditunjukan

dengan satuan persen dari output yang dihasilkan oleh masing-masing line.

Berdasarkan SOP PT Unilever tbk Skin-care factory syarat untuk QDI ini

maksimal 0.32% per output.

Menurut Joann Keyton (2008) dalam Communication & Organizational

Culture, komunikasi organisasi adalah proses berpikir yang kompleks dan

berkelanjutan yang anggota organisasi menciptakan, memelihara dan mengubah

organisasi dengan berkomunikasi secara verbal, nonverbal, elektronik, dan

menulis dengan individu dan kelompok atau orang yang terlibat dalam peran

sebagai stakeholder internal dan eksternal.

Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai hubungan teknik komunikasi

(kebijakan baru manajemen) ini terhadap pengurangan angka QDI departemen

produksi PT Unilever tbk Skin Care Factory yang merupakan korelasi terhadap

produktivitas kerja karyawan produksi.

1.2 Perumusan Masalah

PT Unilever tbk Skin-Care Factory merupakan perusahaan consumer

good yang memproduksi kebutuhan pembeli dalam perawatan tubuh, perawatan

wajah, dan kesehatan badan. PT Unilever tbk Skin-Care Factory juga merupakan

pabrik percontohan untuk pabrik-pabrik Unilever lainnya dan salah satu pabrik

yang bertaraf internasional (World Class Company) yang dimiliki Unilever

Indonesia. Dalam menjalankan usahanya PT Unilever tbk Skin-Care Factory

selalu mengutamakan Safety dan Quality. Kedua hal ini tidak ada toleransi dalam

pelaksanaannya sesuai dengan SOP yang berlaku. Menyinggung tentang Quality,

produk-produk yang diproduksi PT Unilever tbk Skin-Care Factory harus

memiliki kualitas yang tinggi sehingga dapat mengurangi keluhan pelanggan

bahkan jika bisa tanpa keluhan pelanggan, meningkatkan kepuasan

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

5

pembeli/pelanggan dan menjaga reputasi perusahaan agar tetap baik dan bahkan

selalu lebih baik.

Pengawasan quality ini tidak lepas dari bagian quality skin yang

bertanggung jawab atas tingkat kualitas perusahaan. Salah satu peran tanggung

jawab departemen quality-skin adalah melaporkan QDI (Quality Demerit Index)/

indeks penyimpangan kualitas yang dilakukan pada tiap bulan tanpa penyuluhan

pada mulanya. Namun seiring dengan berjalannya produksi yang semakin

meningkat dari hari ke hari, QDI produksi pun turut meningkat sehingga dapat

mengurangi kualitas produk yang dihasilkan dan meningkatkan production waste.

Kedua hal tersebut tidak sesuai dengan karakter dan visi-misi perusahaan kelas

dunia. Oleh sebab itu perusahaan atas nama management membuat kebijakan

baru dengan meminta departemen quality melaporkan QDI produksi dari yang

sebelumnya satu bulan sekali menjadi setiap hari pelaporan disertai training

secara berkesinambungan untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan

produksi yang terdiri dari 3 SBU/grup yaitu (SBU botol, SBU tube, dan SBU

pouch).

Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian untuk mengetahui

hubungan pelatihan QDI di PT Unilever Skin-Care factory terhadap karyawan

produksi atas penyampaian QDI report dari satu bulan tanpa penyuluhan menjadi

setiap hari disertai pelatihan secara berkesinambungan.

Dari uraian diatas ditarik permasalahan yang muncul : Bagaimana

hubungan komunikasi pelatihan QDI dan QDI report untuk karyawan production

department PT Unilever tbk Skin-Care factory terhadap kinerja yang berdampak

pada produktivitas kerja?

Apakah komunikasi dengan pelatihan tersebut efektif dalam

meningkatkan produktivitas dan mengurangi production waste? Atau ada cara

komunikasi yang yang lebih efektif dan mengena pada tujuan?

Page 21: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan komunikasi pelatihan QDI dan QDI report untuk karyawan production

department PT Unilever tbk Skin-Care factory terhadap produktivitas

kerja/production waste.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur dalam

ilmu komunikasi secara umum. Khususnya dalam sub-bidang

management communication.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui respon positif dari

karyawan/karyawati terhadap penyampaian QDI report yang

ditunjukkan kepada mereka setiap hari disertai training/pelatihan secara

berkesinambungan di production Area PT Unilever tbk Skin-Care

Factory. Dari hasil tersebut diharapakan dapat menjadi lesson point dan

controling bagi karyawan dan management PT Unilever Skin-Care

Factory untuk meningkatkan produktifitas kerja dan production waste

reduce dalam penyampaian informasi pada komunikasi organisasi.

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi A. Komunikasi

Dalam keseluruhan bidang organisasi dan manajemen, komunikasi

merupakan salah satu konsep yang paling sering dibahas, meskipun di dalam

kenyataannya jarang sekali dipahami secara tuntas.

Menurut Em Griffin dalam A First Look at Communication Theory (edisi

7 tahun 2009) Communication is the relational process of creating and

interpreting messages that elicit a response. “Komunikasi adalah proses

relasional menciptakan dan menafsirkan pesan yang menimbulkan respon”.

Dalam komunikasi terdapat fitur komunikasi yang harus dilalui, fitur tersebut

yaitu message (pesan), creation of messages (menciptakan pesan), interpretation

of messages (interpretasi pesan), a relational process (proses relasi), dan

messages that elicit a response (pesan yang mendapat tanggapan).

Pengertian komunikasi secara sederhana di atas adalah bahwa komunikasi

itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat.

Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informative, yakni

agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan

sesuatu perbuatan atau kegiatan.

Menurut sudut pandang Richard West & Lynn H. Turner (2010:

Introducing Communication theory Analysis and Application) mendefinisikan

komunikasi demikian : “A social process in which individuals employ symbols to

establish and interpret meaning in their environment” (Sebuah proses sosial di

mana individu menggunakan simbol untuk menetapkan dan menafsirkan makna

dalam lingkungan mereka). Komunikasi adalah proses sosial, dikatakan sosial

karena melibatkan orang dan interaksi baik itu tatap muka maupun online di

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

8

dunia maya. Hal ini meliputi dua orang yang bertindak sebagai pengirim dan

penerima pesan. Keduanya memainkan peran integral dalam proses komunikasi.

Komunikasi adalah suatu proses, berarti menandakan sedang berlangsung dan

tidak berujung, komunikasi juga dinamis, kompleks, dan terus berubah. Dengan

pandangan komunikasi maka menekankan dinamika untuk membuat makna.

Oleh karena itu, komunikasi didefinisikan tidak memiliki awal dan akhir. Banyak

yang bisa terjadi selama proses komunikasi dari awal hingga akhir. Proses

komunikasi ini dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu, lingkungan dan pengalaman

individu.

Individu dan lingkungan dapat mempengaruhi komunikasi,dari perang

dunia hingga perselisihan antar saudara kandung. Saling keterkaitan anatara

keduanya dapat digeneralisasikan ke dalam proses komunikasi yang dinamis.

Untuk membantu memvisualisasikan proses komunikasi ini, Frank Dance (1967)

dalam Richard West & Lynn H. Turner-Introducing Communication theory

Analysis and Application (2010) menggambarkan proses komunikasi dengan

spiral.

Dipercaya bahwa pengalaman komunikasi bersifat komulatif dan dipengaruhi

masa lalu. Beliau mencatat bahwa pengalaman ini pasti mempengaruhi masa

depan seseorang, sehingga ia menekankan pandangan nonlinear dari proses. Oleh

karena itu komunikasi dapat dianggap sebagai proses yang berubah dari waktu ke

waktu dan di antara pasrtisipan.

Sebuah istilah ketiga yang terkait dengan definisi tentang komunikasi

adalah simbol. Simbol adalah sebuah label arbiter atau reprensentasi dari

Gambar 2.1 Communication Process a helix

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

9

fenomena. Kata atau ucapan adalah simbol. Simbol dapat berupa verbal dan non

verbal, dan dapat terjadi dalam tatap muka atau di mediasi komunikasi. Simbol

harus dapat dipahami oleh penerima pesan karena di dalam komunikasi, pesan

dapat memiliki lebih dari satu makna dan bahkan beberpa lapisan makna. Proses

komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang

menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan

wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal

disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk

berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga

dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.

2. Komunikasi Non Verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang

bukan kata-kata. Komunikasi non verbal mencakup semua

rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting

komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan

lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial

bagi pengirim atau penerima.

Istilah kunci terakhir dalam definisi komunikasi adalah lingkungan.

Lingkungan adalah situasi atau konteks dimana komunikasi terjadi. Lingkungan

mencakup sejumlah elemen, termasuk waktu, tempat, sejarah, periode, hubungan,

dan latar belakang budaya pengirim/penerima pesan. Pengaruh lingkungan dapat

dipahami dengan keyakinan dan nilai-nilai sosial yang berkaitan dengan topik.

Lingkungan juga dapat dimediasi. Oleh karena itu komunikasi dapat dibantu

dengan alat atau teknologi, seperti email, telephone, chatting, BBM, intranet, dll.

Mediasi lingkungan dalam elektronik tidak dapat diamati secara langsung

perilakunya (vokal, gerak tubuh, tatapan mata), namun mediasi lingkungan telah

banyak perhatian dan perkembangan dari waktu ke waktu dalam teori komunikasi

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

10

(Aakhus dalam Richard West & Lynn H. Turner-Introducing Communication

theory Analysis and Application:2010).

Memperluas pengertian komunikasi dengan tujuan perubahan perilaku, ini

berarti bahwa komunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya

mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau

tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat

mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu

bersifat komunikatif, yakni pesan-pesan yang disampaikan tidak hanya

dimengerti oleh komunikator tetapi juga dimengerti oleh komunikan untuk

mencapai suatu komunikasi yang bersifat komunikatif., maka seorang

komunikator harus mengetahui dahulu kerangka berfikir (Frame Of Reference)

dan pengalaman (Field Of Experience) calon komunikan.

B. Komunikasi dalam Organisasi

Menurut Cees B.M. van Riel and Charles J. Fombrun (2007) dalam

Essential of Corporate Communication mengatakan organisasi adalah jaringan

orang-orang yang berkomunikasi satu sama lain. Dalam semua organisasi,

komunikasi mengalir secara vertikal-horizontal, internal-eksternal, formal-

informal, menghubungkan karyawan internal satu sama lain, untuk berbagai

lapisan manajemen, dan pihak eksternal/pemegang saham organisasi. Tidak

semua komunikasi dalam suatu organisasi selalu berhubungan dengan pekerjaan,

juga tidak selalu relevan untuk memenuhi tujuan organisasi.

Semua komunikasi, memberi pengaruh tertentu terhadap persepsi

partisipan dan pengamat tentang organisasi beserta kegiatannya sebagai bentuk

untuk mempengaruhi citra organisasi, merek, dan reputasi. Ada tiga kelompok

utama dari komunikasi organisasi:

1. Management Communication

Manajer sebagai fungsi kunci dalam organisasi. Manajemen sering

digambarkan sebagai “accomplishing work through other people”.

(menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain). Biasanya ini meliputi

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

11

fungsi seperti perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),

koordinasi (coordinating) dan pengendalian (Controlling). Manajemen

hanya ada dengan persetujuan dari mereka yang dikelolanya. Dengan kata

lain, sulit untuk mengelola orang yang tidak ingin dikelola. Sebagai

akibatnya, salah satu peran manajer adalah untuk terus membujuk

individu/bawahan bahwa tujuan organisasi harus diperjuangkan. Oleh

karena itu komunikasi adalah salah satu keterampilan yang paling penting

dan harus dimiliki bagi seorang manajer agar mendapatkan penerimaan

sebagai tujuan organisasi.

Komunikasi manajemen tidak hanya tugas top level organisasi.

Semua bergantung pada semua tingkatan komunikasi (Pincuset al, 1991

dalam Essential of Corporate Communication; 2007):

a. Mengembangkan visi bersama perusahaan dalam organisasi.

b. Membangun dan menjaga kepercayaan dalam kepemimpinan

organisasi.

c. Berinisiatif dan mengelola proses perubahan.

d. Memperkuat identifikasi karyawan bersama organisasi.

Keberhasilan manajer dan organisasi tergantung kepada sebagian

besar efektifitas seorang manager menerapkan diri dengan baik untuk

berkomunikasi. Meskipun semua lapisan manajemen memang harus

berkomunikasi, top management memiliki peran khusus untuk bermain

dalam mewakili organisasi ke internal dan khalayak eksternal.

Komunikasi spesial diperlukan untuk mendukung manajer dalam

meningkatkan efektivitas mereka.

Pada umumnya melaksanakan project yang meningkatkan

keterlibatan pemangku kepentingan internal dan meningkatkan pendapat

eksternal organisasi. Peran komunikasi spesial mendukung komunikasi

yang dapat memperbaiki gangguan-gangguan dalam organisasi dan

kelancaran selama organisasi berdiri.

Page 27: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

12

2. Marketing Communication

Komunikasi pemasaran terdiri dari bentuk-bentuk komunikasi

yang mendukung penjualan produk, jasa, dan merek. Sebuah iklan sebagai

proses persuasi yang relatif tidak langsung, berdasarkan informasi tentang

manfaat produk, yang dirancang untuk menciptakan kesan baik yang

"mengubah pikiran" menuju pembelian. Promosi penjualan sering

dianggap sebagai "kegiatan tambahan atas iklan media yang mendukung

penjualan dan distribusi" (Jefkins, 1983).

Sebagai alat komunikasi pemasaran, publisitas terdiri dari

"nonpersonal menstimulasi permintaan untuk produk, jasa atau bisnis

dengan berita tentang penanaman komersial yang signifikan di media

yang diterbitkan untuk mendapatkan presentasi yang menguntungkan

pada media radio, televisi atau panggung yang tidak dibayar oleh

sponsor" (Kotler, 1988). Iklan dan promosi merupakan anggaran terbesar

perusahaan. Mengingat jumlah besar uang yang terlibat, banyak informasi

yang tersedia baik kualitatif dan kuantitatif aspek komunikasi pemasaran,

termasuk keuangan data (misalnya pengeluaran iklan), informasi tentang

kelompok sasaran (misalnya pola konsumsi media), dan data tentang

kinerja relatif dari agen (misalnya agen periklanan).

3. Organizational Communication

Jenis ketiga tipe komunikasi adalah komunikasi organisasi yang

meliputi hubungan masyarakat, hubungan masyarakat (PR), hubungan

investor, perusahaan periklanan, komunikasi lingkungan, dan komunikasi

internal. Komunikasi organisasi menunjukkan keragaman kegiatan

komunikasi yang memiliki empat karakteristik umum :

a. Komunikasi organisasi ditujukan untuk khalayak perusahaan,

seperti pemegang saham, jurnalis keuangan, analis keuangan,

pembuat undang-undang/regulator, dan legislator.

b. Komunikasi organisasi memiliki perspektif jangka pajang dan

tidak langsung bertujuan untuk menghasilkan penjualan semata.

Page 28: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

13

c. Komunikasi organisasi menerapkan gaya komunikasi yang

berbeda dibandingkan dengan komunikasi pemasaran.

Penyampaian pesan lebih kuat terbatas dan formal bila

dibandingkan komunikasi pemasaran.

d. Komunikasi organisasi pada umumnya diprakarsai oleh pihak

eksternal. Tekanan eksternal umumnya memaksa perusahaan

untuk mengungkapakan informasi yang tidak akan pernah

sama antar lainnya (Grunig dalam Essential of Corporate

Communication;2007) menunjukkan bahwa ”Dalam

komunikasi organisasi, stakeholders umumnya memutuskan

target audiences dan menghilangkan komunikasi yang tidak

menarik dari segi komersilitas”. Perusahaan sangat berbeda

dalam cara-cara dimana komunikasi organisasi dimasukkan ke

dalam struktur organisasi perusahaan. Pada umumnya

komunikasi organisasi yang spesifik diatur oleh departemen

hubungan eksternal/massa, tapi komunikasi organisasi banyak

juga dikembangkan di luar departemen hubungan

eksternal/massa. Hal ini biasanya terjadi ketika kebutuhan

muncul di area fungsional tertentu untuk mengatasi

stakeholder tertentu yang dibentuk khusus dari komunikasi

yang akan digunakan. Dua kondisi awal yang diperlukan

untuk menciptakan kesesuaian departemen komunikasi yang

baru luar selain departemen eksternal/PR; Pertama, para

audience perusahaan harus bagian penting dan strategis dari

perusahaan Kedua, menciptakan pengetahuan merupakan hal

yang penting.

2.2 Tinjauan Tentang Budaya Organisasi dan Komunikasi Budaya didefinisikan sebagai proses dan hasil dari kompleksitas pesan dan

makna yang menjadi pilihan seseorang dalam sikap dan penyampaian. Sedangkan

budaya orgnisasi adalah pembentukkan dari artefak, nilai-nilai, dan asumsi yang

Page 29: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

14

muncul dari interaksi anggota organisasi. “Organizational culture is the set(s) of

artifacts, values, and assumptions that emerge from the interactions of

organizational members” (Joann Keyton:2008 dalam Communication &

Organizational Culture).

Terdapat lima karakteristik dari organizational culture:

a. Terkait erat dengan anggota organisasi

b. Dinamis, tidak statis

c. Berdampak emosional

d. Tediri dari asumsi dan latar belakang yang berlainan.

e. Foreground dan background dari organisasi.

Budaya organisasi adalah simbol kinerja, sebagai bagian dari organisasi

secara simultan merespon dan menciptakan realitas sosial dan simbolik dari

budaya organisasi yang tercipta. Dengan demikian, budaya organisasi dibangun

secara komunikatif melalui proses dari interaksi dan hasil interaksi. Melalui

komunikasi ini organisasi dapat merespon dan menciptakan realitas sosial dan

realita simbolik budaya organisasi.

Budaya dapat mempengaruhi dan memberikan perbedaan terhadap organisasi

maupun karyawan di dalam lingkungan kerja. Hal ini dapat menciptakan peluang-

peluang baru, pola baru, dan sistem yang dapat diterima sebagai budaya. Anggota

organisasi menggunakan konteks sosial dari lingkungan mereka untuk memahami

komunikasi organisasi. Proses identifikasi budaya organisasi adalah

proses ”sensemaking”.

Istilah organisasi mengisyaratkan bahwa sesuatu yang nyata merangkum

orang-orang, hubungan-hubungan dan tujuan-tujuan. ”Jika dilihat dari pendekatan

subjektif, organisasi berarti proses, sedangkan pandangan objektif mengenai

organisasi, organisasi berarti struktur”. Penekanan pada perilaku atau struktur

bergantung pada pandangan mana yang dianut organisasi secara khas dianggap

sebagai kata benda, sementara pengorganisasian dianggap sebagai kata kerja.

Page 30: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

15

Kelangsungan hidup suatu organisasi bergantung pada kemampuannya untuk

beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Manusia dilihat sebagai

pemproses informasi yang memberi respon terhadap informasi yang

ditemukannya dalam lingkungan.

Mempelajari organisasi adalah mempelajari perilaku pengorganisasian dan

inti perilaku tersebut adalah komunikasi setelah mengetahui hakikat organisasi

dan komunikasi, maka kita dapat melihat arah dan pendekatan yang ada pada

komunikasi organisasi. ”Komunikasi organisasi lebih dari sekedar apa yang

dilakukan orang-orang, komunikasi organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang

dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat”.

Analisis komunikasi organisasi menyangkut penekanan atas banyak transaksi

yang terjadi secara stimuli. Sistem tersebut menyangkut penapsiran pesan

diantara puluhan bahkan ratusan individu pada saat yang sama, yang memiliki

jenis-jenis hubungan berlainan yang menghubungkan mereka dimana pikiran,

keputusan dan perilakunya diatur oleh kebijakan-kebijakan, regulasi, dan aturan-

aturan, yang mempunyai gaya berlainan dalam berkomunikasi. Interaksi diantara

semua faktor tersebut, dan mungkin lebih banyak lagi disebut sistem komunikasi

organisasi.

2.3 Tinjauan Tentang Pelatihan

Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan

tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi dan merupakan bagian dari

pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan

meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu

yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik dari

pada teori.

Menurut Siagian (dalam The Effect of Training and Motivation of Work

Activity:2007) definisi pelatihan adalah : proses belajar mengajar dengan

Page 31: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

16

menggunakan teknik dan metode tertentu secara konsepsional dapat dikatakan

bahwa latihan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan

kerja seseorang atau sekelompok orang. Biasanya yang sudah bekerja pada suatu

organisasi yang efisiensi, efektifitas dan prduktifitas kerjanya dirasakan perlu

untuk dapat ditingkatkan secara terarah dan pragmatik.

Pelaksanaan pelatihan dimaksudkan untuk mendapatkan tenaga kerja yang

memiliki pengetahuan, keterampilan yang baik, kemampuan dan sikap yang baik

untuk mingisi jabatan pekerjaan yang tersedia dengan produktivitas kerja yang

tinggi, yang mampu menghasilkan hasil kerja yang baik. Kebutuhan untuk setiap

pekerja sangat beragam, untuk itu pelatihan perlu dipersiapkan dan dilaksanakan

sesuai dengan bidang pekerjaannya, dengan demikian pekerjaan yang dihadapi

akan dapat dikerjakan dengan lancar sesuai dengan prosedur yang benar.

Pengertian pelatihan menurut Mathis (dalam The Effect of Training and

Motivation of Work Activity:2007), yang memberikan definisi mengenai bahwa

“Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan

tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi oleh karna itu, Proses ini

terikat dengan berbagai tujuan. Sedangkan menurut Ambar Teguh Sulistiani dan

Rosidah (dalam Pengaruh Pelaksanaan Pelatihan Terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan PT. Astra International tbk Toyota Sales Operation (Auto2000)

Cabang Pasteur Bandung), yang memberikan definisi mengenai pelatihan bahwa

pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur

sistematik pengubahan perilaku para pegawai dalam satu arah guna meningkatkan

tujuan-tujuan organisasional. Dalam organisasi, pelatihan dapat dipandang secara

sempit ataupun luas. Pernyataan – pernyataan tentang pelatihan di atas

mengungkapkan bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki

kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas kerja yang dapat

membantu karyawan dalam memahami suatu pengetahuan, keterampilan,

kecakapan, serta sikap seseorang yang diperlukan organisasi dalam mencapai

tujuan yang juga harus disesuaikan dengan tuntutan pekerjaan yang akan diemban

oleh seorang karyawan.

Page 32: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

17

2.4 Faktor-fakor yang mempengaruhi pelatihan

Definisi pengaruh menurut Stuart ialah sebagai berikut :

“Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan

dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan” (Cangara, dalam

Pengaruh Pelaksanaan Pelatihan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT.

Astra International tbk Toyota Sales Operation (Auto2000) Cabang Pasteur

Bandung).

Faktor-faktor yang menunjang kearah keberhasilan pelatihan menurut Veithzal

Rivai (dalam The Effect of Training and Motivation of Work Activity:2007) antara

lain :

1. Materi yang dibutuhkan, materi disusun dari estimasi kebutuhan tujuan latihan,

kebutuhan untuk pengajaran keahlian khusus.

2. Metode pelatihan, yang digunakan melalui metode-metode pelatihan yang

secara sistematik.

3. Prinsip pembelajaran, materi yang digunakan berupa pelatihan yang diberikan.

4. Ketetapan dan kesesuaian fasilitas, fasilitas sangat menunjang bagi

terlaksananya program pelatihan.

5. Kemampuan peserta pelatihan.

Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge),

sikap (attitude) dan perilaku (behavior). Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa

terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Sedangkan

perubahan pendapat terjadi bilamana terdapat perubahan penilaian terhadap suatu

objek karena informasi yang lebih baru.

2.5 Tinjauan Produktivitas Kerja a. Pengertian

Pada dasarnya produktivitas kerja bukan semata-mata ditujukan untuk

mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas kerja juga

penting diperhatikan. Sebagaimana diungkapkan oleh Sedarmayanti (2001)

bahwa “Produktivitas kerja, bagaimana menghasilkan atau meningkatkan

Page 33: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

18

hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya

secara efisien”.

Secara kualitas, prestasi kerja karyawan dapat diukur dari ketepatan,

ketelitian, dan keterampilan karyawan dalam melakukan pekerjaan sedangkan

secara kuantitas prestasi karyawan dapat diukur dari output atau hasil dari

pekerjaan yang dilakukan. Output tersebut berupa output rutin atau hasil

pekerjaan rutin yang dilakukan berupa pekerjaan kantor sehari-hari, dan

output yang lainnya disebut output extra atau hasil pekerjaan ekstra atau

tambahan atau eksidental (Mangkunegara:2001).

Mathias Aroef yang dikutip oleh Friyatiningsih (2003:39) mengemukakan

unsur-unsur produktivitas sebagai berikut:

a. Efisiensi, produktivitas sebagai ratio keluaran per masukan merupakan ukuran

efisiensi pemakaian sumber daya. Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam

membandingkan pemakaian masukan yang direncanakan dengan pemakaian

yang sebenarnya dilaksanakan, karena itu pengertian efisiensi berorientasi pada

masukan.

b. Efektivitas, efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran

seberapa jauh target dapat tercapai dengan baik secara kuantitas maupun

waktu. Pengertian efektifitas berorientasi pada keluaran. Hubungan antara

efektivitas dan efisiensi membentuk pengertian produktivitas dengan cara

efektivitas pelaksanaan tugas mencapai tujuan dibagi dengan efisiensi

penggunaan sumber-sumber masukan ke proses.

c. Kualitas, produktivitas bukan hanya berhubungan dengan hal yang kuantitatif

saja, tetapi berhubungan dengan kualitas.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Menurut balai pengembangan produktivitas daerah, Sedarmayanti (2001),

ada 6 faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja adalah:

1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran, dapat menerima

tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim.

Page 34: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

19

2. Tingkat keterampilan, yang di tentukan oleh pendidikan, latihan dalam

manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam tenik industri.

3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam

usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk

meningkatkan produktivitas melalui lingkungan pengawasan mutu.

4. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efisiens mengenai sumber

dan system kerja untuk untuk mencapai peningkatan produktivitas.

5. Efisiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.

6. Kewirausahaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitasdalam

berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha.

Disamping itu, faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja menurut

Sedarmayanti (2001) adalah:

1. Sikap mental, berupa : motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja.

2. Pendidikan, pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi

akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti

pentingnya produktivitas.

3. Keterampilan, pada aspek tertentu apabila pegawai terampil, maka akan lebih

mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik.

4. Manajemen, pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan system yang

diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta

mengendalikan staf/bawahannya.

5. Tingkat penghasilan, apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat

menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.

6. Gizi dan Kesehatan, apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan

berbadan sehat maka lebih kuat bekerjanya.

7. Jaminan sosial, jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada

pegawainya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat

kerja.

8. Lingkungan dan iklim kerja, lingkungan dan iklim kerja yang baik akan

mendorong pegawai agar senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung

jawab untuk melakukan pekerjaannya.

Page 35: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

20

9. Sarana produksi, mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan

produktifitas.

10. Kesempatan berprestasi, pegawai yang bekerja tentu mengharapkan

peningkatan karier atau pengembangan potensi pribadi yang nantinya akan

bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi organisasi.

c. Hubungan Pelatihan dengan Produktivitas

Pembinaan dan pengembangan karyawan baru ataupun lama dalam

perusahaan adalah salah satu kegiatan dalam rangka menyesuaikan diri dengan

perubahan dan perkembangan karyawan. Karena itu perlu dilakukan pelatihan

atas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh karyawan atau disebut dengan

program pelatihan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja

karyawan sesuai dengan tujuan perusahaan.

Menurut Sedarmayanti (2001) yang menyatakan bahwa: “Masalah

peningkatan produktivitas merupakan tujuan dan perhatian utama dari setiap

organisasi. Oleh karena itu, salah satu usaha kongkret dan terpadu yang

dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan untuk mendorong

peningkatan produktivitas kerja adalah peningkatan pelatihan agar mampu

mengemban tugas atau pekerjaan dengan sebaik-baiknya”. Jadi dengan mengikuti

pelatihan diharapkan terjadi peningkatan produktivitas kerja para karyawan dalam

suatu perusahaan. Dengan demikian kelangsungan hidup perusahaan dapat

bertahap dan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Biasanya

perusahaan-perusahaan menyadari betapa pentingnya produktivitas karyawan

untuk bekerja lebih baik dan penuh dengan tanggung jawab dalam menjalankan

tugas pekerjaannya. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas kerja

karyawan adalah dengan pelatihan terhadap karyawan. Dengan demikian

perusahaan tersebut dapat menghasilkan tenaga-tenaga kerja terampil dan

berkualitas yang diharapkan dapat menunjang pencapaian tujuan perusahaan

dengan hasil yang optimal.

Page 36: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian Ada dua macam pendekatan dalam penelitian yaitu pendekatan kualitatif dan

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif akan bekerja dengan angka-angka

sebagai perwujudan gejala yang diamati dan pendekatan kualitatif dimana

penelitan akan bekerja dengan informasi-informasi data dan di dalam analisanya

tidak menggunakan analisa data statistik.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini

bertujuan meneliti hubungan training QDI dalam proses kerja terhadap

produktivitas kerja karyawan produksi PT Unilever skin-care factory.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang

mendeskripsikan atau menjelaskan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi

pada saat sekarang atau masalah-masalah aktual seperti apa adanya, dengan

menggunakan metode penelitian di atas digambarkan kondisi masing-masing

variabel penelitian, analisis hubungan antara variabel bebas (pelatihan/training

QDI) dan variabel terikat (kinerja/produktivitas karyawan). Selanjutnya dari

kondisi masing-masing variabel tersebut dan hubungan antar variabel ditentukan

langkah-langkah prioritas perbaikan terhadap permasalahan yang dianggap

mempunyai kontribusi sangat signifkan dalam rangka peningkatan kinerja

karyawan. Data yang diperoleh merupakan data kualitatif yang dikuantitatifkan

dengan menggunakan skoring. Untuk statistik digunakan statistik deskriptif.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian menurut Sugiyono (dalam Kriyantono, Rahmat:2010)

adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang

Page 37: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

22

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu simpulan. Populasi (kumpulan objek

riset) bisa berupa orang, organisasi, kata-kata dan kalimat, simbol-simbol

nonverbal, surat kabar, radio, televisi, iklan, dan lainnya. Dalam penelitian ini

eluruh karyawan packing line PT Unilever Skin-care factory yang berjumlah

144 orang.

Dalam penelitian ini objek menggunakan sampling jenuh/sensus atau

semua populasi dijadikan sebagai objek, yaitu peserta training selama bulan

Mei. Jumlah populasi yang diambil adalah 37 orang, sesuai dengan peserta

training.

Jumlah populasi yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini dan

posisi dari masing-masing responden dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.1

Populasi & sample

No. Jabatan Jumlah

Karyawan produksi

Populasi (peserta training)

LINE LEADER

Bottle 2 1

1 Pouch 2 1

Tube 2 1

2 Normal TL 1 1

CHAMPION SBU

Bottle 4 2

3 Pouch 4 2

Tube 4 2

OPERATOR

Bottle 48 9

4 Pouch 48 9

Tube 48 9

JUMLAH 144 37

Page 38: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

23

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini secara

kombinasi, yaitu:

a. Teknik observasi digunakan dalam rangka mengamati gejala-gejala yang

terjadi pada lingkungan kerja. Teknik observasi langsung adalah teknik

pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara

langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diteliti (Nasir,dalam

Kriyantono :2010)

b. Teknik kuisioner dugunakan untuk mendapatkan informasi yang luas dari

subjek penelitian dengan memperhatikan ruang lingkup, artinya penelitian

jangan sampai keluar dari pokok permasalahan dalam penelitian. Bentuk

pertanyaan dalam kuisioner adalah tertutup dimana responden telah

disiapkan alternative jawaban. Bentuk jawaban alternatif ini dikenal

dengan format likert. Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur

jawaban responden adalah skala likert atau skala interval. Menurut

Sugiyono (2011) yang mengutip pendapat Ransees likert bahwa “interval

scale is used when responses to various items that measures a variable

can be tapped on a five-points or seven points or any other number of

points”.

. Untuk lebih jelasnya pemberian angka terhadap kualitas ini secara rinci

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Pengolahan data dengan menggunakan skala likert

No. Kualitas pendapat Skala likert

1 Sangat setuju 5

2 Setuju 4

3 Kurang setuju 3

4 Tidak setuju 2

5 Sangat tidak setuju 1

Page 39: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

24

3.4.1 Sumber data

a. Data primer , yaitu data yang diambil langsung tanpa perantara dari PT

Unilever Skin-care factory, dengan dipandu oleh kuisioner. Selain itu data

primer ini juga diambil melalui hasil diskusi dan wawancara dengan

karyawan atau berbagai pihak terkait, seperti terungkap pada tabel di atas.

Wawancara dilakukan dalam kurun waktu 2 bulan selama bulan Mei-Juni.

b. Data sekunder, data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya.

Data sekunder ini diperoleh melalui laporan QDI maupun bentuk media

dan cetakan lain yang dikeluarkan oleh perusahaan, yang digunakan untuk

melengkapi penyusunan skripsi ini.

3.5 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tenatng hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Hal ini

senada dengan pendapat Ibnu Hajar (dalam The Effect of Training and Motivation

of Work Activity:2007) yang mengartikan variabel adalah objek pengamatan atau

fenomena yang diteliti. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (dalam The Effect of

Training and Motivation of Work Activity:2007) variabel adalah semua keadaan,

faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil

eksperimen.

Sugiyono (2011) membedakan variabel menjadi dua yaitu variabel yang

mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas, atau independent

variabel (X), dan variabel akibat yang disebut variabel tak bebas, variabel

tergantung, variabel terikat, atau dependent variabel (Y).

Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini terdiri dari variabel

eksperimental yang meliputi:

1. Variabel bebas (X) : penggunaan media audio-visual (Pelatihan).

2. Variabel terikat (Y) : kinerja karyawan

Sedangkan variabel non eksperimetal dalam penelitian ini meliputi usia, jenis

kelamin, dan tingkat pendidikan.

Page 40: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

25

3.6 Validitas dan Reliabilitas Intrumen

a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu

mengukur apa yang ingin diukur (Sugiyono:2011). Instrumen yang valid

adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan

dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Langkah-

langkah mengukur validitas:

1. mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur

2. melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah

responden

3. mempersiapkan tabulasi jawaban

4. menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan

skor total dengan menggunakan rumus korelasi ‘product

moment’, yaitu:

( )[ ] ( )[ ]2222

)()(

∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑

−−

−=

YYNXXN

YXXYNrxy

dimana,

xyr = koefisien korelasi product moment

N = jumlah sampel

X = skor butir tiap responden

Y = total skor butir tiap responden

Angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka

kritik dari tabel product moment. Bila nilai r positif dan ruji > rtabel , maka

item tersebut valid. Item-item pertanyaan yang signifikan/valid berarti

pertanyaan- pertanyaan tersebut memiliki validitas konstrak (terdapat

konsistensi internal). Sedangkan jika r negatif dan ruji < rtabel, maka item

tersebut dinyakan tidak valid. Nilai korelasi yang negatif menunjukkan

bahwa pertanyaan tersebut bertentangan dengan pertanyaan lainnya.

Page 41: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

26

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Ada beberapa

teknik yang dapat digunakan untuk menghitung indeks realibilitas, antara

lain Test Retest (stability), Split half (teknik belah dua) dan Alpha

Cronbach. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah Alpha

Cronbach.

Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument dengan

menggunakan Cronbach Alpha adalah sebagai berikut:

Untuk menjadi perhatian

- Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item

kuesioner yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam

pengujian reliabilitas.

Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien

yang diperoleh >0,60 (Imam Ghozali, 2002, Aplikasi Analisis Multivariat

dengan Program SPSS dalam Kriyantono, Rahmat:2010 , Semarang:). Ada

pendapat lain yang mengemukakan baik/buruknya reliabilitas instrumen

dapat dikonsultasikan dengan nilai r tabel.

Page 42: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

27

3.7 Teknik Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan alat analisis paling sederhana yang

bertujuan untuk memberikan gambaran dari suatu permasalahan secara

umum sehingga memberikan kemudahan dalam penafsiran. Pada analisis

ini tidak ada hipotesis maupun pengujian secara statistik sehingga

kesimpulannya hanya didasari pada visualisasi terhadap angka yang

disajikan. Analisis ini dilakukan dengan bantuan grafik dan tabel. Analisis

deskriptif juga digunakan sebagai pendukung untuk menambah dan

mempertajam analisis selanjutnya (Sugiyono. 2011).

b. Uji Normalitas Data

Analisis korelasi digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan

penelitian yang ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara

variabel pelatihan dan variabel kinerja. Karena data dianggap sebagi data

interval maka perlu dilakukan uji kenormalan sebelum dilakukan analisis

korelasi. Beberapa asumsi berikut yang harus terpenuhi sebelum

dilakukan uji korelasi adalah:

1. Data berdistribusi Normal.

2. Variabel yang dihubungkan mempunyai data linier.

3. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara

acak.

4. Variabel yang dihubungkan merupakan data pasangan yang sama

dari subyek yang sama.

5. Variabel yang dihubungkan memiliki data dengan skala interval

atau rasio.

Pengujian terhadap asumsi kenormalan yang umum digunakan adalah

Uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov yaitu uji mengenai

derajat kesesuaian antara distribusi kumpulan nilai observasi dengan

Page 43: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

28

beberapa distribusi teoritis tertentu. Uji ini melibatkan penentuan

distribusi kumulatif yang akan terjadi menurut distribusi teoritis yang

telah ditentukan dan perbandingan distribusi tersebut dengan distribusi

kumulatif nilai amatan. Distribusi teoritis merupakan gambaran yang

diharapkan terjadi (H0). Uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan asumsi

bahwa distribusi peubah yang sedang diuji bersifat kontinu. Hipotesis

yang digunakan adalah:

H0: data mengikuti distribusi normal

H1: data tidak mengikuti distribusi normal

Alpha: 5%

Dengan ketentuan jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka

dapat diputuskan untuk menerima H0.

c. Analisis Korelasi Pearson

Nilai korelasi pearson berada pada interval -1≤ r ≤+1. Tanda negatif

menunjukan hubungan yang negatif sedangkan tanda positif menunjukkan

arah hubungan yang positif antara kedua variabel. Berikut adalah

interpretasi untuk nilai r:

r Interpretasi

0 Tidak ada korelasi

0,00-0,24 Korelasi sangat rendah

0,25-0,49 Korelasi cukup

0,50-0,74 Korelasi kuat

0,75-0,99 Korelasi sangat kuat

1 Korelasi sempurna

Page 44: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

29

( )[ ] ( )[ ]2222

)()(

∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑

−−

−=

YYNXXN

YXXYNrxy

Di mana,

xyr = koefisien korelasi product moment

N = jumlah sampel

X = skor butir tiap responden untuk variable pelatihan

Y = total skor butir tiap responden untuk variable kerja

Alpha: 5%

Nilai dari rhitung tersebut dibandingkan dengan rtabel dengan db

(derajat bebas) = n-k, di mana n: jumlah sampel dan k: jumlah

variabel. H0 akan diterima jika nilai -rtabel≤rhitung≤+rtabel. Atau bisa juga

menolak H0 jika nilai p-value (signifikansi) lebih kecil dari 0,05.

Page 45: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

30

BAB IV

HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT Unilever tbk, Skin-care factory

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933

sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H.

van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van

Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933,

terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22

Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari

1934 Tambahan No. 3.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi

tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia.

Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30

Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta

ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-

1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita

Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan

Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan

Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16

November 1981.

Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para

pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai

nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini

dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih

Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan

Page 46: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

31

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533

HT.01.04-TH.2003.

Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin,

minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan

minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.

Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada

tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat

oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga

bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran.

Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri

Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-

TH.2000.

Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.

Misi korporasi Unilever adalah untuk meningkatkan vitalitas hidup. Hal

ini menunjukkan bagaimana perusahaan benar-benar memahami pelanggan abad

21 dan kehidupan mereka.

Tujuan PT.Unilever Indonesia,Tbk

Tujuan PT.UNILEVER INDONESIA Tbk. Adalah memenuhi kebutuhan

sehari – hari setiap anggota masyarakat dimanapun mereka berada,

mengantisipasi aspirasi konsumen dan pelanggan, serta menaggapi secara kreatif

dan kompetitif dengan produk – produk bermerk dan layanan yang meningkatkan

kualitas kehidupan.

Akar yang kokoh dalam budaya dan pasar lokal di dunia merupakan

warisan yang tidak ternilai dan menjadi dasar bagi pertumbuhan perusahaan di

masa yang akan datang. Perusahaan akan menyertakan kekayaan pengetahuan

dan kemahiran international perusahaan dalam melayani konsumen lokal,

sehingga menjadikan perushaan multinational yang benar – benar multi lokal.

Page 47: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

32

Keberhasilan jangka panjang perusahaan menuntut komitmen yang

menyeluruh terhadap standar kinerja dan produktivitas yang sangat tinggi

terhadap kerjasama yang efektif dan kesediaan untuk menyerap gagasan baru

serta keinginan untuk belajar secara terus - menerus.

Perusahaan percaya bahwa keberhasilan memerlukan perilaku bersama

yang berstandar tinggi terhadap karyawan, konsumen, dan masyarakat, serta

dunia tempat tinggal kita.

Perluasan Unilever Indonesia

Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian

dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT

Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang pembuatan, pengembangan,

pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk

dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merk-merk lain atas dasar lisensi

perusahaan kepada PT AL.

Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan

Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT

Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-

barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7

November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual beli

saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut

Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia

Lever kepada Technopia Singapore Pte. Ltd.

Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003,

perusahaan menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk

mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas

Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku pada tanggal

penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever

Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli

Page 48: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

33

2004, perusahaan digabung dengan PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan

dengan menggunakan metode yang sama dengan metode pengelompokan saham

(pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima

penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan

hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004

tertanggal 9 Juli 2004.

Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah

menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry &

Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambil alihan industri

minuman sari buah melalui pengalihan merek “Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke

Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan Ultra telah menyelesaikan

transaksi pada bulan Januari 2008.

Kronologi

1920-30 Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers

1933 Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV Lever – Angke, Jakarta

1936 Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh NV – Angke,

1941 Pabrik komestik – Colibri NV, Surabaya

1942-46 Kendali oleh unilever dihentikan (Perang Dunia II)

1965-66 Di bawah kendali pemerintah

1967 Kendali usaha kembali ke Unilever berdasarkan undang-undang

penanaman modal asing

1981 Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Page 49: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

34

1982 Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut, Surabaya

1988 Pemindahan pabrik sabun mandi dari Colibri ke Pabrik Rungkut,

Surabaya

1990 Terjun di bisnis teh

1992 Membuka pabrik es krim

1995 Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang, Bekasi

1996-98 Penggabungan instalasi produksi – Cikarang, Rungkut

1999 Deterjen Cair NSD – Cikarang

2000 Terjun ke bisnis kecap

2001 Membuka pabrik teh – Cikarang

2002 Membuka pusat distribusi sentral Jakarta

2003 Terjun ke bisnis obat nyamuk bakar

2004 Terjun ke bisnis makanan ringan

2005 Membuka pabrik sampo cair – Cikarang

2008 Terjun ke bisnis minuman sari buah

2010 Mulai Export ke Negara Jepang

Sebelumnya, pabrik – pabrik PT. UNILEVER INDONESIA juga telah

merima sertifikat TPM dari Japan Instituteor Plant Mintenance (JIPM) Jepang

serta penghargaan nihil kecelakaan dari Unilever Global maupun pemerintah RI,

dengan menerapkan sistem Kesehatan , Keselamatan Kerja dan Lingkungan

Page 50: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

35

Hidup (K3LH) untuk karyawan PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk dan

lingkungan sekitar.

PRODUK – PRODUK PERUSAHAAN

Produk – produk yang dihasilkan oleh PT. UNILEVER INDONESIA

Tbk. Dibagi dalam beberapa divisi, yaitu divisi SCC&C(Spread Cooking

Category & Cullinary) NSD(Non Soap Detergent), TBB( Tea &Beverages Bags),

Liquids, Ice cream, Skin yang beroperasi di Cikarang Bekasi, dan Personal Care

Product yang beroperasi di Rungkut Surabaya.

Dalam memasarkan produk – produknya, perusahaan membagi dalam 3

divisi yang mana dari masing- masing divisi memproduksi dan bertanggung

jawab untuk memasarkannya. Divisi –divisi berikutnya adalah:

a. Divisi Makanan (food)

Dimulai tahun 1937, perusahaan mulai memproduksi Margarine dengan

merk Blue Band dan memutuskan untuk menjadikan sebagai produk Margarine

nomor satu. Merk tersebut merupakan awal dari usaha perusahaan memproduksi

produk makanan, adapun produk lain yang dihasilkan dari divisi ini adalah:

a. Divisi SCC&C : Blue Band, Royco, Taro, Bango., Buah

Vita

b. Divisi Ice Cream : Wall’s

c. Divisi TBB : The Sariwangi, Lipton Ice tea.

Page 51: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

36

b. Divisi Head Care & Liquid (detergent)

Sampai saat ini detergent merupakan produk tebesar perusahaan dan telah

membuktikan volume penjualan yang meyakinkan. Ketika di tahun 1970, divisi

detergent melipat gandakan volume penjualan dan sampai saat ini, sabun pencuci

pertama Indonesia yang menggunakan NSD(Non Soap Detergent) berhasil

menjadi nomor satu di pasarna yaitu Rinso, adapun jenis lainnya dari divisi ini

adalah:

1. Divisi NSD : Rinso, surf

2. Divisi Liquid : Molto,Comfort, Sunlight, SuperPell, Wipol

3. Divisi HPC : Shampo clear, Sunsilk, Lifebouy, Dove

c. Divisi Personal Wash (Personal Product)

Usaha Divisi Personal Product dimulai dengan pengakuan pabrik Dralle

di Surabaya Coibri, pada saat itu perushaan hanya memproduksi pasta gigi

dengan merk pepsodent dan tidak berminat untuk meluaskan usaha dengan

memproduksi produk-produk Toiletries. Selain karena perusahaan tidak

mempunyai pengalaman yang cukup dan bahan baku yang cukup sulit dan juga

pada saat itu konsumen lebih suka pada produk – produk import dari inggris.

Setelah tahun 1977, kemampuan daya beli konsumen meningkat dan perusahaan

melihat peluang di bidang ini, maka PT. UNILEVER INDONESIA Tbk. Mulai

memproduksi produk- produk deperti minyak rambut, minyak wangi , deodorant,

lotion, skin care dan pasta gigi. Adapun produk lain dari divisi ini adalah:

1. Divisi Personal Care : Pepsodent, brisk, Ponds, Sunsilk, Rexona,

Citra, Lifebuoy, Cuddel

Page 52: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

37

STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

Didalam suatu perusahaan, agar setiap kegiatan yang dilaksanakan

hasilnya selalu baik maka dibutuhkan kerjasama antar individu yang baik pula.

Untuk mencapai tujuan perusahaan maka dalam setiap perusahaan harus memiliki

struktur organisasi yang jelas dan sistematis. Selain itu juga berguna untuk

meningkatkan efisiensi kerja dan produktifitas sejalan dengan perkembangan

aktifitas usaha.

PT. UNILEVER INDONESIA Tbk. Menggunakan struktur organisasi staf

dan lini, yang artinya bertanggung jawab yang diberi batasan antara spesialis dan

staf, tetapi melaporkan langsung ke pimpinan yang bertanggung jawab langsung

atas keseluruhan operasi usaha. Pucuk pimpinan tertinggi di pegang oleh

Chairman, yang membawahi sebelas board direktur. Salah satu dari board

direktur Adalah suplly chain direktur yang membawahi Chief Engener. Chief

Engener membawahi lima divisi yatiu MC Manager, ICA Manager, SITE

Manager, Tenical Buying Safety

Gambar 4.1

Page 53: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

38

LOKASI PERUSAHAAN

Kantor pusat : Graha Unilever Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav.

15, Jakarta Selatan

Pabrik HPC-Liquid : Kawasan Industri Jababeka, JL Jababeka IX blok

O 1-29 Cikarang Bekasi

Pabrik NSD : Kawasan Industri Jababeka, JL Jababeka IX blok

O 1-29 Cikarang Bekasi

Pabrik SCC&C : Kawasan Industri Jababeka, Blok D

Pabrik TBB : Kawasan Industri Jababeka, Blok D

Pabrik wall’s IC : Kawasan Industri Jababeka, Blok D

Pabrik Skin : Kawasan Industri Jababeka, Cikarang

Pabrik Dental : Kawasan Industri Rungkut, Surabaya

TATA TERTIB PERUSAHAAN

Dalam menjalankan struktur organisasi perusahaan, diperlukan adanya

suatu tata tertib perusahaan yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan

perusahaan. Adapun tata tertib perusahaan di PT. UNILEVER INDONESIA Tbk.

adalah sebagai berikut:

Tata tertib keselamatan kerja:

1. Karyawan wajib mematuhi peraturan keselamatan kerja di dalam

perusahaan.

2. Tidak menjalankan tugas – tugas yang bukan menjadi tugasnya.

3. Selalu memakai APD yang lengkap.

4. Karyawan yang mengetahui karyawan lain yang mendapat kecelakaan

wajib menolong secepatnya dalam batas kemampuan yang ada.

Tata tertib Kesehatan dan Kebersihan di dalam perusahaan :

1. Karyawan wajib mengetahui dan mematuhi peraturan Kebersihan dan

Kesehatan di dalam perusahaan.

2. Demi terciptanya kebersihan dan kesehatan karyawan dilarang:

Page 54: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

39

a. Membuang sampah sembarangan.

b. Membawa obat-obatan terlarang ke dalam perusahaan.

c. Merokok disembarang tempat

Tata tertib keamanan :

1. Karyawan yang mengetahui adanya pencurian atau gangguan yang

merusak keamanan dan ketenangan perusahaan harus segera

memberitahukan bagian security.

2. Setiap karyawan tidak diperbolehkan membawa masuk barang – barang

Unilever kedalam dan keluar pabrik.

3. Tidak boleh menimbulkan perkelahian baik dengan karyawan ataupun

masyarakat di sekitar perusahaan.

Tata tertib jam kerja:

1. Shift

a. Dinas malam : pukul 22:00-06:00 wib b. Dinas pagi : pukul 06:00-1400 wib c. Dinas siang : pukul 14:00-22:00 wib

2. Non shift

a. Masuk : 07:30 wib b. Istirahat : 11:30 – 12:30 wib c. Keluar : 15:30 wib

3. Kerja lembur

Untuk menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan yang tertunda atau mendesak,

perusahaan dapat memberlakukan waktu kerja lembur bagi seluruh karyawan.

Page 55: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

40

Misi Unilever Indonesia

• Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi

kebutuhan dan aspirasi konsumen

• Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.

• Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.

• Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi.

• Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan

memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.

• Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada

masyarakat dan lingkungan hidup.

Hubungan Media

PT Unilever Indonesia menggunakan sarana ini untuk memberikan

informasi sebanyak-banyaknya kepada seluruh konsumen dan media. Unilever

Indonesia akan sangat senang untuk menjawabnya.

PT Unilever Indonesia Tbk

Graha Unilever Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 15 Jakarta 12930

Untuk Pers

Phone: +62 21 529 967 73 Fax. : +62 21 526 2046

Untuk Konsumen

Phone: 0-800-1-55800 or +62 21 529 952 99 Fax. : +62 21 525 2602 Email : [email protected]

Page 56: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

41

4.2 Pelaksanaan Pelatihan QDI di PT Unilever Skin Care Factory Untuk mengetahui tentang deskripsi pelaksanaan pelatihan QDI untuk

karyawan produksi PT Unilever Skin Care Factory, maka dapat dilihat melalui

jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang mencakup indikator

dari pelaksaan pelatihan QDI.

Dalam penelitian ini, variabel pelaksanaan kerja digali melalui masing-masing

variabel yang diteliti. Setiap item pernyataan merupakan item positif, oleh karena

itu pembobotan atau pemberian skor jawaban sangat setuju/setuju/kurang

setuju/tidak setuju/sangat tidak setuju. Skor tersebut menunjukkan bagaimana

tingkat pelaksanaan pelatihan QDI. gambaran kondisi dimaksud akan dijelaskan

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Data UntukVariabel Pelaksanaan Pelatihan

Variabel Skor

Pelaksanaan

Skor Ideal Presentase (%) Kriteria

Program Pelatihan 2206 2775 79.50 Baik

Kinerja/produktivitas 1924 2405 80.00 Baik

Sumber: Data Primer Yang telah diolah

Berdasarkan hasil skor pada table 4.1 di atas menunjukkan bahwa Pelatihan

QDI di PT Unilever Skin Care Factory untuk karyawan produksi secara total

mendapat rata-rata sebesar 79.50 % berada dalam kategori baik. Hal ini

memberikan indikasi bahwa departemen produksi PT Unilever Skin Care Factory

telah memenuhi harapan pegawai dalam pelaksanaan Pelatihan QDI untuk

karyawan produksi. Begitu pula dengan pernyataan kinerja (80.00%).

Hal ini terbukti dari hasil kuisioner untuk masing-masing variabel pelatihan

karyawan sebagai berikut:

Page 57: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

42

a. Program pelatihan /training Tabel 4.2 pernyataan variabel pelatihan

Tanggapan Frekuensi Presentase (%)

Sangat Setuju 102 18.38

Setuju 337 60.72

Kurang setuju/ragu-ragu

116 20.90

Tidak setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

Sumber: Data Primer Yang telah diolah

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas yang menunjukkan tanggapan responden

mengenai program pelatihan /training QDI yang diberikan oleh perusahaan,

sesuai dengan pekerjaan yang responden miliki saat ini, sebagian responden

mengatakan setuju 337 point (60.72%). Hal ini menandakan bahwa pelatihan ini

perlu diikuti oleh karyawan PT Unilever Skin Care Factory khususnya karyawan

departemen produksi.

b. Kinerja Karyawan Tabel 4.3 pernyataan variabel Kinerja Tanggapan Frekuensi Presentase

(%) Sangat Setuju 118 24.53

Setuju 245 50.94

Kurang setuju/ragu-ragu 118 24.53

Tidak setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

Sumber: Data Primer Yang telah diolah

Berdasarkan tabel 4.3 di atas yang menunjukkan tanggapan responden

mengenai kinerja sebagian besar responden menyatakan sebanyak 245 poin

(50.94%), hal ini berarti karyawan departemen produksi PT Unilever Skin Care

Factory setuju mengenai program penyampain informasi dan komunikasi untuk

meningkatkan kinerja atau produktivitas kerja yang sesuai dengan standard

kualitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Page 58: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

43

4.3 Hubungan Pelaksanaan Pelatihan QDI di PT Unilever Skin

Care Factory terhadap Produktivitas Kerja Karyawan

Setelah mengetahui bagaimana tanggapan karyawan departemen produksi PT

Unilever Skin Care Factory terhadap pelaksanaan Pelatihan QDI, maka

selanjutnya akan diuraikan mengenai statistik yang dapat menerangkan kuat

tidaknya pengaruh “Pelaksanaan Pelatihan QDI terhadap Produktivitas

Karyawan”.

Dalam menganalisis sejauh mana pengaruh pelaksanaan pelatihan QDI di PT

Unilever Skin Care Factory terhadap produktivitas kerja karyawan pada

departemen produksi, maka penulis melakukan pengujian kualitas data (validitas

dan reliabilitas) yang dilanjutkan dengan menggunakan korelasi pearson yang

sebelumnya diuji terlebih dahulu dengan uji normalitas.

Adapun cara dalam memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menyebarkan

kuesioner kepada 37 responden yang diambil dari populasi karyawan departemen

produksi PT Unilever Skin Care Factory. Setelah itu data yang diperoleh

dikumpulkan, dicatat, dan diolah untuk proses yang lebih lanjut. Proses analisis

data untuk uji validitas, reliabilitas, korelasi menggunakan SPSS 16.o for window.

Setelah melakukan uji validitas dan uji reliabilitas data maka selanjutnya

akan mengetahui hubungan antara variabel pelatihan dan kinerja terlebih dahulu

dilakukan pengecekan terhadap asumsi normalitas dari kedua variabel tersebut

untuk masing-masing kelompok pengujian. Pengujian normalitas dilakukan

dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov dengan H0 dan H1 sebagai berikut:

H0 : data tidak mengikuti distribusi normal

H1 : data mengikuti distribusi normal

Alpha : 0,05 (5%)

Ketentuan : Tolak H0 jika nilai signifikansi (p-value) < alpha (0,05)

Page 59: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

44

a. Validitas

1. Validitas Kinerja

Uji validitas ini dilakukan terhadap butir-butir pernyataan yang

membentuk variabel produktivitas kerja yakni 13 butir butir pernyataan.

Uji ini dilakukan dengan mencoba kuesioner yang akan digunakan

terhadap 30 orang responden. Hasil pengolahan dengan menggunakan

software SPSS 16.0 ditunjukkan oleh tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Validitas Butir Pertanyaan Kinerja

Butir

Pertanyaan Korelasi

r

Hitung r Kritis Keputusan

(1) (2) (3) (4) (6)

1 R1Y 0,521 0,361 Valid

2 R2Y 0,390 0,361 Valid

3 R3Y 0,400 0,361 Valid

4 R4Y 0,407 0,361 Valid

5 R5Y 0,387 0,361 Valid

6 R6Y 0,374 0,361 Valid

7 R7Y 0,467 0,361 Valid

8 R8Y 0,426 0,361 Valid

9 R9Y 0,370 0,361 Valid

10 R10Y 0,501 0,361 Valid

11 R11Y 0,424 0,361 Valid

12 R12Y 0,455 0,361 Valid

13 R13Y 0,518 0,361 Valid

Sumber: data yang diolah

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa semua butir pernyataan

yang membentuk variabel kinerja terbukti secara signifikan memenuhi

asumsi validitas.

Page 60: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

45

2. Validitas komunikasi pelatihan

Uji validitas ini dilakukan terhadap butir-butir pernyataan yang

membentuk variabel motivasi integral yakni 15 butir pernyataan. Sama

halnya dengan uji validitas sebelumnya, uji ini dilakukan dengan

mencoba kuesioner yang akan digunakan terhadap 30 orang responden

yang sama dengan responden sebelumnya. Hasil pengolahan dengan

menggunakan software SPSS 16.0 ditunjukkan oleh tabel dibawah ini: Tabel 4.5 Validitas Butir Pertanyaan komunikasi pelatihan

Butir

Pertanyaan Korelasi r Hitung r Kritis Keputusan

(1) (2) (3) (4) (6)

1 R1X 0,609 0,361 Valid

2 R2X 0,623 0,361 Valid

3 R3X 0,716 0,361 Valid

4 R4X 0,647 0,361 Valid

5 R5X 0,588 0,361 Valid

6 R6X 0,537 0,361 Valid

7 R7X 0,599 0,361 Valid

8 R8X 0,708 0,361 Valid

9 R9X 0,665 0,361 Valid

10 R10X 0,580 0,361 Valid

11 R11X 0,617 0,361 Valid

12 R12X 0,543 0,361 Valid

13 R13X 0,636 0,361 Valid

14 R14X 0,624 0,361 Valid

15 R15X 0,680 0,361 Valid

Sumber: data yang diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa semua butir

pernyataan yang membentuk variabel motivasi integral terbukti signifikan

memenuhi asumsi validitas.

Page 61: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

46

b. Uji Reliabilitas

Uji reabilitas ini dilakukan dengan menggunakan 30 responden yang

digunakan untuk menguji validitas. Karena semua butir pernyataan terbukti

valid, maka semua butir pernyataan tersebut dapat diuji reliabilitasnya.

Dengan menggunakan software SPSS 16.0 diperoleh nilai Cronbach’s Alpha

sebagai berikut: Tabel 4.6 Nilai Cronbach’s Alpha untuk Uji Reliabilitas

Variabel Nilai Cronbach’s Alpha Keputusan

(1) (2) (3)

Kinerja 0,643 Reliabel

Komunikasi Pelatihan 0,887 Reliabel

Sumber: data yang diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen

kuesioner lebih besar dari 0,6 yang artinya bahwa kuesioner penelitian ini

baik atau dapat dikatakan juga bahwa data hasil instrumen kuesioner dapat

dipercaya.

Page 62: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

47

4.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dari kuesioner telah terbukti valid dan reliabel untuk

digunakan dan dianalisis. Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan

korelasi pearson.

4.4.1 Asumsi Normalitas

Sebelum dilakukan pengujian korelasi untuk mengetahui hubungan antara

variabel pelatihan dan kinerja terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap

asumsi normalitas dari kedua variabel tersebut untuk masing-masing kelompok

pengujian. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov

smirnov dengan H0 dan H1 sebagai berikut:

H0 : data tidak mengikuti distribusi normal

H1 : data mengikuti distribusi normal

Alpha : 0,05 (5%)

Ketentuan : Tolak H0 jika nilai signifikansi (p-value) < alpha (0,05)

Berikut adalah output dari SPSS 16.0 :

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

x1 x2 x3 y1 y2 y3

N 12 12 12 12 12 12

Normal Parametersa Mean 59.4167 60.0833 59.7500 51.5833 52.1667 52.1667

Std. Deviation 4.79504 7.37882 4.78872 3.72847 5.09605 3.12856

Most Extreme Differences Absolute .189 .165 .116 .154 .110 .138

Positive .086 .165 .082 .145 .110 .099

Negative -.189 -.159 -.116 -.154 -.105 -.138

Kolmogorov-Smirnov Z .655 .571 .403 .532 .379 .477

Asymp. Sig. (2-tailed) .783 .900 .997 .940 .999 .977

a. Test distribution is Normal.

Page 63: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

48

Dari output di atas diperoleh nilai signifikansi yang lebih besar dari alpha

(0,05) untuk semua kelompok pengujian. Kelompok yang dimaksud yaitu dibagi

menjadi tiga kelompok SBU (Pouch, tube, dan botol). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi sehingga dapat dilanjutkan

dengan analisis korelasi. Analisis korelasi dapat dibagi menjadi tiga kelompok

pula sesuai SBU masing-masing yang berjumlah 12 responden untuk tiap SBU.

a. Hubungan antara pelatihan dan kinerja untuk SBU/group pouch Correlations

x1 y1

x1 Pearson Correlation 1 .504

Sig. (2-tailed) .095

N 12 12

y1 Pearson Correlation .504 1

Sig. (2-tailed) .095

N 12 12

H0 : tidak terdapat hubungan antara pelatihan dan kinerja

H1 : terdapat hubungan antara pelatihan dan kinerja

Alpha : 0,05 (5%)

Ketentuan : Terima H0 jika (–rtabel )≤(rhitung)≤ (+rtabel), rtabel untuk n-

2=10 adalah 0,632. Atau terima H0 jika p-value > 0,05

Dari 12 responden yang berasal dari SBU/grup pouch di atas diperoleh

nilai rhitung sebesar 0,504. Sehingga peneliti dapat mengambil keputusan

untuk menerima H0, Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat

kepercayaan 95% bisa dinyatakan bahwa korelasi cukup untuk menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dan kinerja pada

group pouch.

Page 64: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

49

b. Hubungan antara pelatihan dan kinerja pada SBU/group tube

Correlations

x2 y2

x2 Pearson Correlation 1 .819**

Sig. (2-tailed) .001

N 12 12

y2 Pearson Correlation .819** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 12 12

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

H0 : tidak terdapat hubungan antara pelatihan dan kinerja

H1 : terdapat hubungan antara pelatihan dan kinerja

Alpha : 0,05 (5%)

Ketentuan : Terima H0 jika (–rtabel )≤(rhitung)≤(+rtabel), rtabel untuk n-

2=10 adalah 0,632. Atau terima H0 jika p-value > 0,05

Dari 12 responden yang berasal dari SBU/grup tube di atas diperoleh nilai

rhitung sebesar 0,819. Sehingga peneliti dapat mengambil keputusan untuk

menolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan

95% bisa dinyatakan bahwa memang terdapat hubungan yang positif dan

sangat kuat antara pelatihan dan kinerja pada group tube.

Page 65: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

50

c. Hubungan antara pelatihan dan kinerja pada SBU/group botol Correlations

x3 y3

x3 Pearson Correlation 1 .458

Sig. (2-tailed) .134

N 12 12

y3 Pearson Correlation .458 1

Sig. (2-tailed) .134

N 12 12

H0 : tidak terdapat hubungan antara pelatihan dan Kinerja

H1 : terdapat hubungan antara pelatihan dan kinerja

Alpha : 0,05 (5%)

Ketentuan : Terima H0 jika (–rtabel )≤(rhitung) ≤(+rtabel), rtabel untuk n-

2=10 adalah 0,632 . Atau terima H0 jika p-value > 0,05

Dari 12 responden yang berasal dari SBU/grup pouch di atas

diperoleh nilai rhitung sebesar 0,458. Sehingga peneliti juga dapat

mengambil keputusan untuk menerima H0 dan dapat disimpulkan bahwa

dengan tingkat kepercayaan 95% bisa dinyatakan bahwa terdapat

hubungan cukup dan positif antara pelatihan dan kinerja pada SBU/group

botol.

Korelasi yang ada antara kedua variabel pada setiap group diperoleh nilai

yang bervariasi. Pada grup puoch dan botol hanya diperoleh korelasi

sebesar 0,504 dan 0,458 yang dapat diintrepretasikan memiliki korelasi

yang cukup antara pelatihan dan kinerja. Sedangkan pada group tube

diperoleh nilai korelasi sebesar 0,819 yang artinya pada group tersebut

terdapat hubungan yang kuat/tinggi antara variabel pelatihan dan kinerja.

Page 66: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

51

4.5 Hasil Analisis berdasarkan hasil aktual QDI (laporan QDI)

a. Analisis QDI Report

Berdasarkan laporan QDI selama bulan Maret hingga Agustus 2011 adalah

sebagai berikut:

Gambar 4.2 summary QDI Mar-Aug

Sumber data:laporan QDI Dep. QC

Selama bulan Maret hingga Mei terdapat angka merah yang menunjukkan bahwa

angka QDI tidak memenuhi persyaratan, untuk line yang belum memenuhi

persyaratan pada bulan Maret pada SBU Pouch adalah Line1, line 2, line 3P, line

20 dan Line 4. Pada SBU botol yang belum memenuhi syarat adalah Line 5, Line

8, Line 9, dan line 10. Pada SBU tube yang belum memenuhi standard adalah

Line 11, line 14, Line 15, line 16, Line 17, Line 18, dan Line 19. Pada dua bulan

sesudahnya yaitu April dan Mei semua line memenuhi persyaratn QDI.

Page 67: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

52

Pada laporan QDI setelah dilakukan program pelatihan terhadap karyawan

produksi yaitu bulan Juni, Juli, dan Agustus menunjukkan bahwa semua Line

memenuhi persyaratan yaitu di bawah 0.32%.

Dengan demikian dapat dianalisis bahwa sebelum dan sesudah pelatihan

dari data yang dirata-ratakan selama tiga bulan sabelum pelatihan dan tiga bulan

sesudah pelatihan menunjukkan angka yang berbeda namun memiliki simpulan

dan hasil yang sama yaitu memenuhi persyaratan QDI. Hasil analisis secara

visual ini serupa dengan hasil analisis dengan menggunakan kuisioner dan uji

normalitas yang menunjukkan bahwa belum cukup hubungan antara pelatihan dan

kinerja yang berindikasi pada produktivitas karyawan PT Unilever skin care.

Dari uji dengan menggunakan statistik korelasi berdasarkan isian kuisioner

37 responden didapatkan hasil analisis bahwa pelatihan ini tidak terlalu kuat atau

cukup hubungannya pelatihan dengan meningkatnya kinerja karyawan produksi,

khususnya SBU pouch dan SBU botol namun memberikan hubungan yang kuat

terhadap SBU Tube. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya perhatian dan

konsentrasi responden pada saat mengikuti pelatihan, penjelasan dari pembawa

materi yang kurang bisa dipahami, fasilitas yang kurang mendukung, materi yang

sulit,dan lain lain sebagi pengganggu dalam proses komunikasi pelatihan.

Pelatihan sendiri lebih banyak menggunakan classical methode yang bisa

membuat suasana penerimaan informasi dari pengirim ke penerima pesan di

absorp dengan kurang sempurna walaupun tetap berhubungan namun hubungan

tersebut masih lemah.

Pada data sekunder aktual berupa report QDI yang dirangkum tiap bulan

selama tiga bulan sebelum dilakukan pelatihan dan laporan QDI selama tiga bulan

setelah pelatihan menunjukkan data yang hampir sama dan tidak berbeda jauh

pada angka QDI masing-masing line yang terkomulatif menjadi angka QDI

SBU/grup. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat hubungan yang lemah.

Page 68: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

53

b. Uji Paired test laporan QDI pada tiga SBU

Dilakukan uji paired test dengan data pada laporan QDI sebelum pelatihan

(Januari-April) terhadap laporan QDI setelah pelatihan (Juni-Agustus).

1. SBU/grup pouch

SBU/grup Pouch terdiri dari lima line, yaitu Line 1, 2, 3p, 4, dan 20.

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pouch_sebelum .2160 5 .11546 .05163

pouch_sesudah .0500 5 .03937 .01761

Paired Samples Test

Paired Differences

T df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pai

r 1

pouch_sebelum -

pouch_sesudah .16600 .11216 .05016 .02673 .30527 3.309 4 .030

Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS 16.0 berikut didapatkan hasil

bahwa rata-rata QDI sebelum dilakukan pelatihan pada group pouch adalah

0,2160 (Januari-Mei) dan ternyata rata-rata ini mengalami penurunan menjadi

0,05 (Juni-Agustus) setelah dilakukan pelatihan pada akhir bulan Mei. Oleh

karena nilai p-value statistik uji t adalah sebesar 0,030 (<0,05), maka

kesimpulan yang dapat diambil adalah menolak hipotesis nol. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tedapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata QDI

pada setiap line antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Dengan kata

lain bahwa nilai QDI menjadi lebih baik setelah dilakukan pelatihan.

Page 69: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

54

2. SBU/group botol

SBU/grup botol terdiri dari tujuh line, yaitu Line 3, 5, 6, .7, 8, 9, dan 10.

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 botoll_sebelum .3500 7 .19356 .07316

botoll_sesudah .0100 7 .00577 .00218

Paired Samples Test

Paired Differences

T df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

botoll_sebelum -

botoll_sesudah .34000 .19630 .07419 .15845 .52155 4.583 6 .004

Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS 16.0 berikut didapatkan hasil

bahwa rata-rata QDI sebelum dilakukan pelatihan pada group botol adalah

0,3500 (Januari-Mei) dan ternyata rata-rata ini mengalami penurunan menjadi

0,01 (Juni-Agustus) setelah dilakukan pelatihan pada akhir bulan Mei. Oleh

karena nilai p-value statistik uji t adalah sebesar 0,004 (<0,05), maka

simpulan yang dapat diambil adalah menolak hipotesis nol. Hal tersebut

berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata QDI pada

setiap line antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Dengan kata lain

bahwa nilai QDI menjadi lebih baik setelah dilakukan pelatihan.

Page 70: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

55

3. SBU/group tube

SBU/grup tube terdiri dari sepuluh line, yaitu Line 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19,

dan 21.

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 tube_sebelum .4070 10 .23898 .07557

tube_sesudah .0340 10 .02413 .00763

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair

1

tube_sebelum -

tube_sesudah .37300 .22642 .07160 .21103 .53497 5.209 9 .001

Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS 16.0 berikut didapatkan hasil

bahwa rata-rata QDI sebelum dilakukan pelatihan pada group tube adalah

0,4070 (Januari-Mei) dan ternyata rata-rata ini mengalami penurunan menjadi

0,0340 (Juni-Agustus) setelah dilakukan pelatihan pada akhir bulan Mei. Oleh

karena nilai p-value statistik uji t adalah sebesar 0,001 (<0,05), maka

kesimpulan yang dapat diambil adalah menolak hipotesis nol. Hal tersebut

berarti bahwa tedapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata QDI pada

setiap line antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Dengan kata lain

bahwa nilai QDI menjadi lebih baik setelah dilakukan pelatihan.

Walapun memiliki simpulan dan hasil yang sama antara sebelum pelatihan

dan sesudah pelatihan pada laporan QDI yaitu hubungan yang lemah, namun

Page 71: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

56

angka QDI ini cenderung menurun dan berdampak positif. Dengan menurunnya

angka QDI ini diartikan sebagai tindakan yang produktif karena QDI merupakan

salah satu faktor utama production waste. Hubungan antara angka QDI dan

output/produktivitas karyawan produksi PT Unilever skin care factory Cikarang

bebanding terbalik, semakin kecil nilai QDI line/SBU maka semakin besar output

yang dihasilkan, dan begitu sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang positif

selama tiga bulan setelah pelatihan setelah dianalisis secara statistik. Hasil

analisis secara keseluruhan dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 4.7 Summary hasil analisis Hubungan antara pelatihan dan kinerja

SBU\Berdasarkan kuisioner dengan Pearson

Uji Normalitas QDI report

Data Visual QDI

Uji statistik/Paired

test

SBU Pouch Korelasi cukup Tidak ada perbedaan

Masuk Syarat

Ada perbedaan positive

SBU Tube Korelasi kuat Tidak ada perbedaan

Masuk Syarat

Ada perbedaan positive

SBU Botol Korelasi cukup Tidak ada perbedaan

Masuk Syarat

Ada perbedaan positive

Pada uji korelasi pearson, uji normalitas QDI, dan report visual

menunjukkan perbedaan terhadap hasil statistik pada saat perhitungan paired test.

Pada uji normalitas hasilnya menerima Ho yaitu tidak terdapat hubungan antara

pelatihan dengan kinerja. Begitu pula pada report QDI bulanan yang

menunjukkan bahwa tiga bulan sebelum pelatihan dan tiga bulan setelah pelatihan

hasilnya QDI-nya sama yaitu memenuhi persyaratan perusahaan. Pada

perhitungan report QDI dengan membandingkan lima bulan sebelum dan tiga

bulan sesudah pelatihan secara statistik terdapat signifikansi pada hasilnya dan

menunjukkan ada hubungan antara pelatihan dan kinerja karyawan.

Dijelaskan bahwa komunikasi pelatihan memberikan hubungan yang belum

maksimal pada penelitian ini, namun management memiliki banyak strategi untuk

Page 72: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

57

mencapai tujuan organisasi. Media komunikasi dianggap paling cocok untuk

mencapai tujuan organisasi dengan menyampaikan informasi-informasi

penunjang produktivitas kerja karyawan melalui departemen yang kompeten dan

paham mengelola penurunan angka QDI yaitu departemen QC.

Departemen QC diberikan kewenangan oleh management untuk mengontrol

penurunan angka QDI dan meningkatkan produktivitas kerja. Selain pelatihan

yang utama, departemen QC melakukan pelaporan QDI setiap hari untuk

didiskusikan pada quality meeting setiap hari jumat.

Pada quality meeting yang dijadwalkan satu kali seminggu terjadi

komunikasi dua arah (karyawan produksi dan management/departemen QC)

sehingga bila terjadi permasalahan atau hal yang sulit untuk dijalani berkaitan

dengan angka QDI ini akan dengan mudah dicegah dan ditangani sebelum

terlambat. Disamping itu, departemen QC memberikan penjelasan berupa

komunikasi visual yaitu gambar/foto sample, display pada layar LCD, dan

laporan yang ditempatkan di area masing-masing line produksi, sehingga akan

memudahkan dalam mencari informasi dan alat pengingat yang baik pula. Proses

komunikasi yang dilakukan departemen QC seharusnya akan menimbulkan efek

yang baik dalam produktivitas kerja dan pengurangan angka QDI, karena

dikerjakan oleh departemen yang kompeten, menggunkan media-media

komunikasi yang menunjang, dan didukung oleh managemen dan fasilitas yang

memadai.

Dari observasi peneliti terhadap responden, peneliti memiliki pembahasan

bahwa pelatihan ini belum bisa dijadikan sebagi senjata utama perusahaan dalam

menekan angka QDI guna meningkatkan produktivitas kerja. Managemen selaku

pemegang kendali perusahaan memiliki teknik lain selain memberi mandatori

kepada departemen QC. Salah satu hal yang dapat dijadikan contoh adalah dalam

menjalankan aktivitas kerja, karyawan produksi diberikan reward/penghargaan

bila SBU mereka berhasil memenuhi syarat QDI dan memenuhi target produksi.

Reward berupa nominal uang akan diberikan kepada SBU yang memiliki QDI

yang rendah dan memiliki output yang tinggi atau sesuai target produksi. Berbeda

Page 73: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

58

bila SBU tersebut memiliki QDI yang tidak memenuhi syarat dan target produksi

SBU mereka tidak tercapai, maka akan ada punishment bagi SBU tersebut.

Punishment berupa berita acara dan CPAR (Corective Preventive Action Report).

Dari pengamatan tersebut, hal ini sebagai alasan untuk mengurangi angka

QDI dan meningkatkan kerja mereka. Mereka akan senang bila mendapat prestasi

dan penghargaan tersebut, dengan reward tersebut akan menumbuhkan

kebersamaan mereka dalam SBU karena uang tersebut digunakan untuk jalan-

jalan atau makan bersama anggota SBU beserta keluarga bila memungkinkan.

Lain halnya jika harus membuat berita acara dan CPAR, yang akan membuat

punishment tersebut “dilempar sana-sani” dengan kata lain lepas tanggung jawab.

Dari observasi terhadap responden bila pelatihan memang kurang

berhubungan dengan kinerja yang menunjang produktivitas karyawan PT

Unilever Skin Care Factory, maka selain pelatihan, kinerja dan produktivitas

pun dapat dapat dihubungkan dengan faktor lainnya seperti:

1. Sikap seperti motivasi kerja, disiplin kerja, dan etika kerja.

2. Pendidikan, pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih

tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan

akan arti pentingnya produktivitas.

3. Keterampilan, pada aspek tertentu apabila pegawai terampil, maka akan

lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik.

4. Manajemen, pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan system

yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta

mengendalikan staf/bawahannya.

5. Tingkat penghasilan, apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat

menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.

6. Gizi dan Kesehatan, apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya

dan berbadan sehat maka lebih kuat bekerjanya.

Page 74: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

59

7. Jaminan sosial, jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi

kepada pegawainya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan

semangat kerja.

8. Lingkungan dan Iklim kerja, lingkungan dan iklim kerja yang baik akan

mendorong pegawai agar senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung

jawab untuk melakukan pekerjaannya.

9. Sarana produksi, mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan

produktifitas.

10. Kesempatan berprestasi, pegawai yang bekerja tentu mengharapkan

peningkatan karier atau pengembangan potensi pribadi yang nantinya

akan bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi organisasi.

Page 75: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

60

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian dengan kuisioner yang diisi responden dan

dikoreasikan antara pelatihan dengan kinerja/produktivitas kerja dapat

disimpulkan:

a. Belum cukup kuat untuk menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pelatihan dan produktivitas kerja pada SBU/group

pouch/sachet.

b. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelatihan dan

produktivitas kerja pada SBU/group tube.

c. Belum cukup kuat untuk menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pelatihan dan produktivitas kerja pada SBU/group botol.

Berdasakan pada hasil aktual yang didapat dari output kerja karyawan

produksi didapat simpulan bahwa hubungan peltihaan lemah terhadap kinerja

karyawan. Dari hasil visual juga dapat dijelaskan bahwa kurang kuat hubungan

pelatihan terhadap kinerja. Kemudian bila dihitung secara statistik angka-angka

QDI menunjukkan penurunan, sehingga selama 3 bulan setelah dilakukan dapat

disimpulkan dengan Paired sample t test :

a. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata QDI pada setiap line

antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Dengan kata lain bahwa

nilai QDI menjadi lebih baik setelah dilakukan pelatihan terhadap

SBU/group Pouch/sachet.

b. Tedapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata QDI pada setiap line

antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Dengan kata lain bahwa

nilai QDI menjadi lebih baik setelah dilakukan pelatihan terhadap

SBU/group Tube.

c. Tedapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata QDI pada setiap line

antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Dengan kata lain bahwa

Page 76: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

61

nilai QDI menjadi lebih baik setelah dilakukan pelatihan terhadap

SBU/group Botol.

Terdapat faktor-faktor lain dalam peningkatkan produktivitas tersebut selain

pelatihan yang telah dilakukan.

5.2 Saran

Untuk meningkatkan produktivitas kerja dan mengurangi production

waste sesuai dengan visi misi perusahaan dan keinginan dari management, maka

saran dari peneliti adalah sebagi berikut:

a. Komunikasi melalui media/channel seperti circle board perlu

ditambahkan informasi QDI, report QDI dilaporkan tepat waktu, dan

pelatihan perlu ditambahkan lagi porsinya.

b. Komunikasi antara leader sebagai pemimpin SBU/grup, champion

sebagai supporting dalam produksi, dan operator yang

mengoperasikan mesin di produksi perlu dipelihara dengan baik dan

intens salah satunya hadir dan tepat waktu dalam meeting mingguan

dan morning meeting.

c. Kualitas merupakan tanggung jawab bersama, perlu ditingkatkan

kesadaran masing-masing pihak terhadap tanggung jawab

pekerjaanya, dengan menyelesaikan tugas yang dibebankan saat ini

dan bertanggung jawab atas hasil pekerjaan.

d. Proses komunikasi berupa pelatihan perlu diterapkan pada awal new

employee’s masuk kerja, tidak pada sebagaimana saat ini diterapkan.

Page 77: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

62

DAFTAR PUSTAKA

B.M. van Riel, Cees & Charles J. Fombrun. 2007. Essential of Corporate

Communication. New York: British Library Cataloging in publication data.

DeVito, Joseph A. 1997. Human Communication, editor: Agus Maulana, ,

Jakarta: Profesional Books.

Griffin, Em. 2009. A First Look at Communication Theory 7th edtion. Texas

Christian University: Connect Learn Succed

Hasan, Iqbal.2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi

Aksara

Keyton, Joann.2005. Communication and Organizational Culture. California:

Sage Publication

Kriyantono,Rahmat.2010.Teknis Praktis Riset Komuniaksi. Malang: Kencana

Prenada.

Mangkunegara, Anwar.2009.Evaluasi Kinerja SDM.Bandung:Refiak Aditama.

Nugraha, Eka Setiawan. 2010. Pengaruh Pelaksanaan Pelatihan Terhadap

Produktivitas Kerja Karyawan PT. Astra International tbk Toyota Sales

Operation (Auto2000) Cabang Pasteur Bandung. Bandung:Universitas

Pajajaran.

QDI Report.2011. Bekasi: Unilever Skin Care Factory

Robbin, S.P., 1990, Organizational Theory: Structure, Design, and Application

(3rd Edition). New Jersey, USA. :Practice Hall International Editions Inc.

Serdamayanti, 1996, Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Jakarta: CV. Mandar

Maju Bandung.

Page 78: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

63

Sulistiyani, Dyah E.2007. The Effect of Training and Motivation of Work Activity.

Depok: FISIP-Universitas Indonesia

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi.: Bandung. Alfabeta.

Supranto, J. 2010. Statistik Teori dan Aplikasi: Jakarta.Erlangga.

Walpole.Ronald E. 1983.Elementary Statistical Concepts. USA:Macnmillan

publishing.

West, Richard & Lynn H. Turner.2010. Introducing Communication theory

Analysis and Application 4th edition.. New York: McGraw-hill Company.

Sumber lainnya :

http://ulinet.eap.unilever.com/home/

www.smartstat.info

http://www.smartstat.info/faqs/uji-statistik/pedoman-uji-satistik-asosiasi-

hubungan.html

http://kolom.pacific.net.id/ind/setyanto_p._santosa/.html,

http://www.nwlink.com/~donclark/hrd.html,)

http://digilib.petra.ac.id,

januarsurisnoyayan.wordpress.com,

http://Suharto, S_E_, M_M_ Uji Validitas, Reliabilitas, Instrumen, Penelitian,

Opini Validitas Dan Pengertian.Htm

http://Uji Korelasi Pearson Seta Basri Menulis Terus.mht

Page 79: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 1

64

Page 80: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 2

65

Page 81: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 3

66

PETUNJUK PENGISIAN OPINIER/KUISIONER

1. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti, sampai Bapak/Ibu benar-benar

memahami intinya.

2. Jangan ada pernyataan yang terlewat/ tidak diisi.

3. Berikan jawaban atas setiap pernyataan dengan memilih salah satu dari llima

alternative pilihan yang paling cocok dengan keadaan sebenarnya. Setiap pilihan

diberikan kode sebagai berikut:

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

KS = Kurang Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

4. Cantumkan tanda Silang (x) pada kolom pilihan yang dipilih tersedia di samping

kanan dari setiap pernyataan.

PROFIL RESPONDEN

1. Jenis Kelamin:

Laki-laki Perempuan

2. Usia :

< 25 tahun 25-35 Tahun 36-45 Tahun

46-55 Tahun

3. Pendidikan:

SMK/STM/SMA Diploma Sarjana

4. Masa Kerja :

< 5 Tahun 5-10 Tahun 11-15 Tahun 16-25 Tahun

> 25 Tahun

Page 82: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 3

67

A. Pernyataan Program Pelatihan/Training

No.

PERNYATAAN

(1)

SANGAT

SETUJU

(2)

SETUJU

(3)

KURAN

G

SETUJU

(4)

TIDAK

SETUJU

(5)

SANGAT

TIDAK

SETUJU

1. Training sesuai dengan tujuan pelatihan untuk mengurangi angka QDI

2. Lama waktu pelaksanaan program training sesuai dengan penyajian

3. Penting untuk diadakan program training QDI

4. Materi pelatihan yang didapat, belum pernah anda ketahui sebelumnya.

5. Training memberikan keterampilan dan pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan.

6. Apakah anda sudah bekerja sesuai SOP (Standard Operational Procedure) sebelum pelatihan ini.

7. Apakah anda merasakan manfaat program pelatihan QDI

8. Training dapat menjadi solusi bagi masalah yang anda hadapi atau belum bisa diselesaikan

9. Perlu dilakukan training QDI lanjutan 10. Menurut anda, program pelatihan

memberi pengaruh yang signifikan

11. Apakah perusahaan menunjang dengan cukup mefasilitasi dalam pelatihan QDI ini

12. Metode pelatihan classical yang digunakan sangat mudah dipahami

13. Instruktur program pelatihan QDI orang yang benar-benar menguasai baik secara teori maupun pelaksanaan di lapanagan

14. Apakah anda selalu mengupayakan pekerjaan /mencari informasi bila ditemukan permasalahan yang sulit tentang quality isue

15. Merupakan kewajiban untuk memberikan Informasi kepada kelompok kerja anda khususnya bagi yang belum mengikuti pelatihan QDI.

Page 83: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 3

68

B. Pernyataan Kinerja/Produktivitas kerja

No.

PERNYATAAN

(1)

SANGAT SETUJU

(2)

SETUJU

(3)

KURANG

SETUJU

(4)

TIDAK SETUJU

(5)

SANGAT TIDAK

SETUJU 1. Dalam menyelesaikan tugas, apakah

anda selalu memenuhi target yang telah perusahaan tetapkan.

2. Pimpinan selalu memberikan pujian atas pekerjaan yang anda selesaikan.

3. Anda tidak pernah melakukan kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan.

4. Komunikasi antar kelompok dan dalam kelompok memberi pengaruh besar dalam pencapaian hasil.

5. Dalam bekerja anda sangat memahami dan menguasai tugas yang diberikan kepada anda

6. Fasilitas yang diberikan perusahaan sangat memuaskan dalam bekerja

7. Lingkungan pekerjaan memungkinkan untuk bersosialisasi dengan baik

8. Kreativitas yang anda miliki dapat selalu diterima oleh pimpinan dan dapat membantu kelancaran pelaksanaan tugas.

9. Selalu berhubungan dengan orang-orang sekitar untuk mendapatkan dukungan dalam pencapaian target kerja.

10. Karyawan harus mampu belajar dengan cepat dalam mempelajari bidang pekerjaannya

11. Target pencapaian kerja lebih sering didapatkan daripada tidak mencapai target

12. Semua yang berhubungan dengan dinas dapat anda selesaikan sendiri tanpa bantuan pihak lain

13. Perusahaan selalu membuka peluang untuk menemukan gagasan baru demi perkembangan karyawan dan perusahaan

TERIMA KASIH

Page 84: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 4

69

Page 85: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 4

70

Page 86: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 4

71

Page 87: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

Lampiran 5

72

Hasil Quisioner pernyataan Pelatihan karyawan

Resp\Quest 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

SBU Pouch 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 8 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3

11 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 14 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 17 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 20 5 4 5 5 4 4 3 4 5 3 4 4 4 5 5 23 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 4 5 4 5 26 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 29 5 4 5 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 32 3 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 35 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 SBU Tube 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 6 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 9 5 4 4 5 4 5 5 5 4 3 5 4 5 5 4

12 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 15 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 18 4 5 4 5 5 4 5 5 4 3 5 5 5 4 4 21 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 24 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 27 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 30 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 3 3 4 4 33 4 4 4 5 4 4 3 3 4 4 4 5 5 4 4 36 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 SBU Botol 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 7 4 5 4 4 4 5 4 4 3 3 3 4 3 3 4

10 4 4 3 4 5 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 13 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 3 3 3 4 3 16 4 4 3 4 3 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 19 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 25 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 28 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 4 5 4 3 31 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 3 5 34 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 37 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4

Page 88: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

Lampiran 5

73

Hasil Quisioner pernyataan Kinerja karyawan

Resp\Quest 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

SBU Pouch 2 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 5 4 3 3 7 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5

10 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 13 5 4 5 4 3 3 3 4 5 5 5 4 5 16 3 3 3 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 19 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 22 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 25 4 4 4 5 4 4 5 3 4 5 3 4 5 28 4 3 4 3 4 5 4 4 4 3 4 3 4 31 5 5 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 5 34 4 5 4 4 5 5 5 4 5 3 5 5 3 37 4 4 4 3 3 3 3 3 4 5 5 4 4 SBU Tube 3 3 3 3 3 5 4 5 4 5 4 3 4 3 6 3 4 4 4 5 4 3 3 4 3 4 4 4 9 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5

12 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 4 5 4 15 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 18 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 3 21 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 24 4 5 4 3 3 3 4 5 4 5 4 5 4 27 4 4 4 4 5 5 5 3 5 4 4 5 4 30 3 3 3 4 4 5 4 5 4 3 4 5 5 33 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 36 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 SBU Botol 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 8 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3

11 4 4 3 3 3 5 5 5 5 3 4 4 3 14 5 4 3 3 3 4 5 5 5 5 4 5 5 17 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 20 3 3 3 3 3 4 4 4 5 4 5 4 4 23 3 5 4 3 3 3 3 4 5 4 5 3 5 26 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5 3 3 5 29 5 4 5 4 3 3 3 4 3 3 3 5 4 32 3 3 3 3 3 4 5 5 4 3 4 4 4 35 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 3

Page 89: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

74

Lampiran 6 : Company Profile

C O M P A N Y P R O F I L E PT Unilever Indonesia Tbk

Since 1933

Meeting everyday needs of people everywhere

Head Office: Graha Unilever

Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 15 Jakarta 12930

PO Box 1162 Jakarta 10011

E-mail: [email protected]

Cikarang Factory: Kawasan Industri Jababeka,

Wangunharja, Cibitung, Kabupaten Bekasi

Surabaya Factory: Jalan Rungkut Industri IV/5-11

Kotamadya Surabaya, Jawa Timur

Corporate Legal Department 30 June 2009

Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--

Ξ--Ξ--Ξ

Page 90: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

75

C O M P A N Y P R O F I L E PT Unilever Indonesia Tbk

Since 1933

Deed of Establishment

: PT Unilever Indonesia Tbk (the “Company”) was established on December 5, 1933 as Lever’s Zeepfabrieken N.V. by deed No. 23 of Mr. A.H. van Ophuijsen, notary in Batavia. This deed was approved by the Gouverneur Generaal van Nederlandsch-Indie under No. 14 on December 16, 1933, registered at the Raad van Justitie in Batavia under No. 302 on December 22, 1933 and published in Supplement No. 3 to the Javasche Courant on January 9, 1934.

PT Unilever Indonesia Tbk

: By deed No. 171 of notary public Mrs. Kartini Muljadi SH dated July 22, 1980 the Company’s name was changed to “PT Unilever Indonesia”. By deed No. 92 of notary public Mr. Mudofir Hadi SH dated June 30, 1997 the Company’s name was changed to “PT Unilever Indonesia Tbk”. This deed was approved by the Minister of Justice under No.C2-1.049HT.01.04 TH.98 dated February 23, 1998 and published in Supplement No. 39 to State Gazette No. 2620 of May 15, 1998.

Go Public

: The Company listed 15% of its shares on the Jakarta Stock Exchange and Surabaya Stock Exchange following approval from the Chairman of Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No.SI-009/PM/E/ 1981 on November 16, 1981.

Line of Business

: The Company is engaged in manufacturing soaps, detergents, margarine, edible oil and dairy based foods, ice cream, snacks, tea based beverages and cosmetic products. As approved at the Company’s Annual General Meeting on June 13, 2000, which was notarized by deed No. 82 of notary public Singgih Susilo SH dated June 14, 2000 the Company also acts as a main distributor and provides marketing research services. This deed was approved by the Minister of Law and Legislation (formerly Minister of Justice) of the Republic of Indonesia under decree No. C-18482 HT.01.04-TH.2000.

Stock Split 1

: At the Company’s Extraordinary General Meeting on June 2000, the Shareholders agreed to a stock split, reducing the par value from Rp 1,000 per share to Rp 100 per share. This change was notarized by deed No. 19 of Notary Singgih Susilo SH dated 4 August 2000 and was approved by the Ministry of Justice and Human Rights Republic of Indonesia under decree No.

Page 91: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

76

C-18481.HT.01.04-TH.2000.

Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--

Stock Split 2 : At the Company's Annual General Meeting on June 24,

2003, the shareholders agreed to a stock split, reducing the par value from Rp 100 per share to Rp 10 per share. This change was notarized by deed No. 46 of notary public Singgih Susilo SH dated July 10, 2003 and was approved by the Minister of Justice and Human Rights of the Republic of Indonesia under decree No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.

Commercial Production

: The Company commenced commercial operations in 1933.

Locations

: The Company’s head office is located in Jakarta and its factories are located in Cikarang and Surabaya.

Head Office: Graha Unilever Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 15 Jakarta 12930 PO Box 1162 Jakarta 10011 E-mail: [email protected]

Cikarang Factory: Kawasan Industri Jababeka, Wangunharja, Cibitung, Kabupaten Bekasi

Surabaya Factory: Jalan Rungkut Industri IV/5-11 Kotamadya Surabaya, Jawa Timur

Structure of Capital : -Authorized Capital : Rp 76,300,000,000 -Subscribed Capital : Rp 76,300,000,000 -Paid-up Capital : Rp 76,300,000,000 -Nominal per Share : Rp 10 Shareholders : -Mavibel BV : 6,484,877,500 shares

(85%) -Public : 1,145,122,500 shares

(15%)

Composition of The Board of Commissioners and Board of Directors of the Company

As approved at the Company’s Annual General Meeting on May 31, 2007, which was notarized by Deed No. 13 made before Notary Syarif Siangan Tanudjaja SH dated June May 31, 2007.

Board of Commissioners President Commissioner : Louis Willem Gunning Independent Commissioner : Theodore Permadi Rachmat

Page 92: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

77

Independent Commissioner : Kuntoro Mangkusubroto Independent Commissioner : Cyrillus Harinowo Independent Commissioner : Bambang Subianto

Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--

Ξ-- Board of Directors President Director : Maurits Daniel Rudolf Lalisang Director : Graeme David Pitkethly Director : Joseph Bataona Director : Surya Dharma Mandala Director : Debora Herawati Sadrach Director : Mohamad Effendi Soeparsono Director : Andreas Moritz Egon Rompis Director : Bernadette Mary Wake Joint Venture : On November 22, 2000, the Company entered into an

agreement with PT Anugrah Indah Pelangi, to establish a new company named of PT Anugrah Lever (PTAL) which is engaged in manufacturing, developing, marketing and selling of soy sauce, chilli sauce, and other sauces with the Bango, Parkiet, and Sakura trademarks, and other brands under license from the Company to PTAL.

: On July 3, 2002, the Company entered into an agreement with Texchem Resources Berhad, to establish a new company named PT Technopia Lever (“PTTL”) which is engaged in the distribution, export and import of goods with the Domestos Nomos trademark. On November 7, 2003 Texchem Resources Berhad entered into a Share Sale Agreement with Technopia Singapore Pte. Ltd, in which Texchem Resources Berhad agreed to sell all of its shares in PTTL to Technopia Singapore Pte. Ltd.

The Company’s direct ownership in these subsidiaries is as follows:

: Subsidiaries

Country of domicile

Percentage of

Ownership

2006 2005 PT Anugrah Lever Indonesia 65% 65% PT Technopia Lever Indonesia 51% 51%

Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--Ξ--

Page 93: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 7 Photo kegiatan komunikasi selain training

78

Page 94: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 7 Photo kegiatan komunikasi selain training

79

Page 95: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 8 DAFTAR PESERTA TRAINING

80

Page 96: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 8 DAFTAR PESERTA TRAINING

81

Page 97: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

LAMPIRAN 8 DAFTAR PESERTA TRAINING

82

Page 98: ANALISIS HUBUNGAN PELATIHAN QDI ( QUALITY DEMERIT …

83

Lampiran 9 : Deskripsi Responden

Frekuensi Jenis Kelamin Responden

NO Kategori Frekuensi %

1 Pria 25 67.57

2 Wanita 12 32.43

JUMLAH 37 100

Frekuensi Usia Responden NO Kategori Frekuensi %

1 <25 Tahun 16 43.24

2 25-35 Tahun 16 43.24

3 36-45 Tahun 5 13.52

4 46-55 Tahun - -

JUMLAH 37 100

Frekuensi Pendidikan Responden NO Kategori Frekuensi %

1 SMA sederajat 27 72.97

2 Diploma 8 21.62

3 Sarjana 2 5.41

JUMLAH 37 100

Frekuensi Masa Kerja Responden

NO Kategori Frekuensi %

1 <5 Tahun 22 49.46

2 5-10 Tahun 13 35.13

3 11-15 Tahun 2 5.41

4 16-25 Tahun -

5 >25 Tahun -

JUMLAH 37 100

n : 37 responden Sumber : Angket Penelitian