Upload
phambao
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
TINJAUAN PUSTAKA
Pedoman Umum Gizi Seimbang
Kebutuhan gizi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan jenis kelamin, usia,
berat badan, tinggi badan dan aktifitasnya dan setiap orang sangat berbeda dalam
menerima konsumsi makanan. Di samping itu, keanekaragaman makanan juga
harus diperhatikan karena pada dasarnya setiap jenis makanan tertentu tidak
mengandung semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga perlu
beberapa makanan lain untuk mendapatkan komposisi makanan sesuai yang
dianjurkan. Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang
mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas
(fungsinya), maupun kuantitas (jumlahnya). Oleh karena makanan yang beraneka
ragam yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang
dibutuhkan tubuh dari sangat beragam jenisnya dan harus dikonsumsi setiap hari
untuk aktifitas fisiologis dan berbagai aktifitas lainnya.
Pendidikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan
status gizi masyarakat untuk jangka panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian
pesan gizi yang praktis akan membentuk suatu kesimbangan bangsa antara gaya
hidup dengan pola konsumsi masyarakat. Pengembangan pedoman gizi seimbang
baik untuk petugas maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam
pencapaian perubahan pola konsumsi makanan yang ada di masyarakat dengan
tujuan akhir yaitu tercapainya status gizi masyarakat yang baik (Depkes 2005).
Depkes (2005) melalui Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada tahun 1995 telah
mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Pedoman ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu rekomendasi Konferensi Gizi Internasional di Roma
pada tahun 1992. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5
sempurna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik
masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir
mulai terlihat di Indonesia. Tujuan PUGS adalah sebagai alat untuk memberikan
penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas, dalam rangka
memasyarakatkan gizi seimbang.
PUGS merupakan susunan makanan yang menjamin keseimbangan zat
gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap
hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat
Pengelompokan bahan makanan disederhan
utama zat-zat gizi, yaitu sebagai
pembangun; dan (3)
jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun d
sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada
kebutuhan zat pembangun (
Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu, kentang
dan yang semisal dengannya. Zat pengat
sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang
kacangan dan sebagainya. Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar
gizi seimbang tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut dengan ur
menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh. Dasar
kerucut menggambarkan sumber energi/tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang
paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pegatur,
sedangkan bagian atas
paling sedikit dimakan tiap harinya.
Gambar 1 Tumpeng
PUGS memuat
sebagai pedoman untuk mengatur makanan sehari
merupakan susunan makanan yang menjamin keseimbangan zat
gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap
hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat -zat gizi yang dikandungnya.
Pengelompokan bahan makanan disederhan akan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi
zat gizi, yaitu sebagai : (1) sumber energi/tenaga
) sumber zat pengatur. Sumber energi diperlukan tubuh dalam
jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun d
sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada
kebutuhan zat pembangun (Almatsier 2001).
Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu, kentang
dan yang semisal dengannya. Zat pengat ur diperoleh dari sayur dan buah
sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang
kacangan dan sebagainya. Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar
gizi seimbang tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut dengan ur
menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh. Dasar
kerucut menggambarkan sumber energi/tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang
paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pegatur,
sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif
paling sedikit dimakan tiap harinya.
Tumpeng Pedoman Gizi Seimbang (Depkes 2005
PUGS memuat 13 pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat
sebagai pedoman untuk mengatur makanan sehari -hari yang seimbang dan aman
6
merupakan susunan makanan yang menjamin keseimbangan zat -zat
gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap
zat gizi yang dikandungnya.
akan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi
tenaga; (2) sumber zat
Sumber energi diperlukan tubuh dalam
jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun d an zat pengatur,
sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada
Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu, kentang
ur diperoleh dari sayur dan buah-buahan,
sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang -
kacangan dan sebagainya. Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar
gizi seimbang tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut dengan ur utan-urutan
menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh. Dasar
kerucut menggambarkan sumber energi/tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang
paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pegatur,
menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif
2005)
pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat
hari yang seimbang dan aman
7
guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.
Pesan dasar tersebut adalah : (Depkes 2005)
1 Makanlah aneka ragam makanan
Pemenuhan gizi yang lengkap dan seimbang diperlukan makanan yang
aneka ragam. Mengkonsumsi makanan hanya satu jenis makanan dalam
jangka waktu relatif lama dapat mengakibatkan berbagai penyakit
kekurangan gizi atau gangguan kesehatan.
Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi,
minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis
makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat
pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaragaman yang minimal.
Idealnya adalah jika setiap makan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok
makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah).
Makanan sumber zat tenaga antara lain beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi
jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak dan santan yang mengandung
lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat pembangun
yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe,
tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging,
susu serta hasil olahan seperti keju. Zat pembangun berperan peting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang. Makanan sumber
zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini
mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk
melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh.
2 Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi,
agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja,
belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial, dan kegiatan yang lain.
Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber
karbohidrat, protein dan lemak. Kecukupan masukan energi bagi seseorang
ditandai oleh berat badan yang normal.
8
Konsumsi energi yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan kenaikan
berat badan. Energi yang berlebih disimpan sebagai cadangan di dalam
tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain.
Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan kegemukan, yang biasanya
disertai berbagai gangguan kesehatan. Antara lain tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, penyakit kencing manis dan lain-lain, tetapi apabila
konsumsi energi kurang, maka cadangan energi dalam tubuh yang berada
dalam jaringan otot/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan
tersebut. Apabila hal ini berlanjut, maka dapat menurunkan daya kerja ,
prestasi belajar dan kreativitas. Kemudian diikuti oleh menurunnya
produktivitas kerja, merosotnya prestasi belajar dan prestasi olah raga.
Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi
atau sekitar 3 - 4 sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan
akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam
jaringan tubuh/lemak. Apabila hal ini berlangsung lama dapat
mengakibatkan kegemukan.
Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan
mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain.
Penurunan berat badan yang berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi
kurang. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses
tumbuh kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia
dewasa, tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal dan kurang tangguh.
Selain itu, ia mudah terkena penyakit infeksi.
Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks
melebihi 60%, maka kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi.
3 Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
Karbohidrat terdiri dari dua kelompok, yaitu karbohidrat kompleks dan
karbohidrat sederhana. Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-
padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang),
dan makan lainnya seperti tepung, sagu dan pisang. Sedangkan gula
sebagai karbohidrat sederhana, tidak mengandung zat gizi lain. Konsumsi
gula yang berlebihan dapat mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain.
9
Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh
berlangsung lebih lama dari pada karbohidrat sederhana. Sehingga dengan
kenkonsumsi kabohidrat kompleks orang tidak segera merasa lapar.
Sedangkan gula atau karbohidrat sederhana langsung dapat diserap dan
dipergunakan tubuh sebagai energi, sehingga cepat menimbulkan rasa lapar.
Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi
atau sekitar 3 – 4 sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan
akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam
jaringan tubuh/lemak. Apabila berlangsunh lama dapat mengakibatkan
kegemukan.
Makanan sumber karbohidrat kompleks merupakan sumber energi utama
dalam hidangan Indonesia, tetapi sumber karbohidrat kompleks ini kurang
memberikan zat gizi lain yang diperlukan oleh tubuh, sehingga makanan
sumber karbohidrat ini harus dibatasi konsumsinya sekitar 50 – 60% dari
kebutuhan energi. Dengan demikian kekurangan zat gizi yang lain dapat
dipenuhi dari sumber zat pembangun dan pengatur. Apabila energi yang
diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60%, maka
kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi.
4 Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan
energi
Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E,
dan K, serta menambah lezatnya hidangan.
Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan. Yaitu
lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah
dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang
mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit
dicerna. Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak
jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa.
Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewani.
Konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari sebaiknya 10 – 20
% dari kebutuhan energi (Hardinsyah & Tambunan 2004).
10
Potensi lemak dan minyak sebagai sumber energi terhitung lebih tinggi
daripada karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak menghasilkan 9 kilokalori,
sedangkan karbohidrat dan protein hanya 4 kilokalori. Selain berpotensi
tinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistim pencernaan
dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan
rasa kenyang yang lebih lama. Jika seseorang mengkonsumsi lemak dan
minyak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain.
Akibatnya, kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi.
Bagi kebanyakan penduduk Indonesia, khususnya yang tinggal di perdesaan,
konsumsi lemak/minyak masih sangat rendah sehingga masih perlu
ditingkatkan. Sedangkan konsumsi lemak pada penduduk perkotaan sudah
harus diwaspadai, karena cenderung berlebihan. Mereka yang sudah
berlebihan mengonsumsi lemak harus segera menurunkan secara bertahap,
dengan cara mengurangi konsumsi makanan berlemak tinggi, termasuk
mengurangi konsumsi makanan bersantan dan yang digoreng.
Kebiasaan mengonsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung
koroner. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko
menderita penyakit jantung koroner, karena lemak ikan mengandung asam
lemak omega 3 yang berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak
pada dinding pembuluh darah.
Komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 2 bagian makanan yang
mengandung sumber lemak nabati, dan 1 bagian dikonsumsi mengandung
sumber lemak hewani.
5 Gunakan garam beriodium
Garam beriodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (kalium
iodat) sebanyak 30-80 ppm. Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994, semua
garam yang beredar di Indonesia harus mengandung iodium. Kebijaksanaan
ini berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian gangguan kesehatan
akibat kekurangan iodium (GAKI) di Indonesia.
GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) merupakan masalah
gizi yang serius, karena dapat menyebabkan penyakit gondok dan kretin.
11
Kekurangan unsur iodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula
menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.
Seperti halnya anemia gizi besi, anak sekolah yang menderita GAKI
biasanya memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk menyelesaikan
tingkat pendidikan formal tertentu. Bahkan mereka yang menderita GAKI
tingkat berat (kretin, kretinoid) tidak mampu menyerap pelajaran pendidikan
dasar.
Dengan mengkonsumsi garam beriodium 6 gram sehari, kebutuhan iodium
dapat terpenuhi, namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui.
Dalam kondisi tertentu, misalnya keringat yang berlebihan, dianjurkan
mengonsumsi garam sampai 10 gram atau dua sendok teh per orang per
hari. Bagi seseorang yang harus mengurangi konsumsi garam, dianjurkan
untuk mengkonsumsi makanan dari laut yang kaya iodium.
Demikian penting manfaat garam beriodium untuk mencegah dan
menanggulangi GAKI, maka mutu garam beriodium yang beredar di pasar
perlu dipantau.
Cara untuk menilai mutu garam beriodium tidak sulit, yaitu dengan Test Kit
Iodina yang tersedia di puskesmas dan apotik. Ambil garam, kemudian tetesi
dengan cairan iodina. Warna yang timbul dibandingkan dengan petunjuk
warna yang ada pada Kit. Garam yang bermutu baik akan menunjukkan
warna biru keunguan. Semakin berwarna tua, semakin baik mutu garam.
Selain itu, pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan singkong parut.
Caranya sebagai berikut : singkong (ubi kayu) segar dikupas, diparut dan
diperas tanpa diberi air. Tuang 1 sendok perasan singkong parut ke dalam
gelas bersih. Tambahkan 4 - 6 sendok teh munjung garam yang akan
diperiksa. Tambahkan 2 sendok teh cuka makan berkadar 25 %. Aduk
sampai rata, dan tunggu beberapa menit. Apabila timbul warna biru
keunguan, berarti garam tersebut mengandung iodium. Semakin berwarna
pekat, semakin baik mutu garam. Sebab, garam yang tak beriodium tidak
akan mengalami perubahan warna setelah diperiksa dengan cairan iodina
maupun cairan singkong parut.
Garam beriodium sebaiknya disimpan dalam wadah terbuat dari beling
(kaca) dan bertutup, seperti stoples atau botol selai.
12
6 Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel
darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan. Kekurangan
zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat
menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai
penyakit kurang darah. Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita
oleh wanita hamil, wanita menyusui, dan wanita usia subur pada umumnya,
karena fungsi kodrati. Peristiwa kodrati wanita adalah haid, hamil, melahirkan
dan menyusui. Karena itu menyebabkan kebutuhan Fe atau zat besi relatif
lebih tinggi dibandingkan kelompok lain. Kelompok lain yang rawan AGB
adalah anak balita, anak usia sekolah dan buruh serta tenaga kerja
berpenghasilan rendah.
Sumber utama Fe adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta
sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe
adalah rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama sumber
Fe nabati yang hanya diserap 1 - 2%. Sedangkan tingkat penyerapan Fe
makanan asal hewani dapat mencapai 10 - 20%. Ini berarti bahwa Fe
pangan asal hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe pangan asal
nabati (non heme).
Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam membantu
meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh. Kehadiran protein hewani,
vitamin C, vitamin A, zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat
meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain dari
mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan
vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya juga merupakan
sumber vitamin A.
Tanda-tanda anemia gizi besi (AGB) antara lain pucat, lemah, lesu, pusing
dan penglihatan sering berkunang-kunang. AGB dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai berat. Anemia pada ibu hamil
akan menambah risiko mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko
perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, dan bahkan dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita
anemia berat. Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan gejala lesu,
13
lelah, pusing, pucat dan penglihatan sering berkunang-kunang. Bila terjadi
pada anak sekolah, anemia gizi akan mengurangi kemampuan belajar.
Sedangkan pada orang dewasa akan menurunkan produktivitas kerja.
Disamping itu, penderita anemia lebih mudah terserang infeksi. Hal ini
tentunya sangat menghambat upaya pengembangan kualitas sumber daya
manusia.
Departemen Kesehatan telah melaksanakan program penanggulangan AGB
dengan membagikan tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu
hamil sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama
masa kehamilan. TTD tersebut mengandung 200 mg ferrosulfat, setara
dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Sedangkan
untuk penanggulangan anemia pada balita diberikan preparat besi dalam
bentuk sirup.
Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini dapat menimbulkan
gejala-gejala seperti mual, nyeri di daerah lambung, muntah, dan kadang-
kadang terjadi diare atau sulit buang air besar. Untuk mencegah timbulnya
gejala di atas, dianjurkan minum tablet/sirup besi setelah makan pada malam
hari. Agar penyerapan besi dapat maksimal, dianjurkan minum tablet/sirup
zat besi dengan air minum yang sudah dimasak.
Dengan minum tablet Fe, maka tanda-tanda kurang darah akan menghilang.
Bila tidak menghilang, berarti yg bersangkutan bukan menderita AGB, tetapi
menderita anemia jenis lain.
7 Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI
sesudahnya
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Tidak ada satu pun
makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai
kelebihan yang meliputi 3 aspek, yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan
aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk
perkembangan mental dan kecerdasan anak.
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus
diberikan kepada bayi segera setelah dilahirkan (dalam waktu 30 menit
setelah lahir), karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk
14
merangsang produksi ASI selanjutnya. ASI yang keluar beberapa hari setelah
persalinan disebut kolostrum. Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin
A yang tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu,
kolostrum harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-
hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air
gula, air tajin, dan makanan pralaktal (sebelum ASI lancar diproduksi) lain
harus dihindari.
Pada usia 0 - 6 bulan, bayi cukup diberi ASI saja (pemberian ASI Eksklusif),
karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi
untuk tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI pada
umur 0 - 6 bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu
memproduksi enzim untuk mencerna makanan bukan ASI. Apabila pada
periode ini, bayi dipaksa menerima makanan bukan ASI, maka akan timbul
gangguan kesehatan pada bayi, seperti diare, alergi dan bahaya lain yang
fatal. Tanda bahwa ASI eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain bayi
tidak rewel, dan tumbuh sesuai dengan grafik pada Kartu Menuju Sehat
(KMS).
ASI Eksklusif yaitu kondisi bayi hanya diberi air susu ibu saja tanpa
tambahan cairan lain atau makanan lain. Agar pemberian ASI eksklusif dapat
berhasil, selain tidak memberikan makanan lain, perlu pula diperhatikan cara
menyusui yang baik dan benar, yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering
mungkin, termasuk menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan payudara
kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui. Di samping itu posisi ibu
bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk
dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu ibu harus
baik, yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk ke
mulut bayi. Apabila payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara
efektif, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih.
Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui, serta persiapan
psikologis selama kehamilan, akan menunjang keberhasilan menyusui.
Seorang ibu yang menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari
kelelahan, membuang rasa khawatir yang berlebihan, dan percaya diri
bahwa ASI mencukupi untuk kebutuhan bayi. Kegagalan pemberian ASI
15
eksklusif akan menyebabkan berkurangnya jumlah sel-sel otak bayi
sebanyak 15 - 20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi
pada tahap selanjutnya.
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi yang
diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya setelah umur
6 bulan. Pada umur 6 bulan (masa transisi), bayi terus minum ASI dan mulai
diperkenalkan dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI
berbentuk lunak atau setengah cair. Ingat, pemberian ASI harus didahulukan
sebelum MP-ASI.
Pada umur 6 - 12 bulan, kuantitas dan kualitas MP-ASI perlu diperhatikan.
MP-ASI diberikan sesuai umur bayi, minimal diberikan 3 x sehari. Porsi MP-
ASI setiap kali makan sebagai berikut :
• Pada umur 6 bulan, berikan minimal 6 sendok makan;
• Pada umur 7 bulan, berikan minimal 7 sendok makan;
• Pada umur 8 dan 9 bulan, berturut-turut berikan 8 dan 9 sendok
makan, pertambahan sendok sesuai dengan pertambahan usia.
Sejak umur 10 bulan, makanan keluarga perlu diperkenalkan kepada bayi,
agar pada saat berumur 12 bulan, bayi sudah dapat makan bersama
keluarga. Porsi makanan anak 12 bulan kira-kira separuh dari porsi orang
dewasa. Pemberian ASI tetap diteruskan sampai bayi berumur 2 tahun.
Makanan selingan yang bergizi (bubur kacang hijau, biskuit, pepaya/jeruk)
perlu diberikan. Pada umur 23 bulan, secara bertahap anak perlu disapih.
Antara lain dengan menjarangkan waktu menyusui. Apabila ibu menghadapi
masalah seperti grafik pertumbuhan berat badan bayi tidak sesuai KMS,
puting lecet, payudara bengkak, puting terbenam dan lain-lain, dianjurkan
menghubungi petugas kesehatan, bidan, klinik laktasi di Rumah Sakit
Sayang Bayi (RSSB) atau Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI).
Bagi ibu pekerja dianjurkan untuk tetap menyusui sebelum dan sesudah
bekerja. Di tempat kerja, ibu dapat mengeluarkan ASI-nya dengan tangan,
dan disimpan dalam wadah bersih, bertutup, dan selanjutnya diberikan
kepada bayinya saat ibu pulang ke rumah. ASI yang dikeluarkan tadi dapat
disimpan dan tidak rusak selama 6 jam pada suhu kamar, atau selama 24
16
jam dalam lemari es. Apabila bayi/anak sakit, tetap teruskan menyusui dan
berikan MP-ASI lebih cair/lunak.
8 Biasakan makan pagi
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang
dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan
daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak
sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan
memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih
baik. Membiasakan makan pagi pada anak memang terasa sulit. Adanya
citra makan pagi sebagai suatu kegiatan yang dirasakan menjengkelkan
perlu diubah menjadi salah satu kebiasaan yang disukainya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengubah citra tersebut adalah
sebagai berikut :
Anak-anak perlu dibiasakan bangun lebih pagi, agar tersedia waktu
yang cukup untuk makan pagi.
Para orang tua hendaknya memberi contoh yang baik, yaitu
membiasakan makan pagi.
Pada saat makan pagi, sebaiknya anak ditemani oleh salah seorang
anggota keluarga.
Orang tua dan guru hendaknya tidak bosan mengingatkan anak untuk
selalu makan pagi, dan memberi penjelasan mengenai manfaat
makan pagi.
Bagi anak yang tidak sempat makan pagi, sebaiknya makanan
dibawa ke sekolah.
Untuk membiasakan anak-anak yg belum biasa makan pagi, perlu
memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan makan pagi dengan
takaran (porsi) sedikit. Kemudian, secara bertahap, porsi makanan
ditambah sesuai dengan anjuran.
Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi
kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih
dan disusun sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari
makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat
17
pengatur. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita
gangguan kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah dengan tanda-
tanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan
pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya
konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Bagi
pekerja akan menurunkan produktivitas kerja.
Kebiasaan seseorang menghindari makan pagi dengan tujuan untuk
menurunkan berat badan, jelas merupakan kekeliruan yang dapat
mengganggu kondisi kesehatan. Antara lain berupa gangguan pada saluran
pencernaan. Bagi seseorang yang tidak sempat makan pagi di rumah, agar
tetap mengupayakan makan pagi di tempat lain yang memungkinkan.
9 Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya
Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas kuman.
Untuk mendapat-kannya, air minum harus dididihkan terlebih dahulu.
Fungsi air dalam tubuh adalah :
melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh
mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh
mengatur suhu tubuh
melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil
Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi seseorang,
terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan
delapan gelas setiap hari. Selain itu, mengkonsumsi cukup cairan dapat
mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh, dan dapat menurunkan
risiko penyakit batu ginjal. Mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin
keamanannya dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare dan
keracunan berbagai senyawa kimia yang terdapat pada air. Menentukan
kebutuhan air minum dengan mengandalkan rasa haus tidak sepenuhnya
benar. Contoh, seseorang yang bekerja di ruang AC tidak merasa haus,
padahal yang bersangkutan seharusnya memerlukan cairan lebih banyak
dibanding ketika ia bekerja di ruang tanpa AC.
Pada kondisi tertentu seperti, suhu udara tinggi dan kelembaban udara
rendah, terjadi banyak penguapan cairan tubuh seseorang. Tetapi biasanya
18
yang bersangkutan tidak merasa haus. Oleh karena itu, jika tidak
mengkonsumsi banyak cairan, maka yang bersangkutan akan menderita
dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh. Keadaan demikian dapat berakibat
yang bersangkutan menderita heat stroke, pingsan atau tewas akibat
sengatan udara panas.
10 Lakukan aktivitas fisik secara teratur
Aktifitas fisik bermanfaat bagi setiap orang. Karena dapat meningkatkan
kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung,
paru dan otot serta memperlambat proses penuaan.
Seseorang yang sehat dapat melakukan aktivitas fisik setiap hari tanpa
kelelahan yang berarti. Olah raga harus dilakukan secara teratur. Macam dan
takaran olah raga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan
kondisi kesehatan. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi
dan aktivitas fisik, banyak dijumpai di kalangan tertentu. Misalnya di kalangan
para eksekutif. Kesibukan kerja, cenderung memaksa para eksekutif tidak
melakukan aktivitas fisik secara teratur dan mengkonsumsi makanan tidak
sesuai dengan kebutuhannya.
Kegiatan rutin pergi ketempat kerja dapat dijadikan sebagai suatu aktivitas
yang sangat membantu untuk mencapai berat badan yang normal. Biasakan
jalan kaki untuk jarak tempuh + 50 – 100 m misalnya mencapai lokasi
kendaraan jemputan. Apabila jarak tempat tinggal dengan tempat bekerja
sekitar 200 – 300 m usahakan jalan kaki.
11 Hindari minum minuman beralkohol
Seseorang yang minum minuman beralkohol akan sering buang air kecil
sehingga menimbulkan rasa haus. Orang ini akan mengatasi rasa hausnya
dengan minum minuman beralkohol lagi. Alkohol hanya mengandung energi,
tetapi tidak mengandung zat gizi lain.
Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan terhambatnya
proses penyerapan zat gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun
orang tersebut mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup,
kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan.
19
Di samping itu, minum minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan
dan kehilangan kendali diri. Hal ini dapat menjadi faktor pencetus ke arah
tindak kriminal.
12 Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus juga layak
konsumsi, sehingga aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalah
makanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia berbahaya, serta tidak
bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Makanan yang tidak
bertentangan dengan keyakinan atau norma agama dikenal dengan istilah
“halal”.
Selama ini, konsep “halal” yang lazim dipergunakan dalam kaidah agama
islam, sering diartikan secara sempit. Anggapan bahwa semua makanan dan
minuman yang tidak mengandung unsur alkohol dan daging babi dianggap
halal. Padahal konsep makanan halal dalam arti luas, selain tidak beralkohol
dan bukan daging babi, adalah makanan yang harus diolah atau
dipersiapkan secara hygienis, sehingga tidak mengandung cemaran yang
dapat membahayakan kesehatan manusia.
Agar makanan atau masakan dapat memenuhi syarat-syarat halal dan aman
untuk dikonsumsi, maka sejak bahan makanan tersebut ditanam/diternakan
sampai siap disantap, maka makanan harus diperlakukan secara baik dan
benar. Perlakuan ini pada tahap budidaya disebut cara budidaya yang baik.
Pada tahap pengolahan di pabrik disebut cara produksi yang baik, dan pada
tahap pengolahan di rumah tangga disebut cara penanganan yang baik.
Sejak pengolahan dan pengemasan di pabrik sampai makanan diangkut dan
dipasarkan ke tingkat pengecer/pedagang atau langsung ke konsumen,
harus dilakukan dengan cara baik dan benar. Sedangkan cara penanganan
makanan yang baik di rumah tangga meliputi cara-cara: mempersiapkan,
menyimpan, mencuci, mengolah/memasak, menyimpan makanan matang,
yang baik dan benar. Penyelenggaraan seperti ini akan terhindar dari
kemungkinan tercemar kuman-kuman dan bahan kimia yang membahayakan
kesehatan manusia.
20
Menurut ilmu gizi, makanan yang aman harus pula memenuhi syarat
“wholesome”. Artinya, zat-zat gizi tidak banyak yang hilang, dan bentuk
fisiknya masih utuh. Kecuali apabila makanan yang akan diolah sengaja
diubah bentuk fisiknya (misalnya ikan dijadikan tepung, dll.).
Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara
lain: berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warna makanan berubah.
Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal daluwarsa, atau
terjadi karat/kerusakan pada kemasan, makanan kaleng tersebut harus
segera dimusnahkan. Sebaiknya, makanan dengan tanda-tanda tersebut
tidak dibeli dan tidak dikonsumsi, meskipun harganya sangat murah. Tanda
lain dari makanan yang tidak memenuhi syarat aman, adalah bila dalam
pengolahannya ditambahkan bahan tambahan berbahaya, seperti asam
borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan methanil yellow, seperti
banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar. Oleh karena itu, produsen
jajanan pasar perlu diberi penyuluhan.
Penggunaan borax, bleng dan formalin menyebabkan makanan tahan lebih
lama dan lebih elastis/kenyal. Misalnya, tahu tahan lebih dari dua hari bila
dibiarkan pada suhu ruangan. Makanan jajanan pasar yang bewarna cerah
menunjukan tanda adanya penggunaan zat pewarna berbahaya.
Bahan makanan yang diberi warna kuning, bila ditetesi air kapur sirih tidak
berubah warnanya menjadi ungu, pertanda makanan tersebut menggunakan
zat pewarna berbahaya, yaitu methanil yelow.
Cara mengolah atau meracik makanan yang tidak benar juga dapat
mengancam kesehatan dan keselamatan konsumen. Misalnya merebus air
minum dan susu segar, yang tidak dipanaskan sampai mendidih akan sangat
berbahaya bila diminum, karena kuman-kuman berbahaya masih dapat
hidup. Kuman akan mati bila dipanaskan sampai mendidih.
13 Bacalah label makanan yang dikemas
Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi, jenis dan
ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kedaluwarsa
dan keterangan penting lain. Air minum dalam kemasan, yang banyak
21
beredar di pasaran, telah diproses sesuai dengan ketentuan pemerintah dan
memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Peraturan perundang-undangan menetapkan, bahwa setiap produk makanan
yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada label.
Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat
membantu konsumen pada saat memilih dan menggunakan makanan
tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen.
Beberapa singkatan yang lazim digunakan dalam label antara lain:
MD = makanan yang dibuat di dalam negeri
ML = makanan luar negeri (import)
Exp = tanggal kedaluwarsa, artinya batas waktu makanan tersebut masih
layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak
dikonsumsi.
SNI = Standar Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa mutu makanan
telah sesuai dengan persyaratan.
SP = Sertifikat Penyuluhan.
PUGS dengan 13 pesan dasar merupakan acuan atau pedoman setiap
individu dan rumah tangga untuk berprilaku gizi yang baik dan benar (Ray et al
1997), meskipun masih perlu penjabaran yang lebih operasional dan mudah
dimengerti tentang pesan-pesan PUGS terutama bagi masyarakat secara umum dan
perlu upaya pengembangan cara penilaian penerapan pesan-pesan tersebut
(Hardinsyah 1997).
Dalam The Dietary Guidelines for Americans (Dietary Guidelines) (2005), di
Indonesia dikenal dengan PUGS, disebutkan bahwa penyusunan pedoman gizi
seimbang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan risiko penyakit
mayor melalui diet dan aktifitas fisik. Ada 9 bagian yang menjadi pesan utama dalam
Dietary Guidelines tersebut, yaitu berhubungan dengan 1) adequate nutrients within
calorie needs; 2) Weight management; 3) Physical activity; 4) Food groups to
encourage; 5) Fats; 6) Carbohydrates; 7) Sodium and potasium; 8. Alcoholic
beverages; 9) Food safety.
22
Penelitian yang dilakukan Xiang Gao et al. (2006) menyebutkan bahwa Dietary
Guidelines 2005 mungkin berhubungan dengan energi yang lebih rendah dan intik
gizi yang optimal dari pada Dietary Guidelines 1992.
Di Indonesia evaluasi terhadap PUGS telah dilakukan di setiap pertemuan-
pertemuan ilmiah seperti Widyakarya Pangan dan Gizi (WNPG) yang diadakan
setiap 4 tahun sekali. Dalam pertemuan WNPG VIII pada tanggal 17 – 19 Mei 2004
dalam sebuah artikelnya Hardinsyah & Tambunan mengemukakan bahwa masih
relevannya 13 pesan gizi yang terdapat dalam PUGS. Secara umum pola pangan
yang baik adalah perbandingan komposisi energi dari karbohidrat, protein dan lemak
adalah 50 – 65%, 10 – 20% dan 20 – 30%. Komposisi ini tentunya dapat bervariasi
tergantung pada umur, ukuran tubuh, keadaan fisiologis dan mutu protein makanan
yang dikonsumsi. Pesan PUGS “makanlah setengah kebutuhan energi dari
karbohidrat” masih relevan, tetapi perlu dipermudah cara sosialisasinya. Demikian
juga pada pesan “batasi konsumsi lemak seperempat dari kebutuhan energi”.
Proporsi energi dari pangan serealia dan umbi-umbian dalam Pola Pangan Harapan
(PPH) pada tahun 2020 yaitu 55% masih relevan untuk dijadikan target.
Keluarga Sadar Gizi
Depkes (2007) memberikan pengertian Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah
gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku
gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan :
1 Menimbang berat badan secara teratur.
2 Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan
(ASI eksklusif).
3 Makan beraneka ragam.
4 Menggunakan garam beriodium.
5 Minum suplemen gizi Tablet Tambah Darah (TTD), kapsul vitamin A dosis tinggi
sesuai anjuran.
Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit
infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang
cukup akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Demikian juga bila
23
seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan selanjutnya
akan mengakibatkan gizi kurang.
Di tingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi dipengaruhi oleh :
a. Kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah
maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya.
b. Pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam hal :
1) Memilih, mengolah dan membagi makanan antar anggota keluarga sesuai
dengan kebutuhan gizinya.
2) Memberikan perhatian dan kasih sayang dalam mengasuh anak.
3) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dan gizi yang tersedia,
terjangkau dan memadai (Posyandu, Pos Kesehatan Desa, Puskesmas, dll).
c. Tersedianya pelayanan kesehatan dan gizi yang terjangkau dan berkualitas.
d. Kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan
lingkungan.
Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup promosi gizi
seimbang termasuk penyuluhan gizi di Posyandu, fortifikasi pangan, pemberian
makanan tambahan termasuk MP-ASI, pemberian suplemen gizi (kapsul Vitamin A
dan Tablet Tambah Darah/TTD), pemantauan dan penanggulangan gizi buruk.
Kenyataannya masih banyak keluarga yang belum berperilaku gizi yang baik
sehingga penurunan masalah gizi berjalan lamban.
Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan bahwa asuhan gizi di tingkat
keluarga belum memadai. Oleh sebab itu diperlukan upaya pemberdayaan melalui
pendampingan. Pendampingan keluarga KADARZI adalah proses mendorong,
menyemangati, membimbing dan memberikan kemudahan oleh kader pendamping
kepada keluarga guna mengatasi masalah gizi yang dialami.
Pada umumnya keluarga telah memiliki pengetahuan dasar mengenai gizi.
Namun demikian, sikap dan keterampilan serta kemauan untuk bertindak
memperbaiki gizi keluarga masih rendah. Sebagian keluarga menganggap asupan
makanannya selama ini cukup memadai karena tidak ada dampak buruk yang
mereka rasakan. Sebagian keluarga juga mengetahui bahwa ada jenis makanan
yang lebih berkualitas, namun mereka tidak ada kemauan dan tidak mempunyai
keterampilan untuk penyiapannya.
24
Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan masih
rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan oleh masyarakat. Saat ini baru sekitar
50 % anak balita yang dibawa ke Posyandu untuk ditimbang sebagai upaya deteksi
dini gangguan pertumbuhan. Bayi dan balita yang telah mendapat Kapsul Vitamin A
baru mencapai 74% dan ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
baru mencapai 60%. Sementara itu perilaku gizi lain yang belum baik adalah masih
rendahnya ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif yang baru mencapai
39%, sekitar28 % rumah tangga belum menggunakan garam beryodium yang
memenuhi syarat dan pola makan yang belum beraneka ragam.
Masalah lain yang menghambat penerapan perilaku KADARZI adalah adanya
kepercayaan, adat kebiasaan dan mitos negatif pada keluarga. Sebagai contoh
masih banyak keluarga yang mempunyai anggapan negatif dan pantangan terhadap
beberapa jenis makanan yang justru sangat bermanfaat bagi asupan gizi (Depkes
2007b).
Status Gizi
Status berarti tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh suatu
keadaan. Sedangkan gizi adalah hasil proses organisme dalam menggunakan
bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pembuangan untuk pemeliharaan hidup,
pertumbuhan dan fungsi organ tubuh, serta produksi energi, sehingga status gizi
dapat diartikan tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara pemasukan gizi di satu pihak dan pengeluaran oleh organisme di pihak lain
(Gibson 1990).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Status gizi merupakan bagian penting dari kesehatan
seseorang, karena status gizi menunjukkan suatu keadaan diri yang mana
diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan
dalam jangka waktu yang lama.
Selain itu juga status gizi seseorang pada dasarnya merupakan hasil dari
proses pencernaan dan penyimpanan zat-zat gizi dalam tubuh untuk digunakan di
kemudian hari, memelihara struktur dan susunan jaringan tubuh serta fungsi yang
normal. Keadaan tersebut berhubungan dengan keadaan kesehatan tubuh, jika
25
persediaan zat gizi tidak cukup di dalam tubuh, maka akan terjadi kurang gizi, oleh
karena keadaan tersebut diperlukan suatu penilaian sebagai dasar penentuan
tingkat gizi seseorang (Almatsier 2001).
Status gizi erat kaitannya dengan malnutrisi yaitu suatu keadaan patologis
akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat
gizi. Ada empat bentuk malnutrisi (Supariasa et al 2002) :
1 Under Nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut
untuk periode tertentu.
2 Specific deficiency : Kekurangan zat gizi tertentu misalnya kekurangan
vitamin A, iodium dan sebagainya.
3 Over nutrition : kelebihan konsumsi untuk periode tertentu.
4 Imbalance : karena disproporsi zat gizi, misalnya : penimbunan kolesterol
terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High
Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
Soekirman (2000) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi itu
dalam 2 kategori besar, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
dimaksud adalah faktor dalam tubuh manusia sendiri, seperti kemampuan tubuh
untuk menyerap bahan makanan yang masuk, faktor keturunan atau kelainan-
kelainan tubuh. Faktor eksternal meliputi : tingkat pendidikan dan pengetahuan
orang tua, latar belakang sosial budaya, daya beli keluarga dan jumlah anggota
keluarga. Hadi (2002) juga mencatat, bahwa faktor pendidikan ibu berhubungan
dengan baik tidaknya pertumbuhan anak. Latham (1990) menemukan bahwa faktor
distribusi makanan dalam keluarga sebagai salah satu penyebab kurang energi
protein, selain kemiskinan dan penyapihan yang tidak tepat.
Pengukuran Status Gizi
Penentuan status gizi dapat dilakukan berbagai cara antara lain secara
biokimia, dietetika, klinik dan antropometri. Salah satu cara termudah untuk menilai
status gizi di lapangan adalah dengan cara antropometri, karena praktis dan teliti.
Antropometri adalah ukuran dari bermacam-macam dimensi tubuh manusia yang
ukurannya relatif berbeda-beda menurut jenis kelamin, umur, dan keadaan gizi
(Jelliffe 1996).
26
Ada 3 cara pengukuran yang dianggap tepat untuk Indonesia dan diakui
internasional, yaitu berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas
(LILA). Berat badan merupakan pilihan utama, karena merupakan ukuran yang
peka, yaitu sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi. Dengan demikian BB turun
dengan menurunnya keadaan gizi (Roedjito 1989).
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian
ini bersifat sangat umum sekali. Jellife (1996) mengungkapkan bahwa : “Nutritional
anthropometry is measurement of the variations of the physical dimensions and the
gross composition of the human body at different age levels and degree of nutriton”.
Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara
lain : berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas, dan tebal lemak di bawah
kulit.
Metode penilaian status gizi dapat dikelompokkan atas metode langsung dan
metode tidak langsung. Berikut ini disajikan secara ringkas kedua kelompok metode
penilaian status gizi tersebut (Supariasa 2002):
a. Penilaian secara langsung
1 Metode Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia disebut juga dengan metode pemeriksaan
laboratorium, adalah mengukur kadar zat gizi di dalam tubuh dan atau ekskresi
tubuh kemudian dibandingkan dengan suatu nilai normatif yang sudah
ditetapkan. Misalnya menilai status zat besi (Fe) dengan mengukur kadar
hemoglobin. Bila kadar hemoglobin < 11 mg% maka disebut anemia (Depkes
2002). Untuk penilaian biokimia disebut juga pemeriksaan laboratorium,
spesimen yang biasa digunakan adalah darah, faces, kelenjar tubuh, urin dan
biopsi jaringan tubuh.
2 Penilaian Klinis
Penilaian status gizi secara klinis adalah mempelajari gejala yang muncul dari
tubuh sebagai akibat dari kelebihan atau kekurangan salah satu zat gizi
tertentu. Setiap zat gizi memberikan tampilan klinis yang berbeda, sehingga
cara ini dianggap spesifik namun sangat subjektif. Contoh penilaian status gizi
27
secara klinis adalah kekurangan vitamin A menyebabkan buta senja
(xerophtalmia)
3 Penilaian Biofisik
Penilaian secara biofisik adalah dengan mengukur elastisitas dan fungsi
jaringan tubuh. Cara ini jarang digunakan karena membutuhkan peralatan
yang canggih, mahal dan tenaga terampil. Salah satu cara penilaian status gizi
secara biofisik adah untuk mengukur komposisi tubuh dengan metode
bioelectrical impedance.
4 Penilaian Antropometri
Cara yang paling mudah, tidak membutuhkan peralatan yang mahal adalah
pengukuran antropometri. Dengan demikian antropometri dapat diterapkan
secara luas di lapangan. Sebagai contoh tiap bulan dilaksanakannya
penimbangan balita di posyandu. Pengukuran antropometri mengandung 2
maksud; pertama untuk mendeskripsikan status gizi (penilaian dilakukan pada
satu titik waktu) dan kedua pemantauan status gizi yaitu untuk melihat trend/
perubahan ukuran tubuh dari waktu ke waktu. Penimbangan balita di
posyandu yang diplot hasilnya ke dalam KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah
salah satu contoh pemantauan status gizi (nutritional monitoring).
Semua bagian tubuh (keseluruhan atau secara parsial) dapat digunakan untuk
menilai status gizi, namun menurut WHO (2000) hanya 3 ukuran (parameter) saja
yang diangap valid, yaitu : berat badan, tinggi badan dan lingkaran lengan atas. Satu
ukuran tubuh sebagai dasar menentukan status gizi disebut parameter. Gabungan
dari 2 parameter disebut dengan indeks. Sehingga dari parameter yang valid tesebut
dapat dinilai 4 indeks, yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dan Lingkaran
Lengan Atas menurut Umur (LILA/U). Antropometri sangat umum digunakan untuk
mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan
energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Pengukuran status gizi secara antropometri adalah pengukuran keadaan
sebagai hasil penggunaan bahan makanan di dalam tubuh. Penentuan ambang
batas memerlukan kesepakatan ahli gizi. Ambang batas dapat disajikan ke dalam
28
tiga cara yaitu persen terhadap median, persentil dan standar deviasi (Supariasa et
al 2002).
Berdasarkan pada standar baku WHO (2006) pengukuran status gizi
menggunakan indeks BB/U, TB/U dan BB./TB. Indeks BB/U dan BB/TB digunakan
untuk mengetahui status gizi masa sekarang, sedangkan indeks TB/U digunakan
untuk menggambarkan status gizi masa lalu. Batas ambang atau cut of point status
gizi yaitu:
Tabel 1 Standar Antropometri WHO 2006
Indeks Range Z-score Status Gizi
BB/U
z-score > +2 SDz-score -2 SD s.d ≤+2 SDz-score < -2 SD s.d -3 SDz-score < -3 SD
Gizi lebihGizi baikGizi kurangGizi buruk
TB/Uz-score > -2.0 SDz-score < -2.0 SD s.d -3 SDz-score < -3.0 SD
NormalPendekSangat pendek
BB/TBz-score > 2.0 SDz-score -2 SD s.d ≤+2 SDz-score < -2 SD s.d -3 SDz-score < -3.0 SD
GemukNormalKurusSangat Kurus
b. Penilaian secara tidak langsung
1 Penilaian konsumsi pangan : Mengukur pangan yang dikonsumsi kemudian
dianalisis kandungan gizinya. Jumlah zat gizi yang dikonsumsi dibandingkan
dengan kebutuhan (anjuran) makan sehari sesuai umur, jenis kelamin dan
aktivitas (WNPG 2004).
2 Analisis ekologi dan statistik vital : Mempelajari kondisi lingkungan berupa
produksi pangan, pola makan, sosial budaya, ekonomi dan variabel lain yang
secara teoritis mempengaruhi status gizi. Data ini dianalisis menggunakan
statstik tertentu sehingga dapat diprediksi status gizi.
3 Indeks Prognostik Rumah Sakit (IPRS) dan Indeks Diagnostik Rumah Sakit
(IDRS) : Suatu metode analisis kebiasaan sehari-hari yang berkaitan dengan
konsumsi gzi dan variabel determinannya yang digunakan untuk menetapkan
29
status gizi. Cara ini dilakukan di rumah sakit untuk menegakkan diagnosa dan
menentukan tindakan gizi yang harus diberikan kepada pasien.
Untuk mengetahui hasil pengukuran antropometri diperlukan suatu rujukan.
Pengukuran Konsumsi Gizi
Berbeda dengan pengukuran antropometri, pengukuran konsumsi makanan
dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, diantaranya adalah 1) metode
penghitungan makanan (food account) terdiri dari pencatatan harian oleh rumah
tangga tentang semua makanan yang masuk ke rumah tangga, baik yang dibeli,
hadiah/bingkisan, atau diproduksi oleh rumah tangga selama periode waktu tertentu,
yang biasanya 7 hari. Jumlah tiap makanan dicatat dalam ukuran eceran (jika
tersedia) dan ukuran rumah tangga (URT) metode food recall 24 jam; 2) Metode
pencatatan keluarga (household food record method), dimana pencatatan makanan
biasanya legkap untuk sekurangnya periode 1 minggu oleh penanggungjawab di
rumah tangga atau petugas lapangan. Pencatatan makanan yang sesungguhnya
dimakan oleh rumah tangga secara rinci, sebaliknya pada metode food account
makanan yang dibeli atau diperoleh dicatat. Dalam waktu 1 minggu periode survei,
berat atau volume setiap makanan yang dikonsumsi dicatat terpisah sebelum dipilah
untuk perorangan; 3) Metode recall 24 jam yang lebih mudah dilakukan. Pedoman
teknis menilai konsumsi makanan menggunakan 24 jam yang lampau
dikembangkan oleh Food and Nutrition Technical Assistance Project. Pada metode
ini, anggota rumah tangga yang bertanggungjawab pada persiapan makanan
diinterview untuk memperoleh informasi tentang komposisi rumah tangga dan
konsumsi rumah tangga selama 24 jam yang lampau Metode ini cocok digunakan
untuk mengetahui asupan zat gizi rata-rata dalam kelompok atau populasi (Gibson
1990).
Metode food recall 24 jam dilakukan oleh seorang ahli gizi yang sudah
terlatih teknik untuk bertanya dan wawancara dalam melakukan recall asupan
makanan pada 24 jam hari sebelumnya. Pertanyaan bias langsung kepada subjek
atau pada orang tuanya. Pertanyaan secara terperinci mengenai cara memasak dan
nama menu masakan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah adanya
suplementasi vitamin dan mineral juga dicatat dalam daftar pertanyaan. Bahan
30
makanan yang dilaporkan diestimasi kedalam ukuran rumah tangga, kemudian
dikonversikan kedalam berat dengan menggunakan satuan gram (Gibson 1990).
Recall hanya yang dilakukan satu hari hasilnya tidak dapat menggambarkan
asupan makan sehari-hari karena variasi dari makanan pada hari lainnya belum
terwakili. Ketepatan dalam mengukur sangat tergantung dari daya ingat subjek yang
ditanya sehingga metode ini tidak cocok digunakan untuk mengukur asupan
makanan pada anak-anak, orang tua dan orang yang pelupa. Metode ini
memerlukan pengumpul data yang terampil dalam menggunakan alat bantu seperti
ukuran rumah tangga, mengenal cara pengolahan makanan, dan mengetahui pola
pangan daerah. Metode ini tidak cocok digunakan jika pengukuran dilakukan pada
saat panen, hari pasar, hari libur, acara keagamaan, acara perkawinan dan
beberapa acara lain yang bersifat sesaat (Gibson 1990).
Hubungan Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan dengan
Status Gizi
Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang
optimal. Apabila kondisi lingkungan kurang mendukung atau jelek, maka potensi
genetik yang optimal tidak akan tercapai. Lingkungan ini meliputi bio-fisiko-
psikososial yang akan mempengaruhi setiap individu mulai dari masa konsepsi
sampai akhir hayatnya.
Secara garis besar, faktor lingkungan dapat dibagi dua yaitu faktor pranatal
dan lingkungan pascanatal. Faktor lingkungan pranatal adalah faktor lingkungan
yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Faktor lingkungan
pascanatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak setelah
lahir.
Faktor lingkungan pascanatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anak
yaitu lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor psikososial dan faktor keluarga dan
adat istiadat. Lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah
ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit,
penyakit kronis, fungsi metabolisme yang saling terkait satu dengan yang lain.
Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah cuaca,
keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan rumah dan radiasi. Keadaan
31
sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis
penyakit antara lain diare, cacingan dan infeksi saluran pencernaan. Apabila anak
mengalami infeksi saluran pencernaan penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang
menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan zat gizi akan
mudah terserang penyakit dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa 2002)
UNICEF (1998) membuat model interelasi tumbuh kembang anak dengan
melihat penyebab dasar, sebab tidak langsung dan sebab langsung. Sebab
langsung adalah kecukupan makanan dan keadaan kesehatan. Penyebab tidak
langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan bagi ibu dan anak dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan.
Berdasarkan model penyebab kurang gizi yang dikembangkan UNICEF
(1998), gizi salah (malnutrition) disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait
baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh
penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas;
sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang baiknya
kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga (Azwar 2004).
Paradigma baru dalam penanggulangan masalah gizi sebagaimana
disampaikan Soekirman (2001) menekankan pentingnya outcome daripada input.
Persediaan pangan yang cukup (input) di masyarakat tidak menjamin setiap rumah
tangga dan anggota memperoleh makanan yang cukup dan status gizinya baik.
Banyak faktor lain yang dapat mengganggu proses terwujudnya outcome sesuai
dengan yang diharapkan. Paradigma input sering melupakan faktor lain tersebut,
diantaranya air bersih, kebersihan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar.
Kebijakan program gizi yang masih mengedepankan pangan, makanan dan
konsumsi sebagai penyebab utama masalah gizi cenderung mengabaikan peran
faktor lain sebagai penyebab timbulnya masalah gizi seperti air bersih, kebersihan
lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar. Akibatnya program gizi lebih sering
menjadi program sektoral yang masing-masing berdiri sendiri dengan persepsi
berbeda mengenai masalah gizi dan indikatornya.
32
Landasan Teori
Menu seimbang yaitu menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan
dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi
seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan
serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier 2001). Acuan bagi setiap individu
untuk berprilaku gizi yang baik dan benar adalah dengan penerapan PUGS yang
terdiri dari 13 pesan dasar (Ray 1997).
Keluarga Sadar Gizi merupakan keluarga yang mampu mengenal, mencegah
dan mengatasi masalah gizi di tingkat keluarga/rumah tangga melalui perilaku
menimbang berat badan secara teratur, memberikan hanya ASI saja kepada bayi 0-
6 bulan, makan beraneka ragam, memasak menggunakan garam beriodium, dan
mengkonsumsi suplemen zat gizi mikro sesuai anjuran (Depkes 2007). Keluarga
Sadar Gizi (KADARZI) merupakan penyederhaan dari PUGS (Minarto 2009).
Status gizi balita sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial terdekat. Di
samping itu peran keluarga sangat besar dalam membentuk kepribadian anak. Pola
pendidikan yang tepat yang diterapkan oleh orang tua akan sangat membantu anak
dalam menghadapi kondisi lingkungan pada masa yang akan datang. Orang tua
merupakan tempat bergantung anak-anaknya dan harus memberikan kasih sayang
dan perhatian sepenuhnya pada anak hingga remaja (Supariasa et al 2002).
Dalam penelitian Xiang Gao et al (2006) diketahui bahwa FGP 2005
berhubungan dengan rendahnya energi dan intik gizi yang optimal, sedangkan FGP
1992 diduga berhubungan dengan kejadian epidemi obesitas (Weinberg 2004;
Gifford 2002; Contaldo & Pasanisi 2005)
Penyebab langsung status gizi yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang
kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi
sering menderita penyakit infeksi dapat menderita kurang gizi. Demikian pula pada
anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan
mudah terserang penyakit. Sehingga makanan dan penyakit merupakan penyebab
kurang gizi (Supariasa et al 2002).
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan
33
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah
kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan
terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental
dan social. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air
bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh
keluarga (Soetjiningsih 1998).
Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan
dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan
keluarga terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga,
makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga, makin banyak memanfaatkan
pelayanan yang ada.
34
Kerangka Konsep
Status GiziBalita
Status Infeksi
Gambar 2 Kerangka Konsep Analisis Penerapan Pesan Gizi Seimbang Keluarga dan PerilakuKeluarga Sadar Gizi Hubungannya dengan Status Gizi Balita di ProvinsiKalimantan Barat
Orang Tua :PendidikanPendapatan
= Yang diteliti
= Yang tidak diteliti
KADARZI
Menimbang Berat Badan SecaraTeratur
ASI Eksklusif
Makan Beraneka Ragam
Menggunakan Garam Beriodium
Memberikan Suplemen GiziSesuai Anjuran
PUGS
3. Makanlah makanan sumberkarbohidrat, setengah darikebutuhan energi
2. Makanlah makanan untukmemenuhi kecukupan energi
1. Makanlah aneka ragammakanan
4. Batasi konsumsi lemak danminyak sampai ¼ darikecukupan energi
5. Gunakan garam beriodium
6. Makanlah makanan sumber zatbesi
7. Berikan ASI saja pada bayiumur 6 bulan dan tambahkanMP-ASI sesudahnya
8. Biasakan makan pagi
9. Minumlah air bersih yang amandan cukup jumlahnya
10. Lakukan aktivitas fisik secarateratur
11. Hindari minum minumanberalkohol
12. Makanlah makanan yang amanbagi kesehatan
13. Bacalah label pada makananyang dikemas
Konsumsi Gizi
PelayananKesehatan
KesehatanLingkungan
35
Hipotesis Penelitian
1 Ada hubungan antara penerapan pesan gizi seimbang dengan status gizi balita
di Provinsi Kalimantan Barat.
2 Ada hubungan perilaku KADARZI dengan status gizi balita di Provinsi
Kalimantan Barat.
Definisi Operasional
1 Penerapan pesan gizi seimbang keluarga adalah penilaian pererapan 13
pesan gizi seimbang keluarga berdasarkan pesan pada PUGS yang diukur
dengan proximate hasil pengkuran konsumsi menggunakan metode recall 1 x
24 jam dan kuesioner sebagaimana metode yang digunakan dalam Riskesdas
2007, sehingga data yang dapat diukur sebanyak 8 pesan dari 13 pesan yang
ada. Lima pesan, masing-masing makan aneka ragam makanan, makan cukup
energi, makan sumber karbohidrat setengah dari kecukupan energi, konsumsi
lemak sampai ¼ dari kecukupan energi dan makan sumber zat besi
menggunakan proximate recall 1 x 24 jam dan 3 pesan (menggunakan garam
beriodium, melakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur dan
menghindari minum minuman beralkohol) menggunakan kuesioner. Masing-
masing item pesan diberi skor 0 jika tidak melaksanakan pesan gizi seimbang;
skor 1 jika melakukan praktek pesan gizi seimbang. Selanjutnya dikategorikan
menjadi baik jika total skor 4 – 8; dan kurang baik jika total skor < 4 (Modifikasi
dari Hardinsyah 1998), beberapa pesan tersebut adalah:
a) Makan aneka ragam makanan adalah jenis makanan yang dikonsumsi terdiri
dari sumber karbohidrat, sumber lemak, sumber protein, dan sumber mineral
yang dilihat dengan pendekatan ada tidaknya lauk hewani dan sayur dalam
menu makanan. Beragam jika makan lauk hewani dan sayur; kurang
beragam jika tidak makan lauk hewani dan sayur. Pengukuran ini
berdasarkan indikator yang dipakai pada indikator KADARZI dengan
modifikasi pada jenis makanan sayur dan buah (Depkes 2007a)
b) Makan cukup energi adalah jumlah energi makanan yang dikonsumsi sesuai
dengan kebutuhan yang dibandingkan dengan rata-rata kecukupan energi
36
untuk penduduk Indonesia sebesar 2000 kalori (WNPG 2004). Selanjutnya
diukur jumlah energi yang dikonsumsi dalam ukuran kalori.
c) Makan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi adalah jumlah
gram karbohidrat yang dikonversi dari jumlah total energi antara 50% sampai
65% dari kebutuhan energi. Diukur dengan ukuran gram karbohidrat.
Memenuhi jika konsumsi karbohidrat antara 50% - 65% dari kebutuhan
energi; tidak memenuhi jika kurang dari 50% atau lebih dari 65% dari total
kalori. (WNPG 2004)
d) Konsumsi lemak sampai ¼ dari kecukupan energi adalah jumlah gram lemak
yang dikonversi dari jumlah total energi 20% sampai 30% dari kebutuhan
energi. Diukur dengan ukuran gram lemak. Memenuhi jika konsumsi lemak
antara 20% - 30% dari kebutuhan energi; tidak memenuhi jika kurang dari
20% atau lebih dari 30% dari total kalori.
e) Menggunakan garam beriodium adalah ketersediaan garam beriodium di
rumah tangga. Kadar iodium di test menggunakan iodina test. Memenuhi jika
berwarna ungu; tidak memenuhi jika tidak berubah warna/muda.
f) Makan sumber zat besi adalah menkonsumsi sumber zat besi berupa hewani
dan atau kacang-kacangan dan atau sayuran berwarna hijau tua. Penilaian
dengan pendekatan jenis makanan sumber zat besi (Fe) yang dikonsumsi.
Memenuhi jika dalam menu makanan terdapat sumber Fe; tidak memenuhi
jika dalam menu makanan tidak terdapat sumber Fe.
g) Melakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur adalah aktifitas fisik
yang dilakukan anggota rumah tangga yang berumur di atas 10 tahun secara
rutin selama 10 menit setiap kali melakukan yang diperoleh dari wawancara.
Selanjutnya dikategorikan cukup apabila kegiatan dilakukan terus-menerus
sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif
150 menit selama lima hari dalam satu minggu. Kurang apabila kegiatan
dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa
henti dan secara kumulatif kurang dari 150 menit selama lima hari dalam
satu minggu.
h) Menghindari minum minuman beralkohol adalah ibu balita minum minuman
beralkohol dari berbagai jenis dan merk yang ada dalam 12 bulan terakhir.
37
Selanjutnya dikategorikan ya, jika 12 bulan terakhir pernah minum minuman
beralkohol; dan tidak pernah, jika 12 bulan terakhir tidak pernah minum
minuman beralkohol.
2 Perilaku KADARZI adalah keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan
mengatasi masalah gizi di tingkat keluarga/rumah tangga melalui 4 indikator,
yaitu menimbang berat badan secara teratur, makan beraneka ragam,
menggunakan garam beriodium dan mengkonsumsi suplemen zat gizi mikro
sesuai anjuran. Selanjutnya pengukuran dilakukan sesuai dengan pedoman
KADARZI Depkes RI pada KEPMENKES RI No. 747/Menkes/SK/VI/2007
dengan modifikasi yang dikategorikan baik jika memenuhi 4 kriteria dan kurang
baik jika tidak memenuhi 4 kriteria KADARZI.
a) Menimbang berat badan balita adalah frekuensi menimbang berat badan
balita secara rutin. Baik jika ditimbang 4 kali atau lebih dalam 6 bulan
terakhir; kurang baik jika ditimbang kurang dari 4 kali dalam 6 bulan
terakhir.
b) Makan aneka ragam makanan adalah jenis makanan yang dikonsumsi
terdiri dari sumber karbohidrat, sumber lemak, sumber protein, dan sumber
mineral yang dilihat dengan pendekatan lauk hewani dan sayur. Beragam
jika makan lauk hewani dan sayur; kurang beragam jika tidak makan lauk
hewani dan sayur.
c) Menggunakan garam beriodium adalah kandungan iodium dalam garam
yang digunakan rumah tangga balita. Kadar iodium di test menggunakan
iodina test. Baik jika berwarna ungu; kurang baik jika tidak berubah
warna/muda.
d) Minum suplemen gizi sesuai anjuran adalah suplement vitamin A yang
diberikan oleh program kesehatan pada balita. Baik jika mendapat kapsul
vitamin A; kurang baik jika tidak mendapat kapsul vitamin A.
3 Pendidikan orang tua dan pengeluaran rumah tangga
a) Pendidikan ayah adalah tingkat pendidikan formal/terakhir yang pernah
dilalui ayah.
Klasifikasi :
a. ≤SD
38
b. SMP
c. ≥SMA
Skala : Ordinal.
b) Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal/terakhir yang pernah dilalui
ibu.
Klasifikasi :
a. ≤SD
b. SMP
c. ≥SMA
Skala : Ordinal.
c) Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata pengeluaran rumah tangga yang
digunakan untuk makanan setiap bulan.
Klasifikasi :
1. ≥Rata-rata
2. < Rata-rata
Skala : Ordinal.
4 Status gizi Balita adalah status gizi balita yang diukur berdasarkan berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) selanjutnya dibuat kategori menggunakan
standar WHO 2006 sebagai berikut :
a. Indeks BB/U
a) Gizi lebih bila Z-score > +2SD
b) Gizi baik bila Z-score -2 SD sampai +2 SD
c) Gizi kurang bila Z-score < -2 SD sampai -3 SD
d) Gizi buruk bila Z-score < -3 SD
b. Indeks TB/U
a) Normal bila Z-score -2 SD
b) Pendek bila Z-score -3 SD sampai < - 2SD
c) Sangat pendek bila Z-score < -3 SD
c. Indeks BB/TB
a) Gemuk bila Z-score > +2 SD
39
b) Normal bila Z-score -2 SD sampai +2 SD
c) Kurus bila Z-score < -2 SD sampai -3 SD
d) Sangat kurus bila Z-score < -3 SD
5 Infeksi adalah penyakit infeksi yang pernah diderita oleh anak sebulan terakhir
berupa penyakit ISPA, Diare, Demam thypoid, Malaria, Campak atau Demam
Berdarah. Selanjutnya dikategorikan pernah dan tidak pernah.
6 Konsumsi gizi balita adalah jumah zat gizi yang dikonsumsi dalam sehari,
meliputi energi, protein dan vitamin A sesuai ketersediaan data Riskesdas
2007.
7 Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah akses dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang diukur dengan tingkat kemudahan dalam mengakses dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan berdasarkan jarak dan waktu yang
diperlukan agar mendapatkan pelayanan kesehatan serta pemanfaatan
terhadap pelayanan yang telah tersedia maupun Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM). Pengukuran dilakukan dengan memberikan skor pada
jawaban pertanyaan tentang pelayanan kesehatan.
8 Kesehatan lingkungan adalah higiene dan sanitasi lingkungan yang diukur
dengan melihat kondisi kesehatan lingkungan keluarga dan higiene ibu balita.
Pengukuran dengan memberikan skor pada jawaban pertanyaan tentang
kesehatan lingkungan.