163
ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN METODE ORGANIZATION PERFORMANCE MODEL UNTUK MENGURANGI TINGKAT KERUSAKAN MESIN DI LINE 3 (Studi Kasus di PT. XYZ) Oleh, Ahmad Sobari No. ID 004201305041 Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri2016 2016

ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN

MENGGUNAKAN METODE ORGANIZATION PERFORMANCE

MODEL UNTUK MENGURANGI TINGKAT KERUSAKAN MESIN

DI LINE 3

(Studi Kasus di PT. XYZ)

Oleh,

Ahmad Sobari

No. ID 004201305041

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik

Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu

Pada Fakultas Teknik

Program Studi Teknik Industri2016

2016

Page 2: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan thesis ini disusun dan dipersiapkan oleh Ahmad Sobari sebagai salah satu

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Teknik President University, telah

diperiksa dan dianggap telah memenuhi persyaratan sebuah laporan.

Cikarang, Indonesia Maret 2017

Ir. Hery Hamdi Azwir, MT

Page 3: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perbaikan sistem perawatan mesin dengan

menggunakan metode organization performance model untuk mengurangi tingkat

kerusakan di line 3 (Studi Kasus di PT. XYZ)” adalah hasil dari pekerjaan saya dan

seluruh ide, pendapat atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan

referensi yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak sesuai

dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan dikenakan pada

saya.

Cikarang, Indonesia, Maret 2017

Ahmad Sobari

Page 4: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PERBAIKAN SISTEM PERAWATAN MESIN DENGAN MENGGUNAKAN

METODE ORGANIZATION PERFORMANCE MODEL UNTUK

MENGURANGI TINGKAT KERUSAKAN DI LINE 3

(Studi Kasus di PT. XYZ)

Oleh,

Ahmad Sobari

No. ID 004201305041

Disetujui Oleh,

Ir. Hery Hamdi Azwir, MT

Pembimbing Skripsi

Ir. Andira Taslim MT.

Kepala Program Studi Teknik Industri

Page 5: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

iv

ABSTRAK

Semakin tingginya persaingan antar perusahaan menjadikan setiap perusahaan

dibelahan dunia berlomba-lomba dalam memberikan dan memenuhi kebutuhan dari

konsumen. Perusahaan yang tidak dapat bersaing adalah mereka yang tidak dapat

mendeliver keinginan-keinginan konsumen tersebut. Berdasarkan hal tersebut

pentingnya kinerja mesin untuk dapat terus diandalkan menjadi sangatlah prioritas, hal

ini tentu saja berkaitan erat dengan output produksi yang akan dihasilkan nantinya.

Salah satu cara untuk menjaga performansi dari mesin-mesin yang ada tersebut adalah

dengan melakukan manajemen perawatan mesin. Manajemen perawatan mesin atau

preventive maintenance adalah serangkaian aktivitas untuk menjaga kondisi mesin atau

equipment pada kondisi yang ideal sehingga siap kapanpun dan dimanapun dibutuhkan.

Namun apa jadinya jika preventive maintenance yang dilakukan dirasa tidak

memberikan hasil yang optimal, dimana masih seringnya terjadi kerusakan mesin

dilapangan yang berimbas pada banyaknya kerugian yang dialami perusahaan, seperti:

cost akibat breakdown yang melonjak, sparepart yang tidak ready, dan tentu saja

keinginan konsumen yang tidak dapat terpenuhi. Salah satu metode yang dapat

digunakan untuk menganalisa dan mengevaluasi kinerja organisasi adalah dengan OPM

(Organization Performance Model). Dengan OPM tersebut diharapkan performansi

dan desain dari organisasi dapat ditingkatkan seoptimal mungkin.

Kata kunci: Perusahaan, Persaingan bisnis, output produksi, breakdown, performansi

mesin, preventive maintenance, organization performance model.

Page 6: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

v

KATA PENGANTAR

Saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah turut serta membantu baik secara moril maupun materil dalam penyelesaian

laporan penelitian ini, sehingga saya dapat mengerjakannya dengan baik. Adapun

pihak-pihak tersebut diantaranya:

1. Puji syukur kepada Allah S.W.T yang dengan ijin serta ridho-NYA saya dapat

dan diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini.

2. Kedua orang tua saya tercinta yang selalu mendukung dan memberikan doanya

kemanapun dan kapanpun mereka berada.

3. Mba Vina, Mas Derry, Mba Dini yang selalu mensupport semua keperluan data,

waktu kerja serta mengijinkan cuti 9 hari untuk membuat laporan ini.

4. Dosen pembimbing saya Bapak Hery dan ibu andira yang telah banyak

membuka wawasan saya serta tidak letih mengkoreksi segala kesalahan yang

saya buat.

5. Semua rekan Industrial Engineering 2013 khususnya, Oktavia Patriani, Riko

Anton Hutasoit, Ivan Mathius, Eki Ikhbal N, Muhammad Musafak, Habil Farid,

Ajie Pratama, Agus K S dan semua rekan lainnya lulus bareng-bareng ya.

Semoga penelitian ini dapat berguna terutama bagi perusahaan yang saya jadikan

tempat observasi dan pengambilan data serta Allah S.W.T membalas semua

kebaikan yang telah rekan-rekan berikan, Amin.

Page 7: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... x

DAFTAR ISTILAH ..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 3

1.4 Batasan Masalah ...................................................................................................... 3

1.5 Asumsi ..................................................................................................................... 3

1.6 Research Outline ...................................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 5

2.1 Manajemen Perawatan ............................................................................................. 5

2.1.1 Sistem Perawatan .............................................................................................. 5

2.1.2 Tujuan Sistem Perawatan .................................................................................. 7

2.1.3 Komponen Dasar Perawatan ............................................................................. 7

2.1.4 Variabel Keputusan Sistem Perawatan ............................................................. 8

2.1.4.1 Komponen-komponen yang harus dirawat ................................................. 8

2.1.4.2 Jenis-jenis pelaksanaan maintenance .......................................................... 9

2.1.5 Pelaksana kegiatan maintenance ..................................................................... 10

2.1.6 Lokasi pelaksanaan perawatan ........................................................................ 10

2.1.7 Constraint Sistem Perawatan .......................................................................... 10

2.1.8 Input Sistem Perawatan ................................................................................... 11

2.1.9 Output Sistem Perawatan ................................................................................ 11

2.1.10 Kriteria Performance Sistem Perawatan ....................................................... 11

2.1.11 Komponen Pendukung Perawatan ................................................................ 12

2.1.12 Preventive Maintenance ................................................................................ 12

2.1.13 Corrective Maintenance ................................................................................ 13

2.1.14 Predictive Maintenance................................................................................. 14

2.1.15 Productive Maintenance ............................................................................... 15

2.1.16 Total Productive Maintenance ...................................................................... 15

Page 8: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

vii

2.1.17 Ukuran Performansi Mesin/ Peralatan .......................................................... 17

2.2 Persediaan di dalam Sebuah Perusahaan ............................................................... 18

2.2.1 Pengertian Persediaan ..................................................................................... 18

2.2.2 Tujuan Dari Persediaan ................................................................................... 19

2.2.3 Fungsi dari persediaan ..................................................................................... 19

2.2.4 Penyebab Persediaan ....................................................................................... 20

2.2.5 Pengendalian Persediaan ................................................................................. 20

2.2.6 Langkah-Langkah Pengendalian Persediaan ................................................... 21

2.3 Lean Manufacturing............................................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 32

3.1 Kerangka Pemikiran............................................................................................... 32

3.1.1 Observasi Awal Penelitian .............................................................................. 32

3.1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................ 32

3.1.3 Literatur Pembelajaran .................................................................................... 33

3.1.4 Pengumpulan Data Penelitian ......................................................................... 33

3.1.5 Pengolahan Data dan Analisa .......................................................................... 33

3.1.6 Perbaikan Manajemen Perawatan Mesin ........................................................ 34

3.1.7 Kesimpulan dan Saran ..................................................................................... 34

3.2 Research Framework ............................................................................................. 34

BAB IV DATA DAN ANALISIS ............................................................................... 36

4.1 Observasi Awal ...................................................................................................... 37

4.1.1 Preventive Maintenance Process .................................................................... 37

4.1.2 Kondisi Masalah Preventive Maintenance ...................................................... 39

4.2 Pengumpulan Data ................................................................................................. 40

4.2.1 Equipment List Line 3 ..................................................................................... 40

4.2.2 Data Waktu Preventive Maintenance .............................................................. 42

4.2.3 Data Preventive Maintenance Compliance ..................................................... 44

4.2.4 Data Kerusakan Mesin Line 3 ......................................................................... 49

4.2.5 Ketersediaan dan Keandalan Mesin Line 3 ..................................................... 50

4.3 Pengolahan dan Analisa ......................................................................................... 54

4.3.1 Analisa Waktu Preventive Maintenance ......................................................... 54

4.3.2 Analisa Kerusakan Mesin Line 3 .................................................................... 56

4.3.2.1 Kerusakan Dari Equipment Failure .......................................................... 56

4.3.2.2 Kerusakan Dari Operational Loss ............................................................ 58

4.3.2.3 Kerusakan Dari Speed Loss ...................................................................... 59

Page 9: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

viii

4.3.3 Analisa MTTR dan MTBB ............................................................................. 62

4.3.3.1 Organization Performance Model ............................................................ 62

4.4 Perbaikan Sistem Preventive Maintenance ............................................................ 71

4.4.1 Pembuatan Ranking Machines. ....................................................................... 71

4.4.2 Revisi Preventive Maintenance Task List ....................................................... 76

4.4.3 Transfer Knowledge dari Engineering ke Produksi ........................................ 83

4.4.4 Sparepart Management ................................................................................... 90

4.4.5 Preventive Maintenance Box Implementation................................................. 92

4.4.6 Penyediaan dan Pelengkapan Tools Box Engineering .................................... 97

4.4.7 Reward and Recognition ................................................................................. 98

4.5 Hasil Implementasi ................................................................................................ 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 103

5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 103

5.2 Saran .................................................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 105

LAMPIRAN………………………………………………………………………...102

Page 10: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Kerugian Biaya 1% Breakdown/Line ........................................................... 2

Tabel 4. 1 Kode Area Mesin Line 3 ............................................................................. 40

Tabel 4. 2 Daftar Mesin Line 3 .................................................................................... 41

Tabel 4. 3 Data Waktu Pengerjaan Preventive Maintenance (2016) ........................... 42

Tabel 4. 4 Data Keterlambatan Preventive Manintenance Compliance ...................... 46

Tabel 4. 5 Tabel Jam Kerusakan Mesin Line 3 ............................................................ 49

Tabel 4. 6 Data MTTR dan MTBB Line 3................................................................... 51

Tabel 4. 7 Parameter Frekuensi Terjadinya Kerusakan Line 3 Januari-Agustus 2016 52

Tabel 4. 8 Biaya Perbaikan Line 3 Jan-Aug 2016 ....................................................... 53

Tabel 4. 9 Data Estimasi Pengerjaan Preventive Maintenance Setelah Revisi ........... 54

Tabel 4. 10 Alokasi Waktu Preventive Maintenance Perteknisi ................................. 55

Tabel 4. 11 Jam Kerusakan Dari Equipment Failure .................................................. 56

Tabel 4. 12 Jam Kerusakan Dari Operational Loss ..................................................... 58

Tabel 4. 13 Jam Kerusakan Dari Speed Loss ............................................................... 59

Tabel 4. 14 Summary Kerusakan Line 3 (Januari 2016 – Agustus 2016) .................... 61

Tabel 4. 15 OPM Aktual Kondisi Organisasi Saat Ini ................................................. 65

Tabel 4. 16 OPM Future Condition ............................................................................. 69

Tabel 4. 17 Ranking Mesin Line 3 ............................................................................... 74

Tabel 4. 18 Preventive Maintenance Times (2017) ..................................................... 78

Tabel 4. 19 New Masterplan Preventive Maintenance ................................................ 80

Tabel 4. 20 Alokasi Waktu Preventive Maintenance Setelah Revisi .......................... 82

Tabel 4. 21 Training Need Analysis Mesin Mixer ....................................................... 84

Tabel 4. 22 Training Need Analysis Mesin Pencetak .................................................. 84

Tabel 4. 23 Training Need Analysis Oven ................................................................... 85

Tabel 4. 24 Training Need Analysis Mesin Cream 2 ................................................... 87

Tabel 4. 25 Training Need Analysis Mesin Packing Besar no.4 .................................. 89

Tabel 4. 26 Perhitungan Management Sparepart Line 3 PT. XYZ ............................. 91

Tabel 4. 27 Alokasi Biaya Perbaikan Line 3 2016..................................................... 101

Page 11: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Klasifikasi Maintenance ........................................................................... 6

Gambar 2. 2 Komponen dasar dan sistem perawatan .................................................... 8

Gambar 2. 3 Grafik Biaya Pada Preventive Maintenance ........................................... 12

Gambar 2. 4 Total Productive Maintenance ................................................................ 16

Gambar 2. 5 Pemeliharaan Terencana TPM ................................................................ 17

Gambar 2. 6 Pareto Chart ........................................................................................... 26

Gambar 2. 7 Fishbone Diagram .................................................................................. 27

Gambar 2. 8 OPM Current Condition ......................................................................... 28

Gambar 2. 9 OPM Future Condition ........................................................................... 29

Gambar 3. 1 Reseach Frame Work .............................................................................. 35

Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 36

Gambar 4. 1 Preventive Maintenance Process ............................................................ 37

Gambar 4. 2 Tasklist Preventive Maintenance ............................................................ 38

Gambar 4. 3 Persentase Kerusakan Mesin Line 3 2016 ............................................... 39

Gambar 4. 4 Preventive Maintenance Compliance 2016 ............................................ 44

Gambar 4. 5 Pareto penyumbang kerusakan Line 3 .................................................... 52

Gambar 4. 6 Pareto Chart Equipment Failure ............................................................ 57

Gambar 4. 7 Jam Kerusakan Equipment Failure Perbulan .......................................... 57

Gambar 4. 8 Pareto Chart Of Operational Loss.......................................................... 58

Gambar 4. 9 Jam Kerusakan Operational Loss Perbulan ............................................ 59

Gambar 4. 10 Pareto Chart Of Speed Loss.................................................................. 60

Gambar 4. 11 Jam Kerusakan Speed Loss Perbulan .................................................... 60

Gambar 4. 12 Pareto Area Kerusakan Line 3.............................................................. 61

Gambar 4. 13 OPM Current Condition ....................................................................... 63

Gambar 4. 14 OPM Future Condition ......................................................................... 67

Gambar 4. 15 Persentase Ranking Mesin Line 3 ......................................................... 76

Gambar 4. 16 Proses Interview untuk Mereview PM Task List ................................... 77

Gambar 4. 17 Preventive Maintenance Box Implemenatation .................................... 92

Gambar 4. 18 Proses Pengecekan Sparepart By System .............................................. 93

Page 12: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

xi

Gambar 4. 19 Supplier mengantarkan Sparepart Ke Plant Cikarang ......................... 93

Gambar 4. 20 Admin Sparepart Mengecek Ketersedian Material Digudang ............. 94

Gambar 4. 21 Proses Memasukan Sparepart ke Dalam PM Box ................................ 95

Gambar 4. 22 Perbaikan Yang Dilakukan Oleh Teknisi Di Workshop ....................... 95

Gambar 4. 23 Flow Process Preventive Maintenance Box .......................................... 96

Gambar 4. 24 Pelengkapan Kembali Tools Teknisi..................................................... 97

Gambar 4. 25 Reward and Recognition (Thank You Card) ......................................... 98

Gambar 4. 26 Data Preventive Compliance 2016 ....................................................... 99

Gambar 4. 27 Data MTBB Line 3 2016 ..................................................................... 100

Gambar 4. 28 Data MTTR Line 3 2016 ..................................................................... 100

Gambar 4. 29 Data Kerusakan Mesin Line 3 2016 .................................................... 102

Page 13: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

xii

DAFTAR ISTILAH

Breakdown : Adalah kerusakan yang Timbul akibat adanya

ketidaksesuaian kondisi yang seharusnya, baik yang

terencana maupun tidak terencana.

Departemen : Departemen adalah suatu bagian yang memiliki tugas

spesifik dari suatu organisasi yang lebih besar.

Divisi : Pengertian divisi adalah kelompok atau satuan

didalam sebuah organisasi.

Productivity : (Produktivitas) mengandung arti sebagai

perbandingan antara hasil yang dicapai (output)

dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan

(input).

Shift : Adalah pembagian waktu kerja dalam 25 jam di

sebuah perusahaan.

MTTR : Mean Time To Repair adalah waktu menunggu untuk

melakukan repair, waktu yang terbuang untuk

melakukan pengetesan dan mendapatkan peralatan

yang siap untuk mulai beroperasi.

MTBB : Mean Time Between Failure (MTBB) Adalah rata-

rata waktu suatu mesin dapat dioperasikan sebelum

terjadinya kerusakan. MTBB ini dirumuskan sebagai

hasil bagi dari total waktu pengoperasian mesin

dibagi dengan jumlah kegagalan pengoperasian

mesin karena breakdown.

Preventive Maintenance : Merupakan perawatan pencegahan yang tujuan

utamanya adalah untuk menemukan suatu gejala

yang dapat menyebabkan gangguan pada mesin

sebelum terjadi kerusakan.

Page 14: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

xiii

Lean Manufacturing : Lean manufacturing ini merupakan upaya yang

dilakukan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi

produksi. Lean dijadikan sebagai praktek yang

mempertimbangkan berbagai pengeluaran yang

berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki

perusahaan.

Six Sigma : Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang

digunakan untuk mengganti Total Quality

Management (TQM), sangat terfokus terhadap

pengendalian kualitas dengan mendalami sistem

produksi perusahaan secara keseluruhan.

OPM : Organization Performance Model adalah sebuah

Tools dalam Lean manufacturing untuk menilai dan

mengukur kinerja sebuah organisai yang ada.

Page 15: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,

barang setengah jadi, atau barang jadi menjadi barang yang memiliki nilai tinggi untuk

penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Didalam industri itu sendiri mencakup tenaga kerja, material produksi dan juga

perawatan mesin, dimana ketiga hal tersebut membutuhkan biaya yang cukup besar.

Setiap mesin yang dibuat secanggih apapun tentu saja membutuhkan perbaikan dan

perawatan untuk mengoptimalkan fungsi dari mesin tersebut. Konsep perawatan mesin

dirancang untuk mengoptimalkan semua equipment yang ada pada kondisi optimalnya

sehingga dapat digunakan kapanpun dibutuhkan. Perawatan sebaiknya dilakukan pada

saat mesin tidak berfungsi atau tidak digunakan sehingga proses dari perawatan dan

perbaikan yang ada tidak mengganggu proses jalannya kegiatan produksi.

PT. XYZ Yang beralamat di Jababeka Industrial Estate Cikarang, Bekasi 17530

merupakan perusahaan makanan dan minuman yang berkantor pusat di Northfield,

Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Sebagai salah satu Power House dalam dunia bisnis

international yang memiliki perusahaan yang tersebar diseluruh dunia, dengan berbagai

produk yang sudah banyak dikenal menjadikan PT. XYZ sebagai perusahaan yang

dapat diperhitungkan didalam dunia bisnis internasional. Banyak hal yang dilakukan

agar perusahaan terus dapat exist dan bersaing guna menjamin kepuasaan pelanggan

terhadap produk aman dan berkualitas. Salah satu department yang ada di PT. XYZ

yang turut serta menjamin hal tersebut adalah departemen Engineering.

Departemen Engineering terdiri dari 3 divisi yaitu: Maintenance, Utility dan juga

Admisnistrasi. Divisi Maintenance bertanggung jawab untuk memastikan perawatan,

perbaikan dan kinerja mesin yang ada di plant cikarang. Divisi utility bertanggung

jawab untuk menjaga semua fasilitas yang ada seperti, Air, Angin (Kompresor), Listrik

dan juga bangunan agar selalu siap digunakan untuk menunjang proses produksi serta

divisi administrasi dimana bertanggung jawab untuk membuat jadwal perawatan,

menyediakan sparepart yang dibutuhkan dan juga mendokumentasikannya.

Page 16: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

2

Dalam aktifitas hariannya departemen engineering menemukan sejumlah masalah yang

terjadi diantaranya adalah tingginya tingkat kerusakan mesin yang terjadi dilapangan

yang tidak sejalan dengan pencapaian Preventive Maintenance yang selalu diatas angka

75%. Dari kerusakan-kerusakan mesin yang terjadi mengakibatkan banyak kerugian

terhadap perusahaan, mulai dari cost tak terduga yang melonjak tinggi, delay terhadap

produksi, alokasi personnel yang tidak terencana, planning produksi yang tidak tercapai

serta target yang harus delay akibat output yang tidak terpenuhi. Lalu berapakah nilai

dari 1% kerusakan yang terjadi jika mengalami breakdown di line 3? Tabel 1.1

merupakan perhitungan untuk menjelaskan uang yang terbuang sia-sia akibat dari

breakdown yang terjadi dilapangan perlinenya.

Tabel 1. 1 Kerugian Biaya 1% Breakdown/Line

Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa estimasi waktu produksi selama 1 bulan (30 hari)

adalah sebesar 720 jam, dengan alokasi waktu untuk planned dan unplanned

breakdown sebesar 168 jam (5.6 jam/hari). Dari standart run rate output produksi yang

sudah ada diketahui pula bahwa dalam sejam proses produksi di line 3 menghasilkan

sebanyak 3.116 kg biskuit/jam nya dengan biaya per kilogram biscuit seharga

Rp.14,235,-, sehingga dari perhitungan tersebut pula dapat dihitung 1% breakdown

pertahunnya di line 3 mengakibatkan kerugian sebesar Rp. 2,938,158,662,-.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan project yang telah diberikan oleh PT. XYZ, dibawah ini terdapat

permasalahan yang terjadi, yaitu:

Parameter Line 1 Line 2 Line 3 Line 4 Line 5

Estimasi Waktu

Produksi (Jam)720 720 720 720 720

Alokasi unplanned &

planned Breakdown

(Jam)

168 168 168 168 168

Hours Used (Jam) 552 552 552 552 552

Standart Run Rate

(Kg/Jam)2269 831 3116 1130 3649

Price/Kg 14,235 14,235 14,235 14,235 14,235

Value/Jam 32,299,215 11,829,285 44,356,260 16,085,550 51,943,515

Value/Bulan 17,829,166,680 6,529,765,320 24,484,655,520 8,879,223,600 28,672,820,280

Value/Tahun 213,950,000,160 78,357,183,840 293,815,866,240 106,550,683,200 344,073,843,360

1% Breakdown in

Value/Tahun2,139,500,002 783,571,838 2,938,158,662 1,065,506,832 3,440,738,434

Page 17: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

3

Faktor apa saja yang mempengaruhi lamanya waktu perbaikan dan tingginya

tingkat kerusakan yang terjadi di plant cikarang.

Bagaimana cara memperbaiki metode preventive maintenance yang ada

sehingga dapat menurunkan breakdown mesin yang terjadi.

1.3 Tujuan Penelitian

Berikut adalah tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu:

Untuk menurunkan tingkat kerusakan mesin yang terjadi di L3 Plant cikarang.

Memperbaiki sistem perawatan mesin yang saat ini ada dan dijalankan di

departemen engineering.

1.4 Batasan Masalah

Dikarenakan project ini dilakukan dalam waktu yang cukup singkat, maka dibawah ini

adalah beberapa batasan yang perlu diketahui, diantaranya:

Penelitian dilakukan di PT. XYZ Jababeka, Cikarang.

Penelitian dilakukan di departemen engineering.

Penelitian hanya dilakukan di line 3.

Penelitian dilakukan selama 3,5 bulan dimulai sejak tanggal 1 September 2016

sampai dengan 15 Desember 2016.

Pengambilan data dilakukan dari periode Januari 2016 sampai dengan Agustus

2016.

Penelitian yang dilakukan masih terbatas pada sisi teknis.

1.5 Asumsi

Beberapa asumsi yang diterapkan dalam project ini diantaranya:

Semua data yang didapat dianggap akurat dan valid.

Pengumpulan data dikumpulkan setiap hari (Termasuk sabtu - minggu).

Page 18: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

4

Pengumpulan data dilakukan selama 24 jam perhari.

1.6 Research Outline

BAB 1 Pendahuluan

Pada bab ini termasuk latar bealakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

batasan dan asumsi dari penelitian dan juga sebagai kerangka penelitian.

BAB II Studi Literatur

Di bab ini berisi kerangka teori dasar yang berasal dari buku-buku, jurnal, tesis dan

karya ilmiah yang digunakan sebagai referensi yang mendukung penelitian dalam

melakukan project.

BAB III Metodologi Penelitian

Pada bab ini berisikan aliran proses dan penjelasan rinci dari setiap prosedur, langkah-

langkah yang digunakan untuk melakukan penelitian ini. Dimulai dari identifikasi

masalah sampai kesimpulan.

BAB IV Pengumpulan data dan Analisa

Di bab ini semua data dikumpulkan dan diambil selama proses penelitian dan kemudian

dianalisis menggunakan analisis Organization Performance Model. Dimana hasilnya

nanti dapat menjawab pernyataan dari masalah dan tujuan dari dilakukannya penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi

Di bab akhir ini dijelaskan hasil dari penelitian serta menjawab semua pertanyaan dari

rumusan masalah dan tujuan dari penelitian. Serta beberapa rekomendasi dan saran

yang diberikan kepada perusahaan berdasarkan hasil dari penelitian.

Page 19: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

5

BAB II

STUDI LITERATUR

2.1 Manajemen Perawatan

2.1.1 Sistem Perawatan

Perawatan adalah konsepsi dari semua aktifitas yang dibutuhkan untuk menjaga atau

mempertahankan kualitas fasilitas atau mesin agar dapat berfungsi dengan baik seperti

pada kondisi semula. Sementara menurut pendapat beberapa ahli pengertian dari

perawatan (maintenance) adalah:

Menurut Corder (1988, p1) maintenance adalah suatu kombinasi dari berbagai

tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaikinya, sampai

pada kondisi yang bisa diterima.

Menurut Assauri (2008, p134) maintenance merupakan suatu kegiatan untuk

memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dengan mengadakan

perbaikan atau penyesuaian atau penggantian yang diperlukan supaya tercipta suatu

keadaan operasional produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang telah

direncanakan.

Dengan kata lain perawatan dapat didefinisikan segala aktifitas untuk mempertahankan

unit-unit pada kondisi operasional dan aman, dan apabila terjadi kerusakan maka dapat

mengembalikan pada kondisi operasional yang optimal dan aman.

Perawatan pada umumnya dilihat sebagai kegiatan fisik seperti membersihkan

peralatan, memberi oli, memperbaiki kerusakan, mengganti komponen dan

semacamnya jika diperlukan, Kegiatan perawatan memerlukan adanya sumber daya

yang meliputi: man, machine, material dan money (4M). Namun tersedianya 4M belum

menjamin efisiensi dan efektivitas perawatan, untuk itu diperlukan adanya manajemen

perawatan, sehingga sumber daya yang diperlukan dan kegiatan-kegiatan perawatan

berlangsung dengan tingkat efektivitas yang tinggi dalam mencapai sasaran yang

dikehendaki.

Secara garis besar maintenance dapat diklasifikasikan dalam Planned maintenance

(terencana) dan unplanned maintenance (tidak terencana). Dalam Planned

Page 20: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

6

maintenance terbagi lagi menjadi Preventive dan corrective maintenance. Preventive

Maintenance meliputi: Cleaning, Inspection, Running, maintenance dan Shutdown,

sedangkan corrective maintenance meliputi shutdown dan breakdown maintenance

yang didalamnya sudah termasuk minor overhaul dan mayor overhaul. Yang termasuk

unplanned maintenance adalah emergency maintenance yang bersifat darurat.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan klasifikasi maintenance pada gambar 2.1:

Gambar 2. 1 Klasifikasi Maintenance

(Sumber: Antony Corder, 1996: 5)

Planned maintenance merupakan suatu pekerjaan dalam bidang maintenance yang

terorganisasi dan dilakukan dengan melihat jauh ke depan yang menyangkut masalah

pengendalian dan pendapatan. Preventive maintenance merupakan suatu pekerjaan

yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada suatu alat/ fasilitas.

Corrective maintenance merupakan suatu pekerjaan yang ditujukan untuk memperbaiki

suatu fasilitas agar dapat mencapai standar yang dipersyaratkan, untuk penjelasan

selengkapnya mengenai Preventive dan corrective maintenance akan dibahas pada sub

bab berikutnya. Emergency maintenance merupakan suatu pekerjaan yang perlu

dilakukan untuk mengatasi kerusakan suatu alat/ fasilitas yang tidak diduga

sebelumnya. Shutdown maintenance merupakan suatu pekerjaan yang hanya dilakukan

bila alat/ fasilitas yang bersangkutan sedang tidak dioperasikan. Breakdown

maintenance merupakan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan perencanaan

sebelumnya atas suatu alat/ fasilitas yang diduga telah mengalami kerusakan. Overhaul

merupakan pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh terhadap suatu fasilitas atau

sebagian fasilitas sehingga mencapai standar yang dapat diterima. Sedangkan running

Maintenance

Planned Maintenance Unplanned Maintenance

Emergency Maintenance Corrective Maintenance Preventive Maintenance

Page 21: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

7

maintenance merupakan suatu pekerjaan preventive maintenance yang dilakukan pada

saat alat/ fasilitas yang bersangkutan masih dalam keadaan beroperasi.

Dalam pelaksanaan maintenance, berkaitan erat dengan bagian produksi. Baik bagian

produksi maupun bagian maintenance mempunyai tujuan yang sama yaitu

menghasilkan produk dengan kualitas baik dengan efiisiensi dan biaya rendah, karena

maintenance merupakan kunci untuk menjamin kelangsungan produksi dimana

maintenance menjadi sarana, baik untuk bagian produksi maupun bagian maintenance

untuk mencapai produksi maksimum pada tingkat biaya perbaikan yang minimum

(Antony Corder, 1996: 4).

2.1.2 Tujuan Sistem Perawatan

Pada umumnya tujuan dari kebijakan maintenance ini adalah untuk :

1. Memungkinkan tercapainya mutu produk dan kepuasan pelanggan melalui

penyesuaian dan pengoperasian peralatan secara tepat.

2. Mengurangi frekuensi terjadinya breakdown (yaitu ketika suatu peralatan

berhenti melakukan fungsinya menurut parameter yang ditetapkan), dan

mengurangi tingkat keparahan dari yang breakdown dilakukan.

3. Memaksimalkan umur kegunaan dari peralatan.

4. Meminimalkan biaya produksi total yang secara langsung dapat dihubungkan

dengan service dan perbaikan.

5. Mewujudkan tingkat kesiapan peralatan secara maksimal dalam menjamin

tercapainya sasaran kemampuan operasi dan produksi yang ditetapkan.

6. Menyiapkan personel, fasilitas dan metode agar mampu mengerjakan tugas-

tugas peralatan (Kostas N D, 1981: 707)

2.1.3 Komponen Dasar Perawatan

Deskripsi tentang suatu sistem perawatan dan pengoperasiannya akan mengikuti suatu

format yang umum yakni:

1. Variabel keputusan

2. Output

3. Input

4. Constrain

Page 22: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

8

5. Pengukuran Performance

Gambar 2. 2 Komponen dasar dan sistem perawatan

(Sumber: Kostas N.D, 1981: 696)

2.1.4 Variabel Keputusan Sistem Perawatan

Ada empat Variabel keputusan dalam kebijakan sistem perawataan yaitu:

2..1.4.1 Komponen-komponen yang harus dirawat

Suatu sistem produksi biasanya terdiri banyak komponen pembentuk fasilitas kerja,

proses produksi dan sistem manusia-mesin. Untuk tujuan dilakukannya maintenance,

maka komponen sistem produksi dapat dikelompokkan dengan menggunakan analisis

ABC, yang berdasarkan pada reliability (keandalan) mesin maupun komponen secara

keseluruhan dan berpengaruh pada biaya operasi total.

Analisis ABC:

a. Kelas A atau critical komponen, yaitu komponen penting dari sistem operasi

yang bila rusak dapat menyebabkan produksi terhenti dan biaya yang tinggi

karena perbaikan breakdown dan loss production akibat downtime (waktu

ketika sistem tidak menghasilkan produk, meliputi Scheduled dan unscheduled

Page 23: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

9

downtime). Komponen ini memerlukan kontrol yang ketat dan maintenance

yang lebih intensif.

b. Kelas B atau Major komponen, yaitu komponen penting dari sistem yang

memberikan kinerja terbaik, tetapi bila komponen ini rusak tidak akan

menghentikan sistem. Komponen ini memerlukan kontrol dan maintenance

yang cukup.

c. Kelas C atau Minor komponen, yaitu komponen pendukung yang apabila rusak

tidak akan terlalu berpengaruh pada operasi sistem. Komponen ini memerlukan

kontrol dan maintenance yang sedikit (Kosta N D, 1981: 696).

2.1.4.2 Jenis-jenis pelaksanaan maintenance

Setelah menentukan komponen yang akan di maintenance, maka selanjutnya adalah

menentukan bagaimana standart engineering dan prosedur yang diberlakukan dalam

pelaksanaan sistem perawatan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tindakan perawatan

komponen yang dipilih agar kondisi operasi mesin memuaskan dengan biaya perawatan

yang minimum.

Jenis atau macam perawatan dapat dibagi sebagai berikut:

2.1.4.2.1 Berdasarkan Tingkat Perawatan

a. Perawatan tingkat ringan. Bersifat preventive yang dilaksanakan untuk

mempertahankan sistem dalam keadaan siap operasi dengan melakukan

inspeksi, deteksi dan pencegahan awal secara sistematis dan periodik. Tidak

memerlukan personel dengan tingkat spesialisasi tinggi karena kegiatannya

hanya berupa perbaikan ringan.

b. Perawatan tingkat sedang. Bersifat korektif, dilaksanakan untuk

mengembalikan dan memulihkan sistem dalam keadaan siap dengan

memberikan perbaikan atas kerusakan yang telah menyebabkan merosotnya

tingkat keandalan. Kegiatannya antara lain terbatas pada parts, subassemblies,

modifikasi, perbaikan dan pengetesan motor, kalibrasi, dan pencegahan korosi.

Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut didukung dengan peralatan serta

fasilitas bengkel yang cukup lengkap.

c. Perawatan tingkat berat. Bersifat restoratif dilaksanakan pada peralatan yang

memerlukan major overhaul yang meliputi assembling, membuat suku cadang,

Page 24: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

10

modifikasi, testing serta reklamasi sesuai keperluannya. Kegiatannya mencakup

Pulih baik, perbaikan yang rumit sehingga memerlukan pembongkaran total,

perbaikan, pemasangan kembali, pengujian, pencegahan korosi dan pengecatan.

2.1.5 Pelaksana kegiatan maintenance

Tergantung dari teknologi proses produksi yang digunakan dan permintaan dari

pelayanan maintenance, program maintenance ini dapat dilakukan baik oleh pihak

internal maupun eksternal dari perusahaan yang bersangkutan. Untuk sistem produksi

dengan teknologi yang sederhana, sebaiknya proses maintenance ini dilakukan oleh

pihak internal perusahaan saja. Pertimbangan yang paling utama dalam menentukan

pihak mana yang akan melakukan maintenance adalah faktor biaya, dimana biaya ini

akan diminimalkan sebisa mungkin oleh perusahaan.

2.1.6 Lokasi pelaksanaan perawatan

Kegiatan perawatan yang akan dilakukan sebaiknya telah ditentukan lokasinya, apakah

akan dilakukan secara sentralisasi atau desentralisasi. Keputusan tersebut akan sangat

penting dari banyaknya permintaan maintenance, skill operator maintenance yang

dibutuhkan, tingkat keparahan breakdown, jarak dari Supply Sparepart (item-item

pengganti yang utama, dimana item tersebut dapat diperbaiki) dan repair part

(komponen-komponen yang lebih kecil dan biasanya tidak bisa diperbaiki jika

mengalami kerusakan), dan sebagainya (Kostas N.D, 1981:700).

2.1.7 Constraint Sistem Perawatan

Semua alternatif yang ada memiliki beberapa constraints (pembatas), yaitu:

1. Desain dari sistem produksi yang ada, hal ini merupakan constraint bagi

pertanyaan apa, siapa, dimana, bagaimana.

2. Aggregate planning dan capital budgeting, memberikan batasan bagi

pertanyaan bagaimana. Hal ini berhubungan dengan persediaan Sparepart dan

jumlah kru.

Page 25: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

11

2.1.8 Input Sistem Perawatan

Dalam menentukan jadwal yang optimal dalam pelaksanaan maintenance,

dibutuhkan informasi mengenai:

1. Data tentang peralatan mengenai Operating time dan repair yang dilakukan.

2. Biaya untuk Sparepart dan kru yang dibutuhkan.

3. Akibat dari downtime terhadap loss production.

2.1.9 Output Sistem Perawatan

Output dari sistem perawatan adalah:

1. Jadwal dari kebijakan yang telah dipilih.

a. Inspeksi untuk mengetahui status mesin, peralatan, komponen.

b. Repair bila terjadi breakdown.

c. Preventive Maintenance, bila diperlukan.

2. Laporan

a. Status peralatan setelah inspeksi, repair, preventive maintenance

b. Perencanaaan permintaan spare untuk pekerjaan maintenance yang telah

direncanakan.

c. Perencanaan permintaan skill kru maintenance dan waktu yang diperlukan.

(Kosta N.D, 1981 : 701)

2.1.10 Kriteria Performance Sistem Perawatan

Kriteria Performance sistem perawatan atau kinerja dari sistem perawatan mengacu

pada biaya total maintenance (biaya breakdown+biaya preventive maintenance)

yang terendah. Bila jumlah frekuensi dilakukannya kegiatan Preventive

maintenance dinaikkan, maka biaya breakdown akan turun seiring dengan naiknya

biaya Preventive maintenance, hal ini akan menurunkan biaya total maintenance,

ini disebabkan karena dengan adanya kegiatan Preventive maintenance yang sering

dilakukan maka kemungkinan atau probabilitas terjadinya breakdown akan semakin

kecil.

Page 26: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

12

Gambar 2. 3 Grafik Biaya Pada Preventive Maintenance

(Sumber: Kostas N.D, 1981:703)

2.1.11 Komponen Pendukung Perawatan

Komponen pendukung perawatan maintenance meliputi:

a. Pelaksanaan perawatan, meliputi personil dan tempat pelaksanaan perawatan.

b. Material, yang perlu diperhatikan adalah pengendalian persediaan dan

komponen perbaikan.

c. Fasilitas dan peralatan perawatan.

d. Jasa, meliputi jasa analisa untuk menentukan konsep perawatan yang akan

dilaksanakan dan menyusun standart engineering

e. Dukungan anggaran dalam jumlah dan waktu pengalokasian yang tepat.

2.1.12 Preventive Maintenance

Merupakan perawatan pencegahan yang tujuan utamanya adalah untuk menemukan

suatu gejala yang dapat menyebabkan gangguan pada mesin sebelum terjadi

kerusakan. Hal ini dapat dimungkink01an dengan merencanakan dan

menjadwalkan pekerjaan perawatan, sehingga rencana peningkatan produksi dapat

dicapai tepat pada waktunya. Pada saat ini orang-orang bagian maintenance lebih

menyukai melakukan pekerjaan yang terencana dan terjadwal dan menghindari

pekerjaan-pekerjaan yang mendadak yang pastinya lebih sulit dan memakan waktu

Page 27: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

13

yang lama. Dengan demikian, tenaga kerja yang ada dapat disiapkan untuk

pekerjaan lain yang lebih bermanfaat.

Kegiatan dalam Preventive maintenance meliputi penyelesaian inspeksi berkala,

monitoring kondisi, penggantian item-item kritis, dan kalibrasi. Disamping itu juga

termasuk kebutuhan Servicing yaitu lubrication, refeuling, dan lain-lain. Tindakan

perawatan pencegahan dilakukan untuk menghindari kerusakan pada suatu

peralatan atau sistem, tetapi pada kenyataannya mungkin tidak diketahui bagaimana

cara untuk menghindari adanya kerusakan. Berikut ini adalah tiga alasan

dilakukannya tindakan Preventive maintenance:

1. Menghindari terjadinya kerusakan.

2. Mendeteksi awal terjadinya kerusakan.

3. Menemukan kerusakan tersembunyi.

2.1.13 Corrective Maintenance

Corrective maintenance tidak hanya berarti memperbaiki tetapi juga mempelajari

sebab-sebab terjadinya kerusakan serta cara-cara mengatasinya dengan cepat, tepat dan

benar sehingga tercegah terulangnya kerusakan yang serupa. Prosedur ini diterapkan

pada peralatan atau mesin yang sewaktu-waktu dapat mengalami kerusakan. Pada

umumnya usaha untuk mengatasi kerusakan itu dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Merubah proses produksi.

2. Merancang kembali komponen yang mengalami kegagalan.

3. Mengganti komponen yang rusak dengan komponen sejenis dengan desain/

konstruksi/ material yang lebih baik.

4. Memperbaiki dan meningkatkan prosedur perawatan preventive. Sebagai

contoh, melakukan pelumasan sesuai ketentuannya atau mengatur kembali

frekuensi kegiatan inspeksi.

5. Memperbaiki prosedur operasi misalnya dilakukan training terhadap operator

untuk mengoperasikan suatu unit khusus dengan benar.

6. Merubah/ mengurangi beban unit.

Page 28: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

14

Corrective maintenance meliputi semua tindakan perawatan tak terjadwal yang

dikerjakan sebagai akibat adanya kerusakan peralatan sistem untuk

mengembalikannya ke kondisi yang telah ditentukan. Siklus perawatan koreksi

termasuk lokalisasi dan isolasi kerusakan, disassemblies, pelepasan dan

penggantian, repair, reassembly, dan verifikasi kondisi serta pemeriksaan.

Oleh karena itu laporan terperinci tentang suatu kerusakan peralatan sangat penting

dianalisis sehingga dapat diambil tindakan-tindakan yang tepat untuk mengatasinya

atau mencari alternatif penyelesaian. Perlu disadari bahwa corrective maintenance

tidak dapat menghilangkan atau mengeliminasi semua kerusakan, tetapi harus

mampu mencegah terulangnya kerusakan yang serupa.

Dengan corrective maintenance ini, maka jumlah kerusakan berkurang dan waktu

terhentinya mesin (downtime) juga berkurang sehingga kapasitas produksi dapat

ditingkatkan disamping itu juga masih memungkinkan terhadap berubahnya proses

produksi, penggantian peralatan dan perencanaan kembali peralatan demi

penyempurnaan. Hal ini tentunya tidak lepas dari adanya koordinasi yang baik

antara bagian produksi, bagian engineering dan bagian maintenance.

2.1.14 Predictive Maintenance

Kegiatan perawatan dilakukan dengan memprediksi peralatan-peralatan yang

diperkirakan akan mengalami kerusakan, sehingga kerusakan tersebut dapat

dicegah. Tujuan dari Predictive maintenance antara lain adalah :

1. Meningkatkan kesiap-pakaian sistem.

2. Meningkatkan keamanan pabrik dan keselamatan personil.

3. Mengoptimalkan biaya perawatan.

Bagaimanapun baiknya suatu mesin yang telah direncanakan, keausan dan

kerusakan selama pemakaian pada umumnya masih dapat terjadi. Meskipun

demikian laju keausan ini masih dapat diperkirakan besarnya bila mesin/ alat

dipakai dalam kondisi normal.

Predictive maintenance merupakan suatu teknik/ cara yang banyak dipakai dalam

produksi berantai dimana bila ada gangguan darurat sedikit saja pada sistem

produksi tersebut dapat menyebabkan terhentinya aliran produksi sehingga dapat

Page 29: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

15

menimbulkan kerugian yang cukup besar pada perusahaan yang bersangkutan.

Predictive maintenance merupakan bentuk baru Planned maintenance dimana

penggantian komponen/ suku cadang dilakukan lebih awal dari waktu terjadinya

kerusakan.

2.1.15 Productive Maintenance

Sasaran productive maintenance adalah “Profitable preventive Maintenance”. Ini

mensyaratkan kita untuk tidak hanya mencegah breakdown dan defect, tapi juga

bekerja dengan efisien dan ekonomis. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka perlu

dilakukan empat jenis perawatan dengan baik dan tuntas, yaitu:

a. Preventive maintenance

b. Breakdown maintenance

c. Corrective maintenance

d. Predictive maintenance

(Antony Corder, 1996: 119)

2.1.16 Total Productive Maintenance

Total Productive Maintenace (TPM) pertama kali dicetuskan pada tahun 1971 oleh

Japan Institute of Plant Maintenance (JIPM). TPM adalah strategi perusahaan

untuk meningkatkan efektivitas lingkungan produksi, khususnya melalui metode

untuk meningkatkan efektivitas peralatan/ mesin. Tujuan TPM adalah untuk

mewujudkan ideal factory, yaitu peralatan/ mesin beroperasi 100%, pada kapasitas

100%, dan dengan 100% good quality.

Total productive Maintenance sering didefinisikan sebagai productive maintenance

yang dilaksanakan oleh seluruh pegawai, didasarkan pada prinsip bahwa

peningkatan kemampuan peralatan harus melibatkan setiap orang di dalam

organisasi, dari lapisan bawah sampai manajemen puncak.

Definisi lengkap TPM memuat 5 hal (JIPM, 1971):

1. Memaksimalkan efektivitas menyeluruh alat/ mesin.

2. Menerapkan sistem Preventive Maintenance yang komprehensif sepanjang

umur alat.

Page 30: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

16

3. Melibatkan seluruh departemen perencana, pemakai dan pemelihara alat.

4. Melibatkan semua karyawan dari top management sampai front-line worker.

5. Mengembangkan Preventive Maintenance melalui manajemen motifasi:

Aktifitas kelompok kecil mandiri.

Gambar 2. 4 Total Productive Maintenance

Kata total dalam total productive maintenance mempunyai pengertian:

Total effectiveness : mengejar efisiensi ekonomis atau keuntungan.

Total Preventive Maintenance : maintenance prevention (MP) dan aktifitas

untuk meningkatkan mampu pelihara (MI) dan preventive maintenance

(Preventive Maintenance).

Total participation : pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance)

oleh operator dan aktifitas kelompok kecil di setiap departemen dan tingkat

organisasi.

TPM juga memiliki dua tujuan utama yang sering dikenal dengan “double

goal of TPM” , yaitu:

1. Zero Breakdown

2. Zero Defect

Dengan terwujudnya tujuan ini atau paling tidak apabila breakdown dan defect

perusahaan dapat dikurangi, equipment operation rates meningkat, cost berkurang,

inventory minimal, dan sebagai akibatnya produktifitas pekerja naik.

Page 31: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

17

TPM termasuk peningkatan yang berlanjut terus dalam perawatan, dan TPM berupaya

untuk meghilangkan 6 kerugian besar industri manufaktur (six big losses) sebagai

berikut:

a. Breakdown losses (kerugian breakdown) kerugian waktu (produktifitas

menurun), kerugian jumlah karena produk cacat.

b. Set Up dan adjustment losess (kerugian penyetelan dan penyesuaian).

c. Idling and minor stoppage losess (kerugian karena idle dan penghentian mesin).

d. Reduced Speed Losess (kerugian karena kecepatan operasi rendah).

e. Quality defect and rework losses (kerugian karena cacat mutu dan pengerjaan

ulang).

f. Startup Losses (kerugian yang terjadi saat startup).

Gambar 2. 5 Pemeliharaan Terencana TPM

2.1.17 Ukuran Performansi Mesin/ Peralatan

Maintainability adalah suatu usaha dan biaya untuk melakukan perawatan

(pemeliharaan). Contoh: mengurangi kemungkinan peralatan untuk dilakukan

perawatan, tingkat keahlian yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan,

tersedianya dan tercukupinya waktu untuk mendapatkan sparepart dan service.

Suatu pengukuran dari maintainability adalah Mean Time To Repair (MTTR),

tingginya MTTR mengindikasikan rendahnya maintainability.

𝑀𝑇𝑇𝑅 = ∑(𝐷𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑓𝑜𝑟 𝑅𝑒𝑝𝑎𝑖𝑟)

𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑅𝑒𝑝𝑎𝑖𝑟 ( 2.1)

Page 32: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

18

Dimana downtime for repair adalah termasuk waktu menunggu untuk repair

waktu yang terbuang untuk melakukan repair, waktu yang terbuang untuk

melakukan pengetesan dan mendapatkan peralatan yang siap untuk mulai

beroperasi (Charles E.Ebeling, 1997: 191).

Reliability adalah kemungkinan (probabilitas) dimana peralatan dapat

beroperasi dibawah keadaan normal dengan baik. Satu pengukuran untuk

reliability adalah kemungkinan (probabilitas) dari suksesnya performansi.

𝑅 =𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑆𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑒𝑠

𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑅𝑒𝑝𝑒𝑡𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 ( 2.2)

Dimana number of repetition adalah banyaknya waktu atau output hasil dari peralatan

tersebut beroperasi. Contoh: jika sebuah mesin menghasilkan 1000 part dimana hanya

960 part yang baik maka keandalan mesin adalah 96%.

Mean Time Between Failure (MTBB) Adalah rata-rata waktu suatu mesin dapat

dioperasikan sebelum terjadinya kerusakan. MTBB ini dirumuskan sebagai hasil bagi

dari total waktu pengoperasian mesin dibagi dengan jumlah kegagalan pengoperasian

mesin karena breakdown. Satu pengukuran untuk mengestimasi reliability suatu mesin

adalah MTBB dengan rumus sebagai berikut:

𝑀𝑇𝐵𝐵 = (𝐻𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑈𝑠𝑒𝑑)

𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑅𝑒𝑝𝑎𝑖𝑟 ( 2.3)

2.2 Persediaan di dalam Sebuah Perusahaan

2.2.1 Pengertian Persediaan

Inventory atau persediaan merupakan sebuah kekayaan yang dimiliki oleh sebuah

perusahaan. Perediaan ini memiliki peranan yang penting dalam berjalannya operasi

bisnis dari usaha yang dijalankan. Bagi perusahaan manufacture sendiri ada beberapa

macam tipe persediaan, seperti bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses,

barang jadi serta persediaan suku cadang. Menurut para ahli sendiri seperti John E.Bigel

(1990:90) bahwa Persediaan dapat berbentuk bahan baku untuk proses, barang

Page 33: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

19

setengah jadi dan barang jadi yang siap untuk dijual sehingga persediaan sesungguhnya

mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perusahaan industri. Selanjtnya menurut

M. Munandar (1991:56) bahwa yang dimaksud dengan inventory adalah persediaan

barang-barang yang menjadi objek usaha pokok perusahaan, bagi perusahaan

perdagangan barang-barang tersebut berupa persediaan barang dagangan, sedangkan

bagi perusahaan yang berproduksi (industri) berupah persediaan barang mentah,

persediaan bahan pembantu, persediaan barang yang sedang diproses dan persediaan

barang jadi

2.2.2 Tujuan Dari Persediaan

Menurut Assauri (2004:177) tujuan pengendalian persediaan secara terinci dapatlah

dinyatakan sebagai usaha untuk:

1.Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat

mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

2.Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar

atau berlebih-lebihan.

3.Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan

berakibat biaya pemesanan terlalu besar.

Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa tujuan utama dari persediaan adalah

untuk menjamin ketersedian material dalam kegiatan produksi pada level yang optimal

sesuai dengan standar dari perusahaan yang ada.

2.2.3 Fungsi dari persediaan

Menurut Tampubolon (2004:190) ada 3 fungsi utama dari persediaan yaitu

meliputi fungsi persediaan secara decoupling, fungsi persediaan secara economic

size dan fungsi persedaian secara antisipasi.

a. Fungsi Decoupling

Merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decouple, dengan

mengadakan pengelompokan operasional secara terpisah-pisah.

b. Fungsi Economic Size

Page 34: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

20

Penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya

diskon atas pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam

proses konversi, serta didukung kapasitas gudang yang memadai.

c. Fungsi Antisipasi

Merupakan penyimpanan persediaan bahan yang fungsinya untuk

penyelamatan jika sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari

pemasok. Tujuan utama adalah untuk menjaga proses konversi agar tetap

berjalan lancar.

2.2.4 Penyebab Persediaan

Persediaan tidak mungkin dihindari, menurut Baroto (2002:53) mengatakan bahwa

persediaan ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu:

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan

Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut

tidak tersedia sebelummya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk

pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit

dihindarkan.

2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian

Ketidakpastian terjadi akibat: permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam

jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan

antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang

cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan.

Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.

3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari

kenaikan harga di masa mendatang

2.2.5 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan adalah merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu

perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan

bahan untuk keperluan proses produksi dapat terpenuhi secara optimal dengan resiko

Page 35: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

21

yang sekecil mungkin. Persediaan yang terlalu besar (over stock) merupakan

pemborosan karena menyebabkan terlalu tingginya beban-beban biaya guna

penyimpanan dan pemeliharaan selama penyimpanan di gudang. Disamping itu juga

persediaan yang terlalu besar berarti terlalu besar juga barang modal yang menganggur

dan tidak berputar. Begitu juga sebaliknya kekurangan persediaan (out of stock) dapat

menganggu kelancaran proses produksi sehingga ketepatan waktu pengiriman

sebagaimana telah ditetapkan oleh pelanggan tidak terpenuhi yang ada sehingga

pelanggan lari ke perusahaan lain. Singkatnya pengendalian persediaan merupakan

usaha-usaha penyediaan bahan-bahan yang diperlukan untuk proses produksi sehingga

dapat berjalan lancar tidak terjadi kekurangan bahan serta dapat diperoleh biaya

persediaan yang sekecil-kecilnya.

2.2.6 Langkah-Langkah Pengendalian Persediaan

Inventory control yaitu pengendalian tingkat persediaan sedemikian rupa sehingga

setiap kali barang diperlukan, selalu tersedia dan harus menjaga agar tingkat persediaan

seminimal mungkin untuk menghindari investasi berupa biaya penyediaan yang besar.

Secara ideal, sebetulnya persediaan minimum seharusnya adalah nol dan persediaan

maksimum adalah sebanyak yang secara ekonomis mencapai optimal. Jadi dapat

dibayangkan bahwa pada waktu barang habis, pemesanan barang sejumlah yang paling

ekonomis datang. Tetapi ini perhitungan teori, artinya dalam kenyataan tidaklah dapat

dijamin bahwa perencanaan dapat secara sempurna terpenuhi.

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2011) untuk menjaga kelangsungan beroperasinya

suatu pabrik atau fasilitas lain, diperlukan bahwa beberapa jenis material tertentu dalam

jumlah minimum tersedia di gudang, supaya sewaktu-waktu ada yang rusak, dapat

langsung diganti. Tetapi material yang disimpan dalam persediaan juga jangan terlalu

banyak, ada maksimumnya, agar biayanya tidak menjadi terlalu mahal.

Ada kemungkinan pemakaian barang berubah dan meningkat secara mendadak, ada

kemungkinan barang yang dipesan datang terlambat dan sebagainya. Oleh karena

dalam menentukan minimum dan maksimum ini ada faktor pengaman yang dapat

dihitung berdasarkan pengalaman. Berdasarkan pemikiran tersebut, timbul formula

min-max stock untuk pengisian kembali persediaan Adapun dalam inventory control

Page 36: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

22

khususnya pada pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan metode

min-max stock meliputi beberapa tahapan yaitu:

1. Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock). Safety Stock atau persediaan

pengaman adalah persediaan ekstra yang perlu ditambah untuk menjaga

sewaktu-waktu ada tambahan kebutuhan atau keterlambatan kedatangan

barang.

Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – T) x C (2.4)

Keterangan:

T = Pemakaian barang rata-rata per periode

C = Lead Time (bulan)

2. Menentukan Persediaan Minimum (Minimum stock). Minimum Stock adalah

jumlah pemakaian selama waktu pesanan pembelian yang dihitung dari

perkalian antara waktu pesanan per periode dan pemakaian rata-rata dalam satu

bulan/minggu/hari ditambah dengan persediaan pengaman.

Persediaan Minimum (Minimum Inventory)

Minimum Inventory = (T x C) + R (2.5)

Keterangan:

T = Pemakaian barang rata-rata per periode

C = Lead Time (bulan)

R = Safety Stock (ton)

3. Menentukan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory). Maximum Stock

adalah jumlah maksimum yang diperbolehkan disimpan dalam persediaan.

Persediaan Maksimum (Maximum Inventory)

Maximum Inventory = 2(T x C) (2.6)

Keterangan:

T = Pemakaian barang rata-rata per periode

C = Lead Time (bulan)

Page 37: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

23

4. Jumlah yang perlu dipesan untuk pengisian persediaan kembali (Reorder Point)

Adalah jumlah persediaan yang harus dipesan pada batas kristis yang telah

dihitung untuk dilakukan pemesanan kembali.

Re Order Point= (C × T)+ R (2.7)

T = Pemakaian barang rata-rata per periode

C = Lead Time (bulan)

R = Safety Stock

2.3 Lean Manufacturing

Adalah praktik produksi yang mempertimbangkan segala pengeluaran sumber daya

yang ada untuk mendapatkan nilai ekonomis terhadap pelanggan tanpa adanya

pemborosan, dan pemborosan inilah yang menjadi target untuk dikurangi. Lean selalu

melihat nilai produk dari sudut pandang pelanggan, dimana nilai sebuah produk

didefinisikan sebagai sesuatu yang akan dibayar oleh pelanggan. Lean adalah

pendekatan sistematis untuk mengidentifikasikan dan mengeliminasi

pemborosan/waste melalui perbaikan berkesinambungan dengan aliran produk

berdasarkan kehendak konsumen (pulll system) dalam mengejar kesempurnaan. Pull

System dikenal juga dengan Just In Time ( JIT ) atau Produksi Tepat waktu. Banyak

perusahaan yang berusaha untuk bertahan di era bisnis yang semakin kompetitif setiap

harinya, dimana hadirnya konsep lean ini sendiri terbukti memberikan dampak yang

positif terhadap perusahaan diantaranya:

1. Mengurangi biaya yang tidak diperlukan.

2. Mengeliminasi kerusagian (Waste) perusahaan.

3. Meningkatkan produktifitas.

4. Menjaga kualitas produk yang dihasilkan dengan tetap memberikan keuntungan

yang kompetitif.

Konsep lean manufacturing berdasar dari pengoptimalan efisiensi dan juga

pengurangan kerugian (waste) dari setiap langkah dalam proses yang tidak

menghasilkan nilai tambah terhadap produk. Kerugaian atau waste itu sendiri

didefiniskan sebagai segala aktivitas pemakaian sumber daya (resources) yang tidak

Page 38: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

24

memberikan nilai tambah (value added) pada produk. Pada dasarnya semua waste yang

terjadi berhubungan erat dengan dimensi waktu. Ada 8 jenis waste yang tidak

memberikan nilai tambah dalam proses bisnis atau manufacture, yaitu:

1. Over Production

memproduksi lebih banyak dari permintaan, atau memproduksi sebelum diinginkan.

Hal ini terlihat pada simpanan material. Ini adalah akibat dari produksi berdasarkan

permintaan spekulatif. Produksi berlebihan juga berarti membuat lebih banyak dari

yang dibutuhkan oleh proses berikutnya, membuat sebelum diinginkan oleh proses

berikutnya, atau membuat lebih cepat dari yang dibutuhkan oleh proses berikutnya.

Penyebab over produksi : Logika just-in-case (untuk jaga-jaga), Penggunaan

otomatisasi yang salah, Proses setup yang lama, Penjadwalan yang salah,

Ketidakseimbangan beban kerja, Rekayasa berlebihan, Inspeksi berlebihan, dll.

2. Waiting

waktu menunggu dalam proses harus dihilangkan. Prinsipnya adalah memaksimalkan

penggunaan/ efisiensi pekerja daripada memaksimalkan penggunaan mesin-mesin.

Penyebab menunggu termasuk: Ketidakseimbangan beban kerja, Pemeliharaan yang

tidak terencana, Waktu setup yang lama, Penggunaan otomatisasi yang salah, Masalah

kualitas yang tidak selesai, Penjadwalan yang salah, dll.

3. Inventory

Material antar operasi yang timbul karena lot produksi yang besar atau proses-proses

dengan waktu siklus yang panjang. Penyebab inventory berlebihan: Melindungi

perusahaan dari inefisiensi dan masalah-masalah tak terduga, Kompleksitas produk,

Penjadwalan yang salah, Peramalan pasar yang buruk, Beban kerja tidak seimbang,

Supplier yang tidak bisa diandalkan, Kesalahan komunikasi dari element yang ada dari

perusahaan.

4. Transportasi

Beberapa penyebab transportasi tinggi: Layout pabrik yang buruk, Pemahaman yang

buruk terhadap aliran proses produksi, Ukuran lot besar, lead time besar, dan area

penyimpanan yang besar.

Page 39: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

25

5. Over Processing

Over processing harus dihilangkan dengan cara bertanya mengapa sebuah proses

diperlukan dan mengapa sebuah produk diproduksi. Semua langkah proses yang tidak

diperlukan harus dihilangkan. Beberapa penyebabnya: Perubahan produk tanpa

perubahan proses, Logika just-in-case, Keinginan konsumen yang sebenarnya tidak

jelas, Proses berlebihan untuk menutupi downtime, Kurang komunikasi.

6. Motion

Gerakan-gerakan tubuh yang tidak perlu, seperti mencari, meraih, memutar akan

membuat proses memakan waktu lebih lama. Daripada melakukan otomatisasi terhadap

gerakan sia-sia, operasionalnya sendiri yang seharusnya diperbaiki. Penyebabnya

antara lain: efektifitas manusia/ mesin yang buruk, metode kerja yang tidak konsisten,

layout fasilitas yang buruk, pemeliharaan dan organisasi tempat kerja yang buruk,

gerakan tambahan saat menunggu

7. Defect

Memproduksi barang cacat, sehingga membutuhkan pengerjaan ulang atau bahkan

dibuang karena tidak bisa diperbaiki. Jelas ini merupakan pemborosan pemakaian

bahan, waktu, tenaga kerja, dan sumber daya yang lain. Aktivitas ini merupakan kesia-

siaan yang sempurna. Mencegah timbulnya cacat lebih baik daripada mencari dan

memperbaiki cacat.

Penyebabnya antara lain: Kontrol proses yang lemah, kualitas buruk, tingkat inventory

tidak seimbang, perencanaan maintenance yang buruk, kurangnya pendidikan / training

/ instruksi kerja, desain produk, keinginan konsumen tidak dimengerti.

Dalam menganalisa proses lean terdapat beberapa tools yang dapat digunakan,

diantaranya adalah:

a. Process Mapping

b. Value stream mapping

c. Pareto Analysis

d. 5S (Workplace Organization)

e. Fish Bone Analysis

f. Poke Yoke (error proofing)

Page 40: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

26

Ke-6 tools diatas tentulah tidak harus dipakai semua untuk menerapkan konsep lean,

melainkan harus dipilih secara tepat sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan dalam

analisa lean. Dari ke-6 tools yang ada. Pada penelitian kali ini ada 2 tools yang

digunakan untuk proses analisa data yaitu pareto analysis dan juga fish bone analysis

yang dikembangkan melalui Organization performance model.

2.3.1 Pareto Chart

Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan digunakan pertama

kali oleh Joseph Juran. Merupakan sebuah metode untuk mengelola kesalahan,

masalah, atau cacat untuk membantu memecahkan masalah dan memusatkan perhatian

pada usaha penyelesaian masalah. Diagram Pareto merupakan salah satu tools (alat)

dari QC 7 Tools yang sering digunakan dalam hal pengendalian Mutu. Pada dasarnya,

Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan

banyaknya jumlah kejadian. Urutannya mulai dari jumlah permasalahan yang paling

banyak terjadi sampai yang paling sedikit terjadi. Dalam Grafik, ditunjukkan dengan

batang grafik tertinggi (paling kiri) hingga grafik terendah (paling kanan). Dalam

aplikasinya, Diagram Pareto atau sering disebut juga dengan Pareto Chart ini sangat

bermanfaat dalam menentukan dan mengidentifikasikan prioritas permasalahan yang

akan diselesaikan. Permasalahan yang paling banyak dan sering terjadi adalah prioritas

utama kita untuk melakukan tindakan. Sebelum membuat sebuah Diagram Pareto, data

yang berhubungan dengan masalah atau kejadian yang ingin kita analisis harus

dikumpulkan terlebih dahulu. Pada umumnya, alat yang sering digunakan untuk

pengumpulan data adalah dengan menggunakan Check Sheet atau Lembaran Periksa.

Gambar 2. 6 Pareto Chart

Page 41: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

27

2.3.2 Fish Bone Analysis

Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukan hubungan antara sebab-

akibat. Diagram sebab-akibat sering juga disebut dengan diagram tulang ikan

(Fishbone diagram) karena bentuknya yang seperti tulang ikan. Menurut Heizer dan

Render (2010) diagram ini berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang

berpengaruh terhadap kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari.

Selain itu, kita juga dapat melihat faktor-faktor lain yang lebih terperinci yang

berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat kita lihat

pada panah-panah berbentuk tulang ikan.

Gambar 2. 7 Fishbone Diagram

2.3.2.1 Organization Performance Model (OPM)

Pada perkembangan selanjutnya dari fish bone diagram adalah dengan organization

performance model. OPM atau Organization Performance Model adalah salah satu

tools yang ada dalam IL6S (Integrated Lean Six Sigma). Dalam OPM tentu saja

diyakini bahwa organisasi yang ada dirancang sesempurna mungkin untuk mencapai

goal dari organisasi. OPM ini pada dasarnya adalah pengembangan dari RCA (Root

cause analysis), yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu masalah yang ada hingga

ditemukan akar penyebab masalahnya.

Dalam OPM ada Ada 2 jenis permasalahan yang di identifikasi yaitu desain organisasi

saat ini dan desain organisasi di masa yang akan datang (Goal Organization). Ada 5

aspek yang dianalisa ddalam melakukan OPM yaitu:

Page 42: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

28

1. Bussiness Needs

2. Bussiness Result

3. Culture

4. Design Element

5. Bussiness Strategy

Baik current condition maupun future condition ke 5 aspek inilah yang didiskusikan,

yang membedakan adalah cara pembacaannya sesuai tanda panah yang ada disetiap

kotak penjelasan. Untuk current condition cara pembacaan dimulai dari business needs

organisasi yang dilanjutkan ke aspek business result, selanjutnya dilanjukan ke culture,

design element kemudian business strategy dan kembali ke business needs.

Gambar 2. 8 OPM Current Condition

Sementara untuk future condition memiliki cara pembacaan yang berbeda dengan

current condition, disini cara pembacaannya dibalik yaitu, dimulai dari business needs

dilanjutkan ke business strategy dan design element kemudian culture dan terakhir ke

business result.

Page 43: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

29

Gambar 2. 9 OPM Future Condition

Sesuai 5 aspek OPM diatas dikembangkanlah setiap aspek untuk memperdalam analisa,

seperti:

1. Bussiness Needs

Kebutuhan organisasi seperti apakah yang perlu dicapai?

- Apa target atau goal dari organisasi?

- Persyaratan eksternal apakah yang harus dipenuhi?

- Siatuasi dan kondisi kompetitif apakah yang ada dan selanjutnya harus tercapai?

- Apa ekspektasi dari organisasi itu sendiri?

2. Bussiness Result

Hasil apa yang telah organisasi capai jika dibandingkan dengan kebutuhan dari bisnis

itu sendiri? Apakah hasilnya cukup memuaskan?

- Apakah organisasi yang ada saat ini memenuhi kebutuhan dari perusahaan

- Bagaimana dengan kondisi dan aturan yang ada (lingkungan, social, hukum)?

- Bagaimana dengan hasil kinerja organisasi dibandingkan dengan tingkat

kompetisi yang ada?

- Sepakati semua kebutuhan dan keinginan dari organisasi, tentukan semua target

dan sampai level manakah hendak dicapai.

Page 44: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

30

3. Culture

Apakah hasil organisasi memuaskan? Atau tidak? Pahami masing-masing perilaku dari

organisasi dan kebiasaan yang ada di organisasi yang mempengaruhi terhadap kinerja

yang ada.

- Bagaimana perilaku yang ada dalam organisasi untuk mencapai target dan

tujuan perusahaan

- Bagaimana kebiasaan yang selama ini ada?

- Apa saja yang sebenarnya yang menjadi prioritas dan tidak?

- Apakah semua pekerjaan sudah sesuai? Antara apa yang diucapkan dan apa

yang dikerjakan?

4. Design Element

Hal apa saja yang mendefinisikan terhadap budaya organisasi? Mengapa hal tersebut

bai? Mengapa hal tersebut buruk? Apa yang membuat orang-orang melakukan hal

tersebut? Apakah memang desain dari organisasi dirancang seperti itu?

- Apakah mereka sudah diberikan penghargaan yang sesuai dengan apa yang

mereka lakukan? Atau mungkin organisasi belum sama sekali mengapresiasi

kinerja dan usaha dari karyawan.

- Apakah semua orang dilibatkan dalam pengambilan keputusan? Ataukah

keberadaan mereka diakui, dan pengambilan keputusan dilakukan dengan benar

dan tepat waktu, sehingga kepedulian dari orang-orang berkurang.

- Apakah semua informasi sudah tersampaikan dengan baik? Sehingga setiap

orang mengetahui akan dibawa kemana organisasi yang ada saat ini dan menjadi

bagian dari team yang sesungguhnya.

- Apakah ada target dari organisasi yang masih belum tersampaikan dengan jelas?

- Apakah orang yang sekarang melakukan pekerjaan tersebut, memasnglah orang

yang tepat? Atau ada keterampilan lain yang masih dianggap kurang?

- Apakah semua aspirasi dari team sudah tersampaikan? Rasa memiliki setiap

orang terhadap organisasi cukup tinggi?

Page 45: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

31

5. Bussiness Strategy

Apakah sebenarnya yang mendorong pekerjaan dapat dilakukan dengan baik? Atau

tidak?

- Strategi bisnis apakah yang ternyata memberikan dampak positif terhadap

organisasi

- Apa saja faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi

- Apakah strategi organisasi yang ada saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan

bisnis?

- Apakah orang-orang dalam team berani menyampaikan apa yang sebenarnya

perlu untuk disampaikan?

Page 46: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Metodologi penelitian mengandung beberapa prosedur dan tahapan yang digunakan

dalam penelitian ini. Research Methodology adalah kerangka (guidline) yang terdiri

dari informasi apa saja yang ada di setiap bab dalam penelitian mulai dari identifikasi

masalah sampai dengan kesimpulan dan saran. Adapun langkah sistematik dalam

metodologi dari penelitian ini ditunjukan pada Gambar 3.2.

3.1.1 Observasi Awal Penelitian

Tahapan observasi dilakukan dengan melihat kondisi aktual yang terjadi di PT. XYZ.

Proses pengamatan diawali dengan melihat pembagian area dari setiap mesin yang ada

dilapangan, dimana diketahui ada 6 pembagian area yaitu area pengadukan (Mixing),

pencetakan (Forming), pembakaran (Baking), Penyesuaian (Cooling), pemberian krim

(Creaming) dan terakhir yaitu proses pembungkusan produk jadi (Packing). Dalam

proses pengamatan sendiri banyak terjadi mesin breakdown sehingga seringkali

kegiatan produksi harus terhenti. Pengumpulan informasi awal dilakukan dengan

proses interview dengan teknisi dan operator mesin yang ada, guna mengetahui kondisi

aktual dilapangan. berdasarkan proses pengamatan diambil line 3 sebagai line yang

akan dilakukan penelitian karena merupakan line percontohan namun diketahui masih

memiliki tingkat kerusakan yang tinggi terutama diarea mesin utama.

3.1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil interview yang telah dilakukan bersama dengan teknisi dan operator

didapat informasi mengenai tingginya tingkat kerusakan mesin yang terjadi di line 3

dimana kerusakan mesin yang paling sering terjadi yaitu diarea mesin utama sehingga

menyebabkan proses produksi secara keseluruhan mengalami stop total dari area

pengadukan sampai dengan area pembungkusan. Setelah masalah teridentifikasi

selanjutnya adalah menentukan rumusan dari masalah yang akan dilakukan dalam

Page 47: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

33

proses penelitian. Setelah mendapatkan rumusan masalah dari penelitian barulah

ditentukan tujuan dari penelitian untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dimana

ditentukan pula batasan dan asumsi agar penelitian yang dilaksanakan tidak terlalu

melebar.

3.1.3 Literatur Pembelajaran

Pada tahapan ini adalah proses pengumpulan data-data sistematis untuk mendukung

kegiatan dari penelitian guna mengetahui dasar-dasar dan juga tentu saja teori dari

pakar-pakar yang telah berpengalaman ataupun pernah melakukan penelitian yang

serupa. Literatur yang sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan adalah dengan

menggunakan metode lean manufacturing, ABC classification serta managemen

perawatan mesin atau preventive maintenance.

3.1.4 Pengumpulan Data Penelitian

Pada tahapan pengumpulan data, semua informasi yang digunakan untuk mendukung

penelitian dikumpulkan. Tahapan awal adalah dengan mengumpulkan dan

mengidentifikasi semua mesin yang dilakukan preventive maintenance setiap bulan,

kemudian setelah data mesin tersebut didapatkan kerusakan dari masing-masing mesin

dianalisa berdasarkan area mesin tersebut berada serta dikumpulkan pula data setiap

kejadian kerusakan, jam mulai dan berakhirnya kegiatan kerusakan dan analisa singkat

penyebab kerusakan. Tahapan selanjutnya dari pengumpulan data adalah identifikasi

tasklist existing yang sekarang berjalan dan ada disistem untuk dianalisa waktu

preventive maintenancenya. Pengumpulan data pemakaian sparepart pun dikumpulkan

untuk memperbaiki sistem dari inventory di cikarang plant saat ini, dimana hasil data-

data tersebut kemudian digunakan untuk menghitung keandalan dan ketersedian dari

mesin-mesin di line 3.

3.1.5 Pengolahan Data dan Analisa

Tahapan pengolahan data dan analisa adalah penjelasan lebih lanjut dari proses

pengumpulan data. Dimana equipment list yang terdaftar dalam sistem dilakukan

pengecekan waktu preventive maintenancenya dengan menganalisa waktu estimasi

Page 48: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

34

pengerjaan di masing-masing mesin. Dari data waktu preventive maintenance tersebut

dianalisa pembagian Preventive Maintenance perpackage dan sebaran yang dilakukan

oleh maintenance planner. Dari alokasi preventive maintenance yang dilakukan

kemudian dilakukan breakdown analisis berdasarkan 3 parameter yang ada dan

dihitung yaitu equipment failure, speedlossess dan juga operational loss kemudian

selanjutnya digunakan untuk melihat performance dari mesin dengan melakukan OPM

(organization performance model) bersama-sama dengan seluruh tim yang ada di

departemen engineering.

3.1.6 Perbaikan Manajemen Perawatan Mesin

Pada proses perbaikan sistem manajemen perawatan mesin setelah dilakukan OPM dan

diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi dan menjadi kendala selama ini, tahapan

awal perbaikan adalah dengan membuat mesin ranking dimana dengan mesin ranking

ini skala prioritas dari pekerjaan dapat dengan mudah diketahui oleh semua orang.

Analisa dari gap-gap yang ada untuk dinaikan kapabilitas dari anggota teknisi sehingga

dapat menurunkan tingkat kerusakan mesin. Perbaikan selanjutnya yaitu dengan

merevisi tasklist dari preventive maintenance yang dianggap terlalu general sehingga

banyak yang belum tercapture pada saat melakukan perbaikan dilapangan serta

perbaikan manajemen sparepart untuk mengidentifikasi dan mengurangi biaya-biaya

tak terduga akibat breakdown.

3.1.7 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan didapat dan merupakan ringkasan dari perhitungan dan analisa yang telah

dilakukan pada pembahasan-pembahasan sebelumnya yang bertujuan untuk menjawab

tujuan permasalahan penelitian, tidak lupa saran untuk perusahaan dan pengembangan

penelitian ini selanjutnya.

3.2 Research Framework

Pada research framework digambarkan secara garis besar bagaimana proses penelitian

dilakukan, mulai dari input penelitian dimana berikan poin-poin yang menjadi alasan

Page 49: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

35

dilakukannya penelitian. Proses dari penelitian, pengembangan dan perbaikan apa saja

yang akan dilakukan serta output yang akan didapat dari penelitian.

Gambar 3. 1 Research Frame Work

Research Framework

Input

Proses

Output

1. Tingginya tingkat kerusakan mesin di

Line 3 dimana merupakan line model.

2. Sebesar 51.9% penyumbang kerusakan

mesin adalah mainstream mesin.

3. Banyak tasklist yang sudah tidak

update dengan kondisi di lapangan.

4. Belum teridentifikasinya sparepart

sehingga banyak kejadian mesin

breakdown

5. Alokasi biaya maintenance sebagian

besar disumbang dari unplanned order

1. Identifikasi semua mesin yang ada di

line 3.

2. Revisi PM task list existing yang ada.

3. Pengimplementasian strategi organisasi

hasil dari OPM.

4. Cek hasil improvement yang telah

dilakukan.

1. Semua mesin yang ada teridentifikasi

2. Penentuan tingkat skala prioritas dapat

tercapai dengan adanya ranking mesin.

3. Terjadi penurunan tingkat kerusakan

mesin dilapangan

Page 50: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

36

Gambar 3. 2 Diagram Alir Penelitian

Observasi Awal

Penelitian

Observasi Awal Penelitian

o Pengamatan langsung dilapangan.

o Proses interview teknisi dan operator.

Identifikasi Masalah

Identifikasi Masalah

o Identifikasi latar belakang masalah yang terjadi.

o Tentukan tujuan yang akan dicapai.o Tentukan scope, batasan dan asumsi selama

penelitian.o Identifikasi dan list semua equipment line 3.o Identifikasi kejadian kerusakan.

Literatur Pembelajaran

Literatur Pembelajaran

o Teori mengenai manajemen perawatan mesin.

o Teori klasifikasi ABC ranking mesin.o Teori mengenai Lean Manufacturing.

Pengumpulan Data

Pengumpulan Data

o Data kerusakan mesin Line 3.

o Periode, frekuensi, personel dan lama waktu pengerjaan disetiap kerusakan

o List PM task list existing o Sparepart identificationo Estimasi waktu dari setiap task dalam PM.

o Master plan schedule preventive maintenance.o Data keandalan dan ketersediaan mesin.

Kalkulasi data dan Analisa

o Breakdown Analysis

o MTTR dan MTBF analysiso Preventive Maintenance Analysis

o OPM Approache .

Kalkulasi data dan

Analisa

Kesimpulan dan Saran

o Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.

o Saran untuk perusahaan dan pengembangan penelitian selanjutnya.

Kesimpulan dan Saran

Perbaikan

o Ranking Machines identification.

o Revisi preventive maintenance task.o OPM implementation.

o Sparepart Management.

Perbaikan

Page 51: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

37

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

2.3 Observasi Awal

4.1.1 Preventive Maintenance Process

Sebelum membahas permasalahan yang terjadi di PT. XYZ khususnya dari periode

Januari sampai dengan Agustus 2016, berikut ini adalah flow process dari preventive

maintenance yang ada di cikarang plant tepatnya di departemen engineering.

Gambar 4. 1 Preventive Maintenance Process

Pada tahapan awal pembuatan preventive maintenance di cikarang plant, maintenance

planner mengidentifikasi semua equipment yang ada, setelah setiap mesin berhasil

diidentifikasi selanjutnya adalah membuat tasklist dari masing-masing equipment

tersebut, dimana setiap mesin memiliki tasklist yang berbeda satu sama lain dan dibuat

berdasarkan manual book dari supplier untuk mesin-mesin tersebut. Di cikarang plant

memiliki strategy preventive maintenance 1, 3, 6 dan 12. Dimana untuk 1 month terdiri

dari general task list seperti pemeriksaan dan pengecekan komponen, meningkat ke 3

month bertambah dengan task list pemberian lubrikasi sesuai lubrication mapping yang

ada dan telah dibuat sebelumnya, selanjutnya 6 month terdapat penambahan

penggantian beberapa komponen sparepart sesuai dengan masa pakai yang tertera di

manual book atau history dari kerusakan mesinnya, dan yang terakhir yaitu 12 month

yaitu overhoul total mesin. Untuk tasklist tersebut akan dibawa terus kesetiap periode,

contoh tasklist 1 month akan ada disetiap bulannya (baik 3, 6 ataupun 12 month),

tasklist 3 month akan muncul setiap 3 month dan akan dibawa pada saat muncul 6 month

dan 12 month begitupun untuk task list 6 dan 12 month.

Selanjutnya maintenance planner membuat maintenance plan untuk setiap equipment

dan menggabungkannya jika mesin tersebut mempunyai kriteria atau jenis yang sama

Create Task

List

Create

Maintenance

Plan

Link Task List to

Maintenance

Plan

Trigger

Schedule

Dates

Start Schedule

Create Task List Create Maintenance Plan Schedule Maintenance Plan

Page 52: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

38

menjadi satu nomor maintenance plan dan me-link kan setiap tasklist kedalam

maintenance plan. Setelah setiap equipment mempunyai tasklist dan maintenance plan

tahapan selanjutnya yaitu membuat schedule di sistem SAP sesuai maintenance plan

yang telah diset yaitu 1, 3, 6 atau 12 month lalu mentrigger setiap equipment dan mulai

merunning di SAP. Setelah di running setiap bulannya preventive maintenance yang

ada akan muncul otomatis untuk setiap mesin dan maintenance planner akan memplot

untuk waktu dan PIC dari preventive maintenance yang ada untuk dikerjakan. Sebagai

gambaran dari package yang dimaksud, gambar 4.2 adalah contoh print out dari hard

copy Preventive Maintenance yang didapat dari sistem di SAP.

Gambar 4. 2 Tasklist Preventive Maintenance

Pada gambar 4.2 dapat dilihat adalah contoh tasklist yang keluar dari sistem SAP dan

muncul disetiap bulannya sesuai dengan package yang sudah diset oleh maintenance

planner sebelumnya pada saat pembuatan schedule awal preventive maintenance.

Dari tingginya tingkat kerusakan yang terjadi di line 3 mengakibatkan banyaknya

kerugian yang dialami oleh perusahaan terutama output produksi yang tidak sesuai

target yang telah ditetapkan. Di departemen engineering sendiri akibat tidak berjalan

dengan efektifnya preventive maintenace ini menjadikan banyak masalah diantaranya

yaitu beberapa key performance indicator yang tidak tercapai, seperti persentase

breakdown yang tinggi, tingkat waktu perbaikan dilapangan yang lama, frekuensi

Page 53: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

39

kerusakan antar mesin yang sering terjadi, dan cost perbaikan yang tidak terencana yang

membludak.

4.1.2 Kondisi Masalah Preventive Maintenance

Rendahnya pencapaian Preventive Maintenance compliance di departemen

engineering maka diambil line 3 sebagai line yang akan diteliti dan dilakukan perbaikan

dikarenakan merupakan line model di cikarang plant dan dengan masih kurang

optimalnya performansi dari line tersebut berdasarkan masih tingginya persentase

kerusakan seperti ditunjukan gambar 4.3 dimana seharusnya departemen engineering

yang menjadi tonggak perusahaan dalam melakukan perbaikan sepertinya masih perlu

bekerja keras dikarenakan masih tingginya tingkat kerusakan mesin dicikarang plant

khususnya line 3.

Gambar 4. 3 Persentase Kerusakan Mesin Line 3 2016

Pada gambar 4.3 dapat dilihat dari bulan Januari 2016 adalah persentase kerusakan

tertinggi dengan total persentase kerusakan sebesar 6.15%, bulan Februari persentase

mengalami penurunan yang cukup baik menjadi 2.42% sementara 2 bulan selanjutnya

yaitu bulan Maret dan juga April trend keruskan kembali meningkat menjadi 2.97%

dan naik kembali menjadi 4.71%, penurunan kembali terjadi di bulan Mei menjadi

1.71% dan meningkat di tiga bulan terakhir pada posisi 6% untuk Juni, 4.94% untuk

Juli dan 5.45% untuk bulan Agustus 2016. Tingginya tingkat kerusakan yang terjadi di

line 3 sebagai line model dimana seharusnya memiliki performansi yang baik

menjadikan alasan dilakukannya penelitian ini untuk menurunkan tingkat kerusakan

mesin yang terjadi.

6.15%

2.42%2.97%

4.71%

1.71%

6%

4.94%

5.45%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

PE

RS

EN

PERIODE

BREAKDOWN LINE 3 JAN-DEC 2016

BREAKDOWN

TARGET

Page 54: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

40

4.2 Pengumpulan Data

Pada pembukaan awal bab 4 sudah dijelaskan mengeai flow process dari preventive

maintenance yang ada di cikarang plant serta tingkat kerusakan mesin yang ada

dilapangan. Pengumpulan data yang dilakukan berfungsi untuk melihat kondisi yang

ada pada organisasi serta masalah-masalah yang terjadi selama ini sehingga

mengakibatkan lossess atau kerugian terhadap perusahaan. Adapun langkah-langkah

pengumpulan data ini sesuai skema yang ada pada metodologi penelitian dimana

langkah awal yang dilakukan adalah melihat mesin atau equipment apa saja yang ada

dan terdaftar di system preventive maintenance.

4.2.1 Equipment List Line 3

Masing-masing equipment telah digolongkan sesuai dengan area mesin tersebut berada.

Dimana ada 6 area yang terdaftar mulai dari area A untuk proses pengadukan (mixing)

sampai dengan area F untuk proses pembungkusan (packing) produk jadi, untuk

memperjelas pembagian area dari masing-masing mesin tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Kode Area Mesin Line 3

NO KODE AREA

1 A Mixing

2 B Forming

3 C Baking

4 D Cooling

5 E Sandwiching

6 F Packing

Dari pengecekan disystem SAP, terdapat 47 daftar mesin yang selama ini dilakukan

preventive maintenance disetiap bulannya, seperti ditunjukan pada tabel 4.2 dimulai

dari area pengolahan/ pencampuran semua raw material sampai dengan area

pembungkusan produk untuk dikirim ke area finish goods.

Page 55: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

41

Tabel 4. 2 Daftar Mesin Line 3

NO KODE MESIN NAME MACHINE

1 A1 MIXER

2 A2 PENYIMPAN ADONAN

3 B1 MESIN PENDETEKSI

4 B2 MESIN PENCETAK

5 B3 CONVEYOR TRANSFER

6 C1 OVEN

7 C2 PANEL OVEN

8 C3 CONVEYOR TRANSFER OVEN

9 D1 MESIN PENDINGIN

10 D2 CONVEYOR 1

11 D3 CONVEYOR 2

12 D4 CONVEYOR 3

13 D5 CONVEYOR 4

14 D6 CONVEYOR 5

15 D7 CONVEYOR 6

16 D8 CONVEYOR 7

17 D9 CONVEYOR 8

18 D10 CONVEYOR 9

19 E1 MEJA CONVEYOR 1

20 E2 CONVEYOR CREAM MESIN 1

21 E3 MEJA CONVEYOR 2

22 E4 MESIN CREAM 1

23 E5 MESIN CREAM 2

24 E6 PANEL CREAM 1

25 E7 PANEL CREAM 2

26 E8 CONVEYOR CREAM MESIN 2

27 F1 MEJA PACKING 1

28 F2 MEJA PACKING 2

29 F3 MEJA PACKING 3

30 F4 MESIN PENDETEKSI PACKING

31 F5 MEJA PACKING 4

32 F6 MEJA PACKING 5

33 F7 MESIN PACKING BESAR NO.1

34 F8 MESIN PACKING BESAR NO.2

35 F9 MESIN PACKING BESAR NO.3

36 F10 MESIN PACKING BESAR NO.4

37 F11 MESIN PACKING BESAR NO.5

38 F12 MESIN PACKING BESAR NO.6

39 F13 MESIN PACKING KECIL NO.1

Page 56: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

42

Tabel 4. 2 Daftar Mesin Line 3

NO KODE MESIN NAME MACHINE

40 F14 MESIN PACKING KECIL NO.2

41 F15 MESIN PACKING KECIL NO.3

42 F16 MESIN PACKING KECIL NO.4

43 F17 PEMBUNGKUS 1

44 F18 PEMBUNGKUS 2

45 F19 PENGELEM 1

46 F20 PENGELEM 2

47 F21 PENGELEM 3

Tabel 4.2 adalah tabel pembagian mesin berdasarkan areanya, dari tabel tersebut pula

dapat diketahui bahwa kode A untuk area proses pengadukan mesin yang terdiri dari

mesin dengan kode A1-A3, kode B untuk area proses pencetakan yang terdiri dari

mesin dengan kode B1-B3, kode C untuk mesin di area pembakaran dengan kode mesin

yang terdiri dari C1-C3, kode D untuk area pendinginan dengan kode mesin D1-D10,

Kode E untuk mesin area krim dengan kode mesin dari E1-E8, area packing dengan

kode F yang terdiri dari mesin dengan kode F1 sampai F21 dengan total ada 47 mesin

dan 6 area yang telah teregister dan masuk dalam system preventive maintenance di

cikarang plant.

4.2.2 Data Waktu Preventive Maintenance

Setelah daftar mesin yang ada dan dilakukan Preventive Maintenance rutin setiap

bulannya diketahui maka tahapan selanjutnya adalah pengecekan estimasi waktu dari

masing-masing mesin, sesuai package dan tasklist yang telah diset sebelumnya.

Estimasi waktu didapat pada saat pendaftaran atau register mesin awal dan tasklist yang

kemudian dimasukan oleh maintenance planner kedalam SAP. Dari data ini

selanjutnya dapat dilihat load dari preventive maintenance yang selama ini dilakukan

untuk ke 47 mesin yang terdaftar.

Tabel 4. 3 Data Waktu Pengerjaan Preventive Maintenance (2016)

NO MESIN PACKAGE

1M 3M 6M 12M

1 MIXER 50 82 452 1412

2 PENYIMPAN ADONAN 52 87 372 572

3 MESIN PENDETEKSI 70 92 162 267

4 MESIN PENCETAK 100 215 215 215

Page 57: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

43

Tabel 4. 3 Data Waktu Pengerjaan Preventive Maintenance (2016)

NO MESIN PACKAGE

1M 3M 6M 12M

5 CONVEYOR TRANSFER 70 117 302 512

6 OVEN 520 2005 9835 12520

7 PANEL OVEN 20 40 95 155

8 CONVEYOR TRANSFER

OVEN 80 105 180 930

9 MESIN PENDINGIN 65 330 445 1255

10 CONVEYOR 1 125 190 335 590

11 CONVEYOR 2 125 190 335 590

12 CONVEYOR 3 145 195 330 555

13 CONVEYOR 4 140 205 350 605

14 CONVEYOR 5 145 195 330 555

15 CONVEYOR 6 335 400 545 800

16 CONVEYOR 7 100 175 310 640

17 CONVEYOR 8 100 175 310 640

18 CONVEYOR 9 100 175 310 640

19 MEJA CONVEYOR 1 100 175 310 640

20 CONVEYOR CREAM MESIN 1 135 250 385 655

21 MEJA CONVEYOR 2 100 175 310 640

22 MESIN CREAM 1 335 555 2160 6015

23 MESIN CREAM 2 335 555 2160 6015

24 PANEL CREAM 1 30 50 125 225

25 PANEL CREAM 2 30 50 125 225

26 CONVEYOR CREAM MESIN 2 135 250 385 655

27 MEJA PACKING 1 145 210 555 665

28 MEJA PACKING 2 145 210 555 665

29 MEJA PACKING 3 145 210 555 665

30 MESIN PENDETEKSI

PACKING 145 210 555 665

31 MEJA PACKING 4 145 210 555 665

32 MEJA PACKING 5 130 155 235 450

33 MESIN PACKING BESAR NO.1 85 170 230 245

34 MESIN PACKING BESAR NO.2 85 170 230 245

35 MESIN PACKING BESAR NO.3 85 170 230 245

36 MESIN PACKING BESAR NO.4 85 170 230 245

37 MESIN PACKING BESAR NO.5 85 170 230 245

38 MESIN PACKING BESAR NO.6 85 170 230 245

39 MESIN PACKING KECIL NO.1 110 175 1660 2920

40 MESIN PACKING KECIL NO.2 110 175 1660 2920

41 MESIN PACKING KECIL NO.3 110 175 1660 2920

Page 58: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

44

Tabel 4. 3 Data Waktu Pengerjaan Preventive Maintenance (2016)

NO MESIN PACKAGE

1M 3M 6M 12M

44 PEMBUNGKUS 2 45 95 165 365

45 PENGELEM 1 40 60 130 280

46 PENGELEM 2 40 60 130 280

47 PENGELEM 3 40 60 130 280

Note: Semua satuan dalam menit.

4.2.3 Data Preventive Maintenance Compliance

Preventive maintenance yang dianggap selesai adalah Preventive Maintenance yang

sudah kembali kepada maintenance planner dan telah terisi lengkap. Pengambilan data

dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2016 dengan jumlah 47 mesin

yang dilakukan Preventive Maintenance disetiap bulannya diline 3.

Gambar 4. 4 Preventive Maintenance Compliance 2016

Selama periode pengambilan data preventive maintenance line 3, persentase Preventive

Maintenance tidak pernah mencapai target sebesar 100%. Tercatat periode Januari

hanya mencapai 94%, Februari 83%, Maret 94%, April 87%, Mei 96%, Juni 94% dan

mengalami penurunan di 2 bulan terakhir yaitu bulan Juli dan Agustus sebesar 66%.

Pada kondisi aktualnya dilapangan banyak sekali terjadi ketidaksesuaian waktu

kegiatan pelaksanaan, dimana teknisi sering sekali melakukan Preventive Maintenance

94%

83%

94%87%

96% 94%

66% 66%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Preventive Maintenance Compliance

Persentase Target

Page 59: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

45

tidak sesuai dengan jadwal. Hal tersebut bukanlah sebuah masalah jika kegiatan

pelaksanaan Preventive Maintenance melenceng dari jadwal yang ditetapkan, asalkan

kegiatan Preventive Maintenance tersebut tetap dilakukan. Tetapi kendala yang terjadi

ada beberapa Preventive Maintenance terutama yang jatuh dengan package 12M

namun tidak dikerjakan dengan berbagai faktor seperti mesin yang masih beroperasi,

tidak adanya sparepart dan terkendala dengan kerusakan mesin yang lain. Untuk

mengetahui kondisi Preventive Maintenance compliance di cikarang plant, tabel 4.4

menjelaskan data keterlambatan dari setiap mesin yang ada di line 3 disetiap bulannya

(Januari-Agustus).

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa ada 3 Preventive Maintenance yang masih open

dibulan Januari, 8 Preventive Maintenance di bulan Februari, 3 Preventive

Maintenance dibulan Maret, 6 Preventive Maintenance dibulan April, 2 Preventive

Maintenance dibulan Mei, 3 Preventive Maintenance dibulan Juni, dan 16 Preventive

Maintenance untuk bulan Juli dan Agustus. Dengan rata-rata keterlambatan di Januari

sebesar 49 hari, 27 hari dibulan Februari, 9 hari untuk Maret, 19 hari dibulan April, 12

hari dibulan Mei, 18 hari dibulan Juni, 14 hari keterlambatan dibulan Juli dan di

Agustus sebesar 9 hari keterlambatan. Sementara untuk rata-rata keterlambatan dari

periode Januari sampai dengan Agustus 2016 sebesar 20 hari. Alasan keterlambatan

yang paling sering terjadi adalah dikarenakan adanya breakdown di line sehingga

teknisi tidak mengerjakan Preventive Maintenance yang ada, lebih berfokus terhadap

trouble shooting dan modifikasi yang berimpact kepada tidak tercapainya Preventive

Maintenance.

Page 60: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

46

Tabel 4. 4 Data Keterlambatan Preventive Manintenance Compliance

NO

DESCRIPTION

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG

Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih

1 MIXER -16 1 2 -17 -12 -13 -11 0

2 PENYIMPAN ADONAN -16 -31 9 -17 -12 -14 -11 0

3 MESIN PENDETEKSI 4 12 8 -17 -12 -17 -30 -31

4 MESIN PENCETAK -7 -24 8 -16 -27 -17 -30 0

5 CONVEYOR TRANSFER -7 -24 9 -16 -11 -14 -30 0

6 OVEN -12 -129 -10 -21 -16 -13 -31 0

7 PANEL OVEN -12 -12 -7 -20 -16 -9 -17 -7

8 CONVEYOR TRANSFER OVEN -9 -8 -7 -20 -11 -13 -17 -7

9 MESIN PENDINGIN -4 0 -11 -35 -30 -9 -19 0

10 CONVEYOR 1 -16 0 -11 -17 -18 -30 -29 0

11 CONVEYOR 2 -16 -136 -28 -17 -18 -13 -29 0

12 CONVEYOR 3 -393 -62 -16 -16 -18 -31 -28 0

13 CONVEYOR 4 -15 0 -14 -16 -15 -27 -28 0

14 CONVEYOR 5 -15 -164 -14 -16 -15 -12 -28 0

15 CONVEYOR 6 -393 -62 -14 -15 -15 -30 -27 0

16 CONVEYOR 7 -14 -190 -14 -15 -14 -27 -27 0

17 CONVEYOR 8 -14 -136 -25 -15 -14 -13 -27 0

18 CONVEYOR 9 -14 -17 -20 -1 1 1 0 -7

19 MEJA CONVEYOR 1 -21 -13 -1 -10 -7 -7 0 -7

20 CONVEYOR CREAM MESIN 1 -223 -9 3 -9 -7 -6 0 -9

21 MEJA CONVEYOR 2 -220 -8 0 -22 -6 -6 0 -17

Page 61: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

47

Tabel 4. 4 Data Keterlambatan Preventive Manintenance Compliance

NO

DESCRIPTION

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG

Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih

22 MESIN CREAM 1 -221 0 -7 0 -6 -8 0 -8

23 MESIN CREAM 2 -220 0 -6 -34 -6 -8 0 -8

24 PANEL CREAM 1 -9 0 -6 -21 -5 -8 0 -5

25 PANEL CREAM 2 -17 1 5 -21 -5 -8 0 -15

26 CONVEYOR CREAM MESIN 2 -17 -8 5 -20 -5 -52 0 -22

27 MEJA PACKING 1 -8 -20 -11 -35 -23 -14 0 -18

28 MEJA PACKING 2 0 -20 -14 -35 -9 -14 -31 -45

29 MEJA PACKING 3 -4 -9 -16 0 -6 -14 0 -15

30 MESIN PENDETEKSI PACKING -4 -9 -27 -5 -5 -8 0 -15

31 MEJA PACKING 4 -4 -9 -27 -22 -5 -11 0 -42

32 MEJA PACKING 5 -4 -9 -10 -35 -21 -8 0 -41

33 MESIN PACKING BESAR NO.1 -4 -18 -14 -34 -15 -7 -19 -10

34 MESIN PACKING BESAR NO.2 -9 -24 -14 -34 -15 -85 -20 -9

35 MESIN PACKING BESAR NO.3 -9 -17 -13 -34 -12 -6 -15 -9

36 MESIN PACKING BESAR NO.4 -15 -24 -13 -33 -14 0 -32 -10

37 MESIN PACKING BESAR NO.5 -15 -20 -11 -33 -12 0 -18 -9

38 MESIN PACKING BESAR NO.6 0 0 0 0 0 0 0 0

39 MESIN PACKING KECIL NO.1 -15 -6 -18 -33 -11 -39 -3 -8

40 MESIN PACKING KECIL NO.2 -15 -6 -18 -30 -12 -23 -3 -8

41 MESIN PACKING KECIL NO.3 -34 -1 -7 -30 -3 -23 -35 -7

42 MESIN PACKING KECIL NO.4 -34 -1 -7 0 -10 -12 -12 -7

Page 62: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

48

Tabel 4. 4 Data Keterlambatan Preventive Manintenance Compliance

NO

DESCRIPTION

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG

Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih

43 PEMBUNGKUS 1 -69 -9 -11 -8 -16 -59 -17 -8

44 PEMBUNGKUS 2 -64 -9 -11 0 -14 -73 -8 -13

45 PENGELEM 1 0 0 0 0 0 -8 0 0

46 PENGELEM 2 -9 -8 -11 -34 -13 -8 -16 -6

47 PENGELEM 3 -64 -9 -11 -21 -14 -11 -17 -6

NOTE: 0 (Open), - (Waktu pelaksanaan melebihi schedule), + (Waktu pelaksanaan mendahului schedule).

Page 63: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

49

4.2.4 Data Kerusakan Mesin Line 3

Selama periode pengambilan data yaitu bulan Januari sampai dengan Agustus 2016,

terhitung terjadi sebanyak 77 kali kerusakan di line 3 (data kerusakan mesin dapat dilihat

pada lampiran), dimana ada 3 parameter yang menjadi acuan dalam pengkategorian

kerusakan mesin yang terjadi yaitu:

1. Equipment Failure

Kerusakan mesin yang terjadi di maintstream mesin dimana ketika terjadi

kerusakan mesin, satu line tersebut mengalami stop produksi.

2. Speed Losses

Kerusakan mesin yang terjadi pada equipment yang memiliki spare, dimana mesin

mengalami penurunan run rate dari minimal speed yang telah ditentukan.

3. Operasional Loss

Kerusakan mesin di maintsteam atau downstream yang mengakibatkan equipment

atau mesin tersebut stop/ delay dimana tidak ada penggantian part yang dilakukan.

Berdasarkan 3 parameter tersebut didapat data waktu kerusakan mesin (dapat dilihat pada

halaman lampiran) dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4. 5 Tabel Jam Kerusakan Mesin Line 3

Total Breakdown L3

Parameter Total Jam

Equipment Failure 101.80

Operational Loss 15.76

Speed Losses 6.62

Total jam kerusakan untuk equipment failure adalah 101.80 jam, operational loss 15.76

jam dan speed losses sebesar 6.62 jam. Tingginya tingkat kerusakan yang terjadi diline 3

dengan penyumbang tertinggi berasal dari equipment failure menandakan banyaknya

kerusakan di maintstream atau mesin utama sehingga line secara keseluruhan mengalami

stop total.

Page 64: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

50

4.2.5 Ketersediaan dan Keandalan Mesin Line 3

Ketersediaan dan keandalan dari suatu mesin merupakan hal penting untuk perusahaan,

tentu saja karena hal ini berkaitan erat dengan output produksi yang akan dihasilkan. Jika

keandalan dan ketersediaan dari mesin yang ada sesuai maka tentu saja hal ini akan

berpengaruh erat terhadap performansi perusahaan secara keseluruhan. Berbeda halnya

jika ketersediaan dan keandalan dari mesin tidak sesuai maka akan berakibat banyaknya

losses yang terjadi. Dalam menghitung ketersediaan (reliability) dan keandalan

(maintainability) secara umum dikenal dengan istilah MTTR (mean time to repair) dan

juga MTBB (mean time between breakdown). Secara harfiah untuk MTTR dapat diartikan

sebagai waktu rata-rata yang diperlukan dalam menangani sebuah trouble mesin, dan untuk

MTBB adalah interval kerusakan dari kerusakan pertama ke kerusakan selanjutnya. Lalu

bagaimana dengan ketersediaan dan keandalan mesin di line 3? Berikut adalah perhitungan

yang didapat untuk MTTR dan MTBB di line 3 selama januari sampai dengan agustus

2016, dengan target yang telah ditetapkan <1 jam untuk MTTR dan >72 jam untuk MTBB.

Data MTTR Januari-Agustus 2016

Januari MTTR =23.77 Jam

17 = 1.40 Jam

Februari MTTR =12.36 Jam

7 = 1.77 Jam

Maret MTTR =5.67 Jam

7 = 0.81 Jam

April MTTR =19.13 Jam

12 = 1.59 Jam

Mei MTTR =6.72 Jam

7 = 0.96 Jam

Juni MTTR =41.58 Jam

14 = 2.97 Jam

Juli MTTR =2.12 Jam

6 = 0.35 Jam

Agustus MTTR =12.83 Jam

7 = 1.83 Jam

Page 65: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

51

Data MTBB Januari-Agustus 2016

Januari MTBB =529 Jam

17 = 31.12 Jam

Februari MTBB =496 Jam

7 = 70.86 Jam

Maret MTBB =496 Jam

7 = 68.43 Jam

April MTBB =598 Jam

12 = 49.83 Jam

Mei MTBB =513.3 Jam

7 = 73.33 Jam

Juni MTBB =516.8 Jam

14 = 36.91 Jam

Juli MTBB =408 Jam

6 = 68.00 Jam

Agustus MTBB =427 Jam

7 = 61.00 Jam

Dan pada tabel 4.6 adalah rangkuman data MTTR dan MTBB untuk Januari-Agustus 2016

untuk memudahkan melakukan pembacaannya.

Tabel 4. 6 Data MTTR dan MTBB Line 3

Bulan Interval Jam Rusak Prod Hours MTTR (Jam) MTBB (jam)

Jan 17 23.77 529 1.40 31.12

Feb 7 12.36 496 1.77 70.86

Mar 7 5.67 479 0.81 68.43

Apr 12 19.13 598 1.59 49.83

May 7 6.72 513.3 0.96 73.33

Jun 14 41.58 516.8 2.97 36.91

Jul 6 2.12 408 0.35 68.00

Aug 7 12.83 427 1.83 61.00

Selama 8 bulan periode pangambilan data tercatat masing-masing data MTTR dan MTBB.

Data MTTR menunjukan 3 bulan data yang sesuai dengan target yang telah diset sebesar

1 jam dan untuk 5 bulan lainnya data MTTR menunjukan angka melebihi target yang ada.

tidak berbeda jauh dengan MTTR data MTBB menunjukan hasil yang tidak terlalu bagus

Page 66: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

52

dimana diketahui hanya ada 1 bulan yang mencapai target lebih dari 72 jam yaitu pada

bulan Mei sebesar 73.33 jam , sementara 7 bulan sisanya melampaui target yang artinya

banyak terjadi frekuensi kerusakan di line 3 berdasarkan batas minimum dari perusahaan.

Untuk data interval breakdown yang ada di line 3 dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini.

Tabel 4. 7 Parameter Frekuensi Terjadinya Kerusakan Line 3 Januari-Agustus 2016

Parameter Kerusakan Bulan

Total Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Equipment Failure

6

5

5

8

3

11

4

7

49

Operational Loss

4

1

2

3

3

2

1

-

16

Speed losses ( machine breakdown )

7

1

-

1

1

1

1

-

12

Total

17

7

7

12

7

14

6

7

77

Tabel 4.7 merupakan data interval kerusakan , dimana kerusakan yang paling sering terjadi

adalah kategori equipment failure dengan total sebanyak 49 kali terjadi, selanjutnya

operational loss dengan total kerusakan sebesar 16 kali terjadi dan terakhir speed losses

dengan total terjadi kerusakan sebesar 12 kali. Sementara jika dilihat berdasarkan

periodenya interval tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan total kerusakan sebesar 17

kali terjadi. Untuk memudahkan dalam melakukan pembacaan tabel kerusakan gambar 4.5

adalah grafik pareto chartnya.

Gambar 4. 5 Pareto penyumbang kerusakan Line 3

Page 67: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

53

4.2.6 Ongkos Perbaikan Line 3 (Januari 2016 – Agustus 2016)

Selama Januari sampai dengan Agustus 2016 berikut adalah data biaya yang dikeluarkan

oleh departemen engineering untuk melakukan perbaikan di line 3.

Tabel 4. 8 Biaya Perbaikan Line 3 Jan-Aug 2016

No Bulan

Biaya

% PM Vs WO Work Order

Preventive

Maintenance Total

1 Jan

195,235,432

2,519,372

197,754,804 1%

2 Feb

32,671,523

2,101,022

34,772,545 6%

3 Mar

192,881,962

1,944,600

194,826,562 1%

4 Apr

135,365,061

28,416,645

163,781,706 17%

5 May

164,994,030

1,760,702

166,754,732 1%

6 Jun

186,201,485

8,950,063

195,151,548 5%

7 Jul

150,607,318

3,831,656

154,438,974 2%

8 Aug

357,579,826

17,346,588

374,926,414 5%

Tabel 4.8 menjelaskan data alokasi biaya yang digunakan selama periode pengambilan data

di line 3 antara workorder dan preventive maintenance. Persentase preventive maintenance

yang masih sangat kecil jika dibandingkan dengan workorder menandakan masih banyak

pekerjaan yang tidak terplanningkan oleh maintenance planner. Hal tersebut tentu saja

mengindikasikan masih belum optimalnya preventive maintenance di departemen

engineering. Dalam sistem perawatan mesin yang seharusnya berjalan, semua kegiatan

haruslah terjadwal, terdata dan terdokumentasikan. Rata-rata alokasi biaya untuk

preventive maintenance line 3 hanya sebesar 4% sementara aloaksi biaya untuk workorder

(termasuk breakdown didalamnya) sebesar 96%.

Page 68: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

54

4.3 Pengolahan dan Analisa

Setelah semua data yang diperlukan diketahui, tahapan selanjutnya yaitu pengolahan data

dan analisa, dari masalah yang telah dijelaskan pada point 4.2 analisa awal dilakukan

dengan observasi kondisi actual dilapangan. Dari 47 equipment yang terdaftar semua masih

dalam keadaan baik dan berfungsi. Sehingga tidak ada penambahan ataupun pengurangan

dari mesin yang dilakukan preventive maintenance setiap bulannya.

4.3.1 Analisa Waktu Preventive Maintenance

Dari waktu estimasi yang telah didapatkan pada tabel 4.9 maka dapat dilihat berapakah

waktu yang perlu dialokasikan untuk melakukan perbaikan serta dapat dilihat waktu

pengerjaan perbaikan sesuai package mesin disetiap bulannya sesuai dengan masterplan

yang dibuat oleh maintenance planner. Berdasarkan masterplan (dapat dilihat pada

lembaran lampiran) maka didapat data waktu perbaikan yang dibutuhkan setiap bulannya.

Tabel 4. 9 Data Estimasi Pengerjaan Preventive Maintenance Setelah Revisi

BULAN WAKTU (JAM)

1M 3M 6M 12M TOTAL

JAN 58.78 - 149.50 - 208.28

FEB 54.00 - 253.55 - 307.55

MAR 73.28 19.75 - - 93.03

APR 58.78 51.83 - - 110.62

MAY 54.00 82.88 - - 136.88

JUN 73.28 - - 247.25 320.53

JUL 58.78 - - 314.08 372.87

AUG 54.00 - - 390.88 444.88

SEP 73.28 19.75 - - 93.03

OCT 58.78 51.83 - - 110.62

NOV 54.00 82.88 - - 136.88

DEC 73.28 - 148.42 - 221.70

Tabel 4.9 menjelaskan estimasi waktu perbaikan atau preventive maintenance perpackage

disetiap bulannya sesuai dengan masterplan yang ada. Dimana untuk Januari Preventive

Maintenance jatuh dengan package 1M dan juga 6M, total waktu perbaikan adalah 58.78

jam untuk package 1M dan 149.50 jam untuk package 6M dengan total waktu preventive

maintenance 208.28 jam (cara pembacaan bulan selanjutnya sama). Jika dikonversi

Page 69: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

55

kedalam jam maka didapat data yang dapat dilihat pada tabel 4.10 dimana jika dibagi

kedalam jumlah teknisi yang ada (16 teknisi) dapat diketahui alokasi waktu perteknisi/

bulannya.

Tabel 4. 10 Alokasi Waktu Preventive Maintenance Perteknisi

BULAN JAM PREVENTIVE

MAINTENANCE JAM/ TEKNISI

JAN 208.28 13.02

FEB 307.55 19.22

MAR 93.03 5.81

APR 110.62 6.91

MAY 136.88 8.56

JUN 320.53 20.03

JUL 372.87 23.30

AUG 444.88 27.81

SEP 93.03 5.81

OCT 110.62 6.91

NOV 136.88 8.56

DEC 221.70 13.86

Jika dilihat data pada tabel 4.9 sampai dengan tabel 4.10 diketahui bahwa alokasi waktu

dari preventive maintenance yang ada memiliki waktu yang berbeda-beda disetiap

bulannya karena package yang berbeda, ada 2 bulan yang memiliki waktu Preventive

Maintenance yang sangat sedikit yaitu Maret dan September yaitu sebesar 93.03 jam

sementara dibulan lainnya ada yang sangat tinggi jika dibandingkan 2 bulan ini, yaitu

dibulan Agustus sebesar 444.88 jam untuk melakukan Preventive Maintenance atau jika

dipukul rata dibagi kepada 16 teknisi yang ada, untuk Maret dan September diperlukan

5.81 jam per teknisi dalam melakukan Preventive Maintenance sementara di Agustus

memerlukan alokasi 27.81 jam perteknisi untuk melakukan Preventive Maintenance atau

setara dengan 4.8 kali lebih banyak waktu alokasi yang diperlukan. Lalu jika data estimasi

pengerjaan Preventive Maintenance disetiap bulannya dibagi dengan jumlah hari kerja

efektif dengan asumsi 20 hari kerja perbulannya maka untuk setiap teknisi harus

Page 70: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

56

menyisihkan waktu kerja mereka dalam sehari (8 jam) sebesar 0.65 jam pada bulan Januari,

0.96 jam di Februari, 0.29 jam di Maret, 0.35 jam di bulan April, 0.43 jam di bulan Mei, 1

jam di bulan Juni, 1.17 jam di bulan Juli, 1.39 jam dibulan Agustus, 0.29 jam di bulan

September, 0.35 jam dibulan Oktober, 0.43 jam dibulan November, dan terakhir 0.69 jam

dibulan Desember. Secara matematis dengan 8 jam kerja disetiap harinya seharusnya tidak

ada masalah berarti yang membuat Preventive Maintenance Compliance tidak tercapai,

karena waktu tertinggi dalam melakukan Preventive Maintenance hanya sebesar 1.39 jam

dalam sehari, tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi dan menjadi pertimbangan

yang menjadi pemicu tidak tercapainya Preventive Maintenance compliance yang ada.

4.3.2 Analisa Kerusakan Mesin Line 3

4.3.2.1 Kerusakan Dari Equipment Failure (Januari 2016 – Agustus 2016)

Tabel 4. 11 Jam Kerusakan Dari Equipment Failure

Equipment Failure

Area Jam

Forming 53.75

Mixing 20.00

Cooling 17.00

Sandwich 5.80

Packing 4.42

Baking 0.83

Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa penyumbang kerusakan untuk equipment failure

berasal dari area forming dengan waktu kerusakan total sebesar 53.75 jam kerusakan,

kemudian area mixing sebesar 20 jam kerusakan, area cooling sebesar 17 jam kerusakan,

area sandwich sebesar 5.80 jam kerusakan, packaging sebesar 4.42 jam kerusakan dan

terakhir area baking yang merupakan penyumbang terkecil sebesar 0.83 jam. Diketahui 3

penyumpang kerusakan utama dari equipment failure adalah area mainstream yang

meyebabkan line stop total. Untuk memudahkan pembacaan tabel maka dibuat pareto

chartnya.

Page 71: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

57

Gambar 4. 6 Pareto Chart Equipment Failure

Sementara jika dilihat total jam kerusakan yang ada berdasarkan bulannya diketahui

untuk equipment failure jam kerusakan tertinggi terjadi dibulan Juni 2016 didominasi

kerusakan area forming dengan total kerusakan 38.33 jam dikarenakan kerusakan rol

pencetak adonan.

Gambar 4. 7 Jam Kerusakan Equipment Failure Perbulan

17.08

11.00

5.17

13.50

2.30

38.33

1.58

12.83

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Equipment Failure by Period

Page 72: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

58

4.3.2.2 Kerusakan Dari Operational Loss (Januari 2016 – Agustus 2016)

Tabel 4. 12 Jam Kerusakan Dari Operational Loss

Operational Loss

Area Jam

Forming 10.76

Mixing 0.00

Cooling 1.75

Sandwich 0.75

Packing 2.50

Baking 0.00

Tidak berbeda jauh dengan equipment failure, untuk kerusakan berdasarkan operational

loss penyumbang tertinggi berasal dari area forming dengan total jam kerusakan 10.76 jam,

area mixing tidak mengalami kerusakan, area cooling terjadi kerusakan sebesar 1.75 jam,

area sandwich terjadi kerusakan sebesar 0.75 jam, area packing mengalami kerusakan

sebesar 2.5 jam kerusakan dan area baking tidak mengalami kerusakan. Untuk

memudahkan pembacaan dari tabel 4.12 berikut adalah pareto chartnya.

Gambar 4. 8 Pareto Chart Of Operational Loss

Page 73: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

59

Jika dilihat berdasarkan periode kerusakan operational loss, kerusakan tertinggi terjadi di

bulan April 2016 dengan total jam kerusakan sebesar 5.13 jam dimana berasal dari area

forming, kerusakan diakibatkan roll pencetak kue selalu geser dan teknisi harus melakukan

penyetingan berkali-kali.

Gambar 4. 9 Jam Kerusakan Operational Loss Perbulan

4.3.2.3 Kerusakan Dari Speed Loss (Januari 2016 – Agustus 2016)

Tabel 4. 13 Jam Kerusakan Dari Speed Loss

Speed Loss

Area Jam

Forming 0.00

Mixing 0.00

Cooling 0.00

Sandwich 4.67

Packing 1.95

Baking 0.00

Jika dibandingkan 2 parameter yang lain yaitu equipment failure dan operational loss,

speed loss merupakan penyumbang kerusakan paling kecil dimana kerusakan tertinggi

berasal dari area sandwich yang mengalami kerusakan sebesar 4.67 jam disusul area

3.17

1.00

0.50

5.13

4.13

1.50

0.33 - -

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Operational Loss by Period

Page 74: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

60

packaging yang mengalami kerusakan sebesar 1.95 jam dan untuk area lainnya tidak

mengalami kerusakan dari periode Januari sampai dengan Agustus 2016. Untuk

memudahkan pembacaan dari tabel maka berikut adalah pareto chartnya.

Gambar 4. 10 Pareto Chart Of Speed Loss

Sementara jika dilihat berdasarkan periode kerusakannya, untuk speed loss terjadi

kerusakan paling tinggi dibulan Januari 2016 sebesar 3.52 jam kerusakan yang

disumbangkan karena silinder cream area sandwich yang tidak berfungsi.

Gambar 4. 11 Jam Kerusakan Speed Loss Perbulan

3.52

0.36

-

0.50 0.29

1.75

0.20 - -

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Speed Loss by Period

Page 75: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

61

Dari 3 parameter yang ada dan telah dijelaskan maka pada tabel 4.14 adalah ringkasan

keseluruhan jam kerusakan yang terjadi selama 2016 (Januari-Agustus) disetiap area yang

ada di Line 3.

Tabel 4. 14 Summary Kerusakan Line 3 (Januari 2016 – Agustus 2016)

Breakdown L3

Parameter Forming Mixing Cooling Sandwich Packing Baking Total

Equipment Failure 53.75 20.00 17.00 5.80 4.42 0.83 101.80

Operational Loss 10.76 0.00 1.75 0.75 2.50 0.00 15.76

Speed Loss 0.00 0.00 0.00 4.67 1.95 0.00 6.62

Total 64.51 20.00 18.75 11.22 8.87 0.83 124.18

% 51.9% 16.1% 15.1% 9.0% 7.1% 0.7% 100%

Note: Semua satuan dalam Jam.

Total jam kerusakan yang terjadi selama periode pengambilan data yaitu sebesar 124.18

jam kerusakan dimana penyumbang terbesar berasal dari area forming 64.51 jam kerusakan

(51.9%), kemudian area mixing sebesar 20 jam kerusakan (16.1%), area cooling sebesar

18.75 jam kerusakan (15.1%), area sandwich sebesar 11.22 jam kerusakan (9%), dan 2

penyumbang terkecil berasal dari area packing dan baking dimana masing masing

menyumbang jam kerusakan sebesar 8.87 jam (7.1%) dan 0.83 jam (0.7%). Untuk

memudahkan pembacaan tabel berikut adalah pareto untuk kerusakan total plant di line 3.

Gambar 4. 12 Pareto Area Kerusakan Line 3

Page 76: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

62

4.3.3 Analisa MTTR dan MTBB

Dari tingginya tingkat kerusakan mesin yang terjadi di line 3 menggambarkan masih

banyaknya gap-gap yang ada di departemen engineering, terbukti dengan seringnya

pencapaian MTTR yang melebihi angka 1 jam dan tingginya tingkat kerusakan mesin atau

MTBB yang kurang dari 72 jam. Sebenarnya kegiatan MTTR berkaitan erat dengan skill

atau kemampuan dari masing-masing teknisi sementara MTBB berkaitan erat dengan

efektifitas dari preventive maintenance yang ada. Berdasarkan ke 2 faktor tersebut maka

dilakukan OPM atau organization performance model untuk mengetahui faktor apa saja

yang mempengaruhi penurunan kinerja dari organisasi.

4.3.3.1 Organization Performance Model

OPM ini pada dasarnya adalah pengembangan dari RCA (Root cause analysis), yang

digunakan untuk mengidentifikasi suatu masalah yang ada hingga ditemukan akar

penyebab masalahnya.

Dalam OPM Ada 2 jenis permasalahan yang di identifikasi yaitu desain organisasi saat ini

dan desain organisasi di masa yang akan datang (Goal Organization).

Untuk desain organisasi saat ini cara pembacaan dimulai dari business needs organisasi

yang dilanjutkan ke aspek business result, selanjutnya dilanjukan ke culture, design

element kemudian business strategy dan kembali ke business needs. Sementara untuk

desain organisasi di masa yang akan datang memiliki cara pembacaan yang berbeda dengan

pembacaan desain organisasi saat ini, disini cara pembacaannya dibalik yaitu, dimulai dari

business needs dilanjutkan ke business strategy dan design element kemudian culture dan

terakhir ke business result. Dan berikut adalah hasil OPM yang telah didiskusikan bersama

untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap tidak efektifnya

pelaksanaan preventive maintenance di cikarang plant.

4.3.3.1.1 Kondisi Organisasi Saat Ini.

Analisa kondisi organisasi saat ini sangat diperlukan untuk mengetahui setiap masalah

yang ada di organisasi sebelum dilakukannya perbaikan, hal tersebut bertujuan untuk

Page 77: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

63

memastikan bahwa perbaikan yang akan dilakukan memang tepat sasaran dan tepat guna

sehingga dapat memperbaiki kondisi organisasi departemen engineering. Analisa kondisi

saat ini dari organisasi dilakukan bersama-sama dengan semua tim, hal tersebut dilakukan

untuk mengumpulkan informasi dan sudut pandang dari semua pihak yang terlibat. Dalam

proses diskusi semua orang bebas mengemukakan pendapatnya masing-masing sesuai

dengan apa yang dirasakan selama ini. Semua informasi yang diberikan ditampung dan

ditulis di setiap kolom yang ada dalam OPM. Banyak hal yang didapatkan dengan

melakukan OPM bersama-sama dan ternyata banyak poin penting yang selama ini tidak

disadari oleh semua orang. Adapun hasil dari diskusi yang telah dilakukan dapat dilihat

pada gambar 4.13 dibawah ini.

Preventive maintenance merupakan jantung dari engineering, pentingnya preventive

maintenance ternyata tidak diimbangi dengan kesadaran dari beberapa pihak yang ada,

salah satu poin penting yang didapat adalah bahwa preventive meintenanace yang selama

Gambar 4. 13 OPM Current Condition

Preventive Maintenance

100%

Preventive Maintenance Not

100% Compliance

Page 78: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

64

ini dijalankan hanyalah sebagai seremoni belaka dimana preventive maintenance itu sendiri

bukanlah prioritas dari organisasi. Komunikasi yang belum berjalan dengan optimal

menjadikan masing-masing orang berjalan dengan pemikirannya sendiri dimana skala

prioritas yang utama adalah menyelesaikan setiap kerusakan yang terjadi, dengan artian

masih banyaknya silo mindset didalam tim,, bisa dibandingkan jika preventive

maintenance menjadi prioritas dari semua orang tentu saja tingkat kerusakan yang terjadi

akan semakin kecil dan bahkan dengan sistem informasi dan management preventive

maintenance yang baik semua kejadian kerusakan mesin tersebut dapat diprediksi sebelum

terjadi breakdown dilapangan. Keterbatasan alat, tasklist yang terlalu general dan juga skill

yang belum merata dari tim menjadi salah satu penyumbang dan kontibutor terhadap lama

dan seringnya kerusakan terjadi. Dari 5 aspek OPM yang ada, tabel 4.15 adalah penjelasan

lebih lanjut dari OPM yang sudah dilaksanakan.

Page 79: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

65

Tabel 4. 15 OPM Aktual Kondisi Organisasi Saat Ini

Aspek Hasil Diskusi

Kebutuhan Organisasi Organisasi yang ada dan seharusnya memenuhi target Pencapaian Preventive Maintenence yang

berimbas terhadap penurunan tingkat kerusakan mesin di plant cikarang.

Hasil dari Organisasi Preventive Maintenance dapat dilaksanakan dengan efektif dan tingkat kerusakan mesin dapat

berkurang sesuai target.

Budaya Organisasi

Preventive Maintenance tidak dilaksanakan dengan sebaik mungkin

Preventive Maintenance masih belum menjadi prioritas dari organisasi

Masih kurangnya komunikasi dari masing-masing divisi di engineering

Preventive Maintenance task list masih terlalu general dan belum terspesifikasi

Preventive Maintenance hanya sebagai formalitas dari organisasi

Tools yang masih terbatas dalam mengerjakan Preventive Maintenance

Belum adanya rasa memiliki dan tanggung jawab dari tools yang telah diberikan

Kurangnya kemauan untuk belajar dari beberapa orang

Tujuan dari organisasi belum sepenuhnya diketahui oleh setiap personel yang ada

Masih ada Silo mindset dari beberapa personel

Terlalu banyak modifikasi temporary yang akhirnya tidak sesuai dan menimbulkan kerusakan

· Desain Elemen Organisasi

Struktur Kurangnya personel yang tersedia

Task Penjelasan Jobdesk dan task mapping

Orang Belum meratanya skill dari teknisi

Pengambilan keputusan Masih ada rasa takut dalam mengambil keputusan

Informasi Tidak ada handover antar shift

Page 80: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

66

Tabel 4. 15 OPM Aktual Kondisi Organisasi Saat Ini

spek Hasil Diskusi

· Desain Elemen Organisasi Pengakuan/Penghargaan

Masih kurangnya rasa pernghargaan yang diberikan terhadap

karyawan

Strategi Organisasi

Preventive Maintenance schedule belum terimplementasi optimal

Singkatnya waktu persiapan Preventive Maintenance disetiap minggunya

Masih belum jelasnya handover dari Preventive Maintenance planner ke teknisi

Belum terintegrasinya kebutuhan sparepart dan Preventive Maintenance

Belum ada alokasi biaya yang jelas

Belum optimalnya pengembangan dari kapabilitas personel di organisasi

Page 81: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

67

4.3.3.1.2 Desain Organisasi Masa Depan (Goal Organization)

Setelah kondisi dari organisasi yang ada diketahui selanjutnya adalah memikirkan desain

dari organisasi yang ada untuk meningkatkan kinerja dari tim. Hal ini tentu saja bertujuan

untuk menentukan langkah apa saja yang akan diambil dan disetujui oleh setiap individu

yang ada sehingga setiap poin yang dihasilkan dari diskusi akan di support dan

dilaksanakan dengan baik. Dari diskusi yang telah dilakukan tersebut maka didapatkan

hasil yang ditunjukan oleh gambar 4.14.

Dari data analisa OPM yang telah dilakukan langkah pertama adalah melakukan perbaikan

yang progressive terhadap organisasi sesuai dengan strategi yang telah disepakati pada saat

pendiskusian masalah, dimana untuk memperbaiki kondisi yang ada saat ini diawali

dengan memperbaiki existing tasklist, menambahkan poin-poin yang sebelumnya belum

tercapture dan menghilangkan tasklist yang sudah tidak sesuai. Dalam merevisi tasklist

Preventive Maintenance ditentukan skala prioritas dari masing-masing mesin dengan

membuat ranking mesin terlebih dahulu, dimana ada 3 ranking yang dibuat yaitu ranking

Gambar 4. 14 OPM Future Condition

Preventive Maintenance

100%

Preventive Maintenance

100% Compliance

Page 82: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

68

mesin 1, ranking mesin 2 dan ranking mesin 3, memperbaiki komunikasi team dengan

melakukan diskusi kecil minimal seminggu sekali untuk membahas semua isu yang ada di

engineering, melengkapi tools kerja dari masing-masing teknisi, implementasi Preventive

Maintenance box dan peningkatan kapabilitas dari masing-masing orang salah satunya

dengan cara membuat OPL dan juga training need analysis dan yang paling penting adalah

bahwa semua orang yang ada didalam organisasi menjadikan Preventive Maintenance

sebagai prioritas dalam setiap pekerjaan sehingga bukan saja akan menurunkan tingkat

kerusakan mesin yang ada tetapi akan menurunkan cost perbaikan tidak terduga sehingga

alokasi biaya akan lebih besar untuk Preventive Maintenance. Adapun rincian secara jelas

dari diskusi yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.16.

Page 83: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

69

Tabel 4. 16 OPM Future Condition

Aspek Hasil Diskusi

Kebutuhan Organisasi Organisasi yang ada dan seharusnya memenuhi target Pencapaian Preventive Maintenence yang berimbas terhadap

penurunan tingkat kerusakan mesin di plant cikarang.

Strategi Organisasi

Revisi Preventive Maintenance task List

Diadakannya regular meeting bersama teknisi dan supervisor untuk membahas pekerjaan setiap minggunya

Penyediaan tools untuk masing-masing teknisi

Implementasi Preventive Maintenance box

Buat DMS untuk handover setiap shift

Pembuatan OPL untuk setiap kerusakan diatas 1 jam

Pembuatan Training Need Analysis

Disediakannya Thank you card sebagai reward and recognition dan hadiah lainnya

Diskusi antara maintenance planner dan PPIC

Alokasi 90% biaya untuk kegiatan Preventive Maintenance

Desain Elemen

Organisasi

Struktur

Preventive Maintenance harus dilaksanakan dengan optimal dan penggantian part

harus dilakukan sesuai schedule

Task Preventive Maintenance sebagai prioritas dari organisasi

Orang

Training personel, peningkatan kualitas pembuatan RCA dan motivasi karyawan

dengan reward and recognition

Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan bisa berasal dari teknisi

Informasi Kaizen dan DMS implementasi

Pengakuan/Penghargaan Pembuatan Reward and Recognition

Page 84: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

70

Tabel 4. 16 OPM Future Condition

Aspek Hasil Diskusi

Budaya Organisasi

Peningkatan kedisiplinan dalam mengerjakan Preventive Maintenance

Jadikan Preventive Maintenance sebagai budaya sehari-hari

Jadikan Preventive Maintenance sebagai tujuan organisasi

Peningkatan ownership didalam pelaksanaan Preventive Maintenance

Teknisi bisa mengambil keputusan dalam pemecahan masalah

Jadikan pelaksanaan kaizen sebagai budaya

Tidak ada Fire Fighting

Hasil dari Organisasi Preventive Maintenance dapat dilaksanakan dengan efektif dan tingkat kerusakan mesin dapat berkurang sesuai

target.

Page 85: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

71

4.4 Perbaikan Sistem Preventive Maintenance

Setelah kondisi saat ini serta masalah-masalah yang ada diketahui maka perlunya perbaikan

yang serius didalam managemen perawatan mesin yang ada untuk segera dilakukan guna

meningkatkan performansi dari line 3.

4.4.1 Pembuatan Ranking Machines.

Pembuatan ranking mesin ini adalah untuk menilai seberapa besar resiko yang mungkin

dapat ditimbulkan dari kerusakan yang terjadi pada masing-masing equipment yang ada,

dimana sebelum membuat ranking mesin ini terlebih dahulu ditentukan pertimbangan apa

saja yang akan dipertimbangkan dan diberi skor. Ada 7 pertimbangan penting dalam

pembuatan ranking mesin yang dilakukan yaitu:

1. Pertimbangan terhadap lingkungan

2. Pertimbangan terhadap keamanan

3. Pertimbangan terhadap kualitas

4. Pertimbangan terhadap operasi

5. Pertimbangan terhadapt maintainability

6. Pertimbangan terhadapt frekuensi kerusakan

7. Pertimbangan terhadap biaya

Ketujuh faktor inilah yang menjadi dasar pemberian nilai untuk setiap equipment yang diuji

dan mengikuti decision flow ABC Clasification. 7 pertimbangan ini diambil dalam

pembuatan ranking mesin karena sangat penting dalam penilaian yang dilakukan dengan

alasan sebagai berikut:

1. Pertimbangan terhadap lingkungan

Kerusakan mesin berkontribusi terhadapa lingkungan.

High: Kerusakan mesin memberikan efek yang sangat besar terhadap

lingkungan dan berdampak luas termasuk kearea external dari

perusahaan.

Medium: Kerusakan mesin memeberikan efek terhadap lingkungan, tetapi efek

dari kerusakan tidak sampai meluas ke area external perusahaan.

Page 86: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

72

Low: Kerusakan mesin memberikan efek yang sangat kecil terhadap

lingkungan.

2. Pertimbangan terhadap keamanan

Kerusakan mesin berkontribusi terhadap keamanan asset dan keamanan dari

manusia.

High: Kerusakan mesin dapat menimbulkan potensi yang sangat besar seperti

ledakan, kebakaran, atau kecelakaan/kerusakan fatal.

Medium: Kerusakan dari mesin tidak sampai menimbulkan potensi ledakan,

kebakaran tetapi dapat mengakibatkan kecelakaan yang serius terutama

kepada manusia.

Low: Kerusakan mesin tidak dapat menimbulkan potensi kerusakan terhadap

aseet dan manusia

3. Pertimbangan terhadap kualitas

Kerusakan mesin dapat berimbas terhadap kualitas dari produk yang dihasilkan

High: Kerusakan mesin dapat mengakibatkan efek yang besar dan meluas

terhadap kualitas produk seperti kontaminasi dan out of specification,

serta dapat berpotensi tidak teridentifikasi didalam area perusahaan.

Medium: Kerusakan mesin dapat mengakibatkan efek yang besar dan meluas

terhadap kualitas produk seperti kontaminasi dan out of specification,

tetapi masih dapat terdeteksi didalam area perusahaan.

Low: Kerusakan mesin tidak berakibat terhadap kualitas dari produk.

4. Pertimbangan terhadap operasi

Kerusakan mesin dapat berakibat terhadap jalannya proses produksi.

High: Kerusakan mesin mengakibatkan berhentinya proses produksi,

termasuk proses sebelum dan sesudahnya.

Medium: Keruskan mesin hanya berimbas terhadap areanya saja dan tidak

memiliki backup untuk menghandle mesin tersebut.

Low: Kerusakan mesin tidak berimbas terhadapt stopnya proses produksi,

serta mesin tersebut memiliki backup mesin pengganti.

Page 87: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

73

5. Pertimbangan terhadapt maintainability

Efek dari kerusakan mesin berakibat terhadap terganggunya proses ketersediaan

pengiriman barang.

High: Kerusakan mesin memakan waktu perbaikan >2 jam

Medium: Kerusakan mesin memakan waktu perbaikan diantara 2 jam sampai

dengan 0.5 jam.

Low: Kerusakan mesin memakan waktu perbaikan <0.5 jam.

6. Pertimbangan terhadap frekuensi kerusakan

Kerusakan mesin berakibat terhadap production flow.

High: Akibat kegagalan mesin, frekuensi kerusakan terjadi <24 jam.

Medium: Akibat kegagalan mesin, frekuensi kerusakan terjadi antara 24 sampai

dengan 100 jam.

Low: Akibat kegagalan mesin, frekuensi kerusakan terjadi >100 jam.

7. Pertimbangan terhadap biaya

Efek kerusakan mesin mengakibatkan melonjaknya biaya perbaikan di departemen

engineering.

High: Kerusakan mesin memakan biaya >Rp.65,000,000.

Medium: Kerusakan mesin memakan biaya antara Rp.65,000,000 sampai

Rp.26,000,000.

Low: Kerusakan mesin memakan biaya <Rp.26,000,000.

Dari hasil pertimbangan tersebutlah maka dibuatkan score machine assessment dimana ada

4 faktor utama yang dinilai, yaitu: faktor production impact, faktor operational impact,

faktor maintenance impact dan terakhir faktor additional risk impact.

Page 88: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

74

Tabel 4. 17 Ranking Mesin Line 3

NO KODE

MESIN NAME MACHINE

Production Operational Maintenance Additional Total Rank

Impact Impact Impact Risk Factors

1 A.1 MIXER 60 30 36 12 138 2

2 A.2 PENYIMPAN ADONAN 60 60 12 24 156 1

3 B.1 MESIN PENDETEKSI 60 30 12 40 142 1

4 B.2 MESIN PENCETAK 50 60 18 24 152 1

5 B.3 CONVEYOR TRANSFER 75 30 18 24 147 1

6 C.1 OVEN 75 30 32 40 177 1

7 C.2 PANEL OVEN 75 30 16 32 153 1

8 C.3 CONVEYOR TRANSFER OVEN 40 60 16 8 124 2

9 D.1 MESIN PENDINGIN 60 24 48 36 168 1

10 E.1 CONVEYOR 1 48 30 24 6 108 2

11 E.2 CONVEYOR 2 48 30 24 6 108 2

12 E.3 CONVEYOR 3 48 30 24 6 108 2

13 E.4 CONVEYOR 4 48 30 24 6 108 2

14 E.5 CONVEYOR 5 48 30 24 6 108 2

16 E.7 CONVEYOR 7 48 30 24 6 108 2

17 E.8 CONVEYOR 8 48 30 24 6 108 2

18 E.9 CONVEYOR 9 48 30 24 6 108 2

19 F.1 MEJA CONVEYOR 1 60 20 24 6 110 2

20 F.2 CONVEYOR CREAM MESIN 1 48 20 24 6 98 2

21 F.3 MEJA CONVEYOR 2 60 20 24 6 110 2

22 F.4 MESIN CREAM 1 48 48 24 12 100 2

23 F.5 MESIN CREAM 2 48 16 24 12 100 2

24 F.6 PANEL CREAM 1 64 20 24 24 132 2

25 F.7 PANEL CREAM 2 64 20 24 24 132 2

Page 89: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

75

Tabel 4. 17 Ranking Mesin Line 3

NO KODE

MESIN NAME MACHINE Production Operational Maintenance Additional Total Rank

26 F.8 CONVEYOR CREAM MESIN 2 48 20 24 6 98 2

27 G.1 MEJA PACKING 1 40 16 18 6 80 2

28 G.2 MEJA PACKING 2 40 16 18 6 80 2

29 G.3 MEJA PACKING 3 40 16 18 6 80 2

30 G.4 MESIN PENDETEKSI PACKING 75 30 16 15 136 2

31 G.5 MEJA PACKING 4 40 16 18 6 80 2

32 G.6 MEJA PACKING 5 40 16 18 6 80 2

33 G.7 MESIN PACKING BESAR NO.1 24 8 24 10 66 3

34 G.8 MESIN PACKING BESAR NO.2 24 8 24 10 66 3

35 G.9 MESIN PACKING BESAR NO.3 24 8 24 10 66 3

36 G.10 MESIN PACKING BESAR NO.4 24 8 24 10 66 3

37 G.11 MESIN PACKING BESAR NO.5 24 8 24 10 66 3

38 G.12 MESIN PACKING BESAR NO.6 24 8 24 10 66 3

39 G.13 MESIN PACKING KECIL NO.1 24 8 24 10 66 3

40 G.14 MESIN PACKING KECIL NO.2 24 8 24 10 66 3

41 G.15 MESIN PACKING KECIL NO.3 24 8 24 10 66 3

42 G.16 MESIN PACKING KECIL NO.4 24 8 24 10 66 3

43 G.20 PEMBUNGKUS 1 24 8 24 10 66 3

44 G.21 PEMBUNGKUS 2 24 8 24 10 66 3

45 G.22 PENGELEM 1 12 8 4 4 28 3

46 G.23 PENGELEM 2 12 8 4 4 28 3

47 G.24 PENGELEM 3 12 8 4 4 28 3

Page 90: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

76

Dari tabel 4.17 setelah dilakukan perhitungan dengan melihat aspek terhadap production

impact, operational impact, maintenance impact, additional risk factors maka didapatkan

nilai yang menentukan mesin tersebut masuk kedalam ranking 1, 2 atau 3. Lalu diketahui

bahwa ada 7 equipment yang masuk kedalam ranking 1, 25 equipment yang masuk

kedalam ranking 2 dan 15 equipment yang masuk kedalam kategori ranking 3, dengan

jumlah persentase seperti ditunjukan pada gambar 4.15.

Gambar 4. 15 Persentase Ranking Mesin Line 3

4.4.2 Revisi Preventive Maintenance Task List

Preventive maintenance adalah kegiatan perawatan mesin meliputi kebersihan mesin,

inspeksi, pelumasan, pengencangan sambungan (baut, klem, dll) serta penggantian part.

Preventive maintenance berkaitan erat dengan maintainability (keandalan) dari suatu

mesin. Jika mengacu pada hal tersebut dapat kita bandingkan dengan kondisi di line 3 yang

saat ini ada, dimana interval kerusakan yang terjadi cukup tinggi dan sering terutama pada

mesin ranking 1, maka dilakukan perbaikan yang signifikan terhadap keefektifitasan

Preventive Maintenance dengan revisi task list yang ada, karena banyaknya kegiatan

maintenance seperti modifikasi, kaizen, serta temporary fix di mesin.

Revisi task list dilakukan dengan metode interview langsung dengan operator dan teknisi.

Hal tersebut dilakukan karena operator adalah orang yang setiap harinya mengoperasikan

15%

53%

32%

RANKING MESIN LINE 3

Rank 1 Rank 2 Rank 3

Page 91: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

77

mesin tersebut dan mengetahui betul kondisi dari mesin, sehingga diharapkan dapat

memberikan banyak informasi mengenai mesin yang dia operasikan dan poin-poin penting

yang perlu dilakukan, sementara teknisi adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan

lebih baik dari segi operational perawatan maupun teknis. Sehingga penggabungan

informasi dari operator dan teknisi merupakan cara yang dirasa paling tepat.

Gambar 4. 16 Proses Interview untuk Mereview Preventive Maintenance Task List

Dari hasil review, terdapat 15 mesin yang mengalami perubahan, baik penambahan

maupun pengurangan tasklist yang sudah tidak sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan

saat ini sementara untuk sisa mesin yang lain masih dianggap sesuai dan tidak perlu

dilakukan perubahan tasklist preventive maintenance. Dari revisi tersebut selanjutnya

dapat diketahui data waktu preventive maintenance yang baru dan dapat dijadikan acuan

dalam melaksanakan preventive maintenance, adapun tabel estimasi waktu preventive

maintenance setelah direvisi seperti ditunjukan oleh tabel 4.18.

Page 92: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

78

Tabel 4. 18 Preventive Maintenance Times (2017)

NO EQUIPMENT PACKAGE

1M 3M 6M 12M

1 MIXER 50 82 772 2047

2 PENYIMPAN ADONAN 52 87 372 572

3 MESIN PENDETEKSI 70 92 162 267

4 MESIN PENCETAK 155 485 1275 1604

5 CONVEYOR TRANSFER 70 117 497 927

6 OVEN 520 2005 9835 12520

7 PANEL OVEN 20 25 35 95

8 CONVEYOR TRANSFER OVEN 80 105 180 930

9 MESIN PENDINGIN 65 330 490 1300

10 CONVEYOR 1 125 190 335 590

11 CONVEYOR 2 125 190 335 590

12 CONVEYOR 3 100 175 310 640

13 CONVEYOR 4 125 190 335 590

14 CONVEYOR 5 335 400 545 800

15 CONVEYOR 6 100 175 310 640

16 CONVEYOR 7 145 195 330 555

17 CONVEYOR 8 145 195 330 555

18 CONVEYOR 9 100 175 310 640

19 MEJA CONVEYOR 1 100 175 310 640

20 CONVEYOR CREAM MESIN 1 135 250 430 700

21 MEJA CONVEYOR 2 100 175 310 640

22 MESIN CREAM 1 335 825 2175 6990

23 MESIN CREAM 2 335 825 2175 6990

24 PANEL CREAM 1 30 60 90 165

25 PANEL CREAM 2 30 60 90 165

26 CONVEYOR CREAM MESIN 2 135 250 430 700

27 MEJA PACKING 1 145 210 555 665

28 MEJA PACKING 2 145 210 555 665

29 MEJA PACKING 3 145 210 555 665

30 MEJA PACKING 4 145 210 555 665

31 MEJA PACKING 5 145 210 555 665

32 MESIN PENDETEKSI PACKING 135 170 280 495

33 MESIN PACKING BESAR NO.1 320 385 1585 2305

34 MESIN PACKING BESAR NO.2 320 385 1585 2305

35 MESIN PACKING BESAR NO.3 320 385 1585 2305

36 MESIN PACKING BESAR NO.4 320 385 1585 2305

37 MESIN PACKING BESAR NO.5 320 385 1585 2305

38 MESIN PACKING BESAR NO.6 320 385 1585 2305

Page 93: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

79

Tabel 4. 18 Preventive Maintenance Times (2017)

NO EQUIPMENT PACKAGE

1M 3M 6M 12M

39 MESIN PACKING KECIL NO.1 110 160 1600 2860

40 MESIN PACKING KECIL NO.2 110 160 1600 2860

41 MESIN PACKING KECIL NO.3 110 160 1600 2860

42 MESIN PACKING KECIL NO.4 110 160 1600 2860

43 PEMBUNGKUS 1 70 165 330 480

44 PEMBUNGKUS 2 435 1040 1095 1670

45 PENGELEM 1 40 60 130 280

46 PENGELEM 2 40 60 130 280

47 PENGELEM 3 40 60 130 280

Note: Semua satuan dalam Menit

Data estimasi waktu Preventive Maintenance tersebut sangat penting untuk dianalisa guna

pengajuan waktu perbaikan ke departemen PPIC sehingga pencapaian Preventive

Maintenance Compliance dapat memenuhi target 100% close disetiap bulannya yang tentu

saja akan meningkatkan reliability serta maintainability dari mesin terutama mesin ranking

1 yang dimana merupakan penyumbang kerusakan paling tinggi di plant cikarang. Perlu

diketahui juga bahwa sebelumnya belum ada diskusi dari departemen engineering ke PPIC

sehingga perbaikan yang memerlukan waktu stop selalu dilaksanakan pada sabtu dan

minggu (Overtime). Setelah revisi tasklist selesai dan waktu estimasi didapatkan maka

tahapan selanjutnya adalah dengan membuat masterplan Preventive Maintenance.

Sebenarnya masterplan Preventive Maintenance sudah dimiliki dan dibuat dicikarang

plant hanya saja masterplan yang ada saat ini sudah tidak sesuai dengan pengalokasian

waktu dilapangan maka dari pada itu dibuatlah masterplan yang baru seperti ditunjukan

tabel 4.19.

Page 94: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

80

Tabel 4. 19 New Masterplan Preventive Maintenance

NO DESCRIPTION Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

1 MIXER 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M

2 PENYIMPAN ADONAN 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M

3 MESIN PENDETEKSI 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M

4 MESIN PENCETAK 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M

5 CONVEYOR TRANSFER 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M

6 OVEN 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M

7 PANEL OVEN 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M

8 CONVEYOR TRANSFER OVEN 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M

9 MESIN PENDINGIN 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M

10 CONVEYOR 1 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M

11 CONVEYOR 2 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M

12 CONVEYOR 3 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M

13 CONVEYOR 4 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M

14 CONVEYOR 5 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M

15 CONVEYOR 6 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M

16 CONVEYOR 7 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M

17 CONVEYOR 8 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M

18 CONVEYOR 9 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M

19 MEJA CONVEYOR 1 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M

20 CONVEYOR CREAM MESIN 1 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M

21 MEJA CONVEYOR 2 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M

22 MESIN CREAM 1 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M

23 MESIN CREAM 2 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M

24 PANEL CREAM 1 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M

Page 95: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

81

Tabel 4. 19 New Masterplan Preventive Maintenance

NO DESCRIPTION Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

25 PANEL CREAM 2 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M

26 CONVEYOR CREAM MESIN 2 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M

27 MEJA PACKING 1 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M

28 MEJA PACKING 2 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M

29 MEJA PACKING 3 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M

30 MESIN PENDETEKSI PACKING 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M

31 MEJA PACKING 4 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M

32 MEJA PACKING 5 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M

33 MESIN PACKING BESAR NO.1 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M

34 MESIN PACKING BESAR NO.2 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M

35 MESIN PACKING BESAR NO.3 3M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M

36 MESIN PACKING BESAR NO.4 3M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M

37 MESIN PACKING BESAR NO.5 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M

38 MESIN PACKING BESAR NO.6 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M 6M 1M

39 MESIN PACKING KECIL NO.1 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M

40 MESIN PACKING KECIL NO.2 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M 1M

41 MESIN PACKING KECIL NO.3 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M

42 MESIN PACKING KECIL NO.4 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M 3M 1M

43 PEMBUNGKUS 1 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M

44 PEMBUNGKUS 2 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M 1M

45 PENGELEM 1 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M

46 PENGELEM 2 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M

47 PENGELEM 3 1M 3M 1M 1M 6M 1M 1M 3M 1M 1M 12M 1M

Page 96: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

82

Dari masterplan yang ada dan telah diatur jadwalnya, setiap package disebar agar tidak

terjadi over task terhadap teknisi dilapangan serta membludaknya inventory sparepart.

Dari revisi task list yang dilakukan adalah dengan menyebar package dari setiap mesin di

line 3. Jika sebelumnya didalam 1 bulan hanya terdapat 2 buah package, untuk masterplan

yang baru disetiap bulan terdapat semua package (1,3,6,12). Dengan pertimbangan agar

sebaran lebih rata disetiap bulannya dan tidak terjadi penumpukan. Dalam melakukan

sebaran package Preventive Maintenance berdasarkan pertimbangan alokasi waktu off

produksi. Cikarang plant memiliki alokasi waktu off paling banyak biasanya diantara akhir

tahun, awal tahun, dan pertengahan tahun pada saat lebaran. 3 waktu tersebut

diplanningkan Preventive Maintenance 12M paling banyak dan diset dengan ranking

mesin 1 dan 2. Sementara disisa bulan yang ada dialokasikan untuk Preventive

Maintenance 12M sisa mesin ranking 2 dan 3. Alokasi disisa bulan selain januari, juni dan

desember akan memiliki waktu Preventive Maintenance dan mesin 12M yang lebih sedikit

maka jika ada Preventive Maintenance 12M yang masih open di 3 bulan tersebut dapat

dikerjakan dibulan selanjutnya. Dari hasil revisi masterplan tersebut didapat estimasi

waktu perbaikan yang diperlukan dengan rincian pada tabel 4.20.

Tabel 4. 20 Alokasi Waktu Preventive Maintenance Setelah Revisi

BULAN 1M 3M 6M 12M

Jan 5000 1975 3200 7026

Feb 5807 950 3200 4610

Mar 4047 6377 1050 1750

Apr 5000 1831 1425 4610

May 5807 1090 390 4610

Jun 4047 1165 3580 30701

Jul 5000 1975 3346 5720

Aug 5807 950 3170 5720

Sep 4047 6537 970 1980

Oct 5000 1831 190 2150

Nov 5807 1090 3170 840

Dec 4047 1165 16877 3820

Note: Semua satuan dalam Menit

Dapat dilihat pada tabel 4.20 sebaran waktu estimasi Preventive Maintenance jauh lebih

banyak jika dibandingkan dengan masterplan sebelumnya, hal tersebut dikarenakan

Page 97: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

83

banyaknya penambahan tasklist baru dari equipment yang ada, dan jika dihitung total

estimasi waktu pengerjaan perbulannya maka di bulan Januari teknisi harus menyisihkan

waktu sebesar 18 jam , 15 jam di Februari, 14 jam di Maret, 13 jam di April, 12 jam dibulan

Mei, 41 jam di bulan Juni, 17 jam dibulan Juli, 16 jam dibulan Agustus, 14 jam dibulan

September, 10 jam dibulan Oktober, 11 jam dibulan November, dan 27 jam dibulan

Desember. Estimasi waktu yang lebih besar ini sebenarnya meningkatkan resiko dari

tasklist tidak close lebih tinggi. Dengan adanya gap tersebut maka dibuatlah transfer

knowledge dari tim engineering kepada tim produksi.

4.4.3 Transfer Knowledge dari Engineering ke Produksi

Sejalan dengan tujuan perusahaan untuk meningkatkan capability dari tim yang ada di line,

maka dilakukan transfer knowledge dari tim engineering kepada tim produksi, hal tersebut

sangat penting dilakukan untuk meningkatkan rasa memiliki, kemampuan, dan skill yang

dimiliki oleh operator, dalam proses transfer knowledge tersebut dimulai dari identifikasi

training atau training need analysis. Dari identifikasi tasklist kemudian diputuskan ada 5

training yang perlu di develop oleh bagian training cikarang plant. Adapun training yang

dibutuhkan meliputi:

1. Safety training

2. Lubrication training

3. Basic bearing training

4. Fastener training

5. General tools training

Dari 5 training yang dibutuhkan oleh operator maka dibuat model machine dari masing-

masing area untuk ditransfer secara bertahap dan akan dimasukan kedalam checklist harian

produksi, yang selanjutnya akan dikembangkan dan diterapkan untuk semua mesin yang

ada, termasuk line lainnya dicikarang plant. Maka dipilihlah mesin mixer, mesin pencetak,

mesin oven , mesin cream 2 dan mesin packing besar 4 yang diidentifikasi kebutuhan

trainingnya untuk dikembangkan lebih lanjut dan disosialisasikan kepada tim produksi.

Adapun kebutuhan trainingnya dapat dilihat pada tabel 4.21-4.25.

Page 98: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

84

Tabel 4. 21 Training Need Analysis Mesin Mixer

Machine

Kode Equipment Revisi Safety Lubrication Bearing Fastener

General

Tools

A.1 MIXER Ikuti semua safety LOTO-quality prosedur

A.1 MIXER Periksa Kelengkapan baut dan kencangkan

A.1 MIXER Pastikan safety device berfungsi baik

A.1 MIXER Pastikan flour gate berfungsi baik

A.1 MIXER Pastikan safety interlock berfungsi

A.1 MIXER Lubrikasi semua bearing *

A.1 MIXER Lubrikasi pada rantai

A.1 MIXER Ganti bearing agitator dan seal

A.1 MIXER Ganti bearing motor dan bearing gear box

A.1 MIXER Ganti oli gearbox

Tabel 4. 22 Training Need Analysis Mesin Pencetak

Machine

Kode Equipment Revisi Safety Lubrication Bearing Fastener

General

Tools

B.2 MESIN PENCETAK Ikuti semua safety LOTO-quality prosedur

B.2 MESIN PENCETAK Periksa Kelengkapan baut dan kencangkan

B.2 MESIN PENCETAK Lakukan lubrikasi pada gearwheels

B.2 MESIN PENCETAK Periksa oil gear box grove,Moulder,Web

B.2 MESIN PENCETAK Greasing bearing Groved roll

B.2 MESIN PENCETAK Greasing bearing Rubber roller

B.2 MESIN PENCETAK Ganti oil gearbox motor

Page 99: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

85

Tabel 4. 22 Training Need Analysis Mesin Pencetak

Machine

Kode Equipment Revisi Safety Lubrication Bearing Fastener

General

Tools

B.2 MESIN PENCETAK Ganti oil gearbox motor

B.2 MESIN PENCETAK Ganti oil gear box greove roll

B.2 MESIN PENCETAK Ganti oil gear box moulder

B.2 MESIN PENCETAK Ganti oil gear box web

B.2 MESIN PENCETAK Ganti bearing moulder (62214-2RS)

B.2 MESIN PENCETAK Ganti bearing groove roll (2216)

Tabel 4. 23 Training Need Analysis Oven

Machine

Kode Equipment Revisi Safety Lubrication Bearing Fastener

General

Tools

C.1 OVEN Ikuti semua safety LOTO-quality prosedur

C.1 OVEN Periksa Kelengkapan baut dan kencangkan

C.1 OVEN Lubrikasi rantai drive*

C.1 OVEN Lubrikasi bearing circulating fan

C.1 OVEN Lubrikasi bearing Blower/fan*

C.1 OVEN Lubrikasi semua bearing idle roll

C.1 OVEN Periksa level oli gearbox drive roller

C.1 OVEN Ganti oli gearbox drive roller

C.1 OVEN Lubrikasi bearing drum

C.1 OVEN Ganti bearing motor drive

Page 100: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

86

Tabel 4. 23 Training Need Analysis Oven

Machine

Kode Equipment Revisi Safety Lubrication Bearing Fastener

General

Tools

C.1 OVEN Ganti bearing gearbox drive

C.1 OVEN Ganti bearing motor combustion Z1

C.1 OVEN Ganti bearing motor combustion Z2

C.1 OVEN Ganti bearing motor combustion Z3

C.1 OVEN Ganti bearing motor combustion Z4

C.1 OVEN Ganti bearing motor combustion Z5

C.1 OVEN Ganti bearing motor combustion Z6

C.1 OVEN Ganti bearing motor blower Z1

C.1 OVEN Ganti bearing motor blower Z2

C.1 OVEN Ganti bearing motor blower Z3

C.1 OVEN Ganti bearing motor blower Z4

C.1 OVEN Ganti bearing motor blower Z5

C.1 OVEN Ganti bearing motor blower Z6

C.1 OVEN Ganti bearing blower Z1

C.1 OVEN Ganti bearing blower Z2

C.1 OVEN Ganti bearing blower Z3

C.1 OVEN Ganti bearing blower Z4

C.1 OVEN Ganti bearing blower Z5

C.1 OVEN Ganti bearing blower Z6

C.1 OVEN Ganti bearing extraction Z1

C.1 OVEN Ganti bearing extraction Z2

C.1 OVEN Ganti bearing extraction Z3

C.1 OVEN Ganti bearing extraction Z4

Page 101: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

87

Tabel 4. 23 Training Need Analysis Oven

Machine

Kode Equipment Revisi Safety Lubrication Bearing Fastener

General

Tools

C.1 OVEN Ganti bearing extraction Z5

C.1 OVEN Ganti bearing extraction Z6

C.1 OVEN Ganti bearing motor end hood

C.1 OVEN Cek bearing motor combustion Z1

C.1 OVEN Cek bearing motor combustion Z2

C.1 OVEN Cek bearing motor combustion Z3

C.1 OVEN Cek bearing motor combustion Z4

C.1 OVEN Cek bearing motor combustion Z5

C.1 OVEN Cek bearing motor combustion Z6

Tabel 4. 24 Training Need Analysis Mesin Cream 2

Machine

Kode Equipment Revisi Safety Lubrication Bearing Fastener

General

Tools

F.4 MESIN CREAM 2 Periksa semua fungsi safety device

F.4 MESIN CREAM 2 Periksa semua Bearing

F.4 MESIN CREAM 2 Lubrikasi Bearing dan chain multiplier

F.4 MESIN CREAM 2 Pastikan Bearing nosebar multilier bagus

F.4 MESIN CREAM 2 Pastikan Semua Bearing cream hopper ok

F.4 MESIN CREAM 2 Lubrikasi semua Chain dan sprocket

F.4 MESIN CREAM 2 Lubrikasi semua bearing

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti Bearing Nosebar

Page 102: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

88

Tabel 4. 24 Training Need Analysis Mesin Cream 2

Machine

Kode Equipment Revisi Safety Lubrication Bearing Fastener

General

Tools

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti Bearing Pillow block

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti oli gearbox

F.4 MESIN CREAM 2 Cek sistem interlock

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti Oil seal mixer cream

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti Bearing Drive Pin Chain

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti bearing idle sprocket Pin Chain

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti bearing tension Pin chain

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti bearing motor Pump cream

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti bearing motor screw

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti bearing motor hopper

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti bearing motor drive

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti bearing motor multiplier

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti Bearing motor star wheel

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti Bearing ,seal gearbox pump cream

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti Bearing ,seal gearbox screw

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti Bearing ,seal gearbox hopper

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti Bearing ,seal gearbox drive

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti Bearing ,seal gearbox multiplier

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti Bearing ,seal gearbox star wheel

F.4 MESIN CREAM 2 Ganti bearing gearpump 1,2,3,4

Page 103: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

89

Tabel 4. 25 Training Need Analysis Mesin Packing Besar no.4

Machine

Kode Equipment Revisi Safety Lubrication Bearing Fastener

General

Tools

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Ikuti semua safety LOTO-quality prosedur

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Periksa lubrikasi rantai infeed

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Cek bearing dan shaft infeed puser

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Cek bearing sealing unit 1.2.3

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Periksa fungsi dan kondisi tombol mesin

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Periksa Kelengkapan baut dan kencangkan

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Periksa Proximity Sensor

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Periksa Safety Switches

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Catat ampere Motor (………..A)

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Lubrikasi gear endcrimp

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Lubrikasi bearing endcrimp

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Lubrikasi Guide shaft crimper jaws

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Lubrikasi Universal Shaft

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Ganti bearing cam follower

G.12 MESIN PACKING BESAR NO.4 Ganti bearing motor

Page 104: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

90

4.4.4 Sparepart Management

Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan

kompetatif jangka panjang dari perusahaan. Mutu, rekayasa, produk, harga, lembur,

kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, waktu

tenggang (lead time) dan profitabilitas keseluruhan adalah hal-hal yang dipengaruhi oleh

tingkat persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebih tinggi daripada

pesaing cenderung berada dalam posisi kompetitif yang lemah. Sebaliknya perusahaan

dengan tingkat persediaan yang rendah akan sulit mendeliver keinginan dari customernya.

Maka daripada itu management ketersediaan menjadi faktor penting agar perusahaan dapat

terus exist dan bersaing dengan kompetitor.

Di PT. XYZ banyaknya sebuah sparepart yang digunakan oleh multilines dan juga tingkat

kerusakan yang tinggi menjadikan stock sparepart yang ada tidak terkontrol

penggantiannya karena mesin breakdown dan inventory yang tidak stabil, maka dilakukan

perbaikan dengan membuat minimum, maksimum, safety stock dan juga reorder point dari

sparepart yang ada. Data pengambilan sparepart line 3 diambil dari awal tahun 2016.

Penentuan maksimum dan minimum stock diambil dari pengambilan tertinggi dan terendah

dari sparepart selama 2016 dari bulan Januari sampai dengan Agustus begitupun dengan

rata-rata pemakaia dari sparepart dimana ada beberapa yang memiliki nilai sama dengan

maksimum dan minimum stocknya dikarenakan selama periode pengambilan data hanya

terjadi satu kali pengambilan, untuk lead time dari sparepart sudah dibagi 30 hari

dikarenakan pada saat pendataan history pengambilan sparepart yang diambil adalah data

perbulan. Dan pada tabel 4.26 adalah contoh yang menunjukan data yang telah dilakukan

perhitungan untuk memudahkan dan mengoptimalkan management sparepart di PT. XYZ

(Data lengkap dapat dilihat pada lampiran).

Page 105: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

91

Tabel 4. 26 Perhitungan Management Sparepart Line 3 PT. XYZ

Material Description Max

Stock

Min

Stock

Mean

Demand

Service

Factor

Safety

Stock

Lead

Time

Reorder

Point

BEARING SKF 6201-2RS1 1 1 1 1.28 1 0.07 1

BEARING SKF 6202-2RS1 4 4 4 1.28 4 0.07 4

BOLT SET SCREW M8X8 SUS 24 2 10 1.28 1 0.07 2

SEAL PIPA CREAMER SDW FPE L3 - C VMQ 29 7 15 1.28 2 0.17 5

SEAL PIPA CREAMER SDW FPE L3 - D VMQ 32 7 13 1.28 3 0.17 5

OIL FG PETROCND WO-35 NSF H1-102599 8 2 4 1.28 4 0.07 4

OIL MOBILE EP220 6 2 4 1.28 4 0.07 4

SELF LOCKING NUT M4 SS 60 1 31 1.28 2 0.07 4

HEATER RING 400W/115V;OD100XID45X10 6 1 3 1.28 2 0.47 3

PROXIMITY EFECTOR100 IFS204 IFB3004BBPKG 1 1 1 1.28 1 0.70 2

BRAKE LINING P/N 11.01059-4 2 2 2 1.28 2 0.23 2

TAPER BUSH 2012-35 2 2 2 1.28 2 0.23 2

BOLT/NUT SOCKETHEAD M8X25 SUS 34 34 34 1.28 34 0.07 36

BOLT/NUT HEX M12X40 GALVANIZED 18 18 18 1.28 18 0.07 19

BOLT/NUT HEX M14X30 GALVANIZED 3 3 3 1.28 3 0.07 3

BEARING INA SL 18 3004A 1 1 1 1.28 1 0.07 1

BEARING PILLOW BLOCK FYH UFL003 5 2 4 1.28 4 0.07 4

BEARING SKF 3206-ATN9 3 3 3 1.28 3 0.23 4

BEARING SKF YET 207-104 1 1 1 1.28 1 0.23 1

BEARING 686.2RS EZO 9 9 9 1.28 9 0.23 11

BEARING SKF 609-2RS1 30 18 24 1.28 24 0.07 26

Page 106: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

92

Dengan management sparepart ini, akan memudahkan bagian inventory untuk

mengatur dana pembelian yang ada, sehingga sparepart akan selalu siap ketika

dibutuhkan kapanpun, terkecuali ada kerusakan yang menyebabkan konsumsi

sparepart melebihi stock yang disediakan misalnya ketika terjadi kerusakan mesin

secara tiba-tiba.

4.4.5 Preventive Maintenance Box Implementation

Setelah semua equipment di revisi dan disesuaikan dengan kondisi dilapangan,

kemudian sparepart sudah diidentifikasi next strategy yang dilakukan adalah

implementasi Preventive Maintenance Box dimana maintenance planner dan sparepart

admin bekerja sama melakukan persiapan material sparepart yang akan diganti di

setiap tasknya. Setelah mainteanance planner memplot PIC dan schedule Preventive

Maintenance yang akan dilaksanakan, sparepart memasukan semua material atau item

penggantian kedalam sebuah kotak yang telah diberikan identitas di masing-masing

box.

Gambar 4. 17 Preventive Maintenance Box Implemenatation

Penyiapan Preventive Maintenance box tersebut mempengaruhi terhadap lamanya

waktu perbaikan dilapangan karena pada kondisi awal, teknisi harus mencari satu

persatu material yang akan diganti pada saat preventive maintenance sehingga

terkadang pada saat melakukan perbaikan kecenderungan lamanya waktu perbaikan

disebabkan oleh waktu mencari sparepart yang lama terutama pada saat shift sore dan

Page 107: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

93

shift malam yang diketahui tidak ada penjaga sparepart dijam sore dan malam tersebut

(sparepart admin masuk pukul 08:00-17:00). Sebelum membahas lebih jauh mengenai

Preventive Maintenance Box Implementation pada gambar 4.23 dijelaskan mengenai

flow process Preventive Maintenance Box dicikarang plant.

Tahapan awal proses Preventive Maintenance Box maintenance planner membuat

schedule Preventive maintenance dan PIC dari masing-masing equipment.

Maintenance planner dan sparepart admin mengecek ketersedian sparepart di gudang,

jika sparepart tidak tersedia maka sparepart admin akan membuat PR dan MRP di SAP

yang selanjutnya PR dan MRP tersebut akan dirilis untuk dijadikan PO ke supplier.

Setelah PO terbit supplier akan mengantarkan sparepart atau material yang dibutuhkan

ke plant cikarang dan diterima oleh sparepart admin untuk di GR didalam system SAP.

Gambar 4. 18 Proses Pengecekan Sparepart By System

Gambar 4. 19 Supplier mengantarkan Sparepart Ke Plant Cikarang

Jika semua sparepart tersedia dan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan maka

maintenance planner akan langsung merilis Preventive Maintenance untuk dikeluarkan

disetiap bulannya, dimana planner dan sparepart admin akan memasukan semua

Page 108: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

94

material tersebut kedalam Preventive Maintenance box yang telah diberi identitas

permasing-masing nama teknisi engineering.

Setelah Preventive Maintenance box siap selanjutnya Preventive Maintenance box

dibawa kelapangan untuk dilakukan penggantian part mengikuti jadwal produksi atau

meminta waktu pada saat MPS meeting dengan PPIC berlangsung. Jika perbaikan

sudah sesuai maka team engineering akan melakukan serah terima dengan team

produksi dan diverifikasi oleh supervisor/ Chief Operator area tersebut, tetapi jika

perbaikan belum selesai maka maintenance planner akan meminta waktu perbaikan

kembali sampai pekerjaan benar-benar selesai, kemudian dilakukan TECO by system

dan pekerjaan di close.

Gambar 4. 20 Admin Sparepart Mengecek Ketersedian Material Digudang

Sparepart admin mengambil material yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan

berdasarkan material issue slip yang telah dibuat oleh maintenance planner dengan

jumlah yang tertera dan nomor work order dari preventive maintenance.

Page 109: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

95

Gambar 4. 21 Proses Memasukan Sparepart ke Dalam Preventive Maintenance Box

Setelah material yang dibutuhkan didapat kemudian sparepart admin memasukan

material tersebut kedalam Preventive Maintenance box dari masing-masing equipment

yang telah diberikan identitas sehingga memudahkan teknisi untuk mencari Preventive

Maintenance Box yang ada diruangan sparepart.

Gambar 4. 22 Perbaikan Yang Dilakukan Oleh Teknisi Di Workshop

Setalah semua siap, teknisi melakukan perbaikan dilapangan dan mengganti part yang

telah disediakan sebelumnya tanpa perlu mencari satu persatu sparepart yang

dibutuhkan digudang sehingga waktu perbaikan akibat menunggu part dapat dikurangi.

Page 110: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

96

Maintenance Planner

Admin Sparepart

Start

Rilis PM di

SAP

Rilis PR/MRP

Buat PM dan

Pengaturan

Schedule

Rilis PO

Memepersiapkan

Sparepart kedalam PM

Box yang disediakan

termasuk pengeluaran

slip material dan task list

Jadwal Produksi

Meminta waktu

pelaksanaan PM

(MPS)

Sesuai

Pelaksanaan Oleh

Teknisi

Perbaikan

Handover dan

Konfirmasi kepada

team Produksi

Teco di Sistem

Finish

Cek ketersediaan

Sparepart

Buat PR dan MRP

Y

N

Y

N

Gambar 4. 23 Flow Process Preventive Maintenance Box

Page 111: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

97

4.4.6 Penyediaan dan Pelengkapan Tools Box Engineering

Dalam pengembangan dan perbaikan kinerja organisasi yang ada salah satu faktor yang

mengkontribusi kegiatan perbaikan yaitu ketersediaan tools. Kondisi yang ada

dilapangan menunjukan beberapa teknisi memiliki tools yang sudah tidak lengkap

kondisinya dikarenakan kerusakaan pada saat pemakaian, usia pakai atau bahkan

ketidakdisiplinan penggunaan dari orang yang menggunakannya. Di cikarang plant

tools dipisahkan dan dibagi menjadi 2 kategori yaitu tools ready to eat dan tools non

ready to eat. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan tidak adanya kontaminasi silang

dari area raw material ke area produk siap makan. Pelengkapan tools ini tentu saja

bertujuan untuk menjembatani kebutuhan dari para teknisi agar pekerjaan yang

dilakukan dapat dikerjakan dengan lebih cepat, tepat dan juga efektif, karena ditemukan

beberapa kasus penggunaan tools yang salah menyebabkan umur pakai dari sparepart

atau mesin menjadi lebih pendek. Sebagai contoh adalah cara pemasangan bearing,

beberapa teknisi melakukan pemasangan bearing dengan cara memukul bearing sampai

pada kondisi yang sesuai atau diinginkan padahal cara tersebut salah, dengan pembelian

tracker pemasang bearing dengan cara-cara yang seharusnya tidak dilakukan tersebut

dapat diminimalisir dan tentu saja umur dari sparepart dapat sesuai perkiraan atau

bahkan dapat lebih panjang

Gambar 4. 24 Pelengkapan Kembali Tools Teknisi

Page 112: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

98

4.4.7 Reward and Recognition

Memberikan rewards and recognition kepada karyawan perusahaan merupakan hal

terpenting bagi perusahaan. Bagi karyawan, rewards and recognition dapat

meningkatkan motivasi dan kesejahteraan karyawan sehingga meningkatkan kepuasan

dan kinerja karyawan secara keseluruhan. Perusahaan akan selalu berusaha

meningkatkan produktivitasnya yang didukung oleh komitmen karyawan mereka.

Memulai reward tidaklah selalu bermuatan mahal atau peningkatan salary, pemberian

reward bisa juga dilakukan dengan melakukan makan-makan bersama atau beberapa

hal kecil seperti halnya yang dilakukan dicikarang plant. Reward kecil tersebut dengan

cara pemberian thank you card. Kartu thank you card diberikan dari level chief operator

sampai manager dan yang berhak menerimanya adalah semua karyawan. Setiap

karyawan mengumpulkan thank you card tersebut sampai pada jumlah thank you card

yang dapat ditukar. Adapun jumlah thank you card yang dapat ditukar adalah:

2 buah thank you card : Mug and Thumbler

4 Buah thank you card : Tiket Bioskop

6 Buah thank you card : MP4

8 buah thank you card : Exclusive Jacket

10 buah thank you card : Handphone

Pemberian hadiah-hadiah kecil tersebut dapat memberikan motivasi terhadap karyawan

dan dapat meningkatkan produktifitas dari masing-masing personnel.

Gambar 4. 25 Reward and Recognition (Thank You Card)

Page 113: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

99

4.5 Hasil Implementasi

Setelah Preventive Maintenance mesin di engineering dilakukan perbaikan mulai dari

identifikasi mesin dan pembuatan ranking mesin, revisi preventive maintenance mesin,

identifikasi sparepart dan kemudian pengimplementasian strategy organization

performance model yang terdiri dari Preventive Maintenance Box Implementation,

reward and recognition melalui thank you card serta pelengkapan kembali tools box

dari teknisi, berikut adalah pencapaian Preventive Maintenance dari September sampai

Desember 2016 seperti ditunjukan gambar 4.26.

Gambar 4. 26 Data Preventive Compliance 2016

Pencapaian Preventive Maintenance setelah dilakukan perbaikan tercatat terdapat 1

bulan yang achive target 100% dibulan oktober, sementara pencapaian dibulan

September hanya sebesar 85%, dibulan November dan Desember sebesar 74%.

Pencapaian tersebut tentu saja bukan pencapaian yang diharapkan karena tidak sesuai

dengan target, salah satu penyebab tidak tercapainya target adalah akibat revisi

Preventive Maintenance tasklist menjadi lebih banyak, sehingga semakin banyak task

yang harus dikerjakan sehingga perlunya developing transfer knowledge dari

engineering ke produksi yang tentu saja akan ada beberapa task yang dapat dikerjakan

mandiri oleh operator. Selain membangun capability tentu saja transfer knowledge ini

akan membangun kemandirian dari tim produksi juga.

Sementara pencapain dari MTTR dan MTBB sendiri setelah dilakukan perbaikan

mengalami trend yang cukup baik, untuk MTBB tercatat ada 3 bulan yang melebihi

94%

83%

94%87%

96% 94%

66%

66%

85%

100%

74%74%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Preventive Maintenance Compliance

Persentase Target

Page 114: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

100

target minimal yaitu dibulan September, Oktober dan juga Desember sementara untuk

bulan November diluar target sebesar 62.75 jam. Ternyata Revisi Preventive

Maintenance tasklist yang dilakukan memberikan dampak postif terhadap interval dari

kerusakan yang terjadi yang artinya semakin panjang waktu antara kerusakan satu ke

kerusakan selanjutnya.

Gambar 4. 27 Data MTBB Line 3 2016

Berbeda halnya dengan pencapaian MTBB yang menunjukan trend positif, data MTTR

masih memiliki trend yang tidak terlalu baik, setelah dilakukan perbaikan manajemen

perawatan mesin terdapat 2 bulan yang memiliki nilai dibawah target yang artinya

sangat baik, tetapi masih ada 2 bulan yang memiliki nilai diatas target yang telah diset

yaitu di bulan Spetember dan juga Desember. MTTR ini seperti yang sudah disebutkan

pada analisa ketersediaan dan keandalan mesin berkaitan erat dengan kemampuan atau

skill dari teknisi sehingga banyak faktor kapabilitas team yang berbeda satu dan lainnya.

Gambar 4. 28 Data MTTR Line 3 2016

31.12

70.86 68.43

49.83

73.33

36.91

68.00 61.00 88.90

78.88

62.75

156.67

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

Ja

m

PERIODE

MTBF LINE 3

ACTUAL

TARGET

1.40

1.77

0.81

1.59

0.96

2.97

0.35

1.83 1.96

0.45 0.60

2.23

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

ME

NIT

PERIODE

MTTR LINE 3

ACTUAL

TARGET

Page 115: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

101

Untuk data alokasi biaya, belum menunjukan perubahan yang signifikan, terhadap

preventive maintenance. Dimana alokasi biaya setelah dilakukan masih didominasi

oleh kegiatan work order dikarenakan belum diimplementasikannya masterplan

preventive maintenance yang baru, seperti ditunjukan tabel 4.27.

Tabel 4. 27 Alokasi Biaya Perbaikan Line 3 2016

No Bulan

Biaya

% PM Vs WO Work Order

Preventive

Maintenance Total

1 Jan

195,235,432

2,519,372

197,754,804 1%

2 Feb

32,671,523

2,101,022

34,772,545 6%

3 Mar

192,881,962

1,944,600

194,826,562 1%

4 Apr

135,365,061

28,416,645

163,781,706 17%

5 May

164,994,030

1,760,702

166,754,732 1%

6 Jun

186,201,485

8,950,063

195,151,548 5%

7 Jul

150,607,318

3,831,656

154,438,974 2%

8 Aug

357,579,826

17,346,588

374,926,414 5%

9 Sep

78,183,503

1,719,519

79,903,022 2%

10 Oct

46,135,649

1,697,142

47,832,791 4%

11 Nov

362,971,287

2,391,099

365,362,386 1%

12 Dec

160,951,176

763,083

161,714,259 1%

Lalu bagaimana dengan tujuan utama dari dilakukannya penelitian ini, yaitu untuk

menurunkan tingkat kerusakan mesin yang ada? berikut adalah kondisi breakdown dari

periode pengimplementasian preventive maintenance yang baru seperti ditunjukan

gambar 4.29 tentang penurunan breakdown di line 3 selama 4 bulan terakhir (September

sampai dengan Desember 2016).

Page 116: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

102

Gambar 4. 29 Data Kerusakan Mesin Line 3 2016

Perbaikan manajemen perawatan mesin yang ada terbukti memberikan kontribusi

terhadap penurunan tingkat kerusakan di line 3, terbukti dengan stabilnya pencapaian

mesin selama 4 bulan terakhir yaitu periode September sampai dengan Desember 2016

dimana persentase di ke 4 bulan tersebut selalu dibawah target yang artinya target dari

organisasi tercapai. Adapun pencapaian persentase kerusakan mesin untuk bulan

September sebesar 2.19%, bulan Oktober 0.56%, bulan November 0.96% dan bulan

Desember 1.42%. Penurunan tingkat kerusakan mesin ini tentu saja memberikan

banyak benefit kepada perusahaan. Karena diketahui setiap 1% dari breakdown yang

terjadi di cikarang plant memberikan kerugian sebanyak Rp.2.9 miliar. Dengan

penurunan breakdown ini tentu saja kita dapat menghitung berapa biaya yang dapat

disimpan untuk keperluan lain dari perusahaan yang dapat diselamatkan.

6.15%

2.42%

2.97%

4.71%

1.71%

6%4.94%

5.45%

2.19%

0.56%0.96%

1.42%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12

PER

CEN

TAG

E

PERIOD

BREAKDOWN TOTAL PLANT P1-P12 & YTD

SLED

TARGET

Page 117: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

103

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dari periode September sampai dengan Desember 2016,

serta periode pengambilan data dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2016 dapat

ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tidak tercapainya preventive

maintenance adalah:

a. Preventive maintenance bukanlah prioritas dari organisasi.

b. Preventive maintenance hanya sebuah seremoni, sehingga banyak kegiatan

preventive maintenance yang tidak dilakukan dengan optimal.

c. Adanya silo mindset dari anggota tim, sehingga kurangnya kepedulian dan

tanggung jawab terhadap pengerjaan preventive maintenance.

d. Preventive maintenance yang ada masih terlalu general sehingga banyak

poin yang belum tercapture dalam tasklist yang ada.

e. Tidak lengkapnya alat kerja yang digunakan dalam melakukan preventive

maintenance sehingga menghambat dalam kegiatan perbaikan.

f. Kurangnya penghargaan dari perusahaan terhadap karyawan.

2. Dengan melakukan perbaikan manajemen perawatan mesin terjadi penurunan

tingkat kerusakan mesin yang sangat baik yaitu sebesar, 2.19 % dibulan

September, 0.56% dibulan Oktober, 0.96% dibulan November dan 1.42%

dibulan Desember 2016.

3. Dengan melakukan perbaikan manajemen perawatan mesin melalui pembuatan

ranking mesin didapatkan data 7 mesin yang merupakan ranking 1, 25 mesin

yang masuk kedalam ranking 2 dan 15 mesin yang masuk kedalam ranking 3.

4. Terdapat 15 mesin yang mengalami perubahan tasklist preventive maintenance

dikarenakan sudah tidak sesuai dengan kondisi actual dilapangan.

5. Belum meratanya skill atau kemampuan dari teknisi sehingga masih

memerlukan waktu cukup lama dalam menyelesaikan sebuah masalah

kerusakan mesin dilapangan dengan pencapaian MTTR yang masih diatas

target sebesar 1 jam.

Page 118: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

104

5.2 Saran

Saran yang diberikan bagi perusahaan setelah dilakukan penelitian ini adalah:

1. Perlunya developing lebih lanjut terhadap transfer knowledge dari tim engineering

ke tim produksi dengan pembuatan training need analysis sehingga dapat

mengurangi load dari preventive maintenance di departemen engineering.

2. Konsistensi dan pengawasan terhadap jalannya implementasi organization

performance model untuk mempertahankan kinerja team yang lebih baik.

3. Pengimplementasian kegiatan perbaikan serupa terhadap line lainnya dicikarang

plant.

4. Masih diperlukannya perlengkapan alat kerja untuk mendukung kegiatan perbaikan

dilapangan.

5. Peningkatan penghargaan terhadap karyawan untuk meningkatkan produktifitas

kerja karyawan.

6. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut, untuk menganalisa faktor-faktor yang

mempengaruhi terhadap lamanya perbaikan yang dilakukan oleh teknisi

dilapangan. Salah satu contoh yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan

analisa time motion study.

Page 119: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

105

DAFTAR PUSTAKA

Ebeling, Charles E. (1997), An Introduction to Reliability and Maintainability

Engineering, Me Graw Hill Book Co., Singapore.

Silvia, Marcy, 2013, Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode Min-

Max Stock, Universitas Hasanuddin, Makasar.

Kostas. 1981. Operation Manajemen. edition. New York: Mc Graw Hill International

Book Company. Amitava Mitra. F

Indrajit, R.E. dan Djokopranoto, R. 2011. Dari MRP Menuju ERP, (Online),

(http://www.scribd.com/doc/73457609/16/B-METODA-MIN-MAKS, diakses 30

April 2013).

Prawirosentono, Suyadi. 2001. Manajemen Operasional Analisis dan Studi Kasus.

Jakarta: Bumi Aksara.

Tampubolon. 2004. Manajemen Operasional. Ghalia Indonesia: Jakarta.

O’Connor, Patrick D. T. (2001). Practical Reliability Engineering, Fourth Edition,

Jonh Wiley & Sons Ltd. England.

AS. Corder. (1988). Teknik Manajemen Pemeliharaan. edisa 2. Erlangga, Jakarta

Assauri, S . (2008).Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Biegel, John E. (1990). “ Production Control A Quantitative Approach “, Prentice Hall

of India, 2nd ed.

Munandar, M. (2001). Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoodinasian Kerja

Pengawasan Kerja. Edisi Pertama. BPFE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Baroto T, (2002), Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Page 120: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

106

LAMPIRAN

Page 121: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

107

Lampiran 1

Perhitungan Ranking Mesin

Tabel dibawah adalah perhitngan untuk menghitung ranking mesin line 3, dimana ada

4 parameter yang dipertimbangkan yaitu pengaruhnya terhadap production,

operational impact, maintenance impact dan juga additional risk factors. Dari setiap

parameter dibuatkan 3 sub parameter, yaitu:

1. Production impact

a. Production Backup

b. Production used

c. Production Detected

2. Operational impact

a. Production dedication

b. Utilization

c. Failure impact

3. Maintenance impact

a. Maintenance repair

b. Maintenance failure

c. Maintenance specific

4. Additional risk factors

a. Cost

b. Safety/ environment

c. Quality

Dimana masing-masing sub parameter tadi diberikan score dari 1 sampai dengan 5.

Semakin tinggi score yang diberikan maka semakin besar impact yang diberikan di 4

parameter yang ada. Dari penjelasan tersebut ditentukan untuk mesin ranking 1 dengan

range nilai > 140, ranking mesin 2 dengan range >70 dan <139 serta ranking 3 dengan

range nilai dari 3 sampai dengan <69 maka didapatkan hasil perhitungan seperti

ditunjukan pada tabel 1.

Page 122: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

108

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

1 Mixer

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

60

138

5 4 3

Operational Impact Production dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

36 4 3 3

Additional risk

factors

Cost Safety/ environment Quality

12 4 1 3

2 Penyimpan Adonan

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

60

156

5 4 3

Operational Impact Production dedication Utilization Failure impact

60 5 4 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

12 2 2 3

Additional risk

factors

Cost Safety/ environment Quality

24 4 2 3

3 Mesin Pendeteksi

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

60

142

5 4 3

Operational Impact Production dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

12 2 2 3

Page 123: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

109

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

3 Mesin Pendeteksi Additional risk

factors

Cost Safety/ environment Quality

40 142

4 2 5

4 Conveyor transfer

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

75

147

5 5 3

Operational Impact Production dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

18 2 3 3

Additional risk

factors

Cost Safety/ environment Quality

24 4 2 3

5 Mesin Pencetak

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

50

152

5 5 2

Operational Impact Production dedication Utilization Failure impact

60 5 4 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

18 2 3 3

Additional risk

factors

Cost Safety/ environment Quality

24 4 2 3

6 Oven

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

75 177

5 5 3

Operational Impact Production dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Page 124: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

110

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

6 Oven

Maintenance Impact

Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific 32

177 2 4 4

Additional risk factors

Cost Safety/ environment Quality 40

4 5 2

7 Panel Oven

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

75

153

5 5 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

16 2 2 4

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

32 4 4 2

8 Conveyor Transfer Oven

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

40

124

5 4 2

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

60 5 4 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

16 2 4 2

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

8 4 1 2

Page 125: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

111

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

9 Mesin Pendingin

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

60

168

4 5 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

24 4 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

48 4 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

36 3 4 3

10 Conveyor 1

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48

108

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

11 Conveyor 2

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48 108

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Page 126: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

112

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

11 Conveyor 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific 24

108 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality 6

3 1 2

12 Conveyor 3

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48

108

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

13 Conveyor 4

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48

108

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

Page 127: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

113

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

14 Conveyor 5

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48

108

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

15 Conveyor 6

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48

108

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

16 Conveyor 7

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48 108

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Page 128: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

114

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

16 Conveyor 7

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 108

2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

17 Conveyor 8

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48

108

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

18 Conveyor 9

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48

108

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

Page 129: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

115

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

19 Meja Conveyor 1

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

60

110

5 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

20 5 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

20 Meja Conveyor 2

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

60

110

5 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

20 5 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

21 Conveyor Cream Mesin 1

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48 98

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

20 5 2 2

Page 130: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

116

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

21 Conveyor Cream Mesin 1

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 98

2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

22 Conveyor Cream Mesin 2

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48

98

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

20 5 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

23 Panel Mesin Ceram No.1

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

64

132

4 4 4

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

20 5 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 3 4

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

24 3 4 2

Page 131: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

117

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

24 Panel Mesin Ceram No.2

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

64

132

4 4 4

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

20 5 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 3 4

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

24 3 4 2

25 Mesin Cream No.1

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48

100

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

16 4 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

12 3 1 4

26 Mesin Cream No.2

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

48 100

4 4 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

16 4 2 2

Page 132: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

118

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

26 Mesin Cream No.2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 100

2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

12 3 1 4

27 Mesin Pendeteksi Packing

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

75

136

5 5 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

30 5 2 3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

16 2 2 4

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

15 3 1 5

28 Meja Packing 1

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

40

80

5 4 2

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

16 4 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

18 2 3 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

Page 133: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

119

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

29 Meja Packing 2

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

40

80

5 4 2

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

16 4 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

18 2 3 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

30 Meja Packing 3

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

40

80

5 4 2

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

16 4 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

18 2 3 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

31 Meja Packing 4

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

40 80

5 4 2

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

16 4 2 2

Page 134: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

120

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

31 Meja Packing 4

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

18 80

2 3 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

32 Meja Packing 5

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

40

80

5 4 2

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

16 4 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

18 2 3 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

6 3 1 2

33 Mesin Packing Besar No. 1

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24

66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

Page 135: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

121

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

34 Mesin Packing Besar No. 2

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24

66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

35 Mesin Packing Besar No. 3

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24

66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

36 Mesin Packing Besar No. 4

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24 66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Page 136: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

122

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

36 Mesin Packing Besar No. 4

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 66

2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

37 Mesin Packing Besar No. 5

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24

66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

38 Mesin Packing Besar No. 6

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24

66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

Page 137: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

123

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

39 Mesin Packing Kecil No.1

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24

66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

40 Mesin Packing Kecil No.2

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24

66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

41 Mesin Packing Kecil No.3

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24 66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Page 138: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

124

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

41 Mesin Packing Kecil No.3

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 66

2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

42 Mesin Packing Kecil No.4

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24

66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

43 Pembungkus 1

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24

66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

Page 139: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

125

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

44 Pembungkus 2

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

24

66

4 2 3

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

24 2 4 3

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

10 2 1 5

45 Pengelem 1

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

12

28

3 2 2

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

4 1 2 2

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

4 2 1 2

46 Pengelem 2

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

12 28

3 2 2

Operational Impact

Production

dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Page 140: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

126

Tabel 1 Perhitungan Ranking Mesin Line 3

No Mesin Parameter Sub Parameter 1 Sub Parameter 2 Sub Paramater 3 Score Total

46 Pengelem 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

4 28

1 2 2

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

4 2 1 2

47 Pengelem 3

Production Impact Production Backup Production used Production Detected

12

28

3 2 2

Operational Impact Production dedication Utilization Failure impact

8 2 2 2

Maintenance Impact Maintenance repair Maintenance failure Maintenance specific

4 1 2 2

Additional risk factors Cost Safety/ environment Quality

4 2 1 2

Page 141: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

127

Lampiran 2

Tabel 2 Daftar Kerusakan Mesin Line 3

DATE LINE CATEGORY START FISNISH MACHINE DESCRIPTION ACTUAL

BREAKDOWN

4-Jan-16 3 Equipment Failure 17:20 21:40 Mixer Ganti filter, transfer gula mampet 4.33

6-Jan-16 3 Equipment Failure 12:30 13:45 Mixer Angin Drop 1.25

11-Jan-16 3 Speed losses ( machine

breakdown ) 7:00 8:30 Mesin Cream 1 Ganti sensor dan fuse yang putus

0.75

11-Jan-16 3 Speed losses ( machine

breakdown ) 18:30 20:00 Mesin Cream 2 Ganti silinder cream yang rusak

0.75

12-Jan-16 3 Speed losses ( machine

breakdown ) 15:00 23:00 Mesin Packing Kecil 2 Repair shaft yang aus 1.14

18-Jan-16 3 Speed losses ( machine

breakdown ) 0:00 1:15 Mesin Packing Kecil 5 Cek heater dan thermocontrol

0.18

22-Jan-16 3 Equipment Failure 20:30 22:30 Mesin Pendingin Ganti roll conveyor yang pecah 2.00

22-Jan-16 3 Equipment Failure 23:30 1:30 Mesin Pendingin Ganti roll conveyor dan setting 2.00

22-Jan-16 3 Speed losses ( machine

breakdown ) 3:40 4:40 Mesin Cream 1 Bongkar dan cleaning pump

0.50

25-Jan-16 3 Equipment Failure 15:00 23:00 Mesin Cream 2 Repair shaft yang patah 4.00

25-Jan-16 3 Operational Loss 7:30 9:00 Mesin Pendeteksi

Packing

Setting mesin inspeksi yang tidak

mendetek 1.50

25-Jan-16 3 Operational Loss 11:00 11:30 Mesin Pencetak Repair kabel sensor yang short 0.50

25-Jan-16 3 Speed losses ( machine

breakdown ) 9:00 9:30 Mesin Packing Kecil 4 Ganti power suplai yang rusak

0.07

Page 142: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

128

Tabel 2 Daftar Kerusakan Mesin Line 3

DATE LINE CATEGORY START FISNISH MACHINE DESCRIPTION ACTUAL

BREAKDOWN

26-Jan-16 3 Operational Loss 10:00 11:00 Mesin Pendeteksi

Packing Mesin inspeksi rusak

1.00

27-Jan-16 3 Operational Loss 3:30 3:40 Mesin Pencetak Sensor error, setting sensor 0.17

29-Jan-16 3 Speed losses (

machine breakdown ) 16:00 16:15 Mesin Cream 1

Ganti bearing roll conveyor yang

rusak 0.13

30-Jan-16 3 Equipment Failure 18:30 22:00 Conveyor 1 Repair conveyor yang sobek 3.50

4-Feb-16 3 Equipment Failure 5:00 7:00 Mixer Mixer macet tidak bisa buka tutup 2.00

8-Feb-16 3 Speed losses (

machine breakdown ) 12:30 15:00 Mesin Packing Kecil 4 Repair shaft yang patah

0.36

10-Feb-16 3 Operational Loss 18:00 19:00 Mesin Pendingin Cleaning mesin yang macet karena

remahan biskuit 1.00

14-Feb-16 3 Equipment Failure 7:00 11:40 Mesin Pencetak Ganti bearing yang rusak 4.67

14-Feb-16 3 Equipment Failure 17:00 19:30 Mesin Pencetak Modifikasi dan repair baut yang

patah 2.50

17-Feb-16 3 Equipment Failure 22:00 22:40 Mesin Cream 2 Ganti fuse yang putus 0.33

24-Feb-16 3 Equipment Failure 0:00 1:30 Mesin Packing Besar 4 Ganti gearbox 1.50

10-Mar-16 3 Equipment Failure 12:00 13:00 Penyimpan Adonan Repair dudukan mesin yang jebol 1.00

14-Mar-16 3 Operational Loss 20:00 20:30 Mesin Cream 1 Setting rantai 0.25

16-Mar-16 3 Operational Loss 10:00 10:15 Conveyor 5 Setting dan kencangkan rantai

tension 0.25

21-Mar-16 3 Equipment Failure 19:00 20:10 Mesin Pencetak Setting sensor 1.17

29-Mar-16 3

Equipment Failure 19:40 21:00 Mesin Pencetak Setting jarak pisau dan mesin

pencetak 1.33

29-Mar-16 3 Equipment Failure 2:30 3:50 Mesin Pencetak Repair stopper mesin 1.33

31-Mar-16 3 Equipment Failure 6:00 6:20 Mixer Motor sirkulasi fault 0.33

Page 143: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

129

Tabel 2 Daftar Kerusakan Mesin Line 3

DATE LINE CATEGORY START FISNISH MACHINE DESCRIPTION ACTUAL

BREAKDOWN

4-Apr-16 3 Operational Loss 15:00 15:30 Mesin Cream 2 Setting tension 0.50

5-Apr-16 3 Equipment Failure 3:30 4:55 Conveyor 4 Ganti bearing yang rusak 1.42

5-Apr-16 3 Equipment Failure 11:50 13:10 Mesin Pencetak Stoper bearing lepas, bongkar

pasang bearing yg lepas. 1.33

6-Apr-16 3 Equipment Failure 7:15 8:10 Mesin Pencetak Repair stopper bearing yang lepas 0.92

6-Apr-16 3 Equipment Failure 15:00 15:30 Conveyor 1 Selang angin pecah, ganti baru 0.50

7-Apr-16 3 Operational Loss 7:00 10:00 Mesin Pencetak Setting mesin 3.00

7-Apr-16 3 Equipment Failure 11:45 13:45 Mesin Pencetak Ganti bearing yang pecah 2.00

11-Apr-16 3 Speed losses (

machine breakdown ) 21:30 22:00 Conveyor 6 Setting mesin

0.50

14-Apr-16 3 Operational Loss 2:55 3:15 Conveyor Cream Mesin

2 Pasang silinder tracking yang lepas

1.63

24-Apr-16 3 Equipment Failure 8:00 16:30 Mixer Ganti Oli yang bocor 4.25

27-Apr-16 3 Equipment Failure 0:40 3:20 Conveyor 3 Ganti shaft drive yang aus dan

ganti bearing yang rusak 2.67

28-Apr-16 3 Equipment Failure 7:50 8:15 Conveyor 5

Mesin mati,check

elektrikal,sambung kabel yang

lepas di local switch 0.42

3-May-16 3 Speed losses (

machine breakdown ) 8:20 8:55

Conveyor Cream Mesin

1

Rapihkan conveyor yang

berserabut 0.29

12-May-16 3 Operational Loss 9:30 10:20 Mesin Pencetak Cek dan setting mesin 0.83

23-May-16 3 Equipment Failure 10:00 12:30 Mesin Cream 1 Ganti kawat yang putus 1.25

26-May-16 3 Equipment Failure 15:47 16:13 Mesin Cream 1 Ganti bearing yang pecah 0.22

28-May-16 3 Operational Loss 18:42 20:30 Mesin Pencetak Setting mesin 1.80

Page 144: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

130

Tabel 2 Daftar Kerusakan Mesin Line 3

DATE LINE CATEGORY START FISNISH MACHINE DESCRIPTION ACTUAL

BREAKDOWN

28-May-16 3 Equipment Failure 8:20 9:10 Mesin Pendeteksi

Packing Mesin pendeteksi blank

0.83

30-May-16 3 Operational Loss 11:00 12:30 Mesin Pencetak Cek mesin yang tidak bisa running 1.50

1-Jun-16 3 Equipment Failure 4:00 5:30 Conveyor 1 Roll conveyor macet 1.50

1-Jun-16 3 Operational Loss 6:30 7:00 Conveyor 1 Setting tension conveyor yang

geser 0.50

6-Jun-16 3 Speed losses (

machine breakdown ) 10:00 13:30 Mesin Cream 2 Ganti motor yang short

1.75

18-Jun-16 3 Equipment Failure 20:40 21:30 Oven Mesin fault 0.83

20-Jun-16 3 Operational Loss 15:30 16:30 Mesin Pencetak Repair stopper yang geser 1.00

22-Jun-16 3 Equipment Failure 23:10 5:10 Mesin Pencetak Ganti bearing 6.00

23-Jun-16 3 Equipment Failure 7:00 15:00 Mesin Pencetak Ganti bearing dan perbaikan shaft 8.00

23-Jun-16 3 Equipment Failure 15:00 20:00 Mesin Pencetak Ganti bearing yang rusak 5.00

26-Jun-16 3 Equipment Failure 23:00 2:00 Mesin Pencetak Setting jarak pisau dan mesin

pencetak 3.00

26-Jun-16 3 Equipment Failure 20:45 23:00 Mesin Pencetak Setting jarak pisau dan ganti

bearing 2.25

26-Jun-16 3 Equipment Failure 16:50 17:20 Mesin Pencetak Setting jarak pisau dan mesin

pencetak 0.50

27-Jun-16 3 Equipment Failure 9:30 11:30 Mesin Pencetak Repair shaft dan ganti housing

bearing 2.00

27-Jun-16 3 Equipment Failure 19:40 20:55 Mesin Pencetak Ganti baut tapper lock yang patah 1.25

28-Jun-16 3 Equipment Failure 7:00 15:30 Mesin Pencetak Repair shaft yang geser 8.00

22-Jul-16 3 Equipment Failure 20:00 20:30 Meja Packing 1 Inverter fault 0.50

22-Jul-16 3 Equipment Failure 21:00 21:30 Meja Packing 2 Reset alarm 0.50

Page 145: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

131

Tabel 2 Daftar Kerusakan Mesin Line 3

DATE LINE CATEGORY START FISNISH MACHINE DESCRIPTION ACTUAL

BREAKDOWN

23-Jul-16 3 Equipment Failure 2:00 2:20 Conveyor Transfer Reset inverter yang fault 0.33

23-Jul-16 3 Operational Loss 1:00 1:20 Conveyor Transfer Reset inverter yang fault 0.33

26-Jul-16 3 Equipment Failure 21:00 22:00 Mesin Packing Kecil 3 Repair timing belt yang lepas 0.25

26-Jul-16 3 Speed losses (

machine breakdown ) 17:00 18:00 Mesin Packing Kecil 3 Repair timming belt yang lepas

0.20

2-Aug-16 3 Equipment Failure 15:30 15:40 Mesin Pencetak Mesin Alarm 0.17

5-Aug-16 3 Equipment Failure 13:00 15:00 Mesin Pencetak Mesin Stop 2.00

8-Aug-16 3 Equipment Failure 17:40 18:30 Mesin Pendeteksi

Packing Mesin pendeteksi error

0.83

11-Aug-16 3 Equipment Failure 5:30 7:00 Conveyor 3 Repair shaft yang aus 1.50

12-Aug-16 3 Equipment Failure 7:00 8:30 Conveyor 3 Pasang shaft yang direpair 1.50

19-Aug-16 3 Equipment Failure 23:00 5:00 Mixer Panel Blank 6.00

29-Aug-16 3 Equipment Failure 18:40 19:30 Mixer Selang bocor, ganti dengan yang

baru 0.83

Page 146: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

132

Lampiran 3

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

BEARING SKF 6201-2RS1 1 1 1 1 0.07 1

BEARING SKF 6202-2RS1 4 4 4 4 0.07 4

BOLT SET SCREW M8X8 SUS 24 2 10 1 0.07 2

SEAL PIPA CREAMER SDW FPE L3 - C VMQ 29 7 15 2 0.17 5

SEAL PIPA CREAMER SDW FPE L3 - D VMQ 32 7 13 3 0.17 5

OIL FG PETROCND WO-35 NSF H1-102599 8 2 4 4 0.07 4

OIL MOBILE EP220 6 2 4 4 0.07 4

SELF LOCKING NUT M4 SS 60 1 31 2 0.07 4

HEATER RING 400W/115V;OD100XID45X10 6 1 3 2 0.47 3

PROXIMITY EFECTOR100 IFS204 IFB3004BBPKG 1 1 1 1 0.70 2

BRAKE LINING P/N 11.01059-4 2 2 2 2 0.23 2

TAPER BUSH 2012-35 2 2 2 2 0.23 2

BOLT/NUT SOCKETHEAD M8X25 SUS 34 34 34 34 0.07 36

BOLT/NUT HEX M12X40 GALVANIZED 18 18 18 18 0.07 19

BOLT/NUT HEX M14X30 GALVANIZED 3 3 3 3 0.07 3

BEARING INA SL 18 3004A 1 1 1 1 0.07 1

BEARING PILLOW BLOCK FYH UFL003 5 2 4 4 0.07 4

BEARING SKF 3206-ATN9 3 3 3 3 0.23 4

BEARING SKF YET 207-104 1 1 1 1 0.23 1

BEARING 686.2RS EZO 9 9 9 9 0.23 11

BEARING SKF 609-2RS1 30 18 24 24 0.07 26

Page 147: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

133

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

BEARING SKF 629-ZZ 17 17 17 17 0.07 18

SPRING KARET CURVE BELT L3 350 68 194 36 0.23 82

BEARING SKF 6002-2RS1 21 1 16 16 0.07 17

BOLT/NUT SOCKETHEAD M4X30 SUS 70 25 48 2 0.07 5

OILSEAL GARLOCK KLOZURE 23X5138 MIXER3 10 2 7 1 0.23 2

SIDEBELT SASIB 7110045 (15MM) 5 2 4 4 0.23 5

SIDEBELT SASIB 7114846 (10MM) 12 2 8 1 0.23 3

STECKER BROCO 15 3 10 10 0.07 11

FESTO TUBING PUN 8X1.25 BL 150 14 73 13 0.17 25

FESTO CONNECTOR QS-10-8 11 2 7 1 0.17 2

SHAFT CROSS FEEDER-A SASIB 56 1 29 6 0.23 13

SHAFT CROSS FEEDER-B SASIB 32 32 32 32 0.23 39

MCB MG SCHNEIDER 3P 25A/220V 2 2 2 2 0.17 2

BOLT/NUT SOCKETHEAD M12X50 SUS 15 15 15 15 0.07 16

BEARING SKF 6001-2RS1 13 4 9 9 0.07 10

BEARING SKF 61900-2RS1 2 2 2 2 0.07 2

T-BELT OPTIBELT 800-5M-20 1 1 1 1 0.17 1

BEARING SKF 51106 2 2 2 2 0.07 2

BEARING SKF16008 1 1 1 1 0.07 1

BEARING SKF 61906-2RS 12 2 8 8 0.07 9

BEARING PILLOW BLOCK SKF FY-30 TF 4 4 4 4 0.07 4

Page 148: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

134

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

SLIPRING 2.40.18.32 PINS M4 PN2513000006 1 1 1 1 0.23 1

SEAM SEAL HEATER 300W/120V 2 2 2 2 0.47 3

BOLT SET SCREW M4X8 SUS 68 68 68 68 0.07 73

BOLT SET SCREW M5X8 SUS 30 26 28 28 0.07 30

MARKEM BLACK TFT RIBBON 913810060030BK 1878 544 1,390 33 0.07 125

FUSE BLADE NV 100-500V NH00 2 2 2 2 0.07 2

O-RING VITON 5X43MM 6 6 6 6 0.23 7

BEARING SKF 6006-2RS1 24 8 18 18 0.07 19

SEALING BELT TEFLON 15X1370X0.5 6 6 6 6 0.23 7

ROLLER CHAIN 1/2" TYPE126SR KP12-00035 8 8 8 8 3.00 32

BEARING SKF YAR 206-2F 4 4 4 4 0.07 4

BEARING INA 205-NPPB 2 2 2 2 0.07 2

BOLT/NUT HEX M6X40 SUS 12 12 12 12 0.07 13

BEARING SKF 22206-E 5 4 5 5 0.07 5

ANVIL ENDSEAL 3X130MM P/N 594171403130 1 1 1 1 1.00 2

BOLT/NUT HEX M6X30 SUS 100 88 94 94 0.07 100

SELF LOCKING NUT M6 SS 80 10 45 45 0.07 48

FUSE 4A MDA 8-110-620-923 30 20 23 23 0.07 25

BEARING SKF 6002-2RSH 20 4 12 12 0.07 13

ZANAZI INK BLACK 001 DOD WATERBASED 21 10 16 16 0.07 17

INFEED PUSHER C PACKET SASIB LH 20 20 20 20 0.70 34

Page 149: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

135

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

BEARING SKF 62205-2RS1 8 7 8 8 0.07 9

BEARING SKF 6202 ZZ 16 8 11 11 0.07 12

BOLT/NUT HEX M6X30 GALVANIZED 40 40 40 40 0.07 43

PUSHER LUG 11MM W/O STUD P/N 65600992 200 15 71 90 0.70 140

RODA 6" RIGID K-150 POLYURETHANE 2 2 2 2 0.07 2

RODA 6" SWIVEL J-150 POLYURETHANE 2 2 2 2 0.07 2

SEALING BELT TEFLON 15X1025X0.5 2 2 2 2 0.23 2

BEARING SKF 607-2RS1 6 6 6 6 0.07 6

BOLT/NUT HEX M4X30 GALVANIZED 8 8 8 8 0.07 9

IGNITION CABLE WEISHAUPT 23031011132 1 1 1 1 1.00 2

ELECTRODE WEISHAUPT WG5-WG40.G1-G5 LN 1 1 1 1 1.00 2

T-BELT OPTIBELT XPA-1157 20 9 13 1 0.17 3

BEARING PILLOW BLOCK ASAHI UCFC-210 4 2 3 3 0.07 3

TEMP CONTROL ERO LSD491130000 2 1 2 1 1.00 2

PROX INDUCTIVE PN656493 PNP TLMECQUE 1 1 1 1 0.70 2

RING MOULDER OREO PADOVANI 24 ROWS 1 1 1 1 1.00 2

BEARING SKF 62214-2RS1 7 2 5 5 0.07 5

ROUGHTOP BELT BESTPACK 3155X50X5MM 6 2 3 1 0.23 1

CONV-3 CCL3 CURVEBELT90º-1 1 1 1 1 0.07 1

CONV-10 CCL3 SDW FPE MP-1 (5500X700X1.0) 2 1 1 1 0.07 1

OIL FG PETROCANADA EPFG-460 H1-102597 7 2 4 4 0.07 4

Page 150: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

136

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

BOLT/NUT HEX M8X70 GALVANIZED 1 1 1 1 0.07 1

FESTO CONNECTOR QS-12 3 3 3 3 0.17 4

ROUGHTOP BELT BESTPACK 2810X50X5MM 2 1 2 2 0.23 2

SEAL PIPA CREAMER SDW FPE L3 - B VMQ 30 12 18 3 0.23 7

BOLT/NUT SOCKETHEAD M8X10 SUS 42 42 42 42 0.07 45

ENDLESS WOVEN P/N N447542634 (6340X1300) 1 1 1 1 0.07 1

BOLT/NUT HEX M10X20 SUS 47 14 29 1 0.07 3

FESTO CONNECTOR QS-6 9 2 4 1 0.17 2

INK 5157E MARKEM-IMAJE 1L 4 2 3 3 0.23 4

LIMIT SWITCH OMRON D4B 1111 2 2 2 2 0.47 3

BEARING SKF 6004-ZZ/C3 23 2 10 1 0.07 2

FESTO CONNECTOR QS1/2-10 9 1 5 1 0.17 2

SERVO MOTOR REXROTH 2.7NM 7500RPM 1 1 1 1 1.00 2

CONV-1 CCL3 INCLINE (44800X1300X2.0) 1 1 1 1 0.07 1

CONV-5 CCL3 CURVEBELT90º-2 1 1 1 1 0.07 1

CONV-14 CCL3 CTSGTAMA (97600X1200X1.3) 1 1 1 1 0.07 1

FESTO TUBING PUN 12X1.25 BL 50 46 48 48 0.17 56

FESTO CONNECTOR QS-12-10 6 1 4 4 0.17 5

BEARING SKF 626-ZZ 28 28 28 28 0.07 30

RAIL SA PIN CHAIN FPE L-3 32 12 24 4 0.47 15

FRONT FINGER ASSEMBLY F05463D 20 3 11 9 1.00 20

Page 151: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

137

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

GAS SPRING (MECHANICAL LOCK) 10 10 10 10 1.00 20

INFEED PUSHER A PACKET SASIB LH L5 12 12 12 12 0.70 20

P-INK MIGNIGHT BLACK VJ-MARSH PATRION 5 1 2 2 0.07 2

INFEED CARRIER PIN A L5 15 15 15 15 0.70 26

ASSY PUSHER 11MM L-R PIN INSERT A110957 83 42 57 18 0.70 58

HEAD MARKEM X40 6 2 4 4 0.07 4

CONV-16 PKL3 PTABLE-3 (15000X560X1.1) 1 1 1 1 0.07 1

FILTER BAG POCKET 592X592X20 EFF.80-85% 52 16 34 4 0.23 12

FILTER PLEATED 592X592X40 EFF 30% 52 52 52 52 0.23 64

BEARING SKF 6003-2RS1 2 2 2 2 0.07 2

OIL SEAL NAK 30X47X8 4 1 3 3 0.23 4

BEARING PILLOW BLOCK FYH UFL002 6 6 6 6 0.07 6

DUNG WEISHAUPT W-FM25 V3.11 S02 230 3 2 3 1 1.00 3

BELT DRESSING FOOD GRADE 9 9 9 9 0.07 10

BEARING SKF 6204-2Z/C3 22 5 10 1 0.07 1

BEARING PILLOW BLOCK FYH UC-206 8 1 5 5 0.07 5

KNIFE BLADE L3-1230X97X7MM 1 1 1 1 1.00 2

SANDPAPER SIZE 400 CW 10 10 10 10 0.07 11

FESTO TUBING PUN 6X1 BL 60 30 45 3 0.17 10

FESTO CONNECTOR QSL1/4-12 13 4 8 1 0.17 2

BEARING SKF 6207-ZZ/C3 3 1 2 2 0.07 2

ASSY PUSHER 11MM R-L PIN INSERT A110958 104 32 71 23 0.70 73

SIDE SEAL IMAFORNI L3 2 1 2 2 0.70 3

Page 152: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

138

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

CABLE TIES SIGMA 300 MM 24 9 17 1 0.07 2

FESTO CONNECTOR QS86 2 2 2 2 0.17 2

FESTO CONNECTOR QSL1/86 1 1 1 1 0.17 1

FINGER CARRIER SLUG SASIB LH 29 2 16 9 0.70 20

FINGER CARRIER SLUG SASIB RH 5 5 5 5 0.70 9

BOLT/NUT HEX M8X10 SUS 56 19 38 1 0.07 4

BOLT/NUT SOCKETHEAD M6X20 SUS 134 16 75 4 0.07 9

SENSOR SICK WT112P430 1 1 1 1 1.00 2

FESTO CONNECTOR QS8 20 8 12 1 0.17 3

BEARING SKF 6004ZZ/C3 23 2 10 1 0.07 2

FESTO CONNECTOR QST4 2 2 2 2 0.17 2

FESTO CONNECTOR QS1210 6 1 4 4 0.17 5

FESTO CONNECTOR QS64 1 1 1 1 0.17 1

FESTO CONNECTOR QS1/810 1 1 1 1 0.17 1

TEMP CONTROL WATLOW SD31LCJAAA0G 2 2 2 2 2.00 6

RODA 4" RIGID PU CASTER HAMMER 4 2 3 3 0.23 4

RODA 4" SWIVEL J100 PU CASTER HAMMER 4 2 3 3 0.23 4

ROLLER CHAIN W/ PINS P/N KY0005498 1 1 1 1 1.00 2

CONV10 CCL3 SDW FPE MP1 (5500X700X1.0) 2 1 1 1 0.07 1

CONV11 CCL3 SDW FPE MP2 (5500X700X1.0) 1 1 1 1 0.07 1

SEAL PIPA CREAMER SDW FPE L3 C VMQ 29 7 15 3 0.23 7

SEAL PIPA CREAMER SDW FPE L3 D VMQ 32 7 13 4 0.23 7

BEARING SKF 622142RS1 7 2 5 5 0.07 5

Page 153: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

139

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

GAS SPRING 30 20 25 5 1.00 30

BOLT/NUT HEX M8X20 SUS 150 20 85 4 0.07 10

CONV5 CCL3 CURVEBELT90º2 1 1 1 1 0.07 1

KNIFE ENDSEAL SIGPACK 201 2 2 2 2 0.70 3

SENSOR SICK WT12 2N440 1 1 1 1 1.00 2

SENSOR SICK WT11-2P440 1 1 1 1 1.00 2

BOLT/NUT SOCKETHEAD M6X10 SUS 60 60 60 60 0.07 64

BEARING SKF 6304-2RS1 2 1 2 2 0.07 2

ANVIL ENDSEAL SIGPACK 201 1 1 1 1 0.70 2

COIL VIBRATOR FPE 8 3 5 1 0.47 4

CIRCLIP EXTERNAL Ø70mm 2 2 2 2 0.07 2

SOLVALVE REXROTH LS04-5/2SR-024VDC 8 8 8 8 2.00 24

SHAFT SEAMSEAL-A SLUG AW 3 3 3 3 1.50 8

CONV-4 FML3 SWIVELPANNER (5140X1300X1.3) 1 1 1 1 0.07 1

FESTO SPEED CONTROL GRLA 1/4 QS-6 4 4 4 4 0.23 5

BEARING SKF 6306-ZZ/C3 6 1 4 4 0.07 4

BEARING SKF 6205-2Z/C3 23 4 10 1 0.07 2

FESTO CONNECTOR QS-8 20 8 12 1 0.17 3

CONV-9 CCL3 SDW TBL-2 (20600X800X1.3) 1 1 1 1 0.07 1

CONV-12 CCL3 SDW FPE TRF-1 (24800X600X1) 1 1 1 1 0.07 1

INK 111 BLACK 800ML ZANAZI 5 5 5 5 0.07 5

ADDITIVE 5191 MARKEM-IMAJE 1L 20 17 19 19 0.23 23

FINGER SLUG SASIB LH L5 40 40 40 40 1.00 80

Page 154: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

140

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

INFEED PUSHER SLUG SASIB L5 40 40 40 40 1.00 80

RING PLATE 1/2 X 7/8 x 1/8 4 4 4 4 0.47 6

BEARING SKF YAR 208-2F 4 4 4 4 0.07 4

BEARING SKF 6205-2RS1 3 3 3 3 0.07 3

SANDPAPER SIZE 500 CW 58 1 23 2 0.07 4

GREASE OMEGA 85 SHEAR SENSATION PLUS 1 1 1 1 0.23 1

THINNER IMPALA 67 7 37 2 0.07 4

CAT BESI FTALIT RED 75 24 50 2 0.07 5

CAT BESI FTALIT LEAF GREEN 23 23 23 23 0.07 25

KUAS CAT 2" 30 30 30 30 0.07 32

INFEED PUSHER A PACKET SASIB RH L5 70 70 70 70 1.00 140

STOP KONTAK ISI 4 BROCO 4 4 4 4 0.07 4

STOP KONTAK ISI 2 BROCO 1 1 1 1 0.07 1

CUTTING WHEEL NIPPON RESIBON 4" 200 35 113 6 0.07 13

SILICON SEALENT CLEAR 74 11 50 2 0.07 5

WASHER PLAIN M6 80 80 80 80 0.07 85

WASHER PLAIN M8 94 65 82 82 0.07 87

FESTO CONNECTOR QSY 10-8 2 2 2 2 0.17 2

FESTO CONNECTOR QSY 8-6 8 8 8 8 0.17 9

FESTO CONNECTOR QSL1/4-10 7 7 7 7 0.17 8

FESTO CONNECTOR QS1/2-12 7 4 5 5 0.17 6

FESTO CONNECTOR QS1/4-12 6 6 6 6 0.17 7

FESTO CONNECTOR QST 8-6 5 5 5 5 0.17 6

Page 155: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

141

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

T-BELT UNITTA GATES 3GT 351-9 5 5 5 5 0.23 6

T-BELT UNITTA GATES 3GT 408-277J 5 5 5 5 0.23 6

T-BELT UNITTA GATES 3GT 537-9423J 14 2 7 2 0.23 3

REFRIGERANT DUPONT R404A 5 5 5 5 0.07 5

FESTO CONNECTOR QSY-8 8 1 5 1 0.17 1

FESTO CONNECTOR QST-8 11 11 11 11 0.17 13

FESTO CONNECTOR QS-10 18 3 11 1 0.17 3

PHOTOSENSOR IFM OGH700-OGHLFPKG/US 1 1 1 1 0.70 2

CONV-11 CCL3 SDW FPE MP-2 (5500X700X1.0) 1 1 1 1 0.07 1

RODA 4" SWIVEL J-100 PU CASTER HAMMER 4 2 3 3 0.17 4

BOLT/NUT HEX M5X10 SUS 160 160 160 160 0.07 171

BOLT/NUT HEX M5X15 SUS 100 100 100 100 0.07 107

BOLT/NUT HEX M6X10 SUS 100 100 100 100 0.07 107

SENSOR OMRON E3JM-DS70M4-G 1 1 1 1 0.70 2

FLAP SANDING DISC BILIMA 4" 52 20 36 1 0.07 3

FUSE 5AER 30MMX5MM 14 14 14 14 0.07 15

BEARING SKF 6203 2Z/C3 7 3 5 5 0.07 5

CARBON BRUSH 8X4X15 8-110-630-275 18 18 18 18 1.00 36

CARBON BRUSH 8X4X15 8-110-630-276 18 18 18 18 1.00 36

T-BELT HTD-665-5M BOSCH 4 1 3 3 0.17 3

SEAL PIPA CREAMER SDW FPE L3 - E VMQ 28 26 27 27 0.23 33

O-RING SET WAUKESHA PUMP 060 2 2 2 2 0.23 2

O-RING SET WAUKESHA PUMP 015,018 6 6 6 6 0.23 7

Page 156: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

142

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

O-RING SET WAUKESHA PUMP 030 2 2 2 2 0.23 2

OILSEAL NAK 30X52X7 VITON FDA 10 10 10 10 0.23 12

BEARING SKF 6206-ZZ/C3 10 4 7 7 0.07 7

BEARING SKF 6208 2Z/C3 8 5 7 7 0.07 7

PAD RUBBER MMCF 83 MODU SYSTEM 130 100 115 4 0.23 30

T-BELT HTD 300H-100-25 2 2 2 2 0.17 2

CHAIN RS08B-1 TSUBAKI 2 2 2 2 0.47 3

O-RING VITON 6X43MM 30 16 23 23 0.07 25

MAKE-UP 112 BLACK ZANAZI 12 12 12 12 0.07 13

TERMINAL CABLE 10 MM 9 4 7 7 0.07 7

BEARING SKF 6004-2RS1 2 2 2 2 0.07 2

ANALOG MODULE-EM3/3 WEISHAUPT 1 1 1 1 1.00 2

BEARING PILLOW BLOCK ASAHI UC-204 2 2 2 2 0.07 2

CONTACTOR FUJI SC4-0 16A 220 380VAC 25A 1 1 1 1 0.47 1

FUSE 1.25A 220 5X20 10 10 10 10 0.07 11

BEARING SKF 6206-2RS1 23 23 23 23 0.07 25

BEARING PILLOW BLOCK ASAHI UC-206 1 1 1 1 0.07 1

BEARING PILLOW BLOCK SKF FYTB-25TF 4 4 4 4 0.07 4

ORING SILICONE 43X5.3 5 5 5 5 0.23 6

ORING SILICONE 53X5 10 10 10 10 0.23 12

FRICTION CHAIN MMCF5 5M MODU SYSTEM 3 1 2 2 0.23 2

BEARING BS2#2216#2CS/VT143 SKF 2 2 2 2 0.47 3

KNIFE SHIM 0.05 X 2.8 X 130 P/N 65230018 1 1 1 1 0.23 1

Page 157: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

143

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

CABLE NYYHY 4X2.5MM 100 100 100 100 0.23 123

BEARING SKF YAR 210-2F 2 2 2 2 0.23 2

BEARING SKF 6303-ZZ/C3 1 1 1 1 0.07 1

FESTO CONNECTOR QS1/4-8 10 10 10 10 0.17 12

BOLT/NUT HEX M5X40 SUS 55 55 55 55 0.07 59

FESTO CONNECTOR QST-10 4 4 4 4 0.17 5

FESTO CONNECTOR QS1/4-10 8 8 8 8 0.17 9

MOTOR WEISHAUPT L/A-LUFT STE 4.5 24V 1 1 1 1 1.00 2

BEARING PILLOW BLOCK FYH UC-208 2 2 2 2 0.07 2

BEARING PILLOW BLOCK SKF SY-20TF 2 2 2 2 0.07 2

OIL SEAL VITON 35X72X10 4 4 4 4 0.23 5

OILSEAL TC 50x72x12 NAK 4 4 4 4 0.23 5

FESTO PRESS REGULATOR LR1/8-G7 1 1 1 1 0.23 1

CHAIN RS08B-2 TSUBAKI 1 1 1 1 0.47 1

THERMOCOUPLE 2 WIRE TYPE K DIA 3.9X30 4 4 4 4 0.47 6

CONNECTING CHAIN LINK RS 08B 11 11 11 11 0.47 16

ACRYLIC 4"X8"X5MM 5 5 5 5 0.07 5

PLATE STRIP SUS 304 30MM 5 5 5 5 0.23 6

PLATE STRIP SUS 304 40MM 5 5 5 5 0.23 6

SARUNG TANGAN KAIN 98 98 98 98 0.07 105

CONV-6 CCL3 DECLINE (78000X1300X1.3) 1 1 1 1 0.07 1

BOLT LONG DRAT M12X1000 SUS 1 1 1 1 0.07 1

CABLE SCUN U-RING 2.5MM 34 34 34 34 0.07 36

Page 158: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

144

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

CABLE SENSOR SICK 10 10 10 10 0.70 17

AUTOMATIC LUBRICANT SKF LAGD 125/WA2 6 6 6 6 0.70 10

HEATER WATLOW KCC73012002A 240V 380W 1 1 1 1 0.47 1

INFEED CARRIER PIN A 40 40 40 40 1.00 80

BEARING SKF 6005-2RS1 20 20 20 20 0.07 21

CHAIN RS60 DOUBLE TSUBAKI 1 1 1 1 0.47 1

CHAIN TSUBAKI RS-40 DOUBLE 2 2 2 2 0.47 3

CHAINS RS-35 1 1 1 1 0.47 1

RELAY OMRON 220/240V MY4 15 15 15 15 0.23 19

PUSH BUTTON MG SCHNEIDER 25MM GREEN 5 5 5 5 0.23 6

PENETRANT WD-40 4 4 4 4 0.07 4

CONV-4 CCL3 OVERHEAD (38000X1300X1.3) 1 1 1 1 0.07 1

GLANDPACK ROBCO ENVIROPAK 4039 SIZE 3/8" 5 5 5 5 0.47 7

O-RING 56X7 VITON FDA 2 2 2 2 0.23 2

GLANDPACK ROBCO ENVIROPAK 4039 SIZE 1/4 5 5 5 5 0.47 7

BEARING SKF 6304-ZZ/C3 2 2 2 2 0.07 2

OIL SEAL 20x35x7 1 1 1 1 0.23 1

OILSEAL GARLOCK KLOZURE 23X6367 MIXER1/2 8 8 8 8 0.23 10

FLEXIBLE DRIVE SHAFT 1 1 1 1 0.47 1

BEARING PILLOW BLOCK SKF FYTB-20TF 6 6 6 6 0.07 6

BEARING SKF NU2210-ECP/C3 1 1 1 1 0.07 1

ENDLESS WOVEN (2500X1030) 1 1 1 1 0.07 1

BOLT PHILIPSHEAD M6X15 SUS 28 28 28 28 0.07 30

Page 159: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

145

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

SILICON RUBBER SHEET 1 1 1 1 0.07 1

OIL SEAL VITON 167x125x25 2 2 2 2 0.23 2

JOINT CABLE 2.5 MM+SELONGSONG 70 70 70 70 0.07 75

ELECTRICAL TAPE 3M 2 2 2 2 0.07 2

BOLT/NUT SOCKETHEAD M6X35 SUS 18 18 18 18 0.07 19

FESTO QS-1/8-6 12 12 12 12 0.17 14

GRINDING WHEEL NIPPON RESIBON 4" 20 20 20 20 0.07 21

O-RING 4X40 NBR 4 4 4 4 0.23 5

ROTEX COUPLING 38/64 SHORE D 2 2 2 2 0.47 3

OIL SEAL 45X75X8 VITON 2 2 2 2 0.23 2

FILTER STERILLE ULTRAFILTER P-AK 03/10 3 3 3 3 1.00 6

BEARING PILLOW BLOCK FYH UC-214 1 1 1 1 0.07 1

CABLE TIES SIGMA 200 MM 15 15 15 15 0.07 16

BEARING INA 204-NPPB 26 26 26 26 0.07 28

BEARING HUB CITY #FB160X1.25 BORE 1 1 1 1 0.70 2

BEARING SKF HK 0810 5 5 5 5 0.07 5

T-BELT XPB-2120/5V-840-15MM 6 6 6 6 0.17 7

BEARING SKF 6403 ZZ/C3 1 1 1 1 0.07 1

V-BELT SPA 1600 RED POWER 6 6 6 6 0.47 9

BEARING SKF SYR 1.11/16 1 1 1 1 0.47 1

BEARING PILLOW BLOCK SKF FYTB 1" TF 1 1 1 1 0.07 1

BEARING SKF 22210-E 1 1 1 1 0.07 1

BEARING SKF 22309-EK/C3 2 2 2 2 0.07 2

Page 160: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

146

Tabel 3 Data Management Sparepart

Material Description Max Stock Min Stock Mean Demand Safety Stock Lead Time Reorder Point

BEARING SKF 62306-2RS1 1 1 1 1 0.07 1

BEARING SKF 6311-2RS1 2 2 2 2 0.07 2

BEARING SKF 7304-BE 2 2 2 2 0.07 2

BEARING 1641-DC NICE 1 1 1 1 0.07 1

BEARING SKF 61805-2RS1 2 2 2 2 0.07 2

T-BELT OPTIBELT HTD 8M-1440-30 12 12 12 12 0.17 14

BEARING SKF 1211-E 6 6 6 6 0.07 6

T-BELT OPTIBELT ZRM T5-1100 -25 2 2 2 2 0.17 2

BEARING SKF 61809-2RS1 1 1 1 1 0.07 1

FESTO TUBING PUN 10X1.5 BL 5 5 5 5 0.17 6

V-BELT BANDO A-46 RED SEAL 10 10 10 10 0.23 12

T-BELT OPTIBELT 450L 6 6 6 6 0.17 7

T-BELT OPTIBELT T10/1420D (WIDTH1") 4 4 4 4 0.17 5

V-BELT BANDO B-82 4 4 4 4 0.17 5

BEARING PILLOW BLOCK SKF FY-35TF 4 4 4 4 0.07 4

BEARING PILLOW BLOCK ASAHI UCFC-212 1 1 1 1 0.07 1

SOLVANE CLEANER MARKEM-IMAJE 14 14 14 14 0.23 17

LAMPU PHILIPS TL-5 28W/220V LIFEMAX 47 47 47 47 0.23 58

BRUSH SILVER LS30 5X 8X13 P/N 2430000028 25 25 25 25 1.00 50

SELENOID COIL WEISHAUPT WMFSE507-230V 2 2 2 2 1.00 4

DONALDSON STERIL FILTER ELMN P-SRF04/20 4 4 4 4 1.00 8

Page 161: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

147

Lampiran 4

Master Plan Line 3 (Sebelum Revisi)

NO MESIN MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC JAN FEB

1 MIXER 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

2 PENYIMPAN ADONAN 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

3 MESIN PENDETEKSI 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

4 MESIN PENCETAK 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

5 CONVEYOR TRANSFER 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

6 OVEN 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

7 PANEL OVEN 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

8 CONVEYOR TRANSFER OVEN 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

9 MESIN PENDINGIN 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

10 CONVEYOR 1 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

11 CONVEYOR 2 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

12 CONVEYOR 3 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

13 CONVEYOR 4 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

14 CONVEYOR 5 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

15 CONVEYOR 6 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

16 CONVEYOR 7 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

17 CONVEYOR 8 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

18 CONVEYOR 9 1m 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m

19 MEJA CONVEYOR 1 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

20 CONVEYOR CREAM MESIN 1 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

21 MEJA CONVEYOR 2 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

Page 162: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

148

Lampiran 4

Master Plan Line 3 (Sebelum Revisi)

NO MESIN MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC JAN FEB

22 MESIN CREAM 1 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

23 MESIN CREAM 2 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

24 PANEL CREAM 1 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

25 PANEL CREAM 2 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

26 CONVEYOR CREAM MESIN 2 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

27 MEJA PACKING 1 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

28 MEJA PACKING 2 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

29 MEJA PACKING 3 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

30 MESIN PENDETEKSI PACKING 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

31 MEJA PACKING 4 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

32 MEJA PACKING 5 1m 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m

33 MESIN PACKING BESAR NO.1 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

34 MESIN PACKING BESAR NO.2 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

35 MESIN PACKING BESAR NO.3 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

36 MESIN PACKING BESAR NO.4 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

37 MESIN PACKING BESAR NO.5 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

38 MESIN PACKING BESAR NO.6 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

39 MESIN PACKING KECIL NO.1 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

40 MESIN PACKING KECIL NO.2 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

41 MESIN PACKING KECIL NO.3 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

42 MESIN PACKING KECIL NO.4 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

Page 163: ANALISIS IMPLEMENTASI PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN …

149

Lampiran 4

Master Plan Line 3 (Sebelum Revisi)

NO MESIN MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC JAN FEB

43 PEMBUNGKUS 1 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

44 PEMBUNGKUS 2 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

45 PENGELEM 1 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

46 PENGELEM 2 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m

47 PENGELEM 3 3m 1m 1m 12m 1m 1m 3m 1m 1m 6m 1m 1m