24
ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 (PASCA ADOPSI IFRS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN Oleh: Yunni Angela Yustisia Email : [email protected] Pembimbing I :Susi, S.E., Akt., M.B.A., Ph.D. Pembimbing II : Liza Alvia, S.E.,M.Sc. Akt. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan nilai properti investasi dan laba perusahaan sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS). Penelitian ini juga menganalisis perlakuan akuntansi properti investasi sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS). Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang sudah menerapkan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) pada tahun 2009 dan memilih model nilai wajar untuk menilai properti investasinya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t, dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Terdapat perbedaan signifikan antara nilai properti investasi sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS), tentang properti investasi,(2)Terdapat perbedaan signifikan antara jumlahtotal aset sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS), tentang properti investasi, (3) Terdapat perbedaan signifikan antara laba perusahaan sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) tentang properti investasi, dan (4) Perbedaan perlakuan akuntansi properti investasi sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) adalah sebelum penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) perusahaan tidak diperbolehkan menilai properti investasi dengan model nilai wajar sementara setelah penerapan perusahaan dapat memilih menggunakan model biaya atau model nilai wajar yang akan diterapkan secara konsisten. Kata kunci : properti investasi, model biaya, model nilai wajar, perlakuan akuntansi, dan laba perusahaan.

Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Implementasi PSAK 13 Pasca Adopsi IFRS dan Pengaruhnya terhadap Laba Perusahaan

Citation preview

Page 1: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 (PASCA ADOPSI IFRS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN

Oleh:

Yunni Angela YustisiaEmail : [email protected]

Pembimbing I :Susi, S.E., Akt., M.B.A., Ph.D.Pembimbing II : Liza Alvia, S.E.,M.Sc. Akt.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan nilai properti investasi dan laba perusahaan sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS). Penelitian ini juga menganalisis perlakuan akuntansi properti investasi sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS).

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang sudah menerapkan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) pada tahun 2009 dan memilih model nilai wajar untuk menilai properti investasinya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t, dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Terdapat perbedaan signifikan antara nilai properti investasi sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS), tentang properti investasi,(2)Terdapat perbedaan signifikan antara jumlahtotal asetsebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS), tentang properti investasi, (3) Terdapat perbedaan signifikan antara laba perusahaan sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) tentang properti investasi, dan (4) Perbedaan perlakuan akuntansi properti investasi sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) adalah sebelum penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) perusahaan tidak diperbolehkan menilai properti investasi dengan model nilai wajar sementara setelah penerapan perusahaan dapat memilih menggunakan model biaya atau model nilai wajar yang akan diterapkan secara konsisten.

Kata kunci : properti investasi, model biaya, model nilai wajar, perlakuan akuntansi, dan laba perusahaan.

Page 2: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

ANALYSIS ON IMPLEMENTATION OF PSAK 13 (POST-ADOPTION IFRS) AND ITS INFLUENCE ON COMPANY PROFIT

Oleh:

Yunni Angela YustisiaEmail : [email protected]

Pembimbing I :Susi, S.E., Akt., M.B.A., Ph.D.Pembimbing II : Liza Alvia, S.E.,M.Sc. Akt.

ABSTRAK

This study aims to analyze the difference in values of investment property and profit before and after the implementation of PSAK 13 (post-adoption of IFRS). The study also analyzes the accounting treatments of investment properties before and after implementation of PSAK 13 (post-adoption of IFRS).

This study uses samples of selected companies that have applied PSAK 13 (post-adoption of IFRS) in 2009 and choose fair value model to measure their investment properties. Hypotheses are tested by using t-tes two related sample test Wilcoxon at degree of significant 95% .

The results shows that: (1) There is a significant difference between the value of investment properties before and after implementation of PSAK 13 (post-adoption of IFRS) , (2) There is a significant difference between the total assetsbefore and after implementation of PSAK 13 (post- adoption of IFRS), (3) There is a significant difference between net income before and after implementation of PSAK 13 (post-adoption of IFRS), and (4) the difference of accounting treatment of investment properties before and after implementation of PSAK 13 (after the adoption of IFRS) is after implementation companies can choose to use the cost model or fair value model to be applied consistently.

Key words: investment property, the cost model, fair value model, accounting treatment, and company profits.

Page 3: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

1. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen di dalam

mengelola sumber daya perusahaan kepada para stakeholder-nya. Para

stakeholder yang terdiri atas investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan

kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat menggunakan

laporan keuangan untuk berbagai pengambilan keputusan ekonomi mereka.

Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambil keputusan yang bersifat

ekonomi dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang terus menerus berubah karena

adanya globalisasi, baik lingkungan bisnis yang bertumbuh bagus, dalam keadaan

stagnasi maupun depresi. Kondisi ini menyebabkan perbedaan standar akuntansi

di berbagai negara.

Indonesia sendiri telah memiliki standar akuntansi yang berlaku di Indonesia.

Prinsip atau standar akuntansi yang secara umum dipakai di Indonesia tersebut

lebih dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

PSAK disusun dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan

Indonesia adalah organisasi profesi akuntan yang ada di Indonesia. Seiring

dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan internasional, Ikatan

Akuntansi Indonesia telah mencanangkan dilaksanakannya program konvergensi

International Financial Reporting Standards (IFRS) yang akan diberlakukan

secara penuh pada 1 Januari 2012. Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Page 4: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

IAI Wibisana menyatakan dampak dari konvergensi IFRS ini yaitu relevansi

laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar.

Salah satu penggunaan nilai wajar yang diadopsi oleh Ikatan Akuntan Indonesia

yaitu mengenai properti investasi yang diatur dalam PSAK 13 (pasca adopsi

IFRS). Berbeda dengan PSAK 13 (1994) yang tidak mengizinkan menggunakan

metode nilai wajar dalam mengukur properti investasi, PSAK 13 (pasca adopsi

IFRS) yang mulai efektif diberlakukan pada 1 Januari 2008 ini memberikan dua

alternatif pengukuran properti investasi yaitu dengan menggunakan model biaya

dan model nilai wajar yang harus diterapkan secara konsisten.

Penggunaan nilai wajar dianggap memberikan informasi yang lebih relevan dalam

pengambilan keputusan. Akibat dari adanya revaluasi aset menyebabkan nilai

aset tersebut bisa naik maupun turun. Selisih yang timbul akibat dari revaluasi

aset yang mengalami kenaikan nilai aset diakui sebagai surplus revaluasi yang

merupakan keuntungan bagi perusahaan, keuntungan yang diperoleh diakui di

laporan laba rugi, sehingga dapat menambah laba bagi perusahaan. Sedangkan

selisih penurunan revaluasi aset merupakan kerugian bagi perusahaan tersebut.

Penurunan nilai aset diakui sebagai rugi, sehingga kerugian dari penurunan nilai

aset dapat mengurangi laba yang diperoleh.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : (1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai

properti investasi sebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS),

Page 5: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

(2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah total aset sebelum

dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS), (3) Apakah terdapat

perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan sebelum dan sesudah penerapan

PSAK 13 (pasca adopsi IFRS), (4) Bagaimana perlakuan akuntansi properti

investasisebelum dan sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS).

2. Landasan Teori

2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Properti

Investasi

Didalam International Financial Reporting Standards (IFRS)properti investasi

diatur dan diungkapkan dalam IAS 40 tentang investment property. Kemudian

IAS 40tersebut diadopsi ke dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.13

(PSAK 13) tentang properti investasi yang direvisi pada tahun 2007 dan disahkan

oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI).

Sebelum menerapkan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS), Indonesia menggunakan

PSAK 13 tentang akuntansi untuk investasi yang dikeluarkan oleh DSAK sejak 7

september 1994.Dalam PSAK 13 (1994) investasi diklasifikasikan kedalam dua

kelompok, yaitu investasi lancar dan investasi jangka panjang. Tidak ada

pengaturan secara khusus dan tegas mengenai properti investasi karena PSAK 13

(1994) mengatur akuntansi untuk investasi secara umum dan properti investasi

termasuk di dalamnya. PSAK 13 (1994) tidak mengizinkan penggunaan model

nilai wajar dalam pengukuran properti investasi sehingga pengukuran dilakukan

dengan model biaya.Sementara pada PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) yang direvisi

Page 6: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

pada tahun 2007 dan berlaku efektif untuk penyusunan laporan keuangan untuk

periode yang dimulai atau setelah 1 Januari 2008, properti investasi sudah diatur

secara khusus.

PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) membedakan antara properti investasi dan properti

yang digunakan sendiri. Properti yang digunakan sendiri (owner occupied

property) adalah properti yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa

pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa

atau untuk tujuan administratif.

Properti investasi dikuasai untuk menghasilkan rental atau untuk mendapatkan

kenaikan nilai atau keduanya. Dengan demikian properti investasi dapat

menghasilkan kas secara mandiri tanpa tergantung dengan aset lain yang dikuasai

entitas. Hal ini yang membedakan properti investasi dengan properti yang

digunakan sendiri. Properti yang digunakan sendiri menghasilkan kas dengan

besinergi dengan aset lain. Misalnya, tanah, bangunan, peralatan dan persediaan

digunakan secara bersama-sama untuk menghasilkan produk untuk dijual.

Pengertian Nilai Wajar (Fair Value)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:13.1), nilai wajar adalah suatu jumlah

yang digunakan untuk mengukur aset yang dapat dipertukarkan melalui suatu

transaksi yang wajar (arm’s length transaction) yang melibatkan pihak-pihak

yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai.

Page 7: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

Nilai wajar (fair value) dari suatu aset dapat ditentukan sesuai dengan nilai pasar.

Karena di dalam IFRS banyak menggunakan basis mark-to-market sebagai dasar

penilaian. Apabila tidak terdapat nilai pasar yang dapat dijadikan nilai wajar maka

dasar penilaian dapat menggunakan basis mark-to-model atau dengan

menggunakan teknik dengan bantuan jasa penilai independen.

Sedangkan menurut Greuning yang diterjemahkan oleh Tanujaya (2005:295)

nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran

aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak-pihak yang paham

(knowledgeable)dan berkeinginan untuk melakukan transaksi yang wajar (arm’s

length transaction).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa nilai wajar yaitu suatu jumlah yang

dapat digunakan untuk mengukur aset yang bisa dipertukarkan melalui transaksi

yang wajar antara pihak-pihak yang berkeinginan dan yang memahami.

Keunggulan nilai wajar (fair value) antara lain :

1. Laporan keuangan menjadi lebih relevan untuk dasar pengambilan

keputusan

2. Meningkatkan keterbandingan laporan keuangan.

3. Informasi lebih dekat dengan apa yang diinginkan oleh pemakai laporan

keuangan.

Di Indonesia pada praktiknya data pasar resmi belum tersedia secara memadai.

sehingga penggunaan basis nilai wajar sebagai basis penilaian akan banyak

Page 8: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

menggunakan basis mark-to-model atau dengan menggunakan teknik bantuan jasa

penilai independen.

Pengaruh Implementasi PSAK 13 Sebelum dan Setelah Adopsi IFRS

terhadap Laba Perusahaan

Dalam PSAK 13 (1994) suatu entitas hanya diperkenankan menggunakan model

biaya dan tidak diperkenankan menggunakan model nilai wajar. Properti

investasi dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan

dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. perusahaan melakukan perhitungan

depresiasi atas aset yang bersangkutan selama masa manfaatnya. Depresiasi

itulah yang akan menjadi beban tiap periode dimana perusahaan menggunakan

properti investasi.

Depresiasi yang dihitung oleh perusahaan pada tiap periode akan diakumulasikan

(dikumpulkan) dalam akun khusus yang disebut dengan akumulasi depresiasi.

Jadi akumulasi depresiasi dapat dikatakan sebagai bagian dari nilai aset tetap yang

sudah memberikan aliran manfaat ekonomis dan tidak lagi bisa memberikan

tambahan aliran manfaat ekonomis.

Beban dari depresiasi akan dilaporkan sebagai beban operasi dalam laporan laba

rugi. Akumulasi depresiasi akan dilaporkan di dalam neraca, sebagai pengurang

nilai perolehan aset tetap. Nilai perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi

depresiasinya merupakan nilai buku dari aset tetap tersebut. Perhitungan

depresiasi yang berhubungan dengan beban operasi perusahaan membuat

Page 9: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

perlakuan terhadap depresiasi berimplikasi langsung dalam perhitungan laba atau

rugi perusahaan.

Sementara pada PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) perusahaan berhak memilih model

biaya atau model nilai wajar untuk menilai suatu aset properti investasi. Dengan

penggunaan nilai wajar maka perusahaan akan mendapatkan nilai yang realistis

dari sebuah aset properti investasi mereka, selisih yang terjadi dari penilaian

metode nilai wajar tersebut baik surplus ataupun defisit akan diakui sebagai

pendapatan / beban lain – lain perusahaan, seperti yang juga dinyatakan oleh

PSAK 13 (2007) bahwa laba atau rugi yang timbul dari perubahan nilai wajar atas

properti investasi harus diakui dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya.

Properti investasi yang diukur menggunakan nilai wajar tidak perlu disusutkan,

karena entitas selalu menyajikan nilai wajarnya setiap tanggal akhir periode

pelaporan keuangan, sehingga penyusutan yang dilakukan tidak akan memberikan

pengaruh apa pun terhadap nilai yang akan disajikan di laporan keuangan.

Berbagai penelitian tentang IFRS telah banyak dilakukan, namun fokus penelitian

tentang adopsi IFRS pada PSAK 13 tentang properti investasi di Indonesia dapat

dikatakan masih terbatas. Penelitian Ilham (2010) menyatakan bahwa penerapan

PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) tentang properti investasiyang

mengizinkanperusahaan menggunakan nilai wajar pada penilaian properti

investasi berdampak signifikan terhadap laba perusahaan.

2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Page 10: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

Salah satu adopsi yang dilakukan oleh Indonesia terhadap IFRS yaitu tentang

Investment Property (IAS 40) dengan merevisi PSAK 13 pada tahun 2007. PSAK

13 (revisi 2007) memberikan dua alternatif pengukuran properti investasi, yaitu

dengan menggunakan model biaya dan model nilai wajar yang harus diterapkan

oleh secara konsisten. Sebelum pengadopsian IFRS, PSAK 13 (1994) yang

diterapkan di Indonesia hanya mengizinkan penilaian properti investasi dengan

model biaya. Model biaya yang dimaksud di sini adalah model biaya yang sama

dengan yang diatur dalam standar akuntansi untuk aset tetap (PSAK No. 16

tentang Aset Tetap). Penerapan model biaya mensyaratkan entitas menyajikan

properti investasi pada biaya perolehan dikurangi akumulasi depresiasi.

Sementara pada PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) perusahaan dapat memilih

menggunakan model biaya atau model nilai wajar Jika perusahaan memilih

pengukuran menggunakan nilai wajar, maka untuk setiap tanggal neraca,

perusahaan harus menghitung nilai wajar dari properti investasi. Dengan

penggunaan nilai wajar tersebut maka perusahaan akan mendapatkan nilai yang

realistis dari sebuah aset properti investasi mereka, selisih yang terjadi dari

penilaian metode nilai wajar tersebut baik surplus ataupun defisit akan diakui

sebagai pendapatan / beban lain – lain perusahaan, hal ini tercermin pernyataan

pada pada PSAK 13 revisi 2007 par. 38 bahwa :

“Laba atau rugi yang timbul dari perubahan nilai wajar atas properti investasi

harus diakui dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya.”

Page 11: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

Dari penjelasan dan konsep yang telah dijelaskan diatas, peneliti merumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Setelah menerapkan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) perusahaan diperbolehkan

menggunakan model nilai wajar untuk menilai properti investasi. Sementara

PSAK 13 (1994) hanya memperbolehkan model biaya untuk menilai properti

investasi. Maka hipotesisnya adalah:

Ha1 =Ada perbedaan signifikan antara nilai properti investasi sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 13(pascaadopsi IFRS).

2. Setelah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS), naik dan turunnya nilai

properti investasi akibat penerapan model nilai wajar oleh perusahaan akan

berpengaruh terhadap jumlah total aset. Maka hipotesisnya adalah:

Ha2 =Ada perbedaan signifikan antara total aset perusahaan sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 13(pascaadopsi IFRS).

3. Dalam PSAK 13 (1994) oerusahaan mencatat properti investasi sebesar biaya

perolehan dikurangi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan aset.

Depresiasi tersebut akan menjadi beban tiap periode dimana perusahaan

menggunakan properti investasi. Perhitungan depresiasi yang berhubungan

dengan beban operasi perusahaan akan berimplikasi langsung terhadap

perhitungan laba atau rugi perusahaan. Sementara penerapan PSAK 13(pasca

adopsi IFRS) yang membolehkan penggunaan nilai wajar dalam menilai

properti investasi menyebabkan nilai aset tersebut bisa naik maupun turun.

Page 12: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

Selisih yang timbul akibat revaluasi aset akan diakui di laporan labarugi

perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesisnya adalah:

Ha2 = Ada perbedaan signifikan antara laba sebelum dan sesudah

penerapan PSAK 13(pascaadopsi IFRS).

Kerangka pemikiran penelitian ini akan dideskripsikan pada gambar berikut:

Gambar 2.1Skema Kerangka Pemikiran

Sebelum adopsi IFRS

Properti Investasi

PSAK 13

Setelah adopsi IFRS

Nilai wajarModel biayaModel biaya

LABA PERUSAHAAN

Biaya depresiasi

Surplus/ Defisit Nilai wajar

Page 13: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

3. Metode Penelitian

3.1 Sampel

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 –

2009. Untuk menentukan sampel digunakan metode purposive sampling.

Berdasarkan populasi yang diambil penulis, berikut adalah kriteria pengambilan

sampel yang digunakan penulis :

a. Sampel yang diambil adalah sampel yang sesuai dengan judul penelitian, yaitu

laporan keuangan yang belum menggunakan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS)

pada tahun 2007 dan laporan keuangan yang sudah menggunakan PSAK 13

(pasca adopsi IFRS) pada tahun 2009.

b. Laporan keuangan yang sudah menerapkan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS)

pada tahun 2009 menilai properti investasi dengan model nilai wajar.

c. Tidak ada penambahan nilai properti investasi yang disebabkan oleh

pembelian aset selama tahun 2007-2009. Hal ini untuk mengontrol bahwa

kenaikan nilai properti investasi adalah disebabkan oleh perubahan nilai wajar.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba. Sedangkan variabel

independennya adalah nilai properti investasi yang diukur dengan model nilai

wajar dan nilai properti investasi yang diukur dengan model biaya historis.

Page 14: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

Tabel 3.1Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Model nilai wajar

“Jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak – pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar” PSAK 13 (revisi 2007)

Nilai wajar propertidan total asetinvestasi pada tahun 2009

Rasio

Model biaya historis

“ setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai aset”PSAK 16 (revisi 2007)

Nilai properti investasi dan total aset dihitung dengan model biaya historis

rasio

Laba(Y)

”Laba (income) adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu”. (Soemarso S.R. 2005 ;245)

Laba bersih =Penjualan – HPP –Beban Operasi +Pendapatan lain-lain – beban kerugianlain-lain – bebanpajak.(Jerry J. Weygand.2008;200)

Rasio

3.3 Metode Analisis Data

A. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2008), analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan

untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagimana adanya tanpa bermaksud mebuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi

Page 15: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

B. Uji Beda Dua Rata-Rata Berpasangan (t-test)

Dalam penelitian ini, akan di uji dengan uji t. Menurut Kuncoro (2004), uji t

digunakan untuk mengetahui apakah suatu peristiwa tersebut berpengaruh

signnifikan atau tidak.

H1 =Ada perbedaan signifikan antara nilai properti investasi sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 13(pascaadopsi IFRS).

H2 =Ada perbedaan signifikan antara nilai total aset sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 13(pascaadopsi IFRS).

H3 = Ada perbedaan signifikan antara laba perusahaansebelum dan sesudah

penerapanPSAK 13(pascaadopsi IFRS).

C.Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan

95% dengan tingkat kesalahan analisi (α ) 5%. Kriteria penerimaan atau

penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai p-value. Keputusan bedasarkan

probabilitas sebagai berikut.

Jika p-value> 0,05 maka hipotesis ditolak (tidak signifikan)

Jika p-value< 0,05 maka hipotesis diterima (signifikan).

Apabila hipotesis diterima, hal itu menunjukkan bahwa variabel tersebut memang

berpengaruh terhadap nilai properti investasi dan laba perusahaan. Namun jika

ditolak, berarti variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap nilai properti

investasi dan laba perusahaan.

Page 16: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Statistik Deskriptif Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK 13 (Pasca

Adosi IFRS)

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 18.0.0 for

Windows, diperoleh statistik deskriptif yang memberikan penjelasan mengenai

nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan nilai standar deviasi

dari variabel-variabel penelitian. Berikut ini merupakan gambaran atas statistik

deskriptif masing-masing variabel :

1. Nilai Properti Investasi

Tabel 4.1Statistik Deskriptif

Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

2007 7 Rp655.467.186 Rp62.000.000.000 Rp29.572.694.119,71 Rp18.914.195.981,893

2009 7 Rp27.944.000.000 Rp217.000.000.000 Rp81.288.744.368,43 Rp78.461.680.588,061

Sumber: Data diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa setelah penerapan PSAK 13

(pasca adopsi IFRS) terdapat kenaikan nilai properti Investasi sebesar 174,88%

ata sebesar Rp 51.716.050.248,72 yaitu naik dari Rp 29.572.694.119,71 menjadi

Rp 81.288.744.368.

Dapat kita lihat nilai minimum properti investasi sebelum diterapkannya PSAK 13

(pasca adopsi IFRS) terdapat pada PT Garuda Indonesia Tbk dan nilai maksimum

terdapat pada PT Astra Internasional Tbk Sedangkan setelah penerapan PSAK 13

(pasca adopsi IFRS) nilai minimum properti investasi terdapat pada PT Asuransi

Bina Dana Arta Tbk, sementara nilai maksimum terdapat pada PT Astra

Internasional Tbk.

Page 17: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

2. Total Aset

Tabel 4.2Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

2007 7 Rp181.709.227.000 Rp63.250.000.000.000 Rp11.178.323.978.895 Rp23.249.207.023.756

2009 7 Rp186.853.913.000 Rp88.938.000.000.000 Rp15.720.652.897.464 Rp32.714.624.531.000

Sumber: Data diolah (lampiran 2)

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa setelah penerapan PSAK 13

(pasca adopsi IFRS) terdapat kenaikan total aset sebesar Rp4.542.328.918.569

atau 40,63% dari Rp11.178.323.978.895 menjadi Rp15.720.652.897.464.Dapat

kita lihat nilai minimum total aset sebelum diterapkannya PSAK 13 (pasca adopsi

IFRS) terdapat pada PT Asuransi Bintang Tbk dan nilai maksimum terdapat pada

PT Astra Internasional Tbk. Sedangkan setelah penerapan PSAK 13 (pasca

adopsi IFRS) nilai minimum laba bersih terdapat pada PT Asuransi Bintang Tbk,

sementara nilai maksimum terdapat pada PT Astra Internasional Tbk.

3. Laba Bersih

Tabel 4.3Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

2007 7 (Rp12.295.709.000) Rp6.519.000.000.000 Rp1.012.041.372.242,00 Rp2.433.754.874.343,498

2009 7 Rp3.636.627.000 Rp10.040.000.000.000 Rp1.700.121.569.525,00 Rp3.701.310.362.724,221

Sumber: Data diolah (lampiran 2)

Page 18: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa setelah penerapan PSAK 13

(pasca adopsi IFRS) terdapat kenaikan laba bersih sebesar Rp 688.080.197.283

atau 67,99% dari Rp 1.012.041.372.242 menjadi Rp 1.700.121.569.525.Dapat

kita lihat nilai minimum laba bersih sebelum diterapkannya PSAK 13 (pasca

adopsi IFRS) terdapat pada PT Asuransi Bintang Tbk dan nilai maksimum

terdapat pada PT Astra Internasional Tbk Sedangkan setelah penerapan PSAK 13

(pasca adopsi IFRS) nilai minimum laba bersih terdapat pada PT Asuransi

Bintang Tbk, sementara nilai maksimum terdapat pada PT Astra Internasional

Tbk.

4.2 Uji Hipotesis

4.2.1 Perbedaan Nilai Properti Investasi Sebelum dan Sesudah Penerapan

PSAK 13 (Pasca Adopsi IFRS)

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai properti investasi sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) sebagaimana dihipotesiskan

dalam Ha1 berikut:

Ha1 : Ada perbedaan signifikan antara nilai properti investasi sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 13(pascaadopsi IFRS).

Pengujian hipotesis menggunakan alat analisis two related sample test Wilcoxon.

Hasil pengujian hipotesis disajikan pada tabel 4.4:

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis Nilai Properti Investasi

Nilai Properti Investasi Sig. (2-tailed) Keterangan

Pasca adopsi IFRS 0,018 Ha diterima

Sumber: Data diolah (lampiran 3)

Page 19: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

Dalam hipotesis ini peneliti menguji nilai properti investasi setahun setelah

menerapkan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) yang dibandingkan dengan nilai

properti investasi setahun sebelum PSAK 13 (pasca adopsi IFRS). Kriteria

penerimaan atau penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai p-value dengan

tingkat signifikan α = 0,05.Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan p

(0,018) <α. Berdasarkan hasil tersebut maka Ha diterima dan Ho ditolak.

4.2.2 Perbedaan Jumlah Total Aset Sebelum dan Sesudah Penerapan PSAK

13 (Pasca Adopsi IFRS)

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan total aset sebelum dan sesudah

penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) sebagaimana dihipotesiskan dalam

Ha2berikut:

Ha2 : Ada perbedaan signifikan antara total aset sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 13(pascaadopsi IFRS).

Pengujian hipotesis menggunakan alat analisis two related sample test Wilcoxon.

Hasil pengujian hipotesis disajikan pada tabel 4.5:

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Hipotesis Total Aset

Total Aset Sig. (2-tailed) Keterangan

Pasca adopsi IFRS 0,043 Ha diterima

Sumber: Data diolah (lampiran 3)

Dalam hipotesis ini peneliti menguji jumlah total aset setahun setelah menerapkan

PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) yang dibandingkan dengan jumlah total aset

setahun sebelum PSAK 13 (pasca adopsi IFRS). Kriteria penerimaan atau

Page 20: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai p-value dengan tingkat signifikan

α = 0,05.Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan p (0,043) <α.

Berdasarkan hasil tersebut maka Ha diterima dan Ho ditolak.

4.2.3 Perbedaan Laba Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan PSAK

13 (Pasca Adopsi IFRS)

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan laba bersih sebelum dan sesudah

penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) sebagaimana dihipotesiskan dalam Ha2

berikut:

Ha2 :Ada perbedaan signifikan antara laba bersih sebelum dan sesudah

penerapan PSAK 13(pascaadopsi IFRS).

Pengujian hipotesis menggunakan alat analisis two related sample test Wilcoxon.

Hasil pengujian hipotesis disajikan pada tabel 4.6:

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Hipotesis Laba bersih

Laba bersih Sig. (2-tailed) Keterangan

Pasca adopsi IFRS 0,018 Ha diterima

Sumber: Data diolah (lampiran 3)

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan p (0,018) <α. Berdasarkan hasil

tersebut maka Ha diterima dan Ho ditolak.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Hipotesis 1

Hasil penelitian yang dilakukan menggambarkan adanya perbedaan signifikan

antara nilai properti investasi sebelum dan setelah penerapan PSAK 13 (pasca

Page 21: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

adopsi IFRS). Adanya revaluasi aset menyebabkan nilai properti investasi bisa

naik maupun turun. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, p (0,018) <α

menunjukkan adanya peningkatan nilai properti investasi setelah perusahaan

menerapkan model nilai wajar untuk menilai properti investasinya. Hal ini bisa

disebabkan oleh meningkatnya harga pasar properti. Dengan ini hasil pengujian

hipotesis pertama diterima.

4.3.2 Hipotesis 2

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara

jumlah total aset sebelum dan setelah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS).

Hal ini disebabkan oleh naiknya nilai properti investasi akibat revaluasi. Naik dan

turunnya nilai properti investasi berpengaruh terhadap jumlah total aset

perusahaan. Dengan hasil pengujian kedua yang menujukkan p (0,043) <α maka

hipotesis kedua diterima.

4.3.3 Hipotesis 3

Hasil uji hipotesis ini menggambarkan adanya peningkatan Laba bersih pada

perusahaan setelah menerapkan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS). Hal ini bisa

disebabkan karena adanya kenaikan nilai wajar properti investasi dari tahun

sebelumnya, dimana surplus dari kenaikan nilai properti investasi tersebut di catat

dalam laporan laba rugi tahun berjalan sesuai dengan yang telah diatur dalam

PSAK 13 (pasca adopsi IFRS).

Page 22: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Ilham (2010) yang menyatakan bahwa

penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) tentang properti investasi yang

mengizinkan perusahaan menggunakan nilai wajar pada penilaian properti

investasi berdampak signifikan terhadap laba perusahaan. Dengan hasil pengujian

kedua yang menujukkan p (0,018) <α maka hipotesis kedua diterima.

5. Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan atas implementasi PSAK 13 (pasca adopsi

IFRS) mengenai properti investasi dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan,

maka penulis mengambil simpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan signifikan antara nilai properti investasi sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) tentang properti

investasi.

2. Terdapat perbedaan signifikan antara jumlah total aset sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) tentang properti

investasi

3. Terdapat perbedaan signifikan antara laba perusahaan sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) tentang properti

investasi.

4. Perbedaan perlakuan akuntansi properti investasi sebelum dan sesudah

penerapan PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) adalah sebelum penerapan

PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) perusahaan tidak diperbolehkan menilai

properti investasi dengan model nilai wajar sementara setelah penerapan

Page 23: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

perusahaan dapat memilih menggunakan model biaya atau model nilai

wajar yang akan diterapkan secara konsisten.

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang diberikan, penulis memberikan beberapa saran yang

mungkin bisa dipertimbangkan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian

selanjutnya mengenai implementasi PSAK 13 (pasca adopsi IFRS) dan penerapan

nilai wajar agar penelitian memperoleh hasil yang lebih baik antara lain :

1. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel penelitian untuk

mendapatkan hasil yang lebih akurat secara statistik.

2. Penelitian selanjutnya dapat meneliti dampak penerapan nilai wajar

terhadap aspek lain dalam perusahaan selain laba rugi perusahaan.

Page 24: Analisis Implementasi PSAK 13.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi ,Irham. 2006. Analisis Investasi dalam Perspetif Ekonomi dan Politik. Bandung: Refika Aditama

Greuning, Hennie Van. 2005. International Financial Reporting Standards: A Practical Guide. Jakarta : Salemba Empat. Penerjemah: Edward Tanujaya

Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.

Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta:Rajawali Pers.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009. Jakarta : Salemba Empat.

Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield. 2008. Akuntansi Intermediate. Jakarta : Erlangga.

Kuncoro. 2004. Metode Penelitian. Jakarta : Prenhallindo.

Ilham, Panji(2010) : Penerapan International Financial Reporting Standarts (IFRS) Mengenai Investment Property Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan. Skripsi. Dikutip dari Library Online Unikom.ac.id

Purwanti, Dyah. Bahan Ajar Akuntansi Keuangan Menengah I.Program DiplomaIII KeuanganSpesialisasi Akuntansi Pemerintahan.

Soemarso, SR. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Citra.

Taswan. 2008. Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta Rupiah edisi ketiga.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

http://asil4dworld.wordpress.com

http://finance.detik.com/read/2009/05/28/110140/1138564/5/konvergensi-ifrs-berlaku-2012

http://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?catid=&id=184

http://mappi.co.id

http://staff.blog.ui.ac.id/martani/

www.idx.co.id.

www.sai.ugm.ac.id/site/images/pdf/ifrs.pdf