Upload
others
View
36
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS JENIS-JENIS KALIMAT
DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII
SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Petronela Susi
141224055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS JENIS-JENIS KALIMAT
DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII
SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Petronela Susi
141224055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
“Karena masa depanmu sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang”
(Amsal 28:13)
“Rahasia kesuksesan adalah melakukan hal yang biasa secara tak biasa”
(Jhon D Rockefeller Jr)
“Hindari mengeluh dan menyalahkan orang lain. Seburuk apapun keadaan,
selalu mecari cara untuk melakukan perbaikan. Orang yang bersikap positif
selalu melihat kesulitan sebagai peluang, bukan peluang sebagai kesulitan”
(Luh Ketut Suryani)
“Jangan suka menunda waktu untuk hal penting karena akan merugikan
dirimu sendiri”
(Petronela Susi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ucapan syukur kepada-Nya, skripsi ini saya persembahkan kepada:
Yesus Kristus Yang Mahakuasa yang selalu menyertaiku dan memampukanku
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Kedua orangtuaku Bapak Lorensius Layang dan Ibu Margareta Manit yang selalu
memberi semangat, doa, dan dukungan kepada penulis.
Kedua adikku Yulius Medianto dan Fery Piterson yang menjadi penyemangat
mengerjakan skripsi ini.
Orang terkasih Agustinus Kuncoroyang selalu memberi semangat, mendoakan,
tempat berkeluh kesah, dan pemberi motivasi selama mengerjakan skripsi ini.
Ibu Yuliana Sridiasih, Bapak Heribertus Sunarta, Andria Slamet Sriutami yang
telah mendoakan, memberi dukungan, dan nasihat.
Segenap teman-teman PBSI angkatan 2014 atas pengalaman yang
diperoleh bersama.
Segenap sahabat-sahabatku yang namanya tidak bisa disebutkan satu
persatu yang telah memberikan dukungan, semangat, dan menghibur saya
dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini saya persembahkan sebagai tanda terima kasih atas dukungan
dan cinta kasih yang diberikan selama ini kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Susi, Petronela. 2019. Analisis Jenis-Jenis Kalimat dalam KaranganNarasi
Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 YogyakartaTahun Ajaran
2017/2018. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD. Penelitian ini mengkaji tentang jenis kalimat yang dihasilkan oleh siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan susunan dan berdasarkan maksud. Jenis kalimat berdasarkan susunan terbagi menjadi kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat tunggal sedangkan kalimat berdasarkan maksud terdiri dari kalimat berita. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif karena penelitian ini mendeskripsikan jenis-jenis kalimat dalam karangan narasi siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah 32 karangan narasi siswa. Data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat dalam karangan narasi siswa. Objek penelitian ada dua, yaitu kalimat berdasarkan susunan dan kalimat berdasarkan maksud. Penelitian ini menggunakan teknik tes tertulis berupa uraian. Tes ini terdiri dari sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh jawaban dari siswa berupa karangan narasi.
Berdasarkan hasi analisis data, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 sudah dapat menghasilkan kalimat berdasarkan susunan dan berdasarkan maksud. Pada karangan narasi yang dihasilkan oleh siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 terdapat 9 kalimat majemuk setara, 4 kalimat majemuk bertingkat,119 kalimat tunggal, dan 38 kalimat berita yang dijadikan sebagai data dalam penelitian ini. Kata Kunci: Kalimat, Jenis-jenis Kalimat, dan Karangan Narasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Susi, Petronela. 2019.Analysis of Sentence Types on A Student’s Narrative
EssayGrade VII in SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in the Academic
Year 2017/2018. Thesis. Yogyakarta: JPBS, FKIP, USD.
This research reviewed the sentence types produced by the seventh grade
students of Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in the academic year 2017/2018. The
purpose of this research described sentence types based on arrangement and
meaning. The sentence type based on arrangement divided into equivalent
compound sentence, inequivalent compound sentence, and simple sentence. The
sentence type based on its meaning divided into news sentence.
The kind of this research was qualitative decriptive because this research
described sentence types in the student’s narrative essay. Source of data this
research are the types of sentences 32 in the student’s narrative essay. The
research data are sentence in the student’s narrative essay. There are two
research object, sentence types based on arrangement and meaning. This
research used written test technique in the form of a description. This test
consisted of a number of written questions to get responses from the students in
the form of narrative essays.
Based on the result of data analysis, it could be concluded that the
seventh grade students of Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta in the
academic year 2017/2018 had produced sentence types based on arrangement
and meaning. The narrative essays had been produced by the seventh grade
students of Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta in the academic year
2017/2018 were 9 equivalent compound sentences, 4 inequivalent compund
sentences, 119 simple sentences, and 38 news sentences which used as data in this
research.
Keywords: Sentence, Sentence Types, and Narrative Essay.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa atas
kebaikan dan berkat-Nya sehingga skripsi berjudul Analisis Jenis-Jenis Kalimat
dalam KaranganNarasi Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 YogyakartaTahun
Ajaran 2017/2018diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
karena ada doa, dukungan, motivasi serta bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia membimbing skripsi kepada penulis, memberi saran,
mengarahkan, serta memberi masukan kepada penulis dalam mengerjakan
skripsi ini.
3. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia atas segala kelancaran dan
dukungan yang telah diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku triangulator yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk mengecek dan menvalidasi hasil analisis data
penulis dalam penelitian ini.
5. Segenap dosen Prodi PBSI yang telah mendidik, memberikan ilmu
pengetahuan, dan membimbing selama penulis mengikuti proses
perkuliahan.
6. Ibu Th. Rusmiyati selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan kelancaran, memberikan
bantuan bagi penulis hingga pada saat penyusunan skripsi ini.
7. Br. Yosep Utmiyadi, FIC, S.S. selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur
1 Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian di sekolah.
8. Ibu Yuliana Dewi S, S.Pd. selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia
kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah membimbing dan
memberi masukan selama melakukan pengambilan data di SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta.
9. Para siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, khususnya kelas
B yang telah bersedia menerima dan berproses bersama untuk kelancaran
pengambilan data dalam penulisan skripsi ini.
10. Kedua orangtuaku terkasih, Bapak Lorensius Layang dan Ibu Margareta
Manit serta kedua adikku Yulius Medianto dan Fery Piterson yang
memberikan dukungan, doa, semangat, serta biaya untuk kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
penulis selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
11. Orang terkasih Agustinus Kuncoro yang telah memberikan dukungan,
doa, semangat, serta menghibur selama mengerjakan skripsi ini.
12. Ibu Yuliana Sridiasih, Bapak Heribertus Sunarta, dan Andria Slamet
Sriutamiyang telah mendoakan, memberi dukungan dan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari terhadap adanya kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Maka, penulis meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini
terdapat berbagai kekurangan. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna
bagi siapapun yang membacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
MOTTO ................................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............ vii
ABSTRAK ............................................................................................ viii
ABSTRACT .......................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
1.5 Definisi Istilah ................................................................................. 5
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................... 8
2.1 Kajian Teori .................................................................................... 8
2.2 Peneltian Terdahulu yang Relevan ................................................. 8
2.3 Kalimat ........................................................................................... 10
2.4 Unsur-unsur Kalimat ...................................................................... 12
2.4.1 Subjek .............................................................................. 12
2.4.2 Predikat ............................................................................ 15
2.4.3 Objek ............................................................................... 16
2.4.4 Pelengkap ........................................................................ 18
2.4.5 Keterangan ..................................................................... 20
2.5 Jenis-jenis Kalimat ......................................................................... 22
2.5.1 Kalimat Berdasarkan Bentuk .......................................... 23
2.5.1.1 Kalimat Tunggal .............................................. 24
2.5.1.2 Kalimat Majemuk ............................................ 25
2.5.1.3 Kalimat Majemuk Setara ................................. 26
2.5.1.4 Kalimat Majemuk Bertingkat .......................... 26
2.5.1.5 Kalimar Majemuk Campuran .......................... 27
2.5.1.6 Kalimat Majemuk Rapatan .............................. 28
2.5.2 Kalimat Berdasarkan Makna .......................................... 29
2.5.2.1 Kalimat Berita ................................................. 30
2.5.2.2 Kalimat Perintah ............................................. 31
2.5.2.3 Kalimat Seru .................................................... 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2.5.2.4 Kalimat Penegasan ............................................ 33
2.5.3 Kalimat Berdasarkan Susunan ......................................... 34
2.5.3.1 Kalimat Tak Berklausa ..................................... 34
2.5.3.2 Kalimat Majemuk ............................................. 35
2.5.3.3 Kalimat Majemuk Setara .................................. 36
2.5.3.4 Kalimat Majemuk Bertingkat ........................... 37
2.5.3.5 Kalimat Tunggal ............................................... 38
2.5.4 Kalimat Berdasarkan Maksud ......................................... 39
2.5.4.1 Kalimat Berita .................................................. 39
2.5.4.2 Kalimat Tanya ................................................. 41
2.5.4.3 Kalimat Suruh .................................................. 42
2.5.4.3.1 Kalimat Suruh Sebenarnya ............... 42
2.5.4.3.2 Kalimat Persilahan ........................... 43
2.5.4.3.3 Kalimat Ajakan ................................. 44
2.5.4.3.4 Kalimat Larangan .............................. 45
2.5.5 Kalimat Aktif ................................................................... 45
2.5.6 Kalimat Pasif .................................................................... 46
2.5.7 Kalimat Majemuk Setara .................................................. 47
2.5.8 Kalimat Majemuk Bertingkat ........................................... 48
2.5.9 Kalimat Majemuk Campuran ............................................ 48
2.6 Karangan ......................................................................................... 50
2.7 Narasi .............................................................................................. 51
2.7.1 Prinsip-prinsip Narasi ....................................................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
2.7.1.1 Alur .................................................................... 52
2.7.1.2 Penokohan .......................................................... 53
2.7.1.3 Latar ................................................................... 53
2.7.1.4 Sudut Pandang .................................................... 53
2.7.2 Langkah-langkah Pengembangan Narasi ......................... 53
2.7.3 Ciri-ciri Karangan Narasi ................................................. 54
2.7.4 Jenis-jenis Narasi ............................................................. 55
2.7.4.1 Narasi Eskpositoris ........................................... 56
2.7.4.2 Narasi Sugestif .................................................. 56
2.8 Kerangka Berpikir .......................................................................... 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 59
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 59
3.2 Data dan Sumber Data.................................................................... 60
3.3 Objek Penelitian ............................................................................ 61
3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................... 62
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 62
3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................... 64
3.7 Triangulasi ....................................................................................... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................... 66
4.1 Deskripsi Data ................................................................................. 66
4.2 Analisis Data .................................................................................. 67
4.2.1 Kalimat Berdasarkan Susunan .............................................. 67
4.2.1.1 Kalimat Majemuk Setara .................................................. 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
4.2.1.2 Kalimat MajemukBertingkat ..................................... 68
4.2.1.3 Kalimat Tunggal ................ ....................................... 69
4.2.2 Kalimat Berdasarkan Maksud .................................................... 70
4.2.2.1 Kalimat Berita atau Kalimat Deklaratif ........................ 71
4.3 Pembahasan .................................................................................. 72
4.3.1 Kalimat Berdasarkan Susunan ............................................ 73
4.3.2 Klausa Berdasarkan Maksud................................................ 74
BAB V PENUTUP .......................................................................... 76
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 76
5.2 Saran ........................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 78
LAMPIRAN .................................................................................... 81
BIOGRAFI PENULIS .................................................................... 147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Keterangan ..................................................... 20
Tabel 3.1 Nama Siswa dan Judul Karangan ..................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Alur Kerangka Berpikir .................................................. 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohoan Izin Penelitian .....................................…. 82
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................ 83
Lampiran 3 Daftar Siswa SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta Kelas VII B ………………………………….. 92
Lampiran 4 Surat Permohonan triangulator ......................................…... 93
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta................................................ 94
Lampiran 6 Karangan Narasi Siswa Kelas VII B SMP Pangudi Luhur
1 Yogyakarta ............................................................…......... 95
Lampiran 7 Triangulasi Data dan Hasil Penelitian ................................… 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menjalin hubungan dengan manusia
lain menggunakan bahasa. Salah satunya komunikasi secara tidak langsung
menggunakan salah satu media seperti karangan yang ditulis oleh penulis yang
didalamnnya mengandung pesan atau maksud yang hendak disampaikan kepada
pembaca. Karangan dapat ditulis oleh setiap orang termasuk siswa. Karangan
merupakan salah satu wujud keterampilan menulis yang di dalamnya
mengungkapkan ide-ide dan gagasan-gagasan seseorang.
Menurut Semi (2007: 14), menulis adalah aktivitas kreatif menuangkan
gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Maksudnya, menulis merupakan suatu
proses yang dianggap sebagai aktivitas yang memiliki daya cipta yang menuangkan
gagasan menjadi lambang-lambang dalam tulisan sehingga tulisan yang dihasilkan
dapat dipahami oleh pembaca. Menulis adalah kegiatan menyatakan pikiran dan
perasaan dalam bentuk tulisan untuk menyampaikan maksud kepada pembaca.
Menulis merupakan komunikasi secara tidak langsung kepada pembaca.
Menurut Kartono (2009:17), menulis adalah aktivitas menuangkan pikiran
yang hendak disampaikan kepada khalayak. Maksud pendapat tersebut ialah
menulis merupakan aktivitas yang menggunakan pikiran untuk mengungkapkan
ide-ide yang hendak dituangkan ke dalam tulisan. Hal tersebut menyebabkan
kemampuan menulis memerlukan keterampilan penguasaan bahasa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menyampaikan ide-ide atau gagasan sehingga menghasilkan sebuah karangan yang
padu. Karangan yang padu terdiri dari paragraf-paragraf yang di dalamnya
mengandung kalimat-kalimat.
Menurut Ramlan (2008: 17), secara fungsional kalimat terdiri dari subjek,
predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Pengetahuan mengenai unsur-unsur
kalimat tersebut menjadi dasar seseorang untuk menulis kalimat dan menentukan
jenis-jenis kalimat yang akan digunakan dalam sebuah tulisan salah satunya
karangan. Kalimat berperan penting dalam komunikasi langsung maupun tidak
langsung karena kalimat harus mampu menyampaikan informasi kepada orang lain.
Menurut Gie (2002: 3), karangan ialah hasil wujud gagasan seseorang dalam
bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Maksudnya, karangan
merupakan karya tulis seseorang untuk mengungkapkan ide-ide dan gagasan dan
menyampaikannya dalam bahasa tulis kepada pembaca. Materi mengenai karangan
sudah diajarkan kepada siswa sejak berada di sekolah dasar (SD). Dalam menulis
karangan, siswa dituntut berpikir kreatif dalam mengungkapkan gagasan-gagasan
dan ide-ide dalam bentuk tulisan. Hal tersebut dapat melatih siswa agar terbiasa
menulis.
Penelitian ini memilih karangan narasi yang ditulis oleh siswa kelas VII
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Pemilihan materi
karangan narasi didasarkan pada dua hal. Pertama, sesuai dengan kurikulum yang
digunakan oleh SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta menggunakan kurikulum 2013
revisi 2016. Materi karangan narasi terdapat dalam kompetensi dasar 3.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
memahami pengertian karangan narasi, prinsip-prinsip narasi, langkah-langkah
pengembangan narasi, ciri-ciri narasi, dan jenis-jenis narasi. Kesesuaian dengan
kurikulum yang ada diharapkan dapat membantu siswa untuk menulis karangan
narasi dengan baik. Kedua, ingin mengajak siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 bercerita melalui tulisan yang siswa tulis
dalam sebuah karangan narasi yang nantinya dapat melatih keterampilan menulis
siswa.
Kelas VII semester 2 dipilih karena dianggap sudah memiliki bekal
pengetahuan mengenai materi mengarang. Materi mengarang dan kalimat baku
sudah diajarkan kepada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2017/2018 pada semester I. Penulis memilih SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta sebagai tempat untuk melakukan penelitian karena belum pernah ada
peneliti lain yang melakukan penelitian mengenai jenis-jenis kalimat dalam
karangan narasi di tempat tersebut.
Penulis memilih topik ini didasarkan pada dua hal. Pertama, materi yang
diajarkan sesuai dengan kurikulum yang digunakan di SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta, yaitu kurikulum 2013 revisi 2016. Kedua, siswa kelas VII sudah
diajarkan materi menulis karangan pada semester I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang ditemukan
sebagai berikut.
a. Apa saja jenis-jenis kalimat yang digunakan dalam karangan narasi siswa
kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta berdasarkan susunannya?
b. Apa saja jenis-jenis kalimat yang digunakan dalam karangan narasi siswa
kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta berdasarkan maksudnya?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan jenis-jenis kalimat berdasarkan susunan dalam karangan
narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
b. Mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan maksud dalam karangan narasi
siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Persoalan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah jenis-jenis kalimat
berdasarkan susunan dan berdasarkan maksud dalam karangan narasi siswa kelas
VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai
berikut.
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya dalam bidang kebahasaan terutama yang berkaitan dengan
penggunaan jenis-jenis kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti lain
Penelitian ini memberi masukan kepada para peneliti dalam bidang
kebahasaan yang berkaitan dengan penggunaan jenis-jenis kalimat dalam
karangan narasi.
2) Bagi para guru bahasa Indonesia
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada para guru bahasa
Indonesia untuk mengajarkan bahasa Indonesia dengan teliti terutama
dalam pemakaian jenis kalimat dalam karangan narasi.
3) Bagi SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
Penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi mengenai
kemampuan siswa dalam bidang menulis. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi dan dorongan kepada para
siswa agar menghasilkan tulisan yang baik dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
1.5 Definisi Istilah
Berikut ini akan dipaparkan mengenai batasan-batasan istilah yang
digunakan dalam penelitian ini agar tidak mengalami kesalahan dalam pemahaman.
a. Menulis
Menulis adalah kegiatan melahirkan ide dan mengemas ide itu ke dalam
bentuk lambang-lambang grafis berupa tulisan yang bisa dipahami oleh
orang lain (Nurhadi, 2017: 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
b. Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatis yang dibatasi oleh intonasi akhir. Dalam
bahasa tulis kalimat dibatasi oleh tanda (.), (?), dan tanda (!). Berdasarkan
unsurnya, kalimat sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat
(Ramlan, 2008: 17).
c. Karangan
Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis
yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca (Gie, 2002 : 3).
d. Narasi
Narasi merupakan jenis paragraf yang terstruktur disajikan dalam bentuk
rangkaian peristiwa atau kisah (Kusmana, 2014: 70-71).
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan dijabarkan dalam lima bab yang diuraikan secara
sistematis sebagai berikut
Bab I berisi tentang (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3)
tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika
penelitian. Bab II berisi tentang landasan teori yang akan digunakan untuk
menganalisis masalah-masalah yang diteliti. Bab II berisi (1) penelitian yang
relevan, (2) kalimat, (3) unsur-unsur kalimat, (4) jenis-jenis kalimat, (5) karangan,
(6) narasi, dan (7) kerangka berpikir. Bab III mengenai metode penelitian yang
memuat tentang cara dan prosedur yang akan digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data. Dalam bab III akan diuraikan (1) jenis penelitian, (2) sumber data
dan data, (3) objek penelitian, (4) instrumen penelitian, (5) teknik analisis data, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
(6) triangulasi. Bab IV berisi pembahasan yang berkaitan dengan data, terdiri dari
(1) deskripsi data, (2) analisis data, (3) dan pembahasa. Bab V berisi mengenai (1)
kesimpulan, dan (2) saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
Pada bagian kajian teori diuraikan mengenai penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini, teori mengenai kalimat,
unsur-unsur dalam kalimat, jenis-jenis kalimat, karangan, dan narasi.
2.2 Penelitian yang Relevan
Berdasarkan data yang penulis temukan sebagai bahan dalam melakukan
penelitian ini, penulis menemukan penelitian mengenai jenis-jenis kalimat yang
pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penulis menemukan penelitian yang relevan
dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini, yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Cicilia Primasari Murharjanti (2012) berjudul Jenis Kalimat Bahasa
Indonesia dalam Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X Semester I SMA Sang Timur
Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian yang dilakukan oleh Cicilia
Primasari Murharjanti (2012) memiliki relevansi dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis saat ini, yaitu sama-sama menganalisis jenis kalimat dalam
karangan siswa. Namun, penelitian yang dilakukan oleh penulis saat ini memiliki
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cicilia Primasari Murharjanti
(2012). Perbedaannya terletak pada Cicilia Primasari Murharjanti membahas
mengenai kalimat berdasarkan kelengkapan unsur dan berdasarkan jumlah klausa.
Hasil penelitian yang diperoleh oleh Cicilia, yakni kalimat lengkap berjumlah 208
kalimat dan kalimat tak lengkap berjumlah 61 kalimat. Penelitian yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
oleh peneliti saat ini mengkaji kalimat berdasarkan susunan dan kalimat
berdasarkan maksud yang dikemukakan oleh seorang ahli M. Ramlan dalam
bukunya yang berjudul Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis.
Penulis menemukan penelitian kedua yang relevan dengan penelitian yang
penulis lakukan saat ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Herningdyah
Cahyaning Ratri (2017) berjudul Analisis Jenis Kalimat pada Karangan Guru-
guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur 2015. Penelitian Herningdyah
Cahyaning Ratri (2017) memiliki relevansi dengan penelitian yang penulis
lakukan saat ini, yaitu sama-sama mengkaji jenis-jenis kalimat dalam karangan.
Namun, perbedaannya terletak pada sumber data dan jenis-jenis kalimat yang
dianalisis. Sumber data penelitian yang dilakukan oleh Herningdyah, yaitu
karangan guru-guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh penulis saat ini sumber datanya, yaitu karangan narasi siswa
kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018.
Peneliti Herningdyah menganalisis jenis-jenis kalimat berdasarkan jumlah
klausa dan berdasarkan bentuk sintaksis. Hasil yang diperoleh penggunaan
kalimat tunggal berjumlah 105 kalimat dan kalimat majemuk berjumlah 83
kalimat, tetapi penelitian yang penulis lakukan saat ini menganalisis jenis-jenis
kalimat dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta,
kalimat berdasarkan susunan dan kalimat berdasarkan maksudnya.
Berdasarkan kedua penelitian relevan di atas, dapat diketahui yang diteliti
ialah jenis-jenis kalimat bahasa Indonesia. Namun, belum ada yang meneliti
mengenai jenis kalimat berdasarkan susunan dan jenis kalimat berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
maksud yang dikemukakan oleh M. Ramlan dalam bukunya berjudul Ilmu Bahasa
Indonesia: Sintaksis. Oleh karena itu, jenis kalimat berdasarkan susunan dan jenis
kalimat berdasarkan maksud perlu diteliti untuk menambah informasi dan
melengkapi penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Cicilia Primasari
Murharjanti dan Herningdyah Cahyaning Ratri.
2.3 Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diungkapkan
dengan intonasi naik atau turun. Dalam wujud tulisan kalimat diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri oleh tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!)
( TBBBI, 2010: 317). Pendapat di atas mengungkapkan kalimat yang digunakan
sesuai konteksnya, yaitu kalimat yang digunakan saat berkomunikasi lisan dan
kalimat yang digunakan saat berkomunikasi menggunakan tulisan.
Menurut Ramlan (2001: 21), kalimat adalah satuan gramatikal dibatasi
oleh jeda panjang yang disertai dengan intonasi akhir naik atau turun. Kalimat
dibatasi oleh jeda, sehingga kalimat tersebut dapat dikatakan kalimat yang
sempurna artinya memilki jeda yang teratur sehingga dalam pengucapan maupun
dalam tulisan, tidak membingungkan para pembaca atau pendengar. Pendapat
Ramlan, hampir sama dengan yang diungkapkan dalam buku Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, bahwa kalimat dalam wujud lisan memiliki intonasi akhir naik
atau turun sedangkan dalam wujud tulisan memiliki jeda agar maksud yang
hendak disampaikan tidak membingungkan pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Kalimat berwujud rentetan kata yang disusun sesuai kaidah yang berlaku.
Setiap kata mempunyai fungsi dalam kalimat. Unsur-unsur dalam kalimat
meliputi subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Menurut C.A Mess
(dalam Suhardi 2013: 62), kalimat adalah rangkaian kata-kata yang terstruktur
menyatakan pikiran seseorang dengan jelas dengan mereka yang mengerti
bahasanya. Maksudnya, kalimat terdiri dari kata-kata yang menyatakan ide-ide
dari seseorang berisi maksud yang hendak disampaikan kepada pembaca dan
pendengar.
Kalimat merupakan satuan sintaksis yang berupa klausa, dilengkapi
dengan kojungsi bila perlu, dalam wujud lisan disertai dengan intonasi final,
dalam wujud tulisan diakhiri tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).
Menurut Chaer (2009: 44), kalimat adalah satuan bahasa yang menjadi inti
pembicaraan dalam sintaksis. Kalimat merupakan satuan unsur yang terdiri dari
konstituen dasar berupa klausa, dilengkapi oleh konjungsi bila diperlukan dan
disertai oleh intonasi final. Maksudnya, pembahasan dalam materi sintaksis yang
paling utama ialah mengenai kalimat. Kalimat bahasa Indonesia mengandung
unsur klausa, yaitu subjek dan predikat.
Kalimat sebagai satuan bahasa dapat berdiri sendiri yang mengungkapkan
ide-ide dan gagasan menjadi pikiran yang utuh. Menurut Rahardi (2009: 76),
kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan
ide atau gagasan. Dapat dikatakan sebagai satuan bahasa terkecil karena
sesungguhnya di atas tataran kalimat itu masih terdapat satuan kebahasaan lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
yang jauh lebih besar. Jadi, kalimat sebagai satuan bahasa terkecil yang digunakan
untuk mengutarakan pikiran seseorang.
Dari pendapat para ahli di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa
kalimat adalah satuan bahasa dalam wujud lisan memiliki intonasi final sedangkan
dalam wujud tulisan, diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik
(.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Suatu kalimat dikatakan utuh apabila
sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat.
2.4 Unsur-unsur Kalimat
Dalam kalimat terdiri dari unsur-unsur yang membangun sebuah kalimat
sehingga dapat menjadi suatu kesatuan utuh dan memiliki kelengkapan unsur
yang menjadikan kalimat tersebut dikatakan kalimat yang baik dan benar sesuai
kaidah bahasa Indonesia. Berikut ini, penulis menguraikan unsur-unsur kalimat
dari pendapat beberapa ahli. Kemudian, penulis menyimpulkan pendapat ahli dan
penulis menggunakan satu pendapat ahli mengenai unsur-unsur kalimat yang
digunakan untuk acuan menganalisis data jenis-jenis kalimat dalam penelitian
yang penulis lakukan saat ini.
2.4.1 Subjek
Dalam sebuah kalimat, subjek merupakan unsur yang berpotensi sebagai
pelaku. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nomina atau pronomina.
Menurut Sukini (2010: 60), subjek pada umumnya berupa nomina, frasa nominal,
frasa verbal, atau klausa dan terletak sebelum predikat. Menurut Ramlan (2008:
17), unsur subjek ialah unsur yang dibicarakan oleh unsur predikat. Unsur subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
terletak dimuka predikat. Namun, terdapat pula kalimat yang berstruktur predikat-
subjek, hanya terbatas pada verba tertentu, yaitu verba asal seperti ada, tampak,
tumbuh, hidup, verba pasif, dan kata terdapat yang didahului oleh keterangan.
Menurut Rahardi (2009: 77), dalam kalimat, subjek tidak selalu terletak di
depan predikat. Adakalanya, subjek terletak di belakang predikat terutama sekali
untuk kalimat yang berdiatesis pasif. Maksudnya, unsur subjek dalam kalimat
pada umumnya terletak di depan predikat, tetapi subjek dapat terletak di belakang
predikat. Jadi, subjek merupakan unsur kalimat yang sifatnya wajib hadir yang
berpotensi sebagai pelaku dalam kalimat. Fungsi subjek berupa nomina, frasa
nominal atau klausa. Perhatikan contoh berikut ini.
1) Ayah sedang membaca koran.
Dengan menerapkan formula di atas, maka pertanyaannya adalah ‘siapa
yang sedang belajar?’ Jawabannya ialah Ayah. Maka subjek kalimat di
atas ialah Ayah. Kata sedang membaca menduduki unsur predikat dan kata
koran menduduki unsur objek.
2) Gadis itu sangat cantik.
Kalimat di atas termasuk contoh kalimat yang di dalamnya mengandung
unsur subjek. Subjek kalimat (2) ialah ‘gadis itu’. Jadi, verba atau kata
kerja pun bila diberi ‘itu’akan menjadi subjek kalimat
3) Anak yang nakal itu menangis tidak henti-hentinya dari tadi.
Pada contoh kalimat (3) subjeknya ialah kata ‘anak yang nakal itu’.
Subjek sering juga berupa frasa verbal. Contoh subjek yang berupa frasa
verbal dapat dilihat melalui contoh berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
4) Membangun gedung bertingkat mahal sekali.
5) Berjalan kaki menyehatkan badan.
Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama
jamak dan biasanya tidak hadir. Berikut contoh kalimat imperatif yang
mempunyai subjek berbentuk orang kedua atau orang pertama jamak.
6) Tolong (kamu) bersihkan meja ini
7) Mari (kita) makan.
Kata kamu dan kita ialah subjek dalam kalimat imperatif pada kalimat (6)
dan (7). Adapun ciri-ciri subjek yakni jawaban apa atau siapa, didahuli kata
bahwa, berupa kata-kata atau frasa benda/nomina, disertai kata ini, itu, disertai
pewatas yang, kata sifat didahului kata si dan sang contohnya si manis, sang juara,
dan tidak didahului oleh preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan
sebagainya dan tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi, dan bukan.
Subjek juga dapat berupa kata dan dapat pula berupa frasa. Berupa kata
contohnya saya sedang lapar, Adik sudah tertidur lelap. Adapun berupa frasa air
sungai kecil itu terus menerus mengericik, pada tepi sungai itu terempas krikil-
krikil tajam dan seekor kelinci tiba-tiba keluar dari segerombolan taman dekat rel
kereta api (Bahtiar, 2014: 2). Jadi, penulis mengambil kesimpulan bahwa subjek
ialah unsur yang wajib hadir dalam kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.4.2 Predikat
Predikat merupakan satuan gramatikal yang berperan sebagai pebuatan
atau keadaan yang dialami oleh subjek. Predikat pada umumnya terletak setelah
subjek. Menurut Rahardi (2009: 80), predikat sebagai unsur pokok dalam kalimat,
predikat memiliki karakter yang sama dengan subjek. Akan tetapi, kejadian
sebuah predikat menjadi jelas karena ada subjek kalimatnya. Dengan demikian,
subjek dan predikat sama-sama menjadi unsur pokok dalam kalimat. Jadi, unsur
subjek dan predikat ialah unsur yang wajib hadir dalam kalimat.
Menurut Ramlan (2008: 19), predikat ialah unsur yang membicarakan
subjek. Predikat terletak di belakang subjek. Maksudnya, predikat merupakan
konstituen pokok yang disertai konstituen objek, pelengkap, dan keterangan.
Menurut Sukini (2010: 59), predikat kalimat berupa verba dan adjektif. Pada
kalimat berpola subjek-predikat, predikat biasanya berupa frasa nominal, frasa
numeral, frasa preposisional, di samping frasa verbal dan frasa adjektival. Jadi,
predikat menjadi unsur penjelas perbuatan yang dilakukan oleh subjek.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa predikat
adalah unsur kalimat yang terletak di belakang subjek dan berwujud verba.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini.
8) Fitri menangis tersedu-sedu.
Kalimat (8) kata ‘menangis tersedu-sedu’ menduduki unsur predikat
karena unsur itu memberikan jawaban atas pertanyaan ‘bagaimana Fitri’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
atau ‘mengapa Fitri’. Pada bagian kalimat (8) kata ‘Fitri’ sebagai subjek
dalam kalimat itu.
Predikat kalimat juga dapat diidentifikasi dengan cara mencari kata
‘adalah’ atau ‘ialah’ digunakan sebagai predikat pada kalimat nominal. Kalimat
nominal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba atau kata kerja (Rahardi,
2009: 80). Perhatikanlah contoh berikut ini.
9) Jumlah korban gempa di Kota Palu adalah sekitar tiga ribu orang.
Pada kalimat yang tidak memiliki verba sebagai predikat seperti di atas itu,
kata ‘adalah’ berfungsi sebagai predikatnya. Jadi, dalam menemukan
unsur predikat dalam kalimat nominal itu mudah.
Menurut Rahardi (2009: 81), ciri lain dari predikat adalah bahwa verba dan
adjektiva menjadi predikat itu dapat diawali oleh kata-kata petunjuk aspek dan
modalitas seperti ‘telah, sudah, belum, sedang, akan, ingin, hendak, mau’.
Dengan demikian, predikat itu adalah bagian yang menyertai kata-kata aspek dan
modalitas yang di sebutkan di atas itu.
2.3.3 Objek
Dalam sebuah kalimat, unsur objek merupakan unsur yang kehadirannya
dituntut oleh predikat. Kehadiran objek dalam kalimat bergatung pada jenis
kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Menurut Rahardi (2009: 82), objek
kalimat hanya mungkin hadir apabila predikat kalimat tersebut merupakan verba
atau kata kerja yang sifatnya aktif transitif. Dengan demikian, objek kalimat tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
akan hadir apabila (1) tidak terdapat dalam kalimat pasif, (2) kalimat itu
merupakan kalimat verba intransitif.
Unsur objek merupakan unsur yang dikenai oleh predikat. Unsur objek
dapat dikenali melalui ciri-ciri (1) jenis predikat yang dilengkapinya, dan (2) ciri
khas objek itu sendiri (TBBBI, 2010: 335). Penjelasan berikutnya oleh Sukini
(2010: 60) fungsi objek merupakan konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut
oleh predikat verba transitif pada kalimat aktif. Maksudnya, unsur objek
merupakan unsur yang wajib hadir setelah unsur subjek dan predikat. Jadi, dapat
diambil kesimpulan bahwa objek merupakan unsur kalimat yang terletak setelah
unsur subjek dan predikat. Berikut contoh kalimat yang di dalamnya mengandung
unsur objek.
10) Agnes mendapat hadiah.
kata ‘hadiah’ pada kalimat (10) ialah unsur objek karena, kata ‘hadiah’
hadir setelah verba berawalan ‘me-‘. Jadi, verba itu bersifat aktif transitif.
Ciri lain dari objek adaah bahwa bentuk kebahasaan itu selalu
terletak langsung di belakang predikat. Jadi, selain hadir dalam
kalimat aktif transitif, objek kalimat juga hadir langsung dibelakang
predikat kalimat.
Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong
nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek
itu dapat diganti dengan pronomina –nya; dan jika berupa pronomina aku atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan. Contohnya Ina mencintai
dia/-nya dan Ibu mengasihi aku/ -ku.
11) Petani menanam kacang tanah di sawah.
Kalimat (11) mengandung unsur objek. Kata yang menduduki objek,
yaitu ‘kacang tanah’. Berdasarkan contoh kalimat di atas dapat diketahui
bahwa unsur objek selalu terletak di belakang subjek dan predikat. Unsur
objek ialah unsur kalimat yang dikenai perbuatan oleh predikat.
2.4.4 Pelengkap
Unsur pelengkap sering disamakan dengan unsur objek. Pengertian
mengenai pelengkap dan objek memiliki kemiripan. Menurut Rahardi (2009: 84),
unsur pelengkap sering dikacaukan pemahamannya dengan unsur objek kalimat.
Dalam kalimat pasif, pelengkap tidak dapat menempati fungsi subjek. Pada posisi
sama, objek dapat menempatinya. Maka, inilah perbedaan mendasar objek dan
pelengkap. Unsur pelengkap hadir untuk melengkapi kalimat. Dengan demikian
unsur pelengkap menjadi bagian yang menentukan makna dalam kalimat.
Menurut TBBBI (2010: 336), baik objek maupun pelengkap sering
berwujud nomina, dan keduanya sering menduduki tempat yang sama, yakni di
belakang verba atau di belakang unsur predikat. Jadi, unsur objek dan pelengkap
menduduki tempat yang sama, tetapi makna objek dan pelengkap itu berbeda.
Unsur pelengkap menjadi unsur yang melengkapi kalimat sehingga maksud yang
hendak disampaikan penulis kepada pembaca menjadi lebih jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Menurut Muslich (2014: 128), pelengkap selalu berwujud nomina dan
sama-sama mengikuti verba. Jadi, pelengkap dalam kalimat berwujud nomina
yang mengikuti verba. Hal itu dapat memudahkan pembaca dalam menentukan
atau menemukan unsur pelengkap dalam kalimat. Perhatikan contoh kalimat
berikut.
12) Ayah membelikan saya sepeda baru.
13) Ibu memberi saya sepeda baru.
Pada contoh kalimat (12) dan (13) tampak jelas pada kata ‘sepeda baru’
adalah unsur yang menduduki pelengkap. Kata ‘Ayah’ dan Ibu’ menduduki unsur
subjek sedangkan kata ‘membelika’ dan ‘memberi’ menduduki unsur predikat.
Akan tetapi, pada kalimat berikut ini, bentuk kebahasaan yang baru ternyata dapat
memiliki fungsi yang tidak sama. Perhatikan contoh berikut ini.
14) Gita berjualan bunga mawar.
15) Gita menjual bunga mawar.
Dalam kalimat (14) dan (15) kelihatan perbedaan antara unsur objek dan
unsur pelengkap. Pada kalimat (14) kata ‘bunga mawar’ adalah pelengkap.
Bentuk kebahasaan itu melengkapi verba yang kebetulan berciri aktif intransitif.
Dalam kalimat (15) kata ‘bunga mawar’ adalah objek kalimat karena bentuk
kebahasaan itu melengkapi verba di dalam kalimat itu, tetapi verba itu bersifat
transitif. Jadi, pelengkap memiliki ciri-ciri salah satunya bukan unsur utama
dalam kalimat, tetapi tanpa pelengkap, kalimat itu menjadi tidak lengkap
informasinya. Pelengkap hadir untuk melengkapi struktur kalimat agar lebih jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.4.5 Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi untuk melengkapi informasi maksud dalam
sebuah kalimat. Unsur keterangan bersifat manasuka, artinya boleh hadir boleh
tidak atau dapat dikatakan unsur keterangan ialah unsur yang tidak wajib hadir.
Menurut Ramlan (2008: 17), keterangan memiliki tempat bebas, mungkin terletak
di muka subjek dan predikat, mungkin terletak di belakang subjek dan predikat.
Artinya, unsur keterangan bersifat manasuka. Menurut Muslich (2014: 129),
keterangan merupakan unsur bukan inti yang memberikan keterangan tambahan
kepada unsur inti. Maksudnya, unsur keterangan ialah unsur yang melengkapi
unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Menurut Sukini
(2010: 63), keterangan terbagi menjadi sembilan macam. Penulis memaparkan
sembilan macam keterangan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Keterangan
No Jenis Keterangan
Preposisi/Penghubung Contoh
1 Tempat di, ke, dari, di (dalam), pada.
di rumah, di desa, di kota, ke rumah, ke sekolah, dari bandara, di (dalam pesawat), pada saya.
2 Waktu pada, dalam, sebelum, sesudah, sepanjang, selama, besok, tadi.
pada hari ini, dalam minggu ini, sebelum mandi, sepanjang jalan, sepanjang hari, selama lima menit.
3 Alat dengan. dengan gunting, dengan mobil, dengan motor, dengan pisau dapur.
4 Tujuan agar/supaya, untuk, bagi, demi.
agar/supaya kamu pintar, untuk kemanusiaan, bagi masa depanmu, demi keluarganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
No Jenis Keterangan
Preposisi/Penghubung Contoh
6 Penyerta dengan, bersama, beserta.
dengan keluarganya, bersama teman-temannya.
7 Perbandingan kemiripan
seperti, bagaikan, laksana.
seperti angin, bagaikan bulan purnama, laksana bintang film.
8 Sebab karena, sebab. karena kelalaiannya, sebab tergesa-gesa.
9 Kesalingan - saling (mengangumi), satu sama lain
Menurut Rahardi (2009: 85), keterangan ialah unsur yang tidak wajib
hadir. Berbeda dengan subjek, predikat, objek, dan pelengkap yang sifatnya wajib
hadir, keterangan sifatnya mana suka. Fungsi keterangan adalah untuk menambah
informasi pada kalimat itu. Informasi yang hendak ditambahkan itu adalah tempat,
waktu, cara, syarat, tujuan, dan sebagainya. Ciri yang membedakan unsur
keterangan ialah keterangan didahului atau diawali oleh preposisi atau kata depan
dan keterangan tidak terikat posisi. Jadi, keterangan itu sifatnya lentur, tidak kaku
seperti unsur-unsur kebahasaan lain. Keterangan terbagi menjadi keterangan
waktu, keterangan tempat, keterangan tujuan, keterangan cara, keterangan
pewatas, keterangan tambahan, dan keterangan aposisi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis mengambil kesimpulan
bahwa keterangan bersifat manasuka. Artinya, boleh ada boleh tidak dalam suatu
kalimat. Keterangan berfungsi untuk menambah informasi, informasi yang
ditambahkan itu adalah tempat, waktu, cara, syarat, tujuan, dan sebagainya.
Berikut penulis memaparkan contoh kalimat yang di dalamnya mengandung unsur
keterangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Contoh:
16) Ayah pergi ke Bandung.Kata ‘ke Bandung’ mengandung unsur
keterangan tempat. Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna
unsur-unsurnya. Dengan demikian, keterangan ‘ke Bandung’ mengandung
makna tempat. Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling
mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat terletak di awal, di akhir,
bahkan di tengah kalimat karena kehadirang unsur keterangan bersifat
manasuka.
17) Kemarin, Arni pergi ke Bali.
18) Arni pergi ke Bali kemarin.
Jadi, jelas bahwa unsur keterangan bersifat lentur, tidak kaku seperti
unsur kebahasaan lain telah ditunjukka pada kalimat (17) dan (18). Unsur
keterangan merupakan unsur yang mudah diidentifikasi oleh siapa saja.
2.5 Jenis-jenis Kalimat
Jenis-jenis kalimat dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai pembeda
kalimat yang digunakan oleh seseorang dalam menulis sebuah tulisan atau
karangan. Seperti halnya kalimat yang digunakan dalam sebuah tulisan, jenis-jenis
kalimat merupakan penentu sebuah karangan menarik atau tidaknya untuk dibaca
karena dalam sebuah tulisan mengandung ide-ide dan gagasan seseorang
menggunakan kalimat yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa Indonesia.
Pengelompokkan kalimat perlu dipahami oleh seseorang agar informasi yang
hendak disampaikan kepada para pembaca menjadi jelas dan menarik. Berikut ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
penulis menguraikan jenis-jenis kalimat dari pendapat para ahli. Kemudian,
penulis menyimpulkan dan menggunakan satu pendapat ahli mengenai jenis-jenis
kalimat yang akan digunakan sebagai pedoman untuk menganalisis data dalam
penelitian ini.
Menurut Suhardi (2013: 73-77), kalimat dan jenis-jenis kalimat dibagi
menjadi kalimat berdasarkan bentuk dan berdasarkan makna. Berdasarkan bentuk,
dibagi menjadi dua, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk sedangkan,
kalimat berdasarkan makna terbagi menjadi lima, yaitu kalimat berita, kalimat
perintah, kalimat tanya, kalimat seru, dan kalimat penegasan. Klasifikasi kalimat
berdasarkan bentuk diungkpakan oleh Suhardi (2013), bertujuan agar penulis
memahami kalimat dari segi bentuknya sedangkan klasifikasi kalimat berdasarkan
bertujuan agar penulis mengetahui makna kalimat yang hendak disampaikan
kepada para pembaca. Berikut akan dipaparkan mengenai penjelelasan masing-
masing jenis kalimat.
2.5.1 Kalimat Berdasarkan Bentuk
Klasifikasi kalimat berdasarkan bentuk bertujuan agar penulis
mengetahui kalimat dari segi bentuknya. Dalam menulis kalimat, penulis perlu
memberhatikan jenis-jenis kalimat yang digunakan untuk menulis sebuah tulisan
atau karangan. Pemahaman mengenai jenis kalimat berdasarkan bentuk membantu
penulis mengetahui ciri khas yang membedakan dari jenis-jenis kalimat yang
dikemukakan oleh ahli-ahli selain Suhardi. Dalam buku yang berjudul Dasar-
dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, Suhardi (2013: 72-77), kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
berdasarkan bentuk terbagi menjadi dua, yaitu kalimat tunggal dan kalimat
majemuk. Berikut penulis menguraikan jenis-jenis kalimat berdasarkan bentuk
menurut pendapat Suhardi (2017).
2.5.1.1 Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal biasanya disebut dengan kalimat sederhana. Kalimat
tunggal terdiri dari unsur subjek dan predikat, bisa juga dilengkapi oleh unsur
pelengkap, objek, dan keterangan. Menurut Suhardi (2013: 73), kalimat tunggal
ialah kalimat yang bila dilihat dari segi jumlah predikat hanya memiliki satu
predikat atau boleh juga disebut kalimat yang memiliki satu klausa. dalam kalimat
tunggal, tentu saja unsur yang wajib yang diperluka untuk melengkapi kalimat.
Dengan demikian, kalimat tunggal kadang berwujud pendek, tetapi juga dapat
berwujud panjang. Kalimat tunggal terdiri dari satu klausa, artinya konstituen
untuk tiap unsur kalimat seperti subjek dan predikat hanyalah satu atau
merupakan satu kesatuan. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa kalimat tunggal
ialah kalimat yang terdiri dari satu klausa. Di dalamnya mengandung unsur subjek
dan predikat. berikut contoh kalimat tunggal.
19) Ani biasa berjalan kaki.
20) Rosa akan naik haji.
Kalimat (19) hubungan antara berjalan dan kaki merupakan hubungan
yang padu. Artinya, tidak ada macam berjalan lain kecuali berjala kaki. Demikian
pula kalimat (20) hubungan antara naik dan haji. Kedua kata itu telah membentuk
makna baru sehingga salah satu dari kata itu tidak dapat digantikan oleh kata lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Dengan adanya kenyataan itu, maka kaki dan haji masing-masing merupakan
bagian integral dari verba berjalan dan naik sehingga menjadi verba majemuk
yang termasuk verba taktransitif. Contoh kalimat taktransitif adalah tingkah
lakunya memusingkan kepala. Contoh kalimat itu termasuk kalimat taktransitif
dengan verba majemuk sebagai predikat. Perlu diketahui bahwa verba taktrasitif
dapat diikuti langsung oleh nomina, atau frasa nominal yang berfungsi sebagai
pelengkap.
2.5.1.2 Kalimat Majemuk
Kalimat yang di dalamnya mengandung dua klausa dikategorikan dalam
kalimat majemuk. Dalam kalimat majemuk biasanya ditandai oleh kata
penghubung atau konjungsi sebagai penandanya. Menurut Suhardi (2013: 74),
kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki beberapa predikat atau dibangun
atas beberapa klausa. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa kalimat majemuk
adalah kallimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih, ditandai dengan hadirnya
kata penghubung atau konjungsi. Kalimat majemuk juga dapat disertai oleh
hadirnya unsur kalimat seperti objek pelengkap, dan keterangan. Berdasarkan
bentuk klausa yang membangunnya, kalimat majemuk dapat di kelompokkan
menjadi empat, yaitu (a) kalimat majemuk setara, (b) kalimat majemuk bertingkat,
(c) kalimat majemuk campuran, dan (d) kalimat majemuk rapatan. Berikut penulis
menguraikan pengertian kalimat majemuk berdasarkan jenis-jenisnya dan contoh-
contoh kalimat majemuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2.5.1.3 Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara atau dikenal juga kalimat luas setara terdiri dari
dua klausa. Klausa ialah terdiri dari subjek dan predikat. Menurut Suhardi (2013:
73), kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua
kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki predikat yang kedudukanya
sejajar (setara) di dalam kalimat. Jadi, kalimat majemuk setara terdiri dari dua
klausa yang ditandai dengan hadirnya konjungsi seperti dan, lalu, lagi pula,
tetapi, dan sebagainya. Berikut penulis memaparkan contoh kalimat majemuk
setara.
21) Adi membaca dan Sinta menyapu lantai.
Kalimat di atas termasuk kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut
memiliki predikat yang kedudukannya setara menggunakan kata hubung
dan. Klausa pertama Adi membaca dan klausa kedua Sinta menyapu
lantai. Kemudian, kata dan untuk menghubungkan klausa pertama dan
klausa kedua. Hadirnya kata dan menjadi penanda kalimat di atas
termasuk kalimat majemuk setara.
2.5.1.4 Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat atau dikenal juga dengan kalimat luas
bertingkat ialah kalimat yang terdiri dari dua klausa yang hubungan pola-polanya
tidak sederajat atau setara. Artinya, terdiri dari dua bagian yang disebut dengan
induk kalimat dan anak kalimat. Menurut Suhardi (2013:75), kalimat majemuk
bertingkat adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Kedua kalimat tunggal tersebut memiliki kedudukan yang berbeda. Biasanya
dibagun atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat. Jadi, dalam menentukan
kalimat majemuk bertingkat dapat dilihat dari kedudukan dua klausa yang di
dalamnya terdiri dari anak kalimat dan induk kalimat. Berikut penulis
memaparkan contoh kalimat majemuk bertingkat agar pembaca lebih mudah
mengerti.
22) Ketika saya kembali dari kampus, Adi sudah menunggu di depan rumah
anak kalimat induk kalimat
Kalimat (22) termasuk kalimat majemuk bertingkat karena kedudukan
yang berbeda. Kalimat di atas terdiri dari anak kalimat dan induk kalimat
sehingga dikategorikan dalam kalimat majemuk bertingkat. Di dalam kalimat di
atas tidak ditandai dengan konjungsi sehingga kalimat itu termasuk kalimat
majemuk bertingkat.
2.5.1.5 Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran atau dikenal juga kalimat luas campuran
ialah gabungan dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat majemuk campuran biasanya terdiri dari tiga klausa atau lebih. Suhardi
(2013: 76), memberi penjelasan bahwa kalimat majemuk campuran adalah
kalimat majemuk yang dibangun atas campuran beberapa kalimat majemuk
(setara dan bertingkat). Jadi, kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang
terdiri dari gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Dalam kalimat majemuk campuran terdiri dari tiga klausa. Klausa-klausa tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
berperan sebagai induk kalimat dan anak kalimat. Berikut penulis memberikan
contoh kalimat majemuk campuran.
Contoh:
23) Andi sedang belajar dan Nia sedang menyapu dan kedua orang tuanya
sedang duduk di ruang tamu.
Kalimat di atas adalah gabungan kalimat majemuk campuran dan kalimat
majemuk bertingkat. Di dalamnya mengandung unsur subjek, predikat, dan
keterangan. Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa. Klausa pertama, Ani sedang
belajar, klausa kedua Nia sedang menyapu, dan klausa ketiga kedua orang tuanya
sedang duduk di ruang tamu.
2.5.1.6 Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan dapat dikatakan gabungan dari kalimat
tunggal. Dalam kalimat tunggal hanya terdiri dari satu klausa sedangkan dalam
kalimat majemuk rapatan memiliki dua klausa. Menurut Suhardi (2013: 76),
kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang salah satu unsurnya
(merapat). Artinya, unsur yang ada dalam kalimat itu saling mendekat atau
merapat. Berikut penulis memberikan contoh mengenai kalimat majemuk rapatan
agar mudah dipahami oleh para pembaca.
24) Bapak membaca surat kabar Batam Post.
25) Adik membaca surat kabar Batam Post.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Kalimat di atas dapat dibentuk menjadi kalimat majemuk rapatan dengan
cara menghilangkan salah satu unsur yang sama. Bapak dan Adik membaca surat
kabar Batam Post. Kesamaan unsur yang terjadi dalam kalimat majemuk rapatan
dapat saja kesamaan subjek, predikat, objek, dan keterangan.
1. Kesamaan subjek
a. Kakak memasak gulai kambing.
b. Kakak merangkai bunga.
Kalimat di atas memiliki kesamaan subjek, yaitu kakak. Namun, memiliki
unsur predikat yang berbeda. Kalimat (a) predikat memasak dan kalimat (b)
predikat merangkai. Meskipun, predikatnya berbeda, kalimat di atas memiliki
kesamaan subjek.
2. Kesamaan predikat
a. Bapak menanam pohon.
b. Ibu menanam pohon.
Pada kalimat (a) dan (b) memiliki kesamaan predikat, yaitu sama-sama
menanam. Hanya saja, berbeda subjek, kalimat (a) subjeknya Bapak sedangkan
kalimat (b) subjeknya Ibu.
2.5.2 Kalimat Berdasarkan Makna
Dalam menulis sebuah karangan, penulis perlu memahami jenis-jenis
kalimat berdasarkan maknanya agar penulis mengetahui makna yang terkandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dalam kalimat yang telah ia tulis. Kalimat berdasarkan makna menjadi penentu
kejelasan makna dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu, kalimat berdasarkan
makna perlu dipahami secara lebih mendalam. Menurut Suhardi (2013: 77),
kalimat berdasarkan makna dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu (1)
kalimat berita, (2) kalimat perintah, (3) kalimat tanya, (4) kalimat seru, dan (5)
kalimat penegasan. Berikut penulis menguraikan pengertian jenis-jenis kalimat
berdasarkan makna dan contoh-contohnya.
2.5.2.1 Kalimat Berita atau Kalimat Deklaratif
Kalimat berita atau lebih dikenal dengan kalimat deklaratif dalam
hubungan situasi berfungsi sebagai memberi informasi atau sesuatu kepada orang
lain sehingga memerlukan tanggapan berupa perhatian. Menurut Suhardi (2013:
77), kalimat berita adalah kalimat yang di dalamnya berisi berita atau informasi
kepada orang lain. Jadi, kalimat berita adalah kalimat yang mengandung
informasi. Informasi yang hendak disampaikan dapat berupa kejadian atau situasi
yang dialami oleh seseorang kepada orang lain. Berikut contoh-contoh kalimat
berita sebagai berikut.
26) Gempa di Palu menyebabkan beberapa keluarga kehilangan tempat
tinggal.Dalam kalimat (26) mengandung informasi mengenai kejadian
Gempa yang terjadi di Palu sehingga menyebabkan beberapa keluarga
kehilangan tempat tinggal. Informasi penting yang hendak disampaikan
penulis memerlukan tanggapan dari orang lain agar dapat membantu
orang-orang yang ada di Palu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
27) Sebuah Kapal Super Fery yang mengangkut 964 penumpang tenggelam
di perairan Filipina.Dalam kalimat (27) mengandung informasi Kapal
Super Fery mengangkut 964 penumpang tenggelam di perairan Filipina.
Kejadian yang sedang menimpa para penumpang ini diberitahukan oleh
penulis dalam sebuah tulisan sehingga memuat informasi yang
memerlukan tanggapan dari orang lain atau para pembaca.
2.5.2.2 Kalimat Perintah
Kalimat perintah atau dikenal dengan kalimat imperatif merupakan
kalimat yang mengandung makna memerintah atau meminta seseorang untuk
melakukan sesuatu sehingga memerlukan tanggapan dari orang lain. Kalimat
perintah isinya menyuruh orang lain sesuai dengan yang kita kehendaki. Kalimat
perintah dalam bahasa lisan berintonasi nada naik di awal dan rendah diakhir.
Menurut Suhardi (2013: 77), kalimat perintah adalah kalimat di dalamnya berisi
perintah dari seseorang kepada orang lain untuk melakukan sesuatu (pekerjaan)
sesuai apa yang telah diperintahkan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa kalimat
perintah adalah kalimat yang di dalamnya mengandung makna perintah, suruh,
atau meminta bantuan kepada orang lain sehingga memerlukan tanggapan dari
orang lain. Berikut contoh kalimat perintah.
28) Ambilkan saya koran itu!
29) Kerjakan soal nomor 1 hingga 10!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kalimat di atas termasuk contoh kalimat perintah yang memberi perintah
kepada orang lain. Kalimat (23) berisi makna memberi perintah kepada
orang lain untuk mengambilkan koran. Kalimat (24) berisi makna
perintah atau suruhan untuk mengerjakan sepuluh soal yang telah
disediakan sehingga memerlukan sebuah tanggapan berupa jawaban
tertulis.
2.5.2.3 Kalimat Seru
Kalimat seru sering digunakan oleh seseorang dalam berkomunikasi lisan
dan tulisan dalam sebuah karangan. Kalimat seru berisi ungkapan kekaguman
seseorang kepada sesuatu baik itu manusia, benda, dan sebagainya yang
berhubungan dengan sifat. Menurut Suhardi (2013: 17), kalimat seru adalah
kalimat yang di dalamnya terdapat kata seru seperti wah, yah, ih, aduh, dan
sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat seru berisi ungkapan
kegaguman seseorang kepada orang lain maupun kepada benda, cuaca, situasi,
dan keadaan yang sedang di alami yang berhubungan dengan sifat. Perhatikan
contoh kalimat seru di bawah ini.
30) Aduh! Kakiku terantuk batu.Wah!
31) Rapi sekali pakaianmu hari ini.
32) Kamu memakai jam tangan yah!
Kalimat di atas termasuk kalimat seru yang di dalamnya isinya
mengungkapkan kegaguman perasaan seseorang yang berhubungan dengan sifat
serta ditandai dengan kata seru seperti aduh, wah, dan yah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2.5.2.4 Kalimat Penegasan
Kalimat penegasan adalah kalimat yang di dalamnya mengandung sebuah
ide yang ditonjolkan. Dengan kata lain, ide yang ditonjolkan diberi penegasan
atau menekanan sehingga maksud yang hendak disampaikan oleh seseorang
menjadi jelas. Menurut Suhardi (2013: 78), kalimat penegasan adalah kalimat
yang di dalamnya berisi penegasan atau tambahan informasi sehingga informasi
yang disampaikan lebih jelas oleh lawan bicara. Dengan adanya penegasan,
sesuatu yang diinginkan lawan bicara akan dapat dilaksanakan lebih tepat. Berikut
contoh kalimat penegasan.
33) Dari hasil kesepakatan kita ini, maka silahkan para peserta
menginformasikan kepada kelompoknya masing-masing.
Penjelasan: kata dari hasil kesepakatan kita ini merupakan penegasan
untuk kalimat yang mengikutinya. Karena kata yang pertama merupakan
pemberian informasi untuk memberi perintah para peserta untuk memberi
informasi kepada kelompoknya masing-masing.
34) Sesuai dengan kesepakatan kita hari Sabtu yang lalu, tugas bahasa
Indonesia dikumpulkan paling lambat hari ini hari Senin.
Penjelasan: Pada kata Sesuai dengan kesepakatan kita hari Sabtu yang
lalu merupakan informasi berupa himbauan mengenai sebuah kesepakatan yang
telah dilakukan secara bersama-sama untuk mengumpulkan tugas bahasa
Indonesia paling lambat hari itu juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Selajutnya, jenis-jenis kalimat menurut Ramlan (2001: 23-43), jenis
kalimat dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kalimat menurut susunanya dan
kalimat menurut maksudnya. Berikut penulis menguraikan jenis-jenis kalimat
menurut pendapat ahli, yaitu M. Ramlan (2001).
2.5.3 Kalimat Berdasarkan Susunan
Jenis kalimat berdasarkan susunan perlu dipahami oleh seorang penulis
atau pembaca untuk mengetahui bahwa dalam kalimat harus memperhatikan dari
segi susunan agar kalimat yang dihasilkan dapat terstruktur dan konsisten. Dalam
buku yang berjudul Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, Ramlan (2001: 26),
membagi jenis kalimat berdasarkan susunan menjadi kalimat tak berklausa,
kalimat majemuk (setara dan bertingkat), dan kalimat tunggal. Penggunaan jenis-
jenis kalimat berdasarkan susunan dapat ditemukan dalam sebuah karangan. Oleh
karena itu, penulis ingin memberika pemahaman mengenai kalimat berdasarkan
susunan agar para pembaca dan penulis lain dapat memahami secara mendalam
mengenai jenis kalimat berdasarkan susunan. Berikut ini penulis menguraikan dan
menjelaskan kalimat berdasarkan susunan menurut Ramlan (2001: 26).
2.5.3.1 Kalimat Tak Berklausa
Kedudukan kata atau kelompok kata dalam kalimat itu berbeda-beda.
Ada kata atau kelompok kata yang dapat dihilangkan dengan menghasilkan
bentuk tetap berupa kalimat dan ada pula tidak. Dalam satuan sintaksis terdapat
satuan, yaitu frasa dan klausa. Namun, ada yang terdiri dari frasa dan ada yang
terdiri dari klausa. Kalimat tak berklausa digunakan dalam bahasa lisan maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tulis. Kalimat tak berklausa ini tidak memiliki unsur subjek dan predikat sehingga
dikatakan tidak memiliki klausa. Menurut Ramlan (2001: 25), kalimat tak
berklausa ialah kalimat yang tidak terdiri dari klausa. Jadi, dalam sebuah kalimat
terdapat juga kalimat yang tidak memiliki klausa. kalimat yang tidak memiliki
klausa hanya terdiri dari frasa yang membangun kata-kata menjadi sebuah
kalimat. Berikut contoh-contoh kalimat yang di dalamnya tidak mengandung
unsur klausa.
35) Astaga!
36) Selamat malam!
37) Selamat belajar!
Bentuk-bentuk kalimat (35), (36), dan (37) di dalamnya tidak
mengandung unsur klausa. Jika tidak terdiri dari klausa, kalimat tersebut
tergolong dalam kalimat tak berklausa yang semuanya berujud satuan frasa.
2.5.3.2 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk ialah salah satu jenis kalimat bahasa Indonesia yang
digunakan dalam bahasa lisan maupun tulisan. Dalam kalimat majemuk terdiri
dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh konjungsi. Kalimat
majemuk terdiri dari satuan kalimat, maka kalimat majemuk mempunyai induk
kalimat dan anak kalimat, tetapi ada pula yang kalimat penyusunnya memiliki
kedudukan yang sama atau sederajat. Jadi, kalimat majemuk memiliki macam-
macam bentuk, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan
kalimat majemuk campuran. Menurut Ramlan (2001: 43), kalimat luas atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kalimat majemuk ialah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Jadi, untuk
mengidentfikasi kalimat majemuk dapat dilihat dari unsur klausa yang ada dalam
kalimat. Maka, penulis menyimpulkan bahwa kalimat majemuk ialah kalimat
yang terdiri dari dua klausa. Kalimat majemuk ini terbagi menjadi kalimat
majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat yang akan dijelaskan pada
subbab berikutnya. Berikut penulis memaparkan contoh-contoh kalimat luas atau
kalimat majemuk.
38) Ia pergi ke Surabaya, dan ia bertemu dengan teman lamanya.
39) Ia mengaku, bahwa ia jatuh cinta kepadaku.
40) Rumah itu bagus, tetapi pekarangannya tidak terpelihara.
Ketiga contoh kalimat di atas mengandung dua klausa. Kalimat (38)
terdiri dari klausa ia pergi ke Surabaya dan klausa kedua ia bertemu dengan
teman lamanya. Kalimat (39) klausa pertama, yaitu ia mengaku dan klausa kedua
ia jatuh cinta kepadaku. Kalimat (40) terdiri dari dua klausa, klausa pertama ialah
rumah itu bagus dan klausa kedua pekarangannya tidak terpelihara. Kalimat (38)
dan (39) termasuk kalimat majemuk setara karena di dalamnya mengandung
konjungsi dan dan tetapi sedangkan kalimat (40) termasuk kalimat majemuk tak
setara karena ditandai dengan kata bahwa.
2.5.3.3 Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara digunakan oleh penutur dan penulis dalam
bahasa lisan maupun tulisan. Kalimat majemuk setara ini juga digunakan untuk
menulis sebuah karangan. Dalam kalimat majemuk setara klausa satu dan klausa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
yang lain bediri sendiri dan memiliki kedudukan yang sama seperti yang
dikemukakan oleh Ramlan (2001: 46), dalam kalimat majemuk setara klausa satu
tidak merupakan bagian dari klausa lainnya; masing-masing berdiri sendiri
sebagai klausa inti. Klausa-klausa itu dihubungkan dengan kata penghubung
setara terdiri dari dan, dan lagi, lagi pula, kemudian, atau, tetapi, tapi, akan
tetapi, dan malahan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk setara
terdiri dari dua klausa yang memiliki kedudukan setara. Beberapa contoh,
misalnya:
41) Orang itu miskin, lagi pula sangat malas.
42) Anaknya hidup dengan kemewahan, sedangkan orang tuanya hidup serba
kekurangan.
43) Mereka sedang memasak, atau sedang mengobrol.
Kalimat (41), (42), dan (43) terdiri dari dua klausa yang masing-masing
berdiri sendiri. Di dalam kalimat di atas mengandung konjungsi yang menandakan
bahwa kalimat (41), (42), dan (43) tergolong dalam kalimat majemuk setara.
2.5.3.4 Kalimat Majemuk Beringkat
Dalam bahasa lisan dan tulisan, kita mengenal berbagai jenis kalimat
salah satunya kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk bertingkat memiliki
klausa-klausa dengan kedudukan yang tidak setara atau sederajat. Artinya, salah
satu kalimat tunggal penyusun kalimat majemuk bertingkat merupakan induk
kalimat dan anak kalimat. Menurut Ramlan (2001: 47), kalimat majemuk tak
setara terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan. Klausa yang satu merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bagian dari klausa yang lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk
bertingkat terdiri dari dua klausa yang memiliki kedudukan tidak setara.
Perhatikan contoh kalimat majemuk bertingkat berikut ini.
44) Seksi khusus itu sesungguhnya sudah dibentuk di Tokyo sebelum bagian
intelijen berangkat ke Indonesia.
Kalimat di atas terdiri dari dua klausa. Klausa pertama ‘seksi khusus itu
sesungguhnya sudah dibentuk di Tokyo’ dan klausa kedua ‘bagian intelijen
berangkat ke Indonesia’. Klausa pertama merupakan klausa inti dan klausa kedua
merupakan klausa bawahan. Jadi, jelas kelihatan bahwa kalimat majemuk
bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan.
2.5.3.5 Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal atau lebih dikenal dengan kalimat sederhana terdiri dari
satu klausa. Dengan kata lain, kalimat tunggal hanya terdiri dari satu struktur
penyusun kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat dan di dalamnya tidak
mengandung konjungsi. Menurut Ramlan (2001: 43), kalimat sederhana atau
kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa. Jadi, dapat
disimpulkan kalimat tunggal hanya terdiri dari satu klausa yang mengandung
unsur subjek dan predikat. Berikut contoh-contoh kalimat sederhana.
45) Kisah ini sungguh-sungguh terjadi.
46) Fendi sedang bermain bola.
47) Ani menonton TV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Keempat kalimat di atas terdiri satu klausa. Kalimat (45) terdiri dari
unsur subjek ‘kisah ini’ dan predikat ‘sunguh-sungguh terjadi’. Kalimat (46)
terdiri dari ‘Fendi’ menduduki fungsi subjek, ‘sedang bermain’ menduduki fungsi
predikat dan ‘bola’ menduduki fungsi objek. Kalimat (47) ‘Ani’ menduduki
fungsi subjek, ‘menonton’ menduduki fungsi predikat, dan ‘TV’ menduduki fungsi
objek. Ketiga contoh kalimat di atas masing-masing terdiri dari satu klausa, yaitu
subjek dan predikat.
2.5.4 Kalimat Berdasarkan Maksud
Jenis kalimat berdasarkan maksud perlu dipahami oleh setiap orang agar
ide-ide dan gagasan-gagasan yang hendak disampaikan dapat dimengerti dengan
jelas oleh pendengar dan pembaca. Maksud yang disampaikan dapat berupa
informasi, perintah, dan pernyataan. Kalimat berdasarkan maksud membutuhkan
tanggapan dari orang lain. Tanggapan dapat berupa kata ya, dapat berupa
tindakan, dan dapat berupa anggukan. Ramlan (2001: 26), membagi kalimat
berdasarkan maksud menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat
suruh.
2.5.4.1 Kalimat Berita atau Kalimat Deklaratif
Kalimat berita disebut juga kalimat deklaratif yang berfungsi
memberikan informasi kepada orang lain. Di dalam kalimat berita mengandung
informasi mengenai peristiwa atau kejadian yang dialami oleh seseorang.
Misalnya, setelah kita mengalami atau melihat suatu kejadian lalu menyampaikan
kepada orang lain, maka informasi yang kita sampaikan termasuk dalam kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
berita. Informasi yang disampaikan memerlukan tanggapan khusus. Namun,
kalimat berita berbeda dari kalimat suruh dan kalimat tanya walaupun sama-sama
memerlukan tanggapan dari orang lain.
Menurut Ramlan (2001: 27), kalimat berita adalah kalimat yang
berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang
disampaikan berupa informasi. Jadi, ciri yang menunjukkan suatu kalimat
dikatakan kalimat berita adalah kalimat itu berisi informasi yang hendak
disampaikan kepada orang lain sehingga memerlukan tanggapan khusus dari
orang lain. Berikut contoh kalimat berita atau kalimat deklaratif.
48) Jalan itu sangat gelap.
49) Pagi tadi terjadi gempa di Palu.
50) Mobil Dimas menabrak seorang pejalan kaki yang sedang melintas di
jalan.
Ketiga kalimat di atas tergolong kalimat berita karena di dalamnya
mengandung informasi. Kalimat (48) mengandung informasi jalan yang tidak
memiliki penerangan. Kalimat (49) mengandung informasi suatu kejadian, yaitu
gempa yang terjadi di Palu. Kalimat (50) mengandung informasi seorang
pengendara mobil bernama Dimas mengalami kecelakaan menabrak seorang
pejalan kaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2.5.4.2 Kalimat Tanya
Kalimat tanya disebut juga dengan kalimat introgatif berisi pertanyaan
untuk menanyakan sesuatu kepada orang lain. Kalimat tanya meminta pengakuan
dan tanggapan dari orang lain. Ciri kalimat tanya ditandai dengan penggunaan
tanda tanya (?) dalam kalimat dalam bahasa tulis dan kata tanya dalam bahasa
lisan. Menurut Ramlan (2001: 27), kalimat berita berdasarkan fungsinya dalam
hubungan situasi, kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada
orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercermin
pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian. Kadang-kadang
perhatian itu disertai anggukan. Kalimat tanya berpola intonasi bernada akhir
naik. Pola intonasi kalimat tanya digambarkan dengan tanda tanya. Misalnya :
51) Ayah membaca buku apa?
52) Ibu menyaksikan pertandingan apa?
53) Itu kucing apa?
Dalam kalimat (51-53) di atas, kata tanya apa menanyakan identitas.
Dalam kalimat (51) menanyakan identitas buku, dalam kalimat (52) menanyakan
identitas pertandingan, dalam kalimat (53) menanyakan identitas kucing. Kata apa
di situ tidak dapat dipindahkan ke awal kalimat karena kata itu membentuk satu
frasa dengan kata-kata buku apa, pertandingan apa, dan kucing apa, dan
berfungsi sebagai atribut yang mempunyai letak yang tetap di belakang pusatnya.
Di samping itu, terdapat kalimat tanya yang memerlukan jawaban yang memberi
penjelasan. Kalimat tanya golongan ini ditandai oleh kata tanya yang bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menggantikan kata atau kata-kata yang ditanyakan. Kata-kata itu adalah apa,
siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana, bilamana, kapani, bila, dan berapa.
2.5.4.3 Kalimat Suruh
Kalimat suruh dikatakan juga kalimat perintah. Di dalamnya
mengandung ungkapan dengan menggunakan kata suruh sehingga memerlukan
tanggapan dari orang lain. Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kaimat
suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak
bicara. Pola intonasi kalimat suruh itu ditandai dengan tanda /!/. Berdasarkan
strukturnya kalimat suruh dapat digolongkan menjadi empat, yaitu kalimat suruh
sebenarnya, kalimat persilahan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan (Ramlan,
2001: 39). Jadi, kalimat suruh adalah kalimat yang di dalamnya mengandung
perintah dari seseorang kepada orang lain sehingga membutuhkan tanggapan.
2.5.4.3.1 Kalimat Suruh Sebenarnya
Kalimat suruh sebenarnya sering digunakan oleh seseorang saat
berbicara dengan orang lain. Kalimat suruh menyatakan maksud kepada orang
lain sehingga memerlukan tanggapan dari orang lain. Menurut Ramlan (2001: 40),
kalimat suruh sebenarnya ditandai dengan pola intonasi suruh. Selain itu, apabila
predikat terdiri dari kata verba intransitif, bentuk kata verba itu tetap, hanya
partikel lah dan kata tolong dapat ditambahkan pada kata verba untuk
menghaluskan perintah. Kalimat suruh sebenarnya sering digunakan dalam
percakapan sehari-hari dan digunakan dalam bahasa tulis dalam sebuah karangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Jadi, kalimat suruh sebenarnya berisi perintah yang memerlukan tanggapan dari
orang lain. Berikut ini penulis memberikan contoh kalimat suruh sebenarnya.
54) Datanglah engkau ke rumahku!
55) Tolong ambilkan saya tas
Apabila predikatnya terdiri dari kata verbal transitif, kalimat suruh yang
sebenarnya itu, selain ditandai oleh pola intonasi suruh, juga oleh tidak adanya
prefiks meN- pada kata verba intransitif. Partikel lah ditambahkan untuk
menghaluskan suruhan.
2.5.4.3.2 Kalimat Persilahan
Kalimat persilahan digunakan untuk meminta seseorang untuk
melakukan sesuatu menggunakan bahasa yang sopan. Kalimat persilahan ini
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam melakukan komunikasi
menggunakan bahasa seseorang dengan orang lain. Kalimat persilahan bermakna
memberikan persilahan atau memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai yang telah dikatakan oleh penutur atau penulis.
Menurut Ramlan (2001: 42), kalimat persilahan ditandai oleh pola intonasi suruh
dan penambahan kata silakan yang terletak di awal kalimat (Ramlan, 2001: 42).
Subjek boleh dibuang, boleh juga tidak. Jadi, kalimat persilahan adalah kalimat
yang berisi perminntaan dari seseorang kepada orang lain dan membutuhkan
tanggapan dari orang lain. Berikut ini penulis memaparakan contoh-contoh
kalimat persilahan.
56) Silakan Ibu duduk di sini!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
57) Silakan berkunjung ke rumahku!
58) Silakan beristirhat!
Ketiga contoh di atas (56), (57), dan (58) menggunakan kata silakan
dalam kalimat persilahan. Ketiga contoh di atas termasuk dalam kalimat
persilahan karena berisi perintah menggunakan bahasa yang sopan dan
membutuhkan tanggapan atau respon dari orang lain.
2.5.4.3.3 Kalimat Ajakan
Kalimat ajakan digunakan dalam percakapan sehari hari dan dalam
sebuah tulisan. Kalimat ajakan berfungsi dalam hubungan situasi mengharapkan
tanggapan dari orang lain. Menurut Ramlan (2001: 42), kalimat ajakan berfungsi
mengharapkan suatu tanggapan berupa tindakan, hanya bedanya tindakan di sini
bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak bicara, melainkan oleh orang yang
berbicara. Kalimat ajakan juga ditandai oleh kata mari dan ayo yang diletakkan di
awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan pada kata mari dan ayo menjadi
marilah dan ayolah. Kata-kata seperti mari dan ayo digunakan sebagai kata yang
memiliki makna mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, kalimat
ajakan adalah kalimat yang berisi ajakan untuk melakukan sesuatu dan
membutuhkan tanggapan dari orang lain. Misalnya:
59) Marilah belajar di rumahku!
60) Ayolah duduk di sampingku!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2.5.4.3.4 Kalimat Larangan
Kalimat larangan sama halnya dengan kalimat suruh, kalimat
persilahan, dan kalimat ajakan di dalamnya ditandai dengan pola intonasi suruh
dan mengharapkan tanggapan dari orang lain. Menurut Ramlan (2001: 43),
kalimat larangan ditandai oleh intonasi suruh dan ditandai oleh adaya kata jangan
di awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan pada kata tersebut untuk
memperhalus larangan. Jadi, kalimat larangan ditandai oleh kata jangan di awal
kalimat digunakan untuk memberikan larangan kepada orang lain dan
memerlukan tanggapan dari orang lain.
61) Janganlah engkau pergi sendiri!
62) Janganlah suka menyakiti hati orang lain!
Kemudian menurut Sugono (2009: 98- 195), membagi jenis-jenis
kalimat menjadi kalimat dasar, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat majemuk
setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Berikut
penulis memaparkan penjelasan mengenai kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
2.5.5 Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat yang ditandai dengan hadirnya verba
aktif. Kalimat aktif mengandung unsur subjek sebagai pelaku yang melakukan
tindakan melalui predikat terhadap objek. Menurut Sugono (2009: 118), kalimat
aktif adalah kalimat yang subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang
yang dinyatakan pada predikat. Dengan kata lain, kalimat aktif hanya terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif atau verba perbuatan. Jadi,
dalam kalimat aktif terdiri dari verba aktif. Misalnya:
63) Febi mengirimkan surat lamaran ke perusahaan kelapa sawit.
64) Ayah membelikan Tono mobil.
Kalimat (63) terdiri dari unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Kalimat (64) terdiri dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Kedua kalimat di
atas memiliki unsur predikat yang mengandung verba aktif. Kalimat (63) kata
mengirimkan menduduki unsur verba aktif dan kalimat (64) kata membelikan
menduduki unsur verba aktif sehingga tergolong kalimat aktif.
2.5.6 Kalimat Pasif
Berbeda dengan kalimat aktif, kalimat pasif di dalamnya terdiri dari
subjek yang dikenai perbuatan oleh predikat. Menurut Sugono (2009: 122),
kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya tidak berperan sebagai pelaku, tetapi
sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. jadi, untuk menetukan
sebuah kalimat dikatakan kalimat pasif ditandai dengan predikat yang dipasifkan.
Selain itu, ciri kalimat pasif subjek pada kalimat pasif berubah menjadi objek,
dan predikat diawali dengan kata di, ke-an. Berikut ini penulis menguraikan
contoh kalimat pasif.
65) Berta dipinjami uang oleh Sekar.
66) Saya dibawakan oleh-oleh dari Malang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kedua kalimat di atas tergolong kalimat pasif karena terdiri dari verba
pasif. Kalimat (65) terdiri dari verba pasif kata dipinjami dan kalimat (66) kata
dibawakan mengandung predikat atau verba pasif.
2.5.7 Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara atau dikenal juga kalimat luas setara terdiri dari
dua klausa. Menurut Sugono (2009: 158), kalimat majemuk setara adalah kalimat
yang struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat
dasar dan masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Jadi,
kalimat majemuk setara terdiri dari dua klausa yang ditandai dengan hadirnya
konjungsi seperti dan, lalu, lagi pula, tetapi, dan sebagainya untuk menunjukkan
kesetaraan dari dua klausa yang ada dalam satu kalimat. Berikut contoh kalimat
majemuk setara.
67) Saya datang, tetapi dia pergi.
68) Anak-anak itu meniup seruling dan teman-temannya menyanyi bersama.
69) Tini ingin melanjutkan kuliah ke Universitas Terbuka, atau kuliah di
perguruan tinggi swasta terbaik.
Kalimat (67), (68), dan (69) mengandung konjungsi antar kalimat yang
menghubungkan klausa satu dengan klausa lain sehingga tergolong dalam kalimat
majemuk setara. Konjungsi yang digunakan, yaitu ‘tetapi’, ‘dan’, dan ‘atau’. Jadi,
kalimat majemuk setara ditandai oleh hadirnya konjungsi dalam sebuah kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2.5.8 Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa. Namun, berbeda
dengan kalimat majemuk setara yang ditandai oleh konjungsi. Kalimat majemuk
bertingkat salah satu cirinya ditandai oleh kata bahwa. Menurut Sugino (2009:
175), kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri atas satu induk
kalimatn dan satu anak kalimat atau lebih. Ada sebagian kalimat yang berisi
informasi atau keterangan yang lebih lengkap, terkadang sampai terperinci.
Kalimat itu mengandung kalimat dasar yang merupakan inti utama dan satu atau
kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu,
misalnya keterangan subjek atau objek. Diantara kedua unsur itu digunakan
konujungsi. Konjungsi itulah yang membedakan struktur kalimat majemuk
bertingkat dari kalimat majemuk setara. Berikut contoh kalimat majemuk
bertingkat.
70) Saya masuk ketika mereka diam.
Kalimat di atas terdiri dari anak kalimat ketika mereka diam mempunyai
kedudukan lebih rendah (bawahan) daripada induk kalimat saya masuk. Jadi,
kalimat (70) termasuk kalimat majemuk bertingkat yang di dalamnya
mengandung unsur anak kalimat dan induk kalimat.
2.5.9 Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran ialah kalimat majemuk campuran dari
kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Menurut Sugono (2009:
195), kalimat majemuk campuran adalah kalimat campuran dari kalimat majemuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
setara dan kalimat majemuk bertingkat. Jadi, dalam kalimat majemuk campuran
terdiri dari sekurang-kurangnya tiga klausa atau tiga kalimat tunggal yang di
dalamnya terdiri dari subjek dan predikat. Dalam kalimat majemuk campuran,
terdapat juga unsur kalimat seperti pelengkap, objek, dan keterangan untuk
melengkapi struktur kalimat itu.
71) Karena ingin membebaskan para penumpang, pasukan komando terpaksa
menyerbu pesawat dan berakhirlah drama pembajakan yang telah
berlangsung selama dua hari itu.
Pada kalimat di atas terdapat tiga konjungsi. Konjungsi karena
menghubungkan anak kalimat ingin membebaskan para penumpang dan induk
kalimat pasukan komando terpaksa menyerbu pesawat. Konjungsi yang
menghubungkan anak kalimat pewatas telah berlangsung selama dua hari itu
dengan frasa nomina drama pembajakan. Kesemua unsur itu merupakan subjek
dan predikat berakhirlah. Konjungsi dan menghubungkan kalimat yang
mendahuluinya dan kalimat yang menyertainya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai jenis-jenis kalimat,
peneliti akan menggunakan jenis-jenis kalimat menurut pendapat Ramlan (2001),
dalam bukunya berjudul Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Jenis-jenis kalimat
terbagi menjadi jenis kalimat berdasarkan susunan dan berdasarkan maksud. Jenis
kalimat berdasarkan susunan terbagi menjadi kalimat tak berklausa, kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat tunggal. Jenis kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
berdasarkan maksud menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat
suruh.
2.6 Karangan
Karangan adalah wujud gagasan atau ide seseorang dalam tulisan yang
dapat dimengerti oleh pembaca (Gie, 2002 : 3). Maksudnya, karangan merupakan
wujud dari gagasan seseorang yang kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan
untuk dibaca oleh orang lain. Karangan adalah suatu tulisan yang berisi gagasan
atau ungkapan perasaan seseorang dalam bentuk tulisan. Salah satu manfaat
menulis karangan bagi seorang penulis ialah penulis dapat mengembangkan
gagasan dan ide-ide yang ditulis sehingga menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Menurut Slamet (2014: 111), karangan bersifat tetap, artinya bahasa yang
dituangkan dalam tulisan harus mencerminkan maksud penulisnya. Jadi, apa yang
ingin dikatakan atau diceritakan oleh penulis harus dapat dipahami oleh pembaca.
Maka, penulis harus membuat karangan dengan kata-kata yang mudah dipahami
oleh pembaca, sehingga tidak menyulitkan pembaca untuk memahami setiap
kalimat yang ditulis oleh penulis.Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis
mengambil kesimpulan bahwa karangan adalah sebuah tulisan yang di dalamnya
mengungkapkan ide-ide atau gagasan seseorang. Dalam membuat suatu karangan,
tentu harus memilih topik yang hendak dijadikan sebagai karangan, setelah topik
dipilih maka langkah selanjutnya harus membuat kerangka karangan untuk
memudahkan penulis menulis secara teratur dan dapat tersusun secara sistematis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
sehingga tulisan yang dihasilkan dapat tersusun dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan.
2.7 Narasi
Menurut Darma (2014: 34), narasi adalah jenis wacana yang bercerita
tentang kejadian suatu peristiwa yang dialami oleh para tokoh. Jadi, narasi
merupakan bagian wacana yang menceritakan proses dari suatu kejadian.
Kejadian yang dialami oleh tokoh dalam cerita itu diceritakan berdasarkan urutan
waktu melalui alur cerita. Narasi merupakan karangan yang dirangkai sesuai
kronologinya dengan urutan awal, tengah, dan akhir. Narasi bertujuan
memperluas wawasan dan menghibur pembaca.
Menurut Dalman (2016: 105), narasi adalah cerita yang disusun
berdasarkan urutan waktu di dalam cerita terdapat tokoh yang mengalami
berbagai konflik. Maksudnya, dalam sebuah narasi, cerita mengalir melalui
lintasan alur berdasarkan urutan waktu. Konflik dalam narasi mengacu pada
perbedaan karakter tokoh. Ada dua karakter tokoh yang sering digunakan dalam
sebuah cerita, yaitu tokoh antagonis dan protagonis. Konflik hadir untuk
menjadikan alur cerita lebih menarik untuk dibaca.
Narasi merupakan jenis paragraf yang terstruktur disajikan dalam bentuk
rangkaian peristiwa atau kisah (Kusmana, 2014: 70-71). Maksudnya, narasi
dibangun oleh sebuah alur. Peristiwa atau kejadian yang diceritakan dalam
karangan narasi dialami oleh tokoh dalam cerita itu. Karangan narasi berisi cerita
atau peristiwa yang disajikan dengan urutan waktu yang jelas yang dikemas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
menarik baik itu bersifat fiksi maupun nonfiksi. Cerita dalam karangan narasi
disampaikan secara kronologis.
Berdasarkan pandangan tiga ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
narasi adalah sebuah rangkaian peristiwa yang dituangkan dalam sebuah tulisan
untuk membuat pembaca mendapat informasi yang hendak disampaikan oleh
penulis. Cerita yang disampaikan dapat berupa fakta atau fiksi yang disampaikan
dalam urutan waktu secara kronologis. Karangan narasi yang berisi fakta disebut
narasi ekspositoris sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif.
2.7.1 Prinsip-prinsip Narasi
Prinsip-prinsip narasi perlu dipahami oleh seorang penulis maupun
pembaca agar dalam mengembangkan narasi, mencangkup berbagai prinsip agar
menghasilkan sebuah karangan yang padu. Menurut Suparno dan Yunus (2008)
dalam Dalman (2016: 107), menulis karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-
prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi
sebagai berikut.
2.7.1.1 Alur
Alur merupakan rangkaian cerita yang berusaha mempertemukan konflik
yang terdapat dalam narasi. Alur bersembunyi dibalik jalan cerita. Alur tidak
dapat dipisahkan dari jalan cerita, tetapi keduanya berbeda. Jalan cerita memuat
kejadian, tetapi suatu kejadian ada karena sebabnya, dan alasan. Alur bertugas
menggerakkan cerita, kejadian dikatakan narasi apabila didalamnya terdapat
perkembangan kejadian. Penyebab terjadinya suatu perkembangan, yaitu konflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Suatu konflik dalam narasi terdiri dari lima, yaitu: (1) pengenalan, (2) timbulnya
konflik, (3) konflik memuncak, (4) klimaks, dan (5) pemecahan masalah.
2.7.1.2 Penokohan
Salah satu ciri khas narasi ialah mengisahkan tokoh cerita dalam suatu
rangkaian peristiwa dan kejadian. Tindakan, peristiwa, kejadian, itu tersusun
sehingga mendapatkan kesan atau efek tunggal. Penokohan adalah cara pengarang
menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga dapat diketahui karakter atau
sifat masing-masing tokoh itu.
2.7.1.3 Latar
Latar ialah tempat dan waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa
yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak disebutkan secara
jelas tempat tokoh berbuat atau mengalami peristiwa tertentu. Sering kita jumpai
cerita hanya mengisahkan latar secara umum.
2.7.1.4 Sudut Pandang
Sudut pandang dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang
menceritakan kisah ini. Apa pun sudut pandang yang dipilih pengarang akan
menentukan gaya dan corak cerita. Sebab, watak dan pribadi si pencerita akan
banyak menentukan cerita yang dituturkan pada pembaca.
2.7.2 Langkah-langkah Pengembangan Narasi
Langkah-langkah menulis karangan narasi digunakan sebagai pedoman
untuk menghasilkan sebuah karangan narasi yang padu. Dalam menulis sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
karangan narasi, menggunakan beberapa tahap agar dapat memudahkan seorang
penulis menulis secara terstruktur dan konsisten dalam mengarang. Berikut ini
langkah-langkah mengembangkan narasi menurut pendapat Dalman (2016: 110),
sebagai berikut:
a. Menentukan tema dan amanat yang hendak disampaikan.
b. Menentukan sasaran pembaca.
c. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk
skema alur.
d. Bagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir
cerita.
e. Rincian peritiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai
pendukung cerita.
f. Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.
2.7.3 Ciri-ciri karangan Narasi
Setelah mengetahui langkah-langkah pengembangan narasi. Penulis dan
pembaca perlu mengetahui ciri-ciri yang terdapat dalam karangan narasi. Ciri-ciri
ini berguna untuk membedakan karangan narasi dengan karangan yang lainnya.
Setiap karangan memiliki ciri-ciri atau kekhasan masing-masing. Karangan narasi
memiliki berbagai keunikan yang membedakan dari jenis karangan lain. Adapun
ciri-ciri karangan narasi sebagai berikut. Menurut Keraf (dalam Dalman 2016:
110), ciri-ciri karangan narasi, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
a. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
b. Dirangkai dalam urutan waktu.
c. Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?Ada konflik.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa
ciri-ciri narasi berisi mengenai peristiwa atau kejadian yang diceritakan menurut
urutan waktu, di dalam narasi terdapat perbuatan yang digambarkan melalui watak
para tokoh. Peristiwa atau kejadian yang dipaparkan dapat berupa imajinasi
maupun berdasarkan pengalaman penulis itu sendiri, tergantung pada jenis narasi
yang digunakan dalam mengarang. Setiap karangan memiliki ciri-ciri atau
kekhasan masing-masing. Karangan narasi memiliki berbagai keunikan yang
membedakan dari jenis karangan lain.
2.7.4 Jenis-jenis Narasi
Jenis-jenis narasi ini perlu dipahami guna membedakan karangan narasi
dari segi isinya. Pemahaman mengenai jenis-jenis narasi akan membantu para
pembaca mengerti mengenai jenis-jenis karangan narasi yang akan dibaca.
Berdasarkan jenisnya karangan narasi dibuat berdasarkan fakta dan ada yang
berdasarkan sugestif para penulis. Maka, untuk membedakannya perlu memahami
teori menurut Dalman (2016: 111-114), narasi terbagi menjadi dua, yaitu narasi
ekspositoris dan narasi sugestif sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2.7.4.1 Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris adalah narasi yang berisi informasi dengan tujuan
memperluas pengetahuan orang lain mengenai kisah seseorang. Dalam narasi
ekspositoris, penulis menceritaka suatu peristiwa berdasarkan data yang
sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan
mulai dari kecil hingga saat terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini
diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan
narasi ekspositorik.
Narasi ekspositoris termasuk jenis karangan narasi yang mengutamakan
kisah yang sebenarnya dari tokoh yang diceritakan. Jadi, karangan tersebut tidak
boleh fiktif dan tidak boleh bercampur dengan daya khayal atau daya imajinasi
pengarangnya. Bahasa yang digunakan mengandung informasi dengan kata-kata
yang denotatif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, kisah
perjalanan seseorang, kisah kepahlawanan, catatan harian, dan lain-lain.
2.7.4.2 Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berisi tentang maksud tertentu dari
penulis, menyampaikan amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar
sehingga seolah-olah pembaca atau pendengar mengalami peristiwa tersebut.
Dalam hal ini seorang penulis harus mampu menggambarkan perwatakan para
tokoh dan menggambarkan kejadian atau peristiwa yang dialami para tokoh serta
tempat terjadinya peristiwa tersebut secara detail sehingga pembaca seolah-olah
mengalaminya sendiri. Oleh karena itu, dalam menulis narasi sugestif, seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
pengarang harus membangkitkan daya imajinasi si pembaca. Dalam narasi
sugestif ini diizinkan menggunakan daya khayal atau daya imajinasinya untuk
menghidupkan sebuah cerita. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan juga bahasa
konotatif, yaitu bahasa yang mengandung makna kias. Makna yang disampaikan
dalam bentuk tersirat bukan tersurat. Contoh narasi sugestif adalah roman, novel,
cerpen, naskah drama, dan lain-lain.
2.8 Kerangka Berpikir
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menjalin hubungan dengan
manusia lain menggunakan bahasa. Salah satunya komunikasi secara tidak
langsung menggunakan salah satu media seperti karangan yang ditulis oleh
penulis yang didalamnnya mengandung pesan atau maksud yang hendak
disampaikan kepada pembaca. Karangan dapat ditulis oleh setiap orang termasuk
siswa. Karangan merupakan salah satu wujud keterampilan menulis yang di
dalamnya mengungkapkan ide-ide dan gagasan-gagasan seseorang.
Penelitian ini memilih karangan narasi yang ditulis oleh siswa kelas VII
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Pemilihan materi
karangan narasi didasarkan pada dua hal. Pertama, sesuai dengan kurikulum yang
digunakan oleh SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta menggunakan kurikulum 2013
revisi 2016. Kedua, ingin mengajak siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 bercerita melalui tulisan yang siswa tulis
dalam sebuah karangan narasi yang nantinya dapat melatih keterampilan menulis
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Karangan narasi siswa SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta
Analisis Jenis Kalimat
KlasifikasiAnalisis Hasil
Kesimpulan
Penelitian ini mengkaji mengenai jenis-jenis kalimat yang terdapat dalam
karangan narasi siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Berikut diuraikan
mengenai alur kerangka berpikir dalam penelitian ini.
Bagan 2.1 Alur Kerangka Berpikir
Sumber gambar: www.google.co.id
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini
termasuk penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini mendeskripsikan
jenis-jenis kalimat dalam karangan narasi siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2017/2018. Hal ini dapat dipahami melalui pendapat Moleong (2006:
11), penelitian deskriptif berupa kata-kata dan gambar, bukan angka-angka. Dengan
demikian, laporan penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
dalam penyajian laporan.
Menurut Strauss & Corbin (2003:4-5), penelitian kualitatif adalah penelitian
yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya. Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data
yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi
pengamatan dan wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset
video, dan bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan lain, misalnya data sensus.
Penelitian ini menggunakan sarana dokumen berupa karangan, data yang
dihasilkan berupa kalimat dari karangan narasi siswa. Karangan narasi yang
terkumpul berjumlah 32 karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta. Data yang dihasilkan berupa kalimat-kalimat dan akan dideskripsikan
dalam bentuk uraian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3.2 Data dan Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2006: 157), sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data dari penelitian ini adalah
32 karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2017/2018. Data yang dianalisis berupa kalimat-kalimat yang ada dalam
karangan narasi siswa. Berikut akan dipaparkan, nama siswa, nomor induk siswa
(NIS), dan judul karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2017/2018.
Tabel 3.1 Nama Siswa dan Judul Karangan
No NIS Nama Siswa Judul Karangan 1 14271 Agrian Damar R. Waspada Kecelakaan 2 14271 Akskarel Widya A. Liburan Ke Solo 3 14273 Allesandro Christian Liburan Natal dan Tahun
Baru 4 14274 Amanda Lorensia Putri Masuk SMP PL 1
Yogyakarta 5 14275 Andina Junita Z. A. Liburan Bersama 6 14276 Angela Reika M.K. Cerita tentang Novelku 7 14277 Anne Alodia Sucita Jalan-jalan ke Kota Ambon 8 14279 Benedicta Gracia V.S. Liburan ke Pantai 9 14282 Cecilia Shanna Dela G. Liburan ke Malang
10 14283 Christina Marella N. Memenangkan Kejuaraan Taekwondo
11 14284 Cristian Salomo D.M. Natal 12 14285 Daniel Bara S. Liburan ke Pulau Bali 13 18287 Elisabeth Yunita A. Berlibur ke Yogyakarta 14 14290 Fransisca Xaveria H.K. Liburan ke Rumah Nenek 15 14291 GabrielCallyandra S.Y. Pergi ke Gunung 16 14292 Gabriella Carina Ara A. Berlibur ke Malang, Jawa
Timur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
No NIS Nama Siswa Judul Karangan
17 14293 Grace Livearta P. Liburan Natal Tahun 2017 18 14294 Gregorius David R. P. Liburan ke Disneland
Hongkong 19 14297 I Putu Gede Krisna P.W. Ke Malang 20 14298 Ignasius Bramantya W. Berlibur ke Bali 21 14299 Inosesia Amaraduhita P. Liburan di Hari Sabtu 22 14300 Keenan Putra N. A. Pergi ke Kulon Progo 23 14301 Kezia Dwina Nathania Liburan Bersama Keluarga 24 14302 Leonardo Andrean Liburan ke Malang 25 14303 Lidwina Ruth R.D.S. Terjebak di Lift Hotel 26 14304 Lucetta Amarakamini Terjebak di Emergeny Exit 27 14305 Maria Albertina D.V.S.S. Berlibur ke Kota Ambon 28 14306 Patricia Devina H. Berlibur ke Bali 29 14307 Raden Nicolas A.D.L. Liburan Hari Minggu 30 14308 Samuel Ivan K. Liburan ke Jakarta 31 14309 Saverinus Adrian Maitri Patah Tulang di Kaki Kiri 32 14311 Vincentius Jevon D.D. Liburan ke West Lake
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian terbagi menjad dua, yaitu kalimat berdasarkan susunan dan
kalimat berdasarkan maksud. Jenis kalimat berdasarkan susunan terbagi menjadi
empat, yaitu kalimat tak berklausa, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk
bertingkat, dan kalimat tunggal. Jenis kalimat berdasarkan maksud menjadi tiga,
yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh. Kalimat dalam karangan
narasi siswa akan dianalisis berdasarkan jenis-jenis kalimat yang dikemukakan oleh
Ramlan (2005: 23-39 dalam bukunya yang berjudul Ilmu Bahasa Indonesia
Sintaksis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam melakukan penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal
tersebut dapat dipahami melalui pendapat Basrowi dan Suwandi (2008: 34),
instrumen adalah pencari tahu alamiah dalam mengumpulkan data lebih banyak
bergantung pada dirinya sendiri sebagai alat pengumpul data. Jadi, peneliti berperan
penting dalam melakukan penelitian deskripif kualitatif.
Menurut (Moleong, 2006: 168), kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data dan
pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Penulis di sini berperan
sangat penting mengingat penulis sebagai orang yang melaksanakan dan
melaporkan hasil penelitiannya. Penulis dalam menjalankan penelitian memerlukan
adanya bantuan. Penulis membutuhkan alat bantuan yakni, instrumen tes berupa
uraian, yakni tes subjektif yang digunakan untuk mengumpulkan bahan dalam
penelitian berupa karangan narasi siswa.
Tes subjektif adalah teks yang berbentuk esai (uraian) untuk mengetahui
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang sifatnya pembahasan atau uraian
kata-kata (Arikunto, 2012: 177). Penulis menggunakan tes subjektif untuk meminta
siswa membuat karangan narasi yang akan digunakan sebagai bahan dalam
penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini, peneliti mengamati penggunaan bahasa dalam bentuk kalimat
pada karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
ajaran 2017/2018. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dokumen
pribadi. Menurut Moleong (2006: 217), dokumen pribadi adalah catatan atau
karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan
kepercayaannya. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti dokumen pribadi
berupa karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan delapan tahap pengumpulan data yang
diuraikan sebagai berikut.
1) Peneliti memberikan materi mengenai pengertian karangan, narasi, prinsip-
prinsip narasi, langkah-langkah pengembangan narasi, ciri-ciri karangan
narasi, jenis-jenis narasi, dan contoh karangan narasi;
2) Peneliti membertikan tes menulis karangan narasi kepada siswa kelas VII
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018;
3) Peneliti mengumpulkan hasil karangan narasi siswa;
4) Peneliti membaca kalimat hasil karangan narasi siswa;
5) Peneliti memberi garis bawah untuk menandai di kertas, dalam karangan
narasi siswa;
6) Peneliti memberi kode yang telah peneliti tentukan, kode tersebut peneliti
gunakan untuk menandai masing-masing data kalimat;
7) Dilanjutkan dengan klasifikasi;
8) Peneliti mencatat data dalam word laptop;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menganalisis menggunakan metode perbandingan tetap
(dalam Moleong, 2014: 287-298) bahwa secara umum proses analisis datanya
mencangkup: reduksi data, kategorisasi data, sintensisasi, dan menyusun hipotesis
kerja. Teknik analisis data digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan tahap-tahap analisis data yang diuraikan
sebagai berikut.
1) Penulis mengidentifikasi data yang kemudian dikaitkan dengan fokus
masalah penelitian.
2) Penulis memberi kode atau koding pada kalimat dalam karangan narasi
siswa, berdasarkan jenis kalimat yang ingin peneliti analisis. Berikut
dipaparkan kode yang akan peneliti gunakan untuk menganalisis data
berdasarkan jenis kalimat menurut susunan dan menurut maksud.
a. Jenis kalimat menurut susunan
(1) Kalimat Tak Berklausa : KTB
(2) Kalimat Majemuk Setara : KMS
(3) Kalimat Majemuk Bertingkat : KMB
(4) Kalimat Tunggal : KT
b. Jenis kalimat menurut maksud
(1) Kalimat Berita : KB
(2) Kalimat Tanya : KT
(3) Kalimat Suruh : KS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3) Data yang diperoleh melalui proses kode atau koding dimasukkan ke dalam
tabel untuk dikategorikan berdasarkan jenis kalimat.
4) Penulis mendeskripsikan hasil analisis data berdasarkan jenis kalimat, yaitu
jenis kalimat menurut susunan dan jenis data menurut maksud.
5) Penulis mengambil kesimpulan berdasarkan tahap (3) dan (4).
6) Penulis meminta triangulasi hasil analisis data kepada ahli yang telah
ditentukan.
3.7 Triangulasi
Setelah penulis melakukan analisis data, selanjutnya penulis melakukan
Triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006: 330). Triangulasi berguna untuk
mengecek keabsahan data dalam penelitian ini data berupa kalimat. Setelah peneliti
membaca karangan narasi siwa dan menganalisis data, peneliti melakukan
triangulasi kepada ahli, yaitu Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. Triangulasi data
dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Februari 2018. Setelah peneliti menemukan data
yang valid, peneliti menyajikan data berupa uraian deskripsi kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV penulis menguraikan tiga bagian, (1) deskripsi data, (2) analisis
data, dan (3) pembahasan hasil. Bagian pertama, peneliti menguraikan deskripsi
data penelitian. Bagian kedua, penulis menjelaskan hasil temuan dari analisis data
berdasarkan dua rumusan masalah dalam penelitian ini, yakni (1) jenis-jenis kalimat
berdasarkan susunannya, dan (2) jenis-jenis kalimat berdasarkan maksudnya yang
ada di dalam karangan para siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
Bagian ketiga, peneliti membahas temuan dalam penelitian dengan konteks teori
yang dianut.
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian ini berupa kalimat-kalimat yang dihasilkan oleh para siswa
kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Kalimat
dianalisis berdasarkan susunan terbagi menjadi kalimat tak berklausa, kalimat luas
atau kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat tunggal.
Jenis kalimat berdasarkan maksud terbagi menjadi tiga, yaitu kalimat berita,
kalimat tanya, dan kalimat suruh. Namun, berdasarkan hasil analisis data tidak
ditemukan kalimat tak berklausa, kalimat tanya, dan kalimat suruh.
Karangan narasi terkumpul sejumlah 32 karangan. Hal tersebut disebabkan
saat pengambilan data hari kedua tanggal 02 Februari 2018, ada sepuluh orang tidak
mengumpulkan karangan narasi karena enam orang siswa dipanggil ke ruang BK,
tiga orang tidak mau mengumpulkan karangannya dengan alasan tidak mengerjakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
tugas menulis karangan, dan satu orang sudah pindah sekolah ke luar kota. Dari 32
karangan narasi siswa ditemukan 170 kalimat yang diambil sebagai data penelitian.
Data penelitian yang diperoleh digolongkan berdasarkan jenis kalimat
berdasarkan susunan dan berdasarkan maksud. Kalimat berdasarkan susunan
terbagi menjadi majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat tunggal.
Dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta,
ditemukan 9 kalimat majemuk setara, 4 kalimat majemuk bertingkat, dan 119
kalimat tunggal. Kalimat berdasarkan maksud juga ditemukan dalam karangan
narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yaitu 38 kalimat berita
atau kalimat deklaratif.
4.2 Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan susunan dan berdasarkan maksud.
Berikut ini penulis menguraikan analisis data beserta contohnya yang terdapat
dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2017/2018.
4.2.1 Kalimat Berdasarkan Susunan
Jenis kalimat berdasarkan susunan perlu dipahami karena menulis kalimat
harus memperhatikan susunan kalimat agar terstruktur dan konsisten. Menurut
pendapat Ramlan (2001: 23-24) kalimat berdasarkan susunan terbagi menjadi
kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat tunggal
(Ramlan, 2001: 23-43). Berikut penulis menguraikan hasil analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.2.1.1 Kalimat Majemuk Setara
Kalimat luas setara atau kalimat majemuk setara adalah klausa yang satu
tidak merupakan klausa lainnya; masing-masing berdiri sendiri sebagai klausa
setara, yaitu sebagai klausa inti semua (Ramlan, 2001: 46). Kalimat luas setara atau
kalimat majemuk setara ditemukan dalam karangan narasi siswa berjumlah 9
kalimat. Dalam kalimat majemuk setara terdiri dari dua kalimat tunggal yang
digabungkan dengan kata penghubung. Klausa-klausa itu dihubungkan dengan kata
penghubung setara terdiri dari kata dan, dan lagi, lagi pula, kemudian, atau, tetapi,
tapi, akan tetapi, dan malahan. Berikut penulis memaparkan kalimat majemuk
setara yang digunakan dalam karangan narasi yang telah mereka buat.
72) Akhirnya, pintu itu dibukakan dan kami keluar. (karangan 26)
73) Saat itu aku memang ingin liburan, tetapi aku sangat malas bepergian
sangat jauh ke pantai. (karangan 6)
74) Esok harinya kami pulang dan dalam perjalanan pulang kami membeli
banyak oleh-oleh untuk keluarga di jogja. (karangan 16)
Ketiga contoh kutipan kalimat di atas tergolong kalimat luas setara atau
kalimat majemuk setara. Kalimat majemuk setara ditandai dengan hadirnya
konsungsi. Konjungsi terdapat dalam ketiga kalimat di atas seperti konjungsi dan
dan tetapi.
4.2.1.2 Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang terdiri dari klausa inti dan
klausa bawahan (Ramlan, 2001: 47). Kalimat majemuk bertingkat dibangun oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dua klausa verba, yaitu klausa induk kalimat dan klausa anak kalimat. Kalimat luas
bertingkat ditemukan dalam karangan narasi siswa berjumlah 4 kalimat. Dalam
kalimat majemuk bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan. Berikut
penulis menguraikan contoh kutipan penggunaan kalimat majemuk bertingkat yang
terdapat dalam karangan narasi siswa.
75) Saat itulah kita melihat emergency exit, Keenan memasuki emergency exit
diikuti oleh kami (karangan 26).
76) Aku mengelilingi halaman sekitar 3-6 kali dan pada putaran ke-6 aku
terjatuh (karangan karangan 31).
Keempat kalimat di atas masing-masing terdiri dari klausa inti dan klausa
bawahan. Klausa inti yang terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat sehingga
keempat kalimat tersebut tergolong kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk
bertingkat termasuk kalimat yang paling sedikit digunakan dalam karangan narasi
siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Hal ini disebabkan karena siswa
cenderung menggunakan kalimat sederhana atau kalimat tunggal, di dalamnya
hanya mengandung satu klausa aja, yaitu subjek dan predikat.
4.2.1.3 Kalimat Tunggal
Kalimat sederhana atau lebih dikenal dengan kalimat tunggal adalah kalimat
yang terdiri dari satu klausa (Ramlan, 2001: 43). Kalimat yang terdiri dari satu
klausa, yaitu kalimat yang mempunyai satu subjek dan satu predikat. Unsur-unsur
subjek dan predikat dapat diikuti oleh unsur-unsur kalimat seperti objek, pelengkap,
dan keterangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kalimat sederhana Berdasarkan hasil valisasi data, penulis menemukan data
kalimat sederhana atau kalimat tunggal berjumlah 119 kalimat. Kalimat sederhana
atau kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa. Dalam kalimat
tunggal, unsur yang wajib hadir ialah subjek dan predikat sehingga kalimat tersebut
tergolong kalimat sederhana atau kalimat tunggal. Berikut penulis menguraikan
kalimat tunggal yang digunakan oleh siswa dalam karangan narasinya.
77) Saya pernah jatuh naik motor. (karangan 1)
78) Saya berjanji agar selalu waspada. (karangan 1)
79) Saya merasa kedinginan. (karangan 3)
80) Kami memesan tiket melalu internet. (keterangan 5)
Keempat contoh kutipan kalimat di atas tergolong dalam kalimat sederhana
atau kalimat tunggal. Hal ini dapat dipahami di dalam kalimat di atas mengandung
unsur subjek dan predikat. Kalimat sederhana atau kalimat tunggal ialah jenis
kalimat yang paling sering digunakan siswa dalam karangan narasi siswa kelas VII
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Hal ini disebabkan kalimat-kalimat yang ditulis
oleh siswa, cenderung menghadirkan unsur subjek dan predikat dalam karangan
narasi.
4.2.2 Kalimat Berdasarkan Maksud
Berdasarkan hasil analisis data karangan narasi siswa kelas VII SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, penulis menemukan penggunaan kalimat
berdasarkan maksud, yaitu kalimat berita. Berikut ini penulis menguraikan berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
kutipan penggunaan kalimat berita atau kalimat deklaratif dalam karangan narasi
siswa.
4.2.1.1 Kalimat Berita atau Kalimat Deklaratif
Kalimat berita adalah kalimat yang berfungsi untuk memberitahukan
sesuatu kepada orang lain (Ramlan, 2001: 27). Sesuatu yang hendak disampaikan
kepada orang lain itu berupa informasi. Penulis menemukan 38 kalimat berita atau
kalimat deklaratif dalam karangan siswa. Penggunaan kalimat berita atau kalimat
deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara atau penulis untuk menyampaikan
pesan yang di dalamnya mengandung informasi penting sehingga memerlukan
tanggapan dari pendengar atau pembaca. Informasi penting tersebut dapat berupa
keadaan atau situasi yang sedang dialami oleh penutur atau penulis. Berikut ini
penulis menguraikan penggunaan kalimat berita atau kalimat deklaratif dalam
karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
81) Hujan semakin deras. (karangan 1)
82) Di saat malam Natal, lingkungan di sekitar hotel sangat ramai. (karangan 2)
83) Di langit terlihat banyak kembang api. (karangan 2)
84) Saya terkena gejala tifus. (karangan 3)
85) Air lautnya berwarna biru, kemudian biru muda, kemudian biru tua
(karangan 7)
Kelima contoh kutipan di atas termasuk jenis kalimat berita atau kalimat
deklaratif. Kalimat (81) termasuk kalimat berita di dalamnya mengandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
informasi mengenai cuaca yang dirasakan oleh seseorang dan disampaikan kepada
orang lain. Kalimat (82) juga termasuk kalimat berita. Dalam kalimat tersebut
memuat informasi suasana yang ada di lingkungan penulis saat malam Natal.
Kalimat (83) tergolong kalimat berita di dalamnya mengandung informasi suasana
saat malam hari yang dialami oleh seorang penulis yang belum diketahui oleh
pembaca. Kalimat (84) tergolong kalimat berita di dalamnya mengandung
informasi seseorang sedang mengalami keadaan atau situasi darurat dan
membutuhkan bantuan dari orang lain. Kalimat (85) termasuk jenis kalimat berita
di dalamnya mengandung informasi yang belum diketahui oleh orang lain tentang
warna air laut yang berubah-ubah.Kalimat-kalimat berita ini termasuk kalimat yang
paling dominan digunakan oleh siswa setelah kalimat tunggal. Karangan narasi
berisi informasi mengenai peristiwa atau kejadian yang dialami oleh seseorang
sehingga memunculkan penggunaan kalimat berita atau kalimat deklaratif.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, rumusan masalah yang sudah penulis buat
umumnya sudah terjawab. Hal ini dapat dilihat pada jenis-jenis kalimat yang
terdapat dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Herningdyah
Cahyaning Ratri (2017) mendeskripsikan penggunaan kalimat tunggal dan kalimat
majemuk sesuai dengan kaidah sintaksis dalam karangan guru-guru Sd Mahakam
Ulu Kalimantan Timur. Penelitian yang dilakukan oleh Herningdyah Cahyaning
Ratri menunjukkan berbagai faktor penyebab penggunaan klausa dan kalimat yang
belum sepenuhnya digunakan oleh siswa. Hal tersebut menyebabkan maksud yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
hendak disampaikan oleh penulis belum tersampaikan dengan baik kepada para
pembaca.
Penelitian kedua dilakukan oleh Cicilia Primasari Murharjanti (2012)
mendeskripsikan jenis kalimat lengkap dan tak lengkap dalam paragraf deskripsi
siswa. Hal tersebut menunjukkan penggunaan kalimat dalam paragraf deskripsi
siswa memiliki kelengkapan unsur dalam bahasa Indonesia, yakni subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan.
4.3.1 Kalimat Berdasarkan Susunan
Jenis kalimat yang digunakan oleh siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta pada karangannya, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat luas
bertingkat, dan kalimat tunggal. Kalimat luas setara atau kalimat majemuk setara
ditemukan dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta. Menurut Ramlan (2001: 46), dalam kalimat majemuk setara klausa
satu tidak merupakan bagian dari klausa lainnya; masing-masing berdiri sendiri
sebagai klausa inti. Klausa-klausa itu dihubungkan dengan kata penghubung setara
terdiri dari dan, dan lagi, lagi pula, kemudian, atau, tetapi, tapi, akan tetapi, dan
malahan. Unsur-unsur kalimat yang ditemukan dalam karangan narasi siswa terdiri
dari subjek (S) – predikat (P) – objek (O) – subjek (S) – predikat (P) – objek (O) –
keterangan (Ket) dan keterangan (Ket) – subjek (S) – predikat (P) – pelengkap (Pel)
– subjek (S) – predikat (P) – keterangan (Ket).
Kalimat luas tak setara atau kalimat majemuk tak setara ditemukan dalam
karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Ramlan (2001: 47) kalimat luas tak setara terdiri dari klausa inti dan klausa
bawahan Unsur-unsur kalimat yang ditemukan dalam karangan narasi siswa terdiri
dari keterangan (Ket) – subjek (S) – predikat (P) – objek (O) – subjek (S) – predikat
(P) dan subjek (S) – predikat (P) – objek (O) – subjek (S) – predikat (P) – objek (O)
– keterangan (Ket).
Kalimat sederhana atau kalimat tunggal ditemukan dalam karagan narasi
siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Menurut Ramlan (2001: 43),
kalimat sederhana adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa. Jenis kalimat ini
terdiri dari unsur subjek (S) dan predikat (P). Unsur-unsur kalimat yang ditemukan
dalam karangan narasi siswa terdiri dari subjek (S) – predikat (P) keterangan (Ket)
– subjek (S) – predikat (P) – keterangan (Ket), keterangan (Ket) – subjek (S) –
predikat (P), dan subjek (S) – predikat (P) – pelengkap (Pel).
4.3.2 Kalimat Berdasarkan Maksud
Jenis kalimat berdasarkan maksud terdapat dalam karangan narasi siswa
kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Penulis
menemukan jenis kalimat berdasarkan maksud, yaitu kalimat berita atau kalimat
deklaratif. Kalimat berita ditandai dari segi isinya mengandung informasi atau
kalimat yang ingin menyampaikan sesuatu kepada pembaca (tulis) dan pendengar
(lisan). Menurut Ramlan (2001: 27) kalimat berita dalam hubungan situasi
berfungsi memberitahukan sesuatu atau informasi kepada orang lain sehingga
tanggapannya berupa perhatian, kadang-kadang disertai anggukan maupun ucapan
ya. Unsur-unsur kalimat yang ditemukan dalam karangan narasi siswa terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
keterangan (Ket) – subjek (S) – predikat (P) – objek (O) dan keterangan (Ket) –
subjek (S) – predikat (P) – keterangan (Ket). Unsur-unsur kalimat tersebut menjadi
dasar penulis menganalisis data.
Kalimat berita atau kalimat deklaratif merupakan jenis kalimat yang sering
digunakan setelah kalimat sederhana atau tunggal oleh para siswa kelas VII SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Para siswa menulis karangan narasi yang berisi
mengenai informasi-informasi kegiatan yang mereka lakukan pada saat libur
semester gasal sehingga banyak ditemukan jenis kalimat deklaratif pada karangan
siswa. Hal tersebut dapat dipahami melalui karangan narasi adalah karangan yang
berisi tentang kejadian atau peristiwa yang dialami oleh penulis sehingga di
dalamnya mengandung informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
KESIMPULAN
Pada bagian penutup, penulis menguraikan mengenai dua hal, yakni (1)
kesimpulan, dan (2) saran. Berikut dipaparkan masing-masing subbab:
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan dua hal sebagai berikut.
a. Siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran
2017/2018 sudah dapat menghasilkan jenis kalimat berdasarkan susunan,
yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat
kalimat tunggal.
b. Siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran
2017/2018 sudah dapat menghasilkan jenis kalimat berdasarkan maksud,
yaitu kalimat berita atau kalimat deklaratif.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, penulis memberi saran bagi guru
bahasa Indonesia, calon pendidik, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, dan bagi para peneliti selanjutnya. Saran yang dapat dikemukakan
sebagai berikut.
a. Bagi Guru Bahasa Indonesia
Guru bahasa Indonesia dapat meningkatkan pemberian teori-teori tentang
kalimat, unsur-unsur kalimat, dan jenis-jenis kalimat serta latihan-latihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
soal kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa dalam menguasai
teori mengenai kalimat. Guru hendaknya memberikan bimbingan dan
memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Dengan demikian,
siswa dapat menghasilkan tulisan yang menarik dan bervariasi
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
b. Bagi Pendidik
Perlu memahami teori sintaksis mengenai kalimat, unsur-unsur kalimat, dan
jenis-jenis kalimat. Hal ini dapat menjadi bekal bagi pendidik saat mengajar
siswa di sekolah. Pendidik dapat meningkatkan pemahaman kalimat dan
jenis-jenisnya melalui pelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
c. Bagi Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia melalui mata kuliah
Analisis Kesalahan Berbahasa dan Sintaksis perlu menekankan penggunaan
jenis-jenis kalimat dalam tulisan khususnya dalam karangan sehingga
mahasiswa benar-benar memahami penggunaan kalimat bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Melalui mata kuliah ini membantu para mahasiswa
dalam memahami kalimat, unsur-unsur kalimat dan penggunaan jenis-jenis
kalimat dalam menulis sebuah karangan.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Penulis mengharapkan adanya kebaruan topik untuk penelitian selanjutnya,
misalnya tentang penggunaan jenis-jenis kalimat dalam karangan eksposisi.
Dengan demikian, penelitian selanjutnya dapat memperkuat hasil penelitian
yang dilakukan oleh penulis saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Alwi, dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia: Edisi Kedua. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Kedua.
Jakarta: Bumi Aksara
Bahtiar, Ahmad & Fatimah. 2014. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: IN MEDIA.
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Darma, Yoce Aliah. 2014. Analisis Wacana Kritis. Bandung: PT Refika Aditama.
Dalman, H. 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Kartono, St. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut. Yogyakarta: Kanisius.
Kusmana, Suherli. 2014 Kreativitas Menulis. Yogyakarta: Ombak.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Murharjanti, Cicilia Primasari. 2012. Jenis Kalimat Bahasa Indonesia Dalam
Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X Semester 1 SMA Sang Timur Yogyakarta
Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sanata Dharma.
Muslich, Masnur. 2014. Garis-Garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Bandung: Refika Aditama.
Putrayasa, Bagus Ida. 2017. Sintaksis Memahami Kalimat Tunggal. Bandung:
Refika Aditama.
Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Peguruan Tinggi. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Ratri, Herningdyah Cahyaning. 2017. Analisis Jenis Kalimat Pada Karangan
Guru-guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur 2015. Skripsi. Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan
Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Semi, M. Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
Sukini. 2010. Sintaksis Sebuah Paduan Praktisi. Surakarta: Yuma Pustaka.
Suhardi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.
Strauss. Anselm & Corbin, Juliet. 2013. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif Tata
Langkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Sumber Internet:
Anonim. Gambar Menulis Buku (https://www.google.co.id).Di akses hari Kamis,
21 Desember 2017 pukul 18.17 WIB.
Latifah.2015.ModulSintaksis.(latifah.dosen.stkipsiliwangi.ac.id/files/2015/11/Mod
ul-Sintaksis.pdf). Diakses Selasa, 10 April 2018 pukul 20.10 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
LAMPIRAN
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VII / 2 (Dua)
Sub Materi : Karangan Narasi
Alokasi Waktu : 2 pertemuan (2 x 40 menit)
Tahun Ajaran : 2017/2018
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong-royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No Kompetensi Dasar Indikator
1 3.1 Memahami pengertian
karangan, pengertian narasi,
prinsip-prinsip narasi,
langkah-langkah
pengembangan narasi, ciri-ciri
narasi, dan jenis-jenis narasi
yang dibaca dan didengar.
4.2 Menulis gagasan kreatif dalam
bentuk karangan narasi
dengan judul (liburan dan
pengalaman pribadi) secara
tulis dengan memperhatikan
struktur dan penggunaan
bahasa.
3.1.1 Siswa mampu memahami
pengertian karangan, narasi,
prinsip-prinsip narasi,
langkah-langkah
pengembangan narasi, ciri-
ciri narasi, dan jenis-jenis
narasi yang dibaca dan
didengar.
4.2.1 Siswa mampu menulis
karangan narasi dengan tema
liburan dan pengalaman pribadi
secara tulis dengan
memperhatikan struktur dan
penggunaan bahasa.
C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Setelah pemberian materi, peserta didik dapat:
1) Memahami memahami pengertian karangan, narasi, prinsip-
prinsip narasi, langkah-langkah pengembangan narasi, ciri-ciri
narasi, dan jenis-jenis narasi.
2) Menentukan jenis teks deskripsi yang digunakan dalam menulis
karangan.
3) Menentukan judul karangan narasi berdasarkan tema yang telah
ditentukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Pertemuan Kedua
Setelah pemberian materi, peserta didik dapat:
1) Menulis karangan narasi sesuai dengan judul yang telah dipilih
oleh peserta didik secara individu.
2) Mengumpulkan hasil menulis karangan narasi peserta didik.
D. Materi Pembelajaran
a. Fakta
1) Contoh teks narasi
Gunung Merapi Meletus
Pada hari rabu tanggal 4 November 2010 Gunung Merapi memperlihatkan
peningkatan aktivitasnya yang sangat signifikan. Petugas pun sudah
mengumumkan kepada warga bahwa status gunung merapi saat itu sudah
siaga satu sehingga warga diharuskan harus segera dievakuasi.
Peningkatan itu ditandai oleh semakin seringnya suara gemuruh dari
gunung serta awan panas yang semakin pekat. Namun, diluar perkiraan
erupsi gunung merapi terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan pada hari
jumat sehingga pada rabu malam pukul 23.30 wib, petugan BPPTK dan
petugas gabungan melakukan diskusi hingga pada akhirnya disimpulkan
bahwa warga yang berada pada radius 20 km harus segera dievakuasi.
Pada Jumat dini hari pukul 00.00 wib terdengar suara gemuruh yang
sangat hebat dari gunung merapi. Gempa pun menggunacang daerah
sekitar wilayah erupsi. Sekitar 5 menit setelah gempa erupsi merapi sirine
tanda bahaya bersahut-sahutan sehingga warga berlari-lari keluar dari
rumahnya untuk mengevakuasi diri. Ribuan orang keluar dari rumah
menuju tempat evakuasi yang terletak di GOR UII dan Stadion
Waguharjo. Awan panas pun sampai pada Desa Cangkringan sekitar 30
menit setelah seluruh warga dievakuasi. 3 orang dilaporkan tewas akibat
awan panas. Korban diketahui berasal dari Desa Kranggan, Cangkringan.
Ketiganya tewas di dalam rumahnya yang disergap si awan panas. Satu
korban lainnya luka parah akibat kecelakaan saat evakuasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
b. Konsep
1) Karangan
2) Narasi
3) Prinsip-prinsip narasi
4) Langkah-langkah pengembangan narasi
5) Ciri-ciri karangan narasi
c. Prosedur
1) Memahami materi karangan narasi, prinsip-prinsip narasi,
langkah-langkah pengembangan narasi, dan ciri-ciri karangan
narasi
2) Pemberian tes berupa uraian menulis karangan narasi secara
individu.
E. Metode Pembelajaran dan Pendekatan
Saintifik
Diskusi
Tanya jawab
Penugasan
F. Media, Alat, dan Sumber Belajar
Media : Power Point.
Alat : LCD, laptop, buku referensi, dan alat tulis
Sumber belajar :
1. Gie, The Liang. 1992. Pengantar Dunia Karang-Mengarang.
Yogyakarta: Liberty bekerja sama dengan Balai Bimbingan.
2. Slamet. St. Y. 2014. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah dan Kelas Tinggi Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.
3. Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.
4. Darma, Yoce Aliah. 2014. Analisis Wacana Kritis. Bandung: PT
Refika Aditama.
5. Dalman, H. 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
6. Anonim. Jenis Contoh Karangan Narasi Terbaru. 2016. (dalam
www.bimbelbahasaindonesia.com). Di akses hari Sabtu, 27 Januari
2018 pukul 22.54 WIB.
7. Anonim. Contoh Paragraf Narasi. (dalam https://hidupsimpel.com).
Di akses hari Sabtu, 27 Januari 2018 pukul 22.54 WIB.
G. Kegiatan Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Waktu
Pertemuan Pertama
Pendahuluan Orientasi
- Guru memberi salam kepada siswa . - Guru mempresensi siswa.
Apersepsi - Guru memberikan pertanyaan mengenai
materi karangan narasi. Motivasi
- Guru menyampaikan informasi mengenai fungsi pembelajaran dan kaitannya dengan konteks kehidupan.
Pemberian acuan - Guru menyampaikan kompetensi dasar,
indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi pembelajaran.
- Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang dilalui siswa.
5 menit
Inti Mengamati
- Guru menjelaskan materi mengenai karangan, narasi, prinsip-prinsip narasi, langkah-langkah pengembangan narasi, ciri-ciri karangan narasi, dan jenis-jenis karangan narasi, dan contoh karangan narasi.
Menanya - Guru dan siswa melakukan tanya jawab
tentang materi mengenai karangan, narasi, prinsip-prinsip narasi, langkah-langkah pengembangan narasi, ciri-ciri karangan narasi, dan jenis-jenis karangan narasi.
70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Mengumpulkan Informasi - Guru meminta siswa membuat kerangka
karangan sesuai dengan tema yang disediakan dan dipilih oleh siswa pada kertas folio yang telah disediakan
Mengasosiasi - Setelah siswa membuat kerangka
karangan, siswa diminta untuk memahami hasil kerangka karangan yang telah dibuat.
Mengomunikasikan - Siswa diminta menyampaikan secara
lisan hasil kerangka karangan yang telah di buat.
Penutup - Guru bersama siswa menyimpulkan
materi pembelajaran. - Guru bersama siswa bertanya jawab
untuk memperjelas materi yang telah dipelajari bersama mengenai karangan narasi.
- Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
5 menit
Pertemuan Kedua
Deskripsi Kegiatan Waktu
Pendahuluan Orientasi
- Guru memberi salam kepada siswa . - Guru mempresensi siswa.
Apersepsi - Guru memberikan pertanyaan mengenai
materi pembelajaran sebelumnya. Motivasi
- Guru menyampaikan informasi mengenai fungsi pembelajaran dan kaitannya dengan konteks kehidupan.
Pemberian acuan - Guru menyampaikan kompetensi dasar,
indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi pembelajaran.
- Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang dilalui siswa.
5 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Inti Mengamati
- Guru menjelaskan contoh teks deskripsi melalui contoh “Gunung Merapi
Meletus” dan “Pertarungan di Pagi
Buta”. Menanya
- Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai contoh teks deskripsi “Gunung
Merapi Meletus” dan “Pertarungan di
Pagi Buta” yang belum dipahami oleh
siswa. Mengumpulkan Informasi
- Guru memberi tugas menulis karangan narasi pada kertas folio secara individu.
Mengasosiasi - Siswa diminta mengumpulkan hasil
karangan narasi yang telah dibuat secara individu.
Mengomunikasikan - Beberapa siswa ditunjuk untuk
membacakan hasil karangan narasi di depan kelas.
70 menit
Penutup - Siswa mengumpulkan tugas menulis
karangan narasi secara individu. - Guru mengakhiri pembelajaran dengan
salam.
5 menit
H. Penilaian Hasil Belajar
Jenis tagihan : tugas individu
Bentuk soal : uraian
Jenis soal : tes
1. Buatlah karangan narasi dengan memilih satu di antara tema yang
disebutkan berikut.
(a) Liburan
(b) Pengalaman pribadi
Karangan terdiri dari 3—4 paragraf dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar salah satunya seperti ejaan dan tanda
baca!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
2. Buatlah kerangka karangan!
3. Tulislah karangan narasi dalam kertas yang sudah disediakan!
Dalam menulis karangan narasi, perhatikan ketentuan berikut.
(1) Buatlah karangan narasi dalam waktu 75 menit!
(2) Tuliskan nama lengkap, nomor urut, dan kelas di sudut kiri atas pada
kertas yang telah disediakan!
Rubrik Penilaian Menulis Karangan Narasi
No Aspek yang
dinilai
Deskripsi Skor Skor
maksimum
1 Kualitas isi Dapat menulis karangan narasi sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
Karangan narasi terdiri dari 3—4 paragraf (tiap kalimat terdiri dari 4-5 paragraf).
5
5
10
2 Bahasa Pilihan kata tepat, baku, dan mudah dipahami.
Terdapat pilihan kata yang tidak baku dan sulit dipahami.
Tidak menggunakan bahasa yang baku.
4
4
2
5
3 Tanda baca Tidak terdapat kesalahan penggunaan tanda baca
Terdapat kesalahan tanda baca
Penggunaan tanda baca salah semua
3
2
1
5
Jumlah Skor Maksimum 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 6
Karangan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Karangan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Karangan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Karangan 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Karangan 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Karangan 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Karangan 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Karangan 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Karangan 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Karangan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Karangan 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Karangan 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Karangan 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Karangan 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Karangan 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Karangan 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Karangan 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Karangan 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Karangan 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Karangan 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Karangan 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Karangan 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Karangan 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Sambungan karangan 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Karangan 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Karangan 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Karangan 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Karangan 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Karangan 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Karangan 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Karangan 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Karangan 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Karangan 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
BIOGRAFI PENULIS
Petronela Susi lahir tanggal 18 Januari 1997, di
Nanga Tubuk, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Anak
pertama dari tiga bersaudara pasangan suami istri Lorensius
Layang dan Margareta Manit. Penulis menempuh
pendidikan di SD Negeri 18 Nanga Tubuk pada tahun 2002-
2008. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1
Kalis pada tahun 2008-2011. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
Atas di SMA Negeri 1 Kalis pada tahun 2011-2014.
Pada tahun 2014 penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyelesaikan pendidikan dengan
menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Analisis Jenis-jenis Kalimat
dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2017/2018.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI