Upload
qonitaah-qf
View
216
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
komodifikasi
Citation preview
ANALISIS JURNAL KOMODIFIKASI
“Western Media’s Commodification and Consumption of African Women: A Review
of Three News Channels.”
Oleh: Mary Jatau
Gambaran Umum
Representasi media barat terhadap perempuan Afrika dianggap bermasalah dan
terdistorsi. Gambaran perempuan Afrika masih menjadi obyek utama untuk dikonsumsi
oleh khalayak barat, sedangkan dampak dari kondisi kolonial di Afrika saat ini seringkali
diabaikan. Wacana mengenai representasi perempuan Afrika di media barat secara eksplisit
dikodekan dalam bentuk ras dan etnik, dimana Afrika seringkali dikodekan sebagai
‘dilema’ yang menghasilkan krisis dan masalah untuk feminitas Afrika. Selain menjadi
objek untuk konsumsi khalayak barat, media juga telah mengkomodifikasikan perempuan
Afrika dengan menganggap mereka sebagai tanda yang menghasilkan bentuk perbedaan
‘kita’ dan mereka. Demikian pula gambaran yang ditampilkan oleh media yang sangat jelas
membuktikan ketidakseimbangan kekuasaan antara Afrika dan dunia Barat.
Tiga saluran media yang dipilih untuk membuktikan penelitian tersebut diantaranya
adalah CNN, NGC dan BBC, ketiga saluran media tersebut dipilih karena sama-sama
memiliki target audiens yang spesifik.
1. CNN
Pada bulan Juli 2005, CNN menayangkan film dokumenter berjudul
“Can We Save Them?”. Film dokumenter tersebut berfokus pada penggambaran
penyakit HIV sebagai penyakit yang (hanya) ada disana (Afrika) serta penyakit-
penyakit lain yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan
permasalahan Afrika, dan beban bagi perempuan yang mengidapnya. Dari judul
film dokumenter yang diberikan, CNN mencoba untuk mengadopsi pendekatan
imperialis yang berfungsi untuk menjelaskan mengenai perbedaan tanda ‘kita’
dan ‘mereka’. Judul tersebut juga menegaskan fakta dari perspektif Barat yang
tidak hanya melihat HIV sebagai masalah, namun juga wanita Afrika yang
digambarkan sebagai korban yang tidak berdaya dan menunggu bantuan medis
dari barat. Namun hal yang menjadi permasalahan disini adalah bahwa cerita
mengenai perempuan Afrika yang ditampilkan di CNN seringkali mengutip dari
sumber-sumber yang tidak valid sebagaimana mestinya.
2. NGC
Pada bulan Agustus 2007, NGC menampilkan program yang berjudul
“Taboo”. Program tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan keragaman serta
nilai budaya. Produsen acara tersebut tersebut tidak hanya menampilkan
perempuan Afrika yang sedang telanjang dan memamerkan payudaranya,
namun mereka mengklaim hal tersebut sebagai bentuk budaya Afrika. Namun
ketika perempuan barat ditampilkan dalam hal yang sama, payudara perempuan
barat ini tertutup lain halnya dengan perempuan-perempuan Afrika. Hal yang
menjadi pertanyaan adalah, bagaimanakah media menggambarkan perbedaan
persepsi dari apa dan bagaimana budaya Afrika yang seharusnya? Sedangkan
masih banyak dari program NGC yang terus-menerus mengabadikan gambaran
tidak realistis dari kebudayaan Afrika.
3. BBC
Sedikit berbeda dengan CNN dan NGC, BBC masih terus
menggambarkan perempuan Afrika dalam kondisi yang sama seperti pada saat
kolonialisme Inggris yang terjadi berabad-abad yang lalu. Dalam sebuah film
dokumenter yang berjudul “African Woman and Wild Life” yang ditayangkan
pada bulan Desember 2006. Dalam program tersebut BBC menampilkan foto-
foto wanita Afrika bersama dengan binatang liar. Beberapa pertanyaanpun
muncul mengenai motif dibalik gambar tersebut, dana adakah makna positif dari
hal tersebut?
Analisis Komodifikasi
Saat ini keberadaan media, khususnya televisi telah menjadi bagian penting dalam
kehidupan masyarakat sosial. Bukan hanya sebagai produk teknologi masa kini, televisi
juga mampu menarik pemirsanya dengan menghadirkan program dan tayangan yang
bernilai edukasi maupun hiburan. Namun, dengan persaingan media yang begitu ketat,
tidak sedikit pula media yang berusaha menaikkan rating acaranya dengan melakukan
manipulasi maupun rekayasa dalam program acaranya hanya untuk menyita perhatian
publik. Dibalik semua itu, media tentu saja memiliki kepentingan ekonomis yang pada
akhirnya berujung pada bentuk komodifikasi yang dikomersialisasikan untuk kepentingan
industri media.
Secara umum,komodifikasi dapat dikatakan sebagai bentuk proses transformasi
barang dan jasa yang bernilai guna menjadi nilai tukar. Komodifikasi ini juga merupakan
salah satu bentuk kajian dalam pendekatan ekonomi politik yang pernah dilakukan oleh
Vincent Mosco dalam bukunya yang berjudul The Political Economy of Communication.
Selain itu, Mosco menjelaskan pengertian komodifikasi sebagai proses mengubah nilai
pada suatu produk yang sebelumnya hanya memiliki nilai guna menjadi nilai tukar dimana
nilai kebutuhan atas produk tersebut ditentukan oleh harga yang sebelumnya telah dibuat
oleh produsen (2009, h. 132). Mosco (2009: h. 134) juga menjelaskan bahwa komunikasi
merupakan arena yang memungkinkan untuk terjadinya komodifikasi dimana komunikasi
memiliki pengaruh yang besar untuk mendapatkan value maupun membentuk citra untuk
meningkatkan kesadaran khalayak.
Komodifikasi dalam hal ini jelas terlihat dimana Perempuan Afrika menjadi sorotan
media barat. Hal ini sangat disayangkan karena menjadi perbincangan masyarakat barat dan
dunia bukan karena apa hal baik yang telah dilakukan mereka ataupun kondisi di Afrika
sendiri seperti apa, namun lebih ke feminis Afrika, perbedaan, ketidakseimbangan. Sangat
sedikit sudut pandang dari hal lain. Dalam media Barat, perempuan dianggap sebagai alat
promosi dan mesin penghasil keuntungan bagi para kapitalis. Hal ini membuat
kemanusiaan dan posisi perempuan menjadi merosot.
Masyarakat kini dikepung oleh beragam jenis media massa hingga hampir sulit
untuk dibayangkan kita bisa lepas dari jangkauan media. Mereka berusaha melebarkan
pengaruhnya ke negara-negara di dunia dengan beragam perangkat budaya dan media, dan
berusaha menguasai opini publik. Hingga pada akhrinya media barat selalu menggunakan
perempuan Afrika sebagai hal yang patut dijual dalam hal ini adalah nilai tukar sehingga di
Afrika pada hari perempuan internasional 8 Maret 2015, mereka memperingati diskriminasi
dan prasangka serius bagi pemberdayaan perempuan Afrika. Jika diamati, perempuan
memang merupakan faktor yang sangat krusial dalam media massa. Topik apapun
mengenai perempuan baik dari sisi dalam maupun luar akan terlihat menarik untuk
diberitakan. Hal inilah yang membuat perempuan dianggap memiliki nilai jual yang tinggi,
sehingga dilirik oleh berbagai media sebagai komoditi yang sangat krusial untuk meraup
keutungan Oleh karena itu, media barat menggunakan perempuan Afrika menjadi objek
konsumsinya dimana dianggap hanya menjadi masalah dan bentuk diskriminasi lainnya
yang dapat mendongkrak nilai tukar.
Perempuan dalam berita di proyeksikan sebagai obyek pembuat masalah. Misalnya
saja dari ketiga media diatas tergambar bahwa perempuan Afrika begitu dianggap kecil
dengan begitu permsalahan yang dieksploitasi yakni mengidap penyait, kelaparan, dan
ekploitasi tubuh perempuan, yang terkadang mengandung pesan memojokkan perempuan.
Sehingga menciptakan opini lain di mata khalayak. Ketiga media tersebut terkesan lebih
mementingkan bagaimana tayangan tersebut dikemas semenarik mungkin untuk
mempengaruhi penonton ataupun pembacanya tanpa mempertimbangkan sumber-sumber
yang valid yang seharusnya disuguhkan. Kasus yang menimpa kaum perempuan Afrika
terkesan berlebih.
Daftar Pustaka
Jatau, Mary. (2009). Western Media’s Commodification and Consumption of African
Women: A Review of Three News Channels. Diakses 17 Juni 2015 dari
https://escholarship.org/uc/item/9gs2q489
Mosco, Vincent. (2009). The Political Economy of Communication (2nd ed.). London:
SAGE