Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Sebagai salah satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
AGUSTUS, 2017
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN
KERANG DARAH (Anadara granosa) DARI PERAIRAN
KENJERAN, SURABAYA
Nama Mahasiswa : MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM : 135080100111047
Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan
PENGUJI PEMBIMBING
Pembimbing 1 : IR. HERWATI UMI SUBARIJANTI, MS
Pembimbing 2 : NANIK RETNO BUWONO, S.Pi, MP
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING
Dosen Penguji 1 : DR. YUNI KILAWATI, S.Pi., M.Si
Dosen Penguji 2 : DR. IR. UMI ZAKIYAH, M.Si
Tanggal Ujian : 28 Juli 2017
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam membantu kelancaran hingga penulisan Laporan Skripsi ini
dapat terselesaikan. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada:
1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu (Sri Marjuni) dan Ayah (Tri Haryono) atas dorongan yang kuat, memberi
semangat, restunya serta doa yang tiada hentinya.
3. Ibu Ir. Herwati Umi Subarijanti, MS selaku dosen pembimbing I yang sudah
bersedia memberikan bimbingan, nasehat dan saran yang berharga sejak
awal penelitian hingga akhir penulisan laporan Skripsi ini
4. Ibu Nanik Retno Buwono, S.Pi., MP selaku dosen pembimbing II yang dalam
kesibukannya senantiasa meluangkan waktu dan perhatian untuk
memberikan masukan selama proses pengerjaan Skripsi ini berlangsung.
5. Ibu Dr. Yuni Kilawati, S.Pi., M.Si selaku dosen Penguji I yang telah
memberikan masukan demi kesempurnaan laporan Skripsi ini.
6. Ibu Dr. Ir. Umi Zakiyah, M.Si selaku dosen Penguji II yang telah memberikan
kritik dan saran demi kesempurnaan laporan Skripsi ini.
7. Hilyatun Niswah yang membantu saat di lapang dan teman-teman di
Program Studi MSP’13 serta program studi lain atas bantuannya selama ini.
8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung dan baik
sengaja maupun tidak sengaja telah berperan dalam terselesaikannya
laporan ini.
Malang, Agustus 2017
Penulis
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
v
RINGKASAN
MONITA KRIDHA PUSPITA. Analisis Kadmium (Cd) pada Air, Sedimen dan Kerang Darah (Anadara granosa) dari Perairan Kenjeran, Surabaya. (Dibawah bimbingan Ir. Herwati Umi S., MS dan Nanik Retno Buwono S.Pi., MP.)
Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar di perairan yang sifatnya dapat berubah menjadi toksik jika kadarnya melebihi ambang batas yang ditentukan. Hal tersebut dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam perairan baik aspek ekologis maupun aspek biologis. Logam berat Cd yang melewati ambang batas optimum akan terakumulasi oleh organisme di sekitarnya terutama organisme yang menetap di dasar perairan seperti kerang darah. Kerang darah memiliki cara makan “filter feeder” yang menyebabkan berbagai macam substansi tersaring oleh insang, termasuk logam berat. Hal ini menyebabkan peningkatan akumulasi logam berat Cd di dalam tubuhnya.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Maret 2017 di Perairan Kenjeran Surabaya, Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta Laboratorium Hidrobiologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi logam berat Cd di perairan, sedimen dan kerang darah. Selain itu juga untuk mengetahui hubungan konsentrasi Cd pada air dan sedimen terhadap kerang darah, serta mengetahui kemampuan akumulasi kerang darah terhadap logam berat Cd.
Metode yang digunakan adalah survei dengan penjelasan deskriptif melalui penentuan beberapa titik sampling yaitu stasiun 1 di daerah pemukiman nelayan, stasiun 2 di daerah hutan mangrove dan stasiun 3 di daerah laut Kenjeran. Sampel air, sedimen dan kerang darah diambil sebanyak 10 ekor tiap stasiun dengan 2 kali ulangan. Kemudian dianalisa menggunakan metode Atomic Absorption Spektrofotometry (AAS). Selain itu, dilakukan juga pengamatan kualitas air meliputi suhu, pH, salinitas, DO, TOM dan TSS.
Rata-rata konsentrasi logam berat Cd di Perairan Kenjeran, Surabaya pada stasiun 1 yaitu sebesar 0,0087 ppm, stasiun 2 sebesar 0,0075 ppm, dan stasiun 3 sebesar 0,0065 ppm. Sedangkan konsentrasi Cd di dalam sedimen pada stasiun 1 sebesar 0,9009 ppm, stasiun 2 sebesar 0,7992 ppm dan stasiun 3 sebesar 0,7427 ppm. Konsentrasi Cd di dalam daging kerang darah pada stasiun 1 sebesar 0,1462 ppm, stasiun 2 sebesar 0,1285, dan stasiun 3 sebesar 0,1195 ppm. Berdasarkan data tersebut didapatkan persamaan regresi berganda Y = -0,8 + 14,36X1 + 0,12X2, dimana konsentrasi Cd di air dan sedimen memiliki hubungan yang kuat terhadap peningkatan konsentrasi Cd di dalam daging kerang darah. Rata-rata perhitungan BAF sebesar 0,1613 dan BCF sebesar 17,45, menunjukkan bahwa kerang darah bersifat akumulatif rendah terhadap logam berat Cd. Hasil analisis kualitas air di Perairan Kenjeran seperti suhu, pH, salinitas dan DO berturut-turut yaitu 29,750C, 8,3, 25,61‰, dan 6,11 mg/L. Dibandingkan dengan baku mutu yang sudah ditetapkan (suhu: 28-320C, pH: 7-8,5, salinitas: 33-34‰, DO: 20-80 mg/L), maka kualitas air di Perairan Kenjeran masih berada dalam kisaran normal untuk kehidupan kerang darah. Sedangkan nilai untuk TOM dan TSS yaitu 25,49 mg/L dan 735,11 mg/L. Nilai tersebut sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu untuk TOM kurang dari 20 mg/L dan TSS 20-80 mg/L, sehingga bisa membahayakan bagi kehidupan kerang darah.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
vi
Kondisi Perairan Kenjeran Surabaya mengandung logam berat Cd melebihi ambang batas yang ditentukan oleh KepMen LH No. 51 tahun 2004. Namun, untuk kandungan logam berat Cd di sedimen dan kerang darah (Anadara granosa) masih dalam kisaran yang diperbolehkan, sehingga kerang darah (Anadara granosa) masih layak untuk dikonsumsi. Meskipun masih dalam kisaran optimal, disarankan kepada masyarakat yang mengkonsumsi kerang darah (Anadara granosa) untuk melakukan treatment terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi agar kandungan logam berat yang terdapat dalam daging kerang darah (Anadara granosa) dapat berkurang.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karuniaNya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan
SKRIPSI yang berjudul “Analisis Kadmium (Cd) pada Air, Sedimen dan Kerang
Darah (Anadara granosa) dari Perairan Kenjeran, Surabaya”. Tujuan dibuatnya
Laporan SKRIPSI ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
Di bawah bimbingan :
1. Ir. Herwati Umi Subarijanti, MS
2. Nanik Retno Buwono, S.Pi., MP
Laporan SKRIPSI ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi
konsentrasi logam berat Cd pada air, sedimen, dan daging kerang darah serta
pengukuran kualitas air meliputi, suhu, pH, salinitas, DO, TOM dan TSS yang
bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air di Perairan Kenjeran, Surabaya.
Diharapkan Laporan SKRIPSI ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua.
Penulis menyadari bahwa Laporan SKRIPSI ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang membutuhkan.
Malang, Agustus 2017
Penulis
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
viii
DAFTAR ISI
RINGKASAN ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................................... 5 1.4 Kegunaan ............................................................................................... 5 1.5 Tempat dan Waktu ................................................................................. 6
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7
2.1 Logam Berat .......................................................................................... 7 2.2 Logam Berat Kamium (Cd) ..................................................................... 9
2.2.1 Kandungan Logam Berat Cd di Perairan ..................................... 11 2.2.2 Kandungan Logam Berat Cd di Sedimen ..................................... 11 2.2.3 Kandungan Logam Berat Cd di Organisme ................................. 12
2.3 Efek Logam Berat Kadmium pada Manusia ......................................... 14 2.4 Kerang Darah (Anadara granosa) ........................................................ 16
2.4.1 Taksonomi ................................................................................... 16 2.4.2 Morfologi dan Anatomi ................................................................. 16 2.4.3 Habitat dan Kebiasaan Makan ..................................................... 18
2.5 Kualitas Air ........................................................................................... 19 2.5.1 Suhu ............................................................................................ 20 2.5.2 Salinitas ....................................................................................... 20 2.5.3 Poison of Hydrogen (pH) ............................................................. 21 2.5.4 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) .......................................... 21 2.5.5 Total Organic Matter (TOM) ......................................................... 22 2.5.6 Total Suspended Solid (TSS) ...................................................... 23
3. MATERI DAN METODE ............................................................................. 24
3.1 Materi Penelitian .................................................................................. 24 3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 24 3.3 Metode Penelitian ................................................................................ 24
3.3.1 Survei .......................................................................................... 26 3.3.2 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel ..................................... 26
3.4 Teknik Pengambilan Data ..................................................................... 27 3.4.1 Data Primer ................................................................................. 27 3.4.2 Data Sekunder ............................................................................ 28 3.4.3 Pengumpulan Data secara Insitu ................................................. 29 3.4.4 Pengumpulan Data secara Ekssitu .............................................. 31
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ix
3.5 Analisis Data ........................................................................................ 36 3.5.1 Analisis Data Regresi .................................................................. 36 3.5.2 Faktor Bioakumulasi dan Faktor Biokonsentrasi .......................... 37
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 39
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................... 39 4.1.1 Stasiun 1 ..................................................................................... 39 4.1.2 Stasiun 2 ..................................................................................... 40 4.1.3 Stasiun 3 ..................................................................................... 41
4.2. Hasil Analisis Kadmium (Cd) pada Air, Sedimen dan Kerang Darah (Anadara granosa) ..................................................................... 41
4.3. Analisis Data ........................................................................................ 46 4.3.1 Analisis Hubungan Logam Berat Cd pada Air, Sedimen dan
Kerang Darah .............................................................................. 46 4.3.2 Faktor Bioakumulasi (BAF) dan Faktor Biokonsentrasi (BCF) ...... 48
4.4. Analisis Parameter Kualitas Air ........................................................... 51 4.4.1 Suhu ............................................................................................ 51 4.4.2 Salinitas ....................................................................................... 52 4.4.3 Poison of Hydrogen (pH) ............................................................. 53 4.4.4 Dissolved Oxygen (DO) ............................................................... 55 4.4.5 Total Organic Matter (TOM) ......................................................... 56 4.4.6 Total Suspended Solid (TSS) ...................................................... 57
5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 59
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 59 5.2 Saran ................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61
LAMPIRAN ....................................................................................................... 68
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai Faktor Bioakumulasi dan Faktor Biokonsentrasi Logam Berat Cd ....... 49
2. Data Parameter Kualitas Air ........................................................................ 51
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Rumusan Masalah ........................................................................ 4
2. Dinamika Logam Berat di Lingkungan ........................................................... 9
3. Kerang darah (Anadara granosa) ................................................................ 16
4. Karakter morfologi kerang darah (Anadara granosa) .................................. 17
5. Anatomi Kerang Darah ............................................................................... 18
6. Skema Tahapan Penelitian ......................................................................... 25
7. Stasiun Pengambilan Sampel ..................................................................... 27
8. Stasiun 1 ..................................................................................................... 40
9. Stasiun 2 ..................................................................................................... 40
10. Stasiun 3 .................................................................................................... 41
11. Grafik Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Air, Sedimen dan Kerang Darah (Anadara granosa) ............................................................. 42
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ....................................... 68
2. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................. 69
3. Hasil Pengukuran Konsentrasi Logam Berat ................................................ 70
4. Hasil Analisis Regresi Berganda .................................................................. 73
5. Grafik Analisis Regresi Berganda Konsentrasi Cd di Air dan Sedimen terhadap Konsentrasi Cd di Kerang Darah ................................................. 74
6. Perhitungan Nilai Faktor Bioakumulasi (BAF) dan Faktor
Biokonsentrasi (BCF) .................................................................................. 75 7. Baku Mutu Air Menurut Kepmen LH Tahun 2004 No. 51 ............................. 76
8. Dokumentasi ................................................................................................ 78
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan memiliki
kekayaan sumberdaya hayati yang berlimpah di darat maupun di laut serta saling
berinteraksi antara sumberdaya hayati tersebut. Pantai kenjeran merupakan
salah satu ekosistem pesisir yang berada di sebelah Timur Kota Surabaya.
Kenjeran merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Bulak, Surabaya.
Terletak diantara kawasan kampung nelayan di kawasan Tambak Deres.
Beragam kegiatan ekonomis telah dijalankan di daerah Pantai Kenjeran,
diantaranya kegiatan perikanan, pertambangan, transportasi, pariwisata,
agroindustri maupun penelitian. Disamping itu kawasan Kenjeran juga menjadi
pemukiman penduduk dan tempat pembuangan limbah domestik maupun
industri yang dibuang ke laut sehingga menyebabkan kerusakan ekosistem (Putri
et al., 2012).
Salah satu zat pencemar yang ditemukan di Perairan Kenjeran adalah
logam berat. Logam berat terdapat di seluruh lapisan alam, namun dalam
konsentrasi yang sangat rendah. Pada tingkat kadar yang rendah beberapa
logam berat umumnya dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan
perkembangan hidupnya. Namun sebaliknya bila kadarnya meningkat, logam
berat berubah sifat menjadi racun (Philips, 1980 dalam Maslukah, 2013).
Menurut hasil penelitian Taftazani et al. (2001), air pantai Kenjeran telah
tercemar logam berat Hg dan Cr. Sedangkan cuplikan kerang dan sedimen telah
tercemar logam berat Hg, Cr, Cd dan Co. Pada ikan telah tercemar unsur Hg dan
Cr.
Pencemaran logam berat yang terjadi di Perairan Kenjeran Surabaya
terutama disebabkan oleh pembuangan limbah dari industri yang menggunakan
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
2
logam berat dalam proses produksinya seperti industri pengolahan logam, cat
dan pewarna, baterai, percetakan, kertas, tekstil, peralatan listrik dan
sebagainya. Menurut Lestari (2015), perairan Kenjeran Surabaya merupakan
perairan di daerah Timur Surabaya yang merupakan muara Sungai Brantas,
dimana sungai ini menjadi muara anak sungai yang melintasi banyak kota besar,
seperti Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto dan Surabaya. Sepanjang daerah aliran
sungai ini telah tumbuh berbagai industri dengan pesatnya. Beberapa dari
industri tersebut membuang limbahnya ke perairan dan menyebabkan
pencemaran di Perairan Kenjeran. Berdasarkan hasil penelitian Taftazani (2007),
jumlah logam berat yang berada dalam perairan Kenjeran lebih banyak di dalam
sedimen dibandingkan dalam air. Hal ini dikarenakan kebanyakan logam berat
memiliki berat jenis lebih besar dibandingkan air sehingga akan mengendap di
dasar perairan.
Logam berat Cd merupakan salah satu logam berat yang terkandung
dalam limbah industri. Selain limbah industri, logam berat Cd juga berasal dari
kegiatan lain di sekitar Perairan Kenjeran. Menurut Clark (1966) dalam
Sidabutar (2016), sumber kontaminasi logam berat kadmium di perairan berasal
dari uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng, air bilasan dari
elektroplating, besi, tembaga dan industri logam non-ferrous yang menghasilkan
abu dari uap serta air limbah dan endapan yang mengandung kadmium, seng
yang digunakan untuk melapisi logam dimana mengandung 0,2% Cd, serta
pupuk fosfat dan endapan sampah.
Logam kadmium dalam perairan akan mengalami proses biokonsentrasi
dan bioakumulasi dalam tubuh organisme hidup (tumbuhan, hewan dan
manusia). Salah satu organisme yang dapat mengakumulasi logam berat Cd
adalah Kerang Darah (Anadara granosa). Menurut Muhajir (2009), kerang darah
dapat mengakumulasi Cd sampai 352 kali lebih tinggi daripada kadar Cd yang
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
3
terdapat dalam airnya. Tingginya akumulasi ini berhubungan erat dengan sifat
hidupnya sebagai binatang dasar yang mengambil makanan dengan cara
menyaring air (filter feeder). Selain itu, kerang darah juga memiliki habitat yang
menetap dan lambat dalam pergerakan, sehingga jenis kerang ini dapat dijadikan
sebagai indikator yang sangat baik dalam memonitor suatu pencemaran
lingkungan.
Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti peningkatan
kadar logam berat dalam biota laut yang pada gilirannya melalui rantai makanan
akan menimbulkan keracunan akut dan kronis, bahkan bersifat karsogenik pada
manusia konsumen hasil laut. Menurut Imron (2006), kadar logam berat Cd di
daerah Kenjeran meliputi kadar Cd di air laut sebesar 0,0327 ppm, sedimen
sebesar 0,481 ppm dan pada kerang sebesar 0,208 ppm. Kandungan tersebut
melewati ambang batas kandungan logam berat, dimana kadar maksimum
dalam air laut sebesar 0,01 ppm dan dalam biota akuatik menurut Kepmen LH
Th. 2004 maksimum sebesar 0,001 ppm. Sedangkan kandungan Cd dalam
sedimen menururt RNO maksimum sebesar 2 ppm.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penelitian ini akan membahas
tentang konsentrasi logam berat Cd pada air, sedimen dan kerang darah
(Anadara granosa) dari Perairan Kenjeran, Surabaya. Kemudian hasil tersebut
akan digunakan untuk mengetahui kemampuan kerang darah dalam
mengakumulasi logam berat Cd serta korelasi logam berat Cd di air, sedimen
dan kerang darah.
1.2 Rumusan Masalah
Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia memiliki
perkembangan industri yang sangat pesat sehingga menyebabkan jumlah limbah
yang terbuang juga meningkat. Selain itu berbagai aktivitas manusia seperti
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
4
kegiatan rumah tangga, pertanian dan peternakan juga memberikan buangan
limbah yang cukup besar. Limbah-limbah tersebut menjadi sumber pencemar di
lingkungan sekitar terutama pada lingkungan perairan. Lingkungan perairan yang
tercemar limbah tersebut akan mengalami penurunan kualitas air yang
selanjutnya dapat mengganggu keseimbangan ekologi di dalam perairan. Logam
berat Cd merupakan salah satu bahan yang terkandung dalam limbah tersebut.
Bahan ini termasuk dalam golongan bahan beracun berbahaya (B3) karena efek
samping yang ditimbulkannya berbahaya bagi organisme ataupun manusia yang
mengkonsumsinya.
Perairan Kenjeran merupakan salah satu lokasi yang terkena dampak dari
pembuangan limbah di perairan. Selain itu, banyaknya aktivitas nelayan maupun
pariwisata di sekitarnya menyebabkan terdapat berbagai macam limbah yang
terbuang di perairan Kenjeran. Hal ini menyebabkan organisme yang tinggal di
dalam perairan juga terkena dampak dari limbah tersebut. Untuk lebih jelasnya,
kerangka rumusan masalah dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Rumusan Masalah
Keterangan:
: berpengaruh secara langsung
: berpengaruh secara tidak langsung
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
5
Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Berapa konsentrasi logam berat Cd pada air, sedimen dan daging kerang
darah (Anadara granosa) di Perairan Kenjeran, Surabaya?
2. Bagaimana kemampuan kerang darah (Anadara granosa) dalam
mengakumulasi logam berat Cd di dalam dagingnya?
3. Bagaimanakah hubungan konsentrasi logam berat Cd pada air, sedimen dan
daging kerang darah (Anadara granosa) dari Perairan Kenjeran, Surabaya?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dilakukan penelitian Skripsi ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan, pengalaman, informasi dan keterampilan mengenai logam berat
Cd pada kerang darah (Anadara granosa), perairan dan sedimen yang diambil
dari perairan Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur.
Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui konsentrasi logam berat Cd pada air, sedimen dan kerang darah
(Anadara granosa) di Perairan Kenjeran Surabaya.
2. Mengetahui kemampuan kerang darah (Anadara granosa) dalam
mengakumulasi logam berat Cd di dalam tubuhnya.
3. Mengetahui hubungan konsentrasi logam berat Cd pada air, sedimen dan
kerang darah (Anadara granosa) dari Perairan Kenjeran, Surabaya.
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari penelitian Skripsi ini antara lain sebagai berikut:
1. Mahasiswa
Kegunaan bagi mahasiswa yaitu dapat menambah pengetahuan ataupun
wawasan yang lebih tentang logam berat terutama Cd dan Kerang Darah
(Anadara granosa) di Perairan Kenjeran, Surabaya.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
6
2. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi keilmuan tentang logam berat
Cd dari kerang darah (Anadara granosa) di perairan Kenjeran, Surabaya
sehingga dapat digunakan untuk pengelolaan ekosistem perairan dengan tujuan
konservasi serta dapat menjadi dasar untuk penulisan dan penelitian lebih lanjut.
3. Masyarakat dan Pemerintah
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi masyarakat dalam
mengkonsumsi kerang darah dan berguna sebagai rujukan untuk menentukan
kebijakan guna pengelolaan ekosistem perairan yang berkelanjutan serta
peningkatan dan kelestarian di Perairan Kenjeran, Jawa Timur.
1.5 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur
pada Bulan Februari 2017. Analisis kandungan logam berat Cd dilakukan di
Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA),
Universitas Brawijaya, Malang dan analisa kualitas air dilakukan di Laboratorium
Hidrobiologi divisi Lingkungan dan Bioteknologi Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Logam Berat
Logam berat adalah unsur dengan nomor atom 22-92 terletak pada
periode 3-7 dalam susunan berkala. Logam berat merupakan unsur logam
dengan berat molekul tinggi dan memiliki densitas lebih dari 5 gr/cm3. Selain itu,
memiliki karakter yang lunak, berkilau, mempunyai daya hantar panas dan listrik
yang tinggi serta berfungsi sebagai dasar pembentukan reaksi dengan asam
(Connel dan Miller, 2006). Logam berat secara umum dibagi menjadi dua yaitu
logam berat esensial dan logam berat tidak esensial. Logam berat yang sering
mencemari lingkungan atau non esensial adalah Hg, Zn, Cd, As dan Pb.
Sedangkan logam berat esensial yaitu Cr, Ni, Cu dan Zn. Logam berat esensial
dibutuhkan organisme dalam pembentukan haemosianin dalam darah dan
sistem enzimatik, namun jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit. Sehingga jika
logam berat esensial yang masuk ke dalam tubuh organisme berlebihan, maka
dapat menjadi racun bagi organisme tersebut (Sanusi, 2006).
Logam berat memiliki tingkat atau daya racun yang berbeda tergantung
pada jenis, sifat kimia dan fisik logam berat. Kementrian Negara Kependudukan
Lingkungan Hidup tahun 1990 dalam Sarjono (2009), membagi kelompok logam
berat berdasarkan sifat toksisitas dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Bersifat toksik tinggi, terdiri atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu dan Zn;
2. Bersifat toksik sedang, terdiri atas unsur-unsur Cr, Ni dan Co; dan
3. Bersifat toksik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe.
Tingkat atau daya racun logam berat terhadap organisme berbeda-beda
tergantung dengan sifat fisik dan kimianya. Menurut Sutamihardja et al. (1982),
daya racun logam berat berdasarkan sifat fisik dan kimianya dari tinggi ke rendah
terhadap hewan air yaitu merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
8
(Pb), krom (Cr), nikel (Ni) dan kobalt (Co). Sedangkan menurut Darmono (1995),
urutan toksisitas logam berat paling tinggi ke rendah terhadap manusia yang
mengkonsumsi organisme laut yaitu Hg2+ > Cd2+ > Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ >
Cr2+ > Sn2+ > Zn2+.
Logam berat di lingkungan berasal dari sumber antropogenik maupun
alami. Kegiatan antropogenik memberikan kontribusi yang lebih besar dibanding
sumber alami. Proses alamiah seperti erosi bebatuan dan aktivitas gunung
berapi dapat menghasilkan logam berat. Batuan dan tanah di air permukaan
merupakan sumber alamiah terbesar dari logam dalam lingkungan perairan.
Sumber alami logam yang lain adalah pengendapan atmosferik, jatuhan
atmosferik, perubahan geologi dan vegetasi mati atau busuk. Sedangkan sumber
logam antropogenik adalah sampah domestik, limbah cair tambang dan buangan
industri bahan kimia pertanian, pembakaran bahan bakar fosil, industri metalurgi
dan elektronik (Hidayati, 2006).
Kandungan logam berat dalam perairan meningkat apabila limbah
perkotaan, pertambangan, pertanian dan industri yang banyak mengandung
logam berat masuk ke perairan. Dari berbagai limbah tersebut, umumnya yang
paling banyak mengandung logam berat adalah limbah perindustrian (Darmono,
2001). Pencemaran logam berat tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan
yang signifikan dan permanen. Peningkatan logam berat dalam air juga akan
meningkatkan kadar logam berat dalam biota. Hal ini dikarenakan logam berat
masuk ke dalam tubuh biota laut melalui rantai makanan dan difusi melalui kulit
serta insang sehingga mengakibatkan bioakumulasi logam berat dalam tubuh
organisme laut (Kusumadewi, 2015). Dinamika logam berat di lingkungan dapat
dilihat pada Gambar 2.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
9
Perkotaan
Pengolahan limbah
Industri
Pertanian
Pertambangan
Penguapan
Penyerapan oleh organisme
Penyimpanan di sedimen
Transformasi biologi dan kimia
Pelepasan dari sedimen
Pengendapan dan pengembalian
dalam suspensi
Erosi pemupukan
Gambar 2. Dinamika Logam Berat di Lingkungan
Keterangan:
: logam berat
: sedimen
2.2 Logam Berat Kadmium (Cd)
Kadmium adalah salah satu logam berat dengan penyebaran yang sangat
luas di alam. Kadmium memiliki densitas sebesar 8,65 g/cm3. Logam ini
bernomor atom 48, berat atom 112,40 dengan titik cair 3210C dan titik didih
7650C. Cd di alam bersenyawa dengan belerang (S) sebagai greenocckite (CdS)
yang ditemui bersama dengan senyawa spalerite (ZnS). Kadmium merupakan
logam lunak (ductile) berwarna putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara
bebas dan gas amonia (NH3) (Palar, 2004).
Berdasarkan sifat-sifat fisiknya, logam berwarna putih perak ini akan
kehilangan kilapnya bila berada dalam udara yang basah atau lembab serta akan
cepat mengalami kerusakan bila dikenai uap amoniak dan sulfur hidroksida.
Sedangkan berdasarkan sifat kimianya, logam berat Cd di dalam persenyawaan
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
10
yang dibentuknya umumnya mempunyai bilangan valensi 2+. Sangat sedikit
yang mempunyai bilangan valensi 1+. Bila dimasukkan ke dalam larutan yang
mengandung ion OH, ion-ion Cd2+ akan mengalami proses pengendapan.
Endapan yang terbentuk dari ion-ion Cd2+ dalam larutan OH biasanya dalam
bentuk senyawa terhidrasi yang berwarna putih (Palar, 1994).
Kadmium bervalensi dua (Cd2+) adalah bentuk terlarut stabil dalam
lingkungan perairan laut pada pH di bawah 8. Kadar Cd di perairan alami
berkisar antara 0,29-0,55 ppb dengan rata-rata 0,42 ppb. Pada perairan yang
bersifat basa, kadmium mengalami hidrolisis, teradsorpsi oleh padatan
tersuspensi dan membentuk ikatan kompleks dengan bahan organik. Di perairan
alami, kadmium membentuk ikatan kompleks dengan ligan baik organik maupun
anorganik, yaitu Cd2+, Cd(OH)+, CdCl+, CdSO4, CdCO3 dan Cd organik. Ikatan
kompleks tersebut memiliki tingkat kelarutan yang berbeda (bila diurutkan dari
yang tertinggi ke yang rendah, yaitu Cd2+ > CdSO4 > CdCl+ > CdCO3 > Cd(OH)+)
(Sanusi, 2006).
Kadmium merupakan logam yang bersumber dari aktivitas alamiah dan
antropogenik. Secara alamiah Cd berasal dari letusan gunung berapi, jatuhan
atmosferik, pelapukan bebatuan dan jasad organik yang membusuk. Logam Cd
juga didapat dari kegiatan manusia, yaitu industri kimia, pabrik tekstil, pabrik
semen, tumpahan minyak, pertambangan, pengolahan logam, pembakaran
bahan bakar, dan pembuatan serta penggunaan pupuk fosfat. Dalam kehidupan
sehari-hari, mainan anak-anak, fotografi, tas dari vinil, dan mantel merupakan
sumber Cd (Darmono, 1995 dalam Hidayati, 2006).
Kadmium banyak digunakan dalam industri pelapisan logam, salah
satunya yaitu pabrik yang membuat Ni-Cd baterai. Bentuk garam Cd digunakan
dalam proses fotografi, gelas dan campuran perak, produksi elektrik, foto
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
11
konduktor, dan fosforus. Kadmium asetat banyak digunakan pada proses industri
porselen dan keramik (Darmono, 2001).
2.2.1 Kandungan Logam Berat Cd di Perairan
Kadmium masuk ke dalam perairan melalui beberapa cara yaitu
dekomposisi atmosfer yang berasal dari kegiatan industri, erosi tanah dan
bebatuan, air hujan, kebocoran tanah pada tempat-tempat tertentu dan
penggunaan pupuk di lahan pertanian (Marganof, 2003). Angin menggerakkan
Cd di udara ke tanah dan air dalam bentuk partikulat. Pada manusia Cd masuk
ke dalam tubuh melalui rokok, makanan dan minuman yang mengandung Cd,
udara yang dihirup, perhiasan dan tempat kerja yang memaparkan Cd. Partikel
Cd yang sangat kecil dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan tubuh untuk
kemudian di transfer ke tulang, liver dan ginjal (Hidayati, 2006).
Perairan dengan pH tinggi akan menyebabkan kadmium mengalami
presipitasi atau pengendapan. Derajad keasaman (pH) dan kesadahan
merupakan faktor yang mempengaruhi toksisitas kadmium. Selain itu,
keberadaan seng dan timbal di perairan juga dapat meningkatkan toksisitas Cd.
Sifat racun Cd terhadap ikan yang hidup dalam air laut berkisar antara 10 – 100
kali lebih rendah daripada dalam air tawar yang memiliki tingkat kesadahan lebih
rendah. Toksisitas Cd meningkat dengan menurunnya kadar oksigen dan
kesadahan, serta meningkatnya pH dan suhu. Sedangkan toksisitas Cd turun
pada salinitas dengan kondisi isotonis dengan cairan tubuh hewan (Laws, 1993).
2.2.2 Kandungan Logam Berat Cd di Sedimen
Pencemaran Cd dalam sedimen atau tanah berasal dari penggunaan
pupuk yang mengandung Cd atau tercemar bahan industri. Tanah yang tercemar
Cd apabila ditanami atau didiami oleh organisme secara berkala akan
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia yang mengkonsumsi
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
12
tanaman pangan maupun organisme yang mendiami tempat tersebut (Soesanto,
1998).
Menurut Rudiyanti (2009), kandungan Cd dalam sedimen dipengaruhi
oleh jarak dan waktu. Pada lokasi yang semakin jauh dari sumber pencemar
maka kandungan logam berat Cd di sedimen juga akan semakin mengecil.
Kandungan logam berat Cd di dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan
kandungannya di perairan atasnya. Hal ini dikarenakan sedimen mampu
mengikat senyawa organik dan anorganik dalam konsentrasi tinggi. Logam berat
dalam sedimen juga lebih banyak berada dalam bentuk endapan sehingga sulit
untuk lepas kembali ke perairan.
2.2.3 Kandungan Logam Berat Cd di Organisme
Logam berat yang ada di perairan suatu saat akan turun dan mengendap
pada dasar perairan dan membentuk sedimentasi. Hal ini akan menyebabkan
organisme yang mencari makan di dasar perairan (udang, rajungan dan kerang)
akan memiliki peluang yang besar untuk terpapar logam berat yang telah terikat
di dasar perairan dan membentuk sedimen (Rahman, 2006). Logam berat masuk
ke dalam jaringan tubuh biota menurut Simkiss dan Mason (1983) dalam
Afriansyah (2009), secara umum melalui tiga cara, yaitu:
1. Endositas
Endositas adalah pengambilan partikel-partikel permukaan sel dengan
membentuk saluran perpindahan oleh membran plasma. Proses endositas
berperan dalam pengambilan logam berat dalam bentuk tidak terlarut.
2. Diserap dari air
Kandungan logam berat dalam jaringan tubuh biota 90% berasal dari
penyerapan oleh sel epitel insang. Insang berperan sebagai organ yang
menyerap logam berat dalam air.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
13
3. Diserap dari makanan dan sedimen
Penyerapan logam berat dari makanan dan sedimen oleh biota
tergantung pada strategi makanan dan life histories dari biota yang diamati. Pada
jenis filter feeder seperti kerang darah, penyerapan logam berat berasal dari
makanan dan partikel yang tersaring.
Logam berat Cd logam berat kelas B, yaitu logam-logam yang terlibat
dalam proses enzimatik dan dapat menimbulkan polusi. Logam kelas B masuk
melalui ikatan protein (ligand binding). Logam kelas B lebih reaktif terhadap
ikatan ligan dengan sulfur dan nitrogen, sehingga hal ini sangat penting dalam
sistem fungsi metaloenzim yang bersifat racun terhadap metabolisme sel itu
sendiri. Apabila sitoplasma sel mengikat logam nonesensial atau sitoplasma
mengikat logam yang tidak semestinya maka akan menyebabkan rusaknya
kemampuan katalitik (detoksikasi) dari sel tersebut. Hal ini sering terjadi pada
sel-sel respirasi yaitu epitel insang yang menjadi rusak karena beberapa logam,
termasuk Cd yang termasuk kelas B terikat sebagai ligan. Pada kondisi perairan
terkontaminasi Cd merupakan salah satu logam yang tidak diregulasi oleh
organisme air. Logam tersebut terus-menerus terakumulasi oleh jaringan
organisme tersebut sehingga kandungannya dalam jaringan naik terus sesuai
dengan kenaikan konsentrasi logam dalam air, dan logam ini hanya diekskresi
oleh organisme air dalam jumlah yang sedikit (Darmono, 1995). Cd diekskresikan
sangat lamban dengan waktu paruh sekitar 30 tahun (Lu, 1995 dalam Hidayati,
2006).
Logam berat Cd juga masuk melalui sistem pencernaan. Makanan utama
kerang darah adalah detritus, fitoplankton dan mikroalga (FAO, 2009 dalam
Anggraeny, 2010). Makanan masuk melalui mulut kemudian ke kerongkongan
lalu masuk ke dalam lambung untuk diproses secara fisik dan kimiawi.
Selanjutnya makanan akan masuk ke dalam usus halus. Di sini sari-sari
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
14
makanan akan diserap dan disebarkan ke seluruh tubuh. Logam berat Cd yang
tidak bisa diserap tubuh akan berikatan dengan salah satu protein yaitu thionein,
yang berperan dalam proses pengikatan atau penyekapan logam berat. Setelah
logam Cd terikat oleh protein (thionein), maka logam berat tersebut akan
menginduksi sintesis/terbentuknya Metallothionein (MT) (Binz, 2000).
Metallothionein memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai pembersih radikal bebas
yang terdapat dalam tubuh organisme dan juga sebagai detoksifikasi logam
untuk mencapai homeostatis (Carpene et al., 2007). Kemampuan detoksifikasi
tersebut relative terbatas, sehingga logam berat yang berlebihan dalam tubuh,
akan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh melalui pembuluh darah
(Soemirat, 2002 dalam Sunarsih, 2008). Setelah melalui tahap penyerapan sari-
sari makanan, bahan-bahan yang tidak diperlukan tubuh akan dibuang melewati
usus besar kemudian keluar melalui anus. Logam berat Cd yang tidak
dibutuhkan tubuh juga diekskresikan ginjal melaui urine dalam waktu yang cukup
lama.
2.3 Efek Logam Berat Kadmium pada Manusia
Logam berat di perairan banyak diakumulasi oleh biota di dalamnya
hingga berbagai tingkatan. Konsentrasinya semakin meningkat (biomagnifikasi)
mencapai kadar subletal hingga letal seiring dengan meningkatnya tingkatan
trofik dalam rantai makanan (Connel, 1995). Biomagnifikasi berhubungan
langsung dengan manusia yang menempati posisi top level dalam rantai
makanan pesisir, karena konsentrasi logam berat yang dikandung dalam
makanan kita telah mengalami peningkatan mulai dari komponen di tingkat
rendah (Wilson, 1988 dalam Muhajir, 2009).
Logam berat Cd yang terakumulasi di tubuh manusia dapat menyebabkan
penyakit tulang yang menimbulkan rasa nyeri yang dikenal dengan “itai-itai kyo”.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
15
Keracunan logam berat Cd dalam waktu lama dapat membahayakan kesehatan
paru-paru, tulang, hati, ginjal, kelenjar reproduksi, berefek pada otak dan
menyebabkan tekanan darah tinggi. Logam berat Cd juga bersifat neurotoksin
yang menimbulkan dampak kerusakan pada indera penciuman (Darmono, 1995).
Toksisitas kronis Cd pada manusia dapat menyebabkan kerusakan saraf
penciuman, kerusakan ginjal, emfisema dan kanker paru-paru. Keracunan Cd
juga menyebabkan produksi arteriosklerosis, hipertensi dan penyakit
kardiovaskular. Sedangkan pada toksisitas akut, logam berat Cd pada manusia
menyebabkan muntah, diare dan pneumonia yang parah. Selain itu, Cd
mempengaruhi aktivitas beberapa enzim. Adanya kandungan logam berat Cd
dalam tubuh mengakibatkan peningkatan aktivitas dari asam δ-aminolevulinic,
piruvat-dehidrogenase, dan piruvat dekarboksilase. Sementara itu, aktivitas
sintesis asam δ-aminolevulinic, alkohol dehidrogenase, arysulfatase dan
lipoamide terhambat karena keracunan Cd (Rana, 2007).
Beberapa gejala yang ditimbulkan akibat keracunan Cd yaitu iritasi perut,
diare dan muntah-muntah setelah mengkonsumsi makanan dan minuman yang
mengandung Cd. Selain itu juga menyebabkan iritasi paru-paru, merusak sistem
organ paru-paru (emfisema dan bronkitis), sistem imun menurun dan batu ginjal.
Bagi ibu hamil yang terpapar Cd di luar ambang batas akan melahirkan bayi
yang memiliki berat badan rendah (Hidayati, 2006).
Menurut Tarigan et al. (2003), kelarutan Cd dalam kondisi tertentu dapat
membunuh biota perairan. Biota yang tergolong bangsa udang-udangan
(crustacea) akan mengalami kematian dalam selang waktu 24 - 504 jam bila
terlarut logam atau persenyawaan Cd sebesar 0,005 – 0,15 mg/L. Untuk biota
yang tergolong ke dalam bangsa serangga (insecta) akan mengalami kematian
dalam selang waktu 24 – 672 jam bila terlarut logam Cd atau persenyawaan Cd
sebesar 0,003 – 18 mg/L. Sedangkan untuk biota-biota perairan yang tergolong
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
16
dalam keluarga oligochaeta akan mengalami kematian dalam selang waktu 24 –
96 jam bila terlarut logam Cd atau persenyawaannya sebesar 0,0028 – 4,6 mg/L.
2.4 Kerang Darah (Anadara granosa)
2.4.1 Taksonomi
Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang yang biasa ditemukan
pada sedimen lumpur maupun lumpur berpasir. Menurut Souji dan
Radhakrishnan (2015), taksonomi kerang darah adalah sebagai berikut:
Phylum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa
Gambar 3. Kerang darah (Anadara granosa) (Dokumentasi pribadi, 2017)
2.4.2 Morfologi dan Anatomi
Kerang darah merupakan kerang yang memiliki warna merah beragam.
Menurut Ambarwati dan Trijoko (2010), tubuh kerang darah memiliki warna
merah yang beragam. Beberapa diantaranya berwarna merha muda, merah
muda kecoklatan, hingga jingga kemerahan. Khusus pada kerang darah
(Anadara granosa) warna tubuhnya berwarna merah karena kandungan
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
17
hemoglobin dalam darah kerang darah lebih banyak. Hal tersebut
memungkinkan kerang darah mendiami lingkungan dengan kandungan oksigen
yang rendah. Menurut Nurjanah et al. (2005), kerang darah memiliki 2 keping
cangkang yang tebal, kedua sisi sama, cangkang berwarna putih ditutupi
periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman. Kerang
dalam keadaan hidup memiliki ciri cangkang tertutup rapat bila terkena sentuhan.
Sedangkan kerang yang sudah mati cangkangnya sedikit terbuka dan menganga
yang diikuti oleh bau busuk (amoniak).
Gambar 4. Karakter morfologi kerang darah (Anadara granosa), TIC: tinggi cangkang, PC: panjang cangkang, TU: tinggi umbo, TEC: tebal cangkang (Butet, 2013)
Menurut Moment (1967), cangkang kerang dapat dibagi menjadi tiga
bagian. Lapisan terluar (periostracum) merupakan lapisan memiliki warna gelap
dan kecoklatan yang tersusun atas zat tanduk yang berfungsi melindungi lapisan
di dalamnya dari gangguan luar. Lapisan selanjutnya adalah lapisan prismatik
yang merupakan lapisan tengah yang tebal dan terdiri atas kalsium karbonat.
Lapisan terakhir, yakni lapisan nakre (nacreous) atau biasa disebut mother-of-
pearl karena pada lapisan ini terlihat seperti kilauan mutiara dan mengandung
material organik yang lebih besar dari lapisan prismatik.
Menurut Ekawati (2010), kerang darah yang masih berumur kecil memiliki
ukuran kurang dari 3 cm. Sedangkan kerang darah remaja memiliki ukuran 3 - 5
cm dan ukuran kerang dewasa berkisar antara 5-9 cm. Kerang darah memiliki
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
18
tingkat akumulasi yang berbeda-beda sesuai tingkat umurnya. Kerang darah
yang berukuran <3 cm meiliki kemampuan akumulasi Cd antara 0,0070 – 0,0140
ppm. Sedangkan menurut Anggraeny (2010), kerang darah berukuran 3 - 5 cm
memiliki kemampuan akumulasi Cd antara 0,3625 - 0,4125 ppm.
Sistem pencernaan kerang darah dimulai dari mulut, kerongkongan,
lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran
yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan
hewan kerang adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa
protozoa, diatom dan lain-lain. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan
getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan yang tidak digunakan oleh tubuh
dikeluarkan melalui anus (Muhajir, 2009).
Gambar 5. Anatomi Kerang Darah (Anggraeny, 2010)
2.4.3 Habitat dan Kebiasaan Makan
Kerang darah merupakan hewan air yang hidup di daerah pasang surut,
umumnya ditemukan di lahan pantai yang berada di antara daerah rataan
pasang dan rataan surut. Namun hampir tidak ditemukan di atas daerah pasang.
Kerang darah juga ditemukan pada daerah tropik dengan substrat lumpur halus
dan kadang-kadang berpasir. Namun, jumlah populasi tertinggi dapat ditemukan
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
19
di lumpur halus yang ditumbuhi hutan bakau atau mangrove (Broom, 1985).
Selain itu, kerang darah juga ditemukan di daerah estuari dan padang lamun
dengan substrat berlumpur dan salinitas yang relatif rendah. Pada umumnya
kerang ini hidup hingga kedalaman ± 4-6 m di dalam substrat (WWF, 2015).
Kerang darah hidup mengelompok dan umumnya banyak ditemukan
pada substrat yang kaya kadar organik. Kerang darah merupakan makhluk “filter
feeder” yang mengakumulasi bahan-bahan yang tersaring di dalam insangnya.
Dalam prosesnya bakteri dan mikroorganisme lain yang ada di sekelilingnya
dapat terakumulasi dan mencapai jumlah yang membahayakan untuk
dikonsumsi (Muhajir, 2009).
Distribusi kerang darah meliputi Australia, Tropical Indo-West Pacific, Red
Sea, South China Sea, Vietnam, China, Hongkong (Xianggang), Thailand,
Philippines, New Caledonia, Jepang dan Indonesia yang tersebar di kawasan
pesisir pantai. Di Inonesia daerah persebaran kerang darah hampir di seluruh
pantai Indonesia, hidup di dasar daerah pasir berlumpur pada kedalaman hingga
4 meter dan perairan yang relatif tenang (Linnaeus, 1758 dalam Sidabutar,
2016). Sesuai dengan habitatnya, kerang darah makan dengan cara filter feeder.
Kerang darah memiliki cangkang yang lebih banyak terbuka di bawah air
sehingga partikel yang berada di bawah air akan masuk. Partikel-partikel air
maupun sedimen yang masuk akan disaring di insang kemudian akan masuk ke
dalam sistem pencernaannya (Rudiyanti, 2009).
2.5 Kualitas Air
Kualitas air merupakan karakteristik suatu perairan yang terdiri dari
parameter fisika, kimia dan biologi. Pengukuran kualitas air bertujuan untuk
mengetahui seberapa baik kondisi lingkungan bagi suatu organisme di
sekitarnya. Kualitas perairan juga mempengaruhi toksisitas logam berat dan
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
20
pengendapannya ke dalam sedimen. Parameter kualitas air yang diukur pada
penelitian ini antara lain yaitu suhu, salinitas, Total Suspended Solid, pH, oksigen
terlarut dan Total Organic Matter.
2.5.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang sangat penting di
perairan. Menurut Kordi dan Tancung (2007), suhu mempengaruhi aktivitas
metabolisme organisme, karena penyebaran organisme di dalam suatu perairan
ditentukan oleh suhu perairan tersebut. Perubahan suhu air yang drastis dapat
mematikan biota air karena terjadi perubahan daya angkut darah. Kenaikan suhu
tidak hanya meningkatkan metabolisme biota perairan, tetapi juga meningkatkan
toksisitas logam berat. Suhu air yang rendah akan meningkatkan adsorpsi logam
ke partikulat untuk mengendap, sedangkan saat suhu naik, senyawa logam berat
akan melarut ke dalam air karena penurunan tingkat adsorpsi ke dalam partikulat
(Palar, 2012).
Menurut Bangun (2005), adanya masukan limbah air panas dapat
meningkatkan suhu perairan. Peningkatan suhu menyebabkan perubahan
keadaan redoks yang mempengaruhi pelepasan logam berat dari sedimen. Hal
ini menyebabkan peraian yang memiliki suhu lebih panas, konsentrasi logam
berat di sedimen lebih rendah dibandingkan dengan perairan yang suhunya lebih
dingin.
2.5.2 Salinitas
Salinitas merupakan suatu ukuran konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam
air yang diekspresikan dalam gram per liter (g/L) atau part per thousand (ppt).
Komponen utama ion-ion tersebut adalah sodium (Na+) dan klorida (Cl-). Selain
itu juga terdapat ion magnesium (Mg2+), kalsium (Ca2+), potasium (K+), sulfat
(SO4-) dan bikarbonat (HCO3). Kadar salinitas air laut berkisar antara 33 -37 ‰
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
21
dengan rata-rata 34 ‰. Sedangkan daerah estuari memiliki salinitas antara 5
sampai 30 ‰ (Rusydi, 2012).
Kadar salinitas di setiap lokasi bisa berbeda-beda. Menurut Prasetyo
(2009), kadar salinitas dipengaruhi oleh jaraknya terhadap laut. Salinitas di
daerah muara lebih rendah dibandingkan dengan salinitas di daerah laut.
Salinitas berpengaruh terhadap keberadaan konsentrasi logam berat di perairan.
Penurunan salinitas di perairan akan menimbulkan peningkatan toksisitas logam
berat dan tingkat akumulasinya semakin besar (Rompas, 2010).
2.5.3 Poison of Hydrogen (pH)
Derajat keasaman atau pH dalam lingkungan perairan merupakan faktor
yang sangat penting karena dapat mempengaruhi konsentrasi logam berat di
perairan. Penurunan konsentrasi pH dapat meningkatkan toksisitas logam berat.
Pada pH yang tinggi logam berat akan mengalami pengendapan. Biota akuatik
biasanya menyukai pH 7-8,5 (Maslukah, 2006). Efek yang akan ditimbulkan jika
pH air laut tergolong asam antara lain penurunan nilai keanekaragaman plankton
dan benthos, bertambahnya jenis algae hijau yang berfilamen, proses nitrifikasi
terhambat, dan penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan
benthos. Perairan yang bersifat asam tergolong tidak sehat (Irawan et al., 2009).
Bentuk logam di lingkungan perairan antara lain berupa ion bebas,
pasangan ion organik dan ion kompleks. Kelarutan logam berat dikontrol oleh
pH. Kenaikan pH menurunkan kelarutan logam berat dan mengubah kestabilan,
sehingga pH sangat mempengaruhi keberadaan logam berat dan demikian juga
sebaliknya (Palar, 2012).
2.5.4 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut merupakan salah satu unsur yang digunakan untuk
proses metabolisme organisme terutama pada saat respirasi. Selain itu juga
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
22
dapat dijadikan sebagai petunjuk kualitas perairan. Sebagai salah satu indikator
dalam kualitas perairan, oksigen sangat penting dalam proses oksidasi dan
reduksi. Proses oksidasi dan reduksi inilah yang membantu dalam mengurangi
beban pencemaran seperti bahan organik maupun non organik pada perairan
secara alami. Oksigen terlarut berbanding lurus dengan nilai pH suatu perairan.
Rendahnya kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan akan menyebabkan pH
perairan menjadi rendah. Begitu juga sebaliknya (Salmin, 2005).
Kelarutan logam berat sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen
terlarut. Pada daerah dengan kandungan oksigen yang rendah, daya larutnya
lebih rendah sehingga mudah mengendap. Logam berat seperti Zn, Cu, Cd, Pb,
Hg dan Ag akan sulit terlarut dalam kondisi perairan yang anoksik (Darmono,
1995). Biasanya, oksigen terlarut rendah ketika malam hari dan akan tinggi di
siang hari. Kadar oksigen terlarut dipengaruhi oleh waktu, musim, kekayaan
tumbuhan dan organisme akuatik (Arief, 2003).
2.5.5 Total Organic Matter (TOM)
Total Organic Matter menggambarkan kandungan bahan organik total
dalam suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi dan
koloid. Bahan organik digunakan oleh biota perairan sebagai nutrien.
Kekurangan bahan organik dapat menghambat pertumbuhan organisme
tersebut. Namun, kandungan bahan organik yang berlebihan dapat
menyebabkan blooming algae yang berbahaya bagi kehidupan organisme
perairan (Perdana et al., 2013).
Menurut Maslukah (2013), kandungan bahan organik akan
mempengaruhi daya larut logam berat pada suatu perairan. Bahan organik
mempengaruhi proses adsorpsi, absorpsi dan desorpsi logam berat. Kandungan
logam berat akan semakin bertambah dengan bertambahnya bahan organik
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
23
dalam sedimen. Hal ini dikarenakan logam berat di perairan biasanya
membentuk ikatan kompleks dengan ligan organik seperti asam humus.
Adsorpsi merupakan fenomena fisik yang terjadi antara molekul-molekul
fluida (gas atau cair) yang dikontakkan dengan suatu permukaan padatan.
Proses adsorpsi ini terjadi secara fisika yaitu proses penyerapan dengan
menggunkan adsorben seperti karbon aktif, silika gel, zeolit dan sebagainya.
Ketika permukaan padatan bereaksi dengan molekul gas atau cair, konsentrasi
atau cairan tersebut di permukaan lebih tinggi daripada fase gas atau cair,
disebut dengan absorpsi. Molekul tersebut akan terlepas dan berubah fase
kembali menjadi gas, disebut dengan fenomena desorpsi (Husina, 2012).
2.5.6 Total Suspended Solid (TSS)
TSS adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan
ukuran partikel 2 µm atau lebih besar dari ukuran koloid. Golongan yang
termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri
dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi
cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Total padatan tersuspensi
merupakan total padatan halus yang sukar larut dan sukar mengendap, sehingga
sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota akuatik (Eryati, 2008).
Menurut Yusuf (2010), kandungan TSS dalam suatu perairan bisa
dijadikan indikator adanya pencemaran logam berat. Kandungan TSS yang
melebihi ambang batas disebabkan oleh beberapa macam faktor, dimana faktor
yang memberi pengaruh besar yaitu masukan pencemaran logam berat di
perairan. TSS bersumber dari erosi tanah yang terbawa ke badan air, limbah
industri cold storage, penyamakan kulit, garment dan sebagainya.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
24
3. MATERI DAN METODE
3.1 Materi Penelitian
Materi yang diteliti dalam penelitian ini berupa kadar Cd dalam daging
kerang darah, air dan sedimen dari Perairan Kenjeran. Parameter kualitas air
yang diukur antara lain parameter fisika dan kimia. Parameter kimia terdiri dari
salinitas, oksigen terlarut, pH, Total Suspended Solid (TSS) dan Total Organic
Matter (TOM). Sedangkan parameter fisika yang diukur yaitu suhu.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini terdapat pada
berbagai prosedur antara lain: pengukuran kandungan logam berat Cd di air,
sedimen dan daging kerang darah, pengukuran paramater kualitas air dan
pembedahan daging kerang darah. Alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang
dijelaskan secara deskriptif dengan menggambarkan keadaan lokasi penelitian
secara nyata dan sesuai dengan kondisi di lapang. Menurut Narbuko dan
Achmadi (2003), penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada secara sistematis dan faktual
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi. Jadi penelitian ini juga sekaligus
menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Penelitian ini juga bisa
bersifat komperatif dan korelatif.
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu, survei, penentuan stasiun
pengamatan, pengumpulan data serta analisis statistik. Tahapan survei
dilakukan untuk mengetahui kondisi daerah penelitian sehingga dapat
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
25
menentukan titik pengambilan sampel. Pengumpulan data dilakukan di lapangan
dan di laboratorium. Pengambilan data dilapangan berupa pengukuran kualitas
perairan, pengambilan sampel kerang darah, air dan sedimen. Pengumpulan
data di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi logam berat Cd
pada kerang darah, air dan sedimen, serta parameter kimia perairan (DO, TOM,
dan TSS). Pengumpulan data tersebut dilakukan di Laboratorium Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Brawijaya, Malang. Selain itu
analisis statistik di lakukan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Skema tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Skema Tahapan Penelitian
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
26
3.3.1 Survei
Tahap pertama pada penelitian ini adalah survei lokasi. Menurut Sarwono
(2006), survei dilakukan untuk mengetahui informasi tentang objek penelitian dan
kondisi lokasi penelitian. Informasi tersebut bisa didapatkan secara langsung
melalui pengambilan sampel ataupun melalui wawancara dengan masyarakat di
sekitar lokasi penelitian. Hal ini dilakukan sebagai sarana penelitian lebih lanjut
dan mendalam.
Survei ini dilakukan pada bulan Desember minggu kedua dan ketiga. Hal
ini dilakukan untuk memahami kondisi lingkungan dan karakterisik perairan
Kenjeran, Surabaya sehingga memudahkan peneliti untuk menentukan stasiun-
stasiun pengambilan sampel. Selain itu, survei juga bertujuan untuk
mengumpulkan informasi tentang status pencemaran dan sumber pencemar di
Perairan Kenjeran, Surabaya.
3.3.2 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Stasiun pengambilan sampel dilakukan di perairan Kenjeran, Surabaya
secara purposive sampling menggunakan GPS sebanyak 3 stasiun. Teknik
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada
ciri-ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat
dengan ciri-ciri atau sifat yang terdapat dalam populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Narbuko dan Achmadi, 2003). Jadi, pengambilan sampel kerang
darah ditentukan berdasarkan sifat atau kondisi di sekitar stasiun tersebut. Lokasi
Perairan Kenjeran (Gambar 7) yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1. Stasiun 1, merupakan daerah Pantai Kenjeran yang dipengaruhi oleh
aktivitas antropogenik seperti pemancingan, budidaya karamba, aktivitas
kapal dan pemukiman penduduk.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
27
2. Stasiun 2, merupakan daerah Perairan Kenjeran yang jauh dari daratan dan
berada di tengah laut dan dipengerahu oleh aktivitas budidaya bagan
tancap.
3. Stasiun 3 berada di dekat hutan mangrove dan Pantai Kenjeran Ria.
Gambar 7. Stasiun Pengambilan Sampel
3.4 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari
hasil observasi dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari
literatur penunjang. Berikut data yang diambil dari penelitian ini:
3.4.1 Data Primer
Menurut Irawan (2011), data primer adalah data yang diperoleh peneliti
secara langsung (dari tangan pertama). Contoh data primer adalah data yang
diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau
juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Pada penelitian ini data
primer terdiri dari kandungan logam berat Cd pada kerang darah, air, dan
sedimen serta kualitas perairan (suhu, salinitas, TSS, pH, DO dan TOM).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
28
Sampel yang diambil pada penelitian ini yaitu air, sedimen dan kerang
darah. Pengambilan sampel dilakukan selama tiga minggu, setiap minggu satu
kali pengambilan sampel. Sampel air dan sedimen diambil di sekitar tempat
pengambilan kerang darah pada masing-masing stasiun. Setiap stasiun sampel
diambil pada 2 titik lokasi agar didapatkan hasil yang lebih akurat serta dapat
memberikan informasi terkait kandungan logam berat Cd di kerang darah, air dan
sedimen pada setiap minggunya.
Pada penelitian ini juga menggunakan dokumentasi berupa foto,
pengambilan dokumentasi dalam penelitian berupa pengambilan gambar
kegiatan penlitian. Menurut Sugiyono (2010), dokumentasi dapat diartikan
sebagai catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi sangat penting
dalam pemberian bukti dan keterangan pada penelitian.
3.4.2 Data Sekunder
Menurut Irawan (2011), data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti
dari instansi atau lembaga. Beberapa contoh data sekunder yaitu catatan atau
dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi
perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, jurnal-jurnal
ilmiah, buku-buku dan lain sebagainya. Hal ini lebih efektif dan efisien bila
dibandingkan dengan peneliti melakukan penelitian awal lagi.
Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi literatur buku-buku
mengenai logam berat Cd, jurnal-jurnal tentang hubungan logam berat di kerang
darah, air dan sedimen, pembuatan laporan seperti karya ilmiah, tesis, skripsi,
disertasi maupun informasi yang diambil dari internet. Selain itu penelitian
terdahulu mengenai logam berat Cd yang digunakan sebagi acuan dalam
penelitian ini.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
29
3.4.3 Pengumpulan Data secara Insitu
1. Pengambilan Sampel Air dan Sedimen
Menurut Ramli (2015), pengambilan sampel air diambil langsung
menggunakan botol air mineral berukuran 330 ml. Sampel air yang diambil yaitu
air permukaan di sekitar lokasi pengambilan sampel kerang darah. Kemudian
diberi pengawet HNO3 pekat sebanyak 1 ml. Setelah itu sampel air dimasukkan
ke coolbox untuk kemudian dianalisis di laboratorium.
Pengambilan sedimen disesuaikan dengan jenis sedimen di daerah
tersebut. Daerah Pantai Kenjeran memiliki sedimen dengan struktur cenderung
lunak dan berlumpur, sehingga pengambilan sampel sedimen menggunakan alat
Ekman Grab. Sedimen diambil sebanyak ±200 gram dari tiap titik masing-masing
stasiun. Ekman grab berbentuk seperti kotak dengan sepasang rahang
meneyerupai sekop yang mampu menembus substrat tanpa merusak permukaan
lapisan atasnya. Prinsip kerja dari ekman grab yaitu, setelah alat dimasukkan ke
sedimen, maka rahang akan menutup segera setelah memperoleh substrat pada
posisi yang tepat. Ekman grab memiliki pintu berengsel di bagian atas yang
berfungsi untuk menjaga agar sedimen yang diperoleh tidak tercuci atau tersapu
oleh air (Putro, 2014).
2. Pengambilan Sampel Kerang Darah (Anadara granosa)
Menurut Chusein dan Ibrahim (2012), pengambilan sampel kerang darah
menggunakan bantuan alat tangkap garuk yang ditarik oleh perahu nelayan
secara melingkar pada setiap stasiun dari 3 stasiun yang sudah terpilih. Kerang
darah diambil sebanyak 10 ekor dari tiap stasiun. Selanjutnya kerang yang
ditangkap dari ke 3 stasiun tersebut dibersihkan dari kotoran-kotoran dan dipilih
yang masih hidup. Kerang darah kemudian dimasukan kedalam coolbox dan
diberi hancuran es batu, selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk di analisis.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
30
Berikutnya dilakukan sortasi kerang yang berukuran diameter 2 - 5 cm yang
masih hidup. Pengambilan kerang dengan ukuran tersebut dikarenakan ukuran
kerang darah yang lebih dari 2 cm memiliki kemamupuan lebih tinggi dalam
mengakumulasi logam berat dibandingkan dengan kerang darah yang berukuran
kecil (Putri, 2010).
3. Pengukuran Kualitas Perairan
Pengukuran parameter kualitas air bertujuan untuk mengetahui seberapa
baik kondisi lingkungan dalam suatu penelitian. Parameter kualitas perairan juga
mempengaruhi toksisitas logam berat dan pengendapannya ke sedimen
sehingga perlu untuk dilakukan pengukuran sebagai parameter dasar.
Pengukuran kualitas perairan secara insitu meliputi parameter yang terdiri
dari suhu, salinitas, dan pH. Pengukuran dilakukan dengan 2 kali pengulangan
pada setiap stasiun agar didapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi aslinya.
a. Suhu
Pengukuran suhu di lapang menggunakan alat termometer. Prosedur
pengukuran suhu menurut Wibowo (2009), yaitu termometer terlebih dahulu
dikalibrasi dengan aquades, lalu dikeringkan. Setelah itu termometer
ditenggelamkan ke dalam perairan selama kurang lebih 3 menit. Hal ini dilakukan
agar pengukuran suhu memiliki tingkat akurasi yang baik. Pengukuran dilakukan
dengan membelakangi matahari agar suhu tidak terpengaruh oleh sinar
matahari.
b. Salinitas
Pengukuran salinitas di lapang menggunakan refraktometer. Prosedur
pengukuran salinitas menurut Wibowo (2009), yaitu mengkalibrasi refraktometer
terlebih dahulu menggunakan aquades. Kemudian dikeringkan dengan tisu
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
31
secara searah. Selanjutnya air sampel diambil menggunakan pipet tetes dan
diteteskan pada prisma refraktometer. Nilai salinitas akan terbaca dari air yang
memiliki kandungan garam melalui prinsip pembiasan cahaya. Tingginya salinitas
bergantung kepada banyaknya kandungan garam dalam air sampel.
c. Poison of Hydrogen (pH)
Pengukuran pH di lapang menggunakan pH paper. Prosedur penggunaan
pH paper menurut Kordi dan Tancung (2007), yaitu memasukkan pH paper ke
dalam air sekitar 0,5 menit. Lalu dikibaskan sampai setengah kering kemudian
dicocokkan perubahan warna pada pH paper dengan kotak standart pH.
3.4.4 Pengumpulan Data Secara Ekssitu
Pengumpulan data secara ekssitu dilakukan di Laboratorium Kimia,
Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang. Parameter yang di analisis di
laboratorium meliputi pengukuran kualitas air (DO, TOM, TSS) dan analisis
logam berat Cd pada kerang darah, air dan sedimen.
1. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut diukur menggunakan metode titrasi di laboratorium.
Menurut Salmin (2005), pengukuran kadar DO dengan metode titrasi WINKLER
antara lain sebagi berikut:
Sampel air diambil menggunakan botol DO.
Ditambahkan larutan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH+KI, lalu dihomogenkan.
Ditunggu selama ± 30 menit hingga terbentuk endapan MnO2.
Larutan bening di bagian atas botol DO dibuang dan ditambahkan 1-2 mL
H2SO4 pekat. Kemudian dihomogenkan. Hal ini untuk melarutkan endapan.
Selanjutnya ditambahkan 3-4 tetes amylum.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
32
Dititrasi dengan Na-thiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N sampai jernih pertama kali.
Volume Na2S2O3 yang terpakai dicatat.
Kemudian dihitung dengan rumus:
Keterangan: v titran : volume Na-thiosulfat N titran : normalitas Na-thiosulfat 8 : nilai ½ MR oksigen 1000 : konversi liter ke mililiter 4 : asumsi volume air yang tumpah saat botol DO ditutup (2 ml dari
2 mL MnSO4 dan 2 mL NaOH+KI)
2. Total Organic Matter (TOM)
Analisis Total Organic Matter dilakukan di laboratorium menggunakan
metode titrasi. Menurut Indriyastuti et al. (2014), prosedur pengukuran TOM
antara lain sebagai berikut:
Air sampel diambil menggunakan sebanyak 50 mL lalu dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 100 mL.
Kemudian ditambahkan KMnO4 0,01 N 9,5 mL ke dalam sampel hingga
terjadi warna merah muda.
Selanjutnya ditambahkan 10 mL H2SO4.
Setelah itu dipanaskan di atas hot plate sampai suhu 700-800C, setelah itu
diangkat dan didinginkan hingga suhu 600-700C.
Ditambahkan larutan Na-oxalate 0,01 N perlahan sampai tidak berwarna.
Titrasi dengan kalium permanganat 0,01 N hingga warna merah muda. Catat
volume pemakaian KMnO4.
Apabila pemakaian larutan baku KMnO4 0,01 N lebih dari 7 mL, ulangi
pengujian dengan cara mengencerkan contoh uji.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
33
Hitung kandungan TOM dengan rumus di bawah ini:
Keterangan: x : mL titran untuk air sampel y : mL titran untuk aquades 31,6 : 1/5 dari BM KMnO4 (1 mol KMnO4 melepas 5 oksigen dalam
reaksi ini) 0,01 : molaritas KMnO4 1000 : konversi dari liter ke mililiter
3. Total Suspended Solid (TSS)
Penentuan konsentrasi TSS pada penelitian ini dilakukan di laboratorium.
Metode pengukuran TSS menurut Irmanto et al. (2012), antara lain sebagai
berikut:
Kertas saring terlebih dahulu dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C
selama ±1 jam dan dimasukkan ke dalam desikator selama ±15 menit.
Kemudian kertas saring ditimbang untuk mengetahui berat bersihnya.
Sampel air sebanyak 100 mL dari masing-masing stasiun disaring (filtrasi)
dengan menggunakan kertas saring.
Kertas saring yang telah digunakan untuk filtrasi di atas kemudian
dimasukkan ke dalam oven yang dipanaskan pada suhu 1050C selama ±1
jam.
Setelah kering kemudian kertas saring dimasukkan ke dalam desikator
selama 15 menit.
Kertas saring dan residu yang sudah dioven dan didesikator lalu ditimbang
kembali bobotnya.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
34
Kemudian dihitung menggunakan rumus di bawah ini:
Keterangan: a : berat kertas saring sesudah pemanasan (g) b : berat kertas saring dan residu sesudah pemanasan (g) c : volume sampel air (mL) 1000 : konversi dari liter ke mililiter
4. Analisis Kadar Logam Berat Cd pada Air
Prosedur pengukuran logam berat Cd dalam air laut dilakukan di
Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya dengan metode
Atomic Absorption Spektrofotometry (AAS). Berikut ini adalah prosedur
pengukurannya:
a. Air sampel diambil menggunakan pipet volume sebanyak 25 mL, kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 mL.
b. Menambahkan 2,5 mL aquades, dipanaskan di atas kompor listrik sampai
kering lalu didingankan.
c. Menambahkan 10 mL HNO3 2,5 N. Kemudian dipanaskan hingga volume
larutan tersisa menjadi ⅔ bagian, lalu didinginkan.
d. Menyaring sampel yang sudah didinginkan ke labu ukur 25 mL, kemudian
ditambahkan aquades sampai tanda batas, diaduk sampai homogen.
e. Membaca sampel dengan menggunakan Atomic Absorption
Spektrofotometry (AAS) memakai lampu Katoda yang sesuai dengan logam
yang akan diuji dan mencatat absorbansinya (misal: jika ingin menentukan
kadar logam Cd maka menggunakan lampu Cd).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
35
5. Analisis Kadar Logam Berat Cd pada Sedimen
Prosedur pengukuran logam berat Cd pada sedimen dilakukan di
Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya dengan metode
Atomic Absorption Spektrofotometry (AAS). Berikut ini adalah prosedur
pengukurannya:
a. Menimbang 2 gram sampel kering kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 25 mL.
b. Menambahkan 10 mL larutan aquaregia (3HCl; 1HNO3), kemudian
dipanaskan di atas kompor listrik hingga kering, lalu didinginkan.
c. Menambahkan larutan HNO3 encer (2,5 N) sebanyak 10 mL dan
memanaskan kembali di atas kompor listrik perlahan-lahan selama ±5 menit
sambil diaduk dengan pengaduk kaca.
d. Menyaring ke dalam labu 100 mL dan menambahkan aquades hingga batas
kemudian diaduk sampai homogen.
e. Membaca sampel dengan menggunakan Atomic Absorption
Spektrofotometry (AAS) memakai lampu Katoda yang sesuai dengan logam
yang akan diuji dan mencatat absorbansinya (misal: jika ingin menentukan
kadar logam Cd maka menggunakan lampu Cd).
6. Analisis Kadar Logam Berat Cd pada Kerang Darah
Prosedur pengukuran logam berat Cd pada kerang darah dilakukan di
Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya dengan metode
Atomic Absorption Spektrofotometry (AAS). Berikut ini adalah prosedur
pengukurannya:
a. Menimbang 2 gram sampel kering kemudian dimasukkan ke dalam cawan
porselen.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
36
b. Memasukkan ke dalam temur dan dipanaskan pada suhu ±7000C selama ±2
jam sehingga menjadi abu.
c. Mendinginkan dan ditambahkan 5 mL larutan aquaregia (3HCl; 1HNO3),
setelah itu dipanaskan di atas kompor listrik hingga kering dan didinginkan
kembali.
d. Menambahkan larutan HNO3 encer (2,5 N) sebanyak 10 mL dan
memanaskan kembali di atas kompor listrik perlahan-lahan selama ±5 menit
sambil diaduk dengan pengaduk kaca.
e. Menyaring ke dalam labu 100 mL dan menambahkan aquades hingga batas
kemudian diaduk sampai homogen.
f. Membaca sampel dengan menggunakan Atomic Absorption
Spektrofotometry (AAS) memakai lampu Katoda yang sesuai dengan logam
yang akan diuji dan mencatat absorbansinya (misal: jika ingin menentukan
kadar logam Cd maka menggunakan lampu Cd).
3.5 Analisis Data
3.5.1 Analisis Data Regresi
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi korelasi
dengan model regresi linier berganda pada software SPSS versi 16.0. Analisis
regresi linear berganda merupakan analisis yang menjelaskan hubungan antara
logam berat Cd di sedimen yang merupakan variabel bebas (X1), logam berat Cd
di air yang merupakan variabel bebas (X2), dengan logam berat Cd di daging
kerang darah yang merupakan variabel terikat (Y). Hal ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara logam berat Cd di air dan sedimen dengan
kandungan logam berat Cd di daging kerang darah yang diambil dari Perairan
Kenjeran, Surabaya. Persamaan model regresi linier berganda menurut Walpole
(1990) yaitu:
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
37
Keterangan: Y : variabel terikat (kadar logam berat Cd pada tubuh kerang darah) a : intersep atau perpotongan dengan sumbu tegak (y) b1 : kemiringan atau gradien variabel bebas ke-1 b2 : kemiringan atau gradien variabel bebas ke-2 X1 : variabel bebas ke-1 (kadar logam berat Cd sedimen) X2 : variabel bebas (kadar logam berat Cd di air)
3.5.2 Faktor Bioakumulasi dan Faktor Biokonsentrasi
Analisis akumulasi logam berat Cd oleh kerang darah menggunakan
rumus Faktor Bioakumulasi (BAF) dan Faktor Biokonsentrasi (BCF). Faktor
Bioakumluasi digunakan untuk melihat akumulasi kandungan logam berat Cd di
daging kerang darah dengan sumber makanannya detritus yang berada di
sedimen, kemudian dianalisis dengan menghitung nilai BAF. Perhitungan Faktor
Bioakumulasi menurut Szefer et al. (1999) dalam Liu et al. (2017), menggunakan
rumus:
Keterangan: BAF : Faktor Bioakumulasi Corg : konsentrasi logam berat pada makhluk hidup (ppm) Csed : konsentrasi logam berat pada sumber makanan (sedimen) (ppm)
Analisis data menggunakan Faktor Biokonsentrasi bertujuan untuk
mengetahui kemampuan kerang darah dalam mengakumulasi logam berat Cd
melalui biokonsentrasi. Menurut Connel (1995), perhitungan Faktor
Biokonsentrasi (BCF) menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: BCF : Faktor Biokonsentrasi CB : konsentrasi logam berat pada makhluk hidup (ppm) CW : konsentrasi logam berat pada air (ppm)
Y = a + b1X1 + b2X2
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
38
Menurut Van Esch (1977) dalam Amriani et al. (2011), terdapat tiga
kategori nilai BCF, antara lain sebagai berikut:
1. Nilai lebih besar dari 1000 masuk dalam kategori sifat akumulatif tinggi.
2. Nilai BCF 100 sampai 1000 disebut sifat akumulatif sedang.
3. BCF kurang dari 100 dikategorikan dalam kelompok sifat akumulatif rendah.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
39
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Letak geografis Pantai Kenjeran Surabaya yaitu antara 7˚15’19,60” LS -
7˚17’13,25” LS dan 112˚48’35,69” BT - 112˚48’40,72” BT (BLH Kota Surabaya,
2012). Pantai Kenjeran Surabaya terletak di bagian Timur Kota Surabaya dan
berbatasan langsung dengan Selat Madura. Batas-batas Pantai Kenjeran
terbentang pada 4 wilayah yaitu sebelah Utara Kelurahan Kedungcowek,
sebelah Timur Pulau Madura, sebelah Selatan komplek Perumahan Mentari dan
sebelah Barat Kelurahan Bulak. Peta Kota Surabaya dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Topografi Pantai Kenjeran merupakan dataran rendah dengan ketinggian
tanah berkisar antara 2-3 meter dpl dan kemiringan 0-2%. Karakteristik air
lautnya relatif tenang dan saat terjadi pasang, ketinggian air laut mencapai 1,5
sampai 3 meter, sedangkan saat surut mencapai 0,1 sampai 1,5 meter
(Khomenie dan Umilia, 2013). Pantai Kenjeran merupakan daerah yang padat
penduduk dan sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Aktivitas penduduk
tersebut turut menyumbang adanya limbah logam berat di perairan. Lokasi
penelitian terletak pada 3 lokasi di sekitar Pantai Kenjeran dengan karakteristik
yang berbeda-beda.
4.1.1 Stasiun 1
Stasiun 1 terletak di kawasan pemukiman nelayan Kenjeran pada
koordinat 7014’28,17” LS dan 112047’59,36” BT. Stasiun 1 memiliki jenis substrat
yaitu lumpur liat berpasir dan gelombang laut yang tidak terlalu besar.
Kedalaman perairan berkisar antara 1 -2 meter. Sumber pencemar pada stasiun
1 berasal dari kegiatan rumah tangga ataupun kegiatan perikanan di sekitarnya.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
40
Diperkirakan limbah logam berat Cd masuk ke perairan melalui tumpahan bahan
bakar kapal dan buangan sampah dari kegiatan rumah tangga. Limbah tersebut
semakin lama akan bertambah jumlahnya di perairan dan sebagian akan
mengendap di dasar perairan sehingga bisa mempengaruhi habitat dari kerang
darah.
Gambar 8. Stasiun 1
4.1.2 Stasiun 2
Stasiun 2 berada di daerah laut Kenjeran pada koordinat 7014’13,88” LS
112048’23,75” BT. Stasiun ini memiliki kedalaman 4 meter. Jenis substrat pada
lokasi ini yaitu lumpur berpasir. Disekitar stasiun 2 terdapat bagan tancap yang
digunakan nelayan untuk budidaya kerang dan perikanan tangkap lainnya.
Diperkirakan adanya limbah logam berat berasal dari kapal nelayan yang
melewati kawasan ini untuk menangkap hasil tangkapan di laut maupun di bagan
tancap.
Gambar 9. Stasiun 2
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
41
4.1.3 Stasiun 3
Stasiun 3 berada di kawasan hutan mangrove Kenjeran pada koordinat -
7014’56,97” LS dan 112048’25,51” BT. Kedalaman di lokasi ini berkisar antara 2-
3 meter dengan jenis substrat lumpur liat berpasir. Stasiun 3 berada di dekat
hiburan Pantai Kenjeran Ria, Surabaya. Selain itu, di daerah hutan mangrove
Kenjeran, Surabaya terdapat muara sungai yang menjadi aliran pembuangan
limbah dari berbagai macam kegiatan industri seperti industri cat, kertas,
peralatan listrik, baterai, maupun limbah rumah sakit dan obat-obatan. Limbah-
limbah tersebut diduga sebagai penyumbang limbah logam berat Cd terbanyak di
Perairan Kenjeran, Surabaya terutama dari industri baterai yang menggunakan
logam Cd sebagai salah satu bahan utamanya.
Gambar 10. Stasiun 3
4.2. Hasil Analisis Kadmium (Cd) pada Air, Sedimen dan Kerang Darah
(Anadara granosa)
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah di lakukan di Laboratorium
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA), Universitas Brawijaya
Malang, rata-rata konsentrasi kadmium (Cd) pada air, sedimen dan daging
kerang darah dari Perairan Kenjeran, Surabaya dapat dilihat pada Gambar 11.
Sedangkan untuk seluruh data ulangan pada tiap stasiun dapat dilihat pada
Lampiran 3.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
42
Gambar 11. Grafik Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Air, Sedimen dan Kerang darah (Anadara granosa)
Berdasarkan Gambar 11, konsentrasi Cd dalam air dari Perairan
Kenjeran pada stasiun 1 berkisar antara 0,0057-0,0115 ppm dengan rata-rata
0,0087 ppm. Pada stasiun 2 konsentrasi Cd di air berkisar antara 0,005-0,0108
ppm dengan rata-rata 0,0075 ppm dan pada stasiun 3 berkisar antara 0,0043-
0,0079 ppm dengan rata-rata 0,0065 ppm. Nilai tertinggi didapat pada stasiun 1
dikarenakan lokasinya yang berada di dekat pemukiman nelayan dan Pasar
Bulak, dimana di daerah tersebut mendapat masukan dari berbagai limbah
seperti limbah rumah tangga, limbah perikanan, limbah pariwisata, dan buangan
sampah yang berasal dari kegiatan di Pasar Bulak. Logam berat Cd banyak
ditemui di daerah pembuangan sampah, aliran air hujan dan buangan limbah
rumah tangga serta limbah pengolahan ikan (Palar, 2012). Selain itu, lokasinya
yang berdekatan dengan daratan menyebabkan daerah ini mendapatkan
masukan berbagai limbah industri seperti industri pelapisan logam, industri
pembuatan baterai, industri tekstil dan sebagainya, dimana limbah tersebut akan
mengalir dari sungai menuju ke pantai. Hal ini didukung oleh pendapat Arisandi
(2001), yang menyatakan bahwa pencemaran logam berat Cd yang terjadi di
daerah Perairan Kenjeran terutama disebabkan oleh pembuangan limbah dari
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Air 0,0087 0,0075 0,0065
Sedimen 0,9009 0,7992 0,7427
Kerang Darah 0,1462 0,1285 0,1195
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
Ko
nse
ntr
asi K
adm
ium
(m
g/L)
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
43
industri yang menggunankan logam berat Cd dalam proses produksinya, seperti
industri pengolahan logam, cat dan pewarna baterai, percetakan, kertas, tekstil,
peralatan listrik dan sebagainya.
Rata-rata keseluruhan kandungan Cd di Perairan Kenjeran, Surabaya
yaitu sebesar 0,0076 ppm. Jika dibandingkan dengan baku mutu yang telah
ditetapkan oleh pemerintah RI (Kementrian Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004
tentang baku mutu air laut untuk biota laut), maka sudah melewati ambang batas
yang ditentukan yaitu sebesar 0,001 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa perairan
tersebut membahayakan bagi kelangsungan hidup biota laut yang ada di
dalamnya. Selain itu, konsentrasi logam berat Cd yang tinggi dalam perairan
biasanya akan diikuti oleh tingginya logam berat Cd di sedimen.
Berdasarkan Gambar 11, konsentrasi Cd dalam sedimen dari Perairan
Kenjeran pada stasiun 1 berkisar antara 0,6552 - 1,1363 ppm dengan rata-rata
0,9009 ppm. Pada stasiun 2 konsentrasi Cd dalam sedimen berkisar antara
0,005 - 0,9278 ppm dengan rata-rata 0,7992 ppm dan pada stasiun 3 berkisar
antara 0,5637 - 0,9121 ppm dengan rata-rata 0,7427 ppm. Perbedaan
konsentrasi kadmium tersebut tergantung pada kondisi lingkungan saat
pengamatan. Jumlah masukan logam berat ke perairan, arus dan laju
pengendapan diduga dapat mempengaruhi peningkatan konsentrasi Cd pada
sedimen (Sanusi, 2006). Adapun konsentrasi Cd tertinggi dalam sedimen didapat
pada stasiun 1 dan terendah pada stasiun 2. Hal ini dikarenakan pada stasiun 1
mendapat masukan logam berat yang lebih banyak dibandingkan stasiun
lainnya, sedangkan stasiun 2 berada di tengah laut dimana masukan limbah
logam berat sangat kecil.
Stasiun 1 dan stasiun 3 berada di dekat daratan yang juga mendapatkan
masukan limbah logam berat cukup tinggi dari berbagai limbah industri, namun
konsentrasi Cd di stasiun 3 lebih kecil. Hal ini dikarenakan stasiun 3 berlokasi di
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
44
sekitar hutan mangrove, dimana pohon magrove dapat mengeliminasi
pencemaran logam berat (fitoremediasi). Menurut Hidayati (2006), ekosistem
mangrove merupakan barier biogeokimia terhadap bahan pencemar logam berat
dalam sedimen. Logam berat dieliminasi dengan beberapa cara, seperti 1)
fitostabilitasi, tumbuhan menstabilkan limbah dalam tanah; 2) fitostimulati, akar
tanaman menstimulasi penghancuran limbah dengan bantuan bakteri rhizosfer;
3) fitodegradasi, tanaman mendegradasi limbah; 4) fitoekstraksi, jaringan
tanaman, terutama daun mengakumulasi limbah; 5) fitovolatasi, limbah diubah
menjadi senyawa yang mudah menguap; serta 6) rhizofiltrasi, akar menyerap
limbah dari air. Tumbuhan mangrove dapat menyerap logam berat dan
menyimpannya dalam jaringan tubuh seperti daun, batang, dan akar, sehingga
dapat mengurangi tingkat pencemaran di air dan sedimen. Di samping itu, sistem
perakaran tumbuhan mangrove yang besar dan luas dapat menahan dan
memantapkan sedimen tanah, sehingga mencegah tersebarnya bahan
pencemar ke area yang lebih luas.
Secara keseluruhan rata-rata konsentrasi Cd dalam sedimen yaitu 0,81
ppm. Berdasarkan Dutch Quality Standart for Sediment (IADC/CDEA) (1997)
dalam Putri (2010), baku mutu logam berat dalam sedimen yang diperbolehkan
yaitu 0,8 ppm. Berdasarkan pernyataan tersebut maka konsentrasi Cd dalam
sedimen di Perairan Kenjeran, Surabaya masih dalam kisaran yang
diperbolehkan, sehingga tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan.
Berdasarkan Gambar 11, konsentrasi Cd dalam kerang darah dari
Perairan Kenjeran pada stasiun 1 berkisar antara 0,101 - 0,2372 ppm dengan
rata-rata 0,1462 ppm. Pada stasiun 2 konsentrasi Cd dalam kerang darah
berkisar antara 0,0874 - 0,1904 ppm dengan rata-rata 0,1285 ppm dan pada
stasiun 3 berkisar antara 0,0721 - 0,2083 ppm dengan rata-rata 0,1195 ppm.
Nilai konsentrasi tertinggi didapat pada stasiun 1 sebesar 0,1462 ppm dan
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
45
terendah pada stasiun 2 yaitu sebesar 0,1285 ppm. Perbedaan konsentrasi Cd
dalam kerang darah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar tempat
hidupnya. Logam berat yang terdapat di perairan akan mengendap di dasar
perairan dalam waktu tertentu, hal inilah yang menyebabkan logam berat bisa
berpindah ke dalam tubuh kerang darah. Logam berat masuk ke dalam tubuh
kerang darah melalui proses absorpsi. Absorpsi merupakan proses perpindahan
racun dari lingkungan ke dalam sirkulasi darah dengan melalui insang. Absorpsi,
distribusi dan ekskresi logam berat tidak dapat terjadi tanpa transpor melintasi
membran (Hutagalung et al., 1997). Logam berat merupakan logam yang
berperan dalam proses enzimatik. Jenis logam ini masuk ke dalam jaringan
melalui proses transportasi aktif, yaitu dengan membentuk ikatan protein (ligand
binding). Pasangan ion logam dalam air laut akan berbentuk (LCl)0, (LCO3)0,
(LSO4)0, (LCl2)
0, dan (LCl3)- yang ikatan ionnya bergantung pada pH air
(Darmono, 1995). Proses transportasi aktif dapat terjadi sejalan dengan
konsumsi ion logam untuk pertumbuhan dan akumulasi intraseluler ion logam
(Sunardi, 2011).
Perbedaan konsentrasi logam berat juga dipengaruhi oleh umur dan
ukuran dari kerang darah. Menurut Darmono (2001), kerang darah memiliki
habitat yang menetap, pergerakan lambat, serta memiliki cara makan yaitu
dengan cara menyaring air (filter feeder). Tubuhnya akan mengolah atau
mentransformasi setiap bahan racun (logam) yang masuk, sehingga akan
mempengaruhi daya racun atau toksisitas logam tersebut. Logam yang telah
mengalami biotransformasi dan tidak dapat diekskresikan atau dikeluarkan oleh
tubuh umumnya akan tersimpan dalam organ tertentu. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar ukuran kerang maka akan semakin banyak kadar logam
berat yang terkandung di dalamnya (Prasetyo, 2009). Berdasarkan hasil
penelitian Putri (2010), kerang darah dengan ukuran kecil (<2,5 cm) dapat
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
46
mengakumulasi logam berat Cd berkisar antara 0,1780-0,3000 ppm dengan rata-
rata 0,2101 ppm. Sedangkan kerang darah berukuran besar (>2,5 cm) dapat
mengakumulasi logam berat Cd berkisar antara 0,2125-0,4250 ppm dengan rata-
rata 0,2565 ppm.
Secara keseleruhan, rata-rata konsentrasi Cd dalam kerang darah yaitu
sebesar 0,13 ppm. Menurut The National Food Authory (NFA) (1995) dalam Putri
(2010), menyatakan bahwa kandungan kadmium pada kerang yang
diperbolehkan adalah sebesar 1 ppm. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka
konsentrasi Cd dalam kerang darah dari Perairan Kenjeran, Surabaya masih
layak untuk dikonsumsi.
4.3. Analisis Data
4.3.1 Analisis Hubungan Logam Berat Cd pada Air, Sedimen dan Kerang
Darah
Hasil analisis regresi berganda antara Cd pada air (X1) dan Cd pada
sedimen (X2) dengan kerang darah (Anadara granosa) (Y) mempunyai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,969. Perhitungan regresi berganda dapat dilihat pada
Lampiran 4. Hal ini menandakan hubungan variabel X1 (air) dan X2 (sedimen)
pada Y (kerang darah) mempunyai korelasi yang sangat kuat. Koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,939 yang artinya kontribusi variabel X1 dan X2
mempengaruhi variabel Y sebesar 93%. Persamaan regresi yang terbentuk yaitu
Y = -0,8 + 14,36X1 + 0,12X2. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa setiap
kenaikan Cd pada air dapat meningkatkan konsentrasi Cd pada kerang darah
sebesar 14,36 dan setiap kenaikan Cd pada sedimen dapat meningkatkan
konsentrasi Cd pada kerang darah sebesar 0,12. Grafik regresi berganda
konsentrasi Cd di air dan sedimen terhadap Cd di kerang darah dapat dilihat
pada Lampiran 5.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
47
Kandungan logam berat Cd dalam air yang tinggi akan meningkatkan
kandungan logam berat Cd dalam kerang darah. Hal ini dikarenakan kerang
darah bersifat filter feeder, dimana kerang darah mencari makan dengan
menyaring air di sekitarnya. Menurut Hidayati (2006), kadmium akan
terakumulasi dalam jumlah cukup banyak pada invertebrata terutama bivalvia
(kerang). Logam berat akan membentuk ikatan protein-logam (metalotionin)
dalam proses metabolisme organisme tersebut. Darah terutama eritrosit akan
mendistribusikan Cd yang terserap ke seluruh organ tubuh. Organ tubuh yang
banyak mengakumulasi logam Cd adalah saluran pencernaan. Kerang kemudian
akan mengekskresikan Cd dalam jumlah sedikit melalui urine.
Secara umum, proses masuknya logam berat berawal dari masuknya
bahan pencemar dari limbah industri, kegiatan rumah tangga, limbah pariwisata,
dan kegiatan manusia lainnya ke badan perairan. Menurut Arisandi (2001),
sumber pencemar di daerah Pantai Timur Surabaya berasal dari 7 buah sungai
besar diantaranya Sungai Wonorejo dan Sungai Wonokromo. Kemudian limbah
dari sungai tersebut akan terbawa arus hingga ke muara lalu ke laut.
Selanjutnya, logam berat yang terdapat di perairan akan mengalami proses
sedimentasi ke dasar perairan. Hal ini akan memberikan pengaruh yang besar
bagi organisme yang hidup didasar perairan karena logam berat Cd akan mudah
masuk dalam tubuh organisme tersebut melalui proses respirasi ataupun saat
kerang darah mengambil makanan (plankton) dari lingkungan di sekitarnya.
Menurut Leslie dan Lee (1984) dalam Muhajir (2009), kerang darah merupakan
organisme yang dapat mengakumulasi bahan-bahan yang tersaring di dalam
insangnya. Dalam prosesnya, bakteri dan mikroorganisme lain yang ada di
sekelilingnya dapat terakumulasi dan mencapai jumlah yang membahayakan
untuk dikonsumsi.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
48
Konsentrasi Cd dalam kerang darah juga dipengaruhi oleh konsentrasi Cd
dalam sedimen. Umumnya konsentrasi Cd dalam sedimen lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi Cd dalam air. Hal ini dikarenakan logam berat
mempunyai sifat mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan
kemudian bersatu dengan sedimen sehingga meningkatkan kandungan logam
berat dalam sedimen (Harahap, 1991 dalam Bangun, 2005). Tingginya
kandungan Cd dalam sedimen di Perairan Kenjeran menunjukkan bahwa Cd
yang terlarut dalam air laut mengalami pengendapan (sedimentasi) dalam jangka
waktu yang cukup lama. Logam berat yang tersuspensi dalam sedimen perairan
akan lebih lama bertahan sehingga sedimen memiliki kandungan logam berat
yang lebih tinggi dibandingkan kandungannya di kolom air (Rudiyanti, 2009).
Organisme yang hidup menetap di dasar perairan dan pergerakannya
lambat seperti kerang darah (Anadara granosa) tidak bisa menghindar dari
adanya kontaminasi logam berat Cd di sedimen. Selain itu toleransinya yang
tinggi terhadap adanya logam berat menyebabkan kerang darah mengakumulasi
logam berat Cd dalam tubuh lebih besar daripada hewan lainnya di perairan
(Darmono, 1995). Konsentrasi Cd yang terdapat dalam kerang darah akan
mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dalam tingkatan trofik yang lebih tinggi
pada rantai makanan. Biomagnifikasi berhubungan langsung dengan manusia
yang menempati posisi top level dalam rantai makanan pesisir. Hal ini akan
membahayakan bagi manusia yang mengkonsumsi kerang darah dalam jangka
waktu yang panjang.
4.3.2 Faktor Bioakumulasi (BAF) dan Faktor Biokonsentrasi (BCF)
Nilai BAF dan BCF pada kerang darah dianalisis untuk mengetahui
kemampuan kerang darah dalam mengakumulasi logam berat yang terdapat di
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
49
lingkungan hidupnya maupun di dalam makanannya. Nilai BAF dan BCF pada
kerang darah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Faktor Bioakumulasi dan Faktor Bikonsentrasi Logam Berat Cd
Stasiun BAF (ppm) BCF (ppm)
1 0,1623 16,77
2 0,1607 17,05
3 0,1609 18,53
Rata-rata 0,1613 17,45
Keterangan: BAF : Bioaccumulation Factor yaitu perbandingan antara kandungan logam
berat pada biota dengan kandungan logam berat di sedimen BCF : Bioconcertation Factor yaitu perbandingan antara kandungan logam
berat pada biota dengan kandungan logam berat di air
Berdasarkan hasil perhitungan nilai BAF dan BCF yang terdapat pada
Lampiran 6, kerang darah merupakan organisme yang memiliki kemampuan
mengakumulasi logam berat Cd dari perairan ataupun sedimen. Nilai akumulasi
dan konsentrasi logam berat Cd yang ada di dalam tubuh kerang darah berbeda-
beda. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan kerang darah dalam mengabsorpsi
dan mengekresikan logam yang ada di perairan dan dipengaruhi oleh ikatan-
ikatan kimia dari setiap logam yang terlarut di dalam perairan. Menurut Hidayah
et al. (2014), akumulasi logam berat dalam tubuh organisme tergantung pada
konsentrasi logam berat dalam air/lingkungan, suhu, pH, dan oksigen terlarut.
Logam berat dapat masuk ke dalam jaringan tubuh biota dengan beberapa cara
yaitu melalui saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit
(Darmono, 2001). Adanya kontaminasi dengan logam berat secara terus
menerus dapat meningkatkan akumulasi dalam tubuh biota, baik biota yang
hidup mencari makan di kolom perairan maupun di dalam sedimen (Ahmad,
2009).
Berdasarkan Tabel 1, nilai Faktor Bioakumulasi (BAF) berkisar antara
0,1607 – 0,1623 dengan nilai tertinggi pada stasiun 1 dan terendah pada stasiun
2. Menurut Jansen et al. (1997) dalam Kadir (2013), apabila nilai BAF > 1 berarti
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
50
organisme tersebut memiliki kemampuan yang tinggi mengakumulasi logam
berat dalam tubuhnya, sebaliknya BAF < 1 berarti organisme tersebut memiliki
kemampuan rendah dalam mengakumulasi logam berat di dalam tubuhnya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka kerang darah termasuk organisme
perairan yang memiliki kemampuan rendah dalam mengakumulasi logam berat
Cd yang berasal dari sedimen.
Selain Faktor Bioakumulasi (BAF), dianalisis pula Faktor Biokonsentrasi
(BCF) untuk mengetahui kemampuan kerang darah dalam mengakumulasi
logam berat yang terlarut dalam air. Berdasarkan Tabel 1, nilai BCF berkisar
antara 16,77 – 17,45 dengan nilai tertinggi berada pada stasiun 3 dan terendah
pada stasiun 1. Hal ini menunjukkan rata-rata kerang darah pada stasiun 3
memiliki kemampuan lebih baik dalam mengakumulasi Cd di dalam tubuhnya
dibandingkan dengan kerang darah yang berlokasi di stasiun lainnya. Menurut
Van Esch (1977) dalam Amriani et al. (2011), terdapat tiga kategori nilai BCF
yaitu, kategori sifat akumulatif tinggi (BCF>1000), sifat akumulatif sedang
(BCF:100-1000), dan sifat akumulatif rendah (BCF<100). Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka kerang darah bersifat akumulatif rendah terhadap
logam berat Cd. Meskipun bersifat akumulatif rendah, keberadaan logam berat
Cd pada kerang darah tetap harus diwaspadai karena sifat logam berat itu
sendiri yang akumulatif jika dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu yang
lama sehingga menimbulkan keracunan yang bersifat kronis. Menurut Darmono
(2001), keracunan Cd kronis dapat menyebabkan gangguan kardiovaskular dan
hipertensi, hal tersebut dikarenakan tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap
kadmium. Selain itu, kadmium juga dapat menyebabkan terjadinya gejala
osteomalasea karena terjadi interferensi daya keseimbangan kandungan kalsium
dan fosfat dalam ginjal.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
51
4.4. Analisis Parameter Kualitas Air
Data kualitas air yang diukur selama penelitian di Perairan Kenjeran,
Surabaya terdiri dari suhu, salinitas, pH, DO, TOM dan TSS. Pengukuran
dilakukan selama 3 kali dengan 2 kali ulangan. Hasil pengukuran kualitas air
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Parameter Kualitas Air
Stasiun Minggu
ke-
Data Kualitas Air
Suhu (0C)
pH Salinitas
(‰) DO
(mg/L) TOM
(mg/L) TSS
(mg/L)
1
1 28,5 8,3 24,5 4,62 37,92 898
2 29 9 25 4,43 24,02 608
3 32 8,3 25 5,98 52,46 614
Rata-rata 29.83 8,48 24,83 5,01 38,13 706,67
2
1 29 8,30 27 6,16 7,58 774
2 30 9 26,5 7,04 5,69 549
3 31 9 26 8,66 37,29 431
Rata-rata 30 8,78 26,5 7,29 16,85 584,67
3
1 28.5 8 25 5,70 12,01 985
2 29 8 26 6,37 8,22 811
3 30.75 8 25,5 6,17 44,24 946
Rata-rata 29.42 8 25,5 6,08 21,49 914
Standar Baku Mutu
28 - 32** 7 – 8,5** 33 – 34** 4 – 8* <20* 20 - 80**
Keterangan: * : Ghufran dan Kordi, 2010 ** : Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia No. 51 Thn 2004 (Lampiran 7)
4.4.1 Suhu
Suhu merupakan parameter lingkungan yang digunakan untuk
mempelajari proses fisika, kimia dan biologi. Peningkatan suhu akan
mempengaruhi aktivitas organisme dan berpengaruh pada toksisitas logam berat
(Hutagalung, 1984). Menurut Palar (2004), kenaikan suhu akan mengurangi
adsorpsi senyawa logam berat pada partikel. Suhu air yang lebih dingin akan
meningkatkan adsorpsi logam berat ke partikel untuk mengendap di dasar.
Hasil pengukuran suhu yang dilakukan di Perairan Kenjeran Surabaya
pada bulan Februari 2017 di 3 lokasi diperoleh kisaran suhu di stasiun 1 antara
28-32OC dengan rata-rata 29,83OC. Pada stasiun 2 diperoleh kisaran suhu antara
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
52
28,5-32OC dengan rata-rata 30OC dan pada stasiun 3 diperoleh suhu berkisar
antara 28,5-31OC dengan rata-rata 29,42OC. Berdasarkan data tersebut, rata-rata
suhu tertinggi diperoleh pada stasiun 2 sebesar 30OC. Hal ini dikarenakan
lokasinya yang berada di tengah laut sehingga menerima pancaran sinar
matahari yang lebih banyak dibandingkan lokasi lainnya. Sedangkan nilai suhu
terendah berada pada stasiun 3 yang berada di sekitar hutan mangrove. Adanya
hutan mangrove tersebut memberikan keteduhan di perairan sekitarnya sehingga
suhu menjadi lebih rendah. Menurut Massinai et al (2013), suhu permukaan
bersifat dinamis dan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur cuaca seperti
intensitas radiasi matahari, tekanan udara, curah hujan dan kelembaban udara.
Unsur-unsur tersebut dapat menentukan derajat panas suatu perairan.
Secara keseluruhan nilai suhu di Perairan Kenjeran berkisar antara 28 -
32 OC. Menurut baku mutu yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
Indonesia Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut dan biota laut, nilai
suhu yang diperkenankan yaitu berkisar antara 28-320 C. Berdasarkan data
tersebut maka suhu Perairan Kenjeran masih dalam kisaran optimum untuk
kehidupan biota laut di dalamnya.
4.4.2 Salinitas
Salinitas merupakan kandungan garam terlarut dari suatu perairan dalam
1 kilogram air laut dan dinyatakan dalam permil (‰). Biasanya kisaran salinitas
air laur berkisar antara 0-40‰ yang berarti kandungan garam dalam perairan
adalah 0-40 per kilogram air laut (Romimohtarto dan Juwana, 2005). Salinitas
perairan sangat berpengaruh terhadap logam berat. Bila terjadi penurunan
salinitas karena adanya proses desalinasi (pemisahan kandungan garam secara
alami) maka akan menyebabkan peningkatan daya toksik dan bioakumulasi
logam berat (Erlangga, 2007).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
53
Hasil pengukuran salinitas di lapang didapatkan nilai salinitas pada
stasiun 1 berkisar antara 24-26‰ dengan rata-rata 24,83‰. Pada stasiun 2 nilai
salinitas berkisar antara 26-28‰ dengan rata-rata 26,5‰ dan pada stasiun 3
berkisar antara 25-26‰ dengan rata-rata 25,5‰. Perbedaan tinggi rendahnya
salinitas tersebut dipengaruhi oleh lokasi pengambilan sampel. Nilai salinitas
tertinggi berada pada stasiun 2 yang berlokasi di tengah laut Kenjeran dengan
kedalaman 4 meter dan nilai salinitas terendah diperoleh stasiun 1 yang
berlokasi di sekitar pemukiman nelayan dengan kedalaman air 1 meter. Menurut
Maslukah (2006), lapisan perairan pada permukaan cenderung memiliki salinitas
rendah dibandingkan dengan salinitas dasar perairan. Stratifikasi salinitas ini
juga terjadi secara horizontal dimana stasiun yang berada jauh dari muara
mempunyai salinitas lebih tinggi daripada stasiun yang berada di dekat muara.
Secara keseluruhan nilai salinitas di Perairan Kenjeran berkisar antara
24–28 ‰. Menurut baku mutu yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup Indonesia Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut dan biota laut,
nilai salinitas alami yang diperbolehkan yaitu berkisar antara 33-34 ‰.
Berdasarkan data tersebut maka salinitas Perairan Kenjeran masih berada di
bawah nilai baku mutu dan tergolong pada kondisi baik untuk kehidupan biota.
4.4.3 Poison of Hydrogen (pH)
Poison of Hydrogen (pH) adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion
hidrogen dan menunjukkan sifat asam atau basa suatu perairan. Perubahan pH
suatu perairan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: hujan asam, polusi
dan kadar karbondioksida sebagai akibat dari respirasi (Rusydi, 2012). Poison of
Hydrogen (pH) merupakan indikator lingkungan yang juga digunakan sebagai
indikator logam berat dimana semakin tinggi kadar pH maka semakin rendah
toksisitasnya (Soemirat, 2009).
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
54
Kenaikan pH dapat menurunkan logam yang ada di perairan. Hal ini
dikarenakan pH dapat mengubah kestabilan dan bentuk karbonat menjadi
hidroksida yang akan membentuk ikatan dengan partikel air. Ikatan tersebut akan
membentuk lumpur (Palar, 2012). Nilai pH yang tinggi dapat mengurangi
toksisitas pada logam berat karena nilai pH yang tinggi di dalam air dapat
membentuk suatu senyawa kompleks yang dapat mengendap di dasar perairan.
Namun apabila pH perairan rendah, maka dapat menyebabkan logam berat di
perairan semakin meningkat (Hutagalung, 1984).
Hasil pengkuran pH di Perairan Kenjeran didapatkan bahwa nilai rata-rata
pH pada stasiun 1 sebesar 8,48. Pada stasiun 2 memiliki nilai rata-rata sebesar
8,78 dan pada stasiun 3 sebesar 8. Berdasarkan Tabel 2, hasil pengukuran pH di
setiap stasiun tidak berbeda jauh. Nilai pH tertinggi berada pada stasiun 2
dengan nilai rata-rata pH 8,78 Hal ini dikarenakan lokasi stasiun 2 berada di
tengah laut sehingga menyebabkan nilai pH menjadi lebih tinggi dibandingkan
dengan dua lokasi lainnya yang berada di dekat daratan. Menurut Kordi dan
Gufron (2011), air laut mempunyai daya penyangga (buffer) yang besar terhadap
perubahan pH. Hal ini menyebabkan air laut bisa mengendalikan sifat asam atau
basa yang masuk ke dalam perairan. Umumnya pH air laut berkisar antara 7,6–
8,7. Menurut Wardhana (2004), salah satu faktor yang mempengaruhi pH di
suatu perairan adalah masukan air tawar atau air sungai. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pH di suatu perairan antara lain suhu, oksigen terlarut, CO2 dan
alkalinitas. Penurunan pH biasanya di pengaruhi oleh peningkatan kadar CO2
(Nontji, 2005).
Poison of Hydrogen (pH) merupakan faktor yang paling berpengaruh
terhadap adanya logam berat dalam perairan,sedimen maupun kerang darah.
Hal ini dikarenakan pH sangat penting dalam perubahan fisik dan kimia logam
berat, kelarutan dari mineral, transport dan kemampuan logam berat dapat
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
55
diserap oleh organisme. Poison of Hydrogen (pH) mempengaruhi proses
adsorpsi-desorpsi logam berat dalam tubuh kerang darah. Logam berat akan
memiliki kelarutan yang sangat rendah pada kondisi pH perairan alami,
sedangkan pada pH rendah kelarutan logam berat di perairan akan semakin
meningkat (Afriansyah, 2009). Menurut baku mutu yang dikeluarkan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004, pH air yang baik untuk
biota laut adalah berkisar antara 7–8,5. Berdasarkan hal tersebut, maka nilai pH
di Perairan Kenjeran masih tergolong baik untuk kehidupan biota laut.
4.4.4 Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernafasan, proses metabolisme, pertukaran zat dan kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan. Selain itu, oksigen terlarut juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan organik dan anorganik (Salmin, 2005). Oksigen
terlarut dapat mempengaruhi toksisitas logam berat dalam suatu perairan.
Menurut Wahyuni et al (2013), konsentrasi oksigen terlarut berbanding terbalik
dengan kadar logam berat di perairan, dimana semakin rendah kadar oksigen
maka semakin tinggi toksisitas logam berat begitu juga sebaliknya.
Hasil pengukuran DO di lapang didapatkan nilai DO pada stasiun 1
berkisar antara 4,38–6,01 mg/L dengan rata-rata 5,01 mg/L. Pada stasiun 2 nilai
DO berkisar antara 6,07–8,81 mg/L dengan rata-rata 7,29 mg/L dan pada stasiun
3 berkisar antara 5,3–6,69 mg/L dengan rata-rata 6,08 mg/L. Berdasarkan data
tersebut, maka rata-rata DO tertinggi berada pada stasiun 2 yaitu sebesar 7,29
mg/L yang berlokasi di tengah Laut Kenjeran. Secara umum nilai konsentrasi
oksigen terlarut di perairan menunjukkan nilai yang semakin tinggi ke arah laut
lepas. Hal ini disebabkan oleh pengaruh massa air baik arus maupun gelombang
yang menyebabkan konsentrasi limbah tersebar, sehingga kosentrasinya lebih
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
56
kecil dibandingkan dengan stasiun yang berada di dekat muara. Pergerakan arus
maupun gelombang juga meningkatkan difusi oksigen dari udara ke kolom
perairan (Sarjono, 2009).
Perbedaan kandungan DO antar stasiun tidak terlalu signifikan dan masih
tergolong dalam nilai yang baik untuk kehidupan organisme perairan. Secara
keseluruhan kandungan DO di Perairan Kenjeran yaitu berkisar antara 4,38 –
8,81 mg/L. Menurut Gufran dan Kordi (2010), kandungan DO optimum untuk
kehidupan biota laut yaitu berkisar antara 4–8 mg/L.
4.4.5 Total Organic Matter (TOM)
Total Organic Matter (TOM) atau bahan organik total menggambarkan
kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik
terlarut tersuspensi (partikulat) dan koloid (Hariyadi et al., 1992). Proses
dekomposisi bahan organik di perairan membutuhkan kandungan oksigen
terlarut yang cukup, apabila kandungan oksigen terlarut tidak mencukupi maka
akan terjadi kondisi anaerob yang akan membahayakan biota perairan. Hal ini
dikarenakan pada kondisi anaerob akan menghasilkan amoniak (NH3), nitrit dan
H2S yang berdampak buruk bagi kualitas perairan, kelangsungan hidup dan
kesehatan biota perairan (Kordi dan Tancung, 2005).
Hasil pengukuran TOM di Perairan Kenjeran didapatkan nilai TOM pada
stasiun 1 berkisar antara 15,17–53,09 mg/L dengan rata-rata 38,13 mg/L. Pada
stasiun 2 nilai TOM berkisar antara 3,79–37,92 mg/L dengan rata-rata 16,85
mg/L dan pada stasiun 3 berkisar antara 7,58–45,50 mg/L dengan rata-rata
21,49 mg/L. Berdasarkan Tabel 2, nilai TOM pada minggu ke-3 pada tiap stasiun
mengalami kenaikan yang tinggi. Hal ini disebabkan pada minggu ke-3 cuaca
sedikit mendung dengan kecepatan angin yang cukup besar sehingga
menyebabkan arus dan gelombang yang tinggi di lokasi pengamatan. Adanya
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
57
gelombang tinggi tersebut menyebabkan pengadukan di badan perairan
sehingga kandungan bahan organik di dasar ikut terangkat ke atas dan
menyebabkan nilai tinggi pada TOM. Menurut Satriadi dan Widada (2004),
kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga
permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak gelombang
kecil di permukaan. Gelombang berpengaruh terhadap transpor sedimen dan
bahan organik dari laut ke daerah pantai hingga bergerak masuk ke muara
sungai. Semakin besar gelombang semakin besar pula pengadukan yang terjadi
di kolom perairan dan semakin besar pula sedimen dan bahan organik yang
terbawa ke arah pantai maupun muara sungai.
Menurut Ghufron dan Kordi (2010), kandungan TOM yang baik untuk
kehidupan organisme perairan yaitu tidak lebih dari 20 mg/L. Berdasarkan
pernyataan tersebut stasiun 1 dan stasiun 3 melebihi ambang batas optimum,
sedangkan pada stasiun 2 masih dalam kisaran optimum. Hal ini dikarenakan
lokasi stasiun 1 dan stasiun 3 yang berada di daerah pemukiman nelayan dan di
sekitar hutan mangrove kenjeran. Intensitas suplai bahan organik yang masuk ke
perairan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain debit sungai, curah
hujan dan luas daerah aliran sungai (DAS), intensitas penduduk pada daerah
aliran sungai dan kondisi musim. Pada musim penghujan jumlah suplai nutrien
besar dan pada musim kemarau jumlah suplai nutrien kecil (Faizal et al., 2012).
4.4.6 Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter
lebih dari 1 µm) yang tertahan pada kertas saring dengan diameter pori 0,45 µm.
TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air
(Afriansyah, 2009). Hasil pengukuran TSS di Perairan Kenjeran didapatkan nilai
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
58
TSS pada stasiun 1 berkisar antara 480-988 mg/L dengan rata-rata 706,67 mg/L.
Pada stasiun 2 nilai TSS berkisar antara 426-872 mg/L dengan rata-rata 584,67
mg/L dan pada stasiun 3 berkisar antara 736-1000 mg/L dengan rata-rata 914
mg/L.
Berdasarkan data di atas, nilai rata-rata TSS tertinggi berada pada
stasiun 3 dengan nilai 914 mg/L. Hal ini dikarenakan stasiun 3 berdekatan
dengan muara sungai yang mengalirkan berbagai macam limbah ke dalam
perairan seperti limbah rumah tangga, limbah pertanian, limbah industri dan
sebagainya. Konsentrasi TSS dalam perairan dapat mempengaruhi kandungan
logam berat, nilai TSS yang tinggi atau yang mengalami kenaikan
mengakibatkan nilai konsentrasi logam berat menurun. TSS dapat
mempengaruhi proses adsorpsi logam berat terlarut. Logam berat yang
diadsorpsi oleh partikel tersuspensi akan menuju dasar perairan yang
menyebabkan kandungan logam berat di air menjadi lebih rendah (Rachmawati,
2009 dalam Rachmaningrum et al., 2015).
Secara keseluruhan nilai TSS Perairan Kenjeran berkisar antara 426 –
1000 mg/L. Menurut baku mutu yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup Indonesia Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut dan biota laut,
nilai TSS yang diperbolehkan yaitu berkisar antara 20–80 mg/L. Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka kandungan TSS di Perairan Kenjeran Surabaya
melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Menurut Sari dan Harlyan (2014), nilai
TSS yang terlalu tinggi akan memberikan dampak buruk terhadap kualitas air
karena akan mengurangi penetrasi cahaya matahari ke dalam badan air dan
menyebabkan nilai kekeruhan yang sangat tinggi sehingga dapat mengganggu
metabolisme biota perairan.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
59
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Rata-rata konsentrasi logam berat Cd di Perairan Kenjeran, Surabaya yaitu
0,0076 ppm. Sedangkan konsentrasi Cd di dalam sedimen dan daging
kerang darah (Anadara granosa) yaitu sebesar 0,81 ppm dan 0,13 ppm.
Konsentrasi Cd tertinggi berada pada sedimen dan terendah terdapat pada
air. Berdasarkan baku mutu yang sudah ditetapkan, kandungan Cd di
Perairan Kenjeran sudah melebihi ambang batas (0,001 ppm), sedangkan
untuk sedimen dan daging kerang darah masih dalam kisaran yang
diperbolehkan (sedimen: ≤ 0,8 ppm, kerang darah: ≤ 1 ppm).
2. Kerang darah memiliki nilai BAF kurang dari 1 yang menunjukkan bahwa
kemampuan kerang darah mengakumulasi logam berat Cd di sedimen
rendah. Sedangkan nilai BCF kerang darah berkisar antara 16,77 – 18,53
yang menunjukkan bahwa kemampuan kerang darah dalam mengakumulasi
logam berat Cd terlarut di air rendah.
3. Konsentrasi logam berat Cd pada air dan sedimen terhadap konsentrasi
logam berat Cd di kerang darah memiliki hubungan korelasi yang sangat
kuat. Konsentrasi Cd dalam air dan sedimen mempengaruhi konsentrasi Cd
dalam kerang darah sebesar 93%. Persamaan yang didapat dari analisis
regresi berganda yaitu Y = -0,8 + 14,36X1 + 0,12X2. Berdasarkan persamaan
tersebut maka setiap kenaikan konsentrasi logam berat pada air akan
meningkatkan konsentrasi logam berat pada sedimen sehingga pada
akhirnya bisa meningkatkan konsentrasi logam berat di dalam kerang darah.
ANALISIS KADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG DARAH
(Anadara granosa) DARI PERAIRAN KENJERAN, SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
MONITA KRIDHA PUSPITA
NIM. 135080100111047
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
60
5.2 Saran
Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya
dilakukan pengambilan data dengan pengulangan yang lebih banyak untuk
melihat gambaran korelasi logam berat Cd di air dan sedimen terhadap kerang
darah serta penentuan jarak stasiun yang lebih jauh agar dapat mencakup
kondisi sebenarnya Perairan Kenjeran, Surabaya. Selain itu dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh Cd terhadap beberapa organ
kerang darah seperti ginjal, hati dan insang.