51
Analisis Peraturan Perundang-undangan K3 terkait Kasus Kecelakaan Konstruksi Jembatan Taman Ismail Marzuki Diajukan sebagai makalah Ujian Akhir Semester mata kuliah Perundang-undangan K3 PJ MK: Dr. Robiana Modjo, SKM, M.Kes Oleh: Annisa Cantika 1006668052 Audrey Adhisty 1206240562 Eva Nuraini 1206211631 Firly 1206211594 Ghina Rafifa 1206211940 Hikmah Dyah Permata Sari 1206211726

Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemerintah telah mengeluarkan peraturan-peraturan yang mengikat untuk membantu pencegahan kecelakaan.

Citation preview

Page 1: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Analisis Peraturan Perundang-undangan K3 terkait Kasus Kecelakaan Konstruksi Jembatan

Taman Ismail Marzuki

Diajukan sebagai makalah Ujian Akhir Semester

mata kuliah Perundang-undangan K3

PJ MK: Dr. Robiana Modjo, SKM, M.Kes

Oleh:

Annisa Cantika 1006668052

Audrey Adhisty 1206240562

Eva Nuraini 1206211631

Firly 1206211594

Ghina Rafifa 1206211940

Hikmah Dyah Permata Sari 1206211726

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia

2014

Page 2: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Analisis Peraturan Perundang-undangan K3 terkait Kasus Kecelakaan

Konstruksi Jembatan Taman Ismail Marzuki” yang diajukan untuk memenuhi

tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Peraturan Perundang-undangan K3.

Makalah ini berisi tentang analisis kasus robohnya jembatan TIM yang sedang

dalam masa pembangunan terhadap peraturan perundang-undangan K3 terkait.

Kami  menyadari bahwa makalah  ini masih banyak kesalahan dan

kekurangan. Namun demikian, banyak pula pihak yang telah membantu  dengan

menyediakan dokumen atau sumber informasi, memberikan masukan pemikiran

sehingga kami mengucapkan terima kasih, khususnya kepada dosen mata kuliah

Perundang-undangan K3, Dr. Robiana Modjo, SKM, M.Kes. Oleh karena itu,

kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah

ini di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami

pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Depok, 11 Desember 2014

Penyusun

i

Page 3: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

Bab 1 Pendahuluan ..................................................................................................1

1.1 Paparan Kasus ................................................................................................1

1.2 Permasalahan yang Diangkat..........................................................................5

Bab 2 Pembahasan ..................................................................................................7

2.1 Kondisi Jembatan yang Tidak Aman..............................................................7

2.2 Izin Mendirikan Bangunan Belum Terpenuhi…..........................................12

2.3 Minimnya Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Pekerja…................16

Bab 3 Rekomendasi................................................................................................20

Daftar Pustaka .......................................................................................................22

Lampiran…............................................................................................................24

ii

Page 4: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Paparan Kasus

Ambruknya jembatan penghubung antara gedung perpustakaan dan gedung arsip di

kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta terjadi pada Jumat pagi, 31 Oktober 2014.

Berikut beberapa artikel di media massa yang memberitakan kasus tersebut:

1. Artikel dari situs Tempo.co

Jembatan Gedung Arsip TIM Runtuh, 4 Pekerja Tertimbun

TEMPO.CO, Jakarta - Petugas pemadam kebakaran hingga Jumat siang, 31 Oktober 2014 masih melakukan evakuasi di reruntuhan jembatan Gedung Arsip Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Diduga, terdapat empat pekerja yang tertimbun reruntuhan jembatan.

Petugas menemukan dua korban tewas dan masih mencari dua lainnya yang diduga masih tertimbun. "Belum tahu jumlah total korban tewas. Tapi dugaan sementara, ada empat orang yang tertimbun," kata Kepala Polisi Resor Jakarta Pusat Komisaris Besar Hendro Pandowo di lokasi.

Pada Jumat pagi tadi, jembatan penghubung Gedung Arsip TIM ambruk. Berdasarkan penyelidikan sementara polisi, jembatan yang baru dicor pada Kamis sore, 30 Oktober 2014, diduga rubuh karena kayu penyangganya patah. 

"Beberapa pekerja yang baru bangun tidur tadi pagi sedang duduk-duduk di bawah jembatan itu," kata Hendro. Tak lama, sejumlah kayu penyangga jembatan berderak dan patah. Adonan cor yang masih basah langsung mengguyur dan menimbun sejumlah pekerja. Akibatnya, lima orang mengalami luka-luka, sedangkan empat lainnya hilang.

Hingga siang ini, petugas sudah mengangkat dua korban meninggal dan membawanya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dua pekerja lainnya, kata Hendro, diyakini masih tertimbun. "Tapi seorang lagi belum diketahui apakah masih tertimbun atau memang sedang tidak di lokasi."

Di lokasi, puluhan petugas pemadam kebakaran tampak masih membersihkan puing-puing dari material seperti kayu dan besi. "Ini kami bersihkan dulu puing-puingnya, baru nanti dibantu alat berat," ujar petugas pemadam kebakaran.

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/10/31/083618530/Jembatan-Gedung-Arsip-TIM-Runtuh-4-Pekerja-Tertimbun-

1

Page 5: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Jembatan TIM Rubuh, Pengawas: Tak Ada Pelanggaran

TEMPO.CO, Jakarta - Pengawas proyek gedung arsip DKI Jakarta PT Cipta Rancang Mandiri mengklaim tidak ada pelanggaran prosedur dalam pengerjaan konstruksi jembatan penghubung antara gedung arsip dengan perpustakaan daerah di Taman Ismail Marzuki (TIM). Jembatan itu ambruk pada Jumat pagi, 31 Oktober 2014, dan menimpa sejumlah pekerja. "Semua sudah sesuai prosedur," kata Fredi Rahadian pengawas proyek ini di Taman Ismail Marzuki, Jumat, 31 Oktober. 

Fredi menuturkan, sebetulnya pihak pengawas proyek sempat marah kepada pelaksana proyek karena jalanan di bawah lokasi pengecoran yang menghubungkan kampus Institut Kesenian Jakarta tetap digunakan untuk lalu-lalang. "Kami menegur pemborong, seharusnya jalanan ditutup sementara saat pengecoran karena khawatir mengganggu struktur," kata Fredi.

Namun, Fredi enggan berspekulasi. "Kami belum bisa memastikan apa yang menyebabkan struktur rusak hingga ambruk." Bisa saja, ujar Fredi, jembatan ambruk karena getaran kendaraan yang lewat di bawahnya. Apalagi, dia mendengar keterangan bahwa sejumlah truk sempat lalu lalang usai jembatan itu dicor. "Tunggu hasil penyelidikan polisi saja."

Saksi mata di lokasi menuturkan, struktur jembatan setinggi 9 meter dan panjang 12 meter itu ambruk setelah sehari sebelumnya dicor. "Sebelum kejadian ada empat orang yang naik ke atas jembatan untuk mengecek," kata Supri, 35 tahun, salah satu pekerja di lokasi. Tak lama setelah keempatnya naik, kayu penyangga di bawah jembatan patah. "Langsung terdengar suara bergemuruh."

Jembatan yang belum terhubung sepenuhnya dengan lantai 1 gedung perpustakaan itupun ambruk. Nahas, di bawahnya ada beberapa pekerja yang sedang duduk-duduk. Mereka baru bangun tidur dan hendak memulai pekerjaan. Empat orang pekerja, Ucup, Arden, Harno, Budi, dan 5 orang lainnya tertimbun reruntuhan. (Baca: Jembatan Gedung Arsip TIM Runtuh, 4 Pekerja Tertimbun).

Lima orang pekerja berhasil diselamatkan. Namun, Ucup dan Arden tewas, sedangkan Harno dan Budi diduga masih tertimbun material proyek. Hingga Jumat siang puluhan petugas pemadam kebakaran masih melakukan penggalian reruntuhan menggunakan bor.

Sejalan dengan proses evakuasi yang masih berlangsung, kepolisian resor Jakarta Pusat juga tengah memeriksa mandor dan pihak pengembang proyek.

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/10/31/214618589/Jembatan-TIM-Rubuh-Pengawas-Tak-Ada-Pelanggaran

2. Artikel dari situs MetroTVNews.com

Ambruknya Jembatan TIM, Polisi Periksa Pelaksana Proyek

Metrotvnews.com, Jakarta: Polres Metro Jakarta Pusat masih melakukan penyelidikan terhadap kasus ambruknya jembatan Perpustakaan Umum Daerah DKI di Taman Ismail

2

Page 6: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Marzuki (TIM). Selain memeriksa saksi, penyidik juga berencana memeriksa seluruh pihak pelaksana dan instansi terkait.

Pada Sabtu (1/11/2014), Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat AKB Tatan Dirsan menyatakan, "Sudah sembilan orang saksi yang kami minta keterangannya."

Sembilan saksi meliputi tujuh pekerja yang luput dari musibah dan dua dari anggota keluarga korban tewas. Penyidik pun tengah memperdalam berkas perkara dengan menghimpun pernyataan lima pekerja yang dirawat di RS PGI Cikini, Jakpus.

Menurut Tatan, pemeriksaan terhadap pelaksana proyek dan instansi pemerintah daerah dijadwalkan Senin (3/11/2014). "Dari sana barulah kita bisa melihat kasus lebih jauh tentang siapa yang harus bertanggung jawab secara hukum."

Materi pemeriksaan tersebut, lanjut dia, meliputi perizinan serta prosedur pengerjaan proyek. Bahkan, apabila ditemukan unsur kelalaian, penyidik selanjutnya akan menerapkan pasal pidana seperti diatur dalam Pasal 359 dan 360 KUHP.

"Untuk siapa tersangka, itu masih jauh karena belum semua kami periksa. Kita harus mengumpulkan semua keterangan dan informasi di lapangan," terang Tatan.

Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Pemprov DKI Agus Suradika menuturkan jembatan tersebut dibangun sebagai sarana penghubung antara gedung arsip lama dan gedung arsip baru yang akan dibuatkan delapan lantai.

"Pelaksana proyek adalah PT Sartonia Agung, dengan konsultan pengawas PT Cipta Rancang Mandiri, dan konsultan perencana PT Citra Murni Semesta. Mengenai penyebab musibah, kami serahkan kepada polisi," katanya.

Seluruh konstruksi jembatan penghubung dan pembangunan gedung arsip delapan lantai menelan anggaran Rp23,9 miliar. Bahkan, pengerjaan proyek ini pun dinilai terlalu terburu-buru karena baru dimulai awal September 2013, tapi wajib rampung pertengahan Desember tahun ini.

Dugaan adanya kelalaian dibantah Fredy Rahardian selaku konsultan pengawas proyek dari PT Cipta Rancang Mandiri. Menurutnya semua prosedur sudah dipenuhi dan bahkan dilakukan pengecekan ulang beton cair ditumpahkan.

"Kami masih menyelidiki juga kenapa bisa terjadi seperti ini. Karena, pengawas kami telah mengecek dulu dan sudah memenuhi (prosedur)," jelas dia.

Terkait dengan sanggahan dari pihak pelaksana, imbuh Tatan, tidak menjadi persoalan. Pasalnya, penyidik pun belum menyimpulkan benang merah perkara. "Silakan saja (membantah), tapi kan penyelidikan sedang proses. Nanti kita lihat perkembangannya karena penyidik tidak mengejar pengakuan, melainkan bukti penyelidikan," tandasnya.

Ambruknya jembatan perpustakaan terjadi pukul 06.00, Jumat (31/10/2014). Empat dari

3

Page 7: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

sembilan pekerja tewas di lokasi perkara setelah terjatuh dan terkubur beton cair seberat 136 ton. Mereka adalah Harno, 40, Budi Utomo, 25, Nur Ucup, 38, dan Arden, 17. Adapun lima korban lain Wanto selaku mandor proyek, Harto, Agung, Imam, dan Bayu, masih menjalani perawatan. 

Sumber: http://news.metrotvnews.com/read/2014/11/01/313017/ambruknya-jembatan-tim-polisi-periksa-pelaksana-proyek

3. Artikel dari situs Detiknews

Korban Tewas dan Luka Akibat Jembatan Roboh di TIM dapat Santunan dari Pengembang

Jakarta - 4 Orang korban tewas akibat runtuhnya jembatan penghubung antara gedung perpustakaan dan gedung arsip DKI Jakarta di Kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) dipastikan akan mendapatkan santunan. Tak hanya korban tewas, korban luka juga dipastikan akan mendapat jaminan perawatan hingga sembuh kembali.

"Korban yang meninggal dapat santunan Rp 35 juta, sementara korban yang luka-luka dirawat sampai sembuh," ujar Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DKI Jakarta Agus Suradika, saat dikonfirmasi, Senin (3/11/2014).

Santunan tersebut, menurut Agus diberikan oleh pihak pengembang, yaitu PT Sartonia Agung. Sebab gedung tersebut masih menjadi tanggung jawab pihak pengembang dan belum diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta.

"Semua masih tanggung jawab pengembang, jadi santunannya berasal dari mereka," ujarnya.

Menurut Agus, keempat korban tewas tersebut sebetulnya belum terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Namun pihak pengembang dipastikan akan tetap memberikan santunan tersebut.

Termasuk jika korban luka-luka memilih melanjutkan perawatan di kampung halaman, pihak pengembang tetap tidak akan lepas tangan. 3 Orang korban luka yang kini masih dirawat di RS PGI Cikini tersebut akan tetap diberikan jaminan perawatan.

"Pokoknya sampai sembuh," ucap Agus.

4 Orang korban tewas tersebut adalah Harno (40), Budi Utomo (25), Nur Ucup (38) dan Arden (17). Sementara korban luka adalah Wanto, Harto dan Agung. Proyek tersebut juga melibatkan PT Citra Murni Semesta sebagai perencana dan PT Citra Rancang Mandiri

sebagai pengawas.

Sumber: http://news.detik.com/read/2014/11/04/051407/2737955/10/korban-tewas-dan-

luka-akibat-jembatan-roboh-di-tim-dapat-santunan-dari-pengembang

4

Page 8: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

1.2 Permasalahan yang Diangkat

Dari beberapa artikel tentang rubuhnya jembatan di TIM ini, dapat dirumuskan

masalah terkait kasus sebagai berikut:

1. Apa yang terjadi? Jembatan penghubung antara Perpustakaan dengan Gedung Arsip

DKI Jakarta di Taman Ismail Marzuki (TIM) setinggi 9 meter dan panjang 12 meter

rubuh setelah dicor sehari sebelumnya. 

2. Kapan terjadi? Hari Jumat, 30 Oktober 2014 sekitar pukul 06.25

3. Di mana kejadian tersebut terjadi? Taman Ismail Marzuki (TIM), Menteng, Jakarta

Pusat

4. Siapa?

Pihak yang terkait:

a. PT Sertonia Agung sebagai pengembang

b. PT Citra Murni Semesta sebagai perencana

c. PT Citra Rancang Mandiri sebagai pengawas

Korban :

4 Orang korban tewas, yaitu Hamo (40 tahun), Budi Utomo (25 tahun), Nur Ucup (38

tahun) dan Arden (17 tahun) dan 5 orang luka berat.

5. Mengapa dapat terjadi?

1. Jembatan yang baru dicor sehari sebelumnya itu tidak ditopang steger atau tiang

beton pondasi di bagian tengah

2. Penyangga jembatan menggunakan kayu

3. Di bawah lokasi pengecoran yang menghubungkan kampus Institut Kesenian

Jakarta tetap digunakan untuk lalu-lalang sehingga tiang penopang

dikesampingkan

4. Kendaraan yang tetap berlalu-lalang di bawah konstruksi jembatan membuat

getaran yang menyebabkan bangunan tersebut goyah dan ambruk

5. Kelalaian dari Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B). Bangunan

jembatan penghubung tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB).

6. Proyek dijadwalkan selesai pada tanggal 15 Desember 2014, proses pembangunan

jembatan ini terkesan terburu-buru karena tenggat waktu bersisa 2 bulan.

5

Page 9: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

6. Bagaimana kecelakaan terjadi?

Jembatan yang telah dicor pada pukul 22.00 tanggal 29 Oktober 2014 ambruk

keesokan harinya. Menurut saksi mata, pagi itu ada 4 orang pekerja yang naik ke atas

jembatan untuk mengecek. Tidak lama setelah itu terdengar suara keras yang berasal

dari patahan kayu penyangga jembatan, sehingga jembatan ambruk menimpa para

pekerja yang sedang duduk di bawah yang bersiap-siap untuk memulai pekerjaannya.

Para pekerja tersebut berada di bawah jembatan karena di bawah jembatan terdapat

tempat istirahat bagi pekerja. Para pekerja yang menjadi korban ternyata belum

terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

6

Page 10: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

BAB 2

PEMBAHASAN

Rubuhnya jembatan penghubung di kawasan TIM disebabkan oleh beberapa pokok

permasalahan yang telah diidentifikasi dalam rumusan masalah. Berikut analisis

permasalahan yang teridentifikasi menggunakan peraturan perundang-undangan K3 terkait.

2.1 Kondisi Jembatan yang Tidak Aman

Menurut berita terkait kasus jembatan Taman Ismail Marzuki, keadaan jembatan

tersebut sebelum kejadian baru selesai dicor sehari sebelumnya. Jembatan tersebut tidak

ditopang steger atau tiang beton pondasi di bagian tengah dikarenakan masih jalan di

bawahnya masih terdapat lalu-lalang kendaran. Hal ini menyebabkan getaran pada jembatan

yang pada akhirnya mengakibatkan jembatan ambruk. Selain masalah ambruknya jembatan,

saat kejadian tersebut terdapat pekerja yang sedang beristirahat tepat di bawah jembatan.

Kejadian tersebut mengakibatkan 4 pekerja tewas dan 5 pekerja luka-luka.

Terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

permasalahan tersebut, yaitu:

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Lokasi pekerjaan memiliki risiko bahaya yang tinggi sehingga perlu diterapkan

syarat-syarat keselamatan kerja. Hal tersebut dimuat didalam pasal 3 terkait

syarat-syarat keselamatan kerja.

Pasal 3: Syarat-syarat Keselamatan Kerja

(1) mencegah dan mengurangi kecelakaan;

(2) memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

(3) memberi pertolongan pada kecelakaan;

(4) memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

(5) mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

7

Page 11: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

(6) mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan

penyimpanan barang;

(7) menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Jembatan yang baru dicor sehari sebelumnya tidak ditopang steger atau tiang

beton pondasi dibagian tengah karena masih digunakan lalu lalang kendaran

dibawahnya sehingga menyebabkan getaran pada jembatan hingga akhirnya

ambruk. Dibutuhkan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan yang ada. Hal

tersebut dimuat dalam pasal 5 mengenai pengawasan.

Pasal 5: Pengawasan

(1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini,

sedangkan para pegawai pengawas kerja ditugaskan menjalankan

pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan

membantu pelaksanaannya.

(2) Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli

keselamatan kerja dalam melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan

peraturan perundangan.

Pekerja beristirahat tepat dibawah jembatan dimana tempat istirahat tersebut

memiliki risiko bahaya yang tinggi karena jembatan tidak ditopang steger atau

tiang beton pondasi di bagian tengah jembatan dan masih digunakan sebagai

sarana lalu-lalang kendaraan. Hal ini menyebabkan getaran pada jembatan hingga

akhirnya ambruk dan menimpa pekerja. Dibutuhkan penjelasan terkait bahaya dan

risiko yang ada di tempat kerja kepada pekerja dan hal terkait keamanan lainnya

untuk pekerja. Hal tersebut dimuat dalam pasal 9 mengenai pembinaan:

Pasal 9: Pembinaan

(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga

kerja baru tentang:

8

Page 12: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul

dalam tempat kerjanya;

b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan

dalam semua tempat kerjanya;

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya

Ambruknya jembatan yang menimpa pekerja mengakibatkan luka dan kematian

pada pekerja konstruksi jembatan penghubung di kawasan Taman Ismail Marzuki.

Hal tersebut dimuat dalam pasal 11 mengenai kecelakaan.

Pasal 11: Kecelakaan

(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam

tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri

Tenaga Kerja.

(2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud

dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.

Lokasi pekerjaan memiliki risiko bahaya yang tinggi karena jembatan yang baru

dicor sehari sebelumnya tidak ditopang steger atau tiang beton pondasi di bagian

tengah dan jalanan di bawahnya masih dilewati kendaran. Ditambah lagi dengan

para pekerja yang beristirahat di bawah jembatan tersebut. Ada beberapa hal yang

diatur terkait keselamatan di tempat kerja pada pasal 12 mengenai kewajiban dan

hak kerja.

Pasal 12: Kewajiban dan Hak Kerja

(1) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan

yang diwajibkan;

(2) Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan dan

kesehatan yang diwajibkan;

9

Page 13: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

(3) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan

dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh

pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-

jawabkan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Ambruknya jembatan mengakibatkan kematian dan luka pada pekerja konstruksi

jembatan Taman Ismail Marzuki sehingga pekerja berhak memperoleh jaminan

sosial tenaga kerja sesuai dengan peraturan yang ada. Hal tersebut dimuat dalam

bagian ketiga tentang kesejahteraan pada pasal 99:

Pasal 99: Kesejahteraan

(1) Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan

sosial tenaga kerja.

(2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Permenaker No. 01/MEN/1980/, K3 pada Konstruksi. Bangunan

Pasal 1 : Ketentuan Umum

(1) Perancah (Scaffold) ialah bangunan peralatan (platform) yang dibuat

untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-

bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk

pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran.

Pada kasus tersebut disebutkan bahwa jembatan tidak diberikan

pola/penyangga/perancah (scaffold) bagian tengah sehingga menyebabkan

jembatan tersebut ambruk.

10

Page 14: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Pasal 3: Ketentuan Umum

(1) Pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan pencegahan

atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap

tenaga kerjanya.

Kasus menyebutkan terdapat 4 korban jiwa dan 5 orang mengalami luka berat

dalam peristiwa tersebut dan belum ada aturan yang mengikat hal tersebut.

Pasal 13 : Tentang Perancah

(1) Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat sehingga dapat

menahan dengan aman tenaga kerja, peralatan dan bahan yang dipergunakan.

(2) Lantai perancah harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2

meter.

Ambruknya jembatan TMI disebabkan oleh tidak tersedianya perancah oleh

pihak konstruksi yang dapat menahan beban jembatan yang baru dicor.

Pasal 9 : Tentang Tempat Kerja Dan Alat-Alat Kerja

Kebisingan dan getaran di tempat kerja tidak boleh melebihi ketentuan Nilai

Ambang Batas (NAB) yang berlaku.

Salah satu penyebab ambruknya jembatan TIM adalah karena besarnya arus

kendaraan dari bawah sehingga menimbulkan getaran yang menyebabkan tiang

penahan jembatan roboh.

Pasal 11 : Tentang Tempat Kerja Dan Alat-Alat Kerja

Tindakan harus dilakukan untuk mencegah bahaya terhadap orang yang

disebabkan oleh runtuhnya bagian yang lemah dari bangunan darurat atau

bangunan yang tidak stabil.

Dalam kasus ambruknya jembatan TIM ini tidak terlihat upaya pencegahan

sebelumnya dari pihak konstruksi baik itu dari segi material (tiang) yang ambruk

maupun pekerjanya yang meninggal.

11

Page 15: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

4. Undang-Undang (UU) 1948 No. 12. (12/1948) tentang Pekerjaan

Pasal 10

(3) Tiap-tiap minggu harus diadakan sedikit-sedikitnya satu hari istirahat.

Hal ini sudah dilakukan oleh pihak konstruksi, hanya saja yang menjadi

permasalahan adalah penyediaan tempat istirahat bagi pekerja yang belum

diperhatikan.

Pasal 10

(4) Dalam Peraturan Pemerintah akan ditetapkan pekerjaan yang berbahaya

bagi kesehatan atau keselamatan buruh termaksud pada pekerjaan

konstruksi.

Pekerjaan pada konstruksi pembuatan merupakan salah satu pekerjaan yang

ditetapkan sebagai pekerjaan berbahaya baik dari segi kesehatan maupun

keselamatan.

2.2 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang Belum Terpenuhi

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah perizinan yang mutlak dimiliki oleh pemilik

bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat

bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB

diberikan oleh Kepala Daerah melalui Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B)

kepada pemilik bangunan yang merupakan penanggung jawab dari Pihak Pengembang, Pihak

Perencana, dan Pihak Pengawas. Sebagai sebuah produk hukum, IMB mutlak dimiliki

pemilik bangunan untuk menjamin ketertiban, keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan

kepastian hukum. Sesuai dengan Perda DKI No. 7 Tahun 2010, IMB diterbitkan sebagai

persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung sesuai dengan fungsi dan

klasifikasi bangunan gedung (Pasal 15 ayat (2). IMB ini dapat bersifat tetap ataupun

sementara dan dapat diberikan secara bertahap (Pasal 16 ayat (1).

Keuntungan bagi Pemilik Bangunan yang telah memiliki IMB adalah adanya

penggantian yang layak jika ada perubahan peruntukan lokasi dari yang sebelumnya telah

ditetapkan melalui RTRW, RDTR, peraturan zonasi, dan/atau panduan rancang kota. Selain

itu, Pemilik Bangunan juga akan memiliki nilai jual bangunan yang lebih tinggi serta jaminan

12

Page 16: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

kredit dari bank. Pemilik Bangunan juga berkesempatan untuk mendapatkan peningkatan

status tanah.

Izin mendirikan bangunan (IMB) merupakan salah satu izin yang vital diperlukan

sebuah kegitan konstruksi. Izin ini perlu dimiliki sebelum kegiatan konstruksi berlangsung.

Adanya izin ini berguna agar kegiatan konstruksi turut diawasi pemerintah sehingga dapat

lebih aman dan selamat mengingat kegiatan konstruksi berhubungan langsung dengan

kenyamanan dan keselamatan masyarakat umum. Sementara itu dalam IMB juga akan tertulis

standar keamanan gedung yang akan digunakan kelak. Keberadaan IMB akan menjamin

paling tidak secara teknis gedung yang dibangun akan lebih aman bagi orang-orang

disekitarnya.

Pada pembangunan jembatan TIM ini pengembang belum memiliki IMB. Upaya

mengurus IMB dilakukan secara paralel dengan pembangunan jembatan. Hal ini tidak tepat

dengan Peraturan Daerah DKI No. 7 tahun 2010 tentang Bangunan Gedung utamanya pada

pasal 11, 15, dan 16. Berikut isi dari pasal-pasal dalam Perda terkait:

Perubahan Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung

Pasal 11

(1) Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung diusulkan oleh pemilik

dalam bentuk rencana teknis bangunan gedung sesuai dengan peruntukan

lokasi yang diatur dalam RTRW, RDTR, peraturan zonasi, dan/atau panduan

rancang kota.

(2) Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung harus diikuti dengan

pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan

gedung dan ditetapkan dalam IMB.

IMB

Pasal 15

(1) Setiap orang yang akan mendirikan bangunan wajib memiliki IMB.

(2) IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan atas setiap perencanaan

teknis bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan administratif dan

persyaratan teknis bangunan gedung sesuai dengan fungsi dan klasifikasi

bangunan gedung.

13

Page 17: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Pasal 16

(1) IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dapat bersifat tetap atau

sementara dan dapat diberikan secara bertahap.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sifat dan tahapan IMB sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

Kejadian robohnya konstruksi jembatan TIM yang baru saja mau dibangun

menimbukkan spekulasi bahwa terdapat ketidaksesuaian teknis pembangunan. Hal ini muncul

karena bangunan ini belum memiliki IMB sehingga tidak jelas apakah bangunan secara teknis

memenuhi standar atau tidak. Sesuai dengan peraturan, Pemilik Bangunan dapat dikenai

sanksi yang diatur oleh Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2005, yaitu berupa sanksi

administratif. Sanksi tersebut berjenjang sesuai dengan peringatan dan masa peringatan

diberikan, tercantum dalam pasal 113, yaitu:

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan pembangunan;

c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan;

d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung;

e. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung;

f. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung;

g. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung;

h. pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; atau

i. perintah pembongkaran bangunan gedung.

Jika peringatan-peringatan tidak dihiraukan namun pembangunan tetap berjalan, maka

Pasal 114 hingga Pasal 115 ayat (2) berlaku sebagai berikut.

Pasal 114, ayat (2)

Pemilik bangunan gedung yang tidak mematuhi peringatan tertulis sebanyak 3

(tiga) kali berturut-turut dalam tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh) hari

kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa pembatasan kegiatan

pembangunan.

14

Page 18: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Pasal 114 ayat (3)

Pemilik bangunan gedung yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukan

perbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan

sanksi berupa penghentian sementara pembangunan dan pembekuan izin

mendirikan bangunan gedung.

Pasal 114 ayat (4)

Pemilik bangunan gedung yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) selama 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukan

perbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan

sanksi berupa penghentian tetap pembangunan, pencabutan izin mendirikan

bangunan gedung, dan perintah pembongkaran bangunan gedung.

Pasal 115 ayat (1)

Pemilik bangunan gedung yang melaksanakan pembangunan bangunan

gedungnya melanggar ketentuan Pasal 14 ayat (1) dikenakan sanksi penghentian

sementara sampai dengan diperolehnya izin mendirikan bangunan gedung.

Pasal 115 ayat (2)

Pemilik bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan gedung

dikenakan sanksi perintah pembongkaran.

Sesuai dengan peraturan di atas, menurut Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2005

Pasal 15 ayat (1), Pemilik Bangunan harus segera mengurus IMB. Pemilik Bangunan yang

akan mengurus permohonan perizinan IMB harus melengkapi persyaratan dengan:

a. Tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian

pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11;

b. Data pemilik bangunan gedung;

c. Rencana teknis bangunan gedung; dan

d. Hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang

menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

15

Page 19: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Untuk itu, Pemilik Bangunan bersama dengan Ahli Teknis Bangunan harus membuat

rencana teknis bangunan gedung yang sesuai dengan konstruksi bangunan gedung yang akan

didirikan.

2.3 Minimnya Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Pekerja

Pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan yang memiliki risiko tinggi terhadap berbagai

bahaya, terutama bahaya fisik. Melihat dari tingginya risiko ini, setiap penyelenggara

pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan,

dan kesehatan kerja (K3). Kementerian Pekerjaan Umum telah menegaskan dalam Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014, bahwa setiap pekerjaan konstruksi harus

membangun Sistem Manajemen K3 (SMK3) di area konstruksinya. Penerapan SMK3

Konstruksi ini ditetapkan berdasarkan potensi bahaya, di mana:

a. Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat berbahaya dan/atau

mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai kontrak diatas

Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah) yang harus melibatkan Ahli K3

Konstruksi (dapat mensyaratkan sertifikasi K3 Konstruksi).

b. Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya dan/atau

mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau nilai kontrak

dibawah Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah) yang harus melibatkan

Petugas K3 Konstruksi.

Di area konstruksi jembatan, Ahli K3 Konstruksi yang mendapatkan wewenang

mengawasi SMK3, harus berkoordinasi dengan Penyedia Jasa Konstruksi untuk melakukan

pengendalian risiko K3 Konstruksi, yang meliputi tempat kerja, peralatan kerja, cara kerja,

alat pelindung kerja, alat pelindung diri (APD), rambu-rambu, dan lingkungan kerja

konstruksi sesuai dengan RK3K (Pasal 19 poin (j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 05/PRT/M/2014). Berdasarkan informasi yang telah didapat, salah satu permasalahan

yang menyebabkan jembatan rubuh adalah kurang kuatnya struktur penyangga jembatan

setelah jembatan dilakukan pengecoran. Pengecoran beton menyebabkan beban horizontal

jembatan menjadi lebih berat. Didorong oleh masih dibukanya akses keluar masuk kendaraan

di bawah jembatan, getaran yang dihasilkan kendaraan kemudian meningkatkan tingkat

kerapuhan penopang jembatan sehingga menjadi pemicu rubuhnya jembatan.

Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab untuk memberi rambu peringatan atau

rambu informasi untuk menutup akses bagi kendaraan. Pemberian rambu ini termasuk dalam

16

Page 20: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

langkah administratif dalam hierarki pengendalian risiko, yang akan menurunkan tingkat

probabilitas terjadinya kerugian.

2.4 Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Pekerja

Setiap pekerja memiliki hak atas jaminan sosial. Jaminan sosial yang dimaksud,

menurut Undang-undang RI No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja pasal 6,

meliputi jaminan atas kesehatan, kematian, kecelakaan, dan hari tua. Setiap pekerja tidak

terkecuali mereka yang bekerja sebagai buruh berhak atas jaminan sosial ini. Hal ini tertuang

pada UU Undang-undang Republik Indonesia No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

pasal 99 yang berbunyi:

Kesejahteraan

Pasal 99

(1) Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial

tenaga kerja.

(2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keadaan pada saat kecelakaan konstruksi jembatan TIM terjadi ialah setiap pegawai tidak

diberikan jaminan sosial. Kecelakaan ini mengakibatkan empat (4) orang tewas dan lima (5)

orang luka sehingga perlu dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan. Dikarenakan pegawai

belum memiliki jaminan sosial akhirnya sebagai bentuk pertanggung jawaban pengembang

ialah membiayai seluruh perawatan dan juga memberikan santunan kepada keluarga korban

tewas sebanyak Rp. 35.000.000,00. Hal ini untuk mengganti jaminan sosial yang menutup

hal-hal terkait kecelakaan yang merujuk pada UU RI No.3 tahun 1992 tentang Jaminan

Sosial Tenaga Kerja pasal 9, yaitu:

Pasal 9

Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) meliputi :

a. biaya pengangkutan;

b. biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan;

c. biaya rehabilitasi;

d. santunan berupa uang yang meliputi :

1. santunan sementara tidak mampu bekerja;

17

Page 21: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

2. santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;

3. santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental;

4. santunan kematian.

Kebijakan yang diambil pihak pengembang ini cukup bertanggung jawab. Pengembang

telah menerapkan semaksimal mungkin kontrak yang ada dan Undang-undang No.29 tahun

2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pasal 23 poin c, yaitu:

Pasal 23 poin (c)

Pertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi meliputi :

1) jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang berkaitan

dengan pembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan,

tenaga kerja, tuntutan pihak ketiga dan kegagalan bangunan;

2) pertanggungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) memuat :

a. nilai jaminan;

b. jangka waktu pertanggungan;

c. prosedur pencairan; dan

d. hak dan kewajiban masing-masing pihak; dan

3) Dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kontrak

kerja konstruksi, pengguna jasa dapat mencairkan dan selanjutnya

menggunakan jaminan dari penyedia jasa sebagai kompensasi pemenuhan

kewajiban penyedia jasa;

Kejadian ini juga memperlihatkan kelalaian pemerintah (sebagai pembuka lelang)

yang mana tidak menerapkan pelelangan umum sesuai dengan standar yang berlaku. Seperti

yang tertera pada Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah pasal 1 poin 23 bahwa peserta pelelangan umum ialah metode pemilihan

penyedia barang/pekerjaan/konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti

oleh semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi syarat. Dalam

syarat diperlukan sebuah dokumen dari penawar yang berisikan semua spesifikasi teknis

maupun non-teknis yang diperlukan salah satunya ialah jaminan sosial. Rincian dokumen dan

syarat untuk penawar di jasa konstruksi dapat dilihat pada Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum no. 07 tahun 2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan

Jasa Konsultansi (Lampiran buku 03A : Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi

18

Page 22: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

(Pelelangan Umum/ Pemilihan Langsung) Pascakualifikasi Metode Satu Sampul dan

Evaluasi Sistem Gugur Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan, bab 10, poin 4.5).

19

Page 23: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

BAB 3

PENUTUP

Rubuhnya jembatan penghubung di kawasan TIM disebabkan oleh beberapa pokok

permasalahan yang sebenarnya dapat dicegah. Setelah dilakukan analisis, terdapat beberapa

rekomendasi yang dapat diberikan terkait dengan kasus rubuhnya jembatan penghubung di

kawasan Taman Ismail Marzuki, yaitu:

1. Pihak pemilik dan pengembang perlu mengurus IMB terlebih dahulu sehingga

paling tidak ada peran pemerintah yang turut mengawasi dan memastikan bahwa

standar bangunan sudah memadai. Pihak pemilik dan pengembang perlu

memerhatikan kembali Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45 tahun 2007

tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara dalam

mempersiapkan dan melakukan proses konstruksi sehingga setiap prosesnya

menjadi tepat dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan. Selain itu pemerintah

juga perlu dengan tegas menerapkan aturan IMB ini agar lebih tertib. Robohnya

jembatan ini akhirnya tidak hanya merugikan pemilik dan pengembang namun

juga merugikan masyarakat umum sekitarnya.

2. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No.13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan pihak pengembang harus memastikan jaminan sosial yang

dimiliki pekerja. Hal ini sebagai asuransi bagi pekerja, disisi lain untuk

mengurangi beban perusahaan apabila terjadi kecelakaan.

3. Untuk pemerintah maupun lembaga yang hendak melakukan pelelangan ialah

untuk lebih memperhatikan proses dan tegas menerapkan aturan karena kelalaian

yang mungkin dianggap kecil nantinya dapat merugikan masyarakat sekitar

terutama terkait masalah administratif.Memberikan tempat istirahat pekerja di

tempat yang jauh dari risiko bahaya

4. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab untuk memberi rambu peringatan

atau rambu informasi untuk menutup akses bagi kendaraan. Pemberian rambu ini

termasuk dalam langkah administratif dalam hierarki pengendalian risiko, yang

akan menurunkan tingkat probabilitas terjadinya kerugian

20

Page 24: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

5. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2005 Pasal 15 ayat (1),

Pemilik Bangunan harus segera mengurus IMB jika hendak melaksanakan sebuah

proyek pembangunan. Pemilik Bangunan bersama dengan Ahli Teknis Bangunan

harus membuat rencana teknis bangunan gedung yang sesuai dengan konstruksi

bangunan gedung yang akan didirikan

6. Memberlakukan sistem larangan lewat untuk kendaraan tertentu pada tempat

lokasi kerja

7. Melakukan pengawasan rutin pada lokasi kerja

8. Meninjau ulang dan mengevaluasi penerapan peraturan terkait K3 yang ada di

tempat kerja

21

Page 25: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous 2014, ‘Pemprov DKI Endus Pelanggaran di Kecelakaan Jembatan TIM, Jawa Pos National Network,

http://www.jpnn.com/read/2014/11/04/267708/PemprovDKIEndusPelanggarandiKecelakaanJembatanTIM [11 Desember 2014]

Eksa, G 2014, ‘Ambruknya Jembatan TIM, Polisi Periksa Pelaksana Proyek’, MetroTVNews.com, http://news.metrotvnews.com/read/2014/11/01/313017/ambruknya-jembatan-tim-polisi-periksa-pelaksana-proyek [11 Desember 2014]

Khafifah, N 2014, ‘Korban Tewas dan Luka Akibat Jembatan Roboh di TIM dapat Santunan dari Pengembang’, Detik.com,http://news.detik.com/read/2014/11/04/051407/2737955/10/korbantewasdanlukaakibatjembatanrobohditimdapatsantunandaripengembang [11 Desember 2014]

Kementerian Pekerjaan Umum 2014, Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, http://pu.go.id/uploads/services/infopublik20140617140809.pdf. [11 Desember 2014]

Naibaho, D.F.G. 2012, Evaluasi Kepatuhan Kontraktor terhadap Penerapan Peraturan-peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Bangunan Instalasi, http://www.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2012/11/15008063-Dwi-Friska-G-Naibaho.pdf. [ 11 Desember 2014]

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07 tahun 2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01 Tahun 1980 Tentang K3 pada Konstruksi Bangunan

Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Undang-Undang No. 12 tahun 1948 tentang Pekerjaan

Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

22

Page 26: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-undang No.29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Utama, P 2014, ‘Jembatan TIM Rubuh, Pengawas: Tak Ada Pelanggaran’, Tempo.co, http://www.tempo.co/read/news/2014/10/31/214618589/Jembatan-TIM-Rubuh-Pengawas-Tak-Ada-Pelanggaran [11 Desember 2014]

Utama, P 2014, ‘Jembatan Gedung Arsip TIM Runtuh, 4 Pekerja Tertimbun’, Tempo.co, http://www.tempo.co/read/news/2014/10/31/083618530/Jembatan-Gedung-Arsip-TIM-Runtuh-4-Pekerja-Tertimbun- [11 Desember 2014]

23

Page 27: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

LAMPIRAN

Matriks Analisis Peraturan Perundang-undangan K3 dalam Kasus Kecelakaan Konstruksi Jembatan TIM

No. Peraturan Terkait Substansi Analisis Kejadian Kasus1 UU No. 1 Tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja

Pasal 3: Syarat-syarat Keselamatan Kerja

mencegah dan mengurangi kecela- kaan;

memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadiankejadian lain yang berbahaya;

memberi pertolongan pada kecelakaan;

memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang;

menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Lokasi pekerjaan memiliki risiko bahaya yang tinggi sehingga perlu diterapkan syarat-syarat keselamatan kerja.

2 UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Pasal 5: Pengawasan(1) Direktur melakukan pelaksanaan

umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.

(2) Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan

Jembatan yang baru dicor sehari sebelumnya tidak ditopang steger atau tiang beton pondasi dibagian tengah karena masih digunakan lalu lalang kendaran dibawahnya sehingga menyebabkan getaran pada jembatan hingga akhirnya ambruk.

24

Page 28: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

ahli keselamatan kerja dalam melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.

3 UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Pasal 9: Pembinaan(2) Pengurus diwajibkan

menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang:

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;

b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam semua tempat kerjanya;

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya

Pekerja beristirahat tepat dibawah jembatan dimana tempat isitrahat tersebut memiliki risiko bahaya yang tinggi, karena jembatan tidak ditopang streger atau tiang beton pondasi dibagian tengah jembatan karena masih digunakan lalu lalang kendaraan, sehingga menyebabkan getaran pada jembatan hingga akhirnya ambruk dan menimpa pekerja.

4 UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Pasal 11: Kecelakaan(1) Pengurus diwajibkan

melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

(2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.

Ambruknya jembatan mengakibatkan luka dan kematian pada pekerja konstruksi jembatan Taman Ismail Marzuki.

5 UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Pasal 12: Kewajiban dan Hak Kerja(4) Memenuhi dan mentaati semua

syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan;

(5) Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan;

Memiliki risiko bahaya yang tinggi:- Jembatan yang baru

dicor sehari sebelumnya tidak ditopang steger atau tiang beton fondasi dibagian tengah karena

25

Page 29: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

(6) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-jawabkan.

masih digunakan lalu lalang kendaran dibawahnya.

- Tempat istirahat pekerja dibawah jembatan.

6 Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003TentangKetenagakerjaan

Bagian Ketiga: KesejahteraanPasal 99

(1) Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.

(2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ambruknya jembatan mengakibatkan kematian dan luka pada pekerja konstruksi jembatan Taman Ismail Marzuki sehingga pekerja berhak memperoleh jaminan social tenaga kerja sesuai dengan peraturan yang ada.

7 Permenaker No. 01/MEN/1980/, K3 pada Konstruksi. Bangunan

Pasal 1 : Ketentuan Umum(e) Perancah (Scaffold) ialah bangunan

peralatan (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran.

Pada kasus tersebut disebutkan bahwa jembatan tidak diberikan pola/penyangga /perancah (Scaffold) bagian tengah sehingga menyebabkan jembatan tersebut ambruk.

8 Permenaker No. 01/MEN/1980/, K3 pada Konstruksi. Bangunan

Pasal 3: Ketentuan Umum(1) Pada setiap pekerjaan konstruksi

bangunan harus diusahakan pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya.

Kasus menyebutkan terdapat 4 korban jiwa dan 5 orang mengalami luka berat dalam peristiwa tersebut dan belum ada aturan yang mengikat hal tersebut.

9 Permenaker No. 01/MEN/1980/, K3 pada Konstruksi. Bangunan

Pasal 13 : Tentang Perancah(1) Perancah harus diberi lantai papan

yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan dengan aman tenaga

Ambruknya jembatan TMI disebabkan oleh tidak tersedianya perancah oleh pihak konstruksi yang dapat

26

Page 30: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

kerja, peralatan dan bahan yang dipergunakan.

(2) Lantai perancah harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter.

menahan beban jembatan yang baru dicor.

10 Permenaker No. 01/MEN/1980/, K3 pada Konstruksi. Bangunan

Pasal 9 : Tentang Tempat Kerja Dan Alat-Alat Kerja

Kebisingan dan getaran di tempat kerja tidak boleh melebihi ketentuan Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku.

Salah satu penyebab ambruknya jembatan TIM adalah karena besarnya arus kendaraan dari bawah sehingga menimbulkan getaran yang menyebabkan tiang penahan jembatan roboh.

11 Permenaker No. 01/MEN/1980/, K3 pada Konstruksi. Bangunan

Pasal 11 : Tentang Tempat Kerja Dan Alat-Alat Kerja

Tindakan harus dilakukan untuk mencegah bahaya terhadap orang yang disebabkan oleh runtuhnya bagian yang lemah dari bangunan darurat atau bangunan yang tidak stabil.

Dalam kasus ambruknya jembatan ini tidak terlihat upaya pencegahan sebelumnya baik itu dari segi material (tiang) yang ambruk maupun pekerjanya yang meninggal.

12 Undang-Undang (UU) 1948 No. 12. (12/1948) tentang Pekerjaan

Pasal 10(3) Tiap-tiap minggu harus diadakan

sedikit-sedikitnya satu hari istirahat.

Hal ini sudah dilakukan oleh pihak konstruksi, hanya saja yang menjadi permasalahan adalah penyediaan tempat istirahat bagi pekerja yang belum diperhatikan.

13 Undang-Undang (UU) 1948 No. 12. (12/1948) tentang Pekerjaan

Pasal 10(4) Dalam Peraturan Pemerintah akan

ditetapkan pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan ataukeselamatan buruh termaksud pada pekerjaan konstruksi

Pekerjaan pada konstruksi pembuatan merupakan salah satu pekerjaan yang ditetapkan sebagai pekerjaan berbahaya baik dari segi kesehatan maupun keselamatan.

14

Peraturan Daerah DKI No. 7 tahun 2010 tentang Bangunan Gedung

Pasal 11(1) Perubahan fungsi dan klasifikasi

bangunan gedung diusulkan oleh pemilik dalam bentuk rencana teknis bangunan gedung sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW, RDTR, peraturan zonasi, dan/atau panduan

Pembangunan jembatan di area TIM tersebut tidak memiliki Izin mendirikan Bangunan (IMB) sehingga perencanaan serta standar pembangunan tidak terdokumentasi dengan baik dan diragukan.

27

Page 31: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

rancang kota.(2) Perubahan fungsi dan klasifikasi

bangunan gedung harus diikuti dengan pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung dan ditetapkan dalam IMB.

Pasal 15(1) Setiap orang yang akan mendirikan

bangunan wajib memiliki IMB.(2) IMB sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diterbitkan atas setiap perencanaan teknis bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung sesuai dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung.

Pasal 16(1) IMB sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 ayat (1) dapat bersifat tetap atau sementara dan dapat diberikan secara bertahap.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sifat dan tahapan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

15

Undang-undang Republik Indonesia no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pasal 99(1) Setiap pekerja/buruh dan

keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.

(2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pekerja tidak mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja oleh perusahaan pengembang yang mempekerjakannya.

16

UU RI no.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Pasal 9Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

Jaminan kecelakaan kerja yang seharusnya didapatkan oleh pekerja melalui jaminan

28

Page 32: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Tenaga Kerja ayat (1) meliputi :a. biaya pengangkutan;b. biaya pemeriksaan, pengobatan,

dan/atau perawatan;c. biaya rehabilitasi;d. santunan berupa uang yang meliputi :1. santunan sementara tidak mampu

bekerja;2. santunan cacad sebagian untuk

selama-lamanya;3. santunan cacad total untuk selama-

lamanya baik fisik maupun mental;4. santunan kematian.

sosial. Namun karena pekerja tidak mendapatkan akhirnya hal-hal tersebut ditanggung pihak pengembang.

17

Undang-undang no.29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Pasal 23 poin CPertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi meliputi :1) jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang berkaitan dengan pembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan, tenaga kerja, tuntutan pihak ketiga dan kegagalan bangunan;2) pertanggungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) memuat :

a) nilai jaminan;b) jangka waktu

pertanggungan;c) prosedur pencairan; dand) hak dan kewajiban masing-

masing pihak; dan3) Dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kontrak kerja konstruksi, pengguna jasa dapat mencairkan dan selanjutnya menggunakan jaminan dari penyedia jasa sebagai kompensasi pemenuhan kewajiban penyedia jasa;

Pengembang tetap menepati kontrak dan bertanggung jawab pada pekerjanya dengan memberikan biaya perawatan pada pekerja dan juga santunan kematian.

18

Peraturan Presiden no. 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pasal 1 Ayat 23peserta pelelangan umum ialah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan/konstruksi/jasa

Pengembang yang tidak memberikan jaminan sosial tidak sesuai dengan syarat, hal ini dapat dilihat lebih

29

Page 33: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

Pemerintah lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi syarat.

lanjut pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 07 tahun 2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi namun dalam hal ini pemerintah yaitu Badan Perpustakaan dan Arsip Pemerintah Provinsi DKI.

19

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

Pasal 19 Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi

Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi meliputi:

(j) melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk inspeksi yang meliputi:

1. Tempat kerja;

2. Peralatan kerja;

3. Cara kerja;

4. Alat Pelindung Kerja;

5. Alat Pelindung Diri;

6. Rambu-rambu; dan

7. Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.

Area di bawah jembatan yang telah ditambah beban pengecoran masih dibuka untuk umum, padahal struktur penyangga jembatan masih rapuh.

20

Peraturan Daerah DKI No. 7 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung

Pasal 15

(1) Setiap orang yang akan mendirikan bangunan wajib memiliki IMB.

(2) IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan atas setiap perencanaan teknis bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung sesuai dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung.

Perizinan IMB belum terpenuhi oleh Pemilik Bangunan

21

Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2005

Pasal 15, ayat (1): "Setiap orang dalam mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan gedung

30

Page 34: Analisis Kasus Jembatan TIM Berdasarkan UU K3

tentang Pelaksanaan Undang-undang Bangunan Gedung

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) wajib melengkapi dengan:

a. tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11;

b. data pemilik bangunan gedung;

c. rencana teknis bangunan gedung; dan

d. hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

31