8
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-836302 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.3Agustus 2017 : 423-430 423 ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA Annissa Nabella 1* , Aliasuddin 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : [email protected] 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : [email protected] Abstract This study aimed to analyze the causal relationship between inflation and unemployment in Indonesia. The study uses Granger Causality model and data are biannually from 2005:01 to 2016: 02. The results show that the inflation significantly affects unemployment and otherwiseunemployment variable affectsinflation. Causality test results indicate bi-directional between inflation and unemployment in Indonesia in 2005 through 2016. Keywords: Inflation, Unemployment, Granger Causality. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas antara inflasi dan pengangguran di Indonesia.Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Granger Causalitydengan menggunakan data dalam bentuk semesteran dari tahun 2005:01 hingga tahun 2016:02.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi secara signifikan memengaruhi pengangguran dan begitu pula sebaliknya variabel pengangguran memegaruhi variabel inflasi.Hasil uji kausalitas menunjukkan adanya hubungan dua arah antara inflasi dan pengangguran di Indonesia pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2016. Kata Kunci : Inflasi, Pengangguran, Granger Causality. PENDAHULUAN Inflasi dan pengangguran merupakan dua permasalahan perekonomian yang dihadapi setiap negara, kedua permasalahan ini dapat mengakibatkan beberapa pengaruh buruk yang bersifat ekonomi, politik, maupun sosial.Dalam sebuah negara tingkat inflasi dan pengangguran merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Apabila tingkat inflasi dan pengangguran tinggi akan berdampak buruk bagi perekonomian di suatu negara yang akan memengaruhi kesejahteraan masyarakat. Inflasi masih menjadi masalah yang selalu dihadapi oleh setiap perekonomian tidak terkecuali Indonesia. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus. Hal ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Walaupun terjadi kenaikan barang-barang tersebut tidaklah secara bersamaan, yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu (Nopirin, 2009).

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-836302 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.3Agustus 2017 : 423-430

423

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA

Annissa Nabella1*, Aliasuddin2

1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : [email protected]

2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : [email protected]

Abstract

This study aimed to analyze the causal relationship between inflation and unemployment in Indonesia. The study uses Granger Causality model and data are biannually from 2005:01 to 2016: 02. The results show that the inflation significantly affects unemployment and otherwiseunemployment variable affectsinflation. Causality test results indicate bi-directional between inflation and unemployment in Indonesia in 2005 through 2016. Keywords: Inflation, Unemployment, Granger Causality.

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas antara inflasi dan pengangguran di Indonesia.Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Granger Causalitydengan menggunakan data dalam bentuk semesteran dari tahun 2005:01 hingga tahun 2016:02.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi secara signifikan memengaruhi pengangguran dan begitu pula sebaliknya variabel pengangguran memegaruhi variabel inflasi.Hasil uji kausalitas menunjukkan adanya hubungan dua arah antara inflasi dan pengangguran di Indonesia pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2016. Kata Kunci : Inflasi, Pengangguran, Granger Causality.

PENDAHULUAN

Inflasi dan pengangguran merupakan dua permasalahan perekonomian yang dihadapi setiap negara, kedua permasalahan ini dapat mengakibatkan beberapa pengaruh buruk yang bersifat ekonomi, politik, maupun sosial.Dalam sebuah negara tingkat inflasi dan pengangguran merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Apabila tingkat inflasi dan pengangguran tinggi akan berdampak buruk bagi perekonomian di suatu negara yang akan memengaruhi kesejahteraan masyarakat.

Inflasi masih menjadi masalah yang selalu dihadapi oleh setiap perekonomian tidak terkecuali Indonesia. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus. Hal ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Walaupun terjadi kenaikan barang-barang tersebut tidaklah secara bersamaan, yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu (Nopirin, 2009).

Page 2: ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-836302 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.3Agustus 2017 : 423-430

424

Dalam pengertian lain inflasi adalah salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari Indeks Harga Konsumen (IHK). Angka inflasi juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa terutama lapisan masyarakat berpenghasilan tetap.Selain itu, inflasi juga merupakan salah satu indikator pengendalian ekonomi makro yang berdampak luas terhadap berbagai indikator ekonomi lainnya (Badan Pusat Statistik, 2015).

Selain inflasi, masalah ekonomi lainnya adalah pengangguran.Pengangguran adalah angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan, tetapi sedang mencari pekerjaan atau orang yang sama sekali sedang tidak mencari pekerjaan sehingga tidak bekerja.Menurut Mankiw (2006) pengangguran adalah masalah makroekonomi yang memengaruhi manusia secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat, undang-undang yang menetapkan upah minimumyang tinggi akan meningkatkan pengangguran di kalangan angkatan kerja yang kurang terdidik dan kurang berpengalaman.

Masalah pengangguran masih menjadi masalah yang besar, tidak hanya di Indonesia bahkan di banyak negara termasuk negara maju.Sebagai contoh, jumlah pengangguran di Indonesia relatif tinggi, padahal Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki begitu banyak sumber daya yang dapat diolah menjadi lapangan pekerjaan.Pengangguran ini relatif tinggi karena jumlah penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.

Didukung oleh pernyataan Muhdar (2015),faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah sebagai berikut: pertama, besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja. Kedua, struktur lapangan kerja tidak seimbang.Ketiga, kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.Keempat, meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan kerja Indonesia.Kelima, penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Baharin, dkk.(2012), tingkat pengangguran di Malaysia dipengaruhi oleh beberapa variabel makroekonomi yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pertumbuhan penanaman modal asing (FDI), keterbukaan ekonomi dan inflasi.Hal ini menunjukkan bahwa inflasi juga memiliki pengaruh terhadap tingkat pengangguran di Malaysia.

Hubungan antara tingkat inflasi dan pengangguran ini merujuk pada teori seorang ekonom pada tahun 1958, yaitu A.W. Phillips yang menerbitkan sebuah artikel di jurnal “The Relationship between Unemployment and the Rate of Change of Money Wages in the United Kingdom, 1861-1957”.Pada artikel tersebut Phillips mengamati hubungan negatif antara tingkat pengangguran dan tingkat inflasi upah dalam data untuk Inggris.Samuelson dan Solow menyebut hubungan negatif antara perubahan harga dan tingkat upah dengan istilah kurva Phillips (Phillips curve). Kurva Phillips memperlihatkan kombinasi inflasi dan pengangguran yang timbul dalam jangka pendek ketika pergeseran pada kurva permintaan agregat memindahkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang, dikotomi klasik akan berlaku, pengangguran akan kembali ke tingkat alamiah, serta tidak ada trade-off antara inflasi dan pengangguran (Mankiw, 2006).Becchetti dkk.(2010)menyatakan inflasi dan pengangguran merupakan dua indikator yang terus–menerus diamati, karena dari dua indikator inilah dapat dinilai bagaimana kinerja perekonomian suatu negara.

Page 3: ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-836302 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.3Agustus 2017 : 423-430

425

TINJAUAN PUSTAKA

Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus-menerus, dari definisi ini dapat diambil kesimpulan bahwa ada tiga kriteria yang perlu diamati untuk melihat telah terjadinya inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat umum, dan terjadi terus-menerus dalam rentang waktu tertentu (Murni, 2006).Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2008).

Inflasi dapat juga terjadi apabila berbagai golongan dalam perekonomian berusaha untuk memperoleh tambahan pendapatan relatif yang lebih besar dari kenaikan produktivitasnya. Bila pengharapan (expectation) yang terlalu tinggi akan menyebabkan permintaan barang dan jasa naik terlalu cepat dibandingkan pertambahan output yang dapat dicapai perekonomian tersebut, atau ditimbulkan oleh faktor-faktor lain yang memengaruhinya. Hal ini akan menyebabkan harga-harga akan mengalami kenaikan (Nasution, 1998).

Inflasi cenderung menurunkan taraf kemakmuran segolongan besar masyarakat.Sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang bergaji tetap.Inflasi biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah para pekerja. Oleh sebab itu upah riil pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi dan keadaan ini berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami kemerosatan (Sukirno, 2006).

Dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya, inflasi dapat dibedakan ke dalam dua macam yaitu :

1. Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) Inflasi tarikan permintaan atau disebut juga inflasi sisi permintaan (demand-side

inflation) atau inflasi karena guncangan permintaan adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat (Nanga, 2005).

2. Inflasi dorongan biaya (cost-push inflation) Inflasi dorongan biaya atau juga disebut inflasi sisi penawaran (supply-side inflation)

adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi, yang menyebabkan perusahaan mengurangi supply barang dan jasa mereka ke pasar (Nanga, 2005).

Menurut Boediono (2008) berdasarkan atas besarannya inflasi tersebut, inflasi dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :

a. Inflasi rendah (dibawah 10 persen setahun) b. Inflasi sedang (antara 10 persen-30 persen setahun) c. Inflasi tinggi (antara 30 persen-100 persen setahun) d. Hiper inflasi (diatas 100 persen setahun). Inflasi sangat terkait dengan pengangguran.Pengangguran adalah orang-orang yang

usianya berada dalam usia angkatan kerja tetapi tidak mempunyai pekerjaan atau tidak mempunyai penghasilan, tapi sedang berusaha mecari pekerjaan (Murni, 2006). Menurut Dornbusch, dkk.(2008), tingkat pengangguran (unemployment rate) mengukur banyaknya angkatan kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan dipanggil bekerja kembali.Inflasi dan penggangguran mempunyai hubungan yang sangat khusus dan dibuktikan oleh beberapa penelitian.

Menurut Sukirno(2004), jika dilihat dari sebab-sebab timbulnya,pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis sebagai berikut :

• Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment) Pengangguran yang timbul akibat ada perpindahan orang atau sekelompok orang dari

Page 4: ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-836302 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.3Agustus 2017 : 423-430

426

satu daerah ke daerah lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain dan karena tahapan siklus hidup yang berbeda.

• Pengangguran Struktural (Structural Unemployment) Pengangguran ini terjadi karena adanya perubahan dalam struktur perekonomian yang

menyebabkan kelemahan di bidang keahlian lain. Beberapa faktor yang menyebabkan pengangguran ini adalah adanya barang baru yang lebih baik, kemajuan teknologi mengurangi permintaan barang tersebut, biaya pengeluaran sudah sangat tinggi dan tidak mampu bersaing, dan ekspor produksi industri sangat menurun karena pesaing di negara lain lebih unggul. Hal ini menyebabkan pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi menganggur.Dengan demikian pengangguran jenis ini terjadi karena adanya perubahan struktur kegiatan ekonomi.

• Pengangguran Siklus (Cyclical Unemployment) Pengangguran ini terjadi karena adanya gelombang konjungtur, yaitu adanya resesi atau

kemunduran dalam kegiatan ekonomi yang menimbulkan menurunnya permintaan agregat mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengurangi pekerja atau menutup perusahaannya maka pengangguran akan bertambah.

• Pengangguran teknologi Pengangguran ini terjadi karena adanya penggunaan bahan kimia dan alat-alat teknologi

yang semakin modern.Misalnya penggunaan racun lalang dan rumput yang dapat menggantikan tenaga kerja untuk membersihkan kebun dan mesin pengemas barang yang juga menggantikan tugas para pekerja dalam bidang tersebut.

Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran sesuatu masyarakat adalah tingkat pendapatan.Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang akan dituju. Apabila keadaan pengangguran di suatu negara adalah sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang (Sukirno, 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Profesor A.W Phillips (1958) tentang perekonomian Inggris periode 1861-1957 menunjukkan adanya hubungan negatif dan non linier antara kenaikan tingkat upah atau inflasi tingkat upah (wage inflation) dengan pengangguran (unemployment).Biaya dari pengurangan tingkat pengangguran adalah inflasi (naiknya tingkat upah) (Raharja & Manurung, 2008).

Menurut Dornbusch, dkk. (2008), kurva Phillips adalah hubungan terbalik antara tingkat pengangguran dan tingkat kenaikan upah nomial.Semakin tinggi tingkat pengangguran, maka semakin rendah tingkat inflasi upah. Dengan kata lain, terdapat trade-offantara inflasi upah dan pengangguran.Hal ini juga di perjelas oleh Samuelson dan William (1992) yang berpendapat negara dapat mengusahakan tingkat pengangguran yang lebih rendah apabila bersedia membayar dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi.Trade-offtersebut ditunjukkan oleh tingkat kemiringan kurva Phillips.

Ahli ekonomi yang meneliti hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran adalah Samuelson dan Solow. Kedua ahli ini mencoba mengkaitkan harga dengan upah-uang (money-wages) atau upah-nominal (nominal-wages) melalui suatu mark-up atas unit labor costs. Kenaikan di dalam upah-uang akan menyebabkan unit labor costs mengalami kenaikan dan dengan persentase mark-up atas biaya tertentu, maka harga-harga akan naik. Dengan upah-uang tertentu, maka kenaikan di dalam produktivitas tenaga kerja, yang dapat diukur dengan perubahan pada output per tenaga kerja (produk rata-rata tenaga kerja) akan menyebabkan unit labor costs turun, maka hal ini akan menyebabkan penurunan tingkat harga(Nanga, 2005).

Ada beberapa pendapat tentang hubungan inflasi dan pengangguran.Menurut Rahardja

Page 5: ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-836302 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.3Agustus 2017 : 423-430

427

dan Manurung (2008) hasil temuan Profesor Phillips diadopsi oleh ekonom Keynesian untuk menjelaskan adanya trade-off antara tingkat inflasi dan pengangguran.Hubungan inflasi dan pengangguran seperti yang diungkapkan Phillips dan diadopsi kaum Keynesian, dan dapat dijelaskan dengan menggunakan analisis kurva AD-AS dalam analisis jangka pendek.Faktor produksi umumnya bersifat tetap (fixed input), karena itu pertumbuhan penawaran agregat tidak bisa secepat pertumbuhan permintaan agregat. Jika dianggap ada hubungan yang tetap antara kesempatan kerja (N) dengan tingkat output(Y), maka bertambahnya output akan menambah kesempatan kerja. Jumlah tenaga kerja juga dianggap tetap, maka penambahan kesempatan kerja akan mengurangi pengangguran.

Kedua, kaum moneteris juga percaya dalam jangka pendek trade-off antara inflasi dan pengangguran terjadi, dan periode penyesuaian (adjustmen period) adalah panjang, meskipun tidak sepanjang yang diprediksi oleh kaum Keyneisan.Kurva Phillips jangka panjang menurut pandangan Moneteris akan tegak lurus (vertical) pada tingkat pengangguran alamiah dan tidak terdapat trade-offjangka panjang diantara inflasi dan pengangguran. Aliran Moneteris tidak mendukung penggunaan kebijakan moneter yang ekspansif untuk mengurangi tingkat pengangguran dibawah tingkat pengangguran alamiah. Dengan kata lain, tidak mendukung penggunaan pengawasan upah atau harga sebagai cara untuk menurunkan tingkat inflasi(Nanga, 2005).

Ketiga, aliran ekspektasi rasional atau aliran makroekonomi klasik yang baru tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa antara inflasi dan pengangguran terdapat hubungan trade-off, bahkan dalam jangka pendek sekalipun.Aliran ekspektasi rasional ini mempercayai tidak ada hubungan trade-offdiantara inflasi dan pengangguran.Berdasarkan pandangan ini, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang bersifat diskresioner atau aktif tidak memiliki pengaruh atas kesempatan kerja dan output, tetapi hanya berpengaruh pada tingkat harga (Nanga, 2005).

METODE PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian ini adalah pada bidang ekonomi, khususnya ekonomi moneter yang berhubungan dengan inflasi dan pengangguran.Pembatasan ini dilakukan untuk mengarahkan peneliti pada satu titik tujuan permasalahan agar lebih terarah dan hasil estimasi data lebih maksimal.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data semesteran dalam runtun waktu (time series) dari periode 2005:01–2016:02 yang bersumber dari website BPS dan berbagai situs lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Vector Autoregression (VAR). Model ini mengasumsikan dan memperlakukan semua variabel sebagai variabel endogen. Model VAR ini memiliki beberapa pengujian antara lain: uji stasioneritas, penentuan lag optimal, uji kausalitas Granger, Impulse Response Function dan Variance Decomposition.

Pembentukan model VAR sangat terkait erat dengan masalah stationaritas data dan kointegrasi antar variabel didalamnya.Langkah pertama pembentukan model VAR adalah melakukan uji stationaritas data. Jika data adalah stationer pada tingkat level maka untuk selanjutnya bisa digunakan model VAR biasa (unrestricted VAR), sebaliknya jika data stasioner pada proses diferensi maka perlu dilakukan uji kointegrasi untuk mengetahui apakah data mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak. Jika terdapat kointegrasi maka model yang akan digunakan adalah Vector Error Corection Model (VECM). Model VECM merupakan model yang terestriksi karena adanya kointegrasi di dalam sistem VAR (Widarjono, 2007).

Page 6: ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-836302 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.3Agustus 2017 : 423-430

428

Model VAR yang akandigunakan dalam penelitian ini adalah VAR dengan dua variabel. Kedua variabel tersebut adalah Inflasi dan Pengangguran. Kedua variabel tersebut dinyatakan dalam bentuk :

INFnt = ß01 + ∑ ß���� i1INF1t-i +∑�

��� ßi2 UN2t-i+ ent ................................................... (1) UNnt = ß01 + ∑ ß�

��� i1UN1t-i +∑���� ßi2 INF2t-i+ ent .................................................... (2)

Dimana : INFnt = Inflasi pada semester t-n UNnt = Pengangguran pada semester t-n ß01 = Intercept ßi1, ßi2 =Parameter dalam bentuk matriks polinomial

ent = error term HASIL PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Uji Kausalitas Pengaruh Variabel Terhadap

Variabel Wald Test WaldCriticalValues Hasil

Inflasi Pengangguran 28,40 12,59 Tolak H0 Pengangguran Inflasi 13,38 12,59 Tolak H0

Sumber: Hasil uji kausalitas, diolah menggunakan EasyReg International (2017) Hipotesis : H0 : 1. Inflasi tidak berpengaruh terhadap pengangguran 2. Pengangguran tidak berpengaruh terhadap inflasi Ha : 1. Inflasi berpengaruh terhadap pengangguran 2. Pengangguran berpengaruh terhadap inflasi Jika, nilai wald test lebih besar dari nilaiwald critical valuesmaka H0 ditolak.

Tabel 1 hasil uji kausalitas antara inflasi dan pengangguran dengan menggunakan lag 6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan dua arah yang signifikan antara kedua variabel yaitu variabel inflasi dan variabel pengangguran. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Perkembangan tingkat inflasi di Indonesia selama kurun waktu penelitian ini yaitu pada tahun 2005-2016 menunjukan perkembangan yang fluktuatif dengan tingkat inflasi tertinggi pada tahun 2005.Perkembangan tingkat pengangguran di Indonesia selama kurun waktu penelitian ini yaitu pada tahun 2005-2016 menunjukan perkembangan yang fluktuatif walaupun cenderung mengalami penurunan pada beberapa periode, dengan tingkat pengangguran terendah pada tahun2016.

Variabel inflasi memiliki hubungan dengan variabel pengangguran. Hasil dari uji kausalitas menunjukkan bahwa adanya hubungan dua arah antar kedua variabel, dimana meningkatnya pengangguran akan berpengaruh signifikan terhadap perubahan tingkat inflasi, dan begitu juga sebaliknya meningkatnya inflasi akan signifikan memengaruhi tingkat pengangguran.

Page 7: ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-836302 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.3Agustus 2017 : 423-430

429

Saran Untuk mengendalikan tingkat inflasi maka pemerintah harus dapat menekan tingkat

pengangguran.Pemerintah Indonesia dapat melakukan berbagai kebijakan untuk mengurangi tingkat pengangguran misalnya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan angkatan kerja, agar memiliki kualitas dan daya saing sehingga tidak tertinggal oleh angkatan kerja dari luar negeri dalam mendapatkan pekerjaan.

Pemerintah dan otoritas kebijakan moneter harus mampu bekerjasama dalam mengambil kebijakan untuk mengendalikan tingkat inflasi, walaupun saat terjadi krisis ataupun shock dalam perekonomian. Sehingga dalam keadaan krisis tingkat inflasi dapat terkontrol dan tetap akan terkendali, seperti menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga BI, ekspor, impor serta pengendalian dalam pengeluaran pemerintah.Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini, sebaiknya menganalisis tentang pengaruh tingkat inflasi dan tingkat pengangguran terhadap variabel lainnya seperti tingkat kemiskinan dan tingkat kesenjangan pendapatan.

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2015, Juni). Ekonomi dan Perdangan. Diakses Oktober

Minggu,2016,bps.go.id:https://bandaacehkota.bps.go.id/index.php/publikasi/34 Baharin, N., Yussof, I., & Ismail, R. (2012). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran

di Malaysia . Prosiding Perkem VII, 209-227.

Becchetti, L., Castriota, S., & Giuntella, G. O. (2010). The Effects of Age and Job Protection on The Costs of Inflation and Unemployment. Elsevier, 137-146.

Boediono. (2008). Ekonomi Moneter. Yogyakarta:BPFE. Dornbusch, R., Fischer, S., & Startz, R. (2008). Makroekonomi. Media Global Edukasi.

HM, Muhdar. (2015, Juni). Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan Kemiskinan di

Indonesia: Masalah dan Solusi. Al-Buhuts, 11, 42-66. Mankiw, N. G. (2006). Principles of Economics Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba

Empat. Murni, A. (2006). Ekonomika Makro. Bandung: PT Refika Aditama. Nanga, M. (2005). Makroekonomi: teori, masalah, dan kebijakan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. Nasution, M. (1998). Ekonomi Moneter. Jakarta: Djambatan. Nopirin, P. (2009). Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Raharja, P., & Manurung, M. (2008). Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Page 8: ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-836302 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.3Agustus 2017 : 423-430

430

Samuelson, P. A., & William, D. N. (1992). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga. Sukirno, S. (2004). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sukirno, S. (2006). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Widarjono, A. (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.