15
469 ANALISIS KECEMASAN DAN KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 CIREBON Mochammad Subhan Faktafan, Widya Liesdiana Larasati, Reza Fauzi Baharsyah, Mochammad Rifki Maulana Program Studi Pendidikan Matematika, UNSWAGATI Email: [email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan bagaimana kecemasan dan kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa-siswi SMA, kelas XI. Metode penelitian yang kita gunakan adalah teknik-teknik pengumpulan dan analisis data kualitatif miles dan huberman, yaitu dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu, dokumen kuisioner, dokumen wawancara berupa rekaman video dan catatan pengamatan berupa tes tertulis. Target penelitian adalah siswa-siswi dari SMA Negeri 5 Cirebon dengan teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah menggunakan teknik Simple Random Sampling. Sehingga diambil sebanyak 35 siswa dari 209 siswa dari program MIPA. Kata kunci: Kecemasan, Kesulitan Belajar, Hasil Belajar Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Namun, untuk menumbuhkan kualitas manusia yang baik dan berbakat, Pendidikan menjadi peran penting dan juga sekaligus alat utama yang dibutuhkan untuk kemajuan suatu bangsa dan negara tersebut. Pendidikan merupakan suatu alat penting untuk memberdayaan manusia agar manusia tersebut dapat menjadi manusia yang berakhlak dan bermoral baik, dan juga menjadi sarana penting dalam menemukan minat dan bakat diri manusia tersebut yang dapat berguna bagi bangsa dan negara. Oleh sebab itu, Pendidikan menjadi tolak ukur kualitas suatu bangsa. Semakin baik Pendidikan yang diberikan, maka akan semakin baik pula kualitas manusia yang menerima pendidikan tersebut.

ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

469

ANALISIS KECEMASAN DAN KESULITAN BELAJAR

MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

KELAS XI SMA NEGERI 5 CIREBON

Mochammad Subhan Faktafan, Widya Liesdiana Larasati, Reza Fauzi

Baharsyah, Mochammad Rifki Maulana

Program Studi Pendidikan Matematika, UNSWAGATI

Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan bagaimana kecemasan dan kesulitan belajar

matematika yang dialami oleh siswa-siswi SMA, kelas XI. Metode

penelitian yang kita gunakan adalah teknik-teknik pengumpulan

dan analisis data kualitatif miles dan huberman, yaitu dengan cara

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Instrumen

penelitian yang digunakan yaitu, dokumen kuisioner, dokumen

wawancara berupa rekaman video dan catatan pengamatan berupa

tes tertulis. Target penelitian adalah siswa-siswi dari SMA Negeri

5 Cirebon dengan teknik pengambilan sampel yang dilakukan

adalah menggunakan teknik Simple Random Sampling. Sehingga

diambil sebanyak 35 siswa dari 209 siswa dari program MIPA.

Kata kunci: Kecemasan, Kesulitan Belajar, Hasil Belajar

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

manusianya. Namun, untuk menumbuhkan kualitas manusia yang baik dan

berbakat, Pendidikan menjadi peran penting dan juga sekaligus alat utama

yang dibutuhkan untuk kemajuan suatu bangsa dan negara tersebut.

Pendidikan merupakan suatu alat penting untuk memberdayaan manusia

agar manusia tersebut dapat menjadi manusia yang berakhlak dan bermoral

baik, dan juga menjadi sarana penting dalam menemukan minat dan bakat

diri manusia tersebut yang dapat berguna bagi bangsa dan negara. Oleh sebab

itu, Pendidikan menjadi tolak ukur kualitas suatu bangsa. Semakin baik

Pendidikan yang diberikan, maka akan semakin baik pula kualitas manusia

yang menerima pendidikan tersebut.

Page 2: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

470

Berbagai upaya sudah dilakukan oleh tenaga pendidik dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran, seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan

model belajar, perubahan system penilaian, dan lain sebagainya, namun

segala upaya yang dilakukan tersebut, kualitas Pendidikan di Indonesia masih

jauh terbilang cukup baik.

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kualitas Pendidikan, yaitu

eksternal dan internal. Faktor-faktor eksternal ini meliputi, sarana atau

fasilitas belajar yang kurang memadai, kurangnya tenaga pendidik, dan lain

sebagainya, sedangkan faktor-faktor internalnya, ada pada diri siswa sebagai

penerima kendidikan, seperti kurangnya motivasi belajar, sulitnya menerima

pembelajaran dan lain sebagainya.

Dalam pelaksanaan Pendidikan di Indonesia, matematika menjadi mata

pelajaran pokok yang selalu ada dan dipelajari oleh hampir semua siswa dari

berbagai jenjang Pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan, Matematika

merupakan salah satu ilmu dan juga alat bagi manusia untuk dapat melatih

diri dan membiasakan diri dalam menalar, berfikir kritis, kreatif dan juga

logis sehingga manusia tersebut dapat lebih berani dan lebih percaya diri

dalam menyelesaikan suatu masalah sesulit apapun dengan solusi terbaik

berdasarkan persepsi mereka. Akan tetapi, dalam penerapan nyatanya, justru

tidak seperti yang diharapkan dari tujuan diwajibkannya mata pelajaran

matematika ini, bahkan sebagian besar pelajar di Indonesia tidak menyukai

mata pelajaran ini, padahal matematika adalah ilmu yang sangat penting

dalam melatih kualitas intelek mereka.

Sebagian besar siswa justru merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran

matematika dan hal ini dapat dilihat langsung dari hasil belajar matematika

mereka yang dapat dikatakan kurang memuaskan, terutama pada hasil tes

yang biasa dilakukan di setiap sekolah.

Terkait dengan hal tersebut, peneliti mencoba untuk melakukan suatu

penelitian secara kualitatif deskriptif dan ekspoloratif untuk mengetahui

gambaran secara garis besar pengaruhnya kecemasan dan kesulitan belajar

terhadap hasil belajar siswa. Adapun alasan peneliti dalam memilih siswa-

Page 3: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

471

siswi SMA sebagai target subjek yang akan diteliti, yaitu sebab siswa-siswi

SMA merupakan tingkatan di mana siswa-siswi sudah mulai diperkenalkan

matematika yang bersifat abstrak, sehingga tingkat kesulitan matematikanya

lebih tinggi dibandingkan tingkat-tingkat SMP atau bahkan SD yang

matematikanya lebih cenderung konkret atau semi-konkret.

KECEMASAN

Kecemasan atau anxiety adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan

kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan

dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Deskripsi

umum akan kecemasan, yaitu perasaan tertekan dan tidak tenang, serta

berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan. Hal ini sangat

berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh dirasa menggigil, menimbulkan

banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa

lemas, kemampuan produktivitas berkurang, hingga banyak manusia yang

melarikan diri ke alam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara. (Musfir,

2005: 512).

Menurut Peplau, ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu

manusia, yakni sebagai berikut.

a. Tingkat kecemasan pertama, adalah tingkat kecemasan ringan. Tingkat

kecemasan ringan, yaitu tingkat kecemasan yang paling rendah, di mana

keadaan tegang yang dirasa oleh individu sering dijumpai dan biasa

dialami dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat kecemasan ini dapat

memotivasi individu tersebut untuk belajar dan mampu memecahkan

masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Tingkat kecemasan yang kedua, adalah tingkat kecemasan sedang, yaitu

tingkat kecemasan di mana Individu manusia tersebut merasakan

ketegangan yang tidak biasa dialami seperti biasanya. Individu di tingkat

kecemasan ini akan mengalami penyempitan persepsi, perhatiannya

menjadi lebih terpusat pada satu masalah dan biasanya mudah

terpengaruh oleh suatu arahan dari orang lain hanya demi

menyelesaikan satu permasalahan yang menjadi fokusnya tersebut.

c. Tingkat kecemasan yang ketiga, adalah tingkat kecemasan tinggi, yaitu

tingkat kecemasan dimana individu yang merasakannya, perhatiannya

menjadi sangat sempit hingga pada detail yang kecil (spesifik) dan

lapangan persepsi individu menjadi sangat sempit dan tidak dapat

Page 4: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

472

berfikir tentang hal-hal lain. Pada tingkat kecemasan ini, individu sangat

memerlukan arahan atau perintah dari orang lain agar bisa focus

terhadap hal-hal yang lain.

d. Tingkat kecemasan yang keempat, adalah panik. Panik merupakan

tingkat kecemasan yang paling tinggi di mana individu yang

merasakannya menjadi hilang kendali dan detail perhatiannya hilang.

Individu tersebut juga mengalami aktifitas motorik, berkurangnya

kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi

dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Hal

ini biasanya terjadi dengan disorganisasi kepribadian. Contoh individu

yang mengalami ini adalah pecahnya keperibadian atau despersonalisasi

(Suliswati, 2005: 48).

Adapun pengertian dari kecemasan matematika, yaitu perasaan tegang,

ketidakberdayan, disorganisasi mental dan takut seseorang yang muncul

ketika dihadapkan dengan persoalan memanipulasi angka dan bentuk dan

pemecahan masalah matematika (Zakaria, 2008: 27-30). Gejala-gejala tersebut

dapat muncul pada situasi atau kegiatan yang berkaitan dengan pelajaran

matematika. Oleh sebab itu Kirkland membuat suatu kesimpulan mengenai

hubungan antara tes, kecemasan, dan prestasi belajar atau hasil belajar sebagai

berikut.

a. Tingkat kecemasan sedang biasanya mendorong untuk belajar,

sedangkan kecemasan yang tinggi mengganggu belajar.

b. Siswa-siswi dengan tingkat kecemasan yang rendah lebih merasa

cemas dalam menghadapi tes, dari pada siswa-siswi yang pandai.

c. Bila siswa cukup mengenal jenis tes yang akan dihadapi, maka

kecemasan akan berkurang.

d. Pada tes-tes yang mengukur daya ingat, siswa-siswi yang sangat

cemas memberikan hasil yang lebih baik dari pada hasil yang diberikan

siswa- siswi yang kurang cemas. Pada tes-tes yang membutuhkan cara

berfikir yang fleksibel, siswa-siswi yang sangat cemas mendapatkan

hasil yang lebih buruk.

e. Kecemasan terhadap tes bertambah, bila hasil tes dipakai untuk

menentukan tingkat-tingkat kemampuan siswa (Slameto, 2010:186)

Page 5: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

473

KESULITAN BELAJAR

Kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat

belajar sebagaimana mestinya (Dalyono, 1997: 229). Menurut Sabri (dalam

bukunya, 1995: 88), kesulitan belajar adalah suatu keadaan di mana siswa

mengalami kesukaran dalam menerima atau menyerap pembelajaran di

sekolah. Jadi, berdasarkan pengertian kesulitan belajar yang sudah diutarakan

oleh para pakar, peneliti mengambil kesimpulan, bahwa kesulitan belajar

adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat memenuhi atau mencapai

kriteria yang diharapkan oleh individu tersebut setelah melalui proses belajar

baik dalam sekali proses, atau bahkan dalam berulang kali proses belajar.

Kesulitan belajar dapat menyebabkan suatu keadaan belajar yang sulit

sehingga dapat memberikan dampak resiko yang tinggi akan timbulnya suatu

keputusasaan yang bisa memaksakan siswa agar berhenti untuk belajar.

Adanya kesulitan belajar pada siswa, dapat dideteksi dengan kesalahan-

kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas, soal-soal tes, dan lain sebagainya.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar, biasanya ditandai dengan adanya

gejala-gejala seperti:

a. Prestasi belajar yang rendah, atau di bawah rata-rata yang dicapai oleh

kelompok kelas

b. Hasil yang dicapai tidak sesuai atau tidak seimbang dengan usaha yang

dilakukan

c. Lambat dalam melakukan tugas belajar dan selalu tertinggal dari kawan-

kawannya

d. Menunjukan prilaku yang tidak wajar seperti membolos, menentang,

bersikap acuh tak acuh, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak teratur

dalam kegiatan belajar dan lain sebagainya

e. Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung,

mudah tersinggung, pemarah, atau kurang bahagia dalam menghadapi

situasi tertentu.

f. Adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar

g. Tidak berhasil dalam penguasaan materi yang diperlukan sebagai

prasyarat bagi kelanjutan tingkat belajar berikutnya

Page 6: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

474

h. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat

berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang

dimiliinya

i. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran

tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi minimal dalam

pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (Yudhawati dan

Haryanto, 2011: 143-146).

Menurut Drs. Omar Hamalik (dalam bukunya, 2005: 117) menjelaskan, bahwa

faktor-faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar dapat digolongkan

menjadi 4 (empat), yaitu:

a. Faktor-faktor dalam diri siswa, atau bisa disebut sebagai faktor internal.

Faktor internal, antara lain tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas,

kurangnya minat belajar, kesehatan yang sering terganggu, kurangnya

penguasaan Bahasa dan lain sebagainya.

b. Faktor-faktor dari lingkungan sekolah, yaitu faktor-faktor yang berasal

dari dalam sekolah, seperti kurangnya bahan-bahan bacaan, kurangnya

penyediaan fasilitas sekolah, kurangnya tenaga pendidik atau kurangnya

kualitas para pendidik, penyelenggaraan pembelajaran yang terlalu padat

dan lain sebagainya.

c. Faktor-faktor dari lingkungan keluarga, yaitu faktor-faktor yang berasal

dari dalam keluarga siswa, seperti kemampuan perekonomian keluarga

yang kurang, adanya masalah dalam keluarga, kurangnya perhatian dari

keluarga, dan lain sebagainya.

d. Faktor-faktor dari lingkungan masyarakat, seperti pergaulan lingkungan

yang kurang baik, mendapat kesibukan lain diluar sekolah seperti

pekerjaan, organisasi masyarakat (ormas) dan lain sebagainya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi lapangan ke sekolah

SMA Negeri 5 Cirebon dengan target penelitian, yaitu siswa siswi kelas XI

program MIPA. Adapun instrumen penelitian, yaitu berupa angket,

wawancara, tes tertulis dan laporan hasil belajar yang mereka dapat selama

belajar di sekolah.

Page 7: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

475

Dari instrumen yang telah disiapkan, diharapkan penelitian yang dilakukan

dapat mengungkapkan hasil gambaran gejala-gejala yang muncul dari subjek

penelitian dan hal ini diharapkan dapat ditelusuri dari 4 instrumen penelitian

yang telah di siapkan. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat Kualitatif

Eksploratif dan Deskriptif yang mana datanya berupa kata-kata tertulis

dan/atau lisan dan juga sajian data statistik sederhana yang menggambarkan

situasi kecemasan dan kesulitan belajar matematika siswa yang diteliti.

Menurut Arikunto, apabila populasi dalam penelitian subjeknya kurang dari

100, penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika populasinya

lebih dari 100, maka dapat diambil 10% sampai 15%, atau 20% sampai 25%

atau lebih. (Arikunto, 2006:134). Merujuk pada penjelasan Arikunto dalam

bukunya, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan teknik Simple

Random Sampling dengan mengambil sampel sebanyak 35 siswa yang mana 35

siswa tersebut adalah seluruh siswa satu kelas dari XI MIPA 1 dari 209

siswa.untuk seluruh siswa program MIPA kelas XI.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Terkait dengan parameter untuk mengukur seberapa besar tingkat kecemasan

belajar matematika dan juga tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa

berdasarkan hasil jawaban kuisioner, data yang disajikan sebagai hasil

penelitian ini akan dibuat dalam bentuk persentase, sehingga dari rentangan

0% hingga 100%, semakin besar nilai persentase untuk skor tingkat kecemasan

belajar matematika siswa dan mendekati nilai 100%, maka siswa tersebut

semakin cenderung terindikasi memiliki tingkat kecemasan belajar

matematika yang tinggi. Begitu juga untuk tingkat kesulitan belajar.

Tabel 1. Deskriptif Statistik Tingkat Kesulitan Belajar Matematika siswa

kelas XI MIPA 1

Statistik Skor Statistik dalam

persentase Sampel 34 orang

Skor Terendah ≈ 6,9% Skor Tertinggi ≈ 66,67%

Standar Deviasi ≈ 15,41% Rata-rata ≈ 35,08%

Page 8: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

476

Dari tabel 1, Deskriptif Statistik di atas, menunjukan bahwa kesulitan belajar

matematika pada siswa kelas XI MIPA 1, SMA Negeri 5 Cirebon, dari 34 siswa

yang diteliti, skor terendah yang diperoleh yaitu sebesar 6,9% yang berarti s

iswa tersebut cenderung memiliki tingkat kesulitan belajar yang terendah di

antara siswa lainnya dan adapun skor tertinggi yang diperoleh yaitu 66,67%

yang berarti siswa tersebut cenderung memiliki tingkat kesulitan belajar yang

tertinggi di antara siswa lainnya. Sehingga jangkauan data yang diperoleh

adalah sebesar 59,77%. Adapun rata-rata besarnya tingkat kesulitan belajar

siswa di kelas tersebut adalah sebesar 35,08% dengan standar deviasi 15,41%.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kesulitan Belajar Matematika

Siswa Kelas XI MIPA 1

Kategori kesulitan belajar

Skor Statistik dalam

persentase, besarnya

ada di kisaran

Jumlah

siswa

(frekuensi) Kategori Rendah 0% ≤ 𝑋 < 22% 5

Kategori Sedang 22% ≤ 𝑋 < 53% 25

Kategori Tinggi 53% ≤ 𝑋 < 100% 4

Dari tabel 2, menunjukan bahwa data tingkat kesulitan belajar matematika

pada siswa kelas XI MIPA 1, SMA Negeri 5 Cirebon yang diperoleh dari

instrumen penelitian yaitu dokumen quisioner, bahwa terdapat 5 siswa yang

tingkat kesulitan belajarnya dikategorikan rendah dengan skor statistik ada

pada kisaran 0% sampai dengan kurang dari 22% dari seluruh siswa di kelas,

25 siswa yang tingkat kesulitan belajarnya dikategorikan sedang dengan skor

statistik ada pada kisaran 22% sampai dengan kurang dari 53% dari seluruh

siswa di kelas, 4 siswa yang tingkat kesulitan belajarnya dikategorikan tinggi

dengan skor statistik ada pada kisaran 53% sampai dengan kurang dari 100%

dari seluruh siswa di kelas.

Tabel 3. Deskriptif Statistik Tingkat Kecemasan Matematika siswa

kelas XI MIPA 1

Statistik Skor Statistik dalam

persentase Sampel 34 orang

Page 9: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

477

Skor Terendah ≈ 14,29% Skor Tertinggi ≈ 84,62%

Standar Deviasi ≈ 21,38% Rata-rata ≈ 49,02%

Dari tabel 3, Deskriptif Statistik di atas, menunjukan bahwa kecemasan

belajar matematika pada siswa kelas XI MIPA 1, SMA Negeri 5 Cirebon, dari

34 siswa yang diteliti, skor terendah yang diperoleh yaitu sebesar ≈14,29%

yang berarti siswa tersebut cenderung memiliki tingkat kecemasan belajar

matematika yang terendah di antara siswa lainnya dan adapun skor

tertinggi yang diperoleh yaitu ≈ 84,62% yang berarti siswa tersebut

cenderung memiliki tingkat kecemasan belajar matematika yang tertinggi di

antara siswa lainnya. Sehingga jangkauan data yang diperoleh adalah sebesar

≈70,33%. Adapun rata-rata besarnya tingkat kecemasan belajar matematika

siswa di kelas tersebut adalah sebesar ≈49,02% dengan standar deviasi

21,38%.

Tabel 4. Deskriptif Statistik Tingkat Kecemasan Belajar Matematika siswa

kelas XI MIPA 1

Kategori kecemasan

matematika

Skor Statistik dalam

persentase, besarnya

ada di kisaran

Jumlah siswa

(frekuensi)

Kategori Rendah 0% ≤ 𝑋 < 23% 6

Kategori Sedang 23% ≤ 𝑋 < 60% 17

Kategori Tinggi 60% ≤ 𝑋 < 100% 11

Dari tabel 4, menunjukan bahwa data tingkat kecemasan matematika pada

siswa kelas XI MIPA 1, SMA Negeri 5 Cirebon yang diperoleh dari instrumen

penelitian yaitu dokumen quisioner, terindikasi bahwa terdapat 6 siswa yang

tingkat kecemasan belajar matematikanya dikategorikan rendah dengan skor

statistik ada pada kisaran 0% sampai dengan kurang dari 23% atau sebanyak

≈ 17,65% dari seluruh siswa di kelas, 17 siswa yang tingkat kesulitan

belajarnya dikategorikan sedang dengan skor statistik ada pada kisaran 23%

sampai dengan kurang dari 60% atau sebanyak ≈ 50% dari seluruh siswa di

kelas, 11 siswa yang tingkat kesulitan belajarnya dikategorikan tinggi dengan

skor statistik ada pada kisaran 53% sampai dengan kurang dari 100% atau

sebanyak ≈ 32,35% dari seluruh siswa di kelas.

Page 10: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

478

Tabel. 5 Deskripsi Statistika Grafik Prestasi Belajar Siswa Kelas XI

MIPA 1

Grafik Prestasi Belajar

Jumlah siswa

(frekuensi)

Jumlah siswa

dalam

persentase Naik 19 ≈ 55,88%

Cenderung Naik 3 ≈ 8,83%

Konsisten/Stabil 0 0%

Inkonsisten/Labil 12 ≈ 35,29%

Cenderung Turun ) 0 0%

Turun 0 0%

Tabel. 6 Deskriptif Statistik Tingkat Kecemasan dan Kesulitan Belajar

yang Dikategorikan Berdasarkan Grafik Prestasi Belajar Matematika

Siswa Kelas XI MIPA 1 Selama di Sekolah SMA Negeri 5 Cirebon

Grafik

Belajar

Tingkat

Kesulitan Belajar

Matematika

Tingkat

Kecemasan

Matematika

Jumlah

Siswa H M L H M L

Naik

V V 1

V V 0

V V 0

V V 4

V V 8

V V 2

V V 0

V V 2

V V 1

Page 11: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

479

Cenderung Naik

V V 0

V V 0

V V 0

V V 0

V V 2

V V 1

V V 0

V V 0

V V 0

Labil

V V 2

V V 0

V V 0

V V 3

V V 4

V V 1

V V 3

V V 0

V V 1

Keterangan: H = Tinggi, M = Sedang dan L = Rendah

Berdasarkan data tabel 5, diketahui bahwa ada 19 siswa yang grafik prestasi

belajar matematikanya naik, 3 siswa yang grafik prestasi belajar

matematikanya cenderung naik (artinya, prestasi belajarnya meningkat dari

Page 12: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

480

semester ke-1 ke semester ke-2, namun di semester 3 nilainya sama dengan

semester 2) dan 12 siswa yang grafik prestasi belajarnya Labil (tidak

konsisten).

Di antara siswa-siswa tersebut, diperoleh data berdasarkan tabel 6 yaitu,

bahwa ada 19 siswa yang prestasi belajarnya semakin membaik namun dari

19 siswa tersebut ada 1 orang yang memiliki tingkat kesulitan belajar dan

kecemasan belajar matematika yang tinggi, 4 siswa yang memiliki tingkat

kesulitan belajar sedang namun tingkat kecemasannya tinggi, 8 siswa yang

memiliki tingkat kesulitan belajar maupun tingkat kecemasan belajarnya

sedang, 2 siswa yang tingkat kesulitan belajarnya sedang namun tingkat

kecemasannya rendah, 2 siswa yang tingkat kesulitan belajarnya rendah

namun tingkat kecemasannya sedang, 1 siswa yang tingkat kesulitan belajar

maupun tingkat kecemasan belajarnya rendah. Ada juga 3 siswa yang grafik

prestasi belajarnya cenderung naik. Dengan kata lain, 3 siswa tersebut grafik

belajarnya naik dari semester 1 ke semester 2, sedangkan nilai belajar di

semester 3 tidak berbeda dengan nilai semester 2. 3 siswa tersebut di

antaranya, 2 siswa dengan tingkat kesulitan belajar maupun kecemasan

belajar rendah dan 1 siswa dengan tingkat kesulitan belajar rendah namun

tingkat kecemasannya rendah. Ada juga 12 siswa yang grafik belajarnya tidak

konsisten atau labil, 12 siswa tersebut di antaranya, 2 siswa dengan tingkat

kesulitan belajar maupun tingkat kecemasan belajarnya naik, 3 siswa dengan

tingkat kesulitan belajar sedang namun tingkat kecemasan belajarnya tinggi,

4 orang dengan tingkat kesulitan belajar maupun tingkat kecemasan

belajarnya sedang, 1 siswa dengan tingkat kesulitan belajar sedang namun

tingkat kecemasannya rendah, 3 siswa dengan tingkat kesulitan belajar

rendah namun tingkat kecemasan belajarnya tinggi.

Dari 34 siswa yang diteliti, dipilih 9 siswa yang diuji dengan tes wawancara

dan tes tertulis dengan materi tes yaitu tentang fungsi komposisi dan fungsi

invers. Dari 9 siswa tersebut diperoleh data statistik secara lengkap sebagai

berikut.

Tabel 7. Deskriptif statistik untuk siswa yang diseleksi untuk tes

tertulis dan tes wawancara.

Page 13: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

481

Nama Siswa

Tingkat

Kesulitan

Belajar

Tingkat

Kecemasan

Belajar

Grafik Belajar

dengan rataan

nilai

H M L H M L

Fahmi Ardiansyah

V

V Naik

(Rataan: 87,67)

Whilda Fauziah

V

V

Naik

(Rataan: 82,67)

Liviana Nandawati

V

V

Naik

(Rataan: 84)

Abdul Ridwan

V

V

Naik

(Rataan: 83)

Kezia Yulianly Velda

Nababan

V

V

Naik

(Rataan: 82,33)

Firda Salsabila

V

V

Naik

(Rataan: 80,33)

Giansya Marsya Qonita

V

V Labil

(Rataan: 79,69)

Ahmad Fhaqih

V

V

Labil

(Rataan: 80,33)

Ahmad Al-Ghiffari

V

V

Naik

(Rataan: 82)

Keterangan: H = Tinggi, M = Sedang dan L = Rendah

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, (1) siswa yang bernama Fahmi

Ardiansyah adalah siswa yang memiliki prestasi belajar tertinggi dikelasnya.

Dalam pengamatan kami, siswa ini mengerjakan tes tertulis dengan sangat

santai, bahkan ketika diwawancarai, siswa ini tidak telihat cemas ataupun

Page 14: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

482

gugup serta jawaban yang diberikan pun cukup baik dan beralasan namun

masih ditemukan banyaknya miskonsepsi dalam memahami definisi fungsi,

kurva fungsi, fungsi komposisi dan juga fungsi invers. (2) Siswa yang bernama

Whilda Fauziyah. Dalam mengerjakan tes tertulis, siswa ini terlihat cemas

serta kebingungan namun saat diwawancarai terlihat santai menjawab dan

mengerti selain itu dalam hal pemahaman definisi dan hitung berhitung

cukup baik namun kurang cermat. (3) Siswa yang bernama Liviana

Nandawati. Dalam mengerjakan tes tertulis terlihat tenang dan santai, namun

Saat diwawancarai, siswa ini terlihat sangat gugup, tegang, dan kurang

tenang. Ketika sedang diwawancarai terkait tentang hasil jawaban yang siswa

ini kerjakan, konsepsi yang siswa ini miliki khususnya materi yang diujikan

dapat dikatakan sangat baik dan beralasan (4) Siswa yang bernama Abdul

Ridwan. Saat tes tertulis, siswa ini terlihat tidak cemas dan bahkan tidak

gugup. Ketika diwawancarai tentang kesiapan siswa ini dalam menghadapi

ujian mendadak, siswa ini menjawab siap menghadapinya selama materi itu

dikuasainya. Namun, hasil dari tes tertulis yang diperoleh siswa ini masih

belum cukup baik. (5) Siswa yang bernama Kezia .Y.V Nababan. Ketika

sedang melaksanakan tes tertulis, siswa ini terlihat gugup dan gelisah. Saat

diwawancarai siswa ini mengatakan bahwa ia kurang percaya dengan

kebenaran dari jawabannya sendiri, sebab siswa ini merasa kurang siap untuk

menghadapi tes tertulis dan Hasil dari tes tertulis yang diberikan juga kurang

baik. (6) Siswi yang bernama Firda Salsabila. Ketika sedang mengerjakan tes

tertulis, siswi ini terlihat tenang dan tidak gelisah. Hasil tes tertulis yang

diperoleh siswa ini dapat dikatakan cukup baik dalam hitung berhitung

namun kurang dalam memahami konsep dasar yang diberikan tes tertulis.

Saat diwawancara, siswa ini terlihat tenang dan tidak gugup. (5) Siswi yang

bernama Giansya Marsya Qonita. Hasil tes tertulis siswi ini sangat kurang

baik. Ketika diwawancara, siswi ini terlihat kurang tenang dan ketika

memaparkan hasil jawaban yang diperolehnya dari tes tertulis, siswi ini masih

dikategorikan kurang baik dalam hal konsepsi dasar definisi fungsi dan

proses perhitungan matematikanya, (7) Siswa yang bernama Ahmad Fhaqih.

Ketika sedang mengerjakan tes tertulis, siswa ini terlihat tenang dan santai.

saat diwawancarai juga terlihat santai akan tetapi hasil jawaban tes tertulisnya

sangat kurang baik. (8) Siswa yang bernama Ahmad Al-Ghiffari. Saat

diwawancarai, siswa ini terlihat gugup namun ketika ditanya “apakah siap

jika menghadapi ujian mendadak?” siswa ini menjawab “siap”. Siswa ini juga

Page 15: ANALISIS KECEMASAN BDAN KESULITAN ELAJAR MATEMATIKA

483

sempat belajar terlebih dahulu sebelum dilaksanakannya tes tertulis dikelas,

namun hasil tes tertulisnya kurang baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah, siswa yang memiliki tingkat

kecemasan matematika rendah mendorong siswa menjadi malas untuk

berusaha, namun hal ini biasanya terjadi pada siswa yang memiliki prestasi

belajar yang sangat baik atau sangat buruk. Hal ini menyebabkan prestasi

belajar siswa terhambat untuk terus meningkat. Siswa yang memiliki

kesulitan belajar matematika yang rendah lebih banyak dialami oleh siswa

yang memiliki tingkat kecemasan matematika yang relatif sedang atau rendah

dan memiliki prestasi belajar yang baik. Siswa yang berminat dalam belajar

matematika, tingkat kesulitan belajarnya relatif rendah dan prestasinya

cenderung naik. Siswa yang cenderung memiliki tingkat kecemasan di atas

rata-rata lebih banyak dialami oleh siswa yang memiliki tingkat kesulitan

belajar menengah ke atas dibandingkan siswa yang memiliki tingkat kesulitan

belajar yang rendah.

Untuk menyelesaikan problema ini, maka saran peneliti adalah dengan

memberikan suatu motivasi belajar, menanamkan minat dan kegemaran

dalam belajar matematika dan penanaman rasa percaya diri serta lingkungan

dan suasana belajar yang menyenangkan kepada siswa. Untuk mencapai

semua hal tersebut, maka guru adalah tokoh utama yang memiliki tugas

tersebut, di sisi lain dari tugas guru yang merupakan sebagai fasilitator dan

pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA

Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, 2010. Judul : Terampil Mengolah

Data Kualitatif Dengan NVIVO. Penerbit Prenada Media Group :

Jakarta.

Hamid Darmadi (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Suryabrata, Sumardi. 2012. Psikologi Kepribadian. Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Feist, Jess and Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba

Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco.