104
ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN IKAN LELE DUMBO (Kasus : Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat) SKRIPSI ROSMAWATI H34076135 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

  • Upload
    tranbao

  • View
    237

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN IKAN LELE DUMBO (Kasus : Kecamatan Babelan,

Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

ROSMAWATI H34076135

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

Page 2: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN IKAN LELE DUMBO (Kasus : Kecamatan Babelan,

Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

ROSMAWATI H34076135

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

Page 3: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

RINGKASAN

ROSMAWATI. Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus : Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, sehingga laut mempunyai potensi yang sangat besar. Beragam jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti udang, tuna, cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat.

Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia ditaksir mencapai 6,4 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan saat ini sebesar 4,4 juta ton per tahun (70 persen). Sementara itu, potensi Indonesia di sektor perikanan budidaya sebesar 15,95 juta hektar. Potensi budidaya ini terdiri atas potensi budidaya air tawar sebesar 2,23 juta hektar, budidaya air payau 1,22 juta hektar, dan potensi budidaya laut sebesar 12,44 juta hektar. Total produksi perikanan budidaya nasional saat ini baru sekitar 1,6 juta ton per tahun.

Dengan meningkatnya konsumsi ikan, juga akan meningkatkan produksi budidaya ikan air laut maupun budidaya ikan air tawar. Semakin meningkatnya permintaan ikan konsumsi tersebut maka adanya peluang bagi para petani untuk memenuhi permintaan ikan konsumsi tersebut, serta merencanakan jumlah produksi yang akan menghasilkan output lebih besar lagi untuk memperoleh manfaat yang lebih besar. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, karena ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara optimal di darat. Oleh karena itu ikan lele memiliki prospek pasar cukup cerah dilihat dari kelebihan ikan lele, yaitu dapat tahan hidup sehingga masyarakat senantiasa mengkonsumsinya dalam keadaan segar.

Pengusahaan perikanan air tawar yang ada di daerah Kabupaten Bekasi, salah satunya terdapat di Kecamatan Babelan. Di Kecamatan Babelan ini terdapat beragam komoditas ikan konsumsi yang diusahakan, seperti ikan patin, gurame, mujair, mas, dan lele. Untuk jenis ikan konsumsi, ikan lele dumbo adalah komoditas yang banyak diusahakan oleh para petani di Babelan. Pengusahaan ikan lele dumbo pada Kecamatan Babelan ini tergabung dalam kelompok tani yaitu Kelompok LPPMPU (Lembaga Pemberdayaan Pemuda dan Masyarakat Peduli Umat)

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan pengusahaan ikan lele dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial dan lingkungan, (2) Menganalisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele dilihat dari kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost (Net B/C Ratio), Internal Rate Of Return (IRR), dan Payback Period (PP), (3) Menganalisis sensitivitas pengusahaan ikan lele, apabila terjadi perubahan pada harga pakan dan harga jual output yaitu ikan lele.

Page 4: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Penelitian dilakukan di daerah Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada kelompok tani Lembaga Pemberdayaan Pemuda dan Masyarakat Peduli Umat (LPPMPU). LPPMPU mulai berjalan pada tahun 2004. Tujuannya di bentuk kelompok tani ini adalah untuk meningkatkan produksi hasil pembudidayaan ikan lele, serta mensejahterakan para anggota kelompok tani.

Analisis kelayakan finansial dilakukan melalui beberapa kriteria kelayakan finansial yang bertujuan untuk menganalisis sejauh mana tingkat kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele. Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan finansial dalam mengembangkan pengusahaan ikan lele dengan menggunakan modal sendiri pada tingkat diskonto sebesar 7 persen dari masing-masing pengusahaan ikan lele memperoleh nilai NPV sebesar Rp 190,564,149.51 pada pengusahaan pembenihan ikan lele, sedangkan nilai NPV yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp 118,979,693.69. Nilai NPV diperoleh lebih besar dari nol yang artinya usaha ini layak untuk dikembangkan, sedangkan nilai Net B/C yang diperoleh pada pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele adalah 3,77, dan 2,08 lebih besar dari satu yang berarti dari setiap satu satuan rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 3,77 dan 2,08 rupiah sehingga usaha ini layak untuk dikembangkan. Nilai IRR yang diperoleh adalah 51 persen, dan 25 persen lebih besar dari tingkat suku bunga deposito sebesar 7 persen artinya investasi di usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan deposito, sedangkan waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi yang ditanamkan pada masing-masing pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele adalah 1,35 tahun dan 1,40 tahun.

Selain menghitung analisis kelayakan, dihitung juga analisis switching value untuk mengetahui tingkat perubahan harga jual benih atau output yang dihasilkan oleh petani ikan LPPMPU, serta adanya kenaikan harga pakan berupa pelet, sehingga keuntungan mendekati normal dimana NPV mendekati atau sama dengan nol. Hasil perhitungan analisis switching value kelompok tani LPPMPU pada pengusahaan ikan lele dengan menggunakan modal sendiri untuk penurunan harga jual output yaitu benih ikan lele dengan ukuran 5-5,5 cm pada pengusahaan pembenihan ikan lele yaitu sebesar 23 persen dari harga benih Rp 150,00 per ekor menjadi Rp 115,00 per ekor, sedangkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele diperoleh hasil switching value sebesar 47 persen dari harga jual ikan konsumsi sebesar Rp 10.000,00 per kilogram menjadi Rp 5.318,00 per kilogram.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value pada pengusahaan pembenihan ikan lele terhadap kenaikan harga pakan benih ikan lele yaitu 64 persen untuk cacing sutra, 58 persen untuk pelet 99, dan 51 persen untuk pelet hiprovit. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele masih layak untuk dilaksanakan apabila besarnya kenaikan harga pakan cacing sutra, pelet 99, dan pelet hiprovit tidak melebihi dari 64 persen, 58 persen, dan 51 persen. Sementara itu kenaikan harga pakan pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 49 persen untuk pakan pelet hiprovit, dan sebesar 31 persen untuk pakan pelet 782, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele masih layak untuk dikembangkan apabila kenaikan harga pakan tidak melebihi dari 49 persen, dan 31 persen.

Page 5: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN IKAN LELE DUMBO (Kasus : Kecamatan Babelan,

Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

ROSMAWATI H34076135

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

Page 6: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus : Kecamatan

Babelan, Kabupaten, Bekasi, Propinsi Jawa Barat)

Nama : Rosmawati

NRP : H34076135

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 19550713 198703 2 001

Diketahui Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 7: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis

Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus : Kecamatan Babelan Kabupaten

Bekasi Propinsi Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2010

Rosmawati H34076135

Page 8: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi tanggal 16 Mei 1986. Penulis adalah anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bahrim Lubis dan Ibunda

Dahriani Lubis.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Pekayon Jaya III

pada tahun 1998 dan pendidikan tengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di

SLTPN 12 Bekasi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Tulus Bhakti

Jatiasih diselesaikan pada tahun 2004.

Penulis melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Kelayakan

Pengusahaan Ikan Lele Dumbo (Kasus : Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi

Propinsi Jawa Barat) , dibimbing oleh Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS.

Page 9: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

”Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus : Kecamatan Babelan

Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat)”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan pengusahaan ikan lele

apakah usaha yang dijalakan layak atau tidak dengan investasi yang ditanamkan,

serta menganalisis sensitivitas dengan menggunakan analisis switching value atau

nilai pengganti untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau

aktivitas ekonomi, apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau

adanya perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, April 2010

Rosmawati

Page 10: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini juga tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah

SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan

skripsi ini.

2. Kepada Ir. Netti Tinaprilla, MM dan Ir. Harmini, M.Si selaku dosen penguji.

3. Kepada Rika Miftahul Jannah, selaku pembahas skripsi ini.

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang

diberikan. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik.

5. Kepada Dinas Perikanan Kabupaten Bekasi, Kepala UPTD Kecamatan Babelan

atas waktu, kesempatan, dan informasi yang diberikan.

6. Kepada seluruh anggota Kelompok Tani Lembaga Pemberdayaan Pemuda dan

Masyarakat Peduli Umat, yaitu Pak Sumirta, Pak H. Marjani, Pak Rohmat, dan

Pak Misar yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan 41 atas

semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh

pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, April 2010

Rosmawati

Page 11: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vi I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 5 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 8 1.5. Ruang Lingkup ........................................................................ 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10 2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo ............................................... 10 2.2. Habitat dan Tingkah Laku Ikan Lele ....................................... 11 2.3. Kegiatan Budidaya Ikan Lele .................................................. 12 2.3.1. Kegiatan Pembenihan Ikan Lele .................................... 12 2.3.2. Kegiatan Pendederan Ikan Lele ..................................... 14 2.3.3. Kegiatan Pembesaran Ikan Lele .................................... 15 2.4. Penanggulangan Hama dan penyakit ....................................... 16 2.5. Pakan Ikan Lele ....................................................................... 17 2.6. Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................ 25 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 25 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ................................................ 25 3.1.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan ...................................... 25 3.1.2.1. Aspek Pasar ...................................................... 26 3.1.2.2. Aspek Teknis .................................................... 27 3.1.2.3. Aspek Manajemen ............................................ 27 3.1.2.4. Aspek Sosial dan Lingkungan .......................... 28 3.1.2.5. Aspek Finansial ................................................ 28 3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat ............................................... 29 3.1.4. Analisis Finansial .......................................................... 29 3.1.5. Analisis Sensitivitas ....................................................... 31 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 32

IV. METODE PENELITIAN ............................................................. 35 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 35 4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 35 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis data ..................................... 35

Page 12: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

4.3.1. Analisis Aspek Pasar ..................................................... 36 4.3.2. Analisis Aspek Teknis ................................................... 36 4.3.3. Analisis Aspek Manajemen ........................................... 37 4.3.4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ......................... 37 4.3.5. Analisis Kelayakan Finansial ........................................ 37 4.3.5.1. Net Present Value (NPV) ................................. 37 4.3.5.2. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) ..... 38 4.3.5.3. Internal Rate of Return (IRR) ........................... 39 4.3.5.4. Analisis Payback Period .................................. 40 4.3.2. Analisis Sensitivitas ....................................................... 40 4.4. Asumsi Dasar yang digunakan ................................................ 41

V. GAMBARAN UMUM .................................................................. 43 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian .................................................... 43 5.1.1. Letak dan keadaan Alam ............................................... 43 5.1.2. Kependudukan ............................................................... 44 5.1.3. Prasarana dan Sarana ..................................................... 45 5.2. Gambaran Umum Pengusahaan Ikan Lele .............................. 45 5.3 Kelompok Pembudidaya ........................................................... 46

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL ....................... 49 6.1. Aspek Pasar ............................................................................. 49 6.1.1. Permintaan dan Penawaran ............................................ 49 6.1.2 Pemasaran ....................................................................... 50 6.2. Aspek Teknis ........................................................................... 51 6.2.1. Lokasi Usaha ................................................................. 52 6.2.2. Proses Produksi .............................................................. 54 6.2.2.1. Kegiatan Pembenihan Ikan Lele ....................... 54 6.2.2.2. Kegiatan Pendederan Ikan Lele ........................ 60 6.2.2.3. Kegiatan Pembesaran Ikan Lele ....................... 63 6.3. Aspek Manajemen ................................................................... 66 6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan ................................................. 67

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ................................... 68 7.1. Arus Pengeluaran dan Arus Penerimaan ................................. 68 7.1.1. Arus Pengeluaran ........................................................... 68 7.1.2. Biaya Investasi ............................................................... 68 7.1.3. Biaya Operasional .......................................................... 71 7.1.3.1. Biaya Tetap ....................................................... 71 7.1.3.2. Biaya Variabel .................................................. 71 7.2. Arus Penerimaan ...................................................................... 76 7.3. Kelayakan Analisis Finansial .................................................. 78

Page 13: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

7.3.1. Kelayakan Analisis Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ................... 78 7.3.2. Kelayakan Analisis Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ................... 80 7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU .......... 81 7.5. Kelayakan Analisis Pengembangan Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................... 82 7.6. Analisis Switching Value ......................................................... 83

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 85 8.1. Kesimpulan .............................................................................. 85 8.2. Saran ........................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 87 LAMPIRAN ............................................................................................. 89

Page 14: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

DAFTAR TABEL Nomor Halaman

1. Perbandingan Zat Gizi yang Terkandung dalam Beberapa Sumber Protein Hewani Per Kilogram .......................................... 2

2. Perkembangan Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Ikan Konsumsi di Kabupaten Bekasi Tahun 2004-2008 .............. 3

3. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Kedung Pengawas Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009 ....................................... 44

4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Babelan Tahun 2008-2009 ............................................................ 44

5. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU .................................................... 69

6. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................ 70

7. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................................... 71

8. Rincian Biaya Variabel Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................................... 76

9. Nilai Sisa Investasi Pada Pengusahaan Ikan Lele ......................... 78

10. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................. 79

11. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................. 81

12. Perbandingan Hasil Kelayakan Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ................ 81

13. Kelayakan Finansial Pengembangan Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU .................................................... 82

Page 15: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

14. Analisis Switching Value Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................. 84

Page 16: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Operasional Penelitian .................................................. 34

2. Skema Aliran Pemasaran Ikan Lele .............................................. 51

3. Alur Proses Persiapan Kolam Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................. 57

4. Alur Teknik Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ....................................................................................... 60

5. Alur Proses Produksi Pendederan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................................... 63

6. Alur Proses Produksi Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................................... 66

7. Struktur Organisasi Pada Kelompok Tani LPPMPU .................... 66

Page 17: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi ................................. 90

2. Rincian Biaya Reinvestasi Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU .................................................... 91

3. Rincian Biaya Reinvestasi Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU .................................................... 92

4. Laporan Rugi Laba Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU .................................................... 93

5. Laporan Rugi Laba Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU .................................................... 94

6. Analisis Cash Flow Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU .................................................... 95

7. Analisis Cash Flow Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU .................................................... 97

8. Analisis Cash Flow Pengembangan Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU .................................... 99

9. Analisis Cash Flow Pengembangan Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU .................................... 101

10. Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Benih Ikan Lele Sebesar 28 Persen Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................. 103

11. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Cacing Sutra Sebesar 97 Persen Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................. 105

12. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Pelet Hiprovit Sebesar 56 Persen Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................. 107

Page 18: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

13. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Pelet 99 Sebesar 250 Persen Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................. 109

14. Analisis Switching Value Penurunan Harga Ikan Lele Ukuran Konsumsi Sebesar 48 Persen Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................ 111

15. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Pelet 782 Sebesar 93 Persen Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................. 113

16. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Pelet Hiprovit Sebesar 85 Persen Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................. 115

17. Daftar Kuisioner Pada Pengusahaan Ikan Lele ............................. 117

18. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPPMPU ............................................................................. 122

19. Pola Tanam Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU ............................................................................... 123

Page 19: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri

atas perairan, sehingga laut mempunyai potensi yang sangat besar. Beragam jenis ikan

yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti udang, tuna, cakalang, ubur-ubur, kepiting,

ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat pada

perairan Indonesia 1).

Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan

perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai

6,4 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan saat ini sebesar 4,4 juta ton per tahun

(70 persen). Sementara itu, potensi Indonesia di sektor perikanan budidaya sebesar 15,95

juta hektar. Potensi budidaya ini terdiri atas potensi budidaya air tawar sebesar 2,23 juta

hektar, budidaya air payau 1,22 juta hektar, dan potensi budidaya laut sebesar 12,44 juta

hektar. Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan budidaya, saat ini baru sekitar 10,1

persen untuk budidaya air tawar, 40 persen untuk budidaya air payau, dan 0,01 untuk

budidaya laut. Total produksi perikanan budidaya nasional saat ini baru sekitar 1,6 juta

ton per tahun. Kegiatan budidaya ikan di Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun, hal

ini dikarenakan kondisi perairan di Indonesia beriklim tropis 2).

Selama ini kegiatan budidaya lebih banyak dilakukan oleh pembudidaya skala

kecil yang belum memiliki akses terhadap manajemen usaha, pasar dan permodalan.

Dalam rangka pemerataan pembangunan, sektor budidaya perikanan dapat dijadikan

salah satu sektor penggerak perekonomian. Apabila dibandingkan dengan sektor

perikanan tangkap yang penuh dengan ketidakpastian, sektor budidaya tampak lebih

menjanjikan untuk dikembangkan. Dilihat dari penggunaan lahan, modal sumberdaya

manusia mau pun manajemennya, usaha budidaya memungkinkan masyarakat melakukan

usahanya dengan daya dukung yang terbatas.

Permintaan terhadap ikan dan produk perikanan lainnya dalam sepuluh tahun

terakhir meningkat, terutama setelah munculnya wabah penyakit sapi gila, flu burung,

serta penyakit kuku dan mulut. Disamping itu, sekarang ini sedang terjadi perubahan

kecenderungan konsumsi dunia dari protein hewani ke protein ikan. Komoditi perikanan

merupakan komoditi ekspor dimana kebutuhan ikan dunia meningkat rata-rata 5 persen

per tahun.

1) Tribun Timur.2007. Konsumsi Ikan Menjamin Sehat dan Cerdas. http://www.tribun-timur.com. Diakses pada tanggal 20 Juni 2009.

2) Departemen Kelautan dan Perikanan. www.dkp.go.id. Indonesia dan Negara Asia, Up Date Data Perikanan. Diakses pada tanggal 20 Juni 2009.

Page 20: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Pada saat ini konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan.

Hal ini dapat dilihat dari konsumsi ikan masyarakat Indonesia yang walau pun masih

rendah, tetapi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tingkat konsumsi ikan

meningkat dari 22,58 kilogram per kapita per tahun pada Tahun 2004, pada Tahun 2007

meningkat menjadi 28,28 kilogram per kapita, sedangkan pada Tahun 2008 naik menjadi

29,98 kilogram per tahun 3). Peningkatan tersebut terjadi akibat keberhasilan program

pemerintah yaitu, pemerintah mencanangkan program Gerakan Makan Ikan (Gemarikan)

dan Pembentukan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (Forikan). Dengan

adanya program pemerintah tersebut diharapkan dapat terus terjadi semakin

meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi ikan.

Ikan merupakan salah satu jenis lauk-pauk yang dapat dikategorikan makanan

empat sehat lima sempurna. Daging ikan memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan

dengan daging lainnya, seperti daging ayam dan daging sapi. Perbandingan nilai gizi

yang terkandung dalam berbagai sumber protein hewani dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Zat Gizi yang Terkandung dalam Beberapa Sumber Protein Hewani Per Kilogram

Unsur Gizi Lele Mas Kembung Udang Tawes Betok Sapi Ayam

Air (gram) 75,10 80,00 76,00 78,50 82,00 75,00 66,00 63,3

Protein (gram)

37,00 16,00 22,00 18,10 9,7 17,50 18,00 18.20

Lemak (gram) 4,80 2,00 1,00 0,10 5,1 5,00 14,00 25,00

Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan (2003)

Berdasarkan Tabel 1, ikan lele memiliki kandungan gizi yang paling baik

dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Daging ikan lele mengandung

protein yang berkualitas tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya dan hewan

lainnya. Protein dalam ikan sangat baik, karena tersusun dari asam-asam amino yang

dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan. Selain itu protein ikan amat mudah dicerna dan

diabsorbsi tubuh (DKP 2003). Ikan pun sering disebut juga sebagai makanan untuk

kecerdasan karena mengandung lemak omega-3 yang berfungsi sebagai asam lemak otak

yang terutama berperan dalam proses tumbuh kembang otak janin.

3) Tempo Interaktif. 2009. Penduduk Yogya Kekurangan Ikan Lele. www.tempointeraktif.com. Diakses pada tanggal 19 November 2009

Page 21: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi perikanan air

tawar yaitu Kabupaten Bekasi. Kabupaten Bekasi memiliki potensi sumberdaya

perikanan yang cukup besar dengan berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis

tinggi, serta didukung oleh luas perairan umum (rawa) sekitar 74 hektar, lahan kolam 785

hektar, lahan tambak 12.000 hektar, dan lahan sawah berpengairan teknis yang

memungkinkan untuk usaha budidaya mina padi seluas 43.173 hektar (Dinas Peternakan,

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bekasi 2009).

Tersedianya sumberdaya dan faktor klimatologis yang mendukung serta

peluang pasar yang terbuka menjadikan kegiatan usaha budidaya perikanan di

Kabupaten Bekasi mengalami perkembangan yang baik. Hal ini terlihat dari data

peningkatan produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bekasi dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Ikan Konsumsi di Kabupaten Bekasi Tahun 2004-2008

No Jenis Ikan

Produksi (ton)

Jumlah

Presentasi Kenaikan Produksi

(%) 2004 2005 2006 2007 2008

1. Mas 34.4 62 105.6 96.8 101.46 400.26 22.32%

2. Gurame 8.5 33.3 24.5 17.5 18.4 102.2 35.98

3. Lele 96.5 96.7 107.3 159.4 176.77 636.67 23.27%

4. Tawes 17.8 16.3 13.8 16.3 14.88 79.08 (15.61%)

5. Nila 62.4 85 115 120.5 130.5 513.4 21.15%

Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bekasi (2009)

Berdasarkan Tabel 2, tingkat produksi ikan lele di Kabupaten Bekasi pada Tahun

2004-2008 mencapai angka 636,67 ton, mengalami peningkatan produksi sebesar 23,27

persen. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Bekasi dapat diketahui bahwa produksi ikan budidaya air tawar di Kabupaten Bekasi

pada tahun 2004-2008 yang masih mengalami peningkatan salah satunya adalah ikan lele

dumbo.

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan konsumsi yang

memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, karena ikan lele adalah salah

Page 22: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

satu komoditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara optimal di darat.

Oleh karena itu ikan lele memiliki prospek pasar cukup cerah dilihat dari kelebihan ikan

lele, yaitu dapat tahan hidup sehingga masyarakat senantiasa mengkonsumsinya dalam

keadaan segar. Selain itu beberapa keunggulan dari ikan lele sebagai komoditas budidaya

diantaranya ikan ini dapat dipijahkan sepanjang tahun, tumbuh lebih cepat, dapat hidup

pada lingkungan yang kotor dan sedikit oksigen, dapat mencapai ukuran yang lebih besar,

dan dapat diberikan pakan tambahan bermacam-macam (Agriminakultura 2008).

Salah satu aspek penting dalam melakukan pengusahaan ikan lele adalah kegiatan

pemasaran. Hal ini sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat, sebab

dalam upaya tersebut dapat menentukan hasil distribusi produksi perikanan dari tangan

produsen ke konsumen. Sebelum melakukan pemasaran perlu adanya upaya pra

pemasaran yang dapat meningkatkan mutu produksi perikanan air tawar yaitu kegiatan

pembenihan dan pembesaran ikan lele. Cara ini dianggap mampu mempertahankan mutu

produk dari produsen hingga konsumen dan merupakan salah satu mata rantai

perekonomian strategis yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Pengusahaan perikanan air tawar yang ada di daerah Kabupaten Bekasi, salah

satunya terdapat di Kecamatan Babelan. Di Kecamatan Babelan ini terdapat beragam

komoditas ikan konsumsi yang diusahakan, seperti ikan patin, gurame, mujair, mas, dan

lele. Untuk jenis ikan konsumsi, ikan lele dumbo adalah komoditas yang banyak

diusahakan oleh para petani di Babelan. Pengusahaan ikan lele dumbo pada Kecamatan

Babelan ini tergabung dalam kelompok tani yaitu Kelompok LPPMPU (Lembaga

Pemberdayaan Pemuda dan Masyarakat Peduli Umat).

Pengusahaan ikan lele yang dilakukan pada kelompok tani LPPMPU diantaranya

pengusahaan pembenihan ikan lele (termasuk pendederan) dan pengusahaan pembesaran

ikan lele. Pengusahaan pembenihan dilakukan untuk mendapatkan benih yang berkualitas

dengan ukuran sekitar 5-5,5 cm, sedangkan pengusahaan pembesaran ikan lele

merupakan kegiatan menghasilkan ikan lele ukuran konsumsi yaitu 9-10 ekor per

kilogram.

Tujuan dari kelompok tani LPPMPU dalam jangka pendek adalah memperoleh

keuntungan yang maksimal dari hasil kegiatan yang dilakukan, sedangkan tujuan jangka

panjangnya adalah mempertahankan keberlangsungan hidup dan mengembangkan

usahanya menjadi skala besar dari anggota kelompok tani LPPMPU. Oleh karena itu,

dalam rangka mencapai tujuan tersebut kelompok tani LPPMPU perlu mengelola

usahanya dengan baik. Dengan demikian, pentingnya melakukan analisis kelayakan

pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU yaitu dapat membantu para pelaku

Page 23: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

yang terkait didalamnya menyusun alternatif-alternatif yang baik sehingga dapat

memajukan usaha tersebut sesuai dengan aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial

dan lingkungan, aspek pasar serta memastikan bahwa akan memberikan hasil yang

optimal. Dengan adanya analisis tersebut juga dapat melakukan keputusan dengan baik

mengenai upaya dalam memasarkan produk yang dihasilkan, agar kegiatan yang

dilakukan dapat memberikan keuntungan bagi pihak yang terlibat khususnya bagi petani

ikan lele. Hal tersebut dapat diketahui dengan menggunakan analisis finansial melalui

beberapa kriteria kelayakan usaha, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal

Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Selain itu juga dilakukan pula tingkat

sensitivitas apabila terjadi perubahan yang berkaitan dengan perubahan manfaat dan

biaya.

1.2. Perumusan Masalah

Keanekaragaman jenis ikan memberi peluang besar dalam kegiatan budidaya

perikanan ikan air tawar, baik usaha perikanan tangkap maupun perairan umum (waduk,

danau, sungai, dan rawa) serta usaha budidaya ikan di kolam, keramba, dan jaring apung.

Sektor budidaya telah berkembang menjadi sektor usaha yang memiliki peranan penting

terutama sebagai sumber lapangan kerja, sumber bagi pendapatan masyarakat serta

sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat.

Salah satu sektor budidaya yang memiliki potensi adalah pengusahaan ikan lele

dumbo. Dengan semakin dikenalnya konsumsi ikan lele di kalangan masyarakat jumlah

pedagang pecel lele semakin meningkat, sehingga meningkat pula permintaan terhadap

ikan lele dumbo setiap tahunnya. Untuk itu pengusahaan ikan lele pada tahap pembenihan

dan pendederan merupakan usaha yang cukup penting bagi pengusahaan pembesaran ikan

lele ukuran konsumsi.

Keberhasilan produksi pembesaran ikan ukuran konsumsi tergantung pada

ketersediaan benih ikan lele yang baik, karena benih merupakan salah satu faktor penting

yang menunjang keberhasilan pengusahaan ikan lele. Benih perlu tersedia dalam jumlah

yang tepat dan kualitas yang baik. Benih yang baik akan menghasilkan ikan dengan

pertumbuhan yang cepat dan tahan terhadap penyakit.

Salah satu alternatif usaha yang berkembang di Provinsi Jawa Barat adalah ikan

lele. Pengusahaan jenis ikan ini memiliki keunggulan, yaitu dapat dibudidayakan di lahan

dan sumber air terbatas dengan padat tebar tinggi, serta dapat dipijahkan sepanjang tahun.

Daerah yang memiliki potensi untuk melakukan kegiatan pengusahaan ikan lele di

Propinsi Jawa Barat salah satunya adalah Kabupaten Bekasi, Kecamatan Babelan.

Page 24: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Kegiatan pengusahaan ikan lele yang dilakukan di daerah Kecamatan Babelan

yaitu dari kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran. Petani ikan lele di

Kecamatan Babelan terbentuk dalam kelompok tani yang dinamakan LPPMPU. Pada

awalnya pengusahaan ikan lele di Kecamatan Babelan sudah berkembang dengan pesat,

namun perkembangannya telah menyebabkan penurunan mutu benih yang dihasilkan.

Permasalahan yang dihadapi pada pengusahaan ikan lele ini yaitu turunnya kualitas dan

kuantitas benih ikan lele yang dihasilkan oleh para petani, baik pertumbuhan, daya tahan

terhadap penyakit, maupun kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya,

serta kurang pengetahuan dalam kegiatan produksi sehingga produksi yang dihasilkan

tidak kontinyu. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan produksi yang dihasilkan oleh

petani ikan lele yang mengakibatkan para petani ikan lele tidak mampu mencukupi

permintaan ikan lele ukuran konsumsi khususnya untuk daerah Kabupaten Bekasi.

Selain itu, permasalahan yang dihadapi oleh petani adalah belum menerapkan

pola tanam yang teratur, sehingga penebaran benih dan masa pemeliharaan tidak teratur.

Masa pemeliharaan yang tidak teratur berpengaruh terhadap pemberian pakan yang

berlebihan selama menjalankan pengusahaan ikan lele, serta penebaran benih yang tidak

teratur berpengaruh terhadap perkembangan ikan itu sendiri, yang dapat menyebabkan

ukuran ikan tidak sama besar.

Kendala lain yang dihadapi petani adalah biaya produksi pengusahaan ikan lele

sering kali mengalami fluktuasi dalam produksi dan harga. Kegiatan utama dalam

pengusahaan ikan lele dumbo adalah produksi, sedangkan dalam berproduksi

memerlukan input-input produksi dimana harga-harga input (pakan atau pelet baik untuk

induk maupun benih, serta hormon perangsang untuk pemijahan) dipengaruhi oleh nilai

tukar mata uang, serta adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani untuk

mengembangkan usahanya menjadi skala usaha besar. Hal ini dapat dilihat dari

permasalahan petani untuk menambah lahan dan kolam sebagai proses produksi masih

kurang, dikarenakan masih terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani.

Pada awal melakukan pengusahaan ikan lele dumbo membutuhkan investasi yang

tidak sedikit, sehingga diperlukan biaya yang cukup besar untuk mempersiapkan dan

melaksanakan usaha ini. Meskipun tingkat keberhasilannya tinggi karena dalam

pengusahaan ikan lele dumbo tergolong hewan yang mudah untuk dibudidayakan, tetapi

besarnya biaya yang dikeluarkan harus diperhitungkan dengan hasil yang akan diperoleh.

Besar kecilnya investasi yang dikeluarkan disesuaikan dengan skala usaha yang

dilakukan dan tingkat pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu

diperlukan analisis kelayakan pengusahaan ikan lele dumbo untuk mengetahui apakah

Page 25: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

pengusahaan ikan lele ini layak untuk dilaksanakan, sehingga investasi yang dikeluarkan

untuk melakukan usaha ini dapat membuahkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.

Investasi yang dikeluarkan pada masing-masing anggota kelompok tani LPPMPU

dalam pengusahaan ikan lele dumbo belum dianalisis kelayakannya secara finansial

maupun non finansial, sehingga belum dapat diketahui apakah usaha ini akan

mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi kelompok tani LPPMPU. Selain itu juga

pentingnya melakukan analisis kelayakan pengusahaan ikan lele dumbo pada kelompok

tani LPPMPU adalah untuk mengembangkan usaha yang dijalankan di masa mendatang,

agar pengusahaan ikan lele dumbo tersebut menjadi skala usaha besar serta mampu

memenuhi permintaan ikan lele dumbo ukuran konsumsi khususnya di Kota Bekasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi

dalam pengusahaan ikan lele dumbo dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kelayakan pengusahaan ikan lele di daerah penelitian dilihat dari

aspek non finansial yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, serta aspek sosial

dan lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan finansial pengusahaan ikan lele dilihat dari kriteria

investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C

Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP)?

3. Bagaimana pengaruhnya jika terjadi peningkatan biaya produksi dan

penurunan harga jual output (benih ikan lele) pada pengusahaan ikan lele?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan pengusahaan ikan lele dilihat dari aspek non finansial yaitu

aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek sosial dan lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele dilihat dari kriteria investasi

yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal

Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).

3. Menganalisis sensitivitas pengusahaan ikan lele, apabila terjadi perubahan pada

harga pakan dan harga jual output yaitu benih dan ikan lele ukuran konsumsi.

Page 26: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Bahan informasi dan bahan rujukan penelitian bagi pihak-pihak yang

berkepentingan.

2. Bahan informasi bagi pihak perbankan atau non bank mengenai tingkat

pengembalian investasi dan kelayakan pengusahaan ikan lele, sehingga dapat

memberikan daya tarik bagi mereka untuk menanamkan modal pada kegiatan

tersebut.

3. Bagi pembudidaya ikan lele, sebagai salah satu rekomendasi untuk pengambilan

keputusan dalam mengembangkan usaha yang sedang dijalankan.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya dilakukan di Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan,

Kabupaten Bekasi. Penelitian ini membahas mengenai pengusahaan ikan lele dengan

menggunakan kolam semen dan kolam terpal. Kegiatan yang dilakukan dalam

pengusahaan ikan lele ini adalah pembenihan ikan lele yang menghasilkan benih

berukuran 5-5,5 cm, sedangkan pengusahaan pembesaran ikan lele menghasilkan 9-10

ekor per kilogram. Adapun analisis kelayakan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, serta

aspek sosial dan lingkungan, sedangkan aspek finansial meliputi Net Present Value

(NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan

Payback Period (PP). Hasil perhitungan pada aspek finansial menggunakan cashflow

yang diolah dengan menggunakan sofware Microsoft Excel.

Page 27: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau

Jawa, baik dibudidayakan di kolam maupun di keramba (sungai, danau dan

irigasi). Sebagai bagian kelompok hewan berdarah dingin, sebagian besar ikan

termasuk ikan lele sangat efisien dalam mengonversi energi yang berasal dari

pakan menjadi protein (Khairuman dan Amri 2008). Hal ini tentu sangat

menguntungkan karena dalam pembudidayaan ikan lele dumbo, pakan merupakan

komponen biaya investasi yang cukup besar. Pemanfaatan pakan secara efektif

akan menyokong laju pertumbuhan. Artinya, pakan yang diberikan dapat

sepenuhnya dimanfaatkan untuk memacu laju pertumbuhan yang lebih cepat

sehingga masa pemeliharaan dapat dipersingkat.

Lele dumbo adalah ikan pendatang baru yang merupakan keturunan lele

hasil persilangan antara lele asli dari Taiwan dan lele yang berasal dari Afrika.

Ikan hasil persilangan ini kemudiaan diintroduksi (dimasukkan) ke negara

Indonesia sekitar tahun 1986. Karena ukuran tubuhnya yang cepat besar atau

bongsor dan melebihi ikan lele lokal, lele ini kemudian dinamakan lele dumbo.

Kata ”dumbo” diduga berasal dari kata “jumbo” yang berarti berukuran besar atau

raksasa (Khairuman dan Amri 2008).

Seperti umumnya ikan dari jenis ikan lele dumbo memiliki kulit tubuh

yang licin, berlendir, dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari, warna tubuh

lele berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna tubuhnya berubah menjadi

loreng seperti mozaik hitam-putih. Mulut ikan lele dumbo relatif lebar, yaitu

lebih kurang ¼ dari panjang total tubuhnya. Tanda spesifik lainnya dari lele

dumbo adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi

sebagai alat peraba saat bergerak atau ketika mencari makan (Khairuman dan

Amri 2008).

Sebagai alat bantu untuk berenang, lele dumbo memiliki tiga buah sirip

tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur. Lele dumbo juga memiliki

sirip berpasangan, yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada dilengkapi dengan

Page 28: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

sirip yang keras dan runcing yang disebut dengan patil. Patil ini berguna sebagai

senjata dan alat bantu untuk bergerak (Khairuman dan Amri 2008).

2.2. Habitat dan Tingkah Laku Ikan Lele

Habitat atau lingkungan hidup lele dumbo adalah air tawar. Seperti sungai

yang alirannya air tidak terlalu deras, atau perairan yang tenang misalnya danau,

waduk, rawa serta genangan-genangan kecil (kolam). Menurut Agriminakultura

(2008), salah satu sifat lele dumbo adalah suka meloncat ke darat terutama pada

malam hari. Munculnya sifat ini karena lele merupakan hewan yang aktivitas

hidupnya dilakukan pada malam hari atau biasa disebut hewan nocturnal. Sifat ini

akan lebih tampak pada saat lele dumbo mencari makan, itulah sebabnya lele

dumbo akan lebih suka berada di tempat gelap dibandingkan dengan berada di

tempat yang terang. Sifat lain dari ikan lele dumbo adalah memiliki kebiasaan

mencari makan di dasar perairan (bottom feeder) yang menyebabkan air kolam

tampak keruh.

Lele dumbo dilengkapi insang tambahan (organ arborescent) yang dikenal

dengan sebutan labyrinth. Dengan organ ini lele dumbo bisa hidup dalam lumpur

atau kandungan oksigennya sedikit. Bahkan dengan organ tersebut, lele dumbo

mampu hidup di luar air selama beberapa jam asalkan udara sekitarnya cukup

lembab (Khairuman dan Amri 2008).

Kualitas air tidak menjadi masalah untuk ikan lele tidak seperti ikan-ikan

lainnya, lele tidak menuntut air yang berkualitas misalnya air yang jernih dan air

yang mengalir. Karena itu ikan lele bisa dipelihara di kolam penampungan

buangan air di belakang rumah, bahkan dicomberan sekalipun (Khairuman dan

Amri 2008). Pada kelompok tani LPPMPU kolam yang digunakan untuk

pengusahaan ikan lele menggunakan kolam semen dan kolam terpal yang terletak

di sekitar halaman rumah para petani ikan lele. Dalam pengusahaan ikan lele perlu

juga diperhatikan keadaan suhu air dan tingkat keasaman air (pH). Kondisi iklim

di derah Kecamatan Babelan cukup mendukung untuk melakukan pengusahaan

ikan lele yaitu berkisar antara 27-32 0C, sedangkan tingkat keasaman air tanah

yang dipergunakan untuk kegiatan produksi ikan lele sebesar 7,3.

Page 29: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Ditinjau dari jenis makanannya pakan alami ikan lele dumbo adalah

binatang renik yang hidup di dasar mau pun di dalam air seperti jentik-jentik

nyamuk, larva serangga, anak-anak siput, kutu air, dan sisa bahan organik yang

masih segar. Lele juga bersifat kanibal, yaitu makan sesama ikan yang ukurannya

lebih kecil bila kekurangan pakan (Agriminakultura 2008).

2.3. Kegiatan Budidaya Ikan Lele

Dalam budidaya lele atau perikanan pada umumnya dikenal adanya

subsistem atau kegiatan pembenihan (termasuk didalamnya pemijahan), kegiatan

pendederan dan kegiatan pembesaran. Ketiga kegiatan tersebut saling

berhubungan dalam melakukan pengusahaan ikan lele. Jika ada permasalahan

dalam suatu subsistem, maka akan berpengaruh terhadap subsistem lainnya. Pada

saat ini sebagian besar petani ikan lele mulai memilih kegiatan yang lebih spesifik

seperti spesialisasi pembenihan, spesialisasi pendederan, dan spesialisasi

pembesaran. Dengan demikian, peluang usaha budidaya ikan lele dari masing-

masing subsistem akan terbuka lebar, karena kegiatan pendederan dan

pembesaran tidak akan dapat berjalan apabila tidak ada kegiatan pembenihan, dan

begitu juga sebaliknya kegiatan pembenihan tidak akan dapat berjalan jika tidak

ada kegiatan pendederan dan pembesaran. Sehingga tidak ada masyarakat yang

akan mengkonsumsi ikan lele (Agriminakultura 2008).

2.3.1. Kegiatan Pembenihan Ikan Lele

Secara umum pembenihan adalah kegiatan budidaya lele untuk

menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk

jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Kegiatan pembenihan

bisa dilakukan di dalam ruangan tertutup atau di ruang terbuka di sekitar rumah.

Usaha budidaya ikan lele bermula dari kegiatan menghasilkan benih, untuk

selanjutnya didederkan dan dibesarkan sampai mencapai ukuran konsumsi

(Agriminakultura 2008).

Tahapan dalam kegiatan pembenihan diawali dengan penyiapan media

unit pembenihan, manajemen atau pengelolaan induk yang baik, pemijahan,

sampai dengan penetasan telur menjadi telur atau larva yang kemudian

dilanjutkan dengan usaha pemeliharaan larva sampai ukuran tertentu untuk

Page 30: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

tahapan pendederan. Induk yang akan dipijahkan dipilih yang sudah matang

kelamin dan umurnya tidak kurang dari satu tahun.

Menurut peternak ikan lele, ciri induk betina ikan lele yang telah siap

untuk dipijahkan diantaranya bagian perut tampak membesar kearah anus dan jika

diraba terasa lembek, lubang kelamin berwarna kemerahan dan tampak agak

membesar. Jika bagian perut secara perlahan diurut kearah anus, akan keluar

beberapa butir telur berwarna kekuning-kuningan dan ukurannya relatif besar,

serta pergerakannya lamban dan jinak, sedangkan ciri-ciri induk ikan lele jantan

yang telah siap untuk dipijahkan diantaranya alat kelamin tampak jelas dan lebih

runcing, warna tubuh agak kemerah-merahan, tubuhnya ramping dan gerakannya

lincah.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam kegiatan pemijahan ikan

lele. Saat ini dikenal 3 cara pemijahan, yaitu pemijahan secara alami, pemijahan

semi alami, dan pemijahan buatan. Pemijahan alami diartikan sebagai pemijahan

yang dilakukan dengan cara induk tidak diberi rangsangan, sehingga memijah

secara alami (memijah dengan sendirinya di kolam pemijahan). Pemijahan semi

alami adalah pemijahan dengan cara induk diberi rangsangan dari kelenjar

hipofisa atau hormon ovaprim agar terangsang untuk segera memijah dan

melakukannya secara alami atau memijah sendiri. Adapun pemijahan buatan

adalah induk diberi rangsangan atau suntikan kelenjar hipofisa atau hormon

ovaprim, kemudian memijah secara buatan dengan bantuan manuasi. Untuk

diketahui, kelenjar hipofisa berada di kepala ikan di bawah otak, sementara

ovaprim merupakan hormon (campuran GnRh dan Domperidone).

Pada kelompok tani LPPMPU petani yang melakukan pengusahaan ikan

lele dalam kegiatan pembenihan atau pemijahan dengan cara pemijahan semi

alami yaitu dengan menggunakan ovaprim dan aqua destilata. Teknik

pembenihan dilakukan dengan memilih terlebih dahulu induk ikan lele yang siap

untuk dipijahkan, kemudian dari masing-masing induk ikan lele tersebut

disuntikkan ovaprim yang telah dicampur dengan aqua destilata. Setelah induk

ikan lele disuntik dengan ovaprim maka ikan tersebut ditempatkan pada kolam

pemijahan yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam waktu 24 jam induk ikan lele

Page 31: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

tersebut akan menghasilkan telur sebanyak 25.000 butir telur yang terletak pada

kakaban atau sarang telur.

Proses produksi pembenihan ikan lele terdiri dari beberapa tahap yaitu

persiapan kolam, pemeliharaan induk, seleksi induk, penyuntikan, pemijahan

induk, penetasan telur, pemeliharaan larva, pencegahan dan pengobatan penyakit,

pemanenan larva dan pengepakan. Pada kegiatan pembenihan ikan lele

menghasilkan benih yang telah berumur 15-17 hari yang berukuran 0,9-1,3 cm,

yang kemudian akan dibesarkan pada kegiatan pendederan ikan lele.

2.3.2. Kegiatan Pendederan Ikan Lele

Pendederan bisa diartikan sebagai pembesaran larva dari ukuran benih

sampai ukuran tertentu untuk dipelihara pada tahap pembesaran atau untuk dijual

kepada peternak pembesaran. Ukuran siap jual (hasil pendederan) yang umumnya

berlaku di kalangan peternak lele adalah 1-3 cm (benih), 3-5 cm (pendederan 1),

dan 5-8 cm (pendederan 2) (Khairuman dan Amri 2008).

Menurut Khairuman dan Amri K (2008) pendederan pertama adalah

pemeliharaan benih ukuran 1-3 cm menjadi ukuran 3-5 cm. Pendederan kedua

adalah pemeliharaan benih hasil pemeliharaan pendederan pertama 3-5 cm

menjadi 5-8 cm. Rata-rata lama masa pendederan adalah 3-4 minggu. Adapun

tempat kegiatan pendederan itu bisa dilakukan di jaring apung, terpal plastik,

maupun di kolam tanah (tembok/semen).

Kegiatan pendederan yang dilakukan pada kelompok tani LPPMPU adalah

pendederan kedua yaitu menghasilkan benih yang berukuran 5-5,5 cm. Kolam

yang pergunakan untuk pemeliharaan benih ikan lele adalah kolam semen dan

kolam terpal. Masa pemeliharaan benih ikan lele adalah selama 1 bulan dari awal

benih ditebar pada kolam pemeliharaan. Jenis pakan yang diberikan adalah pelet

99, dengan dosis yang diberikan adalah 3 kali sehari yaitu pada pagi hari, siang

hari, dan sore hari. Padat tebar dalam setiap kolam adalah sebanyak 22.500 ekor

benih ikan lele yang berukuran 0,9-1,3 cm.

Proses produksi pendederan ikan lele terdiri dari beberapa tahap yaitu

persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan benih, pemberian pakan,

pencegahan dan pengobatan penyakit, pemanenan benih dan pengepakan atau

panen.

Page 32: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

2.3.3. Kegiatan Pembesaran Ikan Lele

Hasil pendederan 1 dan 2 hingga ukuran 5-8 cm belum bisa langsung

untuk dikonsumsi. Ikan ukuran seperti ini harus dipelihara lagi untuk tahapan

pembesaran sampai mencapai ukuran layak konsumsi, yaitu minimal 200 gram

per ekor (5-6 ekor per kg). oleh karena itu, tahapan pembesaran merupakan

tahapan penting dalam pemeliharaan ikan lele supaya bisa menghasilkan ikan

panenan yang diterima konsumen untuk langsung dijadikan ikan konsumsi

(Khairuman dan Amri 2008).

Pembesaran ikan lele dapat dilakukan di kolam tanah atau kolam tembok

atau kolam yang menggunakan bak plastik (terpal). Untuk jenis kolam, ada tiga

ketegori utama yang bisa digunakan sebagai tempat pembesaran ikan lele.

Pertama adalah kolam tanah, yaitu kolam yang dasar dan dinding atau tanggulnya

tanah. Kemudian, kolam yang dasarnya tanah dengan dinding tembok, kolam

yang semuanya tembok atau beton (dasar dan dindingnya tembok), dan

menggunakan jaring atau waring untuk memelihara di sungai, danau, maupun

waduk (Khairuman dan Amri 2008).

Kegiatan pembesaran ikan lele pada kelomok tani dilakukan dengan

menggunakan kolam semen dan kolam yang dindingnya semen tetapi dasarnya

adalah tanah. Dalam kegiatan pembesaran kelompok tani LPPMPU menghasilkan

ikan lele ukuran konsumsi 9-10 ekor per kilogramnya. Masa pemeliharan pada

kegiatan pembesaran ikan lele yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama bila

dibandingkan dengan kegiatan pembenihan dan pendederan yaitu selama 3 bulan,

sehingga petani LPPMPU dapat melakukan panen sebanyak 4 kali dalam setahun.

Jumlah benih yang ditebar dalam satu kolam adalah 4.000 ekor dengan

ukuran benih yang ditebar adalah pendederan kedua yaitu 5-5,5 cm. Jenis pakan

yang diberikan pada benih ikan lele adalah pelet 782 dan pelet hiprovit. Harga

ikan lele ukuran konsumsi yang siap panen adalah Rp 10.000,00 per kilogramnya.

2.4. Penanggulangan Hama dan Penyakit

Salah satu kendala yang sering dihadapi petani dalam budidaya ikan lele

adalah serangan hama dan penyakit. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan

hama biasanya tidak sebesar serangan penyakit. Meskipun demikian, keduanya

Page 33: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

harus mendapat perhatian sehingga budidaya lele dapat berjalan sesuai dengan apa

yang diharapkan. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif

dibandingkan dengan pengobatan. Sebab, pencegahan dilakukan sebelum terjadi

serangan, baik hama maupun penyakit, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak

terlalu besar (Khairuman dan Amri 2008).

1) Hama

Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan

mempengaruhi produktivitas lele, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama

yang menyerang lele biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat. Hama

yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Hama

yang sering menyerang ikan lele, terutama yang masih berukuran kecil adalah ular, belut,

dan cacing. Pada pengusahaan pembenihan ikan lele LPPMPU hama yang sering

menyerang pada benih ikan lele adalah cacing. Cacing tersebut berasal dari tempat

penampungan air, sehingga sebelum benih ikan lele ditebar pada kolam pemeliharaan

diberi garam dengan tujuan untuk membunuh hama atau cacing yang dapat menyebabkan

kematian pada benih ikan lele. Setelah pemberian garam dengan merata, maka cacing-

cacing tersebut akan mati dan mengambang dipermukaan air. Cacing yang sudah mati

diangkat dengan menggunakan serokan, jika pada kolam pemeliharaan sudah bersih dari

cacing maka benih siap ditebar.

2) Penyakit

Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam

tubuh ikan lele sehingga organ tubuh ikan lele terganggu. Jika salah satu atau sebagian

organ tubuh ikan lele terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan lele.

Kemudian penyakit akan timbul jika terjadi ketidakseimbangan antara kondisi ikan lele,

lingkugan dan pantogen. Ikan lele yang kondisi tubuhnya buruk, sangat besar

kemungkinan terserang penyakit. Sebaliknya, jika kondisinya tubuhnya baik, ikan lele

sangat kecil kemungkinan terserang penyakit. Kondisi tubuh yang buruk dapat

disebabkan oleh berbagai hal, seperti terjadinya perubahan lingkungan secara mendadak

yang membuat ikan lele mengalami stress atau terjadi luka dan pendarahan pada

tubuhnya.

Luka dan pendarahan dapat terjadi akibat penanganan kurang baik, terutama pada

saat panen, dan sistem pengangkutan yang kurang tepat. Demikian pula dengan kondisi

lingkungan. Jika lingkungan kurang baik, seperti kandungan oksigen di kolam rendah,

ada gas beracun atau terjadi pencemaran (baik limbah industri maupun limbah rumah

tangga), kondisi tubuh lele bisa manjadi lemah. Penyakit yang sering meyerang pada

Page 34: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

tubuh ikan lele adalah bintik putih (white spot). Tanda-tanda ikan lele terkena penyakit

bintik putih adalah terdapat bintik-bintik putih pada kulit, sirip dan insang. Ikan lele

berenang sangat lemah dan selalu berenang dipermukaan air. Selain itu juga ikan lele

sering menggosokkan tubuhnya ke dasar kolam atau benda-benda keras. Cara

penanggulangannya yaitu dengan cara ikan lele yang terkena penyakit bintik putih

dipisahkan dengan ikan yang belum terserang penyakit tersebut. Ikan lele dimasukkan

pada kolam yang telah diberikan garam selama 3 jam. Setelah ikan lele diobati selama 3

jam, ikan lele tersebut diangkat dan dipindahkan pada kolam pemeliharaan yang baru,

sampai keadaan ikan lele tersebut pulih kembali.

2.5. Pakan Ikan Lele

Untuk hidup dan berkembang biak ikan lele memerlukan pakan. Jenis, ukuran

dan jumlah pakan yang diberikan tergantung dari ukuran dan jumlah ikan lele yang

dipelihara. Ada dua jenis pakan yang disukai ikan lele, yaitu pakan alami dan pakan

buatan. Pakan alami merupakan mikroorganisme yang hidup di dalam air, seperti

plankton, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang di buat oleh manusia atau pabrik,

meskipun demikian pakan alami dapat dibuat dengan cara membudidayakannya.

Disamping pakan tersebut, ada satu lagi jenis pakan yang dapat diberikan, yaitu pakan

alternatif.

Pakan alternatif yang dapat diberikan kepada ikan lele antara lain ikan

rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang sudah tidak layak dikonsumsi

manusia, limbah peternak ayam, limbah pemindangan ikan, dan daging bekicot

atau daging keong mas. Karena ikan lele tergolong karnivora atau pemakan

daging, pakan yang diberikan, baik buatan maupun alami harus yang mengandung

daging. Pakan buatan seperti pelet biasanya telah mengandung daging yang

berasal dari tepung ikan, dengan kandungan protein tidak kurang dari 30 persen.

Pakan buatan dalam bentuk pelet diberikan pada lele yang telah berukuran agak

besar, yakni 30 gram ke atas. Sementara itu, ikan lele yang berukuran lebih kecil

dapat diberi pakan pelet, tetapi dalam bentuk tepung atau crumble yang ukurannya

lebih besar daripada tepung. Ukuran pakan buatan yang diberikan disesuaikan

dengan bukaan mulut lele. Semakin kecil bukaan mulut, semakin kecil ukuran

pakan yang diberikan (Khairuman dan Amri 2008).

Page 35: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Jenis pakan ikan lele yang diberikan pada kelompok tani LPPMPU adalah keong

sawah dan pelet kasar merek Hiprovit untuk pakan induk ikan lele, sedangkan jenis pakan

yang diberikan pada benih ikan lele adalah cacing sutra, dan pelet halus (pelet 99 merek

Hiprovit). Dosis yang diberikan pada ikan lele adalah 3 kali dalam satu hari yaitu pada

pagi hari, siang hari, dan malam hari. Keong tidak dapat diberikan langsung pada induk

ikan lele, tetapi harus terlebih dulu dipisahkan cangkang dan dagingnya yaitu dengan cara

memecahkan cangkang (ditumbuk) kemudian diambil dagingnya. Setelah bersih dari

cangkang, daging keong bisa langsung diberikan pada induk ikan lele.

2.6. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha

budidaya perikanan seperti lobster air tawar, udang dan budidaya ikan konsumsi maupun

ikan hias. Salah satunya adalah Perdana (2007) yang meneliti tentang “Analisis

Kelayakan Usaha secara Partisifasif pada Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Gurame

(Studi Kasus Kelompok Tani Tirta Maju, Desa Situgede)”. Analisis kelayakan usaha yang

dilakukan menunjukkan bahwa usaha keseragaman budidaya pembesaran ikan gurame

pada Kelompok Tani Tirta Maju layak untuk diimplementasikan dilihat dari aspek pasar,

aspek teknis, aspek manajemen maupun finansial. Analisis pendapatan usahatani

menunjukkan nilai keuntungan sebesar Rp 16.238.500,00 dan R/C sebesar 1,29,

sedangkan dalam analisis penilaian investasi usaha diperoleh nilai NPV, PI, IRR dan PBP

masing-masing sebesar Rp 10.433.512,00 : 1,67 ; 28,9 persen ; dan 2,9 periode. Namun

demikian, usaha ini masih termasuk kurang profitable dan menarik bagi bank atau

investor untuk menanamkan modalnya. Hal ini dikarenakan keuntungan per bulan usaha

ini selama 5 periode berjalan hanya sebesar Rp 260.838,00. Selain itu, pendapatan per

bulan setiap anggota yang terlibat berdasarkan nilai keuntungan satu periode hanya

sebesar Rp 225.535,00 dan lebih rendah dari kebutuhan rumah tangga yang mencapai Rp

450.000,00 per bulan.

Hasil perhitungan dari analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kelayakan usaha

Tirta Maju cukup peka terhadap perubahan yang terjadi pada faktor harga jual ikan

gurame dan volume produksi. Sementara itu, perubahan pada faktor harga pakan buatan

(pelet) tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ini. Pada kenaikan harga pelet

mencapai 61 persen dapat menyebabkan usaha ini menjadi tidak layak.

Afni (2008) yang melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Kelayakan

Pengusahaan Lobster Air Tawar (Kasus K’BLAT’S Farm, Kecamatan Gunung Guruh,

Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)”. Penelitian ini menggunakan 3 skenario yaitu,

sekenario I pada usaha pembenihan lobster air tawar arus penerimaan diperoleh dari hasil

Page 36: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

penjualan benih lobster air tawar dan nilai sisa biaya investasi berupa tanah dan

bangunan. Tiap induk betina dapat menghasilkan 200 ekor telur dengan tingkat kematian

(SR) telur menjadi benih lobster berumur 2 bulan adalah 15 persen. Jadi, pada tiap

produksi didapatkan 10.000 butir telur dengan jumlah benih hidup sebanyak 8.500 ekor.

Hasil analisis kriteria investasi terhadap usaha pembenihan lobster diperoleh

NPV sebesar Rp 73.792.135,00. Net B/C sebesar 3,47 dan IRR sebesar 33 persen.

Menyatakan bahwa usaha pembenihan lobster air tawar layak untuk diusahakan. Pola

usaha pembenihan lobster air tawar memiliki periode pengembalian biaya investasi

selama 4,04 tahun. Hasil analisis sensitivitas pada usaha pembenihan lobster air tawar,

apabila terjadi penurunan produksi, kenaikan harga pakan, dan penurunan harga jual yang

masing-masing adalah 23,8 persen, 774,95 persen, dan 23,8 persen. Besarnya penurunan

produksi dan harga jual sebesar 23,8 persen menunjukkan bahwa usaha pembenihan

lobster air tawar ini masih layak apabila penurunan yang terjadi terhadap produksi dan

harga jual tidak lebih besar dari 23,8 persen. Sementara itu, besarnya kenaikan harga

pakan yang masih dapat mendatangkan keuntungan bagi usaha pembenihan lobster air

tawar adalah 774,95 persen. Hal ini berarti bahwa kenaikan harga pakan memiliki

pengaruh yang kecil terhadap kelangsungan usaha.

Pada usaha pembesaran lobster air tawar dengan menggunakan skenario II, arus

penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan lobster ukuran konsumsi dan diperoleh

dari hasil nilai sisa biaya investasi proyek berupa lahan serta bangunan. Jumlah benih

yang ditebar adalah 3.545 ekor dengan tingkat kematian benih (SR) adalah 25 persen,

sehingga jumlah lobster yang dapat di panen hanya 75 persen dari total benih yang

ditebar. Hasil analisis kriteria investasi terhadap usaha pembesaran lobster air tawar

diperoleh NPV sebesar Rp 112.563.989,00. Net B/C sebesar 4,22 dan IRR sebesar 41

persen. Hal ini menyatakan bahwa usaha pembesaran lobster air tawar layak untuk

diusahakan. Pola usaha pembesaran lobster air tawar memiliki periode pengembalian

biaya investasi selama 3,40 tahun.

Hasil analisis sensitivitas pada usaha pembesaran lobster air tawar menunjukkan

bahwa perubahan terhadap penurunan produksi, kenaikan harga pakan dan harga jual

masih layak apabila besarnya penurunan produksi dan harga jual tidak melebihi 23,11

persen. Jika penurunan yang terjadi lebih besar dari 23,11 persen, maka usaha

pembesaran lobster air tawar ini menjadi tidak layak. Sementara itu, kenaikan harga

pakan tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap kelayakan usaha. Hal ini dapat dilihat

dari besarnya perubahan kenaikan harga pakan yang mencapai 571,77 persen, sehingga

Page 37: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

dapat dilihat bahwa usaha pembesaran lobster air tawar sangat sensitif terhadap

perubahan produksi dan harga jual karena dapat mengubah tingkat kelayakan usahanya.

Pada pola usaha III yaitu usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar,

arus pemasukan diperoleh dari penjualan benih lobster dan penjualan lobster konsumsi.

Hasil analisis kriteria investasi terhadap usaha pembenihan dan pembesaran lobster air

tawar diperoleh nilai NPV sebesar Rp 138.280.330,00, Net B/C sebesar 5,14 dan IRR

sebesar 52 persen. Hal ini menyatakan bahwa usaha pembenihan dan pembesaran lobster

air tawar layak untuk diusahakan. Pola usaha pembenihan dan pembesaran lobster air

tawar memiliki periode pengembalian biaya investasi selama 2,79 tahun.

Hasil analisis sensitivitas pada usaha pembenihan dan pembesaran lobster air

tawar diperoleh apabila perubahan terhadap penurunan produksi dan penurunan harga

jual yang terjadi melebihi 34,87 persen, maka usaha pembenihan dan pembesaran lobster

air tawar ini menjadi tidak layak. Dengan perubahan kenaikan harga yang masih dapat

mendatangkan keuntungan bagi usaha ini adalah sebesar 828,33 persen. Hal ini

menunjukkan bahwa kenaikan harga pakan memiliki pengaruh yang kecil terhadap

kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar.

Anggraini (2008) melakukan penelitian yang berjudul ”Analisis Kelayakan

Finansial Usaha Ikan Mas (Cyprinus carpio) dengan cara Pemberokan (Kasus : Desa

Selajambe, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)”. Berdasarkan

hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada tingkat diskonto sebesar 5,5 persen

dan umur ekonomis selama 10 tahun menunjukkan bahwa usaha ikan Mas dengan cara

pemberokan pada ketiga skala usaha (kecil, menengah, dan besar) di daerah penelitian

layak diusahakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai NPV pada skala kecil sebesar

Rp 112,293 juta, pada skala menengah sebesar Rp 1.588,601 juta, dan pada skala besar

sebesar Rp 6.772,189 juta. Sementara itu nilai IRR yang diperoleh pada skala kecil

adalah 14 persen, pada skala menengah sebesar 59 persen, dan pada skala besar diperoleh

IRR sebesar 55 persen. Nilai Net B/C yang diperoleh pada skala usaha kecil adalah 1,511,

pada skala menengah adalah 4,45, dan pada skala besar adalah 4,19, sedangkan payback

period pada skala kecil yaitu 9 tahun 3 bulan, pada skala menengah adalah selama 2

tahun 10 bulan, dan pada skala besar adalah selama 3 tahun 7 bulan.

Jika dilihat dari nilai IRR, Net B/C, dan payback period pada ketiga skala usaha

tersebut, dapat disimpulkan bahwa usaha ikan Mas dengan cara pemberokan pada skala

menengah adalah yang paling efisien untuk diusahakan. Hal tersebut dikarenakan usaha

yang dilakukan pada skala menengah merupakan yang paling optimal di mana produksi

ikan Mas per meter perseginya sudah lebih sesuai dengan kondisi ideal menurut dinas

Page 38: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

perikanan. Sementara itu untuk skala usaha kecil dan skala usaha besar, produksi ikan

Mas per meter perseginya belum mencapai kondisi ideal. Jumlah tenaga kerja yang

kurang seimbang dengan luas usaha yang diolah mengakibatkan sistem budidaya pada

skala usaha besar, khususnya cara pemupukan dan pemberian pakan, tidak dilakukan

secara optimal. Pada skala usaha kecil, penggunaan benih yang kurang berkualitas

menyebabkan usaha ikan Mas pada skala tersebut memiliki tingkat kelayakan lebih

rendah dibandingkan dengan skala lainnya.

Beberapa penelitian lain yang terkait dengan kelayakan usaha budidaya

komoditas perikanan juga dilakukan oleh Sugama (2008) yang melakukan penelitian

mengenai ”Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Kerapu Kecamatan Gerokgak,

Kabupaten Buleleng, Bali)”. Berdasarkan hasil analisis finansial diperoleh nilai NPV

pada usaha pembenihan ikan kerapu macan, kerapu bebek, kerapu sunu dan masing-

masing hasilnya adalah Rp 330.405.688,00, Rp 448.428.815,00, dan Rp 206.600.377,00

keuntungan yang diperoleh pada selama 10 tahun. Nilai IRR yang diperoleh yaitu pada

ikan kerapu macan sebesar 72 persen, ikan kerapu bebek sebesar 96 persen, dan ikan

kerapu sunu sebesar 46 persen, sedangkan nilai Net B/C yang diperoleh pada usaha

pembenihan ikan kerapu macan sebesar 3,179, pembenihan ikan kerapu bebek diperoleh

4,867, dan pembenihan ikan kerapu sunu diperoleh nilai sebesar 2,431. Payback period

yang diperoleh dalam usaha pembenihan ikan kerapu macan adalah 3 tahun, pembenihan

ikan kerapu bebek adalah 2 tahun 2,9 bulan dan untuk pembenihan ikan kerapu sunu

adalah 3 tahun 3,36 bulan.

Berdasarkan nilai-nilai tersebut maka usaha pembenihan ikan kerapu secara

masing-masing layak untuk diusahakan. Dari hasil analisis sensitivitas, diperoleh bahwa

usaha pembenihan ikan kerapu macan paling sensitif dan tidak layak diusahakan jika

terjadi pada penurunan harga benih, diikuti dengan pembenihan gabungan, pembenihan

kerapu bebek, dan pembenihan kerapu sunu tetapi masih layak untuk dilaksanakan. Jika

terjadi penurunan tingkat kematian (SR), usaha pembenihan ikan kerapu sunu dan ikan

kerapu macan merupakan usaha yang paling sensitif dan tidak layak untuk dilaksanakan,

diikuti dengan pembenihan kerapu gabungan, dan kerapu bebek tetapi masih layak untuk

dilaksanakan. Jika terjadi kenaikan harga telur, usaha pembenihan ikan kerapu sunu

merupakan usaha yang paling sensitif diikuti pembenihan ikan kerapu macan,

pembenihan ikan kerapu bebek, pembenihan ikan gabungan tetapi usaha masih tetap

layak untuk dilaksanakan.

Surahmat (2009), meneliti mengenai Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan

Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish Farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Page 39: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Berdasarkan kriteria kelayakan finansial pada skenario I dengan tingkat diskonto 7,25

persen usaha pembenihan larva ikan bawal Ben’s Fisha Farm di cabang usaha yang ke 24,

diperoleh NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 587.596.184,05 artinya usaha ini

layak untuk dilaksanakan, sedangkan nilai Net B/C rasio yang diperoleh sebesar 4,15

lebih besar dari satu yang berarti dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur

proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 4,15 rupiah dan usaha ini layak

untuk dilaksanakan. Nilai IRR sebesar 61 persen lebih besar dari tingkat suku bunga

deposito, sedangkan waktu yang diperlukan untuk pengembalian total investasi selama 2

tahun 3 bulan.

Hasil analisis finansial dengan skenario II yang berasal dari modal pinjaman

diperoleh nilai NPV sebesar Rp 9.501.982,34 yang artinya usaha pembenihan larva Ben’s

Fish Farm di cabang yang ke 24 memberikan manfaat yang positif pada tingkat suku

bunga kredit 14 persen. Usaha tersebut jika dilaksanakan akan masih memperoleh

keuntungan yang sangat kecil yaitu sebesar Rp 9.501.982,34. Nilai Net B/C rasio sebesar

3,9 lebih besar dari satu yang berarti dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama

umur proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 3,9 rupiah dan usaha ini layak

untuk dilaksanakan. Nilai IRR sebesar 21 persen lebih besar dari tingkat suku bunga

pinjaman sebesar 14 persen, artinya investasi di usaha ini masih menguntungkan dan

usaha ini layak untuk dilaksanakan. Waktu pengembalian modal investasi melebihi dari

10 tahun yang lebih besar dari umur proyek, sehingga usaha tersebut tidak layak.

Dari hasil analisis switching value untuk mengetahui tingkat perubahan harga jual

larva, penurunan produksi larva, dan kenaikan harga input (ovaprim), sehingga

keuntungan mendekati normal, dimana NPV mendekati atau sama dengan nol atau bisa

juga dengan menggunakan parameter IRR sama dengan tingkat suku bunga. Skenario I

dengan modal sendiri, penurunan harga jual larva yang masih dapat ditolerir sebesar 7,04

persen yaitu dari harga Rp 8 per ekor menjadi Rp 7,43 per ekor. Pengusahaan

pembenihan larva ikan bawal masih layak diusahakan apabila penurunan jumlah produksi

tidak melebihi 42,1 persen yaitu dari 29.030.400 ekor menjadi 16.810.661 ekor,

sedangkan untuk peningkatan harga input agar usaha tersebut masih layak diusahakan

sampai 95,89 persen. Untuk skenario II dengan modal pinjaman, tidak dilakukan

switching value karena dengan modal pinjaman usaha tidak layak untuk dilaksanakan

berdasarkan waktu pengembalian modal investasi yang lebih besar dari umur proyek.

Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial,

bahwa skenario I dengan modal sendiri usaha tersebut layak untuk dilaksanakan,

sedangkan dengan modal pinjaman tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan

Page 40: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

waktu pengembalian investasi lebih besar dari umur proyek. Hasil analisis switching

value usaha tersebut sangat sensitif terhadap perubahan harga jual larva ikan bawal.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, persamaan penelitian yang dilakukan

dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada kriteria analisis kelayakan usaha yaitu

menggunakan alat analisis data seperti NPV, Net B/C, IRR, Payback Period dan analisis

Switching value. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

mengambil topik dan komoditi yang berbeda yaitu analisis kelayakan usaha ikan lele dan

tempat yang berbeda dengan yang sebelumnya. Narasumber dalam penelitian ini

merupakan kelompok tani LPPMPU (Lembaga Pemberdayaan Pemuda dan Masyarakat

Peduli Umat) yang melakukan pengusahaan ikan lele di daerah Kecamatan Babelan yang

melakukan kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan lele. Modal awal yang ditanamkan

dalam pengusahaan ikan lele dumbo merupakan modal sendiri, selain itu juga yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah membandingkan jenis

pengusahaan yang dilakukan oleh kelompok tani yaitu pengusahaan pembenihan ikan lele

dumbo dengan pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo, serta merencanakan untuk

mengembangkan skala usaha kecil menjadi skala usaha besar. Data diolah dengan

menggunakan Sofware Microsoft Excel dan interpretasi data secara deskriptif untuk

melihat apakah investasi usaha ini nantinya akan layak untuk dilaksanakan atau tidak.

Page 41: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek

Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber

untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau suatu aktivitas di mana dikeluarkan uang

dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, yang dapat

direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah et al. 1999).

Menurut Umar (2007) suatu kegiatan yang berbentuk proyek adalah berbeda dengan

kegiatan yang berbentuk operasional rutin. Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan, sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi

sumberdaya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah

digariskan dengan jelas. Misalnya, membagun pabrik, membuat produk baru, atau

mengikuti pameran perdagangan.

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek,

biasanya proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono 2000).

Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri dari :

1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai

manfaat finansial).

2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga manfaat

ekonomi nasional).

3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.

3.1.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan

Melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara

bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman

investasi tertentu. Sementara itu, sesuai dengan definisinya bisnis memiliki kegiatan-

kegiatan yang tidak hanya membangun proyek, tetapi yang utama justru

operasionalisasinya sehingga menjadi beberapa aspek perhatian, termasuk mengenai

layanan pada pasar potensial, kepuasan konsumen dan persaingan bisnis menjadi hal yang

penting.

Proses analisis setiap aspek saling berketerikatan antara satu aspek dan aspek

lainnya, sehingga hasil analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi. Disesuaikan

dengan konsep bisnis serta aspek-aspek studi kelayakan bisnis yang akan dianalisis.

Menurut Gittinger (1986) pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus

 

Page 42: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yang diantaranya adalah aspek pasar,

aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial lingkungan, dan aspek

finansial.

3.1.2.1. Aspek Pasar

Menurut para ahli, pasar merupakan suatu kelompok orang yang diorganisasikan

untuk melakukan tawar-menawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga. Menurut

para ahli pemasaran mengemukan pengertian yang lain tentang pasar, yakni merupakan

kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan

kemauan untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang

terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah

laku dalam pembeliannya (Umar 2007). Menurut Nurmalina et al. (2009) aspek pasar

dan pemasaran mempelajari tentang :

1) Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen,

perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan

tersebut.

2) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun juga yang berasal dari

impor. Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan dimasa yang

akan datang.

3) Harga, dilakukan dengan perbandingan barang-barang impor, produksi dalam negeri

lainnya.

4) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan.

5) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai.

3.1.2.2. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai

dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya

investasi termasuk biaya eksploitasinya (Nurmalina et al. 2009). Menilai aspek kelayakan

teknis merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum memutuskan untuk

memulai atau mengembangkan suatu usaha. Aspek-aspek lain dalam analisis proyek akan

berjalan jika analisis secara teknis dapat dilakukan. Analisis aspek teknis akan menguji

hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang diusulkan.

Hubungan-hubungan tersebut seperti potensi bagi pembangunan, ketersediaan air,

parameter air, suhu udara dan pengadaan input produksi (Gittinger 1986).

Page 43: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi proyek,

besar skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan mesin dan peralatan yang

digunakan, proses produksi yang dilakukan dan jenis teknologi yang digunakan. Dalam

suatu usaha, hubungan aspek-aspek teknis sangat menentukan keberhasilan usaha

terutama keberhasilan proses produksi. Masing-masing komponen dalam aspek teknis ini

saling terkait satu sama lain dan ketidaklayakan salah satu komponen akan mengganggu

proses produksi secara keseluruhan (Gittinger 1986).

3.1.2.3. Aspek Manajemen

Evaluasi manajemen tidak mengenal rumus-rumus matematis, pengalaman dan

keahlian yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis pun tidak dapat dilukiskan secara

visual. Namun selama persiapan investasi kegiatan bisnis, evaluasi aspek manajemen

harus dilakukan dengan baik karena menjadi kenyataan bahwa manejemen adalah yang

terpenting di antara seluruh faktor produksi yang dikerahkan (Nurmalina et al. 2009).

Menurut Gittenger (1986) analisis aspek menajemen berkaitan dengan hal-hal

yang berkenaan dengan pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek dengan pola

sosial, budaya, lembaga yang akan dilayani proyek di masyarakat setempat, susunan

organisasi proyek agar sesuai dengan prosedur organisasi setempat, kesanggupan atau

keahlian staf yang ada untuk mengelola proyek.

Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan.

Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada

masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana

studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi,

struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga yang digunakan.

3.1.2.4. Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis sosial berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi

yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara

cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek tanggap terhadap keadaan sosial

(Gittinger 1986). Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya

terhadap devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah dimana proyek

dilaksanakan. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya bisnis secara sosial, lebih

banyak memberikan manfaat dibandingkan dengan kerugiannya. Suatu bisnis tidak akan

ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan secara ekonomi

memberikan kesejahteraan (Nurmalina et al. 2009).

Page 44: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Pada analisis aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut

terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik

atau semakin rusak. Pada saat merancang atau menganalisis kegiatan investasi harus

mempertimbangkan masalah dampak lingkungan yang merugikan. Pembangunan

kegiatan usaha pengolahan produk pertanian yang menghasilkan limbah dapat

menimbulkan masalah jika penanganan terhadap limbah tidak dilakukan secara bijaksana

(Nurmalina et al. 2009).

3.1.2.5. Aspek Finansial

Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis

adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang

diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti

ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana

tersebut dalam waktu yang telah ditentukan. Analisis finansial memiliki arti penting

dalam memperhitungkan insentif bagi orang-orang yang turut serta dalam mensukseskan

pelaksanaan proyek, sebab tidak ada gunanya melaksanakan proyek yang menguntungkan

dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan jika para pembudidaya yang

menjalankan aktivitas produksi tidak bertambah baik keadaannya (Kadariah et al. 1999).

3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat

Dalam analisis proyek, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan definisi biaya-

biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan

(Gittenger 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang

dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan

suatu proyek dapat dikategorikan yang diantaranya biaya modal, biaya operasional dan

biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman.

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi

terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi manfaat langsung dan

manfaat tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang secara langsung dapat

diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapatan dan

kesempatan kerja. Manfaat tidak langsung, yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh

dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti

rekreasi.

Page 45: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

3.1.4. Analisis Finansial

Analisis finansial adalah suatu analisis proyek dimana proyek dilihat dari sudut

badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang

berkepentingan langsung dalam proyek. Analisis finansial memiliki arti penting dalam

memperhitungkan insentif bagi orang-orang yang turut serta dalam mensukseskan

pelaksanaan proyek, sebab tidak ada gunanya melaksanakan proyek yang menguntungkan

dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan jika para pembudidaya yang

menjalankan aktivitas produksi tidak bertambah baik keadaannya (Kadariah et al. 1999).

Salah satu untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah menggunakan

metode cash flow analysis (Gittinger 1986). Analisis kelayakan finansial merupakan

ukuran yang dipakai untuk menyatakan layak tidaknya suatu proyek dilaksanakan.

Beberapa kriteria yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang

(Net Present Value), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat

Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian Investasi

(Payback Period).

1) Net Present Value (NPV)

Menurut Nurmalina et al. (2009), suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah

seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara

manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Net Present Value

atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan

total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama

umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang

(Rp) (Nurmalina et al. 2009).

2) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan

manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang

menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut.

Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak apabila Net B/C lebih besar

dari satu, dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al.

2009).

3) Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Nurmalina et al. (2009), kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa

besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini ditunjukkan

Page 46: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

dengan mengukur besaran Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah tingkat discount

rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari

perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Suatu bisnis dikatakan layak apabila

IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR).

Pada umumnya dalam menghitung tingkat IRR dilakukan dengan mengunakan

metoda interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan

NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif)

(Nurmalina et al. 2009).

4) Payback Period (PP)

Payback period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode

dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka

waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu

proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai

kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono 2000).

3.1.5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung dalam menganalisis

pengaruh-pengaruh resiko yang ditanggung dan ketidakpastian dalam analisis proyek.

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan atau

penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi

yaitu dari tidak layak menjadi layak untuk dilaksanakan (Gittinger 1986).

Menurut Kadariah et al. (1999) analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis

untuk menguji secara sistematis apa yang akan terjadi pada total penerimaan apabila

terjadi perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial yang tidak terduga yang berbeda

dengan perencanaan dan perkiraan semula. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan dengan

mengubah unsur-unsur atau dengan mengkombinasikan unsur-unsur lain, kemudian

menentukan pengaruh pada hasil analisis.

Analisis senistivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil

analisa proyek apabila ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan

biaya atau benefit. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur atau

mengkombinasikan perubahan beberapa unsur dan menentukan pengaruh dari perubahan

pada hasil semula. Dalam analisis sensitivitas, semua kemungkinan (yang mempengaruhi

komponen manfaat dan biaya) harus dicoba. Menurut Kadariah et all. (1999) hal-hal yang

harus diperhatikan adalah :

Page 47: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

1) Adanya Cost Over Run (kenaikan dalam biaya konstruksi). Biasanya untuk biaya

input seperti biaya untuk benih, pakan, dan peralatan.

2) Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum (penurunan harga

hasil produksi).

3) Adanya implementasi waktu. Biasanya disebabkan oleh keterlambatan pemesanan

dan penerimaan alat baru, masalah administrasi yang tidak terhindarkan, dan adanya

teknik yang baru sehingga membutuhkan waktu untuk beradaptasi dalam penggunaan

teknik baru tersebut.

4) Kesalahan dalam memperkirakan hasil produksi.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian mengenai analisis kelayakan pengusahaan ikan lele diawali dengan

banyaknya permintaan ikan lele ukuran konsumsi untuk para pedagang pecel lele baik di

daerah Bekasi maupun di luar daerah Bekasi (seperti Jakarta). Bekasi merupakan salah

satu sentra produksi ikan lele dan kondisi alam yang cocok untuk melakukan

pengusahaan ikan lele. Jawa Barat merupakan pasar yang potensial untuk melakukan

pemasaran ikan lele. Hal ini menyebabkan adanya peluang pasar bagi para petani, baik

petani pembenihan maupun pembesaran ikan lele.

Dalam melakukan kegiatan pengusahaan ikan lele masih banyak kendala yang

dihadapi oleh para kelompok tani di Kecamatan Babelan. Kendala yang dihadapi, yaitu

adanya keterbatasan modal, karena petani ikan lele di Kecamatan Babelan masih

kekurangan lahan untuk memperluas skala usahanya, sehingga para petani membutuhkan

modal agar pengusahaan ikan lele yang dilaksanakan dapat berkembang di masa yang

akan datang.

Petani ikan lele belum mengusai secara teknis dalam melakukan kegiatan

budidaya ikan lele. Salah satu kegiatan tersebut, yaitu belum menerapkan pola tanam

yang teratur, penebaran benih tidak sesuai dengan ukuran kolam, serta pemberian pakan

yang berlebihan, sehingga menyebabkan air menjadi keruh yang berakibat benih

terserang penyakit. Selain itu, adanya fluktuasi harga yang menyebabkan biaya produksi

meningkat.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka pentingnya melakukan analisis

kelayakan pengusahaan ikan lele ini adalah untuk melihat apakah pengusahaan ikan lele

ini layak atau tidak untuk dilaksanakan serta apakah pengusahaan ikan lele tersebut dapat

mengembangkan skala usahanya di masa mendatang. Dalam melakukan studi kelayakan

perlu memperhatikan aspek-aspek baik aspek non finansial maupun aspek finansial untuk

Page 48: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari pengusahaan ikan lele yang

dilaksanakan. Aspek-aspek yang diteliti dalam pengusahaan ikan lele ini adalah aspek

pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek finansial

baik dalam kegiatan pembenihan maupun kegiatan pembesaran ikan lele.

Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan

untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha yang dilaksanakan. Kriteria investasi

yang digunakan dalam perhitungan aspek finansial diantaranya NPV, Net B/C, IRR, dan

Payback Period (PP). Selain perhitungan kriteria investasi, juga digunakan analisis

sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan pengusahaan ikan lele terhadap

keadaan yang berubah-ubah. Dari hasil perhitungan aspek finansial, maka dapat diketahui

seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh petani dalam melakukan kegiatan

pembenihan ikan lele maupun kegiatan pembesaran ikan lele. Alur pemikiran dapat

dilihat pada Gambar 1.

Page 49: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

• Peningkatan konsumsi ikan lele • Jakarta dan Jawa Barat sebagai pasar potensial • Kandungan gizi ikan lele yang baik • Secara teknis mudah dibudidayakan • Pertumbuhan ikan yang relatif cepat 

Pengusahaan Pembenihan Ikan lele dan Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele

Permasalahan yang dihadapi oleh petani ikan lele : 1. Adanya permintaan ikan konsumsi yang meningkat, tetapi hasil produksi belum mencukupi. 2. Tingkat kematian tinggi, karena adanya hama dan penyakit sehingga adanya keterbatasan

benih. 3. Harga pakan ikan yang cenderung meningkat.

Analisis Kelayakan Usaha Ikan Lele

          Analisis Non Finansial a. Aspek Pasar b. Aspek Teknis c. Aspek Manajemen d. Aspek Sosial dan lingkungan

 

Analisis Kelayakan Finansial a. Analisis NPV b. Analisis Net B/C c. Analisis IRR d. Analisis Pacback Period

Analisis Sensitivitas

Layak

Baik untuk diusahakan karena dapat memberikan keuntungan bagi para petani yang berinvestasi dalam usaha tersebut.

Tidak Layak

Gambar 1. Kerangka Operasional Penelitian

Page 50: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Babelan pada Kelompok Tani LPPMPU

yang terletak di Kampung Pangkalan Kali Gempar Rt 04/03 No. 45, Desa Kedung

Pengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan

Babelan merupakan salah satu sentra produksi yang membudidayakan ikan lele.

Penelitian ini berlangsung selama satu bulan yaitu dari tanggal 01 September sampai

dengan 01 Desember 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik pengusahaan ikan

lele. Data primer yang didapat mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur

proyek, yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari

pengusahaan ikan lele.

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi literatur

berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi terkait seperti Dinas Peternakan, Perikanan

dan Kelautan Kabupaten Bekasi, serta Badan Pusat Statistik (BPS).

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Studi kasus atau penelitian kasus (case study) adalah penelitian tentang kasus

subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan

personalitas (Maxfield 1930 dikutip dari Nazir 2003). Subjek penelitian dapat berupa

individu, kelompok, lembaga mau pun masyarakat. Tujuan studi kasus adalah untuk

memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-

karakter yang khas dari kasus atau pun status individu yang kemudian dari sifat-sifat

tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Nazir 2003).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan

satuan kasusnya adalah pengusahaan ikan lele dumbo di Desa Kedung Pengawas,

Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Data yang diperoleh berupa data

kuantitatif, data yang terkumpul lalu diolah dan disajikan dalam bentuk tabel yang

kemudian dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif dan informasi yang telah

dikumpulkan diolah menggunakan komputer program Microsoft Excel dan disajikan

Page 51: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta

mempermudah dalam melakukan analisis data.

Data kuantitatif meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani mencakup

biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari hasil penjualan ikan lele,

sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif

merupakan hasil analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek

sosial dan lingkungan.

4.3.1. Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi produk yang dihasilkan dimana adanya

suatu permintaan terhadap benih ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi dengan harga

jual yang dapat memperoleh penerimaan yang menguntungkan dalam kegiatan pemasaran

produk yang dihasilkan. Aspek pasar yang dikaji yaitu bagaimana permintaan ikan lele

dipasar, harga output yang dihasilkan yaitu benih dan ikan lele ukuran konsumsi, serta

jalur pemasaran yang dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU.

4.3.2. Analisis Aspek Teknis

Analisis aspek teknis dianalisis secara deskriptif yang mengungkapkan

bagaimana secara teknis proses produksi yang dilaksanakan pada kegiatan pembenihan,

pendederan, serta pembesaran ikan lele. Selain itu juga untuk mengetahui gambaran

umum pengusahaan ikan lele, lokasi pengusahaan ikan lele, input proyek (penyediaan)

dan output (produksi yang dihasilkan). Mengkaji perencanaan produksi sehingga dapat

menghasilkan output berupa benih dan ikan lele ukuran konsumsi, kapasitas produksi dan

jenis teknologi yang dipakai.

4.3.3. Analisis Aspek Manajemen

Aspek ini dapat dilihat berdasarkan struktur pengelola proyek, spesifikasi

keahlian dan tanggung jawab pihak yang terlibat dalam proyek dan pelaksanaan

pengusahaan ikan lele di lapangan. Mengkaji struktur organisasi dalam perusahaan,

bagaimana bentuk organisasi atau kelembagaan dalam perusahaan.

4.3.4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis aspek sosial dan lingkungan dapat dilakukan dengan menganalisis

perkiraan dampak yang ditimbulkan terhadap berjalannya kegiatan pada pengusahaan

Page 52: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

∑= +

−=

n

tttt

iCBNPV

0 )1()(

ti)1(1+

ikan lele, maupun manfaat bagi masyarakat sekitar dan lingkungan sekitar, maupun

manfaat bagi perusahaan itu sendiri.

4.3.5. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis usaha dilakukan untuk mengukur apakah usaha tersebut layak atau tidak

untuk dilaksanakan. Perhitungannya meliputi biaya-biaya yang harus dikeluarkan serta

keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan produk berdasarkan skala usaha serta

teknologi yang digunakan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan

yang diperoleh dari usaha yang dilakukan dalam satu tahun.

Salah satu untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah menggunakan

metode cash flow analisis (Kadariah et al. 1999). Beberapa kriteria yang dipakai dalam

penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value), Rasio Manfaat

Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat Pengembalian Investasi (Internal

Rate of Return) dan Masa Pengembalian Investasi (Payback Period).

4.3.5.1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present

value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat

bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah

dalam satuan mata uang (Rp) (Nurmalina et al. 2009). Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun ke-t

Ct = Biaya pada tahun ke-t

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 0, 1, 2, 3, …, n)

i = Tingkat suku bunga (Discount Rate)

= Discount Factor (DF) pada tahun ke-t

Page 53: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

ti)1(1+

=

=

+−+−

= n

tttt

n

tttt

iBCiCB

CNetB

0

0

)1()(

)1()(

/

Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu :

• NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan layak dan dapat dilaksanakan.

• NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan.

Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.

• NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial

Opportinities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak

untung dan tidak rugi.

4.3.5.2 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net Benefit dan Cost Ratio (Net B/C Ratio) menyatakan besarnya pengembalian

terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C

adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahun dimana

keuntungan bersih positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif (Nurmalina et

al. 2009). Rumus untuk menghitung Net B/C adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun ke-t

Ct = Biaya pada tahun ke-t

i = Tingkat suku bunga (Discount Rate)

t = Tahun

= Discount Factor (DF) pada tahun ke-t

4.3.5.3. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Nurmalina et al. (2009), kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa

besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini ditunjukkan

dengan mengukur besaran Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah tingkat discount

rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari

perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Suatu bisnis dikatakan layak apabila

IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR).

( Untuk Bt – Ct > 0) 

( Untuk Bt – Ct < 0) 

Page 54: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡−

−+= −+

)'"(' iixNPVNPV

NPViIRR ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡−

−+= −+

)'"(' iixNPVNPV

NPViIRR

Pada umumnya dalam menghitung tingkat IRR dilakukan dengan menggunakan

metoda interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan

NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif)

(Nurmalina et al. 2009). Secara sistematis rumus untuk menghitung IRR adalah :

Keterangan :

i’ = Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV > 0

i” = Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV < 0

NPV+ = NPV positif

NPV- = NPV negatif

Kriteria yang berlaku :

IRR ≥ i ; maka usaha layak untuk dilaksanakan

IRR ≤ i ; maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan

4.3.5.4. Analisis Payback Period (PP)

Analisis payback period adalah analisis suatu jangka waktu (periode) kembalinya

keseluruhan investasi kapital yang ditanamkan, dihitung mulai dari permulaan proyek

sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah

keseluruhan investasi kapital yang ditanamkan dengan menggunakan aliran kas (Gittinger

1986). Pada dasarnya semakin cepat Payback Periode menandakan semakin kecil resiko

yang dihadapi oleh investor. Secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Dimana :

I = Adalah besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Adalah manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

tahun xAb

IPayback Period 1=

Page 55: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

4.3.2. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat perubahan yang ada dalam kegiatan

budidaya ikan lele yang berdampak terhadap suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah

untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi,

apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di dalam

perhitungan biaya atau manfaat (Nurmalina et al. (2009). Analisis sensitivitas ini perlu

dilakukan karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyek-proyek

yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan

datang (Gittenger 1986).

Gittenger (1986) mengatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas

adalah nilai pengganti (switching value). Switching value merupakan perhitungan untuk

mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan

harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga

input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih

tetap layak (Nurmalina et al. 2009). Oleh karena itu, perubahan jangan melebihi nilai

tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Perhitungan

ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol

(NPV=0).

4.4. Asumsi Dasar Yang Digunakan

Analisis kelayakan pengusahaan ikan lele ini menggunakan beberapa asumsi dasar

yaitu :

1) Usaha yang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri.

2) Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank

Indonesia pada bulan Desember 2009 sebesar 7 persen.

3) Kegiatan pengusahaan ikan lele yang dilakukan di kelompok tani Lembaga

Pemberdayaan Pemuda dan Masyarakat Peduli Umat (LPPMPU) adalah pengusahaan

pembenihan ikan lele, dan pengusahaan pembesaran ikan lele.

4) Skala pengusahaan ikan lele pada pembenihan dan pendederan ikan lele adalah skala

usaha kecil, dengan luasan lahan yang dimiliki oleh kelompok tani LPPMPU adalah

200 m2.

5) Induk yang digunakan dalam kegiatan pengusahaan pembenihan ikan lele merupakan

induk betina yang sudah siap dipijahkan yang berumur 1 tahun dengan bobot ikan

betina 1 kilogram dan bobot ikan jantan 1,25 kilogram dan mempunyai umur

ekonomis.

Page 56: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

6) Umur proyek dari analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele adalah 10 tahun

berdasarkan umur ekonomis kolam (kolam semen) yang digunakan dalam kegiatan

produksi di kelompok tani LPPMPU.

7) Ikan lele yang diusahakan adalah jenis Clarias gariepinus atau disebut juga ikan lele

dumbo.

8) Pada pengusahaan pembenihan ikan lele tingkat daya tetas telur adalah 90 persen dan

tingkat kemampuan hidup adalah 88 persen, sedangkan pada pengusahaan

pembesaran ikan lele tingkat kemampuan hidup adalah 88 persen.

9) Benih ikan lele yang siap panen adalah benih yang telah menjalani masa

pemeliharaan selama 6 minggu dan panjangnya mencapai 5-5,5 cm, sedangkan benih

ikan lele ukuran konsumsi yang mencapai 9-10 ekor per kilogram dipelihara selama 3

bulan.

10) Harga jual benih ikan lele yang berlaku dipasar yaitu Rp 150,00 per ekor kegiatan

pendederan, dan harga ikan lele untuk kegiatan pembesaran atau konsumsi sebesar

Rp 10.000,00 per kilogram. Nilai jual ini berdasarkan harga yang berlaku pada saat

penelitian pada tahun 2009.

11) Analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan metode switching value,

dengan adanya perubahan pada kenaikan harga pakan serta penurunan harga jual

output yaitu benih dan ikan lele ukuran konsumsi.

12) Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008

Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap

yaitu sebesar 28 persen.

Page 57: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Lokasi Penelitian

5.1.1. Letak dan Keadaan Alam

Kecamatan Babelan adalah kecamatan yang terletak di bagian utara

Kebupaten Bekasi yang mempunyai garis pantai sepanjang 1,5 kilometer atau

kurang lebih 1.500 meter. Kali Cikarang Barat Laut (CBL) yang membelah

wilayah Kecamatan Babelan merupakan potensi alam yang perlu dimanfaatkan

seoptimal mungkin untuk kegiatan pertanian, transportasi laut, dan wisata bahari.

Luas wilayah Kecamatan Babelan sekitar 5.712,62 hektar, 80 persen dari luas

wilayah merupakan daerah lahan terbuka atau daerah pertanian.

Secara geografis wilayah Kecamatan Babelan terletak antara 107o Bujur

timur dan 60o Lintang Selatan dengan ketinggian 0-7 meter diatas permukaan laut,

suhu maksimum mencapai 280C dan suhu minimum 290C. Adapun batas wilayah

dari Kecamatan Babelan yaitu sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

(Kecamatan Muaragembong), sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan

Sukawangi dan Kecamatan Tambun Utara, sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Tarumajaya dan Kecamatan Medan Satria, dan sebelah selatan

berbatasan dengan Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi. Kecamatan Babelan

terbagi menjadi 9 Desa, yang diantaranya Desa Bahagia, Kebalen, Babelan Kota,

Kedung Pengawas, Kedung Jaya, Buni Bakti, Muara Bakti, Pantai Hurip, dan

Hurip Jaya.

Desa Kedung Pengawas merupakan salah satu desa yang ada di

Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, dengan luas wilayah 584.84 hektar.

Secara orbitrasi Desa Kedung Pengawas berjarak 2 kilometer dari Kecamatan

Babelan, dengan lama tempuh setengah jam menggunakan kendaraan beroda dua.

Desa Kedung Pengawas merupakan daerah sentra pertanian (termasuk perikanan)

dan tanaman holtikultura, akses jalan yang menghubungkan desa ini dengan desa

lainnya sangat pesat, sehingga di sisi jalan tumbuh daerah pemukiman baru

banyak bermunculan perdagangan dan industri kecil menengah. Dengan luas

lahan pertanian kurang lebih 150 hektar dari luas desa. Desa Kedung Pengawas

 

Page 58: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

berada pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut, dengan suhu udara rata-

rata 280C.

5.1.2. Kependudukan

Penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu

wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil dari proses demografi yaitu

fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Jumlah penduduk Kecamatan Babelan sebanyak

47.093 KK (kepala keluarga). Jumlah penduduk pada daerah ini periode 2009

berjumlah 164.504 jiwa yang terdiri atas 81.068 jiwa laki-laki, dan 83.616 jiwa

perempuan. Komposisi jumlah keluarga penduduk Desa Kedung Pengawas

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Kedung Pengawas Berdasarkan

Jenis Kelamin Tahun 2009 No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase

1. Laki-laki 5.522 47 %

2. Perempuan 6.340 53 %

Jumlah 11.862 100 %

Sumber : Data Monografi Kecamatan Babelan (2009)

Jika dilihat dari segi pendidikan, jumlah penduduk di Kecamatan Babelan

mayoritas adalah penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SLTP/sederajat yaitu

sebanyak 8.446 orang dan yang paling sedikit adalah tidak tamat SD/sederajat

yaitu 2.346 orang. Tabel 4. menunjukkan komposisi penduduk Kecamatan

Babelan menurut tingkat pendidikan.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Babelan Tahun 2008-2009

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

Tahun 2008 Tahun 2009

1. Tidak Tamat SD/sederajat 2.111 2.346

2. Tamat SD/sederajat 5.865 7.038

3. Tamat SLTP/sederajat 8.211 8.446

4. Tamat SLTA/sederajat 6.100 6.217

5. Tamat D1-D3 4.926 5.278

6. Tamat Perguruan Tinggi (S1) 3.753 4.340

Sumber : Data Monografi Kecamatan Babelan (2009)

Page 59: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

5.1.3. Prasarana dan Sarana

Prasarana dan sarana yang ada di Desa Kedung Pengawas terdiri atas

prasarana dan sarana transportasi, komunikasi, air bersih, irigasi, pemerintahan,

peribadatan, kesehatan, dan pendidikan. Prasarana dan sarana tersebut memegang

peranan penting dalam memperlancar kegiatan pembangunan di Desa Kedung

Pengawas, karena dengan adanya sarana dan prasarana tersebut dapat

memudahkan penduduk Desa Kedung Pengawas dalam melakukan kegiatan

sehari-harinya, serta dapat menunjang kegiatan usaha dalam bidang perikanan

khususnya pengusahaan ikan lele yang melakukan kegiatan pembenihan,

pendederan, serta pembesaran.

5.2. Gambaran Umum Pengusahaan Ikan Lele

Pada umumnya, sebelum mengenal dan melakukan usaha di bidang

perikanan penduduk Desa Kedung Pengawas sudah terbiasa dalam menggarap

sawah dan menanam sayur-sayuran. Ada pula sebagian penduduk yang

melakukan usaha lain, yaitu sebagai pembudidaya ikan. Lahan yang digunakan

untuk melakukan kegiatan tersebut merupakan lahan milik sendiri, yaitu di sekitar

lingkungan rumah. Pada awalnya kegiatan budidaya ikan ini merupakan usaha

yang sifatnya usaha sampingan. Usaha di bidang perikanan ini dilakukan dengan

berbagai alasan antara lain untuk pemenuhan keluarga atas kebutuhan konsumsi

ikan, usaha sampingan ataupun sebagai hobi.

Pada saat ini, para petani beralih untuk melakukan kegiatan budidaya ikan

menjadi usaha yang sifatnya utama. Hal ini dikarenakan kegiatan usaha budidaya

ikan lebih cepat menghasilkan uang apabila dibandingkan dengan kegiatan

menggarap sawah. Selain itu kegiatan usaha budidaya ikan tidak membutuhkan

waktu yang lama, proses kegiatan yang tidak sulit, dan modal yang tidak terlalu

besar, tidak seperti kegiatan usaha menggarap sawah yang membutuhkan waktu

lebih lama dan modal yang besar.

Saat ini, para petani ikan dapat dengan mudah mendapatkan informasi

mengenai dunia perikanan. Para petani mulai mengetahui keberadaan usaha

perikanan khususnya untuk ikan lele, baik mengenai pasarnya, tingkat permintaan

beserta harganya. Pada awalnya para petani ikan mengalami kesulitan untuk

Page 60: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

melakukan kegiatan usaha ikan lele, khususnya yang berkaitan dengan masalah

teknis budidaya ikan lele. Setelah berjalan beberapa waktu dan mendapatkan

penyuluhan dari UPTD Perikanan Kecamatan Babelan, maka masyarakat Desa

Kedung Pengawas secara perlahan mulai mengusai teknik pemeliharaan ikan lele

dengan baik dan tepat. Selain itu, para petani juga mendapatkan bantuan dari

pemerintah yaitu berupa induk ikan lele, serta didukung pula oleh keadaan alam

yang potensial dalam melakukan pemeliharaan ikan lele.

Teknologi yang digunakan pembudidaya ikan lele di daerah penelitian

masih bersifat tradisional. Sumber air yang digunakan untuk kegiatan budidaya

ikan lele berasal dari Kali Cikarang Barat Laut (CBL) dan berasal dari pengairan

irigasi. Lahan yang digunakan untuk pemeliharaan ikan lele yaitu halaman di

sekitar rumah. Dengan sebagian menggunakan terpal sebagai tempat pemijahan

dan pemeliharaan benih. Hal ini dikarenakan, lokasi kegiatan budidaya ikan lele

dekat dengan sungai. Jika terjadi hujan lebat menyebabkan daerah ini terkena

banjir, untuk menghindari hal tersebut maka petani menggunakan terpal sebagai

tempat pemeliharaan, agar jika terkena banjir ikan dapat dipindahkan ke tempat

yang tidak terkena banjir.

Dari pengamatan langsung di lokasi penelitian, kondisi alam Desa Kedung

Pengawas cocok untuk melakukan kegiatan usaha ikan lele. Kondisi air baik

dengan sistem setengah irigasi dan dekat dengan Kali Cikarang Barat Laut (CBL),

sehingga air dapat dengan mudah dialirkan secara langsung ke setiap kolam. Suhu

di daerah penelitian berkisar antara 27 0C – 32 0C, dan pH air 7,3 yang merupakan

syarat penting untuk melakukan kegiatan budidaya ikan lele. Begitu juga dengan

ketersediaan input yang digunakan dalam kegiatan produksi dapat dengan mudah

diperoleh petani, petani ikan lele dapat membelinya di pasar terdekat.

5.3. Kelompok Pembudidaya

Dalam perkembangannya, banyak penduduk mulai membudidayakan ikan

lele di beberapa desa yang tersebar di Kecamatan Babelan. Dengan semakin

meningkatnya permintaan ikan lele ukuran konsumsi, sehingga bertambah petani

yang melakukan pengusahaan ikan lele. Oleh karena itu, dibentuklah kelompok

tani ikan lele yang bernama Kelompok Masyarakat Peduli Umat yang berdiri pada

Page 61: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

tahun 2002. Jumlah anggota kelompok tani tersebut pada awalnya sebanyak 20

orang. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani ada yang melakukan kegiatan

pembenihan, dan pembesaran.

Pada tahun 1999 terjadi bencana yaitu banjir yang menyebabkan para

petani mengalami kerugian besar. Semua benih serta induk yang dimiliki habis

terkena banjir, sehingga jumlah petani yang melakukan kegiatan budidaya ikan

lele menjadi berkurang hingga saat ini. Selain itu juga, kendala yang membuat

petani mengalami kerugian besar adalah benih ikan lele yang dipelihara terserang

penyakit yang bernama white spot. Hingga saat ini para petani ikan lele belum

dapat mengatasi masalah penyakit tersebut. Sebagian petani ikan lele ada yang

mengalami kebangkrutan (collapse), sehingga petani tersebut tidak melanjutkan

lagi usahanya.

Kelompok Masyarakat Peduli Umat menjadi berkurang akibat

permasalahan yang tidak bisa ditangani dengan baik, maka pada tahun 2004

kelompok tani Masyarakat Peduli Umat mengganti nama kelompoknya menjadi

Lembaga Pemberdayaan Pemuda dan Masyarakat Peduli Umat (LPPMPU).

Tujuannya di bentuk kelompok tani ini adalah untuk meningkatkan produksi hasil

pembudidayaan ikan lele, serta mensejahterakan para anggota kelompok tani.

Peran kelompok tani ini adalah untuk mempermudah proses pengembangan dan

pembinaan pembudidayaan ikan. Anggota yang bergabung dalam kelompok

LPPMPU ini berjumlah 20 orang. Jumlah anggota yang aktif dalam kegiatan

kelompok tani pada tahun 2009 sebanyak 4 orang.

Kelompok LPPMPU mengadakan rapat satu bulan sekali yang membahas

permasalahan kelompok yang mencakup teknik budidaya, mengenai pemasaran,

ketersediaan benih, dan masalah pengadaan modal untuk melakukan

pengembangan skala usaha. Saat ini, kelompok tani LPPMPU belum memiliki

aturan-aturan yang tersusun dalam AD dan ART, tetapi apabila terjadi

permasalahan yang dihadapi maka jalan yang ditempuh adalah dengan mengambil

kesepakatan bersama antara sesama anggota kelompok.

Jenis pengusahaan ikan lele yang dilakukan pada kelompok tani LPPMPU

adalah pengusahaan pembenihan ikan lele dan pengusahaan pembesaran ikan lele.

Kegiatan pengusahaan pembenihan ikan lele dilakukan untuk mendapatkan benih

Page 62: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

yang berkualitas dengan ukuran 5-5,5 cm, sedangkan kegiatan pengusahaan

pembesaran ikan lele menghasilkan ikan konsumsi yang berukuran 9-10 ekor per

kilogramnya.

Proses kegiatan yang dilakukan oleh anggota kelompok tani ini merupakan

sistem tradisional. Kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok tani

LPPMPU dengan menggunakan kolam semen, kolam tanah dan terpal, serta

pengairan kolam berasal dari Kali Cikarang Barat Laut (CBL) dan pengairan

irigasi. Kolam yang digunakan sesuai dengan lahan yang dimiliki oleh masing-

masing anggota kelompok tani LPPMPU. Setiap anggota kelompok tani LPPMPU

menggunakan teknik budidaya yang sama, seperti proses pemijahan, penetasan

telur, pemeliharaan benih, pemberian pakan dan pemanenan.

Page 63: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

6.1. Aspek Pasar

Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk

melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar

2007). Analisis terhadap aspek pasar pada pengusahaan ikan lele yang diproduksi

oleh kelompok tani LPPMPU dapat dilihat melalui permintaan, penawaran, dan

harga benih dan ikan lele ukuran konsumsi yang berlaku di pasar.

6.1.1. Permintaan dan Penawaran

Aspek pasar merupakan aspek yang paling penting dalam memutuskan

untuk membuka suatu usaha, karena usaha tersebut sangat bergantung dari

keberhasilan dalam memasarkan suatu produk yang dihasilkan dalam usaha

tersebut. Salah satu jenis ikan yang memiliki potensi pasar adalah ikan lele.

Permintaan ikan lele datang dari para pedagang seafood (kaki lima) dan restoran-

restoran yang menyajikan hidangan pecel lele, serta rumah tangga, sehingga

permintaan ikan lele untuk pasar dalam negeri mengalami peningkatan yang

cukup signifikan dari tahun ke tahun dan terkait erat dengan perkembangan trend

di kalangan masyarakat.

Menurut data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (2009), tingkat

pengkonsumsian ikan termasuk ikan lele di Indonesia semakin meningkat, pada

Tahun 2004 hanya terhitung 22,58 kilogram per kapita per tahun, namun pada

Tahun 2007 meningkat menjadi 28,28 kilogram per tahun, sedangkan pada Tahun

2008 naik menjadi 29,98 kilogram per kapita per tahun. Untuk itu pasar ikan lele

masih sangat terbuka lebar, sehingga para pengusaha ikan lele memiliki peluang

untuk memproduksi ikan lele dalam jumlah besar. Adapun penawaran ikan lele

masih terbatas hal ini dikarenakan banyak petani yang mengalami kerugian dalam

menjalankan usaha budidaya ikan lele, dan belum menguasai secara teknis

mengenai budidaya ikan lele yang baik dan benar. Para petani ikan lele yang

mengalami kerugian dalam menjalankan usahanya, disebabkan karena kurang

memiliki keterampilan dan kemampuan untuk melakukan teknik budidaya ikan

lele yang baik. Selain itu juga, adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh

petani untuk memulai usaha budidaya ikan lele, sehingga petani tidak berani

 

Page 64: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

mengambil resiko untuk menjalankan usahanya tersebut menjadi usaha yang

sangat menguntungkan.

Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran ikan lele di pasar,

memberikan keuntungan bagi para petani khususnya di kelompok tani LPPMPU.

Dengan demikian, pasar dapat menyerap seluruh jumlah produksi ikan lele yang

dipanen oleh kelompok tani LPPMPU. Untuk memenuhi permintaan pasar yang

besar perlu didukung adanya ketersediaan benih ikan lele. Untuk permintaan pasar

tersebut perlu adanya perbaikan usaha yang dapat dilakukan oleh petani ikan di

Kecamatan Babelan dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan yang diberikan

oleh UPTD Perikanan Kecamatan Babelan, sehingga para petani yang melakukan

kegiatan usaha budidaya ikan lele memiliki keterampilan dan kemampuan untuk

menjalankan usahanya dan mampu memproduksi benih ikan lele yang berkualitas.

Perbaikan yang dibutuhkan pasar saat ini adalah bagaimana tersedianya benih

ikan lele secara kontinyu dan berkualitas baik. Harga ikan lele untuk konsumsi

yang dibeli oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 10.000,00 per kilogram (9-10

ekor per kilogram), sedangkan harga pada pedagang di pasar mencapai 15.000 per

kilogram. Dari gambaran di atas peluang usaha budidaya ikan lele masih terbuka

lebar dan pasar masih sangat luas.

6.1.2. Pemasaran

Pada umumnya ikan lele yang siap untuk dipanen hanya dijual kepada

broker atau pedangan pengumpul. Ikan lele yang siap panen ukuran konsumsi,

yang melakukan panen adalah pedagang pengumpul itu sendiri karena pemilik

hanya menerima bersih dalam kegiatan panen, sedangkan untuk benih ikan lele

yang melakukan panen adalah petani atau pemilik ikan sendiri. Hal ini

dikarenakan benih ikan lele masih rentan terhadap kematian, jika ikan mengalami

stress dan terdapat luka-luka dibagian tubuhnya akibat terbentur dengan dinding-

dinding kolam atau jaring pada saat panen. Sehingga dalam memanen benih ikan

lele harus sangat hati-hati untuk mengurangi tingkat kematian.

Ikan lele ukuran konsumsi yang telah dipanen langsung dimasukkan pada

drum-drum yang telah disiapkan oleh pedagang pengumpul yang kemudian

dibawa langsung oleh pedagang pengumpul untuk didistribusikan kepada

Page 65: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

pedagang maupun ke restoran-restoran melalui pengecer. Sementara itu untuk

benih ikan lele yang berumur 1 bulan yang siap panen, yang membelinya adalah

anggota kelompok tani LPPMPU yang melakukan kegiatan pembesaran dan para

pedagang pengumpul. Benih yang siap panen terlebih dahulu dihitung sesuai

dengan jumlah permintaan dari pembeli, setelah dihitung akan dikemas dalam

kantong plastik yang telah disediakan. Berikut adalah skema aliran pemasaran

ikan lele yang dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU.

Gambar 2. Skema Aliran Pemasaran Ikan Lele

Berdasarkan analisis aspek pasar ikan lele di atas, dapat disimpulkan

bahwa pengusahaan ikan lele layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan

besarnya potensi pasar ikan lele, jika dilihat dari sisi permintaan yang terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah permintaan yang tidak diimbangi

oleh jumlah penawaran menciptakan peluang yang cukup besar pada pengusahaan

ikan lele di Kecamatan Babelan.

6.2. Aspek Teknis

Analisis aspek teknis merupakan langkah awal yang harus dilakukan

sebelum melakukan usaha yang akan dilaksanakan. Analisis aspek teknis

mencakup hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang

diusulkan. Aspek teknis yang akan dikaji diantaranya adalah lokasi usaha proyek,

dan proses produksi.

Pembenihan dan pendederan

Pembesaran

Pedagang pengumpul

Pedagang dan restoran (pengecer)

Page 66: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

6.2.1. Lokasi Usaha

Pemilihan lokasi merupakan faktor penting dan sangat menentukan

keberhasilan dalam pengusahaan ikan lele. Lokasi usaha pada kelompok tani

LPPMPU terletak di Kecamatan Babelan, Desa Kedung Pengawas, Kabupaten

Bekasi, Jawa Barat. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi produksi

adalah sebagai berikut :

1) Ketersediaan bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan oleh kelompok tani LPPMPU adalah induk

dan benih ikan lele yang berkualitas. Anggota kelompok tani LPPMPU yang

melakukan kegiatan pembenihan ikan lele memperoleh benih ikan lele berasal

dari anggota kelompok tani yang melakukan kegiatan pembesaran ikan lele,

begitu juga sebaliknya. Petani yang melakukan kegiatan pembesaran ikan lele

memperoleh benih ikan lele yang akan dipelihara berasal dari petani yang

melakukan kegiatan pembenihan ikan lele. Untuk harga induk ikan lele sebesar

Rp 50.000,00 per ekor untuk ukuran 1 kilogram, sedangkan harga benih ikan

berkisar antara Rp 150,00 per ekor dengan ukuran 5-5,5 cm.

Untuk bahan baku lainnya yang diperlukan dalam kegiatan produksi, seperti

pakan untuk benih dan induk ikan lele, plastik packing, bak sortir, ember, serokan,

pupuk kandang, dan garam diperoleh dari pedagang yang menjual kebutuhan

produk perikanan, sedangkan untuk pakan alami seperti keong petani membelinya

dari orang yang menjual keong. Jadi petani LPPMPU tidak mengalami kesulitan

untuk memperoleh bahan baku untuk kegiatan usahanya.

2) Letak pasar yang dituju

Anggota kelompok tani LPPMPU menjual hasil panennya pada pengusahaan

pembesaran ikan lele dan kepada pedagang pengumpul. Hal ini disebabkan karena

untuk menjual langsung kepada konsumen akhir seperti pedagang (pengecer)

maupun restoran (seafood), membutuhkan kontinuitas produksi yang belum dapat

dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU, serta membutuhkan dana yang lebih

besar untuk memasarkan hasil produknya sendiri. Sampai saat ini, para kelompok

tani LPPMPU hanya menjual hasil produknya kepada pedagang pengumpul

dengan harga yang telah ditetapkan oleh pihak pedagang pengumpul yaitu Rp

10.000,00 per kilogramnya dengan isi 9-10 ekor per kilogram untuk ikan lele

Page 67: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

ukuran konsumsi, sedangkan harga untuk benih ikan lele yang berumur 1 bulan

sekitar Rp 150,00 per ekor. Dalam menjual hasil produksi ikan lele yang siap

panen, diantara kedua belah pihak yaitu petani dan pedagang pengumpul tidak ada

batasan kuota dan jumlah ikan lele yang dapat dijual.

3) Tenaga listrik, sumber air, dan kondisi iklim

Tenaga listrik yang digunakan untuk kegiatan produksi ikan lele sudah

menjangkau lokasi proyek, sehingga untuk penggunaan listrik tidak ada masalah

dalam menjalankan kegiatan budidaya ikan lele. Tenaga listrik yang digunakan

dalam kegiatan budidaya ikan lele ini adalah untuk penerangan pada malam hari

dan untuk menyalakan mesin pompa yang digunakan untuk pengisian air kolam.

Sementara itu untuk ketersediaan air dalam kegiatan budidaya ikan lele sangat

melimpah disekitar lokasi proyek. Pada kegiatan pembenihan ikan lele, air yang

digunakan adalah air tanah, sedangkan untuk kegiatan pembesaran ikan lele petani

menggunakan air yang berasal dari pengairan irigasi yang dekat dengan lokasi

usaha. Hal ini sangat membantu para petani dalam menjalankan usahanya, karena

sumber air yang digunakan langsung dari sumbernya, sehingga tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk penggunaan air yang harus dikeluarkan oleh petani

LPPMPU jika menggunakan air PAM. Air yang berasal dari pengairan irigasi

untuk kegiatan budidaya ikan lele tidak mengandung bahan kimia atau logam,

sehingga para petani LPPMPU tidak perlu melakukan proses penyaringan air

untuk menghilangkan kandungan bahan kimia dan logam. Kualitas air yang

memenuhi persyaratan untuk usaha pembenihan ikan lele diantaranya air tanah

untuk pemijahan, pemeliharaan benih, dan kegiatan pembesaran ikan lele dengan

pH 7,3. Kondisi iklim daerah Kecamatan Babelan cukup mendukung untuk

dilakukan pengusahaan ikan lele, suhu untuk kegiatan budidaya ikan lele berkisar

antara 27-32 0C.

4) Fasilitas transportasi

Lokasi proyek kegiatan pengusahaan ikan lele terletak di perkampungan yang

telah memiliki fasilitas jalan yang sudah dibeton. Untuk alat transportasi tersedia

ojek dan angkutan umum (angkot). Untuk menuju lokasi kegiatan pengusahaan

ikan lele dapat menggunakan mobil pribadi, ojek atau angkutan umum.

Page 68: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

6.2.2 Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan oleh anggota kelompok tani LPPMPU

sesuai dengan jenis pengusahaan ikan lele yang dilaksanakan oleh masing-masing

anggota kelompok tani. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani

LPPMPU diantaranya adalah kegiatan pembenihan sampai dengan pendederan,

dan kegiatan pembesaran ikan lele untuk konsumsi.

6.2.2.1. Kegiatan Pembenihan Ikan Lele

Pada pengusahaan pembenihan ikan lele, kegiatan yang dilakukan adalah

penebaran induk, pemeliharaan dan pemijahan induk untuk menghasilkan larva

atau benih kecil yang berukuran 1 cm. Dalam kegiatan pembenihan ini

menghasilkan benih yang baru menetas. Kegiatan pembenihan yang dilakukan

adalah pemeliharaan induk dan teknik pembenihan seperti persiapan kolam,

penebaran induk, proses pemijahan, pemeliharaan larva, pemanenan larva, dan

penyeleksian larva.

1. Pemeliharaan Induk

Berhasilnya suatu usaha pembenihan sangat dipengaruhi oleh kedaaan

induk penghasil benih itu sendiri. Apabila induk yang dihasilkan mempunyai

kualitas yang baik, maka benih yang dihasilkan pun akan memiliki kualitas yang

baik begitu pula sebaliknya. Calon induk ikan lele yang dimiliki oleh kelompok

tani LPPMPU harus memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan induk yang

akan dipijahkan, untuk mendapatkan kualitas benih yang baik.

Jumlah induk yang dimiliki oleh kelompok tani LPPMPU masing-masing

anggota berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan jumlah pembelian induk yang

dimiliki oleh petani, dan target produksi yang ingin dicapai untuk memenuhi

permintaan di pasar. Permintaan ikan lele semakin meningkat, maka semakin

banyak pula induk yang dimiliki serta semakin tinggi pula target produksi yang

direncanakan. Induk ikan lele yang siap untuk dipijahkan adalah berumur 12

bulan dan diperkirakan sudah matang kelamin dengan berat 1 kilogram untuk

induk betina, sedangkan untuk induk jantan dengan berat 1,25 kilogram.

Page 69: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Jumlah telur (fekunditas) yang dihasilkan oleh ikan lele adalah 25.000

butir telur, dengan daya tetas telur (Hatching Rate/HR) 90 persen, sehingga

menghasilkan telur yang dapat menetas sebanyak 22.500 butir, dan tingkat

kematian (Survival Rate/SR) 88 persen, sehingga menghasilkan larva sebanyak

19.800 ekor larva. Walaupun jumlah larva yang dihasilkannya sedikit, ikan lele

mempunyai frekuensi pemijahan yang relatif cepat. Hal ini terlihat dari rentang

waktu antara pemijahan satu ke pemijahan berikutnya yaitu selama 3 bulan.

Masa produktif ikan lele adalah 2 tahun, jika induk sudah berumur diatas

2 tahun maka induk harus segera diganti dengan induk baru. Hal ini dikarenakan

induk yang sudah tidak produktif lagi tetap dipijahkan, maka kualitas benih yang

dihasilkan akan menurun. Induk yang sudah tidak produktif lagi disebut dengan

induk afkir, yang kemudian dapat dijual kembali untuk dikonsumsi. Dalam waktu

1 tahun ikan lele dapat memijah sebanyak 4 kali, jadi pemijahan terjadi 8 kali

dalam masa produktif ikan lele.

Pembudidaya ikan lele memberikan pakan bagi induk ikan lele agar induk

dapat menghasilkan benih yang baik dan berkualitas. Jenis pakan yang diberikan

pada induk ikan lele adalah pelet dengan merek hiprovit yang merupakan pelet

kasar. Adapula pakan tambahan yang diberikan pada induk selain pelet yaitu

berupa keong. Pemberian pakan ini dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pagi, sore,

dan malam hari. Jumlah pakan yang diberikan dalam sehari rata-rata sebanyak 4

gram per ekor, sehingga dalam satu hari dapat menghabiskan pakan sebanyak 600

gram.

2. Teknik Pembenihan

Secara umum pembenihan adalah kegiatan budidaya ikan lele untuk

menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk

jantan dan betina (pemijahan) pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pada usaha

pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah memelihara dan memijahkan induk

ikan untuk menghasilkan larva. Dalam kegiatan pembenihan ini biasanya

menghasilkan benih yang ukurannya berbeda atau tidak sama. Awal menebar

induk sampai dengan menghasilkan benih membutuhkan waktu 2 sampai dengan

3 minggu. Larva yang dihasilkan memiliki panjang 0,9 – 1,3 cm, dengan berat

Page 70: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

0,01 gram – 0,02 gram. Adapun proses pembenihan ikan lele pada kelompok tani

LPPMPU yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Persiapan Kolam Pembenihan

Kolam yang digunakan untuk kegiatan pembenihan ikan lele pada

kelompok tani LPPMPU merupakan kolam yang tebuat dari semen (kolam semen)

dan kolam terpal (yang terbuat dari terpal plastik). Dengan luas kolam yang

digunakan pada kelompok tani LPPMPU rata-rata adalah 78 m2. Persiapan kolam

yang dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU, yang melakukan pembenihan ikan

lele hanya dengan melakukan perbaikan dan pembersihan kolam. Perbaikan

kolam dilakukan dengan menambal kembali kolam yang bocor, sedangkan

pembersihan kolam dengan cara kolam disikat hingga bersih dari lumut (kolam

semen), sedangkan untuk kolam terpal cukup dibersihkan dengan cara

menggunakan busa (spon), dengan tujuan untuk membasmi kuman penyakit yang

menempel pada dinding maupun dasar kolam. Setelah itu, kolam dibiarkan atau

dijemur selama 1-2 hari.

Kolam yang telah dikeringkan selama 1-2 hari, kemudian dilakukan

pemupukan. Pemupukan pada kolam pembenihan tidak menggunakan pupuk

anorganik, tetapi menggunakan pupuk organik berupa kotoran ayam dan dicampur

dengan kotoran kambing. Dosis yang diberikan dalam setiap kolam adalah 500

gram m2. Pemupukan dilakukan dengan cara disebar sampai merata di sekitar

dalam kolam. Pemupukan ini bertujuan menumbuhkan pakan alami bagi ikan lele,

dan dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton dalam kolam yang akan

dipergunakan untuk kegiatan pemijahan.

Setelah kolam telah selesai dipersiapkan, kegiatan berikutnya adalah

kolam diisi dengan air jernih. Ketinggian air kolam untuk kegiatan pemijahan

adalah 30-35 cm, dan dibiarkan selama 1-2 hari agar pakan alami dapat tumbuh

serta untuk menetralkan pH air. Setelah dibiarkan selama 1-2 hari, maka induk

ikan lele siap untuk ditebar dalam kolam yang telah dipersiapkan. Alur proses

persiapan kolam pada pembenihan ikan lele dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 71: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Gambar 3. Alur Proses Persiapan Kolam Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

b) Penebaran Induk

Sebelum induk ikan lele dipijahkan, induk jantan dan betina dipelihara

pada kolam yang terpisah. Hal ini untuk memudahkan dalam pengelolaan dan

pengontrolan. Di samping itu bisa menghindarkan induk melakukan pemijahan

secara diam-diam. Agar kematangan induk memadai, setiap hari induk diberi

pakan bergizi, yaitu pakan buatan maupun pakan alami seperti pelet dan keong.

Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari.

Pada kelompok tani LPPMPU, dalam melakukan pemijahan dilakukan

dengan cara buatan. Ikan yang dipijahkan secara buatan adalah dengan cara kawin

suntik. Hal ini bertujuan untuk merangsang ikan agar bisa memijah sesuai dengan

rencana. Induk disuntik dengan zat perangsang berupa kelenjar hipofisa atau

Human Chlorionic Gonadotropin (HCG). Kelenjar hipofisa dapat diambil dari

ikan lele dumbo atau ikan mas yang telah matang kelamin atau yang telah

berumur minimal 12 bulan. HCG yang dikenal oleh para pembudidaya ikan

adalah ovaprim.

Sebelum ikan ditebar pada kolam pemijahan yang telah disiapkan, induk

ikan jantan dan betina terlebih dahulu disuntik menggunakan ovaprim dengan

dosis 1 cc per kilogram bobot induk yang akan dipijahkan. Setelah itu ikan siap

ditebar pada kolam pemijahan. Pada pemijahan secara alami, tidak ada perlakukan

khusus pada induk. Hanya ada pemilihan induk yang sudah matang kelamin atau

matang gonad maka ikan siap untuk ditebar pada kolam pemijahan. Perbandingan

induk jantan dan induk betina adalah 1 : 1, yang artinya untuk penebaran 1 ekor

jantan ditebar 1 ekor betina. Bobot induk betina yang siap dipijahakan adalah 1

kilogram, sedangkan untuk induk jantan memiliki bobot 1,25 kilogram.

Pembersihan dan Pengeringan kolam

Pemupukan kolam

Pengisian air kolam

Page 72: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

c) Pemijahan

Petani yang melakukan pemijahan dengan cara buatan yaitu menggunakan

ovaprim yang telah disuntikkan kepada induk betina dan induk jantan siap untuk

ditebar pada kolam pemijahan yang telah dipersiapkan. Sementara itu, petani yang

melakukan pemijahan dengan cara buatan tanpa menggunakan ovaprim induk

ikan lele yang telah matang kelamin dapat langsung ditebar pada kolam

pemijahan.

Pada saat penebaran induk ikan lele yang akan dipijahkan, pada tiap kolam

pemijahan diberi kakaban atau sarang untuk penempatan telur yang akan

dikeluarkan oleh induk betina yang kemudian dibuahi oleh induk jantan. Dalam

satu kolam kakaban yang digunakan adalah 3 sampai 4 kakaban yang diletakkan

pada sudut-sudut kolam.

Induk yang siap dipijahkan ditebar pada kolam yang telah disiapkan untuk

pemijahan, induk dapat ditebar pada pagi atau sore hari. Induk betina akan

mengeluarkan telur-telurnya yang akan diletakkan pada kakaban, dan secara

bersamaan pula induk jantan mengeluarkan spermanya. Telur yang dikeluarkan

induk betina dibuahi sperma induk jantan di luar tubuh induk. Waktu yang

diperlukan untuk pemijahan adalah selama 1 hari 1 malam atau selama 24 jam.

Biasanya induk betina mengeluarkan telurnya pada malam hari atau menjelang

pagi hari. Setelah proses pemijahan telah selesai, maka proses berikutnya adalah

penetasan telur.

Induk ikan lele yang telah melakukan pemijahan, induk ikan lele harus

segera diangkat dan dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk ikan lele. Apabila

induk tidak segera dipisahkan dari telur yang telah dibuahi, induk tersebut akan

memakan telurnya sendiri, karena ikan lele termasuk ikan yang bersifat kanibal.

Telur yang menempel pada kakaban harus segera diangkat dengan perlahan-lahan

dan dipindahkan pada kolam penetasan telur yang telah disiapkan sebelumnya.

Kakaban diletakkan secara mendatar sampai semua permukaannya terendam air.

Hal ini dimaksudkan agar telur-telur yang menempel ikut terendam air, karena

jika ada telur yang tidak terendam air maka telur tersebut tidak akan menetas dan

menjadi busuk atau berjamur.

Page 73: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Jumlah telur yang dikeluarkan oleh induk betina yaitu mencapai 25.000

butir telur. Telur akan menetas dalam kurun waktu 22-24 jam setelah telur

dibuahi. Tidak semua telur tersebut dapat menetas, telur yang menetas adalah

sebayak 22.500 butir dengan daya tetas telur (HR) 90 persen. Benih atau larva

ikan lele yang baru menetas berwarna merah tua, dan biasanya akan berkumpul

dipermukaan dasar kolam. Selama proses penetasan, bak harus mendapat sedikit

aliran air melalui selang kecil. Pengaliran air ini dilakukan agar kualitas air selama

penetasan tetap terjaga. Apabila jika kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan

kematian benih yang baru menetas. Setelah telur menetas, kakaban harus segera

diangkat secara perlahan-lahan. Jika pengangkatan kakaban terlambat dilakukan,

dikwatirkan telur–telur yang tidak menetas akan membusuk dan akan

menyebabkan kualitas air menurun. Selanjutnya, telur yang menetas akan

dipelihara sampai larva siap untuk dipanen.

d) Pemeliharaan Larva

Kolam tempat pemeliharaan larva merupakan kolam yang terbuat dari

terpal plastik dan ada juga yang menggunakan kolam semen. Dalam satu kolam,

diberi kakaban sebanyak 3 sampai dengan 4 kakaban. Ukuran kolam yang

digunakan untuk pemeliharaan benih pada kelompok tani LPPMPU berbeda-beda,

hal ini disesuaikan dengan lahan yang dimiliki. Kondisi lingkungan pada kolam

pemeliharaan larva harus memperhatikan kualitas air agar tetap terjaga dengan

baik. Penggantian air atau panambahan air dapat dilakukan setiap 3 atau 4 hari

sekali, atau disesuaikan dengan keadaan kondisi air dalam kolam pemeliharaan.

Larva yang baru menetas sampai berumur 3 hari belum dapat diberikan pakan

tambahan, karena cadangan makanan dalam tubuhnya masih tersedia yaitu berupa

kuning telur.

Pada hari keempat setelah telur menetas, larva harus diberikan pakan

tambahan yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva ikan lele. Jenis

pakan tambahan yang baik untuk larva ikan lele adalah pakan alami atau pakan

hidup yaitu berupa plankton dan cacing sutra. Hal ini dikarenakan pakan alami

banyak mengandung protein yang dibutuhkan oleh pertumbuhan larva ikan lele

tersebut. Dosis pakan yang diberikan pada larva adalah 1,98 liter cacing sutra

Page 74: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

dalam satu hari. Pemberian pakan dilakukan 3 hari sekali yaitu pada pagi hari,

siang hari dan malam hari.

e) Pemanenan Larva Larva dipelihara selama 15 – 17 hari dari awal penetasan telur. Larva ikan

lele akan muncul kepermukaan air di setiap pinggir sudut kolam. Pemanenan larva

dilakukan pada pagi hari atau sore hari mulai pukul 07.00 atau 16.00 WIB. Proses

pemanenan tergantung dengan jenis kolam yang digunakan. Jika kolam yang

digunakan adalah terpal plastik, cara pemanenannya adalah dari sudut plastik

diangkat sehingga secara perlahan-lahan air dalam plastik mengalir ke bagian

yang rendah (bawah). Maka larva akan berkumpul pada satu sudut yang rendah,

sehingga dengan mudah larva dipindahkan ke tempat bak penampungan

sementara untuk dihitung. Setelah dihitung, larva tersebut ditebar pada kolam

pendederan yang telah disiapkan dengan ukuran yang sama besar. Adapun alur

proses teknik pembenihan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Alur Teknik Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

6.2.2.2. Kegiatan Pendederan Ikan Lele

Pendederan merupakan pembesaran larva sampai ukuran tertentu untuk

dipelihara pada tahap pembesaran atau untuk dijual kepada peternak pembesaran.

Ukuran siap jual dari kegiatan pendederan yaitu berukuran 5-5,5 cm dalam waktu

pemeliharaan selama 1 bulan. Pada kegiatan pendederan ini dapat dilakukan pada

kolam semen maupun kolam terpal. Adapun tahapan kegiatan pendederan yaitu

Persiapan Kolam 

Penebaran Induk

Pemijahan 

Pemeliharaan Larva 

Pemanenan Benih 

Page 75: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan benih, dan panen.

1) Persiapan Kolam

Kolam yang digunakan untuk kegiatan pendederan ikan lele pada

kelompok tani LPPMPU adalah kolam semen dan kolam terpal. Sebelum kolam

dipergunakan untuk pemeliharaan sebaiknya dilakukan pembersihan kolam.

Kolam yang akan digunakan dibersihkan dengan cara kolam disikat (kolam

semen), atau dibersihkan dengan menggunakan spon (kolam terpal). Hal ini

bertujuan untuk membunuh kuman penyakit yang menempel pada dasar maupun

dinding kolam, agar ikan tidak mudah terserang penyakit. Setelah dibersihkan

kolam dikeringkan dan dijemur dibawah terik matahari selama 1-2 hari.

Kolam yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama 1-2 hari, langkah

berikutnya adalah dilakukan pemupukan dengan cara pupuk disebar secara merata

di dalam kolam dan didiamkan selama 1-2 hari. Pupuk yang diberikan pada kolam

merupakan pupuk organik dari kotoran ayam dengan dosis 500 m2 per kolam.

Pemberian pupuk yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan

plankton yang merupakan pakan alami lele. Setelah didiamkan selama 1-2 hari,

kolam diisi dengan air jernih yang berasal dari bak penampungan air dan

didiamkan selama satu hari. Persiapan kolam telah selesai maka benih siap untuk

ditebar.

2) Penebaran Benih

Kolam yang telah dipersiapkan, maka benih ikan lele siap untuk ditebar.

Penebaran dilakukan pada pagi hari atau sore hari, sesuai dengan panen pada saat

pembenihan. Kepadatan tebar setiap kolam adalah 22.500 ekor benih dengan

ukuran 0,9-1,3 cm.

3) Pemeliharaan Benih

Dalam proses pemeliharaan, benih harus diberi pakan berupa pelet yang

bermerek Hiprovit 99 dengan dosis pakan yang diberikan sebanyak 0,2 gram per

ekor dalam satu hari. Pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pagi,

siang dan malam hari. Dalam setiap satu minggu sekali, pada saat pemberian

Page 76: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

pakan pelet dicampur dengan telur ayam yang bertujuan untuk menambah protein

dan menambah bau amis pada kolam agar benih tidak terserang penyakit.

Penyakit yang sering menyerang pada benih ikan lele yaitu cacing merah

yang berasal dari bak penampungan air. Oleh karena itu pada saat benih belum

ditebar pada kolam pemeliharaan, maka pada kolam tersebut diberi garam, dengan

cara garam dilarutkan dalam air kolam dan didiamkan selama 2 jam. Setelah 2

jam cacing tersebut akan mati dan mengambang di permukaan air kolam. Cacing

yang mengambang di permukaan kolam dibuang dengan menggunakan serokan.

Selain itu untuk mencegah ikan terserang penyakit, kualitas dan kuantitas

air kolam harus tetap dijaga. Dengan cara air kolam diganti dalam 15 hari sekali,

air kolam tidak dibuang secara keseluruhan tetapi hanya setengah dari ketinggian

air kolam dan dilakukan pengisian kembali sesuai dengan air kolam yang dibuang.

4) Panen Benih dipelihara selama 1 bulan dari awal benih ditebar. Benih yang siap

untuk dipanen adalah benih berukuran 5-5,5 cm dengan harga Rp 150 per ekor.

Pemanenan benih dilakukan pada pagi hari atau sore hari mulai pukul 07.00 atau

pukul 16.00 WIB. Proses pemanenan tergantung dengan jenis kolam yang

digunakan. Jika kolam yang digunakan adalah terpal plastik, cara pemanenannya

adalah dari sudut plastik diangkat, sehingga secara perlahan-lahan air dalam

plastik mengalir ke bagian yang rendah (bawah), maka benih akan berkumpul

pada satu sudut yang rendah, kemudian benih ditangkap dengan menggunakan

serokan atau bak sortir dengan hati-hati. Untuk kolam semen, proses panen yang

dilakukan dengan cara air dibuang melalui pipa saluran pembuangan dengan cara

perlahan-lahan sampai yang tersisa hanya tinggal di kamalir saja, sehingga benih

akan berkumpul pada kemalir. Setelah semua benih berkumpul pada kemalir,

benih ditangkap secara hati-hati dengan menggunakan serokan kecil atau

menggunakan bak sortir. Kemudian benih diletakkan pada tempat bak

penampungan sementara untuk dihitung. Setelah dihitung, benih tersebut dapat

dipasarkan kepada peternak ikan lele yang melakukan kegiatan pembesaran.

Jumlah benih yang dipanen dalam satu kolam adalah sebanyak 16.830 ekor.

Adapun alur proses produksi pada kegiatan pendederan ikan lele dapat dilihat

pada Gambar 5.

Page 77: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Gambar 5. Alur Proses Produksi Pendederan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

6.2.2.3. Kegiatan Pembesaran Ikan Lele

Hasil pendederan ikan lele yang berukuran 5-5,5 cm belum dapat untuk

dijadikan ikan konsumsi. Ikan seukuran ini harus dipelihara lagi untuk tahapan

pembesaran sampai mencapai ukuran layak konsumsi, yakni minimal 250 gram

per ekor atau 9-10 ekor per kilogram. Oleh karena itu bibit lele masih perlu

dipelihara atau dibesarkan lagi agar menjadi ikan lele dumbo yang siap konsumi.

Pembesaran ikan lele pada kelompok tani LPPMPU adalah kegiatan yang

dilakukan dengan menebarkan benih ukuran 5-5,5 cm yang berumur 3 sampai

dengan 4 minggu. Lama pemeliharaan ikan lele adalah rata-rata 3 bulan, dapat

menghasilkan ikan lele konsumsi berbobot 250-300 gram per ekor atau 9-10 ekor

per kilogram. Pada kegiatan pembesaran, jumlah benih yang ditebar adalah

sebanyak 4.000 ekor per m2 dengan luasan kolam rata-rata 4 x 10 m2. Panen

dilakukan selama 3 bulan sekali, sehingga dalam setahun petani dapat melakukan

penen sebanyak 4 kali.

Pembesaran ikan lele yang dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU ada

yang menggunakan kolam tanah dan kolam semen. Sistem pengairan yang

dilakukan adalah secara teknis yaitu sumber air yang berasal dari saluran air

irigasi. Kolam seperti ini mudah dikelola karena air tersedia sepanjang tahun.

Adapun proses kegiatan pembesaran ikan lele pada kelompok tani LPPMPU

dilakukan dengan teknik sebagai berikut :

Persiapan Kolam

Penebaran Benih 

Pemeliharaan Benih 

Pemanenan Benih 

Page 78: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

a) Persiapan Kolam Pembesaran

Sebelum penebaran benih, kolam harus dipersiapkan terlebih dahulu.

Kolam dikeringkan beberapa hari sampai permukaan dasar kolam kering dan

retak-retak (kolam tanah). Tujuannya untuk membunuh hama atau bibit-bibit

penyakit yang ada di kolam tersebut dan untuk memudahkan pengolahan tanah

dasar kolam. Kolam dikeringkan selama 3-4 hari. Langkah selanjutnya adalah

memupuk tanah dasar kolam untuk menumbuhkan makanan alami. Pupuk yang

digunakan adalah pupuk organik yaitu pupuk kandang yang terbuat dari kotoran

ayam dengan dosis 500 gram per m2. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara

disebar sampai merata pada dasar kolam. Setelah pemberian pupuk selesai, maka

kegiatan selanjutnya adalah pengisian kolam yang dilakukan secara bertahap agar

pupuk bereaksi dengan sempurna. Pengisian kolam pada tahap pertama adalah

setinggi 70 cm, dan kolam didiamkan selama 2 hari. Setelah kolam didiamkan

selama 2 hari, maka dilakukan pengisian kolam tahap ke 2 dengan ketinggian

kolam hingga mencapai 150 cm.

b) Penebaran Larva

Penebaran benih dapat dilakukan setelah dipastikan kolam benar-benar

telah siap untuk digunakan. Benih dapat ditebar pada waktu pagi atau sore hari

saat suhu rendah. Hal ini bertujuan untuk menghindari tingkat kematian yang

tinggi karena ikan stress. Jumlah benih ikan yang akan ditebar pada kolam

pembesaran adalah sebanyak 4.000 ekor per m2, dengan ukuran 5-5,5 cm.

c) Pemeliharaan

Untuk memacu pertumbuhan pada benih ikan lele, selama pemeliharaan

ikan lele diberi pakan tambahan. Pakan yang diberikan berupa pakan buatan dan

pakan alami. Pakan buatan yaitu pelet yang bermerek hiprovit 782, dosis yang

diberikan dalam satu hari adalah 1 gram per ekor, harga pelet hiprovit 782 per

kilogram adalah Rp 6.500,00. Pelet hiprovit 782 diberikan pada benih yang telah

berumur satu bulan, hal ini dikarenakan disesuaikan dengan bukaan mulut benih

ikan lele, sedangkan ikan lele yang sudah berumur 2 bulan pakan yang diberikan

berupa pelet kasar yang bermerek hiprovit. Dosis yang diberikan dalam satu hari

Page 79: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

untuk pelet kasar adalah 3 gram per ekor. Harga pelet kasar adalah Rp 4.500,00

per kilogram. Pakan yang diberikan selain pelet buatan, benih ikan lele yang telah

berumur 2 bulan dapat juga diberi pakan alami yaitu keong, dalam satu hari

menghabiskan 1 karung keong. Harga keong per kilogram adalah Rp 10.000,00.

Pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam satu hari yaitu pagi, siang dan malam

hari.

Selain pemberian pakan, pengontrolan kualitas air harus diperhatikan.

Pergantian air dilakukan 2 minggu sekali, hal ini bertujuan agar ikan tidak

terserang penyakit akibat dari sisa-sisa makan yang mengendap menjadi racun.

Dalam proses pemeliharaan harus dilakukan pengontrolan kolam untuk

menghindari serangan hama dan penyakit. Hama biasanya menyerang pada kolam

pembesaran. Pencegahan dapat dilakukan dengan membersihkan sekitar kolam

dari semak-semak yang dapat dijadikan sarang ular atau hama lainnya. Lama

pemeliharaan ikan lele di kolam pembesaran adalah selama 3 bulan.

d) Pemanenan

Pemanenan merupakan bagian akhir dari kegiatan pembesaran. Setelah

ikan dipelihara selama 3 bulan, maka ikan tersebut siap untuk di panen sesuai

dengan ukuran ikan konsumsi yaitu 9-10 ekor per kilogram. Proses pemanenan

dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Pada proses kegiatan panen, yang

melakukan panen adalah para pedagang pengumpul. Ikan yang telah dipanen

langsung dimasukkan pada drum-drum plastik yang telah disiapkan oleh pedagang

pengumpul. Dalam satu kali proses produksi petani dapat memanen ikan lele

sebanyak 350 kilogram per kolam, dengan harga per kilogramnya adalah Rp

10.000,00. Adapun alur proses produksi pada kegiatan pendederan ikan lele dapat

dilihat pada Gambar 6.

Dari hasil analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa

pengusahaan ikan lele yang dilakukan oleh kelompok tani LPPMPU layak untuk

dilaksanakan. Dalam hal ini tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya

kegiatan pengusahaan ikan lele.

Page 80: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Gambar 6. Alur Proses Produksi Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

6.3. Aspek Manajemen

Aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan

struktur organisasi yang ada. Pengusahaan ikan lele di Kecamatan Babelan

merupakan kelompok tani yang dinamakan dengan Lembaga Pemberdayaan

Pemuda dan Masyarakat Peduli Umat (LPPMPU) yang didirikan pada tahun 2004.

Pada saat ini anggota kelompok tani LPPMPU yang aktif dalam pengusahaan

ikan lele hanya 4 orang. Struktur organisasi pada kelompok tani LPPMPU di

Kecamatan Babelan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 7. Struktur Organisasi Pada Kelompok Tani LPPMPU

Pada masing-masing petani, untuk struktur organisasi sangat sederhana

yaitu Pak Sumirta sebagai ketua dari kelompok tani LPPMPU dan dibantu oleh

anggota lainnya yang melakukan pengusahaan ikan lele yang diantaranya Pak H.

Marjani sebagai sekretaris, Pak Rohmat sebagai bendahara, dan Pak Misar sebagai

memasarkan ikan yang siap untuk dipanen. Ketua kelompok tani LPPMPU adalah

Pak Sumirta sebagai ketua dari kelompok tani LPPMPU yang bertugas

mengawasi dan membantu para anggotanya dalam kegiatan pengusahaan ikan

lele, Pak Sumirta dibantu oleh anggotanya yaitu Pak H. Marjani sebagai sekretaris

Persiapan Kolam 

Penebaran Benih 

Pemeliharaan

Pemanenan

Ketua Kelompok Tani LPPMPU

Pak Sumirta

Sekretaris : Pak H. Marjani Bendahara : Pak Rohmat Pemasaran : Pak Misar

Page 81: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

yang bertugas mencatat jumlah ikan yang dipanen oleh setiap anggota, Pak

Rohmat sebagai bendahara yang bertugas mencatat pendapatan yang diperoleh

dari masing-masing anggota kelompok tani LPPMPU, sedangkan Pak Misar

bertugas untuk memasarkan hasil produksi atau output yang dihasilkan dari

anggota yang melakukan kegiatan pengusahaan ikan lele.

Dilihat dari struktur organisasi pada kelompok tani LPPMPU, dari masing-

masing anggota hanya terdiri atas pemilik pengusahaan ikan lele dan satu orang

tenaga kerja. Pemilik usaha bertindak sebagai pengawas, mengontrol kualitas

produk yang dihasilkan, serta melakukan kegiatan produksi, sedangkan para

pekerja bertugas untuk membantu pemilik pengusahaan yaitu memelihara benih

sampai benih siap panen. Untuk penyerapan tenaga kerja pada kelompok tani

LPPMPU sangat sederhana, karena karyawan yang membantu pemilik dalam

kegiatan produksi adalah masih kerabat atau saudara dari pemilik usaha.

Berdasarkan analisis aspek manajemen, usaha ini dapat dikatakan layak

untuk dilaksanakan meskipun dengan struktur organisasi lini dan pembagian tugas

yang sederhana.

6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan

Usaha yang dijalankan oleh kelompok tani LPPMPU memberikan

kontribusi pendapatan bagi anggota tersebut, karena dengan melakukan kegiatan

pengusahaan ikan lele, kehidupan dari kelompok tani LPPMPU dapat

meningkatan pendapatan serta kehidupan yang sejahtera. Selain itu, keberadaan

kelompok tani LPPMPU tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi

lingkungan daerah sekitar proyek. Berbeda dengan kegiatan usaha perindustrian

yang menghasilkan limbah mengandung bahan kimia, dapat menyebabkan

terjadinya pencemaran lingkungan.

Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung dengan adanya

pengusahaan ikan lele di sekitar lingkungan rumah warga. Hal ini dapat dilihat

dari ketertarikan warga sekitar untuk membuka pengusahaan ikan lele dengan

memanfaatkan lahan di sekitar rumah. Namun permasalahan yang dihadapi oleh

petani pada saat penelitian, yaitu adanya keterbatasan modal yang dimiliki petani

untuk memulai usaha barunya, serta kurang memiliki keterampilan untuk kegiatan

teknis budidaya ikan lele.

Page 82: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk

mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah

usaha yang dilakukan pada kelompok tani LPPMPU memperoleh keuntungan

secara finansial. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-

kriteria penilaian investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit

and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period

(PP). Untuk menganalisis empat kriteria tersebut, digunakan arus kas untuk

mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh

setiap anggota LPPMPU selama umur proyek yaitu 10 tahun. Penentuan umur

proyek tersebut berdasarkan umur ekonomis dari kolam yang digunakan untuk

kegiatan produksi ikan lele, karena kolam merupakan aset yang paling penting

untuk menjalankan pengusahaan ikan lele tersebut.

7.1. Arus Pengeluaran dan Arus Penerimaan

Pada analisis kelayakan pengusahaan ikan lele pada Kelompok Tani

LPPMPU tersebut perlu menghitung manfaat dan biaya yang digunakan dalam

pengusahaan ikan lele. Dalam perhitungan manfaat dan biaya pada analisis

finansial menggunakan harga pasar yang berlaku di daerah tempat penelitian.

7.1.1. Arus Pengeluaran (Outflow)

Arus pengeluaran dalam analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan

lele pada kelompok tani LPPMPU terdiri dari biaya investasi dan biaya

operasional. Analisis biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaran-

pengeluaran yang akan terjadi selama masa proyek atau usaha yang dilaksanakan.

7.1.2. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal

kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun

kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih,

sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun

kemudian. Jadi biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk

memperoleh beberapa kali manfaat sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu

Page 83: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

tidak menguntungkan lagi. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan pengusahaan ikan pada

kelompok tani LPPMPU. Biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele

LPPMPU meliputi lahan yang merupakan lahan sendiri, dan induk ikan lele.

Biaya investasi lain yang diperlukan adalah bak penampungan air, serokan, pipa

paralon, selang, mesin pompa, ember, genteng dan kayu. Sementara itu biaya

investasi yang diperlukan dalam pengusahaan pemesaran ikan lele adalah lahan,

kolam semen, serokan, mesin pompa, blower, pipa paralon, selang dan ember.

Adapun rincian biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

No Uraian Jumlah Satuan Umur

Ekonomis (Tahun)

Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

1 Lahan 200 Meter - 250,000.00 50,000,000.00

2 Kolam : - - -

a) Kolam induk (Uk. 4 x 5 m2) 1 Buah

10 3,100,000.00 3,100,000.00

b) Kolam semen (Uk. 2 x 3 m2) 3 10 1,500,000.00 4,500,000.00

c) Kolam terpal (Uk. 2 x 4 m2) 8 1 675,000.00 5,400,000.00

3 Induk Ikan Lele 50 Ekor 2 45,000.00 2,250,000.00

4 Bak penampungan air 1 Buah 5 2,250,000.00 2,250,000.00

5 Serokan : a) Serokan besar 2 Buah 2 25,000.00 50,000.00

b) Serokan kecil 2 Buah 2 15,000.00 30,000.00

6 Pipa Paralon : a) Pipa (Uk. 0.5 inchi) 2 Batang 5 75,000.00 150,000.00

b) Pipa (Uk. 3/4 inchi) 2 Batang 5 15,000.00 30,000.00

7 Selang 25 Meter 2 5,000.00 125,000.00

8 Mesin pompa 1 Unit 5 450,000.00 450,000.00

9 Ember 3 Buah 2 15,000.00 45,000.00

10 Genteng 1.000 Buah 10 500.00 500,000.00

11 Kayu 60 Batang 10 15,000.00 900,000.00

Total Biaya Investasi 69,780,000.00 Sumber : Data di olah (2009)

Investasi awal yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele

adalah sebesar Rp 69,780,000.00, sedangkan investasi awal yang dikeluarkan

untuk pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp 94,590,000.00 (Tabel

Page 84: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

6). Umur ekonomis dari pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU

adalah 10 tahun, hal ini dilihat dari peralatan yang digunakan untuk kegiatan

produksi yang diperkirakan memiliki ketahanan 10 tahun.

Tabel 6. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

No Uraian Jumlah Satuan Umur

Ekonomis (Tahun)

Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

1 Lahan 255 Meter 10 250,000.00 63,750,000.00

2 Kolam : - -

a) Kolam semen (Uk 4 x 10 m2) 5

Buah

10

3,900,000.00 19,500,000.00

b) Kolam semen (Uk 13 x 12 m2) 1 4,600,000.00 4,600,000.00

c) Kolam semen (Uk 4 x 4 m2) 2 2,400,000.00 4,800,000.00

3 Serokan 3 Buah 2 25,000.00 75,000.00

4 Mesin pompa 1 Unit 5 450,000.00 450,000.00

5 Blower 1 Unit 10 850,000.00 850,000.00

6 Pipa Paralon : a) Pipa (Uk. 4 inchi) 7

Batang 5

45,000.00 315,000.00

b) Pipa (Uk. 3/4 inchi) 6 15,000.00 90,000.00

7 Selang 23 Meter 2 5,000.00 115,000.00

8 Ember 3 Buah 2 15,000.00 45,000.00

Total Biaya Investasi 94,590,000.00 Sumber : Data di olah (2010)

Biaya investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dikeluarkan

pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan, seperti untuk mengganti peralatan

atau komponen investasi yang umurnya sudah habis namun operasional bisnisnya

masih berjalan. Biaya investasi yang dikeluarkan tersebut disebut reinvestasi.

Biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan pembenihan ikan lele

adalah plastik terpal, induk ikan lele, serokan, pipa paralon, selang, mesin pompa,

dan ember, sedangkan biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan

pembesaran adalah serokan, mesin pompa, pipa paralon, ember dan selang.

Adapun rincian biaya reinvestasi pada kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Page 85: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

7.1.3. Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya keseluruhan yang berhubungan dengan

kegiatan operasional dari pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU.

Biaya tersebut dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut berjalan yang

terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

7.1.3.1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan selama satu

tahun dengan ada atau tidaknya produksi yang dilakukan. Biaya tetap yang

dikeluarkan tidak berubah walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap yang

dikeluarkan pada masing-masing anggota LPPMPU yaitu biaya gaji tenaga kerja,

biaya perawatan peralatan yang digunakan, biaya abodemen listrik, dan Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB). Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pengusahaan

pembenihan ikan lele adalah Rp 14.075.000,00, sedangkan biaya tetap yang

dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah Rp 14. 511.750,00.

Biaya tetap yang dikeluarkan pada masing-masing anggota kelompok tani

LPPMPU dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

No Uraian Jumlah Harga (Rp/bulan)

Pembenihan ikan Lele

Pembesaran Ikan Lele

1. Gaji tenaga kerja 1 orang 1.100.000,00 13.200.000,00 13.200.000,00 2. Abodemen listrik - 50.000,00 600.000,00 600.000,00 3. Perawatan - 205.000,00 605.000,00 4. PBB - 70.000,00 106.750,00

Total (Rp) 14.075.000,00 14.511.750,00 7.1.3.2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah suatu biaya yang harus dikeluarkan seiring dengan

bertambah atau berkurangnya produksi. Biaya variabel akan mengalami

perubahan jika volume produksi berubah, beberapa biaya variabel yang sangat

berpengaruh adalah hormon ovaprim dan ketersediaannya pakan. Biaya variabel

yang dikeluarkan dari setiap kelompok tani LPPMPU berbeda-beda, hal ini

dikarenakan pada pengusahaan ikan lele LPPMPU melakukan jenis kegiatan yang

berbeda-beda.

Page 86: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Biaya variabel yang dikeluarkan pada masing-masing anggota LPPMPU

diantaranya, pembelian benih untuk kegiatan pembesaran, pembelian pakan,

pupuk kandang, garam, hormon ovaprim, aqua destilata, plastik packing, karet,

suntikan, telur ayam, bambu, kakaban, busa spons, dan sikat. Total biaya variabel

yang dikeluarkan pada kelompok tani LPPMPU dalam satu tahun yaitu pada

pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp 12.163.020,00, sedangkan

biaya yang dikeluarkan dalam pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar

Rp 18.300.400,00 (Tabel 8).

a. Biaya Pakan

Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan induk adalah untuk memenuhi

kebutuhan ikan tersebut, serta merangsang pertumbuhan gonad sehingga induk

ikan dapat dengan cepat menghasilkan telur dan siap untuk dipijahkan. Jenis

pakan yang diberikan untuk induk ikan lele adalah pelet dan keong, sedangkan

pakan yang diberikan kepada benih ikan lele adalah cacing sutra dan pelet halus.

Pakan pelet yang diberikan kepada induk adalah berupa pelet kasar merk Hiprovit.

Kebutuhan pakan untuk pemeliharaan induk adalah sebanyak 5 karung dengan

berat 30 kilogram per karung dengan harga Rp 4.500,00 per kilogram, sehingga

total biaya pakan induk sebesar Rp 675.000,00 pada pengusahaan pembenihan

ikan lele, sedangkan biaya pakan yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran

ikan lele adalah sebesar Rp 6.854.400,00. Selain pakan pelet kasar, induk ikan lele

diberi pakan tambahan yaitu berupa keong. Kebutuhan pakan tambahan yaitu

keong yang diberikan dalam pemeliharaan induk ikan lele menghabiskan keong

sebanyak 405 kilogram dengan harga keong per kilogram adalah Rp 1.000,00,

sehingga total biaya pakan keong yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 405.000,00.

Sementara itu dalam pemeliharaan benih ikan lele agar benih dapat

berkembang dengan cepat maka benih ikan lele diberi pakan alami yaitu cacing

sutra. Kebutuhan pakan cacing sutra dalam pemeliharaan benih ikan lele

membutuhkan pakan sebanyak 504 liter dengan harga per liter adalah Rp

5.000,00, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan cacing

sutra adalah Rp 2.520.000,00. Untuk benih yang sudah berukuran besar yaitu

berumur 17 hari jenis pakan yang diberikan adalah pelet halus atau pelet 99 yang

Page 87: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

bermerek Hiprovit. Jumlah pakan yang diberikan untuk pemeliharaan benih ikan

lele adalah 1.463,56 kilogram dengan harga per kilogram adalah sebesar Rp

4.500,00, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pelet halus

adalah Rp 6.586.020,00.

Pada pengusahaan ikan lele dalam kegiatan pembesaran ikan lele, jenis

pakan yang diberikan berbeda dengan jenis pakan sebelumnya. Jenis pakan yang

diberikan adalah pelet 782 yang ukurannya lebih besar dari pelet halus, hal ini

dikarenakan jenis pakan yang diberikan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan

lele. Jumlah pakan yang diberikan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah

sebanyak 560 kilogram dengan harga per kilogramnya adalah Rp 6.500,00,

sehingga total biaya pakan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.640.000,00.

b. Biaya Karet, Plastik, dan Jarum Suntik

Benih ikan lele yang siap panen akan dikemas dengan menggunakan

kantong plastik dengan ukuran kantong 60 x 40 cm. Dalam satu kantong plastik

berisi benih sebanyak 400 ekor. Jumlah kantong plastik yang digunakan adalah

sebanyak 4 kilogram, dalam satu kilogram berisi 10 buah kantong plastik. Harga

satu kilogram kantong plastik adalah Rp 12.500,00, sehingga biaya yang

dikeluarkan untuk pembelian kantong adalah sebesar Rp 50.000,00.

Karet yang dipergunakan oleh petani adalah untuk mengikat pada kemasan

benih yang siap untuk dipasarkan kepada konsumen. Karet yang dipergunakan

adalah karet gelang, kebutuhan karet yang diperlukan adalah 1 kilogram dengan

harga Rp 36.000,00 per kilogram, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian karet adalah sebesar Rp 36.000,00. Jarum suntik berfungsi untuk

menyuntikkan hormon ovaprim dan aqua destilata pada tubuh induk ikan lele

sebelum proses pemijahan. Dalam satu tahun petani membutuhkan jarum suntik

sebanyak 2 buah dengan harga per buah adalah Rp 5.000,00.

c. Telur Ayam dan Garam

Telur ayam digunakan untuk menambah nafsu makan pada induk ikan lele

yang siap untuk dipijahkan, serta untuk mencegah timbulnya penyakit pada induk

ikan lele. Pemberian telur ayam dilakukan dengan cara telur ayam dicampur

Page 88: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

dengan pelet kasar dan diaduk sampai merata, kemudian pakan tersebut diberikan

dengan merata pada induk ikan lele. Jumlah telur ayam yang diperlukan adalah

sebanyak 2 kilogram dengan harga Rp 16.000,00 per kilogram, sehingga total

biaya telur ayam yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 32.000,00, sedangkan garam

digunakan untuk membunuh hama penyakit, jumlah garam yang diperlukan

adalah sebanyak 2 bungkus dengan harga per bungkus adalah Rp 2.500,00,

sehingga kebutuhan biaya pembenihan garam sebesar Rp 5.000,00.

d. Biaya Hormon Ovaprim dan Aqua Destilata

Pada kelompok tani LPPMPU melakukan proses kegiatan pemijahan

induk ikan lele dengan cara buatan yaitu dengan menyuntikkan hormon ovaprim.

Hal ini bertujuan untuk merangsang terjadinya ovulasi telur. Dosis yang

digunakan untuk induk betina adalah 0,3 ml/kg bobot induk, dan dosis untuk

induk jantan adalah 0,2 ml/kg bobot induk. Dalam satu botol berisi 10 ml dengan

harga per botol adalah Rp 200.000,00. Dalam satu tahun hormon ovaprim yang

dibutuhkan adalah sebanyak 2 botol, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian ovaprim adalah Rp 400.000,00.

Selain hormon ovaprim dibutuhkan juga aqua destilata yang digunakan

untuk campuran hormon ovaprim, hal ini dikarenakan untuk memudahkan

menyuntikkan hormon ovaprim kedalam tubuh induk ikan lele. Jumlah aqua

destilata yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan lele adalah sebanyak 1

botol yang berisi 10 ml, dengan harga per botol adalah Rp 7.500,00.

e. Biaya Pupuk Kandang

Pemupukan ini bertujuan menumbuhkan pakan alami bagi ikan lele, dan

dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton dalam kolam yang akan

dipergunakan untuk kegiatan pemijahan maupun pemeliharaan benih ikan lele.

Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk organik yang berupa kotoran ayam

yang dicampur dengan kotoran kambing. Jumlah pupuk kandang yang digunakan

adalah sebanyak 12 karung dengan harga per karung adalah Rp 5.000,00,

sehingga biaya pembelian pupuk kandang adalah Rp 60.000,00.

Page 89: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

f. Biaya Bambu dan kakaban (sarang telur)

Bambu digunakan untuk pembuatan sarang telur pada kegiatan

pengusahaan pembenihan ikan lele, serta digunakan untuk pembuatan kolam yang

menggunakan plastik terpal. Harga bambu adalah Rp 7.000,00 per batang,

sehingga kebutuhan bambu yang diperlukan dalam kegiatan pengusahaan

pembenihan ikan lele dalam satu tahun adalah sebanyak 67 batang, maka biaya

pembelian bambu adalah Rp 469.000,00.

Kakaban atau sarang telur merupakan suatu wadah yang digunakan

sebagai penempatan telur pada saat proses pemijahan. Harga kakaban per ikat

adalah Rp 40.000,00, sehingga kebutuhan kakaban dalam satu tahun sebanyak 4

ikat. Biaya pembelian kakaban adalah sebesar Rp 160.000,00.

g. Busa spons dan Sikat

Busa spons digunakan untuk membersihkan dinding dan dasar kolam yang

terbuat dari plastik terpal, dengan tujuan untuk membasmi kuman penyakit yang

menempel pada dinding maupun pada dasar kolam. Jumlah busa spons yang

digunakan adalah sebanyak 2 buah dengan harga Rp 6.750,00 per buah, sehingga

biaya pembelian busa spons dalam setahun adalah Rp 13.500,00.

Sikat dipergunakan untuk membersihkan dinding dan dasar kolam yang

terbuat dari semen, dengan tujuan untuk membasmi kuman penyakit dan

membersihkan dari lumut yang menempel pada dinding. Jumlah sikat yang

digunakan adalah sebanyak 2 buah dengan harga Rp 7.000,00 per buah, sehingga

biaya pembelian sikat dalam setahun adalah Rp 14.000,00.

h. Biaya Pemakaian Listrik

Sumber tenaga listrik yang digunakan dalam kegiatan ini berasal dari PLN

dengan daya 900 watt, sumber energi tersebut digunakan untuk penerangan, mesin

air dan blower. Pengeluaran biaya listrik per tahun Rp 720.000,00 pada

pengusahaan pembenihan ikan lele, sedangkan biaya listrik yang dikeluarkan

pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar Rp 780.000,00. Adapun

rincian biaya variabel dari setiap anggota kelompok tani LPPMPU dapat dilihat

pada Tabel 8.

Page 90: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Tabel 8. Rincian Biaya Variabel Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

No Uraian Responden

Pembenihan Ikan Lele Pembesaran Ikan Lele

1. Pakan :

a) Cacing sutra

b) Pelet 99

c) Pelet 782

d) Pelet Hiprovit

e) Keong

2.520.000,00

6.586.020,00

-

675.000,00

405.000,00

-

3.640.000,00

6.854.400,00

896.000,00

2. Pembelian benih - 6.000.000,00

3. Telur ayam 32.000,00 -

4. Garam 5.000,00 -

5. Ovaprim 400.000,00 -

6. Aqua destilata 7.500,00 -

7. Plastik packing 50.000,00 -

8. Suntikan 10.000,00 -

9. Pupuk kandang 60.000,00 130.000,00

10. Karet 36.000,00 -

11. Pemakaian listrik 720.000,00 780.000,00

12. Bambu 469.000,00 -

13. Kakaban (sarang) 160.000,00 -

14. Busa spons 13.500,00 -

15. Sikat 14.000,00 -

Total (Rp) 12.163.020,00 18.300.400,00

7.2. Arus Penerimaan (Inflow)

Pada pengusahaan ikan lele kelompok tani LPPMPU jenis pengusahaan

yang dijalankan adalah pengusahaan pembenihan ikan lele dan pengusahaan

pembesaran ikan lele. Penerimaan yang diperoleh dari masing-masing jenis

pengusahaan ikan lele berasal dari jumlah penjualan benih kecil dan ikan ukuran

konsumsi dengan harga jual pada masing-masing produk adalah Rp 150,00 per

Page 91: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

ekor untuk benih kecil, sedangkan untuk ikan ukuran konsumsi adalah Rp

10.000,00 per kilogram (9-10 per ekor).

Untuk kegiatan pembenihan sampai dengan pendederan dalam satu tahun

dilakukan sebanyak 4 kali, sesuai dengan jumlah induk yang dimiliki oleh petani

pembenihan ikan lele. Untuk pengusahaan pembenihan sampai dengan

pendederan ikan lele dalam satu tahun dapat melakukan pemijahan sebanyak 4

kali dengan jumlah induk yang dipijahkan adalah 16 pasang. Satu pasang induk

terdiri dari satu induk jantan dan satu induk betina (berpasangan yaitu 1:1).

Fekunditas atau kemampuan menghasilkan telur satu ekor induk dapat

menghasilkan 25.000 butir telur dengan derajat penetasan telur adalah 90 persen

yang akan menghasilkan 22.500 ekor larva dari 25.000 butir telur yang terbuahi.

Larva yang hidup memiliki tingkat kemampuan hidup (Survival Rate/SR)

sebanyak 88 persen yang akan menghasilkan 19.800 ekor per satu induk,

sedangkan larva yang hidup sampai panen memiliki tingkat SR sebanyak 15

persen yang akan menghasilkan 16.830 benih. Penerimaan yang diperoleh selama

satu tahun yaitu 16.830 ekor benih x Rp 150,00 x 19 (jumlah induk yang

dipijahkan ) adalah Rp 47.965.500,00.

Sementara itu, untuk pengusahaan ikan lele yang melakukan kegiatan

pembesaran dalam satu tahun dilakukan 4 kali panen dengan kegiatan produksi

setiap 3 bulan sekali. Pada pengusahaan pembesaran ikan lele dalam satu kali

produksi jumlah benih yang ditebar sebanyak 4.000 ekor per kolam, dengan

tingkat kematian sampai panen adalah 12 persen sehingga dalam satu kolam akan

menghasilkan 350 kilogram (ukuran 9-10 ekor per kilogram). Jumlah kolam yang

digunakan untuk kegiatan produksi ikan lele pada tahun pertama sebanyak 3

kolam, sehingga penerimaan yang dihasilkan dalam satu tahun adalah 3 kolam x

350 kilogram x Rp 10.000,00 per kilogram x 4 (jumlah panen dalam satu tahun)

yaitu Rp 42.000.000,00 pada tahun pertama.

Selain dari penjualan benih, penerimaan untuk masing-masing anggota

diperoleh dari nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang dikeluarkan pada

tahun pertama yang tidak habis terpakai selama umur proyek. Nilai sisa yang

terdapat hingga akhir umur proyek dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek.

Biaya-biaya investasi pada pengusahaan ikan lele dari masing-masing

Page 92: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

pengusahaan ikan lele yaitu lahan, mesin pompa, dan blower. Nilai sisa pada

kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Sisa Investasi Pada Pengusahaan Ikan Lele LPPMPU

No Uraian

Nilai sisa (Rp)

Pembenihan Ikan Lele

(Rp)

Pembesaran Ikan Lele

(Rp)

1. Lahan 55.000.000,00 75.625.000,00

2. Mesin pompa 150.000,00 150.000,00

3. Mesin blower - 350.000,00

Total Nilai Sisa (Rp) 55.150.000,00 76.125.000,00

7.3. Analisis Kelayakan Finansial

Dalam analisis finansial kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai

kelayakan proyek yaitu Net Present value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate Return

(IRR), dan Payback Period (PP). Pada analisis kelayakan finansial pengusahaan

ikan lele menggunakan modal sendiri. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah

7 persen, ini berdasarkan suku bunga deposito Bank Indonesia (BI) pada tahun

2009.

7.3.1. Kelayakan Analisis Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele

Pada Kelompok Tani LPPMPU

Analisis kelayakan finansial yang digunakan untuk pengusahaan

pembenihan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU seluruhnya modal yang

dipergunakan dalam menanamkan investasinya berasal dari modal sendiri.

Tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 7 persen, hal ini berdasarkan suku

bunga deposito Bank Indonesia bulan Desember tahun 2009 pada saat melakukan

penelitian.

Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang

diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi

pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak

yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang

Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu sebesar 28 persen. Analisis kelayakan

Page 93: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode.

Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembenihan ikan

lele kelompok tani LPPMPU (Tabel 10).

Tabel 10. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

No Kriteria Investasi Hasil

1. NPV 90,708,028.61

2. Net B/C 2,82

3. IRR 35%

4. Payback Period 1,45 Tahun

Berdasarkan analisis finansial pada Tabel 10. dapat dilihat bahwa

pengusahaan pembenihan ikan lele memperoleh nilai NPV lebih besar dari nol

yaitu sebesar Rp 90,708,028.61 yang artinya bahwa pengusahaan pembenihan

ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. NPV sama dengan Rp 90,708,028.61 juga

menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan pembenihan ikan

lele selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Kriteria lain

yang dianalisis adalah Net B/C, pada pengusahaan pembenihan ikan lele

kelompok tani LPPMPU diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari nol yaitu sebesar

2,82 yang menyatakan bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk

dilaksanakan.

Nilai Net B/C sama dengan 2,82, artinya setiap satu rupiah yang

dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan manfaat bersih sebesar 2,82

rupiah. Nilai IRR yang diperoleh dari analisis finansial pada pengusahaan

pembenihan ikan lele adalah 35 persen, dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari

discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan

tingkat pengembalian internal proyek sebesar 35 persen, dan karena nilai IRR

lebih besar dari discount factor yaitu 7 persen maka usaha ini layak untuk

dilaksanakan. Pengusahaan pembenihan ikan lele ini memiliki periode

pengembalian biaya investasi selama 1,45 tahun (Lampiran 6).

Page 94: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

7.3.2. Kelayakan Analisis Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele

Pada Kelompok Tani LPPMPU

Pada pengusahaan pembesaran ikan lele kelompok tani LPPMPU investasi

yang ditanamkan dalam pengusahaan ini berasal dari modal sendiri. Tingkat suku

bunga yang digunakan adalah sebesar 7 persen, berdasarkan tingkat suku bunga

deposito Bank Indonesia bulan Desember 2009 pada saat melakukan penelitian di

kelompok tani LPPMPU.

Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang

diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi

pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak

yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang

Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu sebesar 28 persen. Analisis kelayakan

finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode.

Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan

lele kelompok tani LPPMPU (Tabel 11).

Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada

pengusahaan pembesaran ikan lele diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu

sebesar Rp 64,722,045.98, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele ini dapat

dikatakan layak untuk diusahakan. Nilai pada NPV yang diperoleh kelompok tani

LPPMPU pengusahaan pembesaran ikan lele menunjukkan manfaat bersih yang

diterima pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu sebesar 7 persen, sedangkan

nilai Net B/C yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah

sebesar 2 dimana nilai Net B/C lebih besar dari nol sehingga pengusahaan ikan

lele ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 2 berarti setiap satu

rupiah biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 2 rupiah

manfaat bersih.

Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan

finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 20 persen lebih

besar dari discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Hal ini berarti pengusahaan

pembesaran ikan lele layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian

internal sebesar 20 persen, sedangkan periode yang diperlukan untuk

mengembalikan semua biaya investasi adalah 1,5 tahun (Lampiran 7).

Page 95: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Tabel 11. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

No Kriteria Investasi Hasil

1. NPV 64,722,045.98

2. Net B/C 2

3. IRR 20%

4. Payback Period 1,5 Tahun

7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Pengusahaan Pembenihan dan

Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

Pada pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele layak untuk

dilaksanakan. Tetapi untuk melihat jenis pengusahaan mana yang paling

menguntungkan untuk dilaksanakan, dapat dilihat dari perbandingan hasil

kelayakan finansial pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele pada

kelompok tani LPPMPU (Tabel 12).

Tabel 12. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Kelompok Tani LPPMPU

No Kriteria

Investasi

Hasil

Pengusahaan Pembenihan

Ikan Lele

Pengusahaan Pembesaran

Ikan Lele

1. NPV 90,708,028.61 64,722,045.98

2. Net B/C 2,82 2

3. IRR 35% 20%

4. Payback Period 1,45 Tahun 1,5 Tahun

Berdasarkan Tabel 12. menunjukkan bahwa pada pengusahaan

pembenihan ikan lele merupakan pengusahaan yang memberikan keuntungan

paling besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele. Hal ini

terlihat dari hasil analisis finansial, nilai NPV pada pengusahaan pembenihan

ikan lele lebih besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele.

Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, pada pengusahaan pembenihan

Page 96: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

ikan lele menghasilkan nilai Net B/C dan nilai IRR yang lebih besar dari pada

pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 2,82 dan 35 persen. Pada masa

pengembalian biaya investasi (payback period) pengusahaan pembenihan lebih

cepat bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu selama

1,45 tahun.

7.5. Kelayakan Analisis Pengembangan Pengusahaan Ikan Lele Pada

Kelompok Tani LPPMPU

Pada analisis pengembangan pengusahaan pembenihan dan pembesaran

ikan lele layak untuk dikembangkan. Tetapi untuk melihat jenis pengusahaan

mana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, dapat dilihat dari hasil

kelayakan finansial pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele pada

kelompok tani LPPMPU (Tabel 13).

Tabel 13. Analisis Pengembangan Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

No Kriteria

Investasi

Hasil

Pengusahaan Pembenihan

Ikan Lele

Pengusahaan Pembesaran

Ikan Lele

1. NPV 190,564,149.51 118,979,693.69

2. Net B/C 3,77 2,08

3. IRR 51% 25%

4. Payback Period 1,35 Tahun 1,40 Tahun

Berdasarkan Tabel 13. menunjukkan bahwa pada pengusahaan

pembenihan ikan lele layak untuk dikembangkan menjadi skala usaha besar bila

dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele. Hal ini terlihat dari hasil

perhitungan analisis cash flow, nilai NPV yang diperoleh pada pengusahaan

pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp 190,564,149.51 yang artinya bahwa

pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV sama

dengan Rp 190,564,149.51 juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari

pengusahaan pembenihan ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku

Page 97: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

bunga yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, pada

pengusahaan pembenihan ikan lele diperoleh nilai Net B/C sebesar 3,77 lebih

besar dari nol yang menyatakan bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini

layak untuk dikembangkan, sedangkan nilai IRR yang diperoleh pada

pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar 51 persen. Dimana nilai IRR

tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Nilai IRR

tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 51 persen.

Nilai IRR lebih besar dari discount factor yaitu sebesar 7 persen maka

pengusahaan pembenihan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU layak untuk

dikembangkan. Pengusahaan pembenihan ikan lele ini memiliki waktu

pengembalian investasi yaitu selama 1,35 tahun.

Sementara itu pada pengusahaan pembesaran ikan lele diperoleh nilai NPV

lebih kecil bila dibandingkan dengan pengusahaan pembenihan ikan lele. Nilai

NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 118,979,693.69 yang artinya bahwa

pengusahaan pembesaran ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV sama

dengan Rp 118,979,693.69 juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari

pengusahaan pembesraran ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku

bunga yang berlaku. Nilai Net B/C dan IRR yang diperoleh pada pengusahaan

pembesaran lebih kecil bila dibandingkan dengan pengusahaan pembenihan ikan

lele yaitu sebesar 2,08 dan 25 persen, sedangkan waktu pengembalian biaya

investasi yang ditanamkan adalah 1,40 tahun dimana pengusahaan pembesaran

juga layak untuk dikembangkan (Lampiran 8).

7.6. Analisis Switching Value

Analisis switching value dilakukan dengan menghitung perubahan

maksimum yang terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter

yang digunakan yaitu penurunan harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi,

serta kenaikan harga pakan yaitu pelet sehingga keuntungan mendekati normal

dimana NPV mendekati atau sama dengan nol atau bisa juga dengan

menggunakan parameter IRR sama dengan tingkat suku bunga.

Hasil perhitungan analisis switching value kelompok tani LPPMPU pada

pengusahaan pembenihan ikan lele untuk penurunan harga jual output yaitu benih

Page 98: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

ikan lele dengan ukuran 5-5,5 cm adalah sebesar 23 persen yaitu dari harga Rp

150,00 per ekor menjadi Rp 115 per ekor, sedangkan pada pengusahaan

pembesaran ikan lele yaitu sebesar 47 persen dari harga Rp 10.000,00 per

kilogram menjadi Rp 5.318,00 per kilogram. Apabila perubahan yang terjadi

melebihi dari batas tersebut maka pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan

lele menjadi tidak layak untuk diusahakan. Besarnya penurunan harga jual benih

ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi ini masih layak, apabila penurunan yang

terjadi terhadap harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi tidak lebih besar

dari 23 persen dan 47 persen.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value pada pengusahaan

pembenihan ikan lele terhadap kenaikan harga pakan benih ikan lele yaitu 64

persen untuk cacing sutra, 58 persen untuk pelet 99, dan 51 persen untuk pelet

hiprovit. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan dan

ikan lele masih layak untuk dilaksanakan apabila besarnya kenaikan harga pakan

cacing sutra, pelet 99, dan pelet hiprovit tidak melebihi dari 64 persen, 58 persen,

dan 51 persen.

Sementara itu kenaikan harga pakan pada pengusahaan pembesaran ikan

lele yaitu sebesar 49 persen untuk pakan pelet hiprovit, dan sebesar 31 persen

untuk pakan pelet 782, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele masih layak

untuk dilaksanakan apabila kenaikan harga pakan tidak melebihi dari 49 persen,

dan 31 persen (Lampiran 10).

Tabel 14. Analisis Switching Value Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU

No Perubahan Hasil (%)

Pembenihan Ikan Lele Pembesaran Ikan Lele

1. Penurunan harga jual benih dan

ikan lele ukuran konsumsi 23 47

2.

Kenaikan harga pakan :

a) cacing sutra

b) pelet 99

c) pelet hiprovit

d) pelet 782

64

58

51

-

-

-

49

31

Page 99: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan 1. Pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU dari aspek non finansial

yaitu analisis pasar, analisis teknis, analisis manajemen, dan analisis sosial

lingkungan layak untuk dilaksanakan. Hal ini terlihat dari parameter kualitas

air yaitu pH air sebesar 7,3 dan suhu udara yaitu 27-320C sehingga cocok

untuk melakukan pengusahaan ikan lele, serta dilihat dari aspek pasar yaitu

jumlah permintaan ikan lele tingkat konsumsi terus meningkat setiap

tahunnya, sehingga masih ada peluang pasar untuk mengembangkan

pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU. Selain itu dilihat dari

analisis manajemen pengusahaan ini dikatakan layak meskipun struktur

organisasi yang masih sederhana, serta dilihat dari analisis sosial dan

lingkungan yang tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan di

sekitar daerah pengusahaan ikan lele.

2. Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan

lele pada kelompok tani LPPMPU dapat mendatangkan keuntungan. Namun

pengusahaan ikan lele yang layak untuk dilaksanakan adalah pada

pengusahaan pembenihan ikan lele dengan nilai NPV yang diperoleh sebesar

Rp 90,708,028.61, sedangkan nilai NPV yang diperoleh pada pengusahaan

pembesaran ikan lele adalah Rp 64,722,045.98. Selain itu dapat juga dilihat

dari hasil nilai Net B/C dan IRR yang diperoleh pada pengusahaan

pembenihan ikan lele adalah 2,82 dan 35 persen, sedangkan nilai Net B/C dan

IRR yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele pada kelompok

tani LPPMPU adalah sebesar 2 dan 20 persen. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pengusahaan ikan lele yang memberikan keuntungan lebih

besar dan layak untuk dilaksanakan adalah pengusahaan pembenihan ikan lele.

Pada masa pengembalian biaya investasi pengusahaan pembenihan ikan lele

lebih cepat bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu

selama 1,45 tahun.

3. Hasil perhitungan pengembangan pengusahaan pembenihan dan pembesaran

ikan lele layak untuk dikembangkan, tetapi pengusahaan yang memperoleh

Page 100: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

keuntungan yang lebih besar adalah pengusahaan pembenihan ikan lele

dengan memperoleh nilai NPV yaitu sebesar Rp 190,564,149.51, sedangkan

nilai NPV yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele lebih kecil

dari pengusahaan pembenihan ikan lele dengan nilai yang diperoleh adalah

sebesar Rp 118,979,693.69. Sementara itu nilai Net B/C dan IRR yang

diperoleh adalah sebesar 3,77 dan 51 persen pada pengusahaan pembenihan

ikan lele, sedangkan nilai Net B/C dan IRR yang diperoleh pada pengusahaan

pembesaran ikan lele adalah sebesar 2,08 dan 25 persen. Masa pengembalian

investasi yang ditanamkan pada pengusahaan pembenihan ikan lele lebih cepat

bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu selama

1,35 tahun pada pengusahaan pembenihan ikan lele dan 1,40 tahun pada

pengusahaan pembesaran ikan lele.

4. Jika dilihat dari hasil analisis switching value dengan parameter penurunan

harga jual benih ikan lele yang berukuran 5-5,5 cm sangat sensitif yaitu

sebesar 23 persen, sedangkan pada kenaikan harga pakan yang sangat sensitif

adalah pelet 782 pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 31

persen.

8.2. Saran 1. Bagi para anggota kelompok tani LPPMPU yang melakukan kegiatan

pengusahaan ikan lele agar lebih ditingkatkan lagi dalam pengembangannya

dan tingkat produktifitas indukan ikan lele, agar menghasilkan jumlah telur

dan larva yang baik dan lebih produktif.

2. Petani yang melakukan pengusahaan ikan lele harus memperhatikan pola

tanam agar rencana produksi meningkat sehingga memperoleh keuntungan

yang besar serta dapat mengembangkan usahanya menjadi skala usaha besar.

3. Kelompok tani LPPMPU sebaiknya sering mengikuti penyuluhan perikanan

yang diadakan oleh UPTD Kecamatan Babelan, agar para petani ikan lele

memiliki keterampilan dan menguasai secara teknis dalam melakukan

pengusahaan ikan lele baik itu pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan

lele.

Page 101: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

DAFTAR PUSTAKA

Afni K. 2008. Analisis Kelayakan Pengusahaan Lobster Air Tawar (Kasus K’BLAT’S Farm, Kecamatan Gunung Guruh, Kabupaten. Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Agriminakultura T. 2008. Bisnis dan Budidaya Lele Dumbo. Jakarta : PT

Gramedian Pustaka. Amri K dan Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Lele Dumbo Secara Intensif.

Jakarta : PT Gramedia Pustaka. Anggarini S. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ikan Mas (Cyripnus

carpio) Dengan Cara Pemberokan (Kasus Desa Selajambe, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Indeks Harga Konsumen di Ibukota Propinsi

Indonesia (1978 = 100). Jakarta : Biro Pusat Statistik.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Ayo makan ikan. Artikel. http://www.dkp.go.id/content.php?c=1866. Diakses : Jumat, 07 Agustus 2009.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Ikan Lele Menjadi Komoditas Utama.

Artikel. http://www.dkp.go.id/. Diakses : Rabu, 25 November 2009. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bekasi. 2009. Potensi

Perikanan di Kabupaten Bekasi. Bekasi.

Fauzi A. 2001. Makalah Prinsip-prinsip Penelitian Sosial Ekonomi. Panduan Singkat. Bogor : Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi ke-2. Sutomo S, K Mangiri. Penerjemah. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari : Economics Analysis of Agriculture Project.

Husnan S dan Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit Penerbit

dan Percetakan AMP YKPN.

Kadariah, L Karlina, C Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek : Analisis Ekonomis. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Page 102: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Lipsey RG, PN Courant, DD Purvis, PO Steiner. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Jilid Satu. Wasana AJ, Kibrandoko, Budijanto. Penerjemah. Ed ke-10. Jakarta : Binarupa Aksara. Terjemahan dari : Economics 10th ed.

Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Cetakan 3. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor

Perdana A. 2007. Analisis Kelayakan Usaha Secara Partisipasif Pada Usaha

Budidaya pembesaran Ikan Gurame (Studi Kasus Kelompok Tani Tirta Maju Desa Situ Gede) [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Rachmina D dan Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Rahardi F, Kristiawati, Nazaruddin. 2005. Agribisnis Perikanan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Soetomo M. 2000. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Bandung. Sinar Baru Algesindo Offset.

Sugama N. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Kerapu Macan Kecamatan

Gerokgok, Kabupaten Buleleng, Bali [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana, S Kelana. 2005. Ekonomi Mikro. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Surahmat. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish Farm Cibungbulan, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.

Wulandari S. 1997. Analisis Permintaan Konsumen Terhadap Ikan Laut Segar di Pasar Swalayan Hero Jakarta (Studi Kasus di Hero Cabang Gatot Subroto dan Hero Cabang Kalibata) [Skripsi]. Bogor: Departemen Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Page 103: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

Page 104: Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele (Kasus ... · cakalang, ubur-ubur, kepiting, ikan hias, karang-karangan, termasuk mutiara dan rumput laut sangat mudah didapat. Sektor perikanan

 

Lampiran 1. Peta Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi