Upload
nguyenthu
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ii
ANALISIS KELEMBABAN TANAH PERMUKAAN
DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 OLI/TIRS
DI KABUPATEN MAGELANG
HALAMAN JUDUL
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Geografi Fakultas Geografi
Diajukan Oleh :
CAHYO ANUGRA RAMDAN
E100171356
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2018
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
PERNYATAAN
1
ANALISIS KELEMBABAN TANAH PERMUKAAN
DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 OLI/TIRS
DI KABUPATEN MAGELANG
INTISARI
Abstrak
Kelembaban tanah merupakan jumlah air yang tersimpan diantara pori-pori
tanah. Informasi kelembaban tanah termasuk dalam informasi lahan yang sangat
penting, karena dapat digunakan sebagai acuan kebijakan tentang lahan,
seperti pembangunan wilayah, manajem sumber daya air dan penanganan potensi
bencana. Pengolahan kelemababan tanah pada citra digital dapat dilakukan
dengan metode TVDI (Temperature Vegetation Dryness Indeks). Penelitian
ini bertujuan 1) mengetahui agihan kelembaban tanah permukaan di
Kabupaten Magelang, 2) mengetahui akurasi kelembaban tanah hasil
pengolahan pra lapangan terhadap kelembaban tanah permukaan di
Kabupaten Magelang, dan 3) mengetahui hubungan antara kelembaban tanah
dengan aspek penggunaan lahan dan topografi. Pengolahan yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi kelembaban tanah dengan metode TVDI adalah
dengan memanfaatkan parameter Kerapatan Vegetasi berupa NDVI (Normalize
Different Vegetation Indeks) dan Suhu Permukaan Tanah berupa LST (Land
Surface Temperature). Hasil dari kedua pengolahan parameter tersebut
digunakan untuk perhitungan kelembaban tanah TVDI. Akurasi pemetaan
dilakukan dengan membandingkan kelembaban tanah hasil TVDI terhadap
kelembaban tanah permukaan pada beberapa titik sampel lokasi, dengan label
sesuai untuk sampel benar dan tidak sesuai sampel salah. Hubungan kelembaban
tanah dengan penggunaan lahan dan kemiringan lereng dilakukan dengan analisis
deskriptif kualitatif. Agihan kelembaban tanah permukaan di Kabupaten
Magelang cenderung didominasi oleh kelas kelembaban tanah agak kering,
dengan luas 69.940,391 Ha atau setara dengan 64,42% dari luas wilayah
Kabupaten Magelang, yang tersebar di Kecamatan Mertoyudan, Kecamatan
Mungkid, Kecamatan Muntilan, Kecamatan Salam dan Kecamatan Ngluwar.
Akurasi pemetaan agihan kelembaban tanah dengan kelembaban tanah di
lapangan tergolong bagus, yaitu dengan tingkat akurasi 86,67%. Kelembaban
tanah juga berkaitan erat dengan penggunaan lahan dan kemiringan lereng.
Semakin datar suatu lereng, penggunaan lahan berupa lahan terbangun akan
cenderung banyak, sehingga kelembaban tanahnya akan cenderung lebih kering,
begitu pula sebaliknya.
Kata Kunci: Kelembaban Tanah Permukaan, TVDI, Landsat 8 OLI/TIRS
2
Abstract
Soil moisture is the amount of water stored between the pores of the
soil. Information on soil moisture is included in land information that is very
important, because it can be used as a reference policy on land, such as regional
development, water resources management and handling of potential disasters.
Processing of soil moisture in digital images can be carried out using the
TVDI (Temperature Vegetation Dryness Index) method. This study aims to 1)
determine the surface soil moisture content in Magelang District, 2) determine the
accuracy of soil moisture from pre-field treatment of surface soil moisture in
Magelang District, and 3) determine the relationship between soil moisture
and aspects of land use and topography. The processes which were done on
this research are purposed to collect soil moisture information by using TVDI
method. This method uses vegetation density according to Vegetation Density
parameters of NDVI (Normalize Different Vegetation Index) transformation
and Soil Surface Temperature of Land Surface Temperature LST exctraction.
Mapping accuracy was tested by comparing the soil moisture from TVDI and
actual surface soil moisture on some sample locations, with the suitable lable
for the correct sample and not suitable lable to the wrong sample. The
correlation between soil moisture with land use and slope identified by descriptive
qualitative analysis. Surface soil moisture content in Magelang Regency tends to
be dominated by rather dry soil moisture class, with 69,940,391 Ha, equivalent to
64.42% of the area of Magelang Regency, which is spread in Mertoyudan
District, Mungkid District, Muntilan District, Salam District and Ngluwar
District. The mapping accuracy of soil moisture with soil moisture in the field is
relatively good, with an accuracy rate of 86.67%. Soil moisture is also closely
related to land use and slope. The flatter a slope, the land use in the form of built
land will tend to be a lot, so the soil moisture will tend to be drier, and vice versa.
Keywords: Surface Soil Moisture, TVDI, Landsat 8 OLI / TIRS
1. PENDAHULUAN
Kelembaban tanah merupakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori tanah.
Setiap wilayah memiliki tingkat kelembaban tanah yang berbeda-beda, yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis tanah, topografi, bentuk lahan,
penggunaan lahan dan iklim. Informasi kelembaban tanah sangat penting terhadap
aktivitas manusia, salah satunya pada bidang pertanian, seperti manajemen sumber
3
daya air dan pengelolaan irigasi. Selain itu, informasi ini juga dapat digunakan
untuk memprediksi potensi bencana disuatu wilayah, seperti potensi banjir dari
aliran permukaan, potensi erosi tanah dan potensi awal kekeringan. Oleh karena itu,
kelembaban tanah berpengaruh pada bentuk dan tata guna lahan di suatu wilayah.
Penelitian mengenai kelembaban tanah di Indonesia saat ini sudah cukup
berkembang, akan tetapi masih banyak yang bersifat lokal atau hanya berbatas pada
kawasan tertentu. Penelitian kelembaban tanah dengan cakupan wilayah yang luas
salah satunya dilakukan di Kabupaten Magelang. Kabupaten Magelang memiliki
21 kecamatan dengan luas wilayah 1.085,73 km2 (108.573 Ha). Wilayah ini
memiliki kenampakan alam yang beragam, mulai dari bentukan lahan dataran,
pegunungan hingga perbukitan. Hal tersebut membuat wilayah ini memiliki
kemiringan lereng yang tidak datar dengan luasan yang mencapai 55.743,39 Hektar.
Lahan dengan kemiringan lereng tidak datar dapat mengakibatkan bencana
seperti tanah longsor. Selain faktor kemiringan lereng, tanah longsor juga
disebabkan oleh faktor kelembaban tanah. Kelembaban tanah yang tinggi
menunjukkan bahwa tanah menyimpan banyak kandungan air, sehingga tidak
mampu lagiuntuk menopang dan mengakibatkan longsor. Hal tersebut terjadi di
Kabupaten Magelang pada Tahun 2017 tepatnya Tanggal 29 Bulan April. Oleh
karena itu, kajian kelembaban tanah sangat menarik dilakukan di Kabupaten
Magelang. Tidak hanya dapat digunakan sebagai bahan perhitungan potensi
bencana, melainkan juga dapat digunakan sebagai bahan perencanaan tata ruang
wilayah beserta pembangunan. Kelembaban tanah ini juga dapat digunakan sebagai
bahan manajemen air pada tata guna lahan sawah di Kabupaten Magelang,
mengingat wilayah ini memiliki cukup banyak penggunaan lahan sawah.
Dalam penginderaan jauh, informasi kelembaban tanah diperoleh dari
ekstraksi suhu permukaan lahan atau Land Surface Temperatur (LST) dan
transformasi indeks kerapatan vegetasi atau Normallized Different Vegetation
Indeks (NDVI). Kedua data tersebut kemudian diolah kembali dengan metode
transformasi indeks kekeringan yaitu Temperature Vegetation Dryness Indeks
(TVDI). Ekstraksi LST memerlukan saluran termal, sedangkan untuk proses
transformasi NDVI memerlukan saluran merah dan inframerah dekat. Salah satu
4
citra yang dapat digunakan adalah Citra Landsat 8 OLI/TIRS. Citra ini memiliki
resolusi spektral cukup tinggi yang memiliki 11 saluran. Selain itu, spasial citra
sebesar 30 meter dan resolusi temporal citra mencakup 16 hari perekaman dapat
meminimalisir ketidakakuratan hasil penelitian, karena rentang waktu antara
perekaman, ekstraksi data, dan pengamatan lapangan tidak terlalu jauh. Citra
Landsat 8 OLI./TIRS sudah terkoreksi geometrik atau memiliki referensi sistem
koordinat yang telah sesuai dengan kondisi muka bumi. Sehingga hanya
membutuhkan koreksi radiometrik ataupun atmosferik sesuai kebutuhan dalam
pengamatan terkait lahan.
Kajian ilmiah mengenai kelembaban tanah di Kabupaten Magelang belum
banyak diketahui masyarakat luas, sehingga penelitian ini dapat menjadi informasi
yang bermanfaat bagi khalayak umum, terlebih apabila dikaitkan dengan aspek
penggunaan lahan dan topografi yang ada di Kabupaten Magelang. Hal tersebut
menjadi menarik karena Kabupaten Magelang memiliki variasi penggunaan lahan
dan topografi yang beragam. Adapun masalah yang menarik untuk diselesaikan
adalah terkait agihan kelembaban tanah permukaan Kabupaten Magelang, akurasi
pemetaan kelembaban tanah TVDI dengan kelembaban tanah di lapangan, dan
hubungan antara kelembaban tanah dengan aspek lahan lainnya seperti penggunaan
lahan dan kemiringan lereng.
2. METODE
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Survei dilakukan untuk mengambil sampel data kelembaban tanah permukaan di
Kabupaten Magelang. Pengolahan data kelembaban tanah sebelum survei
menggunakan metode penginderaan jauh dan sistem informasi geografi, yaitu
dengan transformasi indeks kekeringan lahan TVDI (Temperature Vegetation
Dryness Indeks). Metode ini memanfaatkan parameter kerapatan vegetasi yaitu
NDVI (Normalize Different Vegetation Indeks) dan suhu permukaan tanah yaitu
LST (Land Surface Temperature). Secara keseluruhan, penelitian dilakukan pada
musim kemarau. Pemilihan waktu tersebut dilakukan untuk memaksimalkan hasil
pengamatan kelembaban tanah, dengan asumsi bahwa pengukuran kelembaban
5
tanah di musim kemarau akan meminimalisir tingkat kelembaban tanah tinggi yang
terlalu dominan, seperti apabila dilakukan pada musim penghujan. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian kelembaban tanah ini adalah sebagai berikut:
a. Metode analisis deskriptif kualitatif dapat digunakan untuk menjawab
pertanyaan tentang agihan kelembaban tanah. Analisis ini mengaitkan antara
fenomena kelembaban tanah dengan aspek spasial, dimana pengamatannya
menggunakan pendekatan sistem informasi geografi. Formula yang
digunakan dalam pengolahan TVDI ini dapat dilihat pada persamaan berikut:
TVDI = Ts − Ts min
a + b NDVI − Ts min ……………………..………………(1)
Tsmax = a + b NDVI …………………………,,……………....(2)
Kelembaban tanah dari algoritma TVDI disajikan dalam beberapa tingkatan
kelembaban tanah. Tingkatan kelas kelembaban tanah TVDI menurut
Sandholt et al (2002) dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 1 Tingkatan Kelas Kelembaban Tanah TVDI
Kelas Kelas TVDI Tingkat Kelembaban
I 0 < TVDI ≤ 0,2 Basah
II 0,2 < TVDI ≤ 0,4 Agak Basah
III 0,4 < TVDI ≤ 0,6 Normal
IV 0,6 < TVDI ≤ 0,8 Agak Kering
V 0,8 < TVDI ≤ 1 Kering
Sumber: Sandholt et al, 2002
b. Metode analisis deskriptif kualitatif juga digunakan untuk menjawab
pertanyaan mengenai akurasi kelembaban tanah pralapangan dengan
kelembaban tanah permukaan. Analisis ini dilakukan dengan melihat
perbedaan antara kelas kelembaban tanah dari hasil pengolahan TVDI dengan
kelas kelembaban tanah permukaan hasil survei lapangan. Hasil yang
diperoleh dari analisis ini adalah persentase akurasi kelembaban tanah yang
diamati. Akurasi dapat dinyatakan perhitungan berikut.
% Akurasi Pemetaan = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑆𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100 % ...............(3)
c. Desktiptif kualitatif juga digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
kelembaban tanah dengan aspek lahan lainnya di Kabupaten Magelang.
Aspek lahan tersebut adalah penggunaan lahan dan topografi. Analisis
6
dilakukan melalui overlay data ketiganya, yang kemudian dijelaskan
fenomena yang terjadi diantara dua aspek tersebut dengan kelembaban tanah.
2.1. Diagram Alir Penelitian
7
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Agihan Kelembaban Tanah Permukaan Kabupaten Magelang
Kerapatan vegetasi dan suhu permukaan tanah sangat berpengaruh pada
kelembaban tanah. Secara umum, apabila kerapatan vegetasi semakin tinggi maka
kelembaban tanah akan cenderung tinggi atau basah. Berbeda dengan suhu
permukaan tanah, apabila suhu permukaan tanah semakin tinggi maka kelembaban
tanahnya akan cenderung semakin rendah atau kering. Tingginya kerapatan
vegetasi menunjukkan banyaknya kadar air pada tanah, sehingga suhu permukaan
tanahnya rendah, begitu pula sebaliknya.
Peta Kelembaban Tanah Kabupaten Magelang (Gambar 3.1) menunjukkan
persebaran kelembaban tanah di Kabupaten Magelang pada bulan Juli tahun 2018.
Kelembaban tanah normal hingga kering berada pada daerah yang cenderung
memiliki tingkat kerapatan vegetasi jarang dan suhu permukaan tanah sedang
hingga tinggi yaitu pada Kecamatan Mertoyudan, Kecamatan Mungkid, Kecamatan
Muntilan, Kecamatan Ngluwar, Kecamatan Salam dan sebagian kecamatan lainnya.
Kelembaban tanah agak basah hingga basah berada pada daerah yang cenderung
memiliki tingkat kerapatan vegetasi sedang hingga tinggi dan suhu permukaan
tanah yang agak rendah hingga rendah pada Kecamatan Kajoran, Kecamatan
Kaliangkrik, Kecamatan Ngablak, Kecamatan Pakis, Kecamatan Sawangan,
Kecamatan Dukun dan sebagian kecamatan lainnya. Kabupaten Magelang
didominasi oleh kelembaban tanah permukaan agak kering pada beberapa
kecamatan di tengah wilayah Kabupaten Magelang. Kelembaban tanah yang paling
sedikit adalah kelembaban tanah permukaan basah, yang tersebar pada kecamatan
di pinggir wilayah Kabupaten Magelang.
Pengolahan TVDI menghasilkan citra baru dengan rentang nilai spektral 0
hingga 1. Semakin mendekati nilai spektral 1, maka kelembaban tanah akan
semakin kering. Berdasarkan hasil dari pengolahan TVDI dari Citra Landsat 8
OLI/TIRS Kabuapaten Magelang perekaman 8 Juli 2018 memilki nilai minimum 0
dan nilai maksimum 1. Kelembaban tanah permukaan direpresentasikan dengan
gradasi warna coklat untuk kelembaban tanah lebih kering sedangkan warna hijau
untuk kelembaban tanah lebih basah. Warna coklat yang paling gelap menunjukkan
8
tanah permukaan kering dan warna coklat yang lebih terang menunjukkan tanah
agak kering. Warna hijau yang paling gelap menunjukkan tanah permukaan basah
dan warna hijau yang lebih terang menunjukkan tanah agak basah. Kelas
kelembaban tanah normal ditunjukkan dengan warna coklat yang paling terang.
Secara keseluruhan Kabupaten Magelang memiliki kelima tingkatan kelas
kelembaban tanah tersebut. Mayoritas kelembaban tanah di wilayah kajian adalah
tanah permukaan agak kering. Hal tersebut dapat dikatakan wajar, karena
pengamatan dilakukan pada musim kemarau. Wilayah pedesaan identik dengan
kelembaban tanah permukaan yang basah, karena masih banyaknya vegetasi dan
belum banyak lahan terbangun yang menutupi permukaan tanah. Luasan
kelembaban tanah di Kabupaten Magelang dapat diamati pada Tabel 3.1.
Gambar 1 Peta Kelembaban Tanah Kabupaten Magelang
9
Tabel 2 Luas Kelembaban Tanah Kabupaten Maeglang
No. Kecamatan
Luas Kelembaban Tanah Permukaan (Ha)
Total Dominasi (%) 0 - 0,2 0,2 - 0,4 0,4 - 0,6 0,6 - 0,8 0,8 - 1
Basah Agak
Basah Normal
Agak
Kering Kering
1 Bandongan 1,566 18,757 1.166,133 3.472,648 9,657 4.668,760 Agak Kering 74,31
2 Borobudur 1,855 804,671 1.021,730 3.170,600 538,129 5.536,985 Agak Kering 57,21
3 Candimulyo 2,131 30,501 486,467 4.162,264 28,278 4.709,641 Agak Kering 88,29
4 Dukun 16,682 500,611 2.388,674 2.662,038 4,096 5.572,101 Agak Kering 47,73
5 Grabag 2,833 147,201 2.354,189 5.390,145 8,104 7.902,473 Agak Kering 68,17
6 Kajoran 112,528 402,264 4.124,074 3.798,681 0,899 8.438,445 Agak Kering 44,99
7 Kaliangkrik 59,689 539,375 2.540,020 2.359,690 5,576 5.504,350 Agak Kering 42,83
8 Mertoyudan 1,837 0,002 108,856 4.168,312 399,019 4.678,026 Agak Kering 89,02
9 Mungkid - - 135,610 3.549,498 198,362 3.883,470 Agak Kering 91,29
10 Muntilan - 6,518 115,799 2.557,500 119,828 2.799,645 Agak Kering 91,20
11 Ngablak 19,182 921,188 2.479,728 975,668 0,449 4.396,216 Normal 56,45
12 Ngluwar 2,682 - 44,761 1.863,417 390,659 2.301,520 Agak Kering 84,36
13 Pakis 103,851 606,913 3.785,350 2.115,126 1,708 6.612,948 Normal 57,27
14 Salaman - - 8,381 2.928,271 202,839 3.139,491 Agak Kering 93,13
15 Salaman 10,260 425,601 1.182,894 4.879,414 34,546 6.532,715 Agak Kering 74,64
16 Sawangan 219,177 1.122,935 2.864,636 2.982,078 9,843 7.198,669 Agak Kering 41,40
17 Secang 6,384 0,674 883,938 4.238,865 26,180 5.156,042 Agak Kering 82,14
18 Srumbung 16,232 138,117 1.007,011 4.271,961 26,978 5.460,300 Agak Kering 78,17
19 Tegalrejo 2,929 0,300 329,103 3.209,395 38,227 3.579,954 Agak Kering 89,53
20 Tempuran - 1,296 697,631 3.875,866 29,527 4.604,320 Agak Kering 84,09
21 Windusari 11,683 352,093 2.194,548 3.308,951 29,656 5.896,931 Agak Kering 56,07
Jumlah Total 591,500 6.019,015 29.919,534 69.940,391 2.102,560 108.573,000
3.2 Akurasi Pemetaan Kelembaban Tanah Permukaan
Terdapat 30 titik lokasi pengamatan kelembaban tanah permukaan di lapangan.
Akurasi pemetaan dilakukan dengan menyandikan antara data kelembaban tanah
dari pengolahan TVDI dan data kelembaban tanah pada lokasi pengamatan.
Keseluruhan proses akurasi menunjukkan bahwa dari 30 titik, sebanyak 26 titik
sampel memiliki tingkat kelembaban tanah yang sesuai dengan kondisi di lapangan,
sementara itu 4 titik lainnya tidak sesuai (Tabel 3.2 . Perhitungan akurasi
menggunakan persamaan 3 menunjukkan hasil sebesar 86,67%.
10
Tabel 3. Akurasi Pemetaan Kelembaban Tanah
Kelas
Kelembaban Tanah Permukaan Jumlah
Sampel
Sampel
Sesuai
Sampel
Tidak
Sesuai
Uji
Ketelitian
(%) Basah Agak
Basah Normal
Agak
Kering Kering
Kel
emb
ab
an
Ta
na
h P
en
gola
ha
n T
VD
I
Basah 2 2 2 -
86,67
Agak
Basah 4 2 6 4 2
Normal 7 1 8 7 1
Agak Kering
9 1 10 9 1
Kering 4 4 4 -
Jumlah 2 4 7 12 5 30 26 4
3.3 Hubungan Kelembaban Tanah dengan Aspek Lahan Lain
3.3.1 Hubungan Kelembaban Tanah Permukaan dengan Penggunaan Lahan
Persebaran kelembaban tanah di suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh
fenomena penggunaan lahannya. Pada Tabel 3.3 dapat diamati kelembaban
tanah pada masing-masing penggunaan lahan di Kabupaten Magelang.
Tabel 4 Hubungan Kelembaban Tanah terhadap Penggunaan Lahan
No. Penggunaan
Lahan
Kelembaban Tanah
Total Basah Agak
Basah Normal
Agak
Kering Kering
0 - 0,2 0,2 - 0,4 0,4 - 0,6 0,6 - 0,8 0,8 - 1
1 Belukar/Semak 417,000 1.637,509 2.586,718 809,813 3,178 5.454,219
2 Hutan - 153,281 478,307 15,003 - 646,591
3 Kebun Campuran 83,687 2.480,974 11.551,010 19.517,577 240,289 33.873,537
4 Lahan Kosong 25,633 181,024 66,741 22,493 0,459 296,351
5 Perairan 7,109 9,909 54,776 144,055 2,295 218,144
5 Permukaan 10,271 141,573 2.360,499 14.041,554 658,713 17.212,610
6 Sawah 38,493 452,872 8.581,340 31.102,419 976,478 41.151,602
7 Tegalan 9,305 961,874 4.240,143 4.287,477 221,149 9.719,948
Jumlah Total (Ha) 591,500 6.019,015 29.919,534 69.940,391 2.102,560 108.573,000
Sumber: Pengolahan Citra
Semak belukar didominasi oleh kelembaban tanah normal dengan luas lahan
2.586,718 Ha. Semak belukar merupakan tumbuhan yang tidak terlalu
membutuhkan banyak air sehingga tumbuhan ini banyak berkembang di
kelembaban tanah yang agak basah, normal dan agak kering sekaligus. Kelembaban
11
tanah pada penggunaan lahan hutan hanya terdapat 3 kelas kelembaban tanah saja,
yaitu kelas agak basah, normal dan agak kering yang didominasi kelembaban tanah
normal seluas 478,307 Ha. Hutan mampu menyimpan cadangan airnya sendiri
karena tumbuhannya memiliki batang dan daun yang cukup besar untuk
menampung air, sehingga dalam kondisi tanah yang normal bahkan agak kering
penggunaan lahan hutan masih dapat bertahan.
Kebun campuran merupakan penggunaan lahan vegetasi dengan beberapa
jenis tanaman sekaligus. Kebun campuran juga dapat diartikan dengan tanaman
budidaya yang lokasinya bercampur dengan beberapa lahan terbangun atau
permukiman. Hal tersebut menjadikan kebun campuran didominasi oleh
kelembaban tanah permukaan agak kering, dengan luasan 19.517,577 Ha.
Penggunaan lahan terbanyak di Kabupaten Magelang adalah sawah. Secara
konseptual, kelembaban tanah pada lahan sawah cenderung normal bahkan
cenderung basah. Akan tetapi pengamatan kelembaban tanah menunjukkan bahwa
lahan sawah mayoritas memiliki kelembaban tanah yang agak kering dengan luasan
31.102,419 Ha. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengamatan yang dilakukan pada
musim kemarau, namun pemilihan musim kemarau diasumsikan paling tepat,
karena apabila dilakukan pada bulan penghujan, kelembaban tanah yang diperoleh
pada lahan sawah akan selalu basah. Oleh karena itu, sawah dapat dikatakan
memiliki kelembaban tanah yang dinamis dan dapat berubah sesuai. Hampir sama
dengan penggunaan lahan tegalan, dimana mayoritas lahannya memiliki
kelembaban tanah agak kering dengan luas 4.287,477 Ha.
Penggunaan lahan permukiman merupakan kumpulan dari lahan terbangun,
dengan kerapatan vegetasinya cenderung rendah atau jarang. Selain itu, pantulan
radiasi matahari dari lahan terbangun menyebabkan suhu permukaan tanah yang
lebih tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil kelembaban tanah pada lahan
permukiman, yang didominasi oleh kelembaban tanah agak kering dengan luas
31.102,419 Ha. Kelembaban tanah untuk lahan kosong didominasi oleh kelas lahan
agak basah dengan luasan 181,024 Ha. Dalam kajian ini, lahan kosong tidak dapat
ditentukkan secara pasti kenampakannya, karena lahan kosong merupakan lahan
12
yang tidak dipergunakan secara khusus oleh manusia, contohnya lapangan, lahan
tepi sungai, lahan bekas dan lain sebagainya.
3.3.2 Hubungan Kelembaban Tanah Permukaan dengan Kemiringan Lereng
Magelang didominasi oleh kelembaban tanah agak kering dengan luasan
47.481.007 Ha. Lahan datar merupakan lahan yang paling banyak didirikan
bangunan atau permukiman, karena lereng datar juga merupakan lahan yang
paling strategis untuk dijadikan pusat aktivitas manusia, serta memiliki
askesibilitas yang tinggi. Oleh karena itu, kelembaban tanah pada kelas
kemiringan datar dapat dikatakan paling kering dibandingkan kelembaban tanah
pada kemiringan lereng lainnya. Adapun kelembaban tanah basah yang ada pada
lahan datar diasumsikan berada pada lahan-lahan yang dekat dengan aliran air,
seperti tepi sungai dan genangan air. Lahan basah pun menjadi kelas kelembaban
tanah yang paling sedikit pada kemiringan lereng datar di Kabupaten Magelang
dengan luas 34,767 Ha. Data yang menunjukkan hubungan antara kelembaban
tanah terhadap kemiringan lereng di Kabupaten Magelang dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut.
Tabel 5 Data Hubungan Kelembaban Tanah Permukaan terhadap Kemiringan Lereng
No. Kemiringan
Lereng
Kelembaban Tanah
Jumlah Basah Agak
Basah Normal
Agak
Kering Kering
0 - 0,2 0,2 - 0,4 0,4 - 0,6 0,6 - 0,8 0,8 - 1
1 Datar
(0 - 8 %) 34,767 328,564 6.354,619 47.481,007 1.983,184 56.182,141
2 Landai/Berombak
(8 - 15 %) 16,276 234,711 3.786,121 5.981,982 38,737 10.057,827
3 Agak Miring
(15 - 25 %) 32,977 418,504 8.413,848 11.303,476 34,610 20.203,416
4 Miring
(25 - 40 % ) 17,809 619,989 3.349,378 2.933,243 12,025 6.932,444
5 Agak Curam
(> 40 %) 489,670 4.417,246 8.015,568 2.240,683 34,004 15.197,171
Jumlah 591,500 6.019,015 29.919,534 69.940,391 2.102,560 108.573
Sumber: Pengolahan Citra
Lereng landai/berombak berada diantara lereng datar dan lereng agak
miring, yang mayoritas kelembaban tanah di lereng laindai/berombak adalah tanah
agak kering dengan luas 5.981,982 Ha. Sementara itu, lahan dengan lereng agak
13
miring juga didominasi oleh kelembaban tanah permukaan agak kering dengan
luasan 11.303,476 Ha. Kelas lereng lainnya adalah kemiringan lereng miring dan
kemiringan lereng agak curam. Berbeda dengan kelas lainnya, kelas kemiringan
lereng miring dan agak curam cenderung memiliki kelembaban tanah yang lebih
tinggi. Kelas miring didominasi oleh kelembaban tanah normal dengan luas lahan
8.015,568 Ha. Sementara itu kelas kemiringan lereng agak curam didominasi oleh
kelembaban tanah normal dengan luasan 8.015,568 Ha. Kedua kelas kemiringan
lereng tersebut memiliki bentuk permukaan tanah yang lebih terjal dibandingkan
dengan kelas kemirinngan lereng yang lain. Semakin terjal suatu lahan,
memungkinkan semakin sedikitnya lahan terbangun yang ada di wilayah tersebut,
sedangkan jumlah vegetasinya berpotensi lebih banyak, sehingga kelembaban tanah
permukaannya cenderung lebih tinggi atau lebih basah.
Secara keseluruhan, kemiringan lereng cukup berpengaruh terhadap persebaran
kelembaban tanah permukaan di Kabupaten Magelang. Kemiringan lereng yang
semakin datar akan memiliki kelembaban tanah yang lebih rendah, sedangkan
kemiringan lereng yang lebih terjal akan memiliki kelembaban tanah yang lebih
tinggi. Hubungan kelembaban tanah pemukaan terhadap aspek penggunaan lahan
dan kemiringan lereng sangat berkaitan satu sama lain, sehingga pengamatan
hubungan kelembaban tanah antara aspek satu dengan yang lainnya secara
deskriptif kualitatif lebih baik juka dilakukan bersamaan agar mendapatkan hasil
yang maksimal, karena setiap aspek saling berkaitan.
4. PENUTUP
Kelembaban tanah tanah permukaan sangat berhubungan erat terhadap parameter
penyusunnya, yaitu kerapatan vegetasi dan suhu permukaan tanah. Selain itu,
kelembaban tanah juga memiliki keterkaitan terhadap penggunaan lahan dan
kemiringan lereng. Semakin datar lereng suatu lahan akan cenderung banyak
didirikan lahan terbangun atau permukiman, sehingga kerapatan vegetasinya akan
berkurang dimana suhu permukaan tanah akan naik, dengan demikian kelembaban
tanah di wilayah tersebut akan cenderung kering, begitu pula sebaliknya jika
kemiringan lereng semakin terjal atau curam.
14
DAFTAR PUSTAKA
Danoedoro, P. (2012). Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Lillesand, T. M., Kiefer, R. W., & Chipman, J. W. (2015). Remote Sensing And
Image Interpretation (Seventh Edition). United States of America: Wiley.
Rajeshwari, A., & Mani, N. D. (2014). Estimation of Land Surface Temperature of
Dindigul District Using Landsat 8 Data. International Journal of Research
and Technology (IJRET).
Sandholt, I., Rasmussen, K., & Andersen, J. (2002). A simple interpretation of the
surface temperature/vegetation index space for assessment of surface
moisture status. Remote Sensing of Environment, 213-224.