i ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun Oleh: Lusia Berti Rameria 171224085 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARATA 2021 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Text of ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …
FONOLOGI BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM
KARANGAN PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020
SKRIPSI
Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
SKRIPSI
BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN
PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA
DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020
NIM: 171224085
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN
PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA
DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020
Dipersiapkan dan ditulis oleh
NIM: 171224085
pada tanggal 27 Juli 2021
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Anggota 1 : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. …………………….
Anggota 2 : Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. …………………….
Anggota 3 : Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. …………………….
Yogyakarta, 27 Juli 2021
Universitas Sanata Dharma
iv
Penulis mempersembahkan hasil karya tulis ini kepada:
1. Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang senantiasa memberkati proses
penyusunan
skripsi, memberikan kekuatan dan semangat sehingga penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Orang tua tercinta Bapak Mansur Purba dan Ibu Anastasia Watira,
yang selalu
memberikan dukungan berupa semangat sehingga saya dapat
menyelesaikan
skripsi ini.
3. Kaprodi PBSI, Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., yang telah
mendorong
para mahasiswa untuk senantiasa bersikap optimis dalam melakukan
penelitian.
4. Dosen pembimbing saya, Bapak Setyo Tri Nugraha S.Pd., M.Pd.,
yang senantiasa
membimbing saya sampai pada tahap akhir penelitian saya.
5. Triangulator penelitian saya, Ibu Septina Krismawati, S.S.,
M.A., yang sudah
berkenan menjadi triangulator penelitian saya.
6. Pihak ILCIC (Indonesian Language and Culture Intensive Course)
Lembaga
Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu
peneliti
dalam mengumpulkan data penelitian.
7. Sahabat saya, Elisabeth Aprilin, yang senantiasa memberi
dukungan dan
semangat; serta doa kepada saya.
8. Teman-teman saya Vincentia, Reni, Ani, Nana, dan Nova yang
senantiasa
membantu saya memberikan solusi dan dukungan saat saya menjalani
proses
penyusunan skripsi ini, dari awal hingga akhir.
9. Adik saya Theresia Christy Paulina Purba yang telah membantu
saya dalam
menyelesaikan tugas akhir saya.
v
(1 Tesalonika 5:17)
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku
akan memberikan
kelegaan kepadamu.”
Biarlah rencana Tuhan terjadi atasku dan bukan kehendakku.”
(Penulis)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar
pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Juli 2021
vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas
Sanata Dharma
Nama : Lusia Berti Rameria br. Purba
NIM : 171224085
Universitas Sanata Dharma, skripsi saya yang berjudul
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI
BIDANG EJAAN DAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN PEMELAJAR
BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020
Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelola dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di
internet atau media yang lain untuk kepentingan bidang akademis
tanpa memerlukan izin
dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya
dalam artikel publikasi sebagai penulis.
Demikian pernyataan tersebut saya tulis dengan
sejelas-jelasnya.
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
Rameria, Lusia Berti. 2021. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Tataran Fonologi
Bidang Ejaan dan Tataran Morfologi Dalam Karangan Pemelajar BIPA di
ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Periode 2019-2020.
Skripsi.
Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Indonesia berdasarkan taksonomi kategori linguistik dalam karangan
pemelajar
BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Adapun
tujuan dari
penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan kesalahan-kesalahan
berbahasa
Indonesia dalam taksonomi kategori linguistik, yaitu (1) kesalahan
berbahasa
dalam tataran fonologi bidang ejaan dan (2) kesalahan berbahasa
dalam tataran
morfologi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Sumber
data yang digunakan adalah karangan yang ditulis oleh pemelajar
BIPA di ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Teknik sampling
yang
digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data
yang
digunakan dalam penelitian ini ialah teknik catat. Teknik analisis
data
menggunakan model analisis interaktif menurut Miles dan Huberman,
yaitu
mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data, dan menarik
kesimpulan.
Adapun hasil penelitian ini adalah ditemukan bahwa dalam
karangan
pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma
masih
sering ditemukan kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang
ejaan, yaitu
kesalahan penggunaan huruf kapital, kesalahan penggunaan huruf
miring,
kesalahan pada penulisan kata, kesalahan penulisan kata depan,
kesalahan
penulisan angka atau lambang bilangan, kesalahan penulisan unsur
serapan, dan
kesalahan penggunaan tanda baca. Kesalahan pada tataran morfologi
ditemukan
jenis-jenis kesalahan, yaitu kesalahan pemilihan prefiks ber- dan
meN-, kesalahan
penambahan prefiks ber-, dan meN-, kesalahan penambahan sufiks
-kan,
kesalahan penghilangan sufiks -kan, kesalahan penghilangan prefiks
meN-, di-,
dan ber-, kesalahan penggantian morf meN- dan morf penge-
tergantikan oleh
morf pem-, dan kesalahan pada bunyi /k/ yang seharusnya
diluluhkan.
Implikasi dari penelitian ini terhadap proses pembelajaran BIPA
adalah
untuk memberikan gambaran terkait cara mengajarkan pembelajaran
BIPA dan
memberikan bantuan berupa sumbangan bagi para pengajar dalam
menentukan
strategi belajar khususnya dalam bidang tata bahasa untuk mencapai
tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Kata kunci: analisis kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang
ejaan, tataran
morfologi, BIPA, karangan.
ix
ABSTRACT
Rameria, Lusia Berti. 2021. Analysis of Indonesian Language Errors
Phonology Level
in Spelling and Morphological Level in BIPA Study at ILCIC Sanata
Dharma
University Language Institute Period 2019-2020. Thesis. Yogyakarta:
PBSI,
FKIP, USD.
This study discusses the analysis of Indonesian errors based on
the
taxonomy of linguistic categories in the BIPA study at ILCIC
Lembaga Bahasa
Sanata Dharma University. The purpose of this study is to describe
Indonesian
language mistakes in the taxonomy of linguistic categories, namely
(1) language
errors in the phonological state of spelling and (2) language
errors in
morphological states.
This study uses qualitative descriptive research type. The data
source
used is a essay written by BIPA learners at ILCIC Language
Institute of Sanata
Dharma University Yogyakarta Sampling technique used is purposive
sampling
technique. The data collection technique used in this study is
documentation
technique. Data analysis techniques use an interactive analysis
model according
to Miles and Huberman, namely collecting data, reducing data,
presenting data,
and drawing conclusions.
The results of this study are found that in the essay of BIPA
learners at
ILCIC Sanata Dharma University Language Institute is still often
found
language errors on the phonological level of the spelling field,
namely the use
of capitalletters, errors in the use of italics, errors in the
writing of words,
mistakes in the writing of prefaces, errors in writing numbers or
symbols of
numbers, errors in writing absorption elements , and incorrect use
of
punctuation marks . Errors at the morphological state found types
of errors,
namely errors in the selection of prefixes ber- and meN-, errors in
adding
prefixes ber-, and meN-, errors in adding suffixes --kan, errors
omission prefix
meN-, di-, and ber -, errors morph replacement meN- and morph
the
manufacturer- replaced by the morph pem-, and the error in the
sound /k/ that
should be complained about.
The implication of this research on bipa learning process is to
provide an
overview of how to teach BIPA learning and provide assistance in
the form of
donations for teachers in determining learning strategies,
especially in the field
of grammar to achieve the expected learning objectives.
Keywords: analysis of errors in the language of phonological state
in the field of
spelling, morphological state, BIPA, essay.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan
tuntunan-Nya, saya dapat menyelesaikan penelitian akhir saya yang
berjudul Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia Tataran Fonologi Bidang Ejaan dan
Tataran Morfologi
dalam Karangan Pemelajar BIPA Di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas
Sanata
Dharma Yogyakarta Periode 2019-2020. Penulisan penelitian tugas
akhir ini saya susun
untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana Pendidikan di
Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Saya meyakini bahawa penyusunan penelitian tugas akhir ini tidak
berjalan dengan
baik dan lancer tanpa adanya dukungan, bimbingan, dorongan,
bantuan, arahan,
semangat, dan doa dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena
itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
3. Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang
senantiasa
memberikan dukungan, saran, nasihat, dan motivasi kepada
peneliti.
4. Septina Krismawati, S.S., M.A., yang bersedia menjadi
triangulator penelitian tugas
akhir peneliti.
5. Elizabeth Ratri Dian Jati, S.Pd., M.Hum. dan Fendika Aji
Prawisma, S.Pd., M.Ed.
selaku Academic Coordinator dan General Coordinator ILCIC yang
telah membantu
peneliti dalam memeroleh data penelitian.
6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah
mendampingi peneliti selama menempuh Pendidikan selama empat tahun
di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
telah membantu
peneliti dalam memenuhi persyaratan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Pihak perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
telah membantu
peneliti dalam menyediakan sumber-sumber buku yang digunakan untuk
memenuhi
referensi penelitian.
9. Keluarga saya tercinta, Bapak Mansur Purba, Ibu Anastasia Watira
Simamora, dan
adik-adik saya Theresia Christy Paulina dan Markus Jimmy Manatap
yang senantiasa
memberikan doa, semangat, arahan, dan bantuan kepada peneliti
sehingga peneliti
mampu menyelesaikan tugas akhir.
10. Sahabat-sahabat saya tercinta, Elisabeth Aprilin, Yohana
Togatorop, Rut Uli Natalia,
Vincentia Wulan, Ni Wayan Eka, Nova Kristina, Yulinda Reni, dan
Christiana
Wiluyaningsih yang senantiasa memberikan semangat dan aura positif
kepada
peneliti.
11. Teman-teman seperjuangan di kelas B PBSI 2017 yang saling
memberikan semangat
dan dorongan untuk menyemangati peneliti.
12. Orang yang saya kasihi, Agustianus A. yang telah ada di saat
saya membutuhkan
bantuan dan membutuhkan dukungan dari orang yang saya kasihi.
13. Semua pihak yang telah mendukung saya baik yang secara langsung
maupun tidak
langsung yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih
atas aura positif
yang kalian berikan.
Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna.
Namun, peneliti
berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya.
Yogyakarta, 27 Juli 2021
xii
KEPENTINGAN AKADEMIS
......................................................................................
vii
2.2 Landasan Teori
...................................................................................................
12
2.2.2 Hakikat Karangan
................................................................................................
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.5 Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Linguistik
............................................... 17
2.3 Kerangka Berpikir
..............................................................................................
38
3.2.1 Data
......................................................................................................................
50
3.4 Instrumen Penelitian
...........................................................................................
52
3.6 Triangulasi Data (Pengujian Keabsahan Data)
................................................... 55
BAB IV
...........................................................................................................................
59
HASIL PENELITIAN
....................................................................................................
59
BAB V
............................................................................................................................
90
DAFTAR BAGAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
xv
Tabel 1 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Fonologi
Bidang Ejaan
........................................................................................................................................
52
Tabel 3 Bentuk Kesalahan Pada Tataran Fonologi Bidang Ejaan
................................ 224
Tabel 4 Bentuk Kesalahan Pada Tataran
Morfologi.....................................................
266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 Triangulasi Data.
.......................................................................................
96
Lampiran 3 karangan Pemelajar BIPA.
......................................................................
272
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
Pembelajaran BIPA merupakan suatu proses pembelajaran bahasa
Indonesia
sebagai bahasa kedua (B2) atau bahasa asing yang dilakukan secara
terstruktur dan
terancang (Kusmiatun, 2018: 37). Pembelajaran BIPA dilaksanakan
secara terstruktur
dan terancang karena disusun oleh sebuah lembaga yang mengatur
proses pembelajaran
bahasa Indonesia bagi penutur asing yang ingin mempelajari bahasa
Indonesia sebagai
bahasa kedua (B2). Pembelajaran BIPA dapat dikatakan sebagai
pembelajaran yang
memiliki tujuan tertentu dan disusun dalam sebuah perancangan
pembelajaran.
Perancangan tersebut disebut dengan program pembelajaran BIPA.
Program BIPA ini
dibentuk dengan memerhatikan beberapa komponen untuk mencapai
tujuan pembelajaran
bahasa. Pembelajaran BIPA ini berbeda dengan pembelajaran bahasa
Indonesia pada
umumnya. Pembelajaran BIPA ini dibentuk karena adanya beberapa
faktor yang
membuat pembelajaran BIPA berbeda dengan pembelajaran bahasa pada
umumnya.
Program BIPA sudah terselenggara di beberapa instansi perguruan
tinggi
Indonesia. Dikutip dari laman kemendikbud.go.id berdasarkan data
menurut
kemendikbud terkait jumlah program BIPA yang dilaksanakan oleh
perguruan tinggi dan
lembaga kursus lainnya ditemukan bahwa saat ini sudah tercatat
kurang lebih dari 45
lembaga yang telah mengajarkan bahasa Indonesia bagi penutur asing
(BIPA), mencakup
perguruan tinggi dan lembaga-lembaga kursus. Selain itu, di luar
negeri, program
pengajaran BIPA telah dilakukan oleh sekitar 36 negara di dunia di
lembaga tidak kurang
dari 130, yang terdiri atas perguruan tinggi, pusat-pusat
kebudayaan asing, lembaga-
lembaga kursus, dan KBRI. Program ini dibentuk oleh sebuah
institusi, baik lembaga
institusi nonperguruan tinggi maupun institusi perguruan tinggi.
Salah satu lembaga
insitusi perguruan tinggi yang mengadakan program BIPA adalah
Lembaga Bahasa
Universitas Sanata Dharma. Lembaga bahasa Universitas Sanata Dharma
merupakan
sebuah lembaga yang menyelenggarakan program pembelajaran bahasa
secara kelompok
atau privat.
Aspek paling utama dalam sebuah pembelajaran adalah tujuan
pembelajarannya.
Dalam program BIPA, tujuan pembelajaran juga perlu dikaitkan dengan
faktor yang
memengaruhi pemelajar BIPA mempelajari bahasa Indonesia sebagai
bahasa kedua (B2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Faktor-faktor tersebut, yaitu (1) faktor perdagangan, (2) faktor
pariwisata, dan (3) faktor
pendidikan. Faktor-faktor tersebut muncul karena berdasarkan
Referensi Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2009 Pasal 29 (1) mengatur tentang bahasa
Indonesia harus
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional.
Tujuan pembelajaran
bahasa yang utama adalah para pemelajar BIPA mampu menguasai empat
keterampilan
berbahasa Indonesia, yaitu (1) keterampilan membaca, (2)
keterampilan menyimak, (3)
keterampilan menulis, dan (4) keterampilan berbicara.
Pemelajar BIPA yang mengikuti program BIPA umumnya tergolong
pemelajar
dewasa dan sudah memiliki pengetahuan awal tentang bahasa
Indonesia. Sehubungan
dengan pengetahuan awal yang dimiliki oleh pemelajar BIPA, masih
ada beberapa
penggunaan bahasa yang dilakukan oleh pemelajar BIPA yang tidak
terlepas dari
kesalahan. Kesalahan berbahasa dapat ditemukan di berbagai
keterampilan berbahasa
(keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan menulis,
dan
keterampilan berbahasa). Namun, umunya kesalahan berbahasa yang
dapat diidentifikasi
adalah kesalahan pada keterampilan menulis. Kesalahan tersebut
sebaiknya bisa diatasi
dengan berbagai hal yang bisa dilakukan oleh pengajar dan
pemelajar.
Tarigan (1990: 77) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah
pelanggaran
terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat
fisik, melainkan juga
sebuah tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap
kode. Kode
yang dimaksudkan adalah aturan berbahasa yang dilanggar oleh
bahasawan. Pelanggaran
ini pada umumnya sering muncul pada pemelajar bahasa kedua
(diwbahasawan) yang
sedang mempelajari bahasa asing sebagai bahasa kedua. Pelanggaran
terkait kesalahan
berbahasa ini sebenarnya perlu dilihat sebagai suatu fenomena yang
dapat dipelajari dan
dianalisis. Fenomena tersebut dapat ditindaklajuti menggunakan
teknik analisis kesalahan
berbahasa. Yusri (2020: 3) menekankan bahwa analisis kesalahan
berbahasa merupakan
sebuah kesalahan yang menjadi objek kajian penedililitian yaitu
kesalahan yang bersifat
sistematis. Setyawati (2010: 16) memaparkan bahwa analisis
kesalahan berbahasa akan
sangat bermanfaat sebagai alat yang digunakan di awal dan selama
proses pengajaran
sesuai dengan tingkat-tingkat variasi untuk mencapai target.
Analisis kesalahan berbahasa
dapat dijadikan sebagai upaya perbaikan terjadinya penyimpangan
kaidah kebahasaan
dengan melajarimpertimbangkan kaidah-kaidah yang ada dalam tata
bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dalam proses pembelajaran dapat dikategorikan dalam bidang
linguistik pendidikan.
Dalam buku berjudul Kamus Linguistik karangan Harimurti
Kridalaksana, Linguistik
Pendidikan (educational linguistics) merupakan penerapan linguistik
dalam pengajaran
dan pembelajaran bahasa baik di sekolah maupun di lingkungan lain.
Kesalahan pada
pembentukan kata sering dikenal dengan istilah kesalahan berbahasa
pada tataran
morfologi. Tarigan (2011:180) menjelaskan bahwa kesalahan morfologi
merupakan
kesalahan berbahasa yang timbul karena pemilihan afiks, kesalahan
penyusunan kata
majemuk, kesalahan penggunaan kata ulang, dan kesalahan memilih
bentuk kata.
Kesalahan pada tataran morfologi yang sering ditemukan adalah
kesalahan yang terletak
pada kesalahan afiksasi. Hal ini disebabkan oleh adanya interfensi
atau tuntutan dalam
pemerolehan bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2).
Umumnya, pemelajar BIPA masih kesulitan dalam memilih kata
dan
menggunakan ejaan yang baik dan benar. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan
menguasai kaidah kebahasaan yang masih perlu dikembangkan.
Kesalahan yang sering
ditemukan adalah kesalahan pada ejaan dan kesalahan penulisan kata.
Hal ini adalah satu
hal yang perlu diperhatikan adalah pentingnya keterampilan menulis
bagi pemelajar
BIPA. Oleh karena itu, perlu diadakannya analisis kesalahan
berbahasa pada karangan
pemelajar BIPA yang bertujuan untuk membantu pemelajar BIPA agar
mengurangi
kesalahan-kesalahan berbahasa yang sering muncul dalam penulisan
karangan dan
memberi bantuan berupa sumbangan bagi para pengajar dalam
menentukan strategi
belajar khususnya dalam bidang tata bahasa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang
diharapkan. Penelitian ini lebih memfokuskan kesalahan berbahasa
dalam taksonomi
kategori linguistik, yaitu tataran fonologi bidang ejaan dan
tataran morfologi.
Mengacu pada permasalahan tersebut, peneliti ingin mengidentifikasi
kesalahan-
kesalahan berbahasa yang sering muncul dalam karangan pemelajar
BIPA level
intermediate sampai level advance di ILCIC Lembaga Bahasa
Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Karangan yang akan dianalisis adalah karangan
deskriptif. Peneliti
memilih pemelajar BIPA pada level intermediate sampai level advance
karena peneliti
berasumsi bahwa pemelajar BIPA pada level intermediate sampai level
advance (level
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B1 sampai level C2) sudah mempelajari bahasa Indonesia cukup dan
lama dan sudah bisa
menguasai kaidah kebahasaan. Peneliti juga ingin mengetahui sejauh
mana kemampuan
menulis pemelajar BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma
dan sekadar
menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa yang dialami oleh
pemelajar BIPA.
Berdasarkan penelitian sederhana yang dilakukan peneliti untuk itu,
kesalahan yang akan
diidentifikasi antara lain; 1) kesalahan berbahasa pada tataran
fonologi bidang ejaan dan
(2) kesalahan berbahasa pada tataran morfologi. Dalam hal ini
peneliti mengacu pada
analisis kesalahan berdasarkan taksonomi kategori kajian linguistik
menurut teori
Harimurti Kridalaksana dengan mengelaborasi teori dari buku
Analisis Kesalahan
Berbahasa (Sebuah Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa) dan buku
berjudul Analisis
Kesalahan Berbahasa Teori dan Praktik.
Melalui penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat
digunakan sebagai
pengetahuan tambahan atau dapat memberi sumbangan untuk pemelajar
BIPA atau
pembaca yang membutuhkan beberapa kajian terkait analisis kesalahan
berbahasa
Indonesia yang berhubungan dengan bidang linguistik.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan, peneliti
memfokuskan
penelitian ini pada penelitian deskriptif terkait analisis
kesalahan berbahasa Indonesia
tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi dalam karangan
pemelajar BIPA di ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Permasalahan
ini perlu
dilakukan karena tidak banyak ditemukan penelitian analisis
kesalahan berbahasa pada
karangan pemelajar asing baik di suatu lembaga bahasa maupun di
perguruan tinggi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelit mengidentifikasi
beberapa masalah
sebagai berikut:
a. Ada beberapa kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang
ejaan (huruf kapital,
huruf miring, penulisan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan
kata depan, dan
penggunaan unsur serapan) dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC
Lembaga
Bahasa Universitas Sanata Dharma.
kesalahan penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan
peluluhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bunyi, kesalahan penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks
yang tidak tepat)
dalam karangan pemelajar BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata
Dharma.
1.3 Rumusan Masalah
adalah Apa sajakah bentuk kesalahan berbahasa Indonesia tataran
fonologi bidang ejaan
dan morfologi dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate
sampai level advance
di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? Oleh
karena itu,
dapat ditentukan sub masalah yang dapat diuraikan yaitu
1. Apa saja bentuk kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang
ejaan yang
muncul pada karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa
Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta?
2. Apa saja bentuk kesalahan berbahasa pada tataran morfologi yang
muncul pada
karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata
Dharma
Yogyakarta?
Adapun tujuan penelitian ini disusun sesuai dengan rumusan masalah,
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa tataran fonologi
bidang ejaan
(huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, penggunaan tanda
baca, penggunaan
kata depan, dan penggunaan unsur serapan) dalam karangan pemelajar
BIPA di
ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa tataran morfologi
(kesalahan
pemilihan afiks, kesalahan penambahan afiks, kesalahan penghilangan
afiks,
kesalahan peluluhan bunyi, kesalahan penggantian morf, dan
kesalahan
penggunaan afiks yang tidak tepat) dalam karangan pemelajar BIPA di
ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian dilakukan berdasarkan atas suatu fakta dan
fenomena yang
melatarbelakanginya. Namun, tentunya perlu ada manfaat yang dapat
dihasilkan oleh
penelitian ini. Tanpa adanya manfaat, sebuah penelitian yang
dilakukan akan terkesan
sia-sia. Manfaat juga merupakan dampak dari tercapainya tujuan dari
penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
manfaat-manfaat secara teoretis dan praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pemahaman
serta dapat
memperkaya dan memperluas wawasan mengenai bentuk-bentuk
kesalahan
berbahasa Indonesia dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga
Bahasa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta khususnya kesalahan pada
tataran
fonologi bidang ejaan dan morfologi.
2. Manfaat praktis
bagi civitas akademika dan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga
Bahasa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam mengetahui dan
memahami
kesalahan berbahasa dalam taksonomi kategori linguistik. Dari
penelitian ini
diharapkan penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan kajian bagi
pemelajar
BIPA yang mengalami kesulitan dalam menulis bidang karang
mengarang.
1.6 Batasan Istilah
Batasan istilah dalam pembahasan penelitian ini hanya mencakup
beberapa hal
saja, antara lain
1. Kesalahan berbahasa
terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat
fisik, melainkan
juga sebuah tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan
terhadap
kode. Kode yang dimaksudkan adalah aturan berbahasa yang dilanggar
oleh
bahasawan.
Ruru da Ruru (1985) menjelaskan bahwa analisis kesalahan adalah
suatu cara
untuk mengklasifikasikan, mengidentifikasikan, dan mengasosiasikan
secara
terstruktur terkait kesalahan-kesalahan yang disusun oleh pemelajar
yang sedang
belajar bahasa asing atau bahasa kedua (B2) dengan menggunakan
teori-teori
kajian linguistik.
merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
menanggulangi munculnya penyimpangan berbahasa yang pemelajar
lakukan
dalam proses pemerolehan bahasa kedua (B2).
Setyawati (2010:15) menyatakan bahwa analisis kesalahan
berbahasa
merupakan sebuah proses atau langkah yang didasarkan pada analisis
kesalahan
seorang pemelajar bahasa yang sedang mempelajari bahasa
dengan
menggunakan objek (bahasa) yang sudah ditargetkan dengan
memerhatikan
langkah kerja analisis bahasa.
ie (1995: 17) berpandangan bahwa karangan merupakan hasil
perwujudan
gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan
dimengerti oleh
pembaca. Dengan kata lain karangan yang dihasilkan tentunya
bertujuan untuk
mengajak pembaca ikut merasakan isi karangan yang disampaikan oleh
si
pengarang.
4. Taksonomi kesalahan berbahasa kategori linguistik tataran
morfologi dan ejaan
Tarigan (1990: 279-288) menyebutkan bahwa terdapat empat
pengklasifikasian taksonomi kesalahan berbahasa, yakni (1)
taksonomi kategori
linguistik, (2) taksonomi siasat permukaan, (3) taksonomi
komparatif, dan (4)
taksonomi efek komunikatif. Dalam penelitian ini, peneliti
menganalisis
kesalahan berbahasa menurut taksonomi kategori linguistik pada
tataran fonologi
bidang ejaan dan tataran morfologi.
Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan taksonomi
kesalahan
berbahasa dalam kategori linguistik. Penelitian ini mengkaji aspek
ejaan (huruf
kapital, huruf miring, lambing bilangan/ angka, unsur serapan,
tanda baca, dan
kata depan) dan mengkaji aspek morfologi menurut buku berjudul
Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan praktik dengan
mengelaborasi teori
menggunakan buku berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa (sebuah
pendekatan
pengajaran).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kajian pustaka ini, peneliti akan menguraikan teori-teori
yang berkaitan
dengan rumusan masalah dalam penelitian. Kajian pustaka yang
diuraikan dalam pokok
bahasan ini, meliputi penelitian terdahulu yang relevan, deskripsi
teori, dan kerangka
berpikir.
Sampai saat ini banyak ditemukan peneliti-peneliti yang
menganalisis
permasalahan terkait analisis kesalahan berbahasa.
Penelitian-penelitian terdahulu yang
relevan menjadi acuan peneliti selanjutnya dalam mengembangkan
hasil penelitiannya.
Melalui penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat
memberikan wawasan atau
pengetahuan terkait kesalahan berbahasa Indonesia dalam karangan
pemelajar BIPA di
ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian terdahulu
yang disusun oleh Elieza Tri Astuti (2019), Nisak (2011), Dwi
Hastuti (2019), Aprilia
Nentina (2019), Nurvita Anjarsari, dkk (2013), Dian Nur Prawisti
(2012), dan Erlina
Rizky (2017). Ketujuh penelitian tersebut sama-sama melakukan
penelitian terkait
analisis kesalahan berbahasa Indonesia. Berikut penjelasan dari
masing-masing peneliti
yang relevan dengan penelitian ini.
Penelitian pertama, penelitian ini dilakukan oleh Astuti (2019)
dengan judul
Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Tataran Morfologi
dalam Karangan
Deskripsi Peserta Didik Kelas VII E dan Kelas VII F SMP N 35
Semarang (2019). Peneliti
menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kesalahan berbahasa pada
tataran morfologi,
yaitu kesalahan berbahasa pada tataran afiksasi, kesalahan
berbahasa pada tataran
reduplikasi, dan kesalahan berbahasa pada tataran komposisi.
Peneliti juga meneliti
penyebab kesalahan berbahasa pada siswa siswi disebabkan oleh
penggunaan bahasa ibu,
pengajaran yang kurang tepat, dan kekurangpahaman pemakaian bahasa
terhadap bahasa
yang dipakai. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deksriptif kualitatif dan teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu triangulasi data.
Persamaan penelitian Elieza dengan peneliti adalah sama-sama
membahas tentang
analisis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi dan karangan.
Namun, terdapat
perbedaan antara penelitian Elieza dengan peneliti. Perbedaan
tersebut terletak pada data
8
9
dan sumber data. Elieza menggunakan data dan sumber data berupa
karangan siswa siswi
kelas VII E dan VII F SMP N 35 Semarang, sedangkan peneliti
menggunakan data dan
sumber data yaitu karangan pemelajar BIPA level BIPA 6 di ILCIC
Lembaga Bahasa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian kedua, penelitian ini dilakukan oleh Nisak (2011) yang
berjudul
Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Bahasa Indonesia Siswa
Kelas XI SMK
Negeri Rembang Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan analisis
data, peneliti menemukan beberapa kesalahan dalam penulisan
karangan siswa.
Kesalahan terbesar adalah (1) penulisan huruf kapital, (2)
kesalahan aspek kebenaran
pilihan kata, (3) kesalahan dalam penyusunan kalimat yang meliputi
kebenaran,
kejelasan, dan keefisienan, dan (4) kesalahan kesatuan penyusunan
paragraf.
Persamaan penelitian Nisak dengan peneliti adalah sama-sama
menganalisis
kesalahan berbahasa Indonesia dalam sebuah karangan. Perbedaan
penelitian Nisak
dengan peneliti adalah kajian yang diteliti oleh Nisak adalah
kesalahan pada bidang ejaan,
pemilihan kata, dan sintaksis, sedangkan peneliti hanya mengkaji
pada bidang ejaan dan
morfologi.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Dwi Hastuti (2019) berjudul
Kesalahan Bentuk
Kata Berafiks dalam Koran Jawa Pos Edisi 9 Oktober 2019. Hasil
penelitian ini
menunjukkan bahwa ditemukan adanya eksalahan dalam bentuk kata
berkonfiks yang
terdiri atas kesalahan penghilangan afiks (prefiks, konfiks, dan
sufiks), kesalahan
penulisan prefiks di-, dan bunyi yang tidak luluh tetapi
diluluhkan.
Persamaan penelitian Dwi Hastuti dengan peneliti adalah
sama-sama
menganalisis kesalahan berbahasa Indonesia pada tataran morfologi.
Perbedaan
penelitian Suryaningsih dengan peneliti adalah Dwi Hastuti mengkaji
kesalahan
berbahasa pada bentuk kata berafiks dalam koran, sedangkan peneliti
mengkaji kesalahan
berbahasa pada tataran morfologi yang mencakup pemilihan afiks,
kesalahan
penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan peluluhan
bunyi, kesalahan
penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat
dalam karangan
dekskripsi pemelajar BIPA level Intermediate sampai level
Advance.
Penelitian keempat dilakukan oleh Aprilia Nentia (2019) berjudul
Analisis
Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi Pada Berita
Pinggir-Duri-Dumai Surat Kabar
Riau Pos. Berdasarkan analisis data, penelitian ini menghasilkan
pendeskripsian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi berupa
kesalahan penghilangan
afiks sebanyak 8 kesalahan, 3 kesalahan penulisan kata, 4 kesalahan
penggunaan afiks,
dan 1 kesalahan bunyi yang seharusnya diluluhkan.
Persamaan penelitian Aprilia Nentina dengan peneliti adalah
sama-sama meneliti
kesalahan berbahasa pada tataran morfologi. Perbedaan penelitian
Aprilia Nentina
dengan peneliti adalah Aprilia Nentina meneliti kesalahan berbahasa
pada berita Pinggir
Duri Dumai Surat Kabar Riau sedangkan peneliti meneliti karangan
pemelajar BIPA di
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma.
Penelitian kelima dilakukan oleh Nurvita Anjarsari (2013) berjudul
Analisis
Kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karangan Mahasiswa
Penutur Asing Di
Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini menghasilkan sebuah
simpulan, yaitu (1)
Unsur-unsur linguistik yang mengalami kesalahan bahasa yang sering
terjadi dalam teks
siswa dibagi menjadi empat kesalahan: kesalahan ejaan, morfologi,
semantik, dan
sintaksis, (2) Kesalahan yang paling sering terjadi dalam karangan
mahasiswa asing
adalah kesalahan ejaan, (3) Kesalahan bahasa yang sering terjadi
dalam karangan
mahasiswa asing yang disebabkan oleh faktor internal: (a) rendahnya
motivasi, (b)
potensi/bakat bahasa, (c) karakteristik bahasa, dan faktor
eksternal: (a) pembelajaran yang
tidak sempurna, (b) waktu belajar bahasa kurang.
Persamaan penelitian Nurvita dengan peneliti adalah menganalisis
kesalahan
berbahasa dalam sebuah karangan. Perbedaan penelitian Nurvita, dkk
dengan peneliti
terletak pada sumber penelitian dan kajian yang diteliti. Sumber
penelitian Nurvita yaitu
mahasiswa penutur asing di Universitas dan kajian yang dianalisis
adalah kesalahan
berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, sedangkan peneliti
menggunakan sumber
penelitian yaitu pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas
Sanata Dharma
Yogyakarta dan mengkaji kesalahan berbahasa pada tataran fonologi
bidang ejaan dan
morfologi.
Penelitian keenam dilakukan oleh Dian Nur Prawisti (2012). Jenis
penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu teknik
membaca dan mencatat dan instrumen pengumpulan data dengan
menggunakan (human
instrumen), yaitu peneliti sendiri. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa terdapat
kesalahan ejaan pada karangan siswa kelas VII SMP N 2 Depok.
Ditemukan beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kesalahan terkait dengan ejaan, yaitu (1) kesalahan pemakaian huruf
kapital, (2)
kesalahan pemakaian kata depan di, ke, dan dari, dan (3) kesalahan
pemakaian tanda baca.
Persamaaan penelitian Dian Nur Prawisti dengan peneliti adalah
sama-sama
menganalisis kesalahan berbahasa pada bidang ejaan dalam sebuah
karangan. Perbedaan
penelitian Dian Nur dengan peneliti terletak pada jenis karangan
yang diteliti. Penelitian
Dian Nur meneliti karangan yang tidak dijelaskan jenis karangan
yang seperti apa,
sedangkan peneliti menggunakan jeinis karangan deksripsi.
Penelitian ketujuh dilakukan oleh Erlina Rizky (2017). Penelitian
ini berjudul
Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Rubrik ‘Wonosobo Ekspres’ pada
Harian
Magelang Ekspres Edisi September 2016. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan
kesalahan berbahasa tataran
linguistik dan mendeskripsikan kesalahan penulisan tipografi pada
rubrik Harian
Magelang Ekspres. Hasil penelitian ini adalah terdapat empat
kesalahan berbahasa, yaitu
(1) kelebihan huruf, (2) kekurangan huruf, (3) penyusunan huruf,
dan (4) penyusunan
barisan kata.
tentang kesalahan berbahasa pada tataran linguistik. Namun,
terdapat perbedaan
penelitian ini dengan peneliti yaitu terletak pada kajian
linguistik yang digunakan sebagai
acuan penelitian. Erlina menggunakan tatara sintaksis, tataran
wacana, dan penerapan
kaidah ejaan, sedangkan peneliti menggunakan tataran morfologi dan
ejaan sebagai acuan
penelitian.
ini, yaitu (1) peneliti menggunakan analisis data dengan model
analisis interaktif, (2) pada
kajian teori, peneliti mengelaborasi teori tentang Analisis
kesalahan berbahasa (Sebuah
pendekatan dalam pengajaran bahasa) dari Mantasiah R. Yusri dengan
teori tentang
analisis kesalahan berbahasa tataran linguistik dari buku berjudul
Analisis Kesalahan
Berbahasa Teori dan Praktik serta menggunakan buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa
Indonesia untuk mengkaji kesalahan pada tataran fonologi bidang
ejaan, dan (3) Pada
tahap analisis, peneliti akan memberikan perbaikan dari kata/
kesalahan tanda baca yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dilakukan oleh pemelajar BIPA level intermediate sampai level
advance sebagai bahan
pembelajaran terkait kemampuan menulis dalam bahasa
Indonesia.
Alasan lain peneliti memilih pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga
Bahasa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai sumber data, karena
peneliti memiliki
kriteria khusus dalam menentukan objek penelitian dan peneliti
ingin mencoba
mengetahui apakah pemelajar BIPA level intermediate sampai level
advance di Lembaga
Bahasa Universitas Sanata Dharma lebih banyak melakukan kesalahan
berbahasa tulis
atau justru sebaliknya.
2.2 Landasan Teori
Dalam pembahasan mengenai landasan teori, peneliti akan menguraikan
teori yang
digunakan sebagai dasar untuk menyusun dan sebagai landasan
berpikir dalam
menyelesaikan masalah. Ada pun landasan teori yang digunakan adalah
sebagai berikut.
2.2.1 Konsep Keterampilan Menulis
kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasannya dan
menyampaikannya
dalam bentuk bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dengan
kata lain
menulis merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam menjelaskan
suatu hal
kepada pembacanya dalam bentuk tulisan. Selain itu, menulis
merupakan suatu cara
untuk menjabarkan, mewujudkan, dan mengungkapkan gagasan atau ide
penulis ke
dalam sebuah tulisan (Sutarno, 2008: 10). Tulisan tersebut umumnya
berisi sebuah
gagasan atau ide tentang suatu hal yang diamati, dirasakan, atau
didengar oleh
penulis.
Berdasarkan penjelasan hakikat menulis dari para hali, dapat
disimpulkan
bahwa menulis adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seorang
penulis berisi
sebuah ungkapan berupa gagasan yang dihasilkan dari pengamatan,
pendengaran
penulis terhadap suatu hal. Ungkapan atau gagasan tersebut ditulis
bertujuan untuk
menjelaskan suatu hal dan pembaca dapat mengerti hasil tulisan
penulis.
2.2.2 Hakikat Karangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
gagasan tersebut diwujudkan dalam bentuk tulisan. Gie (1995: 17)
berpendapat
bahwa karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam
bahasa tulis
yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Dengan kata lain
karangan yang
dihasilkan tentunya bertujuan untuk mengajak pembaca ikut merasakan
isi karangan
yang disampaikan oleh si pengarang.
Pengertian lain mengenai hakikat karangan disampaikan oleh Sirait,
dkk
(1985: 1) bahwa karangan merupakan hasil tulisan yang dikelompokan
berdasarkan
isi dan tujuan tulisan tersebut dan biasanya berupa tugas di kelas.
Karangan
merupakan kegiatan menulis yang berisi gagasan-gagasan tertentu
dan
dikelompokkan berdasarkan isi dan tujuan karangan tersebut. karang
mengarang
merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan
atau
menyampaikan gagasan melalui bahasa tulis kepada pembaca dan dapat
dipahami
dengan benar seperti yang dimaksudkan oleh pengarang (Widyamartaya,
1990).
Keraf (1994: 2) menjelaskan bahwa karangan ditulis dari rangkaian
kata-
kata dan membentuk kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi wacana
yang dapat
dibaca dan dipahami oleh pembaca. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa
karangan merupakan sebuah kegiatan komunikatif yang menghasilkan
tulisan dari
rangkaian kata-kata yang membentuk sebuah wacana yang ditulis oleh
penulis
berdasarkan gagasan tentang suatu hal dan dikelompokkan berdasarkan
isi dan
tujuan tulisan itu dibuat. Tujuan dari karangan tersebut dibuat
untuk membuat
pembaca mengerti dan paham tentang apa yang ingin disampaikan oleh
penulis.
2.2.3 Konsep Karangan yang Baik
Karangan yang baik dapat menentukkan kualitas si pengarang. Ada pun
kriteria
dalam menentukan karangan yang baik yang dikemukakan oleh Darmadi
(1998:24).
Berikut ciri-ciri karangan yang baik.
1) Jelas
dalam sebuah karangan. Dengan kejelasan terhadap suatu cerita atau
gagasan,
pembaca dapat memahami maksud dari tulisan tersebut. Kejelasan
suatu
karangan juga berkaitan dengan struktur kalimat, pilihan kata,
penggunaan ejaan
yang baik dan benar, pemilihan ilustrasi, dan sebagainya.
2) Signifikan
14
Karangan yang signifikan artinya dapat menceritakan atau
menjelaskan
suatu hal yang dibutuhkan pembaca. Dengan begitu pembaca dapat
belajar dari
karangan tersebut.
Kesatuan sebuah tulisan berkaitan dengan kesatuan (kohesi)
dan
kepaduan (koherensi). Karangan yang baik memiliki kesatuan dan
kepaduan di
setiap kalimat. Dengan kesatuan dan organisasi yang baik diharapkan
pembaca
mampu dengan mudah memahami isi bacaan tersebut.
4) Ekonomis (padat isi)
Karangan yang ekonomis (pada isi) dapat dengan mudah
ditangkap
makna isi bacaan oleh para pembaca. Dengan demikian, karangan yang
baik
tidak perlu panjang dan lebar, melainkan padat dan jelas.
5) Penggunaan bahasa yang dapat diterima
Seorang penulis perlu menguasai penggunaan bahasa yang baik
dan
benar. Hal ini bertujuan agar karangan yang ditulis dapat berterima
dengan si
pembaca. Penggunaan bahasa yang baik dan dan benar juga akan
memengaruhi
tingkat kejelasan sebuah karangan.
6) Pengembangan yang memadai
mengembangkan karangannya. Karangan yang dikembangkan dengan
maksimal tentu akan menarik pembaca terhadap karangan tersebut.
Namun,
dalam kenyataannya, penulis harus mampu memilih topik khusus
dan
membatasi pada komitmen yang dibuatnya. Komitmen ini dapat
dicontohkan
pada bagian judul yang sudah dapat diprediksi isinya.
7) Memiliki kekuatan
Maksud dari ciri memiliki kekuatan dalam karangan adalah
pembaca
dapat merasakan isi karangan yang ditulis oleh penulis walaupun
mereka tidak
bisa melihat. Dengan kata lain, pembaca dapat merasakan kehadiran
penulis
yang tidak jauh darinya.
menyimpulkan beberapa hal. Pertama, karangan baik adalah karangan
yang mampu
diterima oleh pembaca. Kedua, karangan yang dapat diterima oleh
pembaca adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
karangan yang dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai
dengan
kaidah kebahasaan. Ketiga, penulis perlu memperhatikan kejelasan
karangan,
kepada isi, pengembangan karangan, dan memiliki kekhasan dalam
tulisannya.
2.2.4 Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa dikaitkan dengan bagian dari proses
pembelajaran, baik
pembelajaran formal maupun nonformal. Kesalahan berbahasa dapat
diatasi dengan
adanya sebuah kajian analisis untuk mengurangi sampai ke batas
minimal terjadinya
kesalahan berbahasa. Hal ini bertujuan agar semakin rendahnya
kuantitas kesalahan
berbahasa yang terjadi pada proses pembelajaran. Berdasarkan
penjelasan di atas,
beberapa ahli memaparkan penjelasannya terkait hakikat Analisis
kesalahan
berbahasa.
“Suatu ketentuan yang biasanya digunakan oleh para peneliti dan
guru
bahasa untuk meneliti kesalahan berbahasa yang terjadi dengan
menggunakan ketentuan, yaitu (1) mengumpulkan sampel bahasa,
(2)
menandai kesalahan pada sampel bahasa para pelajar, (3)
mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa, dan (4)
mengevaluasi kesalahan berbahasa dengan keseriusan (Tarigan,
1988:
300).
pembelajaran bahasa untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada
sampel bahasa pemelajar. Berbeda dengan penjelasan Tarigan,
penjelasan terkait
hakikat analisis kesalahan berbahasa disampaikan oleh ahli
lain.
Pranowo (1996:58) memaparkan bahwa, analisis kesalahan
berbahasa
merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran bahasa
dengan mengetahui penyebab terjadinya kesalahan berbahasa dan
menanggulangi
munculnya penyimpangan berbahasa yang pemelajar lakukan dalam
proses
pemerolehan bahasa kedua (B2). Dengan kata lain analisis kesalahan
berbahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan
berbahasa pada
kegiatan pembelajaran bahasa.
pembelajaran bahasa untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemelajar
dalam
mempelajari bahasa kedua (B2) dan mengetahui hal yang menyebabkan
terjadinya
kesalahan berbahasa dalam proses pembelajaran bahasa.
Penjelasan lain terkait hakikat analisis kesalahan berbahasa
disampaikan oleh
Setyawati. Setyawati (2010:15) menyatakan bahwa analisis kesalahan
berbahasa
merupakan sebuah proses atau langkah yang didasarkan pada analisis
kesalahan
seorang pemelajar bahasa yang sedang mempelajari bahasa dengan
menggunakan
objek (bahasa) yang sudah ditargetkan dengan memerhatikan langkah
kerja analisis
bahasa.
harus dilakukan. Dalam prosedur penganalisisan kesalahan berbahasa,
disampaikan
oleh Dulay, et. al. (1982: 277) yakni kesalahan berbahasa merupakan
suatu usaha
untuk mendata sekaligus mengklasifikasikan kesalahan yang terdapat
dalam tulisan
siswa. Hal ini menjelaskan bahwa adanya Langkah atau rangakian
proses yang
dilakukan dalam tahapan analisis berbahasa.
Berdasarkan penjelasan dari ketiga ahli mengenai hakikat analisis
kesalahan
berbahasa, dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa
merupakan usaha
yang didasari dari tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
suatu pembelajaran
bahasa menggunakan ketentuan tertentu atau prosedur tertentu.
Dengan adanya
usaha analisis kesalahan berbahasa tersebut, dapat mengurangi
kesalahan berbahasa
pada proses pembelajaran bahasa kedua (B2) dan membantu mengetahui
kesalahan-
kesalahan yang sering dilakukan oleh pemelajar bahasa.
Dari penjelasan para ahli yang memaparkan pendapatnya terkait
hakikat
analisis kesalahan berbahasa, peneliti menggunakan teori dari Nanik
Setyawati
sebagai alat bantu untuk menganalisis data penelitian. Dalam
bukunya yang berjudul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
runtut terkait analisis kesalahan berbahasa pada tataran fonologi
bidang ejaan dan
morfologi. Selain pemaparan yang terstruktur, penjelasan dalam buku
ini juga mudah
dipahami.
Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada setiap tataran linguistik
(kebahasaan)
(Indihadi, 2016). Kesalahan pada tataran linguistik meliputi
tataran fonologi,
morfologi, sintaksis, wacana, dan semantik. Kesalahan-kesalahan
tersebut juga
dipengaruhi oleh campur tangan (intervensi) bahasa pertama (B1)
terhadap bahasa
kedua (B2). Namun, bagi penutur asing yang mempelajari bahasa
Indonesia sebagai
bahasa kedua (B2) sering melakukan kesalahan berbahasa akibat
penyimpangan
kaidah bahasa.
pada tataran linguistik, yaitu tataran fonologi bidang ejaan dan
tataran morfologi.
Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang baik dan
benar.
Berdasarkan bidang linguistik, kesalahan berbahasa dapat
diklasifikasikan
menjadi beberapa kesalahan, yakni kesalahan tataran fonologi
(ucapan), kesalahan
tataran morfologi (pembentukan kata), kesalahan tataran sintaksis
(frasa, klausa,
kalimat), kesalahan tataran semantik, dan kesalahan tataran wacana.
Berikut
penjelasan dari masing-masing analisis kesalahan berbahasa bidang
linguistik
khususnya bidang ejaan dan tataran morfologi.
2.2.5.1 Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Fonologi Bidang
Ejaan
Bahasa Indonesia telah dua kali mengalami perubahan pada aturan
ejaan. Ejaan
yang pertama yakni Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dan yang kedua
adalah
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pedoman Umum Ejaan
Bahasa
Indonesia (PUEBI) ditetapkan pada tanggal 26 November 2015.
Perubahan EYD
menjadi PUEBI didasari oleh banyaknya kritik yang muncul dari
masyarakat
mengenai EYD. Berdasarkan data dari Permendikbud Nomor 50 tahun
2015
dijelaskan ada beberapa Perbedaan yang ditemukan antara EYD dengan
PUEBI,
yakni (1) adanya penambahan informasi pada pelafalan penggunaan
diakritik è dan
é, (2) penambahan diftong [ei], (3) aturan penulisan huruf kapital,
(4) penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
huruf tebal pada PUEBI, (5) Penggunaan tanda baca (;) yang dipakai
pada akhir
pemerincian yang berupa kalusa dan digunakan untuk memisahkan
kalimat yang
sudah menggunakan tanda koma.
Perubahan ejaan dari EYD menjadi PUEBI memiliki keterkaitan
dalam
pembelajaran bahasa. Sebagai guru bahasa perlu memperhatikan
perubahan ejaan
yang terbaru. Hal ini bertujuan untuk menciptakan penggunaan bahasa
yang baik dan
benar sesuai dengan kaidah kebahasaan.
Suatu ejaan bahasa ikut serta dalam menentukan kebakuan dan
ketidakbakuan
kalimat. Akibat penulisan ejaan yang benar dan sesuai dengan kaidah
kebahasaan,
kalimat tersebut dapat menjadi kalimat baku. Begitu juga
sebaliknya, akibat
penulisan ejaan yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan, kalimat
tersebut dapat
menjadi kalimat tidak baku. Nasucha dkk (2009: 92) menjelaskan
bahwa realitas
kesalahan pemakaian bahasa sebagian besar disebabkan oleh kesalahan
penerapan
ejaan, terutama tanda baca, penulisan kata depan, dan pemakaian
huruf kapital.
Analisis kesalahan berbahasa pada bidang ejaan yang akan diteliti,
yaitu (a)
kesalahan berbahasa pada pemakaian huruf kapital, (b) huruf miring,
(c) penulisan
kata depan, (d) penulisan bilangan/ angka, (e) penulisan unsur
serapan, (f) penulisan
kata, dan (g) penggunaan tanda baca. Berikut uraian bentuk
kesalahan pada tataran
fonologi bidang ejaan.
Pada umumnya huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama di
awal
kalimat. Huruf kapital digunakan sebagai penanda bahwa terdapat
beberapa
kalimat dalam sebuah paragraf. Namun, masih sering ditemukan
beberapa
kesalahan berbahasa khususnya pada pemakaian huruf kapital. Pedoman
Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) merupakan pedoman terbaru mengenai
tata
cara penulisan yang sesuai dengan kaidah kebahasaan bahasa
Indonesia. Di
dalam buku PUEBI (2017) dijelaskan mengenai cara pemakaian huruf
kapital,
penggunaan huruf miring, penulisan bilangan/ angka, penulisan unsur
serapan,
penulisan kata depan, dan penggunaan tanda baca yang baik dan benar
sesuai
dengan kaidah kebahasaan.
tulisan-tulisan resmi terkadang mengalami penyimpangan dari
kaidah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kebahasaan yang berlaku. Selain kesalahan yang disampaikan oleh
Setyawati,
dalam buku PUEBI (2017) dituliskan penulisan huruf kapital yang
baik dan
benar.
penulisan huruf pertama pada petikan langsung, (2) kesalahan
penulisan huruf
pertama pada ungkapan yang berkaitan dengan hal tentang keagamaan
(terbatas
pada nama diri), kitab suci, dan nama Tuhan (terkhusus kata ganti
untuk Tuhan),
(3) kesalahan penulisan huruf kapital pada huruf pertama nama
gelar
(keturunan, kehormatan, dan keagamaan), jabatan, dan pangkat yang
diikuti
nama orang, (4) kesalahan penulisan huruf kapital pada pemakaian
huruf kapital
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, (5)
kesalahan
penulisan huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan,
hari dan hari raya, (6) kesalahan penulisan huruf kapital sebagai
huruf pertama
semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama
negara,
lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas,
seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk, (7) kesalahan pada huruf kapital
sebagai huruf
pertama setiap kata (termasuk pada unsur kata ulang sempurna) dalam
judul
buku, karangan, artikel, makalah, dan surat kabar, kecuali kata
tugas di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada awal kalimat, (8)
penulisan huruf
kapital sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
atau sapaan,
dan (9) penulisan huruf kapital sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan
kekerabatan.
Kesalahan penulisan huruf miring dalam pembelajaran bahasa
diuraikan
sebagai berikut (1) Kesalahan pada penulisan kata untuk menegaskan
atau
mengkhususkan kata tertentu, huruf, bagian kata, atau kelompok
kata, (2)
Kesalahan pada penulisan huruf miring yang digunakan untuk menulis
judul
buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam
tulisan,
termasuk dalam daftar Pustaka, dan (3) Kesalahan pada penulisan
huruf kapital
untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa asing atau bahasa
daerah
(Setyawati, 2010: 149).
20
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata dasar dan kata bentukan
(kata
berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk atau gabungan kata). Kata
dasar
ditulis dalam satau kesatuan yang dapat berdiri sendiri (Setyawati,
2010: 151).
Kata yang mengandung afiks (kata berafiks) ditulis serangkai dengan
kata
dasarnya. Berbeda halnya dengan kata ulang ditulis secara lengkap
dengan
menggunakan tanda hubung (-). Kata majemuk yang diberi imbuhan
prefiks
atau sufiks saja, ditulis serangkaian dengan kata yang
mengikutinya, tetapi jika
kata tersebut diberi imbuhan prefiks dan sufiks, kata tersebut
harus ditulis
serangkai dengan kata tersebut. Contoh penulisan kata sebagai
berikut.
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
dikunjungi di kunjungi
4. Kesalahan dalam Penulisan Kata Depan
Kesalahan lain dalam bahasa tulis adalah kesalahan pada penulisan
kata depan.
Dalam PUEBI (2017: 22) dijelaskan cara menulis kata depan yang
sesuai
dengan kaidah kebahasaan.
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata
yang menyertainya.
Bentuk Baku
11) Hari ini aku ingin pergi ke toko buku.
12) Kalung itu terbuat dari emas.
5. Kesalahan dalam Penulisan Angka atau Lambang Bilangan
Penulisan angka atau lambang bilangan dalam bahasa Indonesia
juga
dimuat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Dalam
buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
PUEBI dan buku Analisis Kesalahan Berbahasa Teori dan Praktik,
dijelaskan
tentang penggunaan angka atau lambang bilangan yang baik dan sesuai
dengan
kaidah kebahasaaan, yakni (1) Bilangan dalam teks yang dapat
dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika
dipakai secara
berurutan seperti dalam perincian, (2) Bilangan pada awal kalimat
ditulis
dengan huruf, (3) Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat
ditulis
sebagian menggunakan huruf supaya lebih mudah untuk dibaca, (4)
Angka
digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi, waktu,
dan nilai
uang (5) Angka digunakan untuk meberi nomor pada alamat, seperti
jalan,
rumah, apartemen, atau kamar (6) Angka digunakan untuk memberi
nomor pada
bagian karangan atau ayat kitab suci, dan sebagainya (7) Angka
ditulis dengan
huruf, (8) Angka yang ditulis pada bilangan tingkat, (9) Penulisan
bilangan yang
mendapat akhiran –an, dan (10) Penulisan bilangan dengan huruf dan
angka
sekaligus yang dilakukan dalam peraturan perundang-undangan,
kuitanasi, dan
kata.
Setyawati (2010: 160) menjelaskan bahwa berdasarkan taraf
unifikasinya,
unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu (1)
unsur yang belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa indonesia
(unsur
tersebut digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara
melafalkannya
masih mengikuti pelafalan bahasa asing) dan (2) unsur asing diserap
dengan
menyesuaikan kaidah bahasa Indonesia baik pada pelafalannya
maupun
penulisannya. Contoh penulisan unsur yang tidak tepat sebagai
berikut.
Kata Asing Penyerapan Baku Penyerapan Tidak
Baku
22
Kesalahan yang sering muncul dalam sebuah tulisan yaitu kesalahan
dalam
penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Kesalahan penggunaan
tanda baca
yang sering ditemukan yaitu kesalahan pada tanda titik, tanda koma,
tanda titik
dua, tanda hubung, tanda pisah, dan tanda tanya.
a. Tanda titik (.)
Penulisan tanda titik di setiap akhir kalimat masih sering
tidak
diperhatikan penggunaannya. PUEBI (2017: 32) memamparkan
penggunaan tanda titik yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah
kebahasaan, yaitu (1) tanda titik ditulis pada akhir kalimat
pernyataan, (2)
tanda titik ditulis di belakang angka atau huruf sebuah bagian,
ikhtisar, atau
daftar, (3) tanda titik ditulis sebagai pemisah angka, jam, menit,
dan detik
yang menunjukkan waktu atau jangka waktu, (4) tanda titik ditulis
dalam
daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang
diakhiri
dengan tanda tanya, atau tanda seru), dan nama penerbit, dan (5)
tanda titik
digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang
menunjukkan jumlah.
Pada umumnya, tanda koma dipakai sebagai suatu tanda
pemerinci
dalam sebuah kalimat. PUEBI (2017: 35) memaparkan penggunaan
tanda
koma yang lebih jelas dan sesuai dengan kaidah kebahasaan, yaitu
(1) tanda
koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerinci
atau
pembilangan, (2) tanda koma digunakan sebelum kata penghubung,
seperti
tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam sebuah kalimat majemuk
(setara),
(3) tanda koma digunakan sebagai pemisah anak kalimat yang
mendahului
induk kalimatnya, (4) tanda koma digunakan dibelakang kata atau
ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti oleh sebab itu, jadi, dengan
demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian, (5) tanda koma
digunakan
sebelum kata dan/ atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
atau hai,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Ibu, Dik, atau Nak,
(6) tanda
koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dan bagian lain
dala
kalimat, (7) tanda koma digunakan di antara (nama seseorang atau
alamat,
bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, dan nama tempat dan
wilayah
atau negeri yang ditulis secara berurutan), (8) tanda koma
digunakan sebagai
pemisah bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar Pustaka
(9)
tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki
atau
catatan akhir, (10) tanda koma digunakan di antara nama orang
dan
singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya
dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga, (11) tanda koma
digunakan
sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan
dengan angka, (12) tanda koma digunakan untuk mengapit
keterangan
tambahan atau keterangan aposisi, dan (13) tanda koma dapat
digunakan di
belakang unsur keterangan yang terdapat pada awal kalimat
untuk
menghindari salah baca/ salah penafsiran.
c. Tanda titik koma (;)
Sejalan dengan penggunaan ejaan yang baik dan benar,
penggunaan
tanda titik koma juga dijelaskan dalam buku PUEBI (2017). Dalam
buku
tersebut, dijelaskan penggunaan tanda titik koma digunakan sebagai,
yaitu
(1) pengganti kata penghubung, sebagai pemisah kalimat setara yang
satu
dengan kalimat setara yang lain, (2) digunakan pada akhir perincian
berupa
klausa, dan (3) digunakan untuk memisahkan kalimat pada
bagian
pemerincian.
Dalam buku PUEBI tahun 2017 dijelaskan penggunaan tanda titik
dua
(:) yang baik dan benar sesuai kaidah kebahasaan. Aturan penggunaan
tanda
titik dua, yaitu (1) tanda titik dua digunakan pada akhir
pernyataan lengkap
yang diikuti dengan pemerincian atau penjelasan, (2) tanda titik
dua tidak
digunakan apabila pemerincian atau penjelasan itu merupakan
pelengkap
yang mengakhiri pernyataan, (3) tanda titik dua digunakan sesudah
kata atau
ungkapan yang membutuhkan pemerian, (4) tanda titik dua
digunakan
dalam sebuah naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
percakapan, dan (5) tanda titik dua digunakan di antara (a) surat
dan ayat
dalam kita suci, (b) jilid atau nomor dan halaman, (c) judul dan
anak judul
dalam sebuah karangan, dan (d) nama kota dan penerbit dalam
daftar
pustaka.
Dalam buku PUEBI tahun 2017 diuraikan aturan penggunaan tanda
hubung, yaitu (1) tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata
yang
terpenggal oleh pergantian baris, (2) tanda hubung digunakan
untuk
menyambung unsur kata berulang, (3) tanda hubung digunakan
menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka
atau
menyambung huruf dalam kata yang yang dieja satu-satu, (4) tanda
hubung
dapat digunakan untuk memberikan penjelas hubungan bagian kata
atau
ungkapan, dan (5) tanda hubung digunakan untuk merangkai.
Sebagai catatan: tanda hubung tidak digunakan di antara huruf dan
angka
jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.
1) Tanda hubung digunakan untuk merangkai unsur bahasa
Indonesia
dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
2) Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang
menjadi
objek bahasan.
Indonesia Teori dan Praktik
dalam buku PUEBI tahun 2017. Tanda pisah digunakan untuk (1)
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
luar
bangun kalimat, (2) memperjelas adanya keterangan aposisi
atau
keterangan yang lain, dan (3) digunakan di antara dua bilangan,
tanggal,
atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
g. Tanda tanya (?)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tanda baca. Aturan tersebut, yaitu (1) tanda tanya digunakan pada
akhir
kalimat tanya dan (2) tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung
untuk
menjelaskan suatu bagian kalimat yang dicurigai atau yang kurang
dapat
dibuktikan kebenarannya.
1) Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung dari
permbicaraan, bahan tertulis lain, atau naskah
2) Tanda petik digunakan untuk mengapit judul lagu, sajak, film,
sinetron,
bab buku, atau naskah yang dipakai dalam kalimat, dan
3) Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang
sukar
dikenali atau kata yang memiliki arti khusus.
2.2.5.2 Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Morfologi
Ramlan (2012: 21) menjelaskan bahwa morfologi merupakan ilmu
bahasa
yang membahas atau mengkaji seluk-beluk kata serta pengaruh
perubahan bentuk
kata terhadap kelas dan arti kata. Dengan kata lain, morfologi
merupakan ilmu yang
mengkaji tentang proses pembentukan kata.
Berbeda dengan penjelasan Ramlan terkait pengertian
morfologi,
Kridalakasana (1989: 10) dalam buku berjudul Pembentukan Kata dalam
Bahasa
Indonesia menjelaskan bahwa morfologi dapat dipandang sebagai
subsistem yang
berupa proses mengubah leksem menjadi sebuah kata. Pada umumnya,
terdapat tiga
jenis pembentukan kata yang terjadi akibat proses morfologis. Tiga
bentuk tersebut
ialah kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata
berimbuhan merupakan
kata yang terjadi akibat proses afiksasi. Kata ulang merupakan kata
yang terjadi
akibat proses reduplikasi. Kata majemuk merupakan kata yang terjadi
akibat proses
komposisi.
Ramlan (2001: 55) menjelaskan bahwa afiks merupakan satuan
gramatikal
yang terikat di dalam suatu satuan kata yang merupakan bukan unsur
kata dan
bukan pokok kata yang dapat membentuk kata atau pokok kata baru.
Dengan
kata lain, afiks merupakan satuan gramatikal yang dapat membentuk
kata baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Ramlan (2001:58) menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia
terdapat
empat bentuk afiks, yakni (1) prefiks meN-, di-, ber-, ter-, se-,
peN-, per-, pra-
, ke-, a-, maha-, dan para-, (2) infiks –e--, -el-, dan –em-, (3)
sufiks –an, -kan,
-I, -nya, -wan, -is, -wati, -man, -wi, dan –da, dan (4) konfiks
peN-an, ke-an,
ber-an, per-an, dan se-nya.
Kesalahan dalam memilih afiks artinya prefiks yang digunakan
oleh
seorang penutur tidak tepat. Hal ini dapat menimbulkan kalimat yang
tidak
berterima dalam bahasa Indonesia. Kesalahan pemilihan afiks akan
dijelaskan
sebagai berikut.
Bentuk Tidak Baku
36) Kami berpengaruh ajakan teman kami untuk pergi dari
rumah.
Kata bernginap dan berpengaruh di atas merupakan kata dengan
pemilihan prefiks yang tidak benar dalam kalimat. Pemilihan afiks
ber-
pada kata bernginap dan berpengaruh tidak sesuai karena kalimat
tersebut
menjadi tidak berterima. Alwi, dkk (2003: 14) menjelaskan bahwa
prefiks
ber- pada kata kerja dapat juga menggunakan prefiks meng-.
Kalimat
nomor (35) akan berterima apabila menggunakan prefiks meN- pada
kata
dasar inap sehingga kata bentukan yang tepat ialah menginap.
Pada
kalimat nomor (36) pemilihan prefiks ber- juga kurang tepat
karena
prefiks ber- pada kata berpengaruh menurut KBBI memiliki
makna
‘mempunyai pengaruh’ sedangkan pada kalimat nomor (36) akan
lebih
berterima jika menggunakan prefiks ter-. Jadi, perbaikan kalimat
(35) dan
(36) adalah sebagai berikut.
36a) Kami terpengaruh ajakan teman kami untuk pergi dari
rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Bentuk Tidak Baku
37) Saya memikirkan lebih baik tinggal di rumah daripada
harus
pulang kampung.
38) Anda akan saya menjadikan sebagai ketua panitia tahun
ini.
Berdasarkan kaidah pembentukan kata yang tepat, prefiks meN-
termasuk imbuhan produktif. Kata yang diberi imbuhan meN-
merupakan
kata kerja transitif. Kata kerja transitif dalam kalimat aktif
transitif harus
memerlukan kehadiran objek. Kalimat (37) tidak memiliki objek
setelah
kata kerja memikirkan. Prefiks meN- pada kata memikirkan perlu
diganti
dengan prefiks yang membentuk verba intransitive, yaitu prefiks
ber-.
Kalimat (38) seharusnya hanya menggunakan sufiks –kan. Jadi,
kalimat
yang benar sebagai berikut.
37a) Saya berpikir lebih baik tinggal di rumah daripada harus
pulang kampung.
38a) Anda akan saya jadikan sebagai ketua panitia tahun ini.
2.2.5.2.2 Kesalahan Penambahan Afiks
penambahan (prefiks, sufiks, dan konfiks) dalam kalimat yang kurang
tepat
dapat diamati berikut ini.
40) Masalah ini bisa kita berbicarakan di ruangan.
41) Menurut penjelasan yang sudah saya menjelaskan tadi, saya
simpulkan bahwa berolahraga dapat menyehatkan tubuh.
Kata-kata yang bercetak miring di atas, merupakan kata bentukan
yang
mengalami kesalahan dalam pemilihan prefiks meN-, prefiks ber-, dan
sufiks –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kan. Kesalahan penambahan afiks tersebut menimbulkan kalimat yang
tidak
berterima. Prefiks meN-, ber-, dan sufiks –kan pada kalimat di atas
seharusnya
tidak ditulis. Jadi, perbaikan kalimat di atas adalah sebagai
berikut.
Bentuk Baku
40a) Masalah ini bisa kita bicarakan di ruangan.
41a) Menurut penjelasan yang sudah saya jelaskan tadi, saya
simpulkan bahwa berolahraga dapat menyehatkan tubuh.
2.2.5.2.3 Kesalahan Penghilangan Sufiks
bola Indonesia masih memimpin.
43) Salah satu orang yang menyebar berita bohong itu sudah
ditangkap.
Sufiks merupakan imbuhan yang tertelak pada bagian di belakang
kata.
sufiks –kan dalam bahasa Indonesia terdiri atas morfem –an, -kan,
dan –i. Pada
kalimat di atas, terjadi hilangnya sufiks –kan pada kata kerja
dibanding dan
menyebar. Kesalahan tersbeut terajadi pada proses pembentukan kata
kerja
yang berdungsi sebagai unsur pusat, khusunya pada kata kerja
turunan
berkonfiks di-kan. Penulisan yang baik dan benar adalah sebagai
berikut.
42a) Jika dibandingkan dengan perolehan skor sementara, tim
sepak bola Indonesia masih memimpin.
43a) Salah satu orang yang menyebarkan berita bohong itu
sudah
ditangkap.
1. Penghilangan Prefiks meng-
yang sering hilang (Setyawati, 2010: 44). Hal ini terjadi
akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kebahasaan, seperti contoh berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
mereka.
(46) Lektol Riswandi akui “menjual” dokumen negara.
Kalimat bercetak miring tersebut termasuk dalam kalimat aktif
transitif.
Berdasarkan kaidah kebahasaan yang baik dan benar, penulisan
kalimat
aktif transitif, unsur predikatnya harus berprefiks meng-. Oleh
sebab itu,
penulisan yang sesuai sebagai berikut.
Bentuk Baku
mahkota mereka.
(46a) Lektol Riswandi mengakui “menjual” dokumen negara.
2. Penghilangan Prefiks ber-
yang sering ditemukan ialah kesalahan karena mengilangkan prefiks
ber-
pada kata-kata bentukan (kata dasar) yang seharusnya tidak perlu
dilakukan
(Setyawati, 2010: 45). Berikut contoh kesalahan penghilangan
prefiks ber-
.
(48) Marilah kita ke Tirtasari, kita renang di sana!
(49) Warga negara Indonesia juang melawan kemiskinan dan
kelaparan.
30
Kata yang bercerak miring pada kalimat di atas mengalami
kesalahan
penghilangan prefiks ber-. Pada contoh kalimat (9) seharusnya
berubah
menjadi ber + beda, pada contoh kalimat (10) seharusnya berubah
menjadi
ber + renang, dan pada contoh kalimat (11) seharusnya berubah
menjadi
ber + juang.
Bentuk Baku
(48a) Marilah kita ke Tirtasari, kita berenang di sana!
(49a) Warga negara Indonesia berjuang melawan kemiskinan dan
kelaparan.
Penggunaan prefiks meng- sebetulnya sudah jelas disampaikan
dalam
kaidah kebahasaan (Setyawati, 2010: 49). Namun, penggantian
morf
menge- menjadi morf lain sering dijumpai dalam pemakaian bahasa
sehari-
hari. Berikut bentuk tidak baku dari penggunaan morf menge-
Bentuk Tidak Baku
rumahku, tetapi sampai sekarang belum selesai juga.
(51) Dewan Perwakilan Rakyat sudah mensahkan Undang-
Undang Perpajakan.
(52) Siapa yang tadi siang melap kaca mobil saya?
Kata yang bercetak miring pada kalimat di atas merupakan contoh
kalimat
yang mengalami kesalahan berbahasa khususnya kesalahan
pergantian
morf menge- dengan morf lain. Prefiks meng- akan mengalami
perubahan
alomorf menjadi menge- apabila prefiks tersebut melekat pada kata
dasar
bersuku kata satu. Dengan demikian bentuk penulisan yang sesuai
dengan
kaidah adalah sebagai berikut.
31
rumahku, tetapi sampai sekarang belum selesai juga.
(51a) Dewan Perwakilan Rakyat sudah mengesahkan Undang-
Undang Perpajakan.
2. Morf be- Tergantikan Mrof ber-
Perhatikan contoh kalimat tidak baku akibat kesalahan pembentukan
kata
pada pemakaian morf be- yang tergantikan morf ber- sebagai
berikut.
Bentuk Tidak Baku
keluarganya.
Dito.
dibangun akan berruang lima puluh buah.
Penulisan kata yang bercetak miring termasuk dalam penggunaan morf
be-
yang kurang tepat. Prefiks ber- apabila melekat pada: (i) kata
dasar
berawalan fonem /r/ dan (ii) melekat pada kata dasar yang suku
kata
pertamannya terkandung unsur [er] alomorfnya akan berubah menjadi
be-.
Oleh karena itu penulisan yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah
kebahasaan adalah sebagai berikut.
keluarganya.
Dito.
dibangun akan beruang lima puluh buah.
3. Morf bel- Tergantikan Morf ber-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Hampir sama dengan kasus kesalahan penggantian morf be- dengan
morf
ber-, sering ditemukan pula kesalahn pada pemakaian morf bel-
yang
tergantikan oleh morf ber- seperti contoh berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
(57) Saudara-saudari sekalian diizinkan untuk duduk berunjur
jika merasa kurang nyaman.
Kata yang bercetak miring tersebut terdiri atas kata dasar ajar dan
unjur.
Kedua kata tersebut jika dilekati oleh prefiks ber- maka berubah
menjadi
belajar dan belunjur. Berikut penulisan yang baik dan benar.
Bentuk Baku
(57a) Saudara-saudari sekalian diizinkan untuk duduk belunjur
jika merasa kurang nyaman.
4. Morf pel- Tergantikan Morf per-
Morfem per- akan memiliki alomorf pel- apabila bergabung pada kata
dasar
ajar. Namun, kita masih sering menjumpai kesalahan penulisan pada
kata
dasar tersebut, seperti contoh berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
(58) Siapkan buku kalian! Perajaran akan segera ibu mulai.
(59) Kartika Putri menjadi perajar di sekolah favorit di kota
Jawa
Barat.
Kata yang bercetak miring tersebut tentu tidak sesuai dengan
kaidah
kebahasaan. Oleh sebab itu berikut contoh perbaikan yang baik dan
benar.
Bentuk Baku
(58a) Siapkan buku kalian! Pelajaran akan segera ibu mulai.
(59a) Kartika Putri menjadi pelajar di sekolah favorit di kota
Jawa
Barat.
33
Kesalahan penggunaan morf pe- yang tergantikan dengan morf per-
juga
sering dijumpai dalam sebuah kalimat, sebagai berikut.
Bentuk Tidak Baku
perternakan milik Bu Tini.
(61) Di ruang lomba sudah dipenuhi oleh para perserta lomba
cerdas cermat.
perusahaan untuk menyampaikan aspirasinya.
Morfem per- akan berubah menjadi morfem pe- jika kata dasar
suku
pertama pada kata mengandung [er]. Dengan demikian berikut
penulisan
yang baik dan benar.
peternakan milik Bu Tini.
(61a) Di ruang lomba sudah dipenuhi oleh para peserta lomba
cerdas cermat.
perusahaan untuk menyampaikan aspirasinya.
Kesalahan penulisan pada kata bentukan yang masih sering
dijumpai
adalah kesalahan pada pemakaian morf te- yang digantikan oleh morf
ter-
(Setyawati, 2010: 54). Adapun contoh penggunaan morf te- yang
tergantikan oleh morf ter- sebagai berikut.
Bentuk Tidak Baku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
terpercik tinta spidol.
Morfem ter- akan berubah menjadi morfem te- jika berjumpa dengan:
(i)
kata dasar berfonem awal /r/ dan (ii) melekat pada kata dasar yang
memiliki
suku kata berunsur [er]. Dengan demikian berikut contoh perbaikan
kalimat
(63) dan (64).
(64a) Sinta menangis tersedu-sedu karena baju kesayangannya
tepercik tinta spidol.
pemberian atau perubahan nasal pada fonem-fonem. Dalam menasalkan
suatu
fonem, orang tidak berbuat seenaknya, tetapi harus mengikuti
kaidah-kaidah
yang tertentu. Setiap fonem yang dinasalkan harus mengambil nasal
yang
homorgan. Artinya, nasal yang memiliki artikulator dan titik
artikulasi yang
sama seperti fonem yang dinasalkan itu. Kata Tarik diawali dengan
fonem /t/
yang harus mengambil nasal n sehingga apabila mengalami proses
prefiksasi
menjadi menarik bukan mentarik.
Jadi: p dan b harus mengambil nasal m (karena sama sama
bilabial)
dental)
velar) dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas, fonem /k/, /p/, /t/, dan /s/ yang
berbentuk
kluster dan digraf tidak mengalami peluluhan dalam
prefiksasi.
Salah Benar
mentarik menarik
memoto memfoto
35
Setyawati (2010:46) menjelaskan bahwa sering sekali dijumpai kata
dasar
yang berfonem awal /k/, /t/, /s/, dan /p/ tidak mengalami peluluhan
jika
mendapat pefiks meng- atau peng-. Berikut contoh kalimat yang
sering
mengalami kesalahan afiksasi.
Bentuk tidak baku
2010.
mentaati peraturan sekolah.
(67) Tukang kebun itu mengkikis habis rumput di kebun Pak
Anton.
April 2010.
menaati peraturan sekolah.
(67a) Tukang kebun itu mengikis habis rumput di kebun Pak
Anton.
2.2.5.2.7 Kesalahan pada Penyingkatan Morf mem-, men-, meng-,
meny-, dan
menge-
dengan istilah penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan
menge-.
Untuk memahami lebih jelas kesalahan pelesapan pada proses
afiksasi, kita
bisa melihat dalam bentuk kalimat. Berikut contoh kesalahan
pelesapan pada
proses afiksasi.
mengarang cerita seperti ini?
36
Ketut Jelantik.
(70) Bu Mirna ngelap kaca mobil dengan kain khusus untuk
membersihkan kaca mobil.
digunakan tanpa sadar oleh seorang penutur. Kata-kata tersebut
termasuk kata
yang salah menurut kaidah bahasa Indonesia. Morfem tersebut
mengalami
penyingkatan yang sebetulnya tidak perlu disingkat. Bentuk yang
dicetak miring
tersbeut seharusnya tidak mengalami penyingkatan alomorf meng-.
Bentuk yang
betul dari kata bercetak miring tersebut yakni menari, menyuruh,
dan mengelap.
Bentuk Baku
mengarang cerita seperti ini?
sanggar Ketut Jelantik.
untuk membersihkan kaca mobil.
yang kurang tepat)
yaitu (1) kesalahan pembentukan, (2) kesalahan penulisan, dan (3)
kesalahan
makna.
37
dari kaidah penulisan kata ualng (reduplikasi) yang berbunyi.
PUEBI
(2017: 41) menjelaskan bahwa tanda hubung digunakan untuk
menyambung kata ulang.
makna dengan makna kata ulang.
Salah Benar
Kesalahan berbahasa pada tataran komposisi disebabkan oleh tiga
hal,
yaitu (1) kesalahan penggabungan, (2) kesalahan reduplikasi, dan
(3) kesalahan
afiksasi.
Unsur gabungan kata yang sesuai dengan kaidah disebut kata
majemuk,
termasuk istilah khusus, ditulis terpisah (PUEBI, 2017:17).
Salah Benar
38
membentuk suatu kesatuan. Oleh sebab iu bentuk ulang penulisannya
harus
secara penuh atau diulang secara keseluruhan. Kesalahan bentuk
ulang
(reduplikasi) yang sering muncul adalah penulisan bentuk ulang yang
tidak
ditulis seluruhnya.
Salah Benar
bumiputra bumiputra-bumiputra
segi-segitiga segitiga-segitiga
menulis. Keterampilan menulis merupakan sebuah keterampilan yang
bertujuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain menyampaikan gagasan dan perasaan
dalam bentuk
tulisan. Seperti halnya seorang penulis menyampaikan gagasannya
dalam bentuk
karangan. Hanya, seringkali dijumpai beberapa kesalahan yang
menimbulkan kesulitan
pembaca untuk memahami maksud yang ingin disampaikan, misalnya
karena kesalahan
pemilihan kata, pemakaian tanda baca yang kurang tepat, dan lain
sebagainya. Hal ini
terjadi karena salah satu dari mereka tidak memiliki pengetahuan
yang cukup dalam
menguasai keterampilan menulis.
Kesalahan berbahasa dalam hal ini, akan dianalisis oleh peneliti
dengan
berpacu pada pendapat para ahli linguistik. Dalam penelitian ini,
digunakan teori
taksonomi kesalahan berbahasa menurut Nurhadi (1990), dibedakan
menjadi 4 kesalahan,
yaitu (1) kesalahan tataran fonologi, (2) kesalahan tataran
morfologi, (3) kesalahan tataran
dan sintaksis, dan (4) kesalahan tataran semantik. Berdasarkan
kategori kesalahan
berbahasa menurut taksonomi kategori linguistik, peneliti hanya
meneliti kesalahan pada
tataran fonologi bidang ejaan dan tataran morfologi.
Berikut ini adalah bagan dari kerangka berpikir yang telah
dijelaskan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini berisi tentang jenis penelitian, sumber data dan
data, metode dan teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis
data.
3.1 Jenis Penelitian
kesalahan berbahasa Indonesia yang sering terjadi dalam karangan
pemelajar BIPA
di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini
dilakukan selama 1 bulan, yaitu dari bulan April 2021- Mei 2021.
Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan studi deskriptif kualitatif. Sugiyono
(2008:15)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode
penelitian dengan
berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan
untuk meneliti
pada objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai
instrumen kunci.
Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian deskriptif kualitatif
yang
termasuk dalam penelitian kebahasaan. Peneliti memilih pendekatan
kualitatif
karena penelitian ini berfokus pada pemahaman secara mendalam
terhadap suatu
permasalahan. Penelitian deskriptif ditujukan untuk
a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan menggambarkan
gejala
yang timbul.
BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
periode 2019-2020.
kebahasaan.
Metode penelitian kualitatif sebagaimana diungkapkan Bogdan dan
Taylor (L.J.
Maleong, 2011: 4) sebagai prosedur penelitian menghasilkan data
deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
49
50
3.2.1 Data
Berdasarkan sumber data yang telah ditetapkan, peneliti
mengumpulkan
informasi melalui beberapa data. Data penelitian ini adalah berupa
dara primer
yaitu dokumen berupa karangan-karangan pemelajar BIPA level
intermediate
sampai level advance yang mengalami kesalahan-kesalahan berbahasa
Indonesia
dalam kategori taksonomi linguistik, yaitu (1) kesalahan ejaan, dan
(2) kesalahan
tataran morfologi.
BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
periode
2019-2020 sebagai sumber data karena peneliti ingin menemukan
bentuk
kesalahan yang terjadi dalam karangan pemelajar BIPA di kelas yang
sudah
memiliki kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia.
3.2.2 Sumber data
Sumber data pada penelitian ini adalah karangan pemelajar BIPA di
ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020.
Dalam
menentukan sumber data, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling.
Sugiyono (2012: 218) menjelaskan bahwa purposive sampling merupakan
suatu
teknik pengambilan data dengan menentukan sebuah pertimbangan.
Peneliti
pengambil sampel khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu sebagai
tolak ukur
sampel yang akan dijadikan sebagai sumber data (informan). Kriteria
tersebut
yakni pemelajar BIPA di ILCIC lembaga Bahasa Universitas Sanata
Dharma
Yogyakarta periode 2019-2020 yang sudah menguasai bahasa Indonesia
dan
sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak lama.
Tabel 4. 1 Daftar Kode Data Kesalahan Ejaan
Daftar Karangan
3. Masalah Sosial di Singapura
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
4. Festival Hantu Lapar atau Hungry Ghost Festival di
Singapura
5. Kemajuan Teknologi
6. Permainan Tradisional
8. Diskriminasi Pekerja Wanita di Burkina Faso
9. Pengaruh TV
12. Mahasiswa di Kenya
18. Mahasiswa
20. Solusi Masalah Sampah di Indonesia
21. Terorisme Singapura: Dulu dan Kini
22. Potensi Maritim Indonesia dan Masalahnya
23. Tentera Singapura
26. Indonesia, Negara yang Berpotensi Besar
3.3 Teknik Pengumpulan Data
dokumentasi. Teknik ini dugunakan untuk mendapatkan data primer
yaitu dari
hasil pengajuan proposal penelitian pada pihak Lembaga Bahasa
Universitas
Sanata Dharma untuk memperoleh karangan- karangan pemelajar di
ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020. Dari
hasil
pengajuan proposal penelitian tersebut, peneliti akan memperoleh
data karangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
fonologi bidang ejaan dan morfologi.
Ada pun teknik analisis lain yang digunakan ialah teknik analisis
dokumen
dengan pencatatan. Teknik ini digunakan untuk mencatat berbagai
kesalahan
berbahasa yang muncul dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC
Lembaga
Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.4 Instrumen Penelitian
penelitian. Instrumen memiliki fungsi sebagai alat bantu dalam
mengumpulkan data
yang diperlukan. Instrumen penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini yakni
peneliti sendiri dengan berbekal pedoman teori kesalahan berbahasa
dalam kategori
taksonomi linguistik menggunakan teori dari para ahli. Bogdan dan
Bikien
(1982:27) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, instrumen
yang paling
utama adalah peneliti sendiri. Peneliti mengumpulkan data dengan
bantuan
instrument pendukung yaitu instrumen pencatatan Berikut penjelasan
instrumen
yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data.
a. Pencatatan
sampai level advance di lembaga Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Data
ini akan diklasifikasikan sesuai dengan jenis-jenis kesalahannya.
Peneliti akan
memberikan kode pada setiap karangan milik pemelajar dan
tidak
mencantumkan nama pengarang.
Bidang