101
i ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun Oleh: Lusia Berti Rameria 171224085 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARATA 2021 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

i

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN

FONOLOGI BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM

KARANGAN PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh:

Lusia Berti Rameria

171224085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARATA

2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

ii

SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI

BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN

PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020

Oleh:

Lusia Berti Rameria br. Purba

NIM: 171224085

Telah disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. Tanggal: 9 Juli 2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

iii

SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI

BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN

PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Lusia Berti Rameria br. Purba

NIM: 171224085

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 27 Juli 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. …………………….

Sekretaris : Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. …………………….

Anggota 1 : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. …………………….

Anggota 2 : Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. …………………….

Anggota 3 : Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. …………………….

Yogyakarta, 27 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan hasil karya tulis ini kepada:

1. Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang senantiasa memberkati proses penyusunan

skripsi, memberikan kekuatan dan semangat sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Orang tua tercinta Bapak Mansur Purba dan Ibu Anastasia Watira, yang selalu

memberikan dukungan berupa semangat sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi ini.

3. Kaprodi PBSI, Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., yang telah mendorong

para mahasiswa untuk senantiasa bersikap optimis dalam melakukan penelitian.

4. Dosen pembimbing saya, Bapak Setyo Tri Nugraha S.Pd., M.Pd., yang senantiasa

membimbing saya sampai pada tahap akhir penelitian saya.

5. Triangulator penelitian saya, Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A., yang sudah

berkenan menjadi triangulator penelitian saya.

6. Pihak ILCIC (Indonesian Language and Culture Intensive Course) Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu peneliti

dalam mengumpulkan data penelitian.

7. Sahabat saya, Elisabeth Aprilin, yang senantiasa memberi dukungan dan

semangat; serta doa kepada saya.

8. Teman-teman saya Vincentia, Reni, Ani, Nana, dan Nova yang senantiasa

membantu saya memberikan solusi dan dukungan saat saya menjalani proses

penyusunan skripsi ini, dari awal hingga akhir.

9. Adik saya Theresia Christy Paulina Purba yang telah membantu saya dalam

menyelesaikan tugas akhir saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

v

HALAMAN MOTO

“Tetaplah berdoa”

(1 Tesalonika 5:17)

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan

kelegaan kepadamu.”

(Matius 11: 28)

“Kerjakan sesuatu sesuai kemampuanmu dan bersandarlah pada pengharapan Tuhan.

Biarlah rencana Tuhan terjadi atasku dan bukan kehendakku.”

(Penulis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat

karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Juli 2021

Penulis

Lusia Berti Rameria br. Purba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma

Nama : Lusia Berti Rameria br. Purba

NIM : 171224085

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada pihak Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma, skripsi saya yang berjudul

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI

BIDANG EJAAN DAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN PEMELAJAR

BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020

Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di

internet atau media yang lain untuk kepentingan bidang akademis tanpa memerlukan izin

dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

dalam artikel publikasi sebagai penulis.

Demikian pernyataan tersebut saya tulis dengan sejelas-jelasnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 27 Juli 2021

Yang menyatakan

Lusia Berti Rameria br. Purba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

viii

ABSTRAK

Rameria, Lusia Berti. 2021. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Tataran Fonologi

Bidang Ejaan dan Tataran Morfologi Dalam Karangan Pemelajar BIPA di ILCIC

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Periode 2019-2020. Skripsi.

Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini membicarakan tentang analisis kesalahan berbahasa

Indonesia berdasarkan taksonomi kategori linguistik dalam karangan pemelajar

BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Adapun tujuan dari

penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan kesalahan-kesalahan berbahasa

Indonesia dalam taksonomi kategori linguistik, yaitu (1) kesalahan berbahasa

dalam tataran fonologi bidang ejaan dan (2) kesalahan berbahasa dalam tataran

morfologi.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber

data yang digunakan adalah karangan yang ditulis oleh pemelajar BIPA di ILCIC

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Teknik sampling yang

digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini ialah teknik catat. Teknik analisis data

menggunakan model analisis interaktif menurut Miles dan Huberman, yaitu

mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.

Adapun hasil penelitian ini adalah ditemukan bahwa dalam karangan

pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma masih

sering ditemukan kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, yaitu

kesalahan penggunaan huruf kapital, kesalahan penggunaan huruf miring,

kesalahan pada penulisan kata, kesalahan penulisan kata depan, kesalahan

penulisan angka atau lambang bilangan, kesalahan penulisan unsur serapan, dan

kesalahan penggunaan tanda baca. Kesalahan pada tataran morfologi ditemukan

jenis-jenis kesalahan, yaitu kesalahan pemilihan prefiks ber- dan meN-, kesalahan

penambahan prefiks ber-, dan meN-, kesalahan penambahan sufiks -kan,

kesalahan penghilangan sufiks -kan, kesalahan penghilangan prefiks meN-, di-,

dan ber-, kesalahan penggantian morf meN- dan morf penge- tergantikan oleh

morf pem-, dan kesalahan pada bunyi /k/ yang seharusnya diluluhkan.

Implikasi dari penelitian ini terhadap proses pembelajaran BIPA adalah

untuk memberikan gambaran terkait cara mengajarkan pembelajaran BIPA dan

memberikan bantuan berupa sumbangan bagi para pengajar dalam menentukan

strategi belajar khususnya dalam bidang tata bahasa untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

Kata kunci: analisis kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan, tataran

morfologi, BIPA, karangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

ix

ABSTRACT

Rameria, Lusia Berti. 2021. Analysis of Indonesian Language Errors Phonology Level

in Spelling and Morphological Level in BIPA Study at ILCIC Sanata Dharma

University Language Institute Period 2019-2020. Thesis. Yogyakarta: PBSI,

FKIP, USD.

This study discusses the analysis of Indonesian errors based on the

taxonomy of linguistic categories in the BIPA study at ILCIC Lembaga Bahasa

Sanata Dharma University. The purpose of this study is to describe Indonesian

language mistakes in the taxonomy of linguistic categories, namely (1) language

errors in the phonological state of spelling and (2) language errors in

morphological states.

This study uses qualitative descriptive research type. The data source

used is a essay written by BIPA learners at ILCIC Language Institute of Sanata

Dharma University Yogyakarta Sampling technique used is purposive sampling

technique. The data collection technique used in this study is documentation

technique. Data analysis techniques use an interactive analysis model according

to Miles and Huberman, namely collecting data, reducing data, presenting data,

and drawing conclusions.

The results of this study are found that in the essay of BIPA learners at

ILCIC Sanata Dharma University Language Institute is still often found

language errors on the phonological level of the spelling field, namely the use

of capitalletters, errors in the use of italics, errors in the writing of words,

mistakes in the writing of prefaces, errors in writing numbers or symbols of

numbers, errors in writing absorption elements , and incorrect use of

punctuation marks . Errors at the morphological state found types of errors,

namely errors in the selection of prefixes ber- and meN-, errors in adding

prefixes ber-, and meN-, errors in adding suffixes --kan, errors omission prefix

meN-, di-, and ber -, errors morph replacement meN- and morph the

manufacturer- replaced by the morph pem-, and the error in the sound /k/ that

should be complained about.

The implication of this research on bipa learning process is to provide an

overview of how to teach BIPA learning and provide assistance in the form of

donations for teachers in determining learning strategies, especially in the field

of grammar to achieve the expected learning objectives.

Keywords: analysis of errors in the language of phonological state in the field of

spelling, morphological state, BIPA, essay.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

tuntunan-Nya, saya dapat menyelesaikan penelitian akhir saya yang berjudul Analisis

Kesalahan Berbahasa Indonesia Tataran Fonologi Bidang Ejaan dan Tataran Morfologi

dalam Karangan Pemelajar BIPA Di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta Periode 2019-2020. Penulisan penelitian tugas akhir ini saya susun

untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana Pendidikan di Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Saya meyakini bahawa penyusunan penelitian tugas akhir ini tidak berjalan dengan

baik dan lancer tanpa adanya dukungan, bimbingan, dorongan, bantuan, arahan,

semangat, dan doa dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang senantiasa

memberikan dukungan, saran, nasihat, dan motivasi kepada peneliti.

4. Septina Krismawati, S.S., M.A., yang bersedia menjadi triangulator penelitian tugas

akhir peneliti.

5. Elizabeth Ratri Dian Jati, S.Pd., M.Hum. dan Fendika Aji Prawisma, S.Pd., M.Ed.

selaku Academic Coordinator dan General Coordinator ILCIC yang telah membantu

peneliti dalam memeroleh data penelitian.

6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

mendampingi peneliti selama menempuh Pendidikan selama empat tahun di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Theresia Rusmiyati, selaku karyawati sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu

peneliti dalam memenuhi persyaratan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

xi

8. Pihak perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu

peneliti dalam menyediakan sumber-sumber buku yang digunakan untuk memenuhi

referensi penelitian.

9. Keluarga saya tercinta, Bapak Mansur Purba, Ibu Anastasia Watira Simamora, dan

adik-adik saya Theresia Christy Paulina dan Markus Jimmy Manatap yang senantiasa

memberikan doa, semangat, arahan, dan bantuan kepada peneliti sehingga peneliti

mampu menyelesaikan tugas akhir.

10. Sahabat-sahabat saya tercinta, Elisabeth Aprilin, Yohana Togatorop, Rut Uli Natalia,

Vincentia Wulan, Ni Wayan Eka, Nova Kristina, Yulinda Reni, dan Christiana

Wiluyaningsih yang senantiasa memberikan semangat dan aura positif kepada

peneliti.

11. Teman-teman seperjuangan di kelas B PBSI 2017 yang saling memberikan semangat

dan dorongan untuk menyemangati peneliti.

12. Orang yang saya kasihi, Agustianus A. yang telah ada di saat saya membutuhkan

bantuan dan membutuhkan dukungan dari orang yang saya kasihi.

13. Semua pihak yang telah mendukung saya baik yang secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas aura positif

yang kalian berikan.

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Namun, peneliti

berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Yogyakarta, 27 Juli 2021

Penulis

Lusia Berti Rameria

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN. ........................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... iv

HALAMAN MOTO ......................................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................................vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................................................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................................... viii

ABSTRACT ...................................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvi

BAB I ................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................. 4

1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................. 5

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 5

1.6 Batasan Istilah ....................................................................................................... 6

BAB II .............................................................................................................................. 8

KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................ 8

2.1 Kajian Terdahulu yang Relevan ........................................................................... 8

2.2 Landasan Teori ................................................................................................... 12

2.2.1 Konsep Keterampilan Menulis ............................................................................ 12

2.2.2 Hakikat Karangan ................................................................................................ 12

2.2.3 Konsep Karangan yang Baik ............................................................................... 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

xiii

2.2.4 Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa ............................................................... 15

2.2.5 Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Linguistik ............................................... 17

2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................................. 38

BAB III ........................................................................................................................... 49

METODE PENELITIAN ............................................................................................... 49

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................... 49

3.2 Data dan Sumber Data Penelitian ....................................................................... 50

3.2.1 Data ...................................................................................................................... 50

3.2.2 Sumber data ......................................................................................................... 50

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 51

3.4 Instrumen Penelitian ........................................................................................... 52

3.5 Teknik Analisis Data .......................................................................................... 54

3.6 Triangulasi Data (Pengujian Keabsahan Data) ................................................... 55

BAB IV ........................................................................................................................... 59

HASIL PENELITIAN .................................................................................................... 59

4.1 Deskripsi Data .................................................................................................... 59

4.2 Analisis Data ....................................................................................................... 61

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................................. 86

BAB V ............................................................................................................................ 90

PENUTUP ...................................................................................................................... 90

5. 1 Simpulan ............................................................................................................. 90

5. 2 Saran ................................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

DAFTAR BAGAN

xiv

Bagan 1. Bagan Kerangka Berpikir ............................................................................... 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

DAFTAR TABEL

xv

Tabel 1 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Fonologi Bidang Ejaan

........................................................................................................................................ 52

Tabel 3 Format Triangulasi Data .................................................................................... 56

Tabel 3 Bentuk Kesalahan Pada Tataran Fonologi Bidang Ejaan ................................ 224

Tabel 4 Bentuk Kesalahan Pada Tataran Morfologi..................................................... 266

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

Lampiran 1 Surat Permohonan Triangulator. ............................................................... 95

Lampiran 2 Triangulasi Data. ....................................................................................... 96

Lampiran 3 karangan Pemelajar BIPA. ...................................................................... 272

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

BAB I

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran BIPA merupakan suatu proses pembelajaran bahasa Indonesia

sebagai bahasa kedua (B2) atau bahasa asing yang dilakukan secara terstruktur dan

terancang (Kusmiatun, 2018: 37). Pembelajaran BIPA dilaksanakan secara terstruktur

dan terancang karena disusun oleh sebuah lembaga yang mengatur proses pembelajaran

bahasa Indonesia bagi penutur asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia sebagai

bahasa kedua (B2). Pembelajaran BIPA dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang

memiliki tujuan tertentu dan disusun dalam sebuah perancangan pembelajaran.

Perancangan tersebut disebut dengan program pembelajaran BIPA. Program BIPA ini

dibentuk dengan memerhatikan beberapa komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran

bahasa. Pembelajaran BIPA ini berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada

umumnya. Pembelajaran BIPA ini dibentuk karena adanya beberapa faktor yang

membuat pembelajaran BIPA berbeda dengan pembelajaran bahasa pada umumnya.

Program BIPA sudah terselenggara di beberapa instansi perguruan tinggi

Indonesia. Dikutip dari laman kemendikbud.go.id berdasarkan data menurut

kemendikbud terkait jumlah program BIPA yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi dan

lembaga kursus lainnya ditemukan bahwa saat ini sudah tercatat kurang lebih dari 45

lembaga yang telah mengajarkan bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), mencakup

perguruan tinggi dan lembaga-lembaga kursus. Selain itu, di luar negeri, program

pengajaran BIPA telah dilakukan oleh sekitar 36 negara di dunia di lembaga tidak kurang

dari 130, yang terdiri atas perguruan tinggi, pusat-pusat kebudayaan asing, lembaga-

lembaga kursus, dan KBRI. Program ini dibentuk oleh sebuah institusi, baik lembaga

institusi nonperguruan tinggi maupun institusi perguruan tinggi. Salah satu lembaga

insitusi perguruan tinggi yang mengadakan program BIPA adalah Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma. Lembaga bahasa Universitas Sanata Dharma merupakan

sebuah lembaga yang menyelenggarakan program pembelajaran bahasa secara kelompok

atau privat.

Aspek paling utama dalam sebuah pembelajaran adalah tujuan pembelajarannya.

Dalam program BIPA, tujuan pembelajaran juga perlu dikaitkan dengan faktor yang

memengaruhi pemelajar BIPA mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

2

Faktor-faktor tersebut, yaitu (1) faktor perdagangan, (2) faktor pariwisata, dan (3) faktor

pendidikan. Faktor-faktor tersebut muncul karena berdasarkan Referensi Undang-

Undang Nomor 2 tahun 2009 Pasal 29 (1) mengatur tentang bahasa Indonesia harus

digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran

bahasa yang utama adalah para pemelajar BIPA mampu menguasai empat keterampilan

berbahasa Indonesia, yaitu (1) keterampilan membaca, (2) keterampilan menyimak, (3)

keterampilan menulis, dan (4) keterampilan berbicara.

Pemelajar BIPA yang mengikuti program BIPA umumnya tergolong pemelajar

dewasa dan sudah memiliki pengetahuan awal tentang bahasa Indonesia. Sehubungan

dengan pengetahuan awal yang dimiliki oleh pemelajar BIPA, masih ada beberapa

penggunaan bahasa yang dilakukan oleh pemelajar BIPA yang tidak terlepas dari

kesalahan. Kesalahan berbahasa dapat ditemukan di berbagai keterampilan berbahasa

(keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan menulis, dan

keterampilan berbahasa). Namun, umunya kesalahan berbahasa yang dapat diidentifikasi

adalah kesalahan pada keterampilan menulis. Kesalahan tersebut sebaiknya bisa diatasi

dengan berbagai hal yang bisa dilakukan oleh pengajar dan pemelajar.

Tarigan (1990: 77) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran

terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga

sebuah tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Kode

yang dimaksudkan adalah aturan berbahasa yang dilanggar oleh bahasawan. Pelanggaran

ini pada umumnya sering muncul pada pemelajar bahasa kedua (diwbahasawan) yang

sedang mempelajari bahasa asing sebagai bahasa kedua. Pelanggaran terkait kesalahan

berbahasa ini sebenarnya perlu dilihat sebagai suatu fenomena yang dapat dipelajari dan

dianalisis. Fenomena tersebut dapat ditindaklajuti menggunakan teknik analisis kesalahan

berbahasa. Yusri (2020: 3) menekankan bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan

sebuah kesalahan yang menjadi objek kajian penedililitian yaitu kesalahan yang bersifat

sistematis. Setyawati (2010: 16) memaparkan bahwa analisis kesalahan berbahasa akan

sangat bermanfaat sebagai alat yang digunakan di awal dan selama proses pengajaran

sesuai dengan tingkat-tingkat variasi untuk mencapai target. Analisis kesalahan berbahasa

dapat dijadikan sebagai upaya perbaikan terjadinya penyimpangan kaidah kebahasaan

dengan melajarimpertimbangkan kaidah-kaidah yang ada dalam tata bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

3

Berdasarkan hasil penelitian singkat ditemukan bahwa pemelajar BIPA masih

mengalami kesalahan berbahasa pada bidang karang mengarang khususnya kesalahan

pada tataran linguistik (ejaan dan penggunaan afiks (morfologi)). Tataran linguistik

dalam proses pembelajaran dapat dikategorikan dalam bidang linguistik pendidikan.

Dalam buku berjudul Kamus Linguistik karangan Harimurti Kridalaksana, Linguistik

Pendidikan (educational linguistics) merupakan penerapan linguistik dalam pengajaran

dan pembelajaran bahasa baik di sekolah maupun di lingkungan lain. Kesalahan pada

pembentukan kata sering dikenal dengan istilah kesalahan berbahasa pada tataran

morfologi. Tarigan (2011:180) menjelaskan bahwa kesalahan morfologi merupakan

kesalahan berbahasa yang timbul karena pemilihan afiks, kesalahan penyusunan kata

majemuk, kesalahan penggunaan kata ulang, dan kesalahan memilih bentuk kata.

Kesalahan pada tataran morfologi yang sering ditemukan adalah kesalahan yang terletak

pada kesalahan afiksasi. Hal ini disebabkan oleh adanya interfensi atau tuntutan dalam

pemerolehan bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2).

Umumnya, pemelajar BIPA masih kesulitan dalam memilih kata dan

menggunakan ejaan yang baik dan benar. Hal ini berkaitan dengan kemampuan

menguasai kaidah kebahasaan yang masih perlu dikembangkan. Kesalahan yang sering

ditemukan adalah kesalahan pada ejaan dan kesalahan penulisan kata. Hal ini adalah satu

hal yang perlu diperhatikan adalah pentingnya keterampilan menulis bagi pemelajar

BIPA. Oleh karena itu, perlu diadakannya analisis kesalahan berbahasa pada karangan

pemelajar BIPA yang bertujuan untuk membantu pemelajar BIPA agar mengurangi

kesalahan-kesalahan berbahasa yang sering muncul dalam penulisan karangan dan

memberi bantuan berupa sumbangan bagi para pengajar dalam menentukan strategi

belajar khususnya dalam bidang tata bahasa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Penelitian ini lebih memfokuskan kesalahan berbahasa dalam taksonomi

kategori linguistik, yaitu tataran fonologi bidang ejaan dan tataran morfologi.

Mengacu pada permasalahan tersebut, peneliti ingin mengidentifikasi kesalahan-

kesalahan berbahasa yang sering muncul dalam karangan pemelajar BIPA level

intermediate sampai level advance di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Karangan yang akan dianalisis adalah karangan deskriptif. Peneliti

memilih pemelajar BIPA pada level intermediate sampai level advance karena peneliti

berasumsi bahwa pemelajar BIPA pada level intermediate sampai level advance (level

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

4

B1 sampai level C2) sudah mempelajari bahasa Indonesia cukup dan lama dan sudah bisa

menguasai kaidah kebahasaan. Peneliti juga ingin mengetahui sejauh mana kemampuan

menulis pemelajar BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma dan sekadar

menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa yang dialami oleh pemelajar BIPA.

Berdasarkan penelitian sederhana yang dilakukan peneliti untuk itu, kesalahan yang akan

diidentifikasi antara lain; 1) kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan

(2) kesalahan berbahasa pada tataran morfologi. Dalam hal ini peneliti mengacu pada

analisis kesalahan berdasarkan taksonomi kategori kajian linguistik menurut teori

Harimurti Kridalaksana dengan mengelaborasi teori dari buku Analisis Kesalahan

Berbahasa (Sebuah Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa) dan buku berjudul Analisis

Kesalahan Berbahasa Teori dan Praktik.

Melalui penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai

pengetahuan tambahan atau dapat memberi sumbangan untuk pemelajar BIPA atau

pembaca yang membutuhkan beberapa kajian terkait analisis kesalahan berbahasa

Indonesia yang berhubungan dengan bidang linguistik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan, peneliti memfokuskan

penelitian ini pada penelitian deskriptif terkait analisis kesalahan berbahasa Indonesia

tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Permasalahan ini perlu

dilakukan karena tidak banyak ditemukan penelitian analisis kesalahan berbahasa pada

karangan pemelajar asing baik di suatu lembaga bahasa maupun di perguruan tinggi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelit mengidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut:

a. Ada beberapa kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan (huruf kapital,

huruf miring, penulisan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan kata depan, dan

penggunaan unsur serapan) dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma.

b. Ada beberapa kesalahan berbahasa tataran morfologi (kesalahan pemilihan afiks,

kesalahan penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan peluluhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

5

bunyi, kesalahan penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat)

dalam karangan pemelajar BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah utama

adalah Apa sajakah bentuk kesalahan berbahasa Indonesia tataran fonologi bidang ejaan

dan morfologi dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance

di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? Oleh karena itu,

dapat ditentukan sub masalah yang dapat diuraikan yaitu

1. Apa saja bentuk kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan yang

muncul pada karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Apa saja bentuk kesalahan berbahasa pada tataran morfologi yang muncul pada

karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini disusun sesuai dengan rumusan masalah, sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan

(huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan

kata depan, dan penggunaan unsur serapan) dalam karangan pemelajar BIPA di

ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa tataran morfologi (kesalahan

pemilihan afiks, kesalahan penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks,

kesalahan peluluhan bunyi, kesalahan penggantian morf, dan kesalahan

penggunaan afiks yang tidak tepat) dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1.5 Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian dilakukan berdasarkan atas suatu fakta dan fenomena yang

melatarbelakanginya. Namun, tentunya perlu ada manfaat yang dapat dihasilkan oleh

penelitian ini. Tanpa adanya manfaat, sebuah penelitian yang dilakukan akan terkesan

sia-sia. Manfaat juga merupakan dampak dari tercapainya tujuan dari penelitian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

6

telah dijalankan. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan mampu menghadirkan

manfaat-manfaat secara teoretis dan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pemahaman serta dapat

memperkaya dan memperluas wawasan mengenai bentuk-bentuk kesalahan

berbahasa Indonesia dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta khususnya kesalahan pada tataran

fonologi bidang ejaan dan morfologi.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menghadirkan referensi baru yang bermanfaat

bagi civitas akademika dan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam mengetahui dan memahami

kesalahan berbahasa dalam taksonomi kategori linguistik. Dari penelitian ini

diharapkan penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan kajian bagi pemelajar

BIPA yang mengalami kesulitan dalam menulis bidang karang mengarang.

1.6 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam pembahasan penelitian ini hanya mencakup beberapa hal

saja, antara lain

1. Kesalahan berbahasa

Tarigan (1990: 77) mengatakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran

terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan

juga sebuah tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap

kode. Kode yang dimaksudkan adalah aturan berbahasa yang dilanggar oleh

bahasawan.

Ruru da Ruru (1985) menjelaskan bahwa analisis kesalahan adalah suatu cara

untuk mengklasifikasikan, mengidentifikasikan, dan mengasosiasikan secara

terstruktur terkait kesalahan-kesalahan yang disusun oleh pemelajar yang sedang

belajar bahasa asing atau bahasa kedua (B2) dengan menggunakan teori-teori

kajian linguistik.

2. Analisis Kesalahan Berbahasa

Pranowo (1996:58) memaparkan bahwa, analisis kesalahan berbahasa

merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

7

bahasa dengan mengetahui penyebab terjadinya kesalahan berbahasa dan

menanggulangi munculnya penyimpangan berbahasa yang pemelajar lakukan

dalam proses pemerolehan bahasa kedua (B2).

Setyawati (2010:15) menyatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa

merupakan sebuah proses atau langkah yang didasarkan pada analisis kesalahan

seorang pemelajar bahasa yang sedang mempelajari bahasa dengan

menggunakan objek (bahasa) yang sudah ditargetkan dengan memerhatikan

langkah kerja analisis bahasa.

3. Karangan

ie (1995: 17) berpandangan bahwa karangan merupakan hasil perwujudan

gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh

pembaca. Dengan kata lain karangan yang dihasilkan tentunya bertujuan untuk

mengajak pembaca ikut merasakan isi karangan yang disampaikan oleh si

pengarang.

4. Taksonomi kesalahan berbahasa kategori linguistik tataran morfologi dan ejaan

Tarigan (1990: 279-288) menyebutkan bahwa terdapat empat

pengklasifikasian taksonomi kesalahan berbahasa, yakni (1) taksonomi kategori

linguistik, (2) taksonomi siasat permukaan, (3) taksonomi komparatif, dan (4)

taksonomi efek komunikatif. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis

kesalahan berbahasa menurut taksonomi kategori linguistik pada tataran fonologi

bidang ejaan dan tataran morfologi.

Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan taksonomi kesalahan

berbahasa dalam kategori linguistik. Penelitian ini mengkaji aspek ejaan (huruf

kapital, huruf miring, lambing bilangan/ angka, unsur serapan, tanda baca, dan

kata depan) dan mengkaji aspek morfologi menurut buku berjudul Analisis

Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan praktik dengan mengelaborasi teori

menggunakan buku berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa (sebuah pendekatan

pengajaran).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab kajian pustaka ini, peneliti akan menguraikan teori-teori yang berkaitan

dengan rumusan masalah dalam penelitian. Kajian pustaka yang diuraikan dalam pokok

bahasan ini, meliputi penelitian terdahulu yang relevan, deskripsi teori, dan kerangka

berpikir.

2.1 Kajian Terdahulu yang Relevan

Sampai saat ini banyak ditemukan peneliti-peneliti yang menganalisis

permasalahan terkait analisis kesalahan berbahasa. Penelitian-penelitian terdahulu yang

relevan menjadi acuan peneliti selanjutnya dalam mengembangkan hasil penelitiannya.

Melalui penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan wawasan atau

pengetahuan terkait kesalahan berbahasa Indonesia dalam karangan pemelajar BIPA di

ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian terdahulu

yang disusun oleh Elieza Tri Astuti (2019), Nisak (2011), Dwi Hastuti (2019), Aprilia

Nentina (2019), Nurvita Anjarsari, dkk (2013), Dian Nur Prawisti (2012), dan Erlina

Rizky (2017). Ketujuh penelitian tersebut sama-sama melakukan penelitian terkait

analisis kesalahan berbahasa Indonesia. Berikut penjelasan dari masing-masing peneliti

yang relevan dengan penelitian ini.

Penelitian pertama, penelitian ini dilakukan oleh Astuti (2019) dengan judul

Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Tataran Morfologi dalam Karangan

Deskripsi Peserta Didik Kelas VII E dan Kelas VII F SMP N 35 Semarang (2019). Peneliti

menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kesalahan berbahasa pada tataran morfologi,

yaitu kesalahan berbahasa pada tataran afiksasi, kesalahan berbahasa pada tataran

reduplikasi, dan kesalahan berbahasa pada tataran komposisi. Peneliti juga meneliti

penyebab kesalahan berbahasa pada siswa siswi disebabkan oleh penggunaan bahasa ibu,

pengajaran yang kurang tepat, dan kekurangpahaman pemakaian bahasa terhadap bahasa

yang dipakai. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deksriptif kualitatif dan teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu triangulasi data.

Persamaan penelitian Elieza dengan peneliti adalah sama-sama membahas tentang

analisis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi dan karangan. Namun, terdapat

perbedaan antara penelitian Elieza dengan peneliti. Perbedaan tersebut terletak pada data

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

9

dan sumber data. Elieza menggunakan data dan sumber data berupa karangan siswa siswi

kelas VII E dan VII F SMP N 35 Semarang, sedangkan peneliti menggunakan data dan

sumber data yaitu karangan pemelajar BIPA level BIPA 6 di ILCIC Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian kedua, penelitian ini dilakukan oleh Nisak (2011) yang berjudul

Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK

Negeri Rembang Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan analisis

data, peneliti menemukan beberapa kesalahan dalam penulisan karangan siswa.

Kesalahan terbesar adalah (1) penulisan huruf kapital, (2) kesalahan aspek kebenaran

pilihan kata, (3) kesalahan dalam penyusunan kalimat yang meliputi kebenaran,

kejelasan, dan keefisienan, dan (4) kesalahan kesatuan penyusunan paragraf.

Persamaan penelitian Nisak dengan peneliti adalah sama-sama menganalisis

kesalahan berbahasa Indonesia dalam sebuah karangan. Perbedaan penelitian Nisak

dengan peneliti adalah kajian yang diteliti oleh Nisak adalah kesalahan pada bidang ejaan,

pemilihan kata, dan sintaksis, sedangkan peneliti hanya mengkaji pada bidang ejaan dan

morfologi.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Dwi Hastuti (2019) berjudul Kesalahan Bentuk

Kata Berafiks dalam Koran Jawa Pos Edisi 9 Oktober 2019. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ditemukan adanya eksalahan dalam bentuk kata berkonfiks yang

terdiri atas kesalahan penghilangan afiks (prefiks, konfiks, dan sufiks), kesalahan

penulisan prefiks di-, dan bunyi yang tidak luluh tetapi diluluhkan.

Persamaan penelitian Dwi Hastuti dengan peneliti adalah sama-sama

menganalisis kesalahan berbahasa Indonesia pada tataran morfologi. Perbedaan

penelitian Suryaningsih dengan peneliti adalah Dwi Hastuti mengkaji kesalahan

berbahasa pada bentuk kata berafiks dalam koran, sedangkan peneliti mengkaji kesalahan

berbahasa pada tataran morfologi yang mencakup pemilihan afiks, kesalahan

penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan peluluhan bunyi, kesalahan

penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat dalam karangan

dekskripsi pemelajar BIPA level Intermediate sampai level Advance.

Penelitian keempat dilakukan oleh Aprilia Nentia (2019) berjudul Analisis

Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi Pada Berita Pinggir-Duri-Dumai Surat Kabar

Riau Pos. Berdasarkan analisis data, penelitian ini menghasilkan pendeskripsian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

10

mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi berupa kesalahan penghilangan

afiks sebanyak 8 kesalahan, 3 kesalahan penulisan kata, 4 kesalahan penggunaan afiks,

dan 1 kesalahan bunyi yang seharusnya diluluhkan.

Persamaan penelitian Aprilia Nentina dengan peneliti adalah sama-sama meneliti

kesalahan berbahasa pada tataran morfologi. Perbedaan penelitian Aprilia Nentina

dengan peneliti adalah Aprilia Nentina meneliti kesalahan berbahasa pada berita Pinggir

Duri Dumai Surat Kabar Riau sedangkan peneliti meneliti karangan pemelajar BIPA di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma.

Penelitian kelima dilakukan oleh Nurvita Anjarsari (2013) berjudul Analisis

Kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karangan Mahasiswa Penutur Asing Di

Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini menghasilkan sebuah simpulan, yaitu (1)

Unsur-unsur linguistik yang mengalami kesalahan bahasa yang sering terjadi dalam teks

siswa dibagi menjadi empat kesalahan: kesalahan ejaan, morfologi, semantik, dan

sintaksis, (2) Kesalahan yang paling sering terjadi dalam karangan mahasiswa asing

adalah kesalahan ejaan, (3) Kesalahan bahasa yang sering terjadi dalam karangan

mahasiswa asing yang disebabkan oleh faktor internal: (a) rendahnya motivasi, (b)

potensi/bakat bahasa, (c) karakteristik bahasa, dan faktor eksternal: (a) pembelajaran yang

tidak sempurna, (b) waktu belajar bahasa kurang.

Persamaan penelitian Nurvita dengan peneliti adalah menganalisis kesalahan

berbahasa dalam sebuah karangan. Perbedaan penelitian Nurvita, dkk dengan peneliti

terletak pada sumber penelitian dan kajian yang diteliti. Sumber penelitian Nurvita yaitu

mahasiswa penutur asing di Universitas dan kajian yang dianalisis adalah kesalahan

berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, sedangkan peneliti menggunakan sumber

penelitian yaitu pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta dan mengkaji kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan

morfologi.

Penelitian keenam dilakukan oleh Dian Nur Prawisti (2012). Jenis penelitian ini

adalah deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu teknik

membaca dan mencatat dan instrumen pengumpulan data dengan menggunakan (human

instrumen), yaitu peneliti sendiri. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat

kesalahan ejaan pada karangan siswa kelas VII SMP N 2 Depok. Ditemukan beberapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

11

kesalahan terkait dengan ejaan, yaitu (1) kesalahan pemakaian huruf kapital, (2)

kesalahan pemakaian kata depan di, ke, dan dari, dan (3) kesalahan pemakaian tanda baca.

Persamaaan penelitian Dian Nur Prawisti dengan peneliti adalah sama-sama

menganalisis kesalahan berbahasa pada bidang ejaan dalam sebuah karangan. Perbedaan

penelitian Dian Nur dengan peneliti terletak pada jenis karangan yang diteliti. Penelitian

Dian Nur meneliti karangan yang tidak dijelaskan jenis karangan yang seperti apa,

sedangkan peneliti menggunakan jeinis karangan deksripsi.

Penelitian ketujuh dilakukan oleh Erlina Rizky (2017). Penelitian ini berjudul

Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Rubrik ‘Wonosobo Ekspres’ pada Harian

Magelang Ekspres Edisi September 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa tataran

linguistik dan mendeskripsikan kesalahan penulisan tipografi pada rubrik Harian

Magelang Ekspres. Hasil penelitian ini adalah terdapat empat kesalahan berbahasa, yaitu

(1) kelebihan huruf, (2) kekurangan huruf, (3) penyusunan huruf, dan (4) penyusunan

barisan kata.

Persamaan penelitian Erlina dengan peneliti adalah sama-sama menganalisis

tentang kesalahan berbahasa pada tataran linguistik. Namun, terdapat perbedaan

penelitian ini dengan peneliti yaitu terletak pada kajian linguistik yang digunakan sebagai

acuan penelitian. Erlina menggunakan tatara sintaksis, tataran wacana, dan penerapan

kaidah ejaan, sedangkan peneliti menggunakan tataran morfologi dan ejaan sebagai acuan

penelitian.

Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa hal yang membedakan penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya. Peneliti membuat sebuah pembaruan pada penelitian

ini, yaitu (1) peneliti menggunakan analisis data dengan model analisis interaktif, (2) pada

kajian teori, peneliti mengelaborasi teori tentang Analisis kesalahan berbahasa (Sebuah

pendekatan dalam pengajaran bahasa) dari Mantasiah R. Yusri dengan teori tentang

analisis kesalahan berbahasa tataran linguistik dari buku berjudul Analisis Kesalahan

Berbahasa Teori dan Praktik serta menggunakan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia untuk mengkaji kesalahan pada tataran fonologi bidang ejaan, dan (3) Pada

tahap analisis, peneliti akan memberikan perbaikan dari kata/ kesalahan tanda baca yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

12

dilakukan oleh pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance sebagai bahan

pembelajaran terkait kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia.

Alasan lain peneliti memilih pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai sumber data, karena peneliti memiliki

kriteria khusus dalam menentukan objek penelitian dan peneliti ingin mencoba

mengetahui apakah pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance di Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma lebih banyak melakukan kesalahan berbahasa tulis

atau justru sebaliknya.

2.2 Landasan Teori

Dalam pembahasan mengenai landasan teori, peneliti akan menguraikan teori yang

digunakan sebagai dasar untuk menyusun dan sebagai landasan berpikir dalam

menyelesaikan masalah. Ada pun landasan teori yang digunakan adalah sebagai berikut.

2.2.1 Konsep Keterampilan Menulis

2.2.1.1 Pengertian Menulis

Gie (2002:3) menjelaskan bahwa menulis merupakan sebuah rangkaian

kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasannya dan menyampaikannya

dalam bentuk bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dengan kata lain

menulis merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam menjelaskan suatu hal

kepada pembacanya dalam bentuk tulisan. Selain itu, menulis merupakan suatu cara

untuk menjabarkan, mewujudkan, dan mengungkapkan gagasan atau ide penulis ke

dalam sebuah tulisan (Sutarno, 2008: 10). Tulisan tersebut umumnya berisi sebuah

gagasan atau ide tentang suatu hal yang diamati, dirasakan, atau didengar oleh

penulis.

Berdasarkan penjelasan hakikat menulis dari para hali, dapat disimpulkan

bahwa menulis adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seorang penulis berisi

sebuah ungkapan berupa gagasan yang dihasilkan dari pengamatan, pendengaran

penulis terhadap suatu hal. Ungkapan atau gagasan tersebut ditulis bertujuan untuk

menjelaskan suatu hal dan pembaca dapat mengerti hasil tulisan penulis.

2.2.2 Hakikat Karangan

Karangan merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk

mengomunikasikan gagasan penulis kepada pembaca. Kegiatan mengomunikasikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

13

gagasan tersebut diwujudkan dalam bentuk tulisan. Gie (1995: 17) berpendapat

bahwa karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis

yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Dengan kata lain karangan yang

dihasilkan tentunya bertujuan untuk mengajak pembaca ikut merasakan isi karangan

yang disampaikan oleh si pengarang.

Pengertian lain mengenai hakikat karangan disampaikan oleh Sirait, dkk

(1985: 1) bahwa karangan merupakan hasil tulisan yang dikelompokan berdasarkan

isi dan tujuan tulisan tersebut dan biasanya berupa tugas di kelas. Karangan

merupakan kegiatan menulis yang berisi gagasan-gagasan tertentu dan

dikelompokkan berdasarkan isi dan tujuan karangan tersebut. karang mengarang

merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan atau

menyampaikan gagasan melalui bahasa tulis kepada pembaca dan dapat dipahami

dengan benar seperti yang dimaksudkan oleh pengarang (Widyamartaya, 1990).

Keraf (1994: 2) menjelaskan bahwa karangan ditulis dari rangkaian kata-

kata dan membentuk kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi wacana yang dapat

dibaca dan dipahami oleh pembaca. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

karangan merupakan sebuah kegiatan komunikatif yang menghasilkan tulisan dari

rangkaian kata-kata yang membentuk sebuah wacana yang ditulis oleh penulis

berdasarkan gagasan tentang suatu hal dan dikelompokkan berdasarkan isi dan

tujuan tulisan itu dibuat. Tujuan dari karangan tersebut dibuat untuk membuat

pembaca mengerti dan paham tentang apa yang ingin disampaikan oleh penulis.

2.2.3 Konsep Karangan yang Baik

Karangan yang baik dapat menentukkan kualitas si pengarang. Ada pun kriteria

dalam menentukan karangan yang baik yang dikemukakan oleh Darmadi (1998:24).

Berikut ciri-ciri karangan yang baik.

1) Jelas

Kejelasan merupakan pokok utama yang perlu diperhatikan penulis

dalam sebuah karangan. Dengan kejelasan terhadap suatu cerita atau gagasan,

pembaca dapat memahami maksud dari tulisan tersebut. Kejelasan suatu

karangan juga berkaitan dengan struktur kalimat, pilihan kata, penggunaan ejaan

yang baik dan benar, pemilihan ilustrasi, dan sebagainya.

2) Signifikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

14

Karangan yang signifikan artinya dapat menceritakan atau menjelaskan

suatu hal yang dibutuhkan pembaca. Dengan begitu pembaca dapat belajar dari

karangan tersebut.

3) Mempunyai kesatuan dan organisasi yang baik

Kesatuan sebuah tulisan berkaitan dengan kesatuan (kohesi) dan

kepaduan (koherensi). Karangan yang baik memiliki kesatuan dan kepaduan di

setiap kalimat. Dengan kesatuan dan organisasi yang baik diharapkan pembaca

mampu dengan mudah memahami isi bacaan tersebut.

4) Ekonomis (padat isi)

Karangan yang ekonomis (pada isi) dapat dengan mudah ditangkap

makna isi bacaan oleh para pembaca. Dengan demikian, karangan yang baik

tidak perlu panjang dan lebar, melainkan padat dan jelas.

5) Penggunaan bahasa yang dapat diterima

Seorang penulis perlu menguasai penggunaan bahasa yang baik dan

benar. Hal ini bertujuan agar karangan yang ditulis dapat berterima dengan si

pembaca. Penggunaan bahasa yang baik dan dan benar juga akan memengaruhi

tingkat kejelasan sebuah karangan.

6) Pengembangan yang memadai

Karangan yang menarik tentu bersumber dari kemampuan penulis dalam

mengembangkan karangannya. Karangan yang dikembangkan dengan

maksimal tentu akan menarik pembaca terhadap karangan tersebut. Namun,

dalam kenyataannya, penulis harus mampu memilih topik khusus dan

membatasi pada komitmen yang dibuatnya. Komitmen ini dapat dicontohkan

pada bagian judul yang sudah dapat diprediksi isinya.

7) Memiliki kekuatan

Maksud dari ciri memiliki kekuatan dalam karangan adalah pembaca

dapat merasakan isi karangan yang ditulis oleh penulis walaupun mereka tidak

bisa melihat. Dengan kata lain, pembaca dapat merasakan kehadiran penulis

yang tidak jauh darinya.

Berdasarkan penjelasan terkait ciri karangan yang baik, penulis dapat

menyimpulkan beberapa hal. Pertama, karangan baik adalah karangan yang mampu

diterima oleh pembaca. Kedua, karangan yang dapat diterima oleh pembaca adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

15

karangan yang dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan

kaidah kebahasaan. Ketiga, penulis perlu memperhatikan kejelasan karangan,

kepada isi, pengembangan karangan, dan memiliki kekhasan dalam tulisannya.

2.2.4 Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa dikaitkan dengan bagian dari proses pembelajaran, baik

pembelajaran formal maupun nonformal. Kesalahan berbahasa dapat diatasi dengan

adanya sebuah kajian analisis untuk mengurangi sampai ke batas minimal terjadinya

kesalahan berbahasa. Hal ini bertujuan agar semakin rendahnya kuantitas kesalahan

berbahasa yang terjadi pada proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas,

beberapa ahli memaparkan penjelasannya terkait hakikat Analisis kesalahan

berbahasa.

Tarigan berpendapat analisis kesalahan berbahasa merupakan:

“Suatu ketentuan yang biasanya digunakan oleh para peneliti dan guru

bahasa untuk meneliti kesalahan berbahasa yang terjadi dengan

menggunakan ketentuan, yaitu (1) mengumpulkan sampel bahasa, (2)

menandai kesalahan pada sampel bahasa para pelajar, (3)

mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa, dan (4)

mengevaluasi kesalahan berbahasa dengan keseriusan (Tarigan, 1988:

300).

Menurut penjelasan Tarigan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis

kesalahan berbahasa dapat dikatakan sebagai suatu ketentuan mutlak dalam

pembelajaran bahasa untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi pada

sampel bahasa pemelajar. Berbeda dengan penjelasan Tarigan, penjelasan terkait

hakikat analisis kesalahan berbahasa disampaikan oleh ahli lain.

Pranowo (1996:58) memaparkan bahwa, analisis kesalahan berbahasa

merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa

dengan mengetahui penyebab terjadinya kesalahan berbahasa dan menanggulangi

munculnya penyimpangan berbahasa yang pemelajar lakukan dalam proses

pemerolehan bahasa kedua (B2). Dengan kata lain analisis kesalahan berbahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

16

merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan berbahasa pada

kegiatan pembelajaran bahasa.

Penjelasan Tarigan dan Pranowo memiliki persamaan terkait hakikat analisis

kesalahan berbahasa. Namun, Pranowo melengkapi penjelasan dari Tarigan bahwa

analisis kesalahan berbahasa merupakan sebuah daya yang digunakan dalam

pembelajaran bahasa untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemelajar dalam

mempelajari bahasa kedua (B2) dan mengetahui hal yang menyebabkan terjadinya

kesalahan berbahasa dalam proses pembelajaran bahasa.

Penjelasan lain terkait hakikat analisis kesalahan berbahasa disampaikan oleh

Setyawati. Setyawati (2010:15) menyatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa

merupakan sebuah proses atau langkah yang didasarkan pada analisis kesalahan

seorang pemelajar bahasa yang sedang mempelajari bahasa dengan menggunakan

objek (bahasa) yang sudah ditargetkan dengan memerhatikan langkah kerja analisis

bahasa.

Dalam proses analisis kesalahan berbahasa terdapat beberapa prosedur yang

harus dilakukan. Dalam prosedur penganalisisan kesalahan berbahasa, disampaikan

oleh Dulay, et. al. (1982: 277) yakni kesalahan berbahasa merupakan suatu usaha

untuk mendata sekaligus mengklasifikasikan kesalahan yang terdapat dalam tulisan

siswa. Hal ini menjelaskan bahwa adanya Langkah atau rangakian proses yang

dilakukan dalam tahapan analisis berbahasa.

Berdasarkan penjelasan dari ketiga ahli mengenai hakikat analisis kesalahan

berbahasa, dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan usaha

yang didasari dari tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu pembelajaran

bahasa menggunakan ketentuan tertentu atau prosedur tertentu. Dengan adanya

usaha analisis kesalahan berbahasa tersebut, dapat mengurangi kesalahan berbahasa

pada proses pembelajaran bahasa kedua (B2) dan membantu mengetahui kesalahan-

kesalahan yang sering dilakukan oleh pemelajar bahasa.

Dari penjelasan para ahli yang memaparkan pendapatnya terkait hakikat

analisis kesalahan berbahasa, peneliti menggunakan teori dari Nanik Setyawati

sebagai alat bantu untuk menganalisis data penelitian. Dalam bukunya yang berjudul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

17

Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik dipaparkan dengan

runtut terkait analisis kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan

morfologi. Selain pemaparan yang terstruktur, penjelasan dalam buku ini juga mudah

dipahami.

2.2.5 Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Linguistik

Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada setiap tataran linguistik (kebahasaan)

(Indihadi, 2016). Kesalahan pada tataran linguistik meliputi tataran fonologi,

morfologi, sintaksis, wacana, dan semantik. Kesalahan-kesalahan tersebut juga

dipengaruhi oleh campur tangan (intervensi) bahasa pertama (B1) terhadap bahasa

kedua (B2). Namun, bagi penutur asing yang mempelajari bahasa Indonesia sebagai

bahasa kedua (B2) sering melakukan kesalahan berbahasa akibat penyimpangan

kaidah bahasa.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori analisis kesalahan berbahasa

pada tataran linguistik, yaitu tataran fonologi bidang ejaan dan tataran morfologi.

Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.

Berdasarkan bidang linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa kesalahan, yakni kesalahan tataran fonologi (ucapan), kesalahan

tataran morfologi (pembentukan kata), kesalahan tataran sintaksis (frasa, klausa,

kalimat), kesalahan tataran semantik, dan kesalahan tataran wacana. Berikut

penjelasan dari masing-masing analisis kesalahan berbahasa bidang linguistik

khususnya bidang ejaan dan tataran morfologi.

2.2.5.1 Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Fonologi Bidang Ejaan

Bahasa Indonesia telah dua kali mengalami perubahan pada aturan ejaan. Ejaan

yang pertama yakni Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dan yang kedua adalah

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia (PUEBI) ditetapkan pada tanggal 26 November 2015. Perubahan EYD

menjadi PUEBI didasari oleh banyaknya kritik yang muncul dari masyarakat

mengenai EYD. Berdasarkan data dari Permendikbud Nomor 50 tahun 2015

dijelaskan ada beberapa Perbedaan yang ditemukan antara EYD dengan PUEBI,

yakni (1) adanya penambahan informasi pada pelafalan penggunaan diakritik è dan

é, (2) penambahan diftong [ei], (3) aturan penulisan huruf kapital, (4) penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

18

huruf tebal pada PUEBI, (5) Penggunaan tanda baca (;) yang dipakai pada akhir

pemerincian yang berupa kalusa dan digunakan untuk memisahkan kalimat yang

sudah menggunakan tanda koma.

Perubahan ejaan dari EYD menjadi PUEBI memiliki keterkaitan dalam

pembelajaran bahasa. Sebagai guru bahasa perlu memperhatikan perubahan ejaan

yang terbaru. Hal ini bertujuan untuk menciptakan penggunaan bahasa yang baik dan

benar sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Suatu ejaan bahasa ikut serta dalam menentukan kebakuan dan ketidakbakuan

kalimat. Akibat penulisan ejaan yang benar dan sesuai dengan kaidah kebahasaan,

kalimat tersebut dapat menjadi kalimat baku. Begitu juga sebaliknya, akibat

penulisan ejaan yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan, kalimat tersebut dapat

menjadi kalimat tidak baku. Nasucha dkk (2009: 92) menjelaskan bahwa realitas

kesalahan pemakaian bahasa sebagian besar disebabkan oleh kesalahan penerapan

ejaan, terutama tanda baca, penulisan kata depan, dan pemakaian huruf kapital.

Analisis kesalahan berbahasa pada bidang ejaan yang akan diteliti, yaitu (a)

kesalahan berbahasa pada pemakaian huruf kapital, (b) huruf miring, (c) penulisan

kata depan, (d) penulisan bilangan/ angka, (e) penulisan unsur serapan, (f) penulisan

kata, dan (g) penggunaan tanda baca. Berikut uraian bentuk kesalahan pada tataran

fonologi bidang ejaan.

1. Pemakaian Huruf Kapital

Pada umumnya huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama di awal

kalimat. Huruf kapital digunakan sebagai penanda bahwa terdapat beberapa

kalimat dalam sebuah paragraf. Namun, masih sering ditemukan beberapa

kesalahan berbahasa khususnya pada pemakaian huruf kapital. Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) merupakan pedoman terbaru mengenai tata

cara penulisan yang sesuai dengan kaidah kebahasaan bahasa Indonesia. Di

dalam buku PUEBI (2017) dijelaskan mengenai cara pemakaian huruf kapital,

penggunaan huruf miring, penulisan bilangan/ angka, penulisan unsur serapan,

penulisan kata depan, dan penggunaan tanda baca yang baik dan benar sesuai

dengan kaidah kebahasaan.

Setyawati (2010: 140) menyampaikan bahwa penulisan huruf kapital dalam

tulisan-tulisan resmi terkadang mengalami penyimpangan dari kaidah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

19

kebahasaan yang berlaku. Selain kesalahan yang disampaikan oleh Setyawati,

dalam buku PUEBI (2017) dituliskan penulisan huruf kapital yang baik dan

benar.

Kesalahan pada penulisan huruf kapital tersebut, yaitu (1) kesalahan

penulisan huruf pertama pada petikan langsung, (2) kesalahan penulisan huruf

pertama pada ungkapan yang berkaitan dengan hal tentang keagamaan (terbatas

pada nama diri), kitab suci, dan nama Tuhan (terkhusus kata ganti untuk Tuhan),

(3) kesalahan penulisan huruf kapital pada huruf pertama nama gelar

(keturunan, kehormatan, dan keagamaan), jabatan, dan pangkat yang diikuti

nama orang, (4) kesalahan penulisan huruf kapital pada pemakaian huruf kapital

sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, (5) kesalahan

penulisan huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,

hari dan hari raya, (6) kesalahan penulisan huruf kapital sebagai huruf pertama

semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara,

lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke,

dari, dan, yang, dan untuk, (7) kesalahan pada huruf kapital sebagai huruf

pertama setiap kata (termasuk pada unsur kata ulang sempurna) dalam judul

buku, karangan, artikel, makalah, dan surat kabar, kecuali kata tugas di, ke, dari,

dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada awal kalimat, (8) penulisan huruf

kapital sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan,

dan (9) penulisan huruf kapital sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan

kekerabatan.

2. Kesalahan dalam Penulisan Huruf Miring

Kesalahan penulisan huruf miring dalam pembelajaran bahasa diuraikan

sebagai berikut (1) Kesalahan pada penulisan kata untuk menegaskan atau

mengkhususkan kata tertentu, huruf, bagian kata, atau kelompok kata, (2)

Kesalahan pada penulisan huruf miring yang digunakan untuk menulis judul

buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan,

termasuk dalam daftar Pustaka, dan (3) Kesalahan pada penulisan huruf kapital

untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa asing atau bahasa daerah

(Setyawati, 2010: 149).

3. Kesalahan dalam Penulisan Kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

20

Dalam bahasa Indonesia terdapat kata dasar dan kata bentukan (kata

berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk atau gabungan kata). Kata dasar

ditulis dalam satau kesatuan yang dapat berdiri sendiri (Setyawati, 2010: 151).

Kata yang mengandung afiks (kata berafiks) ditulis serangkai dengan kata

dasarnya. Berbeda halnya dengan kata ulang ditulis secara lengkap dengan

menggunakan tanda hubung (-). Kata majemuk yang diberi imbuhan prefiks

atau sufiks saja, ditulis serangkaian dengan kata yang mengikutinya, tetapi jika

kata tersebut diberi imbuhan prefiks dan sufiks, kata tersebut harus ditulis

serangkai dengan kata tersebut. Contoh penulisan kata sebagai berikut.

Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku

dikunjungi di kunjungi

silakan silahkan

mondar-mandir mondar mandir

rumah sakit rumahsakit

tatabahasa tata bahasa

antarkota antar kota

kosakata kosa kata

4. Kesalahan dalam Penulisan Kata Depan

Kesalahan lain dalam bahasa tulis adalah kesalahan pada penulisan kata depan.

Dalam PUEBI (2017: 22) dijelaskan cara menulis kata depan yang sesuai

dengan kaidah kebahasaan.

Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang menyertainya.

Bentuk Baku

10) Di mana dia sekarang?

11) Hari ini aku ingin pergi ke toko buku.

12) Kalung itu terbuat dari emas.

5. Kesalahan dalam Penulisan Angka atau Lambang Bilangan

Penulisan angka atau lambang bilangan dalam bahasa Indonesia juga

dimuat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Dalam buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

21

PUEBI dan buku Analisis Kesalahan Berbahasa Teori dan Praktik, dijelaskan

tentang penggunaan angka atau lambang bilangan yang baik dan sesuai dengan

kaidah kebahasaaan, yakni (1) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan

dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara

berurutan seperti dalam perincian, (2) Bilangan pada awal kalimat ditulis

dengan huruf, (3) Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis

sebagian menggunakan huruf supaya lebih mudah untuk dibaca, (4) Angka

digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi, waktu, dan nilai

uang (5) Angka digunakan untuk meberi nomor pada alamat, seperti jalan,

rumah, apartemen, atau kamar (6) Angka digunakan untuk memberi nomor pada

bagian karangan atau ayat kitab suci, dan sebagainya (7) Angka ditulis dengan

huruf, (8) Angka yang ditulis pada bilangan tingkat, (9) Penulisan bilangan yang

mendapat akhiran –an, dan (10) Penulisan bilangan dengan huruf dan angka

sekaligus yang dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, kuitanasi, dan

kata.

6. Kesalahan Penulisan Unsur Serapan

Setyawati (2010: 160) menjelaskan bahwa berdasarkan taraf unifikasinya,

unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1)

unsur yang belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa indonesia (unsur

tersebut digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara melafalkannya

masih mengikuti pelafalan bahasa asing) dan (2) unsur asing diserap dengan

menyesuaikan kaidah bahasa Indonesia baik pada pelafalannya maupun

penulisannya. Contoh penulisan unsur yang tidak tepat sebagai berikut.

Kata Asing Penyerapan Baku Penyerapan Tidak

Baku

social sosial social

activity aktivitas aktifitas

complex kompleks komplek

online daring online

taxi taksi taxi

acting akting acting

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

22

actor aktor actor

standard standar standart

7. Kesalahan dalam Penggunaan Tanda Baca

Kesalahan yang sering muncul dalam sebuah tulisan yaitu kesalahan dalam

penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Kesalahan penggunaan tanda baca

yang sering ditemukan yaitu kesalahan pada tanda titik, tanda koma, tanda titik

dua, tanda hubung, tanda pisah, dan tanda tanya.

a. Tanda titik (.)

Penulisan tanda titik di setiap akhir kalimat masih sering tidak

diperhatikan penggunaannya. PUEBI (2017: 32) memamparkan

penggunaan tanda titik yang baik dan benar sesuai dengan kaidah

kebahasaan, yaitu (1) tanda titik ditulis pada akhir kalimat pernyataan, (2)

tanda titik ditulis di belakang angka atau huruf sebuah bagian, ikhtisar, atau

daftar, (3) tanda titik ditulis sebagai pemisah angka, jam, menit, dan detik

yang menunjukkan waktu atau jangka waktu, (4) tanda titik ditulis dalam

daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang diakhiri

dengan tanda tanya, atau tanda seru), dan nama penerbit, dan (5) tanda titik

digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang

menunjukkan jumlah.

b. Tanda koma (,)

Pada umumnya, tanda koma dipakai sebagai suatu tanda pemerinci

dalam sebuah kalimat. PUEBI (2017: 35) memaparkan penggunaan tanda

koma yang lebih jelas dan sesuai dengan kaidah kebahasaan, yaitu (1) tanda

koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerinci atau

pembilangan, (2) tanda koma digunakan sebelum kata penghubung, seperti

tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam sebuah kalimat majemuk (setara),

(3) tanda koma digunakan sebagai pemisah anak kalimat yang mendahului

induk kalimatnya, (4) tanda koma digunakan dibelakang kata atau ungkapan

penghubung antarkalimat, seperti oleh sebab itu, jadi, dengan demikian,

sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian, (5) tanda koma digunakan

sebelum kata dan/ atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

23

dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Ibu, Dik, atau Nak, (6) tanda

koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dan bagian lain dala

kalimat, (7) tanda koma digunakan di antara (nama seseorang atau alamat,

bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, dan nama tempat dan wilayah

atau negeri yang ditulis secara berurutan), (8) tanda koma digunakan sebagai

pemisah bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar Pustaka (9)

tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau

catatan akhir, (10) tanda koma digunakan di antara nama orang dan

singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari

singkatan nama diri, keluarga, atau marga, (11) tanda koma digunakan

sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan

dengan angka, (12) tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan

tambahan atau keterangan aposisi, dan (13) tanda koma dapat digunakan di

belakang unsur keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk

menghindari salah baca/ salah penafsiran.

c. Tanda titik koma (;)

Sejalan dengan penggunaan ejaan yang baik dan benar, penggunaan

tanda titik koma juga dijelaskan dalam buku PUEBI (2017). Dalam buku

tersebut, dijelaskan penggunaan tanda titik koma digunakan sebagai, yaitu

(1) pengganti kata penghubung, sebagai pemisah kalimat setara yang satu

dengan kalimat setara yang lain, (2) digunakan pada akhir perincian berupa

klausa, dan (3) digunakan untuk memisahkan kalimat pada bagian

pemerincian.

d. Tanda titik dua (:)

Dalam buku PUEBI tahun 2017 dijelaskan penggunaan tanda titik dua

(:) yang baik dan benar sesuai kaidah kebahasaan. Aturan penggunaan tanda

titik dua, yaitu (1) tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan lengkap

yang diikuti dengan pemerincian atau penjelasan, (2) tanda titik dua tidak

digunakan apabila pemerincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap

yang mengakhiri pernyataan, (3) tanda titik dua digunakan sesudah kata atau

ungkapan yang membutuhkan pemerian, (4) tanda titik dua digunakan

dalam sebuah naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

24

percakapan, dan (5) tanda titik dua digunakan di antara (a) surat dan ayat

dalam kita suci, (b) jilid atau nomor dan halaman, (c) judul dan anak judul

dalam sebuah karangan, dan (d) nama kota dan penerbit dalam daftar

pustaka.

e. Tanda hubung (-)

Dalam buku PUEBI tahun 2017 diuraikan aturan penggunaan tanda

hubung, yaitu (1) tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang

terpenggal oleh pergantian baris, (2) tanda hubung digunakan untuk

menyambung unsur kata berulang, (3) tanda hubung digunakan

menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau

menyambung huruf dalam kata yang yang dieja satu-satu, (4) tanda hubung

dapat digunakan untuk memberikan penjelas hubungan bagian kata atau

ungkapan, dan (5) tanda hubung digunakan untuk merangkai.

Sebagai catatan: tanda hubung tidak digunakan di antara huruf dan angka

jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.

1) Tanda hubung digunakan untuk merangkai unsur bahasa Indonesia

dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.

2) Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi

objek bahasan.

Berikut rangkuman penggunaan tanda hubung yang sesuai dengan kaidah

kebahasaan menurut buku PUEBI dan buku Analisis Kesalahan Berbahasa

Indonesia Teori dan Praktik

f. Tanda pisah (--)

Penggunaan tanda pisah dalam bahasa Indonesia dirangkum dengan jelas

dalam buku PUEBI tahun 2017. Tanda pisah digunakan untuk (1)

membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar

bangun kalimat, (2) memperjelas adanya keterangan aposisi atau

keterangan yang lain, dan (3) digunakan di antara dua bilangan, tanggal,

atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.

g. Tanda tanya (?)

Tanda tanya umumnya digunakan sebagai penanda dalam kalimat tanya.

Namun, PUEBI (2017: 44) memaparkan aturan lain dalam penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

25

tanda baca. Aturan tersebut, yaitu (1) tanda tanya digunakan pada akhir

kalimat tanya dan (2) tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk

menjelaskan suatu bagian kalimat yang dicurigai atau yang kurang dapat

dibuktikan kebenarannya.

h. Tanda petik (“…”)

Dalam buku PUEBI (2017: 45) dijelaskan bahwa

1) Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung dari

permbicaraan, bahan tertulis lain, atau naskah

2) Tanda petik digunakan untuk mengapit judul lagu, sajak, film, sinetron,

bab buku, atau naskah yang dipakai dalam kalimat, dan

3) Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang sukar

dikenali atau kata yang memiliki arti khusus.

2.2.5.2 Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Morfologi

Ramlan (2012: 21) menjelaskan bahwa morfologi merupakan ilmu bahasa

yang membahas atau mengkaji seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan bentuk

kata terhadap kelas dan arti kata. Dengan kata lain, morfologi merupakan ilmu yang

mengkaji tentang proses pembentukan kata.

Berbeda dengan penjelasan Ramlan terkait pengertian morfologi,

Kridalakasana (1989: 10) dalam buku berjudul Pembentukan Kata dalam Bahasa

Indonesia menjelaskan bahwa morfologi dapat dipandang sebagai subsistem yang

berupa proses mengubah leksem menjadi sebuah kata. Pada umumnya, terdapat tiga

jenis pembentukan kata yang terjadi akibat proses morfologis. Tiga bentuk tersebut

ialah kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata berimbuhan merupakan

kata yang terjadi akibat proses afiksasi. Kata ulang merupakan kata yang terjadi

akibat proses reduplikasi. Kata majemuk merupakan kata yang terjadi akibat proses

komposisi.

2.2.5.2.1 Kesalahan Pemilihan Afiks

Ramlan (2001: 55) menjelaskan bahwa afiks merupakan satuan gramatikal

yang terikat di dalam suatu satuan kata yang merupakan bukan unsur kata dan

bukan pokok kata yang dapat membentuk kata atau pokok kata baru. Dengan

kata lain, afiks merupakan satuan gramatikal yang dapat membentuk kata baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

26

Ramlan (2001:58) menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat

empat bentuk afiks, yakni (1) prefiks meN-, di-, ber-, ter-, se-, peN-, per-, pra-

, ke-, a-, maha-, dan para-, (2) infiks –e--, -el-, dan –em-, (3) sufiks –an, -kan,

-I, -nya, -wan, -is, -wati, -man, -wi, dan –da, dan (4) konfiks peN-an, ke-an,

ber-an, per-an, dan se-nya.

Kesalahan dalam memilih afiks artinya prefiks yang digunakan oleh

seorang penutur tidak tepat. Hal ini dapat menimbulkan kalimat yang tidak

berterima dalam bahasa Indonesia. Kesalahan pemilihan afiks akan dijelaskan

sebagai berikut.

1. Kesalahan Pemilihan Prefiks ber-

Bentuk Tidak Baku

35) Saya bernginap bersama dengan keluarga di hotel.

36) Kami berpengaruh ajakan teman kami untuk pergi dari rumah.

Kata bernginap dan berpengaruh di atas merupakan kata dengan

pemilihan prefiks yang tidak benar dalam kalimat. Pemilihan afiks ber-

pada kata bernginap dan berpengaruh tidak sesuai karena kalimat tersebut

menjadi tidak berterima. Alwi, dkk (2003: 14) menjelaskan bahwa prefiks

ber- pada kata kerja dapat juga menggunakan prefiks meng-. Kalimat

nomor (35) akan berterima apabila menggunakan prefiks meN- pada kata

dasar inap sehingga kata bentukan yang tepat ialah menginap. Pada

kalimat nomor (36) pemilihan prefiks ber- juga kurang tepat karena

prefiks ber- pada kata berpengaruh menurut KBBI memiliki makna

‘mempunyai pengaruh’ sedangkan pada kalimat nomor (36) akan lebih

berterima jika menggunakan prefiks ter-. Jadi, perbaikan kalimat (35) dan

(36) adalah sebagai berikut.

Bentuk Baku

35a) Saya mennginap bersama dengan keluarga di hotel.

36a) Kami terpengaruh ajakan teman kami untuk pergi dari rumah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

27

2. Kesalahan Pemilihan Prefiks meN-

Bentuk Tidak Baku

37) Saya memikirkan lebih baik tinggal di rumah daripada harus

pulang kampung.

38) Anda akan saya menjadikan sebagai ketua panitia tahun ini.

Berdasarkan kaidah pembentukan kata yang tepat, prefiks meN-

termasuk imbuhan produktif. Kata yang diberi imbuhan meN- merupakan

kata kerja transitif. Kata kerja transitif dalam kalimat aktif transitif harus

memerlukan kehadiran objek. Kalimat (37) tidak memiliki objek setelah

kata kerja memikirkan. Prefiks meN- pada kata memikirkan perlu diganti

dengan prefiks yang membentuk verba intransitive, yaitu prefiks ber-.

Kalimat (38) seharusnya hanya menggunakan sufiks –kan. Jadi, kalimat

yang benar sebagai berikut.

Bentuk Baku

37a) Saya berpikir lebih baik tinggal di rumah daripada harus

pulang kampung.

38a) Anda akan saya jadikan sebagai ketua panitia tahun ini.

2.2.5.2.2 Kesalahan Penambahan Afiks

Kesalahan penambahan afiks yang akan dibahas mencakup kesalahan

penambahan (prefiks, sufiks, dan konfiks) dalam kalimat yang kurang tepat

dapat diamati berikut ini.

Bentuk Tidak Baku

39) Saya izinkan Anda untuk mengkritikan saya.

40) Masalah ini bisa kita berbicarakan di ruangan.

41) Menurut penjelasan yang sudah saya menjelaskan tadi, saya

simpulkan bahwa berolahraga dapat menyehatkan tubuh.

Kata-kata yang bercetak miring di atas, merupakan kata bentukan yang

mengalami kesalahan dalam pemilihan prefiks meN-, prefiks ber-, dan sufiks –

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

28

kan. Kesalahan penambahan afiks tersebut menimbulkan kalimat yang tidak

berterima. Prefiks meN-, ber-, dan sufiks –kan pada kalimat di atas seharusnya

tidak ditulis. Jadi, perbaikan kalimat di atas adalah sebagai berikut.

Bentuk Baku

39a) Saya izinkan Anda untuk mengkritik saya.

40a) Masalah ini bisa kita bicarakan di ruangan.

41a) Menurut penjelasan yang sudah saya jelaskan tadi, saya

simpulkan bahwa berolahraga dapat menyehatkan tubuh.

2.2.5.2.3 Kesalahan Penghilangan Sufiks

Bentuk Tidak Baku

42) Jika dibanding dengan perolehan skor sementara, tim sepak

bola Indonesia masih memimpin.

43) Salah satu orang yang menyebar berita bohong itu sudah

ditangkap.

Sufiks merupakan imbuhan yang tertelak pada bagian di belakang kata.

sufiks –kan dalam bahasa Indonesia terdiri atas morfem –an, -kan, dan –i. Pada

kalimat di atas, terjadi hilangnya sufiks –kan pada kata kerja dibanding dan

menyebar. Kesalahan tersbeut terajadi pada proses pembentukan kata kerja

yang berdungsi sebagai unsur pusat, khusunya pada kata kerja turunan

berkonfiks di-kan. Penulisan yang baik dan benar adalah sebagai berikut.

42a) Jika dibandingkan dengan perolehan skor sementara, tim

sepak bola Indonesia masih memimpin.

43a) Salah satu orang yang menyebarkan berita bohong itu sudah

ditangkap.

2.2.5.2.4 Kesalahan pada Penghilangan Prefiks

1. Penghilangan Prefiks meng-

Dalam sebuah tulisan dijumpai kesalahan pada penulisan prfeiks meng-

yang sering hilang (Setyawati, 2010: 44). Hal ini terjadi akibat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

29

penghematan kata yang sebenarnya keliru dan justru melanggar kaidah

kebahasaan, seperti contoh berikut ini.

Bentuk Tidak Baku

(44) Bunga melati dan bunga mawar pamerkan keelokan mahkota

mereka.

(45) Kau katakan juga hal itu pada Tua Bahtiar?

(46) Lektol Riswandi akui “menjual” dokumen negara.

Kalimat bercetak miring tersebut termasuk dalam kalimat aktif transitif.

Berdasarkan kaidah kebahasaan yang baik dan benar, penulisan kalimat

aktif transitif, unsur predikatnya harus berprefiks meng-. Oleh sebab itu,

penulisan yang sesuai sebagai berikut.

Bentuk Baku

(44a) Bunga melati dan bunga mawar memamerkan keelokan

mahkota mereka.

(45a) Kau mengatakan juga hal itu pada Tua Bahtiar?

(46a) Lektol Riswandi mengakui “menjual” dokumen negara.

2. Penghilangan Prefiks ber-

Selain penghilangan prefiks meng-, kesalahan penghilangan afiks

yang sering ditemukan ialah kesalahan karena mengilangkan prefiks ber-

pada kata-kata bentukan (kata dasar) yang seharusnya tidak perlu dilakukan

(Setyawati, 2010: 45). Berikut contoh kesalahan penghilangan prefiks ber-

.

Bentuk Tidak Baku

(47) Pendapat Ayahku beda dengan pendapat ibuku.

(48) Marilah kita ke Tirtasari, kita renang di sana!

(49) Warga negara Indonesia juang melawan kemiskinan dan

kelaparan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

30

Kata yang bercerak miring pada kalimat di atas mengalami kesalahan

penghilangan prefiks ber-. Pada contoh kalimat (9) seharusnya berubah

menjadi ber + beda, pada contoh kalimat (10) seharusnya berubah menjadi

ber + renang, dan pada contoh kalimat (11) seharusnya berubah menjadi

ber + juang.

Bentuk Baku

(47a) Pendapat Ayahku berbeda dengan pendapat ibuku.

(48a) Marilah kita ke Tirtasari, kita berenang di sana!

(49a) Warga negara Indonesia berjuang melawan kemiskinan dan

kelaparan.

2.2.5.2.5 Kesalahan Penggantian Morf

1. Morf menge- Tergantikan Morf Lain

Penggunaan prefiks meng- sebetulnya sudah jelas disampaikan dalam

kaidah kebahasaan (Setyawati, 2010: 49). Namun, penggantian morf

menge- menjadi morf lain sering dijumpai dalam pemakaian bahasa sehari-

hari. Berikut bentuk tidak baku dari penggunaan morf menge-

Bentuk Tidak Baku

(50) Tukang-tukang itu sudah hampir tiga minggu mencat

rumahku, tetapi sampai sekarang belum selesai juga.

(51) Dewan Perwakilan Rakyat sudah mensahkan Undang-

Undang Perpajakan.

(52) Siapa yang tadi siang melap kaca mobil saya?

Kata yang bercetak miring pada kalimat di atas merupakan contoh kalimat

yang mengalami kesalahan berbahasa khususnya kesalahan pergantian

morf menge- dengan morf lain. Prefiks meng- akan mengalami perubahan

alomorf menjadi menge- apabila prefiks tersebut melekat pada kata dasar

bersuku kata satu. Dengan demikian bentuk penulisan yang sesuai dengan

kaidah adalah sebagai berikut.

Bentuk Baku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

31

(50a) Tukang-tukang itu sudah hampir tiga minggu mengecat

rumahku, tetapi sampai sekarang belum selesai juga.

(51a) Dewan Perwakilan Rakyat sudah mengesahkan Undang-

Undang Perpajakan.

(52a) Siapa yang tadi siang mengelap kaca mobil saya?

2. Morf be- Tergantikan Mrof ber-

Perhatikan contoh kalimat tidak baku akibat kesalahan pembentukan kata

pada pemakaian morf be- yang tergantikan morf ber- sebagai berikut.

Bentuk Tidak Baku

(53) Dodi seharian penuh berkerja tanpa kenal lelah demi

keluarganya.

(54) Lebah-lebah di pohon berterbangan akibat dilempar batu oleh

Dito.

(55) Pt. Garuda Indonesia merencanakan gedung yang sedang

dibangun akan berruang lima puluh buah.

Penulisan kata yang bercetak miring termasuk dalam penggunaan morf be-

yang kurang tepat. Prefiks ber- apabila melekat pada: (i) kata dasar

berawalan fonem /r/ dan (ii) melekat pada kata dasar yang suku kata

pertamannya terkandung unsur [er] alomorfnya akan berubah menjadi be-.

Oleh karena itu penulisan yang baik dan benar sesuai dengan kaidah

kebahasaan adalah sebagai berikut.

Bentuk Baku

(53a) Dodi seharian penuh bekerja tanpa kenal lelah demi

keluarganya.

(54a) Lebah-lebah di pohon beterbangan akibat dilempar batu oleh

Dito.

(55a) Pt. Garuda Indonesia merencanakan gedung yang sedang

dibangun akan beruang lima puluh buah.

3. Morf bel- Tergantikan Morf ber-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

32

Hampir sama dengan kasus kesalahan penggantian morf be- dengan morf

ber-, sering ditemukan pula kesalahn pada pemakaian morf bel- yang

tergantikan oleh morf ber- seperti contoh berikut ini.

Bentuk Tidak Baku

(56) Sebagai seorang pelajar, kita bertugas untuk berajar.

(57) Saudara-saudari sekalian diizinkan untuk duduk berunjur

jika merasa kurang nyaman.

Kata yang bercetak miring tersebut terdiri atas kata dasar ajar dan unjur.

Kedua kata tersebut jika dilekati oleh prefiks ber- maka berubah menjadi

belajar dan belunjur. Berikut penulisan yang baik dan benar.

Bentuk Baku

(56a) Sebagai seorang pelajar, kita bertugas untuk belajar.

(57a) Saudara-saudari sekalian diizinkan untuk duduk belunjur

jika merasa kurang nyaman.

4. Morf pel- Tergantikan Morf per-

Morfem per- akan memiliki alomorf pel- apabila bergabung pada kata dasar

ajar. Namun, kita masih sering menjumpai kesalahan penulisan pada kata

dasar tersebut, seperti contoh berikut ini.

Bentuk Tidak Baku

(58) Siapkan buku kalian! Perajaran akan segera ibu mulai.

(59) Kartika Putri menjadi perajar di sekolah favorit di kota Jawa

Barat.

Kata yang bercetak miring tersebut tentu tidak sesuai dengan kaidah

kebahasaan. Oleh sebab itu berikut contoh perbaikan yang baik dan benar.

Bentuk Baku

(58a) Siapkan buku kalian! Pelajaran akan segera ibu mulai.

(59a) Kartika Putri menjadi pelajar di sekolah favorit di kota Jawa

Barat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

33

5. Morf pe- Tergantikan Morf per-

Kesalahan penggunaan morf pe- yang tergantikan dengan morf per- juga

sering dijumpai dalam sebuah kalimat, sebagai berikut.

Bentuk Tidak Baku

(60) Banyak hama yang merusak tanaman kita berasal dari

perternakan milik Bu Tini.

(61) Di ruang lomba sudah dipenuhi oleh para perserta lomba

cerdas cermat.

(62) Perwakilan perkerja buruh pabrik menemui pimpinan

perusahaan untuk menyampaikan aspirasinya.

Morfem per- akan berubah menjadi morfem pe- jika kata dasar suku

pertama pada kata mengandung [er]. Dengan demikian berikut penulisan

yang baik dan benar.

Bentuk Baku

(60a) Banyak hama yang merusak tanaman kita berasal dari

peternakan milik Bu Tini.

(61a) Di ruang lomba sudah dipenuhi oleh para peserta lomba

cerdas cermat.

(62a) Perwakilan pekerja buruh pabrik menemui pimpinan

perusahaan untuk menyampaikan aspirasinya.

6. Morf te- Tergantikan Mrof ter-

Kesalahan penulisan pada kata bentukan yang masih sering dijumpai

adalah kesalahan pada pemakaian morf te- yang digantikan oleh morf ter-

(Setyawati, 2010: 54). Adapun contoh penggunaan morf te- yang

tergantikan oleh morf ter- sebagai berikut.

Bentuk Tidak Baku

(63) Jangan mudah terperdaya rayuan gombal si Jono.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

34

(64) Sinta menangis tersedu-sedu karena baju kesayangannya

terpercik tinta spidol.

Morfem ter- akan berubah menjadi morfem te- jika berjumpa dengan: (i)

kata dasar berfonem awal /r/ dan (ii) melekat pada kata dasar yang memiliki

suku kata berunsur [er]. Dengan demikian berikut contoh perbaikan kalimat

(63) dan (64).

Bentuk Baku

(63a) Jangan mudah teperdaya rayuan gombal si Jono.

(64a) Sinta menangis tersedu-sedu karena baju kesayangannya

tepercik tinta spidol.

2.2.5.2.6 Kesalahan nasalisasi dan peluluhan dalam proses afiksasi.

Keraf (1980: 54) menjelaskan bahwa nasalisasi merupakan proses

pemberian atau perubahan nasal pada fonem-fonem. Dalam menasalkan suatu

fonem, orang tidak berbuat seenaknya, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah

yang tertentu. Setiap fonem yang dinasalkan harus mengambil nasal yang

homorgan. Artinya, nasal yang memiliki artikulator dan titik artikulasi yang

sama seperti fonem yang dinasalkan itu. Kata Tarik diawali dengan fonem /t/

yang harus mengambil nasal n sehingga apabila mengalami proses prefiksasi

menjadi menarik bukan mentarik.

Jadi: p dan b harus mengambil nasal m (karena sama sama

bilabial)

t dan d harus mengambil nasal n (karena sama-sama

dental)

k dan g harus mengambil nasal ng (karena sama-sama

velar) dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas, fonem /k/, /p/, /t/, dan /s/ yang berbentuk

kluster dan digraf tidak mengalami peluluhan dalam prefiksasi.

Salah Benar

mentarik menarik

memoto memfoto

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

35

Setyawati (2010:46) menjelaskan bahwa sering sekali dijumpai kata dasar

yang berfonem awal /k/, /t/, /s/, dan /p/ tidak mengalami peluluhan jika

mendapat pefiks meng- atau peng-. Berikut contoh kalimat yang sering

mengalami kesalahan afiksasi.

Bentuk tidak baku

(65) Anda harus ikut serta mensukseskan Pilkada bulan April

2010.

(66) Beberapa siswa diberi sanksi karena tidak dapat

mentaati peraturan sekolah.

(67) Tukang kebun itu mengkikis habis rumput di kebun Pak

Anton.

Bentuk baku

(65a) Anda harus ikut serta menyukseskan Pilkada bulan

April 2010.

(66a) Beberapa siswa diberi sanksi karena tidak dapat

menaati peraturan sekolah.

(67a) Tukang kebun itu mengikis habis rumput di kebun Pak

Anton.

2.2.5.2.7 Kesalahan pada Penyingkatan Morf mem-, men-, meng-, meny-, dan

menge-

Setyawati (2010:54) memaparkan bahwa kesalahan di atas disebut juga

dengan istilah penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-.

Untuk memahami lebih jelas kesalahan pelesapan pada proses afiksasi, kita

bisa melihat dalam bentuk kalimat. Berikut contoh kesalahan pelesapan pada

proses afiksasi.

Bentuk Tidak Baku

(68) Apakah dia yang sudah nyuruh kamu membuat

mengarang cerita seperti ini?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

36

(69) Setiap minggu Ani mendapat tawaran nari di sanggar

Ketut Jelantik.

(70) Bu Mirna ngelap kaca mobil dengan kain khusus untuk

membersihkan kaca mobil.

Kata yang bercetak miring tersebut merupakan kata yang sering

digunakan tanpa sadar oleh seorang penutur. Kata-kata tersebut termasuk kata

yang salah menurut kaidah bahasa Indonesia. Morfem tersebut mengalami

penyingkatan yang sebetulnya tidak perlu disingkat. Bentuk yang dicetak miring

tersbeut seharusnya tidak mengalami penyingkatan alomorf meng-. Bentuk yang

betul dari kata bercetak miring tersebut yakni menari, menyuruh, dan mengelap.

Bentuk Baku

(68a) Apakah dia yang sudah menyuruh kamu membuat

mengarang cerita seperti ini?

(69a) Setiap minggu Ani mendapat tawaran menari di

sanggar Ketut Jelantik.

(70a) Bu Mirna mengelap kaca mobil dengan kain khusus

untuk membersihkan kaca mobil.

2.2.5.2.8 Kesalahan Berbahasa Tataran Reduplikasi (Pengulangan Kata Majemuk

yang kurang tepat)

Kesalahan berbahasa pada tataran reduplikasi disebabkan oleh 3 hal,

yaitu (1) kesalahan pembentukan, (2) kesalahan penulisan, dan (3) kesalahan

makna.

1. Kesalahan Pembentukan

Salah Benar

coret-coret corat-coret

memukul-pukul memukul-mukul

mengait-kaitkan mengait-ngaitkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

37

2. Kesalahan Penulisan

Kesalahan penulisan yang dimaksud adalah kesalahan yang mengimpang

dari kaidah penulisan kata ualng (reduplikasi) yang berbunyi. PUEBI

(2017: 41) menjelaskan bahwa tanda hubung digunakan untuk

menyambung kata ulang.

Salah Benar

guru2 guru-guru

Kamus2 kamus-kamus

3. Kesalahan Makna

Kesalahan makna timbul karena penggunaan kata yang memiliki satu

makna dengan makna kata ulang.

Salah Benar

para karyawan-karyawan para karyawan

saling tolong-menolong Saling menolong

2.2.5.2.9 Kesalahan Berbahasa Tataran Komposisi

Kesalahan berbahasa pada tataran komposisi disebabkan oleh tiga hal,

yaitu (1) kesalahan penggabungan, (2) kesalahan reduplikasi, dan (3) kesalahan

afiksasi.

1. Kesalahan Penggabungan

Kesalahan penggabungan kata majemuk seharusnya ditulis secara terpisah.

Unsur gabungan kata yang sesuai dengan kaidah disebut kata majemuk,

termasuk istilah khusus, ditulis terpisah (PUEBI, 2017:17).

Salah Benar

orangtua orang tua

tanggungjawab tanggung jawab

mata hari matahari

panjang tangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

38

2. Kesalahan Reduplikasi

Keraf (1980: 25) menjelaskan bahwa pada dasarnya kata-kata majemuk

membentuk suatu kesatuan. Oleh sebab iu bentuk ulang penulisannya harus

secara penuh atau diulang secara keseluruhan. Kesalahan bentuk ulang

(reduplikasi) yang sering muncul adalah penulisan bentuk ulang yang tidak

ditulis seluruhnya.

Salah Benar

bumiputra bumiputra-bumiputra

segi-segitiga segitiga-segitiga

2.3 Kerangka Berpikir

Kesalahan berbahasa masih sering ditemukan khususnya dalam keterampilan

menulis. Keterampilan menulis merupakan sebuah keterampilan yang bertujuan untuk

berkomunikasi dengan orang lain menyampaikan gagasan dan perasaan dalam bentuk

tulisan. Seperti halnya seorang penulis menyampaikan gagasannya dalam bentuk

karangan. Hanya, seringkali dijumpai beberapa kesalahan yang menimbulkan kesulitan

pembaca untuk memahami maksud yang ingin disampaikan, misalnya karena kesalahan

pemilihan kata, pemakaian tanda baca yang kurang tepat, dan lain sebagainya. Hal ini

terjadi karena salah satu dari mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam

menguasai keterampilan menulis.

Kesalahan berbahasa dalam hal ini, akan dianalisis oleh peneliti dengan

berpacu pada pendapat para ahli linguistik. Dalam penelitian ini, digunakan teori

taksonomi kesalahan berbahasa menurut Nurhadi (1990), dibedakan menjadi 4 kesalahan,

yaitu (1) kesalahan tataran fonologi, (2) kesalahan tataran morfologi, (3) kesalahan tataran

dan sintaksis, dan (4) kesalahan tataran semantik. Berdasarkan kategori kesalahan

berbahasa menurut taksonomi kategori linguistik, peneliti hanya meneliti kesalahan pada

tataran fonologi bidang ejaan dan tataran morfologi.

Berikut ini adalah bagan dari kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

39

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM

KARANGAN PEMELAJAR BIPA DI ILCIC

LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA

TEORI ANALISIS KESALAHAN

BERBAHASA DALAM KATEGORI

LINGUISTIK

TATARAN

FONOLOGI

BIDANG EJAAN

TATARAN

MORFOLOGI

BENTUK

KESALAHAN

BERBAHASA

BIDANG EJAAN

BENTUK KESALAHAN

BERBAHASA PADA

TATARAN MORFOLOGI

HASIL PENELITIAN

Bagan 1. Bagan Kerangka Berpikir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini berisi tentang jenis penelitian, sumber data dan data, metode dan teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini diajukan untuk menganalisis dan mengungkap kesalahan-

kesalahan berbahasa Indonesia yang sering terjadi dalam karangan pemelajar BIPA

di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini

dilakukan selama 1 bulan, yaitu dari bulan April 2021- Mei 2021. Penelitian ini

dilakukan dengan pendekatan studi deskriptif kualitatif. Sugiyono (2008:15)

menjelaskan bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian dengan

berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti

pada objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.

Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian deskriptif kualitatif yang

termasuk dalam penelitian kebahasaan. Peneliti memilih pendekatan kualitatif

karena penelitian ini berfokus pada pemahaman secara mendalam terhadap suatu

permasalahan. Penelitian deskriptif ditujukan untuk

a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan menggambarkan gejala

yang timbul.

b. Mengidentifikasi beberapa kesalahan berbahasa dalam karangan pemelajar

BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

periode 2019-2020.

c. Menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa sesuai dengan kaidah

kebahasaan.

Metode penelitian kualitatif sebagaimana diungkapkan Bogdan dan Taylor (L.J.

Maleong, 2011: 4) sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

50

3.2 Data dan Sumber Data Penelitian

3.2.1 Data

Berdasarkan sumber data yang telah ditetapkan, peneliti mengumpulkan

informasi melalui beberapa data. Data penelitian ini adalah berupa dara primer

yaitu dokumen berupa karangan-karangan pemelajar BIPA level intermediate

sampai level advance yang mengalami kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia

dalam kategori taksonomi linguistik, yaitu (1) kesalahan ejaan, dan (2) kesalahan

tataran morfologi.

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan beberapa karangan pemelajar

BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode

2019-2020 sebagai sumber data karena peneliti ingin menemukan bentuk

kesalahan yang terjadi dalam karangan pemelajar BIPA di kelas yang sudah

memiliki kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia.

3.2.2 Sumber data

Sumber data pada penelitian ini adalah karangan pemelajar BIPA di ILCIC

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020. Dalam

menentukan sumber data, peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

Sugiyono (2012: 218) menjelaskan bahwa purposive sampling merupakan suatu

teknik pengambilan data dengan menentukan sebuah pertimbangan. Peneliti

pengambil sampel khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu sebagai tolak ukur

sampel yang akan dijadikan sebagai sumber data (informan). Kriteria tersebut

yakni pemelajar BIPA di ILCIC lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta periode 2019-2020 yang sudah menguasai bahasa Indonesia dan

sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak lama.

Tabel 4. 1 Daftar Kode Data Kesalahan Ejaan

Daftar Karangan

No Judul Karangan Pemelajar

1. Perkembangan Teknologi, Internet

2. Beragam Masalah Sosial di Singapura

3. Masalah Sosial di Singapura

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

51

4. Festival Hantu Lapar atau Hungry Ghost Festival di Singapura

5. Kemajuan Teknologi

6. Permainan Tradisional

7. Pengaruh Televisi + Radio pada Anak-Anak

8. Diskriminasi Pekerja Wanita di Burkina Faso

9. Pengaruh TV

10. Kehidupan Anak Jalanan

11. Kehidupan Anak-Anakan Jalanan di Filipina

12. Mahasiswa di Kenya

13. Candi Prambanan

14. Pengalaman di Indonesia

15. Mahasiswa di Kamerun

16. Masa Kecil Saya

17. Liburan di Panti Asuhan Hamba

18. Mahasiswa

19. Mahasiswa di Burkina Faso

20. Solusi Masalah Sampah di Indonesia

21. Terorisme Singapura: Dulu dan Kini

22. Potensi Maritim Indonesia dan Masalahnya

23. Tentera Singapura

24. Bahasa Gaul “Singlish”

25. Jasa yang Tak Terlupakan

26. Indonesia, Negara yang Berpotensi Besar

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yakni teknik

dokumentasi. Teknik ini dugunakan untuk mendapatkan data primer yaitu dari

hasil pengajuan proposal penelitian pada pihak Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma untuk memperoleh karangan- karangan pemelajar di ILCIC

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020. Dari hasil

pengajuan proposal penelitian tersebut, peneliti akan memperoleh data karangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

52

yang nantinya akan dianalisis kesalahan berbahasanya sesuai dengan tataran

fonologi bidang ejaan dan morfologi.

Ada pun teknik analisis lain yang digunakan ialah teknik analisis dokumen

dengan pencatatan. Teknik ini digunakan untuk mencatat berbagai kesalahan

berbahasa yang muncul dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3.4 Instrumen Penelitian

Menyusun insturmen merupakan langkah penting dalam pola prosedur

penelitian. Instrumen memiliki fungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data

yang diperlukan. Instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yakni

peneliti sendiri dengan berbekal pedoman teori kesalahan berbahasa dalam kategori

taksonomi linguistik menggunakan teori dari para ahli. Bogdan dan Bikien

(1982:27) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, instrumen yang paling

utama adalah peneliti sendiri. Peneliti mengumpulkan data dengan bantuan

instrument pendukung yaitu instrumen pencatatan Berikut penjelasan instrumen

yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data.

a. Pencatatan

Tenik pencatatan ini dilakukan oleh peneliti untuk mencatat bentuk-bentuk

kesalahan yang terjadi dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate

sampai level advance di lembaga Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Data

ini akan diklasifikasikan sesuai dengan jenis-jenis kesalahannya. Peneliti akan

memberikan kode pada setiap karangan milik pemelajar dan tidak

mencantumkan nama pengarang.

Tabel 1 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Fonologi

Bidang Ejaan

No.

Data

karangan

Bentuk

Kesalahan

Kalimat yang

salah

Perbaikan

1.

2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

53

dst

Keterangan kode:

E1-E (seterusnya) = Urutan Data kesalahan Ejaan karangan Pemelajar BIPA

KHK = Kesalahan Huruf Kapital

KHM = Kesalahan Huruf Miring

KPK = Kesalahan Penulisan Kata

KKD = Kesalahan Kata Depan

KLB = Kesalahan Lambang Bilangan

KTB = Kesalahan Tanda Baca

KUS = Kesalahan Unsur Serapan

Tabel 2 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Morfologi

No.

Data

karangan

Bentuk

Kesalahan

Kalimat yang

salah

Perbaikan

1.

2.

dst

Keterangan kode:

M1- M (seterusnya)= Urutan Data Kesalahan Morfologi Karangan Pemelajar

BIPA

KBD = Kesalahan Bentuk Dasar

KPP = Kesalahan Penghilangan Prefiks

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

54

KPS = Kesalahan Penghilangan Sufiks

KPB = Kesalahan Peluluhan Bunyi

PM = Kesalahan Penggantian Morf

KPM = Kesalahan Penyingkatan Morf

KPem = Kesalahan Pemilihan Afiks

KPen = Kesalahan Penambahan

KK = Kesalahan Komposisi

3.5 Teknik Analisis Data

Sudaryanto (2001: 3- 6) menjelaskan bahwa analisis data merupakan teknik

yang dilakukan peneliti untuk membenahi langsung kesalahan yang terkandung

dalam data. Pembenahan tersebut timbul dari adanya tindakan mengamati,

menelaah, dan memberikan sebuah permasalahan dengan cara tertentu. Cara

tersebut merupakan cara yang khas untuk memahami kesalahan berbahasa.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis data dengan model

analisis interaktif, yaitu dengan melakukan analisis secara langsung terhadap

bentuk-bentuk kesalahan berbahasa dalam karangan pemelajar BIPA di Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma.

Adapun komponen analisis data model interaktif dipaparkan sebagai berikut:

1) Reduksi Data (Data reduction)

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data berupa karangan-karangan yang

akan diidentifikasi berdasarkan jenis kesalahannya. Data tersebut diperoleh

dari instrumen pencatatan dan instrumen berupa penjelasan penulisan

karangan.

2) Penyajian Data (Data Display)

Pada tahap ini, peneliti memberikan tanda yang menunjukkan kesalahan pada

karangan pemelajar BIPA. Untuk membantu mempermudah memberi tanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

55

yang menunjukkan adanya kesalahan berbahasa, peneliti menggunakan kartu

penanda kesalahan pada instrumen pencatatan. Peneliti menyajikan data

berupa membuat 2 kartu penanda (kartu penanda kesalahan ejaan dan kartu

penanda kesalahan morfologi) untuk mempermudah penyajian data. Setelah

memberikan tanda pada karangan yang terindikasi mengalami kesalahan,

peneliti mulai mengklasifikasikan dan mengelompokkan data sesuai dengan

jenis kesalahan yang ada yaitu kesalahan ejaan dan morfologi.

3) Kesimpulan, Melakukan verifikasi data dari hasil penelitian (Conclusion

Drawing/ Verification)

Pada tahap kesimpulan dan verifikasi data, peneliti membuat rangkuman

berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan dengan menyertakan

bukti-bukti yang valid pada tahap pengumpulan data. Kesimpulan tersebut

digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah disampaikan oleh

peneliti sejak awal.

3.6 Triangulasi Data (Pengujian Keabsahan Data)

Dalam menguji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi,

yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan seuatu yang lain di

luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai bentuk perbandingan

terhadap data itu (Moleong, 2010:330). Triangulasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah triangulasi penyidik. Triangulasi penyidik mencakup

penggunaan beberapa penyelidik berbeda penilai dalam satu evaluasi proyek

(Bachri, 2010). Penyidik yang dipilih adalah seorang ahli di bidangnya. Ibu

Septina Krismawati, S.S., M.A. adalah triangulator yang dipilih oleh peneliti

sebagai penyidik karena penelitian ini berhubungan dengan kajian linguistik.

Untuk mempermudah triangulator dalam menguji keabsahan data, peneliti

menggunakan tabel triangulasi data sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

56

Tabel 3 Format Triangulasi Data

No

Data kesalahan berbahasa bidang

ejaan

Pernyataan Penyidik

Setuju Tidak

Setuju

1. Kesalahan dalam

Pemakaian Huruf

Kapital

2. Kesalahan Huruf

Miring

3. Kesalahan

Penulisan Kata

4. Kesalahan Kata

Bentukan

5. Kesalahan dalam

Penulisan Kata

Depan

6. Kesalahan

Lambang

Bilangan

7. Kesalahan dalam

Penggunaan

Tanda Baca

8. Kesalahan Unsur Data kesalahan

Serapan tataran

berbahasa dalam

Morfologi

Pernyataa n Penyidik

No Setuju Tidak

Setuju

1. Kesalahan

Menentukan

Bentuk Dasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

57

2. Kesalahan pada

Penghilangan

Afiks

3. Kesalahan

nasalisasi dan

peluluhan dalam

proses afiksasi.

4. Kesalahan pada

Penggantian

Morf

5. Kesalahan pada

Penyingkatan

Morf mem-,

men-, meng-,

meny-,dan

menge-

6. Kesalahan

Berbahasa

Tataran

Reduplikasi

(Pengulangan

Kata Majemuk

yang kurang

tepat)

7. Kesalahan

Berbahasa

Tataran

Komposisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bagian bab IV ini berisi uraian terkait tiga pembahasan, yaitu (1) deskripsi

data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan hasil penelitian. Berikut uraian tiga

pembahasan tersebut.

4.1 Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini berupa kutipan kalimat yang terindikasi

mengalami kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan kesalahan

berbahasa pada tataran morfologi pada karangan pemelajar BIPA di Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020. Kutipan kalimat yang

terindikasi mengalami kesalahan berbahasa tersebut ditulis menggunakan kode

yang sudah dijelaskan pada instrumen penelitian.

Berdasarkan langkah-langkah pengumpulan data pada bab III, peneliti

akan menyajikan data terkait kesalahan berbahasa karangan pemelajar BIPA di

ILCIC (Indonesian Language and Culture Intensive Course) Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi.

4.1.1 Profil Lembaga Bahasa (Indonesian Language and Culture Intensive Course)

Lembaga Bahasa memulai pelayanannya pada bulan Juli 1992 menggunakan nama

Pusat Pengembangan dan Pelatihan Bahasa Universitas Sanata Dharma. Pada awal

berproses, institusi ini hanya menawarkan pelatihan intensif budaya dan bahasa

Indonesia untuk mahasiswa dan dosen dari Universitas Edith Cowan, Perth, dan

Australia.

Dalam perkembangannya, P3Bahasa telah menawarkan tidak hanya pelatihan

bahasa Indonesia kepada dosen dan mahasiswa dari Australia, tetapi juga untuk para

ekspatriat yang ingin bekerja di Indonesia maupun mahasiswa asing dan mahasiswa

Indonesia yang ingin mendalami bahasa dan budaya di universitas.

Pada bulan Oktober tahun 2005, Pusat Pengembangan dan Pelatihan Bahasa

Universitas Sanata Dharma merubah namanya menjadi Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma. Dengan adanya perubahan ini, Lembaga Bahasa dituntut untuk

59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

60

meningkatkan metode pengajarannya, bahan-bahan ajar, dan sumber daya manusia

untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan para konsumen.

Lembaga Bahasa menggunakan kurikulum CEFR (Common European Framework

of Reference for Languages). Berdasarkan kurikulum ini, kelompok tim pengembang

materi mengembangkan silabus dan buku ajar BIPA sehingga menghasilkan beberapa

buku ajar. Buku ajar yang dimiliki oleh Lembaga Bahasa yaitu buku reguler Pemula

1, Pemula 2, Madya 1, Madya 2, Lanjut 1, dan Lanjut 2.

Terdapat beberapa buku ajar yang dikembangkan khusus sesuai kebutuhan

pemelajar, yaitu Buku School Tour (untuk pemelajar SMP/SMA dari Australia), Buku

USINDO (untuk mahasiswa S1, S2/pekerja dari Amerika), Buku Konkuk (untuk

mahasiswa dari Universitas Konkuk Korea), Buku KSU (untuk mahasiswa dari

Universitas Kyoto Sangyo, Jepang), dan bahan ajar ISP (Indonesian Language for

Specific Purposes) untuk pemelajar yang sudah selesai belajar bahasa Indonesia

sampai level Lanjut 2 dan ingin belajar dengan topik khusus.

Terdapat juga bahan ajar khusus untuk para misionaris yang akan bertugas di

Indonesia. Apabila dilihat dari buku ajar yang dikembangkan, pemelajar yang belajar

bahasa Indonesia di Lembaga Bahasa sangat beragam. Pemelajar tersebut ada yang

berusia 12 hingga 40 tahun ke atas. Ada pemelajar privat (datang perseorangan dan

meminta kelas bahasa), seperti pemelajar misionaris dari Italia, Kongo, Thailand,

Myanmar, dan India.

Ada juga pemelajar kelompok/grup (datang dari sekolah dan universitas), seperti

dari Scotch College, Hellena College, Mandurah College, dll. dari Australia,

Universitas Nanzan dan Kyoto Sangyo dari Jepang, Universitas Konkuk Korea,

Program Darmasiswa, Program VIA (Volunteer in Asia), dan Program USINDO dari

Amerika. Pemelajar kelompok/grup biasanya datang 2 kali dalam 1 tahun. Ada juga

yang datang 1 kalli dalam 1 tahun. Selain mahasiswa, ada juga pemelajar ibu rumah

tangga yang belajar bahasa Indonesia karena akan tinggal dan bekerja di Indonesia.

Ada juga peneliti yang belajar karena akan melaksanakan penelitian di Indonesia.

Selain itu, terdapat juga kelas kecil untuk pemelajar privat. Ada juga laboratorium

bahasa, televisi, tape untuk memfasilitasi kelas mendengarkan. Terdapat juga ruang

minum untuk pemelajar beristirahat dan makan snack dan ada juga ruang Self Access

Center. Berkaitan dengan fasilitas, terkadang Lembaga mengalami kendala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

61

terbatasnya ruangan. Hal ini terjadi karena Lembaga Bahasa tidak hanya memiliki

devisi bahasa asia (bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Mandarin, bahasa Korea,

dan bahasa Jepang), tetapi juga ada devisi bahasa Inggris setiap sore hari sehingga

kadang ruangan terbatas.

Selain kelas bahasa, Lembaga Bahasa juga menawarkan kelas-kelas budaya,

seperti kelas gamelan, kelas membatik, kelas perak, kelas janur, kelas membuat jamu,

kelas memasak, kelas membuat wayang. Ada juga fieldstudy ke radio, stasiun televisi

dan ada beberapa tour, seperti ke Candi Borobudur, Candi Prambanan, Keraton

Yogyakarta, Taman Sari, dan sekitarnya.

Pengajar di Lembaga Bahasa berjumlah 22 orang yang merupakan alumni atau

mahasiswa S1 dan S2 Universitas Sanata Dharma (mahasiswa minimal semester 5)

dari jurusan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Namun, tahun lalu Lembaga Bahasa

membuka kesempatan juga untuk mahasiswa S2 di luar Universias Sanata Dharma.

Para pengajar terntunya memiliki kompetensi profesionalitas pengajar yang baik.

4.2 Analisis Data

Peneliti menganalisis data berdasarkan urutan kesalahan mulai dari kesalahan

pada tataran fonologi bidang ejaan hingga kesalahan pada tataran morfologi.

Kesalahan ejaan yaitu, (penggunaan huruf kapital, penggunaan huruf miring,

penulisan kata depan, penulisan lambing bilangan, penulisan unsur serapan, dan

penggunaan tanda baca), kesalahan tataran morfologi, yaitu (kesalahan pada

pemilihan afiks, penghilangan prefiks, penghilangan sufiks, penambahan afiks,

kesalahan pada penggantian morf, dan kesalahan peluluhan bunyi.)

4.2.1 Kesalahan Ejaan

Bahasa Indonesia memiliki pedoman ejaan yang ditulis dalam

buku berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Pedoman

Umum Pembentukan Istilah. Buku tersebut memuat materi, yaitu (1)

Pemakaian Huruf, (2) Penulisan Kata, (3) Pemakaian Tanda Baca, (4)

Penulisan Unsur Serapan, (5) Pedoman Pemmenggalan Kata, (6) Imbuhan

Bahasa Indonesia, dan (7) Bentuk Terikat Bahasa Asing.

Berdasarkan penjalasan di atas, penulisan yang baik dan benar

perlu disesuaikan dengan kaidah ejaan dalam bahasa Indonesia. Suatu

ejaan bahasa ikut menentukan kebaukan dan ketidakbakuan kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

62

Nasucha, dkk (2009: 92) menjelaskan bahwa realitas kesalahan pemakaian

bahasa sebagian besar disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan,

terutama tanda baca, penulisan kata depan, dan pemakaian huruf kapital.

Peneliti akan menguraikan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada

tataran fonologi bidang ejaan dalam karangan pemelajar BIPA

berdasarkan buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan

mengelaborasi hasil analisis menggunakan buku berjudul Analisis

Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Kesalahan dalam

tataran fonologi bidang ejaan yang ditemukan dalam karangan pemelajar

BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Periode

2019-2020. Kesalahan tersebut terdiri atas (1) kesalahan penggunaan

huruf kapital, (2) kesalahan penggunaan huruf miring, (3) kesalahan pada

penulisan kata, (4) kesalahan penulisan kata depan, (5) kesalahan

penulisan angka atau lambang bilangan, (6) kesalahan penulisan unsur

serapan, dan (7) kesalahan penggunaan tanda baca.

4.2.1.1 Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital

Dalam penelitian ini, kesalahan penggunaan huruf kapital yang

ditemukan dalam karangan pemelajar BIPA adalah sebanyak 28

kesalahan. Untuk itu, peneliti akan menguraikan beberapa kesalahan

penggunaan huruf kapital yang ada pada karangan pemelajar BIPA.

1) Beragam Masalah Sosial Di Singapura (E2, judul)

2) (…). di sini pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa (E3,p2,k3)

3) Pengaruh Televisi + Radio pada anak-anak (E7, judul)

Kesalahan pada data nomor (1), yaitu kesalahan penulisan huruf

kapital pada judul. Kesalahan tersebut terletak pada penulisan kata tugas

dalam sebuah judul. Penggunaan huruf kapital pada penulisan judul

tersebut tidak benar karena penulisan huruf kapital digunakan sebagai

huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna)

dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali

kata tugas, seperti di, ke, dari dan, yang, dan untuk. Pada judul nomor 1,

penulis menggunakan kata tugas di. Namun, penulisan tersebut kurang

tepat karena penulis menggunakan huruf kapital pada kata tugas di. Sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

63

dengan kaidah kebahasaan yang benar, penulisan judul yang

menggunakan kata tugas di, ke, dari dan, yang, dan untuk tidak ditulis

menggunakan huruf kapital.

Kesalahan yang berbeda, tetapi masih dalam lingkungan kesalahan

pada penggunaan huruf kapital dapat ditemukan pada data nomor (2).

Penulisan kata di sini dengan menggunakan huruf kecil pada huruf

pertama di awal kalimat kurang tepat karena huruf kapital digunakan

sebagai huruf pertama di awal kalimat. Huruf pertama untuk mengawali

kalimat seharusnya ditulis menggunakan huruf kapital.

Kesalahan penggunaan huruf kapital pada kalimat nomor (3) dalam

judul, terjadi pada penulisan kata ulang sempurna. Dalam judul Pengaruh

Televisi + Radio pada anak-anak, kata anak-anak termasuk dalam kata

ulang sempurna. Pada kasus penulisan judul, kata ulang sempurna

seharusnya menggunakan huruf kapital karena dalam buku PUEBI (2017:

10) dijelaskan bahwa huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama

semua kata (termasuk semua unusr bentuk ulang sempurna) dalam nama

negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen.

Kesalahan pada data nomor (1), (2), dan (3) memang sering dijumpai

pada karangan-karangan setiap orang. Terkadang hal ini menjadi hal yang

kurang disoroti penggunaannya yang sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Berdasarkan kesalahan penggunaan huruf kapital yang ditemukan

dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah

sebagai berikut.

1a) Beragam Masalah Sosial di Singapura (E2, judul)

2a) (…). Di sini pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa

(E3,p2,k3)

3a) Pengaruh Televisi + Radio pada Anak-Anak (E7, judul)

4.2.1.2 Kesalahan dalam Penulisan Huruf Miring

Pada karangan pemelajar BIPA, ditemukan adanya beberapa

kesalahan pada penggunaan huruf miring. Terdapat sebanyak tujuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

64

kesalahan. Untuk itu, peneliti akan menguraikan bentuk-bentuk kesalahan

pada penggunaan huruf miring. Berikut contoh kesalahan yang terjadi.

1) Walaupun sudah menjadi negara yang modern dan canggih, Singapura

ternyata punya sebuah festival tradisi unik yang bernama Hungry

Etnos Festival atau Festival Hantu Lapar. (E4,p1,k1)

2) (…) kami pulang ke hometown saya. (E16,p3,k2)

Pemakaian huruf miring pada data nomor (1) dapat dikatakan

kurang tepat karena pada kalimat di atas, ditemukan adanya istilah asing

yang tidak ditulis menggunakan huruf miring. Dalam buku PUEBI

(2017:13) dijelaskan bahwa huruf miring dipakai untuk menuliskan kata

dalam bahasa asing atau bahasa daerah. Pada data nomor (1), kata

“Hungry Etnos Festival” merupakan istilah asing yang tidak diserap oleh

bahasa Indonesia. Untuk itu penulisan yang tepat menggunakan huruf

miring “Hungry Etnos Festival”

Pada data nomor (2), kata “hometown” merupakan bahasa asing

yang tidak termasuk dalam kata dalam bahasa Indonesia. Pada dasarnya,

huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam

bahasa daerah atau bahasa asing. Jadin penulisan bahasa asing yang baik

dan benar adalah “kami pulang ke hometown saya”.

Pada penulisan unsur bahasa daerah atau bahasa asing memiliki

catatan khusus yaitu ditulis menggunakan tulisan tangan atau mesin tik

(bukan termasuk komputer), penulisan yang seharusnya dicetak miring

ditandai dengan tanda garis bawah. Penulisan kalimat yang benar adalah

sebagai berikut.

1a) Walaupun sudah menjadi negara yang modern dan canggih,

Singapura ternyata punya sebuah festival tradisi unik yang

bernama Hungry Etnos Festival atau Festival Hantu Lapar.

(E4,p1,k1)

2a) (…) kami pulang ke hometown saya. (E16,p3,k2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

65

4.2.1.3 Kesalahan Penulisan Kata

Pada karangan pemelajar BIPA ditemukan adanya beberapa

kesalahan penulisan kata, ditemukan sebanyak enam kesalahan.

Kesalahan tersebut terjadi apda penulisan kata dasar. Berikut bentuk

kesalahan pada penulisan kata dasar.

1) Masalah itu tidak akan berakhir tetapi dapat di kurangi jika di

tangani. (E2,p1,k3)

2) Orangtua selalu menonton dengan saya Dan berbicara dengan saya

tentang pentas itu. (E16,p2,k3)

3) Melalui upaya Singapura selama lima puluh tahun terakhir,

Singapura sudah membangun pertahanan dan hubungan yang

cukup kuat antar negara. (E23,p7,k1)

Pada data nomor (1) penulisan kata di kurangi dan di tangani

kurang tepat karena kata tersebut termasuk dalam kata bentukan yang

mengalami pemberian afiks di- bukan mengalami pemberian kata depan.

Setyawati (2010: 151) menjelaskan bahwa kata bentukan yang mendapat

prefiks atau sufiks, ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Kata di kurangi

merupakan kata yang bermakna sebagai kata kerja dalam kalimat pasif.

Begitu juga pada kata di tangani yang juga bermakna sebagai kata kerja

dalam kalimat pasif.

Penulisan kata yang keliru juga ditemukan pada data nomor (2).

Pada data nomor (2) yang menjadi letak kesalahannya adalah pada

penggunaan kata majemuk. Kata orang tua merupakan kata majemuk

yang terdiri dari dua kata yang mengandung satu makna. Penulisan yang

sesuai dengan kaidah kebahasaan adalah ditulis secara terpisah. Namun,

pada data nomor (2) penulis menggabungkan kedua kata tersebut.

Kesalahan pada penulisan kata yang selanjutnya ditemukan pada

data nomor (3). Kesalahan tersebut ialah penulisan kata bentukan.

Pembentukan kata baru dengan menggunakan kata antar, memberi makna

yaitu “di antara lebih dari dua hal”. Penulisan yang sesuai dengan kaidah

kebahasaan adalah dengan tidak memisahkan kata antar dengan kata yang

mengikutinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

66

Berdasarkan kesalahan penulisan kata yang ditemukan dalam

karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah sebagai

berikut.

1a) Masalah itu tidak akan berakhir tetapi dapat dikurangi jika

ditangani.

2a) Orang tua selalu menonton dengan saya dan berbicara dengan

saya tentang pentas itu.

3a) Melalui upaya Singapura selama lima puluh tahun terakhir,

Singapura sudah membangun pertahanan dan hubungan yang

cukup kuat antarnegara.

4.2.1.4 Kesalahan Penulisan Kata Depan

Kata depan, seperti di, ke, dan dari ditulis secara terpisah dari kata

yang mengikutinya. Kata depan di memiliki fungsi sebagai penunjuk kata

keterangan sehingga penulisannya ditulis secara terpisah dari kata

setelahnya.

Dalam karangan pemelajar BIPA sebanyak 26 karangan, ditemukan

sebanyak lima kesalahan penulisan kata depan. Berikut bentuk kesalahan

pada penulisan kata depan.

1) Masalah itu yang kita berbicarakan disini adalah masalah sosial.

(E2,p1,k4)

2) Pertunjukan Festival Getal itu dilakukan untuk memperingati

festival itu dan juga menghibur arwah yang mengunjungi di

manusia. (E4,p2,k12)

3) Getal bisa untuk orang hidup menonton, tetapi kursi yang

diletakkan didepan panggung hanya untuk arwah saja. (E4,p2,k13)

Penulisan kata depan yang kurang tepat dapat dicermati pada kalimat

nomor (1). PUEBI (2017: 22) menjelaskan bahwa kata depan seperti di,

ke, dan dari, harus ditulis terpisah dari kata yang menyertainya. Kata disini

dapat dikatakan salah satu bentuk kesalahan penulisan kata depan. Kata

disini pada kalimat di atas menempati unsur keterangan dalam kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

67

Kata di dalam kalimat tersebut merupakan kata depan, bukan prefiks

(awalan). Dalam penulisan kata dengan yang baik dan benar harus ditulis

terpisah dari kata yang mengikutinya.

Penggunaan kata depan pada data nomor (2) tidak tepat karena pada

kalimat nomor (2) preposisi di seharusnya tidak perlu dituliskan. Apabila

kata depan (preposisi) di digunakan pada kalimat tersebut membuat

kalimat tersebut tidak berterima. Jadi, penulisan yang tepat adalah dengan

menghilangkan preposisi di pada kalimat tersebut. Penulisan yang baik

dan benar adalah “Pertunjukan Festival Getal itu dilakukan untuk

memperingati festival itu dan juga menghibur arwah yang mengunjungi

manusia”.

Penggunaan kata depan didepan pada data nomor (3) juga dapat

diangggap tidak benar. Kata didepan termasuk dalam kata yang memiliki

posisi sebagai kata keterangan. Preposisi di seharusnya ditulis secara

terpisah dari kata yang mengikutinya. Untuk itu, kalimat yang benar

adalah “Getal bisa untuk orang hidup menonton, tetapi kursi yang

diletakkan di depan panggung hanya untuk arwah saja”.

Berdasarkan kesalahan penulisan kata depan yang ditemukan dalam

karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah sebagai

berikut.

1a) Masalah itu yang kita berbicarakan di sini adalah masalah sosial.

2a)

Pertunjukan Festival Getal itu dilakukan untuk memperingati

festival itu dan juga menghibur arwah yang mengunjungi

manusia.

3a) Getal bisa untuk orang hidup menonton, tetapi kursi yang

diletakkan di depan panggung hanya untuk arwah saja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

68

4.2.1.5 Kesalahan Lambang Bilangan

Dalam kararangan pemelajar BIPA, ditemukan sebanyak enam

belas kesalahan penulisan lambang bilangan. Berikut uraian bentuk

kesalahan-kesalahan yang ditemukan.

1) Singapura adalah sebuah pulau yang mempunyai penduduk yang

beragam jumlah kira-kira 6 juta jiwa, terdiri dari Cina, Melayu,

India, Kaukasoid dan berbagai keturunan Asia. (E3,p1,k1)

2) Sebenarnya dia tidak tinggal di rumah karena dia tinggal di gubuk

kecil di dalam Tempat Pembuangan Sampah dengan ibunya yang

adalah pemulung dan 2 adik. (E3,p5,k2)

3) Dari sekolah ke rumah saya kira-kira 30 menit. (E18,p3,k2)

Penulisan angka pada data nomor (1) dapat dikatakan tidak benar

karena angka enam meruapakan bilangan yang masih dapat dinyatakan

dnegan satu kata. Dalam buku PUEBI (2017: 27) dijelaskan bahwa

bilangan dalam teks yang masih bisa dinyatakan dengan satu atau dua kata

ditulis dengan huruf, kecuali jika ditulis secara berurutan seperti dalam

perincian.

Penulisan angka atau lambang bilangan pada data nomor (2) juga

mengalami kesalahan yang sama dengan data nomor (1). Penulisan angka

“2” pada kalimat tersebut tidak benar karena bilangan dalam sebuah teks

yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf.

Penulisan angka pada data nomor (3) juga mengalami kesalahan

karena angka “30” sebenarnya dapat dinyatakan dengan dua kata sehingga

penulisan yang benar adalah dengan ditulis menggunakan huruf. Jadi,

penulisan angka yang benar dalam kalimat tersebut adalah “Dari sekolah

ke rumah saya kira-kira tiga puluh menit”.

Berdasarkan kesalahan penulisan lambang bilangan yang ditemukan

dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah

sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

69

1a) Singapura adalah sebuah pulau yang mempunyai penduduk yang

beragam jumlah kira-kira enam juta jiwa, terdiri dari Cina,

Melayu, India, Kaukasoid dan berbagai keturunan Asia.

2a) Sebenarnya dia tidak tinggal di rumah karena dia tinggal di gubuk

kecil di dalam Tempat Pembuangan Sampah dengan ibunya yang

adalah pemulung dan dua adik.

3a) Dari sekolah ke rumah saya kira-kira tiga puluh menit.

4.2.1.6 Kesalahan Penulisan Unsur Serapan

Dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level

advance, ditemukan dua kesalahan penggunaan unsur serapan. Berikut

uraian kesalahan penggunaan unsur serapan.

1) Semua orang mempunyai akun media social, contohya Facebook,

Instagram, atau Twitter. (E5,p5,k6)

2) “Pinjam me 5 dollarlah”, adalah salah satu contoh bahasa Inggris

bercampur dengan bahasa Melayu. (E24,p2,k7)

Penulisan unsur serapan pada kalimat nomor (1) dan (2) ditandai

dengan kata dari bahasa asing yaitu kata social dan kata dollar. Kata social

dan kata dollar merupakan kata yang diserap ke dalam bahasa Indonesia

dengan mengganti penulisan dan pelafalannya ke dalam bahasa Indonesia.

Kata tersebut diserap menjadi kata sosial dan dolar. Namun, pada kalimat

nomor (1) kata social tidak ditulis menggunakan kata sosial. Begitu pula

dengan penulisan unsur serapan pada kalimat nomor (2) yang seharusnya

ditulis menggunakan kata dolar. Jadi, penulisan yang tepat adalah sebagai

berikut.

1a) Semua orang mempunyai akun media sosial, contohya Facebook,

Instagram, atau Twitter. (E5,p5,k6)

2a) “Pinjam me 5 dolar lah”, adalah salah satu contoh bahasa Inggris

bercampur dengan bahasa Melayu. (E24,p2,k7)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

70

4.2.1.7 Kesalahan tanda baca

Dalam karangan pemelajar BIPA, terdapat 133 kesalahan pada

penggunaan tanda baca. Kesalahan tersebut terdiri atas: (a) 33 kesalahan

tanda titik, (b) 80 kesalahan pada tanda koma, (c) 3 kesalahan tanda titik

koma, (d) 1 kesalahan tanda titik dua, (e) 5 kesalahan tanda hubung, dan

(f) 11 kesalahan tanda petik.

a. Tanda Titik (.)

Ditemukan sebanyak 33 kesalahan pada tanda titik dalam karangan

pemelajar BIPA. Berikut bentuk kesalahan yang ditemukan dalam

karangan pemelajar BIPA.

1) Oleh karena itu, manusia bisa terus menerima energi yang konstan

(E5,p3,k3)

2) Bertahun-tahun yang lalu, manusia hanya menghubungkan melalui

berkirim surat atau bertemu Biasanya, komunikasi itu perlu banyak

waktu dan kira-kira, informasi sudah hilang. (E5,p4,k2)

3) … karena kami dapat memperoleh informasi hampir secara instan,

manusia menjadi lebih efisien dalam pekerjaan dan pembelajaran

(E5,p7,k2)

Penggunaan tanda titik pada data nomor (1), (2), dan (3) menjadi

tidak tepat karena penulis tidak menyertakan tanda titik untuk mengakhiri

suatu kalimat pernyataan atau untuk memisahkan kalimat satu dengan

kalimat yang lain. Pada kalimat di atas, di setiap akhir kalimat tidak ada

tanda titik sehingga kalimat tersebut kurang tepat. Oleh karena itu,

penulisan yang benar adalah sebagai berikut.

1a) Oleh karena itu, manusia bisa terus menerima energi yang

konstan. (E5,p3,k3)

2a) Bertahun-tahun yang lalu, manusia hanya menghubungkan

melalui berkirim surat atau bertemu. Biasanya, komunikasi itu

perlu banyak waktu dan kira-kira, informasi sudah hilang.

(E5,p4,k2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

71

3a) … karena kami dapat memperoleh informasi hampir secara

instan, manusia menjadi lebih efisien dalam pekerjaan dan

pembelajaran. (E5,p7,k2)

b. Tanda Koma (,)

Kesalahan pada penggunaan ejaan dalam karangan pemelajar BIPA

level intermediate sampai level advance paling banyak didominasi oleh

Kesalahan pada tanda koma. Kesalahan penggunaan tanda baca koma

ditemukan sebanyak 80 kesalahan dalam karangan pemelajar BIPA.

1) Perkembangan Teknologi, Internet (E1, judul)

2) Jadi orang tua sudah tidak perlu keluar dari rumahnya dan bisa

berbelanja melalui ponsel. (E1,p3,k10)

3) Akhirnya, jumlah penduduk Indonesia adalah yang terbesar ke-

empat di dunia, dan ini berpotensi untuk menjadikan Indonesia

sebagai ekonomi importer yang sangat signifikan. (E26,p4,k1)

Penggunaan tanda baca koma pada data nomor (1) termasuk dalam

bentuk judul yang tidak benar. Tanda baca koma seharusnya diganti

dengan konjungsi “dan” karena pada judul tersebut tidak memuat unsur

pemerinci atau pembilang sehingga tanda baca koma kurang tepat untuk

digunakan. Oleh karena itu, penulisan judul yang tepat adalah

“Perkembangan Teknologi dan Internet”

Penggunaan tanda baca koma pada data nomor (2) termasuk contoh

penulisan yang kurang tepat karena sesuai dengan kaidah yang ada pada

buku PUEBI (2017: 36) dijelaskan bahwa tanda baca tanda koma

digunakan di belakang kata penghubung antarkalimat, seperti oleh karena

itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun

demikian. Pada kalimat nomor (2), seharusnya setelah kata jadi yang

merupakan kata penghubung harus ditulis tanda koma setelah kata

tersebut. Jadi, penulisan yang tepat adalah “Jadi, orang tua sudah tidak

perlu keluar dari rumahnya dan bisa berbelanja melalui ponsel”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

72

Penggunaan tanda baca koma pada data nomor (3) juga tidak benar.

Penulis menyisipkan tanda baca koma yang tidak mengandung unsur

pemerinci atau pembilang. Sebelum konjungsi dan seharusnya penulis

tidak perlu menyertakan tanda baca koma. Jadi, penulisan yang tepat

adalah “Akhirnya, jumlah penduduk Indonesia adalah yang terbesar ke-

empat di dunia dan ini berpotensi untuk menjadiakn Indonesia sebagai

ekonomi importer yang sangat signifikan”.

Berdasarkan kesalahan penggunaan tanda koma yang ditemukan

dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah

sebagai berikut.

1a) Perkembangan Teknologi dan Internet. (E1, judul)

2a) Jadi, orang tua sudah tidak perlu keluar dari rumahnya dan bisa

berbelanja melalui ponsel. (E1,p3,k10)

3a) Akhirnya, jumlah penduduk Indonesia adalah yang terbesar ke-

empat di dunia dan ini berpotensi untuk menjadikan Indonesia

sebagai ekonomi importer yang sangat signifikan. (E26,p4,k1)

c. Tanda Titik Koma (;)

Kesalahan pada penggunaan tanda baca titik koma dalam karangan

pemelajar BIPA ditemukan sebanyak 3 (tiga) kesalahan. Berikut bentuk

kesalahan tanda titik koma dalam karangan pemelajar BIPA.

1) Televisi, dan acara televisi; bisa memberi orang tua istirahat dari

anak-anak selama beberapa waktu. (E7,p1,k7)

2) Tempat itu ada lima rumah; satu kantor; satu perpustakaan; satu

ruang untuk bermain dan menonton film. (E17,p2,k5)

3) Saya juga mengenal banyak orang di sana seperti pater; suster; ibu

dan lain-lain. (E17,p2,k10)

Kesalahan penggunaan tanda titik koma pada data nomor (1)

terletak pada penggunaan tanda titik koma yang kurang tepat karena dalam

kalimat tersebut, tidak terdapat bagian-bagian pemerinci yang harus

dipisahkan menggunakan tanda titik koma. Pada kalimat nomor (1) tanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

73

titik koma sebaiknya tidak perlu digunakan. Dengan demikian, penulisan

yang benar adalah “Televisi, dan acara televisi bisa memberi orang tua

istirahat dari anak-anak selama beberapa waktu”.

Penggunaan tanda titik koma pada kalimat nomor (2) dapat

dikatakan tidak benar karena dalam kalimat tersebut, tanda titik koma

tidak digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan

antara kalimat setara yang satu dengan kalimat setara yang lain. Tanda

baca yang seharusnya digunakan adalah tanda koma karena tanda baca

koma lebih sesuai apabila digunakan pada kalimat nomor (2). Oleh karena

itu, penulisan kalimat yang benar adalah “Tempat itu ada lima rumah, satu

kantor, satu perpustakaan, satu ruang untuk bermain, dan menonton film”.

Penggunaan tanda titik koma pada kalimat nomor (3) kurang tepat

karena kalimat nomor (3) termasuk kalimat yang mengandung unsur

pemerinci atau pembilangan dan bukan termasuk tanda pengganti kata

penghubung untuk memisahkan antara kalimat setara yang satu dengan

kalimat setara yang lain. Untuk itu, tanda baca yang lebih tepat digunakan

adalah tanda baca koma (,). Dengan demikian, kalimat yang benar adalah

“Saya juga mengenal banyak orang di sana, seperti pater, suster, ibu, dan

lain-lain”.

Berdasarkan kesalahan penggunaan tanda titik koma yang ditemukan

dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah

sebagai berikut.

1a) Televisi dan acara televisi bisa memberi orang tua istirahat dari

anak-anak selama beberapa waktu. (E7,p1,k7)

2a) Tempat itu ada lima rumah, satu kantor, satu perpustakaan, satu

ruang untuk bermain dan menonton film. (E17,p2,k5)

3a) Saya juga mengenal banyak orang di sana, seperti pater, suster,

ibu, dan lain-lain. (E17,p2,k10)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

74

d. Tanda Titik Dua (:)

Dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level

advance, ditemukan sebanyak satu kesalahan pada tanda titik dua. Berikut

uraian kesalahan tanda titik dua.

1) Setelah itu pangeran Bandung bertanya kepada Roro Jonggrang:

“Apakah putri Roro mau menikah dengan saya?” (E13,p7,k1)

Kalimat nomor (1) merupakan kalimat yang mengandung kalimat

petikan langsung. Pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia,

dijelaskan bahwa tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata

yang menunjukkan pelaku dalam percakapan, sedangkan kalimat nomor

(1) tidak termasuk menunjuk pada percakapan dalam naskah, sehingga

tanda baca yang sesuai digunakan pada kalimat nomor (1) adalah tanda

baca koma. Jadi, penulisan yang benar adalah “Setelah itu pangeran

Bandung bertanya kepada Roro Jonggrang, “Apakah putri Roro mau

menikah dengan saya?”

e. Tanda Hubung (-)

Dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level

advance, ditemukan sebanyak sembilan kesalahan pada penulisan tanda

hubung. Berikut uraian kesalahan tanda hubung pada karangan pemelajar

BIPA.

1) Lalu, pada 1980an, telepon ditemukan. (E5,p6,k2)

2) …, misalnya, mencari barang. barang bekas di jalan. (…)

(E10,p3,k2)

3) Setiap hari, Christian setelah menjual barang barang bekasnya,

(…) (E11,p6,k3)

Pada kalimat nomor (1) ditemukan adanya penggunaan kata tahun

menggunakan angka dengan –an. Dalam buku berjudul Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia (2017: 42) dijelaskan mengenai penggunaan

tanda hubung yang digunakan untuk merangkai angka dengan –an. Tanda

hubung digunakan untuk merangkai angka dengan –an. Untuk itu,

penulisan yang benar adalah “Lalu, pada 1980-an, telepon ditemukan”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

75

Penggunaan tanda hubung pada kalimat nomor (2) tidak

ditemukan. Pada kalimat tersebut terdapat kata ulang barang- barang yang

merupakan kata ulang yang seharusnya penulisannya menggunakan tanda

hubung karena tanda hubung memang digunakan untuk menyambung

unsur kata ulang sehingga tanda titik seharusnya diganti menggunakan

tanda hubung. Jadi, penulisan yang tepat adalah “…, misalnya, mencari

barang- barang bekas di jalan. (…)”.

Pada kalimat nomor (3) terdapat kata ulang barang-barang. Dalam

kalimat nomor (3) tidak dihadirkan tanda hubung untuk menyambung

unsur kata ulang sehingga kalimat tersebut tidak benar. Jadi, penulisan

yang benar adalah “Setiap hari, Christian setelah menjual barang- barang

bekasnya, (…)”.

Berdasarkan kesalahan penggunaan tanda titik hubung yang

ditemukan dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan

benar adalah sebagai berikut.

1a) Lalu, pada 1980-an, telepon ditemukan. (E5,p6,k2)

2a) …, misalnya, mencari barang-barang bekas di jalan. (…)

(E10,p3,k2)

3a) Setiap hari, Christian setelah menjual barang-barang bekasnya,

(…) (E11,p6,k3)

f. Tanda Petik (“…”)

Dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level

advance diitemukan empat kesalahan penggunaan tanda petik. Berikut

uraian kesalahan pada penggunaan tanda petik.

1) Skill future adalah gerakan nasional untuk memberikan setiap

rakyat Singapura peluang untuk belajar dan meningkatkan

keterampilannya. (E3,p5,k3)

2) Tradisi Getal sedang dilakukan pada saat Hungry Ghost Festival.

(E4,p2,k11)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

76

3) Sementara itu adalah beberapa pantang larang atau tabo pada

masa bulan itu yang terpelajar dari orang tua. (E4,p3,k3)

Pada kalimat nomor (1), (2) dan (3) mengandung kata atau istilah

yang sukar dikenali, seperti kata Skill Future, Getal, dan tabo. Kata-kata

tersebut merupakan istilah yang sukar untuk dikenali karena memiliki arti

khusus. Untuk itu, penulisan yang tepat sesuai dengan kaidah kebahasaan

bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1a) “Skill future” adalah gerakan nasional untuk memberikan setiap

rakyat Singapura peluang untuk belajar dan meningkatkan

keterampilannya. (E3,p5,k3)

2a) Tradisi “Getal” sedang dilakukan pada saat Hungry Ghost

Festival. (E4,p2,k11)

3a) Sementara itu adalah beberapa pantang larang atau “tabo” pada

masa bulan itu yang terpelajar dari orang tua. (E4,p3,k3)

4.2.2 Kesalahan Tataran Morfologi

Kaidah kebahasaan bahasa Indonesia dalam bidang pembentukan

kata sebetulnya sudah banyak dibicarakan dalam buku-buku tata bahasa.

Dalam bahasa Indonesia, bidang yang mengkaji pembentukan ialah

bidang kajian linguistik morfologi. Setyawati (2010: 43) menjelaskan

pendapatnya bahwa walaupun bidang kajian linguistik morfologi sudah

dibicarakan dalam buku-buku tata bahasa, pada realita penggunaan kata

bentukan, masih sering dijumpai adanya kesalahan-kesalahan yang

menyimpang dari kaidah kebahasaam.

Kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai pada penulisan dalam

tataran morfologi ialah (1) kesalahan pemilihan afiks, (2) kesalahan

penambahan afiks, (3) kesalahan penghilangan afiks (prefiks dan sufiks),

(4) kesalahan pada bunyi yang seharusnya luluh, tetapi tidak diluluhkan,

(5) kesalahan peluluhan bunyi yang seharusnya tidak mengalami

peluluhan, (6) penggantian morf, (7) penyingkatan morf, (8) pemakaian

afiks yang kurang tepat, dan (9) penentuan bentuk dasar yang kurang tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

77

Dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level

advance periode 2019 sampai 2020 ditemukan adanya beberapa kesalahan

pada tataran morfologi. Kesalahan yang ditemukan sebanyak 26

kesalahan, yang terdiri atas (a) 3 Kesalahan pemilihan afiks, (b) 4

kesalahan penambahan afiks, (c) 1 kesalahan penghilangan sufiks, (d) 10

kesalahan penghilangan prefiks, (e) 7 kesalahan penggantian morf, dan (f)

1 kesalahan pada bunyi yang seharusnya diluluhkan.

4.2.2.1 Kesalahan Pemilihan Prefiks

Kesalahan daalam memilih afiks artinya prefiks yang digunakan

oleh seorang penutur tidak tepat. Hal ini akan menimbulkan kalimat yang

tidak berterima dalam bahasa Indonesia. Dalam karangan pemelajar BIPA

level intermediate sampai level advance periode 2019-2020, ditemukan

adanya tiga kesalahan dalam pemilihan afiks. Kesalahan tersebut, yakni 1

kesalahan pemilihan prefiks ber- dan 2 kesalahan pemilihan prefiks meN.

1. Kesalahan Pemilihan Prefiks ber-

1) Sekarang ini anak berusia 5 tahun pun sangat berpengaruh dengan

dunia teknologi seperti TV, HP, dan Laptop karena di dalam itu

ada banyak game-game yang menarik buat mereka. (M6,p10,k1)

Pemilihan prefiks ber- pada kalimat nomor (2) tidak benar

karena tidak berterima dalam bahasa Indonesia. Pada kalimat nomor

(2), arti dari kalimat tersebut adalah ‘anak-anak usia 5 tahun terkena

pengaruh dunia teknologi’. Pemilihan prefiks ber- pada kata kerja

berpengaruh kurang tepat digunakan dalam kalimat tersebut. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata berpengaruh adalah

‘memiliki pengaruh’. Apabila dikaitkan dengan makna kalimat

tersebut, kata berpengaruh kurang berterima. Prefiks ber- pada kalimat

tersebut tidak berterima dari segi makna. Prefiks tersebut akan lebih

berterima jika menggunakan prefiks ter- sehingga kata kerja yang

tepat adalah kata terpengaruh. Makna kata terpengaruh lebih tepat

digunakan karena arti kata terpengaruh dalam KBBI adalah ‘terkena

pengaruh’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

78

2. Kesalahan Pemilihan Prefiks meN-

1) Pertama, menbedakan jenis-jenis sampah-sampah paling penting

untuk daur ulang. (M20,p2,k1)

2) Yang kedua, menbuat aturan tentang cara buang sampah.

(M20,p3,k1)

Pada kalimat (1) dan (2), pemilihan prefiks meN- dalam kata

bentukan prefiks meN-+ beda dan meN- + buat merupakan salah satu

kata bentukan yang kurang tepat digunakan pada kalimat tersebut.

dalam prefiks meN- didapati beberapa variasi, seperti prefiks men-,

mem-, menge-, meny-, dan meng-. Ramlan (1983: 73) menjelaskan

bahwa terdapat kaidah perubahan fonem /N/ pada morf meN- dan peN-

berubah menjadi fonem /m/ jika kata dasar yang mengikutinya

berawalan fonem /p/, /b/, dan /f/. Pada kalimat nomor (1) dan (2),

didapati kata dasar yaitu kata beda dan buat. Kata beda dan buat

memiliki fonem berawalan /b/. Oleh sebab itu, penggunaan proses

morfofonemik kata bentukan yang tepat ialah prefiks meN- + beda +

-kan menjadi kata membedakan dan pefiks meN- + buat menjadi

membuat. Berikut adalah bentuk kalimat yang benar.

1a) Pertama, membedakan jenis-jenis sampah-sampah paling penting

untuk daur ulang. (M20,p2,k1)

2a) Yang kedua, membuat aturan tentang cara buang sampah. (M20,p3,k1)

4.2.2.2 Kesalahan Penambahan Afiks

Kesalahan penambahan afiks dalam karangan pemelajar BIPA

adalah ketika pemelajar menggunakan prefiks yang berlebihan dan

seharusnya tidak ada pada kata kerja (verba) atau kata benda (nomina).

Berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan adanya empat kesalahan

penambahan afiks pada karangan pemelajar BIPA. Kesalahan

penambahan afiks tersebut terdiri atas (1) kesalahan penambahan

prefiks ber-, (2) kesalahan penambahan sufiks –kan, dan (3) kesalahan

penambahan prefiks meN-.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

79

1. Kesalahan Penambahan Prefiks ber-

Kesalahan penambahan prefiks ber- dari data karangan

pemelajar BIPA ditemukan bentuk kesalahan penambahan prefiks ber-

yang kurang tepat dalam sebuah kalimat. Kesalahan penambahan afiks

ber- yang ditemukan adalah penggunaan prefiks ber- dan sufiks –kan

yang kurang berterima. Berikut contoh pemilihan prefiks yang kurang

tepat.

1) Masalah itu yang kita berbicarakan di sini adalah masalah sosial.

(M2,p1,k4)

Penambahan prefiks ber- dalam kalimat nomor (1) tidak benar

karena dalam penggunaan prefiks ber- dan sufiks –kan secara

bersamaan dalam kalimat tersebut tidak berterima. Pada kalimat

nomor (1) kata kerja berbicarakan kurang tepat digunakan pada

kalimat tersebut. Penggunaan imbuhan ber-kan secara bersamaan

umunya menggunakan kata benda bukan kata kerja. Kata dasar pada

kata berbicarakan adalah kata bicara. Kata bicara merupakan kata

kerja sehingga penggunaan imbuhan ber- dan –kan secara bersamaan

kurang tepat. Prefiks ber- sebaiknya dihilangkan dan kata kerja yang

tepat digunakan pada kalimat tersebut ialah kata kerja bicarakan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak ditemukan adanya kata

berbicarakan. Oleh karena itu, penulisan kalimat yang benar adalah

“Masalah itu yang kita bicarakan di sini adalah masalah sosial”.

2. Kesalahan Penambahan Sufiks -kan

Kesalahan penambahan sufiks -kan pada suatu kata perlu

diperhatikan dengan baik agar tidak menyebabkan ketidakberterimaan

suatu kalimat. Kesalahan penambahan sufiks -kan pada karangan

pemelajar BIPA menyebabkan kalimat tidak berterima dalam bahasa

Indonesia. Berikut bentuk kesalahan penambahan sufiks –kan.

1) Faktor-faktor seperti kebudayaan, adat, intelektual, atas rakyat dan

tingkat ekonomi dapat memainkan peran untuk membentukkan dan

mengembangkan ciri-ciri karakter… (M2,p1,k10)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

80

Sufiks –kan pada kata membentukkan dalam kalimat nomor (1)

seharusnya tidak perlu digunakan. Kata kerja membentuk sudah

termasuk dalam kata kerja yang sesuai apabila digunakan pada kalimat

tersebut. Arti kata membentuk menurut KBBI adalah ‘menjadikan atau

membuat’. Jadi, pemilihan afiks yang tepat adalah dengan

menghilangkan sufiks –kan pada kata membentukkan. Penulisan yang

benar adalah “Faktor-faktor seperti kebudayaan, adat, intelektual, atas

rakyat dan tingkat ekonomi dapat memainkan peran untuk membentuk

dan mengembangkan ciri-ciri karakter…”.

3. Kesalahan Penambahan Prefiks meN-

Pada karangan pemelajar BIPA ditemukan adanya kesalahan

penambahan prefiks meN- sebagai berikut.

1) Dalam beberapa permainan yang saya menjelaskan di atas, pada

zaman saya SD, saya sangat hobi karena mempunyai banyak teman

baik dan juga mempunyai banyak musuh, karena saya tidak mau

kalah dengan yang lain. (M6,p7,k1)

Prefiks meN- pada kata menjelaskan dalam kalimat nomor (1)

seharusnya tidak perlu ditambahkan. Pada kalimat tersebut

mengandung makna bahwa ‘Berdasarkan penjelasan mengenai

macam-macam permainan, dapat disimpulkan bahwa penulis ingin

menyampaikan pengalamannya dalam bermain permainan saat SD’.

Namun, dengan adanya prefiks meN- pada kata menjelaskan

menyebabkan kalimat tersebut menjadi tidak berterima. Oleh karena

itu, penulisan kalimat yang benar adalah “Dalam beberapa permainan

yang saya jelaskan di atas, pada zaman saya SD, saya sangat hobi

karena mempunyai banyak teman baik dan juga mempunyai banyak

musuh, karena saya tidak mau kalah dengan yang lain”.

4.2.2.3 Kesalahan Penghilangan Prefiks

1. Kesalahan Penghilangan Prefiks

Kesalahan penghilangan prefiks sering dijumapi di beberapa

tulisan. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh bahasa lisan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

81

sering digunakan sehari-hari. Terdapat sepuluh (10) kesalahan

penghilangan prefiks pada karangan pemelajar BIPA, yaitu (a)

kesalahan penghilangan prefiks meN-, (b) kesalahan penghilangan

prefiks ber-, dan (c) kesalahan penghilangan prefiks di-. Berikut uraian

bentuk kesalahan penghilangan prefiks pada karangan pemelajar

BIPA.

a. Penghilangan Prefiks meN-

1) Satu orang dapat kotak atau lubang dakon itu tujuh dengan

batu-batu kecil di dalamnya. (M6,p2,k2)

Pada kalimat nomor (1) termasuk dalam kalimat aktif transitif

yang seharusnya memerlukan kata kerja aktif. Sesuai dengan kaidah,

dalam kalimat aktif, kata kerja (preedikat) harus berprefiks meng- atan

dengan kata lain menunjukan prefiks meng- (Setyawati, 2010: 44).

Pada kalimat nomor (1), ditemukan adanya kesalahan pada kata dapat.

Penghilangan afiks seperti ini dapat terjadi karena adanya pengaruh

ragam bahasa lisan. Kata dapat seharunya tidak mengalami proses

penyingkatan alomorf, sehingga penulisan yang benar adalah “Satu

orang mendapat kotak atau lubang dakon itu tujuh dengan batu-batu

kecil di dalamnya”.

b. Penghilangan Prefiks ber-

Pada karangan pemelajar BIPA ditemukan adanya kesalahan

pada penghilangan prefiks ber-. Berikut bentuk kesalahan

penghilangan prefiks ber- pada karangan pemelajar BIPA.

1) Hal ini memarahkan mahasiswa dan mereka reaksi karena itu.

(M12,p2,k3)

Pada kalimat nomor (1) ditemukan adanya kata yang

mengalami penghilangan prefiks. Kata tersebut ialah kata reaksi.

Prefiks ber- yang tidak diterangkan, tentu bukan hal yang dibenarkan

(Setyawati, 2010: 45). Kata reaksi merupakan kata dasar yang

menduduki unsur predikat dalam sebuah kalimat. Sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

82

kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, dalam unsur predikat

harus diterangkan prefiks ber-, yaitu bereaksi. Jadi, kalimat yang benar

adalah “Hal ini memarahkan mahasiswa dan mereka bereaksi karena

itu”.

Kesalahan pada Penghilangan afiks juga ditemukan dalam

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwi Hastuti (2019). Dalam

penelitian yang dilakukan, ditemukan kesalahan penghilangan prefiks

pada koran Jawa Pos edisi 9 Oktober 2019, seperti “Beda dengan

pelaksanaan pemilu 2019 kemarin” kesalahan tersebut terletak pada

kata yang bercetak tebal. Kesalahan tersebut timbul akibat adanya

pegnaruh ragam bahasa lisan yang dipakai dalam bahasa tulis. Dalam

penulisan yang baik dan benar kata beda seharusnya diberi awalan

imbuhan (prefiks) ber-. Kata beda pada kalimat di atas tidak dapat

berdiri sendiri sehingga perlu adanya imbuhan ber- untuk melengkapi

kata tersebut.

c. Penghilangan Prefiks di-

1) Yang pertama ialah jangan menginjak persembahan yang

diberikan untuk arwah, kedua jangan membunuh serangga

semacam kupu-kupu dan sejenis karena diyakini mereka

adalah keluarga manusia, ketiga larang berenang… (M4,p3,k4)

Terjadi kesalahan pembentukan kata pada kata larang pada

kalimat nomor (1). Dalam kalimat nomor (1) kata larang sebetulnya

menduduki unsur kata kerja pasif. Pada hakikatnya, kata kerja pasif

ditandai dengan adanya prefiks di- setelah kata yang mengikutinya.

Prefiks di- sebagai imbuhan diterangkan serangkai dengan kata yang

diimbuhinya (Chaer, 2011: 244). Oleh karena itu, penulisan yang

benar adalah “Yang pertama ialah jangan menginjak persembahan

yang diberikan untuk arwah, kedua jangan membunuh serangga

semacam kupu-kupu dan sejenis karena diyakini mereka adalah

keluarga manusia, ketiga dilarang berenang…”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

83

4.2.2.4 Kesalahan penghilangan Sufiks

Pada karangan pemelajar BIPA ditemukan adanya

penghilangan sufiks –kan pada konstruksi kata kerja (verba). Pada kata

kerja, bagian yang dihilangkan terjadi pada kata bentukan berkonfiks

(di-kan). Berikut bentuk kesalahan penghilangan sufiks –kan pada

karangan pemelajar BIPA.

1) Makanan, buahan, sayuran, dan minuman yang diletak di atas altar

sebagai persembahan untuk jamuan para arwah. (M4,p2,k7)

Pada kalimat nomor (1) kata diletak terdiri atas dua unsur

kebahasaan, yaitu diletak yang berasal dari kata dasar letak sebagai

unsur pusat. Kesalahan kata di atas tertetak pada pembentukan kata

kerja pasif diletak yang hanya menambahkan prefiks di- + letak saja.

Bentuk yang sesuai dengan kaidah adalah dengan menambahkan

sufiks –kan sehingga membentuk konfiks di-kan. Setelah

menambahkan sufiks –kan akan membentuk kata diletakkan. Jadi,

penulisan kalimat yang benar adalah “Makanan, buahan, sayuran, dan

minuman yang diletakkan di atas altar sebagai persembahan untuk

jamuan para arwah”.

Kesalahan pada Penghilangan sufiks juga ditemukan dalam

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwi Hastuti (2019). Dalam

penelitian yang dilakukan, ditemukan kesalahan penghilangan prefiks

pada koran Jawa Pos edisi 9 Oktober 2019, seperti “Jika dibanding

denga perolehan hingga kuartal ketiga 2017, terjadi pertumbuhan

lebih dari 25%” kesalahan tersebut terletak pada kata bercetak tebal.

Kata dibanding tidak berterima dalam kalimat di atas. Bentuk yang

benar adalah dengan menambahkan konfiks di-kan yang diletakkan

pada kata dasar banding yang berkategori nomina.

4.2.2.5 Kesalahan Penggantian Morf

1. Morf meN- Tergantikan Morf Lain

Penggantian morf menge- menjadi morf lain sering dijumpai

dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Hal ini sebrtulnya tidak perlu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

84

terjadi karena sudah terdapat kaidah yang jelas mengenai alomorf dari

prefiks meng-. Berikut bentuk kesalahan penggantian morf pada

karangan pemelajar BIPA.

1) Oleh karena itu, orang tua harus bertanggungjawab dan

menyakinkan anak-anak supaya mereka hanya menonton acara

televisi dengan ide yang baik. (M7,p1,k4)

Pada kalimat nomor (1) penggunaan morf yang kurang tepat ada

pada kata menyakinkan. Prefiks meN- akan berubah menjadi me-

apabila diikuti oleh bentuk dasar yang berawalan dengan huruf

konsonan /r/, /t/, /w/, dan /y/; serta huruf konsonan berbunyi sengau

/m/, /n/, /ny/, dan /ng/. Pada kata menyakinkan terdiri atas kata dasar

yakin yang berawal fonem /y/. Oleh karena itu, kata yang tepat adalah

meyakinkan. Penulisan kalimat yang benar adalah “Oleh karena itu,

orang tua harus bertanggungjawab dan meyakinkan anak-anak supaya

mereka hanya menonton acara televisi dengan ide yang baik”.

2. Morf penge- Tergantikan Oleh Morf pem-

Dalam pembentukan kata, prefiks peN- mengalami perubahan

bentuk sesuai dengan bentuk dasar yang mengikutinya. Fonem /N/

termasuk bunyi nasal. Bunyi nasal /N/ terdiri atas n, m, ng, dan ny.

Bunyi nasal /N/ tersebut menghasilkan variasi pada prefiks peN, yaitu

pe-, pem-, pen-, peng-, peny-, dan penge-.

Pada proses pembentukan kata tersebut, sering kali dijumpai

adanya kesalahan penggantian morf pada suatu kata. pada karangan

pemelajar BIPA ditemukan adanya kesalahan penggantian morf

sebagai berikut.

1) Pada Maret 1965, pemboman terjadi di Mac Donald House

sepanjang Jalan Orchard menewaskan tiga orang. (M21,p3,k1)

Pada kalimat nomor (1) ditemukan kesalahan pada kata pemboman.

Kata pemboman mengalami kesalahan pada penggantian morf. Prefiks

peN- mengalami perubahan menjadi prefiks penge- apabila diikuti

oleh kata dasar yang terdiri atas satu suku kata. kata pemboman berasal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

85

dari kata dasar bom. Sehingga penggunaan prefiks pem- merupakan

penggunakan prefiks yang tidak tepat. Penggunaan prefiks yang tepat

adalah prefiks penge- sehingga membentuk kata pengeboman. Jadi,

penulisan yang benar adalah “Pada Maret 1965, pengeboman terjadi

di Mac Donald House sepanjang Jalan Orchard menewaskan tiga

orang”.

4.2.2.6 Kesalahan Peluluhan Bunyi

Kesalahan yang sering ditemui pada kata dasar yang berawalan

fonem /k/, /t/, /s/, dan /p/ tidak mengalami proses peluluhan ketika

diberiimbuhan menge- atau penge-. Berikut bentuk kesalahan

peluluhan bunyi pada karangan pemelajar BIPA.

1. Bunyi yang Seharusnya Luluh Tidak Diluluhkan

1) … mengkonsumsi segala sesuatu yang ditawarkan oleh TV kepada

saya di zaman sekarang ini yang isinya bermacam-macam.

(M8,p2,k6)

Penggunaan kata mengkonsumsi pad kalimat nomor (1) kurang

tepat karena bunyi nasal /N/ pada morfem meN- berubah menjadi

fonem /ng/ apabila melekat dengan bentuk dasar yang berawalan

fonem k, g, h dank h; serta huruf vokal a, i, u, e, dan o. Setyawati

(2010: 46) menjelaskan bahwa kata-kata yang berawal fonem /k/, /t/,

/s/, dan /p/ mengalami peluluhan menjadi bunyi nasal atau bunyi

sengau, yakni /k/ menjadi /ng/, /t/ menjadi /n/, /s/ menjadi /ny/, dan /p/

menjadi /m/. jadi, kalimat yang benar adalah “… mengonsumsi segala

sesuatu yang ditawarkan oleh TV kepada saya di zaman sekarang ini

yang isinya bermacam-macam”.

Berdasarkan data yang ditemukan, peneliti menemukan contoh

lain dari penelitian terdahulu terkait kesalahan dalam peluluhan bunyi.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Dwi Hastuti (2019). Ditemukan

kesalahan bunyi yang tidak luluh tetapi diluluhkan, seperti “Demikian

sikap Siti Wakidah, 20, selama memeragakan 21 adegan rekonstruksi

pembunuhan yang ia lakukan terhadap anaknya”. Kesalahan tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

86

terjadi karena adanya peluluhan huruf “p” pada kata memeragakan.

Kata memeragakan pada kalimat tersebut berasal dari kata dasar raga

yang diberi prefiks pe- sehingga kata tersebut menjadi kata peraga.

Kata peraga seharusnya diberi konfiks me(N)-kan menjadi kata

memperagakan. Fonem /p/ tidak luluh jika ditambahkan konfiks

me(N)-kan.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa

nasional dan bahasa negara. Berdasarkan fungsi kedudukannya sebagai bahasa

nasional, bahasa Indonesia mempunyai beebrapa fungsi, antara lain (1) sebagai

lambang kebangsaan nasional, (2) sebagai lambang identitas nasional, (3) sebagai

sarana pemersatu bagi masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda-

beda baik berlatarbelakang sosial budaya maupun bahasa, dan (4) sebagai sarana

perhubungan antarbudaya dan daerah.

Menurut fungsi bahasa sebagai lambang identitas nasional, masyarakat

Indonesia perlu menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Bahasa tersebut

harus digunakan dengan baik, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis.

Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan meningkatkan

bahasa Indonesia menajdi bahasa internasional. Namun, masih sering ditemukan

penggunaan bahasa yang kurang tepat terutama bahasa tulis baik dalam tataran

fonologi bidang ejaan maupun tataran morfologi. Tarigan (1990: 77) menjelaskan

bahwa kesalahan berbahasa merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap

kode kebahasaan. Pelanggaran terhadap kode bahasa tersebut tentu berdampak

pada proses komunikasi.

Penelitian ini memiliki aspek yang akan dibahas, yaitu aspek kesalahan

berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, seperti penggunaan (huruf kapital,

huruf miring, penulisan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan kata depan, dan

penggunaan unsur serapan). Aspek kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi

yang akan dibahas, yakni (kesalahan pemilihan afiks, kesalahan penambahan

afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan peluluhan bunyi, kesalahan

penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

87

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, ditemukan adanya

kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi pada karangan

pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance periode 2019-2020 di

ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Dari jumlah karangan

sebanyak 26, ditemukan beberapa jenis kesalahan pada tataran fonologi bidang

ejaan. Kesalahan tersebut, meliputi (1) kesalahan penggunaan huruf kapital, (2)

kesalahan penggunaan huruf miring, (3) kesalahan pada penulisan kata, (4)

kesalahan penulisan kata depan, (6) kesalahan penulisan angka atau lambang

bilangan, (7) kesalahan penulisan unsur serapan, dan (8) kesalahan penggunaan

tanda baca.

Sejauh ini kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan pada

karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

periode 2019-2020 yang banyak ditemukan adalah kesalahan berbahasa pada

penggunaan tanda baca. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah kesalahan

yang diperoleh sebanyak 131 kesalahan.

Kesalahan pada penggunaan tanda baca yang paling banyak mengalami

kesalahan adalah Kesalahan pada tanda koma. Tanda koma digunakan sebagai

tanda yang dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau

pembilangan. Contohnya “Internet memiliki berbagai macam fungsi seperti

fungsi komunikasi, media pencari informasi, hiburan dan lain-lain”. Pada contoh

tersebut, ditemukan tidak ada tanda baca koma yang digunakan dalam suatu

pemerincian atau pembilangan. Jadi, penulisan yang benar adalah “Internet

memiliki berbagai macam fungsi seperti fungsi komunikasi, media pencari

informasi, hiburan, dan lain-lain”.

Selain kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, ditemukan

juga kesalahan berbahasa pada tataran morfologi (pembentukan kata). Pada

karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Periode 2019-2020, ditemukan beberapa jenis kesalahan pada tataran morfologi,

terdiri atas (1) Kesalahan pemilihan afiks ber- dan meN-, (2) kesalahan

penambahan afiks ber-, meN-, dan -kan, (3) kesalahan penghilangan sufiks -kan,

(4) kesalahan penghilangan prefiks men-, ber-, dan di-, (5) kesalahan penggantian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

88

morf meng- dan peN- menjadi penge-, dan (6) kesalahan pada bunyi /k/ yang

seharusnya diluluhkan.

Berdasarkan jumlah temuan kesalahan pada tataran morfologi dalam

karangan pemelajar BIPA, kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah

kesalahan pada kesalahan penghilangan prefiks meN-, ber-, dan di-. Contohnya:

“Satu orang dapat kotak atau lubang dakon itu tujuh dengan batu-batu kecil di

dalamnya”. Dari contoh tersebut, kalimat tersebut termasuk dalam kalimat aktif

transitif yang seharusnya memerlukan kata kerja aktif. Sesuai dengan kaidah,

dalam kalimat aktif, kata kerja (preedikat) harus berprefiks meng- atan dengan

kata lain menunjukan prefiks meng- (Setyawati, 2010: 44). Pada kalimat tersebut,

ditemukan adanya kesalahan pada kata dapat. Penghilangan prefiks seperti ini

dapat terjadi karena adanya pengaruh ragam bahasa lisan. Kata dapat seharunya

tidak mengalami proses penyingkatan alomorf, sehingga penulisan yang benar

adalah “Satu orang mendapat kotak atau lubang dakon itu tujuh dengan batu-batu

kecil di dalamnya”.

Temuan dalam penelitian ini hampir sama dengan penelitian terdahulu

yang relevan, yaitu penelitian Nurvita Anjarsari, dkk (2013) dan penelitian Aprilia

Nentina (2019). Dari penelitian Nurvita Anjarsari, dkk (2013), disimpulkan

bahwa unsur-unsur linguistik yang mengalami kesalahan bahasa yang sering

terjadi dalam teks siswa dibagi menjadi empat kesalahan: (kesalahan ejaan,

morfologi, semantik, dan sintaksis), dan kesalahan yang paling sering terjadi

dalam karangan mahasiswa asing adalah kesalahan ejaan. Hasil penelitian Aprilia

Nentina (2019) menunjukkan bahwa terdapat kesalahan berbahasa dalam tataran

morfologi, berupa kesalahan penghilangan afiks sebanyak 8 kesalahan, 3

kesalahan penulisan kata, 4 kesalahan penggunaan afiks, dan 1 kesalahan bunyi

yang seharusnya diluluhkan.

Kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi yang

ditemukan di atas, didasari oleh teori analisis kesalahan berbahasa teori dan

praktik dan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia. Dengan demikian, kesalahan

berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi yang ditemukan

dapat mempertahankan hasil simpulan penelitian sebelumnya, bahwa kesalahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

89

berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi umumnya dapat

ditemukan pada bahasa tulis yaitu karangan baik karangan siswa maupun

karangan pemelajar BIPA.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

90

BAB V

PENUTUP

Pada bab V ini berisi tentang pembahasan mengenai simpulan dan saran

yang disampaikan oleh peneliti dari hasil penelitian yang diperoleh.

5. 1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa

pada karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma periode 2019-2020 mengalami beberapa kesalahan. Pada karangan

pemelajar BIPA, ditemukan beberapa jenis kesalahan pada tataran fonologi

bidang ejaan. Kesalahan tersebut, meliputi (a) kesalahan penggunaan huruf

kapital, (b) kesalahan penggunaan huruf miring, (c) kesalahan pada penulisan

kata, (d) kesalahan penulisan kata depan, (e) kesalahan penulisan angka atau

lambang bilangan, (f) kesalahan penulisan unsur serapan, dan (g) kesalahan

penggunaan tanda baca.

Kesalahan pada tataran morfologi ditemukan juga beberapa jenis

kesalahan pada tataran morfologi, terdiri atas atas (a) Kesalahan pemilihan afiks

ber- dan meN-, (b) kesalahan penambahan afiks ber-, meN-, dan -kan, (c)

kesalahan penghilangan sufiks -kan, (d) kesalahan penghilangan prefiks men-,

ber-, dan di-, (e) kesalahan penggantian morf meng- dan peN- menjadi penge-,

dan (f) kesalahan pada bunyi /k/ yang seharusnya diluluhkan.

Kesalahan pada karangan pemelajar BIPA lebih banyak terjadi pada

kesalahan tataran fonologi bidang ejaan khususnya pada penggunaan tanda baca.

Hal ini dapat dibuktikan pada banyaknya jumlah kesalahan penggunaan tanda

baca dibandingkan dengan kesalahan yang lainnya. Kesalahan penggunaan tanda

baca memang banyak ditemukan karena kurangnya pengetahuan terkait

penggunaan tanda baca dalam bahasa Indonesia.

Melalui penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan

sebagai pengetahuan tambahan atau dapat memberi sumbangan untuk pemelajar

BIPA atau pembaca yang membutuhkan beberapa kajian terkait analisis kesalahan

berbahasa Indonesia yang berhubungan dengan bidang linguistik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

91

5. 2 Saran

Menurut hasil penelitian, peneliti ingin memberikan saran kepada pihak

lembaga yang mengadakan program pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur

asing, mahasiswa, dan peneliti lain. Pertama, pihak lembaga BIPA dapat

meningkatkan proses pembelajaran terkait penggunaan ejaan dan morfologi

dalam bahasa Indonesia untuk mengurangi kesalahan dalam bahasa tulis dengan

mengelaobrasi dengan materi ajar yang digunakan. Kedua, peneliti mengharapkan

pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk

lebih teliti dan memahami penggunaan ejaan dan pembentukan kata dalam

kalimat. Ketiga, peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan

gambaran tentang kesalahan berbahaasa tataran fonologi bidang ejaan dan

morfologi pada karangan pemelajar BIPA dan peneliti berharap penelitian ini

dapat menjadi bahan literature bagi peneliti yang ingin meneliti topik yang sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

92

DAFTAR PUSTAKA

Alfin, Jauharoti. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia.

http://digilib.uinsby.ac.id/36212/4/Jauharoti%20Alfin_Analisis%20Kesalahan%20

Berbahasa%20Indonesia.pdf (diunduh pada tanggal 20 Maret 2020).

Allen, J. P. B., & Corder, S. P. (Eds.). 1974. Techniques in applied linguistics (Vol. 3).

Oxford University Press.

Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan

Balai Pustaka.

Amrizal, A. W. (n.d.). 2018. Kesetaraan Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris Sebagai

Penghela Ilmu Pengetahuan Di Era Globalisasi. Technische Universtität München,

Ludiwg-Maximilians-Universität Münc.

Anonim. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Bachri, B. S. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian

Kualitatif. Teknologi Pendidikan, 10, 46–62.

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka

Cipta.

Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Dulay, et. al. 1982. Language Two. New York: Oxford University Press.

Fatimah, F. N., Purnamasari, D., Pratiwi, D., & Firmansyah, D. (2018). Dalam Talk Show

Hitam Putih Yang Berjudul “ Fenomena Kanjeng Dimas .” 1(September), 775–786.

Hastuti, Dwi. 2019. Kesalahan Bentuk Kata Berafiks dalam Koran Jawa Pos Edisi 9

Oktober 2019. https://osf.io/wxp5h/download/?format=pdf (diunduh pada tanggal

20 Mei 2021 pukul 8.00 WIB).

Hastuti, P. H, dkk. 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: FBS UNY.

Indihadi, D. 2016. Analisis Kesalahan Siswa. vol 1, 1–15.

Johan, Gio. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Dalam Proses Diskusi Siswa

Sekolah Dasar. (vol.18)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

93

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.upi.edu

/index.php/BS_JPBSP/article/download/12153/pdf&ved=2ahUKEwjrguD8htrnAh

WR4jgGHT6FBZ0QFjABegQIBxAC&usg=AOvVaw29S_jVg_4ayxerUsTY8kBb

(diunduh pada tanggal 20 Maret 2020 pukul 08.00 WIB).

Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa

Indah.

Kridalaksana, Harimurti.2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2010. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Kusmiatun, Ari. 2018. Mengenal BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) dan

Pembelajarannya. Yogyakarta: K-Media.

Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyani, D. S. 2009. Ilmu komunikasi. EJournal Ilmu Komunikasi.

Nasucha, Yakub, Muhammad Rohmadi, dan Agus Budi Wahyudi. 2009. Bahasa

Indonesia untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.

Nisak, K. 2011. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Bahasa Indonesia Siswa

Kelas XI SMK Negeri Rembang Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2013/2014.

NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014. Halaman | 521. 2, 521–527.

Nurhadi, Roekhan. 1990. Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua. Bandung: Sinar

Baru.

Ramlan, M. 1983. Morfologi, Suatu Tinjauan Deskriptif: Ilmu Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: C.V. Karyono.

Ramlan, M. 2001. Morfologi Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: C.V. Karyono.

Sagala Rivai. 2009. Landasan Teori Deskripsi. Landasanteori.Com, (2012), 1–17.

Retrieved from http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-kreativitas-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

94

definisi-aspek.html (diunduh pada tanggal 20 Oktober 2020).

Selekta, K., & Indonesia, B. (n.d.). Program studi pendidikan guru sekolah dasar kampus

sumedang.

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori dan Praktik).

Surakarta: Yuma Pustaka.

Sirait, Bistok, dkk. 1985. Pedoman Karang Mengarang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Studi, P., Indonesia, S., Sastra, J., Fakultas, I., & Dharma, U. S. 2017. Analisis Kesalahan

Berbahasa Dalam Rubrik “ Wonosobo Ekspres ” Pada Harian Magelang Ekspres

Edisi September 2016. (September 2016).

Sudaryanto. 2001. Metode Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Peneitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Surakarta, I. 2019. Laporan Hasil Observasi Siswa. Bindo Sastra, 3(1), 1–13. Retrieved

from http://jurnal.um-palembang.ac.id/bisastra/article/view/1973

Suryaningsi, D. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Interaksi Pembelajaran

Bahasa Indonesia Siswa Kelas Vii Mts Ddi Walimpong Kabupaten Soppeng.

Sutarno. 2008. Menulis yang Efektif. Jakarta: Sagung Seto.

Tarigan, Guntur H. 1990. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Guntur H. 1997. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.

Verhaar, J. W. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Yusri dan R, M. 2020. Analisis Kesalahan Berbahasa (Sebuah Pendekatan dalam

Pengajaran Bahasa). Sleman: CV. Budi Utama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI