ANALISIS KESALAHAN EYD (EJAAN YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29465/3/ISMA... · analisis kesalahan eyd (ejaan yang disempurnakan) pada buku teks bahasa

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS KESALAHAN EYD (EJAAN YANG DISEMPURNAKAN)

    PADA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN

    AKADEMIK KELAS X KURIKULUM 2013

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    oleh

    Isma Rusan Farhani

    NIM 1111013000007

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UIN (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI)

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2015

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi berjudul Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks

    Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 disusun oleh Isma

    Rusan Farhani, NIM 1111013000007, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada

    tanggal 22 Oktober 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh

    gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

    Jakarta, 26 Oktober 2015

    Panitia Ujian Munaqosah

    Ketua Panitia/Ketua Jurusan/Program Studi

    Makyun Subuki, M.Hum

    NIP. 19800305 200901 1 015

    Sekertaris Jurusan/Program Studi

    Dona Aji Karunia P., M.A

    NIP. 19840409 2011 01 1 015

    Penguji I

    Ahmad Bahtiar, M.Hum

    NIP. 19760118 200912 1 002

    Penguji II

    Dra. Hindun, M.Pd

    NIP. 19701215 200912 2 001

  • KEMENTERIAN AGAMA

    FORM (FR)

    No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

    UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

    FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

    SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

    N a m a : Isma Rusan Farhani

    Tempat/Tgl.Lahir : Bogor / 29 Desember 1993

    NIM : 1111013000007

    Jurusan / Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Judul Skripsi : Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan)

    pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

    Akademik Kelas X Kurikulum 2013

    Dosen Pembimbing : Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

    dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

    Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

    Jakarta, 23 September 2015

    Mahasisw Ybs.

    Isma Rusan Farhani

    NIM.1111013000007

  • LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

    Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa

    Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh

    Isma Rusan Farhani

    1111013000007

    Di Bawah Bimbingan

    Nuryati Djihadah, M.A. M.Pd

    196608291999032002

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UIN (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI)

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2015

  • i

    ABSTRAK

    Isma Rusan Farhani NIM: 1111013000007, Analisis Kesalahan EYD (Ejaan

    yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

    Akademik Kelas X Kurikulum 2013.

    Masalah yang akan diteliti dalam penelitian skripsi ini adalah tentang

    kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dalam buku teks Bahasa Indonesia

    Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan di sekolah

    SMA Negeri 1 Parung Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan

    kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) yang berfokus pada kesalahan

    penulisan huruf, kesalahan penulisan kata, dan kesalahan penggunaan tanda baca

    dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X

    Kurikulum 2013 yang digunakan di sekolah SMA Negeri 1 Parung Bogor.

    Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif

    dengan teknik studi dokumentasi atau kajian kepustakaan (library search).

    Berdasarkan hasil penelitan yang penulis lakukan pada buku teks Bahasa

    Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X Kurikulum 2013 yang digunakan

    di SMA Negeri 1 Parung Bogor, masih terdapat kesalahan Ejaan yang

    Disempurnakan (EYD) pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

    Akademik kelas X Kurikulum 2013, yang berfokus pada kesalahan penulisan

    huruf, kesalahan penulisan kata, dan kesalahan penggunaan tanda baca.

    Kata kunci: Analisis Kesalahan, EYD (Ejaan yang Disempurnakan), Buku Teks.

  • ii

    ABSTRAK

    Isma Rusan Farhani NIM: 1111013000007, Analisis Kesalahan EYD (Ejaan

    yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

    Akademik Kelas X Kurikulum 2013.

    The issue will be examined this thesis research is whether there is an

    enhanced spelling (EYD) mistakes in Indonesian Text Book Self Expression and

    Academic class X 2013 Curriculum used in SMA Negeri 1 Parung Bogor. As for

    the purpose of this study is to describe the enhanced spelling (EYD) mistakes

    including error writing letters, words, and use of punctuation mistakes in the

    Indonesian Text Book Self Expression and Academic Curriculum class X 2013

    used in SMA Negeri 1 Parung Bogor. As for the method used in this research is

    descriptive qualitative study with engineering documentation or studies library

    (library search).

    Based on the results of the study that the author did in the Indonesian Text

    Book of Self Exspression and Academic class X 2013 Curriculum used in SMA

    Negeri 1 Parung Bogor, still contained an enhanced spelling (EYD) mistakes in

    Indonesian Text Book of Self Expression and X class academic curriculum

    including 2013, error writing letters, words, and use of punctuation errors.

    Key words: Mistakes Analysis, Enhanced Spelling (EYD), Text Book.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji serta syukur ke hadirat Allah Subhanallah wa Taala.

    Atas segala karunia dan rahmat-Nya yang tak terhitung berupa kasih sayang,

    nikmat iman dan Islam, serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul Analisis Kesalahan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)

    pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X

    Kurikulum 2013. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi

    Muhammad Sallallahu alaihi wassalam beserta keluarga, sahabat, serta para

    pengikutnya.

    Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat

    memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

    Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar skripsi ini

    menjadi karya yang lebih baik lagi .

    Proses penulisan skripsi ini tentu saja banyak menemui hambatan dan

    kendala. Semua itu tidak akan teratasi tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa

    pihak baik secara Moril maupun Materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

    penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melancarkan

    penyelesaian skripsi ini;

    2. Makyun Subuki, M.Hum. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini;

    3. Nuryati Djihadah, M.A., M.Pd Selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan ilmu dan bimbingan bagi penulis selama ini. Terima kasih

    atas semangat, arahan, dan kesabaran Ibu selama membimbing penulis;

  • iv

    4. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta;

    5. Seluruh keluarga besar SMAN 1 Parung yang telah mengizinkan penulis

    untuk melakukan penelitian;

    6. Orang tua, Drs. Rusdi AS dan Khoirunissa, kakak Ismi Rusan Azzahra dan

    Dede Firmansyah, adik Ibna Rusan Azzaida dan keluarga yang telah

    memberikan kasih sayang, doa, dukungan yang luar biasa kepada penulis;

    7. Sahabat-sahabat (Banat, Nona, Mira, Indri, Nur, Aidah, Muthia, Caca)

    yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

    8. Syahrul Bachtiar yang selalu memberikan doa dan semangat dalam

    penulisan skripsi ini;

    9. Teman-teman Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2011 yang

    telah memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi ini;

    10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

    membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

    banyak kekurangan, hal ini tidak lepas dari keterbatasan pada diri penulis. Semoga

    skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

    Depok, 23 September 2015

    Penulis

    Isma Rusan Farhani

  • v

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN

    SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

    LEMBAR PENGESAHAN

    ABSTRAK ... i

    KATA PENGANTAR iii

    DAFTAR ISI ....... v

    DAFTAR TABEL ....... vii

    DAFTAR LAMPIRAN .. viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .... 1

    B. Identifikasi Masalah ...... 3

    C. Pembatasan Masalah .. 4

    D. Perumusan Masalah 4

    E. Tujuan Penelitian 4

    F. Manfaat Penelitian ......... 5

    BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Analisis Kesalahan 6

    a. Analisis Buku Pelajaran Bahasa 8

    2. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) ... 9

    a. Penulisan Huruf ... 11

    b. Penulisan Kata . 17

    c. Penggunaan Tanda Baca .. 25

    3. Buku Teks (Textbook) 41

    B. Penelitian yang Relevan ... 49

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  • vi

    A. Subjek dan Objek Penelitian ......... 53

    B. Metode Penelitian . 53

    C. Teknik Pengumpulan Data............ 54

    D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data . 55

    E. InstrumenPenelitian ............. 57

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data .. 58

    B. Analisis dan Interpretasi Data .. 63

    BAB V PENUTUP

    A. Simpulan .. 83

    B. Implikasi .. 84

    C. Saran ........ 84

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • vii

    DAFTAR TABEL

    1. TABEL 4.1. Klasifikasi Jenis Kesalahan pada Buku Teks Bahasa

    Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013

    2. TABEL 4.2. Analisis Kesalahan Penulisan Huruf pada Buku Teks Bahasa

    Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013

    3. TABEL 4.3. Analisis Kesalahan Penulisan Kata pada Buku Teks Bahasa

    Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013

    4. TABEL 4.4. Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Buku Teks

    Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013

    5. TABEL 4.5. Persentase Kesalahan Penulisan Huruf pada Buku Teks

    Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013

    6. TABEL 4.6. Persentase Kesalahan Penulisan Kata pada Buku Teks

    Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013

    7. TABEL 4.7. Persentase Kesalahan Penggunaan Tanda Baca pada Buku

    Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum

    2013

    8. TABEL 6.1. Tabel Uji Referensi

    9. TABEL 6.2. Deskripsi Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada

    Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X

    Kurikulum 2013

  • viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Lampiran 1 : Uji Referensi

    2. Lampiran 2 : Deskripsi Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD)

    pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X

    Kurikulum 2013

    3. Lampiran 3 : Surat Bimbingan Skripsi

    4. Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Penelitian

    5. Lampiran 5 : Gambaran Umum SMA Negeri 1 Parung

    6. Lampiran 6 : Hasil Wawancara

    7. Lampiran 7 : Cover Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

    Akademik Kelas X Kurikulum 2013

    8. Lampiran 8 : Biodata penulis

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Ejaan yang Disempurnakan (EYD) merupakan hal yang sangat

    penting dalam penyusunan sebuah tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah harus

    didasari dengan penulisan yang benar mengikuti aturan ejaan yang

    disempurnakan yang sudah diatur dan ditetapkan.

    Masalah ejaan tampaknya sangat sederhana. Namun

    kesederhanaannya itulah yang sering dilupakan oleh penulisnya. Padahal,

    pedoman EYD, kamus, dan tata bahasa merupakan rambu-rambu untuk

    menuliskan bahasa tulis baku. Ketepatan penggunaan pedoman ejaan bisa

    dijadikan ukuran sejauh mana kepahaman bahasa seseorang, bahkan

    dijadikan ukuran sejauh mana seseorang melek bahasa.1

    Soal ejaan bukanlah soal yang sukar. Sekali seseorang menguasai

    cara menuliskan kata atau kalimat dengan baik, seterusnya orang tersebut

    tidak akan membuat kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu, tuntutan untuk

    memberikan perhatian terhadap cara penulisan yang benar, apalagi bila

    pekerjaan dalam bidang tulis-menulis. Tanpa mempelajarinya dengan

    sengaja, kita tidak akan pernah menguasainya dengan baik.2

    Pentingnya mempelajari EYD agar tidak terjadi kesalahan dalam

    penulisan sebuah karya ilmiah dan dituntut untuk mengikuti aturan yang

    telah ada dan yang telah ditetapkan. Salah satu karya ilmiah yang

    menuntut penulisan secara benar dan cermat adalah buku teks atau buku

    pelajaran. Kita tidak bisa mengandalkan pengetahuan yang hanya sekali

    1Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: Refika

    Aditama, 2007), h. 21. 2J.S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

    1994), h. 99.

  • 2

    dipelajari dan tidak terus digali. Maka dari itu pentingnya belajar terus-

    menerus agar kita mengetahui dan paham. Dan setiap orang bisa semakin

    mengetahui kesalahan-kesalahan yang mungkin dianggap sepele dan

    berusaha untuk memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi tanpa

    disengaja.

    Kesalahan siswa dalam belajar bahasa merupakan sesuatu yang

    wajar terjadi. Namun apabila kesalahan dibiarkan akan menjadi kebiasaan

    yang kurang baik dan cenderung terulang kembali. Kesalahan-kesalahan

    dalam berbahasa siswa khususnya bahasa tulis harus diminimalisir. Hal

    ini dapat dilakukan apabila guru mengetahui kesalahan-kesalahan yang

    dilakukan oleh siswa, dan guru pun harus memperhatikan bahasa atau

    kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam buku teks yang digunakan di

    sekolah-sekolah karena sebuah buku teks pun takkan luput dari kesalahan

    yang dilakukan oleh penulis maupun editor.

    Guru maupun pihak sekolah kerap tidak meneliti buku yang akan

    digunakan untuk pembelajaran di sekolah, terutama buku bahasa dan

    sastra Indonesia yang memang menjadi salah satu acuan siswa untuk

    melihat contoh yang benar dalam penggunaan ejaan selain buku pedoman

    ejaan.

    Tuntutan untuk sekolah agar memberikan yang terbaik kepada

    siswa-siswinya terlihat dari ketelitian pihak sekolah dalam memilih buku

    pelajaran yang akan menjadi pedoman pembelajaran. Dan ketelitian pihak

    sekolah itu sangat berpengaruh terhadap buku pelajaran yang dipilih.

    Seringkali siswa ditugaskan untuk membaca dan menggunakan

    buku teks dalam mempelajari materi yang akan disampaikan oleh guru.

    Banyak guru tidak menyadari kesalahan-kesalahan, baik itu penulisan

    huruf, pemakaian kata maupun tanda baca dalam buku teks yang

    digunakan siswa.

  • 3

    Buku teks adalah salah satu media penunjang kegiatan

    pembelajaran di sekolah maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya

    yang masih sering digunakan. Seperti diketahui penggunaan buku-buku

    teks pada setiap sekolah adalah hal yang dominan, hampir semua sekolah

    memiliki buku teks pedoman untuk menjadi pegangan setiap guru dan

    siswa/siswi. Setiap sekolah biasanya memiliki kepercayaan masing-

    masing terhadap isi buku yang diterbitkan oleh penerbit. Kenyataan yang

    terjadi, masih terdapat kesalahan dalam penulisan huruf, pemakaian kata,

    maupun penggunaan tanda baca pada buku teks pelajaran bahasa dan

    sastra Indonesia yang diterbitkan oleh para penerbit Indonesia maupun

    Kemendikbud. Oleh karena itu, guru harus memeriksa terlebih dahulu

    materi dan penggunaan EYD yang terdapat di dalam buku teks pelajaran

    bahasa dan sastra Indonesia.

    Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah Analisis Kesalahan

    EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia

    Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Dalam hal ini

    pentingnya penggunaan EYD dalam buku teks yang digunakan di sekolah

    mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini.

    B. Identifikasi Masalah

    1. Penulisan huruf dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

    Akademik kelas X kurikulum 2013.

    2. Penulisan kata dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

    Akademik kelas X kurikulum 2013.

    3. Penggunaan tanda baca dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi

    Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013.

    C. Pembatasan Masalah

  • 4

    Berdasarkan identifikasi di atas, peneliti hanya membatasi pada

    Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang terdiri dari : 1.

    Penulisan huruf 2. Penulisan kata, dan 3. Penggunaan tanda baca pada

    buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas X kurikulum 2013

    yang berjudul Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik karangan

    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), penerbit

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun

    2014, terdiri dari 222 halaman.

    D. Rumusan Masalah

    1. Apakah terdapat kesalahan penulisan huruf dalam buku teks Bahasa

    Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013 ?

    2. Apakah terdapat kesalahan penulisan kata dalam buku teks Bahasa

    Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013 ?

    3. Apakah terdapat kesalahan penggunaan tanda baca dalam buku

    Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum

    2013 ?

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk :

    1. Menjelaskan kesalahan penulisan huruf pada buku teks Bahasa

    Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013.

    2. Menjelaskan kesalahan penulisan kata buku teks Bahasa Indonesia

    Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum 2013.

    3. Menjelaskan kesalahan penggunaan tanda baca pada buku teks

    Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas X kurikulum

    2013.

    F. Manfaat Penelitian

  • 5

    Manfaat untuk guru adalah bahwa guru harus memberi perhatian

    lebih lagi terhadap isi materi dan penggunaan EYD yang terdapat dalam

    buku teks pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang akan diajarkan

    kepada siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam pembelajaran. selain itu

    guru hendaknya menunjukkan kesalahan-kesalahan penulisan huruf,

    penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang terjadi dalam buku teks

    tersebut agar siswa dapat mengetahui dan mengerti penulisan huruf,

    penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang sesuai dengan EYD

    (Ejaan yang Disempurnakan). Guru juga diharapkan untuk lebih sering

    memberikan pemahaman tentang penulisan huruf, penulisan kata, dan

    penggunakan tanda baca pada siswa agar tidak terjadi lagi kesalahan-

    kesalahan tersebut yang diterapkan siswa ke dalam tulisan yang dibuat

    dan siswa mampu lebih terampil dalam menulis.

    Manfaat untuk sekolah dalam penelitian ini agar lebih mengetahui

    kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam buku teks bahasa dan sastra

    Indonesia dan lebih teliti dalam memilih buku-buku yang akan menjadi

    pedoman bagi guru dan siswa dalam pembelajaran yang akan berlangsung

    di sekolah agar terjadinya pembelajaran yang optimal.

    Manfaat penelitian ini juga agar dapat mengurangi tingkat

    kesalahan pada cetakan buku teks yang menjadi panduan dalam

    pembelajaran siswa disekolah.

  • 6

    BAB II

    KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Analisis Kesalahan

    Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan mengungkapan bahwa,

    Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh

    para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel,

    pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan

    kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya,

    serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan itu.1

    Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang disebut analisis kesalahan

    (anakes). Analisis kesalahan atau anakes mempunyai langkah-langkah

    kerja sebagai berikut: a) pengumpulan sampel kesalahan; b)

    pengidentifikasian kesalahan; c) penjelasan kesalahan; d) pengklasifikasian

    kesalahan; e) pengevaluasian kesalahan.2

    Duskopa dan Rosaipal menyatakan sebagai berikut, Analisis kesalahan

    juga harus dapat (1) menganalisis sumber kesalahan dan (2) penentuan tingkat

    kekacauan yang disebabkan oleh kesalahan dalam hubungan dengan

    komunikasi dan norma-norma pemakaian. Fokus dan variabel kesalahan sudah

    harus ditentukan lebih dahulu agar peneliti atau guru bahasa tidak bekerja

    secara tidak menentu dan terarah.3

    Nanik Setyawati mengungkapkan bahwa, Kesalahan Berbahasa adalah

    penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari

    1Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,

    (Bandung: Angkasa, 1988), h. 68. 2Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Remedi Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1984), h. 6.

    3Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis

    Kontrastif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 145.

  • 7

    faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma

    kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.4

    Mengaitkan kesalahan berbahasa dengan kegiatan berbahasa, seperti:

    menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kesalahan berbahasa yang

    terjadi pemakaian bahasa tertulis dan lisan mencakup : menyimak,

    berbicara, membaca, menulis, pragmatic, dan sosiolinguistik.5

    Klasifikasi Kesalahan Berbahasa menurut Tarigan (1996/1997 : 48-49):

    a). Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat

    diklasifikasikan menjadi: kesalahan berbahasa di bidang fonologi,

    morfologi, sintaksis, (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana;

    b). Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat

    diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak,

    berbicara, membaca, dan menulis;

    c). Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud

    kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis;

    d). Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat

    diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan

    kesalahan berbahasa karena interferensi; dan

    e). Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat

    diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sedang,

    kurang, dan jarang terjadi.6

    Jadi, analisis kesalahan adalah cara mengidentifikasi kesalahan dari data-

    data yang sudah dikumpulkan dan diklasifikasi dalam kelompok.

    4Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa: Teori dan Praktik, (Surakarta: Yama

    Pustaka, 2010), h. 15. 5Sri Utari Subyakto Nababan, Analisis Kontranstif dan Kesalahan : Suatu Kajian Dari

    Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta: PPS IKIP, 1994), h. 88.

    6Setyawati, op. cit., h. 19.

  • 8

    a. Analisis Buku Pelajaran Bahasa

    Nurhadi (1995: 395) menjelaskan bahwa prosedur analisis aspek

    pedagogis tata bahasa pendidikan mengacu pada penelitian aspek

    metodologis sebuah buku pelajaran bahasa atau tata bahasa pendidikan.

    Secara garis besar, prosedur analisis aspek pedagogis tata bahasa yang

    disarankan oleh Kizilirmak via Nurhadi (1995: 398), meliputi 1)

    analisis kebutuhan belajar bahasa siswa, 2) menentukan tujuan khusus,

    3) menerapkan kriteria evaluasi, 4) menentukan score mentah, rata-rata,

    dan gambaran profil, 5) menggambarkan dan membandingkan dengan

    profil ideal, 6) menentukan keputusan: memakai atau tidak, dan 7)

    melangkah pada sikap selanjutnya, yaitu: mengubah, menambah,

    mengadaptasi, atau mengganti.

    Ketujuh prosedur analisis aspek pedagogis tata bahasa pendidikan

    tersebut dapat dirangkum dalam tiga tahap utama, yaitu tahap analisis,

    penyajian hasil analisis, dan evaluasi (Nurhadi, 1995: 396). Nurhadi

    menjelaskan tahap analisis meliputi menganalisis kebutuhan belajar siswa,

    menentukan tujuan khusus pengajaran bahasa, dan menerapkan kriteria

    evaluasi.

    Prosedur berikutnya adalah langkah penyajian hasil. Tahap ini

    ketika penganalisis menyajikan kesimpulan hasil analisisnya, sehingga

    laporan itu memiliki daya baca.

    Langkah terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, adalah langkah

    memutuskan apakah sebuah buku memenuhi syarat pedagogis atau tidak;

    layak dipakai atau tidak; perlu direvisi atau tidak; diubah atau tidak; dibeli

  • 9

    atau tidak; dan sebagainya, bergantung pada tujuan akhir dari analisis yang

    dilakukan (Nurhadi, 1995: 420).7

    2. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)

    Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau yang lazim disebut

    EYD dinyatakan mulai berlaku sejak penggunaannya diresmikan oleh

    Presiden Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 16 Agustus 1972.

    Peresmian yang diumumkan di dalam siding DPR itu diperkuat dengan

    Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Bersamaan dengan Pedoman

    Umum Pembentukan Istilah, selanjutnya Pedoman Umum Ejaan Bahasa

    Indonesia yang Disempurnakan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan pada tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi

    berlaku di seluruh Indonesia.8

    Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi

    ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan

    dan penggabungannya dalam suatu bahasa).Secara teknis, yang dimaksud

    dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda

    baca9.

    Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku

    sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan

    Republik.EYD memberikan aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat,

    7 Retno Kurniasari Widianingsih, Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku Teks Mata Pelajaran

    Bahasa Indonesia untuk Kelas VI Sekolah Dasar Terbitan Yudhistira dan Erlangga, (Skripsi S1

    Yogyakarta: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014), h. 14. 8Mustakim, Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum, (Jakarta: Gramedia

    Pusaka Utama, 1996), h. 13. 9E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk Perguruan

    Tinggi, (Jakarta: akademika Pressindo, 2010), h. 164.

  • 10

    dan penggunaan tanda baca. Kehadiran EYD ini merupakan satu upaya untuk

    menstandarkan bahasa Indonesia secara baik dan benar.10

    Ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekadar masalah

    pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa (kata atau

    kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca sebagai sarananya.11

    Ejaan adalah keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi

    bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula

    dengan penggunaan tanda baca. Pengertian tersebut kiranya sejalan dengan

    apa yang dirumuskan dalam KBBI (hlm. 250) yang menyatakan bahwa ejaan

    adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.)

    dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.12

    Menurut Harimurti Kridalaksana dalam kamus linguistik edisi keempat.

    Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang

    distandarisasikan, yang lazimnya mempunyai 3 aspek yakni aspek fonologis

    yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad,

    aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis,

    aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.13

    Ejaan atau tata cara menulis bahasa Indonesia dengan huruf Latin untuk

    ketiga kali dibakukan secara resmi pada tahun 1972, setelah berlakunya Ejaan

    Van Ophuijsen (1901) dan Ejaan Soewandi (1974). Pada tahun 1975

    dikeluarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

    yang menguraikan kaidah ejaan yang baru itu secara terinci dan lengkap.14

    10

    Ernawati Waridah, EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2009), h. iii.

    11Lamuddin Finoza, Kemahiran Berbahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan

    Bahasa, (Jakarta: Mawar Gempita, 1997), h. 11. 12

    Yunita T. dkk, Karya Tulis Imliah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), h. 177.

    13Harimurti. Kridalaksana, Kamus Lingustik Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka

    Utama, 2008), h. 54. 14

    Hasan Alwi. dkk, Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), h. 16.

  • 11

    Ejaan yang Disempurnakan (EYD) merupakan ejaan yang menjadi

    penyempurna ejaan-ejaan sebelumnya.

    Jadi, ejaan adalah keseluruhan peraturan yang resmi dan dijadikan

    pedoman dalam setiap penulisan karya ilmiah untuk merujuk kepada bahasa

    Indonesia yang baik dan benar.

    Sebagian besar makna kalimat dalam ragam lisan dipengaruhi oleh unsur

    nonbahasa seperti intonasi dan situasi. Dalam bahasa tulis, unsur bahasa

    seperti itu tidak ada.Unsur yang digunakan dalam bahasa tulis hanya huruf dan

    dan tanda baca. Oleh sebab itu, secara garis besarnya, ruang lingkup ejaan

    terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

    a) Pemakaian huruf yang terdiri dari alphabet/abjad, vocal,

    konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri.

    b) Penulisan huruf yang terdiri dari huruf kapital dan huruf miring.

    c) Penulisan kata yang terdiri dari kata dasar, kata turunan, kata

    ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata sandang,

    partikel, singkatan dan akronim, dan angka dan lambang bilangan.

    d) Penulisan unsur serapan yang membicarakan tata cara penulisan

    unsur serapan terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.

    e) Pemakaian tanda baca yang berbicara tentang tanda titik (.),

    tanda koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda hubung (-), tanda

    pisah (--), tanda ellipsis (), tanda Tanya (?), tanda seru (!), tanda

    kurung ([]), tanda kurung siku ({}), tanda petik ganda (), tanda

    petik tunggal (), tanda garis miring (/), tanda

    penyingkat/apostrof ().15

    a. Penulisan Huruf

    Huruf yang ada dalam alphabet Latin hanya 26 buah, sedangkan

    jumlah fonem bahasa Indonesia ada 28 buah. Oleh karena itu, ada sebuah

    15

    Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007), h. 20.

  • 12

    huruf yang digunakan untuk melambangkan dua buah fonem yang

    berbeda; dan ada juga digunakan gabungan dua buah huruf untuk

    melambangkan sebuah fonem.16

    1. Penulisan Huruf Kapital

    a). Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada

    awal kalimat.

    Misalnya :

    Apa yang terjadi ?

    Ia menulis buku.

    Pengalaman itu sangat berharga.

    b). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

    Misalnya :

    Guru bertanya, Siapa yang tidur itu?

    Kemarin dia berangkat, katanya.

    Besok sore, kata Ibu, Bapak akan berangkat.

    c). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan

    yang berhubungan dengan nama agama, Tuhan dan kita suci,

    termasuk kata ganti untuk Tuhan.

    Misalnya :

    Islam

    Katolik

    Allah

    Yang Maha Adil

    Tuhan akan memberi rahmat kepada hamba-Nya.

    d). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,

    keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

    16

    Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 38.

  • 13

    Misalnya :

    Haji Umar Sahid

    Nabi Musa

    Pangeran Antasari

    - Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar,

    kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama

    orang.

    Misalnya :

    Dia baru saja diangkat menjadi pangeran.

    Ia mendapat bintang mahaputra dari pemerintah.

    e). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan, yang

    diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan

    sebagai pengganti nama orang tertentu.

    Misalnya :

    Wakil Presiden Boediono

    Perdana Menteri Nehru

    - Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau

    nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.

    Misalnya :

    Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.

    Kegiatan itu direncanakan oleh Departemen Kehakiman Nasional.

    - Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan

    dan pangkat yang tidak diikuti nama orang atau nama tempat.

    Misalnya :

    Siapa gubernur yang baru dilantik ?

    Batalyon itu dipimpin oleh brigadier jenderal.

  • 14

    f). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

    Misalnya :

    Dewi Sartika

    Halim Perdanakusuma

    Ampere

    Catatan :

    - Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang

    digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.

    Misalnya :

    5 ampere

    - Dalam nama orang, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan

    huruf pertama kata bin atau binti.

    Misalnya :

    Abdullah bin Zaini

    - Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang

    yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

    Misalnya :

    pascal seconds Pas

    N Newton

    g). Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.

    Misalnya :

    Bangsa Indonesia

  • 15

    Suku Banjar17

    h). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk

    ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah

    dan ketatanegaraan, serta dokumentasi resmi.

    Misalnya :

    Warga dunia mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menengahi

    agresi Israel ke Palestina.

    i). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk

    semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah,

    surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,ke,dari, dan,

    yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

    Misalnya :

    Aku baru saja membaca Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.

    j). Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama

    gelar, pangkat, dan sapaan.

    Misalnya :

    S.Hum. (Sarjana Humaniora) dan S.H. (Sarjana Hukum)

    Nn. Utami (Nona Utami)18

    Jadi, penulisan huruf kapital adalah salah satu aturan yang terdapat di

    dalam Ejaan yang Disempurnakan yang harus ditaati cara penulisannya.

    2. Penulisan Huruf Miring

    a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,

    majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan

    17

    Tim Bahasa, Pedoman Lengkap EYD Ejaan Yang Disempurnakan, (Yogyakarta: Cahaya Atma, 2011), h. 9.

    18Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI,

    Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: TransMedia, 2010), h. 10.

  • 16

    tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan huruf miring

    ditandai dengan garis bawah satu.

    Misalnya:

    Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan majalah

    Bahasa dan Kesustraan.

    Berita itu sudah saya abaca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata dan

    Republik.

    Catatan:

    Garis bawah satu, sebagai tanda kata yang dicetak miring, harus

    terputus-putus, kata demi kata.

    b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau

    mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

    Misalnya:

    Kata daripada digunakan secara tepat dalam kalimat Penyelenggaraan

    Pemilu 1999 lebih baik daripada pemilu-pemilu sebelumnya.

    Buatlah kalimat dengan kata dukacita.

    c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-

    nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali

    yang disesuaikan ejaannya.

    Misalnya:

    Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk kata

    upgrading?

    Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangestana.

    Catatan:

    Sebenarnya, banyak penulisan huruf miring yang lain ataupun

    penandaan suatu maksud dengan memakai bentuk huruf tertentu

    (ditebalkan dan sebagainya). Akan tetapi, soal itu lebih menyangkut

    masalah tipografi pencetakan.19

    19

    E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, op. cit., h. 209.

  • 17

    b. Penulisan Kata

    1. Kata Turunan (khususnya kata gabung berimbuhan)

    Imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata yang

    langsung mengikuti atau mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini!

    Tanggung jawab bertanggung jawab

    Garis bawah garis bawahi

    Bentuk dasar gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan

    akhiran (konfiks) ditulis serangkai.

    Tanggung jawab mempertanggungjawabkan

    Tidak adil ketidakadilan

    Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi,

    gabungan kata tersebut ditulis serangkai. Perhatikan penulisan kata-kata

    berikut ini!

    Amoral Antarkota

    Adipati Narapidana

    Swadaya Ekstrakulikuler

    2. Kata Depan (Preposisi)

    Kata depan dituliskan terpisah dengan kata yang mengikutinya,

    kecuali daripada dan kepada (yang dianggap satu kata).

    Misalnya:

    Lebih baik tinggal di sini daripada pergi ke daerah itu.

    Surat itu dikirimkan kepada orang tuanya di desa.

    Perhatikan penulisan kata-kata yang dicetak miring berikut ini!

    Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

  • 18

    Baru saja dia masuk, kemudian keluar lagi.

    Kata depan dari dapat digunakan untuk menunjukkan pengertian

    tempat atau asal yang ditinggalkan, sejak, asal atau bahan suatu

    benda, dan di antara, sedangkan kata depan daripada digunakan untuk

    menyatakan perbandingan dua hal atau lebih tidak ada kata dari atau

    daripada yang berarti milik.

    3. Partikel

    Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang

    mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut ini!

    Di manakah kau taruh barang berharga itu?

    Demikianlah maksud kedatangan saya.

    Partikel per dan pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya.

    Apa pun yang dimakannya, dia tetap kurus.

    Satu per satu mereka memasuki ruang pemeriksaan.20

    4. Singkatan dan Akronim

    Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan, yang terdiri atas satu huruf

    atau lebih.

    a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkatdiikuti

    dengan tanda titik.

    Misalnya:

    Nn. Rosi Maria Adha

    Jend. Muhammad Fauzi

    20

    Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 27.

  • 19

    b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau

    organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atau huruf awal kata

    ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

    Misalnya:

    RAPBN Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda

    titik.

    Misalnya:

    Dll. dan lain-lain

    Dsb. dan sebagainya

    Adapun untuk singkatan yang terdiri atas dua huruf, ditulis sebagai

    berikut.

    a.n. atas nama

    s.d. sampai dengan

    d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata

    uang tidak diikuti tanda titik.

    Cm sentimeter

    Kg kilogram

    Akronim

    Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,

    gabungan suku kata, atau pun gabungan huruf dan suku kata dari deret

    kata yang diperlakukan sebagai kata.

  • 20

    a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata

    ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

    Misalnya:

    LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

    UIN Universitas Islam Negeri

    b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf

    dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.

    Misalnya:

    Mendagri Menteri Luar Negeri

    c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,

    ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret serta seluruhnya ditulis

    dengan huruf kecil.

    Misalnya:

    Presdir presiden direktur21

    5. Pemakaian Angka dan Lambang Bilangan

    Lambang bilangan dapat dinyatakan dengan angka, baik angka arab

    (0,1,2, dan seterusnya) maupun angka romawi (I,II,III, dan seterusnya).

    Angka arab digunakan untuk menyatakan:

    (1) Ukurang panjang. Berat, dan isi;

    (2) Satuan waktu;

    (3) Nilai uang;

    (4) Nomor rumah, apartemen, atau kamar pada alamat;

    (5) Nomor bagian-bagian dalam naskah dan karya tulis;

    (6) Jumlah dari suatu hal, barang, atau orang.22

    a). Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara

    berikut. Misalnya :

    21

    Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, op. cit., h. 13.

    22Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa

    Indonesia, (Malang: Bumi Aksara, 2008), h. 145.

  • 21

    Menurut hasil pertandingan sementara, Chelsea masih bertengger

    di posisi ke-4, menyusul Arsenal di posisi ke-3, Liverpool di posisi

    ke-2, dan MU di posisi pertama.

    b). Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua

    kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan

    digunakan secara berurutan, seperti dalam perincian dan

    pemaparan. Misalnya :

    Kelas itu terdiri atas dua puluh orang. Panitia lomba membeli 70

    pulpen, 140 pensil, dan 280 buku untuk persiapan hadiah.

    c). Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika

    perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat

    dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal

    kalimat.Misalnya :

    Sepuluh tim terdaftar dalam lomba cerdas cermat itu.

    Lomba jalan santai itu diikuti oleh 140 peserta.

    d). Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat,

    luas, da nisi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, serta (iv) kuantitas.

    Misalnya :

    Tinggal minimal untuk menjadi pramugari adalah 160 sentimeter.

    Bibi membeli 3 kilogram beras.

    e). Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan ,

    rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya :

    Jalan Kampus II no. 8

    f). Angka digunakan untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab

    suci. Misalnya :

    Surah Alfatihah: 1

  • 22

    g). Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai

    berikut.

    Bilangan utuh

    Sebelas 11

    Bilangan pecahan

    Setengah

    h). Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran an

    mengikuti cara berikut.

    Barang antik itu berasal dari tahun 1700-an

    Harga baju di toko itu sekitar 50.000-an

    i). Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja

    sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya :

    Kuis itu menjanjikan hadiah 500 juta rupiah.

    j). Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus

    dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan

    kuitansi. Misalnya :

    Ochi mengoleksi tiga puluh tas.

    k). Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,

    penulisannya harus tepat. Misalnya :

    Saldo terakhir di ATM-ku berjumlah Rp.49.999 (empat puluh

    sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan

    rupiah)23

    .

    23

    Ibid, h. 15.

  • 23

    Jadi, pemakaian angka dan bilangan adalah salah satu

    aturan yang terdapat di dalam Ejaan yang Disempurnakan yang

    harus ditaati cara pemakaiannya.

    6. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan nya (Pronomina)

    Kata ganti ku-, kau- ditulis serangkai dengan kata yang

    mengikutinya: -ku, -mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata

    yang mendahuluinya. Misalnya:

    Majalah itu boleh kubaca

    Kamarnya sedang diperbaiki

    Catatan:

    Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkai dengan tanda

    hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan

    atau kata yang diawali huruf kapital.

    Misalnya:

    BPKB-nya

    KTP-ku

    Kata si dan sang

    kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

    Misalnya:

    Ibu itu membelikan sang suami sebuah computer.

    Surat itu diberikan kepada si penerima.

    Catatan:

    Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata

    itu diperlukan sebagai unsur nama diri.

    Misalnya:

    Dalam cerita itu, Si Pitung berkelahi dengan penjajah.

    Petani itu marah sekali kepada Sang Kancil.24

    24

    Tim Bahasa, op. cit., h. 41.

  • 24

    7. Kata Ulang (Reduplikasi)

    kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan, kata

    ulang terbagi menjadi ke dalam empat jenis, yakni sebagai berikut.

    a. Kata ulang dasar (dwilingga) disebut pula perulangan utuh.

    Misalnya: mobil-mobil, gedung-gedung.

    b. Kata ulang berimbuhan adalah bentuk perulangan yang disertai

    proses pengimbuhan.

    Misalnya: padi-padian, mobil-mobilan.

    c. Kata ulang berubah bunyi (salin suara) adalah bentuk perulangan

    yang disertai dengan perubahan bunyi.

    Misalnya: sayur-mayur, mondar-mandir.

    d. Kata ulang sebagian (dwipurwa) adalah bentuk perulangan yang

    terjadi hanya pada sebagian bentuk dasar.

    Misalnya: pepohonan, melihat-lihat.

    8. Kata Sandang (Artikula)

    Kata sandang adalah kata yang dipakai untuk membatasi kata

    benda. Kata sandang dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut.

    a. Kata sandang yang mendampingi kata benda dasar.

    Misalnya: si monyet, para guru.

    b. Kata sandang yang mendampingi kata benda yang dibentuk dari

    kata dasar (nomina deverbal).

    Misalnya: si terdakwa, si perampok.

    c. Kata sandang yang mendampingi kata ganti.

    Misalnya: si dia, sang aku.

    d. Kata sandang yang mendampingi kata kerja pasif.

    Misalnya: kaum teraniaya, si tertuduh.25

    25

    Ernawati Waridah, op. cit,. h. 282.

  • 25

    c. Penggunaan Tanda Baca

    Tanda baca menurut Kusno Budi Santoso adalah suatu alat

    kalimat yang berupa tanda-tanda ekstra lingual seperti koma (,), titik (.),

    tanda seru (!), dan sebagainya yang sangat besar peranannya dalam

    menentukan makna kalimat.26

    Tanda baca merupakan pengganti intonasi, nada, dan tekanan yang

    muncul dalam ragam lisan. Tanda baca dapat membantu pembaca untuk

    memahami jalan pikiran penulisnya. Alangkah sulitnya kita memahami

    suatu tulisan yang tidak dilengkapi dengan tanda baca.27

    Pemakaian tanda baca dalam ejaan bahasa Indonesia yang

    Disempurnakan mencakup pengaturan tanda titik, tanda koma, tanda titik

    dua, tanda hubung,tanda pisah, tanda elipsis, tanda tanya, tanda seru, tanda

    kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda ulang,

    tanda garis miring, dan penyingkat28

    .

    Jadi, tanda baca merupakan alat yang dipergunakan dalam kalimat

    yang berupa tanda ekstra lingual, seperti tanda titik, tanda koma, tanda

    Tanya, dan sebagainya. Gunanya untuk menjadi pembatas atau penjeda

    dalam kata maupun kalimat.

    a) Tanda Titik (.)

    a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau

    seruan. Misalnya:

    Ayahku tinggal di Solo.

    Biarlah mereka duduk di sana.

    Hari ini tanggal 6 April 2008.

    26 Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Prktis Bahasa

    Baku, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 128. 27

    Felicia N. Utorodewo, Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, (Depok: Universitas Indonesia, 2006), h. 125.

    28E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, op. cit., h. 197.

  • 26

    b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu

    bagan, ikhtisar, atau daftar.

    Misalnya:

    III. Departemen Dalam Negeri

    A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa

    B. Direktorat jenderal Agraria

    1. .

    1. Patokan umum

    1.1 Isi Karangan

    1.2 Ilustrasi

    1.2.1 Gambar Tangan

    1.2.2 Tabel

    1.2.3 Grafik

    Catatan : tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf

    dalam suatu bagian atau ikhtisar jika angka atau huruf itu

    merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

    c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik

    yang menunjukkan waktu.

    Misalnya:

    Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

    d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik

    yang menunjukkan jangka waktu.

    Misalnya:

    1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

    0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

    0.0.30 jam (30 detik)

    e. tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak

    berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit

    dalam daftar pustaka.

  • 27

    Misalnya:

    Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara, Weltevredan: Balai

    Poestaka.

    f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau

    kelipatannya.

    Misalnya:

    Desa itu berpendudukan 24.200 orang.

    Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

    Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan

    atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

    Misalnya:

    Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

    Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

    g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala

    karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

    Misalnya:

    Acara kunjungan Adam Malik

    Bentuk dan Kebudayaan (Bab 1 UUD 1945)

    h. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan

    tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.

    Misalnya:

    Jalan di Ponegoro 82

    Jakarta (tanda titik)

    Yth.Sdr. Moh. Hasan (tanda titik)

    Jalan Arif 41 (tanda titik)

    Atau:

    Kantor Penempatan Kerja (tanda titik)

    b). Tanda Koma (,)

    a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian

  • 28

    atau pembilangan.

    Misalnya:

    Saya membeli tas, pena, dan tinta.

    Satu, dua, ..tiga!

    b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang

    satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata

    hubung seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan.

    Misalnya:

    Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

    Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

    c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk

    kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimatnya.

    Misalnya:

    Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

    Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

    Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan

    induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

    Misalnya:

    Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

    Dia lupa akan janjinya karena sibuk.

    d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan pengubung

    antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di

    dalamnya oleh Karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu,

    danakan tetapi.

    Misalnya:

    .Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

    . Jadi, soalnya tidak semudah itu.

    e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari

    bagian lain dalam kalimat.

    Misalnya:

    Kata ibu, Saya gembira sekali.

  • 29

    Saya gembira sekali, kata ibu,karena kamu lulus.

    f. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik

    yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama

    diri, keluarga, atau marga.

    Misalnya:

    C. Ratulangi, S.E.

    Ny. Khadijah, M.A.

    g. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang

    sifatnya tidak membatasi.

    Misalnya:

    Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

    Di daerah kami, misalnya, masih banyak laki-laki yang makan

    sirih.

    h. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah,

    aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

    Misalnya:

    O, begitu?

    Wah, bukan main!

    Hati-hati, ya, nanti jauh.

    i. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-

    bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan

    wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

    Misalnya:

    Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas

    Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.

    Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Surabaya, 10 Mei 1960

    j. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik

    susunannya dalam daftar pustaka.

    Misalnya:

    Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa

    Indonesia.Jilid 1 dan. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

  • 30

    k. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

    Misalnya:

    W.J.S Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-

    mengarang (Yogyakarta; UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

    l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara

    rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

    Misalnya:

    12,5 m

    Rp. 12,50

    m. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca-di belakang

    keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

    Misalnya:

    Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan

    sikap yang bersungguh-sungguh.

    Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.

    Bandingkan dengan:

    Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam

    pembinaan dan pengembangan bahasa.

    Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

    n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan letikan langsung dari

    bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan itu

    berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

    Misalnya:

    Di mana Saudara tinggal? tanya Karim.

    Berdiri lurus-lurus! perintahnya.

    c). Tanda Titik Dua (:)

    a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap

    jika diikuti rangkaian atau pemerian.

  • 31

    Misalnya:

    Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan

    lemari.

    Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup

    atau mati.

    Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu

    merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

    Misalnya:

    Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

    Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi umum dan jurusan

    ekonomi perusahaan.

    b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang

    memerlukan pemerian.

    Misalnya:

    Ketua : Ahmad Wijaya

    Sekretaris : S. Handayani

    Bendahara : B. Hartawan

    Tempat Sidang : Ruang 104

    Pengantar Acara : Bambang S.

    Hari : Senin

    Waktu : 09.30

    c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang

    menunjukkan pelaku dalam percakapan.

    Misalnya:

    Ibu : (meletakkan beberapa kopor) Bawa kopor ini, Mir!

    Amir : Baik, Bu (mrngangkat kopor dan masuk)

    Ibu : Jangan lupa. Letakkan baik-baik! (duduk di kursi besar)

    d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman,

    (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan

    anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku

    acuan dalam karangan.

  • 32

    Misalnya:

    Tempo, 1 (1971), 34:7

    Surah Yasin: 9

    Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,

    sudah terbit.

    d). Tanda Titik Koma (;)

    Tanda titik koma (;) dapat digunakan:

    a. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan

    setara.

    Misalnya:

    Malam makin larut; pekerjaan kami belum selesai juga.

    b. Untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat

    majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

    Misalnya:

    Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk di dapur; adik

    menghafalkan pelajarannya; saya sendiri sedang mendengarkan

    radio.29

    e). Tanda Hubung (-)

    a. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

    Misalnya:

    Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.

    29

    Chaer, op. cit,. h. 76.

  • 33

    b. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan

    bagian-bagian kata atau ungkapan dan (ii) penghilang bagian

    kelompok kata.

    Misalnya:

    Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000) tanggung

    jawab dan kesetiakawanan-sosial.

    Bandingkan dengan:

    Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 2500), tanggung

    jawab dan kesetiakawanan social

    c. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata

    berikutnya yang dimulai dengan huruf capital, (ii) ke- dengan

    angka, (iii) angka dengan an, (iv) singkatan berhuruf capital

    dengan imbuhan atau kata, atau (v) nama jabatan rangkap.

    Misalnya:

    se-Indonesia,

    se-Jawa Barat,

    hadiah ke-2,

    d. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa

    Indonesia dengan unsure bahasa asing.

    Misalnya:

    Di-smash, pen-tackle-an

    e. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang

    terpisah oleh pergantian baris.

    Misalnya:

    Di samping cara-cara lama itu ada juga ca-ra yang baru.

    Suku kata yang berupa vocal tidak ditempatkan pada ujung

    baris atau pangkal baris.

    Misalnya:

    Beberapa pendapat mengenai masalah itu

    Telah disampaikan.

    Atau

  • 34

    Beberapa pendapat mengenai masalah

    Itu telah disampaikan.

    Bukan

    Beberapa pendapat mengenai masalah i-

    tu telah disampaikan .

    f. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di

    belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya

    pada pergantian baris.

    Misalnya:

    Kami ada cara yang baru untuk meng-

    ukur panas

    kukuran baru itu memudahkan kita meng-

    ukur kelapa

    akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf

    saja pada pangkal baris.

    g. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu

    dan bagian-bagian tanggal30

    .

    Misalnya:

    p-a-n-i-t-i-a

    8-4-1973

    f). Tanda Pisah ()

    a. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau

    kalimat yang memberikan penjelasan di luar bangun kalimat.

    Misalnya:

    Kemerdekaan ituhak segala bangsaharus

    dipertahankan.

    30

    Ernawati Waridah, op. cit,. h. 37.

  • 35

    Keberhasilan itusaya yakindapat dicapai kalau kita

    mau berusaha keras.

    b. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan

    aposisi atau keterangan yang lain, sehingga kalimat menjadi

    lebih jelas.

    Misalnya:

    Rangkaian temuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini

    juga pembelahan atomtelah mengubah konsepsi kita tentang

    alam semesta.

    Gerakan pengutamaan Bahasa Indonesiaamanat sumpah

    pemudaharus terus di tingkatkan.

    c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau

    tempat dengan arti sampai dengan atau sampai ke.

    Misalnya:

    Tahun 19282008

    JakartaBandung

    Catatan:

    1. Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan

    keterangan tambahan pada akhir kalimat.

    Misalnya: Kita memerlukan alat tulis-pena, pensil dan kertas.

    2. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah

    tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

    g). Tanda Elipsis ()

    Tanda ellipsis berupa tiga buah titik () digunakan untuk menunjukkan

    adanya bagian-bagian kalimat yang dihilangkan.

    Misalnya:

  • 36

    Sebab-sebab kemerosotan akan diteliti lebih lanjut.

    Catatan:

    Kalau tanda ellipsis itu berada pada akhir kalimat, maka ditambah satu titik

    lagi, yaitu titik yang menyatakan berakhirnya kalimat itu; jadi, semuanya ada

    empat buah titik.

    Misalnya:

    Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-

    hati.

    h). Tanda Tanya (?)

    Tanda Tanya (?) digunakan:

    a. Pada akhir kalimat tanya

    Misalnya:

    Siapa namamu?

    Anda sudah tahu, bukan?

    b. Untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat

    dibuktikan kebenarannya (dalam hal ini tanda Tanya itu diapit oleh tanda

    kurung).

    Misalnya:

    Dia dilahirkan tahun 1918 (?) di Jakarta.

    Ayahnya bekerja di kantor pos (?)

    i). Tanda Seru (!)

  • 37

    Tanda seru (!) digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau

    pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menyatakan

    kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.

    Misalnya:

    Alangkah besarnya kapal itu!

    Merdeka!

    j). Tanda Kurung (())

    Tanda kurung digunakan:

    a. Untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

    Misalnya:

    Kami mengunjungi Monas (Monumen Nasional)

    Hadir juga dalam acara itu Letjen (Purnawirawan) T.B.

    Simatupang.

    b. Untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian

    integral pokok pembicaraan.

    Misalnya:

    Sajaknya yang bejudul Ubud (nama tempat terkenal di pulau Bali)

    ditulis pada tahun 1962.

    Dia pindah ke Genteng (Kota kecil dekat Banyuwangi, Jawa Timur)

    mengikuti orang tuanya.

    c. Untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri

    keterangan, tanpa kurung buka.

    Misalnya:

    Factor-faktor produksi meyangkut masalah berikut:

  • 38

    1) Alam

    2) Tenaga kerja; dan

    3) Modal.

    k). Tanda Kurung Siku ( [ ] )

    Tanda kurung siku ( [ ] ) digunakan:

    a. Untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi, atau

    tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.

    Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di

    dalam naskah asli.

    Misalnya:

    Sang Sapurba [d]engar bunyi gemerisik.

    b. Untuk mengapit keterangan di dalam kalimat penjelas yang sudah

    bertanda kurung.

    Misalnya:

    (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab 1] tidak

    dibicarakan) .

    l). Tanda Petik ()

    Tanda petik () digunakan:

    a. Untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan

    naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis

    sama tinggi di sebelah atas baris.

    Misalnya:

  • 39

    Kata ayah, Saya akan datang.

    Saya belum siap, jawab Nita, tunggu sebentar.

    b. Untuk mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai

    di dalam kalimat.

    Misalnya:

    Sajak Aku karangan Chairil Anwar terdapat pada halaman

    terakhir buku itu.

    c. Untuk istilah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai

    arti khusus.

    Misalnya:

    Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara coba dan ralat saja.

    Catatan:

    a. Tanda petik penutup terletak di belakang tanda baca yang mengakhiri

    petikan langsung.

    Misalnya:

    Kata adik, Saya mau makan.

    b. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di

    belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai

    dengan arti kusus.

    Misalnya:

    Karena perutnya besar, ia mendapat julukan Si Gendut.

    m). Tanda Petik Tunggal ()

  • 40

    Tanda petik tungga dipakai:

    a. Untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.

    Misalnya:

    Tanya Basri, Kau dengarkah bunyi kring-kring tadi?

    b. Untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata, atau ungkapan asing.

    Misalnya:

    Rate of inflation laju inflasi

    n). Tanda Garis Miring (/)

    Tanda garis miring digunakan:

    a. Dalam penomoran kode surat.

    Misalnya:

    No. 07/PR/1976

    b. Sebagai pengganti kata dan, per, atau nomor pada alamat.

    Mahasiswa/mahasiswi

    o). Tanda Penyingkat (apostrof)

    Tanda penyingkat (apostrof) digunakan sebagai tanda adanya

    penghilangan bagian kata.

    Misalnya:

    Ali kan kutemui (kan = akan)

    Malam tlah larut (lah = telah)31

    31

    Chaer, op. cit,. h. 84.

  • 41

    Jadi, tanda baca adalah salah satu aturan yang terdapat di dalam Ejaan

    yang Disempurnakan yang harus ditaati cara penggunaanya. Tanda baca yang

    terdiri dari 15 tanda diantaranya tanda titik, tanda koma, tanda titik dua, tanda

    hubung, tanda pisah, tanda petik, tanda petik tunggal.

    3. Buku Teks (Text Book)

    a. Pengertian Buku Teks (Text Book)

    A. J. Loveridge bersama tiga rekannya dalam buku Preparing Textbook

    Manuscripts: A Guide for Authors in Developing Countries (1970)

    memberikan definisi textbook sebagai berikut:

    Buku pelajaran adalah buku sekolah yang memuat bahan yang telah dipilih

    mengenai mata pelajaran tertentu dan disusun secara sistematis untuk

    dipahami.32

    Minto Rahayu mengungkapkan bahwa, Buku teks (Textbook)

    merupakan tulisan ilmiah yang mempunyai sumber bahan pustaka dan

    dipergunakan untuk keperluan pendidikan dan pengajaran.33

    Buku pada dasarnya adalah suatu karangan berisi gagasan seseorang yang

    dicetak pada lembaran-lembaran yang dijahit/dilekatkan dengan diberi sampul

    sehingga memiliki bentuk wajah dan susunan fisik tertentu.

    Untuk memberikan pemahaman lebih luas dapatlah dikutipkan definisi

    tentang buku yang dirumuskan oleh para ahli luar negeri.

    A unit of publication, either bibliographically independent. Or a volume in a

    series published under the same title.

    (Suatu satuan terbitan, baik yang secara bibliografis berdiri sendiri atau

    suatu jilid dalam suatu seri yang diterbitkan di bawah judul yang sama.)

    32

    The Liang Gie, Terampil Mengarang, (Yogyakarta: ANDI, 2002), h. 143. 33

    Minto Rahayu, Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 30.

  • 42

    (Dari Educational Technology: Definition and Glossary of Terms, Volume 1,

    1977.34

    Presiden suatu universitas Carl R. Woodward (dimuat dalam buku Alfred

    Stefferud, ed., The Wonderful World of Books, 1953) merumuskan peranan

    buku demikian:

    Books are the instruments for perpetuating the body of knowledge painfully

    and slowly accumulated through the ages of man. Through them cultural

    resources of mankind become the birthright of the generations to come.

    (Buku-buku merupakan peralatan untuk mengekalkan kumpulan pengetahuan

    yang secara susah payah dan perlahan-lahan dihimpun selama abad-abad

    hidup manusia. Melaluinya sumber daya budaya umat manusia menjadi hak

    waris angkatan-angkatan mendatang.)35

    Ada yang mengatakan bahwa buku teks adalah rekaman pikiran rasial

    yang disusun buat maksud-maksud dan tujuan-tujuan intruksional (Hall

    Quest, 1915).

    Ahli yang lain menjelaskan bahwa buku teks adalah buku standar/buku

    setiap cabang khusus studi. (Lange, 1940).

    Ahli yang lain mengemukakan bahwa buku teks adalah buku yang

    dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapakan

    oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu.(Bacom, 1935).

    Menurut Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan, Buku teks merupakan

    buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar yang

    disusun oleh pakar dalam bidang itu dan mudah dipakai di sekolah-sekolah

    sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.36

    34

    Gie. op. cit., h. 131. 35

    Gie, op. cit., h. 132. 36

    Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 13.

  • 43

    Menurut Chambliss dan Calfee (1998), Buku teks adalah alat bantu siswa

    untuk memahami dan belajar dari hal-hal yang dibaca dan untuk

    memahami dunia (di luar dirinya). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

    Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks (buku pelajaran)

    adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi

    pembelajaran yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.37

    Bahasa buku, apalagi buku pelajaran, harusnya menggunakan bahasa baku,

    bahasa standar. Keberhasilan pengajaran di sekolah sebagian besar ditentukan

    oleh sang guru yang mengajar. Bagaimanapun lengkapnya sarana, apabila

    guru kurang pandai menyajikan pelajaran, hasilnya akan tidak memuaskan.

    Buku-buku pelajaran yang ditulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan

    benar akan menjadi salah satu factor penunjang dalam keberhasilan pelajaran

    bahasa Indonesia di sekolah-sekolah.

    Kita mengakui masih banyak buku yang dipakai di sekolah-sekolah

    sebagai buku pelajaran ditulis dengan bahasa yang kurang baik. Buku-buku

    yang ditulis oleh perseorangan yang dipakai baik oleh guru maupun oleh

    murid banyak yang harus diperbaiki lagi bahasanya. Tanpa perbaikan bahasa,

    sebaiknya buku-buku seperti itu dilarang peredarannya oleh yang berwenang.

    Gagasan bahwa tiap buku yang akan diterbitkan oleh setiap penerbit harus

    diteliti bahasanya, kemudian diperbaiki kesalahan-kesalahan yang terdapat

    di dalamnya, merupakan suatu gagasan yang baik sekali. Seorang

    penyunting bahasa haruslah memperhatikan: 1) susunan kalimat yang

    baik; 2) bentukan kata yang tepat; 3) penggunaan ungkapan secara tepat;

    4) pemilihan kata secara tepat dilihat dari segi makna; 5) penggunaan

    37Masnur Muslich, Hakikat dan Fungsi Buku Teks, http://masnur-

    muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.html diakses tgl 21 Agustus

    2015 12.18 WIB

    http://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.htmlhttp://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.html

  • 44

    istilah secara tepat; 6) penulisan alinea secara tepat; 7) penggunaan tanda

    baca sesuai dengan aturan ejaan umum yang berlaku.38

    Jadi, berdasarkan beberapa pengertian tersebut, buku teks merupakan buku

    pelajaran yang menjadi pegangan siswa/mahasiswa yang digunakan dalam

    mempelajari bidang studi tertentu, disusun dan distandarkan oleh pakarnya

    dengan maksud dan tujuan intruksional yang dilengkapi dengan sarana-sarana

    pengajaran yang sesuai dan mudah dipahami.

    b. Struktur Buku Teks

    Buku pelajaran sebagai suatu karangan ilmiah yang memuat bahan

    pelajaran memiliki susunan fisik tertentu. Bagian-bagian buku yang

    membentuk susunan fisik itu meliputi:

    a. Judul

    Buku yang diterbitkan mempunyai judul berupa nama yang

    menyatakan secara singkat apa yang merupakan isi buku. Judul

    diperlukan untuk pendaftaran ciptaan, perjanjian penerbitan, pencatatan

    daftar buku maupun untuk keperluan penggolongan karangan dan

    pembuatan kartu catalog pada perpustakaan.

    b. Pagina judul

    Pagina judul adalah suatu halaman pada awal buku yang

    mencantumkan secara lengkap keterangan-keterangan berupa judul

    selengkapnya dari buku, nama pengarang dari buku, edisi dan

    cetakulang yang ke berapa, dan keterangan mengenai penerbit buku.

    c. Kata persembahan

    38

    J.S. Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 1993), h. 37.

  • 45

    Dedication atau kata persembahan dapat berwujud sebuah

    ungkapan pendek atau serangkaian kalimat yang merupakan suatu

    alinea yang cukup panjang.

    d. Prakata

    Prakata berisi penjelasan dari pengarang kepada para pembaca

    dengan bahasa yang tidak terlampau resmi dan dalam nada sebagai

    sahabat.

    e. Kata pendahuluan

    Kata pendahuluan merupakan semacam prakata yang ditulis oleh

    seseorang lain yang bukan pengarang dari buku yang bersangkutan.

    f. Ucapan penghargaan

    Bilamana orang-orang atau badan-badan yang memberikan

    bantuan kepada seorang pengarang dalam pengumpulan bahan,

    penulisan naskah, atau penyempurnaan buku cukup banyak dan perlu

    disebut satu demi satu, pengarang dapat menyediakan halaman

    tersendiri untuk menuliskan kata-kata penghargaan atau ucapan terima

    kasih.

    g. Pengantar

    Pengantar merupakan pembahasan awal yang sudah termasuk

    dalam bagian isi buku.

    h. Daftar isi

    Daftar isi mencatat secara urut pembagian dan perinci buku yang

    bersangkutan dalam bagian (part), bab (chapter), sampai paragraph

    (section).P

    i. Judul bab

  • 46

    Karya tulis ilmiah dan buku pelajaran harus dibagi dalam sejumlah

    bab atau rincian lainnya sesuai dengan luasnya materi yang

    dipaparkan.

    j. Daftar bacaan

    Bibliografi adalah suatu daftar yang mencantumkan segenap

    sumber bacaan (buku dan artikel) yang digunakan oleh pengarang

    dalam menulis bukunya.

    k. Daftar istilah

    Bagi buku pelajaran yang cukup luas dan menyangkut banyak

    istilah ilmiah atau perkataan teknis, pengarang sebaiknya menyusun

    sebuah daftar istilah. Daftar itu dapat memuat istilah-istilah Indonesia

    saja atau istilah asing (misalnya bahasa Inggris) dengan terjemahannya

    dalam kata Indonesia. Istilah-istilah harus diurutkan menurut abjad dari

    A sampai Z.

    l. Lampiran

    Lampiran adalah bahan-bahan yang ditambahkan pada isi buku.

    m. Indeks39

    Indeks adalah suatu daftar menurut urutan abjad dari

    istilah/konsep/topik dan nama tokoh/ahli/penulis lain yang

    diperbincangkan dalam buku yang bersangkutan dengan disertai nomor

    pagina yang memuat perbincangan itu.

    Dengan demikian, struktur buku teks berisi bagian-bagian buku yang

    dirangkai menjadi susunan fisik sebuah buku.

    39Gie, op. cit., h. 134.

  • 47

    c. Fungsi Buku Teks

    Greene dan Petty dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan lebih

    jauh menyebutkan beberapa peranan buku teks, yaitu:

    a. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern

    mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam

    bahan pengajaran yang disajikan

    b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca

    dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa

    c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan betahap mengenai

    keterampilan-keterampilan ekspresional

    d. Menyajikan bersama-sama dengan buku manual yang

    mendampinginya, mengenai metode-metode dan sarana-sarana

    pengajaran untuk memotivasi para siswa

    e. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan

    juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.

    f. Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan

    tepat guna40

    .

    Beberapa peranan buku teks dalam pengajaran selain yang tertera di atas,

    antara lain:

    a. Buku teks sebagai pengisi bahan haruslah menampilkan sumber bahan

    mantap, susunannya teratur dan sistematis.

    b. Bahan yang terkandung dalam buku teks hendaknya tersusun rapi.

    c. Metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi

    syarat-syarat tertentu.

    d. Buku teks juga sebaiknya menyajikan bahan secara mendalam.

    e. Di samping sebagai sumber bahan, buku teks juga berperan sebagai

    sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remedial.

    40

    Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 17.

  • 48

    Buku mempunyai berbagai macam fungsi atau peranan dalam dunia

    pendidikan, buku sangat bermanfaat bukan hanya untuk siswa melainkan

    untuk semua orang yang membacanya.

    b. Kualitas Buku Teks

    Sebuah buku teks dikatakan berkualitas baik apabila buku tersebut

    memenuhi sebelas butir kriteria dibawah ini:

    a. Sudut pandangan (point of view)

    b. Kejelasan konsep

    c. Relevan dengan kurikulum

    d. Menarik minat

    e. Menumbuhkan motivasi

    f. Menstimulasi aktivitas

    g. Ilustratif

    h. Komunikatif

    i. Menunjang mata pelajaran lain

    j. Menghargai perbedaan individu

    k. Memantapkan nilai-nilai41

    Kualitas buku sangat ditentukan dari materi apa yang disampaikan di

    dalam buku tersebut, pentingnya menciptakan buku yang kreatif dan inovatif

    dalam setiap materi akan menumbuhkan motivasi dan semangat bagi yang

    membacanya.

    c. Keterbatasan Buku Teks

    Greence dan Petty telah mengidentifikasi keterbatasan buku teks.

    Keterbatasan buku teks itu, antara lain:

    a. Buku teks itu sendiri tidaklah mengajar (walaupun beberapa kegiatan

    belajar dapat dicapai dengan membacanya) tetapi merupakan suatu

    sarana pengajaran.

    41

    Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, op. cit., h. 23.

  • 49

    b. Isi yang disajikan sebagai perangkat-perangkat kegiatan belajar dipadu

    secara artificial atau secara buatan saja bagi setiap kelas tertentu.

    c. Pelatihan-pelatihan dan tugas-tugas praktis agaknya kurang memadai

    karena keterbatasan-keterbatasan dalam ukuran buku teks dan

    dikarenakan begitu banyaknya praktik-praktik, pelatihan yang perlu

    dilaksanakan secara perbuatan.

    d. Sarana-sarana pengajaran juga sangat sedikit dan singkat karena

    keterbatasan-keterbatasan ruang, tempat, atau wadah yang tersedia di

    dalamnya.

    e. Pertolongan-pertolongan atau bantuan-bantuan yang berkaitan dengan

    evaluasi hanyalah bersifat sugestif dan tidaklah mengevaluasi

    keseluruhan yang diinginkan.42

    Buku merupakan suatu sarana pengajaran, buku bukanlah guru yang bisa

    secara leluasa menyampaikan maksud dan tujuan tertentu. Dalam keterbatasan

    itulah buku tidak selalu bisa dijadikan tolak ukur dalam mengevaluasi setiap

    pembelajaran.

    B. Penelitian yang Relevan

    Muhriji (2012), mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia dan daerah fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta, melakukan penelitian tanda mengenai Kesalahan

    Penggunaan Tanda Baca dalam Karangan Narasi Siswa Kelas XI MA Al-

    Khaeriyah Karang Tengah Cilegon, Banten Tahun Pelajaran 2012/2013.

    Masih banyak terjadi kesalahan tanda baca pada karangan narasi yang di buat

    oleh siswa. Sehingga di butuhkan metode yang dapat meningkatkan

    pengetahuan siswa tentang menulis tanda baca yang sesuai dengan EYD. Dan

    di butuhkan perhatian dan motivasi dari guru untuk meningkatkan pemahaman

    dan kemampuan tentang tanda baca yang dimiliki siswa. Penelitian penulis

    42

    Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, op. cit., h. 26.

  • 50

    berbeda dengan penelitian Muhriji yang fokus meneliti penggunaan tanda baca

    dalam karangan narasi yang ditulis oleh siswa. Sedangkan penelitian penulis

    fokus meneliti EYD pada buku teks yang digunakan di sekolah.

    Retno Kurniasari Widianingsih (2014), mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra

    Indonesia dan daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta,

    melakukan penelitian mengenai Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku Teks Mata

    Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas VI Sekolah Dasar Terbitan Yudhistira

    dan Erlangga. Masih banyak terjadi kesalahan dalam kedua buku tersebut,

    sehingga dibutuhkan ketelitian yang lebih lagi untuk setiap buku yang akan terbit.

    Penelitian penulis berbeda dengan penelitian Retno Kurniasari Widianingsih yang

    fokus meneliti ejaan pada buku teks SD terbitan Yudhistira dan Erlangga.

    Penelitian penulis fokus meneliti EYD pada buku teks SMA terbitan

    Kemendikbud.

    Widyaningsih (2009), Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Surakarta melakukan penelitian yang berjudul Kesalahan

    Ejaan dan Ketidakbakuan Kata pada Karangan Argumentasi Siswa Kelas X

    SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2008/2009 menyatakan bahwa

    kesalahan yang dibuat siswa sebagian besar terletak pada pemakaian huruf

    kapital, tanda baca, kata depan, singkatan, dan kata tidak baku. Kesalahan

    disebabkan ketidaktahuan siswa akan pembatasan kaidah-kaidah kebahasaan.

    Penelitian penulis berbeda dengan penelitian Widyaningsih yang fokus

    meneliti ejaan dan ketidakbakuan kata pada karangan argumentasi yang ditulis

    oleh siswa. Penelitian penulis fokus meneliti EYD pada buku teks yang

    digunakan di sekolah.

    Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Muhriji, Retno Kurniasari Widianingsih, dan Widyaningsih.

  • 51

    Penelitian yang dilakukan oleh Muhriji subjeknya adalah karangan narasi yang

    ditulis oleh siswa dan objeknya adalah tanda baca yang terdapat di dalam

    karangan narasi tersebut. Penelitian yang dilakukan Retno Kurniasari

    Widianingsih subjeknya adalah buku teks pelajaran Bahasa Indonesia dan

    objeknya adalah buku teks bahasa Indonesia. Sedangkan penelitian yang

    dilakukan oleh Widyaningsih subjeknya adalah karangan argumentasi yang

    ditulis oleh siswa dan objeknya adalah ejaan dan ketidakbakuan kata dalam

    karangan argumentasi tersebut. Berbeda dengan ketiga penelitian yang

    dilakukan oleh Muhriji, Retno Kurniasari Widianingsih dan Widyaningsih.

    Peneliti melakukan penelitian mengenai analisis kesalahan EYD pada buku

    teks bahasa Indonesia yang digunakan di sekolah. Dalam penelitian ini

    subjeknya adalah buku teks bahasa dan sastra Indonesia yang digunakan di

    sekolah dan objeknya adalah Ejaan yang Disempurnakan (EYD).

    Dari penelitian di atas, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai

    analisis kesalahan EYD. Hasilnya menunjukkan masih terdapat banyak

    kesalahan dalam penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang terdiri

    dari penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Oleh karena

    itu, penelitian tentang analisis kesalahan EYD masih sangat menarik untuk

    dilakukan.

    Penelitian ini membahas tentang Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang

    Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan