Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KESESUAIAN PROSPEKTUS PT BANK RAKYAT
INDONESIA SYARIAH TBK. DENGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DITINJAU DARI KEPATUHAN EMITEN TERHADAP
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
Fakhrul Ardiyan
11150490000036
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 / 2019
v
ABSTRAK
Fakhrul Ardiyan dengan Nomor Induk Mahasiswa 11150490000036
membuat skripsi yang berjudul ANALISIS KESESUAIAN PROSPEKTUS PT
BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH TBK. DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DITINJAU DARI KEPATUHAN EMITEN
TERHADAP GOOD CORPORATE GOVERNANCE Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini mengolah data yang ada sebagaimana Prospektus penawaran
umum menyesesuaikan dengan Peraturan perundang-undangan seperti Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Bank Indonesia, dan Keputusan Badan
Pengawas Pasar Modal Syariah. Hasil kesesuaian tersebut akan berpengaruh pada
aspek Good Corporate Governance sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11 Tahun 2009 sebagai dasar hukum Tata Kelola Baik atau Good
Corporate Governance. Pada aspek Good Corporate Governance ini, dikhususkan
pada sisi transparansi sebagaimana data yang dicantumkan didalam Prospektus
harus secara transparansi. PT BRI Syariah sebagai emiten di Pasar Modal
Indonesia yang berbasis Syariah maka ketentuan-ketentuan yang mengatur prinsip
Syariah akan disesuaikan dengan data yang ada. Dasar hukum prinsip Syariah
adalah Fatwa DSN-MUI dan juga menjadi acuan dalam terbentuknya peraturan
perundang-undangan yang berkekuatan hukum tetap sehingga menjadi pedoman
peraturan di Indonesia.
Jenis penelitian pada penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif. Dengan metode pendekatan analisis isi. Penelitian ini
mendeskriptifkan apapun segala yang terjadi antara Prospektus dengan peraturan
perundang-undangan dari data yang telah diperoleh melalui internet ataupun
meminta langsung dokumen Prospektus. Analisa isi ini adalah mengupas tuntas
yang ada didalam Prospektus sebagai bahan utama dari penelitian ini dengan
tinjauan dari Good Corporate Governance dalam hal transparansi, dan penerapan
prinsip Syariah didalam Prospektus tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT BRI Syariah dalam pelaksanaan
penerapan peraturan perundang-undangan di dalam Prospektus, penerapan GCG,
dan penerapan prinsip Syariah sudah cukup baik akan tetapi masih ada
kekurangan data yang harus dicantumkan sebagai salah satu mengikuti peraturan
perundang-undangan dan juga sebagai penerapan GCG yang ditinjau dari
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, setelah itu, prinsip Syariah
sudah sangat baik dilaksanakan baik diimplementasikan ke dalam Teknis dan
akad-akad yang mennjadi bagian kegiatannya.
Kata Kunci: Prospektus, Good Corporate Governance, Transparansi, Peraturan
Perundang-undangan, Prinsip Syariah
Pembimbing: Yuke Rahmawati, M.A.
Daftar Pustaka: 1995 sampai dengan 2019.
vi
KATA PENGANTAR
حيم ن الر حم الر بسم للا
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
memberikan rahmat, berkah dan hidayah-Nya kepada Penulis. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Dengan Rahmat serta pertolongan Allah SWT, Alhamdulillah Penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KESESUAIAN PROSPEKTUS
PT BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH TBK. DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DITINJAU DARI KEPATUHAN EMITEN
TERHADAP GOOD CORPORATE GOVERNANCE”. Banyak pihak yang
membantu Penulis dalam menyelsaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Untuk itu perkenankan Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Para Pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini, kepada yang terhormat:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., MA., M.H., selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. A.M. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Abdurrauf, M.A., selaku Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Yuke Rahmwati, M.A., selaku Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing
Skripsi, yang telah memberikan arahan, saran, kritik dan waktu yang
telah diluangkan untuk Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini. Selain itu, selalu bersikap baik dan tulus kepada Penulis.
5. Orang Tua, kakak, dan adik yang tanpa henti selalu memberikan
semangat dan dukungan atas segalanya yang diberikan untuk Penulis.
vii
6. Sheila Kirana Azalia, Muhammad Zakiy, Ulfa Fauziah, Winarti,
Nasrullah, Mahesti Rofiqoh, dan Shah Reza yang memberikan
dukungan dan bantuan disaat Penulis merasa putus asa, bingung, dan
tidak kepahamanan.
7. Serta teman-teman seperjuangan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan
2015 yang tidak bisa disebutkan semuanya yang selalu memberikan
semangat dan dukungan untukku.
Semoga Allah memberkan ampunan,rahmat, dan balasan pada setiap
kebaikan yang telah diberikan untuk Penulis. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat untuk semua kalangan dan bermanfaat untuk perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya Hukum Ekonomi Syariah
Jakarta, November 2019
Fakhrul Ardiyan
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………...i
Lembar Pengesahan………………………………………………………….........ii
Lembar Pengesahan Panitia Ujian Skripsi..............................................................iii
Lembar Pernyataan……………………………………………………………….iv
Abstrak………………………………………………………………………….....v
Kata Pengantar……………………………………………………………………vi
Daftar Isi…………………………………………………………………….…..viii
Daftar Tabel.............................................................................................................x
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................................7
C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah...................................................7
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian.......................................................8
F. Alur Penelitian..................................................................................................9
G. Metode Penelitian...........................................................................................13
H. Rancangan Sistemika Penelitian....................................................................17
BAB II....................................................................................................................19
LANDASAN TEORITIS.......................................................................................19
A. Pengertian Prospektus.. .................................................................................19
B. Peraturan Bank Indonesia...............................................................................21
C. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan..................................................................21
D. Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan...................................22
E. Prinsip Syariah................................................................................................22
ix
F. Good Corporate Governance.........................................................................23
BAB III...................................................................................................................25
TINJAUAN UMUM..............................................................................................25
Kerangka Teoritis................................................................................................25
Review Studi Terdahulu......................................................................................25
Teori Penerapan Penelitian.................................................................................28
a. Teori Perlindungan Hukum..........................................................................28
b. Teori Harmonisasi Hukum...........................................................................33
Dasar Hukum Pasar Modal Syariah....................................................................38
Karakteristik Pasar Modal Syariah......................................................................39
Perbedaan Prospektus Bank Konvensional dan Bank Syariah..........................40
BAB IV..................................................................................................................42
PEMBAHASAN....................................................................................................42
A. Analisa Penawaran Umum PT BRI Syariah..................................................42
B. Analisa Good Corporate Governance...........................................................46
C. Analisa Prinsip Syariah..................................................................................51
BAB V...................................................................................................................56
Kesimpulan.........................................................................................................56
Saran...................................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58
x
DAFTAR TABEL
Gambar 1.0 Nilai Penerapan Aspek-aspek............................................................54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan yang sedang melakukan aksi korporasi untuk pertama kalinya di
pasar modal, maka kewajiban emiten mengeluarkan prospektus sebagai dasar
informasi perusahaan dan menjadi landasan informasi fundamental perusahaan.
Aksi korporasi ini sesuai dengan UU Nomor 8 Tahun 1995 berpengaruh pada
jumlah saham, harga saham, dan kepentingan pemegang saham sehingga aksi
korporasi ini harus mendapat persetujuan dari RUPS1. Isi-isi prospektus meliputi
banyak aspek, rencana penggunaan dana yang diperoleh dari hasil penawaran
umum, kinerja keuangan, dan performa pasar.
Sebagaimana aspek tersebut, pada umumnya banyak emiten saat Initial
Public Offering mempunyai kendala dari pernyataan prospektus dengan kinerja
emiten itu sendiri. Walaupun sudah diawasi sebagaimana kewajiban Bursa Efek
Indonesia, tetapi jika emiten sudah melewati batas kriteria kinerja yang telah
ditetapkan, pihak Bursa Efek Indonesia mengadakan pemanggilan terhadap
jajaran direksi dan komisaris emiten untuk meningkatkan pengawasan terhadap
kinerja keuangan dan performa pasar. Beberapa data menunjukan ada beberapa
emiten yang bukan go-public telah menurun kinerjanya sehingga melakukan
pemanggilan untuk emiten yang sudah 12 bulan tercatat di Bursa.2
Pada tahun kemarin yaitu 2018 tepatnya di bulan September, ada beberapa
emiten terganjal pernyataan efektif saham perdananya di Bursa efek Indonesia.
1https://www.seputarforex.com/artikel/macam-macam-aksi-korporas-dan-
pengaruhnya-pada-pasar-saham-283374-34 Diakses pada hari Kamis, 8 Agustus 2019 2https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?
jdl=Kinerja_Tak_Sesuai_Prospektus__Emiten_Bakal_Dipanggil_Otoritas_Bursa&
news_id=98526&group_news=IPOTNEWS&news_date=&taging_subtype=MARKETO
VERVIEW&name=&search=y_general&q=BEI,Bursa,emiten,IPO,prospektus,saham&ha
laman=1. Diakses pada hari Rabu, 03 April 2019.
2
Dari pihak Otoritas Jasa Keuangan pun belum memberi izin sedikitpun sehingga
bentrok dengan daluarsa prospektus. Jika prospektus ini sudah kadaluarsa, maka
emiten tersebut jika ingin melanjutkan pencatatan saham di pasar modal Indonesia
maka harus memperbarui data dan laporan keuangan auditan terbaru. Pasar modal
Indonesia pada saat itu memiliki 22 calon emiten yang berencana akan Initial
Public Offer, tetapi ada 9 yang akan kadaluarsa prospektusnya, karena
menggunakan laporan keuangan per 31 Maret 2018. Calon emiten tersebut adalah
PT Kota Satu Properti, PT Cottonnindo Ariesta, PT Superkrane Mitra Utama, PT
Net Visi Media, PT Satria Antaran Prima, PT Propertindo Mulia Investama, PT
Super Energy, PT HK Metals Utama, dan PT Jaya Bersama Indo.3 Tidak hanya
itu, contoh lainnya seperti PT Bank Panin Syariah Tbk. saat ingin Initial Public
Offering BNPS selain menggandeng mitra strategis, BNPS mempunyai kendala
spin off sehingga dapat membuat modal induk menjadi tergerus, dikarenakan
sesuai UU Nomor 21 Tahun 2008 seluruh UUS harus menjadi BUS.
Sesuai dengan UU Nomor 21 Tahun 2008 yang dimana perusahaan
mempunyai permodalan 51% dikuasai induknya, dan 39.49% milik mitra Dubai
Islami Bank. BNPS ini menghadapi 3 pilihan antara lain memisahkan diri dari
induknya, atau melakukan konversi menjadi BUS, atau menjual aset syariahnya
kepada induknya4. Begitupun juga ada permasalahan dari Bank Muamalat Tbk
yang tidak segera IPO di pasar modal Indonesia, sebelumnya sudah menargetkan
tahun 2013 akan listing perdana, tetapi tidak jadi lantaran Direktur Keuangan dan
Operasional Bank Muamalat menyatakan ditundanya IPO karena sudah memiliki
modal hingga tahun 2016. Selain itu, tertundanya IPO karena kondisi market yang
3https://www.indopremier.com/newsDetail.php?jdl=Izin_9_IPO_Terganjal_Restu_
OJK&news_id=343766&group_news=RESEARCHNEWS&taging_subtype=PROPERT
Y&name=&search=y&q=Prospektus. Diakses pada hari Rabu, 03 April 2019. 4https://www.google.com/amp/s/bisnis.tempo.co/amp/819773/ini-alasan-
perbankan-syariah-tak-tawarkan-saham-ke-publik Diakses pada hari Kamis, 8 Agustus
2019
3
belum stbail dan tekanan atas nilai tukar Rupiah akibat keluarnya dana asing,
sehingga perusahaan menunda aksi korporasi tersebut5.
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan telah menyatakan dengan tegas bahwa
emiten yang tercatat di pasar modal Indonesia pada tahun 2013 lalu harus
menerapkan Good Corporate Governance atau biasa disebut tata kelola
perusahaan dengan baik. Penerapan tersebut keberlangsungan bisnis industri jasa
keuangan dapat terjaga dengan baik. Otoritas Jasa Keuangan memberikan award
atau penghargaan kepada emiten yang telah menerapkan Good Corporate
Governance berharap sebagai pondasi dan bekal pasar modal kita untuk
kedepannya, dan penghargaan ini sebagai apresiasi kepada emiten yang telah
menerapkan prinsip tersebut dan membuat semakin bertambah dalam kepatuhan
ini, dan untuk yang belum mendapatkan penghargaan dapat membuat termotivasi
agar emiten untuk mempunyai “harga” atau label perusahaan tersebut.
Implementasi dari Good Corporate Governance dapat memberikan rasa aman
bagi konsumen. Karena pada hakekatnya prinsip ini lebih mengutamakan hak
suara pemegang saham daripada kepentingan pribadi direktur atau jabatan
lainnya.6
Kepatuhan terhadap prinsip Good Corporate Governance mengadakan
pemberian penghargaan, kini ada beragam penghargaan baik tingkat nasional, dan
regional. Sebagai regulator yaitu Otoritas Jasa keuangan menargetkan banyak
perusahaan yang meraih penghargaan tata kelola di tingkat regional. Ada dua
perusahaan yang menerima penghargaan tingkat ASEAN dikarenakan
menerapkan Good Corporate Governance. Kedua perusahaan tersebut berasal
dari sektor perbankan yaitu Bank Danamon, dan Bank CIMB Niaga. Menurut
Muliaman sebagai Dewan Komisioner OJK menyatakan “Ini terlalu sedikit untuk
negara sebesar Indonesia. Kita mengharapkan semakin banyak perusahaan yang
masuk dan memenuhi kriteria Good Corporate Governance ASEAN”. Penerapan
5https://www.ekbis.sindonews.com/read/854479/32/bank-muamalat-tunda-ipo-
hingga-2016-1397564379 Diakses pada hari Kamis, 8 Agustus 2019 6https://money.kompas.com/read/2014/01/02/1123114/OJK.Klaim.Emiten.TelahTe
rapkan.Good.Corporate.Governance. Diakses pada hari Rabu, 03 April 2019.
4
tata kelola perusahaan yang baik akan membuat perusahaan memiliki kinerja yang
baik dan akan berdampak baik pula bagi perekonomian Indonesia.7
Good Corporate Governance menjadi hal penting untuk emiten yang sudah
listing di pasar modal Indonesia ataupun yang akan mau. Bahwa prinsip tata
kelola bagi perusahaan terbuka menjadi hal yang vital bagi perusahaan yang
mengedepankan sustainability atau keberlanjutan usaha sebagaimana perusahaan
yang sudah listing di pasar modal Indonesia. IICD yaitu Indonesian Institute For
Corporate Directorship berperan memberikan kontribusi dalam kegiatan
perekonomian Indonesia, khususnya melalui pasar modal dengan meningkatkan
praktik tata kelola perusahaan di perusahaan-perusahaan publik.8
Prinsip yang diterapkan oleh emiten di Indonesia saat ini relatif tertinggal
dibandingkan negara-negara di kawasan ASEAN. Hanya dua emiten dari
Indonesia yang masuk dalam daftar 50 emiten terbaik dalam praktik GCG di
ASEAN dalam ajang penganugerahan ASEAN Corporate Governance Awards
2015 yang diselenggarakan oleh ASEAN Capital Markets Forum (ACMF).
Pencapaian ini tentu masih tertinggal jauh dari Thailand yang mampu
menempatkan 23 emiten, Filipina 11 emiten, Singapura 8 emiten, dan Malaysia 6
emiten. Penerapan GCG yang baik adalah aspek utama untuk membangun
fundamental perusahaan yang kokoh. Kinerja keuangan perusahaan tidak akan
berkelanjutan bila tidak dilandasi oleh praktik-praktik tata kelola yang baik.
Selain itu, GCG akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik, yang
pada gilirannya akan meningkatkan kepercayaan Investor. Nilai-nilai positif
tersebut mendongkrak investasi baik dari investor dalam negeri maupun investor
7https://money.kompas.com/read/2015/11/17/140256826/OJK.Berharap.Banyak.Pe
rusahaan.RI.Penuhi.Kriteria.Good.Corporate.Governance.ASEAN. Diakses pada hari
Rabu, 03 April 2019. 8https://m.detik.com/finance/bursa-dan-valas/d-3652395/tata-kelola-
perusahaanterbuka-ri-makin-baik?_ga=2.227448539.777606914.1554091221-
765838281.1554091220. Diakses pada hari Rabu, 03 April 2019.
5
asing melalui beragam produk pasar modal di Indonesia maupun melalui investasi
langsung.9
Kesimpulan dari uraian tersebut, bahwa Good Corporate Governance
adalah struktur dan mekanisme yang mengatur pengelolaan perusahaan sehingga
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para
pemegang saham maupun pemangku kepentingan. Penerapan prinsip tersebut
dapat berkontribusi dalam peningkatan kinerja perusahaan. Konsep Good
Corporate Governance ini memiliki tujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan nilai perusahaan, mengelola sumber daya dan risiko secara lebih
efektif dan efisien, meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dari organisasi
perusahaan demi menjaga kepentingan para shareholder dan stakeholder
perusahaan. Good Corporate Governance ini juga diterapkan pada perusahaan
Badan Usaha Milik Negara yang diatur dalam pasal 3 Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan
yang Baik, sebagai contohnya adalah PT Semen Baturaja.
Prinsip tata kelola yang baik memiliki beberapa aspek sebagai kriteria
secara umum untuk menentukan perusahaan telah menerapkan Good Corporate
Governance, aspek tersebut adalah transparansi, akuntanbilitas, responbilitas,
independen, dan fairness. Dalam hal ini, PT Semen Baturaja dalam aspek
transparasi terhadap pengadaan barang dan jasa yang ditelaah oleh peneliti dari
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang, bahwa penerapan Good Corporate
Governance dalam aspek pengungkapan informasi kepada publik (transparansi)
memiliki skors terendah, atau bisa disebut sangat buruk.
Kemudian aspek akuntabilitas terhadap kinerja pengadaan barang dan jasa.
Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Instansi pemerintah wajib
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan visi dan misi
organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah
9https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20170920070153-78-242846/ojk-praktik-
gcgperusahaan-indonesia-masih-tertinggal. Diakses pada hari Rabu, 03 April 2019.
6
ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik. Bahwa PT Semen
Baturaja dalam hal akuntabilitas buruk. Upaya membentuk komite audit, upaya
membentuk dan menetapkan kembali peran dan fungsi auditor internal terkait
pengadaan barang dan jasa, serta upaya menggunakan auditor ekternal yang
kurang berkualitas dan independen.
Aspek responbilitas, sesuai dengan pasal 3 Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 responbilitas yaitu kesesuaian didalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Responbilitas untuk PT Semen Baturaja
memiliki hasil yang buruk, karena upaya mempertimbangkan tanggung jawab
sosial, upaya menghindari penyalahgunaan kekuasaan, upaya menjadi
professional dan mematuhi etika yang kurang. Dan yang terakhir adalah aspek
fairness atau kewajaran terhadap kinerja pengadaan barang dan jasa, menurut
pasal 3 Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-01/MBU/2011, kewajaran
yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada PT Semen Baturaja aspek tersebut cukup baik dalam pemenuhan prinsip
Good Corporate Governance pada aspek kewajaran atau fairness, PT Semen
Baturaja telah melakukan upaya menetapkan prosedur standar operasional, upaya
menetapkan kebijakan pengaduan untuk melindungi kesalahan yang berasal dari
dalam atau internal, menetapkan peran dan tanggung jawab komisaris dan
manajemen, upaya pengungkapan secara wajar sistem informasi pengaduan
melalui sistem informasi berbasis web.10
Permasalahan para emiten dengan Good Corporate Governance karena ada
yang tidak taat pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas11
. Untuk aspek keterbukaan contohnya ditemukan di BAB II, kemudian
10
Ardiani Susi,dkk,“Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Pengadaan Barang Dan Jasa Pada PT Semen Baturaja Tbk Palembang”, Jurnal
Akuntansi, Ekonomi, dan Manajemen Bisnis Vol.5 No.2 Desember 2017, E- ISSN:2548-
9836. 11
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
7
aspek akuntabilitas contohnya terdapat di BAB III pasal 31 ayat 2, aspek
responbilitas contohnya terdapat di pasal 24, aspek independen contohnya
terdapat di pasal 36, dan terakhir aspek kesetaraan dan kewajaran atau fairness
contohnya terdapat di pasal 3 ayat 1 dan 212
.
Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti merasa perlu mengkaji dan meneliti
masalah ini lebih lanjut dengan judul “ANALISIS KESESUAIAN
PROSPEKTUS PT BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH TBK.
DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITINJAU DARI
KEPATUHAN EMITEN TERHADAP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE”
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Ketidaksesuaian antara isi Prospektus dengan peraturan perundang-
undangan yang terkait.
2. Bagaimana bentuk ketidaksesuaian mengenai penerapan prinsip
Good Corporate Governance di PT BRI Syariah.
3. Pemberlakuan prinsip-prinsip Syariah yang ada di PT BRI Syariah
pada aspek Prospektus.
C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
Pembatasan Masalah
Penelitian ini mempunyai batasan masalah yang membuat penelitian ini
menjadi fokus, dan eksplisit. Penelitian ini akan berfokus mengenai kesesuaian
prospektus terhadap perundang-undangan khususnya Good Corporate
Governance sebagai pembahasan inti di Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk.
setelah IPO pada tahun 2018. Pusat pembahasan GCG ini sebagai peran penting
emiten setelah listing di Bursa Efek Indonesia
12
http://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6890/penerapan-igood-
corporate-governance-i-sebagai-budaya-perusahaan#_ftn23
8
Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah ini, sehingga dapat diuraikan rumusan masalah,
yaitu :
1. Bagaimana aksi korporasi PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk.
dalam penerapan peraturan yang dituangkan kedalam Prospektus?
2. Bagaimana penerapan Good Corporate Governance di PT Bank
Rakyat Indonesia Syariah Tbk dalam aspek Good Corporate
Governance dari sisi transparansi?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini diarahkan :
a. Untuk menganalisa Good Corporate Governance bank syariah di PT
Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk.
b. Untuk menganalisa aksi korporasi PT Bank Rakyat Indonesia
Syariah Tbk. dalam melaksanakan Initial Public Offering.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis :
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pemikiran dalam Hukum Ekonomi Syariah, khususnya hukum investasi
dan pasar modal yang berkaitan dengan kesesuaian prospektus terhadap
perundang-undangan, khususnya Undang-undang Pasar Modal
2. Manfaat Praktis
Peneliti berharap manfaat dari sisi praktis, penelitian ini menjadi
rujukan para mahasiswa hukum yang berinti pada hukum pasar modal.
Menjadi ilmu pengetahuan hukum terkait pasar modal untuk masyarakat
9
luas. Dan menjadi bahan masukan untuk pihak yang terkait dalam
penelitian ini khususnya Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Syariah
Tbk.
F. Alur Penelitian
Alur Penelitian
Untuk menghindari penafsiran dan pemahaman yang berbeda serta
memberikan arahan dalam penelitian, maka landasan konsep ini dirasa perlu
untuk mendeskrispikan dan merumuskan beberapa istilah yang berkaitan dengan
penelitian ini, yaitu :
1 Anggota bursa efek adalah perantara pedagang efek yang telah memperoleh
izin usaha dari bapepam dan mempunyai hak untuk mempergunakan sistem
dan atau sarana bursa efek sesuai dengan peraturan bursa efek.
2 Biro administrasi efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten
melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan
dengan efek.
3 Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
4 Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum.
5 Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan
mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga
efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak
lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.
6 Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain
yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen,
bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili
pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
7 Lembaga kliring adalah dan penjaminan adalah pihak yang
menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi
10
bursa13
.
8 Lembaga penyimpanan dan penyelesaian adalah pihak yang
menyelenggarakan kegiatan custodian sentral bagi bank kustodian,
perusahaan efek, dan pihak lain.
9 Manajer investasi adaah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portfolio
efek untuk para nasabah atau mengelola portfolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pension, dan bank
yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
1 Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh
emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.
11 Penjamin emisi efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten
untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau
tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
12 Perseroan adalah perseroan terbatas sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
angka 1 ketentuan umum undang-undang nomor 1 tahun 1995 tentang
perseroan terbatas.
13 Perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan atau manajer investasi.
14 Perusahaan public adalah perseroan yang sahamnya telah dimiiki sekurang-
kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-
kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) atau suatu jumlah
pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
15 Portfolio efek adalah kumpulan efek yang dimiliki oleh pihak.
16 Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten,
perusahaan public, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini
untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh
13
Undang-undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995
11
informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh
terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari
efek tersebut.
17 Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran
umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek.
18 Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegangan efek
yang bersifat utang.
19 Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh manajer investasi14
.
20 Perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih15
.
21 Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat scara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosdur yang
ditetapkan dalam peraturan perundangundangan.16
14
Undang-undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995. 15
Pasal 1313 KUHPerdata. 16
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perrundang-undangan.
12
Kerangka Analisis
ANALISIS KESESUAIAN PT BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH
TBK. DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITINJAU
DARI KEPATUHAN EMITEN TERHADAP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
Good Corporate
Governance Aspek-aspek
Good Corporate
Governance
Peraturan Perundang-
undangan
Fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI
Observasi
Dokumen
Verifikasi
Analisis Dan Validasi
Kesimpulan
13
G. Metode Penelitian
Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis isi yaitu melakukan pengumpulan dan menganalisis muatan dari sebuah
teks. Teks dapat berupa kata-kata, makna, gambar, symbol, gagasan, tema, dan
bermacam bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan. Analisis isi berusaha
memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala
simbolis untuk mengungkap makna yang terkadang dalam sebuah teks, dan
memperoleh pemahaman terhadap pesan yang dipresentasikan, sesuai tujuannya,
maka metode analisis isi menjadi pilihan untuk diterapkan pada penelitian yang
terkait dengan teks.17
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
dilakukan dengan content analysis, yaitu dengan menganalisa isi yang ada di
dalam teks. Pada penelitian ini akan berupaya untuk mendeskrispikan tentang
Kesesuaian Prospektus Terhadap Perundang-undangan khususnya tata kelola
perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan kualitatif. Metode
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk menggambarkan atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif.
Analisis isi meruapakan teknik penelitian untuk menarik kesimpulan dengan
mengidentifikasikan karakteristik-karakteristik khusus suatu pesan secara obyektif
dan sistematik. Metode kualitatif merupakan penelitian yang kriteria datanya
adalah data pasti yaitu data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya bukan
17
Agus S Ekoadyo, 2006, “Prospek Penerapan Metode Analisis Isi (Content
Analysis) Dalam Penelitian”, Journal Itenas, No.2 Vol. 10 Agustus 2006, hal 51
14
data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik
yang terlihat dan terucap tersebut.18
Data Penelitian
Data yang diperlukan untuk penelitian ini terdiri dari data primer, data
sekunder, dan data tersier yaitu :
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek yang
terkait. Sumber dari PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk. yang berbentuk
prospektus dan dokumen pendukung lainnya yang terkiat. Kemudian data lainnya
dapat diperoleh dari wawancara dengan pihak Bank Rakyat Indonesia Syariah
Tbk. yang terkait dengan objek penelitian.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari informasi yang telah diolah
oleh pihak lain. Adapun data yang ada dikumpulkan dalam penelitian ini dari
literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, jurnal dan dokumen-dokumen
resmi yang akan didapatkan dari lembaga-lembaga terkait.
Data tersier yaitu data pendukung untuk data primer dan data sekunder.
Bahan-bahan yang memberi petunjuk dan/atau penjelasan terhadap data primer
dan data sekunder. Misalnya : kamus (hukum), dan ensiklopedia.19
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia yang melakukan aksi
korporasi di Pasar Modal pada tahun 2018. Saat melakukan aksi korporasi PT BRI
Syariah menerbitkan Prospektus sebagaimana fungsi sesuai Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1995. Selain dari itu, Prospektus memerhatikan ketentuan-
ketentuan yang berlaku pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, dan Peraturan
Bank Indonesia. Peneliti mengambil objek penelitian PT BRI Syariah karena
18
Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif”, Bandung: CV Alfabeta, 2012. 19
Bambang Sugono, “Metode Penelitian Hukum”, Cetakan VI, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2003, hal. 114.
15
ingin memperhatikan bagaimana Perusahaan tersebut dalam menerbitkan
Prospektus dari aspek Good Corporate Governance.
Prospektus mewajibkan memerhatikan aspek Good Corporate Governance
sebagai tanda bukti Perusahaan tersebut mampu menjalani perusahaannya secara
layak dan dapat memerhatikan kepentingan-kepentingan investor. Sehingga PT
BRI Syariah terdaftar di Bursa Efek Pasar Modal secara layak.
Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini mengumpulkan data sekunder melalui pengumpulan studi
kepustakaan dan dokumentasi, sedangkan data primer mengumpulkan bahan dari
pihak yang terkait kemudian dianalisis dengan analisis isi, yaitu dengan mencatat
isi yang diberi komentar oleh responden.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data
melalui studi dokumen/kepustakaan yaitu dengan melakukan penelitian terhadap
berbagai sumber bacaan seperti buku-buku, jurnal, artikel, kamus, dan berita
terpercaya dari Internet20
. Dokumen/kepustakaan tersebut yang berhubungan
dengan prospektus, undang-undang, ilmu hukum, investasi, dan pasar modal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Metode Kajian Data
Penggunaan dokumen ini yang dimaksud adalah menganalisa
isi dari dokumen. Cara menganalisis isi dokumen adalah dengan
memeriksa dokumen secara sistematik bentuk-bentuk komunikasi
yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk dokumen dengan
objektif.21
2. Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,
20
Peter Mahmud marzuki, “Penelitian Hukum”, Jakarta : Kencana, 2009, hal.65. 21
Nilamsari Natalina, “Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif”,
Jurnal Wacana Vol. XIII No.2, Juni 2014
16
dan sebagainya.22
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-
data atau dokumen-dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan
atas kebenarannya dan untuk memperoleh data yang tidak dapat
diperoleh dari metode lain.
Analisis Data
Penelitian analisis isi berusaha melihat kesesuaian nilai dalam sebuah teks.
Nilai-nilai terebut dapat membawa peneliti kepada pemahaman tentang kecocokan
antara teks tersebut dengan perundang-undangan. Metode analisis isi ini memiliki
persyaratan obyektif, sistematis, dan relevan. Obyektif berarti penginterpretasi
harus berdasarkan pada aturan yang ada atau yang telah ditetapkan. Sistematis
berarti berdasarkan aturan yang bersifat konsisten. Dapat digeneralisasikan berarti
tiap isi teks harus relevan dengan teoritis atau dengan perundangan.
1. Reduksi Data
Reduksi data berarti memilih hal-hal pokok memfokuskan pada hal-hal
penting, kemudian dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak
perlu.23
Pada saat reduksi data ini peneliti akan mengumpulkan data dan
merangkumnya sesuai keperluan.
2. Penyajian Data
Menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.24
Sajian data dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai dengan
kebutuhan peneliti tentang objek penelitian baik berupa uraian singkat,
bagan maupun grafik, supaya teratur dan mudah dipahami.
22
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”, Jakarta:
Rineka Cipta, 2010, Cet. 14. hlm. 274. 23
Sugiono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D”, hlm 338. 24
Imam Suprayogo dan Tobroni, “Metodologi Penelitian Sosial-Agama”, hlm.
194.
17
3. Verifikasi
Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan ini
akan diikuti dengan bukti-bukti yang diperoleh.25
Verifikasi data
dimaksudkan untuk menentukan data akhir dari keseluruhan proses
tahapan analisis sehingga dapat terjawab sesuai dengan data dan
permasalahannya.
4. Validasi
Analisis isi hanya menunjukkan apa yang diberikan prioritas atau
dianggap penting dan apa yang tidak. Tingkat validasi pada analisis isi
ditentukan oleh penarikan kesimpulan dan kesesuaian dengan teori yang
berlaku.26
H. Rancangan Sistematika Penelitian
Peneliti akan menyajikan penelitian ini dalam lima bab, yaitu :
BAB I Pendahuluan
Bab ini peneliti menguraikan latar belakang, pembatasan, dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,
serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Bab ini, peneliti menguraikan teori-teori kesesuaian peraturan perundang-
undang, hukum kontrak dan hukum pasar modal khususnya perundang-undangan
yang mempunyai keterkaitan dengan prospektus sebagai interpretasi tema
permasalah.
25
Sugiono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D”. hlm 345. 26
Agus S Ekoadyo, 2006, “Prospek Penerapan Metode Analisis Isi (Content
Analysis) Dalam Penelitian”, Journal Itenas, No.2 Vol. 10 Agustus 2006
18
BAB III Tinjauan Umum
Di bab ini peneliti menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan Prospektus
dan peraturan perundang-undangan yang mengatur prospektus. Tidak hanya aspek
pasar modal saja, melainkan hukum-hukum lainnya yang timbul dan/atau
berkaitan dengan Prospektus.
BAB IV Analisis Kesesuaian Prospektus Bank Rakyat Indonesia
Syariah Tbk. Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Dalam bab ini, peneliti menganalisis Prospektus yang diterbitkan oleh Bank
Rakyat Indonesia Syariah Tbk. dari aspek peraturan perundang-undangan, Good
Corporate Governance, dan Prinsip syariah.
BAB V Kesimpulan Dan Saran
Bab ini merupakan bab penutup yang memaparkan kesimpulan yaitu hasil
analisa secara singkat, padat, dan jelas. Dan saran sebagai masukan kepada pihak
terkait yaitu Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk.
19
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Prospektus
Prospektus adalah gabungan antara profil perusahaan dan laporan tahunan
yang menjadikannya sebuah dokumen resmi yang digunakan oleh suatu lembaga
atau perusahaan untuk memberikan gambaran mengenai saham yang
ditawarkannya untuk dijual kepada publik27
.
Suatu prospektus umumnya berisikan informasi material tentang reksadana,
saham, obligasi, dan investasi lainnya. Berisi penjelasan tentang bidang usaha
perseroan, laporan keuangan, biografi dari dewan komisaris dan dewan direksi.
Suatu prospektus harus mencakup semua rincian dan informasi atau fakta
material mengenai penawaran umum dari emiten yang dapat mempengaruhi
keputusan investor. Dalm hal penawaran umum perdana, prospektus ini akan
disebar oleh penjamin emisi efek.
Berdasarkan peraturan bapepam nomor IX.C.2 tentang pedoman mengenai
bentuk dan isi prospektus dalam rangka penawaran umum28
, peraturan bapepam
nomor IX.C.3 tentang pedoman mengenai bentuk dan isi prospektus ringkas29
.
Maka dari itu prospektus mempunyai beberapa tahapan, yaitu:
1. Prospektus awal digunakan dalam rangka penawaran umum atau guna
melihat minat pasar. Prospektus ini berupa dokumen tertulis yang
disampaikan kepada bapepam sebagai bagian dari pernyataan pendaftaran.
Informasi yang tidak terdapat di prospektus ini adalah nilai nominal, jumlah,
27
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Prospektus. Diakses pada hari Senin, 28 Januari
2019. 28
http://www.bapepamlk.depkeu.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/peraturan_pm/IX/
IX.C.2.pdf. Diakses pada hari Senin, 28 Januari 2019. 29
http://www.bapepamlk.depkeu.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/peraturan_pm/IX/
IX.C.3.pdf. Diakses pada hari Senin, 28 Januari 2019.
20
dan harga penawaran efek, penjamin emisi efek, tingkat suku bunga
obligasi, dan lain-lain
2. Prospektus ringkas digunakan dalam rangka penawaran umum kepada
publik. Prospektus ini dibuat dengan penuh kejelasan, terinci, dan
komunikatif. Prospektus ini mencakup informasi tentang
Prakiraan tanggal efektif
Prakiraan masa penawaran
Prakiraan tanggal pengembalian uang pemesanan
Prakiraan tanggal penyerahan surat efek
Prakiraan tanggal penjatahan
Prakiraan tanggal pencatatan yang direncanakan
Nama lengkap, alamat, logo, nomor telepon, faksimili, telex dan
nomor kotak pos.
Nama bursa efek dimana efek tersebut dicatatkan
3. Prospektus final adalah prospektus yang dipublikasikan setelah pernyataan
pendaftaran telah dinyatakan efektif oleh bapepam.
Prospektus juga mempunyai kekuatan yuridis, dapat disebut juga dokumen
hukum. Sehingga prospektus ini segala kesalahan yang ada didalam isinya dapat
dipertanggungjawabkan oleh emiten. Investor mempunyai hak untuk meminta
ganti rugi ataupun pertanggungjawaban dari emiten.
Untuk mempertanggungjawabkan yuridis tersebut secara perdata kepada
emiten, investor dapat menuntut ganti rugi kepada emiten apabila investor
mengetahui bahwa prospektus menyesatkan setelah investor membeli efek. Sesuai
dengan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 80, dan 81.
Penerapan sanksi terhadap pelanggaran terhadap norma-norma hukum
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penegakan hukum. Praktek
kecurangan yang dilakukan oleh emiten dalam pembuatan prospektus yang
menyesatkan termasuk perbuatan melawan hukum yang tidak hanya melanggar
pasal 1365 KUHPerdata saja, tetapi termasuk kategori tidak memenuhi suatu
21
kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Sanksi secara pidana dapat dilaksanakan
sesuai di dalam pasal 103 sampai 110 UU Pasar Modal30
.
B. Peraturan Bank Indonesia
Bank Indonesia sebagai salah satu legislator menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, salah satunya di bidang Pasar Modal. Adanya lembaga
tersebut, membuat terjaminnya transisi Pasar Modal berjalan dengan baik dan
lancar. lembaga tersebut mengeluarkan peraturan atau disebut PBI (Peraturan
Bank Indonesia). PBI ini memiliki bobot yang mengatur Prospektus. Pada pasal
21 ayat 1 nomor 11/03/PBI/200931
bahwa penerbitan saham bank melalui
penawaran umum di pasar modal Indonesia (go public). Kemudian PBI nomor 14
tahun 2012 pasal 3 ayat 132
bahwa informasi vital perusahaan seperti
kepengurusan, kepemilikan, strategi dan lainnya yang harus bersifat transparan
tanpa harus ditutupi. Selain itu Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran BI
atau SEBI nomor 14/25/DPbS harus melakukan due dilligence dan kepatutan
terhadap Pemegang Saham Pengendali (PSP).33
C. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan yang mempunyai karakter yang penting dalam
terselenggaranya seluruh kegiatan di sektor jasa keuangan secara teratur, adil,
transparan, dan akuntanbel. Kegiatan Pasar Modal diatur oleh Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Ada POJK Nomor
7/POJK.04/2017 Tentang Penawaran Umum pasal 2 bahwa peraturan ini berlaku
bagi emiten yang mengajukan pernyataaan pendaftaran dalam rangka penawaran
umum, kemudian pasal 3 ada yang mengatur dokumen-dokumen yang penting
30
Wisudawan Agung Gusti I, “Penerapan Sanksi Hukum Terhadap Profesi
Penunjang Pasar Modal Atas Informasi Yang Tidak Benar Dan Menyesatkan Dalam
Pembuatan Prospektus Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal”, Jurnal Hukum Jatiswara. 31
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 Tentang Bank Umum Syariah 32
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 Tentang Transparansi Dan
Publikasi Laporan Bank 33
Surat Edaran Bank Indonesia 14/25/DPbS/2012 Tentang Uji Kemampuan Dan
Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
22
untuk pengajuan pernyataaan pendaftaran penawaran umum.34
Otoritas Jasa
Keuangan menggantikan Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan
sesuai dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berlakunya undang-
undang tersebut pada tahun 2012.
D. Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan
Pada tahun 1976 saat itu pasar modal dihidpukan kembali, sehingga terbuat
lembaga BAPEPAM-LK sebagai penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang
akan menjual saham-sahamnya melalui pasar modal apakah telah memenuhi
persyaratan, menyelenggarakan Bursa Pasar Modal yang efektid dan efisien, tugas
BAPEPAM-LK ini memang sama dengan OJK, adanya perubahan BAPEPAM-
LK dan OJK karena BAPEPAM-LK masih dibawah Kementerian Keuangan,
sedangkan OJK yang sekarang bersifat independen. Akan tetapi perpindahan alih
tugas, fungsi, wewenang bukan berarti peraturan BAPEPAM-LK tidak dapat
digunakan kembali, POJK sebagai pelengkap dan pembaruan peraturan Pasar
Modal. Peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK terkait Pasar Modal
sebagai salah satunya Nomor Kep-122/BL/200935
, lalu Nomor Kep-
43/PM/200036
, kedua peraturan tersebut mengatur tata cara dan bentuk isi
Prospektus.
E. Prinsip Syariah
DSN merupakan lembaga yang fatwanya telah mendapat legalisasi dari
peraturan perundang-undangan yang ada bersifat mengikat bagi lembaga
keuangan dan pemerintah dalam hal transaksi ekonomi syariah sesuai dengan
Pasal 26 ayat 2 UU tentang Perbankan Syariah. Hukum tersebut menjadi fatwa
34
Peraturan Otoritas Jasa Keungan Nomor 7/POJK.04/2017 Tentang Dokumen
Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas, Efek
Bersifat Utang, Dan/Atau Sukuk 35
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan
Nomor Kep-122/BL/2009 Tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran
Umum 36
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor
Kep-43/PM/2000 Tentang Pedoman Mengenai Bentuk Dan Isi Prospektus Ringkas
Dalam Rangka Penawaran Umum.
23
DSN merupakan satu-satunya rujukan terkait prinsip syariah dalam bisnis
perbankan syariah yang harus digunakan.
Lembaga perbankan syariah di Indonesia bukan saja hanya merujuk kepada
fatwa DSN, akan tetapi juga mengikat dengan fatwa DSN. Dikarenakan bank
syariah berkewajiban untuk menerapkan prinsip syariah dalam produk dan
operasionalnya, sedangkan prinsip syariah yang harus diterapkan adalah prinsip
aturan dalam hukum Islam yang difatwakan oleh DSN37
.
Adanya keseimbangan dalam perjanjian, yaitu; para pihak setuju untuk
saling mengikatkan diri pada perjanjian tersebut, perbuatan hukum yang
dilakukan oleh para pihak dapat dilihat dari pernyataan kehendak dari diri sendiri
untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan hukum. Ketika kondisi dan
keadaan para pihak berada pada kondisi yang seimbang, maka dapat membuat
perjanjian yang baik38
.
F. Good Corporate Governance
Tata kelola perusahaan yang baik menjelaskan hubungan antara berbagai
unsur dalam perusahaan yang menentukan kinerja perusahaan. GCG mulai
berkembang di Indonesia semenjak terjadinya krisis monoter yang terjadi pada
tahun 1998. Banyak terjadi perusahaan yang terlikuiditas karena kurangnya patuh
terhadap GCG ini. Maka setelah itu, perusahaan di Indonesia mulai menerapkan
GCG dengan tujuan menguatkan kinerja perusahaan.
Pada tahun 20014 terbentuklah Komite Nasional Kebijakan Governance
sesuai keputusan Menteri Koordinator Perekonomian RI No. KEP-49/M-
EKON/11. Penerapan GCG di perusahaan memberikan keuntungan bagi
perusahaan itu tersendiri, melindungi kepentingan investor, tetapi juga pihak lain
yang memiliki hubungan langsung atau tidak langsung dengan perusahaan.
37
Triyanta Agus, “Fatwa dalam Keuangan Syariah: Kekuatan Mengikat dan
Kemungkinannya Untuk Digugat Melalui Judicial Review”. 38
Hasan Muhamad, dan B. Ahmad, “Pengaturan Klausula Baku Dalam Hukum
Perjanjian Unuk Mencapai Keadilan Berkontrak”, Jurnal Law Reform, Vol.11, No.1
Tahun 2015.
24
Dengan GCG perusahaan dalam pengambilan keputusan akan dapat lebih baik,
sehingga menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi
serta terciptanya budaya kerja perusahaan yang lebih sehat.
25
BAB III
TINJAUAN UMUM
Kerangka Teoritis
Perusahaan yang mampu bersaing dan memiliki kinerja yang baik dapat
diwujudkan dengan merefleksikan penerapan Good Corporate Governance yang
dapat dilihat dari tujuan penting di dalam mendirikan sebuah perusahaan untuk
meningkatkan kesejahteraan semua elemen jabatan. Perusahaan dituntut untuk
menerapkan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akutabilitas,
pertanggungjawaban, dan kewajaran. Prinsip tersebut memiliki tujuan untuk
memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan.39
Prinsip GCG ini
memberikan alur penelitian ini dalam hal PT BRI Syariah. Sehingga
membutuhkan literatur-literatur terdahulu yang menjadi landasan dalam
penelitian.
Review Studi Terdahulu
Mengenai Prospektus yang diterbitkan oleh PT BRI Syariah, maka ada perlu
tinjauan dari studi terdahulu yang akan membuat perbedaan antara penelitian ini
dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, sehingga dapat terhindar
dari persamaan atau plagiatisme.
1. Analisis Kepatuhan Emiten Dalam Menerapkan Good Corporate
Government, jurnal yang dibuat oleh Eka Lestari (2017) dengan metode
analisis statistik deskriptif, bahwa tata kelola perusahaan atau Good
Corporate Government yang sangat transparan meningkatkan akuntabilitas
perusahaan40
.
39
Amri Saiful, Haryono Tri Andi, dan Warso Mukery, “Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Karyawan PT DITEC CAKRAWIYASA SEMARANG”,
Journal Of Management Vol.02 No.02, Maret 2016. 40
Putri Hafqi Lestari Eka, “Analisis Kepatuhan Emiten Dalam Menerapkan Good
Corporate Governance”, ISSN 2549-6018, Universitas Airlangga, 9 September 2017.
26
Tata kelola perusahaan yang baik juga membuat investor tertarik
terhadap perusahaan tersebut. Sangat jelas perusahaan yang tata kelola
yang baik terlihat pada prospektus yang diterbitkan oleh emiten. Korelasi
antara prinsip Good Corporate Government dengan prospektus adalah
kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut.
Karya tulis ini tidak memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan
dibuat. Dan dengan jurnal ini dapat membantu bagaimana cara
menentukan emiten yang patuh terhadap peraturan perundang-undangan.
2. Tanggung Jawab Emiten Dan Profesi Penunjang Pasar Modal Atas
Isi Prospektus Yang Tidak Benar Dalam Penawaran Umum Reksa
Dana, penelitian oleh Indirani, emiten bertanggung jawab atas isi
Prospektus yang telah dibuat oleh Profesi Penunjang.
Sebagaimana emiten menyampaikan seluruh informasi perusahaan
kepada profesi penunjang, sehingga penyampaian informasi tersebut
sangat bergantung terhadap isi Prospektus. Prospektus dapat
mempengaruuhi pertimbangan investor dalam berinvestasi.
Jurnal ini sebagai rujukan Undang-undang mengenai Prospektus
yang tidak sesuai dengan faktanya. Jurnal ini tidak memiliki kesamaan
dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti. Keterkaitan jurnal ini
dengan tema yang dibahas adalah pertanggung jawaban terhadap
Prospektus yang diatur dalam Undang-undang41
.
3. Pengaruh Good Corporate Governance Karakteristik Perusahaan Dan
Kinerja Lingkungan Terhadap Pengungkapan Lingkungan, Penelitian
yang dilakukan oleh Fitria Asas, menggunakan metode kuantitatif
deskriptif, bahwa Good Corporate Governance mempunyai beberapa 5
aspek yaitu, transparansi, akuntabilitas, responbilitas, independensi, dan
keadilan. Prinsip tata kelola ini akan disurvei dengan variabel-variabel dari
angka 0 sampai 4 untuk menentukan kualitas dari aspek transparansi,
41
Wicaksono indirani, “Tanggung Jawab Emiten Dan Profesi Penunjang Pasar
Modal Atas Isi Prospektus Tidak Benar Dalam Penawaran Umum Reksa Dana”, Staf
Pengajar Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana.
27
akuntabilitas, responbilitas, independensi, dan keadilan terhadap
pengadaan barang dan jasa dari PT ADRO, PT BRAU, PT MEDC, PT
TBLA, PT LSIP, dan PT UNSP.42
Skripsi ini sebagai pedoman teori-teori guna untuk penelitian.
Skripsi ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan dari
metode penelitian dan studi kasus yang akan menjadi penelitian.
4. Effect Of Good Corporate Governance On Profitability, penelitian ini
dilakukan oleh Muhammad Taufik dari Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, dengan metode penelitian kuantitatif empiris. Good
Corporate Governance sangat berperan penting dalam kepercayaan
kepada investor terhadap emiten.43
Skripsi ini memiliki perbedaan dengan penelitian ini yang cukup
mencolok. Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai titik pusat
penelitian sehingga variabel penelitian tidak terpencar. Skripsi ini sebagai
pedoman dalam teori yang mendasar untuk menjadi landasan penelitian ini
yang telah dikemukakan oleh ilmuwan.
5. The Influence Of Good Corporate Governance And Profitability On
Corporate Social Responbility Disclosure, penelitian yang dilakukan oleh
Risky Prasetyo Wibowo dengan metode penelitian kuantitatif deskriptif
analisis yang berisi bahwa efek dari Good Corporate Governance
sangatlah besar dari reaksi atau respon masyarakat secara luas dan/atau
investor terhadap keterbukaan/transparansi dari perusahaan tersebut,
sehingga menciptakan kepercayaan yang sangat tinggi dan dinilai
bertanggung jawab.44
42
Asas Fitria, “Pengaruh Good Corporate Governance Karakteristik Perusahaan
Dan Kinerja Lingkungan Terhadap Pengungkapan Lingkungan”, Skripsi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 43
Taufik Muhammad, “Effect of Good Corporate Governance On
Profitability”,tahun 2016, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 44
Wibowo Prasetyo Risky, “The Influence Of Good Corporate Governance And
Profitability On Corporate Social Responbility Disclosure”, tahun 2018, Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
28
Review studi terdahulu sebagai tanda bahwa ada penelitian yang sudah
dilakukan dengan inti pembahasan GCG, akan tetapi untuk meneliti pada PT BRI
Syariah ini belum dilakukan oleh siapapun dalam hal GCG. Sehingga ini dapat
dibedakan antara penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu.
Teori Penerapan Penelitian
Teori penerapan ini dilakukan sebagai landasan dalam penelitian untuk
menelaah Prospektus PT BRI Syariah dengan teori-teori sebagai berikut.
a. Teori Perlindungan Hukum
Menurut Fitzgerald, perlindungan hukum bertujuan mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena suatu
kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan
membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum mengurusi
hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk
menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi45
.
Menurut R. La Porta dalam Jurnal of Financial Economics, bentuk
perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu
bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction)46
. Bentuk
perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak
hukum seperti pengadilan, kejaksaan, kepolisian, dan lembaga lembaga
penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya. Perlindungan yang
di maksud dengan bersifat pencegahan (prohibited) yaitu membuat peraturan ,
Sedangkan Perlindungan yang di maksud bersifat hukuman (sanction) yaitu
menegakkan peraturan. Adapun tujuan serta cara pelaksanananya antara lain
sebagai berikut :
45
http://digilib.iainpalangkaraya.ac.id/449/6/File%203%20BAB%20II%20Landasa
n%20Teori.pdf.Diakses pada hari Kamis 31 Januari 2019. 46
R. La Porta, “Investor Protection and Corporate governance”, Jurnal Of
financial Economics, hal.58, tahun 2000
29
1. Membuat peraturan yang bertujuan untuk
a. Memberikan hak dan kewajiban.
b. Menjamin hak-hak para subyek hukum
2. Menegakkan peraturan Melalui
a. Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya pelanggaran hak-hak dengan perizinan dan pengawasan.
b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi setiap
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan, dengan cara
mengenakan sanksi hukum berupa sanksi pidana dan hukuman.
c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak dengan
membayar kompensasi atau ganti kerugian.47
Pada perlindungan hukum di butuhkan suatu wadah atau tempat dalam
pelaksanaanya yang sering di sebut dengan sarana perlindungan hukum. Sarana
perlindungan hukum di bagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:
1. Sarana Perlindungan Hukum Preventif, Pada perlindungan hukum
preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan
keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah
mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya
sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak
pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan
adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk
bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada
diskresi. Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai
perlindungan hukum preventif.
2. Sarana Perlindungan Hukum Represif, Perlindungan hukum yang represif
bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan
hukum oleh Pengadilan Umum dan Peradilan Administrasi di Indonesia
termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum
47
Wahyu Sasongko, “Ketentuan-ketentuan pokok hukum perlindungan konsumen”,
Bandar lampung:Universitas lampung, hal. 31, 2007
30
terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep
tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan
kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan
pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap
tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan
dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama
dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.48
Pada dasarnya perlindungan hukum yang ada di Pasar Modal bertujuan
untuk memberikan perlindungan hukum terhadap investor. Investor sebagai objek
perlindungan hukum tidak hanya sekedar dari Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, melainkan didalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, dan Undang-
undang Nomor 21 Tahun 2011.
Ditinjau dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 sebelum berlakunya
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 atau bisa disebut peralihan suatu
kewajiban, fungsi, tanggung jawab, dan lain-lain ke Otoritas Jasa Keuangan
dalam hal pelaksanaan perlindungan hukum ialah melindungi investor dengan
melakukan pihak emiten yang akan menjual efek dalam penawaran umum yang
harus memberikan kesempatan pada investor untuk membaca Prospektus dalam
rangka penawaran umum, sebelum pemesanan atau setelah pemesanan dilakukan.
Bapepam-LK memperhatikan kelengkapan dan kejelasan dokumen emiten
untuk melakukan Penawaran Umum demi memenuhi prinsip transparansi di pasar
modal dengan aspek Good Corporate Governance. Hal ini penting mengingat prospektus
atas efek merupakan awal untuk mempertimbangkan bagi investor mengenai hal
dalam memutuskan antara membeli atau tidak atas suatu efek. Maka dari itu,
Bapepam-LK juga melakukan tindakan pencegahan untuk hal-hal yang telah dijelaskan adalah
48
http://suduthukum.com/2015/09/perlindungan-hukum.html, diakses pada 10
November 2019
31
mengatur bahwa prospektus efek dilarang memuat konten menyesatkan atau
keterangan yang tidak benar tentang Fakta Material atau menyajikan informasi
tentang kelebihan dan kekurangan efek yang ditawarkan.
Dalam praktiknya Bapepam-LK membuat standar penyusunan prospektus
atas efek yang akan ditawarkan. Tindakan perlindungan ini dimulai pada saat
Bapepam-LK memberikan izin terhadap SRO, Reksadana, perusahaan efek,
maupun profesi-profesi penunjang untuk berkegiatan di pasar modal. Selain
tindakan pencegahan, Bapepam-LK juga berwenang untuk melakukan
pemeriksaan dan penyidikan. Hal ini merupakan konsekuensi dari fungsi
pengawasan yang diberikan undang-undang terhadap Bapepam-LK. Kegiatan
pemeriksaan dilakukan terhadap semua pihak yang diduga telah, sedang, atau
mencoba melakukan atau menyuruh, turut serta, membujuk, atau membantu
melakukan pelanggaran terhadap undang-undang pasar modal dan peraturan
lainnya dalam pelaksanaannya. Jika Bapepam-LK berpendapat bahwa pelanggaran
terhadap undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksananya mengakibatkan
kerugian di industri jasa pasar modal serta membahayakan kepentingan hak-hak
investor, maka Bapepam-LK menetapkan dimulainya tindakan penyidikan.
Penyidikan ini dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Bapepam-LK. Tindakan Bapepam-LK berupa pemeriksaan dan penyidikan
merupakan proses kegiatan pengawasan yang bertujuan memberi perlindungan dan
kepastian hukum bagi kalangan investor. Dalam hal memberikan perlindungan hukum
bersifat represif, menurut UUPM memiliki kewenangan untuk memberikan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis, denda, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan
kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan persetujuan, dan pembatalan
pendaftaran. Selain itu, UUPM juga memberikan sanksi pidana terhadap pelaku
pelanggaran dan atau kejahatan di bidang jasa pasar modal.
Kemudian ditinjau dari Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Otoritas
Jasa Keuangan sebagai pelaksana penyelenggaraan jasa keuangan adalah OJK
memiliki tugas salah satunya adalah menegakkan perlindungan konsumen jasa
32
keuangan di Indonesia. Perlindungan konsumen dalam pasar modal selanjutnya
akan disebut sebagai perlindungan investor pasar modal karena konsumen dalam
sektor pasar modal adalah pemodal atau investor. Maka dari itu, aspek perlindungan
terhadap investor pasar modal menjadi kewenangan OJK. Perihal perlindungan
konsumen tercantum dalam Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 UU OJK yang
merupakan ketentuan-ketentuan yang mengatur secara eksplisit perihal perlindungan
konsumen dan masyarakat atas industri jasa keuangan.
Bentuk perlindungan hukum yang dilakukan OJK terhadap konsumen bersifat
pencegahan atau preventif dan pemberian sanksi atau represif, mengingat bahwa
tugas OJK adalah menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan sektor jasa
keuangan. Pasal 28 UU OJK memberikan perlindungan hukum bersifat
pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat. Khusus Pasal 29 UU OJK
menyatakan, bahwa OJK melakukan pelayanan pengaduan Konsumen yang meliputi; a)
menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan Konsumen yang
dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan. b) Membuat mekanisme
pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan. c)
Memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di
Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan.
Bentuk perlindungan hukum lainnya yang bersifat represif adalah jika terjadi
sengketa antara konsumen dengan perusahaan industri jasa keuangan, maka OJK
berwenang melakukan pembelaan hukum demi kepentingan konsumen dan
masyarakat. Pembelaan hukum tersebut meliputi memerintahkan perusahaan jasa
keuangan untuk menyelesaikan pengaduan yang dilakukan oleh konsumen yang merasa
dirugikan melalui cara; a) Memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada
Lembaga Jasa Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang dirugikan
Lembaga Jasa Keuangan dimaksud. b) Mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali
harta kekayaan milik pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian,
baik yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian
dimaksud maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik,
33
dan/atau untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian
pada konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran
atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Perlindungan konsumen sektor jasa keuangan di bawah rezim OJK menaungi
seluruh sektor jasa keuangan meliputi lembaga keuangan bank maupun lembaga
keuangan non-bank. Penyatuan pengaturan perlindungan konsumen sektor jasa
keuangan yang selama ini terpencar dimaksudkan untuk memperbaiki sistem serta
menutup kekurangan-kekurangan substansial.49
b. Teori Harmonisasi Hukum
Menurut L.M Gandhi yang mengutip buku tussen eenheid en
verscheidenheid: opstellen over harmonisatie instaaat en bestuurecht bahwa
harmonisasi dalam hukum adalah mencakup penyesuaian peraturan perundang-
undangan, keputusan pemerintah, keputusan hakim, sistem hukum, dan asas-asas
hukum dengan tujuan peningkatan kesatuan hukum, kepastian hukum, keadilan,
persamaan, kegunaan, dan kejelasan hukum tanpa mengaburkan dan
mengorbankan pluralisme hukum.50
Penerapan peraturan perundang-undangan secara bersama-sama tanpa upaya
harmonisasi hukum dan penyelarasan. Masing-masing peraturan perundang-
undangan memiliki tujuan, strategi mencapai tujuan, dan pedoman melaksanakan
strategi. Kebijakan terdiri dari dua macam, kebijakan yang bersifat tetap yang
diterapkan dalam berbagai bentuk peraturan pelaksanaan dari peraturan yang lebih
tinggi tingkatannya, dan kebijakan yang bersifat tidak tetap yang mudah dalam
perubahan yang dinamis. Dalam kaitannya adalah harmonisasi hukum diawali
dengan melakukan penyelarasan dan penyerasian tujuan, strategi, dan pedoman
dari masing-masing peraturan perundang-undangan melalui upaya penafsiran
49
Dimyati Hilmiah Hilda, “Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Pasar
Modal”, Alumnus UIN Jakarta, Tahun 2014 50
Suhartono, “Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan dalam Pelaksanaan
Anggaran Belanja Negara” Desertasi: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hal. 94,
2011
34
hukum, konstruksi hukum, penalaran hukum, dan pemberian argumentasi yang
rasional dengan memperhatikan sistem dan asas hukum yang berlaku.
Harmonisasi hukum dalam sisi pencegahan, upaya harmonisasi yang
dilakukan dalam rangka menghindari terjadinya disharmoni hukum. Disharmoni
yang telah terjadi melakukan harmonisasi sistem hukum untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik, dan disharmoni yang belum terjadi, harus dicegah
melalui upaya-upaya penyelarasan, penyerasian, dan penyesuaian berbagai
kegiatan harmonisasi hukum.51
Fungsi harmonisasi hukum sebagai pencegahan, dan penanggulan
disharmoni hukum. Harmonisasi hukum sebagai pencegahan ialah dilakukan
melalui penemuan hukum (penafsiran hukum), penalaran hukum, dan pemberian
argumentasi hukum yang rasional. Upaya ini dilakukan dengan penegasan
kehendak hukum, kehendak masyarakat, dan kehendak moral. Harmonisasi
hukum dalam penanggulan melalui:
1. Proses non litigasi alternative dispute resolution (ADR).
2. Proses litigasi.
3. Proses litigasi sebagai pemeriksaan perkara perdata di pengadilan.
4. Negoisasi, atau musyawarah.
5. Proses pemeriksaan perkara pidana untuk mengadili kejahatan.
Menurut Wacipto Setiadi berpenapat bahwa selain untuk memenuhi ketentuan
pasal 18 ayat (2) Undang Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, paling tidak ada tiga alasan atau fungsi harmonisasi hukum,
yaitu:
a. Pengharmonisasian dilakukan untuk menjaga keselarasan, kemantapan, dan
kebulatan konsepsi peraturan perundang-undangan sebagai sistem dengan tujuan
peraturan tersebut dapat berfungsi secara efektif.
51
Kusnu Goesniadhie, “Harmonisasi Sistem Hukum: Mewujukan Tata
Pemerintahan Yang Baik”, hal.11, Malang: Nasa Media, 2010.
35
b. Harmonisasi hukum dilakukan sebagai upaya prefentif, dalam rangka
pencegahan diajukannya permohonan judicial review peraturan
perundangundangan kepada kekuasaan kehakiman yang berkompeten.
c. Menjamin proses pembentukan peraturan perundang-undangan dilakukan
secara taat asas hukum, demi kepentingan dan kepastian hukum.
Bahwa harmonisasi hukum berfungsi untuk mencegah dan menanggulangi
disharmoni hukum. Hal ini selaras dengan definisi dan ruang lingkup
harmonisasi yang telah disebutkan diatas, bahwa harmonisasi hukum dapat
digunakan untuk pengharmonisasian peraturan perundangundangan dan juga
untuk peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelumnya
(penanggulangan).52
Pendekatan harmonisasi hukum menurut Goessnadhi dari buku yang
berjudul “Harmonisasi Sistem Hukum : Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang
Baik” bahwa ia menyebutkan ada 4 pendekatan, yaitu:
Pendekatan harmonisasi hukum, Goesniadhie dalam bukunya yang berjudul
“Harmonisasi Sistem Hukum: Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Baik’’ ia
menyebutkan ada 4 macam dalam pendekatan harmonisasi hukum, yaitu:
1. Harmonisasi hukum mengacu pada perundang-undangan Harmonisasi
peraturan perundang-undangan dapat diartikan sebagai suatu proses
penyelarasan atau penyerasian peraturan perundang-undangan yang
hendak atau sedang disusun, sehingga peraturan perundang-undangan
yang dihasilkan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum dan peraturan
perundang-undangan yang baik. Dalam hal ini, harmonisasi hukum
memegang peranan yang sangat strategis dan harus dimulai sejak tahap
perencanaan agar memudahkan proses selanjutnya.
52
Wacipto Setiadi, “Proses Pengharmonisasian Sebagai Upaya Untuk
Memperbaiki Kualitas Peraturan Perundang-Undangan”, Jurnal Legeslatif Indonesia
vol. 4 No. 2, Hal.48, Juni 2007.
36
Harmonisasi hukum tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat
yang dimaksudkan untuk menghindari pengaturan yang tumpang tindih
atau saling bertentangan seperti yang diuraikan diatas. Harmonisasi hukum
juga mempunyai peranan penting dalam melahirkan suatu produk
peraturan perundang-undangan yang dapat dijalankan dan diterima oleh
masyarakat dengan baik.
Harmonisasi peraturan perundang-undangan, tidak hanya terbatas
pada macam atau jenis peraturan perundang-undangan beserta tata
urutannya. Secara ideal dilakukan terintegrasi yang meliputi segala aspek
dari paham peraturan perundang-undangan, yaitu: a) Pengertian umum
peraturan perundang-undangan. b) Makna urutan peraturan perundang
undangan. c) Fungsi tata urutan peraturan perundang-undangan. d)
Penamaan masing- masing peraturan perundang-undangan. e) Pengertian
masing-masing peraturan perundang-undangan. f) Hubungan norma
peraturan perundang-undangan dengan norma hukum yang lain.
Harmonisasi peraturan perundang-undangan merupakan upaya
penyelarasan dan penyerasian tujuan, strategi, dan pedoman dilaukan
dengan mengacu pada hukum dasar yaitu UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan yang mendasari tata pemerintahan yang baik.
Disamping itu, harus selaras dan serasi dengan perubahan hukum dasar
dan hukum yang mendasarinya menuju tata pemerintahan yang baik.
2. Harmonisasi hukum mengacu ruang lingkup Adalah harmonisasi hukum
dalam pengertian upaya harmonisasi tujuan, strategi untuk mencapai
tujuan, dan pedoman untuk melaksanakan strategi agar tujuan dari masing-
masing peraturan perundang-undangan tercapai.
3. Harmonisasi hukum mengacu pada keterpaduan kelembagaan Aspek
hukum atau kelembagaan dalam tata pemerintahan yang baik diwujudkan
dalam bentuk intraksi hukum dan kelembagaan. Oleh karena intraksi
hukum dan kelembagaan terjadi di setiap komponen kegiatan dan juga
37
antara kompenen kegiatan, maka keterpaduan tersebut hendaknya
diupayakan untuk terwujud disetiap tingkatan intraksi hukum dan
kelembagaan.
Upaya untuk memadukan peraturan perundang-undangan,
menyelaraskan, dan menyerasikan dapat dilakukan melalui penafsiran
hukum, penalaran hukum, dan argumentasi rasional dengan
memperhatikan kepentingan masing-masing lembaga dengan arahan
utama untuk mengembangkan suatu produk hukum yang baik. Apabila
keterpaduan hukum dapat terwujud, maka keterpaduan dalam apliksinya
juga harus selalu selaras dangan nila-nilai muatan agama. Sehingga
keterpaduan kelembagaan senantiasa akan menjadi jaminan bagi
diselenggarakannya harmonisasi hukum dalam mewujudkan produk
hukum yang baik.
4. Harmonisasi hukum mengacu pada kodifikasi dan unifikasi Upaya
kodifikasi dan unifikasi hukum merupakan upaya untuk membatasi dan
mengunci hasil harmonisasi hukum agar tidak berubah lagi. Jika terjadi
perubahan, maka perubahan tersebut harus mengacu pada unifikasi hukum
yang telah dikodifikasikan. Upaya kodifikasi adalah upaya untuk
menghimpun peraturan perundang-undangan ke dalam satu buku.
Unifikasi hukum ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Adanya
satu kitab undang-undang. 2) Adanya satu persepsi atau satu pemahaman
tentang hukum yang berlaku. 3) Adanya satu sikap dan prilaku terhadap
hukum yang berlaku. 4) Adanya prinsip-prinsip non-diskriminatif. 5)
Adanya konsistensi dalam penerapan dan penegakan hukum.Terwujudkan
kodifikasi dan unifikasi hukum akan menjamin terwujudnya kepastian
hukum dan keadilan. Disamping itu, kodifikasi dan unifikasi hukum akan
menjadi landasan bagi pengembangan dinamika harmonisasi hukum.53
53
Kusnu Goesniadhie, “Harmonisasi Sistem Hukum: Mewujukan Tata
Pemerintahan Yang Baik”, hal.13-17, Malang: Nasa Media, 2010.
38
Harmonisasi hukum antara peraturan perundang-undangan dengan
prospektus harus diselaraskan agar tidak menyimpang dari aturan yang telah ada.
Harmonisasi hukum mengacu pada peraturan perundang-undangan yang hendak
atau sedang disusun, sehingga peraturan perundang-undangan yang dihasilkan
sesuai dengan prinsip-prinsip hukum dan peraturan perundang-undangan yang
baik. Keselarasan yang telah dibuat dikarenakan harmonisasi hukum mempunyai
peran penting yang menyangkut hal-hal bersifat tumpang tindih ataupun
menyimpang dari peraturan perundang-undangan, dan mempunyai peran penting
dalam melahirkan suatu hal/objek/produk dapat diterima oleh masyarakat54
.
Dasar Hukum Pasar Modal Syariah
Ketentuan pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal. definisi pasar modal menurut UUPM adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Maka terminology pasar modal syariah dapat diartikan
sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana diatur dalam UUPM dan tidak
bertentangan dengan prinsip Syariah.
Pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar
modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan pasar modal syariah tidak
memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa
karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme
transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah.
Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumber dari Al-Quran
sebagai hirarki tertinggi dalam kepercayaan, dan hadits. Kedua sumber hukum
tersebut, para ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqh
tentang muamalah.
54
http://etheses.uin-malang.ac.id/564/8/10210026%20Bab%204.pdf. Diakses pada
11 November 2019.
39
Pasar modal syariah sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia,
kegiatan di pasar modal syariah menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu
kepada Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, BaPePam LK dan/atau Otoritas
Jasa Keuangan beserta peraturan pelaksanaannya. Sebagai regulator dalam Pasar
Modal di Indonesia, mempunyai beberapa peraturan khusus untuk Pasar Modal
Syariah yaitu:55
1. Peraturan Nomor II.K.1 Tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
Syariah.
2. Peraturan Nomor IX.A.13 Tentang Penerbitan Efek Syariah.
3. Peraturan Nomor IX.A.14 Tentang Akad-akad Yang Digunakan Dalam
Penerbitan Efek Syariah.
Karakteristik Pasar Modal Syariah
Secara teknis operasional, pasar modal syariah tidak berbeda jauh dengan
pasar modal konvensional. Perbedaan yang paling fundamental adalah terletak
pada keharusan pasar modal syariah untuk menselaraskan operasional dengan
prinsip-prinsip Syariah. Di Indonesia Prinsip Syariah dalam penyelenggaraan
pasar modal diatur dalam fatwa DSN MUI. Menurut fatwa DSN MUI Nomor 40
Tahun 2003 sebagai pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar
modal syariah mempunyai kriteria sebagai berikut:56
a. Segi emiten atau perusahaan publik.
b. Jenis efek syariah.
c. Transaksi yang dilarang.
55
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Syariah.aspx , Diakses pada
12 November 2019 56
Rahmatullah Indra, “Legal Opinion Ahli Syariah Pasar Modal Dalam Industri
Pasar Modal Di Indonesia”, Jurnal Law & Justice, Vol.3, Nomor 1, April 2018
40
Perbedaan Prospektus Bank Konvensional Dan Bank Syariah
Pada dasarnya, perbedaan prospektus antara bank konvensional dan bank
syariah, pada laporan keuangan, jenis efek, akad, dan perusahaannya. Jika dari sisi
laporan keuangan, dan perusahaan, maka:
a. Modal perusahaan tidak tercampur dengan bunga tidak melebihi dari 45%
dari seluruh aset atau modal yang dimiliki perusahaan.
b. Pendapatan perusahaan non halal tidak melebihi dari 10% dari seluruh
pendapatan yang diterima.
c. Pendapatan perusahaan harus berdasarkan prinsip syariah
Setelah itu, maka jika dilihat dari sisi efek yang diterbitkan atau diperjualbelikan
adalah:
a. Saham Syariah
b. Sukuk
c. Reksa Dana Syariah
d. Exchange Traded Fund Syariah
e. Efek Beragun Aset Syariah
f. Dana Investasi Real Estate Syariah
Akad akad yang digunakan oleh perusahan di Pasar Modal Syariah adalah
a. Ijarah
b. Istishna
c. Kafalah
d. Mudharabah
e. Musyarakah
f. Wakalah
Dari semua itu, sisi-sisi tersebut diringkas dan disusun secara sistematis
beserta dihimpunkan menjadi satu yang akan dicantumkan dalam Prospektus
untuk kegiatan penawaran umum, maka menjadi dalam bentuk laporan. Lapora-
laporan tersebut menjadi apa yang disebut Prospektus. Maka dari poin diatas,
41
bahwa laporan keuangan yang dicantumkan di Prospektus yang memiliki
karakteristik dari pelaksanaan kegiatan produk berdasarkan prinsip syariah, dan
untuk perusahaan yang mempunyai karakteristik yang bertentangan dengan
prinsip Syariah, jenis efek yang akan menjadi bentuk penawaran umum adalah hal
penting yang merupakan dari bentuk penawaran umum, dan akad adalah landasan
dari jenis efek yang merupakan sebagai transaksi antara investor dengan
perusahaan yang berdasarkan prinsip Syariah.57
57
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Syariah.aspx , Diakses pada
12 November 2019
42
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa Penawaran Umum PT BRI Syariah
POJK Nomor 9 tahun 2017 berisi bahwa isi penawaran umum harus
memenuhi klasifikasi-klasifikasi yang telah ditentukannya, maka Prospektus PT
BRI Syariah pada halaman awal terdapat tanggal efektif pernyataan pendaftaran,
masa penawaran, tanggal penjatahan, tanggal, tanggal pengembalian uang
pemesanan, tanggal distribusi efek, tanggal pencatatan. Isi tersebut bahwa telah
memenuhi sebagaimana POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 6, POJK Nomor 7
Tahun 2017 pasal 7 butir a, Keputusan BaPePam Nomor 05 Tahun 2004 pasal 1.
Ketidakadaan penulisan berwarna merah di halaman awal Prospektus mengenai
perubahan atau penambahan informasi karena Prospektus tersebut dikarenakan
Prospektus tersebut bersifat Final, bahwa dalam peraturan tersebut dijelaskan pada
peraturan Keputusan BaPePam Nomor 05 Tahun 2004 pasal 1 butir J, dan, POJK
Nomor 9 Tahun 2017 pasal 39 butir ii jika Prospektus Final tidak memenuhi
peraturan tersebut, maka PT BRI Syariah mentaati peraturan yang berlaku.
POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 6 butir b bahwa Daftar Isi menjadi
klasifikasi dalam peraturan perundang-undangan dalam pembuatan prospektus,
dan mempunyai isinya yang disebut Definisi dan Singkatan. Definisi dan
Singkatan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, akan tetapi hal ini
menjadi standarisasi dalam penyusunan sebagai pemahaman dasar koherensi
antara isi dan definisi dan singkatan. Pencantuman tersebut bahwa sudah sesuai
berdasarkan POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 9, dan pasal 2 ayat 3 untuk bersifat
komunikatif dan jelas.
Komponen dari Prospektus setelah itu adalah Ringkasan Prospektus, isi
tersebut dari Prospektus adalah identitas singkat perseroan. Adanya bagian
Ringkasan Prospektus merupakan sifat keterbukaan informasi mengenai esensial
dari perusahaan. Hal-hal tersebut bahwa sesuai POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal
43
10. Kandungan dari komponen tersebut terdapat unsur keterbukaan atau
transparansi yang diatur Keputusan BaPePam Nomor 05 Tahun 2004 angka 1
butir 5, Keputusan BaPePam Nomor 122 Tahun 2009 angka 1 butir c, dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 pasal 3. PBI Nomor 14 Tahun
2012 pasal 3 maka dengan seperti itu, bahwa PT BRI Syariah mematuhi peraturan
tersebut.
Komponen Penawaran Umum Perdana Saham berisikan mengenai jenis
saham, tujuan, dan kuantitas saham yang diterbitkan oleh dia. Komponen ini
sebagaimana POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 11 maka PT BRI Syariah
dinyatakan bahwa telah mematuhi aturan tersebut.
Kemudian komponen Rencana Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum
Perdana Saham yang berisikan tujuan-tujuan dana tersebut akan digunakan.
Komponen ini membantu investor mengetahui tujuan PT BRI Syariah dalam
mengadakan penawaran umum. Informasi tersebut terdapat di POJK Nomor 9
Tahun 2017 pasal 13, dan dinyatakan bahwa PT BRI Syariah telah mematuhi
peraturan tersebut
Bagian Pernyataan Utang yang dicantumkan di Prospektus harus sesuai
dengan fakta, jelas, dan transparan. Dari pencantuman tersebut memberikan
informasi dengan transparansi yang dilakukan oleh PT BRI Syariah bahwa telah
memenuhi peraturan SEOJK Nomor 10 Tahun 2017 selain itu, bahwa PT BRI
Syariah melaksanakan POJK Nomor 9 Tahun 2017 bagian keenam.
Komponen Ikhtisar Data Keuangan Penting terdapat di Prospektus terdiri
dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas,
rasio-rasio penting yang menurutnya penting dipublikasikan. Komponen tersebut
diatur oleh POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 6 bahwa memenuhi aturan
sebagaimana didalam POJK Nomor 9 Tahun 2017.
Setelah itu komponen Analisis Dan Pembahasan Oleh Manajemen sebagai
tinjauan kepada PT BRI Syariah. Komponen ini diatur oleh POJK Nomor 9 Tahun
2017. Isi dari komponen tersebut secara garis besarnya mengenai tinjauan-
44
tinjauan dari PT BRI Syariah dan manajemen. Bahwa tinjauan-tinjauan tersebut
sesuai dengan POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 19 sampai 21.
Bagian Faktor Risiko adalah termasuk komponen yang diatur dalam POJK
Nomor 9 Tahun 2017 pasal 22, dan 23. Risiko yang menjadi tantangan dia
menjadikan keharusan yang hadir didalam Prospektus, dia menyatakan secara
jelas dan lengkap. Karena itu, Maka PT BRI Syariah bahwa telah mentaati
peraturan tersebut
Komponen Kejadian Penting Setelah Tanggal Laporan Akuntan Publik,
bahwa komponen ini wajib didalam Prospektus sebagaimana POJK Nomor 7
Tahun 2017 pasal 24 agar terciptanya GCG, PT BRI Syariah memiliki komponen
ini didalam Prospektusnya, isi dari komponen tersebut ada atau tidak adanya
kejadian harus dipublikasikan sebagaimana yang ada di POJK.
POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 6 menyatakan bahwa didalam Prospektus
mewajibkan ada keterangan Tentang Emiten, Kegiatan Usaha, Serta
Kecenderungan Dan Prospek Usaha. Didalam Prospektus terdapat riwayat
perseroan, perkembangan kepemilikan saham, struktur, kepengurusan,
kepengawasan, Sumber Daya, dan lain-lain. Komponen tersebut mempunyai
persyaratan yang diatur oleh POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 25. Prospektus
tersebut memuat semua hal itu, sehingga bahwa PT BRI Syariah melaksanakan
aturan tersebut.
Bagian Perpajakan merupakan komponen berisi pajak PT BRI Syariah yang
timbul akibat transaksi atau yang menghasilkan pertambahan nilai uang yang
dilakukannya, baik oleh emiten ataupun investor. Bahwa sebagaimana dengan
POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 26 PT BRI Syariah telah melakukannya.
Prospektus PT BRI Syariah terdapat komponen Penjaminan Emisi Efek.
POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 27 menyatakan bahwa komponen tersebut
harus ada didalam Prospektus. Isi dari komponen tersebut nama penjamin
pelaksana emisi efek, penjamin emisi efek, bentuk penjaminan, sifat hubungan
45
afiliasi, dan uraian dan metode dalam penentuan harga. PT BRI Syariah telah
sesuai dengan POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 27.
Bagian Lembaga Dan Profesi Penunjang Pasar Modal Serta Pihak Lain
terdapat didalam Prospektus PT BRI Syariah yang berisi Profesi Penunjang Badan
Administrasi Efek, Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Hukum dan tidak
mempunyai hubungan afiliasi dengannya. Dengan adanya komponen tersebut,
bahwa PT BRI Syariah telah mematuhi aturan POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal
28.
Komponen Tata Cara Pemesanan Saham yang terdapat di Prospektus PT
BRI Syariah menjabarkan bagaimana pengajuan, persyaratan pemesanan, jumlah
minimum, penyerahan form, masa penawaran, tanggal penjatahan, persyaratan
pembayaran, dan lain-lain, dengan begitu POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 30
bahwa PT BRI Syariah telah patuh terhadap aturan tersebut.
Bagian Penyebarluasan Prospektus Dan Formulir Pemesanan Pembelian
Efek Bersifat Utang memuat nama, alamat, nomor telepon dari para Penjamin
Emisi Saham, dan Pelaksananya. Bagian ini diatur oleh POJK Nomor 9 Tahun
2017 pasal 31, dengan adanya bagian ini didalam Prospektus PT BRI Syariah
bahwa PT BRI Syariah telah mematuhi peraturan tersebut.
Komponen pendapat dari segi hukum sebagaimana pendapat ini diberikan
oleh konsultan hukum terhadap PT BRI Syariah. Konsultan hukum memberikan
pendapat paling sedikit memuat apa yang telah diatur oleh peraturan. Konsultan
hukum yang memberikan pendapat berasal dari HHP Law Firm. Prospektus PT
BRI Syariah memuat pendapat dari konsultan hukum, bahwa dengan adanya
komponen ini PT BRI Syariah telah mematuhi POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal
32.
Komponen selanjutnya laporan keuangan yang diberikan oleh perseroan dan
auditor independen, sebagaimana isinya memuat laporan keuangan yang terdiri
dari 2 tahun sebelumnya melantai di Bursa. Ketentuan-ketentuan tersebut diatur
46
oleh POJK. POJK Nomor 9 Tahun 2017 pasal 33 sampai 36 bahwa telah
diaplikasikan ke dalam Prospektus PT BRI Syariah.
Prospektus PT BRI Syariah tidak sepenuhnya memuat komponen laporan
penilai dan laporan tenaga ahli, laporan tersebut berisikan laporan dari penilai
yang dicantumkan di Prospektus memberikan informasi laporan keuangan dari
auditor independen, dan laporan keuangan atas penggunaan dana atas tenaga ahli
selama proses IPO tidak terdapat didalam Prospektus secara rinci baik dari
identitasnya, alamat, kualifikasi tenaga ahli, dan persetujuannya tenaga ahli untuk
pencantuman di Prospektus. Komponen tersebut diatur oleh POJK Nomor 9
Tahun 2017 pasal 37, bahwa Prospektus tersebut tidak terdapat komponen yang
diatur oleh POJK, maka PT BRI Syariah tidak mematuhi peraturan OJK Nomor 9
pasal 37. Terjadinya pelanggaran tersebut selain menyalahi POJK Nomor 9 Tahun
2017, menyalahi juga peraturan BaPePam LK Nomor Kep-478/BL/2009 Tentang
Pedoman Penilaian Properti Di Pasar Modal. Akibat pelanggaran tersebut sesuai
dengan peraturan tersebut ialah mengenakan sanksi berupa sanksi tertulis atau
sanksi administratif
B. Analisa Good Corporate Governance
Pada bagian ini membahas nilai-nilai Good Corporate Governance
kepatuhan dan diterapkan PT BRI Syariah kepada prinsip GCG. Prospektus PT
BRI Syariah mencantumkan informasi Risiko, informasi tersebut bertujuan agar
seluruh calon investor mengetahui risiko yang akan atau telah dihadapi oleh PT
BRI Syariah. Adanya informasi tersebut bahwa PT BRI Syariah sudah sesuai
dengan SEOJK Nomor 10 Tahun 2014 bagian II angka 1.
SEOJK Nomor 10/SEOJK.03/ Tahun 2014 dinyatakan bahwa tingkat nilai
kesehatan bank dinilai dari perspektif peraturan tersebut, dari hasil OJK
menyatakan bahwa PT BRI Syariah mendapatkan hasil nilai tingkat kesehatan
yang “baik”. Tingkat kesehatan berguna sebagai tolak ukur penerapan GCG.
Berdasarkan penilaian tersebut bahwa PT BRI Syariah sudah mematuhi SEOJK
Nomor 10 Tahun 2014 bagian II angka 2.
47
Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris telah menjadi bagian GCG.
Penilaian tersebut atas tindakan, wewenang, dan tanggung jawab Direksi dan
Dewan Komisaris yang dinilai oleh Audit Internal. Untuk melihat hasilnya dapat
dilihat dari penilaian Audit Internal. Tanggung jawab Direksi dan Dewan
Komisaris sebagaimana PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 8 dan pasal 20, SEOJK
Nomor 10 Tahun 2014 , dan SEBI Nomor 12/13 Tahun 2010 angka 14 bahwa
Direksi dan Dewan Komisaris PT BRI Syariah sudah melaksanakan sesuai
peraturan tersebut.
Suatu organ independen yang mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab direksi dan komisaris, maka perlu dibentuknya komite audit,
komite pemantau risiko, dan komite remunerasi dan nominasi. Prospektus PT BRI
Syariah mencantumkan diagram tersebut. Hal tersebut dapat diketahui bahwa PT
BRI Syariah melaksanakan peraturan PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 11.
Dewan Pengawas Syariah yang menjadi divisi independen yang akan
mengawasi perusahaan menjalakan prinsip secara Syariah. Dewan Pengawas
Syariah ini sudah dicantumkan secara jelas di dalam Prospektus PT BRI Syariah
sehingga berdasarkan hal tersebut bahwa PT BRI Syariah telah sesuai dengan
SEBI Nomor 12/13 Tahun 2010 huruf F angka 1, PBI Nomor 11 Tahun 2009
pasal 2, dan SEOJK Nomor 10 Tahun 2014 huruf B angka 3.
PT BRI Syariah menjalankan kegiatan-kegiatan penghimpunan dana,
pembiayaan, dan pemberi jasa. Kegiatan tersebut berdasarkan prinsip-prinsip
syariah dan dituangkan ke dalam Prospektus PT BRI Syariah dalam sub bab
kegiatan usaha. Kegiatan usaha yang selaras dengan prinsip Syariah merupakan
penerapan prinsip GCG. Bahwa dengan adanya penjelasan tersebut PT BRI
Syariah telah melaksanakan peraturan SEBI Nomor 12/13 Tahun 2010 huruf F
butir e, dan PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 59.
Masalah yang timbul akibat benturan kepentingan antara investor dengan
perseroan maka perlu ada cara-cara yang dilakukan oleh PT BRI Syariah.
Menurut ketentuan yang berlaku untuk investor, ekuatan saham atau stakeholders
48
menjadi acuan dalam memberi arahan, akan tetapi jika melenceng dari yang
sewajarnya menjadikan perseroan memberikan batasan-batasan sesuai aturan yang
berlaku. Prospektus PT BRI Syariah telah mencantumkan bagaimana jika ada
benturan kepentingan maka melaksanakan peraturan SEBI Nomor 12/13 Tahun
2010 huruf, dan cara menangani sesuai dengan Kep BaPePam Nomor 412 Tahun
2009, dan PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 61.
Fungsi kepatuhan menjadi klasifikasi penerapan Good Corporate
Governance. Kepatuhan ini menurut peraturan yang berlaku dapat terlaksana
dengan memiliki satu direktur yang bertugas memastikan kepatuhan perseroan
terhadap peraturan perundang-undangan yang tertuang didalam PBI Nomor 11
Tahun 2009 pasal 52. PT BRI Syariah mempunyai direktur kepatuhan dan
dicantumkan dalam Prospektus sehingga PT BRI Syariah melaksanakan peraturan
sebagaimana yang ditetapkan di PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 11. Akan tetapi
hasil dari pelaksanaan fungsi kepatuhan secara rinci secara laporan keuangan atas
risiko, tidak tercantum di Prospektus PT BRI Syariah. Bahwa dalam PBI Nomor
14 Tahun 2012 pasal 3 ayat 2, PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 56, dan SEBI
Nomor 12/13 Tahun 2010 huruf A menjelaskan secara eksplisit laporan keuangan
atas risiko kepatuhan terkait risiko kepatuhan beserta pelanggarannya.
Keberadaan audit intern yang menjadi entitas perusahaan termasuk
klasifikasi PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 2 bahwa informasi mengenai audit
intern dituangkan didalam Prospektus sebagai pelaksanaan GCG maka dia telah
mematuhi peraturan tersebut. Isi informasi tersebut harus memuat tugas dan
tanggung jawab beserta nama dan anggota komite audit. Ketentuan tersebut diatur
oleh PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 53, dan SEBI Nomor 12/13 Tahun 2010
huruf F bahwa karena itu PT BRI Syariah telah melaksanakan aturan tersebut.
Klasifikasi selanjutnya transparansi kondisi keuangan dan non keuangan PT
BRI Syariah dicantumkan dalam yang menjadi ikhtisar data keuangan penting dan
terdapat kondisi non keuangan, menurut PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 2, dan
SEBI Nomor 12/13 Tahun 2010 huruf F . PT BRI Syariah mencantumkan hal
49
tersebut ke dalam Prospektus sehingga dia dinyatakan bahwa telah mematuhi
aturan tersebut. Selain itu, mengenai transparansi juga diatur oleh POJK Nomor
32 Tahun 2016, dan PBI Nomor 14 Tahun 2012, sehingga PT BRI Syariah juga
dinyatakan bahwa telah mematuhi aturan tersebut dalam aspek transparansi.
Ditinjau dari pelaksanaan dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direktur PT BRI Syariah yang klasifikasi penerapan prinsip Good Corporate
Governance yang terdapat di peraturan perundang-undangan PBI Nomor 11
Tahun 2009, dan SEBI Nomor 12/13 Tahun 2010 huruf F, bahwa PT BRI Syariah
telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan pedoman yang
berkolerasi dengan peraturan perundang-undangan pelaksanaan dan tanggung
jawab Dewan Komisaris dan Direktur yang telah memberikan self assessment
yang dituangkan dalam laporan tahunan Good Corporate Governance oleh PT
BRI Syariah itu sendiri. Dan dari hasil tersebut bahwa pelaksanaan dan tanggung
jawab Dewan Komisaris dan Direktur telah lulus dari hasil fit & proper yang
dinilai oleh OJK. Penilaian fit & proper diatur pada PBI 11/3/PBI Tahun 2009
pasal 8 ayat 2 butir c, pasal 17 ayat 2, pasal 23. Selain itu, pencantuman atas
semua hal tersebut, bahwa membuat PT BRI Syariah melaksanakan sesuai
dengan POJK Nomor 32 Tahun 2016, dan PBI Nomor 14 Tahun 2012.
Ada penyimpangan pada transparansi di Prospektus PT BRI Syariah
mengenai penerapan Good Corporate Governance tidak terdapat pernyataan
kuantitas mengenai kepemilikan saham Direksi ataupun Komisaris. Bahwa PBI
Nomor 11 Tahun 2009 pasal 16 dan pasal 32 menyatakan komisaris dan direksi
wajib mengungkapkan kepemilikan saham 5% atau lebih. PT BRI Syariah tidak
mencantumkan hal tersebut di Prospektus. Bahwa PT BRI telah melanggar hal
tersebut. Selain itu, akibat dari hal tersebut dikenakan sanksi tertulis atau sanksi
administratif.
Setelah itu, klasifikasi kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite yaitu
komite audit, komite pemantau risiko, komite remunerasi dan nominasi tercantum
pada PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 11. Prospektus melampirkan seluruh
50
komite tersebut dengan kesesuaian peraturan tersebut, bahwa PT BRI Syariah
melaksanakan PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 2, SEBI Nomor 12/13 Tahun
2010 huruf F, dan SEOJK Nomor 10 Tahun 2014 bagian ketiga ayat 2.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah menjadi
klasifikasi penerapan GCG. PT BRI Syariah mengangkat seseorang menjadi DPS
dengan SK dari Bank Indonesia. DPS tersebut selama periode tahun 2018 telah
mengeluarkan 73 opini mengenai dalam rangka pemastian aktivitas dan produk
bank sesuai dengan prinsip syariah. Penerapan hal ini dan dicantumkan dalam
Prospektus dengan itu bahwa PT BRI Syariah melaksanakan peraturan SEBI
Nomor 12/13 Tahun 2010 huruf E, dan PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 2 dan
pasal 71.
Terjadinya benturan kepentingan antara pemegang saham pengendali,
dengan pemegang saham minoritas disebabkan oleh perbedaan pendapat. PT BRI
Syariah untuk mencegah risiko yang timbul sehingga menerbitkan ketentuan
tentang Benturan Kepentingan Dan Kebijakan dasar Anti Risywah. Tujuannya
untuk penanganan benturan kepentingan tersebut. PT BRI Syariah mengatur hal
itu, dengan ini bahwa PT BRI Syariah melaksanakan Klasifikasi yang diatur pada
SEBI Nomor 12/13 Tahun 2010 huruf F, dan SEOJK Nomor 10 Tahun 2014
bagian ketiga ayat b.
Penerapan fungsi kepatuhan, fungsi audit intern, audit ekstern yang tertuang
di SEBI Nomor 12/13 Tahun 2010, SEOJK Nomor 10 Tahun 2014, dan PBI
Nomor 11 Tahun 2009. Baik Fungsi, tugas, dan tanggung jawab dari kepatuhan,
audit intern, audit ekstern telah tertuang di Prospektus dan dilaksanakan oleh PT
BRI Syariah. Bahwa PT BRI Syariah telah melaksanakan sesuai dengan peraturan
tersebut tanpa ada penyimpangan baik dari laporan dan teknisnya.
Batas maksimum penyaluran dana yang dianggarkan dan dilaporkan oleh
PT BRI Syariah dituliskan di Prospektus. PT BRI Syariah dalam laporan tersebut
telah melakukan pelaporan secara berkala dan tepat waktu penyerahannya kepada
Bank Indonesia. Indikator batas maksiumum penyaluran dana selaras dengan
51
peningkatan produk yang telah diatur oleh Bank Indonesia. Klasifikasi tersebut
tertuang di PBI Nomor 11 Tahun 2009, SEOJK Nomor 10 Tahun 2014, dan SEBI
Nomor 12/13 Tahun 2010, oleh karena itu, bahwa PT BRI Syariah melaksanakan
peraturan tersebut.
Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan PT BRI Syariah
dicantumkan di Prospektus dengan bentuk laporan. Laporan tersebut berada di
bagian Ikhtisar Data Keuangan Penting, dan Laporan Auditor Independen Dan
Laporan Keuangan Perseroan. Oleh karena itu, bahwa PT BRI Syariah
melaksanakan pencantuman tersebut dan persyaratannya sesuai aturan PBI Nomor
11 Tahun 2009 pasal 2, pasal 56 sampai 58, SEOJK Nomor 10 Tahun 2014 bagian
ketiga ayat b, SEBI Nomor 12/13 Tahun 2010 huruf F, dan mematuhi prinsip
transparansi pada peraturan POJK Nomor 32 Tahun 2016 pasal 13, dan pasal 24,
dan SEOJK Nomor 10 Tahun 2017 bagian kedua, ketiga, dan keempat.
C. Analisa Prinsip Syariah
Penerbitan efek di Bursa berbasis Syariah membutuhkan akad yang jelas
agar mengetahui seluk beluknya. Akad adalah hal yang paling penting dalam
bertransaksi, karena akad menjadi penghubung antara pembeli dan penjual. Akad
dalam etimologi adalah perikatan, secara termnimologi adalah segala sesuatu yang
dikehendaki seseorang untuk dikerjakan, baik yang muncul dari kehendak sendiri.
Dari akad ini timbul ijab dan qabul , menunjukkan adanya keinginan dan kerelaan
timbale balik para pihak yang bersangkutan. Maka dengan hal tersebut ada hak
dan kewajiban atas masing-masing pihak.
Akad tersebut mempunyai rukun dan syarat yang harus dilaksanakan.
Obyek akad harus memenuhi 4 syarat yaitu, harus konkrit, merupakan sesuatu
yang halal, dapat diserahkan ketika terjadi akad, harus jelas dan diketahui oleh
kedua belah pihak. Efek yang diterbitkan oleh PT BRI Syariah ini mempunyai
karakteristik yang sama seperti dengan ketentuan tersebut. Walaupun efek ini
tidak terlihat atau hanya berbasis data yang bersifat kontemporer, akan tetapi ini
52
efek tersebut telah memenuhi syarat dikarenakan efek ini dapat dibuktikan dengan
kepemilikan dalam bentuk tulisan atau perjanjian.
Efek PT BRI Syariah tidak melanggar peraturan yang ada, yaitu POJK
Nomor 35 Tahun 2017 dan POJK Nomor 17 Tahun 2015. Sebagaimana isi yang
terdapat POJK Nomor 17 Tahun 2015 ini telah memenuhi dengan
mengimplementasikan ke dalam Prospektus PT BRI Syariah, dan begitupun juga
POJK Nomor 35 Tahun 2017. POJK Nomor 17 Tahun 2015 sebagai standarasisasi
bagaimana emiten dapat diterima efek yang berbasis Syariah. Sebagaimana di
POJK Nomor 17 Tahun 2015 pasal 2 anggaran dasar emiten wajib memuat
informasi kegiatan, jenis usaha, dan pengelolaan usaha emiten syariah didalam
Prospektus PT BRI Syariah. Pasal 5 yang mewajibkan memberi tambahan
informasi didalam Prospektus bahwa anggaran dasar mengenai kegiatan, jenis
usaha, dan pengelolaan usaha harus berdasarkan prinsip syariah. PT BRI Syariah
telah memenuhi pasal-pasal yang ada di POJK Nomor 17 Tahun 2015. Kemudian
di POJK Nomor 35 Tahun 2017 sebagai landasan kriteria efek syariah di daftar
efek syariah. Pada POJK Nomor 35 Tahun 2017 pasal 2 kegiatan, jenis usaha, dan
pengelolaannya berdasarkan prinsip syariah sepanjang emiten tidak melakukan
perjudian, jasa keuangan ribawi, mengandung unsur gharar, menyediakan,
mendistribusikan, memproduksi, memperdagangkan barang haram, mengandung
mudarat, dan harus memenuhi rasio keuangan total utang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total aset tidak lebih dari 45%, dan total pendapatan bunga
dan pendapatan tidak halal tidak lebih dari 10%. PT BRI Syariah tidak melanggar
hal tersebut maka karena itu PT BRI Syariah patuh terhadap POJK Nomor 35
Tahun 2017, dan POJK Nomor 17 Tahun 2015.
PT BRI Syariah juga harus menerapkan dasar prinsip syariah di pasar modal
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Peraturan yang terkait adalah
POJK Nomor 15 Tahun 2015. Apabila PT BRI Syariah sudah mematuhi POJK
Nomor 17 Tahun 2015, dan POJK Nomor 35 Tahun 2017, maka PT BRI Syariah
juga sudah mengikuti POJK Nomor 15 Tahun 2015. “Prinsip syariah” yang
menjadi ketetapan mutlak yang ditujukan kepada emiten yang menerbitkan efek
53
berbasis syariah dan harus dipatuhi, “akad” juga menjadi dasar transaksi efek
syariah tersebut, POJK Nomor 53 Tahun 2015 ini sebagai fundamentalnya. Akan
tetapi akad yang digunakan di Prospektus PT BRI Syariah tidak diperjelas,
walaupun saham dalam jenis biasa, efek yang berbasis syariah tetap menggunakan
akad. Sehingga PT BRI Syariah tidak menaati aturan POJK Nomor 53 Tahun
2015.
Ditinjau dari Fatwa, maka fatwa yang tepat untuk pasar modal syariah
adalah Fatwa DSN-MUI Nomor 20 Tahun 2001, Fatwa DSN-MUI Nomor 40
Tahun 2003, dan Fatwa DSN-MUI Nomor 80 Tahun 2011. Fatwa DSN-MUI
Nomor 20 Tahun 2001, ini mempunyai korelasi dengan PT BRI Syariah, yang
dimana PT BRI Syariah menawarkan efek syariah kepada publik, dan manajer
investasi sebagai pengelola portfolio antara investor terhadap efek PT BRI
Syariah. Maka sudah menjadi kewajiban emiten melaksanakan Fatwa DSN
tersebut, karena sangat krusial dalam mekanisme kegiatan reksadana, hubungan,
hak, dan kewajiban. Kemudian Fatwa DSN-MUI Nomor 40 Tahun 2003 bahwa
efek syariah harus menerapkan prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal
dengan berisikan penerapan prinsip syariah dalam mekanisme perdagangan efek,
sehingga ada peraturan-peraturan yang mengatur perdagangan efek, agar terhindar
dari hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Fatwa DSN-MUI
Nomor 80 Tahun 2011 berperan penting dalam penerapan prinsip syariah dalam
mekanisme perdagangan efek bersifat ekuitas di pasar sehingga mempunyai
aturan-aturan yang lebih kompleks dan intens mengenai pelarangan-pelarangan
transaksi yang mengharamkan.
Fatwa tersebut yang menjadi landasan Syariah pada kegiatan, esensial,
mekanisme yang terkait, dari fatwa tersebut diimplementasikan kepada peraturan
perundang-undangan yang mempunyai eksistensi dalam negara Indonesia.
54
Terciptanya peraturan perundang-undangan yang dibuahi dari Fatwa DSN bukan
hanya sebagai pajangan, tetapi menjadi aturan yang harus dipatuhi.
Hasil pembahasan diatas, dari PT BRI Syariah sudah baik dalam memenuhi
prinsip-prinsip syariah dan sudah baik mematuhi peraturan perundang-undangan
yang ada sebagai landasan untuk melakukan Initial Public Offer. Tidak hanya itu,
PT BRI Syariah melaksanakan Good Corporate Governance dengan baik. Jika
dalam bentuk grafik maka seperti gambar dibawah
Gambar 1.0
Menurut gambar 1.0, dapat diketahui bahwa untuk Prospektus sebagaimana
isi penawaran umum sesuai dengan peraturan terkait dari POJK, BaPePam LK,
PBI tidak sepenuhnya mematuhi aturan yang ada disebabkan oleh ketidak
transparansi atas tidak tercantumnya laporan keuangan mengenai informasi
laporan keuangan dari penilai dan penggunaan dana dalam menggunakan tenaga
ahli selama proses IPO. Sehingga penilaian tersebut tidak mendapatkan nilai
penuh, karena masih ada hal yang belum terlaksana dalam pelaksanaan regulasi.
Aspek prinsip GCG dapat disimpulkan dari keseluruhan sudah cukup baik
dalam penerapan nilai nilai GCG. Akan tetapi ada hal yang menghilangkan
beberapa aspek GCG itu sendiri, yaitu tidak terdapatnya informasi mengenai
8.5
9
9.5
10
Prospektus Prinsip GCG Prinsip Syariah
Score
Score
55
kepemilikan saham Direksi, dan Komisaris yang telah diatur sangat jelas pada
SeBI, dan PBI
Kemudian penerapan prinsip Syariah, dari yang ditelusuri ke dalam
peraturan perundang-undangan yang dilatarbelakangi oleh Fatwa DSN-MUI,
sehingga menciptakan kekuatan hukum yang kuat. Penerapan prinsip Syariah
sudah baik dan tidak ada yang menyimpang secara laporan, dan teknikal. Akan
tetapi hanya ada kata-kata yang menggunakan bahasa konvensional sehingga
esensial Bank Syariah tidak sepenuhnya hadir.
56
BAB V
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis yang telah diuraikan diatas, maka dapat
disimpulkan :
1. PT BRI Syariah saat Initial Public Offer melakukan penawaran umum
yang harus memerhatikan peraturan perundang-undangan yang menjadi
landasan pembuatan Prospektus sebagai penawaran umum, Prospektus
yang dibuatnya telah melaksanakan peraturan terkait, tetapi ada hal yang
tidak dilakukan oleh PT BRI Syariah yang menjadi bagian dari
pelaksanaan peraturan perundang-undangan, yaitu POJK Nomor 9 Tahun
2017 pasal 37, dan Keputusan BaPePam LK Kep-478/BL/2009. Pada
peraturan tersebut jika terjadi pelanggaran maka dikenakan sanksi tertulis
atau sanksi administratif
2. Mengenai penerapan nilai-nilai Good Corporate Governance sebagai
refleksi dari Prospektus dan kegiatan yang dilakukannya, hampir seluruh
penerapan Good Corporate Governance dilakukan dengan baik, namun
ada aspek transparansi yang harus diperhatikan dalam
pengimplementasiannya, hal tersebut menandakan sebagai tanda
ketidakpatuhan terhadap peraturan GCG. PT BRI Syariah mengenai aspek
GCG dalam hal transparansi ada yang telah dilanggar dari peraturan yang
ada, yaitu PBI Nomor 11 Tahun 2009 pasal 16, dan 32. Ketentuan tersebut
jika terjadi pelanggaran dikenakan sanksi tertulis atau sanksi administratif
3. Keberadaan prinsip Syariah yang dilakukan secara teknis sudah dilakukan
dengan baik, selain itu prinsip Syariah yang ada dalam pelaksanaan
kegiatan penawaran sudah dilakukan dengan baik juga. Namun masih ada
kata-kata konvensional
57
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti ingin memberi saran kepada
Perusahaan dan penelitian selanjutnya
1. PT BRI Syariah harus meningkatkan seluruh aspek yang menjadi
permodalan atau kepercayaan bisnis di masa yang akan datang, sehingga
PT BRI Syariah bisa menjadi yang terbaik diantara yang lain. PT BRI
Syariah saat ini sudah mempunyai pondasi yang sudah cukup kuat, untuk
di masa yang akan datang mengenai kekurangan-kekurangan yang sudah
dibahas pada halaman sebelumnya menjadikannya sebagai acuan untuk
perbaikan dan kesalahan-kesalahan tersebut dapat diselesaikan dengan
baik dan cepat kualitas PT BRI Syariah berkembang dengan pesat.
2. Penelitian ini masih terdapat kekurangan, maka harapan untuk kedepannya
penelitian selanjutnya diteliti lebih lanjut sebagaimana dengan penelitian
kualitatif dengan berbagai macam, seperti menggunakan metode normatif
dan yudikatif agar dapat tercipta keselarasan penelitian ini. Penelitian
selanjutnya dapat berupa perbandingan antara PT BRI Syariah dengan
perseroan yang lain, dan menguak laporan-laporan secara intens dalam
aturan yang ada dan terkait dan ditulis dengen pendekatan yang lain.
58
DAFTAR PUSTAKA
Asas Fitria, “Pengaruh Good Corporate Governance Karakteristik
Perusahaan Dan Kinerja Lingkungan Terhadap Pengungkapan Lingkungan”,
Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Bambang Sugono, “Metode Penelitian Hukum”, Cetakan VI, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 114.
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”,
Jakarta: Rineka Cipta, 2010, Cet. 14. hlm. 274.
Imam Suprayogo dan Tobroni, “Metodologi Penelitian Sosial-Agama”,
hlm. 194.
Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-122/BL Tahun 2009
Tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum.
Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-181/BL Tahun 2009
Tentang Penerbitan Efek Syariah.
Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-208/BL Tahun 2009
Tentang Kriteria Dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-430/BL Tahun 2012
Tentang Akad-Akad Yang Digunakan Dalam Penerbitan Efek Syariah Di Pasar
Modal.
Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-478/BL Tahun 2009
Tentang Pedoman Penilaian Properti Di Pasar Modal.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1313.
Kusnu Goesniadhie, “Harmonisasi Sistem Hukum: Mewujukan Tata
Pemerintahan Yang Baik”, hal.13-17, Malang: Nasa Media, 2010.
59
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI Tahun 2009 Tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit
Usaha Syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI Tahun 2012 Tentang
Transparansi Dan Publikasi Laporan Bank.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/11/PBI Tahun 2013 Tentang Prinsip
Kehati-hatian Dalam Kegiatan Penyertaan Modal.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI Tahun 2009 Tentang Bank
Umum Syariah.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03 Tahun 2014 Tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.04 Tahun 2017 Tentang
Kriteria Dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.03 Tahun 2016 Tentang
Transparansi Dan Publikasi Laporan Bank.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/POJK.14 Tahun 2015 Tentang
Penerapan Prinsip Syariah Di Pasar Modal.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 17/POJK.04 Tahun 2015 Tentang
Penerbitan Dan Persyaratan Efek Syariah Berupa Saham Oleh Emiten Syariah
Atau Perusahaan Publik Syariah.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 53/POJK.04 Tahun 2015 Tentang
Akad Yang Digunakan Dalam Penerbitan Efek Syariah Di Pasar Modal.
Peter Mahmud marzuki, “Penelitian Hukum”, Jakarta : Kencana, 2009,
hal.65.
Sugiono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D”, hlm 338.
60
Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif”, Bandung: CV Alfabeta,
2012.
Suhartono, “Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan dalam
Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara” Desertasi: Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, hal. 94, 2011.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbS Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Untuk Bank Umum Syariah Dan Unit
Usaha Syariah.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03 Tahun 2014
Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha
Syariah.
Taufik Muhammad, “Effect of Good Corporate Governance On
Profitability”,tahun 2016, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Undang-undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perrundang-undangan.
Wahyu Sasongko, “Ketentuan-ketentuan pokok hukum perlindungan
konsumen”, Bandar lampung:Universitas lampung, hal. 31, 2007
Wibowo Prasetyo Risky, “The Influence Of Good Corporate Governance
And Profitability On Corporate Social Responbility Disclosure”, tahun 2018,
Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Agus S Ekoadyo, 2006, “Prospek Penerapan Metode Analisis Isi (Content
Analysis) Dalam Penelitian”, Journal Itenas, No.2 Vol. 10 Agustus 2006, hal 51
61
Amri Saiful, Haryono Tri Andi, dan Warso Mukery, “Pengaruh Good
Corporate Governance Terhadap Kinerja Karyawan PT DITEC CAKRAWIYASA
SEMARANG”, Journal Of Management Vol.02 No.02, Maret 2016.
Ardiani Susi,dkk,“Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Pengadaan Barang Dan Jasa Pada PT Semen Baturaja Tbk Palembang”,
Jurnal Akuntansi, Ekonomi, dan Manajemen Bisnis Vol.5 No.2 Desember 2017,
E- ISSN:2548-9836.
Dimyati Hilmiah Hilda, “Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Pasar
Modal”, Alumnus UIN Jakarta, Tahun 2014
Hasan Muhamad, dan B. Ahmad, “Pengaturan Klausula Baku Dalam
Hukum Perjanjian Unuk Mencapai Keadilan Berkontrak”, Jurnal Law Reform,
Vol.11, No.1 Tahun 2015.
Nilamsari Natalina, “Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian
Kualitatif”, Jurnal Wacana Vol. XIII No.2, Juni 2014.
Putri Hafqi Lestari Eka, “Analisis Kepatuhan Emiten Dalam Menerapkan
Good Corporate Governance”, ISSN 2549-6018, Universitas Airlangga, 9
September 2017.
Rahmatullah Indra, “Legal Opinion Ahli Syariah Pasar Modal Dalam
Industri Pasar Modal Di Indonesia”, Jurnal Law & Justice, Vol.3, Nomor 1,
April 2018
R. La Porta, “Investor Protection and Corporate governance”, Journal Of
financial Economics, hal.58, tahun 2000
Triyanta Agus, “Fatwa dalam Keuangan Syariah: Kekuatan Mengikat dan
Kemungkinannya Untuk Digugat Melalui Judicial Review”.
Wacipto Setiadi, “Proses Pengharmonisasian Sebagai Upaya Untuk
Memperbaiki Kualitas Peraturan Perundang-Undangan”, Jurnal Legeslatif
Indonesia vol. 4 No. 2, Hal.48, Juni 2007.
62
Wicaksono indirani, “Tanggung Jawab Emiten Dan Profesi Penunjang
Pasar Modal Atas Isi Prospektus Tidak Benar Dalam Penawaran Umum Reksa
Dana”, Jurnal Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana.
Wisudawan Agung Gusti I, “Penerapan Sanksi Hukum Terhadap Profesi
Penunjang Pasar Modal Atas Informasi Yang Tidak Benar Dan Menyesatkan
Dalam Pembuatan Prospektus Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal”, Jurnal Hukum Jatiswara.
http://digilib.iain-
palangkaraya.ac.id/449/6/File%203%20BAB%20II%20Landasan%20Teori.pdf.
Diakses pada hari Kamis 31 Januari 2019.
http://etheses.uin-malang.ac.id/564/8/10210026%20Bab%204.pdf. Diakses
pada hari Kamis 31 Januari 2019.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Prospektus. Diakses pada hari Senin, 28
Januari 2019.
https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20170920070153-78-242846/ojk-
praktik-gcgperusahaan-indonesia-masih-tertinggal. Diakses pada hari Rabu, 03
April 2019.
https://m.detik.com/finance/bursa-dan-valas/d-3652395/tata-kelola-
perusahaanterbuka-ri-makin-baik?_ga=2.227448539.777606914.1554091221-
765838281.1554091220. Diakses pada hari Rabu, 03 April 2019.
https://money.kompas.com/read/2014/01/02/1123114/OJK.Klaim.Emiten.T
elahTerapkan.Good.Corporate.Governance. Diakses pada hari Rabu, 03 April
2019.
https://money.kompas.com/read/2015/11/17/140256826/OJK.Berharap.Ban
yak.Perusahaan.RI.Penuhi.Kriteria.Good.Corporate.Governance.ASEAN. Diakses
pada hari Rabu, 03 April 2019.
63
http://suduthukum.com/2015/09/perlindungan-hukum.html, diakses pada
hari Minggu, 10 November 2019
http://www.bapepamlk.depkeu.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/peraturan_p
m/IX/IX.C.2.pdf. Diakses pada hari Senin, 28 Januari 2019.
http://www.bapepamlk.depkeu.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/peraturan_p
m/IX/IX.C.3.pdf. Diakses pada hari Senin, 28 Januari 2019.
https://www.ekbis.sindonews.com/read/854479/32/bank-muamalat-tunda-
ipo-hingga-2016-1397564379 Diakses pada hari Kamis, 8 Agustus 2019.
http://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6890/penerapan-igood-
corporate-governance-i-sebagai-budaya-perusahaan#_ftn23 Diakses pada hari
Rabu, 03 April 2019.
https://www.google.com/amp/s/bisnis.tempo.co/amp/819773/ini-alasan-
perbankan-syariah-tak-tawarkan-saham-ke-publik Diakses pada hari Kamis, 8
Agustus 2019.
https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?
jdl=Kinerja_Tak_Sesuai_Prospektus__Emiten_Bakal_Dipanggil_Otoritas_
Bursa&news_id=98526&group_news=IPOTNEWS&news_date=&taging_subtyp
e=M
ARKETOVERVIEW&name=&search=y_general&q=BEI,Bursa,emiten,IP
O,prospektus,saham&halaman=1. Diakses pada hari Rabu, 03 April 2019.
https://www.indopremier.com/newsDetail.php?jdl=Izin_9_IPO_Terganjal_
Restu_OJK&news_id=343766&group_news=RESEARCHNEWS&taging_subtyp
e=PROPERTY&name=&search=y&q=Prospektus. Diakses pada hari Rabu, 03
April 2019.
64
https://www.seputarforex.com/artikel/macam-macam-aksi-korporas-dan-
pengaruhnya-pada-pasar-saham-283374-34 Diakses pada hari Kamis, 8 Agustus
2019.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Syariah.aspx,Diakses
pada hari Selasa, 12 November 2019