Upload
others
View
18
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI MI AL-MA’RIFATUL ISLAMIYAH DASAN AGUNG
MATARAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh
Diana Faizah NIM. 151.139.083
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS AGAMA ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM
2018
ii
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI MI AL-MA’RIFATUL ISLAMIYAH DASAN AGUNG
MATARAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Agama Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Diana Faizah NIM. 151.139.083
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS AGAMA ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM
2018
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh: Diana Faizah, NIM :151.139.083 dengan judul ,“Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Mata PelajaranMatematika di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram TahunPelajaran 2016/2017” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.
Disetujuipadatanggal: 2017
Pembimbing I, Dr. Muh.IwanFitriani, M.Pd NIP. 197908232006041001
Pembimbing II,
Samsul Irpan, M.Pd. NIP. 198007082009121002
iv
NOTA DINAS Mataram, 11 Desember 2017 Hal: Ujian Skripsi
Yang Terhormat Rektor UIN Mataram Di Mataram Assalamu’alaikum, Wr. Wb. Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi
maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiswa: Diana Faizah
NIM : 151. 139. 083
Jurusan/Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah(PGMI)
Judul : Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Matematika di MI Al Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung
Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar
skripsi ini dapat segera di-munaqasyahkan.
Wassalammu’alaikum, Wr. Wb.
Pembimbing I, Dr. Muh.IwanFitriani, M.Pd NIP. 197908232006041001
Pembimbing II,
Samsul Irpan, M.Pd. NIP. 198007082009121002
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Diana Faizah
NIM : 15.1.13.9.083
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Matematika di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram
Tahun Pelajaran 2016/2017 ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti
melakukan plagiat tulisan/karya orang lain, siap menerima sanksi yang telah
ditentukan oleh lembaga.
Mataram, 2017 Saya yang menyatakan, Diana Faizah
vi
vii
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN:
“Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Ibu dan Bapakku tercinta(H.Muh. Faisal Mas’ud
dan Sabriah)
Untuk kakak-kakakku (Sahrullah, H. Fahrul Hadi,
Ahmad Farid, H.Muzawir Hadi dan Zahrul Riani)
beserta adek semata wayangku Maria Ulfa
Dan semua guruku juga dosen-dosenku
Untuk Teman-Teman kelas B Jurusan PGMI
Angkatan 2013
Serta Untuk Almamater UIN Mataram”.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
Tuhan semesta alam, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis memiliki kekuatan dan
kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini meskipun penulis mengakui bahwa skripsi
jauh dari sempurna. Shalawat dan salam senatiasa tercurahkan kepada junjungan alam
Nabi Muhammad Saw. Keluarganya, para sahabat dan semua penganut ajarannya. Skripsi
ini penulis susun merupakan syarat akhir studi untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan PGMI Universitas
Islam Negeri (UIN) Mataram.
Selama proses penyusunan skripsi ini, sangat disadari bahwa dalam proses
tersebut tidaklah lepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak.
Oleh karenanya, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebanyak-bayaknyakepada:
1. Bapak Dr.Muh. Iwan Fitriani, M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan Bapak Samsul
Irpan, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
2. Ibu Hj. Lubna, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak dan ibu dosen jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) serta
seluruh civitas akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.
4. Bapak Agus Salim, selaku pembimbing ketiga bagi saya yang telah meluangkan
waktu dan tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
x
5. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan dukungan terbesar baik moril
maupun materil.
6. Seluruh guru yang telah mendidik dari jenjang sekolah tingkat kanak-kanak hingga
menengah, yang mendidik ilmu-ilmu dasar yang sangat berpengaruh sampai saat ini.
7. Teman-teman PGMI sekelas B yang juga ikut membantu bahkan saling mendukung
pengerjaan skripsi ini yang membuat suasana menyenangkan saat konsultasi dan saat
revisi.
8. Segenap keluarga besarku di pemenang KLU dan sahabat-sahabatku (Nurma Yunita,
Ainul Julhijjah dan Husnul Khotimah) yang telah memberikan dukungan dan
bantuan, baik moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan
dalam skripsi ini, dan penulis berharap akan saran dan kritikan yang bersifat konstruktif
agar skripsi ini lebih bermanfaat dan lebih baik kulitasnya di masa mendatang. Akhirnya
semoga karya penulis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya, serta tercacat sebagai amal di sisi Allah SWT.Aamiin.
Mataram, 22 November 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................. v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ..................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv
ABSTRAK ................................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 5
1. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
2. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ................................................. 7 1. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 7
2. Setting Penelitian .................................................................................... 7
E. Telaah Pustaka ...................................................................................... 7
F. Kerangka Teori ..................................................................................... 13 1. Deskripsi Teoritis.................................................................................... 13
2. Kesulitan Belajar .................................................................................... 20
3. Tinjauan Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat ..................................... 31
G. Metode Penelitian ................................................................................. 36 1. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 36
2. Kehadiran Peneliti .................................................................................. 37
3. Lokasi Penelitian .................................................................................... 38
xii
4. Sumber Data ........................................................................................... 38
5. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 39
6. Teknik Analisis Data .............................................................................. 43
7. Pengecekan Keabsahan Data .................................................................. 45
H. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 47
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN .......................................................... 49
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 49
1. Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan
Agung Mataram ....................................................................................... 49
2. Visi dan Misi MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram ......... 52
3. Letak Geografis Madrasah Ibtida’iyah Al-Ma’rifatul Islamiyah .............. 53
4. Keadaan Guru dan Siswa di MI AL-Ma’rifatul Islamiyah ....................... 53
5. Struktur Organisasi .................................................................................. 56
6. Keadaan Sarana dan Prasarana di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah ................ 57
B. Kesulitan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Pokok
Bahasan Bilangan Bulat ................................................................................ 58
1. Kurangnya pemahaman tentang simbol .................................................... 59
2. Penggunaan Proses Yang Keliru .............................................................. 60
3. Kesulitan dalam Perhitungan .................................................................... 61
C. Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Matematika Kelas IV ..................................................................... 62
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................ 65
A. Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran
Matematika Pokok Bahasan Bilangan Bulat di MI Al-Ma’rifatul
Islamiyah Dasan Agung Mataram ............................................................... 65
B. Bagaimana Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa Kelas
IV di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram ........................ 71
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 73 A. Kesimpulan ................................................................................................... 73
B. Saran ........................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Simpulan Telaah Pustaka 11
Tabel 1.2 Contoh Lambang Bilangan 32
Tabel 1.3 Daftar Guru MI Al-Ma’rifatul Islamiyah 54
Tabel 2.1 Struktur Organisasi MI Al-Ma’rifatul Islamiyah 56
Tabel 2.2 Sarana dan prasarana Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’rifatul Islamiyah 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Kepada Siswa
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Kepada Guru
Lampiran 3. Pedoman Observasi Kegiatan Guru
Lampiran 4. Pedoman Observasi Kegiatan Siswa
Lampiran 5. Hasil Observasi Kegiatan Guru
Lampiran 6. Hasil Observasi Siswa
Lampiran 7. Sumber Data Wawancara
Lampiran 8. Transkrip Hasil Wawancara Kepada Siswa
Lampiran 9. Transkrip Hasil Wawancara Kepada Guru
xv
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI MI AL-MA’RIFATUL ISLAMIYAH DASAN AGUNG
MATARAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh:
Diana Faizah NIM: 15.1.13.9.083
ABSTRAK
Pada pembelajaran matematika terdapat siswa kelas IV mengalami kesulitan belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa pada mata pelajaran matematika pokok bahasan bilangan bulat, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar, serta upaya untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif. Dalam memperoleh data-data, menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil temuan dari observasi, wawancara dan dokumentasi yang telah dilaksanakan yang menyangkut dengan kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran matemtaika dengan pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami siswa dalam belajar matematika yaitu kesulitan dalam memahami simbol, penggunaan proses yang keliru dan kesulitan dalam perhitungan. Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar adalah faktor internal diantaranya, kecerdasan rendah, sikap kurang memperhatikan pembelajaran, minat belajar rendah, dan motivasi belajar rendah. Faktor eksternal diantaranya kurangnya perhatian orang tua, suasana belajar di rumah kurang kondusif, kondisi lingkungan, dan pengaruh media massa. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesulitan yang dijumpai siswa dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar tertentu misalnya siswa tidak menguasai operasi hitung bilangan ataupun kurang mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Lebih jauh lagi kesulitan yang dialami siswa disebabkan perbedaan tiap individu, baik dalam kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, maupun pendekatan belajar yang digunakan. Kata kunci: Kesulitan Belajar, Matematika, Siswa Kelas IV.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia menyadari pentingnya mempelajari matematika. Pada
masa plato, matematika diajarkan sebagai pengasah otak untuk kebutuhan
filsafat. Pada abad pertengahan, matematika diajarkan untuk tujuan teologis.
Dewasa ini, matematika diajarkan untuk memenuhi kebutuhan industri, ilmu
pengetahuan, perdagangan, teknologi, dan untuk hampir semua kebutuhan
sehari-hari.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam bukunya Abdul Halim Fathani
bahwa pengertian matematika adalah sebagai berikut:
Matematika adalah sebuah ilmu pati yang memang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia ini. Semua kemajuan zaman dan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia selalu tidak terlepas dari unsur matematika ini. Tanpa ada matematika, tentu saja peradaban manusia tidak akan pernah mencapai kemajuan seperti sekarang ini.1
Disebabkan pentingnya matematika bagi kehidupan manusia, maka
matematika perlu diajarkan disemua jenjang dan jenis sekolah. Pendidikan
matematika sangat penting diajarkan di sekolah, akan tetapi terdapat
kesadaran baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang
bahwa pembelajaran matematika di sekolah belum melayani anak-anak
dengan sepenuhnya.
1 Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012),h.5.
1
2
Selama ini, matematika merupakan bidang studi yang menjadi
“momok” yang menakutkan bagi kebanyakan siswa. Karena mata pelajaran
matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa,
proses belajar yang dialami oleh siswa tidak selalu benar sebagaimana yang
diharapkan yang terkadang banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru, keberhasilan suatu
proses pembelajaran matematika juga sangat ditentukan ileh kualitas atau
kemampua guru memberikan materi pelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajaran
sedang berlangsung banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan
guru di depan kelas. Kegiatan yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran di antaranya mengobrol dengan teman sebangku, menggambar,
bermain dengan alat tulis, dan juga terdapat siswa yang melamun. Siswa
terlihat kurang berkonsentrasi dan tidak tertarik dengan pelajaran. Saat guru
meminta siswa untuk mengerjakan soal, siswa terlihat kebingungan dan
banyak bertanya dengan sesama teman. Padahal dalam pembelajaran
matematika sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari anak-anak.
Saat menanyakan kepada guru tentang bagaimanakah sikap siswa terhadap
pelajaran matematika, guru menyampaikan bahwa siswa kurang tertarik
terhadap pembelajaran matematika. Guru juga kesulitan untuk menarik
perhatian siswa. Apabila guru melakukan teguran kepada siswa, hanya sesaat
saja siswa memperhatikan lalu hal yang sama terjadi. Siswa kurang
berkonsentrasi dalam pembelajaran dan yang terlihat perhatian terhadap
3
pembelajaran sangat sedikit. Hal yang terlihat ialah banyak siswa yang
merasa kesulitan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Siswa
merasa kesulitan memahami konsep yang diterangkan oleh guru.
Dalam observasi juga diperoleh bahwa siswa pasif dalam mengikuti
pembelajaran matematika. Saat diberikan kesempatan untuk bertanya siswa
hanya diam. Metode pembelajaran matematika yang diterapkan oleh guru juga
dirasa kurang bervariasi, guru lebih sering mengunakan metode ceramah,
memberikan contoh dan diselingi dengan penugasan. Berbagi macam hal di
atas menyebabkan beberapa siswa kesulitan dalam memahami materi yang
terdapat dalam mata pelajaran matematika.2
Mengenai kesulitan belajar yang ada di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah ini
khususnya pada kelas IV mengalami kesulitan yang komplikasi, yang di
antaranya yakni: siswa belum menguasai bahasa Indonesia yang baik dan
benar sehingga guru bidang studi matematikanya menggunakan multi bahasa
yaitu bahasa Sasak dan bahasa Indonesia. Kebanyakan siswa kelas IV juga
belum menguasai operasi hitung perkalian, sehingga untuk menguasai/mampu
mengerjakan suatu persoalan masih kurang. Sarana prasarana di Sekolah
masih kurang mendukung, dan juga alat peraga yang sudah tersedia belum
dikuasai oleh guru yang bersangkutan. Faktor lainnya juga dari diri individu
sendiri, yang di mana untuk pengadaan alat tulis terkadang belum terpenuhi.
Ditambah lagi, latar belakang keluarga sebagian dari mereka mengalami
broken home. Hal inilah yang memungkinkan mereka menjadi kurang
2 Observasi awal di di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram 25 Januari 2017
4
termotivasi dalam belajar karena kurangnya mendapatkan perhatian dari kedua
orang tuanya.3
Dalam hal pembelajaran matematika siswa-siswi banyak mengalami
kendala-kendala atau sulit belajar dalam mencapai pemahaman atau KKM
yang diharapkan oleh guru dan siswa. Menurut pengakuan dari guru yang
bersangkutan banyak anak siswa kelas IV yang tidak mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum). Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ujian mata
pelajaran matematika pada tengah semester 1 yaitu 54,17 dan ujian akhir
semester 1 yaitu 60,2. Sedangkan kriteria ketuntasan minimum yang
ditetapkan guru adalah 70. Siswa yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari
kelas IV 12 siswi dan 8 siswa. Dari sekian banyak siswa itu, hanya 8 anak
didik yang lulus.4
Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa perlu kiranya
diidentifikasi sehingga nantinya dapat dilakukan penanganan yang tepat, baik
metode ataupun strategi yang akan digunakan oleh guru dalam menyampaikan
materi matematika. Oleh karena itu, kurikulum dan pendekatan mengajar di
kelas perlu dikembangkan dan dioptimalkan dengan harapan mencapai proses
belajar mengajar sesuai dengan yang diinginkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggunakan pendekatan
kualitatif untuk mengetahui serta mengidentifikasi kemudian nantinya dapat
dideskripsikan tentang kesulitan belajar yang dialami siswa dalam
mempelajari matematika. Oleh karena itu, penulis memilih judul “Analisis
3 Hatiqah, Wawancara, di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram 26 Januari 2017
4 Dokumentasi di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram 28 Januari 2017
5
Kesulitan Belajar Siwa Pada Mata Pelajaran Matematika Di MI Al-
Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka peneliti memfokuskan
masalahnya sebagai berikut:
1. Apa Saja Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa Kelas IV Pada Mata
Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Bilangan Bulat di MI Al-Ma’rifatul
Islamiyah Dasan Agung Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017?
2. Bagaimana Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa Kelas
IV di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram Tahun
Pelajaran 2016/2017?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari fokus masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah
a. Untuk Mengetahui Kesulitan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas IV Dengan Pokok Bahasan Bilangan Bulat di MI
Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram Tahun Pelajaran
2016/2017.
b. Untuk Mengetahui Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Matematika Kelas IV di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
Dasan Agung Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.
6
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dilihat dari dua hal, yakni secara teoritis
dan praktis.
a. Secara teoretik
Manfaat teoritik yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Sebagai refrensi dibidang pendidikan terutama mengenai kesulitan
belajar Matematika khususnya materi operasi hitung bilangan
bulat.
2) Hasil penelitian ini dapat memperkuat teori-teori yang ada
terutama tentang kesulitan belajar Matematika
b. Secara praktis
1) Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak MI
Al- Ma’rifatul Islamiyah mengenai apa saja yang menjadi kesulitan
belajar Matematika siswa kelas IV dengan pokok bahasan operasi
hitung bilangan bulat di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Tahun
Pelajaran 2016/2017.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam merumuskan kebijakan guru menanggulangi masalah-
masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
7
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam hal ini, peneliti menguraikan batasan dan cakupan fokus
penelitian tentang apa saja kesulitan belajar Matematika dengan pokok
bahasan bilangan bulat pada peserta didik kelas IV MI Al-Ma’rifatul
Islamiyah Dasan Agung Mataram.
2. Setting Penelitian
Adapun lokasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah MI
Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram. Penelitian ini terfokus
pada kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Tahun Pelajaran
2016/2017.
E. Telaah Pustaka
Pada umunya banyak problematika dalam dunia pendidikan sudah dikaji
dalam bentuk penelitian. Namun tentu dalam setiap penelitian tersebut
memiliki titik tekan yang berbeda. Keterkaitan antara penelitian merupakan
suatu hal yang biasa saja terjadi. Adanya keterkaitan itu menunjukkan bahwa
suatu penelitian bisa merupakan tindak lanjut dari penelitian-penelitian
sebelumnya, atau juga keterkaitan antara penelitian itu menunjukkan adanya
relevansi yang terjadi. Namun adanya relevansi dengan penelitian lain bukan
berarti mengindikasikan kalau suatu penelitian sama persis dengan penelitian-
penelitian sebelumnya. Masing-masing penelitian mempunyai fokus tersendiri
dalam penelitiannya termasuk penelitian di bawah ini.
8
Adapun penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini
yang berhasil ditelaah oleh peneliti, yakni:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sutisna pada tahun 2010 yang berjudul
“Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada Siswa
Kelas IV MI YAPIA Parung Bogor”.5 Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah pengamatan atau observasi. Faktor-faktor yang
menyebabkan responden mengalami kesulitan belajar antara lain
kurangnya penguasaan konsep perkalian dan pembagian, kurangnya waktu
yang disediakan untuk mengulangi pelajaran di rumah.
Adapun poin yang menjadi persamaan penelitian yang dilakukan
oleh Sutisna dengan penelitian yang akan datang ini adalah kedua
penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu
menggambarkan atau memaparkan suatu permasalahan yang menjadi
fokus dalam penelitian masing-masing. Obyek yang menjadi fokus kedua
penelitian ini adalah kesulitan belajar siswa. Sedangkan perbedaan dari
kedua penelitian ini adalah terletak pada fokus penelitiannya, yang dimana
penelitian yang dilakukan oleh Sutisna menekankan pada penyelesaian
Soal Cerita Matematika pada Siswa sedangkan penelitian ini memaparkan
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada materi operasi hitung bilangan
bulat.
5 Sutisna, “Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada Siswa Kelas IV
MI YAPIA Parung Bogor”.
9
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rohana yang mengambil lokasi penelitian
di SDN 32 Mataram tahun pelajaran 2003/2004, menyodorkan masalah
tentang kesulitan belajar siswa dalam mempelajari bangun ruang.
Selengkapnya judul yang diangkat adalah “Identifikasi Kesulitan Belajar
bangun ruang Siswa Kelas V SDN 32 Mataram Tahun Pelajaran
2003/2004”.6
Adapun poin yang menjadi persamaan penelitian yang dilakukan
oleh Rohana dengan penelitian yang akan datang ini adalah kedua
penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu
menggambarkan atau memaparkan suatu permasalahan yang menjadi
fokus dalam penelitian masing-masing dan obyek yang menjadi fokus
kedua penelitian ini adalah kesulitan belajar siswa. Sedangkan perbedaan
dari kedua penelitian ini adalah terletak pada fokus penelitiannya, yang
dimana penelitian yang dilakukan oleh Rohana menekankan pada kesulitan
belajar siswa dalam mempelajari bangun ruang sedangkan penelitian ini
memaparkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar dengan
pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Galeh Prasetyawan yang mengambil
lokasi penelitian di SDN Congkrang 1 Muntilan Magelang tahun pelajaran
2015/2016, yang menyodorkan judul yaitu “Diagnosis Kesulitan Belajar
6 Rohana, “Identifikasi Kesulitan Belajar bangun ruang Siswa Kelas V SDN 32 Mataram
Tahun Pelajaran 2003/2004”.
10
Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Congkrang 1 Muntilan Magelang
Tahun Pelajaran 2015/2016”.7
Adapun poin yang menjadi persamaan penelitian yang dilakukan
oleh Rohana dengan penelitian yang akan datang ini adalah kedua
penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu
menggambarkan atau memaparkan suatu permasalahan yang menjadi
fokus dalam penelitian masing-masing dan obyek yang menjadi fokus
kedua penelitian ini adalah kesulitan belajar siswa. Sedangkan perbedaan
dari kedua penelitian ini adalah teletak pada fokus penelitiannya, yang
dimana penelitian yang dilakukan oleh Dwi menekankan pada kesulitan
belajar siswa dalam belajar matematika secara umum sedangkan penelitian
ini memaparkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari
operasi hitung bilangan bulat.
Berdasarkan penelitian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian analisis kesulitan karena kesulitan belajar pada siswa dapat
menghambat proses belajar, sehingga tidak tercapai hasil belajar yang
diinginkan. Kesulitan belajar disebabkan oleh beberapa faktor, dengan
diadakannya penelitian ini peneliti berharap dapat menggali segala
penyebab kesulitan tersebut.
7 Dwi Galeh Prasetyawan, “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD
Negeri Congkrang 1 Muntilan Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016”.
11
Tabel 1.1 Simpulan Telaah Pustaka
No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Analisis
Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada Siswa Kelas IV MI YAPIA Parung Bogor
1. Mengkaji tentang kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
2. Objek penelitiannya kelas IV MI.
1. Fokus penelitiannya, yang dimana penelitian yang dilakukan oleh penelitian terdahulu menekankan pada penyelesaian Soal Cerita Matematika pada Siswa sedangkan penelitian sekarang memaparkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada materi operasi hitung bilangan bulat.
2. Teknik pengumpulan data pada penelitian terdahulu hanya menggunakan observasi (pengamatan). Sedangkan penelitian sekarang menggunakan teknik pengumpulan data yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3. Lokasi penelitian berbeda, penelitian sekarang berlokasi di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram. Sedangkan, penelitian terdahulu berlokasi di MI YAPIA Parung Bogor.
2. Identifikasi Kesulitan Belajar bangun ruang Siswa Kelas V SDN 32 Mataram Tahun Pelajaran 2003/2004
1. Mengkaji tentang kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
1. Fokus penelitiannya, yang dimana penelitian yang dilakukan oleh Rohana menekankan pada kesulitan belajar siswa dalam mempelajari bangun ruang sedangkan penelitian sekarang memaparkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar dengan pokok bahasan operasi hitung bilangan
12
bulat. 2. Objek penelitian terdahulu
adalah kelas V MI, sedangkan yang menjadi objek penelitian sekarang adalah kelas IV MI.
3. Lokasi penelitian berbeda, penelitian sekarang berlokasi di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram. Sedangkan, penelitian terdahulu berlokasi di SDN 32 Mataram.
3. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Congkrang 1 Muntilan Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016
1. Mengkaji tentang kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
2. Objek penelitiannya kelas IV MI
1. Fokus penelitiannya, yang dimana penelitian yang dilakukan oleh penelitian sekarang memaparkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar dengan pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat. Sedangkan, pada penelitian terdahulu menekankan pada kesulitan belajar siswa dalam belajar matematika secara umum.
2. Lokasi penelitian berbeda, penelitian sekarang berlokasi di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram. Sedangkan, penelitian terdahulu berlokasi di SD Negeri Congkrang 1 Muntilan Magelang.
13
F. Kerangka Teori
1. Deskripsi Teoritis
a. Pengertian Belajar
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-
perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku.
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Syaiful Bahri
Djamarah mengenai pengertian belajar adalah sebagai berikut:
Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.8
Lebih lanjut dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah mengenai
pengertian belajar adalah sebagai berikut:
Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.9
Dari beberapa pendapat para ahli yang dikutip di atas tentang
pengertian belajar dapat dipahami bahwa, belajar adalah suatu kegiatan
yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga.
Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk
mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu
8 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar(Jakarta:PT Rineka Cipta,2011),h.13. 9 Ibid., h. 13.
14
bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya
kesan-kesan yang baru. Dengan demikian, maka perubahan fisik akibat
sengatan serangga, patah tangan, patah kaki, buta mata, tuli telinga,
penyakit bisul dan sebagainya bukanlah termasuk perubahan akibat
belajar. Oleh karenanya, perubahan sebagai hasil dari proses belajar
adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Lebih lanjutnya
Pada hakikatnya, belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memiliki pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.10 Akan tetapi yang perlu diingatkan bahwa perubahan yang
terjadi akibat belajar adalah belajar yang bersentuhan dengan aspek
kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan perubahan
tingkah laku akibat mabuk karena meminum minuman keras, akibat
gila, akibat tabrakan, dan sebagainya bukanlah kategori belajar yang
dimaksud.
Melalui pemaparan mengenai pengertian belajar di atas, yang
sependapat dengan peneliti adalah teori belajar yang dikemukakan oleh
Howard L. Kingskey, yang berpendapat bahwa belajar adalah proses
dimana tingkah laku di ubah melalui praktek atau latihan. Karena
dalam proses belajar mengajar tidak akan tercapai tanpa melalui
latihan ataupun praktek. Dengan adanya latihan ataupun praktek yang
10 Ibid., h. 15.
15
diberikan oleh guru secara kontinyu, akan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasah dan menyelesaikan persoalan yang
dihadapi. Dan secara tidak langsung, hal tersebut akan memotivasi
siswa untuk lebih giat belajar lagi. Dengan menerapkan teori tersebut
di dalam kelas, guru akan mengetahui dimana letak kesulitan belajar
yang dialami peserta didiknya.
b. Prinsip-prinsip Belajar
Untuk memahami proses belajar, seseorang perlu memahami
dan menguasai prinsip-prinsip dalam belajar. Sebagaimana yang
dikemukakan dalam bukunya Muhammad Jauhar mengenai prinsip-
prinsip belajar adalah sebagai berikut:
Prinsip-prinsip belajar:
1) Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual tetapi juga secara fisik, emosional, sosial, dan sebagainya.
2) Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. 3) Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil
sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya. 4) Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih
luas. 5) Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk
memperoleh insight. 6) Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar,
motivasi memberi dorongan yang menggerakkan seluruh organisme.
7) Belajar akan berhasil kalau ada tujuan. 8) Belajar merupakan suatu proses bila seorang itu aktif, bukan
ibarat suatu bejana yang diisi.11
11 Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem dari Behavioristik Sampai Kontruktivistik
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011, h. 29.
16
Lebih lanjut dikutip mengenai penerapan teori belajar Gestalt
sebagai berikut:
Penerapan teori Gestalt dalam proses belajar:
1) Belajar berdasarkan keseluruhan Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Bahan pelajaran tidak dianggap terpisah, tetapi merupakan suatu kesatuan.
2) Belajar adalah suatu proses perkembangan Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaannya mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan anak karena lingkungan dan pengalaman.
3) Anak didik sebagai organisme keseluruhan Anak didik belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern selain mengajar, guru juga mendidik untuk membentuk pribadi anak didik.12
Sebagaimana kutipan di atas, aktifitas belajar harus dilakukan
secara keseluruhan bukan sebagai pelaksanaan yang terpisah-pisah.
Oleh karena itu, guru harus menanamkan pengertian agar siswa sadar
akan keseluruhan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, pemecahan
keseluruhan aktifitas menjadi bagian yang terpisah akan menyebabkan
siswa tidak mampu mengaitkan bagian-bagian tersebut. Karena itu,
keuntungan utama dari belajar berdasarkan keseluruhan yaitu menuntut
siswa untuk mempersatukan bagian menjadi sebuah unit yang terpadu.
4) Terjadi transfer Belajar pada pokoknya yang tepenting penyesuaian pertama, yaitu memperoleh tanggapan yang tepat.
12 Ibid., h.33.
17
5) Belajar adalah terorganisasi pengalaman Pengalaman adalah hasil dari suatu interaksi antara anak didik dengan lingkungannya. Misalnya anak terkena api, kejadian ini menjadi pengalaman bagi anak. Anak merasa panas kena api. Kulitnya mengelupas akibat terbakar. Anak belajar dari pengalamannya bahwa kena api itu panas dan api itu bisa membakar kulit manusia. Karena pengalamannya itu, anak didik tidak akan mengulangi lagi untuk bermain dengan api. Dengan demikian, belajar itu baru timbul bila seseorang menemui suatu situasi/soal baru dalam kehidupannya. Dalam menghadapi hal itu, anak akan menggunakan semua pengalaman yang telah dimilikinya. Anak mengadakan reorganisasi pengalamannya.
6) Belajar harus dengan insight Insight adalah suatu saat dalam proses belajar di mana seseorang melihat pengertian (insight) tentang sangkut paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.13
Sebagaimana kutipan di atas, faktor insight sangat penting untuk
memecahkan masalah. Karena faktor insight mensangkut pautkan
suatu permasalahan yang terjadi. Misalnya, peristiwa banjir yang
melanda suatu daerah. Peristiwa itu tidak dipandang berdiri sendiri,
tetapi ada faktor penyebab lainnya yang menyebabkan terjadinya
peristiwa banjir itu disuatu daerah. Artinya, peristiwa banjir
berhubungan dengan faktor-faktor lainnya.
7) Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah progresif, anak didik diajak membicarakan tentang proyek atau unit agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin akan manfaatnya.
8) Belajar berlangsung terus-menerus Belajar tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Oleh karena itu, dalam rangka untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya anak didik harus banyak
13 Ibid., h.34.
18
belajar tidak hanya ketika di sekolah tetapi juga di luar sekolah. Anak didik dapat memperoleh pengetahuan atau pengalaman sendiri-sendiri di rumah atau di masyarakat. Pihak lain harus turut membantunya. Pihak sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan di masyarakat dalam kehidupan sosial yang lebih luas, agar semua turut serta membantu perkembangan anak secara harmonis.14
Dengan demikian, prinsip-prinsip belajar yang sudah
dikemukakan di atas seharusnya dapat dijalankan dalam proses belajar
mengajar agar tujuan yang ingin dicapai bersama akan tercapai. Dan
juga dengan menjalankan prinsip-prinsip belajar tersebut akan
menanggulangi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa. Yang di
mana dalam prinsip belajar menurut teori Gestalt tersebut sudah
mencakup prinsip belajar yang diinginkan. Seperti dalam kurikulum
2013, mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan
yang sesuai dengan prinsip belajar Gestalt yakni belajar berdasarkan
keseluruhan.
c. Pengertian Matematika
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Lisnawati
Simanjuntak mengenai teori belajar adalah sebagai berikut:
Teori belajar disebut juga perkembangan mental yang pada prinsipnya apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terjadi pada mental anak yang dapat dilakukan pada usia (tahap pekembangan mental) tertentu. Sedangkan teori mengajar adalah uraian tentang petunjuk bagaimana semestinya mengajar anak pada usia “siap” untuk menerima pelajaran.15
14 Ibid., h. 34. 15Lisnawati Simanjuntak, dkk, Metode Mengajar Matematika (Jakarta:PT Rineka Cipta,
1993), h.65.
19
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Ahmad Susanto
tentang pengertian matematika adalah sebagai berikut: Kata
matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang
berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedangkan dalam bahasa
Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran.16
Sebagaimana yang dikutip juga dalam bukunya Abdul Halim
Fathani mengenai pengertian matematika adalah sebagai berikut:
Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang memang selama inimenjadi
induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia ini.17
Ada beberapa definisi atau pengertian yang disajikan tentang matematika. 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisasi secara sistematik. 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan
kalkulasinya. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan
berhubungan dengan bilangan. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur
yang logis. 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang
ketat.18
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Sutarto tentang
pengertian matematika adalah sebagai berikut:
16Ahmad Susanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Jakarta:Kencana
Prenadamedia Group), h.184. 17 Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat Dan Logika(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,
2012), h.5. 18 Irzani, Matematika I untuk Calon Guru SD/MI(Yogyakarta:Kurnia Salam Semesta,
2010), h.5.
20
Dalam pengertian lain matematika adalah problem solving, maka dalam pembelajaran matematika guru perlu menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika, membantu peserta didik memecahkan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri, membantu peserta didik mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika, mendorong peserta didik untuk berfikir logis, konsisten, sistematis, dan mengembangkan sistem dokumentasi atau catatan, dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan persoalan.19 Dapat disimpulkan, matematika merupakan salah satu disiplin
ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan
berargumentasi, memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah
sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Kesulitan Belajar
a. Hakekat Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seseorang siswa biasanya tampak
jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Pada
umumnya, guru-guru memandang semua anak dengan prestasi belajar
rendah adalah anak berkesulitan belajar. Disebabkan banyak definisi
kesulitan belajar, jumlah anak berkesulitan belajar yang membutuhkan
pelayanan pendidikan khusus disuatu provinsi atau negara akan
berbeda tergantung dari definisi yang dianut.20
Namun, kesulitan belajar tidak dapat dibuktikan dengan
kelainan perilaku siswa seperti kebiasaan siswa berteriak di dalam
19 Sutarto, dkk, Desain Pembelajaran Matematika (Yogyakarta:Samudra Biru, 2013), h.35. 20 Tombokan Runtukahu, dkk, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan
Belajar (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2014), h.21.
21
kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan
sering bolos sekolah.
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak
dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan,
ataupun gangguan dalam belajar.21 Hambatan-hambatan itu
menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidak-
tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar.
Dalam pengertian lain kesulitan belajar atau learning disability
yang biasa juga disebut dengan istilah learning disorder atau learning
difficulty adalah suatu kelainan yang membuat individu yang
bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif.22
b. Klasifikasi Kesulitan Belajar
Membuat klasifikasi belajar tidak mudah karena kesulitan
belajar merupakan kelompok kesulitan yang heterogen. Tidak seperti
tunanetra, tunarungu, atau tunagrahita yang bersifat homogen.
Kesulitan belajar memiliki banyak tipe yang masing-masing
memerlukan diagnosis dan remediasi yang berbeda-beda.
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Mulyono
Abdurrahman mengenai klasifikasi kesulitan belajar dibagi ke dalam
dua kelompok, (1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan (developmental learning disabilities) dan (2)
21 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2015), h.235. 22 Martini Jamaris, Kesulitan Belajar: Perspektif. Asesmen, Dan Penanggulangannya Bagi
Anak Usia Dini Dan Usia Sekolah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h. 3.
22
kesulitan belajar akademik (academic leraning disabilities).23
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa,
dan komunikasi dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku
sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya
kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai
dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut
mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis,
dan/atau matematika.
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau
orang tua ketika anak gagl menampilkan salah satu atau beberapa
kemampuan akademik. Sebaliknya kesulitan belajar yang bersifat
perkembangan umumnya sukar diketahui baik oleh orang tua
maupun oleh guru karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang
sistematik seperti halnya dalam bidang akademik. Kesulitan belajar
yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai
kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya
keterampilan prasyarat (perquisite skills), yaitu keterampilan yang
harus dikuasai lebih daulu agar dapat menguasai bentuk
keterampilan berikutnya.
c. Ciri-Ciri Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
23
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar(Jakarta:PT Rineka Cipta,2010),h.11.
23
Anak didik yang mengalami kesulitan belajar adalah anak
didik yang tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya
ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam belajar, sehingga
menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain, guru,
ataupun orang tua.
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Syaiful Bahri
Djamarah mengenai beberapa gejala sebagai indikator adanya
kesulitan belajar anak didik dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk
berikut.
1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok anak didik di kelas.
2. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. 4. Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti
acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung, dan sebagainya.
5. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada orang lain.
6. Anak yang tergolong memilik IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
7. Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.24
Dari semua gejala yang tampak itu, guru bisa menginter-prestasi
atau memprediksi bahwa anak kemungkinan mengalami kesulitan
belajar.
24 Syaiful, Psikologi...,h.246.
24
d. Kesulitan Umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan Belajar
Matematika
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, baik Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah maupun Perguruan Tinggi sering kali dijumpai
beberapa siswa/mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian masalah kesulitan dalam belajar itu sudah
merupakan problema umum yang khas dalam proses pembelajaran,
terutama dalam pembelajaran Matematika.
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Mulyono
Abdurrahman mengenai kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak
berkesulitan belajar matematika adalah sebagai berikut:
1) Kekurangan Pemahaman Tentang Simbol Anak-anak umumnya tidak terlalu banyak mengalami kesulitan jika mereka disajikan soal-soal seperti 4 + 3 = …, atau 8 – 5 = …, tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal seperti 4 + … = 7; 8 = … + 5; … + 3 = 6; atau … - 4 = 7. Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami symbol-simbol seperti sama dengan (=), tambah (+), kurang (-), dan sebagainya.
2) Kekurangan Pemahaman Tentang Nilai Tempat Ada anak yang belum memahami nilai tempat seperti satuan, pulihanm, ratusan, dan seterusnya. Ketidakpahaman tentang nilai tempat akan semakin mempersulit anak jika mereka dihadapkan pada lambang bilangan basis bukan sepuluh.
3) Penggunaan Proses Yang Keliru Kekeliruan dalam penggunaan proses penghitungan dapat dilihat pada contoh berikut ini:
a. Mempertukarkan simbol-simbol25 15 12 3 1 18 11
25 Ibid.,h.263.
+
25
b. Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat 83 66 67 29
1.410 815 4) Perhitungan
Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian, akan tetapi mencoba menghafal perkalian tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kekeliruan jika hafalannya salah.
5) Tulian yang Tidak Dapat Dibaca Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya, anak banyak mengalami kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri.26
Berdasarkan ulasan tersebut diatas dapat dipaparkan bahwa
secara garis besar kesulitan yang dialami siswa dapat berupa
kurangnya pemahaman tentang simbol, niali tempat, penggunaan
proses yang keliru, perhitungan, dan tulisan yang tidak dibaca.
e. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Seorang guru yang kompeten dan professional diharapkan
mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya siswa
yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan
mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
adalah sebagai berikut:
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu berikut ini: 1) Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi: a) Faktor
26 Ibid., h. 265.
+ +
26
fisiologi, b) Faktor psikologi. 2) Faktor ekstern (faktor dari luar manusia) meliputi: a) Faktor-faktor non-sosial, b) Faktor-faktor sosial.27 1) Faktor Intern
a) Faktor fisiologi: (1) Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya, rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih-lebih jika sakitnya lama, sarafnya akan bertambah lemah sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajarannya.28
(2) Karena kurang sehat Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasi hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal untuk memproses, mengelola, menginterpretasi, dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui inderanya.
(3) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat tubuh dibedakan atas: (a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor.
(b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya, kakinya dan lain-lain.29
Keadaan cacat tubuh seperti di atas juga dapat mempengaruhi proses belajar.
Dalam kutipan di atas, yang termasuk dalam faktor-faktor
intern adalah jasmani seseorang. Yang termasuk dari faktor ini yakni
sakit, kurang sehat dan cacat tubuh.
27 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2008), h. 78.
28 Ibid., h.78. 29 Ibid., h.79.
27
b) Faktor psikologi (1) Inteligensi
Intelgensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
(2) Bakat Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Dari uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar dan juga menentukan dalam suksesnya belajar Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.
(3) Minat Bahan pelajaran yang menarik minat/keinginan anak akan dapat dipelajari oleh anak dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya bahan yang tidak sesuai dengan minat/keinginan anak pasti tidak dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia akan segan untuk belajar. Minat sering kali timbul bila ada perhatian.30
Dalam kutipan di atas, faktor inteligensi, bakat, dan minat
sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar siswa. Oleh karenanya,
siswa seharusnya memusatkan perhatiannya pada suatu kondisi
sehingga dapat meningkatkan kemampuan yang ada dalam diri siswa
tersebut.
(4) Motivasi Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
30 Ibid., h.81.
28
motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.
(5) Faktor kesehatan mental Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik, demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. bila harga diri tumbuh maka hal itu menandakan faktor adanya kesehatan mental.31
Dalam kutipan di atas, faktor motivasi dan kesehatan mental
mempengaruhi kemajuan belajar siswa.
2) Faktor-faktor ektern
a) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga, berupa cara orang tua mendidik anak, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah/keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga.
b) Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah kadang-kadang juga menjadikan faktor hambatan bagi anak. Termasuk dalam faktor ini, misalnya: (1) Cara penyajian pelajaran ynag kurang baik. (2) Hubungan guru dengan murid kurang baik. (3) Hubunganantara anak dengan anak kurang
menyenangkan. (4) Bahan pelajaran yang terlalu tinggi di atas ukuran
normal kemampuan anak. (5) Alat-alat belajar di sekolah yang serba tiak lengkap (6) Jam-jam pelajaran yang kurang baik. Misalnya,
sekolah yang masuk siang di mana udara yang sangat panas mempunyai pengaruh yang melelahkan.32
c) Lingkungan Masyarakat Yang termasuk menghambat kemajuan belajar anak dalam lingkungan masyarakat ialah:
31 Ibid., h.80. 32
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran (Surabaya:Insan Cendekia, 2002), h. 65.
29
(1) Media massa, seperti bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah, dan sebagainya.
(2) Teman bergaul yang memberikan pengaruh yang tidak baik.
(3) Adanya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat, misalnya adanya tugas-tugas organisasi, belajar pencak silat, belajar menari, dan sebagainya.
(4) Corak kehidupan tetangga.33
Mengenai kesulitan belajar yang ada di MI Al-Ma’rifatul
Islamiyah ini khususnya pada kelas IV mengalami kesulitan yang
komplikasi, yang di antaranya yakni: siswa belum menguasai bahasa
Indonesia yang baik dan benar sehingga guru bidang studi
matematikanya menggunakan multi bahasa yaitu bahasa Sasak dan
bahasa Indonesia. Kebanyakan siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul
Islamiyah juga belum menguasai operasi hitung perkalian, sehingga
untuk menguasai/mampu mengerjakan suatu persoalan masih kurang.
Sarana prasarana di Sekolah masih kurang mendukung, dan juga alat
peraga yang sudah tersedia belum dikuasai oleh guru yang
bersangkutan. Faktor lainnya juga dari diri individu sendiri, yang di
mana untuk pengadaan alat tulis terkadang belum terpenuhi. Ditambah
lagi, latar belakang keluarga sebagian dari mereka mengalami broken
home. Hal inilah yang memungkinkan mereka menjadi kurang
termotivasi dalam belajar karena kurangnya mendapatkan perhatian
dari kedua orang tuanya.
33 Ibid., h. 66.
30
f. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono tentang upaya mengatasi kesulitan belajar adalah
sebagai berikut:
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar peserta didik, dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 1) Pengumpulan data 2) Pengolahan data 3) Diagnosis 4) Prognosis 5) Treatment/perlakuan 6) Evaluasi34 Adapun penjelasan dari tahap-tahap dalam rangka mengatasi kesulitan belajar peserta didik dipaparkan berikut ini: 1) Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data. Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode, di antaranya adalah: a) Observasi b) Kunjungan rumah c) Case study d) Case history e) Daftar pribadi f) Meneliti pekerjaan anak g) Tugas kelompok h) Melaksanakan tes (baik tes IQ maupun tes prestasi/
achievement test)35
Dalam mengumpulkan data, guru melakukan observasi agar
mengetahui keseharian dari siswanya.
2) Pengolahan data Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan
34 Ahmadi, Psikologi Belajar, h. 96. 35 Ibid.,h.96.
31
secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. Dalam pengolahan data, langkah yang dapat ditempuh anatara lain adalah: a) Identifikasi kasus b) Membandingkan antar-kasus c) Membandingkan dengan hasil tes, dan d) Menarik kesimpulan36
Setelah melakukan pengumpulan data dengan mengadakan
observasi, kunjungan rumah, dan sebagainya. Seorang guru akan
mengolah data tersebut kemudian mengidentifikasi, membandingkan
antar-kasus dengan hasil tes dan amenarik ksimpulan dari
perbandingan kasus tersebut.
3) Diagnosis Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut: a) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat
dan ringannya) b) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi
sumber penyebab kesulitan belajar c) Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan
belajar dan sebagainya. 4) Prognosis
Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya. Dalam “prognosis” ini antara lain akan ditetapkan mengenai bentuk treatment (perlakuan) sebagai follow up dari diagnosis. Dalam hal ini dapat berupa: a) Bentuk treatment yang harus diberikan b) Bahan/materi yang diperlukan c) Metode yang akan digunakan d) Alat-alat bantu belajar mengajar yang diperlukan.
36 Ibid.,h.96.
32
e) Waktu (kapan kegiatan itu dilaksanakan). Pendek kata. Prognosis merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.37
5) Treatment/perlakuan Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah: a) Melalui bimbingan belajar kelompok b) Melalui bimbingan belajar individual c) Melaluin pengajaran remedial dalam beberapa bidang
studi tertentu d) Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-
masalah psikologis. e) Melalui bimbingan orang tua, dan pengatasan kasus
sampingan yang mungkin ada.38
Dalam melakukan treatment kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar, dapat dilakukan dengan tahapan yang sudah
dipaparkan di atas.
6) Evaluasi Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah diberikan tersebut berhasil dengan baik artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment yang diterapkan tersebut tidak behasil maka perlu ada pengecekan kembali ke belakang faktor-faktor apa yang mungkin menjadi penyebab kegagalan treatment tersebut. Alat yang digunakan untuk evaluasi ini dapat berupa tes prestasi belajar (achievement test). Untuk mengadakan pengecekan kembali atas hasil treatment yang kurang berhasil, maka secara teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut. a) Re-checking data (baik itu pengumpulan maupun
pengolahan data). b) Re-diagnosis.
37 Ibid.,h.97. 38 Ibid., h.99.
33
c) Re-prognosis. d) Re-treatment. e) Re-evaluasi. Begitu seterusnya sampai benar-benar dapat berhasil mengatasi kesulitan belajar anak yang bersangkutan.39
Melalui beberapa tahapan yang dipaparkan di atas, bahwa jika
kita melakukan suatu analisis dan ingin mendapatkan suatu data yang
valid tidaklah mudah, harus melewati tahapan demi tahapan
disesuaikan dengan masalah yang dihadapi.
3. Tinjauan Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat
1) Membaca dan Menulis Lambang Bilangan Bulat
a. Pembacaan bilangan bulat
Ketika menulis lambang bilangan negatif, dituliskan tanda
(–) di depan bilangannya seperti -3 dibaca negatif 3. Sedangkan
untuk menulis lambang bilangan bulat positif gunakan tanda (+) ,
seperti +3 dibaca plus tiga. Akan tetapi tanda (+) tidak pernah
digunakan sehingga untuk penulisan bilangan bulat positif cukup
dituliskan bilangannya saja.
Table 1.2 Contoh Lambang Bilangan
Contoh:
Lambang Bilangan Dibaca -4 Negatif 4 -5 Negatif 5 -9 Negatif 9
-21 Negatif dua puluh satu 3 Tiga 8 Delapan
14 Empat belas
39 Ibid., h.100.
34
b. Penulisan bilangan bulat
Negatif sembilan ditulis -9
Negatif sebelas ditulis -11
Positif 20 ditulis 20
Nol ditulis 0
2) Membandingkan Bilangan Bulat
Semakin ke kanan, bilangannya semakin besar
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Bilangan bulat negatif Nol Bilangan bulat positif
Semakin ke kiri, bilangannya semakin kecil
Jika suatu bilangan terletak di sebelah kanan bilangan lain, maka nilai
bilangan itu lebih besar . Misal : 2 > 1; -1 > 2
Sebaliknya, bila suatu bilangan terletak di sebelah kiri bilangan lain,
maka nilai bilangan itu lebih kecil Misal : 4 < 6; -3 < -2; -6 < -3
3) Mengurutkan Bilangan Bulat
Terdapat bilangan bulat
-5, 1, -7, 2, 10
-6, -10, -3, 1, 6, 5
Jika diurutkan dari yang terkecil :
-7, -5, 1, 2, 10
-10, -6, -3, 1, 5, 6
35
Jika diurutkan dari yang terbesar :
10, 2, 1, -5, -7
6, 5, 1, -3, -6, -10
4) Penjumlahan Bilangan Bulat
a. Penjumlahan Bilangan Bulat Positif
Contoh:
Umar berjalan ke arah timur sejauh 4 langkah. Kemudian ia
berjalan lagi sejauh 2 langkah. Berapa jauhkah Umar berjalan, dan
kemana arahnya?
Jawab:
Tempat Umar mulai melangkah adalah dititik nol. Kemudian
ia berjalan sejauh 4 langkah. Berilah garis panah ke kanan sejauh
empat titik. Kemudian, ia berjalan lagi ke arah yang sama sejauh
dua langkah. Berilah garis panah ke kanan sejauh dua titik dimulai
dari ujung panah pada langkah pertama. Selanjutnya tariklah garis
panah dari titik nol ke ujung panah langkah kedua. Ada berapa titik
yang terlewat?
(6)
-6
-6
-5 -4
-6
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Barat Timur
(4) (2)
36
Ujung panah menunjuk angka 6. Artinya, hasil
penjumlahannya adalah 6. 4 + 2= 6.
Jadi, Umar berjalan sejauh 6 langkah ke arah timur.
b. Penjumlahan Bilangan Bulat Negatif
Contoh:
Wandi bergerak mundur 3 langkah. Kemudian, ia mundur
lagi 4 langkah. Berapa langkah Wandi bergerak mundur?
Jawab:
(-2) + (-4)= ....
Dari garis bilangan di atas diperoleh : (-2) + (-4) = -6
Jadi, Wandi mundur sejauh 6 langkah. Tanda negatif menunjukkan
bahwa Wandi bergerak mundur.
c. Penjumlahan Bilangan Bulat Positif Dengan Bilangan Bulat
Negatif
Contoh:
Rita berjalan maju sejauh 6 langkah. Kemudian ia mundur
sejauh 4 langkah. Di mana ia berhenti?
(-6)
(-2)
(-4)
-6 -4 -3 -5 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Barat Timur
37
Jawab:
Langkah-langkah Rita dapat digambarkan sebagai berikut:
Tanda panah putus-putus berarah ke kanan, artinya kedudukan
akhir adalah positif.
6 + (-4) = 2
Jadi, kedudukan akhir Rita adalah hanya 2 langkah ke depan.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
pendekatan kualitatif. Karena data yang diinginkan berupa data deskriptif,
atau pemaparan dari peristiwa, kegiatan atau fakta yang diteliti. Metode
penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh data deskriptif tentang
tingkah laku berdasarkan pengamatan (observasi) maupun pengakuan
(interview) atau tulisan dari subjek.
Metode penelitian kualitatif (naturalistic) merupakan pendekatan
penelitian yang memerlukan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh
berhubungan dengan obyek yang diteliti untuk menjawab permasalahan
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
(2)
Barat Timur
(-4)
(6)
38
dan mendapatkan data-data kemudian dianalisis dan mendapat kesimpulan
penelitian dalam kondisi dan situasi tertentu.
Ada beberapa alasan peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dalam penelitian ini antara lain:
a. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti langsung
berhadapan dengan individu-individu secara utuh untuk memperoleh
data yang objektif dan logis sehingga peneliti dapat mengetahui
kemampuan Matematika siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
Tahun Pelajaran 2016/2017.
b. Data yang peneliti inginkan berupa data deskriptif. Untuk membuat
gambaran secara sistematis dan faktual serta akurat dari data yang
diperoleh.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrument
sekaligus sebagai pengumpul data sehingga keberadaannya di lokasi
penelitian mutlak diperlukan.40 Kehadiran peneliti dalam penelitian
kualitatif berperan sebagai instrumen kunci, di mana peneliti hendaknya
terjun langsung ke lapangan dan memang harus dilakukan oleh peneliti
sendiri, sebab peneliti akan lebih banyak berbicara tentang fenomena-
fenomena atau realita di lapangan yang riil apa adanya.
Dalam hal kehadiran peneliti di lapangan bukan bertujuan
mempengaruhi subjek yang diteliti, akan tetapi hanya untuk mendapatkan
40 Tim Penyususn, Pedoman Penulisan Skripsi IAIN Mataram(Mataram:IAIN Mataram
2015), h.51.
39
data-data yang akurat mengenai hal-hal yang ingin diperoleh dan dicapai
oleh peneliti sendiri. Dengan demikian, peneliti di dalam memperoleh
data-data tidak menyimpang dari keadaan yang sebenarnya.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah yang
berlokasi di Jln. Gunung Pengsong Gg. Jeruk No.15 Dasan Agung kec.
Selaparang Kota Mataram. Sekolah ini dijadikan lokasi penelitian dengan
pertimbangan : 1) MI Al-Ma’rifatul Islamiyah letaknya sangat strategis
berada dekat dengan kampus IAIN Mataram sehingga memudahkan untuk
melakukan penelitian maupun konsultasi, 2) Di kelas IV MI Al-Ma’rifatul
Islamiyah tahun ajaran 2016/2017 terdapat siswa-siswi yang mengalami
kesulitan belajar matematika.
4. Sumber Data
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Lexy J. Moleong
mengenai sumber data adalah sebagai berikut: Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.41 Untuk memperoleh data yang
valid dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan tehnik porposive
sampling artinya pemilihan subjek penelitian yang dipandang mempunyai
sangkut paut yang erat dengan masalah yang diteliti atau tujuan penelitian.
Adapun sumber data atau yang dijadikan informan dalam penelitian
ini adalah:
41 Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung :Remaja Rosda Karya, 2005), h. 157.
40
a. Guru mata pelajaran Matematika kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
Yaitu Hatiqah, S.Pd. Beliau dijadikan sumber data, karena beliaulah
yang mengetahui betul kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
siswanya ketika proses belajar mengajar berlangsung.
b. Lima orang siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah yang
mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran matematika. Yaitu
Adelia Febiani, Adelia Annisa, Faqih Karomi, Zulkarnain, dan
Maulidinia. Adapun kriteria siswa tersebut dijadikan sumber data
adalah, mereka malas dan jarang masuk sekolah serta memperoleh
nilai rata-rata di bawah nilai rata-rata kelas.
Sumber data dalam penelitian ini berperan sebagai informan untuk
memperoleh data dan informasi di lokasi penelitian.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan
obervation), wawancara mendalam (in dept interview) dan dokumentasi.42
Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),
interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi, dan gabungan
42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2017),h.225.
41
dari keempatnya.43 Adapun tekhnik yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian.44
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
observasi partisipan karena peneliti ingin terlibat secara langsung pada
situasi riil, peneliti merasa tidak cukup jika ingin mendapat informasi
yang valid tetapi meminta bantuan orang atau sebatas mendengar
penuturan secara jarak jauh. Sedangkan hal-hal yang ingin peneliti
observasi adalah apa saja yang menjadi kesulitan belajar Matematika
siswa kelas IV dengan pokok bahasan bilangan bulat di MI Al-
Ma’rifatul Islmaiyah Dasan Agung Mataram Tahun Pelajaran
2016/2017.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses untuk memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden/
panduan wawancara.
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Lexy J.Moleong
tentang wawancara adalah sebagai berikut:
43 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015),cet.ke-22.h. 309. 44 Afifuddin, Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:CV Pustaka
Setia, 2012), h. 134.
42
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dimana percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.45
Jadi metode wawancara ini merupakan suatu metode yang
mencakup cara yang dipergunakan oleh seseorang dengan tujuan suatu
tugas tertentu untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang
responden. Metode ini merupakan suatu teknik menjaring data dengan
menggunakan pertanyaan atau wawancara langsung dengan responden
secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
Pertanyaan yang akan dilontarkan dalam wawancara tersebut telah
dirancang dengan teratur serta disusun secara sitematis, sehingga akan
selalu mengarah pada tujuan penelitian.
Usaha yang dilakukan untuk mencari data di lapangan, peneliti
menggunakan metode wawancara semiterstruktur, yaitu wawancara
yang lebih bebas, lebih mendalam, dan menjadikan pedoman
wawancara sebagai pedoman umum dan garis-garis besarnya
saja.46sebab data yang dibutuhkan sangat kompleks atau banyak.
Dalam mendapatkandata dengan menggunakan metode wawancara ini
peneliti mewawancarai sumber data sebagai berikut:
1) Wawancara dengan guru bidang studi Matematika kelas IV
mengenai letak kesulitan dan apa saja penyebab kesulitan belajar
45 Lexy, Metodologi Penelitian, h. 79. 46 Afifuddin, metodologi penelitian, h. 133.
43
matematika dengan pokok bahasan bilangan bulat serta bagaimana
upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan tersebut.
2) Wawancara dengan siswa mengenai letak kesulitan dan faktor
penyebab serta upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi
kesulitan yang mereka alami.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu .
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.47 Pada penelitian ini peneliti
menggunakan metode dokumentasi untuk memperoleh data-data
tentang nilai-nilai siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islmaiyah Dasan
Agung Tahun Pelajaran 2016/2017.
Adapun data yang dikumpulkan dalam metode dokumentasi ini
adalah sebagai berikut:
Data letak geografis dan tata bangunan MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
Sejarah singkat berdirinya MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
Sarana dan prasarana di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
Struktur organisasi
Data base kepegawaian dan data base siswa kelas IV
Catatan perkembangan siswa
47 Sugiyono, Metode...,h.240.
44
6. Teknik Analisis Data
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Sugiyono mengenai
teknik analisis data adalah sebagai berikut:
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorgainisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.48
Analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam mata
pelajaran matematika materi bilangan bulat siswa kelas IV MI Al-
Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram.
Dalam penelitian ini data yang sudah terkumpul melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi dianalisis dengan menggunakan tekhnik
induktif. Tekhnik induktif adalah suatu proses pengambilan keputusan
atau kesimpulan berangkat dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian
ditarik generalisasi yang bersifat umum.
Lebih lanjut dipaparkan dalam bukunya Sugiyono mengenai
langkah-langkah dalam analisis data antara lain: (1) Reduksi Data, (2)
Penyajian Data, (3) Verifikasi Data.
a. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.49
48 Sugiyono, Metode...,h.248. 49 Sugiyono, Metode...,h.247.
45
Dalam mereduksi data, peneliti akan dipandu oleh tujuan yang
akan dicapai. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah pada temuan.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh
peneliti adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan
hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya dalam
melakukan display data peneliti menggunakan teks yang naratif.
Selain itu juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja)
dan chart.
c. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.50
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali dilapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
50 Ibid.,h.252.
46
Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak
awam, mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan
bahwa masalah dan rumusan masalah dalam rumusan kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di
lapangan.
Jadi dapat disimpulakan bahwa dengan kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk keabsahan data dengan temuan dapat diperoleh dengan
langkah-langkah perpanjangan kehadiran penelitian, ketekunan
pengamatan, tringulasi, pengecekan sejawat/berdiskusi dengan teman
kelas sejawat, dan kecukupan referensi.51
Dalam penelitian ini memperpanjang kehadiran dilapangan perlu
peneliti lakukan melalui obsevasi dan interview dengan tujuan untuk
meningkatkan kepercayaan terhadap hasil penelitaian dan untuk menjaga
kemungkinan adanya data dan informasi yang belum diberikan oleh
51 Lexy, Metodologi..., h. 327.
47
responden. Pada penelitian kualitatif untuk melihat kevalidan dari sebuah
data dapat dilakukan melalui hal-hal berikut ini:
Agar data-data yang diperoleh menjadi lebih absah dan valid.Maka
perlu peneliti mengenai kreabilitasinya. Sebagaimana yang dikutip dalam
bukunya Lexy J. Moleong mengenai beberapa teknik pemeriksaan data
yang perlu dilakukan peneliti:
a. Perpanjangan Keikutsertaan Sebagaimana sudah dikemukakan bahwa peneliti sendiri menjadi
instrumen utama, maka keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.
b. Ketekunan/ Keajegan Pengamatan Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil peneliti secara cermat sehingga dapat dilakukan kesalahan dan kekurangannya.
c. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
suatu pemikiran keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.52
Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
a) Triangulasi Sumber Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui sumber. b) Triangulasi Teknik
52 Ibid., h. 124.
48
Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
c) Triangulasi Waktu Waktu juga sering mempengaruhi kreadibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan kreadibilitas data yang lebih valid sehingga lebih kreadibel.53
Untuk menjaga kreadibilitas data, peneliti menggunakan
triangulasi data yang berdasarkan sumbernya, sebab data yang
diperoleh oleh peneliti akan dianalisis sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan.
H. Sistematika Pembahasan
Susunan sistematika skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Bagian awal, terdiri dari halaman sampul, halaman judul, lembar
persetujuan pembimbing, nota dinas pembimbing, pernyataan keaslian
skripsi, halaman pengesahan, motto, persembahan, konteks penelitian,
daftar isi, daftar table dan abstrak.
2. Bagiana utama terdiri dari:
b. Bab I pendahuluan, pada bab pendahuluan dipaparkan konteks
penelitian dengan menjelaskan alasan pengangkatan judul, fokus
penelitian, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan setting penelitian,
telaah pustaka untuk pembanding sebagai keaslian penelitian, kajian
pustaka yang berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengaan variable
judul, metode penelitian dan sitematika penulisan skripsi.
53 Sugiyono, Metode Penelitian,h. 274.
49
c. Bab II paparan data dan temuan, pada bab ini dipaparkan hasil temuan
di lapangan yang didukung oleh data yang diperoleh dari metode yang
digunakan.
d. Bab III pembahasan, pada bab ini membahas hasil temuan dari
perspektif teori dengan kenyataan di lapangan.
e. Bab IV penutup, menyimpulkan isi skripsi dan memberikan saran.
3. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
50
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
D. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
7. Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’rifatul Islamiyah
Dasan Agung Mataram
Bapak H. Muhammad Yasin, selaku pendiri dilahirkan di Dasan
Agung Kota Mataram pada tanggal 31 Desember 1945 dengan nama
Panggilan kecilnya Muhammad, putera Bapak H. Muhammad Yasin
(Alm), tokoh Agama di wilayah Dasan Agung, seorang warga berdarah
suku sasak asli. Mula-mula ia belajar di sekolah SR ( Sekolah rakyat)
tahun 1953/1954, Kemudian melanjutkan kepondok Pesantren Islahuddiny
Kediri tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah masing-masing tamat
tahun 1956 dan 1961 dan dalam pemberdayaan dirinya Muhammad juga
menyempatkan dirinya belajar non formal pada TGH. Mustafa Kholidy
kediri (Alm), dan para tuan guru lainya. Setelah tamat di madrasah
tersebut, beliau melanjutkan ke PGA Tahun 1976 dan mengakhiri
pendidikan formalnya di IAIN Sunan Ampel Mataram, Saat itu itu masih
dalam keadaan persiapan lulus dengan gelar Bachelor Of Art. Dalam
pemberdayaan dirinya Muhammad juga menyempatkan dirinya belajar
non formal di. TGH. Marzuki (Alm) Sekarbela dan para Tuan Guru lainya
dan di surau- surau sekitarnya.
Di saat akhir kuliahnya, ayahanda beliau dipanggil oleh Allah
SWT, tiada lama kemudian dia menikah dengan Maknah, gadis pujaanya
50
51
asal daerah setempat yang masih berdarah Jawa Semarang Jawa Tengah
yang sudah lama merantau dan menetap di pulau Lombok. Semenjak
ayahandanya wafat, ia menggantikan kedudukan ayahandanya menjadi
tokoh agama dan menggelar pengajian baik untuk kalangan anak- anak,
remaja bahkan kalangan orang tua. Mula-mulanya bentuknya pengajian
biasa, yang dilaksanakan di kediaman beliau dengan perlengkapan yang
sangat sederhana seperti penerangan petromak dan beralaskan tikar dan
berkesan apa adanya.
Melihat dampak dan penggaruh yang dirasakan oleh kalangan
Masyarakat Khususnya dalam pemberdayaan Ilmu Agama, ditambah
dukungan masyarakat dan teman sejawat. Bapak. H.Muhammad Yasin
tergerak hatinya untuk meningkatkan model pendidikanya lebih modern
sesuai dengan permintaan Zaman. Lahirlah Yayasan Perguruan Al-
Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Tanggal 10 Juli 1962/ 5 Zulhijjah 1362
yang langsung diresmikan oleh Departemen Agama Islam pada tahun
1966. Dana pembangunan lembaga ini murni dari swadaya masyarakat
setempat. Lokasi gedung dan proses belajar mengajar dipusatkan di Dasan
Agung Pejeruk. Jenjang pertama yang dibuka yaitu Madrasah Ibtidaiyah
(MI) kemudian ke Tsanawiyah ( MTS ) dan rutinitas menyelenggarakan
model pengajian umum untuk kalangan masyarakat luas tetap
dilaksanakan. Penyelenggaraan pendidikan saat itu masih dalam keadaan
yang sederhana, baik fasilitas pengajar dan penyelenggaraan lainya.
52
Seperti diakui, obsesinya dalam memberidayakan kondisi
madrasah yang dipimpinya cukup berat karena tidak hanya berkaitan
dengan sumber daya dan minim tetapi kondisi sosio kultural dan sosio
ekonomi masyarakat yang masih berada pada kawasan yang boleh
dibilang belum cukup begitu juga sosial ekonomi berada pada garis
ekonomi yang sangat marginal sehingga kecendrungan bertindak kriminal
sangat mudah. Hal ini menjadi kendala karena yang menjadi mobilitas
sumber dana lembaga ini yang utama adalah dari kalangan masyarakat
setempat.
Disamping itu juga, kondisi zaman yang serba global dan sains
yang unggul serta dilain pihak nilai mulai terkikis maka pendidikan islam
pada umumnya atau lembaga Al-Ma’rifatul Islamiyah dituntut untuk
mengikuti arus atau pihak lain menjadi benteng dan basis pembinaan
mental manusia. Kalau tidak maka eksestensinya siap untuk digusur atau
ditinggalkan secara pelan- pelan. Upaya mensejajarakan kondisi lembaga
yang dipimpinya dengan kondisi saat ini memang bukan hal mudah tetapi
butuh pemikiran dan sumber daya manusia dan modal material yang tak
terhitung jumlanya.
Menyadari obsesi mendepan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan pendidikan dan kondisi lain yang menghadang di depan. Tidak
membuat Muhammad panggilan kecilnya putus asa. Terobosan yang
tengah dilakukan seperti penggalangan dana lewat sumber alternatif
seperti melirik sumber industri rumah tangga atau lapangan wiraswasta
53
lainya seperti peternakan. Diharapkan dari hasil itu bisa menjadi sumber
pengayom lembaganya. Disamping itu beliau juga mengharapkan
kontribusi pemikiran kepada semua pihak untuk memberikan kontribusi
pemikiran atau lainya dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam kita.
Saat itu lembaga yayasan pendidikan yang dipimpinya masih dalam proses
menuju ke obsesinya namun kelihatan lamban dan tantangan seribu
macam menghadang.54
8. Visi dan Misi MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram
a. Visi
Beriman, terididik, berbudaya dan berkarya
b. Misi
1) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama
2) Menumbuhkembangkan sikap toleransi beragama
3) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara optimal, efektif,
dan efisien
4) Menciptakan suasana sekolah yang sejuk, aman dan harmonis
5) Mendorong dan membantu bersikap arif, santun, dan menghormati
norma-norma kehidupan
6) Mendorong siswa bersikap percaya diri, mandiri dan gemar bekerja
keras
7) Mendorong siswa gemar menabung, hemat dan mau berusaha.55
54 Muhammad Yasin, Wawancara, Dasan Agung, 25 Mei 2017. 55 Dokumentasi, Visi dan Misi MI Al-Ma’rifatul Islamiyah, 25 Mei 2017
54
9. Letak Geografis Madrasah Ibtida’iyah Al-Ma’rifatul Islamiyah
Madrasah Ibtida’iyahAl-Ma’rifatul Islamiyah terletak di Jalan
Gunung Pengsong, gang Jeruk No. 15 Kelurahan Dasan Agung
Selaparang, Kota Mataram. MI Al-Ma’rifatul Islamiyah adalah salah satu
sekolah swasta yang ada di Kota Mataram.
Lokasi kegiatan belajar mengajar yang bertempat di Kelurahan
dasan Agung Selaparang ini dimiliki oleh MI Al-Ma’rifatul Islamiyah.
Dengan berkedudukan di tengah perkampungan warga, didapat
keuntungan tersendiri bagi MI Al-Ma’rifatul Islamiyah, yaitu kemudahan
akses menuju madrasah bagi para siswanya, selain itu, para guru juga
dapat dengan mudah mengetahui kondisi terkini siswa dengan melakukan
home visit (kunjungan) ke rumah siswa, karena umumnya siswa yang
bersekolah di sana kebanyakan berasal dari lingkungan sekitar.
Untuk bangunan madrasah berbatasan dengan:
a. Sebelah utara : Permukiman warga dan sungai
b. Sebelah selatan : Masjid yang juga didampingi pemukiman warga
c. Sebelah timur : Permukiman warga
d. Sebelah barat : Pemukiman warga56
10. Keadaan Guru dan Siswa di MI AL-Ma’rifatul Islamiyah
a. Keadaan Guru
Guru memegang peran yang penting dalam sebuah proses
pembelajaran, dengan tersedianya guru-guru yang berkompeten, maka
56 Observasi, Letak dan lokasi sekolah, 25 Mei 2017
55
peluang untuk menyalurkan output berupa siswa-siswi yang memiliki
kecerdasan kreatif , berkualitas dan berdaya saing akan lebih terbuka
lebar.
Berikut ini adalah data guru-guru yang ada di Madrasah
Ibtidaiyah AL-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Selaparang Kota
Mataram.
Table 1.3 Daftar Guru MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
No Nama Guru/NRG L/P Tempat/ Tanggal Lahir
Jabatan GTY/ GTT
1 Drs.H.Hambali NRG. 021838412076
L Ds. Agung, 31/12/1967 GTY Kepala Madrasah
2 Nurhidayah, S.Pd.I NRG. 120282153132
P Ds. Agung, 02/04/1977 GTY Guru/ Bendahara
3 Suwartini, S.Pd.I NRG. 020282112104
P Ds. Agung, 31/05/1976 GTY Guru
4 Moh. Hatta, S.Ag NRG. 101838452020
L Ds. Agung, 31/12/1975 GTY Guru
5 Bq. Nurul Aini, S.Ag NRG. 021487442004
`P Ketangga, 17/05/1975
GTY Guru
6 Hatikah, S.Pd.I NRG. 130282149024
P Ds. Agung, 23/10/1982 GTY Guru
7 Agus Salim, S.Pd NRG. 130282198027
L Ds. Agung, 10/08/1981
GTY Guru
8 Sya'ban Shaleh NRG.
L Ds. Agung, 20/06/1984 GTY Guru
9 Isnawati, S.Pd NRG.
P Pejeruk Amp, 31/12/1985 GTY Guru
10 Lilyk Suriyani, S.Pd.I NRG
P Tanak Awu, 15/12/1974 GTY Guru
11 Zahrah, S.Pd. I NRG.
P Ds. Agung, 14/06/1974 GTY Guru
12 Fathul Aini, S.Pd.I NRG
P Orong rantek, 14 Mei 1988
GTY Guru
Sumber : Papan data keadaan guru MI AL-Ma’rifatul Islamiyah
56
Adapun guru yang menjadi pendidik di MI Al-Ma’rifatul
Islamiyah Dasan Agung Mataram berjumlah 12 orang. Terdiri dari 8
guru perempuan dan sisanya 4 guru laki-laki.57
b. Keadaan Siswa
Siswa merupakan salah satu komponen pendidikan yang
merupakan objek bagi guru. Oleh karena itu tanpa komponen ini
kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak akan berlangsung. Siswa yang
ada di Madrasah Ibtidaiyah AL-Ma’rifatul Islamiyah berjumlah 89
orang dengan rincian sebagai berikut:
1) Kelas I : 22 orang
2) Kelas II : 10 orang
3) Kelas III : 19 orang
4) Kelas IV : 20 orang
5) Kelas V : 8 orang
6) Kelas VI : 10 orang58
Dari data perincian banyak jumlah masing-masing siswa
perkelas di atas dapat dikategorikan sangat minim sekali, akan tetapi
hal tersebut tidak menjadi masalah dan tidak mengurangi semangat
siswanya dalam belajar, selain itu siswa-siswinya juga tidak kalah
kreatif dan pintar dengan siswa yang berada di sekolah-sekolah yang
lebih maju, karena dengan jumlah siswa yang sedikit tersebut guru
57 Dokumentasi, Data guru/Kepegawaian MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung, 25 Mei
2017 58 Dokumentasi, Data jumlah siswa MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung, 25 Mei 2017
57
justru lebih mudah mengontrol dan mendidik mereka serta mereka
mudah diatur.
11. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung
setelah ditinjau beberapa hari berjalan, dapat terbilang cukup baik selain
tatanan yang jelas dan penempatan masing-masing pendidik disesuaikan
secara rapi. Struktur Organisasi di sekolah ini diadakan semenjak awal
berdirinya sebagai sekolah dasar.59 Adapun bentuk dari struktur organisasi
di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Struktur Organisasi MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
59 Dokumentasi, Struktur Organisasi MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung, 25 Mei
2017
Pengurus Yayasan
Kepala Madrasah
Dewan Guru Kepala TU
Bagian Pend. Dan penganggaran
Bagian Bimibingan Dan Penyuluhan
Bagian Kesiswaan
Bagian Perpustakaan
Bagian UKS
Bagian Kepramukaan
SISWA KELAS
I
SISWA KELAS
II
SISWA KELAS
III
SISWA KELAS
IV
SISWA KELAS
V
SISWA KELAS
VI WALI KELAS
KOMITE
58
12. Keadaan Sarana dan Prasarana di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
Di samping faktor guru, siswa dan pegawai, sarana dan prasarana
sangat menunjang dalam upaya meningkatkan kelancaran PBM. Karena
sarana dan prasarana merupakan wadah untuk melaksanakan PBM. Untuk
menunjang terlaksananya PBM tersebut MI AL-Ma’rifatul Islamiyah
Dasan Agung memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai seperti
bangunan/gedung yang berlantai dua.
Untuk lebih jelasnya Kondisi sarana dan prasarana Madrasah
Ibtidaiyah Al-Ma’rifatul Islamiyah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’rifatul Islamiyah
No Nama Jumlah Keterangan 1 Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang Baik 2 Ruang Kelas 6 Baik 3 Ruang Guru 1 Baik 4 Ruang BK 1 Baik 5 Ruang Tata Usaha 1 Baik 6 Ruang Koperasi 1 Baik 7 Ruang UKS 1 Baik 8 Mushalla 1 Baik 9 Ruang Perpustakaan 1 Baik 10 Ruang Tamu 1 Baik 11 Ruang Komputer 1 Baik 12 Kamar Mandi Siswa 3 Baik 13 Kamar Mandi Guru 2 Baik 14 Meja Guru 9 Baik 15 Meja Murid 38 Baik 16 Kursi Guru 13 Baik 17 Kursi Murid 76 Baik 18 Lemari 9 Baik 19 Rak Buku 6 Baik 20 Komputer 1 Baik 21 Printer 1 Baik 22 Meja Komputer 1 Baik 23 Alat Olahraga 2 Set Baik
59
24 Alat Kesenian 1 Set Baik 25 Alat Peraga 8 Set Baik 26 Alat Drumband 12 set Baik
Dilihat dari sarana dan prasarana yang ada pada tabel diatas, maka
MI AL-Ma’rifatul Islamiyah termasuk madrasah yang memadai untuk
melaksanakan atau memperlancar PBM dalam meningkatkan belajar
siswa. Berdasarkan penjelasan diatas sarana prasarana yang ada di MI AL-
Ma’rifatil Islamiyah sudah cukup baik untuk dapat melaksanakan PBM.
E. Kesulitan Belajar Siswa Kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan
Agung Mataram pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan
Bilangan Bulat
Berikut ini akan dipaparkan hasil wawancara dan observasi tentang
kesulitan belajar siswa kelas IV di MI AL-Ma’rifatil Islamiyah. Adapun
wawancara dengan Ibu Hatiqah selaku guru kelas mata pelajaran matematika
tentang kesulitan umum yang dihadapi siswa pada mata pelajaran
matematika, sebagai berikut:
Ibu Hatiqah (guru kelas mata pelajaran matematika) mengatakan,
“Sebagian besar siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung
dapat dikatakan bahwa mereka belum sepenuhnya menguasai materi operasi
hitung bilangan bulat, dan selama saya mengajar kesulitan umum yang
dihadapi oleh siswa kelas IV adalah kurangnya pehamaman tentang simbol,
penggunaan proses yang keliru, dan dalam perhitungan”. 60
60 Hatiqah, wawancara, MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung, 26 Mei 2017
60
1. Kekurangan Pemahaman Tentang Simbol
Kekurangan pemahaman tentang simbol yang dimaksud di sini adalah
kurangnya anak memahami simbol-simbol seperti sama dengan (=),
tambah (+), kurang (-). Berdasarkan wawancara, siswa mengungkapkan
bahwa terkadang kesulitan mengerjakan soal operasi hitung yang
menggunakan bilangan negatif, siswa mengatakan bahwa terkadang
bingung untuk menjumlah atau mengurangnya. Dalam pengamatan,
banyak yang siswa salah melakukan operasi hitung pengurangan bilangan
bulat yang mengunakan bilangan negatif. Adapun hasil observasi di MI
Al-Ma’rifatul Islamiyah khususnya kelas IV terkait kurangnya
pemahaman tentang simbol, didapatkan siswa yang mengalami kesulitan
tersebut yaitu Faqih Karomi dan Zulkarnain.61
Dengan uraian transkip wawancara sebagai berikut:
Jadi bagaimana dengan kesulitan yang adik alami tentang simbol-simbol dalam materi operasi hitung bilangan bulat? Jawaban:kalau menurut saya kak, saya sering sekali bingung mengenai simbol-simbol karena guru sering sekali memberikan soal yang berbeda dari contoh yang sudah diberikan kepada kita kak. Jadinya bingung gitu kak62
Dari ungkapan yang diberikan Faqih, juga diungkapkan oleh
Zulkarnain yang menyatakan bahwa sering mengalami kebingungan ketika
dihadapkan dengan materi yang ada simbolnya seperti dalam operasi
hitung bilangan bulat.
61 Observasi, siswa MI Al-Ma’rifatul Islamiyah, 26 Mei 2017 62 Faqih Karomi,wawancara,Dasan Agung, 26 Mei 2017
61
2. Penggunaan Proses Yang Keliru
Siswa kesulitan dalam melakukan pengurangan bilangan bulat yang
mengunakan bilangan negatif dan siswa kesulitan mengerjakan soal cerita
yang berhubungan dengan bilangan bulat negatif. Kekeliruan dalam
penggunanaan proses penghitungan ini dapat diketahui melalui wawancara
kepada siswa yang mengalami kesulitan tersebut yaitu Adelia Febiani dan
Maulidinia. Terkait kesulitan dalam penggunaan proses penghitungan,
Adelia menuturkan dengan uraian transkip wawancara sebagai berikut:
Apakah adik mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal tentang materi operasi hitung bilangan bulat? Jawaban: iya kak, paling sulit ketika saya mengerjakan soal cerita yang diberikan oleh guru. Saya kurang memahami jika soal pada materi operasi hitung bilangan bulat menunjukkan penghitungan negatif63
Lebih lanjutnya maulidinia menuturkan hal yang senada dengan uraian transkip wawancara sebagai berikut: Pada materi operasi hitung bilangan bulat, kesulitan seperti apa
yang adik alami? Jawaban: kalau ada soal berhitung seperti soal yang menunjukkan negatif misalnya (-4)+3=…, saya masih susah untuk mengerjakannya apalagi dijelaskan hanya di papan tulis kak, soalnya guru jarang sekali mencontohkan dengan bantuan media belajar kak64
Untuk hal yang berkaitan dengan penggunaan proses penghitungan
yang keliru memang tidak ada yang menjelaskan secara khusus,
setidaknya jawaban-jawaban dari siswa dapat diperjelas oleh hasil
wawancara dengan guru kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah mata
pelajaran matematika, sebagai berikut:
63 Adelia Febiani, wawancara, Dasan Agung, 26 Mei 2017 64 Maulidinia, wawancar, Dasan Agung, 26 Mei 2017
62
Mengenai materi operasi hitung bilangan bulat, siswa mengalami kekeliruan dalam penggunaan proses penghitungan seperti mempertukarkan simbol-simbol dari tanda tambah menjadi pengurangan begitupun sebaliknya, dan jika dalam jumlah satuan dan puluhan siswa sering kali tidak memperhatikan nilai tempat65
3. Perhitungan
Kebanyakan siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah belum mengenal
dengan baik konsep perkalian tetapi mencoba menghafal perkalian
tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kekeliruan jika hafalannya salah.
Sebagaimana kekeliruan dalam perhitungan yang dialami siswa kelas IV
MI Al-Ma’rifatul Islamiyah. Saat siswa mengerjakan soal merasa bisa
tetapi saat dikoreksi ternyata jawaban yang dituliskan salah. Guru kelas
mata pelajaran matematika Ibu Hatiqah, mengungkapkan bahwa saat
mengerjakan soal ulangan terkadang terdapat siswa yang mengerjakan soal
dengan cara yang benar tetapi hasilnya salah karena terdapat siswa yang
mengalami kesulitan dalam proses penghitungan.
Hal ini berdasarkan wawancara dengan Adelia Annisa yang menyatakan
bahwa:
Apakah adik mengalami kesulitan berhitung dalam materi operasi hitung bilangan bulat? Jawaban: iya kak, terkadang saya kebingungan jika dihadapkan pada soal perkalian karena saya belum menghafal perkalian hanya sebagian yang saya hafal yaitu perkalian 1-5 kak66
Walaupun demikian, Adel (Panggilan dari Adelia Annisa) ketika
ditanya letak dari kesulitannya berhitung, dia masih menyatakan berhitung
itu persoalaan yang sulit, sesuai dengan kutipan jawaban wawancaranya,
65 Hatiqah, wawancara, MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung, 26 Mei 2017 66 Adelia Annisa, wawancara, Dasan Agung, 26 Mei 2017
63
sebagai berikut:”Kalau saya lagi hitung-hitungan kak, saya harus lihat
catatan dulu baru bisa menjawab soal, berhubung saya kan belum
menghafal perkalian kak. Itupun saya bisa menjawab soal kalau soalnya
sesuai dengan yang dicontohkan dengan ibu guru dipapan tulis”.67
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa di atas, terdapat siswa
IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah yang mengalami kesulitan dalam proses
berhitung yang menyebabkan siswa mengalami kesalahan dalam
mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi operasi hitung bilangan
bulat.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang
dialami siswa berkesulitan belajar matematika dengan pokok bahasan
operasi hitung bilangan bulat diantaranya kurangnya pemahaman siswa IV
MI Al-Ma’rifatul Islamiyah tentang simbol, penggunaan proses yang
keliru dan kesulitan dalam perhitungan.
F. Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Matematika Kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
Kesulitan belajar disebabkan oleh berbagai macam faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar di antaranya faktor yang
berasal dari dalam diri siswa, dan luar diri siswa. Berdasarkan hasil
observasi diketahui bahwa terdapat upaya yang telah dilakukan kepada
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Upaya tersebut telah dilakukan
oleh guru kelas Ibu Hatiqah selaku guru kelas mata pelajaran
67 Ibid.,
64
matematika.68 Adapun sebelum melakukan upaya penanganan bagi anak
yang berkesulitan belajar, Ibu Hatiqah telah melalui beberapa tahapan
dalam menanaganinya yaitu, mengumpulkan data terlebih dahulu
kemudian mengolah data dan mengambil keputusan/penentuan (diagnosis)
dari hasil mengolah data setelah itu melakukan ramalan (prognonis) yang
menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan/bantuan
apa yang harus diberikan, kemudian melakukan perlakuan/memberikan
bantuan sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis
tersebut, tahapan yang terakhir yaitu melakukan evaluasi agar diketahui
apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik.
1. Upaya Guru Terhadap Anak yang Mengalami Kekurangan Pemahaman
Tentang Simbol
Sesuai dengan hasil wawancara dengan guru kelas mata pelajaran
matematika mengatakan bahwa, upaya yang telah dilakukan dalam
mengatasi kekurangan pemahaman siswa IV MI Al-Ma’rifatul
Islamiyah tentang simbol adalah awalnya guru mengumpulkan data
mengenai perkembangan akademik siswa, kemudian data tersebut
diolah dan diidentifikasi dimana letak kesulitan siswa dalam hal
kurangnya pemahaman siswa mengenai simbol. Sehingga guru
mencoba untuk membuat suatu media yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari anak.69 Seperti jika ditemukan soal yang menunjukkan
pengurangan dalam materi operasi hitung bilangan bulat, guru
68 Observasi, guru kelas mata pelajaran matematika, 25 Mei 2017 69 Hatiqah, wawancara, MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung, 26 Mei 2017
65
mengibaratkan bahwa pengurangan tersebut seperti halnya kehilangan
sesuatu barang yang kita punya. Kemudian guru menjelaskan kembali
tentang simbol-simbol dalam matematika yang belum dimengerti oleh
siswa.70
Selanjutnya Ibu Hatiqah menambahkan kembali, menyatakan bahwa
konsep simbol bilangan dapat diajarkan kepada anak melalui garis
bilangan, begitu pula dengan hubungan antar bilangan-bilangan
tersebut.71
2. Upaya Guru Terhadap Penggunaan Proses yang Keliru
Terkait upaya guru terhadap penggunaan proses yang keliru, Ibu
Hatiqah menjelaskan bahwa:
Upaya yang saya lakukan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah dalam hal penggunaan proses yang keliru dalam materi operasi hitung bilangan bulat yaitu dengan cara mengidentifikasi terlebih dahulu kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Kemudian ditarik kesimpulan, demikian halnya yang telah saya lakukan. Saya menemukan sebagian besar anak didik mengalami kekeliruan dalam penggunaan proses penghitungan, dan upaya yang saya lakukan setelah melakukan proses identifikasi adalah memberikan pemahaman konsep-konsep matematika kepada siswa dengan memulai dari yang konkret ke abstrak. Pada tahapan konkret, siswa memanipulasi berbagai objek nyata dalam belajar keterampilan. Kemudian pada tahap abstrak, angka akhirnya menggantikan gambar atau simbol grafis72
Dari hasil observasi juga menunjukkan bahwa guru selalu
berusaha mengatasi kesulitan belajar siswanya terkait penggunaan
70 Observasi,guru kelas mata pelajaran matematika, 25 Mei 2017 71 Hatiqah, wawancara, MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung, 26 Mei 2017 72 Hatiqah, wawancara, MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung, 26 Mei 2017
66
proses penghitungan yang keliru dengan memberikan berbagai contoh
soal dari yang konkret ke abstrak dan latihan yang mudah dipahami.73
3. Upaya Guru Terhadap Anak yang Mengalami Kesulitan dalam
Perhitungan
Kemudian terkait upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar dalam
perhitungan, Ibu Hatiqah menuturkan bahwa kebanyakan siswa IV MI
Al-Ma’rifatul Islamiyah mengitung dengan cara menghafal tanpa
memahami bahwa ada hubungan antara angka dengan benda.74 Upaya
yang telah dilakukan yakni pengajaran diawali dengan menggunakan
benda-benda konkret, selanjutnya menggunakan gambar-gambar, dan
baru kemudian dengan angka. Penjumlahan harus dimulai dari yang
sederhana, misalnya 3 + 2 =…, dan dari sini berkembang menjadi 3 +
… = 5, dan … + 2 = 5. Keterampilan untuk melakukan pengurangan
diajarkan setelah anak memahami penjumlahan. Seperti halnya dengan
penjumlahan, pengurangan dimulai dari penggunaan benda konkret,
gambar, dan baru kemudian angka.
73 Observasi,guru kelas mata pelajaran matematika, 25 Mei 2017 74 Hatiqah, wawancara, MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung, 26 Mei 2017
67
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian sebagaimana diuraikan
pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah pembahasan atau analisis
hasil temuan penelitian dengan mengacu pada teori-teori yang tersedia dan
relevan. Adapun yang dianalisis ada dua hal, yaitu: 1) Apa Saja Kesulitan Belajar
yang Dialami Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan
Bilangan Bulat di MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram, 2)
Bagaimana Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa Kelas IV di
MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram.
A. Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran
Matematika Pokok Bahasan Bilangan Bulat di MI Al-Ma’rifatul
Islamiyah Dasan Agung Mataram
Siswa berkesulitan belajar mengalami kesulitan dalam memahami
materi yang disampaikan oleh guru. Materi bilangan bulat merupakan materi
yang dianggap sulit oleh siswa. Saat mengerjakan soal yang berkaitan dengan
bilangan bulat dan banyak siswa yang melakukan kesalahan. Pada materi
bilangan bulat siswa kesulitan melakukan operasi hitung bilangan bulat yang
mengunakan bilangan negatif. Dari pokok bahasan yang dianggap sulit
tersebut disimpulkan bahwa kesulitan yang dialami siswa kelas IV MI Al-
Ma’rifatul Islamiyah berkesulitan belajar matematika di antaranya:
8. Kekurangan Pemahaman Tentang Simbol
Siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah yang kesulitan untuk
mengerjakan operasi hitung bilangan bulat negatif menunjukkan siswa
67
68
kurang memahami maksud simbol. Terdapat juga siswa yang salah dalam
mengunakan simbol seperti dalam kasus n + 431 = 836 . n=…. atau 652 –
n = 225. Kesulitan ini disebabkan karena kurangnya pemahaman siswa
dalam menggunakan simbol-simbol dalam matematika. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh Lerner dalam buku mulyadi mengungkapkan
bahwa anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan
dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika.75
9. Penggunaan Proses Yang Keliru
Beberapa anak mengalami kekeliruan dalam penggunaan proses
penghitungan karena sering mempetukarkan simbol-simbol matematika.
Simbol tambah menjadi pengurangan, dan simbol kurang menjadi
penjumlahan. Jika kesulitan ini tidak diatasi, siswa kelas IV MI Al-
Ma’rifatul Islamiyah tidak bisa memiliki kemampuan untuk melakukan
operasi hitung, karena yang satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan
yang erat.
10. Perhitungan
Saat siswa menegalami kesulitan untuk menghitung soal maka hasil
jawabanya tentunya akan salah. Kesalahan perhitungan biasanya
disebabkan karena kesulitan memahami maksud soal dan juga siswa
belum menguasai konsep. Selain itu kesalahan perhitungan juga bisa
terjadi pada siswa karena kurang teliti dalam mengerjakan soal yang di
berikan seperti halnya soal berikut, warung buk Minah menyediakan 725
75
Mulyadi, Diagnosis kesulitan belajar dan bombingan terhadap kesulitan belajar khusus,(Yogyakarta: Nuha Litera, 2008), h. 176
69
liter minyak tanah. Pada siang hari terjual 286 liter. Sorenya ternyata
masih ada pembeli yang membeli 67 liter. Berapa liter minyak yang belum
terjual? Dan masih banyak soal-soal serupa yang demikian membuat siswa
kesulitan dalam memahami dan mengerjakan tugas.
Kesulitan-kesulitan tersebut tidak terlepas dari faktor intern
maupun ektern. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada
siswa berkesulitan belajar matematika di kelas IV MI Al-Ma’rifatul
Islamiyah Dasan Agung di antaranya adalah:
1. Faktor internal siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah yang
mempengaruhi kesulitan belajar
a. Kondisi Tubuh Dan Mental
Siswa mengungkapkan bahwa selalu berangkat sekolah
dengan keadaan tubuh yang sehat. Kondisi tubuh yang kurang sehat
dirasa menggangu konsentrasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan
yang dikatakan oleh Abu Ahmadi & Widodo Supriyono dalam
bukunya Psikologi Belajar bahwa seorang yang sakit akan
mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan
motorisnya lemah. Akibatnya, rangsangan yang diterima melalui
inderanya tidak dapat diteruskan ke otak.76 Diketahui juga kondisi
rata-rata siswa pada saat mengikuti pelajaran dalam keadaan sehat.
Apabila mengalami ganguan kesehatan siswa tersebut meminta ijin
kepada guru dengan mengirim surat.
76 Ahmadi, Psikologi ...,h.78.
70
b. Kecerdasan Siswa (Intelegensi)
Wali kelas mengungkapkan bahwa kecerdasan anak didiknya
sedang, atau setara dengan teman-teman sebaya. Selain itu guru
kelas mata pelajaran matematika mengatakan bahwa rata-rata
tingkat kecerdasan siswa sedang, walau pun terdapat beberapa
siswa yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Bagi anak yang
memiliki kesulitan belajar dikarenakan faktor intelegensi besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak, yang menyebabkan
rata-rata nilai mereka belum mencapai KKM. Hal ini sesuai yang
dikatakan oleh Zainal Aqib dalam bukunya bahwa bilamana
pembawaan intelegensi anak memang rendah, maka anak tersebut
akan sukar mencapai hasil belajar yang baik.77
c. Sikap Terhadap Pembelajaran
Dalam pembelajaran guru kelas IV yakni Ibu Hatiqah
mengungkapkan memang terdapat berbagai macam sikap yang
ditunjukkan siswa. Terdapat siswa yang kurang memperhatikan
atau bahkan menggangu teman yang lain saat belajar, tetapi ada
pula siswa yang memperhatikan. Pada saat pembelajaran terdapat
siswa yang kurang konsentrasi terhadap pembelajaran yang
disampaikan guru. Siswa juga mengungkapkan bahwa pada saat
pembelajaran siswa memperhatikan, tetapi saat ditengah jam
pelajaran siswa merasa bosan, karena disebabkan oleh bahan
77
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran(Surabaya:Insan Cendekia, 2002),h.63.
71
pelajaran yang disampaikan guru tidak menarik bagi mereka. Hal
ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Abu Ahmadi & Widodo
Supriyono bahwa apabila bahan pelajaran itu tidak menarik bagi
anak, maka timbullah rasa bosan, malas, dan belajarnya harus
dikejar-kejar.78
d. Minat siswa terhadap pembelajaran
Siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah yang mengalami
kesulitan belajar diketahui bahwa minat untuk mengikuti
pembelajaran tinggi, dimana siswa mau mengikuti tambahan jam
pelajaran setelah pulang sekolah. Selanjutnya siswa
mengungkapkan bahwa beberapa siswa tidak tetarik dengan materi
yang diajarkan guru. Guru mengungkapkan pada saat jam
tambahan hampir seluruh siswa dapat mengikutinya. Akan tetapi,
terdapat siswa yang tidak mencatat materi yang dituliskan oleh
guru. Didapati pula catatan siswa yang tidak lengkap dan
bercampur dengan mata pelajaran lain. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Zainal Aqib dalam bukunya bahwa bahan pelajaran
yang tidak sesuai dengan minat/keinginan anak pasti tidak dapat
dipelajari dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik
baginya.79
2. Faktor eksternal siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah yang
mempengaruhi kesulitan belajar
78 Ahmadi, Psikologi ...,h.80. 79 Zainal, Profesionalisme...,h.64.
72
a. Lingkungan Keluarga
Siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah mengungkapkan bahwa
orang tua sering menanyakan kegiatan yang dilakukan. Siswa juga
ditanya mengenai nilai yang diperoleh di sekolah. Beberapa siswa
mengungkapkan bahwa saat belajar di rumah, orang tua menemani
dan memberikan arahan kepada anaknya. Adapula terdapat anak
yang mengungkapkan bahwa saat anak belajar di rumah dengan
keadaan yang ramai. Orang tua sedang menonton tv saat siswa
sedang belajar. Hal itu menyebabkan siswa sulit berkonsentrasi.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Zainal Aqib dalam
bukunya bahwa suasana rumah yang terlalu gaduh atau terlalu
ramai tidak akan memberikan anak belajar dengan baik.80
b. Lingkungan Sekolah
Guru mengungkapkan bahwa alat peraga, ataupun media
pembelajaran yang tersedia di sekolah belum digunakan secara
maksimal. Sarana penunjang pembelajaran masih dirasa kurang
lengkap seperti, belum tersedianya projector di kelas membuat guru
tidak sealalu dapat menggunakan bahan elektronik di kelas. Faktor
inilah yang menyebabkan anak memiliki hambatan ataupun
kesulitan belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Zainal
Aqib dalam bukunya bahwa faktor-faktor yang menjadi hambatan
dalam belajar anak di antaranya adalah alat-alat belajar yang serba
80 Ibid.,h.64.
73
tidak lengkap.81 Kondisi ruang kelas dirasa nyaman untuk siswa
belajar. Luas ruang kelas sudah sesuai walaupun dengan jumlah
siswa yang cukup banyak.
c. Lingkungan Masyarakat
Beberapa siswa IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah mengatakan bahwa
mereka mengikuti kegiatan masyarakat berupa mengaji pada
malam hari. Teman bermainnya sering mengajak bermain diwaktu
belajar siswa. Setelah pulang sekolah, kegiatan yang mereka
lakukan yaitu bermain. Siswa tidak mengikuti tambahan belajar di
lembaga nonformal seperti bimbingan belajar, hanya saja siswa
mengikutin jam tambahan yang diadakan oleh guru kelas IV.
B. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa Kelas IV di MI
Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram
Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal turut bertanggung jawab
dalam membangun siswa-siswi yang cerdas. Oleh karena itu ketika ditemukan
adanya siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah yang mengalami kesulitan
belajar, maka di sinilah tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik untuk
berupaya melakukan tindakan dalam mengatasi kesulitan- kesulitan yang
dihadapi oleh siswanya terutama kesulitan belajar pada mata pelajaran
matematika dengan pokok bahasan bilangan bulat. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Mulyono Abdurrahman dalm bukunya bahwa orang-orang
yang terkait dengan upaya memberikan bantuan kepada anak terutamanya
81 Ibid.,h.66.
74
adalah guru reguler/guru kelas, administrator sekolah, tim ahli(dokter,
psikolog, konselor, dan sebagainya), dan orang tua.82
Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa antara lain seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya
yaitu, di antaranya guru mengumpulkan data, mengolahnya,
mendiagnosisnya, menetapkan prognosis, melakukan perlakuan dan
mengambil tindakan evaluasi bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Guru juga menjelaskan kembali materi yang belum dipahami oleh siswa
secara individu. Dalam setiap minggunya guru memberika tambahan
pelajaran setelah jam pelajaran yaitu pada hari senin dan kamis. Pada jam
tambahan biasanya guru mengulang materi yang telah disampaikan hal itu
dilakukan agar siswa memahami materi yang disampaikan guru. Guru juga
telah melakukan kegiatan remidial kepada siswa yang memiliki nilai dibawah
KKM.
Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah tidak terlepas dari peran dan
tanggung jawab guru dalam mendidik, mengajar dan membimbing siswa
mengembangkan kemampuannya. Oleh karena itu pendekatan demi
pendekatan dilakukan oleh guru pada saat siswa mengalami kesulitan dalam
belajar matematika dengan pokok bahasan bilangan bulat, karena anak-anak
membutuhkan pendekatan spiritual dari guru. Jadi, apapun yang dilakukan
oleh anak-anak kita bisa mengikutinya dengan cara kita sendiri sebagai
82
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar(Jakarta:PT Rineka Cipta, 2010), h.103.
75
gurunya. Jangan kita terlalu mengikuti apa kemauan anak-anak diluar
kegiatan belajarnya, karena jika kita berikan atau kita ikuti terus menerus
anak akan semakin tidak menurut, akan tetapi kita ikuti kemauannya dengan
cara kita.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa,
segala upaya telah dilakukan oleh guru dengan semaksimal mungkin dalam
mengatasi kesulitan belajar pada mata pelajaran matematika yang dialami
oleh siswa, karena besar harapan guru untuk melihat siswa-siswanya mampu
memahami materi, dengan begitu siswa akan siap naik ke kelas berikutnya
yaitu kelas V yang idealnya sudah bisa melakukan operasi hitung bilangan
bulat. Dengan kemampuan yang mereka miliki akan mempermudah proses
pembelajaran karena mereka dihadapkan pada mata pelajaran yang menuntut
kemampuan mereka memahami operasi hitung bilangan bulat.
76
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan temuan dalam penelitian yang telah
dilaksanakan, hasil penelitian ini memaparkan tentang:
1. Terdapat siswa di kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung
dimana tidak tercapainya nilai ketuntasan minimum yang telah ditetapkan
sehingga siswa yang nilainya di bawah rata-rata merupakan siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Materi yang dianggap sulit yaitu materi
dengan pokok bahasan bilangan bulat. Siswa berkesulitan belajar di kelas
IV mengalami kesulitan dalam kurangnya pemahaman mengenai simbol,
penggunaan proses yang keliru, dan kesulitan dalam perhitungan.
2. Upaya mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa kelas iv di MI Al-
Ma’rifatul islamiyah Dasan Agung mataram yaitu, diantaranya guru
mengumpulkan data, mengolahnya, mengidentifikasinya, melakukan
perlakuan dan mengambil tindakan remedial bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami
oleh siswa secara individu. Dalam setiap minggunya guru memberika
tambahan pelajaran setelah jam pelajaran yaitu pada hari senin dan kamis.
Pada jam tambahan biasanya guru mengulang materi yang telah
disampaikan hal itu dilakukan agar siswa memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Dalam menyampaikan pembelajaran apa bila
terdapat kesulitan dalam menyampaikan materi agar dapat dipahami
76
77
siswa, guru berkonsultasi kepada kepala sekolah ataupun pengawas. Guru
juga telah melakukan kegiatan remidial kepada siswa yang memiliki nilai
dibawah KKM.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka disajikan
saran-saran sebagai berikut.:
1. Bagi Siswa IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
Siswa sebaiknya meningkatkan motivasi untuk giat belajar dan
memperhatikan pembelajaran yang disampikan guru kelas, agar lebih
memahami materi pembelajaran matematika. Siswa juga sebaiknya
membentuk kelompok belajar dilingkungan tempat tinggal agar dapat
berdiskusi dan belajar secara bersama-sama untuk menyelesaikan
kesulitan dalam memahami materi matematika.
2. Bagi Guru Kelas IV MI Al-Ma’rifatul Islamiyah
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan terdapat beberapa
rekomedasi pemecahan masalah kesulitan belajar matematika siswa
berkesulitan belajar di kelas IV MI A-lMa’rifatul Islamiyah yaitu untuk
mengatasi faktor kesulitan yang berasal dari dalam siswa guru dapat
melakukan bimbingan dan konseling kepada siswa yang memiliki tingkat
emosional tinggi, agar dapat mengarahkan siswa mengendalikan
emosinya. Drill atau pelatihan soal-soal secara terus menerus dapat
dilakukan untuk membantu siswa yang memiliki kecerdasan dibawah
teman yang lain agar dapat mengikuti pelajaran. Untuk meningkatkan
78
perhatian siswa dan minat siswa terhadap pembelajaran dapat dengan
menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan memberikan
dorongan (encourangement) agar siswa lebih memperhatikan pelajaran
dan memberikan penghargaan (rewards) saat siswa mendapat prestasi
yang baik. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa guru dan orang tua
dapat memberikan penguatan (reinforcement) berupa pujian dan nasehat.
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dikaji untuk dapat dimanfaatkan dalam
melakukan penelitian selanjutnya. Penelitian yang dilakukan ini masih
sangat sederhana sehingga perlu adanya penelitian yang mendalam dan
melakukan kajian lebih mendalam terhadap kesulitan belajar matematika.
Serta untuk peneliti selanjutnya agar dapat menyajikan penelitian yang
lebih baik.
79
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Fathani. Matematika Hakikat Dan Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008. Ahmad Susanto. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenadamedia
Group, 2014. Afifuddin, Beni Ahmad Saebani. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung:CV.
Pustaka Setia, 2012. Daryanto. Belajar dan Mengajar. Bandung:Yrama Widya, 2010. Dwi Galeh Prasetyawan, “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas
IV SD Negeri Congkrang 1 Muntilan Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Irzani. Matematika 1 Untuk Calon Guru SD/MI. Yogyakarta:Kurnia Salam
Semesta, 2010. Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosda Karya,
2005. Lisnawati Simanjuntak, dkk. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1993. Martini Jamaris. Kesulitan Belajar: Perspektif, Asesmen, Dan
Penanggulangannya Bagi Anak Usia Dini Dan Usia Sekolah. Bogor: Ghalia Indonesia, 2015.
Mohammad Jauhar. Implementasi Paikem dari Behavioristik Sampai
Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011. Mulyadi. Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus.Yogyakarta: Nuha Litera, 2008. Mulyono Abdurrahman. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta:PT
Rineka Cipta, 2010. Oemar Hamalik. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014. Rohana, “Identifikasi Kesulitan Belajar bangun ruang Siswa Kelas V SDN 32
Mataram Tahun Pelajaran 2003/2004”.
80
Sutisna, “Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada Siswa
Kelas IV MI YAPIA Parung Bogor”. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2009. -------------Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta,
2011. Sutarto, Syarifuddin. Desain Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Samudar
Biru, 2013. Sutisna, “Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada Siswa
Kelas IV MI YAPIA Parung Bogor”. Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta, 2015. Tim penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi IAIN Mataram. Mataram:IAIN
Mataram, 2015. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi
Anak Berkesulitan Belajar.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2014. Zainal Aqib.Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran.Surabaya:Insan
Cendekia, 2002.
81
LAMPIRAN
82
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SISWA
Nama :
Hari dan tanggal wawancara :
Jam wawancara :
Tempat wawancara :
1. Apakah adik setiap hari selalu berangkat sekolah dalam kondisi sehat?
2. Bila adik dalam kondisi tidak sehat apakah merasa terganggu dalam belajar?
3. Apakah adik mempunyai kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembeljaran
dikelas?
4. Bagaimana sikap adik saat pelajaran matematika?
5. Pelajaran apa yang adik sukai? Alasannya?
6. Apakah adik tertarik dengan semua pelajaran yang disampaikan guru?
7. Saat adik tidak tertarik terhadap pelajaran yang disampaikan guru apa yang
adik lakukan?
8. Apakah adik berminat jika guru memberikan tambahan belajar untuk siswa
yang mengalami kesulitan belajar?
9. Apakah yang membuat adik semangat untuk belajar?
10. Apabila hal itu tidak ada, apa yang adik lakukan agar tetep semangat belajar?
11. Apakah adik pernah sampai marah saat tidak bisa mengerjakan soal atau sulit
memahami materi yang disampaikan guru?
12. Apakah adik sering merasa bosan saat mengikuti pelajaran?
13. Apabila sedang bosan apa yang adik lakukan agar tetap bisa mengikuti
pelajaran?
83
14. Adik lebih mudah memahami pembelajaran dengan cara apa?
15. Bagaimana keadaan lingkungan di rumah adik?
16. Apakah di rumah adik bermain dengan teman-teman?
17. Bagaimana sikap teman bermain adik?
18. Kegiatan apa yang adik ikuti di lingkungan tempat tinggal adik?
19. Apa yang adik lakukan setelah pulang sekolah?
20. Apakah adik di rumah menonoton TV, membaca majalah atau komik?
21. Apakah bila terlalu lama melakukan kegiatan itu baik?
22. Dalam pembelajaran matematika, materi apa yang adik anggap sulit?
23. Apa yang sulit dari materi tersebut?
24. Apakah adik sudah mengerti mengenai materi tersebut?
25. Apa yang adik lakukan ketika mengalami kesulitan belajar?
26. Jika teman adik yang mengalami kesulitan belajar apa yang adik lakukan?
27. Apabila kamu kesulitan belajar saat belajar di rumah apa yang kamu lakukan?
28. Apakah adik pernah mendapat bimbingan khusus saat mengalami kesulitan
belajar?
84
Lampiran 2. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA GURU
Nama :
Hari dan tanggal wawancara :
Jam wawancara :
Tempat wawancara :
1. Apa yang ibu lakukan sebelum pembelajaran?
2. Apakah setiap sebelum pembelajaran ibu selalu mempersiapkanya (pertanyaan
1)?
3. Seberapa dekatkah ibu dengan murid?
4. Apakah ibu memperhatikan kemampuan siswa sebelum menyusun kriteria
ketuntasan belajar?
5. Bagaimana ibu menyusunya kriteria ketuntasan belajar siswa?
6. Apakah dalam setiap pembalajaran ada siswa yang menggangu jalannya
pembelajaran?
7. Apa yang ibu lakukan dengan siswa tersebut?
8. Apakah dalam setiap pembelajaran ada siswa yang kesulitan memahami materi
yang ibu sampaikan?
9. Apakah ibu tahu siswa yang mengalami kesulitan belajar?
10. Apa yang ibu lakukan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar di
dalam kelas?
11. Apa yang ibu lakukan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar setelah
kegiatan belajar mengajar?
85
12. Apakah semua siswa yang megalami kesulitan belajar selalu mendapat
perhatian khusus dari ibu?
13. Dalam setiap pembelajaran apakah ibu mengunakan metode pembelajaran
yang berbeda-beda?
14. Menurut ibu metode pembelajaran apa yang yang paling mudah diterapkan
untuk siswa?
15. Apakah terdapat media pembelajaran atau alat pembelajaran di sekolah?
16. Bagaimana pemanfaatan media dan alat pembelajaran tersebut?
17. Apa ada perbedaan pembelajaran mengunakan media pembelajaran dan tanpa
media pembelajaran?
18. Apabila media pembelajaran tidak tersedia di sekolah apa yang ibu lakukan?
19. Bagaimana kondisi lingkungan sekolah ini termasuk ruang kelasnya?
20. Apakah ibu merasa nyaman mengajar dengan kondisi ruang kelas ini?
21. Apa pendapat ibu mengenai kurikulum yang digunakan saat ini?
22. Bagaimana ibu menyusun urutan materi atau menyesuaikan materi dengan
Siswa agar tidak mengalami kesulitan belajar?
23. Bagaimana kedisiplinan siswa di sekolah ( waktu, tugas, seraturan)?
24. Apakah ibu selalu datang tepat waktu?
25. Apabila ibu berhalangan hadir apa yang ibu lakukan?
26. Apakaah dalam menyampaikan materi ibu memiliki kesulitan penyampaian
dalam pembelajaran?
27. Apabila terdapat kesulitan apa yang ibu lakukan?
86
28. Cara apa yang ibu lakukan dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswa?
29. Apakah dengan cara tersebut siswa tertarik mengikuti pelajaran?
30. Apabila dalam prosesnya pembelajaran di kelas anak kesulitan memahami
materi yang ibu sampaikan, apa yang ibu lakukan?
31. Apakah metode pembelajaran yang ibu gunakan menyesuaikan dengan
materi?
32. Apakah ibu mengunakan metode yang berbeda-beda dalam menyampaikan
setiap materi?
33. Apakah dengan mengunakan media siswa tertarik dengan pembelajaran?
34. Apakah setiap selesai melakukan pembelajatan ibu melakukan evaluasi?
35. Dalam bentuk apa ibu melakukan evaluasi?
36. Kesulitan belajar matematika seperti apa yang dialami siswa kelas IV?
37. Bagaimana menentukan kriteria ketuntasan belajar siswa?
38. Apa yang ibu lakukan kepada siswa yang belum mencapai KKM?
87
Lampiran 3. Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI KEGIATAN GURU
Nama Guru : Mata Pelajaran : Pokok Bahasan : Hari/Tanggal : Ruang/Waktu : Sekolah/Kelas : No. Kegiatan-Kegiatan Langkah-langkah Ya Tidak
1. Awal 1. Memotivasi siswa untuk belajar
2. Apersepsi melalui pengulangan bahan materi yang sudah diberikan
2. Gambaran atau Iktisar
1. Bahan pelajaran yang telah disusun disampaikan dengan cara lisan
2. Bahan pelajaran ditulis dipapan tulis
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Presentation/Penyajian 1. Pemberian materi 2. Kejelasan materi
4. Evaluasi/Penilaian 1. Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan kepada guru
2. Penghargaan kepada siswa 3. Memberi pertanyaan kepada
siswa secara lisan mengenai bahan yang telah dipelajari
4. Guru memberikan dan memantau kegiatan siswa mengerjakan tugas
5. Memberikan bimbingan kepada setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar
6. Memberikan bimbingan kepda setiap kelompok yang mengalami kesulitan
7. Memberikan pekerjaan rumah
88
sesuai dengan bahan ajar yang telah dipelajari
5. Kesimpulan 1. Jawaban atas pertanyaan siswa
2. Penghargaan kepada siswa 3. Membuat kesimpulan dari
materi yang telah disampaikan atau yang telah diberikan
89
Lampiran 4. Pedoman Observasi Siswa
PEDOMAN OBSERVASI SISWA
No Komponen-Komponen pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Ya Tidak Sebagian
1 Setiap siswa membersihkan kelas sebelum guru datang.
2 Semua siswa masuk kelas dengan tepat waktu.
3 Siswa duduk dengan rapi dan mengucapkan salam kepada guru.
4 Katua kelas memimpin do,a agar pembelajaran bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari.
√
5 Ketika guru menyampaikan tujuan pembelajaran siswa
memperhatikannya.
6 Ketika guru menjelaska materi, siswa memperhatikan penjelasan guru.
7 Siswa suka bermain-main ketika guru sedang menjelaskan materi.
8 Ketika guru memberikan tugas individu banyak siswa yang mengeluh
dan acuh tak acuh dengan tugas yang di berikan oleh guru.
9 Masih banyak siswa yang minatnya masih rendah dalam pembelajaran
Matematika.
10 Masih banyak siswa yang bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas
individu.
90
Lampiran 5. Hasil Observasi Kegiatan Guru
HASIL OBSERVASI KEGIATAN GURU
Nama Guru : Hatiqah, S.Pd Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Operasi hitung bilangan bulat Hari/Tanggal : Sabtu 25 Mei 2017 Ruang/Waktu : Ruang 4/30 Menit Sekolah/Kelas : MI Al-Ma’rifatul Islamiyah Dasan Agung Mataram/Kelas IV No. Kegiatan-Kegiatan Langkah-langkah Ya Tidak
1. Awal 1. Memotivasi siswa untuk belajar
2. Apersepsi melalui pengulangan bahan materi yang sudah diberikan
2. Gambaran atau Iktisar
1. Bahan pelajaran yang telah disusun disampaikan dengan cara lisan
2. Bahan pelajaran ditulis dipapan tulis
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Penyajian 1. Pemberian materi 2. Kejelasan materi
4. Evaluasi/Penilaian 1. Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan kepada guru
2. Penghargaan kepada siswa 3. Memberi pertanyaan kepada
siswa secara lisan mengenai bahan yang telah dipelajari
4. Guru memberikan dan memantau kegiatan siswa mengerjakan tugas
5. Memberikan bimbingan kepada setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar
6. Memberikan bimbingan kepda setiap kelompok yang mengalami kesulitan
91
7. Memberikan pekerjaan rumah sesuai dengan bahan ajar yang telah dipelajari
5. Kesimpulan 1. Jawaban atas pertanyaan siswa
2. Penghargaan kepada siswa 3. Membuat kesimpulan dari
materi yang telah disampaikan atau yang telah diberikan
92
Lampiran 6. Hasil Observasi Siswa
HASIL OBSERVASI SISWA
No Komponen-Komponen pertanyaan Jawaban Pertanyaan
Ya Tidak Sebagian
1 Setiap siswa membersihkan kelas sebelum guru datang.
2 Semua siswa masuk kelas dengan tepat waktu.
3 Siswa duduk dengan rapi dan mengucapkan salam kepada guru.
4 Katua kelas memimpin do’a agar pembelajaran bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari.
√
5 Ketika guru menyampaikan tujuan pembelajaran siswa
memperhatikannya.
6 Ketika guru menjelaska materi, siswa memperhatikan penjelasan guru.
7 Siswa suka bermain-main ketika guru sedang menjelaskan materi.
8 Ketika guru memberikan tugas individu banyak siswa yang mengeluh
dan acuh tak acuh dengan tugas yang di berikan oleh guru.
9 Masih banyak siswa yang minatnya masih rendah dalam pembelajaran
Matematika.
10 Masih banyak siswa yang bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas
individu.
93
Lampiran 7. Sumber Data Wawancara
No. Nama Inisial Jabatan
1. Adelia Febiani AF Siswi Kelas IV
2. Adelia Annisa AA Siswi Kelas IV
3. Faqih Karomi FK Siswa Kelas IV
4. Maulidinia MA Siswi Kelas IV
5. Zulkarnain ZN Siswa Kelas IV
6. Ibu Hatiqah HH Guru Kelas
94
Lampiran 8. Transkrip Hasil Wawancara Kepada Siswa
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA KEPADA SISWA
Nama : Adelia Febiani
Hari, tanggal wawancara : Sabtu, 27 Mei 2017
Jam wawancara : 09.00-09.15
Tempat wawancara : Ruang kelas I
Peneliti : Kakak mau tanya-tanya Febi, yang pertama apakah adik setiap hari selalu berangkat sekolah dalam kondisi sehat?
Siswa AF : Iya
Peneliti : Kalau Febi dalam kondisi tidak sehat, adik berangkat sekolah tidak?
Siswa AF : tidak!
Peneliti : Kalau lagi sakit itu menggangu belajar tidak?
Siswa ERW : Iya.
Peneliti : Iya berarti menggangu ya, Febi mempunyai kesulitan tidak? Misalnya sulit membaca atau sulit menulis?
Siswa AF : Ada kak, sulit berhitung
Peneliti : Pada saat Febi belajar matematika, Febi memperhatikan atau tidak?
Siswa AF : Iya memperhatikan
Peneliti : Saat Febi diberikan tugas yang sulit dikerjakan, apa yang Febi lakukan?
Siswa AF : (bingung, menjawab pertanyaan tersebut)
Peneliti : Yau sudah dilewati dulu. Pelajaran apa yang adik sukai? Alasannya?
95
Siswa AF : IPA, tidak tau
Peneliti : Apakah adik tertarik dengan semua pelajaran yang disampaikan guru?
Siswa AF : Iya
Peneliti : Febi berminat jika guru memberikan tambahan belajar atau les? Mau tidak ikut?
Siswa AF : Iya mau
Peneliti : Apakah yang membuat Febi semangat untuk belajar?
Siswa AF : bingung
Peneliti : Febi pernah tidak sampai marah saat tidak bisa mengerjakan soal yang sulit sekali? Soal apa?
Siswa AF : Iya penah, soal matematika
Peneliti : Apakah Febi sering merasa bosan saat ditengah-tengah pelajaran?
Siswa AF : Tidak pernah
Peneliti : Febi lebih mudah memahami pembelajaran dengan cara apa? Diterangkan siapa?
Siswa AF : Diterangkan, lebih mudah diterangkan Ibu guru.
Peneliti : Apakah orang tua sering menanyakan kegiatan di sekolah?
Siswa AF : Kadang-kadang
Peneliti : Pas dirumah Febi sama bapak sama ibuk dekat tidak?
Siswa AF : Iya
Peneliti : Apakah Febi pernah marah atau berselisih dengan Bapak atau Ibu?
Siswa AF : Iya pernah
Peneliti : Apa yang Bapak Ibu lakukan saat Febi kesulitan belajar?
Siswa AF : Mengajari
Peneliti : Bagaimana keadaan rumah saat Febi belajar?
96
Siswa AF : Nyaman
Peneliti : Febi dirumah ikut kegiatan apa? TPA atau apa?
Siswa AF : Ngaji di TPA
Peneliti : Kalau di rumah Febi suka melakukan apa? Misalnya bermain sama teman-teman atau menonton TV?
Siswa AF : Menonton TV kadang main game
Peneliti : Febi tau tidak kalau menonton TV/game lama-lama itu tidak bagus?
Siswa AF : Tahu
Peneliti : Kalau Febi di sekolahan diminta mengerjakan soal dan Febi belum bisa, apakah Febi suka diterangkan sama ibu guru.
Siswa MI : Iya pernah
Nama : Adelia Annisa
Hari, tanggal wawancara : Sabtu, 27 Mei 2017
Jam wawancara : 09.15-09.27
Tempat wawancara : Ruang kelas I
Peneliti : Kakak mau tanya, dijawab ya pertanyaannya. Adel setiap hari selalu berangkat sekolah itu selalu dalam keadaan sehat?
Siswa AA : Iya sehat
Peneliti : Adel mempunyai kesulitan dalam operasi bilangan?
Siswa AA : Sulit menghitung dan operasi pengurangan
Peneliti : Kalau misalnya Adel kesulitan, apa yang Adel lakukan?
Siswa AA : Membaca catatan dan bertanya kepada guru
Peneliti : Kalau pas pelajaran matematika itu bagaimana? Memperhatikan atau bagaimana?
Siswa AA : Memperhatikan
97
Peneliti : Saat ibu guru menjelaskan materi opersai bilangan adi tertarik tidak? Senang tidak?
Siswa AA : Iya
Peneliti : Apakah yang membuat adik semangat untuk belajar? Apa biar dapat hadiah, nilainya bagus
Siswa AA : (bingung)…. Dapat nilai bagus
Peneliti : Apakah adik pernah sampai marah saat tidak bisa memahami materi?
Siswa AA : Tidak pernah
Peneliti : Apakah adik sering merasa bosan saat mengikuti pelajaran?
Siswa AA : Kadang-kadang
Peneliti : Adel lebih mudah belajar dengan cara apa? Belajar sambil mendengarkan, belajar dengan melihat papan tulis, belajar dengan menulis, atau bagaimana?
Siswa AA : Melihat papan tulis
Peneliti : Kalau adik lebih mudah mendengarkan penjelasan teman, guru atau orang tua?
Siswa AA : Lebih mudah mendengarkan penjelasanan guru
Peneliti : Apa bapak ibu sering tanya kegiatan Adel di Sekolah?
Siswa AA : Kadang-kadang
Peneliti : Pas Adel belajar di rumah dalam keadaan sepi atau ramai dan Bapak Ibu sedang apa? Adel belajarnya jam berapa?
Siswa AA : Belajarnya sore dan malam selesai pulang TPQ. Kalau orang tua malamnya nonton tv
Peneliti : Adel pernah marah sama Bapak dan Ibu?
Siswa AA : Tidak
Peneliti : Pada saat Adel belajar, misalnya adek ada kesulitan Bapak Ibu bagaimana?
Siswa AA : Mengajari
Peneliti : Adel dirumah mengikuti kegiatan apa? Ngaji, atau apa? Jam berapa?
Siswa AA : Ngaji habis magrib sampai isya
98
Peneliti : Adel suka menonoton TV, membaca majalah atau komik?
Siswa AA : Suka
Peneliti : Kalau nonton TV jam berapa?
Siswa AA : Jam dua sampai setengah tiga
Peneliti : Adel tau tidak kalau terlalu lama nonton TV itu tidak bagus?
Siswa AA : Iya tau
Peneliti : Kalau di Sekolahan adek tidak tahu soalnya dan adek tidak bisa mengerjakan itu, apakah ibu guru menjelaskan lagi?
Siswa AA : Iya Ibu guru menjelaskan lagi
Peneliti : Terima kasih ya adek Adel
Nama : Faqih Karomi
Hari, tanggal wawancara : Sabtu, 27 Mei 2017
Jam wawancara : 09.27-09.40
Tempat wawancara : Ruang kelas I
Peneliti : Kakak mau tanya-tanya Nurul, yang pertama apakah adik setiap hari selalu berangkat sekolah dalam kondisi sehat?
Siswa FK : Iya
Peneliti : Dalam belajar matematika materi operasi bilangan Faqih mempunyai kesulitan tidak? Misalnya sulit membaca atau sulit menulis, ada tidak?
Siswa FK : Ada, sulit berhitung
Peneliti : Pada saat Faqih belajar matematika, adik memperhatikan atau tidak?
Siswa FK : Iya memperhatikan
Peneliti : Saat Faqih diberitugas yang sulit dikerjakan apa yang di lakukan?
Siswa FK : Bertanya
Peneliti : Apakah yang membuat Faqih semangat untuk belajar?
Siswa FK : Bingung
99
Peneliti : Faqih pernah tidak sampai marah saat tidak bisa memahami materi yang diajarkan guru?
Siswa FK : Iya penah
Peneliti : Apakah Faqih sering merasa bosan saat ditengah-tengah pelajaran?
Siswa FK : Kadang-kadang
Peneliti : Faqih lebih mudah memahami pembelajaran dengan cara apa? Diterangkan siapa?
Siswa FK : Diterangkan, lebih mudah diterangkan Ibu guru.
Peneliti : Apakah orang tua sering menanyakan kegiatan di Sekolah?
Siswa FK : Iya pernah
Peneliti : Bapak sama Ibu itu lagi ngapain saat Faqih belajar?
Siswa FK : Kadang-kadang nemenin
Peneliti : Misalnya pas nemenin, pas Faqih kesulitan itu Bapak sama Ibu ngajarin tidak?
Siswa FK : Iya
Peneliti : Apakah Faqih pernah marah atau berselisih dengan Bapak atau Ibu?
Siswa FK : Iya pernah
Peneliti : Bagaimana keadaan rumah saat Faqih belajar?
Siswa FK : Nyaman
Peneliti : Di Rumah Faqih itu bagaimana rumahnya mepet-mepet atau gimana? Kalau malam ramai tidak?
Siswa FK : Iya mepet-mepet, kadang ramai.
Peneliti : Temen-temen Faqih kalau main jam berapa? Apa yang dimainkan?
Siswa FK : Setelah pulang sekolah saya di ajak bermain. Kadang bermain di warnet, kadang di rumah teman
Peneliti : Faqih dirumah ikuti kegiatan apa? TPA atau apa?
Siswa FK : Iya ikut
Peneliti : Faqih kalau dirumah senengnya menonoton TV, membaca majalah atau komik?
100
Siswa FK : Membaca majalah dan nonton TV
Peneliti : Kalau membaca komik atau nonton TV itu baik atau tidak?
Siswa FK : Tidak!
Peneliti : Apa yang adik lakukan ketika mengalami kesulitan belajar?
Siswa FK : Bertanya sama Ibu guru
Peneliti : Kalau Faqih merasa kesulitan di Sekolah Faqih dapat bimbingan dari Ibu guru tidak?
Siswa FK : Iya
Peneliti : Terima kasih ya Faqih
Nama : Zulkarnain
Hari, tanggal wawancara : Sabtu, 27 Mei 2017
Jam wawancara : 09.40-09.55
Tempat wawancara : Ruang kelas I
Peneliti : Dik, kakak mau bertanya, dijawab ya. Pertanyaan pertama Adik setiap hari selalu berangkat sekolah itu sehat?
Siswa ZN : Iya sehat
Peneliti : Apakah adik mempunyai kesulitan dalam melakukan operasi bilangan? Misalnya sulit membaca, sulit menulis dll?
Siswa ZN : Sulit menghitung
Peneliti : Kalau pas proses pembelajaran itu bagaimana? Zul memperhatikan atau kadang-kadang suka tidak memperhatikan?
Siswa ZN : Memperhatikan
Peneliti : Kalau misalnya Zul dikasih soal yang sulit itu Zul bagaimana?
Siswa ZN : Menghitung ( bingung)
Peneliti : Apakah yang membuat Zul semangat untuk belajar?
101
Siswa ZN : …. Dapat nilai bagus
Peneliti : Kalau dapat nilai bagus Zul dapat hadiah tidak?
Siswa ZN : tidak
Peneliti : Apakah Zul pernah sampai marah saat tidak bisa mengerjakan soal, karena tidak tidak bisa sekali marah-marah sendiri?
Siswa ZN : Tidak pernah
Peneliti : Apakah adik sering merasa bosan saat mengikuti pelajaran?
Siswa ZN : Kadang-Kadang
Peneliti : Adik lebih mudah memahami pembelajaran dengan cara apa?
Siswa ZN : Mendengarkan penjelasan guru,
Peneliti : Kalau di Rumah suka ditanya sama Ibu dan Bapak kegiatan Zul di Sekolah?
Siswa ZN : Kadang-kadang
Peneliti : Zul belajar tidak kalau malam? Belajarnya jam berapa? Apakah orang tua menemani Zul saat belajar, dan apakah orang tua mengajari adik saat kesulitan dalam belajar?
Siswa ZN : nggeh belajar, habis ngaji. Kadang dibantuin kadang tidak kak
Peneliti : Saat adik belajar Bapak Ibu lagi apa?
Siswa ZN : Melihat
Peneliti : Bagaimana keadaan rumah saat Zul belajar? Sepi, ramai?
Siswa ZN : Ramai
Peneliti : Di Rumah Zul mengikuti kegiatan apa? Ngaji, TPA atau apa? Jam berapa?
Siswa ZN : Ngaji, habis magrib sampai setengah tujuh
Peneliti : Apa yang adik lakukan setelah pulang sekolah?
Siswa ZN : Makan, lalu bermain PS
Peneliti : Kalau main PS jam berapa sampai jam berapa?
Siswa ZN : Kadang, pulang sekolah sampai asar
Peneliti : Terima kasih ya Zul
102
Nama : Maulidinia
Hari, tanggal wawancara : Sabtu, 27 Mei 2017
Jam wawancara : 10.00-10.15
Tempat wawancara : Ruang kelas I
Peneliti : Kakak tanya ya, yang pertama apakah kalau sekolah berangkatnya selalu sehat?
Siswa MA : Iya kak
Peneliti : Nia mempunyai kesulitan belajar matematika tidak? Misalnya sulit membaca atau sulit menulis, ada tidak?
Siswa MA : Ada, sulit membaca dan berhitung
Peneliti : Pada saat belajar Nia bagaimana, suka memperhatikan atau tidak?
Siswa MA : Iya memperhatikan
Peneliti : Nia kalau belajar operasi bilangan lebih mudah dengan cara apa?
Siswa MA : Lebih mudah diterangkan
Peneliti : Yang membuat Nia semangat belajar apa? Misalnya supaya dapat hadiah, dapat nilai bagus.
Siswa MA : Diberikan uang jajan
Peneliti : Nia pernah marah-marah sendiri karena tidak bisa mengerjakan soal atau saat belum mengerti penjelasan dari Ibu guru?
Siswa MA : Kadang-kadang
Peneliti : Kadang-kadang iya, Nia sering merasa bosan saat proses pembelajaran?
Siswa MA : Kadang-kadang
Peneliti : Apakah Nia pernah mendapatkan bimbingan oleh Ibu guru ketika belum memahami materi yang disampaikan?
Siswa MA : Jarang kak
Peneliti : Nia lebih mudah belajar dengan cara apa? Mendengarkan penjelasan guru, sambil menulis, atau sambil melihat papan tulis?
103
Siswa MA : Sambil menulis
Peneliti : Kalau pas di rumah Bapak Ibu sering bertanya tidak, Nia di Sekolah ngapain aja tadi?
Siswa MA : Tidak
Peneliti : pas Nia belajar di Rumah keadaannya sepi atau ramai dan Bapak Ibu sedang apa? Nia belajarnya jam berapa?
Siswa MA : Belajarnya malam selesai isya. Kalau orang tua malamnya nonton tv terkadang ramai karena banyak tetangga bertamu
Peneliti : Apakah Nia pernah marah atau berselisih dengan Bapak atau Ibu?
Siswa MA : Iya pernah
Peneliti : Nia kalau di Rumah ikut kegiatan apa? Misalnya ngaji, TPA atau apa?
Siswa MA : Ngaji di TPA
Peneliti : Kalau di rumah Nia suka melakukan apa? Misalnya bermain sama teman-teman atau menonton TV?
Siswa MA : Menonton TV
Peneliti : Nia tahu tidak kalau menonton TV lama-lama itu tidak bagus?
Siswa MA : Tahu kak
Peneliti : Kalau Nia di Sekolahan diminta mengerjakan soal dan Nia belum bisa, apakah Nia suka diterangkan sama ibu guru.
Siswa MA : Iya pernah, tapi tetap belum mengerti kak
Peneliti : Terima kasih iya Nia
104
Lampiran 9. Transkrip Hasil Wawancara Kepada Guru
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA KEPADA GURU
Nama : Hatiqah, S.Pd
Hari, tanggal wawancara : Sabtu, 27 Mei 2017
Jam wawancara : 10.15-10.50
Tempat wawncara : Ruang kantor Guru
Peneliti : Selamat pagi bu. Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibu mengenai pembelajaran dikelas.
Guru kelas : Pagi
Peneliti : Untuk yang pertama, Apa yang ibu lakukan sebelum pembelajaran?
Guru kelas : Sebelum pembelajaran ya menyiapkan alat-alat pembelajaran, misalnya RPP, alat peraga, memberikan motivasi anak untuk lebih sungguh-sungguh mengikuti pelajaran.
Peneliti : Kalau untuk alat peraga RPP itu apakah setiap pembelajaran selalu disiapkan?
Guru kelas : Ya tidak tergantung pelajarannya, bergantung materi pembelajaranya.
Peneliti : Kalau untuk hubungan ibu dengan siswa, seberapa dekatkah hubungan ibu dengan siswa?
Guru kelas : Iya, kami sebagai guru itu berusaha dekat dengan murid, agar tidak merasa takut kepada guru, merasa seperti pada orang tuanya sendiri.
Peneliti : Kembali pada pelajaran tadi buk, pada awal semester apa ibuk menentukan KKM terlebih dahulu?
Guru kelas : Iya
Peneliti : Apakah saat menentukan itu ibu memperhatikan kemampuan siswa?
Guru kelas : Iya
Peneliti : Kalau untuk menyusunnya kriteria ketuntasan belajar siswa bagaimana bu?
Guru kelas : Ada rumusnya
105
Peneliti : Berarti sudah ada panduannya ya bu.
Peneliti : Apakah dalam pembalajaran ada siswa yang menggangu jalannya pembelajaran atau ada siswa yang apa didalam kelas itu bu?
Guru kelas : Iya salah satunya pasti ada anak yang begitu, biasanya anak yang kurang dalam kemampuanya itu sering kompensasi, jadi dengan banyak bicara atau bermain sendiri.
Peneliti : Kalau untuk siswa-siswa yang seperti itu apa yang ibu lakukan?
Guru kelas : Iya mendekati anak, member nasehat supaya tidak menggangu temanya.
Peneliti : Apakah dalam setiap pembelajaran itu, ibu ada kesulitan untuk menyampaikan materi agar bisa dipahami siswa?
Guru kelas : Iya sering juga ada kesulitan, kalau misalnya ada kata-kata yang sulit dipahami siswa harus mencari dikamus, atau kalau guru tidak tahu kan harus mencari untuk meyampaikan pada siswa
Peneliti : Kalau untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar di dalam kelas, apa yang ibu lakukan?
Guru kelas : Dilakukan remidial
Peneliti : Kalau untuk siswa yang mengalami kesulitan di dalam kelas diberikan perhatian khusus misalnya setelah teman-temanya dijelaskan lalu ibu menjelaskan khusus pada siswa, ada tidak bu?
Guru kelas : Iya sering seperti itu
Peneliti : Tetapi apakah itu untuk semua siswa yang mengalami kesulitan belajar?
Guru kelas : Iya tidak semua, untuk menambah supaya jelas itu sering ditambahi jam pelajaran setengah tujuh, atau jam dua sampai jam tiga
Peneliti : Berarti kalau ada siswa yang kesulitan yang dilakukan diluar jam pelajaran ada jam ke nol dan les?
Peneliti : Berkaitan dengan metode pembelajatan bu. Metode pembelajaran itu apakah ibu mengunakan metode yang berbeda-beda dalam setiap pembelajaran?
Guru kelas : Iya, tergantung pembelajarannya, misalnya IPA kan ada yang metodenya eksperimen, kalau matematika kan harus memberikan contoh, seperti itu. Berarti pengunaan metodenya menyesuaikan dengan materi pembelajaranya.
106
Peneliti : Menurut ibu metode pembelajaran apa yang yang paling mudah diterapkan atau di aplikasikan dikelas itu metode apa?
Guru kelas : Iya, anak itu bisa mencoba. Berarti eksperimen. Melakukan yang nyata.
Peneliti : Kalau untuk matematika sendiri bu?
Guru kelas : Ya kalau matematika sendiri, guru memberi contoh sambil bertanya jawab, lalu di tugaskan mengerjakan di papan tulis.
Peneliti : Kalau untuk media pembelajaran atau alat peraga di sekolah ini tersedia tidak buk?
Guru kelas : Iya kalau di Sekolah ini kadang ada kadang juga tidak.
Peneliti : Bagaimana pemanfaatannya bu, kalau alat-alat yang tersedia apakah dalam pembelajaran setiap semester selalu digunakan atau kadang-kadang ada yang tidak digunakan?
Guru kelas : Kadang-kadang ada yang digunakan, kadang-kadang tidak
Peneliti : Menurut ibu saat mengunakan media itu apa kelebihannya apa kekurangannya?
Guru kelas : Dengan mengunakan alat peraga itu anak akan lebih lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru, tapi juga ada kekuranya. Misalnya mengunakan alat peraga rangka mungkin kalau ada anak yang maju yang lain itu ada yang ramai.
Peneliti : Apabila media pembelajaran tidak tersedia di sekolah apa yang ibu lakukan?
Guru kelas : Belum ada
Peneliti : Kalau untuk kondisi lingkungan Sekolah , suasana Sekolah mendukung pelajaran atau karena dipinggir jalan menggangu karena banyaknya kendaraan yang lewat atau termasuk kondusif disini bu?
Guru kelas : Ya sudah termasuk kondusif, kalau disini untuk lingkungannya mendukung hanya saja kalau di Desa diluar Sekolah kan anak-anak yang nakal.
Peneliti : Kalau untuk ruang kelas sendiri bu, tempat belajar siswa itu kondisi ruang kelas itu mendukung atau ada yang perlu ditambah lagi bu?
Guru kelas : Ya sudah mendukung, tetapi ya masih ada kekurangan.
107
Peneliti : Mengenai kurikulum, penerapan kurikulum yang sekarang KTSP itu apakah ibu ada kesulitan menerapkan kurikulum tersebut?
Guru kelas : Tidak ada
Peneliti : Dalam menyusun rencana pembelajaran apa yang menjadi pedoman ibu?
Guru kelas : Silabus
Peneliti : Kalau untuk silabus itu sudah diberikan atau bagaimana?
Guru kelas : Sudah ada,
Peneliti : Kalau untuk penyusun materi, misalnya materi ini di pertemuan ke berapa , itu apakah sudah ada atau ibu menyesuaikan kembali?
Guru kelas : Itu dalam RPP setelah ada RPPnya itu sudah dibuat satu semester, jadi tinggal member tanggal sesuai dengan hari efektifnya.
Peneliti : Kalau untuk tingkat kedisiplinan siswa itu siswa bagai mana bu? Misalnya ada yang suka telat berangkat atau ada yang suka tidak mengerjakan tugas atau ada yang suka melanggar peraturan sekolah?
Guru kelas : Kalau anak telat disinikan masuknya jam setengah tujuh, ya sering ada yang sering telat sepuluh menit sampai seperempat jam., kalau untuk ketelatan jarang yang telat, untuk tugas ya mungkin karena adanya teknologi yang canggih itu anak sering lupa mengerjakan pr.
Peneliti : Kalau untuk ibu sendiri kalu berhalangan hadir itu bagai mana bu?
Guru kelas : Minta izin
Peneliti : Lalu untuk siswanya?
Guru kelas : Ya siswanya membuat surat izin
Peneliti : Apakah dalam menyampaikan pembelajaran ibu kesulitan penyampaian menyampaikan atau memberi penjelasan siswa bagaimana?
Guru kelas : Saya berusaha mencari tahu kepada kepala sekolah atau teman sejawat
Peneliti : Berarti sharing kepada kepala sekolah, kalau untuk cara menyampaikan pelajaran kepada siswa yang paling ibu merasa mudah mudah caranya bagai mana? Apa siswa disuruh membaca atau ibu menerangkan atau bagaimana?
108
Guru kelas : Yang paling mudah, ya setelah siswa membaca, guru memberikan pertanyaan tentang materi yang dibaca, atau anak disuruh membuat pertanyaan mengenai materi yang sudah dibaca itu anak lebih mudah mengerti.
Peneliti : Kalau untuk saat pembelajaran apakah semua anak tertarik mengikuti pembelajaran yang ibu sampaikan itu?
Guru kelas : Ya tidak karena banyak, 20 siswa kadang ada satu dua siswa yang kurang memperhatikan
Peneliti : Nah kalau dalam proses pembelajaran dikelas itu, ada anak yang kesulitan memahami materi yang disampaikan ibu itu bagaimana bu? Di kelas ada anak yang yang sulit paham itu bagai manabu?
Guru kelas : Saya mendekati siswa kemudian saya terangkan, kepada anak satu atau dua saya terangkan caranya.
Peneliti : Kalau untu matematika sendiri kesulitan siswa itu bagian apa bu? Apakah anak sulit memahami konsep materi, atau yang lain?
Guru kelas : Matematika itu anak itu sulit karena belum mempunyai dasar, misalnya tentang pembagian dan perkalian, kalau anak seusia misalya kelas IV kok belum bisa atau belum hafal perkalian dan pembagian 1-100 itu sulit untuk menerapkan dalam soal cerita atau soal yang lainya itu masih sulit karena itu dasarnya perkalian dan pembagian itu.
Peneliti : Dalam siswa memahami maksud materi itu ada kesulitan tidak bu? Misalnya pada saat siswa mengerjakan soal cerita itu adakan siswa yang kesulitan untu memahami maksud dari soal?
Guru kelas : Ya ada.
Peneliti : Kalau untuk kesulitan yang lainya seperti memahami rumus, lambang bilangan ada tidak bu?
Guru kelas : Ada itu, ya anak tidak semua hafal rumus
Peneliti : Kalau untuk perhitungan anak relatif ya?
Guru kelas : Iya
Peneliti : Lalu untuk evaluasi, itu evaluasinya diadakan setiap apa ya bu?
Guru kelas : Setiap akhir sub pokok bahasan
Peneliti : Untuk waktunya itu?
Guru kelas : Iya waktunya satu minggu sekali.
109
Peneliti : Lalu untuk siswa yang masih kurang nilainya dibawah KKM itu bagaimana bu?
Guru kelas : Ya diberi remidi untuk mencapai KKM.
Peneliti : Sepertinya sekian saya ucapkan terimakasih untuk bantuanya bu.
110
111
112
113
114
115
116
117
118