73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Oleh: RENY OKTARIKA ERMAWATI H 0307022 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS KETAHANAN PANGAN

RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR

DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Oleh:

RENY OKTARIKA ERMAWATI

H 0307022

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan, rahmat, karunia, dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Ketahanan

Pangan Rumah Tangga Miskin Pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota

Surakarta” dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan dari

semua pihak, baik instansi maupun perorangan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Sebelas

Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi., selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Ibu Sugiharti Mulya Handayani, MP., selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis.

4. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing

Utama, terima kasih atas semua waktu yang telah diberikan, nasehat, arahan,

saran, dan bimbingannya.

5. Ibu Umi Barokah, SP. MP., selaku Pembimbing Pendamping, terima kasih atas

nasehat, saran, dan bimbingannya.

6. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi., selaku Dosen Penguji, terima kasih atas

saran, nasehat, dan arahannya.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan penulis di Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 4: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

8. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Surakarta, Kepala Kantor Kecamatan Jebres,

Kepala Kantor Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit beserta staf, terima kasih atas

kerjasamanya dalam menyediakan data-data pendukung dalam skripsi ini.

9. Bapak, Ibu, Adek, dan keluarga besar Hadisiswoyo. Terima kasih atas segala

kasih sayang, perhatian, nasehat, semangat, dan doa yang tiada pernah putus yang

telah diberikan selama ini.

10. Teman diskusiku yang baru dipertemukan oleh Allah di semester lima,

“Beny Hari Nurcahyo”. Terima kasih atas semangat dan inspirasinya. Segalanya

menjadi lebih berarti, sesuatu yang berat terasa lebih ringan, sesuatu yang tampak

tidak indah menjadi lebih indah.

11. Si pinky “Vario AD 6600 LZ”, yang selalu menemani perjalananku selama ini.

12. Sahabat-sahabatku tercinta, Dina, Dino, Dephi, Yusrina. Terima kasih atas

persahabatan yang indah selama ini, canda tawa dan kebersamaan kita akan

selalu ku rindukan.

13. Sahabat kecilku, Owin dan Nining yang selalu menemani dan memberikanku

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Teman-teman “HIBITU” seperjuangan, terima kasih atas persahabatan dan

kebersamaan yang indah dari awal kuliah sampai saat ini.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat dijadikan sebagai

acuan dan tambahan referensi dalam penulisan skripsi di masa yang akan datang.

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Surakarta, April 2011

Page 5: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

RINGKASAN ...................................................................................................... xi

SUMMARY ......................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5 D. Kegunaan Penelitian ................................................................................... 6

II. LANDASAN TEORI..................................................................................... 7 A. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 7 B. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 9

1. Pangan .................................................................................................. 9 2. Pengeluaran Untuk Konsumsi ............................................................. 9 3. Kemiskinan ........................................................................................... 11 4. Ketahanan Pangan ................................................................................ 12

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ....................................................... 13 D. Asumsi ...................................................................................................... 15 E. Pembatasan Masalah ................................................................................. 15 F. Hipotesis.................................................................................................... 15 G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ........................................ 15

III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 17 A. Metode Dasar Penelitian ........................................................................... 17 B. Metode Penentuan Daerah Penelitian ....................................................... 17 C. Metode Pengambilan Sampel.................................................................... 19 D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 22

Page 6: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

1. Jenis Data…………………….. ............................................................ 22 2. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 22

E. Metode Analisis Data ................................................................................ 23 1. Analisis Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan terhadap Total

Pengeluaran Rumah Tangga ................................................................. 23 2. Analisis Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga .......... 23 3. Analisis Hubungan Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan

dari Total Pengeluaran dengan Konsumsi Energi dan Protein ............. 26 4. Analisis Ketahanan Pangan .................................................................. 26

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN .......................................... 28 A. Keadaan Geografi ..................................................................................... 28 B. Keadaan Penduduk .................................................................................... 29 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ......................................................... 29 2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ........................ 30 3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ................................. 32 4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ................................... 33 C. Keadaan Perekonomian ............................................................................. 34

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 36 A. Karakteristik Rumah Tangga Responden ................................................. 36 B. Pendapatan Rumah Tangga Responden .................................................... 38 C. Pengeluaran Rumah Tangga Responden ................................................... 39 D. Selisih Pendapatan dengan Pengeluaran Rumah Tangga ......................... 51 E. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Total Pengeluaran

Rumah Tangga ......................................................................................... 52 F. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga ............................. 53 G. Hubungan Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan dengan Konsumsi

Energi dan Protein ..................................................................................... 55 H. Ketahanan Pangan Rumah Tangga ........................................................... 56

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 60 A. Kesimpulan ............................................................................................... 60 B. Saran .......................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Data Rumah Tangga Miskin Kota Surakarta Tahun 2009...... 2 2. Data Daerah Rawan Banjir Kota Surakarta.......................... 3 3. Data Kelurahan Rawan Banjir dan Jumlah Kerusakan

Akibat Banjir Kecamatan Jebres Tahun 2008....................... 18 4. Data Rumah Tangga Miskin pada Tiap-Tiap Kelurahan di

Kecamatan Jebres Tahun 2009............................................. 18 5. Data Rumah Tangga Miskin di Daerah Rawan Banjir

Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit Tahun 2009.................. 20 6. Jumlah Responden Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit...... 21 7. Daftar Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Angka

Kecukupan Protein (AKP) Berdasar Umur dan Jenis Kelamin……………………………………………………... 25

8. Kategori Rumah Tangga Berdasarkan Indikator Ketahanan Pangan..................................................................................... 27

9. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kecamatan Jebres Tahun 2009............................................................................. 29

10. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2007-2009............................................................................... 30

11. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Tahun 2009............................................... 31

12. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Jebres Tahun 2009............................................. 32

13. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Jebres Tahun 2009............................................... 33

14. Sarana Perekonomian di Kecamatan Jebres Tahun 2009....... 34 15. Sarana Perhubungan di Kecamatan Jebres Tahun 2009......... 35 16. Karakteristik Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan

Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta........................... 36 17. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Miskin pada Daerah

Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta............... 37 18. Jumlah Anggota Rumah Tangga Miskin pada Daerah

Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta............... 38 19. Rata-Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin pada

Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Bulan Juli 2010....................................................................... 40

20. Rata-Rata Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Miskin 47

Page 8: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Bulan Juli 2010.......................................................

21. Rata-rata Pendapatan, Pengeluaran, serta Selisih Pendapatan

dan Pengeluaran Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Bulan Juli 2010.................................................................................. 51

22. Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Bulan Juli 2010.................................................................................. 52

23. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein, AKG yang dianjurkan, dan Tingkat Kecukupan Gizi Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta........................................................................ 53

24. Sebaran Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.......................................... 54

25. Hasil Analisis Korelasi Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan dengan Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta............................................................. 55

26. Jumlah Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Menurut Kategori Ketahanan Pangan.................................................................. 57

Page 9: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah.......................... 14

Page 10: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Nama Responden, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Jumlah Anggota Rumah Tangga, dan Pendapatan Rumah Tangga

2. Pengeluaran Pangan Rumah Tangga 3. Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga 4. Selisih Antara Pendapatan dengan Total Pengeluaran Rumah Tangga 5. AKG, Konsumsi Gizi Rumah Tangga, dan TKG Rumah Tangga 6. AKG, Konsumsi Gizi Rumah Tangga, dan Ketahanan Pangan Rumah

Tangga 7. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Rentan Pangan, Kurang Pangan,

dan Rawan Pangan 8. Analisis Korelasi Proporsi Pengeluaran Pangan dengan Konsumsi

Energi dan Protein 9. Informasi pada saat Terjadi Banjir dan Tidak Banjir 10. Kuesioner 11. Data 14 Kriteria Rumah Tangga Miskin 12. Peta Kota Surakarta 13. Surat Ijin Penelitian

Page 11: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

RINGKASAN

Reny Oktarika Ermawati, 2011. “Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta”. Di bawah bimbingan Wiwit Rahayu, SP.,MP. dan Umi Barokah, SP., MP. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga, besarnya tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga, hubungan antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dari total pengeluaran dengan konsumsi energi dan protein rumah tangga, dan kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dilihat dari indikator proporsi pengeluaran konsumsi pangan dan tingkat konsumsi energi.

Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitis dan pelaksanaannya menggunakan teknik survei. Penelitian dilakukan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Penentuan sampel kelurahan dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan kelurahan yang rawan banjir dan jumlah rumah tangga miskinnya tergolong tinggi. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu analisis proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga, tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga, hubungan proporsi pengeluaran konsumsi pangan dari total pengeluaran dengan konsumsi energi dan protein, dan ketahanan pangan rumah tangga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya rata-rata proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total pengeluaran adalah 64,96%, artinya pengeluaran konsumsi pangan masih mengambil bagian terbesar dari total pengeluaran rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Rata-rata Tingkat Konsumsi Energi (TKE) rumah tangga yaitu 70,57% dan termasuk kategori kurang. Rata-rata Tingkat Konsumsi Protein (TKP) rumah tangga yaitu 89,11% dan termasuk kategori sedang. Proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi dan protein mempunyai hubungan yang signifikan. Nilai koefisien korelasi bernilai negatif yaitu –0,453 untuk energi dan –0,399 untuk protein menunjukkan bahwa hubungan antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi dan protein adalah berlawanan, artinya proporsi pengeluaran konsumsi pangan tinggi, maka konsumsi energi dan proteinnya rendah, begitu pula sebaliknya. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta yaitu kategori rawan pangan sebesar 60%, kurang pangan 26,67%, dan rentan pangan 13,33%.

Page 12: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

SUMMARY

Reny Oktarika Ermawati, 2011. “Analyze of Poor Household Food Security in The Area With Flood Disturbances, Jebres Subdistrict, Surakarta”. Under guidance by Wiwit Rahayu, SP.,MP. and Umi Barokah, SP., MP. Agriculture Faculty, 11th March University, Surakarta.

This research aimed to know how big the food expenditure proportion compared with whole household expenditure, energy and protein consumption level, corelation between food expenditure proportion from whole household expenditure with energy and protein consumption, and also food security level, especially for poor household in the area with flood disturbances in Jebres subdistrict, Surakarta viewed base on food expenditure proportion and energy consumption level.

Basic method used in this research was analytical descriptive and survey method for field implementation. This research was taken in Jebres subdistrict, Surakarta. Village sample was determined by purposive sampling with judgement that village with flood disturbances and high number of poor household. This research used primary and secondary data. The result was analyzed by food expenditure proportion compared with whole household expenditure, energy and protein consumption level, corelation between food expenditure proportion from whole household expenditure with energy and protein consumption, and also food security level.

The result revealed that subjection mean between food expenditure proportion compared with whole household expenditure is 64,96 %, that means food expenditure still have a large proportion according whole poor household expenditure in the area with flood disturbances, in Jebres subdistrict, Surakarta. Amount of household energy consumption (TKE) is 70,57 %, that categorized in straitened. Amount of household protein consumption (TKP) is 89,11%, that categorized in medium. Food expenditure proportion have a significant corelation between energy and protein consumption. The coefficient show negative value, for both energy and protein consumption, by -0,453 and -0,399. This value indicate adversative result between food expenditure proportion with both energy and protein consumption. High level of food expenditure proportion indicate low level of energy and protein consumption, conversely. Household food security levels in the area with flood disturbances, in Jebres subdistrict, Surakarta categorized by food insecurity, less security, and disturbed security by 60%, 26,67%, and 13,33%.

Page 13: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan pokok dan komoditi strategis dalam

kehidupan manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya secara sehat dan

produktif. Namun, dalam kenyataannya tidak semua orang dapat terpenuhi

kebutuhan pangannya karena beberapa alasan sehingga mengalami kelaparan dan

menghadapi kondisi rawan pangan. Masalah kekurangan konsumsi pangan dan

kondisi rawan pangan yang meluas di masyarakat suatu negara menjadi semakin

penting untuk dicari penyelesaiannya, sehingga peranan pangan menjadi sangat

penting dalam proses kehidupan dan pembangunan bangsa (Marwanti, 2000).

Upaya memenuhi kebutuhan pangan melibatkan banyak pelaku yaitu

pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Keterlibatan masyarakat dan swasta

sebagai mitra pemerintah mencerminkan adanya proses pembangunan yang

berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan proses proaktif yang

memungkinkan pemerintah dan mitranya untuk memanfaatkan sumberdaya yang

ada berupa sumberdaya ekonomi, fisik, maupun sosial dalam mewujudkan

pembangunan nasional yaitu ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga

(Baliwati, dkk. 2004).

Ketahanan pangan menurut UU No.7 tahun 1996 didefinisikan sebagai

kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya

pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan

terjangkau. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ketahanan pangan

mempersyaratkan terpenuhinya dua sisi secara simultan, yaitu ketersediaan dan

konsumsi. Menurut Nainggolan (2005), sisi ketersediaan adalah tersedianya

pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah, mutu, keamanan, dan

keterjangkauan. Dari sisi konsumsi yaitu adanya kemampuan setiap rumah

tangga untuk mengakses pangan yang cukup bagi masing-masing anggotanya

untuk tumbuh, sehat, dan produktif dari waktu ke waktu. Kedua sisi tersebut

Page 14: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

memerlukan distribusi yang efisien yang dapat menjangkau keseluruh wilayah

dan seluruh golongan masyarakat.

Istilah rawan pangan merupakan kondisi kebalikan dari ketahanan

pangan. Kerawanan pangan terjadi manakala rumah tangga mengalami

ketidakcukupan pangan untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi

pertumbuhan dan kesehatan para individu anggotanya. Ada tiga hal penting yang

mempengaruhi tingkat rawan pangan, yaitu kemampuan penyediaan pangan

kepada individu, kemampuan individu atau rumah tangga untuk mendapatkan

pangan, dan proses distribusi dan pertukaran pangan yang tersedia dengan

sumber daya yang dimiliki oleh individu atau rumah tangga (Sumarmi, 2010).

Salah satu golongan masyarakat yang rawan pangan adalah rumah tangga

miskin. Kemiskinan akan sangat berpengaruh pada ketahanan pangan karena

rumah tangga miskin tidak mampu menyediakan pangan dalam jumlah yang

cukup, aman dan bergizi baik dengan memproduksi sendiri maupun membeli.

Kota Surakarta merupakan daerah non produksi atau wilayah bukan pertanian,

sehingga rumah tangga miskin di Kota Surakarta dalam memenuhi kebutuhan

pangannya berasal dari pembelian. Berikut ini merupakan data rumah tangga

miskin Kota Surakarta tahun 2009.

Tabel 1. Data Rumah Tangga Miskin Kota Surakarta Tahun 2009 No. Kecamatan Jumlah KK Jumlah Rumah Tangga Miskin (KK) Proporsi (%) 1. Laweyan 25.899 2.915 11,26 2. Serengan 14.033 2.099 14,96 3. Pasar Kliwon 22.035 4.649 21,10 4. Jebres 37.605 5.360 14,25 5. Banjarsari 45.965 6.931 15,08 Jumlah 145.537 21.954 76,64

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2009

Berdasakan Tabel 1, dapat diketahui jumlah kepala keluarga di Kecamatan

Jebres sebanyak 37.605 KK. Jumlah rumah tangga miskinnya adalah 5.360 KK

yang merupakan terbesar kedua setelah Kecamatan Banjarsari. Berdasarkan data

tersebut dapat diketahui proporsi rumah tangga miskin di Kecamatan Jebres

sebesar 14,25%. Proporsi rumah tangga miskin di Kecamatan Jebres menduduki

urutan keempat setelah Kecamatan Pasar Kliwon, Banjarsari, dan Serengan.

Page 15: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Selain karena faktor ekonomi, kerawanan pangan dapat terjadi karena

adanya bencana alam misalnya banjir. Kota Surakarta merupakan daerah yang

setiap tahunnya selalu dilanda banjir. Banjir yang terjadi di Kota Surakarta selain

menyebabkan banyak jiwa yang mengungsi juga menyebabkan banyak kerugian.

Banyak rumah dan fasilitas-fasilitas umum pemerintah yang rusak berat maupun

ringan seperti kantor pemerintahan, pasar, fasilitas kesehatan dan sekolah.

Berikut merupakan data daerah rawan banjir di Kota Surakarta :

Tabel 2. Data Daerah Rawan Banjir Kota Surakarta Kecamatan Kelurahan Jebres Sewu, Jebres, Jagalan, Pucangsawit, Gandekan, Sudiroprajan Pasar Kliwon Sangkrah, Semanggi, Kedunglumbu, Joyosuran, Pasarkliwon Serengan Joyotakan, Tipes, Serengan Laweyan Pajang, Laweyan, Bumi, Sondakan, Panularan Banjarsari Nusukan, Kadipiro, Gilingan, Sumber, Banyuanyar

Sumber : Satkorlak Kota Surakarta, 2008

Berdasarkan Tabel 2, daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres meliputi

enam kelurahan yaitu Kelurahan Sewu, Jebres, Jagalan, Pucangsawit, Gandekan,

dan Sudiroprajan. Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit adalah dua kelurahan yang

termasuk daerah paling rawan terhadap banjir. Hal ini dikarenakan Kelurahan

Pucangsawit terletak di bantaran sungai Bengawan Solo dan Kelurahan Jagalan

yang letaknya di dekat Kali Boro.

Daerah di Surakarta yang tergenang banjir tahun 2009 meliputi daerah di

sekitar hilir Kali Wingko (Joyotakan), Kali Pepe Hilir (Sewu), Kali Boro

(Jagalan), dan Bantaran Bengawan Solo (Semanggi, Sangkrah, Sewu, dan

Pucangsawit). Banjir disebabkan oleh luapan sungai Bengawan Solo karena

adanya air kiriman dari daerah Klaten dan Wonogiri yang diikuti penutupan pintu

air di Demangan, Plalan, dan Putat untuk menghindari aliran balik (back water)

Bengawan Solo menuju kota. Penutupan pintu air menghambat laju air dari

dalam kota menuju Bengawan Solo, sehingga terjadi penumpukan air di dekat

pintu air sementara laju pemompaan air belum cukup mengimbangi debit air

yang masuk, sehingga terjadilah genangan banjir di hilir anak Bengawan Solo

(Yusuf, 2009).

Page 16: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Kemiskinan dan bencana banjir yang melanda Kecamatan Jebres akan

menyebabkan rumah tangga miskin yang tinggal di sekitar daerah rawan banjir

semakin menderita. Salah satu masalah yang dapat terjadi akibat bencana banjir

adalah terjadinya rawan pangan pada rumah tangga miskin. Hal ini dikarenakan

terbatasnya akses terhadap pangan, sehingga akan berpengaruh pada ketahanan

pangan rumah tangga miskin yang tinggal di daerah rawan banjir. Data ketahanan

pangan tingkat rumah tangga di Kota Surakarta belum tersedia, sehingga untuk

pengambilan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan pemantapan ketahanan

pangan diperlukan adanya penelitian mengenai ketahanan pangan rumah tangga

miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Ketahanan pangan terbagi menjadi empat tingkatan yaitu ketahanan

pangan nasional, ketahahan pangan regional atau lokal, ketahanan pangan rumah

tangga atau keluarga, dan ketahanan pangan individu. Tercapainya ketahanan

pangan nasional, tidak berarti tiada masalah dalam ketahanan pangan rumah

tangga. Hal ini terjadi karena rumah tangga memiliki ketersediaan dan akses

pangan yang berbeda-beda.

Ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan kemampuan rumah

tangga dalam mengakses pangan secara cukup untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggotanya dan untuk mempertahankan kehidupan yang aktif dan sehat.

Upaya dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga bukan merupakan

persoalan yang sederhana. Distribusi pangan yang tidak merata dan kemiskinan

menjadi kendala untuk mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.

Kemiskinan menjadikan rumah tangga di Kecamatan Jebres tidak mampu

menyediakan pangan dalam jumlah yang cukup, aman, dan bergizi, sehingga

ketahanan pangannya lemah.

Kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin akan semakin lemah

apabila rumah tangga miskin tersebut bertempat tinggal di daerah rawan bencana

misalnya bencana banjir. Kecamatan Jebres merupakan kecamatan yang

termasuk daerah rawan banjir dengan kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir

yang tergolong parah. Kerusakan fisik dan hilangnya sumber pendapatan akibat

Page 17: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

banjir yang melanda Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat menyebabkan akses

pangan terbatas. Hal inilah yang dapat mengakibatkan terjadinya kerawanan

pangan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Berapa besarnya proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total

pengeluaran rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan

Jebres Kota Surakarta?

2. Berapa besarnya tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga miskin

pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta?

3. Bagaimana hubungan antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dari total

pengeluaran dengan konsumsi energi dan protein rumah tangga miskin pada

daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta?

4. Bagaimana kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin pada daerah

rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dilihat dari indikator

proporsi pengeluaran konsumsi pangan dan tingkat konsumsi energi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui besarnya proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total

pengeluaran rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan

Jebres Kota Surakarta.

2. Mengetahui besarnya tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga

miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

3. Mengetahui hubungan antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dari

total pengeluaran dengan konsumsi energi dan protein rumah tangga miskin

pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

4. Mengetahui kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin pada daerah

rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dilihat dari indikator

proporsi pengeluaran konsumsi pangan dan tingkat konsumsi energi.

Page 18: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan

dengan topik penelitian dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi Pemerintah Kota Surakarta, penelitian ini berguna sebagai sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, khususnya

yang berkaitan dengan pemantapan ketahanan pangan pada daerah rawan

banjir di Kota Surakarta.

3. Bagi pembaca, penelitian ini berguna sebagai wacana dalam menambah

pengetahuan mengenai ketahanan pangan rumah tangga miskin pada daerah

rawan banjir.

4. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Page 19: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Marwanti (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Pola Pengeluaran

Untuk Konsumsi Pangan Gizi Penduduk Indonesia (Analisis Data Susenas 1999)

menyatakan bahwa pengeluaran untuk kelompok makanan masih lebih besar

daripada pengeluaran untuk kelompok bukan makanan. Proporsi pengeluaran

untuk kelompok makanan terhadap pengeluaran total pada tahun 1993 sebesar

56,86% dan pada tahun 1996 menurun menjadi 55,27%. Hasil ini menunjukkan

adanya perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang akan berimplikasi pada

perbaikan konsumsi gizi. Rata-rata konsumsi kalori pada tahun 1993 sebesar

1.879 kal/kapita/hari dan pada tahun 1996 meningkat menjadi 2.020

kal/kapita/hari. Dengan angka kecukupan konsumsi energi yang

direkomendasikan oleh WHO sebesar 2.100 kal/kapita/hari, maka konsumsi

kalori penduduk Indonesia belum memenuhi angka kecukupan.

Penelitian Rachman, dkk (2003) yang berjudul Distribusi Provinsi di

Indonesia Menurut Derajat Ketahanan Pangan Rumah Tangga menyatakan

bahwa secara nasional pada tahun 1999 lebih dari 30% rumah tangga di

Indonesia tergolong rawan pangan, di daerah kota sekitar 27% dan di pedesaan

sekitar 33%. Dari 26 provinsi di Indonesia 5 provinsi yang memiliki proporsi

rumah tangga rawan pangan tertinggi adalah Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur,

Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari sisi ekonomi rumah tangga

rawan pangan diindikasikan oleh pangsa pengeluaran pangan yang tinggi dan

dari tingkat konsumsi energinya kurang. Hal ini membuktikan bahwa aspek

pendapatan untuk meningkatkan akses terhadap pangan merupakan faktor

penting dalam peningkatan ketahanan pangan rumah tangga.

Penelitian Hasan dan Saputra (2005) yang berjudul Ketahanan Pangan dan

Kemiskinan : Implementasi dan Kebijakan Penyesuaian menunjukkan bahwa (1)

masih lemahnya sistem ketahanan pangan pada masyarakat miskin di Sumatra

Barat, (2) lemahnya sistem ini memberikan dampak yang besar terhadap kondisi

Page 20: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

`

gizi masyarakat, (3) muncul fenomena bahwa kemiskinan cenderung

berimplikasi terhadap kerawanan pangan, (4) evaluasi terhadap program raskin

menunjukkan bahwa program ini sering tidak tepat sasaran, (5) kelompok yang

paling rentan terhadap kebutuhan pangan terutama beras muncul pada komunitas

miskin perkotaan dan miskin nelayan. Diperlukan sebuah kebijakan penyesuaian

terhadap sistem ketahanan pangan masyarakat miskin terutama pada aspek

konsumsi.

Nuryani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Hubungan

Proporsi Pengeluaran dan Konsumsi Pangan dengan Ketahanan Pangan Rumah

Tangga Petani di Kabupaten Sukoharjo, menunjukkan bahwa proporsi

pengeluaran untuk pangan rumah tangga petani di Kabupaten Sukoharjo lebih

besar dibanding bukan pangan yaitu sebesar 42,87% konsumsi energi dan protein

rumah tangga petani di Kabupaten Sukoharjo mempunyai tingkat kecukupan gizi

sebesar 137,95% untuk energi dan 182,71% untuk protein. Semakin rendah

proporsi pengeluaran konsumsi pangan, maka akan semakin tinggi kecukupan

konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di Kabupaten Sukoharjo.

Ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten Sukoharjo sebagian besar

termasuk tahan pangan.

Keempat penelitian diatas digunakan sebagai bahan referensi dalam

penelitian ini dengan alasan bahwa penelitian tersebut memiliki kesamaan dalam

metode analisisnya yaitu menganalisis besarnya proporsi pengeluaran konsumsi

pangan terhadap total pengeluaran dan besarnya tingkat konsumsi energi yang

merupakan indikator ketahanan pangan rumah tangga. Hasil penelitian terdahulu

menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi pangan masih mengambil bagian

terbesar dari total pengeluaran rumah tangga. Tingginya proporsi pengeluaran

konsumsi pangan dapat menjadi indikator menurunnya kesejahteraan rumah

tangga dan meluasnya kemiskinan yang akan berdampak pada ketahanan pangan

rumah tangga.

Page 21: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

`

B. Tinjauan Pustaka

1. Pangan

Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia.

Pengertian pangan menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1996 adalah segala

sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik diolah maupun tidak

diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan

lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau

pembuatan makanan dan minuman (BPOM RI, 1996).

Permasalahan yang dihadapi dalam mengkonsumsi pangan dan

penganekaragaman pangan adalah: (a) banyaknya jumlah penduduk miskin

dan pengangguran dengan akses yang rendah terhadap pangan (b) kurangnya

pengetahuan dan kesadaran penduduk terhadap nutrisi (c) masih dominannya

konsumsi beras sebagai sumber energi utama (d) kurangnya kesadaran sistem

sanitasi dan kebersihan rumah tangga (e) kurangnya kesadaran masyarakat

tentang ketahanan pangan. Akses rumah tangga untuk mendapat pangan

dipengaruhi oleh kemampuan membeli (diukur dari tingkat pendapatan

rumah tangga dan harga komoditas pangan) dan institusi sosial yang terlibat

dalam pendistribusian pangan (Thompson, et al., 2008).

Hafsah dalam Widowati dan Damardjati (2001) menyatakan bahwa

pangan perlu beragam, karena beberapa alasan, yaitu : (1) Mengkonsumsi

pangan yang beragam adalah alternatif terbaik untuk pengembangan

sumberdaya manusia berkualitas, (2) Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan

sumberdaya pertanian dan kehutanan, (3) Memproduksi pangan yang

beragam mengurangi ketergantungan impor pangan, dan (4) Akan

mewujudkan ketahanan pangan, yang merupakan kewajiban bersama

pemerintah dan masyarakat.

2. Pengeluaran Untuk Konsumsi

Perbedaan tingkat pendapatan menimbulkan perbedaan-perbedaan

pola distribusi pendapatan, termasuk pola konsumsi rumah tangga dan

penguasaan modal bukan tanah. Sebagai contoh, rumah tangga petani kecil

Page 22: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

`

atau buruh tani, karena pendapatannya relatif kecil untuk konsumsi rumah

tangga hanya mampu membeli kebutuhan pokok saja, misalnya beras dan

lauk-pauk sekedarnya. Sedangkan petani bertanah luas, karena

pendapatannya besar disamping mampu membeli barang-barang konsumsi

pokok rumah tangga, juga mampu membeli kebutuhan barang-barang

kebutuhan sekunder, seperti barang perlengkapan rumah tangga, alat

transportasi, alat-alat hiburan dan masih mempunyai sisa untuk ditabung atau

diinvestasikan dalam barang-barang modal. Barang-barang modal tersebut

dapat berupa tanah, traktor atau modal untuk usaha di luar usaha sektor

pertanian (Djiwandi, 2002).

Menurut Hukum Engel, pada saat terjadinya peningkatan pendapatan

konsumen akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan

proporsi yang semakin mengecil. Sebaliknya apabila pendapatan menurun,

porsi yang dibelanjakan untuk pangan semakin meningkat. Terkait dengan

Hukum Engel, M.K. Bennet menemukan bahwa peningkatan pendapatan

akan mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas konsumsi

pangannya dengan harga yang lebih mahal per unit zat gizinya. Pada tingkat

pendapatan per kapita yang lebih rendah, permintaan terhadap pangan

diutamakan pada pangan yang padat energi yang berasal dari hidrat arang,

terutama padi-padian. Apabila pendapatan meningkat, pola konsumsi pangan

akan lebih beragam, serta umumnya akan terjadi peningkatan konsumsi

pangan yang lebih bernilai gizi tinggi. Peningkatan pendapatan akan

meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan konsumsi

pangan yang lebih mahal (Soekirman, 2000).

Pengeluaran untuk konsumsi makanan bagi penduduk Indonesia

masih mengambil bagian terbesar dari seluruh pengeluaran rumah tangga.

Hukum Engel menyatakan bahwa proporsi dari pengeluaran total yang

disediakan untuk makanan menurun jika pendapatan meningkat. Dengan kata

lain makanan merupakan suatu kebutuhan pokok dalam arti bahwa

konsumsinya naik lebih lambat dari pada kenaikan pendapatan. Hukum Engel

merupakan suatu penemuan empiris yang konsisten sehingga beberapa ahli

Page 23: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

`

ekonomi telah menyatakan proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk

makanan sebagai suatu indikator kemiskinan (Nicholson, 2002).

Secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi digolongkan ke

dalam dua kelompok penggunaan yaitu konsumsi untuk makanan dan

konsumsi untuk bukan makanan. Orang desa dan orang kota berbeda dalam

hal besarnya pengeluaran. Pengeluaran rata-rata orang kota hampir selalu dua

kali lipat pengeluaran orang desa. Alokasi pengeluaran untuk makanan di

kalangan orang desa lebih besar dibandingkan di kalangan orang kota

(Dumairy, 1997).

Peningkatan proporsi pengeluaran untuk kelompok makanan dapat

menjadi indikator menurunnya kesejahteraan penduduk dan meluasnya

kemiskinan karena dalam kondisi pendapatan yang terbatas, seseorang akan

mendahulukan pemenuhan kebutuhan makanan sehingga pendapatan yang

terbatas sebagian besar dibelanjakan untuk konsumsi makanan

(Marwanti, 2002).

3. Kemiskinan

Hasan dan Saputra (2005) menyatakan bahwa secara tidak langsung

kemiskinan menjadi indikasi akan lemahnya tahap penggunaan pangan akibat

dampak tidak meratanya distribusi pendapatan dan seterusnya menjadikan

mereka sebagai komunitas yang rawan pangan. Hal ini diperburuk dengan

krisis ekonomi sejak 1997 dan kenaikan harga minyak serta lonjakan harga

pangan internasional menambah jumlah angka kemiskinan karena kondisi

tersebut telah memicu meningkatnya harga pangan di pasaran dalam negeri.

Kondisi ini diperkuat oleh data Susenas 2002, dimana 80% dari total

pengeluaran rumah tangga miskin digunakan untuk membeli bahan makanan

dan 60% diantaranya untuk membeli beras.

Salah satu penyebab utama lemahnya ketahanan pangan keluarga

adalah kemiskinan. Menurut Sumarwan dan Sukandar (1998) kemiskinan

sangat terkait dengan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya, yaitu pangan. Mereka yang dikategorikan miskin adalah keluarga

yang rawan pangan atau tidak tahan pangan karena tidak mengkonsumsi

Page 24: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

`

pangan yang cukup. Selain karena daya beli yang rendah, pengetahuan

tentang gizi rumah tangga miskin rendah, sehingga dalam mengkonsumsi

makanan mereka kurang mempertimbangkan kandungan gizi pada makanan.

4. Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1996 adalah

kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata

dan terjangkau. Ketahanan pangan rumah tangga dicerminkan oleh beberapa

indikator, antara lain : (1) tingkat kerusakan tanaman, ternak, dan perikanan,

(2) penurunan produksi pangan, (3) tingkat ketersediaan pangan di rumah

tangga, (4) proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total,

(5) fluktuasi harga pangan utama yang umum dikonsumsi rumah tangga,

(6) perubahan kehidupan sosial seperti migrasi, menjual/menggadaikan asset,

(7) keadaan konsumsi pangan seperti kebiasaan makan, kuantitas dan kualitas

pangan, dan (8) keadaan gizi masyarakat (Suhardjo dalam Rachman dan

Ariani, 2002).

Kerawanan pangan tidak dilihat lagi secara sederhana sebagai

kegagalan dari pertanian untuk menghasilkan pangan yang cukup pada

tingkat nasional, tetapi juga sebagai kegagalan dari mata pencaharian untuk

menjamin akses pangan yang cukup pada level rumah tangga. Pada tahun

1996 di Roma dalam Deklarasi Ketahanan Pangan Dunia, ketahanan pangan

didefinisikan sebagai : Pangan yang tersedia di setiap waktu, dimana semua

orang mempunyai akses yang sama, yang secara nutrisi mencukupi dalam

kuantitas, kualitas dan keragaman, serta dapat diterima di semua kalangan

masyarakat (Clover, 2003).

Ketahanan pangan pada tingkat Nasional diartikan sebagai

kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh

pangan yang cukup, mutu yang layak, aman, yang didasarkan pada

optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumberdaya lokal.

Ketahanan pangan disamping sebagai prasyarat untuk memenuhi hak azasi

pangan masyarakat, juga merupakan pilar bagi eksistensi dan kedaulatan

Page 25: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

`

suatu bangsa. Oleh sebab itu, seluruh komponen bangsa yaitu pemerintah dan

masyarakat sepakat untuk bersama-sama membangun ketahanan pangan

Nasional (Nainggolan, 2008).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pangan merupakan komoditas yang penting dan strategis, karena

merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial yang setiap saat harus dapat

dipenuhi bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Pangan sebagai sumber zat

gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi landasan

utama manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus

kerhidupan. Kebutuhan pangan perlu diupayakan ketersediaanya dalam jumlah

yang cukup, mutu yang layak, aman dikonsumsi, dan mudah diperoleh dengan

harga yang terjangkau karena pangan merupakan komponen dasar yang utama

untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pendapatan merupakan faktor utama yang menentukan konsumsi suatu

rumah tangga. Pendapatan digunakan untuk membayar semua pengeluaran

rumah tangga dan jika ada sisa pendapatan tersebut akan ditabung. Pada tingkat

pendapatan yang rendah, konsumsi akan melebihi pendapatan dan konsumsi yang

melebihi pendapatan ini akan dibiayai oleh tabungannya pada masa lalu. Pada

tingkat pendapatan yang tinggi, tidak semua pendapatan yang diterima digunakan

untuk konsumsi, melainkan sebagian pendapatan tersebut akan masuk ke

tabungan.

Pengeluaran rumah tangga dibedakan menjadi dua yaitu pengeluaran

pangan dan pengeluaran non pangan. Pengeluaran non pangan terdiri dari

pengeluaran untuk perumahan, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya

kesehatan, pakaian, pajak dan asuransi, serta keperluan sosial. Sedangkan

pengeluaran pangan yaitu biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk

membeli berbagai jenis kebutuhan berupa makanan dan minuman.

Jumlah dan komposisi gizi seseorang dapat dihitung dari jumlah pangan

yang dikonsumsinya dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan

(DKBM). Tercukupinya kebutuhan pangan dapat terlihat dari terpenuhinya

Page 26: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

`

kebutuhan energi dan protein sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

No.1593/Menkes/SK/IX/2005 yaitu berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga sangat tergantung dari cukup

tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap anggota rumah tangga untuk

mencapai gizi baik dan hidup sehat. Untuk mengukur derajat ketahanan pangan

tingkat rumah tangga, digunakan dua indikator ketahanan pangan, yaitu proporsi

pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi (Jonsson dan Toole dalam

Rachman dan Ariani, 2002).

Berdasarkan teori di atas, maka dapat digambarkan kerangka berpikir

pendekatan masalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pengeluaran Pangan

Total Pengeluaran

Rumah Tangga

Pengeluaran Non pangan

Proporsi Pengeluaran Pangan Terhadap Total Pengeluaran

Konsumsi Energi

Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Tabungan

Pendapatan Rumah Tangga

Konsumsi Protein

Konsumsi Pangan

Page 27: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

`

D. Asumsi

Pemenuhan energi dari beragam pangan akan menyebabkan terpenuhinya

zat gizi yang lain.

E. Pembatasan Masalah

1. Harga barang baik pangan maupun non pangan dihitung berdasarkan harga

yang berlaku pada Bulan Juli 2010.

2. Rumah tangga miskin pada penelitian ini adalah Rumah Tangga Sasaran

(RTS) penerima raskin yang bertempat tinggal pada daerah rawan banjir.

F. Hipotesis

Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara proporsi pengeluaran

konsumsi pangan dengan konsumsi energi dan protein.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Pendapatan rumah tangga merupakan sejumlah uang yang diperoleh dari

penjumlahan pendapatan masing-masing anggota rumah tangga dari

pekerjaan yang dilakukan dalam satu bulan.

2. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan

baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,

pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman (Undang-Undang

No.7 Tahun 1996).

3. Konsumsi pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dimakan

atau diminum seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan fisiknya.

Konsumsi pangan dinilai dari konsumsi energi dan protein.

4. Konsumsi energi adalah sejumlah energi pangan yang dinyatakan dalam

kilokalori (kkal) yang dikonsumsi per orang per hari.

5. Konsumsi protein adalah sejumlah protein pangan yang dinyatakan dalam

gram yang dikonsumsi per orang per hari.

6. Tingkat Konsumsi Energi (TKE) adalah perbandingan antara jumlah

konsumsi energi per orang per hari dengan Angka Kecukupan Energi (AKE)

Page 28: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

`

yang dianjurkan (berdasarkan umur dan jenis kelamin) yang dinyatakan

dalam persen.

7. Tingkat Konsumsi Protein (TKP) adalah perbandingan antara jumlah

konsumsi protein per orang per hari dengan Angka Kecukupan Protein (AKP)

yang dianjurkan (berdasarkan umur dan jenis kelamin) yang dinyatakan

dalam persen.

8. Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh

seseorang atau rata-rata kelompok orang untuk memenuhi kebutuhan. Angka

Kecukupan Gizi yang dianjurkan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan No.1593/Menkes/SK/IX/2005 yaitu berdasarkan umur dan jenis

kelamin.

9. Pengeluaran pangan terdiri dari padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur

dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak,

minuman, bumbu-bumbuan, makanan dan minuman jadi, tembakau dan sirih

yang dinyatakan dalam rupiah.

10. Pengeluaran non pangan terdiri dari perumahan, aneka barang dan jasa, biaya

pendidikan, biaya kesehatan, sandang, barang tahan lama, pajak dan asuransi,

serta keperluan sosial yang dinyatakan dalam rupiah.

11. Proporsi pengeluaran pangan adalah perbandingan antara pengeluaran

konsumsi pangan dengan total pengeluaran yang dinyatakan dalam persen.

12. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) adalah daftar yang memuat

susunan kandungan zat-zat gizi berbagai jenis bahan makanan atau makanan.

Zat gizi tersebut meliputi energi, protein, lemak, karbohidrat, beberapa

mineral penting (kalsium, besi) dan vitamin (vitamin A, vitamin B, niasin dan

vitamin C) (Supariasa, 2002).

13. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga

yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun

mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No. 7 Tahun 1996). Dalam

penelitian ini, ketahanan pangan tingkat rumah tangga dilihat dari proporsi

pengeluaran konsumsi pangan dan tingkat konsumsi energi.

Page 29: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1994), metode deskriptif analitis adalah

suatu metode yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah yang ada

pada masa sekarang. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran

tentang suatu masyarakat atau sekelompok orang tertentu, atau gambaran tentang

suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.

Metode deskriptif menurut Surakhmad (1994) mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut :

a. Memusatkan pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada

masalah-masalah yang aktual.

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisa (karena itu metode ini sering disebut metode analitik).

Adapun teknik pelaksanaan penelitian yang digunakan adalah dengan cara

survei, yaitu pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dari suatu

populasi dalam jangka waktu yang bersamaan dan menggunakan kuesioner

sebagai alat pengumpulan data (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jebres. Kemudian dari kecamatan

dipilih kelurahan secara purposive sampling, yaitu dengan mempertimbangkan

alasan yang diketahui berdasarkan tujuan penelitian (Singarimbun dan Efendi,

1995). Kelurahan yang dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa kelurahan

tersebut rawan terhadap banjir dan jumlah rumah tangga miskinnya tergolong

tinggi. Data kelurahan rawan banjir dan jumlah kerusakan bangunan akibat banjir

di Kecamatan Jebres dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 30: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Tabel 3. Data Kelurahan Rawan Banjir dan Jumlah Kerusakan Bangunan Akibat Banjir Kecamatan Jebres Tahun 2008

No. Kelurahan Rawan Banjir Jumlah Kerusakan Bangunan Akibat Banjir 1. Sewu 585 2. Jebres 475 3. Jagalan 991 4. Pucangsawit 924 5. Gandekan 20 6. Sudiroprajan 75

Total 3.070

Sumber : Satkorlak Kota Surakarta, 2008

Berdasarkan Tabel 3, terdapat enam kelurahan di Kecamatan Jebres yang

merupakan daerah rawan banjir, yaitu Kelurahan Sewu, Jebres, Jagalan,

Pucangsawit, Gandekan, dan Sudiroprajan. Data tersebut menunjukkan bahwa

Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit adalah dua kelurahan dengan jumlah

kerusakan bangunan akibat banjir tergolong besar daripada kelurahan yang lain.

Banjir yang melanda Kelurahan Jagalan menyebabkan kerusakan sebanyak 991

bangunan, sedangkan di Kelurahan Pucangsawit banjir menyebabkan kerusakan

sebanyak 924 bangunan. Besarnya tingkat kerusakan bangunan di kedua

kelurahan tersebut menunjukkan bahwa Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit

adalah kelurahan yang rawan terhadap banjir.

Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit juga merupakan dua kelurahan yang

jumlah rumah tangga miskinnya tergolong tinggi. Berikut ini merupakan data

rumah tangga miskin pada tiap-tiap kelurahan di Kecamatan Jebres.

Tabel 4. Data Rumah Tangga Miskin pada Tiap-tiap Kelurahan di Kecamatan Jebres Tahun 2009

No. Kelurahan Jumlah Rumah Tangga Miskin (KK) 1. Kepatihan Kulon 99 2. Kepatihan Wetan 154 3. Sudiroprajan 304 4. Gandekan 551 5. Sewu 421 6. Jagalan 605 7. Pucangsawit 788 8. Purwodiningratan 223 9. Tegalharjo 182 10. Jebres 1056 11. Mojosongo 977

Total 5360

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2009

Page 31: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui jumlah rumah tangga miskin pada

beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres. Data tersebut menunjukkan bahwa

jumlah rumah tangga miskin di Kelurahan Jagalan sebanyak 605 KK dan

Pucangsawit sebanyak 788 KK. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tersebut maka dipilih Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit sebagai daerah

penelitian.

C. Metode Pengambilan Sampel

Singarimbun dan Efendi (1995), data yang dianalisis harus menggunakan

jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal.

Sampel yang jumlahnya besar yang distribusinya normal adalah sampel yang

jumlahnya ≥ 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel pada

penelitian ini adalah 30 responden. Populasi dalam penelitian ini adalah Rumah

Tangga Sasaran (RTS) Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit yang bertempat

tinggal pada daerah yang rawan banjir. RTS merupakan rumah tangga miskin

yang memperoleh bantuan dari pemerintah berupa raskin.

Page 32: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Tabel 5. Data Rumah Tangga Miskin di Daerah Rawan Banjir Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit Tahun 2009

Kelurahan Daerah Rawan Banjir Jumlah Rumah Tangga Miskin (KK) RW RT

Jagalan III 01 8 02 12 03 18 04 5 05 13 V 01 18 02 17 03 14 04 36 05 16 06 22 XIV 01 22

02 17 03 35

Jumlah 253 Pucangsawit VI 01 13

02 36 03 40 VIII 01 7 02 16 03 18 04 9 05 32 IX 01 9 02 11 03 5

Jumlah 196 Total 449

Sumber : Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit, 2009

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui jumlah populasi dari Kelurahan

Jagalan dan Pucangsawit yaitu rumah tangga yang terdaftar dalam Rumah

Tangga Sasaran (RTS) yang bertempat tinggal pada daerah rawan banjir.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak kelurahan, terdapat tiga RW di

Kelurahan Jagalan yang merupakan daerah rawan banjir yaitu RW III, V, dan

XIV, sehingga jumlah populasi untuk kelurahan Jagalan adalah 253 KK. Begitu

pula dengan Kelurahan Pucangsawit, terdapat tiga RW yang merupakan daerah

rawan banjir yaitu RW VI, VIII, dan IX, sehingga diperoleh jumlah populasinya

sebanyak 196 KK.

Page 33: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Penentuan jumlah sampel rumah tangga miskin di daerah yang rawan

terhadap banjir dari masing-masing kelurahan dilakukan secara proporsional,

yaitu penentuan jumlah sampel berdasarkan jumlah populasinya dengan

menggunakan rumus :

Ni = N

Nk x 30

Dimana :

Ni : Jumlah rumah tangga miskin sampel di daerah rawan banjir

Nk : Jumlah rumah tangga miskin di daerah rawan banjir di setiap kelurahan

N : Jumlah rumah tangga miskin di daerah rawan banjir di seluruh kelurahan

30 : Jumlah seluruh rumah tangga sampel yang dikehendaki

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel dari setiap kelurahan

adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Jumlah Responden Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit Kelurahan Jumlah KK Jumlah Sampel (KK) Jagalan 253 17 Pucangsawit 196 13 Jumlah 449 30

Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah sampel dari Kelurahan

Jagalan sebanyak 17 KK dan Pucangsawit sebanyak 13 KK. Jumlah seluruh

rumah tangga miskin yang bertempat tinggal di daerah yang rawan terhadap

banjir yang dijadikan sampel adalah 30 KK.

Pengambilan rumah tangga sampel dari kelurahan terpilih dilakukan

dengan metode Simple Random Sampling yang merupakan cara pemilihan

sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu persatu secara acak, sehingga

semua anggota populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih.

Pemilihan rumah tangga sampel ditentukan dengan undian, yaitu dengan cara

menuliskan nama masing-masing kepala keluarga yang ada di setiap kelurahan

terpilih pada secarik kertas kemudian menggulungnya dan memasukkannya ke

dalam sebuah kotak. Kotak tersebut kemudian dikocok dan diambil satu

gulungan kertas. Nama kepala keluarga yang terambil menjadi responden yang

akan diteliti, kemudian gulungan tersebut dikembalikan lagi sehingga semua

Page 34: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

anggota populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih. Demikian

seterusnya hingga terpenuhi jumlah sampel yang dikehendaki.

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu data penelitian yang berasal dari sumber

data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan dilakukan

dengan teknik survei yang menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dalam berbagai

bentuk, biasanya sumber data ini lebih banyak sebagai data statistik atau data

yang telah diolah sedemikian rupa sehingga siap digunakan. Data dalam

bentuk statistik biasanya tersedia pada kantor-kantor pemerintahan, biro jasa

data, perusahaan swasta atau badan lain yang berhubungan dengan

penggunaan data. (Daniel, 2002). Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta meliputi Data

Rumah Tangga Miskin Kota Surakarta Tahun 2009 dan Surakarta Dalam

Angka 2009, Satkorlak Kota Surakarta meliputi Data Daerah Rawan Banjir

Kota Surakarta Tahun 2008 dan Data Kerusakan Bangunan Akibat Banjir

Tahun 2008, Kecamatan Jebres yaitu Kecamatan Jebres Dalam Angka 2009,

Kelurahan Pucangsawit dan Jagalan yaitu Data Rumah Tangga Sasaran

Tahun 2009.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data primer melalui tanya

jawab langsung kepada responden dengan bantuan daftar pertanyaan atau

kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga diperoleh

gambaran yang jelas mengenai objek yang akan diteliti.

Page 35: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung

objek penelitian yang berupa kondisi wilayah dan responden.

c. Pencatatan

Teknik pengumpulan data dengan melakukan pencatatan langsung

mengenai data-data, baik data dari responden maupun data yang ada pada

instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian.

d. Recall

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data

konsumsi pangan tingkat individu atau perorangan. Prinsip dari metode

recall adalah mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi

pada periode 24 jam yang lalu (Supariasa, 2002).

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan terhadap Total Pengeluaran

Rumah Tangga

Proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total pengeluaran

rumah tangga menggunakan rumus :

å=

pKp

Qp x 100 %

Keterangan :

Qp : Proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total pengeluaran

rumah tangga (%)

Kp : Pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga (Rupiah/Bulan)

∑p : Total pengeluaran rumah tangga (Rupiah/Bulan)

2. Analisis Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga

Konsumsi energi dan protein rumah tangga dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut :

KGijxBdd

xBPj

Gij j

100100=

Page 36: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Keterangan :

Gij : Jumlah energi atau protein yang dikonsumsi dari pangan j (energi

dalam satuan kilokalori dan protein dalam satuan gram)

BPj : Berat pangan j yang dikonsumsi (gram)

Bddj : Bagian yang dapat dimakan dari 100 gram pangan j (%)

KGij : Kandungan energi atau protein per 100 gram pangan j yang

dikonsumsi (energi dalam satuan kilokalori dan protein dalam

satuan gram)

Untuk mengukur kecukupan konsumsi energi dan protein secara

kuantitatif digunakan Parameter Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan

Tingkat Konsumsi Protein (TKP), yang dihitung dengan rumus :

TKE= 100% x dianjurkan yang AKE

Energi Konsumsiå

TKP= 100% x dianjurkan yang AKP

Protein Konsumsiå

Keterangan :

TKE : Tingkat Konsumsi Energi (%)

TKP : Tingkat Konsumsi Protein (%)

∑ konsumsi energi : Jumlah Konsumsi Energi (kkal/orang/hari)

∑ konsumsi protein : Jumlah Konsumsi Protein (gram/orang/hari)

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan sesuai dengan

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1593/Menkes/SK/IX/2005 yaitu

berdasarkan umur dan jenis kelamin, yang dapat dilihat pada Tabel 7 :

Page 37: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Tabel 7. Daftar Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Angka Kecukupan Protein (AKP) Berdasar Umur dan Jenis Kelamin

No. Kelompok Umur Energi (kkal) Protein (gram) 1. Anak

0 - 6 bulan 550 10 7 - 11 bulan 650 16 1 - 3 tahun 1.000 25 4 - 6 tahun 1.550 39 7 - 9 tahun 1.800 45

2. Laki-Laki 10 - 12 tahun 2.050 50 13 - 15 tahun 2.400 60 16 - 18 tahun 2.600 65 19 - 29 tahun 2.550 60 30 - 49 tahun 2.350 60 50 - 64 tahun 2.250 60 65+ tahun 2.050 60

3. Wanita 10 - 12 tahun 2.050 50 13 - 15 tahun 2.350 57 16 - 18 tahun 2.200 55 19 - 29 tahun 1.900 50 30 - 49 tahun 1.800 50 50 - 64 tahun 1.750 50 65+ tahun 1.600 45

4. Hamil (+an) Trisemester 1 +180 +17 Trisemester 2 +300 +17 Trisemester 3 +300 +17

5. Menyusui (+an) 6 bulan pertama +500 +17 6 bulan kedua +550 +17

Sumber : Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1593 Tahun 2005

Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) diklasifikasikan berdasarkan pada

nilai ragam kecukupan gizi yang dievaluasi secara bertingkat berdasarkan

acuan Departemen Kesehatan RI Tahun 1990, yaitu :

a. Baik : TKG ≥ 100 % AKG

b. Sedang : TKG 80 – 99 % AKG

c. Kurang : TKG 70 – 80 % AKG

d. Defisit : TKG < 70% AKG

Page 38: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3. Analisis Hubungan Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan dari Total

Pengeluaran dengan Konsumsi Energi dan Protein

Proporsi pengeluaran konsumsi pangan mempunyai hubungan

terhadap konsumsi energi dan protein rumah tangga. Konsumsi energi dan

protein akan berbeda pada proporsi pengeluaran yang berbeda. Hal ini dapat

diketahui dengan analisis korelasi menggunakan program SPSS.

Nilai koefisien korelasi (r) yang diketahui dengan program SPSS

memiliki nilai 1 hingga -1. Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukkan

arah hubungan, dimana tanda (+) menunjukkan hubungan yang searah

(positive correlation) yaitu jika satu variabel naik maka variabel lain juga

naik, sedangkan tanda (-) menunjukkan hubungan yang berlawanan (negative

correlation) yaitu jika satu variabel naik maka diikuti penurunan variabel

yang lain. Besarnya nilai koefisien korelasi (r) menurut Trihendradi (2009)

dikategorikan sebagai berikut :

a. 0,7 – 1,0 baik positif maupun negatif, menunjukkan derajat hubungan yang

tinggi

b. 0,4 – 0,7 baik positif maupun negatif, menunjukkan derajat hubungan yang

sedang

c. 0,2 – 0,4 baik positif maupun negatif, menunjukkan derajat hubungan yang

rendah

d. < 0,2 baik positif maupun negatif, hubungan dapat diabaikan

Untuk menguji probabilitas (tingkat signifikansi) dari hasil r,

menggunakan kriteria sebagai berikut :

a. Jika probabilitas r > α, berarti Ho diterima (tidak terdapat hubungan)

b. Jika probabilitas r < α, berarti Ho ditolak (terdapat hubungan yang

signifikan)

4. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Indikator yang digunakan untuk mengukur derajat ketahanan pangan

rumah tangga adalah proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi

energi. Kategori rumah tangga berdasarkan indikator ketahanan pangan dapat

dilihat pada Tabel 8 :

Page 39: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Tabel 8. Kategori Rumah Tangga Berdasarkan Indikator Ketahanan Pangan

Konsumsi Energi

Proporsi Pengeluaran Pangan

Rendah (< 60% pengeluaran total)

Tinggi (≥ 60% pengeluaran total)

Cukup (> 80% kecukupan energi)

1. Tahan Pangan 2. Rentan Pangan

Kurang (≤ 80% kecukupan energi)

3. Kurang Pangan 4. Rawan Pangan

Page 40: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografi

Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam

wilayah Kota Surakarta yang terletak diantara 1100 – 1110 Bujur Timur dan

7,60 – 80 Lintang Selatan, dengan ketinggian 80 – 130 mdpl. Kecamatan Jebres

mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum adalah 28,60C dan suhu

minimumnya sebesar 24,90C dengan kelembaban udara 75%.

Batas-batas wilayah Kecamatan Jebres adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar

Sebelah Selatan : Kecamatan Pasar Kliwon dan Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat : Kecamatan Banjarsari

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar

Luas wilayah Kecamatan Jebres adalah 1.258,18 Ha yang terbagi dalam

11 kelurahan yaitu Kelurahan Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Sudiroprajan,

Gandekan, Sewu, Pucangsawit, Jagalan, Purwodiningratan, Tegalharjo, Jebres,

dan Mojosongo. Kelurahan Mojosongo merupakan kelurahan yang terluas yaitu

dengan luas wilayah 532,88 Ha atau 42,35% dari luas wilayah Kecamatan Jebres

dan kelurahan yang memiliki luas terkecil adalah Kelurahan Kepatihan Kulon

yaitu dengan luas wilayah 17,5 Ha atau 1,39% dari luas wilayah Kecamatan

Jebres.

Penggunaan lahan di Kecamatan Jebres sebagian besar digunakan untuk

pemukiman yaitu sebesar 53,55%. Adapun penggunaan lahan di Kecamatan

Jebres pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 9 :

Page 41: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tabel 9. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kecamatan Jebres Tahun 2009 No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%) 1. Pemukiman 659,09 53,55 2. Jasa 176,61 14,35 3. Perusahaan 83,56 6,79 4. Industri 24,95 2,03 5. Kosong 24,53 1,99 6. Tegalan 91,32 7,42 7. Sawah 21,32 1,73 8. Kuburan 11,70 0,95 9. Lapangan OR 10,51 0,85 10. Taman Kota 22,60 1,84 11. Lain-lain 104,61 8,50

Jumlah 1.230,80 100,00

Sumber : Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan di

Kecamatan Jebres digunakan untuk pemukiman yaitu seluas 659,09 Ha.

Penggunaan lahan terbesar kedua adalah untuk jasa yaitu seluas 176,61 Ha.

Lahan untuk pertanian berupa tegalan dan sawah masing-masing seluas 91,32 Ha

dan 21,32 Ha. Jika dibandingkan dengan lahan untuk pemukiman dan jasa, lahan

untuk pertanian tergolong sempit. Sempitnya lahan pertanian dikarenakan

Kecamatan Jebres bukan merupakan daerah pertanian. Penggunaan luas lahan

untuk keperluan lain-lain sebesar 104,61 Ha seperti untuk fasilitas umum yaitu

jalan raya, tempat ibadah, tempat pembuangan sampah, dan kamar mandi umum.

B. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan sekelompok manusia yang menempati suatu wilayah

dalam kurun waktu tertentu. Keadaan penduduk Kecamatan Jebres meliputi

jumlah dan kepadatan penduduk, penduduk menurut umur dan jenis kelamin,

tingkat pendidikan, dan mata pencaharian adalah sebagai berikut :

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Pertambahan dan penurunan jumlah penduduk di suatu daerah

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti migrasi, natalitas (kelahiran) dan

mortalitas (kematian). Berikut ini adalah tabel mengenai jumlah dan

kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres Tahun 2007-2009.

Page 42: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tabel 10. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2007-2009

Tahun

Luas Wilayah (km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2)

2007 12,58 143.289 11.390 2008 12,58 142.292 11.311 2009 12,58 143.319 11.393

Sumber : Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

Kecamatan Jebres mengalami peningkatan dari tahun 2007-2009.

Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan karena jumlah penduduk yang

lahir atau masuk dan menetap lebih besar dari pada jumlah penduduk yang

mati atau keluar dari Kecamatan Jebres. Berdasarkan data Kecamatan Jebres

Dalam Angka Tahun 2009, jumlah penduduk Kecamatan Jebres pada tahun

2009 adalah 143.319 jiwa yang terdiri dari 71.001 penduduk laki-laki dan

72.318 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 12,58 km2, maka

kepadatan penduduk geografis Kecamatan Jebres sebesar 11.393 jiwa per

km2, yang berarti bahwa setiap 1 km2 luas wilayah ditempati oleh 11.393

jiwa.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut umur digunakan untuk mengetahui

jumlah penduduk yang produktif dan yang non produktif. Menurut Badan

Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta kelompok umur non produktif adalah

kelompok umur antara 0 – 14 tahun dan ≥ 65 tahun, sedangkan kelompok

umur produktif adalah kelompok umur 15 – 64 tahun. Komposisi penduduk

menurut jenis kelamin digunakan untuk mengetahui angka ratio jenis kelamin

(Sex Ratio). Keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin di

Kecamatan Jebres dapat diketahui pada Tabel 11 :

Page 43: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tabel 11. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Tahun 2009

No. Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Tahun) Laki-Laki Perempuan (Jiwa)

1. 0 - 14 26.620 26.903 53.523 2. 15 - 64 40.529 41.951 82.480 3. ≥ 65 3.852 3.464 7.316

Total 71.001 72.318 143.319

Sumber : Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk umur

produktif sebesar 82.480 jiwa, sedangkan jumlah penduduk umur non

produktif sebesar 60.839 jiwa. Jumlah penduduk umur produktif di

Kecamatan Jebres lebih tinggi daripada penduduk umur non produktif.

Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dapat diketahui Angka

Beban Tanggungan (ABT), yaitu suatu bilangan yang menunjukkan

perbandingan antara jumlah penduduk umur non produktif dengan jumlah

penduduk umur produktif yang dinyatakan dalam persen. Adapun Angka

Beban Tanggungan (ABT) di Kecamatan Jebres dapat diketahui dengan

rumus :

ABT = 100% x produktifumur Penduduk

produktifnon umur Penduduk

ABT = 100% x 82.480

839.60

ABT = 73,76% » 74%

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa Angka

Beban Tanggungan (ABT) di Kecamatan Jebres sebesar 74% yang berarti

setiap 100 orang penduduk umur produktif di Kecamatan Jebres harus

menanggung 74 orang penduduk umur non produktif di wilayah tersebut.

Sedangkan untuk mengetahui besarnya Sex Ratio atau perbandingan

antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan

digunakan rumus sebagai berikut :

Page 44: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Sex Ratio = 100% x PerempuanPenduduk Jumlah

Laki-LakiPenduduk Jumlah

Sex Ratio = 10072.31871.001

x

Sex Ratio = 98,18 » 98%

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa besarnya

Sex Ratio di Kecamatan Jebres adalah 98%. Artinya dalam 100 orang

penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki, sehingga dapat

dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan di Kecamatan Jebres lebih

banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya

peningkatan kualitas hidup masyarakat. Komposisi penduduk menurut tingkat

pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia

dan kemampuan penduduk untuk menyerap teknologi baru di daerah tersebut.

Tingginya tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi pengetahuan gizi

seseorang, sehingga akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan konsumsi

pangan dan gizi keluarga. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di

Kecamatan Jebres dapat diketahui pada Tabel 12 :

Tabel 12. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Jebres Tahun 2009

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Persentase (%) 1. Tamat Akademi/PT 6.107 5,20 2. Tamat SLTA 18.690 15,91 3. Tamat SLTP 23.176 19,72 4. Tamat SD 22.685 19,31 5. Tidak Tamat SD 17.005 14,47 6. Belum Tamat SD 16.297 13,87 7. Tidak Sekolah 13.547 11,53

Total 117.507 100,00

Sumber : Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat

pendidikan di Kecamatan Jebres adalah tamat SLTP yaitu sebesar

23.176 jiwa atau sebesar 19,72% dari total penduduk. Hal ini menunjukkan

bahwa penduduk Kecamatan Jebres memiliki pendidikan dasar yang cukup

Page 45: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

dan memahami akan pentingnya pendidikan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga pengetahuan yang dimiliki

oleh seseorang terhadap arti pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi

yang berguna bagi kesehatannya. Seseorang dengan tingkat pengetahuan gizi

yang tinggi akan lebih memperhatikan konsumsi makanannya, baik dalam

hal penganekaragaman menu yang disajikan maupun kualitas gizi yang

terdapat dalam makanan tersebut.

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan mata pencaharian penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh

sumber daya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti ketrampilan

yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, dan modal yang ada.

Berdasarkan keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat jenis

aktivitas ekonomi penduduk dan jumlah penduduk yang terlibat dalam

kegiatan tersebut. Aktivitas ini dilakukan penduduk dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup dan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Berikut

ini adalah tabel keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan

Jebres tahun 2009 :

Tabel 13. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Jebres Tahun 2009

No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Persentase (%) 1. Petani Sendiri 84 0,08 2. Pemilik Usaha 1.721 1,67 3. Buruh Industri 16.519 16,05 4. Buruh Bangunan 16.012 15,56 5. Pedagang 5.047 4,90 6. Sopir 2.748 2,67 7. PNS/TNI/POLRI 8.025 7,80 8. Pensiunan 3.680 3,58 9. Lain-lain 49.061 47,68

Total 102.897 100,00

Sumber : Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang

bermata pencaharian paling kecil adalah sebagai petani yaitu sebesar 84 jiwa

atau sebesar 0,08% dari total penduduk. Kecamatan Jebres bukan merupakan

daerah pertanian, sehingga jumlah penduduk yang bermata pencaharian

Page 46: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

sebagai petani juga sedikit. Jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi

tingkat pendapatan yang diterima oleh seseorang dan tingkat pendapatan yang

diterima dapat mempengaruhi pola konsumsi seseorang dalam mengkonsumsi

kebutuhan pangannya.

C. Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian di Kecamatan Jebres dapat dilihat dari

ketersediaan sarana perekonomian untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,

dimana untuk menyalurkan kebutuhan pangan dari produsen ke konsumen

memerlukan sarana yang memadai. Berikut ini adalah tabel sarana perekonomian

di Kecamatan Jebres tahun 2009 :

Tabel 14. Sarana Perekonomian di Kecamatan Jebres Tahun 2009 No. Sarana Perekonomian Jumlah 1. Pasar Tradisional 8 2. Supermarket/Swalayan 2 3. Toko/Kios/Warung 3.062

Total 3.072

Sumber : Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa di Kecamatan Jebres

tersedia pasar tradisional, supermarket/swalayan, dan toko/kios/warung.

Toko/kios/warung di Kecamatan Jebres jumlahnya paling banyak yaitu 3.072

buah. Tersedianya sarana perekonomian yang memadai di Kecamatan Jebres,

maka akses suatu rumah tangga terhadap pangan akan semakin baik dan

memudahkan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Sarana perekonomian yang baik harus didukung dengan adanya kegiatan

distribusi yang baik pula. Oleh karena itu diperlukan sarana perhubungan yang

memadai. Sarana perhubungan di Kecamatan Jebres dapat diketahui pada

Tabel 15 :

Page 47: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Tabel 15. Sarana Perhubungan di Kecamatan Jebres Tahun 2009 No. Sarana Perhubungan Jumlah 1. Mobil 13.540 2. Sepeda Motor 11.343 3. Taksi 150 4. Angkot 164 5. Bus 44 6. Truk 43 7. Sepeda 12.531 8. Becak 1.806 9. Gerobak Dorong 424

Total 40.045

Sumber : Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa jenis sarana perhubungan

yang terbanyak di Kecamatan Jebres adalah mobil pribadi yaitu sebanyak 13.540

buah. Kegiatan transportasi tidak hanya dilakukan dengan mobil pribadi,

melainkan dengan sepeda, sepeda motor, dan kendaraan umum seperti taksi,

angkot, bus, dan becak. Banyaknya sarana perhubungan di Kecamatan Jebres,

akan mempermudah transportasi penduduk dalam melakukan kegiatan

perekonomian.

Keadaan sarana perekonomian yang memadai akan berpengaruh terhadap

lancarnya distribusi dan ketersediaan pangan. Apabila pangan dapat terdistribusi

dengan baik, maka rumah tangga sebagai konsumen akan mampu mengakses

pangan dengan mudah, sehingga ketersediaan pangan rumah tangga akan

terjamin dan terciptalah ketahanan pangan.

Page 48: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Rumah Tangga Responden

Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum tentang

keadaan responden. Pada penelitian ini mengambil 30 responden di Kecamatan

Jebres Kota Surakarta yang tersebar pada dua kelurahan yaitu Kelurahan Jagalan

dan Pucangsawit yang bertempat tinggal di daerah rawan banjir. Karakteristik

rumah tangga responden meliputi data-data yang mencakup identitas responden

dan anggota keluarga responden. Data-data tersebut meliputi umur, tingkat

pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik rumah tangga responden

dapat dilihat pada Tabel 16 :

Tabel 16. Karakteristik Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta

No. Uraian Rata-rata 1. Umur (tahun)

a. Suami b. Istri

53 49

2. Tingkat pendidikan (tahun) a. Suami b. Istri

7 6

3. Jumlah anggota keluarga (orang) 3

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa umur rata-rata suami adalah

53 tahun dan istri 49 tahun. Umur responden masih termasuk dalam usia

produktif, sehingga memungkinkan responden untuk bekerja secara maksimal dan

berusaha meningkatkan pendapatannya untuk mencukupi kebutuhan rumah

tangga. Umur berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan akan gizi. Kebutuhan

akan gizi tiap individu adalah berbeda dengan tingkat umur yang berbeda pula.

Tingkat pendidikan rata-rata untuk suami adalah 7 tahun atau tidak tamat

SMP, sedangkan istri adalah 6 tahun atau setingkat SD. Ini berarti tingkat

pendidikan responden masih rendah. Rendahnya tingkat pendidikan responden

disebabkan karena keterbatasan biaya. Responden lebih memilih menyelesaikan

pendidikan dasar saja, kemudian langsung bekerja untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Kondisi sarana pendidikan pada tahun 1958an yang kurang memadai

Page 49: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

juga mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan responden, begitu pula dengan

faktor lingkungan. Seseorang yang bertempat tinggal di lingkungan berpendidikan

akan lebih termotivasi untuk mengenyam pendidikan yang tinggi. Sebaliknya jika

seseorang tinggal di lingkungan yang kurang berpendidikan akan terpengaruh oleh

orang-orang disekitarnya, misalnya tingkat pendidikan yang rendah bahkan putus

sekolah.

Tingkat pendidikan formal sangat berperan penting dalam mempengaruhi

konsumsi pangan rumah tangga, khususnya terkait dengan tingkat pendidikan dan

pengetahuan seorang ibu rumah tangga. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga

responden dapat dilihat pada Tabel 17 :

Tabel 17. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta

Tingkat pendidikan (tahun) Ibu rumah tangga Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak sekolah 6 (setingkat SD) 7-9 (setingkat SMP) 10-12 (setingkat SMA) ≥12 (akademi dan setingkat PT)

7 18

3 2 0

23,33 60,00 10,00 6,67 0,00

Jumlah 30 100,00

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui tingkat pendidikan formal ibu rumah

tangga responden. Tingkat pendidikan yang paling banyak pada ibu rumah tangga

responden adalah setingkat SD, yaitu sebanyak 18 orang atau mencapai 60% dari

total responden. Banyaknya ibu rumah tangga yang tidak bersekolah sebanyak

7 orang atau 23,33% dari total responden, ibu rumah tangga lulusan SMP

sebanyak 3 orang atau 10% dari total responden, dan lulusan SMA sebanyak

2 orang atau 6,67% dari total responden, sedangkan tidak ada ibu rumah tangga

responden yang lulusan Akademi dan setingkat Perguruan Tinggi (PT). Tingkat

pendidikan ibu rumah tangga akan mempengaruhi keputusan dalam konsumsi

pangan rumah tangga, karena pada umumnya seorang ibulah yang mengurusi

masalah dapur dan menyiapkan makanan untuk seluruh anggota rumah tangganya.

Anggota rumah tangga adalah orang yang mendiami sebagian atau seluruh

bangunan dan pada umumnya makan bersama pada satu dapur. Anggota rumah

Page 50: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

tangga terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang tercantum

dalam satu kartu keluarga. Banyaknya anggota rumah tangga responden dapat

dilihat pada Tabel 18 :

Tabel 18. Jumlah Anggota Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta

Jumlah Anggota Rumah Tangga Jumlah Persentase (%) 1 - 2 8 26,67 3 - 4 16 53,33 5 - 6 5 16,67

≥ 7 1 3,33 Total 30 100,00

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui bahwa jumlah anggota rumah

tangga responden terbanyak adalah 3-4 orang yaitu sebesar 53,33% dan hanya

terdapat satu responden dengan jumlah anggota rumah tangga ≥ 7 orang.

Banyaknya jumlah anggota rumah tangga akan berpengaruh terhadap besarnya

pendapatan rumah tangga. Semakin banyak anggota rumah tangga yang bekerja,

maka semakin besar pendapatan rumah tangganya. Besarnya jumlah anggota

rumah tangga juga akan berpengaruh terhadap pengeluaran dan kebutuhan pangan

rumah tangga. Semakin banyak anggota rumah tangga, maka pengeluaran dan

kebutuhan pangannya juga semakin banyak.

B. Pendapatan Rumah Tangga Responden

Pendapatan rumah tangga merupakan sejumlah uang yang diperoleh oleh

masing-masing anggota rumah tangga dari pekerjaan yang dilakukan dalam satu

bulan. Pada penelitian ini, besarnya rata-rata pendapatan rumah tangga responden

pada bulan Juli 2010 adalah Rp 1.136.666,67 (Lampiran 1). Sumber pendapatan

rumah tangga responden berasal dari pendapatan suami, istri, anak, dan lainnya.

Pekerjaan suami antara lain buruh, pedagang, wiraswasta, swasta, serabutan,

kernet, dan tukang sampah. Pendapatan suami per bulan adalah yang paling

dominan dalam rumah tangga dan memberikan sumbangan yang terbesar

dibandingkan dengan sumber pendapatan dari anggota rumah tangga lain.

Pekerjaan istri antara lain pedagang, penjahit, serabutan, swasta, dan pekerja

Page 51: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

pabrik. Pendapatan istri dapat menjadi tambahan pemasukan dalam rumah tangga,

sehingga pendapatan rumah tangga akan bertambah.

Anak dari responden ada yang sudah bekerja dan masih tinggal dalam satu

rumah dengan orang tuanya, sehingga pendapatan yang diterima juga dimasukkan

dalam pendapatan rumah tangga. Pekerjaan anak antara lain karyawan pabrik,

pekerja bengkel, serabutan, dan buruh. Sumber pendapatan lainnya berasal dari

pendapatan anggota rumah tangga lain yang tinggal dalam satu rumah. Pada

penelitian ini, sumber pendapatan lain berasal dari pendapatan orang tua yang

masih tinggal dengan anaknya dan pendapatan dari anak menantu yang masih

tinggal dalam satu rumah dengan mertuanya. Selain itu, sumber pendapatan lain

juga berupa kiriman dari anak yang tidak tinggal dalam satu rumah atau bekerja di

luar daerah yang dikirim setiap bulan.

Pendapatan rumah tangga merupakan salah satu faktor dalam menentukan

kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Rumah tangga

dengan pendapatan rendah lebih mementingkan pemenuhan pangan secara

kuantitas dan belum atau kurang mementingkan gizi yang terkandung di dalam

pangan. Sebaliknya rumah tangga dengan pendapatan tinggi tidak hanya dari segi

kuantitas, tetapi sudah mementingkan dari segi kualitas pangannya.

C. Pengeluaran Rumah Tangga Responden

Pengeluaran rumah tangga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk

konsumsi semua anggota rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga terdiri dari

pengeluaran untuk pangan dan non pangan. Pada penelitian ini, pengeluaran yang

dihitung adalah pengeluaran pada bulan Juli 2010. Besarnya rata-rata pengeluaran

pangan rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 19 :

Page 52: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 19. Rata-Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Bulan Juli 2010

No. Pengeluaran Pangan Rata-Rata (Rp/Bln) Proporsi (%) 1. Padi-padian 200.516,67 27,63 2. Umbi-umbian 3.333,33 0,46 3. Ikan 10.983,33 1,51 4. Daging 8.866,67 1,22 5. Telur dan susu 18.033,33 2,49 6. Sayur-sayuran 195.500,00 26,94 7. Kacang-kacangan 68.633,33 9,46 8. Buah-buahan 9.416,67 1,30 9. Minyak dan lemak 17.133,33 2,36 10. Minuman 27.730,00 3,82 11. Bumbu-bumbuan 26.853,70 3,70 12. Konsumsi lain 43.816,67 6,04 13. Makanan dan minuman jadi 26.893,33 3,71 14. Tembakau dan sirih 67.916,67 9,36

Jumlah 725.627,03 100,00

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 2)

Pengeluaran pangan meliputi 14 kelompok pangan, antara lain padi-padian,

umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan,

buah-buahan, minyak dan lemak, minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lain,

makanan dan minuman jadi, serta tembakau dan sirih. Berdasarkan Tabel 19,

dapat diketahui besarnya rata-rata pengeluaran pangan pada bulan Juli 2010

adalah Rp 725.627,03.

Proporsi pengeluaran pangan yang terbesar adalah pengeluaran untuk

kelompok padi-padian, yang mencapai 27,63% dari pengeluaran pangan.

Kelompok pangan padi-padian meliputi beras, jagung, tepung beras, dan tepung

terigu. Pengeluaran yang terbesar pada kelompok ini adalah pengeluaran untuk

beras. Beras menjadi kebutuhan paling utama diantara kelompok padi-padian lain,

karena beras merupakan makanan pokok bagi setiap rumah tangga responden.

Beras merupakan bahan makanan yang tidak tergantikan dan ketersediaannya

selalu terjaga. Jagung juga merupakan kelompok padi-padian yang mengandung

karbohidrat, gula, kalium, kalsium, dan vitamin, tetapi jarang dikonsumsi

responden. Rumah tangga responden berpendapat bahwa jika belum makan nasi

itu artinya belum makan. Hal ini yang mempengaruhi pola pangan rumah tangga

miskin pada daerah rawan banjir Kecamatan Jebres untuk mendahulukan

Page 53: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

mencukupi kebutuhan beras. Kelompok padi-padian lain seperti tepung beras dan

tepung terigu digunakan oleh rumah tangga responden sebagai bahan campuran

untuk membuat lauk-pauk.

Setiap rumah tangga miskin yang tinggal pada daerah rawan banjir di

Kecamatan Jebres yang termasuk dalam daftar Rumah Tangga Sasaran (RTS)

mendapatkan bantuan beras miskin (raskin) dari pemerintah sebesar 15 kg setiap

bulan. Raskin tersebut dibagi rata sesuai kesepakatan setiap RW agar semua

rumah tangga mendapatkannya, baik yang terdaftar dalam RTS maupun tidak.

Oleh karena itu, setiap rumah tangga responden hanya menerima raskin sebanyak

3-4 kg setiap bulan. Harga beli raskin adalah Rp 2.000,00 per kg. Kualitas raskin

kurang baik yaitu dari segi kenampakan luarnya sebelum dimasak beras berwarna

kekuningan dan setelah dimasak rasanya kurang enak. Alasan tersebut yang

mendorong responden untuk menjual lagi raskin tersebut atau dijadikan campuran

dengan beras lain dengan kualitas yang lebih baik.

Proporsi pengeluaran pangan terbesar kedua adalah pengeluaran untuk

kelompok sayur-sayuran. Sayur-sayuran merupakan salah satu kelompok pangan

yang banyak mengandung vitamin dan mineral dan unsur-unsur tersebut penting

untuk kesehatan. Kelompok sayur-sayuran meliputi bayam, kangkung, kubis,

kacang panjang, buncis, sawi putih, tomat, terong, dan lain-lain. Pengeluaran

rumah tangga responden untuk kelompok sayur-sayuran yang terbesar adalah

pengeluaran untuk membeli kangkung, bayam, kacang panjang, dan sawi putih.

Proporsi pengeluaran untuk kelompok sayur-sayuran menempati urutan kedua

setelah beras yaitu sebesar 26,94% dari pengeluaran pangan. Hal ini dikarenakan

responden selalu membeli sayuran setiap hari dan memasaknya sendiri. Rumah

tangga miskin yang tinggal pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres

membeli sayuran di warung ataupun pedagang sayur keliling. Harga sayur-

sayuran yang tinggi juga berpengaruh terhadap banyaknya pengeluaran untuk

kelompok sayur-sayuran.

Proporsi pengeluaran untuk kelompok kacang-kacangan yang meliputi

pengeluaran untuk kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, tahu, dan tempe

adalah sebesar 9,46% dari pengeluaran pangan. Pengeluaran rumah tangga

Page 54: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

responden untuk kelompok kacang-kacangan yang terbesar adalah pengeluaran

untuk tahu dan tempe. Tahu dan tempe menjadi makanan yang selalu ada bagi

rumah tangga responden. Tahu dan tempe merupakan lauk-pauk sumber protein

nabati yang harganya murah, mudah diperoleh, dan tersedia terus-menerus di

pasar. Alasan inilah yang membuat responden memilih untuk selalu

mengkonsumsi tahu dan tempe setiap harinya. Tahu dan tempe banyak

mengandung protein, lemak, vitamin, dan karbohidrat. Cara pengolahannya pun

mudah, rumah tangga responden mengkonsumsinya dalam bentuk tahu dan tempe

goreng.

Pada penelitian ini, masih banyak dijumpai kepala keluarga responden yang

merokok, meskipun telah ada himbauan dari pemerintah bahwa merokok tidak

baik untuk kesehatan. Hal ini terbukti pada proporsi pengeluaran untuk tembakau

dan sirih mencapai 9,36% dari pengeluaran pangan. Kelompok pangan yang

termasuk dalam tembakau dan sirih antara lain rokok kretek, rokok putih, sirih,

dan tembakau. Pengeluaran terbesar dari kelompok ini adalah pengeluaran untuk

rokok kretek, karena rokok kretek harganya lebih murah yaitu Rp 7.000,00 per

bungkus daripada rokok putih yang mencapai Rp 10.000,00 per bungkus. Ada

juga kepala keluarga responden yang meracik rokok sendiri (tingwe). Hampir

semua responden yang merokok berpendapat bahwa merokok itu sama halnya

dengan makan. Bahkan responden lebih memilih untuk tidak makan nasi yang

penting bisa merokok, karena jika sehari saja tidak merokok maka mulut akan

terasa masam.

Kelompok konsumsi lain yang dikonsumsi oleh rumah tangga responden

antara lain kerupuk, karak, dan mie instan. Proporsi pengeluaran untuk konsumsi

lain sebesar 6,04% dari pengeluaran pangan. Kerupuk dan karak selalu

dikonsumsi responden dan menjadi makanan pelengkap yang setiap hari ada di

rumah responden. Hal ini dikarenakan kerupuk dan karak harganya murah dan

mudah diperoleh. Responden membeli kerupuk dan karak dari penjual keliling

yang lewat setiap pagi di depan rumah responden.

Mie instan yang juga merupakan sumber karbohidrat menjadi makanan

alternatif dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga setelah nasi dibanding

Page 55: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

kelompok konsumsi lain. Mie instan sangat digemari oleh berbagai kalangan,

mulai dari anak-anak, dewasa, hingga lanjut usia. Alasannya karena mie instan

rasanya enak, praktis, dan tersedia dalam berbagai variasi harga yang

memungkinkan responden untuk memilih produk mie instan sesuai dengan

kemampuannya. Selain itu, mie instan juga mudah diperoleh di berbagai tempat,

tidak hanya di swalayan tetapi juga di pasar tradisional, toko, atau warung yang

ada di sekitar tempat tinggal responden. Ada rumah tangga responden yang

membeli mie instan eceran dan apa juga yang langsung membeli satu kardus mie

instan untuk konsumsi satu bulan. Menurut responden, mie instan tidak bisa

menggantikan posisi nasi sebagai makanan pokok karena sifat karbohidrat dari

mie instan berbeda dengan nasi. Sifat karbohidrat dari mie instan adalah

sederhana yaitu lebih mudah diserap oleh tubuh, tetapi membuat orang akan lebih

cepat merasa lapar. Sedangkan sifat karbohidrat nasi lebih kompleks yang akan

memberi efek kenyang lebih lama dibandingkan mengkonsumsi mie instan. Pada

saat terjadi banjir, bantuan dari relawan kebanyakan adalah mie instan, sehingga

mie instan menjadi makanan responden sehari-hari.

Rumah tangga responden selalu menyajikan minuman teh hangat yang

manis dan kental, sehingga pengeluaran yang digunakan untuk membeli gula dan

teh merupakan pengeluaran yang rutin setiap bulannya. Proporsi pengeluaran

untuk minuman yang meliputi gula, teh, dan kopi mencapai 3,82% dari

pengeluaran pangan. Pengeluaran terbesar dari kelompok ini adalah pengeluaran

untuk gula, karena merupakan bahan pelengkap untuk membuat minuman teh dan

kopi. Harga gula juga lebih mahal daripada teh dan kopi yaitu Rp 10.000,00

per kg. Responden jarang membeli kopi karena kopi dapat menyebabkan

kecanduan, susah tidur, dan jantung berdebar-debar.

Rumah tangga responden juga mengkonsumsi makanan dan minuman jadi.

Kelompok makanan dan minuman jadi yang dikonsumsi antara lain roti, biskuit,

bakso, dan mie ayam. Proporsi pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi

sebesar 3,71% dari pengeluaran pangan. Pengeluaran makanan jadi berupa roti

dan biskuit adalah pengeluaran rutin untuk rumah tangga responden yang

mempunyai anak balita dan anak-anak usia sekolah. Pengeluaran untuk membeli

Page 56: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

mie ayam dan bakso hanya kadang-kadang jika responden atau anak-anaknya

ingin membelinya yang rata-rata hanya dua kali dalam sebulan.

Sayur-sayuran dalam penelitian ini merupakan pengeluaran pangan yang

terbesar kedua, maka sayuran yang akan dimasak pasti memerlukan bumbu-

bumbuan sebagai perasa dan penyedap masakan. Kelompok bumbu-bumbuan

dalam penelitian ini antara lain garam, merica, ketumbar, terasi, vetsin, kecap,

cabe, bawang merah, dan bawang putih. Proporsi pengeluaran untuk bumbu-

bumbuan sebesar 3,70% dari pengeluaran pangan. Pengeluaran terbanyak adalah

untuk membeli cabe, bawang merah, dan bawang putih. Cabe digunakan untuk

membuat sambal. Bawang merah dan bawang putih hampir digunakan untuk

semua jenis makanan dan diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak jika

dibanding dengan jenis bumbu-bumbu yang lain seperti garam, merica, ketumbar,

terasi, vetsin, dan kecap. Selain itu harga bawang merah dan bawang putih juga

lebih mahal daripada harga bumbu-bumbu yang lain. Harga bawang merah

Rp 20.000,00 per kg dan harga bawang putih Rp 25.000,00 per kg.

Proporsi pengeluaran rumah tangga responden untuk kelompok telur dan

susu adalah 2,49% dari pengeluaran pangan. Diantara produk-produk peternakan,

pengeluaran untuk telur ayam ras adalah yang paling tinggi. Telur ayam ras

merupakan sumber protein hewani yang harganya lebih murah yaitu Rp 14.000,00

per kg, jika dibandingkan dengan harga telur ayam kampung yaitu Rp 21.000,00

per kg dan telur itik yaitu Rp 24.000,00 per kg. Harga telur ayam ras yang lebih

murah menjadi pilihan untuk dikonsumsi oleh rumah tangga responden. Sumber

protein lain seperti susu jarang dikonsumsi rumah tangga responden, alasannya

karena susu harganya mahal. Sebenarnya harga susu bermacam-macam yang bisa

disesuaikan dengan pendapatan responden. Rumah tangga responden yang

mempunyai anak balita dan anak usia sekolah yang mengkonsumsi susu karena

susu mengandung banyak protein, vitamin dan kalsium yang diperlukan untuk

pembentukan dan pertumbuhan tulang dan gigi, kekebalan tubuh, perkembangan

otak serta kecerdasan bagi anak-anaknya. Orang dewasa dan orang tua jarang

sekali mengkonsumsi susu, karena responden menganggap sudah tidak dalam

masa pertumbuhan sehingga sudah tidak membutuhkannya lagi.

Page 57: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Pengeluaran minyak dan lemak bagi rumah tangga responden meliputi

pengeluaran untuk minyak goreng, mentega, dan kelapa. Proporsi pengeluaran

untuk minyak dan lemak sebesar 2,36% dari pengeluaran pangan. Pengeluaran

terbesar rumah tangga responden dari kelompok minyak dan lemak adalah

pengeluaran untuk minyak goreng. Hal ini dikarenakan semua rumah tangga

responden menggunakan minyak goreng untuk menggoreng lauk pauk dan

menumis sayuran. Rumah tangga responden jarang mengkonsumsi mentega untuk

mengolah makanannya, sedangkan kelapa hanya untuk memasak makanan yang

bersantan.

Rumah tangga responden tidak setiap hari mengkonsumsi ikan, hanya dua

atau tiga minggu sekali. Proporsi pengeluaran untuk ikan sebesar 1,51% dari

pengeluaran untuk pangan. Minimnya pengetahuan tentang gizi dan kurangnya

pendapatan membuat rumah tangga responden jarang mengkonsumsi ikan.

Padahal ikan mempunyai kandungan protein yang tinggi, lemak, vitamin, dan

mineral yang baik untuk kesehatan. Kelompok pengeluaran untuk ikan meliputi

ikan segar dan ikan awetan. Pada penelitian ini, pengeluaran terbesar rumah

tangga responden adalah untuk membeli ikan awetan seperti gereh dan teri nasi.

Ikan awetan memiliki umur simpan yang lebih lama daripada ikan segar, hal

tersebut yang menjadi alasan rumah tangga responden untuk memilih

mengkonsumsinya.

Buah-buahan sangat diperlukan tubuh karena mengandung banyak vitamin

dan nutrisi yang penting untuk kesehatan. Kelompok buah-buahan meliputi jeruk,

mangga, pisang, pepaya, dan semangka. Responden jarang mengkonsumsi buah

karena responden lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan energi daripada

vitamin. Proporsi pengeluaran untuk buah-buahan sebesar 1,30% dari pengeluaran

pangan. Pada penelitian ini, pengeluaran terbesar rumah tangga responden adalah

untuk membeli buah pepaya dan pisang. Pisang dapat menyediakan energi yang

cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain, sedangkan pepaya dapat

membantu melancarkan pencernaan. Responden membeli pepaya dan pisang di

warung atau penjual keliling yang menjual sayur-sayuran. Hal ini dikarenakan

Page 58: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

pepaya dan pisang dapat dibeli eceran, yaitu untuk pepaya Rp 1.000,00 per

potong dan pisang Rp 1.500,00 per biji.

Pemenuhan konsumsi protein hewani tidak menjadi prioritas bagi rumah

tangga miskin yang tinggal pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres. Hal ini

terbukti rumah tangga responden yang jarang mengkonsumsi daging. Proporsi

pengeluaran untuk daging sebesar 1,22% dari pengeluaran pangan. Kelompok

pengeluaran untuk daging meliputi daging sapi, ayam, dan kambing. Pengeluaran

terbesar rumah tangga responden adalah untuk membeli daging ayam. Harga

daging ayam lebih murah yaitu Rp 22.000,00 per kg, jika dibandingkan dengan

harga daging sapi yaitu Rp 70.000,00 per kg dan daging kambing Rp 66.000,00

per kg. Rumah tangga responden mengkonsumsi daging ayam pada saat-saat

tertentu saja, misalnya pada saat ada keluarga yang datang berkunjung ke rumah.

Responden yang mempunyai anak usia sekolah mengkonsumsi daging ayam dua

minggu sekali.

Umbi-umbian dikonsumsi rumah tangga responden untuk makanan

sampingan. Kelompok umbi-umbian meliputi ketela pohon, ketela rambat, gaplek,

kentang, dan talas. Proporsi pengeluaran umbi-umbian pada rumah tangga miskin

yang tinggal di daerah rawan banjir Kecamatan Jebres sebesar 0,46% dari

pengeluaran pangan. Proporsi pengeluaran untuk umbi-umbian sangat sedikit

padahal umbi-umbian juga merupakan sumber karbohidrat. Hal ini dikarenakan

kebutuhan pangan pokok rumah tangga responden lebih banyak untuk beras

daripada untuk umbi-umbian. Pengeluaran terbesar dari kelompok umbi-umbian

adalah pengeluaran untuk ketela pohon dan ketela rambat. Responden

mengkonsumsi ketela pohon dan ketela rambat dengan cara dikukus, direbus, dan

digoreng.

Pada saat terjadi banjir semua aktivitas responden terhenti, hal tersebut

menyebabkan pendapatan yang diterima juga berkurang. Responden juga

mengalami hambatan dalam mengakses pangan, sehingga menyebabkan

ketersediaan pangan bagi rumah tangga berkurang. Oleh karena itu, responden

tinggal di pengungsian untuk beberapa hari dan sangat mengandalkan bantuan

Page 59: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

pangan dari pemerintah dan relawan. Bantuan pangan yang diterima berupa nasi

bungkus, roti, dan mie instan.

Selain pengeluaran untuk pangan, pengeluaran lain bagi rumah tangga

adalah pengeluaran non pangan. Pengeluaran non pangan terdiri dari 8 kelompok

yaitu pengeluaran untuk perumahan, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan,

biaya kesehatan, sandang, barang tahan lama, pajak dan asuransi, serta keperluan

sosial. Besarnya rata-rata pengeluaran non pangan rumah tangga responden dapat

dilihat pada Tabel 20 :

Tabel 20. Rata-Rata Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Bulan Juli 2010

No. Pengeluaran Non Pangan Rata-Rata (Rp/Bln) Proporsi (%) 1. Perumahan 139.380,00 35,62 2. Aneka barang dan jasa 92.956,67 23,75 3. Biaya pendidikan 92.733,33 23,70 4. Biaya kesehatan 4.000,00 1,02 5. Sandang 9.273,33 2,37 6. Barang tahan lama 0,00 0,00 7. Pajak dan asuransi 4.872,77 1,25 8. Keperluan sosial 48.133,33 12,30

Jumlah 391.349,43 100,00

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3)

Berdasarkan Tabel 20, besarnya rata-rata pengeluaran non pangan rumah

tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres pada bulan Juli 2010

adalah Rp 391.349,43. Proporsi pengeluaran non pangan yang terbesar adalah

untuk perumahan yaitu sebesar 35,62% dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran

untuk perumahan meliputi sewa atau kontrak rumah, rekening listrik, PDAM,

minyak tanah, kayu bakar, dan Liquified Pressurized Gas (LPG). Rumah yang

menjadi tempat tinggal responden ada yang statusnya rumah kontrakan, sehingga

ada pengeluaran untuk kontrak rumah. Pengeluaran untuk kontrak rumah ada yang

dibayarkan setiap bulan, ada juga yang per tahun. Adapula rumah responden yang

statusnya rumah milik sendiri, sehingga tidak ada pengeluaran untuk kontrak

rumah. Selain itu, pengeluaran untuk kelompok ini adalah untuk rekening listrik,

PDAM, minyak tanah dan LPG. Listrik dan air selalu diperlukan untuk

menunjang kegiatan sehari-hari, sehingga setiap bulan harus membayar tagihan

Page 60: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

rekening listrik dan rekening PDAM. Minyak tanah dan LPG digunakan untuk

sarana memasak. Meskipun telah diberlakukannya konversi minyak tanah ke LPG

dengan membagikan tabung LPG 3 kg, kompor gas, selang, dan regulatornya,

tetapi masih ada rumah tangga responden yang tetap menggunakan minyak tanah

untuk bahan bakar. Alasannya mereka takut menggunakan LPG karena di media

cetak dan media elektronik banyak berita tentang LPG yang meledak dan

memakan banyak korban.

Pada saat terjadi banjir, tempat tinggal responden mengalami kerusakan

ringan. Untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak terkena banjir, Pemerintah

Kota Surakarta memberikan bantuan berupa bahan bangunan misalnya kayu,

triplek, semen, batu bata, cat, dan uang tunai sebesar Rp 500.000,00 sampai

Rp 1.000.000,00 sebagai ganti rugi. Besarnya bantuan yang diberikan tergantung

tingkat kerusakan dari masing-masing tempat tinggal responden. Adanya bantuan

tersebut dimaksudkan untuk meringankan pengeluaran non pangan bagi rumah

tangga miskin khususnya yang tinggal pada daerah rawan banjir di Kecamatan

Jebres (Lampiran 8).

Proporsi pengeluaran non pangan untuk aneka barang dan jasa adalah

terbesar kedua setelah proporsi pengeluaran untuk perumahan yaitu sebesar

23,75% dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk aneka barang dan jasa

meliputi sabun mandi, sabun cuci baju, sabun cuci piring, pasta gigi, sikat gigi,

shampoo, ongkos transportasi, bensin, perawatan kendaraan, dan komunikasi.

Pengeluaran terbesar adalah pengeluaran untuk peralatan mandi dan mencuci

karena meliputi barang yang selalu dibutuhkan dan digunakan setiap hari oleh

seluruh anggota rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga responden yang tidak

mempunyai kendaraan pribadi adalah untuk ongkos transportasi yaitu ongkos bus,

sedangkan rumah tangga responden yang mempunyai kendaraan sendiri meliputi

pengeluaran untuk bensin dan perawatan kendaraan jika ada kerusakan. Rumah

tangga responden ada yang memiliki alat komunikasi berupa handphone, sehingga

menambah pengeluaran untuk membeli pulsa.

Pada penelitian ini, proporsi pengeluaran untuk biaya pendidikan

menempati urutan ketiga dari seluruh proporsi pengeluaran non pangan yaitu

Page 61: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

sebesar 23,70%. Hal ini menunjukkan bahwa responden memperhatikan

pendidikan untuk anak-anaknya, tetapi karena adanya keterbatasan dana tingkat

pendidikan anak responden hanya setingkat SMP. Anak responden lebih memilih

untuk bekerja dibandingkan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Pengeluaran untuk biaya pendidikan meliputi pengeluaran untuk membeli buku

pelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS), alat tulis, dan uang saku. Kota Surakarta

sudah menetapkan kebijakan mengenai pembebasan iuran bulanan untuk pelajar

setingkat SD dan SMP, sehingga tidak ada pengeluaran responden untuk iuran

bulanan.

Kehidupan bermasyarakat pada rumah tangga miskin yang tinggal di

daerah rawan banjir Kecamatan Jebres banjir masih sangat diutamakan.

Responden beranggapan bahwa sumbangan yang diberikan adalah tabungan yang

suatu saat nanti pasti akan kembali ketika responden punya kerja. Hal ini terbukti

proporsi pengeluaran untuk keperluan sosial mencapai 12,30% dari pengeluaran

non pangan. Pada penelitian ini, pengeluaran untuk keperluan sosial meliputi

sumbangan untuk perkawinan, kematian, dan khitanan. Besarnya pengeluaran per

bulan untuk keperluan sosial bagi setiap rumah tangga responden tidaklah sama,

tergantung berapa banyaknya undangan dari orang yang punya kerja. Pengeluaran

terbanyak adalah untuk sumbangan perkawinan, umumnya responden

mengeluarkan uang sebesar Rp 20.000,00 per orang untuk menyumbang.

Proporsi pengeluaran untuk sandang bagi rumah tangga miskin yang

tinggal di daerah rawan banjir Kecamatan Jebres sebesar 2,37% dari pengeluaran

non pangan. Pengeluaran sandang meliputi pengeluaran untuk pakaian, alas kaki,

dan tutup kepala. Rumah tangga responden hanya membeli pakaian pada saat

lebaran atau setahun sekali, itupun hanya diutamakan untuk anak-anak. Hal ini

dilakukan untuk menghemat pengeluaran. Responden lebih mementingkan untuk

keperluan pengeluaran konsumsi yang lainnya daripada untuk membeli pakaian.

Adapula rumah tangga responden yang tidak mengeluarkan biaya untuk membeli

pakaian karena mendapat pakaian layak pakai dari kerabat atau saudaranya.

Pengeluaran untuk pajak dan asuransi adalah sebesar 1,25% dari

pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk kelompok ini meliputi pengeluaran

Page 62: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

untuk Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan lainnya. PBB dikeluarkan untuk

pajak tanah dan rumah atau bangunan yang ditempati responden. Biaya PBB yang

dikeluarkan tergantung dari luas dan kelas tanah menurut lokasinya.

Pengeluarannya untuk PBB yaitu Rp 20.000,00 sampai Rp 40.000,00 per tahun,

sehingga jika dirata-rata per bulannya menjadi sedikit. Biaya lainnya adalah biaya

untuk pajak kendaraan bermotor bagi rumah tangga responden yang memiliki

kendaraan pribadi yang juga dikeluarkan setiap setahun sekali.

Kesehatan merupakan suatu keadaan yang harus dijaga dengan selalu

menerapkan pola hidup sehat, karena kesehatan memungkinkan setiap orang

hidup produktif untuk melakukan semua aktivitasnya. Kesehatan mahal harganya,

sehingga setiap orang pasti lebih memilih sehat daripada sakit. Responden tidak

memiliki penyakit yang memprihatinkan, tetapi hanya penyakit yang ringan-

ringan saja. Proporsi pengeluaran untuk biaya kesehatan rumah tangga responden

rendah yaitu sebesar 1,02% dari pengeluaran non pangan. Rendahnya biaya

kesehatan pada rumah tangga responden dikarenakan responden memiliki kartu

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS).

PKMS merupakan suatu program pemeliharaan kesehatan yang diberikan

oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Kesehatan kepada masyarakat

Kota Surakarta, terutama bagi masyarakat miskin yang berwujud bantuan

pengobatan gratis. Kartu PKMS terdiri dari dua jenis yaitu kartu PKMS gold dan

silver. Perbedaannya adalah pada biaya pengobatannya, untuk kartu PKMS gold

berapapun biayanya baik rawat jalan maupun rawat inap semua ditanggung

pemerintah, sedangkan untuk PKMS silver maksimal hanya Rp 2.000.000,00.

Setiap rumah tangga miskin dapat mengajukan PKMS gold atau silver dengan

surat pengantar dari RT dan RW. Penentuan rumah tangga yang mendapatkan

kartu PKMS gold adalah dari Kantor Pelayanan Terpadu yang melakukan survei

langsung dengan kriteria yang dipertimbangkan adalah jumlah pendapatan rumah

tangga per bulan, jumlah anggota rumah tangga, dan kondisi tempat tinggal. Kartu

PKMS diperbarui setiap satu tahun sekali. Adanya bantuan tersebut sangat

bermanfaat karena dapat membantu meringankan pengeluaran rumah tangga

responden, khususnya pengeluaran untuk biaya kesehatan.

Page 63: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Pengeluaran non pangan lainnya adalah pengeluaran untuk barang tahan

lama yang meliputi alat rumah tangga, alat dapur, dan alat hiburan. Pada

penelitian ini, tidak ada pengeluaran untuk barang tahan lama. Hal ini dikarenakan

peralatan rumah tangga, alat hiburan, dan peralatan dapur bersifat tahan lama.

Rumah tangga responden tidak membeli peralatan tahan lama dalam jangka waktu

yang pendek, karena jika belum benar-benar rusak responden tidak membeli

peralatan tersebut.

D. Selisih Pendapatan dengan Pengeluaran Rumah Tangga

Pendapatan merupakan faktor utama yang menentukan konsumsi rumah

tangga. Pendapatan digunakan untuk membayar semua pengeluaran rumah tangga

dan jika ada sisa pendapatan tersebut akan ditabung. Pada rumah tangga dengan

tingkat pendapatan yang rendah, pengeluaran rumah tangga akan lebih besar

daripada pendapatan. Sebaliknya rumah tangga dengan tingkat pendapatan tinggi,

pendapatan akan lebih besar daripada pengeluran dan sebagian pendapatan

tersebut akan masuk ke tabungan. Rata-rata pendapatan, pengeluaran, serta selisih

pendapatan dan pengeluaran pada rumah tangga responden dapat dilihat pada

Tabel 21 :

Tabel 21. Rata-rata Pendapatan, Pengeluaran, serta Selisih Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Bulan Juli 2010

No Kategori

Rumah Tangga Responden

∑ RT

(%) Rata-rata

Pendapatan (Rp/bulan)

Rata-rata Pengeluaran (Rp/bulan)

Selisih (Rp/bulan)

1. Pendapatan < Pengeluaran 18 60 969.444,44 1.140.979,61 -171.535,17 2. Pendapatan > Pengeluaran 12 40 1.387.500,00 1.080.970,83 306.529,17 3. Keseluruhan (Total) 30 100 1.136.666,67 1.116.976,46 19.620,21

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)

Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa sebanyak 60% dari rumah

tangga responden memiliki rata-rata pengeluaran yang lebih besar daripada

pendapatannya. Rata-rata pengeluaran yang melebihi pendapatan ini akan dibiayai

oleh responden dengan cara mencari pinjaman untuk mencukupi kebutuhan

sehari-hari. Sebanyak 40% dari rumah tangga responden mampu mencukupi

kebutuhan rumah tangganya karena rata-rata pendapatan rumah tangga responden

lebih besar daripada pengeluarannya, begitu pula dengan rumah tangga responden

Page 64: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

secara keseluruhan. Besarnya rata-rata tabungan dari 40% rumah tangga

responden dengan tingkat pendapatan lebih besar daripada pengeluarannya adalah

Rp 306.529,17 dan untuk rumah tangga responden secara keseluruhan adalah

Rp 19.690,21. Pada penelitian ini, tabungan merupakan selisih antara pendapatan

rumah tangga dan total pengeluaran rumah tangga, sehingga tabungan disini

bukan merupakan sejumlah uang yang sengaja disisihkan oleh rumah tangga

responden untuk ditabung.

E. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Total Pengeluaran

Rumah Tangga

Proporsi pengeluaran konsumsi pangan merupakan persentase besarnya

pengeluaran untuk konsumsi pangan dibanding dengan besarnya total pengeluaran

suatu rumah tangga. Berikut ini merupakan tabel proporsi pengeluaran rumah

tangga responden.

Tabel 22. Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Bulan Juli 2010

Pengeluaran Jumlah (Rp/Bulan) Proporsi (%) Pengeluaran Pangan Pengeluaran Non Pangan

725.627,03 391.349,43

64,96 35,04

Total Pengeluaran 1.116.976,46 100,00

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 2 dan 3)

Berdasarkan Tabel 22, dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk pangan

sebesar Rp 725.627,03 atau mencapai 64,96% dari total pengeluaran dan untuk

pengeluaran non pangan sebesar Rp 391.349,43 atau 35,04%. Total pengeluaran

rumah tangga merupakan penjumlahan antara pengeluaran untuk konsumsi

pangan dan pengeluaran untuk non pangan. Besarnya rata-rata total pengeluaran

pada penelitian ini adalah Rp 1.116.976,46.

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengeluaran konsumsi

pangan masih mengambil bagian terbesar (64,96%) dari total pengeluaran rumah

tangga miskin yang tinggal pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga

responden masih rendah. Hukum Engel menyatakan bahwa pada saat pendapatan

menurun, proporsi yang dibelanjakan untuk pangan semakin meningkat

Page 65: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

(Nicholson, 2002). Rendahnya tingkat kesejahteraan responden menyebabkan

terbatasnya akses terhadap pangan, sehingga ketahanan pangannnya lemah.

F. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga

Konsumsi pangan merupakan sejumlah makanan dan minuman yang

dimakan atau diminum seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan fisiknya.

Konsumsi pangan dinilai dari konsumsi energi dan protein. Berikut ini merupakan

tabel rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga, AKG yang dianjurkan,

dan tingkat kecukupan gizinya.

Tabel 23. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein, AKG yang dianjurkan, dan Tingkat Kecukupan Gizi Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta

Kandungan Gizi Rata-rata AKG yang dianjurkan TKG (%) Energi (kkal/orang/hari) 1.448,37 2.052,43 70,57 Protein (gram/orang/hari) 48,10 53,98 89,11

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 5)

Konsumsi energi merupakan sejumlah energi pangan yang dinyatakan

dalam kilokalori (kkal) yang dikonsumsi per orang per hari. Konsumsi protein

adalah sejumlah protein pangan yang dinyatakan dalam gram yang dikonsumsi

per orang per hari. Berdasarkan Tabel 23, dapat diketahui bahwa besarnya rata-

rata konsumsi energi adalah 1.448,37 kkal/orang/hari dan konsumsi protein

sebesar 48,10 gram/orang/hari. Besarnya rata-rata konsumsi energi dan protein

tersebut masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan, yaitu

dalam penelitian ini untuk energi sebesar 2.052,43 kkal/orang/hari dan protein

sebesar 53,98 gram/orang/hari.

Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP)

diperoleh dari perbandingan antara jumlah konsumsi energi dan protein rumah

tangga dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan

kelompok umur dan jenis kelamin yang dinyatakan dalam persen. Besarnya rata-

rata tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga responden adalah

70,57% dan 89,11%. Apabila dilihat dari tingkat kecukupan gizinya dapat

disimpulkan bahwa secara keseluruhan untuk tingkat konsumsi energi termasuk

Page 66: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

dalam kategori kurang, sedangkan tingkat konsumsi protein termasuk dalam

kategori sedang.

Sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga

berdasarkan acuan Departemen Kesehatan RI Tahun 1990 secara rinci dapat

dilihat pada Tabel 24 :

Tabel 24. Sebaran Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta

Kategori Tingkat Kecukupan Gizi

Energi Protein Jumlah RT % Jumlah RT %

Baik (TKG ≥100% AKG) 0 0,00 7 23,33 Sedang (TKG 80–99% AKG) 4 13,33 14 46,67 Kurang (TKG 70–80% AKG) 14 46,67 6 20,00 Defisit (TKG <70% AKG) 12 40,00 3 10,00 Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 5)

Berdasarkan Tabel 24, dapat diketahui bahwa kategori tingkat konsumsi

energi dan protein ada empat yaitu kategori baik, sedang, kurang, dan defisit.

Untuk tingkat konsumsi energi sebanyak 13,33% termasuk kategori sedang,

kategori kurang 46,67%, dan 40% yang termasuk dalam kategori defisit. Untuk

tingkat konsumsi protein sebanyak 23,33% termasuk dalam kategori baik,

kategori sedang 46,67%, kategori kurang 20%, dan 10% dalam kategori defisit.

Perbedaan kategori untuk setiap rumah tangga tersebut dikarenakan makanan atau

minuman yang dikonsumsi setiap rumah tangga juga berbeda-beda.

Secara keseluruhan tingkat konsumsi protein rumah tangga miskin pada

daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres lebih baik daripada tingkat konsumsi

energinya. Hal tersebut dikarenakan tingginya konsumsi protein rumah tangga

responden yang berasal dari sumber protein dari makanan pokok yaitu nasi dan

sumber protein nabati yang biasa dikonsumsi oleh rumah tangga responden yang

berasal dari kacang-kacangan yaitu tahu dan tempe. Tahu dan tempe merupakan

sumber protein nabati dengan harga murah, sehingga menjadi pilihan konsumsi

bagi rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres.

Page 67: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

G. Hubungan Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan dengan Konsumsi

Energi dan Protein

Proporsi pengeluaran konsumsi pangan mempunyai hubungan terhadap

konsumsi energi dan protein rumah tangga. Konsumsi energi dan protein akan

berbeda pada proporsi pengeluaran yang berbeda pula. Hasil analisis hubungan

korelasi dengan menggunakan program SPSS 17 antara proporsi pengeluaran

konsumsi pangan dengan konsumsi energi dan protein rumah tangga responden

dapat dilihat pada Tabel 25 :

Tabel 25. Hasil Analisis Korelasi Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan dengan Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta

Uji Korelasi Hasil Analisis Korelasi

Nilai Probabilitas α Koefisien

Korelasi Proporsi Pengeluaran Pangan dengan Konsumsi Energi 0,012 0,05 - 0,453

Proporsi Pengeluaran Pangan dengan Konsumsi Protein 0,029 0,05 - 0,399

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 8)

Berdasarkan Tabel 25, dari hasil analisis dapat diketahui nilai probabilitas

untuk proporsi pengeluaran pangan dengan konsumsi energi adalah 0,012 dan

untuk protein adalah 0,029. Nilai probabilitas antara proporsi pengeluaran pangan

dengan konsumsi energi dan protein lebih kecil dari tingkat kesalahan (α=0,05).

Apabila nilai probabilitasnya lebih kecil dari tingkat kesalahan maka Ho ditolak,

artinya antara proporsi pengeluaran pangan dengan konsumsi energi dan protein

mempunyai hubungan yang signifikan.

Hasil analisis korelasi antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan

dengan konsumsi energi dan protein yang menunjukkan bahwa koefisien

korelasinya sebesar –0,453 untuk energi dan –0,399 untuk protein. Proporsi

pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi mempunyai nilai koefisien

korelasi yang menunjukkan hubungan yang sedang, sedangkan untuk konsumsi

protein menunjukkan hubungan yang rendah.

Nilai koefisien korelasi pada hasil analisis tersebut bernilai negatif yang

artinya antara variabel tersebut mempunyai hubungan yang berlawanan, apabila

Page 68: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

proporsi pengeluaran konsumsi pangan tinggi maka konsumsi energi dan

proteinnya rendah, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

yang telah dilakukan bahwa proporsi pengeluaran konsumsi pangan dari total

pengeluaran rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres

adalah tinggi yaitu sebesar 64,96%. Tingginya proporsi pengeluaran pangan

mengindikasikan bahwa pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga rendah. Hal

ini sesuai dengan Hukum Engel yang menyatakan bahwa pada saat pendapatan

menurun, proporsi yang dibelanjakan untuk pangan semakin meningkat

(Nicholson, 2002). Kesejahteraan sangat berpengaruh terhadap akses ekonomi

rumah tangga terhadap pangan. Rendahnya kesejahteraan rumah tangga

responden, berdampak pada konsumsi energi dan protein rumah tangga responden

masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.

H. Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Proporsi pengeluaran konsumsi pangan dan tingkat konsumsi energi

merupakan indikator untuk menentukan ketahanan pangan rumah tangga. Berikut

ini merupakan tabel jumlah rumah tangga responden menurut kategori ketahanan

pangan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

Page 69: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel 26. Jumlah Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Menurut Kategori Ketahanan Pangan

No Kategori Ketahanan Pangan

Jumlah RT

(%) Solusi

1. Tahan Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan <60%, konsumsi energi cukup (>80% kecukupan energi)

0 0,00 -

2. Rentan Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan ≥60%, konsumsi energi cukup (>80% kecukupan energi)

4 13,33 Rata-rata pendapatan perkapita yaitu Rp 366.666,67, sehingga diperlukan peningkatan pendapatan

3. Kurang Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan <60%, konsumsi energi kurang (≤80% kecukupan energi)

8 26,67 a. Rata-rata pendapatan perkapita yaitu Rp 412.500,00, sehingga diperlukan peningkatan pendapatan

b. Peningkatan pengetahuan tentang pangan dan gizi

4. Rawan Pangan, jika proporsi pengeluaran pangan ≥60%, konsumsi energi kurang (≤80% kecukupan energi)

18 60,00 a. Rata-rata pendapatan perkapita yaitu Rp 366.666,67, sehingga diperlukan peningkatan pendapatan

b. Peningkatan pengetahuan pangan dan gizi

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 6)

Konsumsi merupakan salah satu aspek ketahanan pangan, yang berarti

adanya kemampuan setiap rumah tangga untuk mengakses pangan yang cukup

bagi masing-masing anggotanya sehingga dapat hidup sehat. Pada penelitian ini,

ketahanan pangan dilihat dari sisi konsumsi dan hubungannya terhadap proporsi

pengeluaran pangan rumah tangga.

Kemiskinan terkait dengan kemampuan suatu rumah tangga untuk

memenuhi kebutuhan pangannya. Pada umumnya, rumah tangga yang

dikategorikan miskin adalah rumah tangga yang rawan pangan atau tidak tahan

pangan karena tidak mengkonsumsi pangan yang cukup atau sesuai anjuran.

Pada penelitian ini, sebanyak 60% rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir

di Kecamatan Jebres termasuk dalam kategori rawan pangan, yaitu memiliki

proporsi pengeluaran pangan ≥60% dari total pengeluaran rumah tangga dan

konsumsi energinya kurang (≤80% kecukupan energi). Tingginya proporsi

pengeluaran pangan mengindikasikan bahwa rumah tangga responden dari sisi

Page 70: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

ekonomi kurang baik. Rata-rata pendapatan per kapita pada rumah tangga rawan

pangan adalah Rp 366.666.67. Rendahnya rata-rata pendapatan per kapita

berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga responden. Hal ini

terlihat bahwa dalam memenuhi kebutuhannya, responden masih mengeluarkan

bagian yang lebih besar untuk konsumsi pangan. Rumah tangga responden belum

memprioritaskan terpenuhinya kecukupan gizi anggota rumah tangganya,

sehingga konsumsi energinya masih belum terpenuhi. Bagi responden yang

tepenting adalah bagaimana perut bisa kenyang tanpa memperhatikan pemenuhan

kebutuhan gizi.

Kerawanan pangan dapat berakibat langsung pada rendahnya status gizi

dan akan berdampak buruk bagi kesehatan anggota rumah tangga responden.

Dampak lebih lanjut pada anak-anak balita dan anak usia sekolah dapat

mengakibatkan penurunan daya ingat. Oleh karena itu, untuk rumah tangga

dengan kategori rawan pangan yang secara ekonomi kurang memiliki

kemampuan, maka lebih diarahkan kepada peningkatan pendapatan sebagai usaha

meningkatkan kesejahteraan rumah tangga agar dapat mengkonsumsi pangan baik

sumber karbohidrat, lemak, protein, vitamin maupun mineral. Peningkatan

pengetahuan tentang pangan dan gizi juga diperlukan agar responden lebih

menganekaragamkan jenis dan meningkatkan mutu pangan, baik dari segi

kuantitas maupun kualitas.

Rumah tangga kurang pangan memiliki proporsi pengeluaran pangan <60%

dari total pengeluaran rumah tangga dan konsumsi energinya kurang (≤80%

kecukupan energi), artinya dengan proporsi pengeluaran pangan yang tidak terlalu

tinggi yang berarti pendapatannya cukup, rumah tangga belum bisa mencukupi

konsumsi energinya. Rumah tangga dengan kategori kurang pangan sebanyak

26,67% dari seluruh responden. Pada penelitian ini, rumah tangga kurang pangan

memiliki rata-rata pendapatan per kapita yaitu Rp 412.500,00. Rata-rata

pendapatan per kapita rumah tangga kurang pangan masih rendah, sehingga

konsumsi energinya belum terpenuhi sesuai dengan yang dianjurkan. Responden

juga kurang memperhatikan dalam pemilihan jenis dan jumlah pangan sesuai

dengan norma gizi, yaitu secara garis besar konsumsi pangan seharusnya

Page 71: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

mengandung energi, protein, lemak, vitamin, mineral dalam jumlah yang cukup

dan seimbang, sehingga kebutuhan energi rumah tangga dapat tercukupi. Oleh

karena itu, bagi rumah tangga dengan kategori kurang pangan perlu adanya upaya

untuk meningkatkan pendapatan dan pengetahuan tentang pangan dan gizi.

Pada penelitian ini, sebanyak 13,33% rumah tangga responden termasuk

kategori rentan pangan. Rumah tangga rentan pangan memiliki proporsi

pengeluaran pangan ≥60% dari total pengeluaran rumah tangga dan konsumsi

energinya cukup (>80% kecukupan energi). Rumah tangga yang rentan pangan

dari sisi ekonomi kurang baik yang diindikasikan oleh proporsi pengeluaran

pangannya yang tinggi. Rata-rata pendapatan per kapita rumah tangga rentan

pangan adalah Rp 366.666,67. Secara aspek gizi konsumsi energi rumah tangga

rentan pangan sudah cukup. Jenis pangan yang dikonsumsi rumah tangga rentan

pangan sebagian besar berasal dari jenis pangan sumber energi, sehingga

kebutuhan energi rumah tangga responden sudah tercukupi. Dalam perkembangan

lebih lanjut, diperlukan adanya peningkatan pendapatan agar dapat meningkatkan

status rumah tangganya dari kategori rentan pangan ke tahan pangan.

Page 72: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Ketahanan Pangan Rumah

Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta,

maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Besarnya rata-rata proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total

pengeluaran adalah 64,96%, artinya pengeluaran konsumsi pangan masih

mengambil bagian terbesar dari total pengeluaran rumah tangga miskin pada

daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

2. Rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga miskin pada daerah

rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta adalah 1.448,37

kkal/orang/hari dan 48,10 gram/orang/hari yang masih kurang dari Angka

Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan. Rata-rata Tingkat Konsumsi Energi

(TKE) sebesar 70,57% dan termasuk kategori kurang, sedangkan Tingkat

Konsumsi Protein (TKP) sebesar 89,11% dan termasuk kategori sedang.

3. Proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi dan protein

mempunyai hubungan yang signifikan. Nilai koefisien korelasi untuk proporsi

pengeluaran pangan dengan konsumsi energi adalah –0,453 dan untuk protein

adalah –0,399. Nilai koefisen korelasi bernilai negatif menunjukkan bahwa

hubungan antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi

energi dan protein adalah berlawanan, artinya proporsi pengeluaran konsumsi

pangan tinggi, maka konsumsi energi dan proteinnya rendah.

4. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di

Kecamatan Jebres Kota Surakarta adalah rumah tangga kategori rawan

pangan sebesar 60%, kurang pangan 26,67%, dan rentan pangan sebesar

13,33%.

Page 73: ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA … · ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ... G. Definisi Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di

Kecamatan Jebres Kota Surakarta, maka saran yang dapat peneliti sampaikan

adalah :

Rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres Kota

Surakarta memiliki kondisi ketahanan pangan yang lemah, sehingga diperlukan

dukungan dari pemerintah dan masyarakat Kota Surakarta dalam meningkatkan

pendapatan rumah tangga dan pengetahuan tentang pangan dan gizi. Misalnya

peningkatan pendapatan dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan

keterampilan dan bantuan modal kepada rumah tangga miskin di Kecamatan

Jebres Kota Surakarta, sedangkan peningkatan pengetahuan pangan dan gizi

dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan tentang Pedoman Umum Gizi

Seimbang (PUGS) yang terdiri dari 13 pesan dasar gizi seimbang, agar rumah

tangga miskin di daerah rawan banjir memiliki gizi yang baik.