106
ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN REGIONAL ANTARA KABUPATEN INDUK DAN PEMEKARANNYA (STUDI KASUS KABUPATEN ACEH BARAT DAN KABUPATEN NAGAN RAYA) SKRIPSI DEVI NOVIANI NIM :12601073 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2016

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN REGIONAL

ANTARA KABUPATEN INDUK DAN PEMEKARANNYA

(STUDI KASUS KABUPATEN ACEH BARAT DAN

KABUPATEN NAGAN RAYA)

SKRIPSI

DEVI NOVIANI

NIM :12601073

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2016

Page 2: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN REGIONAL

ANTARA KABUPATEN INDUK DAN PEMEKARANNYA

(STUDI KASUS KABUPATEN ACEH BARAT DAN

KABUPATEN NAGAN RAYA)

SKRIPSI

DEVI NOVIANI

NIM :12601073

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2016

Page 3: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karuniaNya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas yang telah diberikan dengan

judul “Analisis Ketimpangan Pembangunan Regional antara Kabupaten Induk

dan Pemekarannya (Studi Kasus Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan

Raya)”. Shalawat dan salam yang tiada putus kepada baginda Muhammad SAW

serta keluarga besar, para sahabat dan pengikut Beliau.

Berkenan dengan penyusunan skripsi ini, ucapan terima kasih penulis yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Alisman SE,M.Si selaku Dosen Pembimbing Ketua dan Bapak

Herman Syahputra SE,M.Si selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun, serta dorongan dalam

pembuatan skripsi ini.

2. Bapak Dr.Ishak Hasan M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Teuku Umar.

3. Bapak Yasrizal M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan

Universitas Teuku Umar.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar yang telah

memberikan ilmu pengetahuan serta membantu dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan dan menghargai kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak demi penulisan yang lebih baik dimasa

Page 4: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

vii

mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan.

Meulaboh, Agustus 2016

Penulis,

Devi Noviani

Page 5: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

viii

ABSTRAK

Devi Noviani. Analisis Ketimpangan Pembangunan Regional antara Kabupaten

Induk dan Pemekarannya (studi kasus Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten

Nagan Raya).Dibawah bimbingan Alisman dan Herman Syahputra.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketimpangan

pembangunan regional dan seberapa besar pengaruh PDRB Perkapita terhadap

pembangunan regional di Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya

dalam kurun waktu 2004 sampai dengan 2014. Data yang diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS) Aceh Barat dan Badan Pusat Statistik (BPS) Nagan

Raya.Metode analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis Indeks Williamson

dan Regresi Semi Logaritma.

Hasil analisis Indeks Williamson menunjukkan Kabupaten Aceh Barat dan

Kabupaten Nagan Raya memiliki ketimpangan pembangunan (tidak merata).

Dimana Indeks ketimpangan Kabupaten Aceh Barat menunjukkan angka

ketimpangan yang meningkat pada tahun 2010 sebesar 4,02. Berbeda dengan

Nagan Raya angka ketimpangan paling tinggi terjadi pada tahun 2005 sampai

2008 sebesar 5,01.

Hasil analisis Regresi Semi Logaritma menunjukkan bahwa variabel

PDRB Perkapita tidak berpengaruh nyata terhadap ketimpangan pembangunan

regional di Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya.

Kata kunci : Ketimpangan Pembangunan Regional, PDRB Perkapita, Jumlah

Penduduk, Indeks Williamson, Regresi Semi Logaritma.

Page 6: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

ix

DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI UJIAN .........................................................

LEMBAR ORIGINALITAS.......................................................................................

LEMBAR PERSEMBAHAN .....................................................................................

LEMBARAN KATA PENGANTAR .................................................................... vi

LEMBARAN ABSTRAK ............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. x

I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah......................................................................................... 7 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7 1.4.1. Manfaat Teoritis .................................................................................. 7 1.4.2. Manfaat Praktis ................................................................................... 8

1.5. Sistematika Pembahasan .............................................................................. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 9 2.1. Pembangunan Ekonomi Regional ............................................................... 9 2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan wilayah ..................... 10

2.2.1. Perbedaan Kandungan Sumber daya Alam ..................................... 10 2.2.2. Perbedaan Kondisi Demografis ....................................................... 11 2.2.3. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang Dan Jasa .............................. 12

2.2.4. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah ........................................ 12 2.2.5. Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah .................................. 13

2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................................... 13

2.3.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku .................................................... 13 2.3.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan ................................................... 14 2.3.3. PDRB Atas Dasar Harga Pasar ........................................................ 15

2.4. Pendapatan Regional .................................................................................. 15 2.4.1. Pendapatan Per Kapita...................................................................... 16

2.5. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................................... 17

2.5.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ......... 18 2.5.2. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Wilayah ............................ 20

2.6. Jumlah Penduduk ........................................................................................ 21

2.7. Penelitian Terdahulu................................................................................... 21 2.8. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 23

Page 7: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

x

2.9. Rumusan Hipotesis ..................................................................................... 24

III. METODE PENELITIAN ............................................................................... 25 3.1. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 25

3.2. Data Penelitian ............................................................................................ 25 3.2.1. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 25 3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 25

3.3. Model Analisis Data ................................................................................... 26 3.3.1. Analisis Korelasi ............................................................................... 27 3.3.2. Uji t .................................................................................................... 28

3.3.3. Uji f .................................................................................................... 28 3.4. Definisi Operasional Variabel ................................................................... 29 3.5. Pengujian Hipotesis .................................................................................... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 32 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ..................................................... 32

4.1.1. PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Barat ......................................... 32 4.1.2. PDRB Perkapita Kabupaten Nagan Raya ....................................... 33

4.2. Analisis Ketimpangan Pembangunan Regional........................................ 35 4.3. Hasil Pengujian Hipotesis .......................................................................... 36

4.3.1. Regresi Semi Logaritma ................................................................... 37

4.3.2. Analisis Korelasi dan Determinasi .................................................. 38 4.3.3. Uji Signifikan Peramal Individual (uji t)......................................... 39 4.3.4. Uji Signifikasi Simultan (uji F) ....................................................... 40

4.4. Pembahasan Akhir ...................................................................................... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 43 5.1. Simpulan ..................................................................................................... 43 5.2. Saran ............................................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 45

Page 8: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

1.1 Jumlah Penduduk dan PDRB Perkapita Kabupaten

Aceh Barat Tahun 2005-2014 ...................................................................... 4

1.2 Jumlah Penduduk dan PDRB Perkapita Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2005-2014 ..................................................................... 6

4.1. PDRB (ADHK) 2000, Jumlah Penduduk dan PDRB

Perkapita Kabupaten Aceh Barat Tahun 2005-2014 ................................. 32

4.2. PDRB (ADHK) 2000, Jumlah Penduduk dan PDRB

Perkapita Kabupaten Nagan Raya Tahun 2005-2014 ................................ 34

4.3. Jumlah PDRB Perkapita dan Indeks Ketimpangan

Pembangunan Regional Kabupaten Aceh Barat dan

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2005-2014 ................................................. 35

4.4. Hasil Regresi Semi Logaritma ..................................................................... 37

4.5. Hasil regresi uji F ......................................................................................... 40

Page 9: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Hasil Indeks Williamson Kabupaten Aceh Barat

dan Kabupaten Nagan Raya ............................................................... 47

2. Data Input Regres SPSS ..................................................................... 48

3. Hasil Regres SPSS Kabupaten Aceh Barat ....................................... 49

4. Hasil Regres SPSS Kabupaten Nagan Raya ..................................... 55

5. Titik Persantase Distribusi t (df=1-20) .............................................. 61

6. Distribusi F tabel ................................................................................. 62

Page 10: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketimpangan, pemerataan dan infrastruktur sebenarnya telah dikenal

cukup lama di Indonesia, misalnya melatar belakangi program padat karya

berbagai pembangunan infrastruktur, seperti dalam program alam program

perbaikan kampung berupa jalan, poskamling, sungai, irigasi dan lain-lain,

berbagai program jaring pengaman sosial, pembangunan jaringan infrastruktur di

perdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan

(Hartono. 2008, h.1).

Melihat ketimpangan pembangunan antar wilayah dalam suatu negaraa

atau daerah bukanlah hal yang mudah karena hal ini dapat menimbulkan debat

yang berkepanjangan. Adakalanya masyarakat berpendapat bahwa ketimpangan

daerah cukup tinggi setelah melihat banyak kelompok miskin pada daerah

bersangkutan.Akan tetapi adapula masyarakat merasakan adanya ketimpangan

yang cukup tinggi setelah melihat adanya segelintir kelompok kaya ditengah-

tengah masyarakat yang umumnya masih miskin. Perlu diingat bahwa, berbeda

dengan distribusi pendapatan yang melihat ketimpangan antar kelompok

masyarakat, ketimpangan pembangunan antar wilayah melihat perbedaan antar

wilayah. Hal yang dipersoalkan disini bukan antar kelompok kaya dan kelompok

miskin, tetapi adalah perbedaan antar daerah maju dan daerah terbelakang.

Menurut Sjafrizal (2008,h.2) menyatakan bahwa secara formal, motivasi

suatu daerah memekarkan diri adalah untuk meningkatkan jangkauan pelayanan

Page 11: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

2

x

publik, terutama untuk daerah dengan luas cukup besar. Akan tetapi, seringkali

motivasi pemekaran daerah juga dipicu oleh aspek keuangan daerah dan politis.

Salah satu faktor pendorong mengapa pemerintah lokal melihat kesempatan besar

dengan adanya pemekaran daerah adalah secara materil, dengan adanya

pembentukan kabupaten dan provinsi baru maka daerah-daerah tersebut akan

menerima suntikan dana pembangunan yang lebih besar dari pemerintah pusat.

Dalam aspek pengembangan wilayah, pelaksanaan pemekaran daerah

dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi daerah induk dan daerah

otonom baru hasil pemekaran daerah. Hal ini dikarekan oleh adanya perbedaan

sumber daya yang digunakan dalam proses pembangunan sebelum dan setelah

terjadinya pemekaran daerah. Adakalanya pemekaran daerah menyebabkan

kegiatan perekonomian daerah induk menurun drastis karena sebagian potensi

daerahnya berada di daerah otonom baru.

Falsafah pembangunan ekonomi yang dianut pemerintah jelas tidak

bermaksud membatasi arus modal (bahkan yang terbang keluar negeri saja hampir

tidak dibatasi). Arus modal mempunyai logika sendiri untuk berakumulasi di

lokasi-lokasi yang mempunyai prospek return atau tingkat pertumbuhan yang

lebih tinggi dan tingkat resiko yang lebih rendah. Sehingga tidak dapat dihindari

jika arus modal lebih terkonsentrasi di daerah-daerah kaya sumber daya alam dan

kota-kota besar yang prasarana dan sarananya lebih lengkap (Hartono. 2008, h.3).

Disisi lain gelombang pencari kerja juga mengalir mengejar kesempatan

ke kota-kota besar, ke daerah-daerah yang kaya menerima pencari kerja dari

daerah-daerah miskin ke kota-kota besar. Oleh karena itu kota-kota besar tersebut

Page 12: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

3

x

relatif banyak golongan ekonomi lemah dari penduduk asli ataupun dari daerah-

daerah lain dapat mengakibatkan saling berebut tempat dan peluang antar

kelompok daerah asal. Untuk itulah diperlukan pembangunan daerah yang

merupakan bagian dari pembangunan nasional. Guna meningkatkan nasional

harus didukung dengan pembangunan daerah yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dalam rangka mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan

nasional.

Pembangunan pada hakikatnya merupakan upaya terencana dan

terprogram yang dilakukan secara terus-menerus untuk menciptakan masyarakat

yang lebih baik. Pembangunan dapat dilakukan melalui pendekatan wilayah

(pembangunan wilayah) atau pendekatan sektoral (pembangunan daerah).

Pembangunan daerah lebih menekankan pada pendekatan daerah secara

administrasi dan pendekatan sektoral, yang diarahkan untuk lebih

mengembangkan dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar

perkotaan, antar perdesaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan prioritas

daerah serta pembangunan daerah seoptimal mungkin dengan memperhatikan

dampak pembangunan (Hartono. 2008, h.4).

Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten induk yang baik

akan sumber daya alamnya, perdagangan dan industri serta sektor perhubungan

dan komunikasi sebarat-selatan. Oleh karenanya, dengan tujuan pemekaran daerah

yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan yaitu mempercepat

pembangunan ekonomi dan meningkatkan pelayanan publik maka pertama kali

Kabupaten Aceh Barat melakukan pemekaran menjadi dua kabupaten yaitu

Page 13: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

4

x

Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Simeulue. Kemudian Kabupaten Aceh

Barat memekarkan diri lagi menjadi Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Nagan

Raya.

Pengembangan suatu wilayah yang dilakukan untuk memacu

perkembangan sosial ekonomi suatu wilayah. Perjalanan pembangunan ekonomi

telah menimbulkan berbagai macam perubahan terutama pada struktur

perekonomian. Perubahan struktur ekonomi merupakan salah satu karakteristik

yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi pada hampir setiap wilayah seperti

Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya.

Kabupaten Aceh Barat Merupakan Salah satu kabupaten yang ada di

Provinsi Aceh dan terletak di pesisir pantai barat selatan, dengan jumlah

penduduk dan PDRB perkapita sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk dan PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2005-2014

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) PDRB Perkapita

2005 150.450 5.841.752,74

2006 151.594 6.299.103,33

2007 153.294 6.608.169,66

2008 183.565 6.248.828,51

2009 196.111 6.108.298,51

2010 173.558 7.253.694,73

2011 177.532 7.462.849,18

2012 185.577 7.615.433,86

2013 187.459 4.773.693,84

2014 190.244 4.935.274,15 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Barat (2016)

Berdasarkan dari tabel 1.1 diatas menunjukkanbahwa Jumlah Penduduk

dan PDRB Perkapita di Kabupaten Aceh Barat setiap tahunnya mengalami

perubahan, terlihat dari tahun 2005 penduduk Aceh Barat berjumlah 150.450 jiwa,

Page 14: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

5

x

dan terus mengalami peningkatan, sehingga pada tahun 2008 berjumlah 183.565

jiwa. Kemudian titik puncak kenaikan pada tahun 2009 sebesar 196.111 jiwa,

selanjutnya mengalami penurunan kembali sampai tahun 2012 hingga 185.577

jiwa hingga mengalami peningkatan pada tahun 2014 hingga 190.244 jiwa.

Selanjutnya pada PDRB Perkapita Aceh barat menunjukkan hal yang sama juga,

pada tahun 2005 PDRB Perkapita Aceh Barat berjumlah 5.841.752,74 kemudian

mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga pada tahun 2012 jumlah PDRB

Perkapita meningkat menjadi 7.615.433,86 kemudian mengalami penurunan

hingga tahun 2014 berjumlah 4.935.274,15.

Kabupaten Aceh Barat termasuk salah satu kabupaten yang memiliki

jumlah penduduk yang tinggi di Aceh bagian selatan, ini merupakan salah satu

faktor yang dapat menimbulkan peningkatan pendapatan perkapita, dengan

meningkatnya jumlah penduduk maka dapat meningkatkan pendapatan perkapita.

Namun belum tentu pula dengan meningkatnya jumlah penduduk akan meningkat

pula penduduk yang bekerja atau angkatan kerja.

Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu pemekaran kabupaten dari

Kabupaten Aceh Barat. Berikut adalah tabel Jumlah Penduduk dan PDRB

Perkapita Kabupaten Nagan Raya yang setiap tahunnya mengalami perubahan :

Page 15: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

6

x

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk dan PDRB Perkapita Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2005-2014

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) PDRB Perkapita

2005 123.743 6.140.983,65

2006 123.953 6.630.980,61

2007 124.141 6.984.230,43

2008 124.340 7.226.017,45

2009 125.425 7.411.545,15

2010 139.663 6.929.957,83

2011 142.861 7.092.492,63

2012 152.130 6.998.860,32

2013 158.596 5.042.416,00

2014 162.448 5.169.011.00

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) KabupatenNagan Raya (2016)

Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Jumlah Penduduk di Kabupaten

Nagan Raya dari tahun 2005-2014 terus mengalami peningkatan, dimana pada

tahun 2005 jumlah penduduk Nagan Raya berjumlah 123.743 jiwa, dan terus

meningkat pada tahun 2014 berjumlah 162.448 jiwa. Berbeda dengan PDRB

Perkapita di Nagan Raya yang setiap tahunnya mengalami perubahan yang tidak

menentu. Pada tahun 2005 jumlah PDRB Perkapita di Kabupaten Nagan Raya

berjumlah 6.140.983,65 kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2008

sebesar 7.226.017,45. Selanjutnya PDRB Perkapita Nagan Raya mengalami

penurunan pada tahun 2010 berjumlah 6.929.957,83 dan meningkat kembali pada

tahun 2011 sebesar 7.092.492,63 kemudian mengalami penurunan kembali hingga

tahun 2014 berjumlah 5.169.011,00.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah

yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Ketimpangan

Pembangunan Regional antara Kabupaten Induk dan Pemekarannya (Studi

Kasus Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya)”.

Page 16: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

7

x

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah ketimpangan pembangunan regional antara kabupaten induk

dan pemekarannya (studi kasus Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan

Raya)?

2. Apakah PDRB Perkapita berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini sebagai

berikut :

1. Untuk menganalisis ketimpangann pembangunan regional antara Kabupaten

Induk dan pemekarannya (studi kasus Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten

Nagan Raya).

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB Perkapita terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Manfaat bagi penulis untuk memenuhi syarat tugas perkuliahan dan untuk

menambah wawasan tentang ketimpangan pembangunan regional antara

kabupaten induk dan pemekarannya (studi kasus Kabupaten Aceh Barat dan

Kabupaten Nagan Raya) sesuai dengan teori yang telah diberikan.

Page 17: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

8

x

b. Bagi Lingkungan Akademik

Untuk dapat dijadikan bahan/acuan dalam memberikan pengetahuan dan

pengembangan terhadap mahasiswa(i) di lingkungan kampus dalam proses

perkuliahan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dapat memotivasi atau membangun

kinerja pemerintah daerah atau instansi-instansi terkait pada Kabupaten Aceh

Barat dan Kabupaten Nagan Raya agar dapat dijadikan bahan pertimbangan

dimana dapat memperhatikan tingkat ketimpangan-ketimpangan pembangunan

yang terjadi pada setiap kabupaten sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi suatu

wilayah akan membaik.

1.5. Sistematika Pembahasan

Berdasarkan penelitian ini bagian pertama merupakan pendahuluan yang

berisi tentang latarbelakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, serta sistematika pembahasan.

Bagian kedua merupakan tinjauan pustaka yang berisi tentang judul yang

diteliti yaitu tingkat ketimpangan pembangunan regional serta perumusan

hipotesis.

Bagian ketiga merupakan metode penelitian yang berisi tentang ruang

lingkup penelitian, data penelitian, model analisis data, definisi operasional

variabel, serta pengujian hipotesis.

Page 18: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

9

x

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Ekonomi Regional

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai proses yang menyebabkan

pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat. Dimana kenaikan

pendapatan merupakan suatu cerminan dari timbulnya perbaikan dalam

kesejahteraan ekonomi masyarakat, akan tetapi diikuti oleh pemberantasan

kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan (Amalia, 2007. h. 1).

Selanjutnya menurut Sukirno (2006, h.3) mengartikan pembangunan

ekonomi sebagai serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk

mengembangkan kegiatan ekonominnya sehingga infrastruktur lebih banyak

tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf pendidikan

semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat, sehingga implikasi dari

perkembangan ini diharapkan kesempatan kerja akan bertambah, tingkat

pendapatan meningkat dan kemakmuran masyarakat semakin tinggi.

Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Suatu kinerja

pembangunan yang sangat baikpun mungkin saja menciptakan berbagai masalah

sosial ekonomi baru yang tidak diharapkan. Kompleksitas permasalahannya

bertambah besar karena ruaang lingkup permasalahannya lebih luas. Pendekatan

terhadap permasalahan pembangunan dan cara pemecahannya telah mengalami

perkembangan pula (Adisasmita, 2005. h.9).

9

Page 19: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

10

x

Pembangunan regional adalah usaha meningkatkan kualitas kehidupan

maupun kualitas lingkungan, sektor dan jangkauannya sangat luas. Menurut

sumber lain, pembangunan regional ialah strategi pemerintah nasional dalam

menjalankan campur tangan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya proses

pembangunan didaerah-daerah sebagai bagian dari daerah nasional supaya terjadi

perkembangan kearah yang dikehendaki.

Dalam melaksanakan pembangunan diperlukan landasan teori yang

mampu menjelaskan hubungan korelasi antara fakta-fakta yang diamati, sehingga

dapat merupakan kerangka orientasi untuk analisis dan membuat ramalan terhadap

gejala-gejala baru yang diperkirakan akan terjadi.

Berdasarkan uraian diatas, pembangunan ekonomi regional adalah suatu

usaha dalam perekonomian untuk menciptakan kesejahteraan masyarakatnya dan

untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga menyebabkan pendapatan

perkapita suatu masyarakat meningkat yang diikuti oleh pemberantasan

kemiskinan dan penanggulangan ketimpangan pendapatan dan pembangunan

ekonomi.

2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan wilayah

Menurut Sjafrizal (2008, h.117-120) faktor-faktor yang menyebabkan atau

memicu ketimpangan pembangunan wilayah antara lain sebagai berikut :

2.2.1. Perbedaan Kandungan Sumber daya Alam

Penyebab utama yang mendorong timbulnya ketimpangan pembangunan

antar wilayah adalah perbedaan kandungan sumber daya alam pada masing-

masing daerah. Perbedaan sumber daya alam ini jelas akan mempengaruhi

Page 20: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

11

x

kegiatan produksi pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber

daya alam yang cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentu

dengan biaya relatif murah dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai

kandungan sumber daya alam relatif rendah, kondisi ini mendorong pertumbuhan

ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih cepat. Sedangkan daerah lain yang

mempunyai kandungan sumber daya alam lebih kecil hanya akan dapat

memproduksi barang-barang dengan biaya produksi lebih tinggi, sehingga daya

saingnya menjadi lemah. Oleh karena itu dengan perbedaan kandungan sumber

daya alam ini dapat mendorong terjadinya ketimpangan pembangunan antar

wilayah.

2.2.2. Perbedaan Kondisi Demografis

Kondisi demografis ini akan dapat mempengaruhi ketimpangan

pembangunan antar wilayah karena hal ini akan berpengaruh terhadap

produktivitas kerja masyarakat pada daerah bersangkutan. Dengan kondisi

demografis lebih baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih

tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya

akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah

bersangkutan. Sebaliknya bila pada suatu daerah tertentu kondisi demografisnya

kurang baik maka hal ini akan menyebabkan relatif rendahnya produktivitas kerja

masyarakat setempat yang menimbulkan kondisi yang kurang menarik bagi

penanaman modal sehingga pertumbuhan ekonomi bersangkutan akan menjadi

lebih rendah.

Page 21: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

12

x

2.2.3. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang Dan Jasa

Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa dapat pula mendorong

terjadinya peningkatan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Mobilitas

barang dan jasa ini meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik

yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan demikian pula

halnya dengan migrasi yang kurang lancar menyebabkan kelebihan tenaga kerja

suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang sangat

membutuhkannya. Karena itu tidaklah mengherankan bilamana ketimpangan

pembangunan antar ilayah akan cenderung tinggi pada negara sedang berkembang

dimana mobilitas barang dan jasa kurang lancar dan masih terdapatnya beberapa

daerah yang terisolir.

2.2.4. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah

Terjadi konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah yang cukup tinggi pada

wilayah tertentu jelas akan mempengaruhi ketimpangan pembangunan antar

wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah cenderung akan lebih cepat pada daerah

dimana terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut

selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan

penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.

Konsentrasi kegiatan ekonomi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa

hal. Pertama, karena terdapatnya sumber daya alam yang lebih banyak pada

daerah tertentu, disamping itu terdapatnya lahan yang subur juga turut

mempengaruhi khususnya menyangkut dengan pertumbuhan kegiatan pertanian.

Kedua, menurunnya fasilitas transportasi kegiatan ekonomi antar daerah. Ketiga,

Page 22: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

13

x

kondisi demografis (kependudukan) juga ikut mempengaruhi karena kegiatan

ekonomi akan cenderung terkonsentrasi dimana sumber daya manusia tersedia

dengan kualitas yang lebih baik.

2.2.5. Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah

Tidak dapat disangkal bahwa investasi merupakan salah satu yang sangat

menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena itu, daerah yang dapat

alokasi investasi yang lebih besar dari pemerintah, atau dapat menarik lebih

bahwa investasi swasta akan cenderung mempunyai tingkat pertumbuhan

ekonomi daerah yang lebih cepat. Kondisi ini tentunya akan dapat pula

mendorong proses pembangunan daerah melalui lapangan kerja yang lebih

banyak.

2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai tambah bruto seluruh barang

dan jasa yang dihasilkan diwilayah domestik suatu negara yang timbul akibat

berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu.

Menurut Tarigan (2007, h. 18-24) PDRB terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu :

2.3.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa

yang dihitung dengan menggunakan harga berlaku pada setiap tahun, dan dapat

digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi.PDRB atas dasar harga

berlaku dapat dihitung melalui dua metode yaitu:

Page 23: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

14

x

a. Metode langsung adalah metode perhitungan dengan menggunakan data yang

bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan

karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Disamping itu manfaat pemakaian

data daerah adalah dapat digunakan untuk menyempurnakan data statistik

daerah yang lemah.

b. Metode tidak langsung adalah suatu cara mengalokasikan produk domestik

bruto dari wilayah yang lebih luas kemasing-masing bagian wilayah,

misalnya mengalokasikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia kesetiap

provinsi dengan menggunakan alokator tertentu. Alokator yanng dapat

digunakan yaitu:

1. Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/subsektor pada wilayah yang

dialokasikan.

2. Jumlah produksi fisik.

3. Tenaga kerja.

4. Penduduk.

2.3.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan

PDRB atas dasar harga konstan adalah nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar

perhitungannya dan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi

dari tahun ke tahun. Perhitungan PDRB atas dasar harga konstan secara

berkelanjutan dan berskala sangat berguna untuk mengetahui perkembangan

sektor ekonomi secara riil, karena pada perhitungan ini tidak terkandung

perubahan harga barang, melainkan hanya perubahan indikator produksinya saja.

Page 24: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

15

x

Oleh karena itu, diperlukan penetapan tahun dasar secara nasional sebagai acuan

perbandingannya.

2.3.3. PDRB Atas Dasar Harga Pasar

PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross

value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian (output) dikurangi

dengan biaya antara. Nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor

pendapatan (upah dan gaji, bunga, sea tanah, dan keuntungan), penyusutan, dan

pajak tidak langsung neto. Jadi, dengan menghitung nilai tambah bruto dari

masing-masing sektor dan menjumlahkannya, akan menghasilkan produk

domestik regional bruto atas dasar harga pasar.

2.4. Pendapatan Regional

Menurut Tarigan (2007, h. 13) pendapatan regional adalah tingkat

besarnya pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat

diukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat

pada wilayah tersebut. Ada beberapa parameter yang bisa digunakan untuk

mengukur adanya pembangunan wilayah, salah satu parameter terpenting adalah

meningkatnya pendapatan masyarakat.

Pendapatan regional neto adalah produk domestik regional neto atas dasar

biaya faktor dikurangi aliran dana yang mengalir keluar ditambah aliran dana

yang mengalir masuk. Produk domestik regional neto atas dasar biaya faktor,

merupakan jumlah dari pendapatan berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan

keuntungan yang timbul, atau merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan

diwilayah tersebut. Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tersebut tidak

Page 25: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

16

x

seluruhnya menjadi pendapatan penduduk setempat. Hal itu disebabkan ada

sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk daerah lain, misalnya suatu

perusahaan yang modalnya dimiliki orang luar, tetapi perusahaan tadi beroprasi di

daerah tersebut. Produk domestik regional neto atas dasar biaya faktor dikurangi

pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah pendapatan yang mengalir masuk

hasilnya merupakan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk

yang tinggal di daerah tersebut. Pendapatan regional dibagi jumlah penduduk

yang tinggal didaerah itu hasilnya adalah pendapatan perkapita (Tarigan.2007, h.

19-20).

2.4.1. Pendapatan Per Kapita

Menurut Tarigan (2007, h. 21) pendapatan perkapita adalah total

pendapatan suatu daerah dibagi jumlah penduduk di daerah tersebut untuk tahun

yang sama. Angka yang digunakan semestinya adalah total pendapatan regional

dibagi jumlah penduduk. Tetapi angka ini sering kali tidak diperoleh sehingga

diganti dengan total PDRB atas dasar harga pasar dibagi dengan jumlah

penduduk. Angka pendapatan per kapita dapat dinyatakan dalam harga berlaku

maupun dalam harga konstan tergantung pada kebutuhan.

Pendapatan perkapita adalah hasil bagi antara pendapatan regional atas

dasar harga berlaku (ADHB) dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB

perkapita dapat dilihat atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

Secara makro dapat dijadikan ukuran tingkat kemakmuran suatu daerah (BPS

Kabupaten Aceh Barat).

Page 26: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

17

x

2.5. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi di definisikan suatu proses peningkatan kapasitas

produktif dalam suatu perekonomian secara terus menerus atau berkesinambungan

sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional

yang semakin lama semakin besar (Todaro. 2006, h. 115).

Sukirno (2004, h. 423) juga mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi

adalah perkembangan kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu dan menyebabkan

pendapatan nasional riil berubah. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan

persentase kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu

dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya.

Menurut Todaro (2006, h. 118) ada 3 (tiga) faktor utama dalam

pertumbuhan ekonomi yaitu :

a. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang

ditanamkan pada tanah, peralata fisik, dan modal atau sumber daya manusia.

b. Pertumbuhan penduduk, yang pada tahun-tahun berikutnya akan

memperbanyak jumlah angkatan kerja.

c. Kemajuan teknologi, dengan adanya teknologi dapat menciptakan metode

produksi yang baru. Pertumbuhan teknologi yang baik dapat meningkatkan

produktivitas kerja, modal dan faktor produksi lainnya, sehingga dapat

menciptakan pertumbuhan ekonomi.

Page 27: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

18

x

2.5.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Jhingan (2007, h. 67) para ahli ekonomi menganggap faktor

produksi sebagai kekuatan utama yang memepengaruhi pertumbuhan. Beberapa

faktor ekonomi tersebut adalah:

1. Sumber Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian

adalah sumber alam atau tanah. Sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi

mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan

hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan sebagainya.

2. Akumulasi Modal

Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi.

Disatu pihak akumulasi modal mencerminkan permintaan efektif, dan dipihak lain

akumulasi modal juga menciptakan efesiensi produktif bagi produksi dimasa

depan. Proses pembentukan modal menghasilkan kenaikan output nasional dalam

berbagai cara. Pembentukan modal diperlukakan untuk memenuhi permintaan

penduduk yang meningkat di Negara tersebut.

3. Organisasi

Organisasi berkaitan dengan dengan penggunaan faktor produksi didalam

kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi modal, buruh dan membantu

meningkatkan produktivitasnya. Dalam pertumbuhan ekonomi modern, para

wiraswatawan tampil sebagai organisator dan pengambil risiko diantara

ketidakpastian.

Page 28: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

19

x

4. Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan

perubahan didalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau

hasil dari teknik penelitian baru.Perubahan pada teknologi telah menaikkan

produktivitas buruh, modal dan faktor produksi yang tinggi.

5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan

produktivitas.Keduanya membawa kearah ekonomi produksi skala besar yang

selanjutnya membantu perkembangan industri. Adam Smith menekankan arti

penting pembagian kerja bagi perkembangan ekonomi, karena pembagian kerja

menghasilkan perbaikan kemampuan produksi buruh.

6. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita

Pendapatan perkapita adalah hasil bagi antara pendapatan regional atas

dasar harga konstan (ADHK) dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. .

PDRB perkapita dapat dilihat atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga

konstan.

7. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk merupakan jumlah seluruh penduduk yang menetap di

suatu wilayah. Jumlah penduduk juga merupakan faktor pendukung dan sekaligus

sebagai faktor penghambat didalam pembangunan.

Page 29: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

20

x

2.5.2. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Wilayah

a. Teori Ekonomi Klasik

Menurut Adisasmita (2005, h.22) aliran klasik muncul pada akhir abad ke-

18 yang dipelopori oleh Adam smith yang berpendapat bahwa petumbuhan

ekonomi disebabkan karena faktor kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah

penduduk.Kemajuan teknologi tergantung pada pembentukan modal. Dengan

adanya akumulasi modal akan memungkinkan dilaksanakannya spesialisasi atau

pembagian kerja sehingga produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan.

Dampaknya akan mendorong penambahan investasi dan persediaan modal yang

selanjutnya diharapkan akan meningkatkan kemajuan teknologi dan menambah

pendapatan. Inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan seluas-

luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi apa yang dirasanya baik dilakukan.

b. Teori Pertumbuhan Neoklasik

Teori pertumbuhan Neoklasik dikembangkan oleh Robert M. Solow

(1970) dari Amerika Serikat dan T.W Swan (1956) dari Australia. Model Solow-

Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan

teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Solow-Swan

menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya subsitusi antara

(K) dan Tenaga Kerja (L). Dengan demikian syarat-syarat adanya pertumbuhan

yang mantap dalam model Solow-Swan kurang restriktif disebabkan

kemungkinan subtitusi antara modal dan tenaga kerja. Teori Solow-Swan melihat

bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan

Page 30: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

21

x

sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mempengaruhi pasar (Tarigan.

2005, h.52).

2.6. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk merupakan faktor pendukung dan sekaligus sebagai

faktor penghambat didalam pembangunan. Dikatakan sebagai faktor pendukung

karena jumlah penduduk yang besar menyediakan sumber tenaga kerja yang besar

pula untuk melaksanakan pembangunan. Faktor penghambat apabila jumlah

penduduk yang besar itu tidak mempunyai kualitas yang cukup baik untuk ikut

melaksanakan program pembangunan, sehingga jumlah penduduk yang besar

hanya akan menambah beban pemerintah.

Jumlah penduduk yang besar bagi indonesia oleh perencana pembangunan

dipandang sebagai asset modal dasar pembangunan tetapi sekaligus juga sebagai

beban pembangunan. Sebagai asset apabila dapat meningkatkan kualitas maupun

keahlian atau ketrampilannya sehingga akan meningkatkan produksi nasional.

Jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban pembangunan jika struktur dan

persebaran mutunya yang rendah sehingga hanya menuntut pelayanan sosial dan

tingkat produksinya rendah sehingga menjadi tanggungan penduduk yang bekerja

secara efektif, menurut Chakim didalam Ala (2014, h.23)

2.7. Penelitian Terdahulu

Pradana melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pertumbuhan

Ekononomi dan Ketimpangan Pendapatan antar Kecamatan Studi Komparatif

Kabupaten Jepara dan Kabupaten Kudus Tahun 1997-2010”.Hasil analisisnya

menunjukkan rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara lebih besar dari

Page 31: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

22

x

pada Kabupaten Kudus.Kemudian Tipiologi Klassen menunjukkan bahwa

kecamatan dikabupaten Jepara kebanyakan masuk dalam kategori daerah

tertinggal atau kuadran IV, sedangkan untuk kecamatan di Kabupaten Kudus

masuk dalam kategori daerah sedang tumbuh atau kuadran III.Untuk hasil analisis

dengan menggunakan Indeks Williamson untuk Kabupaten Jepara tingkat

ketimpangan pendapatannya lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten

Kudus.

Menurut Suhertika (2014, h. 24) dengan judul penelitian “Analisis

Ketimpangan Pendapatan Regional Antar Kabupaten Barat Selatan Provinsi

Aceh (Kasus Kabupaten Aceh Selatans,Aceh Barat Daya, Aceh Barat dan Nagan

Raya)”. Hasil analisisnya dengan menggunakan Indeks Williamson menunjukkan

Kabupaten Aceh Selatan tidak memiliki ketimpangan pendapatan (merata)

dibandingkan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya yang memiliki ketimpangan

pendapatan (merata) dibandingkan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya yang

memiliki ketimpangan (tidak merata). Dimana indeks ketimpangan Kabupaten

Aceh Barat Daya menunjukkan angka ketimpangan yang meningkat untuk dari

tahun 2003 sebesar 0,052 sampai tahun 2012 sebesar 0,074, Kabupaten Aceh

Selatan lebih cenderung menunjukkan penurunan untuk dari tahun 2003 sebesar

0,023 sampai tahun 2012 sebesar 0,005.

Selanjutnya menurut Meliana (2015, h. 49) tentang “Analisis Ketimpangan

Pembangunan Regional di Provinsi Aceh” hasil analisisnya yaitu ketimpangan

pembangunan wilayah di tiga (3) kawasan dalam Provinsi Aceh yang diukur

melalui indeks williamson selama periode penelitian tahun 2000-2013

Page 32: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

23

x

menunjukkan ketimpangan tertinggi dialami oleh kawasan Utara Timur kemudian

disusul oleh Tengah Tenggara dan Barat Selatan.

2.8. Kerangka Pemikiran

Menurut (Sugiyono. 2012, h. 477) kerangka berfikir yang baik harus

menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara

teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independent dan variabel

dependent. Kerangka berfikir menggambarkan pengaruh antara variabel indepent

yaitu PDRB Perkapita dan Jumlah Penduduk dengan variabel dependent yaitu

Pembangunan wilayah di Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya.

Penulis ingin menjelaskan bahwa ketimpangan pembangunan itu diukur

dari PDRB Perkapita dan Jumlah Penduduk. Untuk mempermudah penjelasan dari

uraian diatas, maka penulis menggambarkan kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Keterangan :

a. Y = Pembangunan Wilayah (variabel dependent)

b. X1 = PDRB Per Kapita (variabel independent)

c. X2= Jumlah Penduduk (variabel independent)

PDRB Perkapita

(X1)

Jumlah Penduduk

(X2)

Pembangunan Wilayah

(Y)

Page 33: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

24

x

2.9. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini diduga :

1. Ketimpangan Pembangunan Wilayah di Kabupaten Aceh Barat dan di

Kabupaten Nagan Raya dipengaruhi oleh tingkat PDRB Perkapita dan Jumlah

Penduduk.

2. PDRB Perkapita berpengaruh nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Kabupaten Aceh Barat Dan Kabupaten Nagan Raya.

Page 34: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

III. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat luasnya aspek analisis maka penulis hanya mengambil pada 2

(dua) kabupaten yang terdiri dari Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan

Raya. Penelitian ini meliputi Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita (PDRB

Per Kapita), dan Jumlah Penduduk dalam kurun waktu 2005-2014.

3.2. Data Penelitian

3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS), dan data-data yang dipublikasikan melalui Tulisan ilmiah,

Literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan penulisan ini. Data tersebut

selanjutnya dianalisis dengan melakukan pendekatan metode kuantitatif.

Pendeketan kuantitatif yaitu penyajian dan penyusunan data kedalam tabel-tabel

untuk dianalisis.

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

a. Field Research

Data tersebut didapat melalui data-data yang sudah ada artinya data

tersebut bisa berasal dari BPS atau instansi terkait.

b. Library Research

Dilakukan melalui pendekatan tinjauan pustaka, artinya mengkaitkan

antara teori-teori dengan sumber-sumber yang telah didapat.

Page 35: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

26

3.3. Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk menjawab pertanyaan dari

penelitian, yakni sebagai berikut:

1. Indeks williamson

................................................................... (1)

Dimana :

Vw = Pembangunan Wilayah

Yi = PDRB perkapita daerah i

Y = PDRB perkapita rata-rata seluruh daerah

fi = Jumlah penduduk daerah i

n = Jumlah penduduk seluruh daerah

Subkrip w digunakan karena formulasi yang digunakan adalah secara

terimbang sehingga indeks tersebut dapat dibandingkan dengan negara atau

daerah lainnya. Sedangkan pengertian indeks ini adalah sebagai berikut : bila Vw

mendekati 1 berarti sangat timpang dan bila Vw mendekati nol berarti sangat

merata.

Page 36: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

27

2. Analisis Semi Logaritma

Menurut sarwoko (2005, h.93) untuk mendapatkan hasil yang lebih signifikan

serta memudahkan dalam proses penghitungan maka persamaan regresi linier

yang diformulasikan dalam bentuk semi Log sebagai berikut :

y = b0 + b1LogX + e .................................................................... (2)

Dimana :

y = Ketimpangan (variabel terikat) yang din ukur dalam skala 0-1

x = PDRB perkapita (variabel bebas) yang diukur dalam rupiah

b0 = Intercept (konstanta)

b1 = Koefesien regresi faktor x

e = Error term (kesalahan pengganggu)

3.3.1. Analisis Korelasi

Korelasi linier berganda merupakan alat ukur mengenai hubungan yang

terjadi antara variabel terikat (Y) dan beberapa variabel bebas (X1, X2,… Xn).

analisis korelasinya menurut Hasan (2002, h. 270-279) menggunakan koefisien

korelasi yaitu :

a. Koefesien Korelasi (r)

Analisa koefesien korelasi adalah suatu analisis untuk mengetahui

seberapa besar hubungan signifikan antara variabel satu dengan variabel lainnya

dan dinyatakan dalam lambang r (Suprato. 2004, h. 179).

Page 37: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

28

b. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Hasan (2002, h. 236) mengatakan analisa ini digunakan untuk

menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel bebas (x) terhadap variabel terikat

(y). Koefesien Determinasi (r2) merupakan kuadrat dari koefesien korelasi dengan

rumus sebagai berikut :

Kp = r2 x 100% ............................................................................ (3)

Dimana :

Kp = besarnya koefesien penentu (determinasi)

r = Koefesien korelasi

3.3.2. Uji t

Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat

signifikan dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual

dengan rumus sebagai berikut (Sarwoko. 2005, h. 71) :

...................................................................................... (4)

Dimana :

n = Jumlah Tahun

r = Koefisien Korelasi

3.3.3. Uji f

Uji hipotesis ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien

regresi yang di dapat signifikan atau tidak. Uji F ini diperuntukkan guna

Page 38: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

29

melakukan uji hipotesis koefisien regresi secara bersamaan yaitu antara X1, dan

X2 terhadap Y. Dengan rumus adalah sebagai berikut (Nachrowi dan Usman.

2006, h. 16-17) :

............................................................................... (5)

Dimana :

K = Banyaknya Variabel Bebas

R2

= Koefisien Determinasi

n = Jumlah Tahun

3.4. Definisi Operasional Variabel

a. Pembangunan Wilayah

Pembangunan wilayah yaitu suatu proses kenaikan pendapatan baik

pendapatan total maupun pendapatan perkapita yang disertai dengan pertambahan

penduduk dan pemerataan bagi penduduk guna kesejahteraan ekonomi

masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diukur dalam rupiah.

b. PDRB Perkapita

Produk Domestik Regional Bruto per kapita (PDRB perkapita) merupakan

besaran kasar yang menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk wilayah

Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya dalam kurun waktu 2005-

2014 yang diukur dalam rupiah.

Page 39: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

30

c. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk merupakan jumlah seluruh penduduk yang menetap di

Kabupaten Aceh Barat dan Nagan Raya dalam kurun waktu 2005-2014 yang

diukur dalam jiwa.

3.5. Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini dalam bentuk statistiknya adalah:

a. Jika Indeks Williamson mendekati 0 maka semakin kecil ketimpangan

pembangunan regional dan jika Indeks Williamson semakin mendekati angka

1 maka semakin melebar ketimpangan pembangunan regional.

b. H0 ; β = 0, diduga PDRB Perkapita yang diteliti secara bersama-sama tidak

berpengaruh secara nyata terhadap Pembangunan di Kabupaten Aceh Barat

dan Kabupaten Nagan Raya.

c. H1 ; β ≠ 0, diduga PDRB Perkapita yang diteliti secara bersama-sama

berpengaruh secara nyata terhadap Pembangunan di Kabupaten Aceh Barat

dan Kabupaten Nagan Raya.

Kriteria uji t, hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

a. Apabila th > tt , maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara parsial

terdapat pengaruh yang siginifikan antara PDRB Perkapita terhadap

Pembangunan di Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya.

b. Apabila th < tt , maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara parsial tidak

terdapat pengaruh yang nyata antara PDRB Perkapita terhadap Pembangunan

di Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya.

Page 40: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

31

Kriteria uji f, hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Apabila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak H1 diterima, artinya secara bersamaan

terdapat pengaruh yang nyata antara PDRB Perkapita terhadap Pembangunan

di Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya.

b. Apabila Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara

bersamaan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara PDRB Perkapita

terhadap Pembangunan di Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan

Raya.

Page 41: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Bagian ini peneliti akan menjelaskan tentang tingkat ketimpangan

pembangunan regional (Kasus Kabupaten Aceh Barat Dan Kabupaten Nagan

Raya) di Provinsi Aceh dalam kurun waktu 2005-2014.

4.1.1. PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Barat

PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Barat adalah besaran kasar yang

menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk disuatu wilayah pada suatu waktu

tertentu.PDRB Perkapita didapat dengan membagi PDRB dengan jumlah

penduduk diwilayah tersebut.

Tabel 4.1 PDRB (ADHK) 2000, Jumlah Penduduk dan PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2005-2014 N No. Tahun PDRB (ADHK) 2000 Jumlah Penduduk PDRB Perkapita

1 1 2005 878.891,70 150.450 5.841.752,74

2 2 2006 954.906,27 151.594 6.299.103,33

3 2007 1.012.992,76 153.294 6.608.169,66

4 2008 1.147.817,36 183.565 6.248.828,51

5 2009 1.197.904,53 196.111 6.108.298,51

6 2010 1.258.936,75 173.558 7.253.694,73

7 2011 1.324.894,54 177.532 7.462.849,18

8 2012 1.413.244,37 185.577 7.615.433,86

9 2013 894.871,87 187.459 4.773.693,84

10 2014 938.901,16 190.244 4.935.274,15

Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat (2016)

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Konstan, jumlah penduduk dan PDRB perkapita Kabupaten Aceh

Barat selama periode penelitian tahun 2005 sampai dengan tahun 2014 mengalami

fluktuasi. Pada tahun 2005 PDRB ADHK sebesar 878.891,70 dan terus meningkat

Page 42: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

33

sampai tahun 2012 sebesar 1.413.249,37, kemudian mengalami penurunan

kembali pada tahun 2014 sebesar 938.901,16. Pada tahun 2005 dapat dilihat

jumlah penduduk sebesar 150.450 jiwa dan terus meningkat hingga titik puncak

meningkatnya jumlah penduduk yaitu pada tahun 2009 sebesar 196.111 jiwa,

kemudian mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 173.558 jiwa dan

meningkat kembali sampai pada tahun 2014 sebesar 190.244 jiwa.

PDRB Perkapita Kabupaten Aceh barat pada tahun 2005 sebesar 5.841.752,74

dan terus meningkat sampai tahun 2011 sebesar 7.615.433,86, kemudian

mengalami penurunan sampai tahun 2014 sebesar 4.935.274,15. Pada tahun 2005

sampai 2006 PDRB ADHK, Jumlah Penduduk dan PDRB Perkapita masih dalam

angka kecil dikarenakan bencana gempa dan tsunami setahun sebelumnya.

Kemudian pada tahun 2013 sampai 2014 PDRB ADHK dan PDRB Perkapita

menurun drastis dikarenakan Jumlah Penduduk yang meningkat tidak sebanding

dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.

4.1.2. PDRB Perkapita Kabupaten Nagan Raya

PDRB Perkapita Kabupaten Nagan Raya adalah besaran kasar yang

menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk disuatu wilayah pada suatu waktu

tertentu.PDRB Perkapita didapat dengan membagi PDRB dengan jumlah

penduduk diwilayah tersebut.

Page 43: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

34

Table 4.2 PDRB (ADHK) 2000, Jumlah Penduduk dan PDRB Perkapita Kabupaten Nagan Raya

Tahun 2005-2014

N No. Tahun PDRB (ADHK) 2000 Jumlah Penduduk PDRB Perkapita

1 2005 759.903,74 123.743 6.140.983,65

2 2006 821.929,94 123.953 6.630.980,61

3 2007 867.029,35 124.141 6.984.230,43

4 4 2008 898.483,01 124.340 7.226.017,45

5 2009 929.593,05 125.425 7.411.545,15

6 2010 967.858,70 139.663 6.929.957,83

7 2011 1.013.240,59 142.861 7.092.492,63

8 2012 1.064.736,62 152.130 6.998.860,32

9 2013 799.707,01 158.596 5.042.416,00

10 2014 839.695,50 162.448 5.169.011,00

Sumber: BPS Kabupaten Nagan Raya ( 2016)

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto

Atas Dasar Harga Konstan, jumlah penduduk dan PDRB perkapita Kabupaten

Nagan Raya mengalami perubahan setiap tahunnya. Pada tahun 2005 PDRB

ADHK sebesar 759.903,74 dan terus meningkat sampai tahun 2012 sebesar

1.064.736,62, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2014 sebesar

839.695,50. Pada tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Nagan Raya sebesar

123.743 jiwa dan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2014 sebesar

162.448 jiwa. PDRB Perkapita Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2005 sebesar

6.140.983,65 dan terus meningkat sampai tahun 2011 sebesar 7.092.492,63,

kemudian mengalami penurunan pada tahun 2014 sebesar 5.169.011,00.Pada

Kabupaten Nagan Raya PDRB Perkapita dan Jumlah Penduduk setiap tahunnya

mengalami kenaikan dan penurunan secara stabil, hal tersebut dikarenakan

lapangan pekerjaan hampir memadai dengan jumlah penduduk yang tersedia di

Kabupaten Nagan Raya.

Page 44: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

35

4.2. Analisis Ketimpangan Pembangunan Regional

Tabel 4.3 Jumlah PDRB Perkapita dan Indeks Ketimpangan Pembangunan Regional Kabupaten

Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2005-2014

N No. Tahun PDRB Perkapita

Kab. Aceh Barat

PDRB Perkapita

Kab.Nagan Raya

Indeks Ketimpangan

Pembangunan

Aceh

Barat

Nagan

Raya

1 2005 5.841.752,74 6.140.983,65 4,75 5,41

2 2006 6.299.103,33 6.630.980,61 4,72 5,38

3 2007 6.608.169,66 6.984.230,43 4,66 5,36

4 2008 6.248.828,51 7.226.017,45 3,84 5,01

5 2009 6.108.298,51 7.411.545,15 3,57 4,85

6 2010 7.253.694,73 6.929.957,83 4,02 4,67

7 2011 7.462.849,18 7.092.492,63 3,91 4,54

8 2012 7.615.433,86 6.998.860,32 3,70 4,25

9 2013 4.773.693,84 5.042.416,00 3,63 4,09

10 2014 4.935.274,15 5.169.011,00 3,56 3,99

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah Agustus 2016)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 diatas, menunjukkan bahwa

Jumlah PDRB Perkapita dan Indeks Ketimpangan Pembangunan Kabupaten Aceh

Barat dan Kabupaten Nagan Raya dalam kurun waktu tahun 2005-2014.

Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya merupakan wilayah induk dan

wilayah pemekaran. Pada Kabupaten Aceh Barat didalam perhitungan Indeks

Williamson nilai yang diperoleh dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Begitu

juga dengan Kabupaten Nagan Raya yang merupakan wilayah pemekaran

mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya. Dimana perhitungan indeks

Williamson menunjukkan ada ketimpangan pembangunan regional (tidak merata)

pada Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya yang merupakan wilayah

induk dan wilayah pemekaran, Kabupaten Aceh Barat mengalami ketimpangan

yang relatif tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Nagan Raya yang merupakan

wilayah pemekaran, pada tahun 2005 indeks ketimpangan pembangunan

Page 45: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

36

Kabupaten Aceh Barat sebesar 4,75 pada tahun 2008 merupakan titik awal

menurunnya ketimpangan pembangunan Kabupaten Aceh Barat sebesar 3,84 akan

tetapi pada tahun 2010 indeks ketimpangan meningkat sebesar 4,02, kemudian

pada tahun2011 sampai 2014 terus menurun sebesar 3,56. Sedangkan pada

Kabupaten Nagan Raya indeks ketimpangan pembangunan regional pada tahun

2005 sampai 2008 sebesar 5,01 dan titik awal menurunnya tingkat ketimpangan

pada tahun 2009 sebesar 4,85, kemudian terus mengalami penurunan hingga pada

tahun 2014 sebesar 3,99.

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis

Indeks Ketimpangan Pembangunan Regional antara Kabupaten Aceh

Barat dan Kabupaten Nagan Raya di ukur dengan PDRB Perkapita dan Jumlah

penduduk menggunakan Indeks Williamson selama kurun waktu 2005-2014.

Kemudian penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan

oleh PDRB perkapita terhadap ketimpangan pembangunan regional di dua (2)

Kabupaten dalam Provinsi Aceh yang akan di analisis dengan model analisis

regresi semi logaritma yang di olah melalui SPSS versi 16,0.

Page 46: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

37

4.3.1. Regresi Semi Logaritma

Tabel 4.4

Hasil Semi Logaritma

Variabel Koefisien

Estimasi

Standard

Error T-Ratio Sig

1. Kabupaten Aceh

Barat Konstan PDRB Perkapita

-26.446 4.579

18.558 2.724

-1.425 1.681

0.192 0.131

R = 0.511 R Square= 0.261

2. Kabupaten Nagan Raya Konstan PDRB Perkapita

-5.170 1.355

16.660 2.452

-0.310 0.553

0.764 0.596

R = 0.192 R Square = 0.037

Sumber :Hasil Penelitian (Data diolah Agustus 2016)

Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian bahwa pada Kabupaten Aceh Barat

PDRB Perkapita berpengaruh positif terhadap ketimpangan pembangunan

regional sama halnya dengan PDRB Perkapita pada Kabupaten Nagan Raya juga

berpengaruh positif terhadap ketimpangan pembangunan regional. Koefesien

estimasi konstanta pada Kabupaten Aceh Barat sebesar -26,446 hal ini

menunjukkan bahwa apabila PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Barat sama

dengan nol (0) atau tidak berubah maka ketimpangan pembangunan regional pada

Kabupaten Aceh Barat berkurang sebesar -26,446. Koefesien estimasi konstanta

pada Kabupaten Nagan Raya sebesar -5,170 kondisi ini menggambarkan bahwa

apabila PDRB Perkapita Kabupaten Nagan Raya sama dengan nol (0) atau tidak

berubah maka ketimpangan pembangunan regional Kabupaten Nagan Raya

berkurang sebesar -5,170.

Page 47: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

38

Koefesien regresi PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Barat sebesar 4,579

hal ini mnunjukkan bahwa apabila kenaikan 1 persen PDRB Perkapita

menyebabkan ketimpangan pembangunan regional Kabupaten Aceh Barat

bertambah sebesar 4,579 persen dengan asumsi faktor-faktor lain tidak berubah.

Kabupaten Nagan Raya memiliki koefesien regresi PDRB Perkapita sebesar 1,355

koefesien ini menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan PDRB Perkapita 1

persen maka ketimpangan pembangunan regional Kabupaten Nagan Raya naik

sebesar 1,355 persen dengan asumsi faktor-faktor lain tidak berubah.

4.3.2. Analisis Korelasi dan Determinasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat menjelaskan

bahwa koefesien variabel bebas (PDRB Perkapita) untuk Kabupaten Aceh Barat

diperoleh R=0,511 secara positif menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara

PDRB Perkapita terhadap ketimpangan pembangunan regional Kabupaten Aceh

Barat dengan keeratan hubungan 51,1 persen. Untuk Kabupaten Nagan Raya

diperoleh R=0,192 secara positif hal ini menggambarkan bahwa terhadap terdapat

hubungan antara variabel PDRB Perkapita dengan ketimpangan pembangunan

regional Kabupaten Nagan Raya dengan keeratan hubungan sebesar 19,2 persen.

Nilai koefesien determinasi (R Square) Kabupaten Aceh Barat sebesar

R2=0,261 persen artinya ketimpangan pembangunan regional Kabupaten Aceh

Barat 26,1 persen dipengaruhi oleh PDRB Perkapita sedangkan sisanya sebesar

73,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Kabupaten Nagan

Raya memiliki koefesien determinasi sebesar R2=0,037 persen yang artinya

bahwa ketimpangan pembangunan regional Kabupaten Nagan Raya 3,7 persen

Page 48: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

39

dipengaruhi PDRB Perkapita sedangkan sisanya sebesar 96,3 persen dipengaruhi

oleh variabel lain diluar penelitian ini.

4.3.3. Uji Signifikan Peramal Individual (uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara

variabel bebas PDRB Perkapita (X) terhadap variabel terikat ketimpangan

pembangunan regional (Y) secara individual pada taraf nyata (α)=0,05

Berdasarkan penelitian pada tabel 4.4 untuk Kabupaten Aceh Barat

variabel PDRB Perkapita diperolehnilai thitung<ttabel yakni sebesar 1,681 < 1,833

pada α 0,05 dimana derajat signifikannya lebih besar dari 0,05 yakni 0,131 > 0,05

maka Hoditerima dan H1 ditolak yang artinya bahwa secara individual variabel

PDRB Perkapita tidak berpengaruh nyata terhadap ketimpangan pembangunan

regional di Kabupaten Aceh Barat.

Pada Kabupaten Nagan raya variabel PDRB Perkapita diperoleh nilai

thitung<ttabel yakni sebesar 0,553 < 1,833 pada α 0,05 dimana derajat signifikannya

lebih besar dari 0,05 yaitu 0,596 > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak yang

artinya bahwa secara individual variabel PDRB Perkapita tidak berpengaruh nyata

terhadap ketimpangan pembangun regional di Kabupaten Nagan Raya.

Page 49: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

40

4.3.4. Uji Signifikasi Simultan(uji F)

Tabel 4.5

Hasil regresi uji F

No

Model

Sum of

Squares

Df Mean

Squares

Fhitung Ftabel Sig

1 Kabupaten Aceh

Barat: a. Regression b. Error c. Total

0.678 1.918 2.596

1 8 9

0.678 0.240

2.827

4.25

0.131

2 Kabupaten Nagan Raya:

a. Regression b. Error c. Total

0.079 2.064 2.143

1 8 9

0.079 0.258

0.305

4.25

0.596

Sumber :Hasil Penelitian (Data diolah Agustus 2016)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada Kabupaten Aceh Barat nilai

Fhitung<Ftabel yaitu 2,827 < 4.25 dimana signifikannya lebih besar dari 0,05 yakni

0,131 > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak dengan demikian berarti bahwa

PDRB Perkapita tidak berpengaruh nyata terhadap ketimpangan pembangunan

regional pada Kabupaten Aceh Barat. Sedangkan pada Kabupaten Nagan Raya

variabel PDRB Perkapita diperoleh nilai Fhitung<Ftabel yakni sebesar 0,305 < 4,25

dengan taraf signifikannya lebih besar 0,05 yakni 0,596 > 0,05 maka Ho diterima

dan H1 ditolak yang artinya bahwa PDRB Perkapita tidak berpengaruh nyata

terhadap ketimpangan pembangunan regional di Kabupaten Nagan Raya.

Page 50: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

41

4.4. Pembahasan Akhir

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini

variabel bebas yakni PDRB Perkapita dari dua (2) Kabupaten tidak memiliki

pengaruh yang nyata terhadap ketimpangan pembangunan di Kabupaten Aceh

Barat dan kabupaten Nagan Raya. Hasil uji t pada Kabupaten Aceh Barat

menjelaskan bahwa PDRB Perkapita tidak memiliki hubungan nyata terhadap

tingkat ketimpangan pembangunan regional di Kabupaten Aceh Barat dalam

kurun waktu 2005-2014. Hal serupa juga terjadi pada Kabupaten Nagan Raya

dimana hasil analisis uji t menyatakan bahwa variabel PDRB Perkapita tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel ketimpangan pembangunan regional di

Kabupaten Nagan Raya.

Hal tersebut dikarenakan jumlah penduduk yang banyak namun lapangan

usaha bagi masyarakat tidak memadai, sehingga rendahnya angka pendapatan

masyarakat mempengaruhi ketidak merataannya pembangunan di Kabupaten

Aceh Barat dan di Kabupaten Nagan Raya. Selain itu infrastruktur daerah juga

belum cukup memenuhi standar kesejahteraan bagi masyarakat banyak.

Ketimpangan pembangunan atau ketidak merataannya pembangunan di

Kabupaten Aceh Barat dan di Kabupaten Nagan Raya terjadi karena dipengaruhi

oleh tingkat kandungan Sumber Daya Alam yang berbeda, Kondisi Demografis,

Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa, Kegiatan Ekonomi yang tidak

terstruktur, serta Alokasi Dana Pembangunan Wilayah yag tidak terisolir.

Selanjutnya dari hasil analisis dalam penelitian ini dari hasil uji F pada dua

(2) Kabupaten menyatakan, bahwa pada Kabupaten Aceh Barat Variabel PDRB

Page 51: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

42

Perkapita tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap ketimpangan

pembangunan regional pada Kabupaten Aceh barat. Kemudian pada Kabupaten

Nagan Raya variabel PDRB Perkapita juga tidak berpengaruh nyata terhadap

ketimpangan pembangunan regional di Kabupaten Nagan Raya.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk melihat ketimpangan pembangunan

regional antar daerah khususnya di Kabupaten Aceh Barat dan di Kabupaten

Nagan Raya tidak hanya melihat dari faktor PDRB Perkapita saja namun ada

faktor lain yang menunjang untuk dapat melihat adanya suatu pemerataan

pembangunan di suatu daerah.

Page 52: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bagian IV maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

a. Ketimpangan pembangunan wilayah pada dua (2) kabupaten yakni

Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya yang diukur melalui

Indeks Williamson selama periode penelitian tahun 2005 -2014 menunjukkan

keadaan pembangunan regional yang timpang/tidak merata. Hasil secara

keseluruhan ketimpangan Kabupaten Aceh Barat lebih rendah dibandingkan

Kabupaten Nagan Raya yang mana pada Kabupaten Aceh Barat mencapai

nilai 3,63 terjadi pada tahun 2013 dan Kabupaten Nagan Raya mencapai nilai

4,09 pada tahun yang sama.

b. Dari hasil regresi didapatkan Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan

Raya variabel PDRB Perkapita tidak memiliki hubungan nyata dengan

ketimpangan pembangunan regional berarti hal ini tidak sesuai dengan

hipotesis awal yang mana bahwa PDRB Perkapita berhubungan nyata dengan

ketimpangan pembangunan regional.

5.2. Saran

a. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan tingkat ketimpangan selama

periode penelitian di dua (2) kabupaten, hendaknya dilakukan upaya untuk

mengurangi tingkat ketimpangan pembangunan wilayah yang disebabkan

Page 53: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

44

tidak meratanya pendapatan perkapita, pemerataan lapangan kerja didaerah

yang tingkat penganggurannya tinggi.

b. Bantuan pembangunan dari pemerintah pusat kepada kabupaten/kota

hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi didaerah masing-masing

sehingga diharapkan daerah yang tertinggal mampu mengejar daerah yang

sudah maju.

c. Perlu adanya Stack Holder/Pengambilan Kebijakan pemerintahan guna

meningkatkan PDRB, sehingga berdampak kepada pemerataan kesempatan

kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Page 54: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

45

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Edisi Pertama.

Graha Ilmu. Yogyakarta.

Amalia, Lia. 2007. Ekonomi Pembangunan. Edisi Pertama. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

BPS. 2005-2014. Aceh Dalam Angka. Kabupaten Aceh Barat

BPS. 2005-2014.Aceh Dalam Angka. Kabupaten Nagan raya

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensi) Edisi-2.

PT Bumi Aksara. Jakarta.

Hasanah, Erni dan Sunyoto, Danang. 2012. Pengantar Ilmu ekonomi Makro.

Cetakan Pertama. CAPS. Yogyakarta.

Hartono, Budiantoro. 2008. Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di

Provinsi Jawa Tengah. Tesis program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro. Semarang.

Jhingan, M.L. 2010.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Edisi 1-13.

Rajawali Pers. Jakarta.

Meliana, Eni. 2015. Ananlisis Ketimpangan Pembangunan Regional di Provinsi

Aceh.Skripsi program Pasca Sarjana Fakultas EkonomiUniversitas Teuku

Umar. Aceh Barat.

Nachrawi, D, dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Popular dan Praktis

Ekonometrika untuk Analisi Ekonomi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Jakarta.

Pradana. 2012. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan

antar Kecamatan Studi Komparatif Kabupaten Jepara dan Kabupaten

Kudus Tahun 1997-2010. Skripsi Pasca Sarjana Fakultas

EkonomiUniversitas Surakarta. Jawa Tengah.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional:Teori dan Aplikasi. Baduose Media. Padang

Silalahi, Remus. 2013. Teori Ekonomi Makro. Cita Pustaka Media Perintis.

Bandung.

Page 55: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

46

Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D”. Cetakan ke-16. CV Alfabeta. Bandung.

Suhertika, Elvia. 2014. Analisis Ketimpangan Pendapatan Regional Antara

Kabupaten Barat Selatan Provinsi Aceh (Kasus Kabupaten Aceh Selatan,

Aceh Barat Daya, Aceh Barat dan Nagan Raya). Skripsi program Pasca

Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar. Aceh Barat.

Sarwoko. 2005. Dasar-Dasar Ekonometrika. Andi. Yogyakarta

Suprato, J. 2004. Statistik.Edisi ke Enam.Erlangga. Jakarta

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional “Teori dan Aplikasi”. Edisi Revisi.

PT Bumi Aksara. Jakarta.

_______ Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. PT Bumi Aksara.

Jakarta.

Todaro. 2000. Pembangunan Ekonomi “Di Dunia Ketiga”. Edisi Ketujuh. PT

Gelora Aksara Pratama. Jakarta.

Page 56: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

ABSTRAK

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis

merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi.

Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang sangat

populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan

dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Data Envelopment

Analysis (DEA), yaitu sebuah prosedur yang dirancang khusus untuk mengukur

efisensi relatif suatu unit yang menggunakan variabel input dan output. Adapaun

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari

kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh yaitu kantor unit Cut Nyak Dhien, kantor

unit Johan Pahlawan dan kantor unit Teuku Umar berupa laporan keuangan

tahunan selama dua tahun (2011 dan 2012). Untuk variabel penelitian dibagi

menjadi dua yaitu variabel input yang terdiri dari jumlah pegawai, jumlah

simpanan, jumlah nasabah dan jumlah biaya operasional (BOP) sedangkan

variabel output adalah jumlah kredit yang diberikan dan jumlah income

(pendapatan).

Dengan menggunakan metode DEA ini dapat diketahui bahwa efisiensi

relatif dari ketiga kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh, untuk tahun 2011

kantor unit Cut Nyak Dhien, kantor unit Johan Pahlawan dan kantor unit Teuku

Umar memperoleh nilai efisien relatif =1 yang berarti efisien. Sedangkan pada

tahun 2012 untuk kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umar

memperoleh nilai efisiensi relatif =1 Sedangkan untuk kantor unit Johan

Pahlawan memperoleh nilai efisiensi relatif = 0,81 yang berarti kurang efisien.

Agar mencapai tingkat efisiensi relatif=1, maka kantor unit Johan Pahlawan harus

meningkatkan jumlah variabel output sebesar 41.18%. dimana peningkatan

variabel output kantor unit Johan Pahlawan untuk jumlah kredit yang diberikan

adalah sebesar Rp. 910.515.743 dan untuk income (pendapatan) sebesar Rp.

2.738.029.201.

Kata kunci: Kinerja Bank, Data Envelopment Analysis (DEA), efisiensi relatif.

Page 57: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat berperan dalam

menentukan tingkat perekonomian suatu negara. Di Indonesia perbankan

mempunyai peranan lebih kurang 80% dari keseluruhan sistem keuangan yang

ada. Mengingat begitu besarnya peranan perbankan di Indonesia, maka pengambil

keputusan perlu melakukan evaluasi kinerja yang memadai.

Menurut Purnomo (2006),Indikator untuk mengukur kinerja Bank yang

biasa digunakan adalah kinerja Bank secara ekonomi. Pada hakikatnya kinerja

ekonomi terdiri dari dua kinerja utama yaitu kinerja keuangan dan kinerja

efisiensi produktivitas. Efisiensi perbankan selain diukur dengan melihat

perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio keuangan, ada metode lain,

yaitu non parametrik dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).

Berdasarkan observasi awal di Bank BRI Cabang Meulaboh untuk saat ini

Bank tersebut belum mempunyai laporan atau kajian yang jelas tentang seberapa

besar efisiensi kinerja untuk setiap kantor unit, yaitu: kantor unit Johan Pahlawan,

kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umarketika dibandingkan satu

sama lain. Proses penilaian kinerja yang berlaku selama ini lebih kepada bersifat

penilaian intern, sehingga disparitas efisiensi antar satu unit dengan unit yang lain

tidak tergambar dengan jelas. Penilaian kenerja seperti ini memberikan efek bias

terhadap Bank BRI Cabang Meulaboh, efek bias tersebut timbul karena penilaian

Page 58: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

2

kinerja masih dilakukan secara parsial berdasarkan persepsi dari masing-masing

unit yang ada. Padahal total efisiensi itu perlu dilihat dengan membandingkan

pencapaian setiap unit yang ada, belum lagi masalah metode yang digunakan

masih berdasarkan azas pendapat para pakar sehingga kesimpulan nilai kinerja

yang diperoleh hanya semata-mata berdasarkan perspektif dan latar belakang para

pakar tersebut. Implikasinya tingkat objektifitas kesimpulan yang diperoleh

terhadap nilai kinerja masing-masing unit sangat tergantung kepada penilaian

pakar. Oleh karena itu diperlukan metode evaluasi yang dapat mengukur kinerja

perusahaan. Salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja tiap kantor unit cabang

adalah dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Pengukuran efisiensi

unit Bank BRI Cabang Meulaboh dalam penelitian ini akan menggunakan metode

Data Envelopment Analysis (DEA).

Menurut Hadad (2003), metode ini memiliki kelebihan yaitu tidak

membutuhkan asumsi bentuk fungsi produksi dalam membentuk frontier

produksinya, oleh karena itu kesalahan dalam spesifikasi fungsi produksi dapat

dieliminasi.Keuntungan relatif penggunaan pendekatan ini lebih besar

dibandingkan parametrik, yaitu pendekatan ini dapat mengidentifikasi unit yang

digunakan sebagai referensi sehingga dapat membantu mencari penyebab dan

jalan keluar dari ketidakefisienan yang merupakan keuntungan utama dalam

aplikasi manajerial. Karakteristik pengukuran efisiensi dengan metode DEA

memiliki konsep yang berbeda dengan efisiensi pada umumnya, pertama, efisiensi

yang diukur adalah bersifat teknis, bukan ekonomis, artinya bahwa analisis DEA

hanya memperhitungkan nilai absolut dari satu variabel. Satuan dasar yang

Page 59: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

3

mencerminkan nilai ekonomis dari tiap-tiap variabel seperti harga, berat, panjang,

isi dan lainnya tidak dipertimbangkan. Oleh karenanya dimungkinkan suatu pola

perhitungan kombinasi berbagai variabel dengan satuan yang berbeda-beda.

Kedua, nilai efisien yang dihasilkan bersifat relatif atau hanya berlaku dalam

lingkup sekumpulan Decision Making Unit (DMU) yang diperbandingkan.

Efesiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang menggambarkan

kinerja secara keseluruhan dari suatu organisasi. Kemampuan kantor unit Bank

BRI Cabang Meulaboh menghasilkan output yang maksimal dengan inputyang

ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efesiensi

dilakukan, unit Bank BRI Cabang Meulaboh dihadapkan pada kondisi bagaimana

mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada atau

mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh adalah suatu unit kerja yang

menjalankan kegiatan operasional dalam melaksanakan berbagai fungsi

Banksebagai lembaga keuangan. Sehingga diperlukan penilaian kinerja yang

terintegrasi antar setiap unit, agar dapat memberikan gambaran yang jelas

terhadap disparitas efisiensi masing-masing unit. Dari rumusan masalah diatas

maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan input dan output di setiap kantor unit Bank BRI

Cabang Meulaboh.

2. Seberapa besar tingkat efisiensi di setiap kantor unit Bank BRI Cabang

Meulaboh.

Page 60: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

4

3. Bagaimana menentukan output yang perlu ditingkatkan agar efisiensi masing-

masing unit tercapai.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan yang dikaji dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi Parameter input dan output kantor unit Bank BRI Cabang

Meulabohuntuk menghasilkan efisiensi yang diinginkan.

2. Mengukur tingkat efesiensi di setiap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh

secara paralel sehingga diperoleh unit yang paling efisien.

3. Menganalisis parameter output yang perlu ditingkatkan sehingga kesetaraan

masing-masing unit dapat diperoleh.

1.3.2 Manfaat

Adapun manfaat yang penulis angkat dalam tugas akhir ini adalah:

1. Menjadi salah satu indikator yang sangat penting bagi Bank BRI cabang kota

Meulaboh dalam meningkatkan kinerja berdasarkan tingkat efisiensi masing-

masing unit dibawahnya.

2. Diharapkan menjadi landasan kebijakan jangka panjang bagi Bank BRI

Cabang Meulaboh dalam proses pengambilan keputusan.

1.4 Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dalam tugas akhir ini maka penelitian

dibatasi dalam beberapa hal yaitu:

Page 61: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

5

1. Penelitian dilakukan berdasarkan data di 3 kantor Bank BRI Unit Meulaboh

antara lain Kantor Unit Johan Pahlawan, Kantor Unit Cut Nyak Dhien dan

Kantor Unit Teuku Umar tahun 2012.

2. Pendekatan pemecahan masalah menggunakan metode DEA yang berbasis

input.

3. Parameter input dan output sepenuhnya memperhatikan karakteristiksumber

daya dari masing-masing kantor unit Bank.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat, batasan masalahdan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang mendasari penulisan tugas

akhir dan menjelaskan teori-teori Data Envelopment Analysis(DEA).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentangdeskripsi data serta metodologi yang

digunakan untuk penelitian ini.

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini merupakanpengumpulan data dan pengolahan datadi Kantor Unit

Bank BRI Cabang Meulaboh.

Page 62: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

6

BAB V ANALISIS DAN EVALUASI

Bab ini merupakan analisis penelitian data dan evaluasi hasil analisis di

Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis pembahasan masalah serta

saran yang diberikan oleh penulis bagi perusahaan.

Page 63: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

27

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Efisiensi

Menurut Sutawijaya (2009), efisiensi adalah perbandingan yang terbaik

antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-

sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai

dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa

yang telah diselesaikan.

Menurut Sumanth (1985), pengertian efesiensi adalah perbandingan atau

rasio dari keluaran (output) dengan masukkan (input). Efisiensi mengacu pada

bagaimana baiknya sumber daya digunakan untuk menghasilkan output.

Sedangkan efektifitas adalah derajat pencapaian tujuan dari sistem yang diukur

dengan perbandingan atau rasio dari keluaran (output actual) yang dicapai dengan

keluaran (output) standar yang diharapkan. Efisiensi merupakan penghematan

penggunaan sumber daya dalam kegiatan organisasi, dimana efisiensi pada “daya

guna”. Efisiensi dimaksudkan pemakaian sumber daya yang lebih sedikit untuk

mencapai hasil yang sama. Efisiensi merupakan ‘ukuran’ yang membandingkan

rencana penggunaan masukan (input) dengan realisasi penggunannya. Efisiensi

100% sangat sulit dicapai, tetapi efisiensi yang mendekati 100% sangat

diharapkan. Konsep ini lebih berorientasi pada input daripada output.

Menurut Hadad (2003), efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang

secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan

Page 64: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

8

menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan

kinerja yang diharapkan. Saat pengukuran efisiensi dilakukan bank dihadapkan

pada kondisi bagaimana medapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat

input yang ada, atau menetukan tingkat input yang minimum dengan pencapaian

tingkat output tertentu.

2.2 Bank

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang

perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan,

yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank

sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang

menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan

menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan

jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan

utama tersebut.

Menurut kegiatan usahanya yang mengacu pada pasal 5 UU Nomor

7/1992, jenis bank terdiri dari:

1. Bank Umum

Bank umum menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan sebagai

bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

Page 65: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

9

lintas pembayaran, yang tergolong ke dalam bank umum seperti Bank BNI, Bank

BRI, Bank BTN dan lain-lain.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan

sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran, yang tergolong ke dalam bank BPR seperti Bank Desa,

Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Badan Kredit Desa (BKD), Badan

Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), dan/atau

lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU

Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tata cara yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Satu hal yang membedakan antara bank umum dengan bank perkreditan

rakyat adalah jenis simpanan masyarakat dimana bank perkreditan rakyat tidak

melakukan kegiatan simpanan dalam bentuk giro.

2.3 Konsep Efisiensi Bank

Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang

cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-

kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja. Sering kali, perhitungan

tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria

“sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri

perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan

yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan.

Page 66: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

10

2.3.1 Teori Efisiensi Bank

Menurut Hadad (2003), efisiensi dalam suatu perusahaan khususnya

perbankan merupakan salah satu parameter kerja yang cukup popular untuk

mengukur kinerja bank, hal ini disebabkan efisiensi yang merupakan jawaban dari

kesulitan-kesulitan dalam perhitungan ukuran-ukuran kinerja, seperti tingkat

efisiensi teknologi, alokasi dan efisiensi total.

Secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat di dekomposisikan dalam

efisiensi skala (scale efficiency) dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank

dikatakan efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu beroperasi

dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan efisiensi

cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi pada diversifikasi lokasi.

Efisiensi akan lokasi tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output

yang memaksimumkan keuntungan, sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya

menyatakan hubungan antara input dan output dalam suatu proses produksi. Suatu

proses produksi dikatakan efisien apabila pengggunaan input sejumlah tertentu

dapat dihasilkan output yang maksimum.

2.3.2 Pengukuran Efisiensi Bank

Menurut Silkman (1989), terdapat tiga jenis pendekatan pengukuran

efisiensi khususnya perbankan yaitu:

1. Pendekatan rasio, yaitu pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan

dengan cara menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan.

Pendekatan ini akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi, apabila dapat

memproduksi sejumlah output yang maksimum dengan input tertentu.

Page 67: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

11

2. Pendekatan regresi, yaitu pendekatan yang menggunakan sebuah model dari

tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.

Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat

digunakan untuk memperoduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit

Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu, UKE tersebut akan

dinilai efisien apabila mampu menghasilkan jumlah output lebih banyak

dibandingkan jumlah output estimasi.

3. Pendekatan frontier, pendekatan ini mempunyai dua jenis yaitu parametrik

dan non-parametrik.

2.3.3 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Bank

Menurut Hadad (2003), terdapat tiga pendekatan yang lazim digunakan

dalam metode parametrik dan non-parametrik untuk mendefinisikan hubungan

input dan output dalam kegiatan finalcial suatu lembaga keuangan yaitu:

1. Pendekatan Aset (Asset Approach)

Produksi aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai

pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan ini, output benar-benar

didefinisikan ke dalam bentuk aset.

2. Pendekatan produksi (Production Approach)

Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun

deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit account), kemudian

output didefinisikan sebagai jumlah tenaga, pengeluaran modal pada aset-aset

tetap dan material lainya.

Page 68: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

12

3. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)

Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator,

yaitu merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari surplus unit kepada

defisit unit. Input lembaga keuangan tersebut meliputi: biaya tenaga kerja,

modal dan pembayaran bunga pada deposito, kemudian output yang diukur

dalam bentuk kredit pinjaman dan investasi keuangan. Pendekatan ini melihat

fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman

(loans).

Menurut Farrell (1957), efisiensi sebuah perusahaan pada dasarnya terdiri

dari dua komponen diantaranya:

1. Technical efficiency, menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

mencapai tingkat output yang maksimum dengan menggunakan tingkat input

tertentu yang tersedia.

2. Allocative efficiency, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

mengoptimalkan penggunaan input dengan struktur harga dan teknologi

tertentu.

Kombinasi antara technical efficiency dan allocative efficiency akan

menjadi economic efficiency. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara

ekonomi jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output

tertentu dengan tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar

yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi dapat

dikatakan efisien jika output yang dihasilkan dapat ditingkat tanpa meningkatkan

input dan menurunkan output tertentu lainnya. Demikian pula suatu organisasi

Page 69: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

13

dapat dikatakan efisien jika input dapat diturunkan tanpa menurunkan output yang

dihasilkan maupun tanpa meningkatkan input tertentu.

Menurut David (1984), efisiensi berhubungan dengan seberapa baik kita

menggunakan sumber daya yang ada untuk mendapatkan suatu hasil. Secara

matematis efisiensi merupakan rasio antara output dan input.

Namun perhitungan efisiensi diatas masih belum cukup untuk perhitungan

efisiensi suatu organisasi atau perusahaan, yang pada kenyataanya tidak hanya

melibatkan satu input dan menghasilkan satu macam output saja. Suatu organisasi

atau perusahaan sebenarnya berhubungan dengan bermcam-macam sumber daya

baik input maupun output yang berbeda.

Kenyataan seperti diatas menyebabkan kondisi ideal, yaitu suatu kondisi

dimana nilai efisiensi 1 atau 100% sangat sulit untuk dicapai. Sehingga

pengukuran efisiensi untuk perusahaan yang sejenis dapat dilakukan secara relatif.

Perusahaan sejenis berarti perusahaan yang memiliki jenis input dan output yang

sama. Sangat tidak mungkin dilakukan pengukuran efisiensi relatif antara pabrik

kelapa sawit dengan pabrik semen, yang jelas-jelas input dan outputnya sangat

berbeda. Melalui pendekatan teori efisiensi diatas maka, metode yang dapat

diterapkan untuk pemecahan masalah pengukuran efisiensi ini adalah

menggunakan metode Data Envelopment Anilysis (DEA).

2.3.4 Metode Pengukuran Efisiensi

Menurut Barger dan Humphrey (1997), metode yang umumnya digunakan

untuk mengukur efisiensi dalam institusi keuangan termasuk perbankan terdiri

dari metode parametrik dan metode non-parametrik.

Page 70: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

14

Metode parametrik dalam pendekatannya terdapat tiga metode yang paling

sering digunakan yaitu:

1. Stochastic frontier Approach (SFA), merupakan pendekatan ekonometrik

menentukan bentuk fungsional untuk biaya, keuntungan atau hubungan

produksi diantara input, output dan faktor lingkungan serta pendekatan ini

memungkinkan untuk random error diasumsikan mengikuti distribusi standar

simetrik.

2. Thick Frontier Approach (TFA), membandingkan rata-rata efisiensi dari

kelompok perusahaan dan bukannya mengestimasi frontier.

3. Distribution Free Approach (DFA), metode ini menggunakan residual rata-rata

dari fungsi biaya yang diestimasi dengan panel data untuk membangun suatu

ukuran cost frontier efficiency. Metode ini tidak memaksakan suatu bentuk

spesifik pada distribusi dari efisiensi namun mengasumsikan bahwa terdapat

core efficiency atau efisiensi rata-rata untuk setiap perusahaaan yang besarnya

konstan dari waktu ke waktu.

Sedangkan dalam pendekatan non-parametrik terdapat dua metode yang

paling sering digunakan yaitu:

1. Data Envelopment Analysis (DEA), adalah teknik pemograman matematis

yang digunkan untuk mengevaluasi efisiensi dari suatu unit pengambilan

keputusan (unit kerja) yang bertanggung jawab menggunakan sejumlah input

untuk memperoleh suatu output yang ditargetkan.

2. Free Disposal Hull (FDH), diangggap sebagai generalisasi dari model DEA,

dimana model ini tidak mensyaratkan estimasi frontier. Metode estimasi

Page 71: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

15

O

C

B

A

Output1 / Input1

Outp

ut2

/ I

nput2

frontier merupakan pendekatan matematika untuk menentukan best-practise

firms, yaitu perusahaan-perusahaan yang kinerjanya terletak pada frontier.

2.4 Analisis garis Frontier

Frontier Analysis merupakan ukuran efisiensi relatif. Pengukuran

dilakukan terhadap inefisiensi unit-unit yang ada dibandingkan dengan unit lain

yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Hal ini memungkinkan

Frontier Analysis menghasilkan perhitungan tingkat efisiensi mencapai 100%

pada beberapa unit. Unit yang memiliki tingkat efisiensi 100% merupakan unit

yang terefisien dalam set data tertentu dan waktu tertentu. Keuntungan dari

penggunaan Frontier Analysis adalah dapat melihat sumber ketidakefisienan

dengan ukuran ‘peningkatan potensial’ dari masing-masing input atau output.

Menurut Barger dan Humphrey (1997) dalam makalah pertamanya yang

memuat mengenai teori portofolio, garis frontier adalah suatu garis permukaan

yang dihubungkan oleh titik-titik terluar dari suatu analisis grafik yang merupakan

kondisi sangat efisien yang dapat tercapai. Bagian yang ditunjukan oleh garis

tersebut disebut efficient frontier (permukaan efisien).

Analisa grafik dan garis frontier dalam DEA:

1. Grafik awal antara

dengan

………(1)

Gambar 2.1 Grafik awal efisiensi

Page 72: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

16

C

O

B

A

Output1 / Input1

Ou

tpu

t2 /

Inp

ut2

B’

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa efisiensi maksimum akan tercapai

di sepanjang garis yang melewati titik A dan C. dalam hal ini kondisi berada pada

garis frontier. Sementara itu titik B kurang efisien dibandingkan dengan efisiensi

maksimum titik A dan titik C. semua kondisi yang berada di dalam garis frontier

dihubungkan oleh titik terluar dari suatu analisis grafik yang merupakan kondisi

sangat efisien yang dapat dicapai. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.2.

2. Grafik yang menunjukan peningkatan DMU sampai ke garis frontier

Gambar 2.2. Grafik peningkatan efisiensi dari suatu kondisi tertentu

Titik B yang diubah menjadi titik yang lebih efisien dengan cara menarik

gari dari pangkal O (0,0) yang melalui titik kondisi B menuju ke garis frontier.

Selanjutnya dapat dicapai output 1 / input 1 (efisiensi 1) dan output 2 / input 2

(efisiensi 2) yang menjadi lebih efisien (kodisi B’) dari pada keadaan awal

(kondisi B). dengan demikian dapat dihitung berapa nilai output dan input yang

harus dicapai agar suatu kondisi yang tidak efisien menjadi kondisi yang efisien.

2.5. Data Envelopment Analysis (DEA)

Menurut Charnes (1978), DEA adalah analisis pemograman yang berbasis

pada pengukuran tingkat performansi suatu efisiensi dari suatu organisasi

menggunakan Decision making Unit (DMU). Yang dimaksud dengan DMU

Page 73: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

17

adalah suatu sumber daya dapat berupa sekolah, Bank, rumah sakit, universitas

dan lain-lain. DMU ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa efisien suatu

DMU digunakan dengan pemamfaatan peralatan yang ada untuk dapat

menghasilkan output yang maksimum.

Menurut Siswandi (2004), suatu perusahaan yang rasional akan selalu

berupaya untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya. Sejalan dengan

ini, perusahaan yang rasional akan selalu meningkatkan kapasitas produksinya

sampai diperoleh suatu nilai keseimbangan profit yang maksimal dalam marginal

revenue (sebagai fungsi output) masih melebihi marginal cost (sebagai fungsi

input). Sehingga perusahaan-perusahaan haruslah sensitif terhadap isu yang

berhubungan dengan “skala hasil” (yang umum disebut dengan return to scale).

Suatu perusahaan akan memiliki salah satu dari kondisi return to scale,

yaitu increasing return to scale (IRS), constant return to scale (CRS)

dan decreasing return to scale (DRS).

Menurut Hadinata (2000), DEA adalah suatu model pemograman

matematis yang digunakan untuk menghitung efisiensi relatif suatu unit

dibandingkan dengan unit-unit lain menggunakan berbagai macam input dan

output yang sejenis. DEA juga dapat juga digunakan untuk melakukan proses

bencmarking.

Kebanyakan input dari suatu organisasi berupa data yang sulit untuk

diukur performansi efisiensi. Akan tetapi akan lebih mudah mengukurnya dari

segi profit tahunan ataupun stok barang dalam organisasi tersebut. Suatu input dan

output dari suatu organisasi dapat bervariasi jumlah dan jenisnya. Hal ini dapat

diatasi dengan cara menentukan rasio dari perbandingan total ouput dengan total

Page 74: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

18

input. Efisiensi yang ditentukan dengan metode DEA adalah suatu nilai yang

relatif dan bukan merupakan suatu nilai mutlak yang dapat diberi skor 100% dan

DMU lain yang performansinya berada dibawahnya memiliki skor yang bervariasi

yaitu antara 0%-100% sesuian perbandingan dengan DMU yang terbaik.

Istilah-istilah yang digunakan DEA adalah:

1. Input

Sesuatu yang dibutuhkan untuk kemudian diolah dan menjadi suatu produk

yang bernilai.

2. Output

Sesuatu yang dapat dihasilkan dari sejumlah input yang tersedia.

3. Unit

Sesuatu yang dinilai dan dibandingkan antara input dan output sehingga

diperoleh nilai efisiensi relative.

4. Efisiensi relatif

Efisiensi suatu unit bila dibandingkan dengan unit-unit lain yang memiliki

input dan output dengan jenis yang sama dalam treatment tertentu.

5. Bobot

Pemberian nilai untuk suatu faktor yang memberikan makna bahwa faktor

tersebut mempengaruhi efisiensi sebesar nilai bobotnya.

Dalam mengevaluasi dengan metode DEA perlu diperhatikan:

1. Kebutuhan nilai input dan output untuk masing-masing DMU

2. DMU memiliki proses yang sama, yaitu dengan menggunakan jenis input dan

output yang sama.

Page 75: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

19

3. Mendefinisikan nilai efisiensi relatif masing-masing DMU melalui rasio

antara penjumlahan bobot output dengan penjumlahan bobot input.

4. Nilai efisiensi berkisar antar 0 dan 1

5. Nilai bobot yang diperoleh dari hasil pemograman dapat digunakan untuk

memaksimumkan nilai efisiensi relatif.

Penggunaan model matematis dalam metode DEA memiliki kekhususan

bila dibandingkan dengan penggunaan model matematis lain. Dalam hal ini model

matematis DEA digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisa unit organisasi

atau DMU berdasarkan data dan kinerja di masa lalu untuk perencanaan pada

masa yang akan datang. Dua model matematis yang digunakan ialah:

1. Model matematis DEA-CCR Primal adalah model utama yang dipakai untuk

menghitung nilai efisiensi tiap unit DMU. Dalam DEA efisiensi (ep) sebuah

DMU didefinisikan sebagai rasio antara jumlah ouput yang diboboti dengan

jumlah input yang diboboti, yang merupakan suatu perluasan alami konsep

efisiensi.

2. Model Matematis DEA-CCR Dual adalah model pendukung untuk

menghitung efisiensi relatif suatu DMU dan mengetahui DMU yang

dijadikan acuan untuk meningkatkan nilai efisiensi DMU yang tidak efisien.

Setiap DMU memerlukan satu pemograman linier diatas, dimana model

pemograma linier untuk masing-masing DMU pada dasarnya sama. Suatu DMU

dikatakan efisien secara relatif bila efisiensi bernilai 1 (nilai efisiensi sebesar

100%). Sebaliknya nilai efisiensi kurang dari 1, maka DMU tersebut dianggap

tidak efisien.

Page 76: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

20

Bila dalam rumus (1) nilai efisiensi diperoleh dari hasil pembagian antara

nilai output dengan nilai input, maka perbaikan nilai efisiensi dapat dilakukan

dengan cara:

1. Nilai output ditingkatkan, sementara nilai input tetap

2. Ketika nilai output tetap, maka nilai input diturunkan

3. Pada saat nilai output meningkat, secara bersamaan nilai input diturunkan

Pada metode DEA perbaikan nilai efisiensi lebih mengarah pada peningkatan nilai

output sedangkan nilai input tetap.

Model matematis yang diperkenalkan dengan tujuan untuk menentukan

efisiensi relatif untuk tiap DMU ke-p, dirumuskan:

………………………….….(2)

dengan syarat bahwa efisiensi semua DMU adalah:

Untuk k=1,……,n ….(3)

Yt ,………., Ys ≥ 0 …………………………(4)

Xj ,………., Xt ≥ 0 …………………………(5)

Dalam hal ini:

ep adalah efisiensi untuk DMU ke-p

s adalah jumlah pengukuran output

t adalah jumlah pengukuran input

n adalah jumlah DMU

Ojk adalah nilai output pada pengukuran output ke-i (i = 1,...,s) untuk DMU

ke-k (k = 1,…..,n)

Page 77: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

21

Ijk adalah nilai input pada pengukuran input ke-j (j = 1,….,t) untuk DMU ke-

k (k = 1,….,n)

Yi adalah bobot output per-unit pada pengukuran output ke-I (i=1,…s)

Xj adalah bobot input per-unit pada pengukuran input ke-j (j=1,…t)

Model non-linier dan fraksional diatas dapat dirubah dalam bentuk linier

programing untuk lebih memudahkan dalam perhitungan menjadi:

Fungsi tujuan

Maksimumkan ………(6)

Kendala

……………………………….....(7)

-

……………………(8)

Yi,……., Ys ≥ 0 …………………………………(9)

Xj,……..Xt ≥ 0 …………………………………(10)

Model linier diatas sebagai bentuk DEA-CCR Primal.

Selanjutnya bentuk linier programing DEA-CCR diatas dapat dibawa kedalam

bentuk DEA-CCR Dual, model dualnya sebagai berikut:

Fungsi tujuan

Maksimum h0 ……………………………(11)

Kendala

Ijp h0 – ……………………...(12)

……………………………..(13)

…………………………………………(14)

Page 78: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

22

Bobot yang diperoleh dari hasil dual dapat digunakan untuk meningkatkan DMU

yang tidak efisien menjadi efisien (100%).

2.5.1. Keunggulan dan Keterbatasan DEA

Dalam perkembangannya, metode DEA pun tentu terdapat kelebihan dan

kekurangannya, dalam konteks pengukuran efisiensi sebuah industri. Secara

singkat, berbagai keunggulan dan keterbatasan metode DEA adalah:

1. Keunggulan DEA

a. Bisa menangani banyak input dan output

b. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.

c. Unit Kegiatan Ekonomi dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.

d. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel

input-output dari setiap sampelnya.

e. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.

2. Keterbatasan DEA

a. Bersifat simple specific

b. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa berakibat

fatal.

c. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan

produktivitas absolut.

d. Uji hipótesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.

2.6 Dicision Making Unit (DMU)

DEA adalah linear programming yang berbasis pada pengukuran tingkat

performance suatu efisiensi dari suatu organisasi dengan menggunakan Dicision

Making Unit (DMU). Istilah DMU dalam DEA dapat berupa bermacam-macam

Page 79: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

23

unit seperti bank, rumah sakit, unit dari pabrik, departemen, universitas, sekolah,

pembangkit listik, kantor polisi, kantor samsat, kantor pajak, penjara, dan apa saja

yang memiliki kesamaan karakteristik operasional (Siswadi dan Purwantoro,

2006). Ramanathan (2003) menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi

dalam pemilihan DMU, yaitu :

a. DMU harus merupakan unit-unit yang homogen. Unit-unit tersebut

melakukan tugas (task) yang sama, dan memiliki objektif yang sama. Input

dan output yang mencirikan kinerja dari DMU harus identik, kecuali

berbeda hanya intensitas dan jumlah/ukurannya (magnitude). Hal ini juga

sejalan dengan pendapat Sufian (2006).

b. Hubungan antara jumlah DMU terhadap jumlah input dan output

kadangkala ditentukan berdasarkan “rule of thumb”, yaitu jumlah DMU

diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah input dan output dan

ukuran sampel seharusnya dua atau tiga kali lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan input dan output.

Pertimbangan dalam pemilihan sampel DMU adalah jumlah dari DMU itu

sendiri. Untuk dapat membedakan secara selektif DMU yang efisien dan inefisien

maka diperlukan jumlah DMU yang lebih besar dari perkalian jumlah input dan

jumlah output. Jumlah DMU sekurang-kurangnya tiga kali lebih besar dari total

jumlah variabel input dan output. Namun pada beberapa penelitian lain mengenai

DEA terdapat pula penggunaan sampel DMU yang lebih kecil.

2.7 Pemilihan Variabel Input dan Output

Kesulitan utama dalam aplikasi DEA adalah pemilihan input dan output.

Kriteria pemilihan input dan output adalah sangat subjektif. Tidak ada aturan yang

Page 80: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

24

spesifik dalam menentukan pemilihan input dan output. Namun demikian,

beberapa petunjuk pemilihan input dan output umumnya input didefinisikan

sebagai sumber daya yang dimanfaatkan oleh DMU atau kondisi yang

mempengaruhi kinerja dari DMU, sementara output merupakan keuntungan

(benefit) yang dihasilkan sebagai hasil dari kegiatan operasi DMU.

Dalam setiap aplikasi DEA, sangatlan penting untuk menentukan input

dan output secara benar. Beberapa aturan rule of thumb dapat membantu dalam

menentukan jumlah yang ideal untuk input dan output. Umumnya, pada saat

jumlah input dan output meningkat, maka semakin banyak DMU yang akan

memperoleh tingkat efisiensi 100%, karena DMU-DMU tersebut menjadi terlalu

khusus untuk dievaluasi terhadap unit lain.

2.8 Tahapan Analisis DEA

Berikut ini tahapan-tahapan dalam analisis DEA yang telah dirangkum

dari berbagai sumber literatur :

a. Table of Efficiencies (Radial)

Analisis ini menunjukkan DMU mana yang paling efisien. Efisiensi

ditunjukkan dengan nilai optimal dari fungsi tujuan yang dikembangkan dari

linear programming. Nilai fungsi tujuan 100% berarti DMU tersebut efisien

sementara yang kurang dari 100 % berarti inefisien.

b. Table of Peer Units

Tabel ini digunakan untuk menentukan jika suatu DMU inefisien maka

akan ditunjukkan bagaimana cara mencapai tingkat efisiensi dengan melihat peer

DMU yang menjadi acuan /pedoman untuk mencapai tingkat efisiensi.

Page 81: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

25

c. Table of Target Values

Analisis ini digunakan untuk menentukan berapa persen efisiensi sudah

terjadi untuk setiap DMU baik dari setiap struktur input maupun struktur output.

Dalam tabel ini akan ditunjukkan nilai actual dan target yang harus dicapai dari

setiap input maupun setiap output. Jika besarnya nilai actual sudah sama dengan

nilai target-nya maka efisiensi untuk setiap input atau output sudah terjadi.

Sebaliknya jika nilai antara actual dengan target tidak sama maka efisiensi belum

tercapai.

Lebih lanjut mengenai prosedur yang dilakukan setelah perhitungan

efisiensi dengan DEA. Menurutnya adalah sangat penting untuk memverifikasi

hasil perhitungan efisiensi dengan menggunakan analisis sensitivitas. Dalam

beberapa kasus, output pengukuran DEA sudah cukup untuk menarik kesimpulan.

Namun beberapa kasus lainnya seringkali diperlukan analisis lebih lanjut dari

output DEA.

2.9 Penelitian Terdahulu tentang Kinerja

Pengukuran kinerja menggunakan metode DEA sudah pernah dilakukan

oleh beberapa peneliti untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1

dibawah ini:

Page 82: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

27

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No Judul Nama

Peneliti Metodologi Kesimpulan dan Saran

1.

The Efficiency of

Islamic Banking in

Malaysia : Foreign vs

Domestic Bank

Fadzlan

Sufian

(2006)

Penelitian ini menggunakan model DEA

dengan menggunakan variabel input yang

terdiri dari total simpanan, biaya tenaga kerja,

dan aset. Variabel pembiayaan dan pendapatan

operasional sebagai output selama periode

2001-2004.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum

perbankan syariah di Malaysia mengalami

peningkatan selama periode pengamatan.

Penelitian ini juga menggambarkan bank asing

syariah relatif lebih efisien dibandingkan bank

domestik syariah selama tahun pengamatan.

2.

Analisis Perbandingan

Efisiensi Perbankan

Syariah Di Indonesia

Dengan Metode Data

Envelopment Analysis

(DEA)

Harjum

Muharam

dan Rizki

Pusvitasari

(2007)

Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah DEA dengan

memasukkan variabel total simpanan, biaya

operasional lainnya sebagai variabel input.

Variabel outputnya meliputi: pembiayaan,

aktiva lancar dan pendapatan operasional

lainnya.

Pada tahun 2005 hanya bank BTN Syariah,

Niaga Syariah, dan Permata Syariah yang

mencapai efisiensi 100 persen, sedangkan

sembilan bank lainnya memiliki tingkat

efisiensi yang fluktuatif.

3.

Efficiency Analysis of

Conventional and

Islamic Banks in

Indonesia using Data

Envelopment Analysis

Ascarya,

Diana

Yumanita,

dan Guruh S.

Rokhimah

(2008)

Penelitian ini dianalisis dengan metode DEA.

Variabel total simpanan, biaya tenaga kerja

dan aset sebagai input. Variabel ouputnya

meliputi: pembiayaan dan pendapatan. Kedua

jenis variabel ini digunakan baik pada bank

syariah maupun konvensional.

Selama periode pengamatan tahun 2002-2006,

perbankan syariah dianggap relatif lebih

efisien dibandingkan bank konvensional.

Kinerjanya dari tahun ke tahun mengalami

kenaikan, kecuali pada tahun 2004. Hal ini

disebabkan perbankan syariah melakukan

langkah yang ekspansif. Studi ini juga

menggambarkan bahwa rata-rata efisiensi BUS

relatif lebih baik dibandingkan UUS maupun

BPRS.

Page 83: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

27

2.10 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yang dibangun dalam penelitian ini yaitu untuk

mengukur tingkat efisiensi tiga kantor unit Bank BRI cabang Meulaboh, yaitu

kantor unit Cut Nyak Dhien, kantor unit Johan Pahlawan dan kantor unit Teuku

Umar pada periode 2011 sampai dengan 2012. Peneltian ini mengukur tingkat

efisensi dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

dengan cara menetukan variabel-variabel input yang meliputi: Jumlah pegawai,

jumlah simpanan, jumlah nasabah dan jumlah biaya operasional (BOP). Adapun

variabel-variabel output yang mencakup: Jumlah kredit yang diberikan dan

jumlah income (pendapatan). Kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Gambar 2.3 kerangka konseptual teoritis

3 Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh

Variabel input

3. Jumlah pegawai

4. Jumlah simpanan

5. Jumlah nasabah

6. Jumlah biaya

operasional (BOP)

Variabel output

1. Jumlah kredit yang

diberikan

2. Jumlah income

Efisiensi relatif ketiga kantor unit

Page 84: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian tugas akhir ini bertempat di kantor unit Bank BRI cabang

Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat yaitu kantor unit

Johan Pahlawan, kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umar.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dapat dijelaskan pada tabel Time Line:

Tabel 3.1 Time Line Penelitian

Kegiatan

Tahun 2013

Minggu Pertama Minggu Kedua Minggu Ketiga Minggu Keempat

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Studi data keuangan

- - - - - - - - - - - - - -

Diskusi - -

- - - - - - - - - - - -

Diskusi Ide Proposal - - - -

- - - - - - - - - -

Pembuatan Proposal

- - - - - -

- - - - - - - -

Penelitian

Pengambilan Data

- - - - - - - -

- - - - -

Penelitian

Pengolahan Data

- - - - - - - - - - -

- -

Penelitian

Penyusunan Laporan - - - - - - - - - - - - - -

Page 85: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

29

3.2 Metode Penelitian

Proses pengambilan data yang dilakukan secara bertahap, tahap-tahap ini

pada dasarnya sama dengan model pelaksanaan penelitian dan dapat digunakan

sebagai kerangka utama yang kemudian dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.

Pada tugas akhir ini penulis menggunakan data di beberapa kantor unit Bank BRI

Kota Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

Menggunakan data yang bersumber pada data laporan keuangan tahunan selama

dua tahun yaitu tahun 2011 dan 2012. Data selama dua tahun dipandang cukup

untuk digunakan dalam menentukan efisiensi relatif pada tiap kantor unit Bank

BRI Kota Meulaboh.

Metode DEA bila diartikan secara bebas berarti analisa data terbungkus.

Disebut karena bila hasil dari perhitungan efisiensi telah didapatkan, dan

kemudian diplot dalam suatu grafik dan nilai-nilai yang terluar dihubungkan,

maka akan melingkupi atau membungkus nilai-nilai tertentu. Cara pengukuran

yang digunakan dalam metode DEA adalah dengan membandingkan antara output

yang dihasilkan dengan input yang ada.

………………………

Nilai efisiensi sautu unit antara 0 sampai dengan 1

DMU dikatakan efisien jika:

1. Dari segi orientasi output

output naik saat input tetap

Efisiensi naik

output tetap saat input turun

Page 86: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

30

2. Dari segi orientasi input

input tetap saat output naik

Efisiensi naik

Input turun saat output tetap

Metode penelitian dijelaskan pada flowchart efesiensi relatif

menggunakan metode DEA, gambar 3.1 sebagai berikut::

Menentukan Faktor - Input

- Output

Pengukuran efesiensi

Mulai

Study Pustaka

Pengambilan data

Kantor Unit BRI Kota Meulaboh - Unit Johan Pahlawan - Unit Cut Nyak Dhien - Unit Teuku Umar

A

Page 87: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

31

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian DEA di Kantor Unit BRI

Langkah-langkah Data Envelopment Analysis (DEA) yang diterapkan di

Kantor Unit Bank BRI Kota Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten

Aceh Barat antara lain:

1. Studi pustaka

Tahap ini melakukan kegiatan mempelajari Data Envelopment Analysis (DEA)

melalui buku pedoman kuliah dan beberapa tulisan ilmiah atau paper.

Nilai efisiensi

Unit Johan Palahalwan

Peers group unit

Nilai efisiensi Unit Teuku

Umar

Nilai efisiensi Unit Cut

Nyak Dhien

Efisiensi relatif

Analisis peningkatann

input / output

Selesai

Peers group unit

Peers group unit

A

Penentuan nilai

peningkataan input /

output

Kesimpulan

Page 88: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

32

Sehingga diperoleh landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang

dilakukan.

2. Pengambilan data

Tahap ini yaitu pengumpulan data yang berasal dari data laporan keuangan

tahunan di kantor unit Bank BRI Kota Meulaboh.

3. Menentukan faktor

Yaitu data yang diperoleh kemudian dipisahkan menjadi faktor input dan

faktor output.

Faktor input terdiri dari:

a. Jumlah Pegawai

b. Jumlah Simpanan

c. Jumlah Biaya

d. Jumlah nasabah

Faktor output terdiri atas:

a. Jumlah kredit yang diberikan

b. Jumlah pendapatan

4. Pengukuran efisiensi

Dilakukan dengan membuat model DEA-CCR primal, super efesiensi dan

DEA-CCR dual. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan software komputer.

5. Efisiesi relatif

Yaitu membandingkan hasil pengukuran efisiensi relatif dari tiap kantor unit

BRI Kota Meulaboh.

Page 89: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

33

6. Analisis peningkatan input / output

Yaitu untuk mengetahui penyebab ketidakefisienan dan apakah dapat

dilakukan perubahan nilai input dan output untuk meningkatkan nilai efisiensi

Bank.

7. Penentuan nilai peningkatan input / output

Yaitu menetukan perubahan nilai terhadap input / output untuk meningkatkan

efisiensi kinerja.

8. Kesimpulan

Yaitu menyimpulkan hasil dan informasi dari langkah-langkah sebelumnya

dan memberikan saran-saran sebagai masukan untuk pihak perbankan.

3.3 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode

pengambilan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Dalam tugas

akhir ini metode yang digunakan untuk pengambilan data antara lain:

1. Pengambilan data dengan observasi langsung.

Pengambilan data dengan observsi langsung atau dengan pengamatan

langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada

pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengambilan data dengan

observasi memiliki beberapa keuntungan:

a. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat

hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut

berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data

Page 90: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

34

yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera

dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang.

b. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak

dapat berkomunikasi secara verbal dan yang tidak mau berkomunikasi secara

verbal.

2. Pengambilan Data dengan Interview

Selain dari pengambilan data dengan cara pengamatan, maka penulis

juga memperoleh data dengan interview. Dalam tugas akhir ini informasi atau

keterangan diperoleh langsung dari pimpinan dan karyawan dengan cara bertatap

muka dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara). Pengambilan data dengan interview memiliki beberapa keuntungan:

a. Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden.

b. Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah

pertanyaan baru dan memperoleh data yang banyak.

3. Pengambilan Data dengan Penggunaan Dokumen

Penulis dalam tugas akhir ini juga menggunakan data dokumen

perusahaan. Pengambilan data dengan penggunaan dokumen memiliki beberapa

keuntungan sebagai berikut:

a. Dapat memberikan gambaran berbagai informasi tentang perusahaan pada

waktu yang sudah lampau (yang direkam atau didokumentasikan).

b. Dapat merekam berbagai jenis data tentang keuntungan dan kerugian

perusahaan.

Page 91: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

35

BAB IV

PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Dalam pembahasan ini akan diukur efisiensi tiga kantor unit Bank BRI

Cabang Meulaboh dengan menggunakan metode DEA. Analisis efisiensi yang

dilakukan dititikberatkan pada efisiensi berdasarkan laporan keuangan ketiga

kantor unit tersebut selama dua tahun, yaitu tahun 2011 dan 2012.

Semua kantor unit yang dievaluasi memiliki jenis input dan output yang

sama dalam pengukuran efisiensi ketiga kantor unit ini. Pengertian kantor unit

relatif efisien adalah kantor unit yang memperoleh total output sebanding dengan

total input yang telah dikeluarkan oleh kantor unit tersebut.

Untuk selanjutnya, ketiga kantor unit disebutkan sebagai Decesion Making

Unit (DMU) yang dievaluasi, terdiri dari :

1. DMU 1 : Kantor unit Cut Nyak Dhien

2. DMU 2 : Kantor unit Johan Pahlawan

3. DMU 3 : Kantor unit Teuku Umar.

4.2 Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menentukan beberapa faktor yaitu

variabel input dan variabel output. Penentuan 4 variabel input ini mengikuti

kaidah dasar dalam DEA yang menuntut bahwa variabel input haruslah

merupakan sesuatu yang diperlukan untuk menghasilkan output dan digambarkan

Page 92: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

36

dalam skala yang semakin besar berarti semakin memakan banyak sumber daya

dan semakin kecil berarti semakin hemat/sedikit usaha yang dilakukan.

Sementara untuk penentuan 2 variabel output ini mengikuti kaidah dasar

dalam DEA yang menuntut bahwa variabel output haruslah merupakan sesuatu

yang dihasilkan dari pemakaian input dan digambarkan dalam skala yang semakin

besar berarti semakin bagus dan semakin kecil berarti semakin sedikit hasil yang

diperoleh.

4.2.1 Faktor Input

1. Jumlah Pegawai, yang dimasukan kedalam input ini adalah total jumlah

karyawan atau pegawai yang dimiliki oleh setiap kantor unit Bank BRI cabang

Meulaboh. Seperti yang ditunjukan pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Jumlah pegawai setiap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh

DMU Kantor Unit

Jumlah Pegawai

Tahun 2011

(Orang)

Tahun 2012

(Orang)

1 Cut Nyak Dhien 14 17

2 Johan Pahlawan 8 12

3 Teuku Umar 6 6

Sumber: Data Primer laporan keuangan dari ketiga kantor unit

2. Jumlah Simpanan, yang dimasukan kedalam input ini adalah total semua

jumlah simpanan setiap tahunnya untuk ketiga kantor unit Bank BRI Cabang

Meulaboh. Seperti yang ditunjukan pada tabel 4.2 dibawah ini:

Page 93: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

37

Tabel 4.2 Jumlah simpanan setiap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh

DMU Kantor Unit Jumlah Simpanan

Tahun 2011 (Orang) Tahun 2012 (Orang)

1 Cut Nyak Dhien 27.884.117.478 23.400.920.563

2 Johan Pahlawan 11.875.276.425 11.875.276.425,73

3 Teuku Umar 8.971.850.000 12.200.000.000

Sumber: Data primer laporan keuangan dari ketiga kantor unit

3. Jumlah Biaya Operasional (BOP), yang dimasukan kedalam input ini adalah

total semua jumlah biaya operasioanal setiap tahunnya untuk ketiga kantor

unit Bank BRI Cabang Meulaboh. Seperti yang ditunjukan pada tabel 4.3

dibawah ini:

Tabel 4.3 Jumlah biaya setiap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh

DMU Kantor Unit

Jumlah BOP

Tahun 2011 (Rp) Tahun 2012 (Rp)

1 Cut Nyak Dhien 2.927.323.126 2.348.756.474

2 Johan Pahlawan 2.011.041.713 2.018.839.434,54

3 Teuku Umar 500.510.961 541.000.000

Sumber: Data primer laporan keuangan dari ketiga kantor unit

4. Jumlah Nasabah, yang dimasukan kedalam input ini adalah total semua

jumlah nasabah yang dimiliki oleh ketiga kantor unit Bank BRI Cabang

Meulaboh untuk setiap tahunnya. Seperti yang ditunjukan pada table 4.4

dibawah ini:

Page 94: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

38

Tabel 4.4 Jumlah nasabah setiap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh

DMU Kantor Unit Jumlah Nasabah

Tahun 2011 (Orang) Tahun 2012 (Orang)

1 Cut Nyak Dhien 5894 6198

2 Johan Pahlawan 3620 3614

3 Teuku Umar 2843 3394

Sumber: Data primer laporan keuangan dari ketiga kantor unit

4.2.2 Faktor Output

1. Jumlah Kredit yang diberikan, yang dimasukan kedalam output ini adalah

total jumlah kredit yang diberikan untuk ketiga kantor unit Bank BRI Cabang

Meulaboh untuk setiap tahunnya. Seperti yang ditunjukan pada tabel 4.5

dibawah ini:

Tabel 4.5 Jumlah kredit yang diberikan setiap kantor unit Bank BRI Cabang

Meulaboh

DMU

Jumlah Kredit yang diberikan

Kantor Unit Tahun 2011 (Rp) Tahun 2012 (Rp)

1 Cut Nyak Dhien 22.717.918.861 23.857.322.383

2 Johan Pahlawan 7.300.045.905 6.648.903.339,08

3 Teuku Umar 9.000.000.000 12.300.000.000

Sumber: Data primer laporan keuangan dari ketiga kantor unit

2. Income, yang dimasukan kedalam output ini adalah total semua jumlah

income yang diperoleh oleh ketiga kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh

untuk setiap tahunnya. Seperti yang ditunjukan pada tabel 4.6 dibawah ini:

Page 95: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

39

Tabel 4.6 Jumlah Income setiap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh

DMU Kantor Unit Jumlah Income

Tahun 2011 (Rp) Tahun 2012 (Rp)

1 Cut Nyak Dhien 5.048.315.315 5.369.221.824

2 Johan Pahlawan 2.396.364.503 2.211.054.274,69

3 Teuku Umar 300.369.268 417.000.000

Sumber: Data primer laporan keuangan dari ketiga kantor unit

Setelah diperoleh faktor input dan output, selanjutnya dilakukan

pengolahan data dengan menggunakan Solver Excell dan kemudian menganalisis

hasil efisiensi yang diperoleh.

4.3 Model Data Envelopment Analysis (DEA)

Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh enam jenis data untuk

ketiga kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh (DMU), yaitu empat data input

dan dua data output seperti yang tercantum dalam tabel rekapitulasi 4.7 dan tabel

4.8 dibawah ini:

Tabel 4.7 Rekapitulasi Output-Input Ketiga Kantor unit Tahun 2011

DM

U

Output Input

Income (O1k) Kredit yang Jumlah jumlah Jumlah

BOP (I4k) Diberikan (O2k)

Pegawai

(I1k) Simpanan (I2k)

Nasabah

(I3k)

1 5.048.315.315 22.717.918.861 14 27.884.117.478 5.894 2.927.323.126

2 2.396.364.503 7.300.045.905 8 11.875.276.425 3.620 2.011.041.713

3 300.369.268 9.000.000.000 6 8.971.850.000 2.843 500.510.961

Berikut ini rekapiluasi enam jenis data untuk ketiga kantor unit Bank BRI

Cabang Meulaboh tahun 2012, yaitu empat data input dan dua data output seperti

yang tercantum pada tebel 4.8 sebagai berikut:

Page 96: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

40

Tabel 4.8 Rekapitulasi Output-Input Ketiga Kantor unit Tahun 2012

Menggunakan data-data pada tabel 4.7 dan 4.8 kemudian disusun model

matematis Data Envelopment Analysis yaitu model DEA-CCR Primal.

4.3.1 Model DEA-CCR Primal

Langkah selanjutnya adalah membuat model matematis DEA-CCR primal

berdasarkan rumus (6) sampai (10). Data input dan output pada table 4.7 dan 4.8

dimasukan kedalam model matematis DEA-CCR Primal (program linier).

Misalkan untuk kantor unit ke-p, dimana p=1,2,3, maka:

Fungsi tujuan

Maksimumkan

Kendala

-

-

-

Y1,Y2 ≥ 0

X1, X2, X3, X4 ≥ 0

DM

U

Output Input

Income (O1k)

Kredit yang Jumlah Jumlah Jumlah

BOP (I4k) Diberikan

(O2k)

Pegawai

(I1k) Simpanan (I2k)

Nasabah

(I3k)

1 5.369.221.824 23.857.322.383 17 23.400.920.563 6.198 2.348.756.474

2 2.211.054.274 6.648.903.339 12 11.875.276.425 3.614 2.018.839.434

3 417.000.000 12.300.000.000 6 12.200.000.000 3.394 541.000.000

Page 97: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

41

Dalam hali ini:

Ep adalah efisiensi untuk objek DMU ke-p

Yi adalah bobot output per-unit pada pengukuran output ke-I (i=1,2)

Xj adalah bobot input per-unit pada pengukuran input ke-I (i=1,2,3,4)

Oik adalah nilai output pada pengukuran output ke-I (i=1,2) untuk DMU ke-k

(k=1,2,3)

Ijk adalah nilai input pada pengukuran input ke-I (i=1,2,3,4) untuk DMU ke-k

(k=1,2,3)

Misal untuk menghitung efisiensi relatif kantor unit Cut Nyak Dhien

(DMU1) Bank BRI Cabang Meulaboh tahun 2011, berdasarkan rumus (6), maka

fungsi tujuan adalah memaksimumkan efisiensi DMU1. Nilai Oip adalah nilai

output untuk DMU1 dengan i = 1,2 dan p = 1 (DMU1). Sedangkan Y i adalah

variabek yang melambangkan bobot output untuk DMU1 dengan i = 1,2.

Variable Yi yang digunakan adalah:

- Y1 : bobot untuk output Income tahun 2011

- Y2 : bobot untuk output kredit yang diberikan tahun 2011

Kendala pertama pada rumus (7) adalah perjumlahan input DMU1 dibatasi

sama dengan 1 (satu). Xj adalah variabel bobot input untuk DMU1 dimana j =

1,2,3,4 dan p = 1 (DMU1). Untuk kendala kedua pada rumus (8) adalah kendala

efisiensi DMU1 yaitu pengurangan penjumlahan nilai output DMU1 dengan

penjumlahan nilai input DMU1 yang dibatasi kurang sama dengan 0 (nol). Oi1

adalah nilai output DMU1 dimana i = 1,2 (output ada 2 macam) dan Ij1 adalah

nilai input DMU1 j = 1,2,3,4.

Page 98: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

42

Penjelasan tersebut berlaku sama untuk kendala ketiga sampai kelima pada

rumus (8) sampai (10), yang masing-masing merupakan kendala untuk efisiensi

DMU2 sampai DMU3.

Menggunakan data pada tabel 4.7, maka model matematis DEA-CCR

Primal untuk kantor unit Cut Nyak Dhien (DMU1), kantor unit Johan Pahlawan

(DMU2) dan kantor unit Teuku Umar (DMU3) Bank BRI Cabang Meulaboh

tahun 2011, sebagai berikut:

Fungsi tujuan :

e1 = 5.048.315.315Y1 + 22.717.918.861Y2

Kendala :

Penjumlahan input DMU1

14X1 + 27.884.117.478 X2 + 5.894 X3 + 2.927.323.126 X4 = 1

Kendala efisiensi DMU1

(5.048.315.315Y1 + 22.717.918.861Y2) – (14X1 + 27.884.117.478

X2 + 5.894 X3 + 2.927.323.126 X4) ≤ 0

Kendala efisiensi DMU2

(2.396.364.503Y2 + 7.300.045.905Y2) – (8X2 + 11.875.276.425 X2

+ 3.620X2 + 2.011.041.713X2) ≤ 0

Kendala efisiensi DMU3

(300.369.268Y2 + 9.000.000.000Y2) – (6X2 + 8.971.850.000X2 +

2.843X2 + 500.510.961X2) ≤ 0

Page 99: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

43

Model tersebut kemudian diselesaikan dengan bantuan Solver Excell dan

langkah-langkahnya dapat dilihat pada lampiran (1). Untuk DMU1, DMU2 dan

DMU3 diperoleh nilai Ө1 = 1 untuk tahun 2011 yang artinya tergolong DMU

yang realatif efisien. Hasil perhitungan setiap model DEA-CCR Primal secara

lengkap dapat dilihat pada lampiran (1) sampai lampiran (3).

Page 100: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

48

44

BAB V

ANALISIS HASIL DAN EVALUASI

5.1 Analisis Hasil Pengolahan Model DEA-CCR Primal

Hasil pengolahan program linier DEA-CCR Primal yang merupakan nilai

efisiensi relatif suatu kantor unit Bank terhadap kantor unit Bank lain dapat dilihat

pada tabel 5.1 dibawah ini:

Tabel 5.1 Hasil Perhitungan DEA-CCR Primal untuk ketiga kantor unit tahun

2011 dan 2012.

DMU Kantor Unit Bank Efisiensi Relatif

Tahun 2011 Tahun 2012

1 Cut Nyak Dhien 1 1

2 Johan Pahlawan 1 0.81

3 Teuku Umar 1 1

Dalam tabel 5.1 menunjukan bahwa pada tahun 2011 kantor unit Cut Nyak

Dhien (DMU1), kantor unit Johan Pahlawan (DMU2) dan kantor unit Teuku

Umar (DMU3) memperoleh nilai efisensi relatif = 1,00, dengan efisiensi yang

relatif stabil. Sedangkan pada tahun 2012 untuk kantor unit Cut Nyak Dhien

(DMU1) dan kantor unit Teuku Umar (DMU3) memperoleh nilai efisiensi relatif

= 1,00 dengan efisiensi yang relatif stabil. Sedangkan untuk unit Johan Pahlawan

(DMU2) memperoleh nilai efisiensi relatif = 0,81 yang berarti kurang efisien (in

efficient).

Page 101: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

45

5.2 Analisis dan Evaluasi

Berdasarkan analisis kinerja kantor unit Bank BRI cabang Meulaboh

tersebut dengan menggunakan metode DEA, untuk tahun 2011 ketiga kantor unit

efficient (nilai efisiensi relatif=1). Sedangkan tahun 2012 dua kantor unit

memperoleh efficient (nilai efisiensi relatif=1) dan hanya satu kantor unit yang in

efficient (nilai efisiensi relatif <1) yaitu DMU2.

5.2.1 Perbandingan Variabel Input dan Output

Prinsip kerja DEA adalah dengan membandingkan data input dan

data output dari suatu organisasi data, atau yang disebut dengan Decission Making

Unit (DMU), dengan data input dan output lainnya pada DMU yang sejenis.

Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi. Efisiensi

yang ditentukan dengan metode DEA adalah suatu nilai yang relatif, sehingga

bukan merupakan suatu nilai mutlak yang dapat dicapai oleh suatu unit.

Seperti uraian diatas sebelumya DMU2 merupakan DMU yang kurang

efisien, untuk itu perlu dilakukan perbaikan terhadap DMU tersebut. Sebelum

melakukan perbaikan, terlebih dahulu menentukan peers group DMU2 sebagai

tolak ukur dalam penentuan efisensi relatif terhadap DMU lainnya. Oleh karena

itu DMU mana saja yang menjadi satu kesatuan kelompok dalam peers group

terhadap DMU2, secara virsualisasi penentuan kelompok peers group dalam satu

DMU bisa dilihat dari penggunaan karakteristik variabel input dan output dari

DMU yang dikaji dan ditelaah.

Page 102: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

46

Walaupun analisa ini tidak muklak menjadi satu kesatuan dalam

penentuan menurut analisis DEA akan tetapi bisa menjadi salah satu tolak ukur

perbandingan dalam menganalisa kenapa satu DMU dengan DMU lainnya

menjadi satu kesatuan atau peers group dalam menentukan efisiensi relatif

masing-masing DMU yang telah dikaji. Peers group ini merupakan DMU yang

efficient (nilai efisiensi relatif=1) dan menjadi perbandingan terhadap DMU yang

kurang efisien yaitu DMU2.

Berdasarkan karakteristik penggunaan variabel input dan output yang

dimiliki oleh DMU2 relatif mirip dengan karakteristik penggunaan variabel input

dan output yang dimiliki oleh DMU1. Itu terlihat dari penggunaan input dan

output kedua DMU seperti penggunaan jumlah pegawai, BOP dan income DMU2

hampir sebanding dengan DMU1. Dibandingkan dengan DMU3 yang hanya

memiliki dua kemiripan penggunaan input dan output yaitu jumlah simpanan dan

jumlah nasabah, sedangkan untuk penggunaan jumlah pegawai, BOP dan income

DMU3 realtif lebih kecil dibandingkan dengan DMU2. Oleh karena itu, yang

menjadi peers group untuk DMU2 adalah DMU1. Untuk lebih jelasnya

perbandingan penggunaan variabel input dan output pada DMU1 dan DMU2 dan

DMU3 dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2 Perbandingan penggunaan variabel input dan output DMU1 dan DMU2

DMU Variabel Input dan Output

Income Jumlah pegawai BOP

DMU1 5,369,221,824 17 2,348,756,474

DMU2 2,211,054,274 12 2,018,839,434

Page 103: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

47

Sehingga dari penjelasan yang telah dijabarkan bagian diatas sebelumnya,

maka bisa menjadi alasan kenapa DMU2 itu mengelompok terhadap DMU1

dalam hal penentuan efisiensi relatif. Sehingga DMU1 menjadi perbandingan

penentuan efisiensi relatif DMU2, dikarenakan pada perhitungan sebelumnya

DMU1 lebih efisien dibandingkan dengan DMU2 dan DMU1 memiliki

karakteristik variabel input dan output setara atau sebanding dengan DMU2.

Permasalahan selanjutnya adalah kita harus menentukan besaran nilai in

efficiency DMU2 ketika dihadapkan pada persoalan variabel input dan output

pada masing-masing DMU. Untuk menentukan itu kita perlu menentukan berapa

besaran persentasi variabel input dan output yang harus kita naikan sehingga

DMU2 mempunyai tingkat efisiensi relatif setara dengan DMU1.

Dalam penentuan besaran persentasi ini kita menggunakan analisis

composite unit. Dimana composite unit adalah bobot komposit yang menyatakan

bobot yang tidak efisien terhadap unit yang lain. Untuk memperbaiki kinerjanya

dalam upaya peningkatan efisiensi kantor unit atau DMU2, maka metode Data

Envelopment Analysis (DEA) memberikan suatu target yang harus dicapai oleh

kantor unit tersebut sehingga dapat memiliki efisiensi yang lebih baik.

Dikarenakan analisis DEA yang dipakai pada penelitian ini berbasis input dimana

input=1, maka target yang dimaksud untuk DMU2 dalam mencapai nilai efisiensi

relatif =1 adalah peningkatan variabel output yang dikeluarkan oleh DMU2 untuk

mencapai kesetaraan efisiensi yang sama. Itu dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah

ini:

Page 104: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

48

44

Tabel 5.3 Composite Unit

DMU 2012

Output Input Composite

Income (Rp)

Kredit yang diberikan (Rp)

Jumlah pegawai (Orang)

Jumlah Simpanan (Rp)

Jumlah Nasabah (Orang)

BOP (Rp) Value

1 5.369.221.824 23.857.322.383 17 23.400.920.563 6.198 2.348.756.474 41.18%

2 2.211.054.274 6.648.903.339 12 11.958.187.457 3.614 2.018.839.434 0.00%

3 417.000.000 12.300.000.000 6 12.200.000.000 3.394 541.000.000 0.00%

Composite

2.211.054.274 9.824.484.134 7 9.636.537.123 2.552 967.221.734 Value

Page 105: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

48

44

Dalam tabel 5.3 menjelaskan bahwa untuk mencapai tingkat kesetaraan

efisiensi relatif=1, maka DMU2 harus melakukan penambahan atau peningkatan

jumlah variabel output yang dihasilkan sebesar 41,18%. Dimana nilai 41,18%

yang harus ditingkatkan oleh setiap output DMU2 itu dapat dilihat pada tabel

sensitivity untuk unit DMU2 yang terlampir pada lampiran.

Seperti uraian sebelumnya DMU1 merupakan peers group DMU2 dalam

hal mencapai tingkat efisiensi relatif=1. Maka peningkatan jumlah variabel output

DMU2 sebesar 41.18% itu dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini:

Tabel 5.4 Peningkatan Jumlah Variabel Output DMU2

Variabel Output Jumlah (Rp) Composite Jumlah Peningkatan

(Rp) DMU2 Value

Kredit yang

diberikan 2.211.054.274 41.18% 910.515.743

Income 6.648.903.339 41.18% 2.738.029.201

Pada tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa peningkatan variabel output

DMU2 untuk jumlah kredit yang diberikan adalah sebesar Rp. 910,515,743 dan

untuk income atau pendapatan sebesar Rp. 2,738,029,201.

49

Page 106: ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN …repository.utu.ac.id/964/1/I-V.pdfperdesaanya itu jalan, irigasi, listrik, telpon, pelayanan kesehatan serta pendidikan (Hartono. 2008, h.1). Melihat

DAFTAR PUSTAKA

Berger, A. N, & Humphrey, d. b (1997). Efficiency of financial institutions:

International survey and directions for future research. Journal of Operational

Research

Charnes A, Cooper, W. W,. & Rhodes, E (1978). Measuring the efficiency of

decision making unit, European Journal of Operasional Research, 2, 429-444

Farell, M. J. (1957). The meansurement of Productive Efficiency. Journal of the

Royal Statical Society, Vol. 120, No. 3,253-290.

Huri, M. D. dan Indah Susilowati. 2004. “Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten

Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus:

Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002).” Jurnal Dinamika

Pembangunan. Vol. 1, No. 2, Desember 2004, Hal. 95-107.

Muliaman D. H., Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M. 2003. “Analisis Efisiensi

Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non-Parametrik Data

Envelopment Analysis (DEA).” Bank Indonesia Research Paper, Jakarta: Bank

Indonesia

Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank

Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005)”.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3.

Poernomo, Eddy, 2006, Pengaruh Kreativitas dan Kerjasama Tim Terhadap

Kinerja Manajer Pada PT. Jesslynk Cakes Indonesia Cabang Surabaya, Adm.

Bisnis UPN Veteran Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi Vol. 6 No. 2

Syakir, A. K. 2004. “Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank Terbesar

Indonesia Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).” Jurnal

Bisnis Strategi. Vol.13. Hal. 126-139, Semarang.

Saleh, Samsubar. 2000. Metode Data Envelopment Analysis.Yogyakarta: PAU-FE

UGM.

Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P. 2009. “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia

Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA.” Jurnal

Ekonomi Pembangunan. Vol. 10. No. 1. Hal 49-67.

Sumanth, D.J 1985, Productivity Engineering and Management. USA: McGraw-

Hill. Inc., USA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan

atas undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan