25
1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT.GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) SELAMA PERIODE 2008-2013 M A Cahya Lestari Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected] Abstract: The purpose of the study is to analyze the financial performance of PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk before and after Initial Public Offering (IPO) during the period of 2008 2013. The analysis of the financial performance was conducted using the financial ratio. The ratio was calculated from the financial reports that have been published by the company in three years before and after the IPO. The result of the study can be concluded that three years after IPO, the financial performance showed a reduction compared to the financial performance three years before IPO even though still in the category A. Collection periods, inventory turn over, total asset turn over still showed good values before and after IPO. Cash ratio, current ratio and TMS/TA values were increased while ROE and ROI showed values reduction after IPO. Keyword: initial public offering, financial performance, financial ratio PENDAHULUAN Dunia penerbangan di Indonesia dari tahun ke tahun umumnya menunjukkan perkembangan yang pesat. Salah satu maskapai penerbangan di Indonesia adalah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Badan usaha yang merupakan satu-satunya badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak dibidang maskapai penerbangan tersebut terus melakukan perbaikan dari berbagai sisi. Salah satunya dengan penyelesaian seluruh restrukturisasi utang perusahaan yang mengantarkan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan IPO di bursa pada 11 februari 2011 dengan kode GIAA. Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana terjadi ketika emiten melakukan penawaran efek untuk

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT.GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) SELAMA PERIODE 2008-2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : M A Lestari,

Citation preview

  • 1

    ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT.GARUDA INDONESIA

    (PERSERO) TBK ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC

    OFFERING (IPO) SELAMA PERIODE 2008-2013

    M A Cahya Lestari

    Universitas Negeri Surabaya

    Email: [email protected]

    Abstract:

    The purpose of the study is to analyze the financial performance of PT.

    Garuda Indonesia (Persero) Tbk before and after Initial Public Offering (IPO)

    during the period of 2008 2013. The analysis of the financial performance was

    conducted using the financial ratio. The ratio was calculated from the financial

    reports that have been published by the company in three years before and after

    the IPO. The result of the study can be concluded that three years after IPO, the

    financial performance showed a reduction compared to the financial performance

    three years before IPO even though still in the category A. Collection periods,

    inventory turn over, total asset turn over still showed good values before and after

    IPO. Cash ratio, current ratio and TMS/TA values were increased while ROE and

    ROI showed values reduction after IPO.

    Keyword: initial public offering, financial performance, financial ratio

    PENDAHULUAN

    Dunia penerbangan di Indonesia dari tahun ke tahun umumnya

    menunjukkan perkembangan yang pesat. Salah satu maskapai penerbangan di

    Indonesia adalah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Badan usaha yang

    merupakan satu-satunya badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak

    dibidang maskapai penerbangan tersebut terus melakukan perbaikan dari berbagai

    sisi. Salah satunya dengan penyelesaian seluruh restrukturisasi utang perusahaan

    yang mengantarkan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan IPO di bursa

    pada 11 februari 2011 dengan kode GIAA. Initial Public Offering (IPO) atau

    penawaran umum perdana terjadi ketika emiten melakukan penawaran efek untuk

    mailto:[email protected]

  • 2

    pertama kalinya kepada masyarakat umum (publik) melalui pasar modal (Ritter,

    1998).

    BUMN memerlukan dana untuk melakukan ekspansi dan going concern

    dimana kebutuhan dana ini dapat diperoleh melalui laba ditahan dan peningkatan

    modal disetor. Laba ditahan perusahaan tidak besar setiap tahunnya karena

    BUMN diharapkan pemerintah untuk membagikan dividen sehingga ada

    tambahan dana APBN selain pajak. BUMN tidak bisa mengharapkan penambahan

    modal disetor dengan penyuntikan dana dari pemerintah karena penyuntikan dana

    memerlukan proses hukum yang panjang serta kemampuan pemerintah dalam

    menyediakan dana dan akhirnya pemerintah juga harus menambah hutang

    (Astuti,2014). Sehingga langkah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai

    BUMN yang melakukan penerbitan saham ke publik atau IPO dapat mengatasi

    keterbatasan-keterbatasan tersebut.

    Harga IPO yang ditetapkan saat itu adalah sebesar Rp 750, sedangkan

    minat investor sepertinya tidak sesuai dengan penetapan IPO yang mempunyai

    harga penutupan pada hari pertama sebesar Rp 620. Sehingga Initial Return PT.

    Garuda Indonesia (Persero) Tbk menjadi negatif sebesar 17,33%. Initial Return

    yang diperoleh berkaitan dengan kinerja keuangannya. Initial return saham

    perusahaan yang menguntungkan investor dipengaruhi oleh kinerja saham

    perusahaan yang merupakan dampak dari kinerja keuangan yang baik. Investor

    dalam hal ini mengalami kerugian akibat tingkat pengembalian yang negatif dan

    dapat terealisasi apabila investor menjual sahamnya. Namun, meski belum

    mencapai IPO, dalam penelitian Astuti (2014) menyebutkan adanya penambahan

    modal dari pelaksanaan IPO yang telah memperbaiki fundamental keuangan

  • 3

    perusahaan, termasuk arus kas untuk aktivitasi investasi bagi peremajaan armada

    dan peningkatan penumpang serta efisiensi biaya operasional secara keseluruhan.

    Akibat perubahan jenis perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi

    perusahaan terbuka, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk membutuhkan investor

    sebagai upaya untuk mendapatkan modal melalui penjualan saham. Untuk

    mendapatkan investor, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk harus menunjukkan

    kinerja perusahaan yang baik yang salah satunya adalah kinerja dalam aspek

    keuangan. Selain itu BUMN sebagai perusahaan publik, memiliki kinerja

    perusahaan yang baik merupakan harapan banyak investor yang dalam hal ini

    adalah masyarakat dan pemerintah karena modal yang ditanamkan perlu

    dipertanggungjawabkan. Pemegang kepentingan dapat melakukan analisis rasio

    keuangan untuk melihat bagaimana kinerja keuangan suatu perusahaan sesuai

    dengan alat analisis yang diatur dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik

    Negara Republik Indonesia Nomor KEP-100/MBU/2002. Data sebagai dasar

    penilaian terhadap kinerja perusahaan tersebut dapat ditemukan dalam laporan

    keuangan yang berisi informasi mengenai kondisi keuangan sebuah perusahaan.

    Analisis kinerja keuangan perusahaan diperlukan berbagai pihak baik

    internal maupun eksternal sebagai evaluasi informasi. Bagi manajemen,

    melakukan analisis kinerja keuangan berfungsi sebagai peralatan analisis

    perencanaan dan pengendalian keuangan (Mardiyanto, 2009:65). Bagi para

    investor, analisis kinerja keuangan berfungsi sebagai informasi tentang kondisi

    kesehatan keuangan perusahaan sebagai salah satu acuan pengambilan

    keputusan dalam melakukan investasi. Selain bagi manajemen dan investor,

  • 4

    analisis kinerja keuangan juga diperlukan oleh kreditor, pemegang obligasi dan

    pihak yang berkepentingan lainnya.

    Dalam beberapa penelitian mengenai perbedaan kinerja keuangan antara

    sebelum dan sesudah perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) ternyata

    menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda.Wei et al (2003) meneliti tentang

    perusahaan yang melakukan IPO menghasilkan kesimpulan bahwa secara umum

    trend perusahaan di Cina yang melakukan IPO akan mengalami penurunan

    keuntungan. Penelitian Kusumawati dkk (2014) menunjukkan perusahaan yang

    diteliti memiliki kemampuan dalam membayar hutang jangka pendeknya yang

    lebih baik, jika dilihat dari debt ratio semakin kecil risiko pemberian pinjaman

    tetapi dilihat dari the debt equty ratio semakin besar resiko pemilik modal,

    perusahaan semakin tidak efektif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki, dan

    perusahaan semakin mampu dalam menghasilkan laba setelah IPO. Sampel

    perusahaan yang dipilih dalam penelitian tersebut adalah 10 perusahaan yang

    listing di BEI tahun 2009.

    Namun berbeda dengan penelitian diatas, dalam penelitian Manalu (2002)

    pada perusahaan perbankan menyatakan bahwa secara keseluruhan rasio-rasio

    keuangan perbankan siginfikan menjadi lebih baik setelah IPO. Manalu (2002)

    juga menyatakan bahwa go public masih menjadi alternatif yang lebih baik dalam

    rangka menambah modal dan memperbaiki struktur funding serta cost of capital.

    Perbedaan hasil penelitian diatas, membuat peneliti ingin membuktikan

    bagaimana perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah

    melakukan IPO yang dalam hal ini adalah kinerja PT. Garuda Indonesia (Persero)

    Tbk periode 2008-2013.

  • 5

    Peneliti membagi dalam dua tahap penelitian yang saling berhubungan

    sebagai pokok permasalahan sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha

    Milik Negara Republik Indonesia Nomor KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian

    Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Tujuan dari penelitian ini adalah

    untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antara sebelum dan sesudah PT.

    Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan Initial Public Offering (IPO) selama

    periode 2008-2013.

    KAJIAN PUSTAKA

    Kinerja Keuangan

    Kinerja keuangan merupakan hasil dari kegiatan perusahaan mengelola

    keseluruhan sumber daya yang dimiliki dalam mencapai efisiensi dan efektivitas

    dalam bidang keuangan dalam suatu periode tertentu. Menurut IAI (2007),

    Kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan

    mengendalikan sumber daya yang dimilikinya. Pengertian lain tentang kinerja

    keuangan menurut Fahmi (2006:63) adalah gambaran mengenai tingkat

    pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi

    dan visi strategic planning.

    Menurut Fahmi (2011:2) ada lima tahap dalam menganalisis kinerja

    keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu melakukan review terhadap data

    laporan keuangan, melakukan perhitungan, melakukan perbandingan terhadap

    hasil hitungan yang telah diperoleh, melakukan penafsiran (interpretasi) terhadap

    berbagai permasalahan yang ditemukan, mencari dan memberikan pemecahan

    masalah (solution) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.

  • 6

    Analisis Rasio Keuangan

    Analisis rasio keuangan adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi

    rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan (Sjahrial,

    2012:35). Dengan dilakukan analisis laporan keuangan akan diperoleh informasi

    tentang perkembangan kinerja perusahaan, hal ini penting bagi pihak manajemen

    maupun pihak lain yang terkait dengan perusahaan (sudana, 2009:15).

    Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor

    KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik

    Negara telah mengatur analisis rasio keuangan yang dapat digunakan perusahaan

    BUMN. Penilaian tingkat kesehatan BUMN dalam peraturan tersebut, dibagi

    menjadi tiga kriteria, yaitu aspek keuangan, operasional dan adminstrasi. Dalam

    penelitian ini, peneliti membatasi penelitian hanya dilihat dari aspek keuangan.

    Sehingga penilaian tingkat kesehatan BUMN digolongkan menjadi dalam tabel 1

    berikut:

    Tabel 1 Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN

    Tingkat Kesehatan Penilaian

    Sehat - AAA apabila total (TS) lebih besar dari 66,5 - AA apabila 56

  • 7

    Tabel 2 Daftar rasio keuangan dan bobot tiap rasio

    No. Indikator Bobot

    1. Imbalan kepada pemegang saham (ROE) 20

    2. Imbalan Investasi (ROI) 15

    3. Rasio Kas 5

    4. Rasio Lancar 5

    5. Colection Periods 5

    6. Perputaran persediaan 5

    7. Perputaran total asset 5

    8. Rasio modal sendiri terhadap total aktiva 10

    Total Bobot 70 Sumber: KEP-100/MBU/2002

    Rumus kedelapan metode penilaian keuangan tersebut adalah:

    Imbalan kepada Pemegang Saham/Return on Equity (ROE)

    Rasio ini disebut Brigham dan Houston (2009:109) sebagai rasio akuntansi

    yang paling penting. Rasio ini megukur tingkat pengembalian atas ekuitas.

    Menurut Horne et al. (2009:226), ROE yang tinggi sering kali mencerminkan

    penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya

    yang aktif.

    Rumus :

    =

    100%

    Imbalan Investasi/Return On Investment (ROI)

    ROI mengukur keuntungan yang diperoleh dari hasil kegiatan perusahaan

    (EBIT ditambah penyusutan) dengan Capital Employed (total aktiva dikurangi

    aset tetap dalam pelaksanaan). Hasil ROI yang tinggi sebanding dengan

    kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi dibandingkan dengan total

    akitva dikurangi aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.

    Rumus:

  • 8

    = +

    100%

    Rasio Kas/Cash Ratio

    Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

    jangka pendeknya dengan kas yang dimiliki. Semakin tinggi rasio kas yang

    dihasilkan, semakin besar kemampuan perusahaan membayar kewajiban yang

    akan segera jatuh tempo. Rasio ini menggunakan aktiva lancar seperti kas, bank

    dan surat berharga jangka pendek yang dinilai paling likuid dibandingkan aktiva

    lancar lainnya.

    Rumus :

    = + +

    100%

    Rasio Lancar/Current Ratio

    Rasio lancar merupakan indikator tunggal terbaik dari sejauh mana klaim

    dari kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva-aktiva yang diharapkan

    dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat, rasio ini merupakan ukuran

    solvabilitas jangka pendek yang paling sering digunakan (Brigham dan Houston,

    2009:109). Namun menurut Horne (2009:206), rasio ini harus dianggap sebagai

    ukuran kasar karena tidak memperhitungkan likuiditas dari setiap komponen

    aktiva lancar.

    Rumus :

    =

    100%

    Collection Periods (CP)

  • 9

    CP digunakan untuk menghitung rata-rata waktu penagihan dalam hari.

    Umumnya semakin pendek hari penagihan semakin baik efisiensi perputaran

    piutang usaha perusahaan. Namun, menurut Horne et al. (2009:214), rata-rata

    waktu penagihan yang sangat rendah mungkin merupakan gejala kebijakan kredit

    yang sangat keras. Jumlah piutang yang sedikit di catatan perusahaan mungkin

    merupakan hal yang sangat baik, akan tetapi penjualan mungkin terbatas sekali

    dan laba akan kurang dari yang seharusnya karena kerasnya pemberian penjualan

    kredit bagi para pelanggan.

    Rumus :

    =

    365

    Perputaran Persediaan (PP)

    Rasio PP menunjukkan berapa hari, rata-rata sebelum persediaan diubah

    menjadi piutang melalui penjualan. Umumnya semakin kecil perputaran

    persediaan, semakin baik manajemen persediaan yang dilakukan. Namun

    perputaran yang relatif kecil bisa disebabkan perusahaan memelihara persediaan

    dalam jumlah yang terlalu sedikit dan kemungkinan dapat kehabisan persediaan.

    Sebaliknya, jika perputaran persediaan yang relatif pelan, sering kali merupakan

    tanda dari barang yang berlebih, jarang digunakan, atau tidak terpakai dalam

    persediaan (Horne et al, 2009:217).

    Rumus :

    =

    365

    Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO)

  • 10

    Rasio TATO mengukur seberapa efektif perusahaan dalam

    mempergunakan capital employed-nya untuk menghasilkan pendapatan usaha

    maupun non usaha. Semakin besar hasil rasio ini, semakin baik perusahaan

    memanfaatkan aktiva dikurangi aktiva tetap yang dimilikinya.

    Rumus :

    =

    100%

    Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset (TMS terhadap TA)

    Rasio ini menunjukkan semakin besar TMS terhadap TA yang dihasilkan,

    semakin baik perusahaan memanfaatkan aset yang dimiliki untuk menghasilkan

    pembiayaan dari modal sendiri.

    Rumus :

    =

    100%

    Setelah menghitung kedelapan rasio keuangan, hasil dari rasio-rasio

    tersebut digolongkan ke dalam daftar skor penilaian yang terdapat dalam

    lampiran. Kemudian setelah digolongkan, hasil dari kedelapan skor penilaian

    masing-masing rasio keuangan dijumlah untuk dinilai tingkat penilaian kesehatan

    seperti dalam tabel 1.

    METODE PENELITIAN

    Metode Penelitian

    Metode dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif karena

    penelitian ini mendiskripsikan angka-angka dalam laporan keuangan kedalam

  • 11

    tulisan kemudian dari hasil pendiskripsian tersebut, data diolah dan dianalisis

    untuk diambil kesimpulannya.

    Objek Penelitian

    Objek penelitian ini adalah menganalisa bagaimana perbedaan kinerja

    keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk antara sebelum dan sesudah melakukan

    Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2011 selama periode 2008-2013,

    sehingga periode 2008-2010 sebagai tahun sebelum IPO dan 2011-2013 sebagai

    tahun setelah IPO. Kinerja perusahaan diteliti menggunakan analisa keuangan

    berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia

    Nomor KEP-100/MBU/2002. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    laporan keuangan PT.Garuda Indonesia Tbk periode 2008-2013.

    Prosedur Pengambilan Data

    Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai dengan

    melakukan studi pustaka, yakni studi yang mempelajari literature yang

    berhubungan dengan penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh informasi

    yang dibutuhkan peneliti dan metode dokumentasi, yakni metode pengumpulan

    data laporan keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang telah

    dipublikasikan baik di situs resmi perusahaan dan Bursa Efek Indonesia periode

    2008-2013.

    Teknik Analisis Data

    Data yang diperoleh akan dianalisis dalam dua tahap analisa. Yang

    pertama dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan

    menggunakan analisa rasio keuangan. Terakhir melakukan evaluasi kesehatan PT.

  • 12

    Garuda Indonesia (Persero) Tbk. untuk menentukan golongan tingkat kesehatan

    perusahaan. Kedua tahap tersebut bersamaan dilakukan dengan melakukan

    perbandingan antara sebelum dan sesudah melakukan IPO sesuai dengan

    Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor KEP-

    100/MBU/2002.

    HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

    Perbandingan Kinerja Keuangan antara Sebelum dan Sesudah IPO Periode

    2008-2013

    Imbalan kepada Pemegang Saham/Return on Equity (ROE)

    Rasio ini mengukur tingkat pegembalian atas ekuitas. Semakin tinggi ROE

    yang dihasilkan,umumnya semakin baik sebuah perusahaan. Berikut dalam tabel 3

    dan 4 ditampilkan hasil ROE PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk:

    Tabel 3 Rasio Return on Equity Periode 2008-2010 (sebelum IPO)

    Tahun Laba Setelah Pajak Modal Sendiri ROE Skor

    2008 679.109.422.398 254.629.282.616 267% 20

    2009 899.454.064.757 3.214.070.614.401 28% 20

    2010 293.107.021.270 3.457.261.695.881 8% 12

    Rata-rata 623.890.169.475 2.308.653.864.299 27% 20 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Tabel 4 Rasio Return on Equity Periode 2011-2013 (sesudah IPO)

    Tahun Laba Setelah Pajak Modal Sendiri ROE Skor

    2011 808.665.320.215 7.547.133.513.840 11% 14

    2012 1.108.425.730.000 11.149.600.780.000 10% 14

    2013 112.003.800.000 11.171.481.170.000 1% 2

    Rata-rata 676.364.950.072 9.956.071.821.280 7% 10 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Dalam tabel 3 dan 4, dijelaskan bahwa rata-rata ROE sebelum dan sesudah

    PT.Garuda Indonesia melakukan IPO terdapat perubahan negatif yang cukup

    siginifikan. Secara umum, ROE periode 2008-2010 PT. Garuda Indonesia

  • 13

    (Persero) Tbk menunjukkan skor yang lebih baik dibandingkan periode 2011-

    2013. Meski pada awal IPO yakni tahun 2011 dan 2012 dibandingkan tahun 2010,

    ROE perusahaan membaik, namun perbaikan tidak signifikan dan turun drastis

    pada tahun 2013 menjadi 1%. Perbedaan yang tinggi terdapat pada jumlah modal

    sendiri perusahaan setelah IPO yang meningkat hampir 5 kali lipat. Peningkatan

    modal sendiri tersebut akibat dari pelaksanaan IPO yang membuat perusahaan

    memperoleh dana. Namun, peningkatan modal ini tidak diimbangi dengan laba

    yang juga meningkat karena tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata

    laba sebelum dan sesudah IPO.

    Imbalan Investasi/Return On Investment (ROI)

    Rasio ini menghitung keuntungan yang diperoleh dari EBIT ditambah

    penyusutan dibagi dengan capital employed yang ditanamkan. Umumnya semakin

    tinggi ROI yang dihasilkan, semakin baik perusahaan mengelola capital

    employednya. Tabel 5 dan 6 berikut menyajikan ROI PT.Garuda Indonesia

    (Persero) Tbk:

    Tabel 5 Rasio Return On Investment Periode 2008-2010 (sebelum IPO)

    Tahun EBIT Penyusutan Capital Employed ROI Skor

    2008 581.951.638.895 414.491.395.341 12.996.734.378.181 8% 6

    2009 860.240.659.975 1.609.914.343.125 14.152.673.098.531 17% 13,5

    2010 51.160.051.468 1.647.951.805.359 13.575.237.689.007 13% 10,5

    Rata-rata 497.784.116.779 1.224.119.181.275 13.574.881.721.906 13% 10,5 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Tabel 6 Rasio Return On Investment Periode 2011-2013 (sesudah IPO)

    Tahun EBIT Penyusutan Capital Employed ROI Skor

    2011 828.563.676.603 1.086.934.746.277 17.987.735.456.618 11% 9

    2012 1.476.367.600.000 1.299.732.340.000 25.149.503.010.000 11% 9

    2013 -14.990.160.000 875.230.490.000 29.537.849.520.000 3% 3

    Rata-rata 763.313.705.534 1.087.299.192.092 24.225.029.328.873 8% 6 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

  • 14

    Tabel diatas, menjelaskan bahwa rata-rata terjadi penurunan ROI

    perusahaan setelah melakukan IPO sebesar 5% dan penurunan skor sebesar 4,5

    point. Baik periode sebelum dan sesudah IPO, laba perusahan mengalami

    fluktuatif. Laba perusahaan pada tahun 2012 sempat menembus angka 1 triliun

    lebih, namun anjlok menjadi rugi pada tahun 2013. Rugi tersebut disebabkan

    tingginya beban usaha perusahaan. Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia,

    rugi tersebut akibat pelemahan rupiah terhadap US Dollar dan faktor tingginya

    bahan bakar serta adanya investasi dalam jumlah besar dalam penambahan

    armada dan proses pengembangan citilink (merdeka.com). Meski rata-rata laba

    mengalami peningkatan setelah IPO, namun peningkatan tersebut tidak sebanding

    dengan rata-rata peningkatan capital employed yang terjadi akibat penguatan

    struktur modal perusahaan akibat IPO.

    Rasio Kas/Cash Ratio

    Cash Ratio mengukur apakah aktiva yang paling likuid perusahaan dapat

    memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Semakin tinggi rasio yang

    dihasilkan, semakin besar kemampuan tersebut. Tabel 7 dan 8 berikut,

    menampilkan Cash Ratio PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk:

    Tabel 7 Cash Ratio Periode 2008-2010 (sebelum IPO)

    Tahun Kas+Bank+SBJP* Current Liabilities Cash Ratio Skor

    2008 2.611.281.654.669 6.070.185.661.299 43% 5

    2009 1.733.491.504.933 6.347.677.546.808 27% 4

    2010 1.177.383.233.771 5.241.275.472.939 22% 3

    Rata-rata 1.840.718.797.791 5.886.379.560.349 31% 4 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Tabel 8 Cash Ratio Periode 2011-2013 (sesudah IPO)

    Tahun Kas+Bank+SBJP* Current Liabilities Cash Ratio Skor

    2011 3.783.646.333.373 5.866.977.928.724 64% 5

    2012 3.257.849.420.000 7.542.070.520.000 43% 5

  • 15

    2013 4.752.606.300.000 9.838.907.670.000 48% 5

    Rata-rata 3.931.367.351.124 7.749.318.706.241 51% 5 *SBJP : Surat Berharga Jangka Pendek

    Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Berbeda dengan dua rasio diatas, rata-rata Cash ratio menunjukkan

    peningkatan setelah IPO dilakukan. Jika sebelum IPO perusahaan memiliki rata-

    rata cash ratio sebesar 31%, setelah IPO terjadi peningkatan rata-rata sebesar

    51%. Keseluruhan tahun setelah IPO yakni periode 2011-2013 menunjukkan

    performa yang baik dengan skor tertinggi seperti yang terdapat dalam lampiran.

    Umumnya, terdapat peningkatan kewajiban lancar perusahaan sebelum dan

    setelah IPO namun hal ini dapat dipenuhi dengan juga meningkatnya kas, kas di

    bank serta surat berharga jangka pendek perusahaan.

    Rasio Lancar/Current Ratio

    Rasio ini merupakan ukuran solvabilitas jangka pendek yang paling sering

    digunakan. Semakin besar rasio ini, umumnya semakin baik pemenuhan

    kewajibannya. Berikut adalah Currenr Ratio PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk:

    Tabel 9 Current Ratio Periode 2008-2010 (sebelum IPO)

    Tahun Current Asset Current Liabilities Current Ratio Skor

    2008 4.798.916.990.731 6.070.185.661.299 79% 0

    2009 4.212.528.943.813 6.347.677.546.808 66% 0

    2010 3.897.022.328.518 5.241.275.472.939 74% 0

    Rata-rata 4.302.822.754.354 5.886.379.560.349 73% 0 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Tabel 10 Current Ratio Periode 2011-2013 (sesudah IPO)

    Tahun Current Asset Current Liabilities Current Ratio Skor

    2011 6.784.091.688.298 5.866.977.928.724 116% 4

    2012 6.365.662.180.000 7.542.070.520.000 84% 0

    2013 8.191.339.230.000 9.838.907.670.000 83% 0

    Rata-rata 7.113.697.699.433 7.749.318.706.241 92% 1 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

  • 16

    Dua tabel diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan pemenuhan

    kewajiban lancar oleh aktiva lancar perusahaan sebelum dan sesudah PT. Garuda

    Indonesia (Persero) Tbk melakukan IPO meski skor yang dihasilkan hanya 1

    point. Periode 2011-2013 terjadi peningkatan Current asset perusahaan yang

    disebabkan peningkatan pendanaan akibat IPO. Namun, peningkatan ini dibarengi

    juga dengan peningkatan kewajiban jangka pendek perusahaan yang

    menyebabkan rata-rata skor current ratio masih berada dilevel bawah. Hasil ini

    masih perlu diperhatikan lebih lanjut karena tidak semua aktiva lancar memiliki

    tingkat likuiditas yang sama untuk memenuhi kewajiban lancarnya.

    Collection Periods (CP)

    Rata-rata waktu penagihan dalam hari dapat dihitung dengan rasio ini.

    Umumnya semakin pendek hari penagihan, semakin efisien perputaran piutang

    usaha. Berikut tabel 11 dan 12 menampilkan collection periods PT. Garuda

    Indonesia (Persero) Tbk :

    Tabel 11 Collection Periods Periode 2008-2010 (sebelum IPO)

    Tahun Total Piutang Usaha Total Pendapatan Usaha CP (hari) Skor

    2008 840.629.360.925 19.400.598.097.402 16 5

    2009 1.066.610.231.730 17.860.373.610.109 33 5

    2010 1.234.741.749.307 19.534.331.480.504 23 5

    Rata-rata 1.047.327.113.987 18.931.767.729.338 20 5 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Tabel 12 Collection Periods Periode 2011-2013 (sesudah IPO)

    Tahun Total Piutang Usaha Total Pendapatan Usaha CP (hari) Skor

    2011 1.590.706.568.516 27.164.569.877.846 21 5

    2012 1.294.710.980.000 34.724.689.620.000 14 5

    2013 1.399.813.630.000 37.160.765.860.000 14 5

    Rata-rata 1.428.410.392.839 33.016.675.119.282 16 5 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

  • 17

    Keseluruhan CP dalam tabel 11 dan 12 menunjukkan performa waktu

    penagihan piutang yang baik dengan memperoleh skor tertinggi yakni 5. Meski

    penagihan piutang yang sangat rendah bisa mencerminkan gejala kebijakan kredit

    yang keras, namun perlu diingat bahwa PT. Garuda Indonesia merupakan

    maskapai penerbangan yang jenis transaksi perusahaannya memang tidak

    memerlukan jarak waktu antara piutang menjadi pendapatan yang terlalu lama.

    Perputaran Persediaan (PP)

    Perputaran persediaan adalah rasio yang menunjukkan rata-rata hari

    persediaan diubah menjadi pendapatan. Umumnya semakin kecil perputaran

    persediaan, semakin baik manajemen persedian suatu perusahaan. Dalam tabel 13

    dan 14 ditampilan perputaran persediaan PT.Garuda Indonesia (Persero) Tbk:

    Tabel 13 Perputaran Persediaan Periode 2008-2010 (sebelum IPO)

    Tahun Total Persediaan Total Pendapatan Usaha PP (hari) Skor

    2008 516.109.021.128 19.400.598.097.402 10 5

    2009 618.117.614.050 17.860.373.610.109 13 5

    2010 607.193.889.315 19.534.331.480.504 11 5

    Rata-rata 580.473.508.164 18.931.767.729.338 11 5 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Tabel 14 Perputaran Persediaan Periode 2011-2013 (sesudah IPO)

    Tahun Total Persediaan Total Pendapatan Usaha PP (hari) Skor

    2011 720.554.811.432 27.164.569.877.846 10 5

    2012 834.438.770.000 34.724.689.620.000 9 5

    2013 903.284.570.000 37.160.765.860.000 9 5

    Rata-rata 819.426.050.477 33.016.675.119.282 9 5 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Sama halnya dengan rasio sebelumnya, keseluruhan dalam periode

    sebelum dan sesudah IPO, rasio PP juga menunjukkan skor yang maksimal yang

    artinya perusahaan memiliki tingkat perputaran persediaan yang baik. Hal ini

    dikarenakan persediaan yang dimiliki PT.Garuda Indonesia (Persero) Tbk terdiri

  • 18

    dari suku cadang, jasa boga, dokumen tiket dan lainnya yang memang tidak

    membutuhkan waktu lama untuk dipakai dalam kegiatan penerbangan sehingga

    dengan cepat dapat menjadi pendapatan usaha.

    Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO)

    Keefektifan perusahaan dalam mempergunakan capital employed-nya

    untuk menghasilkan pendapatan diukur menggunakan rasio ini. Semakin besar

    hasil rasio ini, semakin baik perusahaan memanfaatkan aktiva dikurangi aktiva

    tetap yang dimilikinya. Dalam Tabel 15 dan 16 dibawah ini disajikan Total Asset

    Turn Over PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk :

    Tabel 15 Total Asset Turn Over Periode 2008-2010 (sebelum IPO)

    Tahun Total Pendapatan Capital Employed TATO Skor

    2008 19.521.389.007.834 12.996.734.378.181 150% 5

    2009 18.427.861.173.831 14.152.673.098.531 130% 5

    2010 19.957.056.788.943 13.575.237.689.007 147% 5

    Rata-rata 19.302.102.323.536 13.574.881.721.906 142% 5 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Tabel 16 Total Asset Turn Over Periode 2011-2013 (sesudah IPO)

    Tahun Total Pendapatan Capital Employed TATO Skor

    2011 27.426.845.778.098 17.987.735.456.618 152% 5

    2012 35.559.128.390.000 25.149.503.010.000 141% 5

    2013 37.307.242.370.000 29.537.849.520.000 126% 5

    Rata-rata 33.431.072.179.366 24.225.029.328.873 138% 5 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Dalam tabel 15 dan 16 ditampilkan bahwa keseluruhan skor TATO baik

    sesudah maupun sebelum melakukan IPO memiliki skor tertinggi. Secara umum,

    total pendapatan dan capital employed perusahan mengalami peningkatan dari

    tahun ke tahun. Peningkatan capital employed seperti yang dijelaskan

    sebelumnya, diakibatkan penambahan pendanaan perusahaan setelah IPO yang

    juga diikuti oleh peningkatan pendapatan baik dari usaha maupun pendapatan non

    usaha. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan capital

  • 19

    employed untuk menghasilkan pendapatan. Namun, perlu diingat bahwa

    pendapatan yang tinggi harus disertai dengan beban yang terkontrol agar laba

    yang dihasilkan memuaskan.

    Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset (TMS terhadap TA)

    Rasio ini menunjukkan semakin besar TMS terhadap TA yang dihasilkan,

    semakin baik perusahaan memanfaatkan asetnya. Semakin besar TMS terhadap

    TA yang dihasilkan, semakin baik rasio ini diterapkan perusahaan. Dalam tabel 17

    dan 18 berikut ditampilkan TMS terhadap TA PT. Garuda Indonesia (Persero)

    Tbk:

    Tabel 17 TMS terhadap TA Periode 2008-2010 (sebelum IPO)

    Tahun Total Modal Sendiri Total Aset TMS thd TA Skor

    2008 254.629.282.616 13.070.061.170.973 2% 4

    2009 3.214.070.614.401 14.802.423.237.228 22% 7,25

    2010 3.457.261.695.881 13.666.017.921.179 25% 7,25

    Rata-rata 2.308.653.864.299 13.846.167.443.127 17% 6 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Tabel 18 TMS terhadap TA Periode 2011-2013 (sesudah IPO)

    Tahun Total Modal Sendiri Total Aset TMS thd TA Skor

    2011 7.547.133.513.840 18.009.967.083.110 42% 9

    2012 11.149.600.780.000 25.179.977.660.000 44% 9

    2013 11.171.481.170.000 29.537.849.520.000 38% 10

    Rata-rata 9.956.071.821.280 24.242.598.087.703 41% 9 Sumber : Laporan Keuangan PT.Garuda Indonesia (data diolah)

    Tabel diatas menunjukkan terjadi perbaikan TMS terhadap TA setelah

    PT.Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan IPO. Skor rata-rata sesudah IPO

    mengalami peningkatan sebesar 3 point jika dibandingkan sebelum IPO, bahkan

    pada tahun 2013 skor TMS terhadap TA memiliki skor tertinggi yakni 10 point.

    Secara umum, dalam periode 2008-2013 terjadi peningkatan modal sendiri dan

  • 20

    total aset yang dimiliki perusahaan. Skor yang meningkat ini membuktikan bahwa

    perusahaan mengalami perbaikan dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya.

    Perbandingan Tingkat Kesehatan antara Sebelum dan Sesudah IPO Periode

    2008-2013

    Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor

    KEP-100/MBU/2002 telah mengatur mengenai Penilaian Tingkat Kesehatan

    Badan Usaha Milik Negara. PT.Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai salah

    satu BUMN Non Infrastruktur memiliki bobot point hingga 70 agar dikatakan

    Sehat kategori AAA (seperti yang terdapat dalam tabel 1 dan 2). Setelah

    melakukan analisis hasil dari perhitungan kinerja keuangan, hasil skor dari

    masing-masing rasio dijumlah untuk kemudian ditentukan tingkat kesehatan PT.

    Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Berikut dalam Tabel 19 ditampilkan skor

    masing-masing rasio dan tingkat kesehatan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk

    sebelum dan sesudah IPO :

    Tabel 19 Total skor rasio keuangan dan tingkat kesehatan

    (sebelum dan sesudah IPO)

    Rasio

    Sebelum IPO Sesudah IPO

    2008 2009 2010 Rata-

    rata 2011 2012 2013

    Rata-

    rata

    ROE 20 20 12 20 14 14 2 10

    ROI 6 13,5 10,5 10,5 9 9 3 6

    Cash ratio 5 4 3 4 5 5 5 5

    Current ratio 0 0 0 0 4 0 0 1

    CP 5 5 5 5 5 5 5 5

    PP 5 5 5 5 5 5 5 5

    TATO 5 5 5 5 5 5 5 5

    RMS thd TA 4 7,25 7,25 6 9 9 10 9

    Total 50 59,75 47,75 55,5 56 52 35 46

    Tingkat Kesehatan A AA A A A A BBB A Sumber: KEP-100/MBU/2002(data diolah)

    Dari tabel 19 diatas, secara umum tingkat kesehatan PT.Garuda Indonesia

    (Persero) Tbk rata-rata sebelum dan sesudah melakukan IPO tetap berada dalam

  • 21

    tingkat Sehat dengan kategori A. Namun jika dilihat dari total skor kedelapan

    rasio, tingkat kesehatan rata-rata sesudah IPO mengalami penurunan 9,5 point dari

    sebelumnya 55,5 point menjadi 46 point. Rasio CP dan PP PT.Garuda Indonesia

    (Persero) Tbk berada dalam skor tertinggi yakni 5 point karena sesuai dengan

    jenis usaha perusahaan yang tidak membutuhkan waktu lama dalam perputaran

    piutang dan persediaan untuk menjadi pendapatan usaha.

    Rasio TATO juga mendapat 5 point yang merupakan skor tertinggi karena

    kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan, baik pendapatan usaha

    maupun non usaha dari capital employed yang dimilikinya. Namun, pendapatan

    yang tinggi tersebut tidak dibarengi dengan manajemen beban yang efektif

    sehingga rasio ROE dan ROI yang menggunakan laba sebagai salah satu

    indikatornya mengalami fluktuasi yang cenderung menurun dari tahun ke tahun.

    Tingkat kesehatan PT.Garuda Indonesia (Persero) Tbk berada pada titik terendah

    pada tahun 2013 dengan kategori BBB. Hal ini disebabkan menurunnya kinerja

    keuangan dilihat dari rasio ROE dan ROI yang hanya mendapat 2 dan 3 point

    yang disebabkan tingginya beban perusahaan.

    Penurunan 9,5 point sesudah PT.Garuda Indonesia (Persero) Tbk

    melakukan IPO ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Wei et al

    (2003) yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan IPO mengalami

    penurunan keuntungan. PT.Garuda Indonesia (Persero) Tbk meski memperoleh

    peningkatan pendanaan setelah IPO tahun 2011, tak membuat peningkatan

    tersebut dibarengi dengan peningkatan kinerja perusahaan.

    KESIMPULAN DAN SARAN

  • 22

    Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata kinerja keuangan

    PT.Garuda Indonesia (Persero) Tbk antara sebelum dan sesudah IPO periode

    2008-2013 mengalami penurunan meski tetap berada dalam tingkat Sehat dengan

    kategori A. Rasio Current Periods, Perputaran Pesediaan dan Total Asset Turn

    Over tidak mengalami perubahan sebelum dan sesudah IPO karena tetap berada

    pada posisi tertinggi selama periode 2008-2013. Berbeda dengan ketiga rasio

    diatas, Cash ratio,current ratio dan TMS terhadap TA rata-rata mengalami

    peningkatan setelah IPO. Sedangkan rasio ROE dan ROI rata-rata mengalami

    penurunan setelah IPO karena kemampuan menghasilkan laba menurun yang

    merupakan salah satu indikator kedua rasio tersebut. Penurunan tingkat kesehatan

    PT.Garuda Indonesia (Persero) Tbk terjadi karena rasio ROE dan ROI merupakan

    rasio dengan skor terbesar untuk penilaian kesehatan mengalami penurunan meski

    rasio lainnya tetap bahkan mengalami peningkatan.

    Saran bagi penelitian selanjutnya adalah penambahan penggunaan aspek

    operasional dan aspek administrasi untuk menilai tingkat kesehatan BUMN sesuai

    dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia

    Nomor KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha

    Milik Negara.

    DAFTAR PUSTAKA

    Astuti, Dina Dwi. 2014. Analisis Initial Public Offering PT. Garuda Indonesia

    Tbk Ditinjau Dari Kinerja Keuangan dan Harga Saham. Thesis tidak

    diterbitkan. Bogor:Institut Pertanian Bogor.

    Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston, 2009. Dasar-dasar Manajemen

    Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto.

    Jakarta: Salemba Empat.

  • 23

    Fahmi, Irham. 2006. Analisis Investasi dalam Perspektif Ekonomi dan Politik.

    Bandung: PT.Refika Aditama.

    Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: Alfabeta.

    Horne, et al. 2009. Fundamental of Financial Management. Alih Bahasa Dewi

    Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan.

    Edisi 12. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

    Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan . Edisi 2007.

    Penerbit : Salemba Empat . Jakarta

    Kamaludin dan Rini Indriani, 2012. Manajemen Keuangan Konsep Dasar dan

    Penerapannya Edisi Revisi, Penerbit CV. Mandar, Bandung.

    Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor KEP-

    100/MBU/2002

    Kusumawati, dkk. 2014. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan

    Sesudah Initial Public Offering (IPO) Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

    Administrasi Bisnis, Vol.8 No. 2, Maret

    Manalu, S., 2002, Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Sebelum

    dan Sesudah Go Publik , Tesis tidak diterbitkan, Semarang: Universitas

    Diponegoro

    Mardiyanto, Handono. 2009. Intisari Manajemen Keuangan: Teori, Soal dan

    Jawaban. Jakarta: Grasindo

    Ritter, Jay R. 1998. The Long Run Performance of Initial Public Offerings, The

    Journal of Finance, Vol.XLVI, No. 1, March.

    Sjahrial, Darmawan. 2012. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra

    Wacana Media.

    Soemarso. 2004. Akuntansi sebagai pengantar. Jakarta : Salemba Empat

    Sudana, I made. 2009. Manajemen Keuangan: Teori dan Praktek. Surabaya:

    Airlangga University Press

    Wei, Z., Varela, O., DSouza, J., Hasan, MK., 2003, The Financial and

    Operating Performance of Chinas Newly Privatized Firms, Financial

    Management, Vol. XXXII, No. 2, Summer, pp. 107-126

    ______________________ 2009. Eksposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi

    Keuangan: Penyajian Laporan Keuangan.

  • 24

    LAMPIRAN

    Tabel 1 Daftar skor penilaian ROE

    ROE (%) Skor

    15 < ROE 20

    13 < ROE

  • 25

    Sumber: KEP-100/MBU/2002

    Tabel 6 Daftar skor penilaian Perputaran Persediaan (PP)

    PP = x (hari) Perbaikan = x (hari) Skor

    x