Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA SURABAYA
TAHUN 2015-2019
Elizabet Tabita Kastilia, SE
Dyah Palupi, SE., MMSI
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, Depok 16424
ABSTRAK
Pengelolaan keuangan daerah secara mandiri memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap nasib suatu daerah karena kepala daerah yang mengetahui kebutuhan dan potensi
daerah masing – masing sehingga pengelolaan keuangan dapat menentukan tingkat
perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Pemberian hak otonomi daerah kepada kepala daerah
untuk menentukan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) mempertegas semakin
diperlukannya pengelolaan keuangan yang baik dan benar maka perlu adanya pengukuran
kinerja keuangan di suatu daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja keuangan pada Kota Surabaya Tahun 2015-
2019. Objek dari penulisan ini yaitu Kota Surabaya. Penulisan ini menggunakan Rasio Derajat
Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD, Rasio
Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio Keserasian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja keuangan Kota Surabaya sudah baik jika
dilihat dari Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, dan Rasio
Efektivitas PAD namun untuk Rasio Efisiensi Keuangan Daerah dan Rasio Keserasian perlu
ditingkatkan.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian
Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, Rasio Keserasian.
ABSTRACT
Regional financial management independently has a very big influence on the fate of an
area because regional heads who know the needs and potential of each region so that financial
management can determine the level of development and progress of a region. The granting of
regional autonomy rights to regional heads to determine the Regional Revenue Budget (APBD)
emphasizes the need for good and correct financial management, it is necessary to have financial
performance measurements in a region.
This study aims to assess the financial performance of the city of Surabaya in 2015-2019.
The object of this writing is the City of Surabaya. This writing uses the Fiscal Decentralization
Degree Ratio, Regional Financial Independence Ratio, PAD Effectiveness Ratio, Regional
Financial Efficiency Ratio, and Compatibility Ratio.
The results showed that the financial performance of the City of Surabaya was good
when seen from the Fiscal Decentralization Degree Ratio, the Regional Financial Independence
Ratio, and the PAD Effectiveness Ratio but for the Regional Financial Efficiency Ratio and the
Compatibility Ratio need to be improved.
Keywords: Financial Performance, Fiscal Decentralization Degree Ratio, Regional Financial
Independence Ratio, PAD Effectiveness Ratio, Regional Financial Efficiency Ratio,
Compatibility Ratio.
PENDAHULUAN
Pada saat ini perkembangan
akuntansi sektor publik di Indonesia
mengalami perkembangan yang pesat terkait
dengan diberikannya wewenang kepada
daerah untuk mengelola keuangan
daerahnya sendiri. Pengelolaan keuangan
daerah secara mandiri memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap nasib suatu
daerah karena kepala daerah yang
mengetahui kebutuhan dan potensi daerah
masing – masing yang pada akhirnya
pengelolaan keuangan ini dapat menentukan
tingkat perkembangan dan kemajuan suatu
daerah.
Akuntansi sektor publik merupakan
alat informasi baik bagi pemerintah sebagai
manajemen maupun alat informasi bagi
publik. Akuntansi sektor publik berkaitan
dengan tiga hal, yaitu persediaan informasi,
pengendalian manajemen dan akuntabilitas
(Mardiasmo,2009:2). Akuntansi sektor
publik tidak bertujuan untuk mencari laba
tetapi sebagai penyedia pelayanan publik
seperti layanan pendidikan, layanan
kesehatan masyarakat, penegakan hukum,
transportasi massal dan lain sebagainya.
Berdasarkan Undang – Undang
No.23 Tahun 2014, otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desentralisasi memiliki dampak positif pada
pembangunan daerah-daerah yang tertinggal
dalam suatu negara agar daerah tersebut
dapat mandiri dan secara otomatis dapat
memajukan pembangunan nasional.
Pengukuran kinerja keuangan sangat
penting untuk menilai akuntabilitas
pemerintah daerah dalam melakukan
pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas
bukan sekedar kemampuan menunjukkan
bagaimana uang publik dibelanjakan, akan
tetapi meliputi kemampuan yang
menunjukkan bahwa uang publik tersebut
telah dibelanjakan secara efisien, efektif,
dan ekonomis (Mardiasmo, 2004:182).
Pengukuran kinerja keuangan untuk menilai
tingkat keberhasilan pemerintah daerah
dalam mengelola keuangan daerahnya dapat
dilakukan dengan beberapa cara salah
satunya yaitu dengan menggunakan
perhitungan rasio-rasio keuangan. Rasio
keuangan yang dapat digunakan diantaranya
yaitu Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal,
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio
Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan
Daerah, dan Rasio Keserasian.
APBD dapat didefinisikan sebagai
rencana keuangan pemerintah daerah yang
mendeskripsikan mengenai perkiraan
pengeluaran yang sebesar-besarnya
dalam belanja kegiatan dan proyek daerah
dalam satu tahun, serta juga dapat
menggambarkan mengenai estimasi
pendapatan dan sumber pendapatan daerah
yang digunakan untuk menutupi biaya yang
dimaksud (Ramadani, 2017). APBD terdiri
atas anggaran pendapatan, anggaran belanja,
dan pembiayaaan (Dharmawati &
Irmadariyani, 2016). Pendapatan daerah
bersumber dari penerimaan pajak, retribusi,
dana transfer pusat, serta dari lain-lain
pendapatan yang sah sedangkan belanja
daerah berkaitan dengan semua pengeluaran
untuk mendanai seluruh program/kegiatan
yang berdampak langsung atau tidak
langsung terhadap pelayanan publik di
daerah.
Kota Surabaya dalam kurun waktu
lima tahun terakhir menunjukkan perubahan
yang signifikan, baik dari segi pelayanan,
penataan kota, serta pembangunan dan tidak
lepas dari faktor pemimpin daerah yang
tegas. Faktor lain yang menunjukan
perubahan dari Kota Surabaya adalah
kinerja keuangan Pemerintah Kota
Surabaya. Hal tersebut dapat dilihat dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
mengalami peningkatan sejak tahun 2014
hingga 2017 namun pada tahun 2018
mengalami sedikit penurunan. Pendapatan
Asli Daerah (PAD) tahun 2014 Kota
Surabaya mencapai angka Rp 3.307 miliar,
tahun 2015 sebesar Rp 4.035 miliar, tahun
2016 sebesar Rp 4.090 miliar, dan tahun
2017 mencapai angka Rp 5.161 miliar
sedangkan di tahun 2018 mengalami
penurunan hingga mencapai angka Rp Rp
4.973 miliar. Penyumbang terbesar dalam
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Surabaya adalah pajak daerah.
Kota Surabaya dinyatakan menjadi
pemenang sebagai kota terpopuler dalam
kategori City of Your Choice di The
Guangzhou International Award 2018
mengalahkan 14 finalis lainnya dikarenakan
keberhasilan Kota Surabaya dalam
mengelola limbah, membangun waduk dan
menanam pohon
(https://www.liputan6.com/lifestyle/read/38
02295/surabaya-raih-penghargaan-kota-
terpopuler-kalahkan-kota-di-tiongkok-dan-
argentina).
Berdasarkan penjelasan serta uraian
diatas, maka peneliti mengambil judul
mengenai “ANALISIS KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA SURABAYA TAHUN 2015-2019”
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Pada penulisan skripsi ini yang
menjadi objek penelitian adalah Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) Pendapatan dan
Belanja Daerah di Kabupaten/Kota pada
Kota Surabaya tahun anggaran 2015-2019.
Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini penulis
menggunakan data kuantitatif berupa
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota
Surabaya tahun anggaran 2015-2019
sedangkan sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu, data penelitian yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui media perantara.
.Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan:
1. Metode studi pustaka yaitu dengan
mengkaji berbagai literatur pustaka
seperti buku, jurnal, dan sumber-
sumber lainnya yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Teknik Dokumentasi yaitu data
yang dikumpulkan berupa data
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Tahun 2015-2019
Teknik Analisis
1. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
dihitung menggunakan skala interval
seperti pada tabel dan rumus berikut:
REPAD = Realisasi PAD
Anggaran PAD x100%
2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rumus dan pola hubungan yang digunakan
untuk menghitung Rasio Kemandirian
adalah:
a) Pola hubungan instruktif, di mana
peranan pemerintah pusat lebih
dominan dari pada kemandirian
pemerintah daerah (daerah yang
tidak mampu melaksanakan
otonomi daerah).
b) Pola hubungan konsultatif, yaitu
campur tangan pemerintah pusat
sudah mulai berkurang karena
daerah dianggap sedikit lebih
mampu melaksanakan otonomi
daerah.
c) Pola hubungan partisipatif,
peranan pemerintah pusat sudah
mulai berkurang, mengingat
daerah yang bersangkutan tingkat
kemandiriannya mendekati
mampu melaksanakan urusan
otonomi daerah.
d) Pola hubungan delegatif, yaitu
campur tangan pemerintah pusat
sudah tidak ada karena daerah
telah benar-benar mampu dan
mandiri dalam melaksanakan
urusan otonomi daerah.
3. Rasio Efektivitas PAD
Menurut Widodo dalam Halim dan
Kusufi (2012) untuk mengetahui rasio
efektivitas PAD, rumus yang digunakan
sebagai berikut:
RKKD = PAD
Dana Perimbangan x100%
DDF = PADt
TPDt x100%
4. Rasio Efisiensi Keuangan
Daerah
Rumus yang digunakan untuk
menghitung rasio ini adalah:
5. Rasio Keserasian
Secara sederhana, Rasio Keserasian itu
dapat diformulasikan sebagai berikut (Abdul
Halim 2007:236) :
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
Kinerja Keuangan Kota Surabaya jika
dilihat dari Rasio Derajat Desentralisasi
Fiskal dapat dikategorikan sangat baik.
Dimulai pada tahun 2015, rasio derajat
desentralisasi fiskal Kota Surabaya sebesar
56,95%. Pada tahun 2016 rasio mengalami
kenaikan sebesar 1,74% menjadi 58,69%.
Kenaikan rasio derajat desentralisasi fiskal
juga terjadi pada tahun 2017 menjadi
59,58% namun pada tahun berikutnya yaitu
tahun 2018, rasio ini mengalami sedikit
penurunan sebesar 0,68% sehingga pada
tahun tersebut rasio derajat desentralisasi
fiskal sebesar 58,90%. Pada tahun 2019,
rasio ini kembali mengalami kenaikan
menjadi 59,26%. Meskipun sempat
mengalami penurunan pada tahun 2018
namun seluruhnya dapat dikatakan
kemampuan keuangan Kota Surabaya sangat
Rasio Belanja Operasi = Total Belanja Operasi
Total Belanja Daerah x100%
REKD = Realisasi Belanja Daerah
Realisasi Pendapatan Daerah x100%
Rasio Belanja Modal = Total Belanja Modal
Total Belanja Daerah x100%
baik karena berada dalam skala interval
>50,00%.
2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
(RKKD)
Kemampuan keuangan Kota Surabaya
tergolong tinggi dan pola hubungannya
termasuk pola hubungan Delegatif dimana
campur tangan pemerintah pusat sudah tidak
ada karena daerah telah benar-benar mampu
dan mandiri dalam melaksanakan urusan
otonomi daerah. Nilai terendah pada rasio
kemandirian keuangan daerah terjadi pada
tahun 2018 dimana nilainya sebesar
216,54% dan rasio tertinggi terjadi pada
tahun 2015 yaitu sebesar 250,36%.
3. Rasio Efektivitas PAD
Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
(REPAD) Kota Surabaya pada tahun 2015
sampai dengan 2018 sangat efektif karena
berada di interval >100%, berarti
pemerintah daerah Kota Surabaya berhasil
dalam hal merealisasikan pendapatan asli
daerah. Namun pada 2019 rasio ini
mengalami penurunan yang sangat
signifikan dikarenakan pada saat penulis
melakukan penelitian ini data yang
dipublikasikan pada website resmi
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
masih bersifat sementara , data tersebut baru
dipublikasikan sampai dengan Laporan
Realisasi Anggaran Semester I per
September 2019 sehingga untuk perhitungan
pada tahun 2019 masih dapat berubah sesuai
dengan data yang akan dipublikasikan.
4. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah
Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD)
Kota Surabaya pada tahun 2015-2019
memiliki kategori yang beragam. Pada tahun
2015 dan 2017, efisiensi keuangan daerah
Kota Surabaya berada pada kondisi kurang
efisien karena berada pada interval 90-100%
sedangkan pada tahun 2016 dan 2018
kondisi keuangan daerah kota tersebut tidak
efisien karena berada pada interval >100%.
Berbeda juga dengan kondisi pada tahun
2019, Kota Surabaya memiliki keadaan
yang cukup efisien karena berada pada
interval 80-90% namun untuk perhitungan
tahun 2019 ini masih bersifat sementara
dikarenakan data yang dipublikasikan pada
website resmi Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan baru dipublikasikan
sampai dengan Laporan Realisasi Anggaran
Semester I per September 2019.
5. Rasio Keserasian
Rasio keserasian belanja operasi Kota
Surabaya pada tahun 2015-2019 memiliki
persentase yang bervariasi dimana
persentase tertinggi 74,98% dan terendah
35,40%. Pada tahun 2015 dimana rasio
keserasian belanja Kota Surabaya sebesar
72,50%, pada tahun selanjutnya yaitu 2016
mengalami peningkatan sebesar 2,48%
menjadi 74,98%. Tahun 2017 tejadi
penurunan tingkat rasio keserasian Kota
Surabaya sebesar 6,8% menjadi 68,18%,
tahun 2018 mengalami peningkatan kembali
sebesar 1,91% menjadi 70,09% dan pada
tahun terakhir 2019 kembali mengalami
penurunan sebesar 34,69% menjadi 35.40%
namun untuk perhitungan tahun 2019 ini
masih bersifat sementara dikarenakan data
yang dipublikasikan pada website resmi
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
baru dipublikasikan sampai dengan Laporan
Realisasi Anggaran Semester I per
September 2019.
Rasio keserasian belanja modal Kota
Surabaya juga memiliki persentase berbeda
disetiap tahunnya. Rasio tertinggi terdapat
pada tahun 2017 sebesar 31,82% dan
terendah pada tahun 2019 sebesar 20,96%,
namun untuk perhitungan tahun 2019 ini
masih bersifat sementara dikarenakan data
yang dipublikasikan pada website resmi
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
baru dipublikasikan sampai dengan Laporan
Realisasi Anggaran Semester I per
September 2019. Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa sisa anggaran dari
belanja operasi Kota Surabaya digunakan
untuk belanja modal, dibandingkan dengan
belanja operasi tingkat belanja modal masih
tergolong rendah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kota
Surabaya dikatergorikan sangat baik, yang
berarti pemerintah pusat telah memberikan
kewenangan dan tanggung jawab kepada
pemerintah daerah untuk menggali dan
mengelola sendiri sumber daya yang
dimiliki.
2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Kota Surabaya tergolong tinggi dan pola
hubunganya termasuk pola hubungan
Delegatif, yang berarti campur tangan
pemerintah pusat sudah tidak ada karena
daerah telah benar-benar mampu dan
mandiri dalam melaksanakan urusan
otonomi daerah.
3. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Derah
Kota Surabaya tergolong sangat efektif
kecuali pada tahun 2019 tergolong kurang
efektif dikarenakan data yang diperoleh
masih bersifat sementara sehingga hal
tersebut masih dapat berubah. Kondisi Kota
Surabaya yang sangat efektif ini
menunjukan bahwa pemerintah daerah
memiliki kemampuan yang baik dalam
merealisasikan anggarannya sesuai dengan
yang direncanakan.
4. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah Kota
Surabaya pada tahun 2015 dan 2017
tergolong kurang efektif sedangkan tahun
2016 dan 2018 tergolong tidak efektif,
namun untuk tahun 2019 tergolong cukup
efisien tetapi kondisi tahun 2019 dapat
berubah jika sudah ada pembaharuan data
pada website resmi pemerintah. Kondisi
Kota Surabaya seperti ini terjadi
dikarenakan total belanja daerah hampir
mendekati atau bahkan lebih besar dari total
pendapatan artinya pemerintah Kota
Surabaya belum bisa meminimalisir jumlah
belanjanya terhadap pendapatan daerah.
5. Rasio Keserasian Kota Surabaya terhadap
rasio belanja operasi cukup tinggi,
pengeluaran belanja operasi lebih besar dari
belanja modal. Hal ini disebabkan oleh
besarnya belanja pegawai, belanja barang
dan jasa, belanja hibah, dan belanja bantuan
keuangan. Rasio keserasian terhadap rasio
belanja modal pada Kota Surabaya cukup
rendah. Pemerintah Kota Surabaya juga
memiliki upaya untuk terus mengupayakan
pembangunan atau investasi modal jangka
panjang didaerahnya.
Saran
1. Bagi Pemerintah Daerah
a. Kinerja keuangan Kota Surabaya jika
dilihat dari Rasio Derajat
Desentralisasi Fiskal dapat
dikategorikan sangat baik.
Pemerintah Daerah harus mampu
mempertahankan penerimaan dari
potensi pendapatannya yang telah
ada. Pemerintah daerah juga dapat
melakukan peningkatan PAD dengan
cara melaksanakan secara optimal
pemungutan pajak dan retribusi
daerah serta melakukan pengawasan
dan pengendalian secara sistematis
dan berkelanjutan untuk
mengantisipasi terjadinya
penyimpangan dalam pemungutan
PAD oleh aparatur daerah.
b. Kinerja keuangan Kota Surabaya jika
dilihat dari Rasio Kemandirian
Keuangan Daerah tergolong tinggi.
Pemerintah daerah dapat
mempertahankan pendapatan asli
daerah atau dapat meningkatkannya
sehingga daerah benar-benar mampu
dan mandiri dalam melaksanakan
urusan otonomi daerah.
c. Kinerja Keuangan Kota Surabaya
jika dilihat dari Rasio Efisiensi
Keuangan Daerah tidak efisien dan
kurang efisien. Menggambarkan,
pemerintah daerah belum mampu
menghitung secara cermat besar
biaya yang dikeluarkan untuk
merealisasikan seluruh pendapatan
yang diterimanya. Maka dari itu
diharapkan pemerintah mampu
memperhitungkan biaya yang
dikeluarkan untuk merealisasikan
target penerimaan pendapatannya itu
lebih kecil daripada realisasi
pendapatan yang diterima.
d. Kepada pemerintah daerah, untuk
memperbanyak pengalokasian
belanja modal dari belanja daerah,
hal ini dimaksud supaya belanja
modal yang digunakan untuk
meningkatkan kebutuhan ekonomi
masyarakat.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan
dapat meneliti lebih lanjut pada data kinerja
keuangan agar lebih tepat berdasarkan hasil
dan teori yang mempengaruhi secara
langsung. Peneliti selanjutnya juga dapat
menambahkan variabel lain yang lebih
mendukung teori sehingga memperoleh hasil
yang lebih baik dan akurat. Selain itu juga
penelitian ini hanya dilakukan pada salah
satu kota di Propinsi Jawa Timur yaitu Kota
Surabaya. Diharapkan penelitian selanjutnya
melakukan penelitian di lingkup yang lebih
luas dari penelitian ini.
3. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat, diharapkan untuk
konsistensi membayar pajak maupun
retribusi dan semaksimal mungkin untuk
memperbaiki daerah dengan membantu
meningkatkan pendapatan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifa, Naima Khorul. 2017. Analisis Kinerja
Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah dalam Laporan Realisasi
Anggaran dan Kesesuaian Penyajian
Laporan Terhadap PSAP 02 Pada
Badan Keuangan Daerah Kabupaten
Sukoharjo Tahun Anggaran 2011-
2015 [skripsi]. Surakarta (ID):
Institut Agama Islam Negeri
Surakarta.
Assidiqi, Bahrun. (2016). Analisis Kinerja
Keuangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Klaten Tahun 2008-
2012. Jurnal Profita. Vol.5.
Desita, Putri Nia. (2015). Analisis
Kemampuan Keuangan Daerah
Dalam Mendukung Pelaksanaan
Otonomi Daerah Kota Pekanbaru
(2010-2014). Jurnal Jom FEKON.
Vol.2, No.2.
Firmansyah, Herlan, Diana Nurdiansyah.
2016. Buku Siswa Aktif dan Kreatif
Belajar Ekonomi 2 untuk SMA/MA
Kelas XI Peminatan Ilmu-Ilmu
Sosial. Jilid 2. Bandung: Grafindo
Media
Gunawan, Eddy Samuel. (2018). Analisis
Kinerja Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Kota Malang. Jurnal
PARSIMONIA. Vol.4, No.3:329-345.
Habiburrahman, Rahmah Imani. (2016).
Analisis Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kota
Bandar Lampung. Jurnal
Manajemen dan Bisnis. Vol.6,
No.2:120-134.
Hakim, Mochammad Faishal. 2018. Analisis
Kinerja Kinerja Keuangan Pada
Pemerintah Daerah Kabupaten
Sleman Tahun Anggaran 2010-2016
[skripsi]. Yogyakarta (ID):
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta.
Harahap, Heri Faisal. (2020). Analisis
Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah
Kabupaten Tapanuli Tengah. Journal
of Economics and Business.Vol.4,
No.1:34-38.
Kusumadewi, Wahidah Niken, Ventje Ilat.
(2016). Analisis Kinerja Keuangan
pada Pemerintah Kabupaten
Minahasa Utara Tahun 2012-2014.
Jurnal EMBA. Vol.04, No.01:634-
644.
Labi, Alfred. (2019). Analisis Kinerja
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Pulau Morotai Tahun
Anggaran
2013 – 2015. Jurnal Akuntansi
Bisnis dan Ekonomi. Vol.5, No.1.
Layuk, Paulus K. Allo, Cornelia D. Matani.
(2019). Analisis Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Kabupaten Pegunungan
Bintang. Jurnal Kajian Ekonomi &
Keuangan Daerah. Vol.4, No.1:33-
43.
Mailangkay, Priscilia Putri Utami, Sri
Murni, dan Paulina Van Rate.
(2020). Analisis Kinerja Keuangan
Daerah Pemerintah Kota Bitung.
Jurnal EMBA. Vol.8, No.3:278-285.
Maisyuri. (2017). Analisis Kinerja
Keuangan Daerah Pemerintah Kota
Lhokseumawe. Jurnal Visioner &
Strategis. Vol.6, No.1:53-65.
Mutiha, Arthaingan H. (2016). Analisis
Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah
Kota Bogor Tahun Anggaran 2010 -
2014. Jurnal Vokasi Indonesia.
Vol.4, No.2:105-121.
Pilat, Juddy Julian, Jenny Morasa. (2017).
Analisis Rasio Keuangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kota Manado untuk Menilai
Kinerja Keuangan Pemerintah Kota
Manado Tahun Anggaran 2011 –
2015. Jurnal Accountability. Vol.6,
No.1:45-46.
Prasetya, Gede Edy. 2005. Penyusunan dan
Analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Yogyakarta:
ANDI.
Putri, Ayu Atika. 2018. Analisis Kinerja
Keuangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) (Studi
Kasus Pada Pemerintah Daerah
Yogyakarta) Tahun 2012-2016
[skripsi]. Yogyakarta (ID): Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Widya
Wiwaha Yogyakarta.
Putriyassari, Desviana Dian. 2016. Analisis
Kinerja Pemerintah Daerah Surabaya
Berdasarkan Keuangan dan Non
Keuangan [skripsi]. Malang (ID):
Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Rachman. Ridho. 2020. Analisis Pengaruh
Kinerja Keuangan Daerah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus
di Pemerintah Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011-2018) [skripsi].
Jakarta (ID): Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rahmawati, Risna Dwi. 2016. Analisis
Kinerja Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Pada Dinas
Perekonomian dan Pariwisata
Kabupaten Tuban [skripsi]. Surabaya
(ID): Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Perbanas Surabaya.
Rajita, Cut Nyak Awalani Nur, Soraya
Lestari. (2020). Analisis Rasio
Terhadap Kinerja Keuangan Badan
Pengelolaan Keuangan Kota Banda
Aceh. Journal of Economics Science.
Vol. 6, No.1.
Rantebalik, Bonilisa, Tawakkal, Anna
Sutrisna S. (2016). Analisis Kinerja
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD)
Pemerintah Kabupaten Tana Toraja.
Jurnal Riset Akuntansi Terpadu.
Vol.9, No.2:192-206.
Raza, Hendra, Faisal Fahmi, dan Rita
Meutia. (2018). Difference Analysist
of the Autonomy of Extended
Regencies in Aceh Province
Indonesia. International Journal.
Vol.1 :53-61.
Ropa, Mega Oktavia. (2016). Analisis
Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal
EMBA. Vol.4, No.2:738-747.
Saputra, Sandy Candra, I Wayan Suwendra,
dan Fridayana Yudiaatmaja. (2016).
Analisis Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah dalam
Pengelolaan Anggaran dan
Pendapatan Belanja Daerah di
Kabupaten Jembrana Tahun 2010-
2014. E-Journal Bisma Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol.4.
Sinambela, Elizar, Kiki Rizki Ana Pohan.
(2016). Analisis Kinerja Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Pada
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis.
Vol.16, No.1.
Siregar, Amelia Oktrivina D, Ira Mariana S.
(2020). Analisis Kinerja Keuangan
Pemerintahan (Studi Kasus:
Pemerintahan Kota Depok–Jawa
Barat). Journal Image. Vol.9, No.1:1-
19.
Wahab, La Ode Abdul, Siti Rofingatun, dan
Balthazar Kreuta. Analisis
Kemampuan Keuangan Daerah
Pemerintah Kabupaten Jayapura.
Jurnal Keuda. Vol.2, No.3.
Yasrie, Arfie. (2017). Analisis Kinerja
Keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun Anggaran
2014-2016. Jurnal Riset Inspirasi
Manajemen dan Kewirausahaan.
Vol.1, No.2.
https://surabaya.go.id/id/page/0/7963/transp
aransi-pengelolaan-anggaran (diunduh April
2020)
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5412
(diunduh April 2020)
https://www.kompas.com/skola/read/2019/1
2/16/110000069/pengertian-otonomi-
daerah-dan-dasar-hukumnya?page=all
(diakses Maret 2020)
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/OTONO
MI%20DAERAH (diakses Maret 2020)
http://maksi.febulm.ac.id/index.php/info-
kampus/artikel-paper-jurnal-
akuntansi/item/44-pengertian-akuntansi-
sektor-publik-dan-tujuannya (diakses Maret
2020)
http://repository.unpas.ac.id/14353/4/BAB%
20II.pdf (diakses Maret 2020)
https://surabaya.go.id/id/page/0/8227/geogra
fi (diakses Maret 2020)
http://www.ubaya.ac.id/2014/content/intervi
ew_detail/108/Surabaya-Dan-Potensinya-
Sebagai-Kota-Wisata.html (diakses Maret
2020)
https://docplayer.info/59964104-Bab-iii-
metode-penelitian-mendapatkan-data-
dengan-tujuan-dan-kegunaan-tertentu-
penelitian-kuantitatif-dengan-pendekatan-
deskriptif.html (diakses Maret 2020)
https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-
data-primer-dan-data-sekunder (diakses
Maret 2020)
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/data
(diakses Maret 2020)
https://accounting.binus.ac.id/2015/09/22/un
sur-unsur-dalam-laporan-keuangan-
pemerintah/ (diakses Maret 2020)
http://eprints.polsri.ac.id/4814/3/BAB%20II.
pdf (diakses Maret 2020)
http://eprints.polsri.ac.id/4895/3/BAB%202.
pdf (diakses Maret 2020)