77
ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, DAN Pocillopora verrucosa YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU KELAPA, KEPULAUAN SERIBU SUDONO ISWARA SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, DAN Pocillopora verrucosa YANG DITRANSPLANTASIKAN DI

PULAU KELAPA, KEPULAUAN SERIBU

SUDONO ISWARA

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Page 2: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Analisis Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang Acropora

spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa yang

Ditransplantasikan di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2009

Sudono Iswara

C24051236

Page 3: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

RINGKASAN

Sudono Iswara. C24051236. Analisis Laju Pertumbuhan dan Kelangsugan Hidup Karang Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa yang Ditransplantasikan di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu. Dibawah bimbingan Ario Damar dan Beginer Subhan.

Penelitian mengenai transplantasi karang ini berlokasi di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Jakarta, selama enam bulan pengamatan, dimulai dari Maret 2009 hingga September 2009. Karang yang diteliti adalah karang jenis Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa. Fragmen karang dilekatkan dengan menggunakan semen kemudian diletakkan pada modul yang terbuat dari beton di kedalaman 2-5 meter. Pengamatan terhadap pertumbuhan karang dan parameter kualitas perairan dengan bantuan SCUBA dilakukan setiap dua bulan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan karang serta parameter yang mempengaruhi transplantasi karang sehingga bisa diketahui tingkat keberhasilan dari metode transplantasi karang terhadap jenis yang ditanam.

Secara umum kondisi perairan masih berada dalam kondisi cukup baik untuk pertumbuhan karang. Kisaran suhu 28-29° C, salinitas 30-32‰, kecerahan 100%, kecepatan arus 0,08-0,30 m/s, kekeruhan 1,1-1,7 NTU, nitrat 0,005-0,024 mg/l, ammonia 0,046-0,197 mg/l, ortophosphat 0,008-0,023 mg/l, dan sedimentasi 2,7123-5,8146 mg/cm2/hari.

Kegiatan transplantasi karang di lokasi ini dapat dikatakan berhasil karena tingkat kelangsungan hidup dari ketiga karang tersebut berada di atas 50%. Selama enam bulan pengamatan karang jenis Acropora spp. memilliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 78,44%, karang jenis Hydnopora rigida sebesar 74,19%, dan karang jenis Pocillopora verrucosa sebesar 61,11%. Kematian karang terbesar diakibatkan oleh meningkatnya kelimpahan makroalga yang diakibatkan oleh meningkatnya kesuburan perairan selama enam bulan pengamatan.

Selama enam bulan pengamatan, pertumbuhan absolut ukuran panjang dan tinggi karang jenis Acropora spp. masing-masing mencapai 59 mm dan 42 mm. Laju pertumbuhan panjang dan tinggi rata-rata karang jenis Acropora spp. masing-masing mencapai 19 mm/2 bulan dan 14 mm/2 bulan.

Fragmen transplantasi karang jenis Hydnopora rigida selama enam bulan mencapai 60 mm untuk pertumbuhan panjang dan 38 mm untuk pertumbuhan tinggi. Laju pertumbuhan panjang dan tinggi rata-rata karang jenis ini adalah sebesar 17mm/2 bulan untuk laju pertumbuhan panjang rata-rata dan 11 mm/2 bulan untuk laju pertumbuhan tinggi rata-rata.

Pocillopora verrucosa selama enam bulan mencapai pertumbuhan ukuran panjang dan tinggi masing-masing sebesar 41 mm dan 31 mm. Fragmen jenis Pocillopora verrucosa memiliki laju pertumbuhan panjang rata-rata sebesar 14 mm/2 bulan dan laju pertumbuhan tinggi rata-rata sebesar 10 mm/2 bulan.

Page 4: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, DAN Pocillopora verrucosa YANG DITRANSPLANTASIKAN DI

PULAU KELAPA, KEPULAUAN SERIBU

SUDONO ISWARA C24051236

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Page 5: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Analisis Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa yang Ditransplantasikan di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu

Nama Mahasiswa : Sudono Iswara

Nomor Pokok : C24051236

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Ario Damar, M.Si. Beginer Subhan, S.Pi. M.Si. NIP 19660428 199002 1 001 NIP 19800118 200501 1 003

Mengetahui :

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP 19660728 199103 1 002

Tanggal Lulus : 21 Desember 2009

Page 6: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

vi

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Bapa di Surga yang oleh karena kasih, berkat,

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini

berjudul Analisis Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang

Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa yang

Ditransplantasikan di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu; disusun berdasar

pada hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2009 hingga

September 2009, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

Terima kasih juga saya ucapkan sedalam-dalamnya kepada Dr. Ir. Ario

Damar, M.Si selaku dosen pembimbing pertama dan Beginer Subhan, S.Pi.,

M.Si. selaku pembimbing kedua serta Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.S. selaku

Komisi Pendidikan S1 yang telah banyak membantu dalam pemberian

bimbingan, masukan, dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna namun

penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai

pihak. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Bogor, Desember 2009

Penulis

Page 7: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Ir. Ario Damar, M.Si. dan Beginer Subhan, S.Pi., M.Si., masing-masing

selaku ketua dan anggota komisi pembimbing skripsi yang telah banyak

membantu memberi arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Ir. Ario Damar, M.Si. sebagai koordinator utama program transplantasi

terumbu karang di Kepulauan Seribu PKSPL-IPB yang telah mengizinkan

penulis memperoleh kesempatan dan dana dalam penelitian ini.

3. (Alm.) Dr. Ir. Unggul Aktani, M.Sc. dan Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc. selaku

pembimbing akademis selama penulis menempuh pendidikan di Manajemen

Sumberdaya Perairan.

4. Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc. sebagai dosen penguji tamu dan Dr. Ir.

Yunizar Ernawati, M.S. sebagai Komisi Pendidikan S1 MSP atas arahan dan

masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. PKSPL-IPB, CNOOC, dan Kementerian Lingkungan Hidup atas bantuan dana,

tenaga, dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini.

6. Keluargaku terkasih, Papah, Mamah di surga, Ema di surga, Ci Fitri, Dewi di

surga, Anthony, dan Yudith atas doa, cinta kasih, dukungan dan segalanya.

7. Dr. Ir. Budhi Hascaryo, M.Si., Ir. Wazir Mawardi, M.Si., Bang Iman, Tim

PKSPL-IPB lainnya, dan warga Kepulauan Seribu yang banyak membantu di

lapangan, serta Bu Anna dan Kak Budi untuk bantuannya di Laboratorium

Produktivitas Lingkungan Perairan.

8. Segenap staff Tata Usaha MSP, terutama Mba Widar atas kesabaran dan

arahannya.

9. Tim Karang (Agus, Moro, Tia, Dhila, Adil, Ketuk) dan Lamun (Andra, Nota,

Wira, Ikhsan, Mirza) atas kekompakan, kerjasama, kebersamaan, dan suka

duka selama ini.

10. MSP’42 atas segalanya. I’m lucky being part of you guys. Keep solid. Terima

kasih untuk segalanya, suka duka, kebersamaan, dukungan, dan semangat

kalian. Biar kisah kita terus berlanjut hingga selamanya.

11. Fisheries Diving Club FPIK IPB atas pendidikan selam reguler dan

bantuannya selama ini.

Page 8: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang, 29 Juli 1987 dari

pasangan Iswar Deni, S.E. M.B.A. dan (Alm.) Yanlian

Lianawati. Penulis merupakan anak pertama dari 4

bersaudara. Pendidikan formal penulis ditempuh di SD

Harapan Bangsa, Kota Modern, Tangerang (1999), SMP

Harapan Bangsa, Kota Modern, Tangerang (2002), SMA

Harapan Bangsa, Kota Modern, Tangerang (2005). Penulis

kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2005 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Setahun

kemudian penulis diterima di mayor Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan penulis berkesempatan untuk aktif

berorganisasi sebagai anggota Komisi I Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB (2007/2008); Koordinator Persekutuan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB (2007/2008);anggota Divisi Dana dan

Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (2007/2008); dan

anggota Divisi Sosial dan Lingkungan Himpunan Manajemen Sumberdaya

Perairan (2007/2008); serta beberapa kepanitiaan lainnya. Selain itu penulis

juga mengikuti beberapa seminar dan pelatihan baik dalam lingkup kampus

maupun luar kampus.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi

yang berjudul “Analisis Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Karang Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa

yang Ditransplantasikan di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu”. Penulis

dinyatakan lulus pada ujian skripsi tanggal 21 Desember 2009.

Page 9: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xiii

1. PENDAHULUAN ...................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 2 1.3. Tujuan ............................................................................ 3

2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4 2.1. Terumbu Karang .............................................................. 4 2.2. Faktor Pembatas Pertumbuhan Terumbu Karang .................. 5 2.2.1. Cahaya dan kedalaman ......................................... 5 2.2.2. Suhu ................................................................... 6 2.2.3. Salinitas .............................................................. 6 2.2.4. Sedimen .............................................................. 7 2.2.5. Sirkulasi arus dan gelombang ................................. 8 2.2.6. Nutrien (nitrat, amonia, ortophosphat) ..................... 9 2.3. Cara Makan dan Sistem Reproduksi .................................... 9 2.4. Pertumbuhan dan Bentuk Koloni Karang .............................. 11 2.5. Transplantasi Karang ......................................................... 16 2.5.1. Pengertian dan pemanfaatan transplantasi karang .................................................................. 16 2.5.2. Metode transplantasi karang .................................. 17 2.6. Karang yang Diamati ......................................................... 18 2.6.1. Acropora spp. ........................................................ 18 2.6.2. Hydnopora rigida ................................................... 19 2.6.3. Pocillopora verrucosa ............................................. 20 2.7. Penelitian Transplantasi Karang di Indonesia ......................... 21

3. METODE PENELITIAN ............................................................ 25 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 25 3.2. Alat dan Bahan ................................................................. 26 3.2.1. Fragmen karang .................................................... 26 3.2.2. Alat ...................................................................... 27 3.2.3. Bahan .................................................................. 29 3.3. Rancangan dan Konstruksi Penelitian .................................. 29 3.4. Jenis Data dan Informasi yang Diperlukan ........................... 30 3.4.1. Pengambilan dan penempatan sampel fragmen karang ................................................................. 30 3.4.2. Pengukuran pertumbuhan karang ............................ 31 3.5. Metode Analisis Data ......................................................... 31 3.5.1. Pengukuran pertumbuhan panjang dan tinggi ........... 31 3.5.2. Tingkat kelangsungan hidup .................................... 32

Page 10: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

x

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 33 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pulau Kelapa ..................... 33 4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup (survival rate/SR) Karang Hasil Transplantasi ............................................................ 38 4.3. Pertumbuhan Mutlak dan Laju Pertumbuhan Terumbu Karang ............................................................................ 43 4.3.1. Pertumbuhan mutlak .............................................. 43 4.3.2. Laju pertumbuhan ................................................. 46 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 50

5.1. Kesimpulan ..................................................................... 50 5.2. Saran ............................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 52

LAMPIRAN .................................................................................. 58

Page 11: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Beberapa penelitian transplantasi terumbu karang di Indonesia ..... 22

2. Identifikasi karang Hydnopora rigida .......................................... 26

3. Identifikasi karang Pocillopora verrucosa .................................... 27

4. Alat yang digunakan dalam proses penempatan contoh, pengamatan dan pengambilan data pertumbuhan karang .............. 27

5. Parameter lingkungan perairan yang diukur dan alat yang digunakan .............................................................................. 27

6. Bahan yang digunakan dalam penelitian transplantasi karang ....... 29

7. Data parameter fisika dan kimia lokasi transplantasi di perairan Pulau Kelapa bulan Maret 2009 sampai September 2009 .............. 33

Page 12: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Polip karang (Goreau et al. 1979) .............................................. 4

2. Siklus reproduksi seksual karang (Nybakken 1992) ..................... 10

3. Reproduksi aseksual pada hewan karang A. Pertunasan ekstratentakular, B. Pertunasan intratentakular (Suwignyo et al. 2005) ................................................................................... 11

4. Siklus karbon (Goreau et al. 1979) ............................................. 12

5. Bentuk-bentuk pertumbuhan karang berdasarkan responnya terhadap tekanan lingkungan (Supriharyono 2007) ...................... 13

6. Bentuk pertumbuhan (Life Form) karang (Castro & Huber 2007) ..................................................................................... 16

7. Beberapa jenis Acropora sp. yang ditransplantasikan di Pulau Kelapa (Dok. PKSPL-IPB 2008) .................................................. 18

8. Morfologi Hydnopora rigida (Kudus et al. 2003) ........................... 19

9. Fragmen transplantasi Hydnopora rigida (Dok. PKSPL-IPB 2009) ..................................................................................... 20

10. Morfologi Pocillopora verrucosa (Kudus et al. 2003) ..................... 21

11. Fragmen transplantasi Pocillopora verrucosa (Dok. PKSPL-IPB 2009) .................................................................................... 21

12. Peta lokasi penelitian ............................................................... 25

13. Konstruksi modul karang dan penempelan fragmen karang pada modul transplantasi (PKSPL-IPB 2009, komunikasi pribadi) .................................................................................. 29

14. Fragmen karang transplantasi (PKSPL-IPB 2009, komunikasi pribadi) .................................................................................. 30

15. Kondisi modul transplantasi karang (Dok. PKSPL-IPB 2008) .......... 30

16. Metode pengukuran contoh fragmen karang ............................... 31

17. Modul transplantasi serta penghitungan panjang dan tinggi terumbu karang (Dok. PKSPL-IPB 2008) .................................... 31

18. Tingkat kelangsungan hidup ..................................................... 38

19. Pertumbuhan mutlak fragmen jenis Acropora spp. (n0=280, nt=186), Hydnopora rigida (n0=280, nt=186), dan Pocillopora verrucosa(n0=280, nt=186) selama enam bulan (Maret 2009- September 2009) ..................................................................... 44

20. Laju pertumbuhan rata-rata panjang (Y ± SE) ............................ 47

21. Laju pertumbuhan rata-rata tinggi (Y ± SE) ................................ 47

Page 13: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Tingkat kelangsungan hidup terumbu karang jenis Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa yang ditransplantasikan .................................................................... 59

2. Jumlah dan persentase karang mati terhadap penyebab kematian terumbu karang per pengamatan ................................. 59

3. Persentase jumlah terumbu karang yang mati terhadap penyebab kematian selama enam bulan ...................................... 59

4. Proses persiapan dan pembuatan modul transplantasi .................. 60

5. Alat-alat yang digunakan ........................................................... 61

6. Perangkap sedimen .................................................................. 62

7. Kondisi pada saat pengamatan ................................................... 63

Page 14: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hewan karang ditemukan di seluruh perairan dunia, tetapi hanya di daerah

tropis terumbu karang dapat berkembang dengan baik. Terumbu terbentuk dari

endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh

organisme karang, alga berkapur dan organisme lain yang mengeluarkan

kalsium karbonat (Nybakken 1992).

Di dunia terdapat dua kelompok karang yaitu karang hermafitik dan

karang ahermafitik. Perbedaan kedua kelompok karang tersebut terdapat pada

kemampuan karang hermafitik yang bersimbiosis dengan sel tumbuhan yang

dinamakan zooxanthellae di dalam menghasilkan terumbu. Karang hermafitik

hanya ditemukan di daerah tropis sementara karang ahermafitik tersebar di

seluruh dunia (Dahuri et al. 1996).

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1992 in Supriharyono

(2007) memperkirakan luas terumbu karang yang ada di Indonesia menempati

area sebesar 75. 000 km2 dari luas perairan Indonesia, tersebar dari bagian

barat sampai ke perairan Kawasan Timur Indonesia. Diperkirakan sekitar 2/3

garis pantai Indonesia dilindungi oleh terumbu karang (Supriharyono 2007).

Saat ini kondisi terumbu karang di Indonesia cukup memprihatinkan. Terumbu

karang di bagian barat Indonesia dengan kondisi yang baik atau sangat baik

(tutupan karang lebih 50%) hanya sekitar 23%, sementara bagian timur sekitar

45% (Burke et al. 2002 in Soedharma & Subhan 2007). Menurut Estradivari et

al. (2007), secara umum terdapat sedikit kenaikan rerata penutupan karang

keras di Kepulauan Seribu dari tahun 2004 (32,9%) ke 2005 (33,2%).

Di Indonesia aktivitas-aktivitas berupa pembangunan di wilayah pesisir

dewasa ini, seperti pertanian, pengerukan pantai, penangkapan ikan dengan

racun dan bahan peledak, dan lainnya, didukung peristiwa-peristiwa alam,

seperti badai, gempa bumi, kenaikan suhu (El Nino), telah menyebabkan

semakin meluasnya kerusakan ekosistem terumbu karang.

Untuk mengurangi kerusakan terumbu karang selain dilakukan secara

alami, juga dapat dilakukan melalui metode rehabilitasi. Soedharma dan

Subhan (2007) menyatakan bahwa banyak metode rehabilitasi yang telah

dilakukan untuk memperbaiki kondisi terumbu karang Indonesia, seperti

rockpile, biorock, ecoreef, reefball, dan transplantasi karang. Pada saat ini

metode yang cukup banyak dilakukan adalah metode transplantasi karang.

Page 15: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

2

Transplantasi karang merupakan suatu teknik penanaman karang baru

dengan metode fragmentasi, dimana benih karang diambil dari suatu induk

koloni tertentu (Soedharma & Arafat 2007). Transplantasi karang berperan

sebagai katalis untuk pemulihan dengan meningkatkan tutupan koral hidup dan

kompleksitas topografi pada terumbu karang (Sabater & Yap 2002). Salah satu

kegunaan transplantasi karang yang cukup penting adalah dapat menambah

karang dewasa ke dalam suatu populasi, sehingga dapat meningkatkan produksi

larva di ekosistem terumbu karang yang rusak (Coremap 2006).

Transplantasi karang saat ini masih dalam tahap pengkajian baik dilihat

pada aspek ekologi maupun aspek ekonominya. Beberapa negara maju seperti

Amerika Serikat dan Australia dan negara-negara ASEAN seperti Filipina,

Singapura, termasuk juga Indonesia telah melakukan kegiatan transplantasi

karang untuk beberapa tujuan, diantaranya untuk rehabilitasi, penyelamatan

spesies, pengembangan wisata bahari, dan memenuhi kebutuhan pasar akan

karang hias (Ikawati et al. 2001).

1.2. Rumusan Masalah

Hampir semua pulau di Kepulauan Seribu memiliki paparan pulau karang

atau reef flat yang luas hingga 20 kali lebih luas dari pulau yang bersangkutan

dengan kedalaman bervariasi dari 50 cm pada pasang terendah hingga 1 m

pada jarak 60 m hingga 80 m dari garis pantai. Dasar rataan karang

merupakan variasi antara pasir, karang api, sampai karang batu hidup. Pada

dasar laut, tepi rataan karang sering diikuti oleh daerah tubir dengan

kemiringan curam, sehingga mencapai 70° mencapai dasar laut dengan

kedalaman bervariasi dari 10 m hingga 75 m (Noor 2003).

Burke et al. 2002 in Estradivari et al. 2007 menyatakan setidaknya 85%

terumbu karang Indonesia dinyatakan memiliki kerusakan yang sangat tinggi

terutama karena aktivitas manusia. Menurut Estradivari et al. (2007), kondisi

terumbu karang Kepulauan Seribu sangat memprihatinkan, terutama di pulau-

pulau yang berdekatan dengan Jakarta (tutupan karang keras < 5%). Di

Kepulauan Seribu berbagai ancaman menghampiri terumbu karang setiap

harinya, diantaranya penangkapan berlebih dan merusak, polusi air laut,

sampah, penambangan karang dan pasir, sedimentasi, serta pembangunan

pesisir.

Terlepas dari seluruh aktivitas masyarakat yang dapat merusak

sumberdaya alam, terumbu karang sebenarnya sudah memiliki ancaman

kerusakan. Ancaman ini datang secara alami, musim barat yang ditandai oleh

Page 16: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

3

ombak dan arus kencang menjadi pemicu kehancuran karang besar menjadi

patahan. Peningkatan suhu permukaan air laut selama beberapa bulan seperti

yang pernah terjadi pada tahun 1983 dan 1998 juga mengakibatkan degradasi

karang secara besar-besaran (Brown & Suharsono 1990; Warwick et al. 2000;

in Estradivari et al. 2007).

Terjadinya degradasi kondisi terumbu karang di sekitar Pulau Kelapa,

Kepulauan Seribu, yang diakibatkan oleh penggalian pasir laut untuk keperluan

pembangunan resort di pulau-pulau sekitar Pulau Kelapa, menyebabkan

perlunya dilakukan kegiatan transplantasi karang di lokasi tersebut. Kegiatan

tersebut bertujuan untuk memperbaiki kondisi terumbu karang di sekitar Pulau

Kelapa.

1.3. Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui laju

pertumbuhan karang serta parameter yang mempengaruhi transplantasi karang

jenis Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa di Pulau

Kelapa, Kepulauan Seribu, sehingga bisa diketahui tingkat keberhasilan dari

metode transplantasi karang terhadap jenis yang ditanam. Hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat digunakan dan membantu berbagai pihak untuk kegiatan

rehabilitasi terumbu karang.

Page 17: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terumbu Karang

Terumbu karang (coral reefs) merupakan kumpulan masyarakat

(binatang) karang (reef corals), yang hidup di dasar perairan, yang berupa

batuan kapur (CaCO3), dan mempunyai kemampuan yang cukup kuat untuk

menahan gaya gelombang laut (Supriharyono 2007). Terumbu karang

merupakan ekosistem yang terdapat khas di daerah tropis. Meskipun terumbu

karang ditemukan di seluruh perairan dunia, tetapi hanya di daerah tropis

terumbu karang berkembang dengan baik. Terumbu terbentuk dari endapan-

endapan masif terutama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisme

karang (filum Scnederia, klas Anthozoa, ordo Madreporaria Scleractinia), alga

berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat

(Nybakken 1988 in Dahuri et al. 1996).

Gambar 1. Polip karang. (Goreau et al. 1979)

Di dunia terdapat dua kelompok karang, yaitu karang hermatifik dan

karang ahermatifik. Perbedaan kedua kelompok karang ini terletak pada

kemampuan karang hermatifik di dalam menghasilkan terumbu. Kemampuan

menghasilkan terumbu ini disebabkan oleh adanya sel-sel tumbuhan yang yang

bersimbiosis di dalam jaringan karang hermatifik. Sel-sel tumbuhan ini

dinamakan zooxanthellae. Zooxanthellae hidup di jaringan-jaringan polip

karang dan menghasilkan fotosintesa. Hasil samping dari aktivitas fotosintesa

tersebut adalah endapan kalsium karbonat, yang struktur dan bentuk

bangunannya khas. Ciri ini akhirnya dipakai untuk menentukan jenis atau

Page 18: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

5

spesies karang. Karang-karang hermatifik hanya ditemukan di daerah tropis

sedangkan karang ahermatifik tersebar di seluruh dunia (Dahuri et al. 1996;

Supriharyono 2007).

Karang batu berhutang kepada simbiosis mereka dengan alga

dinoflagellata dari genus Symbiodinium (zooxanthellae), yakni Symbiodinium

microadriaticum (Barnes & Hughes 1999), sebagai pembangun terumbu karang.

Alga ini hidup pada jaringan karang dengan kepadatan sangat tinggi (lebih dari

106/cm2) dan menyediakan hingga 90% nutrisi karang (Muscatine & Porter 1977

in Berkelmans & van Oppen 2006).

2.2. Faktor Pembatas Pertumbuhan Terumbu Karang

Keanekaragaman, penyebaran dan pertumbuhan hermatypic karang

tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada kenyataannya tidak

selalu tetap, akan tetapi seringkali berubah karena adanya gangguan, baik yang

berasal dari alam atau aktivitas manusia. Gangguan dapat berupa faktor fisik-

kimia dan biologis. Faktor-faktor fisik-kimia yang diketahui dapat

mempengaruhi kehidupan dan/atau laju pertumbuhan karang, antara lain

adalah cahaya matahari, suhu, salinitas, dan sedimen. Sedangkan faktor

biologis, biasanya berupa predator atau pemangsanya (Supriharyono 2007).

2.2.1. Cahaya dan kedalaman

Mengingat binatang karang (hermatypic atau reef-building corals)

hidupnya bersimbiose dengan zooxanthellae yang melakukan proses

fotosintesis, maka pengaruh cahaya (illumination) adalah penting sekali.

Menurut Kanwisher and Wainwright (1967) in Supriharyono (2007) titik

kompensasi binatang karang terhadap cahaya adalah pada intensitas cahaya

antara 200-700 f.c. (atau umumnya terletak antara 300-500 f.c.). Sedangkan

intensitas cahaya secara umum di permukaan laut 2. 500-5. 000 f.c. Mengingat

kebutuhan tersebut maka binatang karang umumnya tersebar di daerah tropis

(Supriharyono 2007).

Berkaitan dengan pengaruh cahaya terhadap karang, maka faktor

kedalaman juga membatasi kehidupan binatang karang. Pada perairan yang

jernih memungkinkan penetrasi cahaya bisa sampai pada lapisan yang sangat

dalam, sehingga binatang karang juga dapat hidup pada perairan yang cukup

dalam. Namun secara umum karang tumbuh baik pada kedalaman kurang dari

20 meter (Kinsman 1964 in Supriharyono 2007). Distribusi vertikal terumbu

karang hanya mencapai kedalaman efektif sekitar 10 meter dari permukaan

Page 19: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

6

laut. Hal ini disebabkan karena kebutuhan sinar matahari masih dapat

terpenuhi pada kedalaman tersebut (Dahuri et al. 1996).

Titik kompensasi bagi karang pada kedalaman dengan intensitas cahaya

sekitar 15%-20% dari intensitas permukaan yang menyebabkan pertumbuhan

karang sangat berkurang. Hal ini disebabkan oleh karena laju produksi primer

sama dengan respirasi karang (Dahuri 2003).

Kecerahan perairan Kepulauan Seribu sendiri berkisar antara 3-8 meter.

Nilai kekeruhan Kepulauan Seribu bekisar 0,5-1,1 NTU (Dinas Perikanan DKI

Jakarta & FPIK IPB 1997 in Mihardja & Pranowo 2001).

2.2.2. Suhu

Suhu air merupakan faktor penting yang menentukan kehidupan karang.

Suhu yang baik untuk pertumbuhan karang adalah berkisar antara 25-29 °C

(Wells 1954 in Supriharyono 2007), dengan batas minimum dan maksimum

suhu berkisar antara 16-17 °C dan sekitar 36 °C (Kinsman 1964 in

Supriharyono 2007). Berkaitan dengan kisaran suhu optimum untuk

pertumbuhan karang tersebut, maka layak apabila terumbu karang umumnya

tumbuh di daerah tropis (Supriharyono 2007).

Perkembangan mengenai pengaruh suhu terhadap binatang karang, lebih

lanjut dilaporkan bahwa suhu yang mematikan binatang karang bukan suhu

yang ekstrim, yaitu suhu minimum atau maksimum saja, namun lebih karena

perbedaan perubahan suhu secara mendadak dari suhu alami (ambient level)

(Supriharyono 2007). Menurut Coles & Jokiel (1978) dan Neudecker (1981) in

Supriharyono (2007) perubahan suhu secara mendadak sekitar 4-6 °C di bawah

atau di atas ambient level dapat mengurangi pertumbuhan karang bahkan

mematikannya.

2.2.3. Salinitas

Salinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar 35‰, dan

binatang karang hidup subur pada kisaran salinitas sekitar 34-36‰ (Kinsman

1964 in Supriharyono 2007). Pengaruh salinitas terhadap kehidupan binatang

karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat

dan/atau pengaruh alam, seperti run-off, badai, dan hujan. Sehingga kisaran

salinitas bisa sampai dari 17,5-52,5‰ (Vaughan 1919; Wells 1932; in

Supriharyono 2007).

Umumnya, terumbu karang tumbuh dengan baik di sekitar areal pesisir

pada salinitas 30-35‰. Meskipun terumbu karang mampu bertahan pada

Page 20: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

7

salinitas di luar kisaran tersebut, namun pertumbuhannya kurang baik

dibandingkan pada salinitas normal (Dahuri et al. 1996).

Daya tahan terhadap salinitas setiap jenis karang tidak sama. Sebagai

contoh Kinsman (1964) in Supriharyono (2007) mendapatkan bahwa Acropora

dapat bertahan pada salinitas 40‰ hanya beberapa jam di West Indiesm

sedangkan Porites dapat bertahan dengan salinitas 48‰.

2.2.4. Sedimen

Pengembangan di daerah pantai dan aktivitas-aktivitas manusia lainnya,

seperti pengerukan, pertambangan, pengeboran minyak, dan pembukaan

hutan, aktivitas pertanian, dapat membebaskan sedimen (terrigenous

sediments) ke perairan pantai atau ke daerah terumbu karang. Laju

sedimentasi biasanya bervariasi dari rendah ke tinggi, tergantung besar kecilnya

dan kontinuitas aktivitas serta musim. Suatu daerah yang tidak banyak

menerima limpahan sedimen dari sungai, seperti di daerah kepulauan, laju

sedimentasinya cenderung rendah, terkecuali ada aktivitas yang merangsang

terbentuknya sedimen, seperti pengerukan, pengeboman dan sebagainya.

Namun, apabila perairan karang tersebut lokasinya berdekatan dengan muara

sungai, yang pengelolaan lahan di atasnya buruk biasanya laju sedimentasinya

tinggi, terutama ketika musim penghujan (Supriharyono 2007).

Ada pula sedimen lain yang dikenal dengan carbonate sediment, yaitu

sedimen yang berasal dari erosi karang-karang, baik secara fisik ataupun

biologis (bioerosion). Bioerosi biasanya dilakukan oleh hewan-hewan laut,

seperti bulu babi, ikan, bintang laut, dan sebagainya (Supriharyono 2007).

Pengaruh sedimen terhadap pertumbuhan binatang karang dapat secara

langsung maupun tidak langsung. Sedimen dapat langsung mematikan karang,

yaitu apabila sedimen tersebut ukurannya cukup besar atau banyak sehingga

menutupi polip (mulut) karang (Hubbard & Pocock 1972; Bak & Elgershuizen

1976; Bak 1978; in Supriharyono 2007). Pengaruh tidak langsung adalah

melalui turunnya penetrasi cahaya matahari yang penting untuk fotosintesis

alga symbiot karang, yaitu zooxanthellae, dan banyaknya energi yang

dikeluarkan oleh binatang karang untuk menghalau sedimen tersebut, yang

berakibat turunnya laju pertumbuhan karang (Pastorok & Bilyard 1985;

Supriharyono 1986; in Supriharyono 2007). Perairan yang sedimentasinya

tinggi atau keruh, keanekaragaman karang dan tutupan karang hidup (living

coral cover) cenderung rendah (Supriharyono 2007).

Page 21: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

8

Kemampuan karang dalam menangkal pengaruh sedimen berkaitan

dengan ukuran fisik (diameter) hewan karang. Semakin besar ukurannya,

semakin kecil peluang partikel sedimen menutupinya. Selain itu, sedimen yang

kaya akan unsur hara akan menyebabkan peningkatan kesuburan di perairan

sekitar terumbu karang dan mempercepat laju pertumbuhan makroalga.

Biomassa makroalga yang besar dapat menutupi karang sehingga memiliki efek

seperti halnya penutupan karang oleh partikel sedimen yang besar (Rachmawati

2001).

Rachmawati (2001) menggolongkan laju sedimentasi kedalam tiga

kategori, yaitu kecil, bila laju kurang dari 10 mg/cm2/hari, memberikan dampak

dalam penurunan regenerasi, kelimpahan, dan keragaman spesies. Termasuk

kedalam kategori sedang bila laju sedimentasi 10-50 mg/cm2/hari, dapat

dianggap berbahaya karena terjadi proses destruktif secara besar-besaran. Bila

laju telah melebihi 50 mg/cm2/hari dapat menimbulkan kematian komunitas

karang dan kerusakan terumbu karang.

Sedimentasi yang tinggi akan menyebabkan karang bekerja keras untuk

membersihkan diri dari sedimen yang jatuh melekat pada karang. Untuk

membersihkan diri karang akan mengeluarkan mukus secara terus menerus.

Akibatnya karang tersebut harus mengeluarkan energi untuk membersihkan

diri. Apabila kecepatan sedimentasi lebih tinggi daripada kemampuan karang

membersihkan diri akhirnya karang akan mati (LIPI 2008).

2.2.5. Sirkulasi arus dan gelombang

Arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang dalam hal menyuplai

makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan dalam proses pembersihan

dari endapan-endapan material dan menyuplai oksigen yang berasal dari laut

lepas. Oleh karena itu, sirkulasi arus sangat berperan penting dalam proses

transfer energi (Dahuri 2003). Arus berperan dalam pemindahan nutrien, larva,

dan sedimen. Karenanya kecepatan arus dan turbulensi memiliki pengaruh

terhadap morfologi dan komposisi taksonomi ekosistem terumbu karang

(Rachmawati 2001).

Rachmawati (2001) menyatakan bahwa gelombang yang cukup kuat akan

menghalangi pengendapan sedimen pada koloni karang. Struktur terumbu

karang yang masif, cukup kuat menahan gelombang yang besar. Pada daerah

yang terkena gelombang yang cukup kuat, bagian ujung sebelah luar terumbu

akan membentuk karang masif atau bentuk bercabang dengan cabang yang

sangat tebal dan ujung yang datar. Sebaliknya pada perairan yang lebih

Page 22: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

9

tenang, akan terbentuk koloni yang berbentuk memanjang dan bercabang

dengan cabang yang lebih ramping.

2.2.6. Nutrien (nitrat, amonia, ortofosfat)

Nitrat (NO3) merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan

merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga dan dapat

dimanfaatkan secara langsung (Effendi 2003).

Amonia (NH3) merupakan salah satu bentuk nitrogen anorganik pada

suatu perairan. Amonia merupakan salah satu senyawa kimia yang bersifat

racun bagi biota perairan jika jumlahnya berlebihan di perairan. Kadar amonia

yang tinggi bisa menjadi indikasi adanya pencemaran bahan organik Sumber

amonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan

nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari

dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh

mikroba dan jamur. Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas

metabolisme juga banyak mengeluarkan amonia. Sumber amonia yang lain

adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer,

limbah industri, dan domestik. Amonia dan garam-garamnya bersifat mudah

larut dalam air. avertebrata air lebih toleran terhadap toksisitas amonia dari

pada ikan (Effendi 2003).

Fosfor merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan

alga, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan alga

akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Ortofosfat

merupakan salah satu bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung

oleh tumbuhan akuatik. Keberadaan fosfor secara berlebihan yang disertai

dengan keberadaan nitrogen di perairan dapat menstimulir ledakan

pertumbuhan alga di perairan (Effendi 2003).

2.3. Cara Makan dan Sistem Reproduksi

Zooxanthellae melakukan fotosintesis dan memberikan material organik

yang mereka buat kepada karang inangnya. Jadi, zooxanthellae memberi

makan karang dari dalam. Banyak karang mampu bertahan hidup dan

bertumbuh tanpa makan, selama zooxanthellae memiliki cukup cahaya matahari

untuk berfotosintesis (Castro & Huber 2007).

Meskipun karang mendapat banyak nutrisi mereka dari zooxanthellae,

kebanyakan makan ketika memiliki kesempatan. Karang juga dapat

menangkap zooplankton dengan menggunakan tentakel atau jaring mukus,

Page 23: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

10

mencerna materi organik di luar tubuh dengan menggunakan filamen

mesentrial, atau menyerap material organik terlarut (dissolved organic matter/

DOM) dari perairan (Castro & Huber 2007).

Binatang karang berkembangbiak secara aseksual dan seksual. Secara

seksual atau kawin dilakukan melalui pemijahan atau pertemuan antara

ovarium dan testes. Berkaitan dengan sel kelaminnya, karang mungkin

hermaphrodite, dimana ovarium dan testes berada dalam satu individu polip,

atau dioecious, yaitu ovarium dan testes berada dalam individu polip berbeda.

(Supriharyono 2007)

Pada karang dikenal dua macam pembuahan, yaitu (Supriharyono 2007):

a. Telur-telur dibuahi di dalam gastrovascular cavity (viviparous), dan gonadnya

berkembang di mesenterial chamber (biasanya untuk massive coral) atau di

body cavities (untuk branching coral), selanjutnya membebaskan

produksinya berupa planula larva

b. Telur-telur dibuahi di luar tubuh yaitu di dalam air laut (bukan viviparous).

Namun berdasarkan penelitian beberapa peneliti, karang cenderung lebih

banyak yang bukan viviparous daripada viviparous.

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa karang, khususnya yang

berasal dari Great Barrier Reef, lebih banyak mengadakan pembuahan di luar

tubuh daripada yang mengerami planulae. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa karang bereproduksi sepanjang tahun, namun adakalanya

di daerah-daerah tertentu hal itu terjadi hanya pada waktu atau musim-musim

tertentu (Supriharyono 2007).

Gambar 2. Siklus Reproduksi Seksual Karang. (Nybakken 1992)

Benih (zygote) hasil pembuahan di luar tubuh, akan terbawa arus dan

terus berkembang sampai 2-3 hari, sampai menjadi benthic larva planula

Page 24: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

11

sekitar 5-7 hari, dan setelah berumur sekitar 14-36 hari planula menempel

(secara pertunasan aseksual atau ke substrat lain), dan akhirnya akan tumbuh

menjadi induk koloni-koloni polip lainnya (Harrison et al. 1984 in Supriharyono

2007). Kejadian ini, yaitu menempel membentuk tunas oleh beberapa peneliti,

seperti Stoddart (1983) in Supriharyono (2007), dipandang sebagai cara

pembiakan aseksual, yaitu dengan cara pertunasan (budding), walaupun

“tunas” ini sebenarnya merupakan individu polip yang dihasilkan secara seksual.

Secara aseksual karang berkembang melalui fragmentasi dan pertunasan

(Supriharyono 2007). Fragmentasi sering terjadi pada koloni yang mempunyai

kecepatan tumbuh tinggi dan cabang-cabang dari koloni akan mudah patah oleh

gangguan fisik maupun oleh sebab-sebab biologis. Fragmentasi dari jenis-jenis

karang dengan kecepatan tumbuh yang tinggi akan menghasilkan dominasi

suatu jenis pada suatu daerah dan jika terjadi kerusakan maka akan cepat pulih

kembali (Coremap 2006).

Gambar 3. Reproduksi aseksual pada hewan karang A. Pertunasan

ekstratentakular, B. Pertunasan intratentakular (Suwignyo et al. 2005).

2.4. Pertumbuhan dan Bentuk Koloni Karang

Menurut definisi pertumbuhan karang merupakan pertambahan panjang

linier, berat, volume, atau luas kerangka atau bangunan kapur (kalsium)

spesies karang dalam kurun waktu tertentu (Buddemeier & Kinzie 1976 in

Supriharyono 2007).

Setiap koloni hermatypic corals mengandung alga (zooxanthellae) yang

hidup bersimbiosis dengan koloni karang. Zooxanthellae yang hidup di koloni

karang ini selain memproduksi karbon juga memproduksi kalsium karbonat

(kapur) atau kalsifikasi, untuk membentuk bangunan karang. Sehingga karang

jenis ini disebut reef building corals, atau jenis karang yang dapat membuat

bangunan karang dari kapur (Supriharyono 2007). Goreau & Goreau (1959)

dan Goreau (1959) in Supriharyono (2007) pernah menyatakan bahwa

Page 25: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

12

zooxanthellae merupakan faktor yang esensial dalam proses kalsifikasi atau

produksi kapur bagi hermatypic corals atau reef building corals. Kecepatan

kalsifikasi ini tidak sama untuk setiap spesies. Spesies-spesies tertentu

tumbuhnya sangat cepat, yaitu bisa > 2 cm/bulan (umumnya branching corals),

namun ada pula spesies karang (umumnya massive corals) yang tumbuhnya

sangat lambat, yaitu hanya < 1 cm/tahun (Supriharyono 2007).

Kalsifikasi adalah dasar fisiologi dari pertumbuhan rangka pada karang

batu, dan merupakan pengukuran tidak langsung dari kondisi karang mengacu

pada besarnya kematian karena pengaruh keterbalikan ketergantungan ukuran

dan ketergantungan ukuran fekunditas yang positif (Elahi & Edmunds 2007).

Pertumbuhan karang dicapai dengan peningkatan massa rangka calcareous dan

jaringan hidup. Rangka karang tersusun seluruhnya dari aragonite, bentuk

serabut crystalline dari kalsium karbonat (CaCO3); calcite, bentuk umum dari

kalsium karbonat, tidak ditemukan (Goreau et al. 1979).

Gambar 4. Siklus karbon. (Goreau et al. 1979)

Karang tanpa zooxanthellae tumbuh sangat lambat dan tidak pernah

membentuk bangunan kapur (Goreau 1961 in Supriharyono 2007). Selanjutnya

menurut Supriharyono (2007), cahaya bersama-sama dengan zooxanthellae

merupakan faktor lingkungan yang mengontrol distribusi vertikal karang, laju

Page 26: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

13

kalsifikasi atau laju pembentukan terumbu, bentuk terumbu dan atoll, dan

bentuk individu dari setiap koloni karang.

Modularitas menawarkan potensi fleksibilitas yang besar dari bentuk

pertumbuhan dan organisasi. Modul individual dapat melakukan spesialisasi

fungsi dan morfologi untuk peran seksual atau pertahanan diri, sebuah kondisi

yang dikenal sebagai polymorphism. Bahkan modul dapat ditambahkan pada

berbagai bagian suatu organisme sehingga pertumbuhan bisa terjadi ke banyak

arah. Dengan cara ini, usaha yang besar dari pertumbuhan morfologi dapat

dihasilkan, dengan potensi untuk beradaptasi terhadap kondisi lingkungan lokal.

Hal ini dikenal sebagai morphological plasticity dimana perbedaan bentuk koloni

dari spesies yang sama disebut sebagai ecophenotypes. Sebagai contoh, pada

karang scleractinian, bentuk koloni sangat dipengaruhi oleh energi gelombang

dan pola gangguan, laju pertumbuhan, dan tingkatan cahaya, dan terumbu

karang menunjukkan pola khusus zonasi dengan penambahan kedalaman.

Morfologi rangka jelas bagian dari sejarah strategi hidup dari organisme sesile,

dengan implikasi daya tahan predator, preferensi substrat, rezim hidrodinamika,

dan menghadapi tekanan sedimentasi (Wood 1999).

Gambar 5. Bentuk-bentuk pertumbuhan karang berdasarkan responnya

terhadap tekanan lingkungan (Supriharyono 2007)

Terdapat beberapa macam bentuk umum pertumbuhan karang, di

antaranya adalah globose, ramose, branching, digitatte plate, compound plate,

Page 27: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

14

fragile branching, encrusting, plate, foliate, dan micro atoll. Bentuk-bentuk

karang ini menurut beberapa peneliti dipengaruhi oleh beberapa faktor alam,

terutama oleh level cahaya dan tekanan gelombang. Menurut Chappell (1980)

in Supriharyono (2007) ada empat faktor lingkungan yang mempengaruhi

bentuk pertumbuhan karang, yaitu:

1. Cahaya.

Ada tendensi bahwa semakin banyak cahaya, maka rasio luas permukaan

dengan volume karang akan semakin turun. Kenaikan level cahaya akan

mengubah kelompok karang dari yang berbentuk globose ke bantuk piring

(plate).

2. Hydrodinamis

Tekanan hydrodinamis seperti gelombang atau arus akan memberikan

pengaruh terhadap bentuk terumbu karang. Ada kecenderungan bahwa semakin

besar tekanan hydrodinamis, bentuk karang lebih mengarah ke bentuk

encrusting. (Supriharyono 1987 in Supriharyono 2007).

3. Sedimen

Ada kecenderungan bahwa karang yang tumbuh atau teradaptasi di

perairan yang sedimennya tinggi, berbentuk foliate, branching, dan ramose.

Sementara di perairan yang jernih atau sedimentasinya rendah lebih banyak

dihuni oleh karang yang berbentuk piring (plate dan digitate plate).

4. Subareal exposure

Sub-areal exposure yang dimaksud disini adalah daerah-daerah karang

yang pada saat tertentu, seperti ketika pasang surut rendah, airnya surut

sekali, sehingga banyak diantara karangnya yang mencuat ke permukaan air.

Kondisi semacam ini biasanya bisa sampai berjam-jam, tergantung lama waktu

pasang. Karenanya banyak diantara karang yang tidak bisa bertahan lama

hidup pada kondisi semacam ini. Berkaitan dengan level exposure, semakin

banyak jenis karang yang berbentuk globose dan encrusting. Disamping itu,

satu tanda spesifik adanya subareal exsposure adalah banyaknya karang yang

berbentuk micro atoll.

Berdasarkan bentuk pertumbuhannya (life form), karang batu dapat dibagi

atas karang Acropora dan karang non-Acropora (English et al. 1994).

Bentuk pertumbuhan karang Acropora terdiri atas :

1. Acropora Branching (ACB) : merupakan jenis bercabang, paling sedikit

mempunyai percabangan ke-2, misalnya Acropora grandis, Acropora

formosa.

Page 28: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

15

2. Acropora Encrusting (ACE) : berbentuk pipih/merayap, biasanya lapisan

dasarnya (piringannya) dari bentuk-bentuk Acropora yang belum dewasa,

misalnya Acropora palifera dan Acropora cuneata.

3. Acropora Submassive (ACS) : memiliki cabang pendek dan gemuk, bulat

panjang dengan penampakan seperti tombol atau pejal padat terdapat

tonjolan, misalnya Acropora palifera.

4. Acropora Digitate (ACD) : berbentuk menjari dengan dua percabangan

seperti jari tangan, tipe ini termasuk Acropora humilis, Acropora digitifera,

Acropora gemmifera.

5. Acropora Tabulate (ACT) : berbentuk seperti meja atau berupa lempengan

datar horizontal, tampak seperti meja, misalnya Acropora hyacinthus.

Bentuk pertumbuhan karang non-Acropora terdiri atas :

1. Coral branching (CB) : bentuknya bercabang menyerupai ranting pohon.

Karang ini memiliki cabang dengan ukuran cabang lebih panjang

dibandingkan dengan ketebalan atau diameter yang dimilikinya, misalnya

Seriatopora hystrix.

2. Coral massive (CM) : bentuknya seperti batu besar/tempurung/gundukan

tanah yang padat. Umumnya berbentuk bulat dengan permukaan yang

halus, misalnya Platygyra daedalea.

3. Coral encrusting (CE) : memiliki bentuk yang merayap, hampir seluruh

bagian menempel dan menutupi substrat. Karang ini memiliki permukaan

yang kasar dan keras serta berlubang-lubang kecil. Contohnya yaitu Porites

vaughani, Montipora undata.

4. Coral submassive (CS) : tampak seperti tombol yang menempel, seperti

tiang-tiang kecil, kancing, atau irisan-irisan, bentuk kokoh dengan tonjolan-

tonjolan atau kolom-kolom kecil. Contohnya yaitu Psammocora digitata.

5. Coral foliouse (CF) : karang ini tumbuh membentuk lembaran-lembaran

seperti daun, berukuran kecil dan membentuk lipatan melingkar. Contonhya

yaitu Marulina ampliata, Montipora aequituberculata.

6. Coral mushroom (CMR) : berbentuk seperti jamur/payung, menyendiri atau

soliter, karang yang hidup bebas, terdiri dari satu buah polip yang

berbentuk oval, memiliki banyak tonjolan dari tepi hingga pusat. Contohnya

Fungia sp.

7. Millepora (CME) : merupakan karang api, memiliki bulu lembut, berwarna

kuning, krem atau hijau, berbentuk pipih bercabang atau semi pejal, semua

jenis karang api dapat dikenali dengan adanya warna kuning di ujung koloni

dan rasa panas seperti terbakar apabila disentuh.

Page 29: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

16

8. Heliophora (CHL) : merupakan karang biru, berbentuk semi pejal atau pipih

semi pejal, dapat dikenali dengan adanya warna biru pada rangkanya.

Gambar 6. Bentuk pertumbuhan (Life Form) karang (Castro & Huber 2007)

2.5. Transplantasi Karang

2.5.1. Pengertian dan pemanfaatan transplantasi karang

Terumbu buatan merupakan salah satu upaya restorasi fisik dalam

memperbaiki kondisi ekosistem terumbu karang, meliputi bongkahan batu

kapur, beton yang didesain secara khsusus (seperti Reefballs) atau keramik

(seperti Ecoreefs), hingga rangkaian kabel (seperti Biorock) yang menarik

mineral (brusit dan aragonit). Untuk kegiatan restorasi, terumbu buatan harus

dipertimbangkan kealamian dan penampilannya ketika ditumbuhi karang atau

biota terumbu lainnya (Edwards & Gomez 2008).

Transplantasi karang berarti penanaman dan penumbuhan koloni karang

baru dengan metode fragmentasi, namun sebetulnya secara alami karang juga

dapat memperbanyak diri dengan fragmentasi, khususnya untuk jenis-jenis

karang yang mempunyai percabangan (Soedharma & Arafat 2007).

Transplantasi bertujuan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang yang

telah mengalamai kerusakan atau untuk memperbaiki daerah terumbu karang

yang rusak, terutama untuk meningkatkan keragaman dan persen penutupan

(Harriot & Fisk 1988).

Salah satu negara yang mengembangkan teknologi cangkok karang

adalah Australia, selain untuk tujuan rehabilitasi juga berkaitan dengan

pengembangan wisata bahari, memenuhi kebutuhan pasar akan karang hias. Di

Page 30: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

17

taman laut Great Barrier Reef misalnya pencangkokan karang dilakukan untuk

mempercepat regenerasi ekosistem terumbu karang yang rusak akibat

Acanthaster plancii (Ikawati et al. 2001).

Di Amerika Serikat, yaitu di Hawaii, transplantasi karang bertujuan untuk

menumbuhkan kembali terumbu karang mati karena limbah di perairan.

Sedangkan di Florida hal itu dilakukan untuk mempercepat dan memperbanyak

tutupan karang. Di Filipina, penerapan transplantasi tersebut dilakukan untuk

rehabilitasi karang yang rusak akibat pemboman ikan, sedangkan di Singapura

tujuannya untuk menyelamatkan spesies yang habitatnya direklamasi (Ikawati

et al. 2001).

Tujuan kegiatan transplantasi yaitu perbanyakan koloni dengan bantuan

manusia untuk rehabilitasi lahan-lahan kosong atau yang rusak agar dapat

menciptakan komunitas baru dengan memasukkan spesies baru ke dalam

ekosistem terumbu karang di daerah tertentu (Soedharma & Arafat 2007). Di

masa mendatang transplantasi karang akan banyak kegunaan diantaranya

untuk melapisi bangunan bawah laut sehingga lebih kokoh dan kuat, untuk

pengambilan karang hidup bagi hiasan akuarium (Coremap 2006).

2.5.2. Metode transplantasi karang

Secara umum transplantasi karang dinyatakan sukses dari sudut pandang

biologis, dengan tingkat ketahanan hidup pada kasus berkisar antara 50-100%.

Ketika koral ditransplantasikan pada habitat yang serupa dengan habitat dimana

mereka dikoleksi (Harriot & Fisk 1988).

Untuk mengurangi stress, karang yang akan ditransplantasi dilepaskan

secara hati-hati dan ditempatkan dalam wadah plastik berlubang serta proses

pengangkutan dilakukan di dalam air. Sebaiknya operasi ini hanya

menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit untuk setiap tumpukan karang yang

akan dipindahkan. Beberapa teknik untuk melekatkan karang yang

ditransplantasi adalah semen, lem plastik, penjepit baja, dan kabel listrik plastik

(Coremap 2006).

Menurut Harriot & Fisk (1988) proses pengangkutan berpengaruh terhadap

tingkat keberhasilan transplantasi. Pengangkutan koral di atas dek kapal yang

terlindung selama satu jam, tidak berbeda nyata dengan pengangkutan di

dalam air. Bila terkena udara selama dua jam, tingkat keberhasilan berkisar

antara 50-90% dan bila terkena udara selama tiga jam, maka tingkat

keberhasilan menjadi 40-70%.

Page 31: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

18

2.6. Karang yang Diamati

2.6.1. Acropora spp.

Phylum : Coelenterata (Cnidaria)

Kelas : Anthozoa

Ordo : Scleractinia (Madreporaria)

Famili : Acroporidae

Genus : Acropora

Acropora memiliki bentuk percabangan sangat bervariasi, mulai dari

korimbosa, arboresen, kapitosa dan lain-lainya. Ciri khas dari marga ini adalah

mempunyai axial koralit dan radial koralit. Bentuk radial koralit juga bervariasi

dari bentuk tubular nariform, dan tenggelam. Marga ini mempunyai sekitar 113

jenis, tersebar di seluruh perairan Indonesia (Suharsono 2008).

Genus Acropora memiliki jumlah jenis (spesies) terbanyak dibandingkan

genus lainnya pada karang. Karang jenis ini biasanya tumbuh pada perairan

jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak. Bentuk koloni umumnya

bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun sangat rentan

terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan (Johan 2003).

Gambar 7. Beberapa jenis Acropora yang ditransplantasikan di Pulau Kelapa

(Dok. PKSPL-IPB 2008)

Menurut Johan (2003), karakteristik bentuk rangka kapur genus

Acropora antara lain ialah:

• Koloni biasanya bercabang, jarang sekali menempel ataupun submasif.

• Koralit dua tipe, axial dan radial.

• Septa umumnya mempunyai dua lingkaran.

• Columella tidak ada.

Page 32: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

19

• Dinding koralit dan coenosteum rapuh.

• Tentakel umumnya keluar pada malam hari.

2.6.2. Hydnopora rigida

Phylum : Coelenterata (Cnidaria)

Kelas : Anthozoa

Ordo : Scleractinia (Madreporaria)

Famili : Merulinidae

Genus : Hydnopora

Spesies : Hydnopora rigida

Hydnopora rigida memiliki karakter berupa koloni yang bercabang dengan

koralit berbentuk hydnoporoid kecil dengan sebaran yang tidak teratur

(Suharsono 2008). Koloninya tersusun berbentuk arborescent dan tidak

beraturan, pembagian besarnya rata dengan atau tanpa dasar yang merambat

(DKP 2003; Coremap 2007). Montikula umumnya menyatu dengan tepi bagian

bawah cabah dan tersusun dalam ridge menurun pada sisi percabangan

pembagian utama. Tebal batang utamanya adalah 7-12 mm (Kudus et al.

2003; Coremap 2007). Hydnopora rigida memiliki nama umum horn coral dan

nama lokal karang tanduk (Kudus et al. 2003).

Karang jenis ini berwarna coklat muda, krem, atau hijau (DKP 2003;

Kudus et al. 2003; Coremap 2007; Suharsono 2008). Ada beberapa spesies

karang lainnya yang dianggap mirip dengan Hydnopora rigida, yakni Hydnopora

grandis, terutama koloni yang terbuka terhadap gelombang (Kudus et al. 2003),

dan Hydnopora pilosa, dengan perbedaan terletak pada perambatan di dasar

substrat (DKP 2003). Selain itu menurut Suharsono (2008) Hydnopora rigida

secara sepintas sering keliru dengan Clavarina atau Scapophyllia.

Gambar 8. Morfologi Hydnopora rigida (Kudus et al. 2003)

Page 33: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

20

Gambar 9. Fragmen transplantasi Hydnopora rigida (Dok. PKSPL-IPB 2009)

Lingkungan hidup Hydnopora rigida berada di terumbu dangkal,

khususnya lagoon dan slope terumbu yang terlindung (Kudus et al. 2003;

Coremap 2007). Hydnopora rigida dijumpai pada kedalaman 1-7 m (DKP

2003). Secara global Hydnopora rigida tersebar di perairan Kepulauan Nicobar,

perairan Fiji, perairan Indonesia, dan perairan sekitar Australia (DKP 2003).

Suharsono (2008) menyatakan Hydnopora rigida memiliki sebaran di seluruh

Indonesia, sangat umum dijumpai terutama di lereng terumbu.

2.6.3. Pocillopora verrucosa

Phylum : Coelenterata (Cnidaria)

Kelas : Anthozoa

Ordo : Scleractinia (Madreporaria)

Famili : Pocilloporidae

Genus : Pocillopora

Spesies : Pocillopora verrucosa

Pocillopora verrucosa memiliki diameter koloni yang jarang melebihi 0,5 m

dan terdiri dari percabangan tegak lurus, yang jelas dapat dibadakan antara

verrucae, tetapi pada bagian akhir dengan ukuran yang tidak teratur.

Percabangan tebal dan lebih tipis pada habitat yang terlindung. Skeleton yang

memutih memiliki warna percabangan utama merah-coklat (Kudus et al. 2003).

Koloni Pocillopora verrucosa cepat mencapai ukuran besar. Koloni dengan

percabangan tegak ke atas, gemuk pada pangkal dan agak melebar di bagian

atas. Percabangan membentuk kesan teratur. Bintil-bintil tersebar merata

dengan ukuran yang tidak seragam (Suharsono 2008). Karang ini memiliki

nama umum Pocillopora lokal dan nama lokal karang posilopora (Kudus et al.

2003).

Page 34: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

21

Gambar 10. Morfologi Pocillopora verrucosa (Kudus et al. 2003)

Gambar 11. Fragmen transplantasi Pocillopora verrucosa (Dok. PKSPL-IPB 2009)

Pocillopora verrucosa umumnya berwarna kuning pucat, krem, cokelat,

cokelat muda, atau merah muda, kadang-kadang biru (Kudus et al. 2003;

Suharsono 2008). Spesies yang dianggap serupa dengan Pocillopora verrucosa

adalah Pocillopora meandrina, yang memiliki percabangan yang lebih pendek

dan datar dengan verrucae lebih kecil (Kudus et al. 2003)

Karang jenis ini tersebar di seluruh perairan Indonesia, umumnya berada

di perairan Indonesia timur (Suharsono 2008). Habitat dari Pocillopora

verrucosa berada dekat tubir yang berombak dan berarus, sebagian besar di

lingkungan perairan dangkal dari bagian depan terumbu karang yang terbuka

hingga tepian terumbu yang terlindung (Kudus et al. 2003).

2.7. Penelitian Transplantasi Karang di Indonesia

Untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan karang, berbagai penelitian

tentang transplantasi karang telah dilakukan di Indonesia. Penelitian-penelitian

ini banyak dilakukan oleh instansi-instansi yang bergerak dibidang khususnya

terumbu karang, lembaga-lembaga non-profit, serta penelitian dari mahasiswa

perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa penelitian transplantasi yang pernah

dilakukan di Indonesia disajikan dalam Tabel 1.

Page 35: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

22

Tabel 1. Beberapa penelitian transplantasi terumbu karang di Indonesia.

Lokasi Spesies Lama Penelitian

Laju Pertumbuhan (mm/bulan)

SR (%)

Pengamatan Substrat

dan perlakuan

1 2 3 4 5 6 7

Pulau Pari (Sadarun 1999)

Acropora tenuis

5 bulan

32,6-33,3 90

Pertambahan tunas dan perambatan pada substrat keramik

Substrat keramik, patok bambu. Fragmen dibersihkan.

A. formosa 45,8-46,3 83,33

A. hyachintus 43,8-44,4 100

A. divaricata 31,9-32,2 100

A. nasuta 47,9-48,1 100

A. yongei 48,8-49,1 100

A. aspera 33,0-33,3 100

A. digitifera 21,1-24,3 100

A. valida 49,0-41,2 100

A. glauca 20,1 100

Zona Windward, Leeward, dan goba Pulau Pari (Johan 2000)

A. formosa

6 bulan

3,7 89 Jumlah cabang dan perambatan pada substrat keramik

Substrat keramik. Fragmen dibersihkan.

A. donei 1,6 97

A. acuminata 4,2 90

Pantai Selatan Bunaken (Supit 2000) Pocillopora

damicornis 6 bulan

P = 6,48 - Pengukuran pertumbuhan dengan Alizarin-Reds

- Pantai Malalayang (Supit 2000)

P = 5,91 -

Zona Windward dan Leeward P.Pari (Haris 2000)

Sarcophyton trocheliophorum

4 bulan

P = 19,23 83,33 Pemotongan berbeda

Substrat semen, jaring, dan besi. Fragmen dibersihkan.

Lobophytum strictum P = 15,95 76,67

Utara dan Selatan Pulau Pari (Cahyadi 2001)

Porites nigrescens

5 bulan

P potong atas = 13,2

100

Usia koloni berdasarkan potongan pada karang

Substrat semen, jaring, dan besi. Fragmen dibersihkan.

P potong tengah = 16,8

100

P potong bawah = 13,1

95

Montipora digitata

P potong atas = 11,2

100

P potong tengah = 16,8 100

P potong bawah = 14,3 100

Selatan Pulau Pari (Herdiana 2001)

A. micropthalma

5 bulan

P = 90 ; L = 139 / P = 103 ; L = 82,2

83,33 / 66,67 Posisi

penanaman (vertikal dan horizontal)

Substrat semen, jaring, dan besi. Fragmen dibersihkan.

A. intermedia P = 104 ; L = 154 / P = 127 ; L = 213

83,33 / 79,17

Selatan Pulau Pari (Aziz 2001)

A. intermedia

6 bulan

T = 2,5 ; P = 2,5 66,67 Rasio pertumbuhan lebar dan tinggi koloni karang

Substrat semen, jaring, dan besi. Fragmen dibersihkan.

Millepora tenela T = 2,8 ; L = 4,7 100

Trachypillia geoffroyi

T = 6 ; L = 9 33,33

Wellsophyllia radiata

T = 7 ; L = 12 66,67

Page 36: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

23

1 2 3 4 5 6 7

Selatan Pulau Pari (Alhusna 2002)

A. formosa

5 bulan

1. P = 8,3 ; L1 = 2,1 ; L2 = 2,3

100 Perbandingan laju petumbuhan koloni induk (1) dan koloni transplan (2)

Substrat semen, jaring, dan besi. Fragmen dibersihkan.

2. P = 14,1 ; L1 = 16,7 ; L2 = 14,3

Hydnopora rigida

1. P = 4,6 ; L1 = 2,1 ; L2 = 2,5

100 2. P = 5,4 ; L1 = 6,1 ; L2 ; 5,1

Selatan Pulau Pari (Subhan 2002)

Euphyllia sp.

6 bulan

T = 1,4 ; L = 2,7 ; P = 2,8

77,78 Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup

Substrat semen, jaring, dan besi. Fragmen dibersihkan.

Cynarina lacrymalis

T = 0,3 ; L = 2,2 ; P = 1,1

22,22

Plerogyra sinuosa

T = 2,2 ; L = 1 ; P = 1,1

33,33

Selatan Pulau Pari (Syahrir 2003)

Heliopora corerolea

6 bulan

T = 4,2 ; D = 10,6 100

Rasio pertumbuhan diameter koloni dan tinggi koloni karang

Substrat semen, jaring, dan besi. Fragmen dibersihkan.

Tubipora musica

T = 2,5 ; D = 3,6 55,56

Seriatopora hystrix

T = 7,4 ; D = 12,6 100

P. damicornis T = 3,7 ; D = 5,4 100

M. foliosa T = 4,9 ; D = 6 66,67

Pulau Pari (Prawidya 2003)

M. spumosa

5 bulan

T = 18,27 ; L = 23,14

88,89 Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup

Substrat gerabah jaring, dan besi. Fragmen dibersihkan.

M. porites T = 18,26 ; L = 26,53

100

Pavona cactus

T = 22,96 ; L = 26,99

77,78

H. rigida T = 35,89 ; L = 48,00

100

Perairan Tabolong, Kupang (Kaleka 2004)

A. valensiennesi

2 bulan

P = 7 100 Laju pertumbuhan, pertambahan tunas, tingkat ketahanan hidup

Substrat beton.

A. brueggenanni

P = 6,25 100

A. formosa P = 6,7 100

Bali (Alfaridy 2009)

Acropora spp.

Stasiun 1 L = 5 ; T = 3 -

Laju pertumbuhan

Substrat berupa batu besar. Fragmen dibersihkan.

(3 bulan)

Stasiun 1 L = 9 ; T = 3 -

(5 bulan)

Stasiun 2 L = 5 ; T = 3 -

(3 bulan)

Stasiun 2 L = 10 ; T = 3 -

(5 bulan)

Stasiun 3 L = 4 ; T = 3 -

(3 bulan)

Stasiun 3 L = 8 ; T = 3 -

(5 bulan)

Stasiun 4 L = 4 ; T = 2 -

(3 bulan)

Stasiun 4 L = 8 ; T = 2 -

(5 bulan)

Page 37: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

24

1 2 3 4 5 6 7

Pulau Karya (Wibowo 2009)

P. verrucosa

3 bulan

P = 4,94; T = 3,70 76 Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup

Substrat berupa modul dari beton. Fragmen dibiarkan alami.

Stylophora pistillata

P = 4,82; T = 4,11 92,75

Pulau Kelapa (Yudhasakti 2009)

Montipora spp.

6 bulan (per dua bulan)

P = 13; T = 7 53,33 Laju pertumbuhan per dua bulan dan tingkat kelangsungan hidup

Substrat berupa modul dari beton. Fragmen dibiarkan alami.

Porites spp. P = 9; T = 8 76,12

S. pistillata P = 13; T = 10 63,41

Page 38: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

3. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama sepuluh bulan dimulai dari bulan Desember

2008 hingga September 2009 di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu. Sepuluh

bulan penelitian tersebut dibagi menjadi dua bagian, yakni pada bulan

Desember 2008 sebagai penelitian pendahuluan untuk mengetahui kondisi

lapang dan mendapat gambaran dasar untuk merencanakan pengamatan

selanjutnya yang dilakukan per dua bulan dimulai dari bulan Maret 2009 hingga

September 2009. Lokasi transplantasi karang yang dipakai sebagai lokasi

penelitian berada pada 05⁰39'31,5" LS dan 106⁰34'32,2" BT (Gambar 12).

Lokasi transplantasi tersebut dipilih untuk memperbaiki kondisi ekosistem

terumbu karang di sekitar Pulau Kelapa yang mengalami kerusakan akibat

penggalian pasir laut, sebagai contoh penggalian pasir hingga 1.000 m3 untuk

pembangunan resort di Pulau Kaliage Besar. Dampak yang paling terasa dari

kegiatan penggalian pasir laut tersebut adalah sulitnya warga sekitar untuk

memperoleh ikan-ikan karang (Ikawati et al. 2001).

Gambar 12. Peta lokasi penelitian.

Page 39: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

26

Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu pengumpulan data,

observasi lapangan, serta pengolaan dan analisis data. Selanjutnya dilakukan

pengambilan data pertumbuhan fragmen karang transplantasi berupa ukuran

dimensi panjang dan tinggi fragmen karang serta kualitas air dari lokasi

transplantasi tersebut.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Fragmen karang

Fragmen karang yang digunakan dalam penelitian transplantasi karang ini

diperoleh dari pengumpul yang membudidayakan karang untuk kegiatan

perdagangan. Karang yang digunakan merupakan keturunan kedua dari koloni

induk sehingga legal untuk diperdagangkan sebagi karang hias. Fragmen yang

ditransplantasi kemudian di tempelkan pada modul transplantasi (rak beton)

dengan menggunakan semen. Spesies yang ditransplantasikan merupakan

karang yang memiliki kelimpahan alami yang cukup luas di sekitar lokasi

penelitian sehingga fragmen karang tersebut diharapkan dapat lebih mudah

beradaptasi dengan lingkungan dan mengurangi tingkat kematian fragmen

karang.

Karang yang ditransplantasikan pada lokasi tersebut terdiri dari

delapanbelas genus, dengan tujuh genus mayoritas, diantaranya adalah

Acropora, Hydnopora, dan Pocillopora. Dari tujuh genus tersebut yang

digunakan sebagai objek penelitian adalah karang jenis Acropora spp. (Gambar

7.), Hydnopora rigida (Gambar 9.), dan Pocillopora verrucosa (Gambar 11.).

Selain keterangan dari pengumpul karang hias, karang tersebut juga

kembali diidentifikasi secara visual dengan membandingkannya dengan literatur

Jenis-jenis karang di Indonesia milik Suharsono (2008) dan Corals of the world

vol. 2 milik Veron (2000). Hasil perbandingan dengan literatur tersebut

disajikan dalam Tabel 2. dan Tabel 3.

Tabel 2. Identifikasi karang Hydnopora rigida, Dana 1846.

Ciri-ciri (Suharsono 2008) Karang

transplantasi

Koloni bercabang √

Koralit berbentuk hydnoporoid kecil dengan sebaran tidak teratur

Warna kuning atau coklat muda √

Page 40: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

27

Tabel 3. Identifikasi karang Pocillopora verrucosa, Ellis & Solander 1786.

Ciri-ciri (Suharsono 2008) Karang

transplantasi

Percabangan tegak ke atas √

Gemuk pada pangkal dan agak melebar pada bagian atas

Percabangan menimbulkan kesan teratur √

Bintil tersebar merata dengan ukuran tidak seragam √

Warna kuning atau coklat muda √

3.2.2. Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian ini meliputi alat yang digunakan

dalam proses penempatan contoh, pengamatan dan pengambilan data

pertumbuhan karang serta pengamatan parameter lingkungan.

Tabel 4. Alat yang digunakan dalam proses penempatan contoh, pengamatan dan pengambilan data pertumbuhan karang.

No. Alat dan Bahan Keterangan

1. Peralatan selam SCUBA Peralatan penyelaman

2. Penggaris / Kaliper Pengukuran dimensi karang

3. Kamera bawah air Keperluan dokumentasi

4. Sabak dan kertas neotop Pencatatan hasil pengamatan

5. Personal Computer Pengolahan data hasil pengamatan

6. Pensil Menulis data hasil pengamatan

Tabel 5. Parameter lingkungan perairan yang diukur dan alat yang digunakan.

No Parameter Satuan Alat yang digunakan Metode

1. Suhu °C Termometer air raksa In situ

2. Salinitas ‰ Hand refraktometer Ex situ

3. Kecerahan % Secchi Disc In situ

4. Turbiditas NTU Turbidimeter Ex situ

5. Kecepatan arus m/s Floating droudge dan stopwatch In situ

6. Kedalaman m Depth gauge In situ

7. Nutrien (Ammonia, Ortophosphat, Nitrat)

mg / l Spektrofotometri Ex situ

8. Laju sedimentasi mg / cm2 / hari Sediment trap, kertas saring Millipore, vacuum pump

Ex situ

Page 41: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

28

Parameter fisika dan kimia perairan yang diukur adalah suhu, salinitas,

kecerahan, kekeruhan, kecepatan arus, kedalaman, nutrien, dan laju

sedimentasi. Pengambilan data parameter fisika dan kimia secara in situ dan ex

situ setiap dua bulan bersamaan dengan pengambilan data pertumbuhan

karang.

Pengukuran parameter secara langsung (in situ) dilakukan untuk

mengukur parameter suhu perairan, kecepatan arus, kedalaman perairan, serta

kecerahan perairan. Pengukuran parameter suhu dengan menggunakan

termometer air raksa, kecepatan arus diukur dengan menggunakan floating

droudge dan stop watch, dan parameter kecerahan diukur dengan

menggunakan secchi disc.

Pengukuran kecerahan perairan dengan cara merata-ratakan kedalaman

saat keping secchi pertama kali menghilang saat diturunkan (d1) dan

kedalaman saat pertama kali keping secchi terlihat saat keping secchi dinaikkan

(d2) kemudian dibagi dengan kedalaman perairan dan dikalikan 100 persen.

Pengukuran kedalaman lokasi transplantasi karang dengan melihat depth gauge

yang terdapat pada peralatan SCUBA.

Pengukuran parameter secara tidak langsung (ex situ) dilakukan untuk

pengukuran parameter salinitas, laju sedimentasi, turbiditas (kekeruhan), serta

nutrien (ammonia, ortophosphat, nitrat). Pengambilan contoh air dilakukan

menggunakan botol contoh pada kedalaman 2-5 meter yang kemudian disimpan

di dalam cool box yang diberi es batu untuk mengawetkan contoh air, kemudian

dilakukan analisis di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Pengukuran

salinitas dilakukan dengan menggunakan hand refraktometer.

Kekeruhan/turbiditas diukur dengan menggunakan turbidimeter, kemudian

nutrien (ammonia, ortophosphat, nitrat) diukur melalui proses spektrofotometri.

Pengukuran laju sedimentasi dilakukan dengan menyaring partikel-pertikel

tersuspensi yang terdapat di dalam sediment trap dengan menggunakan kertas

saring millipore dan dibantu dengan menggunakan vacuum pump, kemudian di

oven pada 105 oC untuk mendapatkan berat kering partikel tersuspensi yang

terdapat di dalam sediment trap.

Page 42: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

29

3.2.3. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Bahan yang digunakan dalam penelitian transplantasi karang.

No. Bahan Keterangan

1. Modul beton (80 cm x 40 cm x 35 cm) Rak tempat contoh fragmen karang

2. Semen Penempel contoh fragmen karang pada modul beton

3. Fragmen karang Hewan percobaan 4. Resin, katalis, pewarna dan talk Penomoran modul karang 5. Tali nylon Pengikat nomor ke modul beton

3.3. Rancangan dan Konstruksi Penelitian

Modul transplantasi berupa rak beton terbuat dari rangka besi yang diberi

campuran semen dan pasir, lalu dicetak dengan menggunakan cetakan yang

terbuat dari tripleks dengan dimensi panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 35

cm. Rak beton tersebut lalu di jemur selama 2-3 hari sampai kering dan siap

digunakan sebagai substrat hidup karang. Modul tersebut sengaja dibuat lebih

tinggi dari substrat alami untuk mengurangi pengaruh sedimentasi yang cukup

tinggi di perairan tersebut terhadap terumbu karang yang ditransplantasikan.

Karena sedimentasi sering menyebabkan kematian dan menghambat

pertumbuhan karang (Yap & Gomez 1985; Nagelkerken et al. 2000; in Soong &

Chen 2003), menjaga fragmen di atas dasar dapat mengurangi kemungkinan

mereka tertutupi oleh sedimen (Soong & Chen 2003). Setiap modul

transplantasi memiliki enam lubang sebagai dudukan fragmen karang yang akan

ditransplantasikan nantinya (Gambar 13. A).

Gambar 13. Konstruksi modul karang dan penempelan fragmen karang pada

modul transplantasi (PKSPL-IPB 2009, komunikasi pribadi).

Page 43: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

30

Fragmen karang yang sudah diperoleh kemudian dipindahkan ke lokasi

penelitian secara hati-hati dan sebisa mungkin dibawa di dalam air untuk

mencegah stress pada karang. Fragmen karang diletakkan tepat pada lubang

yang terdapat pada modul (Gambar 13. B). Proses penempelan tersebut

dilakukan dengan menyemen fragmen karang di dalam air hingga menempel

pada modul. Hal ini penting agar fragmen karang tersebut menempel kuat pada

modul dan tidak mudah lepas akibat hempasan gelombang, arus, maupun

predator.

Gambar 14. Fragmen karang transplantasi (PKSPL-IPB 2009, komunikasi

pribadi).

3.4. Jenis Data dan Informasi yang Diperlukan

3.4.1. Pengambilan dan penempatan sampel fragmen karang

Lokasi penelitian berada di satu tempat yakni Pulau Kelapa dengan

kedalaman 2-5 meter. Jumlah modul berupa rak beton yang digunakan

mencapai 400 buah dengan enam individu karang di tiap modul. Jarak antara

modul satu dengan modul lain adalah 1 meter (Gambar 15).

Gambar 15. Kondisi modul transplantasi karang. (Dok. PKSPL-IPB 2008)

Page 44: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

31

3.4.2. Pengukuran pertumbuhan karang

Pengukuran pertumbuhan karang meliputi panjang terpanjang koloni dan

tinggi tertinggi koloni (Gambar 16.). Pengukuran pertumbuhan karang

menggunakan jangka sorong (caliper) dan/atau penggaris dengan bantuan

SCUBA (Gambar 17).

Gambar 16. Metode pengukuran contoh fragmen karang.

Gambar 17. Modul transplantasi serta penghitungan panjang dan tinggi terumbu karang (Dok. PKSPL-IPB 2008)

3.5. Metode Analisis Data

3.5.1. Pengukuran pertumbuhan panjang dan tinggi

Pengukuran pertumbuhan panjang dan tinggi karang dilakukan setiap

dua bulan sekali dengan menggunakan jangka sorong (caliper) dan/atau

penggaris di dalam air. Untuk menghitung pencapaian pertumbuhan karang

yang ditransplantasikan dari data hasil pengukuran dilakukan dengan

menggunakan rumus:

Page 45: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

32

휷 = 푳풕 − 푳풐

Keterangan: β = Pertambahan panjang/tinggi fragmen karang yang ditransplantasikan Lt = Rata-rata panjang/tinggi fragmen karang yang ditransplantasikan Lo = Rata-rata panjang/ tinggi fragmen karang pada bulan ke-0

Untuk laju pertumbuhan karang yang ditransplantasikan, rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut (Sadarun 1999):

휶 =푳풊 ퟏ − 푳풊풕풊 ퟏ − 풕풊

Keterangan: 훼 = Pertambahan panjang/tinggi fragmen karang yang ditransplantasikan Lt+1 = Rata-rata panjang/tinggi fragmen pada waktu ke-i+1 Lt = Rata-rata panjang/ tinggi fragmen pada waktu ke-i ti+1 = Waktu ke-i+1 ti = Waktu ke-i 3.5.2. Tingkat kelangsungan hidup

Untuk menghitung tingkat kelangsungan hidup pada karang yang ditransplantasi menggunakan formula sebagai berikut:

푺푹 =푵풕

푵ퟎ× ퟏퟎퟎ%

Keterangan: SR = Tingkat Kelangsungan Hidup Nt = Jumlah individu pada akhir penelitian N0 = Jumlah individu pada awal penelitian

Page 46: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pulau Kelapa

Pola pertumbuhan terumbu karang sangat dipengaruhi oleh karakteristik

lingkungan perairan sekitarnya. Parameter lingkungan yang berbeda akan

memiliki dampak yang berbeda pada pola pertumbuhan tiap jenis karang, baik

dari segi morfologi dan fisiologi karang itu sendiri. Tiap parameter lingkungan

memiliki peranan yang berbeda pada tiap karang dalam pertumbuhannya.

Tabel 7. Data parameter fisika dan kimia lokasi transplantasi di perairan Pulau Kelapa bulan Maret 2009 sampai September 2009

Parameter Satuan Maret 2009

Mei 2009

Juli 2009

September 2009

Baku Mutu yang

diperbolehkan

Salinitas ‰ 31 31 30 32 *Alami, 33-34(1)

Suhu ⁰C 29,3 28,7 28,3 28,7 *Alami, 28-30(2)

Kekeruhan NTU 1,5 1,1 1,1 1,7 *5

Kecepatan Arus m/s 0,13 0,10 0,30 0,08 -

Kecerahan

Kedalaman m 5 5 5 5 -

Persentase % 100 100 100 100 -

Nutrien

Nitrat mg/l 0,024 0,005 0,008 0,005 *0,008

Orthophosphat mg/l 0,008 0,017 0,023 0,011 *0,015

Ammonia mg/l 0,148 0,197 0,056 0,046 *0,300

Sedimentasi mg/cm2/hari

2,7123 4,3168 5,8146 -

* MENKLH 2008 Keterangan : Untuk terumbu karang; (1) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5‰ salinitas rata-

rata musiman; (2) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2⁰C dari suhu alami.

Berdasarkan parameter yang diamati pada perairan Pulau Kelapa (Tabel

7), beberapa parameter telah memenuhi kadar baku mutu yang ditetapkan oleh

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku

Mutu Air Laut untuk biota laut. Parameter tersebut adalah salinitas, temperatur,

kekeruhan, dan kecerahan. Sedangkan kandungan nitrat dan ortophosphat

pada lokasi tersebut sempat melebihi baku mutu kualitas air.

Kondisi suhu perairan yang berada pada kisaran 28,3-29,3°C (Tabel 5)

pada lokasi transplantasi tersebut berada pada kisaran suhu yang baik untuk

pertumbuhan terumbu karang, yakni pada kisaran 25-29°C dengan batas

Page 47: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

34

maksimum suhu sekitar 36°C. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim,

lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara,

penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air (Effendi 2003).

Menurut Wells (1954) in Supriharyono (2007) suhu yang baik untuk

pertumbuhan karang adalah berkisar antara 25-29 °C. Sedangkan batas

minimum dan maksimum suhu berkisar antara 16-17 °C dan sekitar 36 °C

(Kinsman 1964 in Supriharyono 2007). Supriharyono (2007) menyatakan

bahwa suhu yang mematikan binatang karang bukan suhu yang ekstrim, yaitu

suhu minimum atau maksimum saja, namun lebih karena perbedaan perubahan

suhu secara mendadak dari suhu alami (ambient level). Menurut Coles & Jokiel

(1978) dan Neudecker (1981) in Supriharyono (2007) perubahan suhu secara

mendadak sekitar 4-6 °C di bawah atau di atas ambient level dapat mengurangi

pertumbuhan karang bahkan mematikannya, sehingga kondisi suhu perairan di

lokasi transplantasi masih tergolong baik untuk pertumbuhan karang.

Kondisi salinitas di Pulau Kelapa dari bulan Maret 2009 hingga September

2009 berkisar pada nilai 30‰-32‰. Dengan kisaran tersebut nilai salinitas

tersebut masih berada dalam kisaran yang baik untuk pertumbuhan terumbu

karang secara baik yakni 30‰ sampai 35‰ (Dahuri 1996). Daya tahan

terhadap salinitas setiap jenis karang tidak sama. Daya tahan terhadap faktor-

faktor pembatas tersebutlah yang menyebabkan laju pertumbuhan tiap jenis

karang tidaklah sama satu sama lain.

Kecerahan perairan Kepulauan Seribu berkisar antara 3-8 meter,

sedangkan kekeruhannya bekisar 0,5-1,1 NTU (Dinas Perikanan DKI Jakarta &

FPIK-IPB 1997 in Mihardja & Pranowo 2001). Kecerahan di lokasi tersebut

adalah 100% dikarenakan lokasi transplantasi karang berkisar hingga 5 m di

bawah permukaan laut maka tingkat. Pada daerah bercahaya, fotosintesis oleh

zooxanthellae bagaimanapun juga harus membuat laju kalsifikasi oleh karang

yang lebih tinggi (Pearse & Muscatine 1971). Pada karang hermatifik, hasil

fotosintesis dialirkan dari zooxanthellae ke jaringan karang dan lalu dipakai

untuk berbagai kebutuhan nutrien: senyawa ini digunakan oleh karang untuk

metabolisme dasar (respirasi) karang, untuk sintesis sel-sel baru dan sintesis

produk ekstraseluler, seperti mukus dan acuan skeletal organik (Muscatine et al.

1984 in Rinkevich 1989). Translokasi bukan hanya dapat menyediakan total

karbon harian untuk respirasi, tetapi juga sebagian kebutuhan karbon untuk

kebutuhan metabolisme lainnya seperti bertumbuh (Rinkevich 1989).

Berdasarkan hasil pengamatan pada bulan Maret 2009, Mei 2009, Juli

2009, dan September 2009 didapatkan kekeruhan berada pada nilai 1,5 NTU,

Page 48: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

35

1,1 NTU, 1,1 NTU, dan 1,7 NTU. Rendahnya tingkat kekeruhan di perairan

tersebut pada bulan Mei 2009 hingga Juli 2009 diakibatkan oleh faktor arus

yang terjadi pada bulan Mei 2009 dan Juli 2009 sehingga sedimentasi dan

material lainnya yang terdapat di perairan tersebut dapat lebih cepat melewati

lokasi transplantasi. Sedangkan meningkatnya tingkat kekeruhan pada bulan

September 2009 yang dipengaruhi oleh Musim Timur diakibatkan oleh

melambatnya kecepatan arus perairan tersebut dibandingkan pengamatan

bulan-bulan sebelumnya.

Dahuri (2003) menyatakan titik kompensasi bagi karang pada kedalaman

dengan intensitas cahaya sekitar 15%-20% dari intensitas permukaan yang

menyebabkan pertumbuhan karang sangat berkurang. Hal ini disebabkan oleh

karena laju produksi primer sama dengan respirasi karang. Kecerahan perairan

Kepulauan Seribu sendiri berkisar antara 3-8 meter sementara lokasi

transplantasi berkisar antara 2-5 meter, maka kecerahan di lokasi tersebut

adalah 100%. Kondisi tersebut sangat sesuai untuk pertumbuhan karang

mengingat jauh berada di atas titik kompensasi bagi karang untuk dapat terus

bertumbuh.

Parameter arus merupakan faktor fisik penting lainnya di perairan. Dalam

kaitannya dengan pertumbuhan terumbu karang faktor arus dapat berdampak

baik dan buruk. Baik apabila arus tersebut membawa bahan-bahan organik

yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae untuk pertumbuhannya, dan

buruk apabila arus ternyata menyebabkan sedimentasi di perairan dan

menutupi permukaan karang sehingga mengakibatkan lambatnya pertumbuhan

terumbu karang, atau bahkan menyebabkan kematian karang.

Kecepatan arus permukaan di Kepulauan Seribu berkisar antara 0,05-0,12

m/s (Dinas Perikanan DKI Jakarta & FPIK-IPB 1997 in Mihardja & Pranowo

2001). Sedangkan jika dirata-ratakan antara arus permukaan dan arus

dibawah permukaan maka kecepatannya adalah 0,43 m/s (Mihardja & Pranowo

2001). Berdasarkan pengamatan didapatkan kisaran kecepatan arus di perairan

lokasi transplantasi adalah sebesar 0,08 m/s sampai 0,3 m/s, yakni 0,13 m/s

pada bulan Maret 2009, 0,1 m/s pada bulan Mei 2009, 0,3 m/s pada bulan Juli

2009, dan 0,08 m/s pada bulan September 2009 (Tabel 7.).

Dibandingkan dengan pengamatan pada bulan-bulan lainnya, tingkat

kecepatan arus pada bulan Juli 2009 di lokasi transplantasi tersebut merupakan

yang terbesar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi kecepatan

arus di suatu lokasi perairan, di antaranya adalah angin, musim, dan pengaruh

arus bawah. Lokasi transplantasi di Pulau Kelapa sendiri termasuk yang

Page 49: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

36

bertubir dan menurut warga sekitar merupakan daerah ruaya dari ikan kakap

sehingga memungkinkan adanya pengaruh arus bawah menyebabkan arus

permukaan ikut menguat, selain dikarenakan faktor angin yang juga cukup kuat

pada pengamatan di bulan Juli 2009 tersebut.

Faktor sedimentasi juga merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan

terumbu karang. Pada perairan Pulau Kelapa didapat kisaran sedimentasi yang

terjadi berkisar antara 2,7123-5,8146 mg/cm2/hari. Meningkatnya laju

sedimentasi terjadi akibat adanya pengadukan substrat yang diakibatkan oleh

faktor adanya arus perairan yang lebih kuat dan membawa sedimen dari

perairan sekitar lokasi transplantasi di bulan Juli 2009 dibandingkan pada bulan

Mei 2009 (Tabel 7.).

Dari data kecepatan arus dapat dilihat bahwa kecepatan arus pada bulan

Juli 2009 meningkat dibandingkan kecepatan arus pada bulan Mei 2009, dimana

laju sedimentasi dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Laju sedimentasi di

bulan September 2009 kembali meningkat diakibatkan oleh adanya pengaruh

Musim Timur. Arus yang melambat dibandingkan bulan Juli 2009 menyebabkan

sedimentasi yang dibawa besertanya mengendap ke dasar perairan.

Keluar masuknya nutrien dan besarnya laju sedimentasi yang terjadi

dalam suatu perairan turut dipengaruhi oleh kecepatan arus dan sirkulasi

gelombang yang terdapat di perairan tersebut. Gelombang yang cukup kuat

akan menghalangi pengendapan sedimen pada koloni karang. Beban

sedimentasi yang berkisar 2,7123-5,8146 mg/cm2/hari tersebut masih

tergolong kecil hingga dapat memberikan dampak dalam penurunan regenerasi,

kelimpahan, dan keragaman spesies. Selain itu, sedimen yang kaya akan unsur

hara akan menyebabkan peningkatan kesuburan di perairan sekitar terumbu

karang dan mempercepat laju pertumbuhan makroalga (Rachmawati 2001).

Meski sedimentasi yang terjadi masih tergolong kecil untuk mempengaruhi

pertumbuhan terumbu karang, terus meningkatnya nilai sedimentasi hingga

bulan September 2009 akan mempengaruhi struktur komunitas biota lainnya

dalam ekosistem terumbu karang. Lohrer et al. (2004) in Mottaqui-Tabar

(2007) menyatakan sedikitnya tiga milimeter material limpasan dari darat cukup

untuk secara signifikan mempengaruhi struktur komunitas makrobenthos yang

kemudian menyebakan menurunnya jumlah individu, taksa, dan kepadatan di

hampir seluruh spesies terumbu karang. Suspensi sedimen juga mengurangi

visibilitas bahkan untuk ikan yang terutama bergantung pada identifikasi visual

mangsa mereka, penyumbatan insang, dan memiliki konsekuensi yang

Page 50: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

37

signifikan terhadap tingkah laku dan fisiologi ikan (Dulvey et al. 1995 in

Mottaqui-Tabar 2007).

Selama pengamatan berlangsung didapatkan kandungan ammonia sebesar

0,148 mg/l pada bulan Maret 2009, 0,197 mg/l pada bulan Mei 2009, dan 0,056

mg/l pada bulan Juli 2009, serta 0,046 m/l pada bulan September 2009 (Tabel

7.). Menurunnya kandungan ammonia pada bulan Juli 2009 diakibatkan oleh

hilangnya ammonia ke atmosfer seiring dengan meningkatnya kecepatan angin

pada bulan Juli 2009 dibandingkan dengan bulan Maret 2009 dan Mei 2009 yang

memiliki kecepatan arus terendah dibandingkan pada pengamatan di bulan

lainnya, sementara menurunnya kadar ammonia pada pengamatan bulan

September 2009 diakibatkan oleh meningkatnya suhu perairan di lokasi

tersebut dibandingkan pada pengamatan suhu di bulan Juli 2009.

Berdasarkan pengamatan pada bulan Maret 2009, Mei 2009, Juli 2009,

dan September 2009 didapatkan kandungan nitrat sebesar 0,024 mg/l, 0,005

mg/l, 0,008 mg/l, dan 0,005 mg/l. Pengamatan lain mengenai nutrien

dilakukan pula terhadap kadar ortophosphat di perairan tersebut. Kandungan

nitrat pada bulan Maret 2009 sempat berada di atas nilai baku yang ditetapkan

oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang

Baku Mutu Air Laut untuk biota laut.

Didapatkan pula kadar ortophosphat yang terkandung pada bulan Maret

2009, Mei 2009, Juli 2009, dan September 2009 di perairan tersebut adalah

0,008 mg/l, 0,017 mg/l, 0,023 mg/l, dan 0,011 mg/l (Tabel 7). Apabila

dibandingkan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51

Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk biota laut, kandungan nitrat pada

bulan Maret 2009, serta ortophosphat pada bulan Mei 2009 dan Juli 2009, telah

melebihi baku mutu sehingga dapat memacu pertumbuhan alga di lokasi

tersebut. Meski demikian nilai ortophosphat tersebut kembali menurun hingga

di bawah nilai baku mutu pada bulan September 2009 setelah sebelumnya

meningkat pada bulan Mei 2009 dan tertinggi pada bulan Juli 2009. Hal yang

sama juga terjadi untuk nilai nitrat yang kembali menurun pada pengamatan

berikutnya.

Kebanyakan nutrien yang dibutuhkan oleh terumbu karang dapat

didapatkan dari daur ulang materi biologis di sekitarnya, bahkan menurut Rahav

et al. (1989) dan Atkinson et al. (1994) in Hoegh-Guldberg dan Williamson

(1999), nitrogen daur ulang mewakili komponen yang signifikan dari kandungan

nitrogen dari dinoflagellata simbiotik dalam terumbu karang, hingga 90-98%

dari nitrogen berasal dari sumber internal. Meski mendaur ulang, nitrogen baru

Page 51: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

38

juga harus diperoleh dari lingkungan untuk pertumbuhan asosiasi simbiotik

seperti terumbu karang dan dinoflagellata (Hoegh-Guldberg & Williamson 1999).

Meningkatnya tingkat nutrien akibat masukan dari darat dapat

menimbulkan keberadaan makroalga di sekitar terumbu karang atau dekat

pantai. Pada pengamatan di lapang telah terjadi pertumbuhan makroalga. Alga

yang pertama kali ditemukan pada kebanyakan area terbuka terumbu karang

seringkali berupa alga hijau berfilamen yang bertumbuh cepat dan alga biru

kehijauan yang berbentuk “algal turf” yang kemudian diikuti perkembangan

suksesi oleh berbagai alga lainnya (McClanahan 1997). Hal ini diduga terjadi

karena kandungan nitrat dan ortophosphat di lokasi transplantasi sempat

melebihi kadar baku mutu yang tercantum dalam Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk biota

laut.

4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate/SR) Karang Hasil Transplantasi

Pada ketiga jenis karang yang ditransplantasikan di perairan Pulau Kelapa

selama enam bulan pengamatan menunjukan nilai yang berbeda satu sama

lainnya. Meski ketiga jenis karang tersebut ditransplantasikan bersamaan,

karena adanya perbedaan sifat hidup masing-masing jenis karang sehingga

dapat juga memicu tingkat tekanan yang berbeda pada masing-masing karang

terhadap lingkungan mereka yang baru. Tingkat tekanan inilah yang kemudian

mempengaruhi metabolisme karang tersebut untuk dapat beradaptasi.

Gambar 18. Tingkat kelangsungan hidup Acropora spp., Hydnopora rigida, dan

Pocillopora verrucosa.

0102030405060

708090

100

Acropora Hydnopora rigida Pocillopora verrucosa

SR

(%

)

Terumbu Karang yang Ditransplantasikan

Maret 2009 Mei 2009 Juli 2009 September 2009

Page 52: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

39

Tingkat kelangsungan hidup paling besar hingga akhir pengamatan pada

bulan September 2009 dimiliki oleh karang Acropora spp. dengan kelangsungan

hidup sebesar 78,44%, diikuti Hydnopora rigida dengan tingkat kelangsungan

hidup sebesar 74,19%, sedangkan tingkat kelangsungan hidup terendah dimiliki

oleh karang jenis Pocillopora verrucosa sebesar 61,11% (Gambar 18.).

Dari pengamatan per dua bulan, tingkat kelangsungan hidup Acropora

spp. merupakan yang paling tinggi hingga akhir pengamatan. Kelangsungan

hidup Acropora spp. adalah sebesar 92,38% pada bulan Mei 2009, 84,60% pada

bulan Juli 2009, dan 78,44% pada akhir pengamatan di bulan September 2009.

Hydnopora rigida memiliki tingkat kelangsungan hidup tertinggi kedua

selama pengamatan. Kelangsungan hidup Hydnopora rigida mencapai 96,77%

pada pengamatan di bulan Mei 2009, 77,42% pada bulan Juli 2009, dan 74,19%

pada pengamatan di bulan September 2009.

Tingkat kelangsungan hidup Pocillopora verrucosa adalah yang paling

rendah dibandingkan karang lainnya pada akhir pengamatan. Kelangsungan

hidup Pocillopora verrucosa adalah sebesar 77,78% pada bulan Mei 2009,

62,96% pada bulan Juli 2009, dan 61,11% pada akhir pengamatan di bulan

September 2009. Kematian Pocillopora verrucosa, dibandingkan dengan dua

jenis karang lainnya merupakan yang terbesar terbesar bagi Pocillopora

verrucosa pada tiap pengamatan. Namun kematian terbesar karang ini terjadi

pada bulan Mei 2009. Kematian yang terjadi di bulan ini bahkan merupakan

kematian terbesar dibandingkan karang lainnya pada seluruh pengamatan.

Kondisi perairan yang berbeda dengan kondisi habitat asal fragmen turut

memacu tekanan lingkungan pada karang yang ditransplantasikan. Tekanan

lingkungan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh faktor

eksternal maupun internal yang dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dan aktivitas

yang berpengaruh terhadap struktur dan proses-proses dalam populasi,

komunitas, dan ekosistem terumbu karang akan mengalami tekanan lingkungan

akan mengalami perubahan-perubahan dalam metabolisme, pertumbuhan,

respon tingkah laku terhadap lingkungan dan biologi reproduksinya (Arafat

2005).

Keberadaan makroalga yang tumbuh di sekitar fragmen dan modul juga

mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup karang. Selain itu, dari pengamatan

didapat bahwa kematian terbesar selama enam bulan pengamatan berupa death

coral with algae (DCA) (Lampiran 2 dan 3). Sedimentasi dan eutrofikasi

(penambahan nutrien) diduga menjadi penyebab utama dari degradasi terumbu

karang di seluruh dunia (Ginsburg 1993 in McClanahan & Obura 1997).

Page 53: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

40

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa makroalga dapat

melebihi pertumbuhan karang, dan kompetisi diantara keduanya biasanya

dimenangkan oleh alga (Chadwick 1988; Hughes 1989; in Tanner 1995). Energi

yang dipakai karang dapat meningkat untuk memperbaiki kerusakan yang

diakibatkan oleh alga, seperti jaringan yang luka (Coyer et al. 1993 in Tanner

1995), atau dari pengeluaran energi secara aktif bersaing dengan alga, dan

mencegah pertumbuhan alga menutupi karang (de Ruyter van Steveninck et al.

1988 in Tanner 1995).

Biomassa makroalga yang besar dapat menutupi karang sehingga memiliki

efek seperti halnya penutupan karang oleh partikel sedimen yang besar

(Rachmawati 2001). Untuk membersihkan diri dari sedimentasi, karang akan

mengeluarkan mukus secara terus menerus. Akibatnya karang tersebut harus

mengeluarkan energi untuk membersihkan diri. Apabila kecepatan sedimentasi

lebih tinggi daripada kemampuan karang membersihkan diri akhirnya karang

akan mati (LIPI 2008).

Selain karena alga, kematian juga terjadi akibat patahnya fragmen karang

yang ditransplantasikan pada fragmen karang Acropora spp. Karang dengan life

form branching seperti Acropora memiliki struktur yang berongga sehingga

mudah patah apabila menghadapi gelombang yang kuat.

Pada pengamatan selama enam bulan tersebut juga ditemukan bahwa

terdapat empat buah fragmen yang terlepas atau hilang dari modul. Kejadian

tersebut diduga diakibatkan oleh metode penempelan fragmen yang kurang

baik pada substrat sehingga ketika terjadi gelombang di lokasi tersebut,

fragmen tersebut terlepas dari substrat yang terbuat dari beton tersebut.

Menurut Harriot & Fisk (1988) secara umum transplantasi karang

dinyatakan sukses dari sudut pandang biologis, dengan tingkat ketahanan hidup

pada kasus berkisar antara 50-100%. Berdasarkan pengamatan, ketiga jenis

karang tersebut sesuai untuk ditransplantasikan di perairan tersebut. Apabila

dilihat dari tingkat kelangsungan hidupnya, meskipun karang jenis Pocillopora

merupakan jenis oportunis yang mampu bertahan pada zona yang selalu

bergejolak, nyatanya memiliki tingkat kelangsungan hidup yang terendah

dibandingkan karang lainnya. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa karang

jenis Pocillopora verrucosa belum bisa beradaptasi dengan baik untuk hidup

pada lingkungan di perairan tersebut. Indikasi yang sama juga terlihat pada

karang jenis Acropora spp. dan Hydnopora rigida yang masih terus mengalami

kematian tiap pengamatannya.

Page 54: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

41

Pengamatan lain (Yudhasakti PK, 23 November 2009, komunikasi pribadi)

pada lokasi dan waktu bersamaan dilakukan penelitian terhadap Montipora spp.,

Porites spp., dan Stylophora pistillata. Pada akhir pengamatan di bulan

September 2009, karang jenis Montipora spp. memiliki tingkat kelangsungan

hidup sebesar 53,33%, 76,12% untuk Porites spp., dan 63,41% untuk

Stylophora pistillata. Dibandingkan dengan pengamatan tersebut, didapatkan

tingkat kelangsungan hidup tertinggi dicapai oleh Acropora spp. dan yang

terendah dicapai oleh Montipora spp.

Faktor lain adalah adanya keberadaan ikan predator yang merupakan ikan

indikator kondisi terumbu karang. Hourigan et al. (1988) menyatakan ikan

kepe-kepe sangat mungkin untuk menjadi indikator lingkungan terumbu karang

karena hubungannya sangat erat dengan substrat karang hidup. Menurut

Crosby and Reese (1996), Chaetodontidae pemangsa karang merupakan

indikator yang ideal karena ikan ini memangsa karang secara langsung. Lebih

lanjut, ikan kepe-kepe menujukkan tingkat kesukaan pada spesies karang

tertentu sehingga akan sangat sensitif apabila terjadi perubahan suatu sistem

terumbu karang. Selain itu, karena ikan kepe-kepe sangat teritorial maka akan

sangat mudah memantaunya secara periodik. Namun, tidak semua jenis

Chaetodontidae dapat dijadikan biota indikator. Misalnya yang bersifat

planktivor tidak sensitif terhadap perubahan terumbu karang, atau omnivor

memakan invertebrata selain karang dan alga sehingga sangat susah untuk

mendeteksi kebiasaan makananya yang selalu berubah dan oportunis (Reese

1995).

Pada pengamatan terhadap ikan karang ditemukan adanya suksesi ikan

pemangsa karang berupa spesies Chaetodon octofasciatus pada lokasi

transplantasi di Pulau Kelapa ini (Utami TS, 25 Oktober 2009, komunikasi

pribadi). Menurut Bawole et al. (1999) kehadiran yang dominan dari Chaetodon

octofaciatus mengidikasikan bahwa terumbu karang sudah mengalami

perubahan. Melalui pengamatan, terlihat bahwa populasi Chaetodon

octofaciatus pada bulan Maret 2009 terdapat 12 individu/100 m2 untuk

pengamatan pada Stasiun I dan 5 individu/100 m2 untuk pengamatan pada

Stasiun II. Pengamatan pada bulan Mei 2009 menunjukkan terjadinya

penurunan kelimpahan Chaetodon octofaciatus menjadi 7 individu/ 100 m2 pada

Stasiun I dan meningkat menjadi 7 individu/ 100 m2 pada Stasiun II. Turunnya

kelimpahan ikan ini pada kedua stasiun terjadi pada pengamatan di bulan Juli

2009 menjadi 4 individu/100 m2 untuk Stasiun I dan 6 individu/100 m2 untuk

Stasiun II. Kelimpahan Chaetodon octofaciatus pada pengamatan di bulan

Page 55: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

42

September 2009 tetap 4 individu/100 m2 untuk pengamatan baik pada Stasiun I

dan kembali menurun menjadi 4 individu/100 m2 untuk Stasiun II (Utami TS, 25

Oktober 2009, komunikasi pribadi). Adrim et al. (1991) menyatakan bahwa di

Kepulauan Seribu, ikan yang memiliki nama lokal ikan strip delapan ini memiliki

kelimpahan yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis lain dari famili

Chaetodontidae.

Menurut Madduppa (2006), Chaetodon octofaciatus merupakan pemakan

karang sejati (obligate coralivor). Penelitian yang dilakukannya di Pulau

Petondan Timur, Kepulauan Seribu, menunjukkan bahwa jenis karang Acropora

dan Pocillopora merupakan pilihan utama pemangsaan Chaetodon octofaciatus

dengan Indeks Pilihan (E) lebih besar dari 0,5. Pengamatan terhadap tingkat

pemangasaan tersebut juga menunjukkan ikan ini sangat menyukai karang

Acropora, yang artinya Chaetodon octofaciatus kemungkinan besar dapat

dijadikan indikator bagi area terumbu karang yang kaya akan keberadaan

karang Acropora. Hal ini ditunjukkan dari hubungan antara kepadatan karang

Acropora dan pemangsaannya memberikan nilai koefisien determinasi sebesar

0,98 artinya hubungannya sangat kuat. Semakin padat karang Acropora maka

makin tinggi pula pemangsaan yang dilakukan oleh Chaetodon octofaciatus.

Banyak penelitian yang dilakukan terhadap ikan karang jenis ini, termasuk

Madduppa (2006) menyatakan adanya hubungan positif antara kelimpahan

Chaetodon octofaciatus dengan persentase karang hidup. Perbandingan yang

kontras, Roberts & Ormond (1987) menunjukkan bukti yang bertentangan pada

penelitiannya dimana kelimpahan obligate corallivores memiliki korelasi yang

rendah terhadap tutupan karang.

Salah satu faktor yang diduga menyebabkan kelimpahan ikan ini terus

menurun adalah pengaruh sedimentasi di perairan ini. Melalui pengamatan

terhadap faktor fisika diketahui bahwa nilai sedimentasi terus meningkat tiap

pengamatannya. Sedimentasi yang terjadi dapat mempengaruhi ikan dalam

mengenali mangsa, penyumbatan insang, bahkan dalam perilaku dan fisologi

ikan tersebut (Dulvey et al. 1995 in Mottaqui-Tabar 2007).

Ghaffar et al. (2005) menduga bahwa terdegredasinya kualitas dari polip

terumbu karang yang mengalami tekanan, akan menghasilkan menurunnya

kelimpahan dan keberagaman dari berbagai spesies dan secara konsekuen,

akan meningkatkan luasan wilayah, pola pemangsaan, tingkat pemangsaan dan

menghadapi permasalahan ketika pasangannya mencoba mencukupi asupan

nutrisi mereka dengan memperluas wilayahnya untuk mencakup lebih banyak

koloni terumbu karang.

Page 56: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

43

Berkurangnya ketersediaan makanan pilihan utamanya, terlebih Acropora

spp. dengan bentuk pertumbuhan bercabang yang juga sebagai tempat yang

aman bagi Chaetodon octofaciatus untuk hidup, menyebabkan terjadinya

migrasi atau perluasan wilayah ke luar lokasi transplantasi sehingga

kelimpahannya di lokasi transplantasi terus berkurang selama pengamatan

berlangsung.

4.3. Pertumbuhan Mutlak dan Laju Pertumbuhan Terumbu Karang

4.3.1. Pertumbuhan mutlak

Dimensi pertumbuhan yang diukur adalah panjang dan tinggi fragmen

karang yang di transplantasikan. Pertumbuhan yang terjadi baik panjang dan

tinggi akan berbeda-beda tergantung pada jenis karang, bentuk koloni dan

percabangannya, ukuran fragmen awal, kondisi lingkungan perairan dan sifat

pertumbuhan dari masing-masing spesies. Pengaruh dari berbagai faktor

tersebut akan memberikan respon yang berbeda terhadap tingkah laku

pertumbuhan koloni. Adanya perbedaan pertumbuhan pada karang

menyebabkan terjadinya bentuk morfologi yang berbeda-beda. Suatu jenis

karang dari genus yang sama dapat mempunyai bentuk pertumbuhan yang

berbeda-beda. Satu jenis yang sama tetapi menempati area yang berbeda akan

mempunyai bentuk morfologi yang berbeda pula (Veron 1986 in Pratama 2005).

Selama enam bulan pengamatan, Acropora spp. memiliki pertumbuhan

mutlak sebesar 59 mm untuk panjang dan 42 mm untuk tinggi (Gambar 19.).

Pengaruh life form untuk Acropora spp. tidak dapat dijabarkan dikarenakan

genus Acropora memiliki beberapa life form khusus yang tidak diamati secara

spesifik. Bentuk life form Acropora yang ditransplantasikan di Pulau Kelapa

didominasi oleh Acropora dengan life form Acropora branching.

Pada karang Acropora dengan life form Acropora branching, Yarmanti

(2002) melakukan penelitian terhadap Acropora formosa pada kedalaman 3

meter dan 10 meter selama empat bulan. Pada kedalaman 3 meter didapatkan

panjang (ukuran fragmen karang dari substrat sampai puncak) Acropora

formosa mencapai 45,5 mm dan 75,2 mm untuk lebarnya. Pada kedalaman 10

meter didapatkan pertambahan panjang (ukuran fragmen karang dari substrat

sampai puncak) mencapai 30,5 mm dan 46,0 mm untuk lebarnya. Hal tersebut

mengindikasikan karang Acropora formosa bertumbuh lebih baik pada perairan

yang dangkal. Hasil penelitian ini juga memiliki pola pertumbuhan yang sama

seperti karang jenis Acropora spp. yang ditransplantasikan di Pulau Kelapa,

dimana pertumbuhan panjang (Yarmanti (2002) menganggapnya sebagai lebar)

Page 57: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

44

lebih besar daripada pertumbuhan tinggi (Yarmanti (2002) menganggapnya

sebagai panjang). Nilai pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan Acropora

spp. yang ditransplantasikan di Pulau Kelapa diduga diakibatkan oleh aktivitas

pembersihan fragmen karang sehingga pertumbuhan karang menjadi lebih baik.

Gambar 19. Pertumbuhan mutlak fragmen jenis Acropora spp. (n0=280,

nt=186), Hydnopora rigida (n0=15, nt=12), dan Pocillopora verrucosa (n0=46, nt=24) selama enam bulan (Maret 2009-September 2009).

Hydnopora rigida memiliki tingkat pertumbuhan mutlak karang sebesar 60

mm untuk panjang dan 38 mm untuk tinggi (Gambar 19). Hydnopora rigida

merupakan karang yang bertipe bentuk pertumbuhan bercabang menyerupai

ranting pohon. Karang ini memiliki cabang dengan ukuran cabang lebih panjang

dibandingkan dengan ketebalan atau diameter yang dimilikinya.

Hasil penelitian di Pulau Kelapa ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.

Penelitian terhadap Hydnopora rigida oleh Alhusna (2003) pada kedalaman 3

meter menyatakan bahwa selama 154 hari penelitian pertumbuhan panjang

(ukuran fragmen karang dari substrat sampai puncak) karang ini mencapai 25,4

mm dan 24,3 mm untuk lebar I (antar cabang), serta 20,3 mm untuk lebar II

(tiap cabang). Sementara Prawidya (2003) mengungkapkan pertumbuhan

absolut yang dicapai oleh karang jenis Hydnopora rigida yang ditransplantasikan

di kedalaman 5 meter selama lima bulan penelitiannya adalah sebesar 35,89

mm untuk pertumbuhan panjangnya dan 48,00 mm untuk pertumbuhan

tingginya. Pertumbuhan tinggi yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

panjang pada transplantasi di Pulau Kelapa diduga terjadi karena posisi modul

yang mengikuti kontur dasar laut serta kecepatan arus dan turbulensi

0

10

20

30

40

50

60

Acropora Hydnopora rigida Pocillopora verrucosa

Pert

um

bu

han

(mm

)

Terumbu Karang yang Ditransplantasikan

Panjang Tinggi

Page 58: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

45

mengakibatkan pertumbuhan secara horizontal lebih dominan dibandingkan

pertumbuhan secara vertikal.

Pocillopora verrucosa cenderung memiliki life form coral submassive

dimana koloni ini juga ditandai dengan pertumbuhan koloni lebih dominan ke

arah horisontal daripada vertikal namun dengan bentuk tampak seperti tombol

yang menempel, seperti tiang-tiang kecil, kancing, atau irisan-irisan, bentuk

kokoh dengan tonjolan-tonjolan atau kolom-kolom kecil. Hal tersebut terlihat

dari tingkat pencapaian panjang mencapai 41 mm sedangkan pencapaian tinggi

hanya mencapai 31 mm (Gambar 19).

Hasil penelitian lainnya terhadap Pocillopora verrucosa di Pulau Karya

menunjukkan hasil yang sama dalam pola pertumbuhan namun lebih kecil

apabila dibandingkan dengan pengamatan di Pulau Kelapa. Lebih besarnya

ukuran Pocillopora verrucosa dikarenakan waktu transplantasi yang lebih lama

dibandingkan pengamatan yang dilakukan pada Pulau Karya. Pengamatan

dilakukan terhadap karang jenis ini di lokasi transplantasi Pulau Karya pada

kedalaman yang sama. Pada pengamatan selama tiga bulan yang dilakukan

Wibowo (2009), pencapaian pertumbuhan karang jenis Pocillopora verrucosa

mencapai 9,15 mm untuk pertumbuhan panjang dan 8,49 mm untuk

pertumbuhan tinggi.

Kecepatan arus dan turbulensi memiliki pengaruh terhadap morfologi

ekosistem terumbu karang. Hal ini terlihat dari pertumbuhan karang jenis

Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa. Hydnopora rigida

dan sebagian besar spesies dari genus Acropora yang ditransplantasikan

memiliki life form coral branching dimana seharusnya pertumbuhan secara

vertikal lebih dominan dibandingkan pertumbuhan secara horizontal, namun

pada pengamatan di lapang di dapat hasil bahwa pertumbuhan karang tersebut

lebih dominan secara horizontal daripada pertumbuhan secara vertikal.

Sementara untuk Pocillopora verrucosa yang memiliki life form sub massive,

pertumbuhan panjang akan lebih dominan daripada pertumbuhan tinggi.

Hasil yang berbeda didapatkan pada pengamatan terhadap karang jenis

Montipora spp., Porites spp., dan Stylophora pistillata di lokasi dan waktu yang

sama. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan life form di antara karang-

karang tersebut. Pertumbuhan mutlak panjang rata-rata karang jenis Montipora

adalah 62 mm dan 24 mm untuk pertumbuhan mutlak rata-rata tinggi. Karang

jenis Porites mengalami pertumbuhan mutlak rata-rata sebesar 26 mm untuk

pertumbuhan panjang dan 27 mm untuk pertumbuhan tinggi. Stylophora

Page 59: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

46

pistillata memiliki nilai pertumbuhan mutlak sebesar 41 mm untuk panjang dan

37 mm untuk tinggi (Yudhasakti PK, 23 November 2009, komunikasi pribadi).

4.3.2. Laju pertumbuhan

Karang dengan life form berbeda akan memiliki laju pertumbuhan (Linear

extension) yang berbeda pula. Karang branching dengan polipnya yang kecil,

memiliki struktur rangka yang berongga sehingga mudah patah. Untuk

pertumbuhan karang jenis ini umumnya cenderung vertikal. Karang dengan

polip besar seperti karang masif dimana strukturnya lebih padat dan kuat,

memiliki pertumbuhan yang cenderung horisontal tetapi tingkat pertambahan

volumenya lebih besar dari karang branching (Pratama 2005).

Acropora spp. pada bulan Maret 2009-Mei 2009 memiliki laju pertumbuhan

panjang sebesar 19 mm/2 bulan dan 15 mm/2 bulan untuk tinggi. Pada

pengamatan di bulan Mei 2009-Juli 2009 dibandingkan dengan laju

pertumbuhan di bulan Maret 2009-Mei 2009 didapat hasil terjadi penurunan laju

pertumbuhan karang baik untuk panjang dan tinggi. Untuk laju pertumbuhan

panjang karang didapat laju sebesar 17 mm/2 bulan dan untuk laju

pertumbuhan tinggi karang didapat laju pertumbuhan sebesar 12 mm/2 bulan.

Laju tersebut kemudian kembali meningkat pada pengamatan di bulan Juli

2009-September 2009 yakni menjadi 20 mm/2 bulan untuk panjang dan 13

mm/2 bulan untuk tinggi. Berdasarkan pengamatan selama enam bulan

tersebut didapat rata-rata pertumbuhan yang terjadi adalah sebesar 19 mm/2

bulan untuk panjang dan 14 mm/2 bulan untuk tinggi (Gambar 20. dan Gambar

21.).

Penelitian lain yang lebih spesifik mengenai Acropora telah umum

dilakukan, diantaranya oleh Yarmanti (2002). Salah satu jenis karang Acropora

yang sering dijadikan bahan penelitian adalah Acropora formosa. Yarmanti

(2002) melakukan perlakuan terhadap kedalaman, yakni pada kedalaman 3

meter dan 10 meter. Pada kedalaman 3 meter didapatkan laju pertambahan

lebar rata-rata mencapai 18,8 mm/bulan dan laju pertambahan tinggi rata-rata

11,4 mm/bulan. Pada kedalaman 10 meter didapatkan pertambahan lebar rata-

rata sebesar 11,5 mm/bulan dan 7,60 mm/bulan untuk pertambahan tinggi

rata-ratanya.

Page 60: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

47

Gambar 20. Laju pertumbuhan rata-rata panjang (Y ± SE).

Gambar 21. Laju pertumbuhan rata-rata tinggi (Y ± SE).

Laju pertumbuhan karang jenis Hydnopora rigida selama enam bulan,

sejak Maret 2009 hingga September 2009, rata-rata mencapai 17 mm/2 bulan

untuk tingkat pencapaian panjang dan 11 mm/2 bulan untuk tingkat pencapaian

tinggi (Gambar 20. dan Gambar 21.). Penelitian Alhusna (2003) terhadap

Hydnopora rigida mendapatkan laju pertumbuhan panjang rata-rata adalah

sebesar 5,4 mm/bulan, 6,1 mm/bulan untuk laju pertambahan lebar I rata-rata,

dan 5,1 mm/bulan untuk laju pertumbuhan lebar II. Sementara Prawidya

(2003) mengungkapkan laju pertumbuhan rata-rata yang terjadi adalah sebesar

0

5

10

15

20

25

30

35

Maret 2009-Mei 2009 Mei 2009-Juli 2009 Juli 2009-September 2009

Pert

um

bu

han

(mm

/2

bu

lan

)

Waktu Pengamatan

Acropora Hydnopora rigida Pocillopora verrucosa

0

5

10

15

20

25

30

35

Maret 2009-Mei 2009 Mei 2009-Juli 2009 Juli 2009-September 2009

Pert

um

bu

han

m

m/

2 b

ula

n)

Waktu Pengamatan

Acropora Hydnopora rigida Pocillopora verrucosa

Page 61: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

48

7,19 mm/bulan untuk laju pertumbuhan tinggi rata-rata dan 9,60 mm/bulan

untuk laju pertambahan lebar rata-rata.

Nilai laju pertumbuhan panjang tertinggi karang jenis Hydnopora rigida

terjadi pada bulan Mei 2009 hingga Juli 2009 sebesar 24 mm/2 bulan dan nilai

terendah terjadi pada bulan Juli 2009 hingga September 2009 sebesar 11 mm/2

bulan. Laju pertambahan tertinggi dan terendah juga terjadi pada bulan Mei

2009 hingga Juli 2009 dan Juli 2009 hingga September 2009 sebesar 14 mm/2

bulan untuk tertinggi dan 7 mm/2 bulan untuk terendah (Gambar 20. dan

Gambar 21.). Meningkatnya nilai laju pertumbuhan panjang dan tinggi pada

bulan Mei 2009 hingga Juli 2009 dianggap dapat menunjukan parameter

lingkungan pada saat itu sangat mendukung pertumbuhan fragmen karang

tersebut, diduga pula kemampuan adaptasi dari fragmen karang terhadap

lingkungannya saat tersebut telah meningkat.

Laju pertumbuhan panjang lebih besar dibandingkan dengan laju

pertumbuhan tinggi karang Pocillopora verrucosa dalam kurun waktu

pengamatan selama enam bulan, sejak Maret 2009 hingga September 2009.

Laju pertumbuhan rata-rata mencapai 14 mm/2 bulan untuk tingkat pencapaian

panjang dan 10 mm/2 bulan untuk tingkat pencapaian tinggi (Gambar 20. dan

Gambar 21.). Laju pertumbuhan rata-rata karang Pocillopora verrucosa pada

kedalaman yang sama di Pulau Karya dalam kurun waktu tiga bulan

pengamatan adalah sebesar 4,94 mm/bulan untuk panjang karang dan 3,70

mm/bulan untuk tinggi karang (Wibowo 2009).

Pola yang terjadi pada laju pertumbuhan Pocillopora verrucosa adalah

terus menurun baik untuk nilai panjang maupun tingginya. Laju pertumbuhan

panjang dan tinggi tertinggi terjadi pada bulan Maret 2009 hingga Mei 2009

yakni 16 mm/2 bulan untuk panjang dan 13 mm/2 bulan untuk tinggi. Sejak

bulan Mei 2009 hingga Juli 2009 dan Juli 2009 hingga September 2009, nilai

laju pertumbuhan baik untuk panjang dan tingginya terus mengalami

perlambatan hingga nilai laju pertumbuhan terendah pada bulan Juli 2009

hingga September 2009 yakni 11 mm/2 bulan untuk panjang dan 6 mm/2 bulan

untuk tinggi (Gambar 20 dan Gambar 21).

Kondisi seperti ini diduga terjadi karena belum mampunya fragmen karang

jenis ini untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi,

mengingat perbedaan kualitas habitat antara habitat asalnya dan habitat lokasi

transplantasi. Persaingan dengan makroalga yang melimpah di lokasi tersebut

juga turut mempengaruhi kemampuan karang untuk bertumbuh secara

maksimal dikarenakan energi yang dimiliki oleh karang sebagian besar

Page 62: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

49

digunakan untuk membersihkan diri. Mc cook 2001 in Jompa & Mc cook 2003

menyatakan saat alga mendominasi ruang maka karang yang tumbuh akan

sedikit, tetapi sebaliknya saat karang yang mendominasi ruang maka alga yang

tumbuh akan sedikit.

Harrison & Ward (2001) juga menyatakan meningkatnya konsentrasi

nutrien nitrogen dan phosphor dapat menyebabkan tekanan pada terumbu

karang, menyebabkan perubahan kalsifikasi karang dan laju pertumbuhan, dan

mengurangi kalsifikasi terumbu karang. Selain faktor tersebut, kematian

karang yang sangat besar juga mempengaruhi nilai laju pertumbuhan rata-rata

dari karang ini.

Dari pengamatan terhadap ketiga jenis karang tersebut, berdasarkan

bentuk pertumbuhannya, Acropora yang didominasi life form Acropora

branching memiliki laju pertambahan panjang sebesar 19 mm/2 bulan, lebih

besar dibandingkan Hydnopora rigida yang memiliki life form coral branching

dengan laju pertambahan panjang sebesar 17 mm/2 bulan. Sementara untuk

bentuk pertumbuhan sub-massive, laju pertambahan rata-rata panjang

Pocillopora verrucosa hanya mencapai 14 mm/2 bulan. Dibandingkan di antara

ketiganya Acropora spp. merupakan karang yang memiliki laju pertumbuhan

panjang terbesar dibandingkan kedua jenis karang lainnya.

Serupa dengan laju pertambahan panjang, laju pertambahan tinggi rata-

rata terbesar diraih oleh Acropora spp. dengan 14 mm/2 bulan, lebih besar

dibandingkan laju pertumbuhan tinggi rata-rata Hydnopora rigida yang hanya

sebesar 11 mm/2 bulan dan Pocillopora verrucosa dengan pertambahan tinggi

rata-rata terkecil dibandingkan dua karang jenis lainnya yakni hanya sebesar 10

mm/2 bulan.

Pengamatan terhadap karang jenis Montipora spp., Porites spp., dan

Stylophora pistillata juga dilakukan pada lokasi dan waktu yang sama dan

menunjukan pola yang berbeda dengan penelitian ini, bergantung kepada life

form masing-masing karang tersebut. Berdasarkan pengamatan tersebut,

karang jenis Montipora memiliki laju pertumbuhan rata-rata sebesar 13 mm/2

bulan untuk panjang dan 7 mm/2 bulan untuk tinggi. Karang jenis Porites

mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 9 mm/2 bulan untuk panjang

dan 8 mm/2 bulan untuk tinggi. Pengamatannya terhadap Stylophora pistillata

menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 13 mm/2 bulan untuk

panjang dan 10 mm/2 bulan (Yudhasakti PK, 23 November 2009, komunikasi

pribadi).

Page 63: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) tiap jenis karang berbeda tiap

jenisnya. Dari ketiga jenis karang yang ditransplantasikan, tingkat

kelangsungan hidup pada akhir pengamatan paling besar dimiliki oleh Acropora

spp. dengan 79,42% sedangkan tingkat kelangsungan hidup terendah dimiliki

oleh karang jenis Pocillopora verrucosa sebesar 61,11%. Hydnopora rigida

memiliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 74,19%. Berdasarkan kondisi

tersebut dapat disimpulkan pula bahwa perairan tersebut cukup baik untuk

transplantasi ketiga jenis karang tersebut yang ditandai dengan kelangsungan

hidup seluruhnya berada di atas kisaran 50%. Kematian terbesar selama enam

bulan diakibatkan makroalga.

Karang jenis Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa,

ketiga karang tersebut mengalami pertumbuhan yang positif. Tingkat

pencapaian pertumbuhan Acropora spp. selama enam bulan mencapai 59 mm

untuk panjang dan 42 mm untuk tinggi dengan laju pertumbuhan sebesar 19

mm/2 bulan untuk panjang dan 14 mm/2 bulan untuk tinggi. Lalu, tingkat

pencapaian pertumbuhan Hydnopora rigida mencapai 60 mm untuk panjang dan

38 mm untuk tinggi dengan laju pertumbuhan sebesar 17 mm/2 bulan dan 11

mm/2 bulan untuk tinggi. Tingkat pencapaian Pocillopora verrucosa mencapai

41 mm untuk panjang dan 31 mm untuk tinggi dengan laju pertumbuhan

mencapai 14 mm/2 bulan untuk panjang dan 10 mm/2 bulan untuk tinggi.

5.2. Saran

Ada beberapa hal yang harus lebih diperhatikan apabila dilakukan

penelitian lainnya di bidang transplantasi karang ke depannya agar lebih

optimal. Beberapa hal tersebut adalah :

1. Perlu dilakukan penelitian untuk penentuan waktu terbaik melakukan

kegiatan transplantasi untuk mengurangi lepasnya fragmen dari substrat

akibat pengaruh alami, misalnya karena arus perairan yang kuat.

2. Perlu adanya pengambilan data lingkungan yang lebih mewakili, sehingga

pengaruh parameter lingkungan terhadap sifat fisiologi hewan karang, dan

sifat morfologi koloni karang, dan pertumbuhan karang dapat diamati lebih

spesifik.

3. Pertumbuhan fragmen transplan lebih baik dibandingkan dengan karang

alami (tanpa adanya perlakuan).

Page 64: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

51

4. Melihat pengaruh pertumbuhan makroalgae di sekitar lokasi transplantasi

dan pemangsaan ikan karang terhadap pertumbuhan beberapa model

koloni.

5. Melihat pengaruh kegiatan transplantasi itu sendiri terhadap ekosistem

terumbu karang sekitarnya.

6. Perlu dilakukan pengamatan yang lebih lama untuk mengetahui

kecenderungan pola pertumbuhan untuk waktu yang lebih lama.

Page 65: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

DAFTAR PUSTAKA

Adrim M, Hutomo M, dan Suharti SR. 1991. Chaetodontoid fish community structure and its relation to reef degradation at the Seribu Islands reefs, Indonesia, p. 163-174. In: Proceeding of the regional symposium on living resources in coastal areas.

Alhusna IS. 2003. Studi laju pertumbuhan induk koloni dan fragmen transplan

pada transplantasi karang spesies Acropora formosa dan Hydnopora rigida di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu [skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Pertanian dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 55 hlm.

Arafat D. 2005. Tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang

(Hydnopora rigida dan Lobophyllia hemprichii) hasil fragmentasi buatan pada bak terkontrol [skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78 hlm.

Aziz A.M. 2002. Tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan rasio

pertumbuhan jenis karang batu dan karang api yang ditransplantasikan di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta [skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 80 hlm.

Barnes RSK & Hughes RN. 1999. An introduction to marine ecology 3rd Ed.

Blackwell Publishing. 117-141 p. Bawole R, Eidman M, Bengen DG, & Suharsono. 1999. Distribusi spasial ikan

Chaetodontidae dan peranannya sebagai indikator kondisi terumbu karang di perairan Teluk Ambon. Jurnal ilmu-ilmu perairan dan perikanan Indonesia, VI (1) : 1-13.

Cahyadi B. 2001. Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup

transplantasi karang Porites nigrescens dan Montipora digitata di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 88 hlm.

Castro P & Huber ME. 2007. Marine biology (Sixth Edition). McGraw-Hill

Companies, Inc. New York. United States of America. p. 297-322. [Coremap] Coral Reef Rehabilitation and Management Program. 2006. Modul

transplantasi karang sederhana pada Pelatihan Ekologi Terumbu Karang 22-24 Agustus 2006. Modul. Yayasan Lanra Link Makssar. Makassar. 7 p.

[Coremap]. 2007. Katalog jenis karang Sulawesi Selatan. Coremap II dan

Pusat Penelitian Terumbu Karang Universitas Hasanudin. Makassar. Crosby MP & Reese ES. 1996. A manual for monitoring coral reefs with

indicator species : Butterflyfishes as indicator of change on Indo Pacific

Page 66: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

53

reefs. Office of Ocean and Coastal Resource Management, National Oceanic and Atmospheric. Silver Spring. MD. 45 p.

Dahuri R, Rais J, Ginting SP, & Sitepu MJ. 1996. Pengelolaan sumberdaya

wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. P.T. Pradnya Paramita. Jakarta. xxiv + 305 p.

Dahuri R. 2003. Paradigma baru pembangunan indonesia berbasis kelautan.

orasi ilmiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. ix + 233 p. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Pengenalan jenis-jenis

karang di kawasan konservasi laut. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan. 51 p.

Edwards AJ & Gomez ED. 2008. Konsep dan panduan restorasi terumbu :

membuat pilihan bijak di antara ketidakpastian. [Terjemahan dari Reef restoration concepts and guidelines : making sensible management choices in the face of uncertainty]. Yusri, Estradivari S, Wijoyo NS, & Idris (penerjemah). Yayasan TERANGI. Jakarta. 38 p.

Effendi H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan

lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm. Elahi R & Edmunds PJ. 2007. Tissue age affects calcification in the scleretinian

coral Madracis mirabilis. Biol. Bull. 212:20-28. English S, Wilkinson C, & Baker V. 1994. Survey manual for tropical marine

resources. Australian Institute Marine Science. Estradivari, Syahrir M, Susilo N, Yusri S, & Timotius S. 2007. Terumbu karang

Jakarta : Pengamatan jangka panjang terumbu karang Kepulauan Seribu (2004-2005). Yayasan TERANGI. Jakarta. ix + 87 p.

Ghaffar MA, Ng MY, Adziz KAA, & Arshad A. 2005. Linking the feeding regime

of Chaetodon octofasciatus to the coral health in Redang Island, Malaysia. Coral marine science 30(1):276-282.

Goreau TF, Goreau NI, & Goreau TJ. 1979. Corals and coral reefs. Scientific

American, Inc. 124-136 p. Harriot VJ & Fisk DA. 1988. Coral transplantation as reef management option,

p. 375-379. In: Proc. 6th. Intl Coral Reef Symp. 2. Haris A. 2001. Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup

fragmentasi buatan karang lunak di Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 87 hlm.

Harrison PL & Ward S. 2001. Elevated levels of nitrogen and phosphorus

reduce fertilisation success of gametes from sleretinian reef coral. Marine Biology. 139:1057-1058.

Herdiana Y. 2001. Respon pertumbuhan serta keberhasilan transplantasi koral

terhadap ukuran fragmen dan posisi penanaman pada dua spesies

Page 67: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

54

karang Acropora micropthalma dan Acropora intermedia di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu [skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor. 87 hlm.

Hoegh-Guldberg O & Williamson J. 1999. Avaiability of two forms of dissolved

nitrogen to the Pocillopora damicornis and its symbiotic zooxanthellae. Marine Biology. 133:561-570.

Hourigan TF, Tricas TC, & Reese ES. 1988. Coral reef fishes as indicators of

environmental stress in coral reefs, p. 107-135. In: Soule DF & Kleppel GS (Editor). Marine organisms as indicators. Springer Verlag. New York.

Ikawati Y, Hanggarawati PS, Parlan H, Handini H, & Siswodihardjo B. 2001.

Terumbu karang di Indonesia. Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.

Johan O. 2000. Tingkat keberhasilan transplantasi karang batu di Pulau Pari,

Kepulauan Seribu, Jakarta [tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 89 hlm.

Johan O. 2003. Sistematika dan teknik identifikasi karang. 8 p. In: Training

Course: Karakteristik Biologi Karang 7-12 Juli 2003. PSK-UI, Yayasan TERANGI, dan IOI-Indonesia.

Jompa J & Mc cook LJ. 2003. Contrasting effects of turf algae on corals:

massive Porites spp. are unaffected by mixed-species turfs, but killed by the red alga Anotrichium tenue. Marine Ecology Progress Series. 258:79–86.

Kaleka D. 2004. Transplantasi karang batu marga Acropora Pada substrat

buatan di perairan Tablolong Kabupaten Kupang. Makalah. [27 Oktober 2009]

Kudus UA, Kusumo S, & Wijaya I. 2003. Panduan pengenalan jenis-jenis

karang hias yang diperdagangkan. AKKII. Jakarta. iv + 42 p. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2008. Bercocok tanam karang

dengan transplantasi. LIPI Press, Jakarta. Madduppa HH. 2006. Kajian ekobiologi ikan kepe-kepe (Chaetodon

octofaciatus, Bloch 1787) dalam mendeteksi kondisi terumbu karang di Pulau Petondan Timur, Kepulauan Seribu, Jakarta [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 100 hlm.

McClanahan TR. 1997. Primary succession of coral-reef algae: Differing

patterns on fished versus unfished reefs. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 218:77-102.

McClanahan TR & Obura D. 1997. Sedimentation effects on shallow coral

communities in Kenya. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 209:103-122. [MENKLH] Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2008. Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 (Lampiran 3) Tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta

Page 68: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

55

Mihardja DK & Pranowo WS. 2001. Kondisi perairan Kepulauan Seribu : Laporan pelengkap dalam rangka penyusunan laporan akhir penyusunan tata ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu. Bappeda Propinsi DKI Jakarta Bekerjasama dengan Lembaga Penelitian – ITB. Laporan Akhir. Pusat Penelitian Kelautan (PPK) Bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kepariwisataan (P2PAR) Institut Teknologi Bandung. Bandung. 34 hlm.

Noor A. 2003. Analisis kebijakan pengembangan marikultur di Kabupaten

Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 222 hlm.

Nybakken JW. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan.

Gramedia Pustaka Tama. Jakarta. 480 hlm. Pearse VB & Muscatine L. 1971. Role of symbiotic algae (zooxanthellae) in

coral calcification. Biol. Bull. 141:350-363. Pratama J. 2005. Tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan karang

Pocillopora, Seriatopora, dan Heliopora dalam transplantasi karang di Pulau Pari, Kepulauan Seribu [skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Pertanian dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 81 hlm.

Prawidya R. 2003. Tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan rasio

pertumbuhan beberapa jenis karang batu (stony coral) yang ditransplantasikan di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu [skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Pertanian dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hlm.

Rachmawati R. 2001. Terumbu buatan (Artificial Reef). Pusat Riset Teknologi

Kelautan Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 50 p.

Reese ES. 1995. The use of indicator species to detect change on coral reefs :

butterflyfishes of the family Chaetodontidae as indicators for Indo-Pacific coral reefs, p. 19-23. In: Coral Reef Symposium on Monitoring methods. Annapolis. Maryland.

Rinkevich B. 1989. The contribution of photosynthetic products to coral

reproduction. Marine Biology. 101:259-263. Roberts CM & Ormond RFG. 1987. Habitat complexity and coral reef fish

diversity and abundance on Red Sea fringing reefs. Mar. Ecol. Prog. Ser. 41:1-8.

Sabater MG & Yap HT. 2002. Growth and survival of coral transplants with

and without electrochemical deposition of CaCO3. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 272:131-146.

Sadarun 1999. Transplantasi karang batu di Kepulauan Seribu Teluk Jakarta

[tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 67 hlm.

Soedharma D & Subhan B. 2007. Transplantasi karang saat ini dan

tantangannya di masa depan pada Prosiding Musyawarah Nasional

Page 69: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

56

Terumbu Karang I. Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang. Coremap II. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Soedharma D & Arafat D. 2007. Perkembangan transplantasi karang di

Indonesia, p. 5-14. In: Soedharma D, Rahardjo MF, Susilawati SE, dan Arafat D (eds.) Prosiding seminar transplantasi karang : Membuka wawasan masyarakat mengenai transplantasi karang untuk menumbuhkan kepedulian terhadap ekosistem terumbu karang. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB – Fisheries Diving Club IPB. Bogor.

Soong K & Chen TA. 2003. Coral transplantation: Regeneration and Growth of

Acropora fragments in a nursery. Restoration Ecology. 11(1):1-10. Subhan B. 2002. Tingkat ketahanan hidup dan laju pertumbuhan karang jenis

Euphyllia sp (Dana 1846), Plerogyra sinosa (Dana 1846) dan Cynarina lacrymalis (Edwards and Haime 1848) yang ditransplantasikan di perairan Pulau Pari, Jakarta [skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suharsono. 2008. Jenis-jenis karang di Indonesia. LIPI Press. Jakarta. iv +

372 p. Supit B. 2000. Laju Pertumbuhan Karang Batu Pocillopora damicornis di

Pantai Selatan Pulau Bunaken dan Pantai Malalayang Dua Teluk Manadov[skripsi]. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Sam Ratulangi. [terhubung berkala]. http://www.digilib.stiekesatuan.ac.id [27 Oktober 2009].

Supriharyono. 2007. Pengelolaan ekosistem terumbu karang. Penerbit

Djambatan. Jakarta. x + 129 p. Suwignyo S, Bambang W, Yusli W, & Majariana K. 2005. Avertebrata Air.

Penebar Swadaya. Jakarta. 55-59p. Syahrir, M. 2003. Studi pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang

Scleretenia, Coenohecalia, dan Stolonifera yang ditransplantasikan di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu [skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hlm.

Tabar AM. 2007. Impact of terrigenous sediment on coral reef fish in

Southeast Sulawesi [Master Dissertation]. Department of Marine Ecology. University of Gothenburg. 12 hlm.

Tanner JE. 1995. Competition between scleretinian corals and macroalgae :

An experimental investigation of coral growth, survival and reproduction. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 190:151-168.

Veron JEN. 2000. Corals of the world vol. 2. Australia Institute of Marine

Science. viii + 429 p. Wibowo AS. 2009. Analisis kecepatan pertumbuhan dan tingkat keberhasilan

transplantasi karang Stylophora pistillata dan Pocillopora verrucosa di perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu. 69 hlm.

Page 70: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

57

Wood R. 1999. Reef evolution. Oxford University Press, Inc. New York. xi +

414 p. Yarmanti KD. 2002. Studi laju pertumbuhan dan tingkat ketahanan hidup

karang batu spesies Acropora nobilis dan Acropora formosa pada dua kedalaman yang berbeda di Pulau Pari, Kepulauan Seribu [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 65 hlm.

Page 71: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa
Page 72: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

59

Lampiran 1. Tingkat kelangsungan hidup terumbu karang jenis Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa yang ditransplantasikan

Tingkat Kelangsungan Hidup Karang

Genus Karang

Jumlah Individu

Awal (n0)

Waktu Pengukuran Jumlah

Individu Akhir (nt)

SR (%)

Maret 2009

Mei 2009 Juli 2009 September

2009

n SR

(%) n

SR (%)

n SR

(%) n

SR (%)

Acropora spp.

617 617 100 570 92,38 522 84,60 484 78,44 484 78,44

Hydnopora rigida

29 31 100 30 96,77 24 77,42 23 74,19 23 74,19

Pocillopora verrucosa

54 54 100 42 77,78 34 62,96 33 61,11 33 61,11

Lampiran 2. Jumlah dan persentase karang mati terhadap penyebab kematian terumbu karang per pengamatan

Jenis Karang Mei 2009 (n) Juli 2009 (n) September 2009 (n)

DCA Patah DCA Patah DCA Patah

Acropora spp. 43 3 42 6 33 5

Hydnopora rigida - - 5 - 1 -

Pocillopora verrucosa 12 - 8 - 1 -

Persentase 94,83 5,17 90,16 9,84 87,50 12,50

Lampiran 3. Persentase jumlah terumbu karang yang mati terhadap penyebab kematian selama enam bulan

Jenis Karang DCA Persentase Patah Persentase

Acropora spp. 118 89,39 14 10,61

Hydnopora rigida 5 100 - 0

Pocillopora verrucosa 21 100 - 0

Jumlah individu (n) mati 139 90,85 14 9,15

Page 73: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

60

Lampiran 4. Proses persiapan dan pembuatan modul transplantasi (Dokumentasi : PKSPL-IPB 2009)

Pemasangan fragmen karang

Kondisi modul di lokasi transplantasi

Penyusunan modul transplantasi

Penurunan modul transplantasi ke laut

Penjemuran modul yang telah dicetak

Pengangkutan modul ke lokasi transplantasi

Pencetakan Modul Transplantasi

Penjemuran cetakan setelah dilapisi resin

Persiapan cetakan modul

Page 74: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

61

Lampiran 5. Alat-alat yang digunakan

Page 75: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

62

Lampiran 6. Perangkap sedimen

Pemasangan perangkap sedimen di lokasi transplantasi

(Dokumentasi PKSPL-IPB 2009)

Konstruksi perangkap sedimen

Page 76: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

63

Lampiran 7. Kondisi pada saat pengamatan (Dokumentasi : PKSPL-IPB 2009)

A. Penyebab kematian terumbu karang

B. Makroalga pada modul transplantasi terumbu karang

C. Contoh modul karang Acropora spp. yang sama pada awal pengamatan di

bulan Maret 2009 (kiri) dan akhir pengamatan di bulan September 2009 (kanan)

Page 77: ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN … · ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora spp., Hydnopora rigida, ... Usaha Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa

64

D. Contoh modul karang Hydnopora rigida yang sama pada awal pengamatan di

bulan Maret 2009 (kiri) dan akhir pengamatan di bulan September 2009 (kanan)

E. Contoh modul karang Pocillopora verrucosa yang sama pada awal

pengamatan di bulan Maret 2009 (kiri) dan akhir pengamatan di bulan September 2009 (kanan)