94
KONSEP WARUNG MIKRO DAN LINKAGE PROGRAM SEBAGAI SOLUSI PEMBIAYAAN USAHA MIKRO (STUDI PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG RAWAMANGUN) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: Ismi Mawaddah NIM : 107046101346 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/ 2011

Analisis Linkage Program

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Linkage

Citation preview

  • KONSEP WARUNG MIKRO DAN LINKAGE PROGRAM

    SEBAGAI SOLUSI PEMBIAYAAN USAHA MIKRO

    (STUDI PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG RAWAMANGUN)

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

    Oleh:

    Ismi Mawaddah

    NIM : 107046101346

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1432/ 2011

  • KONSEP IVARLIH{; &{IKR{} T}AIq Lil\I(AGE PROGRAi\{SEBAGAI SOL*51 PtrMBTAYAA]T TISAHA MIKRO

    isrt jlll ?:*?.1 E.q.E;F; =='A!eFr e,a=lliRl c..a-RApjG I{AIVAMANGUN}

    =i=Fli'slE-Siajrik*n L=3:=*a :'l;tliJEli:ii-i St'iiri::h dan l{u}lulti uuiuk N,lernenr-rtrii

    .!alair S::::"i ="-!,*r*:

    l4empei*!*h GelilrS iir.i ii::.= ij i:r"r r: c::-:i 5 yari rrlr { S F" . S,v i

    1-rifil i

    Ismi hlarvarldahN'II\t. t47046 t0134{r

    t7/, -' '

    I\{.ANtP. 195 198203r004

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIATIPROGRAM STUDI MUAMALAT

    FAKULTAS SYARIAH DAN I{UKUMUNIVERSITAS ISLAPI NEGERI

    SYARIF HIDAYATULI.AHJAKARTA

    7432 EI/2011 M

    Pembimbing

  • PENGESAHAN PANITIA SIDANG

    Skripsi yang berjudul "KONSEP WARUNG MIKRO DAN LINKAGEPROGRAM SOLUSI PEMBIAYAAN USAHA KECIL (STUDI KASUS BANKSYARIAH MANDIRI CABAI\G RAWAMANGUN)" telah diujikan dalam sidangmunaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hiclayatullah Jakart a padatanggal 30 September 2011, skripsi ini telah diterima sebaai salah satu syarat untukmemperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Program Studi Muamalat (EkonomiIslam).

    Jakarta,30 Septemb er 2011

    Panitia Sidang Munaqasyah

    Ketua Dr. Euis Amalia. M. Ag.NrP. 1 971 07 011998032002

    Sekretaris

    Pembimbing

    Penguji 1,.'

    Penguji 2

    Mu'min Rauf. M. A.NIP. 1 9700416t99703r004

    Dr. Afifi Fauzi Abbas. M. ANrP. 1 9560906198203 1004

    Dr. Phil. JM. Muslimin. M. ANIP. 150295489

    Dr. Hendra Kholid. M. ANIP.

    50505 198203 1012

  • iii

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

    satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam

    Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

    atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

    menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 18 Agustus 2011

    Ismi Mawaddah

  • Abstrak

    Judul penelitian ini adalah Konsep Warung Mikro dan Linkage Program Sebagai Solusi Pembiayaan Usaha Mikro (Studi pada Bank Syariah Mandiri Cabang Rawamangun). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aplikasi pembiayaan mikro yang di kucurkan oleh

    Bank Syariah Mandiri khususnya di cabang Rawamangun baik secara langsung dalam bentuk

    Warung Mikro maupun tidak langsung dengan melalui Linkage Program.

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh

    data primer dengan cara melakukan wawancara dan pengambilan data langsung kepada pihak

    yang mempunyai kompetensi untuk menjawab semua permasalahan pada skripsi ini. Sebagai

    tambahan untuk memperkuat hasil penelitian, penulis juga mengadakan studi kepustakaan.

    Melalui studi kepustakaan ini didapatlah data ilmiah yang akurat bersumber dari buku-buku,

    dokumen-dokumen, rujukan, artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.

    Kesimpulan dari penelitian ini adalah, ternyata Bank Syariah Mandiri cukup baik

    menyalurkan pembiayaan kepada UKM melalui program Warung meskipun sebab lebih banyak

    mendatangkan keuntungan bagi Bank, meskipun teknis pelaksanaannya lebih rumit dari pada

    Linkage program. Sedangkan aplikasi Linkage program di BSM Cabang Rawamangun tidak

    terlalu berjalan baik. Alasannya Bank agak sulit menentukan mitra usaha (LKMS) yang baik

    dalam mempercayakan dana. Jadi dapat disimpulkan, Warung Mikro lebih banyak dipakai untuk

    menyalurkan pendanaan kepada UKM dibandingkan dengan Linkage program.

    Kata Kunci: Bank Syariah Mandiri, Warung Mikro, Linkage Program

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, yang senantiasa

    memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Selanjutnya

    shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad

    SAW, kepada segenap Keluarga, Sahabat serta ummatnya sepanjang zaman.

    Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT, penulis sangat bersyukur karena telah

    meyelesaikan skripsi yang berjudul Warung Mikro dan Linkage Program

    Sebagai Solusi Pembiayaan Usaha Mikro (studi pada Bank Syariah Mandiri

    cabang Rawamangun), dengan baik.

    Proses perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Banyak

    hambatan dan rintangan yang penulis temui, namun berkat kesungguhan hati dan

    kerja keras serta doa dari semua pihak, akhirnya penulis sampai pada titik akhir

    penulisan skripsi ini.

    Penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai pihak yang telah banyak

    membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu perkenankanlah penulis

    mengucapkan kata terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

    1. Bapak. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM., selaku Dekan

    Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag., dan Bapak. Mumin Rauf, M.Ag., selaku Ketua

    Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah Jurusan

    Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

  • 3. Bapak Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A, selaku dosen pembimbing yang senantiasa

    membimbing dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran-

    saran, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

    4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

    telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah,

    semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.

    5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan

    Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat penulis memperoleh berbagai

    informasi dan referensi sehingga skripsi dapat terselesaikan.

    6. Ibu Dian Nawila Sari selaku kepala Warung Mikro Bank Syariah Mandiri cabang

    Rawamangun, yang telah berkenan mengizinkan melakukan penelitian,

    meluangkan waktu, dan membimbing penulis dalam mendapatkan materi.

    7. Yang tercinta, pahlawan hidupku Ayahanda Azmer S. Pd, yang mengajarkan

    penulis bagaimana menjadi sosok yang bijaksana seperti beliau dan figurnya

    selalu menjadi motivasi dan panutan bagi penulis di setiap langkah hidup ini.

    Demikian pula yang tercinta Ibunda Dwi Koresni yang telah melimpahkan kasih

    sayang, yang tidak henti-hentinya mendoakan agar anaknya menjadi pribadi yang

    kuat, tegar, dan bijaksana, tak lupa juga untuk adikku tersayang Trimeiza Annisa,

    semoga kita menjadi anak yang bisa membahagiakan mereka. Amin

    8. Tak lupa kepada Papa Yulhendri dan Mama Deni Mustika yang selalu

    memberikan semangat dan motifasi agar penulis bisa menyelesaikan penelitian ini

    dengan baik. Dan kepada Da Aulia Sidqi, Hafizh Ardhi, dan Fadhil Zikri penulis

    juga ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala

    kebahagiaan yang diberikan selama ini.

  • 9. Untuk kepada kakak ku Risa Safariyani yang tak pernah lelah memberikan

    semangat kepada penulis, mbak ku Atik Rosyadah yang terus menerus

    memotivasi penulis untuk cepat menyelesaikan penelitian ini, untuk Pratiwi

    Pauziyah yang senantiasa begembira dan bersedih bersama penulis, Pokoknya

    Caspersky forover :* , tak lupa kepada si kecil Asoka Nina Sari yang selalu

    menjadi teman berbagi suka dan duka

    10. Buat Muhammad Helmi Fakhrazi yang menjadi lilin kecil dihati penulis. Yang

    selalu sabar mengingatkan agar penulis tetap fokus dalam mengerjakan penelitian

    ini.

    11. Buat teman-teman angkatan 2007 khususnya kelas PS-D dan khususnya lagi

    Muhammad Syafik Umam yang telah membantu penulis memperoleh data dan

    teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah

    menggoreskan banyak kenangan manis, semoga tali silaturahmi kita selalu

    terjalin.

    Akhirnya sekali lagi tiada untaian kata yang paling berharga kecuali ucapan

    Alhamdulillahi Rabbil Alamin atas Rahmat dan Karunia serta Ridha-Nya. Dan

    ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak, semoga kebaikan dan bantuan

    kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat ridha dari Allah SWT.

    Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk

    itu kritik dan saran kiranya dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi penulis dan bagi yang membacanya.

    Jakarta, 7 Juni 2011

    Penulis

    Ismi Mawaddah

  • vii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR.iv

    DAFTAR ISI....................................................................................................vii

    DAFTAR GAMBAR..x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah.1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...5

    D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep..6

    E. Metode Penelitian...8

    F. Review Studi Terdahulu...11

    G. Sistematika Penulisan...14

    BAB II Tinjauan Teoritis Tentang Mikro Banking dan Linkage Program

    di Bank Syariah

    A. Pengertian Linkage Program.18

    B. Sejarah Linkage Program..20

    C. Kebijakan Terkait Lingkage Program...21

    D. Tujuan Linkage Syariah22

    E. Kriteria Koperasi Peserta Linkage Program Syariah Dengan

    Bank Umum Syariah ....22

    F. Pola Linkage Program pada Bank Syariah23

  • viii

    BAB III Warung Mikro

    A. Pengertian Warung Mikro.41

    B. Sejarah Warung Mikro..41

    C. Dasar Hukum berdirinya Warung Mikro..43

    D. Produk-produk Warung Mikro..44

    E. Persyaratan Pembiayaan Warung Mikro...44

    BAB IV ANALISIS MIKRO BANKING DAN LINKAGE PROGRAM

    SEBAGAI SOLUSI PEMBIAYAAN USAHA MIKRO

    A. Pelaksanaan Warung Mikro sebagai bentuk Aplikasi Mikro

    Banking di Bank Syariah Mandiri.48

    B. Pelaksanaan Linkage Program sebagai sarana penghubung

    antara Bank Syariah Mandiri dengan UKM..58

    C. Hubungan Penerapan Program Linkage dan Munculnya

    Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri Cabang Rawamangun..67

    D. Kendala yang terdapat saat menerapkan warung mikro

    dan Linkage program.70

    E. Pentingnya Penerapan Warung Mikro dan Linkage

    Program di Bank Syariah Mandiri Cabang Rawamangun....73

  • ix

    BAB V Penutup

    A. Kesimpulan..75

    B. Saran....76

    DAFTAR PUSTAKA

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sudah diketahui, jika ingin meningkatkan perekonomian secara

    keseluruhan (dari kalangan bawah sampai atas) harusnya Pemerintah lebih

    mengembangkan sektor Riil yang notabene disumbangkan oleh UKM. Kenapa

    UKM? Aburizal Bakrie menyatakan pemikirannya bahwa membangun Usaha

    Kecil dan Menengah (UKM) sama dengan membangun perekonomian Indonesia,

    alasannya jika satu UKM bisa mempekerjakan 5 orang maka 20 juta UKM akan

    menyerap 100 juta tenaga kerja. Hal ini tidak bisa di lakukan perusahaan besar1.

    Namun pada kenyataannya, pemerintah lebih berpihak pada pengatan usaha besar

    seperti perdagangan, apalagi Industri2. Oleh karena itu, pemerintah harusnya

    memperkuat perekonomian dari masyarakat bawah dengan kata lain memajukan

    UKM.

    Menurut Awali Rizki usaha mikro adalah usaha informal yang memiliki

    asset, modal, omzet yang amat kecil. Sedangkan menurut SK menteri keuangan

    no. 40/KMK.06/2003 adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan

    1 Lalu Mara Satria Wangsa, Merebut Hati Rakyat Melalui Nasionalisme, Demokrasi dan

    Pembangunan Ekonomi Sumbangan Pemikiran Aburizal Bakrie, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2004,

    h. 160 2LKM dan Percepatan Program KUR http://catatan-sr.blogspot.com/2009/03/lkm-dan-

    percepatan-program-kur.html, diakses tanggal 23 Januari 2011.

  • 2

    WNI dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,- per tahun

    serta dapat mengajukan kredit kepada Bank paling banyak Rp. 50.000.000,- . 3

    Permasalahannya, banyak UKM yang berpotensi sangat baik namun

    belum Bankable, sehingga UKM kesulitan mengakses dana tersebut. UKM sangat

    sulit mendapatkan dana KUR dari Bank sebab banyak sekali persyaratan yang

    harus di penuhi dan jaminan yang harus disediakan oleh para pengusaha. Tentu

    saja bagi para UKM hal ini bukanlah perkara mudah. Padahal UKM sangatlah

    berperan dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia.

    Urgensi UKM menjadi tulang punggung dalam menggerakkan

    perekonomian kita di saat krisis sudah terbukti cukup ampuh. UKM eksis di

    tengah badai krisis melanda perekonomian bangsa, sementara usaha besar kalang

    kabut dan minta bantuan pendanaan dari pemerintah. Sudah sewajarnya

    pemerintah memproteksi keberadaan UKM secara tegas, jelas, dan bertanggung

    jawab dari intervensi usaha besar yang mau mencaploknya.

    Perbankan Syariah, sebagai lembaga keuangan berbasis syariah yang

    mengaku concern dalam pengembangan Usaha Kecil dan Menengah

    mendapatkan tantangan dengan kesungguhannya tersebut. Apalagi Ekonomi

    3 Awali Rizky, Strategi Jitu Investasi di UMK: Optimalisai Kontribusi dalam Makroekonomi

    Indonesia, Makalah Launching & Seminar BMT Permodalan, Graha Niaga, 23 Januari 2001 (Jakarta:

    BMT Permodalan, 2008), h. 50

  • 3

    Islam (atau yang disebut saat ini sebagai ekonomi Syariah) bisa dikatatan seiring

    dan selaras dengan Ekonomi Pancasila (system ekonomi yang dianut Indonesia). 4

    Dasar pembentukan Bank Syariah adalah menghindarkan nasabah dan end

    user dari bathilnya bunga bank konvensional. Tidak ada larangan bagi Bank

    dalam membiayain nasabah selagi dalam batas-batas yang telah disebutkan dalam

    UU no 21 th 2008.

    Warkum Sumitro (2004) menyebutkan, Bank Syariah dibentuk didasar

    oleh fakta berikut:

    1. Praktik praktik system bunga dan akibatnya.

    2. Sistem perbankan saat ini memiliki kecenderungan terjadinya kesentrasi

    kekuatan ekonomi di tangan kelopmpok elit, para banker dan pemilik modal.

    Hal ini membuat alokasi kekayaan tidak seimbang.

    3. Beroperasinya system perbankan yang berdasarkan prinsip syariat islam

    diharapkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap terwujudnya suatu

    system ekonomi Islam. 5

    Dewasa ini sudah banyak Bank Syariah yang menyadari betapa

    menguntungkannya berinvestasi di sektor mikro. Begitu banyaknya usaha-

    usaha kecil yang berpotensi maju dan profitable. Ditambah lagi kebijakan

    4 Ahmad Riawan Amin, Menata Perbankan Syraiah di Indonesia, Jakarta :UIN Press, 2009, h.

    135

    5 Warkum Sumitro, Asas-asas perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BMT,

    TAKAFUL, dan Pasar Modal), , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan ke empat 2004. h. 11

  • 4

    pemerintah yang mencanangkan program KUR. Oleh karena itu banyak Bank

    Syariah dan Bank Konvensional berlomba-lomba membuka unit mikro.

    Salah satunya adalah Bank Syariah Mandiri, Bank ini memiliki unit

    mikro sendiri produknya berbentuk Warung Mikro dan juga mengadakan

    kerjasama dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam bentuk Linkage

    Program.

    Masalah utama berupa akses permodalan pada UMKM ini dapat

    dikembangkan melalui linkage program antara Bank Syariah dengan lembaga

    keuangan mikro syariah (LKMS) yaitu Baitul Mal Wa at Tamwil (BMT) dan

    Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)6. Selain dengan bermitra dengan

    LKMS Bank sebenarnya juga bisa langsung menyalurkan pembiayaan mikro

    ke UKM. Dewasa ini sudah banyak Bank Syariah yang langsung terjun ke

    End User, dengan kata lain sekarang sudah banyak bank yang membuka divisi

    pembiayaan mikro contohnya dalam penelitian kali ini adalah Bank Syariah

    Mandiri. Produk pembiayaan mikronya dinamakan Warung Mikro.

    Penulis ingin mengetahui tentang Seluk beluk pembiayaan Usaha

    Kecil dan menengah yang ada di Bank Syraiah Mandiri, sebab di Bank ini ada

    dua program yang diterapkan guna menguatkan UKM yaitu Warung Mikro

    dan Linkage Program. Selain itu penulis juga ingin mengetahui teknis

    pelaksanaan dari kedua produk tersebut. Dan dari kedua produk tersebut mana

    6 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2009),

    Cetakan Pertama, h. 127-128

  • 5

    yang lebih efektif dalam pengembangan UKM dan mana produk yang lebih

    banyak diterakpan oleh Bank. Oleh karena itu penulis mengangkat tema

    Konsep Warung Mikro dan Linkage Program Sebagai Solusi Pembiayaan

    Usaha Mikro (studi pada Bank Syariah Mandiri cabang Rawamangun)

    dalam penelitian yang akan dilakukan.

    B. Rumusan Masalah

    Masalah yang akan saya bahas meliputi:

    1. Apa program pembiayaan usaha mikro yang lebih banyak digunakan oleh

    Bank Syariah Mandiri Rawamangun?

    2. Mengapa jenis pembiayaan usaha mikro tersebut lebih banyak digunakan?

    3. Apa kendala yang dihadapi saat menjalankan Warung Mikro dan Linkage

    Program di Bank Syariah Mandiri?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan dari penelitian ini

    a. Untuk mengetahui teknis penerapan masing-masing penerapan pola

    Linkage Program dan Warung Mikro

    b. Untuk mengetahui mana program yang paling efektif dalam mendanai

    UKM dan memajukan sektor mikro

    c. Menambah pengetahuan tentang Keuangan Mikro dan Teknis

    pendanaannya.

  • 6

    2. Manfaat Penelitian

    Banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini, baik bagi

    penulis, dunia akademik, dan perkembangan dunia perbankan. Manfaatnya

    meliputi: Manfaat penelitian

    A. Bagi penulis, penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang

    pembiayaan mikro dan usaha mikro di Lembaga Keuangan Syariah baik

    Bank maupun Non Bank (Koperasi).

    B. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan bisa menginformasikan tentang

    praktek pembiayaan untuk usaha mikro yang diterapkan di Bank syariah,

    baik yangs secara langsung maupun melalui Linkage Program.

    C. Bagi praktisi, penelitian ini membantu menyorot masalah-masalah apa

    saja yang terjadi saat pembiayaan mikro oleh Bank Syariah di terapkan,

    sehingga para praktisi bisa melihat solusi dan menyempurnakan

    pembiayaan kepada usaha mikro. Diharapkan penyaluran pembiayaan

    bagi usaha mikro dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

    D. Bagi masyarakat umum, menginformasikan kepada masyarakat bahwa

    Bank Syariah juga memiliki program dalam pembiayaan mikro. Jadi,

    masyarakat tidak perlu ragu-ragu lagi dalam menjadi mitra dengan BUS.

    D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

    Kerangka teori merupakan upaya penggalian teori yang dapat digunakan

    peneliti untuk menjelaskan bahwa teori memberikan kepada kita suatu kerangka

    yang membantu dalam melihat permasalahan. Teori dapat membimbing kita dapat

  • 7

    memberikan makna terhadap data, karena teori dapat menyediakan konsep-

    konsep yang relevan dan asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan dan

    mengarahkan pertanyaan penelitian.7

    Sebagai mana dituliskan dalam pasal 3 UU Perbankan Syariah, tujuan di

    bentuknya perbankan syariah yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan

    nasional dalam rangka mengingkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan

    kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai tujuan menunjang pelaksanaan

    pembangunan nasional, Perbankan Syariah tetap berpegang pada prinsip syariah

    secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah) (pasal 3 UU Perbankan

    Syariah dan penjelasannya)8. Dari tujuan terbentuknya perbankan syariah kita

    dapat mengetahui bahwa diharapkan perbankan Syariah dapat menunjang

    pembangunan nasional, salah satunya yaitu yang paling penting adalah

    memajukan sektor riil dan mikro.

    Dalam memajukan UKM inilah langkah yang dilakukan Bank Syariah

    Mandiri yaitu membuka Warung Mikro dan menjalankan Linkage Program yang

    telah dicanangkan oleh Bank Indonesia. Berikut sekilas bayangan tentang Warung

    Mikro dan Linkage Program:

    a. Warung Mikro, yaitu program pembiayaan berskala kecil yang di tujukan

    untuk membiayaan UKM yang potensial dan feasible namun belum

    7 Bambang Prastio dan Lina Miftahu Jannah, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan

    Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 64-65 8 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan syariah (Titik Temu Hukum Islam dan Hukum

    Nasional), (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada,2009), h 31

  • 8

    Bankable. Pembiyaan yang di kucurkan syarat nya lebih di permudah dan

    diusahakan sebisa mungkin dengan bagi hasil yang menguntungkan

    UKM.

    b. Linkage Program, adalah program kemitraan antara Bank Syariah dan

    Lembaga Keuangan Mikro Syariah dimana Bank menyalurkan dananya

    kepada LKMS guna di salurkan kembali kepada End User. Bentuk

    Linkage ada 3, yaitu Executing, Chanelling dan Join Financing. Namun

    pada saat ini yang diterapkan oleh BSM hanya Executing dan chanelling.

    Kerangka Pemikirian yang dibuat dalam penelitian ini sebagai berikut:

    E. Metode Penelitian

    1. Pendekatan penelitian

    Pendekatan yang dilakukan dalam penelitan ini adalah pendekatan

    kualitatif. Pada strateginya pendekatan kualitatif lebih menekankan rumusan

    Bank Umum Syariah

    LKMS

    Linkage Program Warung Mikro

    End User/

    UKM

    End User/

    UKM

  • 9

    bahasa yang bermakna daripada kuantifikasi koleksi dan analisis data9. Selain

    itu, penulis memakai pendekatan kualitatif karena datanya sedikit dan

    memerlukan waktu penelitian yang relatif lama.

    Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan mentranskrip data (baik

    itu hasil wawancara maupun dokumen-dokumen yang terkait penelitian).

    Kemudian data tersebut diklasifikasikan sesuai masalah/tema yang dibahas.

    Tahapan selanjutnya yaitu menganalisis data. Dalam tahapan ini,

    semua data yang telah diklasifikasikan di analisis sampai mendapatkan

    jawaban atas pertanyaan yang ada dalam penelitian ini.

    2. Jenis penelitian

    Jenis peneliatian yang diambil adalah deskriptif analisis, sebab

    penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah

    berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari

    gejala tertentu. Jika deskriptif maka laporan penelitian akan berisi kutipan-

    kutipan data untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Data yang

    didapat dari naskah wawancara, catatan-lapangan, foto, dokumen, catatan dan

    memo dan lainnya akan dianisis sejauh mungkin dalam bentuk aslinya dan

    ditelaah satu demi satu10

    .

    3. Sumber data penelitian

    a. Data primer

    9 Conyy R. Semiawan, Catatan Kecil Tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu

    Pengetahuan , (Jakarta: 2007), Cet I, h. 31 10

    Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: 1997), cet.VIII, h.6

  • 10

    Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama.

    Dalam penelitian ini data primer didapat langsung dari Bank Syariah

    Mandiri kantor Cabang Rawamangun terkait yang dapat berupa hasil

    wawancara dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan tema

    penelitian.

    b. Data sekunder

    Data sekunder merupakan data selain dari data langsung yang

    didapat dari sumber. Data sekunder yang penulis ambil yaitu dati buku-

    buku dan literatur yang berkaitan dengan tema yang diangkat. Diantaranya

    data seputar UKM, Bank yang menyalurkan pembiayaan mikro, dan

    Linkage Program

    4. Teknik pengumpulan data

    a. Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

    Wawancara akan dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait dengan tema

    penelitian yang diangkat. Dalam penelitian ini penulis akan mewawancara

    pihak yang terkait yaitu pihak Bank Syariah Mandiri Cabang

    Rawamangun. Wawancara akan menggunakan petunjuk umum

    wawancara seperti yang terlampir.

    b. Dokumen-dokumen.

    Selain wawancara, dibutuhkan dokumen-dokumen yang

    berhubungan dengan tema penelitian guna memperkuat hasil penelitian

  • 11

    yang ada. Seperti data penyaluran pembiayaan mikro baik dari program

    warung mikro maupun linkage program di Bank Syariah Mandiri cabang

    Rawamangun, selain itu juga diperlukan data perbandingan antara total

    pembiayaan mikro dengan DPK yang ada di Bank Syariah Mandiri

    Cabang Rawamangun.

    5. Teknik penulisan

    Penulisan skripsi ini merujuk kepada buku Pedoman Penulisan

    Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011

    F. Review Studi Terdahulu

    Dalam melakukan studi terdahulu, hasil penelitian yang berkaitan

    dengan penelitian ini adalah:

    No. Penulis /

    Tahun Judul Hasil Penelitian

    Pokok

    Masalah Sumber Data

    Pendekatan

    yang

    dipakai

    1 Fuad

    Agustiawan

    /2007

    Pengaruh

    Akitiva dan

    Modal

    terhadap

    Penerimaan

    Dana Linkage

    Program BMT

    (Studi Kasus

    di Bank

    Muamalat

    Ada pengaruh

    positif antara

    aktiva dan dana

    Linkage BMT.

    Apakah aktiva

    dan modal

    berpengaruh

    terhadap

    penerimaan

    Linkage.

    Data di Dapat

    dari Baitul Maal

    Muamalat.

    Kualitatif

  • 12

    Indonesia)

    2 Lembaga

    Penelitian

    (LP3I),

    Universitas

    Padjajaran/2007

    Dampak

    Pelaksanaan

    Linkage

    Program

    Terhadap

    Peningkatan

    Penyaluran

    Kredit

    Perbankan

    Kepada Usaha

    Mikro dan

    Kecil (UMK)

    dan Terhadap

    Peningkatan

    Kinerja BMT

    Linkage ternyata

    meningkatkan

    kinerja BMT

    Melihat

    pengaruh

    Pelaksanaan

    Linkage

    terhadap

    penyaluran

    kredit di

    perbankan

    kepada UKM.

    Data di dapat

    dari BPR

    Kuantitatif

    3 Jubaedah/2009 Peran

    Strategis

    Linkage

    Program Bank

    Syariah

    Terhadap

    Penguatan

    Lembaga

    Keuangan

    Mikro Syariah

    Dalam

    penelitian ini

    diketahui

    strategi apa saja

    yang bisa

    mengembangkan

    LKMS melalui

    Linkage

    program

    Implementasi

    penerapan

    Linkage di

    BMI, dan

    membahas

    kendala serta

    strategi

    program

    Linkage.

    Data berasal

    dari

    mewawancara

    petugas BMI

    kualitatif

  • 13

    4 Rian Kumara

    /201011

    Analisis Uji

    Beda Kinerja

    BPR yang

    mengikuti

    Linkage

    Program

    dengan BPR

    yang tidak

    mengikuti

    Linkage

    Program pada

    Wilayah Kerja

    DPC Depok

    Linkage yang

    dibahas adalah

    konvensional.

    Hasil

    penelitiannya

    yaitu keberadaan

    Linkage tidak

    mempengaruhi

    /mendorong

    kinerja linkage.

    Melihat

    pengaruh

    Linkage

    terhadap

    kinerja BPR

    Data di dapat

    dari BPR yang

    ada di wilayah

    Depok

    Kuantitatif

    G. Sitematika Penulisan

    Sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    BAB I Pendahuluan

    Pada bagian ini penulis membahas tentang Latar Belakang,

    Pembatasan dan perumusan dari permasalahan yang diangkat. Selain

    itu dalam BAB ini dijelaskan Tujuan dan Manfaat Penelitian,

    11

    Diakses di http://library.gunadarma.ac.id/abstraction_20206809-skripsi_fe.pdf , pada

    tanggal 15 Februa ri 2011.

  • 14

    Metode Penelitian, Review Studi terdahulu, dan Sistematika

    Penulisan.

    BAB II Linkage Program

    BAB ini berisi tentang kerangka teori yang berkaitan dengan

    program Linkage. BAB ini berisi segala sesuatu yang berhubungan

    dengan Linkage Program, pengertian Linkage, kebijakan terkait

    Linkage, tujuan linkage, criteria koperasi peserta linkage dengan

    Bank Umum Syariah, serta pola-pola linkage program.

    BAB III Warung Mikro Bank Syariah Mandiri

    BAB ini berisi tentang penjelasan umum dari produk warung mikro

    di Bank Syariah Mandiri. Dalam BAB ini akan dibahas tentang

    pengertian, sejarah, dasar hukum, jenis produk, dan pesyaratan

    pembiayaan di warung mikro di Bank Syariah Mandiri

    BAB IV Konsep Warung Mikro dan Linkage Program Sebagai Solusi

    Pembiayaan Usaha Mikro (studi pada Bank Syariah Mandiri

    cabang Rawamangun).

    Berisi hasil penelitian yang mencakup implementasi warung mikro

    dan program linkage yang ada di BSM Rawamangun, menjelaskan

    aplikasi dan tenis pelaksanaannya, serta kendala di tiap-tiap program

    serta mana program yang di anggap lebih efektif dalam

    mengembangkan UKM. Dalam BAB ini di gunakan data-data yang

  • 15

    berupa dokumen-dokumen dan hasil wawancara dalam menjawab

    semua pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.

    BAB V Penutup

    Terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

  • 16

    BAB II

    LINKAGE PROGRAM

    Masalah utama UMKM berupa akses permodalan dapat dikembangkan

    melalui Bank Syariah dengan cara mengadakan kemitraan dengan Lembaga

    Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yaitu Baitul Mal Wa at Tamwil (BMT) dan Bank

    Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)1.

    Kenapa Bank Syariah? Dibanding dengan Bank Konvensional, Bank Syariah

    mempunyai keunikan yang secara prinsip dapat mendukung UKM. Antara lain lebih

    luwes dalam penyediaan agunan, lebih luwes dalam penetapan imbalan, dan lebih

    luas dalam menyediakan fasilitas (meliputi bidang perbankan dan lembaga

    pembiayaan seperti anjak piutang, modal ventura, sewa beli dan pegadaian). Agar

    penyaluran dana kepada UKM lebih optimal, banyak yang harus dibenahi. Salah

    satunya pemerintah dan Bank Indonesia perlu memfasilitasi pola kerjasama Bank

    Umum syariah dengan BPR syariah dan Lembaga keuangan lainnya.2

    Salah satu program kerjasama yang di canangkan yaitu Linkage Program

    antara Bank dengan Lembaga Keuangan Mikro3. Linkage program adalah program

    kerjasama antara Bank Umum peserta KUR dengan Lembaga Keuangan Mikro.

    1 Ahmad Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, , (Jakarta: UIN Press,

    2009), Cetakan Pertama, h. 127-128 2 Amir Machmud, H. Rukmana, Bank Syariah Teori Kebijakan dan Studi Empiris di

    Indonesia, (Jakarta, Penerbil Erlangga, 2010), h. 100 3 Ahmad Riawan Amin, Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional, Dalam

    Pidato Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa dalam Bidang Perbankan Syariah, 11 Juli 2009.

    Jakarta. Jakarta. h 81

  • 17

    Tujuannya, agar UKM yang belum bankable tadi dapat mengakses dana ke LKM.

    Jadi dapat diambil kesimpulan Linkage Program adalah produk pembiayaan Bank ke

    End user secara tidak langsung (karena melalui LKMS dulu).

    Heri Sudarsono menyatakan (dalam Bank dan Lembaga Keuangan Syariah)

    bahwa system keuangan islam yang berpilar kepada prinsip bagi hasil mendudukkan

    Perbankan tidak hanya sebagai lembaga intermediasi keuangan seperti dikenal selama

    ini, tetapi lebih mengarah kepada lembaga intermediasi investasi, dikarenakan

    hubungan antara Bank Syariah dengan nasabah lebih dominan pada hubungan antar

    pemodal pengusaha atau modal ventura ketimbang hubungan antara kreditur dan

    debitur4. Oleh karena itu, system keuangan islam yang ideal akan ditandai oleh

    sinergi yang kokoh antara sektor keuangan dan sektor riil. Sebagai konsekuensi logis

    dari mekanisme ini, maka melemahnya produktivitas pada sektor riil secara langsung

    akan mempengaruhi kinerja sektor keuangan terutama karena porsi bagi hasil yang

    akan diterima oleh perbankan sebagai sektor keuangan.5

    Kelemahan dan tantangan utama lembaga keuangan syariah seperti BPRS dan

    BMT dari sisi internal adalah kualitas SDM yang memadai, lemahnya system pengen

    dalian intern dan lemahnya permodalan6. Padahal Lembaga keuangan tersebut sangat

    urgent untuk di kembangkan, sebab potensiya untuk mengembangkan usaha mikro

    4 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: EKONISIA, 2007), h. 6

    5 Husaini Mansur , Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan Dalam Al Quran , (Jakarta: PT.

    Visi Cita Kreasi (anggota IKAPI),2007), h. 149 6 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah , Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,

    Cetakan pertama, (Jakarta: AlvaBet. 1999), h. 134

  • 18

    sangatlah besar. Oleh karena itu dibutuhkanlah kemitraan BUS dengan Lembaga

    Keuangan Mikro Syariah.

    Bank Indonesia menggambarkan peran perbankan syariah dalam

    mengembangkan sektor UMKM melalui Linkage program seperti bagan di bawah

    ini7:

    A. Pengertian Linkage Program

    Menurut The Basic English Pocket Dictionary Linkage berarti, hubungan,

    pertalian, sambungan8. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

    7 Bank Indonesia, Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Pemberdayaan Sektor Riil, Talk

    Show Indonesia Syariah Expo 2007 Membangun Sinergi LKS dengan Sektor Riil, 27 oktober 2007, h.

    13

    8 Drs. Jalinus Syah dan Adam saleh, The Basic English Pocket Dictionary, Cetakan ke dua,

    (Jakarta: Akadoma. 1982), h. 332

  • 19

    pengertian dari hubungan adalah keadaan berhubungan9, dalam hal ini antara

    Bank Umum Syariah dan Baitul Maal Wa Tamwil. Menurut kamus lengkap

    ekonomi linkage berarti hubungan, pertalian dan sambungan10

    Secara istilah linkage program berarti kerjasama penyaluran dan dari bank

    umum kepada atau melalui BPR dalam rangka pembiayaan kepada nasabah mikro

    dan kecil11

    .

    Menurut peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan

    Menengah Republik Indonesia. 03/Per/M.KUKM/III/2009, Linkage Program

    adalah program kerjasama antara bank umum termasuk bank umum peserta KUR

    dengan koperasi dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan Usaha Mikro dan

    Kecil (UMK).

    Jadi, Linkage Program adalah program pembiayaan yang bersifat

    kemitraan. Bank syariah mengeluarkan pembiayaan ke sektor riil secara tidak

    langsung. Pembiayaan ini disalurkan lewat agen atau perusahaan mitra (istilahnya

    two steps financing). Perusahaan mitra yang menjadi partner bank syariah bisa

    berupa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Multifinance dan Lembaga

    Keuangan Mikro Syariah seperti Koperasi Jasa keuangan Syariah (KJKS), Unit

    9 Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke 4, Jakarta, PT.

    gramedia, 2008. H. 508

    10

    Ahmad Antony , Kamus Lengkap Ekonomi, k. muda. Ttp. Gita Media Press, 2003 h.214

    11

    Euis Amalia, Reformasi Kebijakan bagi Penguatan Peran Lembaga Keuangan Mikro dan

    Usaha Kecil Mikro di Indonesia (Analisis Distributif dan Keadilan) h.284

  • 20

    Jasa Keuangan Syariah (UJKS), Koperasi pesantren (Kopontren) dan Baitul Mal

    wat Tamwil (BMT). Bank syariah juga bisa melakukan Linkage Program dengan

    lembaga non keuangan seperti perusahaan perkebunan inti plasma atau

    perusahaan franchise12

    .

    B. Sejarah Linkage Program

    Kebijakan perkreditan yang dilakukan oleh pemerintah, BI maupun

    perbankan untuk mengembangkan UMKM pasca krisis sangat beragam. Dipicu

    dari MOU Menko Kesra dengan gubernur BI yang kemudian dijabarkan lebih

    rinci melalui pertemuan di Makassar 8-10 September 2002 dan di Bukittinggi 21-

    23 Februari 2003. Dokumuen dari pertemuan berisi tentang permasalahan pokok

    yang dihadapi oleh UMKM. Implementasi dari MOU tersebut yaitu:

    1. Bahwa mulai tahun 2002 khusus dalam hal penyaluran kredit kepada

    UMKM, Bank Indonesia telah menganjurkan kepada perbankan untuk

    menyusun rencana penyaluran kredit UMKM dalam bussines plan

    masing-masing

    2. Untuk mempercepat pencapaian rencana bisnis bank untuk penyaluran

    kredit kepada UMKM tersebut, perbankan telah menempuh langkah

    linkage program dengan BPR, pembentukan KKMB (konsultan keuangan

    mitra Bank) untuk memfasilitasi UMKM agar segera Bankable dan

    12

    Kompasiana.com , Linkage Program : Solusi Pembiayaan Bagi Hasil . diakses tanggal 17 Desember 2010

  • 21

    pemerintah juga mengeluarkan kebijakan program sertifikasi tanah untuk

    UMKM dan penerbitan Surat Utang Pemerintah sebesar 3 Triliun.13

    Dari situlah mulai dikembangnyannya pola kemitraan Linkage antara

    Bank Umum dan Lembaga Keuangan mikro.

    C. Kebijakan Terkait Linkage Program

    Linkage Program merupakan salah satu program yang direkomendasikan

    oleh Arsitekstur Perbankam Syariah (API) dan Blue Print pengembangan

    perbankan syariah. Program linkage diharapkan akan memberikan kontribusi bagi

    pencapaian visi perbankan nasional yaitu mencapai suatu sistem perbankan yang

    sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan dalam

    rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Cara yang

    direkomendarikan oleh API adalah dengan memperkuat permodalan bank,

    memperkuat daya saing BPR dan meningkatkan akases kredit14

    .

    Program Linkage antara Bank Syariah dengan Lembaga keuangan mikro

    syariah ini didukung oleh Bank Indonesia yang mewajubkan bank syariah

    melakukan kemitraan dengan BPRS dan BMT seperti diatas. Selain itu dukungan

    yang kuat juga dari kementrian Negara Koperasi dan UMKM yang mengeluarkan

    kebijakan dana bergulir. Dana bergulir ini ada yang berpola konvensional dan ada

    yang berpola syariah. Untuk dana bergulir syariah dikeluarkan Peraturan Menteri

    Negara Koperasi dan UKM RI No. 10/ Per/ M.KUKM/ VI/ 2006 tentang petunjuk

    13

    Djoko Retnadi, Memilih Bank yang Sehat Kenali Kinerja dan Pelayanan, (Jakarta : PT.

    Elex Media Komputindo, 2006), h. 43-44 14

    Bank Indonesia, Linkage antara Lembaga Keuangan Syariah, h. 5

  • 22

    teknis program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro (P3KUM) Pola

    Syariah.15

    D. Tujuan Linkage Syariah16

    a. Memperluas dan meningkatkan akses UMK terhadap fasilitas

    kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi melalui Linkage Program

    antara bank umum dengan koperasi;

    b. Mengembangkan kerjasama antara bank umum termasuk bank umum peserta

    KUR dengan koperasi;

    c. Meningkatkan peran KSP/USP-Koperasi dan KJKS/UJKS-Koperasi sebagai

    lembaga keuangan mikro yang mampu melayani UMK dalam mendukung

    upaya perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan, terutama

    untuk daerah-daerah yang jauh dari layanan perbankan.

    E. Kriteria Koperasi Peserta Linkage Program Syariah Dengan Bank Umum Syariah

    Koperasi/ BMT/ UJKS Peserta Linkage Program Pola Syariah wajib

    memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    a. Telah menggunakan sistem syariah;

    b. Pengikatan menggunakan akad syariah;

    c. Sudah berbadan hukum minimal 2 (dua) Tahun;

    d. Bagi hasil selama 2 (dua) tahun terakhir positif;

    15

    A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta: UIN

    Press, 2009. H. 129 16

    Bank Indonesia, Pedoman Umum Linkage, h. 2

  • 23

    e. Koperasi dengan outstanding pembiayaan yang diberikan di atas Rp.

    1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) wajib diaudit oleh akuntan publik atau

    Koperasi Jasa Audit, dan diumumkan kepada anggotanya;

    f. Non Performing Financing (NPF) maksimum 5 % (lima per seratus);

    g. Mempunyai anggota tetap dan/atau calon anggota minimal sebanyak 100

    orang.

    F. Pola Linkage Syariah

    Dalam Generic Model yang dikeluarlan oleh Bank Indonesia Linkage

    program syariah memiliki beberapa pola pelaksanaan yaitu executing

    (menggunakan akad mudharabah), join financing (menggunakan akad

    musyarakah) dan chanelling (wakalah). Tiap-tiap model linkage ini memiliki

    kelebihan dan kekurangan masing-masing.

    a. Pola Executing:

    Pada dasarnya pola ini menerapkan akad Mudharabah dan

    penerapannya tidak ada perbedaan dengan pembiayaan biasa. Bedanya

    hanyalah kalau di Bank akad Mudharabah dilakukan antara nasabah

    (perorangan/kelompok) sedangkan pada Linkage Executing akad

    Mudharabah dijalankan oleh Bank dan LKMS (bukan perorangan).

    Secara ringkas Ketentuan Pola Linkage Executing adalah17

    :

    17 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. :

    Pedoman Umum Linkage. No 03/Per/M.KUKM/III/2009

  • 24

    1. Risiko pembiayaan kepada anggota koperasi, apabila kegagalan

    pembiayaan karena kerugian bisnis secara normal (normal business

    loss), maka risiko ditanggung oleh KJKS/UJKS-Koperasi;

    2. Distribusi pendapatan, sesuai dengan nisbah yang disepakati antara

    BUS/UUS dan KJKS/UJKS-Koperasi;

    3. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil/margin bagi anggota koperasi,

    merupakan kesepakatan bersama dengan mempertimbangkan harga

    pasar untuk sektor/bidang usaha UMK yang dibiayai;

    4. Jaminan, sesuai Undang-undang Perbankan dan ketentuan perbankan

    yang berlaku;

    5. Jaminan anggota Koperasi, sesuai yang dipersyaratkan KJKS/UJKS-

    Koperasi;

    6. Akad Pembiayaan kepada anggota koperasi, dilakukan oleh

    KJKS/UJKS-Koperasi;

    Model Pola Executing18

    :

    SKEMA 1

    Gambar 2.1 Pola Executing

    18

    Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Press. 2009. H.

    309

  • 25

    Keterangan:

    1. BUS mengadakan kemitraan dengan LKMS sesuai

    dengan aturan yang dibuat oleh Bank Indonesia.

    2. Linkage Program (kemitraan) antara BUS dan LKMS

    (bisa BPRS, BMT, KJKS/UJKS) dilakukan dengan akad mudharabah dimana

    100% dana diberikan oleh BUS dan BPRS sebagai mudharib.

    3. Dana tersebut disalurkan kepada UKM dengan akad

    yang disesuaian dengan kesepakatan antara BUS dan LKMS

    4. LKMS akan melaporkan hasil pembiayaannya secara

    rutin ke BUS dan BUS juga melakukan superfisi kepada BI

    Penerapan Linkage Executing pada BUS biasanya berbentuk

    pendanaan Mudharabah wal murabahah yaitu bentuk akad mudharabah

    BANK UMUM BI Supervisi

    BPR/S

    BUK/ BUS: Pinjam ke Bank lain

    BPR/S: Inter Bank Liabilities

    Risiko

    Pembukuan Kredit

    BUK/BUS & BPR/S Perjanjian Kredit

    Laporan

    Supervisi

    Laporan

    BANK UMUM

    UMK

    BPR/S

    BI Supervisi

  • 26

    muqayyadah executing ketika Bank Syariah sebagai mudharib menerima dana

    untuk diinvestasikan dari shahibul maal19

    SKEMA 2

    Gambar 2.2 Pembiayaan Mudharabah wal Murabahah

    Pembiayaan ini diterapkan ketika Bank Syariah sebagai shahibul maal

    memberikan pembiayaan kepada mudharib antara lain yaitu LKS (BPRS, BMT,

    KJKS/ UJKS) yang kemudian menyalurkan pembiayan dengan akad murabahah

    kepada nasabah.

    Keterangan:

    1. Terjadi kerjasama antara LKMS dengan BUS dengan akad mudharabah

    muqayyadah dengan LKMS menjadi mudharib dan BUS menjadi shahibul

    maal.

    19

    Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 210

    Shahibul Maal

    BUS/UUS

    LKS

    Mudharib

    BAI

    Nasabah

    MUSYTARI

    LKS sebagai pengusaha LKS sebagai Penjual

    Pembiayaan Pembiayaan

    Mudharabah Muqayyadah Murabahah

  • 27

    2. Akad mudharabah muqayyadah disini artinya LKMS menyalurkan

    pembiayaan suesuai dengan ketentuan BUS. Dalam pola ini akad yang

    dibolehkan hanyalah murabahah saja.

    3. Pembiayaan murabahah disalurkan kepada nasabah LKMS

    4. Dengan adanya akad antara LKMS dan Nasabah fungsi LKMS bertindak

    sebagai penjual, sedangkan nasabah sebagai pembeli.

    5. Nasabah memberikan margin jual beli kepada LKMS sedangkan LKMS

    memberikan nisabah bagi hasil untuk BUS

    Syarat yang harus dipenuhi dalam akad mudarabah muqayyadah executing antara

    lain:

    a. Bentuk Investasi, bukan

    simpanan (Special Investment)

    b. Akad Mudharabah

    Muqayyadah

    c. Investasi ke sector yang

    diinginkan pemodal (nasabah), dan

    d. On Balance Sheet

    (Executing)

    1. Pemodal menetapkan

    syarat;

    2. Kedua pihak sepakat

    dengan syarat usaha, keuntungan;

    3. Bank menerbitkan bukti

    investasi khusus; dan

  • 28

    4. Bank memisahkan dana.20

    b. Pola Chanelling

    Pola Chanelling adalah pola dimana bank syariah memberikan

    pembiayaan secara langsung kepada nasabah sebagai end user melalui

    perusahaan mitra yang bertindak sebagai agen. Pembiayaan kepada end user

    adalah eksposur pembiayaan bank syariah21

    . Akad yang dipakai dalam pola

    ini bisa syirkah mudharabah (bagi hasil) atau bisa juga wakalah (fee)22

    .

    Ketentuan penerapan pola chanelling yaitu:

    1. Kewenangan memutuskan pembiayaan dilakukan BUS/UUS dan

    BPRS/BMT membantu dalam pencarian nasabah, analisis awal,

    pengikatan dan penagihan atas kuasa BUS/ UUS

    2. Risiko pembiayaan 100% ditanggung oleh BUS/ UUS

    3. Akad antara BUS/ UUS ke BPRS adalah Mudharabah atau bisa juga

    wakalah, sedangkan akad antara BPRS ke UMK sesuai kebutuhan

    UMK.

    4. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil/ margin kepada UMK yang

    dibiayai ditentukan oleh BUS/ UUS dengan mempertimbangkan harga

    pasar untuk sector bidang usaha UMK yang dibiayai.

    20

    Ibid, h. 211 21

    Linkage Program: Solusi pembiayaan Bagi Hasil, Kompasiana.com diakses pada 17

    Desember 2010 22

    Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. (Jakarta: Rajawali Press, 2009),

    H.311

  • 29

    5. Distribusi pendapatan antara BUS/UUS dengan BPRS ditentukan sesuai

    nisbah/fee yang telah disepakati.

    6. Jaminan diadministrasikan oleh BPRS yang bertindak untuk dan atas

    nama BUS/UUS 23

    Ada beberapa Skema dalam Chanelling Financing yaitu24

    :

    SKEMA 1

    Gambar 2.3 Chanelling dengan akad mudharabah

    Keterangan :

    23

    Tim Kelompok Kerja Linkage Program, Keunggulan dan Kelemahan Linkage Program

    Melalui Chanelling Financing: Pengalaman Bank Muamalat, Kertas Kerja Tim dipresentasikan dalam

    Workshop/ Knowledge Sharing Linkage Program Kepada Pejabat Bank Pembangunan Daerah, Bali,

    26-28 Maret 2008, h.2-5

    24 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. (Jakarta: Rajawali Press, 2009),

    H. 312

    Akad Mudharabah

    BPRS (Dana

    0%)

    Akad Mudharabah/ Bagi Hasil

    Nisbah BPRS: Pengusaha = 25:75

    BUS/ UUS

    (Dana 100%)

    Nisbah 60% Nisbah 40%

    Proyeksi

    Yield

    15% Usaha (Proyeksi

    Keuntungan 100%)

    Proyeksi Bagi Hasil

    BPRS 25%

    Pengusaha

  • 30

    1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Mudharabah) kepada BPRS sesuai

    kebutuhan. Porsi dana dari BUS 100%, BPRS 0%. Akad pembiayaan adalah

    Mudharabah (Bagi hasil)

    2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah yang telah disetujui

    BUS/ UUS dengan skim mudharabah (bagi hasil). Plafond an jangka waktu

    ditetapkan tertentu, baik untuk modal kerja maupun untuk modal investasi.

    3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang telah

    disepakati bersama.

    4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran

    pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh

    BPRS akan dibagi hasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan

    5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke BPRS, dan dari BPRS

    sebagai pembiyaan ke UKM.

    SKEMA 225

    Gambar 2.4 Chanelling dengan akad murabahah

    Keterangan:

    1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Mudharabah) kepada BPRS sesuai

    kebutuhan. Porsi dana dari BUS 100%, BPRS/KOP 0%. Akad pembiayaannya

    adalah Mudharabah (Bagi Hasil)

    25

    Ibid, h. 313.

    Akad Mudharabah

    BPRS/ KOP

    (Dana 0%)

    Akad Murabahah

    BUS/ UUS

    (Dana 100%)

    Nisbah 60% Nisbah 40%

    Ekuifalent

    Yield

    15%

    NASABAH

    (USAHA)

    Keuntungan Harga Jual

    25%

  • 31

    2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah yang telah disetujui

    BUS/UUS dengan skim murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu

    tertentu, baik untuk modal kerja maupun investasi.

    3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang telah

    disepakati bersama.

    4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/

    pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh

    BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.

    5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke BPRS, dan pencatatan di

    BPRS sebagai pembiayaan ke UKM

    SKEMA 326

    Gambar 2. 5 Chanelling dengan akad wakalah wal murabahah

    Keterangan:

    1. BUS/ UUS melakukan kerjasama chanelling dengan BPRS dengan nilai

    tertentu. Porsi dana dari BUS 100% dan BPRS 0%. Akad pembiayaan adalah

    wakalah.

    26

    Ibid, h. 314

    Akad Wakalah

    BPRS/ KOP

    (Dana 0%)

    Akad Murabahah

    BUS/ UUS

    (Dana 100%)

    Fee/ Ujrah 60% Fee/ Ujrah

    40%

    Ekuifalen

    tYield

    15% NASABAH

    (USAHA)

    Keuntungan Harga

    Jual 25%

  • 32

    2. BPRS menyalurkan pembiyaan kepada para nasabah yang telah ditunjuk/

    disetujui BUS/ UUS dengan skim murabahah (jual beli). Plafon dan jangka

    waktu ditetapkan tertentu baik untuk modal kerja maupun modal investasi.

    3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang telah

    disepakati bersama.

    4. BPRS mengembalikan dana yang dibayar kepada BUS. Pendapatan yang

    diterima sepenuhnya untuk BUS. BPRS hanya mendapatkan fee.

    5. Pencatatan di BUS sebagai pembiayaan ke UMK 100% dan pencatatan di

    BPRS sebagai rekening administrative BPRS secara off B/S.

    SKEMA 427

    Gambar 2.6 Chanelling dengan akad wakalah wal mudharabah

    Keterangan:

    27

    Ibid, h. 315

    Akad Wakalah

    BPRS (Dana

    0%)

    Akad Mudharabah/ Bagi Hasil

    Nisbah BUS: Pengusaha = 25:75

    BUS/ UUS

    (Dana 100%)

    Fee/ Ujrah 40% Fee/ Ujrah

    40%

    Proyeksi

    Yield

    15%

    Usaha (Proyeksi

    Keuntungan 100%)

    Pembagian

    Keuntungan BUS/UUS

    25%

    Pengusaha

    Proyeksi

    Yield

    10%

  • 33

    1. BUS/UUS melakukan kerjasama Chanelling dengan BPRS dengan nilai

    tertentu. Porsi dana dari BUS 100%. Akad nya adalah Wakalah.

    2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para para nasabah yang telah

    ditunjuk/ disetujui BUS/UUS dengan skim mudharabah (bagi hasil).

    Plafond an jangka waktu ditetapkan tertentu baik untuk modal kerja

    maupun untuk modal investasi.

    3. Nasabah melakukan pembiayaan melalui BPRS sesuai ketentuan yang

    telah disepakati bersama.

    4. BPRS mengembalikan dana yang dibayar nasabah kepada BUS sesuai

    dengan angsuran/pembayaran yang diterima oleh BUS dan BPRS

    menerima fee/ujrah sesuai kesepakatan.

    5. Pencatatan di BUS/UUS sebagai pembiayaan ke UMK dan pencatatan di

    BPRS sebagai pembiayaan Chanelling ke UMK di rekening

    administrative BPRS secara off B/S.

    c. Pola Join Financing

    Join Financing adalah pola Linkage dimana BUS dan BPRS sama-

    sama memberikan kontribusi dana dalam kerjasama. Akad yang dipakaj

    adalah Musyarakah (Bagi Hasil). Pada Join Financing Risiko pembiayaan

    kepada anggota Koperasi, apabila kegagalan pembiayaan karena kegagalan

    bisnis secara normal (normal business loss), maka risiko ditanggung

    bersama antara BUS/UUS dan KJKS/UJKS-Koperasi sesuai dengan

    porsinya. Akad yang dipakai dalam pembiyaan ini adalah Musyarakah

    karena kedua belah pihak masing-masing memiliki porsi dana.

    Karakteristik Pola Linkage ini adalah28

    :

    28

    Tim Kelompok Kerja Linkage Program, Keunggulan dan Kelemahan Linkage Program

    Melalui Join Financing: Pengalaman Bank Muamalat, Kertas Kerja Tim dipresentasikan dalam

    Workshop Sharing Linkage Program Kepada Pejabat Bank Pembangunan Daerah, 26-28 Maret 2008,

    h.4

  • 34

    1. Pembiayaan bersama terhadap UMK yang dilakukan oleh

    BUS/UUS dan BPRS.

    2. Kewenangan memutuskan pembiayaan dilakukan secara bersama

    (BUS/UUS dan BPRS).

    3. Akad antara BUS/UUS dengan BPRS adalah Musyarakah

    sedangkan akad antara BPRS dan UMK sesuai dengan porsinya.

    4. Penentuan besarnya nisabah bagi hasil/ margin kepada UMK

    yang dibiayai dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama dengan

    mempertimbangkan harga pasar untuk sector bidang usaha UMK yang

    dibiayai.

    5. Distribusi pendpatan antara BUS/UUS dengan BPRS ditentukan

    sesuai porsi nisbah yang disepakati.

    6. Jaminan diadministrasikan oleh BPRS yang bertindak untuk diri

    sendiri dan atas nama BUS/UUS.

    Macam-macam skema dalam Join Financing :

    SKEMA 129

    Gambar 2.7 Join Financing dengan akad musyarakah wal mudharabah

    29 Ibid , h. 317

    Usaha (Proyeksi

    Keuntungan

    100%/thn)

    Akad Musyarakah

    BPRS (Dana

    20%)

    Akad Mudharabah/ Bagi Hasil

    Nisbah BPRS: Pengusaha = 24:76

    BUS/ UUS

    (Dana 80%)

    Nisbah 50% Nisbah

    50%

    Proyeks

    i Yield

    15%

    Pembagian

    Keuntungan

  • 35

    Keterangan:

    1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Musyarakah) kepada BPRS sesuai

    kebutuhan. Porsi dana dari BUS 80%, BPRS/KOP 20%. Akad

    pembiayaannya adalah Musyarakah (Bagi Hasil).

    2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah dengan skim

    murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu tertentu, baik untuk

    modal kerja maupun investasi.

    3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang

    telah disepakati bersama.

    4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/

    pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh

    BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.

    5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke BPRS, dan pencatatan di

    BPRS sebagai pembiayaan ke UKM.

    SKEMA 230

    Gambar 2.8 Join Financing dengan akad musyarakah wal murabahah

    30

    Ibid, h. 318

    Usaha

    Akad Musyarakah

    BPRS (Dana

    20%)

    Akad Mudharabah

    BUS/ UUS

    (Dana 80%)

    Nisbah 50% Nisbah 50%

    Proyeksi

    Yield

    15%

    Keuntungan Harga

    Jual 24 %

  • 36

    Keterangan:

    1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Musyarakah) kepada

    BPRS sesuai kebutuhan. Porsi dana dari BUS 80%(maksimal),

    BPRS/KOP 20%. Akad pembiayaannya adalah Musyarakah (Bagi Hasil)

    2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah dengan skim

    murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu tertentu, baik untuk

    modal kerja maupun investasi.

    3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang

    telah disepakati bersama.

    4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/

    pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh

    BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.

    5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke BPRS, dan pencatatan di

    BPRS sebagai pembiayaan ke UKM

    SKEMA 331

    Gambar 2.9 Join Financing dengan akad Musyarakah wal Mudaharabah

    31

    Ibid, h.319

    Usaha

    Akad Musyarakah

    BPRS (Dana

    20%) BUS/ UUS

    (Dana 80%)

    Nisbah 50%

    Proyeksi

    Yield

    15%

    Akad Mudharabah

    Keuntungan Harga

    Jual 24 % Nisbah 50%

  • 37

    Keterangan:

    1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Musyarakah) kepada

    BPRS sesuai kebutuhan. Porsi dana dari BUS 80%(maksimal),

    BPRS/KOP 20%. Akad pembiayaannya adalah Musyarakah (Bagi Hasil)

    2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah dengan skim

    murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu tertentu, baik untuk

    modal kerja maupun investasi.

    3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang

    telah disepakati bersama.

    4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/

    pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh

    BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.

    5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke UMK sesuai porsinya,

    sedangkan porsi pembiayaan dati BUS/UUS dicatat dari rekening

    administratif BPRS secara off B/S.

    SKEMA 432

    Gambar 2.10 Join Financing dengan akad Musyarakah wal Mudhabahah

    32

    Ibid, h. 315

    Usaha (Proyeksi

    Keuntungan

    100%/thn)

    Akad Musyarakah

    BPRS (Dana

    20%)

    Akad Mudharabah/ Bagi Hasil

    Nisbah BPRS: Pengusaha = 24:76

    BUS/ UUS

    (Dana 80%)

    Nisbah 50% Nisbah 50%

    Proyeksi

    Yield

    15%

    Pembagian

    Keuntungan

    BUS/UUS 25%

  • 38

    Keterangan:

    1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Musyarakah) kepada BPRS sesuai

    kebutuhan. Porsi dana dari BUS 80%, BPRS/KOP 20%. Akad

    pembiayaannya adalah Musyarakah (Bagi Hasil).

    2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah dengan skim

    murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu tertentu, baik untuk

    modal kerja maupun investasi.

    3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang

    telah disepakati bersama.

    4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/

    pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh

    BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.

    5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke UMK sesuai porsinya,

    sedangkan porsi pembiayaan dati BUS/UUS dicatat dari

    rekeningadministratid BPRS secara off B/S.

  • 39

    BAB III

    WARUNG MIKRO

    UU no. 20 tn. 2008 menyebutkan dalam pasal 1 bahwa usaha mikro adalah

    usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang

    memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. 1

    Usaha mikro adalah usaha yang terbukti memiliki ketahanan terhadap krisis,

    dibandingkan dengan usaha besar. Selain itu kemampuan UMKM dalam memberikan

    kontribusi terhadap PDB jauh tertinggal dibandingkan usaha besar yang jumlahnya

    hanya 0,1 % dari total unit usaha yang ada di Indonesia, jumlah UMKM yang

    berjumlah 99,9% hanya menymbang 58,4% PDB sedangkan usaha besar

    menyumbang 41,6%. Dari data diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa terdapat

    indikasi produktivitas UMKM mengalami penurunan.2

    Pentingnya Usaha Mikro sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas

    perekonomian negara membuat Pemerintah wajib untuk mengembangkannya. Seperti

    yang kita ketahui bahwa masalah klasik Usaha Mikro adalah permodalan maka

    diperlukannya kesadaran dari Pemerintah dan Lembaga Keuangan terutama Bank

    untuk menyelesaikan permasalahan ini. Diperlukan dibentuknya Pembiayaan Usaha

    Mikro.

    1 Tulus, T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia.( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 16

    2 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Integrasi Sektor Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah (UMKM) dalam strategi perencanaan ekonomi nasional, Jakarta :pusat kajian kebijakandan

    hukum secretariat jenderal Dewan perwakilan Daerah Republik Indonesia, 2009, h. 30

  • 40

    Pembiayaan Usaha Mikro merupakan sektor terpenting dalam perkembangan

    strusktur industry dan produksi ekonomi di negara-negara sedang berkembang.

    Dalam konteks Indonesia pembangunan dan perkembangan usaha mikro mempunyai

    arti strategis, yaitu untuk memperluas kesempatan kerja dan berusaha serta

    meningkatkan derajat distribusi pendapatan.

    Pembiayaan usaha mikro adalah pembiayaan yang diberikan oleh perbankan

    kepada UMKM yang feasible (memungkinkan) tetapi belum Bankable. Intinya usaha

    mikro tersebut berpotensi dan memiliki prospek yang baik. UMKM dan Koperasi

    yang diharapkan dapat mengakses pembiayaan mikro adalah usaha yang bergerak di

    sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian,

    kehutanan dan jasa keuangan simpan pinjam.3

    Sebagaimana yang dikatakan oleh Zainul Arifin bahwa Bank Syariah (yang

    berprinsip bagi hasil dan resiko) memiliki beberapa keunggulan yaitu:

    1. Bank tidak membatasi dirinya hanya untuk meminjamkan dana kepada sektor

    usaha yang sudah mapan saja, hal ini membuat pengusaha kecil terdorong

    untuk tidak ragu melakukan inovasi.

    2. Bank bekerja berdasarkan prinsip kemitraan dengan pengusaha. Pembiayaan

    yang diberikan oleh Bank dengan pemberian konsultasi pembinaan dan

    3 Alila Pramiyatim, Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM, (Yogyakarta: Media presindo,

    2008)

  • 41

    pengawasan bahkan bila perlu menempatkan orang untuk membantu secara

    aktif dalam proses manajemen perusahaan4

    A. Pengertian Warung Mikro

    Warung Mikro adalah produk pembiayaan dimana nasabah dapat

    melakukan pinjaman dana untuk investasi, modal kerja dan pengembangan usaha

    secara syariah, nilai plus dari produk pembiayaan ini adalah persyaratan yang

    mudah, proses pembiayaan cepat, dan angsuran ringan serta tetap hingga jatuh

    tempo.

    Warung mikro BSM diperuntukkan bagi nasabah mikro yang ingin

    melakukan pembiayaan secara syariah Diharapkan dengan fasilitas yang

    diberikan Warung Mikro, masyarakat kecil dan pelaku UMKM dapat tetap

    menjalankan roda perekonomiannya secara maksimal. Sehingga kesejahteraan

    umat dapat terwujud.5

    B. Sejarah Warung Mikro

    Warung mikro dibentuk atas dasar dorongan dari Pemerintah khususnya

    Bank Indonesia karena kebijakan pemerintah yang menuntut Bank untuk

    mengembangkan sektor riil dengan cara lebih memerhatikan UKM. Seperti yang

    telah kita ketahui, selama ini hanya pengusaha besar yang bisa menikmati

    pembiayaan dari Bank, dan karena prinsip kehati-hatian Bank membuat Bank

    4 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah , Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prosperk, ,

    (Jakarta: AlvaBet. 1999), Cetakan pertama, h. 130

    5http://www.pkesinteraktif.com/bisnis/perbankan-syariah/2550-warung-mikro-bsm-

    wujudkan-kesejahteraan-umat.html diakses pada tanggal 13 Juli 2011

  • 42

    lebih ketat dan selektif dalam menyalurkan pembiayaan. Namun saat ini UKM

    pun berhak untuk mendapatkannya. Sebab telah terbukti UKM adalah usaha

    yang tahan krisis dan berpotensi untuk maju. Hal inilah yang melatar belakangi

    berdirinya Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri.

    Selain faktor diatas ternyata ada faktor lain yang menyebabkan

    dibukanya Warung Mikro di BSM yaitu karena di satu pihak Bank mandiri telah

    membuka unit mikronya sendiri yaitu Mitra Usaha Mandiri. Perkembangan Unit

    mikro Bank Mandiri ini memotifasi Bank Syariah Mandiri untuk mencoba

    merambah UKM.6

    Pada akhirnya tahun 2008 dibukalah warung mikro dengan 3-4 cabang

    sebagai percobaan. Ternyata setelah dilihat, perkembangannya cukup bagus.

    Oleh karena itu, maka ditambahlah cabang warung mikro. Pada bulan Agustus

    2010 jumlah outlet warung mikro berjumlah 1227. Hingga saat ini jumlahnya

    lebih kurang 200 outlet. Untuk di BSM Rawamangun sendiri warung Mikro baru

    di buka januari 2010 lalu.

    Saat ini Warung Mikro masih berkantor di Bank Syariah Mandiri,

    formatnya masih Inbranch (masih bergantung pada cabang), namun demi

    kelancaran seluruh prosesnya, pada perkembangannya nanti Warung Mikro

    6 Wawancara Pribadi Dengan Dian Nawila Sari, Jakarta, 5 Agustus 2011

    7 Pembiayaan Mikro Pertanian Jadi Target BSM artikel diakses pada tanggal 15 Oktober

    2011 dari http://zonaekis.com/pembiayaan-mikro-pertanian-jadi-target-bsm/ ,

  • 43

    direncanakan akan lepas dari kantor cabang dan akan membuka unit sendiri

    (Outbrach) sekitar tahun 2015.8

    C. Dasar Hukum adaya warung mikro.

    Adanya kesepakatan bersama antara menteri Koordinator Kesejahteraan

    Rakyat (menkokesra) dan Gubernur Bank Indonesia tentang Penanggulangan

    Kemiskinan melalui Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan

    Menengah No 11/KEP/ MENKO/ KESRA/ IV/ 2002-No. 4/2/ KEP.GBI/ 2002

    tanggal 22 April 2002 yang menjelaskan bahwa kredit kepada usaha kecil adalah

    kredit dengan jumlah hinggal Rp. 500 juta, kredit untuk usaha menengah

    memiliki plafon hinggal Rp. 5 Miliar, sedangkan kredit untuk usaha mikro

    memiliki plafon hingga Rp. 50 juta rupiah.9

    Ditambah UU no. 21 tahun 2008 menyebutkan berbagai kegiatan usaha

    yang boleh di lakukan oleh Bank Umum Syariah yaitu menyalurkan pembiayaan

    dalam akad yang sesuai syariah (baik itu Mudharabah, Murabahah, Istishna,

    Salam, IMBT, dll). Jadi, tidak ada larangan bagi BUS untuk memnyalurkan

    pembiyaan. Justru pemerintah sangat mendorong Bank syariah untuk lebih

    memperhatikan UKM, ini demi menguatkan UKM dan secara langsung akan

    berdampak pada peningkatan perekonomian nasional.

    8 Wawancara Pribadi dengan Dian Nawila Sari, Kepala Warung Mikro BSM Rawamangun,

    tanggal 5 Agustus 2011

    9 Djoko Retnadi, Memilih Bank yang Sehat Kenali Kinerja dan Pelayanannya.( Jakarta :PT.

    Elex Media Komputindo. 2006), H. 225

  • 44

    D. Jenis Produk Warung Mikro

    Warung Mikro sendiri menawarkan tiga jenis produk yakni:

    a. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM-TUNAS).

    1. Limit pembiayaan : minimal Rp 2.000.000; (dua juta rupiah)

    sampai dengan Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).

    2. Jangka waktu : maksimal 36 bulan.

    3. Biaya administrasi sesuai ketentuan BSM .

    b. Pembiayaan usaha mikro madya (PUM-madya )

    1. Limit pembiayaan: diatas Rp10.000.000; (sepuluh juta rupiah

    sampai dengan Rp50.000.000; (lima puluh juta rupiah).

    2. Jangka waktu :maksimal 36 bulan

    4. Biaya administrasi sesuai ketentuan BSM.

    c. Pembiayaan usaha mikro utama (PUM-utama)

    1. Limit pembiayaan: diatas Rp50.000.000; (lima puluh juta rupiah)

    sampai dengan Rp100.000.000; (sepuluh juta rupiah).

    2. Jangka waktu :maksimal 48 bulan.

    3. Biaya administrasi sesuai dengan ketentuan BSM. 10

    E. Persyaratan Pembiayaan Warung Mikro

    1. Wiraswasta/profesi.

    10

    http://ib.eramuslim.com/2010/09/11/ini-dia-spesial-untuk-si-mikro-persembahan-bsm/

    diakses pada tanggal 19 Juli 2011

  • 45

    a. Usaha minimal 2 tahun

    b. Usia minimal 21 tahun atau sudah menikahdan maksimal 55

    tahun saat pembiayaan lunas

    c. Surat keterangan /ijin usaha

    2. Perorangan golbertap

    a. Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal1 (satu) tahun

    b. Usia minimal 21 tahun pada saat pengajuan atau usia minimal

    55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan

    c. Surat keterangan /surat ijin usaha

    3. Badan usaha

    a. Usaha telah berjalan minimal 2 tahun

    b. Surat keterangan /ijin usaha

    c. Akte pendirian /perubahan perusahaan11

    Untuk lebih jelasnya, berikut tabel daftar persyaratan yang harus di lengkapi

    calon nasabah, mulai dari karyawan, professional maupun wiraswasta:

    Dokumen Nasabah Karyawan Profesional Wiraswasta

    Fotokopi KTP/ Identitas Pemohon

    Fotokopi surat nikah/ cerai (apabila ada)

    Fotokopi KTP/ Identitas Dir/Komisaris

    Badan Usaha

    - -

    Fotokopi Kartu Keluarga -

    Pas foto terakhir pemohon ukuran 4X6

    Akte pendirian & perubahan perusahaan - -

    11

    http://ib.eramuslim.com/2010/09/11/ini-dia-spesial-untuk-si-mikro-persembahan-bsm/

    diakses pada tanggal 19 Juli 2011

  • 46

    Legalitas usaha (sesuai bidangnya):

    Surat keterangan usaha (dari RT/ RW)

    SIUP

    TDP/ TDR

    SIU dari pengelola pasar (bagi

    pedagang pasar)

    NPWP (wiraswasta dan pegawai

    untuk limit >Rp. 50jt

    Surat keterangan domisili usaha/

    perusahaan

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    Fotokopi RK/ Tabungan 6 bulan terakhir optional

    Fotokopi bukti angsuran pinjaman bank lain optional Optional optional

    Bukti bayar PBB tahun terakhir rumah/

    tempat usaha

    Bukti bayar PLN rumah/ tempat usaha

    Bukti bayar rek. Telpon rumah/ tempat usaha

    Fotokopi surat izin praktek (wajib untuk

    nasabah profesi)

    - -

    Asli surat keterangan bekerja / copy SKEP

    terakhir

    - -

    Asli slip gaji terakhir - -

    Bukti Agunan yang diserahkan

    Fotokopi bukti kepemilikan tanah/

    bangunan

    Fotokopi BPKB, Kuitansi, faktur

    Fotokopi bukti penguasaan lapak/ los

    pasar

    Fotokopi faktur & kuitansi mesin

    Keterangan:

    1. Data Identitas nasabah (KTP pemohon) dibutuhkan untuk mengetahui

    legalitas pribadi serta alamat tinggal calon nasabah. Hal ini terkait dengan

  • 47

    alamat penagihan dan penyelesaian masalah-masalah tertentu dikemudian

    hari.

    2. Identitas pasangan (Surat Nikah) juga dibutuhkan untuk saksi atas

    pengeluaran tambahan bagi sebuah keluarga. Selain itu juga dibutuhkan untuk

    membuktikan ikatan perkawinan calon nasabah.

    3. Tagihan PLN dan telepon dihunakan untuk mengetahui status kepemilikan

    rumah dan kebenaran tempat tinggal dan tagihan-tagihan tersebut diperlukan

    untuk mengetahui pengeluaran tetap nasabah setiap bulannya.

    4. Slip gaji diperlukan untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar

    tagihan pembiayaan, berapa jumlah angsuran yang disanggupi nasabah, serta

    jangka waktu pembiayaan. Untuk memastikan kebenaran slip gaji (sebab slip

    gaji sering direkayasa) maka dibutuhkan Surat Referensi perusahaan dan/ atau

    SK pengangkatan terakhir.

    5. Fotokopi buku tabungan selama 6 bulan terakhir dibutuhkan untuk melihat

    transaksi keuangan terakhir calon nasabah, bagaimana pemasukan dan

    pengeluaran nasabah.

    6. Surat izin usaha (SIUP, surat ijin praktek profesi) diperlukan untuk

    mengetahui legalitas usaha calon nasabah. Melihat apakah benar usaha yang

    akan dijalankan atau tidak. Untuk mendukung data tersebut dibutuhkan

    NPWP untuk BI checking.

  • 48

    7. Bukti agunan diperlukan untuk mengetahui apakah jaminan tersebut benar

    milik calon nasabah dan apakah jaminan tersebut dapat meng-cover

    pembiayaan. 12

    12

    Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta :Zikrul Hakim,

    2003), h.142

  • 49

    BAB IV

    KONSEP WARUNG MIKRO DAN LINKAGE PROGRAM

    SEBAGAI SOLUSI PEMBIAYAAN USAHA MIKRO (STUDI

    PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG RAWAMANGUN)

    A. Pelaksanaan Warung Mikro Sebagai Bentuk Aplikasi Mikro Banking di

    Bank Syariah Mandiri

    Pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah diperkirakan menjadi salah

    satu lahan subur bagi perbankan untuk meningkatkan porsi kreditnya. Dari tahun

    ke tahun, porsi pembiayaan usaha ini terus meningkat. Paling tidak, porsi

    pinjaman dari Bank Syariah Mandiri untuk sektor ini terus bertambah.

    BSM telah melakukan pembiayaan terhadap UMKM sebesar 66,4 persen

    lebih besar dibandingkan pembiayan terhadap corporate yang hanya sebasar 33,6

    persen. Hal ini membuktikan bahwa BSM konsen terhadap pengembangan

    UMKM.1

    BSM memiliki produk pembiayaan nasabah mikro yang bernama

    Warung Mikro. Dengan produk ini nasabah dapat melakukan pinjaman dana

    untuk investasi, modal kerja dan pengembangan usaha secara syariah.

    1 http://koranmuslim.com/2011/warung-mikro-bsm-wujudkan-kesejahteraan-umat/ diakses

    pada tanggal 21 Juni 2011

  • 50

    Keuntungan yang di dapat dari produk ini yaitu : persyaratan yang mudah, proses

    pembiayaan cepat, dan angsuran ringan serta tetap hingga jatuh tempo.

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Warung Mikro sendiri

    menawarkan tiga jenis produk yakni:

    A. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (non agunan) dengan nilai kredit Rp 2

    juta hingga Rp 10 juta;

    B. Pembiayaan Usaha Mikro Madya dengan nilai Rp diatas Rp 10 juta

    hingga Rp 50 juta, dan;

    C. Pembiayaan Usaha Mikro Utama dengan nilai diatas Rp 50 juta hingga

    Rp 100 juta. 2

    Diharapkan dengan fasilitas yang diberikan Warung Mikro,

    masyarakat kecil dan pelaku UMKM dapat tetap menjalankan roda

    perekonomiannya secara maksimal. Sehingga kesejahteraan umat dapat

    terwujud.

    Keuntungan warung mikro Bank Syariah Mandiri :

    a. Sesuai syariah.

    b. Persyaratan ringan.

    c. Proses pembiayaan cepat.

    d. Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo.

    e. Limit pembiayaan sampai dengan Rp 100 juta

    2 http://www.syariahmandiri.co.id/category/small-micro-business/ warungmikro diakses pada

    tanggal 21 juni 2011

  • 51

    Warung Mikro Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu produk yang

    bertujuan membantu akses pembiayaan dan mengembangkan usaha mikro, kecil,

    menengah, dan koperasi dalam rangka penanggulangan/pengentasan kemiskinan dan

    perluasan kesempatan kerja. Secara umum semua pegawai ikut dalam

    mempromosikan produk-produk bank syariah karena merupakan tantangan terbesar

    bagi bank syariah saat ini adalah memperkenalkan produk-produk syariah kepada

    masyarakat.

    Pembiayaan warung mikro ini Bank Syariah Mandiri menggunakan akad

    Murabahah, akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah akan

    membeli barang kebutuhan nasabah untuk kemudian menjual barang tersebut kepada

    nasabah dengan marjin yang telah disepakati.

    Harga jual (pokok pembiayaan + marjin) tersebut akan diangsur setiap bulan

    selama jangka waktu yang disepakati antara nasabah dengan bank syariah biasanya

    12-48 angsuran atau satu sampai empat tahun. Karena harga jual sudah disepakati di

    muka, maka angsuran nasabah bersifat tetap selama jangka waktu pembiayaan. Tidak

    hanya Warung Mikro tetapi hampir seluruh pembiayaan konsumtif BSM (BSM

    Griya, BSM Oto) menggunakan skema ini. Sekitar 70% pembiayaan bank syariah

    menggunakan skema murabahah.3

    Pada awalnya warung mikro adalah pembiyaan yang bersifat produktif saja,

    kalau misalnya karyawan BSM ingin mengajukan pembiayaan berupa pinjaman

    3 http://panser-anoa.blogspot.com/ diakses pada tanggl 26 juli 2011

  • 52

    untuk membayar uang sekolah anaknya itu tidak dibolehkan. Seiring dengan

    perkembangan Zaman sekarang warung mikro memiliki 2 sifat yaitu:

    a. Pembiayaan yang bersifat Produktif, ini merupakan pembiayaan yang

    bertujuan untuk modal kerja. Pembiayaan ini banyak dimanfaatkan

    oleh pelaku UKM. Akad yang dipakai biasanya Mudharabah.

    b. Pembiayaan yang bersifat konsumtif pembiayaan ini ditujukan untuk

    membantu nasabah untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak.

    Misalnya, saat nasabah tidak mempunyai dana likuid guna membayar

    uang sekolah maka bisa memakai pembiayaan ini. Akad yang di pakai

    adalah akad Murabahah dan Ijarah. Penggunaaan akad Murabahah

    dan Ijarah perbandingannya yaitu 85% Murabahah dan hanya sekitar

    5% yang ijarah.

    Pembiayaan konsumtif yang difasilitasi untuk karyawan di mulai sejak satu

    tahun setelah Warung Mikro terbentuk (tahun 2009). Karyawan yang mengajukan

    pembiayaan mikro juga mempunyai batas maksimal yaitu hanya Rp. 10.000.000,-

    (sepuluh juta rupiah)

    Dari dua jenis pembiayaan di atas yang lebih banyak disalurkan adalah

    pembiayaan yang bersifat produktif/ pembiayaan untuk modal usaha. Persentase

    antara pembiayaan konsumtif dan produktif adalah 75% untuk produktif, dan 25%

    untuk konsumtif. Data ini menyimpulkan ternyata melalui program pembiayaan

    Warung Mikro ini BSM membuktikan diri untuk selalu concern dalam memajukan

    UKM.

  • 53

    Gambar 4.1 Teknis pelaksanaan Warung Mikro4

    *setiap Kepala warung mikro memiliki limit untuk menyetujui sebuah pembiayaan

    maksimal limit yang dimiliki seorang Kepala Warung adalah Rp. 25.000.000,- , jika

    pembiayaan yang diajukan masih memenuhi limit Kepala Warung maka kepala

    warung masih berhak menyetujui sebuah proposal pembiyaan, namun jika sudah

    melebihi limit yang di tetapkan maka dari kepala warung proposal harus diteruskan

    lagi kepada Komite

    4 Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari , Kepala Warung Mikro BSM

    Rawamangun tanggal 5 Agustus 2011

    Nasabah

    Pelaksana

    Administrator

    Analis

    Kepala Warung

    Mikro* Komite

    Kepala Cabang

    Dana Cair

  • 54

    Keterangan:

    1. Pelaksana : Tugasnya adalah Marketing dan melakukan analisa awal.

    2. Administrator : Tugasnya untuk merapikan berkas, melakukan BI checking.

    3. Analis : Tugasnya untuk survey keadaan pemohon/ mitra dan menganalisa

    tingkat lanjut.

    4. Kepala Warung Mikro : Tugasnya menganalisa proposal yang telah dibuat

    oleh analis.

    5. Komite : Tugasnya menganalisis lebih lanjut proposal pembiyaan sebelum di

    serahkan kepada Kepala Cabang.

    6. Kepala Cabang : Tugasnya menyetujui / tidak proposal pembiayaan yang

    sudah diajukan.

    7. Mentor Usaha : Tugasnya memonitoring pembiayaan yang telah berjalan,

    selain itu tugas mentor usaha juga menagih hutang , bahasa konvensionalnya

    yaitu Debt Collector.

    Teknis Pelaksanaan Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri

    Kantor Cabang Rawamangun:

    1. Nasabah mendatangi Kantor Warung Mikro di BSM KC. Rawamangun.

    2. Nasabah membawa persyaratan pembiayaan dan diserahkan kepada Pelaksana

    Warung Mikro.

    3. Setelah itu Pelaksana menganalisa persyaratan yang dibawa nasabah, apakah

    layak untuk dibiayai atau tidak. Analisisnya masih tahap awal.

    4. Setelah itu berkas yang sudah dianalisa dikirim ke bagian Administrasi.

  • 55

    5. Bagian Administrasi bertugas untuk merapikan berkas dan melakukan BI

    Checking terhadap kelayakan usaha nasabah. BI checkcing adalah pengecekan

    yang dilakukan untuk mengetahui riwayat pembiayaan yang telah diterima

    oleh nasabah berikut status nasabah yang ditetapkan oleh BI5, guna dari BI

    checking salah satunya yaitu melihat apakah Nasabah terdapat dalam Black

    List Bank Indonesia atau tidak. Selain itu di BI checking akan terlihat apakah

    nasabah juga menunggak di Bank yang lain. Oleh karena itu, BI checking

    sangat diperlukan dalam melihat karakter nasabah, apakah baik atau

    sebaliknya.

    6. Setelah lolos BI Checking, berkas dikirim ke Analis tujuannya untuk Survey

    dan melakukan analisis lebih lanjut.

    7. Setelah lolos analisis barulah Analis membuat proposal pembiayaan yang di

    tujukan kepada kepala Warung Mikro.

    8. Setelah dari Kepala Warung Mikro lalu proposal dikirim ke Komite dari

    Komite barulah proposal di kirim ke Kepala cabang.

    9. Dari Kepala Cabang Barulah dana dicairkan. 6

    Untuk menikmati pembiayaan ini nasabah bisa datang langsung ke

    BSM sebab biasanya inisiatif pembiayaan datang dari nasabah yang

    kekurangan dana.7

    5 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim,

    2003), h. 145 6 Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari , Kepala Warung Mikro BSM

    Rawamangun tanggal 5 Agustus 2011

  • 56

    atau bisa juga pihak marketing warung mikro menawarkan produk pembiayaan ini

    kepada calon nasabah. Namun demikian dalam perkembangannya inisiatif tersebut

    tidak mesti datang dari nasabah, tetapi juga dapat muncul dari officer Bank. Hal ini

    bertujuan untuk menjangkau nasabah yang belum begitu mengetahui tentang produk

    ini. Diharapkan jika Bank turun langsung ke lapangan maka program Warung Mikro

    ini akan lebih tersosialisasi lagi kepada masyarakat.

    Proses pencairan pembiayaan di Warung Mikro terbilang cepat, jangka waktu

    pada saat nasabah datang sampai pencairan 3 hari atau paling lama 1 minggu. Hal

    ini tergantung pada kelengkapan data nasabah. Jika data yang dibutuhkan Bank cepat

    diserahkan nasabah maka prosesnya akan lebih cepat. Begitu pula sebaliknya.

    Meskipun bisa dianggap cepat, namun dalam menganalisa pembiayaan Bank

    Syariah Mandiri tetap memakai analisa pembiayaan seperti biasa yaitu dengan

    melihat 5C yaitu:

    1. Character, menilai karakter nasabah melihat moral hazard nasabah). Analisis

    ini dapat dilakukan dengan cara wawancara, BI checking, bank checking, dan

    tradechecking.

    2. Capacity, menilai kemampuan nasabah dalam berbisnis dan melihat apakah

    calon nasabah sanggup memenuhi kewajibannya nanti.

    7 Sunarto Zulkifli, Panduan Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim,2003), H.

    138

  • 57

    3. Capital, diperlukan untuk ,melihat efektifitas penggunaan modal. Variabel

    yang diperlukan adalah laporan keuangan (neraca dan laporan laba-rugi). Dari

    capital juga dilihat dari mana saja sumber modal selama ini.

    4. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan oleh Nasabah. Persyaratannya,

    jaminan ini harus bisa menutupi jumlah pembiayaan yang diterima.

    5. Condition , merupakan penilaian prospek usaha untuk kini dan masa yang

    akan datang.8

    Saat ini di seluruh Indonesia total outlet warung mikro yang dimiliki oleh

    Bank Syariah Mandiri mencapai 283 outlet dengan potofolio pembiayaan sebesar Rp.

    651.000.000.000,- (enam ratur lima puluh satu miliar rupiah). Perkembangannya pun

    baik dilihat dari segi NPF nya ternyata Non Performing Financing untuk Warung

    Mikro Bank Syariah Mandiri hanya 2,91% seluruh Indonesia9.

    Namun non performing financing (NPF) untuk di Warung Mikro Cabang

    Rawamangun terbilang cukup besar yaitu sekitar 6,13%. Hal ini disebabkan karena

    outlet Warung Mikro ini berada di Jakarta, sedangkan pelaku UKM kebanyakan

    berada di daerah. Fakta ini menyebabkan lebih banyak outlet Warung Mikro di

    daerah dan pinggiran kota besar di banding kota besar itu sendiri.

    Sampai Agustus 2011 pencairan pembiayaan mikro BSM cabang

    Rawamangun berjumlah Rp. 2.764.000.000,- dengan jumlah nasabah 141, nilai

    8Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi 2001), Cet. 5, (Jakarta: PT.

    Raja Grafindo Persada, 2001), H. 105 9 Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari , Kepala Warung Mikro BSM

    Rawamangun tanggal 16 Agustus 2011

  • 58

    tersebut termasuk total pembiayaan mikro melalui linkage chanelling yang hanya

    berkisar sekitar Rp. 200 juta. Berikut rincian pencairan pembiayaan mikro dari

    Januari 2011- Agustus 2011:

    Tabel 4.1 Pencarian Pembiayaan