Upload
nuril-hudaa
View
232
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Linkage
Citation preview
KONSEP WARUNG MIKRO DAN LINKAGE PROGRAM
SEBAGAI SOLUSI PEMBIAYAAN USAHA MIKRO
(STUDI PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG RAWAMANGUN)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Ismi Mawaddah
NIM : 107046101346
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432/ 2011
KONSEP IVARLIH{; &{IKR{} T}AIq Lil\I(AGE PROGRAi\{SEBAGAI SOL*51 PtrMBTAYAA]T TISAHA MIKRO
isrt jlll ?:*?.1 E.q.E;F; =='A!eFr e,a=lliRl c..a-RApjG I{AIVAMANGUN}
=i=Fli'slE-Siajrik*n L=3:=*a :'l;tliJEli:ii-i St'iiri::h dan l{u}lulti uuiuk N,lernenr-rtrii
.!alair S::::"i ="-!,*r*:
l4empei*!*h GelilrS iir.i ii::.= ij i:r"r r: c::-:i 5 yari rrlr { S F" . S,v i
1-rifil i
Ismi hlarvarldahN'II\t. t47046 t0134{r
t7/, -' '
I\{.ANtP. 195 198203r004
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIATIPROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN I{UKUMUNIVERSITAS ISLAPI NEGERI
SYARIF HIDAYATULI.AHJAKARTA
7432 EI/2011 M
Pembimbing
PENGESAHAN PANITIA SIDANG
Skripsi yang berjudul "KONSEP WARUNG MIKRO DAN LINKAGEPROGRAM SOLUSI PEMBIAYAAN USAHA KECIL (STUDI KASUS BANKSYARIAH MANDIRI CABAI\G RAWAMANGUN)" telah diujikan dalam sidangmunaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hiclayatullah Jakart a padatanggal 30 September 2011, skripsi ini telah diterima sebaai salah satu syarat untukmemperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Program Studi Muamalat (EkonomiIslam).
Jakarta,30 Septemb er 2011
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Dr. Euis Amalia. M. Ag.NrP. 1 971 07 011998032002
Sekretaris
Pembimbing
Penguji 1,.'
Penguji 2
Mu'min Rauf. M. A.NIP. 1 9700416t99703r004
Dr. Afifi Fauzi Abbas. M. ANrP. 1 9560906198203 1004
Dr. Phil. JM. Muslimin. M. ANIP. 150295489
Dr. Hendra Kholid. M. ANIP.
50505 198203 1012
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Agustus 2011
Ismi Mawaddah
Abstrak
Judul penelitian ini adalah Konsep Warung Mikro dan Linkage Program Sebagai Solusi Pembiayaan Usaha Mikro (Studi pada Bank Syariah Mandiri Cabang Rawamangun). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aplikasi pembiayaan mikro yang di kucurkan oleh
Bank Syariah Mandiri khususnya di cabang Rawamangun baik secara langsung dalam bentuk
Warung Mikro maupun tidak langsung dengan melalui Linkage Program.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh
data primer dengan cara melakukan wawancara dan pengambilan data langsung kepada pihak
yang mempunyai kompetensi untuk menjawab semua permasalahan pada skripsi ini. Sebagai
tambahan untuk memperkuat hasil penelitian, penulis juga mengadakan studi kepustakaan.
Melalui studi kepustakaan ini didapatlah data ilmiah yang akurat bersumber dari buku-buku,
dokumen-dokumen, rujukan, artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, ternyata Bank Syariah Mandiri cukup baik
menyalurkan pembiayaan kepada UKM melalui program Warung meskipun sebab lebih banyak
mendatangkan keuntungan bagi Bank, meskipun teknis pelaksanaannya lebih rumit dari pada
Linkage program. Sedangkan aplikasi Linkage program di BSM Cabang Rawamangun tidak
terlalu berjalan baik. Alasannya Bank agak sulit menentukan mitra usaha (LKMS) yang baik
dalam mempercayakan dana. Jadi dapat disimpulkan, Warung Mikro lebih banyak dipakai untuk
menyalurkan pendanaan kepada UKM dibandingkan dengan Linkage program.
Kata Kunci: Bank Syariah Mandiri, Warung Mikro, Linkage Program
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Selanjutnya
shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad
SAW, kepada segenap Keluarga, Sahabat serta ummatnya sepanjang zaman.
Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT, penulis sangat bersyukur karena telah
meyelesaikan skripsi yang berjudul Warung Mikro dan Linkage Program
Sebagai Solusi Pembiayaan Usaha Mikro (studi pada Bank Syariah Mandiri
cabang Rawamangun), dengan baik.
Proses perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Banyak
hambatan dan rintangan yang penulis temui, namun berkat kesungguhan hati dan
kerja keras serta doa dari semua pihak, akhirnya penulis sampai pada titik akhir
penulisan skripsi ini.
Penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai pihak yang telah banyak
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu perkenankanlah penulis
mengucapkan kata terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag., dan Bapak. Mumin Rauf, M.Ag., selaku Ketua
Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah Jurusan
Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A, selaku dosen pembimbing yang senantiasa
membimbing dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran-
saran, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah,
semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.
5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat penulis memperoleh berbagai
informasi dan referensi sehingga skripsi dapat terselesaikan.
6. Ibu Dian Nawila Sari selaku kepala Warung Mikro Bank Syariah Mandiri cabang
Rawamangun, yang telah berkenan mengizinkan melakukan penelitian,
meluangkan waktu, dan membimbing penulis dalam mendapatkan materi.
7. Yang tercinta, pahlawan hidupku Ayahanda Azmer S. Pd, yang mengajarkan
penulis bagaimana menjadi sosok yang bijaksana seperti beliau dan figurnya
selalu menjadi motivasi dan panutan bagi penulis di setiap langkah hidup ini.
Demikian pula yang tercinta Ibunda Dwi Koresni yang telah melimpahkan kasih
sayang, yang tidak henti-hentinya mendoakan agar anaknya menjadi pribadi yang
kuat, tegar, dan bijaksana, tak lupa juga untuk adikku tersayang Trimeiza Annisa,
semoga kita menjadi anak yang bisa membahagiakan mereka. Amin
8. Tak lupa kepada Papa Yulhendri dan Mama Deni Mustika yang selalu
memberikan semangat dan motifasi agar penulis bisa menyelesaikan penelitian ini
dengan baik. Dan kepada Da Aulia Sidqi, Hafizh Ardhi, dan Fadhil Zikri penulis
juga ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala
kebahagiaan yang diberikan selama ini.
9. Untuk kepada kakak ku Risa Safariyani yang tak pernah lelah memberikan
semangat kepada penulis, mbak ku Atik Rosyadah yang terus menerus
memotivasi penulis untuk cepat menyelesaikan penelitian ini, untuk Pratiwi
Pauziyah yang senantiasa begembira dan bersedih bersama penulis, Pokoknya
Caspersky forover :* , tak lupa kepada si kecil Asoka Nina Sari yang selalu
menjadi teman berbagi suka dan duka
10. Buat Muhammad Helmi Fakhrazi yang menjadi lilin kecil dihati penulis. Yang
selalu sabar mengingatkan agar penulis tetap fokus dalam mengerjakan penelitian
ini.
11. Buat teman-teman angkatan 2007 khususnya kelas PS-D dan khususnya lagi
Muhammad Syafik Umam yang telah membantu penulis memperoleh data dan
teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
menggoreskan banyak kenangan manis, semoga tali silaturahmi kita selalu
terjalin.
Akhirnya sekali lagi tiada untaian kata yang paling berharga kecuali ucapan
Alhamdulillahi Rabbil Alamin atas Rahmat dan Karunia serta Ridha-Nya. Dan
ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak, semoga kebaikan dan bantuan
kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat ridha dari Allah SWT.
Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk
itu kritik dan saran kiranya dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan bagi yang membacanya.
Jakarta, 7 Juni 2011
Penulis
Ismi Mawaddah
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.iv
DAFTAR ISI....................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...5
D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep..6
E. Metode Penelitian...8
F. Review Studi Terdahulu...11
G. Sistematika Penulisan...14
BAB II Tinjauan Teoritis Tentang Mikro Banking dan Linkage Program
di Bank Syariah
A. Pengertian Linkage Program.18
B. Sejarah Linkage Program..20
C. Kebijakan Terkait Lingkage Program...21
D. Tujuan Linkage Syariah22
E. Kriteria Koperasi Peserta Linkage Program Syariah Dengan
Bank Umum Syariah ....22
F. Pola Linkage Program pada Bank Syariah23
viii
BAB III Warung Mikro
A. Pengertian Warung Mikro.41
B. Sejarah Warung Mikro..41
C. Dasar Hukum berdirinya Warung Mikro..43
D. Produk-produk Warung Mikro..44
E. Persyaratan Pembiayaan Warung Mikro...44
BAB IV ANALISIS MIKRO BANKING DAN LINKAGE PROGRAM
SEBAGAI SOLUSI PEMBIAYAAN USAHA MIKRO
A. Pelaksanaan Warung Mikro sebagai bentuk Aplikasi Mikro
Banking di Bank Syariah Mandiri.48
B. Pelaksanaan Linkage Program sebagai sarana penghubung
antara Bank Syariah Mandiri dengan UKM..58
C. Hubungan Penerapan Program Linkage dan Munculnya
Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri Cabang Rawamangun..67
D. Kendala yang terdapat saat menerapkan warung mikro
dan Linkage program.70
E. Pentingnya Penerapan Warung Mikro dan Linkage
Program di Bank Syariah Mandiri Cabang Rawamangun....73
ix
BAB V Penutup
A. Kesimpulan..75
B. Saran....76
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah diketahui, jika ingin meningkatkan perekonomian secara
keseluruhan (dari kalangan bawah sampai atas) harusnya Pemerintah lebih
mengembangkan sektor Riil yang notabene disumbangkan oleh UKM. Kenapa
UKM? Aburizal Bakrie menyatakan pemikirannya bahwa membangun Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) sama dengan membangun perekonomian Indonesia,
alasannya jika satu UKM bisa mempekerjakan 5 orang maka 20 juta UKM akan
menyerap 100 juta tenaga kerja. Hal ini tidak bisa di lakukan perusahaan besar1.
Namun pada kenyataannya, pemerintah lebih berpihak pada pengatan usaha besar
seperti perdagangan, apalagi Industri2. Oleh karena itu, pemerintah harusnya
memperkuat perekonomian dari masyarakat bawah dengan kata lain memajukan
UKM.
Menurut Awali Rizki usaha mikro adalah usaha informal yang memiliki
asset, modal, omzet yang amat kecil. Sedangkan menurut SK menteri keuangan
no. 40/KMK.06/2003 adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan
1 Lalu Mara Satria Wangsa, Merebut Hati Rakyat Melalui Nasionalisme, Demokrasi dan
Pembangunan Ekonomi Sumbangan Pemikiran Aburizal Bakrie, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2004,
h. 160 2LKM dan Percepatan Program KUR http://catatan-sr.blogspot.com/2009/03/lkm-dan-
percepatan-program-kur.html, diakses tanggal 23 Januari 2011.
2
WNI dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,- per tahun
serta dapat mengajukan kredit kepada Bank paling banyak Rp. 50.000.000,- . 3
Permasalahannya, banyak UKM yang berpotensi sangat baik namun
belum Bankable, sehingga UKM kesulitan mengakses dana tersebut. UKM sangat
sulit mendapatkan dana KUR dari Bank sebab banyak sekali persyaratan yang
harus di penuhi dan jaminan yang harus disediakan oleh para pengusaha. Tentu
saja bagi para UKM hal ini bukanlah perkara mudah. Padahal UKM sangatlah
berperan dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Urgensi UKM menjadi tulang punggung dalam menggerakkan
perekonomian kita di saat krisis sudah terbukti cukup ampuh. UKM eksis di
tengah badai krisis melanda perekonomian bangsa, sementara usaha besar kalang
kabut dan minta bantuan pendanaan dari pemerintah. Sudah sewajarnya
pemerintah memproteksi keberadaan UKM secara tegas, jelas, dan bertanggung
jawab dari intervensi usaha besar yang mau mencaploknya.
Perbankan Syariah, sebagai lembaga keuangan berbasis syariah yang
mengaku concern dalam pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
mendapatkan tantangan dengan kesungguhannya tersebut. Apalagi Ekonomi
3 Awali Rizky, Strategi Jitu Investasi di UMK: Optimalisai Kontribusi dalam Makroekonomi
Indonesia, Makalah Launching & Seminar BMT Permodalan, Graha Niaga, 23 Januari 2001 (Jakarta:
BMT Permodalan, 2008), h. 50
3
Islam (atau yang disebut saat ini sebagai ekonomi Syariah) bisa dikatatan seiring
dan selaras dengan Ekonomi Pancasila (system ekonomi yang dianut Indonesia). 4
Dasar pembentukan Bank Syariah adalah menghindarkan nasabah dan end
user dari bathilnya bunga bank konvensional. Tidak ada larangan bagi Bank
dalam membiayain nasabah selagi dalam batas-batas yang telah disebutkan dalam
UU no 21 th 2008.
Warkum Sumitro (2004) menyebutkan, Bank Syariah dibentuk didasar
oleh fakta berikut:
1. Praktik praktik system bunga dan akibatnya.
2. Sistem perbankan saat ini memiliki kecenderungan terjadinya kesentrasi
kekuatan ekonomi di tangan kelopmpok elit, para banker dan pemilik modal.
Hal ini membuat alokasi kekayaan tidak seimbang.
3. Beroperasinya system perbankan yang berdasarkan prinsip syariat islam
diharapkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap terwujudnya suatu
system ekonomi Islam. 5
Dewasa ini sudah banyak Bank Syariah yang menyadari betapa
menguntungkannya berinvestasi di sektor mikro. Begitu banyaknya usaha-
usaha kecil yang berpotensi maju dan profitable. Ditambah lagi kebijakan
4 Ahmad Riawan Amin, Menata Perbankan Syraiah di Indonesia, Jakarta :UIN Press, 2009, h.
135
5 Warkum Sumitro, Asas-asas perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BMT,
TAKAFUL, dan Pasar Modal), , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan ke empat 2004. h. 11
4
pemerintah yang mencanangkan program KUR. Oleh karena itu banyak Bank
Syariah dan Bank Konvensional berlomba-lomba membuka unit mikro.
Salah satunya adalah Bank Syariah Mandiri, Bank ini memiliki unit
mikro sendiri produknya berbentuk Warung Mikro dan juga mengadakan
kerjasama dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam bentuk Linkage
Program.
Masalah utama berupa akses permodalan pada UMKM ini dapat
dikembangkan melalui linkage program antara Bank Syariah dengan lembaga
keuangan mikro syariah (LKMS) yaitu Baitul Mal Wa at Tamwil (BMT) dan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)6. Selain dengan bermitra dengan
LKMS Bank sebenarnya juga bisa langsung menyalurkan pembiayaan mikro
ke UKM. Dewasa ini sudah banyak Bank Syariah yang langsung terjun ke
End User, dengan kata lain sekarang sudah banyak bank yang membuka divisi
pembiayaan mikro contohnya dalam penelitian kali ini adalah Bank Syariah
Mandiri. Produk pembiayaan mikronya dinamakan Warung Mikro.
Penulis ingin mengetahui tentang Seluk beluk pembiayaan Usaha
Kecil dan menengah yang ada di Bank Syraiah Mandiri, sebab di Bank ini ada
dua program yang diterapkan guna menguatkan UKM yaitu Warung Mikro
dan Linkage Program. Selain itu penulis juga ingin mengetahui teknis
pelaksanaan dari kedua produk tersebut. Dan dari kedua produk tersebut mana
6 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2009),
Cetakan Pertama, h. 127-128
5
yang lebih efektif dalam pengembangan UKM dan mana produk yang lebih
banyak diterakpan oleh Bank. Oleh karena itu penulis mengangkat tema
Konsep Warung Mikro dan Linkage Program Sebagai Solusi Pembiayaan
Usaha Mikro (studi pada Bank Syariah Mandiri cabang Rawamangun)
dalam penelitian yang akan dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan saya bahas meliputi:
1. Apa program pembiayaan usaha mikro yang lebih banyak digunakan oleh
Bank Syariah Mandiri Rawamangun?
2. Mengapa jenis pembiayaan usaha mikro tersebut lebih banyak digunakan?
3. Apa kendala yang dihadapi saat menjalankan Warung Mikro dan Linkage
Program di Bank Syariah Mandiri?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini
a. Untuk mengetahui teknis penerapan masing-masing penerapan pola
Linkage Program dan Warung Mikro
b. Untuk mengetahui mana program yang paling efektif dalam mendanai
UKM dan memajukan sektor mikro
c. Menambah pengetahuan tentang Keuangan Mikro dan Teknis
pendanaannya.
6
2. Manfaat Penelitian
Banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini, baik bagi
penulis, dunia akademik, dan perkembangan dunia perbankan. Manfaatnya
meliputi: Manfaat penelitian
A. Bagi penulis, penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pembiayaan mikro dan usaha mikro di Lembaga Keuangan Syariah baik
Bank maupun Non Bank (Koperasi).
B. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan bisa menginformasikan tentang
praktek pembiayaan untuk usaha mikro yang diterapkan di Bank syariah,
baik yangs secara langsung maupun melalui Linkage Program.
C. Bagi praktisi, penelitian ini membantu menyorot masalah-masalah apa
saja yang terjadi saat pembiayaan mikro oleh Bank Syariah di terapkan,
sehingga para praktisi bisa melihat solusi dan menyempurnakan
pembiayaan kepada usaha mikro. Diharapkan penyaluran pembiayaan
bagi usaha mikro dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
D. Bagi masyarakat umum, menginformasikan kepada masyarakat bahwa
Bank Syariah juga memiliki program dalam pembiayaan mikro. Jadi,
masyarakat tidak perlu ragu-ragu lagi dalam menjadi mitra dengan BUS.
D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Kerangka teori merupakan upaya penggalian teori yang dapat digunakan
peneliti untuk menjelaskan bahwa teori memberikan kepada kita suatu kerangka
yang membantu dalam melihat permasalahan. Teori dapat membimbing kita dapat
7
memberikan makna terhadap data, karena teori dapat menyediakan konsep-
konsep yang relevan dan asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan dan
mengarahkan pertanyaan penelitian.7
Sebagai mana dituliskan dalam pasal 3 UU Perbankan Syariah, tujuan di
bentuknya perbankan syariah yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka mengingkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai tujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional, Perbankan Syariah tetap berpegang pada prinsip syariah
secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah) (pasal 3 UU Perbankan
Syariah dan penjelasannya)8. Dari tujuan terbentuknya perbankan syariah kita
dapat mengetahui bahwa diharapkan perbankan Syariah dapat menunjang
pembangunan nasional, salah satunya yaitu yang paling penting adalah
memajukan sektor riil dan mikro.
Dalam memajukan UKM inilah langkah yang dilakukan Bank Syariah
Mandiri yaitu membuka Warung Mikro dan menjalankan Linkage Program yang
telah dicanangkan oleh Bank Indonesia. Berikut sekilas bayangan tentang Warung
Mikro dan Linkage Program:
a. Warung Mikro, yaitu program pembiayaan berskala kecil yang di tujukan
untuk membiayaan UKM yang potensial dan feasible namun belum
7 Bambang Prastio dan Lina Miftahu Jannah, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan
Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 64-65 8 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan syariah (Titik Temu Hukum Islam dan Hukum
Nasional), (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada,2009), h 31
8
Bankable. Pembiyaan yang di kucurkan syarat nya lebih di permudah dan
diusahakan sebisa mungkin dengan bagi hasil yang menguntungkan
UKM.
b. Linkage Program, adalah program kemitraan antara Bank Syariah dan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah dimana Bank menyalurkan dananya
kepada LKMS guna di salurkan kembali kepada End User. Bentuk
Linkage ada 3, yaitu Executing, Chanelling dan Join Financing. Namun
pada saat ini yang diterapkan oleh BSM hanya Executing dan chanelling.
Kerangka Pemikirian yang dibuat dalam penelitian ini sebagai berikut:
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitan ini adalah pendekatan
kualitatif. Pada strateginya pendekatan kualitatif lebih menekankan rumusan
Bank Umum Syariah
LKMS
Linkage Program Warung Mikro
End User/
UKM
End User/
UKM
9
bahasa yang bermakna daripada kuantifikasi koleksi dan analisis data9. Selain
itu, penulis memakai pendekatan kualitatif karena datanya sedikit dan
memerlukan waktu penelitian yang relatif lama.
Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan mentranskrip data (baik
itu hasil wawancara maupun dokumen-dokumen yang terkait penelitian).
Kemudian data tersebut diklasifikasikan sesuai masalah/tema yang dibahas.
Tahapan selanjutnya yaitu menganalisis data. Dalam tahapan ini,
semua data yang telah diklasifikasikan di analisis sampai mendapatkan
jawaban atas pertanyaan yang ada dalam penelitian ini.
2. Jenis penelitian
Jenis peneliatian yang diambil adalah deskriptif analisis, sebab
penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah
berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari
gejala tertentu. Jika deskriptif maka laporan penelitian akan berisi kutipan-
kutipan data untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Data yang
didapat dari naskah wawancara, catatan-lapangan, foto, dokumen, catatan dan
memo dan lainnya akan dianisis sejauh mungkin dalam bentuk aslinya dan
ditelaah satu demi satu10
.
3. Sumber data penelitian
a. Data primer
9 Conyy R. Semiawan, Catatan Kecil Tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan , (Jakarta: 2007), Cet I, h. 31 10
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: 1997), cet.VIII, h.6
10
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama.
Dalam penelitian ini data primer didapat langsung dari Bank Syariah
Mandiri kantor Cabang Rawamangun terkait yang dapat berupa hasil
wawancara dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan tema
penelitian.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data selain dari data langsung yang
didapat dari sumber. Data sekunder yang penulis ambil yaitu dati buku-
buku dan literatur yang berkaitan dengan tema yang diangkat. Diantaranya
data seputar UKM, Bank yang menyalurkan pembiayaan mikro, dan
Linkage Program
4. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Wawancara akan dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait dengan tema
penelitian yang diangkat. Dalam penelitian ini penulis akan mewawancara
pihak yang terkait yaitu pihak Bank Syariah Mandiri Cabang
Rawamangun. Wawancara akan menggunakan petunjuk umum
wawancara seperti yang terlampir.
b. Dokumen-dokumen.
Selain wawancara, dibutuhkan dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan tema penelitian guna memperkuat hasil penelitian
11
yang ada. Seperti data penyaluran pembiayaan mikro baik dari program
warung mikro maupun linkage program di Bank Syariah Mandiri cabang
Rawamangun, selain itu juga diperlukan data perbandingan antara total
pembiayaan mikro dengan DPK yang ada di Bank Syariah Mandiri
Cabang Rawamangun.
5. Teknik penulisan
Penulisan skripsi ini merujuk kepada buku Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011
F. Review Studi Terdahulu
Dalam melakukan studi terdahulu, hasil penelitian yang berkaitan
dengan penelitian ini adalah:
No. Penulis /
Tahun Judul Hasil Penelitian
Pokok
Masalah Sumber Data
Pendekatan
yang
dipakai
1 Fuad
Agustiawan
/2007
Pengaruh
Akitiva dan
Modal
terhadap
Penerimaan
Dana Linkage
Program BMT
(Studi Kasus
di Bank
Muamalat
Ada pengaruh
positif antara
aktiva dan dana
Linkage BMT.
Apakah aktiva
dan modal
berpengaruh
terhadap
penerimaan
Linkage.
Data di Dapat
dari Baitul Maal
Muamalat.
Kualitatif
12
Indonesia)
2 Lembaga
Penelitian
(LP3I),
Universitas
Padjajaran/2007
Dampak
Pelaksanaan
Linkage
Program
Terhadap
Peningkatan
Penyaluran
Kredit
Perbankan
Kepada Usaha
Mikro dan
Kecil (UMK)
dan Terhadap
Peningkatan
Kinerja BMT
Linkage ternyata
meningkatkan
kinerja BMT
Melihat
pengaruh
Pelaksanaan
Linkage
terhadap
penyaluran
kredit di
perbankan
kepada UKM.
Data di dapat
dari BPR
Kuantitatif
3 Jubaedah/2009 Peran
Strategis
Linkage
Program Bank
Syariah
Terhadap
Penguatan
Lembaga
Keuangan
Mikro Syariah
Dalam
penelitian ini
diketahui
strategi apa saja
yang bisa
mengembangkan
LKMS melalui
Linkage
program
Implementasi
penerapan
Linkage di
BMI, dan
membahas
kendala serta
strategi
program
Linkage.
Data berasal
dari
mewawancara
petugas BMI
kualitatif
13
4 Rian Kumara
/201011
Analisis Uji
Beda Kinerja
BPR yang
mengikuti
Linkage
Program
dengan BPR
yang tidak
mengikuti
Linkage
Program pada
Wilayah Kerja
DPC Depok
Linkage yang
dibahas adalah
konvensional.
Hasil
penelitiannya
yaitu keberadaan
Linkage tidak
mempengaruhi
/mendorong
kinerja linkage.
Melihat
pengaruh
Linkage
terhadap
kinerja BPR
Data di dapat
dari BPR yang
ada di wilayah
Depok
Kuantitatif
G. Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bagian ini penulis membahas tentang Latar Belakang,
Pembatasan dan perumusan dari permasalahan yang diangkat. Selain
itu dalam BAB ini dijelaskan Tujuan dan Manfaat Penelitian,
11
Diakses di http://library.gunadarma.ac.id/abstraction_20206809-skripsi_fe.pdf , pada
tanggal 15 Februa ri 2011.
14
Metode Penelitian, Review Studi terdahulu, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Linkage Program
BAB ini berisi tentang kerangka teori yang berkaitan dengan
program Linkage. BAB ini berisi segala sesuatu yang berhubungan
dengan Linkage Program, pengertian Linkage, kebijakan terkait
Linkage, tujuan linkage, criteria koperasi peserta linkage dengan
Bank Umum Syariah, serta pola-pola linkage program.
BAB III Warung Mikro Bank Syariah Mandiri
BAB ini berisi tentang penjelasan umum dari produk warung mikro
di Bank Syariah Mandiri. Dalam BAB ini akan dibahas tentang
pengertian, sejarah, dasar hukum, jenis produk, dan pesyaratan
pembiayaan di warung mikro di Bank Syariah Mandiri
BAB IV Konsep Warung Mikro dan Linkage Program Sebagai Solusi
Pembiayaan Usaha Mikro (studi pada Bank Syariah Mandiri
cabang Rawamangun).
Berisi hasil penelitian yang mencakup implementasi warung mikro
dan program linkage yang ada di BSM Rawamangun, menjelaskan
aplikasi dan tenis pelaksanaannya, serta kendala di tiap-tiap program
serta mana program yang di anggap lebih efektif dalam
mengembangkan UKM. Dalam BAB ini di gunakan data-data yang
15
berupa dokumen-dokumen dan hasil wawancara dalam menjawab
semua pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.
BAB V Penutup
Terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
16
BAB II
LINKAGE PROGRAM
Masalah utama UMKM berupa akses permodalan dapat dikembangkan
melalui Bank Syariah dengan cara mengadakan kemitraan dengan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yaitu Baitul Mal Wa at Tamwil (BMT) dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)1.
Kenapa Bank Syariah? Dibanding dengan Bank Konvensional, Bank Syariah
mempunyai keunikan yang secara prinsip dapat mendukung UKM. Antara lain lebih
luwes dalam penyediaan agunan, lebih luwes dalam penetapan imbalan, dan lebih
luas dalam menyediakan fasilitas (meliputi bidang perbankan dan lembaga
pembiayaan seperti anjak piutang, modal ventura, sewa beli dan pegadaian). Agar
penyaluran dana kepada UKM lebih optimal, banyak yang harus dibenahi. Salah
satunya pemerintah dan Bank Indonesia perlu memfasilitasi pola kerjasama Bank
Umum syariah dengan BPR syariah dan Lembaga keuangan lainnya.2
Salah satu program kerjasama yang di canangkan yaitu Linkage Program
antara Bank dengan Lembaga Keuangan Mikro3. Linkage program adalah program
kerjasama antara Bank Umum peserta KUR dengan Lembaga Keuangan Mikro.
1 Ahmad Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, , (Jakarta: UIN Press,
2009), Cetakan Pertama, h. 127-128 2 Amir Machmud, H. Rukmana, Bank Syariah Teori Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, (Jakarta, Penerbil Erlangga, 2010), h. 100 3 Ahmad Riawan Amin, Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional, Dalam
Pidato Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa dalam Bidang Perbankan Syariah, 11 Juli 2009.
Jakarta. Jakarta. h 81
17
Tujuannya, agar UKM yang belum bankable tadi dapat mengakses dana ke LKM.
Jadi dapat diambil kesimpulan Linkage Program adalah produk pembiayaan Bank ke
End user secara tidak langsung (karena melalui LKMS dulu).
Heri Sudarsono menyatakan (dalam Bank dan Lembaga Keuangan Syariah)
bahwa system keuangan islam yang berpilar kepada prinsip bagi hasil mendudukkan
Perbankan tidak hanya sebagai lembaga intermediasi keuangan seperti dikenal selama
ini, tetapi lebih mengarah kepada lembaga intermediasi investasi, dikarenakan
hubungan antara Bank Syariah dengan nasabah lebih dominan pada hubungan antar
pemodal pengusaha atau modal ventura ketimbang hubungan antara kreditur dan
debitur4. Oleh karena itu, system keuangan islam yang ideal akan ditandai oleh
sinergi yang kokoh antara sektor keuangan dan sektor riil. Sebagai konsekuensi logis
dari mekanisme ini, maka melemahnya produktivitas pada sektor riil secara langsung
akan mempengaruhi kinerja sektor keuangan terutama karena porsi bagi hasil yang
akan diterima oleh perbankan sebagai sektor keuangan.5
Kelemahan dan tantangan utama lembaga keuangan syariah seperti BPRS dan
BMT dari sisi internal adalah kualitas SDM yang memadai, lemahnya system pengen
dalian intern dan lemahnya permodalan6. Padahal Lembaga keuangan tersebut sangat
urgent untuk di kembangkan, sebab potensiya untuk mengembangkan usaha mikro
4 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: EKONISIA, 2007), h. 6
5 Husaini Mansur , Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan Dalam Al Quran , (Jakarta: PT.
Visi Cita Kreasi (anggota IKAPI),2007), h. 149 6 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah , Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,
Cetakan pertama, (Jakarta: AlvaBet. 1999), h. 134
18
sangatlah besar. Oleh karena itu dibutuhkanlah kemitraan BUS dengan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah.
Bank Indonesia menggambarkan peran perbankan syariah dalam
mengembangkan sektor UMKM melalui Linkage program seperti bagan di bawah
ini7:
A. Pengertian Linkage Program
Menurut The Basic English Pocket Dictionary Linkage berarti, hubungan,
pertalian, sambungan8. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
7 Bank Indonesia, Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Pemberdayaan Sektor Riil, Talk
Show Indonesia Syariah Expo 2007 Membangun Sinergi LKS dengan Sektor Riil, 27 oktober 2007, h.
13
8 Drs. Jalinus Syah dan Adam saleh, The Basic English Pocket Dictionary, Cetakan ke dua,
(Jakarta: Akadoma. 1982), h. 332
19
pengertian dari hubungan adalah keadaan berhubungan9, dalam hal ini antara
Bank Umum Syariah dan Baitul Maal Wa Tamwil. Menurut kamus lengkap
ekonomi linkage berarti hubungan, pertalian dan sambungan10
Secara istilah linkage program berarti kerjasama penyaluran dan dari bank
umum kepada atau melalui BPR dalam rangka pembiayaan kepada nasabah mikro
dan kecil11
.
Menurut peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia. 03/Per/M.KUKM/III/2009, Linkage Program
adalah program kerjasama antara bank umum termasuk bank umum peserta KUR
dengan koperasi dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan Usaha Mikro dan
Kecil (UMK).
Jadi, Linkage Program adalah program pembiayaan yang bersifat
kemitraan. Bank syariah mengeluarkan pembiayaan ke sektor riil secara tidak
langsung. Pembiayaan ini disalurkan lewat agen atau perusahaan mitra (istilahnya
two steps financing). Perusahaan mitra yang menjadi partner bank syariah bisa
berupa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Multifinance dan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah seperti Koperasi Jasa keuangan Syariah (KJKS), Unit
9 Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke 4, Jakarta, PT.
gramedia, 2008. H. 508
10
Ahmad Antony , Kamus Lengkap Ekonomi, k. muda. Ttp. Gita Media Press, 2003 h.214
11
Euis Amalia, Reformasi Kebijakan bagi Penguatan Peran Lembaga Keuangan Mikro dan
Usaha Kecil Mikro di Indonesia (Analisis Distributif dan Keadilan) h.284
20
Jasa Keuangan Syariah (UJKS), Koperasi pesantren (Kopontren) dan Baitul Mal
wat Tamwil (BMT). Bank syariah juga bisa melakukan Linkage Program dengan
lembaga non keuangan seperti perusahaan perkebunan inti plasma atau
perusahaan franchise12
.
B. Sejarah Linkage Program
Kebijakan perkreditan yang dilakukan oleh pemerintah, BI maupun
perbankan untuk mengembangkan UMKM pasca krisis sangat beragam. Dipicu
dari MOU Menko Kesra dengan gubernur BI yang kemudian dijabarkan lebih
rinci melalui pertemuan di Makassar 8-10 September 2002 dan di Bukittinggi 21-
23 Februari 2003. Dokumuen dari pertemuan berisi tentang permasalahan pokok
yang dihadapi oleh UMKM. Implementasi dari MOU tersebut yaitu:
1. Bahwa mulai tahun 2002 khusus dalam hal penyaluran kredit kepada
UMKM, Bank Indonesia telah menganjurkan kepada perbankan untuk
menyusun rencana penyaluran kredit UMKM dalam bussines plan
masing-masing
2. Untuk mempercepat pencapaian rencana bisnis bank untuk penyaluran
kredit kepada UMKM tersebut, perbankan telah menempuh langkah
linkage program dengan BPR, pembentukan KKMB (konsultan keuangan
mitra Bank) untuk memfasilitasi UMKM agar segera Bankable dan
12
Kompasiana.com , Linkage Program : Solusi Pembiayaan Bagi Hasil . diakses tanggal 17 Desember 2010
21
pemerintah juga mengeluarkan kebijakan program sertifikasi tanah untuk
UMKM dan penerbitan Surat Utang Pemerintah sebesar 3 Triliun.13
Dari situlah mulai dikembangnyannya pola kemitraan Linkage antara
Bank Umum dan Lembaga Keuangan mikro.
C. Kebijakan Terkait Linkage Program
Linkage Program merupakan salah satu program yang direkomendasikan
oleh Arsitekstur Perbankam Syariah (API) dan Blue Print pengembangan
perbankan syariah. Program linkage diharapkan akan memberikan kontribusi bagi
pencapaian visi perbankan nasional yaitu mencapai suatu sistem perbankan yang
sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan dalam
rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Cara yang
direkomendarikan oleh API adalah dengan memperkuat permodalan bank,
memperkuat daya saing BPR dan meningkatkan akases kredit14
.
Program Linkage antara Bank Syariah dengan Lembaga keuangan mikro
syariah ini didukung oleh Bank Indonesia yang mewajubkan bank syariah
melakukan kemitraan dengan BPRS dan BMT seperti diatas. Selain itu dukungan
yang kuat juga dari kementrian Negara Koperasi dan UMKM yang mengeluarkan
kebijakan dana bergulir. Dana bergulir ini ada yang berpola konvensional dan ada
yang berpola syariah. Untuk dana bergulir syariah dikeluarkan Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan UKM RI No. 10/ Per/ M.KUKM/ VI/ 2006 tentang petunjuk
13
Djoko Retnadi, Memilih Bank yang Sehat Kenali Kinerja dan Pelayanan, (Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo, 2006), h. 43-44 14
Bank Indonesia, Linkage antara Lembaga Keuangan Syariah, h. 5
22
teknis program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro (P3KUM) Pola
Syariah.15
D. Tujuan Linkage Syariah16
a. Memperluas dan meningkatkan akses UMK terhadap fasilitas
kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi melalui Linkage Program
antara bank umum dengan koperasi;
b. Mengembangkan kerjasama antara bank umum termasuk bank umum peserta
KUR dengan koperasi;
c. Meningkatkan peran KSP/USP-Koperasi dan KJKS/UJKS-Koperasi sebagai
lembaga keuangan mikro yang mampu melayani UMK dalam mendukung
upaya perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan, terutama
untuk daerah-daerah yang jauh dari layanan perbankan.
E. Kriteria Koperasi Peserta Linkage Program Syariah Dengan Bank Umum Syariah
Koperasi/ BMT/ UJKS Peserta Linkage Program Pola Syariah wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Telah menggunakan sistem syariah;
b. Pengikatan menggunakan akad syariah;
c. Sudah berbadan hukum minimal 2 (dua) Tahun;
d. Bagi hasil selama 2 (dua) tahun terakhir positif;
15
A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta: UIN
Press, 2009. H. 129 16
Bank Indonesia, Pedoman Umum Linkage, h. 2
23
e. Koperasi dengan outstanding pembiayaan yang diberikan di atas Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) wajib diaudit oleh akuntan publik atau
Koperasi Jasa Audit, dan diumumkan kepada anggotanya;
f. Non Performing Financing (NPF) maksimum 5 % (lima per seratus);
g. Mempunyai anggota tetap dan/atau calon anggota minimal sebanyak 100
orang.
F. Pola Linkage Syariah
Dalam Generic Model yang dikeluarlan oleh Bank Indonesia Linkage
program syariah memiliki beberapa pola pelaksanaan yaitu executing
(menggunakan akad mudharabah), join financing (menggunakan akad
musyarakah) dan chanelling (wakalah). Tiap-tiap model linkage ini memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
a. Pola Executing:
Pada dasarnya pola ini menerapkan akad Mudharabah dan
penerapannya tidak ada perbedaan dengan pembiayaan biasa. Bedanya
hanyalah kalau di Bank akad Mudharabah dilakukan antara nasabah
(perorangan/kelompok) sedangkan pada Linkage Executing akad
Mudharabah dijalankan oleh Bank dan LKMS (bukan perorangan).
Secara ringkas Ketentuan Pola Linkage Executing adalah17
:
17 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. :
Pedoman Umum Linkage. No 03/Per/M.KUKM/III/2009
24
1. Risiko pembiayaan kepada anggota koperasi, apabila kegagalan
pembiayaan karena kerugian bisnis secara normal (normal business
loss), maka risiko ditanggung oleh KJKS/UJKS-Koperasi;
2. Distribusi pendapatan, sesuai dengan nisbah yang disepakati antara
BUS/UUS dan KJKS/UJKS-Koperasi;
3. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil/margin bagi anggota koperasi,
merupakan kesepakatan bersama dengan mempertimbangkan harga
pasar untuk sektor/bidang usaha UMK yang dibiayai;
4. Jaminan, sesuai Undang-undang Perbankan dan ketentuan perbankan
yang berlaku;
5. Jaminan anggota Koperasi, sesuai yang dipersyaratkan KJKS/UJKS-
Koperasi;
6. Akad Pembiayaan kepada anggota koperasi, dilakukan oleh
KJKS/UJKS-Koperasi;
Model Pola Executing18
:
SKEMA 1
Gambar 2.1 Pola Executing
18
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Press. 2009. H.
309
25
Keterangan:
1. BUS mengadakan kemitraan dengan LKMS sesuai
dengan aturan yang dibuat oleh Bank Indonesia.
2. Linkage Program (kemitraan) antara BUS dan LKMS
(bisa BPRS, BMT, KJKS/UJKS) dilakukan dengan akad mudharabah dimana
100% dana diberikan oleh BUS dan BPRS sebagai mudharib.
3. Dana tersebut disalurkan kepada UKM dengan akad
yang disesuaian dengan kesepakatan antara BUS dan LKMS
4. LKMS akan melaporkan hasil pembiayaannya secara
rutin ke BUS dan BUS juga melakukan superfisi kepada BI
Penerapan Linkage Executing pada BUS biasanya berbentuk
pendanaan Mudharabah wal murabahah yaitu bentuk akad mudharabah
BANK UMUM BI Supervisi
BPR/S
BUK/ BUS: Pinjam ke Bank lain
BPR/S: Inter Bank Liabilities
Risiko
Pembukuan Kredit
BUK/BUS & BPR/S Perjanjian Kredit
Laporan
Supervisi
Laporan
BANK UMUM
UMK
BPR/S
BI Supervisi
26
muqayyadah executing ketika Bank Syariah sebagai mudharib menerima dana
untuk diinvestasikan dari shahibul maal19
SKEMA 2
Gambar 2.2 Pembiayaan Mudharabah wal Murabahah
Pembiayaan ini diterapkan ketika Bank Syariah sebagai shahibul maal
memberikan pembiayaan kepada mudharib antara lain yaitu LKS (BPRS, BMT,
KJKS/ UJKS) yang kemudian menyalurkan pembiayan dengan akad murabahah
kepada nasabah.
Keterangan:
1. Terjadi kerjasama antara LKMS dengan BUS dengan akad mudharabah
muqayyadah dengan LKMS menjadi mudharib dan BUS menjadi shahibul
maal.
19
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 210
Shahibul Maal
BUS/UUS
LKS
Mudharib
BAI
Nasabah
MUSYTARI
LKS sebagai pengusaha LKS sebagai Penjual
Pembiayaan Pembiayaan
Mudharabah Muqayyadah Murabahah
27
2. Akad mudharabah muqayyadah disini artinya LKMS menyalurkan
pembiayaan suesuai dengan ketentuan BUS. Dalam pola ini akad yang
dibolehkan hanyalah murabahah saja.
3. Pembiayaan murabahah disalurkan kepada nasabah LKMS
4. Dengan adanya akad antara LKMS dan Nasabah fungsi LKMS bertindak
sebagai penjual, sedangkan nasabah sebagai pembeli.
5. Nasabah memberikan margin jual beli kepada LKMS sedangkan LKMS
memberikan nisabah bagi hasil untuk BUS
Syarat yang harus dipenuhi dalam akad mudarabah muqayyadah executing antara
lain:
a. Bentuk Investasi, bukan
simpanan (Special Investment)
b. Akad Mudharabah
Muqayyadah
c. Investasi ke sector yang
diinginkan pemodal (nasabah), dan
d. On Balance Sheet
(Executing)
1. Pemodal menetapkan
syarat;
2. Kedua pihak sepakat
dengan syarat usaha, keuntungan;
3. Bank menerbitkan bukti
investasi khusus; dan
28
4. Bank memisahkan dana.20
b. Pola Chanelling
Pola Chanelling adalah pola dimana bank syariah memberikan
pembiayaan secara langsung kepada nasabah sebagai end user melalui
perusahaan mitra yang bertindak sebagai agen. Pembiayaan kepada end user
adalah eksposur pembiayaan bank syariah21
. Akad yang dipakai dalam pola
ini bisa syirkah mudharabah (bagi hasil) atau bisa juga wakalah (fee)22
.
Ketentuan penerapan pola chanelling yaitu:
1. Kewenangan memutuskan pembiayaan dilakukan BUS/UUS dan
BPRS/BMT membantu dalam pencarian nasabah, analisis awal,
pengikatan dan penagihan atas kuasa BUS/ UUS
2. Risiko pembiayaan 100% ditanggung oleh BUS/ UUS
3. Akad antara BUS/ UUS ke BPRS adalah Mudharabah atau bisa juga
wakalah, sedangkan akad antara BPRS ke UMK sesuai kebutuhan
UMK.
4. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil/ margin kepada UMK yang
dibiayai ditentukan oleh BUS/ UUS dengan mempertimbangkan harga
pasar untuk sector bidang usaha UMK yang dibiayai.
20
Ibid, h. 211 21
Linkage Program: Solusi pembiayaan Bagi Hasil, Kompasiana.com diakses pada 17
Desember 2010 22
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. (Jakarta: Rajawali Press, 2009),
H.311
29
5. Distribusi pendapatan antara BUS/UUS dengan BPRS ditentukan sesuai
nisbah/fee yang telah disepakati.
6. Jaminan diadministrasikan oleh BPRS yang bertindak untuk dan atas
nama BUS/UUS 23
Ada beberapa Skema dalam Chanelling Financing yaitu24
:
SKEMA 1
Gambar 2.3 Chanelling dengan akad mudharabah
Keterangan :
23
Tim Kelompok Kerja Linkage Program, Keunggulan dan Kelemahan Linkage Program
Melalui Chanelling Financing: Pengalaman Bank Muamalat, Kertas Kerja Tim dipresentasikan dalam
Workshop/ Knowledge Sharing Linkage Program Kepada Pejabat Bank Pembangunan Daerah, Bali,
26-28 Maret 2008, h.2-5
24 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. (Jakarta: Rajawali Press, 2009),
H. 312
Akad Mudharabah
BPRS (Dana
0%)
Akad Mudharabah/ Bagi Hasil
Nisbah BPRS: Pengusaha = 25:75
BUS/ UUS
(Dana 100%)
Nisbah 60% Nisbah 40%
Proyeksi
Yield
15% Usaha (Proyeksi
Keuntungan 100%)
Proyeksi Bagi Hasil
BPRS 25%
Pengusaha
30
1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Mudharabah) kepada BPRS sesuai
kebutuhan. Porsi dana dari BUS 100%, BPRS 0%. Akad pembiayaan adalah
Mudharabah (Bagi hasil)
2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah yang telah disetujui
BUS/ UUS dengan skim mudharabah (bagi hasil). Plafond an jangka waktu
ditetapkan tertentu, baik untuk modal kerja maupun untuk modal investasi.
3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang telah
disepakati bersama.
4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran
pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh
BPRS akan dibagi hasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan
5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke BPRS, dan dari BPRS
sebagai pembiyaan ke UKM.
SKEMA 225
Gambar 2.4 Chanelling dengan akad murabahah
Keterangan:
1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Mudharabah) kepada BPRS sesuai
kebutuhan. Porsi dana dari BUS 100%, BPRS/KOP 0%. Akad pembiayaannya
adalah Mudharabah (Bagi Hasil)
25
Ibid, h. 313.
Akad Mudharabah
BPRS/ KOP
(Dana 0%)
Akad Murabahah
BUS/ UUS
(Dana 100%)
Nisbah 60% Nisbah 40%
Ekuifalent
Yield
15%
NASABAH
(USAHA)
Keuntungan Harga Jual
25%
31
2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah yang telah disetujui
BUS/UUS dengan skim murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu
tertentu, baik untuk modal kerja maupun investasi.
3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang telah
disepakati bersama.
4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/
pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh
BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.
5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke BPRS, dan pencatatan di
BPRS sebagai pembiayaan ke UKM
SKEMA 326
Gambar 2. 5 Chanelling dengan akad wakalah wal murabahah
Keterangan:
1. BUS/ UUS melakukan kerjasama chanelling dengan BPRS dengan nilai
tertentu. Porsi dana dari BUS 100% dan BPRS 0%. Akad pembiayaan adalah
wakalah.
26
Ibid, h. 314
Akad Wakalah
BPRS/ KOP
(Dana 0%)
Akad Murabahah
BUS/ UUS
(Dana 100%)
Fee/ Ujrah 60% Fee/ Ujrah
40%
Ekuifalen
tYield
15% NASABAH
(USAHA)
Keuntungan Harga
Jual 25%
32
2. BPRS menyalurkan pembiyaan kepada para nasabah yang telah ditunjuk/
disetujui BUS/ UUS dengan skim murabahah (jual beli). Plafon dan jangka
waktu ditetapkan tertentu baik untuk modal kerja maupun modal investasi.
3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang telah
disepakati bersama.
4. BPRS mengembalikan dana yang dibayar kepada BUS. Pendapatan yang
diterima sepenuhnya untuk BUS. BPRS hanya mendapatkan fee.
5. Pencatatan di BUS sebagai pembiayaan ke UMK 100% dan pencatatan di
BPRS sebagai rekening administrative BPRS secara off B/S.
SKEMA 427
Gambar 2.6 Chanelling dengan akad wakalah wal mudharabah
Keterangan:
27
Ibid, h. 315
Akad Wakalah
BPRS (Dana
0%)
Akad Mudharabah/ Bagi Hasil
Nisbah BUS: Pengusaha = 25:75
BUS/ UUS
(Dana 100%)
Fee/ Ujrah 40% Fee/ Ujrah
40%
Proyeksi
Yield
15%
Usaha (Proyeksi
Keuntungan 100%)
Pembagian
Keuntungan BUS/UUS
25%
Pengusaha
Proyeksi
Yield
10%
33
1. BUS/UUS melakukan kerjasama Chanelling dengan BPRS dengan nilai
tertentu. Porsi dana dari BUS 100%. Akad nya adalah Wakalah.
2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para para nasabah yang telah
ditunjuk/ disetujui BUS/UUS dengan skim mudharabah (bagi hasil).
Plafond an jangka waktu ditetapkan tertentu baik untuk modal kerja
maupun untuk modal investasi.
3. Nasabah melakukan pembiayaan melalui BPRS sesuai ketentuan yang
telah disepakati bersama.
4. BPRS mengembalikan dana yang dibayar nasabah kepada BUS sesuai
dengan angsuran/pembayaran yang diterima oleh BUS dan BPRS
menerima fee/ujrah sesuai kesepakatan.
5. Pencatatan di BUS/UUS sebagai pembiayaan ke UMK dan pencatatan di
BPRS sebagai pembiayaan Chanelling ke UMK di rekening
administrative BPRS secara off B/S.
c. Pola Join Financing
Join Financing adalah pola Linkage dimana BUS dan BPRS sama-
sama memberikan kontribusi dana dalam kerjasama. Akad yang dipakaj
adalah Musyarakah (Bagi Hasil). Pada Join Financing Risiko pembiayaan
kepada anggota Koperasi, apabila kegagalan pembiayaan karena kegagalan
bisnis secara normal (normal business loss), maka risiko ditanggung
bersama antara BUS/UUS dan KJKS/UJKS-Koperasi sesuai dengan
porsinya. Akad yang dipakai dalam pembiyaan ini adalah Musyarakah
karena kedua belah pihak masing-masing memiliki porsi dana.
Karakteristik Pola Linkage ini adalah28
:
28
Tim Kelompok Kerja Linkage Program, Keunggulan dan Kelemahan Linkage Program
Melalui Join Financing: Pengalaman Bank Muamalat, Kertas Kerja Tim dipresentasikan dalam
Workshop Sharing Linkage Program Kepada Pejabat Bank Pembangunan Daerah, 26-28 Maret 2008,
h.4
34
1. Pembiayaan bersama terhadap UMK yang dilakukan oleh
BUS/UUS dan BPRS.
2. Kewenangan memutuskan pembiayaan dilakukan secara bersama
(BUS/UUS dan BPRS).
3. Akad antara BUS/UUS dengan BPRS adalah Musyarakah
sedangkan akad antara BPRS dan UMK sesuai dengan porsinya.
4. Penentuan besarnya nisabah bagi hasil/ margin kepada UMK
yang dibiayai dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama dengan
mempertimbangkan harga pasar untuk sector bidang usaha UMK yang
dibiayai.
5. Distribusi pendpatan antara BUS/UUS dengan BPRS ditentukan
sesuai porsi nisbah yang disepakati.
6. Jaminan diadministrasikan oleh BPRS yang bertindak untuk diri
sendiri dan atas nama BUS/UUS.
Macam-macam skema dalam Join Financing :
SKEMA 129
Gambar 2.7 Join Financing dengan akad musyarakah wal mudharabah
29 Ibid , h. 317
Usaha (Proyeksi
Keuntungan
100%/thn)
Akad Musyarakah
BPRS (Dana
20%)
Akad Mudharabah/ Bagi Hasil
Nisbah BPRS: Pengusaha = 24:76
BUS/ UUS
(Dana 80%)
Nisbah 50% Nisbah
50%
Proyeks
i Yield
15%
Pembagian
Keuntungan
35
Keterangan:
1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Musyarakah) kepada BPRS sesuai
kebutuhan. Porsi dana dari BUS 80%, BPRS/KOP 20%. Akad
pembiayaannya adalah Musyarakah (Bagi Hasil).
2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah dengan skim
murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu tertentu, baik untuk
modal kerja maupun investasi.
3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang
telah disepakati bersama.
4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/
pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh
BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.
5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke BPRS, dan pencatatan di
BPRS sebagai pembiayaan ke UKM.
SKEMA 230
Gambar 2.8 Join Financing dengan akad musyarakah wal murabahah
30
Ibid, h. 318
Usaha
Akad Musyarakah
BPRS (Dana
20%)
Akad Mudharabah
BUS/ UUS
(Dana 80%)
Nisbah 50% Nisbah 50%
Proyeksi
Yield
15%
Keuntungan Harga
Jual 24 %
36
Keterangan:
1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Musyarakah) kepada
BPRS sesuai kebutuhan. Porsi dana dari BUS 80%(maksimal),
BPRS/KOP 20%. Akad pembiayaannya adalah Musyarakah (Bagi Hasil)
2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah dengan skim
murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu tertentu, baik untuk
modal kerja maupun investasi.
3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang
telah disepakati bersama.
4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/
pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh
BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.
5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke BPRS, dan pencatatan di
BPRS sebagai pembiayaan ke UKM
SKEMA 331
Gambar 2.9 Join Financing dengan akad Musyarakah wal Mudaharabah
31
Ibid, h.319
Usaha
Akad Musyarakah
BPRS (Dana
20%) BUS/ UUS
(Dana 80%)
Nisbah 50%
Proyeksi
Yield
15%
Akad Mudharabah
Keuntungan Harga
Jual 24 % Nisbah 50%
37
Keterangan:
1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Musyarakah) kepada
BPRS sesuai kebutuhan. Porsi dana dari BUS 80%(maksimal),
BPRS/KOP 20%. Akad pembiayaannya adalah Musyarakah (Bagi Hasil)
2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah dengan skim
murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu tertentu, baik untuk
modal kerja maupun investasi.
3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang
telah disepakati bersama.
4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/
pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh
BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.
5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke UMK sesuai porsinya,
sedangkan porsi pembiayaan dati BUS/UUS dicatat dari rekening
administratif BPRS secara off B/S.
SKEMA 432
Gambar 2.10 Join Financing dengan akad Musyarakah wal Mudhabahah
32
Ibid, h. 315
Usaha (Proyeksi
Keuntungan
100%/thn)
Akad Musyarakah
BPRS (Dana
20%)
Akad Mudharabah/ Bagi Hasil
Nisbah BPRS: Pengusaha = 24:76
BUS/ UUS
(Dana 80%)
Nisbah 50% Nisbah 50%
Proyeksi
Yield
15%
Pembagian
Keuntungan
BUS/UUS 25%
38
Keterangan:
1. BUS/ UUS menyediakan Line Facility (Musyarakah) kepada BPRS sesuai
kebutuhan. Porsi dana dari BUS 80%, BPRS/KOP 20%. Akad
pembiayaannya adalah Musyarakah (Bagi Hasil).
2. BPRS menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah dengan skim
murabahah (jual beli). Plafon dana dan jangka waktu tertentu, baik untuk
modal kerja maupun investasi.
3. Nasabah melakukan pembayaran melalui BPRS sesuai ketentuan yang
telah disepakati bersama.
4. BPRS mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuran/
pembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh
BPRS akan dibagihasilkan antara BUS dengan BPRS sesuai kesepakatan.
5. Pencatatan di BUS/ UUS sebagai pembiayaan ke UMK sesuai porsinya,
sedangkan porsi pembiayaan dati BUS/UUS dicatat dari
rekeningadministratid BPRS secara off B/S.
39
BAB III
WARUNG MIKRO
UU no. 20 tn. 2008 menyebutkan dalam pasal 1 bahwa usaha mikro adalah
usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. 1
Usaha mikro adalah usaha yang terbukti memiliki ketahanan terhadap krisis,
dibandingkan dengan usaha besar. Selain itu kemampuan UMKM dalam memberikan
kontribusi terhadap PDB jauh tertinggal dibandingkan usaha besar yang jumlahnya
hanya 0,1 % dari total unit usaha yang ada di Indonesia, jumlah UMKM yang
berjumlah 99,9% hanya menymbang 58,4% PDB sedangkan usaha besar
menyumbang 41,6%. Dari data diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa terdapat
indikasi produktivitas UMKM mengalami penurunan.2
Pentingnya Usaha Mikro sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas
perekonomian negara membuat Pemerintah wajib untuk mengembangkannya. Seperti
yang kita ketahui bahwa masalah klasik Usaha Mikro adalah permodalan maka
diperlukannya kesadaran dari Pemerintah dan Lembaga Keuangan terutama Bank
untuk menyelesaikan permasalahan ini. Diperlukan dibentuknya Pembiayaan Usaha
Mikro.
1 Tulus, T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia.( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 16
2 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Integrasi Sektor Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dalam strategi perencanaan ekonomi nasional, Jakarta :pusat kajian kebijakandan
hukum secretariat jenderal Dewan perwakilan Daerah Republik Indonesia, 2009, h. 30
40
Pembiayaan Usaha Mikro merupakan sektor terpenting dalam perkembangan
strusktur industry dan produksi ekonomi di negara-negara sedang berkembang.
Dalam konteks Indonesia pembangunan dan perkembangan usaha mikro mempunyai
arti strategis, yaitu untuk memperluas kesempatan kerja dan berusaha serta
meningkatkan derajat distribusi pendapatan.
Pembiayaan usaha mikro adalah pembiayaan yang diberikan oleh perbankan
kepada UMKM yang feasible (memungkinkan) tetapi belum Bankable. Intinya usaha
mikro tersebut berpotensi dan memiliki prospek yang baik. UMKM dan Koperasi
yang diharapkan dapat mengakses pembiayaan mikro adalah usaha yang bergerak di
sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian,
kehutanan dan jasa keuangan simpan pinjam.3
Sebagaimana yang dikatakan oleh Zainul Arifin bahwa Bank Syariah (yang
berprinsip bagi hasil dan resiko) memiliki beberapa keunggulan yaitu:
1. Bank tidak membatasi dirinya hanya untuk meminjamkan dana kepada sektor
usaha yang sudah mapan saja, hal ini membuat pengusaha kecil terdorong
untuk tidak ragu melakukan inovasi.
2. Bank bekerja berdasarkan prinsip kemitraan dengan pengusaha. Pembiayaan
yang diberikan oleh Bank dengan pemberian konsultasi pembinaan dan
3 Alila Pramiyatim, Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM, (Yogyakarta: Media presindo,
2008)
41
pengawasan bahkan bila perlu menempatkan orang untuk membantu secara
aktif dalam proses manajemen perusahaan4
A. Pengertian Warung Mikro
Warung Mikro adalah produk pembiayaan dimana nasabah dapat
melakukan pinjaman dana untuk investasi, modal kerja dan pengembangan usaha
secara syariah, nilai plus dari produk pembiayaan ini adalah persyaratan yang
mudah, proses pembiayaan cepat, dan angsuran ringan serta tetap hingga jatuh
tempo.
Warung mikro BSM diperuntukkan bagi nasabah mikro yang ingin
melakukan pembiayaan secara syariah Diharapkan dengan fasilitas yang
diberikan Warung Mikro, masyarakat kecil dan pelaku UMKM dapat tetap
menjalankan roda perekonomiannya secara maksimal. Sehingga kesejahteraan
umat dapat terwujud.5
B. Sejarah Warung Mikro
Warung mikro dibentuk atas dasar dorongan dari Pemerintah khususnya
Bank Indonesia karena kebijakan pemerintah yang menuntut Bank untuk
mengembangkan sektor riil dengan cara lebih memerhatikan UKM. Seperti yang
telah kita ketahui, selama ini hanya pengusaha besar yang bisa menikmati
pembiayaan dari Bank, dan karena prinsip kehati-hatian Bank membuat Bank
4 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah , Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prosperk, ,
(Jakarta: AlvaBet. 1999), Cetakan pertama, h. 130
5http://www.pkesinteraktif.com/bisnis/perbankan-syariah/2550-warung-mikro-bsm-
wujudkan-kesejahteraan-umat.html diakses pada tanggal 13 Juli 2011
42
lebih ketat dan selektif dalam menyalurkan pembiayaan. Namun saat ini UKM
pun berhak untuk mendapatkannya. Sebab telah terbukti UKM adalah usaha
yang tahan krisis dan berpotensi untuk maju. Hal inilah yang melatar belakangi
berdirinya Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri.
Selain faktor diatas ternyata ada faktor lain yang menyebabkan
dibukanya Warung Mikro di BSM yaitu karena di satu pihak Bank mandiri telah
membuka unit mikronya sendiri yaitu Mitra Usaha Mandiri. Perkembangan Unit
mikro Bank Mandiri ini memotifasi Bank Syariah Mandiri untuk mencoba
merambah UKM.6
Pada akhirnya tahun 2008 dibukalah warung mikro dengan 3-4 cabang
sebagai percobaan. Ternyata setelah dilihat, perkembangannya cukup bagus.
Oleh karena itu, maka ditambahlah cabang warung mikro. Pada bulan Agustus
2010 jumlah outlet warung mikro berjumlah 1227. Hingga saat ini jumlahnya
lebih kurang 200 outlet. Untuk di BSM Rawamangun sendiri warung Mikro baru
di buka januari 2010 lalu.
Saat ini Warung Mikro masih berkantor di Bank Syariah Mandiri,
formatnya masih Inbranch (masih bergantung pada cabang), namun demi
kelancaran seluruh prosesnya, pada perkembangannya nanti Warung Mikro
6 Wawancara Pribadi Dengan Dian Nawila Sari, Jakarta, 5 Agustus 2011
7 Pembiayaan Mikro Pertanian Jadi Target BSM artikel diakses pada tanggal 15 Oktober
2011 dari http://zonaekis.com/pembiayaan-mikro-pertanian-jadi-target-bsm/ ,
43
direncanakan akan lepas dari kantor cabang dan akan membuka unit sendiri
(Outbrach) sekitar tahun 2015.8
C. Dasar Hukum adaya warung mikro.
Adanya kesepakatan bersama antara menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat (menkokesra) dan Gubernur Bank Indonesia tentang Penanggulangan
Kemiskinan melalui Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah No 11/KEP/ MENKO/ KESRA/ IV/ 2002-No. 4/2/ KEP.GBI/ 2002
tanggal 22 April 2002 yang menjelaskan bahwa kredit kepada usaha kecil adalah
kredit dengan jumlah hinggal Rp. 500 juta, kredit untuk usaha menengah
memiliki plafon hinggal Rp. 5 Miliar, sedangkan kredit untuk usaha mikro
memiliki plafon hingga Rp. 50 juta rupiah.9
Ditambah UU no. 21 tahun 2008 menyebutkan berbagai kegiatan usaha
yang boleh di lakukan oleh Bank Umum Syariah yaitu menyalurkan pembiayaan
dalam akad yang sesuai syariah (baik itu Mudharabah, Murabahah, Istishna,
Salam, IMBT, dll). Jadi, tidak ada larangan bagi BUS untuk memnyalurkan
pembiyaan. Justru pemerintah sangat mendorong Bank syariah untuk lebih
memperhatikan UKM, ini demi menguatkan UKM dan secara langsung akan
berdampak pada peningkatan perekonomian nasional.
8 Wawancara Pribadi dengan Dian Nawila Sari, Kepala Warung Mikro BSM Rawamangun,
tanggal 5 Agustus 2011
9 Djoko Retnadi, Memilih Bank yang Sehat Kenali Kinerja dan Pelayanannya.( Jakarta :PT.
Elex Media Komputindo. 2006), H. 225
44
D. Jenis Produk Warung Mikro
Warung Mikro sendiri menawarkan tiga jenis produk yakni:
a. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM-TUNAS).
1. Limit pembiayaan : minimal Rp 2.000.000; (dua juta rupiah)
sampai dengan Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).
2. Jangka waktu : maksimal 36 bulan.
3. Biaya administrasi sesuai ketentuan BSM .
b. Pembiayaan usaha mikro madya (PUM-madya )
1. Limit pembiayaan: diatas Rp10.000.000; (sepuluh juta rupiah
sampai dengan Rp50.000.000; (lima puluh juta rupiah).
2. Jangka waktu :maksimal 36 bulan
4. Biaya administrasi sesuai ketentuan BSM.
c. Pembiayaan usaha mikro utama (PUM-utama)
1. Limit pembiayaan: diatas Rp50.000.000; (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp100.000.000; (sepuluh juta rupiah).
2. Jangka waktu :maksimal 48 bulan.
3. Biaya administrasi sesuai dengan ketentuan BSM. 10
E. Persyaratan Pembiayaan Warung Mikro
1. Wiraswasta/profesi.
10
http://ib.eramuslim.com/2010/09/11/ini-dia-spesial-untuk-si-mikro-persembahan-bsm/
diakses pada tanggal 19 Juli 2011
45
a. Usaha minimal 2 tahun
b. Usia minimal 21 tahun atau sudah menikahdan maksimal 55
tahun saat pembiayaan lunas
c. Surat keterangan /ijin usaha
2. Perorangan golbertap
a. Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal1 (satu) tahun
b. Usia minimal 21 tahun pada saat pengajuan atau usia minimal
55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan
c. Surat keterangan /surat ijin usaha
3. Badan usaha
a. Usaha telah berjalan minimal 2 tahun
b. Surat keterangan /ijin usaha
c. Akte pendirian /perubahan perusahaan11
Untuk lebih jelasnya, berikut tabel daftar persyaratan yang harus di lengkapi
calon nasabah, mulai dari karyawan, professional maupun wiraswasta:
Dokumen Nasabah Karyawan Profesional Wiraswasta
Fotokopi KTP/ Identitas Pemohon
Fotokopi surat nikah/ cerai (apabila ada)
Fotokopi KTP/ Identitas Dir/Komisaris
Badan Usaha
- -
Fotokopi Kartu Keluarga -
Pas foto terakhir pemohon ukuran 4X6
Akte pendirian & perubahan perusahaan - -
11
http://ib.eramuslim.com/2010/09/11/ini-dia-spesial-untuk-si-mikro-persembahan-bsm/
diakses pada tanggal 19 Juli 2011
46
Legalitas usaha (sesuai bidangnya):
Surat keterangan usaha (dari RT/ RW)
SIUP
TDP/ TDR
SIU dari pengelola pasar (bagi
pedagang pasar)
NPWP (wiraswasta dan pegawai
untuk limit >Rp. 50jt
Surat keterangan domisili usaha/
perusahaan
-
-
-
-
-
-
-
-
Fotokopi RK/ Tabungan 6 bulan terakhir optional
Fotokopi bukti angsuran pinjaman bank lain optional Optional optional
Bukti bayar PBB tahun terakhir rumah/
tempat usaha
Bukti bayar PLN rumah/ tempat usaha
Bukti bayar rek. Telpon rumah/ tempat usaha
Fotokopi surat izin praktek (wajib untuk
nasabah profesi)
- -
Asli surat keterangan bekerja / copy SKEP
terakhir
- -
Asli slip gaji terakhir - -
Bukti Agunan yang diserahkan
Fotokopi bukti kepemilikan tanah/
bangunan
Fotokopi BPKB, Kuitansi, faktur
Fotokopi bukti penguasaan lapak/ los
pasar
Fotokopi faktur & kuitansi mesin
Keterangan:
1. Data Identitas nasabah (KTP pemohon) dibutuhkan untuk mengetahui
legalitas pribadi serta alamat tinggal calon nasabah. Hal ini terkait dengan
47
alamat penagihan dan penyelesaian masalah-masalah tertentu dikemudian
hari.
2. Identitas pasangan (Surat Nikah) juga dibutuhkan untuk saksi atas
pengeluaran tambahan bagi sebuah keluarga. Selain itu juga dibutuhkan untuk
membuktikan ikatan perkawinan calon nasabah.
3. Tagihan PLN dan telepon dihunakan untuk mengetahui status kepemilikan
rumah dan kebenaran tempat tinggal dan tagihan-tagihan tersebut diperlukan
untuk mengetahui pengeluaran tetap nasabah setiap bulannya.
4. Slip gaji diperlukan untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar
tagihan pembiayaan, berapa jumlah angsuran yang disanggupi nasabah, serta
jangka waktu pembiayaan. Untuk memastikan kebenaran slip gaji (sebab slip
gaji sering direkayasa) maka dibutuhkan Surat Referensi perusahaan dan/ atau
SK pengangkatan terakhir.
5. Fotokopi buku tabungan selama 6 bulan terakhir dibutuhkan untuk melihat
transaksi keuangan terakhir calon nasabah, bagaimana pemasukan dan
pengeluaran nasabah.
6. Surat izin usaha (SIUP, surat ijin praktek profesi) diperlukan untuk
mengetahui legalitas usaha calon nasabah. Melihat apakah benar usaha yang
akan dijalankan atau tidak. Untuk mendukung data tersebut dibutuhkan
NPWP untuk BI checking.
48
7. Bukti agunan diperlukan untuk mengetahui apakah jaminan tersebut benar
milik calon nasabah dan apakah jaminan tersebut dapat meng-cover
pembiayaan. 12
12
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta :Zikrul Hakim,
2003), h.142
49
BAB IV
KONSEP WARUNG MIKRO DAN LINKAGE PROGRAM
SEBAGAI SOLUSI PEMBIAYAAN USAHA MIKRO (STUDI
PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG RAWAMANGUN)
A. Pelaksanaan Warung Mikro Sebagai Bentuk Aplikasi Mikro Banking di
Bank Syariah Mandiri
Pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah diperkirakan menjadi salah
satu lahan subur bagi perbankan untuk meningkatkan porsi kreditnya. Dari tahun
ke tahun, porsi pembiayaan usaha ini terus meningkat. Paling tidak, porsi
pinjaman dari Bank Syariah Mandiri untuk sektor ini terus bertambah.
BSM telah melakukan pembiayaan terhadap UMKM sebesar 66,4 persen
lebih besar dibandingkan pembiayan terhadap corporate yang hanya sebasar 33,6
persen. Hal ini membuktikan bahwa BSM konsen terhadap pengembangan
UMKM.1
BSM memiliki produk pembiayaan nasabah mikro yang bernama
Warung Mikro. Dengan produk ini nasabah dapat melakukan pinjaman dana
untuk investasi, modal kerja dan pengembangan usaha secara syariah.
1 http://koranmuslim.com/2011/warung-mikro-bsm-wujudkan-kesejahteraan-umat/ diakses
pada tanggal 21 Juni 2011
50
Keuntungan yang di dapat dari produk ini yaitu : persyaratan yang mudah, proses
pembiayaan cepat, dan angsuran ringan serta tetap hingga jatuh tempo.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Warung Mikro sendiri
menawarkan tiga jenis produk yakni:
A. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (non agunan) dengan nilai kredit Rp 2
juta hingga Rp 10 juta;
B. Pembiayaan Usaha Mikro Madya dengan nilai Rp diatas Rp 10 juta
hingga Rp 50 juta, dan;
C. Pembiayaan Usaha Mikro Utama dengan nilai diatas Rp 50 juta hingga
Rp 100 juta. 2
Diharapkan dengan fasilitas yang diberikan Warung Mikro,
masyarakat kecil dan pelaku UMKM dapat tetap menjalankan roda
perekonomiannya secara maksimal. Sehingga kesejahteraan umat dapat
terwujud.
Keuntungan warung mikro Bank Syariah Mandiri :
a. Sesuai syariah.
b. Persyaratan ringan.
c. Proses pembiayaan cepat.
d. Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo.
e. Limit pembiayaan sampai dengan Rp 100 juta
2 http://www.syariahmandiri.co.id/category/small-micro-business/ warungmikro diakses pada
tanggal 21 juni 2011
51
Warung Mikro Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu produk yang
bertujuan membantu akses pembiayaan dan mengembangkan usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi dalam rangka penanggulangan/pengentasan kemiskinan dan
perluasan kesempatan kerja. Secara umum semua pegawai ikut dalam
mempromosikan produk-produk bank syariah karena merupakan tantangan terbesar
bagi bank syariah saat ini adalah memperkenalkan produk-produk syariah kepada
masyarakat.
Pembiayaan warung mikro ini Bank Syariah Mandiri menggunakan akad
Murabahah, akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah akan
membeli barang kebutuhan nasabah untuk kemudian menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan marjin yang telah disepakati.
Harga jual (pokok pembiayaan + marjin) tersebut akan diangsur setiap bulan
selama jangka waktu yang disepakati antara nasabah dengan bank syariah biasanya
12-48 angsuran atau satu sampai empat tahun. Karena harga jual sudah disepakati di
muka, maka angsuran nasabah bersifat tetap selama jangka waktu pembiayaan. Tidak
hanya Warung Mikro tetapi hampir seluruh pembiayaan konsumtif BSM (BSM
Griya, BSM Oto) menggunakan skema ini. Sekitar 70% pembiayaan bank syariah
menggunakan skema murabahah.3
Pada awalnya warung mikro adalah pembiyaan yang bersifat produktif saja,
kalau misalnya karyawan BSM ingin mengajukan pembiayaan berupa pinjaman
3 http://panser-anoa.blogspot.com/ diakses pada tanggl 26 juli 2011
52
untuk membayar uang sekolah anaknya itu tidak dibolehkan. Seiring dengan
perkembangan Zaman sekarang warung mikro memiliki 2 sifat yaitu:
a. Pembiayaan yang bersifat Produktif, ini merupakan pembiayaan yang
bertujuan untuk modal kerja. Pembiayaan ini banyak dimanfaatkan
oleh pelaku UKM. Akad yang dipakai biasanya Mudharabah.
b. Pembiayaan yang bersifat konsumtif pembiayaan ini ditujukan untuk
membantu nasabah untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak.
Misalnya, saat nasabah tidak mempunyai dana likuid guna membayar
uang sekolah maka bisa memakai pembiayaan ini. Akad yang di pakai
adalah akad Murabahah dan Ijarah. Penggunaaan akad Murabahah
dan Ijarah perbandingannya yaitu 85% Murabahah dan hanya sekitar
5% yang ijarah.
Pembiayaan konsumtif yang difasilitasi untuk karyawan di mulai sejak satu
tahun setelah Warung Mikro terbentuk (tahun 2009). Karyawan yang mengajukan
pembiayaan mikro juga mempunyai batas maksimal yaitu hanya Rp. 10.000.000,-
(sepuluh juta rupiah)
Dari dua jenis pembiayaan di atas yang lebih banyak disalurkan adalah
pembiayaan yang bersifat produktif/ pembiayaan untuk modal usaha. Persentase
antara pembiayaan konsumtif dan produktif adalah 75% untuk produktif, dan 25%
untuk konsumtif. Data ini menyimpulkan ternyata melalui program pembiayaan
Warung Mikro ini BSM membuktikan diri untuk selalu concern dalam memajukan
UKM.
53
Gambar 4.1 Teknis pelaksanaan Warung Mikro4
*setiap Kepala warung mikro memiliki limit untuk menyetujui sebuah pembiayaan
maksimal limit yang dimiliki seorang Kepala Warung adalah Rp. 25.000.000,- , jika
pembiayaan yang diajukan masih memenuhi limit Kepala Warung maka kepala
warung masih berhak menyetujui sebuah proposal pembiyaan, namun jika sudah
melebihi limit yang di tetapkan maka dari kepala warung proposal harus diteruskan
lagi kepada Komite
4 Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari , Kepala Warung Mikro BSM
Rawamangun tanggal 5 Agustus 2011
Nasabah
Pelaksana
Administrator
Analis
Kepala Warung
Mikro* Komite
Kepala Cabang
Dana Cair
54
Keterangan:
1. Pelaksana : Tugasnya adalah Marketing dan melakukan analisa awal.
2. Administrator : Tugasnya untuk merapikan berkas, melakukan BI checking.
3. Analis : Tugasnya untuk survey keadaan pemohon/ mitra dan menganalisa
tingkat lanjut.
4. Kepala Warung Mikro : Tugasnya menganalisa proposal yang telah dibuat
oleh analis.
5. Komite : Tugasnya menganalisis lebih lanjut proposal pembiyaan sebelum di
serahkan kepada Kepala Cabang.
6. Kepala Cabang : Tugasnya menyetujui / tidak proposal pembiayaan yang
sudah diajukan.
7. Mentor Usaha : Tugasnya memonitoring pembiayaan yang telah berjalan,
selain itu tugas mentor usaha juga menagih hutang , bahasa konvensionalnya
yaitu Debt Collector.
Teknis Pelaksanaan Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Rawamangun:
1. Nasabah mendatangi Kantor Warung Mikro di BSM KC. Rawamangun.
2. Nasabah membawa persyaratan pembiayaan dan diserahkan kepada Pelaksana
Warung Mikro.
3. Setelah itu Pelaksana menganalisa persyaratan yang dibawa nasabah, apakah
layak untuk dibiayai atau tidak. Analisisnya masih tahap awal.
4. Setelah itu berkas yang sudah dianalisa dikirim ke bagian Administrasi.
55
5. Bagian Administrasi bertugas untuk merapikan berkas dan melakukan BI
Checking terhadap kelayakan usaha nasabah. BI checkcing adalah pengecekan
yang dilakukan untuk mengetahui riwayat pembiayaan yang telah diterima
oleh nasabah berikut status nasabah yang ditetapkan oleh BI5, guna dari BI
checking salah satunya yaitu melihat apakah Nasabah terdapat dalam Black
List Bank Indonesia atau tidak. Selain itu di BI checking akan terlihat apakah
nasabah juga menunggak di Bank yang lain. Oleh karena itu, BI checking
sangat diperlukan dalam melihat karakter nasabah, apakah baik atau
sebaliknya.
6. Setelah lolos BI Checking, berkas dikirim ke Analis tujuannya untuk Survey
dan melakukan analisis lebih lanjut.
7. Setelah lolos analisis barulah Analis membuat proposal pembiayaan yang di
tujukan kepada kepala Warung Mikro.
8. Setelah dari Kepala Warung Mikro lalu proposal dikirim ke Komite dari
Komite barulah proposal di kirim ke Kepala cabang.
9. Dari Kepala Cabang Barulah dana dicairkan. 6
Untuk menikmati pembiayaan ini nasabah bisa datang langsung ke
BSM sebab biasanya inisiatif pembiayaan datang dari nasabah yang
kekurangan dana.7
5 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim,
2003), h. 145 6 Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari , Kepala Warung Mikro BSM
Rawamangun tanggal 5 Agustus 2011
56
atau bisa juga pihak marketing warung mikro menawarkan produk pembiayaan ini
kepada calon nasabah. Namun demikian dalam perkembangannya inisiatif tersebut
tidak mesti datang dari nasabah, tetapi juga dapat muncul dari officer Bank. Hal ini
bertujuan untuk menjangkau nasabah yang belum begitu mengetahui tentang produk
ini. Diharapkan jika Bank turun langsung ke lapangan maka program Warung Mikro
ini akan lebih tersosialisasi lagi kepada masyarakat.
Proses pencairan pembiayaan di Warung Mikro terbilang cepat, jangka waktu
pada saat nasabah datang sampai pencairan 3 hari atau paling lama 1 minggu. Hal
ini tergantung pada kelengkapan data nasabah. Jika data yang dibutuhkan Bank cepat
diserahkan nasabah maka prosesnya akan lebih cepat. Begitu pula sebaliknya.
Meskipun bisa dianggap cepat, namun dalam menganalisa pembiayaan Bank
Syariah Mandiri tetap memakai analisa pembiayaan seperti biasa yaitu dengan
melihat 5C yaitu:
1. Character, menilai karakter nasabah melihat moral hazard nasabah). Analisis
ini dapat dilakukan dengan cara wawancara, BI checking, bank checking, dan
tradechecking.
2. Capacity, menilai kemampuan nasabah dalam berbisnis dan melihat apakah
calon nasabah sanggup memenuhi kewajibannya nanti.
7 Sunarto Zulkifli, Panduan Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim,2003), H.
138
57
3. Capital, diperlukan untuk ,melihat efektifitas penggunaan modal. Variabel
yang diperlukan adalah laporan keuangan (neraca dan laporan laba-rugi). Dari
capital juga dilihat dari mana saja sumber modal selama ini.
4. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan oleh Nasabah. Persyaratannya,
jaminan ini harus bisa menutupi jumlah pembiayaan yang diterima.
5. Condition , merupakan penilaian prospek usaha untuk kini dan masa yang
akan datang.8
Saat ini di seluruh Indonesia total outlet warung mikro yang dimiliki oleh
Bank Syariah Mandiri mencapai 283 outlet dengan potofolio pembiayaan sebesar Rp.
651.000.000.000,- (enam ratur lima puluh satu miliar rupiah). Perkembangannya pun
baik dilihat dari segi NPF nya ternyata Non Performing Financing untuk Warung
Mikro Bank Syariah Mandiri hanya 2,91% seluruh Indonesia9.
Namun non performing financing (NPF) untuk di Warung Mikro Cabang
Rawamangun terbilang cukup besar yaitu sekitar 6,13%. Hal ini disebabkan karena
outlet Warung Mikro ini berada di Jakarta, sedangkan pelaku UKM kebanyakan
berada di daerah. Fakta ini menyebabkan lebih banyak outlet Warung Mikro di
daerah dan pinggiran kota besar di banding kota besar itu sendiri.
Sampai Agustus 2011 pencairan pembiayaan mikro BSM cabang
Rawamangun berjumlah Rp. 2.764.000.000,- dengan jumlah nasabah 141, nilai
8Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi 2001), Cet. 5, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2001), H. 105 9 Wawancara pribadi dengan Ibu Dian Nawila Sari , Kepala Warung Mikro BSM
Rawamangun tanggal 16 Agustus 2011
58
tersebut termasuk total pembiayaan mikro melalui linkage chanelling yang hanya
berkisar sekitar Rp. 200 juta. Berikut rincian pencairan pembiayaan mikro dari
Januari 2011- Agustus 2011:
Tabel 4.1 Pencarian Pembiayaan