112
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PT. BANK BNI SYARIAH CABANG BANJARMASIN SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PADA JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN OLEH : HAIRRULLAH A04130009 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN JURUSAN AKUNTANSI 2017

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN

MUDHARABAH PADA PT. BANK BNI SYARIAH CABANG

BANJARMASIN

SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV

PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PADA JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

OLEH :

HAIRRULLAH A04130009

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

JURUSAN AKUNTANSI 2017

Page 2: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

ii

Page 3: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

iii

Page 4: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hairrullah

NIM : A04130009

Telp : 0853-8899-6688

Email : [email protected]

: [email protected]

Tempat dan Tanggal Lahir : Banjarmasin, 26 Juni 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sultan Adam Komp. Kadar Permai IV No. 32

RT. 16 RW. 005, Sungai Miai, Banjarmasin Utara

Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan,

Kode Pos: 70123

Nama Orang Tua ( ayah ) : Wawan Kustiawan

( ibu ) : Norhasanah

Riwayat Pendidikan : SDN Sungai Miai 10 Banjarmasin (2001-2007)

SMP Negeri 24 Banjarmasin (2007-2010)

SMA Negeri 5 Banjarmasin (2010-2013)

Pengalaman Kerja : Praktik Kerja Lapangan di PT Bank BNI

Syariah Kantor Cabang Banjarmasin (2017)

Page 5: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

v

MOTTO

“An anction is the foundation of a success”.

Page 6: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

vi

Page 7: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisis Manajemen Risiko Kredit Pembiayaan Mudharabah Pada

PT. Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin.”.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SST

(Sarjana Sain Terapan) pada Diploma IV Prodi Akuntansi Lembaga Keuangan

Syariah pada Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin (POLIBAN).

Pembuatan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, arahan maupun

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga pada :

1. Bapak H. Edi Yohannes, ST, MT selaku Direktur Politeknik Negeri

Banjarmasin,

2. Ibu Andriani, SE, MM, M.Sc selaku ketua Jurusan Akuntansi

Politeknik Negeri Banjarmasin,

3. Bapak H. Mairijani, M.Ag selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Lembaga Keuangan Syariah (ALKS),

4. Ibu Basyirah Ainun, SE, MM, Ak, CA selaku Wali Kelas yang sudah

memberi arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak H. Muhammad Yassir F, S.PdI, MSI selaku dosen pembimbing

Iyang telah banyak memberikan saran, masukan dan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

Page 8: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

viii

6. Pimpinan Bank BNI Syariah Banjarmasin yang telah memberikan

kesempatan penulis untuk melakukan peneliatan pada Bank BNI

Syariah Banjarmasin.

7. Bapak Satria Prawira Dirga bagian Small Medium Enterprise Bank BNI

Syariah Banjarmasin yang telah menjadi narasumber dalam penulisan

ini.

8. Seluruh staf Pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu dosen pada Jurusan Akuntansi khususnya Program Studi

Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah (ALKS).

10. Bapak dan Ibu penulis yang menjadi motivasi dan senantiasa mendidik

dengan penuh kesabaran, tulus dalam mendo’akan, dan memberi

semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini,

11. Kakak penulis yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Teman-teman seangkatan DIV Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah

(ALKS) angkatan tahun 2013,.

13. Sahabat yang memberikan dukungan kepada penulis.

Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu kelancaran skripsi ini.

Page 9: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

ix

Dalam penulisan skripsi ini penulis sadar bahwa tidak ada sesuatupun

yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, dengan besar hati penulis

menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun agar menjadi lebih baik.

Akhirnya penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Banjarmasin, Agustus 2017

Penulis

Page 10: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAAN SKRIPSI ....................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

ABSTRAK ...................................................................................................... xvii

ABSTRACK ................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Permasalahan........................................................................................ 5

C. Batasan Masalah................................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

E. Kegunaan Penelitian............................................................................. 6

Page 11: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ..................................................................................... 8

1. Pembiayaan Mudharabah .............................................................. 8

2. Manajemen Risiko ......................................................................... 9

3. Manajemen Risiko Kredit .............................................................. 12

4. Penerapan Manajemen Risiko Kredit Berdasarkan Peraturan

Bank Indonesia ............................................................................... 18

5. Penyelamatan atau Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah ........... 37

B. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel .................. 42

B. Jenis Penelitian ..................................................................................... 42

C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 43

E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 44

F. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................ 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 47

1. Kondisi Umum PT. Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin ....... 47

a. Sejarah Singkat......................................................................... 47

b. Visi dan Misi ............................................................................ 49

c. Struktur Organisasi .................................................................. 50

d. Job Description ........................................................................ 51

Page 12: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

xii

e. Produk dan Layanan BNI Syariah ........................................... 56

2. Pembiayaan Mudharabah PT. Bank BNI Syariah Cabang

Banjarmasin.................................................................................... 59

a. Prinsip Kehati-hatian ................................................................ 59

b. Kualitas Pembiayaan ................................................................ 60

c. Faktor Penyebab Timbulnya Risiko Pembiayaan

Mudharabah ............................................................................. 61

3. Gambaran Umum Penerapan Manajemen Risiko Kredit

Pembiayaan Mudharabah BNI Syariah Cabang Banjarmasin ....... 62

4. Strategi Penyelamatan/Penyelesaian Manajemen Risiko

Kredit Pembiayaan Mudharabah ................................................... 62

B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 64

1. Aspek Pembahasan Wawancara ..................................................... 64

2. Responden Dalam Lingkup Wawancara ........................................ 65

3. Pembahasan Hasil Wawancara ...................................................... 66

a. Faktor Penyebab Timbulnya Risiko Pada Produk Pembiayaan

Mudharabah di BNI Syariah Cabang Banjarmasin ................. 66

b. Penerapan Manajemen Risiko Kredit Pembiayaan

Mudharabah PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin ............... 69

c. Analisis Penerapan Manajemen Risiko Kredit dalam

mengelola pembiayaan mudharabah pada BNI Syariah

Cabang Banjarmasin ................................................................ 82

Page 13: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

xiii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .............................................................................................. 91

B. Saran ..................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jenis-Jenis Risiko ................................................................................ 10

Tabel 2 Pembiayaan dan Penyebab Macet ....................................................... 14

Tabel 3 Perbandingan Penelitian ...................................................................... 39

Tabel 4 Akad dan Produk yang digunakan BNI Syariah ................................. 56

Tabel 5 Penetapan Kolektabilitas Pembiayaan Mudharabah .......................... 61

Tabel 6 Aspek Pembahasan Wawancara.......................................................... 64

Tabel 7 Data Responden dan Aspek Pembahasan Wawancara ....................... 65

Page 15: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Tingkat Penyaluran Pembiayaan Mudharabah Bank BNI Syariah ...4

Gambar 2 Tingkat Rasio NPF Pembiayaan Mudharabah Bank BNI Syariah ....4

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Penelitian ..........................................................46

Gambar 4 Struktur Organisasi BNI Syariah Banjarmasin ..................................50

Page 16: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian PT. Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin

Lampiran 2 Surat Keterangan Tempat Usaha PT. BNI Syariah Cab. Banjarmasin

Lampiran 3 Denah/Peta Perusahaan

Lampiran 4 Lembar Kegiatan Penelitian pada PT. BNI Syariah Cab. Banjarmasin

Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Wawancara

Lampiran 6 Lembar Hasil Wawancara

Lampiran 7 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 8 Lembar Saran Penguji Seminar Skripsi 2016/2017

Page 17: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

xvii

ABSTRAK

Hairrullah/ A0413009/ 2017/ ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT

PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PT. BANK BNI SYARIAH CABANG

BANJARMASIN/ Perbankan Syariah/ Manajemen Risiko Kredit/ Mudharabah/

BANK BNI SYARIAH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab timbulnya risiko

kredit pada produk pembiayaan mudharabah, bagaimana penerapan manajemen

risiko kredit dalam mengelola pembiayaan mudharabah dan perbandingan

penerapan manajemen risiko kredit pada BNI Syariah dengan Peraturan Bank

Indonesia No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank

Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).

Kerangka pemikiran (teoritis) penelitian ini adalah mengenai penyaluran

pembiayaan mudharabah yang setiap tahun meningkat dengan NPF yang setiap

tahunnya tidak melebihi 5%. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Jenis data

yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Sedangkan untuk

pengumpulan data mengunakan wawancara, studi lapangan dan kepustakaan.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penyebab timbulnya risiko

kredit pada produk pembiayaan mudharabah terbagi dalam 2 faktor, yaitu : faktor

internal (analisis nasabah yang tidak tepat, kesalahan dalam menaksir jaminan dan

manajemen perusahaan yang kurang baik) dan faktor eksternal (ekonomi global,

bencana alam dan nasabah sengaja mangkir dari kewajiban). Penerapan

manajemen risiko kredit PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin menggunakan 4

pilar penting yaitu : pengawasan, kebijakan, identifikasi dan pengendalian.

Penerapan ini telah sesuai dengan PBI 13/23/2011 tentang Penerapan Manajemen

Risiko Bagi BUS dan UUS.

Kata kunci : Perbankan Syariah, Pembiayaan Mudharabah, Manajemen Risiko

Kredit

Page 18: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

xviii

ABSTRACT

Hairrullah/ A0413009/ 2017/ CREDIT RISK MANAGEMENT ANALYSIS OF

MUDHARABA FINANCING IN PT. BANK BNI SYARIAH BRANCH

BANJARMASIN / Sharia Banking / Credit Risk Management/ Mudharaba/

BANK BNI SYARIAH.

The aims of this research are to know the causes of credit risk in mudaraba

financing products, the implementation of credit risk management in order to

manage mudharaba financing and comparison of credit risk management

implementation in BNI Syariah with Bank Indonesia Regulation No.13/23 / PBI /

2011 concerning the Implementation of Risk Management for Sharia Bank (BUS)

and Business Units Sharia (UUS).

The framework (theoretical) of this research is about distribution of

mudharaba financing that increases annually together with NPF which does not

exceed 5% annually. The method of this research is descriptive qualitative. This

research used two type data namely primary and secondary data. While for data

collection is using interview, field study and literature.

The result of this research can be concluded that the cause of credit risk on

mudharabah financing products are divided into 2 factors, namely: internal factors

(inappropriate customer analysis, mistakes in assessing assurance and poor

management of the company) and external factors (Global economy, natural

disasters and deliberately defaulting customers). Meanwhile, the implementation

of credit risk management in PT. BNI Syariah Branch of Banjarmasin is apply

four important pillars: supervision, policy, identification and management. This

implementation has been accordance with PBI 13/23/2011 concerning the

Application of Risk Management for BUS and UUS.

Keywords: Sharia Banking, Mudharabah Financing, Credit Risk Management

Page 19: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbankan di Indonesia mengalami perkembangan dengan seiring

berkembangnya pemikiran masyarakat tentang sistem syariah yang tanpa

mengunakan bunga (riba). Bank terbagi menjadi dua, yaitu bank syariah

dan bank konvensional. Kedua jenis bank ini memiliki produk bank yang

hampir sama, hanya berbeda pada sistem operasinya. Bank konvensional

menggunakan sistem bunga, sedangkan bank syariah menerapkan sistem

bagi hasil. Produk bank yang menerapkan sistem bagi hasil adalah pada

pembiayaan modal kerja dan investasi dalam bentuk pembiayaan

mudharabah.

Antara pihak Bank dengan nasabah, sebelum melakukan transaksi

pembiayaan mudharabah selalu membuat kesepakatan yang di setujui oleh

kedua belah pihak, dan kesepakatan tersebut tertuang dalam sebuah akad

pembiayaan mudharabah. Dengan demikian secara otomatis keduanya

telah terikat oleh perjanjian dan hukum yang telah di buat bersama.

Pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut UU

no. 10 1998 pasal 8 dilakukan berdasarkan analisis dengan menetapkan

prinsip kehati-hatian agar nasabah mampu melunasi utangnya atau

mengembalikan pembiayaan sesuai dengan perjanjian sehingga risiko

kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya dapat dihindari.

Page 20: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

2

Pembiayaan mudharabah yang telah diberikan kepada nasabah

harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian pembiayaan dan

ketentuan intern bank yang berlaku, oleh karena itu perlu adanya strategi

khusus oleh account officer agar tidak terjadi asimetrik informasi antar

bank dan nasabah.

Walaupun demikian, pembiayaan mudharabah yang diberikan

kepada para nasabah merupakan produk natural uncertainty contracts /

(NUC). Ini berarti bahwa pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank

mendatangkan ketidakpastian penghasilan atau laba bagi perusahaan yang

tidak akan lepas dari risiko terjadinya pembiayaan bermasalah yang

akhirnya dapat berpengaruh besar terhadap Rasio Non Performing

Financing (NPF).

NPF perbankan syariah adalah jumlah pembiayaan yang tergolong

tidak lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

(Muhammad, 2005:87). Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)

No. 15/POJK.03/2017 batas maksimum NPF pada Bank Syariah adalah

tidak melebihi 5%.

Bank BNI Syariah bermula dari unit usaha syariah yang berdiri

tanggal 29 april 2000 dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang,

Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya unit usaha syariah BNI

terus berkembang menjadi 38 kantor cabang dan 31 kantor cabang

pembantu. Berdasarkan keputusan gubernur bank Indonesia nomor

12/41/KEP.GBI/2010 Bank BNI syariah berdiri pada tanggal 19 juni 2010.

Page 21: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

3

Di dalam persaingan dunia perbankan nasional, BNI Syariah telah mampu

berkembang. Sesuai dengan namanya produk-produk yang ditawarkan

BNI Syariah yaitu produk yang berprinsip syariah, diantaranya adalah

produk pembiayaan kredit modal kerja yaitu pembiayaan mudharabah.

Menurut PSAK 105 pembiayaan mudharabah merupakan akad

kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana)

menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana)

bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka

sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh

pengelola dana. Adanya risiko pembiayaan mudharabah akan

menyebabkan kerugian pada bank karena bank menanggung sepenuhnya

atas kerugian tersebut.

Berdasarkan annual report PT. BNI Syariah penyaluran

pembiayaan mudharabah dan tingkat Rasio NPF sebagai berikut:

Page 22: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

4

Gambar 1

Tingkat Penyaluran Pembiayaan Mudharabah Bank BNI Syariah

Gambar 2

Tingkat Rasio NPF Pembiayaan Mudharabah Bank BNI Syariah

Sumber: Annual Report PT. BNI Syariah

Dari gambar tersebut dapat dilihat perbandingan antara penyaluran

pembiayaan mudharabah dan tingkat Rasio NPF. Dapat dilihat bahwa

tahun 2011 sampai 2015 terjadi peningkatan penyaluran pembiayaan

mudharabah yang berpengaruh besar tehadap laba perusahaan tersebut,

serta Rasio NPF begitu stabil tidak melebihi POJK No. 15/POJK.03/2017

89,383

287,064

709,218

1,016,696

1,258,682

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

2011 2012 2013 2014 2015

Da

lam

R

ibu

an

Ru

pia

hMudharabah

1.96%

0.65%

0.33%0.57%

0.16%

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

2011 2012 2013 2014 2015

Non Performing Financing Pembiayaan

Mudharabah

Non Performing Financing

Page 23: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

5

yaitu 5%. Dari hal ini peneliti tertarik bagaimana penerapan manajemen

risiko kredit dalam mengelola pembiayaan mudharabah tersebut karena

tingkat NPF yang begitu stabil dalam hal ini penelitian menfokuskan pada

“Analisis Manajemen Risiko Kredit Pembiayaan Mudharabah pada PT.

BNI Syariah Cabang Banjarmasin”.

B. Permasalahan

1. Hal apa saja yang menjadi penyebab timbulnya risiko kredit pada

produk pembiayaan mudharabah pada PT. BNI Syariah Cabang

Banjarmasin ?

2. Bagaimana penerapan manajemen risiko kredit dalam mengelola

pembiayaan mudharabah pada PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin

?

3. Bagaimana perbandingan penerapan manajemen risiko kredit pada

BNI Syariah Cabang Banjarmasin dengan Peraturan Bank Indonesia

No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank

Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) ?

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis membatasi pada penerapan manajemen

risiko penyaluran pembiayaan mudharabah pada PT. BNI Syariah Cabang

Banjarmasin. Adapun dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko

Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Page 24: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

6

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hal apa saja yang menjadi penyebab timbulnya risiko pada

produk pembiayaan mudharabah pada PT. BNI Syariah Cabang

Banjarmasin.

2. Mengetahui bagaimana penerapan manajemen risiko kredit dalam

mengelola pembiayaan mudharabah pada PT. BNI Syariah Cabang

Banjarmasin .

3. Mengetahui perbandingan penerapan manajemen risiko kredit pada

BNI Syariah Cabang Banjarmasin dengan Peraturan Bank Indonesia

No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank

Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Penulis

Penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

manajemen risiko kredit pembiayaan mudharabah serta kendala dalam

mengaplikasikan pembiayaan mudharabah pada PT. BNI Syariah

Cabang Banjarmasin.

2. Bagi Pengembang Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

referensi tambahan untuk penelitian-penelitian yang akan datang.

Page 25: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

7

3. Bagi Perbankan Syariah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu

referensi serta masukan perbankan khususnya bank syariah di

Banjarmasin bagi dalam mengelola pembiayaan mudharabah sehingga

dapat meningkatkan profit dan memimalisirkan risiko pembiayaan

kredit mudharabah yang bermasalah.

Page 26: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembiayaan Mudharabah

“Pembiayaan mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua

pihak, dimana pihak pertama berperan sebagai pemilik modal dan

mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua,

yaitu pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung.”

Karim (2010:204).

“Pembiayaan mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua

pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh

modal sedangkan pihak kedua (mudharib) menjadi pengelola.”

Sudarsono (2008:76).

Beberapa segi penting dari al-mudharabah adalah pembagian

keuntungan di antara dua pihak harus secara proporsional dan tidak

dapat memberikan keuntungan sekaligus atau yang pasti kepada

shahibul maal/rabb al-mal atau pemilik modal. Rabb al-mal tidak

bertanggung jawab atas kerugian di luar modal yang telah

diberikannya. Dalam transaksi dengan prinsip mudharabah harus

dipenuhi rukun mudharabah, yaitu: shahibul maal; mudharib; amal

(usaha/pekerjaan), dan ijab qabul. Landasan hukum Al-qur’an: dan

jika dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian

karunia Allah SWT (QS. Al- Muzzamil (73): 20).

Page 27: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

9

2. Manajemen Risiko

a. Definisi

Manajemen risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur

yang lengkap, yang dipunyai organisasi, untuk mengelola,

memonitor, dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap risiko

(SBC Warburg, The Practice of Risk Management, Euromoney

Book, 2004).

Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan

prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh

kegiatan usaha Bank. (Kententuan BI Nomor 13/23/PBI/2011).

Kegiatan usaha bank syariah senantiasa dihadapkan pada

risiko-risiko yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga

intermediasi keuangan. Perkembangan lingkungan eksternal dan

internal perbankan syariah yang semakin pesat mengakibatkan

risiko kegiatan usaha perbankan syariah semakin kompleks. Oleh

karena itu, bank syariah dituntut untuk mampu beradaptasi dengan

lingkungan melalui penerapan manajemen risiko yang sesuai

dengan Prinsip syariah. Bambang Rianto Rustam (2013:35).

Prinsip-prinsip manajemen risiko yang diterapkan pada

perbankan syariah di Indonesia diarahkan sejalan dengan aturan

baku yang dikeluarkan oleh Islamic Financial Services Board

(IFSB).

Page 28: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

10

Menurut PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang penerapan

manajemen risiko bagi BUS dan UUS. Risiko adalah potensi

kerugian akibat terjadinya sesuatu peristiwa tertentu. Sementara

itu, risiko kerugian adalah kerugian yang terjadi sebagai

konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kejadian risiko.

Kerugian itu bisa berbentuk finansial atau nonfinansial.

b. Jenis – Jenis Risiko

Penerapan manajemen risiko di bank syariah wajib

disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran, dan

kompleksitas usaha serta kemampuan bank. Kompleksitas adalah

keragaman dalam jenis transaksi produk/jasa dan jaringan usaha.

Sementara itu, kemampuan bank meliputi kemampuan keuangan,

infrastruktur pendukung, dan kemampuan sumber daya insani.

Bambang Rianto Rustam (2013:36).

Supervisor mewajibkan perbankan syariah untuk

menerapkan manajemen risiko untuk program-program sebagai

berikut.

Tabel 1

Jenis-Jenis Risiko

Jenis Risiko Uraian

Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan

nasabah atau pihak lain dalam memenuhi

kewajiban kepada bank sesuai dengan

perjanjian yang disepakati.

Risiko Pasar Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca

Page 29: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

11

dan rekening administratif akibat perubahan

harga pasar, antara lain risiko berupa

perubahan nilai dari asset yang dapat

diperdagangkan atau disewakan.

Risiko Likuiditas Risiko akibat ketidakmampuan bank untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari

sumber pendanaan arus kas dan/atau aset

likuid berkualitas tinggi yang dapat

diangunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan

kondisi keuangan bank.

Risiko

Operasional

Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses

internal, kesalahan manusia, kegagalan

system, dan/atau adanya kejadian-kejadian

eksternal yang memengaruhi operasional

bank.

Risiko Hukum Risiko akibat tuntunan hukum dan/atau

kelemahan aspek yuridis. Risiko ini timbul

antara lain karena ketiadaan peraturan

perundang-undangan yang mendukung atau

kelemahan perikatan, seperti tidak

terpenuhinya syarat sahnya kontrak atau

pengikatan angunan yang tidak sempurna.

Risiko Reputasi Risiko reputasi adalah risiko akibat

menurunnya tingkat kepercayaan para

pemangku kepentingan yang bersumber dari

persepsi negatif terhadap bank.

Risiko Strategis Risiko strategis adalah risiko akibat

ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau

pelaksanaan suatu keputusan strategi serta

kegagalan dalam mengantisipasi perubahan

Page 30: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

12

lingkungan bisnis.

Risiko Kepatuhan Risiko kepatuhan adalah risik akibat bank

tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan

peraturan perundang-undangan dan ketentuan

yang berlaku serta Prinsip Syariah.

Risiko Imbal

Hasil

Risiko imbal hasil (rate of return risk) adalah

risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil

yang dibayarkan bank kepada nasabah karena

terjadinya perubahan tingkat imbal hasil yang

diterima bank dari penyaluran dana, yang

dapat memengaruhi perilaku nasabah dana

pihak ketiga.

Risiko Investasi Risiko investasi (equity investment risk)

adalah risiko akibat bank ikut menanggung

kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam

pembiayaan bagi hasil berbasih bagi hasil.

Sumber: PBI No. 13/23/PBI/2011 tanggal 2 November 2011

tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi BUS dan UUS

3. Manajemen Risiko Kredit

a. Definisi

Menurut Bambang Rianto Rustam (2013:55) Kredit atau

risiko rekanan adalah kemungkinan bahwa debitur atau peneribit

dari instrumen keuangan baik individu, perusahaan, atau Negara

tidak membayar pokok utangnya dan arus kas lain terkait investasi

sesuai dengan ketentuan yang diterapkan dalam perjanjian kredit.

Melekat pada perbankan, hal ini berarti pembayaran tertunda atau

tidak dilakukan sama sekali, yang menyebabkan permasalahan arus

kas dan mempengaruhi likuiditas bank. Meskipun dengan adanya

Page 31: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

13

inovasi di sektor jasa keuangan, lebih dari 70 persen neraca Bank

umumnya terkait dengan aspek manajemen risiko. Untuk alasan

ini, risiko kredit adalah penyebab utama kegagalan bank.

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau

pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan

perjanjian yang disepakati. Bank syariah membedakan antara dua

jenis gagal bayar, yaitu sebagai berikut.

1) Yang mampu membayar (gagal bayar sengaja).

2) Gagal bayar karena bangkrut, yaitu tidak mampu membayar

kembali utangnya karena alasan-alasan yang diakui syariah.

Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas bisnis

bank. Pada sebagian besar bank, pemberian pembiayaan

merupakan sumber risiko kredit yang terbesar.

Risiko kredit dapat meningkat karena terkonsentrasinya

penyediaan dana, antara lain pada debitur, wilayah geografis,

produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Untuk itu,

tujuan manajemen risiko kredit adalah untuk memastikan bahwa

aktivitas penyediaan dana bank tidak terekspos pada risiko kredit

yang dapat menimbulkan kerugian pada bank.

Secara umum, eksposur risiko kredit merupakan salah satu

eksposur risiko utama dalam perbankan syariah di Indonesia

sehingga kemampuan bank untuk mengidentifikasi, mengukur,

Page 32: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

14

memantau, dan mengendalikan risiko kredit serta menyediakan

modal yang cukup bagi risiko tersebut sangat penting.

Dari sisi nasabah, moral hazard biasa terjadi pada

pembiayaan bagi hasil karena ketidak sempurnaan informasi

petugas melihat level usaha nasabah dan terbatasnya informasi

produkvitas usaha. Kesimpulan tersebut sesuai dengan hasil

penelitian Edwin dan Wiliasih (2007) yang menemukan beberapa

penyebab terjadinya pembiayaan macet di perbankan syariah.

Tabel 2

Pembiayaan dan Penyebab Macet

Pembiayaan Penyebab Macet

Mudharabah Informasi tidak lengkap dari debitur.

Ketidaktransparannya kondisi debitur.

Sulitnya melihat level usaha dan terbatasnya

informasi tentang produktivitas usaha.

Moral hazard, ketidakhati-hati petugas dalam

menyalurkan pembiayaan.

Sumber: Mustafa Edwin, Ranti Wiliasih, “Profit Sharing dan

Moral Hazard Dalam Penyaluran Dana Pihak Ketiga di

Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. VIII

2007.

Menurut Edwin dan Wiliasih, Muhammad (2008) juga

menyarankan agar bank syariah memliki alat screening untuk

mengurangi asymmetric information (nasabah menyembunyikan

informasi yang berkaitan dengan kemampuan dan latar sebelum

kontrak) dalam pembiayaan mudharabah agar kontrak

Page 33: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

15

mudharabah dapat diminimalkan risikonya dan terwujudnya hasil

maksimal. Moral hazard (ancaman moral) dapat dicegah melalui

monitoring biaya dan proyek. Hal ini sangat penting diperhatikan

mengingat bahwa hampir semua banker melihat unsur kemampuan

bisnis, jaminan, reputasi debitur, asal-usul debitur dan komitmen

usaha dalam pengambilan keputusan pemberian pembiayaannya.

Terhadap proyek yang akan dibiayai dengan pembiayaan

mudharabah biasanya bankir akan melihat tingkat kesehatan

proyek, jaminan kesepakatan pembayaran, prospek yang baik,

laporan keuangan proyek, kejelasan persyaratan kontrak, dan

ketegasan waktu kontrak.

b. Risiko Pembiayaan Mudharabah

1) Risiko Pembiayaan Mudharabah

“Risiko-risiko yang terdapat dalam mudharabah,

terutama pada penerapannya pada pembiayaan, relatif tinggi.

Di antaranya:

a) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan

seperti yang disebut dalam kontrak

b) Lalai dan kesalahan yang disengaja

c) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya

tidak jujur.” Antonio (2001: 98).

2) Pembiayaan Bermasalah atau Non Performing Financing

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia

No.17/19/DPUM tanggal 8 Juli 2015 tentang Perubahan atas

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/35/DPAU tanggal 29

Agustus 2013 perihal Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh

Page 34: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

16

Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menjelaskan Non

Performing Financing merupakan penjumlahan pembiayaan

dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet.

Perhitungan rasio NPF dilakukan dengan cara membandingkan

total NPF (pembiayaan bermasalah) dengan total pembiayaan

dikali 100%.

𝑁𝑃𝐹 =Total Pembiayaan Bermasalah

Total Pembiayaan𝑥 100%

NPF secara luas dapat didefinisikan sebagai suatu

kredit dimana pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan

tidak mencukupi kewajiban minimal yang ditetapkan sampai

dengan kredit yang sulit untuk dilunasi atau bahkan tidak dapat

ditagih.

“Pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang

mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor

kesengajaan yang bersifat internal dan atau karena faktor

eksternal diluar kemampuan kendali nasabah peminjam.“

Siamat (2005:174).

“Non performing financing pada dasarnya disebabkan

oleh faktor intern dan ekstern. Faktor internal dapat berupa

ketidakmampuan dalam mengelola usaha (mismanagement)

dan terjadi pemanfaatan dana yang tidak sesuai dengan tujuan

pemberian pembiayaan (side streaming). Sedangkan faktor

eksternal lebih disebabkan oleh kondisi makro seperti inflasi,

fluktuasi harga dan nilai tukar mata uang asing, serta kondisi

yang tidak berkembang saat ini (sunset industry). Kedua faktor

industri tersebut tidak dapat dihindari mengingat adanya

Page 35: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

17

kepentingan yang saling berkaitan sehingga mempengaruhi

kegiatan usaha bank.” Mahmoedin (2004:52).

3) Cara Menekan Tingkat Non Perfoming Financing

Melakukan analisis pembiayaan merupakan langkah

penting untuk realisasi pembiayaan. Proses ini digunakan untuk

menilai kelayakan usaha calon peminjam, menekan risiko

akibat tidak terbayarnya pembiayaan, dan menghitung

kebutuhan pembiayaan yang layak (Rivai, 2008: 347)

Berdasarkan UU No.21 tahun 2008 pasal 35 ayat 1 yang

menetapkan bahwa bank syariah dan UUS dalam melakukan

kegiataan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian,

dan menurut pasal 36 dalam menyalurkan pembiayaan dan

melakukan kegiatan usaha lainnya, bank syariah dan UUS

wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan

kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya.

UU No.21 tahun 2008 pasal 23 secara khusus

menetapkan pedoman analisis kelayakan penyaluran dana

kepada nasabah penerima fasilitas. Pedoman analisis kelayakan

penyaluran dana perbankan syariah didasarkan kepada

penilaian yang seksama terhadap faktor-faktor di bawah ini

(Rachmadi, 2012: 143) :

a) Penilaian watak (character)

b) Penilaian kemampuan (capacity)

c) Penilaian modal (capital)

Page 36: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

18

d) Penilaian agunan (colateral)

e) Penilaian prospek usaha (condition of ekonomi)

4. Penerapan Manajemen Risiko Kredit Berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia

a. PBI Nomor 13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen

Risiko

Manajemen risiko untuk risiko kredit, termasuk

pengelolaan risiko konsentrasi pembiayaan bagi bank, baik secara

individual maupun bagi bank secara konsolidasi dengan

perusahaan anak setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut.

1) Pegawasan aktif dewan komisaris, direksi, dan DPS

Semua bank syariah wajib menerapkan manajemen risiko

melalui pegawasan aktif dewan komisaris, direksi, dan DPS

untuk risiko kredit, selain itu, bank syariah perlu juga

menerapkan beberapa hal dalam tiga aspek pegawasan aktif

dewan komisaris, direksi dan DPS, sebagai berikut:

a) Kewenangan dan tanggung jawab komisaris, direksi dan

DPS.

(1) Dewan komisaris memantau penyedian dana termasuk

mengkaji ulang penyedian dana dengan jumlah besar

atau yang diberikan kepada pihak terkait.

(2) Direksi bertanggung jawab agar seluruh aktivitas

penyediaan dana dilakukan sesuai dengan strategi dan

Page 37: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

19

kebijakan risiko kredit yang disetujui oleh dewan

komisaris.

(3) Direksi harus memastikan bahwa penerapan manajemen

risiko dilakukan secara efektif pada pelaksanaan

aktivitas penyedia dana, dengan antara lain memantau

perkembangan dan permasalahan dalam aktivitas bank

terkait risiko kredit, termasuk penyelesaian pembiayaan

bermasalah.

(4) Dewan pengawas syariah harus melakukan evaluasi

atas kebijakan manajemen risiko khususnya aspek

risiko kredit yang terkait dengan pemenuhan prinsip

syariah.

(5) Dewan pengawas syariah harus mengevaluasi

pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan

manajemen risiko khususnya aspek risiko kredit yang

terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.

b) Sumber daya insani.

Kecukupan sumber daya insani untuk risiko kredit harus

diperhatikan untuk memastikan bahwa aktivitas penyediaan

dana bank tidak terekspos pada risiko kredit yang dapat

menimbulkan kerugian pada bank.

Page 38: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

20

c) Organisasi Manajemen Risiko Kredit.

Terdapat berapa poin terkait dalam rangka menerapkan

manajemen risiko untuk risiko kredit, yang meliputi: (i)

unit bisnis yang melaksanakan aktivitas pemberian

pembiayaan atau penyediaan dana; (ii) unit pemulihan

pembiayaan yang melakukan penanganan pembiayaan

bermasalah; (iii) unit manajemen risiko, khususnya yang

menilai dan memantau risiko kredit. Di samping itu, juga

dibentuk komite pembiayaan yang bertanggung jawab

khususnya untuk memutuskan pemberian pembiayaan

dalam jumlah tertentu sesuai kebijakan masing-masing

bank. Keanggotaan komite pembiayaan tidak hanya

terbatas dari unit bisnis, tetapi juga dari unit-unit lain yang

terkait dengan pengelolaan risiko kredit, seperti unit

pemulihan pembiayaan.

2) Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit

Bank syariah melaksanakan kebijakan, prosedur, dan

penetapan limit untuk risiko kredit, maka selain melaksanakan

kebijakan, prosedur, dan penetapan limit, bank perlu juga

menambahkan penerapan beberapa hal dalam tiap aspek

kebijakan, prosedur, dan penetapan limit, sebagai berikut.

Page 39: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

21

a) Strategi manajemen risiko.

(1) Strategi manajemen risko untuk risiko kredit harus

mencakup strategi untuk seluruh aktivitas yang

memiliki eksposur risiko kredit yang signifikan.

Strategi tersebut harus memuat secara jelas arah

penyediaan dana yang akan dilakukan, antara lain

berdasarkan jenis pembiayaan, lapangan usaha, wilayah

geografis, mata uang, jangka waktu, dan sasaran pasar.

(2) Strategi manajemen risiko untuk risiko kredit harus

sejalan dengan tujuan bank untuk menjaga kualitas

pembiayaan, laba, dan pertumbuhan usaha.

b) Tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko.

Penetapan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi

risiko untuk risiko kredit mengacu pada cukupan penerapan

secara umum.

c) Kebijakan dan prosedur.

(1) Di dalam kebijakan risiko kredit yang mencakup

penerapan manajemen risiko untuk risiko kredit untuk

seluruh aktivitas bisnis bank, perlu ditetapkan kerangka

penyediaan dana dan kebijakan penyediaan dana yang

sehat termasuk kebijakan dan prosedur dalam rangka

pengendalian RKP. Bank harus memiliki prosedur yang

ditetapkan secara jelas untuk persetujuan penyediaan

Page 40: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

22

dana, termasuk perubahan, pembaruan, dan pembiayaan

kembali.

(2) Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk

memastikan bahwa seluruh penyediaan dana dilakukan

secara terkendali (arm’s length basis). Apabila bank

mempunyai kebijakan yang memungkinkan dalam

kondisi tertentu untuk melakukan penyediaan dana di

luar kebijakan normal, kebijakan tersebut harus memuat

secara jelas kriteria, persyaratan, dan prosedur termasuk

langkah-langkah untuk mengendalikan atau memitigasi

risiko dari penyediaan dana dimaksud.

(3) Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk

mengidentifikasi adanya RKP.

(4) Bank harus mengembangkan dan

mengimplementasikan kebijakan dan prosedur secara

tepat sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan

sebagai berikut.

(a) Mendukung penyediaan dana yang sehat.

(b) Memantau dan mengendalikan risiko kredit,

termasuk RKP.

(c) Melakukan evaluasi secara benar dalam

memanfaatkan peluang usaha yang baru.

Page 41: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

23

(d) Mengidentifikasi dan menagani pembiayaan

bermasalah.

(e) Kebijakan bank harus memuat informasi yang

dibutuhkan dalam pemberian pembiayaan yang

sehat, yang meliputi: tujuan pembiayaan dan

sumber pembayaran, profil risiko debitur, dan

mitigasinya serta tingkat sensitivitas terhadap

perkembangan kondisi ekonomi dan pasar,

kemampuan untuk membayar kembali, kemampuan

bisnis, dan kondisi lapangan usaha debitur serta

posisi debitur dalam industri tertentu, persyaratan

pembiayaan yang diajukan termasuk perjanjian

yang dirancang untuk mengantisipasi perubahan

eksposur risiko debitur pada waktu yang akan

datang.

(f) Kebijakan bank memuat pula faktor yang perlu

diperhatikan dalam proses persetujuan pembiyaan,

antara lain:

Tingkat profitabilitas, antara lain dengan

melakukan analisis perkiraan biaya dan

pendapatan secara komprehensif, termasuk

biaya estimasi apabila terjadi gagal bayar, serta

perhitungan kebutuhan modal.

Page 42: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

24

Konsistensi pendapatan harga, yang dilakukan

dengan memperhitungkan tingkat risiko,

khususnya kondisi debitur secara keseluruhan

serta kualitas dan tingkat kemudahan pencairan

angunan yang dijadikan jaminan.

(g) Bank harus memiliki prosedur untuk melakukan

analisis, persetujuan, dan administrasi pembiayaan,

yang antara lain memuat:

Pendelegasian wewenang dalam prosedur

pengambilan keputusan penyediaan dana yang

harus diinformalkan secara jelas.

Pemisahan fungsi antara yang melakukan

analisis, persetujuan, dan administrasi

pembiayaan dalam kerangka kerja atau

mekanisme prosedur pendelegasian

pengambilan keputusan penyediaan dana.

Satuan kerja yang melakukan kaji ulang secara

berkala guna menetapkan atau memuktahirkan

kualitas penyediaan dana yang terekspos risiko

kredit.

Page 43: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

25

(h) Pengembangan sistem administrasi pembiayaan,

yang meliputi:

Efesiensi dan efektivitas operasional

administrasi pembiayaan, termasuk pemantauan

dokumentasi, persyaratan kontrak, perjanjian

pembiayaan, dan pengikat anguan.

Akurasi dan ketepatan waktu informasi yang

diberikan untuk sistem informasi manajemen.

Pemisahan fungsi/tugas secara memadai.

Kelayakan pengendalian seluruh prosedur back

office, dan

Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur

internal tertulis serta ketentuan yang berlaku.

(i) Bank harus menatausahakan, mendokumentasi, dan

memutakhirkan seluruh informasi kuantitatif dan

kualitatif serta bukti-bukti material dalam arsip

pembiayaan yang digunakan dalam melakukan

penilaian dan kaji ulang.

d) Limit.

(1) Bank harus menetapkan limit penyediaan dana secara

keseluruhan untuk seluruh aktivitas bisnis bank yang

mengandung risiko kredit, baik untuk pihak terkait

Page 44: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

26

maupun tidak terkait, serta untuk individual maupun

kelompok debitur.

(2) Bank perlu menerapkan toleransi risiko untuk risiko

kredit.

(3) Limit untuk risiko kredit digunakan untuk mengurangi

risiko yang ditimbulkan, termasuk karena adanya

konsentransi penyaluran pembiayaan.

(4) Penetapan limit risiko kredit harus didokumentasikan

secara tertulis dan lengkap yang memudahkan

penetapan jejak audit, baik untuk kepentingan auditor

internal maupun eksternal.

3) Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian

risiko, serta sistem informasi manajemen (SIM) risiko kredit.

Bank syariah menerapkan manajemen risiko melalui

proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian

risiko, serta SIM risiko untuk risiko kredit, maka selain itu

bank perlu juga menambahkan penerapan bebereapa hal dalam

tiap proses dimaksud, sebagai berikut.

a) Identifikasi risiko kredit.

(1) Sistem untuk melakukan identifikasi risiko kredit,

termasuk identifikasi terhadap RKP, harus mampu

menyediakan informasi yang memadai, antara lain

mengenai komposisi portofolio pembiayaan.

Page 45: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

27

(2) Bank perlu mempertimbangkan faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat risiko kredit dalam melakukan

identifikasi risiko kredit, baik secara individual maupun

portofolio pada waktu yang akan, datang seperti

kemungkinan perubahan kondisi ekonomi serta

penilaian eksposur risiko kredit dalam kondisi tertekan.

(3) Bank perlu mempertimbangkan hasil penilaian kualitas

pembiayaan dalam mengidentifikasi risiko kredit

berdasarkan pada analisis terhadap prospek usaha,

kinerja keuangan, dan kemampuan membayar debitur.

(4) Ketika bank mengidentifikasi risiko kredit untuk

kegiatan tresuri dan investasi, penilaian terhadap risiko

kredit juga harus diperhatikan jenis karekteristik

instrumen, dan likuiditas pasar serta faktor-faktor lain

yang dapat memengaruhi risiko kredit.

(5) Penanganan khusus untuk RKP ialah bank harus

mengidentifikasi penyebab RKP akibat faktor

idiosinkratik (faktor yang secara spesifik terkait pada

masing-masing debitur) dan faktor sistematik (faktor-

faktor ekonomi makro dan faktor keuangan yang dapat

mempengaruhi kinerja dan/atau kondisi pasar).

Page 46: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

28

b) Pengukuran risiko kredit.

(1) Bank harus memiliki sistem dan prosedur tertulis untuk

melakukan pengukuran risiko yang memungkinkan

untuk:

(a) Sentralisasi eksposur neraca (dikenal juga sebagai

laporan posisi keuangan) dan rekening adminstratif

yang mengandung risiko kredit dari setiap debitur

atau per kelompok debitur dan/atau pihak lawan

transaksi (counterparty) tertentu mengacu pada

konsep single obligor.

(b) Penilaian perbedaan kategori tingkat risiko kredit

antar debitur/pihak lawan transaksi dengan

mengunakan kombinasi aspek kualitatif dan

kuantitatif serta pemilihan kriteria tertentu.

(c) Distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara

lengkap untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja

terkait.

(2) Sistem pengukuran risiko kredit setidaknya

mempertimbangkan:

(a) Karekteristik setiap jenis transaksi yang terekspos

risiko kredit.

(b) Kondisi keuangan debitur/pihak lawan transaksi

serta persyaratan dalam perjanjian pembiayaan

Page 47: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

29

seperti tingkat margin atau nisbah bagi hasil

pembiayaan.

(c) Jangka waktu pembiayaan dikaitkan dengan

perubahan potensial yang terjadi di pasar.

(d) Aspek jaminan, agunan, dan/atau garansi.

(e) Potensi terjadinya gagal bayar, baik berdasarkan

pada hasil penilaian pendekatan standar maupun

hasil penilaian pendekatan yang menggunakan

proses pemeringkatan yang dilakukan secara

internal.

(f) Kemampuan bank untuk menyerap potensi

kegagalan.

(3) Bank yang menggunakan teknik pengukuran risiko

dengan pendekatan pemeringkat internal (internal

rating) harus melakukan pemutakhiran data secara

berkala.

(4) Alat pengukuran harus dapat mengukur eksposur risiko

inheren yang dapat dikuantifikasikan, antara lain

komposisi portofolio aset yang meliputi jenis dan fitur

eksposur dan tingkat konsentrasi, dan kualitas

penyediaan dana yang meliputi tingkat aset bermasalah

dan aset yang diambil alih.

Page 48: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

30

(5) Bank yang mengembangkan dan menggunakan sistem

pemeringkatan internal dalam pengelolaan risiko

kreditnya, harus menyesuaikan sistem tersebut dengan

karekteristik portofolio, besaran, dan kompleksitas dari

aktivitas bisnis bank.

(6) Prinsip pokok dalam penggunaan pemeringkatan

internal adalah sebagai berikut:

(a) Prosedur penggunaan sistem pemeringkatan internal

harus diformalkan dan didokumentasikan.

(b) Sistem pemeringkatan internal harus dapat

mengidentifikasi secara dini perubahan profil risiko

yang disebabkan oleh penurunan potensial atau

actual dari risiko kredit.

(c) Sistem pemeringkatan internal harus dievaluasi

secara berkala oleh satuan kerja yang independen

terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan

pemeringkatan internal tersebut.

(d) Apabila bank menggunakan pemeringkatan internal

untuk menentukan kualitas aset dan besarnya

cadangan, harus terdapat prosedur formal yang

memastikan bahwa penetapan kualitas aset dan

cadangan dengan pemeringkatan internal adalah

Page 49: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

31

lebih pruden atau sama dengan ketentuan terkait

yang berlaku.

(e) Laporan yang dihasilkan oleh pemeringkatan

internal, seperti laporan kondisi portofolio

pembiayaan harus disampaikan secara berkala

kepada direksi.

(7) Salah satu model yang dapat digunakan bank adalah

metedologi statistik/probabilistik untuk mengukur

risiko berkaitan dengan jenis tertentu dari transaksi

risiko kredit, sepeti scoring tools.

(8) Dalam penggunaan sistem tersebut, bank harus:

(a) Melakukan kaji ulang secara berkala terhadap

akurasi model dan asumsi yang digunakan untuk

meproyeksikan kegagalan.

(b) Menyesuaikan asumsi dengan perubahan yang

terjadi pada kondisi internal dan eksternal.

(9) Apabila terdapat eksposur risiko yang besar atau

transaksi yang relative kompleks, maka proses

pengambilan keputusan transaksi risiko kredit tidak

hanya didasarkan pada sistem tersebut, tetapi juga harus

didukung sarana pengukuran risiko kredit lainnya.

(10) Bank harus mendokumentasikan asumsi, data, dan

informasi lainnya yang digunakan pada sistem tersebut,

Page 50: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

32

termasuk perubahannya, serta dokumentasi tersebut

selanjutnya dimutakhirkan secara berkala.

(11) Penerapan sistem ini harus:

(a) Mendukung proses pengambilan keputusan dan

memastikan kepatuhan terhadap ketentuan

pendelegasian wewenang.

(b) Independen terhadap kemungkinan rekayasa yang

akan memengaruhi hasil melalui prosedur

pengamanan yang layak dan efektif.

(c) Dikaji ulang oleh satuan kerja atau pihak yang

independen terhadap satuan kerja yang

mengaplikasikan sistem tersebut.

c) Pemantauan risiko kredit.

(1) Bank harus mengembangkan dan menerapkan sistem

informasi dan prosedur yang komprehensif untuk

memantau komposisi dan kondisi setiap debitur atau

pihak lawan transaksi terhadap seluruh portofolio

pembiayaan bank syariah. Sistem tersebut harus sejalan

dengan karekteristik, ukuran, dan kompleksitas

portofolio bank.

(2) Prosedur pemantauan harus mampu untuk

mengidentifikasi aset bermasalah ataupun transaksi

lainnya untuk menjamin bahwa aset bermasalah

Page 51: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

33

tersebut mendapat perhatian yang lebih, termasuk

tindakan penyelamatan serta pembentukan cadangan

yang cukup.

(3) Sistem pemantauan pembiayaan yang efektif akan

memungkinkan bank untuk melakukan tindakan-

tindakan sebagai berikut.

(a) Memahami eksposur risiko kredit secara total

maupun per aspek tertentu untuk mengantisipasi

terjadinya RKP, antara lain per jenis pihak lawan

transaksi, lapangan usaha, sektor industrial, atau per

wilayah geografis.

(b) Memahami kondisi keuangan terkini dari debitur

atau pihak lawan termasuk memperoleh informasi

mengenai komposisi aset debitu dan tren

pertumbuhan.

(c) Memantau kepatuhan terhadap persyaratan yang

ditetapkan dalam perjanjian pembiayaan atau

kontrak transaksi lainnya.

(d) Menilai kecakupan agunan secara berkala

dibandingkan dengan kewajiban debitur atau pihak

lawan transaksi.

(e) Mengidentifikasi permasalahan secara tepat

termasuk ketidaktepatan pembayaran dan

Page 52: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

34

mengklasifikasikan potensi pembiayaan bermasalah

secara tepat waktu untuk tindakan perbaikan.

(f) Menangani dengan cepat pembiayaan bermasalah.

(g) Mengidentifikasi tingkat risiko kredit, baik secara

keseluruhan maupun per jenis aset tertentu.

(h) Kepatuhan terhadap limit dan ketentuan lainnya

terkait penyediaan dana, termasuk limit RKP.

(i) Pengecualian yang diambil terhadap penyediaan

dana tertentu.

(4) Dalam pelaksanaan pemantauan eksposur risiko kredit,

Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) harus

menyusun laporan mengenai perkembangan risiko

kredit secara berkala, termasuk faktor-faktor

penyebabnya, dan menyampaikannya kepada KMR dan

direksi.

d) Pengendalian risiko kredit.

(1) Dalam rangka pengendalian risiko kredit, bank harus

memastikan bahwa satuan kerja yang melakukan

transaksi yang terekspos risiko kredit telah berfungsi

secara memadai dan eksposur risiko kredit dijaga tetap

konsisten dengan limit yang ditetapkan serta memenuhi

standar kehati-hatian.

Page 53: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

35

(2) Pengendalian risiko kredit dapat dilakukan melalui

beberapa cara, antara lain mitigasi risiko, pengelolaan

posisi, dan risiko portofolio secara aktif, penetapan

target batasan risiko konsentrasi dalam rencana tahunan

bank, penetapan tingkat kewenangan dalam proses

persetujuaan pemyediaan dana, dan analisis konsentrasi

secara berkala setidaknya satu kali dalam setahun.

(3) Bank harus memiliki sistem yang efektif untuk

mendeteksi pembiayaan bermasalah. Selain itu, bank

harus memisahkan fungsi penyelesaian pembiayaan

bermasalah tersebut dengan fungsi yang memutuskan

penyaluran pembiayaan. Setiap strategi dan hasil

penanganan pembiayaan bermasalah ditatausahakan

yang selanjutnya digunakan sebagai input untuk

kepentingan satuan kerja yang berfungsi menyalurkan

atau merestrukturisasi pembiayaan.

e) Sistem informasi manajemen risiko kredit.

(1) Sistem informasi manajemen risiko untuk risiko kredit

harus mampu menyediakan data secara akurat, lengkap,

informatif, tepat waktu, dan dapat diandalkan mengenai

jumlah seluruh eksposur pembiayaan peminjam

individual dan pihak lawan transaksi, portofolio

pembiayaan serta laporan pengecualian limit risiko

Page 54: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

36

kredit agar dapat digunakan direksi untuk

mengidentifikasi adanya RKP.

(2) Sistem informasi yang dimiliki harus mampu

mengakomodasi strategi mitigasi risiko kredit melalui

berbagai macam metode atau kebijakan, misalnya

penetapan limit, asuransi, aguanan, dan lain-lain.

4) Sistem Pengendalian Intern Manajemen Risiko Kredit

Disamping bank syariah melakukan penerapan

manajemen risiko melalui pelaksanaan sistem pengendalian

internal untuk risiko kredit, instansi tersebut juga perlu

menerapkan hal-hal sebagai berikut.

a) Sistem kaji ulang yang independen dan berkelanjutan

terhadap efektivitas penerapan proses manajemen risiko

untuk risiko kredit yang setidaknya memuat evuluasi proses

administrasi pembiayaan, penilaian akurasi penerapan

pemeringkatan internal, atau penggunaan alat pemantauan

lainnya, dan efektivitas pelaksanaan satuan kerja atau

petugas yang melakukan pemantauan kualitas pembiayaan.

b) Sistem kaji ulang internal oleh individu yang independen

dari satu unit bisnis untuk membantu evaluasi proses

pembiayaan secara keseluruhan, menentukan akurasi

peringkat internal, dan menilai apakah account officer

memonitori pembiayaan secara individual dengan tepat.

Page 55: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

37

c) Sistem pelaporan yang efesien dan efektif untuk

menyediakan informasi yang memadai kepada dewan

komisaris, direksi dan komite audit.

d) Audit internal atas proses risiko kredit dilakukan secara

periodik, yang meliputi apakah:

(1) Aktivitas penyedian dana telah sejalan dengan

kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

(2) Seluruh otorisasi dilakukan dalam batas panduan yang

diberikan.

(3) Kualitas individual pembiayaan dan komposisi

portofolio telah dilaporkan secara akurat kepada direksi.

(4) Terdapat kelemahan dalam proses manajemen risiko

untuk risiko kredit, kebijakan, prosedur, dan limit.

5. Penyelamatan atau Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Secara umum penanganan terhadap pembiayaan masalah dapat

dilakukan dengan cara penyelamatan dan penyelesaian.

a. Penyelamatan pembiayaan bermasalah

Penyelamatan pembiayaan adalah istilah teknis yang biasa

dipergunakan di kalangan perbankan terhadap upaya dan langkah-

langkah yang dilakukan bank dalam usaha mengatasi permasalahan

pembiayaan yang dihadapi debitur yang masih memiliki prospek

usaha yang baik, namun mengalami kesulitan pembayaran pokok

dan atau kewajibannya, agar debitur dapat memenuhi kembali

Page 56: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

38

kewajibannya. Penyalamatan pembiayaan bermasalah dapat

dilakukan dengan cara restrukturisasi pembiayaan (Faturrahman,

2012: 82).

b. Penyelesaian pembiayaan bermasalah

Untuk pembiayaan yang tidak bisa diseleikan melalui tahap

penyelamatan lebih lanjut dilakukan melalui tahap penyelesaian

pembiayaan baik penyelesaian secara damai atau penyelesaian

secara paksa (Faturrahman, 2012: 101).

1) Penyelesaian secara damai merupakan penyelesaian yang

dilakukan oleh bank itu sendiri, yang dimana penyelesaian

dilakukan secara bertahap, yang dimana nasabah masih

diberikan kesempatan untuk mengangsur kewajiban

pembiayaannya atau mengalihkan hutangnya, atau memberikan

kesempatan nasabah melakukan penjualan jaminan dibawah

tangan demi mendapatkan harga

tertinggi.

2) Penyelesaian secara paksa yaitu penyelesaian yang dilakukan

melalui saluran hukum atau lembaga lain (kantor lelang, debt

collector, peradilan, badan arbitrase, dan Direktorat Jenderal

Piutang dan Lelang Negara).

Page 57: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

39

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penulisan ini penulis menemukan penelitian terdahulu dan

membandingkan dengan penelitian yang penulis lakukan, yang dipaparkan

pada tabel berikut :

Tabel 3

Perbandingan Penelitian

Identitas Penelitian

Aspek

Refaat Zharfan

A311 07 698

Universitas

Hasanuddin

Makassar

Nadia Maya Sari Dewi

C2C008094

Universitas

Diponegoro

Semarang

Judul Optimalisasi Skema

Bagi Hasil Sebagai

Solusi Permasalahan

Principal-Agent

Dalam Pembiayaan

Mudharabah Pada PT.

Bank BNI Syariah

Cabang Makassar

Analisis Penerapan

Struktur Pengendalian

Intern Terhadap

Prosedur Pemberian

Pembiayaan Untuk

Meningkatkan

Pencegahan

Pengembalian Macet

Yang Diberikan Oleh

Bank BNI Syariah

Cabang Semarang

Instansi Perusahaan

yang diteliti

PT. Bank BNI Syariah

Cabang Makassar

PT. Bank BNI Syariah

Cabang Semarang

Permasalahan Bagaimana

mengoptimalkan

skema bagi hasil

sehingga dapat

menjadi solusi

permasalahan

principal-agent dalam

pembiayaan

Bagaimana pemberian

pembiayaan dana

kepada calon debitur

serta melakukan

analisis calon debitur

agar putusan

pembiayaan diambil

Page 58: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

40

mudharabah pada PT.

Bank BNI Syariah

Cabang Makassar.

dengan tepat.

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui

bagaimana

mengoptimalkan

skema bagi hasil

sehingga dapat

menjadi solusi

permasalahan

Principal-Agent, yaitu

adverse selection dan

moral hazard yang

ada dalam

pembiayaan

mudharabah pada PT.

Bank BNI Syariah

Cabang Makassar.

Untuk mengetahui

bagaimana pemberian

pembiayaan dana

kepada calon debitur

serta melakukan

analisis calon debitur

agar putusan

pembiayaan diambil

dengan tepat.

Metode Peneltian Jenis dan sumber data

yang digunakan

merupakan data

primer dan sekunder.

Teknik pengumpulan

data penelitian

lapangan dan

kepustakaan.

Jenis dan sumber data

yang digunakan

merupakan data primer

dan sekunder. Teknik

pengumpulan data

penelitian lapangan dan

kepustakaan.

Menurut Refaat Zharfan (2012) dalam skripsinya bahwa ada dua

permasalahan Principal Agent yang terjadi dalam pembiayaan dengan

akad mudharabah yaitu adverse selection dan moral hazard. Penetapan

skema bagi hasil yang optimal yaitu yang memenuhi utilitas bank syariah

dan nasabah maka masalah adverse selection dan moral hazard yang

terjadi dalam pembiayaan mudharabah dapat ditekan seminimal mungkin.

Page 59: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

41

Meskipun pembiayaan mudharabah memiliki risiko yang tinggi, dengan

mengoptimalkan skema bagi hasil pada pembiayaan mudharabah maka

risiko-risiko yang ada dapat ditekan dan nantinya dapat meningkatnya

jumlah pembiayaan mudharabah pada bank syariah.

Menurut Nadia Maya Sari Dewi (2012) dalam skripsinya bahwa

pembiayaan yang mengalami pengembalian macet pada Bank BNI Syariah

cabang Semarang selama periode tahun 2011 hal ini tidak disebabkan

kurang efektifnya sistem pengendalian intern yang diterapkan dalam

pemberian pembiayaan melainkan karena faktor-faktor lain seperti hal

yang tidak dapat diduga sebelumnya baik pihak manajemen maupun

nasabah yaitu faktor lingkungan dan faktor keadaan nasabah.

Page 60: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional

Variabel penelitian ini adalah pembiayaan mudharabah adalah

penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana

(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan

menggunakan bagi laba (profit sharing) atau metode bagi hasil usaha

(gross profit margin) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang

telah disepakati sebelumnya. Bank mengenakan bagi hasil berdasarkan

metode bagi hasil usaha (gross profit margin). Risiko kredit adalah risiko

akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban

kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

jenis penelitian deskriptif terhadap manajemen risiko pembiayaan

mudharabah pada PT.Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang hanya melukiskan keadaan obyek atau

persoalannya. Penulis mengembangkan dan menghimpun fakta tetapi

tidak melakukan pengujian hipotesis. Di sini penulis mengungkapkan

fakta dan melakukan interprestasi yang cukup. (Marzuki, 2005 : 14)

Page 61: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

43

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah :

a. Data kualitatif, merupakan data yang berhubungan dengan data

non angka yang bersifat deskriptif, seperti struktur organisasi

perusahaan dan gambaran umum perusahaan.

b. Data kuantitatif, merupakan data yang berhubungan dengan angka-

angka, seperti laporan keuangan.

2. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian

lapangan dengan melalui wawancara langsung antara peneliti

dengan pihak Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin, yaitu Divisi

Small Medium Enterprise dan Recovery & Remedial.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

perusahaan yang berkaitan dengan pembahasan, literatur, serta

sumber lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Metode yang digunakan dalam wawancara ini yaitu dengan

metode pertanyaan yang telah terstructure. Peneliti melakukan tanya

jawab langsung kepada pihak yang berwenang di PT. Bank BNI

Syariah Cabang Banjarmasin yaitu pada unit SME (Small Medium

Enterprise) dan unit Recovery & Remedial. Teknik ini digunakan

untuk analisis manajemen risiko pembiayaan mudharabah yang timbul

Page 62: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

44

oleh ketidak transparannya nasabah kepada pihak Bank BNI Syariah

Cabang Banjarmasin.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakuakan peneliti untuk mengumpulkan data

secara langsung karena dapat memperoleh data yang akurat. Data

tersebut meliputi mekanisme pembiayaan mudharabah dan catatan

yang dimiliki perusahaan tentang produk pembiayaan mudharabah.

3. Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan literature

yang relevan dan studi pustaka yang berkaitan terhadap masalah yang

diteliti yang berkaitan dengan manajemen risiko pembiayaan

mudharabah.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif yang

bersifat deskriptif. Penulis akan menganalisis serta menjelaskan hal-hal

yang berhubungan dengan manajemen risiko pembiayaan mudharabah.

Langkah-langkah teknik analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi data dengan menyesuaikan antara penerapan

manajemen risiko kredit yang ada di BNI Syariah Cabang Banjarmasin

dengan teori yang ada berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.

13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Page 63: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

45

2. Mengklasifikasi data yang didapat dari fakta berdasarkan proses

wawancara dengan 2 narasumber yang berbeda yaitu bagian SME

(Small Medium Enterprise) menjelaskan tentang gambaran analalisa

awal pembiayaan mudharabah dan penerapan manajemen risiko kredit

dan Bagian Recovery & Remedial menjelaskan bagaimana teknik

bagaiamana proses penyelamatan risiko pembiayaan.

3. Menuangkan data yang terkumpul ke dalam salinan tertulis.

4. Membuat simpulan dari hasil analisis penelitian terhadap manajemen

risiko kredit produk pembiayaan mudharabah di BNI Syariah Cabang

Banjarmasin.

Page 64: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

46

Bank BNI Syariah

Sumber : Diolah oleh penulis

Penyaluran Pembiayaan

Mudharabah

Total Non Performing

Financing tahun 2011-

2016 tidak melebihi dari

5%

Sesuai Peraturan Otortitas

Jasa Keuangan No.

15/POJK.03/2017

Penyebab Terjadinya

Risiko Kredit

Penerapan Manajemen

Risiko Kredit Bank BNI

Syariah

Sesuai Berdasarkan PBI No.

13/23/PBI/2011

Meminimalkan Risiko

Kredit dan Menjaga Non

Performing Financing

dibawah 5%

F. Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar 3

Kerangka Pemikiran Penelitian

Page 65: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Umum Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin

a. Sejarah Singkat

Dengan adanya krisis moneter pada tahun 1997

membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip

Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan

maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem

perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-

undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000

didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang

di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin.

Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor

Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan

syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling)

dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI

Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.

Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai

oleh KH. Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui

pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.

Page 66: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

48

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor

12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian

izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate

Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat

temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut

terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI

Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin

off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa

aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU

No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping

itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan

syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk

perbankan syariah juga semakin meningkat.

Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor

Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil

Layanan Gerak dan 20 Payment Point.

Page 67: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

49

b. Visi dan Misi

1) Visi

“Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam

layanan dan kinerja”.

2) Misi

a) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan

peduli pada kelestarian lingkungan.

b) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa

perbankan syariah.

c) Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.

d) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan

untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebgai

perwujudan ibadah.

e) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

Page 68: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

50

Page 69: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

51

d. Job Description

Job description adalah gambaran dari tugas dan wewenang

pihak yang terkait dalam suatu jenis pekerjaan pada sebuah

instansi/perusahaan. Adapun job description dari pihak yang ada di

BNI Syariah Banjarmasin sebagai berikut :

1) Pimpinan Cabang (Branch Manager)

a) Memimpin dan bertanggung jawab penuh atas seluruh

aktivitas kantor cabang syariah dan kantor pembantu

syariah terutama dalam hal meningkatkan kualitas assets

dan liabilities.

b) Bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan fungsi

manajemen secara optimal melalui pembentukan komite-

komite yang melibatkan kantor cabang syariah dan kantor

cabang pembantu syariah secara berkesinambungan

sehingga berjalan dan berfungsi secara efektif.

c) Memimpin dan berperan aktif terhadap perkembangan

implementasi Office Channeling produk BNI Syariah pada

Kantor Cabang Konvensional di bawah kelolanya.

d) Memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap

pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) atau Know

Your Costumer (KYC) sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 70: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

52

2) Pimpinan Bidang Operasional (Operational Manager)

a) Menyelia kegiatan pelayanan administrasi di back office

dengan mengupayakan pelayanan yang optimal.

b) Memeriksa dan bertanggung jawab penuh atas seluruh

aktivitas harian operasional front officer dalam rangka

memberikan pelayanan dan peningkatan bisnis untuk

memaksimalkan kontribusi laba terhadap BNI secara

keseluruhan.

c) Mengembangkan perencanaan standar pelayanan bersama

unsur pemimpin untuk mencapai standar pelayanan.

d) Memberikan masukan kepada pemimpin cabang mengenai

pengelolaan dan pengalokasian sumberdaya

(manusia,fasilitas) dan aktivitas pegawai.

3) Penyelia Pembiayaan Produktif (Small Medium Enterprise)

a) Memasarkan produk pembiayaan produktif ritel

b) Memproses permohonan pembiayaan produktif ritel

c) Mengelola pemantauan nasabah pembiayaan produktif ritel,

kolektabiliti 1 dan 2.

d) Melakukan kerja sama dengan institusi/aliansi bisnis dalam

rangka pemasaran produk pembiayaan.

e) Melakukan kegiatan cross selling untuk produk-produk

Bank BNI Syariah lainnya.

Page 71: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

53

f) Melakukan penelitian potensi ekonomi daerah dan

menyusun peta bisnis.

4) Penyelia Pemasaran (Consumer Sales)

a) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan

memasarkan produk dan jasa perbankan kepada

nasabah/calon nasabah.

b) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam

mengelola permohonan pembiayaan.

5) Penyelia Administrasi Keuangan (Financing Administration)

a) Melaksanakan dan berperan aktif dalam kegiatan yang

berkaitan dengan pengelolaan administrasi pembiayaan.

b) Melaksankan dan berperan aktif mengelola portopel

pembiayaan.

c) Berpartisipasi aktif dalam gugus tugas khusus dalam

komite yang dibentuk oleh Pemimpin Cabang Syariah dan

Cabang Pembantu Syariah.

d) Berpartisipasi aktif dalam hal penyelesaian temuan audit.

6) Penyelia Keuangan dan Umum (Back Office)

a) Mengelola sistem otomasi di Kantor Cabang dan Kantor

Layanan.

b) Menyelia langsungdan berpartisipasi aktif dalam kegiatan

mengelola transaksi dan administrasi kliring (termasuk

KU/Inkaso-DN).

Page 72: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

54

c) Mengelola kebenaran dan sistem transaksi keuangan

Kantor Cabang Syariah dan Cabang Pembantu Syariah.

d) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam

mengelola kebutuhan logistik, akomodasi, kelengkapan

kantor dan transportasi.

e) Menyelia langsungdan berpartisipasi aktif dalam mengelola

administrasi umum dan kearsipan.

f) Melaksanakan dan berperan aktif dalam mengelola masalah

kepegawaian.

7) Penyelia Proses (Consumer Processing)

a) Melakukan verifikasi data-data pada aplikasi dan

kelengkapan dokumen penunjang pembiayaan konsumer.

b) Melakukan verifikasi on site untuk calon nasabah segmen

non-fixed income pembiayaan konsumer

c) Mengkoordinasikan seluruh proses yang berkaitan dengan

penilaian agunan (taksasi/hertaksasi) pembiayaan

konsumer-skoring sehingga memperoleh nilai wajar dan

tepat waktu.

d) Melakukan analisa pembiayaan, melakukan proses

penagihan dan membuat pengusulan pembiayaan

e) Mendukung berjalannya program-program peningkatan

budaya pelayanan.

Page 73: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

55

8) Penyelia Layanan Nasabah (Costumer Service)

a) Pelayanan semua jenis transaksi kas/tunai, pemindahan,

setoran kliring dalam rangka memberikan pelayanan

transaksi keuangan terbaik kepada nasabah.

b) Melakukan penyeliaan atas kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan produk jasa/transaksi yang dikelola oleh

Kantor Besar Syariah, atau pihak ketiga lainnya, yang

dilakukan oleh asisten/pelaksana, antara lain aktivitas

pelayanan Payment Point dalam sistem penerimaan pajak,

PLN, Telkom, SPP, dll dari nasabah pemegang/bukan

pemegang rekening, serta menyelesaikan pembukuannya.

9) Recovery & Remedial

a) Pemantauan proses penagihan (call atau visit) dan

pemantauan penyelesaian kewajiban pembiayaan

khususnya pembiayaan dengan kolektabilitas 3 (kurang

lancar), 4 (diragukan), 5 (macet).

b) Pemantauan kewajiban nasabah pembiayaan konsumer

c) Penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan produktif ritel,

serta pembiayaan konsumer.

d) MAP (Memorandum Analisa Penyelamatan) dan

memorandum perubahan kolektabilitas.

e) Penyusunan memorandum penghapus bukuan/penghapusan

pembiayaan.

Page 74: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

56

e. Produk dan Layanan BNI Syariah

Produk dan Layanan di BNI Syariah adalah sebagai berikut:

Tabel 4

Akad dan Produk yang digunakan BNI Syariah

Produk Dana

Wadiah atau

Mudharabah

Penyaluran Dana Jasa

Wadiah,

Kafalah,

Wakalah

(Pembiayaan

Konsumtif)

Murabahah,

Salam, Ijarah

(Pembiayaan

Produktif)

Mudharabah,

Musyarakah

1. Tabungan

iB

Hasanah

2. Tabungan

iB Bisnis

3. Tabungan

Haji iB

Baitullah

4. SimPel

5. Giro iB

Hasanah

6. Deposito

iB

Hasanah

1. Griya iB

Hasanah

2. Oto iB

Hasanah

3. Fleksi iB

Hasanah

4. iB

Hasanah

Card

5. CCF iB

Hasanah

1. Tunas

Usaha iB

Hasanah

2. Wirausaha

iB

Hasanah

3. Usaha

Kecil iB

Hasanah

4. Usaha

Besar iB

Hasanah

5. Linkage

Program

iB

Hasanah

1. Payrol

Gaji

2. Cash

Manageme

nt

3. Loket

Pembayara

n Pajak

Sumber : BNI Syariah Cabang Banjarmasin diketik penulis

Page 75: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

57

1) Produk Dana

a) Tabungan, merupakan produk yang menggunakan 2 (dua)

pilihan akad yaitu akad wadiah atau mudharabah dengan

setoran minimum mulai dari Rp 20.000,- (dua puluh ribu

rupiah).

b) Giro iB Hasanah, merupakan simpanan transaksional dalam

mata uang Rupiah (Rp) yang dikelola dengan prinsip

syariah (wadiah yadh dhamanah), dengan alat pembayaran

berupa cek dan bilyet giro, Setoran awal untuk perorangan

Rp 500.000,- (lima ratus ribu) dan Rp 1.000.000,- (satu

juta) untuk perusahaan/badan usaha.

c) Deposito iB Hasanah merupakan investasi berjangka dalam

mata uang rupiah atau dollar yang dikelola dengan prinsip

mudharabah, bagi hasil yang kompetitif, dengan pilihan

jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan. Deposito ini dijamin

oleh LPS dan dapat dijadikan jaminan pembiayaan.

2) Produk Pembiayaan

a) Produk pembiayaan konsumtif merupakan fasilitas

pembiayaan konsumtif yang menggunakan akad

murabahah, ijarah, atau salam yang bertujuan untuk

membiayaai keperluan pribadi seperti pembelian rumah,

mobil, dan biaya perjalan.

Page 76: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

58

b) Produk pembiayaan produktif, merupakan fasilitas

pembiayaan untuk kegiatan produktif dengan menggunakan

akad mudharabah, dan musyarakah.

3) Produk Jasa

Produk jasa di BNI Syariah Cabang Banjarmasin di antaranya:

a) Payrol gaji adalah layanan pembayaran gaji yang dilakukan

oleh BNI Syariah atas dasar perintah dari perusahaan

pembayar gaji untuk mendebet rekeningnya ke rekening

karyawan.

b) Cash Management adalah jasa pengelelolaan seluruh

rekening seperti corporate internet banking yang dapat

digunakan oleh perusahaan/lembaga/instansi. Produk ini

dilengkapi dengan fasilitas virtual account.

c) Pembayaran Pajak & Penerimaan Negara Bukan Pajak,

Melalui MPN (Modul Penerimaan Negara) BNI syariah

dapat melayani pembayaran setoran penerimaan negara

(pembayaran pajak). Transaksi lebih mudah karena

menggunakan kode billing, sehingga pembayaran lebih

cepat dan akurat kerna pengisian data dilakukan otomatis.

Page 77: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

59

2. Pembiayaan Mudharabah PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin

Pembiayaan mudharabah merupakan bentuk penyaluran dana

kepada nasabah untuk memperolah bagi hasil atau nisbah. BNI Syariah

Cabang Banjarmasin menyediakan pembiayaan mudharabah dalam

beberapa produk sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan mudharabah di BNI

Syariah Cabang Banjarmasin, nasabah harus mengajukan permohonan

untuk pembiayaan dengan melengkapi persyaratan (dokumen), dan

melalui beberapa tahap penilaian kelayakan nasabah untuk proses

pembiayaan mudharabah.

a. Prinsip kehati-hatian

Penerapan prinsip kehati-hatian berdasarkan standar

penilaian kelayakan penyaluran dana yang diterapkan oleh BNI

Syariah menggunakan aspek 5C yaitu :

1) Character (Kepribadian)

Bank menganalisis kepribadian calon nasabah untuk

mengetahui sifat dari calon nasabah.

2) Capacity (Kemapuan)

Dalam hal ini bank menacari tahu kemampuan calon

nasabah dalam mengelola usahanya, untuk mengetahui

kemampuannya dalam mengembalikan dana kepada bank.

Page 78: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

60

3) Capital (Modal)

Bank akan mencari tahu permodalan dari calon nasabah

baik sumber modal, dan rasio modal terhadap utang dari calon

nasabah.

4) Condition (Kondisi)

Bank melihat kondisi perekonomian calon nasabah, dan

memprediksikannya untuk masa yang akan datang dengan

melihat prospek usaha yang dijalankan nasabah.

5) Collateral (jaminan)

Jaminan milik nasabah harus memiliki nilai yang lebih

besar dari jumlah pembiayaan yang akan diberikan oleh bank.

Dan bank juga harus meninjau apakah jaminan benar-benar ada

sesuai informasi yang diberikan nasabah.

b. Kualitas Pembiayaan

Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang

kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar, diragukan, dan

macet. Penetapan kualitas pembiayaan telah diatur dalam SEBI

No.8/22/DPbS tanggal 18 Oktober 2006. BNI Syariah menetapkan

kualitas pembiayaan berdasarkan kemampuan membayar nasabah.

Berikut penetapan kualitas pembiayaan yang ditetapkan

oleh BNI Syariah

Page 79: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

61

Tabel 5

Penetapan Kolektabilitas Pembiayaan Mudharabah

Kolektabilitas Lama Tunggakan

Lancar 0 hari

Dalam Perhatian Khusus 1-90 hari

Kurang Lancar 91-120 hari

Diragukan 121-180 hari

Macet >180 hari

Sumber : Hasil Wawancara BNI Syariah Cabang Banjarmasin

Dari hasil wawancara pada BNI Syariah Cabang

Banjarmasin ada beberapa indikasi atau tanda-tanda pembiayaan

macet, yaitu :

1) Pembayaran kewajiban dari nasabah mulai tidak teratur

2) Nasabah sulit dihubungi

3) Nasabah mengalami kerugian yang besar

4) Potensi pertumbuhan usaha yang dijalankan nasabah

kemungkinan besar akan berhenti

5) Rasio utang terhadap modal dari nasabah sangat tinggi

6) Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan.

c. Faktor Penyebab Timbulnya Risiko Pembiayaan Mudharabah

1) Faktor Internal

a) Analisis nasabah yang tidak tepat.

b) Kesalahan dalam menaksir harga jaminan.

c) Manajemen perusahaan yang kurang baik.

Page 80: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

62

2) Faktor Eksternal

a) Ekonomi global

b) Bencana alam

c) Nasabah dengan sengaja mangkir dari kewajibannya

3. Gambaran Umum Penerapan Manajemen Risiko Kredit Pembiayaan

Mudharabah BNI Syariah Cabang Banjarmasin

Dalam hal ini penerapan manajemen risiko pembiayaan mudharabah

yang ada di BNI Syariah Cabanag Banjarmasin mencakup 4 pilar

yaitu:

a. Pengawasan aktif dewan komisaris, direksi, DPS dan divisi

internal audit.

b. Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit BNI Syariah Cabang

Banjarmasin.

c. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian

risiko kredit, serta sistem informasi manajemen (SIM) BNI Syariah

Cabang Banjarmasin.

d. Sistem pengendalian intern manajemen risiko kredit BNI Syariah

Cabang Banjarmasin.

4. Strategi Penyelamatan / Penyelesaian Manajemen Risiko Kredit

Pembiayaan Mudharabah

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan pada

BNI Syariah Cabang Banjarmasin Cabang Banjarmasin, berikut

Page 81: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

63

prosedur penyelamatan/penyelesaian manajemen risiko pembiayaan

mudharabah berdasarkan kualitas pembiayaan:

a. Lancar :

1) Pembinaan nasabah

b. DPK:

1) Pembinaan nasabah.

2) Penagihan langsung.

3) Memberikan surat teguran.

4) Restrukturisasi dengan cara rescheduling atau reconditioning.

c. Kurang Lancar:

1) Penagihan langsung.

2) Memberikan surat teguran dan sanksi.

3) Restrukturisasi dengan cara rescheduling atau reconditioning,

atau restructuring.

d. Diragukan:

1) Penagihan langsung.

2) Memberikan surat somasi pertama.

3) Restrukturisasi dengan cara rescheduling atau reconditioning,

atau restructuring.

e. Macet:

1) Memberikan surat somasi.

2) Eksekusi jaminan.

3) Hapus Buku.

Page 82: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

64

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan teknik wawancara dengan

metode tanya jawab yang terstruktur kepada pihak BNI Syariah Cabang

Banjarmasin Cabang Banjarmasin. Wawancara ini dilakukan dengan 2

orang responden yang berkaitan dengan bagaimana penerapan manajemen

risiko kredit pembiayaan mudharabah dan penyelamatan pembiayaan

apabila terjadi risiko.

1. Aspek Pembahasan Wawancara

Tabel 6

Aspek Pembahasan Wawancara

No Aspek-Aspek Pembahasan

1 Gambaran kewenangan dan tanggung jawab Komisaris, Direksi

dan DPS tentang manajemen risiko kredit

2 Kebijakan dan prosedur yang diterapkan pada pembiayaan

mudharabah

3 Strategi manajemen risiko kredit pembiayaan mudharabah

4 Identifikasi risiko kredit pembiayaan mudharabah

5 Sistem pengendalian intern manajemen risiko kredit

pembiayaan mudharabah

6 Penilaian kelayakan nasabah untuk proses pembiayaan

mudharabah

7 Indikasi awal dan penyebab timbulnya risiko pembiayaan

mudharabah

8 Strategi penyelamatan atau penyelesaian manajemen risiko

kredit pembiayaan mudharabah

Sumber: Berdasarkan Hasil Wawancara diketik oleh penulis

Page 83: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

65

2. Responden Dalam Lingkup Wawancara

Tabel 7

Data Responden dan Aspek Pembahasan Wawancara

Nama

Responden

Unit Aspek

Pembahasan

Wawancara

Satria

Prawira

Dirga

Small Medium Enterprise (SME)

Produk Pembiayaan Mudharabah

1, 2, 3, 4, 5

Andri

Hermawan

Recovery & Remedial 6, 7, 8

Sumber: Berdasarkan Hasil Wawancara diketik oleh penulis

a. Pihak Small Medium Enterprise (SME)

Narasumber SME merupakan narasumber pertama dalam penelitian

ini, karena yang menangani produk pembiayaan mudharabah ada

pada unit SME. Dalam hasil wawancara ini yang didapat adalah

bagaimana penerapan manajemen risiko kredit pada produk

pembiayaan mudharabah pada BNI Syariah Cabang Banjarmasin

Cabang Banjarmasin.

b. Pihak Recovery & Remedial

Narasumber Recovery & Remedial merupakan narasumber kedua

setelah SME. Narasumber Recovery & Remedial dalam hasil

wawancara didapat adalah menjelaskan bagaimana analisis

Page 84: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

66

kelayakan, kolektabilitas pembiayaan dan penyelamatan

pembiayaan mudharabah apabila terjadinya risiko.

Dari hasil wawancara tersebut, antara pihak SME dan Recovery

& Remedial sebagai 2 responden yang berbeda unit keduannya saling

melengkapi dan menambahkan atas jawaban yang telah diajukan oleh

penulis. Oleh karena itu, informasi yang didapat pada hasil wawancara

dalam penelitian ini menjadi lebih kompleks dengan adanya 2

responden tersebut.

3. Pembahasan Hasil Wawancara

Berdasarkan tujuan penelitian ini berikut kebijakan BNI Syariah

terhadap manajemen risiko kredit pembiayaan mudharabah

a. Faktor Penyebab Timbulnya Risiko Pada Produk Pembiayaan

Mudharabah di BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

1) Faktor Internal

a) Analisis nasabah yang tidak tepat.

Analisis nasabah yang kurang tepat akan

mengakibatkan suatu pembiayaan kedepannya akan

berisiko. Dikarena pada histori kredit yang dulu nasabah

sangat bagus dalam pembayaran kreditnya tetapi itu tidak

menjamin keberhasilan pembayaran dimasa yang akan

datang. Maka dari hal ini bank harus menganalisis yang

benar untuk pengajuan pembiayaan oleh nasabah walaupun

Page 85: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

67

nasabah tersebut dalam masa yang dulu histori kreditnya

bagus.

b) Kesalahan dalam menaksir harga jaminan.

Dalam hal menaksir harga jaminan bank harus dapat

menaksir jaminan yang dapat menutupi lebih dari setengah

dari total pinjaman pembiayaan nasabah, apabila menaksir

jaminan yang asal-asalan maka apabila terjadi risiko

pembiayaan maka jaminan tersebut tidak dapat menutupi

pembiayaan tersebut.

c) Manajemen perusahaan yang kurang baik.

Manajemen perusahaan yang kurang baik

disebabkan oleh sumber daya manusia (SDM) yang tidak

ada pelatihan meningkatkan kinerja karyawan dan sistem

rekruitmen karyawan yang asal-asalan ini dapat

mempengaruhi faktor internal risiko terjadinya

pembiayaan.

2) Faktor Eksternal

a) Ekonomi global

Ekonomi global ini sangat bepengaruh besar

tehadap perekenomian global, apabila perekonomian global

menurun maka akan berdampak besar terhadap sektor

usaha yang sedang berjalan. Maka dari itu hal ini sangat

berpengaruh besar terhadap risiko pembiayaan.

Page 86: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

68

b) Bencana alam

Bencana alam merupakan faktor yang berpengaruh

besar terhadap suatu pembiayaan. Dalam segi usaha

nasabah apabila terjadi bencana alam maka usaha nasabah

tersebut tidak dapat berjalan dan tidak menghasilkan laba

atau profit. Dalam hal ini maka nasabah tidak dapat

membayar kewajibannya kepada bank.

c) Nasabah dengan sengaja mangkir dari kewajibannya

Nasabah yang sengaja mangkir dari kewajibannya

maksud dari hal ini adalah nasabah memiliki niat untuk

tidak membayar kewajiabannya kepada bank, padahal

usaha yang dijalankan cukup baik. Ada indikasi-

indikasinya yaitu pembayaran kewajiban dari nasabah

mulai tidak teratur, nasabah sulit dihubungi dan nasabah

tidak menyampaikan informasi keuangan

Dari hal tersebut faktor-faktor penyebab terjadi risiko

pembiayaan mudharabah terbagi dalam 2 hal yaitu faktor internal

dan eksternal, dalam hal ini BNI Syariah Cabang Banjarmasin

Cabang Banjarmasin agar dapat mengelola risiko tersebut maka

Bank Syariah tersebut melakukan analisa awal mengunakan analisi

kelayakan terlebih dahulu yaitu dengan memperhatikan faktor 5C

lalu setelah itu melakukan penerapan manajemen risiko kredit

berdasarkan PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan

Page 87: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

69

Manajemen Risiko Bagi BUS dan UUS agar risiko kredit dapat

diminimalkan.

b. Penerapan Manajemen Risiko Kredit Pembiayaan Mudharabah

PT. BNI Syariah Cabang Banjarmasin

1) Pengawasan aktif dewan komisaris, direksi, DPS dan divisi

audit internal BNI Syariah Cabang Banjarmasin

a) Kewenangan dan tanggung jawab komisari, direksi, DPS

dan divisi internal audit.

(1) Dewan komisaris kewenangan dan tanggung jawabnya

yaitu bertanggung jawab melakukan pengawasan atau

pelaksanaan pengendalian internal secara umum di BNI

Syariah Cabang Banjarmasin

(2) Direksi kewenangan dan tanggung jawabnya yaitu

bertanggungjawab menciptakan dan memelihara sistem

pengendalian intern yang efektif dan memastikan

bahwa Sistem Pengendalian Intern berjalan dengan

aman dan sehat sesuai dengan tujuan pengendalian

intern di PT. Bank Syariah.

(3) Dewan Pengawas Syariah/DPS kewenangan dan

tanggungjawabnya yaitu melakukan evaluasi atas

kebijakan manajemen risiko kredit yang terkait dengan

pemenuhan prinsip syariah dan evaluasi

Page 88: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

70

pertanggungjawaban direksi atas kebijakan manajemen

risiko kredit di BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

(4) Divisi Audit Internal kewenangan dan

tanggungjawabnya yaitu satuan kerja audit internal

bertanggungjawab untuk memastikan bahwa segenap

unit telah mengimplementasikan kebijakan manajemen

risiko, dan setiap penyimpangan terhadap kebijakan dan

prosedur manajemen risiko dilaporkan dalam audit

tahunan, sistem pengendalian intern, melaporkan hasil

temuannya secara langsung kepada Dewan Komisaris

dan Direksi Kepatuhan dan Penunjang, wajib

memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan atau

ketentuan intern bank dan proses kaji ulang dalam

penerapan manajemen risiko.

b) Sumber daya insani

Sumber daya insani merupakan pelatihan terhadap

sumber daya manusia yang ada di PT. BNI Syariah agar

tidak ada penyimpangan tehadap kebijakan yang ada di

bank syariah tersebut. Bentuk pelatihan yang diadakan

yaitu tata tertib pelaksanaan, tujuannya seperti menjaga

nama baik perusahaan dan sanksi Administratif, tujuannya

sebagai upaya untuk pencegahan yang efektif dan efesien

Page 89: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

71

terhadap segala perbuatan maupun keadaan yang dapat

mengurangi tingkat kepercayaan serta menimbulkan

kerugian bagi bank dan sebagai upaya mengamankan

kepentingan bank, menegakkan tata tertib dan sarana dalam

memberikan pembinaan terhadap pegawai bank.

c) Organisasi manajemen risiko kredit

Organisasi manajemen risiko kredit untuk BNI

Syariah Cabang Banjarmasin terbagi atas 3 unit yaitu Unit

Small Medium Enterprise sebagai unit pemasaran

pembiayaan produktif dan analisis awal pembiayaan, Unit

Divisi Risiko Bisnis sebagai unit analisis sesudah analisis

awal dan sebagai unit yang menetapkan keputusan

diterimanya atau ditolaknya suatu pembiayaan, Unit

Recovery & Remedial sebagai unit penyelamatan

pembiayaan atas pembiayaan yang bermasalah.

2) Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit BNI Syariah Cabang

Banjarmasin

a) Strategi manajemen risiko BNI Syariah Cabang

Banjarmasin ada 6 proses strategi manajemen risiko kredit

untuk analisis suatu pembiayaan mudharabah yaitu

(1) Sosialisasi adalah upaya-upaya pembinaan

calon/nasabah melalui proses analisa, evaluasi,

komunikasi dan interaksi secara langsung maupun tidak

Page 90: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

72

langsung. Tujuannya untuk mengenal nasabah dan

usahanya secara mendalam.

(2) Investigasi (pengumpulan informasi) adalah proses

pengumpulan data/informasi yang berhubungan

langsung maupun tidak langsung dengan nasabah,

usaha, aspek jaminan dan segala aspek relevan, serta

menjaga agar informasi tersebut tetap up to date.

Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang lengkap

dan akurat guna kepentingan bank.

(3) Analisa pembiayaan adalah upaya untuk meyakini

kemauan dan kemampuan nasabah dalam memenuhi

kewajiban kepada bank secara tertib. Tujuannya

pemberian pembiayaan memenuhi aspek regulasi dan

prinsip kehati-hatian.

(4) Persetujuan pembiayaan adalah persetujuan

pembiayaan yang dicantumkan dalam nota analisa dan

memenuhi syarat-syarat yang telah disepakati dalam

memo persetujuan pembiayaan yang dibuat oleh BNI

Syariah Cabang Banjarmasin. Tujuannya memastikan

pencairan pembiayaan telah memenuhi prinsip kehati-

hatian.

(5) Pengamanan agunan adalah hak dan kekuasaan atas

barang dijamin yang diserahkan oleh nasabah kepada

Page 91: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

73

BNI Syariah Cabang Banjarmasin guna menjamin

pelunasan pembiayaan yang telah disetujui. Ada kriteria

barang yang dapat dijadikan jaminan di BNI Syariah

Cabang Banjarmasin yaitu memiliki nilai ekonomis

kepemilikan dapat dipindahtangankan dan punya nilai

yuridis atau dapat diikat sehingga memberikan hak

preference.

(6) Monitoring di BNI Syariah Cabang Banjarmasin terbagi

atas berapa tahapan-tahapan yaitu:

(a) Monitoring pemenuhan persyaratan pembiayaan

(b) Monitoring pembiayaan yang belum ditarik

(c) Monitoring portofolio pembiayaan

(d) Monitoring kegiatan usaha nasabah

(e) Monitoring pengunaan/kewajaran pembiayaan

(f) Monitoring kewajiban jatuh tempo

(g) Monitoring masa laku asuransi

(h) Monitoring masa laku pembiayaan

(i) Monitoring kualitas aktiva produktif (kolekibilitas)

(j) Monitoring penyisihan penghapusan aktiva

produktif

b) Tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko di

BNI Syariah Cabang Banjarmasin terbagi atas 2 yaitu:

Page 92: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

74

(1) Customer Risk Rating merupakan suatu tingkatan risiko

yang mengukur seberapa besar tingkat kemungkinan

suatu nasabah akan gagal dalam memenuhi

kewajibannya kepada BNI Syariah Cabang

Banjarmasin, berdasarkan atas 4 komponen utama,

yaitu:

(a) Industry Rating

(b) Kondisi Bisnis (Pemasaran dan Teknis Produksi)

(c) Manajemen dan Umum

(d) Penilaian Keuangan

Dengan kata lain mengukur tingkat kemampuan

nasabah membayar kewajibannya kepada bank

berdasarkan kemampuan jalan keluar pertama.

(2) Customer Credit Rating merupakan suatu ukuran yang

menyatakan tingkat risiko kerugian yang akan dihadapi

oleh BNI Syariah Cabang Banjarmasin dalam hal ini

nasabah gagal memenuhi kewajibannya. Tingkat risiko

yang dimaksud telah memperhitungkan agunan sebagai

unsur pembayaran kembali, dengan kata lain Customer

Credit Rating mengukur tingkat risiko kerugian bank

terhadap kemampuan nasabah dalam membayar

kewajibannya kepada bank BNI Syariah berdasrkan

Page 93: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

75

kemampuan jalan keluar pertama atau jalan keluar

kedua.

c) Kebijakan dan prosedur yang diterapkan di BNI Syariah

Cabang Banjarmasin. Dalam mengurangi risiko bank dalam

pembiayaan, maka persyaratan yang perlu disampaikan

bank kepada mudharib antara lain:

(1) Fixed asset collateral.

(2) Pengantian asset harus seiijin bank apabila keberadaan

asset tersebut sangat berpengaruh terhadap operasional

bank.

(3) Bank dapat mensyaratkan rasio maksimal antara biaya

operasi dibandingkan dengan pendapatan operasional

misalnya dengan membandingkan dengan perusahaan

lain sejenis atau berdasarkan rata-rata realisasi periode

sebelumnya.

(4) Dilakukan monitoring secara periodik guna mengetahui

dan mengecek penyimpangan cashflow oleh mudharib.

Disamping itu juga dapat pula dipersyaratkan adanya

audited financial statement.

(5) Bank dapat menentukan kriteria atas wan prestasi

mudharib.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembiayaan

mudharabah muqayyadah antara lain:

Page 94: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

76

(1) Karakter mudharib yang diverifikasi melalui beberapa

rekan bisnisnya dan pembiayaan di bank BNI Syariah.

(2) Bisnis mudharib.

(3) Pemberian pembiayaan mudharabah harus diberikan

secara selektif dan diupayakan yang berbasis kontrak

kerja serta jangka waktu pendek.

(4) Dalam akad pembiayaan, unsur kelalaian mudharib

harus benar dan jelas ditegaskan, seperti:

(a) Tidak menyampaikan laporan keuangan secara

teratur.

(b) Tidak melakukan pembukuan secara terpisah dan

transparan atas dana dan kegiatan yang dibiayai

secara mudharabah.

(c) Melakukan penyimpangan pembiayaan tanpa seijin

tertulis dari bank.

(d) Melakukan investasi dan pernyetaan tanpa seijin

tertulis dari bank.

(e) Melakukan pengeluaran biaya-biaya yang tidak

wajar dan diluar kepentingan usaha.

(f) Melakukan perbuatan melanggar hukum yang dapat

menyebabkan kegiatan usaha terganggu.

d) Limit atau Batasan BNI Syariah Cabang Banjarmasin yaitu

Financing Exposure Limit (FEL) adalah batas maksimum

Page 95: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

77

pembiayaan dalam negeri pada akhir tahun untuk setiap

sektor ekonomi per segmen bisnis. Tujuan Financing

Exposure Limit (FEL) yaitu menetapkan arah pembiayaan

dan batas konsentrasi pembiayaan, upaya penyebaran

risiko, dan mengoptimalkan risk and return.

3) Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian

risiko, serta sistem informasi manajemen (SIM) risiko kredit

BNI Syariah Cabang Banjarmasin

a) Identifikasi risiko kredit dilakukan oleh Businees Risk

Division/ Divisi Risiko Bisnis tujuanya untuk meriview dan

merekomendasi pembiayaan kredit yang disalurkan kepada

nasabah.

b) Pengukuran risiko kredit BNI Syariah Cabang Banjarmasin

diterapkan 2 tahapan yaitu Customer Risk Rating dan

Customer Credit Rating yang sudah dijelaskan di Tingkat

risiko yang akan diambil dan toleransi risiko BNI Syariah

Cabang Banjarmasin.

c) Pemantauan risiko kredit BNI Syariah Cabang Banjarmasin

Pemantauan risiko kredit BNI Syariah Cabang Banjarmasin

yaitu memonitoring pembiayaan yang diberikan kepada

nasabah mulai dari Monitoring pemenuhan persyaratan

pembiayaan, monitoring pembiayaan yang belum ditarik,

monitoring portofolio pembiayaan, monitoring kegiatan

Page 96: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

78

usaha nasabah, monitoring pengunaan/kewajaran

pembiayaan, monitoring kewajiban jatuh tempo,

monitoring masa laku asuransi, monitoring masa laku

pembiayaan, monitoring kualitas aktiva produktif

(kolekibilitas) sampai monitoring penyisihan penghapusan

aktiva produktif apabila pembiayaan tersebut bermasalah.

d) Pengendalian risiko kredit BNI Syariah Cabang

Banjarmasin

(1) Analisa menggunakan PAP kecil dengan perhitungan

kebutuhan pembiayaan yang didasarkan pada analisa

cashflow.

(2) Maksimum Pembiayaan.

(a) Besarnya pembiayaan disesuaikan dengan

kebutuhan pembiayaan.

(b) Kemampuan pelunasan dengan pembiayaan mulai

dari Rp.500 juta per mudharib.

(3) Jenis dan Jangka Waktu Pembiayaan.

(a) Untuk pembiayaan modal kerja maksimum 2 tahun

dan dapat diperpanjang.

(b) Untuk pembiayaan investasi maksimal sama dengan

payback periodnya dan harus kurang dari 7 tahun.

(4) Syarat Penerimaan Pembiayaan.

(a) Legalitas Usaha

Page 97: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

79

Akta pendirian berikut perubahannya yang terbaru,

KTP, Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat

Ijin Tempat Usaha (SITU), Surat Ijin Undang-

Undang Gangguan (SIUUG/HO), Tanda Daftar

Perusahaan (TDP), Analisa Dampak Lingkungan

(AMDAL)*, Ijin Usaha Industri (IUI) dan Tanda

Daftar Industri (TDI)**.

(b) Legalitas Usaha Lainnya.

*perusahaan mudharib yang usahanya diperkirakan

mempunyai dampak sensitif yang tinggi terhadap

lingkungan. **industry kecil dengan nilai investasi

perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp.200 juta

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

(5) Agunan Pembiayaan

Agunan dalam pembiayaan ini adalah menjaga agar

mudharib tidak wan prestasi.

(6) Pengikatan Agunan.

(7) Asuransi Agunan.

(a) Agunan yang insurable diasuransikan di perusahaan

asuransi syariah dengan banker’s clause BNI

Syariah.

(b) Biaya premi penutupan asuransi menjadi beban

mudharib.

Page 98: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

80

(8) Asuransi Pembiayaan tidak diwajibkan ditutupkan

asuransi pembiayaannya, kecuali ditetapkan lain.

(9) Akad Pembiayaa dituangkan dalam akad mudharabah

muqayyadah.

(10) Nisbah dan Biaya Administrasi.

(a) Nisbah sesuai dengan apa yang telah disepakati oleh

shahibul maal dan mudharib serta bank selaku

agen.

(b) Biaya pengelolaan pembiayaan ditetapkan sesuai

kesepakatan dan keputusan Komite Asset and

Liabilities Manajemen (KALMA).

(c) Bank tidak menerima nisbah bagi hasil namun

hanya menerima fee/biaya administrasi.

(11) Disposisi Pembiayaan dibayarkan kepada penjual atau

dipindahbukukan ke dalam rekening mudharib apabila

pembelian barang mengunakan wakalah.

(12) Pemantauan Pembiayaan.

(13) Kewenangan Pemutusan Pembiayaan sesuai dengan

kewenangan yang berlaku tanpa Pejabat Pemutus

Pembiayaan risiko.

(14) Penyelamatan Pembiayaan.

e) Sistem informasi manajemen risiko kredit BNI Syariah

Cabang Banjarmasin

Page 99: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

81

Sistem informasi menyediakan informasi untuk

membantu pengambilan keputusan manajemen operasi BNI

Syariah Cabang Banjarmasin dari hari ke hari dan

informasi yang layak untuk pihak luar.

Sistem informasi sebagai pengendalian risiko akan

melibatkan pihak-pihak yang dinilai independen dalam

rangka peningkatan efektivitas proses monitoring risiko

BNI Syariah Cabang Banjarmasin sebagai berikut:

(1) Sistem informasi harus menyediakan laporan dan data

secara akurat.

(2) Penyampaian data informasi harus menggambarkan

posisi actual eksposure terhadap limit yang telah

ditetapkan.

(3) Alur informasi dan proses tindak lanjut pelaporan

identifikasi risiko serta proses penyelesaian sesuai

prosedur dan kewenangan dalam struktur organisasi

manajemen risiko bank.

4) Sistem Pengendalian Intern Manajemen Risiko Kredit BNI

Syariah Cabang Banjarmasin Cabang Banjarmasin.

a) Pengalihan pengelolaan kolektabilitas 2 atau 60 hari

berpindah dari divisi bisnis risiko ke recovery and

remedial.

Page 100: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

82

b) Penyempurnaan kewenangan pembiayaan dan

penyempurnaan restrukturisai pembiayaan dilakukan oleh

divisi audit internal BNI Syariah Cabang Banjarmasin

Cabang Banjarmasin.

c) Penyempurnaan ketentuan pembiayaan mengenai agunan

diatas Rp. 5 miliyar.

d) Kewenangan restrukturisasi penetapan agunan dan diskon

tunggakan pembiayaan mikro.

e) Kewenangan persetujuan pencairan pembiayaan

pembiayaan.

f) Perubahan wewewang memutus atau tambahan

perpanjangan pembiayaan.

c. Analisis Penerapan Manajemen Risiko Kredit dalam mengelola

pembiayaan mudharabah pada BNI Syariah Cabang Banjarmasin

berdasarkan PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi BUS dan UUS.

1) Berdasarkan PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi BUS dan UUS pasal 3 paling kurang

mencakup 4 hal yaitu :

a) Pengawasan aktif Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan

Pengawas Syariah

b) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit

Manajemen Risiko

Page 101: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

83

c) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan,

dan pengendalian Risiko serta sistem informasi Manajemen

Risiko

d) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

2) Dari hasil wawancara kepada pihak BNI Syariah Cabang

Banjarmasin Cabang Banjarmasin dalam melakukan penerapan

manajemen risiko kredit berdasarkan PBI No. 13/23/PBI/2011

tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi BUS dan UUS

a) Melaksanakan Pengawasan aktif Dewan Komisaris,

Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah Berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia

(1) Kewenangan dan tanggung jawab komisari, direksi,

DPS dan divisi internal audit.

Dari hal tersebut bahwa BNI Syariah Cabang

Banjarmasin telah menjalankan ketentuan kewenangan

dan tanggung jawab komisaris, direksi dan DPS sesuai

dengan Peraturan Bank Indonesia. Dalam kewenangan

dan tanggung jawab BNI Syariah Cabang Banjarmasin

juga membuat satuan kerja audit internal yang bertugas

untuk berperan aktif melakukan pengendalian terhadap

risiko pembiayaan kredit. Oleh sebab itu, maka

kewenangan dan tanggung jawab penerapan manajemen

risiko BNI Syariah Cabang Banjarmasin sangat baik

Page 102: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

84

kerena bank tersebut membuat satuan kerja yang

berperan aktif melakukan pengendalian terhadap risiko

pembiayaaan kredit.

(2) Sumber daya insani

Dari hal ini BNI Syariah Cabang Banjarmasin juga

sudah memenuhi peningkatan sumber daya insani yang

dimana diadakan pelatihan agar sumber daya insani

yang ada di Bank BNI Syariah tidak melanggar aturan-

aturan yang dapat menimbulkan kerugian pada BNI

Syariah Cabang Banjarmasin.

(3) Organisasi manajemen risiko kredit BNI Syariah

Cabang Banjarmasin

Dari hal tersebut bahwa BNI Syariah Cabang

Banjarmasin telah mencakup organisasi manajemen

risiko yang ada di PBI Nomor 13/23/PBI/2011 yaitu :

(a) Unit bisnis yang melaksanakan aktivitas pemberian

pembiayaan atau penyediaan dana

(b) Unit pemulihan pembiayaan yang melakukan

penanganan pembiayaan bermasalah

(c) Unit manajemen risiko, khususnya yang menilai dan

memantau risiko kredit.

b) Melaksanakan kecukupan kebijakan, prosedur, dan

penetapan limit Manajemen Risiko Kredit.

Page 103: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

85

(1) Strategi manajemen risiko kredit BNI Syariah Cabang

Banjarmasin

Dari fakta yang didapat strategi BNI Syariah Cabang

Banjarmasin telah mengikuti PBI Nomor

13/23/PBI/2011 yang menjelaskan tentang strategi

harus memuat secara jelas arah penyediaan dana yang

akan dilakukan, antara lain berdasarkan jenis

pembiayaan, lapangan usaha, wilayah geografis, mata

uang, jangka waktu, dan sasaran pasar.

(2) Tingkat risiko kredit yang akan diambil dan toleransi

risiko kredit BNI Syariah Cabang Banjarmasin telah

mengikuti PBI Nomor 13/23/PBI/2011 yaitu ada 2

tahapan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi

risiko.

(3) Kebijakan dan prosedur BNI Syariah Cabang

Banjarmasin dalam mengurangi risiko kredit bank

dalam pembiayaan mudharabah. Berdasarkan PBI

Nomor 13/23/PBI/2011. Penerapan Manajemen Risiko

tentang Kebijakan dan Prosedur yang aturannya yaitu

Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk

memastikan bahwa seluruh penyediaan dana dilakukan

secara terkendali (arm’s length basis). Apabila bank

mempunyai kebijakan yang memungkinkan dalam

Page 104: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

86

kondisi tertentu untuk melakukan penyediaan dana di

luar kebijakan normal, kebijakan tersebut harus memuat

secara jelas kriteria, persyaratan, dan prosedur termasuk

langkah-langkah untuk mengendalikan atau memitigasi

risiko dari penyediaan dana dimaksud.

Dalam hal ini BNI Syariah Cabang Banjarmasin sangat

jelas menetapkan kebijakan dan prosedur agar langkah-

langkah untuk mengendalikan atau memitigasi risiko

dari penyediaan dana dimaksud.

(4) Limit dan Batasan yang diterapakan oleh BNI Syariah

Cabang Banjarmasin. Berdasarkan PBI 13/23/PBI/2011

yang dimana Limit adalah risiko kredit digunakan untuk

mengurangi risiko yang ditimbulkan, termasuk karena

adanya konsentransi penyaluran pembiayaan. Maka dari

itu BNI Syariah Cabang Banjarmasin telah menerapkan

aturan dan tidak melanggar ketentuan tersebut.

c) Melaksanakan kecukupan proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan, dan pengendalian risiko kredit serta sistem

informasi manajemen risiko kredit BNI Syariah Cabang

Banjarmasin.

(1) Identifikasi risiko kredit

Identifikasi risiko kredit dilakukan oleh Businees Risk

Division/ Divisi Risiko Bisnis tujuanya untuk meriview

Page 105: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

87

dan merekomendasi pembiayaan kredit yang disalurkan

kepada nasabah. Dari hal ini BNI Syariah Cabang

Banjarmasin telah mejalankan aturan sesuai dengan PBI

13/23/PBI/2011 yang isinya tentang bank perlu

mempertimbangkan hasil penilaian kualitas pembiayaan

dalam mengidentifikasi risiko kredit berdasarkan pada

analisis terhadap prospek usaha, kinerja keuangan, dan

kemampuan membayar debitur.

(2) Pengukuran risiko kredit

Pengukuran risiko kredit BNI Syariah Cabang

Banjarmasin diterapkan 2 tahapan yaitu Customer Risk

Rating dan Customer Credit Rating yang sudah

dijelaskan di Tingkat risiko yang akan diambil dan

toleransi risiko BNI Syariah Cabang Banjarmasin.

Dalam hal ini BNI Syariah Cabang Banjarmasin telah

melaksanakan sesuai dengan PBI 13/23/PBI/2011

tentang menyesuaikan asumsi dengan perubahan yang

terjadi pada kondisi internal dan eksternal.

(3) Pemantauan risiko kredit

Dalam hal ini BNI Syariah Cabang Banjarmasin telah

melaksanakan sesuai dengan PBI 13/23/PBI/2011

tentang:

Page 106: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

88

(a) Memahami eksposur risiko kredit secara total

maupun per aspek tertentu untuk mengantisipasi

terjadinya RKP, antara lain per jenis pihak lawan

transaksi, lapangan usaha, sektor industrial, atau per

wilayah geografis.

(b) Memahami kondisi keuangan terkini dari debitur

atau pihak lawan termasuk memperoleh informasi

mengenai komposisi aset debitur dan tren

pertumbuhan.

(c) Memantau kepatuhan terhadap persyaratan yang

ditetapkan dalam perjanjian pembiayaan atau

kontrak transaksi lainnya.

(d) Menilai kecakupan agunan secara berkala

dibandingkan dengan kewajiban debitur atau pihak

lawan transaksi.

(e) Mengidentifikasi permasalahan secara tepat

termasuk ketidaktepatan pembayaran dan

mengklasifikasikan potensi pembiayaan bermasalah

secara tepat waktu untuk tindakan perbaikan.

(f) Menangani dengan cepat pembiayaan bermasalah.

(g) Mengidentifikasi tingkat risiko kredit, baik secara

keseluruhan maupun per jenis aset tertentu.

(4) Pengendalian Risiko Kredit

Page 107: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

89

Dari hal pengendalian risiko BNI Syariah Cabang

Banjarmasin telah melaksanakan sesuai dengan PBI

13/23/PBI/2011 tentang rangka pengendalian risiko

kredit, bank harus memastikan bahwa satuan kerja yang

melakukan transaksi yang terekspos risiko kredit telah

berfungsi secara memadai dan eksposur risiko kredit

dijaga tetap konsisten dengan limit yang ditetapkan

serta memenuhi standar kehati-hatian.

(5) Sistem informasi manajemen risiko kredit

Dari hal sistem informasi manajemen risiko kredit

diatas ini BNI Syariah Cabang Banjarmasin telah

melaksanakan sesuai dengan PBI 13/23/PBI/2011

tentang sistem informasi manajemen risiko untuk risiko

kredit harus mampu menyediakan data secara akurat,

lengkap, informatif, tepat waktu, dan dapat diandalkan

mengenai jumlah seluruh eksposur pembiayaan

peminjam individual dan pihak lawan transaksi,

portofolio pembiayaan serta laporan pengecualian limit

risiko kredit agar dapat digunakan direksi untuk

mengidentifikasi adanya RKP.

d) Sistem Pengendalian Intern Manajemen Risiko Kredit BNI

Syariah Cabang Banjarmasin

Page 108: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

90

Dari hal sistem pengendalian intern risiko kredit diatas ini

BNI Syariah Cabang Banjarmasin telah melaksanakan

sesuai dengan PBI Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Sistem

kaji ulang internal oleh individu yang independen dari satu

unit bisnis untuk membantu evaluasi proses pembiayaan

secara keseluruhan, menentukan akurasi peringkat internal,

dan menilai apakah account officer memonitori

pembiayaan secara individual dengan tepat.

Page 109: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

91

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada IV, maka

dapat disimpulkan bahwa PT. BNI Syariah Banjarmasin telah

melaksanakan penerapan manajemen risiko kredit, sebagai berikut:

1. Dari faktor timbulnya risiko pada produk pembiayaan mudharabah

terbagi dalam 2 faktor, yaitu : faktor pertama adalah faktor internal

(analisis nasabah yang tidak tepat, kesalahan dalam menaksir jaminan

dan manajemen perusahaan yang kurang baik) dan faktor kedua adalah

faktor eksternal (ekonomi global, bencana alam dan nasabah sengaja

mangkir dari kewajiban). Dalam hal ini BNI Syariah Cabang

Banjarmasin agar dapat mengelola risiko tersebut maka Bank Syariah

tersebut melakukan analisa awal mengunakan analisa kelayakan

terlebih dahulu yaitu dengan memperhatikan aspek 5C lalu setelah itu

melakukan penerapan manajemen risiko kredit berdasarkan PBI No.

13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi BUS dan

UUS agar risiko kredit dapat diminimalkan.

2. Dari segi penerapan manajemen risiko kredit BNI Syariah Cabang

Banjarmasin mencakup 4 pilar penting yaitu :

e. Pengawasan aktif dewan komisaris, direksi, DPS dan divisi

internal audit.

Page 110: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

92

f. Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit BNI Syariah Cabang

Banjarmasin.

g. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian

risiko kredit, serta sistem informasi manajemen (SIM) BNI Syariah

Cabang Banjarmasin.

h. Sistem pengendalian intern manajemen risiko kredit BNI Syariah

Cabang Banjarmasin.

3. Dari segi perbandingan penerapan manajemen risiko kredit BNI

Syariah Cabang Banjarmasin dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

13/23/2011. Dapat dilihat dari pengawasan aktif, kecukupan kebijakan,

prosedur, penetapan limit, proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan, pengendalian dan sistem pengendalian intern telah sesuai

dengan peraturan tersebut.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka penulis memberikan

saran untuk peneliti selanjutnya yaitu membahas tentang risiko

operasional, risiko stratejik, risiko hukum pembiayaan mudharabah agar

lebih kompleksitas. Sebab dengan terbatasnya waktu dalam peneltian ini

maka hanya risiko kredit yang dapat diteliti.

Page 111: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi.i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek. Jakarta:

Gema Insani Press

Dewi, Nadia Maya S, 2012. Analisis Penerapan Struktur Pengendalian Intern

Terhadap Prosedur Pemberian Pembiayaan Untuk Meningkatkan

Pencegahan Pengembalian Macet Yang Diberikan Oleh Bank BNI Syariah

Cabang Semarang. Skripsi Pada Fakultas Ekonomika dan Bisni

Universitas Diponegoro Semarang

Djamil, Haji Faturrahman, 2012. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank

Syariah. Jakarta: Sinar Grafika

Harahap, Sofyan S. 2008. Kerangka Teori dan Tujuan Akuntansi Syariah.

Jakarta: Pustaka Quantum

Karim, Adiwarman A. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada

Mahmoedin. 2004. Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Marzuki. 2005. Metedologi Riset. Yogyakarta: Ekonisia

Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP

AMP YKPN

Muhammad. 2008. Manajemen Pembiayaan Mudharabah. Jakarta: Penerbit

Rajawali Pers

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen

Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Rivai, Veithzal, dan Andria Permata Veithzal, 2008. Islamic Financial

Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Rustam, Bambang Rianto. 2013. Manajemen Risiko Perbankan Syariah di

Indonesia, Jakarta: Salemba Empat

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan . Edisi Kelima. Jakarta:

Lembaga Penerbit FE UI

Page 112: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PEMBIAYAAN MUDHARABAH

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/19/DPUM tanggal 8 Juli 2015 tentang

Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/35/DPAU

tanggal 29 Agustus 2013 perihal Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh

Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah

Undang-Undang RI No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Usman, Rahcmadi, 2012. Aspek Hukum Perbankan Syariah.Jakarta: Sinar Grafika

Zharfan, Refaat. 2012. Optimalisasi Skema Bagi Hasil Sebagai Solusi

Permasalahan Principal-Agent Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada PT.

Bank BNI Syariah Cabang Makassar. Skripsi Pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar