Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PRODUK KREDIT
PEMILIKAN RUMAH PADA PT BANK TABUNGAN
NEGARA (PERSERO) TBK KANTOR CABANG
MEDAN
TUGAS AKHIR
Ditulis untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma 3
Oleh :
EVIEKA SULASTRI SITUMORANG NIM 1605071057
PROGRAM STUDI PERBANKAN DAN KEUANGAN
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat
pada waktunya dengan judul “Analisis Manajemen Risiko Produk Kredit
Pemilikan Rumah Pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor
Cabang Medan”.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat dalam penyelesaian pendidikan
program Diploma III Jurusan Akuntansi Program Studi Perbankan dan Keuangan
di Politeknik Negeri Medan.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mendapat banyak dukungan baik
dalam bentuk material, bimbingan, motivasi, serta informasi. Secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis, yaitu Ayahanda
Salamat Situmorang dan Ibunda Julianti Gea, serta adik-adik penulis, yaitu Gilbert
Fernando Situmorang, Evani Gracia Situmorang, dan Genhard Leonardo
Situmorang. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. M. Syahruddin, S.T., M.T., Direktur Politeknik Negeri Medan.
2. Darwin S.H Damanik, S.E., M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Medan sekaligus Dosen Pembimbing Utama yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk sejak awal
sampai dengan selesainya penulisan Tugas Akhir ini.
3. Sastra Karo Karo, S.E., M.Si., Sekretaris Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Medan.
4. Jonni Hamonangan Silaen, S.E., M.Si., Kepala Program Studi Perbankan dan
Keuangan Politeknik Negeri Medan.
5. Nurlinda, S.E. Ak., M.Si., Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk
sejak awal sampai dengan selesainya penulisan Tugas Akhir ini.
6. Jasa Ginting, S.E., M.Agr., Wali Kelas BK-6C Politeknik Negeri Medan.
ii
7. Seluruh Dosen dan Staf Politeknik Negeri Medan khususnya Jurusan
Akuntansi Program Studi Perbankan dan Keuangan yang telah membimbing
dan membantu penulis selama perkuliahan.
8. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan serta
seluruh Pegawai dan Staf Karyawan yang telah membantu penulis.
9. Bang Suwandi, selaku Consumer Loan Service di PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan yang bersedia meluangkan waktunya
dan membantu penulis selama proses pengumpulan data sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
10. Seluruh keluarga penulis yang selalu memberikan dorongan, kasih sayang,
dan doa kepada penulis yang tiada terbalas.
11. Sahabat - sahabat penulis yang penulis sangat cintai, Cut Dara Yuninda, Nazri
Adlani, Innarisya Puspita Khan, Hidayati Karnila, dan Tasya Adelia yang
telah membantu memberikan semangat dan dukungan dalam segala hal
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Tim hore-hore sidang yang telah memberikan semangat dan dukungan selama
penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.
13. Teman-teman seperjuangan BK-6C yang telah banyak membantu dan
memberi motivasi serta selalu mendukung dan membantu dalam berbagai hal.
Semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi seluruh pihak yang menggunakannya,
khususnya mahasiswa Politeknik Negeri Medan. Apabila ada kekeliruan dalam
penulisan Tugas Akhir ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Agustus 2019
Penulis,
EVIEKA SULASTRI SITUMORANG
NIM 1605071057
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR………………………………..………………………..... i
DAFTAR ISI…………………………………………..…………….………..... iii
DAFTAR GAMBAR...………………...…………………………...…….…...….v
DAFTAR LAMPIRAN...……………………………..……...………….…..…. vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………..…….…….…………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ...……………………………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian ……………………..…………………………………… 4
1.4 Manfaat Penelitian ..…………………..…………………………………… 4
1.5 Batasan Penelitian ..….………………..…………………………………… 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Bank ……………………………...…………………………........ 6
2.2 Kegiatan Utama Bank ……………………………...………………........… 6
2.3 Sumber Dana Bank …….………………………………………….…........ 8
2.4 Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko ………………………..……….. 9
2.5 Jenis-Jenis Risiko ………….……………………………………..………. 10
2.6 Tujuan Manajemen Risiko …………………………...…………..………. 11
2.7 Proses Manajemen Risiko …....…………………………………..………. 13
2.8 Identifikasi Risiko Kredit ….…………...………………………..…...….. 13
2.9 Pengukuran Risiko Kredit ………………………………………..………. 14
2.10 Pemantauan Risiko Kredit ……………………………...………..………. 14
2.11 Pengendalian Risiko Kredit ..……………………...……………..………. 14
iv
2.12 Pengertian Risiko Kredit …………..……………………………..………. 15
2.13 Fungsi Kredit ………………………...…………………………..………. 15
2.14 Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ……………………..………. 15
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian …….……………………………...……….. 17
3.1.1 Lokasi Penelitian …….……………...…………………...……….. 17
3.1.2 Waktu Penelitian ………….……...………………..……..……….. 17
3.2 Jenis Data ……..…………………………………………………………. 18
3.3 Teknik Pengumpulan Data ……..………...………………………………. 18
3.4 Teknik Pengolahan Data ……..……….…………………………………. 19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan ………………………………………...……...……….. 20
4.1.1 Sejarah Perusahaan ………….…………………………...……….. 20
4.1.2 Ruang Lingkup Perusahaan ….…………...……………...……….. 23
4.2 Hasil Pengumpulan dan Pengolahan Data ……………………...……….. 31
4.2.1 Reduksi Data ………..……….…………………………...……….. 31
4.2.2 Penyajian Data ................................................................................ 34
4.2.3 Penarikan Kesimpulan .................................................................... 34
4.3 Pembahasan ………………….………………………………...……….. 35
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ………………………………………………………...……….. 39
5.2 Saran ……..………………………………………………………………. 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Hal
Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko ………..........……………………….. 13
Gambar 4.1 POSTPAARBANK ………….………....…………………...….. 20
Gambar 4.2 Logo PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk …..……….…... 24
Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk ... 24
Gambar 4.4 Proses Manajemen Risiko ……...…………………...………….. 34
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
Lampiran 1 : Interview Guide ……………………………………………….. 41
Lampiran 2 : Transkrip Wawancara ………..……………….……………….. 42
Lampiran 3 : Surat Izin Pengambilan Data ………………………………….. 46
Lampiran 4 : Dokumentasi ………………………………………….……….. 47
Lampiran 5 : Biodata Mahasiswa ………………………...………………….. 54
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini bank memiliki peranan strategis untuk menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya. Sebagai sebuah lembaga intermediasi antara
pihak yang surplus dana dengan pihak yang defisit dana, bank memiliki tugas
utama untuk mengelola dan mengatur dana yang didapatnya agar dapat berputar
pada sektor ekonomi dan dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak,
serta bank itu sendiri.
Pengelolaan dana yang dilakukan bank pada umumnya adalah dengan
penghimpunan dana kemudian menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan berupa
pembiayaan modal kerja, investasi, serta pembiayaan konsumtif.
Pada dasarnya bank membagi-bagi fasilitas pembiayaannya kedalam beberapa
jenis yaitu kredit untuk usaha, kredit investasi, kredit untuk korporasi dan kredit
untuk konsumen, termasuk juga diantaranya pembiayaan Kepemilikan Rumah
(KPR).
Sejarah awal dari KPR di Indonesia adalah dengan ditunjuknya Bank BTN oleh
Pemerintah Indonesia pada tanggal 29 Januari 1974 melalui Surat Menteri
Keuangan RI No. B-49/MK/I/1974 sebagai wadah pembiayaan proyek perumahan
untuk rakyat. Sejalan dengan tugas tersebut, maka pada tahun 1976 dimulailah
realisasi KPR pertama kalinya oleh Bank BTN. KPR pertama kali disalurkan pada
tahun 1976, tepatnya pada tanggal 10 Desember 1976 yang diprakarsai oleh Bank
BTN dan dilakukan di kota Semarang, Jawa Tengah. Realisasi tersebut untuk
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan perumahan
untuk masyarakat menengah ke bawah. Kemudian pada tahun yang sama
menyusul pelaksanaannya di kota Surabaya.
Sampai dengan saat ini penyaluran KPR di Indonesia terus mengalami
pertumbuhan. Menurut data dari Bank Indonesia, pertumbuhan kredit KPR pada
2
2012 mencapai 43 persen, tumbuh lebih tinggi dibandingkan kredit lainnya. Per
September 2015 kemarin, kredit kepemilikan rumah tercatat mencapai Rp. 318,94
triliun. (Sumber : OJK dalam Kajian Perlindungan Konsumen Kredit Sektor Jasa
Keuangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR))
Motivasi masyarakat dalam membeli rumah tinggal pada dasarnya ada dua, yakni
pertama untuk memenuhi kebutuhan sebagai tempat hunian yang dipakai sendiri
dan kedua untuk tujuan investasi. Motivasi yang kedua, didasari pada keyakinan
bahwa dalam sejarahnya sebuah rumah tinggal tidak akan pernah mengalami
penurunan nilai jual. Motivasi tersebutlah yang menyebabkan nilai kredit
perumahan tetap meningkat dari tahun ketahunnya. Hampir seluruh transaksi
pembelian rumah di Indonesia dilakukan dengan melibatkan institusi pembiayaan,
terutama bank, melalui skema KPR. Meskipun terjadi fluktuasi pada kondisi
perekonomian, namun kebutuhan perumahan akan tetap tumbuh, dengan tingkat
pertumbuhan yang bervariasi sesuai dengan kondisi ekonomi.
Penggunaan produk KPR merupakan sebuah hubungan kegiatan ekonomi yang
saling menguntungkan antara konsumen dan pihak perbankan. Konsumen sebagai
pengguna KPR akan sangat terbantu dalam memiliki rumah yang diinginkan,
sedangkan di sisi lain, pihak perbankan melalui penyaluran KPR-nya dapat
terbantu pencapaian target bisnisnya. Namun demikian, dalam praktiknya masih
ditemukan berbagai permasalahan yang terjadi.
Kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh bank mengandung risiko. Pada
umumnya, risiko yang paling potensial dalam pembiayaan di perbankan adalah
risiko kredit, yaitu terjadinya nonperforming financing (pembiayaan bermasalah)
dan nonperforming loan (kredit macet). Risiko kredit muncul jika bank tidak bisa
memperoleh kembali cicilan pokok dan/atau bunga dari pinjaman yang diberikan
atau investasi yang sedang dilakukan.
Sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan
atau pembiayaan yang sehat untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian
kredit atau pembiayaan dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan
3
debitur untuk melunasi kewajiban sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan
faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank.
Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit atau
pembiayaan, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur.
Sehubungan dengan itu, bank harus memiliki serta menerapkan pedoman
perkreditan atau pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan, dengan pokok-pokok pengaturan perkreditan atau
pembiayaan yang memuat antara lain:
1. Pemberian kredit atau pembiayaan dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis.
2. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur
yang diperoleh dari penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan,
modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur.
3. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit
atau pembiayaan.
4. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur
dan persyaratan kredit atau pembiayaan.
5. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan dengan persyaratan
yang berbeda kepada debitur dan/atau pihak terafiliasi, dan
6. Penyelesaian sengketa.
Menurut Muslih, dkk (2016:15), manajemen risiko adalah suatu cara dalam
mengorganisir suatu risiko yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun
yang belum diketahui atau yang tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan
risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan
menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Melihat pentingnya manajemen risiko bagi bank terlebih bagi produk KPR BTN,
maka penulis merasa tertarik untuk meneliti dan kemudian menuangkannya dalam
bentuk penulisan ilmiah dengan judul “Analisis Manajemen Risiko Produk
Kredit Pemilikan Rumah Pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Kantor Cabang Medan”.
4
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat ditarik pokok permasalahan yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan manajemen risiko kredit dari produk KPR pada PT Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan?
2. Bagaimana strategi yang paling efektif dalam mengatasi pembiayaan yang
bermasalah pada produk KPR di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang ditentukan di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko kredit dari produk KPR pada
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan.
2. Untuk mengetahui strategi yang paling efektif dalam mengatasi pembiayaan
yang bermasalah pada produk KPR di PT Bank Tabungan Negara (Persero)
Tbk. Kantor Cabang Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk Penulis
Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis dalam menerapkan
pengetahuan teoritis yang dimiliki dan diperoleh penulis selama kuliah
kedalam praktek di bidang perbankan.
2. Untuk Perusahaan yang Bersangkutan
Bagi perusahaan yang bersangkutan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai refrensi atau masukan dalam hal penerapan manajemen risiko produk
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada periode-periode selanjutnya.
3. Untuk Politeknik Negeri Medan
Sebagai bahan perbandingan dan masukan untuk penelitian selanjutnya serta
menambah wawasan tentang manajemen risiko produk Kredit Pemilikan
5
Rumah (KPR) pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang
Medan.
1.5 Batasan Penelitian
Agar pembahasan tidak meluas maka perlu adanya pembatasan masalah dalam
penulisan penelitian ini, dengan demikian penulis membuat batasan masalah
sebagai berikut :
1. Produk yang diteliti adalah produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan.
2. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan bagian kredit di PT Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Bank
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998
tentang Perbankan, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
2.2 Kegiatan Utama Bank
Menurut Kasmir (2014:13), usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama, yaitu :
1. Menghimpun Dana
Kegiatan menghimpun dana dan meyalurkan dana merupakan kegiatan pokok
perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah
merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas. Pengertian menghimpun
dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara
membeli dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.
Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara
memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya. Jenis
simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah simpanan giro, tabungan,
sertifikat deposito, serta deposito berjangka dimana masing-masing jenis
simpanan yang ada memiliki kelebihan dan keuntungan tersendiri. Kegiatan
penghimpunan dana ini sering disebut dengan istilah funding.
2. Menyalurkan Dana
Menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat
simpanan giro, tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman
(kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan
bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan penyaluran dana ini juga
dikenal dalam perbankan dengan istilah Lending. Dalam pemberian kredit,
disamping dikenakan bunga bank juga mengenakan jasa pinjaman kepada
7
penerima kredit (debitur) dalam bentuk biaya administrasi serta biaya provisi
dan komisi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah
berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal.
3. Memberikan Jasa Bank Lainnya
Pengertian jasa lainnya merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan
perbankan. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran
kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan
langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung. Jasa
perbankan lainnya antara lain sebagai berikut :
1. Jasa Setoran seperti setoran telepon, listrik, air, atau uang kuliah.
2. Jasa Pembayaran seperti pembayaran gaji, pension atau hadiah.
3. Jasa Pengiriman Uang (Transfer).
4. Jasa Penagihan (Inkaso).
5. Jasa Kliring (Clearing).
6. Jasa Penjualan Mata Uang Asing (Valas).
7. Jasa Penyimpanan Dokumen (Safe Deposit Box).
8. Jasa Cek Wisata (Travellers Cheque).
9. Jasa Kartu Kredit (Bank Card).
10. Jasa-jasa yang ada di pasar modal seperti penjamin emisi dan pedagang
efek.
11. Jasa Letter of Credit (L/C).
12. Jasa Bank Garansi dan Refrensi Bank
13. Serta jasa bank lainnya.
Banyaknya jenis jasa yang ditawarkan sangat tergantung dari kemampuan bank
masing-masing. Semakin mampu bank tersebut, semakin banyak ragam produk
yang ditawarkan. Kemampuan bank dapat dilihat dari segi permodalan,
manajemen serta fasilitas sarana dan prasarana yang dimilikinya.
8
2.3 Sumber Dana Bank
Menurut Kasmir (2014:51), secara garis besar sumber dana bank dapat diperoleh
dari :
1. Dana yang Bersumber dari Bank Itu Sendiri
Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah
dana yang diperoleh dari dalam bank. Perolehan dana ini biasanya digunakan
apabila bank mengalami kesulitan untuk memperoleh dana dari luar. Kemudian
dana ini dapat pula dicari sesuai dengan tujuan bank. Misalnya, apabila bank
hendak melakukan usaha atau mengganti berbagai sarana dan prasarana yang
lama dengan yang baru.
2. Dana yang Berasal dari Masyarakat Luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank
dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya
dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika
dibandingkan dengan sumber lainnya. Mudah dikarenakan asal dapat
memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan dapat memberikan fasilitas
menarik lainnya seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan, menarik dana
dari sumber ini tidak terlalu sulit. Kemudian keuntungan lainnya dana yang
tersedia di masyarakat tidak terbatas. Kerugiannya adalah dana dari sumber ini
relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri baik untuk biaya bunga
maupun biaya promosi.
3. Dana yang Bersumber dari Lembaga Lain
Dalam praktiknya, sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank
mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas.
Pencarian dari sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya
sementara waktu saja. Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk
membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu.
9
2.4 Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko
Pengertian Risiko
Dalam buku Muslih, dkk (2016:1), disebutkan beberapa pengertian risiko dari
para ahli, yaitu :
1) Menurut Arthur Williams dan Richard, M. H., risiko adalah suatu variasi dari
hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu.
2) Menurut A. Abas Salim, risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang
mungkin melahirkan peristiwa kerugian (Loss).
3) Menurut Herman Darmawi, risiko adalah probabilitas suatu hasil yang
berbeda dengan yang diharapkan.
4) Menurut Sri Redjeki Hartono, risiko adalah suatu ketidakpastian di masa yang
akan datang tentang kerugian.
Pengertian Manajemen Risiko
Dalam buku Muslih, dkk (2016:14), disebutkan beberapa pengertian manajemen
risiko menurut beberapa ahli, yaitu :
1) Smith (1990), manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam asset
dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
2) Clough and Sears (1994), manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu
pendekatan yang komperehensif untuk menangani semua kejadian yang
menimbulkan kerugian.
3) William, et.al., (1995), manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari
manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan
menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
4) Dorfman (1998), manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis
dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko adalah suatu
cara dalam mengorganisir suatu risiko yang akan dihadapi baik itu sudah
diketahui maupun yang belum diketahui atau yang tak terpikirkan yaitu dengan
cara memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek
10
negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Manajemen risiko juga bisa disebut suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman.
2.5 Jenis-jenis Risiko
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 mengenai Perubahan atas
PBI No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen
Risiko, terdapat 8 jenis risiko yang wajib dikelola atau dipertimbangkan oleh
Bank Umum yaitu:
1. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada bank.
2. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif
termasuk transaksi derivative, akibat perubahan secara keseluruhan dari
kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option.
3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari
asset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu
aktivitas dan kondisi keuangan bank.
4. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau
adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
5. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek
yuridis.
6. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
11
7. Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
8. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
2.6 Tujuan Manajemen Risiko
Menurut Muslih, dkk ( 2016:18), tujuan yang ingin dicapai oleh Manajemen
Risiko dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Tujuan sebelum terjadinya peril (kerugian)
Tujuan yang ingin dicapai yang menyangkut hal-hal sebelum terjadinya peril ada
beberapa macam, antara lain :
1) Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya : upaya untuk menanggulangi
kemungkinan kerugian dengan cara yang paling ekonomis, yang dilakukan
melalui analisa keuangan terhadap biaya program keselamatan, besarnya premi
asuransi, biaya dari bermacam-macam teknik penanggulangan risiko.
2) Hal-hal yang bersifat non ekonomis, yaitu upaya untuk mengurangi
kecemasan, sebab adanya kemungkinan terjadinya peril tertentu dapat
menimbulkan kecemasan dan ketakutan, sehingga dengan adanya upaya
penanggulangan maka kondisi itu dapat diatasi.
3) Tindakan penanggulangan risiko dilakukan untuk memenuhi kewajiban yang
berasal dari pihak ketiga/pihak luar perusahaan, seperti :
(1) Memasang/memakai alat-alat keselamatan kerja tertentu di tempat
kerja/pada waktu waktu bekerja untuk menghindari kecelakaan kerja,
misalnya : pemasangan rambu-rambu, pemakaian alat pengaman (misal
: gas masker) untuk memenuhi ketentuan yang tercantum dalam
Undang-undang Keselamatan Kerja.
12
(2) Mengasuransikan aktiva yang digunakan sebagai agunan, yang
dilakukan oleh debitur untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan
oleh kreditur.
2. Tujuan setelah terjadinya peril (kerugian)
Pada pokoknya mencakup terkena peril, yang dapat berupa :
1) Menyelamatkan operasi perusahaan, artinya manajer risiko harus
mengupayakan pencarian strategi bagaimana agar kegiatan tetap berjalan
sehabis perusahaan terkena peril, meskipun untuk sementara waktu yang
beroperasi hanya sebagian saja.
2) Mencari upaya-upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut sesudah
perusahaan terkena peril. Hal ini sangat penting terutama untuk perusahaan
yang melakukan pelayanan terhadap masyarakat secara langsung, misalnya :
bank, sebab bila tidak akan menimbulkan kegelisahan dan nasabahnya bisa
lari ke perusahaan pesaing.
3) Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir, meskipun tidak
sepenuhnya, paling tidak cukup untuk menutup biaya variabelnya. Untuk
mencapai tujuan ini bilamana perlu perusahaan untuk sementara melakukan
kegiatan usaha di tempat lain.
4) Mengusahakan tetap berlanjutnya pengembangan usaha bagi perusahaan yang
sedang melakukan pengembangan usaha, misalnya : yang sedang
memproduksi barang baru atau memasuki pasar baru. Jadi harus berupaya
untuk mengatur strategi agar pengembangan yang sedang dirintis tetap bisa
berlangsung. Sebab untuk melakukan perintisan tersebut sudah dikeluarkan
biaya yang tidak kecil.
5) Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial dari perusahaan.
Artinya harus dapat menyusun kebijaksanaan untuk meminimumkan
pengaruh buruk dari suatu peril yang diderita perusahaan terhadap
karyawannya, para pelanggan/penyalur, para pemasok dan sebagainya.
Artinya akibat dari peril jangan sampai menimbulkan masalah sosial,
misalnya jangan sampai mengakibatkan terjadinya pengangguran.
13
2.7 Proses Manajemen Risiko
Menurut Otoritas Jasa Keuangan dalam Rustam (2017:20), proses manajemen
risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko
yang timbul dari seluruh kegiatan usaha.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima pilihan mengelola
risiko, yaitu menghindari risiko (avoid), menerima (accept) risiko,
meminimalisasi risiko, memindahkan (transfer) risiko, ke asuransi misalnya, dan
menyebar (spread) risiko.
Seluruh perusahaan di Indonesia idealnya harus melakukan proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko terhadap seluruh faktor risiko,
baik kuantitatif maupun kualitatif, yang berpengaruh secara signifikan terhadap
kondisi keuangan perusahaan.
Keseluruhan tahapan pelaksanaan proses manajemen risiko wajib didukung oleh
sistem informasi manajemen risiko yang tepat waktu dan laporan yang akurat dan
informatif mengenai kondisi keuangan perusahaan, kinerja aktivitas fungsional,
dan eksposur risiko perusahaan.
2.8 Identifikasi Risiko Kredit
Menurut Rustam (2017:162), dalam mengidentifikasi risiko kredit perlu
dipertimbangkan hasil penilaian kualitas kredit berdasarkan analisis terhadap
prospek usaha, kinerja keuangan, dan kemampuan membayar debitur.
Dalam mengidentifikasi risiko kredit untuk kegiatan treasury dan investasi,
penilaian risiko kredit juga harus memerhatikan jenis transaksi, karakteristik
instrumen, dan likuiditas pasar, serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
risiko kredit.
Gambar 2.1
Proses Manajemen Risiko
Sumber : Rustam (2017:20)
1.
Identifikasi
2.
Pengukuran
3.
Pemantauan
4.
Pengendalian
14
Khusus untuk risiko konsentrasi kredit, lembaga keuangan juga harus
mengidentifikasi penyebab risiko konsentrasi kredit akibat faktor idionsinkratik
(faktor yang secara spesifik terkait pada masing-masing debitur) dan faktor
sistematik (faktor-faktor ekonomi makro dan faktor keuangan yang dapat
mempengaruhi kinerja dan atau kondisi pasar).
2.9 Pengukuran Risiko Kredit
Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2016
tanggal 29 Januari 2016 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dalam
Rustam (2017:165), terdapat dua model pengukuran risiko kredit. Pendekatan itu
adalah pendekatan terstandarisasi (standardized approach) dan pendekatan
berdasarkan internal rating (internal rating based approach). Untuk penerapan
tahap awal perhitungan aset tertimbang menurut risiko, wajib dilakukan
menggunakan pendekatan standar.
2.10 Pemantauan Risiko Kredit
Menurut Rustam (2017:174), lembaga keuangan harus mengembangkan dan
menerapkan sistem informasi dan prosedur yang komperehensif untuk memantau
komposisi dan kondisi setiap debitur atau pihak lawan transaksi terhadap seluruh
portofolio kredit.
Sistem tersebut harus sejalan dengan karakterisitik, ukuran, dan kompleksitas
portofolio. Prosedur pemantauan harus mampu untuk menjamin bahwa aset
bermasalah ataupun transaksi lainnya untuk menjamin bahwa asset yang
bermasalah tersebut mendapat perhatian yang lebih, termasuk tindakan
penyelamatan serta pembentukan cadangan yang cukup.
2.11 Pengendalian Risiko Kredit
Menurut Rustam (2017:174), pengendalian risiko kredit dapat dilakukan melalui
beberapa cara, antara lain mitigasi risiko, pengelolaan posisi dan risiko portfolio
secara aktif, penetapan target batasan risiko konsentrasi dalam rencana tahunan
lembaga keuangan, penetapan tingkat kewenangan dalam proses persetujuan
15
penyediaan dana, dan analisis konsentrasi secara berkala paling sedikit satu kali
dalam setahun.
2.12 Pengertian Risiko Kredit
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dalam Rustam (2017:153), dinyatakan
risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan pihak lain dalam memenuhi kewajiban
kepada lembaga keuangan yang memberikan kredit sesuai dengan perjanjian yang
disepakati.
Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas bisnis perusahaan yang
beroperasi sebagai lembaga keuangan. Pada sebagian besar lembaga keuangan,
pemberian kredit merupakan sumber risiko kredit yang terbesar. Selain itu
penyaluran kredit, lembaga keuangan menghadapi risiko kredit dari berbagai
instrumen keuangan, seperti surat berharga, akseptasi, transaksi antar bank,
transaksi kredit perdagangan, transaksi nilai tukar dan derivatif serta kewajiban
komitmen dalam kontigensi.
2.13 Fungsi Kredit
Menurut Otoritas Jasa Keuangan dalam Kajian Perlindungan Konsumen Sektor
Jasa Keuangan Kredit Pemilikan Rumah, kredit memiliki fungsi yang pada
dasarnya merupakan pelayanan kepada masyarakat baik individu, pengusaha,
lembaga, dan badan usaha yang membutuhkan dana dalam memenuhi
kebutuhannya untuk meningkatkan usahanya. Adapun fungsi kredit secara
terperinci adalah sebagai berikut :
1. Kredit dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa.
2. Kredit merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund.
3. Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru.
4. Kredit sebagai alat pengendali harga.
5. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.
2.14 Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Menurut Otoritas Jasa Keuangan dalam Kajian Perlindungan Konsumen Sektor
Jasa Keuangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), pengertian KPR merupakan
16
produk kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah untuk pembelian rumah.
Namun pada perkembangannya oleh pihak perbankan fasilitas KPR saat ini
dikembangkan menjadi fasilitas kredit yang juga dapat digunakan untuk keperluan
renovasi dan/atau pembangunan rumah. Ada 2 (dua) jenis KPR, yaitu :
1. KPR Subsidi
KPR Subsidi adalah KPR yang disediakan oleh bank sebagai bagian dari program
pemerintah atau Jamsostek, dalam rangka memfasilitasi pemilikan atau pembelian
rumah sederhana sehat (RS Sehat/RSH) oleh masyarakat berpenghasilan rendah
sesuai kelompok sasaran. Adapun yang akan dikenakan subsidi adalah suku bunga
kredit atau uang muka. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, masyarakat berpenghasilan rendah
mendapatkan dukungan kepemilikan rumah melalui kebijakan kemudahan
dan/atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah. Terkait kemudahan
dan/atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah tersebut selanjutnya diatur
dalam sebuah peraturan menteri yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 21/Prt/M/2016 tentang
Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah. Pada Peraturan Menteri tersebut diatur beberapa hal, diantaranya adalah:
1) Kemudahan dan/atau bantuan perolehan rumah.
2) Fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan.
3) Subsidi bunga kredit perumahan.
4) Subsidi bantuan uang muka.
5) Pemanfaatan rumah sejahtera tapak dan satuan rumah sejahtera susun.
6) Pengembalian kemudahan dan/atau bantuan perolehan rumah.
2. KPR Non Subsidi
KPR Non Subsidi adalah produk KPR yang disalurkan oleh perbankan yang
diperuntukkan bagi seluruh masyarakat dimana penentuan besarnya kredit
maupun suku bunga dilakukan sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan,
dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. KPR Non Subsidi diberikan kepada konsumen berdasarkan harga jual
rumah yang ditentukan oleh developer.
17
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor
Cabang Medan dengan lokasi perusahaan berada di Jl. Pemuda No. 10 A.
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019 sampai dengan bulan
Agustus 2019. Rincian kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Waktu Kegiatan Penulisan Tugas Akhir
Sumber : Pedoman Tugas Akhir Tahun 2019
No Kegiatan
Waktu Kegiatan Penulisan Tugas Akhir
April Mei Juni Juli Agustus
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pengumpulan
Data
3 Tabulasi Dan
Analisa Data
4
Menyusun
Konsep
Laporan
5
Konsultasi
pada
Pembimbing
6 Sidang Tugas
Akhir
7
Perbaikan
Laporan
Tugas Akhir
18
3.2 Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan penulis adalah :
1. Data Primer.
“Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh
peneliti” (Sanusi, 2011:104). Data primer dalam penelitian ini diperoleh
penulis dari hasil wawancara langsung kepada bagian kredit (Consumer Loan
Service) pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang
Medan.
2. Data Sekunder.
“Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak
lain” (Sanusi, 2011:104). Data sekunder dalam penelitian ini dikumpulkan
penulis dari berbagai sumber yang telah ada. Dalam hal ini penulis
mengumpulkan data dari buku dan internet yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data wawancara,
dan dokumentasi.
1. Wawancara
Menurut Nazir (2014 : 170), Wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Menurut Nazir ( 2014 : 182), terdapat 2 jenis pertanyaan, yaitu :
1) Pertanyaan Berstruktur
Pertanyaan berstruktur adalah pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa
sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa
alternatif saja ataupun kepada satu jawaban saja. Jawaban yang paling
mudah terhadap pertanyaan berstruktur adalah “Ya” atau “Tidak”.
2) Pertanyaan Terbuka / Tidak Berstruktur
Pertanyaan terbuka atau pertanyaan tidak berstruktur adalah pertanyaan
yang dibuat sedemikian rupa dan jawabannya serta cara pengungkapannya
19
dapat bermacam-macam. Bentuk pertanyaan ini jarang digunakan dalam
schedule atau kuesioner, tetapi banyak digunakan dalam interview guide.
Maka, dalam penelitian ini penulis menggunakan pertanyaan terbuka/tidak
berstruktur dengan mewawancarai secara langsung karyawan PT Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan.
2. Dokumentasi
“Cara dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari
berbagai sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan” (Sanusi, 2011:114).
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan membaca buku, dan
mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperoleh dari PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan.
3.4 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam menjawab permasalahan yang
terdapat pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, dengan
menggambarkan data yang diperoleh atau dengan kalimat yang kemudian disusun
berdasarkan urutan pembahasan yang telah direncanakan. Menurut Salim (2006 :
22-23), dapat dijelaskan secara ringkas teknik analisis data kualitatif sebagai
berikut :
1. Reduksi data, dalam tahap ini penulis melakukan pemilihan dan pemusatan
perhatian terhadap data yang akan diperoleh sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
2. Penyajian data, penulis mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun
untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, penulis berusaha menarik kesimpulan
dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang
diperolehnya dari lapangan.
Untuk menerapkan analisis ini dilakukan proses tahapan pengumpulan data,
penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil
wawancara yang dilakukan peneliti selanjutnya diolah dalam bentuk transkrip
wawancara dan pengkodean hasil wawancara.
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Cikal bakal BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di Batavia pada
tahun 1897. Pada tahun 1942, sejak masa pendudukan Jepang di Indonesia, bank
ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku atau Chokinkyoku (貯金局).
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia bank ini diambil alih oleh pemerintah
Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama dan bentuk
perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 1963
diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini.
Sejarah BTN:
Gambar 4.1
POSTPAARBANK
Sumber : www.btn.co.id
1897 : Kelahiran BTN Jaman Belanda
Bank BTN adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang berbentuk
perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan perbankan. Cikal
bakal Bank BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di Batavia
pada tahun 1897, pada masa pemerintah Belanda.
21
1942 : Kelahiran Bank BTN Pada Masa Pemerintahan Jepang
Pada 1 April 1942 Postparbank diambil alih pemerintah Jepang dan diganti
namanya menjadi Tyokin Kyoku.
1950 : Kelahiran Bank BTN Pada Masa Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan diproklamasikan, maka Tyokin Kyoku diambil alih
oleh pemerintah Indonesia, dan namanya diubah menjadi Kantor
Tabungan Pos RI. Usai dikukuhkannya, Bank Tabungan Pos RI ini sebagai
satu-satunya lembaga tabungan di Indonesia, pada tanggal 9 Februari 1950
pemerintah mengganti namanya dengan nama Bank Tabungan Pos.
1963 : Kelahiran Bank BTN Pada Masa Diperalihan Zaman
Tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal Bank BTN.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 4 tahun
1963 Lembaran Negara Republik Indonesia No. 62 tahun 1963 tanggal 22
Juni 1963, maka resmi sudah nama Bank Tabungan Pos diganti namanya
menjadi Bank Tabungan Negara. Dalam periode ini posisi Bank BTN telah
berkembang dari sebuah unit menjadi induk yang berdiri sendiri.
1974 : Mulai Berdirinya Bank BTN dari Sebuah Unit Menjadi Induk
Kemudian sejarah Bank BTN mulai diukir kembali dengan ditunjuknya
oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 29 Januari 1974 melalui Surat
Menteri Keuangan RI No. B-49/MK/I/1974 sebagai wadah pembiayaan
proyek perumahan untuk rakyat. Sejalan dengan tugas tersebut, maka
mulai 1976 mulailah realisasi KPR (Kredit Pemilikan Rumah) pertama
kalinya oleh Bank BTN di negeri ini. Waktu demi waktu akhirnya terus
mengantar Bank BTN sebagai satu-satunya bank yang mempunyai
konsentrasi penuh dalam pengembangan bisnis perumahan di Indonesia
melalui dukungan KPR BTN.
1994 : Awal Mula Bank BTN Saat Ini
Sayap Bank BTN pun makin melebar pada tahun 1989 Bank BTN sudah
mengeluarkan obligasi pertamanya. Pada tahun 1992 status Bank BTN ini
menjadi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) karena sukses Bank BTN
22
dalam bisnis perumahan melalui fasilitas KPR tersebut. Status persero ini
memungkinkan Bank BTN bergerak lebih luas lagi dengan fungsinya
sebagai bank umum (komersial). Demi mendukung bisnis KPR tersebut,
Bank BTN mulai mengembangkan produk-produk layanan perbankan
sebagaimana layaknya bank umum (komersial).
1994 : Perkembangan Pelayanan Bank BTN
Sukses Bank BTN dalam bisnis KPR juga telah meningkatkan status Bank
BTN sebagai bank Konvensional menjadi Bank Devisa pada tahun 1994.
Layanan bank dalam bentuk penerbitan Letter of Credit (L/C), pembiayaan
usaha dalam bentuk Dollar, dan lain lain bisa diberikan Bank BTN dengan
status tersebut. Dengan status baru ini tidak membuat Bank BTN lupa akan
fungsi utamanya sebagai penyedia KPR untuk masyarakat menengah
kebawah. Bank BTN pun makin melebar pada tahun 1989 Bank BTN
sudah mengeluarkan obligasi pertamanya.
2002 : Kepercayaan Pemerintah Terhadap Bank BTN
Berdasarkan kajian konsultan independent, Price Water House Coopers,
Pemerintah melalui Menteri BUMN dalam surat No. 5 – 544/MMBU/2002
memutuskan Bank BTN sebagai bank umum dengan fokus bisnis
pembiayaan perumahan tanpa subsidi.
2009 : Bank BTN Di Pasar Terbuka
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
mengeluarkan pernyataan efektif terhadap produk investasi baru berbasis
sekuritisasi. Produk itu adalah EBA Danareksa Sarana Multigriya
Finansial I - Kredit Kepemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (SMF I-
KPR BTN). Di tahun yang sama juga Bank BTN melakukan Penawaran
Umum Saham Perdana (IPO) dan listing di Bursa Efek Indonesia.
2017 : Bank BTN Sekarang
Kepercayaan masyarakat dan pemerintah terhadap Bank BTN telah
mengantarkan Bank BTN mendapatkan penghargaan dalam ajang
Anugerah Perbankan Indonesia VI 2017 sebagai Peringkat 1 Bank Terbaik
23
Indonesia 2017. Dengan adanya penghargaan tersebut akan mengukuhkan
optimisme perseroan untuk mampu melanjutkan catatan kinerja positif dan
mencapai target bisnis perseroan pada tahun tahun berikutnya.
4.1.2 Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan
4.1.2.1 Visi dan Misi Bank BTN
Visi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. adalah terdepan dan terpercaya
dalam memfasilitasi sektor perumahan dan jasa layanan keuangan keluarga.
Untuk melakukan visi tersebut, PT Bank Tabungan Negara menetapkan 6
(enam) misi yang harus dilaksanakan, yaitu:
1. Berperan aktif dalam mendukung sektor perumahan, baik dari sisi penawaran
maupun dari sisi permintaan, yang terintegrasi dalam sektor perumahan di
Indonesia.
2. Memberikan layanan unggul dalam pembiayaan kepada sektor perumahan dan
kebutuhan keuangan keluarga.
3. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk,
jasa dan jaringan strategis berbasis digital.
4. Menyiapkan dan mengembangkan human capital yang berkualitas, profesional,
dan memiliki integritas tinggi.
5. Meningkatkan shareholder value dengan fokus kepada peningkatan
pertumbuhan profitabilitas sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan good
corporate governance.
6. Memedulikan kepentingan masyarakat sosial dan lingkungan secara
berkelanjutan.
4.1.2.2 Logo BTN Beserta Maknanya
Logo merupakan tanda yang memberikan arti tersendiri bagi perusahaan yang
bersangkutan. Logo bisa berbentuk gambar, kata-kata, inisial huruf, angka,
susunan warna, maupun kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut. Demikian pula
halnya pada PT Bank Tabungan Negara yang memiliki logo berbentuk pola segi
enam.
24
Gambar 4.2
Logo PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Sumber: www.btn.co.id
Logo BTN mengambil pola Segi Enam. Pola ini mengambil bentuk Sarang Lebah,
yang menyiratkan adanya kegiatan menabung pada masyarakat, sebagaimana
halnya lebah yang selalu menyimpan madu perolehannya. Dengan lambang ini,
BTN melaksanakan pembangunan nasional dengan mengerahkan dana masyarakat
berbentuk tabungan.
Pola ini juga menyiratkan “Atap Rumah” yang menjadi citra dan misi utama BTN,
sebagai pelaksana KPR bagi masyarakat.
4.1.2.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang
Medan adalah struktur organisasi fungsional. Hal ini dapat dilihat pada bagan
struktur organisasi PT.Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang
Medan berikut ini :
Gambar 4.3
Struktur Organisasi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Sumber: www.btn.co.id
25
4.1.2.4 Kegiatan yang Dilakukan Bank BTN
Adapun kegiatan yang sedang dilakukan Bank BTN saat ini adalah
memperkenalkan dan melaksanakan beberapa macam produk perbankan kepada
nasabah. Adapun produk-produk dari PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
adalah sebagai berikut :
4.1.2.4.1 Produk Dana :
1. Tabungan
Produk Dana Tabungan terdiri dari beberapa macam yaitu :
1) Tabungan Batara Umum
Tabungan dengan berbagai kemudahan transaksi untuk menunjang
aktivitas keuangan nasabah dengan tujuan untuk keperluan sehari-hari
sekaligus dapat digunakan untuk pembayaran angsuran KPR dan kredit
lainnya.
2) Tabungan Batara Prima
Tabungan investasi dengan berbagai keuntungan yang mengantarkan
nasabah pada kehidupan yang lebih baik dengan tujuan untuk keperluan
tabungan investasi dengan benefit berupa bonus bunga dan point
reward.
3) Tabungan E-batara pos
Merupakan produk tabungan Bank BTN yang diselenggarakan
bekerjasama dengan PT Pos Indonesia (Persero) melalui loket kantor
pos yang telah ditentukan.
4) Tabungan BTN Junior
Tabungan untuk edukasi menabung bagi anak-anak usia sampai 12
tahun dengan tujuan mendidik, memperkenalkan dan menumbuhkan
budaya menabung sejak dini.
5) Tabungan BTN Juara
Tabungan untuk edukasi dan sesuai dengan kebutuhan generasi muda
usia 12 sampai dengan 23 tahun dengan tujuan untuk mengedukasi,
menunjang kebutuhan para remaja dalam hal prestasi, kreasi dan
kreatifitas.
26
6) Tabungan Haji Nawaitu (Haji)
Merupakan tabungan yang khusus diperuntukan kepada calon jemaah
haji yang akan menjalankan ibadah haji dengan program
penyelenggaraan haji yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian
Agama.
7) Tabungan BTN Payroll
Tabungan batara yang khusus digunakan untuk nasabah yang memakai
fasilitas payroll Bank BTN.
8) Tabungan BTN Batara Pensiunan
Tabungan yang diperuntukkan bagi para pensiunan sebagai sarana
penerimaan pensiun setiap bulan yang dibayarkan oleh PT Taspen
(Persero).
2. Deposito
Sertifikat deposito merupakan simpanan dalam bentuk deposito berjangka,
dimana uang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan.
3. Deposito Berjangka
Deposito berjangka memberikan manfaat sebagai jaminan kredit, bunga
deposito dan diklasifikasikan ke dalam nilai pokok atau pemindahbukuan
untuk pembayaran angsuran rumah, rekening listrik, telepon, air.
4. Giro
Giro merupakan simpanan pihak ketiga kepada bank yang penyetorannya dan
penarikannya dapat dilakukan setiap saat secara tunai maupun non tunai.
4.1.2.4.2 Produk Penyaluran Dana :
1. Produk Kredit Konsumer
1) KPR BTN Sejahtera FLPP
Kredit Pemilikan Rumah program kerjasama dengan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat dengan suku bunga rendah dengan cicilan
ringan dan tetap sepanjang jangka waktu kredit, terdiri atas KPR untuk
pembelian rumah tapak dan rumah susun.
27
2) KPR BTN Platinum
Kredit Pemilikan Rumah dari Bank BTN untuk keperluan pembelian rumah
dari developer ataupun non developer. Baik untuk pembelian rumah baru
atau second, pembelian rumah belum jadi (indent) maupun take over kredit
dari bank lain.
3) Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) BTN
KPA BTN adalah kredit pemilikan apartemen dari Bank BTN untuk
keperluan pembelian apartemen, baik untuk pembelian baru atau second,
pembelian apartemen belum jadi (indent) maupun take over kredit dari bank
lain.
4) Kredit Agunan Rumah
Kredit Agunan Rumah (KAR BTN) adalah fasilitas kredit dari Bank BTN
yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan konsumtif dengan
menjaminkan rumah tinggal/apartemen/ruko/rukan milik nasabah.
5) Kredit Ringan BTN (KRING) BTN
Berbagai kebutuhan karyawan Perusahaan/Instansi dapat difasilitasi dengan
KRING BTN, cukup dengan SK pegawai nasabah. Kredit Ringan (KRING
BTN) adalah kredit dengan cicilan ringan untuk karyawan
perusahaan/instansi tanpa agunan, hanya dengan mengajukan SK pegawai
nasabah.
6) Kredit Ruko BTN
Kredit Pemilikan Ruko (KP Ruko) dengan fasilitas yang menguntungkan
bagi para usahawan untuk memiliki tempat usaha sekaligus tempat tinggal.
7) Kredit Swadana
Fasilitas Kredit Swadana BTN yang suku bunga kreditnya sangat fleksible
memanfaatkan suku bunga dana nasabah. Swadana BTN adalah fasilitas
kredit yang diberikan kepada nasabah dengan jumlah berupa tabungan
maupun deposito yang disimpan di Bank BTN.
28
8) Produk Kredit Commercial
(1) Kredit Yasa Griya/Kredit Konstruksi (KYG)
Kredit Modal Kerja yang diberikan oleh Bank BTN kepada
developer untuk membantu modal kerja pembiayaan pembangunan
proyek perumahan.
(2) Kredit Modal Kerja-Kontraktor (KMK-Kontraktor)
Kredit Modal Kerja yang diberikan oleh Bank BTN kepada
kontraktor atau pemborong untuk membantu modal kerja didalam
menyelesaikan pekerjaan borongan sesuai dengan kontrak kerja.
(3) Kredit Modal Kerja
Kredit Usaha Industri perdagangan dan jasa atau yang berhubungan
dengan pengadaan maupun proses produksi sampai dengan barang
tersebut dijual.
(4) Kredit Investasi
Kredit yang diberikan kepada Perseroan Terbatas, CV, Koperasi,
Yayasan, dan Perorangan, dalam rangka pembiayaan investasi, baik
investasi baru, perluasan, modernisasi atau rehabilitasi.
(5) Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit modal kerja atau investasi kepada debitur yang bergerak
dalam bidang usaha yang menurut skalanya berstatus sebagai usaha
mikro, kecil, dan menengah guna pembiayaan usaha produktif.
(6) Kredit Usaha Mikro dan Kecil (KUMK)
Kredit modal kerja/investasi sektor usaha kecil, mikro, dan
menengah.
(7) Kredit Linkage
Kredit diberikan kepada koperasi/BPR untuk diterus pinjamkan ke
anggota atau nasabah.
29
4.1.2.4.3 Jasa dan Layanan Bank BTN
1. Kartu ATM BTN
Kartu ATM BTN merupakan fasilitas layanan kartu bagi nasabah tabungan dan
giro (Rp-Perorangan) di Bank BTN yang memberikan kemudahan bagi
nasabah dalam memenuhi berbagai macam kebutuhan transaksi melalui mesin
ATM seperti tarik tunai, pembayaran tagihan, dan sebagainya.
2. Kiriman uang
Fasilitas jasa pelayanan Bank BTN untuk pengiriman uang dalam bentuk
rupiah maupun mata uang asing yang ditujukan kepada pihak lain disuatu
tempat (dalam/luar negeri).
3. Inkaso
1) Inkaso Dalam Negeri merupakan jasa pelayanan Bank BTN untuk
melakukan penagihan kepada pihak ketiga atas inkaso tanpa dokumen di
tempat lain di dalam negeri.
2) Inkaso Luar Negeri (collection) merupakan jasa pelayanan Bank BTN
untuk menagihkan pembayaran atas suatu warkat/dokumen berharga
kepada pihak ketiga yang berada di luar negeri menggunakan jasa bank
koresponden.
4. Safe Deposit Box
Sarana penyimpanan barang/surat-surat berharga yang aman dan terjaga dari
resiko kebakaran, kejahatan, bencana alam, dan sebagainya.
5. Fasilitas Deposit
Fasilitas deposit merupakan fasilitas pemindahbukuan otomatis pada sistem
bank.
6. Money Changer
Adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang ingin menjual dan
membeli mata uang asing tertentu, yang mempunyai catatan kurs pada Bank
Indonesia.
30
7. Bank Garansi
Merupakan pernyataan yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan nasabah
untuk menjamin risiko tertentu yang timbul apabila nasabah tidak dapat
menjalankan kewajibannya dengan baik kepada pihak yang menerima jaminan.
8. Payment Point
Merupakan fasilitas layanan bagi nasabah untuk memudahkan dalam
membayar tagihan rutin.
9. Real Time Gross Settlement (RTGS)
Sistem transfer dana online dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya
dilakukan pertransaksi secara individual.
10. BTN Payroll
Merupakan layanan Bank BTN bagi pengguna jasa (Perusahaan, Perorangan,
dan Lembaga) dalam mengelola pembayaran gaji, THR dan bonus serta
kebutuhan finacial yang bersifat rutin bagi karyawan pengguna jasa.
11. SPP Online Perguruan Tinggi
SPP Online merupakan layanan bank BTN bagi Perguruan Tinggi/Sekolah
dalam menyediakan delivery channel menerima setoran biaya-biaya
pendidikan secara online.
12. Western Union.
Adalah fasilitas jasa layanan Bank BTN untuk pengiriman uang dalam bentuk
rupiah maupun mata uang asing yang dilakukan dari outlet yang bertanda
Western Union (luar/dalam negeri) ditujukan kepada pihak lain di dalam
negeri.
13. iMobile BTN
iMobile BTN merupakan fasilitas layanan transaksi perbankan yang dapat
diakses melalui handphone. Kini layanan iMobile BTN disajikan dengan menu
seperti ATM yang lebih banyak digunakan, nyaman, efektif dan aman.
31
4.2 Hasil Pengumpulan dan Pengolahan Data
Penerapan Manajemen Risiko Produk Kredit Pemilikan Rumah dan Strategi yang
Paling Efektif dalam Mengatasi Pembiayaan yang Bermasalah :
4.2.1 Reduksi Data
1. Bagaimana penerapan analisis manajemen risiko kredit pada PT Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan? Apakah ada SOP
yang digunakan?
2. Risiko apa yang biasanya sering terjadi?
3. Bagaimana langkah awal mengidentifikasi risiko, dan faktor apa saja yang
menjadi penyebab terjadinya risiko?
4. Bagaimana cara pengukuran tingkat risiko yang terjadi, dan data apa saja
yang mendukung pengukuran suatu risiko?
5. Berapa persen tingkat risiko kredit yang mungkin terjadi dari setiap KPR?
6. Adakah tim khusus yang dibentuk untuk memantau risiko kredit perumahan?
Apa saja yang dipantau dari kemungkinan terjadinya risiko?
7. Bagaimana strategi yang paling efektif dalam mengatasi pembiayaan yang
bermasalah pada produk KPR?
8. Bagaimana langkah meminimalisir dan mengendalikan sebuah risiko ?
Tindakan apa yang dilakukan kepada nasabah yang berisiko?
Pernyataan Hasil Reduksi :
(Suwandi, Consumer Loan Service PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Medan, wawancara pada tanggal 9 Juli 2019).
1. Penerapan analisis manajemen risiko di Bank BTN Kantor Cabang Medan
sebenarnya ada banyak. Kalau SOP yang digunakan pasti ada, namun untuk
SOP itu sendiri merupakan internal perusahaan, untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya risiko.
2. Risiko yang paling sering terjadi di Bank BTN Kantor Cabang Medan
khususnya untuk kredit KPR adalah yang pertama debitur menunggak, kedua
risiko reputasi yang disebabkan oleh banyaknya debitur yang mengadu ke
suatu lembaga seperti ke OJK, atau ke surat kabar, dan lainnya.
32
3. Langkah awal mengidentifikasi risiko bisa dilihat dari keseriusan calon
debitur. Hal tersebut dapat terlihat pada saat melakukan wawancara dan
bertatap muka langsung dengan si calon debitur, dari jawaban-jawaban yang
diberikan dapat diketahui apakah debitur tersebut benar-benar serius untuk
mengambil kredit, atau benar-benar serius untuk mengambil rumah dan
membutuhkan rumah tersebut. Melalui wawancara juga bisa dilihat kejujuran
calon debitur mengenai pekerjaan atau usaha yang dijalankan sehingga
perusahaan mengetahui kesanggupan calon debitur dalam membayar kredit.
Untuk faktor yang menjadi penyebab terjadinya risiko, yang pertama faktor
dari debiturnya sendiri. Contohnya faktor finansial, mungkin sekarang si
debitur masih bekerja hanya saja 3 tahun kemudian debitur dipecat dari
pekerjaannya. Yang kedua faktor dari eksternal, faktor eksternal tersebut
merupakan ketidakpuasan atas produk yang dibeli (kenyataan tidak sesuai
dengan ekspektasi).
4. Cara pengukuran tingkat risiko yang digunakan Bank BTN Kantor Cabang
Medan itu punya sistem tersendiri, yang disebut e-Loan sebagai intelijen
kredit. Caranya aplikasi e-Loan tersebut membandingkan antara realisasi
kredit yang terjadi dalam satu tahun dengan jumlah debitur yang menunggak
atau yang bermasalah pada tahun tersebut. Dan data apa saja yang
mendukung pengukuran suatu risiko itu adalah data realisasi kredit pada
tahun berjalan ditambah dengan jumlah debitur menunggak pada tahun
tersebut.
5. Tingkat risiko kredit yang terjadi biasanya dimaksimalkan harus di 0,5 % ke
bawah, tidak boleh melebihi angka 0,5%. Apabila kredit bermasalah sudah
lebih dari 0,5% maka dapat dikatakan kredit tersebut tidak sehat.
6. Bank BTN sudah pasti memiliki tim khusus di setiap kantor cabang. Tim
khusus tersebut dinamakan BRCO atau Branch Risk Coordinator Officer.
Tugas dari BRCO itu sendiri adalah mengambil sampel dari beberapa debitur
yang telah melakukan akad kredit untuk diuji kebenaran datanya. Yang
kemudian dijadikan sebagai tolak ukur dalam akad-akad selanjutnya.
Istilahnya bukan untuk mencari kesalahan tetapi untuk memperbaiki proses
kedepannya. Itu merupakan tugas daripada BRCO. Kemudian untuk
33
kemungkinan risiko yang terjadi, sebenarnya ada banyak seperti yang tadi
sudah dijelaskan sebelumnya, mungkin ada risiko finansial, risiko reputasi,
risiko hukum, dan lain sebagainya. Tapi yang paling sering terjadi yaitu risiko
finansial dan risiko reputasi.
7. Ada beberapa strategi yang dilakukan, pertama petugas yang berkewajiban
melakukan penagihan secara langsung. Penagihan langsung bisa dilakukan
dengan via telepon atau mungkin secara langsung mendatangi si debitur.
Kemudian yang kedua, apabila cara pertama sudah dilakukan tetapi si debitur
tidak juga membayar maka langkah selanjutnya dengan memberikan surat
peringatan (SP). Apabila surat peringatan sudah 3 kali dikeluarkan dan si
debitur tidak juga menanggapi, maka pihak bank akan melakukan
pemasangan plang pada rumah yang dibeli si debitur, dimana terdapat kata-
kata bahwasanya “rumah ini dalam perhatian bank”. Diharapkan dengan cara
seperti itu mungkin si debitur akan mendapat efek jerah, seperti salah satunya
malu dengan tetangga sehingga si debitur ada kemauan untuk membayar sisa
kreditnya kembali. Dan selama ini dengan melakukan cara-cara tersebut ada
sekitar 60% dari debitur mau membayar kembali tagihannya, tetapi terdapat
pula sekitar 40% yang malah melakukan hal sebaliknya. Istilahnya pihak
bank melakukan somasi, si debitur melakukan somasi balik terhadap pihak
bank. Dari hasil persentasi yang didapat yaitu sekitar 60% debitur yang mau
membayar kembali tagihannya, dapat dikatakan cara-cara tersebut cukup
efektif.
8. Sebelumnya pihak bank sudah melakukan wawancara dengan nasabah-
nasabah yang berisiko, dan mungkin secara data debitur tersebut terbukti
benar. Akan tetapi pihak bank masih menganggap debitur tersebut berisiko
tinggi. Jadi, yang pertama dilakukan pihak bank memastikan benar-benar
tempat bekerja si calon debitur, atau apabila si debitur memiliki usaha sendiri
pihak bank harus benar-benar memastikan usaha tersebut milik si pemohon
(usaha tersebut atas nama si pemohon) dengan memeriksa langsung ke
lapangan. Yang kedua dalam analisanya harus benar-benar diperketat, jadi
harus diperhatikan adakah nomor-nomor yang dapat dihubungi. Apabila
34
sudah kejadian akad kredit baru diketahui bahwasanya si debitur berisiko,
maka hal yang paling terakhir dilakukan adalah pelelangan.
4.2.2 Penyajian Data
4.2.3 Penarikan Kesimpulan
Pembiayaan kredit pemilikan rumah yang diberikan pihak bank mempunyai risiko
tersendiri, dimana yang pertama debitur (nasabah penerima kredit) dalam
melunasi kewajibannya menunggak membayar cicilan, kemudian yang kedua
pengaduan yang dilakukan debitur ke lembaga seperti OJK dan surat kabar dapat
merusak reputasi atau citra bank dimata publik. Sehingga untuk menghindari
ataupun meminimalisir terjadinya risiko tersebut bank menerapkan manajemen
risiko. Dan strategi yang paling efektif digunakan dalam mengatasi pembiayaan
yang bermasalah adalah dengan cara melakukan penagihan langsung melalui via
telepon atau mungkin secara langsung mendatangi si debitur. Kemudian apabila
cara tersebut sudah dilakukan tetapi si debitur tidak juga membayar maka langkah
selanjutnya dengan memberikan surat peringatan (SP). Apabila surat peringatan
Pro
ses
Man
ajem
en R
isik
o Identifikasi Risiko
Pengukuran Risiko
Pemantauan Risiko
Pengendalian Risiko
Wawancara
Aplikasi e-Loan
BRCO (Branch Risk
Coordinator Officer)
Prospek Usaha,
memperketat analisa
data, lelang.
Gambar 4.4
Proses Manajemen Risiko
Sumber : Data diolah, 2019
35
sudah 3 kali dikeluarkan dan si debitur tidak juga menanggapi, maka pihak bank
akan melakukan pemasangan plang pada rumah yang dibeli si debitur, dimana
terdapat kata-kata bahwasanya “rumah ini dalam perhatian bank”. Diharapkan
dengan cara seperti itu mungkin si debitur akan mendapat efek jerah , seperti salah
satunya malu dengan tetangga sehingga si debitur ada kemauan untuk membayar
sisa kreditnya kembali. Dari data yang telah dikumpulkan melalui wawancara
langsung dengan petugas kredit dari pihak bank, dapat dilihat dan ditarik
kesimpulan bahwa PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang
Medan menerapkan manajemen risiko yaitu dengan mengidentifikasi risiko,
kemudian melakukan pengukuran tingkat risiko, melakukan pemantauan risiko,
dan pengendalian risiko. Kesimpulan yang diambil dari data yang diolah telah
dapat dibandingkan dengan kenyataan dari teori dalam manajemen risiko,
walaupun ada sedikit perbedaan.
4.3 Pembahasan
Dari data yang telah dikumpulkan dan diolah oleh penulis, dapat dilihat
bagaimana bank dalam melakukan penerapan manajemen risiko dari pembiayaan
kredit pemilikan rumah. Dalam pembahasan ini, penulis akan melakukan
perbandingan dari teori proses manajemen risiko dengan kenyataannya atau
praktik proses manajemen risiko oleh pihak bank dengan menjabarkannya
kedalam sebuah tabel.
Tabel 4.1
Perbandingan Proses Manajemen Risiko Teori dan Praktek
No. Teori Praktik Analisis
1. Dalam mengidentifikasi
risiko kredit perlu
dipertimbangkan hasil
penilaian kualitas kredit
berdasarkan analisis
terhadap :
- Prospek usaha
Identifikasi Risiko:
- Melakukan
wawancara dan
bertatap muka
langsung dengan
calon debitur untuk
melihat keseriusan
Dalam proses
mengidentifikasi
risiko, di dalam
teori disebutkan
ada 3 hal yang
perlu
dipertimbangkan
36
Lanjutan Tabel 4.1
No. Teori Praktik Analisis
- Kinerja keuangan, dan
- Kemampuan membayar
debitur.
dan kejujuran calon
debitur dalam membeli
produk.
Sumber Informasi :
Suwandi, Consumer Loan
Service PT Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Medan.
dalam penilaian
kualitas kredit.
Perusahaan
melakukan
penilaian kualitas
kredit melalui
proses wawancara
yang dilakukan
dengan calon
debitur.
2. Pengukuran Tingkat
Risiko :
- Model Terstandarisasi.
- Sistem Pemeringkatan
Internal.
Pengukuran Tingkat
Risiko :
Menggunakan aplikasi
e-Loan dengan
membandingkan antara
realisasi kredit yang
terjadi dalam satu
tahun dengan jumlah
debitur yang
menunggak atau yang
bermasalah pada tahun
tersebut.
Sumber Informasi :
Suwandi, Consumer Loan
Service PT Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Medan.
Dalam teori
dijelaskan ada dua
cara yang dapat
digunakan dalam
pengukuran tingkat
risiko. Sedangkan
Bank menggunakan
aplikasi e-Loan
yang telah
tersistem sebagai
intelijen kredit
bank BTN untuk
mengukur tingkat
risiko itu sendiri.
37
Lanjutan Tabel 4.1
No. Teori Praktik Analisis
3. Pemantauan Risiko :
Lembaga keuangan harus
mengembangkan dan
menerapkan sistem yang
komperehensif untuk
memantau komposisi dan
kondisi setiap debitur
atau pihak lawan
transaksi terhadap
seluruh portofolio kredit.
Pemantauan Risiko :
Membentuk tim khusus
yaitu BRCO yang
bertugas untuk menguji
kebenaran data calon
debitur.
Sumber Informasi :
Suwandi, Consumer Loan
Service PT Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Medan.
Dalam pemantauan
risiko perusahaan
membentuk tim
khusus untuk
memantau kondisi
debitur.
4. Pengendalian Risiko :
Pengendalian risiko
kredit dapat dilakukan
melalui beberapa cara,
antara lain
- Mitigasi risiko.
- Pengelolaan posisi dan
risiko portfolio secara
aktif.
- Penetapan target
batasan risiko
konsentrasi dalam
rencana tahunan
lembaga keuangan.
- Penetapan tingkat
kewenangan dalam
proses persetujuan
Pengendalian Risiko :
- Mendatangi secara
langsung tempat
bekerja atau usaha si
debitur.
- Memperketat analisa
data debitur dengan
memastikan nomor-
nomor yang dapat
dihubungi.
- Lelang.
Sumber Informasi :
Suwandi, Consumer Loan
Service PT Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Medan.
Pada poin keempat
dapat terlihat
perbedaan antara
praktik dan teori.
Dimana dalam
praktiknya
perusahaan hanya
menggunakan satu
cara yaitu mitigasi
risiko.
38
Lanjutan Tabel 4.1
No. Teori Praktik Analisis
penyediaan dana, dan
analisis konsentrasi
secara berkala paling
sedikit satu kali dalam
setahun.
Sumber : Data diolah, 2019
39
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dari hasil pengumpulan data dan
pengolahan data, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Penerapan manajemen risiko pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Medan cukup baik dilihat dari proses manajemen risikonya
yang tidak jauh berbeda dengan teori dari proses manajemen risiko, dimana
bank menerapkan proses manajemen risiko yaitu identifikasi risiko,
pengukuran risiko, pemantauan risiko, dan pengendalian risiko.
2. Strategi yang paling efektif dalam mengatasi pembiayaan yang bermasalah
pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan yaitu
dengan cara melakukan penagihan langsung, memberikan surat peringatan, dan
terakhir melakukan pemasangan plang. Cara ini cukup efektif melihat hasil
persentase 60% dari debitur yang mau membayar kembali tagihannya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran terkait analisis manajemen risiko
kredit pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan
yaitu :
1. Meningkatkan lagi penerapan proses manajemen risiko kreditnya, yang sudah
cukup baik menjadi lebih baik lagi, agar lebih meminimalisir risiko kredit yang
mungkin terjadi dan menjaga tingkat risiko kredit tetap berada di bawah batas
seharusnya.
2. Meningkatkan strategi yang digunakan dalam mengatasi pembiayaan yang
bermasalah terkhusus untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) agar dapat
mempertahankan dan meningkatkan persentase kemauan debitur (yang
menunggak) dalam mengembalikan tagihannya.
40
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Sanusi. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat
Bank BTN. https://www.btn.co.id/. Akses tanggal 3 Mei 2019 pukul 9.20 WIB.
Kasmir. 2014. Manajemen Perbankan. Jakarta : Rajawali Pers.
Muslih, dkk. 2016. Manajemen Risiko Perusahaan. Medan : PERDANA
PUBLISHING.
Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Kajian Perlindungan Konsumen Kredit Sektor
Jasa Keuangan: Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Jakarta.
Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 Mengenai Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 Tanggal 19 Mei 2003 Tentang
Penerapan Manajemen Risiko.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 21/Prt/M/2016
Tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah.
Rustam, Bambang Rianto. 2017. Manajemen Risiko: Prinsip Penerapan, dan
Penelitian. Jakarta : Salemba Empat.
Salim, Agus. 2006. Teori dan Pradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara
Wacana.
UU RI No. 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 Tentang Perbankan.
41
Lampiran 1 : INTERVIEW GUIDE
9. Bagaimana penerapan analisis manajemen risiko kredit pada PT Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan? Apakah ada SOP
yang digunakan?
10. Risiko apa yang biasanya sering terjadi?
11. Bagaimana langkah awal mengidentifikasi risiko, dan faktor apa saja yang
menjadi penyebab terjadinya risiko?
12. Bagaimana cara pengukuran tingkat risiko yang terjadi, dan data apa saja
yang mendukung pengukuran suatu risiko?
13. Berapa persen tingkat risiko kredit yang mungkin terjadi dari setiap KPR?
14. Adakah tim khusus yang dibentuk untuk memantau risiko kredit perumahan?
Apa saja yang dipantau dari kemungkinan teradinya risiko?
15. Bagaimana strategi yang paling efektif dalam mengatasi pembiayaan yang
bermasalah pada produk KPR?
16. Bagaimana langkah meminimalisir dan mengendalikan sebuah risiko ?
Tindakan apa yang dilakukan kepada nasabah yang berisiko?
Sumber : Data diolah, 2019
42
Lampiran 2 : TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Suwandi
Jabatan : Consumer Loan Service
Waktu : 09 Juli 2019, Pukul 16.00 WIB
Tanya/Jawab Kode
A : Bagaimana penerapan analisis manajemen risiko kredit pada PT
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Medan?
Apakah ada SOP yang digunakan?
B : Jadi kalau untuk penerapan analisis manajemen risiko di kantor
cabang Medan itu sebenarnya banyak, terus SOP yang digunakan
pasti ada cuma untuk SOP itu kan internal kita gitukan, untuk
meminimalisir manajemen risikonya tadi.
A : Risiko apa yang biasanya sering terjadi?
B : Risiko yang paling sering terjadi di Bank BTN Kantor Cabang
Medan khususnya untuk kredit KPR itu yang pertama debitur
menunggak itu risiko kredit, terus yang kedua risiko reputasi,
karena debitur itu banyak yang mengadu seperti ke OJK atau ke
surat kabar dan lainnya
A : Bagaimana langkah awal mengidentifikasi risiko, dan faktor apa
saja yang menjadi penyebab terjadinya risiko?
B : Jadi langkah awal mengidentifikasi risiko, kita bisa lihat dari
pertama keseriusan daripada calon debitur. Itu kita lihat pada saat
wawancara, jadi kita wawancara langsung, bertatap muka
langsung dengan calon debitur, dari jawaban-jawaban yang
diberikan tadi itu kita mengetahui apakah debitur tersebut benar-
benar serius untuk mengambil kredit atau benar-benar serius
untuk mengambil rumah dan membutuhkan rumah tersebut. Dari
situ juga bisa kita lihat apakah calon debitur jujur mengenai
1
43
pekerjaan atau usaha yang dijalankannya, atau mengenai
penghasilan yang diperolehnya sehingga kita bisa mengukur
kesanggupan calon debitur dalam membayar kredit. Untuk faktor
yang menjadi penyebab terjadinya risiko nah yang pertama faktor
dari debiturnya sendiri contohnya faktor finansial dia, jadi
mungkin sekarang si debitur masih bekerja cuma ketika 3 tahun
kemudian debitur dipecat dari pekerjaannya itu, yang kedua
faktor dari eksternal sendiri. Faktor eksternal itu mungkin
ketidakpuasan atas produk atau contohnya kita disini rumah, dari
rumah yang dia beli.
A : Bagaimana cara pengukuran tingkat risiko yang terjadi, dan data
apa saja yang mendukung pengukuran suatu risiko?
B : Jadi dari cara pengukurannya kalau kita di Bank BTN Kantor
Cabang Medan itu kita punya sistem tersendiri itu namanya kalau
kita bilang e-Loan jadi inteligent kredit. Jadi caranya itu dia
(aplikas e-Loan) membandingkan antara realisasi kredit yang
terjadi dalam satu tahun dibandingkan dengan jumlah debitur
yang menunggak atau yang bermasalah pada tahun tersebut, dan
data apa saja yang mendukung pengukuran suatu risiko itu tadi
datanya pasti data realisasi kredit pada tahun berjalan ditambah
dengan jumlah debitur menunggak pada tahun tersebut.
A : Berapa persen tingkat risiko kredit yang mungkin terjadi dari
setiap KPR?
B : Jadi berapa persen risiko kredit yang terjadi itu biasanya
dimaksimalkan risiko itu harus di 0,5 % kebawah jadi tidak boleh
melebihi 0,5%, apabila kredit bermasalah sudah lebih dari 0,5%
dikatakan kreditnya tidak sehat.
A : Adakah tim khusus yang dibentuk untuk memantau risiko kredit
perumahan? Apa saja yang dipantau dari kemungkinan teradinya
risiko?
2
44
B : Jadi kita juga punya tim khusus dari BTN, khususnya BTN dari
keselurahan itu punya tim khususnya di setiap kantor cabang. Jadi
tim-nya itu namanya BRCO atau Branch Risk Coordinator
Officer jadi tugasnya itu adalah sebenarnya mengambil sampel
dari beberapa debitur yang telah melakukan akad kredit untuk di
uji data-datanya, kebenaran datanya segala macam itu nanti
dijadikan sebagai tolak ukur dalam akad-akad kedepannya, jadi
istilahnya bukan mencari kesalahan tapi untuk meperbaiki proses
kedepannya seperti itu. Itu tugasnya daripada BCRO. Terus untuk
kemungkinan risiko yang terjadi, itu risiko banyak sih sebenarnya
yang juga tadi sudah dijelaskan mungkin ada risiko finansial,
risiko reputasi, risiko hukum, ada 5 risiko saya rasa untuk
kemungkinan risiko terjadi tapi yang paling banyak terjadi yaitu
risiko finansial dan risiko reputasi. Dan kalau BRCO disetiap
kantor cabang pasti ada.
A : Bagaimana strategi yang paling efektif dalam mengatasi
pembiayaan yang bermasalah pada produk KPR?
B : Jadi untuk strategi-strateginya ada beberapa strategi yang kita
lakukan, jadi kalau untuk yang pertama kita melakukan penagihan
langsung. Penagihan langsung itu bisa by phone atau mungkin
langsung mendatangi si debitur itu yang pertama, kemudian yang
kedua apabila itu juga sudah dilakukan tapi mereka tidak
membayar kita bisa melakukan SP memberikan surat peringatan.
Sampai dengan 3 kali surat peringatan mereka tidak juga gubris
kita akan semprot rumahnya, jadi kita akan plang atau kita akan
semprot disitu terdapat kata-kata bahwasanya “rumah ini dalam
perhatian bank”. Jadi dengan seperti itu mungkin mereka akan
mendapat efek jerah, karna mungkin salah satunya malu dengan
tetangga sehingga mereka ada kemauan untuk membayar lagi.
Dan selama ini kita lakukan ada sekitar 60% mereka mau
membayar kembali tagihannya, tapi ada juga 40% itu malah
mereka terbalik istilahnya kita mengsomasi, mereka mengsomasi
3
45
balik. Kenapa ? itu karna faktor-faktor diatas tadi. Dari persentasi
60% tersebut bisa dikatakan cara ini cukup efektif.
A : Bagaimana langkah meminimalisir dan mengendalikan sebuah
risiko ? Tindakan apa yang dilakukan kepada nasabah yang
berisiko?
B : Sebelumnya untuk nasabah-nasabah yang berisiko mungkin kita
sudah wawancara, dan mungkin secara data dia benar tapi kita
anggap dia berisiko tinggi. Jadi yang pertama kita pastikan benar-
benar tempat bekerjanya, atau dia punya usaha benar-benar
usahanya milik si pemohon. Yang kedua dalam analisanya harus
benar-benar diperketat, jadi harus diperhatikan nomor-nomor
yang bisa kita hubungi segala macamnya. Jikapun memang
berisiko apabila sudah kejadian akad kredit maka saya katakan
yang paling ujunglah istilahnya yang paling puncak itu
pelelangan. Jadi tindakan akhir itu pelelangan.
4
46
Lampiran 3 : SURAT IZIN PENGAMBILAN DATA
47
Lampiran 4 : DOKUMENTASI
48
49
50
51
52
53
54
Lampiran 5 : BIODATA MAHASISWA
1. Nama Lengkap : Evieka Sulastri Situmorang
2. NIM : 1605071057
3. Tempat/Tgl Lahir : Medan, 27 Juli I999
4. Agama : Kristen Protestan
5. Asal Sma/Jurusan : SMK Swasta Indonesia Membangun 2 /
Akuntansi
6. Alamat : Jl. Air Bersih No. 59
7. No. Hp : 0822 7322 5014
8. Alamat Rumah : Jl. Saudara Gg. Tapian Daya No. 7
9. E-Mail : [email protected]
10. Hobi : Travelling, Mendengarkan Musik
11. Keahlian/Keterampilan : Mampu mengoperasikan Microsoft Office
12. Prestasi : Juara 1 Umum di SMK Swasta Indonesia
Membangun 2
13. Motto Hidup : Jangan pergi mengikuti ke mana jalan akan
berujung, Buat jalanmu sendiri dan
tinggalkan jejak.
14. Nama Orang Tua : Salamat Situmorang / Julianti Br. Gea
Demikianlah biodata ini saya buat dengan sebenarnya dengan penuh tanggung
jawab untuk dapat dipergunakan sesuai keperluan.
Medan, 15 Agustus 2019
Hormat Saya,
(Evieka Sulastri Situmorang)