Upload
voxuyen
View
225
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
ii
ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN
FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP
SKRIPSI
Oleh:
UMI FAUZIYAH 30.02.3.5.003
Program Studi KEUANGAN dan PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SURAKARTA 2006
iii
ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN
FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP
SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Ekonomi Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam
Oleh:
UMI FAUZIYAH 30.02.3.5.003
JURUSAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SURAKARTA 2006
iv
ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN
MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN SYARIAH
NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam
Oleh
UMI FAUZIYAH 30.02.3.5.003
Surakarta, 9 Agustus 2006
Disetujui dan Disahkan
Oleh :
Dosen Pembimbing Skripsi I Dosen Pembimbing Skripsi II
M. Usman, M.Ag. NIP. 150289198
Drs. Azis Slamet Wiyono, MM. NIP. 131611007
iii
ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN SYARIAH
NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP
Disusun oleh :
UMI FAUZIYAH NIM. 30.02.3.5.003
Telah Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta,
Pada hari Sabtu, tanggal 12 Agustus 2006 Dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Islam
Surakarta, 12 Agustus 2006
Mengetahui
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Drs. Sri Walyoto, MM Fauzi Muharom, M. Ag NIP. 070020256 NIP. 150369024 Penguji I Penguji II
Fitri Wulandari, SE, M.Si H. Sholahuddin Sirizar, MA NIP. 150291030 NIP. 150327129
PJS Ketua Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta
Dra. Hj. Tasnim Muhammad, M. Ag NIP. 150201335
iv
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini ku persembahkan untuk :
Bapakku Sholikhun, dan Ibuku Sururiyah yang selalu melimpahkan kasih
sayangnya dan selalu berdo’a untuk anak-anaknya. Terimakasih atas segala
dukungan dan kesabarannya, semoga Allah selalu melindungi. Amin.
Adik-adikku (Miftah Farid dan Rhoudlotul Jannah) semoga menjadi anak yang
saleh dan salehah
v
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
(QS. Al- Insyirah : 6-8)
vi
ABSTRACT The purpose of this research to analyse about method of calculation of
sharing holder at mudharabah defrayal in BMT KHONSA Cilacap and to analyse whether method of calculation of sharing holder at mudharabah defrayal in BMT KHONSA Cilacap have as according to Religious advices of DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000. Research methodologies used to collect the data that is passing study of book and field study in BMT KHONSA Cilacap in the form of documentation and interview. While its analysis method use the data of client of mudharabah defrayal to be analysed by its sharing holder ratio with the method of revenue sharing matching with Religious advices of DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000. Stages;Steps of performed within assessing according to the method by seeing deferred payment of sharing holder conducted is each month adapted by ratio of sharing holder from advantage got by a client and seen from fundamental instalment paid remain to per month by client.
Solution of result of this research indicate that the BMT KHONSA Cilacap
have used the method of revenue sharing matching with Religious Advices of DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. This Matter is visible from result analyse the calculation of instalment of sharing holder paid by client of mudharabah defrayal per month to BMT KHONSA Cilacap. Thereby, writer hope that BMT KHONSA Cilacap earn more improving is amount of its earnings especially at mudharabah defrayal, so that activity of BMT KHONSA Cilacap can expand better from year to year.
Keyword : Method of Sharing Holder Calculation, Mudharabah Defrayal
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan petunjukNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL
PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN
SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP". Shalawat dan salam
semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW,
keluarga sahabat serta pengikutnya yang telah memberikan jalan penerang
sampai akhir jaman.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta
Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah. Dalam penulisan skripsi ini
penulis tak luput dari berbagai kesulitan, untuk itu penulis menyadari bahwa
dalam penulisan dan penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Keadaan ini
semata-mata keterbatasan kemampuan yang ada pada diri penulis, sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan
dorongan moril maupun bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Maka sudah sepantasnya apabila pada kesempatan ini
penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan, selaku ketua STAIN Surakarta.
2. Dra. Hj. Tasnim Muhammad, M. Ag, selaku Pejabat Sementara Jurusan
Ekonomi Islam
3. Bapak Drs. Azis Slamet Wiyono, MM. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I,
terima kasih atas segala bimbingan dan saran-sarannya.
4. Bapak M. Usman, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II, terima kasih
atas segala bimbingan dan saran-sarannya.
5. Pimpinan dan staf BMT KHONSA Cilacap yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
viii
6. Bapak dan Ibu, terima kasih atas segala dorongan do'a dan financialnya
selama ini.
7. Adik-adikku yang tercinta (Miftah Farid dan Rhoudlotul Jannah), terima kasih
atas dukungannya selama ini.
8. Muhammad Arrozi, SEI, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama
ini.
9. Rekan-rekan dan sahabat penulis Yati, Yetty, Prapti, Nita, Yayah, Hidayah,
Sabik, Rima, Erika, Mba Uci, Mba Festi, Anna, Olin, Beti, Ade, Feria, Indah,
Ida, Siti, Ela, Dini, Dilla, Linda, Arif, Mas Yan, Kokoh, Agus, Indra, Andi,
Wiwit, terima kasih atas dukungannya selama ini.
10. Teman-teman Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah Angkatan
2002 terima kasih atas dukungannya selama ini.
11. Teman-teman Ikhwan & Akhwat KAMMI JEI STAIN Surakarta SEM Institute
Yogyakarta.
12. Mas Fajar dan Mba Erlin (Abi dan Umminya Ziedan), terima kasih atas
dukungan dan bantuannya selama ini.
13. Semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis berharap semoga amal baik yang telah mereka lakukan
mendapat ridha dan balasan dari Allah SWT. Amin. Penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat dan menjadi pendorong bagi dunia pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Wasalamu'alaikum Wr. Wb
Surakarta, Agustus 2006
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQOSYAH ............................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
ABSTRAKSI ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 4
C. Batasan Masalah ................................................................. 4
D. Rumusan Masalah................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian................................................................. 5
G. Jadwal Penelitian .................................................................. 6
H. Sistematika Penulisan ........................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 8
A. Metode Bagi Hasil.................................................................. 8
1. Pengertian Bagi Hasil ...................................................... 8
2. Landasan Syariah............................................................ 16
3. Teori Bagi Hasil ............................................................... 18
4. Konsep Bagi Hasil ........................................................... 19
5. Nisbah Keuntungan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil ....... 20
6. Investasi Berdasarkan Bagi Hasil .................................... 24
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil ................. 24
8. Komponen Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah............. 26
x
B. Konsep Pendapatan dan Biaya dalam Bagi Hasil .................. 27
1. Pengertian Pendapatan dan Biaya .................................... 27
2. Metode Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil ..................... 27
3. Sistem Pencatatan dan Pelaporan (Akuntansi) Keuangan. 29
C. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah).. 29
1. Pengertian Pembiayaan .................................................... 29
2. Pengertian Akad Mudharabah ........................................... 29
3. Landasan Syariah.............................................................. 31
4. Rukun dan Syarat Mudharabah ......................................... 33
5. Perkara yang Membatalkan Mudharabah .......................... 35
6. Jenis-Jenis Mudharabah.................................................... 35
7. Terjadinya Kerugian........................................................... 36
8. Teknik Mudharabah dalam Perbankan .............................. 37
9. Manfaat Mudharabah......................................................... 38
D. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah............................... 39
E. Filosofis BMT (Baitul Maal wat Tamwil).................................. 40
1. Pengertian BMT................................................................. 40
2. Landasan BMT .................................................................. 41
3. Ciri-Ciri Utama BMT........................................................... 42
4. Ciri-Ciri Khusus BMT ......................................................... 43
F. Kerangka Berfikir.................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 46
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 46
B. Metode Penelitian .................................................................. 46
1. Jenis Penelitian ................................................................. 46
2. Jenis Data.......................................................................... 46
3. Sumber Data ..................................................................... 47
4. Metode Pengumpulan Data .............................................. 47
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............. 48
D. Metode Analisis Data ............................................................ 49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 51
A. Profil Obyek Penelitian (BMT KHONSA Cilacap) ................... 51
1. Profil BMT KHONSA Cilacap............................................. 51
2. Visi dan Misi ...................................................................... 52
xi
3. Data Lembaga................................................................... 52
4. Landasan Hukum ............................................................. 53
5. Sruktur Organisasi............................................................. 53
6. Motto, Prinsip dan Komitmen............................................. 54
7. Jenis Produk ..................................................................... 55
B. Pengujian dan Hasil Analisis Data ......................................... 56
C. Pembahasan Hasil Analisis .................................................. 57
1. Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan
Mudharabah di BMT KHONSA Cilacap.............................. 58
2. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi
Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan
Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap............................... 64
BAB V PENUTUP.................................................................................... 68
A. Kesimpulan ........................................................................... 68
B. Keterbatasan Penelitian......................................................... 68
C. Saran..................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah ............................. 58
Tabel 2 : Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah .............................. 59
Tabel 3 : Perbandingan Metode Perhitungan Bagi Hasil pada
Pembiayaan Mudharabah .......................................................... 62
Tabel 4 : Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil
Pada Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN
Di BMT KHONSA Cilacap ............................................................ 64
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Prinsip Pembagian Hasil Usaha............................................... 16
Gambar 2 : Skema Mudharabah Pada BMT KHONSA ............................... 39
Gambar 3 : Kerangka Berfikir....................................................................... 45
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Dosen Pembimbing
Lampiran 3 : Daftar Perhitungan Pembayaran Angsuran Mudharabah
Lampiran 4 : Kartu Pembiayaan
Lampiran 5 : Akad Pembiayaan Mudharabah
Lampiran 6 : Fatwa Dewan Syariah Nasional
Lampiran 7 : Daftar Pertanyaan
Lampiran 8 : Laporan Keuangan Konsolidasi BMT KHONSA Cilacap
Lampiran 9 : Laporan Laba Rugi Nasabah Pembiayaan Mudharabah
Lampiran 10 : Hasil Pengolahan Data Dengan Komputer
Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan
berkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak tahun 1992,
perkembangan lembaga keuangan syariah terutama perbankan syariah,
cukup luas sampai sekarang. Hal ini dipicu oleh UU No.10 tahun 1998 yang
memungkinkan perbankan menjalankan dual banking system yaitu bank-
bank konvensional mulai melirik dan membuka unit usaha syariah.
Islam mendorong masyarakat ke arah usaha nyata dan produktif.
Islam mendorong seluruh masyarakat untuk melakukan investasi dan
melarang membungakan uang. Investasi merupakan suatu kegiatan usaha
yang mengandung risiko karena adanya unsur ketidakpastian. Dengan
demikian, perolehan kembaliannya (return) juga tidak pasti dan tidak tetap.
Sedangkan membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang
mengandung risiko karena perolehan kembaliannya berupa bunga yang
relatif pasti dan tetap.
Pelaksanaan kegiatan operasional lembaga keuangan syariah tidak
semua aktivitas usahanya sudah sesuai dengan ketentuan syariah. Oleh
karena itu, fatwa ulama diperlukan guna memastikan pemenuhan kualifikasi
tersebut. Fatwa mengenai halal-haram transaksi keuangan syariah di
Indonesia ditetapkan Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah
Nasional (DSN) dengan bantuan Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Sistem keuangan Islam yang berpihak pada kepentingan kelompok
mikro sangat penting. Berdirinya bank syariah membawa andil yang sangat
xvi
baik dalam sistem keuangan di Indonesia. Peranan ini sebagai upaya dalam
mewujudkan sistem keuangan yang adil. Oleh karena itu, keberadaannya
perlu mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat Muslim.
Lembaga keuangan bank memiliki sistem dan prosedur yang baku sehingga
tidak mampu menjangkau masyarakat lapisan bawah dan kelompok mikro.
Bank syariah dengan prosedurnya yang panjang dan rumit, menyebabkan
pengusaha mikro tidak dapat meminjam sumber pendanaan dari bank,
sehingga potensi besar yang dimiliki oleh sektor mikro menjadi tidak
berkembang.
Banyak sektor mikro yang berfikir sangat pragmatis dalam
pemenuhan kebutuhan permodalan. Mereka mengambil jalan pintas dengan
cara mengakses kredit dari rentenir dan lintah darat dengan suku bunga yang
sangat tinggi, bahkan terkadang di atas keuntungan usaha yang dibiayai.
Keadaan ini tidak dapat disalahkan, karena mereka tidak mampu
menjangkau prosedur perbankan.
PINBUK (Pusat Inkubasi Usaha Kecil) yang keberadaanya telah
menyebar di semua propinsi di Indonesia, merasa prihatin terhadap kondisi
usaha mikro. PINBUK mengadakan berbagai pengkajian yang panjang dan
mendalam, maka dirumuskanlah sistem keuangan yang lebih sesuai dengan
kondisi usaha mikro dan sesuai dengan syariah. Alternatif tersebut adalah
BMT (Baitul Maal wa Tamwil). BMT dalam menjalankan usahanya
menggunakan prinsip bagi hasil.
Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi.
xvii
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah.1
BMT KHONSA Cilacap berdiri sejak tahun 1999, hingga saat ini
sudah ada 6 produk layanan pembiayaan yaitu mudharabah, murabahah,
musyarakah, rahn, ijarah dan qardhun hasan. Keenam produk layanan
pembiayaan tersebut yang memiliki resiko paling tinggi adalah pembiayaan
mudharabah. Resiko–resiko itu antara lain:
1. Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam
kontrak;
2. Nasabah lalai dalam mengelola dananya dan melakukan kesalahan yang
disengaja;
3. Nasabah tidak jujur sehingga melakukan penyembunyian keuntungan.
BMT KHONSA Cilacap merupakan salah satu BMT yang berkembang pesat,
hal tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya aset pendapatan BMT
dari tahun ke tahun. Awal aset pendapatan tersebut adalah 2 juta hingga saat
ini mencapai 2 milyar untuk layanan pembiayaan. Ketika nasabah ingin
mengajukan pembiayaan mudharabah, biasanya pihak BMT KHONSA
Cilacap menyuruh nasabah untuk menghitung proyeksi atau rencana
keuntungan bagi hasil pada usahanya. Hal tersebut tidak sesuai dengan
prosedur pembiayaan, karena yang seharusnya menghitung proyeksi
keuntungan usahanya adalah pihak BMT KHONSA Cilacap.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis membahas tentang
“Analisis Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Di BMT KHONSA
Cilacap”. 1 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 191
xviii
B. Identifikasi Masalah
Berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, maka penulis
melakukan identifikasi masalah yaitu:
1. Pengusaha mikro tidak dapat meminjam dana di bank syariah karena
prosedur yang diterapkan di bank syariah cukup rumit;
2. Pembiayaan mudharabah mempunyai resiko yang tinggi dalam
penerapannya di BMT KHONSA Cilacap;
3. BMT KHONSA Cilacap mengharuskan nasabahnya untuk menghitung
proyeksi keuntungan bagi hasil pada usahanya.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah ini bertujuan memberikan batasan yang paling jelas dari
permasalahan yang ada untuk memudahkan pembahasan. Berdasarkan
identifikasi masalah tersebut diatas, maka penulis memberikan batasan yaitu
metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah berdasarkan
fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 di BMT KHONSA Cilacap.
D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah ini bertujuan memberikan rumusan yang paling
jelas dari permasalahan yang ada untuk memudahkan analisis. Berdasarkan
uraian yang telah ada, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah
dengan revenue sharing lebih menguntungkan pihak BMT KHONSA
Cilacap?
xix
2. Apakah metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di
BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan fatwa DSN No.15/DSN-
MUI/IX/2000?
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pasti memiliki tujuan tertentu baik untuk kepentingan
pribadi atau yang lain. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan
mudharabah di BMT KHONSA Cilacap.
2. Menganalisis kesesuaian metode perhitungan bagi hasil pada
pembiayaan mudharabah berdasarkan Fatwa DSN No.15/DSN-
MUI/IX/2000 di BMT KHONSA Cilacap.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan
pengembangan teori bagi penelitian selanjutnya.
2. Bagi Praktisi
Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi
pimpinan BMT KHONSA Cilacap dalam mengambil keputusan tentang
metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah.
xx
G. Jadwal Penelitian
Bulan Juni Juli Agustus No
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Konsultasi ke DPS
3 Seminar Proposal
4 Revisi Proposal
5 Pengumpulan Data Sekunder
6 Wawancara
7 Processing Data
8 Penulisan Skripsi
9 Konsultasi ke Perusahaan
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini diuraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, jadwal penelitian dan sistematika skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung
penulis agar didapat gambaran yang jelas berkaitan dengan metode
bagi hasil pada lembaga keuangan syariah terutama yang berkaitan
dengan objek yang diteliti oleh penulis, yaitu metode perhitungan
bagi hasil, konsep pendapatan dan biaya dalam bagi hasil,
pembiayaan mudharabah, pengakuan laba atau rugi mudharabah,
filosofis BMT dan kerangka berfikir.
xxi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang waktu dan tempat penelitian, jenis penelitian,
jenis data, sumber data, metode pengumpulan data dan metode
analisis data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang profil obyek penelitian (BMT KHONSA Cilacap),
hasil analisis data, pembahasan hasil analisis, jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang disebut dalam perumusan masalah,
serta menilai metode bagi hasil pembiayaan mudharabah yang
dipraktikkan pada BMT KHONSA Cilacap.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang uraian kesimpulan berdasarkan hasil analisis
data dan penelitian. Pada bab ini penulis juga akan menyampaikan
keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian serta memberikan
beberapa saran sebagai masukan bagi lembaga keuangan syariah,
khususnya BMT KHONSA Cilacap.
xxii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode Bagi Hasil
1. Pengertian Bagi Hasil
Sistem perekonomian Islam merupakan masalah yang berkaitan
dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan pada awal terjadinya
kontrak kerja sama (akad), yang ditentukan adalah porsi masing-masing
pihak, misalkan 20:80 yang berarti bahwa atas hasil usaha yang diperoleh
akan didistribusikan sebesar 20% bagi pemilik dana (shahibul maal) dan
80% bagi pengelola dana (mudharib).
Bagi Hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah. 2
Metode bagi hasil terdiri dari dua sistem:
a. Bagi untung (Profit Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah;
b. Bagi hasil (Revenue Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.3
Aplikasi perbankan syariah pada umumnya, bank dapat menggunakan
sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada kebijakan
masing-masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada. Bank-
bank syariah yang ada di Indonesia saat ini semuanya menggunakan
2 Ibid, hal. 191
3 www.e-syariah.com,2004
xxiii
perhitungan bagi hasil atas dasar revenue sharing untuk mendistribusikan
bagi hasil kepada para pemilik dana (deposan).4
Suatu bank menggunakan sistem profit sharing di mana bagi hasil
dihitung dari pendapatan netto setelah dikurangi biaya bank, maka
kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima oleh
para shahibul maal (pemilik dana) akan semakin kecil, tentunya akan
mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata secara umum
tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi
keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah
yang berdampak menurunnya jumlah dana pihak ketiga secara
keseluruhan, tetapi apabila bank tetap ingin mempertahankan sistem profit
sharing tersebut dalam perhitungan bagi hasil mereka, maka jalan satu-
satunya untuk menghindari resiko-resiko tersebut di atas, dengan cara
bank harus mengalokasikan sebagian dari porsi bagi hasil yang mereka
terima untuk subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan kepada
nasabah pemilik dana. 5
Suatu bank yang menggunakan sistem bagi hasil berdasarkan revenue
sharing yaitu bagi hasil yang akan didistribusikan dihitung dari total
pendapatan bank sebelum dikurangi dengan biaya bank, maka
kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh
pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga
pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana
untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang nyatanya
justru mampu memberikan hasil yang optimal, sehingga akan berdampak 4 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk
dan Implementasi Operasional, Jakarta, Djambatan, 2003, hal. 264 5 Ibid, hal. 264
xxiv
kepada peningkatan total dana pihak ketiga pada bank syariah.
Pertumbuhan dana pihak ketiga dengan cepat harus mampu diimbangi
dengan penyalurannya dalam berbagai bentuk produk aset yang menarik,
layak dan mampu memberikan tingkat profitabilitas yang maksimal bagi
pemilik dana.6
Prinsip revenue sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Syafi'i yang mengatakan bahwa mudharib tidak boleh menggunakan harta mudharabah sebagai biaya baik dalam keadaan menetap maupun bepergian (diperjalanan) karena mudharib telah mendapatkan bagian keuntungan maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta itu yang pada akhirnya ia akan mendapat yang lebih besar dari bagian shahibul maal. Sedangkan, untuk profit sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Abu hanifah, Malik, Zaidiyah yang mengatakan bahwa mudharib dapat membelanjakan harta mudharabah hanya bila perdagangannya itu diperjalanan saja baik itu berupa biaya makan, minum, pakaian dan sebagainya. Hambali mengatakan bahwa mudharib boleh menafkahkan sebagian dari harta mudharabah baik dalam keadaan menetap atau bepergian dengan ijin shahibul maal, tetapi besarnya nafkah yang boleh digunakan adalah nafkah yang telah dikenal (menurut kebiasaan) para pedagang dan tidak boros.7
Prinsip pembagian hasil usaha ada 2 yaitu:
a. Distribusi Hasil Usaha Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Revenue Sharing)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam distribusi hasil usaha
berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing) adalah sebagai berikut:
1) Pendapatan Operasi Utama (angka 1)
Pendapatan operasi utama bank syariah adalah pendapatan dari
penyaluran dana pada investasi yanng dibenarkan syariah yaitu
pendapatan penyaluran dana prinsip jual beli, bagi hasil dan prinsip
ujroh. Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam perhitungan
distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing) ini
6 Ibid, hal. 264
7 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta, PT. Grasindo,
2005, hal. 118
xxv
adalah pendapatan (revenue) dari pengelolaan dana (penyaluran)
sebesar porsi dana mudharabah (investasi tidak terikat) yang
dihimpun tanpa adanya pengurangan beban-beban yang dikeluarkan
oleh bank syariah.8
2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat (angka 2)
Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat merupakan
porsi bagi hasil dari hasil usaha (pendapatan) yang diserahkan oleh
bank syariah kepada pemilik dana mudharabah mutlaqah (investasi
tidak terikat). Penentuannya dilakukan dalam perhitungan distribusi
hasil usaha yang sering disebut dengan profit distribution.9
3) Pendapatan operasi lainnya (angka 3)
Praktik dalam penyaluran dana bank syariah mengenakan fee
administrasi atas penyaluran tersebut yang besarnya disepakati
antara bank sebagai pemilik dana dan debitur sebagai pengelola dana
(mudharib). Pendapatan operasi lain yang diperoleh bank syariah
adalah pendapatan atas kegiatan usaha bank syariah dalam
memberikan layanan jasa keuangan dan kegiatan lain yang berbasis
imbalan seperti pendapatan fee inkaso, fee transfer, fee LC dan fee
kegiatan yang berbasis imbalan lainnya.10
4) Beban Operasi (angka 4)
Pembagian hasil usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing)
semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai mudharib,
baik beban untuk kepentingan bank syariah sendiri maupun untuk
kepentingan pengelolaan dana mudharabah, seperti beban tenaga 8 Ibid, hal. 120
9 Ibid, hal. 121
10 Ibid, hal. 121
xxvi
kerja, beban umum dan administrasi, beban operasi lainnya
ditanggung oleh bank syariah sebagai mudharib.11
b. Distribusi Hasil Usaha Berdasarkan Prinsip Bagi Untung (Profit Sharing)
Penerapan distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi untung (profit
sharing) bukanlah hal yang mudah, karena pihak deposan harus siap
menerima bagian kerugian apabila dalam pengelolaan dana
mudharabah mengalami kerugian yang bukan akibat dari kelalaian
mudharib sehingga uang yang diinvestasikan pada bank syariah menjadi
berkurang. Di lain pihak, bank syariah sendiri harus secara jujur dan
transparan menyampaikan beban-beban yang akan ditanggung dalam
pengelolaan dana mudharabah, seperti membuat dan menentukan
dengan tegas dan jelas beban yang akan dibebankan dalam
pengelolaan dana mudharabah baik beban langsung maupun beban
tidak langsung. Apabila bank syariah menerapkan pembagian hasil
usaha berdasarkan prinsip bagi untung (profit sharing), bank syariah
harus membuat dua laporan laba rugi yang terpisah, yaitu laporan laba
rugi bank sebagai institusi keuangan syariah dan laporan pengelolaan
dana mudharabah dimana bank sebagai mudharib.12
1) Laporan hasil usaha mudharabah (bank sebagai mudharib)
Laporan hasil usaha mudharabah ini dibuat sebagai
pertanggungjawaban bank syariah dalam mengelola dana
mudharabah mutlaqah yang telah dipercayakan shahibul maal
(deposan) kepada bank syariah sebagai mudharib. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam laporan ini yaitu:
11 Ibid, hal. 122
12 Ibid, hal. 122
xxvii
a) Pendapatan operasi utama (angka1)
Pendapatan operasi utama perhitungannya sama dengan
perhitungan distribusi hasil usaha yang mempergunakan prinsip
revenue sharing. Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam
pembagian hasil usaha pada prinsip bagi untung (profit sharing) ini
adalah pendapatan dari pengelolaan dana (penyaluran) sebesar
porsi dari dana mudharabah (investasi tidak terikat) yang
dihimpun.13
b) Beban mudharabah
Bank syariah harus dapat memisahkan beban yang menjadi
tanggungan bank syariah sendiri dan beban yang dibebankan pada
pengelolaan dana mudharabah. Bank syariah harus menetapkan
dengan tegas dan jelas beban-beban yang akan dipergunakan
sebagai pengurang pendapatan pengelolaan dana mudharabah,
baik beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi, maupun
beban-beban lainnya untuk disampaikan kepada shahibul maal
sehingga mengetahuinya. Apabila bank syariah telah mengakui
beban-beban sebagai pengurang pengelola dana mudharabah
tidak diperkenankan diakui sebagai beban bank syariah sebagai
pengelola institusi keuangan syariah sehingga jika terjadi
pengembalian beban harus diakui sebagai pendapatan
pengelolaan dana mudharabah, bukan sebagai pendapatan bank
syariah selaku institusi keuangan syariah.14
13 Ibid, hal. 124
14 Ibid, hal.125
xxviii
c) Laba atau rugi mudharabah (angka 3)
Pendapatan operasi utama dikurangi dengan beban mudharabah
inilah yang akan menghasilkan laba atau rugi.15
2) Laporan laba rugi bank syariah (bank sebagai institusi keuangan
syariah)
Data-data yang ada pada laporan ini adalah data-data untuk
kepentingan bank syariah sendiri dalam mengelola institusi keuangan
syariah, khususnya beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah
dan data-data yang telah diperhitungkan dalam pembuatan laporan
pengelolaan dana mudharabah. Dalam laporan laba rugi ini, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a) Pendapatan bank sebagai mudharib
Pendapatan yang ada dalam laporan ini adalah bagian pendapatan
atas pengelolaan dana mudharabah yang diperoleh bank syariah
dan pendapatan penyaluran yang menjadi milik bank syariah
sendiri.
b) Pendapatan operasi lainnya (angka 3)
Pendapatan operasi ini adalah pendapatan yang sama dengan
pendapatan operasi lainnya dalam prinsip bagi hasil.
c) Beban operasi
Beban-beban dalam laporan ini adalah beban-beban yang
dikeluarkan oleh bank syariah sebagai institusi keuangan syariah
sendiri tidak ada kaitannya dengan pengelolaan dana mudharabah,
15 Ibid, hal. 126
xxix
baik beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi serta
beban-beban lainnya.16
Penentuan beban-beban ini merupakan unsur distribusi hasil usaha apabila bank syariah mempergunakan prinsip distribusi hasil usaha adalah pembagian laba (profit sharing), karena dalam prinsip ini hasil usaha yang akan dibagikan antara mudharib dan shahibul maal merupakan keuntungan yang diperoleh yaitu pendapatan pengelolaan dana mudharabah dikurangi dengan beban-beban yang dikeluarkan sehubungan dengan pengelolaan dana mudharabah.17
Apabila bank syariah mempergunakan prinsip profit sharing maka bank syariah harus dapat membedakan dengan jelas, transparan dan adil terhadap beban-beban yang merupakan pengurang dari pendapatan pengelolaan dana mudharabah (yang disebut dengan dana mudharabah) dan beban-beban yang merupakan pengeluaran bank syariah sebagai institusi keuangan (yang disebut dengan beban lembaga keuangan syariah). Semua beban dana mudharabah yang dikeluarkan sehubungan dengan pengelolaan dana mudharabah tersebut termasuk beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi serta beban-beban lainnya. Sedangkan apabila bank syariah mempergunakan prinsip distribusi hasil usaha dengan pembagian hasil (revenue sharing) maka semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah menjadi tanggungan bank syariah sendiri sehingga tidak diperhitungkan dalam unsur distribusi hasil usaha.18
16 Ibid, hal. 127
17 Ibid, hal. 127
18 Ibid, hal. 128
xxx
Gambar 1 Prinsip Pembagian Hasil Usaha
Sumber : Wiroso, 2005, hal. 119 2. Landasan Syariah
a. Al-Qur'an
QS al-Baqarah: 282
وهبى فاكتمسل من إلى أجيبد متنايدوا إذا تنءام ا الذينهاأي282: البقرة ...... ( ي(
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…” 19
QS. Al-Maidah: 1
19 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya Al-'Aliyy, Bandung, Penerbit Diponegoro, 2000, hal. 37
Revenue sharing
Porsi shahibul m
aal
Prinsip Revenue Sharing Laporan Laba Rugi (Bank sbg LKS)
Prinsip Profit Sharing Laporan Hasil Usaha Mudharabah
(Bank sbg Mudharib)
(1) Pendapatan Operasi Utama
(2) Hak pihak ke 3 atas bagi hasil ITT
(3) Pendapatan Operasi lainnya
(-/-)
(+/+)
(-/-)
(4) Beban Operasi (Tenaga kerja, Adm, Opr Lainnya
=
(5) Laba/rugi
(1) Pendapatan Operasi Utama
• Bagi hasil (prinsip bagi hasil) • Margin (prinsip jual beli) • Pendapatan neto sewa • Lainnya (SWBI, IMA dsb)
(2) Beban Mudharabah • Beban tenaga kerja • Beban administrasi • Beban penyusutan • Beban opr lainnya
(-/-)
(3) Laba/rugi Mudharabah
=
=
Pembagian hasil Usaha
Perhitungan
Shahibul maal
Profit sharing
xxxi
)1: املائدة ...... ( ياأيها الذين ءامنوا أوفوا بالعقود “Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu…” 20
b. Al-Hadist
Hadist riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf:
لحائالصاملج نيبلى زن عولماملسا وامرل حاح الال أوح مرا حلحإال ص نلميس شروطهم إال شرطا حرم حالال أو أحل حراما
“Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” 21
Hadits nabi riwayat Ibnu Majah dari ’Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad
dari Ibnu Abbas dan Malik dari Yahya:
ارالضرو ررالض
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” 22
c. Kaidah Fiqih:
أل صل في املعامال ت اإل با حة إال أن يدل دليل على حتر ميهاا
“Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” 23
20 Ibid, hal. 84 21 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syariah, Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia dan Bank Indonesia, Jakarta, 2001, hal.88 22 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Jakarta, Logos, 1996, hal.125
xxxii
أ ينما و جد ت املصلحة فثم حكم اهللا
“Dimana terdapat kemaslahatan, disana terdapat hukum Allah.”24
3. Teori Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit
sharing . Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagian
laba. Secara definitif profit sharing diartikan:”distribusi beberapa bagian dari
laba pada para pegawai dari suatu perusahaan”.25 Hal itu dapat berbentuk
suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh
pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran
mingguan/bulanan.
Mekanisme lembaga keuangan syariah pada pendapatan bagi hasil ini
berlaku untuk produk penyertaan atau bentuk bisnis korporasi (kerjasama).
Pihak-pihak yang terlibat dalam kepentingan bisnis yang disebutkan tadi
harus melakukan transparasi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab
semua pengeluaran dan pemasukan rutin yang berkaitan dengan bisnis
penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi yang menjalankan proyek.26
Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional
antara shahibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua
23 Himpunan Fatwa DSN Untuk Lembaga Keuangan Syariah, op.cit., hal.89
24 Ibid, hal. 89
25 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, Yogyakarta,
UII Press, 2004, hal.18 26 Ibid, hal. 18
xxxiii
pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah, dapat
dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi
antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati
sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak
ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti
shahibul maal telah dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan
sebelum habis masa perjanjian akan dianggap sebagai pembagian
keuntungan dimuka.27
Kerja sama para pihak dengan sistem bagi hasil harus dilaksanakan
dengan transparan dan adil. Hal ini disebabkan untuk mengetahui tingkat
bagi hasil pada periode tertentu itu tidak dapat dijalankan kecuali harus ada
laporan keuangan atau pengakuan yang terpercaya. Pada tahap perjanjian
kerja sama ini disetujui oleh para pihak, maka semua aspek yang berkaitan
dengan usaha harus disepakati dalam kontrak, agar antar pihak dapat
saling mengingatkan.28
4. Konsep Bagi Hasil
Konsep bagi hasil adalah sebagai berikut:
a. Pemilik dana akan menginvestasikan dananya melalui lembaga
keuangan syariah yang bertindak sebagai pengelola;
b. Pengelola atau lembaga keuangan syariah akan mengelola dana
tersebut dalam sistem pool of fund selanjutnya akan menginvestasikan
dana tersebut ke dalam proyek atau usaha yang layak dan
menguntungkan serta memenuhi aspek syariah; 27 Ibid, hal.19
28 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta, UII Press, 2004,
hal. 120
xxxiv
c. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja
sama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan
tersebut.29
5. Nisbah Keuntungan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
Hal-hal yang berkaitan dengan nisbah bagi hasil yaitu:
a. Prosentase
Nisbah keuntungan harus didasarkan dalam bentuk prosentase
antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah
tertentu. Nisbah keuntungan itu misalnya 50:50, 70:30, 60:40, atau 99:1.
Jadi nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan
berdasarkan porsi setoran modal. Nisbah keuntungan tidak boleh
dinyatakan dalam bentuk nominal rupiah tertentu, misalnya shahib al-
maal mendapat Rp 50.000,00 dan mudharib mendapat Rp 50.000,00.30
b. Bagi Untung dan Bagi Rugi
Ketentuan diatas itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik
akad mudharabah itu sendiri, yang tergolong ke dalam kontrak investasi
(natural uncertainty contracts). Dalam kontrak ini, return dan timing cash
flow kita tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya
besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula. Bila laba
bisnisnya kecil, mereka mendapat bagian yang kecil juga. Filosofi ini
hanya dapat berjalan jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk
prosentase, bukan dalam bentuk nominal rupiah tertentu.
29 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, op.cit., hal. 265
30 Karim, op.cit., hal. 198
xxxv
Bila dalam akad mudharabah ini mendapatkan kerugian, pembagian
kerugian itu bukan didasarkan atas nisbah, tetapi berdasarkan porsi
modal masing-masing pihak. Itulah alasan mengapa nisbahnya disebut
sebagai nisbah keuntungan, bukan nisbah saja, karena nisbah 50:50,
atau 99:1 itu hanya diterapkan bila bisnisnya untung. Bila bisnisnya rugi,
kerugiannya itu harus dibagi berdasarkan porsi masing-masing pihak,
bukan berdasarkan nisbah. Hal ini karena ada perbedaan kemampuan
untuk mengabsorpsi/menanggung kerugian di antara kedua belah pihak.
Bila untung, tidak ada masalah untuk menikmati untung. Karena sebesar
apa pun keuntungan yang terjadi, kedua belah pihak akan selalu dapat
menikmati keuntungan itu. Lain halnya kalau bisnisnya merugi.
Kemampuan shahib al-maal untuk menanggung kerugian finansial tidak
sama dengan kemampuan mudharib. Dengan demikian, karena kerugian
dibagi berdasarkan proporsi modal (finansial) shahib al-maal dalam
kontrak ini adalah 100%, maka kerugian (finansial) ditanggung 100% pula
oleh shahib al-maal. Di lain pihak, karena proporsi modal (finansial)
mudharib dalam kontrak ini adalah 0%, andaikata terjadi kerugian,
mudharib akan menanggung kerugian (finansial) sebesar 0% pula.31
Apabila bisnis rugi, sesungguhnya mudharib akan menanggung
kerugian hilangnya kerja, usaha dan waktu yang telah ia curahkan untuk
menjalankan bisnis itu. Kedua belah pihak sama-sama menanggung
kerugian, tetapi bentuk kerugian yang ditanggung oleh keduanya
berbeda, sesuai dengan objek mudharabah yang dikonstribusikannya.
Bila yang dikontribusikan adalah uang, risikonya adalah hilangnya uang
31 Ibid, hal.198
xxxvi
tersebut. Sedangkan yang dikontribusikan adalah kerja, risikonya adalah
hilangnya kerja, usaha dan waktunya, sehingga tidak mendapatkan hasil
apapun atas jerih payahnya selama berbisnis.
c. Jaminan
Ketentuan pembagian kerugian bila kerugian yang terjadi hanya
murni diakibatkan oleh risiko bisnis (business risk), bukan karena risiko
karakter buruk mudharib (character risk). Bila kerugian terjadi karena
karakter buruk, misalnya karena mudharib lalai dan atau melanggar
persyaratan-persyaratan kontrak mudharabah, maka shahib al-maal tidak
perlu menanggung kerugian seperti ini.
"Para fuqaha berpendapat bahwa pada prinsipnya tidak perlu dan
tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan, sebagaimana dalam
akad syirkah lainnya. Jelas hal ini konteksnya adalah business risk."32
Sedangkan untuk character risk, mudharib pada hakikatnya menjadi
wakil dari shahibul maal dalam mengelola dana dengan seizin shahibul
maal, sehingga wajib baginya berlaku amanah. Jika mudharib melakukan
keteledoran, kelalaian, kecerobohan dalam merawat dan menjaga dana,
yaitu melakukan pelanggaran, kesalahan, dan kelewatan dalam
perilakunya yang tidak termasuk dalam bisnis mudharabah yang
disepakati, atau ia keluar dari ketentuan yang disepakati, mudharib
tersebut harus menanggung kerugian mudharabah sebesar bagian
kelalaiannya sebagai sanksi dan tanggungjawabnya. Ia telah
32 Ibid, hal. 198
xxxvii
menimbulkan kerugian karena kelalaian dan perilaku zalim karena ia telah
memperlakukan harta orang lain yang dipercayakan kepadanya di luar
ketentuan yang disepakati. Mudharib tidak pula berhak untuk menentukan
sendiri mengambil bagian dari keuntungan tanpa kehadiran atau
sepengetahuan shahibul maal sehingga shahibul maal dirugikan. Jelas
hal ini konteksnya adalah character risk.33
Pihak mudharib yang lalai atau menyalahi kontrak ini, maka shahib
al-maal dibolehkan meminta jaminan tertentu kepada mudharib. Jaminan
ini akan disita oleh shahib al-maal jika ternyata timbul kerugian karena
mudharib melakukan kesalahan, yakni lalai dan ingkar janji. Kerugian
yang timbul disebabkan karena faktor resiko bisnis, jaminan mudharib
tidak dapat disita oleh shahib al-maal. Cara penyelesaiannya adalah jika
salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.
d. Menentukan Besarnya Nisbah
Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-
masing pihak yang berkontrak. Jadi, angka besaran nisbah ini muncul
sebagai hasil tawar-menawar antara shahib al-maal dengan mudharib.
Dengan demikian, angka nisbah ini bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30,
80:20, bahkan 99:1. Namun para ahli fiqih sepakat bahwa nisbah 100:0
tidak diperbolehkan.34
e. Cara Menyelesaikan Kerugian
33 Ibid, hal.199
34 Ibid, hal. 199
xxxviii
Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah diambil terlebih
dahulu dari keuntungan, karena keuntungan merupakan pelindung modal.
Kemudian bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok
modal.35
6. Investasi Berdasarkan Bagi Hasil
Inti mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada
kerjasama yang baik antara shahibul maal dengan mudharib. Kerjasama
atau partnership merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi Islam.
Kerjasama ekonomi harus dilakukan dalam semua bentuk kegiatan
ekonomi, yaitu: produksi, distribusi barang maupun jasa. Salah satu bentuk
kerjasama dalam bisnis atau ekonomi Islam adalah qirad atau mudharabah.
Qirad atau mudharabah adalah kerjasama antara pemilik modal atau uang
dengan pengusaha pemilik keahlian atau ketrampilan atau tenaga dalam
pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek usaha. Melalui mudharabah
kedua belah pihak yang bermitra tidak akan mendapatkan bunga, tetapi
mendapatkan bagi hasil atau profit dan loss sharing dari proyek ekonomi
yang disepakati bersama.36
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil
Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil ada 2 yaitu:
a. Faktor Langsung
35 Ibid, hal. 199
36 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, op.cit., hal. 19
xxxix
Faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil
adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi
hasil (profit sharing ratio), penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Investment rate merupakan prosentase aktual dana yang
diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment
rate sebesar 80%, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan
untuk memenuhi likuiditas;
2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan
jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk
diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
salah satu metode yaitu rata-rata saldo minimum bulanan dan rata-
rata total saldo harian. Invesment rate dikalikan dengan jumlah
dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan
jumlah dana aktual yang digunakan; 37
3) Nisbah (profit sharing ratio)
Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan
dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara satu BMT dan
BMT lainnya dapat berbeda. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu
ke waktu dalam satu BMT, misalnya pembiayaan mudharabah 5
bulan, 6 bulan, 10 bulan dan 12 bulan. Nisbah juga dapat berbeda
antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya
dana dan jatuh temponya.
b. Faktor Tidak Langsung
Faktor-faktor tidak langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil:
37 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2002, hal. 106
xl
1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
a) Shahibul Maal dan Mudharib akan melakukan share baik dalam
pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan
merupakan pendapatan yang diterima setelah dikurangi biaya-biaya;
b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue
sharing.
2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya
aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan
pendapatan dan biaya.38
8. Komponen Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah
Beberapa hal yang terkait dengan perhitungan bagi hasil pembiayaan
mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Saldo pembiayaan;
b. Jangka waktu pengembalian;
c. Sistem pengembalian, apakah mengangsur atau ditangguhkan;
d. Hasil yang diharapkan oleh BMT;
e. Nisbah bagi hasil;
f. Proyeksi pendapatan dari calon peminjam. Berdasarkan pengalaman
usaha sebelumnya, proyeksi ini lebih mudah diketahui;
g. Realisasi pendapatan yang sesungguhnya. Berdasarkan laporan
keuangan peminjam, besar kecilnya laba aktual menjadi dasar dalam
pengambilan tingkat bagi hasil;
38 Ibid, hal. 106
xli
h. Tingkat persaingan harga, baik dengan lembaga keuangan sejenis
maupun dengan lembaga konvensional.39
B. Konsep Pendapatan dan Biaya dalam Bagi Hasil
1. Pengertian Pendapatan dan Biaya
a. Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan, seperti manajemen rekening investasi terbatas;
b. Biaya
Biaya adalah penurunan kotor dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selam periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, atau aktivitas; termasuk pemberian jasa.40
2. Metode Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil
Pendapatan bagi hasil adalah pendapatan yang diperoleh oleh bank
bagi hasil yang berasal dari mudharabah dan musyarakah. Ditinjau dari
cara menentukan jumlah rupiah pembayaran angsuran dan pokok
pembiayaan terdapat dua metode yaitu:
a. Bagi hasil netto adalah bagi hasil yang didasarkan pada pendapatan
dari usaha/proyek yang dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dibagihasilkan adalah
laba dari sebuah usaha/proyek. Contoh: bila dari sebuah proyek atau
usaha dihasilkan penjualan sebesar Rp 2.000.000,00 dan biaya-biaya 39 Ridwan, op.cit., hal. 176
40 Ivan Rahmawan Arifin, Modul Kuliah Akuntansi Syariah, Surakarta, STAIN Surakarta, 2003, hal.
114
xlii
usaha Rp 500.000,00, maka yang dibagihasilkan sebesar Rp
1.500.000,00. Ini disebut metode profit sharing;
b. Bagi hasil brutto adalah bagi hasil yang didasarkan pada pendapatan
usaha/proyek yang tidak dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dibagihasilkan adalah
pendapatan dari sebuah usaha/proyek. Contoh: bila dari sebuah
proyek atau usaha dihasilkan penjualan sebesar Rp 2.000.000,00 dan
biaya-biaya usaha sebesar Rp 500.000,00, maka yang dibagihasilkan
adalah sebesar penjualan yaitu Rp 2.000.000,00. Ini disebut metode
revenue sharing.41
Ditinjau dari cara pembayaran nasabah kepada bank maka terdapat
dua metode penerimaan pendapatan bagi hasil pada pembiayaan
mudharabah yaitu:
a. Bagi hasil dibayarkan terpisah dengan angsuran pokok pinjaman, pada
cara ini maka pendapatan bagi hasil yang diterima oleh bank bagi hasil
merupakan pembayaran terpisah dari pembayaran angsuran pokok
pembiayaan;
b. Bagi hasil dibayarkan tidak terpisah dengan angsuran pokok pinjaman,
pada cara ini maka pendapatan bagi hasil yang diterima merupakan
pembayaran bersamaan dengan pembayaran angsuran pokok
pembiayaan. Sebelum menyetujui sebuah usulan pembiayaan yang
diajukan oleh nasabah maka bank bagi hasil akan membuat proyeksi
pembayaran terlebih dahulu.42
41 Ibid, hal. 139-140
42 Ibid, hal. 140
xliii
3. Sistem Pencatatan dan Pelaporan (Akuntansi) Keuangan
Sistem pencatatan dan pelaporan (akuntansi) keuangan, ada dua
sistem yaitu:
a. Accrual basis adalah sistem penentuan biaya dan pendapatan yang mengakui seluruh pendapatan dan biaya pada tahun buku tertentu meskipun realisasinya baru terjadi dalam buku selanjutnya.
b. Cash basis adalah pencatatan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan saat penerimaan atau pengeluaran tunai tanpa memperhatikan tanggal transaksinya.43
C. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah)
1. Pengertian Pembiayaan
Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan bab I pasal I
No.12, yang dimaksud pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah:
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.44 Kata mewajibkan pada Undang-Undang di atas maksudnya adalah pihak
yang dibiayai mewajibkan untuk mengembalikan uang pinjamannya,
kecuali apabila terjadi resiko bisnis dalam mudharabah, maka tidak
mewajibkan untuk mengembalikan uang pinjamannya.
2. Pengertian Akad Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.
Maksud dari kata memukul atau berjalan dalam hal ini adalah proses
seseorang memukulkan kakinya dalam melaksanakan usaha.
43 Priyonggo Suseno dan Heri Sudarsono, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,
2004, Yogyakarta, UII Press, hal. 13 44 Undang-Undang No.10 tahun 1998
xliv
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modalnya sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.45
Sedangkan menurut para ulama, istilah syarikah mudharabah memiliki pengertian yaitu pihak pemodal (investor) menyerahkan sejumlah modal kepada pihak pengelola untuk diperdagangkan. Pemodal berhak mendapat bagian tertentu dari keuntungan.46
Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak
zaman nabi, bahwa telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya
Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw. berprofesi sebagai pedagang, ia
melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau
dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan, baik
menurut Al-Qur'an, Sunnah, maupun Ijma'.
Praktik mudharabah antara Khadijah dengan nabi, saat itu Khadijah
mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad
Saw. keluar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan sebagai pemilik
modal (shahib al-maal) sedangkan Nabi Muhammad Saw. berperan
sebagai pelaksana usaha (mudharib). Bentuk kontrak antara dua pihak
dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan
sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana
usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung disebut akad
mudharabah. Jadi akad mudharabah adalah persetujuan kongsi antara
harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain.47
45 Syafi'I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta, Gema Insani Press, 2001, hal. 95
46 Abu Asma' Kholid Syamhudi, "Hakikat Mudharabah", Majalah As-Sunnah, (Surakarta) Ed. 3 TH
X/1427H/2006M, hal. 17 47 Karim, op.cit., hal. 193
xlv
3. Landasan Syariah
Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-
ayat dan hadits berikut ini:
a) Al-Qur'an
)20: املزمل .....( وءاخرون يضربون في األرض يبتغون من فضل الله...... "….dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah …."48
Makna dari surat al-Muzzammil : 20 adalah adanya kata yadhribun yang
sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu
perjalanan usaha.
)10: اجلمعة ..... ( فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل اهللا
"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah …."49
ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضال من ربكم...... (البقرة : 198)
"Tidak ada dosa bagi kamu untuk mencari Karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhan-mu…."50
Surat al-Jumu'ah:10 dan al-Baqarah: 198 sama-sama mendorong kaum
muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha.
b) Al-Hadits
كان سيدنا العباس بن عبد املطلب : روى ابن عباس رضي اهللا عنهما أنه قال حبرا وال ينزل به إذا دفع املال مضاربة اشترط على صاحبه أن اليسلك به
48 Depag RI, op.cit., hal. 459 49 Ibid. hal. 442 50 Ibid hal. 24
xlvi
طه رلغ شفب نمض ل ذلكة فإن فعطبكبد ر ة ذاتابرى به دتشال يا واديوهازفأج لمسه وليلى اهللا عل اهللا صوسر
"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut pada Rasulullah Saw dan Rasulullah pun membolehkannya." (HR. Thabrani)51
c) Ijma'
Imam Zailai dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah (4/13) telah menyatakan
bahwa para sahabat telah berkonsensus akan legitimasi pengolahan
harta anak yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini
sejalan dengan spirit hadis yang dikutip oleh Abu Ubaid dalam kitabnya
al-Amwal (454)
“Rasulullah saw. telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada di tanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat”.52
Indikasi dari hadis ini adalah menginvestasikan harta anak yatim secara
mudharabah sudah dianjurkan, apalagi mudharabah dalam harta sendiri.
Adapun pengertian zakat disini, seandainya harta tersebut
diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari return on investment
(keuntungan) bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut
akan senantiasa berkembang, bukan berkurang.53
51 Thabrani, dikutip oleh Syafi'i Antonio, dalam bukunya Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, op.cit.,
hal. 96 52 Alaudin Al-Kasani, Bada'i Ash-Shana'i fi Tartib Asy-Syara'i, juz VI, hal. 79
53 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta, UII Press, 2005, hal. 15
xlvii
d) Qiyas
Mudharabah diqiyaskan kepada al-musaqah (menyuruh seseorang untuk mengelola kebun). Selain di antara manusia, ada yang miskin dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.54
4. Rukun dan Syarat Mudharabah
Ada beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan mudharabah yaitu:
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
Akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama
bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal), pihak kedua sebagai
pelaksana usaha (mudharib). Syarat keduanya adalah pemodal dan
pengelola harus mampu melakukan transaksi dan sah secara hukum.55
b. Objek mudharabah (modal dan kerja)
Objek merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan
oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek
mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya
sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan berbentuk uang.
Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, ketrampilan,
selling skill, management skill dan lain-lain. 56
Syarat objek mudharabah adalah:
1) modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang);
54 Rachmat Syafe'I, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, Bandung, Pustaka
Setia, 2001, hal. 226 55Syafi'i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, Jakarta, Tazkia Institute, 1999, hal. 174 56 Karim, op.cit., hal. 194
xlviii
2) modal harus tunai.57
Para fuqaha tidak membolehkan modal mudharabah berbentuk barang. Ia harus uang tunai karena barang tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya modal mudharabah. Para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya mudharabah dengan hutang. Tanpa adanya setoran modal, berarti shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi'i dan Maliki melarang hal itu karena merusak sahnya akad.58
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
"Persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari
prinsip 'an-taraadhim minkum (sama-sama rela)."59 Kedua belah pihak
harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad
mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk
mengkontribusikan dana dan si pelaksana usaha pun setuju dengan
perannya untuk mengkontribusikan kerja.
Syaratnya adalah melafazkan ijab dari yang punya modal dan
qabul dari yang menjalankannya.60
d. Nisbah Keuntungan
"Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang
tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang
berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah."61 Mudharib
mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-maal
mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan
inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah
pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
57 Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, op.cit., hal. 175
58 Karim, op.cit., hal.194
59 Karim, op.cit., hal. 194
60 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, op.cit., hal. 73
61 Karim, op.cit., hal. 194
xlix
Syaratnya adalah:
1) Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak;
2) Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui
pada waktu kontrak dan proporsi tersebut harus dari
keuntungan;
3) Nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu
ke waktu;
4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa
saja yang ditanggung pemodal dan pengelola.62
5. Perkara yang Membatalkan Mudharabah
Mudharabah dianggap batal pada hal berikut:
a. Pembatalan, larangan berusaha dan pemecatan;
b. Salah seorang aqid meninggal dunia;
c. Salah seorang aqid gila;
d. Pemilik modal murtad;
e. Modal rusak di tangan pengusaha.63
6. Jenis-Jenis Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis:
a. Mudharabah Muthlaqah
"Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul
maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
62 Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, op.cit, hal. 176
63 Syafe'i, op.cit., hal. 237
l
spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis."64 Dalam pembahasan
fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if'al
ma syi'ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang
memberi kekuasaan sangat besar. Jenis usaha disini mempunyai syarat
yaitu aman, halal dan menguntungkan.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau istilah lainnya restricted
mudharabah/specified mudharabah adalah mudharib dibatasi dengan
batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini
seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam
memasuki jenis dunia usaha.65
7. Terjadinya Kerugian
Kerugian dalam mudharabah adalah ketidakmampuan nasabah
dalam membayar cicilan pokok senilai pembiayaan yang telah diterimanya
atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang telah
diterimanya. Kerugian ditanggung oleh bank syariah, kecuali akibat:
a. nasabah melanggar syarat yang telah disepakati;
b. nasabah lalai dalam menjalankan modalnya.66
Kemungkinan bank menderita kerugian dari berbagai operasinya
menyalurkan dananya kepada masyarakat, apabila terdapat banyak sekali
nasabah yang tidak memenuhi kewajibannya. Namun, apabila bank Islam
dikelola secara profesional kemungkinan terjadinya kerugian sangat kecil,
karena kerugian disalah satu portofolio akan dapat ditutupi dengan 64 Antonio, op.cit., hal. 97
65 Ibid, hal. 97
66 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, op.cit., hal. 74
li
keuntungan pada portofolio lain, dalam hal ini semuanya terhimpun dalam
pot dana (pool of fund).67
Cara mengurangi risiko kerugian yang dihadapi nasabah atau
mengurangi jumlah nasabah yang tidak memenuhi kewajibannya, maka
diperlukan peningkatan profesionalisme para pengelola bank Islam
terutama dalam menilai kelayakan proyek dan karakter nasabah. Proyek-
proyek yang besar dianjurkan memakai akuntan public untuk menilai
laporan keuangan proyek.
8. Teknik Mudharabah dalam Perbankan
Teknik mudharabah dalam perbankan sebagai berikut:
4. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola
modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal
diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati
bersama;
5. Hasil pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan dua cara:
1) perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing);
2) perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing);
6. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap
bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal
menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan
penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalahgunaan dana;
67 Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta,
Dana Bhakti Wakaf, 1992, hal.45
lii
7. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak
berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah;
8. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau
membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat
dikenakan sanksi administrasi.68
9. Manfaat Mudharabah
Manfaat mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat;
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil
usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative
spread;
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas
usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah;
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar
aman, halal dan menguntungkan karena keuntungan yang konkrit dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan;
e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga
tetap.69
68 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta,
Ekonisia, 2004, hal. 70-71 69Antonio, op.cit., hal. 97-98
liii
Gambar 2 Skema Mudharabah Pada BMT KHONSA
Sumber Data: BMT KHONSA Cilacap D. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah
Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan:
1) Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati;
2) Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.70 Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktik dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank.
Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode,
yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi
laba, dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan
70 IAI, PSAK No. 59, Jakarta, 2002
Perjanjian Bagi Hasil
Keahlian / keterampilan
Modal 100%
BMT KHONSA (Shahibul Maal)
Nasabah (Mudharib)
PROYEK/USAHA
LABA
RUGI
MODAL
Nisbah X %
Nisbah Y %
100 % Kelalaian
100 % Force Majfur (Musibah)
dan Business Risks
Pengambilan Modal Pokok
liv
pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari
total pendapatan pengelolaan mudharabah.71
Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian
mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurang
pembiayaan mudharabah. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau
kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana.
Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana pada saat
mudharabah selesai atau dihentikan sebelum masanya berakhir diakui
sebagai piutang jatuh tempo kepada pengelola dana.
E. Filosofis BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)
1. Pengertian BMT
Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal
dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti: zakat, infaq
dan shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan
penyaluran dana komersil.72
Baitul maal wattamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan yang
ditumbuhkan dari peran masyarakat secara luas, tidak ada batasan
ekonomi, sosial bahkan agama. Masyarakat dapat berperan aktif dalam
membangun sebuah sistem keuangan yang lebih adil dan penting mampu
menjangkau lapisan pengusaha yang terkecil.
Peran BMT dalam menumbuhkembangkan usaha mikro di
lingkungannya merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi
71 Ibid
72 Sudarsono, op.cit., hal. 96
lv
pembangunan nasional. BMT tidak digerakkan dengan motif laba semata,
tetapi juga dengan motif sosial. BMT beroperasi dengan pola syariah, maka
mekanisme kontrolnya tidak hanya dari aspek ekonomi saja, tetapi agama
atau akidah menjadi faktor pengontrol dari dalam yang lebih dominan.73
2. Landasan BMT
Baitul maal wattamwil (BMT) berlandaskan prinsip syariah Islam,
keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan atau koperasi,
kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme. Dengan demikian,
keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah dan legal, sebagai lembaga
keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip
syariah.74
Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mau tumbuh dan
berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk
mencapai sukses di dunia dan akhirat juga keterpaduan antara sisi maal
dan tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti
upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama.
Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya bergantung pada uluran
tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partisipasi
anggota dan masyarakat, untuk itulah pola pengelolaannya harus
profesional.
Landasan Syariah BMTadalah sebagai berikut:
a. Al-Qur'an
وهبى فاكتمسل من إلى أجيبد متنايدوا إذا تنآم ا الذينهآأي282: البقرة ..... (ي( 73Ridwan, op.cit., hal. 73-74 74 Ibid, hal. 129
lvi
" Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya." 75 b. Al-Hadist
Salah satu hadist Rasulullah saw, menegaskan bahwa:
مرل حأح الال أوح مراال ح طهمورلى شن عولمساالم
" Kaum muslimin (dalam kebebasan) sesuai dengan syarat dan kesepakatan mereka, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram."(at-Tirmidzi)76
Islam mendorong penganutnya berjuang untuk mendapatkan harta
dengan berbagai cara, asalkan sesuai dengan syariat Islam yaitu harta
yang halal lagi baik, tidak menggunakan cara batil, tidak berlebih-
lebihan/melampaui batas, tidak menzalimi maupun dizalimi, menjauhkan
diri dari riba, maisir (perjudian), gharar (ketidakjelasan) serta tidak
melupakan tanggung jawab sosial berupa zakat, infak, shadaqah.77
3.Ciri-Ciri Utama BMT
Ciri-ciri utama BMT adalah sebagai berikut:
a. Beroperasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan masyarakat;
b. Bukan lembaga sosial, tetapi bermanfaat untuk mengefektifkan pengumpulan dan pensyarufan dana zakat, infaq dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak;
c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di sekitarnya;
d. Milik bersama masyarakat bahwa bersama dengan orang kaya disekitar BMT, bukan milik perseorangan atau orang dari luar masyarakat. Atas dasarnya ini BMT tidak dapat berbadan hukum perseroan.78
75 Depag RI, op.cit., hal. 37
76At-Tirmidzi dikutip oleh Syafi'i Antonio, dalam bukunya Bank Syariah dari Teori ke Praktek, op.cit., hal. 11 77 Ibid, hal. 12
78 Ridwan,op.cit., hal. 132
lvii
4. Ciri-Ciri Khusus BMT
Baitul maal wattamwil (BMT) merupakan lembaga milik masyarakat,
sehingga keberadaannya akan selalu dikontrol dan diawasi oleh
masyarakat. Laba atau keuntungan yang diperoleh BMT juga akan
didistribusikan kepada masyarakat, sehingga maju mundurnya BMT sangat
dipengaruhi oleh masyarakat di sekitar BMT berada. Selanjutnya BMT
memiliki ciri khusus sebagai berikut:
a. Staf dan karyawan BMT bertindak proaktif, tidak menunggu tetapi
merebut bola, baik untuk menghimpun dana anggota maupun untuk
pembiayaan;
b. Kantor dibuka dalam waktu tertentu yang ditetapkan sesuai kebutuhan
pasar;
c. BMT mengadakan pendampingan usaha anggota;
d. Manajemen BMT adalah professional Islami;
1) Administrasi keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan
Indonesia yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi syariat;
2) Setiap bulan BMT akan menerbitkan laporan keuangan dan
penjelasan dari sisi laporan tersebut;
3) Setiap bulan buku yang ditetapkan, maksimal sampai bulan Maret
tahun berikutnya, BMT akan menyelenggarakan Musyawarah
Anggota Tahunan. Forum ini merupakan forum permusyawaratan
tertinggi;
4) Aktif menjemput bola, berprakarsa, kreatif-inovatif, menemukan
masalah dan memecahkannya secara bijak dan memberikan
kemenangan kepada semua pihak (win-win solution);
lviii
5) Berfikir, bersikap dan bertindak "Ahsanu 'Amala" atau service
excellence;
6) Berorientasi kepada pasar bukan pada produk.79
F. Kerangka Berfikir
Salah satu pendapatan utama BMT adalah dari produk pembiayaan
mudharabah. Produk ini menggunakan prinsip bagi hasil, yang di tentukan
berdasarkan kesepakatan dan menggunakan prosentase keuntungan
tertentu. Metode perhitungan bagi hasil yang digunakan adalah revenue
sharing sesuai yang ditentukan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Revenue
sharing merupakan suatu metode perhitungan bagi hasil yang dihitung dari
total pendapatan.
Hal-hal yang mempengaruhi bagi hasil adalah saldo pembiayaan,
jangka waktu pengembalian, sistem pengembalian, hasil yang diharapkan
oleh BMT, nisbah bagi hasil, proyeksi pendapatan dari calon peminjam,
realisasi pendapatan yang sesungguhnya, tingkat persaingan harga, baik
dengan lembaga keuangan sejenis maupun dengan lembaga konvensional.80
Mengingat hal tersebut apabila saldo pembiayaan tinggi, nisbah bagi
hasil tinggi, maka tingkat keuntungan yang diperoleh BMT akan tinggi pula.
Sedangkan jangka waktu pembiayaan terkait dengan jumlah angsuran bagi
hasil yang akan diterima setiap bulan. Apabila jangka waktu pendek, maka
angsuran yang diperoleh akan besar. Apabila jangka waktu pembiayaan
panjang, maka angsuran bagi hasil yang diterima akan cenderung kecil.
79 Ibid, hal. 133-134
80 Ibid, hal. 176
lix
Kalau angsuran pokok tergantung dari saldo pembiayaan. Apabila angsuran
pokok besar, maka saldo pembiayaan sedikit atau cepat lunas. Apabila
angsuran pokok kecil, maka saldo pembiayaan besar atau pelunasannya
lama.
Gambar 3 Kerangka Berfikir
Saldo pembiayaan, jangka waktu pengembalian, sistem pengembalian,
hasil yang diharapkan oleh BMT, nisbah bagi hasil, proyeksi pendapatan dari
calon peminjam dan tingkat persaingan harga akan berpengaruh secara
signifikan terhadap bagi hasil yang diterima oleh BMT. Metode yang
digunakan BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan Fatwa DSN, maka
bagi hasil yang diperoleh BMT juga sudah sesuai dengan Fatwa DSN,
sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Bagi hasil yang diterima oleh BMT
Saldo pembiayaan
Jangka waktu pengembalian
Sistem pengembalian
Hasil yang diharapkan
Nisbah bagi hasil
Proyeksi pendapatan
Tingkat persaingan harga
Fatwa DSN
lx
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan bulan Juni 2006 dan tempat
penelitiannya berada di BMT KHONSA Cilacap, Jalan Gatot Subroto No.
120 Cilacap, Telp. (0282) 541520. Penulis melaksanakan penelitian bulan
Juni karena sistem laporan keuangan BMT tersebut menggunakan sistem
triwulanan. Bulan tersebut sudah mewakili untuk membuat laporan
lxi
keuangan triwulan kedua atau setengah tahun, sehingga penulis dapat
memperoleh data yang valid dalam melakukan penelitian di BMT
tersebut.
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan tempat penelitian, maka jenis penelitian yang
digunakan dalam skripsi ini adalah field reseach, yaitu penelitian yang
sumber datanya diperoleh dengan mendatangi perusahaan secara
langsung sebagai objek penelitian.
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data kualitatif.
Data kualitatif adalah memaparkan data dan memberikan gambaran
penjelasan secara teoritik yang didasarkan pada masalah yang diteliti
yang ada di lapangan serta mengeksplorasikan ke dalam bentuk laporan.
Penulis juga memaparkan data dalam bentuk angka-angka, kemudian
angka-angka perhitungan bagi hasil tersebut akan dideskripsikan ke
dalam data kualitatif, sehingga memudahkan penulis untuk mengambil
kesimpulan. Data tersebut adalah akad, data perhitungan pembayaran
angsuran mudharabah dan data nasabah pembiayaan mudharabah.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari pihak
BMT KHONSA Cilacap. Data tersebut yaitu jawaban responden
lxii
(nasabah dan pihak BMT KHONSA Cilacap) mengenai metode
perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau digunakan oleh
organisasi yang bukan merupakan pengelolanya. Data tersebut adalah
perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di BMT
KHONSA Cilacap, akad, angsuran nasabah pembiayaan mudharabah
di BMT KHONSA Cilacap.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Studi Lapangan
1) Dokumentasi, yaitu pengumpulan data-data dengan melakukan
review terhadap dokumen yang berkaitan dengan masalah tersebut.
2) Interview, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengadakan tatap muka atau wawancara pada pihak BMT
KHONSA Cilacap untuk memberikan data yang diperlukan dalam
proses penelitian.
b. Studi Pustaka
Pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku yang membahas
dan berhubungan dengan objek penelitian.
C. Populasi, Sampel dan Tenik Pengambilan Sampel
lxiii
"Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek yang diteliti."81 Populasi
dalam penelitian ini adalah nasabah pembiayaan mudharabah. Populasi yang
digunakan oleh penulis adalah 130 nasabah pembiayaan mudharabah.
"Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari
suatu populasi dan diteliti secara rinci."82 "Krejcie dan Morgan (1970) telah
memberikan panduan dalam menentukan jumlah anggota sampel dari
populasi tertentu dengan taraf kepercayaan 95%."83
"Semakin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang
kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah
sampel menjauhi populasi maka semakin besar kesalahan generalisasi."84
Penulis menentukan jumlah sampel yang diambil adalah 30 nasabah
pembiayaan mudharabah.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis dalam penulisan
skripsi ini adalah metode pengambilan sampel probabilitas/acak (random
sampling), yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel dimana setiap
anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel dengan memberikan pertanyaan kepada 30 nasabah
pembiayaan mudharabah yang dianggap sudah mewakili dan dapat
memberikan informasi yang jelas tentang hal-hal yang dibutuhkan oleh
penulis.
D. Metode Analisis Data
81 Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta, UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1995, hal. 109 82 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, Yogyakarta, UPFE UMY, 2005, hal. 95 83 Sugiyono, Statistik Non Parametris, Bandung, Alfa Beta, 2004, hal. 11 84 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfa Beta, 1998, hal. 63
lxiv
Metode analisis data yang dipakai oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Penulis menggunakan data nasabah pembiayaan mudharabah untuk
dianalisis nisbah bagi hasilnya dengan metode revenue sharing yang
sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Rumus yang
digunakan oleh penulis adalah:85
waktuJangka
PembiayaanPlafon Pokok Angsuran =
Pembiayaan Saldo x laba % Laba =
laba x BAHASNisbah BMT BAHAS =
PembiayaanPlafon x 0,25% PembiayaanSimpanan =
PembiayaanSimpanan BAHAS Pokok Angsuran Angsuran Total ++=
PokokAngsuran - 1Bulan Saldo KeduaBulan Saldo =
Dimana :
a. Angsuran Pokok : Pembayaran angsuran pembiayaan tanpa
ditambah dengan bagi hasil yang dibayarkan setiap bulan.
b. Plafon Pembiayaan : Batas maksimal pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah.
c. Jangka Waktu : Waktu pembayaran pelunasan pembiayaan.
d. Laba : Keuntungan yang diperoleh BMT dari hasil
usaha nasabah pembiayaan mudharabah.
e. BAHAS : Bagi Hasil.
f. Nisbah BAHAS : Prosentase yang ditentukan berdasarkan
hasil kesepakatan antara pihak BMT dengan pihak nasabah.
85 Ridwan, op.cit., hal. 176
lxv
g. Simpanan Pembiayaan : Simpanan nasabah yang besarnya ditentukan
oleh BMT pada saat aqad sebesar 0,25% dari plafon pembiayaan.
h. Total Angsuran : Angsuran yang terdiri dari angsuran pokok,
BAHAS dan simpanan pembiayaan.
i. Saldo Pembiayaan : Jumlah saldo pembiayaan mudharabah yang
harus dibayar oleh nasabah setelah dikurangi dengan angsuran pokok.
2. Setelah mengetahui total angsuran nasabah pembiayaan mudharabah,
maka penulis akan menganalisis cara pembayaran pembiayaan
mudharabah dengan metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa
DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
menilai kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Cara pembayaran angsuran bagi hasil yang dilakukan setiap bulan
disesuaikan dengan nisbah bagi hasil dari keuntungan yang didapat
oleh nasabah;
b. Angsuran pokok dibayar setiap bulan.
Berdasarkan rumus tersebut kemudian dianalisis dengan analisis kualitatif,
metode yang digunakan dalam proses penalarannya yaitu metode induktif.
Metode induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat
studi lapangan menuju kepada teori.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Obyek Penelitian (BMT KHONSA Cilacap)
1. Profil BMT KHONSA Cilacap
lxvi
BMT KHONSA Cilacap berdiri sejak tanggal 19 Oktober 1999,
dengan Badan Hukum No. :092/BH/KDK/11/XII/2000, didasari ikhlas
mencari ridho Allah, BMT KHONSA telah mampu mengukir prestasi dan
ikut berperan aktif dalam mengembangkan potensi umat, khususnya
masyarakat kecil.
Berdasarkan wawancara dengan manager umum pada BMT
KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag., alasan pemilihan lokasi
kantor BMT ini adalah sebagai berikut:
a. Mudah dijangkau oleh para nasabah atau masyarakat. Hal ini
disebabkan letak daerah tersebut terdapat di jalan utama dimana
semua angkutan kota melewati jalan tersebut;
b. Letaknya yang strategis, sehingga memudahkan komunikasi dengan
lembaga keuangan syariah lainnya;
c. Lokasi tersebut berdekatan dengan pusat keramaian kota Cilacap
yaitu di Jalan Gatot Subroto No.120 Cilacap, disana terdapat
pertokoan di sepanjang jalan dan terdapat tempat keramaian atau
hiburan sehingga menjamin akan keberadaan BMT KHONSA dalam
mempromosikan dirinya.
Atas dasar amanah dan kerja sama dengan berbagai pihak, BMT
KHONSA telah membantu pembiayaan Rp. 2 Milyar lebih bagi 1000
orang nasabah / anggota. Insya Allah, dengan komitmen yang tinggi,
BMT KHONSA berniat menjadi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang
kuat, profesional dan unggulan.
2. Visi dan Misi
lxvii
Visi BMT KHONSA Cilacap adalah mengembangkan kualitas
ekonomi dan kesejahteraan umat melalui :
a. Mengembangkan permodalan masyarakat dengan penghimpunan
simpanan umat;
b. Pengembangan usaha kecil dengan pembiayaan modal kerja dan
investasi;
c. Pemberdayaan umat secara integral (terpadu) dan memperluas
jaringan kerja dengan pendekatan sosial, ekonomi produktif dan
dakwah.
Misi BMT KHONSA Cilacap adalah menjadi lembaga keuangan
syariah, profesional, produktif, unggul dan berperan bagi pengembangan
dakwah.
3. Data Lembaga
a. Nama Koperasi : KSU BMT KHONSA
b. Tempat Kedudukan Pusat : Jl. Gatot Subroto No.120 Cilacap
No.Telepon : (0282) 541520
No. Fax : (0282) 541766
E-mail : [email protected]
Unit Pasar Gede : Kios Blok A Lt II No. 129 Cilacap
Unit Maos : Pasar Tambangan Jl. Raya Maos-
Sampang Cilacap
No. Telepon : (0282) 695503
Unit Gandrungmangu : Jl. Raya Gandrung-Sidareja Cilacap
No.Telepon : (0280) 523782
lxviii
c. Dewan Syariah : H. Arwani Amin Lc
d. Ketua Pengurus : Listiyanto A.Md
e. Manager : Alif Ediyanto S.Ag
f. Jumlah Tenaga Kerja : 13 orang
g. Tanggal Pendirian : 19 Oktober 1999
4. Landasan Hukum
a. Badan Hukum : Koperasi
b. Nomor Badan Hukum : 092/BH/KDK.11.16/XII/2000
c. NPWP : 02.063.960.5-522.000
5. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Pelaksanaan KSU BMT KHONSA:
Dewan Pengurus:
1. Ketua : Listiyanto A.Md.
2. Sekretaris : Juhartono ST.
3. Bendahara : Nurcholis
4. Anggota : 1. Karsito S.Pd.
2. Sapto Widod Jati ST.
Dewan Pengawas Syariah:
1. H. Arwani Amin Lc.
2. Ir. M. Syaifullah
3. Drs. Faiz al Hamidi
Dewan Pengelola:
lxix
Manager Umum : Alif Ediyanto S.Ag.
Kepala Bagian Operasional Pembukuan : Ani Widiarti SE.
Staff Operasional Pembukuan : Indriyani
Staff Operasional Pembukuan : Nikmawati
Kepala Bagian Keuangan : Suswanti
Kepala Bagian Pemasaran : Utrianingsih
Staff Pemasaran : Suparudin
Staff Pemasaran : Suprayitno
Staff Pemasaran : Warso
Staff Pemasaran : Ahmad Faroid
Kepala Cabang BMT KHONSA Pasar Gede : Andys Setyorini SE.
Kepala Cabang BMT KHONSA Maos : M. Ahyadi
Kepala Cabang BMT KHONSA Gandrung : Lamijan
6. Motto, Prinsip dan Komitmen
a. Motto Usaha : Mitra Anda Menuju Sukses
b. Motto Pelayanan : Aman, Lancar, Mudah, Berkah sesuai Syariah
c. Prinsip Usaha : Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah dan Itqon
d. Komitmen : Profesional, Mandiri dan Independen
7. Jenis Produk
a. Simpanan
1) Simpanan Mudharabah (SIMUDAH)
2) Simpanan Berjangka Mudharabah (SAJADAH)
3) Simpanan Untuk Qurban (SUQUR)
lxx
4) Simpanan Masa Depan (SIMAPAN)
5) Simpanan Anak Sekolah (SIMAS)
6) Simpanan Haji Mabrur (SAHAM)
7) Simpanan Penyertaan Modal Investasi (SIMPATI)
b. Layanan Pembiayaan
1) Mudharabah (pembiayaan usaha dengan sistem bagi hasil)
2) Murabahah (pembiayaan pengadaan barang secara cicilan)
3) Musyarakah (pembiayaan kerjasama / modal usaha)
4) Rahn (pembiayaan gadai)
5) Ijarah (pembiayaan sewa barang / jasa)
6) Qardhul Hasan (pembiayaan kebajikan)
c. Layanan ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah)
BMT KHONSA membuka layanan Zakat, Infaq, Shadaqah dan
Hibah untuk dikelola sesuai dengan syariah dan disalurkan kepada 8
asnaf, melalui Program Integral Dakwah Divisi Baitul Maal KHONSA:
1) Bina Ekonomi Dhu’afa (BEDA)
2) Bina Sekolah Anak Dhu’afa (BISA)
3) Bina Kesehatan Sosial (BAKSOS)
4) Bina Aqidah, Syariah dan Akhlaq (BIASA)
B. Pengujian dan Hasil Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang bersumber dari data perhitungan pembayaran angsuran
pembiayaan mudharabah pada nasabah BMT KHONSA Cilacap, aqad
pembiayaan mudharabah antara nasabah sebagai mudharib dan pihak BMT
lxxi
KHONSA Cilacap sebagai shahibul maal, serta jawaban responden ( pihak
BMT dan nasabah) mengenai metode perhitungan bagi hasil pada
pembiayaan mudharabah. Kemudian penulis menggunakan data-data
tersebut untuk dianalisis nisbah bagi hasilnya dengan metode revenue
sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000.
Penilaian pada metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan
mudharabah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi tentang metode perhitungan bagi hasil yang dipakai pada BMT
KHONSA Cilacap, karena dengan penelitian tersebut BMT KHONSA Cilacap
akan mengetahui metode perhitungan bagi hasil yang digunakan sesuai
dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Untuk itu penulis
memfokuskan pada metode pembayaran angsuran pelunasan pembiayaan
mudharabah di BMT KHONSA Cilacap, sehingga BMT tersebut dapat
meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang.
Contoh kasus 1 : Pada tanggal 20 Desember 2005, Pak Muhadir
seorang pedagang beras ingin mengajukan pembiayaan mudharabah
sebesar Rp 2.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama
1,5 tahun atau 18 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT)
dan 80% (untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo
pembiayaan mudharabah. Pak Muhadir dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA
Cilacap untuk membayar simpanan pembiayaan, apabila sudah selesai
melunasi pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Pak
Muhadir boleh mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai
dengan kesepakatan pada aqad pembiayaan.
lxxii
Contoh kasus 2 : Pada tanggal 31 Oktober 2005, Bu Suprapti seorang
pedagang gerabah ingin mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp
1.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama 1 tahun atau
12 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT) dan 80%
(untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo pembiayaan
mudharabah. Bu Suprapti dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA Cilacap untuk
membayar simpanan pembiayaan, apabila sudah selesai melunasi
pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Bu Suprapti boleh
mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai dengan kesepakatan
pada aqad pembiayaan.
Contoh kasus diatas akan dibahas oleh penulis dalam pembahasan hasil
analisis data.
C. Pembahasan Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis data tersebut diatas, maka penulis akan
membahasnya secara detail dan terperinci.
1. Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Di
BMT KONSA Cilacap
Contoh kasus 1 dan 2 akan dibahas oleh penulis secara terperinci. Data
yang dipakai dalam menganalisis metode perhitungan bagi hasil pada
lxxiii
pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap adalah data nasabah
dalam melakukan pembayaran angsuran pada pembiayaan mudharabah.
Penulis akan menyajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 1 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah
Nama : Muhadir Alamat : Jl. Tambakan No.10 Rt. 05/ 06 Cilacap Tgl. Pby. : 20 Desember 2005 Jth Tempo : 20 Juni 2007 Jml. Pemby. : Rp 2.000.000,00
Angsuran Pembiayaan (Rp) No. Tanggal
Pokok BAHAS Saldo Pemby.
(Rp) Simp. Pby.
(Rp) 1. 18/01/06 111.200 60.000 1.888.800 - 2. 28/02/06 111.200 56.700 1.777.600 2.100 3. 20/03/06 111.200 53.400 1.666.400 5.400 4. 20/04/06 111.200 50.000 1.555.200 - 5. 30/05/06 111.200 46.700 1.444.000 - 6. 20/06/06 111.200 43.400 1.332.800 5.400 7. 20/07/06 111.200 40.000 1.221.600 8.800
Sumber: Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap
Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya.
Jumlah pembiayaan Rp 2.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp
2.000.000,00 : 18 bulan = Rp 111.111,00 atau dibulatkan menjadi Rp
111.200,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran
pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 2.000.000,00 = Rp
300.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp
300.000,00 = Rp 60.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka
lxxiv
penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue
sharing.
Tabel 2 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah
Nama : Suprapti Alamat : Jl. Kokosan Rt.01/10 Cilacap Tgl. Pby. : 31 Oktober 2005 Jth Tempo : 31 Oktober 2006 Jml. Pemby. : Rp 1.000.000,00
Angsuran Pembiayaan (Rp) No. Tanggal
Pokok BAHAS Saldo Pemby.
(Rp) Simp. Pby.
(Rp) 1. 30/11/05 83.400 30.000 916.600 2.500 2. 26/12/05 83.400 27.500 833.200 2.500 3. 27/01/06 83.400 25.000 749.800 2.500 4. 28/02/06 83.400 22.500 666.400 2.500 5. 28/03/06 83.400 20.000 583.000 2.500 6. 29/04/06 83.400 17.500 499.600 2.500 7. 31/05/06 83.400 15.000 416.200 8.100 8. 30/06/06 83.400 12.500 332.800 2.500
Sumber : Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap
Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya.
Jumlah pembiayaan Rp 1.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp
1.000.000,00 : 12 bulan = Rp 83.333,33 atau dibulatkan menjadi Rp
83.400,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran
pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 1.000.000,00 = Rp
150.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp
150.000,00 = Rp 30.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka
penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue
sharing.
Penyelesaian atau pembagian bagi hasil dari nasabah kepada BMT
dilakukan dengan cara mengangsur pokok. Dengan demikian, nasabah
lxxv
akan memberikan angsuran pokok setiap bulan selama masa pinjaman.
Jumlah angsuran pokok adalah sebesar modal yang dipinjam dibagi
dengan kemampuan nasabah dalam mengangsurnya. Kemampuan
mengangsur sangat ditentukan oleh pendapatan usaha yang dilakukan
oleh nasabah. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis
menganalisis metode perhitungan bagi hasilnya yaitu menggunakan
metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No. 15/DSN-
MUI/IX/2000.
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan komputer (lihat
lampiran) dengan uji 2 sampel t (paired samples test), maka langkah-
langkah pengujian:
1. Menentukan Hipotesa
Ho : 21 µµ ≤ (Revenue sharing lebih kecil atau sama dengan profit
sharing)
Ha : 21 µµ > (Revenue sharing lebih besar atau lebih menguntungkan
daripada profit sharing)
2. Level of signifikan (α = 0,05 )
3. Kriteria pengujian
Ho diterima bila = -t tabel ≤ t hitung tabelt≤
Ho ditolak bila = t hitung >t tabel atau t hitung <-t tabel
4. Perhitungan nilai t hitung untuk sampel berpasangan
lxxvi
t =
−+
−
2
2
1
1
2
22
1
21
21
n
s
n
sr2
n
s
n
s
XX
Berdasarkan perhitungan, t sebesar = 10,106 hasilnya adalah
t hitunng > t tabel yaitu 10,106 > 1,669
5. Hasil Pengujian
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh
10,106 > 1,669 maka Ho ditolak artinya metode revenue sharing lebih
menguntungkan daripada profit sharing. Hasil pengujian diatas dapat
dibuat grafik metode revenue sharing (laba kotor) dan metode profit
sharing (laba bersih) adalah sebagai berikut:
0100.000200.000300.000400.000500.000600.000700.000800.000900.000
1.000.0001.100.0001.200.0001.300.0001.400.0001.500.0001.600.0001.700.0001.800.0001.900.0002.000.000
And
riyan
toT
itik
Ida
Sud
iyon
oLa
mija
nE
ndan
gT
riyan
toP
ujiy
ono
Edi
Muh
adir
Dan
arA
ndi
Don
iY
eni
Sut
riS
usilo
wat
iY
ayan
Ful
yani
Yoh
anah
Tiy
emA
nang
S
umin
iS
apon
Sup
rapt
iM
udiri
Agu
sIn
dra
Den
isS
arno
Man
toT
otal
Lab
a
1 23456789101112131415161718192021222324252627282930
Laba Bersih
Laba Kotor
lxxvii
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2005 yang ada di BMT
KHONSA Cilacap dan laporan laba rugi nasabah pembiayaan
mudharabah (data terlampir) dari populasi sebanyak 130 orang dan
penulis mengambil sampelnya sebanyak 30 orang, maka rata-rata
nasabah tersebut adalah 130 : 30 = 4,33. Penulis akan menganalisis
metode perhitungan bagi hasilnya, yang dapat dihitung dari pendapatan
dan beban-beban operasional BMT. Perhitungan ini ada dalam bentuk
tabel yaitu:
Tabel 3 Perbandingan Metode Perhitungan Bagi Hasil pada Pembiayaan
Mudharabah Uraian Yang Berjalan
Selama Ini Metode Profit
Sharing Selisih
Pendpt. bagi hasil atas pemby. diberikan
Rp 91.618.225,00 Rp 90.878.040,00
Pendpt. adm. atas pemby. diberikan
Rp 9.998.650,00 Rp 9.998.650,00
Pendpt. Operasional lainnya
Rp 2.216.650,00 Rp 2.216.650,00
Pendpt. non operasional
Rp 1.568.550,00 Rp 1.568.550,00
Pendpt. proyek KPPA PG
Rp 20.471.810,44 Rp 20.471.810,44
Total Pendapatan Rp 125.873.885,44 Rp 125.133.700,4
Beban bagi hasil atas simpanan
Rp 13.283.859,96 Rp 13.283.859,96
Beban bagi hasil atas pemby. diterima
Rp 6.939.892,41 Rp 6.939.892,41
Beban adm. atas pemby. diterima
Rp 851.450,00 Rp 851.450,00
Beban adm. & umum
Rp 70.044.492,21 Rp 70.044.492,21
Beban organisasi Rp 1.799.000,00 Rp 1.799.000,00
Beban dana yayasan
Rp 9.242.900,00 Rp 9.242.900,00
Beban penghapusan
Rp 4.603.900,00 Rp 4.603.900,00
lxxviii
pemby.
Beban dana pengurus
Rp 2.443.200,00 Rp 2.443.200,00
Beban operasional lainnya
Rp 4.466.350,00 Rp 4.466.350,00
Beban non operasional
Rp 2.247.300,00 Rp 2.247.300,00
Beban pendidikan & latihan
Rp 696.600,00 Rp 696.600,00
Beban proyek KPPA PG
Rp 136.800,00 Rp 136.800,00
Beban pajak terutang
Rp 160.800,00 Rp 160.800,00
Total Beban Rp 116.916.544,58 Rp 116.916.544,58
Laba Rp 8.957.340,86 Rp 8.217.155,9 Rp 740.184,96
Sumber Data: Laporan Keuangan BMT KHONSA Cilacap Tahun 2005
Laba BMT = Pendapatan - Beban
Berdasarkan tabel diatas, maka penulis akan menghitung pendapatan
bagi hasil atas pembiayaan diberikan dengan metode profit sharing
adalah laba untuk BMT x total laba bersih 1 bulan x rata-rata nasabah x
1 tahun = 20% x Rp 8.745.000,00 x 4,33 x 12 bulan = Rp 90.878.040,00.
Berdasarkan perbandingan kedua metode tersebut maka penulis
mengetahui bahwa dengan metode revenue sharing lebih
menguntungkan bagi pihak BMT sebesar Rp 740.184,96; karena
perhitungan bagi hasil dengan revenue sharing didasarkan pada laba
kotor, sedangkan profit sharing perhitungan bagi hasil didasarkan pada
laba bersih.
Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan bagi hasil yang diperoleh
BMT KHONSA Cilacap dari laba kotor mudharib, maka penulis
menganalisis metode yang digunakannya adalah metode revenue
lxxix
sharing, yang lebih menguntungkan pihak BMT tersebut, dengan alasan
sebagai berikut:
a. Metode revenue sharing lebih mudah digunakan oleh BMT KHONSA
Cilacap;
b. BMT mudah membuat standar harapan bagi hasil dari nasabah
pembiayaan;
c. BMT tidak menanggung resiko biaya-biaya dari pengelolaan usaha
nasabah yang dibiayai oleh BMT dikarenakan BMT tidak ikut
mengelola;
d. Metode revenue sharing lebih maslahah dan adil bagi kedua belah
pihak (BMT dan nasabah).
2. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada
Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA
Cilacap
Penulis akan melakukan analisis yang berkaitan dengan kesesuaian
metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah
berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap.
Tabel 4 Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan
Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap
No. Item Dalam Distribusi
Hasil Usaha
Implementasi Distribusi Hasil
Usaha
Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN)
Kesesuaian
1. Akad Saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada kesepakatan dan tawar-menawar
Fatwa DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha
Sesuai
lxxx
antara nasabah dan BMT, sehingga saling rela dan saling percaya. Besarnya nisbah bagi hasil yang disepakati di BMT KHONSA Cilacap adalah 20%:80%.
dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Distribusi Hasil Usaha Butir ke-3
2. Metode Bagi
Hasil
Metode yang digunakannya adalah metode revenue sharing.
Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Disribusi Hasil Usaha Butir ke-1&2.
Sesuai
Berdasarkan hasil wawancara dengan manager umum pada BMT
KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag, yaitu apabila nasabah ingin
mengajukan pembiayaan mudharabah harus mengisi akad pembiayaan.
Akad yang dipakai di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan
syariah. Hal ini terbukti saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada
kesepakatan, analisis proyeksi keuntungan dan tawar-menawar sehingga
saling rela ('an-taraadhim minkum) juga saling percaya antara nasabah
pembiayaan mudharabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap, proses
pembiayaannya sudah sesuai dengan rukun dan syarat pembiayaan,
jenis akad harus transparan, perhitungan bagi hasilnya sesuai dengan
analisis usaha nasabah. Metode perhitungan yang dipakai oleh BMT
KHONSA Cilacap yaitu menggunakan metode revenue sharing dengan
nisbah bagi hasil menurun, yang diangsur setiap bulannya. Metode
lxxxi
revenue sharing yang diterapkan di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai
dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Pembiayaan mudharabah
di BMT KHONSA Cilacap menarik jaminan berupa sertifikat tanah,
sertifikat toko, BPKB. Pelaksanaan jaminan mudharabah di BMT
KHONSA Cilacap yaitu apabila pihak mudharib lalai atau menyalahi
kontrak ini, maka pihak shahibul maal (BMT) dibolehkan meminta jaminan
kepada mudharib. Tetapi apabila kerugiannya disebabkan oleh faktor
resiko bisnis, maka jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shahibul
maal (BMT). Untuk pengembalian modal dilakukan dengan cara diangsur,
hal ini dikhawatirkan apabila dibayar diakhir periode usaha maka akan
terjadi resiko iddle fund (pengendapan dana) ditangan mudharib yang
nantinya akan mengakibatkan tidak seimbang dengan keuntungan yang
diperoleh. Pada BMT tersebut sasaran pembiayaan mudharabah adalah
pengusaha mikro dan tidak mungkin kontraktor, karena modal yang
dimiliki BMT kecil, tidak seperti modal yang dimiliki oleh bank syariah.
Sedangkan modal untuk kontraktor itu besar. Pihak BMT dan nasabah
harus ada kejelasan dalam perhitungan angsurannya. Kalau dalam
mengangsur pembiayaan mudharabah nasabah belum bisa melunasinya,
maka solusinya yaitu pihak BMT akan menghubungi nasabahnya untuk
mengadakan studi kelayakan usahanya, kemudian pihak BMT akan
memberikan tiga kali peringatan, namun apabila nasabah tetap belum
bisa melunasinya maka pihak BMT akan membolehkan nasabahnya
untuk menunda angsuran dengan cara mengadakan kesepakatan ulang
antara nasabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap yaitu dengan cara
memperbaiki akad untuk memperpanjang jumlah waktu pembayaran
lxxxii
angsuran pembiayaan mudharabah. Kalau nasabah menyalahgunakan
dananya, maka solusinya adalah pihak BMT KHONSA Cilacap akan
menarik jaminan dari mudharib yang menyalahgunakan dana
pembiayaan mudharabah.
Penulis juga memberikan beberapa pertanyaan kepada 30 nasabah
pembiayaan mudharabah sebagai sampel dalam penelitian ini. Hal ini
dilakukan oleh penulis untuk membuktikan jawaban dari manager umum,
sehingga penulis mengetahui kenyataan yang dialami oleh para nasabah
BMT tersebut. Ternyata setelah penulis menganalisis lebih lanjut kepada
30 nasabah pembiayaan mudharabah, ditemukanlah kesesuaian antara
pihak BMT dan nasabah, sehingga BMT tersebut dalam menggunakan
metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah sudah
sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 yaitu metode
revenue sharing.
lxxxiv
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Profil Obyek Penelitian (BMT KHONSA Cilacap)
1. Profil BMT KHONSA Cilacap
BMT KHONSA Cilacap berdiri sejak tanggal 19 Oktober 1999,
dengan Badan Hukum No. :092/BH/KDK/11/XII/2000, didasari ikhlas
mencari ridho Allah, BMT KHONSA telah mampu mengukir prestasi dan
ikut berperan aktif dalam mengembangkan potensi umat, khususnya
masyarakat kecil.
Berdasarkan wawancara dengan manager umum pada BMT
KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag., alasan pemilihan lokasi
kantor BMT ini adalah sebagai berikut:
a. Mudah dijangkau oleh para nasabah atau masyarakat. Hal ini
disebabkan letak daerah tersebut terdapat di jalan utama dimana
semua angkutan kota melewati jalan tersebut;
b. Letaknya yang strategis, sehingga memudahkan komunikasi dengan
lembaga keuangan syariah lainnya;
c. Lokasi tersebut berdekatan dengan pusat keramaian kota Cilacap
yaitu di Jalan Gatot Subroto No.120 Cilacap, disana terdapat
pertokoan di sepanjang jalan dan terdapat tempat keramaian atau
hiburan sehingga menjamin akan keberadaan BMT KHONSA dalam
mempromosikan dirinya.
Atas dasar amanah dan kerja sama dengan berbagai pihak, BMT
KHONSA telah membantu pembiayaan Rp. 2 Milyar lebih bagi 1000
orang nasabah / anggota. Insya Allah, dengan komitmen yang tinggi,
lxxxv
BMT KHONSA berniat menjadi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang
kuat, profesional dan unggulan.
2. Visi dan Misi
Visi BMT KHONSA Cilacap adalah mengembangkan kualitas
ekonomi dan kesejahteraan umat melalui :
d. Mengembangkan permodalan masyarakat dengan penghimpunan
simpanan umat;
e. Pengembangan usaha kecil dengan pembiayaan modal kerja dan
investasi;
f. Pemberdayaan umat secara integral (terpadu) dan memperluas
jaringan kerja dengan pendekatan sosial, ekonomi produktif dan
dakwah.
Misi BMT KHONSA Cilacap adalah menjadi lembaga keuangan
syariah, profesional, produktif, unggul dan berperan bagi pengembangan
dakwah.
3. Data Lembaga
a. Nama Koperasi : KSU BMT KHONSA
b. Tempat Kedudukan Pusat : Jl. Gatot Subroto No.120 Cilacap
No.Telepon : (0282) 541520
No. Fax : (0282) 541766
E-mail : [email protected]
Unit Pasar Gede : Kios Blok A Lt II No. 129 Cilacap
lxxxvi
Unit Maos : Pasar Tambangan Jl. Raya Maos-
Sampang Cilacap
No. Telepon : (0282) 695503
Unit Gandrungmangu : Jl. Raya Gandrung-Sidareja Cilacap
No.Telepon : (0280) 523782
c. Dewan Syariah : H. Arwani Amin Lc
d. Ketua Pengurus : Listiyanto A.Md
e. Manager : Alif Ediyanto S.Ag
f. Jumlah Tenaga Kerja : 13 orang
g. Tanggal Pendirian : 19 Oktober 1999
4. Landasan Hukum
a. Badan Hukum : Koperasi
b. Nomor Badan Hukum : 092/BH/KDK.11.16/XII/2000
c. NPWP : 02.063.960.5-522.000
5. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Pelaksanaan KSU BMT KHONSA:
Dewan Pengurus:
1. Ketua : Listiyanto A.Md.
2. Sekretaris : Juhartono ST.
3. Bendahara : Nurcholis
4. Anggota : 1. Karsito S.Pd.
2. Sapto Widod Jati ST.
lxxxvii
Dewan Pengawas Syariah:
4. H. Arwani Amin Lc.
5. Ir. M. Syaifullah
6. Drs. Faiz al Hamidi
Dewan Pengelola:
Manager Umum : Alif Ediyanto S.Ag.
Kepala Bagian Operasional Pembukuan : Ani Widiarti SE.
Staff Operasional Pembukuan : Indriyani
Staff Operasional Pembukuan : Nikmawati
Kepala Bagian Keuangan : Suswanti
Kepala Bagian Pemasaran : Utrianingsih
Staff Pemasaran : Suparudin
Staff Pemasaran : Suprayitno
Staff Pemasaran : Warso
Staff Pemasaran : Ahmad Faroid
Kepala Cabang BMT KHONSA Pasar Gede : Andys Setyorini SE.
Kepala Cabang BMT KHONSA Maos : M. Ahyadi
Kepala Cabang BMT KHONSA Gandrung : Lamijan
6. Motto, Prinsip dan Komitmen
a. Motto Usaha : Mitra Anda Menuju Sukses
b. Motto Pelayanan : Aman, Lancar, Mudah, Berkah sesuai Syariah
c. Prinsip Usaha : Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah dan Itqon
d. Komitmen : Profesional, Mandiri dan Independen
lxxxviii
7. Jenis Produk
a. Simpanan
1) Simpanan Mudharabah (SIMUDAH)
2) Simpanan Berjangka Mudharabah (SAJADAH)
3) Simpanan Untuk Qurban (SUQUR)
4) Simpanan Masa Depan (SIMAPAN)
5) Simpanan Anak Sekolah (SIMAS)
6) Simpanan Haji Mabrur (SAHAM)
7) Simpanan Penyertaan Modal Investasi (SIMPATI)
b. Layanan Pembiayaan
1) Mudharabah (pembiayaan usaha dengan sistem bagi hasil)
2) Murabahah (pembiayaan pengadaan barang secara cicilan)
3) Musyarakah (pembiayaan kerjasama / modal usaha)
4) Rahn (pembiayaan gadai)
5) Ijarah (pembiayaan sewa barang / jasa)
6) Qardhul Hasan (pembiayaan kebajikan)
c. Layanan ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah)
BMT KHONSA membuka layanan Zakat, Infaq, Shadaqah dan
Hibah untuk dikelola sesuai dengan syariah dan disalurkan kepada 8
asnaf, melalui Program Integral Dakwah Divisi Baitul Maal KHONSA:
5) Bina Ekonomi Dhu’afa (BEDA)
6) Bina Sekolah Anak Dhu’afa (BISA)
7) Bina Kesehatan Sosial (BAKSOS)
8) Bina Aqidah, Syariah dan Akhlaq (BIASA)
lxxxix
B. Pengujian dan Hasil Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang bersumber dari data perhitungan pembayaran angsuran
pembiayaan mudharabah pada nasabah BMT KHONSA Cilacap, aqad
pembiayaan mudharabah antara nasabah sebagai mudharib dan pihak BMT
KHONSA Cilacap sebagai shahibul maal, serta jawaban responden ( pihak
BMT dan nasabah) mengenai metode perhitungan bagi hasil pada
pembiayaan mudharabah. Kemudian penulis menggunakan data-data
tersebut untuk dianalisis nisbah bagi hasilnya dengan metode revenue
sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000.
Penilaian pada metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan
mudharabah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi tentang metode perhitungan bagi hasil yang dipakai pada BMT
KHONSA Cilacap, karena dengan penelitian tersebut BMT KHONSA Cilacap
akan mengetahui metode perhitungan bagi hasil yang digunakan sesuai
dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Untuk itu penulis
memfokuskan pada metode pembayaran angsuran pelunasan pembiayaan
mudharabah di BMT KHONSA Cilacap, sehingga BMT tersebut dapat
meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang.
Contoh kasus 1 : Pada tanggal 20 Desember 2005, Pak Muhadir
seorang pedagang beras ingin mengajukan pembiayaan mudharabah
sebesar Rp 2.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama
1,5 tahun atau 18 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT)
dan 80% (untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo
pembiayaan mudharabah. Pak Muhadir dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA
xc
Cilacap untuk membayar simpanan pembiayaan, apabila sudah selesai
melunasi pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Pak
Muhadir boleh mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai
dengan kesepakatan pada aqad pembiayaan.
Contoh kasus 2 : Pada tanggal 31 Oktober 2005, Bu Suprapti seorang
pedagang gerabah ingin mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp
1.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama 1 tahun atau
12 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT) dan 80%
(untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo pembiayaan
mudharabah. Bu Suprapti dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA Cilacap untuk
membayar simpanan pembiayaan, apabila sudah selesai melunasi
pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Bu Suprapti boleh
mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai dengan kesepakatan
pada aqad pembiayaan.
Contoh kasus diatas akan dibahas oleh penulis dalam pembahasan hasil
analisis data.
C. Pembahasan Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis data tersebut diatas, maka penulis akan
membahasnya secara detail dan terperinci.
xci
1. Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Di
BMT KONSA Cilacap
Contoh kasus 1 dan 2 akan dibahas oleh penulis secara terperinci. Data
yang dipakai dalam menganalisis metode perhitungan bagi hasil pada
pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap adalah data nasabah
dalam melakukan pembayaran angsuran pada pembiayaan mudharabah.
Penulis akan menyajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 1 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah
Nama : Muhadir Alamat : Jl. Tambakan No.10 Rt. 05/ 06 Cilacap Tgl. Pby. : 20 Desember 2005 Jth Tempo : 20 Juni 2007 Jml. Pemby. : Rp 2.000.000,00
Angsuran Pembiayaan (Rp) No. Tanggal
Pokok BAHAS Saldo Pemby.
(Rp) Simp. Pby.
(Rp) 1. 18/01/06 111.200 60.000 1.888.800 - 2. 28/02/06 111.200 56.700 1.777.600 2.100 3. 20/03/06 111.200 53.400 1.666.400 5.400 4. 20/04/06 111.200 50.000 1.555.200 - 5. 30/05/06 111.200 46.700 1.444.000 - 6. 20/06/06 111.200 43.400 1.332.800 5.400 7. 20/07/06 111.200 40.000 1.221.600 8.800
Sumber: Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap
Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya.
Jumlah pembiayaan Rp 2.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp
2.000.000,00 : 18 bulan = Rp 111.111,00 atau dibulatkan menjadi Rp
xcii
111.200,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran
pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 2.000.000,00 = Rp
300.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp
300.000,00 = Rp 60.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka
penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue
sharing.
Tabel 2 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah
Nama : Suprapti Alamat : Jl. Kokosan Rt.01/10 Cilacap Tgl. Pby. : 31 Oktober 2005 Jth Tempo : 31 Oktober 2006 Jml. Pemby. : Rp 1.000.000,00
Angsuran Pembiayaan (Rp) No. Tanggal
Pokok BAHAS Saldo Pemby.
(Rp) Simp. Pby.
(Rp) 1. 30/11/05 83.400 30.000 916.600 2.500 2. 26/12/05 83.400 27.500 833.200 2.500 3. 27/01/06 83.400 25.000 749.800 2.500 4. 28/02/06 83.400 22.500 666.400 2.500 5. 28/03/06 83.400 20.000 583.000 2.500 6. 29/04/06 83.400 17.500 499.600 2.500 7. 31/05/06 83.400 15.000 416.200 8.100 8. 30/06/06 83.400 12.500 332.800 2.500
Sumber : Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap
Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya.
Jumlah pembiayaan Rp 1.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp
1.000.000,00 : 12 bulan = Rp 83.333,33 atau dibulatkan menjadi Rp
83.400,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran
pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 1.000.000,00 = Rp
150.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp
150.000,00 = Rp 30.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka
xciii
penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue
sharing.
Penyelesaian atau pembagian bagi hasil dari nasabah kepada BMT
dilakukan dengan cara mengangsur pokok. Dengan demikian, nasabah
akan memberikan angsuran pokok setiap bulan selama masa pinjaman.
Jumlah angsuran pokok adalah sebesar modal yang dipinjam dibagi
dengan kemampuan nasabah dalam mengangsurnya. Kemampuan
mengangsur sangat ditentukan oleh pendapatan usaha yang dilakukan
oleh nasabah. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis
menganalisis metode perhitungan bagi hasilnya yaitu menggunakan
metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No. 15/DSN-
MUI/IX/2000.
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan komputer (lihat
lampiran) dengan uji 2 sampel t (paired samples test), maka langkah-
langkah pengujian:
6. Menentukan Hipotesa
Ho : 21 µµ ≤ (Revenue sharing lebih kecil atau sama dengan profit
sharing)
Ha : 21 µµ > (Revenue sharing lebih besar atau lebih menguntungkan
daripada profit sharing)
7. Level of signifikan (α = 0,05 )
8. Kriteria pengujian
Ho diterima bila = -t tabel ≤ t hitung tabelt≤
Ho ditolak bila = t hitung >t tabel atau t hitung <-t tabel
xciv
9. Perhitungan nilai t hitung untuk sampel berpasangan
t =
−+
−
2
2
1
1
2
22
1
21
21
n
s
n
sr2
n
s
n
s
XX
Berdasarkan perhitungan, t sebesar = 10,106 hasilnya adalah
t hitunng > t tabel yaitu 10,106 > 1,669
10. Hasil Pengujian
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh
10,106 > 1,669 maka Ho ditolak artinya metode revenue sharing lebih
menguntungkan daripada profit sharing. Hasil pengujian diatas dapat
dibuat grafik metode revenue sharing (laba kotor) dan metode profit
sharing (laba bersih) adalah sebagai berikut:
0100.000200.000300.000400.000500.000600.000700.000800.000900.000
1.000.0001.100.0001.200.0001.300.0001.400.0001.500.0001.600.0001.700.0001.800.0001.900.0002.000.000
And
riyan
toT
itik
Ida
Sud
iyon
oLa
mija
nE
ndan
gT
riyan
toP
ujiy
ono
Edi
Muh
adir
Dan
arA
ndi
Don
iY
eni
Sut
riS
usilo
wat
iY
ayan
Ful
yani
Yoh
anah
Tiy
emA
nang
S
umin
iS
apon
Sup
rapt
iM
udiri
Agu
sIn
dra
Den
isS
arno
Man
toT
otal
Lab
a
1 23456789101112131415161718192021222324252627282930
Laba Bersih
Laba Kotor
xcv
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2005 yang ada di BMT
KHONSA Cilacap dan laporan laba rugi nasabah pembiayaan
mudharabah (data terlampir) dari populasi sebanyak 130 orang dan
penulis mengambil sampelnya sebanyak 30 orang, maka rata-rata
nasabah tersebut adalah 130 : 30 = 4,33. Penulis akan menganalisis
metode perhitungan bagi hasilnya, yang dapat dihitung dari pendapatan
dan beban-beban operasional BMT. Perhitungan ini ada dalam bentuk
tabel yaitu:
Tabel 3 Perbandingan Metode Perhitungan Bagi Hasil pada Pembiayaan
Mudharabah Uraian Yang Berjalan
Selama Ini Metode Profit
Sharing Selisih
Pendpt. bagi hasil atas pemby. diberikan
Rp 91.618.225,00 Rp 90.878.040,00
Pendpt. adm. atas pemby. diberikan
Rp 9.998.650,00 Rp 9.998.650,00
Pendpt. Operasional lainnya
Rp 2.216.650,00 Rp 2.216.650,00
Pendpt. non operasional
Rp 1.568.550,00 Rp 1.568.550,00
Pendpt. proyek KPPA PG
Rp 20.471.810,44 Rp 20.471.810,44
Total Pendapatan Rp 125.873.885,44 Rp 125.133.700,4
Beban bagi hasil atas simpanan
Rp 13.283.859,96 Rp 13.283.859,96
Beban bagi hasil atas pemby. diterima
Rp 6.939.892,41 Rp 6.939.892,41
Beban adm. atas pemby. diterima
Rp 851.450,00 Rp 851.450,00
Beban adm. & umum
Rp 70.044.492,21 Rp 70.044.492,21
Beban organisasi Rp 1.799.000,00 Rp 1.799.000,00
Beban dana yayasan
Rp 9.242.900,00 Rp 9.242.900,00
Beban penghapusan
Rp 4.603.900,00 Rp 4.603.900,00
xcvi
pemby.
Beban dana pengurus
Rp 2.443.200,00 Rp 2.443.200,00
Beban operasional lainnya
Rp 4.466.350,00 Rp 4.466.350,00
Beban non operasional
Rp 2.247.300,00 Rp 2.247.300,00
Beban pendidikan & latihan
Rp 696.600,00 Rp 696.600,00
Beban proyek KPPA PG
Rp 136.800,00 Rp 136.800,00
Beban pajak terutang
Rp 160.800,00 Rp 160.800,00
Total Beban Rp 116.916.544,58 Rp 116.916.544,58
Laba Rp 8.957.340,86 Rp 8.217.155,9 Rp 740.184,96
Sumber Data: Laporan Keuangan BMT KHONSA Cilacap Tahun 2005
Laba BMT = Pendapatan - Beban
Berdasarkan tabel diatas, maka penulis akan menghitung pendapatan
bagi hasil atas pembiayaan diberikan dengan metode profit sharing
adalah laba untuk BMT x total laba bersih 1 bulan x rata-rata nasabah x
1 tahun = 20% x Rp 8.745.000,00 x 4,33 x 12 bulan = Rp 90.878.040,00.
Berdasarkan perbandingan kedua metode tersebut maka penulis
mengetahui bahwa dengan metode revenue sharing lebih
menguntungkan bagi pihak BMT sebesar Rp 740.184,96; karena
perhitungan bagi hasil dengan revenue sharing didasarkan pada laba
kotor, sedangkan profit sharing perhitungan bagi hasil didasarkan pada
laba bersih.
Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan bagi hasil yang diperoleh
BMT KHONSA Cilacap dari laba kotor mudharib, maka penulis
menganalisis metode yang digunakannya adalah metode revenue
xcvii
sharing, yang lebih menguntungkan pihak BMT tersebut, dengan alasan
sebagai berikut:
e. Metode revenue sharing lebih mudah digunakan oleh BMT KHONSA
Cilacap;
f. BMT mudah membuat standar harapan bagi hasil dari nasabah
pembiayaan;
g. BMT tidak menanggung resiko biaya-biaya dari pengelolaan usaha
nasabah yang dibiayai oleh BMT dikarenakan BMT tidak ikut
mengelola;
h. Metode revenue sharing lebih maslahah dan adil bagi kedua belah
pihak (BMT dan nasabah).
3. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada
Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA
Cilacap
Penulis akan melakukan analisis yang berkaitan dengan kesesuaian
metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah
berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap.
Tabel 4 Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan
Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap
No. Item Dalam Distribusi
Hasil Usaha
Implementasi Distribusi Hasil
Usaha
Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN)
Kesesuaian
1. Akad Saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada kesepakatan dan tawar-menawar
Fatwa DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha
Sesuai
xcviii
antara nasabah dan BMT, sehingga saling rela dan saling percaya. Besarnya nisbah bagi hasil yang disepakati di BMT KHONSA Cilacap adalah 20%:80%.
dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Distribusi Hasil Usaha Butir ke-3
2. Metode Bagi
Hasil
Metode yang digunakannya adalah metode revenue sharing.
Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Disribusi Hasil Usaha Butir ke-1&2.
Sesuai
Berdasarkan hasil wawancara dengan manager umum pada BMT
KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag, yaitu apabila nasabah ingin
mengajukan pembiayaan mudharabah harus mengisi akad pembiayaan.
Akad yang dipakai di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan
syariah. Hal ini terbukti saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada
kesepakatan, analisis proyeksi keuntungan dan tawar-menawar sehingga
saling rela ('an-taraadhim minkum) juga saling percaya antara nasabah
pembiayaan mudharabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap, proses
pembiayaannya sudah sesuai dengan rukun dan syarat pembiayaan,
jenis akad harus transparan, perhitungan bagi hasilnya sesuai dengan
analisis usaha nasabah. Metode perhitungan yang dipakai oleh BMT
KHONSA Cilacap yaitu menggunakan metode revenue sharing dengan
nisbah bagi hasil menurun, yang diangsur setiap bulannya. Metode
xcix
revenue sharing yang diterapkan di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai
dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Pembiayaan mudharabah
di BMT KHONSA Cilacap menarik jaminan berupa sertifikat tanah,
sertifikat toko, BPKB. Pelaksanaan jaminan mudharabah di BMT
KHONSA Cilacap yaitu apabila pihak mudharib lalai atau menyalahi
kontrak ini, maka pihak shahibul maal (BMT) dibolehkan meminta jaminan
kepada mudharib. Tetapi apabila kerugiannya disebabkan oleh faktor
resiko bisnis, maka jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shahibul
maal (BMT). Untuk pengembalian modal dilakukan dengan cara diangsur,
hal ini dikhawatirkan apabila dibayar diakhir periode usaha maka akan
terjadi resiko iddle fund (pengendapan dana) ditangan mudharib yang
nantinya akan mengakibatkan tidak seimbang dengan keuntungan yang
diperoleh. Pada BMT tersebut sasaran pembiayaan mudharabah adalah
pengusaha mikro dan tidak mungkin kontraktor, karena modal yang
dimiliki BMT kecil, tidak seperti modal yang dimiliki oleh bank syariah.
Sedangkan modal untuk kontraktor itu besar. Pihak BMT dan nasabah
harus ada kejelasan dalam perhitungan angsurannya. Kalau dalam
mengangsur pembiayaan mudharabah nasabah belum bisa melunasinya,
maka solusinya yaitu pihak BMT akan menghubungi nasabahnya untuk
mengadakan studi kelayakan usahanya, kemudian pihak BMT akan
memberikan tiga kali peringatan, namun apabila nasabah tetap belum
bisa melunasinya maka pihak BMT akan membolehkan nasabahnya
untuk menunda angsuran dengan cara mengadakan kesepakatan ulang
antara nasabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap yaitu dengan cara
memperbaiki akad untuk memperpanjang jumlah waktu pembayaran
c
angsuran pembiayaan mudharabah. Kalau nasabah menyalahgunakan
dananya, maka solusinya adalah pihak BMT KHONSA Cilacap akan
menarik jaminan dari mudharib yang menyalahgunakan dana
pembiayaan mudharabah.
Penulis juga memberikan beberapa pertanyaan kepada 30 nasabah
pembiayaan mudharabah sebagai sampel dalam penelitian ini. Hal ini
dilakukan oleh penulis untuk membuktikan jawaban dari manager umum,
sehingga penulis mengetahui kenyataan yang dialami oleh para nasabah
BMT tersebut. Ternyata setelah penulis menganalisis lebih lanjut kepada
30 nasabah pembiayaan mudharabah, ditemukanlah kesesuaian antara
pihak BMT dan nasabah, sehingga BMT tersebut dalam menggunakan
metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah sudah
sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 yaitu metode
revenue sharing.
ci
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang berkaitan dengan rumusan masalah
dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode revenue sharing lebih menguntungkan daripada profit sharing, hal
ini ditunjukkan dengan Ho ditolak karena 669,1t10,106t tabelhitung =>= .
Berdasarkan hal tersebut maka BMT KHONSA Cilacap menggunakan
metode revenue sharing.
2. Metode revenue sharing yang dipakai oleh BMT KHONSA Cilacap sudah
sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 yang menyebutkan
bahwa dilihat dari kemaslahatan, pembagian hasil usaha sebaiknya
digunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing).
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang dialami oleh penulis adalah keterbatasan
data dari obyek penelitian dikarenakan data tersebut bersifat rahasia.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan diatas,
maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Semoga penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
manajemen BMT KHONSA Cilacap dalam menerapkan metode
perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah.
cii
2. BMT KHONSA Cilacap sebaiknya tetap menggunakan metode revenue
sharing dalam pembiayaan mudharabahnya, karena metode revenue
sharing ini sudah sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000.
ciii
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kasyani, Alaudin, Bada'i Ash-Shana'i fi Tartib Syara'I Syirkah Al-Mathbu'ah, Mesir.
Antonio, Syafi’I, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, 2001, Gema Insani
Press, Jakarta. --------------------, Wacana Ulama dan Cendekiawan, 1999, Tazkia Institute,
Jakarta. Arifin, Ivan Rahmawan, Akuntansi Syariah, 2003, STAIN Surakarta,
Surakarta. A. Perwataatmadja, Karnaen dan Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
Islam, 1992, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-‘Aliyy, 2000, Penerbit Diponegoro,
Bandung. Haroen, Nasrun, Ushul Fiqh 1, 1996, Logos, Jakarta. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan
Syariah, 2001, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan Bank Indonesia, Jakarta.
IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 59, 2002, Jakarta. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, 2004, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank
Syariah, 2004, UII Press, Yogyakarta. ---------------, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, 2005, UII
Press, Yogyakarta. ---------------, Manajemen Bank Syariah, 2002, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
---------------, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif,
2005, UPFE UMY, Yogyakarta. Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), 2004, UII
Press, Yogyakarta.
civ
Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, 1995, UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi, 2004, Ekonisia, Yogyakarta. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, 1998, Alfa Beta, Bandung. ------------, Statistik Non Parametris, 2004, Alfa Beta, Bandung. Suseno, Priyonggo dan Heri Sudarsono, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah, 2004, UII Press, Yogyakarta. Syafe’i, Rachmat, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS dan Umum,
2001, Pustaka Setia, Bandung. Syamhudi, Abu Asma' Kholid, Hakikat Mudharabah, Majalah As-Sunnah,
(Surakarta) Ed. 3 TH X/1427H/2006M. Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank
Syariah : Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional, 2003, Djambatan, Jakarta.
Undang-undang No.10 Thn. 1998. Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 2005,
PT. Grasindo, Jakarta. www.e-syariah.com, 2004