Upload
phungmien
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA
SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae)
SKRIPSI
KAMARIAH
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
KAMARIAH. D14061680. 2011. Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa
Subspesies Burung Dara Laut (Laridae). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Dewi M. Prawiradilaga
Ukuran-ukuran linear kepala burung dara laut yang diamati pada penelitian;
dilakukan untuk memperoleh kajian morfometrik ukuran kepala burung. Spesies
burung dara laut yang diamati, meliputi Anous minutus worcesteri, Anous stolidus
pileatus (genus Anous); Chlidonias hybrida javanica (genus Chlidonias); Sterna
albifrons sinensis, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna
fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana (genus Sterna). Status konservasi
spesies-spesies tersebut adalah least concern atau tidak memerlukan perhatian
khusus.
Penelitian ini menggunakan spesimen yang disediakan Laboratorium
Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia di Cibinong. Spesimen yang diamati adalah Anous minutus worcesteri
(camar angguk hitam) yang terdiri atas tujuh spesimen (lima ekor jantan dan dua
ekor betina). Anous stolidus pileatus (camar angguk coklat) yang diamati terdiri atas
sembilan spesimen (lima ekor jantan dan empat ekor betina); Chlidonias hybrida
javanica (dara laut kumis) terdiri atas empat belas spesimen (sembilan ekor jantan
dan lima ekor betina); Sterna albifrons sinensis (dara laut kecil) terdiri atas 13
spesimen (lima ekor jantan dan delapan ekor betina); Sterna anaethetus anaethetus
(dara laut batu) terdiri atas 18 spesimen (11 ekor jantan dan tujuh ekor betina);
Sterna bergii cristatus (dara laut jambul) terdiri atas 54 spesimen (24 ekor jantan dan
30 ekor betina); Sterna fuscata nubilosa (dara laut sayap hitam) terdiri atas 17
spesimen (tujuh ekor jantan dan 10 ekor betina); dan Sterna sumatrana sumatrana
(dara laut tengkuk hitam) terdiri atas 36 spesimen (16 ekor jantan dan 20 ekor
betina). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi morfometrik dari
burung dara laut yang diamati. T2-Hotelling digunakan untuk membedakan ukuran-
ukuran linear kepala diantara setiap dua spesies burung dara laut yang diamati.
Ketidakserupaan morfometrik kepala dilakukan dengan pendekatan jarak minimum
D2 Mahalanobis. Analisis Komponen Utama digunakan untuk ukuran dan bentuk
kepala burung dara laut yang diamati.
Hasil statistik T2-Hotelling menyatakan bahwa ditemukan perbedaan ukuran-
ukuran linear kepala diantara setiap dua spesies dari delapan spesies burung dara laut
yang diamati (P <0,01). Pendekatan jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2
Mahalanobis memisahkan delapan subspesies menjadi dua kelompok besar pada titik
percabangan 3,6004; yaitu kelompok A dan B. Kelompok A dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu A1 dan A2 pada titik percabangan 2,9539; kelompok B dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok B1 dan B2 pada titik percabangan 2,6182.
Kelompok A1 terdiri atas Anous stolidus pileatus, Chlidonias hybrida javanica,
Sterna anaethetus anaethetus dan Sterna fuscata nubilosa; sedangkan kelompok A2
terdiri atas Sterna bergii cristatus. Kelompok B1 adalah Sterna albifrons sinensis;
sedangkan kelompok B2 terdiri atas Anous minutus worcesteri dan Sterna sumatrana
sumatrana.
ii
Hasil Analisis Komponen Utama menyatakan bahwa penciri ukuran pada
delapan subspesies adalah panjang paruh. Vektor eigen penciri ukuran, yaitu panjang
paruh pada Anous minutus worcesteri sebesar 0,975; pada Anous stolidus pileatus
sebesar 0,917; pada Chlidonias hybrida javanica sebesar 0,746; pada Sterna
albifrons sinensis sebesar 0,931; pada Sterna anaethetus anaethetus sebesar 0,983;
pada Sterna bergii cristatus sebesar 0,879; pada Sterna fuscata nubilosa sebesar
0,875; dan pada Sterna sumatrana sumatrana sebesar 0,985. Penciri bentuk pada
Anous stolidus pileatus, Chlidonias hybrida javanica dan Sterna anaethetus
anaethetus adalah lebar kepala dengan vektor eigen masing-masing sebesar 0,882;
0,714 dan 0,975; sedangkan pada Anous minutus worcesteri, Sterna albifrons
sinensis, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana
sumatrana adalah panjang kepala dengan vektor eigen masing-masing sebesar 0,956;
0,742; 0,757; 0,922 dan 0,728.
Hasil pengelompokan dalam bentuk dendogram berdasarkan jarak minimum
D2 Mahalanobis dan pengelompokan dalam bentuk diagram kerumunan berdasarkan
Analisis Komponen Utama; memperlihatkan kesesuaian hasil terutama yang
berhubungan dengan skor ukuran. Analisis Komponen Utama menyajikan skor
bentuk yang tidak terdapat pada D2 Mahalanobis.
Kata-kata kunci: burung air, T2-Hotelling, jarak minimum ketidakserupaan
morfometrik D2-Mahalanobis, Analisis Komponen Utama, skor
ukuran dan bentuk
ABSTRACT
Head Morphometric Analysis of Several Terns (Laridae) Subspecies
Kamariah, R. H. Mulyono and D. M. Prawiradilaga
This experiment was conducted to determine the size and body shape score of
terns using Principal Component Analysis (PCA). The measurement taken were bill
length, bill width, bill depth, head width and head length. A total of 168 specimen of
terns consisted of 79 specimen males and 89 specimen females were measured.
There were differences in linear bill and head measurements among subspecies of
terns (P<0.01). The discriminator of head size for all subspecies terns being
examined was bill length. The Eigen vectors of the discriminator of head size in
subspecies Anous minutus worcesteri was 0,975; Anous stolidus pileatus was 0,917;
Chlidonias hybrida javanica was 0,746; Sterna albifrons sinensis was 0,931; Sterna
anaethetus anaethetus was 0,983; Sterna bergii cristatus was 0,879; Sterna fuscata
nubilosa was 0,875; and Sterna sumatrana sumatrana was 0,985. The discriminator
of head shape of subspecies A. s. pileatus, C. h. javanica and S. a. anaethetus were
head width, while the subspecies A. m.s worcesteri, S. a. sinensis, S. b. cristatus, S. f.
nubilosa and S. s. sumatrana were head length. The Eigen vectors of the
discriminator of head shape in subspecies A. s. pileatus, C. h. javanica and S. a.
anaethetus were 0,882; 0,714 and 0,975 respectively. The Eigen vectors of the
discriminator of head shape in subspecies A. m. worcesteri, S. a. sinensis, S. b.
cristatus, S. f. nubilosa and S. s. sumatrana were 0,956; 0,742; 0,757; 0,922 and
0,728 respectively. Descriminator of size is influenced by the environment. Bill
length as descriminator of shape indicates that the bill length is affected by
habitat. Head width and head length are influenced by genetics. The Minimum D
Mahalonobis distance showed the classification of terns into two group at the
branching point of 3.6004, group A and B. Group A consisted of A. s. pileatus, C. h.
javanica, S. a. anaethetus, S. f. nubilosa and S. b. cristatus. Group B consisted of S.
a. sinensis, A. m. worcesteri and S. s. sumatrana.
Keywords: water birds, T2-Hotelling, minimum distance D2
Mahalanobis, Principal
Component Analysis, discriminator size and shape
ANALISIS MORFOMETRIK KEPALA PADA BEBERAPA
SUBSPESIES BURUNG DARA LAUT (Laridae)
KAMARIAH
D14061680
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul : Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa Subspesies Burung Dara Laut
(Laridae)
Nama : Kamariah
NIM : D14061680
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.
NIP. 19621124 198803 2 002
Pembimbing Anggota,
Dr. Dewi Malia Prawiradilaga
NIP. 19550103 197903 2 002
Mengetahui:
Ketua Departemen,
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.
NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 8 September 1988 di Kecamatan Muara
Muntai, Kutai Kartanegara. Penulis adalah anak bungsu dari lima bersaudara dari
pasangan Bapak Jarnie (alm) dan Ibu Jahrah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 057 Samarinda pada tahun
2000, pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Muara Muntai diselesaikan pada
tahun 2003 dan pendidikan menegah atas di SMAN 1 Muara Muntai diselesaikan
pada tahun 2006.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2006 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Pemerintah Daerah Kutai
Kartanegara dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan pada tahun 2007. Selama mengikuti pendidikan di Institut
Pertanian Bogor, penulis pernah aktif sebagai anggota Koperasi Mahasiswa
(KOPMA) pada tahun 2007/ 2008. Penulis juga aktif dalam Organisasi Mahasiswa
Daerah (OMDA) Kutai Kartanegara pada tahun 2006 hingga sekarang.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
karunia, rahmat dan hidayah-Nya yang tidak terhingga sehingga penulis mampu
menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan ini. Shalawat dan salam dicurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan dan suri tauladan kita.
Skripsi dengan judul Analisis Morfometrik Kepala pada Beberapa Subspesies
Burung Dara Laut (Laridae), disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perbedaan ukuran-ukuran linear
kepala, jarak minimum ketidakserupaan ukuran-ukuran linear kepala kepala dan
mengetahui karakteristik morfometrik kepala burung-burung tersebut. Penulis
berharap agar penelitian ini dapat dilanjutkan ke spesies burung lain yang memiliki
status konservasi terancam.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan rahmat kepada kita semua.
Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya.
Bogor, Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................... i
ABSTRACT .............................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... v
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
Latar Belakang .............................................................................. 1
Tujuan ........................................................................................... 2
Manfaat ......................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
Family Laridae .............................................................................. 3
Paruh ............................................................................................. 3
Tengkorak Kepala ......................................................................... 3
Sexual Dimorphism ....................................................................... 4
Anous minutus worcesteri ............................................................. 4
Anous stolidus pileatus.................................................................. 5
Chlidonias hybrida javanica ......................................................... 7
Sterna albifrons sinensis ............................................................... 8
Sterna anaethetus anaethetus........................................................ 9
Sterna bergii cristatus ................................................................... 10
Sterna fuscata nubilosa ................................................................. 12
Sterna sumatrana sumatrana ........................................................ 13
Lahan Basah .................................................................................. 14
Analisis Komponen Utama (AKU) ............................................... 15
Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis . 15
METODE .................................................................................................. 16
Lokasi dan Waktu ......................................................................... 16
Materi ............................................................................................ 16
Burung Air ........................................................................ 16
Peralatan ............................................................................ 16
Peubah yang Akan Diamati ............................................... 17
Prosedur ........................................................................................ 17
Rancangan Statistik ....................................................................... 18
Analisis Deskriptif ............................................................ 18
ix
Statistik T2-Hotelling ........................................................ 18
Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik
D2 Mahalanobis ................................................................. 19
Penyajian Dendogram ....................................................... 20
Analisis Komponen Utama ............................................... 20
Diagram Kerumunan ......................................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 22
Hasil Statistik Deskriptif ............................................................... 22
Hasil Statistik T2-Hotelling ........................................................... 25
Hasil Statistik D2 Mahalanobis...................................................... 27
Hasil Analisis Komponen Utama .................................................. 29
Marga Anous ..................................................................... 30
Marga Chlidonias .............................................................. 32
Marga Sterna ..................................................................... 33
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 43
Kesimpulan ................................................................................... 43
Saran.............................................................................................. 44
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 46
LAMPIRAN .............................................................................................. 50
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut
Jantan dan Betina pada Genus Anous ........................................ 22
2. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut
Jantan dan Betina pada Genus Chlidonias ................................ 23
3. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut
Jantan dan Betina pada Genus Sterna ....................................... 24
4. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik T2-Hotelling antara
Subspesies Burung yang Diamati ............................................. 25
5. Hasil Rekapitulasi Uji Statistik T2-Hotelling antara
Jenis Kelamin pada Setiap Subspesies yang diamati ................ 26
6. Akar dari Jarak Minimum D2 Mahalanobis diantara
Delapan Subspesies Burung Dara Laut yang diamati ............... 27
7. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous minutus
worcesteri berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen .............. 30
8. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous stolidus
pileatus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ................... 30
9. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Chlidonisas hybrida
javanica berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen .................. 32
10. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna albifrons
sinensis berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ................... 34
11. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna anaethetus
anaethetus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen .............. 34
12. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna bergii
cristatus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen .................. 35
13. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna fuscata
nubilosa berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen .................. 35
14. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna sumatrana
sumatrana berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ............. 36
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Anous minutus worcesteri ............................................................. 5
2. Anous stolidus pileatus.................................................................. 6
3. Chlidonias hybrida javanica ......................................................... 7
4. Sterna albifrons sinensis ............................................................... 8
5. Sterna anaethetus anaethetus........................................................ 10
6. Sterna bergii cristatus ................................................................... 11
7. Sterna fuscata nubilosa ................................................................. 12
8. Sterna sumatrana sumatrana ........................................................ 14
9. Bagan Kepala Burung Dara Laut yang Diamati ........................... 17
10. Dendogram Ketidakserupaan Morfometrik Ukuran-ukuran Linear
Kepala diantara Delapan Subspesies Burung Dara Laut yang
Diamati .......................................................................................... 28
11. Diagram Kerumunan Marga Anous Berdasarkan Skor Ukuran dan
Skor Bentuk Kepala ...................................................................... 31
12. Diagram Kerumunan Marga Chlidonias Berdasarkan Skor
Ukuran dan Skor Bentuk Kepala .................................................. 33
13. Diagram Kerumunan Marga Sterna Berdasarkan Skor Ukuran dan
Skor Bentuk Kepala ...................................................................... 37
14. Diagram Kerumunan Delapan Subspesies Burung Dara Laut
Berdasarkan Skor Ukuran dan Bentuk Kepala ............................. 40
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Perhitungan Manual Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien
Keragaman pada Anous minutus worcesteri Betina ...................... 51
2. Perhitungan Manual Uji Statistik T2 Hotelling pada Peubah-
peubah antara Kelompok Subspesies Anous minutus worcesteri
dan Anous stolidus pileatus ........................................................... 53
3. Perhitungan Jarak D2 Mahalanobis anatara Sterna sumatrana
sumatrana, Anous minutus worcesteri dan Sterna albifrons
sinensis .......................................................................................... 56
4. Perhitungan untuk Memperoleh Persamaan Komponen Utama
Pertama.......................................................................................... 60
5. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Anous minutus worcesteri ...................................... 63
6. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Anous minutus worcesteri ...................................... 63
7. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Anous stolidus pileatus ........................................... 64
8. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Anous stolidus pileatus .......................................... 64
9. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Chlidonias hybrida javanica ................................. 65
10. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Chlidonias hybrida javanica ................................. 65
11. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Sterna albifrons sinensis ........................................ 66
12. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Sterna albifrons sinensis ........................................ 66
13. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Sterna anaethetus anaethetus ................................ 67
xiii
14. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Sterna anaethetus anaethetus ................................ 67
15. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Sterna bergii cristatus ........................................... 68
16. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Sterna bergii cristatus ........................................... 68
17. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Sterna fuscata nubilosa ......................................... 69
18. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Sterna fuscata nubilosa ......................................... 69
19. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Sterna sumatrana sumatrana ................................. 70
20. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Variabel dan
Korelasi antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang
Diamati pada Sterna sumatrana sumatrana ................................. 70
21. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),
Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang
Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala
pada Anous minutus worcesteri..................................................... 71
22. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),
Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang
Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala
pada Anous stolidus pileatus ......................................................... 71
23. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),
Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang
Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala
pada Chlidonias hybrida javanica ................................................ 72
24. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),
Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang
Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala
pada Sterna albifrons sinensis....................................................... 72
25. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),
Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang
Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala
pada Sterna anaethetus anaethetus ............................................... 73
xiv
26. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),
Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang
Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala
pada Sterna bergii cristatus .......................................................... 73
27. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),
Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang
Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala
pada Sterna fuscata nubilosa ........................................................ 74
28. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ),
Keragaman Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang
Diturunkan dari Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala
pada Sterna sumatrana sumatrana ............................................... 74
29. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Spesies Burung Air yang
Diamati Berikut Korelasinya terhadap Skor Ukuran dan
Bentuk ........................................................................................... 75
30. Diagram Kerumunan Anous minutus worcesteri Berdasarkan
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 75
31. Diagram Kerumunan Anous stolidus pileatus Berdasarkan
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 76
32. Diagram Kerumunan Sterna albifrons sinensis Berdasarkan
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 76
33. Diagram Kerumunan Sterna anaethetus anaethetus Berdasar
kan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala .................................. 77
34. Diagram Kerumunan Sterna bergii cristatus Berdasarkan
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 77
35. Diagram Kerumunan Sterna fuscata nubilosa Berdasarkan
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 78
36. Diagram Kerumunan Sterna sumatrana sumatrana Berdasarkan
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Kepala ......................................... 78
37. Spesimen Anous minutus worcesteri............................................. 79
38. Spesimen Anous stolidus pileatus ................................................. 79
39. Spesimen Chlidonias hybrida javanica ........................................ 79
40. Spesimen Sterna albifrons sinensis............................................... 80
41. Spesimen Sterna anaethetus anaethetus ....................................... 80
42. Spesimen Sterna bergii cristatus .................................................. 80
43. Spesimen Sterna fuscata nubilosa ................................................ 81
44. Spesimen Sterna sumatrana sumatrana ....................................... 81
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung air merupakan kelompok burung yang menghuni lahan basah, seperti rawa,
sungai, danau dan pantai. Mereka memiliki fungsi penting dalam lingkungan, karena
merupakan indikator yang baik bagi kerusakan lingkungan dan menjaga
keseimbangan ekosistem lahan basah. Lingkungan yang rusak akan mengancam
kehidupan makhluk hidup termasuk burung air, karena ketersediaan pakan semakin
berkurang. Selain itu ketiadaan burung air dapat menyebabkan peledakan populasi
makhluk hidup lain, karena ketiadaan predator yang berfungsi menjaga
keseimbangan ekosistem. Salah satu suku (family) burung air yang berperan dalam
proses tersebut adalah suku Laridae atau dara laut.
Suku Laridae terdiri atas 12 marga (genus), diantara marga tersebut adalah
Anous, Chlidonias dan Sterna. Ukuran populasi Anous, Chlidonias dan Sterna hingga
tahun 2010 berkisar antara 150 ribu-22 juta individu dewasa; dan digolongkan ke
dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan
perhatian khusus (BirdLife International, 2011a,b,c,d,e,f,g
). Ukuran populasi yang belum
mengkhawatirkan tersebut, harus tetap mendapatkan perhatian untuk mencegah
kepunahan dan menjaga kelestarian burung air dunia. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah penangkaran. Upaya penangkaran memerlukan data spesifik
mengenai burung yang akan ditangkarkan, sehingga sangat membutuhkan informasi
genetik.
Informasi genetik morfometrik ukuran-ukuran kepala burung dara laut
(Laridae) dapat mendukung upaya penangkaran spesies tersebut untuk keperluan
konservasi ex situ, karena memberikan informasi penting mengenai kerakteristik
spesies berdasarkan ukuran-ukuran linear kepala. Penentuan karakteristik tersebut
penting, terutama untuk spesies yang memiliki karakteristik kualitatif yang hampir
sama.
Informasi tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran tulang pada bagian-
bagian kepala karena tulang bersifat genetis yang diturunkan dari tetua. Setiap
spesies memiliki perbedaan karakteristik yang spesifik sehingga melalui Analisis
Komponen Utama (AKU) dapat diperoleh penciri ukuran dan bentuk kepala dari
2
masing-masing spesies, setiap penciri berhubungan dengan faktor genetik dan
lingkungan.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik
morfometrik kepala burung dara laut (Laridae), dengan membedakan peubah-peubah
ukuran linear kepala yang diamati pada setiap dua spesies burung air melalui uji
statistik T2-Hotelling. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh karakteristik
morfometrik kepala burung melalui pengamatan ukuran dan bentuk kepala; berikut
pencirinya dari masing-masing spesies yang diamati berdasarkan Analisis Komponen
Utama (AKU). Ukuran dan bentuk kepala divisualisasikan ke dalam diagram
kerumunan berdasarkan skor yang diperoleh. Penelitian ini juga bertujuan untuk
menentukan kedekatan hubungan morfometrik kepala berdasarkan ketidakserupaan
morfometrik melalui pendekatan jarak minimum D2-Mahalanobis yang
divisualisasikan dalam bentuk diagram pohon.
Manfaat
Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi tambahan mengenai karakteristik
ukuran dan bentuk kepala burung air yang diamati, yaitu Anous minutus worcesteri
(camar angguk hitam), Anous stolidus pileatus (camar angguk coklat), Chlidonias
hybrida javanica (dara laut kumis), Sterna albifrons sinensis (dara laut kecil), Sterna
anaethetus anaethetus (dara laut batu), Sterna bergii cristatus (dara laut jambul),
Sterna fuscata nubilosa (dara laut sayap hitam), dan Sterna sumatrana sumatrana
(dara laut tengkuk hitam) yang dapat digunakan sebagai acuan konservasi bagi
spesies burung untuk mempertahankan keanekaragaman satwa, terutama burung air
dunia. Ilmu genetika yang mendasari pengelompokan berdasarkan ukuran dan bentuk
kepala, memberikan manfaat yang berharga bagi keberlanjutan eksistensi spesies-
spesies burung air dalam upaya penangkaran.
TINJAUAN PUSTAKA
Suku Laridae
Suku Laridae memiliki karakteristik kaki pendek, sayap panjang, dan
runcing, ekor menggarpu, dan paruh yang halus serta runcing (MacKinnon, 1996).
Storer (1960) menjelaskan bahwa suku Laridae memiliki karakteristik ukuran tubuh
yang kecil hingga sedang dengan sayap yang panjang, dan jari kaki berselaput.
MacKinnon (1996) memisahkan suku Laridae ke dalam anak suku Sterninae. Suku
Laridae terdiri atas beberapa marga, diantaranya marga Anous, Chlidonias, dan
Sterna. Marga Anous terdiri atas Anous stolidus pileatus dan Anous minutus
worcesteri serta Anous tenuirostris. Marga Chlidonias terdiri atas Chlidonias hybrida
javanica, Chlidonias niger, Chlidonias leucopterus dan Chlidonias albostriatus; dan
marga Sterna terdiri atas 20 spesies, diantaranya Sterna albifrons sinensis, Sterna
anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna
sumatrana sumatrana (Bridge et al., 2005).
Baskoro (2009) menyatakan bahwa spesies burung dalam marga Anous,
Chlidonias dan Sterna memiliki jumlah telur 1-2 atau 2-3 butir setiap periode dan
berbiak pada bulan Mei sampai Juni.
Paruh
Paruh merupakan salah ciri morfologi yang dapat mengidentifikasi jenis
burung berdasarkan pakan dan cara burung mengambil pakan (Pough et al., 2006).
Paruh pada burung memiliki fungsi yang hampir sama dengan tangan, dan mulut;
serta mengindikasikan kebiasaan makan burung (Storer et al., 1968). Ukuran paruh
yang ditunjukkan pada panjang, lebar dan dalam paruh; dapat menyumbang
informasi pada skor ukuran berdasarkan Analisis Komponen Utama, tetapi informasi
ekologi lebih dapat memberikan variasi pada ukuran dan bentuk paruh sebagai akibat
dari jenis pakan yang dikonsumsi (Sutherland et al., 2008).
Tengkorak Kepala
Tengkorak kepala merupakan informasi penting untuk mengidentifikasi
perkembangan dan mengetahui hubungan genetik antara jenis yang berbeda. Bangsa
berpengaruh terhadap ukuran tengkorak kepala (Saparto, 2004). Pengukuran kepala
dilakukan dari pangkal paruh hingga tengkorak kepala belakang (Sutherland et al.,
4
2008). Tengkorak kepala terdiri atas ruang otak (cranium) serta rahang atas dan
bawah (maxilla dan mandibula). Pada umumnya, tulang pada cranium akan menjadi
bentuk yang sempurna pada saat burung dewasa (Tyne dan Berger, 1976). Warwick
et al. (1995) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh termasuk ukuran-ukuran
kepala berguna untuk menelusuri asal-usul dan hubungan filogenetik antar hewan
yang diamati.
Sexual Dimorphism
Sexual dimorphism adalah perbedaan morfologi antara jenis kelamin jantan
dan betina dalam satu spesies yang sama. Perbedaan tersebut dapat ditunjukkan pada
ukuran tubuh, warna dan struktur tubuh antara jenis kelamin (Owen dan Hartley,
1998). Sexual dimorphism dalam beberapa spesies berbeda-beda secara geografis.
Pada beberapa spesies burung, jantan memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan
betina. Sexual dimorphism pada burung juga dapat ditemukan pada ukuran tubuh
keseluruhan, ukuran paruh dan panjang ekor (Tyne dan Berger, 1976; dan Owen dan
Hartley, 1998).
Perbedaan ukuran tubuh berhubungan dengan variasi dalam sistem
perkembangbiakan dan perbedaan jenis kelamin dalam perawatan anakan yang
ditunjukkan dalam persaingan antar jenis kelamin (Owens dan Hartley, 1998).
Sutherland et al. (2008) menjelaskan bahwa perbedaan jenis kelamin pada burung
bisa dilihat dari warna dan ukuran tubuh. Biasanya ukuran tubuh jantan lebih besar
dibandingkan betina, kecuali pada burung elang terjadi sebaliknya.
Anous minutus worcesteri
Anous minutus worcesteri atau burung camar angguk hitam, diklasifikasikan
ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;
suku Laridae dan marga Anous (ZipcodeZoo, 2010a). Anous minutus worcesteri
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Anous stolidus pileatus, tetapi
ukuran jenis burung ini lebih kecil dibandingkan Anous stolidus pileatus. Burung ini
memiliki karakteristik panjang tubuh 33 cm (MacKinnon, 1996). Karakterisik lain
yang membedakan adalah bulu yang berwarna hitam, kecuali pada bagian tengkuk
berwarna abu-abu tua dan dahi berwarna putih (del Hoyo et al., 1996).
Anous minutus worcesteri memiliki habitat yang serupa dengan burung air
lain, seperti pantai berpasir, karang, bebatuan dan laut (del Hoyo et al., 1996).
5
Tempat tersebut merupakan tempat tinggal sekaligus tempat untuk mencari makan.
Makanan utama yang didapat di daerah tersebut adalah ikan-ikan kecil, cumi-cumi,
serangga dan krustasia (MacKinnon, 1996; dan del Hoyo et al., 1996). Gambar 1
menyajikan Anous minutus worcesteri yang sedang bertengger di ranting pohon.
Gambar 1. Anous minutus worcesteri Sumber: Worldbirds (2010
a)
Populasi Anous minutus worcesteri sampai tahun 2010 diperkirakan
berjumlah antara 160 ribu-1,1 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011a).
Ukuran tersebut masih di luar ambang batas kepunahan, sehingga status konservasi
(status keberadaan) bagi jenis burung ini adalah Least Concern atau tidak
memerlukan perhatian khusus. Subspesies ini memiliki ancaman predator, yang
terdiri atas kucing, ular Boiga irregularis dan manusia yang memanfaatkan telur,
anakan dan individu dewasa untuk dikonsumsi (BirdLife International, 2011a). Jenis
burung ini menyebar hampir di seluruh dunia, diantaranya Samudera Hindia, Karibea
dan Samudera Atlantik (Guager, 1999). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa
Anous minutus worcesteri merupakan pengembara yang jarang dan kadang dapat
ditemui di sepanjang tepi pantai utara di Jawa dan Bali.
Anous stolidus pileatus
Anous stolidus pileatus atau burung camar angguk coklat, diklasifikasikan ke
dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes; suku
Laridae dan marga Anous (ZipcodeZoo, 2010b). Anous stolidus pileatus merupakan
dara laut yang berukuran besar. Anous stolidus pileatus memiliki karakteristik yang
hampir sama dengan Anous minutus worcesteri, baik dari ukuran maupun warna
6
bulu. Anous stolidus pileatus memiliki warna coklat gelap dan ukuran yang lebih
besar dibandingkan Anous minutus worcesteri (del Hoyo et al., 1996). Burung ini
memiliki karakteristik panjang tubuh 39 cm (MacKinnon, 1996)
del Hoyo et al. (1996) menjelaskan bahwa jenis burung ini dapat ditemukan
di dekat pantai, pulau, batu karang, pasir kerikil dan lepas pantai. Anous stolidus
pileatus sering mencari makan di sekitar pantai sampai sejauh 50 km. Makanan
utama jenis burung ini adalah cumi-cumi, moluska, serangga dan ikan kecil (del
Hoyo et al., 1996; dan MacKinnon, 1996). Gambar 2 menyajikan Anous stolidus
pileatus yang sedang bertengger di ranting pohon.
Gambar 2. Anous stolidus pileatus Sumber: Worldbirds (2010
b)
Ukuran populasi Anous stolidus pileatus sampai dengan 2010 diperkirakan
antara 180 ribu-1,1 juta individu dewasa (BirdLife International, 2011b). Jumlah
tersebut belum mengkhawatirkan sehingga jenis burung ini dikatagorikan dalam
status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan
perhatian khusus. Anous stolidus pileatus merupakan dara laut tropis yang menyebar
di seluruh dunia. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator
kucing, tikus, ular Boiga irregularis dan manusia (memanfaatkan telur, anakan serta
individu dewasa untuk dikonsumsi) (BirdLife International, 2011b). Daerah sebaran
spesies ini meliputi Hawai, Kepulauan Tuamuto, Australia, Samudera Hindia,
Amerika, Laut Merah sampai dengan Asia Tenggara (del Hoyo et al., 1996).
MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa Anous stolidus pileatus banyak bersarang di
kepulauan Karimun Jawa.
7
Chlidonias hybrida javanica
Chlidonias hybrida javanica atau burung dara laut kumis, diklasifikasikan ke
dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;
suku Laridae dan marga Chlidonias (ZipcodeZoo, 2010c). Spesies ini memiliki
karakteristik yang cukup unik karena memiliki tutupan seperti kumis berwarna hitam
pada bagian atas paruh. Paruh yang kuat dengan panjang 29-34 mm ditemukan pada
jantan dan 25-27 mm pada betina. Burung dewasa pada musim panas memiliki paruh
dan kaki yang berwarna kemerahan. Sisi bagian leher berwarna putih, bahkan putih
sampai dengan ke bagian tengkuk. Bulu belakang sampai dengan bagian scapula
berwarna coklat gelap dan memiliki kerakteristik panjang tubuh 33 cm (MacKinnon,
1996).
Spesies ini memiliki berbagai habitat lahan basah, tetapi sering ditemukan
pada tanah berawa air tawar dengan perairan yang luas, terutama daerah yang
ditumbuhi tanaman pakan sapi atau kuda. Habitat lain dari spesies burung ini adalah
sungai, pulau, empang dengan tumbuhan teratai, muara, daratan pantai, pinggiran
pantai dan bakau (del Hoyo et al., 1996; dan Snow dan Perrins, 1998). Gambar 3
menyajikan Chlidonias hybrida javanica yang sedang bertengger pada batu.
Gambar 3. Chlidonias hybrida javanica Sumber: Worldbirds (2010
c)
Makanan utama spesies ini menurut del Hoyo et al. (1996) meliputi serangga
darat dan serangga air (misalnya: Dytiscidae, Odonata baik larva maupun dewasa,
Orthoptera, laba-laba, katak, kepiting kecil dan semut terbang). Makanan lain spesies
ini adalah serangga terutama capung (MacKinnon, 1996). Populasi spesies ini sampai
8
dengan tahun 2010 diperkirakan berkisar antara 300 ribu-1,5 juta individu dewasa
(BirdLife International, 2011c). Ukuran populasi tersebut belum mendekati ambang
batas kepunahan, meskipun demikian masih tetap diperlukan konservasi untuk
menjaga kelestarian spesies tersebut. Status konservasi (status keberadaan) spesies
ini adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus. Ancaman bagi
ukuran populasi subspesies ini adalah kerusakan sarang akibat gangguan binatang
pengerat dan sejumlah telur diambil oleh penduduk lokal untuk dikonsumsi atau
dijual (BirdLife International, 2011c). Chlidonias hybrida merupakan burung air
migran, tetapi khusus pada Chlidonias hybrida javanica, menyebar hanya di sekitar
pulau Jawa dan Australia (MacKinnon dan Phillips, 1993).
Sterna albifrons sinensis
Sterna albifrons sinensis atau burung dara laut kecil, diklasifikasikan ke
dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;
suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010d). Spesies ini merupakan burung
dara laut yang berukuran kecil dengan warna kaki dan paruh berwarna kuning serta
warna putih pada dahi. Pada musim dingin, warna putih pada dahi akan semakin
luas, paruh berwarna hitam dan warna hitam pudar pada kaki (del Hoyo et al., 1996).
Burung ini memiliki karakteristik panjang tubuh 25 cm (MacKinnon, 1996). Gambar
4 menyajikan Sterna albifrons sinensis yang sedang mencari makan di antara pasir.
Gambar 4. Sterna albifrons sinensis Sumber: Viana (2010)
Habitat Sterna albifrons sinensis ditemukan pada daerah pantai tandus, pulau
dan tepi pantai, kerikil, bukit karang lepas pantai, sungai, muara, bendungan serta
sering ditemukan bersarang pada daerah rumput kering (del Hoyo et al., 1996).
9
Makanan spesies ini sebagian besar adalah ikan kecil (misalnya: Ammodytes spp.,
Rutilus rutilus, Scardinius erythrophthalmus, Cyprinus carpio dan Perca fluviatilis)
dan binatang berkulit keras dengan ukuran 3-6 cm seperti serangga serta cacing, siput
dan udang (del Hoyo et al., 1996 dan MacKinnon, 1996).
Ukuran populasi Sterna albifrons sinensis sampai dengan tahun 2010 dicatat
sebanyak 190-410 ribu individu dewasa (BirdLife International, 2011d). Spesies ini
dikategorikan ke dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau
tidak memerlukan perhatian khusus, karena berjumlah cukup besar dan sedikit
mengalami penurunan ukuran populasi. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies
ini adalah kerusakan habitat untuk pengembangan industri, polusi pestisida dan
pengumpulan telur untuk konsumsi manusia (BirdLife International, 2011d). Kondisi
ini tetap membutuhkan perhatian untuk keberlangsungan populasi burung air ini.
Penyebaran Sterna albifrons sinensis menetap di sepanjang pantai daerah
sedang dan tropika. MacKinnon menjelaskan bahwa terdapat populasi kecil Sterna
albifrons sinensis di Jawa dan Bali. del Hoyo et al. (1996) menambahkan bahwa
spesies ini juga dapat ditemukan di Eropa, menyebar di sepanjang pantai di bagian
Afrika serta Asia Timur, Asia Barat, Arab, New Zealand hingga sesekali dapat
ditemukan di Hawai. Hampir semua jenis burung dara laut kecil menyebar luas di
seluruh dunia.
Sterna anaethetus anaethetus
Sterna anaethetus anaethetus atau burung dara laut batu, diklasifikasikan ke
dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;
suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010e). Jenis burung ini merupakan
dara laut yang berukuran sedang. Karakteristik yang dimiliki adalah panjang tubuh
37 cm, sayap dan ekor berwarna abu-abu gelap pada bagian atas, sedangkan pada
bagian bawah berwarna putih (MacKinnon, 1996). Karakteristik lain yang dimiliki
adalah dahi dan alis berwarna putih, kaki serta paruh yang berwarna hitam (Bridge et
al., 2005).
Jenis burung ini ditemukan pada daerah lepas pantai laut tropis dan subtropis,
yang meliputi daerah tumbuhan pantai, karang, batuan pulau, daerah pelagis hingga
sampah apung yang digunakan untuk menangkap ikan-ikan kecil (del Hoyo et al.,
1996). Makanan utama jenis burung ini menurut del Hoyo et al. (1996) dan
10
MacKinnon (1996) adalah cumi-cumi dan ikan permukaan yang berukuran kurang
dari enam cm, selain itu juga memakan krustasia, serangga air, semut terbang,
kumbang, kutu busuk dan moluska. Gambar 5 menyajikan Sterna anaethetus
anaethetus yang sedang bertengger.
Gambar 5. Sterna anaethetus anaethetus Sumber: Worldbirds (2010
d)
Ukuran populasi Sterna albifrons anaethetus sampai dengan 2010, menurut
BirdLife International (2011e) berkisar antara 610 ribu-1,5 juta individu dewasa.
Jumlah ini belum mendekati ambang batas bawah bagi populasi yang mendekati
kepunahan, sehingga Sterna albifrons anaethetus dikatagorikan ke dalam status
konservasi (status keberadaan) Least Concern yang berarti tidak memerlukan
perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah kucing,
aktivitas manusia di sekitar habitat serta pemanfaatan telur dan anakan oleh manusia
untuk dikonsumsi (BirdLife International, 2011e). Kondisi tersebut harus mendapat
perhatian untuk menghindari kepunahan burung air. Wilayah sebaran spesies ini
meliputi Samudera Pasifik dan Atlantik termasuk Karibia, Afrika timur hingga
selatan, Arab, India, Asia Tenggara, New Zealand dan Australia (de Hoyo et al.,
1996). MacKinnon (1996) menjelaskan bahwa Sterna albifrons anaethetus
merupakan penghuni tetap di lepas pantai di Jawa dan Bali.
Sterna bergii cristatus
Sterna bergii cristatus atau burung dara laut jambul, diklasifikasikan ke
dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;
suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010f). Sterna bergii cristatus
11
merupakan salah satu burung dara laut dengan ukuran yang cukup besar.
Karakteristik yang dimiliki burung ini adalah panjang tubuh yang berkisar antara 46-
49 cm (Cooper, 2006). Dahi dan bagian bawah tubuh berwarna putih, bagian
belakang dan sayap bawah berwarna abu-abu kehitaman (Snow dan Perrins, 1998).
Sterna bergii cristatus mendiami daerah garis pantai tropis dan subtropis,
mencari makan pada daerah perairan dangkal, danau dan pinggiran laut, batu karang,
muara, teluk, daerah berpasir, berbatu hingga di perairan payau (del Hoyo et al.,
1996). Habitat tersebut merupakan tempat burung ini tinggal dan mencari makan.
Makanan utama meliputi ikan dengan panjang 10-50 cm, cumi-cumi, serangga,
binatang berkulit keras seperti kepiting dan kerang (del Hoyo et al., 1996). Ukuran
populasi Sterna bergii cristatus sampai dengan tahun 2010 diperkirakan sebanyak
150 ribu-1,1 juta individu dewasa. Populasi spesies ini cukup tinggi dibandingkan
dengan penurunan populasi sehingga BirdLife International (2011f) mengkategorikan
dalam status konservasi (status keberadaan) Least Corcern atau tidak memerlukan
perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah gangguan
aktivitas manusia pada koloni yang sedang berkembang biak yang dapat
menyebabkan kegagalan reproduksi; selain itu peningkatan pemangsa burung ibis
terhadap telur dan kandang (BirdLife International, 2011f). Kondisi tersebut
memerlukan upaya konservasi untuk menjamin keberlanjutan generasi. Gambar 6
menyajikan Sterna bergii cristatus yang sedang mencari makan di pinggiran pantai.
Gambar 6. Sterna bergii cristatus Sumber: Grosset (2010)
12
Sterna bergii cristatus termasuk burung yang sering ditemukan bersarang di
perairan dekat pantai dan pulau-pulau kecil di Jawa dan Bali (MacKinnon, 1996).
Daerah penyebaran Sterna bergii cristatus, meliputi Atlantik, Afrika Selatan, Asia,
Australia, sebelah barat samudera Hindia, samudera Pasifik dan dapat juga
ditemukan di Madagaskar (del Hoyo et al., 1996). Pratt et al. (1987) menyatakan
bahwa spesies ini juga ditemukan di Aldabra dan Etoile yang merupakan bagian dari
samudera Hindia, Samudera Pasifik yang meliputi Kiribati, Fiji dan Tonga.
Penyebaran yang luas menyebabkan spesies tersebut dapat ditemukan di berbagai
bagian dunia.
Sterna fuscata nubilosa
Sterna fuscata nubilosa atau burung dara laut sayap hitam diklasifikasikan ke
dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa Charadriiformes;
suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010g). Spesies ini memiliki
karakteristik ukuran tubuh yang cukup besar dengan panjang 43 cm (MacKinnon,
1996). Sterna fuscata nubilosa memiliki warna bulu abu-abu gelap pada bagian atas
tubuh dan warna putih pada bagian bawah tubuh. Paruh dan kaki berwarna hitam,
memiliki warna putih yang cukup besar pada dahi serta tidak memiliki garis pada
leher (Tregear, 1981). Gambar 7 menyajikan Sterna fuscata nubilosa yang sedang
berdiri di atas pasir.
Gambar 7. Sterna fuscata nubilosa Sumber: Deng (2010)s
Sterna fuscata nubilosa memiliki habitat di sekitar dataran terbuka atau
daerah dengan tumbuhan yang cukup jarang, dekat laut atau pulau berpasir, batu
13
karang serta perairan lepas pantai yang kaya akan plankton, ikan dan cumi-cumi
sebagai makanannya (del Hoyo et al., 1996). Makanan utama dari burung ini adalah
ikan yang berukuran 6-8 cm hingga dapat memangsa ikan berukuran 18 cm (del
Hoyo et al., 1996). Makanan lainnya meliputi cumi-cumi, serangga dan makanan lain
di atas permukaan air.
Ukuran populasi Sterna fuscata nubilosa yang dicatat BirdLife International
(2011g) sekitar 21-22 juta ekor individu dewasa. Sterna fuscata nubilosa merupakan
burung yang hidup berkoloni dengan jumlah yang cukup besar. Ancaman bagi
ukuran populasi subspesies ini adalah predator kucing, tikus, semut invasif.
Subspesies ini juga terancam punah akibat cemaran minyak dari kapal dan
pemanfaatan telur untuk dikonsumsi manusia (BirdLife International, 2011g). Ukuran
populasi yang cukup besar dan hingga sekarang belum mendekati ambang batas
bawah populasi, sehingga burung ini berada pada status konservasi (status
keberadaan) Least Concern (tidak memerlukan perhatian khusus) dan tetap
diperlukan penangkaran untuk menjaga kelangsungan populasi burung air dunia.
Sterna fuscata nubilosa ditemukan pada kepulauan Krakatau di antara Jawa dan
Sumatera (MacKinnon, 1996). Pada musim dingin, jenis burung ini lebih banyak
ditemukan pada perairan tropis, hal ini merupakan kebiasaan dari burung laut.
Collinson (2006) menerangkan bahwa Sterna fuscata nubilosa ditemukan di Laut
Merah, Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik.
Sterna sumatrana sumatrana
Sterna sumatrana sumatrana atau burung dara laut tengkuk hitam,
diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; kelas Aves; bangsa
Charadriiformes; suku Laridae dan marga Sterna (ZipcodeZoo, 2010h). Sterna
sumatrana sumatrana memiliki karakteristik panjang tubuh 35 cm (MacKinnon,
1996). Paruh dan kaki berwarna hitam. Jenis burung ini memiliki warna putih pada
bagian muka dan bagian dada dengan warna putih keabu-abuan (del Hoyo et al.,
1996).
Jenis burung air ini memiliki habitat yang tidak berbeda dengan burung air
lain. Mereka dapat ditemukan pada pulau kecil, pulau lepas pantai, padang alang-
alang, pinggiran pantai sampai laut. Makanan utama dari jenis burung ini adalah
14
ikan-ikan kecil dan binatang kecil lain seperti serangga (del Hoyo et al., 1996).
Gambar 8 menyajikan Sterna sumatrana sumatrana yang sedang berdiri di atas batu.
Gambar 8. Sterna sumatrana sumatrana Sumber: Tarrant (2010)
Jenis burung ini berdasarkan BirdLife International (2011h) dikatagorikan ke
dalam status konservasi (status keberadaan) Least Concern atau tidak memerlukan
perhatian khusus. Ancaman bagi ukuran populasi subspesies ini adalah predator
kucing, perubahan iklim sekitar habitat dan pemanfaatan telur untuk dikonsumsi
manusia (BirdLife International, 2011h). Kondisi ini menunjukkan bahwa jumlah
spesies tersebut belum mendekati ambang kepunahan, tetapi masih diperlukan
konservasi untuk menjaga kelestarian unggas air dunia. Jenis burung ini menyebar
pada daerah tropis dan subtropis. Jangkauan sebaran dari Samudera Hindia hingga
bagian timur Samudera Pasifik (del Hoyo et al., 1996). Sterna sumatrana sumatrana
termasuk burung dara laut yang paling umum ditemukan dan berbiak di pantai
karang dan pulau-pulau kecil lepas pantai di Jawa dan Bali (MacKinnon, 1996).
Lahan Basah
Davies et al. (1995) menyatakan lahan basah memiliki dua pengertian yaitu
secara sempit dan luas. Definisi sempit menerangkan bahwa lahan basah adalah
sebuah ekoton (suatu daerah peralihan antara daratan dan perairan yang
menyebabkan beberapa bagian daratan tergenang air), sedangkan definisi secara luas
menerangkan bahwa lahan basah yaitu daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut,
dan perairan. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2007)
menjelaskan bahwa lahan basah adalah daerah-daerah payau, tanah gambut atau
15
perairan yang bersifat alami maupun buatan, tetap ataupun sementara, dengan
perairan tergenang atau mengalir, tawar, agak asin ataupun asin, termasuk daerah-
daerah perairan laut yang dengan kedalaman tidak lebih dari enam meter pada waktu
surut.
Analisis Komponen Utama (AKU)
Gaspersz (1992) menerangkan bahwa Analisis Komponen Utama (AKU)
merupakan struktur varian-kovarian melalui kombinasi linear dari peubah-peubah
tertentu. Penggunaan AKU ditujukan untuk mereduksi data dan bisa menginter-
pretasikan dalam bentuk diagram kerumunan. Wiley (1981) menjelaskan bahwa
AKU adalah suatu teknik multivariat yang digunakan untuk menemukan hubungan
struktural antara dua peubah bebas yang disebut komponen utama. Komponen utama
pertama terdiri atas peubah dengan keragaman total yang tertinggi, sedangkan
komponen utama kedua meliputi peubah dengan keragaman total terbesar setelah
komponen utama pertama (Hayashi et al., 1982).
Penggunaan metode AKU dalam analisis morfometrik menerangkan bahwa
komponen utama pertama mengindikasikan ukuran (size) sebagai vektor ukuran dan
komponen utama kedua mengindikasikan bentuk (shape) sebagai vektor bentuk dari
hewan yang diteliti (Everitt dan Dunn, 1998). Komponen utama digunakan untuk
membentuk diagram sebaran. Nishida et al. (1982) menjelaskan bahwa diagram
kerumunan tersebut dibuat berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk yang ditentukan
oleh persamaan bentuk dan ukuran setelah dianalisis menggunakan metode AKU.
Sumbu X menunjukkan ukuran dan sumbu Y menunjukkan bentuk dari data yang
diamati (Hayashi et al., 1982).
Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis
Jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis digunakan
untuk membentuk diagram pohon (dendogram) berdasarkan pengamatan morfo-
metrik terhadap spesies yang diamati. Jarak minimum D2 Mahalanobis disajikan
dalam bentuk matriks yang dipergunakan untuk menghasilkan dendogram (Gaspersz,
1992). Pembuatan dendogram dilakukan dengan asumsi bahwa laju evolusi antara
kelompok hewan yang diamati adalah sama (Nei, 1987).
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat
Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Penelitian ini
dilaksanakan selama enam bulan yaitu dari bulan Mei 2010 sampai Oktober 2010.
Materi
Burung Air
Penelitian ini menggunakan 168 spesimen burung dewasa dari suku Laridae.
Subspesies yang diamati adalah Anous minutus worcesteri (camar angguk hitam)
yang terdiri atas tujuh spesimen (lima ekor jantan dan dua ekor betina); Anous
stolidus pileatus (camar angguk coklat) terdiri atas sembilan spesimen (lima ekor
jantan dan empat ekor betina); Chlidonias hybrida javanica (dara laut kumis) terdiri
atas 14 spesimen (sembilan ekor jantan dan lima ekor betina); Sterna albifrons
sinensis (dara laut kecil) terdiri atas 13 spesimen (lima ekor jantan dan delapan ekor
betina); Sterna anaethetus anaethetus (dara laut batu) terdiri atas 18 spesimen (11
ekor jantan dan tujuh ekor betina); Sterna bergii cristatus (dara laut jambul) terdiri
atas 54 spesimen (24 ekor jantan dan 30 ekor betina); Sterna fuscata nubilosa (dara
laut sayap hitam) terdiri atas 17 spesimen (tujuh ekor jantan dan 10 ekor betina); dan
Sterna sumatrana sumatrana (dara laut tengkuk hitam) terdiri atas 36 spesimen (16
ekor jantan dan 20 ekor betina). Sterna fuscata nubilosa, Sterna albifrons sinensis,
Sterna bergii cristatus, Sterna sumatrana sumatrana, dan Sterna anaethetus
anaethetus digolongkan dalam marga Sterna. Anous stolidus pileatus, dan Anous
minutus worcesteri digolongkan dalam marga Anous; sedangkan Chlidonias hybrida
javanica digolongkan dalam marga Chlidonias.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur berupa jangka
sorong, lembar data, alat tulis, dan kamera digital. Perangkat lunak Mega 4.1 Beta
(Molecular Evolutionary Genetics Analysis) digunakan untuk menyajikan
dendogram jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2
Mahalanobis. Perangkat
lunak MINITAB® Release 14.12.0 digunakan untuk membantu mengolah data.
17
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah bagian kepala dan paruh.
Bagian paruh yang diukur meliputi panjang, lebar, dan tinggi; sedangkan bagian
kepala yang diukur meliputi lebar dan panjang.
Prosedur
Pengamatan dilakukan pada ukuran-ukuran linear pada kepala, yang meliputi
panjang paruh (X1), lebar paruh (X2), tinggi paruh (X3), lebar kepala (X4) dan
panjang kepala (X5). Ukuran-ukuran linear kepala yang diamati disajikan pada
Gambar 9. Prosedur pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Panjang paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari pangkal paruh hingga ujung
paruh.
2. Lebar paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian pangkal paruh bagian
atas hingga pangkal paruh bagian bawah.
3. Tinggi paruh (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian pangkal paruh bagian
atas hingga pangkal paruh bagian bawah secara vertikal.
4. Lebar kepala (cm) : pengukuran dilakukan pada daerah belakang mata pada
bagian tengkorak.
5. Panjang kepala (cm) : pengukuran dilakukan dari bagian tengah tulang teng-
korak kepala hingga bagian bawah paruh.
Keterangan: X1 = panjang paruh (cm); X2 = lebar paruh (cm); X3 = tinggi paruh (cm); X4 = lebar
kepala (cm); X5 = panjang kepala (cm)
Gambar 9. Bagan Kepala Burung Dara Laut yang Diamati
X5
X4
X3
X2
X1
18
Rancangan Statistik
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif meliputi rataan, simpangan baku, dan koefisien keragaman
yang dihitung berdasarkan rumus Standsfield (1983), sebagai berikut:
Keterangan:
: nilai rataan
: jumlah seluruh sampel pengamatan
: data ke-i
Keterangan:
: simpangan baku
: data ke-i
: rataan data pengamatan
: jumlah seluruh sampel pengamatan
Keterangan:
: koefisien keragaman (%)
: simpangan baku
: rataan data pengamatan
Statistik T2-Hotelling
Uji statistik T2-Hotelling digunakan untuk membandingkan peubah-peubah
antara setiap dua spesies dari delapan spesies burung air yang diamati. Statistik T2-
Hotelling yang digunakan berdasarkan rumus Gaspersz (1992), sebagai berikut:
: vektor rataan peubah-peubah dari spesies ke-1 sama dengan spesies
ke-2
19
: vektor rataan peubah-peubah dari spesies ke-1 berbeda dengan
spesies ke-2
Uji hipotesis yang dianjurkan menurut Gaspersz (1992) adalah sebagai
berikut:
Selanjutnya besaran:
Akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p, dan V2 = n1 + n2 – p – 1
Keterangan:
: nilai T2-Hotelling
: nilai hitung T2-Hotelling
: jumlah data pengamatan pada spesies ke-1
: jumlah pengamatan pada spesies ke-2
: vektor rataan peubah-peubah spesies ke-1
: vektor rataan peubah-peubah spesies ke-2
: matriks gabungan spesies ke-1 dan spesies ke-2
: invers matiks gabungan (invers dari matriks SG)
p : jumlah peubah yang diukur
Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis
Jarak Minimum ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis digunakan
untuk membentuk diagram pohon (dendogram) berdasarkan pengamatan ukuran-
ukuran kepala burung dara laut. Jarak Minimum ketidakserupaan morfometrik D2
Mahalanobis dihitung berdasarkan Nei (1987), sebagai berikut:
Keterangan:
: nilai statistik Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat
Mahalanobis ketidakserupaan morfometrik antara dua spesies yang
diamati
: matriks gabungan spesies ke-1 dan spesies ke-2
: invers matrik gabungan (invers dari matriks SG)
20
: vektor nilai rataan peubah-peubah acak dari spesies ke-1
: vektor nilai rataan peubah-peubah acak dari spesies ke-2
Penyajian Dendogram
Penyajian dendogram dilakukan berdasarkan nilai jarak minimum
ketidakserupaan morfometrik D2 Mahalanobis dari ukuran-ukuran linear kepala
burung setelah diakarkan. Pengelompokan spesies burung dara laut dilakukan
berdasarkan percabangan dendogram menggunakan metode Unweighted Pair Group
Method with Arithmetic (UPGMA) dengan asumsi bahwa laju evolusi antar
subspesies adalah sama.
Analisis Komponen Utama
Analisis Komponen Utama (AKU) yang digunakan dalam pengolahan data
ini berguna untuk membuat kerumunan data spesies burung yang telah diamati
berdasarkan skor ukuran dan bentuk. Skor ukuran dan skor bentuk kepala masing-
masing diperoleh berdasarkan persamaan ukuran dan persamaan bentuk kepala.
Persamaan ukuran dan bentuk kepala diturunkan berdasarkan matriks kovarian. AKU
yang digunakan berdasarkan Gaspersz (1992). Persamaan ukuran diperoleh
berdasarkan model statistik sebagai berikut:
Keterangan:
: skor ukuran
: panjang paruh
: lebar paruh
: tinggi paruh
: lebar kepala
: tinggi kepala
Persamaan bentuk diperoleh berdasarkan model statistik sebagai berikut:
Keterangan:
: skor bentuk
: panjang paruh
: lebar paruh
: tinggi paruh
21
: lebar kepala
: tinggi kepala
Sumbu X mewakili skor ukuran yang merupakan skor komponen utama
pertama dan sumbu Y mewakili skor bentuk yang merupakan skor komponen utama
kedua (Nishida et al., 1980). Korelasi antara ukuran dan bentuk tubuh burung
diperoleh dari perkalian antara vektor eigen dan akar dari nilai eigen masing-masing
dan dibagi dengan simpangan baku dari masing-masing peubah (Gaspersz, 1992).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
: koefisien korelasi peubah ke-i (1, 2, 3,..., i) dan skor ke-j (1,2)
: vektor eigen peubah ke-i (1, 2, 3,..., i) dan komponen ke-j (1,2)
: nilai eigen (akar ciri) pada komponen ke-j (1,2)
: simpangan baku peubah ke-i (1, 2, 3,..., i)
Diagram Kerumunan
Diagram kerumunan dibuat berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk yang
diperoleh dari persamaan ukuran dan persamaan bentuk. Ukuran disetarakan dengan
sumbu X dan bentuk disetarakan dengan sumbu Y. Setiap plot pada diagram
kerumunan mencerminkan skor ukuran dan skor bentuk pada setiap data individu.
Pengerumunan dilakukan berdasarkan spesies yang diamati. Persamaan dan
perbedaan ukuran dan bentuk dapat dilihat berdasarkan kerumunan data masing-
masing spesies pada diagram kerumunan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan morfometrik kepala burung dara laut pada penelitian ini dimulai
dengan perhitungan statistik deskriptif yang kemudian dilanjutkan dengan statistik
T2-Hotelling. Berdasarkan hasil statistik T
2-Hotelling pengamatan perbedaan ukuran
dan bentuk kepala dilakukan melalui Analisis Komponen Utama. Diagram
kerumunan dibentuk berdasarkan perhitungan skor ukuran dan bentuk kepala,
sehingga dapat dibandingkan antara subspesies burung dara laut yang diamati. Jarak
ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran kepala diamati untuk mendukung
diagram kerumunan ukuran dan bentuk kepala pada burung dara laut tersebut.
Hasil Statistik Deskriptif
Tabel 1 menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada subspesies
Anous minutus worcesteri dan Anous stolidus pileatus. Tabel tersebut menyampaikan
nilai rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman pada masing-masing peubah
yang diamati.
Tabel 1. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan
Betina pada Marga Anous
Subspesies Jenis
Kelamin
Panjang
Paruh
Lebar
Paruh
Tinggi
Paruh
Lebar
Kepala
Panjang
Kepala
---------------------------------------(cm)--------------------------------------
Anous
minutus
worcesteri
(n=7)
♂
(2) 4,31 ± 0,90
(20,86%)
0,49 ± 0,01
(2,89%)
0,67 ± 0,03
(4,22%)
2,25 ± 0,01
(0,31%)
3,14 ± 0,16
(5,19%)
♀
(5) 4,26 ± 0,28
(6,68%)
0,50 ± 0,03
(4,98%)
0,65 ± 0,05
(8,90%)
2,16 ± 0,15
(6,97%)
2,88 ± 0,14
(4,86%)
Anous
stolidus
pileatus
(n=9)
♂
(5) 4,33 ± 0,36
(8,39%)
0,63 ± 0,10
(15,68%)
0,83 ± 0,16
(19,04%)
2,66 ± 0,12
(4,33%)
3,69 ± 0,12
(3,30%)
♀
(4) 4,51 ± 0,194
(4,30%)
0,67 ± 0,04
(6,33%)
0,87 ± 0,03
(3,79%)
2,60 ± 0,15
(5,67%)
3,63 ± 0,08
(2,12%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman; n=jumlah sampel yang
diamati
Koefisien keragaman peubah-peubah ukuran linear kepala yang berkisar
antara 0,31%-20,86% pada jantan dan betina Anous stolidus pileatus dan Anous
minutus worcesteri. Koefisien keragaman yang ditunjukkan tersebut mencapai lebih
dari 20% dan merupakan koefisien keragaman yang tinggi (Syahid, 2009). Koefisien
keragaman yang tinggi mengindikasikan bahwa kedua subspesies burung dara laut
23
ini memiliki status konservasi yang masih dapat dipertahankan. Status konservasi
subspesies ini adalah Least Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus
(BirdLife International, 2011a). Rataan ukuran-ukuran linear kepala pada Anous
stolidus pileatus ditemukan lebih besar dibandingkan dengan Anous minutus
worcesteri. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan del Hoyo et al. (1996)
yang menyatakan bahwa Anous minutus worcesteri memiliki karakteristik yang
hampir sama dengan Anous stolidus pileatus, tetapi ukuran jenis Anous stolidus
pileatus lebih besar dibandingkan Anous minutus worcesteri. Karakter lain yang
membedakan adalah bulu yang berwarna hitam, kecuali pada bagian tengkuk
berwarna abu-abu tua dan dahi berwarna putih.
Tabel 2 menyajikan ukuran linear peubah kepala pada subspesies Chlidonias
hybrida javanica. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear kepala pada subspesies
ini berkisar antara 5,89%-14,58%. Koefisien keragaman yang dihasilkan
digolongkan dalam koefisien keragaman yang sedang, karena mencapai kisaran
antara 10%-20% (Syahid, 2009). Keragaman ukuran-ukuran linear kepala yang tidak
rendah tersebut menunjukkan bahwa subspesies ini belum terancam punah (Docstoc,
2010). Chlidonias hybrida javanica memiliki status konservasi Least Concern atau
tidak memerlukan perhatian khusus (BirdLife International, 2011c).
Tabel 2. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan Betina
pada Marga Chlidonias
Subspesies Jenis
Kelamin
Panjang
Paruh
Lebar
Paruh
Tinggi
Paruh
Lebar
Kepala
Panjang
Kepala
---------------------------------------(cm)------------------------------------------
Chlidonias
hybrida
javanica
(n=14)
♂
(9)
3,42 ± 0,20
( 5,89%)
0,50 ± 0,04
(7,76%)
0,76 ± 0,06
(8,34%)
2,32 ± 0,33
(14,29%)
3,25 ± 0,26
(7,99%)
♀
(5)
2,91 ± 0,42
(14,58%)
0,48 ± 0,04
(8,72%)
0,69 ± 0,07
(9,67%)
2,27 ± 0,13
(10,30%)
3,06 ± 0,24
(7,84%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman; n=jumlah sampel yang
diamati
Tabel 3 menyajikan ukuran-ukuran linear kepala pada marga Sterna, yang
meliputi Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata
nubilosa, Sterna sumatrana sumatrana dan Sterna albifrons sinensis. Koefisien
keragaman ukuran-ukuran linear kepala pada marga ini berkisar antara 1,84%-
15,89%. Sterna anaethetus anaethetus memiliki koefisien keragaman ukuran-ukuran
linear kepala yang lebih tinggi dibandingkan dengan subspesies lain yang diamati
24
pada marga Sterna. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear kepala terendah
dimiliki subspesies Sterna albifrons sinensis berkisar antara 2,78%-7,04% dan
koefisien keragaman yang paling tinggi ditunjukkan pada subspesies Sterna
anaethetus anaethetus yang berkisar antara 3,22%-15,89%.
Tabel 3. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Dara Laut Jantan dan
Betina pada Marga Sterna
Subspesies Jenis
Kelamin
Panjang
Paruh Lebar Paruh
Tinggi
Paruh
Lebar
Kepala
Panjang
Kepala
------------------------------------------(cm)----------------------------------------
Sterna
albifrons
sinensis
(n=13)
♂
(5)
3,40 ± 0,19
(5,45%)
0,44 ± 0,01
(2,78%)
0,69 ± 0,05
(7,04%)
1,93 ± 0,12
(6,37%)
2,68 ± 0,08
(2,84%)
♀
(8)
3,12 ± 0,19
(6,04%)
0,43 ± 0,03
(6,53%)
0,64 ± 0,03
(4,50%)
1,86 ± 0,11
(5,68%)
2,69 ± 0,09
(3,44%)
Sterna
anaethetus
anaethetus
(n=18)
♂
(11)
4,10 ± 0,65
(15,89%)
0,59 ± 0,09
(14,91%)
0,80 ± 0,10
(11,96%)
2,71 ± 0,21
(7,79%)
3,37 ± 0,11
(3,22%)
♀
(7)
4,21 ± 0,45
(10,71%)
0,57 ± 0,08
(14,38%)
0,79 ± 0,06
(7,32%)
2,57 ± 0,24
(9,50%)
3,24 ± 0,11
(3,43%)
Sterna
Bergii
cristatus
(n=54)
♂
(24)
6,60 ± 0,52
(7,89%)
0,85 ± 0,07
(8,52%)
1,35 ± 0,11
(8,32%)
3,13 ± 0,26
(8,40%)
4,55 ± 0,30
(6,55%)
♀
(30)
6,26 ± 0,36
(5,82%)
0,82 ± 0,36
(5,82%)
1,29 ± 0,08
(6,46%)
3,06 ± 0,22
(7,13%)
4,39 ± 0,29
(6,52%)
Sterna
fuscata
nubilosa
(n=17)
♂
(7)
4,48 ± 0,30
(6,73%)
0,66 ± 0,09
(13,30%)
0,86 ± 0,08
(9,30%)
2,71 ± 0,19
(6,99%)
3,66 ± 0,16
(4,25%)
♀
(10)
4,33 ± 0,27
(6,29%)
0,64 ± 0,06
(8,90%)
0,85 ± 0,07
(7,92%)
2,69 ± 0,13
(4,77%)
3,59 ± 0,07
(1,84%)
Sterna
sumatrana
sumatrana
(n=36)
♂
(16)
3,84 ± 0,24
(6,35%)
0,45 ± 0,03
(5,97%)
0,66 ± 0,05
(6,88%)
2,21 ± 0,12
(5,54%)
3,20 ± 0,11
(3,53%)
♀
(20)
3,68 ± 0,18
(4,78%)
0,43 ± 0,03
(5,94%)
0,66 ± 0,04
(5,72%)
2,13 ± 0,14
(6,34%)
3,16 ± 0,15
(4,80%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman; n=jumlah sampel yang
diamati
Status konservasi subspesies yang diamati pada marga Sterna adalah Least
Concern atau tidak memerlukan perhatian khusus (BirdLife International,
2011d,e,f,g,h
). Koefisien keragaman yang cukup tinggi pada semua subspesies
menunjukkan bahwa kemungkinan punah masih kecil. Hal tersebut sesuai dengan
Docstoc (2010) yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran populasi suatu
subspesies, maka semakin besar keragaman genetik, sehingga semakin kecil
kemungkinan populasi tersebut mengalami kepunahan.
25
Keragaman fenotipik pada setiap individu ditentukan faktor genetik dan
lingkungan dan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Koefisien keragaman
pada burung dara laut yang diamati, menunjukkan keragaman pada ukuran-ukuran
linear kepala. Koefisien keragaman yang dihasilkan dipengaruhi heterogenitas dan
selang perlakuan. Heterogenitas tersebut terdiri atas heterogenitas alat, bahan, media,
dan lingkungan percobaan; sedangkan selang perlakuan yang semakin lebar akan
memperbesar nilai koefisien keragaman yang dihasilkan (Syahid, 2009). Koefisien
keragaman yang tinggi mengindikasikan keragaman yang tinggi dan sebaliknya.
Salamena et al. (2007) menjelaskan bahwa keragaman dalam suatu populasi dapat
menurun karena adanya seleksi, terjadi silang dalam dan kematian. Hal tersebut
dapat mengurangi jumlah populasi, sehingga keragaman genetik rendah dan
menunjukkan semakin besar kemungkinan spesies tersebut punah.
Hasil Statistik T2-Hotelling
Hasil statistik T2-Hotelling menjelaskan perbedaan ukuran-ukuran linear
kepala antara dua subspesies yang diamati secara serempak. Tabel 4 menyajikan
rekapitulasi hasil uji statistik T2-Hotelling antara setiap dua subspesies semua
subspesies burung dara laut yang diamati.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik T2-Hotelling antara Subspesies Burung yang
Diamati
Subspesies 1 2 3 4 5 6 7
2 **
3 ** **
4 ** ** **
5 ** ** ** **
6 ** ** ** ** **
7 ** ** ** ** ** **
8 ** ** ** ** ** ** **
Keterangan: 1= Anous minutus worcesteri; 2= Anous stolidus pileatus; 3= Chlidonias hybrida
javanica; 4= Sterna albifrons sinensis; 5= Sterna anaethetus anaethetus; 6= Sterna
bergii cristatus; 7= Sterna fuscata nubilosa; 8=Sterna sumatrana sumatrana;
**=berbeda sangat nyata (p <0,01)
Berdasarkan Tabel 4, ditemukan perbedaan ukuran-ukuran linear kepala
antara subspesies-subspesies burung dara laut yang diamati, yang sangat nyata
26
(P<0,01). Hal ini disebabkan setiap subspesies memiliki karakteristik yang berbeda
dan spesifik. MacKinnon (1996) menyatakan bahwa ukuran subspesies-subspesies
yang diamati pada penelitian ini spesifik. Dijelaskan bahwa Sterna bergii cristatus
merupakan subspesies dengan ukuran tubuh terbesar dan Sterna albifrons sinensis
merupakan subspesies terkecil pada marga Sterna. MacKinnon (1996) juga
menjelaskan bahwa urutan subspesies dari yang berukuran tubuh paling besar ke
paling kecil adalah Sterna bergii cristatus, kemudian Sterna fuscata nubilosa, Anous
stolidus pileatus, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna sumatrana sumatrana, Anous
minutus worcesteri, Chlidonias hybrida javanica dan Sterna albifrons sinensis. Tabel
5 menyajikan hasil rekapitulasi uji statistik T2-Hotelling antara jenis kelamin pada
setiap subspesies yang diamati.
Tabel 5. Hasil Rekapitulasi Uji Statistik T2-Hotelling antara Jenis Kelamin pada
Setiap Subspesies yang diamati
No Subspesies Jantan dan Betina
1 Anous minutus worcesteri tn
2 Anous stolidus pileatus tn
3 Chlidonias hybrida javanica tn
4 Sterna albifrons sinensis tn
5 Sterna anaethetus anaethetus tn
6 Sterna bergii cristatus tn
7 Sterna fuscata nubilosa tn
8 Sterna sumatrana sumatrana **
Keterangan: **=berbeda sangat nyata (p<0,01); tn=tidak berbeda nyata (p>0,05)
Hasil statistik T2-Hotelling antara jantan dan betina pada setiap jenis burung
dara laut yang diamati memperlihatkan kesamaan ukuran-ukuran linear kepala
(P>0,05) kecuali pada subspesies Sterna sumatrana sumatrana (P<0,01). Perbedaan
ukuran-ukuran linear kepala jantan dan betina menunjukkan bahwa subspesies
tersebut memiliki sexual dimorphism yang menurut Sutherland et al. (2008) jantan
berukuran tubuh lebih besar dari betina atau sebaliknya. Pada penelitian ini rataan
ukuran-ukuran linear peubah kepala pada Sterna sumatrana sumatrana jantan lebih
besar dibandingkan betina.
27
Hasil Statistik D2 Mahalanobis
Jarak ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran kepala burung dara laut
antara setiap dua subspesies burung dara laut yang diamati, diperoleh berdasarkan
hasil statistik D2 Mahalanobis yang diakarkan. Tabel 6 menyajikan akar dari jarak
minimum D2 Mahalanobis diantara setiap dua subspesies dari delapan subspesies
burung dara laut yang diamati.
Jarak ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran linear kepala terdekat
yang ditemukan pada penelitian ini adalah Sterna fuscata nubilosa terhadap Anous
stolidus pileatus sehingga kedua subspesies tersebut pada dendogram ketidak-
serupaan (Gambar 10) digolongkan ke dalam satu kelompok. Jarak minimum
terdekat antara kelompok tersebut terhadap kelompok subspesies-subspesies lain
ditentukan kemudian. Berdasarkan perhitungan Jarak Minimum D2 Mahalanobis,
diperoleh dendogram pada Gambar 10 yang membagi ke delapan subspesies burung
dara laut menjadi kelompok-kelompok.
Tabel 6. Akar dari Jarak Minimum D2 Mahalanobis diantara Delapan Subspesies
Burung Dara Laut yang diamati
Subspesies 1 2 3 4 5 6 7
2 8,290
3 4,939 4,861
4 5,435 14,477 3,157
5 4,201 2,989 2,527 6,976
6 7,938 5,008 7,240 8,965 5,967
7 7,939 1,032 4,666 11,630 2,591 5,416
8 3,736 6,722 3,990 5,038 4,022 8,929 5,838
Keterangan: 1= Anous minutus worcesteri; 2= Anous stolidus pileatus; 3= Chlidonias hybrida
javanica; 4= Sterna albifrons sinensis; 5= Sterna anaethetus anaethetus; 6= Sterna
bergii cristatus; 7= Sterna fuscata nubilosa; 8=Sterna sumatrana sumatrana
Warwick et al. (1995) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh termasuk
ukuran-ukuran kepala berguna untuk menelusuri asal-usul dan hubungan filogenetik
antar hewan yang diamati. Hubungan kekerabatan dari delapan subspesies yang
diamati tergantung dari nilai akar dari jarak minimum D2 Mahalanobis yang
diperoleh berdasarkan ukuran-ukuran linear kepala burung dara laut. Gambar 10
28
menyajikan dendogram ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran linear kepala
pada delapan subspesies burung dara laut yang diamati.
C.h.javanica
S.a.anaethetus
A.s.pileatus
S.f.nubilosa
S.b.cristatus
S.a.sinensis
S.s.sumatrana
A.m.worcesteri
Gambar 10. Dendogram Ketidakserupaan Morfometrik Ukuran-ukuran Linear
Kepala pada Delapan Subspesies Burung Dara Laut yang Diamati
Pada gambar 10, titik percabangan 3,6004 (1,8680+0,7502+0,9822) membagi
burung dara laut menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok A dan B. Pada
kelompok A titik percabangan 2,9539 membagi burung dara laut menjadi dua
kelompok, yaitu A1 dan A2. Pada kelompok A1, titik percabangan 1,8884 membagi
burung dara laut menjadi dua kelompok, yaitu A11 dan A12. Pada kelompok A11, titik
percabangan 1,2635 membagi burung dara laut menjadi dua kelompok, yaitu A111
dan A112. Pada kelompok A12, titik percabangan 0,5160 membagi burung dara laut
menjadi dua kelompok, yaitu A121 dan A122. Kelompok A11 terdiri atas Chlidonias
hybrida javanica dan Sterna anaethetus anaethetus. Kelompok A12 terdiri atas Anous
stolidus pileatus dan Sterna fuscata nubilosa. Kelompok A2 hanya terdiri atas satu
subspesies, yaitu Sterna bergii cristatus.
Titik percabangan 2,6182 pada kelompok B membagi burung dara laut
menjadi dua kelompok, yaitu B1 dan B2. Pada kelompok B2, titik percabangan 1,8680
membagi burung dara laut menjadi dua kelompok yaitu B21 dan B22. Kelompok B1
hanya terdiri atas satu subspesies, yaitu Sterna albifrons sinensis, sedangkan
kelompok B2 terdiri atas Sterna sumatrana sumatrana dan Anous minutus worcesteri.
Pengelompokan subspesies-subspesies burung dara laut yang diamati berbeda
dengan pengelompokan berdasarkan marga. Pengelompokan berdasarkan marga
dilakukan dengan mempertimbangkan kesamaan ciri dan karakter morfologi, seperti
S. a. anaethetus
C. h. javanica
A. m. worcesteri
S. f. nubilosa
S. s. sumatrana
S. b. cristatus
S. a. sinensis
A. s. pileatus
29
bentuk sayap, paruh dan kaki (Hickman et al., 2007). Pengelompokan hanya delapan
subspesies burung dara laut yang diamati pada penelitian ini berdasarkan ukuran-
ukuran linear kepala, memberikan hasil yang agak berbeda. Pengelompokkan
tersebut terlihat mengelompok berdasarkan juga pada kesamaan lain; tidak hanya
pada kesamaan ciri dan karakter morfologi, sehingga marga yang sama tidak
mengelompok pada satu kelompok yang sama. Sibuea et al. (1995) menyatakan
bahwa persamaan karakteristik dapat disebabkan habitat yang berkaitan dengan
makanan dan tingkah laku makan di lahan basah.
Jarak ketidakserupaan antara Anous stolidus pileatus dan Sterna fuscata
nubilosa adalah 0,5160 yang merupakan ukuran jarak ketidakserupaan morfometrik
ukuran kepala yang paling kecil. Hal itu mengindikasikan bahwa ukuran kepala pada
Anous stolidus pileatus dan Sterna fuscata nubilosa paling mirip dengan keserupaan
morfometrik tinggi. Jarak ketidakserupaan antara Sterna sumatrana sumatrana dan
Anous minutus worcesteri adalah 1,8680 yang merupakan ukuran jarak
ketidakserupaan morfometrik ukuran kepala yang paling besar. Hal ini
mengindikasikan bahwa ukuran kepala pada Sterna sumatrana sumatrana dan Anous
minutus worcesteri sangat berbeda dengan ketidakserupaan morfometrik yang tinggi.
Pengelompokan menjadi kelompok besar dan kelompok kecil mengindi-
kasikan ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran linear kepala. Titik
percabangan yang membedakan subspesies-subspesies burung dara laut yang diamati
menjadi kelompok-kelompok besar, mengindikasikan bahwa kedua kelompok besar
tersebut memiliki ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran linear kepala yang
tinggi; demikian pula sebaliknya.
Hasil Analisis Komponen Utama (AKU)
Hasil Analisis Komponen Utama (AKU) pada setiap subspesies burung dara
laut yang diamati; diuraikan di bawah ini berdasarkan marga. Berdasarkan AKU
diperoleh penciri ukuran dan bentuk kepala pada masing-masing subspesies burung
dara laut yang diamati; serta diagram kerumunan berdasarkan skor ukuran dan
bentuk yang diperoleh. Korelasi antara penciri ukuran dan skor ukuran serta antara
penciri bentuk dan skor bentuk; juga akan diuraikan di bawah ini. Uraian
pembahasan disajikan setelah uraian hasil AKU dan diagram kerumunan.
30
Marga Anous
Marga Anous yang diamati terdiri atas Anous minutus worcesteri dan Anous
stolidus pileatus. Tabel 7 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk kepala pada
subspesies Anous minutus worcesteri.
Tabel 7. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous minutus worcesteri
berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen
Persamaan Keragaman
Total (%)
Nilai
Eigen
Ukuran= 0,975X1+0,009X2+0,077X3─0,088X4+0,191X5 81,90 0,198
Bentuk= ─0,202X1─0,039X2─0,044X3─0,204X4+0,956X5 11,20 0,027
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Penciri ukuran kepala pada Anous minutus worcesteri adalah panjang paruh
(X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,975 (Tabel 7) dengan nilai korelasi antara
panjang paruh dan skor ukuran kepala sebesar 0,997; sedangkan penciri bentuk
kepala adalah panjang kepala (X5) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,956 dengan
nilai korelasi antara panjang kepala dan skor bentuk kepala sebesar 0,872. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh pada subspesies Anous
minutus worcesteri maka skor ukuran kepala yang dihasilkan juga semakin besar;
begitu juga pada skor bentuk. Semakin besar panjang kepala pada Anous minutus
worcesteri maka skor bentuk yang dihasilkan juga akan semakin besar. Tabel 8
menyajikan persamaan ukuran dan bentuk kepala pada subspesies Anous stolidus
pileatus.
Tabel 8. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Anous stolidus pileatus
berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen
Persamaan Keragaman
Total (%)
Nilai
Eigen
Ukuran = 0,917X1+0,217X2+0,328X3+0,068X4+0,018X5 78,50 0,106
Bentuk = 0,035X1─0,125X2─0,177X3+0,882X4─0,416X5 13,10 0,018
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Penciri ukuran kepala pada Anous stolidus pileatus adalah panjang paruh (X1)
yang memiliki vektor eigen sebesar 0,917 dengan nilai korelasi antara panjang paruh
31
dan skor ukuran kepala sebesar 0,999; sedangkan penciri bentuk kepala adalah lebar
kepala (X4) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,882 dengan nilai korelasi antara
lebar kepala dan skor bentuk sebesar 0,939. Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin besar panjang paruh pada Anous stolidus pileatus maka skor ukuran kepala
yang dihasilkan akan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin besar
lebar kepala maka skor bentuk kepala yang dihasilkan akan semakin besar. Gambar
11 menyajikan diagram kerumunan pada marga Anous berdasarkan skor ukuran dan
skor bentuk kepala.
Keterangan: ■= jantan Anous minutus worcesteri; ○= betina Anous minutus worcesteri; ■= jantan
Anous stolidus pileatus; ○= betina Anous stolidus pileatus
Gambar 11. Diagram Kerumunan Marga Anous Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor
Bentuk Kepala
Gambar 11 menunjukkan bahwa antara Anous minutus worcesteri dan Anous
stolidus pileatus memiliki kisaran skor ukuran yang hampir sama. Kisaran skor
ukuran kepala pada Anous minutus worcesteri sebesar 4,323-5,297 dan kisaran skor
ukuran kepala pada Anous stolidus pileatus sebesar 4,159-5,035 dengan penciri
ukuran adalah panjang paruh. Berdasarkan bentuk kepala antara Anous minutus
worcesteri dan Anous stolidus pileatus ditemukan perbedaan yang cukup besar. Skor
bentuk Anous minutus worcesteri yang dicirikan pada panjang kepala, berkisar antara
1,194-1,639; sedangkan skor bentuk Anous stolidus pileatus yang dicirikan pada
lebar kepala, berkisar antara 0,517-0,882, sehingga pada Gambar 11 Anous minutus
32
worcesteri berada pada bagian atas dibandingkan Anous stolidus pileatus. Penciri
bentuk kepala Anous minutus worcesteri dan Anous stolidus pileatus berbeda. Everit
dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk merupakan faktor yang menarik untuk
diamati bagi ahli taksonomi. Dijelaskan oleh Niraldy (2010) bahwa bentuk kepala
burung bayan-bayanan lebih banyak dipengaruhi faktor genetik daripada lingkungan.
Marga Chlidonias
Marga Chlidonias yang diamati hanya terdiri atas satu subspesies, yaitu
Chlidonias hybrida javanica. Tabel 9 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk
kepala pada subspesies Chlidonias hybrida javanica, berikut keragaman total dan
nilai eigen.
Tabel 9. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Chlidonias hybrida javanica
berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen
Persamaan Keragaman
Total (%)
Nilai
Eigen
Ukuran = 0,746X1+0,043X2+0,109X3+0,434X4+0,492X5 67,10 0,205
Bentuk = ─0,621X1─0,004X2─0,038X3+0,714X4+0,321X5 26,20 0,081
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Penciri ukuran kepala pada Chlidonias hybrida javanica adalah panjang
paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,746 dengan nilai korelasi antara
panjang paruh dan skor ukuran sebesar 0,884; sedangkan penciri bentuk adalah lebar
kepala (X4) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,714 dengan nilai korelasi antara
lebar kepala dan skor bentuk sebesar 0,698. Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin besar panjang paruh pada Chlidonias hybrida javanica, maka skor ukuran
yang dihasilkan akan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Gambar 12
menyajikan diagram kerumunan marga Chlidonias berdasarkan skor ukuran dan skor
bentuk kepala.
33
Keterangan: ■= jantan Chlidonias hybrida javanica; ○= betina Chlidonias hybrida javanica
Gambar 12. Diagram Kerumunan Marga Chlidonias Berdasarkan Skor Ukuran dan
Skor Bentuk Kepala
Semakin besar lebar kepala, maka skor bentuk yang dihasilkan akan semakin
besar. Persamaan ukuran dan bentuk pada Chlidonias hybrida javanica disajikan
dalam diagram kerumunan berdasarkan skor ukuran dan bentuk kepala yang
diperoleh. Gambar 12 menunjukkan skor ukuran pada Chlidonias hybrida javanica
berkisar antara 4,031-5,590 dengan penciri ukuran adalah panjang paruh; sedangkan
kisaran skor bentuk pada Chlidonias hybrida javanica sebesar 0,213-1,020 dengan
penciri bentuk adalah lebar kepala. Berdasarkan skor ukuran, betina lebih kecil
dibandingkan jantan. Pada diagram kerumunan data individu-individu betina berada
pada sebelah kiri. Pada Tabel 2, penciri ukuran yaitu panjang paruh menunjukkan
bahwa jantan lebih besar dibandingkan betina pada Chlidonias hybrida javanica.
Marga Sterna
Marga Sterna yang diamati terdiri atas lima subspesies, yaitu Sterna albifrons
sinensis, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata
nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana. Tabel 10 menyajikan persamaan ukuran
dan bentuk pada subspesies Sterna albifrons sinensis berikut keragaman total dan
nilai eigen.
34
Tabel 10. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna albifrons sinensis
berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen
Persamaan Keragaman
Total (%)
Nilai
Eigen
Ukuran = 0,931X1+0,030X2+0,089X3+0,353X4─0,017X5 79,60 0,059
Bentuk = 0,241X1+0,142X2─0,012X3─0,609X4+0,742X5 12,40 0,009
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Tabel 10 menunjukkan bahwa penciri ukuran kepala pada Sterna albifrons
sinensis adalah panjang paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,931 dengan
nilai korelasi antara panjang paruh dan skor ukuran kepala sebesar 0,988; sedangkan
penciri bentuk kepala adalah panjang kepala (X5) yang memiliki vektor eigen sebesar
0,742 dengan nilai korelasi antara panjang kepala dan skor bentuk kepala sebesar
0,848. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh maka skor
ukuran yang dihasilkan akan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin
besar panjang kepala, maka skor bentuk yang dihasilkan juga akan semakin besar.
Tabel 11 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk kepala pada subspesies Sterna
anaethetus anaethetus berikut keragaman total dan nilai eigen.
Tabel 11. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna anaethetus anaethetus
berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen
Persamaan Keragaman
Total (%)
Nilai
Eigen
Ukuran = 0,983X1+0,127X2+0,117X3+0,045X4+0,043X5 82,60 0,335
Bentuk = ─0,072X1+0,051X2+0,120X3+0,975X4+0,165X5 13,20 0,054
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Tabel 11 menunjukkan bahwa penciri ukuran kepala pada Sterna anaethetus
anaethetus adalah panjang paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,983
dengan nilai korelasi antara panjang paruh dan skor ukuran sebesar 0,995; sedangkan
penciri bentuk adalah lebar kepala (X4) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,975
dengan nilai korelasi antara panjang paruh dan skor bentuk sebesar 0,989. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh, maka skor ukuran yang
dihasilkan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin besar lebar kepala,
maka skor bentuk yang dihasilkan semakin besar. Tabel 12 menyajikan persamaan
35
ukuran dan bentuk kepala pada subspesies Sterna bergii cristatus berikut keragaman
total dan nilai eigen.
Tabel 12. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna bergii cristatus
berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen
Persamaan Keragaman
Total (%)
Nilai
Eigen
Ukuran = 0,879X1+0,084X2+0,152X3+0,204X4+0,394X5 71,60 0,271
Bentuk = ─0,180X1+0,004X2─0,092X3─0,621X4+0,757X5 17,30 0,066
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Tabel 12 menunjukkan bahwa penciri ukuran kepala pada subspesies Sterna
bergii cristatus adalah panjang paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,879
dengan korelasi antara panjang paruh dan skor ukuran sebesar 0,980; sedangkan
penciri bentuk kepala adalah panjang kepala (X5) yang memiliki vektor eigen sebesar
0,757 dengan korelasi antara panjang kepala dan skor bentuk sebesar 0,648. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh, maka skor ukuran yang
dihasilkan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin besar panjang
kepala, maka skor bentuk yang dihasilkan semakin besar. Tabel 13 menyajikan
persamaan ukuran dan bentuk kepala pada subspesies Sterna fuscata nubilosa berikut
keragaman total dan nilai eigen.
Tabel 13. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna fuscata nubilosa
Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen.
Persamaan Keragaman
Total (%)
Nilai
Eigen
Ukuran = 0,875X1+0,181X2+0,191X3+0,400X4+0,078X5 82,90 0,105
Bentuk = 0,065X1+0,004X2+0,097X3─0,369X4+0,922X5 10,30 0,013
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Tabel 13 menunjukkan bahwa penciri ukuran pada subspesies Sterna fuscata
nubilosa adalah panjang paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,875
dengan korelasi antara panjang paruh dan skor ukuran sebesar 0,995; sedangkan
penciri bentuk adalah panjang kepala (X5) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,922
dengan korelasi antara panjang kepala dan skor bentuk sebesar 0,930. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh, maka skor ukuran kepala yang
36
dihasilkan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin besar panjang
kepala, maka skor bentuk yang dihasilkan semakin besar. Tabel 14 menyajikan
persamaan ukuran dan bentuk kepala pada subspesies Sterna sumatrana sumatrana
berikut keragaman total dan nilai eigen dan gambar 13 menyajikan diagram
kerumunan pada marga Sterna yang diamati.
Tabel 14. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Sterna sumatrana sumatrana
berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen
Persamaan Keragaman
Total (%)
Nilai
Eigen
Ukuran = 0,985X1+0,030X2+0,046X3─0,151X4─0,057X5 57,00 0,050
Bentuk = 0,141X1+0,013X2+0,052X3+0,669X4+0,728X5 29,10 0,026
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Tabel 14 menunjukkan bahwa penciri ukuran kepala pada subspesies Sterna
sumatrana sumatrana adalah panjang paruh (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar
0,985 dengan nilai korelasi antara panjang paruh dan skor ukuran sebesar 0,992;
sedangkan penciri bentuk adalah panjang kepala (X5) yang memiliki vektor eigen
sebesar 0,728 dengan nilai korelasi antara panjang kepala dan skor bentuk sebesar
0,870. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh, maka skor
ukuran yang dihasilkan akan semakin besar; begitu juga pada skor bentuk. Semakin
besar panjang kepala, maka semakin besar skor bentuk yang dihasilkan.
Pada marga Sterna, penciri ukuran kepala ditemukan sama pada penelitian
ini. Baik Sterna albifrons sinensis, Sterna anaethetus anaethetus, Sterna bergii
cristatus, Sterna fuscata nubilosa, maupun Sterna sumatrana sumatrana memiliki
penciri ukuran kepala yang sama, yaitu panjang paruh. Pada marga Sterna, penciri
bentuk kepala dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok marga Sterna yang
memiliki penciri bentuk panjang kepala adalah Sterna albifrons sinensis, Sterna
bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana;
sedangkan yang memiliki penciri bentuk lebar kepala adalah Sterna anaethetus
anaethetus. Gambar 13 menyajikan diagram kerumunan marga Sterna berdasarkan
skor ukuran dan skor bentuk kepala.
Gambar 13 menunjukkan Sterna anaethetus anaethetus berhimpit dengan
Sterna fuscata nubilosa pada skor bentuk (sumbu Y). Kedua subspesies ini memiliki
37
penciri bentuk yang berbeda. Skor ukuran kepala pada Sterna anaethetus anaethetus
berkisar antara 3,290-5,131 dan skor bentuk kepala berkisar antara 2,360-3,325;
sedangkan skor ukuran kepala pada Sterna fuscata nubilosa berkisar antara 4,809-
5,935 dan skor bentuk kepala berkisar antara 2,517-3,057. Skor ukuran kepala Sterna
fuscata nubilosa lebih besar dibandingkan skor ukuran kepala Sterna anaethetus
anaethetus. Kedua subspesies ini memiliki kesamaan penciri ukuran kepala, yaitu
panjang paruh. MacKinnon (1996) menyatakan bahwa ukuran Sterna fuscata
nubilosa lebih besar dari Sterna anaethetus anaethetus, yaitu 43 cm dan 37 cm. Data
skor bentuk kepala kedua subspesies tersebut dalam diagram berhimpitan. Penciri
bentuk kepala kedua subspesies tersebut berbeda. Sterna anaethetus anaethetus
memiliki penciri bentuk kepala adalah lebar kepala; sedangkan Sterna fuscata
nubilosa adalah panjang kepala.
Keterangan: ■= jantan Sterna albifrons sinensis; ○= betina Sterna albifrons sinensis; ■= jantan
Sterna anaethetus anaethetus; ○= betina Sterna anaethetus anaethetus; ■= jantan
Sterna bergii cristatus; ○= betina Sterna bergii cristatus; ■= jantan Sterna fuscata
nubilosa; ○= betina Sterna fuscata nubilosa; ■= jantan Sterna sumatrana sumatrana;
○= betina Sterna sumatrana sumatrana
Gambar 13. Diagram Kerumunan marga Sterna Berdasarkan Skor Ukuran dan Skor
Bentuk Kepala
Kedekatan kerumunan data Sterna fuscata nubilosa dan Sterna anaethetus
anaethetus ditunjukkan pada dendogram jarak minimum D2 Mahalanobis yang
mengelompokkan kedua subspesies dalam satu kelompok, yaitu kelompok A1. Pada
38
diagram kerumunan data individu-individu Sterna fuscata nubilosa berada di sebelah
kanan Sterna anaethetus anaethetus.
Pada Gambar 13, Sterna bergii cristatus berada pada diagram kanan bawah;
sedangkan Sterna sumatrana sumatrana berada pada kiri atas. Kerumunan data
kedua subspesies tersebut terpisah jauh. Kisaran skor ukuran dan skor bentuk kepala
Sterna bergii cristatus masing-masing sebesar 7,369-9,238 dan 0,049-0,930;
sedangkan kisaran skor ukuran dan skor bentuk kepala Sterna sumatrana sumatrana
masing-masing sebesar 2,667-3,829 dan 3,938-4,605. Kedua subspesies ini memiliki
penciri ukuran kepala dan penciri bentuk kepala yang sama, yaitu masing-masing
panjang paruh dan panjang kepala. Panjang paruh Sterna bergii cristatus lebih besar
dibandingkan panjang paruh Sterna sumatrana sumatrana masing-masing sebesar
6,60 cm pada jantan dan 6,26 cm pada betina; 3,84 cm pada jantan dan 3,68 cm pada
betina (Tabel 3). MacKinnon (1996) menyatakan bahwa ukuran tubuh Sterna bergii
cristatus lebih besar dibandingkan Sterna sumatrana sumatrana, yaitu 47 cm dan 35
cm.
Panjang kepala Sterna bergii cristatus lebih kecil dibandingkan panjang
kepala Sterna sumatrana sumatrana masing-masing sebesar 4,55 cm pada jantan dan
4,39 cm pada betina; 3,20 cm pada jantan dan 3,16 cm pada betina. Hal tersebut
diperlihatkan dengan skor bentuk kepala yang lebih besar ditemukan pada Sterna
sumatrana sumatrana. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ukuran penciri
bentuk yang besar, tidak selalu menunjukkan skor bentuk yang besar. Hal ini
tergantung pada vektor eigen peubah-peubah pada persamaan bentuk. Burung
berukuran besar belum tentu memiliki skor bentuk yang besar pula, tetapi pasti
memiliki skor ukuran yang besar. Bentuk bersifat tipikal untuk setiap subspesies
burung yang diamati. Hal tersebut bersesuaian dengan Everit dan Dunn (1998)
menyatakan bahwa komponen utama kedua yang disetarakan dengan bentuk
merupakan hal yang diminati ahli taksonomi karena lebih bersifat diwariskan
(genetik).
Sterna albifrons sinensis memiliki penciri ukuran yang sama dengan
subspesies yang lain, yaitu panjang paruh dengan kisaran skor ukuran kepala sebesar
3,347-4,043 dan kisaran skor bentuk kepala yang dicirikan pada panjang kepala
adalah sebesar 1,513-1,847. Sterna albifrons sinensis memiliki skor ukuran yang
39
hampir sama pada sebagian individu dari Sterna sumatrana sumatrana. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebagian individu Sterna sumatrana sumatrana memiliki
data panjang paruh yang sama dengan Sterna albifrons sinensis. Hasil ini sedikit
berbeda dengan yang dinyatakan oleh MacKinnon (1996) bahwa Sterna albifrons
sinensis merupakan subspesies yang paling kecil dalam marga Sterna.
Pengerumunan data Sterna albifrons sinensis dan Sterna sumatrana sumatrana pada
penelitian ini sangat tergantung pada persamaan ukuran dan bentuk, sehingga
menghasilkan kerumunan data yang mengindikasikan ukuran Sterna sumatrana
sumatrana lebih kecil, walaupun data deskriptif pada Tabel 3 memperlihatkan secara
keseluruhan ukuran-ukuran linear peubah-peubah kepala Sterna albifrons sinensis
lebih kecil.
Kesamaan penciri ukuran dan bentuk ditunjukkan pada dendogram jarak
minimum D2 Mahalanobis yang mengelompokkan Sterna albifrons sinensis dan
Sterna sumatrana sumatrana dalam satu kelompok, yaitu kelompok B. Semakin
besar skor ukuran, maka kerumunan akan berada pada bagian kanan (sumbu X);
demikian pula pada skor bentuk. Skor bentuk yang semakin besar akan menyebabkan
kerumunan pada bagian atas (sumbu Y). Diagram kerumunan menunjukkan bahwa
data individu-individu betina berada pada sebelah kiri (sumbu X). Berdasarkan skor
ukuran kepala, betina lebih kecil dibandingkan skor ukuran kepala jantan. Hal ini
sesuai dengan Sutherland et al. (2008) yang menyatakan bahwa sex dimorphism pada
sebagian besar subspesies burung secara umum ditunjukkan pada ukuran jantan yang
lebih besar dibandingkan betina. Gambar 14 menyajikan diagram kerumunan
delapan subspesies burung dara laut berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk kepala.
Berdasarkan Gambar 14, ditunjukkan bahwa kerumunan kelompok marga
Anous dan marga Chlidonias berada pada posisi berdekatan. Hal ini disebabkan
subspesies Anous minutus worcesteri, Anous stolidus pileatus dan Chlidonias
hybrida javanica kisaran skor ukuran yang hampir sama. Penciri ukuran pada ketiga
subspesies ini adalah panjang paruh. Kisaran skor ukuran kepala pada Anous minutus
worcesteri adalah 4,323-5,297. Kisaran skor ukuran kepala pada Anous stolidus
pileatus adalah 4,215-5,035; dan kisaran skor ukuran kepala pada Chlidonias hybrida
javanica adalah 4,031-5,590. Anous stolidus pileatus memiliki penciri bentuk yang
sama dengan Chlidonias hybrida javanica, yaitu lebar kepala. Kisaran skor bentuk
40
Anous stolidus pileatus (0,514-0,882) berhimpit dengan Chlidonias hybrida javanica
(0,213-1,020). Kedua subspesies tersebut membentuk kerumunan yang berpotongan
satu sama lain, hal ini mengindikasikan bahwa beberapa data individu dari kedua
subspesies tersebut memiliki bentuk kepala yang serupa. Kedekatan ini juga
ditunjukkan pada dendogram jarak minimum ketidakserupaan D2 Mahalanobis yang
mengelompokkan Chlidonias hybrida javanica dan Anous stolidus pileatus dalam
satu kelompok, yaitu kelompok A1.
Keterangan: ■= jantan Anous minutus worcesteri; ○= betina Anous minutus worcesteri; ■= jantan
Anous stolidus pileatus; ○= betina Anous stolidus pileatus; ■= jantan Chlidonias
hybrida javanica; ○= betina Chlidonias hybrida javanica; ■= jantan Sterna albifrons
sinensis; ○= betina Sterna albifrons sinensis; ■= jantan Sterna anaethetus anaethetus;
○= betina Sterna anaethetus anaethetus; ■= jantan Sterna bergii cristatus; ○= betina
Sterna bergii cristatus; ■= jantan Sterna fuscata nubilosa; ○= betina Sterna fuscata
nubilosa; ■= jantan Sterna sumatrana sumatrana; ○= betina Sterna sumatrana
sumatrana
Gambar 14. Diagram Kerumunan Delapan Subspesies Burung Dara Laut
Berdasarkan Skor Ukuran dan Bentuk Kepala
Kesamaan pengelompokan berdasarkan jarak minimum D2 Mahalanobis dan
skor ukuran dari AKU disebabkan kesamaan pakan antara subspesies yang diamati.
Jenis pakan yang sama, seperti ikan dan serangga (MacKinnon, 1996; dan del Hoyo
et al., 1996), dipengaruhi panjang paruh yang merupakan penciri ukuran pada Sterna
sumatrana sumatrana dan Anous minutus worcesteri. Kedua subspesies ini pada
dendogram jarak minimum ketidakserupaan morfometrik kepala (Gambar 10),
membentuk B2 dengan jarak ketidakserupaan 1,868. Sterna sumatrana sumatrana
41
dan Anous minutus worcesteri bersama dengan Sterna albifrons sinensis membentuk
kelompok B, tetapi sterna albifrons sinensis tidak mengkonsumsi serangga, sehingga
jarak minimum ketidakserupaan morfometrik kepala lebih besar, yaitu 2,6182.
Jenis pakan cumi-cumi dikonsumsi subspesies pada kelompok A (Gambar
10), kecuali pada Chlidonias hybrida javanica (MacKinnon, 1996). Kesamaan pakan
yang dikonsumsi kelompok A adalah serangga. Ikan dan cumi-cumi tidak
dikonsumsi Chlidonias hybrida javanica (MacKinnon, 1996). Kesamaan pakan
serangga, ikan dan cumi-cumi ditemukan pada Anous stolidus pileatus dan Sterna
fuscata nubilosa (MacKinnon, 1996; dan del Hoyo et al., 1996) yang memiliki jarak
minimum ketidakserupaan morfometrik kepala sebesar 0,5160 yang membentuk
kelompok A12. Kesamaan pakan tersebut, meliputi serangga, ikan dan cumi-cumi
juga ditemukan pada Sterna anaethetus anaethetus (MacKinnon, 1996; dan del Hoyo
et al., 1996) yang membentuk kelompok berbeda, yakni kelompok A11 dan memiliki
jarak minimum ketidakserupaan morfometrik kepala yang lebih besar, yaitu 1,3724.
Jarak minimum ketidakserupaan morfometrik kepala antara Sterna anaethetus
anaethetus dan Chlidonias hybrida javanica ditemukan lebih besar meskipun dalam
satu kelompok. Hal ini karena kesamaan pakan kedua subspesies tersebut hanya satu
jenis, yaitu serangga (MacKinnon, 1996)
Kesamaan pakan, yaitu serangga, ikan dan cumi-cumi pada Sterna bergii
cristatus terhadap Anous stolidus pileatus dan Sterna fuscata nubilosa (MacKinnon,
1996; dan del Hoyo et al., 1996) tidak memberikan jarak minimum ketidakserupaan
yang rendah, karena Sterna bergii cristatus juga mengonsumsi kepiting dan
krustasia. Kesamaan marga tidak selalu menunjukkan bentuk yang sama. Hal ini
dikarenakan perbedaan subspesies dan masing-masing subspesies memiliki
karakteristik yang spesifik.
Hasil Analisis Komponen Utama (AKU) menunjukkan bahwa panjang paruh
dipengaruhi oleh lingkungan. Hal tersebut bersesuaian dengan Sibuea et al. (1995)
yang menyatakan bahwa persamaan karakteristik dapat disebabkan habitat yang
berkaitan dengan makanan dan tingkah laku makan di lahan basah, sehingga panjang
paruh sangat tergantung pada makanan dan tingkah laku makan. Everit dan Dunn
(1998) menyatakan bahwa komponen utama kedua yang disetarakan dengan bentuk
merupakan hal yang diminati ahli taksonomi karena lebih bersifat diwariskan
42
(genetik), sehingga penciri bentuk yang ditunjukkan pada panjang kepala dan lebar
kepala lebih banyak dipengaruhi genetik. Saparto (2004) menjelaskan bahwa ukuran
tengkorak kepala dipengaruhi bangsa. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh
genetik lebih besar pada bentuk kepala. Niraldy (2010) juga menyatakan bahwa
bentuk kepala burung bayan-bayanan lebih banyak dipengaruhi faktor genetik
daripada lingkungan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear kepala burung dara laut yang
ditemukan pada Anous minutus worcesteri, Anous stolidus pileatus, Chlidonias
hybrida javanica, Sterna bergii cristatus, Sterna albifrons sinensis, Sterna
anaethetus anaethetus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana sumatrana
cukup tinggi dengan ukuran populasi yang masih cukup banyak. Seluruh subspesies
burung dara laut yang diamati menunjukkan perbedaan ukuran-ukuran kepala yang
sangat nyata diantara setiap dua subspesies.
Subspesies burung dara laut yang diamati dibedakan menjadi dua kelompok
besar, yaitu kelompok A dan B. Kelompok A dibagi menjadi dua kelompok, yaitu A1
dan A2; kelompok B dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok B1 dan B2.
Kelompok A1 terdiri atas Anous stolidus pileatus, Chlidonias hybrida javanica,
Sterna anaethetus anaethetus dan Sterna fuscata nubilosa; sedangkan kelompok A2
terdiri atas Sterna bergii cristatus. Kelompok B1 adalah Sterna albifrons sinensis;
sedangkan kelompok B2 terdiri atas Anous minutus worcesteri dan Sterna sumatrana
sumatrana.
Panjang paruh merupakan penciri ukuran pada delapan subspesies burung
dara laut yang diamati. Penciri bentuk lebar kepala ditemukan pada Anous stolidus
pileatus, Chlidonias hybrida javanica dan Sterna anaethetus anaethetus. Penciri
bentuk panjang kepala ditemukan pada Anous minutus worcesteri, Sterna albifrons
sinensis, Sterna bergii cristatus, Sterna fuscata nubilosa dan Sterna sumatrana
sumatrana.
Pengelompokan berdasarkan jarak minimum ketidakserupaan morfometrik D2
Mahalanobis lebih bersesuaian dengan skor ukuran dari Analisis Komponen Utama
yang kemungkinan dipengaruhi kesamaan jenis pakan. Kesamaan marga pada
subspesies burung dara laut yang diamati, tidak selalu menunjukkan skor bentuk
yang sama, karena masing-masing subspesies memiliki karakteristik yang spesifik.
Saran
Pengamatan ukuran dan bentuk kepala pada seluruh spesies dalam marga
Anous, Chlidonias dan Sterna perlu dilakukan. Ukuran-ukuran linear kepala burung
44
yang diamati perlu dilengkapi, sehingga memberikan hasil yang lebih memuaskan.
Pengamatan ukuran dan bentuk tubuh pada seluruh spesies dalam marga Anous,
Chlidonias dan Sterna; juga perlu dilakukan untuk melengkapi informasi
morfometrik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,
hidayah, dan petunjukNya Penulis dapat menyelesaikan studi, seminar, penelitian,
dan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada junjungan nabi
besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat serta umat hingga akhir
zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Rini.
Herlina Mulyono, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Utama dan Dr. Dewi Malia
Prawiradilaga sebagai Dosen Pembimbing Anggota, karena kesabaran, bimbingan,
dan pengarahan kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sri
Darwati, M.Si. dan Dr. Ir. Rita Meutia, M.Agr. sebagai Dosen Penguji Sidang
Skripsi atas kesediaan dan saran-saran untuk penyelesaian tugas akhir ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Kutai Kartanegara dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atas dukungan sehingga Penulis bisa
menyelesaikan tugas akhir di Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Maria Ulfah, S. Pt., MSc. Agr. sebagai Dosen Pembimbing Akademik
yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada Penulis
Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, Ayah Jarnie
(Alm), Ibu Jaharah, kakak-kakak (Ismail, Udin, Taufiq, Ambi dan Sabraniti) serta
keponakan-keponakan tersayang yang senantiasa memberikan kasih sayang,
semangat dan doa untuk kebaikan Penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Pak Irham dan seluruh Staff Laboratorium Zoologi yang telah membantu
dalam pelaksanaan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri
Winarti, Widy, Dwi, Siti Badriah, Dewi Sumarni, Sofi Mulya, Isna Zakiah, Ria,
Dewi Sunaryo, Ridha, Yori, Yandhi, Desma, Arie, Nina, Mbak Neneng, Mbak
Wiwin dan teman-teman angkatan IPTP 43, serta teman-teman Forum Mahasiswa
Kutai Kartanegara yang telah membantu dalam kelancaran penelitian, seminar dan
penulisan skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, K. 2009. Spesies dara laut. Retrieved from: http://www.bio.undip.ac.id.
Last modified in 2009. [February 9, 2011].
BirdLife International. 2011a. Species factsheet: Anous minutus. Retrieved from:
http://www.birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].
BirdLife International. 2011b. Species factsheet: Anous stolidus. Retrieved from:
http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].
BirdLife International. 2011c. Species factsheet: Chlidonias hybrida. Retrieved from:
http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].
BirdLife International. 2011d. Species factsheet: Sterna albifrons. Retrieved from:
http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].
BirdLife International. 2011e. Species factsheet: Sterna anaethetus. Retrieved from:
http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].
BirdLife International. 2011f. Species factsheet: Sterna bergii. Retrieved from:
http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].
BirdLife International. 2011g. Species factsheet: Sterna fuscata. Retrieved from:
http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].
BirdLife International. 2011h. Species factsheet: Sterna sumatrana. Retrieved from:
http://www. birdlife.org. Last modified in 2011. [February 6, 2011].
Bridge, E. S., A. W. Jones, & A. J. Baker. 2005. A phylogenetic framework for the
terns (Sternini) inferred from mtDNA sequences: implications for taxonomy
and plumage evolution. Molecular Phylogenetics and Evolution 35: 459–469.
Collinson, M. 2006. Splitting headaches. Recent taxonomic changes affecting the
British and Western Palaearctic lists. British Birds 99(6): 306-323.
Cooper, J. 2006. Potential impacts of marine fisheries on migratory waterbirds of the
Afrotropical Region: a study in progress. In: C.A. Boere, G.C. Galbraith, &
D.A. Stroud (Eds.). Waterbirds around the world. The Stationery Office,
Edinburgh.
Davies, J., G. Claridge, & C. H. E. Niranita. 1995. Manfaat Lahan Basah: Potensi
Lahan Basah dalam Mendukung dan Memelihara Pembangunan. Asian
Wetland Bureau, Bogor.
del Hoyo, J., A. Elliott, & J. Sargatal. 1996. Handbook of the birds of the world. 3rd
Edit. Lynx Edicions, Barcelona.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2007. Konservasi
mengenai Lahan Basah Dipandang dari Kepentingan Internasional Khususnya
sebagai Habitat Burung Air Ramsar. In: Agusfin, E., et al., (Eds.). 2007.
Buletin Konservasi Alam. Vol 7. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, Bogor.
47
Docstoc. 2010. Koservasi keanekaragaman hayati. Retrieved from:
http://www.docstoc.com/docs/21605712/Konservasi-Keanekaragaman-hayati
-Keanekaragaman-Hayati.htm. Last modified in 2010. [October 5, 2010]
Everitt, B. S. & G. Dunn. 1998. Applied Multivariate Data Analysis. Halsted Press,
New York.
Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Jilid 2. Tarsito,
Bandung.
Grosset, A. 2010. Sterna bergii cristatus. Retrieved from: http://www.
worldbirds.eu/abcg/great_ crestedtern.htm. Last modified in 2010. [May 23,
2010].
Guager, V. H. 1999. Black Noddy Anous minutus. In: A. Poole & F. Gill (Eds.).
1999. The Birds of North America. The Academy of Natural Sciences,
Philadelphia.
Hayashi, Y., J. Otsuka, T. Nishida & H. Martojo. 1982. Multivariate Craniometrics
of Wild Banteng, Bosa Banteng and Five Types of Native Cattle in Eastern
Asia. In: the Origin and Phylogeny of Indonesian Livestock Investigation in
the Cattle, Fowl and Their Forms. The Research Group of Overseas Scientific
Survey. Page 4-11.
Hickman, C. P., L. S.Roberts, S. L. Keen, A. Larson, & D. J. Eisenhour. 2007.
Animal Diversity. 4th
Edit. The McGraw-Hill Companies, New York.
MacKinnon, J. & Phillips. 1993. A Field Guide Birds of Borneo, Sumatra, Java and
Bali. Oxford University Press, Oxford, New York.
MacKinnon, J. 1996. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan
Bali. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Nei, M. 1987. Molecular Evolutionary Genetics. Columbia University Press, New
York.
Nishida, T., K. Nozawa, Y. Hayashi, T. Hashiguchi & S. S. Mansjoer. 1982. Body
measurement and analysis of external genetics characters of Indonesian native
fowl. The Origin and Phylogeny of Indonesia Native Livestock. The Research
Group of Overseas Scientific Survey. Page 73-83.
Niraldy, F. 2010. Karakteristik ukuran dan bentuk kepala burung bayan-bayanan
(Psittacidae) di Indonesia. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Owens, I. P. F., & I. R. Hartley. 1998. Sexual dimorphism in birds: why are there so
many different forms of dimorphism? Proc. Royal Society, London. B. 265:
397-407.
Pratt, H. D., P. Bruner, & D. Berrett. 1987. The Birds of Hawaii and the Tropical
Pacific. Princeton University Press, Princeton.
Pough, F. H., C. M. Janis, & J. B. Heiser. 2006. Vertebrate Life. 7th
Edit. Pearson
Prentice Hall, New Jersey.
Deng, R. 2010. Sooty Tern. Retrieved from: http://worldbirds.eu/abcb/sooty
_tern.htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].
48
Salamena, J. F., R. R. Noor, C. Sumantri, & I. Inounu. 2007. Hubungan genetik,
ukuran populasi efektif dan laju silang dalam per generasi populasi domba di
Pulau Kisar. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 32 [2]. Hal 71-75.
Saparto, S. 2004. Studi kraniometrik sapi jawa dan sapi potong beberapa bangsa
Indonesia di Institut Teknik Bandung. Tesis. Program Pascasarjana,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Sibuea, T. T., Y. R. Noor, M. J. Silvius, & A. Susmianto. 1995. Burung Bangau,
Pelatuk Besi dan Paruh Sendok di Indonesia. Panduan untuk Jaringan Kerja.
Perlindungan Hutan dan Pengawetan Alam dan Wetlands International-
Indonesia Programme, Jakarta.
Snow, D. W., & C. M. Perrins. 1998. The Birds of the Western Palearctic (BWP).
Concise Edition. Volume 2. Passerines. Oxford University Press, Oxford.
Standsfield, W. D. 1983. Theory and Problems of Genetics. 2nd
Edit. Departement of
Biological Science California Polytechnic State University at San Luis
Obispo. McGraw-Hill Book Company, United State of America.
Storer, R. W. 1960. The Classification of Bird. In: Marshall, A. J. (Ed.). 1960.
Biology and Comparative Physiology of Bird. 1st Vol. Monash University
Victoria, Canberra.
Storer, T. I., R. L. Usinger & J. W. Nybakken. 1968. Element of Zoology. MacGraw-
Hill Book Company, New York.
Sukmantoro. M. 2001. Panduan Lapangan Identifikasi Raptor Migran Asia. Raptor
Indonesia, Bogor.
Sutherland, W. J., I. Newton, & R. E. Green. 2008. Bird Ecology and Conservation.
A Handbook of Techniques. Oxford University Press, Oxford.
Syahid, A. 2009. Koefisien keragaman (KK). Retrieved from: http://www.
abdulsyahid-forum.com/2009/04/koefisien-keragaman-kk.html. Last modified
in 2009. [February 6, 2011].
Tarrant, T. 2010. Black-naped Tern (Sterna sumatrana). Retrieved from:
http://www.flickr.com /people/19212060@N00/. Last modified in 2010.
[October 23, 2010].
Tyne, J. V., & A. J. Berger. 1976. Fundamentals of Ornithology. 2nd
Edit. A Wiley-
Interscience Publication, John Wiley & Sons, New York.
Tregear, E. 1981. Maori-Polynesian Comparative Dictionary. Lyon and Blair,
Wellington.
Viana, J. 2010. Little Tern. Retrieved from: http://www.worldbirds.eu/abcl/little
_tern.htm. Last modified in 2010. [May 22, 2010].
Warwick, E. J., J. M. Astuti & W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Wiley, E. O. 1981. Phylogenetics, The Theory and Practice of Phylogenetics
Systematics. University of Kansas, Lawrence.
49
WorldBird. 2010a. Anous minutus worcesteri. Retrieved from: http://worldbirds.eu/
abcl/anous_minutus_worcesteri.htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].
WorldBird. 2010b. Anous stolidus pileatus. Retrieved from: http://worldbirds.eu/
abcl/anous_stolidus_pileatus.htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].
WorldBird. 2010c. Chlidonias hybrida javanica. Retrieved from: http://worldbirds.eu
/abcl/chlidonias_hybrida_javanica.htm. Last modified in 2010. [May 23,
2010].
WorldBird. 2010d. Sterna anaethetus anaethetus. Retrieved from: http://worldbirds.
eu/abcl/sterna_anaethetus_anaethetus.htm. Last modified in 2010 [May 23,
2010].
ZipcodeZoo. 2010a. Anous minutus worcesteri. Retrieved from: http://zipcodezoo
.com/ anous_minutus_worcesteri/htm. Last modified in 2010. [May 23,
2010].
ZipcodeZoo. 2010b. Anous stolidus pileatus. Retrieved from: http://zipcodezoo.com/
anous_stolidus_pileatus/htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].
ZipcodeZoo. 2010c. Chlidonias hybrida javanica. Retrieved from: http://zipcodezoo
.com/ chlidonias_hybrida_javanica/htm. Last modified in 2010. [May 23,
2010].
ZipcodeZoo. 2010d. Sterna albifrons sinensis. Retrieved from: http://zipcodezoo
.com/ sterna_albifrons_sinensis/htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].
ZipcodeZoo. 2010e. Sterna anaethetus anaethetus. Retrieved from: http://zipcodezoo
.com/ sterna_anaethetus_anaethetus/htm. Last modified in 2010. [May 23,
2010].
ZipcodeZoo. 2010f. Sterna bergii cristatus. Retrieved from: http://zipcodezoo.com/
sterna_bergii_cristatus/htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].
ZipcodeZoo. 2010g. Sterna fuscata nubilosa. Retrieved from: http://zipcodezoo.com/
sterna_fuscata_nubilosa/htm. Last modified in 2010. [May 23, 2010].
ZipcodeZoo. 2010h. Sterna sumatrana sumatrana. Retrieved from:
http://zipcodezoo.com/ sterna_sumatrana_sumatrana/htm. Last modified in
2010. [May 23, 2010].
Lampiran 1. Perhitungan Manual Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien
Keragaman pada Anous minutus worcesteri Betina
Perhitungan ini memerlukan data rataan peubah ukuran linear kepala pada Anous
minutus worcesteri; sebagai berikut:
No Jenis
Kelamin
Panjang
Paruh
(X1)
Lebar
Paruh
(X2)
Tinggi
Paruh
(X3)
Lebar
Kepala
(X4)
Panjang
Kepala
(X5)
1 Betina 4,030 0,540 0,600 2,150 2,900
2 Betina 4,520 0,510 0,710 1,930 2,980
3 Betina 4,050 0,470 0,590 2,190 3,020
4 Betina 4,610 0,500 0,710 2,190 2,860
5 Betina 4,070 0,500 0,640 2,350 2,660
Jumlah
21,280 2,520 3,250 10,810 14,420
Rataan
4,256 0,504 0,650 2,162 2,884
Hasil pengurangan masing-masing peubah dan rataan sebagai berikut:
No Jenis
Kelamin
X1─ X2─ X3─ X4─ X5─
1 Betina ─ 0,226 0,036 ─ 0,050 ─ 0,012 0,016
2 Betina 0,264 0,006 0,060 ─ 0,232 0,096
3 Betina ─ 0,206 ─ 0,034 ─ 0,060 0,028 0,136
4 Betina 0,354 ─ 0,004 0,060 0,028 ─ 0,024
5 Betina ─ 0,186 ─ 0,004 ─ 0,010 0,188 ─ 0,224
Hasil pengurangan masing-masing peubah dan rataan kemudian dikuadratkan
sebagai berikut:
No Jenis
Kelamin (X1─ )
2 (X2─ )
2 (X3─ )
2 (X4─ )
2 (X5─ )
2
1 Betina 0,051 0,001 0,003 0,000 0,000
2 Betina 0,070 0,000 0,004 0,054 0,009
3 Betina 0,042 0,001 0,004 0,001 0,018
4 Betina 0,125 0,000 0,004 0,001 0,001
5 Betina 0,035 0,000 0,000 0,035 0,050
Jumlah 0,323 0,003 0,013 0,091 0,079
51
Untuk mencari simpangan baku, digunakan persamaan sebagai berikut:
Simpangan baku untuk X1 (panjang paruh), adalah sebagai berikut:
Simpangan baku untuk X2 (lebar paruh), adalah sebagai berikut:
Simpangan baku untuk X3 (tinggi paruh), adalah sebagai berikut:
Simpangan baku untuk X4 (lebar kepala), adalah sebagai berikut:
Simpangan baku untuk X5 (panjang kepala), adalah sebagai berikut:
Setelah diperoleh simpangan baku setiap peubah, maka bisa dicari koefisien
keragaman menggunakan persamaan sebagai berikut:
52
Koefisien keragaman untuk X1 (panjang paruh), adalah sebagai berikut:
Koefisien keragaman untuk X2 (lebar paruh), adalah sebagai berikut:
Koefisien keragaman untuk X3 (tinggi paruh), adalah sebagai berikut:
Koefisien keragaman untuk X4 (lebar kepala), adalah sebagai berikut:
Koefisien keragaman untuk X5 (panjang kepala), adalah sebagai berikut:
53
Lampiran 2. Perhitungan Manual Uji Statistik T2-Hotelling pada Peubah-peubah
antara kelompok Subspesies Anous minutus worcesteri dan Anous
stolidus pileatus
Rumus:
Selanjutnya besaran:
akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = P dan V2 = n1 + n2 – P – 1
n1 = jumlah data pengamatan pada kelompok subspesies Anous minutus worcesteri=7
n2 = jumlah data pengamatan pada kelompok subspesies Anous stolidus pileatus= 9
H0 : U1 = U2 artinya vektor nilai rata-rata dari kelompok subspesies pertama
sama dengan kelompok subspesies kedua
H1 : U1 U2 artinya vektor nilai rata-rata itu berbeda
Langkah 1
Matriks Kovarian Kelompok Subspesies Anous minutus worcesteri (S1)
S1=
Matriks Kovarian Kelompok Subspesies Anous stolidus pileatus (S2)
S2 =
0,189 0,002 0,015 ─ 0,015 0,032
0,002 0,001 0,000 ─ 0,001 ─ 0,001
0,015 0,000 0,002 ─ 0,002 0,002
─ 0,015 ─ 0,001 ─ 0,002 0,017 ─ 0,005
0,032 ─ 0,001 0,002 ─ 0,005 0,033
0,089 0,021 0,031 0,007 0,001
0,021 0,006 0,008 0,000 0,002
0,031 0,008 0,013 ─ 0,001 0,001
0,007 0,000 ─ 0,001 0,016 ─ 0,003
0,001 0,002 0,001 ─ 0,003 0,011
)XX(S')XX(nn
nnT 21
1
G21
21
212
2
21
21 T2)Pn(n
1pnnF
54
Langkah 2
Hasil matriks diatas dimasukkan ke dalam matriks S gabungan, yaitu:
sehingga diperoleh hasil berupa matriks SG, yaitu:
0,059 0,001 0,005 ─ 0,005 0,010
0,014 0,000 0,001 ─ 0,001 0,002
0,021 0,000 0,002 ─ 0,002 0,004
0,003 0,000 0,000 0,001 0,000
0,002 0,000 0,000 0,000 0,001
Langkah 3
Menghitung matriks rataan dari kelompok subspesies Anous minutus worcesteri dan
subspesies Anous stolidus pileatus
1X
2X
Langkah 4
Hasil dari matriks gabungan (SG) digunakan untuk menghitung rumus T2- Hotelling,
yaitu:
4,281
0,497
0,660
2,204
3,010
4,419
0,651
0,849
2,628
3,661
2)n(n
1)S(n1)S(nS
21
2211G
)XX(S')XX(nn
nnT 21
1
G21
21
212
55
2T = 6330,1815
sehingga diperoleh hasil sebesar 143.050
Langkah 5
Berdasarkan hipotesis perlu menentukan
Fα : v1,v2 , dimana v1 = p = 5 (banyaknya peubah X)
Sedangkan v2 = n1 + n2 – p – 1
= 7 + 9 – 5 – 1
= 10
Apabila dipilih taraf nyata α = 0,05, maka dari tabel 4istribusi F diperoleh:
F0,05 : 5; 10 = 3,33
Dengan demikian besaran:
= 0,476
Tolak H0 jika F hitung > F tabel
143.050 > 0,476
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok subspesies Anous minutus
worcesteri berbeda dengan subspesies Anous stolidus pileatus.
56
Lampiran 3. Perhitungan Jarak D2
Mahalanobis antara Sterna sumatrana sumatrana,
Anous minutus worcesteri dan Sterna albifrons sinensis
1. Sterna sumatrana sumatrana vs Anous minutus worcesteri
Sehingga
= =
=
=
Maka,
D2
= 13,957696
D =
= 3,736
3,760
0,440
0,660
2,170
3,180
4,285
0,495
0,660
2,205
3,010
−0,525
−0,055
0,000
−0,035
0,170
−0,525 −0,055 0,000 −0,035 0,170
0,070 0,002 0,004 −0,006 0,004
0,002 0,001 0,000 0,000 0,000
0,004 0,000 0,002 0,000 0,001
−0,006 0,000 0,000 0,018 0,006
0,005 0,000 0,001 0,007 0,015
57
2. Anous minutus worcesteri vs Sterna albifrons sinensis
=
=
=
=
Maka,
D2
= 29,539225
D =
= 5,435
3. Sterna sumatrana sumatrana vs Sterna albifrons sinensis
= =
3,260
0,435
0,665
1,895
2,685
4,285
0,495
0,660
2,205
3,010
−1,025
−0,060
0,005
−0,310
−0,325
−1,025 −0,060 0,005 −0,310 −0,325
0,098 0,002 0,008 0,007 0,011
0,002 0,001 0,000 0,000 0,000
0,008 0,000 0,002 0,000 0,000
0,007 0,000 0,000 0,014 −0,004
0,013 0,000 0,000 −0,001 0,003
3,760
0,440
0,660
2,170
3,180
4,285
0,495
0,660
2,205
3,010
0,500
0,005
−0,005
0,275
0,495
58
=
=
Maka,
D2
= 25,381444
D =
= 5,038
Maka:
1. Jarak antara S. s. sumatrana─A. m. worcesteri = 3,736/ 2 = 1,868
2. S. s. sumatrana─A. m. worcesteri─S. a. sinensis = 5,038+5,435/ 4 = 2,618
Sehingga jarak antara S. s. sumatrana─A. m. worcesteri terhadap S. a. sinensis
adalah 2,618─1,868 = 0,750
Sterna sumatrana sumatrana
Anous minutus worcesteri
Sterna albifrons sinensis
Perhitungan Manual Jarak Minimum Ketidakserupaan Morfometrik D2 Mahalanobis
1. S. f. nubilosa ─A. s. pileatus = 1,032/ 2 = 0,516
2. S. f. nubilosa─A. s. pileatus─C. h. javanica = 4,666+4,861/ 4 = 2,382
S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. s. sumatrana = 5,838+6,722/ 4 = 3,140
S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. a. anaethetus = 2,591+2,989/ 4 = 1,395
S. f. nubilosa─A. s. pileatus─A. m. worcesteri = 7,939+8,290/ 4 = 4,057
S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. a. sinensis = 11,630+14,477/ 4 = 6,527
0,500 0,005 −0,005 0,275 0,495
0,051 0,002 0,003 0,001 0,000
0,002 0,001 0,000 0,000 0,001
0,003 0,000 0,002 0,001 0,000
0,001 0,000 0,001 0,017 0,005
0,000 0,001 0,000 0,005 0,016
59
S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. b. cristatus = 5,416+5,008/ 4 = 2,606
3. S. a. anaethetus─C. h. javanica = 2,527/ 2 = 0,264
S. f. nubilosa ─A. s. pileatus→ S. a. anaethetus─C. h. javanica 1,395+2,382/ 2 =
1,888
Sehingga jarak pada S. f. nubilosa ─A. s. pileatus = 1,888─0,516 = 1,372, dan
Jarak pada S. a. anaethetus─C. h. javanica = 1,888─1,264 = 0,624
4. S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. a. anaethetus─C. h. javanica─S. b. cristatus
= 5,416+5,008+5,967+7,240/ 8 = 2,954
Sehingga jarak antara S. f. nubilosa─A. s. pileatus─S. a. anaethetus─C. h.
javanica = 2,954─1,888 = 1,066
5. S. s. sumatrana─A. m. worcesteri = 3,736/ 2 = 1,868
6. S. s. sumatrana─A. m. worcesteri─S. a. sinensis = 5,038+5,435/ 4 = 2,618
Sehingga jarak antara S. s. sumatrana─A. m. worcesteri terhadap S. a. sinensis
adalah 2,618─1,868 = 0,750
60
Lampiran 4. Perhitungan untuk Memperoleh Persamaan Komponen Utama Pertama,
Nilai Eigen dan Keragaman Total
Langkah 1
Perhitungan matriks kovarian dari ukuran-ukuran subspesies Anous minutus
worcesteri
Pembulatan matriks kovarian dua angka di belakang koma, begitu pula
dengan perhitungan matriks selanjutnya.
Langkah 2
Penggandaan matriks kovarian menjadi K2
K2 =
Langkah 3
Penggandaan vektor awal ( '
0a ) berupa matriks dengan K2
'
0a =
Sehingga menjadi vektor '
0a K2, yaitu:
'
0a K2
=
Langkah 4
Iterasi pertama diperoleh melalui '
0a K2 / 0,051 yang merupakan elemen
terbesar dari vektor '
0a K2, yaitu:
0,189 0,002 0,015 ─ 0,015 0,032
0,002 0,001 0,000 ─ 0,001 ─ 0,001
0,015 0,000 0,002 ─ 0,002 0,002
─ 0,015 ─ 0,001 ─ 0,002 0,017 ─ 0,005
0,032 ─ 0,001 0,002 ─ 0,005 0,032
0,037 0,000 0,003 ─ 0,003 0,007
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
0,003 0,000 0,000 0,000 0,001
─ 0,003 0,000 0,000 0,001 ─ 0,001
0,007 0,000 0,001 ─ 0,001 0,002
0,051 0,000 0,004 ─ 0,005 0,011
1,000 0,009 0,079 ─ 0,096 0,208
61
Langkah 5
Penggandaan kembali matriks K2 menjadi K
4, kemudian dilakukan
perhitungan matriks seperti tahap 3, sehingga diperoleh hasil iterasi kedua yaitu:
'
0a K4/ 0,002 =
Langkah 6
Penggandaan kembali matriks K4 menjadi K
8, kemudian dilakukan
perhitungan matriks seperti pada tahap 3 dan 5, sehingga diperoleh hasil iterasi
ketiga, yaitu:
'
0a K8 / 3,10
─ 6 =
Langkah 7
Hasil iterasi ketiga telah sama dengan kedua, sehingga iterasi dihentikan dan
perlu dinormalkan agar berlaku '
1a a1 = 1
Vektor normal '
1a ditentukan sebagai berikut :
= 0,975
= 0,009
= 0,077
= ─ 0,088
= 0,191
Sehingga diperoleh vektor normal a’1, yaitu :
'
1a =
1,000 0,009 0,079 ─ 0,090 0,196
1,000 0,009 0,079 ─ 0,090 0,196
0,975 0,009 0,077 ─ 0,088 0,191
62
Langkah 8
Vektor ciri yang telah normal harus memenuhi persamaan sebagai berikut
untuk memperoleh nilai eigen )( 1 , yaitu:
0,975(K11─ 1 ) + 0,009 K12 + 0,077 K13 – 0,088 K14 + 0,191 K15 = 0
0,975 1 = 0,975 (0,189) + 0,009 (0,002) + 0,077 (0,015) – 0,088 (–0,015) +
0,191 (0,032)
0,975 1 = 0,184 + 0,000 + 0,001 + 0,001 + 0,006
0,975 1 = 0,193
1 = 0,198
Sehingga diperoleh nilai eigen pada komponen utama pertama ( 1 ) = 0,198
Persamaan komponen utama kesatu yaitu:
Y1 = 0,975X1+0,009 X2+0,077 X3–0,088 X4+0,191 X5
Keragaman Total yang diturunkan dari matriks kovarian:
1. Jumlahkan nilai kovarian pada matriks diagonal Matriks Kovarian, Dalam hal
ini: 0,189+ 0,001+0,002+0,017+0,032 = 0,241
2. Hasil jumlah dibagi jumlah peubah merupakan nilai eigen tertinggi yaitu pada
posisi plot data yang sebenarnya 100% bersesuaian dengan model persamaan,
Dalam hal ini: 0,241/5 = 0,048
3. Nilai eigen yang diperoleh dibagi jumlah peubah, Dalam hal ini:
0,198/5=0,040
4. Hasil no 3 dibagi dengan hasil no 2 dan dikalikan dengan 100%, maka
diperoleh keragaman total; 0,040/ 0,048 x 100% = 82,034 %
63
Lampiran 5. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi antara
Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Anous
minutus worcesteri
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Ukuran dan Peubah-
peubah
X1 0,975 0,198 0,435 0,997
X2 0,009 0,198 0,022 0,182
X3 0,077 0,198 0,050 0,685
X4 ─0,088 0,198 0,130 ─0,301
X5 0,190 0,198 0,180 0,470
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 6. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi antara
Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati Anous minutus
worcesteri
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Bentuk dan Peubah-
peubah
X1 ─0,202 0,027 0,435 ─0,076
X2 ─0,039 0,027 0,022 ─0,291
X3 ─0,044 0,027 0,050 ─0,145
X4 ─0,204 0,027 0,130 ─0,258
X5 0,956 0,027 0,180 0,872
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
64
Lampiran 7. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi antara
Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Anous
stolidus pileatus
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Ukuran dan Peubah-
peubah
X1 0,917 0,106 0,299 0,999
X2 0,217 0,106 0,078 0,906
X3 0,328 0,106 0,116 0,921
X4 0,068 0,106 0,126 0,176
X5 0,018 0,106 0,103 0,057
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 8. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi antara
Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Anous
stolidus pileatus
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Bentuk dan Peubah-
peubah
X1 0,035 0,018 0,299 0,016
X2 ─0,125 0,018 0,078 ─0,215
X3 ─0,177 0,018 0,116 ─0,205
X4 0,882 0,018 0,126 0,939
X5 ─0,416 0,018 0,103 ─0,542
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
65
Lampiran 9. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi antara
Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada Chlidonias
hybrida javanica
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Ukuran dan Peubah-
peubah
X1 0,746 0,205 0,382 0,884
X2 0,043 0,205 0,040 0,487
X3 0,109 0,205 0,070 0,705
X4 0,434 0,205 0,291 0,675
X5 0,492 0,205 0,263 0,847
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 10. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi
antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada
Chlidonias hybrida javanica
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Bentuk
dan Peubah-peubah
X1 ─0,621 0,081 0,382 ─0,463
X2 ─0,004 0,081 0,040 ─0,028
X3 ─0,038 0,081 0,070 ─0,154
X4 0,714 0,081 0,291 0,698
X5 0,321 0,081 0,263 0,347
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
66
Lampiran 11. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi
antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada
Sterna albifrons sinensis
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Ukuran dan Peubah-
peubah
X1 0,931 0,059 0,229 0,988
X2 0,030 0,059 0,023 0,317
X3 0,089 0,059 0,043 0,503
X4 0,353 0,059 0,114 0,752
X5 ─0,017 0,059 0,083 ─0,050
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 12. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi
antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada
Sterna albifrons sinensis
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Bentuk dan Peubah-
peubah
X1 0,241 0,009 0,229 0,100
X2 0,142 0,009 0,023 0,586
X3 ─0,012 0,009 0,043 ─0,026
X4 ─0,609 0,009 0,114 ─0,507
X5 0,742 0,009 0,083 0,848
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
67
Lampiran 13. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi
antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada
Sterna anaethetus anaethetus
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Ukuran dan Peubah-
peubah
X1 0,980 0,335 0,570 0,995
X2 0,127 0,335 0,084 0,875
X3 0,117 0,335 0,082 0,826
X4 0,045 0,335 0,229 0,114
X5 0,043 0,335 0,126 0,198
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 14. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi
antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada
Sterna anaethetus anaethetus
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Bentuk dan Peubah-
peubah
X1 ─0,072 0,054 0,570 ─0,029
X2 0,051 0,054 0,084 0,141
X3 0,120 0,054 0,082 0,340
X4 0,975 0,054 0,229 0,989
X5 0,165 0,054 0,126 0,304
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
68
Lampiran 15. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi
antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada
Sterna bergii cristatus
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Ukuran dan Peubah-
peubah
X1 0,879 0,271 0,467 0,980
X2 0,084 0,271 0,063 0,694
X3 0,152 0,271 0,101 0,783
X4 0,204 0,271 0,239 0,444
X5 0,394 0,271 0,300 0,684
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 16. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi
antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada
Sterna bergii cristatus
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Bentuk dan Peubah-
peubah
X1 ─0,180 0,066 0,467 ─0,099
X2 0,004 0,066 0,063 0,016
X3 ─0,092 0,066 0,101 ─0,234
X4 ─0,621 0,066 0,239 ─0,668
X5 0,757 0,066 0,300 0,648
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
69
Lampiran 17. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi
antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada
Sterna fuscata nubilosa
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Ukuran dan Peubah-
peubah
X1 0,875 0,105 0,285 0,995
X2 0,181 0,105 0,069 0,850
X3 0,191 0,105 0,071 0,872
X4 0,400 0,105 0,151 0,858
X5 0,078 0,105 0,113 0,224
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 18. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi
antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada
Sterna fuscata nubilosa
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Bentuk dan Peubah-
peubah
X1 0,065 0,013 0,285 0,026
X2 0,004 0,013 0,069 0,007
X3 0,097 0,013 0,071 0,156
X4 ─0,369 0,013 0,151 ─0,279
X5 0,922 0,013 0,113 0,930
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
70
Lampiran 19. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi
antara Skor Ukuran terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada
Sterna sumatrana sumatrana
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Ukuran dan Peubah-
peubah
X1 0,985 0,050 0,222 0,992
X2 0,030 0,050 0,027 0,248
X3 0,046 0,050 0,041 0,251
X4 ─0,151 0,050 0,134 ─0,252
X5 ─0,057 0,050 0,135 ─0,094
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 20. Vektor Eigen, Nilai Eigen, Simpangan Baku Peubah dan Korelasi
antara Skor Bentuk terhadap Peubah-peubah yang Diamati pada
Sterna sumatrana sumatrana
Peubah
yang
Diamati
Vektor Eigen Nilai
Eigen
Simpangan
Baku
Peubah
Korelasi antara
Bentuk dan Peubah-
peubah
X1 0,141 0,026 0,222 0,102
X2 0,013 0,026 0,027 0,078
X3 0,052 0,026 0,041 0,205
X4 0,669 0,026 0,134 0,805
X5 0,728 0,026 0,135 0,870
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
71
Lampiran 21. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman
Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari
Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Anous minutus
worcesteri
Peubah Komponen Utama
I II III IV V
X1 0,975 ─0,202 ─0,052 0,075 0,031
X2 0,009 ─0,039 0,066 0,229 ─0,970
X3 0,077 ─0,044 0,079 ─0,968 ─0,221
X4 ─0,088 ─0,204 ─0,970 ─0,061 ─0,073
X5 0,190 0,956 ─0,212 ─0,032 ─0,059
Nilai Eigen 0,198 0,027 0,015 0,001 0,000
Keragaman
Total (%) 81,90 11,20 6,20 0,50 0,10
Keragaman
Kumulatif
(%)
81,90 93,10 99,40 99,99 100,00
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 22. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman
Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari
Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Anous stolidus pileatus
Peubah Komponen Utama
I II III IV V
X1 0,917 0,035 ─0,002 0,357 0,176
X2 0,217 ─0,125 0,039 ─0,070 ─0,965
X3 0,328 ─0,177 ─0,151 ─0,902 0,156
X4 0,068 0,882 0,401 ─0,227 ─0,067
X5 0,018 ─0,416 0,903 ─0,046 0,098
Nilai Eigen 0,106 0,018 0,009 0,001 0,001
Keragaman
Total (%) 78,50 13,10 6,80 1,10 0,50
Keragaman
Kumulatif
(%)
78,50 91,60 98,40 99,50 100,00
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
72
Lampiran 23. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman
Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari
Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Chlidonias hybrida
javanica
Peubah Komponen Utama
I II III IV V
X1 0,746 ─0,621 ─0,230 0,068 ─0,012
X2 0,043 ─0,004 0,028 ─0,559 ─0,828
X3 0,109 ─0,038 0,186 ─0,803 0,554
X4 0,434 0,714 ─0,543 ─0,069 0,047
X5 0,492 0,321 0,785 0,183 ─0,073
Nilai Eigen 0,205 0,081 0,018 0,003 0,001
Keragaman
Total (%) 67,10 26,20 5,80 8,00 2,00
Keragaman
Kumulatif
(%)
67,10 93,20 99,00 99,80 100,00
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 24. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman
Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari
Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna albifrons
sinensis
Peubah Komponen Utama
I II III IV V
X1 0,931 0,241 ─0,235 ─0,142 0,018
X2 0,030 0,142 0,041 0,247 ─0,957
X3 0,089 ─0,012 ─0,212 0,944 0,235
X4 0,353 ─0,609 0,700 0,120 ─0,018
X5 ─0,017 0,742 0,639 0,113 0,167
Nilai Eigen 0,059 0,009 0,004 0,001 0,000
Keragaman
Total (%) 79,60 12,40 6,00 1,70 0,30
Keragaman
Kumulatif 79,60 92,00 98,00 99,70 100,00
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
73
Lampiran 25. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman
Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari
Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna anaethetus
anaethetus
Peubah Komponen Utama
I II III IV V
X1 0,980 ─0,072 ─0,050 0,160 ─0,020
X2 0,127 0,051 0,040 ─0,814 ─0,563
X3 0,117 0,120 0,087 ─0,538 0,822
X4 0,045 0,975 ─0,182 0,102 ─0,062
X5 0,043 0,165 0,977 0,108 ─0,063
Nilai Eigen 0,335 0,054 0,014 0,002 0,001
Keragaman
Total (%) 82,60 13,20 3,50 0,40 0,2
Keragaman
Kumulatif
(%)
82,60 95,80 99,30 99,80 100,00
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 26. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman
Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari
Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna bergii cristatus
Peubah Komponen Utama
I II III IV V
X1 0,879 ─0,180 0,404 ─0,177 ─0,008
X2 0,084 0,004 0,021 0,499 ─0,862
X3 0,152 ─0,092 0,009 0,845 0,504
X4 0,204 ─0,621 ─0,752 ─0,071 ─0,042
X5 0,394 0,757 ─0,520 ─0,000 0,029
Nilai Eigen 0,271 0,066 0,036 0,004 0,001
Keragaman
Total (%) 71,60 17,30 9,60 1,10 0,40
Keragaman
Kumulatif
(%)
71,60 89,00 98,50 99,60 100,00
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
74
Lampiran 27. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman
Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari
Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna fuscata
nubilosa
Peubah Komponen Utama
I II III IV V
X1 0,875 0,065 ─0,333 0,331 ─0,101
X2 0,181 0,004 ─0,141 ─0,793 ─0,565
X3 0,191 0,097 ─0,217 ─0,496 0,813
X4 0,400 ─0,369 0,824 ─0,125 0,094
X5 0,078 0,922 0,377 ─0,017 ─0,038
Nilai Eigen 0,105 0,013 0,006 0,002 0,001
Keragaman
Total (%) 82,90 10,30 5,00 1,40 0,40
Keragaman
Kumulatif
(%)
82,90 93,20 98,20 99,60 100,00
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
Lampiran 28. Komponen Utama I, II, III, IV dan V, Nilai Eigen (λ), Keragaman
Total (%) dan Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari
Matriks Kovarian Peubah Ukuran Kepala pada Sterna sumatrana
sumatrana
Peubah Komponen Utama
I II III IV V
X1 0,985 0,141 ─0,073 ─0,052 ─0,031
X2 0,030 0,013 0,040 ─0,044 0,998
X3 0,046 0,052 ─0,007 0,997 0,042
X4 ─0,151 0,669 ─0,727 ─0,034 0,023
X5 ─0,057 0,728 0,682 ─0,029 ─0,037
Nilai Eigen 0,050 0,026 0,010 0,001 0,001
Keragaman
Total (%) 57,00 29,10 11,40 1,70 0,80
Keragaman
Kumulatif 57,00 86,10 97,50 99,20 100,00
Keterangan: X1 = Panjang Paruh; X2 = Lebar Paruh; X3 = Tinggi Paruh; X4 = Lebar Kepala dan X5 =
Panjang Kepala
75
Lampiran 29. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Spesies Burung Air yang Diamati
Berikut Korelasi terhadap Skor Ukuran dan Bentuk
Spesies Ukuran Bentuk
Anous minutus worcesteri Panjang Paruh (0,997) Panjang Kepala (0,872)
Anous stolidus pileatus Panjang Paruh (0,999) Lebar Kepala (0,939)
Chlidonias hybrida javanica Panjang Paruh (0,884) Lebar Kepala (0,698)
Sterna albifrons sinensis Panjang Paruh (0,988) Panjang Kepala (0,848)
Sterna anaethetus anaethetus Panjang Paruh (0,995) Lebar Kepala (0,989)
Sterna bergii cristatus Panjang Paruh (0,980) Panjang Kepala (0,648)
Sterna fuscata nubilosa Panjang Paruh (0,995) Panjang Kepala (0,930)
Sterna sumatrana sumatrana Panjang Paruh (0,992) Panjang Kepala (0,870)
Keterangan: Angka dalam tanda kurung menunjukan korelasi antara penciri dan ukuran; antara penciri
dan bentuk
Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina
Lampiran 30. Diagram Kerumunan Anous minutus worcesteri Berdasarkan Skor
Ukuran dan Skor Bentuk Kepala
76
Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina
Lampiran 31. Diagram Kerumunan Anous stolidus pileatus Berdasarkan Skor
Ukuran dan Skor Bentuk Kepala
Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina
Lampiran 32. Diagram Kerumunan Sterna albifrons sinensis Berdasarkan Skor
Ukuran dan Skor Bentuk Kepala
77
Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina
Lampiran 33. Diagram Kerumunan Sterna anaethetus anaethetus Berdasarkan Skor
Ukuran dan Skor Bentuk Kepala
Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina
Lampiran 34. Diagram Kerumunan Sterna bergii cristatus Berdasarkan Skor Ukuran
dan Skor Bentuk Kepala
78
Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina
Lampiran 35. Diagram Kerumunan Sterna fuscata nubilosa Berdasarkan Skor
Ukuran dan Skor Bentuk Kepala
Keterangan: ■= Jenis kelamin jantan; ○= Jenis kelamin betina
Lampiran 36. Diagram Kerumunan Sterna sumatrana sumatrana Berdasarkan Skor
Ukuran dan Skor Bentuk Kepala
79
Lampiran 37. Spesimen Anous minutus worcesteri
Lampiran 38. Spesimen Anous stolidus pileatus
Lampiran 39. Spesimen Chlidonias hybrida javanica
80
Lampiran 40. Spesimen Sterna albifrons sinensis
Lampiran 41. Spesimen Sterna anaethetus anaethetus
Lampiran 42. Spesimen Sterna bergii cristatus
81
Lampiran 43. Spesimen Sterna fuscata nubilosa
Lampiran 44. Spesimen Sterna sumatrana sumatrana