126
ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah Medan) TESIS Oleh : PANATARAN SIMANJUNTAK HK/057005018 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR

DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah Medan)

TESIS

Oleh :

PANATARAN SIMANJUNTAK HK/057005018

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 2: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR

DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah Medan)

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

PANATARAN SIMANJUNTAK

HK/057005018

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 3: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR

DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah Medan)

TESIS

Oleh :

PANATARAN SIMANJUNTAK HK/057005018

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

NASKAH PUBLIKASI

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 4: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

JUDUL TESIS : ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI

HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR

DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH

(Penelitian Di Bank BNI Syari’ah Medan)

NAMA : PANATARAN SIMANJUNTAK

NIM : 057005018

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof.Dr.H.Bismar Nasution,SH.MH Ketua

Prof.Dr.H.Hasballah Thaib,MA Dr.Sunarmi,SH.M.Hum Anggota Anggota

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 5: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

PENGESAHAN TESIS

NAMA : PANATARAN SIMANJUNTAK

NIM : 057005018

PROGRAM STUDI : MAGISTER ILMU HUKUM

JUDUL TESIS : ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR

DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah Medan)

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof.Dr.H.Bismar Nasution,SH.MH Ketua

Prof.Dr.H.Hasballah Thaib,MA Dr.Sunarmi,SH.M.Hum Anggota Anggota

Ketua Program Studi Ilmu Hukum Direktur Prof.Dr.H.Bismar Nasution,SH.MH Prof.Dr.Ir.Hj.T.Chairun Nisa,B.,MSc Nip. 131 570 455 Nip. 130 535 852

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 6: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

ABSTRAK

Perjanjian pembiayaan mudharabah merupakan akad/perjanjian kerjasama antara bank syari’ah dengan debitur yang mana di dalam akad tersebut dinyatakan akan membagi keuntungan di antara mereka. Pada dasarnya perjanjian pembiayaan mudharabah ini di dasari kepada kepercayaan, namun bukan berarti dalam pelaksanaan perjanjian ini pihak debitur di lepaskan dari sistem jaminan atau ada pihak ketiga yang menjaminnya.

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan tentang perjanjian mudharabah dalam Islam, bagaimana dan kepada siapa bank syari’ah menyalurkan perjanjian mudharabah serta bagaimana mekanisme bagi hasil mudharabah dalam bank BNI Syari’ah Medan.

Untuk menjawab permasalahan di atas penelitian menggunakan metode yuridis normatif yang bersifat kualitatif dengan cara menganalisis data primer dan sekunder dan tersier serta bahan wawancara sehingga menghasilkan jawaban dari setiap permaslaahan yang di kemukakan.

Berdasarkan penelitian dapat di simpulkan antara lain pengaturan perjanjian pembiayaan mudharabah berdasarkan kitab suci Al-Qur’an, Al-Hadist, Dewan Fatwa Syari’ah Nasional MUI, UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah dan UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan di bank BNI Syari’ah Medan adalah pembiayaan mudharabah Mutlaqah di tujukan kepada perorangan atau badan usaha yang tujuan usahanya adalah untuk Konstruksi/proyek, produksi dengan bagi hasil 60 % bagi debitur 40 % kepada bank, usaha Perumahan/Real estate dengan bagi hasil 90 % bagi Debitur dan 10 % untuk bank, Usaha Distributor barang/jasa dengan bagi hasil 80 %bagi debitur dan 20 % untuk bank. Kemudian mekanisme pembiayaan mudharabah di bank BNI Syari’ah Medan pada umunya hampir sama dengan bank syari’ah lainnya.

Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan kiranya bank BNI syari’ah Medan tidak memberikan pembiayaan terhadap usaha yang bertentangan dengan ajaran syari’ah, dan tidak hanya menfokuskan diri kepada pembiayaan proyek tingkat lokal semata, tetapi usaha-usaha yang produktif yang berkelas nasional dan internasional serta punya peluang keuntungan yang lebih besar, serta penyelesaikan sengketa hendaknya tidak lagi ke Peradilan Negeri /Peradilan Niaga tetapi sudah ke Pengadilan Agama. Kata kunci : Perjanjian Pembiayaan, Bagi Hasil, Debitur

ii

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 7: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

ABSTRACT

The agreement of mudhrabah financing is an agreement of corrperation between bank syari’ah and the debtor and in the agreement it is stated that both parties will share the profit gained between them. Principally, this mudharabah agreement is based on trust, but it does not mean that in the implementation of this agreement the debtor is set free from this guarantee system or is guaranteed by the third party. This qualitative study with normative juridical method is to examine how the mudharabah agreement is regulated in the perspective of Islam, how and whom bank syari’ah applies or distributes this mudharabah agreement to, and what mudharabah profit sharing mechanism is applied by Bank BNI Syari’ah Medan. The data for this study were collected through interviews and library research. The primary, secondary and tertiary data obltained were qualitatively analized. The result of this study shows that, among other thing, the regulation of themudharabah financing agreement is based on Al-Qur’an, Al-Hadist, National syari’ah Advisory Council of Indonesian Moslem Scholar Council, and Law No.21/2008 on Syari’ah Banking and Law No.10/1998 on Banking. Mudharabah financing implemented in Bank BNI Syari’ah Medan is a Mutlaqah Mudharabah financing intended to individuals or businesses run the project of contruction, production with profit sharing of 60 % for the debtor and 40 % for the bank, housing/real estate company with profit sharing of 90 % for the debtor and 10 % for the bank, goods/service distributor with profit sharing of 80 % for the debtor and 20% for the bank. The mechanism of mudharabah financing applied by Bank BNI Syari’ah Medan is generally almost the same as that applied by the other bank syari’ah.

It si suggested that Bank BNI Syari’ah Medan to do finance the busisesses breaking the Islamic law and do not focus on financing the project at local level only but also the productive busisesses at national and international level which have the oppourtunity to gain much more profit on the dispute solution is not carried out in the court of fisrt instance/court of commerce but in the religious (Islamic) court. Key words: Financing Agreement, Profit Sharing, Debtor.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 8: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan dan rahmat

serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL (MUDHARABAH)

ANTARA DEBITUR DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di

Bank BNI Syari’ah Medan).

Shalawat bertangkaikan salam penulis panjatkan keharibaan Nabi Muhammad

S.A.W. yang telah membawa ummat dari alam kejahiliyaan sampai kealam yang penuh

dengan hazanah keilmuan saat sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini bisa terselesaikan berkat dukungan dan bantuan

dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mnegucapkan

terimakasih yang tulus kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Chairuddin. P. Lubis, DTM&H,

Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program magister.

2. Direktur Sekolah Pascassarjana Universitas Sumatera Utara,

Prof.Dr.Ir.Hj.T.Chairun Nisa,B.,MSc, atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis menjadi mahasiswa program magister ilmu hukum pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sunatera

Utara, Prof.Dr.H.Bismar Nst, SH.MH, atas segala pengarahan dan bimbingan

serta dukungan yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu pengetahuan iii

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 9: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

di program studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

4. Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada

Prof.Dr.H.Hasballah Thaib, MA dan Dr.Sunarmi, SH.M.Hum sebagai anggota

komisi pembimbing dengan penuh perhatian telah memberikan arahan dan ilmu

pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-

baiknya.

5. Terima Kasih kepada Bapak Prof.Dr.Suhaidi, SH.MH dan Bapak Dr. Mahmul

Siregar,SH.MH, selaku Penguji yang telah memberikan masukan dan pemikiran

yang berarti demi kebaikan penulisan tesis ini.

6. Terima Kasih juga penulis ucapkan kepada Direktur serta staf jajaran di PT. Bank

BNI Syari’ah Medan, atas bantuan dan kebijaksanaannya yang memberikan izin

meneliti dan data dalam mendukung penelitian tesis ini.

7. Terima kasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua penulis yang telah

memberikan dukungan moril yang tulus, dan senantiasa berdoa kepada Allah,

Semoga Anaknya berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa.

Medan, Agustus 2008. Penulis,

Panataran Simanjuntak NPM. 057005018

iv

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 10: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

RIWAYAT HIDUP

Nama : Panataran Simanjuntak Tempat Tanggal Lahir : P.Lancat, 16 Agustus 1980 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Jl. Lubuk Raya Psr III No.102/122 C

Medan Perjuangan

PENDIDIKAN: 1. SD : Di Desa Padang Lancat, kec.Batang Toru (1986-1992) 2. Tsanawiyah : Di Pesantren Musthafawiyah Purba-Baru (1993-1996) 3. Aliyah : Di Pesantren Musthafawiyah Purba-Baru (1996-1999) 4. Starata Satu (S1) : Di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan

(1999-2004) 5. Starata Dua (S2) : Di Sekolah Pascasarjana Ilmu Hukum Univesitas

Sumatera Utara (2005-2008). v

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 11: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ABSTRACT ................................................................................................... i ABSTRAK ...................................................................................................... ii KATA PENGANTAR.................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v DAFTAR ISI................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii DAFTAR ISTILAH ...................................................................................... ix

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

E. Keaslian penelitian............................................................................... 8

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ............................................................. 9

G. Metode Penelitian ................................................................................ 15

1. Jenis Penelitian .................................................................... 15

2. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 15

3. Alat Pengumpulan Data ........................................................... 16

4. Analisis Data .................................................................... 17

BAB II : PENGATURAN PERJANJIAN MUDHARABAH DALAM HUKUM

ISLAM ............................................................................................. 19

A. Pengaturan Perjanjian Menurut Hukum Islam .................................... 19

B. Unsur-Unsur Perjanjian Dalam Hukum Islam..................................... 23

C. Jenis-Jenis Perjanjian Dalam Hukum Islam ........................................ 28

vi

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 12: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

D. Pengaturan Perjanjian Mudharabah Dalam Hukum Islam................... 33

BAB III : PEMBIAYAAN BAGI HASIL (MUDHARABAH) DALAM BANK SYARI’AH ....................................................... 38

A. Pengertian Mudharabah ....................................................................... 38

B. Jenis-jenis Pembiayaan (Mudharabah) dalam Bank Syari’ah ............. 45

C. Kriteria Penerima Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syari’ah ..... 46

D. Jaminan dalam Pembiayaan Mudharabah ........................................... 59

BAB IV : MEKANISME PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL

(MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR DAN BANK BNI SYARI’AH MEDAN.................................................................... 64

A. Perjanjian Mudharabah Pada Bank BNI Syari’ah Medan ................... 64

B. Penerapan Bagi Hasil (Mudharabah) antara Debitur dan Bank BNI

Syari’ah Medan.................................................................................... 86

C. Hambatan Pelaksanaan Bagi Hasil (Mudharabah) di Bank BNI

Syari’ah Medan.................................................................................... 91

D. Penyelesaian Sengketa di Bank BNI Syari’ah Medan......................... 93

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 106

A. Kesimpulan .......................................................................................... 106

B. Saran .................................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 109

vii

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 13: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1. Peningkatan Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah 67 Medan. 2. Persentase Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah 88

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 14: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

DAFTAR ISTILAH

Al Mudharabah : Akad pembiayaan dengan sistem bagi hasil Al Murabah : Akad jual beli dimana bank membeli barang yang diperlukan oleh nasabah. Mudharabah Al Mutlaqah : Pembiayaan tanpa membatasi mudharib Mudharabah Al Muqayyadah : Pembiayaan dengan batasan-batasan kepada mudharib Al Musyarakah : Kerjasama usaha patungan Al aqdu : Akad/janji Al ahdu : Janji/masa Al rahn : Akad penyerahan barang gadai/jaminan Al kafalah : Penjamin dari yang di biayai Amanah : kepercayaan Al-qadha : Menetapkan hukum syara’ pada suatu sengketa Akhwal as syakhsiyah : Perkara Perdata Al hisbah : Lembaga resmi yang berwenang menyelesaikan perkara pelanggaran ringan Al mudzalim : Badan peradilan yang di bentuk untuk membela orang yang teraniaya Basyarnas : Badan Arbitrase Syari’ah Nasional Constraint : Analisis terhadap keterbatasan yang tidak mungkin untuk membuka usaha Degree risk : Tingkat risiko terhadap waktu pembiayaan De jure : Berdasarkan hukum De facto : Menurut kenyataan Entrepereniur : pelaku usaha Fasid : rusak/batal General Invesment : Pembiayaan mudharabah mutlaqah Ibra’ : Membebaskan debitur dari hutang Ijab : Lafadz untuk memberi Intermediary : Tempat perantara antara pemilik dana dengan yang membutuhkan pembiayaan Istisna : Akad jual beli barang dengan sistem pesanan Intrest making : Pengambilan keuntungan Jinayah : Perkara Pidana Khiyar : Memilih Lack of funds : Pelaku usaha yang memerlukan dana Mudharib : Pelaku usaha Mukallaf : Orang yang sudah dewasa Mauquf : Akad yang dilakukan oleh yang cukup hukum tapi tak memiliki kekuasaan untuk melakukannya Nafiz : Perbuatan yang di bolehkan dilakukan seseorang

ix

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 15: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

On the spot : Peninjauan kelapangan Offering of letter : Tawaran Overeekomst : Usaha untuk mengambil keuntungan Profit sharing : Pembiayaan bagi hasil mudharabah Partnership : Mitra usaha Projected cas flow : Proyeksi arus kas Profibility : Unsur keuntungan dari pembiayaan Qabul : Lafadz untuk menerima Qiradh : Istilah lain dari pembiayaan mudharabah Surplus of funds : Orang yang punya kelebihan dana Shahibul mall : Pemilik modal Sighat : Lafadz akad Syarat ifadah : Menyandarkan akad pada masa yang akan datang Safety : keamanan pembiayaan Salafussaleh : Ulama Terdahulu Sulhu : Menyelesaikan sengketa dengan jalan musyawarah Tahkim : Penyelesaian sengketa dengan menunjuk wasit Trust investmen : Berdasarkan kepercayaan Ta’liq syarat : Mengkaitkan hasil sesuatu urusan dengan urusan lain Taqyid syarat : Syarat akad berakibat hukum hanya berupa ucapan Trust financing : Pembiayaan bagi hasil mudharabah Wansperestasi : Inkar janji Yamin : Sumpah dalam Islam

x

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 16: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran perbankan syari’ah setelah terjadinya krisis yang melanda

Indonesia pada pertengahan tahun 1997 menjadi suatu sarana yang sangat strategis

dan menggembirakan bagi para entrepereniur terutama pengusaha muslim dalam

meneruskan produksi usahanya. Hal ini disebabkan kemampuan dari lembaga

perbankan syari’ah yang beroriantasi kepada sistem bagi hasil dapat memberikan

keuntungan ke setiap pengelola uang, tidak hanya kepada bank sebagai kreditor yang

telah memberikan pinjaman tetapi juga kepada debitur sebagai peminjam modal

dalam mengembangkan usaha mereka.

Secara de jure dan de facto, lembaga perbankan merupakan intermediary

pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan para pihak yang

memerlukan dana (lack of funds), melayani kebutuhan pembiayaan serta

melaksanakan mekanisme sistem pembayaran bagi semua struktur perekonomian

masyarakat. Demikian juga dengan bank BNI Syari’ah Medan yang menerapkan

sistem bagi hasil kepada seluruh nasabah penabung dan nasabah debiturnya.

Ditinjau dari sudut kepentingan ekonomi perbankan syari’ah yang memakai

sistem bagi hasil dengan pembiayaan mudharabah (profit sharing) dalam

memperlancar roda perekonomian ummat dianggap mampu menekan terjadinya

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 17: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus dibayarkan ke bank,1 juga

dapat merubah haluan kaum muslimin dalam setiap transaksi perdagangan dan

keuangan yang sejalan dengan ajaran Islam.

Melihat kenyataan ini pelaksanaan sistem ekonomi Islam dan praktek

perbankan non bunga menjadi alternatif yang baik, di samping merupakan suatu

keharusan dan kewajiban dalam menjalankan anjuran agama, apalagi dengan di

keluarkannya Undang-undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah dan

Undang-Undang No.10 Tahun 1998 sebagai perubahan atas Undang-Undang No. 7

Tahun 1992 tentang perbankan. Undang-undang tersebut telah mengatur semua

kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syari’ah.

Prinsip syari’ah adalah Prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam

penetapan fatwa di bidang syari’ah.2

Sedangkan Pembiayaan merupakan penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bintamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istsna’, transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh dan transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syari’ah dan /atau unit usaha syari’ah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan /atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.3

1 Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonomi Islam,(Bandung: Cipta Pustaka Media, 2002), hal

123. 2 Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Pasal 1 Angka 12 3 Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Pasal 1 Angka 25

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 18: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Pembiayaan mudharabah secara tidak langsung adalah bentuk penolakan

terhadap sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional dalam mencari

keuntungan. Karena itu pelarangan bunga ditinjau dari ajaran Islam merupakan

perbuatan riba yang diharamkan dalam Al-Qur’an, sebab larangan riba tersebut

bukanlah meringankan beban orang yang dibantu dalam hal ini debitur tetapi

merupakan tindakan yang memperalat dan memakan harta orang lain tanpa melalui

jerih payah dan berisiko serta kemudahan yang diperolah orang kaya di atas

kesedihan orang miskin.4

Dengan demikian perbankan syari’ah yang memberikan pembiayaan

mudharabah terhadap debitur dengan sendirinya akan menjadikan hubungan di antara

kedua belah pihak bagaikan mitra dalam meraih keuntungan riil pada pengelolaan

kegiatan usaha mereka.

Pada konsep pembiayaan bagi hasil mudharabah dalam perbankan syari’ah

dikenal dengan istilah Qiradh adalah akad kerja sama antara dua pihak dimana

pemilik dana (shahibul mall) menyediakan seluruh modal sedangkan pihak kedua

(mudharib) bertindak selaku pengelola dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka

sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.5

Hubungan keterikatan antara dua pihak tersebut akan melahirkan konsekuensi

yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak yaitu seluruh kewajiban yang harus

4 Yusuf Qordhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Perss, 1997),

hal.184. 5 Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

Mudharabah (Qiradh), hal.40.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 19: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

ditunaikan dan apa-apa yang menjadi hak masing-masing yang akan diterima. Dalam

hal ini Al-Qur’an sebagai pedoman dari ajaran Islam yang ditafsirkan dengan realisasi

muamalah fiqh menerangkan perjanjian merupakan pernyataan dari seseorang untuk

mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan orang lain.6

Dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 282 yang artinya sebagai

berikut:

Hai orang-orang yang beriman, apabila bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar, dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun dari utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkannya maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang–orang laki-laki (di antaramu). Juga tak ada dua orang laki-laki, maka boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberikan keterangan) apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu pembayarannya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguan (tulislah muamalah itu) kecuali mumalahmu itu perdagangan tunia yang kamu jalankan diantara kamu maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan persaksikanlah jika kamu berjual beli dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan, jika kamu lakukan (yang demikian) maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu, dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarimu dan Allah Mengetahui segala sesuatu.7

6 Gemala Dewi,dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia,(Jakarta: Kencana, 2006), hal.45. 7 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnnya,(Semarang: Kumudasmoro Grafindo,

1994), hal 64.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 20: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa perjanjian pembiayaan

mudharabah merupakan perjanjian kerjasama antara pemilik modal dengan pengelola

usaha tanpa memakai agunan, yang mana di dalam akad tersebut dinyatakan akan

membagi keuntungan di antara mereka. Maka dapat dipahami bahwa perjanjian

mudharabah ini didasari kepada kepercayaan (trust investmen) dalam arti lain bahwa

pemodal akan menyerahkan dananya kepada pihak pengelola setelah ia yakin

peminjam modal tersebut baik secara skill maupun moral dapat dipercaya untuk

mengelola modal yang diberikan dengan keahliannya dan tidak akan memanipulasi

modal tersebut. Namun bukan berarti dalam pelaksanaan perjanjian mudharabah

tersebut pihak pengelola dilepaskan dari sistem jaminan atau ada pihak yang ketiga

yang menjamin, hal ini dilakukan supaya terciptanya keadilan di antara debitur dan

pihak bank sehingga dapat melindungi diri dari kerugian (the end of justice is to

secure from injury).8

Pembiayaan mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan tidak terlepas dari

mekanisme pelaksanaan perjanjian yang telah ditetapkan berdasarkan syarat dan

rukun dalam akad, sesuai dengan yang dimafhumkan ulama fiqhiyah dan juga Dewan

Syari’ah Nasional MUI tentang mudharabah (qiradh). Untuk itu pentingnya sah

sebuah perjanjian pembiayaan mudharabah tidak terlepas dari pada pemenuhan syarat

dan rukun mudharabah itu sendiri.

Adapun rukun dan syarat pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

8 Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Sebagai landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato pada

Pengukuhan Guru Besar,USU- Medan 17 April 2004, hal.5.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 21: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

1. Ada penyedia dana (shahibul mall) dan pengelola (mudharib) yang cakap

hukum.

2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan

kehendak mereka pada waktu menandatangani akad (kontrak).

3. Modal, yaitu sejumlah uang dan/ atau asset yang diberikan oleh penyedia modal

kepada mudharib.

4. Keuntungan, artinya sejumlah kelebihan yang dapat sebagai kelebihan dari

modal.

5. Kegiatan usaha oleh pengelola (Mudharib) sebagai perimbangan modal yang

disediakan oleh penyedia dana.9

Adanya klausula yang menentukan sahnya suatu perjanjian di dalam

Keputusan Dewan Syariah yang berlandasakan hukum Islam dan telah dipakai bank

syari’ah sebagai rujukan dalam pembiayaan mudharabah merupakan sebuah

gambaran bahwa di dalam perbankan syariah seorang debitur harus memenuhi segala

yang tertuang dalam isi kontrak suatu perjanjian berupa kewajiban yang harus

ditunaikan setelah pengelolaan usaha. Dengan demikian pelaksanaan suatu perjanjian

bagi hasil dengan pembiayaan mudharabah antara debitur dan bank tersebut

seyogianya memberikan gambaran keuntungan kepada kedua belah pihak.

9 Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, hal.48.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 22: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Maka berdasarkan dari latar belakang di atas, penulis termotivasi untuk

meneliti tentang “ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL

(MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR DAN BANK DENGAN SISTEM

SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah Medan).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan tentang perjanjian Mudharabah dalam hukum

Islam?

2. Bagaimana dan kepada siapa bank syari’ah menyalurkan perjanjian

mudharabah?

3. Bagimanakah mekanisme bagi hasil (mudharabah) dalam Bank BNI

Syari’ah Medan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang di rumuskan diatas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaturan perjanjian mudharabah dalam hukum Islam.

2. Untuk mengetahui adanya dan kepada siapa disalurkan pembiayaan

mudharabah.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 23: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

3. Untuk mengetahui mekanisme bagi hasil (mudharabah) di Bank BNI

Syari’ah Medan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi

manfaat sebagai berikut :

1. Sumbangan teroitis bagi pengembangan ilmu hukum umunya dan

khususnya hukum perbankan, terutama yang berkaitan dengan perbankan

syari’ah

2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia perbankan dan masyarakat pada

umumnya serta bahan informasi dan referensi untuk memperkokoh

landasan bagi penelitian perbankan syari’ah atau masyarakat yang ingin

membahas dan meneliti terhadap kajian yang sama.

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang yang dapat diketahui, berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil

penelitian yang sudah ada maka penelitian mengenai analisi pelaksanaan perjanjian

bagi hasil (Mudharabah) antara debitur dan Bank dengan sistem syari’ah (Penelitian

di Bank BNI Syari’ah Medan) dengan topik dan permasalahan yang sama belum

pernah dilakukan, namun yang menyangkut tentang bagi hasil, seperti yang dilakukan

oleh : Mulhadi dengan judul tesis; Asas Perlindungan Nasabah Debitur Berdasarkan

Sistem Bank Syari’ah, Ikrom Bin Abdul Rahman dengan judul tesis; Asas-Asas

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 24: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Perlindungan Nasabah Tertanggung Menurut Sistem Asuransi Takaful Syari’ah Dan

Pelaksanaannya, Siti Habsyah dengan judul tesis; Prinsip Mudharabah Terhadap

Obligasi Dalam Pasar Modal Syari’ah, Fahruddin dengan judul tesis: Analisa Yuridis

Tentang Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil Mudharabah

Pada PT.Bank Syari’ah Mandiri Cabang Medan, Dian Mandayani A. Nst dengan

judul tesis; Analisa Hukum Letter Of Credit (L/C) Berbasis Syari’ah Di Bank

Syari’ah Mandiri, Latifah Hanim, dengan judul tesis; Penyelesaian Pembiayaan

Mudharabah Yang Macet Di PBRS Al-Wasliyah Medan. Berdasarkan argumentasi

demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini asli dan keasliannya dapat di

pertanggungjawabkan.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

Keberadaan perbankan Islam di tanah air telah mendapat pijakan yang kokoh

setelah adanya paket deregulasi yaitu, berkaitan dengan berlakunya undang-udang

No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah, Undang Undang No.7 Tahun 1992

yang direvisi melalui Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yang

dengan tegas mengakui keberadaaan dan berfungsinya sistem bagi hasil dalam bank

syari’ah. Dengan demikian prinsip bagi hasil dengan pembiayaan mudharabah yang

diterapkan dalam perbankan Islam merupakan cerminan dari kegiatan muamalah

yang berlandaskan syari’ah Islam ketika melakukan kegiatan usaha.

Perbankan Islam dalam menerapkan prinsip bagi hasil dapat dilakukan dengan

beberapa akad, yaitu akad pembiayaan al-musyarakah, al-murabahah dan al-

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 25: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

mudharabah untuk kegiatan pembiayaan modal usaha, ataupun penyaluran biaya

kepada mereka yang kekurangan dana tetapi memiliki keterampilan untuk

menjalankan bisnis dengan suatu keuntungan tidak pasti yang mungkin dapat atau

juga mungkin tidak dapat diwujudkan.10

Pertama, Al-Musyarakah atau dalam kalimat lain dikenal dengan syirkah

merupakan sebuah transaksi antara dua orang atau lebih yang dua-duanya sepakat

untuk melakukan kerjasama yang bersifat finansial dengan tujuan mencari

keuntungan.11 Namun dalam penelitian ini penulis tidak akan membahas tentang

pembiyaan musyarakah secara mendalam, sebab pembiayaan yang berhubungan

dengan seorang debitur hanya dalam pembiyaan mudharabah saja.

Kedua, Al-Murabahah yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.12

Dengan demikian bentuk pembiayaan dalam bank syari’ah dengan prinsip

bagi hasil yang ketiga yaitu Al-mudharabah adalah sistem pendanaan operasional

realitas bisnis, 13dimana baik sebagai pemilik modal biasanya disebut shahibul mall

dengan menyediakan modal 100 % kepada pengusaha sebagai pengelola disebut

sebagai mudharib untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa

keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka sesuai dengan kesepakatan

10 Abdullah Saed, Menyoal Bank Syari’ah, Keritikan atas Interpretasi Bunga Bank Neo-

Revivaless,(Jakarta: Paramadina,2004), hal.110. 11 Hasballah Thaib, Hukum Akad (kontrak)Dalam Fiqh Islam dan Praktek Di Bank Sistem

Syari’ah, (Medan: tp.,2005), hal.98. 12 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,(Jakarta:Raja Grafindo

Persada,2004), hal.113. 13 Ibid, hal.114.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 26: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

yang disebutkan dalam akad mereka.14 dan jika ada mengalami kerugian setelah

adanya pengelolaan usaha oleh mudharib bukan karena kelalaian yang disengaja

maka akan ditanggung oleh si investor atau shahibul mall.15

Mudharabah berasal dari kata dharb, yang artinya memukul atau berjalan,

pengertian memukul atau berjalan lebih tepatnya adalah proses seseorang

memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya.16

Di dalam Al-Qur’an memang tidak disebutkan secara khusus mengenai

mudharabah, namun secara umum landasan syari’ah yang mencerminkan anjuran

untuk berusaha dinyatakan dalam surah Al-Muzammil ayat 20, yang artinya sebagai

berikut:

Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebahagian

karunia Allah.17

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Al-Thabrani yang artinya sebagai

berikut:

Bahwa Sayyidina Abbas Ibn Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra

usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi

lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak, jika menyalahi

peraturan tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut,

14 Ascaya Diana Yunita, Bank Syari’ah: Gambaran Umum (Jakarta: PPSK BI, 2005), hal.21. 15 Abdullah Saed, Op Cit.,hal. 77 16 Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2001), hal 95. 17 Departemen Agama, Op Cit, hal.1295

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 27: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah S.A.W dan Rasulullah pun

membolehkannya.18

Secara umum mudharabah dibagi kepada dua jenis, yaitu;

1. Mudharabah Muthlaqah, yaitu suatu bentuk kerjasama antara shahibul mall

dengan mudharib tanpa membatasi spesifikasi jenis usahanya, sepanjang

usaha tersebut dianggap baik dan bisa memberi keuntungan.

2. Mudahrabah Muqayyadah,yaitu shahibul mall menentukan syarat atau

pembatasan kepada pengelola dana dalam menjalankan usaha.

Maka inti mekanisme dari pada mudharabah itu sendiri pada dasarnya terletak

pada kerjasama yang baik antara pemberi dana dan pengelola dana dengan dasar

kepercayaan, kerjasama inilah yang merupakan karakter utama dalam pelaksanaan

perjanjian mudharabah di perbankan syari’ah.

Dari hal tersebut secara legalitas di dalam perbankan syari’ah, akad yang

dilakukan oleh debitur dan pihak bank tidak hanya memiliki dimensi dari duniawi

semata tetapi juga mencerminkan ukhrawi disebabkan akad tersebut berlandaskan

hukum Islam, dengan demikian di setiap akad dalam perbankan syari’ah harus

memenuhi ketentuan-ketuntuan akad seperti dalam memenuhi rukun dan syarat dalam

akad tersebut.

Penyaluran dana terhadap seorang debitur atau peminjam modal baik ia dalam

bentuk pembiayaan mudharabah tidak terlepas dari sah atau tidaknya suatu akad

(kontrak) yang di sepakati oleh kedua belah pihak, dengan kata lain bahwa akad

18 Antonio, Muhammad Syafi’I, Op Cit, hal.96

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 28: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

antara bank dan debitur tersebut selalu perpedoman kepada ketentuan yang telah

berlaku dalam pembiayaan bagi hasil dalam bank syariah

Secara bahasa perjanjian menurut jumhur ulama dikatakan dengan Akad, dan

secara terminologi akad didefinisikan dengan Pertalian ijab (peryataan melakukan

ikatan) dan qabul (peryataan penerima) sesuai dengan kehendak syari’at yang

mempengaruhi pada objek perikatan.19

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa dalam menentukan sah atau

tidaknya suatu perjanjian dapat dilihat dari pernyataan perjanjian tersebut memakai

ijab dan qabul, dan harus ada pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian, di samping

bahwa objek yang ada dalam perjanjian tersebut harus dibenarkan oleh syari’ah.

Sementara itu Ulama fiqh juga telah menetapkan syarat akad sebagai berikut :

a.. Mukallaf, artinya pihak yang melakukan akad tersebut telah cakap bertindak

secara hukum.

b. Objek akad tersebut diakaui oleh syara’.

c. Akad itu tidak dilarang oleh nash.

d. Akad yang dilakukan itu memenuhi syarat-syarat khusus yang terkait dengan

yang diakadkan.

e. Akad tersebut bermanfaat.20

Kemudian rukun akad harus meliputi beberapa unsur yaitu :

1). Pernyataan untuk mengikatkan diri.

19 Hasballah Thaib, Op Cit, hal.1. 20 Ibid., hal. 8-10.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 29: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

2). Pihak yang ber akad.

3). Objek akad.

Di dalam al-Qur’an disebutkan yang artinya :

Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad tersebut.21

Maka dalam mewujudkan suatu kesepakatan dalam sebuah kontrak dalam

setiap perjanjian sebagimana dalam rukun akad, mesti ada kehendak dari pada pihak

yang ingin mengikatkan diri, artinya kebebasan untuk mengikatkan diri tersebut

menjadi sebuah syarat yang membuat suatu perjanjian menjadi sah atau tidak,

kemudian karena pada prinsifnya perjanjian pembiayaan mudharabh ini tidak ada

jaminan artinya bahwa perjanjian ini hanya didasari kepada kepercayaan bank

terhadap debitur, maka dengan sendirinya seorang debitur akan melaksanakan

kewajibannya sebagaimana halnya dengan kreditur juga harus memperhatikan

kepentingan dari debitur dalam situasi tertentu.22

Konsepsi

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan

dalam tesis ini, maka perlu dicantumkan definisi-definisi tersebut:

Perbankan syari’ah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank

syari’ah dan unit usaha syari’ah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara

21 Departemen Agama,Op Cit, hal.825. 22 Suharnoko, Perjanjian Teori dan Analisa Kasus (Jakarta: Kencana,2004), hal.4.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 30: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya 23

Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama

pemberi modal sedangkan pihak kedua memanfaatkan untuk tujuan-tujuan usaha dan

keuntungan dari usaha tersebut akan dibagikan diantara mereka berdasarkan

kesepakatan yang dituangkan dalam akad (kontrak).24

Pembiayaan mudaharabah adalah pembiayaan yang disalurkan lembaga

keuangan syari’ah kepada pihak lain untuk usaha yang produktif.25

Perjanjian pembiayaan adalah perjanjian berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil.26

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Untuk menunjang diperolehnya data yang faktual dan akurat, penelitian yang

dilakukan bersifat deskriptif analisis, yaitu hanya menggambarkan secara sistematis

fakta-fakta terhadap permasalahan yang telah dikemukakan dengan tujuan membatasi

23 Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Pasal 1 Angka 1 24 Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, Op Cit, hal. 40 25 Ibid, hal.44. 26 Pasal 1 ayat 12 Undan-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 31: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

kerangka studi kepada analisis atau suatu klasifikasi tanpa secara langsung bertujuan

untuk menguji hipotesa-hipotesa atau teori-teori.27

2. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai sebuah penelitian hukum normatif, maka penelitian ini ditujukan

untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian bagi hasil (Mudharabah) antara debitur dan

Bank dengan sistem syari’ah (Penelitian di bank BNI Syari’ah Medan), dengan

demikian penelitian ini menempatkan kaidah-kaidah hukum terkait dengan bagi hasil

(Mudharabah) di bank syari’ah, dalam arti sejauh mana hukum dalam mengatur

tentang bagi hasil, mekansime dan pelaksanaan perjanjiannya. Maka dari hal tersebut

penelitian ini menganalisis law as it written in book, maupun law it is decided by the

jugle trough judical process,28 sehingga penelitian ini juga disebut dengan istilah

penelitian doktrinal.

Digunakannya metode yuridis normatif yang bersifat kualitatif didasarkan

kepada berbagai pertimbangan, yaitu:

1. Analisis kualitatif didasarkan pada paradigma hubungan yang dinamis

antara teori, konsep dan data yang merupakan umpan balik atau

modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data

yang dikumpulkan.

27 Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan

Pemukiman Berkelanjutan, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003), hal.17. 28 Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, makalah

disampaikan pada Dialog Interaktif Tentang Penelitian Hukum Dan Hasil Penelitian Hukum Pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Pebruari 2003, hal.1

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 32: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

2. Data yang akan dianalisis beraneka ragam serta memiliki sifat dasar yang

berbeda antara yang satu dengan yang lain.

3. Sifat dasar data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah bersifat

menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral, dan dengan sifat

yang integral ini menuntut tersedianya informasi yang mendalam.

3. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi dokumen yang

bersumber dari bahan hukum primer, yakni bahan-bahan hukum yang mengikat,

seperti Undang-undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah , Undang-

Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Bank Indonesia

No. 2 Tahun 2004, Himpunan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiyaan Mudharabah, Fiqh Islam, Kitab

undang-Undang Hukum Perdata serta peraturan-peraturan lain yang relevan dan

wawancara dengan fihak Bank BNI Syariah Medan.

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini berupa hasil-hasil seminar atau

penemuan ilmiah lainnya, bahkan dokumen pribadi atau pandangan kalangan pakar

hukum sepanjang hal itu berhubungan dengan objek telaahan penelitian ini.29

Bahan hukum tertier dalam penelitian ini dipergunakan untuk memberikan

penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus umum, kamus

29 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Gahlia Indonesia,1982),

hal.24.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 33: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

hukum, kamus hukum ekonomi, majalah dan jurnal ilmiah. Pengumpulan data

dimulai dengan melakukan identifikasi seluruh data yag relevan dengan permasalahan

penelitian, setelah data teridentifikasi baru dilakukan inventarisasi data-data,

kemudian data yang terkumpul akan dikelompokkan atau dipilah-pilah untuk

digunakan proses analisis data.

4. Analisa Data

Selanjutnya data yang dianalisis secara kualitatif, dengan kata lain bahwa

analisis data lebih mengutamakan aspek menyeluruh dan mendalaminya dengan data

yang bersangkutan, dari data yang sudah dikumpulkan akan dipilah-pilah untuk

memperoleh pasal-pasal yang berisikan kaidai-kaidah hukum yang mengatur masalah

pelaksanaan perjanjian bagi hasil antara debitur dengan bank syariah.

Sesuai dengan karakter dari penelitian kualitatif maka alur pikir dalam analisis

data pada penelitian ini adalah berpola induktif, yaitu analisis berawal dari hal yang

berkarakter khusus, melalui kaidah-kaidah hukum dalam berbagai peraturan

perundang-undangan yang terkait langsung atau berhubungan dengan masalah

pelaksanaan perjanjian mudharabah antara debitur dan Bank dengan sistem syari’ah

(Penelitian di Bank BNI Syari’ah Medan). Melalui pemahaman dan mempelajari serta

menganalisa kaidah-kadiah hukum yang bersifat khusus tersebut akan dicoba untuk

membuat suatu kesimpulan yang bersifat umum mengenai pelaksanaan perjanjian

bagi hasil (mudharabah) antara debitur dan bank dengan sistem syari’ah, dalam arti

bahwa secara khusus yang bisa menjawab permasalahan penelitian.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 34: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

BAB II PENGATURAN PERJANJIAN MUDHARABAH

DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengaturan Perjanjian Dalam Hukum Islam

Ajaran Islam tidak hanya diturunkan demi kebahagian dan kebaikan bagi kaum

muslimin semata, tetapi Islam merupakan agama yang bersifat rahmatan lil alamin

artinya agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Beranjak dari kehidupan

manusia agama Islam telah membuat pengaturan yang komperehensif dan universal

sehingga kehidupan manusia senantiasa saling menjaga hubungan baik antara satu

individu dengan individu lainnya dan juga menjaga hubungan yang bersifat spiritual

dengan Sang Khaliq yakni Allah SWT.

Hubungan vertikal kepada Allah SWT bisa terwujud dengan melaksanakan

suruhan atau perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya, di sisi lain

manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya dalam bentuk muamalah

baik di bidang harta kekayaan maupun hubungan kekeluargaan, hubungan sesama

manusia khsususnya di bidang harta kekayaan biasanya dapat diwujudkan dalam

bentuk perjanjian atau akad.30

Dalam Al-Qur’an ada terdapat 2 (dua) istilah yang menyangkut dengan

perjanjian, yaitu kalimat al-aqdu (akad) dan al-‘akhdu (janji). Al-Qur’an mamakai

30 Abdul Ghofur Ansory, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia (Yogyakarta:

Citra Media, 2006). Hal.1

19

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 35: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

kalimat pertama dalam arti perikatan atau perjanjian, sedangkan kalimat yang kedua

dalam Al-Qur’an berarti masa, pesan, penyempurnaan dan janji atau perjanjian.31

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perjanjian dan perikatan dalam hukum

Islam berikut dikemukakan beberapa pendapat kalangan ulama fiqhiyah, antara lain

yaitu;

Pertama, menurut Wahbah Alzuhaily Secara etimologi akad adalah ikatan

antara dua perkara baik ikatan secara nyata maupun secara maknawi dari satu segi

maupun dari dua segi, 32 kemudian pengertian secara termenologi fiqh akad

didefenisikan dengan pertalian ijab (peryataan melakukan ikatan) dan qabul

(pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syari’ah yang berpengaruh

pada obyek perikatan.33 Sedangkan kalimat al-‘akhdu dapat disamakan dengan istilah

perjanjian atau overeekomst, yaitu suatu peryataan dari seseorang untuk mengerjakan

atau tidak mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan orang lain.34

Kedua, dalam pandangan ulama syafi’iyah, Hanafiyah dan Hanabilah, akad

merupakan segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginannya

sendiri, seperti wakaf, pembebasan, Atau sesuatu yang yang pembentukannya

membutuhkan keinginan dua orang seperti jual beli dan gadai.35

Ketiga, menurut Abdor Roof mengatakan bahwa pada dasarnya ada tiga tahap

yang meenimbulkan perikatan (akad) yaitu sebagai berikut :

31 Ibid, hal. 19. 32 Wahbah Al-Juhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, (Damsyik: dar alFikr, 1989). hal.80. 33 Hasballah Thaib, Op Cit, hal.1. 34 Gemala dewi, dkk, Op Cit, hal. 45. 35 Rachmat Syafi’I, fiqh Muamalah, (Bandung : Pustaka setia, 2004) hal. 44.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 36: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

a. Al’akhdu (perjanjian), yaitu ada pernyataan dari seseorang untuk melakukan

sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dan tidak ada sangkut pautnya dengan

kemauan orang lain, dalam hal ini janji tersebut mengikat orang yang

mengatakannya supaya terlaksananya perjanjian yang telah dibuat tersebut.

b. Persetujuan yaitu pernyataan dari pihak kedua untuk melakukan sesuatu atau

tidak melakukan sesuatu sebagai reaksi terhadap janji yang dinyatakan oleh

pihak pertama kemudian janji tersebut harus sesuai dengan janji pada pihak

pertama.

c. Apabila ada dua buah janji yang dilaksanakan oleh para pihak maka terjadilah apa

yang dinamakan “al-aqdu” yang mengikat masing-masing pihak sesudah

pelaksanaan perjanjian dengan kata lain hal tersebut bukan lagi al‘akhdu tetapi

sudah Al-aqdu.36

Dari tiga point di atas dapat dimisalkan ketika si A menyatakan janji untuk

menjual sebuah mobil kemudian si B menyatakan janji untuk membeli mobil

tersebut, maka dalam tahap ini si A dan si B sudah masuk ke tahap al’akhdu, apabila

merek mobil, harga mobil disepakati oelh kedua belah pihak maka terjadilah

persetujuan, kemudian dari kedua janji tersebut dilaksanakan maka terjadilah

perikatan atau al-aqdu.

Menurut Musthafa Ahmad Az-zar’i salah satu pakar fiqh di Jordania asal Syiri’a

mengatakan bahwasanya tindakan seseorang tersebut dibagi kepada dua bentuk yaitu

tindakan berupa perkataan yang meliputi yang bersifat akad dan non akad, tindakan

36 Gemala Dewi, Op Cit,. hal. 46.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 37: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

yang berupa perkataan yang bersifat akad terdiri atas dua atau beberapa pihak yang

meningkatkan diri untuk melakukan suatu perjanjian, sedangkan perkataan yang

bersifat non akad yaitu apa-apa yang mengandung kehendak pemilik untuk

menetapkan atau melimpahkan hak membatalkan atau mengugurkan apa-apa yang

tidak mengandung kehendak pihak yang menetapkan atau mengugurkan suatu pihak

tetapi perkataannya itu memunculkan suatu tindakan hukum.37

Ke empat, di dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang

akad perhimpunan atau penyaluran dan bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsif syari’ah, yaitu dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) dikemukakan

bahwa akad adalah perjanjian yang tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul

(penerimaan) antara bank dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban masig-

masing pihak sesuai dengan prinsip syari’ah.38

Maka dari defenisi yang tercantum di atas, penulis dapat membuat kesimpulan

bahwa perjanjian atau akad adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak yang

bertujuan untuk saling mengikatkan diri yang diwujudkan dalam ijab dan qabul yang

objeknya sesuai dengan syari’ah, dengan pengertian lain bahwa perjanjian tersebut

berlandaskan keridhoan atau kerelaan secara timbal balik dari kedua belah pihak

terhadap objek yang sesuai dengan prinsip syari’ah. Dengan demikian akad atau

perjanjian akan menimbulkan kewajiban prestasi pada satu pihak dan hak bagi pihak

lain atas prestasi tersebut.

37 Hasballah thaib, Op Cit,.hal .2. 38 Abdul Ghofur Ansory, Op Cit,. hal. 21.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 38: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

B. Unsur-Unsur Perjanjian (Akad) Dalam Hukum Islam

Merujuk kepada defenisi perjanjian atau akad di atas, dapat diketahui bahwa

untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi rukun dan syarat dari suatu perjanjian

atau akad tersebut. Dalam pandangan ulama fiqhiyah rukun adalah unsur yang mutlak

harus dipenuhi dalam sesuatu hal, peristiwa dan tindakan, sedangkan syarat adalah

unsur yang harus ada untuk semua hal, peristiwa dan tindakan yang dimaksud. Maka

rukun dalam perjanjian atau akad adalah ijab dan qabul sedangkan syarat yang harus

ada dalam rukun bisa menyangkut subjek atau objek dari suatu perjanjian dimaksud

39 dalam hal ini harus sesuai dengan syari’ah.

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam perjanjian atau akad adalah

sebagai berikut :

1. Pernyataan Untuk Mengikatkan Diri.

Ijab adalah suatu pernyataan kehendak oleh satu pihak (mujib) untuk melakukan

sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Qabul adalah pernyataan menerima atau

menyetujui kehendak mujib tersebut oleh pihak lainnya (qabil). Dengan demikian

ijab dan qabul harus ada dalam melaksanakan suatu perjanjian atau akad yaitu berupa

pernyataan dari pihak-pihak untuk mengikatkan diri terhadap perjanjian yang dibuat

tersebut.

Pernyataan untuk mengikatkan diri (sighot al-aqdu) menjadi sesuatu yang urgen

dalam rukun akad. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tujuan, jenis akad dan

sasaran yang dikehendaki oleh para pihak. Bagi ulama Hanafiyah rukun akad

39 Ibid,. hal. 22.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 39: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

sebenarnya hanya satu yaitu sighot al-aqdu (ijab dan qabul) sedangkan pihak-pihak

yang berakad dan objek akad dimasukkan kepada syarat-syarat akad, karena dalam

pandangan ulama Hanafiyah yang dikatakan rukun adalah sesuatu esensi yang berada

dalam akad itu sendiri sedangkan pihak-pihak yang berakad dan objek akad berada di

luar esensi akad.40

Pernyataan ijab dan qabul bisa berbentuk perkataan, tulisan, perbuatan dan

isyarat, maka akad dalam bentuk perkataan adalah berupa shigat atau ucapan. Hal ini

yang paling banyak digunakan sebab paling mudah digunakan dan cepat dipahami.

Tentu saja kedua belah pihak harus mengerti ucapan masing-masing serta

menunjukkan keridhaannya.41

Akad melalui tulisan dibolehkan baik bagi orang yang mampu berbicara atau

tidak dengan syarat tulisan tersebut harus jelas, tampak dan dapat dipahami oleh

kedua belah pihak, hal ini sesuai dengan kaedah yang dibuat oleh ulama yang

menyatakan sebagai berikut :

Tulisan itu sama dengan lisan.42

Persyaratan akad melalui perbuatan bisa dilakukan asal perbuatan tersebut

menunjukkan saling meridhoi. Dalam hal ini ulama Hanafiyah dan Hanabilah

menambahkan bolehnya perbuatan menjadi ijab dan qabul tersebut kepada perbuatan

terhadap barang-barang yang sudah diketahui secara umum oleh manusia.43

40 Hasballah Thaib, Op Cit,. hal. 4. 41 Rahmat Syafi’i, Op Cit,. hal.46. 42 Hasballah Thaib, Op Cit,. hal. 5. 43 Rahmat Syafi’i, Op Cit,. hal.49.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 40: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Kemudian akad bisa dilakukan melalui isyarat yang menunjukkan secara jelas

kehendak para pihak-pihak yang maksudkan oleh akad, misalnya isyarat yang

ditujukan oleh orang yang bisu yang tidak bisa tulis dan baca. Untuk hal ini ulama

fiqh membuat suatu kaedah sebagai berikut:

Isyarat yang jelas dari orang yang bisu sama dengan penjelasan dengan lisan.44

Maka dalam hal ini bila mana isyarat tersebut dikemukakan oleh orang yang

sudah jelas menjadi kebiasaan baginya dan isyarat itu menunjukkan apa yang

dikehendakinya untuk melakukan sesuatu akad maka posisi isyarat dalam disini sama

artinya dengan penjesan melalui lisan orang yang pandai untuk berbicara secara

langsung.45

Mengenai syarat-syarat ijab dan qabul para ulama fiqh menetapkan sebagai

berikut:

a. Ijab dan qabul harus jelas maksudnya sehingga dapat dipahami oleh pihak

yang melangsungkan akad atau perjanjian.

b. Antara ijab dab qabul harus sesuai.

c. Antara ijab dan qabul harus bersambung, berada di tempat yang sama, jika

kedua belah pihak hadir atau berada di tempat atau berada ditempat yang

sudah diketahui oleh keduanya.46

2. Pihak-Pihak Yang Berjanji (Berakad)

44 Hasballah Thaib, Op Cit,. hal. 7. 45 Ibid,.hal.7 46 Rahmat Syafi’i,. Op Cit,. hal 51.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 41: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Pihak yang berjanji atau berakad diharuskan sama-sama mempunyai kecakapan

hukum dalam tindakan hukum. Dalam istilah fiqhnya harus Mukallaf dengan arti lain

orang yang hendak melakukan perjanjian tersebut sudah dewasa menurut ketentuan

hukum yang berlaku. Kemudian diharuskan juga yang berakad itu sehat akalnya

artinya tidak sedang mengalami gangguan jiwa atau gila, maka pada tahap ini

kapasitas seseorang telah sempurna, sebab telah mampu untuk bersikap dan bertindak

demi keamanan dalam mengelola dan mnegontrol usaha bisnisnya dengan

bijaksana.47

Berhubungan dengan tindakan atau berbuat kebijakan manusia pada dasarnya

dibagi kepada tiga bentuk untuk berbuat kecapakapan atau melakukan perjanjian,

yaitu :

a. Manusia yang tidak bisa atau tidak dapat melakukan perjanjian atau akad apapun,

seperti orang yang cacat mental/jiwa, anak kecil yang belum mumaiz.

b. Manusia yang dapat melakukan akad tertentu, misalnya anak yang sudah muamaiz

tetapi belum baligh atau dewasa.

c. Manusia yang dapat melakukan seluruh perjanjian atau akad yaitu orang yang telah

memenuhi syarat menjadi mukallaf.48

Maka akad atau perjanjian yang dilaksanakan oleh orang gila dan anak kecil

yang belum mumaiz secara langsung hukumnya tidak sah, tetapi jika dilakukan oleh

orang tua mereka dari sifat akad yang bisa dilakukan oleh wali mereka yang

47 Gemala Dewi, dkk, Op Cit,. hal. 53 48 Ibid, hal 54

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 42: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

kemudian memberi manfaat bagi orang-orang yang diampunya dalam hal ini akad

tersebut hukumnya sah.49

3. Objek Perjanjian (Akad).

Objek akad atau perjanjian adalah sesuatu atau benda-benda yang dijadikan

akad dan dikenakan padanya akibat hukum yang di timbulkan. Bentuk objek akad

tersebut dapat berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud seumpama

manfaatnya.50

Untuk Objek akad harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Objek akad tersebut harus diakui oleh syara’, dengan ketentuan bahwa objeknya

harus :

1). Berbentuk harta

2). Dimiliki oleh seseorang

3). Bernilai harta menurut harta dalam Islam.51

b. Objek akad tersebut harus ada dan bisa diserahkan ketika berlangsungnya akad.52

Berdasarkan syarat yang dikemukakan di atas barang yang tidak ada ketika akad

berlangsung tidak sah dijadikan objek akad, kecuali menurut ulama Syafi’iyah dan

Hanafiyah dalam beberapa hal seperti upah-mengupah, menggarap tanah. Kemudian

terdapat juga pengecualian terhadap perjanjian atau akad–akad tertentu seperti akad

salam dan istisna. Maksud salam adalah pembelian barang yang diserahkan

49 Hasballah Thaib, Op C it,.hal.8. 50 Gemala Dewi , dkk, Op Cit,.hal. 60. 51 Hasballah Thaib, Op Cit,.hal.8 52 Ibid,.hal.9.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 43: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

dikemudian hari sementara pembayarannya dilakukan dimuka dengan kata lain jual

beli utang dari pihak penjual dan kontan dari pihak pembeli karena uangnya telah

dibayarkan ketika akad berlangsung.53

Istisna adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam

kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli untuk membuat

dilakukan di muka melalui cicilan atau ditangguhkan sampai waktu yang akan

datang.54

c. Objek akad diketahui oleh kedua belah pihak

Sesuatu benda yang dijadikan objek oleh kedua belah pihak harus memiliki

kejelasan dan diketahui oleh keduanya. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan

kesalah pahaman di antara para pihak sehingga melahirkan perselisihan. Jika objek

dalam perjanjian tersebut berupa benda maka bentuk, fungsi, dan keadaan, faedahnya

ada cacat pada benda objek akad dimaksud. Maka perjanjian tersebut harus

dibatalkan, sebab perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak senantiasa memiliki

tujuan yang jelas dan gamblang tanpa dirasuki oleh tipu daya dan kecurangan.

C. Jenis- Jenis Perjanjian Dalam Hukum Islam

Perjanjian atau akad dalam hukum Islam dibagi beberapa macam, yang setiap

macamnya tergantung dari sudut pandang mana ia dilihat, apabila dilihat dari segi

keabsahannya menurut syara’ akad atau perjanjian dibagi kepada dua macam yaitu:

53 Rahmat Syafi’i,. Op Cit,. hal 59. 54 Gemala Dewi, dkk.hal.112.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 44: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

1. Perjanjian atau akad yang sahih.

Perjanjian yang sahih adalah perjanjian yang telah memenuhi rukun dan syarat

sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syara’. oleh karena itu konsekuwensi yang

ditimbulkan akan mengikat para pihak yang berjanji atau yang berakad.55

Menurut ulama Hanafiyah akad atau perjanjian yang sahih dibagi kepada dua

macam, yakni sebagi berikut:

Pertama, akad yang nafiz, yaitu akad yang dilangsungkan dengan memenuhi

rukun dan syaratnya dan tidak ada penghalang untuk melaksanakannya atau dengan

kata lain akan yang sempurna untuk dilaksanakan.56

Kedua, akad yang muaquf, yaitu akad dilakukan oleh seseorang yang cakap

bertindak secara hukum tetapi ia tidak memiliki kekuasaan untuk melangsungkan dan

dan melaksanakan perjanjian/akad tersebut,57 hal ini dapat dicontohkan ketika si A

memberikan uang kepada si B sejumlah Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah) untuk

membeli seekor kelinci, dan ternyata setelah di kebun penjual kelinci, uang yang 2

juta tadi dapat membeli 4 ekor kelinci sehingga si B membeli 4 ekor dengan uang

tersebut. Keabsahan dari akad jual beli dengan 4 ekor kelinci ini sangat tergantung

kepada persetujuan si A. Sebab yang disuruh pertama kali si B hanya untuk membeli

1 ekor kelinci. Dari permasalahan jual beli ini dapat dianalisa, jika si A menyetujui

akad yang dilakukan oleh si B maka jual beli itu sah, tetapi jika tidak maka jual beli

tersebut menjadi batal.

55 Rahmat Syafi’i,. Op Cit,. hal 66 56 Hasballah Thaib, Op cit, hal 16 57 Ibid, hal 17

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 45: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

2. Akad yang tidak sahih

Akad yang tidak sahih atau tidak sah adalah akad/ perjanjian yang tidak

memenuhi unsur rukun dan unsur syarat, artinya akad ini tidak mempunyai dampak

hukum atau tidak sah. Menurut ulama Hanafiyah akad yang seperti ini tergolong

kepada akad yang batal dan fasid. Menurut beliau akad yang batal dan fasid bisa

dibedakan, yaitu kalau akad yang batal berarti akad ini tidak memenuhi rukun akad,

atau tidak ada barang yang diakadkan seumpama akad yang dilakukan oleh seorang

yang bukan ahli akad contoh akad orang yang gila, sedangkan akad yang fasid adalah

akad yang memenuhi persyaratan dan rukunya tetapi dilarang oleh syara’ seperti

halnya menjual barang yang tidak diketahui sehingga dapat menimbulkan persoalan

dibelakang hari.58

Selanjutnya akad atau perjanjian dilihat dari sisi mengikat atau tidak mengikat.

Yakni jika akad itu dilihat dari segi mengikat maka sudah mempunyai konsekuwensi

tidak boleh membatalkan akad hanya satu pihak, atau tanpa seizin pihak lain di dalam

melangsungkan akad ini. Ulama Fiqh membaginya kepada tiga macam, yaitu :

a. Akad yang mengikat dan tidak bisa dibatalkan sama sekali, seperti akad

perkawinan, dalam hal ini akad yang tidak boleh dibatalkan kecauali dengan

cara-cara yang telah ditentukan oleh syara’ untuk membatalkannnya,

seumpama melalui thalak dan khulu’.

58 Rahmat Syafi’i, Op Cit,. hal 67.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 46: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

b. Akad yang mengikat tetapi bisa dibatalkan atas kehendak kedua belah pihak,

seperti akad jual beli, sewa mnyewa atau al-muzara’ah (kerjasama dalam

bidang pertanian), maka dalam hal ini para pihak dibenarkan untuk melakukan

khiyar artinya ada hak para pihak untuk memilih apakah meneruskan akad

yang telah memenuhi rukun tersebut atau membatalkannya.

c. Akad yang hanya mengikat salah satu pihak seperti al rahn dan al kafalah.59

Apabila akad atau perjanjian tersebut dilihat dari segi bentuk tasharuf atau

aktivitas hukum, maka ia memilki dua keadaan umum yaitu:

1). Akad tanpa syarat yakni suatu akad yang diucapkan oleh seseorang tanpa memberi

batasan dengan suatu benda atau tanpa menetapkan suatu syarat akad, yang

seperti ini dihargai oleh syara’ sehingga menimbulkan dampak hukum. Contoh

ketika seseorang berkata “saya membeli rumahmu” lalu dikabulkan oleh yang

seorang lagi, maka dalam bentuk ini terwujudlah akad dan akibat hukumnya

adalah pembeli memiliki rumah dan penjual memiliki uang.

2). Akad bersyarat yaitu akad yang diucapkan oleh seseorang dan dikaitkan dengan

sesuatu, dengan kata lain apabila syarat atau yang dikaitkan itu tidak ada maka

akadnya pun tidak jadi, baik dikaitkan dengan wujud sesuatu tersebut atau

ditangguhkan pelaksanaannya. Contoh “saya jual mobil ini dengan harga Rp.

40.000.000,- jika disetujui oleh atasan saya”. Maka ketika atasannya telah setuju

dalam hal ini akad tersebut dianggap sah.

59 Hasaballah Thaib, Op Cit,.hal.17-18

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 47: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Untuk persoalan akad bersyarat ini ulama fiqhiyah membaginya lagi kepada tiga

macam, yaitu :

Pertama, Ta’liq syarat yaitu menautkan atau mengkaitkan hasil sesuatu urusan

dengan urusan yang lain60, artinya terjadinya akad tersebut tergantung kepada urusan

lain, maka jika urusan yang dikaitkan pertama tidak jadi maka akadpun tidak ada,

contoh; jika orang yang berutang kepadamu pergi jauh, saya menjamin utangnya.

Kedua, Taqyid syarat,yaitu syarat pada suatu akad atau aktifitas berakibat

hukum yang hanya berupa ucapan saja, sebab pada hakekatnya tidak ada atau tidak

mesti dilakukan, 61 seperti orang yang menjual lemari dengan syarat ongkos

pengangkutannya ditanggung oleh yang punya toko.

Ketiga, Syarat Ifadah, yaitu menyandarkan akad tersebut kepada sesuatu masa

yang akan datang,62 dapat dicontohkan perkataan seorang atasan “gaji mereka akan

ditambahkan pada awal tahun depan”.

Pada konsep hukum Islam suatu perjanjian atau akad akan dinilai berakhir

ketika perjanjian yang dibuat oleh para pihak telah berakhir, dalam hal ini ulama

fiqhiyah memandang bahwa perjanjian atau akad akan berakhir ketika, sebagai

berikut;

a) Telah berakhirnya masa akad, jika dalam perjanjian/akad tersebut memiliki

tenggang waktu.63

60 Rahmat Syafi’i, Op Cit,. hal 68 61 Ibid, hal.69. 62 Ibid, hal.70 63 Hasballah Thaib, Op Cit,. hal. 19.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 48: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Menurut kebiasaannya dalam sautu perjanjian telah disebutkan atau ditentukan

saat, kapan suatu perjanjian akan berakhir, sehingga dengan berjalannya waktu yang

dilalui maka secara otomatis pula perjanjian atau akad yang dilakukan tersebut

berakhir, kecuali dikemudian hari telah ditentukan oleh para pihak untuk

melanjutkannya kembali.

b). Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad tersebut tidak mengikat.

c). Dalam akad yang bersifat mengikat, yaitu suatu akad bisa dianggap berakhir jika:

(1). Akad Jual beli itu fasid, hal ini bisa disebabkan ada unsur kecurangan atau

salah satu rukun dan syaratnya tidak terpenuhi.

(2). Berlakunya syarat khiyar aib, yaitu adanya hak untuk membatalkan perjanjian

karena sesudah perjanjian tersebut terdapat pada objek akad seuatu yang

cacat, atau khiyar rukyah, yaitu adanya hak untuk memilih bagi pembeli untuk

berlangsunganya atau membatalkannya jual beli terhadap objek yang belum ia

lihat ketika akad berlangsung.64

(3). Akad tersebut tidak dilaksanakan oleh satu satu pihak

(4). Telah tercapainya tujuan akad tersebut secara sempurna.

d). Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia.

D. Pengaturan Perjanjian Mudharabah Dalam Hukum Islam

Al-Qur’an dan Al-Hadist merupakan dasar hukum dari setiap perbuatan

manusia dimuka bumi ini, termasuk di dalamnya mengatur tentang kegiatan

64 Ibid,.hal. 34 .

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 49: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

muamalah dan perjanjian mudharabah atau bagi hasil mudharabah dalam istilah lain

dengan akad trust financing, trust investment.

Untuk perjanjian bagi hasil mudharabah telah dikenal oleh ummat Islam sejak

jaman Nabi Muhammad S.A.W. sewaktu beliau berperofesi sebagai pedagang, beliau

telah telah melakukan perjanjian atau akad mudharabah dengan Siti Khadijah yang

kemudian hari menjadi istri beliau yang pertama.

Dalam perakteknya perjanjian mudharabah antara khadijah dengan Nabi

Muhammad S.A.W. saat itu khadijah telah mempercayakan barang dagangannya

untuk dijual oleh Nabi keluar negeri,65 dari sejarah tersebut dapat dipahami bahwa

khadijah adalah pemilik modal 100 % dan Nabi berperan sebagai pelaksana usaha

(mudharib) yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, maka bisa disimpulkan

bahwa perjanjian atau akad mudharabah merupakan persetujuan perkongsian antara

harta dari salah satu pihak dengan kerja atau pengelola usaha dari pihak lain.

Melalui kitab suci Al-Qur’an ummat Islam dianjurkan untuk mencari harta di

seluruh penjuru bumi dengan cara yang benar dan halal, sebagaimana dinyatakan

dalam surah Al-muzammil ayat 20 yang artinya sebagai berikut:

Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebahagian karunia Allah

SWT.66

Pada surah Jum’ah ayat 10 juga dinyatakan sebagai berikut :

65 Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:Raja Grafindo

Persada, 2004), hal.123. 66 Departeman Agama, Op Cit,hal.1295.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 50: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi ini dan

carilah karunia Allah SWT.67

Serta dalam surah Al-Baqarah ayat 198 disebutkan:

Tidak ada dosa bagi kamu untuk mencari (rezeki hasil perniagaan) Tuhanmu.68

Di antara sunnah Nabi yang berkaitan dengan perjanjian mudharabah adalah

hadist yang diriwayatkan oleh Ibn Majah bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda :

Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli yang ditangguhkan,

melakukan muqharadah (nama lain dari Mudharabah), mencampurkan gandum

dengan tepung untuk keperluan keluarga atau rumah tangga bukan untuk dijual.69

Dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas, sebagai berikut :

Bahwasanya Sayyidina Abbas jikalau memberikan dana kemitra usahanya

secara mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi

lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak yang berparu-

paru basah, jika menyalahi peraturan tersebut yang bersangkutan bertanggung

jawab atas dana tersebut, disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada

Rasulullah S.A.W dan Rasulullah pun membolehkannya.70

Kemudian perjanjian pembiayaan mudharabah juga di dasari dari keputusan

MUI melalui Fatwa Dewan Syari’ah No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan

mudharabah. Di jadikan fatwa MUI ini sebagai satu satu landasan dalam pembiayaan

67 Ibid,.hal 1283. 68 Ibid,.hal 42. 69 Antonio, Muhammad Syafi’I, Op Cit, hal 75 70 Ibid,.hal 74.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 51: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

mudharabah adalah di sebabkan sebuah hadist Nabi Muhammad S.AW yang artinya

sebagai berikut :

Ulama itu adalah pewaris para nabi-nabi.71

Maka untuk lebih memperjelas alas pijak tentang pembiayaan mudharabah di

perbankan syari’ah sebagai tuntutan dari para pihak debitur yang menginginkan dana

tanpa bunga, di sahkanlah Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan

yang di dalamnya menjelaskan tentang pembiayaan mudharabah.72

Dalam konsep perjanjian mudharabah dalam fiqh muamalah, ulama berbeda

pendapat tentang rukun dari mudharabah tersebut, pada pandangan ulama Hanafiyah

bahwa rukun perjanjian mudharabah tersebut hanya ijab dan qabul saja, sedangkan

menurut Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah itu adalah sebagai

berikut:

1.Orang yang berjanji (berakad), yaitu shahibul mall (pemilik modal) dan Mudharib

(pengelola usaha).

2. Modal (mall).

3. Shighat.73

Bagi ulama Syafi’iyah selain tiga hal yang diatas, menambah rukun

mudharabah tersebut jadi lima hal yaitu:

a. Orang yang berjanji (berakad), yaitu shahibul mall (pemilik modal) dan

Mudharib (pengelola usaha).

71 Ibid., hal.3. 72 Lihat Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 angka 13. 73 Rahmat Syafi’i,. Op Cit,. hal 226

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 52: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

b. Modal (mall)

c. Shighat.

d. kerja atau usaha

e. keuntungan atau laba.74

Menurut Hasballah Thaib, selain rukun juga harus memenuhi syarat dalam

suatu perjanjian mudharabah yaitu:

1). Bahwa orang yang terkait dalam akad adalah telah cakap bertindak hukum.

2). Syarat modal yang digunakan harus :

a). Berbentuk uang (bentuk Barang).

b). Jelas Jumlahnya.

c). Tunai (bukan berbentuk utang).

d). Langsung diserahkan kepada mudharib.

3). Pembagian keuntungan harus jelas dan besarnya sesuai dengn nisbah yang telah

disepakati.75

74 Ibid,.hal 227. 75 Hasballah Thaib,.Op Cit, hal. 116.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 53: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

BAB III PEMBIAYAAN BAGI HASIL MUDHARABAH

DALAM BANK SYARI’AH

A. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan dalam Islam bukan merupakan penemuan dari gerakan politik para

ekstrimis Islam abad ini, tetapi merupakan gerakan dari perintah dalam Al-Qur’an

dan ucapan dari Nabi Muhammad S.A.W, jadi hukum Islam berasal dari teks yang

terungkap dari sebuah norma yang saling berhubungan yang melarang kegiatan

pengambilan keuntungan (intrest making) dan kegiatan spekulatif yang tidak

pantas.76

Mudharabah berasal dari kata dharb, yang artinya memukul atau berjalan,

pengertian memukul atau berjalan lebih tepatnya adalah proses seseorang

memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. 77

Sedangkan mudharabah secara umum yang terdapat dalam kitab fiqhiyah dan

perbankan syariah yaitu sistem pendanaan operasional realitas bisnis, 78dimana baik

sebagai pemilik modal biasanya disebut shahibul mall dengan menyediakan modal

100 % kepada pengusaha sebagai pengelola disebut sebagai mudharib untuk

melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan

dibagi di antara mereka sesuai dengan kesepakatan yang disebutkan dalam akad

76 Bismar Nasution, Hukum dan Ekonom, makalah disampaikan pada Seminar Nasional

dengan tema ‘Signifikansi Hukum Islam Dalam Merespon Issu-issu Global”, di Pascasarjana IAIN SU Medan, tanggal 19 juni 2004. hal 11.

77 Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah dari Teori Ke Praktek,Op Cit,.hal 65 78 Ibid, hal.114.

38 Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 54: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

mereka.79 dan jika ada mengalami kerugian setelah adanya pengelolaan usaha oleh

mudharib bukan karena kelalaian yang disengaja atau terjadi kerugian di luar kontrol

enterpreneur maka investor akan menanggung seluruh kerugian tersebut, karena

kegiatan investasi ini lazim di lakukan oleh investment banking bukan kegiatan yang

dilakukan commercial banking.80

Dengan demikian pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan

lembaga keuangan syari’ah kepada pihak lain untuk usaha yang produktif.81 Dalam

kegiatan penyaluran dana oleh bank syari’ah melakukan investasi dan pembiayaan,

disebut investasi karena prinsip yang digunakan adalah prinsip penanaman dana atau

penyertaan dan keuntungan yang diperoleh bergantung kinerja enterpreuner dan

usaha yang menjadi objek penyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil yang

telah disepakati sebelumnya. Selanjutnya disebut pembiayaan karena bank syari’ah

menyediakan dana guna membiayai kebutuhan debitur atau mudharib yang

membutuhkan dan layak untuk memperoleh pembiayaan tersebut. Maka mekanisme

daripada pembiayaan mudharabah pada dasarnya terletak pada kerja sama yang baik

antara bank syari’ah dan mudharib.

Dengan demikian pembiayaan mudharabah yang disalurkan oleh bank syari’ah

kepada debitur, terutama pengusaha kecil diharapkan akan mampu meningkatkan dan

membesarkan usaha mereka sehingga manfaat yang diperoleh dari pembiayaan

79 Ascaya Diana Yunita, Bank Syari’ah: Gambaran Umum (Jakarta: PPSK BI,2005), hal.21. 80 Zulkarnain Sitompul, Kemungkinan penerapan Universal Banking Syari’ah Di Indonesia,

Kajian Dari perspektip Bank Syari’ah, Jurnal Hukum Bisnis. Vol.20, Agustus-September 2002. hal.4 81 Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, Op Cit, hal. 40.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 55: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

mudharabah dapat dirasakan oleh kedua belah pihak,baik pihak bank syari’ah

maupun para pengusaha tersebut.

Tugas pokok bank syari’ah sebagaiman pada umumnya memberikan fasilitas

atau intermediary dengan menumpulkan dana dari uang masyarakat dan memberikan

pembiayaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan, maka

sistem pembiayaan pada bank syari’ah merupakan suatu kerangka dari prosedur-

prosedur yang berhubungan dengan proses penyediaan uang berdasarkan kesapakatan

atau persetetujuan dari kedua belah pihak.

Pada bank BNI Syari’ah Medan menerapkan system pembiayaan mudharabah

terhadap usaha-usaha yang dianggap akan memberikan keuntungan, baik terhadap

bank maupun kepada pengusahanya. Untuk itu bank BNI Syari’ah Medan lebih

cenderung memberikan pembiayaan mudharabah yang tujuan usahanya sebagai

berikut :

1. Usaha konstruksi atau Proyek

2. Usaha Produksi

3. Usaha Perumahan (real estate)

4. Usaha Distributor barang/jasa

Tetapi secara umum pembiayaan dalam bank syari’ah menurut sifat

pengguanaannya dibagi kepada dua bagian sebagai berikut :

a. Pembiayaan Produktif

Pembiayaan produktif merupakan pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu, untuk peningkatan usaha, baik usaha

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 56: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

produksi, perdagangan maupun investasi.82 Dan menurut keperluannya pembiayaan

produktif ini dibagai menjadi dua hal yaitu :

1). Pembiyaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan sebagai

berikut :

a). Peningkatan produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

b). Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan Utility of place dari suatu

barang.

Pembiayaan modal kerja yang dilaksanakan oleh bank syari’ah dalam rangka

memenuhi kebutuhan modal kerja nasabah bukan dengan meminjamkan uang tunai,

tetapi dengan menjamin hubungan partnership dengan nasabah.83 Bank bertindak

sebagai penyandang dana sedangkan pengusaha sebagai pengelola. Hal ini dapat

disebut dengan sistem pembiayaan mudharabah atau dalam istilahnya trust financing.

Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasilnya

secara periodik dengan nisbah wajar yang disepakati dalam akad. Setelah jatuh tempo

nasabah debitur mengembalikan sejumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil yang

belum dibagikan.

2). Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-

barang modal serta fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan hal tersebut.

Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah debitur untuk keperluan

investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi

82 Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah dari Teori Ke Praktek,Op Cit,.hal 160. 83 Ibid,. hal 162.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 57: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

perluasan usaha, yang pada umumnya pembiayaan ini diberikan dalam jumlah besar

dan pengendapan dana ini agak cukup lama. Dengan demikian perlu disusun proyeksi

arus kas (projectedcas flow) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan

sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban

terpenuhi. Setelah itu baru disusun jadwal amortisasi yang merupakan angsuran

pembiayaan.

b Pembiayaan komsumtif.

Pembiayaan komsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi

kebutuhan komsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut,

bank syari’ah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk memenuhi kebutuhan

barang-barang komsumsi dengan cara sebagi berikut :

1). Al bai’ bitsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) yaitu suatu perjanjian

pembiayaan yang disepakati antara bank dengan nasabah, dimana bank

menyediakan dananya untuk pembelian barang modal dan usaha anggotanya

yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran.

2). Al ijarah al munthia bit tamlik (sewa beli).

3). Al musyarakah mutanaqishah (decreasing participation), yaitu dimana dalam hal

pembiayaan ini bank secara bertahap menurunkan jumlah partisipasinya.

4). Ar rahn, yaitu pihak bank menahan salah satu harta milik si mudharib sebagai

jaminan atas pinjaman yang diterimanya.84

84 Ibid,.hal 168.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 58: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Kegiatan pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan oleh bank syari’ah pada

subtansinya dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang Islami.

Dalam proses pembiayaan yang dimohonkan oleh debitur akan diteruskan pihak

bank. Jika bank syari’ah tersebut sudah merasa yakin bahwa debitur yang akan

menerima pembiayaan ini akan mampu dan mau mengembalikan dana yang telah

diterimanya. Hal tersebut dapat dilihat dari faktor kemampuan dan kemauan dari

debitur. Dari kemampuan dan kemauan tersebut akan tersimpul unsur keamanan

(safety) dan sekaligus unsur keuntungan (profitability) dari suatu pembiayaan, dan

kedua unsur ini saling terkait satu sama lain.

Keamanan atau safety mencerminkan bahwa prestasi yang diberikan dalam

bentuk uang , barang akan terjamin dalam pengembaliannya, sehingga keuntungan

atau profilability akan menjadi kenyataan seperti yang diharapakn karena pada

dasarnya profitability merupakan tujuan dari pembiayaan tersebut.

Berdasarkan dari kepentingan dan tujuan pembiayaan pihak bank syari’ah harus

memperhatikan unsur-unsur yang meliputi, sebagai berikut :

a). Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank syari’ah bahwa prestasi

yang akan diberikan oleh debitur, baik dalam bentuk uang atau barang akan

benar-benar diterimanya kembali dalam waktu yang telah ditentukan oleh kedua

pihak yang terkait.

Tuntutan untuk saling percaya dalam pembiayaan mudharabah begitu urgen dan

penting, sebab dalam pembiayaan ini pihak bank mempunyai resiko yang sangat

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 59: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

tinggi dan juga berpotensi dalam menghadapi permasalahan assymmetric information

atau dalam istilah lain moral hazard.

Dengan demikian pihak bank syari’ah tidak dapat begitu saja menyalurkan dana

kepada mudharib, tanpa terlebih dahulu menyakini mudharib tersebut amanah dan

mampu untuk mengembalikan dana yang dipinjam dan memenuhi makna

keuntungan.85 Hal ini dilakukan untuk melindungi diri bank syari’ah dari kerugian

karena dana yang disalurkan oleh pihak bank tersebut juga amanah dari uang

masyarakat yang terhimpun di dalam bank itu sendiri.

b). Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra

prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang, dalam hal waktu ini

terkandung pengertian bahwa nilai agio dari uang pada saat sekarang akan lebih

tinggi nilainya dari pada uang yang diterimanya pada masa yang akan datang.

c). Degree risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari

adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan

kontraprestasi yang akan diterimanya di kemudian hari, semakin lama

pembiayaan yang diberikan akan semakin tinggi pula tuntutan resiko yang akan

muncul, maka masih selalu unsur ketidak tentuan yang tidak dapat

diperhitungkan, inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko, dengan unsur

ini jugalah yang menimbulkan adanya jaminan dalam pembiayaan

mudharabah.86

85 Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,Op Cit,.hal 214. 86 Ibid, hal 210

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 60: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

B. Jenis-Jenis Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syariah

Secara umum pembiyaan mudharabah dibagi kepada dua jenis, yaitu :

1. Pembiayaan mudharabah mutlhaqah (General investment)

Pembiayaan secara mudharabah muthlaqah adalah suatu pembiayaan dalam

bentuk kerja sama antara shahibul mall dalam hal ini bank sayri’ah dengan mudharib

atau debitur yang cakupannya amat luas dan tidak dibatasi oleh spesikasi jenis usaha,

waktu dan daerah bisnis, kalau dalam pemabahasan ulama fiqh salafussaleh

seringkali menyebutnya dengan contoh “if al ma syi’ta” artinya lakukan sesukamu.87

Pada pembiayaan mudharabah mutlaqah ini pihak bank syari’ah tidak

menentukan bentuk usaha, waktu dan daerah bisnis mudhribnya. Hal ini diserahkan

sepenuhya kepada pelaku usaha untuk menjalankan bisnisnya sehingga boleh

dikatakan dana yang diberikan oleh bank syari’ah tersebut dapat dikelola oleh si

mudharib tanpa campur tangan pihak bank. Maka jenis usaha yang akan dijalankan

secara mutlak diputuskan oleh mudharib yang dianggap sesuai, sehingga tidak terikat

dan terbatas, tetapi ada satu hal yang tidak boleh dilakukan mudharib tanpa seijin

bank syari’ah debitur atau mudharib tidak boleh meminjamkan modalnya atan

memudharabahkannya lagi kepada pihak lain.88

2. Pembiayaan mudharabah muqayyadah

Pembiayaan mudharbah muqayyadah disebut juga dengan istilah retrected

mudharabah/specifed mudharbah, yaitu kebalikan dari pembiayaan mudharabah

87 Antonio, Muhammad Syafi’I,Bank Syari’ah Wacana Ulama Dan Cendekiawan, (Jakarta:

Tazkia Islami dan BI,1999), hal.173. 88 Ascary, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: PT.Raja Grafindo,2007), hal.65.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 61: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

mutlaqah, dalam pembiayaan ini si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha,

waktu, tempat usaha. 89Adanya pembatasan ini sering kali mencerminkan

kecenderungan shahibul mall dalam memasuki dunia usaha mudharib.

Untuk jenis pembiayaan mudharabah muqayyadah ini pihak bank syari’ah dapat

memberikan batasan-batasan yang sudah baku kepada debitur, namun di dalam bank

BNI Syari’ah Medan, pembiayaan Mudharabah muqayyadah ini tidak ada

dilaksanakan. Sesuai dengan wawancara dengan bapak Ahadduddin bagian

Pemasaran di Bank BNI Syari’ah Medan pembiayaan yang jenis kedua ini tidak ada

di sebabkan rata-rata yang mengajukan pembiayaan mudharabah adalah usaha untuk

proyek dan kontruksi dan berada di luar kota Medan.

C. Kriteria Penerima Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syari’ah

Berdasarkan prinsip mudharabah bank syari’ah harus melakukan pengawasan

yang ketat terhadap penggunaan dana tersebut, sehingga langkah-langkah dalam

proses penyaluran pembiayaan mudharabah ini sesuai dengan karakter dan standart

dalam penyaluran dana.

Sebelum memberikan pembiayaan pihak bank syari’ah melakukan penilaian

terlebih dahulu terhadap calon mudharib atau debitur yang mengajukan permohonan

pembiayaan. Hal ini dilakukan agar pembiayaan yang diberikan selalu memperhaikan

dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

89 Antonio, Muhammad Syafi’I,Bank Syari’ah Wacana Ulama Dan Cendekiawan,.hal 173.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 62: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

1. Keamanan pembiayaan (safety) yaitu harus benar diyakini bahwa pembiayaan

tersebut dapat dilunasi kembali.

2. Terarahnya tujuan pembiayaan, yaitu bahwa pembiayaan akan digunakan untuk

tujuan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat atau sekurang-kurangnya

tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

3. Menguntungkan, baik untuk bank sendiri maupun kepada mudahrib atau debitur

dengan semakin berkembangnya usaha merek.90

Awal dari proses pemberian pembiayaan pada bank adalah ketika para calon

debitur telah mengajukan terlebih dahulu permohonan pembiayaan kepada bank

syari’ah tersebut. Pada priinsipnya permohonan pembiayaan ini berfungsi sebagai

bukti adanya permohonan dari peorangan atau badan usaha kepada bank dengan

catatan bahwa permohonan tersebut menyertakan lampiran-lampiran sebagi informasi

dalam evaluasi dari pemberian pembiayaan.

Langkah-langkah yang diambil oleh bank syari’ah dalam pembiayaan pada saat

calon debitur menyampaikan atau mengajukan usul permohonan pinjamannya, adalah

sebagai berikut:

a. Tahap Permohonan Pembiayaan

Seperti pada kebiasaannya setiap orang atau badan usaha yang memerlukan

pinjaman atau pembiayaan dari bank syari’ah harus mengajukan suatu permohonan

pembiayaan kepada bank, pengajuan permohonan ini dapat ditempuh dengan

berbagai cara, yaitu :

90 Ascary, Akad dan Produk Bank Syari’ah,Op Cit, hal 69

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 63: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

1). Menulis surat permohonan

2). Mengisi daftar isian pertanyaan yang disediakan oleh pihak bank syari’ah.

3). Menulis surat terlebih dahulu, lalu disusul dengan mengisi pernyataan.91

Pada surat permohonan pembiayaan tersebut harus mencantumkan alasan

mengajukan permohonan pembiayaan, jumlah dana yang diperlukan, kesanggupan

untuk membayar kembali pinjamannya sesuai dengan rencana yang ditetapkan,

jaminan yang disediakan dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

Surat permohonan tersebut akan dicatat dalam buku register permohonan

pembiayaan di bagian sekretariat kemudian diteruskan kepada direksi bank syari’ah

yang selanjutnya diperoses oleh para analisis.

Pada tahap ini bank syari’ah akan memeriksa kelengkapan berkas permohonan

pembiayaan yang diajukan oleh debitur sesuai dengan kebutuhan analisis yang

diperlukan. Yang tidak kalah pentingya adalah meneliti keabsahan surat permohonan

pembiayaan, apakah telah ditanda tangani oleh pengurus atau yang berwenang sesuai

dengan akte pendirian perusahaan. 92

b. Tahap Penelitian Berkas Investigasi Pembiayaan.

Selain melakukan penelitian terhadap kelengkapan berkas permohonan

pembiayaan yang diajukan akan dilakukan juga peninjauan ke lapangan (on the spot)

untuk memeriksa kebenaranya seperti lokasi kantor, lokasi usaha akan diperiksa

91 Rahmat Syafi’i,. Op Cit,. hal 68 92 Sunarto Zulkifli, Panduan Transaksi Perbankan Syari’ah,(Jakarta:Zikrul hakim, 2003) hal.

144

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 64: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

kebenarannya yang meliputi posisi lokasi apakah di tempat yang strategis,

berorientasi konsumen atau berorientasi bahan baku.93

Juga pada waktu melaksanakan peninjauan lapangan, dilakukan pengecekan

kebenaran atas data-data laporan yang telah disampaikan baik data-data non

keuangan seperti data lokasi bangunan. Data jumlah pegawai dan fasilitas-fasilitas

lainnya serta data keuangan yang meliputi rincian dari komponen-komponen aktiva

lancar, aktiva tetap dan sebagainya.

c. Analisis Pembiayaan

Sesuai dengan wawancara yang diperoleh dari bank BNI Syari’ah Medan. Pihak

bank BNI Syari’ah Medan dalam menetapkan kriteria pertama yang harus dipenuhi

oleh penerima pembiayaan mudharabah adalah

1). Orang atau badan usaha harus Amanah

Maksud amanah disini yaitu, bahwa orang atau badan usaha calon debitur

tersebut dapat dipercaya atau diyakini mampu dalam mengelola dana yang di berikan

dengan benar dan diharapkan akan memberikan keuntungan.94

Dalam ajaran Islam amanah merupakan cerminan kepribadian seorang muslim

sejati, baik ketika berusaha maupun dalam janji yang telah dibuat. Dengan adanya

sifat amanah dalam diri debitur akan membuat investor yaitu bank BNI Syari’ah

Medan merasa aman dan tidak khawatir ketika memberikan pembiayaan mudharabah.

Dalam ilmu Psikologi di kenal teori bahwa manusia beraksi terhadap apa yang

93 Ibid, hal 143 94 Wawancara dengan Kabid.Pemasaran Bank BNI Syari’ah (Bapak Ahaddudin) Medan, pada

hari senin tanggal 16 juni 2008

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 65: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

dipercayainya sebagai suatu kenyataan dan terhadap kenyataan itu sendiri.95 Dengan

pengertian lain amanah atau kepercayaan yang di jaga debitur dengan baik akan

memberikan keuntungan dan melahirkan peluang usaha yang lebih besar lagi.

Namun pada satu sisi sangat sulit untuk menentukan amanah atau tidaknya

calon debitur tersebut sebagaimana yang dikriteriakan bank BNI syari’ah Medan

sebab amanah itu tidak bisa diukur dengan bagus dan aktifnya pelaporan yang

diberikan debitur.96

2). Telah menjadi nasabah di bank BNI Syari’ah Medan minimal satu (1) tahun.

Dalam hal ini pihak bank BNI Syari’ah Medan menganalisa calon debitur

melalui perputaran nilai keuangannya selama satu tahun tersebut, apakah calon

debitur tadi layak atau tidak menerima pembaiayaan mudharabah. Maka dengan

syarat kedua ini pula pihak bank BNI Syari’ah Medan bisa menyakini calon debitur

mampu atau tidaknya dalam mengelola dana yang akan diberikan.97

Namun dalam melaksanakan analisis terhadap permohonan pembiayaan yang

diajukan kepadanya, bank syari’ah setidaknya harus memuat analisis 5 C yang

merupakan standarisasi meninimal yang lazim dipergunakan di kalangan perbankan,

cakupan analisis 5 C tersebut adalah :

95 Bismar Nasution, Pengembangan Ekonom Islam Dan Kualitas Hukum Konvensional,

makalah disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema ‘Signifikansi Hukum Islam Dalam Merespon Issu-issu Global”, di Pascasarjana IAIN SU Medan, tanggal 19 juni 2004. hal 2.

96 Wawancara dengan Kabid.Pemasaran Bank BNI Syari’ah (Bapak Ahaddudin) Medan, pada hari senin tanggal 16 juni 2008

97 Ibid, wawancara di bank BNI pada tanggal 16 juni 2008

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 66: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

a). Character

Pada tahap ini dilakukan untuk menilai moral, waktu atau sifat-sifat yang

positif, kooperatif, kejujuran dan rasa tanggungjawab dalam kehidupan pribadi

sebagai anggota masyarakat dan dalam melaksanakan kegiatan usahanya.98

Penilaian ini dilakukan dengan cara meneliti daftar riwayat hidup, reputasi di

lingkungan usaha, informasi antar bank, informasi pada asosiasi usaha yang

bersangkutan dalam masyarakt baik yang sifatnya positif maupun negatif.

b). Capacity

Suatu penilian yang sifatnya subjektif tentang kemampuan usaha perorangan

atau badan usaha untuk melunasi hutang dan kewajiban lainnya tepat pada

waktunya, sesuai dengan perjanjian dan hasil usaha yang diperoleh.99 Dalam

penilaian ini didasarkan atas kemampuan debitur pada masa sebelumnya,

kemampuan berproduksi, keuangan dan manajemen termasuk juga penilaian

kemampuan riil debitur di lapangan, pabrik, toko dan lain-lainnya.

c). Capital

Penilaian atas kemampuan keuangan debitur, jumlah dan atau modal yang

dimiliki oleh calon debitur dalam artian kemampuan untuk menyertakan dana

sendiri atau modal sendiri.100 Hal tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis

laporan keuangan, akta pendirian dan akta perubahan, sedangkan untuk usaha

98 Sunarto Zulkifli,Op Cit, hal 145. 99 Ibid, hal. 146. 100 Ibid, hal 146.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 67: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

perorangan dapat diketahui dengan jalan mengurangi total harta dengan total

hutangnya kepada pihak ketiga.

d). Collateral

Collateral adalah jaminan atau kemampuan debitur untuk menyerahkan barang

jaminan sehubungan dengan fasilitas pembiayaan yang akan diberikan.101 Di

dalam Keputusan Dewan Syari’ah Nasional No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Pembiayaan Mudharabah memang tidak dinyatakan shahibul mall dalam hal ini

bank syari’ah untuk meminta jaminan kepada pihak debitur, akan tetapi

biasanya bank syari’ah akan meminta jaminan demi keamanan dalam

pembiayaan yang diberikan dengan prinsif kehatian-hatian

Kemudian di dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syari’ah Pasal 1 angka 26 menyebutkan bahwa agunan adalah janiman

tambahan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang

diserahkan oleh pemilik agunan kepada bank syari’ah dan atau unit usaha

syari’ah guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah yang difasilitasi.102

e). Condition of Economi

Pada tahap ini bank dapat menganalisis kondisi ekonomi makro yang meliputi

kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain pada suatu saat tertentu

atau periode tertentu termasuk peraturan pemerintah setempat.103

101 Ibid, hal. 147 102 Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah 103 Sunarto Zulkifli,Op Cit, hal 146

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 68: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Dalam perkembangannya para analisis juga menambahkan unsur-unsur yang

keenam yaitu “Constraint” yaitu analisis terhadap keterbatasan atau hambatan yang

tidak memungkinkan seseorang melakukan usaha di satu tempat.

Selain unsur di atas dalam pemberian pembiayaan ini memerlukan analisis

risiko pembiyaan mudharabah yang terdiri dari:

(1). Risiko Pembiayaan

Risiko pembiayaan adalah risiko yang di sebabkan oleh adanya kegagalan

counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Pada umunya resiko pembiayaan ini

mencakup kepada risiko produk.

Untuk penilian risiko pembiayaan ini mencakup tentang risiko binsis yang

dibiayai yakni risiko yang terjadi pada karakteristik masing-masing jenis usaha

debitur dan kinerja keuangan jenis usaha debitur, risiko berkurangnya nilai

pembiayaan yaitu risiko yang dipengaruhi oleh penurunan yang drastis dari tingkat

penjualan, harga jual barang/jasa dari bisnis debitur dan risiko karakter buruk

mudharib yaitu risiko pembiayaan yang dipengaruhi oleh kelalaian, pelanggaran

debitur dalam menjalankan bisnis yang dibiayai serta pengelolaan perusahaan yang

tidak professional sesuai standart pengelolaan yang di sepakati antara bank dan

debitur.104

104 Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,Op Cit,.hal 266.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 69: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

(2). Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko kerugian yang terjadi pada portfolio yang dimiliki

oleh bank akibat adanya pergerakan variable pasar berupa suku bungan dan nilai

tukar.105

Untuk risiko pasar ini mencakup kepada tiga hal yaitu:

Pertama, risiko tingkat suku bunga merupakan risiko yang timbul sebagai akibat

dari fkluaktasi tingkat bunga. Meskipun pada bank syari’ah tidak mengenal bunga

untuk pembiayaan tetapi bank syari’ah tidak akan dapat terlepas dari risiko ini sebab

pasar yang dijangkau oleh bank syari’ah tidak hanya nasabah-nasabah yang loyal

sepenuhnya terhadap syari’ah.

Kedua, risiko pertukaran mata uang adalah suatu konsekuensi sehubungan

dengan pergerakan atau fluktuasi nilai tukar terhadap rugi laba bank. Walaupun pada

aktivitas syari’ah tidak terpengaruh oleh kurs secara langsung karean ada syarata

tidak boleh melakukan transaksi yang bersifat spekulasi tetapi bank syari’ah tidak

dapat terlepas dari adanya posisi dalam valuta asing.

Ketiga risiko harga yaitu kemungkinan kerugian akibat perubahan harga

instrumen keuangan, resiko ini terjadi terkait risiko harga barang yang naik turun

akibat dari minat nasabah debitur dalam menjalankan bisnis.

(3). Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan antara lain oleh ketidak

mampuan bank untuk memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo.106 Sebagaimana

105 Ibid. hal. 272

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 70: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

pada bank-bank umum lainnya bank syari’ah juga menghadapi risiko likuiditas

seperti turunya kepercayaan nasabah terhadap sistem dan pada bank syari’ah itu

sendiri., ketergantungan kepada kelompok deposan, mismatching antara dana jangka

pendek dan dan jangka panjang, bagi hasil antar bank kurang menarik.

(4). Risiko Operasional

Resioko operasional adalah risiko yang disebabkan antara lain karean ketidak

cukupan atau ketidak berfungsinya proses internal, kegagalan sistem atau adanya

problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.107

(5). Risiko Reputasi

Reisiko reputasi ini terjadi antara lain akibat dari adanya publikasi negatif yang

terkait dengan kegiatan bank atau adanya persepsi negatif yang terkait dengan

kegiatan calon debitur.108

Hal-hal yang mempengaruhi terhadap reputasi tersebut antara lain masalah

manajmen debitur, pemegang sahamnya, pelayanan, penerapan prinsip syari’ah dan

publikasi. Sedangkan alasan turunya reputasi debitur tersebut bisa terjadi karena

kesalahan manjemen, melanggar peraturan, melanggar fatwa DSN, pernah terlibat

skandal keuangan, integritas yang diragukan dan performance keuangan yang kurang

baik.

106 Ibid. hal. 274 107 Ibid. hal. 275 108 Ibid. hal. 275

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 71: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

(6). Risiko Kepatuhan

Resiko kepatuhan merupakan resiko yang disebabkan oleh ketidak patuhannya

terhadap ketentuan-ketantuan yang ada, seperti ketentuan batas maksimum

pembiayaan, ketentuan dalam pemberian pembiayaan, ketentuan perpajakan,

ketentuan dalam akad dan ketentuan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional.109

(7). Risiko Startegik

Risiko strategik adalah risiko yang disebabkan antara lain karena adanya

penetapan dan pelaksanaan strategi yang tidak baik dan tidak tepat, pengambilan

keputusan bisnis yang tidak tepat atau tidak mematuhi/melaksanakan perubahan

perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Maka indikasi dalam risiko ini

dapat dilihat dari kegagalan dalam mencapai target bisnis yang telah ditetapkan baik

target keuangan maupun non keuangan.

(8). Risiko Hukum

Risiko hukum merupakan risiko yang disebabkan karena adanya kelemahan

aspek yuridis, seperti adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-

undangan yang mendukung atau lemahnya perjanjian dengan tidak terpenuhinya

syarat keabsahan suatu akad atau pengikatan agunan yang tidak sempurna.110

Setelah melewati semua tahap analisis tersebut maka pihak bank dapat

mengambil keputusan apakah permohonan calon debitur tadi dapat diterima atau

ditolak. Pada kebiasaanya bila bank telah memperoleh keyakinan atas diri calon

109 Ibid. hal. 276 110 Ibid. hal. 277

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 72: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

debitur maka pihak bank akan mengirimkan surat kepada debitur yang disebut

offering letter yang memuat ketentuan-ketantuan dari bank mengenai permohonan

pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur yang dapat diterima oleh bank yang

isinya antara lain, jumlah pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank, jangka waktu

pembayaran, jumlah angsuran dan ketentuan lainnya

Terhadap offering letter yang diberikan oleh bank kepadanya, calon debitur

diberi kesempatan untuk mempelajari syarat-syarat yang diajukan oleh bank. Namun

pada kondisi ini calon debitur tetap masih dapat merundingkan hal-hal yang belum

sesuai menurutnya dengan pihak bank agar diantara kedua belah pihak tercapai kata

sepakat.

Apabila terjadi penolakan dari pihak bank terhadap permohonan pembiayaan

yang diajukan oleh calon debitur maka akan berlaku beberapa hal sebagai berikut:

(a). Penolakan tersebut harus disampaikan secara tertulis kepada calon debitur beserta

dengan alasan-alasannya.

(b). Pengembalian semua berkas permohonan, kecuali surat permohonan pembiayaan.

(c). Bila yang ditolak oleh bank adalah permohonan perpanjangan pembiayaan maka

hal itu berarti jangka waktu dari pembiayaan tersebut tidak bisa diperpanjang

lagi, dengan demikian nasabah debitur diberitahukan agar segera menyelesaikan

semua kewajibannya.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 73: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

(d). Bila permohonan tambahan fasilitas pembiayaan ditolak, nasabah tetap dapat

menikmati limit dari fasilitas pembiayaan yang telah disetujui semula.111

Setelah pihak bank dan debitur telah menemui kata sepakat dalam hal

pemberian pembiayaan oleh bank kepada debitur maka kesepakatan yang terjadi pada

para pihak tersebut akan dituangkan dalam suatu perjanjian pembiayaan. Dalam arti

perjanjian pembiayaan tersebut adalah suatu perbuatan hukum antara pihak bank

disatu pihak dengan debitur di pihak lain, yang mana isi perjanjian tersebut

dituangkan dalam bentuk tertulis agar memudahkan pembuktian bila terjadi

wanprestasi dikemudian hari.

Berdasarkan ketentuan pada Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No.10 Tahun

1998, perjanjian pembiayaan atau persetujuan akad pembiayaan dibuat secara

kontraktual berdasarkan pinjam-meminjam yang diatur dalam buku III bab 13 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Oleh karena itu ketentuan mengenai berakhirnya

perikatan, dalam hal ini Pasal 1381 KUH Perdata berlaku juga dalam Perjanjian

pembiayaan ini.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa pembiayaan mudharabah ini

sangat rentan dan berpotensi terhadap Moral Hazard dari pelaku usaha atau

mudharib, untuk itu pihak bank syari’ah perlu mengadakan pengawasan yang

meliputi sebagi berikut:

Pertama, Bank mengevaluasi permohonan mudharabah dari calon nasabah

debitur melalui kelayakan dan survey lokasi.

111 Sunarto Zulkifli,Op Cit, hal 150

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 74: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Kedua, Bank membuat perjanjian tentang proyeksi pengembalian berikut bagi

hasil yang akan diterima bank dan nasabah debitur.

Ketiga, Nasabah menjalankan usahanya dan selanjutnya melakukan pembayaran

bagi hasil secara periodik sesuai dengan besarnya keuntungan dan nisbah yang

disepakati.

Keempat, Nasabah dapat melakukan cicilan atau pembayaran sekaligus

terhadap jumlah pembayaran dana pinjaman.112

Setiap bank syari’ah tentu menginginkan keuntungan yang tinggi, karena

beroperasi dan berhasilnya suatu bank dapat dilihat melalui keuntungan yang

diperoleh. Akan tetapi tingkat keuntungan bersih yang dihasilkan tidak terlepas dari

pengaruh dan faktor-faktor yang dapat dikendalikan dan faktor-kaktor yang tidak

dapat dikendalikan oleh pihak bank syari’ah itu sendiri.

D. Jaminan Dalam Pembiayaan Mudharabah

Jaminan pembiayaan mudharabah merupakan tuntutan kepada mudharib untuk

mengembalikan modal shahibul mall dalam keadaan semula baik untung maupun

rugi.113

Pihak bank syari’ah mengambil banyak langkah atau cara untuk memastikan

bahwa modal yang disalurkan dan keuntungan yang diharapkan dari modal tersebut

dapat diperoleh sebagaimana yang telah tercantum dalam kontrak.

112 Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,Op Cit,.hal 216 113 Ibid,.hal 177.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 75: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Keadaan ini biasanya diwujudkan melalui jaminan baik dari mudharib sendiri

maupun ada dari pihak ketiga yang menjaminkannya, walaupun sebenarnya dalam

fiqh Islam tidak dituntut untuk meminta jaminan kepada debitur, akan tetapi bank-

bank syari’ah pada umumnya meminta berupa bentuk jaminan, hal ini dilakukan

pihak bank syari’ah untuk menegaskan jaminan tersebut ada hanya untuk memastikan

kembalinya modal, sebab dana yang diberikan kepada debitur itu adalah pada

umumnya dana yang dihimpun dari masyarakat luas.

Sebagaimana di sebutkan dalam Keputusan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional

No.07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah dinyatakan bahwa pada

prinsipnya dalam pembiayaan Mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib

tidak melakukan penyimpangan, Lembaga Keuangan Syari’ah dapat meminta

Jaminan dari Mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila

mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati

bersama dalam akad.114

Maka untuk memastikan kinerja debitur sesuai dengan syarat-syarat yang

terdapat dalam kontrak, biasanya pihak bank mempersyaratkan bagi pemohon

pembiayaan mudharabah untuk menyatakan jenis jaminan yang dapat mereka berikan

kepada bank syari’ah.115

Adanya jaminan atau penjamin dari debitur kepada pihak bank syari’ah

bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko-risiko seperti debitur

114 Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, Op Cit, hal. 45 115 Abdullah Saed, Menyoal Bank Syari’ah, Keritikan atas Interpretasi Bunga Bank Neo-

Revivaless, Op Cit,.hal.86.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 76: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

tidak mempergunakan dana yang diberikan sebagimana mestinya atau hanya

memberikan keuntungan pembiayaan tersebut kepada dirinya pribadi saja atau yang

dikenal dengan Moral Hazard.

Maka bank syari’ah dapat menerapkan sejumlah batasan-batasan tertentu ketika

menyalurkan pembiayaan kepada debitur antara lain:

1.Menetapkan syarat agar jumlah atau nilai jaminannya lebih besar dari modal yang

dipinjam oleh debitur.

2. Menetapkan syarat agar debitur melakukan bisnis yang resikonya lebih rendah.

3. Menetapkan syarat agar debitur melakukan bisnis dengan arus kas yang transparan.

4. Menetapkan syarat agar debitur melakukan bisnis yang biaya tidak terkontrolnya

rendah.116

Penyerahan jaminan untuk pembiayaan mudharabah ini harus dipenuhi oleh

debitur kepada bank syari’ah dalam rangka mengamankan dana masyarakat dan

kepercayaan yang diberikan terhadap bank syari’ah sebagai pengelola uang yang

terhimpun tadi. Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 283 menyebutkan yang

artinya sebagai berikut:

Jika kamu dalam perjalanan (bermuamalah) tidak secara tunai sedang kamu

memperoleh seorang penulis hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang.117

Adapun jenis jaminan tambahan tersebut dapat berupa :

a. Barang bergerak berwujud, meliputi :

116 Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,Op Cit,.hal 214 117 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnnya,Op Cit,. hal.65.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 77: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

1). Barang dagangan.

2). Inventaris Perusahaan

3). Kenderaan bermotor.

4). Perhiasan seperti emas dan sebagainya.118

b. Barang tidak bergerak

1). Tanah

2). Bangunan

c. Barang bergerak tidak berwujud, berupa Deposito

d. Borgtoch/Penjamin (penggaransi)

1). Jaminan perorangan (Personal Guarantee).

2). Jaminan dari sebuah Perusahaan (Coorporata guarantee)

3). Jaminan dari Pemerintah119

Pihak bank biasanya akan lebih mudah untuk memberikan pembiayaan kepada

pihak debitur bila pihak bank sudah mengenal debitur terlebih dahulu seperti bila

debitur adalah merupakan nasabah penabung di bank bersangkutan, pada simpanan

deposito debitur bisa dijadikan sebagai jaminan kepada pihak bank.

Dalam hal ini debitur akan mendapatkan minimal dua keuntungan pertama

dalam hal depositonya, ia akan mendapatkan bagi hasil dari bank atas keuntungan

yang di dapat oleh bank, dan yang kedua debitur akan memperoleh tambahan modal

dari pembiayaan yang diberikan oleh bank untuk usahanya. Keuntungan atau

118 Abdul Ghofur Ansory, Op Cit, hal 148 119 Ibid, hal 149.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 78: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

kemudahan yang di dapat oleh pihak bank bahwa jaminan tambahan berupa deposito

debitur berada pada bank yang bersangkutan sehingga bank lebih mendapat kepastian

bagi pelunasan hutang debitur dikemudian hari sesuai dengan akad pembiayaan.

Dengan keuntungan yang didapat oleh bank merupakan keuntungan juga pihak

nasabah dan berpengaruh kepada besarnya nilai bagi hasil yang diterima oleh kedua

belah pihak sehingga akan menarik minat masyarakat lainnya untuk menyimpan atau

menginvestasikan uangnya pada bank syari’ah tersebut karena otomatis dana yang

disalurkan oleh bank kepada masyarakat juga lebis besar.120

Terhadap keadaan debitur tertentu dan pihak bank telah memiliki keyakinan

yang cukup terhadap kemampuannya maka bank dapat menerima jaminan tambahan

yang diberikan oleh debitur berupa proyek yang dibiayai dari pembiayaan yang

diberikan bank tersebut, juga dengan hak tagih dari debitur yang timbul dalam

usahanya tersebut.

Untuk lebih menjamin pengembalian dana yang diberikan pihak bank kepada

debitur, pihak bank dapat menyarankan kepada debitur supaya untuk memasukkan

proyek pembiyaan atau usaha yang dikelola debitur tersebut ke asuransi seperti

syari’ah Takaful, hal ini berguna untuk menjamin ketika sewaktu-waktu debitur

mengalami musibah maka fihak asuransi akan melunasi hutangnya, dengan kata lain

tagihan hutang dari debitur tersebut akan beralih kepada pihak asuransi.

120 Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia, (Jakarata: Kencana, 2005), hal 261

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 79: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

BAB IV

MEKANISME PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR

DENGAN BANK BNI SYARI’AH MEDAN.

A. Perjanjian Mudharabah Pada Bank BNI Syari’ah Medan

Perjanjian mudharabah merupakan salah satu produk bagi hasil yang

dilaksanakan oleh bank BNI syari’ah Medan. Berdasarkan prinsip syari’ah pada

umumnya bank BNI syari’ah Medan lebih menekankan kepada pembiayaan

mudharabah terhadap konstruksi atau proyek, produksi, perumahan (real estate) dan

distributor barang atau jasa, namun tetap tidak mengesampingkan pembiayaan

terhadap usaha-usaha yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan syari’at

Islam.121

Secara umum perjanjian pembiayaan mudharabah di bank syari’ah terdiri dari

beberapa unsur yaitu :

1. Bank syari’ah bertindak sebagai shahibul mall secara penuh dan debitur atau

mudharib sebagai pengelola kegiatan dalam usaha.

2. Jangka waktu pembiayaan, yaitu masa pengembalian dana dan pembagian

keuntungan berdasrkan yang disepakati dalam akad/kontrak.

3. Bank syari’ah tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha debitur atau mudharib.

4. Pembiayaan yang diberikan dalam bentuk uang dan dinyatakan jumlahnya.

121 Wawancara dengan Kabid.Pemasaran Bank BNI Syari’ah (Bapak Ahaddudin) Medan,

pada hari senin tanggal 16 juni 2008.

64

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 80: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

5. Pembagian keuntungan dari pengeloaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah

yang disepakti bersama.

6. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang waktu investasi,

kecuali atas dasar kesepakatan kedua belah pihak dan tidak berlaku surut.

7. Bank syari’ah meminta jaminan atau ada orang yang menjaminkan untuk

mengatasi resiko apabila nasabah debitur atau mudharib tidak memenuhi

kewajiban dengan niat curang atau lalai.122

Sesuai dengan jenis-jenis pembiayaan mudharabah yang terdapat dalam fiqh

Islam, bank BNI syari’ah Medan juga menerapkan prinsip pembiayaan mudharabah

kepada dua jenis, yaitu pembiayaan mudharabah muthlaqah dan pembiayaan

mudharabah muqayyadah.

a. Pembiayaan Mudharabah Muthlaqah.

Pada jenis pembiayaan mudharabah muthlaqah bank BNI syari’ah Medan

memberikan fasilitas dan otoritas serta hak sepenuhnya kepada mudharib atau debitur

untuk melakukan usaha dan mengelola dana yang diperoleh dari pembiayaan

mudharabah ini sesuai dengan yang dinginkannya dan hal tersebut akan disebutkan

dalam perjanjian atau akad/kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Untuk pembiayaan mudharabah muthlaqah ini pihak bank BNI syari’ah Medan

membaginya kepada dua kelompok mudharib, yaitu Mudharib perorangan dan

Mudharib badan usaha

122 Abdul Ghofur Ansory, Op Cit,. hal.66.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 81: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Pada perjanjian atau akad pembiayaan mudharabah muthlaqah pada umunya

memuat tentang hal-hal sebagai berikut :

1). Menerangkan pihak-pihak yang hendak berakad/berkontrak.123

Pada tahap ini akan diterangakan dengan jelas pihak-pihak yang akan berakad

yaitu bank BNI syari’ah Medan yang akan diwakili oleh pimpinan atau perwakilan

dari direksi bank, dan debitur sebagai orang atau badan usaha yang disebut sebagai

penerima pembiayaan.

Penjelasan tentang pihak-pihak yang berkontrak dalam akad merupakan salah

satu unsur pokok dalam sebuah perjanjian pembiayaan mudharabah yang mempunyai

hubungan kepada klausula akad sesudahnya.124 Artinya melalui penyebutan siapa-

siapa yang akan menikatkan diri dalam kontrak akan memberikan gambaran terhadap

tujuan dari pada pembiayaan mudharabah yang di berikan.

Peristiwa tentang mengikatkan diri oleh pihak-pihak yang ingin berakad

menimbulkan konsekuwensi hukum yang hampir senada dengan hukum positif, yaitu

adanya kebebasan para pihak untuk membuat satu jenis akad dan mengakhirinya.

Secara umum kebebasan berkontrak mengandung lima (5) makna, sebagai

berikut :

a). Kebebasan bagi para pihak untuk mengawali dan mengakhiri kontrak

b). Kebebasan untuk menentukan dengan siapa para pihak akan membuat kontrak.

c). Kebebasan bagi para pihak untuk menentukan bentuk kontrak

123 Draf/Konsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan, hal 1. 124 Lihat Unsur-Unsur Perjanjian Dalam Hukum Islam di Bab III.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 82: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

d). Kebebasan bagi para pihak untuk menentukan isi kontrak

e). Kebebasan bagi para pihak untuk menentukan cara pembuatan kontrak125

2). Menerangkan tentang maksimum dari pembiayaan.126

Pada tahap ini akan dijelaskan bank BNI Syari’ah Medan akan menyediakan

dana pembiayaan dalam bentuk uang kepada debitur dengan jumlah yang telah

disepakati kedua belah pihak, biasanya bank BNI syari’ah Medan tidak memberikan

batasan jumlah pembiyaaan, namun untuk nilai minimal dalam pembiayaan

mudharabah ini adalah Rp. 50.000.000 ,- (lima puluh juta rupiah).

Sedangkan untuk jumlah maksimumnya bank BNI syari’ah Medan tidak

membatasinya, tetapi disesuaikan dengan nilai jaminan yang diberikan oleh debitur.

Seperti jaminannya adalah sertifikat tanah, jika nilai harga dari tanah tersebut adalah

50.000.000,- maka batas maksimal dana yang akan diperoleh debitur adalah nilai

harga tanah dikali 75 %, maka dari hasil tersebut menjadi batas maksimal bagi

pembiayaan mudharabah ini.

3). Tujuan dari pembiayaan.127

Dalam hal ini akan dijelaskan tentang tujuan dari pembiayaan yang diberikan

apakah untuk proyek atau dagang atau untuk usaha yang lainnya, tetapi pada bank

BNI syari’ah Medan lebih cenderung atau lebih banyak memberikan pembiayaan

mudharabah kepada tujuan proyek seperti konstruksi bangunan dan jalan, industri dan

lain-lain.

125 Abdul Ghofur Ansory, Op Cit,. hal.3 126 Draf/Konsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan, hal 2. 127 Ibid, hal.2.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 83: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Tabel .1 Peningkatan Pembiayaan Mudharabah Bank BNI Syari’ah Medan

No. Tahun Pembiayaan Jumlah Debitur 1. 2. 3. 4. 5. 6.

2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 2 5 10 15 15

Sumber data : Hasil wawancara dengan Ahadduddin bagian Pemasaran di Bank BNI Syariah Medan

4). Jangka waktu pembiayaan 128

Pada klausula akad pembiayaan mudharabah tentang jangka waktu sebenarnya

diserahkan kepada pihak debitur, artinya tergantung kemauan dan kemampuan

debitur dalam mengemban amanah modal yang diberikan kapan debitur tersebut

sanggup menyelesaikan kewajibannya.

Pihak debitur bebas menentukan batas waktu pengembalian pembiayaan ini,

tetapi biasanya jangka waktu ini dapat dilihat dari sektor usaha yang dikelola debitur,

seperti pada proyek pembangunan perumahan atau real estate dalam pembiayaan ini

mempunyai jangka waktu yang cukup lama yaitu 5 (lima) tahun, sedangkan dalam

proyek pengadaan atau distribusi barang pupuk misalnya hanya membutukan jangka

waktu 2 (dua) bulan, jadi dalam jangka waktu ini melihat kepada tujuan pembiayaan

yang diberikan. Kemudian dalam klusula ini juga dijelaskan kapan berakhirnya

pembiayaan dan pengembalian modal yang diberikan bank BNI syari’ah Medan

kepada debitur.

128 Ibid, hal.3

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 84: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

5). Realisasi pembiayaan 129

Pada realisasi pembiayaan dapat dilakukan dengan cara sekaligus atau bisa juga

dengan bertahap, dengan catatan harus ada persetujuan sebelumnya dari pihak bank

dan debitur, jika dilihat dari tujuan pembiayaan di dalam bank BNI Syari’ah Medan

yang condong terhadap proyek lebih dominan realisasi dana pembiayaan tersebut

dengan sekaligus.

6). Menerangkan nisbah bagi Hasil

Pihak bank BNI syari’ah Medan dan pihak debitur harus menyepakati terlebih

dahulu tentang berlakunya nisbah bagi hasil atau pembagian keuntungan berdasarkan

dengan akad mudharabah di dalam perjanjian. Artinya dalam tahap ini dijelaskan

berapa persen bahagian yang akan diperoleh bank sebagai pemilik modal dan

seberapa pula bahagian debitur. Pada umumnya yang terjadi dalam pembagian

keuntungan dapat dilihat bahwa bahagian debitur selalu lebih banyak ketimbang dari

pihak bank BNI syari’ah Medan.

Pembagian keuntungan merupakan hal yang paling urgen dalam satu

pembiayaan selain dari pengembalian pokoknya, maka pembayaran nisbah

keuntungan dilakukan pada tiap-tiap bulan dengan menyebutkan tanggal pembayaran

dan cara pembayarannya, apakah dengan menyetor langsung ke bank atau melalui

transfer tergantung kesepekatan yang dibangun.

Satu hal yang terpenting dalam hal ini adalah bahwa nisbah bagi hasil ini dapat

berubah sewaktu-waktu artinya pada bulan pertama dengan bulan ketiga misalnya

129 Ibid, hal.3

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 85: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

bisa berbeda. Hal ini disebabkan keuntungan yang didapat debitur pada bulan ini

belum dapat dipastikan sama dengan bulan yang akan datang, sebagaimana dalam

akad atau kontrak pembiayaan mudharabah bank BNI syari’ah pada Pasal 7 poin 3

tentang Nisbah bagi hasil yang berbunyi :

Ketentuan Nisbah Bagi Hasil sebagaimana disebutkan dalam ayat 1 Pasal ini

adalah berdasarkan hasil usaha sesuai dengan laporan keuangan Penerima

Pembiayaan, dan perhitungan Nisbah bagi hasil ini dapat diubah sewaktu-

waktu sesuai dengan kesepakatan Para Pihak.130

Melihat tujuan pembiayaan mudharabah yang disalurkan bank BNI Syari’ah

Medan kepada usaha proyek atau konstruksi, usaha produksi porsi bagi hasil antara

bank BNI Syari’ah Medan dengan debitur adalah 60 % dari hasil keuntungan untuk

pihak pengusaha atau debitur dan 40 % bahagian bank. Dan untuk usaha perumahan

(real estate) porsi bagi hasil keuntungannya adalah 90 % untuk debitur 10 % untuk

bank, untuk usaha distributor barang/jasa nisbah bagi hasil diantara mereka adalah 80

% untuk debitur 20 % bagian bank BNI Syari’ah Medan.131 Dari praktek pembagian

keuntungan antara bank BNI syari’ah Medan pada hakekatnya lebih memberikan

keuntungan yang lebih banyak kepada pengusaha atau debitur.

Pemberian keuntungan yang lebih besar kepada pihak debitur merupakan

pengamalan dari prinsip syari’ah tentang keadilan dan asas tolong menolong dan

130 Draf/Konsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan, hal 3. 131 Wawancara dengan bapak Ahadduddin di Bank BNI Syari’ah Medan tanggal 16 Juli 2008.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 86: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

memberikan kepentingan utama kepada nilai-nilai norma persaudaraan manusia dan

keadilan sosial ekonomi.132

7). Menerangkan tentang denda atau ganti rugi

Dalam hal denda dapat berlaku ketika debitur terlambat mengembalikan pokok

pembiayaan dengan denda 5 % pertahun dan hasil yang diperoleh dari denda ini akan

disalurkan untuk kegiatan sosial.hal ini bisa dipahami dari pasal 9 ayat 1 dan 2

tentang denda dang anti rugi yang menyebutkan:

Pada ayat (1) :

Apabila Penerima Pembiayaan tidak atau terlambat melakukan pengembalian

pokok pembiayaan dan bagi hasil sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat 2

dan Pasal 8 ayat 1 Akad ini, maka Penerima Pembiayaan dikenakan denda

sebesar 5 % pertahun dan harus dibayar lunas oleh Penerima Pembiayaan

kepada Bank yang selanjutnya akan digunakan untuk kepentingan sosial.133

Pada ayat (2) :

Apabila Penerima Pembiayaan dengan sengaja atau karena kelalaian terlambat

atau tidak melakukan pembayaran nisbah bagi hasil yang merupakan bagian

keuntungan Bank maka Penerima Pembiayaan dikenakan ganti rugi sebesar

100 % (seratus persen) dari jumlah kerugian riil yang diderita Bank .

132 Bismar Nasution, Pengembangan Ekonom Islam Dan Kualitas Hukum Konvensional,

makalah disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema ‘Signifikansi Hukum Islam Dalam Merespon Issu-issu Global”, di Pascasarjana IAIN SU Medan, tanggal 19 juni 2004. hal 2.

133 Draf/Konsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan, hal 4.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 87: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Jika denda yang dikenakan demi menjamin kemanan dan ketertiban

pembayaran atau pengembalian modal terhadap apa yang menjadi kewajiban debitur

dalam melaksanakan pembagian keuntungan atau nisbah bagi hasil adalah hal yang

lumrah, akan tetapi bila dilihat dari sisi lain ketika denda yang di kenakan kepada

debitur hanya akibat dari satu kali keterlambatan dalam pengembalian pokok dan

nisbah bagi hasil dan bukan karena kesengajaan yang dibuat-buat. Maka prinsip

syari’ah tentang tolong menolong dan keadilan dalam ajaran Islam yang di pakai

bank BNI syari’ah tidak terlaksana bahkan menurut penulis itu sama halnya dengan

sistem semi riba yang menyalahi aturan pembiayaan dalam Islam.

8). Agunan atau jaminan dalam pembiayaan 134

Agunan atau jaminan pada dasarnya tidak dibolehkan dalam pembiayaan

mudharabah, karena pada prinsipnya pembiayaan yang diberikan oleh pemilik modal

atau shahibul mall adalah untuk membantu sesama. Akan tetapi mengingat bahwa

dana yang akan diberikan oleh bank BNI syari’ah Medan kepada debitur tersebut

masih termasuk dari dana deposan yang menyimpan uangnya di bank tersebut.

Kemudian agunan atau jaminan ada agar debitur tidak melakukan

penyimpangan.135 Selanjutnya demi menjaga kepercayaan yang diberikan deposan

kepada bank BNI syari’ah maka bank BNI syari’ah Medan dibenarkan untuk

meminta jaminan dari pihak debitur, mengenai bentuk jaminan yang diberikan debitur

134 Ibid, hal.4

135 Himpunan Fatwa Dewan Syri’ah Nasional, Op Cit. hal 45.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 88: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

kepada bank bisa berupa sertifikat tanah, bangunan, kenderaan, mesin, satuan barang

dan lain-lain.

Hal ini dapat dilihat dalam akad pembiayaan mudharabah Pasal 10 ayat (1)

sebagai berikut :

Pada ayat (1) dijelaskan:

Guna lebih menjamin ketertiban pengembalian pembiayaan dan nisbah bagi

hasil dalam menjalankan amanah berdasarkan Akad Pembiayaan ini dan

untuk mengantisipasi risiko apabila Penerima Pembiayaan tidak dapat

memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Akad Pembiyaan ini karena

kecurangan, lalai atau menyalahi Akad Pembiayaan ini sehingga mengakibatkan

kerugian usaha maka Penerima Pembiayaan memberikan Agunan.136

9). Asuransi barang yang diagunkan 137

Dalam klausula ini harus dijelaskan bahwa barang yang dijadikan agunan atau

jaminan tersebut harus diasuransikan oleh debitur dan menyebutkan pihak asuransi

yang berprinsip syari’ah.

10). Beban biaya sewaktu pembuatan kontrak138

Untuk memperoleh pembiayaan mudharabah di bank BNI syari’ah Medan tentu

tidak terlepas dari perbuatan yang berakibat hukum. Dengan kata lain dalam proses

pembuatan akad atau kontrak diperlukan bukti notaris dan saksi-saksi, maka beban

136 Draf/Konsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan, hal 5. 137 Ibid, hal.5 138. Ibid, hal.6

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 89: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

biaya terhadap hal-hal tersebut akan dibebankan kepada pihak debitur, supaya

pembebanan biaya tersebut jelas dan tidak saling mengover tanggung jawab.

Beban biaya dalam pembuatan kontrak tidak seharusnya dibebankan kepada

pihak debitur semata tetapi juga kepada pihak bank BNI syari’ah Medan, sebab yang

akan mendapat pembagian keuntungan dalam pembiayaan mudharabah tidak hanya

untuk debitur saja tetapi juga pihak bank. Untuk itu beban biaya tersebut semestinya

dibagi sesuai dengan porsi keuntungan yang akan di sepakati dan yang akan dicapai

dalam akad pembiayaan mudharabah tersebut.

11).Hak dan kewajiban bank dan debitur 139

Adapun hak bank BNI Syari’ah Medan dalam pembiayaan mudharabah ini

adalah sebagai berikut :

a). Memperoleh kembali dana pembiayaan dan nisbah bagi hasil sesuai dengan

ketentuan dalam akad pembiayaan ini.

b). Mengawasi dan membina jalannya usaha Penerima Pembiayaan baik

langsung maupun melalui jasa Pihak Ketiga, dalam hal menggunakan jasa

Pihak Ketiga seluruh biaya yang timbul menjadi beban Penerima

Pembiayaan.

Pada klausula ini biaya jasa pihak ketiga yang di bebankan kepada debitur

mempunyai gambaran bahwa prinsip dasar tentang keadilan dalam pembiayaan ini

tidak terlaksana. Dan seharusnya beban jasa pihak ketiga tersebut di tangggung

139 Ibid, hal.7

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 90: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

bersama sesuai dengan porsi nisbah keuntungan yang di sepakati antara bank BNI

syari’ah Medan dengan debitur.

c). Menagih nisbah bagi hasil dan pengembalian dana pembiayaan

d). Melakukan penilaian/review terhadap Laporan Keuangan yang disampaikan

Penerima Pembiayaan, selambat-lambatnya pada hari ke 10 (kesepuluh)

sesudah Bank menerima Laporan Keuangan tersebut, disertai dengan data

dan bukti-bukti lengkap dari Penerima Pembiayaan

e). Menolak atau menyetujui hasil perhitungan usaha yang telah dilakukan

penilaian/Review oleh Bank kepada Penerima Pembiayaan selambat-

lambatnya pada hari ke 10 (sepuluh) setelah Bank menerima Laporan

Keuangan dari Penerima Pembiayaan .

f). Mengelola/mengambilalih jalannya usaha apabila Penerima Pembiayaan tidak

menjalankan usahanya sesuai dengan Akad Pembiayaan ini.

g). Mengakhiri Akad Pembiayaan ini secara sepihak apabila Penerima

Pembiayaan dalam menjalankan usahanya telah lalai, tidak jujur/ Curang,

wanprestasi dan atau melanggar ketentuan-ketentuan dalam Akad

Pembiayaan ini

g). Menerima pengembalian dana pembiayaan dan nisbah bagi hasil yang belum

dibayar Penerima Pembiyaan dari hasil penjualan/ eksekusi barang agunan

dalam hal Penerima Pembiayaan lalai, curang, dan atau wanprestasi.

h). Bank tidak bertanggungjawab terhadap akibat hukum dari hubungan bisnis

antara Penerima Pembiayaan dengan Pihak lainnya dalam bentuk apapun.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 91: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

i). Memeriksa pembukuan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu baik

secara langsung atau tidak langsung terhadap usaha yang dikelola

Penerima Pembiayaan .

j). Melakukan penyelesaian pembiayaan baik melalui eksekusi agunan maupun

upaya hukum lainnya .

k). Meneliti keabsahan dokumen dan surat-surat lainnya yang berkaitan dengan

Akad Pembiayaan ini.

Kemudian kewajiban bank adalah merealisasikan pembiayaan sesuai dengan

persyaratan yang telah disepakati. Dan menanggung kerugian usaha, kecuali apabila

kerugian tersebut terjadi karena Penerima Pembiayaan tidakjujur, lalai, curang,

wanprestasi dan atau karena tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan-

ketentuan dalam Akad Pembiayaan ini, maka seluruh kerugian menjadi beban

Penerima Pembiayaan.

Adapun hak debitur adalah dalam pembiayaan mudharabah ini adalah

Menerima pembiayaan sebagaimana yang telah disepakati dan Mendapatkan

Nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan.

Sedangkan kewajiban debitur adalah:

(1). Melakukan kegiatan usaha sesuai dengan Akad Pembiayaan ini berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan cara se-efektif dan se-

efisien mungkin dan dengan praktek usaha yang etis dan benar.

(2). Menjaga eksistensi dan kelangsungan usahanya dan tidak akan melakukan

perubahan kepemilikan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Bank .

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 92: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

(3). Menanggung biaya operasional perusahaan

(4). Bertanggung jawab terhadap segala akibat hukum dari hubungan bisnis

dengan Pihak lainnya.

(5). Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang sehat, jujur, hati-hati,

beriktikad baik, bertanggungjawab dan profesional untuk mencapai

keuntungan usaha yang maksimal.

(6). Membayar nisbah bagi hasil sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

(7). Mengembalikan seluruh jumlah dana pembiayaan kepada Bank , sesuai

dengan yang disyaratkan dalam Akad Pembiayaan ini.

(8). Menyerahkan Laporan Keuangan tiap-tiap bulan, atas usaha yang dibiayai

dengan akad pembiayaan ini selambat- lambatnya hari ke 10 (kesepuluh)

bulan berikutnya.

(9). Membayar denda apabila terlambat melakukan pembayaran kembali dana

pembiayaan dan Nisbah bagi hasil pada Bank .

(10). Menanggung seluruh kerugian yang timbul apabila melakukan kecurangan,

lala, tidak jujur dan atau wanprestasi dalam menjalankan usahanya

(11). Jika pada akhir jangka waktu akad pembiayaan ini, Penerima Pembiyaan

belum melunasi dana pembiayaan, Penerima Pembiayaan wajib tetap

membayar nisbah bagi hasil keuntungan sampai dengan dilunasinya dana

pembiayaan tersebut oleh Penerima Pembiayaan.

(12). Memenuhi permintaan Bank, apabila pada saat Akad Pembiayaan ini

berakhir, sedangkan sebagian dana pembiayaan masih dalam bentuk barang

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 93: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

dan/atau dalam bentuk hutang Pihak Ketiga, dan Bank meminta barang

tersebut dijual untuk melunasi dana pembiayaan yang telah diserahkannya

atau meminta pihak ketiga untuk segera melunasi hutangnya

(13). Mengelola dan menyelenggarakan administrasi pembukuan secara jujur dan

benar dengan iktikad baik dalam pembukuan tersendiri .

(14). Segera memberitahukan kepada Bank tentang :

(a). Adanya perkara yang terjadi antara Penerima Pembiayaan dengan pihak

lain.

(b). Adanya kerusakan, kerugian atau kemusnahan atas harta kekayaan

Penerima Pembiayaan serta barang agunan.

(15). Menyampaikan dalam bentuk dan dengan perincian yang dapat diterima oleh

Bank :

(a). Neraca dan Perhitungan Rugi Laba periodik berikut penjelasannya yang

telah disahkan oleh Direksi Perusahaan secepat mungkin tetapi tidak

lebih lambat dari 30 (tiga puluh) hari sejak akhir masanya.

(b). Neraca dan Perhitungan Rugi Laba dari Perusahaan Penerima

Pembiayaan secepat mungkin, akan tetapi tidak lebih lama dari 30 (tiga

puluh) hari sejak penutupan tahun buku.

(c). Laporan aktivitas usaha dalam bentuk Laporan Rugi-Laba bulanan guna

penentuan pembayaran nisbah bagi hasil sesuai Akad Pembiayaan ini.

(16). Memenuhi kewajiban membayar seluruh pajaknya.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 94: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

(17). Mengirimkan setiap keterangan atau dokumen-dokumen yang diminta oleh

Bank

(18). Mengijinkan Bank atau wakilnya pada setiap waktu apabila dianggap perlu

untuk memeriksa seluruh fasilitas-fasilitas, kegiatan-kegiatan, pembukuan dan

catatan-catatan Penerima Pembiayaan dan semua biaya yang timbul menjadi

beban Penerima Pembiayaan .

Salah satu unsur terpenting dalam akad pembiayaan mudharabah ini adalah

menjelaskan apa-apa yang menjadi kewajiban debitur terhadap bank dalam

pengembalian pokok pembiyaan dan hasil keuntungan usaha. Untuk itu keuntungan

yang akan diperoleh bank BNI Syari’ah Medan sangat berpengaruh kepada pelaporan

yang benar dan jujur dari pihak debitur. Kejujuran debitur dalam pembiayaan

mudharabah ini bisa di identikkan atau hampir sama dengan prinsip keterbukaan yang

dilakukan dalam pasar modal,140 dimana keterbukaan dari hasil keuntungan yang

diperoleh debitur harus dilaporkan sesuai dengan perjanjian yang telah di akadkan.

12). Pembatasan terhadap penerima pembiayaan

Pada klausula ini ada perbedaan antara pembiayaan mudharabah muthlaqah

perorangan dengan pembiayaan mudharabah badan usaha, yaitu untuk pembiayaan

mudharabah muthlaqah terhadap kelompok perorangan dan badan usaha pada

prinsipnya hampir sama, akan tetapi pada kedua akad ini mempunyai perbedaan pada

140 Bismar Nasution, Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal, makalah yang disampaikan pada loka karya Pengelolaan Perusahaan (corporate governance), kerja sama program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of Soulth Carolina, di Jakarta tanggal 4 Mei tahun 2000. hal.3.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 95: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

beberapa poin sebagimana yang tertera dalam badan usaha pernyataan dan jaminan

penerima pembiayaan yang berbunyi sebagai berikut :

Pada Penerima Pembiayaan dengan ini menyatakan dan menjamin mengenai

kebenaran hal-hal sebagai berikut :

a). Semua dokumen, data dan keterangan yang telah diberikan oleh Penerima

pembiayaan adalah lengkap dan benar.

Untuk poin nomor satu sama terdapat kesamaan antara usaha perorangan dan

badan usaha, namun yang membedakannya adalah pada poin nomor (2),141 yaitu

sebagai berikut :

b). Perusahaan penerima pembiayaan adalah badan usaha yang didirikan dengan sah

menurut hukum Indonesia.

Sedangkan pada usaha perorangan adalah sebagai berikut :

Penerima Pembiayaan pada waktu ini tidak tersangkut dalam perkara dan

sengketa berupa apapun juga yang dapat mengancam harta kekayaan Penerima

Pembiayaan.142

c). Anggaran dasar perusahaan dan perubahan-perubahannya adalah sebagaimana

termaktub di dalam komparisi penerima pembiayaan sebagaimana disebutkan

pada awal Akad Pembiayaan ini yang fotocopynya telah disampaikan kepada

Bank.

141 Lihat Draf/Konsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan 142 Ibid, hal 9.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 96: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

d). Penerima Pembiayaan pada waktu ini tidak tersangkut dalam perkara dan

sengketa berupa apapun juga yang dapat mengancam harta kekayaan Penerima

Pembiayaan

e). Penerima Pembiayaan pada saat membuat dan menandatangani Akad

Pembiayaan ini telah memenuhi syarat-syarat serta ketentuan yang ditetapkan

dalam anggaran dasar perusahaannya.

Pembatasan terhadap debitur dalam pembiayaan mudharabah mutlaqah pada

hakekatnya tidak diperkenankan, sebab dalam pembiayaan mudharabah muthlaqah ini

semua masalah pengelolaan dana tidak boleh dibatasi oleh pihak bank syari’ah.143

Jika pembatasan ini dilakukan oleh pihak bank BNI syari’ah Medan maka sama

artinya bank BNI Syari’ah Medan hanya memberikan pembiayaan mudharabah

muqayyadah yang memang telah ditentukan beberapa persyaratan sebelum diberikan

dana pembiayaan.144

Kemudian yang menjadi perbedaan selanjutnya antara perorangan dan badan

usaha dalam pembiayaan mudharabah adalah tentang peristiwa cidera janji

(wanprestasi) yang menyebutkan bahwa penerima pembiayaan dianggap telah cidera

janji (wanprestasi) jika melanggar dan atau menyimpangi salah satu peristiwa

berdasarkan Akad Pembiayaan ini jika:

143 Pada konsep fiqhiyah Pembiayaan mudharabah muthlaqah tidak dibenarkan shahibul mall

memberikan syarat-syarat tertentu terhadap debitur, pihak debitur bebas mengelola dana tersebut tanpa ada campur tangan dari pihak bank.

144 Lihat Pengertian Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah di bab III

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 97: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

(1). Penerima Pembiayaan menggunakan pembiayaan diluar tujuan

sebagaimana yang telah di akadkan dalam Pembiayaan ini.

(2). Penerima Pembiayaan tidak membayar jumlah kewajiban pembiayaan

sesuai dengan ketentuan dalam Akad Pembiayaan ini atau jumlah lain

yang harus dibayar berdasarkan Akad Pembiayaan ini dan atau dokumen

lainnya yang dibuat berdasarkan Akad Pembiayaan ini

(3). Laporan Keuangan yang disampaikan kepada Bank tidak benar.

(4). Penerima Pembiayaan lalai memenuhi atau tidak memenuhi syarat-syarat

dan ketentuan-ketentuan lain dalam akad pembiayaan ini (dan atau suatu

penambahan, perubahan, pembaharuan atau penggantinya) dan atau

terjadinya pelanggaran terhadap dan/atau kealpaan menurut syarat-syarat

yang tertera dalam perjanjian agunan yang dibuat berkenaan dengan Akad

Pembiayaan ini.

(5). Penerima Pembiayaan melakukan pengalihan usahanya dengan cara apapun

termasuk penggabungan, konsolidasi ataupun akuisisi dengan pihak lain.

(6). Seluruh kekayaan Penerima Pembiayaan disita oleh Pemerintah atau

Pengadilan .

(7). Ijin atau persetujuan yang diberikan atau dikeluarkan oleh instansi yang

berwenang terhadap Penerima Pembiayaan dicabut atau dinyatakan tidak

berlaku, sehingga Penerima Pembiayaan tidak berhak untuk membangun

atau menyelesaikan pembangunan atau melaksanakan proyek..

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 98: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

(8). Terjadinya perubahan yang mendasar atas Usaha Penerima Pembiayaan

yang meliputi bidang usaha, perijinan dan susunan pemegang saham, yang

dapat mempengaruhi kemampuan Penerima Pembiayaan untuk memenuhi

kewajibannya berdasarkan Pembiayaan ini.

Dalam poin ke delapan di atas yang menjadi perbedaan antara pembiayaan

mudharabah bagi perorangan dan badan usaha, sedangkan dalam point dari pertama

dan selanjutnya adalah sama.

(9). Penerima Pembiayaan tidak mematuhi salah satu ketentuan dalam akad

pembiayaan ini atau Penerima Pembiayaan lalai melaksanakan atau

mematuhi syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban lain dalam Akad

Pembiayaan ini atau dokumen transaksi lainnya.

Apabila terjadi salah satu peristiwa Cidera Janji oleh Penerima Pembiayaan,

maka bank berhak untuk :

a. Menarik kembali dana pembiayaan dan semua jumlah uang yang harus dibayar

berdasarkan Akad Pembiayaan ini secara seketika dan sekaligus karena Akad

Pembiayaan ini menjadi jatuh tempo, tanpa pemberitahuan lebih lanjut dan tanpa

diperlukan adanya putusan dari Basyarnas atau pengadilan.

b. Melakukan upaya hukum untuk melaksanakan hak Bank dalam Akad Pembiayaan

ini, tidak terbatas pada mengambil pelunasan, melakukan eksekusi agunan serta

upaya-upaya hukum lainnya untuk kepentingan pelunasan pembiayaan.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 99: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

13). Menerangkan penyelesaian sengketa.

Ada tiga pilihan yang ditawarkan oleh bank BNI syari’h Medan dalam

menyelesaikan sengketa dengan debitur, yaitu :

a). Dengan jalan musyawarah atau mufakat.

b). Dengan jalan memperoleh keadilan melalu BASYARNAS

c). Dengan jalan Peradilan Negeri atau Peradilan Niaga.

Apabila tidak tercapainya kata mufakat melalui jalan musyawarah dan sesudah

menempuh jalan BASYARNAS pihak bank BNI Syari’ah Medan masih

mempergunakan Peradilan Umum/Peradilan Niaga sebagai jalan terakhir untuk

memutuskan sengketa syari’ah di antara mereka. Maka Setelah dikeluarkannya

Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah dan Undang-

Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama seharusnya Pihak Bank BNI

Syari’ah Medan sudah menyerahkan perkara sengketa mereka ke Peradilan Agama

Medan. Untuk itu dalam klausula ini semestinya sudah diganti poin nomor (3)

tentang pilihan dalam menyelesaikan sengketa yang memuat peradilan Negeri atau

Peradilan Niaga menjadi Peradilan Agama.

Sesuai dengan pasal 49 poin (i) Undang-Undang No.3 Tahun 2006 Tentang

Peradilan Agama yang menegaskan bahwa Peradilan Agama mempunyai wewenang

untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di bidang ekonomi syari’ah

yang termasuk di dalamnya bank syari’ah.

Jika wewenang untuk menangani perselisihan dan sengketa syari’ah di

selesaikan di Peradilan Negeri atau Peradilan Niaga yang nota bene belum bisa

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 100: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

dianggap sebagai hukum syari’ah, sebab Peradilan Negeri atau Peradilan Niaga biasa

di sebut sebagai peradilan konvensional, maka sangat aneh jika masalah sengeka

syari’ah di selesaikan secara konvensional bukan dengan syari’ah.145

2. Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah

Pembiayaan mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah retrected

mudharabah/specifed mudharbah, yaitu kebalikan dari pembiayaan mudharabah

mutlaqah, dalam pembiayaan ini si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha,

waktu, tempat usaha. 146

Jenis mudharabah ini pada akadnya dicantumkan persyaratan-persyaratan

tertentu misalnya hanya boleh digunakan untuk usaha tertentu, di kota tertentu, dan

dalam waktu tertentu. Ikatan-ikatan ini membuat akad mudharabah menjadi terikat

dan sempit sehingga disebut mudharabah muqayyadah (restricted mudharabah).

Pengertian jenis pembiayaan mudharabah kedua ini adalah bahwa ia selain

melakukan akad mudharabah dengan shaibul maal maka ketika ia membuat

perjanjian dengan pihak lain dimana kedudukan ia sebagai shahibul maal maka ia

dikatakan melaksanakan mudharabah kedua. Praktek seperti ini banyak dijumpai

dalam bisnis perbankan syariah dimana pihak bank (mudharib) dalam perniagaannya

melakukan akad mudharabah kembali kepada orang lain dengan modal yang ia telah

terima dari nasabah bank (shahibul maal).

145 http://agustianto.nirlah.com/2008/04/03 peradilan-agama-dan-sengketa-ekonomi-syariah,

di akses pada hari Rabu tanggal 9 bulan Juli 2008. 146 Antonio, Muhammad Syafi’I,Bank Syari’ah Wacana Ulama Dan Cendekiawan,.hal 173.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 101: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat tentang kebolehan mudharib

melakasanakan mudharabah kedua. Menurut madzhab Hanafi hal ini tidak

diperbolehkan kecuali jika modal itu diserahkan kepada pemilik modal. Golongan ini

berpendapat bahwa mudharib pertama tidak bertanggung jawab terhadap modal yang

diserahkannya kepada mudharib kedua kecuali jika yang terakhir ini telah benar-

benar melaksanakan perniagaan dan mendapatkan keuntungan atau kerugian.

Untuk pembiayaan mudharabah muqayyadah sesuai dengan wawancara dengan

bapak Ahadduddin, pihak bank BNI syari’ah Medan mulai dari tahun 2003 sampai

tahun 2008 belum pernah menyalurkan pembiayaan mudharabah muqayyadah. Hal

ini terjadi disebabkan permintaan dari pihak debitur yang datang kepada bank BNI

syari’ah Medan hanya menginginkan pembiayaan mudharabah muthlaqah saja.

Kemudian bisa di pahami juga dari permintaan tujuan pembiayaan sebahagian lokasi

proyek atau usaha debitur berada di luar kota Medan.

B. Penerapan Bagi Hasil (Mudharabah) antara Debitur dan Bank BNI Syari’ah Medan

Sistem bagi hasil Mudharabah yang dilaksanakan oleh Bank BNI Syari’ah

Medan merupakan sistem yang meliputi pembagian hasil usaha antara bank syari’ah

dengan debitur sebagai pengelola dana, pembagian hasil usaha ini dapat dilihat dari

dua faktor, yaitu faktor secara langsung dang faktor tidak langsung.

D iantara yang mempengaruhi faktor secara langsung adalah :

1. Investment rate, yaitu merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari

total dana pembiayaan.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 102: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

2. Jumlah dana pembiayaan yang tersedia, jumlah dana ini tersedia untuk

diinvestasikan meruapakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia

dan dana tersebut dapat dikalkulasikan dengan menggunakan salah satu metode

rata-rata saldo minimum bulanan atau rata-rata total saldo harian, maka

investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan

sehingga akan terlihat hasil dari jumlah dana aktual yang dipergunakan.

3. Salah satu ciri dari mudharabah ini adalah ditentukannya nisbah sebagaimana yang

telah disetujui dalam akad atau perjanjian.

4. Nisbah bagi hasil mudharabah dapat berbeda berbeda dari waktu ke waktu dalam

satu pembiayaan misalnya bagi hasil bulan pertama dan bulan ketiga berbeda.

5. Nisbah bagi hasil juga dapat berbeda antara satu accout dengan account lainnya

sesuai dengn besarnya dana dan jatuh temponya.

Sedangkan faktor tidak langsung terdiri dari :

a. Penentuan angka-angka pendapatan dan biaya pembiayaan mudharabah,

dimana bank syari’ah dan debitur melakukan share dalam pendapatan dan biaya

(profit sharing), pendapatan yang dibagai hasilkan merupakan pendapatan yang

diterima dan dikurangi dari biaya-biaya, dan jika semua biaya ditanggung oleh

bank syari’ah maka hal itu disebut dengan revenue sharing.

b. Kebijakan Akuntansi, dalam hal ini bagai hasil secara tidak langsung tidak

terlepas dari berjalannya aktivitas usaha yang dilaksanakan terutama dengan

pengajuan dari pendapatan dan biaya.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 103: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Pada umunya bank syari’ah melaksanbakan sistem bagi hasil dengan cara

membagi keuntungan dari hasil pendapatan dan hasil laba/keuntungan, tetapi sistem

bagi hasil yang dilaksanakan di bank BNI Syari’ah Medan ini adalah sistem bagi

hasil dari hasil keuntungan bukan pendapatan dari keseluruhan bisnis debitur setelah

itu baru dibagi sesuai porsi yang telah disepakati dalam akad kedua belah pihak.147

Penetapan nisbah bagi hasil keuntungan ditentukan berdasarkan pada perkiraan

keuntungan yang diperoleh debitur dibagi dengan referensi tingkat keuntungan yang

telah di tetapkan.148 Maka tingkat keuntungan bisnis/proyek yang dibiayai dihitung

dengan mempertimbankan sebagai berikut :

1). Perkiraan penjualan yang meliputi dari volume penjualan setiap transaksi setiap

bulan, flluktuasi hasil penjualan, rentang harga penjualan yang dapat

dinegoisasikan dan marjin keuntungan setiap transaksi.

2). Lama cash to cash cycle yang meliputi dari lama proses barang, lama persediaan

dan lamanya piutang.

3). Perkiraan biaya-biaya langsung yaitu biaya langsung yang berkaitan dengan

kegiatan penjualan seperti biaya pengangkutan, biaya pengemasan dan lain-lain.

4). Perkiraan biaya-biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak langsung berkaitan

dengan kegiatan penjualan, seperti biaya sewa kantor, gaji karyawan.

Sedangkan penentuan nisbah bagi hasil berdasarkan pendapatan di tentukan

dengan perkiraan pendapatan yang di peroleh nasabah di bagi dengan referensi

147 Wawancara dengan Bapak Ahadduddin bagaian pemasaran di Bank BNI Syari’ah Medan

Taggal 07 Agutustus 2008. 148 Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analsis Fiqh dan Keuangan,Op Cit,.hal 287

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 104: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

tingkat keuntungan yang telah ditetapkan. Perkiraan tingkat pendapatan bisnis yang

dibiayai dihitung dengan mempertimbangkan perkiraan penjualan, lama cash to cash

cycle dan perkiraan biaya-biaya langsung.149

Islam menganjurkan manusia untuk selalu berusaha agar ia dapat memenuhi

kebutuhan kehidupannya, untuk memulai usaha tersebut diperlukan modal atau dana

dalan menjalankan bisnis yang dimaksud, adakalanya orang mendapatkan modal dari

simpanannya atau bisa dari keluarganya dan adapula yang meminjam kepada rekan-

rekannya, maka jika dari semua hal tersebut tidak mampu menolong atau tersedia

modal, disinilah peran dari institusi lembaga keuangan syari’ah untuk membantu

mereka yang mau dalam berusaha, karena lembaga keuangan syari’ah yang nota

benenya bank syari’ah menyediakan modal bagi para debitur yang membutuhkan

dana tersebut.

Hubungan pinjam meminjam tidak dilarang dalam Islam bahkan dianjurkan

agar ending dari perbuatan peminjaman tersebut dapat memberi keuntungan kepada

kedua belah pihak. Dalam perbankan syari’ah sebenarnya penggunaan kata pinjam

meminjam kurang tepat digunakan, karena pinjaman merupakan akad sosial bukan

akad komersial artinya bila sesorang meminjam sesuatu ia tidak boleh disyaratkan

untuk memberikan sesuatu tambahan atas pokok pinjamannya sehingga yang

demikian tersebut tergolong kepada peebuatan riba, hal ini didasarkan kepada surah

Al-Bagarah ayat 275 yang berbunyi sebagai berikut :

149 Ibid, hal.288

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 105: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Orang-orang yang memakan atau mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran tekanan penyakit gila.150

Jika seseorang datang kepada bank syari’ah dan ingin memperoleh dana untuk

usahanya, maka bank syari’ah dan debitur tersebut dapat menyepakati kerja sama

yang saling menguntungkan, seumpama seorang pedagang yang memerlukan modal

untuk berbisnis, ia dapat mengajukan permohonan pembiayaan bagi hasil

mudharabah denmgan cara membuat pleaning bisnis seperti menghitung perkiraan

pendapatan yang akan diperoleh dari dagangan atau usahanya tersebut.

Bagi bank BNI Syari’ah Medan menerapkan konsep bagi hasil mudharabah,

dengan melihat kepada tujuan dari pembiayaan yang diminta oleh debitur mereka,

artinya penerapan bagi hasil atau keuntungan yang akan diperoleh sangat berpariasi

tergantung kepada kesepakatan antara debitur dengan bank BNI Syari’ah tersebut, hal

ini dapat dicontohkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel .2 Persentase Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah

No. Tujuan Pembiayaan Mudharabah Nisbah Bagi Hasil 1. 2. 3.

Untuk Usaha Konstruksi, proyek dan produksi Untuk Usaha Perumahan (real estate) Untuk Usaha Distributor barang/jasa

60 % kepada Debitur dan 40 % bagi bank BNI. 90 % kepada debitur dan 10 % bagi bank BNI 80 % kepada debitur dan 20 % bagi bank BNI Syari’ah Medan

Sumber data : Hasil wawancara dengan Ahadduddin bagian Pemasaran di Bank BNI Syari’ah Medan

150 Departemen Agama,Op Cit, hal.69.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 106: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa bank BNI syari’ah Medan menerapkan

nisbah bagi hasil ketika dalam proses ada atau perjanjian pembiayaan mudharabah

tergantung kepada tujuan bisnis atau usaha yang akan dijalankan oleh debitur, tentu

saja dengan melihat angka atau persentase keuntungan dari prospek dari proyek

tersebut.

C. Hambatan pelaksanaan Bagi Hasil (Mudharabah) di Bank BNI Syari’ah Medan

Pada dasarnya pelaksanaan bagi hasil mudharabah antara debitur dengan bank

BNI syari’ah Medan berjalan sesuai dengan yang diakadkan oleh kedua belah pihak

sehingga penerapan bagi hasil atau nisbah keuntungan diantara keduanga tetap

terlaksana sebagaimana yang telah dimuat dalam perjanjian tersebut.

Ada satu alasan yang menyebabkan pelaksanaan bagi hasil atau nisbah

keuntungan pembiayaan mudharabah antara debitur dengan bank BNI syari’ah

Medan berjalan sesuai yang direncanakan atau yang diakadkan yaitu bahwa dalam

melihat dan menganalisa calon debitur, bank BNI syari’ah Medan menetapkan

kreteria pertama untuk mendapatkan pembiayaan mudharabah adalah harus

mempunyai sifat amanah, artinya calon debitur yang hendak memperoleh

pembiayaan di maksud harus dapat diyakini dan sanggup menjalankan atau

memutarkan dana tersebut hingga akhirnya dapat memberikan keuntungan kepada

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 107: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

debitur sendiri dan juga kepada pihak bank BNI syari’ah Medan dan nasabah deposan

mereka.

Sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari bapak Ahadduddin, bagian

pemasaran di bank BNI syari’ah Medan, bahwa amanah dalam kriteria penerima

pembiayaan mudharabah ini salah satunya dapat dilihat dari syarat yang kedua yaitu

bahwa seorang debitur tersebut telah menabung (menjadi deposan) atau telah jadi

debitur sebelumnya dengan jangka minimal satu tahun, maka dari hal ini bank BNI

syari’ah Medan dapat melihat aktivitas seorang debitur dalam arti kegiatan

pemasukan dan penarikan uang, dari sini dapat menjadi salah satu tolak ukur bagi

bank BNI syari’ah Medan apakah seorang debitur tadi dapat diyakini dan mampu

dalam memegang amamah pembiayaan modal yang diberikan atau akan menyia-

yiakannya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa proses pembiayaan mudharabah

dan bagi hasil atau nisbah keuntungan antara debitur dan bank BNI syari’ah Medan

tidak ada hambatan serta berjalan sesuai dengan yang tertera dalam akad mereka.

Namun pada kebiasaannya Pembiayaan bagi hasil mudharabah dapat terhambat

dengan beberapa hal antara lain :

1. Menyangkut transparansi kegiatan usaha dan keuangan pihak yang dibiayai.

2. Hal lain yang juga menjadi hambatan adalah karena bagi hasil yang dibayarkankan

nasabah kepada bank syariah sangat tergantung dari keuntungan usaha, maka

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 108: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

ketika keuntungan usaha meningkat pesat, nasabah pun membayar lebih tinggi

secara nilai namun tetap secara nisbah.

3. Karena kondisi alam dan situasi ekonomi yang tidak stabil, sehingga modal

pembiayaan yang diperkiran semula dalam pleaning bisnis bisa lari dan jauh dari

pada apa yang direncanakan.

D. Penyelesaian Sengketa Di Bank BNI Syari’ah Medan

Dalam hukum perikatan Islam penyelesaian sengketa pada prinsipnya boleh

dilaksanakan dengan tiga jalan, yaitu:

1. Dengan jalan perdamaian (sulhu)

Dalam fiqh Islam pengertian penyelesaian sengketa dengan jalan perdamaian

sulhu adalah akad untuk menyelesaikan suatu masalah atau perselisihan sehingga

menjadi perdamaian,151 atau dengan pengertia lain suatu jenis akad itu mengakhiri

perlawanan antara dua orang yang saling berlawanan atau untuk mengakhiri

sengketa.152maka ketika debitur mengalami perselisihan dengan pihak bank syari’ah

maka pihak debitur dan bank dapat melakukan sulhu tanpa menyelesaikan masalah

melalui jalur hukum.

Ada beberapa cara yang ditawarkan fiqh Islam dalam penyelesaian secara

sulhu, yaitu :

151 Hasballah Thaib,Op Cit,.hal. 146. 152 Gemala Dewi,dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia ,Op Cit,.hal 80.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 109: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

a. Dengan Ibra’ yaitu dengan cara membebaskan atau melepaskan atau

menghilangkan utang seorang debitur oleh pihak bank syri’ah, menurut jumhur

ulama ibra’ diterima dalam keadaan sebagai berikut :

1). Apabila Ibra’ tersebut diberlakukan dalam masalah pengalihan hutang.

2). Apabila orang yang berutang meminta utangnya digugurkan, lalu diqabulkan

oleh pihak yang memberi utang.

3). Apabila sebelumnya orang yang berutang telah menerima pernyataan Ibra’ dan

pemberi utang.153

Pada hakekatnya penyelesaian sengketa dengan jalan perdamaian atau

musyawarah merupakan suatu penyelesaian yang sesuai dengan kultur kita sebagai

orang yang beradat dan orang timur, tetapi pada kenyataannya mungkin akan begitu

sulit untuk mewujudkannya, hal ini disebabkan pada umunya para pihak menganggap

remeh terhadap hal-hal yang kelihatannya sepele, tapi para pihak tidak menyadari hal

yang dianggap begitu sepele terkadang akan membawa perkara dibelakang hari.

2. Dengan Atbitrase (Tahkim)

Penyelesaian sengketa dengan jalan tahkim adalah suatu penyelesaian dengan

cara penunjukan seseorang atau lebih sebagai wasit atau juru damai oleh dua orang

atau lebih yang bersengketa gua menyelesaikan perkara yang mereka perselisihkan

secara damai.154 Pengertian tahkim disini boleh menunjuk dengan suka rela seseorang

153 Hasballah Thaib, Op Cit,.hal.147. 154 Gemala Dewi,dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia ,Op Cit,.hal 80.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 110: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

atau lembaga yang dianggap mampu adil dalam menyelesaikan perselisihan diantara

dua belah pihak yang bersengketa.

Dalam Al-Qur’an surah An Nisa ayat 35 menyatakan :

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah

seorang hakam dari keluarga laki-laki dan hakam dari keluarga perempuan, jika

kedua hakam itu bermaksud mengadakan pebaikan nicaya Allah memberi taufik

kepada suami istri itu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal.155

Juga dalam surah Al-Hujarat ayat 9 disebutkan sebagai berikut:

Dan Jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin yang berperang maka

damaikanlah antara keduanya, jika salah satu dari dua golongan itu berbuat aniaya

terhadap golongan golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat

aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah, jika golongan itu

telah kembali maka damaikanlah diantara kedaunya dengan adil dan berlaku adillah,

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. 156

Maka ketika para pelaku ekonomi syari’ah dalam menjalankan kegiatannya

berdasarkan syari’ah dengan serta merta akan melangsungkan hubungan kemitraan

dengan sistem syari’ah pula, dan bila mana hubungan tersebut terjadi atau berakhir

dengan sebuah kecedaraan prilaku salah satu pihak dalam istilah lain perselisihan

maka kedua belah pihak bias memusyawarahkannya terlebih dahulu sebagaima yang

155 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op Cit,.hal 69. 156 Ibid,. hal 1972.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 111: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

disebutkan di atas, dan jika hal teersebut juga tidak tercapai kesepakatan maka kedua

belah pihak dapat menunjuk seseorang atan lembaga yang diyakini mampu untuk adil

dalam perkara mereka.

Sebagaimana di ketahui bahwa pelaku bisnis juga manusia biasa yang tidak

terlepas dari apa yang di kenal dengan masalah, maka masalah yang bisa berawal dari

diri mereka sendiri atau bisa juga berawal dari pihak rekan atau mitra bisnis mereka,

untuk itu kedua belah pihak membutuhkan solusi agar ketenangan hidup yang

didambakan oleh setiap manusia dalam bermasyarkat dapat terwujud.157

Supaya masalah yang terjadi tidak di adili oleh pengadilan, para pihak yang

mempunyai perkara dalam keterikatan perjanjian bila mereka menginginkan dapat

diadili secara tahkim dalam istilah sekarang dengan jalan Arbitrase, dan hal ini bisa

dilakukan oleh para pihak dengan cara :

a. Membuat suatu perjanjian tersendiri yang khusus menyetakan keinginan para pihak

tersebut untuk menyerahkan masalahnya diadili secara arbitrase, perjanjian khusus

ini ada dibuat setelah perjanjian pokok disebut sebagai akta kom promis.

b. Mencantumkan dalam perjanjian pokoknya suatu bagaian atau kalusula yang berisi

tentang keinginan para pihak untuk menyerahkan masalah yang timbul dan

perjanjian tersebut diselesaikan secara arbitrase. 158

Di Indonesia memberikan peluang dan jalan terhadap penyelesaian sengketa

syari’ah selain di pengadilan yaitu di badan Arbitrase Syari’ah Nasional

157 Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia, Op Cit,.hal

143. 158 Hasballah Thaib, Op cit, hal.148.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 112: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

(BASYARNAS), dengan syarat bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk

menyelesaikan masalah mereka di BASYARNAS tersebut, tapi jika salah satu tidak

setuju maka persolaan atau sengketa tersebut tidak bisa dengan jalan Arbitrse yang

dimaksud.

BASYARNAS adalah lembaga parmanen yang didirikan oleh MUI

Indonesia yang berfungsi menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa muamalah

yang timbul dalam perdagangan, industri, keuangan, untuk itu lemabaga ini harus

menampilkan kemampuan dalam menyelesaikan persengketaan secara baik dan

memuaskan.

Dalam PBI/7/46/2005 juga terkait dengan penyelesaian sengketa dalam

perbankan syari’ah, hal itu diatur dalam ketentuan Bab II Pasal 20 tentang

penyelesaian sengketa bank dengan nasabah, yaitu:

Dalam hal salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana

diperjanjikan dalam akad atau jika terjadi perselisihan di antara bank dan nasabah

maka penyelesaian dilakukan dengan musyawarah, dalam musyawarah dimaksud

tidak tercapai kesepakatan, maka penyelesaian lebih lanjut dapat dilakukan melalui

alternative penyelesaian sengketa atau badan arbitrase syari’ah.159

Dengan demikian penyelesaian sengketa denga jalan arbitrase boleh

dilakukan oleh para pihak yang berselisih, karena selain penyelesaiannya relative

159 . Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia, Op Cit,.hal

153.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 113: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

cepat, kerahasian para pihak yang bersengketa tetap terjaga mengingat sidang

arbitrase adalah tertutup untuk umum.

Mengenai manfaat dalam penyelesaian sengketa melali arbitrase adalah

sebagi berikut :

1). Hakim (partikulir) adalah pilihan para pihak dan sudah merupakan orang yang ahli

dalam masalahnya.

2). Prosesnya cepat apabila dibandingkan dengan peradilan Negara, karena umumnya

merupakan keputusan yang sudah final dan mengikat dan menurut Pasal 620

reglement op de burgeijk rechts vorering (RV) paling lama 6 bulan harus sudah

diselesaikan.

3.) Putusan arbitrase ini dapat dilaksanakan (eksekusi) di luar negeri.160

Namun jika para pihak tidak menyebutkan di dalam perjanjian atau akad

mereka bahwa BASYARNAS adalah tempat penyelesaian sengketa bila terjadi, maka

secara singkat dapat dikatakan bahwa lembaga yang berwenang dalam menyelesaikan

sengketa di bidang perekonomian syari’ah adalah Pengadilan Agama berdasarkan

keputusan No.3 tahun 2006 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1984 Tentang

Peradilan Agama.

Sesuai Undang-undang No.3 Tahun 2006 Pasal 49 poin (i) menyebutkan bahwa

Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang

perkawinan, waris, wasiat, hibah, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syari’ah.

160 Hasballah Thaib, Op Cit,.hal.150.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 114: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Berdasarkan isi pasal tersebut di atas telah memasukkan perkara ekonomi

syari’ah menjadi wewenang Peradilan Agama untuk menyelesaikannya. Maksud

ekonomi syari’ah di sini adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksankan

menurut prinsip syari’ah yang meliputi dari bank syari’ah.161

Ekonomi syari’ah dapat dilihat dalam dua disiplin ilmu yaitu ilmu ekonomi

Islam dan ilmu hukum ekonomi Islam. Dengan demikian alasan disiplin ilmu ini

merupakan salah satu kenapa ekonomi syari’ah dalam pasal 49 poin (i) menjadi

wewenang lembaga Peradilan Agama. Kemudian karena berhubungan dengan ilmu

hukum ekonomi para hakim di lingkungan Peradilan Agama harus lebih

memperdalaminya lebih lanjut.162

Selain alasan ekonomi syari’ah di atas sebenarnya tidak sulit di pahami kenapa

Peradilan Agama yang berwenang menangani kasus sengketa di bank Syari’ah. Hal

ini dapat di analisa bahwa orang-orang yang berada di lingkungan Peradilan Umum

bukan ahlinya di bidang syari’ah. Kemudian para hakimnya pun tidak berlatar

belakang pendidikan syari’ah. Oleh sebab itu sudah tepat bila terjadi gugatan syari’ah

di serahkan ke Peradilan Agama yang pada umumnya para hakimnya mempunyai

latar belakang pendidikan syari’ah.163

161 http://pa-pangkalpinang.pta-tabel-net/images/stories/artikel/makalah%20abdul%20manan.

pdf.di akses pada hari rabu tanggal 9 Juli 2008. 162 http://pa-pangkalpinang.pta-tabel-net/images/stories/artikel/makalah%20abdul%20 manan.

pdf.di akses pada hari rabu tanggal 9 Juli 2008. 163 http://syari’ah-online.org/ruu/tanggapan-terhadap-usulan-pemerintah-naskah-ruu-perbankan

-syari%E2%80%90ah/default.asp.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 115: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Dengan terjadinya hal seperti ini tentu dengan sendirinya akan meresahkan

masyarakat terutama bagi dunia bisnis, sebab bagi pelaku bisnis penyelesaian yang

menimbulkan permusuhan akan dapat mengganggu kenerja pebisnis dalam

menggerakkan roda perekonomian mereka.164

Untuk itu diperlukan suatu institusi baru yang lebih efesien dan efektif dalam

menyelesaikan sengketa dan melahirkan kesepakatan yang bersifat win-win solution

menjaga kerahasain para pihak dan menyelesaikan masalah secara komperehensif di

dalam kebersamaan dengan tetap menjaga hubungan baik.165

3. Dengan Proses Peradilan (al-Qhada)

Ulama fiqhiyah mengartikan al-qhada dengan kalimat memutuskan atau

menetapkan, lebih lanjut disebutkan bahwa al-qhada adalah menetapkan hukum

syara’ pada suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikan secara adil dan

mengikat.166

Islam sebagai agama yang diturunkan melalui wahyu merupakan agama yang

komperehensif dan way of life bagi setiap diri muslim, yang tentu saja dalam ajaran

agama ini telah megatur bagaimana langkah-langkah yang seharusnya ditempuh oleh

setiap ummat Islam ketika menghadapi perselisihan atau sengketa dengan orang lain,

untuk itu Islam mengenalkan tiga model kekuasaan penegak hukum dalam

memutuskan perkara.

164 Wirdyaningsih, Op Cit, hal 274. 165 Ibid, hal 275. 166 Gemala Dewi,dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia ,Op Cit,.hal 89.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 116: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Pertama, Al-qadla yaitu kekuasaaan yang berwenang menyelesaikan masalah-

masalah al-ahwal asy-syakhsiyah (masalah keperdataan termasuk masalah keluarga),

masalah jinayat (pidana), dan tugas tambahan lainnya.

Kedua, Al-hisbah yaitu merupakan lembaga resmi negara yang berwenang

untuk menyelesaikan masalah-masalah berupa pelanggaran ringan yang menurut

sifatnya tidak memerlukan proses peradilan, seumpama sengketa pengurangan

timbangan yang terjadi dalam sengketa jual beli.

Ketiga, Al-mudzalim yaitu badan yang dibentuk oleh pemerintah khusus untuk

membela orang-orang yang teraniaya akibat sikap semena-mena penguasa negara,

juga masalah suap dan korupsi.167

Penyelesaian sengketa melalui peradilan berarti melewati beberapa proses, salah

satunya adalah proses yang dianggap penting yaitu proses pembuktian, dalam hal ini

alat bukti adalah:

1). Ikrar yaitu pengakuan tentang tindakan dari debitur

2). Shahadat (penyaksian)

c. Yamin (sumpah)

3). Diddah (murtad)

4). Muktabah yaitu bukti-bukti tertulis, seperti akte.

5).Tabayyun yaitu upaya perolehan kejelasan yang dilakukan oleh pemeriksaan

mejelis peradilan.168

167 Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia, Op Cit,.hal

143.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 117: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Sedangkan alat bukti dalam Hukum Perdata, sesuai dengan pasal 164 HIR,

yaitu:

Alat bukti tertulis yaitu akta autentik dan akta bawah tangan.

a). Keterangan saksi

b). Pengakuan

c). Pengetahuan/persangkaan hakim.

Secara umum alat bukti dalam hukum Islam dan hukum perdata hampir sama,

cuma perbedaannya adalah terletak pada fungsi alat bukti yamin (sumpah), yang

berlafazkan seperti, Demi Allah kalimat awalnya, sedangkan pada hukum positif

adalah pengakuan saja.

Sebenarnya konflik akan terjadi bila dua pihak atau lebih dihadapkan pada

perbedaan kepentingan yang kemudian berkembang menjadi sebuah sengketa baik

pihak yang merasa dirugikan karena merasa tidak puas atas keprihatinannya baik

secara langsung terhadap pihak yang dianggap atau penyebab kerugianya tersebut.

Sepintas sebenarnya penyelesaian melalui peradilan masih dianggap sebahagian

orang dapat memberikan keputusan yang adil, namun bagi sebahagian lainnya

menganggap peradilan belum mampu merangkul kepentingan bersama, bahkan

cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaian, membutuhkan

biaya yang mahal, tidak responsif dan memumbuhkan kembangkan permusuhan

diantara para pihak yang bersengketa.

168 Gemala Dewi,dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia ,Op Cit,.hal 89.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 118: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Akan tetapi pada prinsipnya penegakan hukum hanya dapat dilakukan salah

satunya dengan kekuasaan kehakiman (judical power) yang dilembagakan secara

konstitusional yang lazim disebut dengan badan yudikatif, dengan demikian

wewenang memeriksa, mengadili sengketa hanya badan peradilan yang berwenang

sesuai dengan kekuasaan kehakiman yang juga merupakan derivate dari Mahkamah

Agung Republik Indonesia.169

Hal tersebut telah ditegaskan dalam Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Pasal 2

tentang kekuasaan kehakiman yang menyebutkan bahwa yang berwenang dan

berfungsi melaksanakan peradilan hanya badan peradilan, baik di lingkungan

Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara

dan Peradilan Mahkamah Konstitusi. Maka diluar itu dianggap bertentangan dengan

under the outhority of law.

Dalam Undang-Undang No.4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman tidak

disebutkan ke peradilan mana sengketa syari’ah tersebut ditugaskan. Bahkan Undang-

undang ini justru menjadi alas pijak lahirnya Undang-Undang No. 3 Tahun 2006

tentang Peradilan Agama yang mengamanhkan supaya menangani persoalan ekonomi

syari’ah.

Walaupun demikian masih tetap terjadi tarik menarik wewenang terhadap

penyelesaian sengketa syari’ah ini, dengan bukti masih banyak bank syari’ah yang

belum mamakai jasa Peradilan Agama sebagai tempat penyelesaian sengketa mereka

yang seharusnya di tuangkan dalam akad atau kontrak pembiayaan di maksud.

169 Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia,Op Cit,.hal 208.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 119: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Untuk itu ada beberapa alas an yang menyebabkan Peradilan Umum masih

dianggap sebagai institusi penyelesaian sengketa syari’ah, yaitu sebagai berikut :

(1). Bahwa realisasi dari kontrak bisnis di lembaga keungan syari’ah sebahagiannya

masih mengaju kepada ketentuan Bab III KUH Perdata, yang merupakan

terjemahan dari burgelijk wetboek (BW) sehingga untuk memulai suatu

transaksi secara syari’ah tidak terlepas dai pada KUH Perdata yang ada.170

(2). Wewenang Pengadilan Umum juga menangani di bidang bisnis, maka pada

Pengadilan umum tersebut dapat disediakan kamar yang memeriksa kasus

bisnis syari’ah seperti Pengadilan Niaga yang berada di bawah pengadilan

Umum.

(3). Menghindari gesekan-gesekan politis yang masih a priori terhadap Islam

sehingga memperlambat lajunya pelaksanaan sistem ekonomi syari’ah.

Namun pada pengadilan Umum ini juga terdapat kelemahan, jika penyelesaian

sengketa syari’ah di berikan kepada badan ini, yaitu :

(a).Para aparatur hukum belum tentu mengusai permasalahan syari’ah

(b).Belum ada hukum materil yang khusus menyangkut bisnis syari’ah yang

bisa dijadikan patokan para hakim di Pengadilan Umum.

Dari hal tersebut di atas sebagai rujukan dalam penyelesaian sengketa yang

terjadi di dalam perbankan syari’ah, bagi bank BNI syari’ah Medan jika harus

mendapat persoalan atau sengketa antara debitur dengan mereka tentang hal yang

170 http://agustianto.nirlah.com/2008/04/03 peradilan-agama-dan-sengketa-ekonomi-syariah,

di akses pada hari Rabu tanggal 9 bulan Juli 2008.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 120: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

tercantum dalam akad mereka, pihak BNI syari’ah Medan lebih mengedapankan

penyelesaian secara musyawarah dan mufakat, karena dengan musyawarah lebih

mencerminkan keIslamian dan melahirkan hasil yang memuaskan bagi para pihak

yang bersengketa. Jika tida ada kata sepakat antara debitur dan bank BNI syari’ah

Medan, maka persoalan tentang yang disengketakan mereka dapat menghunjuk

Badan Arbitrase Syari’ah Nasional yang ada di daerah, dan jika juga tidak dapat

terselesaikan hal ini baru diselesaikan melalui Pengadilan Niaga yang berada di

bawah naungan pengadilan Negeri Medan.171

Dengan demikian penyelesaian sengketa di bank BNI syari’ah Medan masih

berpatokan kepada aturan yang lama bukan kepada Undang-undang No 3 Tahun 2006

tentang Peradilan Agama yang sudah di beri wewenang untuk menyelesaikan perkara

ekonomi syari’ah yang termasuk kategori perkara di bank-bank syari’ah.

171 Hasil wawancara dengan bapak Ahadduddin di bank BNI Syari’ah Medan.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 121: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengaturan perjanjian pembiayaan mudharabah berlandaskan atau bersumber

dari kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist, kemudian di ikuti dengan Fatwa

Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 07/DSN-MUI/IV/2006

Tentang Pembiayaan Mudharabah dan Undang-undang No 10 Tahun 1998

sebagai perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan,

yang mada dalam undang-undang ini telah mengatur semua kegiatan perbankan

berdasarkan prinsip syari’ah, yaitu; aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam

antara bank dengan pihak lain untuk menyuplai dana atau pembiayaan kegiatan

usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari’ah antara lain

pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil mudharabah.

2. Bahwa pembiayaan mudharabah dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu

pembiayaan mudharabah muthlaqah dan pembiayaan mudharabah muqayyadah,

namun di bank BNI syari’ah Medan hanya melaksanakan pembiayaan

mudharabah muthlaqah, baik kepada badan usaha maupun perorangan. Dan

tujuan usaha dari debitur tersebut adalah untuk konstruksi atau proyek,

produksi, perumahan (real estate) dan usaha distributor barang/jasa, sebagai

106

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 122: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

contoh nisbah bagi hasil terhadap usaha proyek 60 % untuk debitur dan 40 %

kepada bank, untuk usaha perumahan adalah 90 % untuk debitur 10 % kepada

bank dengan jangka pinjaman yang cukup lama sampai mencapai 5 tahun,

sedangkan untuk usaha distributor barang/jasa adalah 80 % untuk denitur 20 %

kepada bank, yang mempunyai waktu yang relatif singkat yaitu bisa dalam 2

bulan.

3. Mekanisme pembiayaan Mudharabah di bank BNI Syari’ah Medan pada

hakekatnya hampir sama sebagaimana di bank syari’ah pada umumnya yaitu

mulai dari permohonan dari debitur untuk pembiayaan mudharabah muthalaqah

kepada bank BNI syari’ah Medan kemudian bank BNI menganalisa calon

debitur tersebut yang terakhir akan membuat kontrak/akad perjanjian yang akan

mengikat di antara keduanya secara hukum. Dalam akad kontrak tersebut akan

di jelaskan pihak-pihak yang berakad, tujuan pembiayaan, jumlah transaksi

pembiayaan, jangka waktu pengembalian, jaminan pembiayaan, menerangkan

hak dan kewajiban pihak yang berakad, wan prestasi dan untuk penyelesaian

sengketa pihak bank BNI syari’ah Medan adalah jalan musyawarah, arbitrase

melalui BASYARNAS dan pengadilan Umum/Niaga Medan.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat dikemukakan beberapa saran

yang kiranya dapat bermanfaat bagi bank BNI syari’ah Medan, sebagai berikut :

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 123: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

1. Hendaknya bank BNI Syari’ah Medan memberikan ketegasan dalam objek usaha

yang akan di jalankan oleh debitur tersebut tidak bertentangan dengan ajaran

syari’ah dan tidak hanya memuat ketentuan objek usaha sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku, sifat ke etisan dan kepatutan semata. Sebab

terkadang walaupun sudah sesuai dengan perundang-undangan, sifat ke etisan dan

kepatutan belum tentu tidak bertentangan dengan ajaran syari’ah.

2. Hendaknya bank BNI syari’ah Medan tidak hanya menfokuskan diri kepada

pembiayaan proyek-proyek tingkat lokal semata, tetapi usaha-usaha yang

produktif yang berkelas nasional dan internasional serta punya peluang

keuntungan yang lebih besar.

3. Dalam menyelesaikan sengketa hendaknya pihak bank BNI syari’ah Medan tidak

lagi menyerahkan persoalan kepada pengadilan Negeri /Pengadilan Niaga tetapi

sudah ke Pengadilan Agama Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Syari’ah

No.21 Tahun 2008 Pasal 55 dan Undang-Undang No.3 Tahun 2006 Tentang

Peradilan Agama Pasal 49 yang telah menegaskan bahwa penyelesaian sengketa

perbankan syari’ah diselesaikan di dalam lingkungan peradilan Agama.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 124: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema

Insani Press, 2001. ----------------------------------, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan,

Jakarta: Tazkia Institute, 1999. Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung: Cipta Pustaka Media,

2002. Ascary, Akad dan Produk Bank Syari’ah, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2007. Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang: Pustaka

Rizki Putra, 2001. Al-Jaziry, Abdurahman, Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba’ah, , Beirut: Darul Qolam. Al-Zuhaily, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu, Damaskus,: Darul Fikri, 1997. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, Semarang,: Kumudasmoro

Grafindo, 1994. Dewi, Gemala,dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2005. Edwin, Mustfika, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2006. Ghofur Ansory, Abdul, Pokok-Pokok Hukum Peerjanjian Islam Di Indonesia,

Yogyakarta: Citra Media, 2006. Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000. Hanitijo Soemitro, Ronny, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Gahlia Indonesia,

1982. Karim, Adiwarman A, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004. Khallaf, Abdul, Wahab, Ilmu Ushulul Fiqh, Bandung: Gema Risalah Perss, 1996.

109

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 125: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Mufti, Aries, Bunga Bank: Maslahat atau Muslihat, Jakarta: Pustaka Quantum, 2005. Lubis, Suhawardi, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000. --------------------------,Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1994. Qordhawi, Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta :Gema Insani Perss,

1997. Prodjodikoro, R Wirjono, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung: Mandar Maju,

2000. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, Jakarta:

PT.Raja Grafindo, 2008. Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004. Syahrin, Alvi, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan

Pemukiman Berkelanjutan, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003. Saeed, Abdullah, Bank Islam Dan Bunga, Suatu Kritis Larangan Riba Dan

Interpretasi Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. -------------------, Menyoal Bank Syari’ah, Kritik Atas Interpretasi Bunga Kuam Neo-

Revivalis, Jakarta: Paramadina, 2004. Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Jakarta: Kencana Pranada

Media Group, 2004. Sudarsono, Heri, Bank Dan Lembaga Keuangan syari’ah Diskripsi dan Ilustrasi,

Yogyakarta: Ekonisia, 2003. Sumatiro, Warkun, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lemabaga Terkait

(BMUI & Takaful) Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Sitompul, Zulkarnain, Problematika Perbankan, Bandung: Books Terrace Oliblary,

2005. Thaib, Hasballah, Hukum Aqad (kontrak)Dalam Fiqh Islam dan Praktek Di Bank

Sistem Syari’ah, Medan: 2005. Yunita, Diana Ascarya, Bank Syari’ah: Gambaran Umum, Jakarta: Bank Indonesia,

2005.

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008

Page 126: beritauntukmu.files.wordpress.com · ANALISIS PELAKSANAAN PERJANJIAN . BAGI HASIL (MUDHARABAH) ANTARA DEBITUR . DAN BANK DENGAN SISTEM SYARI’AH (Penelitian Di Bank BNI Syari’ah

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia, Jakarata: Kencana, 2005. Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah, Jakarta: Zikrul

Hakim, 2003. Makalah Nasution, Bismar, Makalah Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan

Hukum, Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Pebruari 2003. ---------------------, Mengkaji Ulang Sebagai landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato

Pada Pengukuhan Guru Besar,USU- Medan 17 April 2004. ---------------------, Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal, makalah yang

disampaikan pada loka karya Pengelolaan Perusahaan (corporate governance), kerja sama program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of Soulth Carolina, di Jakarta tanggal 4 Mei tahun 2000.

--------------------, Hukum dan Ekonom, makalah disampaikan pada Seminar Nasional

dengan tema ‘Signifikansi Hukum Islam Dalam Merespon Issu-issu Global”, di Pascasarjana IAIN SU Medan, tanggal 19 juni 2004.

Zulkarnain Sitompul, Kemungkinan penerapan Universal Banking Syari’ah Di Indonesia, Kajian Dari perspektip Bank Syari’ah, Jurnal Hukum Bisnis. Vol.20, Agustus-September 2002.

Internet

http://agustianto.nirlah.com/2008/04/03.peradilan-agama-dan-sengketa-ekonomi-syariah, di akses pada hari Rabu tanggal 9 bulan Juli 2008. http://pa-pangkalpinang.pta-tabel-net/images/stories/artikel/makalah%20abdul%20 manan. pdf.di akses pada hari rabu tanggal 9 Juli 2008. http://syari’ah-online.org/ruu/tanggapan-terhadap-usulan-pemerintah-naskah-ruu- perbankan - syari%E2%80%90ah/default.asp

Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan), 2008. USU e-Repository © 2008