16
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018 ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN KESEHATAN TEMPAT-TEMPAT UMUM DI UPT PUSKESMAS SINDANGJAYA KOTA BANDUNG 2018 Ayu Laili Rahmiyati 1 , Zenica Bela 2 1 Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Bandung 2 Puskesmas Sindangjaya Kota Bandung ([email protected], 081289248964) ABSTRAK Isu sanitasi di tempat-tempat umum merupakan salah satu indikator kesehatan lingkungan, karena tempat umum merupakan tempat bertemunya berbagai anggota masyarakat dengan berbagai sumber penyakit yang berpotensi menyebarkan segala penyakit. Berdasarkan data Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, secara nasional prosentase TTU yang telah memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016 adalah mencapai 52,46%, pencapaian ini telah melebihi target Renstra Kementrian Kesehatan 2016 yaitu 52%. Provinsi dengan prosesntase tertinggi adalah Kalimantan Utara (89,47%), Kep. Bangka Belitung (88,53%) dan Bengkulu (86,76%) sedangkan Provinsi Jawa Barat tidak termasuk 3 tertinggi karena nilai capaiannya masih 71,81%.Tujuan analisis pelaksanaan program pengawasan TTU ini dilakukan untuk mengetahui gambaran situasi TTU, pelaksanaan dan hambatan pelaksanaan pengawasan TTU di Puskesmas Sindangjaya Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian yaitu pengawasan Tempat-Tempat Umum yang ada diwilayah UPT Puskesmas Sindangjaya yang berjumlah 67 sarana, 43 diantaranya telah diperiksa dan memenuhi syarat dengan presentase 64%. Sedangkan target pengawasan Tempat-Tempat Umum adalah 75% masih dibawah target. Dalam pelaksanaan progam pengawasan TTU tersebut, hanya terdapat 2 orang sanitarian, belum adanya pencatatan dan pendokumentasian,belum adanya tindak lanjut dari hasil kunjungan, sehingga setelah pemeriksaan selesai tidak direncanakan kembali kapan kunjungan selanjutnya, untuk meninjau kembali apakah saran dari kunjungan sebelumnya sudah diperbaiki atau belum. Selain itu, kegiatan promosi kesehatan terkait sarana TTU belum pernah dilaksanakan, kurangnya kordinasi petugas sanitarian dengan kader/RW terkait keberadaan TTU. Kesimpulan penelitian yaitu pelaksanaan program pengawasan TTU penting adanya perencanaan, penjadwalan kunjungan pengawasan TTU, pendokumentasian, perlunya standar pencatatan dalam pengawasan TTU, perlunya koordinasi dengan masyarakat/kader RW setempat, sehingga dengan adanya keterbatasan pegawai sanitasi dapat diatasi dengan bantuan para kader dalam pengawasan TTU, penting adanya peraturan yang mengenai pengawasan TTU karena berpotensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan maupun gangguan kesehatan lainnya. Kata Kunci: Analisis, Program Pengawasan, Tempat-Tempat Umum

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN KESEHATAN

TEMPAT-TEMPAT UMUM DI UPT PUSKESMAS SINDANGJAYA

KOTA BANDUNG 2018

Ayu Laili Rahmiyati1, Zenica Bela2

1Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Bandung 2Puskesmas Sindangjaya Kota Bandung

([email protected], 081289248964)

ABSTRAK

Isu sanitasi di tempat-tempat umum merupakan salah satu indikator kesehatan lingkungan, karena tempat

umum merupakan tempat bertemunya berbagai anggota masyarakat dengan berbagai sumber penyakit

yang berpotensi menyebarkan segala penyakit. Berdasarkan data Dirjen Kesehatan Masyarakat

Kemenkes RI, secara nasional prosentase TTU yang telah memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016

adalah mencapai 52,46%, pencapaian ini telah melebihi target Renstra Kementrian Kesehatan 2016 yaitu

52%. Provinsi dengan prosesntase tertinggi adalah Kalimantan Utara (89,47%), Kep. Bangka Belitung

(88,53%) dan Bengkulu (86,76%) sedangkan Provinsi Jawa Barat tidak termasuk 3 tertinggi karena nilai

capaiannya masih 71,81%.Tujuan analisis pelaksanaan program pengawasan TTU ini dilakukan untuk

mengetahui gambaran situasi TTU, pelaksanaan dan hambatan pelaksanaan pengawasan TTU di

Puskesmas Sindangjaya Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dan studi

dokumentasi. Hasil penelitian yaitu pengawasan Tempat-Tempat Umum yang ada diwilayah UPT

Puskesmas Sindangjaya yang berjumlah 67 sarana, 43 diantaranya telah diperiksa dan memenuhi syarat

dengan presentase 64%. Sedangkan target pengawasan Tempat-Tempat Umum adalah 75% masih

dibawah target. Dalam pelaksanaan progam pengawasan TTU tersebut, hanya terdapat 2 orang sanitarian,

belum adanya pencatatan dan pendokumentasian,belum adanya tindak lanjut dari hasil kunjungan,

sehingga setelah pemeriksaan selesai tidak direncanakan kembali kapan kunjungan selanjutnya, untuk

meninjau kembali apakah saran dari kunjungan sebelumnya sudah diperbaiki atau belum. Selain itu,

kegiatan promosi kesehatan terkait sarana TTU belum pernah dilaksanakan, kurangnya kordinasi petugas

sanitarian dengan kader/RW terkait keberadaan TTU. Kesimpulan penelitian yaitu pelaksanaan program

pengawasan TTU penting adanya perencanaan, penjadwalan kunjungan pengawasan TTU,

pendokumentasian, perlunya standar pencatatan dalam pengawasan TTU, perlunya koordinasi dengan

masyarakat/kader RW setempat, sehingga dengan adanya keterbatasan pegawai sanitasi dapat diatasi

dengan bantuan para kader dalam pengawasan TTU, penting adanya peraturan yang mengenai

pengawasan TTU karena berpotensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran

lingkungan maupun gangguan kesehatan lainnya.

Kata Kunci: Analisis, Program Pengawasan, Tempat-Tempat Umum

Page 2: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

ABSTRACT

The issue of sanitation in public places is one of the indicators of environmental health, because the

public place is a meeting place of various members of the community with various sources of diseases

that have the potential to spread all diseases. Based on data from the Directorate General of Public

Health Ministry of Health, nationally the percentage of TTU that has fulfilled the health requirement in

2016 is 52.46%, this achievement has exceeded the target of Renstra Ministry of Health 2016, 52%.

Provinces with the highest percentage were North Kalimantan (89.47%), Kep. Bangka Belitung (88.53%)

and Bengkulu (86.76%) while West Java Province excludes the highest 3 because the value is still

71.81%. The purpose of the analysis of the implementation of TTU supervision program was conducted to

find out the situation of TTU, implementation and obstacles of TTU supervision implementation at

Puskesmas Sindangjaya Bandung. Method: Qualitative research method. Data collection was done by

interview and observation and documentation study. Result: Supervision of Public Places in the area of

UPT Puskesmas Sindangjaya which amounted to 67 means, 43 of which have been checked and fulfill the

requirement with 64% percentage. While the target of Public Places surveillance is 75% is still below

target. In the implementation of the TTU supervision program, there are only 2 sanitarians, no record

and documentation, no follow-up from the visit result, so that after the inspection is not re-planned any

subsequent visits, to review whether suggestions from previous visits have been improved or not. . In

addition, health promotion activities related to TTU facilities have never been implemented, lack of

coordination of sanitarian officers with cadres / RW related to the existence of TTU. Conclusion: The

implementation of the TTU supervision program is important in the planning, scheduling of TTU

supervision visits, documentation, the need for recording standards in TTU supervision, the need for

coordination with local RW community / cadres so that with limited sanitation personnel can be

overcome with the help of cadres in TTU supervision, the existence of regulations concerning the

supervision of TTU because of potential as a place for the occurrence of disease transmission,

environmental pollution or other health problems.

Keywords: Analysis, Monitoring Program, Public Places

Page 3: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

A. PENDAHULUAN

Isu sanitasi merupakan masalah yang perlu

diperhatikan semua pihak karena berkaitan dengan

seluruh kegiatan manusia (Fachri, 2013).Sanitasi

yang tidak sehat berpotensi menimbulkan berbagai

macam penyakit.Karena itu, kampanye sanitasi

sehat harus terus digalakkan. Sekitar 2,4 juta

kematian di dunia (4,2% dari jumlah semua

kematian) dapat dicegah setiap tahun jika semua

orang menjaga kebersihan dengan baik dan

memiliki fasilitas sanitasi dan air bersih yang

memadai (Bartram & Cairncross, 2010).

Di antara masalah utama yang menjadi

penyebab masalah sanitasi di negara-negara

berkembang menurut WHO (2010) dalam Itchon

dan Gensch (2013) adalah: kurangnya prioritas

yang diberikan pada sektor sanitasi, kurangnya

sumber daya keuangan, kurangnya keberlanjutan

pelayanan air bersih dan sanitasi, perilaku

kebersihan yang buruk dan sanitasi yang tidak

memadai di tempat-tempat umum termasuk rumah

sakit, puskesmas, sekolah dan lain-lain.

Pusat Kesehatan Masyarakat yang biasa

disebut Puskesmas merupakan sarana fasilitas

kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setingi-tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu

pelayanan kesehatan yang terdapat di puskesmas

adalah pelayanan kesehatan lingkungan yaitu

merupakan salah satu bagian dari pelayanan

puskesmas yang bertujuan mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,

biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit

dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan

oleh faktor risiko lingkungan. (Permenkes No. 13

Tahun 2015).

Faktor risiko lingkungan adalah hal,

keadaan, atau peristiwa yang berkaitan dengan

kualitas media lingkungan yang mempengaruhi

atau berkontribusi terhadap terjadinya penyakit

dan/atau gangguan kesehatan.Lingkungan

merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat.Setiap Puskesmas

wajib menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

Lingkungan.

Berdasarkan Indikator SPM Permenkes No

828/Menkes/IX/2008), Kegiatan pelayanan

kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk :

konseling terhadap pasien yang menderita

penyakit berbasis lingkungan, inspeksi kesehatan

lingkungan dengan pengamatan fisik media

lingkungan dan intervensi kesehatan lingkungan

dari data yang didapatkan. Terdapat beberapa

cakupan dalam menentukan derajat kesehatan

lingkungan di suatu wilayah, diantaranya; cakupan

rumah sehat, cakupan jamban sehat, cakupan

keluarga dengan sumber air minum terlindung,

cakupan pengawasan tempat – tempat umum

(TTU) dan cakupan tempat pengelolaan makanan

(TPM).

Salah satu indikator kesehatan lingkungan

adalah tempat–tempat umum (TTU). Menurut

Mukono (2006), sanitasi di tempat-tempat umum,

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

cukup mendesak. Karena tempat umum

merupakan tempat bertemunya masyarakat dengan

segala penyakit yang berpotensi diderita anggota

masyarakat. Oleh sebab itu, tempat umum bisa

menjadi tempat menyebarnya segala penyakit

terutama penyakit yang medianya makanan,

minuman, udara dan air.Dengan demikian sanitasi

tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan

kesehatan untuk melindungi, memelihara, dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Tempat-tempat umum (TTU) perlu terus

dipantau dan dibina tentang keadaan lingkungan

dan upaya untuk menciptakan lingkungan sehatnya

secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.Hal ini

disebabkan karena tempat–tempat umum

berpeluang menjadi sumber tempat tersebarnya

Page 4: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

wabah penyakit.Tempat-tempat umum (TTU)

merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak

orang dan berpotensi menjadi tempat persebaran

penyakit.

Penularan penyakit dapat terjadi di tempat-

tempat umum karena kurang tersedianya air bersih

dan jamban, kurang baiknya pengelolaan sampah

dan air limbah, kepadatan vektor berupa lalat dan

nyamuk, kurangnya ventilasi dan pencahayaan,

kebisingan dan lain-lain. Tempat-tempat umum

yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai

penyakit antara lain diare, infeksi saluran

pernafasan akut serta penyakit-penyakit akibat

terpapar asap rokok, seperti : penyakit paruparu,

jantung dan kanker, yang selanjutnya dapat

menurunkan kualitas sumber daya manusia dan

berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit.

Berdasarkan Direktorat Jenderal Kesehatan

Masyarakat, Kemenkes RI, tahun 2017, secara

nasional persentase TTU yang telah memenuhi

syarat kesehatan pada tahun 2016 adalah mencapai

52,64%, pencapaian ini telah melebihi target

Renstra Kementerian Kesehatan 2016 yaitu 52%.

Namun capaian tersebut cenderung menurun

dibandingkan capaian tahun 2015 (61,44%).

Provinsi dengan persentase tertinggi adalah

Kalimantan Utara (89,47%), Kep. Bangka

Belitung (88,53%), dan Bengkulu (86,76%)

sedangkan Provinsi Jawa Barat tidak termasuk 3

teringgi karena nilai capaiannya masih 71,81%.

Berdasarkan pencatatan pelaporan

kabupaten/kota di Jawa Barat selama tahun 2016

tercatat 36.049 buah Tempat-tempat umum (TTU)

yang terdiri dari sarana pendidikan sebanyak

32.893 buah, sarana kesehatan (RS dan

Puskesmas) sebanyak 1.378 buah dan hotel

sebanyak 1.778, diketahui 23.860 buah (66,19%)

B. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

pndekatan kualitatif. Alasan peneliti menggunakan

dinyatakan memenuhi syarat kesehatan, akan

tetapi masih terdapat 12.189 buah (33,81%) TTU

yang belum memenuhi syarat kesehatan. Cakupan

Tempat Tempat Umum (TTU) tertinggi di Kota

Cirebon sebesar 96,9% sedangkan Kota Bandung

sebesar53,1% nilai ini cukup jauh dengan Kota

Cirebon yang sudah hampir 100% (Profil

Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2016).

Menurut Profil Dinas Kesehatan Kota

Bandung tahun 2016, Tempat-tempat umum

meliputi terminal, pasar, tempat ibadah, station,

tempat rekreasi, dan lain-lain.Tempat-tempat

umum yang diulas dalam profil kesehatan ini

adalah sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan

hotel yang totalnya berjumlah sebanyak 1.756

titik. Sebanyak 1.332 TTU atau 75,85 %

diantaranya telah memenuhi syarat kesehatan.

Persentase TTU memenuhi syarat tahun 2016

meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 75,73%.

Cakupan tertinggi diperoleh Kecamatan Gedebage

dengan presentase 100% sedangkan beberapa

Kecamatan lain masih cukup jauh tertinggal

seperti kecamatan Mandalajati (60%), Sukajadi

(65%), Cicendo (66%).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota

Bandung tahun 2016, salah satu Kecamatan yang

cakupan TTU nya masih terbilang rendah yaitu

Kecamatan Mandalajati yang merupakan wilayah

kerja UPT Puskesmas Sindangjaya memiliki

jumlah TTU sebanyak 50 titik diantaranya 30 SD,

10 SLTP, 5 SLTA dan 5 puskesmas. Presentasi

TTU yang memenuhi syarat masih 60% dan

tergolong lebih rendah bila dibandingkan dengan

UPT Puskesmas yang lain seperti UPT Puskesmas

Riung Bandung Kecamatan Gedebage yang sudah

mencapai 100%.

metode tersebut karena penelitian ini berusaha

ingin mengetahui atau menggali secara mendalam

tentang fenomena atau permasalahan yang menjadi

Page 5: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

fokus penelitian, dengan menganalisis data

sekunder,dan wawancara langsung untuk menggali

data primer.Pengumpulan data pada penelitian

kualitatif dilakukan secara natural atau alamiah,

C. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian, UPT

Puskesmas Sindangjaya dengan meningkatkan

upaya Pembangunan Kesehatan Kota Bandung

sedang terus melakukan peningkatan mutu

sumber data primer, dan teknik pengumpulan data

lebih banyak pada obeservasi berperan serta

(participation obeservation).

pelayanan, evaluasi dan perbaikan-

perbaikan dalam peningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Berikut data demografi

dan tempat-tempat umum.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016

NO KELOMPOK UMUR JUMLAH

1 0-4 2.091

2 5-14 7.284

3 15-44 9.464

4 45-64 5.414

5 >65 1.100

Jumlah 25.353

(Sumber data : Laporan Kependudukan Kelurahan Sindangajya dan Kelurahan Pasir Impun, tahun2016)

Berdasarkan tabel 3.1, penduduk

wilayah kerja UPT Puskesmas Sindangjaya

sebesar 25.353 orang dengan jumlah

kelurahan 2 yaitu Kelurahan Sindangjaya

dan Kelurahan Pasir impun. Komposisi

jumlah penduduk terbanyak terdapat pada

kelompok umur 15-44 tahun sebanyak

sebanyak 9.464 orang dan jumlah penduduk

terrendah yaitu kelompok umur >65 tahun

sebanyak 1.100.

a. Tingkat Pendidikan

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang

Ditamatkan Di Wilayah UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016

NO Pendidikan Jumlah

1 Belum Sekolah 1.737

2 Tidak tamat SD 4.780

3 SD 5.054

4 SLTP 5.789

5 SMU 5.004

6 D1/D3 1.738

7 PT 1.251

Jumlah 25.353

(Sumber data : Laporan Kependudukan Kelurahan Sindangajya dan Kelurahan Pasir Impun, tahun2016)

Page 6: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

Berdasarkan tabel 3.2, jumlah penduduk

menurut tingkat pendidikan di wilayah kerja

UPT Puskesmas Sindangjaya paling banyak

adalah SLTP dengan jumlah 5.789 orang

sedangkan yang paling rendah adalah Perguruan

Tinggi yaitu sebesar 1.251 orang.

c. Mata pencaharian Penduduk

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016

NO Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negeri 1.229

2 TNI/POLRI 65

3 Pegawai Swasta 5.306

4 Tani 1.497

5 Dagang 5.004

6 Pelajardanmahasiswa 961

7 Pensiunan 833

8 Lain-lain 10.458

(Sumber data : Laporan Kependudukan Kelurahan Sindangajya dan Kelurahan Pasir Impun, tahun2016)

Berdasarkan tabel 3.3, mata pencaharian

tertinggi di wilayah kerja UPT Puskesmas

Sindangjaya adalah lain-lain sebesar 10.458

orang dan terendah adalah TNI/POLRI

dengan jumlah 65 orang.

Data 10 Pola Penyakit Terbanyak Penderita Umum di wilayah UPT Puskesmas Sindangjaya

Tahun 2016

Tabel 3.4 Jumlah 10 Pola Penyakit Terbanyak Penderita UmumDi Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2016

No Jenis Penyakit Jumlah

1 Common Cold 1867

2 Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut 1565

3 Hipertensi Essensial 1484

4 Myalgia 750

5 Batuk 652

6 Dispepsia 649

7 Sakit Kepala 601

8 Derrmatitis 475

9 Diare dan Gastroenteritis 388

10 Faringitis Akut 317 (Sumber data : Laporan tahunan UPT Puskesmas Sindangjaya tahun 2016)

Berdasarkan tabel 3.4,

kecenderunganpola penyakit pasien yang

berobat ke Puskesmas adalah masalah

pernafasan. Hal ini menunjukkan adanya

faktor risiko polutan yang ditimbulkan dari

lingkungan yang kurang sehat. Setelah itu,

penyakit nyeri sendi dan hipertensi. Hal ini

menunjukkan adanya perubahan pola hidup

yang mengarah pada penyakit degeneratif.

Page 7: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

Cakupan pengawasan program kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:

a) Pengawasan Rumah Sehat

Tabel 3.5 Cakupan Pengawasan Rumah di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 Rumah Yang Ada 6.040

41,40% 75% 2 Rumah Yang di Periksa 4.275

3 Rumah Yang Sehat 2.500

4 Rumah Yang Memenuhi Syarat 41,40%

(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)

Berdasarkan tabel 3.5, dari 6.040

rumah yang ada sudah 2.500 rumah yang

telah diperiksa dan sehat. Pencapaian dari

cakupan pengawasan rumah sehat adalah

41,40% dari target yaitu 75%.

Hal ini disebabkan, sasaran rumah yang ada

memiliki nilai yang besar sedangkan tenaga

sanitarian hanya berjumlah 2 orang.

b) Pengawasan Sarana Air Bersih

Tabel 3.6 Cakupan Pengawasan Sarana Air Bersih di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 SAB Yang Ada 6.599

59% 80% 2 SAB Yang di Periksa 3.966

3 SAB Yang Sehat 3.900

4 SAB Yang Memenuhi Syarat 59%

(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)

Berdasarkan tabel 3.6, dari 6.599

Sarana Air Bersih yang ada sudah 3.900

SAB yang telah diperiksa dan sehat.

Pencapaian dari cakupan pengawasan

Sarana Air Bersih adalah 59% dari target

yaitu 80%. Hal ini disebabkan, sasaran SAB

yang ada memiliki nilai yang besar

sedangkan tenaga sanitarian hanya

berjumlah 2 orang. Sehingga sasaran belum

semua tercapai.

c) Pengawasan Jamban Keluarga

Tabel 3.7 Cakupan Pengawasan Jamban di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 JAGA Yang Ada 6.042

71% 75% 2 JAGA Yang Diperiksa 6.036

3 JAGA Yang Sehat 4.298

4 JAGA Yang memenuhi Syarat 71%

(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)

Page 8: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

d) Pengawasan SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah)

Tabel 3.8 Cakupan Pengawasan SPAL di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 Sarana Pembuangan Air Limbah Yang

Ada 5.168

62,6% 80%

2 Sarana Pembuangan Air Limbah Yang

Diperiksa 4.275

3 Sarana Pembuangan Air Limbah Yang

Sehat 3.235

4 SPAL Memenuhi syarat 62,6%

(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)

Berdasarkan tabel 3.8, dari 5.168 sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang ada sudah

3.235 SPAL yang telah diperiksa dan memenuhi syarat. Pencapaian dari cakupan pengawasan

SPAL adalah 62,6% dari target yaitu 80%.

e) Pengawasan Inspeksi Sanitasi TTU

Tabel 3.9 Cakupan Pengawasan Inspeksi Sanitasi TTU di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 Jumlah TTU yang Ada 67

64% 75%

2 Jumlah TTU Yang

diperiksa 43

3 Jumlah TTU Yang Sehat 43

4 % TTU memenuhi syarat 64%

(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)

Berdasarkan tabel 3.9, dari 67 TTU yang ada sudah 42 TTU yang telah diperiksa dan

memenuhi syarat. Pencapaian dari cakupan pengawasan TTU adalah 64% dari target yaitu 75%.

f) Pengawasan Inspeksi Sanitasi TPM

Tabel 3.10 Cakupan Pengawasan Inspeksi Sanitasi TPM di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO Uraian Jumlah Pencapaian Target

1 Jumlah Sarana TPM Yang Ada 116

49% 75%

2 Jumlah Sarana TPM Yang

Diperiksa 57

3 Jumlah TPM Yang Sehat 57

4 % TPM Memenuhi syarat 49%

(Sumber data : Program Kesling tahun 2017)

Berdasarkan tabel 3.10, dari 116 TPM yang ada sudah 57 TPM yang telah diperiksa dan

memenuhi syarat. Pencapaian dari cakupan pengawasan TPM adalah 49% dari target yaitu 75%.

Page 9: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

g) Data Pelaksanaan Program Pengawasan Tempat-tempat Umum (TTU) di UPT

Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

Tabel 3.11 Data Jenis Sarana Tempat-tempat umum (TTU) di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Sindangjaya Tahun 2017

NO JENIS SARANA

KEL. SINDANGJAYA KEL.PASIRIMPUN

JUMLAH JUMLAH

SARANA DIPERIKSA MS SARANA DIPERIKSA MS

A. INSTITUSI YANG DIBINA

1 Rumah Sakit 0 0 0 0 0 0

2 Puskesmas 1 1 1 0 0 0

3

Sarana Kesehatan

Lainnya 14 0 0 0 0 0

4 Sekolah 14 4 4 2 2 2

5 Rutan 0 0 0 0 0 0

6 Perkantoran 2 0 0 2 0 0

7 Tempat Penitipan Anak 0 0 0 0 0 0

8 Panti Asuhan 0 0 0 0 0 0

9 Asrama 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 31 5 5 4 2 2

B. TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU)

1 Hotel 0 0 0 0 0 0

2 Penginapan 0 0 0 0 0 0

3 Kolam renang 1 0 0 1 0 0

4 Bioskop 0 0 0 0 0 0

5 Pasar (tradisional /

modern) 0 0 0 0 0 0

6 T.Rekreasi/Sarana

Pariwisata 0 0 0 0 0 0

7 Sanggar senam 1 0 0 0 0 0

8 Fitnes Centre 1 0 0 0 0 0

9 Terminal 0 0 0 0 0 0

10 Bandara 0 0 0 0 0 0

11 Stasiun 0 0 0 0 0 0

12 Mesjid 15 2 2 13 0 0

13 Salon 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 18 2 2 14 0 0

(Laporan bulanan Kesling, Januari 2018)

Page 10: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

Berdasarkan tabel 3.11, dari 67 TTU yang

ada 9 diantaranya sudah di kunjungi pada

bulan februari dengan hasil memenuhi

syarat kesehatan lingkungan, antara lain : 6

sekolah, 1 puskesmas dan 2 mesjid. Kondisi

di lapangan menunjukan bahwa hubungan

pengelola TTU dengan petugas puskesmas

sangatlah baik dikarenakan waktu

kunjungan tidak menganggu aktivitas dari

TTU itu sendiri.

D. PEMBAHASAN

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75

Tahun 2014 menyebutkan bahwa puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan

tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan

kesehatan untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya

dalam rangka mendukung terwujudnya

Kecamatan Sehat. Selain melaksanakan tugas

tersebut, Puskesmas memiliki fungsi sebagai

penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat

(UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan

Perseorangan (UKP), (Profil Kesehatan Jawa

Barat Tahun 2017).

Pelaksanaan program pengawasan tempat-

tempat umum (TTU) masih terus ditingkatkan.

Ditandai dengan belum tercapainya nilai

pencapaian program pengawasan tempat-

tempat umum (TTU) yang sesuai dengan

target yang telah di tetapkan yaitu 75%. Dari

67 TTU yang ada, 43 diantaranya memenuhi

syarat dengan presentase 64%. Berarti masih

ada kesenjangan pencapaian sebesar 11%. Hal

ini disebabkan karena jumlah sasaran yang

banyak sedangkan jumlah tenaga terbatas

dengan beban kerja yang tidak sedikit.

Kurangnya koordinasi petugas sanitarian

dengan masyarakat / kader masing-masing

RW terkait keberadaan sarana Tempat-tempat

Umum (TTU). Masih ada beberapa sarana

tempat umum yang belum terdata oleh petugas

sanitarian. Seiring berjalannya waktu, banyak

sarana tempat-tempat umum yang baru dan

tidak diketahui oleh Puskesmas. Sejauh ini,

informasi yang petugas sanitarian dapat

berasal dari Kader-kader saat kegiatan

posyandu dan belum optimal disetiap RW.

Tempat-tempat umum adalah suatu

tempat dimana umum (semua orang) dapat

masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul

mengadakan kegiatan baik secara insidentil

maupun terus menerus. Tempat-tempat umum

merupakan tempat kegiatan bagi umum yang

mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap

yang diselenggarakan oleh badan pemerintah,

swaasta, dan atau perorangan yang

dipergunakan langsung oleh masyarakat

(Alfian dkk, 1977).

Tempat-Tempat Umum Menurut

Kepmenkes Nomor 288 tahun 2003, Sarana

dan bangunan umum merupakan tempat dan

atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat

umum untuk melakukan kegiatannya, oleh

karena itu perlu dikelola demi kelangsungan

kehidupan dan penghidupannya untuk

mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa

dan sosial, yang memungkinkan penggunanya

hidup dan bekerja dengan produktif secara

social ekonomis. Sarana dan bangunan umum

dinyatakan memenuhi syarat kesehatan

lingkungan apabila memenuhi kebutuhan

fisiologis, psikologis dan dapat mencegah

penularan penyakit antar pengguna, penghuni

dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus

memenuhi persyaratan dalam pencegahan

terjadinya kecelakaan. Menurut Departemen

kesehatan RI tempat-tempat umum adalah

tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan

oleh badan-badan pemerintah, swasta,

perorangan yang langsung digunakan oleh

masyarakat, mempunyai tempat dan kegiatan

tetap serta memiliki fasilitas. Tempat-tempat

Page 11: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

umum memiliki potensi sebagai tempat

terjadinya penularan penyakit, pencemaran

lingkungan, ataupun gangguan kesehatan

lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan

sanitasi terhadap tempat-tempat umum

dilakukan untuk mewujudkan lingkungan

tempat-tempat umum yang bersih guna

melindungi kesehatan masyarakat dari

kemungkingan penularan penyakit dan

gangguan kesehatan lainnya (Budiman, 2007).

Menurut Budiman (2006), Tempat-

tempat umum meliputi hotel, terminal

angkutan umum, pasar tradisional atau

swalayan pertokoan, bioskop, salon

kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti

pijat, taman hiburan, gedung pertemuan,

pondok pesantren, tempat ibadah, objek

wisata, dan lain-lain.

1. Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Sanitasi menurut kamus besar bahasa

Indonesia diartikan sebagai pemelihara

kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah

upaya pengendalian semua faktor lingkungan

fisik manusia, yang mungkin menimbulkan

atau dapat menimbulkan hal-hal yang

merugikan, bagi perkembangan fisik,

kesehatan, dan daya tahan hidup manusia

(Mundiatun, 2014). Sanitasi tempat-tempat

umum merupakan usaha untuk mengawasi

kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat

umum terutama yang erat hubungannya

dengan timbulnya atau menularnya suatu

penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan

oleh kegiatan tersebut dapat dicegah (Fahmi,

2009).

Sanitasi tempat-tempat umum menurut

Mukono (2006), merupakan problem

kesehatan masyarakat yang cukup mendesak.

Tempat umum merupakan tempat bertemunya

segala macam masyarakat dengan segala

penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh

sebab itu tempat umum merupakan tempat

menyebarnya segala penyakit terutama

penyakit yang medianya makanan, minuman,

udara dan air, dengan demikian sanitasi

tempat-tempat umum harus memenuhi

persyaratan kesehatan dalam arti melindungi,

memelihara, dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Tempat-tempat umum

harus mempunyai kriteria sebagai berikut :

1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum,

artinya masyarakat umum boleh keluar

masuk ruangan tempat umum dengan

membayar atau tanpa membayar.

2. Harus ada gedung/ tempat peranan,

artinya harus ada tempat tertentu dimana

masyarakat melakukan aktivitas tertentu.

3. Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan

dan aktivitas dari pengunjung tempat-

tempat umum tersebut.

4. Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat

umum tersebut harus sesuai dengan

ramainya, harus mempunyai fasilitas

tertentu yang mutlak diperlukan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di tempat-

tempat umum.

Tempat atau sarana layanan umum yang

wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan

antara lain, tempat umum atau sarana umum

yang dikelola secara komersial, tempat yang

memfasilitasi terjadinya penularan penyakit,

atau tempat layanan umum yang intensitas

jumlah dan waktu kunjungannya tinggi.

2. Pengawasan Sanitasi Tempat Umum

Pengawasan sanitasi Tempat-Tempat

Umum adalah kegiatan pengawasan terhadap

tempat-tempat umum agar tercipta kondisi

tempat-tempat umum yang memenuhi syarat

kesehatan, bebas dari faktor resiko penyakit

dan kecelakaan terhadap masyarakat di dalam

tempat-tempat umum maupun terhadap

masyarakat di sekitar/diluar tempat-tempat

umum tersebut. Tujuan umum pengawasan

dan pembinaan tempat tempat umum adalah

terlaksananya pengawasan kesehatan

lingkungan untuk mewujudkan tempat tempat

umum yang bersih, nyaman dan sehat.

Sedangkan tujuan khususnya adalah

teridentifikasinya faktor risiko lingkungan di

TTU, teridentifikasinya faktor risiko perilaku

Page 12: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

di TTU, terwujudnya rekomendasi dan tindak

lanjut dan terwujudnya TTU yang bersih,

nyaman dan sehat.

Tujuan pengawasan sanitasi tempat-

tempat umum, antara lain :

a. Untuk memantau sanitasi tempat-tempat

umum secara berkala.

b. Untuk membina dan meningkatkan peran

aktif masyarakat dalam menciptakan

lingkungan yang bersih dan sehat

ditempat-tempat umum.

c. Mencegah timbulnya berbagai macam

penyakit menular dan penyakit akibat

kerja.

Penyelenggaraan kesehatan

lingkungan terdiri dari upaya penyehatan,

upaya pengamanan dan upaya

pengendalian.

a. Upaya penyehatan

Pengawasan, pelindungan dan

peningkatan kualitas pangan, air dan

sarana bangunan.

Pemantauan, pencegahan penurunan

kualitas tanah dan udara.

b. Upaya pengamanan

Pengawasan pembuangan limbah

yang sesuai dengan perundang-

undangan.

Pengolahan limbah cair, padat dan

gas sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Perlindungan kesehatan masyarakat

dari dampak sampah yang tidak

diolah, zat kimia yang berbahaya,

gangguan fisik udara, radiasi pengion

dan non pengion serta pestisida.

c. Upaya pengendalian vektor dan binatang

penganggu pembawa penyakit

Melalui kegiatan pengamatan dan

penyelidikan bioekologi, Status

kevektoran, Status resistensi, Efikasi,

Pemeriksaan spesimen, pengendalian

vektor pengelolaan lingkungan dan

pengendalian vektor terpadu.

Menggunakan metode pengendalian

terdiri dari fisik, kimia, biologi,

pengelolaan lingkungan terpadu.

3. Penyakit yang disebabkan / ditularkan di

Tempat –Tempat Umum (TTU)

Menurut Chandra (2006), tempat-

tempat umum memiliki potensi sebagai

tempat terjadinya penularan penyakit,

pencemaran lingkungan ataupun

gangguan kesehatan lainnya. Kondisi

lingkungan tempat-tempat umum yang

tidak terpelihara akan menambah

besarnya resiko penyebaran penyakit serta

pencemaran lingkungan sehingga perlu

dilakukan upaya pencegahan dengan

menerapkan sanitasi lingkungan yang

baik.

Oleh sebab itu tempat umum

merupakan tempat menyebarnya segala

penyakit terutama penyakit yang

medianya makanan, minuman, udara dan

air. Dengan demikian sanitasi tempat-

tempat umum harus memenuhi

persyaratan kesehatan dalam arti

melindungi, memelihara, dan

meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat (Mukono, 2005).

4. Jenis – jenis tempat umum (TTU)

Berdasarkan PP 66 Tentang

Kesling, tempat-tempat umum adalah

lokasi, sarana dan prasarana antara lain :

Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Pendidikan

Tempat ibadah

Hotel

Rumah makan dan usaha lain yang sejenis

Sarana olahraga

Sarana transportasi

Stasiun dan terminal

Pasar dan pusat perbelanjaan

Pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas

batas darat dan negara, dan

Tempat dan fasilitas umum lainnya.

Page 13: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

Jenis tempat umum yang biasa

ditemukan di setiap wilayah kerja

puskesmas terdiri dari sarana pendidikan

(sekolah, tk/paud, pesantren), pusat

perbelanjaan (pasar, minimarket), tempat

ibadah (mesjid, gereja). Tempat tersebut

merupakan tempat berkunjungnya

masyarakat umum dan silih berganti

dengan latar belakang perilaku yang

berbeda-beda.

5. Peraturan Terkait Pengawasan Tempat-

tempat Umum (TTU)

a. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun

2014 Tentang Kesehatan

Lingkungan.

b. Permenkes No 13 Tahun 2015

Tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Kesling di Puskesmas.

c. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No

1428/Menkes/SK/XII/2006 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan

Kesehatan Lingkungan Puskesmas.

d. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No

1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan

Kesehatan Lingkungan Sekolah.

e. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor

519/Menkes/SK/VI/2008 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pasar

Sehat

f. Permenkes No 80 Tahun 1990

tentang Persyaratan Kesling Hotel.

g. Keputusan Menteri Kesehatan RI

No 288/Menkes/SK/III/2003

tentang Pedoman penyehatan sarana

dan bangunan umum masjid.

Peraturan diatas belum banyak

diketahui masyarakat / pengelola tempat-

tempat umum (TTU), karena belum

optimalnya sosialisasi yang dilakukan

oleh sektor pemerintah. Oleh karena itu,

dalam setiap kegiatan yang berkaitan

dengan pengawasan tempat-tempat

umum (TTU) diharapkan selalu

memberikan penyuluhan dan sosialisasi

terkait peraturan yang berlaku.

Dalam pelaksanaan program

pengawasan tempat-tempat umum (TTU)

di Puskesmas Sindangjaya tidak terlepas

dari ditemukannya suatu permasalahan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan

wawancara langsung dari pemegang

Program Pengawasan Tempat-tempat

umum (TTU) di UPT Puskesmas

Sindangjaya adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program pengawasan tempat-

tempat umum (TTU) masih perlu

ditingkatkan. Ditandai dengan belum

tercapainya nilai pencapaian program

pengawasan tempat-tempat umum (TTU)

yang sesuai dengan target yang telah di

tetapkan yaitu 75%. Dari 67 TTU yang

ada, 43 diantaranya memenuhi syarat

dengan presentase 64%. Berarti masih ada

kesenjangan pencapaian sebesar 11%. Hal

ini disebabkan karena jumlah sasaran

yang banyak sedangkan jumlah tenaga

terbatas dengan beban kerja yang tidak

sedikit. Selain itu, kegiatan promosi

kesehatan terkait sarana TTU belum

pernah dilaksanakan sehingga sasaran

belum mengetahui bahwa perlu

diadakannya pengawasan dan pembinaan

oleh petugas sanitarian.

2. Kurangnya koordinasi petugas sanitarian

dengan masyarakat / kader masing-

masing RW terkait keberadaan sarana

Tempat-tempat Umum (TTU). Masih ada

beberapa sarana tempat umum yang

belum terdata oleh petugas sanitarian.

Seiring berjalannya waktu, banyak sarana

tempat-tempat umum yang baru dan tidak

diketahui oleh Puskesmas. Sejauh ini,

informasi yang petugas sanitarian dapat

berasal dari Kader-kader saat kegiatan

posyandu dan belum optimal disetiap

RW.

Page 14: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

3. Belum tersedia data-data tertulis

penunjang program pengawasan TTU.

Jadi, belum tersedianya rekapitulasi data

sarana TTU mana saja yang sudah di

kunjungi dan dibina.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan adalah sebagai berikut:

1. Program Kesehatan Lingkungan di UPT

Puskesmas Sindangjaya adalah

pemeriksaan Rumah Sehat, Sarana Air

Bersih (SAB), Sarana Pembuangan Air

Limbah (SPAL), dan Jamban Keluarga

(JAGA), Pengawasan Tempat-Tempat

Umum dan TPM, Klinik Sanitasi.

2. Masalah yang ditemukan pada

pelaksanaan program Kesehatan

Lingkungan adalah Pengawasan Tempat-

Tempat Umum (TTU), yaitu :

a. Belum tersedia data-data tertulis

penunjang program pengawasan

TTU.

b. Kurangnya koordinasi petugas

sanitarian dengan masyarakat / kader

masing-masing RW terkait

keberadaan sarana TTU

F. SARAN

Segera menindaklanjuti semua

permasalahan yang telah di sebutkan pada

kesimpulan di atas. Adapun sarannya

yaitu :

1. Menyediakan setiap form Inspeksi

Sanitasi TTU yang sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

2. Menyediakan tempat (map) khusus dan

terpisah untuk pencatatan TTU yang

sudah terregistrasi dan sudah dikunjungi.

3. Membuat perencanaan terkait Inspeksi

Sanitasi TTU yang disesuaikan dengan

target setiap bulannya.

Seperti data umum sarana TTU (alamat,

penanggugjawab, tanggal registrasi), data

inspeksi sanitasi sarana TTU yang

harusnya dilakukan pengawasan secara

berkala.

c. Pelaksanaan program pengawasan

tempat-tempat umum (TTU) belum

optimal.

3. Berdasarkan penetapan prioritas utama

dengan metode matriks adalah belum

tersedia data-data tertulis penunjang

program pengawasan TTU.

4. Penyebab terjadinya masalah tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Belum ada form khusus untuk setiap

IS TTU.

b. Peraturan / regulasi yang sudah

berubah.

c. Belum adanya pengarsipan TTU yang

sudah terdata dan sudah dikunjungi.

4. Memberikan penyuluhan kepada

masyarakat tentang Sanitasi TTU mulai

dari jenis-jenis sarana dan bagaimana

TTU yang memenuhi syarat kesehatan

lingkungan.

5. Melakukan pendataan kembali TTU yang

berada pada wilayah kerja UPT

Puskesmas Sindangjaya dengan

melibatkan kader atau pengurus RW dan

RT.

6. Menambah media promosi kesehatan

terkait jenis sarana TTU yang

disebarluaskan di tempat yang mudah

dilihat oleh masyarakat misal Posyandu,

Puskesmas dan tempat lainnya.

Page 15: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi Fahmi U, 2010, Manajemen

Penyakit Berbasis Lingkungan,

Penerbit Universitas Indonesia

Press.

Chandra, budiman. 2007. Pengantar kesehatan

lingkungan. Jakarta: Penerbit buku

kedokteran EGC

Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No

1428/Menkes/SK/XII/2006

Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Puskesmas.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No

288/Menkes/SK/III/2003 tentang

Pedoman penyehatan sarana dan

bangunan umum masjid.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No

1429/Menkes/SK/XII/2006

Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Sekolah.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor

519/Menkes/SK/VI/2008 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pasar

Sehat

Mukono H.J., 2006, Prinsip Dasar Kesehatan

Lingkungan, Airlangga

Universitas Press, Surabaya

Mundiatun dan Daryanto. 2014. Pengelolaan

Kesehatan

Lingkungan.Yogyakarta: Penerbit

Gava Media.

Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014

Tentang Kesehatan Lingkungan.

Permenkes No 13 Tahun 2015 Tentang

Penyelenggaraan Pelayanan

Kesling di Puskesmas.

Permenkes No 80 Tahun 1990 tentang

Persyaratan Kesling Hotel.

Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang

Pelayanan Kesehatan Lingkungan

di Puskesmas.

Santoso, Imam. 2015. Inspeksi Sanitasi

Tempat-Tempat Umum.

Banjarbaaru:Gosyen Publishing.

Page 16: ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 1 April 2018