26
38 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk. 4.1. Perhitungan Kewajiban Pencadangan Biaya Pesangon 4.1.1. Perhitungan Kewajiban Pencadangan Pesangon Menurut Aktuaris Perhitungan imbalan kerja oleh aktuaris dilakukan berdasarkan ketentuan dalam PSAK 24 (revisi 2004) tentang Imbalan Kerja. Aktuaris yang melakukan perhitungan imbalan kerja PT . Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Adalah PT Sienco Aktuarindo Utama. Valuasi aktuaria dilakukan dengan menggunakan data karyawan aktif per 31 Desember 2008, data karyawan yang berhenti bekerja selama periode 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2008, serta menggunakan berbagai asumsi dan prinsip aktuaria yang wajar dan layak digunakan di Indonesia dan telah disepakati oleh kedua belah pihak. Imbalan kerja yang ada di perusahaan yang menjadi dasar valuasi oleh aktuaris adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Imbalan Pasca Kerja menurut Peraturan Perusahaan No. Sebab PHK Imbalan Pasca Kerja 1 Pensiun Faktor Penghargaan x Masa Kerja x Upah Dasar 2 Pekerja meninggal dunia 2,5 x Masa Kerja x Upah Dasar 3 Cacat atau sakit yang menyebabkan tidak dapat bekerja 2,5 x Masa Kerja x Upah Dasar 4 Mengundurkan diri atas permintaan sendiri 0,35 x Masa Kerja x Upah Dasar Sumber : Peraturan Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Data yang diproses berdasarkan data karyawan aktif sebanyak 1.386 orang dan karyawan berhenti bekerja selama tahun 2008 sebanyak 43 orang. Pergerakan data karyawan per 31 desember 2008 dibandingkan dengan data per 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut : Data per 31 Desember 2007 1.387 Orang + Karyawan Baru 42 Orang - Karyawan Keluar (43) Orang = Data per 31 Desember 2008 1.386 Orang Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

38 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON

DI PT. PGN (Persero) Tbk.

4.1. Perhitungan Kewajiban Pencadangan Biaya Pesangon

4.1.1. Perhitungan Kewajiban Pencadangan Pesangon Menurut Aktuaris

Perhitungan imbalan kerja oleh aktuaris dilakukan berdasarkan ketentuan

dalam PSAK 24 (revisi 2004) tentang Imbalan Kerja. Aktuaris yang melakukan

perhitungan imbalan kerja PT . Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Adalah PT

Sienco Aktuarindo Utama. Valuasi aktuaria dilakukan dengan menggunakan data

karyawan aktif per 31 Desember 2008, data karyawan yang berhenti bekerja selama

periode 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2008, serta menggunakan

berbagai asumsi dan prinsip aktuaria yang wajar dan layak digunakan di Indonesia

dan telah disepakati oleh kedua belah pihak. Imbalan kerja yang ada di perusahaan

yang menjadi dasar valuasi oleh aktuaris adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Imbalan Pasca Kerja menurut Peraturan Perusahaan

No. Sebab PHK Imbalan Pasca Kerja1 Pensiun Faktor Penghargaan x Masa Kerja x Upah

Dasar2 Pekerja meninggal dunia 2,5 x Masa Kerja x Upah Dasar3 Cacat atau sakit yang menyebabkan

tidak dapat bekerja2,5 x Masa Kerja x Upah Dasar

4 Mengundurkan diri atas permintaan sendiri

0,35 x Masa Kerja x Upah Dasar

Sumber : Peraturan Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

Data yang diproses berdasarkan data karyawan aktif sebanyak 1.386 orang

dan karyawan berhenti bekerja selama tahun 2008 sebanyak 43 orang. Pergerakan

data karyawan per 31 desember 2008 dibandingkan dengan data per 31 Desember

2007 adalah sebagai berikut :

Data per 31 Desember 2007 1.387 Orang

+ Karyawan Baru 42 Orang

- Karyawan Keluar (43) Orang

= Data per 31 Desember 2008 1.386 Orang

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 2: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

39

Universitas Indonesia

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan aktuaris adalah :

1. Asumsi Ekonomis yang terdiri dari :

a. Tingkat Diskonto

Tingkat diskonto yang digunakan adalah 12% per tahun. Asumsi tersebut

ditetapkan berdasarkan tingkat bunga (yield) obligasi pemerintah dengan jatuh

tempo sesuai perkiraan sisa masa kerja rata-rata pekerja yang diperoleh dari

Tabel Indonesia Goverment Securities Yield Curve (IGSYC) tanggal 31

Desember 2008 yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia.

b. Tingkat Kenaikan Upah

Rata-rata kenikan upah PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., selama 2

tahun terakhir adalah sebesar 25,29% per tahun. Asumsi kenaikan upah 10%

per tahun merupakan hasil diskusi dengan manajemen PT. Perusahaan Gas

negara (Persero) Tbk., tentang proyeksi kenaikan upah rata-rata selama sisa

masa kerja rata-rata pekerja yang diharapkan

2. Asumsi Demografis, yang terdiri dari :

a. Tingkat kematian :

Mengacu kepada Tabel mortalita dari The Commissioners 1980 Standard

Ordinary Mortality (CSO 80) dimana tabel tersebut memiliki angka

pengharapan hidup (Life Expectancy) untuk usia 0 tahun adalah 69,50 tahun,

sehingga tabel tersebut masih sesuai dengan kondisi demografi di Indonesia.

b. Tingkat cacat

Tingkat cacat ditentukan sebesar 1% dari tingkat kematian dari usia 20 tahun

hingga usia 54 tahun

c. Tingkat pengunduran diri atas permintaan sendiri

Asumsi tingkat pengunduran diri selama 2 tahun terakhir rata-rata adalah

sebesar 1,81% dari umlah pekerja aktif. Tingkat pengunduran diri cenderung

menurun seiring bertambahnya usia pekerja

Berdasarkan PSAK 24 (revisi 2004) beban imbalan kerja berdasarkan undang-

undangan ketenagakerjaan ditentukan dengan metode penilaian aktuaris projected

unit credit yang menganggap setiap periode jasa akan menghasilkan satu unit

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 3: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

40

Universitas Indonesia

tambahan imbalan. Perhitungan dilakukan dengan membagi secara prorata imbalan

yang diakru sesuai tahun jasa. Ilustrasi perhitungan dengan metode projected unit

credit adalah sebagai berikut :

ContohPensiun 56.00 tahunUsia 2008 35.00 tahunUsia Masuk Kerja 31.00 tahunMasa Kerja s.d 2008 4.00 tahunTotal masa kerja 25.00 tahunMasa Kerja yad 21.00 tahun

Asumsi :Salary increase 10.00%Discount rate 12.00%Disability rate 1.00%

Gaji saat Pensiun = Gaji Tahun 2008 x (1+10%)(56-35)

= 2,698,500 x (1.1) 21

= 2,698,500 x 7.40= 19,969,574.47

TAMB = Upah Dasar x Masa Kerja x Faktor Penghargaan= 19,969,574.47 x 25 x 2,5= 1,248,098,404.66

Satuan Unit Manfaat (SUM) = TAMB / Masa Kerja= 1,248,098,404.66 / 25

49,923,936.19

Biaya Jasa Kini = SUM x Present Value x Probability49,923,936.19 x 0.08264 x 0.814763,361,569.55

Saldo Awal Kewajiban = Biaya Jasa Kini x (34-31)= 3,361,569.55 x 3= 10,084,708.65

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 4: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

41

Universitas Indonesia

Biaya Bunga = 12% x (3.361.569,55+10.084.708,65)= 1,613,553.38

Perhitungan aktuaris dengan metode Projected Unit Credit dan penggunaan

asumsi-asumsi tersebut diatas menimbulkan kewajiban imbalan pasca kerja yang

harus diakui dalam laba rugi perusahaan. Perhitungan imbalan kerja untuk periode

2007-2008 PT. Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk. adalah seperti terlihat dalam

tabel berikut ini :

Tabel.4.2 Biaya Imbalan Kerja Menurut Aktuaris

Keterangan 31 Desember 2008 31 Desember 2007

Biaya Jasa Kini 20,966,691,515.00 16,249,389,018.00

Biaya Bunga 23,334,531,251.00 18,342,408,870.00

Hasil yang diharapkan dari Aktiva Program - -

Amortisasi Biaya Jasa Lalu Vested 5,771,781,907.00 -

Amortisasi Biaya Jasa Lalu Non Vested 23,899,409,778.00 18,898,522,741.00

Keuntungan/(Kerugian) Aktuaria yang diakui 1,484,028,961.00 -

Efek Kurtailment dan Penyelesaian Program - -

Beban Imbalan Kerja dalam laporan Laba Rugi 75,456,443,412.00 53,490,320,629.00 Sumber :Laporan Aktuaris No. 013/LA-IK/SAU/01-2009 Valuasi Imbalan Kerja PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. per 31 Desember 2008

Untuk mencatat kewajiban tersebut, Beban tahun berjalan tersebut akan

dikurangi dengan pembayaran manfaat dan ditambahkan dengan kewajiban lainnya

sehingga nilai yang harus muncul dalam neraca menurut hitungan aktuaris adalah

seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel.4.3 Total Kewajiban Imbalan Kerja Menurut Aktuaris

Keterangan 31 Desember 2008 31 Desember 2007Kewajiban yang diakui awal periode 111,001,566,548.00 71,450,289,255.00 + Biaya (Perndapatan) periode berjalan 75,456,443,412.00 53,490,320,629.00 - Pembayaran Manfaat (20,175,366,481.00) (13,939,043,335.00) Kewajiban yang diakui akhir periode 166,282,643,479.00 111,001,566,549.00 Kewajiban lainnya akhir periode 15,584,068,550.00 10,524,464,611.00 Total Kewajiban yang diakui akhir periode 181,866,712,029.00 121,526,031,160.00 Sumber :Laporan Aktuaris No. 013/LA-IK/SAU/01-2009 Valuasi Imbalan Kerja PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. per 31 Desember 2008

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 5: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

42

Universitas Indonesia

4.1.2. Perhitungan Kewajiban Pencadangan Pesangon Menurut Akuntansi

Imbalan pasca kerja yang tidak didanai melalui Dana Pensiun ataupun

asuransi, dibukukan oleh perusahaan dengan membebankan beban imbalan kerja

(employee benefit) dan mengakui kewajiban imbalan kerja (employee benefit

obligations). Pencatatan akuntansi perusahaan atas imbalan pasca kerja tanpa

pendanaan (Unfunded) dicatat dalam akun Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB).

Menurut Pedoman Akuntansi perusahaan Tunjangan akhir masa bakti (TAMB)

merupakan pengeluaran perusahaan berupa pemberian uang kepada pekerja yang

pensiun yang besarannya berdasarkan masa kerja yang bersangkutan. Selain itu

perusahaan mengenal pula istilah pesangon yang merupakan pengeluaran perusahaan

berupa pemberian uang kepada pekerja yang berstatus PKWTT dan PKWT, yang

diputus hubungan kerjanya oleh perusahaan yang besarannya berdasarkan masa kerja

yang bersangkutan.

Perusahaan membedakan pencatatan pesangon untuk pekerja yang berstatus

pekerja tetap dengan yang tidak tetap (PKWTT dan PKWT). PKWTT adalah

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu sedangkan PKWT adalah Perjanjian Kerja

Waktu Tertentu. Menurut peraturan ketenagakerjaan, jenis perjanjian kerja terdiri dari

dua jenis yaitu PKWT dan PKWTT. Pekerja Tetap sebenarnya termasuk ke dalam

kelompok PKWTT mengingat masa kerja tidak ditentukan dan hanya akan berakhir

pada saat pekerja tersebut memasuki masa pensiun atau sebab-sebab lainnya

sedangkan PKWT masa perjanjian kerja ditentukan dalam kontrak kerja untuk jangka

waktu yang telah ditetapkan misalnya setahun.

Pada saat penyusunan pedoman akuntansi istilah tenaga kerja yang

dipergunakan masih menganggap pekerja tetap ke dalam kelompok tersendiri yang

terpisah dari PKWTT sehingga pengertian Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB)

menggunakan istilah pekerja karena diperuntukkan bagi pekerja tetap sedangkan

Pesangon menggunakan istilah PKWTT dan PKWT karena diperuntukkan bagi

pekerja tidak tetap. Sekarang ini perusahaan mulai mengubah persepsi untuk

penggunaan istilah tersebut karena menurut Undang-undang ketenagakerjaan hanya

dikenal istilah PKWTT dan PKWT dimana pekerja tetap termasuk ke dalam

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 6: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

43

Universitas Indonesia

kelompok PKWTT karena jangka waktu perjanjian kerja tidak ditentukan. Pengertian

pesangon dalam perusahaan berbeda dengan pengertian Pesangon menurut UU No.

13 tentang ketenagakerjaan. Untuk pembahasan selanjutnya istilah pesangon yang

dimaksud adalah pesangon menurut UU tenaga kerja yang diistilahkan oleh

perusahaan sebagai Penghargaan Purna Bakti (PPB) dan dicatat dalam laporan

keuangan sebagai Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB).

Perhitungan kewajiban imbalan kerja sesuai pedoman akuntansi yang berlaku

di perusahaan, ditentukan bahwa Biaya jasa kini diakui sebagai beban pada periode

berjalan. Biaya jasa lalu dan dampak perubahan asumsi bagi peserta pensiun yang

masih aktif diamortisasi selama estimasi sisa masa kerja rata-rata pekerja

sebagaimana ditentukan oleh aktuaris. Menurut PSAK 24, beban jasa masa lalu yang

berkaitan dengan manfaat pensiun bagi para pensiunan harus langsung dibebankan ke

biaya pada saat terjadinya.

Pembebanan imbalan pasca kerja sesuai PSAK 24 (revisi 2004) dilakukan

setiap tahun dengan jurnal sebagai berikut :

Biaya Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) XXX

Biaya Yang Masih Harus Dibayar XXX

Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) tersebut merupakan salah satu elemen

beban pekerja dengan kode elemen biaya 116 yang akan muncul dalam laporan laba

rugi perusahaan sedangkan Akun Biaya yang Masih Harus Dibayar memiliki kode

akun 40401 yang akan termasuk ke dalam neraca di kelompok hutang. Penambahan

biaya dalam akun biaya TAMB tentunya akan mengurangi laba atau menambah rugi

dalam laporan keuangan komersial. Adapun elemen-elemen Biaya Pekerja di PT.

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah sebagai berikut :

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 7: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

44

Universitas Indonesia

Tabel. 4.4 Beban Pekerja dalam Laporan Keuangan Perusahaan

KODE AKUN URAIAN AKUN

100 BEBAN PEKERJA

101 Upah Pokok 102 Upah 103 Lembur 104 PPh pasal 21 Beban Perusahaan 105 Jamsostek 106 Bonus 107 Tunjangan Jabatan 108 Tunjangan Umum 109 Tunjangan Cuti 110 Tunjangan Keagamaan 111 Bantuan Transport 112 Dana Pensiun Lembaga Keuangan 113 Tunjangan Insentif Prestasi 114 Perawatan Kesehatan 115 Tunjangan Kesetiaan Kerja 116 Tunjangan Akhir Masa Bakti 117 Ganti Rugi (Vergoeding) Rumah Dinas/Jabatan 118 Gaji Direksi dan Komisaris 119 Honorarium Komite Audit 120 Pesangon 121 Santunan Purna Jabatan Direksi 122 Tunjangan Purna Jabatan Komisaris 123 Tunjangan Kesukaran

Sumber : Pedoman Akuntansi PT. Perusahaan Gas Negara Persero Tbk.

Dalam tabel di atas terlihat bahwa Beban Tunjangan Akhir Masa Bakti

(TAMB) Pekerja menjadi salah satu komponen dalam biaya pekerja yang akan

mempengaruhi besarnya biaya operasi. Pada akhirnya beban operasi akan

mempengaruhi laba rugi perusahaan pada tahun berjalan. Biaya TAMB pada tahun

2008 adalah sebesar Rp. 69.920.408.657 yang sudah mencakup pencadangan biaya

menurut perhitungan aktuaris maupun realisasi biaya yang terjadi pada tahun

berjalan.

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 8: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

45

Universitas Indonesia

Menurut Manager akuntansi perusahaan, pembebanan dilakukan untuk setiap

tahun dengan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh aktuaris. Bagian

akuntansi sendiri tidak mengetahui secara pasti mengenai tata cara perhitungan yang

dilakukan aktuaris akan tetapi mereka menganggap jumlah tersebut benar dan dapat

dijadikan sebagai dasar pencatatan mengingat aktuaris adalah lembaga yang

independent dan profesional dalam melakukan penilaian (Wawancara, tanggal 30 Mei

2009). Nilai yang dicatat adalah sebesar selisih antara angka beban imbalan kerja

tahun berjalan dengan pembayaran manfaat menurut perhitungan aktuaris.

“...jumlah yang menjadi beban tahun berjalan sesuai hitungan aktuaris

diselisihkan dengan jumlah pembayaran manfaat dan dicatat dalam elemen

biaya Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB). Jurnalnya TAMB pada Biaya

yang masih harus dibayar” (Wawancara dengan Staf Akuntansi, tanggal 11

Mei 2009)

Perhitungan jumlah biaya yang dilakukan aktuaris akan mempengaruhi

jumlah laba atau rugi perusahaan karena perbedaan asumsi-asumsi yang dipakai oleh

aktuaris akan mempengaruhi perhitungan. Perhatian yang kurang terhadap asumsi

yang digunakan maupun hasil perhitungan aktuaris akan mempengaruhi kondisi laba

rugi perusahaan.

Bagian akuntansi perusahaan menggunakan data perhitungan aktuaris tersebut

untuk melakukan penjurnalan. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

Biaya Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) Rp. 60.340.680.870,00

Biaya yang Masih Harus Dibayar Rp. 60.340.680.870,00

Nilai tersebut diperoleh dari beban imbalan kerja periode berjalan sebesar

Rp.75.456.443.412,00 ditambahkan dengan penambahan kewajiban lainnnya pada

akhir periode sebesar Rp.5.059.603.939,00 (RP .15.584.068.550,00 –

Rp.10.524.464.611,00) dikurangi dengan pembayaran manfaat dalam tahun berjalan

sebesar Rp. 20.175.366.481,00. Penambahan imbalan kerja bersih yang terjadi pada

tahun 2008 sesuai dengan perhitungan aktuaris yaitu Rp. 181.866.712.029,00

dikurangi dengan kewajiban tahun lalu sebesar Rp. 121.526.031.160,00. Dengan kata

lain nilai yang dicatat oleh bagian akuntansi adalah jumlah net imbalan kerja.

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 9: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

46

Universitas Indonesia

Pencatatan yang dilakukan oleh bagian akuntansi tersebut masih bersifat

pencadangan dan belum terjadi realisasi. Hal tersebut sesuai dengan prinsip

konservatisme yang dianut oleh ketentuan standar akuntansi keuangan sehingga biaya

atau hutang yang timbul harus diakui dan dicatat dalam laporan keuangan karena

informasi tentang kemungkinan terjadinya dan besarnya kerugian dapat diketahui.

Secara umum langkah-langkah yang dilakukan oleh staf akuntansi dalam

membuat penjurnalan adalah sebagai berikut :

1. Meminta nilai perhitungan Imbalan Kerja sesuai dengan PSAK 24 (revisi 2004)

yang telah dihitung oleh aktuaris

2. Mengidentifikasi total Biaya Jasa Kini, Biaya Bunga, Amortisasi Biaya Jasa Lalu

dan Amortisasi (Keuntungan)/Kerugian Aktuarial yang akan dikurangi dengan

Pembayaran Manfaat menurut perhitungan Aktuaria untuk kemudian dijurnal

dalam akun Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) sebagai accrued kewajiban

perusahaan yang telah muncul

3. Pada saat pembayaran imbalan kerja terealisasi bagian Sumber Daya Manusia

perusahaan akan menghitungan besaran TAMB yang akan dibayarkan sesuai

dengan peraturan perusahaan yang berlaku dan akan dijurnal dalam akun TAMB

atau pesangon.

4.1.3. Perhitungan kewajiban Pencadangan Pesangon Menurut Pajak

Pada saat pencadangan imbalan kerja, bagian akuntansi perusahaan akan

mencatat sesuai dengan nilai yang telah dihitung oleh aktuaris yang ditunjuk

perusahaan. Menurut ketentuan perpajakan, pencadangan biaya tidak diperkenankan

karena baru merupakan perkiraan. Menurut Prianto hal tersebut dianggap wajar

karena adanya perbedaan tujuan dan fungsi yang berbeda :

“ Ketentuan pajak dan akuntansi memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda

sehingga wajar jika ada perbedaan perlakuan. Ketentuan pajak tidak mengakui

adanya accrued biaya sebelum ada pembayaran sehingga harus dilakukan

koreksi dalam perhitungan PPh badan perusahaan.”(Wawancara dengan

Prianto Budi, tanggal 3 Juni 2009)

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 10: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

47

Universitas Indonesia

Selain itu Adang Hendrawan lebih menekankan kepada perbedaan prinsip

yang dianut dimana pajak lebih menekankan pada fungsi budgeter sementara

akuntansi menganut prinsip konservatisme dan menyepadankan antara pendapatan

dan biaya.

“ Hal tersebut wajar terjadi mengingat akuntansi dan pajak memiliki prinsip

yang berbeda. Ketentuan akuntansi menghendaki laba dalam laporan

keuangan diukur dengan kesepadanan antara revenue dengan biaya atau

matching cost against revenue. Pajak memiliki tujuan budgeter yaitu

bagaimana supaya laba kena pajak bisa terlindungi. Oleh karena itu ketentuan

mengenai biaya yang boleh maupun yang tidak boleh diatur oleh UU.

.......prinsip akuntansi yang menganut konservatisme menyebabkan suatu

biaya akan disegerakan meskipun belum terjadi sedangkan pajak menganut

prinsip realisasi sehingga yang menjadi biaya adalah sesuai dengan seberapa

besar biaya yang dikeluarkan”. (Wawancara dengan Adang Hendrawan, 12

Juni 2009)

Terkait dengan pencadangan, terdapat perusahaan-perusahaan tertentu yang

diperbolehkan untuk membiayakan pencadangan tersebut meskipun belum terealisasi.

Hal tersebut menurut wahyu dari KPP BUMN dikarenakan karakteristik perusahaan

yang berbeda.

”Pencadangan memang hanya boleh sebagai deductible expense untuk perusahaan

tertentu seperti Perbankan. Hal ini sepertinya terdengar diskriminatif. Mengapa

ada perlakuan yang berbeda. Mungkin filosofinya begini, Perusahaan Perbankan

itu mengelola dana masyarakat dengan menginvestasikannya ke Instrumen2

Investasi yang semuanya memiliki risiko sehingga Pemerintah mungkin merasa

memberikan perlakuan agak sedikit berbeda dengan membolehkan pencadangan

yang dilakukan oleh Perbankan sebagai deductible expense. Selain itu besarnya

cadangan juga diatur, tidak semuanya diperbolehkan” (Wawancara dengan

Wahyu, tanggal 12 Juni 2009)

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 11: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

48

Universitas Indonesia

Perbedaan perlakuan antara ketentuan akuntansi dan pajak tersebut

menyebabkan staf pajak harus melakukan penyesuaian terhadap biaya pesangon

pegawai tetap yang dicatat dalam akun Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) pada

saat membuat perhitungan pajak penghasilan (PPh) badan perusahaan. Biaya imbalan

kerja yang dicatat oleh bagian akuntansi masih merupakan pencadangan sehingga

harus dikoreksi positif karena memenuhi ketentuan pasal 9 UU Pajak Penghasilan

yang menyebutkan bahwa pencadangan bukan merupakan biaya yang diperbolehkan.

Biaya yang telah teralisasi karena pegawai telah pensiun bisa dikurangkan sebagai

biaya pada saat perhitungan PPh Badan akan tetapi jumlah tersebut harus

direkonsiliasi dengan penghasilan yang diterima oleh pegawai yang akan dipotong

PPh Pasal 21. Bagian Pajak perusahaan membuat koreksi fiskal dengan cara sebagai

berikut :

”Semua angka didapat dari perhitungan aktuaris. Dalam perhitungan itu ada

biaya jasa kini yang diaccrued oleh bagian akuntansi. Karena angka itu belum

teralisasi maka secara pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Angka

yang diaccrued tersebut yang kita koreksi positif. Aktuaris juga menghitung

berapa besarnya realisasi pembayaran pesangon pada tahun berjalan. Angka

itu yang kita jadikan dasar sebagai koreksi negatif”. (Wawancara dengan staf

Pajak PT PGN (Persero) Tbk., 5 Mei 2009)

Dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh staf pajak

dalam melakukan koreksi fiskal adalah sebagai berikut :

1. Meminta nilai perhitungan Imbalan Kerja sesuai dengan PSAK 24 (revisi 2004)

yang telah dihitung oleh aktuaris

2. Mengidentifikasi total Biaya Jasa Kini, Biaya Bunga, Amortisasi Biaya Jasa Lalu

dan Amortisasi (Keuntungan)/Kerugian Aktuarial yang telah di-accrued oleh

bagian akuntansi dan harus dikoreksi positif dalam perhitungan PPh Badan

3. Mengidentifikasi perhitungan Pembayaran Manfaat menurut perhitungan

Aktuaria yang akan menjadi koreksi negatif dalam perhitungan PPh Badan

Jumlah Total koreksi positif dan negatif atas biaya TAMB pada tahun 2007

dan 2008 adalah sebagai berikut :

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 12: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

49

Universitas Indonesia

Tabel 4.5 Koreksi Positif dan Negatif atas Imbalan Kerja

Koreksi 2007 2008Positif 55,484,780,791 166,161,681,227.00 Negatif 13,939,043,335 121,526,031,160.00

Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

diolah oleh penulis

Pada tahun 2007 koreksi positif berasal dari perhitungan aktuaris sebesar Rp.

53.490.320.629 (Lihat tabel 4.2) dan koreksi negatif berasal dari perhitungan

pembayaran manfaat. Selisih sebesar Rp. 1,994,460,162 pada koreksi positif

dibandingkan dengan perhitungan aktuaris sebesar Rp. 53.490.320.629 adalah nilai

accrued pesangon direksi yang akan dibayarkan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 terdapat perbedaan cara perhitungan koreksi dimana pada

tahun tersebut total koreksi positif dan negatif tidak sama dengan hasil perhitungan

aktuaris yaitu sebesar Rp.75.456.443.412,00 ditambahkan dengan penambahan

kewajiban lainnnya pada akhir periode sebesar Rp.5.059.603.939,00 (RP

.15.584.068.550,00 – Rp.10.524.464.611,00) yang seharusnya menjadi koreksi positif

dan pembayaran manfaat dalam tahun berjalan sebesar Rp. 20.175.366.481,00 yang

menjadi koreksi negatif. Akan tetapi menurut bagian pajak hal tersebut tidak menjadi

masalah karena total koreksi yang mempengaruhi perhitungan PPh Badan adalah total

koreksi positif dikurangi dengan koreksi negatif. Dengan cara perhitungan seperti itu

total koreksi yang mempengaruhi PPh badan seharusnya adalah sebesar Rp.

60.340.680.870,00 sama seperti nilai yang dicatat oleh bagian akuntansi (Lihat jurnal

pencatatan di atas). Akan tetapi total koreksi yang mempengaruhi perhitungan PPh

badan tahun 2008 hanya sebesar Rp. 44.635.650.068 (Rp. 166.161.681.227-Rp.

121.526.031.160), berbeda dengan nilai yang dijurnal. Perbedaan tersebut muncul

dikarenakan beberapa sebab sebagai berikut :

1. Accrued yang dilakukan oleh bagian akuntansi terdiri dari dua bagian yaitu

accrued biaya sebesar Rp. 44.635.650.068 dan pajak sebesar Rp.

13.710.570.638,00. Bagian Pajak belum memperhitungan faktor pajak dalam

perhitungan aktuaris tersebut sehingga terdapat kekurangan koreksi positif

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 13: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

50

Universitas Indonesia

sebesar jumlah pajak tersebut. Seharusnya nilai pajak tersebut juga menjadi

koreksi positif dikarenakan biaya pajak tersebut belum terealisasi.

2. Sebesar Rp.1.994.460.165,00 adalah pembayaran imbalan kerja direksi yang telah

dimasukkan ke dalam koreksi positif tahun 2007 sehingga tidak perlu dimasukkan

kembali ke dalam kelompok koreksi positif tahun 2008.

Atas perbedaan tersebut kekurangan koreksi positif sebesar Rp.

13.710.570.638,00. Hal tersebut akan berimplikasi terhadap kekurangan beban PPh

Badan perusahaan sebesar 30% dari Rp. 13.710.570.638,00 atau sebesar Rp.

4,113.171.191,00. Akan tetapi hal tersebut tidak akan menimbulkan sanksi atas

kurang bayar pajak dikarenakan PPh badan perusahaan pada tahun 2008

menunjukkan SPT Lebih bayar dan akan direstitusikan. Kekurangan koreksi positif

tersebut hanya akan mengurangi jumlah restitusi pajak yang akan diterima.

Untuk simplifikasi proses perhitungan koreksi fiskal, bagian Pajak seharusnya

tidak perlu membagi perhitungan aktuaris ke dalam koreksi positif atau negatif.

Bagian pajak hanya perlu melakukan koreksi positif atas jumlah cadangan yang telah

di accrue oleh bagian akuntansi yang merupakan nilai net dari imbalan jasa kini

dikurangi dengan pembayaran manfaat menurut perhitungan aktuaris. Untuk itu, pada

saat membuat koreksi bagian pajak harus melakukan pengecekan ke dalam akun

TAMB sehingga nilai koreksi positif sama dengan nilai yang telah dicadangkan oleh

bagian Akuntansi. Dengan demikian sanksi perpajakan akan bisa diminimalisir.

4.2. Perhitungan Realisasi Pembayaran Pesangon

Pada saat pegawai tetap telah memasuki akhir masa kerjanya dan perusahaan

membayarkan pesangonnya, bagian Sumber Daya Manusia (SDM) akan melakukan

perhitungan besarnya TAMB yang akan dibayarkan sesuai dengan peraturan

perusahaan. Hasil perhitungan tersebut akan diserahkan kepada bagian Akuntansi dan

akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) XXX

Bank XXX

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 14: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

51

Universitas Indonesia

Sedangkan untuk PKWTT dan PKWT akan dicatat sebagai berikut :

Pesangon XXX

Bank XXX

Perhitungan besarnya pesangon yang dicatat dalam akun Tunjangan Akhir

Masa Bakti menurut peraturan perusahaan yang dituangkan dalam Keputusan Direksi

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Nomor : 007600.K/76/UM 2008 tanggal

18 April 2008 Pasal 82 tentang Besaran Penghargaan Purna Bakti adalah sebagai

berikut :

1. Pembayaran Purna Bakti sebesar faktor penghargaan x masa kerja x Upah Dasar

diberikan kepada Pekerja yang mengalami pengakhiran Hubungan Kerja karena

memasuki usia pensiun. Besarnya faktor penghargaan adalah :

- 1,0 untuk masa kerja kumulatif kurang dari 10 tahun

- 1,5 untuk masa kerja 10 tahun sampai dengan kurang dari 15 tahun

- 2,0 untuk masa kerja 15 tahun sampai dengan kurang dari 20 tahun

- 2,5 untuk masa kerja lebih dari 20 tahun.

2. Pembayaran Purna Bakti sebesar 2,5 x masa kerja x Upah Dasar diberikan kepada

ahli waris dari Pekerja yang mengalami pengakhiran Hubungan Kerja karena

meninggal dunia

3. Pembayaran Purna Bakti sebesar 2,5 x masa kerja x Upah Dasar diberikan kepada

Pekerja yang mengalami pengakhiran Hubungan Kerja karena faktor

kesehatan/uzur

4. Pembayaran Purna Bakti sebesar faktor penghargaan x masa kerja x Upah Dasar

diberikan kepada Pekerja yang mengalami pengakhiran Hubungan Kerja karena

hal-hal tertentu

Menurut bagian SDM, perusahaan tidak pernah mencadangkan jumlah uang

tertentu untuk pembayaran pesangon pekerja. Biaya telah dianggarkan dalam RKAP

dan telah dicadangkan dalam laporan keuangan komersial, akan tetapi tidak ada uang

yang dikeluarkan perusahaan. Perusahaan baru mengeluarkan uang pada saat pekerja

telah benar-benar memasuki masa pensiun atau apabila terjadi pemutusan hubungan

kerja. Menurut Bagian SDM hal tersebut sampai saat ini tidak mempengaruhi

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 15: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

52

Universitas Indonesia

keuangan perusahaan. Meskipun tidak ada uang yang disisihkan tetapi perusahaan

tetap bisa membayarkan kewajibannya.

Nilai pembayaran manfaat menurut perhitungan aktuaris dan perhitungan pada saat

realisasi yang dihitung oleh bagian SDM berbeda karena aktuaris memperhitungkan

berbagai asumsi-asumsi seperti tersebut di atas. Perhitungan yang dilakukan oleh

Divisi SDM dilakukan sesuai dengan Peraturan Perusahaan. Apabila pembayaran

tersebut lebih kecil daripada perhitungan normatif sebagaimana yang diwajibkan oleh

peraturan ketenagakerjaan yang berlaku, maka selisihnya dibayar oleh perusahaan.

Dengan demikian, pembayaran pesangon tetap mengikuti ketentuan UU No. 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Ilustrasi atas perhitungan pesangon pekerja yang telah memasuki masa pensiun

adalah sebagai berikut :

Faktor Penghargaan sesuai ketentuan perusahaan adalah 2 xMasa Kerja 15 TahunUpah Dasar pada saat pensiun = Rp. 7.000.000,-

Tunjangan Akhir Masa Bakti = 2 x 15 x Rp. 7.000.000Tunjangan Akhir Masa Bakti = 210,000,000.00Rp

Imbalan Pasca Kerja sesuai ketentuan UU Tenaga Kerja

Pesangon = 9 x Upah = 63,000,000.00Rp Penghargaan Masa Kerja (PMK) = 7 x Upah = 42,000,000.00Rp Uang Penggantian Hak = 15% (Pesangon + PMK) = 15,750,000.00Rp

Imbalan Pasca Kerja (IPK) Sesuai UU = 120,750,000.00Rp

Tunjangan Akhir Masa Bakti

Tunjangan Akhir Masa Bakti = Faktor Penghargaan x Masa Kerja x Upah Dasar

Ilustrasi perhitungan diatas dilakukan untuk pekerja yang telah memasuki

masa pensiun normal yaitu 56 tahun. Masa Kerja adalah selama 15 Tahun sehingga

sesuai UU tenaga kerja besaran pengali untuk pesangon adalah 9 dan untuk

Penghargaan Masa Kerja adalah 6. Dalam hal ini TAMB yang dibayarkan lebih besar

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 16: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

53

Universitas Indonesia

dari pada ketentuan UU tenaga kerja sehingga perusahaan tidak perlu membayarkan

selisih kekurangannya.

4.3. Implikasi Perbedaan Perlakuan Akuntansi dan Perpajakan Terhadap

Laporan Keuangan

4.3.1 Implikasi Terhadap Laporan Keuangan

Perbedaan antara ketentuan akuntansi dan pajak tersebut menyebabkan

munculnya koreksi-koreksi fiskal yang pada akhirnya menimbulkan perbedaan antara

laba menurut akuntansi dan laba yang digunakan dalam perhitungan pajak

penghasilan Pasal 29. Ketentuan perpajakan tidak mengatur lebih lanjut mengenai

implikasi perbedaan tersebut, akan tetapi ketentuan akuntansi mengatur. Perbedaan

yang muncul terebut dipisahkan antara perbedaan yang bersifat tetap (permanent

different) dan perbedaan yang bersifat sementara (temporary different). Langkah-

langkah yang dilakukan oleh bagian pajak maupun akuntansi PT. Perusahaan Gas

Negara (Persero) Tbk. Terlihat pada bagan berikut :

Gambar 4.1. Proses Pencatatan Biaya Pesangon bagian Akuntansi dan pajak

Aktuaris

Pajak Tangguhan

Koreksi Fiskal

PPh Badan

Laporan Keuangan

SPT PPh Badan

Bagian Akuntansi Bagian Pajak

Beban Pencadangan Pesangon

Sumber : Hasil Wawancara

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 17: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

54

Universitas Indonesia

PT. PGN (Persero) Tbk. memperlakukan perbedaan dalam biaya TAMB

tersebut sebagai temporary different karena biaya pesangon sebenarnya dapat

dikelompokkan sebagai biaya yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak hanya

saja terdapat perbedaan pengakuan waktu pembebanan antara ketentuan akuntansi

dan pajak. Akuntansi sudah mengakui pada saat timbul kewajiban sedangkan pajak

menunggu saat terjadinya realisasi. Temporary Different menyebabkan munculnya

efek pajak yang harus dialokasikan ke dalam periode pelaporan yang berbeda. Oleh

karena itu, perusahaan membuat pajak tangguhan atas imbalan kerja yang telah

dihitung oleh aktuaris. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Auditor yang mengaudit

PGN yang menyebutkan bahwa “Termasuk ke dalam temporary different karena pada

saat realisasi pembayaran nantinya pajak mengakui sedangkan pada saat pengakuan

pada tahun berjalan pajak tidak mengakui”(Wawancara dengan KAP, 28 Mei 2009)

Prianto Budhi dari Kantor Konsultan Pajak Partama Consultindo juga

menganggap bahwa koreksi atas accrued imbalan kerja memang dikelompokkan ke

dalam temporary different karena sebenarnya UU pajak dan standar akuntansi sama-

sama mengakui biaya tersebut hanya saja terjadi perbedaan waktu dalam mengakui

biaya. Akuntansi dicatat pada saat timbul kewajiban sesuai dengan PSAK 24 (revisi

2004) sedangkan pajak mengakui biaya pada saat realisasi benar-benar terjadi

(Wawancara dengan Prianto, tanggal 3 Juni 2009).

Hal senada diungkapkan oleh John Hutagaol bahwa perbedaan perlakuan

antara akuntansi dan pajak termasuk ke dalam perbedaan temporer karena ketentuan

pajak memperbolehkan pencadangan tersebut selama telah terjadi realisasi

pembayaran.

“Termasuk beda waktu karena pada akhirnya nanti pajak memperbolehkan

biaya tersebut pada saat pembayaran terjadi. Jadi keduanya sama-sama

mengakui hanya masalah waktunya saja yang berbeda. Oleh karena itu perlu

dialokasikan tiap tahun sehingga muncul pajak tangguhan”. (Wawancara

dengan John Hutagaol, 10 Juni 2009)

Pada tahun 2008, perhitungan pajak tangguhan atas imbalan kerja perusahaan

adalah seperti terlihat pada tabel berikut :

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 18: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

55

Universitas Indonesia

Tabel 4.6 Perhitungan Pajak Tangguhan Imbalan Kerja Tahun 2008

Keterangan Nilai Tarif Pajak TangguhanSaldo akhir Tahun 2007 123,520,491,323.00 30% 37,056,147,396.90 Penambahan Beban Tahun 2008 44,635,650,068.00 30% 13,390,695,020.40 Saldo akhir tahun 2008 168,156,141,391.00 50,446,842,417.30

Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

Dalam tabel di atas dapat terlihat bahwa saldo pajak tangguhan untuk imbalan

kerja adalah sebesar Rp. 50.446.842.417,30 dengan menggunakan tarif pajak dengan

tarif maksimal sebesar 30%. Penambahan beban hanya sebesar Rp. 44.635.650.068

tanpa memperhitungkan acrued biaya pajak sebesar Rp. 13.710.570.638,00. Hal

tersebut menurut auditor Ernst & Young dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan

dimana kebijakan PPh Pasal 21 atas pesangon atau perusahaan menyebutnya sebagai

Penghargaan Purna Bakti adalah PPh 21 ditanggung oleh perusahaan sehingga untuk

pajak penghasilan tidak perlu dimasukkan ke dalam perhitungan pajak tangguhan

karena pajak penghasilan merupakan beda tetap (permanent different).

”Aktuaris menghitung tanpa memperhatikan faktor pajak. Kebijakan

perusahaan untuk PPh 21 pembayaran pesangon adalah PPh 21 ditanggung

perusahaan sehingga secara pajak tidak akan diakui. Oleh karena itu, nilai

pajak dikeluarkan dalam perhitungan pajak tangguhan karena dianggap bukan

sebagai beda temporer”. (Wawancara dengan Lanny T dari KAP Ernst &

Young, 28 Mei 2009)

Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruh h yang

menyebutkan bahwa untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib

Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan Pajak

Penghasilan. Sementara untuk imbalan kerja tetap dikelompokkan sebaga perbedaan

temporer karena pada saat realisasi boleh dibebankan sebagai biaya.

Pada Tahun 2008 telah dikeluarkan Undang-undang No. 36 Tahun 2008

tentang Perubahan keempat atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan. Dalam undang-undang tersebut tarif pajak PPh Badan yang mulai

berlaku per 1 Januari 2009 diubah menjadi tarif tunggal sebesar 28%. Tarif tersebut

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 19: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

56

Universitas Indonesia

masih akan mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi sebesar 25%. Dengan

adanya perubahan tarif tersebut maka perusahaan harus menyesuaikan saldo pajak

tangguhan imbalan kerja pada akhir tahun 2008. Sesuai arahan dari KAP Ernst &

Young, penyesuaian perhitungan pajak tangguhan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Implikasi Penurunan Tarif terhadap Perhitungan Pajak Tangguhan Imbalan Kerja

Keterangan Nilai Tarif Pajak TangguhanPembayaran Pensiun Tahun 2009 9,180,249,938.00 28% 2,570,469,982.64 Saldo akhir tahun 2009 158,975,891,453.00 25% 39,743,972,863.25 Total Seharusnya 168,156,141,391.00 42,314,442,845.89 Saldo Akhir tahun 2008 168,156,141,391.00 30% 50,446,842,417.30 Tax Reduction - 8,132,399,571.41

Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

Dari tabel tersebut terlihat bahwa saldo akhir kewajiban imbalan kerja

menurut perhitungan aktuaris pada akhir tahun 2008 yaitu sebesar

Rp.168.156.141.391,00 akan dibayarkan manfaatnya pada tahun 2009 sebesar Rp.

9.180.249.938,00 yang akan terkena tarif sebesar 28% dan dibayarkan manfaatnya

setelah tahun 2009 sebesar Rp. 158.975.891.453 yang akan terkena tarif sebesar 25%.

Menurut KAP Ernst & Young hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kelebihan

pengakuan pajak tangguhan imbalan kerja : ”......Tentu saja akan mempengaruhi, oleh

karena itu nilai pajak tangguhan pada tahun 2008 harus disesuaikan, karena terjadi

penurunan tarif menjadi 28% dan 25%”. (Wawancara dengan Lanny T dari KAP

Ernst &Young, 28 Mei 2009)

Pendapat yang berbeda dinyatakan oleh Wahyu dari KPP BUMN. Wahyu

menyatakan bahwa :

”Beda tetap adalah biaya yang secara UU memang tidak boleh dikurangkan

sebagai penghasilan bruto. Termasuk disini adalah pencadangan imbalan

kerja. Sedangkan Beda Sementara adalah biaya yang secara UU PPh boleh

dikurangkan namun ada alokasi yang harus dipenuhi (pada akhirnya boleh

dibebankan)”. (Wawancara tanggal 12 Juni 2009)

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 20: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

57

Universitas Indonesia

Menurut Prianto perusahaan bisa saja menganggap sebagai permanent

different apabila menganggap bahwa pencadangan biaya tidak akan pernah diakui

oleh pajak. Perbedaan persepsi tersebut akan berimplikasi terhadap laporan keuangan

perusahaan mengingat beban atau penghasilan pajak tangguhan akan muncul dalam

laporan keuangan perusahaan dan mempengaruhi laba setelah pajak (earning after

tax) (Wawancara tanggal 3 Juni 2009).

Pendapat lain dikemukakan oleh Adang Hendrawan bahwa selain melihat

ketentuan penentuan biaya menurut pajak dan fiskal, penentuan timing atau

permanent different, perlu pula memperhatikan efek dari beban pajak tersebut pada

laba atau rugi laporan keuangan dan laba kena pajak. Adang Hendrawan menyatakan

bahwa sepanjang jumlah yang diakui sama tetapi alokasi waktunya berbeda maka

termasuk ke dalam beda waktu, tetapi apabila basis pengenaannya berbeda maka akan

menjadi beda tetap (Wawancara dengan Adang Hendrawan, 12 Juni 2009). Hal

tersebut juga diungkapkan Agoes dan Trisnawati dalam bukunya bahwa perbedaan

permanent mengakibatkan laba atau rugi menurut akuntansi berbeda secara tetap

dengan laba kena pajak menurut fiskal (taxable income) sedangkan pada beda

temporer secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi dan perpajakan

sebenarnya sama, tetapi beda alokasi setiap tahunnya (Agoes dan Trisnawati, 2008,

177). Adang hendrawan memberikan analogi seperti berikut :

”.....sepanjang nilai yang sekarang tidak diakui oleh pajak akan direcover pada

periode berikutnya maka akan termasuk ke dalam beda temporer. Tetapi,

kalau komponen dalam biaya tersebut berbeda maka termasuk ke dalam beda

tetap. Contohnya pada pengakuan aktiva, apabila bedanya hanya terletak pada

perbedaan masa penyusutan maka termasuk ke dalam beda temporer karena

biaya yang disusutkan pada akhirnya akan sama. Tetapi apabila perbedaannya

terletak pada harga perolehan maka akan menjadi beda tetap. Misalnya saja

karena hubungan istimewa sehingga menurut akuntansi harga 100 akan tetapi

karena pajak menganggap ada hubungan istimewa maka harganya menjadi

dianggap 120. Kalau kasusnya demikian maka perbedaan yang terjadi tidak

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 21: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

58

Universitas Indonesia

akan terecover sehingga merupakan beda tetap”.(Wawancara tanggal 12 Juni

2009)

Dengan demikian masih terdapat dua pendapat mengenai perlakuan atas

pencadangan pesangon. Terdapat pihak yang mengganggap bahwa perbedaan tersebut

masuk ke dalam kelompok perbedaan waktu (temporary different) mengingat

ketentuan akuntansi komersial dan pajak mengakui biaya tersebut hanya terdapat

perbedaan waktu pengakuan yaitu akuntansi pada saat telah muncul kewajiban

sedangkan pajak apabila telah terjadi realisasi. Pihak yang lain menganggap bahwa

untuk menentukan perlakuan sebagai beda waktu (temporary different) harus melihat

dua hal sehingga apabila salah satu tidak dipenuhi maka harus diperlakukan sebagai

beda tetap (permanent different). Ketentuan tersebut yaitu :

- Ketentuan perpajakan mengenai diperbolehkan atau tidaknya biaya tersebut

sebagai pengurang dalam menghitung penghasilan kena pajak

- efek biaya tersebut terhadap laba komersial dan fiskal. Apabila secara total tidak

ada perbedaan antara laba komersial dan laba fiskal maka bisa dianggap sebagai

beda waktu sedangkan apabila terdapat perbedaan maka termasuk ke dalam beda

tetap.

Ketentuan pajak sendiri tidak mengatur lebih lanjut mengenai efek dari

koreksi fiskal yang telah dilakukan. Pihak DJP hanya berkepentingan dengan

kebenaran dari perhitungan PPh Badan perusahaan. Selama telah dilakukan koreksi

sebesar pencadangan biaya yang telah dibuat maka pihak pajak akan menganggap

benar SPT yang telah dilaporkan. Hal tersebut diungkapkan wahyu dari KPP BUMN

bahwa :

”......DJP hanya akan melakukan koreksi sesuai dengan pencadangan yang

dinyatakan oleh Wajib Pajak di Laporan Keuangannya. Memang benar jika

Penghitungan Imbalan Kerja makin besar maka koreksi positif juga akan

makin besar”

Perusahaan sendiri memperlakukan pencadangan pesangon sebagai beda

temporer (Temporary Different) meskipun berdasarkan ketentuan perpajakan dan

ketentuan akuntansi dapat diperlakukan sebagai beda tetap (Permanent Different).

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 22: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

59

Universitas Indonesia

Hal tersebut tidak mempengaruhi opini akuntan publik terhadap laporan keuangan

perusahaan.

Perhitungan imbalan kerja atas pesangon berdasarkan PSAK 24 (revisi 2004)

pada saat pencadangan berbeda dengan pada saat realisasi. Seperti telah dibahas pada

sub bab 4.1 dan 4.2, pada saat pencadangan aktuaris menghitung dengan

menggunakan asumsi-asumsi seperti tingkat suku bunga, kenaikan gaji, mortalitas

dan lain-lain. Akan tetapi pada saat realisasi dihitung dengan menggunakan peraturan

perusahaan yang telah disesuaikan dengan UU ketenagakerjaan yaitu dengan

menggunakan komponen masa kerja, upah dasar dan faktor penghargaan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan dan melihat kondisi pekerja pada saat memasuki akhir

masa kerjanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya pada saat

pencadangan berbeda dengan pada saat realisasi. Perbedaan perhitungan dalam

pengakuan biaya tersebut menyebabkan laporan keuangan komersial akan berbeda

dengan biaya yang diakui menurut ketentuan perpajakan. Jumlah biaya tersebut akan

selamanya berbeda sehingga berpengaruh pula terhadap laba komersial yang berbeda

secara tetap dengan laba menurut fiskal. Oleh karena itu, perbedaan tersebut

seharusnya digolongkan ke dalam perbedaan permanent (permanent different).

Perbedaan perlakuan atas koreksi fiskal pencadangan pesangon akan

mempengaruhi laba setelah pajak dalam laporan keuangan perusahaan. Apabila

digolongkan ke dalam beda tetap (permanent different) maka perusahaan tidak perlu

membuat perhitungan pajak tangguhan dan tidak pengaruh dari koreksi fiskal atas

pencadangan pesangon tidak akan muncul dalam laporan keuangan. Sebaliknya

apabila perusahaan menggolongkan ke dalam beda waktu (temporary different) maka

perusahaan harus menghitung besarnya pajak tangguhan untuk setiap periode laporan

keuangan dan pengaruh dari koreksi fiskal akan mempengaruhi laba setela pajak

(earning after tax) perusahaan. Perbandingan dari laporan keuangan dengan atau

tanpa pajak tangguhan imbalan kerja pada tahun 2008 adalah sebagai berikut :

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 23: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

60

Universitas Indonesia

Tabel 4.8 Perbandingan Penggunaan Temporary Different dengan Permanent

Different Terhadap Laba (Rugi) Perusahaan

KETERANGAN DENGAN TEMPORARY

DIFFERENT TANPA TEMPORARY

DIFFERENT

LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK 1.063.442.498.961 1.063.442.498.961

MANFAAT (BEBAN) PAJAKKini (440.358.140.000) (440.358.140.000) Tangguhan 10.775.324.752 5.517.029.303 Jumlah manfaat (beban) pajak (429.582.815.248) (434.841.110.697)

LABA RUGI SETELAH PAJAK 633.859.683.713 628.601.388.264 Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. diolah oleh

penulis

Dari Tabel 4.8 di atas dapat terlihat bahwa laba setelah pajak mengalami

perbedaan. Akan tetapi menurut Prianto hal tersebut tidak terlalu memberikan

implikasi terhadap keputusan yang akan diambil manajemen, Prianto berpendapat

bahawa ” pajak tangguhan tidak selalu mempengaruhi keputusan manajemen,

misalnya saja untuk perhitungan capital adequancy ratio pada usaha perbankan,

pajak tangguhan tidak diikutsertakan” (Wawancara, tanggal 3 Juni 2009). Hal senada

juga diungkapkan oleh Adang Hendrawan bahwa selama tidak ada nilai yang

material, maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi opini auditor terhadap laporan

keuangan perusahaan (Wawancara tanggal 12 Juni 2009).

Pajak Tangguhan atas imbalan kerja yang muncul dalam laporan keuangan

perusahaan akan mempengaruhi laba setelah pajak perusahaan. Pada tahun 2008

dampak yang muncul apabila imbalan pasca kerja dianggap sebagai temporary

different adalah laba setelah pajak menjadi lebih besar. Hal tersebut akan memberikan

implikasi terhadap deviden yang dibayarkan oleh perusahaan. Nilai Pajak tangguhan

dalam Tabel 4.8 di atas merupakan pajak tangguhan atas Aktiva Tetap, Bonus dan

Imbalan Kerja dengan perincian sebagai berikut :

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 24: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

61

Universitas Indonesia

Tabel 4.9 Perhitungan Pajak Tangguhan

ACC TAX ACC TAX ACC TAX DTA DTL

DEC 31, 2007 0.00 0.00 123,520,491,323.00 37,056,147,396.90 139,232,070,356.76 41,769,621,107.03 78,825,768,503.93 0.00

P/L 2008 (1,338.00) (401.40) 44,635,650,068.00 13,390,695,020.40 29,648,822,088.80 8,894,646,626.64 22,285,341,647.04 (401.40)

DEC 31, 2008 (1,338.00) (401.40) 168,156,141,391.00 50,446,842,417.30 168,880,892,445.56 50,664,267,733.67 101,111,110,150.97 (401.40)

P/L 2009 0.00 0.00 (9,180,249,938.00) (2,570,469,982.64) (168,880,892,395.00) (47,286,649,870.60) (49,857,119,853.24) 0.00

DEC 31, 2009 (1,338.00) (334.50) 158,975,891,453.00 39,743,972,863.25 50.56 12.64 39,743,972,875.89 (334.50)

(334.50) 42,314,442,845.89 47,286,649,883.24 89,601,092,729.13 (334.50)

REDUCTION (66.90) 8,132,399,571.41 3,377,617,850.43 11,510,017,421.84 (66.90)

Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

11,510,017,421.84

Jurnal :

Saldo Awal DTA, 31 Des 2007 78,825,767,643 #########

Saldo Akhir DTA, 31 Des 2008 101,111,109,749.57

22,285,342,106.64

Reduction 11,510,017,354.94 ##########

10,775,324,751.70 Aktiva Pajak Tangguhan

KET

Pendapatan Pajak Tangguhan

Aktiva Pajak Tangguhan

Beban Pajak Tangguhan

TOTALAKTIVA TETAP

DTL

IMBALAN KERJA

DTA

BONUS

DTA

Dengan asumsi tidak terdapat pajak tangguhan atas imbalan kerja maka nilai pajak tangguhan menjadi sebagai berikut :

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 25: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

62

Universitas Indonesia

Tabel 4.10 Perhitungan Pajak Tangguhan Tanpa Imbalan Kerja

ACC TAX ACC TAX ACC TAX DTA DTL

DEC 31, 2007 0.00 0.00 0.00 0.00 139,232,070,356.76 41,769,621,107.0341,769,621,107.03 0.00

P/L 2008 (1,338.00) (401.40) 0.00 0.00 29,648,822,088.80 8,894,646,626.64 8,894,646,626.64 (401.40)

DEC 31, 2008 (1,338.00) (401.40) 0.00 0.00 168,880,892,445.56 50,664,267,733.67 50,664,267,733.67 (401.40)

P/L 2009 0.00 0.00 0.00 0.00 (168,880,892,395.00) (47,286,649,870.60) (47,286,649,870.60) 0.00

DEC 31, 2009 (1,338.00) (334.50) 0.00 0.00 50.56 12.64 12.64 (334.50)

(334.50) 0.00 47,286,649,883.24 47,286,649,883.24 (334.50)

REDUCTION (66.90) 0.00 3,377,617,850.43 3,377,617,850.43 (66.90)

Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (Diolah lebih lanjut)

3,377,617,850.43

Jurnal :

Saldo Awal DTA, 31 Des 2007 41,769,620,247

Saldo Akhir DTA, 31 Des 2008 50,664,267,332.27

8,894,647,085.34 ACCOUNTING TAX ACCOUNTING TAX

Reduction 3,377,617,783.53 0.00 0.00 0.00 0.00

5,517,029,301.81

0.00 0.00 0.00 0.00

PIUTANG USAHA GAS BUMI PERSEDIAAN

DTL DTADTA

AKTIVA TETAP IMBALAN KERJA BONUSTOTAL

DTL DTA DTAKET

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009

Page 26: ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/124053-SK 011 09 Mul a - Analisis... · 39 Universitas Indonesia Asumsi-asumsi yang digunakan dalam

63

Universitas Indonesia

4.3.2 Implikasi Terhadap Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

Koreksi fiskal yang dilakukan perusahaan untuk setiap penyampaian SPT tidak

mempengaruhi pemenuhan kewajiban perusahaan seperti penyetoran dan pelaporan

perpajakan. Hal tersebut terlihat dari status Wajib Pajak Patuh yang disandang PT

PGN sejak tahun 2006-2008 dimana untuk memperoleh status tersebut Wajib Pajak

harus memenuhi syarat tertentu antara lain dalam pemenuhan jangka waktu pelaporan

pajak. Account Representatif PT. PGN sendiri menyebutkan bahwa secara umum PT

PGN belum pernah mengalami keterlambatan dalam penyetoran pajak dikarenakan

perusahaan kesulitan dalam melakukan koreksi fiskal yang berakibat pada kesulitan

dalam perhitungan PPh badan. Dalam kurun waktu 2006-2008 perusahaan

menyetorkan dan melaporkan PPh Badan secara tepat waktu. Pemenuhan kewajiban

penyetoran dan pelaporan SPT PPh Badan terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11

Penyetoran dan Pelaporan SPT PPh Badan Tahun 2006-2008

Tahun Tanggal Setor Tanggal

Lapor

Keterangan

2006 26 Maret 2007 2 April 2007 SPT Kurang Bayar

2007 25 Maret 2008 31 Maret 2008 SPT Kurang Bayar

2008 - 30 April 2009 SPT Lebih Bayar

Sumber : SPT PPh Badan PT. Perusahaan gas Negara (Persero) Tbk. diolah lebih lanjut

Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009