Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN
ACEH SELATAN TERHADAP PAJAK HOTEL
TAHUN ANGGARAN 2014-2015
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
guna memperolehgelar Sarjana Sosial
Oleh
SAFRIADI
10C20201061
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
2016
ABSTRAK
Safriadi 2016. Analisis Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan
terhadap pajak hotel tahun anggaran 2014-2015. Dibawah Bimbingan Arfriani
Maifizar dan Alimas Jonsa.
Analisis Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan Terhadap Pajak Hotel
Tahun Anggaran 2014-2015. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
bagaimana pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh Selatan dari pajak hotel atau
tempat-tempat penginapan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitin ini
adalah metode penelitian secara kualitatif. Karena tujuan inti penelitian ini adalah
untuk memberi gambaran dan penjelasan mengenai analisis pendapatan asli
daerah dalam pengelolaannya yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Aceh
Selatan. Dalam penelitian ini pemilihan informan menggunakan teknik
Purpossive Sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menggambarkan
bahwa Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan Secara keseluruhan
selama 2 tahun terakhir dengan pendapatan yang melebihi dari target, hanya saja
di tahun 2015 pendapatan dari sektor pajak hotel mengalami penurunan dan
bahkan tidak mampu mencapai target yang telah ditetapkan, hal ini disebabkan
dari menurunnya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Aceh Selatan yang
berdampak turunnya jumlah pengunjung tempat penginapan. Hambatan yang
dialami dalam pelaksanaannya adalah seperti konflik politik yang melanda aceh
dan juga konflik internal seperti rendahnya mutu pelayanan kepada wisatawan
oleh penyelenggara pariwisata dan juga rendahnya kesadaran tentang
perlindungan keselamatan terhadap wisatawan. Dalam hal ini pemerintah daerah
lebih memberikan perhatian dan memaksimalkan potensi alamnya yang sangat
unggul untuk bisa menunjang pendapatan asli daerah, Pemerintah daerah juga
harus lebih peduli terhadap tempat-tempat wisata di Kabupaten Aceh Selatan dan
menelesaikan masalah-masalah internal yang bisa sangat merugikan bagi daerah
sendiri dan Pemerintah Daerah juga harus lebih meningkatkan promosinya
tentang potensi-potensi wisata unggulan di kabupaten Aceh Selatan yang bisa
mengundang wisatawan untuk berkunjung dan berwisata di Aceh Selatan.
Kata Kunci : Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah, Pajak Hotel,
Pariwisata
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan Nasional dijalankan secara merata diseluruh pelosok tanah
air dan tidak hanya untuk sebagian golongan melainkan harus bisa dirasakan
semua kalangan masyarakat sebagai bagian dari memperbaiki tingkat hidup yang
berkeadilan sosial yang menjadi sasaran, tujuan dan cita-cita kemerdekaan bangsa.
Kegiatan pembangunan juga dilaksanakan diberbagai sektor ditingkat daerah yang
memperhatikan potensi-potensi dan prioritas tiap-tiap daerah
Semenjak diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah, memberikan peluang yang cukup besar bagi daerah untuk dapat
mengelola sendiri sumber daya alam yang dimiliki daerah agar dapat memberikan
hasil yang optimal. Setiap pemerintah daerah berupaya keras untuk bisa
mengoptimalkan untuk memajukan perekonomian daerah sendiri termasuk
mengoptimalkan pendapatan melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dalam era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberi wewenang ang lebih
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, tujuannya antara lain
adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan lebih
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, selain untuk menciptakan persaingan
yang sehat antar daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, keadilan,
pemerataan dan keistimewaan potensi serta keanekaragaman daerah dalam sistem
negara Kesatuan Republik Indonesia dan mendorong timbulnya inovasi-inovasi
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2
Selain pengelolaan terhadap sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
telah ada perlu ditingkatkan, daerah juga harus bisa berkreasi sedemikian
mungkin dan membuat inovasi-inovasi perkembangan potensi-potensi PAD yang
ada didaerah sehingga dengan semakin banyaknya sumber-sumber PAD yang
dimiliki, daerah akan memiliki sumber-sumber pendapatan-pendapatan aslinya
sendiri yang bisa digunakan untuk pembangunan daerah.
Sumber-sumber pendapatan asli daerah yang potensial harus digali secara
maksimal sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, termasuk
diantaranya adalah pajak dan retribusi daerah yang menjadi unsur utama
Pendapatan Asli Daerah. Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan pemerintah
daerah itu terdiri atas
1. Pendapatan Asli Daerah
a. Hasil Pajak Daerah
b. Hasil Retribusi Daerah
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
d. Pendapatan Asli daerah lain yang sah
2. Dana Perimbangan
3. Pinjaman Daerah
4. Pendapatan Daerah lain yang sah
Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan
pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut. Salah satu Pendapatan Asli
Daerah yaitu berasal dari pajak daerah. Pajak daerah di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 terbagi menjadi dua, yaitu pajak Propinsi
dan pajak Kabupaten/Kota. Pembagian ini dilakukan sesuai dengan kewenangan
3
pengenaan dan pemungutan masing-masing jenis pajak daerah pada wilayah
administrasi Propinsi atau Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 ditetapkan empat jenis pajak Propinsi dan
tujuh jenis pajak Kabupaten/Kota. Pajak Propinsi terdiri dari Pajak Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, serta
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
Sedangkan pajak Kabupaten/Kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian
golongan C dan pajak parkir
Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring
dengan semakin diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata dalam
pembangunan sehingga dapat menunjang berkembnagnya bisnis pariwisata adalah
pajak hotel.
Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu provinsi di pulau
Sumatera yang terletak diujung barat pulau Sumatera. Aceh juga memiliki potensi
pariwisata yang cukup menguntungkan, selain wisata alam Aceh juga memiliki
daya tarik dari wisata seperti daya tarik pantai, pemandian, budaya, dan lain-lain
yang pastinya bisa menunjang pendapatan asli daerah dari segi pajak hotel.
Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu Kabupaten yang ada di
wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Aceh Selatan salah satu daerah di
Provinsi Aceh yang memiliki potensi wisata yang begitu banyak, keindahan alam
di Kabupaten Aceh Selatan ini banyak mengundang wisatawan baik domestik dan
juga luar negeri. Pada saat hari libur atau hari-hari tertentu banyak wisatawan
4
yang berlibur ke Aceh Selatan yang berarti itu menandakan Aceh Selatan menjadi
salah satu tujuan wisatawan.
Pajak Hotel merupakan salah satu dari pajak daerah, dengan adanya pajak
hotel bisa memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan asli daerah
Kabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan
didukung dengan kondisi Kabupaten Aceh Selatan sebagai daerah pariwisata.
Selain memberikan sumbangan PAD, hotel juga mampu membuka dan
memberikan lapangan pekerjaan yang luas.
Pemerintah Daerah juga harus bisa terus mengembangkan inovasi-inovasi
yang baru untuk bisa memaksimalkan pendapatan daerah khususnya dari sektor
pariwisata. Dengan berkembangnya sektor pariwisata dapat meningkatkan
pertumbuhan kunjungan pariwisata ke Kabupaten Aceh Selatan dan mampu
mendongkrak pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah.
Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daeraha Kabupaten Aceh Selatan
Tahun 2014 dan Tahun 2015
Sumber: DPKKD Kabupaten Aceh Selatan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka judul dalam penelitian
ini adalah Analisis Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan
Terhadap Pajak Hotel Tahun Anggaran 2014-2015.
No Tahun Target Realisasi
1 2014 Rp. 73.484.000.000 Rp. 78.487.063.289
2 2015 Rp. 92.937.964.769 Rp. 96.601.640.764
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh
Selatan terhadap pajak hotel.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pendapatan asli
daerah Kabupaten Aceh Selatan terhadap pajak hotel.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Bagi penulis, sebagai bahan perbandingan sampai sejauh mana teori yang
didapat selama masa kuliah diterapkan secara nyata. Sementara untuk
pihak lain sebagai bahan bacaan dan mendorong untuk bisa melakukan
penelitian lebih lanjut.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi Pemerintah daerah, diharapkan sebagai bahan pertimbangan kedepan
terhadap pengambilan keputusan stategis yang bertujuan memaksimalkan
pengelolaan dan memaksimalkan pendapatan asli daerah dari segi
pariwisata untuk peningkatan pendapatan pajak hotel.
1.4.3 Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi mahasiswa atau
pembaca lain khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Politik
Universitas Teuku Umar dalam menambah wawasan, memperkaya
khasanah, bahan penelitian dan sumber bacaan di perpustakaan.
6
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan ini dikelompokkan dalam 5 (lima) bab terdiri dari sub bab dan
sub-sub bab, penjelasan secara umum dari bab-bab tersebut diuraikan sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Didalam bab ini akan digambarkan latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Didalam bab ini akan menguraikan teori-teori yang berhubungan
dengan
Bab III Metodologi Penelitian
Didalam bab ini memberikan uraian mengenai rancangan penelitian
yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini, termasuk
didalamnya teknik pengumpulan data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Didalam bab ini akan di tampilkan hasil penelitian dilapangan dan
dijelaskan mengenai pembahasan tentang penelitian yang telah
dilakukan.
Bab V Kesimpulan dan Saran
dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Pendapatan Asli Daerah di sektor pariwisata sudah
pernah dilakukan sebelumnya, untuk bahan pertimbangan terhadap skripsi ini
maka dicantumkan hasil penelitian sebelumnya.
I Wayan Gede Sedana (2011) dalam penelitian ini menganalisis pengaruh
jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi obyek wisata,
pendapatan asli daerah dan anggaran pembangunan kabupaten Gianyar tahun
1991-2010 dengan menggunakan regresi linier untuk menganalisis apakah
anggaran pembangunan daerah dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang
berkunjung ke obyek wisata, retribusi obyek wisata dan pendapatan asli daerah
(PAD). Hasil penelitian yang didapat adalah secara keseluruhan variabel obyek
wisata dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
anggaran pembangunan daerah, hanya variabel jumlah kunjungan wisatawan yang
tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran pembangunan.
2.2 Pendapatan Asli Daerah
2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Hubungan keuangan pusat dan daerah dalam rangka otonomi daerah
dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada daerah untuk melaksanakan
fungsinya secara efektif. Untuk menjalankan fungsi tersebut harus ada dukungan
sumber-sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana
perimbangan, pinjaman daerah maupun lain-lain penerimaan yang sah.
8
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli
daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”.
Menurut Yani (2002 : h.39) PAD adalah “Penerimaan yang diperoleh dari
sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundanga-undangan yang berlaku”.
Menurut Mardiasmo (2002 : h.132) Pendapatan Asli Daerah merupakan
“Penerimaan yang diperoleh dari segi sektor pajak, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain penerimaan asli daerah yang sah”
Sedangkan Warsito (2001: h.128) Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan
asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh
pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba
dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang
sah”.
Halim (2004 : h.67) pendapatan asli daerah merupakan “Semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber asli ekonomi daerah”. Sedangkan
menurut Samsubar Saleh (2003) pendapatan daerah merupakan “Suatu komponen
yang sangat menentukan berhasil tidaknya kemandirian pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka otonomi daerah saat ini. Salah satu komponen
9
yang sangat diperhatikan dalam menentukan tingkat kemandirian daerah dalam
rangka otonomi daerah adalah sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2.2.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
Seluruh kegiatan dalam pendapatan asli daerah diatur dalam :
1. UU No.32/2004 tentang Sistem Pemerintahan Daerah
2. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Daerah.
3. UU No.34/2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
4. PP No.65/2000 tentang Pajak Daerah.
5. PP No.66/2000 tentang Retribusi Daerah.
6. Permendagri No.59/2007 tentang Sitem Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Pasal 6 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat dan Daerah menyatakan bahwa :
1. PAD bersumber dari :
a. Pajak Daerah
Pajak daerah dapat dideinisikan sebagai pajak Negara yang diserahkan
kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah dengan undang-
undang. Halim dalam Edison (2009 : h.34) menyatakan pajak daerah
merupakan “Pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Berdasarkan
UU No.28 Tahun 2009 Pasal 2 tentang Pajak dan Retribusi Daerah
terdapat 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota.
Secara rinci dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
10
Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota
1. Pajak Kendaraan
Bermotor
2. Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Rokok
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Parkir
b. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah dapat didefinisikan sebagai pungutan terhadap orang
atau badan kepada pemerintah daerah dengan konsekuensi pemerintah
daerah memberikan jasa pelayanan atau perijinan tertentu yang
langsung dapat dirasakan oleh pembayaran retribusi. Menurut Sumitro
dalam Edison (2009 : h.36) Retribusi adalah “Pembayaran pada negara
yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa”. Sedangkan
Redjo dalam Edison (2009 : h.37) berpendapat bahwa retribusi adalah
“Suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana dapat
dilihat adanya hubungan blas jasa yang diterima langsung dengan
adanya pembayaran retribusi tersebut, misalnya uang langganan air
minum, uang langganan listrik dan lain-lain”. Menurut UU No.28
Tahun 2009 retribusi terbagi atas 3 jenis, yaitu retribusi jasa umum,
retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu.
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Menurut Halim (2004 : h.68) “Hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan
penerimaan daerah yang bersal dari hasil perusahaan milik daerah dan
11
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini
meliputi objek bagian laba perusahaan milik daerah, bagian laba
lembaga keuangan Bank, bagian laba lembaga keuangan non Bank
serta bagian laba atas penyertaan modal atau investasi. Menurut
Wayang dalam Dewi (2004 : h.4) mengenai perusahaan daerah adalah
“Kesatuan produksi yang bersifat: memberi jasa, menyelenggarakan
pemanfaatan umum, memupuk pendapatan”. Tujuan perusahaan
daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah
khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan
menggutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja
menuju masyarakat yang adil dan makmur.
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Menurut Halim (2004: h.69), “pendapatan ini merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah”. Jenis
pendapatan ini meliputi objek pendapatan hasil penjualan aset daerah
yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, penerimaan bunga
deposito, denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, penerimaan
ganti rugi atas kerugian atau kehilangan kekayaan daerah.
2. Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d,
meliputi :
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b. Jasa giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
12
e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.
2.3 Pemerintah Daerah
2.3.1 Pengertian Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah merupakan subsistem dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia, untuk itu maka tugas-tugas negara/pemerintah merupakan tugas-tugas
pemerintah daerah juga namun tidak semua tugas-tugas ataupun urusan-urusan
pemerintahan diserahkan kepada daerah dengan pertimbangan keadaan dan
kemampuan daerah serta kepentingan nasional. Dalam praktek penyelenggaraan
pemerintahan dan masyarakat sebagai pihak yang diperintah seyogyanya berada
pada posisi yang seimbang.
Perubahan ke 4 (empat) UUD 1945 menyatakan jelas mengenai bentuk
dan susunan pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia.
Pasal 18 ayat (1) berbunyi :
“ Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan
daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propisi,
kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur Undang-
Undang”.
Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa:
“pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan
pemerintahan dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur
kewenangan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat”.
13
Peran pemerintah daerah sangat penting dalam menciptakan iklim
pemerintahan daerah yang lebih maju dan mampu menghasilkan pembangunan
yang merata, luas dan bertanggung jawab. Pada era otonomi setiap daerah harus
berusaha menggali potensi yang dimiliki daerah. sebagaimana yang diamanatkan
dalam undang-undang no 32 tahun 2004 tentang penyelenggaran pemerintahan
daerah. undang-undang no 32 tahun 2004 mengisyaratkan bagi setiap daerah
untuk bekerja lebih. Dalam mewujudkan pemerintahan daerah yang lebih efisien
dan efektif setra memperhatikan aspek-aspek hubungan antara susunan
pemerintahan dan antar pemerintahan daerah agar tercipta kondisi yang harmonis
antar pemerintahan.
Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut:
“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
Menurut Misdyanti dan Kartasapoetra (1993: 17)“Pemerintah daerah
adalah penyelenggara pemerintah di daerah, dengan kata lain pemerintah daerah
adalah pemengang kemudi dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah di daerah”.
Jadi berdasarkan definisi di atas, pemerintah daerah adalah penyelenggara
pemerintahan di daerah yaitu sebagai pelaksana semua kegiatan yang mengatur
jalannya pemerintahan yang ada di daerah berdasarkan tugas dan fungsi
pemerintah daerah.
14
2.3.2 Fungsi Pemerintah Daerah
Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah
menjalankan, mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan.
Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
adalah :
a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana
hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.
Menurut Misdayanti dan R.G Kartasapoetra(1993:20-27) fungsi
pemerintah daerah sebagai berikut :
1. Fungsi Otonom
Fungsi otonom dari pemerintah daerah adalah melaksanakan segala urusan
yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang lebih tinggi
tingkatannya.
2. Fungsi Pembantu
Merupakan fungsi untuk turut serta dalam melaksanakan urusan
pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pusat atau
15
pemerintah daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan
kepada yang menugaskan.
3. Fungsi Pembangunan
Fungsi ini untuk meningkatkan laju pembangunan dan menambah
kemajuan masyarakat.
2.4 Pengertian Pajak
Penerimaan pemerintah yang digunakan dalam membiayai pembangunan
berasal dari beberapa sumber yang dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan
bukan pajak. Penerimaan bukan pajak salah satunya adalah penerimaan
pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman dalam negeri
maupun luar negeri dan penerimaan dari badan usaha milik pemerintah sedangkan
sumber penerimaan yang lainnya adalah berasal dari pajak (Suhendi, 2008).
Menurut Siti (2005 : h.2) mengatakan pajak dipungut oleh negara baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atau dengan kekuatan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya, dimana diperuntukkan bagi
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih
terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai publict investment.
Pajak juga dapat dipandang dari berbagai aspek, dari sudut pandang
ekonomi pajak merupakan alat untuk menggerakkan ekonomi yang digunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pajak juga digunakan sebagai
motor penggerak kehidupan ekonomi rakyat. Dari sudut pandang hukum pajak
adalah masalah keuangan Negara, sehingga diperlukan peraturan-peraturan
pemerintah untuk mengatur permasalahan keuangan Negara. Dari sudut pandang
keuangan pajak dipandang sebagai bagian yang sangat penting
16
2.4.1 Tujuan dan Fungsi Pajak
Secara umum tujuan diberlakukannya pajak adalah untuk mencapai
kondisi meningkatnya ekonomi suatu Negara (1) untuk membatasi konsumsi dan
dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi (2) untuk mendorong
tabungan dan menanam modal (3) untuk mentransfer sumber dari tangan
masyarakat ketangan pemerintah sehingga memungkinkan adanya investasi
pemerintah (4) untuk memodifikasi pola investasi (5) untuk mengurangi
ketimpangan ekonomi (6) untuk memobilisasi surplus ekonomi (Muklis, 2010).
Peraturan pajak dibuat dengan didasarkan pada tujuan meningkatkan
kesejahteraan umum. Untuk meningkatkan kesejahteraan umum aturan pajak
tidak semata-mata dibuat untuk memasok uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas
negara, akan tetapi harus memiliki sifat yang mengatur guna meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat. Penerimaan atas uang untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat harus ditingkatkan lagi serta pemungutannya harus berdasarkan
aturan-aturan yang berlaku. Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2003) dalam
bukunya yang berjudul “Perpajakan” adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Budgetair
Pemungutan pajak bertujuan untuk memasukkan uang sebanyak-
banyaknya ke dalam kas negara yang pada waktunya akan digunakan oleh
pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara baik untuk pengeluaran rutin
dalam melaksanakan mekanisme pemerintahan maupun pengeluaran untuk
membiayai pembangunan.
17
2. Fungsi Mengatur
Pada lapangan perekonomian, pengaturan pajak memberikan dorongan
kepada pengusaha untuk memperbesar produksinya, dapat juga memberikan
keringanan atau pembesaran pajak pada para penabung dengan maksud menarik
uang dari masyarakat dan menyalurkannya antara lain ke sektor produktif. Adanya
industri baru maka dapat menampung tenaga kerja yang lebih banyak, sehingga
pengangguran berkurang dan pemerataan pendapatan akan dapat terlaksana untuk
mencapai keadilan sosial ekonomi dalam masyarakat.
2.4.2 Pajak Daerah
Dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah
undang-undang no.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang no.34 tahun 2000.
Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Pajak propinsi, terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan di atas air.
b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
d.Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
2. Pajak kabupaten/kota; terdiri dari:
a. Pajak Hotel.
b. Pajak Restoran.
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan.
18
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
g. Pajak Parkir
h. Pajak lain-lain
2.4.3 Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengertian hotel di sini
termasuk juga rumah penginapan yang memungut pembayaran. Pengenaan pajak
hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia.
Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak
kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah
kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan
daerah tentang pajak hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan hukum
operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Hotel di
daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan (Siahaan, 2005).
Dalam pemungutan pajak hotel terdapat beberapa terminologi yang perlu
diketahui. Terminologi tersebut adalah sebagai berikut (Siahaan, 2005).
1. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat
menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya
dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu,
dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali oleh petokoan dan
perkantoran.
2. Rumah penginapan adalah penginapan dalam bentuk dan klasifikasi apa
pun beserta fasilitasnya yang digunakan untuk menginap dan disewakan
untuk umum.
19
3. Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun
yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di
bidang jasa penginapan.
4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai
imbalan atas penyerahan barang atau pelayanan sebagai pembayaran
kepada pemilik hotel.
5. Bon penjualan (bill) adalah bukti pembayaran yang sekaligus sebagai
bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat mengajukan
pembayaran atas jasa pemakaian kamar atau tempat penginapan beserta
fasilitas penunjang lainnya kepada subjek pajak.
2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah dari
Pajak Hotel Melalui Sektor Pariwisata
Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan,
restoran atau jasa boga, usaha wisata (obyek wisata, souvenir, dan Hiburan), dan
usaha perjalanan wisata (travel agent atau pemandu wisata) dapat menjadi sumber
penerimaan daerah yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, pajak
dan bukan pajak (Badrudin, 2001 : h.2).
Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan daerah dari
sektor pariwisata :
1. Jumlah obyek wisata
Indonesia sebagai negara yang memiliki keindahan alam serta
keanekaragaman budaya yang mempunyai kesempatan untuk menjual keindahan
alam dan atraksi budayanya kepada wisatawan baik wisatawan mancanegara
maupun nusantara yang akan menikmati keindahan alam dan budaya tersebut.
20
Tentu saja kedatangan wisatawan tersebut akan mendatangkan penerimaan bagi
daerah yang dikunjunginya. Bagi wisatawan mancanegara yang datang dari luar
negeri, kedatangan mereka akan mendatangkan devisa bagi negara (Badrudin,
2001).
Begitu juga dengan Kabupaten Aceh Selatan yang merupakan salah satu
Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Kabupaten Aceh Selatan memiliki potensi pariwisata yang cukup besar,
khususnya wisata alam. Dengan demikian banyaknya jumlah obyek wisata yang
ada, maka diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah dari sektor
pariwisata, baik melalui pajak daerah maupun retribusi daerah.
2. Jumlah wisatawan
Secara teoritis semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan
wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan
wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan
selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama
perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk
yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif tersebut,
maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh
karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan, maka pendapatan sektor
pariwisata Kabupaten Aceh Selatan juga akan semakin meningkat.
3. Tingkat Hunian Hotel
Menurut Dinas Pariwisata hotel merupakan suatu usaha yang
menggunakan bangunan atau sebagian dari padanya yang khusus disediakan,
dimana setiap orang dapat menginap dan makan serta memperoleh pelayanan dan
21
fasilitas lainnya dengan pembayaran. Dewasa ini pembangunan hotel-hotel
berkembang dengan pesat, apakah itu pendirian hotel- hotel baru atau pengadaan
kamar- kamar pada hotel- hotel yang ada. Fungsi hotel bukan saja sebagai tempat
menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan
kegiatan bisnis, mengadakan seminar, atau sekedar untuk mendapatkan
ketenangan.
Perhotelan memiliki peran sebagai penggerak pembangunan daerah, perlu
dikembangkan secara baik dan benar sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat, PAD, penyerapan tenaga kerja serta perluasan usaha. Hotel
merupakan salah satu jenis usaha yang menyiapkan pelayanan jasa
bagimasyarakat dan wisatawan.
Tingkat hunian hotel merupakan suatu keadaan sampai sejauh mana
jumlah kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang
mampu untuk dijual. Dengan tersedianya kamar hotel yang memadai, para
wisatawan tidak segan untuk berkunjung ke suatu daerah, terlebih jika hotel
tersebut nyaman untuk disinggahi. Sehingga mereka akan merasa lebih aman,
nyaman dan betah untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata. Oleh karena
itu industri pariwisata terutama kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu
hotel, baik berbintang maupun melati akan memperoleh pendapatan yang semakin
banyak apabila para wisatawan tersebut semakin lama menginap. Sehingga juga
akan meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak penghasilan.
4. Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu, yang
22
ditunjukkan dengan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pendapatan perkapita yang tinggi
cenderung mendorong naiknya tingkat konsumsi perkapita yang selanjutnya
menimbulkan intensif bagi diubahnya struktur produksi (pada saat pendapatan
meningkat, permintaan akan barang manufaktur dan jasa pasti akan meningkat
lebih cepat dari pada permintaan akan produk-produk pertanian).
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Pada
umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata mempunyai tingkat
sosial ekonomi yang tinggi. Mereka memiliki trend hidup dan waktu senggang
serta pendapatan (income) yang relatif besar. Artinya kebutuhan hidup minimum
mereka sudah terpenuhi. Mereka mempunyai cukup uang untuk membiayai
perjalanan wisata.. Semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat maka
semakin besar pula kemampuan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata,
yang pada akhirnya berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan daerah
sektor pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan.
23
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
pendekatan kualitatif secara deskriptif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,
2002: h.3) mendefenisikan pendekatan kualitatif sebagai “Prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati”.
Menurut Mardalis, (2008: h.26) “penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku”. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menfinterprestasikan kondisi-kondisi
yang sekarang ini terjadi atau ada.
Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu
menggambarkan tentang bagaimana usaha pemerintah daerah dalam
meningkatkan minat membaca dikalangan pelajar.
3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari dua jenis data
yaitu:
1. Data Primer
Merupakan sumber data yang di dapat di lapangan. Data primer dalam
penelitian ini, dikumpulkan melalui penelitian langsung dengan turun ke lokasi
penelitian, untuk mencari fakta dan data-data yang berkaitan dengan masalah yang
24
diteliti seperti wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan
kepada informan yang lebih mengetahui tentang permasalahan ini.
2. Data Sekunder
Menurut Hasan (2002: h.82) data sekunder adalah “Data yang diperoleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada”. Data
sekunder merupakan data yang di dapat dari studi kepustakaan, dokumen, koran,
internet dan lainnya, yang berkaitan dengan kajian penelitian yang di teliti oleh
penulis.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau
mengumpulkan data (informasi), yang dapat menjelaskan dan menjawab
permasalahan penelitian secara objektif. Adapun data tersebut diperoleh dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang biasa digunakan penelitian. Dalam
penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan adalah “Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat segala hal yang ingin diteliti” (Kholid Narboko, 1996:
h.70). Pengamatan yang dilakukan langsung terhadap objek yang diteliti untuk
mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan secara langsung di
Kantor Dinas Pariwisata dan DPKKD Kota Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan..
2. Wawancara
Wawancara adalah “Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
25
pertanyaan dan yang di wawancarai (interwiewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu” (Moleong, 2002: h.135).
Teknik pengumpulan data wawancara ini, dengan mengajukan pertanyaan
langsung melalui cara tanya jawab langsung kepada narasumber yang menjadi
informan dalam penelitian ini. Dengan wawancara mendalam ini, diharapkan
dapat mengungkapkan lebih rinci dan mendalam tentang permasalahan yang
diteliti.
3. Dokumentasi
“Mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil dan hukum-hukum dan
lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian” (Rachman, 1999: h.96).
Teknik pengumpulan data ini, dengan menggunakan catatan-catatan atau
dokumen yang ada di lokasi penelitian, serta sumber-sumber lain yang relevan
dengan objek penelitian. Peneliti juga melakukan dokumentasi yaitu dengan
mengambil foto yang diperlukan di lapangan sebagai dokumen penunjang dalam
penelitian ini.
3.2.3 Teknik Penentuan Informan
Dalam penetapan informan, penulis menggunakan purposive sampling
(pengambilan informan berdasarkan tujuan), artinya orang yang dijadikan sebagai
informan ditunjuk secara sengaja oleh peneliti berdasarkan atas pertimbangan
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Adapun yang menjadi informan
sebagai sumber data untuk mendapatkan informasi adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas Pariwisata : 1 orang
2. Subbag Perencanaan dan Program : 1 orang
26
3. Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata : 1 orang
4. Kasi Usaha Jasa : 1 orang
5. Pihak Perhotelan : 1 orang
6. Pengunjung Hotel : 2 orang
Jumlah : 7 orang
Penentuan informan berdasarkan maksud dan tujuan penulis. Informan
yang dipilih karena para informan ini lebih mengetahui permasalahan yang akan
di teliti.
3.3 Instrumen Penelitian
Penelitian yang menggunakan metode kualitatif adalah suatu metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, maka
peneliti adalah sebagai instrument kunci (Moleong, 2002: h.4). Peneliti
merupakan instrument kunci utama, karena peneliti sendirilah yang menentukan
keseluruhan skenario penelitian serta langsung turun ke lapangan untuk
melakukan pengamatan dan wawancara dengan informan. Penggunaan peneliti
sebagai instrument penelitian untuk mendapatkan data yang valid dan realible.
Selain daripada itu, untuk membantu kelancaran dalam melaksanakan
penelitian ini, juga didukung oleh instrument pembantu sebagai panduan
wawancara. Olehkarena itu, sebelum turun ke lapangan, peneliti akan membuat
panduan wawancara untuk memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan dan
melakukan interview (wawancara) ke semua informan. Alat bantu yang digunakan
dalam pengumpulan data yaitu panduan wawancara, catatan, dokumen, laporan,
dokumentasi dan lain sebagainya.
27
3.4 Teknik Analisis Data
Menurut Lexy J. Moleong (2002: h.103), analisis data adalah “Proses
mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh data”.
Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik
analisa deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu menjabarkan hasil penelitian
sebagaimana adanya. Data yang telah didapatkan dati hasil penelitian di lapangan
kemudian dikumpulkan serta diolah dan dianalisis dengan memaparkan atau
mendeskripsikan dan memberikan komentar berdasarkan temuan yang ada di
lapangan.
3.5 Pengujian Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif, antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan
member check. Digunakannya uji ini dimaksudkan, untuk mendapatkan data yang
lebih mendalam mengenai subyek penelitian (Sugiyono, 2007: h.270).
Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:
1. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang memadai.
Menurut Moleong (2002: h.327) “Perpanjangan pengamatan berarti peneliti
tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai”.
28
Perpanjangan pengamatan dilakukan peneliti juga ketika informasi dan data
yang di dapat sebelumnya atau yang diperlukan terasa kurang dan belum cukup
memadai. Perpanjangan Pengamatan ini pertama dilakukan peneliti ketika di awal
sebelum mengadakan penelitian. Peneliti terlebih dahulu melakukan pengamatan
dan kemudian melakukan pengamatan kembali saat penelitian selanjutnya dengan
melakukan beberapa kali wawancara ke informan untuk lebih mendapatkan
informasi yang lebih akurat.
2. Peningkatan Ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan dilakukan
dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun dokumen yang terkait
dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data apakah benar
dan bisa dipercaya atau tidak.
Peneliti melakukan peningkatan ketekunan dalam melakukan penelitian
ini. Peningkatan penelitian dilakukan peneliti adalah selain melakukan
pengamatan lebih mendalam, peneliti juga meminta informasi dan data yang lebih
banyak lagi untuk mendukung penelitian ini, agar data dan hasil yang didapat
lebih akurat dan terpercaya. Peneliti meminta dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan data yang dibutuhkan dan sesuai permasalahan yang diteliti.
3. Triangulasi
Analisa triangulasi merupakan “Suatu metode analisis untuk mengatasi
masalah akibat dari kajian mengandalkan satu teori saja, satu macam data atau
satu metode penelitian saja” (Sugiyono, 2007: h.225). Triangulasi dimaksudkan
untuk mendapatkan keterangan dari beberapa pihak secara terpisah namun dengan
29
karakteristik yang sama, kemudian hasilnya di cross check antara jawaban yang
satu dengan yang lain.
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap orang yang sama-sama
mengetahui permasalahan yanag akan di teliti, seperti informan. Hasil jawaban
dari beberapa pihak tersebut kemudian dilihat kesamaan dan perbedaannya,
sehingga dapat dilihat penerimaan diri berdasarkan pengalaman psikologis dari
orang yang satu dengan orang yang lain.
4. Pemeriksaan Teman Sejawat
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan
mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang
berguna untuk proses penelitian.
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan oleh peneliti, peneliti meminta
pendapat, saling tukar pikiran dan memberikan masukan dari teman-teman dekat
atau dosen sebagai tujuan sumbangsih ide, pendapat ataupun pemikiran bagi si
peneliti dalam menambah wawasan dan isi tulisan skripsi ini.
5. Analisis Kasus Negatif
Menurut Sugiyono (2007: h.225) “Melakukan analisis kasus negatif berarti
peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan”. Analisis kasus negatif ditemukan dalam penelitian ini, karena
informasi ataupun keterangan-keterangan yang diberikan oleh informan terkadang
ada yang berbeda.
30
6. Member Check
Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara
mendiskusikan hasil penelitian pada sumber-sumber yang telah memberikan data
untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya.
Menurut Moleong (2002: h.336) pengecekan dilakukan dengan jalan:
a. Penilaian dilakukan oleh informan
b. Mengoreksi kekeliruan
c. Menyediakan tambahan informasi secara sukarela
d. Memasukkan informan dalam lingkup penelitian, menciptakan
kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisa data.
e. Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
Member check juga dilakukan peneliti dengan meng cross check kembali
keterangan yang didapat dari informan lain, untuk mengetahui kebenaran data
atau informasi yang didapat. Tujuannya juga untuk mengsinkronkan data maupun
keterangan yang diperoleh agar sesuai, tepat dan jelas agar tidak terjadi kerancuan
dan salah persepsi oleh si peneliti.
Pengujian kredibilitas bertujuan untuk menilai kebenaran dari temuan
penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan mengungkapkan
bahwa, transkrip penelitian memang benar-benar sebagai pengalaman dirinya
sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah di transkipkan
untuk di baca ulang oleh partisipan.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Kabupaten Aceh Selatan
4.1.1 Profil Kabupaten Aceh Selatan
Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi
Pemerintah Aceh yang terletak di pesisir pantai barat-selatan dengan Tapaktuan
sebagai ibukotanya. Secara Geografis Kabupaten Aceh Selatan terletak pada
posisi koordinat 020 22’ 36” - 040 - 06’ Lintang Utara (LU) 960 35’40” - 960 35’
340” Bujur Timur (BT) dengan luas wilayah 3.841,60 km2. Batas wilayah
Kabupaten Aceh Selatan mencakup:
- Sebelah Timur : Berbatas dengan Kabupaten Aceh Tenggara
- Sebelah Barat : Berbatas dengan Samudra Hindia
- Sebelah Utara : Berbatas dengan Kabupaten Aceh Barat Daya
- Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kotamadya Subulussalam
Secara Administrasi wilayah Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari 16
Kecamatan, 43 Mukim, dan 247 Desa (Gampong) dengan laju pertumbuhan
penduduk 2.968 jiwa atau 10,0 % pertahun.
Topografi wilayah Kabupaten Aceh Selatan mempunyai ketinggian 500 m
dari permukaan laut. Kabupaten Aceh Selatan termasuk kawasan yang beriklim
tropis basah dengan curah hujan rata-rata berkisar diantara 2.861 mm – 4.245 mm.
Bulan Januari s/d Agustus merupakan musim kemarau dan bulan September s/d
Desember merupakan musim penghujan dengan suhu udara di Kabupaten Aceh
Selatan 26 – 31 oC
32
4.2 Hasil Penelitian
Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah
Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan
oleh daerah dalam rnelaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai
dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan
dana dan pemerintah tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan
pendapatan asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak
hanya ditinjau dan segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan
kesatuan perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap
sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya
keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal
yang dikehendaki setiap daerah.
Pengelolaan Pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh Selatan dari bidang
pajak hotel atau tempat penginapan misalkan, mempunyai potensi pendapatan
yang besar seandainya bisa dikelola dengan maksimal, Kabupaten Aceh selatan
memiliki banyak potensi wisata yang sangat bagus yang bisa menarik wisatawan
untuk berkunjung ke Aceh selatan.
33
Berdasarkan latar belakang masalah yang timbul didalam penelitian ini,
peneliti telah melakukan penelitian dengan memberikan beberapa pertanyaan dan
kemudian memberikan jawaban menurut pendapatnya sendiri tanpa ada paksaan
dari siapapun.
4.2.1 Pengelolaan Pariwisata yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Aceh Selatan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan telah menjalankan tugas dan
fungsinya dalam menjalankan roda pemerintah di Kabupaten Aceh Selatan,
seperti dalam pengelolaan tempat-tempat pariwisata yang ada di Kabupaten Aceh
Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di lapangan
dengan mewawancarai informan bisa didapat penjelasan bahwa pemerintah
daerah terus berupaya melakukan pengelolaan tempat-tempat pariwisata agar
lebih baik.
Azwar Rahman selaku Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Olah raga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa :
“Pengelolaan pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten Aceh Selatan berangsur-angsur membaik, dalam
pelaksanaanya, setiap program yang bertujuan pengembangan
potensi wisata di Aceh Selatan terus dalam pengawasan dan
transparansi supaya tidak terjadi penyalah gunaan apapun hal
yang bisa menimbulkan konflik-konflik yang berimbas pada tidak
maksimalnya pengelolaan tempat-tempat pariwisata”
(Wawancara 18 November 2015).
N.I Utami selaku Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata di Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olah raga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa,
“Dalam pelaksanaanya pengelolaan pariwisata yang dilakukan pemerintah
kabupaten aceh selatan sudah baik, banyak tempat-tempat wisata yang ada di
34
berbagai wilayah aceh selatan sudah dikembangkan secara baik walaupun masih
ada sedikit yang berjalan belum maksimal” (Wawancara 18 November 2015).
Nini Anggraini selaku Kasi Usaha Jasa di Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan juga menambahkan :
“Pengelolaan pariwisata di Aceh Selatan banyak mengalami
perkembangan, terbukti setiap di hari-hari tertentu tempat-tempat
wisata yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Selatan selalu ramai
dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun luar daerah, pemerintah
Aceh Selatan terus berupaya meningkatkan hasil yang maksimal
dalam hal pendapatan asli daerah dari bidang pariwisata”.
(Wawancara 18 November 2015).
Aspid Aziz selaku pemilik salah satu tempat penginapan yang ada di
Kabupaten Aceh Selatan juga mengatakan bahwa :
‘Pengelolaan pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan di beberapa
tempat sudah bagus, namun masih ada beberapa tempat yang belum
dikelola secara maksimal, seharusnya pemerintah daerah
Kabupaten Aceh Selatan bisa lebih lagi perhatian terhadap potensi-
potensi wisata di Kabupaten Aceh Selatan secara keseluruhan agar
bisa meningkatkan pendapatan asli daerah, salah satunya melalui
pajak tempat penginapan”. (Wawancara 20 November 2015).
Agus Susanto wisatawan yang menginap disalah satu tempat penginapan
di Kabupaten Aceh Selatan menambahkan, “Secara keseluruhan pengelolaan
pariwisata di Aceh Selatan belum ada perkembangan yang begitu berarti, ada
beberapa tempat wisata di Aceh Selatan masih belum begitu di perhatikan
perkembangannya oleh pemerintah daerah setempat, misalkan masih banyak
sampah-sampah yang berserakan”. (Wawancara 20 November 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas bisa disimpulkan bahwa Pemerintah
daerah memiliki perhatian yang besar terhadap pengelolaan potensi Pariwisata di
Kabupaten Aceh Selatan yang bisa meningkatkan pendapatan Asli Daerah untuk
kebutuhan daerah itu sendiri.
35
4.2.2 Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan Terhadap
Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan
Dalam menjalankan tugas dan fungsi di daerah, Pemerintah daerah pasti
memiliki kebijakan-kebijakan yang dilakukan untuk membuat perubahan yang
lebih baik bagi daerah. Dalam mengembangkan pariwisata, banyak keuntungan
yang dapat diperoleh, namun semuanya kembali kepada kesiapan daerah masing-
masing untuk terus-menerus mengembangkan daerahnya sebagai salah satu
daerah pariwisata. Dalam mengembangkan pariwisata, ada beberapa kebijakan
pemerintah yang mendukung pengembangan pariwisata yaitu, menggencarkan
promosi, menyiapkan dan meningkatkan mutu pelayanan dan produk wisata,
mengembangkan kawasan-kawasan pariwisata dan produk-produk baru dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang kepariwisataan. Potensi
pariwisata yang ada di Kabupaten Aceh Selatan juga menjadi prioritas bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan untuk terus membenahi segala aspek
yang bisa menunjang untuk ke arah ang lebih baik.
Azwar Rahman selaku Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Olah raga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa “Pemerintah banyak
melakukan beberapa inovasi penting dalam mengatur strategi pengembangan
pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan, seperti mempromosikan diri secara intens
terhadap potensi-potensi wisata yang ada di Aceh Selatan, juga menganggarkan
biaya khusus untuk pengelolaan tempat-tempat wisata”. (Wawancara 18
November 2016).
Nini Anggraini selaku Kasi Usaha Jasa di Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan juga menambahkan “Sudah
menjadi tugas dan tanggung jawab pihak-pihak atau instansi terkait menyangkut
36
dengan pariwisata untuk terus mengembangkan potensi wisata yang ada di
wilayah kabupaten aceh selatan dengan membuat kebijakan yang bisa
meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke aceh selatan”. (Wawancara
18 November 2015)
N.I Utami selaku Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata di Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa :
“Beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
pengelolaan pariwisata adalah dengan menertibkan pajak dan
retribusi daerah, seperti pajak tempat penginapan yang akan
menjadi pendapatan asli daerah yang selanjutnya akan digunakan
pemerintah daerah untuk memajukan daerah, salah satunya
dibidang pariwisata”. (Wawancara 18 November 2016).
Sementara Samsuar salah seorang wisatawan yang menginap di salah satu
tempat penginapan menambahkan “Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan
terus berupaya mengembangkan potensi-potensi wisata yang ada di kabupaten
aceh selatan dengan cara memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di tiap-tiap
tempat wisata”. (Wawancara 20 November 2015)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti melalui wawancara
dengan informan bisa di peroleh kesimpulan bahwa Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Selatan terus berupaya mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang
bisa memberikan dampak positif terhadap potensi pariwisata yang ada di
Kabupaten Aceh Selatan
4.2.3 Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan
Pendapatan Asli Daerah memang menjadi alternatif bagi daerah untuk
menambah pendapatan yang akan digunakan untuk kebutuhan daerah itu sendiri.
37
Melalui pengelolaan yang baik, daerah akan lebih mandiri dan tidak akan begitu
tergantung dari bantuan pemerintah pusat.
Keterkaitan industri pariwisata dengan penerimaan daerah berjalan melalui
jalur PAD dan bagi hasil pajak/bukan pajak. Komponen Pendapatan Asli Daerah
yang menonjol adalah pajak daerah, retribusi daerah dan laba badan usaha milik
daerah. Matarantai industri pariwisata yang berupa hotel/penginapan, restoran/jasa
boga, usaha wisata (obyek wisata, souvenir, dan hiburan), usaha perjalanan wisata
(Travel agent dan pemandu wisata), convention organizer, dan transportasi dapat
menjadi sumber PAD yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD,
pajak dan bukan pajak.
Penerimaan sektor pariwisata tidak terlepas dari peran pajak dan retribusi.
Dengan menjumlahkan pajak seperti pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan
dan berbagai retribusi seperti retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi
tempat penginapan, retribusi tempat rekreasi dan pendapatan lain yang sah maka
akan didapat penerimaan sektor pariwisata.
Azwar Rahman selaku Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Olah raga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa :
“Salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten Aceh
Selatan adalah melalui bidang pariwisata, baik itu retribusi yang
dikutip di tiap-tiap tempat wisata dan pemungutan pajak terhadap
tempat-tempat penginapan pajak restoran atau pun pendapatan-
pendapatan lain yang di peroleh dari unsur ang saling berkaitan.
Sumber dari pendapat itu semua kemudian akan digunakan
pemerintah daerah untuk dianggarkan kembali sesuai kebutuhan”.
(Wawancara 18 November 2015)
N.I Utami selaku Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata di Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan menambahkan bahwa,
“Pengelolaan PAD kabupaten aceh selatan sampai saat ini sudah menunjukkan
38
perkembangan, misalkan pendapatan yang diterima melalui pajak tempat
penginapan, retribusi di tempat-tempat wisata, usaha jasa wisata ataupun travel
perjalanan wisata, Pendapatan asli daerah itu biasanya digunakan pemerintah
daerah untuk kebutuhan daerah itu sendiri”. (Wawancara 18 November 2015).
Aspid Aziz selaku pemilik salah satu tempat penginapan yang ada di
Kabupaten Aceh Selatan juga mengatakan bahwa :
“Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan terus berupaya
maksimal untuk meningkatkan jumlah Pendapatan Asli Daerah
seperti dalam segi pariwisata, melalui Pendapatan asli daerah
tersebut seperti yang diperoleh melalui pajak tempat-tempat
penginapan yang selalu kami bayarkan. Daerah bisa
mempergunakannya untuk melaksanakan pemerintahan atau pun
pembangunan daerah sesuai kebutuhan guna memperkecil
ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah pusat”.
(Wawancara 20 November 2015).
Nini Anggraini selaku Kasi Usaha Jasa di Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan juga menambahkan yaitu,
“Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah yang dimisalkan didapat dari sumber
Pariwisata akan digunakan Pemerintah Daerah untuk kebutuhan daerah itu sendiri,
seperti meningkatkan pelayanan di tempat-tempat wisata, melakukan
pembangunan daerah dan lain-lain”.(Wawancara 18 November 2015)
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan bisa disimpulkan
bahwa pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan telah melakukan pengelolaan
Pendapatan Asli Daerah dengan baik. Pemerintah Daerah daerah terus berupaya
maksimal dalam melakukan inovasi yang baru dalam programnya untuk
perkembangan daerah melalui potensi Pariwisata.
39
4.2.4 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki pengaruh yang cukup signifikan
dalam menentukan kemampuan daerah untuk melakukan aktivitas pemerintahan
dan program-program pembangunan. Dana untuk pembiayaan pembangunan
daerah terutama digali dari sumber kemampuan sendiri dengan prinsip
peningkatan kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan kata lain,
pemerintah daerah dipacu untuk meningkatkan kemampuan seoptimal mungkin
didalam membelanjai urusan rumah tangga sendiri, dengan cara menggali segala
sumber dana potensial yang ada di daerah.
Salah satu sumber penerimaan (PAD) Kabupaten Aceh Selatan adalah di
bidang Pariwisata yang diterima melalui pajak tempat – tempat penginapan,
retribusi di tempat wisata daerah dan bagian lainnya yang saling berkaitan.
Nini Anggraini selaku Kasi Usaha Jasa di Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan, “Setau saya,
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan mengalami pertumbuhan yang
baik, hanya saja pendapatan dari sektor Pariwisata yang belum banyak mengalami
kemajuan. Pariwisata jika dikelola dengan baik akan sangat mempengaruhi
perkembangan daerah, selain karena pendapatan asli daerah akan maksimal, juga
pembangunan daerah akan terus tumbuh, daerah juga akan menjadi destinasi
wisata bagi wisatawan yang pasti akan berdampak baik bagi daerah”. (Wawancara
18 November 2015)
Aspid Aziz selaku pemilik salah satu tempat penginapan yang ada di
Kabupaten Aceh Selatan juga mengatakan, “Sangat besar, bahkan menurut
informasi yang saya dengar Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan
40
sudah melebihi targetang di tetapkan, tetapi pendapatan itu di dapat dari sumber
pendapatan asli daerah yang lain, bukan dari sektor pariwisata, karena selama
tahun 2015, kami mengalami penurunan pengunjung di bandingkan tahun lalu,
seharusnya pemerintah bisa kembali meninjau tempat-tempat wisata dan
melakukan pembenahan dari pemerintah daerah itu sendiri dalam melakukan
pengelolaannya, jika pengelolaan baik maka bukan tidak mungkin pendapatan asli
daerah yang besar akan mampu didapat oleh pemerintah daerah melalui pariwisata
dan pajak tempat penginapan’. (Wawancara 20 November 2015).
N.I Utami selaku Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata di Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan menambahkan bahwa :
“Pendapatan asli daerah itu memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap pertumbuhan daerah, Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Aceh Selatan Secara Keseluruhan pada tahun ini sudah melampaui
target yang di tetapkan sebelumnya, hanya saja melalui pendapatan
pajak penginapan yang tidak lebih baik dari tahun sebelumnya, ini
disebabkan dari kurangnya wisatawan yang berkunjung ke Aceh
Selatan, Aceh Selatan dengan memiliki begitu banyak potensi
wisata yang jika dikelola dengan baik akan menarik wisatawan
baik lokal maupun wisatawan luar untuk berkunjung ke Aceh
Selatan yang nantinya akan berdampak positif dan menghasilkan
pendapatan asli daerah yang maksimal, pendapat tersebut biasanya
akan didapat dari pajak hotel dan restoran maupun restribusi-
restribusi di tempat-tempat wisata yang ada di Kabupaten Aceh
Selatan”. (Wawancara 18 November 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan yang diperoleh dari sektor
Pariwisata dan pendapatan pajak penginapan sangat berpengaruh. Aceh Selatan
memang salah satu daerah yang memiliki banyak potensi-potensi wisata yang
baik, tetapi pengelolaan dan pengembangan tempat-tempat wisata di Aceh Selatan
belum banyak mengalami kemajuan. Melalui pengelolaan yang baik, bidang
pariwisata akan menjadi salah satu aset atau andalan bagi Pemerintah Daerah
41
Kabupaten Aceh Selatan untuk memperoleh dana tambahan atau Pendapatan Asli
Daerah tanpa harus terus bergantung terhadap Pemerintah Provinsi ataupun Pusat.
Berikut adalah tabel Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh
Selatan tahun 2014.
Tabel 4.1 : Tabel Realisasi PAD Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2014
NO URAIAN TARGET REALISASI
1 Pajak Daerah 6.542.722.553
2 Retribusi Daerah 7.581.548.513
3 Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah 2.690.273.354
4 Zakat 4.210.267.502
5 Lain-lain PAD yang sah 57.480.251.367
TOTAL 73.784.000.000 78.487.251.367
Sumber : Kantor DPKKD Kabupaten Aceh Selatan
Berdasarkan Tabel diatas bisa diliat bahwa Pendapatan Asli Kabupaten
Aceh Selatan Pada Tahun 2014 mampu melewati batas target yang di tetapkan
sebelumnya, hal yang serupa juga terjadi pada tahun 2015, Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Aceh Selatan mencapai Rp. 96.601.640.674 melampaui target
yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp. 92.937.964.769 (Sumber : DPKKD
Kabupaten Aceh Selatan).
Setelah mengetahui besaran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh
Selatan selama 2 tahun terakhir, maka selanjutnya akan diliat data pendapatan
pajak Kabupaten Aceh Selatan selama 2 tahun terakhir.
42
Tabel 4.2 : Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2014
NO URAIAN TARGET REALISASI
1 Pajak Hotel Rp 54.850.000 Rp 63.337.207
2 Pajak Restoran Rp 819.848.620 Rp 1.318.134.668
3 Pajak Reklame Rp 150.000.000 Rp 144.408.828
4 Pajak Penerangan Jalan Rp 3.393.192.871 Rp 3.130.925.756
5 Pajak Sarang Burung Walet Rp 80.000.000 Rp 61.920.000
6 Pajak Mineral bukan Logan dan Batuan Rp 998.010.000 Rp 1.428.155.741
7
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan Rp 479.681.000 Rp 296.068.025
8
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan Rp 81.260.000 Rp 72.447.328
9 Pajak Hiburan Rp 15.000.000 Rp 9.325.000
Total Rp 6.071.842.491 Rp 6.524.722.553
Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Selatan
Tabel 4.3 : Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015
Sumber : DPKKAD Kabupaten Aceh Selatan
Berdasarkan kedua tabel diatas mengenai pendapatan pajak daerah
Kabupaten Aceh Selatan yang diperoleh dari pajak hotel menunjukkan penurunan
pendapatan di tahun 2015, bahkan tidak mencapai target yang di tetapkan, berbeda
NO URAIAN TARGET REALISASI
1 Pajak Hotel Rp 76.680.000 Rp 32.387.344
2 Pajak Restoran Rp 1.058.172.290 Rp 1.374.725.999
3 Pajak Reklame Rp 222.861.814 Rp 186.553.718
4 Pajak Penerangan Jalan Rp 3.667.223.401 Rp 3.593.211.829
5 Pajak Sarang Burung Walet Rp 107.822.995 Rp 72.244.100
6 Pajak Mineral bukan Logan dan Batuan Rp 1.179.764.500 Rp 2.720.340.955
7
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan Rp 505.000.000 Rp 520.412.860
8
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan Rp 2.155.770.000 Rp 2.164.580.000
9 Pajak Hiburan Rp 5.200.000 Rp 6.563.000
Total Rp 8.978.495.000 Rp 10.671.019.805
43
pada tahun 2014 yang mampu memberikan pendapatan melebihi dari target yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan.
Berdasarkan data-data yang tertera diatas maka bisa disimpukan bahwa,
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan selama 2 tahun terakhir (2014
dan 2015) mengalami pertumbuhan yang sangat baik bahkan mampu melampaui
batas target yang ditetapkan, PAD itu diterima melalui pemasukan Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, Zakat dan Lain-lain PAD
yang sah. Tetapi perkembangan PAD yang positif ini belum mampu didukung
dari pendapatan pajak daerah dari segi pajak hotel, ditahun 2015 pajak hotel
mengalami penurunan pendapatan dan tidak mampu mencapai target yang
ditetapkan, ini disebabkan oleh menurunnya pengunjung ataupun wisatawan yang
berkunjung ke Kabupaten Aceh Selatan dan berimbas pada sepinya tempat-tempat
penginapan di Kabupaten Aceh Selatan.
4.2.5 Dampak Keberadaan Tempat Penginapan Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Aceh Selatan
Salah satu Pendapatan Asli Daerah yang potensinya semakin berkembang
seiring dengan semakin diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata di
daerah dalam kebijakan pembangunan sehingga dapat menunjang berkembangnya
bisnis rekreasi (pariwisata) adalah pajak hotel atau tempat penginapan. Semula
menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 pajak atas hotel disamakan
dengan pajak restoran dengan nama pajak hotel dan restoran. Namun, dengan
adanya perubahan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi,
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, pajak hotel dan pajak
restoran dipisahkan menjadi jenis pajak yang berdiri sendiri.
44
Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan terus
berusaha untuk selalu meningkatkan sumber-sumber penerimaan asli daerahnya,
termasuk penerimaan Pajak Hotel atau tempat penginapan. Pajak Hotel
merupakan salah satu jenis pajak daerah yang memiliki potensi besar seiring
dikembangkannya bidang pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan.
Azwar Rahman selaku Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Olah raga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa:
“Dalam Setiap Perencanaan ataupun Program Pemerintah selalu
menargetkan setiap hasil yang ingin dicapai, termasuk rencana
target pendapatan Asli Daerah. Pemerintah daerah Kabupaten Aceh
Selatan misalnya, mempunyai proyeksi rencana target pendapatan
asli daerah (PAD) tahun 2016 dari pajak tempat penginapan,
melalui pengembangan tempat-tempat pariwisata akan memicu
ketertarikan dari wisatawan lokal maupun luar daerah untuk
berkunjung ke Kabupaten Aceh Selatan dan ditargetkan rencana
tersebut bisa terealisasi”. (Wawancara 18 November 2015)
Pendapatan yang sama juga dipertegas oleh N.I Utami selaku Kasi Objek
dan Daya Tarik Wisata di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Aceh Selatan yaitu, “Pendapatan asli daerah kabupaten aceh selatan
yang didapat melalui pajak hotel atau tempat-tempat penginapan juga bisa
membantu untuk pertumbuhan daerah, pemerintah daerah selalu menargetkan
pendapatan dari tempat-tempat penginapan ataupun restoran tiap tahunnya”.
(Wawancara 18 November 2015)
Aspid Aziz selaku pemilik salah satu tempat penginapan yang ada di
Kabupaten Aceh Selatan juga mengatakan :
“Pajak hotel atau tempat-tempat penginapan sangat berpengaruh
terhadap kunjungan wisatawan untuk berwisata di tempat-tempat
wisata yang ada di Kabupaten Aceh Selatan, semakin banyak
wisatawan yang memilih menginap maka akan semakin besar
pendapatan pengelola tempat penginapan dan juga akan
berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dari pajak
45
hotel atau tempat penginapan. Berdasarkan hal tersebut,
Pemerintah daerah harus bisa terus berupaya meningkatkan dan
mengembangkan potensi-potensi wisata yang ada di Kabupaten
Aceh Selatan”. (Wawancara 20 November 2015).
Agus Susanto salah satu wisatawan yang menginap disalah satu tempat
penginapan juga menambahkan :
“Menurut saya, Keberadaan tempat-tempat penginapan di daerah
yang memiliki potensi wisata yang baik seperti di Kabupaten Aceh
Selatan ini bisa sangat menguntungkan bagi daerah, karena melalui
pajak tempat penginapan ini bisa menambahkan pendapatan
daerah, yang bisa digunakan Pemerintah Daerah untuk membiayai
kebutuhan daerah oleh karenanya perhatian pemerintah terhadap
potensi wisata di kabupaten Aceh Selatan untuk bisa lebih
diperhatikan karena semakin bagusnya atau semakin menariknya
tempat wisata disini, maka wisatawan akan terus berbondong
berdatangan kesini dan pastinya akan meningkatkat hunian tempat
penginapan yang berimbas semakin tingginya pendapatan daerah
melalui pajak tempat penginapan”. (Wawancara 20 November
2015)
Tabel 4.4: Rencana Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Aceh Selatan tahun 2016 Melalui Pajak Hotel
Sumber : Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Selatan
No Nama Alamat Rencana Target 2016
Bulan Tahun
1 Hotel Metro Jl. T. Ben Mahmud 750.000 9.000.000
2 Hotel Chatrine Jl. T. Ben Mahmud 1.250.000 15.000.000
3 Hotel Panorama Jl. Merdeka 833.333 10.000.000
4 Hotel Dian Rana Jl. T. Cut Ali 500.000 6.000.000
5 Hotel Azizi Jl. T. Ben Mahmud 750.000 9.000.000
6 Hotel Rahmat Jl. Syeh Abdul Rauf 583.333 7.000.000
7 Wisma Lamprit Jl.Nak Adam Kamil 416.666 5.000.000
8 Losmen Bukit Barisan Jl. Merdeka 333.333 4.000.000
9 Wisma Raudatul 250.000 3.000.000
10 Hotel Pante Cahaya Jl. Merdeka 833.333 10.000.000
Total 6.499.998 78.000.000
46
Berdasarkan hasil wawancara dan tabel diatas bisa disimpulkan bahwa,
keberadaan tempat penginapan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pendapatan asli daerah dan pemerintah Kabupaten Aceh Selatan memiliki target
pendapatan asli daerah yang diperoleh melalui pajak hotel dari tiap-tiap tempat
penginapan yang ada di Kabupaten Aceh Selatan.
4.2.6 Hambatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dalam pengelolaan
Pendapatan Asli Daerah
Setiap Program atau kegiatan Pemerintahan didalam pelaksanaannya pasti
akan ada kendala, hambatan dan faktor yang membuat program tersebut
mengalami halangan dalam kinerja dan proses pelaksanaannya.
Berdasarkan wawancara peneliti terhadap informan terdapat beberapa
hambatan yang disampaikan mengenai pengelolaan pariwisata oleh pemerintah
daerah kabupaten Aceh Selatan
Aspid Aziz selaku pemilik salah satu tempat penginapan yang ada di
Kabupaten Aceh Selatan mengatakan :
“Hambatan yang dialami oleh pemda dalam pengelolaan pariwisata
biasanya sering timbul konflik serta situasi dan kondisi politik si
Aceh khususnya Aceh Selatan yang membuat para wisatawan
berfikir terlebih dahulu untuk berliburan ke Aceh Selatan, selain itu
masalah akses untuk menempuh tempat wisata juga masih banyak
yang susah dilalui, hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan
asli daerah melalui bidang pariwisata”. (Wawancara 20 November
2015)
Nini Anggraini selaku Kasi Usaha Jasa di Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan menambahkan, “Hambatan yang
dialami oleh pemerintah daerah kabupaten aceh selatan terhadap pengelolaan
pariwisata antara lain rendahnya mutu pelayanan dari para penyelenggara
pariwisata, persaingan yang tidak sehat antara pengelola tempat-tempat pariwisata
47
serta kurangnya pemahaman terhadap pentinganya perlindungan konsumen”.
(Wawancara 18 November 2015).
Samsuar salah seorang wisatawan yang menginap di salah satu tempat
penginapan juga menambahkan
“Hambatan pemerintah daerah dalam mengelola tempat-tempat
wisata seperti rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pengembangan pariwisata, banyak rencana yang gagal karena
kurang mendapatkan dukungan dari masyarakat, juga dikarenakan
konflik politik yang menyebabkan wisatawan harus berfikir ulang
untuk berwisata di aceh khususnya aceh selatan. Kendala lainnya
kurangnya modal dan rendahya sumberdaya manusia, terutama
tenaga yang terampil dan profesional dalam hal manajerial di
bidang pariwisata merupakan kendala yang seringkali muncul
terutama pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia”.
(Wawancara 20 November 2015).
Berdasarkan hasil penelitian diatas bisa disimpulkan bahwa faktor-faktor
seperti konflik politik yang memang melanda Aceh sangat mempengaruhi dan
membuat potensi pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan tidak berkembangan
dengan cepat dan pesat, selain itu faktor internal juga memberikan pengaruh dan
menjadi hambatan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan untuk
mengembangkan potensi Pariwisata.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Kontribusi dan Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh
Selatan
Sebelum era reformasi harapan pemerintah daerah untuk dapat
membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah sendiri
ternyata dari tahun ke tahun dirasakan semakin jauh dari kenyataan. Yang terjadi
adalah ketergantuan fiskal dan subsidi serta bantuan pemerintah pusat sebagai
48
wujud ketidakberdayaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma
pembangunan nasional dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma
pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Dikeluarkannya kedua
UU Nomor. 22 tahun 1999 dan UU Nomor. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerahmemberikan implikasi yang sangat
mendasar yang mengarah pada perlu dilakukannya reformasi sektor publik dan
dipakainya paradigma baru dalam pengelolaan keuangan daerah. Dimensi
reformasi sektor publik tersebut tidak saja sekedar perubahan format lembaga,
akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk mendukung
berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel sehingga cita-cita reformasi yaitu menciptakan good
governance benar-benar tercapai.
Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan
kemandirian daerah dan mengurangi ketergantuan fiskal terhadap pemerintah
pusat. Pemerintah daerah yang selama ini tergantung pada pemberian dana dari
pemerintah pusat harus bersiap-siap melakukan strategi pada keuangan daerah dan
anggaran daerah. Keuangan daerah adalah keseluruhan tatanan, perangkat,
kelembagaan, dan kebijakkan penganggaran yang meliputi pendapatan dan
belanja daerah (Nogi, 2005: h.71).
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan secara keseluruhan
dalam 2 (dua) tahun terakhir mengalami kemajuan yang positif, dalam 2 (dua)
tahun terakhir pendapatan asli daerah melebihi dari target yang ditetapkan,
49
keberhasilan ini tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah Daerah dalam
menggenjot perolehan PAD dari semua sektor, seperti pajak hotel atau tempat
penginapan, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekaayan daerah, zakat dan lain-
lain PAD yang sah. Sektor yang paling banyak menyumbang kontribusi PAD
adalah dari pembayaran zakat PNS yang meningkat sehingga pencapaiannya
sanagat signifikan
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan melalui
sektor Pariwisata belum menunjukkan kemampuan yang baik bagi pendapatan
Kabupaten Aceh Selatan, dari hasil wawancara dan data-data yang didapat
menunjukkan bahwa bidang Pariwisata di Aceh Selatan belum mampu
berkontribusi besar bagi pendapatan daerah, mengingat begitu banyaknya tempat-
tempat wisata di Kabupaten Aceh Selatan, hal ini juga menjadi pengaruh pada
pendapatan pajak hotel atau penginapan, pada tahun 2015 pajak hotel atau
penginapan tidak mampu mencapai target yang diharapkan, kondisi ini
disebabkan turunnya jumlah pengunjung wisatawan dan pengunjung tempat
penginapan.
Pemerintah Daerah harus terus berupaya membuat inovasi-inovasi yang
terus dikembangkan menyangkut pengelolaan pariwisata di Kabupaten Aceh
Selatan. Dengan begitu banyaknya potensi-potensi wisata di Aceh Selatan,
seharusnya bisa mendatangkan penghasilan yang besar bagi daerah, yang akan
membuat Kabupaten Aceh Selatan akan lebih mandiri dan lebih kuat dalam
menjalankan dan melaksanakan pembangunan daerah.
Ada Beberapa Faktor yang bila dikembangkan akan sangat memberikan
dampak yang signifikan bagi pendapatan asli daerah kabupaten Aceh Selatan.
50
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan asli daerah
Kabupaten Aceh Selatan dalam sektor pariwisata adalah :
a. Jumlah obyek wisata
Kabupaten Aceh Selatan yang merupakan salah satu Daerah yang
memiliki cukup banyak potensi Pariwisata di Propinsi Aceh. Kabupaten Aceh
Selatan memiliki potensi pariwisata yang cukup besar, khususnya wisata alam.
Dengan demikian banyaknya jumlah obyek wisata yang ada, maka diharapkan
dapat meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pariwisata di Kabupaten Aceh
Selatan, baik melalui pajak daerah maupun retribusi daerah.
b. Jumlah wisatawan
Secara teoritis semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan
wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan
wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan
selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama
perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk
yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari
wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan
dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus
kunjungan wisatawan ke Kabupaten Aceh Selatan, maka pendapatan sektor
pariwisata juga akan semakin meningkat.
c. Tingkat Hunian Hotel
Menurut Dinas Pariwisata hotel merupakan suatu usaha yang
menggunakan bangunan atau sebagian dari padanya yang khusus disediakan,
dimana setiap orang dapat menginap dan makan serta memperoleh pelayanan dan
51
fasilitas lainnya dengan pembayaran. Fungsi hotel bukan saja sebagai tempat
menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan
kegiatan bisnis, mengadakan seminar, atau sekedar untuk mendapatkan
ketenangan. Perhotelan memiliki peran sebagai penggerak pembangunan daerah,
perlu dikembangkan secara baik dan benar sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat, PAD, penyerapan tenaga kerja serta perluasan usaha.
Hotel merupakan salah satu jenis usaha yang menyiapkan pelayanan jasa bagi
masyarakat dan wisatawan. Tingkat Hunian Hotel merupakan suatu keadaan
sampai sejauh mana jumlah kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh
jumlah kamar yang mampu untuk dijual. Industri pariwisata terutama kegiatan
yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel, baik berbintang maupun melati
akan memperoleh pendapatan yang semakin banyak apabila para wisatawan
tersebut semakin lama menginap. Sehingga juga akan meningkatkan penerimaan
daerah melalui pajak penghasilan.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai Analisis Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan terhadap pajak hotel tahun anggaran 2014-
2015 bisa disimpulkan bahwa :
1. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan secara keseluruhan
mendapatkan hasil yang positif, pendapatan daerah selama 2 (dua) tahun
terakhir mampu menembus dan melewati dari target yang ditetapkan
sebelumnya, tetapi pendapatan daerah yang telah baik itu tidak begitu
didukung dari pendapatan sektor pariwisata khususnya dari pajak
perhotelan yang tidak mampu mencapai target yang ditetapkan.
2. Hambatan-hambatan yang dialami oleh Pemerintah Kabupaten Aceh
Selatan dalam prosesnya pengelolaan Pariwisata di Aceh Selatan adalah
faktor konflik politik yang melanda Aceh Secara keseluruhan menjadi
salah satu kendala yang sangat mempengaruhi kunjungan wisatawan ke
Aceh Selatan, selain itu faktor-faktor internal seperti rendahnya mutu
pelayanan kepada wisatawan oleh penyelenggara pariwisata, dan juga
rendahnya kesadaran tentang perlindungan keselamatan terhadap
wisatawan dari pihak-pihak terkait.
3. Beberapa Faktor yang bila dikembangkan akan sangat memberikan
dampak yang signifikan bagi pendapatan asli daerah kabupaten Aceh
Selatan. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan
53
asli daerah Kabupaten Aceh Selatan pariwisata antara lain faktor jumlah
tempat wisata, jumlah wisata, dan faktor hunian tempat-tempat
penginapan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan rekomendasi
atau saran-saran yang bisa dijadikan acuan kedepannya dalam proses pengelolaan
Pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan antara lain :
1. Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan harus bisa memaksimalkan
potensi alamnya yang sangat unggul tersebut untuk bisa mendapatkan
pendapatan tambahan bagi daerah.
2. Pemerintah daerah juga harus lebih peduli terhadap tempat-tempat wisata
di Kabupaten Aceh Selatan dan menelesaikan masalah-masalah internal
yang bisa sangat merugikan bagi daerah sendiri.
3. Pemerintah Daerah juga harus lebih meningkatkan promosinya tentang
potensi-potensi wisata unggulan di kabupaten Aceh Selatan yang bisa
memancing dan mengundang wisatawan untuk berkunjung dan berwisata
di Aceh Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Elita. 2002. Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam rangka
Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jurnal. digitized by USU digital library.
Medan
Edison, Henri. H. Panggabean. 2009. Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba. Tesis S2 USU.
Medan
Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah.Yogyakarta: (UPP) AMP
YKPN.
Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya..
PT. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Istimewa Yogyakarta Melalui Pembangunan Industri Pariwisata”. Kompak. No. 3.
Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Pt Bumi Aksara,
Jakarta
Mardiasmo. 2000.Membangun Manajemen Keuangan Daerah.Andi. Yogyakarta
.
Misdyanti dan Kartasapoetra. 1993. Fungsi Pemda dalam Pembuatan Perda.
Jakarta. Bumi Aksara
Moleong, J. Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Nogi, Hessel S. Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Penerbit Grasindo
Rudi, Badrudin. 2001. “Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Daerah
Samsubar, Saleh. 2003. “Kemampuan Pinjam Daerah Kabupaten dan Kota di
Indonesia”, Vol. XIV No. 2 Desember 2003, Semarang : Media Ekonomi
& Bisnis
Spillane, James J. DR. 1987. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Yani, Ahmad, 2002, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Penerbit: PT. Ratu Grafindo
Persada.
Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: Kompas.
Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Antara Pusat
dan Daerah.