57
ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH SELATAN TERHADAP PAJAK HOTEL TAHUN ANGGARAN 2014-2015 SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperolehgelar Sarjana Sosial Oleh SAFRIADI 10C20201061 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT 2016

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN

ACEH SELATAN TERHADAP PAJAK HOTEL

TAHUN ANGGARAN 2014-2015

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat

guna memperolehgelar Sarjana Sosial

Oleh

SAFRIADI

10C20201061

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH - ACEH BARAT

2016

Page 2: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

ABSTRAK

Safriadi 2016. Analisis Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan

terhadap pajak hotel tahun anggaran 2014-2015. Dibawah Bimbingan Arfriani

Maifizar dan Alimas Jonsa.

Analisis Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan Terhadap Pajak Hotel

Tahun Anggaran 2014-2015. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui

bagaimana pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh Selatan dari pajak hotel atau

tempat-tempat penginapan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitin ini

adalah metode penelitian secara kualitatif. Karena tujuan inti penelitian ini adalah

untuk memberi gambaran dan penjelasan mengenai analisis pendapatan asli

daerah dalam pengelolaannya yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Aceh

Selatan. Dalam penelitian ini pemilihan informan menggunakan teknik

Purpossive Sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menggambarkan

bahwa Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan Secara keseluruhan

selama 2 tahun terakhir dengan pendapatan yang melebihi dari target, hanya saja

di tahun 2015 pendapatan dari sektor pajak hotel mengalami penurunan dan

bahkan tidak mampu mencapai target yang telah ditetapkan, hal ini disebabkan

dari menurunnya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Aceh Selatan yang

berdampak turunnya jumlah pengunjung tempat penginapan. Hambatan yang

dialami dalam pelaksanaannya adalah seperti konflik politik yang melanda aceh

dan juga konflik internal seperti rendahnya mutu pelayanan kepada wisatawan

oleh penyelenggara pariwisata dan juga rendahnya kesadaran tentang

perlindungan keselamatan terhadap wisatawan. Dalam hal ini pemerintah daerah

lebih memberikan perhatian dan memaksimalkan potensi alamnya yang sangat

unggul untuk bisa menunjang pendapatan asli daerah, Pemerintah daerah juga

harus lebih peduli terhadap tempat-tempat wisata di Kabupaten Aceh Selatan dan

menelesaikan masalah-masalah internal yang bisa sangat merugikan bagi daerah

sendiri dan Pemerintah Daerah juga harus lebih meningkatkan promosinya

tentang potensi-potensi wisata unggulan di kabupaten Aceh Selatan yang bisa

mengundang wisatawan untuk berkunjung dan berwisata di Aceh Selatan.

Kata Kunci : Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah, Pajak Hotel,

Pariwisata

Page 3: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Nasional dijalankan secara merata diseluruh pelosok tanah

air dan tidak hanya untuk sebagian golongan melainkan harus bisa dirasakan

semua kalangan masyarakat sebagai bagian dari memperbaiki tingkat hidup yang

berkeadilan sosial yang menjadi sasaran, tujuan dan cita-cita kemerdekaan bangsa.

Kegiatan pembangunan juga dilaksanakan diberbagai sektor ditingkat daerah yang

memperhatikan potensi-potensi dan prioritas tiap-tiap daerah

Semenjak diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah, memberikan peluang yang cukup besar bagi daerah untuk dapat

mengelola sendiri sumber daya alam yang dimiliki daerah agar dapat memberikan

hasil yang optimal. Setiap pemerintah daerah berupaya keras untuk bisa

mengoptimalkan untuk memajukan perekonomian daerah sendiri termasuk

mengoptimalkan pendapatan melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dalam era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberi wewenang ang lebih

untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, tujuannya antara lain

adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan lebih

mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, selain untuk menciptakan persaingan

yang sehat antar daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, keadilan,

pemerataan dan keistimewaan potensi serta keanekaragaman daerah dalam sistem

negara Kesatuan Republik Indonesia dan mendorong timbulnya inovasi-inovasi

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Page 4: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

2

Selain pengelolaan terhadap sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

telah ada perlu ditingkatkan, daerah juga harus bisa berkreasi sedemikian

mungkin dan membuat inovasi-inovasi perkembangan potensi-potensi PAD yang

ada didaerah sehingga dengan semakin banyaknya sumber-sumber PAD yang

dimiliki, daerah akan memiliki sumber-sumber pendapatan-pendapatan aslinya

sendiri yang bisa digunakan untuk pembangunan daerah.

Sumber-sumber pendapatan asli daerah yang potensial harus digali secara

maksimal sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, termasuk

diantaranya adalah pajak dan retribusi daerah yang menjadi unsur utama

Pendapatan Asli Daerah. Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan pemerintah

daerah itu terdiri atas

1. Pendapatan Asli Daerah

a. Hasil Pajak Daerah

b. Hasil Retribusi Daerah

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

d. Pendapatan Asli daerah lain yang sah

2. Dana Perimbangan

3. Pinjaman Daerah

4. Pendapatan Daerah lain yang sah

Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan

pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut. Salah satu Pendapatan Asli

Daerah yaitu berasal dari pajak daerah. Pajak daerah di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 terbagi menjadi dua, yaitu pajak Propinsi

dan pajak Kabupaten/Kota. Pembagian ini dilakukan sesuai dengan kewenangan

Page 5: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

3

pengenaan dan pemungutan masing-masing jenis pajak daerah pada wilayah

administrasi Propinsi atau Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 ditetapkan empat jenis pajak Propinsi dan

tujuh jenis pajak Kabupaten/Kota. Pajak Propinsi terdiri dari Pajak Kendaraan

Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, serta

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

Sedangkan pajak Kabupaten/Kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak

hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian

golongan C dan pajak parkir

Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring

dengan semakin diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata dalam

pembangunan sehingga dapat menunjang berkembnagnya bisnis pariwisata adalah

pajak hotel.

Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu provinsi di pulau

Sumatera yang terletak diujung barat pulau Sumatera. Aceh juga memiliki potensi

pariwisata yang cukup menguntungkan, selain wisata alam Aceh juga memiliki

daya tarik dari wisata seperti daya tarik pantai, pemandian, budaya, dan lain-lain

yang pastinya bisa menunjang pendapatan asli daerah dari segi pajak hotel.

Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu Kabupaten yang ada di

wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Aceh Selatan salah satu daerah di

Provinsi Aceh yang memiliki potensi wisata yang begitu banyak, keindahan alam

di Kabupaten Aceh Selatan ini banyak mengundang wisatawan baik domestik dan

juga luar negeri. Pada saat hari libur atau hari-hari tertentu banyak wisatawan

Page 6: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

4

yang berlibur ke Aceh Selatan yang berarti itu menandakan Aceh Selatan menjadi

salah satu tujuan wisatawan.

Pajak Hotel merupakan salah satu dari pajak daerah, dengan adanya pajak

hotel bisa memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan asli daerah

Kabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan

didukung dengan kondisi Kabupaten Aceh Selatan sebagai daerah pariwisata.

Selain memberikan sumbangan PAD, hotel juga mampu membuka dan

memberikan lapangan pekerjaan yang luas.

Pemerintah Daerah juga harus bisa terus mengembangkan inovasi-inovasi

yang baru untuk bisa memaksimalkan pendapatan daerah khususnya dari sektor

pariwisata. Dengan berkembangnya sektor pariwisata dapat meningkatkan

pertumbuhan kunjungan pariwisata ke Kabupaten Aceh Selatan dan mampu

mendongkrak pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah.

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daeraha Kabupaten Aceh Selatan

Tahun 2014 dan Tahun 2015

Sumber: DPKKD Kabupaten Aceh Selatan

Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka judul dalam penelitian

ini adalah Analisis Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan

Terhadap Pajak Hotel Tahun Anggaran 2014-2015.

No Tahun Target Realisasi

1 2014 Rp. 73.484.000.000 Rp. 78.487.063.289

2 2015 Rp. 92.937.964.769 Rp. 96.601.640.764

Page 7: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh

Selatan terhadap pajak hotel.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pendapatan asli

daerah Kabupaten Aceh Selatan terhadap pajak hotel.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Bagi penulis, sebagai bahan perbandingan sampai sejauh mana teori yang

didapat selama masa kuliah diterapkan secara nyata. Sementara untuk

pihak lain sebagai bahan bacaan dan mendorong untuk bisa melakukan

penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi Pemerintah daerah, diharapkan sebagai bahan pertimbangan kedepan

terhadap pengambilan keputusan stategis yang bertujuan memaksimalkan

pengelolaan dan memaksimalkan pendapatan asli daerah dari segi

pariwisata untuk peningkatan pendapatan pajak hotel.

1.4.3 Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi mahasiswa atau

pembaca lain khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Politik

Universitas Teuku Umar dalam menambah wawasan, memperkaya

khasanah, bahan penelitian dan sumber bacaan di perpustakaan.

Page 8: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

6

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan ini dikelompokkan dalam 5 (lima) bab terdiri dari sub bab dan

sub-sub bab, penjelasan secara umum dari bab-bab tersebut diuraikan sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan

Didalam bab ini akan digambarkan latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Didalam bab ini akan menguraikan teori-teori yang berhubungan

dengan

Bab III Metodologi Penelitian

Didalam bab ini memberikan uraian mengenai rancangan penelitian

yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini, termasuk

didalamnya teknik pengumpulan data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Didalam bab ini akan di tampilkan hasil penelitian dilapangan dan

dijelaskan mengenai pembahasan tentang penelitian yang telah

dilakukan.

Bab V Kesimpulan dan Saran

dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian.

Page 9: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Pendapatan Asli Daerah di sektor pariwisata sudah

pernah dilakukan sebelumnya, untuk bahan pertimbangan terhadap skripsi ini

maka dicantumkan hasil penelitian sebelumnya.

I Wayan Gede Sedana (2011) dalam penelitian ini menganalisis pengaruh

jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi obyek wisata,

pendapatan asli daerah dan anggaran pembangunan kabupaten Gianyar tahun

1991-2010 dengan menggunakan regresi linier untuk menganalisis apakah

anggaran pembangunan daerah dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang

berkunjung ke obyek wisata, retribusi obyek wisata dan pendapatan asli daerah

(PAD). Hasil penelitian yang didapat adalah secara keseluruhan variabel obyek

wisata dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

anggaran pembangunan daerah, hanya variabel jumlah kunjungan wisatawan yang

tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran pembangunan.

2.2 Pendapatan Asli Daerah

2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Hubungan keuangan pusat dan daerah dalam rangka otonomi daerah

dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada daerah untuk melaksanakan

fungsinya secara efektif. Untuk menjalankan fungsi tersebut harus ada dukungan

sumber-sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana

perimbangan, pinjaman daerah maupun lain-lain penerimaan yang sah.

Page 10: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

8

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli

daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan”.

Menurut Yani (2002 : h.39) PAD adalah “Penerimaan yang diperoleh dari

sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan

daerah sesuai dengan peraturan perundanga-undangan yang berlaku”.

Menurut Mardiasmo (2002 : h.132) Pendapatan Asli Daerah merupakan

“Penerimaan yang diperoleh dari segi sektor pajak, retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

lain-lain penerimaan asli daerah yang sah”

Sedangkan Warsito (2001: h.128) Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan

asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh

pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba

dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang

sah”.

Halim (2004 : h.67) pendapatan asli daerah merupakan “Semua

penerimaan daerah yang berasal dari sumber asli ekonomi daerah”. Sedangkan

menurut Samsubar Saleh (2003) pendapatan daerah merupakan “Suatu komponen

yang sangat menentukan berhasil tidaknya kemandirian pemerintah

Kabupaten/Kota dalam rangka otonomi daerah saat ini. Salah satu komponen

Page 11: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

9

yang sangat diperhatikan dalam menentukan tingkat kemandirian daerah dalam

rangka otonomi daerah adalah sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2.2.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Seluruh kegiatan dalam pendapatan asli daerah diatur dalam :

1. UU No.32/2004 tentang Sistem Pemerintahan Daerah

2. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan

Daerah.

3. UU No.34/2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

4. PP No.65/2000 tentang Pajak Daerah.

5. PP No.66/2000 tentang Retribusi Daerah.

6. Permendagri No.59/2007 tentang Sitem Pengelolaan Keuangan

Daerah.

Pasal 6 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pusat dan Daerah menyatakan bahwa :

1. PAD bersumber dari :

a. Pajak Daerah

Pajak daerah dapat dideinisikan sebagai pajak Negara yang diserahkan

kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah dengan undang-

undang. Halim dalam Edison (2009 : h.34) menyatakan pajak daerah

merupakan “Pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Berdasarkan

UU No.28 Tahun 2009 Pasal 2 tentang Pajak dan Retribusi Daerah

terdapat 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota.

Secara rinci dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Page 12: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

10

Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota

1. Pajak Kendaraan

Bermotor

2. Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor

3. Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor

4. Pajak Air Permukaan

5. Pajak Rokok

1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran

3. Pajak Hiburan

4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan

6. Pajak Parkir

b. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah dapat didefinisikan sebagai pungutan terhadap orang

atau badan kepada pemerintah daerah dengan konsekuensi pemerintah

daerah memberikan jasa pelayanan atau perijinan tertentu yang

langsung dapat dirasakan oleh pembayaran retribusi. Menurut Sumitro

dalam Edison (2009 : h.36) Retribusi adalah “Pembayaran pada negara

yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa”. Sedangkan

Redjo dalam Edison (2009 : h.37) berpendapat bahwa retribusi adalah

“Suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana dapat

dilihat adanya hubungan blas jasa yang diterima langsung dengan

adanya pembayaran retribusi tersebut, misalnya uang langganan air

minum, uang langganan listrik dan lain-lain”. Menurut UU No.28

Tahun 2009 retribusi terbagi atas 3 jenis, yaitu retribusi jasa umum,

retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu.

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Menurut Halim (2004 : h.68) “Hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan

penerimaan daerah yang bersal dari hasil perusahaan milik daerah dan

Page 13: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

11

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini

meliputi objek bagian laba perusahaan milik daerah, bagian laba

lembaga keuangan Bank, bagian laba lembaga keuangan non Bank

serta bagian laba atas penyertaan modal atau investasi. Menurut

Wayang dalam Dewi (2004 : h.4) mengenai perusahaan daerah adalah

“Kesatuan produksi yang bersifat: memberi jasa, menyelenggarakan

pemanfaatan umum, memupuk pendapatan”. Tujuan perusahaan

daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah

khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan

menggutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja

menuju masyarakat yang adil dan makmur.

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

Menurut Halim (2004: h.69), “pendapatan ini merupakan penerimaan

daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah”. Jenis

pendapatan ini meliputi objek pendapatan hasil penjualan aset daerah

yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, penerimaan bunga

deposito, denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, penerimaan

ganti rugi atas kerugian atau kehilangan kekayaan daerah.

2. Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d,

meliputi :

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

b. Jasa giro

c. Pendapatan bunga

d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Page 14: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

12

e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.

2.3 Pemerintah Daerah

2.3.1 Pengertian Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah merupakan subsistem dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia, untuk itu maka tugas-tugas negara/pemerintah merupakan tugas-tugas

pemerintah daerah juga namun tidak semua tugas-tugas ataupun urusan-urusan

pemerintahan diserahkan kepada daerah dengan pertimbangan keadaan dan

kemampuan daerah serta kepentingan nasional. Dalam praktek penyelenggaraan

pemerintahan dan masyarakat sebagai pihak yang diperintah seyogyanya berada

pada posisi yang seimbang.

Perubahan ke 4 (empat) UUD 1945 menyatakan jelas mengenai bentuk

dan susunan pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia.

Pasal 18 ayat (1) berbunyi :

“ Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan

daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propisi,

kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur Undang-

Undang”.

Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa:

“pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan

pemerintahan dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur

kewenangan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang

ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat”.

Page 15: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

13

Peran pemerintah daerah sangat penting dalam menciptakan iklim

pemerintahan daerah yang lebih maju dan mampu menghasilkan pembangunan

yang merata, luas dan bertanggung jawab. Pada era otonomi setiap daerah harus

berusaha menggali potensi yang dimiliki daerah. sebagaimana yang diamanatkan

dalam undang-undang no 32 tahun 2004 tentang penyelenggaran pemerintahan

daerah. undang-undang no 32 tahun 2004 mengisyaratkan bagi setiap daerah

untuk bekerja lebih. Dalam mewujudkan pemerintahan daerah yang lebih efisien

dan efektif setra memperhatikan aspek-aspek hubungan antara susunan

pemerintahan dan antar pemerintahan daerah agar tercipta kondisi yang harmonis

antar pemerintahan.

Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut:

“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Menurut Misdyanti dan Kartasapoetra (1993: 17)“Pemerintah daerah

adalah penyelenggara pemerintah di daerah, dengan kata lain pemerintah daerah

adalah pemengang kemudi dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah di daerah”.

Jadi berdasarkan definisi di atas, pemerintah daerah adalah penyelenggara

pemerintahan di daerah yaitu sebagai pelaksana semua kegiatan yang mengatur

jalannya pemerintahan yang ada di daerah berdasarkan tugas dan fungsi

pemerintah daerah.

Page 16: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

14

2.3.2 Fungsi Pemerintah Daerah

Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah

menjalankan, mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan.

Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

adalah :

a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang

menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki

hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana

hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum,

pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

Menurut Misdayanti dan R.G Kartasapoetra(1993:20-27) fungsi

pemerintah daerah sebagai berikut :

1. Fungsi Otonom

Fungsi otonom dari pemerintah daerah adalah melaksanakan segala urusan

yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang lebih tinggi

tingkatannya.

2. Fungsi Pembantu

Merupakan fungsi untuk turut serta dalam melaksanakan urusan

pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pusat atau

Page 17: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

15

pemerintah daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan

kepada yang menugaskan.

3. Fungsi Pembangunan

Fungsi ini untuk meningkatkan laju pembangunan dan menambah

kemajuan masyarakat.

2.4 Pengertian Pajak

Penerimaan pemerintah yang digunakan dalam membiayai pembangunan

berasal dari beberapa sumber yang dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan

bukan pajak. Penerimaan bukan pajak salah satunya adalah penerimaan

pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman dalam negeri

maupun luar negeri dan penerimaan dari badan usaha milik pemerintah sedangkan

sumber penerimaan yang lainnya adalah berasal dari pajak (Suhendi, 2008).

Menurut Siti (2005 : h.2) mengatakan pajak dipungut oleh negara baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atau dengan kekuatan

undang-undang serta aturan pelaksanaannya, dimana diperuntukkan bagi

pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih

terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai publict investment.

Pajak juga dapat dipandang dari berbagai aspek, dari sudut pandang

ekonomi pajak merupakan alat untuk menggerakkan ekonomi yang digunakan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pajak juga digunakan sebagai

motor penggerak kehidupan ekonomi rakyat. Dari sudut pandang hukum pajak

adalah masalah keuangan Negara, sehingga diperlukan peraturan-peraturan

pemerintah untuk mengatur permasalahan keuangan Negara. Dari sudut pandang

keuangan pajak dipandang sebagai bagian yang sangat penting

Page 18: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

16

2.4.1 Tujuan dan Fungsi Pajak

Secara umum tujuan diberlakukannya pajak adalah untuk mencapai

kondisi meningkatnya ekonomi suatu Negara (1) untuk membatasi konsumsi dan

dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi (2) untuk mendorong

tabungan dan menanam modal (3) untuk mentransfer sumber dari tangan

masyarakat ketangan pemerintah sehingga memungkinkan adanya investasi

pemerintah (4) untuk memodifikasi pola investasi (5) untuk mengurangi

ketimpangan ekonomi (6) untuk memobilisasi surplus ekonomi (Muklis, 2010).

Peraturan pajak dibuat dengan didasarkan pada tujuan meningkatkan

kesejahteraan umum. Untuk meningkatkan kesejahteraan umum aturan pajak

tidak semata-mata dibuat untuk memasok uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas

negara, akan tetapi harus memiliki sifat yang mengatur guna meningkatkan taraf

kehidupan masyarakat. Penerimaan atas uang untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat harus ditingkatkan lagi serta pemungutannya harus berdasarkan

aturan-aturan yang berlaku. Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2003) dalam

bukunya yang berjudul “Perpajakan” adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Budgetair

Pemungutan pajak bertujuan untuk memasukkan uang sebanyak-

banyaknya ke dalam kas negara yang pada waktunya akan digunakan oleh

pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara baik untuk pengeluaran rutin

dalam melaksanakan mekanisme pemerintahan maupun pengeluaran untuk

membiayai pembangunan.

Page 19: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

17

2. Fungsi Mengatur

Pada lapangan perekonomian, pengaturan pajak memberikan dorongan

kepada pengusaha untuk memperbesar produksinya, dapat juga memberikan

keringanan atau pembesaran pajak pada para penabung dengan maksud menarik

uang dari masyarakat dan menyalurkannya antara lain ke sektor produktif. Adanya

industri baru maka dapat menampung tenaga kerja yang lebih banyak, sehingga

pengangguran berkurang dan pemerataan pendapatan akan dapat terlaksana untuk

mencapai keadilan sosial ekonomi dalam masyarakat.

2.4.2 Pajak Daerah

Dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah

undang-undang no.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah

sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang no.34 tahun 2000.

Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Pajak propinsi, terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan di atas air.

b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.

c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

d.Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

2. Pajak kabupaten/kota; terdiri dari:

a. Pajak Hotel.

b. Pajak Restoran.

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan.

Page 20: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

18

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

g. Pajak Parkir

h. Pajak lain-lain

2.4.3 Pajak Hotel

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengertian hotel di sini

termasuk juga rumah penginapan yang memungut pembayaran. Pengenaan pajak

hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia.

Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah

kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak

kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah

kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan

daerah tentang pajak hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan hukum

operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Hotel di

daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan (Siahaan, 2005).

Dalam pemungutan pajak hotel terdapat beberapa terminologi yang perlu

diketahui. Terminologi tersebut adalah sebagai berikut (Siahaan, 2005).

1. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat

menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya

dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu,

dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali oleh petokoan dan

perkantoran.

2. Rumah penginapan adalah penginapan dalam bentuk dan klasifikasi apa

pun beserta fasilitasnya yang digunakan untuk menginap dan disewakan

untuk umum.

Page 21: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

19

3. Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun

yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di

bidang jasa penginapan.

4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai

imbalan atas penyerahan barang atau pelayanan sebagai pembayaran

kepada pemilik hotel.

5. Bon penjualan (bill) adalah bukti pembayaran yang sekaligus sebagai

bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat mengajukan

pembayaran atas jasa pemakaian kamar atau tempat penginapan beserta

fasilitas penunjang lainnya kepada subjek pajak.

2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah dari

Pajak Hotel Melalui Sektor Pariwisata

Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan,

restoran atau jasa boga, usaha wisata (obyek wisata, souvenir, dan Hiburan), dan

usaha perjalanan wisata (travel agent atau pemandu wisata) dapat menjadi sumber

penerimaan daerah yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, pajak

dan bukan pajak (Badrudin, 2001 : h.2).

Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan daerah dari

sektor pariwisata :

1. Jumlah obyek wisata

Indonesia sebagai negara yang memiliki keindahan alam serta

keanekaragaman budaya yang mempunyai kesempatan untuk menjual keindahan

alam dan atraksi budayanya kepada wisatawan baik wisatawan mancanegara

maupun nusantara yang akan menikmati keindahan alam dan budaya tersebut.

Page 22: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

20

Tentu saja kedatangan wisatawan tersebut akan mendatangkan penerimaan bagi

daerah yang dikunjunginya. Bagi wisatawan mancanegara yang datang dari luar

negeri, kedatangan mereka akan mendatangkan devisa bagi negara (Badrudin,

2001).

Begitu juga dengan Kabupaten Aceh Selatan yang merupakan salah satu

Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Kabupaten Aceh Selatan memiliki potensi pariwisata yang cukup besar,

khususnya wisata alam. Dengan demikian banyaknya jumlah obyek wisata yang

ada, maka diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah dari sektor

pariwisata, baik melalui pajak daerah maupun retribusi daerah.

2. Jumlah wisatawan

Secara teoritis semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan

wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan

wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan

selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama

perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk

yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif tersebut,

maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh

karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan, maka pendapatan sektor

pariwisata Kabupaten Aceh Selatan juga akan semakin meningkat.

3. Tingkat Hunian Hotel

Menurut Dinas Pariwisata hotel merupakan suatu usaha yang

menggunakan bangunan atau sebagian dari padanya yang khusus disediakan,

dimana setiap orang dapat menginap dan makan serta memperoleh pelayanan dan

Page 23: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

21

fasilitas lainnya dengan pembayaran. Dewasa ini pembangunan hotel-hotel

berkembang dengan pesat, apakah itu pendirian hotel- hotel baru atau pengadaan

kamar- kamar pada hotel- hotel yang ada. Fungsi hotel bukan saja sebagai tempat

menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan

kegiatan bisnis, mengadakan seminar, atau sekedar untuk mendapatkan

ketenangan.

Perhotelan memiliki peran sebagai penggerak pembangunan daerah, perlu

dikembangkan secara baik dan benar sehingga dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat, PAD, penyerapan tenaga kerja serta perluasan usaha. Hotel

merupakan salah satu jenis usaha yang menyiapkan pelayanan jasa

bagimasyarakat dan wisatawan.

Tingkat hunian hotel merupakan suatu keadaan sampai sejauh mana

jumlah kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang

mampu untuk dijual. Dengan tersedianya kamar hotel yang memadai, para

wisatawan tidak segan untuk berkunjung ke suatu daerah, terlebih jika hotel

tersebut nyaman untuk disinggahi. Sehingga mereka akan merasa lebih aman,

nyaman dan betah untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata. Oleh karena

itu industri pariwisata terutama kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu

hotel, baik berbintang maupun melati akan memperoleh pendapatan yang semakin

banyak apabila para wisatawan tersebut semakin lama menginap. Sehingga juga

akan meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak penghasilan.

4. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang penting untuk

mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu, yang

Page 24: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

22

ditunjukkan dengan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar

harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pendapatan perkapita yang tinggi

cenderung mendorong naiknya tingkat konsumsi perkapita yang selanjutnya

menimbulkan intensif bagi diubahnya struktur produksi (pada saat pendapatan

meningkat, permintaan akan barang manufaktur dan jasa pasti akan meningkat

lebih cepat dari pada permintaan akan produk-produk pertanian).

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh

seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang dan

jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Pada

umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata mempunyai tingkat

sosial ekonomi yang tinggi. Mereka memiliki trend hidup dan waktu senggang

serta pendapatan (income) yang relatif besar. Artinya kebutuhan hidup minimum

mereka sudah terpenuhi. Mereka mempunyai cukup uang untuk membiayai

perjalanan wisata.. Semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat maka

semakin besar pula kemampuan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata,

yang pada akhirnya berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan daerah

sektor pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan.

Page 25: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

23

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

pendekatan kualitatif secara deskriptif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,

2002: h.3) mendefenisikan pendekatan kualitatif sebagai “Prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Menurut Mardalis, (2008: h.26) “penelitian deskriptif bertujuan untuk

mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku”. Di dalamnya terdapat upaya

mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menfinterprestasikan kondisi-kondisi

yang sekarang ini terjadi atau ada.

Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu

menggambarkan tentang bagaimana usaha pemerintah daerah dalam

meningkatkan minat membaca dikalangan pelajar.

3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari dua jenis data

yaitu:

1. Data Primer

Merupakan sumber data yang di dapat di lapangan. Data primer dalam

penelitian ini, dikumpulkan melalui penelitian langsung dengan turun ke lokasi

penelitian, untuk mencari fakta dan data-data yang berkaitan dengan masalah yang

Page 26: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

24

diteliti seperti wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan

kepada informan yang lebih mengetahui tentang permasalahan ini.

2. Data Sekunder

Menurut Hasan (2002: h.82) data sekunder adalah “Data yang diperoleh

orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada”. Data

sekunder merupakan data yang di dapat dari studi kepustakaan, dokumen, koran,

internet dan lainnya, yang berkaitan dengan kajian penelitian yang di teliti oleh

penulis.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau

mengumpulkan data (informasi), yang dapat menjelaskan dan menjawab

permasalahan penelitian secara objektif. Adapun data tersebut diperoleh dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang biasa digunakan penelitian. Dalam

penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi (Pengamatan)

Pengamatan adalah “Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat segala hal yang ingin diteliti” (Kholid Narboko, 1996:

h.70). Pengamatan yang dilakukan langsung terhadap objek yang diteliti untuk

mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan secara langsung di

Kantor Dinas Pariwisata dan DPKKD Kota Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan..

2. Wawancara

Wawancara adalah “Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

Page 27: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

25

pertanyaan dan yang di wawancarai (interwiewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu” (Moleong, 2002: h.135).

Teknik pengumpulan data wawancara ini, dengan mengajukan pertanyaan

langsung melalui cara tanya jawab langsung kepada narasumber yang menjadi

informan dalam penelitian ini. Dengan wawancara mendalam ini, diharapkan

dapat mengungkapkan lebih rinci dan mendalam tentang permasalahan yang

diteliti.

3. Dokumentasi

“Mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan

termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil dan hukum-hukum dan

lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian” (Rachman, 1999: h.96).

Teknik pengumpulan data ini, dengan menggunakan catatan-catatan atau

dokumen yang ada di lokasi penelitian, serta sumber-sumber lain yang relevan

dengan objek penelitian. Peneliti juga melakukan dokumentasi yaitu dengan

mengambil foto yang diperlukan di lapangan sebagai dokumen penunjang dalam

penelitian ini.

3.2.3 Teknik Penentuan Informan

Dalam penetapan informan, penulis menggunakan purposive sampling

(pengambilan informan berdasarkan tujuan), artinya orang yang dijadikan sebagai

informan ditunjuk secara sengaja oleh peneliti berdasarkan atas pertimbangan

sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Adapun yang menjadi informan

sebagai sumber data untuk mendapatkan informasi adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Pariwisata : 1 orang

2. Subbag Perencanaan dan Program : 1 orang

Page 28: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

26

3. Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata : 1 orang

4. Kasi Usaha Jasa : 1 orang

5. Pihak Perhotelan : 1 orang

6. Pengunjung Hotel : 2 orang

Jumlah : 7 orang

Penentuan informan berdasarkan maksud dan tujuan penulis. Informan

yang dipilih karena para informan ini lebih mengetahui permasalahan yang akan

di teliti.

3.3 Instrumen Penelitian

Penelitian yang menggunakan metode kualitatif adalah suatu metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, maka

peneliti adalah sebagai instrument kunci (Moleong, 2002: h.4). Peneliti

merupakan instrument kunci utama, karena peneliti sendirilah yang menentukan

keseluruhan skenario penelitian serta langsung turun ke lapangan untuk

melakukan pengamatan dan wawancara dengan informan. Penggunaan peneliti

sebagai instrument penelitian untuk mendapatkan data yang valid dan realible.

Selain daripada itu, untuk membantu kelancaran dalam melaksanakan

penelitian ini, juga didukung oleh instrument pembantu sebagai panduan

wawancara. Olehkarena itu, sebelum turun ke lapangan, peneliti akan membuat

panduan wawancara untuk memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan dan

melakukan interview (wawancara) ke semua informan. Alat bantu yang digunakan

dalam pengumpulan data yaitu panduan wawancara, catatan, dokumen, laporan,

dokumentasi dan lain sebagainya.

Page 29: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

27

3.4 Teknik Analisis Data

Menurut Lexy J. Moleong (2002: h.103), analisis data adalah “Proses

mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan

uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti yang disarankan oleh data”.

Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik

analisa deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu menjabarkan hasil penelitian

sebagaimana adanya. Data yang telah didapatkan dati hasil penelitian di lapangan

kemudian dikumpulkan serta diolah dan dianalisis dengan memaparkan atau

mendeskripsikan dan memberikan komentar berdasarkan temuan yang ada di

lapangan.

3.5 Pengujian Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif, antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan

member check. Digunakannya uji ini dimaksudkan, untuk mendapatkan data yang

lebih mendalam mengenai subyek penelitian (Sugiyono, 2007: h.270).

Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:

1. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan pengamatan

yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang memadai.

Menurut Moleong (2002: h.327) “Perpanjangan pengamatan berarti peneliti

tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai”.

Page 30: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

28

Perpanjangan pengamatan dilakukan peneliti juga ketika informasi dan data

yang di dapat sebelumnya atau yang diperlukan terasa kurang dan belum cukup

memadai. Perpanjangan Pengamatan ini pertama dilakukan peneliti ketika di awal

sebelum mengadakan penelitian. Peneliti terlebih dahulu melakukan pengamatan

dan kemudian melakukan pengamatan kembali saat penelitian selanjutnya dengan

melakukan beberapa kali wawancara ke informan untuk lebih mendapatkan

informasi yang lebih akurat.

2. Peningkatan Ketekunan

Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan dilakukan

dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun dokumen yang terkait

dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data apakah benar

dan bisa dipercaya atau tidak.

Peneliti melakukan peningkatan ketekunan dalam melakukan penelitian

ini. Peningkatan penelitian dilakukan peneliti adalah selain melakukan

pengamatan lebih mendalam, peneliti juga meminta informasi dan data yang lebih

banyak lagi untuk mendukung penelitian ini, agar data dan hasil yang didapat

lebih akurat dan terpercaya. Peneliti meminta dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan data yang dibutuhkan dan sesuai permasalahan yang diteliti.

3. Triangulasi

Analisa triangulasi merupakan “Suatu metode analisis untuk mengatasi

masalah akibat dari kajian mengandalkan satu teori saja, satu macam data atau

satu metode penelitian saja” (Sugiyono, 2007: h.225). Triangulasi dimaksudkan

untuk mendapatkan keterangan dari beberapa pihak secara terpisah namun dengan

Page 31: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

29

karakteristik yang sama, kemudian hasilnya di cross check antara jawaban yang

satu dengan yang lain.

Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap orang yang sama-sama

mengetahui permasalahan yanag akan di teliti, seperti informan. Hasil jawaban

dari beberapa pihak tersebut kemudian dilihat kesamaan dan perbedaannya,

sehingga dapat dilihat penerimaan diri berdasarkan pengalaman psikologis dari

orang yang satu dengan orang yang lain.

4. Pemeriksaan Teman Sejawat

Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil

temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan

mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang

berguna untuk proses penelitian.

Pemeriksaan teman sejawat dilakukan oleh peneliti, peneliti meminta

pendapat, saling tukar pikiran dan memberikan masukan dari teman-teman dekat

atau dosen sebagai tujuan sumbangsih ide, pendapat ataupun pemikiran bagi si

peneliti dalam menambah wawasan dan isi tulisan skripsi ini.

5. Analisis Kasus Negatif

Menurut Sugiyono (2007: h.225) “Melakukan analisis kasus negatif berarti

peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang

telah ditemukan”. Analisis kasus negatif ditemukan dalam penelitian ini, karena

informasi ataupun keterangan-keterangan yang diberikan oleh informan terkadang

ada yang berbeda.

Page 32: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

30

6. Member Check

Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara

mendiskusikan hasil penelitian pada sumber-sumber yang telah memberikan data

untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya.

Menurut Moleong (2002: h.336) pengecekan dilakukan dengan jalan:

a. Penilaian dilakukan oleh informan

b. Mengoreksi kekeliruan

c. Menyediakan tambahan informasi secara sukarela

d. Memasukkan informan dalam lingkup penelitian, menciptakan

kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisa data.

e. Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.

Member check juga dilakukan peneliti dengan meng cross check kembali

keterangan yang didapat dari informan lain, untuk mengetahui kebenaran data

atau informasi yang didapat. Tujuannya juga untuk mengsinkronkan data maupun

keterangan yang diperoleh agar sesuai, tepat dan jelas agar tidak terjadi kerancuan

dan salah persepsi oleh si peneliti.

Pengujian kredibilitas bertujuan untuk menilai kebenaran dari temuan

penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan mengungkapkan

bahwa, transkrip penelitian memang benar-benar sebagai pengalaman dirinya

sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah di transkipkan

untuk di baca ulang oleh partisipan.

Page 33: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Kabupaten Aceh Selatan

4.1.1 Profil Kabupaten Aceh Selatan

Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi

Pemerintah Aceh yang terletak di pesisir pantai barat-selatan dengan Tapaktuan

sebagai ibukotanya. Secara Geografis Kabupaten Aceh Selatan terletak pada

posisi koordinat 020 22’ 36” - 040 - 06’ Lintang Utara (LU) 960 35’40” - 960 35’

340” Bujur Timur (BT) dengan luas wilayah 3.841,60 km2. Batas wilayah

Kabupaten Aceh Selatan mencakup:

- Sebelah Timur : Berbatas dengan Kabupaten Aceh Tenggara

- Sebelah Barat : Berbatas dengan Samudra Hindia

- Sebelah Utara : Berbatas dengan Kabupaten Aceh Barat Daya

- Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kotamadya Subulussalam

Secara Administrasi wilayah Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari 16

Kecamatan, 43 Mukim, dan 247 Desa (Gampong) dengan laju pertumbuhan

penduduk 2.968 jiwa atau 10,0 % pertahun.

Topografi wilayah Kabupaten Aceh Selatan mempunyai ketinggian 500 m

dari permukaan laut. Kabupaten Aceh Selatan termasuk kawasan yang beriklim

tropis basah dengan curah hujan rata-rata berkisar diantara 2.861 mm – 4.245 mm.

Bulan Januari s/d Agustus merupakan musim kemarau dan bulan September s/d

Desember merupakan musim penghujan dengan suhu udara di Kabupaten Aceh

Selatan 26 – 31 oC

Page 34: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

32

4.2 Hasil Penelitian

Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah

Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah

pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan

asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan

oleh daerah dalam rnelaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai

dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan

dana dan pemerintah tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan

pendapatan asli daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak

hanya ditinjau dan segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan

kesatuan perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap

sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk

berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya

keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal

yang dikehendaki setiap daerah.

Pengelolaan Pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh Selatan dari bidang

pajak hotel atau tempat penginapan misalkan, mempunyai potensi pendapatan

yang besar seandainya bisa dikelola dengan maksimal, Kabupaten Aceh selatan

memiliki banyak potensi wisata yang sangat bagus yang bisa menarik wisatawan

untuk berkunjung ke Aceh selatan.

Page 35: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

33

Berdasarkan latar belakang masalah yang timbul didalam penelitian ini,

peneliti telah melakukan penelitian dengan memberikan beberapa pertanyaan dan

kemudian memberikan jawaban menurut pendapatnya sendiri tanpa ada paksaan

dari siapapun.

4.2.1 Pengelolaan Pariwisata yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Aceh Selatan.

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan telah menjalankan tugas dan

fungsinya dalam menjalankan roda pemerintah di Kabupaten Aceh Selatan,

seperti dalam pengelolaan tempat-tempat pariwisata yang ada di Kabupaten Aceh

Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di lapangan

dengan mewawancarai informan bisa didapat penjelasan bahwa pemerintah

daerah terus berupaya melakukan pengelolaan tempat-tempat pariwisata agar

lebih baik.

Azwar Rahman selaku Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan

Olah raga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa :

“Pengelolaan pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah

kabupaten Aceh Selatan berangsur-angsur membaik, dalam

pelaksanaanya, setiap program yang bertujuan pengembangan

potensi wisata di Aceh Selatan terus dalam pengawasan dan

transparansi supaya tidak terjadi penyalah gunaan apapun hal

yang bisa menimbulkan konflik-konflik yang berimbas pada tidak

maksimalnya pengelolaan tempat-tempat pariwisata”

(Wawancara 18 November 2015).

N.I Utami selaku Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata di Dinas Kebudayaan

Pariwisata Pemuda dan Olah raga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa,

“Dalam pelaksanaanya pengelolaan pariwisata yang dilakukan pemerintah

kabupaten aceh selatan sudah baik, banyak tempat-tempat wisata yang ada di

Page 36: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

34

berbagai wilayah aceh selatan sudah dikembangkan secara baik walaupun masih

ada sedikit yang berjalan belum maksimal” (Wawancara 18 November 2015).

Nini Anggraini selaku Kasi Usaha Jasa di Dinas Kebudayaan Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan juga menambahkan :

“Pengelolaan pariwisata di Aceh Selatan banyak mengalami

perkembangan, terbukti setiap di hari-hari tertentu tempat-tempat

wisata yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Selatan selalu ramai

dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun luar daerah, pemerintah

Aceh Selatan terus berupaya meningkatkan hasil yang maksimal

dalam hal pendapatan asli daerah dari bidang pariwisata”.

(Wawancara 18 November 2015).

Aspid Aziz selaku pemilik salah satu tempat penginapan yang ada di

Kabupaten Aceh Selatan juga mengatakan bahwa :

‘Pengelolaan pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan di beberapa

tempat sudah bagus, namun masih ada beberapa tempat yang belum

dikelola secara maksimal, seharusnya pemerintah daerah

Kabupaten Aceh Selatan bisa lebih lagi perhatian terhadap potensi-

potensi wisata di Kabupaten Aceh Selatan secara keseluruhan agar

bisa meningkatkan pendapatan asli daerah, salah satunya melalui

pajak tempat penginapan”. (Wawancara 20 November 2015).

Agus Susanto wisatawan yang menginap disalah satu tempat penginapan

di Kabupaten Aceh Selatan menambahkan, “Secara keseluruhan pengelolaan

pariwisata di Aceh Selatan belum ada perkembangan yang begitu berarti, ada

beberapa tempat wisata di Aceh Selatan masih belum begitu di perhatikan

perkembangannya oleh pemerintah daerah setempat, misalkan masih banyak

sampah-sampah yang berserakan”. (Wawancara 20 November 2015).

Berdasarkan hasil wawancara diatas bisa disimpulkan bahwa Pemerintah

daerah memiliki perhatian yang besar terhadap pengelolaan potensi Pariwisata di

Kabupaten Aceh Selatan yang bisa meningkatkan pendapatan Asli Daerah untuk

kebutuhan daerah itu sendiri.

Page 37: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

35

4.2.2 Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan Terhadap

Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan

Dalam menjalankan tugas dan fungsi di daerah, Pemerintah daerah pasti

memiliki kebijakan-kebijakan yang dilakukan untuk membuat perubahan yang

lebih baik bagi daerah. Dalam mengembangkan pariwisata, banyak keuntungan

yang dapat diperoleh, namun semuanya kembali kepada kesiapan daerah masing-

masing untuk terus-menerus mengembangkan daerahnya sebagai salah satu

daerah pariwisata. Dalam mengembangkan pariwisata, ada beberapa kebijakan

pemerintah yang mendukung pengembangan pariwisata yaitu, menggencarkan

promosi, menyiapkan dan meningkatkan mutu pelayanan dan produk wisata,

mengembangkan kawasan-kawasan pariwisata dan produk-produk baru dan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang kepariwisataan. Potensi

pariwisata yang ada di Kabupaten Aceh Selatan juga menjadi prioritas bagi

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan untuk terus membenahi segala aspek

yang bisa menunjang untuk ke arah ang lebih baik.

Azwar Rahman selaku Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan

Olah raga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa “Pemerintah banyak

melakukan beberapa inovasi penting dalam mengatur strategi pengembangan

pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan, seperti mempromosikan diri secara intens

terhadap potensi-potensi wisata yang ada di Aceh Selatan, juga menganggarkan

biaya khusus untuk pengelolaan tempat-tempat wisata”. (Wawancara 18

November 2016).

Nini Anggraini selaku Kasi Usaha Jasa di Dinas Kebudayaan Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan juga menambahkan “Sudah

menjadi tugas dan tanggung jawab pihak-pihak atau instansi terkait menyangkut

Page 38: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

36

dengan pariwisata untuk terus mengembangkan potensi wisata yang ada di

wilayah kabupaten aceh selatan dengan membuat kebijakan yang bisa

meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke aceh selatan”. (Wawancara

18 November 2015)

N.I Utami selaku Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata di Dinas Kebudayaan

Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa :

“Beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam

pengelolaan pariwisata adalah dengan menertibkan pajak dan

retribusi daerah, seperti pajak tempat penginapan yang akan

menjadi pendapatan asli daerah yang selanjutnya akan digunakan

pemerintah daerah untuk memajukan daerah, salah satunya

dibidang pariwisata”. (Wawancara 18 November 2016).

Sementara Samsuar salah seorang wisatawan yang menginap di salah satu

tempat penginapan menambahkan “Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan

terus berupaya mengembangkan potensi-potensi wisata yang ada di kabupaten

aceh selatan dengan cara memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di tiap-tiap

tempat wisata”. (Wawancara 20 November 2015)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti melalui wawancara

dengan informan bisa di peroleh kesimpulan bahwa Pemerintah Daerah

Kabupaten Aceh Selatan terus berupaya mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang

bisa memberikan dampak positif terhadap potensi pariwisata yang ada di

Kabupaten Aceh Selatan

4.2.3 Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan

Pendapatan Asli Daerah memang menjadi alternatif bagi daerah untuk

menambah pendapatan yang akan digunakan untuk kebutuhan daerah itu sendiri.

Page 39: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

37

Melalui pengelolaan yang baik, daerah akan lebih mandiri dan tidak akan begitu

tergantung dari bantuan pemerintah pusat.

Keterkaitan industri pariwisata dengan penerimaan daerah berjalan melalui

jalur PAD dan bagi hasil pajak/bukan pajak. Komponen Pendapatan Asli Daerah

yang menonjol adalah pajak daerah, retribusi daerah dan laba badan usaha milik

daerah. Matarantai industri pariwisata yang berupa hotel/penginapan, restoran/jasa

boga, usaha wisata (obyek wisata, souvenir, dan hiburan), usaha perjalanan wisata

(Travel agent dan pemandu wisata), convention organizer, dan transportasi dapat

menjadi sumber PAD yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD,

pajak dan bukan pajak.

Penerimaan sektor pariwisata tidak terlepas dari peran pajak dan retribusi.

Dengan menjumlahkan pajak seperti pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan

dan berbagai retribusi seperti retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi

tempat penginapan, retribusi tempat rekreasi dan pendapatan lain yang sah maka

akan didapat penerimaan sektor pariwisata.

Azwar Rahman selaku Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan

Olah raga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa :

“Salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten Aceh

Selatan adalah melalui bidang pariwisata, baik itu retribusi yang

dikutip di tiap-tiap tempat wisata dan pemungutan pajak terhadap

tempat-tempat penginapan pajak restoran atau pun pendapatan-

pendapatan lain yang di peroleh dari unsur ang saling berkaitan.

Sumber dari pendapat itu semua kemudian akan digunakan

pemerintah daerah untuk dianggarkan kembali sesuai kebutuhan”.

(Wawancara 18 November 2015)

N.I Utami selaku Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata di Dinas Kebudayaan

Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan menambahkan bahwa,

“Pengelolaan PAD kabupaten aceh selatan sampai saat ini sudah menunjukkan

Page 40: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

38

perkembangan, misalkan pendapatan yang diterima melalui pajak tempat

penginapan, retribusi di tempat-tempat wisata, usaha jasa wisata ataupun travel

perjalanan wisata, Pendapatan asli daerah itu biasanya digunakan pemerintah

daerah untuk kebutuhan daerah itu sendiri”. (Wawancara 18 November 2015).

Aspid Aziz selaku pemilik salah satu tempat penginapan yang ada di

Kabupaten Aceh Selatan juga mengatakan bahwa :

“Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan terus berupaya

maksimal untuk meningkatkan jumlah Pendapatan Asli Daerah

seperti dalam segi pariwisata, melalui Pendapatan asli daerah

tersebut seperti yang diperoleh melalui pajak tempat-tempat

penginapan yang selalu kami bayarkan. Daerah bisa

mempergunakannya untuk melaksanakan pemerintahan atau pun

pembangunan daerah sesuai kebutuhan guna memperkecil

ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah pusat”.

(Wawancara 20 November 2015).

Nini Anggraini selaku Kasi Usaha Jasa di Dinas Kebudayaan Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan juga menambahkan yaitu,

“Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah yang dimisalkan didapat dari sumber

Pariwisata akan digunakan Pemerintah Daerah untuk kebutuhan daerah itu sendiri,

seperti meningkatkan pelayanan di tempat-tempat wisata, melakukan

pembangunan daerah dan lain-lain”.(Wawancara 18 November 2015)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan bisa disimpulkan

bahwa pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan telah melakukan pengelolaan

Pendapatan Asli Daerah dengan baik. Pemerintah Daerah daerah terus berupaya

maksimal dalam melakukan inovasi yang baru dalam programnya untuk

perkembangan daerah melalui potensi Pariwisata.

Page 41: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

39

4.2.4 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki pengaruh yang cukup signifikan

dalam menentukan kemampuan daerah untuk melakukan aktivitas pemerintahan

dan program-program pembangunan. Dana untuk pembiayaan pembangunan

daerah terutama digali dari sumber kemampuan sendiri dengan prinsip

peningkatan kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan kata lain,

pemerintah daerah dipacu untuk meningkatkan kemampuan seoptimal mungkin

didalam membelanjai urusan rumah tangga sendiri, dengan cara menggali segala

sumber dana potensial yang ada di daerah.

Salah satu sumber penerimaan (PAD) Kabupaten Aceh Selatan adalah di

bidang Pariwisata yang diterima melalui pajak tempat – tempat penginapan,

retribusi di tempat wisata daerah dan bagian lainnya yang saling berkaitan.

Nini Anggraini selaku Kasi Usaha Jasa di Dinas Kebudayaan Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan, “Setau saya,

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan mengalami pertumbuhan yang

baik, hanya saja pendapatan dari sektor Pariwisata yang belum banyak mengalami

kemajuan. Pariwisata jika dikelola dengan baik akan sangat mempengaruhi

perkembangan daerah, selain karena pendapatan asli daerah akan maksimal, juga

pembangunan daerah akan terus tumbuh, daerah juga akan menjadi destinasi

wisata bagi wisatawan yang pasti akan berdampak baik bagi daerah”. (Wawancara

18 November 2015)

Aspid Aziz selaku pemilik salah satu tempat penginapan yang ada di

Kabupaten Aceh Selatan juga mengatakan, “Sangat besar, bahkan menurut

informasi yang saya dengar Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan

Page 42: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

40

sudah melebihi targetang di tetapkan, tetapi pendapatan itu di dapat dari sumber

pendapatan asli daerah yang lain, bukan dari sektor pariwisata, karena selama

tahun 2015, kami mengalami penurunan pengunjung di bandingkan tahun lalu,

seharusnya pemerintah bisa kembali meninjau tempat-tempat wisata dan

melakukan pembenahan dari pemerintah daerah itu sendiri dalam melakukan

pengelolaannya, jika pengelolaan baik maka bukan tidak mungkin pendapatan asli

daerah yang besar akan mampu didapat oleh pemerintah daerah melalui pariwisata

dan pajak tempat penginapan’. (Wawancara 20 November 2015).

N.I Utami selaku Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata di Dinas Kebudayaan

Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan menambahkan bahwa :

“Pendapatan asli daerah itu memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap pertumbuhan daerah, Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Aceh Selatan Secara Keseluruhan pada tahun ini sudah melampaui

target yang di tetapkan sebelumnya, hanya saja melalui pendapatan

pajak penginapan yang tidak lebih baik dari tahun sebelumnya, ini

disebabkan dari kurangnya wisatawan yang berkunjung ke Aceh

Selatan, Aceh Selatan dengan memiliki begitu banyak potensi

wisata yang jika dikelola dengan baik akan menarik wisatawan

baik lokal maupun wisatawan luar untuk berkunjung ke Aceh

Selatan yang nantinya akan berdampak positif dan menghasilkan

pendapatan asli daerah yang maksimal, pendapat tersebut biasanya

akan didapat dari pajak hotel dan restoran maupun restribusi-

restribusi di tempat-tempat wisata yang ada di Kabupaten Aceh

Selatan”. (Wawancara 18 November 2015).

Berdasarkan hasil wawancara diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan yang diperoleh dari sektor

Pariwisata dan pendapatan pajak penginapan sangat berpengaruh. Aceh Selatan

memang salah satu daerah yang memiliki banyak potensi-potensi wisata yang

baik, tetapi pengelolaan dan pengembangan tempat-tempat wisata di Aceh Selatan

belum banyak mengalami kemajuan. Melalui pengelolaan yang baik, bidang

pariwisata akan menjadi salah satu aset atau andalan bagi Pemerintah Daerah

Page 43: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

41

Kabupaten Aceh Selatan untuk memperoleh dana tambahan atau Pendapatan Asli

Daerah tanpa harus terus bergantung terhadap Pemerintah Provinsi ataupun Pusat.

Berikut adalah tabel Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh

Selatan tahun 2014.

Tabel 4.1 : Tabel Realisasi PAD Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2014

NO URAIAN TARGET REALISASI

1 Pajak Daerah 6.542.722.553

2 Retribusi Daerah 7.581.548.513

3 Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah 2.690.273.354

4 Zakat 4.210.267.502

5 Lain-lain PAD yang sah 57.480.251.367

TOTAL 73.784.000.000 78.487.251.367

Sumber : Kantor DPKKD Kabupaten Aceh Selatan

Berdasarkan Tabel diatas bisa diliat bahwa Pendapatan Asli Kabupaten

Aceh Selatan Pada Tahun 2014 mampu melewati batas target yang di tetapkan

sebelumnya, hal yang serupa juga terjadi pada tahun 2015, Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Aceh Selatan mencapai Rp. 96.601.640.674 melampaui target

yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp. 92.937.964.769 (Sumber : DPKKD

Kabupaten Aceh Selatan).

Setelah mengetahui besaran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh

Selatan selama 2 tahun terakhir, maka selanjutnya akan diliat data pendapatan

pajak Kabupaten Aceh Selatan selama 2 tahun terakhir.

Page 44: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

42

Tabel 4.2 : Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2014

NO URAIAN TARGET REALISASI

1 Pajak Hotel Rp 54.850.000 Rp 63.337.207

2 Pajak Restoran Rp 819.848.620 Rp 1.318.134.668

3 Pajak Reklame Rp 150.000.000 Rp 144.408.828

4 Pajak Penerangan Jalan Rp 3.393.192.871 Rp 3.130.925.756

5 Pajak Sarang Burung Walet Rp 80.000.000 Rp 61.920.000

6 Pajak Mineral bukan Logan dan Batuan Rp 998.010.000 Rp 1.428.155.741

7

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan

dan Perkotaan Rp 479.681.000 Rp 296.068.025

8

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Rp 81.260.000 Rp 72.447.328

9 Pajak Hiburan Rp 15.000.000 Rp 9.325.000

Total Rp 6.071.842.491 Rp 6.524.722.553

Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Selatan

Tabel 4.3 : Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015

Sumber : DPKKAD Kabupaten Aceh Selatan

Berdasarkan kedua tabel diatas mengenai pendapatan pajak daerah

Kabupaten Aceh Selatan yang diperoleh dari pajak hotel menunjukkan penurunan

pendapatan di tahun 2015, bahkan tidak mencapai target yang di tetapkan, berbeda

NO URAIAN TARGET REALISASI

1 Pajak Hotel Rp 76.680.000 Rp 32.387.344

2 Pajak Restoran Rp 1.058.172.290 Rp 1.374.725.999

3 Pajak Reklame Rp 222.861.814 Rp 186.553.718

4 Pajak Penerangan Jalan Rp 3.667.223.401 Rp 3.593.211.829

5 Pajak Sarang Burung Walet Rp 107.822.995 Rp 72.244.100

6 Pajak Mineral bukan Logan dan Batuan Rp 1.179.764.500 Rp 2.720.340.955

7

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan

dan Perkotaan Rp 505.000.000 Rp 520.412.860

8

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Rp 2.155.770.000 Rp 2.164.580.000

9 Pajak Hiburan Rp 5.200.000 Rp 6.563.000

Total Rp 8.978.495.000 Rp 10.671.019.805

Page 45: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

43

pada tahun 2014 yang mampu memberikan pendapatan melebihi dari target yang

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan.

Berdasarkan data-data yang tertera diatas maka bisa disimpukan bahwa,

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan selama 2 tahun terakhir (2014

dan 2015) mengalami pertumbuhan yang sangat baik bahkan mampu melampaui

batas target yang ditetapkan, PAD itu diterima melalui pemasukan Pajak Daerah,

Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, Zakat dan Lain-lain PAD

yang sah. Tetapi perkembangan PAD yang positif ini belum mampu didukung

dari pendapatan pajak daerah dari segi pajak hotel, ditahun 2015 pajak hotel

mengalami penurunan pendapatan dan tidak mampu mencapai target yang

ditetapkan, ini disebabkan oleh menurunnya pengunjung ataupun wisatawan yang

berkunjung ke Kabupaten Aceh Selatan dan berimbas pada sepinya tempat-tempat

penginapan di Kabupaten Aceh Selatan.

4.2.5 Dampak Keberadaan Tempat Penginapan Terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Aceh Selatan

Salah satu Pendapatan Asli Daerah yang potensinya semakin berkembang

seiring dengan semakin diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata di

daerah dalam kebijakan pembangunan sehingga dapat menunjang berkembangnya

bisnis rekreasi (pariwisata) adalah pajak hotel atau tempat penginapan. Semula

menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 pajak atas hotel disamakan

dengan pajak restoran dengan nama pajak hotel dan restoran. Namun, dengan

adanya perubahan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi,

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, pajak hotel dan pajak

restoran dipisahkan menjadi jenis pajak yang berdiri sendiri.

Page 46: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

44

Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan terus

berusaha untuk selalu meningkatkan sumber-sumber penerimaan asli daerahnya,

termasuk penerimaan Pajak Hotel atau tempat penginapan. Pajak Hotel

merupakan salah satu jenis pajak daerah yang memiliki potensi besar seiring

dikembangkannya bidang pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan.

Azwar Rahman selaku Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan

Olah raga Kabupaten Aceh Selatan mengatakan bahwa:

“Dalam Setiap Perencanaan ataupun Program Pemerintah selalu

menargetkan setiap hasil yang ingin dicapai, termasuk rencana

target pendapatan Asli Daerah. Pemerintah daerah Kabupaten Aceh

Selatan misalnya, mempunyai proyeksi rencana target pendapatan

asli daerah (PAD) tahun 2016 dari pajak tempat penginapan,

melalui pengembangan tempat-tempat pariwisata akan memicu

ketertarikan dari wisatawan lokal maupun luar daerah untuk

berkunjung ke Kabupaten Aceh Selatan dan ditargetkan rencana

tersebut bisa terealisasi”. (Wawancara 18 November 2015)

Pendapatan yang sama juga dipertegas oleh N.I Utami selaku Kasi Objek

dan Daya Tarik Wisata di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Aceh Selatan yaitu, “Pendapatan asli daerah kabupaten aceh selatan

yang didapat melalui pajak hotel atau tempat-tempat penginapan juga bisa

membantu untuk pertumbuhan daerah, pemerintah daerah selalu menargetkan

pendapatan dari tempat-tempat penginapan ataupun restoran tiap tahunnya”.

(Wawancara 18 November 2015)

Aspid Aziz selaku pemilik salah satu tempat penginapan yang ada di

Kabupaten Aceh Selatan juga mengatakan :

“Pajak hotel atau tempat-tempat penginapan sangat berpengaruh

terhadap kunjungan wisatawan untuk berwisata di tempat-tempat

wisata yang ada di Kabupaten Aceh Selatan, semakin banyak

wisatawan yang memilih menginap maka akan semakin besar

pendapatan pengelola tempat penginapan dan juga akan

berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dari pajak

Page 47: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

45

hotel atau tempat penginapan. Berdasarkan hal tersebut,

Pemerintah daerah harus bisa terus berupaya meningkatkan dan

mengembangkan potensi-potensi wisata yang ada di Kabupaten

Aceh Selatan”. (Wawancara 20 November 2015).

Agus Susanto salah satu wisatawan yang menginap disalah satu tempat

penginapan juga menambahkan :

“Menurut saya, Keberadaan tempat-tempat penginapan di daerah

yang memiliki potensi wisata yang baik seperti di Kabupaten Aceh

Selatan ini bisa sangat menguntungkan bagi daerah, karena melalui

pajak tempat penginapan ini bisa menambahkan pendapatan

daerah, yang bisa digunakan Pemerintah Daerah untuk membiayai

kebutuhan daerah oleh karenanya perhatian pemerintah terhadap

potensi wisata di kabupaten Aceh Selatan untuk bisa lebih

diperhatikan karena semakin bagusnya atau semakin menariknya

tempat wisata disini, maka wisatawan akan terus berbondong

berdatangan kesini dan pastinya akan meningkatkat hunian tempat

penginapan yang berimbas semakin tingginya pendapatan daerah

melalui pajak tempat penginapan”. (Wawancara 20 November

2015)

Tabel 4.4: Rencana Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Aceh Selatan tahun 2016 Melalui Pajak Hotel

Sumber : Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Selatan

No Nama Alamat Rencana Target 2016

Bulan Tahun

1 Hotel Metro Jl. T. Ben Mahmud 750.000 9.000.000

2 Hotel Chatrine Jl. T. Ben Mahmud 1.250.000 15.000.000

3 Hotel Panorama Jl. Merdeka 833.333 10.000.000

4 Hotel Dian Rana Jl. T. Cut Ali 500.000 6.000.000

5 Hotel Azizi Jl. T. Ben Mahmud 750.000 9.000.000

6 Hotel Rahmat Jl. Syeh Abdul Rauf 583.333 7.000.000

7 Wisma Lamprit Jl.Nak Adam Kamil 416.666 5.000.000

8 Losmen Bukit Barisan Jl. Merdeka 333.333 4.000.000

9 Wisma Raudatul 250.000 3.000.000

10 Hotel Pante Cahaya Jl. Merdeka 833.333 10.000.000

Total 6.499.998 78.000.000

Page 48: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

46

Berdasarkan hasil wawancara dan tabel diatas bisa disimpulkan bahwa,

keberadaan tempat penginapan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pendapatan asli daerah dan pemerintah Kabupaten Aceh Selatan memiliki target

pendapatan asli daerah yang diperoleh melalui pajak hotel dari tiap-tiap tempat

penginapan yang ada di Kabupaten Aceh Selatan.

4.2.6 Hambatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dalam pengelolaan

Pendapatan Asli Daerah

Setiap Program atau kegiatan Pemerintahan didalam pelaksanaannya pasti

akan ada kendala, hambatan dan faktor yang membuat program tersebut

mengalami halangan dalam kinerja dan proses pelaksanaannya.

Berdasarkan wawancara peneliti terhadap informan terdapat beberapa

hambatan yang disampaikan mengenai pengelolaan pariwisata oleh pemerintah

daerah kabupaten Aceh Selatan

Aspid Aziz selaku pemilik salah satu tempat penginapan yang ada di

Kabupaten Aceh Selatan mengatakan :

“Hambatan yang dialami oleh pemda dalam pengelolaan pariwisata

biasanya sering timbul konflik serta situasi dan kondisi politik si

Aceh khususnya Aceh Selatan yang membuat para wisatawan

berfikir terlebih dahulu untuk berliburan ke Aceh Selatan, selain itu

masalah akses untuk menempuh tempat wisata juga masih banyak

yang susah dilalui, hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan

asli daerah melalui bidang pariwisata”. (Wawancara 20 November

2015)

Nini Anggraini selaku Kasi Usaha Jasa di Dinas Kebudayaan Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan menambahkan, “Hambatan yang

dialami oleh pemerintah daerah kabupaten aceh selatan terhadap pengelolaan

pariwisata antara lain rendahnya mutu pelayanan dari para penyelenggara

pariwisata, persaingan yang tidak sehat antara pengelola tempat-tempat pariwisata

Page 49: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

47

serta kurangnya pemahaman terhadap pentinganya perlindungan konsumen”.

(Wawancara 18 November 2015).

Samsuar salah seorang wisatawan yang menginap di salah satu tempat

penginapan juga menambahkan

“Hambatan pemerintah daerah dalam mengelola tempat-tempat

wisata seperti rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya

pengembangan pariwisata, banyak rencana yang gagal karena

kurang mendapatkan dukungan dari masyarakat, juga dikarenakan

konflik politik yang menyebabkan wisatawan harus berfikir ulang

untuk berwisata di aceh khususnya aceh selatan. Kendala lainnya

kurangnya modal dan rendahya sumberdaya manusia, terutama

tenaga yang terampil dan profesional dalam hal manajerial di

bidang pariwisata merupakan kendala yang seringkali muncul

terutama pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia”.

(Wawancara 20 November 2015).

Berdasarkan hasil penelitian diatas bisa disimpulkan bahwa faktor-faktor

seperti konflik politik yang memang melanda Aceh sangat mempengaruhi dan

membuat potensi pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan tidak berkembangan

dengan cepat dan pesat, selain itu faktor internal juga memberikan pengaruh dan

menjadi hambatan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan untuk

mengembangkan potensi Pariwisata.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kontribusi dan Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh

Selatan

Sebelum era reformasi harapan pemerintah daerah untuk dapat

membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah sendiri

ternyata dari tahun ke tahun dirasakan semakin jauh dari kenyataan. Yang terjadi

adalah ketergantuan fiskal dan subsidi serta bantuan pemerintah pusat sebagai

Page 50: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

48

wujud ketidakberdayaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayai

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

pembangunan nasional dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma

pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Dikeluarkannya kedua

UU Nomor. 22 tahun 1999 dan UU Nomor. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerahmemberikan implikasi yang sangat

mendasar yang mengarah pada perlu dilakukannya reformasi sektor publik dan

dipakainya paradigma baru dalam pengelolaan keuangan daerah. Dimensi

reformasi sektor publik tersebut tidak saja sekedar perubahan format lembaga,

akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk mendukung

berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien, efektif,

transparan, dan akuntabel sehingga cita-cita reformasi yaitu menciptakan good

governance benar-benar tercapai.

Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan

kemandirian daerah dan mengurangi ketergantuan fiskal terhadap pemerintah

pusat. Pemerintah daerah yang selama ini tergantung pada pemberian dana dari

pemerintah pusat harus bersiap-siap melakukan strategi pada keuangan daerah dan

anggaran daerah. Keuangan daerah adalah keseluruhan tatanan, perangkat,

kelembagaan, dan kebijakkan penganggaran yang meliputi pendapatan dan

belanja daerah (Nogi, 2005: h.71).

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan secara keseluruhan

dalam 2 (dua) tahun terakhir mengalami kemajuan yang positif, dalam 2 (dua)

tahun terakhir pendapatan asli daerah melebihi dari target yang ditetapkan,

Page 51: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

49

keberhasilan ini tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah Daerah dalam

menggenjot perolehan PAD dari semua sektor, seperti pajak hotel atau tempat

penginapan, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekaayan daerah, zakat dan lain-

lain PAD yang sah. Sektor yang paling banyak menyumbang kontribusi PAD

adalah dari pembayaran zakat PNS yang meningkat sehingga pencapaiannya

sanagat signifikan

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan melalui

sektor Pariwisata belum menunjukkan kemampuan yang baik bagi pendapatan

Kabupaten Aceh Selatan, dari hasil wawancara dan data-data yang didapat

menunjukkan bahwa bidang Pariwisata di Aceh Selatan belum mampu

berkontribusi besar bagi pendapatan daerah, mengingat begitu banyaknya tempat-

tempat wisata di Kabupaten Aceh Selatan, hal ini juga menjadi pengaruh pada

pendapatan pajak hotel atau penginapan, pada tahun 2015 pajak hotel atau

penginapan tidak mampu mencapai target yang diharapkan, kondisi ini

disebabkan turunnya jumlah pengunjung wisatawan dan pengunjung tempat

penginapan.

Pemerintah Daerah harus terus berupaya membuat inovasi-inovasi yang

terus dikembangkan menyangkut pengelolaan pariwisata di Kabupaten Aceh

Selatan. Dengan begitu banyaknya potensi-potensi wisata di Aceh Selatan,

seharusnya bisa mendatangkan penghasilan yang besar bagi daerah, yang akan

membuat Kabupaten Aceh Selatan akan lebih mandiri dan lebih kuat dalam

menjalankan dan melaksanakan pembangunan daerah.

Ada Beberapa Faktor yang bila dikembangkan akan sangat memberikan

dampak yang signifikan bagi pendapatan asli daerah kabupaten Aceh Selatan.

Page 52: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

50

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan asli daerah

Kabupaten Aceh Selatan dalam sektor pariwisata adalah :

a. Jumlah obyek wisata

Kabupaten Aceh Selatan yang merupakan salah satu Daerah yang

memiliki cukup banyak potensi Pariwisata di Propinsi Aceh. Kabupaten Aceh

Selatan memiliki potensi pariwisata yang cukup besar, khususnya wisata alam.

Dengan demikian banyaknya jumlah obyek wisata yang ada, maka diharapkan

dapat meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pariwisata di Kabupaten Aceh

Selatan, baik melalui pajak daerah maupun retribusi daerah.

b. Jumlah wisatawan

Secara teoritis semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan

wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan

wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan

selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama

perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk

yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari

wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan

dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus

kunjungan wisatawan ke Kabupaten Aceh Selatan, maka pendapatan sektor

pariwisata juga akan semakin meningkat.

c. Tingkat Hunian Hotel

Menurut Dinas Pariwisata hotel merupakan suatu usaha yang

menggunakan bangunan atau sebagian dari padanya yang khusus disediakan,

dimana setiap orang dapat menginap dan makan serta memperoleh pelayanan dan

Page 53: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

51

fasilitas lainnya dengan pembayaran. Fungsi hotel bukan saja sebagai tempat

menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan

kegiatan bisnis, mengadakan seminar, atau sekedar untuk mendapatkan

ketenangan. Perhotelan memiliki peran sebagai penggerak pembangunan daerah,

perlu dikembangkan secara baik dan benar sehingga dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat, PAD, penyerapan tenaga kerja serta perluasan usaha.

Hotel merupakan salah satu jenis usaha yang menyiapkan pelayanan jasa bagi

masyarakat dan wisatawan. Tingkat Hunian Hotel merupakan suatu keadaan

sampai sejauh mana jumlah kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh

jumlah kamar yang mampu untuk dijual. Industri pariwisata terutama kegiatan

yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel, baik berbintang maupun melati

akan memperoleh pendapatan yang semakin banyak apabila para wisatawan

tersebut semakin lama menginap. Sehingga juga akan meningkatkan penerimaan

daerah melalui pajak penghasilan.

Page 54: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai Analisis Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan terhadap pajak hotel tahun anggaran 2014-

2015 bisa disimpulkan bahwa :

1. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Selatan secara keseluruhan

mendapatkan hasil yang positif, pendapatan daerah selama 2 (dua) tahun

terakhir mampu menembus dan melewati dari target yang ditetapkan

sebelumnya, tetapi pendapatan daerah yang telah baik itu tidak begitu

didukung dari pendapatan sektor pariwisata khususnya dari pajak

perhotelan yang tidak mampu mencapai target yang ditetapkan.

2. Hambatan-hambatan yang dialami oleh Pemerintah Kabupaten Aceh

Selatan dalam prosesnya pengelolaan Pariwisata di Aceh Selatan adalah

faktor konflik politik yang melanda Aceh Secara keseluruhan menjadi

salah satu kendala yang sangat mempengaruhi kunjungan wisatawan ke

Aceh Selatan, selain itu faktor-faktor internal seperti rendahnya mutu

pelayanan kepada wisatawan oleh penyelenggara pariwisata, dan juga

rendahnya kesadaran tentang perlindungan keselamatan terhadap

wisatawan dari pihak-pihak terkait.

3. Beberapa Faktor yang bila dikembangkan akan sangat memberikan

dampak yang signifikan bagi pendapatan asli daerah kabupaten Aceh

Selatan. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan

Page 55: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

53

asli daerah Kabupaten Aceh Selatan pariwisata antara lain faktor jumlah

tempat wisata, jumlah wisata, dan faktor hunian tempat-tempat

penginapan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan rekomendasi

atau saran-saran yang bisa dijadikan acuan kedepannya dalam proses pengelolaan

Pariwisata di Kabupaten Aceh Selatan antara lain :

1. Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan harus bisa memaksimalkan

potensi alamnya yang sangat unggul tersebut untuk bisa mendapatkan

pendapatan tambahan bagi daerah.

2. Pemerintah daerah juga harus lebih peduli terhadap tempat-tempat wisata

di Kabupaten Aceh Selatan dan menelesaikan masalah-masalah internal

yang bisa sangat merugikan bagi daerah sendiri.

3. Pemerintah Daerah juga harus lebih meningkatkan promosinya tentang

potensi-potensi wisata unggulan di kabupaten Aceh Selatan yang bisa

memancing dan mengundang wisatawan untuk berkunjung dan berwisata

di Aceh Selatan.

Page 56: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Elita. 2002. Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam rangka

Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jurnal. digitized by USU digital library.

Medan

Edison, Henri. H. Panggabean. 2009. Pengaruh Pendapatan Asli

Daerah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Toba. Tesis S2 USU.

Medan

Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah.Yogyakarta: (UPP) AMP

YKPN.

Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya..

PT. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Istimewa Yogyakarta Melalui Pembangunan Industri Pariwisata”. Kompak. No. 3.

Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Pt Bumi Aksara,

Jakarta

Mardiasmo. 2000.Membangun Manajemen Keuangan Daerah.Andi. Yogyakarta

.

Misdyanti dan Kartasapoetra. 1993. Fungsi Pemda dalam Pembuatan Perda.

Jakarta. Bumi Aksara

Moleong, J. Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Nogi, Hessel S. Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Penerbit Grasindo

Rudi, Badrudin. 2001. “Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Daerah

Samsubar, Saleh. 2003. “Kemampuan Pinjam Daerah Kabupaten dan Kota di

Indonesia”, Vol. XIV No. 2 Desember 2003, Semarang : Media Ekonomi

& Bisnis

Spillane, James J. DR. 1987. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Yani, Ahmad, 2002, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Penerbit: PT. Ratu Grafindo

Persada.

Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: Kompas.

Page 57: ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/452/1/I-V.pdfKabupaten Aceh Selatan, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan didukung dengan kondisi

Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Antara Pusat

dan Daerah.