Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DENGAN
SISTEM TERASERING DI DESA PENCONG
KECAMATAN BIRINGBULU
KABUPATEN GOWA
NURALAM LANKA
105960173114
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
2
3
4
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Pendapatan
Usahatani Padi Dengan Sistem Terasering Di Kecamatan Biringbulu
Kabupaten Gowa adalah benar merupakan hasil karya yang belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber
data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Februari , 2020
NUR ALAM LANKA
105960173114
5
ABSTRAK
NURALAM LANKA 105960173114 Analisis Pendapatan Usahatani Padi
Dengan Sistem Terasering Di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
Skripsi. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar dibimbing oleh Irwan Mado dan Ardi Rumallang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa pendapatan dan
kelayakan Usahatani padi dengan sistem Terasering. Penelitian ini dilakukan
di Desa Pencong, Kecamatan Biringbulu, Kabupaten Gowa dan berlangsung
selama bulan agustus sampai bulan september 2019.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi yang melekukan
usahatani padi dengan sistem terasering dengan jumlah responden sebanyak 32
orang (30%) dengan analisis data yang di gunakan adalah data yang di peroleh
dan di sajikan dalam bentuk tabel dan di analisis secara deskriptif.
Hasi penelitian menunjukan bahwa pendapatan rata-rata petani
responden padi sawah di Desa Pencong adalah Rp.4.372.875. untuk satu kali
musin panen dan pendapatan rata-rata berdasarkan luas lahan adalah Rp.
7.121.946 /Ha. Untuk 1 kali musin panen Dengan nilai R/C lebih dari 1 yaitu
2,46 artinya usaha yang di jalankan layak dan menguntungkan.
NUR ALAM LANKA
105960173114
6
KATAPENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Padi
Dengan Sistem Terasering Di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa”
Proposal ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis yang telah
memberikan arahan, saran, dan nasihat.
3 Dr. Ir. Irwan Mado, M.P., sebagai Dosen Pembimbing Pertama yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat, motivasi, nasihat, arahan, dan bimbingan
selama proses penyelesaian proposal.
4 Ardi Rumallang , S.P., M. M,. sebagai Dosen Pembimbing Kedua yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat, motivasi, nasihat, arahan, dan bimbingan
selama proses penyelesaian proposal.
5 Seluruh dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
7
penulis. Tak lupa penulis berterima kasih kepada seluruh staf TU Fakultas
Pertanian yang telah banyak membantu dan mengurusi segala administrasi.
6 Kepada pihak masyarakat Desa Pencong Kecamatan Bringbulu Kabupaten
Gowa yang telah membantu melengkapi data penelitian.
7 Teristimewa teruntuk kedua orang tua penulis ayahanda M. Dahlan H. Siking
dan ibunda Karasangnging atas dukungan baik moril maupun material, cinta
dan kasih sayang yang tak pernah habis serta doa yang senantiasa selalu
dipanjatkan dalam sujud setiap malam-malamnya yang tidak akan pernah bisa
terbalaskan.
8 Kepada Saudaraku (NurAwal Lanka, Nur Alim Dahlan Lanka dan Nur
SyahrulDahlanLanka) serta segenap keluarga yang senantiasa membantu dan
memberikan semangat serta dukungannya.
9 Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudari di
Program Studi Agribisnis angkatan 2014, Terima kasih atas semangat dan
canda kalian serta nasihat-nasihat selama bersama melewati suka dan duka
dibangku perkuliahan menjadi motivasi dan dorongan kepada penulis yang
telah memberi pelangi dalam hidupku.
10 Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
11 Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga penulis dengan senang hati untuk menerima segala
kritikan dan saran yang bersifat membangun serta perkembangan ilmu
pengetahuan serta bermanfaat bagi masyarakat luas.
8
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL……………………………………………………….…...i
HALAMAN
PENGESAHAN…………………….…………………………........ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI
PENGUJI................................................iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI.............iv
ABSTRAK..............................................................................................................
v
KATA
PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR
ISI………………………………………………………………...…..vii
DAFTAR TABEL..............................................................................................
.viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
xxiii
DAFTAR
LAMPIRAN........................................................................................lvii
I. PENDAHULUAN………………………………………………………..….
1
1.1.Latar Belakang…………………………………………………….…....1
1.2.Rumusan Masalah……………………………………………………....5
1.3.Tujuan Penelitian…………………………………………………….....5
1.4.Kegunaan Penelitian…………………………………………………....5
1.5.Manfaat Penelitian……………………………………………………...6
9
II. TINJAUAN
PUSTAKA…………………………………………….…….....7
2.1.Sistem Terasering……………………………………………...……......7
2.1.1 Fungsi
Terasering.............................................................................7
2.1.2 Jenis-Jenis
Terasering.......................................................................8
2.2.Lahan
Pertanian……………………………………………………..…..13
2.2.1 Pengertian Lahan
Pertanian.............................................................13
2.2.2 Jenis Lahan
Pertanian......................................................................14
2.2.3 Pengukuran Lahan
Pertanian..........................................................16
2.2.4 Hubungan Luas Lahan Dengan Pendapatan Petani.......................16
2.3.Pendapatan………………………………………………...…………...17
2.4.Biaya……………………………………………………………….…..19
2.5.Faktor Produksi…………………………………………………….… 20
2.5.1 Lahan.............................................................................................
20
2.5.2 Benih..............................................................................................20
2.5.3 Tenaga Kerja..................................................................................21
10
2.5.4
Pupuk..............................................................................................21
2.5.5 Herbisida........................................................................................22
2.6 Penerimaan Produksi.............................................................................22
2.7 Kerangka Berpikir…………………………………………….......…...24
III. METODE PENELITIAN…………………………………………….........26
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian……………………………………..…. 26
3.2. Teknik Penentuan Sampel ....................................................................26
3.3. Jenis Dan Sumber Data..........................................................................26
3.4. Teknik Pengumpulan
Data.....................................................................27
3.5. Teknik Analisi Data...............................................................................28
3.6. Defenisi Operasional.............................................................................30
IV.GAMBARAN UMUN.................................................................................31
4.1 Keadaan Geografis..................................................................................31
4.2 Keadaan
Penduduk..................................................................................32
4.2.1 Jumlah Penduduk Dan Jenis
Kelamin...........................................32
4.2.1 Mata Pencaharian Penduduk.........................................................33
4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.....................................34
4.4 Keadaan Sarana Dan
Prasarana...............................................................35
11
V. HASIL DAN
PEMBAHASAN.....................................................................36
5.1 Karasteristik
Responden..........................................................................36
5.1.1 Umur
Responden...........................................................................36
5.1.2 Jenis
Kelamin................................................................................37
5.1.3 Tingkat Pendidikan Responden....................................................38
5.1.4 Pengalaman Responden Dalam
Berusahatani...............................40
5.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga......................................................41
5.1.6 Luas lahan Yang di Usahakan......................................................42
5.2. Analisis Pendapatan Usahatani Padi .....................................................43
5.2.1 Biaya Produksi Usahatani Padi.....................................................44
5.2.2 Biaya Usahatani Padi ...................................................................51
5.2.3 Penerimaan Usahatani Padi..........................................................51
5.2.4 Pendapatan Usahatani Padi...........................................................52
5.2.5 Kelayakan Usahatani Padi............................................................54
VI. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................55
6.1 Kesimpulan.............................................................................................55
6.2 Saran.......................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA………………………………………...………....…............57
12
LAMPIRAN ............................................................................................................59
RIWAYAT HIDUP.................................................................................................
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Jumlah Penduduk berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin................................ 32
2. Jumlah penduduk berdasarkan Pekerjaan/Mata Pencaharian…........................ 33
3. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan.................................. .......... 34
4. Jumlah sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Pencong, Kec. Biringbulu,
Kabupaten Gowa..............................................................................................
35
5. Jumlah sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Pencong, Kec. Biringbulu,
KabupatenGowa................................................................................................ 37
6. Jumlah Dan Persentase Responden Petani sampel di daerah penelitian........... 37
7. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Pencong baKecamatan Biringbulu
KabupatenGowa................................................................................................ 39
8. Klasifikasi Petani Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Desa Pencong
Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa......................................................... 40
9. Jumlah Petani Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa
Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.......................................... 41
10. Jumlah Petani Responden Menurut Luas Lahan yang Diusahakan di Desa
Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa....................................... 42
13
11.Rata-rata Biaya Tetap Pada Usahatani Padi dengan sistem terasering di Desa
Pencong Kecamatan Biringbulu Kabpaten Gowa........................................... 46
12.Rata-rata Biaya Variabel Pada Usahatani Padi dengan sistem terasering
Tanah di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten
Gowa..........................................................................................................
48
13 Biaya Total dan Pendapatan Usahatani padi dengan sistem terasering
Tanah di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten
Gowa........................................................................................................
53
14
DAFTAR G AMBAR
No Halaman
Teks
1. Skema Kerangka Pikir Analisis Pendapatan Usahatani Padi Dengan
Sistem Terasering Di Kecamatan Biringbulu Kabupaten
Gowa.................................................................................................. 24
15
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
Teks
1. Identitas Responden Usahatani Padi Dengan Sistem Terasering Di
Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa............................................. 60
2. Karakteristik Responden...................................................................... 65
3. Biaya Tetap Usahatani padi dengan sistem Terasering........................ 66
4. Biaya Variabel Usahatani dengan Sistem Terasering ........................ 70
5. Total Biaya Usahatani Padi Dengan Sistem Teraserimg .................... 75
6. Total Penerimaan Usahatani Padi Dengan Sistem Terasering ........... 76
7. Total Pendapatan Usahatani Padi dengan Sistem Terasering ............ 77
8. Hasil Analisis Retrum Cost Ratio ...................................................... 78
9. Peta Desa Pencong .............................................................................. 79
10. Bentuk Lahan Sawah Terasering....................................................... 80
11. Proses Pengolahan padi..................................................................... 81
12. Proses Wawancara Responden........................................................... 82
16
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahan sawah dengan sistem terasering adalah sawah yang dicetak berteras di
lahan miring untuk menghindari erosi. Lahan sawah terasering dapat
menyimpan air dalam bentuk air genangan dalam volume yang cukup besar. Kelebihan
air irigasi dan air hujan sebagian besar akan melimpas masuk ke dalam tanah mengisi
cadangan air tanah. Daya tampung lahan sawah berteras sangat bervariasi tergantung
sifat dan karakteristik tanahnya (Setyorini et al., 2010).
Luas areal sawah yang terletak pada daerah dengan kemiringan yang beragam
adalah sebesar 15-20% dari total luas lahan sawah yang ada di Indonesia. Pengelolaan
yang dilakukan untuk lahan yang memiliki kemiringan adalah dengan pembuatan
teras. Lahan sawah yang dikelola dengan menggunakan teras tidak hanya berkontribusi
terhadap ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan petani, tetapi juga dalam
menciptakan lingkungan yang lebih baik. Selain persiapan lahan, kegiatan penting
lainnya sepertipenyiangan danpemupukan juga harus diperhitungkan untuk
menentukan aliran sedimentasi dan status hara dari sawah berteras (Sukristiyonubowo
et al.,2010).
Indonesia merupakan negara yang sedang melaksanakan pembangunan
disegala bidang, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan,
karena sektor pertanian sampai saat ini masih memegang peranan penting dalam
menunjang perekonomian nasional. Sektor pertanian juga mempunyai peranan
penting dalam mengentaskan kemiskinan, pembangunan pertanian berkaitan baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan upaya peningkatan kesejahteraan
17
petanidan upaya menanggulangi kemiskinan khususnya didaerah pedesaan.
Sasaran utama pembangunan pertanian dewasa ini adalah peningkatan produksi
pertanian dan pendapatan petani, karena itu kegiatan disektor pertanian
diusahakan agar dapat berjalan lancar dengan peningkatan produk pangan baik
melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian yang diharapakan
dapat memperbaiki taraf hidup petani, memperluas lapangan pekerjaan bagi
golongan masyarakat yang masih tergantung pada sektor pertanian (Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, 2009).
Gowa adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sulawesi Selatan
yang bersebelahan dengan Provinsi Sulawesi Barat yang sangat potensial dengan
usaha tani padi sawah karena didukung oleh iklim, sarana serta struktur tanah.
Kabupaten Gowa mempunyai potensi yang cukup besar dalam mengembangkan
produksi padi sawah salah satunya Kecamatan Biringbulu dengan keseluruhan
luas wilayah menurut pengukuran kantor camat ± 218,84 Km² memiliki luas lahan
sawah 534,00 ha dengan produksi 2.443,05 ton.
Komoditas padi merupakan sumber pendapatan sebagian besar penduduk
Kecamatan Biringbulu disamping komoditas lainnya. Hal ini tidak terlepas dari
adanya peranan pemerintah setempat yang senantiasa memberikan bimbingan dan
bantuan kepada para petani agar produksinya dapat ditingkatkan supaya
pendapatan usaha padi juga meningkat (Mulyadi, 2007).
Tingkat pendapatan petani secara umum dipengaruhi oleh beberapa
komponen yaitu jumlah produksi, harga jual, dan biaya-biaya produksi. Padi
merupakan salah satu komoditi yang mempunyai prospek cerah guna menambah
18
pendapatan para petani. Hal tersebut dapat memberi motivasi tersendiri bagi
petani untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan produksinya dengan
harapan agar pada saat panen memperoleh hasil penjualan tinggi guna memenuhi
kebutuhannya. Namun secara aktual pada saat panen tiba, hasil melimpah tetapi
harga menjadi turun, dan terlebih lagi jika hasil produksi yang diharapkan jauh
dari perkiraan, yaitu pembeli sangat rendah, produksi minim, biaya untuk kegiatan
produksi, mulai dari pengadaan pupuk, pengolahan, pestisida dan biaya lainnya
yang tidak terduga (Roidah, 2015).
Petani dituntut secara cermat dalam mempelajari perkembangan harga-
harga dipasar terutama harga padi. Petani harus tahu kapan memutuskan untuk
menjual kapan harus menyimpan hasil produksi (Arsyad, 2004).
Melihat luas lahan dan produksi padi sawah yang besar di Kecamatan Biringbulu
ternyata masih banyak permasalahan yang dihadapi petani di antaranya ketika panen
tiba dengan hasil yang melimpah pendapatan mereka masih sangat kurang
dibandingkan dengan biaya pengelolaan, pestisida dan biaya lainya yang tidak terduga
ini terjadi dikarenakan hasil panen mereka hanya dijual pada pedagang (tengkulak) lokal
yang berada di Kecamatan Biringbulu, permasalahan lainya adalah belum adanya suatu
instansi yang memfasilitasi dalam pendistribusian atau memasarkan hasil produksi padi
sawah sehingga mengakibatkan belum meratanya pendapatan yang diterima oleh
petani.
Kecamatan Biringbulu sendiri merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, Sedangkan Kecamatan Biringbulu sendiri
memiliki Desa yaitu salah satunya Desa Pencong dengan Luas wilayah sebesar 21 km`
19
dari total luas daratan seluruh kabupaten Gowa yaitu 1.883,32 km`.dengan
ketinggian antara 904 - 1000m di atas permukaan laut. Desa Pencong sendiri dengan
permukaan tanah yang berbukit. Pada tahun 2014 sektor yang paling dominan di
Kecamatan Biringbulu adalah sektor pertanian (BPS, 2014).
Secara umum bentuk terasering yang digunakan untuk lahan sawah ditentukan
oleh geomorfologi lahan, dimana semakin curam kelas kemiringan lerengnya, maka lebar
teras semakin sempit, tinggi teras semakin tinggi, lebar pematang sawah semakin
lebar, tinggi pematang sawah semakin tinggi, tinggi talud semakin rendah, dan sudut
kemiringan terhadap bidang vertikal semakin besar. Kemiringan lereng sangat
berpengaruh terhadap longsor, dimana makin curam lereng, maka frekuensi
terjadinya longsor akan semakin besar (Bokings et al., 2013).
Pada lahan terasering diketahui banyak unsur hara yang terangkut yang
dipengaruhi oleh iklim tanah, topografi lahan, tipe penggunaan lahan dan
carapengelolaan lahan dan tanaman. Berkaitan dengan iklim, diketahui bahwa
jumlah, intensitas, dan waktu terjadinya hujan adalah yang paling dominan
mempengaruhi jumlah kandungan dan jenis bahan-bahan kimia termasuk pupuk yang
terkandung dalam aliran permukaan (surface run-off).
Secara spesifik, intensitas dan lamanya peristiwa hujan, kecepatan infiltrasi,
kondisi kelembaban tanah, dan kondisi kesuburan tanah berpengaruh nyata terhadap
konsentrasi Hal ini dialami oleh petani padi yang ada di Desa Pencong, kompetensi yang
dimiliki oleh kebanyakan petani di Desa Pencong masih sangat-sangat minim, di sisi lain
petani di Desa Pencong lebih sering menggunakan konsep terasering, dan kesempatan
penelitian ini penulis merasakan perlunya meneliti“ Analisis Pendapatan Usahatani Padi
Dengan Sistem Terasering Di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa“.
20
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat di rumuskan bahwa yang menjadi pokok
permasalahan yang ingin di teliti adalah :
1. Berapa Besar Pendapatan Usahatani Padi dengan sistem terasering di Desa Pencong
Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa?
2. Bagaimana Kelayakan dari Usahatani padi dengan sistem terasering di kecamatan
Biringbulu Kabupaten Gowa?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani padi dengan
sistem teresering di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
Adapun dua kegunaan yang dapat di berikan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui pendapatan Usahatani padi dengan sistem terasering di Desa
Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
2. Untuk Mengetahui kelayakan dari Usahatani padi dengan sistem terasering di
Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Pemerintah Daerah tempat penelitian
dilakukan.
2. Sebagai bahan ilmu pengetahuan untuk petani.
3. Sebagai referensi bagi peneliti, khususnya Mahasiswa Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Terasering
Menurut Sukartaatmadja (2004), pengertian terasering adalah bangunan
konservasi tanah dan air yang secara mekanis dibuat untuk memperkecil
kemiringan lereng atau mengurangi panjang lereng dengan cara menggali dan
mengurug tanah melintang lereng. Definisi lain dari terasering adalah suatu pola
atau teknik bercocok tanam dengan sistem bertingkat (berteras- teras) sebagai
upaya pencegahan erosi tanah.
2.1.1 Fungsi Terasering
Pembuatan terasering bermanfaat untuk meningkatkan peresapan air ke
dalam tanah dan mengurangi jumlah aliran permukaan sehingga memperkecil
resiko pengikisan oleh air. Selain memiliki manfaat, pembuatan terasering juga
mempunyai fungsi tertentu. Berikut adalah beberapa fungsi dari terasering.
Menjaga dan meningkatkan kestabilan lereng.
Memperbanyak resapan air hujan ke dalam tanah.
Mengurangi run off atau kecepatan aliran air di permukaan tanah.
Mempermudah perawatan atau konservasi lereng.
Mengurangi panjang lereng atau memperkecil tingkat kemiringan lereng.
Mengendalikan arah aliran air menuju ke daerah yang lebih rendah sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu tempat.
Menampung dan menahan air pada lahan miring.
2.1.2 Jenis- Jenis Terasering
Terasering dapat dikelompokkan dengan berbagai macam cara. Menurut
bentuknya, terasering dikategorikan ke dalam 8 bentuk yaitu teras kredit, teras
individu, teras datar, teras guludan, teras bangku, teras batu, teras saluran dan teras
kebun. Berikut adalah penjelasannya.
1. Teras kredit
Jenis terasering yang pertama yaitu teras kredit. Definisi teras kredit yakni
suatu teras dengan bentuk guludan tanah atau batu yang sejajar kontur. Teras ini
menggabungkan guludan dan saluran air menjadi satu. Syarat yang harus dipenuhi
dalam pembuatan teras kredit adalah kemiringan lereng antara 3 sampai 10 persen
dengan kedalaman tanah lebih dari 30 cm, tanah harus mempunyai daya resap air
yang tinggi dan tidak ada kanal yang rawan longsor.
Pembuatan teras kredit membutuhkan banyak tenaga kerja dan harus dibuat
di daerah yang tidak sering terjadi hujan lebat.
2. Teras kebun
Jenis teras kedua adalah teras kebun. Teras kebun merupakan suatu teras
yang dibuat sejajar kontur dengan bagian lain yang dibiarkan seperti keadaan
aslinya. Maksudnya adalah lahan yang letaknya berada di antara dua teras yang
bersebelahan dibiarkan tidak diolah. Pembuatan teras kebun dapat dilakukan pada
lereng dengan kemiringan 30 sampai 50 persen.
Teras model ini biasa ditanami tanaman perkebunan yang berfungsi sebagai
tumbuhan penutup tanah.
3. Teras datar
Jenis terasering yang ketiga adalah teras datar atau teras sawah (level
terrace). Teras datar dapat didefinisikan sebagai suatu teras dengan bentuk tanggul
yang sejajar kontur, serta dilengkapi saluran air di bagian atas dan bawah tanggul.
Dalam pembuatan teras datar ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu
kelerengan lahan harus kurang dari atau sama dengan 3 persen, kedalaman tanah
kurang dari 30 cm, tanaman yang ditanam adalah tanaman musiman dan berada
pada daerah dengan curah hujan rendah.
Selain itu, kondisi permukaan tanah tidak boleh berbatu dan dibuat di daerah yang
tingkat resapan airnya cukup tinggi sehingga tidak terjadi genangan serta aliran air
melewati tebing teras. Tujuan dari pembuatan teras datar adalah untuk
membuat lapisan tanah tetap lembab dan memperbaiki aliran air.
4. Teras guludan
Pengertian dari teras guludan yaitu salah satu teras dengan bentuk guludan
yang dibuat melintang lereng. Teras guludan dibuat pada lereng dengan kemiringan
10 sampai 15 persen dan kedalaman tanah lebih dari 30 cm. Seperti halnya teras
daratan, pembuatan teras guludan harus berada pada daerah dengan daya resapan
air yang tinggi. Selain itu, diperlukan juga saluran pembuangan air yang aman.
Saluran
air tersebut dibuat landai dengan kemiringan 0,1 persen sehingga dapat menampung
endapan tanah hasil dari erosi.
5. Teras bangku
Definisi dari teras bangku adalah suatu teras yang dibuat dengan memotong
lereng sehingga bidang olah miring ke belakang (reverse back slope) dan membentuk
deretan bangku. Teras bangku dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan ditanami
rumput untuk menguatkan teras. Syarat pembuatan teras bangku hampir sama dengan
teras guludan, hanya saja dapat dibuat di daerah dengan daya serap air yang rendah.
Meski demikian, teras bangku sulit diterapkan pada pertanian yang menggunakan
mesin pembajak yang besar serta membutuhkan modal banyak dalam pembuatannya.
6. Teras individu
Teras individu yaitu suatu teras yang berdiri sendiri bagi setiap tanaman.
Ukuran setiap teras berbeda- beda sesuai dengan jenis tanamannya. Jenis tumbuhan
yang biasa ditanam pada teras ini adalah tanaman kayu (pohon) dan tanaman
penutup tanah. Teras individu dapat dibuat pada lereng dengan kemiringan antara
10 sampai 50 persen dan kedalaman tanah lebih dari 30 cm.
Pembuatan teras individu sangat sederhana, yaitu dengan cara menggali
tanah pada tempat yang akan ditanami dan menimbun tanah hasil galian ke lereng
bagian bawah sampai landai sehingga membentuk sedemikian rupa seperti teras
bangku yang terpisah. Lahan di sekitar teras individu dibiarkan tetap berupa padang
rumput, atau dapat ditanami tanaman penutup tanah.
6. Teras saluran
Teras saluran atau rorak (parit buntu) merupakan suatu teras dengan bentuk
berupa lubang- lubang buntu yang dibuat untuk menampung endapan- endapan tanah
akibat proses sidemintasi. Dalam pembuatan teras saluran, syarat yang harus
dipenuhi yaitu kemiringan lereng antara 3 sampai 10 persen dengan kedalaman
tanah lebih dari 30 cm, tanah bertekstur kasar dan memiliki daya resap yang cepat.
Tanaman yang biasa ditanam pada lahan dengan tipe teras saluran adalah tanaman kayu.
8. Teras batu
Jenis teras yang terakhir adalah teras batu. Teras ini menggunakan batu
sebagai dinding dengan jarak yang disesuaikan di sepanjang garis kontur pada
lahan miring. Pembuatan teras batu sangat baik diterapkan pada lahan yang
memiliki banyak batu dan kerikil.
Teras ini dapat difungsikan sebagai persiapan dalam pembuatan teras
bangku. Tujuan dari pembuatan teras batu adalah memanfaatkan batu- batuan yang
berada dipermukaan tanah sehingga lahan bisa digunakan untuk bercocok tanam.
2.2 Lahan Pertanian
2.2.1 Pengertian Lahan Pertanian
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan lahan
adalah tanah terbuka dan tanah garapan. Tanah garapan adalah tanah terbuka yang
digunakan untuk lahan pertanian. Jadi lahan dapat diartikan sebagai suatu tempat atau
tanah yang mempunyai luas tertentu yang digunakan untuk usaha pertanian. Menurut
Sukirno (2002) bahwa tanah sebagai faktor produksi adalah mencakup bagian permukaan
bumi yang dapat dijadikan sebagai tempat bercocok tanam, dan untuk tempat tinggal,
termasuk pula segala kekayaan alam yang ada didalamnya. Selain itu tanah merupakan
faktor produksi yang sangat penting, bisa dikatakan tanah merupakan suatu pabrik dari
hasil pertanian, karena di sanalah diproduksi berbagai hasil pertanian.
2.2.2 Jenis Lahan Pertanian
Menurut Nurmala (2012), bahwa lahan pertanian jika ditinjau menurut
ekosistemnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu:
1. Lahan pertanian basah dan
2 Lahan pertanian kering.
a. Lahan Pertanian Basah.
Lahan pertanian basah lazim disebut sawah. Ciri-ciri umum dari lahan sawah
adalah sebagai berikut: 1) Dari setiap petak dibatasi oleh pematang. Pematang tersebut
ada yang lurus ada pula yang belok, 2) Permukaannya selalu datar atau topografinya rata
meskipun di daerah bergunung-gungung atau berbukit. 3) Biasa diolah atau dikerjakan
pada kondisi jenuh air atau berair. 4) Kesuburannya lebih stabil daripada lahan kering,
sehingga memungkinkan diolah secara intensif tanpa adanya penurunan produktivitas
yang signifikan. 5) Secara umum produktivitasnya lebih tinggi daripada lahan kering 6)
Pada umumnya mempunyai sumber pengairan yang teratur kecuali sawah tadah hujan.
Tanaman yang utama diusahakan adalah padi sawah.
Ditinjau dari sistem irigasinya, lahan pertanian basah (sawah) dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe sebagai berikut: 1) Sawah irigasi teknis, pada sawah tipe ini airnya
tersedia sepanjang tahun dan debitnya dapat diatur sesuai kebutuhan. 2) Sawah irigasi
setengah teknis, sawah tipe ini sumber airnya sama seperti sawah tipe irigasi teknis,
hanya persediaan airnya tidak selalu ada sepanjang tahun. 3) Sawah irigasi perdesaan
(irigasi sederhana), sawah tipe ini sumber airnya berasal dari mata air yang ada di
lembah-lembah bukit yang ditampung di bak kolampenampung air yang tidak
permanen ataupun permanen. 4) Sawah tadah hujan, sawah tipe ini sumber airnya hanya
mengandalkan dari curah hujan. 5) Sawah rawa, sawah rawa biasanya terdapat pada
daerah-daerah cekungan yang biasanya tidak ada untuk pemasukan dan pembuangan air.
6) Sawah pasang surut, sawah system ini pengairannya sangat dipengaruhi pasang
surutnya air laut. 7) Sawah lebak, sawah tipe ini biasa terdapat di muara-muara sungai
yang lebar, seperti Bengawan Solo, Brantas dan Musi. 8) Tambak, termasuk lahan
pertanian basah dan biasanya dipakai untuk memelihara udang, bandeng, nila dan mujair.
9) Kolam, termasuk lahan pertanian yang digunakan untuk usaha perikanan
b. Lahan Pertanian Kering
Lahan pertanian kering secara umum mempunyai ciri sebagai berikut: 1)
Produktivitas tanah pada umumnya rendah. 2) Topografi lahan sangat bervariasi dari
datar, berbukit dan bergunung. 3) Tidak dibatasi oleh pematang antar satu petak dengan
petak yang lainnya. Batas lahan biasanya berupa pohon/tanaman tahunan yang
permanen atau batas-batas buatan. 4) Tingkat erosi pada umumnya tinggi, terutama jika
tidak ada upaya pelestarian yang berupa sengkedan/terasering atau tidak ada tumbuhan
(vegetasi). 5) Tidak dapat diusahakan secara intensif seperti sawah, karena persediaan air
sangat terbatas ketika tidak ada curah hujan, kecuali untuk lahan kering yang lokasinya
dekat dengan sumber air dapat diusahakan secara terus menerus sepanjang tahun. 6)
Pada umumnya hanya diusahakan pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau
dibiarkan tidak ditanami
2.2.3 Pengukuran Lahan Pertanian
Dalam pengukuran luas lahan pertanian antara satu daerah dengan daerah lain
berbeda-beda, bahkan antar negara mempunyai satuan yang berbeda-beda. Menurut
Nurmala (2012), ditinjau dari keberlakuannya satuan luas lahan pertanian dapat
dibedakan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : 1) Satuan luas lahan yang berlaku
secara international misalnya hektar (ha) atau are, 2) Satuan luas lahan yang berlaku
secara nasional, misalnya hektar (ha) dan meter persegi (m2), 3) Satuan yang berlaku
secara regional misalnya bahu, tumbak, bata (Jawa Barat), ubin (Jawa Tengah) dan rantai
(Sumatera Barat), 4) Satuan luas lahan yang berlaku lokal, misalnya piring.
2.2.4 Hubungan Luas Lahan Pertanian dengan Pendapatan Petani
Menurut Mubyarto (1995) luas lahan adalah keseluruhan wilayah yang menjadi
tempat penanaman atau mengerjakan proses penanaman, luas lahan menjamin jumlah
atau hasil yang akan diperoleh petani. Jika luas lahan meningkat maka pendapatan petani
akan meningkat, demikian juga sebaliknya. Sehingga hubungan antara luas lahan dengan
pendapatan petani merupakan hubungan yang positif. Di negara agraris seperti Indonesia,
lahan merupakan faktor produksi yang paling penting dibandingkan dengan faktor
produksi yang lain karena balas jasa yang diterima oleh lahan lebih tinggi dibandingkan
dengan faktor produksi yang lain.
Luas lahan pertanian mempengaruhi skala usahatani yang pada akhirnya
mempengaruhi tingkat efisiensi suatu usahatani yang dijalankan. Seringkali dijumpai
makin luas lahan yang dipakai dalam usahatani semakin tidak efisien penggunaan
lahan tersebut. Ini didasarkan pada pemikiran bahwa lahan yang terlalu luas
mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi menjadi
berkurang karena: 1) Lemahnya pengawasan pada faktor produksi seperti bibit, pupuk,
obat-obatan, tenaga kerja dan faktor produksi lainnya. 2) Terbatasnya persediaan tenaga
kerja di daerah tersebut, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat efisiensi usahatani.
3) Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usahatani dalam skala besar.
Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya pengawasan faktor produksi akan
semakin baik, namun luas lahan yang terlalu sempit cenderung menghasilkan usaha yang
tidak efisien pula, akibat penggunaan faktor-faktor produksi yang berlebihan.
Produktivitas tanaman pada lahan yang terlalu sempit lebih rendah bila di bandingkan
dengan produktivitas tanaman pada lahan yang luas.
2.3 Pendapatan
Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah
dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan seluruh
uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa yang
diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu
kegiatan ekonomi (Winardi, 1998). Setiap orang yang bekerja menginginkan pendapatan
atau keuntungan yang maksimal supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Arsyad (2004), pendapatan seringkali digunakan sebagai indikator
pembangunan suatu negara selain untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi
antara negara maju dengan negara berkembang.
Pendapatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan laba
atau rugi suatu usaha. Laba atau rugi diperoleh dengan melakukan perbandingan antara
pendapatan dengan beban atau biaya yang dikeluarkan atas pendapatan tersebut.
Pendapatan dapat digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan suatu usaha dan
juga faktor yang menentukan keberlangsungan suatu usaha. Jhingan (2003) menyatakan
bahwa pendapatan adalah penghasilan berupa uang selama periode tertentu
Pendapatan dapat diartikan sebagai semua penghasilan yang menyebabkan
bertambahnya kemampuan, baik yang digunakan untuk konsumsi maupun untuk
tabungan, pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi keperluan hidup dan
untuk mencapai kepuasan.
Menurut Hadisapoetra (1979), pendapatan usahatani adalah total pendapatan
bersih yang diperoleh dari seluruh aktifitas usahatani yang merupakan selisih antara total
penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Sedangkan menurut Soekartawi (1995),
pendapatan usahatani adalah selisish antara penerimaan dan semua biaya yang
dinyatakan dengan rumus :
Pd = TR – TC
dimana: Pd =pendapatan usahatani
TR = total penerimaan
TC = total biaya
2.4 Biaya
Menurut Suratiyah (2008) Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk
memperoleh hasil. Menurut kerangka waktunya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya
jangka pendek, dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya tetap, dan
biaya variabel, sedangkan dalam jangka panjang semua biaya dianggap/diperhitungkan
sebagai biaya variabel. Biaya usahatani akan dipengaruhi oleh jumlah pemakaian input,
harga dari input, tenaga kerja, upah tenaga kerja, dan intensitas pengelolaan usahatani.
Menurut Raharja dalam Suratiyah (2008: 8), biaya – biayatersebut dapat
didefinisikan sebagai berikut :
1. Biaya Tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan,
walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan dalam batas tertentu.
Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi
yang dihasilkan. Yang termasuk biaya tetap, seperti gaji yang dibayar tetap, sewa
tanah, pajak tanah, alat dan mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya tetap
lainnya.
2. Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-rubah sesuai dengan
perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya, biaya variabel berubah menurut
tinggi rendahnya output yang dihasilkan, atau tergantung kepada skala produksi yang
dilakukan. Yang termasuk biaya variable dalam usahatani seperti baiaya bibit, biaya
pupuk, biaya obat-obatan, serta termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar
berdasarkan perhitungan volume produksi.
2.5 Faktor Produksi
Peningkatan produksi padi melaluipenambahan luas lahan beririgasi yang
dikelolasecara optimal akan menyerap tenaga kerjayang cukup besar. Berdasarkan hasil
penelitianSuwarto (2008) di Gunung Kidul terbuktibahwa penggunaan tenaga kerja luar
keluargaharian per ha terhadap luas lahan usaha taniberpengaruh positifyang artinya
peningkatan luas penguasaan lahan meningkatkanpenggunaan tenaga kerja luar
keluarga.Dengan demikian, adanya perluasan lahan danpengelolaan lahan secara optimal
akanmemberikan kesempatan kerja yang lebih besar bagi buruh tani.
2.5.1 Lahan
Luas lahan merupakan area yang digunakan atau dimanfaatkan oleh petani guna
memperoleh produksi. Mubyarto (1989) menyatakan bahwa luas lahan garapan
usahatani adalah salah satu faktor penting dalam meningkatkan produksi usahatani.
Selanjutnya dikatakan bahwa semakin luas lahan garapan semakin besar volume produksi
yang dicapai.
2.5.2 Benih
Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan sebuah keberhasilan dalam
usahatani. Berdasarkan hasil wawancara rata-rata varietas benih yang ditanam oleh
petani di Desa Pencong yaitu vaerietas Ciherang, Celigis dan Empari. Andoko (2002)
menyatakan bahwa benih bermutu yaitu benih yang jenisnya murni, kering, sehat, bebas
dari penyakit, bebas dari biji rerumputan yang tidak dikehendaki. Benih yang baik pula
memiliki daya kecambah yang tinggi, paling tidak 90%. Benih dengan kreteria tersebut
akan menghasilkan tanaman yang sehat, kekar, kokoh, dan pertumbuhan yang
seragam.setiap hektar sawah membutuhkan benih 20-25 kg, dengan asumsi daya tumbuh
90 %.
2.5.3 Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah bagian penting dari faktor produksi dalam upaya
memaksimalkan usaha produktif baik pada sisi kualitatif maupun pada sisi kuantitatif.
Soekartawi (2003) menyatakan besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh berbagai
hal antara lain mekanisme pasar, jenis kelamin, kualitas tenaga kerja dan umur tenaga
kerja. Tenaga kerja dalam usahatani perlu distandarisasi menjadi Hari Orang Kerja (HOK)
atau Hari Kerja Setara Pria (HKSP).
2.5.4 Pupuk.
Pupuk adalah salah satu faktor produksi yang dapat meningkatkan hasil tanaman
apabila penggunaannya optimal yakni dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman adapun jenis pupuk yang selalu di pakai yaitu pupuk Urea, Za, NPK dan TSP.
Pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara yang kurang atau sebagai
pengganti unsur hara yang telah habis diserap oleh tanaman. Kebutuhan tanaman
terhadap unsur hara pada setiap fase pertumbuhannya yang berbeda-beda sehingga perlu
dilakukan pemupukan.
2.5.5 Herbisida
Pestisida merupakan bahan kima yang digunakan untuk mempertahankan
produksi. Pestisida yang digunakan petani di lokasi penelitian meliputi herbisida,
insektisida dan Fungisida.
2.6 Penerimaan Produksi
Penerimaan produksi petani kacang tanah pada dasarnya juga terdiri atas dua
bagian yakni: penerimaan kotor yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil
pertanian. Penerimaan ini diperoleh dengan perhitungan jumlah hasil produksi dikalikan
dengan harga atau: TR= Q x P , dimana;
TR = Total penerimaan kotor
Q = Jumlah Hasil Produksi
P = Harga produksi.
Selain penerimaan kotor dikenal istilah penerimaan bersih yaitu penerimaan yang
diperoleh dari hasil perhitungan penjualan hasil produksi pertanian setelah dikurangi
dengan biaya produksi yang digunakan. Atau: Π= TR – TC dimana;
Π = Pendapatan
TR = Penerimaan kotor
TC = Total Biaya produksi yang dikeluarkan
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila
petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (yang
dikuasai) sebaik baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Kusuma, dkk. 2010)
Pada analisis ekonomi usaha, data penerimaan biaya dan pendapatan usaha
sangat perlu diketahui Penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang
dihasilkan dengan harga jual yang berlaku saat ini Sedangkan biaya usaha adalah semua
pengeluaran yang dipergunakan baik mempengaruhi ataupun tidak mempengaruhi
jumlah produksi yang dihasilkan dan pendapatan usaha merupakan selisih antara
penerimaan usaha dan pengeluaran. Analisis R/C singkatan dari Return Cost Ratio atau
dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik,
hal ini dapat dituliskan sebagi berikut:
a = R/ C dimana:
R (Revenue)=Py.y : C (Cost) = FC +VC Sehingga a = {(Py.y)/(FC+VC)} Keterangan:
R= Penerimaan
C= Biaya
Py= Harga output
Y= Output
FC= Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC= Biaya Variabel (Variabel Cost)
FC biasanya diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang besar
kecilnya tidak tergantung dari besar-kecilnya output yang diperoleh. Misalnya iuran
irigasi, pajak, alat-alat pertanian, sewa lahan, dan mesin. Selanjutnya VC biasanya
diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar-kecilnya dipengaruhi
oleh perolehan output misalnya sarana produksi dan tenaga kerja. Secara teoritis dengan
rasio R/C= 1 artinya tidak untung dan tidak rugi (Break even Point). (Balitkabi. 2009).
2.7 Kerangka Pikir
Usahatani padi sawah dengan sistem terasering merupakan kegiatan di bidang
pertanian yang mengorganisasikan alam, tenaga kerja, modal dan manajemen, yang
ditujukan untuk produksi padi. Keempat unsur, yaitu lahan yang mewakili untuk
alam, tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, modal yang
beraneka ragam jenisnya serta unsur pengelolaan atau manajemen yang
peranannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani, saling terkait satu sama lain
karena kedudukannya dalam usahatani sama pentingnya sehingga keempat unsur
tersebut tidak dapat dipisahkan (Handayani, 2006).
Sempitnya lahan yang seringkali dimiliki oleh petani dan tuntutan keadaan untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, membuat petani harus mencari peluang lain
untuk meningkatkan pendapatan. Akhirnya, muncul satu peluang usaha baru, yaitu
memanfaatkan sawah selain untuk penanaman padi hasil yang optimal. Selain
memperoleh keberhasilan dari pemanenan padi, Kalau pun terjadi kegagalan dalam
pemanenan padi, tidak perlu berkecil hati karena masih ada hasil pemanenan lain
yang bisa menutupi kerugian bercocok tanam padi di sawah.
Untuk itu, dalam penelitian ini hendak dikaji lebih jauh, petani yang hanya
berkonsentrasi di satu komoditi saja yakni petani padi sawah yang tidak menggunakan
sistem mina padi apakah lebih menguntungkan dibanding mina padi atau sebaliknya.
Selain dari segi pendapatan, ingin diketahui pula hasil produktifitas padi sawah sistem
terasering.
Penelitian ini akan dilakukan analisis pendapatan usaha tani padi sawah
dengan mengambil sampel petani yang telah distratifikasi berdasarkan sistem
penanaman padi. Dari masing-masing populasi tersebut akan dianalisis tingkat
pendapatan dan profitabilitas usahataninya untuk melihat sejauh mana pendapatan
yang diperoleh dari usahatani padi sawah dengan lahan terasering yang dilakukan
berdasarkan sistem lahan terasering
Skema kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut
Usahatani Padi Sawah
Sistem Teraserig
Biaya :
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Peneriamaan :
Produksi
Harga
Pendapatan
Gambar 1. Bagian Kerangka Pikir
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten
Gowa. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan
pertimbangan bahwa Desa Pencong merupakan salah satu sentra produksi padi di
Kabupaten Gowa dengan sistem terasering. Waktu pelaksanaan penelitian ini akan di
laksanakan kurang lebih dari 2 bulan.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 108 (30%) orang kemudian di lakukan
pengambilan sampel dengan metode acak sederhana (Simple Randon Sampling)
berjumlah 32 orang.
3.3 Jenis Dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari petani padi sawah dengan
mengadakan observasi dan wawancara langsung.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara penelusuran
kepustakaan buku, laporan penelitian dan artikel yang berkaitan dengan masalah
penelitian
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penjelasan lebih lanjut mengenai penggunaan kedua metode tersebut
dalam penelitian ini diuraikan berikut ini.
1. Metode Observasi
Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui
keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data
penelitian. Semua kegiatan, objek, serta kondisi penunjang yang ada dapat diamati dan
dicatat. Hal-hal yang dilakukan dalam observasi ini adalah mengenai keadaan yang
sebenamya terjadi di lokasi penelitian yang berkaitan sikap petani terhadap penggunaan
media penyuluhan dalam rangka meningkatkan kompetensi petani jagung di Desa
Pencong.
2. Metode Wawancara
Wawancara merupakan percakapan tatap muka (face to face) antara
pewawancara dengan sumber informasi, dimana pewawancara bertanya langsung
tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya (Yusuf, 2014). Dalam
hal ini pewawancara mengadakan percakapan sedemikian hingga pihak yang
diwawancarai bersedia terbuka memberikan keterangan yang dibutuhkan.Instrumen yang
dipakai dalam wawancara biasanya adalah daftar (yang disebut pedoman wawancara)
yang berisi garis-garis besar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya, ataupun alat
perekam audio ataupugn audio-visual.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis wawancara
mendalam (in-depth interviewing) yaitu jenis wawancara yang tidak terstruktur.
Wawancaradilakukan dengan pertanyaan open-ended dan mengarah pada kedalaman
informasi dan tidak dilakukan secara formal terstruktur guna menggali informasi
mengenai sikap petani terhadap media penyuluhan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang dapat diartikan sebagai barang-
barang yang tertulis atau tercetak. studi dokumenter (documentary study) merupakan
suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.Dalam penelitian ini,
metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data arsip terkait Panwaslu
Kabupaten Gowa, dan informasi-informasi lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Pendapatan usahatani padi sawah sistim terasering dapat dicari dengan
produksi rata-rata setiap responden selanjutnya dikalika dengan harga jual produksi
sehingga diperoleh pendapatan total. Secara matematis pendapatan kotor dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Analisis Pendapatan
Pd = TR-TC
Keterangan:
Pd = Pendapatan usaha
TR = Total revenue (Total penerimaan)
TC = Total cost (Total biaya)
Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan mengurangkan total penerimaan
dengan total biaya yang dikeluarkan selama satu musim tanam. Secara matematis
dituliskan sebagai berikut :
2 .Rumus Biaya: TC = TVC+TFC
Dimana:
TC = Biaya Total (Total Cost).
TVC = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost).
TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
Biay total (Total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap (fixed cost) dan
biaya variabel (variable cost). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
3.Rumus Penerimaan: TR = Y . PY
TR = Penerimaan Total (Total Revenue).
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani.
PY = Harga. (Soekartawi, 2002).
4 .Analisis Kelayakan
R/C Ratio :
Keterangan:
R: Penerimaan
C: Total cost
Jadi Jika R/C > 1 = Layak atau menguntung
R/C < 1 = Tidak layak atau rugi
R/C = 1 Inpas atau tidak untung dan tidak rugi
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pengeluaran usahatani adalah modal yang habis digunakan atau dikeluarkan dalam
usahatani
2. Biaya tetap adalah biaya yang sewaktu-waktu tidak akan berubah
3. Biaya variabel adalah biaya yang sewaktu-waktu dapat berubah yang besar kecilnya
tergantung pada skala produksi
4. Biaya produksi merupakan jumlah dari dua komponen biaya yaitu biaya tetap dan
biaya tidak tetap yang digunakan dalam produksi
5. Total biaya adalah jumlah biaya tetap dan tidak tetap
6. Biaya tetap usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian peralatan
usahatani
7. Biaya variabel digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja jika
penyusutan alat dan nilai tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan
8. Penerimaan Usahatani adalah hasil dari produksi yang diterima dari penjualan produk
usahatani yang dihasilkan
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis
Secara Geografis Desa Pencong merupakan salah satu desa dari 9 desa dan 2
kelurahan yang ada di Kecamatan Biringbulu terletak di bagian Tenggara
Kabupaten Gowa dengan jarak 75 KM dari Ibukota Kabupaten Gowa, atau 7 Km
dari Ibukota Kecamatan Biringbulu dengan letak astronomis 4°50'40.32" -
4°50'44.10" LS dan 120° 1'33.37" - 120° 1'54.01" BT dengan luas wilayah 1500
Km2, Wilayah Desa Pencong dapat dicapai dengan kendaraan roda dua dan roda
empat dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tonrorita
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Parangloe
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lembangloe
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Berutallasa
Keadaan iklim di Desa Pencong terdiri dari : Musim Hujan, kemarau dan
musim pancaroba. Dimana musim hujan biasanya terjadi antara Bulan November
s/d April, musim kemarau antara bulan Juli sampai Oktober, sedangkan musin
pancaroba antara bulan Desember sampai Januari
Desa Pencong memiliki iklim tropis dengan tiga musim, yaitu musim hujan
dan musim kemarau dan Pancaroba. Hal ini menjadi faktor utama yang menjadikan
Desa Pencong sebagai daerah yang sangat potensial pada bidang pertanian.
Secara administratif wilayah Desa Pencong terdiri atas 5 (Lima) dusun dan
10 RT yaitu Dusun Bulo-Bulo terdiri dari 2 (Dua) RT, Dusun Baek-Baek terdiri
dari 2 (Dua) RT, Dusun Bajiminasa terdiri dari 2 (Dua) RT, Dusun Karangloe
terdiri dari 2 (Dua) RT dan Dusun Pencong terdiri dari 2 (RT) RT. Secara umum
penggunaan wilayah Desa Pencong sebagian besar untuk lahan pertanian berupa
persawahan dan perkebunan, lokasi perumahan masyarakat, sarana dan prasarana
pemerintahan, pendidikan, keagamaandan perkuburan.
4.2 Keadaan Penduduk
4.2.1 Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin
Penduduk Desa Pencong Tahun 2019 (data lapangan) +1455 jiwa.
Terdiri dari laki-laki 705 jiwa sedangkan perempuan 750 Jiwa. Seluruh penduduk
Desa Pencong terhimpun dalam keluarga (rumah tangga) dengan jumlah sebanyak
387 KK. Rata-rata anggota keluarga sebesar 4 jiwa. Untuk lebih jelasnya penduduk
Desa Mario dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Jumlah Penduduk berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin.
Dusun
Jenis Kelamis
Jumlah
Laki-laki Perempuan
Pencong 154 188 342
Bulo-Bulo 169 178 347
Bae-Bae 267 262 529
Bajiminasa 62 69 146
Karangloe 48 69 91
Jumlah 705 750 1.455
Sumber Data : SDD Desa Pencong, 2019
Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa Desa Pencong terdiri dari 10
dusun dengan jumlah penduduk Laki-laki sebanyak 705 jiwa, dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 750 jiwa. Jadi jumlah keseluruhan penduduk sebanyak 1.455
jiwa.
4.2.2 Mata Pencaharian Penduduk
Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian/pekerjaan dapat dilihat
pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan Pekerjaan/Mata Pencaharian.
NO Jenis Pekerjaan Dusun
Pencong
Dusun
Bulo-Bulo
Dusun Bae-
Bae
Dusun
Bajiminasa
Dusun
Karaegl
oe
1. Petani 150 163 186 49 38
2. Pedagang/Wiras
wasta
12 16 27 3 2
3. PNS/TNI/POL
RI
2 - 2 - 3
4. Karyawan
Perusahaan
swasta
4 5 6 5 2
5. Nelayan - - - - -
6. Tenaga
Kontrak/
Sukarela
6 9 12 4 -
7. Buruh/Tenaga
Lepas
19 11 24 13 12
8. Pensiunan - 1 2 - 2
9. Belum/Tidak
Bekerja
151 136 132 68 37
TOTAL 344 341 391 142 96
Sumber Data : SDD Desa Pencong, 2019
Berdasarkan tabel 2 di atas, maka dapat kita ketahui bahwa sebagian besar
penduduk Desa Pencong menggantungkan hidupnya sebagai Petani.
4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam menentukan
sumberdaya manusia dimana dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi ilmu yang dimilikinya dan semakin
rendah tingkat pendidikannya semakin rendah pula penerapan ilmunya.
Hal ini merupakan gambaran bahwa pendidikan sangat penting dalam
mengadopsi teknologi pertanian yang ada. Untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Dusun Pencong
Dusun Bulo-Bulo
Dusun Bae-Bae
Dusun Bajiminasa
Dusun Karangloe NO
Tingkat Pendidikan
L P L P L P L P L P
1 SD / sederajat 33 34 40 51 48 67 11 17 21 16
2 SMP / sederajat
28 32 39 45 44 39 15 9 6 8
3 SMA / sederajat
21 35 22 25 58 52 8 14 8 6
4 Diploma 5 1 4 2 3 6 - 1 1 -
5 Sarjana (S1 – S2)
6 6 4 6 12 16 3 1 - -
6 Tidak Tamat 62 81 60 49 102 82 30 46 12 13
TOTAL 155 189 169 178 267 262 67 79 48 43
Sumber Data : SDD Desa Pencong, 2019
Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa penduduk yang masih dalam
status menempuh pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat perguruan
tinggi sebanyak 350 orang, sedangkan yang putus sekolah di usia 7 s/d 24 tahun
sebanyak 27 orang.
4.4 Keadaan sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang memadai merupakan factor yang dapat
menunjang aktifitas penduduk disegala bidang yaitu bidang pendidikan, kesehatan,
dan lain-lain sehingga memberikan kemajuan dan perkembangan diwilayah
tersebut. Jumlah sarana dan prasarana dapat dilihat pada table berikut :
Table 4. Jumlah sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Pencong, Kec.
Biringbulu, Kabupaten Gowa.
No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 Sarana Kesehatan
a) Polindes
b) Posyandu
1
4
2 Sarana ibadah
a) Masjid
b) gereja
c) TPA
6
2
3 Sarana Olahraga
a) Lapangan Sepak Bola
1
4 Sarana Pendidikan
a) TK
b) PAUD
c) SD/MIS
d) SMP
-
-
3
1
5 Sarana Perkantoran
a) Gedung Kantor Desa
1
Total 13
Sumber Data : SDD Desa Pencong, 2019
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karasteristik Responden
Karakteristik respoden merupakan faktor internal dari petani yang menggambarkan
keadaan dan kondisi status responden dalam kegiatan usaha yang di jalankannya.
Responden dalam penelitian ini adalah petani dan penyuluh. Adapun identitas responden
di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa meliputi kelompok umur, tingkat
pendidikan, pengalaman berusaha tani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan yang
di usahakan. Karakteristik ini memiliki keterkaitan dengan tingkat pendapatan dan
kesejahteraan hidup petani sampel, karena karakteristik ini mencerminkan kemampuan
bekerja, produktifitas, pola fikir, perencanaan, dan sebagai kemampuan lainnya terutama
dalam meningkatkan pendapatn usahatani padi sawah.
5.1.1 Umur Responden
Salah satu karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur
responden. Umur petani sampel dalam usaha padi sawah berkisar antara 34 tahun (Umur
terendah) hingga 69 tahun (Umur paling tinggi). Umur responden yang diambil dibagi atas
3 katagori, dimana persentase terbanyak adalah 41-49 tahun dengan persentase yaitu
46,4 persen. Selanjutnya diikuti oleh umur 50-69 tahundengan persentase 30 persen.
Sedangkan persentase terkecil berada pada kisaran umur 34-42 tahun yaitu sebesar 23,3
persen. Gambaran keadaan tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar petani padi
sawah didaerah penelitian termasuk kedalam umur produktif. Dimana semakin
produktifnya umur maka diharapkan akan memiliki kemungkinan yang besar pula untuk
memajukan usaha padi sawah yang dijalankan.
Tabel 5. Jumlah dan persentase Responden Petani sampel usaha padi sawah didaerah penelitian tahun 2019
No Umur
(Tahun)
Jumlah Responden
(Orang)
Persentase ( % )
1 34-42 7 23,3
2 41-49 14 46,4
3 50-69 11 30
Total 32 100
Sumber: data Primer setelah di olah, 2019
5.1.2 Jenis Kelamin
Karakteristik Jenis kelamin adalah melihat jenis kelamin responden yang
digunakan dalam penelitian ini, dimana responden laki laki sama banyaknya dengan
responden perempuan. Responden dari penelitian ini berjumlah 32 orang, dimana
diperoleh 76 persen adalah responden laki-laki dan 24 persen lagi adalah responden
perempuan. Jenis kelamin responden yang sudah cukup merata.
Tabel 6. Jumlah Dan Persentase Responden Petani sampel di daerah penelitian.
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 24 76
2 Perempuan 8 24
Total 32 100
Sumber: data Primer setelah di olah, 2019
5.1.3 Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan responden merupakan jenjang pendidikan yang formal yang
telah dilalui responden yang mana digunakan untuk mengelolah usaha. Semakin tinggi
tingkat pendidikan formal yang ditempuh responden maka semakin mampu dia mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan proses usahatani tersebut. Tingginya
rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sangat penting bagi kesiapan bangsa
mengahadapi tantangan global dimasa depan.
Tingkat pendidikan akan berkaitan dengan pola fikir seseorang, Namun demikian
untuk kegiatan tertentu tingkat pendidikan tidak berdampak signifikan hal ini berkaitan
langsung maupun tidak langsung terhadap jenis kegiatan yang mereka lakukan.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau
masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam periliku dan
gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal berusahatani.
Tingkat pendidikan formal membentuk nilai bagi seseorang terutama dalam
menerima hal baru, serta pendidikan dapat mempengaruhi pandangan hidup dan tata
nilai orang sedemikian rupa sehingga ia tidak begitu saja menerima tata cara bertingkah
laku yang diluar dari kebiasaanya ( Suhardjo, 2013).
Hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan responden
diuraikan bahwa tingkat pendidikan di responden di Desa Pencong yati bisa di lihat pada
tabel 7.
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Pencong baKecamatan Biringbulu
Kabupaten Gowa
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden ( Orang )
Persentase )
1 Tidak Sekolah 4 13,33
2 3 4
SD SMP SMA
9 9
10
60 10
16,67
Total 32 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Tabel. 7 menjelaskan tentang klasifikasi responden berdasarkan tingkat
pendidikannya dalam usahatani, khususnya usahatani Padi di Desa Pencong Kecamatan
Biringbulu Kabupaten Gowa sangat beragam yaitu terdiri atas tidak sekolah, SD, SMP,
dan SMA. Adapun jumlah responden terbanyak yaitu untuk tingkat pendidikan, SD
sebanyak 9 orang dengan persentase 60%, sedangkan jumlah responden terkecil yaitu
tidak sekolah sebanyak 3 orang dengan persentase 13,33 % dan tingkat pendidikan SMA
sebanyak 10 orang dengan persentase 16,67 % dan tingkat pendidikan SMP sebanyak 10
orang dengan persentase 10 .
Tingginya persentase responden yang tamat SD menunjukan bahwa responden
dalam penelitian memiliki tingkat pendidikan yang masih dibawah rata-rata, meski
demikian mereka mampu mengatasi perubahan-perubahan keadaan yang akan menimpa
usahataninya dengan mengandalkan pengalaman. Tetapi pada dasarnya setiap responden
telah mengenyam pendidikan walaupun dalam tingkat yang berbeda-beda.
5.1.4 Pengalaman Responden Dalam Berusahatani
Pengalaman berusahatani dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dijalani,
dirasakan, ditanggung oleh petani dalam menjalankan kegiatan usahatani dengan
mengarahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai tujuan usaha tani, yaitu
memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup petani dan keluarganya.
Keputusan petani yang diambil dalam menjalankan kegiatan usahatani lebih
banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya maupun pengalaman
petani lain. Pengalaman berusahatani merupukan faktor yang cukup menunjang seorang
petani dalam meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerjanya dalam berusahatani,
petani di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa yang paling lama
berusahatani selama 35 tahun dan yang baru dalam berusahatani selama 17 tahun,
disamping itu pengalaman berusahatani juga memberikan dampak terhadap tingkat
pengetahuan petani dalam berusahatani.
Adapun klasifikasi pengalaman berusahatani oleh responden usahatani padi di Desa
Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8.
Klasifikasi Petani Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Desa Pencong Kecamatan
Biringbulu Kabupaten Gowa.
No Pengalaman Berusahatani ( Tahun )
Jumlah Responden ( Orang )
Persentase (%)
1 2 3
17-23 20-25 30-35
12 12 8
33,33 40
26,67
Total 32 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2019
Tabel. 8 menunjukan bahwa pengalaman berusahatani responden dalam
penelitian ini sangat beragam, mulai dari yang paling lama berusahatani yaitu 30-36 tahun
dengan persentase selanjutnya 20-25 tahun sebanyak dan yang memiliki
tingkat pengalaman masih dibawah yaitu 17-23 tahun sebanyak 33,33
5.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga
Setiap keluarga di dalamnya terdapat beberapa orang yang menjadi tanggungan
kepala keluarga, konsekuensinya adalah kepala keluarga harus melakukan usaha-usaha
memperoleh pendapatan agar mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Besar kecilnya
tanggungan keluarga akan menentukan perilaku petani dalam usahataninya. Makin besar
jumlah tanggungan keluarga, maka makin dinamis dalam usahataninya karena ia
terdorong oleh tanggung jawab terhadap keluarganya. Rata-rata jumlah tanggungan
keluarga petani responden dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 9. Jumlah Petani Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa
No Jumlah Tanggungan Keluarga ( Orang )
Jumlah Responden ( Orang )
Persentase (%)
1 2
2-4 5-6
19 13
63,33 36,67
Total 32 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden
memiliki jumlah tanggungan 2-4 sebanyak ( dan terdapat 19 orang yang
memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak ( . Umumnya petani yang
memiliki banyak tanggungan keluarga mungkin merasakan beban yang berat karena
terkait dengan besarnya biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan oleh mereka sebagai
kepala keluarga. Namun disisi lain banyaknya jumlah tanggungan keluarga merupakan
potensi pula bagi mereka karena anggota keluarga yang di tanggung dapat membantu
secara langsung atau menjadi tenaga kerja dalam usahataninya. Apabila anggota keluarga
masih tergolong dalam usia produktif, berarti anggota keluarga dapat memberikan
tambahan penghasilan keluarga.
5.1.6 Luas Lahan yang Diusahakan
Luas lahan yang dimiliki oleh petani sangat berpengaruh pada produksi yang
dihasilkan. Luas lahan garapan sangat berpengaruh terhadap petani dalam mengelolah
usahataninya. Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah merupakan faktor utama
dalam usahatani. Hal ini dikarenakan tanaman maupun hewan memanfaatkan tanah
sebagai media tumbuh maupun tempat tinggalnya. Untuk lebih jelasnya mengenai luas
lahan yang dimiliki oleh petani responden di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu
Kabupaten Gowa dapat di lihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Petani Responden Menurut Luas Lahan yang Diusahakan di Desa
Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa
No Luas Lahan Jumlah (Orang) Persentase
1 2
0,62-0,68 0,44-0,60
24 8
76,67 23,33
Total 32 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2019
Berdasarkan Tabel. 10 terlihat bahwa jumlah petani responden yang memiliki luas
lahan 0,50-0,70 ha adalah sebanyak 32 orang petani dengan persentase 76,67%. Hal ini
menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki petani responden di Desa Biringbulu
Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa masih tergolong kecil karena luas lahan yang
dipakai budidaya tanaman padi sawah masih terbatas. Pada luas lahan 0,50-0,70 sekitar
23,33 % hanya memiliki 7 orang petani responden.
5.2. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah
Analisis pendapatan usahatani penting untuk diketahui guna memberikan
gambaran mengenai keuntungan dari kegiatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani
meliputi analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total.
Pada komponen biaya, biaya yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari biaya tetap dan
biaya variabel.
Biaya tetap terdiri dari biaya sarana produksi yang digunakan dalam usahatani
padi sawah seperti benih, pupuk, pestisida, sewa lahan, biaya angkut, biaya tenaga kerja
luar keluarga dan biaya lain-lain. Sedangkan komponen biaya yang diperhitungkan
termasuk didalamnya adalah biaya tetap.
Produksi yang dihasilkan pada usahatani, ditentukan oleh faktor manajemen,
sarana produksi dan lingkungan pada saat itu, jika komponen sarana produksi terpenuhi,
pengelolaan usaha dengan baik, dan faktor lingkugan menunjang maka produksi yang
dihasilkan akan tinggi.
Pembiayaan usaha tani biasa kita kenal ada dua biaya yaitu biaya tetap dan
biaya tidak tetap. Biaya tetap besarnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi
yang dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh produksi yang diperoleh.
Biaya adalah nilai dari semua korbanan atau input ekonomis yang diperlukan dan
dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Semakin banyak faktor produksi yang
digunakan (hingga batas kebutuhan batas optimum) maka tanaman akan menghasilkan
produksi yang maksimal.
Biaya biasa dipergunakan untuk mengetahui pendapatan yang diterima petani
pada usahataninya. Pada analisis ini akan di kaji dalam biaya tetap dan biaya variabel
pendapatan usaha padi sawah dengan sistem terasering.
Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai
barang tersebut bertambah. Input dapat berupa terdiri dari barang atau jasa yang
digunakan dalam proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang di hasilkan
dari suatu proses produksi.
Analisis pendapatan dalam usahtani diperlukan untuk mengetahui selisih
besarnya hasil produksi yang diperoleh dengan besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan
selama satu tahun pemeliharaan. Melalui analisis pendapatan ini petani dapat membuat
suatu rencana berkaitan dengan pengembangan usaha yang dikelolanya.
5.2.1 Biaya Produksi Usahatani Padi
Biaya produksi pada usahatani padi sawah dengan sistem terasering merupakan
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha petani selama satu tahun. Biaya
produksi sangat menentukan dari kegiatan usaha petani yang dilakukan karena hal ini
mempengaruhi hasil pendapatan yang di peroleh oleh petani. Bila biaya yang dikeluarkan
terlalu besar dan pendapatan yang kecil maka usahanya tidak menguntungkan. Faktor
biaya dalam suatu usahatani padi sawah dengan sistem terasering merupakan salah satu
faktor yang perlu mendapat perhatian bagi setiap pelaku usaha atau pelaku ekonomi
termasuk petani padi.
A. Biaya Tetap
Biaya Tetap adalah biaya atau pengeluaran bisnis yang tidak tergantung pada
perubahan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan. Dengan kata lain, Biaya Tetap ini
tidak akan berubah meskipun terjadi perubahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
dalam kisaran tertentu. Pengeluaran-pengeluaran bisnis yang dimaksud ini biasanya
berkaitan dengan waktu, contohnya seperti uang sewa gedung, pajak bangunan, biaya
depresiasi mesin dan asuransi yang dibayar setiap bulanan atau tahunan. Biaya-biaya
tersebut tetap ada atau harus dibayar meskipun perusahaan sama sekali tidak
menghasilkan output barang atau jasa.
Hal ini sangat berbeda dengan Biaya Variabel yang tidak perlu dibayar apabila
perusahaan tidak menghasilkan output sama sekali. Atau dengan kata lain, Biaya Variabel
adalah biaya atau pengeluran yang dapat berubah apabila jumlah barang dan jasa yang
dihasilkannya juga berubah (berubah naik atau turun).
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani-peternak yang sifatnya
tetap tidak tergantung dari besar kecilnya produksi atau dengan kata lain jumlah biaya ini
tidak dipengaruhi oleh peningkatan atau penurunan jumlah ternak yang di produksi.
Komponen biaya tetap yang dikeluarkan pada usahatani padi sawah di Desa
Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa terdiri dari Biaya peralatan pertanian,
penyusutan alat, pajak dan sewa lahan. Besar masing-masing komponen biaya tetap
dapat dilihat pada tabel- tabel berikut.
Tabel 11 Rata-rata Biaya Tetap Pada Usahatani Padi dengan sistem terasering di Desa
Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
No Komponene Biaya Tetap Nilai Biaya Tetap (Rp)
1 Biaya Penyawaan alat pertanian
a. Traktor 435.625
2 Penyusutan Peralatan
a. Parang 47.625
b. Cangkul 88.281,25
c. Sabit 36.125
3 Pajak dan Sewa Lahan
a. Pajak 26.562,5
b.Sewa lahan 515.625
Total Rata-rata Biaya Tetap (Rp) 1.152.906
Sumber : Data Primer diolah, 2019
1. Penyewaan alat pertanian
Biaya lahan terbagi dari pajak lahan dan sewa lahan yang dikeluarkan oleh petani
responden. Penggunaan alat-alat pertanian hanya berupa 1 mesin traktor saja dari semua
petani responden dengan biaya rata-rata Rp.435.625,000 dari total baiay Rp. 13.940,000
statusnya masih menyewa dikarenakan tidak memiliki alat-alat tersebut jadi Sewa alat
dari tiap responden secara umunnya lebih kepenggunaan penyewaan traktor
2. penyusutan alat
Pada penyusutan peralatan dalam usahatani padi diperoleh biaya rata-rata pada
penyusutan alat dalam usahatani padi sawah Rp.608.218 dari total biaya sebesar
Rp.5.523,000 Hal ini dikarenakan petani menggunakan penyusutan alat pada usaha tani
sesuai dengan besar kecilnya usaha yang dimiliki, semakin besar usaha yang dimiliki maka
semakin besar pula biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan begitu pula
sebaliknya penyusutan atau depresiasi adalah biaya pengurangan nilai yang
disebabkan oleh karena pemakaian alat selama proses kegiatan usahatani.
3. Pajak dan sewa lahan
Pajak yang dikenakan pada usahatani padi dengan biaya rata-rata sebesar Rp
542.187,500 dengan total biaya Rp. 17.350.000, Hal ini menandakan petani padi yang
memiliki skala usaha yang kecil maka jumlah pajak yang dibayar akan semakin tinggi
sesuai pada kepemilikan lahan usahatani padi serta lahan yang dimiliki
2.Total Biaya Tetap
Berdasarkan Tabel . Terlihat bahwa total biaya tetap yang dikeluarkan oleh
responden petani padi sawah yaitu Rp 36.813.000, dengan biaya rata-rata Rp.1.152,906
Hal ini disebabkan bahwa kepemilikan lahan usahatani padi masih tergolong kecil,
sehingga pajak yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
B. Biaya Variabel
Selain biaya tetap ada juga biaya variabel yang dikeluarkan oleh responden pada
usahatani padi sawah dengan sistem terasering di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu
Kabupaten Gowa, berupa biaya benih,, biaya pupuk, biaya herbisida dan tenaga kerja.
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan produksi yang dijalankan.
Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 12 Rata-rata Biaya Variabel Pada Usahatani Padi dengan sistem terasering Tanah di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
No Komponene Biaya Variabel Nilai Biaya Variabel (Rp)
1 Benih 97.343,75
2 Pupuk 1.007.50
3 Herbisida 117.031,25
4 Tenaga Kerja 499.218,75
Total Rata-rata Biaya Variabel (Rp) 1.846.093
Sumber : Data Primer diolah, 2019
1. Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja petani responden dalam proses produksi padi sawah dalam
satu kali musim tanam mulai dari pengolahan, penanaman, pemeliharaan dan sampai
pada proses panen yaitu meliputi dari jumlah tenaga kerja yang dipakai. Tenaga kerja
yang dipakai ada yang berasal dari dalam keluarga yaitu petani yang dibantu anggota
keluarganya dan ada yang berasal dari luar keluarga yaitu petani juga menggunakan orang
kerja dalam mengolah sawahnya. Upah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga untuk
semua petani responden nilai upahnya sama yaitu dibayar dengan nilai Rp.75.000 perhari,
jika pengolahan sawah sampai panen, total upah yang dibayar dikalikan dengan hari orang
kerja (HOK). Sedangkan biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan adalah untuk kegiatan
pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan pengendalian hama penyakit
panen dan pascapanen. Adapun biaya yang harus dikeluarkan untuk tenaga kerja dengan
rata – rata Rp. 499.000. dengan total biaya Rp 15.975.000,.
Penjelasan data dari Tabel 12 bahwa penggunaan tenaga kerja yang berasal dari
dalam keluarga maupun yang berasal dari luar keluarga tidak sama dari tiap petani
responden, dikarenakan jumlah anggota keluarga, penggunaan orang kerja dan HOK yang
berbeda sehingga biaya yang dikeluarkan petani responden bervariasi.
2. Penggunaan Bibit
Pada kegiatan usahatani padi sawah pengolahan adalah tahap awal untuk
mempersiapkan lahan yang akan ditanami. Pada tahap ini dimana dimulai dari
pengolahan tanah hingga penyiapan lahan. Di Desa Pencong para petani responden sudah
melakukan kegiatan usahatani secara bertahap jadi untuk mempersiapkan lahan tidak
perlu membuka lahan baru untuk ditanami padi kecuali ada perluasan area tanam. Lahan
yang akan ditanami sebelumnya sudah pernah digunakan untuk menanam padi dan sudah
pernah panen bahwa penggunaan benih dan jumlah pemakaiannya tidak sama, harganya
mulai dari kisaran Rp.65.000 sampai Rp.80.000. dan jenis Ceherang, Cigeulis dan Inpari 13
dan benih tiap petani responden berbeda-beda, serta banyaknya benih tergantung luas
lahan yang dimiliki petani responden dengan biaya rata-rata Rp.97.343. dengan total
biaya Rp 3.115,000,.
3. Penggunaan Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau
biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk yang
digunakan petani responden di Desa Pencong Kecamatan Biingbulu Kabupaten Gowa jenis
Urea (Nitrogen), ZA, NPK, dan TSP Total penggunaan pupuk Urea dari 32 petani responden
di Desa Pencong masing-masing dengan biaya rata-rata Rp. 1.007.500 dengan total biaya
Rp.32.240.000
Pemeliharaan tanaman adalah tahap yang sangat penting dimana kualitas
tanaman akan mempengaruhi produksi dari usahatani tersebut. Tanaman padi yang baik
dan tidak terserang hama dan penyakit adalah harapan dari semua petani, sehingga bisa
mencapai hasil panen yang diinginkan. Pemberian pupuk dan obat-obatan pada tanaman
padi harus sesuai dengan takaran dan dosis yang pas tergantung dari kebutuhan tanaman.
bahwa penggunaan pupuk tiap petani responden bervariasi.
4. Penggunaan Herbisida
Obat-obatan adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Obat-obatan yang digunakan
petani responden di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa yaitu
Roundup. Total penggunaan obat-obatan di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu
Kabupaten Gowa sebanyak 142 liter, rata-rata/orang yaitu 4,68 liter Dapat dilihat pada
Tabel penggunaan obat-obatan juga bervariasi mulai dari jenis Matador 25EC, Dangke 40
WP, Kanon 400 EC, Siba dan Regent dengan biaya rata-rata Rp.117.031 dengan total
biaya Rp.3.745,000 Waktu penyemprotan dilakukan 2 sampai 3 kali penyemprotan
tergantung dari luas lahan.
5.Total Biaya Variabel
Pada total biaya variabel dapat diperoleh dari hasil jumlah biaya usahatani padi
yaitu Adapun total biaya yang dikeluarkan dapat dilihat rata-rata yaitu sebesar
Rp.1.846,093. Dengan total biaya Rp 59.075.000/ dalam setahun 1 kali panen
5.2.2 Biaya Usahatani Padi
Total biaya usahatani adalah total dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh
petani responden selama proses produksi padi sawah biaya secara keseluruhan adalah Rp
95.888.000, dengan pengeluaran Rata-rata yaitu Rp 2.996.500 dalam 1 kali musin panen.
5.2.3 Total Penerimaan Usahatani
Total penerimaan pada usahatani padi dengan sistem terasering yang dilakukan
oleh petani sebesar Rp. 235.820.000-, per musim tanam. Sedangkan rata-rata penerimaan
pada usahatani padi sebesar Rp 7.369.375. Adanya perbedaan besarnya penerimaan di
setiap skala kepemilikan lahan disebabkan oleh perbedaan besarnya populasi padi
terasering yang ditanam oleh masing-masing petani.
Penerimaan pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu penerimaan bersih
dan penerimaan kotor. Pengertian penerimaan kotor adalah penerimaan yang berasal
dari penjualan hasil produksi yaitu dengan cara harga jual dikalikan hasil produksi usaha.
Sementara penerimaan bersih adalah penerimaan yang berasal dari penjualan hasil
produksi setelah dikurangi dengan biaya total usaha.
Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan setiap responden bervariasi tergantung
pada jumlah populasi tanaman padi yang dimiliki oleh setiap petani dengan
menggunakan hubungan antara penerimaan dan biaya maka dapat diketahui cabang-
cabang usaha tani yang menguntungkan untuk di usahakan Penerimaan adalah hasil yang
dicapai oleh petani dengan harapan mendapatkan hasil yang baik. Penerimaan petani
responden bervariasi tergantung dari luasan lahan yang dimiliki. Penerimaan secara
keseluruhan dan penerimaan berdasarkan luas lahan yang diterima petani responden di
Desa Pencong
5.2.4 Pendapatan Usahatani Padi
Pendapatan usahatani adalah merupakan selisih antara total penerimaan dengan
total biaya. Berusahatani adalah suatu aktifitas untuk memperoleh hasil pada
usahataninya yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan
yang diperoleh.
Analisis pendapatan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui besarnya
pendapatan yang diperoleh petani responden pada usahatani padi sawah dengan sistem
terasering di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, untuk mengetahui
besarnya pendapatan yang diperoleh petani responden, maka perlu diketahui terlebih
dahulu besarnya tingkat penerimaan yang diperoleh serta biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam melakukan suatu usahatani tersebut.
Pendapatan dalam pengertiannya dapat dikatakan sebagai selisih antara
penerimaan dengan biaya yang dihitung dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian
ini pendapatan yang dihitung adalah selama satu kali musim tanam.
.Kegiatan analisis ini dilakukandengan tujuan untuk mengetahui pendapatan
usaha padi di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa. Pendapatan
usahatani padi sawah di Desa Pencong dapat dilihat pada table:
Tabel 13. Biaya Total dan Pendapatan Usahatani padi dengan sistem terasering Tanah di
Desa Pencong Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Penerimaan Usahatani Padi
Produksi Beras 23.582
Harga Beras 10.000
Total Penerimaan 235.820.000
2 Biaya Variabel
Benih 3.115.000
Pupuk 36.240.000
Herbisida 3.745.000
Tenaga kerja 15.975.000
Jumlah biaya Variabel 59.075.000
Biaya Tetap
Penyewaan alat pertanian (Traktor) 13.940.000
Penyusutan alat pertanian
a. Parang 1.542.000
b. Cangkul 2.825.000
c. Sabit 1.156.000
Pajak Dan Sewa Lahan
a.Pajak 930.000
b. Sewa lahan 16.500.000
Jumlah Biaya Tetap 36.813.000
Total Biaya (a+b) 95.888.000
3 Total Pendapatan (1-2) Permusin tanam
139.932.000
4 R/C Ratio 2,46
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 13. Dapat dilihat bahwa pendapatan pada usahatani padi
diperoleh dari selisih antara hasil penerimaan dengan biaya produksi.Total Pendapatan
pada usahatani adalah sebesar Rp. 139.932.000/musim padi dengan rata-rata
pendapatan adalah sebesar,Rp.4.372..875/musim tanam. Berdasarkan analisis R/C Ratio
pada usahatani kacang tanah di Desa Pencong menguntungkan karena nilai R/C Ratio
pada usahatani padi. Berdasarkan kriterianya nilai R/C Ratio lebih dari satu berarti suatu
usahatani menguntungkan. Nilai tersebut memberikan arti bahwa setiap pengeluaran
sebesar Rp. 1 akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 2,46.
5.2.5 Kelayakan Usahatani
Kelayakan usahatani atau tingkat keuntungan dapat diketahui dengan
menggunakan analisis Return Cost Ratio (R:C ratio). Analisis R:C adalah perbandingan
antara penerimaan dan biaya dari petani responden yang ada di Desa Pencong. Dari hasil
analisis Retru Cost Ratio bahawa Usahatani di Desa Pencong memiliki kelayakan karna
(R/C Ratio). dapat memberi nilai usahatani sebesar 2,46
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari dari penelitian ini yaitu:
1. Rata-rata Pendapatan Usahatani padi dengan sistem terasering di Desa Pencong
Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gawa Sebesar Rp 4.372.875/ untuk 1 kali musin
panen dan rata-rata pendapatan untuk luas lahan sebeesar Rp. 7.121.946/Ha
dalam setahun 1 kali panen dengan total pendapatan adalah sebesar Rp
139.932.000 untuk 1 kali panen
2. Usahatani padi dengan sistem terasering di Desa Pencong Kecamatan Biringbulu
Kabupaten Gowa layak karna mendapatkan nilai usaha sebesar 2,46 (R/C Ratio)
6.2. Saran
1. Untuk memperbesar produksi Usahatani Padi Sawah dan harga yang terjadi di
tingkat petani di Desa Pencong diharapkan kepada petani dapat meningkatkan
produksi Padi Sawah dan pendapatan petani di Kecamatan Biringbulu Kabupaten
Gowa terkhususntya di Desa Pencong.
2. Diharapkan kepada para petani di wilayah Kecamatan Biringbulu untuk terus
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada sektor pertanian
terutama teknologi padi dan harus mampu menyerap inovasi – inovasi baru yang
menguntungkan yang disampaikan oleh instansi – instansi terkait dengan harapan
mampu mempengaruhi produksi padi dan peningkatan pendapatan ke arah yang
lebih baik sehingga mampu mensejahterakan keluarga dan masyarakatnya.
3. Diharapkan Pemerintah Kecamatan khusunya PPL setempat agar hendaknya
berperan aktif dalam berhubungan langsung dengan petani serta dapat
memberikan masukan-masukan terhadap peningkatan produksi Usahatani Padi
Sawah di Desa Pencong
4. Kepada para penyuluh pertanian lapangan selaku mitra kerja petani agar
meningkatkan kunjungan kepada kelompok – kelompok tani yang ada di
kecamatan woyla sehingga mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi
petani terutama tentang kendala budidaya padi sawah.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2014, Kecamatan Onan Runggu Dalam Angka. BPS kabupaten Samosir.
Bokings, D.L., I.N. Sunarta, I.W. Narka, 2013. Karakteristik Terasering Lahan Sawah
dan Pengelolaannya di Subak Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Udayana Press. Bali.
Damanik, M.M.B.D., B.E. Hasibuan., Fauzi ., Sarifuddin., H. Hanum. 2011. Kesuburan
Tanah dan Pemupukan.USU Press. Medan. , S. dan M. L. Rayes. 2005.Tanah Sawah: Karakteristik, Kondisi, dan Permasalahan
Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia Publishing, Malang Jawa Timur. Hikmatullah, Sawiyo, dan Nata S., 2002. Potensi Dan Kendala Pengembangan Sumber
Daya Lahan Untuk Pencetakan Sawah Irigasi Di Luar Jawa. Jurnal Litbang Pertanian. 21 (4) : 115 – 123 Kurnia, U. Achmad, R. Dan Al, D. 2004. Teknologi Konservasi Tanah Pada Lahan Kering Berlereng. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.
Las, I. dan Tim. 2008. lahan Sumber daya dan iklim mendukung swasembada beras lestari.
Memiograf, Balai Besar Litbang SDLP. Bogor. Makarim, A. K, U. S. Nugroho dan U. G.Kartasasmita. 2000. Teknologi Produksi Padi
Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Mukhlis, Sarifuddin, dan Hanum. 2011. Kimia Tanah. USU Press, Medan. Setyorini,D., S. Rochayati, dan I.Las, 2010. Pertanian Pada Ekosistem Lahan Sawah.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. IPB
Press. Bogor.
Balai PenyuluhPertanian (BPP). 2012. Programa Penyuluhan Pertanian. Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa. BPP. Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Survei Sosial Ekonomi Nasional. BPS. Jakarta.Badan Pusat Statistik(BPS). 2011. Sensus Pertanian. Gowat: BPS sunguminasa– Gowa Endro, S.2009, Hasil Penelitian Terdahulu tentang pendapatan usahatani Tanaman Padi. http://www.agrimart.com Diakses pada tanggal 13 Januari 2013 Pukul15.00
WIB.
Hafsah, Mohammad Jafar. 2004. Potensi, Peluang, dan Strategi Pencapaian
Swasembada Beras dan Kemandirian Pangan nasional Melalui Produksi Mantap. Jakarta. Deptan.
Karlina, A. 2010. Penerapan PSAK Nomor 23 Dalam Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Pada PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan.
Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Medan. Mangunwidjaya, D. dan Sailah, I. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Noor, H., Faizal. 2007. Ekonomi Majerial. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Shinta, A., 2005. Ilmu Usahatani. Diktat Kuliah Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Suger, HR. 2001. Bercocok Tanam Padi. CV. Aneka Ilmu. Anggota IKAPI. Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
KOSIONER PENELITIAN SIKRIPSI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DENGAN SISTEM TERASERING DI DESA
PENCONG KECAMATAN BIRINGBULU KABUPATEN GOWA
NUR ALAM LANKA/105960173114
Lampiran 1. Identitas Responden
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Alamat :
3. No. Telp :
4. Jenis Kelamin :
5. Umur : Tahun
6. Pengalaman :
7. Hasil Panen :
II. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA
No Nama
Status Keluarhg
a
Jenis Kelamin
Umur Pendidikan
terakhir
Pekerjaan
Pokok Sampingan
1
2
3
4
5
III. BIAYA USAHATANI PADI
A. Biaya Tetap
Pajak dan Sewa Lahan
No Pajak Lahan (Rp) Sewa Lahan (Rp)
1
2
3
4
Penyewaan Alat Pertanian
No Traktor Biaya (Rp)
1
2
3
4
Penyusutan Alat
No Parang Cangkul Sabit
1
2
3
4
Komponen Biaya Tetap
Parang Cangkul Sabit Traktor Pajak
lahan Sewa lahan Jumlah
1
2
3
4
No Nama
Komponen Biaya Tetap
B. Biaya Variabel
Benih
Pupuk
No Jenis Pupuk
Pemakaian (Sak)
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
Total Biaya (Rp)
1
2
3
Herbisida
No Jenis Obat
Pemakaian Botol/shase
t Harga (Rp) Total Biaya (Rp)
1
2
3
4
1
2
3
4
NoJenis
Bibit
Pemakaian
(SAK)Harga (Rp)
Total Biaya
(Rp)
Tenaga Kerja
No Jumlah tenaga Kerja Biaya/ hari
kerja HOK Biaya (Rp)
DK LK
1
2
3
4
Komponen Biaya Variabel
C. Biaya Usahatani Padi
D. Penerimaan Usahatani Padi
E. Pendapatan Usahatani Padi
Benih Pupuk Herbisida Tenaga Kerja Jumlah
1
2
3
4
5
No NamaKomponen Biaya Variabel
No NamaTotal Biaya Tetap
(Rp)
Total Biaya
Variabel (Rp)Total Biaya (Rp)
1
2
3
4
5
No Nama sampelJumlah Produksi
Beras (Kg)Harga Beras (Rp)
Total
Penerimaan
TR
1
2
3
4
No Nama Penerimaan
(Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)
1
2
3
F. Hasil Analisis Retrum Cost Ratio
N0 Nama sampel Total
Penerimaan Total Biaya
(TC) Retum/Cost (R/C)
1
2
3
4
IV.PERMASALAHAN DAN SARAN
Permasalahan :
Saran :
Lampiran 2.Karakteristik Responden
No Nama sampel Umur (tahun) Pendidikan
Pengalaman
berusahatani
(tahun)
Tanggungan
(orang)Luas lahan
1 M. Dahlan H. Siking 46 S1 23 5 0,67
2 Samsyuddin 52 SD 27 4 0,68
3 Kamaruddin 40 SMP 22 3 0,56
4 Halim Sewang 40 SD 24 1 0,69
5 Bakri 40 SD 24 2 0,73
6 Arifuddin 53 SMA 26 2 0,58
7 Hasrullah Latief 35 S1 17 2 0,65
8 Cangku Dg. Tarring 45 - 29 3 0,69
9 H.Runa 50 SD 32 3 0,71
10 Agus Salin 45 SMA 27 3 0,83
11 Mansyur Seha 45 SMA 27 5 0,67
12 Rusli D 39 SD 23 3 0,65
13 Lakbakkang Dg. Mange 57 - 35 1 0,62
14 Hapan Dg.Bau 39 SD 22 2 0,69
15 Sarifuddin 38 SD 24 2 0,79
16 Rudi Hartono 42 SMA 23 4 0,65
17 Dg.Kanang 35 SD 24 2 0,59
18 Saharuddin 34 SD 19 2 0,57
19 M. Dg. Nanring 69 38 5 0,61
20 Mustafa 67 SMA 32 2 0,46
21 Siang Dg. Memang 42 - 29 2 0,45
22 Anwar 45 SMA 26 3 0,57
23 Jufri Lallo 37 SMP 19 2 0,48
24 Sariati Dg. Te”ne 39 - 20 2 0,49
25 Abbas 56 SD 30 4 0,57
26 H. Awing 53 SD 34 3 0,61
27 Adam 56 S1 28 2 0,64
28 Nojeng Arifuddin 45 S1 27 3 0,59
29 Rahman Tola 45 SMA 27 4 0,47
30 H.Kebe Dg. Ratang 43 - 27 3 0,55
31 Sulaeman 47 SMA 26 4 0,62
32 Dg. Siga 42 SMP 26 5 0,64
0,614/HaRata-rata Luas lahan
Lampiran 3. Biaya Tetap
A.Pajak dan Sewa Lahan
No Pajak Lahan (Rp) Sewa Lahan (Rp)
1 50.000
2 40.000
3 1.500.000
4 50.000
5 50.000
6 1.500.000
7 1.000.000
8 40.000
9 1.500.000
10 30.000
11 30.000
12 2.000.000
13 2.000.000
14 60.000
15 2.000.000
16 2.000.000
17 40.000
18 40.000
19 30.000
20 40.000
21 50.000
22 40.000
23 40.000
24 50.000
25 40.000
26 30.000
27 40.000
28 2.000.000
29 50.000
30 40.000
31 1.000.000
32 50.000
Jumlah 850.000 16.500.000
Rata-rata 29,062 515,625
B.Biaya Penyewaan Alat Pertanian
No Traktor Biaya (Rp)
1 800.000 800.000
2 400.000 400.000
3 400.000 400.000
4 350.000 350.000
5 400.000 400.000
6 500.000 500.000
7 350.000 350.000
8 540.000 540.000
9 350.000 350.000
10 500.000 500.000
11 320.000 320.000
12 300.000 300.000
13 600.000 600.000
14 350.000 350.000
15 500.000 500.000
16 500.000 500.000
17 490.000 490.000
18 500.000 500.000
19 345.000 345.000
20 400.000 400.000
21 580.000 580.000
22 430.000 430.000
23 390.000 390.000
24 400.000 400.000
25 390.000 390.000
26 360.000 360.000
27 430.000 430.000
28 500.000 500.000
29 400.000 400.000
30 490.000 490.000
31 330.000 330.000
32 345.000 345.000
Jumlah 13.940.000 13.940.000
Rata-rata 435,625
C.Biaya Penyusutan Alat
No Parang Cangkul Sabit
1 40.000 80.000 30.000
2 45.000 75.000 25.000
3 60.000 120.000 35.000
4 43.000 85.000 25.000
5 50.000 70.000 28.000
6 55.000 85.000 25.000
7 40.000 95.000 50.000
8 46.000 90.000 50.000
9 48.000 75.000 25.000
10 54.000 120.000 25.000
11 45.000 85.000 25.000
12 60.000 70.000 50.000
13 43.000 85.000 50.000
14 50.000 95.000 50.000
15 55.000 120.000 25.000
16 40.000 85.000 35.000
17 46.000 70.000 25.000
18 48.000 85.000 28.000
19 50.000 95.000 25.000
20 55.000 90.000 50.000
21 40.000 75.000 50.000
22 46.000 120.000 25.000
23 48.000 85.000 25.000
24 54.000 70.000 25.000
25 45.000 85.000 50.000
26 60.000 70.000 50.000
27 43.000 85.000 50.000
28 50.000 95.000 25.000
29 55.000 90.000 25.000
30 40.000 75.000 50.000
31 43.000 120.000 50.000
32 45.000 80.000 50.000
Jumlah 1.542.000 2.825.000 1.156.000
Rata-rata 48,187 88,281 36,125
D. Komponen Biaya Tetap
Parang Cangkul Sabit Traktor Pajak
lahan Sewa lahan Jumlah
1 M. Dahlan H. Siking 40.000 80.000 30.000 800.000 50.000 1.000.000
2 Samsyuddin 45.000 75.000 25.000 400.000 40.000 585.000
3 Kamaruddin 60.000 120.000 35.000 400.000 1.500.000 2.115.000
4 Halim Sewang 43.000 85.000 25.000 350.000 50.000 553.000
5 Bakri 50.000 70.000 28.000 400.000 50.000 598.000
6 Arifuddin 55.000 85.000 25.000 500.000 1.500.000 2.165.000
7 Hasrullah Latief 40.000 95.000 50.000 350.000 1.000.000 1.535.000
8 Cangku Dg. Tarring 46.000 90.000 50.000 540.000 40.000 766.000
9 H.Runa 48.000 75.000 25.000 350.000 1.500.000 1.998.000
10 Agus Salin 54.000 120.000 25.000 500.000 30.000 729.000
11 Mansyur Seha 45.000 85.000 25.000 320.000 30.000 505.000
12 Rusli D 60.000 70.000 50.000 300.000 2.000.000 2.480.000
13 Lakbakkang Dg. Mange 43.000 85.000 50.000 600.000 2.000.000 2.778.000
14 Hapan Dg.Bau 50.000 95.000 50.000 350.000 60.000 605.000
15 Sarifuddin 55.000 120.000 25.000 500.000 2.000.000 2.700.000
16 Rudi Hartono 40.000 85.000 35.000 500.000 2.000.000 2.660.000
17 Dg.Kanang 46.000 70.000 25.000 490.000 40.000 671.000
18 Saharuddin 48.000 85.000 28.000 500.000 40.000 701.000
19 M. Dg. Nanring 50.000 95.000 25.000 345.000 30.000 545.000
20 Mustafa 55.000 90.000 50.000 400.000 40.000 635.000
21 Siang Dg. Memang 40.000 75.000 50.000 580.000 50.000 795.000
22 Anwar 46.000 120.000 25.000 430.000 40.000 661.000
23 Jufri Lallo 48.000 85.000 25.000 390.000 40.000 508.000
24 Sariati Dg. Te”ne 54.000 70.000 25.000 400.000 50.000 599.000
25 Abbas 45.000 85.000 50.000 390.000 40.000 610.000
26 H. Awing 60.000 70.000 50.000 360.000 30.000 570.000
27 Adam 43.000 85.000 50.000 430.000 40.000 648.000
28 Nojeng Arifuddin 50.000 95.000 25.000 500.000 2.000.000 2.670.000
29 Rahman Tola 55.000 90.000 25.000 400.000 50.000 620.000
30 H.Kebe Dg. Ratang 40.000 75.000 50.000 490.000 40.000 695.000
31 Sulaeman 43.000 120.000 50.000 330.000 1.000.000 1.543.000
32 Dg. Siga 45.000 80.000 50.000 345.000 50.000 570.000
1.542.000 2.825.000 1.156.000 13.940.000 850.000 16.500.000 36.813.000
48.187 88.281 36.125 435.625 29.062 515.562 1.152.906
No Nama
Komponen Biaya Tetap
Jumlah
Rata-rata
Lampiran 4. Biaya Variabel
A. Benih
1 Ceherang 2 65.000 130.000
2 Cigeulis 1 50.000 50.000
3 Ceherang Super 1 80.000 80.000
4 Inpari 13 1 65.000 65.000
5 Inpari 13 2 65.000 130.000
6 Ceherang Super 1 80.000 80.000
7 Inpari 13 3 65.000 195.000
8 Ceherang 2 65.000 130.000
9 Ceherang Super 1 80.000 80.000
10 Ceherang Super 1 80.000 80.000
11 Ceherang 2 65.000 130.000
12 Ceherang 2 65.000 130.000
13 Ceherang 2 65.000 130.000
14 Ceherang 2 65.000 130.000
15 Ceherang 2 65.000 130.000
16 Ceherang Super 1 80.000 80.000
17 Inpari 13 3 65.000 195.000
18 Ceherang 2 65.000 130.000
19 Ceherang 2 65.000 130.000
20 Cigeulis 1 50.000 50.000
21 Ceherang Ss 2 60.000 120.000
22 Inpari 13 1 65.000 65.000
23 Ceherang Ss 2 60.000 120.000
24 Ceherang 2 65.000 130.000
25 Ceherang 2 65.000 130.000
26 Ceherang 2 65.000 130.000
27 Ceherang 2 65.000 130.000
28 Ceherang 2 65.000 130.000
29 Ceherang Super 1 80.000 80.000
30 Inpari 13 3 65.000 195.000
31 Ceherang 2 65.000 130.000
32 Ceherang 2 65.000 130.000
2.130.000 3.745.000
66.562 117.031
Jumlah
Rata-rata
No Jenis Bibit Pemakaian (SAK) Harga (Rp) Total Biaya (Rp)
B. Pupuk
C. Herbisida
No Jenis ObatPemakaian
Botol/shasetHarga (Rp)
Total Biaya
(Rp)
1 Matador 25 EC 2 Botol 30.000 60.000
2 Dangke 40 WP 1 Shaset 25.000 25.000
3 Matador 25 Ec 3 Botol 30.000 90.000
4 Kanon 400 EC 1 Botol 100.000 100.000
5 Regent 2 Botol 45.000 90.000
6 Siba 2 Botol 100.000 200.000
7 Siba 2 Botol 100.000 200.000
8 Dangke 40 WP 1 Shaset 25.000 25.000
9 Matador 25 EC 3 Botol 30.000 90.000
10 Kanon 400 EC 1 Botol 100.000 100.000
11 Regent 2 Botol 45.000 90.000
12 Siba 2 Botol 100.000 200.000
13 Siba 2 Botol 100.000 200.000
14 Dangke 40 WP 1 Shaset 25.000 25.000
15 Matador 25 EC 3 Botol 30.000 90.000
16 Kanon 400 EC 1 Botol 100.000 100.000
17 Regent 2 Botol 45.000 90.000
18 Siba 2 Botol 100.000 200.000
19 Dangke 40 WP 1 Shaset 25.000 25.000
20 Matador 25 EC 3 Botol 30.000 90.000
21 Kanon 400 EC 1 Botol 100.000 100.000
22 Regent 2 Botol 45.000 90.000
23 Dangke 40 WP 1 Shaset 25.000 25.000
24 Matador 25 EC 3 Botol 30.000 90.000
25 Kanon 400 EC 1 Botol 100.000 100.000
26 Regent 2 Botol 45.000 90.000
27 Dangke 40 WP 1 Shaset 25.000 25.000
28 Matador 25 EC 3 Botol 30.000 90.000
29 Kanon 400 EC 1 Botol 100.000 100.000
30 Regent 2 Botol 45.000 90.000
31 Siba 2 Botol 100.000 200.000
32 Dangke 40 WP 1 Shaset 25.000 25.000
1.855.000 3.115.000
57.968 97,343
Jumlah
Rata-rata
D. Tenaga Kerja
DK LK
1 3 8 1 Hari 75.000/Hari 600.000
2 4 6 1 Hari 75.000/Hari 450.000
3 3 5 1 Hari 75.000/Hari 375.000
4 2 6 1 Hari 75.000/Hari 450.000
5 1 6 2 Hari 75.000/Hari 900.000
6 - 5 1 Hari 75.000/Hari 375.000
7 4 3 1 Hari 75.000/Hari 225.000
8 1 6 1 Hari 75.000/Hari 450.000
9 3 4 2 Hari 75.000/Hari 600.000
10 - 5 1 Hari 75.000/Hari 375.000
11 3 5 2 Hari 75.000/Hari 750.000
12 2 5 1 Hari 75.000/Hari 375.000
13 2 6 1 Hari 75.000/Hari 450.000
14 3 7 1 Hari 75.000/Hari 525.000
15 3 5 2 Hari 75.000/Hari 750.000
16 2 5 1 Hari 75.000/Hari 375.000
17 - 7 1 Hari 75.000/Hari 525.000
18 2 6 1 Hari 75.000/Hari 450.000
19 - 8 1 Hari 75.000/Hari 600.000
20 1 7 1 Hari 75.000/Hari 525.000
21 2 5 1 Hari 75.000/Hari 375.000
22 - 5 2 Hari 75.000/Hari 750.000
23 - 7 1 Hari 75.000/Hari 525.000
24 6 2 2 Hari 75.000/Hari 900.000
25 3 6 1 Hari 75.000/Hari 450.000
26 3 2 2 Hari 75.000/Hari 300.000
27 3 6 1 Hari 75.000/Hari 450.000
28 3 6 1 Hari 75.000/Hari 450.000
29 2 4 2 Hari 75.000/Hari 600.000
30 3 6 1 Hari 75.000/Hari 450.000
31 - 6 1 Hari 75.000/Hari 450.000
32 5 2 1 Hari 75.000/Hari 150.000
Jumlah 15.975.000
Rata-rata 499.218
NoJumlah tenaga Kerja
HOKBiaya/ hari
kerjaBiaya (Rp)
E. Komponen Biaya Variabel
Benih Pupuk Herbisida Tenaga Kerja Jumlah
1 M. Dahlan H. Siking 130.000 1.275.000 60.000 600.000 2.065.000
2 Samsyuddin 50.000 935.000 25.000 450.000 1.460.000
3 Kamaruddin 80.000 1.060.000 90.000 375.000 1.605.000
4 Halim Sewang 65.000 970.000 100.000 450.000 1.585.000
5 Bakri 130.000 940.000 90.000 900.000 2.060.000
6 Arifuddin 80.000 965.000 200.000 375.000 1.620.000
7 Hasrullah Latief 195.000 1.150.000 200.000 225.000 1.770.000
8 Cangku Dg. Tarring 130.000 870.000 25.000 450.000 1.475.000
9 H.Runa 80.000 970.000 90.000 600.000 1.740.000
10 Agus Salin 80.000 1.245.000 100.000 375.000 1.800.000
11 Mansyur Seha 130.000 1.365.000 90.000 750.000 2.335.000
12 Rusli D 130.000 1.060.000 200.000 375.000 1.765.000
13 Lakbakkang Dg. Mange 130.000 965.000 200.000 450.000 1.745.000
14 Hapan Dg.Bau 130.000 965.000 25.000 525.000 1.645.000
15 Sarifuddin 130.000 1.060.000 90.000 750.000 2.030.000
16 Rudi Hartono 80.000 1.215.000 100.000 375.000 1.770.000
17 Dg.Kanang 195.000 865.000 90.000 525.000 1.675.000
18 Saharuddin 130.000 1.150.000 200.000 450.000 1.930.000
19 M. Dg. Nanring 130.000 1.245.000 25.000 600.000 2.000.000
20 Mustafa 50.000 1.150.000 90.000 525.000 1.815.000
21 Siang Dg. Memang 120.000 1.150.000 100.000 375.000 1.745.000
22 Anwar 65.000 1.295.000 90.000 750.000 2.200.000
23 Jufri Lallo 120.000 1.275.000 25.000 525.000 1.945.000
24 Sariati Dg. Te”ne 130.000 1.245.000 90.000 900.000 2.365.000
25 Abbas 130.000 1.060.000 100.000 450.000 1.740.000
26 H. Awing 130.000 1.245.000 90.000 300.000 1.765.000
27 Adam 130.000 1.150.000 25.000 450.000 1.755.000
28 Nojeng Arifuddin 130.000 1.055.000 90.000 450.000 1.725.000
29 Rahman Tola 80.000 1.245.000 100.000 600.000 2.025.000
30 H.Kebe Dg. Ratang 195.000 1.335.000 90.000 450.000 2.070.000
31 Sulaeman 130.000 1.335.000 200.000 450.000 2.115.000
32 Dg. Siga 130.000 1.430.000 25.000 150.000 1.735.000
3.745.000 36.240.000 3.115.000 15.975.000 59.075.000
117.031 1.132.500 97.343 499.218 1.846.093
No Nama
Komponen Biaya Variabel
Jumlah
Rata-rata
Lampiran 5. Total Biaya Usahatani Padi
No NamaTotal Biaya Tetap
(Rp)
Total Biaya
Variabel (Rp)Total Biaya (Rp)
1 M. Dahlan H. Siking 1.000.000 2.065.000 3.065.000
2 Samsyuddin 585.000 1.460.000 2.045.000
3 Kamaruddin 2.115.000 1.605.000 3.720.000
4 Halim Sewang 553.000 1.585.000 2.138.000
5 Bakri 598.000 2.060.000 2.658.000
6 Arifuddin 2.165.000 1.620.000 3.785.000
7 Hasrullah Latief 1.535.000 1.770.000 3.305.000
8 Cangku Dg. Tarring 766.000 1.475.000 2.241.000
9 H.Runa 1.998.000 1.740.000 3.738.000
10 Agus Salin 729.000 1.800.000 2.529.000
11 Mansyur Seha 505.000 2.335.000 2.840.000
12 Rusli D 2.480.000 1.765.000 4.245.000
13 Lakbakkang Dg. Mange 2.778.000 1.745.000 4.523.000
14 Hapan Dg.Bau 605.000 1.645.000 2.250.000
15 Sarifuddin 2.700.000 2.030.000 4.730.000
16 Rudi Hartono 2.660.000 1.770.000 4.430.000
17 Dg.Kanang 671.000 1.675.000 2.346.000
18 Saharuddin 701.000 1.930.000 2.631.000
19 M. Dg. Nanring 545.000 2.000.000 2.545.000
20 Mustafa 635.000 1.815.000 2.450.000
21 Siang Dg. Memang 795.000 1.745.000 2.540.000
22 Anwar 661.000 2.200.000 2.861.000
23 Jufri Lallo 588.000 1.945.000 2.533.000
24 Sariati Dg. Te”ne 599.000 2.365.000 2.964.000
25 Abbas 610.000 1.740.000 2.350.000
26 H. Awing 570.000 1.765.000 2.335.000
27 Adam 648.000 1.755.000 2.403.000
28 Nojeng Arifuddin 2.670.000 1.725.000 4.345.000
29 Rahman Tola 620.000 2.025.000 2.760.000
30 H.Kebe Dg. Ratang 695.000 2.070.000 2.700.000
31 Sulaeman 1.543.000 2.115.000 3.658.000
32 Dg. Siga 570.000 1.735.000 2.225.000
36.813.000 59.075.000 95.888.000
1.152.906 1.846.093 29965000
Jumlah
Rata-rata
Lampiran 6. Total Penerimaan Usahatani Padi
No Nama sampelJumlah Produksi
Beras (Kg)
Harga Beras
(Rp)
Total
Penerimaan TR
1 M. Dahlan H. Siking 924 10.000 9.240.000
2 Samsyuddin 700 10.000 7.000.000
3 Kamaruddin 600 10.000 6.000.000
4 Halim Sewang 800 10.000 8.000.000
5 Bakri 540 10.000 5.400.000
6 Arifuddin 870 10.000 8.700.000
7 Hasrullah Latief 580 10.000 5.800.000
8 Cangku Dg. Tarring 700 10.000 7.000.000
9 H.Runa 600 10.000 6.000.000
10 Agus Salin 800 10.000 8.000.000
11 Mansyur Seha 700 10.000 7.000.000
12 Rusli D 600 10.000 6.000.000
13 Lakbakkang Dg. Mange 860 10.000 8.600.000
14 Hapan Dg.Bau 930 10.000 9.300.000
15 Sarifuddin 700 10.000 7.000.000
16 Rudi Hartono 940 10.000 9.400.000
17 Dg.Kanang 956 10.000 9.560.000
18 Saharuddin 660 10.000 6.600.000
19 M. Dg. Nanring 642 10.000 6.420.000
20 Mustafa 570 10.000 5.700.000
21 Siang Dg. Memang 700 10.000 7.000.000
22 Anwar 802 10.000 8.020.000
23 Jufri Lallo 856 10.000 8.560.000
24 Sariati Dg. Te”ne 640 10.000 6.400.000
25 Abbas 700 10.000 7.000.000
26 H. Awing 650 10.000 6.500.000
27 Adam 900 10.000 9.000.000
28 Nojeng Arifuddin 763 10.000 7.630.000
29 Rahman Tola 600 10.000 6.000.000
30 H.Kebe Dg. Ratang 720 10.000 7.200.000
31 Sulaeman 904 10.000 9.040.000
32 Dg. Siga 675 10.000 6.750.000
23.582 320.000 235.820.000
736,937 10.000 7.369.375
Jumlah
Rata-rata
Lampiran 7. Total Pendapatan Usahatani Padi
No Nama sampelTotal penerimaan
(TR)Total biaya (TC) Total pendapatan
1 M. Dahlan H. Siking 9.240.000 3.065.000 6.175.000
2 Samsyuddin 7.000.000 2.045.000 4.955.000
3 Kamaruddin 6.000.000 3.720.000 2.280.000
4 Halim Sewang 8.000.000 2.138.000 5.862.000
5 Bakri 5.400.000 2.658.000 2.742.000
6 Arifuddin 8.700.000 3.785.000 4.915.000
7 Hasrullah Latief 5.800.000 3.305.000 2.495.000
8 Cangku Dg. Tarring 7.000.000 2.241.000 4.759.000
9 H.Runa 6.000.000 3.738.000 2.262.000
10 Agus Salin 8.000.000 2.529.000 5.471.000
11 Mansyur Seha 7.000.000 2.840.000 4.160.000
12 Rusli D 6.000.000 4.245.000 1.755.000
13Lakbakkang Dg.
Mange8.600.000 4.523.000 4.077.000
14 Hapan Dg.Bau 9.300.000 2.250.000 7.050.000
15 Sarifuddin 7.000.000 4.730.000 2.270.000
16 Rudi Hartono 9.400.000 4.430.000 4.970.000
17 Dg.Kanang 9.560.000 2.346.000 7.214.000
18 Saharuddin 6.600.000 2.631.000 3.969.000
19 M. Dg. Nanring 6.420.000 2.545.000 3.875.000
20 Mustafa 5.700.000 2.450.000 3.250.000
21 Siang Dg. Memang 7.000.000 2.540.000 4.460.000
22 Anwar 8.020.000 2.861.000 5.159.000
23 Jufri Lallo 8.560.000 2.533.000 6.027.000
24 Sariati Dg. Te”ne 6.400.000 2.964.000 3.436.000
25 Abbas 7.000.000 2.350.000 4.650.000
26 H. Awing 6.500.000 2.335.000 4.165.000
27 Adam 9.000.000 2.403.000 6.597.000
28 Nojeng Arifuddin 7.630.000 4.345.000 3.285.000
29 Rahman Tola 6.000.000 2.760.000 3.240.000
30 H.Kebe Dg. Ratang 7.200.000 2.700.000 4.500.000
31 Sulaeman 9.040.000 3.658.000 5.382.000
32 Dg. Siga 6.750.000 2.225.000 4.525.000
235.820.000 95.888.000 139.932.000
7.369.375 2.996.500 4.372.875
12.002.239 4.880.293 7.121.946
Jumlah
Rata-rata
/Ha
Lampiran 8. Hasil Analisis Retrum Cost Ratio
N0 Nama sampelTotal
Penerimaan
Total Biaya
(TC)
Retum/Cost
(R/C)
1 M. Dahlan H. Siking 9.240.000 3.065.000 3,01
2 Samsyuddin 7.000.000 2.045.000 3,42
3 Kamaruddin 6.000.000 3.720.000 1,61
4 Halim Sewang 8.000.000 2.138.000 3,74
5 Bakri 5.400.000 2.658.000 2,03
6 Arifuddin 8.700.000 3.785.000 2,29
7 Hasrullah Latief 5.800.000 3.305.000 1,75
8 Cangku Dg. Tarring 7.000.000 2.241.000 3,12
9 H.Runa 6.000.000 3.738.000 1,6
10 Agus Salin 8.000.000 2.529.000 3,16
11 Mansyur Seha 7.000.000 2.840.000 2,46
12 Rusli D 6.000.000 4.245.000 1,41
13 Lakbakkang Dg. Mange 8.600.000 4.523.000 1,9
14 Hapan Dg.Bau 9.300.000 2.250.000 4,13
15 Sarifuddin 7.000.000 4.730.000 1,47
16 Rudi Hartono 9.400.000 4.430.000 2,12
17 Dg.Kanang 9.560.000 2.346.000 4,07
18 Saharuddin 6.600.000 2.631.000 2,5
19 M. Dg. Nanring 6.420.000 2.545.000 2,52
20 Mustafa 5.700.000 2.450.000 2,32
21 Siang Dg. Memang 7.000.000 2.540.000 2,75
22 Anwar 8.020.000 2.861.000 2,8
23 Jufri Lallo 8.560.000 2.533.000 3,37
24 Sariati Dg. Te”ne 6.400.000 2.964.000 2,15
25 Abbas 7.000.000 2.350.000 2,97
26 H. Awing 6.500.000 2.335.000 2,78
27 Adam 9.000.000 2.403.000 3,74
28 Nojeng Arifuddin 7.630.000 4.345.000 1,75
29 Rahman Tola 6.000.000 2.760.000 2,17
30 H.Kebe Dg. Ratang 7.200.000 2.700.000 2,66
31 Sulaeman 9.040.000 3.658.000 2,47
32 Dg. Siga 6.750.000 2.225.000 3,03
235.820.000 95.888.000 2,46
7.369.375 2996500 2,46Rata-rata
Jumlah
Lampiran 9. Peta Desa
Peta Desa Pencong
Lampiran 10. Bentuk lahan sawah Terasering
Gambar 1. Sawah terasering
Gambar 2. Bersama bapak Amiruddin di lahan sawah
Lampiran 11. Proses Pengolahan padi
Gambar 3. Proses pengolahan padi menjadi gabah Lampiran 12. Proses Wawancara Responden
Gambar 4. Wawancara dengan Bapak Arifuddin (43 Tahun)
Gambar 5. Wawancara dengan Ibu Dg Siang (52 Tahun)
Wawancara 6. Dengan bapak M. Dg nanring (67 tahun)
Wawancara 7) Bersama dengan bapak M. Dahlah H. Siking (48 tahun)
RIWAYAT HIDUP
NURALAM LANKA 105960173114, Penulis Di lahirkan di Gowa 24
Maret 1997, tepatnya di Dusun Bulo-Bulo, Desa Pencong Kecamatan
Biringbulu Kabupaten Gowa dari Ayah M. Dahlah H. Siking dan Ibu
Karasangnging, Penulis merupakan anak ke Dua dari empat
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di MADRASAH
IBTIDAIYAH BULO-BULO pada tahun 2007 kemudian melanjutkan pendidikan ke SMPN 3
SATAP BIRINGBULU dan tamat pada tahun 2010. pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 KELARA dan tamat pada tahun 2013.
Penulis lulus seleksi dan di terima di Universitas Muhammadiyah Makassar
pada tahun 2014 dengan mengambil jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian. Selama
mengikuti perkuliahan, penulis pernah KKP di Gowa tepatnya di Desa Kanjilo
Kecamatan Barombong.
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi di selesaikan dengan menulis skripsi yang
berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Padi Dengan Sistem Terasering Di
Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa”