53
ANALISIS PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF SEBAGAI PENGURANG KEMISKINAN BERDASARKAN Model CIBEST (Studi Kasus: Badan Amil Zakat Nasional dan Dompet Dhuafa Kota Serang) EGA PRATIWI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

ANALISIS PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF SEBAGAI … · ANALISIS PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF SEBAGAI PENGURANG KEMISKINAN BERDASARKAN Model CIBEST (Studi Kasus: Badan Amil Zakat Nasional

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF SEBAGAI

PENGURANG KEMISKINAN BERDASARKAN Model CIBEST

(Studi Kasus: Badan Amil Zakat Nasional dan

Dompet Dhuafa Kota Serang)

EGA PRATIWI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis

Pendayagunaan Zakat Produktif Sebagai Pengurang Kemiskinan Berdasarkan

Model CIBEST (Studi Kasus: Badan Amil Zakat Nasional dan Dompet Dhuafa

Kota Serang) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Ega Pratiwi

NIM H54120045

2

ABSTRAK

EGA PRATIWI. Analisis Pendayagunaan Zakat Produktif Sebagai Pengurang

Kemiskinan Berdasarkan Model CIBEST (Studi Kasus: Badan Amil Zakat Nasional

dan Dompet Dhuafa Kota Serang). Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK.

Kemiskinan merupakan kondisi seseorang atau keluarga tidak dapat memenuhi

kebutuhan pokoknya. Zakat merupakan salah satu instrumen dalam Islam untuk

mengatasi masalah kemiskinan. Penelitian ini menganalisis kemiskinan rumah tangga

mustahik dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah adanya bantuan

zakat produktif. Penelitian ini mengambil studi kasus di Badan Amil Zakat Nasional

dan Dompet Dhuafa Kota Serang. Responden dalam penelitian ini berjumlah 100

rumah tangga mustahik dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode

analisis yang digunakan adalah Model CIBEST yaitu terdiri dari kuadran dan indeks

CIBEST. Model CIBEST tidak hanya mengukur kemiskinan secara material dan

spiritual. Hasil analisis menujukkan bahwa zakat mampu meningkatkan pendapatan

mustahik dan mampu mengurangi tingkat kemiskinan material dan kemiskinan

absolut.

Kata kunci: Model CIBEST, indeks kemiskinan Islami, kemiskinan, zakat produktif.

ABSTRACT

EGA PRATIWI. Analysis of Productive based Zakat Utilization Program For Using

CIBEST Model (Case Study: Badan Amil Zakat Nasional and Dompet Dhuafa at

Serang). Supervised by IRFAN SYAUQI BEIK.

Poverty is a condition in which a person cannot meet basic needs. Zakat is one

of the instrument in Islam to solve the problem of poverty. This research analyzes the

poverty level of mustahik household comparing the changes prior and after execution

of productive based zakat program by taking a case study of Badan Amil Zakat and

Dompet Dhuafa Serang. Respondents in this research are 100 mustahik households

with a purposive sampling. Method of analysis used in this research is CIBEST

Model which consists of CIBEST quadrants and Islamic poverty index. CIBEST model

attempts to analyze poverty from material aspect as well as spiritual aspect. The

results of the study show productive based zakat utilization program is able to

increase revenue of mustahik and able to reduce the level of material poverty and

absolute poverty.

Keywords: CIBEST model, Islamic poverty index, poverty, zakat productive.

3

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF SEBAGAI

PENGURANG KEMISKINAN BERDASARKAN Model CIBEST

(Studi Kasus: Badan Amil Zakat Nasional dan

Dompet Dhuafa Kota Serang)

EGA PRATIWI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

4

6

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Pendayagunaan Zakat Produktif Sebagai Pengurang Kemiskinan

Berdasarkan Model CIBEST (Studi Kasus: Badan Amil Zakat Nasional dan Dompet

Dhuafa Kota Serang)”. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayah Kamaludin dan Ibu Manisah Dhamayanti,

adik-adik dari penulis Rika Dwi Lestari dan Ilham Ramadhan, atas segala doa,

kasih sayang, dan dukungan yang selalu diberikan.

2. Dr Irfan Syauqi Beik, Msc Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan sabar

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga

penulis sampaikan kepada Dr Jaenal Effendi, S Ag, MA dan Dr Eka Puspitawati,

Msi selaku penguji utama dan penguji dari Komisi Pendidikan Departemen Ilmu

Ekonomi atas saran dan masukan untuk perbaikan dalam skripsi ini.

3. Seluruh pihak Badan Amil Zakat Nasional Naisonal (BAZNAS) dan Lembaga

Amil Zakat Dompet Dhuafa Kota Serang dan seluruh responden yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM

IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.

5. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 49 serta

keluarga besar SES-C IPB khususnya Divisi BMT Al-Ihsan terima kasih atas doa

dan dukungannya.

6. Teman-teman satu bimbingan yang telah banyak memberikan bantuan, kritik,

saran, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat di kontrakan rumah cantik Ika, Ocan, Sandra, Siti dan Tya yang

selalu memberikan keceriaan, kasih sayang, dan dukungannya.

8. Sahabat-sahabat semasa perkuliahan Afifah Uly, Hikmah Siti, Ira Roch, Nouva ,

Shely, Nur Azizah yang selalu mendukung baik senang maupun susah.

9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skipsi ini

yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2016

Ega Pratiwi

7

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Pengertian Kemiskinan 5

Indikator Kemiskinan 6

Pandangan Kemiskinan dalam Islam 7

Pengertian dan Hikmah Zakat 8

Pendayagunaan Zakat 10

Penelitian Terdahulu 10

Kerangka Pemikiran 12

METODE PENELITIAN 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Jenis dan Sumber Data 13

Sampel Penelitian 13

Metode Analisis Data 14

Kuadran CIBEST 17

Indeks Kesejahteraan 19

Indeks Kemiskinan Material 20

Indeks Kemiskinan spiritual 20

Indeks Kemiskinan Absolut 21

Uji t Dua Sampel Berpasangan 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Karakteristik Responden 21

8

Analisis Dampak Dana Zakat Produktif terhadap Pendapatan Rumah

Tangga Mustahik 23

Analisis Model CIBEST Rumah Tangga Mustahik BAZNAS 23

Analisis Model CIBEST Rumah Tangga Mustahik Dompet Dhuafa 25

Analisis Model CIBEST Rumah Tangga Mustahik BAZNAS dan Dompet

Dhuafa 27

SIMPULAN DAN SARAN 30

Simpulan 30

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 30

RIWAYAT HIDUP 41

9

DAFTAR TABEL

1 Jumlah penduduk miskin, presentase penduduk miskin Indonesia tahun 1

2 Penghimpunan dana ZIS 2011-2014 4

3 Indikator kebutuhan spiritual 16

4 Klasifikasi kuadran CIBEST 17

5 Karakteristik kepala keluarga responden 22

6 Rata-rata perubahan pendapatan 23

7 Indeks kemiskinan islami rumah tangga mustahik BAZNAS Kota Serang 24

8 Indeks kemiskinan islami rumah tangga mustahik Dompet Dhuafa 26

9 Indeks kemiskinana Islami rumah tangga mustahik BAZNAS dan Dompet

Dhuafa 28

DAFTAR GAMBAR

1 Presentase penduduk miskin menurut Kota dan Kabupaten di Provinsi

Banten tahun 2014 2

2 Kerangka pemikiran 12

3 Kuadran CIBEST 18

4 Kuadran CIBEST mustahik BAZNAS Kota Serang 24

5 Kuadran CIBEST mustahik Dompet Dhuafa Kota Serang 26

6 Kuadran CIBEST mustahik BAZNAS dan Dompet Dhuafa 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji t Paired Test 33

2 Kusioner penelitian 35

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Banyaknya jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan

merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara-negara berkembang tidak

terkecuali Indonesia. Hal tersebut merupakan masalah penting karena diantara tujuan

utama pembangunan ekonomi adalah mengentaskan kemiskinan dan meminimalisir

kesenjangan antara kelompok kaya dengan kelompok miskin (Beik dan Arsiyanti

2015). Tabel 1 merupakan jumlah dan persentase penduduk miskin Indonesia pada

tahun 2010-2015.

Tabel 1 Jumlah penduduk miskin, presentase penduduk miskin Indonesia tahun

2010-2015

Tahun Jumlah penduduk

Miskin (juta jiwa)

Persentase penduduk

miskin (%)

2010 31.02 13.33

2011 30.02 12.49

2012 29.13 11.96

2013 28.07 11.37

2014 27.73 10.96

2015 28.59 11.22 Sumber: BPS, 2014 (diolah)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS) jumlah penduduk yang berada

dibawah garis kemiskinan di Indonesia cenderung mengalami penurunan. Pada tahun

2010 jumlah penduduk miskin sebesar 31.02 juta jiwa atau 13.33 persen turun

menjadi 27.73 juta jiwa atau sebesar 10.96 persen pada tahun 2014. Namun berbeda

dari tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin pada tahun 2015 mengalami

peningkatan sebesar 0.86 juta jiwa atau meningkat 0.26 persen dari tahun 2014.

Program penanggulangan kemiskinan saat ini yang dijalankan oleh pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah difokuskan pada tiga klaster, yaitu program

penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga, penanggulangan kemiskinan berbasis

pemberdayaan masyarakat, dan penanggulanagan kemiskinan berbasis pemberdayaan

usaha kecil. Program-program tersebut secara umum mampu menurunkan tingkat

kemiskinan Indonesia (TNP2K 2014). Namun, tingkat kemiskinan cenderung

menurun tersebut ternyata masih jauh dari target angka kemiskinan Millennium

Development Goals (MDGs) atau Deklarasi Milenium pada tahun 2000 untuk dicapai

pada tahun 2015. Target jumlah penduduk miskin Indonesia dalam Deklarasi

Milenium diharapkan mencapai angka 7.5 persen dari total jumlah penduduk ditahun

2015 belum tercapai.

2

Serang merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang tidak terlepas dari

masalah kemiskinan. Menurut BPS, jumlah masyarakat Kota Serang yang berada

dibawah garis kemiskinan sebesar 36.70 ribu jiwa dan tahun 2014 jumlah ini

menurun dari tahun sebelumnya, pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin sebasar

36.20 ribu. Namun, jika dibandingkan kota lainnya yang ada di Provinsi Banten, Kota

Serang memiliki angka kemiskinan paling tinggi. Hal tersebut terlihat pada Gambar

1.

Gambar 1 Presentase penduduk miskin menurut Kota dan Kabupaten di Provinsi

Banten Tahun 2014 Sumber: BPS Provinsi Banten, 2014 (diolah)

Terkait dengan kemiskinan, hal yang perlu ditekankan adalah perhatian,

pembelaan dan perlindungan terhadap kelompok miskin oleh kelompok mampu (Beik

dan Arsiyanti 2015). Isalm sebagai agama yang menyeluruh memiliki instrumen

khusus yang bertujuan untuk menciptakan keadilan dibidang ekonomi sehingga dapat

berfungsi untuk mengurangi tingkat kemiskinan di masyarakat. Instrumen tersebut

adalah zakat. Al-Quran memandang zakat merupakan salah satu pilar pembentuk

agama islam. Perintah menyisihkan harta untuk dizakatkan sudah diterangkan dengan

jelas dalam Al-Quran. Hal ini sesuai dengan firman Allah: “Dan pada harta benda

mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak

meminta” (Az-Zariyat [51]: 19)

Qardawi (2005) target utama dari aplikasi zakat adalah mengentaskan

kemiskinan secara keseluruhan. Namun, zakat tidak hanya terbatas pada pengentasan

kemiskinan, akan tetapi mengatasi permasalahan-permasalahan kemasyarakatan

lainnya. Menurut Inayah (2005) zakat jika dipandang dalam aspek ekonomi sebagai

alat/rangsangan yang mendorong kemajuan perekonomian nasional. Dari sudut

pandang sosiologi, zakat sebagai energi sosial yang terdapat di dalam masyarakat.

5.26

3.99

5.29

1.75

4.91

3.81

5.7

1.68

0

1

2

3

4

5

6

7

Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangsel

3

Selain itu, zakat juga erat kaitannya dengan aspek ibadah karena dapat menyucikan

harta dan memberikan pahala bagi yang melaksanakannya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 bahwa sistem pengelolaan

zakat di Indonesia terdiri dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang

berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kota/kabupaten.

BAZNAS merupakan lembaga pemerintah yang melakukan tugas pengelolaan zakat

secara nasional. Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga

Amil Zakat (LAZ). Salah satu LAZ yang cukup besar dan memiliki sistem

pengumpulan dan pendayagunaan yang baik adalah Dompet Dhuafa (Pratama 2015).

Dompet Dhuafa berdiri atas Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 239 Tahun

2016.

Pola pendistribusian dana zakat pada awalnya lebih didominasi secara

konsumtif, namun pada pelaksanaan yang lebih modern saat ini zakat didistribusikan

secara produktif. Menurut Mufraini (2006) distribusi zakat secara konsumtif

dikhawatirkan akan membuat mustahik memiliki sifat ketergantungan yang tinggi

terhadap dana zakat yang sudah menjadi haknya. Selain itu, zakat produktif dinilai

lebih efektif dalam membantu masyarakat miskin untuk membantu kegiatan ekonomi

dan kegiatan usahanya akibat keterbatasan modal. Umumnya, dalam mengukur zakat sebagai instrumen yang dapat mengurangi

kemiskinan masih terbatas pada aspek material. Mengukur kemiskinan spiritual

sering diabaikan dalam mengkaji kondisi kemiskinan. Oleh karena itu, diperlukan

suatu model yang dapat mengukur aspek material dan spiritual. Peneliti ini bertujuan

untuk mengetahui dampak zakat produktif yang diberikan oleh BAZNAS dan

Dompet Dhuafa Kota Serang dalam upaya menurunkan tingkat kemiskinan material

dan spiritual berdasarkan Model CIBEST.

Perumusan masalah

Angka kemiskinan yang masih tinggi menujukkan bahwa masyarakat miskin

sulit untuk keluar dari lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Teori

lingkaran setan kemiskinan Nurkse berawal dari tingkat produktifitas yang rendah

sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat pendapatan. Rendahnya tingkat

pendapatan mengakibatkan rendahnya tingkat tabungan dan permintaan. Selanjutnya

tingkat tabungan yang rendah berakibat pada tingkat investasi dan kurangnya modal.

Kurangnya modal ini kembali kepada rendahnya produktifitas yang dihasilkan.

(Jhingan 2004).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memutus lingkaran setan adalah

memberikan modal kerja kepada masyarakat miskin agar dapat melakukan usaha

produktif sehingga mampu meningkatkan pendapatannya (Meylina 2009). Namun,

masyarakat miskin pada umumnya memiliki keterbatasan dalam mengakses modal

kepada lembaga formal seperti bank. Oleh karena itu, zakat merupakan salah satu

instrumen yang berperan untuk membantu masyarakat miskin agar mudah mengakses

modal dengan memberikan pendayagunaan zakat produktif. Menurut Mannan (1997)

4

aliran dana zakat secara produktif dapat dikembangkan oleh penerima zakat untuk

kemandirian mereka, lebih jauh lagi diharapkan dapat memutus lingkaran

kemiskinan. Program pendayagunaan zakat produktif BAZNAS dan Dompet Dhuafa

berusaha membuka akses sumber dana untuk modal kerja.

Tabel 2 Penghimpunan dana ZIS 2011-2014

Penghimpunan dana ZIS BAZNAS dan Dompet Dhuafa

Tahun BAZNAS Dompet Dhuafa

2011 1 103 489 678 236 719 513

2012 1 619 745 214 470 335 908

2013 1 670 265 469 1 196 799 567

2014 1 715 935 578 1 452 737 345 Sumber: BAZNAS dan Dompet Dhuafa Kota Serang, 2016 (diolah)

Total penghimpunan dana Zakat, infak dan sedekah (ZIS) yang dilakukan oleh

BAZNAS dan Dompet Dhuafa mengalami pertumbuhan dari tahun ketahun. Namun,

pendayagunaan zakat produktif yang dilakukan oleh BAZNAS dan Dompet Dhuafa

tidak akan berhasil apabila tidak terjadi perubahan pada indikator kemiskinan para

mustahik. Perubahan indikator kemiskinan dicerminkan oleh tingkat pendapatan

mustahik setelah mendapatkan dana zakat produktif. Berdasarkan hal tersebut maka

dapat dirumuskan beberapa pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak zakat produktif terhadap pendapatan rumah tangga mustahik?

2. Bagaimana klasifikasi rumah tangga mustahik BAZNAS dan Dompet Dhuafa

yang berada di masing-masing kuadran CIBEST serta nilai indeks CIBEST

sebelum dan sesudah adanya bantuan zakat produktif?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang sudah dijelaskan,

maka tujuan penelitain adalah sebagi berikut:

1. Mengetahui dampak zakat produktif terhadap pendapatan rumah tangga

mustahik.

2. Menganalisis klasifikasi rumah tangga mustahik BAZNAS dan Dompet Dhuafa

yang berada di masing-masing kuadran CIBEST serta nilai indeks CIBEST

sebelum dan sesudah adanya bantuan zakat produktif.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk seluruh pihak,

khususnya pihak-pihak yang memiliki kaitan dengan pengelolaan zakat produktif.

Adapun manfaat tersebut antara lain:

5

1. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori yang didapatkan

selama dibangku perkuliahan khususnya mengenai zakat dampaknya terhadap

kemiskinan material maupun spiritual.

2. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi mengenai manfaat zakat produktif

sebagai pengurang kemiskinan.

3. Bagi lembaga pengelola zakat, sebagai referensi dalam meningkatkan program-

program pendayagunaan zakat khususnya zakat produktif dalam membantu sisi

material dan sisi spiritual mustahik.

4. Bagi pemerintah, sebagai masukan dan bahan pertimbangan pertimbangan untuk

kegiatan perencanaan dan rancangan program selanjutnya dalam kegiatan

pengentasan kemiskinan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil studi kasus pada BAZNAS dan Dompet Dhuafa di

Kota Serang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 rumah tangga mustahik

penerima zakat produktif berupa modal usaha yang tersebar disetiap kecamatan di

Kota Serang. Penelitian ini juga membatasi indikator kesejahteraan sebagai suatu

kemampuan rumah tangga mustahik dalam memenuhi kebutuhan material dan

kebutuhan spiritual.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kemiskinan

Menurut Soenarno (2002) dalam Multifah (2009) kemiskinan merupakan

persoalan yang bersifat multidimensi. Mencakup dimensi sosial, politik, ekonomi

maupun aset. Dimensi sosial mewujud pada bentuk tidak terintegrasinya masyarakat

miskin dalam institusi sosial yang ada, akhirnya merusak kualitas dan etos kerja yang

mereka jalani. Dimensi politik, tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu

memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan kaum miskin, sehingga mengakibatkan

mereka tersingkir dari proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka

sendiri. Dimensi ekonomi muncul karena rendahnya pendapatan sehingga tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sampai batas yang layak. Keseluruhan

dimensi tersebut berujung pada dimensi aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan

masyarakat miskin terhadap berbagai hal yang dapat menjadi modal hidup mereka.

Termasuk aset kualitas sumberdaya manusia, peralatan kerja, modal usaha, dan

sebagainya.

Supriatna (1997) kemiskinan merupakan situasi yang memiliki banyak

keterbatasan dan terjadi bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Seseorang

dikatakan miskin yaitu ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas

kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya, yang

6

menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Adapun, kemiskinan dapat disebabkan

oleh faktor penduduk yang terpuruk dalam kemiskinan akbiat dari ketidakmeratan

hasil pembangunan dan sikap mental penduduk yang mengalami kemiskinan secara

alamiah maupun kultural.

Todaro (2008) menyatakan bahwa kemiskinan dapat dibedakan berdasarkan

sifatnya yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut

merupakan masyarakat yang hidup dibawah tingkat penghasilan minimum untuk

dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Kemiskinan relatif adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tingkat pendapatannya

sudah mencapai kebutuhan dasar, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan

masyarakat sekitarnya.

Berbeda dengan konsep konvensional, ekonomi Islam mempunyai pandangan

sendiri mengenai kemiskinan. Shihab dalam Rakhma (2014) Al Qur’an dan hadis

tidak menetapkan angka tertentu dan pasti sebagai ukuran kemiskinan, sehingga para

pakar Islam berbeda pendapat dalam menentukan ukuran kemiskinan dan kefakiran.

Sebagian mereka berpendapat bahwa fakir adalah orang yang berpenghasilan

setengah dari kebutuhan pokoknya, sedangkan miskin adalah orang yang

penghasilannya berada dia atas fakir, tetapi tetap tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan pokoknya. Namun demikian, baik fakir maupun miskin keduanya adalah

kelompok yang harus dibantu melalui ZIS. Karena faktor penyebab kemiskinan tidak

hanya berasal dari faktor internal seperti sifat malas, tetapi juga faktor eksternal yaitu

disebabkan tertahannya hak kaum miskin di tangan orang-orang kaya. Dana ZIS yang

terkumpul seharusnya dapat dijadikan sebagai alat antisipasi agar dapat

meminimalisir kemiskinan. Adanya sikap orang kaya yang menahan untuk

mengeluarkan ZIS, menyebabkan modal dan kekayaan akan bertumpuk di lingkungan

orang-orang kaya saja, sehingga hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab

kemiskinan.

Indikator Kemiskinan

BPS dalam menghitung batas kemiskinan didasarkan pada ukuran pendapatan

yang dihitung dari besarnya uang yang dibelanjakan per kapita per bulan untuk

memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan. Untuk kebutuhan

makan digunakan batasan 2.100 kalori per hari, sedangkan pengeluaran bukan makan

meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

BKKBN mengembangkan konsep sendiri untuk mengukur tingkat kemiskinan.

Terdapat empat katagori keluarga yang dikembangkan oleh BKKBN yaitu: (1)

keluarga prasejahtera; (2) keluarga sejatera 1; (3) keluarga sejahtera 2; (4) keluarga

sejahtera 3; (5) keluarga sejahtera 3 plus. Kategori keluarga prasejahtera termasuk

dalam kelompok miskin, yaitu keluarga tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan

dasar minimalnya. Keluarga tersebut tidak mampu memenuhi salah satu dari

indikator antara lain, menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, makan minimal

dua kali sehari, pakaian lebih dari satu pasang, sebagaian besar lantai rumah tidak

dari tanah, jika sakit dibawa kesarana kesehatan (Hayati 2012).

7

Ukuran kemiskinan menurut Sayogyo yaitu jumlah penduduk yang memiliki

pendapatan per kapita tidak cukup untuk mengonsumsi baran dan jasa yang nilainya

setara dengan 20 kg beras per kapita per bulan untuk daerah perdesaan dan 30 kg

beras per kapita per bulan untuk daerah perkotaan (Nurwai 2008).

Umumnya, ketika berbicara tentang kemiskinan maka yang dimaksud adalah

kemiskinan bersifat material. Seseorang dikategorikan miskin apabila tidak mampu

memenuhi kebutuhan pokoknya dengan layak. Menurut Imam As-syatibi bahwa

dalam Islam kebutuhan pokok/dasar manusia mencakup lima unsur pokok yang harus

dipelihara dan diwujudkan agar dapat mencapai kemaslahatan di dunia dan di akhirat.

Kelima kebutuhan pokok tersebut diantaranya adalah: terpeliharanya agama (Hafdz

al-Din), terpeliharanya jiwa (Hafdz al-Nafs), terpeliharanya keturunan (Hifdz al-

Nasl), terpeliharanya akal (Hifdz al-Aql), terpeliharanya harta/kekayaan (Hifdz al-

Maal). (Meyliani 2009).

Beik dan Arsiyanti (2015) mengungkapkan bahwa dalam Islam kemiskinan

bersifat multidimensional karena tidak hanya melihat ketidakmampuan dalam aspek

material namun juga melihat ketidakmampuan dalam aspek spiritual. Sesuai dengan

QS Al-Quraisy: 3-4 dijelaskan bahwa kebutuhan pokok antara lain adalah dapat

melaksanakan ibadah, terpenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan dan hilangnya

rasa takut.

Pandangan Kemiskinan dalam Islam

Menurut Beik dan Arsiyanti (2015) kemiskinan dalam Islam bersifat

multidimensional. Multidimensioanl dalam hal ini adalah kemiskinan tidak dapat

dipandang dalam aspek material saja, namun juga dipandang dengan aspek spiritual.

Kemiskinan material didasarkan pada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan

material sepenuhnya seperti sandang, pangan, papan. Sedangkan kemiskinan spiritual

didasarkan pada pengetahuan dan pemehaman yang kurang tepat terhadap ajaran

agama Islam atau ada unsur kesengajaan untuk tidak melaksanakan ibadah agama.

Hal ini sesuai dengan definisi kebutuhan pokok dalam Islam yang tidak hanya terkait

dengan kebutuhan material namun juga spiritual dan beribadah kepada Allah. Seperti

yang dijelaskna dalam QS Al Quraisy [106]: 3-4 bahwa terdapat tiga kebutuhan

kebutuhan pokok yaitu dapat melaksanakan ibadah, terpenuhinya kebutuhan sandang,

pangan, papan, dan hilangnya rasa takut.

Terjadinya perbedaan pendapatan yang menjadi penyebab adanya kemiskinan

dalam perspektif Islam merupakan sunnatullah fil hayah. Artinya, kemiskinan tidak

dapat dihilangkan tetapi hanya dapat direduksi dan diminimalisir. Dapat dilakukan

dengan mengembangkan sikap saling tolong menolong, saling membantu, saling

bersilaturahmi, saling mengisi dan saling bersinergi (Beik dan Arsiyanti 2015).

Perhatian Islam terhadap kaum muslimin tertuang dalam firman Allah: “Taukah

kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim,

dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (QS Al-Ma’un [107]: 1-3).

Ayat tersebut menerangkan keharusan orang yang berkecukupan atas harta yang

dimiliki untuk senantiasa menafkahkan sebgian orang-orang miskin.

8

Menurut Beik dan Arsiyanti (2015) dalam bukunya menyatakan bahwa konsep

kesejahteraan dalam perspektif Islam sebagaimana dinyatakan dalam QS Al-Quraisy

[106]: 1-4 terdiri atas empat indikator. Pertama, adalah sistem nilai Islami.

Kesejahteraan tidak akan diraih apabila menentang aturan Allah Subhanhu wa ta’ala.

Menentang aturan Allah merupakan penyebab hilangnya kesejahteraan dan

keberkahan dalam hidup. Hal ini sesuai dengan QS Taha [20]: 124 “Dan barangsiapa

berpaling dari peringatanku maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang

sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.

Kedua, adalah kekuatan ekonomi dan perdagangan. Inti dari kekuatan ekonomi dan

perdagangan adalah terletak pada sektor riil. Karena sektor inilah yang paling banyak

menyerap tenaga kerja. Ketiga, pemenuhan kebutuhan dasar dan sistem distribusi.

Masyarakat tidak akan dikatakan sejahtera apabila tidak mamapu memenuhi

kebutuhan dasar dan hanya sebagian masyarakat yang mampu memenuhi sementara

sebagian lagi tidak. Oleh karena itu, sistem distribusi memiliki peran sangat penting

karena sistem distribusi yang baik adalah yang mampu menjamin rendahnya

kemiskinan dan kesenjangan. Keempat, keamanan dan ketertiban sosial.

Kesejahteraan mampu dicapai apabila terciptanya rasa aman dan nyaman oleh sebab

itu, konflik antar kelompok dalam masyarakat harus dapat diminimalisir.

Pengertian dan Hikmah Zakat

Zakat merupakan asal dari bahasa Arab az-zakah yang berarti berkah, tumbuh,

bersih dan baik (Qardawi 2011). Sehingga dari segi bahasa zakat itu membersihkan

(menyucikan) diri seseorang dan hartanya, pahala bertambah, harta tumbuh

(berkembang), dan membawa berkat. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT:

Sebagaimana firman Allah SWT: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,

dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan harta mereka, dan berdoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman bagi mereka. Dan

allah maha mendengar lagi Maha mengetahui”(At-taubah [9]:102). Menurut istilah

zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-

orang yang berhak. Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan disebut zakat karena yang

dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan

dari kebinasaan (Qardawi 2011).

Zakat merupakan salah satu kewajiban muslim yang bersifat ibadah dan sosial,

yang aturan dan ketentuannya ditetapkan Allah SWT. Zakat diwajibkan kepada setiap

muslim yang kekayaannya melebihi nishab untuk membayar sebagian hartanya bagi

orang miskin dan orang yang memerlukannya. Oleh karena itu, zakat dituntut oleh

semua muslim yang memenuhi syarat dan dibayarkan bukan semata-mata kemurahan

hatinya melainkan karena kewajiban (Multifah 2009). Adapun persyaratan harta

menjadi obyek zakat menurut (Hafidhuddin 2002) adalah:

1. Milik penuh

Sebagian ahli fiqih mengatakan bahwa kekayaan itu harus berada ditangannya,

tidak tersangkut didalamnya hak orang lain, dapat ia pergunakan, dan faedahnya

dapat dinikmati.

9

2. Berkembang

Berkembang (nama’) secara terminologi berarti bertambah. Sedangkan menurut

istilah, pengertian berkembang terbagi menjadi dua macam, yaitu bertambah

secara konkret dan tidak konkret. Bertambah secara konkret dengan cara

pembiakan, usaha, perdagangan dan lainnya sedangkan yang tidak konkret adalah

kekayaan tersebut berpotensi berkembang, baik ketika berada ditangannya maupun

berada ditangan orang lain, tetapi ata namanya (Qardawi 2011).

3. Mencapai nishab

Nishab merupakan batas minimal yang menyebabkan harta terkena wajib zakat.

Hikmah adanya ketentuan nishab ini adalah bahwa zakat merupakan pajak yang

dikenakan atas orang kaya untuk bantuan kepada orang miskin sekaligus bentuk

partisipasi bagi kesejahteraan umat Islam.

4. Lebih dari kebutuhan biasa

Sebagian ulama fiqih menambahkan syarat ini karena orang yang memiliki

kelebihan dari kebutuhan yang biasanya adalah tergolong kaya dan menikmati

kehidupan yang tergolong mewah (Qardawi 2011).

5. Bebas dari hutang

Pemilikan sempurna yang dijadikan persyaratan wajib zakat harus lebih dari

kebutuhan prime.

6. Berlalu setahun (haul)

Haul merupakan kepemilikan seseorang atas hartanya telah berlalu selama

setahun. Harta tersebut seperti perdagangan, peternakan, emas dan perak (Qardawi

2011).

Menurut Hasan (2006) zakat terdiri dari dua jenis, yaitu zakat fitrah dan zakat

maal. Zakat fitrah adalah sejumlah harta yang wajib ditunaikan oleh mukallaf (orang

Islam, baligh, berakal) dan setiap orang yang nafkahnya ditanggung dengan syarat-

syarat tertentu. Zakat maal adalah zakat atas harta kekayaan, meliputi hasil

perniagaan atau perdagangan, pertambangan, pertanian, hasil ternak, harta temuan,

emas dan perak serta zakat profesi. Masing-masing zakat mempunyai perhitungan

yang berbeda-beda.

Beberapa hikmah zakat diantaranya yaitu: (1) menyucikan harta. Zakat

bertujuan untuk membersihkan harta yang diperolehnya jika terjadi kekhilafan yang

tidak disengaja (2) menyucikan jiwa muzakki dari sifat kikir. Selain membersihkan

harta, juga membersihkan jiwa dari kotoran hati. Sehingga orang kaya meyakini

bahwa zakat itu bukan semata-mata kewajiban, tetapi juga sebagai tanda rasa

solidaritas sosial yang diwajibkan oleh Allah SWT (3) membersihkan jiwa mustahik

dari sifat dengki. Dengan zakat, kecemburuan sosial sosial dapat dihilangkan dan

ketentraman masyarakat serta negara terjamin. (4) membangun masyarakat yang

lemah. Cakupan zakat lebih luas lagi yaitu untuk masyarakat yang memiliki status

sosial yang lemah, dan perekonomian yang belum mapan. Karena harta akan

didisrtibusikan dengan baik melalui adanya zakat (Hasan 2006).

10

Pendayagunaan Zakat

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor Republik Indonesia (RI) No.

581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Zakat disebutkan bahwa kegiatan

pendayagunaan dana zakat dibagi menjadi dua bagian yaitu program pendayagunaan

bersifat sosial dan program pendayagunaan berbasis pengembangan ekonomi.

Pendayagunaan zakat yang berbasis sosial adalah penyaluran dana zakat dalam

bentuk santunan untuk kebutuhan konsumtif disebut program santunan.

Pendayagunaan zakat berbasis pengembangan ekonomi yaitu penyaluran zakat dalam

bentuk pemberian modal usaha kepada yang berhak menerima (mustahik) Penyaluran

dana zakat ini diarahkan pada usaha ekonomi yang produktif, sehingga diharapkan

hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan masyarakat (Rusli dkk 2013).

Masing-masing dari kebutuhan konsumtif dan produktif tersebut kemudian

dibagi dua, yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif, sedangkan yang

berbentuk produktif dibagi menjadi produktif konvensional dan produktif kreatif

(Mufraini 2008).

1. Konsumtif tradisional, yaitu zakat dibagikan kepada mustahik untuk

dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir

miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

2. Konsumtif kreatif, yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya

semula, seperti diberikan dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa.

3. Produktif tradisional, yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk barang-barang yang

produktif seperti kambing, sapi, alat cukur, dan lain sebagainya. Pemberian

dalam bantuan ini akan dapatmenciptakan suatu usaha yang dapat menciptakan

lapangan kerja bagi fakir miskin.

4. Produktif kreatif, yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk

membangun proyek sosial atau menambah modal pedagang.

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai zakat sebagai pengurang kemiskinan yang

dilakukan oleh Beik (2008) mengenai dampak pendayagunaan zakat terhadap

pengurang kemiskinan dengan melakukan studi kasus Dompet Dhuafa Republika.

Alat analisa penelitian yang digunakan adalah headcount ratio index untuk

mengetahui berapa jumlah dan persentase keluarga miskin, poverty gap ratio dan

income gap ratio index untuk mengetahui selisih pendapatan rata-rata masyarakat

miskin dengan garis kemiskinan, serta menggunakan sen index poverty dan FGT

untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil penelitian tersebut menujukkan

bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan persentase keluarga miskin, mampu

mengurangi kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan.

Meylani (2009) mengenai pengaruh pendayagunaan ZIS sebagai modal kerja

terhadap indikator kemiskinan dan pendapatan mustahik dengan mengambil studi

kasus di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pada

program Ikhtiar yaitu program pendayagunaan ZIS yang dilakukan melalui

11

pemberdayaan berbasis komunitas dengan mekanisme kelompok dan ditujukan secara

khusus bagi kaum perempuan. Hasil penelitian tersebut bahwa dengan adanya

bantuan zakat, tingkat kemiskinan menurun dibandingkan tingkat kemiskinan

sebelum mendapatkan zakat. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya nilai headcount

ratio (H), indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan indeks keparahan kemiskinan (P2)

mustahik setelah mereka mengikuti Program Ikhtiar. Nilai H mengalami penurunan

dari 0.49 menjadi 0.44; nilai P1 menurun dari 0.17 menjadi 0.14; dan nilai P2

menurun dari 0.09 menjadi 0.06.

Rusli dkk (2013) meneliti dampak modal zakat produktif terhadap pengentasan

kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara. Responden dalam penelitian ini berjumlah 77

orang dari 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Utara. Model yang digunakan

dalam penelitian ini adalah persamaan regresi liniar dan untuk analisis data digunakan

analisis uji beda wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian modal

zakat produktif dalam bentuk modal usaha berdampak positif dan dapat menurunkan

angka kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara sebesar 0,02 persen.

Penelitian Beik (2015) yang berjudul Measuring Zakat Impact on Poverty and

Welfare Using CIBEST Model dengan jumlah responden sebesar 221 rumah tangga

mustahik penerima zakat produktif yang dikelola oleh BAZSIS DKI Jakarta dan

Dompet Dhuafa. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

Model CIBEST. Hasil penelitian bahwa dengan adanya program pendagunaan zakat

mampu meningkatkan indeks kesejahteraan mustahik sebesar 96.8 persen. Indeks

kemiskinan material dan indeks kemiskinan absolut dapat dikurangi masing-masing

sebesar 30.15 persen dan 91.30 persen. Terdapat hasil yang tidak sesuai prediksi

dalam penelitian ini bahwa terjadi peningkatan jumlah rumah tangga yang yang hidup

dibawah kemiskinan spiritual sebanyak dua rumah tangga setelah adanya program

pendayagunaan zakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2015) mengenai pendayagunaan zakat

produktif dalam mengurangi kemiskinan berdasarkan CIBEST Model studi kasus PT

Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa Kabupaten Bogor. Jumlah responden

dalam penelitian ini sebanyak 121 rumah tangga mustahik. Hasil penelitian

menujukkan bahwa rata-rata mustahik mengalami peningkatan pendapatan setelah

adanya pendistribusian dana zakat produktif serta bimbingan dari MM Dompet

Dhuafa dibandingkan dengan sebelum mendapatkan distribusi zakat produktif. Zakat

produktif dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mustahik dan mampu

menurunkan tingkat kemiskinan material, kemiskinan spiritual, serta kemiskinan

absolut.

Penelitian-penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa distribusi dana zakat

mampu mengurangi kemiskinan mustahik. Namun, dalam mengukur kemiskinan

masih terbatas pada kondisi material. Belum banyak peneliti yang manegukur kondisi

kemiskinan material dan spiritual secara bersamaan, khusunya di Kota Serang. Oleh

karena itu, peneliti berupaya melengkapi dalam mengukur dampak zakat sebagai

pengurang kemiskinan menggabungkan aspek material dan spiritual.

12

Kerangka Pemikiran

Pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan Dompet Dhuafa Kota

Serang akan berdampak pada kemiskinan rumah tangga mustahik. BAZNAS dan

Dompet Dhuafa menyalurkan dana zakat kepada rumah tangga mustahik dengan

melakukan pendayagunaan bersifat konsumtif dan produktif. Dana zakat yang

diberikan secara konsumtif dimanfaatkan langsung oleh mustahik untuk memenuhi

kebutuhan pokoknya, sedangkan dana zakat produktif diberikan dalam bentuk modal

usaha. Selain memberikan bantuan modal usaha, baik BAZNAS maupun Dompet

Dhuafa melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap usaha tersebut, guna

mendorong kegiatan usaha yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar.

Pendayagunaan zakat produktif diharapkan dapat membantu mustahik untuk

mengakses modal usahanya, sehingga bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup

diri dan keluarganya yang dicerminkan dengan meningkatnya pendapatan dan dalam

jangka panjang mampu mengurangi kemiskinan. Untuk menganalisis dampak

pendayagunaan zakat produktif terhadap pendapatan dalam penelitian ini

menggunakan uji t dan menganalisis kemiskinan menggunakan Model CIBEST.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pemikiran

Pendayagunaan zakat

Menggunakan uji

t berpasangan

Menggunakan

CIBEST Model

Bantuan modal

usaha

Pembinaan dan

pendampingan

Dampak zakat produktif

terhadap pendapatan rumah

tangga mustahik

Dampak zakat produktif dalam

mengurangi kemiskinan rumah

tangga mustahik

Konsumtif Produktif

Rumah tangga

mustahik BAZNAS dan Dompet Dhuafa

13

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di setiap kecamatan Kota Serang yaitu Kecamatan

Cipocok Jaya, Curug, Kasemen, Taktakan dan Walantaka. Lokasi tersebut dipilih

secara sengaja dengan pertimbangan agar sampel mewakili pada setiap kecamatan.

Sedangkan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2016 dengan

melakukuan studi kasus pada BAZNAS dan Dompet Dhuafa Kota Serang.

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder.

1. Data primer diperoleh langsung dari objek penelitian seperti wawancara langsung

menggunakan kuisioner terhadap rumah tangga mustahik penerima zakat

produktif dari BAZNAS dan Dompet Dhuafa Kota Serang guna memperoleh

informasi terkait pendapatan rumah tangga sesudah mendapatkan bantuan zakat,

pengeluaran rumah tangga, besar bantuan yang diberikan oleh lembaga amil serta

terkait dengan kondisi ibadah/spiritual rumah tangga.

2. Data sekunder diperoleh dari data-data, dokumen-dokumen yang sudah tersedia

oleh BAZNAS dan Dompet Dhuafa seperti data anggota rumah tangga penerima

zakat produktif, pendapatan rumah tangga sebelum mendapatkan bantuan zakat.

Selain itu, data sekunder didapatkan dari Al-Quran, buku, jurnal, internet, dan

sumber lainnya.

Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling yaitu pemilihan responden dilakukan dengan kriteria sendiri yang

ditentukan oleh peneliti. Kriteria tersebut antara lain adalah rumah tangga mustahik

yang mengikuti program pendayagunaan zakat produktif dimulai dari tahun 2012

baik pada rumah tangga mustahik BAZNAS maupun Dompet Dhuafa. Reponden

yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang merupakan

anggota dari program pendayagunaan zakat produktif. Besarnya ukuran sampel ini

ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain bahwa di kebanyakan

penelitian pada umumnya ukuran sampel yang digunakan adalah antara 30 sampai

dengan 500 (Sakaran 1992); dan ukuran tersebut dinilai telah cukup representatif.

14

Metode Analisis Data

Alat analisis kemiskinan yang digunakan dalam peneliitian ini adalah indeks

kemiskinan Islami yaitu Model CIBEST (Center of Islamic Business and Ecomonic

Studies-IPB). Model CIBEST adalah alat ukur kemiskinan yang tidak hanya

mengukur secara kemiskinan secara material, tetapi mengukur kemiskinan spiritual.

Model CIBEST terdiri dari Kuadran CIBEST dan Indeks CIBEST. Pada garis

kemiskinan material digunakan pendekatan sebelum dan sesudah mendapatkan

bantuan zakat berdasarkan perhitungan MV (Material Value). MV adalah ukuran

untuk mengetahui apakah suatu rumah tangga tersebut berkecukupan secara material.

Suatu rumah tangga dikatakan mampu secara materi apabila pendapatan mereka

diatas nilai MV (Beik dan Arsiyanti 2015) sebagaimana yang ditunjukkan oleh

formula berikut ini:

MV= 1i

nPiMi

Keterangan:

MV = Standar minimal kebutuhan material yang harus dipenuhi rumah

tangga (Rp atau mata uang lain) atau dapat disebut sebagai Garis

Kemiskinan Material

Pi = Harga barang dan jasa (Rp atau mata uang lain)

Mi = Jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan

MV yang digunakan dalam penelitian berdasarkan Garis Kemiskinan (GK)

material Kota Serang per kapita yang dikeluarkan oleh BPS, yang nantinya

dikonversi menjadi Garis kemiskinan rumah tangga per kapita per bulan. Sesuai

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pratama (2015) bahwa perhitungan garis

kemiskinan rumah tangga diperoleh dari hasil perkalian antara garis kemiskinan per

kapita per bulan dengan rata rata besaran ukuran rumah tangga. Rata-rata besaran

ukuran rumah tangga diperoleh dari rasio total penduduk dengan jumlah rumah

tangga diwilayah penelitian. Garis kemiskinan rumah tangga untuk kondisi sebelum

memperoleh bantuan dana zakat didasarkan pada GK Kota Serang 2012 yaitu sebesar

Rp 224 964 (BPS). Total jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga masing-masing

sebesar 680 507 dan 135 908 rumah tangga.

Rata-rata besar ukuran rumah tangga =135908

680507= 5

Sehingga garis kemiskinan rumah tangga (MV) sebelum memperoleh bantuan zakat

yaitu:

MV = Rp 224 964 x 5

= Rp 1 124 820 per rumah tangga per bulan.

15

Garis kemiskinan rumah tangga untuk kondisi sesudah memperoleh bantuan

zakat diperoleh dengan perhitungan yang sama, dengan menggunakan GK tahun 2014

yaitu sebesar Rp 242 977 (BPS 2014). Total jumlah penduduk dan rumah tangga

masing-masing sebesar 805 225 dan 137 634 rumah tangga. Sehingga garis

kemiskinan rumah tangga (MV’) setelah mendapatkan bantuan zakat yaitu sebesar:

Rata-rata besaran ukuran rumah tangga =137634

805225= 5.8

Sehingga garis kemiskinan rumah tangga (MV’) sesudah memperoleh bantuan zakat

adalah:

MV’ = Rp 242 977 x 5.8

= Rp 1 409 266 per rumah tangga per bulan.

Garis kemiskinan spiritual didasarkan pada perhitungan SV (spiritual value)

yaitu ukuran yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu rumah tangga

berkecukupan secara spiritual. Pengukuran kemiskinan spiritual didasarkan pada

kemampuan seseorang atau suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya.

Jika tidak mampu maka rumah tangga tersebut pasti akan mengalami miskin spiritual.

Pemenuhan kebutuhan spiritual dihitung berdasarkan standar pemenuhan lima

variabel yaitu pelaksanaan ibadah sholat, zakat, puasa, lingkungan keluarga/rumah

tangga, dan kebijakan pemerintah. Untuk menilai skor masing-masing variabel ini

digunakan skala likert antara 1 sampai 5 (Beik dan Arsiyanti 2015)

16

Tabel 3 Indikator kebutuhan spiritual

Variabel Skala Likert Standar

Kemiski

nan 1 2 3 4 5

Shalat Melarang

orang

lain

shalat

Menolak

konsep

shalat

melaksanakan

shalat wajib

tidak rutin

melaksanakan

shalat wajib

rutin tapi tidak

selalu

berjamaah

Melaksanakan

shalat wajib

rutin

berjamaah dan

melaksanakan

shalat sunnah

Skor

rata-rata

untuk

keluarga

yang

secara

spiritual

miskin

adalah 3

(SV = 3)

Puasa Melarang

orang

lain

berpuasa

Menolak

konsep

puasa

Melaksanakan

puasa wajib

tidak penuh

Hanya

melaksanakan

puasa wajib

secara penuh

Melaksanakan

puasa wajib

dan puasa

sunnah

Zakat dan

infak

Melarang

orang

lain

berzakat

dan

berinfak

Menolak

zakat dan

infak

Tidak pernah

berinfak walau

sekali dalam

sebulan

Membayar

zakat fitrah

dan zakat

harta

Membayar

zakat fitrah,

zakat harta dan

infak/sedekah

Lingkungan

keluarga

Melarang

anggota

keluarga

ibadah

Menolak

pelaksan

aan

ibadah

Menganggap

ibadah urusan

pribadi

anggota

keluarga

Mendukung

ibadah

anggota

keluarga

Membangun

suasana

keluarga yang

mendukung

ibadah secara

bersama-sama

Kebijakan

pemerintah

Melarang

ibadah

untuk

setiap

keluarga

Menolak

pelaksan

aan

ibadah

Menganggap

ibadah urussan

pribadi

masyarakat

Mendukung

ibadah

Menciptakan

lingkungan

yang kondusif

untuk ibadah

Sumber: Beik dan Arsyianti (2015)

Akibat keterbatasan waktu dan kondisi, terkait dengan skor kebutuhan spiritual,

penelitian ini menggunakan pendekatan persepsi kepala keluarga. Kepala keluarga

tersebut menggambarkan kondisi masing-masing variabel indikator spiritual.

Perhitungan skor spiritual individu anggota rumah tangga meurut Beik dan Arsyanti

(2015) didasarkan pada rumus:

Hi = 5

VgiVfiVhiVziVfiVpi

Keterangan:

Hi = skor aktual anggota keluarga ke-i

Vp = skor sholat anggota keluarga ke-i

Vz = skor zakat anggota keluarga ke-i

Vh = skor lingkungan keluarga anggota keluarga ke-i

g = skor kebijakan pemerintah anggota keluarga ke-i

17

Klasifikasi Kuadran CIBEST

Berdasarkan perhitungan MV dan SV maka dapat mengklasifikasikan masing-

masing rumah tangga ke dalam kuadran CIBEST. Apabila skor aktual spiritual rumah

tangga lebih besar dari nilai SV dan pendapatan keluarga lebih besar dari nilai MV

maka rumah tangga tersebut dikategorikan dalam kuadran I yaitu kaya secara material

dan kaya secara spiritual. Jika skor aktual spiritual rumah tangga lebih besar dari nilai

SV dan pendapatan lebih kecil dari nilai MV maka rumah tangga tersebut

dikategorikan dalam kuadran II yaitu kaya secara spiritual namun miskin material.

Selanjutnya apabila skor aktual spiritual lebih kecil dari nilai SV dan pendapatan

rumah tangga lebih besar dari nilai MV maka masuk dalam kategori kuadran III yaitu

miskin secara spiritual namun kaya secara material. Terakhir, rumah tangga yang

memiliki skor aktual spiritual lebih kecil dari nilai SV dan pendapatan lebih kecil dari

MV, maka rumah tangga tersebut masuk ke dalam kategori kuadran IV yaitu miskin

secara spiritual dan miskin secara material.

Tabel 4 Klasifikasi kuadran CIBEST

Skor Aktual ≤ Nilai MV >Nilai MV

>Nilai SV Kaya spiritual, Miskin Material

(Kuadran II)

Kaya spiritual, kaya material

(Kuadran I)

≤ Nilai SV Miskin spiritual, miskin material

(Kuadran IV)

Miskin spiritual, kaya material

(Kuadran III)

Sumber: Beik dan Arsiyanti (2015)

Kuadran CIBEST

Kuadran CIBEST adalah sebuah kuadran yang bertujuan untuk memetakan

keluarga dalam empat kuadran (Beik dan Arsyanti 2015). Pembagian kuadran

didasarkan pada kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan material dan

spiritual. Kuadran CIBEST membagi kemampuan rumah tangga untuk memenuhi

kebutuhan material dan spiritual ke dalam dua tanda, tanda positif (+) dan negatif (-).

Tanda (+) menunjukkan rumah tangga tersebut mampu memenuhi kebutuhannya

dengan baik sedangkan tanda (-) menunjukkan rumah tangga tersebut tidak dapat

memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan baik. Berdasarkan gambar 2, garis

kemiskinan material dilambangkan dengan sumbu horizontal dan garis kemiskinan

spiritual dilambangkan dengan sumbu vertikal.

18

Gambar 3 Kuadran CIBEST

Sumber: Beik dan Arsiyanti (2015)

Kuadran pertama, rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan material dan

spiritual. Sehingga tanda keduanya adalah (+) maka dikategorikan kedalam kuadran

sejahtera. Rumah tangga atau keluarga dikatakan sejahtera apabila dianggap mampu

baik secara material maupun spiritual yaitu hidup dibawah hayatan thayyibah seperti

yang dijelaskan Allah SWT: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki

maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan pahala

yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS An-nahl [16]: 97). Ayat

tersebut menggambarkan bahwa Allah akan memberikan kehidupan yang sejahtera

hingga tercukupi baik kebutuhan material dan juga spiritualnya apabila melakukan

kebajikan yang dilandasi dengan keimanan.

Kuadran kedua, rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan spiritual (+) tetapi

tidak mampu memenuhi kebutuhan materialnya (-) dengan baik, maka rumah tangga

ini dikategorikan dalam kondisi miskin material. Kemiskinan material didasarkan

pada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan material sepenuhnya seperti

sandang, pangan, dan papan. Penyebab utama pada kemiskinan material adalah alasan

yang bersifat ekonomis, yaitu ketidakcukupan pendapatan dalam memenuhi

kebutuhan pokok diri dan keluarga, seperti yang dijelaskan dalam firman Allah:

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,

kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sapaikanlah kabar gembira kepada

oran-orang yang sabar” (QS Al-Baqarah [2] :155-156). Ayat tersebut Allah

menjelaskan bahwa orang yang mengalami kondisi kelaparan, kekurangan harta

(miskin material) namun orang tersebut tetap menjalankan kewajiban ibadahnya

sebagai seorang muslim maka mungkin akan hidup menderita di dunia tetapi

merasakan kebahagian di akhirat.

19

Kuadran ketiga, rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan material (+) tetapi

tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya (-) dengan baik, artinya rumah tangga

mengalami kondisi miskin spiritual. Kemiskinan spiritual didasarkan pada

ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual minimal melalui pelaksanaan

ibadah yang diwajibkan maupun dianjurkan dalam Islam. Kondisi seperti ini sesuai

dengan firman Allah: “Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah kami

berikan kepada mereka. Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk

mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan

kepada mereka, kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka diam dan

putus asa” (QS Al-An’am [6]: 44). Ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa orang

yang memiliki kesenangan dengan diberikan kemakmuran hidup didunia namun

mengabaikan kewajiban ibadah sebagai seorang muslim maka mungkin akan

mendapatkan kesenangan di dunia ini, tapi merasakan menderita di akhirat jika tidak

mengubah kondisi rohani.

Kuadran keempat, rumah tangga tidak mampu memenuhi kebutuhan material

dan spiritualnya secara bersamaan, sehingga tanda keduanya adalah (-). Hal ini

merupakan kondisi terburuk yang berada pada kategori miskin absolut yaitu miskin

secara material dan spiritual, seperti yang dijelaskan dalam firman Allah: “Dan

barangsiapa berpaling dari peringatanku maka sungguh dia akan menjalani

kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam

keadaan buta” (QS Thaha [20]: 124). Ayat tersebut menggambarkan bahwa

terputusnya kebutuhan spiritual akan membawa kehidupan yang sempit dan tidak

terpenuhinya pula kebutuhan bersifat fisik. Orang yang berada pada kondisi ini akan

menderita baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, kelompok ini harus

diberikan perhatian lebih dalam proses pembangunan negara karena mereka mewakili

kelompok terlemah dari masyarakat.

Setelah mengkategorikan rumah tangga ke dalam kuadran maka dapat

melakukan perhitungan indeks kemiskinan Islami. Indeks kemiskinan Islami atau

indeks CIBEST adalah salah satu alat ukur yang tengah dikembangkan dalam Model

CIBEST, pengembangan indeks ini didasarkan pada kuadran CIBEST. Indeks

CIBEST digunakan untuk menghitung jumlah penduduk yang berada pada masing-

masing kuadran CIBEST. Indeks ini terdiri dari indeks kemiskinan material (Pm),

indeks kemiskinan spiritual (Ps), indeks kemiskinan abolut (Ps) dan indeks

kesejahteraan (W). Menurut Beik dan Arsiyanti (2015) kombinasi keseluruhan indeks

kemiskinan islami adalah:

W+ Pm +Ps +Pa = 1

Indeks Kesejahteraan

Indeks kesejahteraan yang dikembangkan oleh CIBEST berupaya untuk

menggambarkan sebaran rumah tangga mustahik yang beradra dalam kuadran I atau

sejahtera. Dalam konteks ini sejahtera adalah rumah tangga mustahik yang

berkecukupan secara material dan spiritual. Indeks kesejahteraan ini didapat dari rasio

20

jumlah rumah tangga mustahik yang sejahtera dengan jumlah rumah tangga mustahik

yang diamati. Indeks ini memiliki nilai 0-1. Semakin besar nilai indeks semakin

banyak rumah tangga mustahik yang sejahtera. Berikut adalah formula untuk

mengitung indeks kemiskinan material menurut Beik dan Arsiyanti (2015):

W = N

w

Keterangan :

W = Indeks kesejahteraan ; 0 ≤W ≤1

w = Jumlah keluarga sejahtera (kaya secara material dan spiritual)

N = Jumlah sampel rumah tangga yang diamati

Indeks Kemiskinan Material

Indeks kemiskinan material digunakan untuk mengetahui gambaran jumlah

rumah tangga mustahik yang berada pada kuadran II atau yang termasuk dalam

miskin material. Indeks kemiskinan material didapat dari hasil perbandingan antara

jumlah rumah tangga mustahik yang miskin material dengan jumlah sampel total

keluarga yang diamati. Indeks ini memiliki nilai antara 0-1. Semakin kecil nilai

indeks artinya semakin sedikit rumah tangga mustahik yang mengalami miskin

material. Berikut adalah formula indeks kemiskinan material menurut Beik dan

Arsiyanti (2015):

Pm = N

Mp

Keterangan :

Pm = Indeks kemiskinan material 0 ≤Pm ≤1

Mp = Jumlah keluarga yang miskin secara material namun kaya secara

spiritual

N = Jumlah sampel rumah tangga yang diamati

Indeks Kemiskinan spiritual

Indeks kemiskinan spiritual digunakan untuk mengetahui gambaran jumlah

rumah tangga mustahik yang berada pada kuadran III atau yang termasuk dalam

miskin spiritual. Indeks kemiskinan spiritual didapat dari hasil perbandingan anatara

jumlah rumah tangga mustahik yang miskin spiritual dengan jumlah sampel total

keluarga yang diamati. Indeks ini memiliki nilai antara 0-1. Semakin kecil nilai

indeks artinya semakin sedikit rumah tangga mustahik yang mengalami miskin

spiritual. Berikut adalah formula indeks kemiskinan spiritual menurut Beik dan

Arsiyanti (2015):

Ps = N

Sp

21

Keterangan:

Ps = Indeks kemiskinan spiritual 0 ≤ Pm ≤ 1

Sp = Jumlah keluarga yang miskin secara spiritual kaya secara material

N = Jumlah sampel rumah tangga yang diamati

Indeks Kemiskinan Absolut

Indeks kemiskinan absolut digunakan untuk mengetahui gambaran jumlah

rumah tangga mustahik yang berada pada kuadran IV atau yang termasuk dalam

miskin spiritual. Indeks kemiskinan spiritual didapat dari hasil perbandingan anatara

jumlah rumah tangga mustahik yang miskin material dengan jumlah sampel total

keluarga yang diamati. Indeks ini memiliki nilai antara 0-1. Semakin kecil nilai

indeks artinya semakin sedikit rumah tangga mustahik yang mengalami miskin

spiritual. Berikut adalah formula untuk mengitung indeks kemiskinan material

menurut Beik dan Arsiyanti (2015):

Pa = N

Ap

Keterangan :

Pa = Indeks kemiskinan absolut ; 0 ≤Ps ≤1

Ap = Jumlah keluarga yang miskin secara spiritual dan juga material

N = Jumlah sampel rumah tangga yang diamati

Uji t Dua Sampel Berpasangan

Metode analisis data yang digunakan adalah uji t dua sampel berpasangan

(paired t-test). uji t dua sampel berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode

pengujian hipotesis dengan menggunakan data tidak bebas (berpasangan). Pada uji t

dua sampel berpasangan, objek penelitian dikenakan dua perlakuan yang berbeda

sehingga menghasilkan dua macam data sampel (Kurniawan 2008).

Uji t Dua Sampel Berpasangan ini digunakan untuk mengetahui perbedaan yang

terjadi pada pendapatan rumah tangga mustahik pada kondisi sebelum mendapatkan

bantuan zakat produktif dan sesudah mendapatkan bantuan dana zakat produktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 rumah tangga mustahik. Rumah

tangga mustahik yang menjadi responden adalah penerima bantuan zakat produktif

yang diberikan oleh BAZNAS dan Dompet Dhuafa. Karakteristik responden dilihat

22

berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, jumlah tanggungan

dan pekerjaan. Data karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik kepala keluarga responden

Karakteristik

demografi

Klasifikasi Jumlah Presentase

(%)

Jenis kelamin Laki-laki 72 72

Perempuan 28 28

15-40 46 46

Usia 41-64 52 52

>64 2 2

Status pernikahan Menikah 72 72

Janda 28 28

Tidak sekolah 10 10

SD 39 39

Pendidikan SMP 27 27

SMA 19 19

>SMA 5 5

1-3 30 30

Jumlah tanggungan 4-6 57 57

>6 13 13

Pedagang/wirausaha 37 37

Buruh 29 29

Pekerjaan Karyawan 3 3

Petani 3 3

Nelayan 12 12

Lainnya 16 16 Sumber: Data Primer, 2016 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5 mayoritas kepala keluarga reponden Dompet Dhuafa dan

BAZNAS Kota Serang adalah laki-laki sebesar 72 orang atau sebesar 72 persen.

Sedangkan kepala keluarga responden dengan jenis kelamin perempuan sebesar 28

orang atau 28 persen. Berdasarkan usia, diketahui bahwa mayoritas KK berada dalam

usia produktif yaitu 15-64 tahun dengan presentase terbesar berada pada usia 41-64

tahun sebesar 52 persen sedangkan pada usia yang tidak produktif tetapi masih

bekerja yaitu >64 tahun sebesar 2 persen.

Jumlah tanggungan keluarga mayoritas adalah ukuran 4-6 orang sebanyak 57

keluarga atau 57 persen. Ditinjau dari aspek pendidikan pendidikan terakhir

mayoritas KK berpendidikan SD dengan presentase 39 persen, kemudian diikuti oleh

KK yang berpendidikan SMP sebanyak 27 persen, tamat SMA sebanyak 19 persen,

tamat universitas sebanyak 5 persen dan tidak sekolah sebesar 10 persen. Sebagian

besar pekerjaan KK adalah sebagai pedagang atau wirausaha dengan presentase

23

sebesar 39 persen, buruh sebanyak 24 persen. Buruh disini adalah buruh serabutan

dan kuli bangunan. Kepala keluarga yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 6

persen. Kepala keluarga yang bekerja sebagai nelayan sebesar atau 12 persen, nelayan

dalam penelitian ini adalah nelayan kerang hijau. Kepala keluarga yang bekerja

sebagai supir sebanyak 2 persen, sebagai tukang ojek sebanyak 4 persen, bengkel

sebanyak 2 persen, dan menganggur sebanyak 8 persen, pekerjaan tersebut

dikategorikan sebagai pekerjaan lain.

Analisis Dampak Dana Zakat Produktif terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Mustahik

Hasil uji t berpasangan yang diolah menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0

menunjukkan hasil dari uji t berpasangan terhadap perbandingan pendapatan rata-rata

rumah tangga mustahik per bulan sebelum dan sesudah adanya bantuan dana zakat.

Hasil signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari taraf nyata 1 persen. Artinya bahwa

ada perbedaan rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik saat setelah adanya

bantuan zakat pada taraf nyata 1 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6, Rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik meningkat

setelah mendapatkan bantuan zakat produktif. Pendapatan rumah tangga mustahik

BAZNAS dan Dompet Dhuafa sebelum adanya bantuan zakat rata-rata berada di

bawah garis kemiskinan material Kota Serang. Setelah adanya bantuan zakat

produktif rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik meningkat masing-masing

berada diatas GK material Kota Serang.

Tabel 6 Rata-rata perubahan pendapatan

Rata-rata pendapatan

sebelum adanya bantuan

zakat

Rata-rata pendapatan

sesudah adanya bantuan

zakat

Pendapatan rumah tangga

mustahik BAZNAS

942 042.857

1 525 985

Pendapatan rumah tangga

mustahik Dompet Dhuafa

976 766.666

3 809 000

Probabilitas uji t 0.000*** Sumber: data primer, 2016 (diolah)

Keterangan: *** signifikansi pada taraf nyata 1%

Analisis Model CIBEST Rumah Tangga Mustahik BAZNAS

Bantuan zakat produktif yang diberikan oleh BAZNAS adalah dalam bentuk

modal usaha diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mustahik,

menurunkan tingkat kemiskinan material, kemiskinan spiritual dan absolut. Rumah

tangga mustahik diklasifikasikan dalam kuadran CIBEST dan indeks CIBEST dengan

24

pendekatan sebelum dan sesuduah adanya bantuan zakat produktif. Analisis kuadran

tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Berdasarkan Gambar 4, terdapat 28 rumah tangga mustahik yang berada di

kuadran sejahtera sebelum mendapatkan bantuan zakat produktif. Setelah adanya

bantuan zakat produktif, rumah tangga mustahik yang sejahtera meningkat menjadi

34 keluarga. Jumlah rumah tangga mustahik yang berada di kuadran II sebelum

mendapatkan bantuan zakat produktif sebesar 41 keluarga, setelah adanya bantuan

mengalami penurunan menjadi 36 keluarga. Pada kuadran III tidak ada rumah tangga

mustahik yang berada di kuadran ini. Selanjutnya, di kuadran IV rumah tangga

mustahik yang mengalami miskin absolut berkurang menjadi nol keluarga. Rumah

tangga yang sebelumnya berada pada kuadran ini mengalami peningkatan berada di

kuadran II artinya rumah tangga tersebut telah mengalami peningkatan spiritual.

Kuadran II

(Miskin Material)

Kuadran I

(Sejahtera)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

41 36 28 34

Kuadran IV

(Miskin absolut)

Kuadran III

(Miskin spiritual)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 0 0 0

Gambar 4 Kuadran CIBEST mustahik BAZNAS Kota Serang Sumber: Data Primer, 2016 (diolah)

Tabel 7 Indeks kemiskinan islami rumah tangga mustahik BAZNAS Kota Serang

Indeks Kemiskinan Sebelum adanya

bantuan zakat Sesudah adanya

Bantuan zakat

Perubahan

(persen)

Indeks Kesejahteraan 0.4 0.486 21.5

Indeks Kemiskinan

Material

0.586 0.514 -12.13

Indeks Kemiskinan

Spiritual

0 0 0

Indeks Kemiskinan

Absolut

0.014 0 -100

Sumber: Data Primer, 2016 (diolah)

Garis kemiskinan material

Gar

is k

emis

kin

an s

pir

itual

(+)

(-)

(+) (-)

25

Setelah mengetahui masing-masing kuadran rumah tangga mustahik, maka

diperoleh hasil analis indeks kemiskinan Islami rumah tangga mustahik. Berdasarkan

Tabel 7, nilai indeks kesejahteraan rumah tangga mustahik sebelum adanya bantuan

zakat produktif adalah sebesar 0.4 kemudian mengalami peningkatan menjadi 0.486.

Hal ini menujukkan bahwa kesejahteraan rumah tangga mustahik dapat meningkat

sebesar sebesar 21.5 persen, artinya kesejahteraan meningkat sebesar 21.5 setelah

adanya bantuan zakat produktif. Namun dalam penelitian ini terdapat 28 keluarga

yang berada di kuadran I (sejahtera) sebelum mendapatkan bantuan zakat, hal ini

mengindikasikan bahwa BAZNAS Kota Serang belum tepat sasaran dalam

memberikan bantuan dana zakat.

Nilai indeks kemiskinan material sebelum adanya bantuan zakat adalah sebesar

0.586 artinya sebesar 58.6 persen rumah tangga mustahik berada di bawah garis

kemiskinan sebelum adanya bantuan zakat kemudian setelah mendapatkan bantuan

zakat nilai indeks turun menjadi menjadi 0.514. Hal ini menandakan bahwa

kemiskinan material yang dialami rumah tangga mustahik dapat dikurangi sebesar

12.13 persen. Menurunnya nilai indeks kemiskinan material ini dipengaruhi oleh

bantuan dana zakat yang diberikan BAZNAS. BAZNAS dalam penelitian ini

menyalurkan dana zakatnya bersifat produktif kreatif yaitu untuk menambah modal

usaha pedagang kecil dan kelontongan, sehingga para pedagang tersebut mengakui

bahwa sebelum adanya bantuan zakat memiliki kekurangan modal. Kemudian,

setelah adanya bantuan zakat produktif mereka lebih mudah untuk mendapatkan

modal usahanya. Selain memberikan bantuan bersifat materi, BAZNAS juga

melakukan pembinaan kepada rumah tangga mustahik tersebut dalam menjalankan

usahanya.

Selanjutnya, pada kuadran III tidak ada rumah tangga yang mengalami miskin

spiritual. Rumah tangga mustahik yang berada di kuadran IV (miskin absolut)

mengalami penurunan dari satu menjadi nol keluarga, sehingga dapat dikatakan

kemiskinan absolut dapat turun sebesar 100 persen setelah adanya bantuan zakat

produktif. Rumah tangga mustahik yang sebelumnya berada pada kuadran ini telah

mengalami peningkatan berada di kuadran II, artinya rumah tangga tersebut

mengalami peningkatan spiritual. Secara umum BAZNAS Kota Serang dapat

menurunkan tingkat kemiskinan material rumah tangga mustahik sebanyak 5 keluarga

atau setara dengan 12.13 persen, mampu mengurangi tingkat kemiskinan abolut

sebanyak 100 persen dan dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mustahik

sebesar 21.5 persen.

Analisis Model CIBEST Rumah Tangga Mustahik Dompet Dhuafa

Bantuan zakat produktif yang diberikan oleh Dompet Dhuafa kepada rumah

tangga mustahik diharapkan dapat menurunkan tingkat kemiskinan material, spiritual

absolut dan dapat meningkatkan kesejahteraan. Rumah tangga mustahik tersebut

diklasifikasikan dalam kuadran dan indeks CIBEST dengan pendekatan sebelum dan

sesudah adanya bantuan zakat produktif. Analisis kuadran tersebut dapat dilihat pada

Gambar 5.

26

Berdasarkan Gambar 5 dapat bahwa kuadran I rumah tangga mustahik sejahtera

mengalami peningkatan sebanyak 26 keluarga. Selanjutnya kuadran II yang

mengalami miskin material menurun menjadi nol keluarga. Hal tersebut menandakan

bahwa sudah tidak terdapat rumah tangga mustahik yang mengalami miskin material

setelah adanya bantuan zakat produktif. Selanjutnya, Pada kuadran III tidak ada

rumah tangga yang mengalami miskin spiritual. Rumah tangga mustahik yang

mengalami miskin absolut berkurang menjadi nol keluarga setelah adanya bantuan

zakat, dikarenakan telah mengalami peningkatan berada di kuadran I. Artinya, sudah

tidak ada rumah tangga yang mengalami miskin material dan spiritual secara

bersamaan.

Kuadran II

(Miskin Material)

Kuadran I

(Sejahtera)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

24 0 4 30

Kuadran IV

(Miskin absolut)

Kuadran III

(Miskin spiritual)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

2 0 0 0

Gambar 5 Kuadran CIBEST mustahik Dompet Dhuafa Kota Serang Sumber: Data Primer, 2016 (diolah)

Tabel 8 Indeks kemiskinan islami rumah tangga mustahik Dompet Dhuafa

Kota Serang

Indeks Kemiskinan Sebelum adanya

Bantuan zakat

Sesudah adanya

Bantuan zakat

Perubahan

(persen)

Indeks Kesejahteraan 0.133 1 651

Indeks Kemiskinan

Material

0.8 0 -100

Indeks Kemiskinan

Spiritual

0 0 0

Indeks Kemiskinan

Absolut

0.067 0 -100

Sumber: Data Primer, 2016 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis kuadran CIBEST maka diperoleh nilai indeks

kemiskinan Islami. Berdasarkan Tabel 8 kesejahteraan rumah tangga mustahik

Garis kemiskinan material

Gar

is k

emis

kin

an s

pir

itual

(+)

(-)

(+) (-)

27

meningkat sebesar 651 persen, artinya bantuan zakat yang diberikan Dompet Dhuafa

berhasil meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mustahik sebesar 651 persen.

Berikutnya, nilai indeks kemiskinan material setelah adanya bantuan zakat produktif

turun dari 0.8 menjadi nol. Hal ini menandakan bahwa kemiskinan material yang

dialami oleh rumah tangga mustahik dapat dikurangi oleh Dompet Dhuafa sebesar

100 persen. Penurunan tersebut di pengerahui oleh adanya pemberian bantuan modal

usaha kepada rumah tangga mustahik, dalam penelitian ini yaitu bekerja sebagai

nelayan kerang hijau. Zakat produktif yang diberikan oleh Dompet Dhuafa kepada

para mustahik bersifat produktif tradisional, diberikan dalam bentuk barang yang

produktif berupa keramba untuk budidaya kerang hijau. Pemberian dalam bentuk ini

akan menciptakan suatu usaha yang dapat membuka lapangan kerja bagi fakir miskin,

sehinggapara nelayan yang sebelumnya tidak memiliki keramba, setelah

mendapatkan bantuan zakat tersebut para nelayan memiliki keramba untuk dijadikan

modal usahanya.

Oleh karena itu, pendapatan para nelayan mengalami peningkatan. Sebelum

adanya bantuan zakat produktif rata-rata pendapatan para nelayan berada dibawah

garis kemiskinan kemudian setelah adanya bantuan zakat produktif rata-rata

pendapatan para nelayan meningkat cukup drastis di atas garis kemiskinan. Selain

memberikan bantuan berupa modal usaha Dompet Dhuafa juga memberikan

pendampingan kepada para mustahik dalam melakukan kegiatan usahanya, seperti

memberikan pelatihan akuntansi, pemberian materi-materi kelembagaan tata

administrasi, kejujuran dalam berusaha, pelatihan manajerial. Oleh karena itu,

bantuan yang diberikan oleh Dompet Dhuafa berdampak signifikan dalam mengatasi

kemiskinan material.

Selanjutnya, nilai indeks kemiskinan absolut jumlah rumah tangga mustahik

yang mengalami penurunan dari 6.7 persen menjadi nol persen. Hal ini menandakan

bahwa sudah tidak ada rumah tangga mustahik yang mengalami miskin material dan

spiritual secara bersamaan. Rumah tangga mustahik yang sebelumnya berada di

kuadran II, dan IV telah berada di kuadran I. Selain memberikan bantuan yang

bersifat material Dompet Dhuafa memberikan pembinaan berupa materi-materi yang

mengarah kepada urusan ibadah yang dilakukan secara rutin. Secara umum, bantuan

pendayagunaan zakat produktif yang diberikan oleh Dompet Dhuafa mampu

menurunkan kemiskinan material dan absolut rumah tangga mustahik sebesar 100

persen serta mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mustahik sebesar 651

persen.

Analisis Model CIBEST Rumah Tangga Mustahik BAZNAS dan Dompet

Dhuafa

Analisis ini merupakan gabungan rumah tangga mustahik penerima zakat

produktif dari BAZNAS dan Dompet Dhuafa. Diklasifikasikan dalam kuadran dan

indeks CIBEST dengan pendekatan sebelum dan sesuduah adanya bantuan zakat

produktif. Bantuan zakat produktif yang diberikan lembaga zakat Dompet Dhuafa dan

BAZNAS diharapkan dapat menurunkan tingkat kemiskinan material, spiritual,

28

absolut dan dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mustahik Kota Serang.

Analisis kuadran tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Berdasarkan Gambar 6, kuadran I menggambarkan rumah tangga mustahik

yang sejahtera sebelum mendapatkan bantuan zakat produktif berjumlah 32 rumah

tangga mustahik. Setelah adanya bantuan jumlah rumah tangga mustahik meningkat

menjadi 64 keluarga. Selanjutnya pada kuadran II, jumlah rumah tangga mustahik

yang mengalami kondisi miskin material namun mampu secara spiritual berkurang

sebanyak 29 keluarga. Pada kuadran III rumah tangga yang mengalami miskin

spiritual namun mampu secara material berjumlah nol. Artinya tidak terdapat rumah

tangga mustahik di kuadran ini pada kondisi sebelum dan sesudah mendapatkan

bantuan zakat produktif. Terakhir, pada kuadran IV yang menggambarkan miskin

absolut atau yang mengalami miskin material dan spiritual secara bersamaan

mengalami penurunan dari tiga menjadi nol keluarga.

Kuadran II

(Miskin Material)

Kuadran I

(Sejahtera)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

65 36 32 64

Kuadran IV

(Miskin absolut)

Kuadran III

(Miskin spiritual)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

3 0 0 0

Gambar 6 Kuadran CIBEST mustahik BAZNAS dan Dompet Dhuafa

Kota Serang Sumber: Data Primer , 2016 (diolah)

Tabel 9 Indeks kemiskinana Islami rumah tangga mustahik BAZNAS dan

Dompet Dhuafa Kota Serang

Indeks Kemiskinan Sebelum ada

Bantuan zakat Sesudah ada

Bantuan zakat Perubahan (persen)

Indeks Kesejahteraan 0.32 0.64 100 Indeks Kemiskinan Material 0.65 0.36 -44.6 Indeks Kemiskinan Spiritual 0 0 0 Indeks Kemiskinan Absolut Skor rata-rata spiritual rumah

tangga mustahik

0.03 4.08

0 4.11

-100 0.73

Sumber: Data primer, 2016 (diolah)

Garis kemiskinan material

Gar

is k

emis

kin

an s

pir

itual

(+)

(-)

(+) (-)

29

Berdasarkan Tabel 9, nilai indeks kesejahteraan rumah tangga mustahik

sebelum mendapatkan bantuan zakat produktif adalah sebesar 0.32 atau setara dengan

32 persen. Setelah adanya bantuan zakat produktif nilai indeks kesejahteraan

meningkat menjadi 64 persen. Hal tersebut menandakan bahwa bantuan zakat

produktif yang diberikan oleh Dompet Dhuafa dan BAZNAS Kota Serang dapat

meningkatkan kesejaheraan rumah tangga mustahik sebesar 100 persen. Hal ini

sejalan dengan teori bahwa apabila menyertakan nilai-nilai islam dalam menjalankan

hidupnya maka akan berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan pokon dan akan

menjadikan keberkahan dalam hidupnya. Peningkatan indeks kesejahteraan dalam

penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Beik (2015)

bahwa program pendayagunaan zakat mampu meningkatkan kesejahteraan rumah

tangga mustahik.

Nilai indeks kemiskinan material rumah tangga mustahik sebelum menerima

bantuan zakat produktif bernilai 0.65 artinya 56 persen rumah tangga mustahik

berada di bawah garis kemiskinan sebelum adanya bantuan zakat produktif.

Kemudian indeks kemiskinan material mengalami penurunan menjadi 0.36 atau 36

persen. Berdasarkan hasil penelitian, bantuan zakat yang diberikan oleh BAZNAS

dan Dompet Dhuafa mampu mengurangi tingkat kemiskinan material yang dialami

rumah tangga mustahik sebesar 44.6 persen. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

pemberian zakar secara produktif mampu memutus lingkaran kemiskinan. Penurunan

indeks kemiskinan material dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Meylani (2009), Rusli (2013), Beik (2015) dan Pratama (2015) bahwa pemberian dana zakat dalam bentuk modal usaha berdampak positif dan mampu

menurunkan kemiskinan material. Pada penelitian ini, nilai indeks kemiskinan spiritual rumah tangga mustahik

bernilai nol. Artinya, rumah tangga mustahik Kota Serang telah berkecukupan atau

mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya pada saat sebelum dan sesudah adanya

bantuan zakat produktif. Selain keempat indeks tersebut dapat dilihat dalam Tabel 6

bahwa skor rata-rata spiritual rumah tangga mustahik keseluruhan menujukkan nilai

sebesar 4.08 sebelum adanya bantuan zakat produktif dan 4.11 setelah adanaya

bantuan zakat produktif dimana skor tersebut berada di atas SV (spiritual valiue).

Nilai indeks kemiskinan absolut rumah tangga mustahik sebelum adanya

bantuan zakat produktif adalah 0.03 atau sebesar 3 persen kemudian nilai indeks

mengalami penurunan menjadi nol persen. Artinya, Dompet Dhuafa dan BAZNAS

dapat mengurangi tingkat kemiskinan absolut rumah tangga mustahik Kota Serang

sebesar 3 persen. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa zakat

produktif yang diberikan Dompet Dhuafa dan BAZNAS mampu mengurangi

kemiskinan material maupun spiritual, dan dapat meningkatkan kesejahteraan rumah

tangga mustahik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Pratama (2015) bahwa zakat produktif mampu menurunkan tingkat kemiskinan

absolut rumah tangga mustahik.

30

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Program pendayagunaan zakat produktif yang diberikan oleh Dompet Dhuafa

dan BAZNAS berdampak positif terhadap pendapatan rumah tangga mustahik

Kota Serang. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan pendapatan setelah

mendapatkan bantuan zakat produktif.

2. Berdasarkan klasifikasi Model CIBEST, jumlah rumah tangga mustahik

penerima zakat produktif yang diberikan oleh BAZNAS dan Dompet Dhuafa

dapat menurunkan tingkat kemiskinan material masing-masing sebanyak 12.13

persen dan 100 persen. Bantuan zakat produktif dapat menurunkan tingkat

kemiskinan absolut sebesar 100 persen namun tidak ada rumah tangga mustahik

yang berada di kuadran III baik pada saat sebelum maupun sesudah mendapatkan

bantuan zakat produktif. Selain menurunkan tingkat kemiskinan BAZNAS dan

Dompet Dhuafa mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mustahik

masing-masing sebesar 21.5 dan 651 persen.

Saran

1. Lembaga atau Badan Amil Zakat Nasional sebaiknya lebih mengoptimalkan

penghimpunan dana zakat karena berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

pendistribusian zakat yang diberikan kepada rumah tangga mustahik mampu

mengurangi tingkat kemiskinan rumah tangga mustahik.

2. Sebaiknya pendistribusian zakat harus dilakukan secara efektif terhadap rumah

tangga mustahik yang benar-benar membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan

materialnya. Selain itu diharapkan agar tepat sasaran karena masih banyak

ditemukan keluarga yang mendapatkan bantuan zakat dengan pendapatan diatas

garis kemiskinan Kota Serang.

3. Penurunan tingkat kemiskinan rumah tangga mustahik harus dipertahan oleh

BAZNAS dan Dompet Dhuafa Kota Serang. Harapannya penurunan kemiskinan

tersebut dapat meningkat dari tahun ke tahun dan pembinaan sisi spiritual yang

telah berjalan harus dipertahankan dan ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Beik IS, Arsyianti LD. 2015. Ekonomi Pembangunan Syariah. Bogor (ID): IPB Press.

Beik IS. 2016. Measuring Zakat Impact on Poverty and Wealfare Using CIBEST

Model. Journal of Islamic Monetary Economics and Finance. Bogor (ID) [internet]

[diunduh pada 7 Apri l 2016]. Vol. 1 2016.

31

Beik IS. 2009. Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan. Jurnal

pemikiran dan gagasan [internet] [diunduh pada 12 Februari 2015]. Vol II 2009

[BPS] Badan Pusat Statistik. [internet] 2015. Booklet Info Singkat Kemiskinan

Provinsi Banten [diunduh21 Desember]. Tersedia pada

:http://banten.bps.go.id/backend/brs_ind/brsInd-20150916084149.pdf

[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Serang. 2014. Jumlah dan Presentase Penduduk

Miskin, Garis Kemiskinan. Badan Pusat Statistik, Kota Serang.

[BPS] Badan Pusat Statistika Provinsi Banten. 2014. Indeks Gini Ratio 2014. Badan

Pusat Statistik, Provinsi Banten

[BPS] Badan Pusat Statistik. Jumlah dan Persentase penduduk miskin 2015. Badan

Pusat Statistik, Jakarta.

[DEPAG] Departemen Agama Republik Indonesia. 1995. Al-Quran dan

Terjemahannya. Yayan Penterjemah Al-Quran, Semarang.

Fauzi, A. 2015 April 20. Bappenas Minta Banten Perbaiki Tingkat Kesenjangan

Ekonomi. Warta Ekonomi. Rubrik Ekonomi Bisnis.

Hafidhuddin D. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Depok (ID): Gema Insani

Hasan AM. 2006. Zakat Dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial Di

Indonesia. Jakarta (ID): Kencana Pranada Media Group.

Hayati Ainul. 2012. Analisis Resiko Kemiskinan Rumah Tangga di Provinsi Banten

[skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Jhingan, ML. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta (ID): PT. Raja

Grafindo Persada.

Kurniawan D. 2008. Uji-t berpasangan (Paired t-test) [internet]. Diunduh pada 2015

Maret 12]. Tersedia pada: https://ineddeni.wordpress.com/2008/03/12/uji-t-

berpasangan-paired-t-test/.

Mannan, M. A., 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Dasar-dasar Ekonomi

Islam). Yogyakarta (ID): PT. Dana Bhakti Wakaf.

Meylani. 2009. Analisis Pendayagunaan ZIS sebagai Modal Kerja terhadap Indikator

Kemiskinan dan Pendapatan Mustahik (Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa

Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Multifah. 2009. ZIS Untuk Kesejahteraan. Malang (ID): UB Press.

Mufraini. 2006. Akutansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan Kesadaran

dan Membangun Jaringan. Jakarta (ID): Prenada Media Group.

Nurwati Nunung. 2008. Kemiskinan: Model Pengukuran, Permasalahan dan

Alternatif Kebijakan. J Kependudukan Padjajaran [internet] [diunduh pada 23 juni

2016]. Vol. 10 2008.

Pratama. 2015. Pendayagunaan Zakat Produktif Dalam Mengurangi Kemiskinan

Berdasarkan Cibest Model (Studi Kasus: PT Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa)

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Qonita. 2015. Analisis Zakat Sebagai Pengurang Kemiskinan (Studi Kasus: BAZSIS

Provinsi DKI Jakarta) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Qardhawi, Yusuf. 2005. Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan.

Jakarta: Zikrul.

32

Rakhma.2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Mustahik

Penerima ZIS Produktif (Studi pada Lagzis Ummah Malang [skripsi]. Malang

(ID): Universitas Brawijaya.

Rusli, H Abubakar, S Sofyan (2013). Analisis pemberian dampak modal zakat

produktif terhadap pengentasan kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara. [skripsi].

Banda Aceh (ID): Syah Kuala Banda Aceh.

Sakaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Bisnis Jakarta (ID): Salemba Empat

Suprayitno. 2005. Ekonomi Islam : Pendekatan Ekonomi Mkaro Islam dan

Konvensional. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Suryawati.2009. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional.Jurnal Memahami

Kemiskinan secara Multidimensional [internet] [diunduh 13 April 2016].Vol.

08/No.03/September/2005.

Supriatna, T. 1997. Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan. Bandung

(ID): Humaniora Utama Press.

Todaro, M.P. dan S.C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.

Terjemahan. Jakarta (ID): Erlangga.

[TNP2K] Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2010. Program

Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia [Internet]. Jakarta (ID): [diunduh 28

April 2016]. Tersedia pada: http://www.tnp2k.go.id/id/program/sekilas/

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat.

33

Lampiran 1 Hasil uji t Paired Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 BAZNAZ_sebelum 9.4204E5 70 4.41453E5 52763.73541

BAZNAS _sesudah 1.5259E6 70 5.37368E5 64227.75128

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 BAZNAS_sebelum &

BAZNAS_sesudah 70 .777 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 BAZNAS_sebelu

m –

BAZNAS_sesuda

h

-

5.83871E5 3.39355E5 40560.65122 -6.64788E5 -5.02955E5 -14.395 69 .000

34

Lampiran 1 Hasil uji t Paired Test (lanjutan)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 DD_sebelum 9.7767E5 30 2.70066E5 49307.11481

DD_sesudah 3.8090E6 30 5.47278E5 99918.76010

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 DD_sebelum &

DD_sesudah 30 .024 .898

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 DD_sebelum –

DD_sesudah

-

2.83133

E6

6.04328E5 1.10335E5 -3.05699E6 -2.60567E6 -25.661 29 .000

35

Lampiran 2 Kusioner penelitian

KUISIONER PENELITIAN

ANALISIS PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF SEBAGAI

PENGURANG KEMISKINAN BERDASARKAN Model CIBEST

(Studi Kasus: Badan Amil Zakat Nasional dan Dompet Dhuafa Kota Serang)

Peneliti: EGA PRATIWI

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui dampak pendayagunaan zakat

produktif di BAZNAS dan Dompet Dhuafa Kota Serang terhadap kemiskinan

berdasarkan CIBEST model serta sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Ekonomi dalam bidang Ilmu Ekonomi pada Institut Pertanian Bogor. Semua

informasi yang didapat akan dijaga kerahasiaannya.

Catatan Penting :

- Kepala Keluarga, disingkat KK, adalah orang yang memiliki tanggung jawab

tertinggi di dalam rumah tangga, (bisa laki-laki atau perempuan)

- Anggota Keluarga, disingkat AK, adalah mereka yang hidup dan tinggal

bersama KK di kemudian / rumah yang sama.

36

Bagian A: INFORMASI PERSONAL

Profil Kepala Keluarga

Jenis

Kelamin

Status Kepala

Keluarga

Usia Status

Pernikahan

Pendidikan Pekerjaan

1,Laki-laki

2.perempuan

1. suami/isteri

2. anak

3. saudara

kandung

Orang tua

5. mertua

6. kerabat

7. lain-lain

(………….…)

1.belum

menikah

2.menikah

Janda/duda

1.tidak

pernah

sekolah

2. SD

3. SMP

4. SMA

5. Diploma

6.Universitas

7. lain-lain

1. tidak bekerja

2. ibu rumah

tangga

3. pelajar/

mahasiswa

4. pedagang

5. petani

6. Karyawan

7. lainnya

(……….........)

INFORMASI ANGGOTA KELUARGA

Keluarga

2.1 jumlah KK + AK

2.2 Jumlah Tanggungan KK

2.3 Jumlah anak dibawah 15 tahun/ belum

menikah/orang tua, yang tinggal dirumah

berbeda namun menjadi tanggungan

2.4 jumlah 2.2 + 2.3

Desa tempat tinggal:

37

Bagian B : SUMBER PENDAPATAN

1. Pendapatan bulan KK dan semua AK (yang tinggal satu rumah) dari pekerjaan

yang dilakukan dalam satu tahun/ pekerjaan yang dilakukan dalam satu tahun/

periode zakat diterima

Jenis

Pendapatan

KK

(Rp/bulan/

hari)

Semua AK (Rp/bulan/hari) Total prndapatan

rumah tanggaa

(Rp/bulan)

1 2 3 4 5

Gaji

Hasil

Berjualan

Komisi

Upah

Jumlah

2. Pendapatan bulanan KK dan AK yang didapat dari sumbangan orang lain

(keluarga atau dermawan bukan keluarga) dalam satu tahun terakhir/ periode

zakat ditrima (jika ada) Jenis

Pendapatan

KK

(Rp/bulan

/hari)

Semua AK (Rp/bulan/hari) Total prndapatan

rumah tanggaa

(Rp/bulan)

1 2 3 4 5

Kiriman dari

keluarga

Bantuan dari

orang lain

yang bukan

keluarga

Jumlah

38

3. Pendapatan bulanan dari properti/asset yang didapat dalam periode zakat/satu

tahun (jika ada) Jenis

Pendapatan

KK

(Rp/bulan

/hari)

Semua AK (Rp/bulan/hari) Total prndapatan

rumah tanggaa

(Rp/bulan)

1 2 3 4 5

Tanah yang

disewakan

Rumah yang

disewakan

Peralatan

yang

disewakan

Tabungan

Jumlah

4. Pendapatan bulanan KK dan semua AK dari menjalankan pekerjaan lain dalam

satu tahun/periode zakat diterima Jenis

Pendapatan

KK

(Rp/bulan/

hari)

Semua AK (Rp/bulan/hari) Total prndapatan

rumah tanggaa

(Rp/bulan)

1 2 3 4 5

Bertani

Beternak

Nelayan

Pembantu

rumah tagga

Office boy

Tukang

masak

Lainnya

(………)

Jumlah

Total dari seluruh rumah tangga dalam satu tahun: Rp

39

BAGIAN C: BANTUAN ZAKAT PRODUKTIF

1. Jumlah rutin yang diterima KK + AK dari BAZNAS/DD atau lembaga lainnya

(jika ada) Sumber pendapatan KK (Rp/bulan/hari) Total pendapatan keluarga

(Rp/bulan/hari)

Bantuan BAZNAS

Lainnya (…….)

BAGIAN D: PEMBINAAN YANG DILAKUKAN OLEH BAZNAS/DD KOTA

SERANG KEPADA MUSTAHIK

1. Apakah ada pembinaan yang dilakukan oleh BAZNAS/DD? YA/TIDAK

2. Berapa kali periode pembinaan yang dilakukan oleh BAZNAS/DD?

3. Jenis pembinaan yang dilakukan

Pembinaan usaha:

Pembinaan spiritual:

4. Evaluasi pembinaan dari mustahik

BAGIAN E: TOTAL PENGELUARAN RUMAH TANGGA

Jenis pengeluaran KK (Rp/bulan/hari) Total pengeluaran

keluarga (Rp/bulan/hari)

Sewa rumah

Listrik dan air

Konsumsi makanan

sehari-hari

Biaya sekolah(termasuk

uang saku)

Uang jatoh tempo

Pelunasan pembiayaan

Lainnya

Jumlah

40

BAGIAN F: EVALUASI KEGIATAN IBADAH RUMAH TANGGA

MUSTAHIK SEBELUM DAN SESUDAH ZAKAT

1. Evaluasi Ibadah Rumah tangga Muathik sebelum menerima dana zakat Variabel Skala Likert Keterangan

1 2 3 4 5

Sholat

Puasa

Zakat&infak

Lingkungan

keluarga

Kebijakan

pemerintah

2. Evaluasi Ibadah Rumah Tangga Mustahik sesudah menerima dana zakat. Variabel Skala Likert Keterangan

1 2 3 4 5

Sholat

Puasa

Zakat&infak

Lingkungan

keluarga

Kebijakan

pemerintah

41

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Cilegon pada tanggal 28 Mei 1994 dari ayah

Kamaludin dan ibu Manisah Dhamayanti. Penulis adalah putri pertama dari tiga

bersaudara. Penulis menempuh pendidikan awal di TK Bina Athfal, pada tahun 1999-

2000. Pendidikan dasar penulis ditempuh di SDN Senter Merak pada tahun 2000-

2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negri 3 Cilegon dan lulus

pada tahun 2009. Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Al-Ishlah Cilegon dan pada

tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi

dan Manajemen melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN) Tulis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi Sharia

Economics Student Club (SES-C) FEM IPB sebagai staff divisi pembiayaan Baittul

Maal Wattamwil (BMT) pada periode 2013-2015. Selain itu penulis juga aktif dalam

mengikuti berbagai kepanitiaan yaitu sebagai sekertaris The 10th HIPOTEX-R 2013,

Divisi publikasi, dekorasi, dan dokumentasi (PDD) Extravaganza. Selanjutnya, pada

tahun 2013 penulis menjadi sekertaris SEASON 9th , staf divisi medis pada kegiatan

Masa Perkenalan Fakultas (MPF) angkatan 50.