Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID
DALAM KITAB AL-JAWAHIRUL KALAMIYAH
KARYA SYAIKH TAHIR BIN SALIH AL- JAZAIRY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Desi Nur Baiti
NIM: 111-14-035
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
iii
ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID
DALAM KITAB AL-JAWAHIRUL KALAMIYAH
KARYA SYAIKH TAHIR BIN SALIH AL- JAZAIRY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Desi Nur Baiti
NIM: 111-14-035
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
iv
v
vi
vii
MOTTO
Keberhasilan seseorang di masa mendatang akan
ditentukan oleh kemampuannya dalam belajar
(learning) dan Life Skill (Deporter, Learning Forum
Presiden, Ubaedy, 2008: 54).
viii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi
ini saya persembahkan kepada:
1. Ibu Sulisetiyowati dan Bapak Ismail tercinta yang telah mendidik,
membimbing, memberikan kasih sayang, do‟a dan segalanya, yang
menjadi perantara untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, amal shalih
dan ridho Allah SWT.
2. Kakak tersayangku Aziz Setiawan dan Eva Yanti serta kakak iparku dan
semua keponakan tersayangku.
3. Terimakah kepada guru-guru saya, terimakaih kepada Bapak KH. Nasafi,
M. Pd dan Ibu Ny. Hj. Asfiyah atas barokah ilmu dan do‟anya. Dan juga
kepada alm. Bapak KH. Sa‟dullah Utsman dan almh. Ibu Ny. Hj.
Fashohatul Adibah.
4. Seluruh teman santriwan-satriwati ponpes Nurul Asna Salatiga dan ponpes
Assholihat Magelang yang sudah mendukung, mendo‟akan dan membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabatku seperjuangan Atik, Hanik, Putri, Anis, Nonik, Dwi,
Nafik dan Evi yang selalu memberi motivasi dan mendo‟akanku.
6. Terimakasih untuk Mas Muhamad Miftakhul Munir yang selalu
mensuport, mendo‟akan dan memberi nasehat. Semoga bisa menjadi
patner seumur hidup untukku.
7. Terimakasih untuk para Tentor Bimbel Az-Zahra Salatiga atas doa‟a,
dukungan, dan suportnya.
ix
KATA PENGANTAR
حيم حمن الز بسم هللا الز
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pendidikan Tauhid
dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah Karya Syaikh Thahir bin Saleh Al-Jazairy”.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, yang telah
menjadi uswatun khasanah bagi kita semua.
Skripsi ini merupaka salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Islam di Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga.
Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah
terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya
skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
4. Bapak Imam Sutomo selaku dosen Pembimbing Akademik.
x
xi
ABSTRAK
Nur Baiti, Desi, 2018. “ Analisis Pendidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul
Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy.” Skripsi. Fakultas
Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M. SI.
Kata Kunci: Analisis Pendidikan, Tauhid, Kitab Jawahirul Kalamiyah karya
Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan mengkaji tentang pendidikan tauhid yang menjadi dasar aqidah islamiyah
dalam memahami Islam dan menganlisis pendidikan tauhid yang terkandung di
dalamnya. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah : (1)
Bagaimana metode pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya
Syekh Thahir bin Shalih al-Jazairy ? (2) Bagaimana relevansi pendidikan tauhid
dalam kehidupan umat Islam ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan jenis
penelitian studi pustaka yang dilakukan dengan menghimpun dan menganalisis
data yang bersumber dari perpustakaan, dengan metode library research dan
literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber data primer berupa kitab
Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy dan analisis data
yang dilakukan ada dua tahap yaitu; metode deduktif yang dilakukan dengan
menganalisis bab III pemikiran Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy, kemudian
Content Analysis untuk menganlisis bab IV tentang pendidikan tauhid dalam kitab
Jawahirul Kalamiya dan digunakan untuk mengetahui relevansi antara pendidikan
tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah dalam kehidupan umat Islam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan tauhid dalam kitab
Jawahirul Kalamiyah di sampaikan dengan cara dialog (tanya jawab) yang
memuat konten tentang 6 rukun iman. Pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul
Kalamiyah sangat relevan ketika diajarkan untuk masyarakat muslim mulai dari
usia dini hingga usia lanjut karena dengan mengajarkan dasar ilmu tauhid yang
sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadis akan tercipta umat Islam yang taat beragama
yang paham akan hakikat dirinya dan sang pencipta alam dan seluruh isinya ini
dengan beribadah tanpa ada keraguan dalam melakukannya.
xii
DAFTAR ISI SAMPUL ………………………………………………………………………… i
LEMBAR BERLOGO …………………………………………………………... ii
JUDUL ………………………………………………………………………….. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………………..... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ………………………………………………… v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………………………… vi
MOTTO ………………………………………………………………………... vii
PERSEMBAHAN …………………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………... x
ABSTRAK ……………………………………………………………………… xi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 8
E. Kajian Pustaka .............................................................................................. 9
F. Kerangka Teori........................................................................................... 11
G. Metode Penelitian dan Pendekatan ............................................................ 26
H. Sistematika Penulisan................................................................................. 29
BAB II BIOGRAFI NASKAH ............................................................................. 30
A. Biografi Pengarang Kitab Jawahirul Kalmiyah ......................................... 30
1. Biografi Syekh Thahir bin Saleh al-Jazairy............................................ 30
xiii
2. Murid-Muridnya Syekh Thair bin Saleh al-Jazairy yang terkenal ......... 32
3. Karya-karya Syekh Thahir bin Saleh al- Jazairy .................................... 32
B. Sistematika Penulisan Kitab Jawahirul Kalamiya...................................... 33
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH THAHIR BIN SALEH AL-
JAZAIRY .............................................................................................................. 35
1. Muqadimah ................................................................................................ 36
2. Bab I Tentang Iman kepada Allah SWT .................................................... 36
3. Bab II Tentang Iman Kepada Malaikat ...................................................... 37
4. Bab III Tentang Iman Kepada Kitab-kitab Allah SWT. ............................ 37
5. Bab IV Tentang Iman Kepada Para Rasul ................................................. 40
6. Bab V Tentang Iman Kepada Hari Akhir .................................................. 43
7. Bab VI Tentang Iman Kepada Qadla dan Qadar ...................................... 45
8. Penutup Tentang Beberapa Hal yang Penting ............................................ 46
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN TAUHIDDALAM KITAB JAWAHIRUL
KALAMIYAH ...................................................................................................... 49
A. Analisis Penidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh
Thahir bin Saleh Al-Jazairy ............................................................................... 49
B. Relevansi Pendidikan Tauhid dalam Kehidupan Umat Islam.................... 72
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 76
A. Kesimpulan ................................................................................................ 76
B. Saran ........................................................................................................... 77
C. Kata Penutup .............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka
2. Riwayat Hidup Penulis
3. Nota Pembimbing Skripsi
4. Lembar Konsultasi
5. Surat Keterangan Kegiatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan anugerah yang dititipkan oleh Allah SWT
kepada orang tua. Maka dari itu, hendaknya setiap orang tua bertanggung
jawab atas titipan Allah SWT itu. Memberikan pendidikan yang baik tentu
merupakan kewajiban orang tua. Tapi, Islam juga telah mengatur bahwa
tanggung jawab pendidikan anak bukan hanya pada orang tua saja tetapi
juga guru dan lingkungan.
Memberikan pendidikan kepada anak bukanlah tugas yang mudah.
Mendidik anak juga tidak bisa dipahami sebagai tugas sampingan yang
hanya dilakukan saat ada kesempatan. Tugas ini haruslah ditempatkan
pada kedudukan utama yang mendapat prioritas diantara berbagai macam
aktivitas, Ahmad (2015:12-13).
Sesuai dengan tujuan pendidikan Islam menurut Saleh Abdullah
dalam buku Educational Theory a Qutlook, sebagaimana di kutip oleh
Ahmad Zayadi (2006: 56) menyatakan bahwa tujuan pendidikan harus
meliputi empat aspek, yaitu:
1. Tujuan jasmani (ahdaf al-jismiyah) yang beararti proses pendidikan
ditunjukan dalam kerangka mempersiapkan diri manusia sebagai
pengemban tugas khalifah fi al-ardhi, melalui keterampilan fisik.
2. Tujuan rohani dan agama (ahdab al-ruhaniyah wa ahdaf al-diniyah)
yang berarti pendidikan ditunjukan dalam meningkatkan pribadi
2
manusia dari kesetiaan yang hanya kepada Allah semata, dan
melaksanakan Aqhlak Qur‟ani yang diteladani oleh Nabi SAW sebagai
perwujudan perilaku keagamaan.
3. Tujuan intelektual (ahdaf al-aqliyah) yaitu proses pendidikan di
tunjukan dalam rangka mengarahkan potensi intelektual manusia
dengan menelaah ayat-ayat-Nya (baik qauniyah dan kauliyah).
4. Tujuan sosial (ahdaf al-ijtimayyah) yaitu proses pendidikan ditujukan
dalam kerangka pembentukan kepribadian yang utuh.
Dari beberapa tujuan pendidikan di atas tujuan rohani dan agama
merupakan tujuan yang sangat penting untuk dicapai karena semakin kita
dekat mengenal dan akrab oleh sang pencipta maka keimanan kita juga
akan semakin kuat dan juga kita akan terhindar dari perbuatan buruk
karena senantiasa takut kepada Allah SWT. Maka untuk menuju
keberhasilan pendidikan rohani dan agama anak harus di berikan
pendidikan akidah atau tauhid.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan merupakan
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan (KBBI, 2017: 263).
Menurut Heri Muchtar (2005: 125) pendidikan adalah merupakan
proses pengenalan yang ditanamkan secara bertahap dan
berkesinambungan dalam diri manusia mengenai objek-objek yang benar
3
sehingga hal itu akan membimbing manusia ke arah yang lebih baik. Ada
tiga unsur yang harus terdapat dalam proses pendidikan, yaitu: pendidik,
peserta didik dan ilmu atau pesan yang disampaikan.
Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan ialah usaha sadar yang
bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam belajar melalui suatu
kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan demi peranannya dimasa yang
akan datang.
Menurut Syeh M, Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang
membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya; membicarakan tentang Rasul, untuk
menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada
mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mereka (Hanafi,
2003: 2).
Sesungguhnya manusia dari sejak lahir berada dalam fitrahnya
yaitu, bertauhid. Namun sesuai perkembangan lingkungan dan orang
tuanyalah yang menentukan selanjutnya. Banyak orang yang beriman
namun tanpa didasari pengetahuan yang memadai. Mereka beribadah
namun ada saja yang masih menyimpang dari ketauhidannya. Apalagi
mereka yang berada di penjuru kampung yang masih banyak mempercayai
pohon-pohon yang besar, batu-batuan yang besar, dan lain sebagainya.
Akidah merupakan perbuata hati, yaitu kepercayaan hati dan
pembenarannya kepada sesuatu. Atau bisa di artikan secara syara‟ yaitu
4
iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya
dan kepada Hari Akhir serta kepada qadarnya yang baik maupun yang
buruk (Shalih bin Fauzan, 2013: 3).
Tanpa akidah yanag benar manusia akan menjadi mangsa bagi
perasangka dan keragu-raguan yang lambat laun akan menumpuk dan
menghalangi pandangan yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan
(Shalih bin Fauzan, 2013: 8).
Inti dari ajaran agama Islam adalah dalam kajian ketauhidan.
Karena itu dalam berbagai kitab maupun buku ditegaskan bahwa
kewajiban pertama seorang muslim adalah mempelajari tauhid. Sesuai
dengan pendapat Syaikh Ibrohim al-Bajuriy (2015: 6) dalam kitab Tijan
Ad-Durori bahwa “wajib atas setiap orang mukallaf (muslim yang baligh
lagi berakal) mengetahui hal yang wajib dalam haq Allah SWT, yang
mustahil serta yang boleh.” Dari kajian tauhid yang secara mendalam dan
dibarengi dengan dalil naqli serta dalil aqli, maka umat Islam diharapkan
menjadi semakin kuat akidahnya.
Agama Islam memerlukan tauhid sebagai dasar keyakinan. Tujuan
dibentuknya ilmu tauhid/kalam adalah usaha pemahaman yang dilakukan
para ulama (teolog muslim) tentang akidah Islam yang terkandung dalam
dalil naqli (Al-Qur‟an dan Hadits). Dan usaha pemahaman itu adalah
menetapkan, menjelaskan atau membela akidah Islam, serta menolak
akidah yang salah dan yang bertentangan dengan akidah Islam.
5
Tauhid sebagaimana diketahui membahas ajaran-ajaran dasar dari
agama Islam. Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agama Islam
secara mendalam, perlu mempelajari tauhid. Mempelajari tauhid akan
memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan
kuat, yang tidak mudah di ombang-ambingkan oleh peredaran zaman.
Kesadaran beragama umat Islam pada dasarnya adalah kesadaraan
akan Keesaan Tuhan. Semangat ilmiah tidak bertentangan dengan religius,
kareana ia merupakan bagian yang terpadu dengan keesaan Tuhan.
Memiliki kesadaraan akan keesaan Tuhan berarti meneguhkan kebenaran
bahwa Tuhan adalah satu dalam esensinya, dalam nama-nama dan sifat-
sifatnya, dan dalam perbuatannya (Osman Bakar, 1993: 11).
Al-Qur‟an juga sudah menjelaskan tentang tauhid dalam Q.S Al-
Isra‟, 17: 57
Artinya: “ Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran)
dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah
agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka
6
melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan
sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara
mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah
tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.”
Ayat diatas jelas menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima
jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi SAW yang
pertama kali adalah pelurusan akidah.
Berdasarkan jenis dan sifatnya, ilmu tauhid dapat dibagi dalam tiga
tingkatan atau tahapan.
1. Tauhid Rububiyyah yaitu: mengesakan Allah dalam segala
perbuatanNya dan meyakini bahwa Allah menciptakan segala
makhluk.
2. Tauhid Uluhiyah yaitu: mengesakan Allah dengan perbuatan para
hamba, misalnya: tawakal, beribadah, memohon pertolongan.
3. Tauhid asma‟ wa sifat yaitu: beriman kepada nama-nama Allah dan
sifat-sifatNya yang diterangkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Rasul-
Nya yang pantas ditiru oleh umat-N ya ( Ilyas, 1993 :23).
Dari uraian di atas, penulis berusaha mengkaji lebih mendalam
tentang analisis pendidikan tauhid dalam kitab “Jawahirul Kalamiyah”,
yang di dalamnya terdapat beberapa uraian tentang pendidikan tauhid.
Untuk itu, maka penulis mencoba untuk menyusun sebuah skripsi yang
berjudul: “ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB
JAWAHIRUL KALAMIYAH KARYA SYAIKH THAHIR BIN SALEH
AL-JAZAIRY”, alasan penulis mengambil judul di atas karena prihatin
7
dengan keadaan zaman di era sekarang ini, banyak sekali khususnya
remaja-remaja muslim yang terkadang lupa akan pendidikan tauhid
padahal pendidikan ini sangat penting bagi pertumbuhan keberagamaan
remaja-remja muslim. Melihat di sekeliling kita banyak sekali radikalisme
yang berkembanag di masyarakat yang mengatasnamakan Islam, hal ini
sangat berbahaya ketika remaja-remaja muslim dan umat Islam umumnya
salah dalam menyikapi hal tersebut.
Maka dari itu penulis perlu mengkaji lebih dalam tentang ilmu
tauhid yang terdapat dalam kitab Jawahirul Kalamiyah. Alasan mengapa
penulis memilih kitab Jawahirul Kalamiyah yaitu karena kitab tersebut
menyajikan ajaran tauhid dengan metode tanya jawab sehingga
pembahasan tauhid langsung pada pokok permasalahan dan dapat lebih
mudah di pahami. Harapan penulis, semoga dapat memberikan kontribusi
dan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
pendidikan tauhid, terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana metode pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul
Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy ?
2. Bagaimana relevansi pendidikan tauhid dalam kehidupan umat Islam?
8
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca
khususnya dalam mendalami jenis penelitian literatur serta dapat
mengembangakan berbagai media sebagai sumber pengetahuan khususnya
dalam bentuk naskah, adapun sebagai berikut:
1. Mengetahui makna pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul
Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy.
2. Mengetahui relevansi pendidikan tauhid dalam kehidupan umat Islam.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dalam penelitian ini dapat di bedakan menjadi 2 yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, berupa pegetahuan tentang pendidikan tauhid khususnya
dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Muhamad
Shalih al-Jzairy serta dapat bermanfaat sebagai kontribusi pemikiran
dalam upaya peningkatan pengetahuan tentang kajian tauhid dasar
dalam Islam.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan serta pemahaman penulis tetang
kajian pendidikan tauhid sehingga dapat di jadikan pedoman dan
dapat di aplikasikan dalam menjalankan aktifiktas sehari-hari.
9
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Dapat menjadi bahan masukan dan pertimbanagan untuk
diterapkan dalam dunia pendidikan Islam pada lembaga-lembaga
Islam. Khususnya seperti: Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah,
TPA ataupun TPQ, sebagai pedoman dalam melaksaanakan dan
meyakini tentang ke-Esa-an Allah dalam kehidupan sehari-hari
untuk menuju kehidupan yang bahagia di akhirat.
E. Kajian Pustaka
Dari hasil penelusuran penulis, belum ada skripsi yang membahas
tentang Analisis Pendidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah
karya Syaikh Thahir bin Muhamad Shalih al-Jazairy. Tetapi terdapat
beberapa skripsi yang di dalamya membahas tentang nilai-nilai pendidikan
Tauhid, antara lain:
1. Skripsi yang di tulis oleh Syarifatun Nurul M, tahun 2016, IAIN
Salatiga, yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab
„Aqidatul Awam Karya Sayid Ahmad Al-Marzuki”. Penelitian tersebut
mendapatkan kesimpulan bahwa kitab Aqidatul „Awam mengandung
nilai pendidikan tauhid yaitu pendidikan keimanan di mana keimanan
sendiri terdiri dari keimanan kepada Allah SWT, kepada Malaikat,
kepada kitab-kitab, kepada Rasul, kepada hari Akhir serta keimanan
kepada qadha dan qadar. Adapun signifikansi pendidikan tauhid
dalam kehidupan sehari-hari dari sifat-sifat Allah SWT merupakan
10
pintu menuju kesuksesan hidup di dunia maupun akhirat, dan sebagai
acuan dalam menciptakan akhlak yang baik.
2. Skripsi yang di tulis oleh Izun Ni‟mah, tahun 2015, Universitas Islam
Nahdlatul Ulama‟ (UNISU) Jepara, yang berjudul Studi Analisis
Pendidikan Tauhid dalam Buku “Siti Aisyah Keteguhan Tauhid Istri
Fir‟aun” Karya Yanuardi Syukur. Penelitian tersebut mendapatkan
kesimpulan bahwa pendidikan Tauhid sangat penting sekali dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam keadaan apapun senantiasa menjaga
keteguhan tauhid perlu ditanamkan mulai sekarang, karena dengan
adanya pengaruh globalisasi dan modernitas bisa memicu pudarnya
pendidikan tauhid kualitas keimanan seseorang.
3. Skripsi yang di tulis oleh Nafissatus Saadah tahun 2018, IAIN
Salatiga, yang berjudul “Nilai – nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab
Kifayatul „Awam Karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri”. Penelitian
tersebuat mendapatkan kesimpulan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul
„Awam sangat dibutuhkan dalam memahami Islam karena ilmu tauhid
merupakan ilmu yang sangat penting didalam Islam. Adapun implikasi
nilai-nilai pendidikan tauhid ilahiyat, nabawiyyat dan sam‟iyat dalam
lingkungan masyarakat merupakan pintu menuju kesuksesan
kehidupan di dunia dan akhirat, dan sebagai acuan dalam menciptakan
akhlak yang baik dan pondasi untuk mencapai pengabdian yang
mutlak. Di samping itu juga, untuk menciptakan masyarakat beriman
11
yang saling bekerja sama dalam kebaikan dan taqwa dimana anggota
masyarakatnya saling melarang dari perbuatan dosa dan permusuhan,
semua berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah SWT.
Pada dasarnya ketiga karya skripsi di atas dengan skripsi penulis
yaitu sama-sama mengkaji konsep pendidikan tauhid dan
menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library research), letak
perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian terdahulu
yaitu pada sumber kajian atau objek penelitiannya yaitu pada kitab
Jawahirul Kalamiayah karya Syaikh Thahir bin Muhamad Shalih al-
Jazairy.
F. Kerangka Teori
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan kemungkinan
terjadinya salah penafsiran terhadap apa yang terkandung dalam skripsi
ini, maka penulis memperjelas dan membatasi uraian kajian tersebut
sesuai yang dikehendaki oleh penulis, sebagai berikut:
1. Pengertian Pendidikan Tauhid
Istilah “pendidikan” dalam konteks Islam lebih banyak dikenal
dengan menggunakan term “at-tarbiyah, at-ta‟lim, at-ta‟dib, dan ar-
riyadloh”. Setiap term tersebut mempunyai makna yang berbeda-beda,
karena perbedaan teks dan konteks kalimatnya, walaupun hal-hal
tersebut mempunyai kesamaan makna (Muhaimin dan Mujib,
1993:97).
12
Bila kita melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka
kita harus melihat kepada kata “tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”.
Kata “pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta‟lim” dengan kata
kerjanya “ „allama”(Zakiah Dradjat, 2011:25).
Musthofa Al-Gholafani (1949: 185), berpendapat bahwa tarbiyah
adalah penanaman etika yang mulia pada jiwa anak yang sedang
tumbuh dengan cara memberi petunjuk dan nasehat, sehingga ia
memiliki potensi-potensi dan kompetensi-kompetensi jiwa yang
mantap, yang dapat membuahkan sifat-sifat bijak, baik, cinta akan
kreasi, dan berguna bagi tanah airnya.
Menurut Ki Hajar Dewantara, sebagaimana yang dikutip oleh
Suwarno (1985:2), pendidikan merupakan tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sedangkan pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan (KBBI, 2017: 263).
Menurut Heri Muchtar (2005: 125) pendidikan adalah merupakan
proses pengenalan yang ditanamkan secara bertahap dan
berkesinambungan dalam diri manusia mengenai objek-objek yang
13
benar sehingga hal itu akan membimbing manusia ke arah yang lebih
baik. Ada tiga unsur yang harus terdapat dalam proses pendidikan,
yaitu: pendidik, peserta didik dan ilmu atau pesan yang disampaikan.
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan ialah usaha sadar yang bertujuan untuk menyiapkan peserta
didik dalam belajar melalui suatu kegiatan pengajaran, bimbingan dan
latihan demi peranannya dimasa yang akan datang.
Menurut Syaikh Muhammad At-Tamimim (1997:13), tauhid
adalah agama para Rasul yang karenanya mereka diutus kepada
segenap hamba-Nya.
Begitu juga diungkapkan olah Muhamad Saleh Al Uttaimin
(1985:15), bahwa Akidah atau tauhid ialah percaya kepada Allah,
percaya kepada Malaikat, kitab-kitab suci yang diturunkan Allah, para
Rasul utusan Allah dan percaya kepada hari kemudian (akhirat) serta
iman akan kadar baik dan buruk.
Menurut Syeh M, Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang
membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-
Nya, sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya; membicarakan tentang
Rasul, untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh
dipertautkan kepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin
terdapat pada mereka (Hanafi, 2003: 2).
Jadi pendidikan tauhid merupakan proses belajar mengajar yang
mempelajari tentang ketuhanan yaitu tentang dzat Allah, sifat-sifat
14
yang ada pada Allah, sifat-sifat yang mustahil bagi Allah, tentang para
Rasul utusan Allah, kitab-kitab yang Allah turunkan, malaikat-
malaikat Allah, hari kiamat dan qada dan qadar.
2. Materi Pendidikan Tauhid
Islam adalah agama wahdaniyah, yang meliputi beberapa agama
samawi. Islam mendokumentasikan ajarannya dalam Al-Qur‟an, dan
tauhid merupakan dasar dari beberapa agama samawi (Muhammad,
1969: 18).
Ajaran tauhid bukanlah monopoli ajaran Nabi Muhammad akan
tetapi ajaran tauhid ini merupakan prinsip dasar dari semua ajaran
agama samawi. Para Nabi dan Rasul diutus oleh Allah untuk menyeru
kepada pengesaan Allah dan meninggalkan dalam penyembahan selain
Allah. Walaupun semua Nabi dan Rasul membawa ajaran tauhid,
namun ada perbedaan dalam pemaparan tentang prinsip-prinsip tauhid.
Hal ini dikarenakan tingkat kedewasaan berfikir masing-masing umat
berbeda sehingga Allah menyesuaikan tuntunan yang dianugrahkan
kepada para Nabi-Nya sesuai dengan tingkat kedewasaan berfikir umat
tersebut (Quraish Shihab, 1996: 19). Ilmu-ilmu tauhid dapat diperoleh
dari beberapa sumber, antara lain:
a. Adanya Wujud Allah SWT
Untuk membuktikan mengenai wujud Allah, yaitu dengan
upaya mengingatkan akal pikiran manusia, mengarahkan
pandangannya kepada fenomen alam semesta, melakukan
15
perbandingan dengan dimensi yang hak, memperhatikan tatanan
dan peraturan alam serta berlangsungnya hukum sebab akibat
sehingga manusia dapat sampai kepada suatu konklusi yang
meyakinkan bahwa alam semesta ini mempunyai pencipta dan
pencipta ini pasti wajibul wujud lagi Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana dan Maha Kuasa ( M. Hamdani, 2001: 15).
Bila kita perhatikan alam ini maka timbul kesan adanya
persesuaian dengan kehidupan manusia dan makhluk lain.
Persesuaian ini bukanlah suatu kebetulan melainkan menunjukkan
adanya penciptaan yang rapi dan teratur yang berdasarkan ilmu dan
kebijaksanaan; sebagaimana siang dan malam, matahari dan bulan,
empat musim, hewan dan tumbuhan serta hujan. Semua ini sesuai
dengan kehidupan manusia. Hal ini menampakkan kebijaksanaan
Tuhan.
Dengan memperhatikan penciptaan manusia, hewan dan
lainnya, menunjukkan bahwa makhluk-makhluk tersebut tidak
mungkin lahir dalam wujud dengan sendirinya. Gejala hidup pada
beberapa makhluk juga berbeda-beda. Misalnya tumbuh tumbuhan
hidup dan berkembang. Hewan juga hidup dan mempunyai insting,
dapat bergerak, berekembang biak, dan makan. Manusiapun
demikian, akan tetapi manusia mempunyai kelebiahn yaitu dapat
berfikir. Hal ini menunjukkan adanya penciptaan yang
16
menghendaki supaya sebagian makhluk-Nya lebih tinggi dari pada
yang lainnya.
Selain itu, seseorang bisa mengetahui keberadaan sesuatu
tanpa harus melihatnya secara materi. Dalam kehidupan sehari-hari
ini, seseorang bisa mengakui adanya angin dengan cara
merasakannya dan melihat bekas-bekasnya. Seseorang mengakui
adanya nyawa tanpa melihatnya sehingga hal ini cukup
menguatkan asumsi bahwa untuk membuktikan adanya Tuhan
tidak harus dengan pembuktian material.
b. Keesaan Allah SWT
Pendidikan tauhid berikutnya yaitu tentang keesaan Allah.
Ajaran mengenai keesaan Allah ini, sudah diterangkan oleh para
Rasul Allah sebelum Nabi Muhammad. Hal ini terlihat dari
beberapa keterangan yang terdapat dalam Al-Qur‟an, misalnya
seruan Nabi Saleh (QS. Hud: 61), ajaran Nabi Syu‟aib (QS. Hud:
84), ajaran Nabi Musa (QS. Thaha: 13-14), ajaran Nabi Isa (QS.
Al-Maidah: 72), dan Nabi lainnya mengajak kepada keesaan Allah
SWT.
Kesaan Allah adalah Allah itu Zat yang pertama kali ada,
Maha Awal, Maha Esa, dan Maha Suci yang meliputi siafat, asma
dan af‟al-Nya. Sementara menurut Quraish Shihab (1996: 33),
yang menganalisa kata ahad (Esa), ia mengolongkan keesaan Allah
17
menjadi empat, yaitu: keesaan Zat, keesaan sifat, keesaan
perbuatan, dan keesaan dalam beribadah kepada-Nya.
Yang dimaksud dengan Esa pada Zat ialah Zat Allah itu
tidak tersusun dari beberapa bagian dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
Esa pada sifat berarti Allah tidak sama dengan sifat-sifat yang
dimiliki oleh makhluk-Nya. Esa pada af‟al berarti tidak
seorangpun yang memiliki perbuatan sebagaimana perbuatan
Allah. Ia Maha Esa dan tidak ada sesembahan yang patut di
sembah kecuali Allah SWT (M. Yusro, 1996: 41).
Dengan demikian dapat dipaham bahwa mulai Rasul
pertama sampai generasi terakhir Nabi Muhamad hingga pewaris
Nabi (ulama‟) telah mengajarkan tauhid yang seragam. Yang di
namakan Esa dalam ajaran Islam adalah tidak atau bukan terdiri
dari oknum ganda baik pada nama, sifat dan af‟al-Nya, tidak ada
Tuhan selain Allah.
c. Hikmah Mengenal Allah SWT
Seorang yang mengenal sesuatu yang telah memberikan
manfaat pada dirinya maka akan mempunyai kesan atau hikmah
terhadap sesuatu itu. Demikian juga apabila seseoang mengenal
Tuhan melalui akal dan hatinya maka ia akan merasakan buah
kenikmatan dan keindahan yang tercermin dalam dirinya.
Mengenal (ma‟rifat) kepada Allah dlam ma‟rifat yang
paling agung. Ma‟rifat ini menurut Syaid Sabiq ( 1996: 41) adalah
18
asas yang dijadikan standar dalam kehidupan rohani dan untuk
mengenal Allah dengan cara: berfikir dan menganalisis makhluk
Allah, dan mengenal terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah
SWT.
Sifat berkenalan dengan Tuhan menurut penjelasan Sutan
Mansur (1981: 14) yaitu seseorang merasa berhadapan dengan
Tuhan. Keadaan itu terasa benar-benar dalam diri bukan lagi
berupa kira-kira atau meraba-raba. Seseorang merasakan dalam
dirinya dan alam semesta dibawah pengawasan Tuhan dan Tuhan
itu memanggilnya suapaya berdo‟a, mengabdikan diri serta
mendekatkan diri kepada-Nya. Sseorang datang kepada-Nya
dengan mengenal siapa Dia, Zat yang Maha Kuasa.
Pengalam ketauhidan yang tercermin pada diri manusia
disebabkan seseorang telah mengetahui dan menginsafi kebenaran
kedudukan Allah, ia menyadari akan keagunagan dan kebenaran-
Nya sehingga dari sini segala apa yang dilakukan akan
mengarahkan tujuan pandangannya ke arah yang baik dan benar.
Buah mengela (ma‟rifat) akan adanya Allah ini,
diantaranya akan tersimpul dalam bentuk sikap sebagai berikut:
1) Adanya perasaan merdeka dalam jiwa dari kekuasaan orang
lain.
2) Adanya jiwa yang berani dan ingin terus maju membela
kebenaran.
19
3) Adanya sikap yakin, bahwa hanya Allahlah yang Maha Kuasa
memberi rizki.
4) Dapat menimbulkan kekuatan moral pada manusia (kekuatan
maknawiah) yang dapat menghubungkan manusia dengan
sumber kebaikan dan kesempurnaan (Allah).
5) Adanya ketetapan hati dan ketenangan jiwa.
6) Allah memberikan kehidupan sejahtera kepada orang mukmin
di dunia (Sayyid Sabiq, 1996: 133-1339).
Dengan demikian seoarang yang yakin akan keesaan Allah,
mempunyai sikap hidup optimis yang jauh lebih kuat
dibandingkan dengan orang kafir yang menyekutukan Allah
sebagi satu-satunya Rabb, pencipta alam semesta beserta isinya
ini. Keimanan akan hal ini apabila sudah menjadi kenyataan yang
hebat maka akan dapat berubah dan beralih, yang meruapkan
suatu tenaga dan kekuatan tanpa dicari akan datang dengans
sendirinya dalam kehidupan sehingga keimanan dapat mengubah
manusia yang asalnya lemah menjadi kuat, baik dalam sikap,
kemauan, maupun keputusan menjadi penuh harapan dan harapan
ini akan dibuktikan dengan perbuatan nyata.
20
3. Konsep Ajaran dan Dasar Tauhid
a. Konsep Ajaran Tauhid
Terkait dengan konsep ajaran tauhid ini, dapat kita lihat
ayat-ayat Allah yang sedikit banyak menyinggung tentang tauhid
ini. Diantaranya adalah:
ٱ هى قل ٱ ١ أحد لل مد ٱ لل ۥله يكن ولم ٣ يىلد ولم يلد لم ٢ لص
٤ أحد كفىا“Katakanlah, Dialah Allah, yang Maha Esa. Allah tempat meminta
segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada diperanakkan. Dan
tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.” (Q.S Al-Ikhlas: 1-
4).
“Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia;
(demikian pula) para malaikat dan orang-orang berilmu yang
menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.” (Q.S. Ali Imron: 18).
“Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-Tuhan selain
Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maha Suci Allah
yang mempunyai „arasy dari apa yang mereka sifatkan.” (Q.S. Al-
Anbiya‟ 22).
21
Dari sini dapat kita lihat bahwa beriman kepada Allah SWT
terwujud dalam 3 perkara: beriman kepada wujud Allah, beriman
kepada Asma‟ dan Sifat Allah.
b. Dasar Pendidikan Tauhid
Dasar merupakan fundamental dari suatu bangunan atau
bagian yang menjadi sumber kekuatan. Ibarat pohon, dasarnya
adalah akar. Maksud dari dasar pendidikan disini ialah pandangan
yang mendasari seluruh aspek aktivitas pendidikan, karena
pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam
kehidupan. Dasar pendidikan ialah nilai-nilai tertinggi yang
dijadikan pandangan oleh suatu masyarakat itu berlaku sehingga
dapat diketahui betapa penting keberadaan dasar pendidikan
sebagai tempat pijakan.
Dengan demikian setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang
disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan
tempat berpijak yang baik dan mapan. Pendidikan tauhid sebagai
suatu usaha membentuk insan kamil harus mempunyai landasan
kemana semua kegiatan pendidikan dikaitkan dan diorientasikan.
Dasr pendidikan tauhid adalah sama dengan pendidikan Islam,
karena pendidikan tauhid merupakan salah satu aspek dari
pendidikan Islam, sehingga dasar dari pendidikan ini tidak lain
adalah pandangan hidup yang islami umat yang pada hakikatnya
22
merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat transcendental dan
universal yaitu Al-Qur‟an dan Hadis.
Adapun uraian dasar pendidikan tauhid adalah sebagai
berikut:
1) Al-Qur‟an
Di dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang
berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan tauhid.
“Hai anakku, janaganlah kamu menyekutukan
Allah. Sesungguhnya mempersektutkan Allah itu adalah
kezaliman yang besar. “(Q.S. Luqman:13)
Pengajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya
merupakan dasar pendidikan tauhid yang melarang berbuat
syirik, karena pada hakikatnya pendidikan tauhid adalah
pendidikan yang berhubungan dengan kepercayaan akan
adanya Allah dengan keesaan-Nya, sehingga timbul ketetapan
dalam hati untuk tidak mempercayai selain Allah. Kepercayaan
itu dianut karena kebutuhan (fitrah) dan harus merupakan
kebenaran yang ditetapkan dalam hati sanubarinya. Dengan
demikian, memberikan pendidikan tauhid kepada anak didik
(orang yang belum tahu) sebagai dasar hidupnya dan dasar
pendidikan sebelum memberikan pengetahuan lain agar
terhindar dari azab Allah.
23
Pada dasarnya semua Rasul yang diutus oleh Allah
adalah untuk menegakkan kalimat tauhid. Sebagaimana firman
Allah:
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya “Bahwasannya tidak
ada Tuhan melainkan Aku maka semabahlah oleh mu sekalian
akan Aku.” (Q.S. Al-Anbiya‟: 25).
Ayat ini menjelaskan bahwa semua Rasul itu diutus
oleh Allah untuk menegakkan kalimat tauhid. Tugas mereka
yang paling pokok dan utama adalah menyeru manusia untuk
bertauhid kepada Allah, dengan menyatakan bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Seruan para Rasul
itu tentu dengan melalui proses pendidikan, yaitu dengan
memberi pengajaran tentang ketauhidan.
Pemberian pengajran tauhid pada diri manusia, pada
hakikatnya adalah menumbuhkan dan mengembangkan
pengetahuan manusia dalam memahami tauhid tersebut. Sebab
setiap manusia sudah dibekali fitrah tauhid oleh Allah.
2) Hadis
Hadis merupakan dasar kedua setelah Al-Qur‟an. Hadis
berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dan untuk
24
membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang
bertaqwa. Inilah tujuan pendidikan yang dicanangkan dalam
Islam.
Dalam sejarah pendidikan Islam, Nabi Muhammad
telah memberikan pendidikan secara menyeluruh di rumah-
rumah dan di masjid-masjid. Salah satu rumah sahabat yang
dijadiakn tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama
adalah rumahnya Arkam di Mekkah, sedangkan masjid yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah masjid Nabawi
di Madinah.
Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh pengikutnya,
merupakan realisasi sunnah Nabi Muhammad sendiri.
4. Macam-macam Tauhid
a. Tauhid Rububiyah
Yaitu mengesakan Allah SWT dalam segala perbuatan-Nya,
dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap
makhluk, Allah berfirman :
..............
“Allah menciptakan segala sesuatu…..” (QS. Az-Zumar: 62).
Bahwasannya Dia adalah pemebri rizki bagi setiap manusia,
binatang dan makhluk lainnya, Allah SWT berfirman:
25
ٱ في بة دا من وما۞ ٱ على إل ض ر ل ٦ .…………قهارس لل
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melaikan Allah-lah yang memberi rizkinya,…..” (QS. Hud: 6).
Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat
mana pun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah
difitrahkan untuk mengakuin-Nya. Perhatikan alam semesta ini,
baik yang di atas maupun yang di bawah dengan segala bagian-
baginnya, kita pasti mendapati semua itu menunjukkan kepada
pembuat, pencipta dan pemiliknya. Maka mengingkari di dalam
akal dan hati terhadap pencipta semua itu, sama halnya
mengingkari ilmu itu sendiri dan mencampakan, keduannya tidak
berbeda (Shalih bin Fauzan, 2013: 19-22).
b. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah yaitu tauhid ibadah, karena ilah maknanya
adalah ma‟bud (yang disembah). Maka tidak ada yang diseru
dalam doa kecuali Allah SWT, tidak ada yang dimintai pertolongan
kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung
kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban atau bernadzar
kecuali untuk-Nya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah
kecuali untuk-Nya dan karena-Nya semata (Shalih bin Fauzan,
2013: 45).
Jadi, tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid
uluhiyah. Karena itu sering Allah SWT membantah orang yang
26
mengingkari tauhid uluhiyah dengan tauhid rububiyah yang yang
mereka akui dan yakini.
c. Tauhid Asma‟ Wa Sifat
Tauhid asma‟ wa sifat yaitu beriman kepada nama-nama
Allah SWT dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang diterangkan
dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul-Nya menurut apa yang pantas
bagi Allah SWT, tanpa ta‟wil dan ta‟thil, tanpa takyif dan tamtsil,
berdasarkan Firman Allah SWT:
........
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia dan Dia-
lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura:
11). (Shalih bin Fauzan, 2013: 99).
G. Metode Penelitian dan Pendekatan
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
kepustakaan (library research). Karena yang dijadikan objek kajian
adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.
Tujuan yang ingin dicapai jenis penelitian skripsi ini adalah
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengambarkan gejala agama, sosial, politik dan budaya. Metode
deskriptif ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
27
lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Moh. Nazi
r, 1988: 63).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah
Kualitatif Literer yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai
dengan angka secara langsung. Dalam hal ini hendaknya diuraikan
pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalmiyah karya syaikh
Thahir bin Muhamad Shalih al-Jazairy dan relevansinya dalam
kehidupan umat Islam.
2. Sumber Data
Sumber data yang penulis kumpulkan yaitu bersumber pada
literatur. Adapun yang menjadi sumber primer adalah kitab Jawahirul
Kalamiyah dan terjemahannya karya Achamd Sunarto.
Kemudian yang menjadi data sekunder adalah terjemahan kitab
„Aqidatul Awam terjemahan Achmat Sunarto, buku Ilmu dan aplikasi
pendidikan, terjemahan kitab Tijan al-Darary karangan Achmat
Sunarto, terjemahan Kifayah al-Awam karya Achamad Sunarto, buku
sejarah Ilmu Tauhid, buku Aqidah Islam, Ensiklopedi Islam dan
Ensiklopedi Pendidikan, serta buku-buku lain yang berkaiatan dengan
objek penelitian penulis.
28
3. Tehnik Analisis Data
Macam – macam metode yang digunakan dalam menganalisis
masalah adalah sebagai berikut:
a. Metode Deduktif
Meode deduktif adalah sesuatu yang dipanadang benar dalam
peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku pada hal yang benar
pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas dan jenis. Hal ini
adalah suatu proses berfikir dari pengetahuan yang bersifat umum
dan berangkat dari pegetahuan tersebut, ditarik suatu pengetahuan
yang khusus (Hadi, 1990: 26). Metode ini diguankan penulis untuk
menganalisis pada bab III tentang pemikiran pendidikan tauhid
Syaikh Tahir bin Shalih al-Jazairy dalam kitabnya yaitu Jawahirul
Kalamiyah, kemudian di bab IV untuk menganalisis relevansi
pendidikan tauhid dalam kehidupan umat Islam.
b. Metode Content Analysis
Metode Conten Analysis (analisis isi) menurut Weber
sebagaimana diktip oleh Soejono (2005: 13), dalam bukunya yang
berjudul: Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan,
adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat
prosedur untuk mearik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku
atau dokumen”. Dengan menggunakan conten analysis ini penulis
akan menganalisis terhadap makna atau isi yang terkandung dalam
29
kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Shalih al-
Jazairy dan kaitanya dengan pendidikan tauhid.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun tekhnik
pengumpulan data dalam penelitian skripsi ini adalah:
a. Library research (penelitian kepustakaan) yaitu peneliti
menggunakan teknik yang di peroleh dari perpustakaan dan
dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan
dengan objek penelitian.
b. Literatur merupakan penelitian yang berupa catatan-catatan
peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang, Sugiyono (2005: 329).
Sedangkan objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitab
Jawahirul Kalamiyah karya syekah Thahir bin Shalih al-Jazairy.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi, secara menyeluruh terdapat lima bab
untuk membahas Pendidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah
karya Syaikh Thahir bin Shalih al-Jazairy. Untuk mempermudah
penelitian, maka susunan sistematik sebagai berikut:
Pada BAB I berisi Pendahuluan, bab ini akan menguraikan tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kegunaan
30
penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan
sistematika penulisan skripsi.
Pada BAB II berisi tentang Biografi Syaikh Thahir bin Saleh al-
Jazairy, murid-murid Syaikh Thahir bin Saleh ak-Jazairy, karya-karya
Syekh Thahir bin Saleh al-Jazairy dan sistematika penulisan kitab
Jawahirul Kalamiyah.
Pada BAB III bersisi tentang deskripsi pemikiran Syaikh Thahir bin
Saleh al-Jazairy dan isi pokok kitab Jawahirul Kalamiayah.
Pada BAB IV berisi tentang analisis pendidikan tauhid Dalam Kitab
Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy yang
membahas tentang pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah
serta relevansi pendidikan tauhid dalam kehidupan umat Islam.
Pada BAB V berisi Penutup, Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini
memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan
kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting serta daftar pustaka.
BAB II
BIOGRAFI NASKAH
A. Biografi Pengarang Kitab Jawahirul Kalmiyah
1. Biografi Syekh Thahir bin Saleh al-Jazairy
Syekh Thahir bin Saleh bin Ahmad bin Mauhub As-Sam'uni
Al-Waghlisi Al-Jaza'iri Ad-Dimasyqi Al-Hasani adalah seorang
ulama' berkebangsaan Syiri'a yang termasuk salah satu pembesar
31
ulama' bidang bahasa dan sastra pada zamannya. Ayahnya, seorang
faqih bermazhab Maliki dan seorang mufti di Syam. Pada tahun 1263
H. Ayahnya pindah dari Aljazair ke Damaskus.
Syekh Thahir lahir di Syam pada tahun 1268 H. Bertepatan
dengan tahun 1852 M. Beliau belajar di Madrasah al-Jaqmikiyah dan
tamat bersama ustad Abdurrahman al-Bustany. Kemudian ia
melanjutkan pendidikannya belajar kepada Syekh Abdul Ghani al-
Ghonimy al-Maidany (1222-1298 H). Beliau sangat suka mempelajari
berbagai disiplin ilmu, antara lain Fisika, Matematika di samping
keseriusannya dalam mempelajari ilmu yang berbahasa Arab dan
ilmu-ilmu keislaman.
Ketika usianya sampai 30 tahun, beliau telah menguasai bahasa
Arab, Persia, Turki dan Prancis. Beliau giat mancari dan mempelajari
manuskrip-manuskrip kuno, untuk itu ia membantu berdirinya
perpustakaan Dar al-Kutub al-Dzahiriyah di Damaskus dan
perpustakaan al-Khalidiyah di Yerussalem.
Pada tahun 1325 H beliau pindah ke Mesir, kemudian ia kembali
lagi ke Damaskus pada tahun 1338 H. lalu ia diangkat sebagai anggota
al-Majma‟ al-Ilmiy al-Araby serta ditunjuk sebagai kepala
perpustakaan Dar al-Kutub al-Dzahiry. Beliau wafat pada bulan
Rabi‟ul Awwal tahun 1338 H bertepatan dengan 1920 M. (
http://ponpesnusantara.blogspot.co.id/2014/06/biografi-syekh-thohir-
32
bin-sholeh-al.html di akses pada juma‟at 23 maret 2018 pkl 21:29
WIB)
2. Murid-Muridnya Syekh Thair bin Saleh al-Jazairy yang terkenal
a. Syekh Jamaluddin al-Qosimy
b. Syekh Abdul Razzak al-Baithari
c. Syekh Salim al-Bukhary
d. Syekh Muhammad Kurdi Ali
e. Syekh Muhibudin al-Khathibi
f. Syekh Muhammad Said al-Bany
3. Karya-karya Syekh Thahir bin Saleh al- Jazairy
Syekh Thahir bin Saleh al-Jazairy telah menulis beberapa judul buku,
diantaranya :
a. Al-Jawahir al-Kalamiyah fi idhah al-„aqidah al-Islamiyah
b. Tanbih al-Adzkiya‟ fi qishash al-Anbiya‟
c. Al-Tibyan li ba‟dhi mabahits al-muta‟allaqot bi al-Qur‟an
d. Taujih al-nazhari ila „ilm al-atsar
e. Al-Tafsir al-Kabir (terdiri dari 4 jilid dan tersimpan di
perpustakaan al-Zhahiriyah)
( http://ponpesnusantara.blogspot.co.id/2014/06/biografi-syekh-thohir-
bin-sholeh-al.html di akses pada juma‟at 23 maret 2018 pkl 21:29
WIB)
33
B. Sistematika Penulisan Kitab Jawahirul Kalamiya
Sistematika penulisan kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syekh
Thahir bin Saleh al-Jazairy secara umum sama dengan kitab-kitab tauhid
lainnya seperti sistematika penulisan dalam kitab Aqidatul Awam karya
Sayid Ahmad Al- Marzuki, kitab Kifayatul Awam karya Asy Syeikh
Muhammad Al-Fudloli, kitab Tijan Ad-Durori karya Syekh Ibrohim al-
Banjuriy.
Halaman pertama dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syekh
Thahir bin Saleh al-Jazairy adalah judul buku, kemudian halaman
berikutnya yaitu pengantar pengarang kitab yang berisi tentang kelebihan
kitab tauhid Jawahirul Kalamiyah, halaman berikutnya yaitu muqadimah,
kemudian halam berikutnya terdapat isi tentnag kitab Jawahirul
Kalamiyah dan di halaman terakhir terdapat daftar isi. Adapun sistematika
penulisan kitab Jawahiul Kalamiyah terdapat 6 bab, dan di akhiri dengan
penutup yang berisi tentang hal-hal yang penting yang berkaitan dengan
ilmu tauhid.
Lebih singkatnya sistematika penulisan kitab Jawahirul Kalamiyah
adalah sebagai berikut:
1. Pengantar Pengarang
2. Muqadimah
3. Pembahasan terdiri atas 6 bab yaitu:
a. Pembahsan pertama tentang Iman Kepada Allah SWT.
34
Pada pembahasan pertama ini di jelaskan tentang
iman kepada Allah secara global dan rinci, dan cara
meyakini sifat-sifat Allah yaitu diantaranya : wujud, qidam,
baqo‟, muhalafah lil hawaditsi, qiwamuhu binafsihi,
wahdaniyyah, qudrah, iradah, ilmu, hayan, sama‟, bashar,
kalam.
b. Pembahsan kedua tentang Iman kepada Malaikat.
Pada pembahasan kedua di jelaskan tentang
pengertian malaikat dan tugas-tugas malaikat.
c. Pembahasan ketiga tentang Iman Kepada Kitab-kitab Allah
SWT.
Pada pembahsan ketiga dijelaskan tentang bagaiman
cara meyakini kitab-kitab Allah SWT, bagaimana cara kia
meyakini kitab-kitab Allah selain Al-Qur‟an yaitu kitab
Taurat, kitab Zabur, dan kitab Injil. Serta alasan kitab Al-
Qur‟an menjadi mu‟jizat terbesar.
d. Pembahsan keempat tentang Iman Kepada Para Rasul.
Pada pembahasan keempat dijelaskan tentang
bagaiman keyakinan kita terhadap rasul Allah, apa
perbedaan rasul dan Nabi, pengertian mu‟jizat, perbedaan
antar mu‟jizat dan sihir, perbedaan antara mu‟jizat dengan
keramat, sifat-sifat yang harus dimiliki dan tidak dimiliki
para nabi, serta alsan Nabi Muhamad sebagai nabi terakhir.
35
e. Pembahasan kelima tentang Iman Kepada Hari Akhir.
Pada pembahsan kelima dijelaskan tentang
pengertian hari akhir, hal-hal yang akan terjadi di hari
akhir, syafa‟at Nabi Muhamad saw dan surga neraka.
f. Pembahasan keenam tentang Iman Kepada Qadla dan
Qadar.
Pada pembahasan keenam ini dijelaskan tentang
pengertian meyakini qadla dan qadar.
4. Penutup.
Dalam halaman penutup ini di jelaskan hal-hal yang
penting dalam tauhid seperti halnya tentang firman Allah, cara
kita mengenal Allah, tentanag dzat Allah, pengertian isra‟
mi‟raj, tentang surga neraka dan tentang Mujtahid.
5. Daftar Isi
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH THAHIR BIN SALEH AL-JAZAIRY
Kitab Jawahirul Kalamiyah karya syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy ini
merupakan kitab tauhid tingkat dasar yang sangat penting dipelajari dan kitab ini
memang benar-benar dapat dijadikan rujukan sebagai modal dasar untuk
mengetahui Ilmu Tauhid. Metode yanag di gunakan pun juga mempermudah
pembaca dalam memahami isi kitab tersebut karena menggunakan tanya jawab
sehingga mudah dipahami kaum pelajar. Kitab ini secara struktural terdiri dari
36
enam pembahasan (bab), ditambah satu pengantar dan satu penutup.
Penjelasan/ringkasannya adalah sebagai berikut:
1. Muqadimah
Pada pembahasan ini membahas tentang pengertian Aqidah Islamiyyah,
Islam, dan rukun iman. Aqidah Islamiyyah merupakan semua perkara yang
harus diyakini oleh orang-orang Islam. Sedangkan Islam adalah pengakuan
baik secara lisan/formal dan hati/informal tentang ajaran yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW, dan tentunya meyakini kebenaran yang dibawakan
oleh beliau. Dan sendi-sendi/rukun dari akidah Islam yakni rukun iman yang
enam.
2. Bab I Tentang Iman kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT secara global yaitu kita harus meyakini bahwa
Allah SWT memiliki sifat yang sempurna dan Maha suci darisegala sifat
kekurangan. Sedangkan iman kepada Allah secara rinci dijelaskan bahwa kita
harus meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT mempunyai sifat : Wujud
(ada), Terdahulu, Kekal, Berbeda dengan makhluk, Berdiri sendiri, Esa,
Hidup, Mengetahui, Kuasa, Berkehendak, Mendengar, Melihat, dan
Berfirman. Dia Maha Hidup, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha
Berekehendak, Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Berfirman.
Sedangkan sifat mustahil bagi Allah SWT adalah sifat-sifat yang tidak
mungkin dimiliki oleh Allah SWT. Sifat-sifat tersebut diantaranya: Allah
tidak ada, Allah rusak atau fana, Allah sama dengan makhluk-Nya, Allah
37
SWT membutuhkan yang lain, Allah memiliki sekutu, Allah lemah, Allah
dipaksa, yakni ada sesuatu yang terjadi tanpa melalui kehendak –Nya, Allah
bodoh dan lain sebagainya. Allah tidak mungkin memiliki sifat-sifat tersebut
karena hal itu adalah merupakan sifat kekurangan, padahal Allah SWT hanya
memiliki sifat kesempurnaan saja.
3. Bab II Tentang Iman Kepada Malaikat
Malaikat adalah suatu bentuk makhluk halus yang diciptakan dari
cahaya. Mereka tidak makan dan tidak minum. Mereka adalah hamba Allah
yang mulia. Mereka tidak pernah membantah segala yang diperintahkan
kepadanya, bahkan mereka selalu siap melaksanakan apa yang diperintahkan.
Sebagia malaikat ada yang bertugas manjadi penghubung antara Allah
SWT dengan para Nabi dan Rasulnya seperti malaikat Jibril as. Ada juga
malaikat yang bertugas manjaga hamba-hamba Allah SWT. Sebagian lagi ada
yang bertugas mencatat semua amal hamba Allah, yang baik maupun yang
buruk. Ada pula yang bertugas menjaga surga dan berbagai macam
kenikmatannya. Ada lagi yang bertugas menjaga neraka dan berbagai macam
siksa. Sebagian lagi ada yang ditugaskan untuk menyangga „arsy, dan ada
lagi yang bertugas menyampaikan kepada hamba allah tentang segala macam
hal yang berguna bagi mereka.
4. Bab III Tentang Iman Kepada Kitab-kitab Allah SWT.
38
Kita harus yakin bahwa Allah SWT memiliki beberapa kitab yang
diturunkan kepada para Nabi. Di dalam kitab-kitab itu dijelaskan perintah,
larangan, janji dan ancaman Allah SWT.
Kitab-kitab Allah tersebut adalah merupakan hakikat dan firman Allah
yang disampaikan tanpa diketahui bagaimana cara Allah berfirman, dan ia
merupakan kitab yang diturunkan sebagai wahyu. Diantara kitab-kitab
tersebut adalah : Taurot, Injil, Zabur dan Al-Qur‟an.
Kita harus yakin bahwa kitab Taurat adalah merupakan salah satu kitab
Allah SWT yang telah diturunkan kepada Nabi musa as. Kitab taurat ini
menjelaskan berbagai macam hukum syari‟at, aqidah-aqidah yang benar lagi
diridlai, membawa berita gembira akan datangnya seorang Nabi dari kalangan
kaum bani israil, yaitu Nabi Muhammad saw dan juga memberi petunjuk
akan datangnya syari‟at baru yang membawa ke surga.
Kitrab Zabur adalah merupakan salah satu kitab Allah yang diturunkan
kepada Nabi Dawud as. Kitab ini memuat beberapa do‟a, dzikir, nasehat, dan
kata-kata mutiara. Kitab ini tidak menjelaskan tentang hukum-hukum syari‟at
karena Nabi Dawud as ini diperintahkan mengikuti Nabi Musa as.
Kitab Injil adalah merupakan salah satu kitab Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Isa as. Kitab injil ini mengungkapkan tentang
beberapa kebenaran dan mengajak semua manusia untuk mengesakan sang
pencipta. Kitab ini juga mengamandemen sebagai cabang hukum yang ada
pada kitab Taurat yang disesuaikan dengan keadaan. Juga memberikan kabar
gembira akan lahirnya seorang Nabi terakhir Muhammad saw.
39
Kitab Al-Qur‟an adalah merupakan kitab Allah SWT yang paling
mulia, yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi-Nya yang paling mulia yang
diturunkan Allah Al-Qur‟an adalah merupakan kitab terakhir yang
menggantikan kandungan kitab-kitab sebelumnya. Hukum-hukum yang
termaktub di dalamnya akan kekal sampai hari kiamat, tidak mungkin
mengalami perubahan dan penggantian. Kitab Al-Qur‟an ini merupakan bukti
terbesar atas kenabian junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Al-Qur‟an merupakan mukjizat terbesar karena Al-Qur‟an merupakan
ayat yang dapat diterima akal dan kekal sepanjang masa yang setiap saat
dapat disaksikan oleh mata fikiran. Sementara mukjizat yang lain, dia telah
lenyap seiring dengan berlalunya waktu sehingga yang ada tinggallah
ceritanya saja.
Keindahan Al-Qur‟an terletak pada susunan bahasanya yang begitu
indah, jelas penuturannya dan tinggi nilai sastranya sehingga keluar dari
jangkuan kemampuan manusia. Adapun keistimewaan-keistimewaan Al-
Qur‟an diantaranya sebagai berikut:
a. Al-Qur‟an menceritakan hal-hal yang ghaib yang memang terbukti
sebagaimana diberitakan oleh kitab ini.
b. Al-Qur‟an tidak dapat membosankan meskipun didengar berualang kali.
c. Al-Qur‟an memuat berbagai macam ilmu yang tidak didapat oleh bangsa
Arab maupun bangsa-bangsa lain.
40
d. Al-Qur‟an menjelaskan tentang kejadian-kejadian di masa lalu dan hal
ikhwal ummat terdahulu.
Sementara orang yang dituruni Al-Qur‟an (Nabi Muhammad saw)
sendiri adalah orang yang tidak mengenal tuli menulis dan membaca (ummi),
karena yang demikian ini tidak diperlukan oleh orang yang menerima wahyu,
disamping kemukjizatan Al-Qur‟an dapat diterima dengan nyata.
5. Bab IV Tentang Iman Kepada Para Rasul
Iman kepda Rasul yaitu bahwa sesungguhnya Allah SWT memiliki
beberapa Rasul yang Ia utus sebagai rahmat dan anugerah dari-Nya untuk
memberi kabar gembira berupa pahala bagi orang yang berbuat kebajikan,
dan memberikan peringatan berupa siksa kepada orang yang melakukan
kejahatan, memberikan penjelasan kepada semua manusia tentang segala
kebutuha untuk kepentingan agama dan dunia serta sesutau yang dapat
menghantarkan mereka kepada suatu tingkatan yang tinggi.
Nabi adalah manusia yang di beri wahyu oleh Allah berupa syari‟at
agama meskipun ia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada
umatnya. Bila ia diperintahkan untuk menyampaikan kepada umatnya maka
ia disebut juga Rasul. Jadi setiap rasul adalah nabi, dan tidak semua Nabi itu
Rasul.
Jumlah para Nabi tidak dapat diketahui secara pasti. Adapun nama
para Nabi yang dijelaskan pada al-quran ada dua puluh lima, yaitu : Adam,
Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Luth, Ismail, Ishaq, Ibrahim, Ya‟qub, Yusuf, Ayyub,
41
Syu‟aib, Musa, Harun, Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa‟, Yunus,
Zakaria, Yahya, Isa, Muhammad. Mereka semuanya adalah para Rasul juga.
Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang muncul dari diri
seseorang yang mengaku menjadi Nabi yang sesuai dengan pengakuannya
yang mampu memnjadi orang-orang yang mengingkarinya tidak berdaya
untuk menandinginya.
Sihir adalah sesuatu yang luar biasa menurut pandangan mata dan itu
bias ditandingi, karena sihir bias terjadi lantaran ada upaya. Siapa saja yang
mempelajari dan menguasainya maka ia akan mampu melakukannya.
Sementara mukjizat adalah merupakan sesuatu yang benar-benar luar
biasa yang tidak bisa ditandingi. Tukang sihir manapun tidak akan mungkin
mampu melakukan sebagaimana yang dilakukan para Nabi.
Keramat adalah sesuatu yang luar biasa yang timbul dari diri seorang
wali yang tidak disertai dengan pengakuan sebagai Nabi. Sedangkan mukjizat
adalah sesuatu yang luar biasa yang dibarengi dengan pengakuan sebagai
Nabi.
Wali adalah seorang yang sangat mengenal Allah dan sifat-sifatnya
sesuai kemampuannya, dia selalu mentaati segala perintah Allah dan selalu
menjahui perbuatan maksiat dan perbuatan yang jelek serta berpaling dari
segala kelezatan dan syahwat.
Ada empat sifat yang harus dimiliki para Nabi as yaitu :
a. Shidiq (benar)
b. Amanah (dapat dipercaya)
42
c. Tabligh (menyampaikan segala perintah)
d. Fathonah (cerdik)
Ada empat sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh para Nabi as yaitu :
a. Kadzib (dusta)
b. „ishyan (durhaka)
c. Kitman (tidak menyampaikan perintah)
d. Ghaflah (pelupa)
Nabi kita Muhammad SAW dapat melebihi nabi-nabi yang lain
karena beliau memiliki tiga sifat, yaitu :
a. Beliau adalah Nabi yang paling utama.
b. Beliau diutus untuk sekalian umat manusia.
c. Beliau adalah Nabi terakhir sehingga tidak mungkin ada Nabi lain
sesudah beliau.
Nabi kita Muhammad saw dijadikan Nabi terakhir karena pada
dasarnya diutusnya semua Nabi adalah untuk menyeru semua makhluk
agar menyembah Allah, menunjukkan mereka kejalan yang lurus dalam
urusan kehidupan didunia maupun akhirat, memberikan pengertian kepada
mereka tentang hal-hal yang tidak bisa dijangkau oleh pemikiran,
menetapkan dalil-dalil yang pasti dan menghilangkan keserupaan-
keserupaan yang tidak benar. Syariat yang dibawa oleh beliau Nabi
Muhamad saw telah memuat semua itu, bahkan menjelaskan semuanya
43
dengan penjelasan yang amat sempurna sehingga sangat cocok untuk
semua umat pada segala zaman, tempat dan keadaan.
Sebenarnya mukjizat Nabi Muhammad saw itu banyak sekali.
Diantaranya adalah kitab Al-Qur‟an Al-Karim dimana Al-Qur‟an ini
adalah merupakan ayat Allah yang paling agung, terbesar, termegah dan
paling cemerlang. Tentang kehebatan Al-Qur‟an ini, telah disebutkan
terdahulu.
Mukjizat Nabi Muhammad saw adalah memancarkan mata air dari
sela-sela jari tangan beliau saat beliau bersama para sahabatnya sedang
dalam perjalanan. Ada lagi mukjizat beliau yaitu memperbanyak makanan
yang hanya sedikit hingga mencukupi orang banyak.
6. Bab V Tentang Iman Kepada Hari Akhir
Hari akhir adalah hari yang maha hebat, sehingga karnanya anak
kecilpun akan menjadi berubah. Pada hari itu semua orang dibangkitkan dari
dalam kuburnya dan dikumpulkan disuatu tempat untuk dihisab amal
perbuatannya, kemudian urusan mereka berakhir dengan mendapatkan nikmat
atau adzab.Adapun yang dimaksud dengan iman kepada hari akhir adalah
menyakini bahwa hari akhir (kiamat) pasti terjadi dan akan tampak jelas
semuanya yang termuat dalam Al-Qur‟an dan hadits.
Hal-hal yang bakal terjadi pada hari akhir dan segala yang berkaitan
dengannya, pertama kali kita harus yakin akan adanya pertanyaan di dalam
kubur, kemudian ada yang mendapatkan nikmat atau adzab. Kita yakin bahwa
44
semua makhluk akan dihidupkan kembali seperti semula. Mereka akan
dihisab dan ditimbang seluruh amal perbuatannya, kemudia menerima buku
catatan amalnya. Ada yang menerima dengan tangan kanan dan ada yang
menerima dengan tangan kiri. Kita harus yakin pula akan adanya jembatan
(shirat), lalu orang-orang mukmin masuk surga tempat menerima
kenikmatan, dan orang-orang kafir masuk neraka tempat menerima siksa
yang amat pedih.
Status orang mukmin yang taat setelah dihisab amalnya, mereka akan
masuk surga. Mereka kekal disana dengan berbagai kenikmatan yang sangat
memuaskan.
Status orang kafir atau orang munafik setelah mereka dihisab
amalnya, mereka akan masuk neraka. Mereka kekal disana dengan berbagai
macam siksaan dan adzab yang tidak henti-hentinya.
Status orang mukmin yang durhaka setelah dihisab amalnya, jika Allah
SWT. Berkenan mengampuni dosanya, sejak awal mereka akan masuk surga
untuk selama-lamanya. Namun jika Allah SWT. Tidak berkenan
mengampuninya, sejenak mereka akan disiksa dineraka sesuai dengan kadar
dosanya, kemudian mereka dikeluarkan lalu dimasukkan ke surga untuk
selama-lamanya.
Surga adalah tempat kenikmatan yang abadi, sebuah tempat yang
didalamnya terdapat segala sesuatu yang diinginkan oleh setiap orang dan
enak dipandang mata, suatu tempat dimana disana terdapat sesuatu yang tidak
45
pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan tidak pernah terbayang
oleh hati manusia.
Neraka jahannam adalah tempat adzab yang abadi, suatu tempat yang
didalamnya terdapat berbagai macam kepedihan yang tidak pernah
terbayangkan oleh hati setiap manusia.
7. Bab VI Tentang Iman Kepada Qadla dan Qadar
Menyakini adanya qadla dan qadar yaitu kita harus yakin seyakin-
yakinnya bahwa segala perbuatan manusia baik itu yang direncanakan seperti
berdiri, duduk, makan dan minum, atau yang tidak direncanakan misalnya
terjatuh, semua itu adalah karena kehendak dan takdir Allah SWT yang
terjadi pada zaman azali (dahulu kala) dan Allah maha mengetahui sebelum
waktu terjadinya.
Kesimpulan dari pembahasan diatas, setiap orang mukallaf (dewasa)
wajib menyakini dan memastikan bahwa seluruh perbuatan, ucapan dan
gerakannya, yang baik maupun yang jelek adalah terjadi karena adanya
kehendak, takdir dan pengentahuan Allah SWT. Namun perbuatan yang baik
itu atas rida Allah dan yang jelek itu bukan karena ridanya. Setiap orang
memiliki karsa untuk melakukan sesuai dengan kehendaknya. Ia akan
mendapatkan pahala manakala yang dilakukan itu baik, dan akan
mendapatkan siksa manakala yang dilakukan itu buruk, dan sama sekali tidak
memiliki alasan untuk melakukan yang buruk itu. Sesungguhnya Allah SWT
tidak akan berbuat aniaya kepada hambanya.
46
8. Penutup Tentang Beberapa Hal yang Penting
Firman Allah SWT tidak dapat dipikir secara rasional karena akal kita
sangat terbatas sehingga tidak mampu untuk menganalisa dzat sang pencipta
yang maha suci lagi maha tinggi. Semua yang kita bayangkan dalam hati,
Allah tidak seperti itu.
Cara untuk mengenal Allah dapat kita capai dengan mengenal sifat-
sifatnya, yaitu : wujud, qidam, baqa‟, mukhalafah lil hawadist, qiyamuhu
binafsihi, wahdaniyah, hayat, ilmu,qudroh, iradah, sama‟,bashar dan kalam.
Yang paling utama setelah Nabi as adalah umat Nabi Muhammad saw
diantara umat Muhammad yang paling utama adalah para sahabat. Mereka
itulah orang-orang yang langsung bertemu dan beriman kepada Nabi
Muhammad saw. Adapun sahabat nabi saw yang paling mulia adalah
keempat khalifah, yakni Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra.
Yang dimaksud dengan “isra‟” dan “mi‟raj”, isra‟ adalah perjalanan
malam nabi Muhammad saw dari masjid Al-haram. Makkah sampai ke
masjid Al-Aqsha Palestina. Masalah isra‟ ini telah dijelaskna dalam Al-
Qur‟an Al-Karim. Mikraj adalah naiknya Nabi Muhammad saw pada malam
itu juga dari masjid Al-Aqsa ke langit. Disana beliau bertemu dengan para
malaikat dan para Nabi sebagai penghormatan buat mereka dan guna
menghormati beliau Nabi SAW masalah mikraj ini telah dijelaskan dalam
beberapa hadis shahih.
47
Masalah isra‟ mikraj ini adalah merupakan hal yang boleh saja terjadi
sebagai mana yang telah diberitahukan oleh seorang Nabi yang amat jujur.
Oleh karenanya masalah ini harus diartikan apa adanya, sebab tidak aneh bagi
Tuhan yang mampu menerbangkan burung-burung diangkasa dan menjadikan
binatang-binatang bisa bergerak cepat dalam setiap detiknya yang tidak bisa
ditembuh oleh manusia dalam waktu seratus tahun. Dia bisa mengangkat
seorang kekasihnya yang telah dipilih melebihi semua manusia kelangit
dalam waktu sekejab saja. Dialah yang maha berkuasa dan maha mengetahui
segalanya.
Shadakah adalah merupakan hal yang sangat dianjurkan, sedang doa dan
permohonan secara seksama kepada Allah SWT sangat diperintahkan. Kedua-
duanya menurut Allah SWT bisa bermanfaat baik kepada yang masih hidup
atau yang sudah mati.
Mujtahid adalah orang yang dapat menguasai dan memahami mayoritas
kaidah-kaidah agama berikut dalil-dalilnya dan mereka selalu melatihnya
sehingga mereka memiliki kemampuan untuk memahami segala sesuatu
yang dikehendaki oleh pembawa syari‟at (rasulullah). Sebenarnya mujtahid
itu banyak sekali. Adapun yang disepakati untuk diikuti dan dipegang teguh
pendapatnya ada empat madzhab, yaitu :
a. Imam Abu Hanifah an Nu‟man bin Tsabit.
b. Imam Malik bin Anas.
c. Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi‟i.
d. Imam Ahmad bin Hanbal ra.
48
Pada dasarnya para mujtahid tidak ada yang berbeda pendapat dalam
pokok-pokok masalah agama dan induk cabang-cabangnya, karena telah ada
dalil-dalil pasti. Mereka hanya berbeda pendapat dalam sebagian cabang-
cabangnya saja lantaran tidak adanya dalil yang pasti. Oleh karenanya
masing-masing mujtahid telah mencurahkan segala kemampuannya untuk
menetapkan sebuah hukum yang bersumber dari Al-Qur‟an dan hadist sesuai
yang ia ketahui.
Tanda-tanda hari kiamat yaitu tanda-tanda yang menunjukkan semakin
dekatnya hari kiamat antara lain adalah munculnya dajjal, munculnya ya‟juj
ma‟juj, dan lain sebagainya.
Orang yang berbahagia adalah orang mukmin yang shaleh yang
senantiasa melaksanakan hak-hak Allah dan hak-hak sesama makhluk, yang
lahir batin mengikuti syariat agama dan berpaling dari tipu muslihat dunia.
Mereka inilah yang memiliki kebahagiaan, yang mendapatkan kebaikan dan
kelebihan.
49
BAB IV
ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID
DALAM KITAB JAWAHIRUL KALAMIYAH
A. Analisis Penidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah karya
Syaikh Thahir bin Saleh Al-Jazairy
Pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah disampaikan
dengan metode tanya jawab sehingga mempermudah pembaca dalam
memahai isi kajian tauhid dalam kitab tersebut. Selain memberikan
penjelasan tentang ilmu tauhid dasar, hampir setiap penjelasan di berikan
contoh atau perumpamaan suatu peristiwa agar pembaca dapat lebih
paham. Dalam kitab ini juga di terangkan bahwa setiap jawaban dari
pertanyaan tentang ilmu tauhid dikuatkan dengan dalil-dalil Al-Qur‟an,
Hadis dan pendapat para ulama‟ terkenal.
50
Pendidikan tauhid yang terdapat dalam kitab Jawahirul
Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy mencakup materi
tentang keimanan. Karena iman merupakan dasar dari seluruh akidah
Islam, maka modal utama menjadi seorang muslim yang taat haruslah
beriman.
Iman artinya apa yang harus di imani orang Islam, karena iman
itu mengandung arti “membenarkan “, yaitu membenarkan dengan
seteguh hati dan menyatakan adanya Allah, para malaikat-Nya, para
utusan-utusan-Nya, hari akhir, dan takdir yang baik dan buruk dari Allah
SWT (Al-Marzuki, 2012: 11).
Akidah berasal dari kata „aqd yang berarti pengikatan. كذا اعتقدت
artinya “saya beri‟tiqad begini”. Maksudnya saya mengikuti hati
terhadap hal tersebut. Akidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang
(Shalih bin Fauzan, 2013: 3). Akidah merupakan perbuatan hati, yaitu
kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Sedangkan
menurut syara‟ akidah yaitu iman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-
kitabNya, para rasulNya dan kepad hari akhir serta kepada qadar yang
baik maupun yang buruk (Shalih bin Fauzan, 2013: 3). Hal ini disebut
juga sebagai rukun iman.
Islam yaitu tunduk serta mengikuti secara batin dan lahir pada
apa saja yang dibawa Rasulullah SAW dan mengetahui serta
mempercayainya secara yakin (Husein, 1999: 12). Setiap orang mukmin
ia pasti muslim dan sebaliknya, karena orang yang mempercayainya
51
dengan kepercayaan yang teguh maka ia akan tunduk dan mengikuti apa
yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Kutipan yang menjelaskan
pendidikan tauhid tentang pengertian akidah Islamiyah dalam kitab
Jawahirul Kalamiyah adalah sebagai berikut:
العقيدة االسالمية ىى االمورالتى يعتقدىااىل االسالم اي يجزمون بصحتها (2)طاىر:ص
Jadi dapat di simpulkan bahwa Akidah Islamiyah adalah hal-hal
yang harus diyakini oleh para penganutnya yakni mereka yang telah
meyakini kebenarannya. Sedangkan Islam adalah pengakuan dengan
lisan dan membenarkan dengan hati bahwa segala yang dibawa oleh Nabi
kita Muhammad saw itu hak dan benar. Iman kepada Allah SWT ada 3
klasifikasi yaitu sebagai berikut:
1. Iman Taqlid
Iman taqlid yaitu mempercayai ke Esaan Allah SWT, karena
mengikuti perkataan para Ulama tanpa mengetahui dalilnya. Iman
seperti ini tidak dapat selamat dari goncangan hati apabila ada orang
yang mempengaruhi meragukan hatinya.
2. Iman Hakiki
Iman hakiki yaitu mengikuti hatinya terhadap sifat ke Esaan
Allah SWT. Sekiranya terdapat perselisihan ahli ilmu untuk
52
melepaskan ikatanyang kuat dalam hatinya, maka ia tidak akan
terpengaruh.
3. Iman Istidlal
Iman istidlal yaitu menciptakan dalil atas segala ciptaan Allah
SWT sebagai bukti adanya zat pencipta. Setiap bekas menunjukkan
orang yang memberi bekas. Seperti halnya bangunan menunjukkan
adanya orang yang membangun. Benda hasil produksi menunjukkan
adanya pabrik yang memproduksi. Kotoran onta menunjukkan
adanya onta. Ringkasnya bahwa adanya bekas tanpa pemberi bekas
adalah mustahil (Al-Marzuki, 2012: 13).
Sedangkan rukun atau dasar akidah Islam di bagi menjadi 6 rukun
yang akan di jelaskan sebagai berikut:
1. Iman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT adalah percaya secara duniawi dan
ukhrawi, bahwa Allah adalah zat yang memiliki sifat-sifat (Ahmad
al-Marzuki, 2012: 8). Iman kepada Allah SWT yaitu hendaknya
seorang hamba Allah itu mengitikadkan dengan keteguhan hatinya
akan sifat-sifat Allah SWT, baik yang wajib, mustahil serta yang jaiz
(Husein Afandiy, 1999: 19). Dengan demikian, iman kepada Allah
merupakan dasar utama dan pertama dalam kerangka keimanan.
53
Kutipan yang menjelaskan tentang iman kepada Allah SWT dalam
kitab Jawahirul Kalamiyah, adalah sebagai berikut:
بااهلل سبحانو وتعالى اجماالىوان نعتقدان اهلل سبحانو وتعالى متصف االيمان بجميع صفات الكمال, ومنزه عن جميع صفات النقصان. االيمان باهلل سبحانو وتعالى تفصيال ىوان نعتقدان اهلل سبحانو وتعالى موصوف بالوجود,
واحياة, والقدم , والبقاء, والمخالفة للحوادث, والقيام بنفسو, والوحدانية,والعلم, والقدرة, واالرادة, والسمع, والبصر, والكالم, وانو حي عليم, قادر,
(4-3مريد, سميع, بصير, متكلم. )طاىر: ص
Iman kepada Allah SWT secara global yaitu kita meyakini
bahwa sesungguhnya Allah SWT memiliki sifat yang sempurna dan
Maha Suci dari segala sifat kekurangan. Sedangkan iman kepada
Allah secara rinci yaitu kita harus meyakini bahwa sesungguhnya
Allah SWT mempunyai sifat: wujud (ada), terdahulu, kekal, berbeda
dengan makhluknya, berdiri sendiri, esa, hidup, mengetahui, kuasa,
berkehendak, mendengarkan, melihat, dan berfirman. Dia Maha
hidup, Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Berfirman.
Jadi dapat di katakana bahwa iman kepada Allah SWT adalah
mengetahui dan mempercayai dengan kepercayaan yang mantap,
terhadap sifat-sifat wajib bagi Allah SWT, sifat-sifat mustahil dan
sifat jaiz-Nya. Setiap hamba itu wajib meyakini secara global,
dengan keyakinan yang mantap, bahwa Allah SWT itu pasti
memiliki sifat-sifat sempurna yang sesuai dengan sifat kutuhanan
54
dan mustahil bagi-Nya segala sifat negative. Dan kekuasaan hanya
milik Allah ketika Dia inggin membuat segala sesuatu yang mungkin
atau meniadakannya.
Adapun penjelasan tentang 20 sifat wajib Allah SWT adalah
sebagai berikut:
a. Wujud (ada)
Artinya adalah suatu keadaan yang harus dimiliki oleh suatu
dzat selama dzat tersebut masih ada, dan keadaan semacam ini
tidak bisa dibatasi suatu alasan (Muhammad Al-Fudloli, 2012:
28-29). Bukti bahwa Allah itu ada yaitu seluruh alam yang kita
saksikan ini dengan segala isi dan kandungannya, adalah barang
yang baru. Setiap yang baru pasti ada yang menciptakan. Karena
itu, alam ini pun ada yang menciptakan (Husein Afandy, 1999:
20). Jadi semua benda yang ada di alam ini atau yang
terkandung di dalamnya termasuk ciptaan Allah SWT, inilah
yang dimaksud bahwa Allah SWT bersifat wujud.
Jadi, cara kita meyakini bahwa Allah itu ada yaitu
dengan kita harus meyakini bahwa Allah itu ada. Karena
keberadaan Allah hanya dengan Zatnya sendiri, tidak dengan
perantara apapun. Keberadaan Allah adalah merupakan suatu
hal yang wajib dan tidak mungkin Allah itu tidak ada.
b. Qidam (terdahulu)
55
Qidam artinya sesungguhnya Allah SWT tiada permulaan
bagi-Nya. Kebalikannya adalah sifat Al-Hudus (baru). Dalil
bahwasanya Allah bersifat terdahulu adalah “ Seandainya Allah
adalah sesuatu yang baru, maka tentunya Allah membutuhkan
terhadap sesuatu yang menjadikannya (Ibrohim, 2014:6).
Jadi, cara kita meyakini bahwa Allah terdahulu yaitu kita
harus meyakini bahwa sesungguhnya Allah itu yang paling awal
adanya (qodim). Ia sudah ada sebelum adanya sesuatu dan terasa
mustahil Allah tidak ada sesaat pun sepanjang waktu.
Sesungguhnya keberadaan Allah SWT tidak ada yang
mendahuluinya.
c. Baqa‟ (kekal)
Cara kita meyakini bahwa Allah itu kekal yaitu kita harus
meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT itu kekal yang
kekekalannya tidak ada hentinya. Ia tidak akan lenyap sama
sekali dan sesaat pun ketiadaannya tidak akan ditemukan
sepanjang masa.
d. Mukhalafah lil hawadits (berbeda dengan makhluknya)
Mukhalafah lil hawadits adalah Allah itu tidak sama
dengan makhluk baik itu manusia, jin, malaikat atau yang lain.
Dalam hal ini Allah tidak mungkin memiliki sifat yang dimiliki
56
oleh semua makhluk seperti berjalan, duduk atau mempunyai
susunan anggota badan (Muhammad Al-Fudloli, 2012:55).
Jadi, cara kita meyakini bahwa Allah SWT itu berbeda
dengan makhluk-Nya yaitu kita harus meyakini bahwa
sesungguhnya tidak ada suatu pun yang dapat menyamai Allah
SWT baik dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya.
e. Qiyamuhu Bi Nafsihi (berdiri sendiri)
Qiyamuhu Bi Nafsihi adalah Allah tidak butuh pada zat
lain sebagai sandaran-Nya dan juga tidak butuh kepada yang
menciptakan karena memang Dialah sang pencipta segala
sesuatu (Muhammad Al-Fudloli, 2012: 59-60).
Jadi, cara kita meyakini bahwa Allah SWT itu berdiri
sendiri yaitu kita harus meyakini bahwa Allah SWT tidak
membutuhkan sesuatu apapun, Ia tidak butuh tempat tinggal dan
sama sekalai tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya.
Sebaliknya, Dialah yang dibutuhkan dan segalanya sangat
membutuhkan kepada-Nya.
f. Wahdaniyyah (Esa)
Menurut Sayid Husain Afandi dalam kitab Khusnul
Khamidiyah terjemahan Fadlil Said, menjelaskan bahwa dalam
kitab Allah SWT pasti bersifat wahdaniyyah, yakni Allah itu
Esa dalam dzat, sifat-sifat, dan perbuatan-Nya. Dan mustahil
bagi-Nya sifat kebalikannya, yaitu ta‟addud (tidak esa) dalam
57
hal-hal tersebut misalnya Allah tersusun dalam dzat, sifat-sifat
atau sesuatu yang menyamai-Nya.
Cara meyakini bahwa Allah itu Esa yaitu dengan meyakini
bahwa sesungguhnya Allah itu tidak ada yang menyekutui-Nya,
tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya,
tidak ada yang menyaingi-Nya, dan tidak ada yang menentang-
Nya.
g. Qudrat (berkuasa)
Cara meyakini bahwa Allah berkuasa adalah dengan
meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT memiliki sifat maha
kuasa dan Ia berkuasa atas segala sesuatu.
h. Iradah (berkehendak)
Cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Iradah yaitu
dengan cara meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT itu
mempunyai kehendak dan Dia maha berkehendak dimana tidak
akan terjadi sesuatu melainkan kehendak-Nya. Apapun yang
dikehendaki Allah pasti akan terjadi dan apapun yang tidak
dikehendaki-Nya maka tidak mungkin terjadi (Thahir, 2011:
27).
i. Ilmu (mengetahui)
58
Cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat ilmu yaitu
dengan cara meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT itu
memiliki sifat maha mengetahui dan Allah SWT maha
mengetahui segalanya, baik yang tampak ataupun yang tidak
tampak, maha mengetahui jumlah pasir, jumlah tetesan air
hujan, jumlah daun pohon serta maha mengetahui segala yang
rahasia atau samar. Pengetahun-Nya tidak dicari terlebih dahulu,
bahkan Dia mengetahui segala sesuatu sejak zaman azali, yakni
sebelum segala sesuatu diciptakan (Thahir, 2012: 25).
j. Hayat ( hidup)
Cara meyakini bahwa Allah meyakini bahwa Allah SWT
hidup yaitu dengan cara meyakini bahwa sesungguhnya Allah
SWT itu hidup dan hidup-Nya Allah tidak seperti hidup kita,
karena hidup kita ini dengan perantara, seperti adanya peredaran
darah dan bernafas, sedangkan hidup-Nya Allah SWT tidak
dengan perantara apapun. Hidup Allah ada sejak dahulu kala
dan kekal sehingga tidak mungkin sirna dan sama sekali tidak
akan mengalami perubahan.
k. Sama‟ (mendengar)
Cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat sama‟ yaitu
dengan cara meyakini bahwa Allah SWT itu maha mendengar,
Allah maha mendengar atas segala sesuatu baik yang
tersembunyi atau yang tampak. Akan tetapi pendengaran Allah
59
SWT tidak sama dengan pendengaran kita menggunakan
perantara telinga, sementara pendengaran Allah SWT tidak
menggunakan perantara apapun.
l. Bashar (melihat)
Cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat bashar yaitu
dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT maha
menegetahui segala sesuatu termasuk mengetahui semut hitam
dimalam gelap gulita, bahkan yang lebih kecil dari itu. Segala
yang ada dimuka bumi atau yang didasarnya, segala yang ada di
atas langit maupun yang terlepas dari pengawasan Allah.
Namaun penglihatan Allah SWT tidak sama dengan penglihatan
kita dengan peranatra mata, sedangkan penglihatan Allah SWT
tidak dengan perantara sesuatu.
m. Kalam (berfirman)
Cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat kalam yaitu
dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT memiliki sifat
kalam, hanya saja firman Allah itu tidak sama dengan perkataan
kita, karena perkataan kita merupakan sesuatu yang diciptakan
pada diri kita sendiri yang juga menggunakan alat seperti mulut,
lidah dan kedua bibir, sementara firman Allah tidak seperti itu.
n. Zat yang Maha Kuasa
60
o. Zat yang Maha Berkehendak
p. Zat yang Maha Mengetahui
q. Zat yang Maha Hidup
r. Zat yang Maha Mendengar
s. Zat yang Maha Melihat
t. Zat yang Maha Berfirman
Sedangkan sifat-sifat yang mustahil bagi Allah SWT adalah sifat-
sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT (Husain Afandi, tt: 10).
Sifat-sifat tersebut adalah:
a. Adam (Allah tidak ada)
b. Huduts (Allah baru)
c. Fana‟ (Allah rusak/binasa)
d. Mumatsalatu lil hawadits (Allah sama dengan makhluk-Nya)
e. Qiyamuhu bighairihi (Allah SWT membutuhkan yang lain)
f. Ta‟addud (Allah memiliki sekutu)
g. „Ajzun (Allah lemah)
h. Karahiyyah (Allah dipaksa)
i. Jahlun (Allah bodoh)
j. Mautu (Allah mati)
k. Shamam (Allah tuli)
l. A‟ma (Allah buta)
m. Bukmu (Allah bisu)
61
n. Zat yang Maha lemah
o. Zat yang Maha Terpaksa
p. Zat yang Maha Bodoh
q. Zat yang Maha Mati
r. Zat yang Maha Tuli
s. Zat yang Maha Buta
t. Zat yang Maha Bisu
Ketiga, sifat jaiz yaitu sifat yang boleh timbul dari Allah SWT.
Kutipan yang menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat jaiz dalam kitab
Jawahirul Kalamiyah, adalah:
(11فعل الممكنات وتركها )طاىر: ص المولى سبحانو وتعالى ىى
Allah SWT berhak menciptakan atau tidak menciptakan segala
yang mungkin, sebagaimana Allah SWT menciptakan seseorang menjadi
kaya atau miskin, sehat atau sakit dan lain sebagainya.
2. Iman Kepada Malaikat
Malaikat adalah hamba-hamba Allah yang mukmin kepada-Nya
serta dimuliakan. Mereka selalu melaksanakan perintah-Nya, takut
kepada-Nya dan mengerjakan apa yang diperintahkan (Husain Afandi, tt :
119). Malaikat merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah yang bersifat
gaib, yang diciptakan dari nur (cahaya).
62
Kutipan yang menunjukkan pengertian malaikat, dalam kitab
Jawahirul Kalamiyah, adalah:
المالئكة ىم اجسام لطيفة مخلوقة من نور. اليأكلون واليشربون وىم (15ىم ويفعلون مايؤمرون)طاىر: ص عبادمكرمون اليعصون اهلل ماامر
Jadi, malaikat adalah suatu bentuk makhluk halus yang diciptakan
dari cahaya. Mereka tidak makan dan tidak minum. Mereka adalah hamba
Allah yang mulia. Mereka tidak pernah membantah segala yang
diperintahkan kepadanya, bahkan mereka selalu siap melakanakan apa
yang diperintahkan. Berikut ini merupakan tugas- tugas para Malaikat
diantaranya:
ورسلو. كجبرائيل ئووظائف المالئكة رسل بين المولى سبحانو وتعالى وبين انبيايو السالم ومنهم حفظة على العباد، ومنهم من يكتب اعمال العبادمن خير عل
وعذابها ومنهم حملة ومنهم موكلون بالنارومنهم موكلون بالجنة ونعيمها، اوشر، العرش. ومنهم قائمون بمصالح العباد ومنافعهم الى غيرذلك مماامروابو)طاىر: ص
16)
Sebagia malaikat ada yang bertugas manjadi penghubung antara
Allah SWT dengan para Nabi dan Rasulnya seperti malaikat Jibril as. Ada
juga malaikat yang bertugas manjaga hamba-hamba Allah SWT. Sebagian
lagi ada yang bertugas mencatat semua amal hamba Allah, yang baik
maupun yang buruk. Ada pula yang bertugas menjaga surga dan berbagai
63
macam kenikmatannya. Ada lagi yang bertugas menjaga neraka dan
berbagai macam siksa. Sebagian lagi ada yang ditugaskan untuk
menyangga „arsy, dan ada lagi yang bertugas menyampaikan kepada
hamba Allah tentang segala macam hal yang berguna bagi mereka.
3. Iman Kepada Kitab-kitab Allah SWT
Dalam agama Islam dikenal empat kitab yang wajib kita percayai
serta kita imani. Jumlah kitab suci sebenarnya tidak dijelaskan dalam Al-
Qur‟an juga dalam hadis. Percaya pada kitab-kitab Allah hukumya wajib
„ain atau wajib bagi seluruh warga muslim di dunia. Hal ini sesuai dengan
dalil Q.S. An-Nisa‟: 136)
............
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya”.
Kitab merupakan kumpulan wahyu Allah SWT yang diturunkan
kepada Nabi dan Rasul untuk disampaikan kepada kaumnya sebagai
petunjuk dan pedoman dalam menjalani kehidupan serta memperoleh
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kutipan yang menunjukkan
pengertian iman kepada kitab-kitab Allah dalam kitab Jawahirul
Kalamiyah adalah:
64
يده. وبين فيها امره ونهيو ووعده ووع هلل تعالى كتباانزلهاعلى انبيائو،ان اعتقدمن تلك ى حقيقة بدت منو بالكيفية قوال، وانزلهاوحيا،وىى كالم اهلل تعال
(17والقران )طاىر: ص الكتب التورة واالنجيل والزبور
Kita harus yakin bahwa Allah SWT memiliki beberapa kitab yang
diturunkan kepada para Nabi-Nya. Di dalam kitab-kitab itu dijelaskan
perintah, larangan, janji dan ancaman Allah SWT. Kitab-kitab Allah
tersebut adalah merupakan hakikat dan firman Allah yang disampaikan
tanpa diketahui bagaimana cara Allah berfirman, dan ia merupakan kitab
yang diturunkan sebagai wahyu. Diantara kitab-kitab tersebut adalah :
Taurot, Injil, Zabur dan Al-Qur‟an.
Kitab Al-Qur‟an adalah merupakan kitab Allah SWT yang paling
mulia, yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi-Nya yang paling mulia
yang diturunkan Allah Al-Qur‟an adalah merupakan kitab terakhir yang
menggantikan kandungan kitab-kitab sebelumnya. Hukum-hukum yang
termaktub di dalamnya akan kekal sampai hari kiamat, tidak mungkin
mengalami perubahan dan penggantian. Kitab Al-Qur‟an ini merupakan
bukti terbesar atas kenabian junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
انما كان القران اعظما المعجزات لكونو اية عقلية باقية مدى الدىر, تشاىدكل اء وقتها فلم يبق حين بعين الفكر. وسواه من المعجزات انقضت بانقض
ووجو اعجازه انو بلغ فى الفصاحة والبالغة الى حدخرج عن ،خبرلمنهااثرغيرا (21-22طوق البشر )طاىر: ص
65
Al-Qur‟an merupakan mukjizat terbesar karena Al-Qur‟an
merupakan ayat yang dapat diterima akal dan kekal sepanjang masa yang
setiap saat dapat disaksikan oleh mata fikiran. Sementara mukjizat yang
lain, dia telah lenyap seiring dengan berlalunya waktu sehingga yang ada
tinggallah ceritanya saja.
اره وقدانضم لهذاالوجو اوجو احدىااخب وىذاالوجو وحده كاف فى االعجاز, عن امورمغيبة ظهرت كمااخبر.
ثانيها: انو اليملو السمع مهما تكرر.
العرب والعجم. ها: جمعو لعلوم لم تكن موجودة عندثالث
خالية واحوال المم.لرابعها: انباؤه عن الوقائع ا
سالم(, كان اميااليكتب واليقرأ, لوالحال ان من انزل عليو )عليو الصالة و (22الستغنائو عن ذلك بالوحي, وليكون وجو االعجازبالقبول احرى )طاىر: ص
Keindahan Al-Qur‟an terletak pada susunan bahasanya yang begitu
indah, jelas penuturannya dan tinggi nilai sastranya sehingga keluar dari
jangkuan kemampuan manusia. Adapun keistimewaan-keistimewaan Al-
Qur‟an diantaranya sebagai berikut:
a. Al-Qur‟an menceritakan hal-hal yang ghaib yang memang terbukti
sebagaimana diberitakan oleh kitab ini.
b. Al-Qur‟an tidak dapat membosankan meskipun didengar berualang
kali.
66
c. Al-Qur‟an memuat berbagai macam ilmu yang tidak didapat oleh
bangsa Arab maupun bangsa-bangsa lain.
d. Al-Qur‟an menjelaskan tentang kejadian-kejadian di masa lalu dan hal
ikhwal ummat terdahulu.
Sementara orang yang dituruni Al-Qur‟an (Nabi Muhammad saw)
sendiri adalah orang yang tidak mengenal tuli menulis dan membaca
(ummi), karena yang demikian ini tidak diperlukan oleh orang yang
menerima wahyu, disamping kemukjizatan Al-Qur‟an dapat diterima
dengan nyata.
4. Iman Kepada Para Rasul
Ajaran yang dibawa oleh Nabi dan Rasul sejak Nabi Adam as hingga
Nabi Muhamad SAW merupakan suatu rangkaian yang memiliki satu
tujuan yaitu mengesakan Allah SWT berupa syariat atau hukum tertentu
yang kemudian disampaikan atau diajarkan kepada umatnya. Kutipan yang
menunjukkan iman kepada Rasul dalam kitab Jawahirul Kalamiyah
adalah:
منو وفضال مبشرين هلل تعالى رسال ارسلهم رحمة ان رسل اهلل تعالى اعتقدااليمان بومندرين للمسيءبالعقاب. ومبينين للناس مايحتاجون اليو من للمحسن بالثواب،
يدىم بايات ظاىرة. مصالح الدين والدنيا ومفيدين لهم مايبلغون بو الدرجة العليا. وام )طاىر: ص اولهم ادم واخرىم نبينا محمد عليهم الصالة والسال ومعجزات باىرة،
23)
67
Iman kepada Rasul yaitu bahwa sesungguhnya Allah SWT
memiliki beberapa Rasul yang Ia utus sebagai rahmat dan anugerah dari-
Nya untuk memberi kabar gembira berupa pahala bagi orang yang
berbuat kebajikan, dan memberikan peringatan berupa siksa kepada
orang yang melakukan kejahatan, memberikan penjelasan kepada semua
manusia tentang segla kebutuha untuk kepentingan agama dan dunia
serta sesutau yang dapat menghantarkan mereka kepada suatu tingkatan
yang tinggi.
Menurut Husain Afandi (tt: 44) dalam kitab Khusnul Khamidiyah
terjemahan Fadil Said menyatakan bahwa Rasul (utusan Allah) ialah
seorang laki-laki dan mereka, yang diberi wahyu oleh Allah SWT berupa
syari‟at dan diperintahkan untuk menyampaikan wahyu itu kepada
makhluk, jika tidak diperintahkan menyaimpaikannya, maka disebut
Nabi.
يغو فان امربتبليغو سمي رسوالايضا, لالنبي انسان اوحي اليو بشرع وان لم يؤمربتب (23رسوال )طاىر: ص وليس كل نبي فكل رسول نبي
Nabi adalah manusia yang di beri wahyu oleh Allah berupa syari‟at
agama meskipun ia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada
umatnya. Bila ia diperintahkan untuk menyampaikan kepada umatnya
maka ia disebut juga Rasul. Jadi setiap rasul adalah nabi, dan tidak semua
Nabi itu Rasul. Adapun penjelasan mengenai jumlah para Nabi adalah
sebagai berikut:
68
عدداالنبياء اليعلم عددىم على اليقين. والمذكوراسما ؤىم فى الكتاب س,نوح, ىود, صالح, ابراىيم, لوط, يالعزيزخمسة وعشرون, وىم: ادم, ادر
اسماعيل, اسحاق, يعقوب, يوسف, ايوب, شعيب, موسى, ىارون, ذوالكفل, عيسى, محمد عليهم الصالة ن, الياس, اليسع, يونس, زكريا, يحي, اداود, سليم
(24والسالم وىم رسل ايضا )طاىر: ص
Jumlah para Nabi tidak dapat diketahui secara pasti. Adapun nama
para Nabi yang dijelaskan pada al-quran ada 25, yaitu : Adam, Idris,
Nuh, Hud, Shaleh, Luth, Ismail, Ishaq, Ibrahim, Ya‟qub, Yusuf, Ayyub,
Syu‟aib, Musa, Harun, Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa‟,
Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, Muhammad. Mereka semuanya adalah para
Rasul juga.
يجب للالنبياءعليهم الصالة والسالم اربع صفات وىي, الصدق, والمانة, حقهم كون خبرىم مطابقا للواقع ونفس والتبليغ, والفطانة. ومعنى الصدق فى
االمرفاليصدرمنهم كذب اصال. ومعنى االمانة فى حقهم كون ظواىرىم وبواطنهم خلق. ومعنى لمحفوظة من الوقوع فيما اليرضى احق, الذى اصطفاىم على سائرا
وا من ذلك التبليغ كونهم بينواللناس كل ماامرىم اهلل ببيانو احسن بيان فلم يكتم-28هم اكمل اخلق فى النباىة والفهم )طاىر: ص عنى الفطانةكونشيئا. وم
29)
69
Sesungguhnya Allah SWT telah memilih mereka melebihi semua
alam, dan Allah telah mengutus para Nabi itu kepada mereka agar
mereka dapat mengetahui segala perintah dan hukum-hukum-Nya. Pada
dasarnya para nabi telah memiliki sifat-sifat dengan segala sifat
keindahan lahir batin, perbuatan maupun ucapannya mereka terbatas dari
segala sifat yang menjadikan mereka tercela. Diantara sifat-sifat yang
harus dimiliki para Nabi yaitu sebagai berikut:
a. Sidiq artinya bahwa semua berita yang disampaikan itu benar dan
sesuai dengan kenyataannya sehingga mereka tidak mungkin
melakukan kebohongan.
b. Amanah artinya keadaan lahir batin mereka terpelihara dari segala hal
yang tidak diridhai Allah SWT yang telah memilih mereka melebihi
semua makhluk yang ada.
c. Tabligh maksudnya dengan sejelas-jelasnya mereka telah
menyampaikan kepada manusia segala perintah Allah yang harus
disampaikan sehingga sedikitpun tak mungkin mereka
menyembunyikan.
d. Fathanah maksudnya mereka adalah makhluk Allah SWT yang
paling sempurna kecerdasan dan pemahamannya tentang sesuatu.
Sifat-sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh para Nabi as ada 4 yaitu:
a. Khidzib (dusta),
b. Ishyan (durhaka)
c. Khitman (tidak menyampaikan perintah)
70
d. Ghaflah (pelupa)
5. Iman Kepada Hari Akhir
Hari akhir adalah hari dimana seluruh alam semesta akan hancur,
dan semua ketentuan itu telah dirumuskan oleh Allah SWT. Beriman
kepada hari akhir merupakan sesuatu yang wajib kita imani sebagai umat
muslim, walaupun kita tidak mengetahui kapan akan datangnya hari akhir.
Mengimani hari akhir adalah salah satu cara meningkatkan keimanan kita
kepada Allah SWT. Kutipan yang menunjukkan iman kepada hari akhir
dalam kitab Jawahirul Kalamiyah adalah:
الطفال. تقوم الناس فيو من قبورىم امااليوم االخرفهويوم عظيم االىوال, تشيب فيو اويحشرون الى صعيد واحد للحساب. ثم يؤول امرىم الى النعيم اوالعذاب واماااليمان بو فهو التصديق بانو البدان يئاتى وان يظهرفيو جميع ماورد فى القران
(39-38والحديث فى شأنو )طاىر: ص
Hari akhir adalah hari yang sangat dasyat, sehingga karenanya anak
kecilpun akan menjadi berubah. Pada hari itu semua orang dibangkitkan
dari dalam kuburnya dan dikumpulkan disuatu tempat untuk dihisab amal
perbuatannya, kemudian urusan mereka berakhir dengan mendapatkan
nikmat atau adzab. Adapun yang dimaksud dengan iman kepada hari
akhir adalah menyakini bahwa hari akhir (kiamat) pasti terjadi dan akan
tampak jelas semuanya yang termuat dalam Al-Qur‟an dan hadits.
71
اعتقد فى اليوم االخروما يتعلق بو اعتقد اوال بسؤال القبر, ثم بنعيمو اوعذابو, راالجساد, وان الخلق كما بدئ يعاد, ثم بالحساب والميزان, ثم ثم بحش
باعطاء الكتاب اماباليمين وامابالشمال ثم بالصراط, ثم بدخول المؤمنين (29كافرين جهنم دارالعذاب االليم )طاىر: ص لالجنة دارالنعيم ودخول ا
Hal-hal yang bakal terjadi pada hari akhir dan segala yang
berkaitan dengannya, pertama kali kita harus yakin akan adanya
pertanyaan di dalam kubur, kemudian ada yang mendapatkan nikmat atau
adzab. Kita yakin bahwa semua makhluk akan dihidupkan kembali
seperti semula. Mereka akan dihisab dan ditimbang seluruh amal
perbuatannya, kemudia menerima buku catatan amalnya. Ada yang
menerima dengan tangan kanan dan ada yang menerima dengan tangan
kiri. Kita harus yakin pula akan adanya jembatan (shirat), lalu orang-
orang mukmin masuk surga tempat menerima kenikmatan, dan orang-
orang kafir masuk neraka tempat menerima siksa yang amat pedih.
6. Iman Kepada Qadla dan Qadar
Hidup memang penuh dengan warna. Dan hakikat warna-warni
kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan dalam
kitab Lauhul Mahfudz yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk
Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah
kuasa Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-
Hadiid : 22.
72
Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah.”
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia dan celaka telah
ditetapkan sesuai kenentuan-ketentuan Ilahiyah yang tidak pernah
diketahui oleh manusia. Karena itu beriman pada qada dan qadar Allah
SWT merupakan kewjiban bagi setiap umat muslim. Kutipan yang
menunjukkan iman kepada qada dan qadar dalam kitab Jawahirul
Kalamiyah adalah:
مثل رة. سواءكانت اختيادجميع افعال العباىوان نعتقد ان درضاء والققاالعتقاد بالالقيام والقعود واالكل والشرب اواضطرارية مثل الوقوع. كائنة بارادة اهلل تعالى
(48زل وعلمو بها قبل وقتها )طاىر: وتقديره لها فى اال
Menyakini adanya qadla dan qadar yaitu kita harus yakin
seyakin-yakinnya bahwa segala perbuatan manusia baik itu yang
direncanakan seperti berdiri, duduk,makan dan minum, atau yang tidak
direncanakan misalnya terjatuh, semua itu adalah karena kehendak dan
takdir Allah SWT yang terjadi pada zaman azali (dahulu kala) dan
Allah maha mengetahui sebelum waktu terjadinya.
B. Relevansi Pendidikan Tauhid dalam Kehidupan Umat Islam.
73
Pada dasarnya pendidikan tauhid mempunyai peranan yang sangat
penting bagi kehidupan umat Islam, karena pendidikan tauhid menjadi
pedoman pokok setiap muslim dalam menjalankan kehidupan beragama.
Manfaat menpelajari pendidikan tauhid secara mendalam akan membuat
masyarakat muslim lebin mengerti hakekat dirinya dan Tuhan yang
menciptakannya, sehingga mereka yang menghambakan diri kepada Allah
secara hak, tanpa keragunan sedikitpun.
Maka diperlukan pengajaran pendidikan tauhid yang benar sesuai
dengan sayariat Islam yang berdasarkan AL-Qur‟an dan hadis yang akan
membentuk jiwa masyarakat muslim menjadi berilmu pengetahuan yang
berdasarkan kepada argument-argumen dan bukti-bukti dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Berikut ini merupakan fungsi dan tujuan pendidikan tauhid dalam
konteks pengembangan umat, tauhid berfungsi mentransformasikan setiap
individu yang meyakininya, menjadi manusia yang lebih ideal dalam arti:
a. Memiliki sifa-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap
belenggu sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
b. Memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Ia akan berusaha secara
maksimal untuk menjalankan pesan dan perintah Allah sesuai dengan
kadar kemampuannya.
c. Menolak pedoman hidup yang datang bukan dari Allah.
d. Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap
kualitas kehidupannya, adat istiadatnya, tradisi dan paham hidupnya.
74
e. Tujuan hidupnya menjadi jelas, ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan
matinya hanya untuk Allah semata. Ia tidak akan terjerat kedalam
nilai-nilai palsu atau hal-hal tanpa nilai sehingga tidak pernah
mengejar kekayaan, kekuasaan dan kesenangan hidup sebagai tujuan.
Sebaliknya, hal-hal tersebut hanyalah sebagai sarana mencapai
keridaan Allah.
f. Memiliki visi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya
bersama manusia lain, suatau kehidupan yang harmonis antara
manusia dengan Tuhannya (Akademik Pokja, 2005: 78).
Adapun fungsi dan tujuan pendidikan tauhid dalam arti penting
sosial dalam kehidupan sehari-hari umat Islam:
1. Mengajarkan emansipasi dari nilai-nilai palsu yang bersumber pada
hawa nafsu, gila kekuasan, dan kesenangan-kesenangan sensul
belaka. Suatu kehidupan didedikasikan pada kenikmatan sensual,
kekuasaan, dan menimbun kekayaan dapat menimbun akal sehat dan
mendistorsi pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al-Qur‟an
menyindir orang-orang seperti ini.
2. Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Tauhid menjadi kerangka berfikir dalam menemukan hakikat
kebenaran tentang segala yang ada di alam semesta ini pada seginya
yang abstrak, potensial, maupun yang konkret. Namun kenyataannya
umat muslim sekarang berada dalam suatu keterbalikan dimana
75
kemiskinan, kelaparan dan kebodohan belum juga teratasi, jarak
antara si kaya dengan si miskin semakin tajam, keadilaan dan
kejujuran semakin langka, serta kebenaran semakin mudah
direkayasa di tengah–tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada tujuan ilmu pengetahuan dan teknologi justru demi
upaya pembebasan dan memudahkan manusia (umat muslim
khususnya) dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup
mereka.
3. Menjadikan Islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia.
Jika tauhid direlasikan dengan ilmu pengetahuan maka dapat
menjadikan Islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia dan
mampu menjembatani wilayah-wilayah peradaban lokal menjadi
peradaban mondial karena tauhid merupakan paradigma dari metode
ilmiah dalam seluruh wilayah ilmu pengetahuan umat Islam. Sebagai
bukti banyak ilmuan kelas dunia yang lahir dari dunia Islam. Sebagai
pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran-
ajarnnya dilaksanakan secara konsisten.
4. Mengajarkan umat Islam agar menjadikan Allah SWT sebagai pusat
kesadaran intelektual mereka.
Dengan menjadikan tauhid sebagai pedoman dalam hidup,
serta merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu
kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah
76
di tancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan
maupun kekuasaan selain Allah (Hunainin, 1983: 165).
5. Agar manusia memperoleh kepuasan batin, keselamatan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sebagaimana yang di cita-
citakan. Dengan tertanamnya tauhid dalam jiwa manusia maka
manusia akan mampu mengikuti petunjuk Allah yang tidak mungkin
salah sehingga untuk mencari kebahagiaan bisa tercapai.
6. Agar terhindar dari akidah-akidah yang menyesatkan (musyrik), yang
sebenarnya hanya hasil pemikiran atau kebudayaan semata.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pembahasan terhadap kitab Jawahirul
Kalamiyah dengan menganalisis pendidikan tauhid, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy dalam
menyampaikan pendidikan tauhid yaitu dengan cara dialog (tanya jawab).
Adapaun konten pendidikan tauhid yang terkandung dalam kitab tersebut
mencakup 6 rukun iman yaitu (1) Iman kepada Allah SWT yang
mengandung 20 sifat wajib Allah, sifat musthil dan sifat jaiz bagi Allah.
(2) Iman kepada Malaikat yang berjumlah 10 malaikat yang memiliki
tugas mulia dari Allah SWT. (3) Iman kepada kitab-kitab Allah yang
terdiri dari kitab Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur‟an. (4) Iman kepada para
77
Rasul yang berjumlah 25 utusan Allah SWT. (5) Iman kepada hari akhir
yang mencakup tanda-tanda hari akhir dan peristiwa-peristiwa setelah hari
akhir. (6) Iman kepada Qada dan Qadar Allah yaitu tentang rahasia takdir
Allah yang sudah di tentukan sebelum manusia di ciptakan.
Paparan pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah
sangat relevan ketika diajarkan untuk masyarakat muslim mulai dari usia
dini hingga usia lanjut karena dengan mengajarkan dasar ilmu tauhid yang
sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadis akan tercipta umat Islam yang taat
beragama yang paham akan hakikat dirinya dan sang pencipta alam dan
seluruh isinya ini dengan beribadah tanpa ada keraguan dalam
melakukannya.
B. Saran
Setelah melakukan kajian tentang pendidikan tauhid dalam kitab
Jawahirul Kalamiyah karya Syaikah Thahir bin Saleh al-Jazairy, ada
beberapa saran yang penulis sampaikan antara lain:
1. Bagi orang tua
Hendaknya orang tua menanamkan pendidikan tauhid sejak dini
karena mengingat pendidikan tauhid sangat penting yang dapat
menjadi pondasi akhlak anak-anak. Semakin kuat akidah seseorang
maka akan baik pula akhlak dalam kehidupan sehari-hari, tetapi ketika
pondasi akidahnya tidak kuat maka tidak mustahil anak akan mudah
terpengaruh arus globalisasi yang kadang terkesan negatif karena
78
kurang kuat keimanannya. Sudah sepantasnya pendidikan tauhid tidak
hanya menjadi tanggung jawab guru ngaji ataupun guru di sekolah saja
tetapi justru orang tuanyalah yang seharusnya menjadi madrasah
pertama bagi anak. Ketika dukungan dari keluarga, guru, sekolah, dan
lingkungan dapat bekerjasama menanamkan nilai-nilai pendidikan
tauhid ingsaallah akan tercipta umat Islam yang berkualitas.
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Pengajaran dan penanaman pendidikan tauhid yang bersumber
dari Al-Qur‟an, hadis maupun empiris harus terus dilakukan, karena
banyaknya krisis akidah dan moral yang melanda negeri ini. Oleh
karena itu hendaknya para ulama, pendidik, dan instansi lembaga
pendidikan Islam selalu memberikan pembelajaran tauhid kepada anak
didiknya mulai sejak dini. Sehingga ketika mereka dewasa mereka
dapat mengaplikasikan sifat-sifat wajib dari Allah dan Rasul dengan
baik. Karena sudah seharusnya seluruh umat Islam memahai dasar
akidah agamanya agar lebih mantap dan yakin dalam beribadah kepada
Allah SWT.
C. Kata Penutup
79
Sebagai kata terakhir, penyusun mengucapkan syukur
Alhamdulillah, skripsi ini dapat terselesaikan. Namun penulis menyadari
akan segala kekurangan dan kesalahan yang masih jauh dari kata
sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan minimnya
pengalaman penyusun.
Akhirnya, harapan penyusun atas segala kekurangan dan kesalahan
yang ada dalam penyusunan skripsi ini, penulis mohon maaf dan
menerima saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak demi
perbaikan selanjutnya.
Demikian kata penutup dari penyusun, dengan harapn semoga
skripsi yang sangat sederhana ini dapat memberikan motivasi penyusun
untuk melangkah lebih maju dan bermanfaat bagi penyusun serta pembaca
pada umumnya.
80
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Sayid Husain. Tt. Khusnul Khamidiyah. Terjemah oleh Fadlil Said An-
Nadwi. Surabaya: Al-Hidayah.
Ahmad, Ukasyah Habibu. 2015. Didiklah Anakmu Ala Rasulullah. Yogyakarta :
Saufa.
Al- Bajuriy, Syaikh Ibrohim. 2005. Tijan ad-Durori. Terjemahan Munawwir
Ridhwan. Jawa Tengah: Zam-Zam.
Al-Fudloli, Syeikh Muhammad. Kifayatul Awam. Terjemah oleh Achmad
Sunarto. 2012. Surabaya: Al-Miftah.
Al-Marzuki, Ahmad. Aqidatul Awam. Terjemahan oleh Achmad Sunarto. 2012.
Surabaya: Al- Miftah.
Al-Ghilayani, Mushtafa, 1949.„Idhotun Nasyi‟in, Bairut Maktabah Asyariyah.
81
Asmuni, M. Yusran. 1966. Aqidah Islam: Suatu Kajian yang Memposisikan Akal
sebagai Mitra Wahyu. Surabaya: Al-Ikhlas.
At-Tamimi, Syekh Muhammad. 1997. Menggungkap Kebatilan Penentang
Tauhid. Jakarta: Akafa Press.
Ath- Tharabilisiy, Husein Afandiy Al-Jisr. Memperkokoh Aqidah Islamiyah.
Terjemahan oleh Abdullah Zakiy al-Kaff. 1999. Bandung: CV. Pustaka
Setia.
Bakar, Osman. 1994. Tauhid dan Sains. Bandunag: Pustaka Hidayah.
Departeman Agama RI. 2007. Al-Qu‟an dan Terjemahannya. Bandung: Syamil
Quran.
Departemen Pendidikan Nasioanal. KBBI (Kamus Besar Bahasa Inondesia),
2017. Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka Nasional.
Fauzan, Shalih. 2013. Kitab Tauhid Jilid 1. Diterjemahkan oleh: Agus Hasan
Bashori. Jakarta: Darul HAQ.
Hadi, Sutresno. 2004. Metoologi Research jilid 1. Yogyakarta: fakultas psikologi
UGM.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Hamdani B. DZ, M. 2001. Pendidikan Ketuhanan dalam Islam. Surakarta:
Muhamadiyah University Perss.
82
Hunainin. 1983. Pendidikan Keimanan Bagi Anak Menurut Pemikiran Abdullah
Nashih Ulwan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
http://ponpesnusantara.blogspot.co.id/2014/06/biografi-syekh-thohir-bin-sholeh-
al.html di akses pada juma‟at 23 maret 2018 pkl 21:29 WIB
Mansur, A.R Sutan. 1981. Tauhid Membentuk Pribadi Musllim. Jakarta: Yayasan
Nurul Islam.
M, Hanafi. 2003. Pengantar Teologi Islam. Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru.
Muhaimin dan A Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda
Karya.
Muchtar, Heri Jauhari. 2005. Fikih Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Nazir, Muhammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pokja, Akademik. 2005. Tauhid. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN SUKA.
Saleh al-Jazairy, Thahir. Tt. Jawahirul Kalamiyah. Terjemahan oleh Achmad
Suranto. 2011. Surabaya: Al-Miftah.
Sayid, Sabiq. 1981. Anshirul Quwwah fil Islam, ter. Haryono S. Yusuf, Unsur-
unsur Dinamika dalam Islam. Jakarta: PT. Intermasa.
. 1996. Aqidah Islam, terj Moh. Abdul Rahtomy. Bandung:
Diponegoro.
Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Qur‟an. Bandung: Mizan.
83
Soejono dan Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan
Penerapan. Jakarta: PT. Bina Adiaksara.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suwarno. 1985. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru.
Ubaedy, AN. 2008. Optimis Kunci Meraih Sukses. Depok: PT. Visi Gagas
Komunika.
Yunahar, Ilyas. 1993. Kuliah Akidah islam. Yogyakarta: LPPI (Lembaga
Pengkajian dan pengalaman Ilmu).
Zakiah Dradjat dkk. 2011. Ilmu pendidikan islam. Cet ke 9. Jakarta: Bumi Aksara
Zayadi, Ahmad. 2006. Manusia dan Pendidikan, Telaah Teosentrin- Filosofis.
Bandung: Pusat Studi Pesantren dan Madrasah.