Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENERAPAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 171/PMK.05/2007 PADA PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN
NEGARA JAKARTA V)
Oleh
Silvana Widayanti
200512069
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Syarat
Dalam Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
INDONESIA BANKING SCHOOL
JAKARTA
2011
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Analisis Penerapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05
Pada Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2009
(Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V)
SKRIPSI
Diterima dan Disetujui Untuk Diujikan
2011
Nama : Silvana Widayanti
NPM : 200512069
Jurusan/Program : Akuntansi/Sarjana
Jakarta, Maret 2011
Pembimbing Utama Skripsi Pembimbing Pendamping Skripsi
(Nugroho Endropranoto SE, MBA) (Novy Silvia Dewi SE, MM)
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI KOMPREHENSIF
Nama : Silvana Widayanti
NPM : 200512069
Jurusan/Program : Akuntansi/Sarjana
Judul : Analisis Penerapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
171/PMK.05/2007 pada Penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat Tahun 2009 (Studi Kasus pada Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V)
Tanggal Ujian Komprehensif: 19 Mei 2011
Penguji:
Ketua : Taufiq Hidayat SE, Ak, M.Bankfin
Anggota : 1. Nugroho Endropranoto, MBA
2. Gunawan, SE, MM
Menyatakan bahwa mahasiswa dimaksud di atas telah mengikuti ujian komprehensif:
Pada : 19 Mei 2011
Dengan Hasil : LULUS UJIAN
Penguji,
Ketua
(Taufiq Hidayat SE, Ak, M.Bankfin)
Anggota I Anggota II
(Nugroho Endropranoto, MBA) (Gunawan, SE, MM)
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Silvana Widayanti
NPM : 200512069
Judul : Analisis Penerapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
171/PMK.05/2007 pada Penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat Tahun 2009 (Studi Kasus pada Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V)
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping
(Nugroho Endropranoto, MBA) (Novy Silvia Dewi, SE, MM)
Tanggal Lulus: 19 Mei 2011
Mengetahui,
Ketua Panitia Ujian Ketua Jurusan Akuntansi
(Taufiq Hidayat SE, Ak, M.Bankfin) (Etika Karyani, SE, Ak, MSM)
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini
sebagai salah satu persyaratan wajib dalam mencapai gelar sarjana ekonomi.
Penulisan skripsi ini mengambil judul “Analisis Penerapan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 pada Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat Tahun 2009 (studi kasus pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta
V)”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
terselesaikannya skripsi ini antara lain kepada:
1. Kedua orang tua serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan yang
sangat luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Nugroho Endropranoto SE, MBA selaku pembimbing utama serta Ibu
Novy Silvia Dewi SE, MM selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan waktu, pikiran, masukan, dan dukungan selama proses pembuatan
skripsi ini.
3. Ibu Siti Sundari Arie selaku ketua STIE Indonesia Banking School beserta
segenap pimpinan yang saya hormati.
4. Ibu Etika Karyani, SE, Ak, MSM selaku ketua jurusan program studi akuntansi.
5. Ibu Ossi Ferli selaku pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan
untuk segera meraih gelar sarjana.
6. Seluruh staf pengajar STIE Indonesia Banking School yang telah memberikan
ilmu dan bimbingannya.
7. Seluruh staf administrasi Indonesia Banking School yang telah membantu penulis
sehingga dapat mengikuti perkuliahan dengan baik.
8. Ibu Lediana Sufina yang selalu memberikan dukungan, nasehat, dan semangat
kepada penulis.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
9. Seluruh teman dan sahabatku: Ina, Tasya, Nia, Rosita, Yuth, Jaja, Bonbon,
Cheza, Tyas, Naomi, Venny, Nita, dan juga teman-teman IBS 2005 dan 2006
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
10. Seluruh civitas akademika Indonesia Banking School.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat beberapa
kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
ABSTRACT
The purpose of this study was to see whether the financial statement of central government (LKPP) in KPPN Jakarta V 2009 is in accordance with the provisions of the Regulation of the Minister of Finance Number 171/PMK.05/2007 regarding the accounting system and financial reporting of central government. Other than that the writer also wanted to analyze the financial statement to find any errors or not. To analyze the financial statement, the writer used the techniques based on the guidelines for governmnet financial statement analysis are: (1) Analysis the Report of Cash flow; (2) Analysis the Report of Budget Realization; (3) Analysis of the government balance sheet; and (4) Analysis between of the reports.
Based on the research, the results are: (1) presenting the financial statement of central government 2009 in KPPN Jakarta V is in accordance with the provisions of the Regulation of the Minister of Finance Number 171/PMK.05/2007; (2) there are three problems in the financial report after the analysis of financial statements in central government 2009 in KPPN Jakarta V; and (3) the problems in the analysis caused by indiscipline or lack of a work unit who are not partners of KPPN Jakarta V depositing money to KPPN Jakarta V.
Key words: Analysis of financial statement of central government (LKPP), The Regulation of the Minister of Finance Number 171/PMK.05/2007, KPPN Jakarta V
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
HALAMAN PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertandatangan di bawahini:
Nama : SilvanaWidayanti
NPM : 200512069
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari
penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain
maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi
berdasarkan peraturan tata tertib STIE IBS.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar.
Penulis
(Silvana Widayanti)
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
DAFTAR ISI
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
TANDA PERSETUJUAN PENGUJI KOMPREHENSIF
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI
KATA PENGANTAR………………………....………………………………................. i
ABSTRAK…………………………………….....………………………………............iii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI…....…………………………...............iv
DAFTAR ISI…………………………………………....……………………................... v
DAFTAR TABEL………………………………………....…………………................ viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………....………………….............ix
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………....……………….............. 1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………....……………................1
1.2 Perumusan Masalah………………………………....…………...............3
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………....………. .............4
1.4 Pembatasan Masalah…………………………………….....….... ............4
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………….....................5
1.6 Sistematika Penulisan………………………………………....................6
BAB II. LANDASAN TEORI………………………………………………....................8
2.1 Laporan Keuangan Sektor Publik............................................................ 8
2.2 Laporan Keuangan Pemerintah............................................................... 11
2.2.1 Laporan Arus Kas...................................................................... 14
2.2.2 Laporan Realisasi Anggaran...................................................... 19
2.2.3 Neraca........................................................................................ 22
2.3 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat....................................... 26
2.3.1 Analisis Laporan Arus Kas........................................................ 27
2.3.2 Analisis Laporan Realisasi Anggaran........................................ 27
2.3.2.1 Pendapatan Negara dan Hibah...................................... 27
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
2.3.2.2 Belanja Negara............................................................. 28
2.3.2.3 Pembiayaan...................................................... .............32
2.3.3 Analisis Neraca.......................................................................... 32
2.3.3.1 Neraca Sistem Akuntansi Umum................................. 32
2.3.3.2 Neraca Kas Umum Negara........................................... 33
2.3.4 Analisis Antar Laporan...............................................................33
2.3.4.1 Laporan Arus Kas dengan Neraca Kas
Umum Negara................................................................33
2.3.4.2 Laporan Realisasi Anggaran dengan
Laporan Arus Kas..........................................................34
2.3.4.3 Neraca Sistem Akuntansi Umum dengan
Neraca Kas Umum Negara............................................36
2.4 Rerangka Pemikiran.................................................................................36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..................38
3.1 Objek Penelitian………………………………………………...............38
3.2 Metode Pengumpulan Data…………………………………..................38
3.2.1 Jenis dan Sumber Data………………………………................38
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data…………………………..................39
3.3 Teknik Pengolahan Data……………………………………..................40
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN…………………………………................47
4.1 Gambaran Umum…………………………………………….................47
4.1.1 Sejarah KPPN.............................................................................47
4.1.2 Tugas dan Fungsi KPPN.............................................................47
4.1.3. Struktur Organisasi.....................................................................48
4.1.4 Visi dan Misi...............................................................................49
4.2 Analisis dan Pembahasan………………………………….....................50
4.2.1 Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
KPPN Jakarta V Tahun 2009 Sesuai dengan Ketentuan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007...........50
4.2.2 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat KPPN Jakarta V Tahun
2009 yang Mengacu pada Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 171/PMK.05/2007.........................................54
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
4.2.2.1 Analisis Laporan Arus Kas............................................54
4.2.2.2 Analisis Laporan Realisasi Anggaran............................58
4.2.2.3 Analisis Neraca..............................................................67
4.2.2.4 Analisis Antar Laporan...................................................73
4.3 Masalah dan Tindak Lanjut dari Hasil Analisis Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat KPPN Jakarta V Tahun 2009.......................................77
BAB V. PENUTUP……………………………………………………………................82
5.1 Kesimpulan……………………………………………………..............82
5.2 Saran………………………………………………………….................82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Format Baku Laporan Arus Kas.......................................................15
2.2 Format Baku Laporan Realisasi Anggaran.......................................20
2.3 Format Baku Neraca KUN...............................................................23
2.4 Format Baku Neraca SAU................................................................24
4.1 Laporan Arus Kas Menurut PMK No. 171/PMK.05/2007 VS Laporan Arus Kas KPPN Jakarta V Tahun 2009......................52 4.2 Laporan Realisasi Anggaran Menurut PMK No. 171/PMK.05/ 2007 VS Laporan Realiasi Anggaran KPPN Jakarta V Tahun
2009..................................................................................................53 4.3 Neraca Menurut PMK No. 171/PMK.05/2007 VS Neraca KPPN Jakarta V Tahun 2009...........................................................54 4.4 Laporan Arus Kas KPPN Jakarta V Tahun 2009.............................56 4.5 Laporan Realisasi Anggaran KPPN Jakarta V Tahun 2009.............60 4.6 Laporan Realisasi Penerimaan dan Pengembalian Negara Tahun 2009.......................................................................................62 4.7 Neraca SAU KPPN Jakarta V Tahun 2009......................................70 4.8 Neraca KUN KPPN Jakarta V Tahun 2009.....................................72
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Alur Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat................................ 12
2.2 Rerangka Pemikiran.......................................................................37
3.1 Langkah Penelitian........................................................................46
4.1 Struktur Organisasi KPPN............................................................49
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas publik menimbulkan
implikasi bagi manajemen pemerintahan (sektor publik) baik pusat ataupun daerah untuk
memberikan informasi kepada publik. Salah satu informasi yang dibutuhkan adalah
informasi mengenai pengelolaan keuangan negara dalam bentuk laporan keuangan.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintah yang kemudian dikuasakan
kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal, yang salah satu tugasnya adalah
menyusun Laporan Keuangan sebagai pertangungjawaban pelaksanaan APBN. APBN
merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan
undang-undang. APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
pembiayaan. APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan
negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Laporan keuangan yang
dimaksudkan diatas harus disampaikan setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Selanjutnya, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara Unsur-unsur Laporan Keuangan Pemerintah Pusat perlu dianalisis agar laporan
yang dihasilkan lebih akurat dan sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan
yang disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yaitu :
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
1. Relevan apabila informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat
mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.
2. Andal yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material.
3. Dapat dibandingkan apabila informasi yang termuat dalam laporan keuangan
dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya.
4. Dapat dipahami yaitu apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan.
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku lini terbawah didalam
lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia memiliki tugas diantaranya adalah untuk menyalurkan pembiayaan APBN,
dengan kewajiban membuat Laporan Keuangan, yaitu Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat Tingkat Kuasa Bendahara Umum Negara sebagai bentuk pertanggungjawabannya
atas pelaksanaan APBN. Pembuatan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Kuasa
Bendahara Umum Negara ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Peraturan Menteri Keuangan ini diterbitkan oleh Menteri Keuangan untuk memfasilitasi
pembuat laporan keuangan didalam membuat dan menganalisis laporan keuangan
pemerintah pusat.
Menurut Herry Purnomo selaku Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian
Keuangan RI, pada Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 2009, “Sejak Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat pertama kali disusun yaitu Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat tahun 2004, dan sampai dengan tahun 2008 saat ini, BPK masih memberikan opini
disclaimer. Namun demikian dapat dilihat dengan jelas dan hal itu juga diakui oleh BPK
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
sendiri, bahwa setiap tahun telah terjadi peningkatan kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat.”
Penulis ini ingin membuktikan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat pada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan tahun 2009 telah disajikan sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007. Penulis juga tertarik untuk menganalisis
laporan keuangan dan masalah yang terdapat dalam penyajian laporan keuangan Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara tahun 2009. Objek yang dipilih oleh penulis adalah
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V dikarenakan lokasinya yang berada
di dekat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banking School, sehingga
memudahkan penulis untuk melakukan penelitian. Penulis memilih untuk menganalisis
laporan keuangan pemerintah pusat Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V
tahun 2009 untuk disoroti karena ini adalah laporan keuangan yang terbaru yang dibuat
oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V dan tidak bertujuan untuk
membandingkan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.
Atas dasar hal tersebut peneliti memilih judul penelitian “Analisis Penerapan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 pada Penyajian Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2009 (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Jakarta V).”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
a. Apakah penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Pusat pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Jakarta V tahun 2009 sudah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007?
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
b. Apakah hasil analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Jakarta V tahun 2009 itu sesuai dengan acuan pada
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007?
c. Apakah yang menjadi masalah dari hasil analisis Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V tahun 2009?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2009 pada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V terhadap Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007;
b. Mengetahui analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2009 yang sesuai
dengan Peraturan Menteri KeuanganNomor 171/PMK.05/2007;
c. Mengetahui hal-hal yang menjadi masalah didalam Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat berdasarkan analisis Laporan Keuangan tahun 2009.
1.4 Pembatasan Masalah
Agar pembahasan tidak keluar dari tujuan yang telah ditetapkan, maka akan
dilakukan beberapa batasan pada hal-hal berikut ini:
1. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang diteliti dibatasi pada lingkungan yang
terbatas yaitu Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Kuasa Bendahara
Umum Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V;
2. Penulis membatasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang diteliti untuk tahun
anggaran 2009;
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
3. Penulis menganalisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang diteliti sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007;
4. Penulis membatasi masalah yang muncul hanya pada saat penerapan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007.
5. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan atas penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat tahun 2009 dan bukan bagian dari suatu audit. Sehingga
penelitian ini tidak akan menghasilkan suatu pendapat mengenai kewajaran dari
laporan keuangan pemerintah pusat kecuali mengenai kesalahan yang dapat
terbaca dalam laporan akibat dari kesalahan hitung atau karena kesalahan
pemahaman pedoman.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan melakukan analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Kuasa
Bendahara Umum Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V ini,
diharapkan akan memberikan manfaat:
1. Bagi Akademik
Manfaat bagi akademik adalah agar dapat mengetahui sejauh mana KPPN telah
dapat melaksanakan salah satu tugasnya yaitu membuat laporan keuangan
pemerintah pusat yang sesuai dengan pedoman perundang-undangan yang
berlaku.
2. Bagi Masyarakat Umum
Manfaat bagi masyarakat umum adalah adanya harapan dari hasil penelitian ini
untuk dapat dijadikan referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah
yang berguna untuk pengembangan ilmu dan teknologi dalam bidang akuntansi
sektor publik.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
3. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis yaitu sebagai bahan perbandingan antara teori dan praktek,
sehingga dapat menambah wawasan penulis dimasa yang akan datang.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi landasan atau kerangka teoritis yang berhubungan
dengan masalah penelitian serta perumusan masalah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai objek penelitian serta menguraikan
secara jelas metodologi penelitian yang digunakan dan teknik apa
yang digunakan dalam pengolahan data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil dan pembahasan yang terdiri
dari deskripsi objek penelitian, hasil analisis data, dan
pembahasan.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang
dilakukan, keterbatasan penelitian dan saran-saran masukan.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Keuangan Sektor Publik
Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen. Secara
kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan pemerintahan (pemerintah
pusat dan daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara (BUMN dan
BUMD), yayasan, organisasi politik dan organisasi massa, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), universitas, dan organisasi nirlaba lainnya. Kompleksitas sektor
publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian
manajemen lebih bervariasi. Tugas dan tanggung jawab akuntan sektor publik adalah
menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi maupun
kebutuhan pihak eksternal.
Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan
keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan
laporan keuangan mengadung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan,
pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi
Organisasi sektor publik dituntut untuk dapat membuat laporan keuangan
eksternal yang meliputi laporan keuangan formal, seperti Laporan Surplus/Defisit,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Rugi/Laba, Laporan Aliran Kas, Neraca, serta
Laporan Kinerja yang dinyatakan dalam ukuran finasial dan non-finansial. Bentuk
laporan keuangan sektor publik pada dasarnya dapat diadaptasikan dari laporan
keuangan pada sektor swasta yang disesuaikan dengan sifat dan karakteristik sektor
publik serta mengakomodasi kebutuhan pemakai laporan keuangan sektor publik.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Namun demikian, laporan keuangan di sektor publik tidak dapat begitu saja
dipersamakan dengan laporan keuangan di sektor swasta baik format maupun
elemennya. Hal ini disebabkan organisasi sektor publik memiliki batasan-batasan berupa
pertimbangan non-moneter, seperti pertimbangan sosial dan politik.
Secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik adalah:
1. Kepatuhan dan Pengelolaan (compliance and stewardship)
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna
laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya
telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah
ditetapkan.
2. Akuntabilitas dan pelaporan retrospektif (accountability and retrospective
reporting)
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik.
Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kinerja, mengevaluasi
manajemen atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan serta
membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada. Laporan
keuangan juga memungkinkan pihak luar memperoleh informasi biaya atas
barang dan jasa yang diterima guna penilaian efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya organisasi.
3. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (planning and authorization information)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan
aktivitas di masa yang akan datang serta memberikan informasi pendukung
mengenai otorisasi penggunaan dana.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
4. Kelangsungan Organisasi (viability)
Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam menentukan
apakan suatu organisasi dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa
(pelayanan) di masa yang akan datang.
5. Hubungan Masyarakat (public relation)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada organisasi
untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada
pemakai yang dipengaruhi, karyawan, dan masyarakat, serta sebagai alat
komunikasi dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6. Sumber fakta dan gambaran (source of facts and figures)
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada berbagai
kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.
Bagi organisasi pemerintahan, tujuan akuntansi dan laporan keuangan adalah:
1. memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran kas,
saldo neraca, dan keutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah;
2. memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi
ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi di
dalamnya;
3. memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan
perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang
disyaratkan;
4. memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk
memprediksi pengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap pencapaian
tujuan operasional;
5. memberikan informasi untuk evaluasi kinerja manajerial dan organisasional.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
2.2 Laporan Keuangan Pemerintah
Menurut ketentuan umum Peraturan Menteri Keuangan Nomor
171/PMK.05/2007 pasal 1 yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah bentuk
pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN berupa Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Realisasi Anggaran, yang selanjutnya disingkat LRA, adalah laporan yang
menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan
pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
Laporan Arus Kas, yang selanjutnya disingkat LAK, adalah laporan yang
menyajikan informasi arus masuk dan keluar kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non-keuangan, pembiayaan,
dan non-anggaran.
Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah
yaitu: aset, utang, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Catatan atas Laporan Keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi
tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan
dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas dalam rangka
pengungkapan yang memadai.
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara adalah instansi vertikal Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara. Kantor Pelayanan
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Perbendaharaan Negara sebagai kuasa Bendahara Umum Negara bertugas memproses
data transaksi penerimaan dan pengeluaran. Laporan Keuangan Tingkat Kuasa
Bendahara Umum Negara Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara terdiri dari Laporan
Arus Kas, Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Adapun prosedur pelaporan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagai berikut:
Gambar 2.1 Alur Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
Sumber: PMK No. 171/PMK.05/2007
Seluruh Satuan Kerja selambat-lambatnya sampai dengan 7 hari kerja setelah
bulan bersangkutan berakhir, menyampaikan Laporan Keuangan beserta Arsip Data
Komputer (ADK) kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) untuk
dilakukan rekonsiliasi data Laporan Keuangan yang ada pada KPPN. Setelah dilakukan
rekonsiliasi, apabila seluruh data telah sesuai, maka KPPN menerbitkan berkas Berita
Acara Rekonsiliasi kepada satuan kerjanya. Apabila belum sesuai, satuan kerja harus
TRA
NSA
KSI
Satuan Kerja
‐ LAK - CaLK ‐ LRA - ADK ‐ Neraca
REKONSILIASI
KPPN
‐ LAK - CaLK ‐ LRA - ADK ‐ Neraca
BERITA ACARA
LKPP KPA
LKPP
Tk. BUN
LKPP
BPK
DPR
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
melakukan perbaikan laporan dan bila melewati batas akhir 7 hari kerja, akan diberikan
sanksi berupa penundaan pencairan dana uang persediaan untuk bulan berikutnya.
Selanjutnya, Laporan Keuangan yang telah direkonsiliasi tersebut oleh satuan
kerja maupun KPPN diteruskan kepada Pejabat Eselon II (dalam hal ini KPPN
menyerahkan kepada Kantor Wilayah kerjanya masing-masing) paling lambat adalah 10
hari kerja setelah dilakukan rekonsiliasi pada bulan yang bersangkutan (untuk Laporan
Bulanan, Triwulanan, dan Semesteran), dan selambat-lambatnya tanggal 25 Januari
tahun anggaran berikutnya (untuk Laporan Tahunan).
Setiap Kantor Wilayah menghimpun seluruh Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat yang berasal dari seluruh KPPN yang berada pada wilayah kerjanya untuk
disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara (bagian Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan). Batas waktu untuk penyampaian Laporan Triwulanan adalah 15
hari kerja setelah triwulan yang bersangkutan berakhir, Laporan Semesteran adalah 17
hari kerja setelah semester yang bersangkutanberakhir, dan untuk Laporan Tahunan
adalah sampai dengan selambat-lambatnya tanggal 13 Februari tahun anggaran
berikutnya.
Adapun penyampaian Laporan Keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN disampaikan selambat-lambatnya 6 bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran yang bersangkutan.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam hal ini bertugas untuk mengaudit
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat setiap tahunnya sebelum Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat tersebut dipertanggungjawabkan oleh Menteri Keuangan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atas pelaksanaan APBN tahun yang bersangkutan.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
2.2.1 Laporan Arus Kas
Laporan arus kas (LAK) merupakan laporan keuangan yang memberikan
informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan,
pembiayaan, dan nonanggaran selama satu periode akuntansi.
Laporan arus kas menggambarkan saldo awal kas, perubahan selama periode
tertentu, dan saldo akhir. Dalam laporan arus kas disajikan seluruh arus masuk dan
keluar kas serta saldo baik yang berasal dari transaksi yang berhubungan dengan
anggaran maupun yang tidak.
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi dan saldo kas
dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban
dan pengambilan keputusan.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Tabel 2.1
Format Baku Laporan Arus Kas
Uraian Jumlah A ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI I. Arus Kas Masuk Pendapatan Negara dan Hibah 1 Penerimaan Perpajakan 2 Penerimaan Negara Bukan Pajak a. Penerimaan Sumber Daya Alam b. Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN c. Penerimaan PNBP Lainnya 3 Pendapatan Hibah Jumlah Arus Kas Masuk (A.I) II. Arus Kas Keluar II.a Belanja Pemerintah Pusat 1 Belanja Pegawai 2 Belanja Barang 3 Belanja Modal 4 Bunga Utang 5 Subsidi 6 Hibah 7 Bantuan Sosial 8 Belanja Operasi lain-lain II.b Belanja Daerah 1 Dana Perimbangan 2 Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang Jumlah Arus Kas Keluar (A.II) Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (A.I - A.II) B ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI NON KEUANGAN I. Arus Kas Masuk Penjualan Aset Tetap a Pendapatan Penjulaan Aset Tetap b Pengembalian Pendapatan Penjualan Aset Tetap Jumlah Arus Kas Masuk (B.I) II. Arus Kas Keluar Belanja Modal a Belanja Modal untuk Tanah b Belanja Modal untuk Peraltan dan Mesin c Belanja Modal untuk Gedung dan Bangunan d Belanja Modal untuk Jaringan e Belanja Modal untuk Fisik Lainnya Jumlah Arus Kas Keluar (B.II)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
(B.I-B.II)
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
C ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN I. Arus Kas Masuk Penerimaan Pembiayaan dalam Negeri Perbankan a Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri Perbankan Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri b Penarikan Pinjaman Program Penerimaan Pembiayaan Lain-lain c Penerimaan Pembiayaan lain-lain Jumlah Arus Kas Masuk II. Arus Kas Keluar Pengeluaran Pembiayaan a Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri b Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri c Penyertaan Modal Pemerintah d ROI/RPD e Pengeluaran Pembiayaan lain-lain Jumlah Arus Kas Keluar (C.III)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
(C.I - C.II) D ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN I. Arus Kas Masuk 1 Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga 2 Penerimaan Reimbursement Dlm Rangka Prefinancing (PP) dan BUN Lainnya 3 Penerimaan Kiriman Uang 4 Penerimaan Transito Jumlah Arus Kas Masuk (D.I) II. Arus Kas Keluar 1 Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 2 Pengeluaran Kiriman Uang 3 Pengeluaran Transito Jumlah Arus Kas Keluar (D.II)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran (D.I - D.II)
PENURUNAN KAS (A+B+C+D) SALDO AWAL KAS SALDO AKHIR KAS
Sumber: PMK No. 171/PMK.05/2007
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Pendapatan negara dan hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari
penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari
dalam negeri dan luar negeri.
Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan negara yang terdiri atas pajak
dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.
Penerimaan negara bukan pajak, yang selanjutnya disingkat PNBP, adalah semua
penerimaan pemerintah pusat yang diterima dalam bentuk penerimaan dari sumber daya
alam, bagian pemerintah atas laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), penerimaan
negara bukan pajak lainnya, serta pendapatan Badan Layanan Umum (BLU).
Penerimaan hibah adalah semua penerimaan negara baik dalam bentuk devisa
dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang, jasa, dan surat
berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali dan tidak
mengikat, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja pemerintah pusat
yang dialokasikan kepada kementerian Negara/lembaga (K/L), sesuai dengan program-
program rencana kerja pemerintah yang akan dijalankan.
Belanja pemerintah pusat menurut fungsi adalah belanja pemerintah pusat yang
digunakan untuk menjalankan fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsi
ketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan
dan fasilitas umum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata dan budaya, fungsi agama,
fungsi pendidikan, dan fungsi perlindungan sosial.
Belanja pemerintah pusat menurut jenis adalah belanja pemerintah pusat yang
digunakan untuk mebiayai belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran
bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Pada dasarnya penerimaan dan pengeluaran yang tercantum pada laporan arus kas
sama dengan penerimaan dan pengeluaran yang ada dalam laporan realisasi anggaran.
Akan tetapi ada transaksi keuangan pemerintah yang menimbulkan penerimaan dan
pengeluaran kas tetapi tidak dianggarkan. Artinya transaksi tersebut tidak tercantum
dalam Laporan Realisasi Anggaran. Transaksi atau aktivitas ini disebut transaksi non-
anggaran. Transaksi ini sebenarnya merupakan penerimaan kas untuk dan atas nama
pihak lain yang harus diserahkan kepada pihak tersebut. Oleh karena itu transaksi ini
disebut transaksi perhitungan pihak ketiga (PFK). Misalnya, bendahara satuan kerja
diwajibkan memungut iuran askes dari gaji yang dibayarkan. Pemungutan tersebut untuk
dan atas nama PT ASKES dan harus disetor kepada PT ASKES melalui kas negara.
Transaksi ini merupakan arus masuk dan keluar kas dan mempengaruhi posisi kas tetapi
tidak masuk dalam Laporan realisasi anggaran.
Pengertian kas dan setara kas yang ada dalam laporan arus kas sama dengan
pengertian kas dan setara kas dalam neraca. Saldo-saldo yang ditunjukkan dalam laporan
arus kas harus menunjukkan jumlah yang sama dalam neraca.
Pada tabel 2.1, aktivitas yang dijadikan dasar dalam penyajian laporan arus kas
terdiri dari aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan non anggaran.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk
kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.
Aktivitas investasi aset non keuangan adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap dan aset non
keuangan lainnya. Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas penerimaan kas yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi investasi jangka panjang,
piutang jangka panjang, dan utang pemerintah sehubungan dengan pendanaan defisit
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
atau penggunaan surplus anggaran. Aktivitas non anggaran adalah aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, transfer,
dan pembiayaan pemerintah.
2.2.2 Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan
keuangan pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas
pelaporan secara tersanding untuk suatu periode tertentu.
Penyandingan antara anggaran dan realiasi menunjukkan tingkat capaian target-
target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan keuangan
dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,
akuntabilitas, dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran.
Anggaran terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan anggaran
pembiayaan. Struktur anggaran tersebut dapat dilihat seperti gambar 2.2 diatas.
Pendapatan pemerintah pusat berasal dari Pendapatan Pajak dan Pendapatan Negara
Bukan Pajak (PNBP). Pendapatan pajak adalah pendapatan/penerimaan yang diterima
oleh pemerintah yang bersumber dari pajak, bea dan cukai yang sepenuhnya
dipergunakan untuk menutupi seluruh pengeluaran. Pendapatan pajak terdiri atas
Pendapatan Pajak Dalam Negeri (contohnya: PPh, PPN, PBB, dan Pajak Lainnya) dan
Pajak Perdagangan Internasional (contohnya: bea masuk dan pungutan ekspor).
Pendapatan Bukan Pajak adalah pendapatan/penerimaan yang diterima oleh
pemerintah yang bersumber dari penerimaan lainnya (PNBP) yang tidak dapat
dikategorikan kedalam penerimaan pajak yang sepenuhnya dipergunakan untuk
menutupi seluruh pengeluaran. Penerimaan Negara Bukan Pajak terdiri dari Penerimaan
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Tabel 2.2 Format Baku Laporan Realisasi Anggaran
Sumber: PMK No. 171/PMK.05/2007
Anggaran Realisasi
Realisasi di atas (di bawah) Anggaran
% Real Angg
I1 Penerimaan Perpajakana. Pajak Dalam Negerib. Pajak Perdagangan Internasional
2 Penerimaan Negara Bukan Pajaka. Penerimaan Sumber Daya Alamb. Bagian Pemerintah Atas Laba BUMNC. Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya
IIJumlah Pendapatan Negara dan Hibah
I
II1 Dana Perimbangana. Dana Bagi Hasilb. Dana Alokasi Umumc. Dana Alokasi Khusus
2 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaiana. Dana Otonomi Khususb. Dana PenyesuaianJumlah Belanja Negara
C. Surplus/Defisit Anggaran (A ‐ B)
D. Pembiayaan I. Pembiayaan Dalam Negeri 1. Perbankan dalam negeri2. Non‐perbankan dalam negeria. Privatisasib. Penj. Aset Program restruk Perbankanc. Surat Utang Negarad. Penyertaan Modal Negara
II. Pembiayaan Luar Negeri1. Penarikan Pinjaman LN (bruto)a. Pinjaman Programb. Pinjaman Proyek
2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LNJumlah Pembiayaan Negara
E. SILPA/SIKPA Tahun ini (D+C)F. Sisa Anggaran Lebih (SAL) s/d TA 200xG. Sisa Anggaran Lebih (SAL) s/d TA ini (E+F)
Uraian
A. Pendapatan Negara dan HibahPenerimaan Dalam Negeri
Penerimaan Hibah
B. Belanja NegaraBelanja Pemerintah PusatBelanja PegawaiBelanja BarangBelanja ModalPembayaran Bunga Utang
Belanja Daerah
SubsidiHibahBantuan SosialBelanja Lain‐lain
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Sumber Daya Alam, Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN, dan PNBP
lainnya.
Pendapatan hibah adalah penerimaan yang diterima pemerintah baik berupa uang
maupun barang modal yang sumbernya berasal dari dalam dan luar negeri atau dari hibah
lainnya.
Belanja diklasifikasikan berdasarkan karakternya menjadi Belanja Operasi dan
Belanja Modal. Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain
meliputi belanja pegawai, belanja barang non investasi, pembayaran bunga utang,
subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja operasional lainnya. Sedangkan belanja modal
adalah pengeluaran anggaraan untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal antara lain belanja modal untuk
perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, dan jaringan,
aset tetap lainnya, dan aset tak berwujud.
Transfer ke daerah atau belanja daerah yaitu pengeluaran dari suatu entitas
pelaporan kepada entitas pelaporan lain, seperti pengeluaran dana perimbangan dan dana
otonomi khusus dan penyesuaian. Contoh: dana bagi hasil pajak ke
propinsi/kabupaten/kota.
Surplus/Defisit timbul sehubungan dengan penggunaan anggaran defisit,
menunjukkan jumlah pendapatan tidak sama dengan jumlah belanja. Surplus adalah
selisih lebih dan defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu
periode pelaporan.
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan
maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman dan hasil investasi. Sementara pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan
untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain,
dan penyertaan modal oleh pemerintah.
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) dalam penyusunan
APBN nilainya akan selalu nihil karena jumlah surplus atau defisit harus ditetapkan
rencana pemanfaatannya atau penutupannya. Namun dalam realisasi anggaran pada
umumnya SiLPA akan muncul. Jumlah ini merupakan selisih antara penerimaan
anggaran dikurang dengan pengeluaran anggaran. Dengan kata lain jumlah ini diperoleh
dengan menjumlahkan surplus/defisit dengan pembiayaan neto.
2.2.3 Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan. Pada
tingkat kuasa bendahara umum negara KPPN, neraca yang dilaporkan berupa neraca kas
umum negara (KUN) dan neraca sistem akuntansi umum (SAU).
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Tabel 2.3 Format Baku Neraca KUN
Catatan Jumlah
ASETASET LANCAR
Kas dan BankRekening Kas di KPPNKas di Bendahara PengeluaranUang Dari Rekening BUNJUMLAH ASET LANCARJUMLAH ASET
KEWAJIBANKEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak KetigaJUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
EKUITAS DANA LANCARSALSILPA
JUMLAH EKUITAS DANA LANCARJUMLAH EKUITAS DANAJUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
Uraian
Sumber: PMK No. 171/PMK.05/2007
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Tabel 2.4 Format Baku Neraca SAU
JUMLAH1
ASET LANCARKas di Bendahara Pengeluaran
JUMLAH ASET LANCARASET TETAP
Tanah Sebelum DisesuaikanPeralatan dan Mesin Sebelum DisesuaikanGedung dan Bangunan Sebelum DisesuaikanJalan, Irigasi dan Jaringan Sebelum Disesuaikan
JUMLAH ASET TETAPJUMLAH ASET
KEWAJIBAN JANGKA PENDEKUang Muka dari KPPN
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEKKEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Jangka Panjang Luar Negeri PerbankanJUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANGJUMLAH KEWAJIBAN
EKUITAS DANAEKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan Dalam Aset TetapDana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASIJUMLAH EKUITAS DANA
KEWAJIBAN
SISTEM AKUNTASI UMUMNERACA TINGKAT KPPN
PER TANGGAL XX XXXX XXXXXXXXXX
NAMA PERKIRAAN1
ASET
Sumber: PMK No.171/PMK.05/2007
Menurut PSAP Nomor 01 tahun 2007, aset adalah sumber daya ekonomi yang
dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset nonlancar.
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal pelaporan, atau berupa kas dan setara kas. Dalam neraca pemerintah pusat, yang
termasuk dalam klasifikasi kas biasanya adalah kas di BI, kas di KPPN dan kas di
Bendahara Pengeluaran.
Adapun aset nonlancar yang berada di tingkat KPPN berupa aset tetap. Aset tetap
adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulanuntuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Aset tetap terdiri dari tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang.
Kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek misalnya bunga pinjaman,
utang jangka pendek kepada pihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan
bagian lancar utang jangka panjang. Utang PFK merupakan utang yang timbul akibat
pemerintah kurang menyetor kepada pihak lain atas pungutan penerimaan fihak ketiga
(PFK) yang dilakukannya. Dengan kata lain utang PFK adalah penerimaan PFK
dikurangi pengeluaran PFK.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Kewajiban jangka panjang jika diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12
(dua belas) bulan. Kewajiban jangka panjang misalnya utang dalam negeri/ luar negeri
sektor perbankan. Utang dalam negeri/luar negeri sektor perbankan merupakan utang
jangka panjang yang timbul akibat pemerintah melakukan pinjaman kepada perbankan
dalam/luar negeri.
Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana
lancar dan ekuitas dana investasi. Ekuitas dana lancar merupakan selisih antara aset
lancar dan kewajiban jangka pendek. Adapun ekuitas dana investasi mencerminkan
kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset
lainnya dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.
2.3 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusatdilakukan dengan membandingkan
unsur internal laporan keuangan dan unsur antar laporan keuangan. Dengan
dilakukannya analisis unsur-unsur laporan keuangan maka akan tercipta laporan
keuangan yang lebih akurat dan sesuai karakteristik kualitatif laporan keuangan.
Analisis dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan akurasi data laporan
keuangan dengan melihat hubungan unsur elemen data dalam satu laporan dan antar
laporan tanpa membuat analisis rasio seperti yang lazim dilakukan.
Prosedur analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tingkat kuasa Bendahara
Umum Negara seperti yang tercantum dalam pedoman analisis pada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 dilakukan dengan empat tahapan yaitu (1) Analisis
Laporan Arus Kas, (2) Analisis Laporan Realisasi Anggaran, (3) Analisis Neraca, dan (4)
Analisis antar laporan.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
2.3.1 Analisis Laporan Arus Kas
1. Total Saldo Awal Kas pada Laporan Arus Kas per Mata Anggaran Tahun
berjalan harus sama dengan Saldo Akhir Kas Laporan Arus Kas Tahun
sebelumnya.
2. Total Saldo Akhir Kas pada Laporan Arus Kas per Mata Anggaran Tahun
berjalan harus sama dengan Saldo Akhir pada Laporan Kas Posisi Tahun
berjalan.
3. Total Saldo Akhir Kas pada Laporan Arus Kas per Mata Anggaran harus
sama dengan jumlah seluruh Saldo Rekening Koran/Bank.
4. Total Saldo Akhir Kas pada Laporan Arus Kas per Mata Anggaran harus
sama dengan jumlah Rekening Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara pada Neraca Kas Umum Negara.
5. Pada Laporan Arus Kas per Mata Anggaran, Total Penerimaan
Pemindahbukuan (akun 8143) harus sama dengan Total Pengeluaran
Pemindahbukuan (akun 8243).
2.3.2 Analisis Laporan Realisasi Anggaran
2.3.2.1 Pendapatan Negara dan Hibah
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah menurut Laporan Realisasi Anggaran
harus sama dengan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah menurut
Laporan Pendapatan dan Hibah Kementerian Negara/lembaga menurut Mata Anggaran
dikurangi realisasi Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah menurut Laporan
Pendapatan dan Hibah Kementerian Negara/lembaga menurut Mata Anggaran :
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
1. Penerimaan Dalam Negeri
a. Penerimaan Perpajakan
Realisasi Penerimaan Perpajakan menurut Laporan Realisasi Anggaran
harus sama dengan realisasi Penerimaan Perpajakan pada Laporan Realisasi
Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/lembaga
menurut Mata Anggaran dikurangi realisasi Pengembalian Penerimaan
Perpajakan pada Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan
Negara dan Hibah Kementerian Negara/lembaga menurut Mata Anggaran.
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Realisasi Penerimaan PNBP menurut Laporan Realisasi Anggaran harus
sama dengan realisasi Penerimaan PNBP pada Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/lembaga menurut Mata
Anggaran dikurangi realisasi Pengembalian Penerimaan PNBP pada
Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah
Kementerian Negara/lembaga menurut Mata Anggaran.
2. Penerimaan Hibah
Realisasi Penerimaan Hibah menurut Laporan Realisasi Anggaran harus sama
dengan realisasi Penerimaan Hibah pada Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan
Negara dan Hibah Kementerian Negara/lembaga menurut Mata Anggaran dikurangi
realisasi Pengembalian Penerimaan Hibah pada Laporan Realisasi Anggaran
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Negara/lembaga menurut
Mata Anggaran.
2.3.2.2 Belanja Negara
Realisasi Belanja menurut Laporan Realisasi Anggaran harus sama dengan
realisasi Belanja menurut Laporan Belanja Kementerian Negara/lembaga Jenis Belanja
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
dikurangi realisasi Pengembalian Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis
Belanja :
1. Belanja Pemerintah Pusat
a. Belanja Pegawai
Realisasi Belanja Pegawai menurut Laporan Realisasi Anggaran harus
sama dengan realisasi Belanja Pegawai pada Laporan Realisasi Anggaran
Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis Belanja dikurangi
realisasi Pengembalian Belanja Pegawai pada Laporan Realisasi Anggaran
Pengembalian Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis
Belanja.
b. Belanja Barang
Realisasi Belanja Barang menurut Laporan Realisasi Anggaran harus sama
dengan realisasi Belanja Barang pada Laporan Realisasi Anggaran Belanja
Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis Belanja dikurangi realisasi
Pengembalian Belanja Barang pada Laporan Realisasi Anggaran
Pengembalian Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis
Belanja.
c. Belanja Modal
Realisasi Belanja Modal menurut Laporan Realisasi Anggaran harus sama
dengan realisasi Belanja Modal pada Laporan Realisasi Anggaran Belanja
Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis Belanja dikurangi realisasi
Pengembalian Belanja Modal pada Laporan Realisasi Anggaran
Pengembalian Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis
Belanja.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
d. Belanja Pembayaran Bunga Utang
Realisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang menurut Laporan Realisasi
Anggaran harus sama dengan realisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang
pada Laporan Realisasi Anggaran Belanja Kementerian Negara/lembaga
menurut Jenis Belanja dikurangi realisasi Pengembalian Belanja
Pembayaran Bunga Utang pada Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian
Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis Belanja.
e. Belanja Subsidi
Realisasi Belanja Subsidi menurut Laporan Realisasi Anggaran harus sama
dengan realisasi Belanja Subsidi pada Laporan Realisasi Anggaran Belanja
Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis Belanja dikurangi realisasi
Pengembalian Belanja Subsidi pada Laporan Realisasi Anggaran
Pengembalian Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis
Belanja.
f. Belanja Hibah
Realisasi Belanja Hibah menurut Laporan Realisasi Anggaran harus sama
dengan realisasi Belanja Hibah pada Laporan Realisasi Anggaran Belanja
Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis Belanja dikurangi realisasi
Pengembalian Belanja Hibah pada Laporan Realisasi Anggaran
Pengembalian Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis
Belanja.
g. Belanja Bantuan Sosial
Realisasi Belanja Bantuan Sosial menurut Laporan Realisasi Anggaran
harus sama dengan realisasi Belanja Bantuan Sosial pada Laporan Realisasi
Anggaran Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis Belanja
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
dikurangi realisasi Pengembalian Belanja Bantuan Sosial pada Laporan
Realisasi Anggaran Pengembalian Belanja KementerianNegara/lembaga
menurut Jenis Belanja.
h. Belanja Lain-lain
Realisasi Belanja Lain-lain menurut Laporan Realisasi Anggaran harus
sama dengan realisasi Belanja Lain-lain pada Laporan Realisasi Anggaran
Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis Belanja dikurangi
realisasi Pengembalian Belanja Lain-lain pada Laporan Realisasi Anggaran
Pengembalian Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis
Belanja.
2. Belanja Daerah
Realisasi Belanja Daerah Akun 61 (Belanja Dana Perimbangan) pada Laporan
Realisasi Anggaran Belanja menurut Jenis Belanja harus sama dengan Realisasi Belanja
BA 70 (Dana Perimbangan) pada Laporan Realisasi Anggaran Belanja per Bagian
Anggaran dan akun 62 pada Laporan Realisasi Anggaran Belanja menurut Jenis Belanja
dengan Realisasi Belanja BA 71 pada Laporan Realisasi Anggaran Belanja per Bagian
Anggaran :
a. Dana Perimbangan
Realisasi Belanja Dana Perimbangan menurut Laporan Realisasi Anggaran harus
sama dengan Realisasi Belanja Dana Perimbangan (Akun 61) pada Laporan
Realisasi Anggaran Belanjamenurut Jenis Belanja dikurangi realisasi
Pengembalian Belanja Dana Perimbangan (Akun 61) pada Laporan Realisasi
Anggaran Pengembalian Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis
Belanja juga harus sama dengan RealisasiBelanja BA 70 pada Laporan Realisasi
Anggaran Belanja menurut Bagian Anggaran.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
b. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
Realisasi Belanja Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang menurut Laporan
Realisasi Anggaran harus sama dengan Realisasi Belanja Dana Otonomi Khusus
dan Penyeimbang (Akun 62) pada Laporan Realisasi Anggaran Belanja menurut
Jenis Belanja dikurangi realisasi Pengembalian Realisasi Belanja Dana Otonomi
Khusus dan Penyeimbang (Akun 62) pada Laporan Realisasi Anggaran
Pengembalian Belanja Kementerian Negara/lembaga menurut Jenis Belanja juga
harus sama dengan Realisasi Belanja BA 71 pada Laporan Realisasi Anggaran
Belanja menurut Bagian Anggaran.
2.3.2.3 Pembiayaan
Untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang ada transaksi pembiayaan,
maka jumlah Realisasi Pembiayaan menurut Laporan Realisasi Anggaran harus sama
dengan Laporan Realisasi Anggaran Pembiayaan Bersih.
2.3.3 Analisis Neraca
2.3.3.1 Neraca Sistem Akuntansi Umum
a. Total Kas di Bendahara Pengeluaran harus sama dengan Total Uang Muka
dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan Uang Muka dari
Bendahara Umum Negara.
b. Total Jumlah Aset Tetap hasil Total Penambahan Tanah sebelum disesuaikan
ditambah Total Peralatan dan Mesin sebelum disesuaikan ditambah Total
Gedungdan Bangunan sebelum disesuaikan ditambah Jalan, Irigasi dan
Jaringan sebelum disesuaikan harus sama dengan Total Ekuitas Diinvestasikan
dalam Aset Tetap.
c. Total Jumlah Aset harus sama dengan Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
2.3.3.2 Neraca Kas Umum Negara
a. Total Rekening Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Neraca
Kas Umum Negara harus sama dengan Saldo AkhirKas pada Laporan Arus
Kas dan Saldo Akhir pada Laporan Kas Posisi.
b. Kas dalam Transito adalah Pengeluaran Kiriman Uang dikurang Penerimaan
Kiriman Uang pada Laporan Arus Kas harus sama dengan Total Kas dalam
Transito pada Neraca Kas Umum Negara.
c. Kas di Bendahara Pengeluaran hasil dari Total Pengeluaran Transito dikurang
Penerimaan Transito ditambah Uang Persediaan yang belum disetor pada
Laporan Arus Kasharus sama dengan Total Kas di Bendahara Pengeluaran
pada Neraca Kas Umum Negara Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
2.3.4 Analisis antar Laporan
2.3.4.1 Laporan Arus Kas dengan Neraca Kas Umum Negara
a. Total Saldo Akhir Kas pada Laporan Arus Kas harus sama dengan Rekening
Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Neraca Kas Umum
Negara.
b. Selisih antara Pengeluaran Kiriman Uang dengan Penerimaan Kiriman Uang
pada Laporan Arus Kas harus sama dengan Kas dalam Transito pada Neraca
Kas Umum Negara.
c. Selisih antara Pengeluaran Transito dengan Penerimaan Transito pada Laporan
Arus Kas harus sama dengan Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca Kas
Umum Negara. Jika terdapat perbedaan berarti terdapat Uang Persediaan yang
belum disetor.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
d. Selisih antara Pengeluaran Reimbursment PP dengan Penerimaan
Reimbursment PP pada Laporan Arus Kas harus sama dengan Uang Muka dari
Rekening Bendahara Umum Negara pada Neraca Kas Umum Negara.
e. Selisih antara Pengeluaran Reimbursment REKSUS dengan Penerimaan
Reimbursment REKSUS pada Laporan Arus Kas harus sama dengan Uang
Muka dari Rekening Khusus pada Neraca Kas Umum Negara.
f. Selisih antara Penerimaan PFK dengan Pengeluaran PFK pada Laporan Arus
Kas harus sama dengan Utang PFK pada Neraca Kas Umum Negara .
g. Jumlah Saldo Awal Kas Laporan Arus Kas dengan Uang Persediaan Tahun
Anggaran Yang Lalu (UP TYAL) harus sama dengan jumlah Sisa Anggaran
Lebih (SAL) pada Neraca Kas Umum Negara.
h. Jumlah antara Arus Kas Bersih Aktifitas Operasi dengan Arus Kas Bersih
AktifitasInvestasi Non Keuangan dan Arus Kas Bersih dari Aktifitas
Pembiayaan pada Laporan Arus Kas harus sama dengan jumlah
SIKPA/SILPA pada Neraca Kas Umum Negara
2.3.4.2 Laporan Realisasi Anggaran dengan Laporan Arus Kas
a. Jumlah Penerimaan Perpajakan pada Laporan Realisasi Anggaran harus sama
dengan jumlah Pendapatan Pajak Dalam Negeri Netto ditambah Pendapatan
Pajak Perdagangan Internasional Netto pada Laporan Arus Kas.
b. Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Laporan Realisasi
Anggaran harus sama dengan jumlah Penerimaan Sumber Daya Alam Netto,
Penerimaan dari Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Netto dan
Pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Lainnya (dari aktivitas
Operasi dan Investasi Aset Non Keuangan) Netto pada Laporan Arus Kas.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
c. Jumlah Penerimaan Hibah pada Laporan Realisasi Anggaran harus sama
dengan jumlah Penerimaan Hibah pada Laporan Arus Kas.
d. Jumlah Belanja Pegawai pada Laporan Realisasi Anggaran harus sama dengan
jumlah Belanja Pegawai pada Laporan Arus Kas.
e. Jumlah Belanja Barang pada Laporan Realisasi Anggaran harus sama dengan
jumlah Belanja Barang pada Laporan Arus Kas.
f. Jumlah Belanja Modal pada Laporan Realisasi Anggaran harus sama dengan
jumlah Belanja Modal pada Laporan Arus Kas .
g. Jumlah Belanja Pembayaran denda pada Laporan Realisasi Anggaran harus
sama dengan jumlah Belanja Pembayaran denda pada Laporan Arus Kas.
h. Jumlah Belanja Subsidi pada Laporan Realisasi Anggaran harus sama dengan
jumlah Belanja Subsidi pada Laporan Arus Kas.
i. Jumlah Belanja Hibah pada Laporan Realisasi Anggaran harus sama dengan
jumlah Belanja Hibah Netto pada Laporan Arus Kas.
j. Jumlah Belanja Bantuan Sosial pada Laporan Realisasi Anggaran harus sama
dengan jumlah Belanja Bantuan sosial pada Laporan Arus Kas.
k. Jumlah Belanja Lain-lain pada Laporan Realisasi Anggaran harus sama
dengan jumlah Belanja Lain-lain Netto pada Laporan Arus Kas.
l. Jumlah Belanja Daerah pada Laporan Realisasi Anggaran harus sama dengan
jumlah Belanja daerah pada Laporan Arus Kas.
m. Jumlah Pembiayaan Bersih pada Laporan Realisasi Anggaran harus sama
dengan jumlah Arus Kas Bersih dari Aktifitas Pembiayaan pada Laporan Arus
Kas.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
2.3.4.3 Neraca Sistem Akuntansi Umum dengan Neraca Kas Umum Negara
Jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca Sistem Akuntansi Umum
harus sama dengan jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca Kas Umum
Negara.
2.4 Rerangka Pemikiran
Pembuatan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Jakarta V baru dimulai pada tahun 2007. Dalam kondisi seperti
ini masih diperlukan analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk menguji tingkat
keakuratan dan kualitas dari Laporan Keuangan tersebut. Analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat. Dalam penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Pusat selama ini
masih terdapat masalah-masalah yang timbul baik kesalahan teknis ataupun kesalahan
yang diakibatkan oleh ketidakpahaman pembuat laporan keuangan.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyusun rerangka pemikiran sebagai
berikut:
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Gambar 2.2
Rerangka Pemikiran
Sumber: Penulis
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007
Satuan Kerja Lembaga/ Departemen
KPPN Jakarta V
1. Laporan Arus Kas 2. Laporan Realisasi
Anggaran 3. Neraca 4. Catatan atas Laporan
Keuangan
LAPORAN
1. Laporan Arus Kas 2. Laporan Realisasi
Anggaran 3. Neraca 4. Antar Laporan
ANALISIS LAPORAN
KANWIL XI JAKARTA
HASIL PENILAIAN
SESUAI MASALAH
TINDAK LANJUT MASALAH
ANALISIS
JURNAL NON-JURNAL
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian pada penulisan skripsi ini adalah Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Jakarta V yang berlokasi di Jalan T.B. Simatupang Kav. 67
Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Jakarta V merupakan salah satu institusi di lingkungan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia yang memberikan pelayanan berupa pencairan dana APBN, penatausahaan
penerimaan negara, serta penyusunan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban APBN.
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini merupakan data kuantitatif. Data
yang diperoleh berupa Laporan Keuangan Pemerintah Tingkat Kuasa Bendahara Umum
Negara Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V tahun 2009 yang terdiri dari
neraca kas umum negara, neraca sistem akuntansi umum, laporan arus kas, dan laporan
realisasi anggaran.Selain itu juga ada laporan kas posisi yang berakhir pada 31 Desember
2009, daftar perincian saldo akhir tahun 2009 (saldo rekening koran/bank), laporan
penerimaan dan pengembalian realisasi anggaran kementerian/lembaga tahun 2009.
Jenis data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Data sekunder adalah data
yang diperoleh melalui sumber yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
peneliti (Uma Sekaran, 2006). Data sekunder yang diperoleh berupa neraca kas umum
negara tahun 2009, neraca sistem akuntansi umum 2009, laporan arus kas 2009, dan
laporan realisasi anggaran 2009, laporan kas posisi 31 Desember 2009, daftar rincian
saldo akhir 2009 (saldo rekening koran/bank), laporan penerimaan dan pengembalian
realisasi anggaran kementerian/lembaga tahun 2009.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti yangdiutarakan
Bungin (2008:108), yaitu:
1. Metode wawancara
2. Metode observasi
3. Metode dokumenter
4. Metode bahan visual
5. Metode penelusuran data online
Metode pengumpulan data menurut Bungin yang digunakan oleh penulis dalam
pembuatan skripsi ini hanya 3, yaitu:
1. Metode wawancara
Metode wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuktujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antarapewawancara
dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.
Contohnya, penulis melakukan tanya jawab langsung terhadap berbagai pihak
yang kompeten dengan bidang penelitian yang sedang dilakukan tentang
permasalahan-permasalahan yang ada pada analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V serta hal
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V dalam
menyelesaikan permasalahan yang terjadi tersebut.
2. Metode dokumenter
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan
dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah
metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Contohnya, pengambilan
data dari dokumen-dokumen yang ada pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara Jakarta V yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
3. Metode penelusuran data online
Perkembangan internet yang sudah semakin maju pesat serta mampu menjawab
berbagai kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan untuk memperoleh
informasi yang berkaitan dengan penelitian ini melalui internet.Contohnya,
pengambilan company profile Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dari
situswww.perbendaharaan.go.id
3.3 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan
bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu data. Analisis
kualitatif adalah analisis yang menggunakan data kualitatif berupa kata, kalimat, skema
dan gambar. Analisis kuantitatif adalah analisis dengan menggunakan data berupa angka
atau data kualitatif yang diangkakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik analisis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif adalah analisis yang dilakukan dengan memberikan
gambaran atau deskripsi terhadap data yang berupa gabungan antara data kualitatif dan
data kuantitatif.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Analisis data berupa analisis laporan keuangan yang mengacu pada pedoman
analisis laporan keuangan pemerintah pusat tingkat KPPN. Berikut ini adalah rumus-
rumus yang digunakan oleh penulis didalam menganalisis laporan keuangan pemerintah
pusat tahun 2009 pada KPPN Jakarta V:
A. Analisis Laporan Arus Kas (LAK) 2009
1. Saldo awal kas pada LAK 2009 = Saldo akhir kas LAK 2008
2. Saldo akhir kas pada LAK 2009 = Saldo akhir Laporan Kas posisi 2009
3. Saldo akhir kas pada LAK 2009 = Saldo rekening koran/bank 2009
4. Saldo akhir kas pada LAK 2009 = Jumlah rekening kas di KPPN pada
Neraca KUN
5. Total penerimaan pemindahbukuan pada LAK 2009 = Total pengeluaran
pemindahbukuan pada LAK 2009
B. Analisis Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 2009
Pendapatan Negara dan Hibah
1. Penerimaan Dalam Negeri
a. Penerimaan Perpajakan
Realisasi Penerimaan Pajak (LRA 2009) = Realisasi Penerimaan Pajak –
Realisasi Pengembalian Pajak (laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga 2009)
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Realisasi PNBP (LRA 2009) = Realisasi Penerimaan PNBP – Realisasi
Pengembalian PNBP (laporan realisasi penerimaan dan pengembalian
kementerian/lembaga 2009)
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
2. Penerimaan Hibah
Realisasi Penerimaan Hibah (LRA 2009) = Realisasi Penerimaan Hibah –
Realisasi Pengembalian Hibah (laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga 2009)
Belanja Negara
1. Belanja Pemerintah Pusat
a. Belanja Pegawai
Realisasi belanja pegawai (LRA 2009) = Realisasi belanja pegawai –
realisasi pengembalian belanja pegawai (laporan realisasi penerimaan
dan pengembalian kementerian/lembaga 2009)
b. Belanja Barang
Realisasi belanja barang (LRA 2009) = Realisasi belanja barang –
realisasi pengembalian belanja barang (laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga 2009)
c. Belanja Modal
Realisasi belanja modal (LRA 2009) = Realisasi belanja modal –
realisasi pengembalian belanja modal (laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga 2009)
d. Belanja Pembayaran Bunga Utang
Realisasi belanja pembayaran bunga utang (LRA 2009) = Realisasi
belanja pembayaran bunga utang – realisasi pengembalian belanja
pembayaran bunga utang (laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga 2009)
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
e. Belanja Subsidi
Realisasi belanja subsidi (LRA 2009) = Realisasi belanja subsidi –
realisasi pengembalian belanja subsidi (laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga 2009)
f. Belanja Denda
Realisasi belanja denda (LRA 2009) = realisasi penerimaan belanja
denda – realisasi pengembalian belanja denda (laporan realisasi
penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga 2009)
g. Belanja Hibah
Realisasi belanja hibah (LRA 2009) = Realisasi belanja hibah – realisasi
pengembalian belanja hibah (laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga 2009)
h. Belanja Bantuan Sosial
Realisasi belanja bantuan sosial (LRA 2009) = Realisasi belanja bantuan
sosial – realisasi pengembalian belanja bantuan sosial (laporan realisasi
penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga 2009)
i. Belanja Lain-lain
Realisasi belanja lain-lain (LRA 2009) = Realisasi belanja lain-lain –
realisasi pengembalian belanja lain-lain (laporan realisasi penerimaan
dan pengembalian kementerian/lembaga 2009)
2. Belanja Daerah
a. Dana Perimbangan
Realisasi belanja dana perimbangan (LRA 2009) = Realisasi belanja dana
perimbangan – realisasi pengembalian belanja dana perimbangan(laporan
realisasi penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga 2009)
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
b. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
Realisasi belanja dana otonomi khusus dan penyeimbang (LRA 2009) =
Realisasi belanja dana otonomi khusus dan penyeimbang – realisasi
pengembalian belanja dana otonomi khusus dan penyeimbang (laporan
realisasi penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga 2009)
Pembiayaan
Jumlah realisasi pembiayaan (LRA 2009) = Pembiayaan Bersih (laporan realisasi
penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga 2009)
C. Analisis Neraca 2009
1. Neraca Sistem Akuntansi Umum (SAU)
a. Kas di Bendahara Pengeluaran = Uang Muka dari KPPN
b. Jumlah Aset Tetap = Tanah sebelum disesuaikan + peralatan dan mesin
sebelum disesuaikan + gedung dan bangunan sebelum disesuaikan +
jalan, irigasi, dan jaringan sebelum disesuaikan = Total Ekuitas Dana
Investasi yang diinvestasikan dalam aset tetap
c. Jumlah aset = kewajiban + ekuitas dana
2. Neraca Kas Umum Negara (KUN)
a. Rekening kas di KPPN pada Neraca KUN 2009 = Saldo akhir kas pada
laporan arus kas 2009 = saldo akhir kas pada laporan kas posisi tahun
2009
b. Kas dalam transito pada Neraca KUN 2009 = Pengeluaran Kiriman
Uang – Penerimaan Kiriman Uang pada LAK 2009
c. Kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca KUN 2009 = pengeluaran
transito – penerimaan transito + Uang persediaan yang belum disetor
pada LAK 2009
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
D. Analisis Antar Laporan
1. Laporan Arus Kas dengan Neraca KUN
a. Saldo akhir kas pada LAK 2009 = Rekening Kas di KPPN dan BLU
pada neraca KUN 2009
b. Pengeluaran kiriman uang – penerimaan kiriman uang pada LAK 2009 =
Kas dalam transito pada neraca KUN 2009
c. Pengeluaran transito – penerimaan transito pada + uang persediaan yang
belum disetor (kas di bendahara pengeluaran per 1 Januari 2009) pada
LAK 2009 = Kas di bendahara pengeluaran pada neraca KUN 2009
d. Penerimaan PFK – pengeluaran PFK pada LAK 2009 = utang PFK pada
neraca KUN 2009
e. Saldo awal kas KPPN pada LAK 2009 + uang persediaan tahun lalu =
Sisa Anggaran Lebih (SAL) pada neraca KUN 2009
f. Jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi + invest. non keuangan +
pembiayaan pada LAK 2009 = SILPA neraca KUN 2009
2. Laporan Realisasi Anggaran dengan Laporan arus kas
a. Penerimaan perpajakan LRA = pendapatan pajak DN + pendapatan
pajak perdagangan internasional netto pada LAK
b. PNBP pada LRA = penerimaan sumber daya alam + laba BUMN +
PNBP Lainnya (dari aktivitas operasi dan invest. non keuangan)
c. Penerimaan hibah LRA = penerimaan hibah pada LAK
d. Belanja pegawai pada LRA = belanja pegawai pada LAK
e. Belanja barang pada LRA = belanja barang pada LAK
f. Belanja modal pada LRA = belanja modal pada LAK
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
g. Belanja pembayaran denda pada LRA = belanja pembayaran denda pada
LAK
h. Belanja bantuan sosial pada LRA = belanja bantuan sosial pada LAK
i. Belanja lain-lain pada LRA = belanja lain-lain pada LAK
j. Belanja daerah pada LRA = belanja daerah pada LAK
k. Pembiayaan pada LRA = pembiayaan pada LAK
3. Neraca KUN dengan Neraca SAU
a. Kas di bendahara pengeluaran pada neraca SAU = Kas di bendahara
Pengeluaran pada neraca KUN
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut
Gambar 3.1
Langkah Penelitian
Sumber: Penulis
mengumpulkan data laporan keuangan tahun2009 dan data-
data terkait lainnya
menganalisis laporan keuangan tahun 2009
mengidentifikasi masalah yang timbul dalam analisis laporan
keuangan
kesimpulan dan saran
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Sejarah KPPN
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara merupakan ujung tombak pelayanan
publik yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memberikan
pelayanan berupa pencairan dana APBN, penatausahaan setoran penerimaan negara dan
penyusunan laporan keuangan kantor/satuan kerja instansi pemerintah serta bimbingan
teknis terkait pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN.
Keberadaan suatu kantor yang melaksanakan fungsi pembayaran tagihan kepada
negara, sebenaranya sudah lama dikenal masyarakat dengan anama yang berbeda-beda
yaitu Kantor Bendahara Negara (KBN), Kantor Perbendaharaan Negara (KPN), dan
Kantor Kas Negara (KKN), yang kemudian diintegrasikan menjadi Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) pada tahun 1990 serta terakhir menjadi Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) semenjak tahun 2005. Keberadaan KPPN
sendiri berjumlah 178 kantor yang tersebar di seluruh pelosok tanah air indonesia.
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V sendiri berada di bawah
naungan Kantor Wilayah XI Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara. KPPN Jakarta
V membawahi satuan-satuan kerja yang berjumlah sekitar 300-an yang semuanya berada
di daerah Jakarta Selatan.
4.1.2 Tugas dan Fungsi KPPN
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan bahwa
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
tugas Kantor Pelayanan Perbendaharan Negara adalah melaksanakan kewenangan
perbendaharaan dan bendahara umum, penyaluran pembiayaan atas beban anggaran,
serta penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara secara umum
menyelenggarakan:
1. Pengujian terhadap dokumen saat surat perintah pembayaran berdasarkan
peraturan perundang-undangan;
2. Penerbitan surat perintah pencairan dana dari kas negara atas nama Menteri
Keuangan (Bendahara Umum Negara);
3. Penyaluran pembiayaan atas beban APBN;
4. Penilaian dan pengesahan terhadap penggunaan uang yang telah disalurkan;
5. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui dan dari kas negara;
6. Pengiriman dan penerimaan kiriman uang;
7. Penyusunan laporan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;
8. Penyusunan laporan realisasi pembiayaan yang berasal dari pinjaman dan hibah
luar negeri;
9. Penatausahaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
10. Penyelenggaraan verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi;
11. Pembuatan tanggapan dan penyelesaian temuan hasil pemeriksaan;
12. Pelaksanaan kehumasan.
4.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara memiliki struktur organisasi sebagai
berikut:
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Gambar 4.1
Struktur Organisasi KPPN
Sumber: KPPN Jakarta V
4.1.4 Visi dan Misi
Tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara sebagaimana yang
tercantum dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah
untuk mewujudkan visi: “Menjadi pelaksana fungsi bendahara umum negara di
daerah yang profesional, transparan, dan akuntabel untuk mewujudkan pelayanan
prima”.
Demi mencapai visi tersebut, Kantor Pelayanan Perbendaharan Negara
mengemban visi sebagai berikut:
1. Menjamin kelancaran pencairan dana APBN secara tepat sasaran, tepat waktu,
dan tepat jumlah;
2. Mengelola penerimaan negara secara profesional dan akuntabel;
3. Mewujudkan pelaporan pertanggungjawaban APBN yang akurat dan tepat waktu.
Kepala Kantor
Subbagian umum
Seksi Verak
Seksi Bank/Giro
Seksi persepsi
Seksi perbendaharaan
Seksi perbendaharaan
Kelompok jabatan fungsional
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
4.2 Analisis dan Pembahasan
Pengolahan data yang telah diperoleh dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Memeriksa kesesuaianLaporan Keuangan Pemerintah Pusat KPPN Jakarta V
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007;
2. Menganalisis Laporan Arus Kas, Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Antar
Laporan;
3. Menjelaskan dan menguraikan masalah yang timbul setelah dilakukan analisis.
4.2.1 Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Pusat KPPN Jakarta V Tahun
2009 Sesuai dengan Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
171/PMK.05/2007
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2009 yang disajikan oleh Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara telah terdiri atas Laporan Arus Kas, Neraca, Laporan
Realisasi Anggaran, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
1. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas tahun 2009 yang disajikan oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara telah menyajikan informasi tentang arus kas masuk dan
arus kas keluar yang terjadi selama tahun 2009. Bentuk dan penyajiannya juga
sudah sesuai dengan ketentuan PSAP Nomor 3 Tahun 2007, yaitu bentuknya
terdiri dari uraian berbagai aktivitas yang disajikan secara stafel diurutkan dari
atas ke bawah. Penyajian didahului dengan arus kas masuk dan keluar dari
berbagai aktivitas. Kemudian disajikan saldo awal dan saldo akhir kas. Arus kas
masuk dan arus kas keluar diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi,
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
aktivitas investasi aset non-keuangan, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas non
anggaran.
Pada aktivitas operasi, arus kas masuk terdiri dari penerimaan perpanjakan,
penerimaan negara bukan pajak, dan pendapatan hibah. Sedangkan pada arus kas
keluar terdiri dari belanja pemerintah pusat dan belanja daerah.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Tabel 4.1 Laporan arus kas menurut PMK No. 171/PMK.2007 VS Laporan arus kas KPPN Jakarta V tahun 2009
Sesuai PMK Tidak Sesuai PMKarus kas dari aktivitas operasiarus kas masukpendapatan negara dan hibah v 1. penerimaan pajak v 2. penerimaan bukan pajak vpendapatan hibah v jumlah arus kas masuk v
arus kas keluar 1. belanja pemerintah pusat v 2. belanja daerah v jumlah arus kas keluar v arus kas bersih operasi v
arus kas dari aktivitas investasi non keuanganarus kas masukpenjualan aset tetap v jumlah arus kas masuk v
arus kas keluarbelanja modal v jumlah arus kas keluar v arus kas bersih dari aktivitas investasi non keuangan v
arus kas dari aktivitas pembiayaanarus kas masuk 1. penerimaan pembiayaan dalam negeri x 2. penerimaan pembiayaan luar negeri v 3. penerimaan pembiayaan lain‐lain x jumlah arus kas masuk v
arus kas keluarpengeluaran pembiayaan 1. pengeluaran pembiayaan dalam negeri x 2. pengeluaran pembiayaan luar negeri x 3. pengeluaran pembiayaan lain‐lain x jumlah arus kas keluar v arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan v
arus kas dari aktivitas non anggaranarus kas masuk 1. penerimaan PFK v 2. penerimaan kiriman uang v 3. penerimaan transito v jumlah arus kas masuk v
arus kas keluar 1. pengeluaran PFK v 2. pengeluaran kiriman uang v 3. pengeluaran transito v jumlah arus kas keluar v arus kas bersih dari aktivitas non anggaran v
penurunan/kenaikan kas vsaldo awal kas vsaldo akhir kas v
Sumber: Penulis
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
2. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran tahun 2009 yang disajikan oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara memberikan informasi realisasi pendapatan, belanja,
transfer, surplus/defisit pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang
masing-masing dibandingkan dengan anggaran tahun 2009. Anggaran dan
realisasi disajikan tersanding untuk menunjukkan tingkat capaian target-target
yang telah disepakati antara legislatif (DPR) dan eksekutif (Menteri Keuangan)
sesuai dengan perundang-undangan.
Tabel 4.2 Laporan Realisasi Anggaran Menurut PMK No.171/PMK.05/2007 VS
Laporan Realisasi Anggaran KPPN Jakarta V tahun 2009
SESUAI PMK
TIDAK SESUAI PMK
A. Pendapatan negara dan hibah1. penerimaan pajak v2. penerimaan bukan pajak v3. penerimaan hibah v
B. Belanja Negara1. Belanja Pemerintah Pusat v2. Belanja Daerah v
C. Surplus/defisit anggaran v
D. Pembiayaan1. pembiayaan dalam negeri x2. pembiayaan luar negeri v
E. SILPA/SIKPA v
Sumber: Penulis
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
3. Neraca
Neraca tahun 2009 yang disajikan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
memberikan informasi posisi keuangan pemerintah yaitu aset, utang, dan ekuitas
dana sampai dengan 31 Desember 2009. Penyajian neraca juga telah sesuai
dengan persamaan akuntansi yaitu Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana.
Tabel 4.3 Neraca PMK No.171/PMK.05/2007 VS Neraca KPPN V tahun 2009
SESUAI PMKTIDAK SESUAI
PMKAsetaset lancar vaset tetap vKewajibankewajiban jangka pendek vkewajiban jangka panjang vEkuitas danaekuitas dana lancar vekuitas dana investasi v
Sumber: Penulis
4.2.2 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Jakarta V Tahun 2009 yang Mengacu pada Ketentuan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007
4.2.2.1 Analisis Laporan Arus Kas
Seperti yang dapat dilihat dari Tabel 4.4 dibawah ini, saldo awal kas pada laporan
arus kas terdiri atas saldo awal kas KPPN dan saldo awal kas BLU yaitu masing-masing
Rp 158.921.606.600 dan Rp 225.447.362.228. Sedangkan saldo akhir kas tahun 2009
pada laporan arus kas adalah Rp 555.619.200.234 yang merupakan jumlah dari saldo kas
di KPPN dan saldo BLU di neraca yaitu Rp 203.705.721.706 dan Rp351.913.478.528.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Saldo kas KPPN tersebut merupakan kas pemerintah pusat yang tersedia dan siap
digunakan oleh KPPN untuk membiayai aktivitas pemerintahan pada tahun berikutnya.
Berikut ini adalah uraian analisis laporan arus kas yang berdasarkan pedoman
analisis pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007:
1. Saldo awal kas pada LAK 2009 = Saldo akhir kas LAK 2008
Saldo awal kas yang disajikan pada laporan arus kas tahun 2009 telah sama
dengan saldo akhir kas laporan arus kas tahun 2008 yaitu sebesar Rp
384.368.968.828 yang merupakan jumlah dari saldo awal kas KPPN per neraca 1
Januari 2009 dan saldo awal kas BLU per neraca 1 Januari 2009. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 4.5 dan lampiran 5. Persamaan nilai tersebut menandakan
bahwa telah sesuai dalam pencatatan saldo akhir kas 2008 yang menjadi dasar
dalam saldo awal kas 2009.
2. Saldo akhir kas pada LAK 2009 = Saldo akhir Laporan Kas Posisi 2009
Saldo akhir kas yang disajikan pada laporan arus kas tahun 2009 sama dengan
saldo akhir pada laporan kas posisi tahun 2009 yaitu sebesar Rp 555.619.200.234.
Artinya saldo akhir kas yang tercatat pada laporan arus kas 2009 telah sesuai
berdasarkan laporan kas posisi sampai dengan tanggal 31 Desember 2009 yang
merupakan akumulasi transaksi kas mulai dari 1 Januari 2009 sampai dengan 31
Desember 2009.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Tabel 4.4 Laporan Arus Kas 2009 KPPN jakarta V
A. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
I. ARUS KAS MASUK
1. Penerimaan Perpajakan B.2.1 55,705,465,213,454.002. Penerimaan Negara Bukan Pajak B.2.2
a. Penerimaan Sumber Daya Alam B.2.2.1 142,204,862,821.00b. PNBP Lainnya B.2.2.2 2,416,858,280,632.00c. Pendapatan BLU B.2.2.3 1,581,282,773,204.00
3. Pendapatan Hibah B.2.3 697,427,283.00
JUMLAH ARUS KAS MASUK ( A.I ) 59,846,508,557,394.00
II. ARUS KAS KELUAR
1. Belanja Pemerintah Pusat B.2.4a. Belanja Pegawai B.2.4.1 3,434,405,821,675.00b. Belanja Barang B.2.4.2 6,909,127,808,258.00c. Belanja Barang BLU B.2.4.3 1,362,693,243,579.00d. Subsidi B.2.4.4 0.00e. Denda B.2.4.5 226,363,294,025.00f. Bantuan Sosial B.2.4.6 7,022,602,427,008.00g. Belanja Lain‐lain B.2.4.7 ‐790,378,030.00
2. Belanja Daerah B.2.5a. Dana Perimbangan B.2.5.1 1,084,446,854,440.00b. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang B.2.5.2 0.00
JUMLAH ARUS KAS KELUAR ( A.II ) 20,038,849,070,955.00
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS OPERASI (A.I. - A.II) 39,807,659,486,439.00
B. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI NON KEUANGAN
I. ARUS KAS MASUK
1. Penjualan Aset B.2.6a. Penjualan Aset tetap B.2.6.1 34,843,524,571.00b. Penjualan Aset Lainnya B.2.6.2
JUMLAH ARUS KAS MASUK ( B.I ) 34,843,524,571.00
II. ARUS KAS KELUAR
1. Belanja Modal B.2.7a. Belanja Modal untuk Tanah B.2.7.1 5,562,160,140.00b. Belanja Modal untuk Peralatan dan Mesin B.2.7.2 2,480,043,743,177.00c. Belanja Modal untuk Gedung dan Bangunan B.2.7.3 893,943,677,166.00d. Belanja Modal untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan B.2.7.4 27,463,690,530.00e. Belanja Modal untuk Fisik Lainnya B.2.7.5 104,014,944,340.00f. Belanja Modal BLU B.2.7.6 92,123,413,325.00
JUMLAH ARUS KAS KELUAR ( B.II ) 3,603,151,628,678.00
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS NON KEUANGAN (B.I - B.II) -3,568,308,104,107.00
LAPORAN ARUS KASTINGKAT KUASA BUN KPPN JAKARTA V
PERIODE SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2009( Dalam Rupiah )
Uraian Catatan J u m l a h
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
C. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
I. ARUS KAS MASUK
1. Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri Non Perbankan B.2.8a. Penerimaan Pembiayaan Lain‐lain
2. Penerimaan Pembiayaan Luar Negerib. Penerimaan Pinjaman Proyek B.2.9 220.038.742.209,00
JUMLAH ARUS KAS MASUK ( C.I ) 220.038.742.209,00
II. ARUS KAS KELUAR
1. Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri B.2.10a. Belanja Pengeluaran Surat Utang Negara/Obligasi
2. Pengeluaran Pembiayaan Luar Negerib. Pembiayaan Cicilan Pokok Utang Luar Negeri B.2.11
JUMLAH ARUS KAS KELUAR ( C.II ) 0,00
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN 220.038.742.209,00
D. ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN
I. ARUS KAS MASUK1. Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga B.2.12 175.108.143.383,002. Penerimaan Kiriman Uang B.2.13 93.112.191.518.561,003. Penerimaan Transito B.2.14 1.684.910.136.842,004. Koreksi Pengeluaran Pemindahbukuan B.2.15 697.388.323,005. Penerimaan Non Anggaran Pihak Ketiga B.2.16 68.766.943.707,00
JUMLAH ARUS KAS MASUK ( D.I ) 95.041.674.130.816,00
II. ARUS KAS KELUAR1. Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga B.2.17 0,002. Pengeluaran Kiriman Uang B.2.18 129.909.259.882.736,003. Pengeluaran Transito B.2.19 1.469.895.000.470,004. Koreksi Penerimaan Pemindahbukuan B.2.20 697.388.323,005. Pengeluaran Non Anggaran Pihak Ketiga B.2.21 40.508.580.238,00
JUMLAH ARUS KAS KELUAR ( D.II ) 131.420.360.851.767,00
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS NON ANGGARA -36.378.686.720.951,00
KENAIKAN KAS ( A + B + C + D ) 80.703.403.590,00Akumulasi koreksi pembukuan 90.546.827.816,00SALDO AWAL KAS 158.921.606.600,00SALDO AWAL BLU 225.447.362.228,00SALDO AKHIR KAS 555.619.200.234,00
Sumber: KPPN Jakarta V
3. Saldo akhir kas pada LAK 2009 = Saldo rekening koran/bank 2009
Saldo akhir kas yang disajikan pada laporan arus kas tahun 2009 sama dengan
jumlah seluruh saldo rekening bank/koran yaitu Rp 555.619.200.234 yang artinya
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
tidak ada kesalahan pada pencatatan saldo kas pada KPPN dengan saldo kas yang
ada pada bank.
4. Saldo akhir kas pada LAK 2009 = Jumlah Rekening kas di KPPN pada neraca
KUN
Saldo akhir kas pada laporan arus kas tahun 2009 sama dengan jumlah rekening
kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan neraca Kas Umum Negara
yaitu sebesar Rp 555.619.200.234 (Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara Rp 203.705.721.706 dan Kas pada Badan Layanan Umum Rp
351.913.478.528). Artinya, KPPN memiliki kas sampai dengan 31 Desember
2009 sebesar Rp 555.619.200.234 yang tersebar pada rekening kas KPPN di
Bank dan rekening kas KPPN yang ada di Badan Layanan Umum.
5. Total penerimaan pemindahbukuan pada LAK 2009 = Total pengeluaran
pemindahbukuan pada LAK 2009
Pada laporan arus kas tahun 2009, total penerimaan pemindahbukuan jumlahnya
sama dengan total pengeluaran pemindahbukuan yaitu sebesar Rp 697.388.323.
Hal ini berarti nilai penerimaan pemindahbukuan sama dengan nilai pengeluaran
pemindahbukuan.
4.2.2.2 Analisis Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran 31 Desember 2009 Tahun Anggaran 2009
menggambarkan perbandingan antara Anggaran dengan realisasinya, yang mencakup
unsur-unsur pendapatan, belanja, selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember
2009.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada Tahun Anggaran 2009 terdiri dari
Penerimaan Pajak sebesar Rp55.705.465.213.454, Penerimaan Negara Bukan Pajak
sebesar Rp4.174.441.187.640, serta Penerimaan Hibah sebesar Rp697.427.283.
Realisasi Belanja Negara pada Tahun Anggaran 2009 adalah sebesar
Rp23.642.000.699.633 atau mencapai 85,85% dari anggarannya.
Realisasi belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp22.557.553.845.193. Jumlah
realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Pegawai sebesar
Rp3.434.405.821.675atau 78,28% dari anggarannya, Belanja Barang sebesar
Rp8.271.821.051.837 atau 70,07% dari anggarannya, Belanja Modal sebesar
Rp3.603.151.628.678 atau 129,45% dari anggarannya, Pembayaran Bunga Utang dan
Denda sebesar Rp226.363.294.025,- atau 0% dari anggarannya, Belanja Bantuan Sosial
sebesar. Rp7.022.602.427.008 atau 82,00% dari anggarannya, dan Belanja Lain-lain
sebesar negatif Rp790.378.030 atau 0% dari anggarannya.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Tabel 4.5 Laporan Realisasi Anggaran 2009 KPPN Jakarta V
Realisasi di atas % Realisasi
(di bawah) Anggaran Anggaran
A. Pendapatan Negara dan Hibah D.2.1
I. Penerimaan Dalam Negeri D.2.1.1 0,00 59.880.654.654.682,00 59.880.654.654.682,00 ‐ 1. Penerimaan Perpajakan D.2.1.1.1 0,00 55.705.465.213.454,00 55.705.465.213.454,00 ‐
a. Pajak Dalam Negeri D.2.1.1.1.1 0,00 53.988.116.645.589,00 53.988.116.645.589,00 ‐ b. Pajak Perdagangan Internasional D.2.1.1.1.2 0,00 1.717.348.567.865,00 1.717.348.567.865,00 ‐
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak D.2.1.1.2 2.117.979.267.600,00 4.175.189.441.228,00 2.057.210.173.628,00 ‐ a. Penerimaan Sumber Daya Alam D.2.1.1.2.1 150.000.000.000,00 142.204.862.821,00 ‐7.795.137.179,00 ‐ b. PNBP Lainnya D.2.1.1.2.2 1.968.029.267.600,00 4.032.984.578.407,00 2.064.955.310.807,00 ‐ c. PNBP Lainnya I D.2.1.1.2.3 0,00 0,00 0,00 ‐
II. Penerimaan Hibah D.2.1.2 0,00 697.427.283,00 697.427.283,00 ‐
Jumlah Pend. Negara dan Hibah ( A.I + A.II ) 2.117.979.267.600,00 59.881.352.081.965,00 59.881.352.081.965,00 ‐
B. Belanja Negara D.2.2
I. Belanja Pemerintah Pusat D.2.2.1 27.540.079.175.000,00 22.557.553.845.193,00 -4.982.525.329.807,00 81,91 Belanja Pegawai D.2.2.1.1 4.387.237.447.000,00 3.434.405.821.675,00 ‐952.831.625.325,00 78,28 Belanja Barang D.2.2.1.2 11.805.416.256.000,00 8.271.821.051.837,00 ‐3.533.595.204.163,00 70,07 Belanja Modal D.2.2.1.3 2.783.384.898.000,00 3.603.151.628.678,00 819.766.730.678,00 129,45 Pembayaran Bunga Utang D.2.2.1.4 0,00 0,00 0,00 ‐ Subsidi D.2.2.1.5 0,00 0,00 0,00 ‐ Denda D.2.2.1.6 0,00 226.363.294.025,00 226.363.294.025,00 ‐ Hibah D.2.2.1.7 0,00 0,00 0,00 ‐ Bantuan Sosial D.2.2.1.8 8.564.040.574.000,00 7.022.602.427.008,00 ‐1.541.438.146.992,00 82,00 Belanja Lain‐lain D.2.2.1.9 0,00 ‐790.378.030,00 ‐790.378.030,00 ‐
II. Belanja Daerah D.2.2.2 0,00 1.084.446.854.440,00 1.084.446.854.440,00 - 1. Dana Perimbangan D.2.2.2.1 0,00 1.084.446.854.440,00 1.084.446.854.440,00 ‐
a. Dana Bagi Hasil D.2.2.2.1.1 1.084.446.854.440,00 1.084.446.854.440,00 ‐ b. Dana Alokasi Umum D.2.2.2.1.2 0,00 0,00 ‐ c. Dana Alokasi Khusus D.2.2.2.1.3 0,00 0,00 ‐
2. Dana Otononomi Khusus dan Penyesuaian D.2.2.2.2 0,00 0,00 0,00 ‐ a. Dana Otonomi Khususb. Dana Penyesuaian/Penyeimbang D.2.2.2.2.1 0,00 0,00 0,00
Jumlah Belanja Negara ( B.I + B.II ) 27.540.079.175.000,00 23.642.000.699.633,00 -3.898.078.475.367,00 85,85
C. Surplus/Defisit Anggaran ( A - B ) D.2.3 0,00 36.239.351.382.332,00 36.239.351.382.332,00 -
D. Pembiayaan
I. Pembiayaan Dalam Negeri ‐ 1. Perbankan Dalam Negeri2. Non Perbankan Dalam Negeri
II. Pembiayaan Luar Negeri D.2.4 0,00 220.038.742.209,00 220.038.742.209,00 - 1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri 220.038.742.209,00
a. Penarikan Pinjaman Programb. Penarikan Pinjaman Proyek 220.038.742.209,00
2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri
Jumlah Pembiayaan ( D.I + D.II ) 0,00 220.038.742.209,00 220.038.742.209,00 -
E. SILPA / SIKPA ( D + C ) D.2.5 0,00 36.459.390.124.541,00 36.459.390.124.541,00 -
LAPORAN REALISASI ANGGARANTINGKAT KUASA BUN KPPN JAKARTA V
PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009( Dalam Rupiah )
Uraian Catatan Anggaran Realisasi
sumber: KPPN Jakarta V
Realisasi belanja Pemerintah Daerah sebesar Rp1.084.446.854.440 atau 0% dari
anggarannya.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Berikut ini adalah uraian analisis laporan realisasi anggaran yang berdasarkan
pedoman analisis pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007:
1. Pendapatan Negara dan Hibah
Realisasi pendapatan negara dan hibah menurut laporan realisasi anggaran sama
dengan laporan realisasi anggaran pendapatan negara dan hibah dikurangi realisasi
pengembalian pendapatan negara dan hibah menurut laporan pendapatan dan hibah
Kementerian Negara/Lembaga atau Rp 59.881.352.081.965 = Rp 66.129.645.557.824 –
Rp 6.248.293.475.859
a. Penerimaan Dalam Negeri
Penerimaan Perpajakan
(Realisasi Penerimaan Pajak pada LRA 2009 = Realisasi penerimaan pajak –
Realisasi pengembalian pajak pada Laporan Realisasi Penerimaan dan
Pengembalian kementerian/Lembaga tahun 2009)
Penerimaan perpajakan pada LRA 2009 sebesar Rp 55.705.465.213.454
merupakan selisih antara penerimaan perpajakan dengan pengembalian pajak.
KPPN Jakarta V dalam hal ini menerima penerimaan pajak sebesar Rp
61.953.748.531.313 dan mengeluarkan pengembalian pajak sebesar Rp
6.248.283.317.859. sehingga selisihnya tersebut merupakan realisasi penerimaan
pajak yang harus dicatat pada LRA 2009.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Realisasi PNBP pada LRA 2009 = Realisasi Penerimaan PNBP – Realisasi
Pengembalian PNBP pada laporan realisasi penerimaan dan pengembalian
kementerian/lembaga tahun 2009
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang jumlahnya sebesar Rp
4.175.189.441.228pada LRA 2009 didapat dari selisih penerimaan dan
pengembalian PNBP 2009.
Tabel 4.6 Realisasi Penerimaan dan Pengembalian Negara tahun 2009
(dalam rupiah)
LRA PENERIMAAN PENGEMBALIAN SELISIH
Perpajakan (41)
61.953.748.531.313
6.248.283.317.859 55.705.465.213.454
PNBP (42) 4.175.199.599.228
10.158.000 4.175.189.441.228
Hibah (43) 697.427.283 697.427.283
JUMLAH PENDAPATAN&HIBAH
66.129.645.557.824 6.248.293.475.859 59.881.352.081.965
Belanja Pegawai Netto (51) 3.441.815.987.674
7.410165.999 3.434.405.821.675
Belanja Barang Netto (52) 8.316.850.433.810
45.029.381.973 8.271.821.051.837
Belanja Modal Netto (53) 3.604.908.048.984 1.756.420.306 3.603.151.628.678
Belanja Denda Netto(54) 226.649.392.904
286.098.879 226.363.294.025
Belanja Subsidi Netto (55)
Belanja Hibah Netto (56)
Belanja Bantuan Sosial Netto (57) 7.023.190.967.675
588.540.667 7.022.602.427.008
Belanja Lain-lain Netto (58)
790.378.030 - 790.378.030
Belanja daerah Netto (61) 1.084.446.854.440 1.084.446.854.440
Belanja Dana Bagi Hasil (62) 1.084.446.854.440 1.084.446.854.440
JUMLAH BELANJA
24.782.308.539.927
55.860.985.854 23.642.000.699.633 Belanja BA 70 (Belanja Dana Perimbangan) 1.084.446.854.440
- 1.084.446.854.440
Belanja BA 71 (Belanja dana otonomi khusus dan penyesuaian) -
-
Pembiayaan DN
-
Pembiayaan LN 220.038.742.209
- 220.038.742.209
Sumber: KPPN Jakarta V
b. Penerimaan Hibah
Realisasi Penerimaan Hibah pada LRA 2009 = Realisasi penerimaan hibah –
realisasi pengembalian hibah pada laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Pada tabel 4.6, dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan hibah dikurang dengan
realisasi pengembalian hibah jumlahnya sama dengan realisasi hibah pada
laporan realisasi anggaran kantor pelayanan perbendaharaan negara tahun 2009
atau artinya KPPN Jakarta V pada tahun 2009 memiliki realisasi penerimaan
hibah sebesar Rp 697.427.283.
2. Belanja Negara
Realisasi belanja negara menurut laporan realisasi anggaran harus sama dengan
realisasi belanja dikurangi realisasi pengembalian belanja menurut jenis
belanjanya yaitu
a. Belanja Pemerintah Pusat
Belanja pegawai pada LRA 2009 = Realisasi penerimaan belanja pegawai –
realisasi pengembalian belanja pegawai pada laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009.
Belanja pegawai pada LRA 2009 sebesar Rp 3.434.405.821.675 didapat dari
selisih antara realisasi penerimaan belanja pegawai sebesar Rp 3.441.815.987.674
dengan realisasi pengembalian belanja pegawai sebesar Rp 7.410.165.999.
Belanja barang pada LRA 2009 = realisasi penerimaan belanja barang – realisasi
pengembalian belanja barang pada laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009
Nominal Belanja barang pada LRA 2009 sebesar Rp 8.271.821.051.837 diperoleh
dari perhitungan selisih antara realisasi penerimaan belanja barang sebesar Rp
8.316.850.433.810 dengan realisasi pengembalian belanja barang sebesar Rp
45.029.381.973.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Realisasi belanja modal pada LRA 2009 = Realisasi penerimaan belanja modal -
Realisasi pengembalian belanja modal pada laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009
Realisasi belanja modal yang terdapat pada LRA 2009 sebesar Rp
3.603.151.628.678 diperoleh dari perhitungan selisih antara realisasi penerimaan
belanja modal sebesar Rp 3.604.908.048.984 dengan realisasi pengembalian
belanja modal sebesar Rp 1.756.420.306.
Realisasi belanja pembayaran bunga utang pada LRA 2009 = Realisasi
penerimaan belanja pembayaran bunga utang – Realisasi pengembalian belanja
pembayaran bunga utang pada laporan realisasi penerimaan dan pengembalian
kementerian/lembaga tahun 2009
Pada LRA tahun 2009, realisasi belanja pembayaran bunga utang nilainya Rp 0
karena pada tahun ini tidak terdapat transaksi belanja pembayaran utang baik
penerimaan maupun pengembalian.
Realisasi belanja subsidi pada LRA 2009 = Realisasi penerimaan belanja subsidi
– Realisasi pengembalian belanja subsidi pada laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009.
Sama halnya dengan realisasi belanja pembayaran utang, realisasi belanja subsidi
pada LRA tahun 2009 nilainya sebesar Rp 0 karena tidak terdapat transaksi
realisasi penerimaan maupun pengembalian belanja subsidi.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Realisasi belanja denda pada LRA 2009 = Realisasi penerimaan belanja denda –
realisasi pengembalian belanja denda pada laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009.
Realisasi belanja denda pada LRA 2009 sebesar Rp 226.363.294.025 diperoleh
dari perhitungan selisih antara realisasi penerimaan belanja denda sebesar Rp
226.649.392.904 dengan realisasi pengembalian belanja denda sebesar Rp
286.098.879 yang dapat dilihat pada laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009.
Realisasi belanja hibah pada LRA 2009 = Realisasi belanja hibah – Realisasi
pengembalian belanja hibah pada laporan realisasi penerimaan dan pengembalian
kementerian/lembaga tahun 2009
Realisasi belanja hibah yang terdapat pada LRA 2009 bernilai Rp 0 karena tidak
terdapat transaksi penerimaan maupun pengembalian belanja hibah pada tahun
2009 tersebut.
Realisasi belanja bantuan sosial pada LRA 2009 = Realisasi belanja bantuan
sosial – Realisasi pengembalian belanja bantuan sosial pada laporan realisasi
penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009
Realisasi belanja bantuan sosial pada LRA 2009 sebesar Rp 7.022.602.427.008
diperoleh dari perhitungan selisih antara realisasi penerimaan belanja bantuan
sosial sebesar Rp 7.023.190.967.675 dengan realisasi pengembalian belanja
bantuan sosial sebesar Rp 588.540.667 yang dapat dilihat pada laporan realisasi
penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Realisasi belanja lain-lain pada LRA 2009 = Realisasi belanja lain-lain –
Realisasi pengembalian belanja lain-lain pada laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009
Realisasi belanja lain-lain pada LRA 2009 sebesar negatif Rp 790.378.030
diperoleh dari perhitungan selisih antara realisasi penerimaan belanja lain-lain
sebesar Rp 0 dengan realisasi pengembalian belanja lain-lain sebesar Rp
790.378.030 yang dapat dilihat pada laporan realisasi penerimaan dan
pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009.
b. Belanja Daerah
Belanja daerah terdiri atas belanja dana perimbangan dan belanja dana otonomi
khusus dan penyeimbang
Realisasi belanja dana perimbangan pada LRA 2009 = Realisasi penerimaan
belanja dana perimbangan – Realisasi pengembalian belanja dana perimbangan
pada laporan realisasi penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga tahun
2009.
Realisasi belanja bantuan sosial pada LRA 2009 sebesar Rp 7.022.602.427.008
diperoleh dari perhitungan selisih antara realisasi penerimaan belanja bantuan
sosial sebesar Rp 7.023.190.967.675 dengan realisasi pengembalian belanja
bantuan sosial sebesar Rp 588.540.667 yang dapat dilihat pada laporan realisasi
penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009.
Realisasi belanja dana otonomi khusus dan penyeimbang pada LRA 2009 =
Realisasi belanja dana otonomi khusus dan penyeimbang – Realisasi
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
pengembalian belanja dana otonomi khusus dan penyeimbang pada laporan
realisasi penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009
Realisasi belanja bantuan sosial pada LRA 2009 sebesar Rp 7.022.602.427.008
diperoleh dari perhitungan selisih antara realisasi penerimaan belanja bantuan
sosial sebesar Rp 7.023.190.967.675 dengan realisasi pengembalian belanja
bantuan sosial sebesar Rp 588.540.667 yang dapat dilihat pada laporan realisasi
penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009.
3. Pembiayaan
Jumlah realisasi pembiayaan pada LRA 2009 = Pembiayaan bersih pada laporan
realisasi penerimaan dan pengembalian kementerian/lembaga tahun 2009
Pada realisasi pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran tahun 2009,
jumlahnya harus sama dengan realisasi pembiayaan bersih yaitu sebesar Rp
220.038.742.209. Kesamaan jumlah pembiayaan tersebut berarti telah sesuai
antara pencatatan realisasi pembiayaan pada LRA yang dilakukan oleh KPPN
dengan pencatatan yang dilakukan oleh kementerian/lembaga.
4.2.2.3 Analisis Neraca
Neraca yang disajikan adalah hasil dari proses Sistem Akuntansi Kas Umum
Negara, sebagaimana yang diwajibkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171
tahun 2007, tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Jumlah Aset sampai dengan 31 Desember 2009 Tahun Anggaran 2009 adalah
sebesar Rp36.448.642.829.101 dalam bentuk aset lancar saja.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Jumlah Kewajiban berupa Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp207.027.091.128
yang berupa Utang Perhitungan Fihak Ketiga sebesar Rp175.108.143.383 dan Utang
kepada Fihak Ketiga sebesar Rp31.918.947.745.
Sementara itu jumlah Ekuitas Dana adalah sebesar Rp36.241.615.737.973,- yang
terdiri dari Sisa Anggaran Lebih (SAL) sebesar negatif Rp533.703.779.705, Sisa Lebih
pembiayaan anggaran (SILPA) sebesar Rp36.423.406.039.150 dan Dana Lancar Badan
Layanan Umum (BLU) sebesar Rp351.913.478.528.
a. Neraca Sistem Akuntansi Umum
Kas di bendahara pengeluaran = Uang muka dari KPPN
Pada neraca sistem akuntansi umum, total kas di bendahara pengeluaran sama
dengan total uang muka dari kantor pelayanan perbendaharaan negara yaitu
sebesar negatif Rp 903.979.938.401. artinya kas yang ada pada bendahara
pengeluaran saldonya sama dengan uang muka yang diberikan oleh KPPN
Jakarta V kepada bendahara pengeluaran. Setiap awal tahun, seluruh satuan
kerja yang berada di wilayah kerjanya KPPN Jakarta V, menerima uang muka
dari KPPN berupa Uang Persediaan (UP) dan pada akhir tahun selambat-
lambatnya 31 Desember pada tahun anggaran tersebut harus disetorkan kembali
kepada KPPN apabila terdapat sisa. Adapun nilai pada kas di bendahara
pengeluaran negatif disebabkan oleh adanya satuan kerja yang bukan mitra
kerja KPPN Jakarta V yang menyetorkan Uang Persediaannya kepada KPPN
Jakarta V. Seharusnya Uang Persediaan yang disetorkan kepada KPPN Jakarta
V tersebut adalah milik KPPN Jakarta lainnya, sehingga dalam kasus ini KPPN
Jakarta V seolah-olah mempunyai utang kepada KPPN Jakarta lain. Nilai
negatif tersebut dapat dihilangkan dengan cara jurnal antar KPPN Jakarta.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Jumlah asset tetap = Tanah sebelum disesuaikan + Peralatan dan mesin sebelum
disesuaikan + Gedung dan bangunan sebelum disesuaikan + Jalan, irigasi, dan
jaringan sebelum disesuaikan = Total Ekuitas Dana Investasi yang
diinvestasikan dalam aset tetap.
Jumlah aset tetap sebesar Rp 3.407.013.271.013 terdiri dari:
Tanah Sebelum Disesuaikan Rp 5.562.160.140Peralatan dan Mesin Sebelum Disesuaikan Rp 2.480.043.743.177Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan Rp 893.943.677.166Jalan, Irigasi dan Jaringan Sebelum Disesuaikan Rp 27.463.690.530
Jumlah tersebut juga merupakan jumlah yang harus tertera pada total ekuitas
dana investasi yang diinvestasikan dalam aset tetap.
Jumlah aset = Kewajiban + Ekuitas dana
Sama halnya dengan persamaan akuntansi secara umum, yakni jumlah aset
nilainya sama dengan jumlah antara kewajiban dengan ekuitas yaitu sebesar Rp
2.854.917.091.140
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Tabel 4.7 Neraca Sistem Akuntansi Umum tahun 2009
JUMLAH2
ASET LANCARKas di Bendahara Pengeluaran ‐903.979.938.401Kas pada Badan Layanan Umum 351.913.478.528
JUMLAH ASET LANCAR ‐552.066.459.873INVESTASI JANGKA PANJANG
Dana Restrukturisasi Perbankan ‐29.720.000JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG ‐29.720.000
ASET TETAPTanah Sebelum Disesuaikan 5.562.160.140Peralatan dan Mesin Sebelum Disesuaikan 2.480.043.743.177Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan 893.943.677.166Jalan, Irigasi dan Jaringan Sebelum Disesuaikan 27.463.690.530
JUMLAH ASET TETAP 3.407.013.271.013JUMLAH ASET 2.854.917.091.140
KEWAJIBAN JANGKA PENDEKUang Muka dari KPPN ‐903.979.938.401
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK ‐903.979.938.401KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Jangka Panjang Luar Negeri Perbankan 490.331.551.319JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 490.331.551.319JUMLAH KEWAJIBAN ‐413.648.387.082
EKUITAS DANA LANCARDana Lancar BLU 351.913.478.528
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 351.913.478.528EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam investasi Jangka Panjang ‐29.720.000Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 3.407.013.271.013Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Untuk Jangka Panjan ‐490.331.551.319
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 2.916.651.999.694JUMLAH EKUITAS DANA 3.268.565.478.222JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 2.854.917.091.140
EKUITAS DANA
KEWAJIBAN
SISTEM AKUNTASI UMUMNERACA TINGKAT KPPN
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2009
NAMA PERKIRAAN1
ASET
Sumber: KPPN Jakarta V
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
b. Neraca Kas Umum Negara
Rekening kas pada KPPN pada neraca KUN 2009 = Saldo akhir kas pada laporan
arus kas 2009 = Saldo akhir kas pada laporan kas posisi tahun 2009
Pada neraca kas umum negara, total rekening kas di kantor pelayanan
perbendaharaan negara (kas KPPN dan BLU) harus sama dengan saldo akhir kas
pada laporan arus kas dan saldo akhir kas pada laporan kas posisi yaitu sebesar
Rp 555.619.200.234. Artinya bahwa tidak terdapat penyimpangan pada
pencatatan rekening kas KPPN dan BLU di neraca karena telah sama jumlahnya
seperti yang tertera pada saldo kas di laporan arus kas dan saldo kas pada laporan
kas posisi.
Kas dalam transito pada Nerasa KUN 2009 = Pengeluaran kiriman uang –
Penerimaan kiriman uang pada LAK 2009
Kas dalam transito pada neraca kas umum negara adalah selisih dari pengeluaran
kiriman uang (KU) sebesar Rp 129.909.259.882.736 dikurangi dengan
penerimaan kiriman uang yang terdapat pada laporan arus kas sebesar
Rp93.112.191.518.561 sehingga selisihnya sebesar Rp 36.797.068.364.175.
Adanya rekening kas dalam transito pada neraca berarti masih adanya uang
persediaan yang belum disetor kembali kepada KPPN oleh satuan kerjanya.
Idealnya saldo kas dalam transito pada neraca itu Rp 0.
Kas di bendahara pengeluaran pada Neraca KUN 2009 = Pengeluaran transito –
Penerimaan transito + Uang persediaan yang belum disetor pada LAK 2009
Rekening kas di bendahara pengeluaran merupakan saldo per 31 Desember 2009
dalam bentuk uang persediaan yang diberikan oleh KPPN Jakarta V kepada
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
setiap satuan kerja di wilayah kerjanya. Kas di bendahara pengeluaran bernilai
negatif dikarenakan adanya pengembalian uang persediaan dan setoran bukan
pajak yang dilakukan oleh satuan kerja baik yang di wilayah kerja KPPN Jakarta
V maupun yang bukan mitra kerja KPPN Jakarta V.
Tabel 4.8 Neraca Kas Umum Negara KPPN Jakarta V tahun 2009
ASET LANCAR C.2.1Kas dan Bank
Rekening Kas di KPPN C.2.1.1 203.705.721.706
Kas dalam Transito C.2.1.2 36.797.068.364.175
Kas di Bendahara Pengeluaran C.2.1.3 -903.979.938.401
Kas pada BLU C.2.1.4 351.913.478.528JUMLAH ASET LANCAR 36.448.707.626.008,00JUMLAH ASET 36.448.707.626.008,00
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK C.2.2Utang Perhitungan Fihak Ketiga C.2.2.1 175.108.143.383
Utang Kepada Fihak Ketiga C.2.2.2 31.918.947.745JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 207.027.091.128,00JUMLAH KEWAJIBAN 207.027.091.128,00
EKUITAS DANA LANCAR C.2.3S A L C.2.3.1 -533.703.779.705
SILPA C.2.3.2 36.423.470.836.057Dana yang harus disediakan untuk pemb. Utang Jangka Pe C.2.3.3 0
Dana Lancar BLU C.2.3.4 351.913.478.528JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 36.241.680.534.880,00JUMLAH EKUITAS DANA 36.241.680.534.880,00JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 36.448.707.626.008,00
A S E T
KEWAJIBAN
EKUITAS DANA
NERACA KAS UMUM NEGARATINGKAT KUASA BUN KPPN JAKARTA V
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009( Dalam Rupiah )
Uraian Catatan Jumlah
Sumber: KPPN Jakarta V
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
4.2.2.4 Analisis Antar Laporan
Analisis antar laporan dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan akurasi data
atau laporan keuangan dengan melihat hubungan unsur elemen data antar laporan
keuangan. (dapat juga dilihat pada lampiran 5, 6, dan 7)
1. Laporan Arus Kas dan Neraca
a. Saldo akhir kas di Laporan Arus Kas = jumlah rekening kas di Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negaradan rekening kas BLU pada Neraca Kas Umum Negara
sebesar Rp 555.619.200.234. Transaksi yang tercatat pada arus kas telah sesuai
dengan apa yang tercatat pada rekening kas KPPN dan BLU di neraca.
b. Pengeluaran Kiriman Uang - Penerimaan Kiriman Uang (KU) pada Laporan Arus
Kas= Kas dalam transito pada Neraca Kas Umum Negara sebesar Rp
36.797.068.364.175. Artinya jumlah tersebut merupakan kas KPPN yang belum
disetorkan kepada KPPN oleh satuan kerjanya.
c. Pengeluaran transito – Penerimaan transito + Uang persediaan yang belum disetor
(Kas dibendahara pengeluaran per 1 Januari 2009) pada LAK 2009 = Kas di
bendahara pengeluaran pada neraca KUN 2009
Terdapat selisih sebesar negatif Rp 22.696.195.767 antara jumlah pengeluaran &
penerimaan transito pada laporan arus kas dengan kas di bendahara pengeluaran
pada Neraca KUN. Idealnya tidak boleh ada selisih saldo didalamnya karena
seharusnya besaran saldo yang diterima oleh satuan kerja dengan yang harus
dikembalikan atau disetor kembali kepada KPPN.
d. Penerimaan PFK – Pengeluaran PFK pada LAK 2009 = Utang PFK pada neraca
KUN 2009
Tidak terdapat selisih antara penerimaan & pengeluaran PFK pada LAK dengan
utang PFK pada Neraca KUN sebesar Rp 175.108.143.383. artinya bahwa utang
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
PFK pada neraca 2009 terjadi akibat adanya transaksi penerimaan dan
pengeluaran PFK seperti yang terdapat pada laporan arus kas 2009.
e. Saldo awal kas KPPN pada LAK 2009 + Uang persediaan tahun lalu = Sisa
anggaran lebih (SAL) pada neraca KUN 2009
Terdapat selisih antara saldo awal kas LAK dengan SAL pada Neraca KUN
sebesar negatif Rp 22.696.195.767. artinya bahwa terjadi ketidaksesuaian antara
pencatatan saldo awal kas dan uang persediaan tahun lalu dengan sisa anggaran
lebih pada neraca.
f. Jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi + Investasi non keuangan +
Pembiayaan pada LAK 2009 = SILPA Neraca Kun 2009
Terdapat selisih antara jumlah arus kas bersih pada LAK dengan SiLPA/SiKPA
pada Neraca KUN sebesar negatif Rp 90.546.827.816. seharusnya jumlah arus
kas bersih pada LAK sama dengan SILPA pada neraca.
2. Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas
a. Penerimaan perpajakan LRA = Pendapatan pajak DN + Pendapatan pajak
perdagangan internasional netto pada LAK
Jumlah penerimaan pajak pada LRA sama dengan penerimaan pajak pada LAK
yaitu sebesar Rp 55.705.465.213.454 yang berasal dari pendapatan pajak DN
sebesar Rp 53.988.116.645.589 dan pendapatan pajak perdagangan internasional
sebesar Rp 1.717.348.567.865.
b. PNBP pada LRA = Penerimaan sumber daya alam + Laba BUMN + PNBP
lainnya (dari aktivitas operasi dan investasi non keuangan) pada LAK
Tidak terdapat saldo selisih antara jumlah penerimaaan PNBP pada LRA sebesar
Rp 4.175.189.441.228 dengan jumlah antara penerimaan sumber daya alam netto
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
dan pendapatan PNBP lainnya (dari aktivitas operasi dan non keuangan) pada
LAK yang masing-asing nilainya adalah Rp 142.204.862.821 dan Rp
4.032.984.578.407. artinya telah sesuai antara pencatatan PNBP pada LRA dan
pencatatan PNBP pada LAK.
c. Penerimaan hibah LRA = Penerimaan hibah pada LAK
Tidak terdapat selisih saldo antara jumlah penerimaan hibah pada LRA dengan
penerimaan hibah pada LAK masing-masing senilai Rp 697.427.283. artinya
bahwa telah sesuai antara pencatatan penerimaan hibah pada LRA dengan
pencatatan penerimaan hibah pada LAK.
d. Belanja pegawai pada LRA = Belanja pegawai pada LAK
Tidak ditemukan selisih saldo antara jumlah belanja pegawai pada LRA dengan
jumlah belanja pegawai pada LAK sebesar Rp 3.434.405.821.675. artinya bahwa
telah sesuai antara pencatatan belanja pegawai pada LRA dengan pencatatan
belanja pegawai pada LAK.
e. Belanja barang pada LRA = Belanja barang pada LAK
Tidak terdapat selisih saldo antara jumlah belanja barang pada LRA dengan
jumlah belanja BLU dan belanja barang pada LAK yaitu sebesar Rp
8.271.821.051.837. artinya bahwa telah sesuai antara pencatatan belanja barang
pada LRA dengan pencatatan belanja barang pada LAK.
f. Belanja modal pada LRA = Belanja modal pada LAK
Tidak terdapat selisih saldo antara belanja modal LRA dengan belanja modal
tanah netto, belanja peralatan mesin netto, belanja modal gedung dan bangunan,
belanja jalan, irigasi dan jaringan, belanja pemeliharaan yang dikapitalisasi,
belanja modal fisik lainnya, dan belanja BLU pada LAK yaitu sebesar Rp
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
3.603.151.628.678. artinya bahwa telah sesuai antara pencatatan belanja modal
pada LRA dengan pencatatan belanja modal pada LAK.
g. Belanja pembayaran denda pada LRA = Belanja pembayaran denda pada LAK
Tidak terdapat selisih saldo antara belanja pembayaran denda pada LRA dengan
pembayaran denda pada LAK yaitu sebesar Rp 226.363.294.025. artinya bahwa
telah sesuai antara pencatatan pembayaran denda pada LRA dengan pencatatan
pembayaran denda pada LAK.
h. Belanja bantuan sosial pada LRA = Belanja bantuan sosial pada LAK
Tidak ada selisih saldo antara belanja bantuan sosial pada LRA dengan jumlah
belanja bantuan sosial pada LAK yaitu sebesar Rp 7.022.602.427.008. artinya
bahwa telah sesuai antara pencatatan belanja bantuan sosial pada LRA dengan
pencatatan belanja bantuan sosial pada LAK.
i. Belanja lain-lain pada LRA = Belanja lain-lain pada LAK
Tidak terdapat selisih saldo antara belanja lain-lain pada LRA dengan belanja
lain-lain pada LAK yaitu sebesar negatif Rp 790.378.030. artinya bahwa telah
sesuai antara pencatatan belanja lain-lain pada LRA dengan pencatatan belanja
lain-lain pada LAK.
j. Belanja daerah pada LRA = Belanja daerah pada LAK
Tidak terdapat selisih belanja daerah pada LRA dengan belanja daerah padaLAK
yaitu sebesar Rp 1.084.446.854.440. artinya bahwa telah sesuai antara pencatatan
belanja daerah pada LRA dengan pencatatan belanja daerah pada LAK.
k. Pembiayaan pada LRA = Pembiayaan pada LAK
Tidak terdapat selisih pada jumlah pembiayaan pada LRA dengan penerimaan
pembiayaan pada LAK sejumlah Rp 220.038.742.209. artinya bahwa telah sesuai
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
antara pencatatan pembiayaan pada LRA dengan pencatatan pembiayaan pada
LAK.
3. Neraca SAU dan Neraca KUN
Kas di bendahara pengeluaran pada neraca SAU = Kas di bendahara pengeluaran
pada neraca KUN
Jumlah kas di bendahara pengeluaran pada neraca SAU dan neraca KUN adalah
sama yaitu negatif Rp 903.979.938.401. artinya bahwa telah sesuai antara pencatatan kas
di bendahara pengluaran pada neraca SAU dengan pencatatan kas di bendahara
pengeluaran pada neraca KUN.
4.3 Masalah dan Tindak Lanjut dari Hasil Analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V
tahun 2009
Pada awal tahun anggaran 2009, semua satuan kerja, departemen/lembaga, dan
Badan Layanan Umum (BLU) yang berada dibawah naungan KPPN Jakarta V menerima
Daftar Isian Penganggaran (DIPA) 2009. DIPA ini memuat dokumen yang memuat batas
anggaran untuk setiap satuan kerja, lembaga/departemen, dan BLU sepanjang tahun
2009 seperti yang disahkan dalam APBN 2009.
Satuan kerja, lembaga/departemen, dan BLU untuk dapat mencairkan dana yang
terdapat pada DIPA perlu untuk meminta dana kepada KPPN Jakarta V yang nantinya
akan di transfer oleh Bank Operasional KPPN Jakarta V kepada bendahara pengeluaran
pada setiap satuan kerja, lembaga/departemen, dan BLU. Dana itu selanjutnya disebut
Uang Persediaan (UP).
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Setiap uang persediaan yang diberikan oleh KPPN Jakarta V, pada akhir
desember 2009 yaitu tanggal 31 Desember 2009 apabila terdapat sisa harus dikembalikan
kepada KPPN Jakarta V.
Pada analisis perbandingan antara laporan arus kas tahun 2009 dan neraca KUN
tahun 2009 terdapat beberapa masalah:
1. Selisih saldo antara jumlah pengeluaran transito (pemberian UP), penerimaan
transito (pengembalian UP) pada LAK dengan jumlah kas di bendahara
pengeluaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kas di Bendahara Pengeluaran (903.979.938.401)
Pengeluaran Transito 1.469.895.000.470
Penerimaan Transito 1.684.910.136.842 -
( 215.015.136.372)
Penerimaan UP tahun lalu (711.660.997.796) + (926.676.134.168) -
( 22.696.195.767)
Penerimaan Uang Persediaan (UP) sebesar negatif Rp 711.660.997.796
merupakan uang pada kas bendahara pengeluaran tahun 2008 (atau dapat dilihat
pada neraca per 1 Januari 2009) yang baru disetorkan pada tahun 2009. Sehingga
jumlah pengurangan antara pengeluaran transito, penerimaan transito, ditambah
dengan penerimaan uang persediaan tahun lalu menjadi negatif Rp
926.676.134.168 sedangkan saldo kas pada bendahara pengeluaran adalah
sebesar negatif Rp 903.979.938.401. Maka terjadi selisih sebesar negatif Rp
22.696.195.767 yang seharusnya tidak terjadi. Selisih tersebut disebabkan oleh
adanya satuan kerja yang bukan merupakan mitra kerja KPPN Jakarta V yang
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
menyetorkan uang persediaan milik KPPN Jakarta lain kepada KPPN Jakarta V
atau ada satuan kerja yang belum mengembalikan UP kepada KPPN pada batas
waktu yang telah ditentukan. Sehingga angka pada laporan arus kas lebih besar
daripada yang seharusnya tertera pada neraca. Untuk menghilangkan selisih
tersebut, maka KPPN Jakarta V harus melakukan jurnal koreksi dengan KPPN
Jakarta lainnya dengan menelusuri satuan kerja mana saja yang telah melakukan
salah setor. Adapun jurnal koreksi yang dimaksud adalah seperti berikut:
Dr. Kewajiban pada KPPN lain Rp 22.696.195.767
Cr. Kas (Akumulasi koreksi pembukuan TAYL) Rp 22.696.195.767
*TAYL: Tahun Anggaran Yang Lalu
Masalah setor ini merupakan bentuk ketidakdisiplinan atau ketidakpahaman
satuan kerja di tiap KPPN mengenai mekanisme pengembalian uang persediaan.
Setiap satuan kerja KPPN, pada awal tahun diberikan uang persediaan untuk
kegiatannya selama tahun tersebut. Lalu pada akhir tahun, uang persediaan yang
telah diberikan tersebut, sisanya harus disetorkan kembali kepada KPPN. Namun
dalam proses menyetor kembali uang persediaan, para satuan kerja seringkali
menyetor kepada bank yang bukan mitra kerja KPPN yang bersangkutan.
Misalnya, KPPN Jakarta I memiliki bank mitra kerja yang berada di wilayah
Jakarta Pusat, tetapi satuan kerja KPPN Jakarta I menyetor kepada bank di
wilayah Jakarta Selatan yang merupakan mitra kerja KPPN Jakarta V. Sehingga
uang persediaan yang disetorkan tersebut, masuk ke rekening KPPN Jakarta V.
Dalam melakukan jurnal penyesuaian antar KPPN bukanlah sebuah hal yang
mudah karena KPPN harus saling mencari mana UP yang bukan miliknya untuk
dikembalikan pada KPPN lain. Setiap KPPN memiliki jumlah satuan kerja
ratusan sehingga untuk melihat kembali setiap transaksi pengembalian UP sangat
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
sulit. Ada beberapa kemungkinan dalam penyetoran kembali UP, yang pertama
satuan kerja terlambat menyetorkan kembali UP dan yang kedua, satuan kerja
telah menyetorkan UP tetapi tidak masuk kedalam rekening KPPN V melainkan
KPPN lain. Dalam hal satuan kerja yang telah mengembalikan UP melalui Bank
mitra kerja KPPN Jakarta V, tidak akan mendapatkan sanksi dari KPPN Jakarta
V. Tetapi apabila satuan kerja tersebut belum atau terlambat mengembalikan UP
pada KPPN Jakarta V, maka pada awal tahun 2010 satuan kerja tersebut tidak
akan diterima pengajuan pencairan dana DIPA 2010 sampai dengan UP tahun
2009 telah seluruhnya dikembalikan sisanya.
2. Selisih saldo yang terjadi antara jumlah saldo awal kas KPPN, uang persediaan
tahun lalu, dan utang jangka pendek tahun lalu dengan Sisa Anggaran Lebih
(SAL) yaitu sebesar negatif Rp 22.696.195.767. Selisih tersebut juga masih
disebabkan dengan hal yang sama dengan masalah pada poin pertama diatas yang
berasal dari setoran uang persediaan tahun lalu yang masuk ke rekening KPPN
Jakarta V namun bukan berasal dari satuan kerja KPPN Jakarta V.Sehingga
selisih tersebut akan hilang apabila telah dilakukan jurnal koreksi oleh KPPN
Jakarta V dengan KPPN Jakarta lainnya.
3. Badan Layanan Umum atau BLU memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan
dengan satuan kerja atau lembaga/departemen lainnya. Penerimaan uang pada
BLU bersumber dari DIPA dan dari penerimaan BLU itu sendiri seperti
pendapatan yang berasal dari uang rawat inap pasien pada Rumah Sakit
Pemerintah. Selanjutnya, BLU telah diberikan kewenangan oleh Menteri
Keuangan untuk memakai uang pendapatan BLU tersebut tanpa harus melaui
proses seperti pada pencairan DIPA. Selisih sebesar negatif Rp 90.546.827.816
pada analisis SILPA pada neraca dan LAK KPPN Jakarta V tahun 2009 berasal
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
dari realisasi BLU. Realisasi BLU merupakan hasil pengurangan dari penerimaan
dan pengeluaran-pengeluaran BLU. Serupa dengan poin satu dan dua diatas,
selisih ini masih diakibatkan oleh kesalahan setor pada rekening KPPN Jakarta V
yang dilakukan oleh BLU atau terdapat penerimaan BLU yang belum tercatat
oleh bendahara BLU. Dalam hal kasus ketiga ini, selisih negatif terjadi karena
belanja BLU lebih besar dari pendapatan BLU. Logikanya, tidak mungkin BLU
dapat melakukan pembelanjaan apabila dana untuk membayar pembelanjaan
tersebut tidak ada. Sehingga dapat dikatakan ada penerimaan yang belum tercatat,
atau belum menyetor kembali dana sisa DIPA 2009 ditambah dengan selisih
penerimaan BLU. Selisih ini nantinya juga akan di koreksi dengan melakukan
jurnal koreksi dengan KPPN jakarta lainnya, karena kesalahan setor yang terjadi
pada BLU ini terjadi pada tahun 2009, maka pada laporan arus kas muncul pos
akumulasi koreksi pembukuan yang merupakan nilai dari jumlah pada jurnal
koreksi tahun berjalan ini.
Adapun jurnal koreksi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Dr. Kewajiban pada KPPN lain Rp 90.546.827.816
Cr. Kas (Akumulasi koreksi pembukuan TAYB) Rp 90.546.827.816
*TAYB: Tahun Anggaran Yang Berjalan
4. Saldo kas pada bendahara pengeluaran adalah negatif Rp 903.979.938.401. Nilai
negatif pada kas tidak boleh terjadi karena seharusnya saldo kas pada bendahara
pengeluaran pada akhir tahun anggaran adalah Rp 0. Namun kenyataan yang ada
selama ini, saldo kas pada bendahara pengeluaran tiap tahun negatif dimana
merupakan akumulasi atas kesalahan-kesalahan setor dari masa lalu oleh satuan-
satuan kerja yang bukan mitra kerja KPPN Jakarta V.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengolahan dan analisis data, maka dapat ditarik kesimpulan
dari penelitian ini bahwa ternyata:
1. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat KPPN Jakarta V sudah dibuat sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007.
2. Hasil analisis laporan keuangan pemerintah pusat tahun 2009 pada kantor
pelayanan perbendaharaan negara Jakarta V sesuai dengan pedoman analisis,
terdapat tiga selisih saldo ketika membandingkan Laporan Arus Kas dan Neraca
Kas Umum Negara serta permasalahan saldo kas negatif di bendahara
pengeluaran.
3. Permasalahan selisih saldo sebesar Rp 22.696.195.767 dan Rp 90.546.827.816
dari hasil analisis yang membandingkan antara Laporan Arus Kas dan Neraca
disebabkan oleh banyaknya satuan kerja yang bukan mitra kerja KPPN Jakarta V
yang menyetor ke bank mitra kerja KPPN Jakarta V. Akibatnya jumlah arus kas
masuk lebih besar dari kas pada neraca. Sehingga KPPN Jakarta V perlu
melakukan jurnal koreksi untuk menghilangkan selisih saldo yang terjadi
tersebut. Sedangkan permasalahan kas pada bendahara pengeluaran yang negatif
Rp 903.979.938.401 belum dapat terselesaikan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan penulis untuk
KPPN Jakarta V;
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
1. Masalah yang timbul pada analisis laporan keuangan pemerintah pusat KPPN
Jakarta V disebabkan oleh ketidakdisiplinan satuan kerja, departemen/lembaga
yang menjadi partner kerja KPPN Jakarta V. Hal ini dapat dikurangi apabila
KPPN Jakarta V dapat bersikap lebih tegas kepada seluruh satuan kerja,
lembaga/departemen, dan BLU. KPPN Jakarta V sudah cukup tegas dengan tidak
akan memberikan perintah pencairan dana DIPA tahun berikutnya apabila ada
satuan kerja yang masih belum patuh menyetor kembali Uang Persediaan pada
waktu yang telah ditentukan yaitu setiap tanggal 31 Desember tahun anggaran
yang sebelumnya. Sehingga KPPN perlu melakukan lebih banyak sosialisasi
kepada satuan kerjanya tentang tata cara penyetoran kembali uang persediaan
agar didalam analisis pelaporan keuangan tidak terjadi lagi selisih saldo yang
seharusnya tidak terjadi. Selain itu, setiap satuan kerja harus menempatkan orang
yang berkompeten dalam hal pembukuan dan penyetoran kembali atau menindak
tegas pekerjanya tersebut apabila lalai dalam menjalankan tugasnya seperti yang
sudah tertera sistem dan prosedur kerjanya.
2. Berkenaan dengan kemungkinan terjadinya kekeliruan penyetoran dari satuan
kerja di wilayah kerja KPPN Jakarta V, sehingga menimbulkan kas negatif pada
kas di Bendahara Pengeluaran pada Neraca KPPN Jakarta V, menurut hemat
penulis seyogyanya kekeliruan tersebut ditampung di sisi pasiva Neraca KPPN
sebagai Kewajiban Kepada KPPN Lain. Sementara itu di sisi aktiva akan
bertambah di Rekening Kas KPPN pada Bank Operasional. Hal ini diharapkan
dapat mempermudah menyelesaikan kewajiban kepada KPPN lain (mendebet
kembali) di samping memudahkan dalam membaca/menganalisis keuangan
neraca yang bersangkutan.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
3. KPPN Jakarta V harus melakukan rekonsiliasi dengan satuan-satuan kerja dan
KPPN lainnya guna menyelesaikan permasalahan saldo kas negatif agar tidak ada
lagi di masa yang akan datang.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif, Edisi Pertama, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Salemba Empat.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik, Edisi Keempat, Yogyakarta: ANDI. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian untuk Bisnis, Edisi Keempat, Jakarta: Salemba Empat.
Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Lampiran 1 Neraca per tanggal 31 desember 2008
NERACA KAS UMUM NEGARA TINGKAT KUASA BUN KPPN JAKARTA V
PER 31 DESEMBER 2008 ( Dalam Rupiah )
Uraian 2008
A S E T
ASET LANCAR Kas dan Bank Rekening Kas di KPPN 158.921.606.600,00 Kas dalam Transito 35.890.387.668.548,00 Kas di Bendahara Pengeluaran ‐711.660.997.796,00 Kas pada BLU 225.447.362.228,00 JUMLAH ASET LANCAR 35.563.095.639.580,00 JUMLAH ASET 35.563.095.639.580,00
KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Fihak Ketiga 144.956.542.873,00 Utang Kepada Fihak Ketiga 3.660.584.276,00
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 148.617.127.149,00
JUMLAH KEWAJIBAN 148.617.127.149,00
EKUITAS DANA EKUITAS DANA LANCAR S A L ‐302.628.189.594,00 SILPA 35.491.659.339.797,00
Dana yang harus disediakan untuk pemb. Utang Jangka Pendek 0,00
Dana Lancar BLU 225.447.362.228,00
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 35.414.478.512.431,00
JUMLAH EKUITAS DANA 35.414.478.512.431,00
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 35.563.095.639.580,00
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Lampiran 2 Neraca per tanggal 1 januari 2009
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Lampiran 3 Laporan Kas Posisi sampai dengan tanggal 31 desember 2009
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Lampiran 4 Daftar Rincian Saldo Akhir (Rekening Koran) Tanggal 31 desember 2009
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011
Dat
Pen
Kur
ta Pribadi Nama TempaJenis KAlama
KewarAgamaNo. TeAlama
ndidikan For• 199• 199• 199• 200• 200
rsus dan Sem• 200• 200
• 200• 200• 200• 200• 200• 200
• 201
at/Tanggal LKelamin at
rganegaraan a elp at E-mail
rmal 91 – 1993 93 – 1999 99 – 2002 02 – 2005 05 – sekaran
minar 06 – 2007 06 – 2008
06 07 07 08 09 09
10
DAFTA
Lahir
: TK Tu: SDN : SMP: SMA
ng : S-1 Fa Banki Selata
: Islami: Englis Institu: Kursu: Pelati: Credi: Basic : Trade: Manaj Risiko: Breve
AR RIWAY
: Silvana W: Jambi, 04: Perempua : Kemang P
Bekasi, 17: Indonesia: Islam : 08138071: chipashiv
unas JakasamPekayon JayIslam Al-AzIslam Al-Aakultas Ekoning School (an.
ic Economicsh For Bussute, Jakarta .us Pelayananihan Customit Analysis (ATreasury, J
e Financing,ajemen Risiko, Jakarta. et Pajak A da
YAT HIDU
Widayanti Agustus 19
an Pratama 1, J7116
a
18844/ [email protected]
mpurna, Bekya IV, Bekazhar 8 Kema
Azhar 4 Kemnomi, JurusaSTIE - IBS)
c Study Clubiness and W. n Prima (Ser
mer Service EAnalisa KreJakarta. , Jakarta. ko Tingkat 1
an B, Jakart
UP
987
Jalan Pratam
201167 om
kasi si ang Pratama
mang Pratamaan Akuntans), Kemang, J
b. Writing In Bu
rvice ExcelleExcellence, Jdit), Jakarta
, Badan Ser
ta.
ma 3 Blok S/
a, Bekasi a, Bekasi si, STIE IndJakarta
usiness, The
ence), JakarJakarta.
a
rtifikasi Man
/18
donesia
British
rta.
najemen
Analisis Penerapan..., Silvana Widayanti, Ak.-Ibs, 2011