38
1 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG AKUNTANSI PERTAMBANGAN UMUM PADA PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk Evi Dwipuspasari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi Taufik Hidayat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi ABSTRAK : Jurnal ini membahas mengenai analisis penerapan PSAK No. 33 (Revisi 2011) tentang Akuntansi Pertambangan Umum pada PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang bergerak dibidang industri pertambangan batubara. Dalam laporan ini dijelaskan mengenai kebijakan akuntansi PT Bukit Asam (Persero) Tbk atas aktivitas pegupasan lapisan tanah dan aktivitas pengelolaan lingkungan yang kemudian dilakukan analisis terhadap masing-masing kebijakan akuntansi. Hasil dari jurnal ini menyimpulkan bahwa kebijakan akuntansi atas pengakuan dan pengukuran atas aktivitas pengupasan lapisan tanah PTBA telah sesuai dengan PSAK No. 33 (Revisi 2011) dan pengungkapannya telah sesuai dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009). Untuk kebijakan akuntansi atas pengakuan, penyajian, dan pengungkapan atas aktivitas pengelolaan lingkungan hidup PTBA telah sesuai dengan PSAK No. 33 (Revisi 2011). Sedangkan untuk kebijakan akuntansi atas pengukurannya telah sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2008. Kata kunci : Pertambangan batubara, PSAK 33 (Revisi 2011), biaya pengupasan tanah, biaya pengelolaan lingkungan hidup. ABSTRACT : The journal explain the analysis of the implementation of SFAS Number 33 (Revised 2011) on Accounting of General Mining in PT Bukit Asam (Persero) Tbk, which is engaged in coal mining industry. This report also describe the accounting policies PT Bukit Asam (Persero) Tbk on soil stripping activities and environmental management activities that analysed for the each accounting policies. The result of this journal concluded that the accounting policies on the recognition and measurement of soil stripping activities in PTBA was compliance with SFAS Number 33 (Revised 2011) and the disclosures of soil stripping activities was refer to SFAS Number 1 (Revised 2009). The accounting policies on the recognition, presentation and disclosure of environmental management activities in PTBA were compliance with SFAS Number 33 (Revised 2011). For the measurement of environmental management activities in PTBA also complies with the ESDM Minister Regulation Number 18 2008. Keywords : Coal mining, SFAS Number 33, stripping cost, cost of environmental management. Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

1

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

AKUNTANSI PERTAMBANGAN UMUM PADA PT BUKIT ASAM

(PERSERO) Tbk

Evi Dwipuspasari

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi

Taufik Hidayat

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi

ABSTRAK : Jurnal ini membahas mengenai analisis penerapan PSAK No. 33 (Revisi 2011)

tentang Akuntansi Pertambangan Umum pada PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang bergerak

dibidang industri pertambangan batubara. Dalam laporan ini dijelaskan mengenai kebijakan

akuntansi PT Bukit Asam (Persero) Tbk atas aktivitas pegupasan lapisan tanah dan aktivitas

pengelolaan lingkungan yang kemudian dilakukan analisis terhadap masing-masing kebijakan

akuntansi. Hasil dari jurnal ini menyimpulkan bahwa kebijakan akuntansi atas pengakuan dan

pengukuran atas aktivitas pengupasan lapisan tanah PTBA telah sesuai dengan PSAK No. 33

(Revisi 2011) dan pengungkapannya telah sesuai dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009). Untuk

kebijakan akuntansi atas pengakuan, penyajian, dan pengungkapan atas aktivitas pengelolaan

lingkungan hidup PTBA telah sesuai dengan PSAK No. 33 (Revisi 2011). Sedangkan untuk

kebijakan akuntansi atas pengukurannya telah sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 18

Tahun 2008.

Kata kunci : Pertambangan batubara, PSAK 33 (Revisi 2011), biaya pengupasan tanah, biaya

pengelolaan lingkungan hidup.

ABSTRACT : The journal explain the analysis of the implementation of SFAS Number 33

(Revised 2011) on Accounting of General Mining in PT Bukit Asam (Persero) Tbk, which is

engaged in coal mining industry. This report also describe the accounting policies PT Bukit

Asam (Persero) Tbk on soil stripping activities and environmental management activities that

analysed for the each accounting policies. The result of this journal concluded that the

accounting policies on the recognition and measurement of soil stripping activities in PTBA

was compliance with SFAS Number 33 (Revised 2011) and the disclosures of soil stripping

activities was refer to SFAS Number 1 (Revised 2009). The accounting policies on the

recognition, presentation and disclosure of environmental management activities in PTBA

were compliance with SFAS Number 33 (Revised 2011). For the measurement of

environmental management activities in PTBA also complies with the ESDM Minister

Regulation Number 18 2008.

Keywords : Coal mining, SFAS Number 33, stripping cost, cost of environmental

management.

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 2: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

2

UNIVERSITAS INDONESIA

I. PENDAHULUAN

Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat menyebabkan tingginya tingkat

persaingan antar perusahaan untuk dapat bertahan di pasar dan menghasilkan inovasi –

inovasi baru. Kondisi ini tentunya memberikan dampak seperti meningkatnya permintaan

sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi kompetensi dalam bidang spesifik

maupun dalam kemampuan non-teknis. Tuntutan inilah yang semakin disadari oleh

Universitas Indonesia khususnya Fakultas Ekonomi sebagai salah satu lembaga pendidikan di

Indonesia. Menanggapi tuntutan tersebut, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia (FEUI) menyelengggarakan program magang sebagai salah satu Mata

Kuliah Pilihan untuk prasyarat kelulusan (selain skripsi) dengan bobot 6 SKS bagi para

mahasiswanya yang telah menyelesaikan 120 SKS dengan minimal Indeks Prestasi Kumulatif

2,75. Tujuan utama program magang ini adalah memperkenalkan mahasiswa akan dunia kerja

sekaligus memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan di dalam dunia kerja. Dengan

banyaknya manfaat dari program magang ini, Penulis tertarik untuk memilih program ini

sebagai salah satu syarat kelulusan. Melalui program ini, Penulis berharap dapat memahami

bagaimana aplikasi teori yang telah didapat selama masa perkuliahan ketika berada di dunia

kerja. Selain itu, penulis juga memperoleh pengalaman berharga yang mampu membantu

dalam mempersiapkan diri ketika memasuki persaingan dunia kerja di masa yang akan datang

setelah menyelesaikan perkuliahan.

Didalam jurnal ini Penulis akan membahas mengenai analisis penerapan PSAK 33

(Revisi 2011) tentang akuntansi pertambangan umum pada PT Bukit Asam (Persero) Tbk.

Analisis pada jurnal ini akan lebih spesifik lagi membahas tentang pengakuan, pengukuran,

penyajian, dan pengungkapan dari biaya atas aktivitas pengupasan lapisan tanah dan

pengelolaan lingkungan hidup. Topik jurnal ini dipilih karena belum banyak jurnal yang

membahas tentang bagaimana penerapan PSAK 33 (Revisi 2011) di perusahaan

pertambangan. Disamping itu, topik ini dipilih karena Penulis melakukan proses magang di

PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang sekaligus dijadikan sampel sebagai dasar pembuatan

jurnal ini.

II. LANDASAN TEORI

Definisi Usaha Pertambangan

Menurut Undang – Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara dijelaskan bahwa usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 3: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

3

UNIVERSITAS INDONESIA

mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi

kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan

penjualan, serta pascatambang. Seperti yang juga dijelaskan dalam undang – undang tersebut,

prinsip dilakukannya usaha pertambangan dapat dipastikan berorientasi ke persoalan bisnis

karena modal yang ditanamkan dalam usaha pertambangan berasal dari investor yang ingin

mendapatkan keuntungan. Sehingga kegiatan – kegiatan dalam usaha pertambangan sangat

harus diperhitungkan sebelum memulai usaha. Kegiatan dalam usaha pertambangan akan

dijelaskan secara rinci oleh penulis pada poin berikutnya. Selain memperhitungkan kegiatan –

kegiatan dalam usaha pertambangan, setiap perusahaan atau investor yang melakukan usaha

wajib memiliki izin dari pihak berwenang yaitu pemerintah. Terdapat beberapa jenis izin

dalam usaha pertambangan. Izin tersebut adalah Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin

Pertambangan Rakyat (IPR), Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), dan Izin Lingkungan.

Fase Kegiatan dalam Usaha Pertambangan

Seperti yang dijelaskan melalui pengertian diatas, dalam usaha pertambangan terdapat

beberapa rankaian kegiatan mulai dari sebelum dilakukannya penambangan sampai dengan

setelah dilakukannya penambangan. Dalam Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan

Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik-Industri Pertambangan Umum (P3LKE PP-IPU)

umumnya rangkaian kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat fase kegiatan

usaha pokok yaitu eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi penambangan

(eksploitasi), dan pengelolaan lingkungan hidup (pascatambang).

Akuntansi Pertambangan Umum - PSAK 33 (Revisi 2011)

Akuntansi pertambangan umum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

No. 33 (Revisi 2011). Standar ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi atas aktivitas

pengupasan lapisan tanah dan aktivitas pengelolaan lingkungan hidup pertambangan umum.

Aktivitas pengupasan tanah adalah aktivitas pemindahan lapisan tanah penutup atau

material lainnya sehingga bahan galian seperti batubara dapat ditambang. Menurut PSAK 33

(Revisi 2011), biaya pengupasan tanah penutup dibedakan antara pengupasan tanah awal

untuk membuka tambang yang dilakukan sebelum produksi dimulai dan pengupasan tanah

lanjutan yang dilakukan selama masa produksi. Biaya pengupasan tanah awal diakui sebagai

aset atau beban tangguhan. Pengukuran biaya pengupasan tanah awal ini pada umumnya

dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan setelah diketahui terdapat bahan

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 4: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

4

UNIVERSITAS INDONESIA

galian yang terbukti. Biaya yang dikeluarkan ini seperti biaya pembebasan lahan, biaya

konsultan, dan biaya pembersihan lahan (land clearing). Sedangkan untuk amortisasi

menggunakan metode unit produksi. Penyajian biaya pengupasan tanah tangguhan ini

disajikan pada laporan posisi keuangan. Selanjutnya untuk biaya pengupasan tanah lanjutan

diakui sebagai beban yang biasanya masuk menjadi salah satu komponen biaya produksi.

Biaya pengupasan tanah lanjutan ini akan disajikan pada laporan pendapatan komprehensif.

Pengukuran atas biaya pengupasan tanah lanjutan ini adalah dengan cara memperhitungkan

rasio rata – rata tanah penutup terlebih dahulu agar dapat diketahui jumlah biaya yang dapat

dibebankan. Sebelum proses produksi dimulai, dihitung rasio rata – rata tanah penutup, yaitu

taksiran perbandingan antara kuantitas lapisan tanah penutup pada seluruh area pertambangan

terhadap ketebalan bahan galian pada seluruh area pertambangan. Ketika rasio aktual tanah

penutup tidak berbeda jauh dengan rasio rata – rata tanah penutup, maka biaya pengupasan

tanah yang timbul pada periode tersebut seluruhnya dapat dibebankan. Hal yang perlu diingat

adalah rasio aktual tanah penutup adalah perbandingan antara kuantitas tanah yang dikupas

pada periode tertentu terhadap kuantitas bahan galian yang berhasil di gali pada periode yang

sama. Namun jika rasio aktual berbeda jauh dengan rasio rata – ratanya, dimana rasio aktual

lebih besar daripada rasio rata – rata, maka kelebihan biaya pengupasan diakui sebagai aset

(beban tangguhan) yang nantinya akan dibebankan pada periode di mana rasio aktual jauh

lebih kecil daripada rasio rata – rata.

Aktivitas pengelolaan lingkungan hidup adalah aktivitas yang dilakukan untuk

mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan pertambangan. Dampak negatif dari

kegiatan pertambangan dapat berupa pencemaran lingkungan dan perusakan lingkungan

sehingga perlu dilakukannya pengelolan terhadap lingkungan hidup yang meliputi upaya

terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, dan

pengembangan lingkungan hidup. Perusahaan akan menghitung taksiran biaya pengelolaan

lingkungan yang timbul karena akibat dari kegiatan eksplorasi dan pengembangan

pertambangan diakui sebagai aset (beban tangguhan). Biaya ini akan dicatat oleh perusahaan

sebagai Beban Pengelolaan Lingkungan Hidup Tangguhan. Selanjutnya beban tangguhan ini

akan diamortisasi setiap tahunnya pada saat produksi komersial pertambangan dimulai dan

dibebankan sebagai bagian dari Biaya Produksi. Sedangkan taksiran biaya untuk pengelolaan

lingkungan hidup yang timbul karena akibat dari kegiatan produksi tambang juga akan

dibebankan sebagai bagian dari Biaya Produksi dengan mengkredit liabilitas pengelolaan

lingkungan hidup. Pada tanggal pelaporan, jumlah penyisihan pengelolaan lingkungan hidup

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 5: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

5

UNIVERSITAS INDONESIA

harus dievaluasi kembali agar dapat ditentukan apakah jumlah akrualnya telah memadai.

Apabila pengeluaran sesungguhnya dari pengelolaan lingkungan hidup pada tahun berjalan

lebih besar daripada jumlah akrual tahun lalu, maka selisihnya akan dibebankan ke periode

dimana kelebihan tersebut timbul. Taksiran penyisihan pengelolaan lingkungan hidup ini

disajikan pada laporan posisi keuangan sesuai jumlah liabilitas yang telah ditangguhkan,

setelah dikurangi dengan jumlah pengeluaran yang sesungguhnya terjadi. Sedangkan realisasi

biaya pengelolaan lingkungan hidup disajikan pada laporan pendapatan komprehensif.

Pengukuran biaya pengelolaan lingkungan hidup tidak diatur dalam PSAK Nomor 33,

tetapi dalam laporan ini penulis akan menggunakan Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral (ESDM) Nomor 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang

sebagai landasan pengukuran. Dalam Peraturan Menteri ESDM dijelaskan bahwa terdapat dua

biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan raklamasi dan penutupan tambang. Kedua biaya

ini biasanya digunakan oleh perusahaan pertambangan sebagai dasar perhitungan provisi

lingkungan. Biaya tersebut adalah biaya reklamasi tambang dan biaya penutupan tambang.

Biaya reklamasi tambang contohnya terdiri dari biaya penatagunaan lahan, biaya revegetasi,

biaya pencegahan dan penanggulangan air asam tambang, dan biaya untuk pekerjaan sipil

sesuai peruntukan lahan pasca tambang. Sedangkan biaya penutupan tambang terdiri dari

biaya pembongkaran fasilitas tambang, biaya reklamasi tambang permukaan, biaya reklamasi

lahan bekas fasilitas tambang, dan biaya pengamanan semua bukaan tambang yang berpotensi

berbahaya bagi manusia.

Menurut PSAK Nomor 33 ini, terdapat beberapa hal yang harus diungkapkan dalam

laporan keuangan antara lain terdiri dari kebijakan akuntansi sehubungan dengan perlakuan

akuntansi atas pembebanan biaya pengelolaan lingkungan hidup dan metode amortisasi atas

biaya pengelolaan lingkungan hidup yang ditangguhkan. Kemudian informasi mengenai

mutasi taksiran liabilitas pengelolaan lingkungan hidup selama tahun berjalan, kegiatan

pengelolaan lingkungan hidup telah dilaksanakan dan sedang berjalan serta Liabilitas

bersyarat sehubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup dan liabilitas bersyarat lainnya

sebagaimana yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan.

III. PROFIL PERUSAHAAN

PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau yang biasa disebut PTBA merupakan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang pertambangan batubara di Indonesia. Kantor

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 6: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

6

UNIVERSITAS INDONESIA

pusat dan lokasi penambangan PTBA berkedudukan di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

PTBA dalam laporan tahunan 2011 memegang hak Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi

Produksi atas Tambang Batubara Tanjung Enim, Tambang Batubara Ombilin, Peranap di

Indragiri Hulu Riau, dan Palaran di Samarinda (melalui anak perusahaan PT IPC). Masing –

masing lokasi memiliki proses penambangan yang berbeda sesuai dengan keadaan lokasi

penambangan. Dikarenakan penulis melakukan magang di kantor pusat Tanjung Enim,

Sumatera Selatan, penulis hanya akan menjelaskan proses penambangan yang dilakukan di

tambang batubara Tanjung Enim.

Unit Pertambangan Tanjung Enim (UPTE) memiliki beberapa lokasi penambangan,

yaitu Tambang Air Laya (TAL), Tambang Muara Tiga Besar (MTB) dan Banko Barat.

Metode penambangan yang diterapkan adalah Metode Penambangan Terbuka. Di TAL,

peralatan tambang yang digunakan ada dua macam, yakni peralatan tambang sistem menerus

dengan menggunakan Bucket Wheel Excavator (BWE) system dan sistem kombinasi Shovel

dan Truck. Proses penambangan di TAL dilakukan sendiri oleh PTBA. Sedangkan di

Tambang MTB dan Tambang Banko Barat peralatan tambang yang digunakan yaitu sistem

kombinasi Shovel dan truck, PTBA bekerja sama dengan perusahaan kontraktor PT Pama

Persada Nusantara dan PT Sumber Mitra Jaya untuk melakukan operasi penambangan. Untuk

penjelasan mengenai proses penambangan, penulis hanya akan membahas mengenai proses

penambangan yang dilakukan di Tambang Air Laya. Karena tidak terdapat perbedaan dalam

proses penambangan yang dilakukan dimasing – masing lokasi. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, kegiatan penambangan yang dilakukan di Tambang Air Laya menggunakan dua

sistem yaitu sistem penambangan dengan menggunakan BWE dan sistem penambangan

dengan menggunakan kombinasi Shovel dan Truck. Proses penambangan dengan sistem

kombinasi Shovel dan Truck terdiri dari pembersihan lahan, pengupasan tanah penutup,

pemuatan tanah penutup, pengangkutan tanah penutup, penimbunan, ripping batubara,

penggalian batubara, pemuatan batubara, pengangkutan batubara, penimbunan batubara, dan

pemuatan serta pengangkutan batubara ke kereta api. Sedangkan Proses penambangan dengan

sistem Bucket Wheel Excavator sama seperti aktivitas penambangan lainnya. Dimulai dari

kegiatan pembersihan lahan, pengupasan lapisan penutup (top soil), penggaruan (ripping),

pemuatan tanah penutup (loading), pengangkutan tanah penutup (hauling), penimbunan ke

disposal area (dumping), ripping batubara, pemuatan batubara, pengangkutan batubara,dan

penimbunan batubara di disposal area. Penambangan dengan sistem BWE ini sifatnya

continous mining. Alat tambang utama yang digunakan dalam sistem ini terdiri dari Bucket

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 7: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

7

UNIVERSITAS INDONESIA

Wheel Excavator (BWE), Belt Wagon (BW), Cable Rail Car (CRC), Hopper Car (HC),

Conveyor Excavating (CE), Conveyor Distribution Point (CDP), Conveyor Dumping (CD),

Coal Conveyor (CC), Stacker/Reclaimer (SR), Spreader (SP) dan Train Loading Station

(TLS). Seluruh alat ini merupakan satu kesatuan yang bekerja secara terus menerus. Apabila

terjadi hambatan di salah satu alat, maka sistem BWE secara keseluruhan tidak dapat

beroperasi.

IV. PEMBAHASAN

Pada jurnal ini penulis akan membandingkan kesesuaian antara kebijakan akuntansi

pertambangan pada PT Bukit Asam (Persero) Tbk dengan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) Nomor 33 (Revisi 2011) dan Peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun

2008.

Kebijakan Akuntansi atas Aktivitas Pengupasan Tanah

Kebijakan akuntansi atas aktivitas pengupasan tanah yang dilakukan oleh PT Bukit

Asam (Persero) Tbk mengacu pada PSAK No. 33 (Revisi 2011) tentang Akuntansi

Pertambangan Umum. Dalam kebijakan perusahaan tersebut dijelaskan definisi biaya

pengupasan tanah penutup dan pengupasan lapisan tanah. Menurut kebijakan akuntansi

PTBA, biaya pengupasan tanah penutup dibedakan antara pengupasan tanah awal untuk

membuka tambang atau disebut dengan pengupasan tanah sebelum produksi dan pengupasan

tanah lanjutan yang dilakukan selama masa produksi. Sedangkan pengupasan lapisan tanah

didefinisikan sebagai suatu kegiatan penggarukan/dorong, gali/muat, dan pengangkutan tanah

dari lokasi penggalian ke lokasi penimbunan atau lokasi lainnya.

PTBA mengakui biaya atas aktivitas pengupasan tanah awal sebagai bagian dari

Beban Pengembangan yang Ditangguhkan (Aset) sedangkan biaya atas aktivitas pengupasan

tanah lanjutan diakui sebagai Beban yang menjadi salah satu komponen dari Biaya Produksi.

Dalam kebijakannya menjelaskan bahwa PTBA juga melakukan perhitungan rasio rata-rata

tanah penutup. Rasio rata-rata tanah penutup ini dihitung dengan cara membandingkan

estimasi kuantitas lapisan batuan/tanah penutup terhadap estimasi ketebalan bahan galian

yang dalam hal ini adalah batubara yang juga dinyatakan dalam satuan unit kuantitas.

Selanjutnya setelah dilakukannya produksi, PTBA mengukur rasio aktual tanah penutup. Jika

rasio aktual lebih besar dari rasio rata-rata, maka terdapat kelebihan biaya atas aktivitas

pengupasan tanah lanjutan. Kelebihan biaya ini akan ditangguhkan pembebanannya dan

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 8: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

8

UNIVERSITAS INDONESIA

dibukukan sebagai Beban Pengupasan yang Ditangguhkan (Aset). Namun manajemen PTBA

menetapkan bahwa hanya akan menangguhkan 50% kelebihan biaya saja sedangkan sisanya

tetap diakui sebagai beban. Beban Pengupasan yang Ditangguhkan ini nantinya akan

diamortisasi di periode mendatang sepanjang umur tambang, sesuai dengan kegiatan produksi

yang dihasilkan di periode mendatang tersebut. Jika tidak terdapat kelebihan biaya atau rasio

aktual lebih kecil dari rasio rata-rata, biaya atas aktivitas pengupasan tanah lanjutan ini akan

langsung dibebankan ke periode dimana kelebihan tersebut muncul.

Dalam kebijakan akuntansinya, PTBA menggabungkan Beban Pengembangan yang

Ditangguhkan dengan Beban Eksplorasi dan disajikan sebagai Beban Eksplorasi dan

Pengembangan yang Ditangguhkan sebagai salah satu komponen Aset Tidak Lancar pada

Laporan Posisi Keuangan. Sedangkan penyajian beban atas aktivitas pengupasan tanah

lanjutan akan disajikan sebagai salah satu komponen dalam Biaya Produksi pada Laporan

Pendapatan Komprehensif dan dijelaskan secara lebih lengkap pada Catatan atas Laporan

Keuangan. Selanjutnya PTBA dalam laporan keuangannya mengungkapkan informasi seperti

metode pembebanan biaya pengupasan tanah, metode perhitungan rasio rata-rata tanah

penutup, jumlah biaya pengupasan tanah yang ditangguhkan dengan penjelasan mengenai

perbedaan antara rasio aktual tanah penutup terhadap rasio rata-ratanya, dan perubahan atas

rasio rata-rata tanah penutup (bila ada)

Kebijakan Akuntansi atas Aktivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kebijakan akuntansi atas aktivitas pengelolaan lingkungan hidup yang dimiliki oleh

PT Bukit Asam (Persero) Tbk juga mengacu kepada PSAK No.33 (Revisi 2011). Dalam

kebijakan akuntansi PTBA dijelaskan beberapa definisi sebagai berikut :

1. Biaya pengelolaan lingkungan hidup adalah biaya yang timbul atas usaha mengurangi

dan mengendalikan dampak negatif kegiatan pertambangan.

2. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan

yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan

berdaya guna sesuai peruntukannya.

3. Penutupan Tambang adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata

kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan penambangan

dan/atau pengolahan dan pemurnian untuk memenuhi kriteria sesuai dengan dokumen

Rencana Penutupan Tambang.

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 9: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

9

UNIVERSITAS INDONESIA

4. Jaminan Reklamasi adalah dana yang disediakan oleh Perseroan sebagai jaminan untuk

melakukan reklamasi.

5. Jaminan Penutupan Tambang adalah dana yang disediakan oleh Perseroan untuk

melaksanakan Penutupan Tambang.

Dalam kebijakan akuntansi PTBA, provisi pengelolaan lingkungan hidup diakui jika

terdapat petunjuk yang kuat bahwa telah timbul liabilitas pada tanggal pelaporan keuangan

akibat kegiatan yang telah dilakukan dan terdapat dasar yang wajar untuk mengitung jumlah

liabilitas tersebut. Provisi pengelolaan lingkungan hidup ini mencakup jaminan reklamasi dan

jaminan penutupan tambang. Masing – masing jaminan ini diukur berdasarkan :

1. Jaminan Reklamasi, terdiri dari Biaya Langsung, antara lain terdiri dari biaya

penatagunaan lahan, revegetasi, pekerjaan sipil, dan pencegahan serta penanggulangan

air asam tambang. Serta Biaya Tidak Langsung, antara lain terdiri dari biaya mobilisasi

dan demobilisasi, biaya perencanaan kegiatan reklamasi, biaya administrasi, dan biaya

supervisi.

2. Jaminan Penutupan Tambang, terdiri Biaya Langsung, antara lain terdiri dari biaya

pembongkaran bangunan dan sarana penunjang yang sudah tidak digunakan, biaya

penanganan bahan berbahaya dan beracun, dan biaya aspek sosial, budaya, dan

ekonomi. Serta Biaya Tidak Langsung, antara lain terdiri dari biaya mobilisasi dan

demobilisasi, biaya perencanaan kegiatan reklamasi, biaya administrasi, dan biaya

supervisi.

Untuk taksiran biaya atas pengelolaan lingkungan hidup yang timbul sebagai akibat

kegiatan eksplorasi dan pengembangan diakui sebagai aset. Sedangkan taksiran biaya atas

pengelolaan lingkungan hidup yang timbul sebagai akibat kegiatan produksi tambang diakui

sebagai beban. PTBA juga melakukan evaluasi disetiap tanggal pelaporan untuk menentukan

apakah jumlah provisi pengelolaan lingkungan hidup telah memadai. Penyisihan pengelolaan

lingkungan hidup ini disajikan pada laporan posisi keuangan sebesar jumlah liabilitas, setelah

dikurangi dengan jumlah pengeluaran yang terjadi. Kemudian PTBA mengungkapkan

informasi terkait pengelolaan lingkungan hidup ini, tetapi tidak terbatas pada kebijakan

akuntansi sehubungan dengan perlakuan dan metode amortisasi atas biaya pengelolaan

lingkungan hidup, mutasi taksiran provisi pengelolaan lingkungan hidup selama tahun

berjalan dengan menunjukkan saldo awal, penyisihan yang dibentuk, pengeluaran yang

terjadi, dan saldo akhir, kegiatan pengelolaan lingkungan yang telah dan sedang dilaksanakan,

dan kewajiban bersyarat sehubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 10: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

10

UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Kebijakan Akuntansi atas Aktivitas Pengupasan Tanah

Dalam analisis kebijakan akuntansi PTBA atas aktivitas pengupasan tanah ini,

penulis akan membandingkannya dengan PSAK No. 33 (Revisi 2011). Perbandingan antara

kebijakan akuntansi aktivitas pengupasan tanah PTBA dengan PSAK No. 33 akan dijelaskan

melalui tabel berikut ini :

Kebijakan Akuntansi PTBA PSAK No. 33 (Revisi 2011)

Membedakan biaya pengupasan

tanah menjadi dua yaitu biaya

pengupasan tanah awal dan biaya

pengupasan tanah lanjutan.

Biaya pengupasan tanah penutup

dibedakan menjadi dua yaitu biaya

pengupasan tanah awal untuk

membuka tambang dan biaya

pengupasan tanah lanjutan .

Biaya pengupasan tanah awal diakui

sebagai beban tangguhan (aset).

PTBA menyajikannya sebagai

Beban Pengembangan yang

Ditangguhkan.

Biaya pengupasan tanah awal

diakui sebagai aset (beban

tangguhan). PSAK ini tidak

mengatur secara detil bagaimana

penyajian aset ini. PSAK hanya

mengatur bagaimana mengakui

biaya tersebut.

Biaya pengupasan tanah lanjutan

diakui sebagai beban. PTBA

menyajikannya sebagai salah satu

komponen beban produksi tepatnya

sebagai Beban Jasa Pihak Ketiga.

Biaya pengupasan tanah lanjutan

diakui sebagai beban. PSAK juga

tidak mengatur secara detil

bagaimana penyajian beban ini.

PSAK hanya mengatur bagaimana

mengakuinya.

PTBA membebankan biaya

pengupasan tanah lanjutan

berdasarkan rasio rata-rata tanah

penutup.

Biaya pengupasan tanah lanjutan

dibebankan berdasarkan rasio rata-

rata tanah penutup.

Jika terjadi perbedaan rasio rata-rata Biaya pengupasan tanah lanjutan

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 11: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

11

UNIVERSITAS INDONESIA

Kebijakan Akuntansi PTBA PSAK No. 33 (Revisi 2011)

pengupasan tanah dengan rasio

aktualnya (rasio rata-rata lebih kecil

dari rasio aktual), PTBA akan

menangguhkan kelebihan biaya atas

pengupasan tanah lanjutan.

ditangguhkan jika terdapat

perbedaan antara rasio rata-rata

pengupasan tanah dengan rasio

aktual pengupasan tanah (rasio rata-

rata lebih kecil dari rasio aktual).

Jika terjadi penangguhan biaya

pengupasan tanah lanjutan, PTBA

akan mengakuinya sebagai beban

tangguhan (aset). Dalam penyajian

aset ini, PTBA mengacu pada

PSAK No. 1 (Revisi 2009) tentang

Penyajian Laporan Keuangan.

Biaya pengupasan tanah lanjutan

yang ditangguhkan ini diakui

sebagai beban tangguhan (aset).

PSAK juga tidak mengatur secara

detil bagaimana penyajian beban

ini.

Biaya pengupasan tanah awal

disajikan dalam laporan posisi

keuangan tepatnya dalam aset tidak

lancar sebagai Beban

Pengembangan yang Ditangguhkan.

Dalam penyajian beban ini, PTBA

mengacu pada PSAK No. 1 (Revisi

2009) tentang Penyajian Laporan

Keuangan.

PSAK juga tidak mengatur secara

detil bagaimana penyajian beban ini

dalam laporan keuangan.

Biaya pengupasan tanah lanjutan

disajikan dalam laporan pendapatan

komprehensif sebagai salah satu

komponen beban produksi (beban).

Dalam penyajian beban ini, PTBA

mengacu pada PSAK No. 1 (Revisi

2009) tentang Penyajian Laporan

Keuangan.

PSAK ini tidak mengatur secara

detil bagaimana penyajian beban ini

dalam laporan keuangan.

PTBA dalam laporan keuangannya PSAK ini tidak mengatur informasi

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 12: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

12

UNIVERSITAS INDONESIA

Kebijakan Akuntansi PTBA PSAK No. 33 (Revisi 2011)

mengungkapkan informasi sebagai

berikut :

1) Metode pembebanan biaya

pengupasan tanah

2) Metode perhitungan rasio rata-

rata tanah penutup

3) Jumlah biaya pengupasan tanah

yang ditangguhkan dengan

penjelasan mengenai perbedaan

antara rasio aktual tanah

penutup terhadap rasio rata-

ratanya

4) Perubahan atas rasio rata-rata

tanah penutup (bila ada)

apa saja yang harus diungkapkan

terkait dengan aktivitas pengupasan

tanah.

PTBA mengakui biaya pengupasan tanah awal sebagai aset (Beban Pengembangan

yang Ditangguhkan) dan biaya pengupasan tanah lanjutan sebagai beban (Beban Produksi).

Untuk pengukuran biaya pengupasan tanah awal, PTBA mengukurnya dengan cara

menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan setelah terbukti terdapat cadangan batubara pada

lokasi penambangan. Biaya tersebut biasanya terdiri dari biaya pembebasan lahan, biaya jasa

konsultan, biaya pembersihan lahan, biaya pengurusan izin – izin terkait, dan lain – lain.

Sedangkan biaya pengupasan tanah lanjutan diukur dengan cara menghitung rasio rata – rata

tanah penutup dan rasio aktual tanah penutup. PTBA menyajikan Beban Pengembangan yang

Ditangguhkan pada laporan posisi keuangan tepatnya dalam aset tidak lancar. Sedangkan

Beban Produksi (Beban Jasa Pihak Ketiga) atas pengupasan tanah lanjutan disajikan pada

laporan pendapatan komprehensif sebagai bagian dari Beban Pokok Penjualan. Rincian Beban

Pokok Penjualan yang didalamnya terdapat Beban Jasa Pihak Ketiga dijelaskan pada catatan

atas laporan keuangan. Penyajian yang dilakukan PTBA dalam laporan keuangannya dapat

dilihat dalam Lampiran No. 1. Untuk cara penyajian ini tidak diatur secara detil oleh PSAK

No. 33. Standar tersebut hanya menjelaskan pengakuan dan pengukuran saja. Sehingga untuk

penyajian ini PTBA mengacu pada PSAK No. 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 13: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

13

UNIVERSITAS INDONESIA

Keuangan. Dalam PSAK No. 1 dijelaskan bahwa aset yang diklasifikasikan sebagai aset tidak

lancar adalah aset yang memberikan manfaat jangka panjang. Berdasarkan penjelasan ini,

Beban Pengembangan yang Ditangguhkan diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar karena

beban tangguhan ini bersifat jangka panjang dalam pemanfaatannya. Pada standar itu juga

dijelaskan bahwa beban disajikan dalam laporan pendapatan komprehensif sebagai salah satu

komponen beban pokok penjualan.

Selanjutnya informasi yang diungkapkan oleh PTBA terkait aktivitas pengupasan

tanah ini hanya berupa informasi tentang perubahan saldo dari beban pengembangan yang

ditangguhkan. Sedangkan informasi yang perlu diungkapkan sesuai kebijakan akuntansi

PTBA tidak diungkapkan. Informasi yang perlu diungkapkan menurut kebijakan akuntansi

PTBA adalah metode pembebanan biaya pengupasan tanah, metode perhitungan rasio rata-

rata tanah penutup, jumlah biaya pengupasan tanah yang ditangguhkan dengan penjelasan

mengenai perbedaan antara rasio aktual tanah penutup terhadap rasio rata-ratanya, dan

perubahan atas rasio rata-rata tanah penutup (bila ada). Penulis menyajikan hardcopy

kebijakan akuntansi PTBA atas aktivitas pengupasan tanah pada Lampiran No. 4.

Setelah menganalisis kebijakan akuntansi atas aktivitas pengupasan tanah PTBA,

dapat diketahui bahwa dalam pengakuan dan pengukuran aktivitas pengupasan tanah telah

sesuai dengan PSAK No. 33 (Revisi 2011). Sedangkan untuk penyajian atas aktivitas ini,

PTBA mengacu pada PSAK No. 1 karena PSAK No. 33 tidak mengaturnya secara detil.

Untuk pengungkapan yang terkait dengan aktivitas ini hanya berupa informasi tentang

perubahan saldo dari beban pengembangan yang ditangguhkan. PSAK No. 33 (Revisi 2011)

juga tidak mengatur secara detil tentang pengungkapan atas aktivitas pengupasan tanah.

Analisis Kebijakan Akuntansi atas Aktivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dalam Analisis kebijakan akuntansi ini penulis akan membandingkannya

dengan standar akuntansi (PSAK No. 33 Revisi 2011) dan peraturan pemerintah (Peraturan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 Tahun 2008). Untuk kebijakan akuntansi

atas pengakuan, penyajian, dan pengungkapan dibandingkan dengan PSAK No. 33 (Revisi

2011) sedangkan untuk pengukurannya dibandingkan dengan Peraturan Menteri ESDM No.

18 Tahun 2008. Hal ini dikarenakan dalam PSAK No. 33 tidak diatur pengukuran terhadap

biaya pengelolaan lingkungan hidup sehingga penulis menggunakan peraturan pemerintah

sebagai dasar perbandingan. Perbandingan antara kebijakan akuntansi PTBA dengan PSAK

No. 33 akan dijelaskan melalui tabel berikut ini :

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 14: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

14

UNIVERSITAS INDONESIA

Kebijakan Akuntansi PTBA PSAK No. 33 (Revisi 2011)

PTBA mengakui provisi

pengelolaan lingkungan hidup jika :

1) Terdapat petunjuk yang kuat bahwa

telah timbul kewajiban pada tanggal

pelaporan keuangan akibat kegiatan

yang telah dilakukan;

2) Terdapat dasar yang wajar untuk

menghitung jumlah kewajiban yang

timbul.

Provisi pengelolaan lingkungan

hidup harus diakui jika:

1) Terdapat petunjuk yang kuat bahwa

telah timbul kewajiban pada tanggal

pelaporan keuangan akibat kegiatan

yang telah dilakukan;

2) Terdapat dasar yang wajar untuk

menghitung jumlah kewajiban yang

timbul.

PTBA mengakui taksiran biaya

untuk pengelolaan lingkungan

hidup yang timbul akibat dari

kegiatan eksplorasi dan

pengembangan diakui sebagai aset.

PTBA menyajikannya sebagai

Beban Pengelolaan Lingkungan

Hidup Tangguhan.

Taksiran biaya untuk pengelolaan

lingkungan hidup yang timbul

sebagai akibat kegiatan eksplorasi

dan pengembangan diakui sebagai

aset (beban tangguhan).

PTBA mengakui taksiran biaya

untuk pengelolaan lingkungan

hidup yang timbul akibat dari

kegiatan produksi tambang diakui

sebagai beban. PTBA

menyajikannya sebagai Beban

Produksi yang merupakan salah

satu komponen dari Beban Pokok

Penjualan.

Taksiran biaya untuk pengelolaan

lingkungan hidup yang timbul

sebagai akibat kegiatan produksi

tambang diakui sebagai beban.

PTBA melakukan evaluasi pada

setiap tanggal pelaporan terhadap

jumlah provisi pengelolaan

lingkungan hidup untuk

Pada tanggal pelaporan, jumlah

provisi pengelolaan lingkungan

hidup harus dievaluasi kembali

untuk menentukan apakah jumlah

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 15: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

15

UNIVERSITAS INDONESIA

Kebijakan Akuntansi PTBA PSAK No. 33 (Revisi 2011)

menentukan apakah jumlah tersebut

telah memadai.

akrualnya telah memadai.

PTBA menyajikan provisi

pengelolaan lingkungan hidup

sebagai Penyisihan Reklamasi

Lingkungan dan Penutupan

Tambang pada laporan posisi

keuangan.

Taksiran Provisi pengelolaan

lingkungan hidup disajikan di laporan

posisi keuangan sebesar jumlah

kewajiban yang telah ditangguhkan,

setelah dikurangi dengan jumlah

pengeluaran yang sesungguhnya

terjadi.

PTBA mengungkapkan informasi

sebagai berikut :

1) Kebijakan akuntansi sehubungan

dengan perlakuan akuntansi dan

metode amortisasi atas biaya

pengelolaan lingkungan hidup.

2) Mutasi taksiran provisi pengelolaan

lingkungan hidup selama tahun

berjalan.

3) Kegiatan pengelolaan lingkungan

hidup yang telah dan sedang

dilaksanakan pada laporan tahunan

perusahaan.

a. Kewajiban bersyarat sehubungan

dengan pengelolaan lingkungan

hidup.

Entitas yang harus diungkapkan

terkait dengan aktivitas pengelolaan

lingkungan hidup, tidak terbatas

pada:

1) Kebijakan akuntansi sehubungan

dengan perlakuan akuntansi atas

pembebanan biaya pengelolaan

lingkungan hidup dan metode

amortisasi.

2) Mutasi taksiran kewajiban provisi

pengelolaan lingkungan hidup

selama tahun berjalan.

3) Kegiatan pengelolaan lingkungan

hidup yang telah dilaksanakan.

4) Kewajiban bersyarat sehubungan

dengan pengelolaan lingkungan

hidup.

Sesuai dengan penjelasan pada kebijakan akuntansi PTBA, taksiran biaya untuk

pengelolaan lingkungan hidup yang timbul karena akibat dari kegiatan eksplorasi dan

pengembangan pertambangan diakui sebagai Aset. Sedangkan taksiran biaya untuk

pengelolaan lingkungan hidup yang timbul karena akibat dari kegiatan produksi tambang

diakui sebagai Beban. PTBA dalam mengakui penyisihan pengelolaan lingkungan hidup harus

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 16: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

16

UNIVERSITAS INDONESIA

terdapat petunjuk yang kuat bahwa telah timbul liabilitas pada tanggal pelaporan. Penyisihan

tersebut juga harus memiliki dasar yang wajar untuk menghitung jumlah liabilitas yang

timbul. Selanjutnya PTBA melakukan evaluasi provisi pengelolaan lingkungannya setiap

tanggal pelaporan untuk menentukan apakah jumlahnya telah memadai. Evaluasi ini

dilakukan PTBA bersama pihak independen yaitu Pusat Penelitian Lingkungan Hidup

Universitas Sriwijaya. PTBA dengan kebijakannya yang mengacu pada PSAK No. 33 ini

mengakui taksiran biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup yang timbul karena akibat dari

kegiatan eksplorasi dan pengembangan pertambangan diakui sebagai Aset dengan nama akun

Beban Pengelolaan Lingkungan Hidup Tangguhan dan diamortisasi setiap tahunnya.

Sedangkan taksiran biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup yang timbul karena akibat dari

kegiatan produksi tambang diakui sebagai Beban Produksi dan merupakan salah satu

komponen dari Beban Pokok Penjualan. Lebih lanjut, Penyisihan untuk Reklamasi

Lingkungan dan Penutupan Tambang akan dikurangi dengan jumlah pengeluaran yang

sebenarnya terjadi. Pengeluaran ini akan mengurangi besarnya akun penyisihan reklamasi

lingkungan dan penutupan tambang. Pencatatan pengeluaran ini tidak akan menambah beban

pada periode dimana pengeluaran ini terjadi dikarenakan hakikatnya pengeluaran ini adalah

menyelesaikan liabilitas yang telah diakui

Penyisihan (Provisi) Reklamasi Lingkungan dan Penutupan Tambang disajikan

sebagai liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang dalam laporan posisi keuangan

konsolidasi. PTBA menyajikannya dalam dua liabilitas karena menyesuaikan dengan rencana

reklamasi lingkungan dan rencana penutupan tambang. Dalam rencana tersebut, PTBA

membedakan liabilitas yang diselesaikan tidak lebih dari 12 bulan dan diselesaikan lebih dari

12 bulan. Untuk yang tidak lebih 12 bulan, provisi reklamasi lingkungan dan penutupan

tambang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek. Sedangkan yang lebih dari 12 bulan

sebagai liabilitas jangka panjang. Kemudian untuk Beban Produksi disajikan pada laporan

pendapatan komprehensif konsolidasi sebagai Beban Pokok Penjualan dan dirincikan lebih

lengkap lagi pada catatan atas laporan keuangan konsolidasi.

Terkait dengan liabilitas atas reklamasi lingkungan dan penutupan tambang, PTBA

telah mengungkapkan kebijakan akuntansi sehubungan dengan perlakuan akuntansi dan

metode amortisasi atas biaya pengelolaan lingkungan hidup. PTBA menjelaskan bahwa

perusahaan berkewajiban untuk melakukan rehabilitasi tambang setelah produksi selesai.

Pengungkapan lain yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup ini adalah mutasi

taksiran provisi pengelolaan lingkungan hidup selama tahun berjalan. PTBA menjelaskan

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 17: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

17

UNIVERSITAS INDONESIA

bahwa penyisihan reklamasi lingkungan dan penutupan tambang akan dilakukan selama masa

umur tambang. Mutasi taksiran ini menunjukkan saldo awal, penyisihan yang dibentuk,

pengeluaran yang terjadi, dan saldo akhir. Selanjutnya PTBA mengungkapkan kegiatan

pengelolaan lingkungan hidup yang telah dan sedang dilaksanakan pada laporan tahunan

perusahaan. Kegiatan ini dijelaskan secara terperinci pada Laporan Pengelolaan Operasional.

Salah satu kegiatan yang telah dilaksanakan PTBA pada tahun 2011 adalah pembuatan

laboratorium kultur jaringan untuk mengembangkan jenis – jenis bibit unggul yang nantinya

akan ditanam di areal bekas tambang setelah dilakukanya rehabilitasi lahan.

Berdasarkan penjelasan diatas, kebijakan akuntansi PTBA telah sesuai dengan PSAK

No. 33 (Revisi 2011). Hal ini menunjukkan bahwa PTBA telah menerapkan PSAK No. 33

Sebagai dasar kebijakan akuntansi yang dimilikinya. Untuk lebih jelasnya penyajian dan

pengungkapan yang dilakukan PTBA dalam laporan keuangannya dapat dilihat pada

Lampiran No. 2. Penulis juga menyajikan hardcopy kebijakan akuntansi PTBA atas aktivitas

pengelolaan lingkungan hidup pada Lampiran No. 5.

Selanjutnya penulis akan menjelaskan pengukuran atas aktivitas pengelolaan

lingkungan hidup. Perbandingan antara kebijakan akuntansi PTBA dengan Peraturan Menteri

ESDM No. 18 akan dijelaskan melalui tabel berikut ini :

Kebijakan Akuntansi PTBA Peraturan Menteri ESDM No. 18

Tahun 2008

Provisi pengelolaan lingkungan

hidup PTBA mencakup jaminan

reklamasi dan jaminan penutupan

tambang. Masing – masing jaminan

ini diukur berdasarkan :

1) Jaminan Reklamasi :

Biaya Langsung, antara lain terdiri

dari biaya penatagunaan lahan,

revegetasi, pekerjaan sipil, dan

pencegahan serta penanggulangan air

asam tambang.

Biaya Tidak Langsung, antara lain

terdiri dari biaya mobilisasi dan

Terdapat dua biaya yang harus

dikeluarkan untuk kegiatan raklamasi

dan penutupan tambang dan

digunakan sebagai dasar perhitungan

provisi lingkungan. Kedua biaya itu

adalah :

1) Biaya reklamasi tambang antara lain

terdiri dari biaya penatagunaan

lahan,biaya revegetasi, biaya

pencegahan dan penanggulangan air

asam tambang,dan lain – lain.

2) Biaya penutupan tambang antara lain

terdiri dari biaya tapak bekas

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 18: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

18

UNIVERSITAS INDONESIA

Kebijakan Akuntansi PTBA Peraturan Menteri ESDM No. 18

Tahun 2008

demobilisasi, biaya perencanaan

kegiatan reklamasi, biaya

administrasi, dan biaya supervisi.

2) Jaminan Penutupan Tambang :

Biaya Langsung, antara lain terdiri

dari biaya pembongkaran bangunan

dan sarana penunjang yang sudah

tidak digunakan, biaya penanganan

bahan berbahaya dan beracun, dan

biaya aspek sosial, budaya, dan

ekonomi.

Biaya Tidak Langsung, antara lain

terdiri dari biaya mobilisasi dan

demobilisasi, biaya perencanaan

kegiatan reklamasi, biaya

administrasi, dan biaya supervisi.

tambang, biaya fasilitas pengolahan

dan pemurnian bahan berbahaya

tambang (limbah), dan lain-lain.

Perhitungan penyisihan (provisi) pengelolaan lingkungan hidup mengacu pada

Peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang.

Dalam kebijakan akuntansinya, penyisihan (provisi) pengelolaan lingkungan hidup mencakup

jaminan reklamasi dan jaminan penutupan tambang. Biaya – biaya yang dikeluarkan atas

kegiatan reklamasi dan penutupan tambang ini yang menjadi dasar perhitungan provisi

lingkungan. Rincian biaya dalam rangka kegiatan reklamasi dan penutupan tambang dapat

dilihat pada Lampiran No. 3. Dilihat dari penjelasan tabel diatas, komponen biaya yang

menjadi dasar pengukuran penyisihan (provisi) reklamasi lingkungan dan penutupan tambang

sama seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri ESDM No. 18. Hal ini menunjukkan

bahwa kebijakan akuntansi PTBA atas pengukuran aktivitas pengelolaan lingkungan hidup

telah diterapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 19: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

19

UNIVERSITAS INDONESIA

V. KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa PT Bukit Asam

(Persero) Tbk memiliki kebijakan akuntansi atas aktivitas pengupasan tanah yang mencakup

pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Pengakuan dan pengukuran atas

aktivitas pengupasan tanah PTBA telah sesuai dengan PSAK No. 33 (revisi 2011) tentang

Akuntansi Pertambangan Umum. Untuk penyajian atas aktivitas pengupasan tanah PTBA

mengacu pada PSAK No. 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan. Sedangkan

pengungkapan atas aktivitas pengupasan tanah yang dilakukan PTBA hanya berupa informasi

tentang perubahan saldo dari beban pengembangan yang ditangguhkan. Serta PT Bukit Asam

(Persero) Tbk memiliki kebijakan akuntansi atas aktivitas pengelolaan lingkungan hidup yang

mencakup pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Pengakuan, penyajian, dan

pengungkapan atas aktivitas pengelolaan lingkungan hidup PTBA telah sesuai dengan PSAK

No. 33 (revisi 2011) tentang Akuntansi Pertambangan Umum. Sedangkan untuk pengukuran

atas aktivitas pengelolaan lingkungan hidup PTBA juga telah sesuai dengan Peraturan Menteri

ESDM No. 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang.

VI. SARAN

Secara umum, penulis memberikan saran kepada PT Bukit Asam (Pesero) Tbk untuk

mengungkapkan semua informasi tentang aktivitas pengupasan tanah sesuai dengan kebijakan

akuntansi yang telah dibuat oleh PTBA. Karena informasi yang diungkapkan menunjukkan

kondisi perusahaan yang sebenarnya agar pengambilan keputusan dilakukan dengan tepat.

Penulis juga memberikan saran kepada Dewan Standar Akuntansi Keuangan agar dalam

PSAK No. 33 (Revisi 2011) dijelaskan secara detil penyajian dan pengungkapan atas aktivitas

pengupasan tanah serta pengukuran atas aktivitas pengelolaan lingkungan hidup agar

perusahaan yang menerapkan standar ini tidak mengalami kesulitan dalam menentukan

perlakuan akuntansi atas kedua aktivitas tersebut. Apabila perlakuan akuntansi atas kedua

aktivitas tersebut telah diatur oleh standar akuntansi lain, DSAK dapat menjelaskannya dalam

PSAK No. 33 (Revisi 2011).

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 20: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

20

UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR REFERENSI

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. (2011). Pedoman Penyajian dan

Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik-Industri

Pertambangan Umum. Jakarta: BAPEPAM-LK.

Diklat PT Bukit Asam (Persero) Tbk

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomo3 33

(Revisi 2011). Jakarta: IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 (Revisi

2009). Jakarta: IAI.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2008). Peraturan Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan

Tambang. Jakarta: Kementerian ESDM.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Jakarta: Kementerian ESDM.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta:

Kementerian ESDM.

PT Bukit Asam (Persero) Tbk. (2012). Laporan Keuangan Interim Konsolidasi PT Bukit

Asam (Persero) Tbk 30 September 2012. Tanjung Enim: PT Bukit Asam (Persero)

Tbk.

PT Bukit Asam (Persero) Tbk. (2010). Laporan Tahunan PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tahun

2010. Tanjung Enim: PT Bukit Asam (Persero) Tbk.

PT Bukit Asam (Persero) Tbk. (2011). Laporan Tahunan PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tahun

2011. Tanjung Enim: PT Bukit Asam (Persero) Tbk.

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Sriwijaya. (2011). Pedoman Perhitungan

Tarif Provisi Lingkungan Tahun 2011 PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Palembang:

PPLH Universitas Sriwijaya.

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 21: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

21

UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penyajian dan Pengungkapan Akuntansi Terkait dengan Aktivitas Pengupasan

Tanah PTBA

1) Penyajian Beban Pengembangan yang Ditangguhkan dalam Laporan Posisi Keuangan

Interim Konsolidasi Per 30 September 2012 PT Bukit Asam (Pesero) Tbk

2) Penyajian Beban Produksi atas Pengupasan Tanah Awal sebagai komponen dari Beban

Pokok Penjualan dalam Laporan Pendapatan Komprehensif Interim Konsolidasi Per 30

September 2012 PT Bukit Asam (Pesero) Tbk

Lampiran 1 (lanjutan)

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 22: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

22

UNIVERSITAS INDONESIA

3) Penyajian Beban Jasa Pihak Ketiga sebagai Kontraktor dalam Aktivitas Pengupasan

Tanah Lanjutan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Interim Konsolidasi Per 30

September 2012 PT Bukit Asam (Pesero) Tbk

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 23: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

23

UNIVERSITAS INDONESIA

Lampiran 1 (lanjutan)

4) Pengungkapan Informasi Terkait dengan Aktivitas Pengupasan Tanah dalam Catatan atas

Laporan Keuangan Interim Konsolidasi Per 30 September 2012 PT Bukit Asam (Pesero)

Tbk

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 24: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

24

UNIVERSITAS INDONESIA

Lampiran 2 : Penyajian dan Pengungkapan Akuntansi Terkait dengan Aktivitas Pengelolaan

Lingkungan Hidup PTBA

1) Penyajian Penyisihan (Provisi) Reklamasi Lingkungan dan Penutupan Tambang pada

Liabilitas Jangka Pendek pada Laporan Posisi Keuangan Interim Konsolidasi Per 30

September 2012 PT Bukit Asam (Pesero) Tbk

2) Penyajian Penyisihan (Provisi) Reklamasi Lingkungan dan Penutupan Tambang pada

Liabilitas Jangka Panjang pada Laporan Posisi Keuangan Interim Konsolidasi Per 30

September 2012 PT Bukit Asam (Pesero) Tbk

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 25: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

25

UNIVERSITAS INDONESIA

3) Penyajian Pembebanan Reklamasi Lingkungan dan Penutupan Tambang sebagai bagian

dari Beban Pokok Penjualan pada Laporan Pendapatan Komprehensif Interim Konsolidasi

Per 30 September 2012 PT Bukit Asam (Pesero) Tbk

4) Penyajian Beban Reklamasi Lingkungan dan Penutupan Tambang dalam Beban Pokok

Penjualan Catatan atas Laporan Keuangan Interim Konsolidasi Per 30 September 2012 PT

Bukit Asam (Pesero) Tbk

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 26: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

26

UNIVERSITAS INDONESIA

5) Pengungkapan Kebijakan Akuntansi sehubungan dengan Biaya Pengelolaan Lingkungan

Hidup pada Catatan atas Laporan Keuangan Interim Konsolidasi Per 30 September 2012

PT Bukit Asam (Pesero) Tbk

6) Pengungkapan Mutasi Penyisihan Reklamasi Lingkungan dan Penutupan Tambang pada

Tahun Berjalan pada Catatan atas Laporan Keuangan Interim Konsolidasi Per 30

September 2012 PT Bukit Asam (Pesero) Tbk

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 27: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

27

UNIVERSITAS INDONESIA

7) Pengungkapan Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Telah dan Sudah

Dilaksanakan pada Laporan Tahunan 2011 PT Bukit Asam (Persero) Tbk

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 28: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

28

UNIVERSITAS INDONESIA

8) Penjelasan atas Diterapkannya PSAK No. 33 (Revisi 2011) dalam Kebijakan Akuntansi

Perusahaan pada Catatan atas Laporan Keuangan Interim Konsolidasi Per 30 September

2012 PT Bukit Asam (Pesero) Tbk

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 29: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

29

UNIVERSITAS INDONESIA

Lampiran 3 : Rincian Biaya Reklamasi dan Penutupan Tambang PTBA sesuai dengan

Panduan Perhitungan Tarif Provisi Lingkungan PT Bukit Asam (Persero) Tbk

Unit Pertambangan Tanjung Enim Tahun 2011

1) Estimasi Biaya Reklamasi Tambang Lokasi Air Laya Tahun 2012

Biaya Reklamasi Tambang Air Laya Tahun 2012

Uraian Kegiatan Unit Biaya/Unit(Rp) Tahun 2012

Volume Biaya (Rp)

1. Biaya Langsung

a. Penataan Lahan

1) Biaya pengaturan permukaan lahan

2) Biaya penebaran tanah pucuk

3) Biaya pengendalian erosi dan

pengelolaan air

Pembuatan Saluran

Pemasangan Batu

Perawatan Saluran

Pembuatan Kolam Pengendap

Lumpur

Pengurasan Lumpur

Ha

Bcm

M1

M3

M1

Unit

Bcm

3.514.500

19436

15.469

77.000

1.968

734.385.966

23.323

42

250.000

600

1.062

600

0

148.000

156.456.540

5.150.540.000

9.838.125

86.680.440

1.251.628

0

3.658.943.616

b. Revegetasi

1) Analisa kualitas tanah

2) Pemupukan

3) Pengadaan bibit

4) Penanaman

5) Pemeliharaan tanaman

Ha

Ha

Ha

Ha

Ha

420.000

5.155.000

4.000.000

11.822.600

2.101.000

42

42

42

42

42

18.698.400

229.500.600

178.080.000

526.342.152

93.536.520

c. Pencegahan dan penanggulangan air

asam tambang Ton 935.000 470 465.817.000

d. Pengelolaan limbah bahan berbahaya

dan beracun Kg 12.000 3.600 45.792.000

e. Hydroseeding Ha 52.500.000 13 701.190.000

f. Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai

peruntukan lahan pasca tambang

1) Zona Penerima/Rekreasi

2) Zona Hutan Tanaman

3) Zona Kebun Seleksi

4) Zona Penelitian Produktif

5) Zona Kebun Buah

Ls

Ls

Ls

Ls

Ls

9.099.500.000

320.000.000

229.000.000

1.700.000.000

3.056.550.000

1

339.200.000

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 30: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

30

UNIVERSITAS INDONESIA

Biaya Reklamasi Tambang Air Laya Tahun 2012

Uraian Kegiatan Unit Biaya/Unit(Rp) Tahun 2012

Volume Biaya (Rp)

6) Zona Wisata Air

7) Zona Peternakan

8) Zona Sarana dan Prasarana Pendukung

Ls

Ls

Ls

17.543.500.000

2.373.300.000

5.000.000.000

g. Pemindahan pemukiman atas dapur Ls 50.000.000.000 1 50.000.000.000

h. Biaya PNBP Kawasan Hutan Ls 7.500.000.000 0 0

i. Pemanfaatan lahan untuk ketahanan

pangan

Ha 27.425.000 150 4.360.575.000

j. Pembuatan master plan hutan kota Ls 705.000.000 1 705.000.000

k. Pembuatan AMDAL Terpadu Unit

Pertambangan Tanjung Enim X 1.900.000.000 1 1.900.000.000

l. Biaya perizinan Paket 100.000.000 1 106.000.000

Sub Total 1 68.733.451.021

2. Biaya Tidak Langsung

a. Pembebasan tanah Ha 60.000.000 2 127.200.000

b. Penelitian dan pengembangan

lingkungan

Paket 300.000.000 1 318.000.000

c. Pemantauan Lingkungan

Kualitas Air

Kualitas Udara

Kualitas Tanah

Revegetasi

Top Soil / Tanah Pucuk

Erosi

Self Conbustion

Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Limbah bahan berbahaya dan beracun

Biota air

Fauna

Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Titik

Titik

Titik

Titik

Titik

Titik

Titik

Titik

Titik

Titik

Titik

Titik

183.333

600.000

450.000

75.000

75.000

75.000

75.000

100.000

75.000

302.214

100.000

75.000.000

17

5

3

4

1

3

2

2

4

2

3

1

3.303.661

3.180.000

1.431.000

318.000

79.500

238.500

159.000

212.000

318.000

640.694

318.000

79.500.000

Sub Total 2 534.898.354

TOTAL (1+2) 69.268.349.375

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 31: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

31

UNIVERSITAS INDONESIA

2) Rencana Biaya Penutupan Tambang Lokasi Air Laya Tahun 2030

Uraian Kegiatan Unit Biaya/Unit (Rp) Lokasi Air Laya

Volume Biaya (Rp)

1. Biaya Langsung

A. Tapak Bekas Tambang

1) Pembongkaran fasilitas tambang

2) Reklamasi lahan bekas fasilitas tambang

3) Pembongkaran dan reklamasi jalan

tambang

4) Reklamasi tambang permukaan

5) Reklamasi lahan bekas kolam pengendap

6) Reklamasi peruntukan lahan

a. Zona Penerima

b. Zona Wisata Air

c. Zona Kebun Buah

d. Zona Penelitian Produktif

Pembangunan zona penelitian

konservasi

Pembangunan zona kebun uji

Pembangunan zona penelitian lahan

bekas tambang

e. Zona Peternakan

Penataan dan pembangunan lokasi

Pembangunan sarana penunjang

Pengembangan usaha ternak

f. Zona Hutan Tanaman

M2

Ha

Ha

Ha

Ls

Ls

Ls

Ls

Ls

Ls

Ha

Ls

Ls

Ls

46.700

13.174.500

13.174.500

13.174.500

0

4.260.000.000

818.032.719

1.365.000.000

1.822.500.000

890.000.000

2.089.286

0

700.000.000

1.000.000.000

42.500

3,5

8

52

0

1

1

1

1

1

560

0

1

1

1.986.880.984

176.131.522

402.586.335

402.586.335

2.616.811.180

0

16.272.133.558

3.124.680.202

5.213.958.288

6.961.493.758

3.399.577.199

4.469.107.104

0

2.673.824.763

3.819.749.662

B. Fasilitas Penunjang

1) Reklamasi lahan bekas tambang

2) Pembongkaran sisa bangunan, transmisi

listrik, pipa, pelabuhan, dan lainnya

3) Reklamasi lahan bekas bangunan,

transmisi listrik, pipa, pelabuhan, dan

lainnya

4) Pembongkaran peralatan, mesin, tangki

BBM, dan pelumas

5) Penanganan sisa BBM, pelumas, dan

bahan kimia

6) Reklamasi lahan bekas sarana

-

M2

Ha

Cu,m

Ha

-

10.000

13.174.500

8.000

-

15.000

3

20.000

-

572.962.449

150.969.876

611.159.946

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 32: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

32

UNIVERSITAS INDONESIA

Uraian Kegiatan Unit Biaya/Unit (Rp) Lokasi Air Laya

Volume Biaya (Rp)

transportasi

7) Reklamasi lahan bekas bangunan dan

pondasi beton

8) Pemulihan tanah yang terkontaminasi

bahan kimia,berbahaya, dan beracun

Ha

Ha

Ha

13.174.500

13.174.500

13.174.500

1,5

4

8

75.484.938

201.293.168

402.586.335

C. Sosial dan ekonomi Ls 5.000.000.000 1 19.098.748.308

D. Pemeliharaan dan perawatan Ha 695.000 126 334.495.478

E. Pemantauan Ls 0 1 0

F. Penanganan air asam tambang Ton 935.000 400 1.428.586.373

G. Pengendalian erosi M3 95.576 1.342 128.122.043

H. Pengamanan semua bukaan tambang yang

berpotensi bahaya terhadap manusia

Ls

100.000.000

1

381.974.966

Sub Total 1 74.503.318.434

2. Biaya Tidak Langsung

a. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat

b. Biaya perencanaan penutupan tambang

c. Biaya administrasi

d. Biaya Supervisi

%

%

%

%

2,5

2

3

2

1.862.582.961

1.490.066.369

2.235.099.553

1.490.066.369

Sub Total 2 7.077.815.251

TOTAL ( 1 + 2 ) 81.581.133.686

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 33: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

33

UNIVERSITAS INDONESIA

Lampiran 4 : Kebijakan Akuntasi Biaya Pengupasan Tanah PT Bukit Asam (Persero) Tbk

A. GAMBARAN UMUM

1. REFERENSI

Kebijakan ini mengacu pada :

a. PSAK No. 33 (Revisi 2011) “Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup pada Pertambangan Umum”.

b. PSAK No. 1 (Revisi 2009) “Penyajian Laporan Keuangan”

c. Lampiran Surat Edaran Ketua BAPEPAM-LK No. SE-02/BL/2008, tentang “Pedoman

Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik

Industri Pertambangan Umum, Minyak dan Gas Bumi, dan Perbankan (P3LKEPP)”.

d. Surat Edaran Ketua BAPEPAM-LK No. SE-03/BL/2011 tentang “Pedoman Penyajian

dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik”.

2. DEFINISI

a. Biaya pengupasan tanah penutup dibedakan antara pengupasan tanah awal untuk

membuka tambang, yaitu pengupasan tanah yang dilakukan sebelum produksi dimulai

dan pengupasan tanah lanjutan yang dilakukan selama masa produksi.

b. Pengupasan lapisan tanah selama masa produksi meliputi kegiatan

penggarukan/dorong, gali/muat, dan pengangkutan tanah dari lokasi penggalian ke

lokasi penimbunan atau lokasi lainnya.

B. KEBIJAKAN

1. PENGAKUAN dan PENGUKURAN

Biaya pengupasan tanah awal merupakan bagian dari Biaya Pengembangan yang

Ditangguhkan (Aset), sedangkan biaya pengupasan tanah lanjutan dibebankan sebagai biaya

produksi

Sebelum produksi dilaksanakan, dihitung terlebih dahulu Rasio Rata-Rata Tanah

Penutup (Average Stripping Ratio), yaitu perbandingan antara estimasi kuantitas lapisan

batuan/tanah penutup terhadap estimasi ketebalan bahan galian (seperti batubara) yang juga

dinyatakan dalam satuan unit kuantitas.

Bila rasio aktual lebih besar dari rasio rata – ratanya, kelebihan biaya pengupasan

ditangguhkan pembebanannya dan dibukukan sebagai Biaya Pengupasan Tanah yang

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 34: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

34

UNIVERSITAS INDONESIA

Ditangguhkan (Aset). Selanjutnya, biaya yang ditangguhkan ini dibebankan sebagai biaya

produksi pada periode dimana rasio aktualnya jauh lebih kecil dari rasio rata – ratanya.

Manajemen menetapkan bahwa perbedaan jauh yang dimaksud adalah apabila nilai

dari perbedaan tersebut melebihi 50% terhadap rasio rata – rata. Jika batas perbedaan tersebut

terjadi, maka nilai tersebut akan ditangguhkan, yang kemudian akan diamortisasi di periode

mendatang sepanjang umur tambang, sesuai dengan kegiatan produksi yang dihasilkan di

periode mendatang tersebut.

Ketebalan bahan galian mengacu pada perhitungan recoverable reserve yang

dilakukan oleh IMC Group Consulting Ltd pada bulan Maret 2009, kecuali terdapat data yang

lebih andal dan mutakhir.

2. PENYAJIAN

Biaya pengupasan tanah lanjutan yang dibebankan ditahun berjalan, diklasifikasikan

sebagai komponen dalam biaya produksi. Sedangkan biaya pengupasan tanah yang dapat

ditangguhkan, diklasifikasikan dalam laporan posisi keuangan sebagai aset tidak lancar.

3. PENGUNGKAPAN

Laporan keuangan perlu mengungkapkan :

a. Metode pembebanan biaya pengupasan tanah.

b. Metode perhitungan rasio rata-rata tanah penutup.

c. Jumlah biaya pengupasan tanah yang ditangguhkan dengan penjelasan mengenai

perbedaan antara rasio aktual tanah penutup terhadap rasio rata-ratanya.

d. Perubahan atas rasio rata-rata tanah penutup (bila ada).

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 35: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

35

UNIVERSITAS INDONESIA

Lampiran 5 : Kebijakan Akuntansi Penyisihan Reklamasi Lingkungan dan Penutupan

Tambang PT Bukit Asam (Persero) Tbk

A. GAMBARAN UMUM

1. REFERENSI

Kebijakan ini mengacu pada:

a. PSAK No.33 (revisi 2011) “Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup pada Pertambangan Umum”. Kebijakan ini berlaku untuk tahun

buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012.

b. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.18 tahun 2008 tentang

“Reklamasi dan Penutupan Tambang” (Permen No.18 tahun 2008)

2. DEFINISI

a. Biaya pengelolaan lingkungan hidup adalah biaya yang timbul atas usaha

mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan pertambangan.

b. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan

lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat

berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.

c. Penutupan Tambang adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata

kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan

penambangan dan/atau pengolahan dan pemurnian untuk memenuhi kriteria sesuai

dengan dokumen Rencana Penutupan Tambang.

d. Jaminan Reklamasi adalah dana yang disediakan oleh Perseroan sebagai jaminan

untuk melakukan reklamasi.

e. Jaminan Penutupan Tambang adalah dana yang disediakan oleh Perseroan untuk

melaksanakan Penutupan Tambang.

B. KEBIJAKAN

1. PENGAKUAN dan PENGUKURAN

a. Provisi pengelolaan lingkungan hidup diakui jika:

1) Terdapat petunjuk yang kuat bahwa telah timbul kewajiban pada tanggal

pelaporan keuangan akibat kegiatan yang telah dilakukan;

2) Terdapat dasar yang wajar untuk menghitung jumlah kewajiban yang timbul.

b. Provisi lingkungan hidup mencakup:

1) Jaminan Reklamasi, yang dihitung berdasarkan biaya:

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 36: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

36

UNIVERSITAS INDONESIA

a) Biaya langsung, antara lain: penatagunaan lahan, revegetasi, pekerjaan

sipil dan pencegahan & penanggulangan air asam tambang.

b) Biaya tidak langsung, antara lain: mobilisasi dan demobilisasi;

perencanaan kegiatan reklamasi; administrasi dan keuntungan pihak

ketiga sebagai kontraktor pelaksana reklamasi; dan supervisi.

2) Jaminan penutupan tambang, yang dihitung berdasarkan biaya:

a) Biaya langsung, antara lain:

1. Pembongkaran bangunan dan sarana penunjang yang sudah tidak

digunakan, kecuali ditentukan lain;

2. Reklamasi tapak bekas tambang, fasilitas pengolahan dan pemurnian,

serta fasilitas penunjang;

3. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah B3;

4. Pemeliharaan dan perawatan;

5. Pemantauan; dan

6. Aspek sosial, budaya, dan ekonomi.

b) Biaya tidak langsung, antara lain:

1. Mobilisasi dan demobilisasi;

2. Perencanaan kegiatan;

3. Administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai kontraktor

pelaksana penutupan tambang; dan

4. Supervisi

c. Taksiran biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup yang timbul sebagai akibat

kegiatan eksplorasi dan pengembangan diakui sebagai aset.

d. Taksiran biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup yang timbul sebagai akibat

kegiatan produksi tambang diakui sebagai beban.

e. Pada tanggal pelaporan, jumlah provisi pengelolaan lingkungan hidup dievaluasi

kembali untuk menentukan apakah jumlahnya telah memadai,

f. Jika jumlah pengeluaran pengelolaan lingkungan hidup yang terjadi pada tahun

berjalan sehubungan dengan kegiatan periode lalu lebih besar daripada jumlah yang

telah dibentuk, maka selisihnya dibebankan di periode kelebihan tersebut timbul.

g. Bentuk jaminan reklamasi yang ada di Perseroan adalah dalam bentuk cadangan

akuntansi (accounting reserve).

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 37: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

37

UNIVERSITAS INDONESIA

2. PENYAJIAN

Disajikan di laporan posisi keuangan sebesar jumlah kewajiban, setelah dikurangi dengan

jumlah pengeluaran yang terjadi.

3. PENGUNGKAPAN

Perseroan mengungkapkan, tetapi tidak terbatas pada:

a. Kebijakan akuntansi sehubungan dengan perlakuan dan metode amortisasi atas biaya

pengelolaan lingkungan hidup

b. Mutasi taksiran provisi pengelolaan lingkungan hidup selama tahun berjalan dengan

menunjukkan saldo awal, penyisihan yang dibentuk, pengeluaran yang terjadi, dan

saldo akhir

c. Kegiatan pengelolaan lingkungan yang telah dan sedang dilaksanakan

d. Kewajiban bersyarat sehubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013

Page 38: ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG

Analisis penerapan..., Evi Dwipuspasari, FE UI, 2013