Upload
hoangmien
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS PENGARUH EARNING MANAGEMENT, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2008 - 2011
Diajukan kepada jurusan Akuntansi sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
SKRIPSI
Jhoni Suhani NIM : 107082003580
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013M/1434H
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Jhoni Suhani
Tempat, Tanggal Lahir : Banu ayu, 11 Juni 1989
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat Tinggal : Jl. Semanggi 2 No. 9C Ciputat, Tangerang 15412
Alamat Rumah : Jl. Lintas Sumatera Desa. Banuayu, Kec. Kikim
Kab. Lahat, Sumatra Selatan.
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Orang Tua : Ayah : Sulahiri
Ibu : Nur aini
Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN
1. SD N 30 Banu ayu (1995-2001)
2. MTs 2 PKP AL-Hidayah Jambi (2001-2004)
3. MA AL- Hamidiyah depok (2004-2007)
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Wakil ketua humas MTs PKP AL-Hidayah
2. Ketua divisi humas santri MA AL- Hamidiyah depok
vi
THE INFLUENCE ANALYSIS OF EARNING MANAGEMENT, CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, AND COMPANY
SIZE TO COMPANY VALUE IN MANUFACTURE COMPANIES AT INDONESIA STOCK EXCHANGE 2008-2011 PERIOD
By:
Jhoni Suhani
Abstract
The objective of this research is to analyze the influence of earning management, corporate governance mechanism and company size to company value. In this research, earning management was conducted by discretionary accrual proxy. Then, corporate governance mechanism was done by four proxies: the total of commissioner board, institutional ownership, managerial ownership and classification of public accountant. Besides, company size was applied by the total of company assets, whereas company value was conducted by closing stock price. In analyzing the data, the research used multiple regressions.The technique of collecting sample in this research used purposive sampling.The number of sample was 84 companies during 2008-2011 years. The result of this research showed empirical evidence that earning management, institutional ownership, and company size had significant influence to company value. However, the total of commissioner board, managerial ownership and auditor quality had no influence significantly toward company value. It is considered simultaneously that based on the result of F independent variable examination which is consists of earning management, total of commissioner board, institutional ownership, managerial ownership, classification of public accountant, and company size influenced to company value.
Keywords: Earning Management, Corporate Governance Mechanism, Company Size, and Company Value.
vii
ANALISIS PENGARUH EARNING MANAGEMENT, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2008 - 2011
Oleh:
Jhoni Suhani
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh earning management, mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Earning management dalam penelitian ini di proksikan dengan discretionary accrual. Mekanisme corporate governance di proksikan dengan jumlah dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan klasifikasi akuntan publik. Ukuran perusahaan yang di proksikan dengan total aset perusahaan, sedangkan untuk variabel nilai perusahaan di proksikan dengan harga saham penutupan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dengan jumlah sample sebanyak 84 perusahaan selama kurun waktu 2008-2011. Hasil penelitian memberikan bukti empiris bahwa earning management, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan memeliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun jumlah dewan komisaris, kepemilikan manajerial, kualitas auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun dapat disimpulkan bahwa secara simultan (bersama-sama) berdasarkan hasil uji F variabel independen yang terdiri dari earning management, jumlah dewan komisaris, kepemillikan institusional, kepemilikan manajerial, klasifikasi akuntan publik dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci: earning management, mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan nilai perusahaan
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamien, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan
semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Tuhan Penguasa
segala ilmu, Sang Maha Benar atas segala ilmu. Shalawat beserta salam semoga
terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat,
serta pengikut-pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan ajaran-
ajarannya.
Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini.
Disamping itu, penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih
sangat jauh dari nilai sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi
kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Inilah hasil kerja
maksimal yang dapat penulis berikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih
sayang, perhatian, dan do’a yang tak pernah putus-putusnya untuk Ananda
serta telah sangat sabar menunggu dan memperhatikan salah satu perjalanan
panjang dalam pendidikan anaknya.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Yahya Hamza., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu
pengatahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya
skripsi ini bisa terselesaikan.
4. Ibu fitri damayanti, SE,.M.Si., selaku Dosen Pembimbing II dan dosen PA.
Terima kasih untuk semuanya, ibu sosok yang tidak mungkin saya lupakan.
5. Dr. Rini, M. Si. Ak selaku Kepala Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, figur yang
paling saya kagumi.
ix
6. bapak hepi prayudiawan SE,.MM,.Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta sekaligus dosen favorit dalam urusan mengulang mata kuliah.
7. Special thank for my best friend ahmad zulfikar putra ke-2 dari bapak ahmad
nugraha. Terima kasih banyak sudah memberikan semangat, arahan dan
nasehat-nasehat bijak. Moga tuhan membalas semua kebaikanmu dan semoga
suatu saat saya bisa membalas kebaikanmu. Susah menemukan teman yang
sepertimu, moga persahabatan kita sepanjang umur kita, amin.
8. Special thank for my beloved girl (nerfi istianti putri pertama dari bapak
ripin), terima kasih atas semuanya dek, moga tuhan meridhoi hubungan
kita,amin.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
10. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
Sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini,
penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini
dengan sebaik-baiknya. Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi penyempurnaan hasil penelitian ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak, bagi pengembangan diri penulis khususnya dan pembaca budiman
pada umumnya. Akhirnya, segala urusan hanya dapat penulis pasrahkan kepada
Dzat yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan berkah dan rahmatNya kepada kita semua. Amien.
Jakarta, September 2013
Jhoni Suhani
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .....................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...........................................................................v
ABSTRACT ........................................................................................................vi
ABSTRAK ........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................x
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian.......................................................1
B. Perumusan Masalah ................................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................6
1. Tujuan Penelitian ................................................................6
2. Manfaat Penelitian ..............................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................9
A. Teori agensi ...........................................................................9
B. Earning Management .............................................................14
C. Corporate Governance ...........................................................19
D. ukuran perusahaan..................................................................30
E. nilai perusahaan ......................................................................31
F. keterkaitan antar variabel ........................................................33
1. Earning ma nagement dan nilai perusahaan .........................33
2. Mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan ......35
3. Ukuran perusahaan dan nilai perusahaan ............................39
G. penelitian terdahulu ................................................................41
xi
H. Kerangka berfikir ...................................................................45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................46
A. Ruang Lingkup penelitian ......................................................46
B. Metode Penentuan Sampel .....................................................46
C.. Jenis Dan Sumber Data..........................................................47
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................47
E. Metode Analisis Data .............................................................48
1. Statistik Deskriptif ..............................................................49
2. Uji Asumsi Klasik...............................................................49
3. Uji Regresi Berganda ..........................................................53
4. Koefisien Determinasi ........................................................55
5.. Uji Hipotesis ......................................................................55
F. Variabel penelitian dan defenisi operasional ...........................57
1. Variabel Independen ...........................................................58
a. Earning Management......................................................58
b. Mekanisme Corporate Governance ................................61
c. Ukuran Perusahaan .........................................................63
2. Variabel Dependen .............................................................64
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................66
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................66
B. Hasil analisis dan pembahasan ...............................................68
1. Uji ststistik deskriptif variabel penelitian .........................68
2. Uji asumsi klasik .............................................................75
3. Koefesien Determinasi .....................................................81
4. Uji hipotesis .....................................................................82
BAB V PENUTUP .................................................................................93
A. Kesimpulan ............................................................................93
B. Implikasi ................................................................................94
C. Saran ......................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................97
LAMPIRAN ................................................................................................... 103
xii
DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 41 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian 67 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif earning management 69 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif jumlah dewan komisaris 70 4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif kepemilikan institusional 71 4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif kepemilikan manajerial 72 4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif KAP 73 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ukuran perusahaan 74 4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif nilai perusahaan 75 4.9 Hasil Uji Multikolonieritas 77 4.10 Hasil Uji Autokorelasi 79 4.11 Hasil Uji Koefisien Diterminasi 81 4.12 Hasil Uji Statistik t 82 4.13 Hasil Uji Statistik F 91
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 44
4.1 Grafik P-Plot 75
4.2 Grafik Scatterplot 79
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Halaman
1 Sampel Perusahaan Manufaktur 99
2 Hasil Perhitungan Variabel Earning Management 102
3 Hasil Perhitungan Variabel corporate governance 105
4 Hasil Perhitungan Variabel ukuran perusahaan 111
5 Hasil Perhitungan Variabel nilai perusahaan 112
6 Hasil Uji Statistik Deskriptif 117
7 Hasil Uji Normalitas 119
8 Hasil Uji Multikolonieritas 120
9 Hasil Uji Autokorelasi 120
10 Hasil Uji Heterokedastisitas 121
11 Hasil Uji Koefisien Diterminasi 122
12 Hasil Uji Statistik t 122
13 Hasil Uji Statistik F 122
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai
perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para
pemegang saham (Brigham, 1996 dalam Wahidahwati, 2002:1). Nilai
perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan
dari ekuitasnya. Nilai buku merupakan nilai dari kekayaan, hutang,
dan ekuitas perusahaan berdasarkan pencatatan historis. Sedangkan
nilai pasar merupakan presepsi pasar yang berasal dari investor,
kreditur, dan stakeholder lain terhadap kondisi perusahaan dan
biasanya tercermin pada nilai pasar saham perusahaan. Selain itu, nilai
pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan A.W.Djabid, (2009) dalam
rohman, (2011: 1).
Menurut Fama (1978) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006: 6)
nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya, Jika harga
saham perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan bahwa nilai
perusahaan tersebut juga baik. Suatu perusahaan dikatakan memiliki
nilai yang baik jika kinerja perusahaannya juga baik. Salah satu cara
untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui kinerja perusahaan ialah
dengan menerapkan praktik corporate governance (Safrina, 2008: 3).
Menurut Safrina (2008: 3) Corporate governance merupakan
suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang
2
diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan
kepada para pemegang saham. Dengan demikian penerapan corporate
governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Di Indonesia, isu corporate governanace mengemuka setelah
Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun
1998. Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di
Indonesia disebabkan oleh lemahnya penerapan corporate governance
dalam perusahaan. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor
mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek
corporate governance. Ciri utama dari lemahnya corporate
governance adalah adanya tindakan mementingkan diri sendiri di
pihak manajer perusahaan dengan mengesampingkan kepentingan
investor. Hal ini akan membuat investor kehilangan kepercayaannya
terhadap pengembalian investasi yang telah mereka investasikan pada
perusahaan (Aziz, 2012: 58).
Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (pricipal)
menyewa pihak lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa, dan
dalam melakukan hal itu mendelegasikan wewenang untuk membuat
keputusan kepada agen tersebut (Anthony, Robert N dan Vijay
Govidarajan, 2005: 269). Dengan kewenangan yang dimilikinya ini,
mungkin saja agen tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan
pemilik karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest).
Adanya conflict of interest antara agen dengan pemilik mengakibatkan
3
agen dapat bertindak yang hanya menguntungkan dirirnya sendiri
dengan mengabaikan kepentingan pemilik. Selain itu, agen dianggap
memiliki informasi yang lebih mengenai perusahaan dibandingkan
pemilik, sehingga memungkinkan agen untuk memanipulasi informasi
yang dapat menguntungkan agen (M. Arief dan Bambang, 2007: 5).
Manipulasi yang dilakukan manajemen perusahaan membuat
investor kehilangan kepercayaan atas investasinya, sehingga
menyebabkan investor melakukan penarikan dana yang telah di
investasikan sebelumnya, hal ini disebut sebagai masalah keagenan.
Herawaty (2008: 16) menjelaskan, bahwa salah satu bentuk
penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen sebagai agen yaitu
dalam proses penyusunan laporan keuangan manajemen dapat
mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan
atau yang sering disebut dengan earning management .
Menurut Aziz (2012: 30) earning management adalah
tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk
mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi
mengenai keuntungan ekonomis yang sesungguhnya tidak dialami
perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bahkan bisa
merugikan perusahaan.
Menurut Scott (2000: 328) manajemen laba jika dilihat secara
prinsip memang tidak menyalahi prinsip akuntansi yang berterima
umum, namun manajemen laba dinilai dapat menurunkan kepercayaan
4
masyarakat terhadap perusahaan. Dengan semakin menurunnya
kepercayaan masyarakat, maka hal ini dapat menurunkan nilai
perusahaan karena banyak investor yang akan menarik kembali
investasi yang telah mereka tanamkan. Praktek manajemen laba
dinilai merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan
dan memberikan informasi yang tidak relevan bagi investor.
Praktek corporate governance merupakan suatu cara untuk
menjamin bahwa manjemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan
stakeholders. Pedoman pelaksanaan corporate governance yang
mengutamakan transparansi dan akuntabilitas menunjukkan adanya
perlindungan tersebut, yang tidak hanya ditujukan kepada pemegang
saham tetapi juga meliputi seluruh pihak yang tidak hanya terlibat
dalam perusahaan tersebut termasuk masyarakat Veronica dan
Bachtiar (2004: 7). Mekanisme corporate governance akan
mengarahkan manajemen untuk memberikan nilai positif terhadap
kinerja perusahaan itu sendiri (Rachmawati dan Triatmoko, 2007: 9).
Berbicara mengenai kinerja perusahaan yang dihitung dengan
rasio keuangan, tidak akan dapat dipisahkan dari ukuran perusahaan
yang dicerminkan dengan total aset yang dimiliki. Semakin besar aset
yang dimiliki perusahaan, memungkinkan kinerja keuangan yang
terjadi dalam operasional suatu perusahaan semakin besar pula
(Darmawati, 2004: 36). Keuntungan, kerugian dan biaya yang dapat
ditekan mungkin saja berbeda dengan perusahaan dengan aset yang
5
lebih kecil. Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam
proses pelaporan keuangan.
Ukuran perusahaan diukur dengan melihat seberapa besar asset
yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan
ini menggambarkan hak & kewajiban serta permodalan perusahaan.
Darmawati (2004: 37) menyatakan bahwa perusahaan besar pada
dasarnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam
menunjang kinerja, tetapi disisi lain perusahaan dihadapkan pada
masalah keagenan yang lebih besar.
Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan
perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan
perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan
keuangannya. Hesti (2010: 89) dan Uyun (2010: 92) dalam
penelitiannya menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut, sehingga penelitian ini mengambil
judul : "Analisis Pengaruh Earning Management, Mekanisme
Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadp Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011"
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya,
maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah earning management berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
2. Apakah Corporate Governance yang diproksikan dengan jumlah
dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah Corporate Governance yang diproksikan dengan
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah Corporate Governance yang diproksikan dengan
kepemilikan menejerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
5. Apakah Corporate Governance yang diproksikan dengan
klasifikasi akuntan publik berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitan
1. Tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis pengaruh earning management terhadap
nilai perusahaan.
b. Untuk menganalisis pengaruh mekanisme Corporate
Governance yang di proksikan dengan jumlah dewan
komisaris terhadap nilai perusahaan.
7
c. Untuk menganalisis pengaruh mekanisme Corporate
Governance yang di proksikan dengan kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan.
d. Untuk menganalisis pengaruh mekanisme Corporate
Governance yang di proksikan dengan kepemilikan
manajerial terhadap nilai perusahaan.
e. Untuk menganalisis pengaruh mekanisme Corporate
Governance yang di proksikan dengan klasifikasi akuntan
publik terhadap nilai perusahaan.
f. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap
nilai perusahaan.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat atau kegunaan yang dapat diambil, yaitu:
a. Bagi penulis dapat dijadikan tambahan pengetahuan,
khususnya mengenai pengaruh earning management,
mekanisme Corporate Governance dan ukuran perusahaan
terhadap nilai perusahaan.
b. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dapat lebih
memahami mengenai faktor - faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi nilai dari suatu perusahaan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan
bagi peneliti selanjutnya dan meningkatkan perkembangan
8
terhadap teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini,
yaitu teori keagenan.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan oleh pemegang saham dalam menganalisis dan
menetapkan pilihan investasi yang tepat, sehingga dapat
mengoptimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko atas
investasinya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Agensi
1. Pengertian Teori Agensi
Konsep agency theory menurut Anthony dan
Govindarajan (2005: 269) adalah hubungan atau kontrak antara
prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk
melakukan tugas demi kepentingan prinsipal, termasuk
pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal
kepada agen. Menurut Jensen dan Meckling dalam Kawatu,
(2009: 407), teori agensi menjelaskan tentang hubungan
kontraktual antara pihak yang mendelegasikan keputusan tertentu
(principal/pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang
menerima pendelegasian tersebut (agen/manajemen).
Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen
karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan
kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency
cost). Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral
untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal)
dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan
demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam
perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk
10
mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang
dikehendaki (Ali, 2002 dalam Ujiyantho dan Bambang 2007: 5).
2. Asumsi Sifat Dasar Manusia
Eisenhardt (dalam Larasati, 2009: 13) menggunakan tiga
asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi
yaitu:
a. manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest),
b. manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality),
c. manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer
sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan
sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya
(Haris 2004 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007: 5). Sebagai
pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih
banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di
masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham).
Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang
dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan (Ujiyantho dan
Pramuka, 2007: 6).
11
Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting
bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini
berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya.
Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan
memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri
informasi (information asymmetry) (Ali, 2002 dalam Ujiyantho
dan Pramuka, 2007: 7).
3. Macam-Macam Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan di mana
manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang
tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan.
Menurut Scott (2000: 301), terdapat dua macam asimetri
informasi, yaitu:
a. Adverse selection, yaitu para menejer serta orang-orang
dalam yang lain biasanya mengetahui lebih banyak tentang
keadaan dan prospek dibandingkan dengan investor pihak
luar, serta fakta yang mungkin dapat mempengaruhi
keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut
tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
b. Moral hazard, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang
menejer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham
maupun pemberi pinjaman sehingga menejer dapat
melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham
12
yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau
norma mungkin tidak layak dilakukan.
Terjadinya adverse selection dan moral hazard bisa
menimbulkan sejumlah implikasi serius bagi kinerja perusahaan.
Dua masalah tersebut dapat mendorong para manajer berperilaku
malas dan tidak etis. Dengan adanya asimetri informasi antara
manajemen (agent) dengan pemilik (principal) akan memberi
kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
(earnings management) sehingga akan menyesatkan pemilik
(pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
Mereka dapat mengelabui pemilik dan stakeholder lainnya
dalam pelaporan informasi tentang kinerja dan sumber daya
ekonomi perusahaan. Selain itu, mereka dapat pula membiaskan
atau mendistorsi penyajian informasi tentang peluang investasi
dan prospek perusahaan (Lako, 2007).
4. Agency Conflict
Jensen dan Meckling berpendapat bahwa agency conflict
timbul pada berbagai hal sebagai berikut (Larasati, 2009: 14) :
a. Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan
kemampuan dirinya dan bukan yang paling menguntungkan
bagi perusahaan.
b. Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan
perusahaan yang stabil, sedangkan pemegang saham lebih
13
menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa
peluang investasi internal yang positif atau disebut earning
retention.
c. Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka
sendiri dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini,
mereka akan mengambil keputusan investasi yang sangat
aman dan masih dalam jangkauan kemampuan manajer.
d. Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow
perusahaan sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini
dapat menimbulkan bias dalam pengambilan keputusan yaitu
berpihak pada proyek jangka pendek dengan pengembalian
akuntansi yang tinggi.
e. Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah
agency problem yang timbul sebagai akibat adanya
kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai
pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki
kepentingan agar dana yang diinvestasikannya mendapatkan
return maksimal, sedangkan manajer berkepentingan
terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik
(agency problem).
Corporate Governance yang merupakan konsep yang
didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi
sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor
14
bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan. Corporate Governance sangat berkaitan dengan
bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan
memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak
akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam
proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan
dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor.
Selain itu Corporate Governance juga berkaitan dengan
bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata
lain yakni Corporate Governance diharapkan akan dapat
berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan
(agency cost).
B. Earning Management
1. Pengertian Earning Management
Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih
beberapa altematif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih
opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini
digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba.
Perilaku manajemen yang mendasari lahirnya manajemen laba
adalah perilaku opportunistic manajer dan efficient contracting.
Sebagai perilaku opportunistic, manajer memaksimalkan
utilitasnya dalam menghadapai kontrak kompensasi dan hutang
dan political cost (Scott, 2006: 293).
15
Perilaku manajemen oportunis dikenal dengan istilah
Earnings Management, menurut Purnomo dan Puji (2009: 30)
earning management adalah suatu tindakan manajemen untuk
memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan
tujuan memaksimalkan kesejahteraan pihak manajemen atau nilai
pasar perusahaan.
Sae (2010: 6) membagi definisi Earnings Management
menjadi dua, yaitu:
a. Definisi Sempit
Earnings Management dalam hal ini hanya berkaitan dengan
pemilihan metode akuntansi Earning Management dalam
artian sempit ini di definisikan sebagai prilaku manajer untuk
"bermain" dengan komponen discretionary accruals dalam
menentukan besarnya earnings.
b. Definisi Luas
Earnings Management merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas
suatu unit di mana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomis jangka panjang unit tersebut.
16
2. Bentuk-Bentuk Earning Management
Menurut Sugiri dalam Suranta, (2003: 19) earnings
management dapat dilakukan dengan berbagai pola yang berbeda,
yaitu :
a. Taking a bath yaitu dengan mengakui biaya yang akan
ditanggung pada periode yang akan datang saat periode
berjalan.
b. Income minimization. Pola ini mungkin dipilih manajer
perusahaan karena nampak secara politis perusahaan selalu
mendapatkan keuntungan yang besar. Pola ini dilakukan saat
perusahaan tidak ingin menanggung biaya politis akibat
keuntungan besar yang diperolehnya.
c. Income maximization. Manajer memilih pola ini karena
keinginannya untuk mendapatkan bonus dari laba besar yang
dilaporkannya di laporan keuangan perusahaan.
d. Income smoothing. Pola ini dipilih oleh manajer karena
mereka cenderung memilih untuk melaporkan tren perubahan
laba yang stabil daripada laba yang meningkat dan menurun
secara drastis. Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah
dengan mengurangi nilai persediaan dan aktiva lain
perusahaan yang diperoleh pada saat akuisisi yang akan
menghasilkan laba tinggi ketika aktiva tersebut nanti dijual
(Tunggal, 2011: 32).
17
3. Pemicu Earning Management
Scott (2006: 302) berpendapat bahwa ada beberapa faktor
yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba
seperti berikut ini:
a. Rencana bonus (Bonus scheme).
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan
rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang
dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah
bonus yang akan diterimanya.
b. Kontrak utang jangka panjang (Debt covenant).
Ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada
waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan
cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat
memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan
dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan
mengalami pelanggaran kontrak utang.
c. Motivasi politik (Political motivation).
Ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala
besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba
guna mengurangi tingkat visibilitasnya terutama saat periode
kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan
memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.
18
d. Motivasi perpajakan (Taxation motivation).
Ini menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu
motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba yang
dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah
pajak yang harus dibayar.
e. Pergantian CEO (Chic/Executive Officer).
Biasanya CEO yang akan pensiun atau masa kontraknya
menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan
jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang
akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh
manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah
menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka
cenderung untuk meminimalkan jumlah laba yang dilaporkan.
f. Penawaran saham perdana (Initial public offering).
Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya
kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam
prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting.
Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal
kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan.
Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor
maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba
yang dilaporkan.
19
C. Corporate Governance
1. Pengertian Corporate Governance
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI) tahun 2001 mendefinisikan Corporate Governance
sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal
dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengendalikan perusahaan, dengan tujuan menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.
Sedangkan Menurut The Organization for Economic
Corporation and Development (OECD) corporate governance
adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan
mengendalikan kegiatan perusahaan, mengatur pembagian tugas
hak dan kewajiban mereka para pemegang saham, dewan
pengurus, para manager, dan yang berkepentingan terhadap
kehidupan perusahaan.
Berdasarkan dari definisi-definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa Corporate Governance pada intinya adalah
mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang
digunakan untuk mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan sehingga dapat mendorong kinerja perusahaan
20
bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka
panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham
maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
2. Manfaat Corporate Governance
Penerapam corporate governance memberikan empat
manfaat FCGI, 2001 dalam Aziz (2012: 61), yaitu :
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengembalian keputusan yang lebih baik, meningkatkan
efisiensi perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan
kepada stakeholders.
b. Mempermudah diperolehnya dana pembiyaan yang lebih
murah yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate
value.
c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja
perusahaan karena sekaligus meningkatkan shareholdes’s
values dan deviden.
3. Prinsip-Prinsip Corporate Governance
Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) pada tahun 1999 telah menerbitkan dan
mempublikasikan OECD Principles of Corporate Governance.
21
Prinsip-prinsip tersebut di tujuan untuk membantu para negara
anggotanya maupun negara lain berkenaan dengan upaya-upaya
untuk mengevaluasi dan meningkatkan kerangka kerja hukum,
institusional, dan regulatori Corporate Governance dan
memberikan pedoman dan saran-saran untuk pasar modal,
investor, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang memiliki peran
dalam mengembangkan Corporate Governance.
Pilar-pilar yang melandasi prinsip-prinsip yang
dikemukakan oleh OECD (Aziz, 2012: 60) adalah Fairness
(keadilan), Transparancy (transparasi), Accountability
(akuntabilitas), dan Responcybility (pertanggung jawaban).
Fairness berkenaan dengan keadilan dan kesetaraan perlakuan
pemegang saham minoritas agar terlindungi dari kecurangan serta
perdagangan dan penyalahgunaan oleh orang dalam (self-dealing
atau insider wrong doing). Transparancy dilakukan melalui
penyempurnaan pengungkapan (disclosure) informasi kinerja
perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Akuntabilitas
manajemen dilakukan melalui pengawasan efektif berdasarkan
keseimbangan kekuasaan pengawas, pengurus, pemegang saham
dan auditor. Tanggung jawab perusahaan berkenaan dengan
perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk menaati hukum
dan bertindak sesuai dengan keinginan masyarakat.
22
Prinsip-prinsip Corporate Governance yang dikemukaan
oleh OECD ada lima. Menurut OECD 1999 dalam Aziz (2012:
63), Kelima prinsip tersebut adalah:
a. Hak-hak pemegang saham.
kerangka kerja Corporate Governance harus melindungi hak-
hak pemegang saham.
b. Perlakuan yang adil kepada pemegang saham.
Corporate Governance harus meyakinkan adanya kesetaraan
perlakuan kepada seluruh pemegang saham, termasuk
pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang
saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan
perbaikan (redress) yang efektivitas penyimpangan dan hak-
hak mereka.
c. Peranan stakeholder dalam Corporate Governance.
Corporate Governance harus mengakui hak-hak stakeholder
seperti yang ditentukan oleh hukum dan mendorong kerja sama
yang aktif antara perusahaan dan stakeholder dalam
menciptakan kesejahteraan, pekerjaan-pekerjaan, dan
kemampuan untuk mempertahankan perusahaan yang sehat
secara finansial.
d. Pengungkapan dan Transparansi.
Corporate Governance harus meyakinkan bahwa
pengungkapan yang tepat waktu dan akurat telah dilakukan
23
atas seluruh hal-hal yang material berkenaan dengan
perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan,
dan ketaatan perusahaan (governance of the company).
e. Tanggung jawab dewan direksi.
Corporate Governance harus meyakinkan pedoman strategi
perusahaan, pemonitoran yang efektif pada manajemen oleh
dewan, dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan
pemegang saham (Darmawati, 2004: 34).
Prinsip-prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk
memberikan laporan bukan saja kepada pemegang saham, calon
investor, kreditor dan pemerintah saja, akan tetapi juga kepada
stakeholder lainnya, seperti masyarakat umum dan karyawan.
Laporan ini berfungsi sebagai media pertanggung jawaban
perusahaan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan. Laporan yang diberikan perusahaan menunjukkan
tingkat kinerja yang dicapai oleh perusahaan, dalam pengelolaan
sumber daya yang dimiliki untuk memberikan nilai tambah
kepada stakeholder.
Corporate Governance harus memberikan insentif yang
tepat untuk dewan direksi dan manajemen dalam rangka
mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan dari sisi kepentingan
perusahaan dan para pemegang saham juga harus dapat
24
memfasilitasi monitoring yang efektif, sehingga mendorong
perusahaan untuk menggunakan sumber daya secara efisien.
Berkaitan dengan masalah keagenan, Corporate
Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang mereka investasikan. Corporate
Governance berkaitan bagaimana investor yakin bahwa manajer
akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer
tidak akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan ke
dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan
dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh investor,
dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para
manajer.
4. Mekanisme Corporate Governance
Penelitian ini menggunakan empat aspek corporate
governance yaitu dewan komisaris, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional dan jumlah komite audit.
a. Dewan Komisaris
Dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan
dan memberikan masukan kepada dean direksi perusahaan.
Dewan komisaris tidak memiliki otoritas langsung terhadap
perusahaan. Fungsi utama dari dewan komisaris adalah
25
mengawasi kelengkapan dan kualitas informasi laporan atas
kinerja dewan direksi. Posisi dewan komisaris sangat penting
dalam menjembatani kepentingan principal dalam sebuah
perusahaan.
Hardikasari (2011) menyebutkan bahwa penelitian
mengenai ukuran dewan komisaris terhadap kinerja
perusahaan memiliki hasil yang beragam. Dalam
penelitiannya tersebut, disebutkan argumen dari Yermack
(1996), Sundgren dan Wells (1998), dan Jensen (1993), yang
menyatakan bahwa semakin banyak personil yang menjadi
dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruk kinerja
yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dikarenakan dengan
semakin banyaknya anggota dewan komisaris maka badan ini
akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya,
diantaranya kesulitan dalam komunikasi dan koordinasi antar
anggota dewan komisaris. Dengan semakin banyaknya
anggota dewan komisaris, pengawasan terhadap dewan
direksi jauh lebih baik, masukan atau opsi yang akan didapat
direksi akan jauh lebih banyak.
Dalam membangun sebuah model Corporate
Governance, perusahaan harus memiliki dewan komisaris
yang kredibel serta memiliki independensi.
26
Agar pelaksanaan tugas dewan komisaris dapat
berjalan secara efektif ada beberapa faktor yang harus
dicermati (Aziz, 2012: 68) yaitu :
1. Komposisi jumlah dewan komisaris harus
memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif,
tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
2. Anggota dewan komisaris harus profesional, yaitu
berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat
menjalankan fungsinya dengan baik termasuk
memastikan bahwa direksi telah memperlihatkan
kepentingan semua pemangku kepentingan.
3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasehat dewan
komisaris mencakup tindakan pencegahan, perbaikan,
sampai pemberhentian sementara.
4. Dewan komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawas
atas pengolahan perusahaan oleh direksi.
Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa
sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang
efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara
independen.
27
b. Kepemilikan Institusional
Struktur kepemilikan lain adalah kepemilikan
institusional. Pemegang saham institusional biasanya
berbentuk entitas seperti perbankan, asuransi, dana pensiun,
reksadana. Investor institusional memiliki kapabilitas untuk
menganalisis laporan keuangan secara langsung
dibandingkan investor individual.
Keberadaan investor institusional dipandang mampu
menjadi alat monitoring yang efektif bagi perusahaan yang
dapat meningkatkan kinerja perusahaan sehingga mampu
meningkatkan kepercayaan publik terhadap perusahaan
tersebut (junaidi 2007 dalam purwandari 2011: 26).
Semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh
institusional, maka semakin efektif mekanisme kontrol
terhadap kinerja manajemen. Pendapat ini didukung oleh
purwandari dan purwaningtias (2011), yang menemukan
pengaruh positif signifikan tingkat kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan.
c. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan saham manajerial dapat membantu
penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan
manajer, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham
manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Pada
28
perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manajer yang
sekaligus pemegang saham tentunya akan menselaraskan
kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya
sebagai pemegang saham. Sementara dalam perusahaan tanpa
kepemilikan manajerial, manajer yang bukan pemegang
saham kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya
sendiri.
Masalah yang sering ditimbulkan dari struktur
kepemilikan ini adalah agency conflict, dimana terdapat
kepentingan antara manajemen perusahaan sebagai
pengambil decision maker dan para pemegang saham sebagai
owner dari perusahaan (Praditha 2011: 43). Manajer yang
sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai
perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan
maka nilai kekayaannya sebagai individu pemegang saham
akan ikut meningkat pula (Soliha dan Taswan, 2002 dalam
Christiawan dan Tarigan, 2007: 5).
d. Klasifikasi akuntan publik
Klasifikasi akuntan publik dibentuk sebagai sebuah
bagian khusus di perusahaan yang bertugas mengoptimalkan
fungsi pengawasan yang sebelumnya merupakan tanggung
jawab penuh dari dewan direksi. Peranan klasifikasi akuntan
29
publik diatur melalui surat edaran Bapepam nomor SE-
03/PM/2002 dalam surat itu dinyatakan bahwa klasifikasi
akuntan publik terdiri dari tiga orang, diketuai oleh komisaris
independen perusahaan dengan proporsi 30% dengan
terselenggaranya pengelolaan korporasi yang baik.
Klasifikasi akuntan publik yang bertanggung jawab untuk
mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal,
dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit
internal). Klasifikasi akuntan publik meningkatkan integritas
dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui:
1. Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem
pengendalian internal.
2. Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Hasil
mengindikasikan bahwa adanya klasifikasi akuntan publik
memiliki konsekuensi pada laporan keuangan (Dechow, P,
1995 dalam herawati 2008: 7 ), yaitu:
a. berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat.
b. Berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak
tepat.
c. Berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan
tindakan ilegal.
Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor
bereputasi dipercaya lebih berkualitas sehingga dapat
30
menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya. Oleh karena
itu diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 dapat
meningkatkan nilai perusahaan daripada perusahaan yang
diauditoleh KAP Non Big 4. Sehingga semakin tinggi
kualitas auditor yang digunakan perusahaan maka akan
mengakibatkan semakin tinggi nilai perusahaan tersebut.
D. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara,
antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada
dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi menjadi 3 kategori yang
didasarkan kepada total asset perusahaan yaitu perusahaan besar
(large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan
kecil (small firm) (Machfoedz, 1994 dalam Darmawati: 13).
Menurut Rodoni dan Ali (2010: 180), proksi ukuran
perusahaan biasanya adalah total aset perusahaan. Total aset maupun
nilai pasar ekuitas perusahaan menjadi faktor penentu dalam
mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Dengan semakin besarnya
total aset yang dimiliki kita dapat melihat modal aset yang dimiliki.
Variabel ukuran perusahaan dilihat dari segi total aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut (Ardi Murdoko Sudarmadji & Lana
Sularto: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan
31
Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure
Laporan Keuangan Tahunan. PESAT. Vol. 2. 2007).
Hesti (2010) dan Uyun (2010) dalam penelitiannya
menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan dengan
aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari
masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan lebih berhati-hati
dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan diharapkan
akan selalu berusaha menjaga stabilitas kinerja keuangan mereka.
Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak serta merta dapat
dilakukan tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini perusahaan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa ukuran perusahaan adalah suatu variabel yang digunakan
dalam mengukur besar atau kecilnya suatu perusahaan yang dapat
diukur dengan menggunakan komponen ukuran perusahaan yaitu dari
besarnya aset yang dimiliki, nilai pasar ekuitas dan penjualan
perusahaan.
E. Nilai Perusahaan
Scott (2010: 199) menjelaskan bahwa tujuan utama perusahaan
adalah memaksimalkan nilai, atau harga saham perusahaan. Menurut
Fama (1978) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006: 8) nilai perusahaan
akan tercermin dari harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham
maka semakin tinggi nilai perusahaan. Keberhasilan atau kegagalan
32
keputusan manajemen hanya dapat dinilai berdasarkan dampaknya
pada harga saham perusahaan.
Dahlan (2005: 507) mendefinisikan saham sebagai surat bukti
atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
kertas tersebut.
Menurut Weston dan Brigham (1993) dalam Kesuma
(2009:40) , harga saham didefinisikan sebagai: ”The price at which
stock sells in the market.” Sedangkan, harga pasar saham adalah nilai
pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor apabila investor menjual
atau membeli saham, yang ditentukan berdasarkan harga penutupan
atau closing price di bursa pada hari yang bersangkutan. Jadi, harga
penutupan atau closing price merupakan harga saham terakhir kali
pada saat berpindah tangan di akhir perdagangan.
Harga saham didasarkan pada penilaian dari eksternal
perusahaan terhadap asset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham.
Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan
penjual di saat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena
harga pasar saham dianggap sebagai cerminan dari nilai aset
perusahaan sesungguhnya.
Menurut Kesuma (2009: 40), harga saham adalah nilai nominal
penutupan (closing price) dari penyertaan atau pemilikan seseorang
33
atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang
berlaku secara reguler di pasar modal di Indonesia. Jika perusahaan
mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan
banyak diminati oleh banyak investor. Prestasi baik yang dicapai
perusahaan dapat dilihat di dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh perusahaan.
F. Keterkaitan Antar Variabel
1. Earning Management dan Nilai Perusahaan.
Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih
beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih
opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini
digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba.
Perilaku manajemen yang mendasari lahirnya manajemen laba
adalah perilaku opportunistic manajer dan efficient contracting.
Sebagai perilaku opportunistic, manajer memaksimalkan
utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi dan hutang
dan political cost (Scott, 2006).
Perilaku oportunis ini direflesikan dengan melakukan
rekayasa keuangan dengan menerapkan income increasing atau
income decraesing decretionary accrual. Sedangkan sebagai
efficient contracting yaitu meningkatkan keinformatifan laba
dalam mengomunikasikan informasi privat.
34
Pada dasarnya, defenisi operasional dari earning
management menurut Belkaoui (2007: 201) adalah:
“Perilaku yang dilakukan manajer perusahaan untuk
meningkatkan atau menurunkan laba dalam proses pelaporan
keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya
sendiri”.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa
yang akan datang dibanding pemilik sehingga menimbulkan
kesenjangan informasi. Dengan adanya asimetri informasi,
menyebabkan prinsipal tidak dapat mengetahui kondisi yang
sebenarnya, sehingga manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas
yang diberikan standar akuntansi untuk melakukan manajemen
laba.
Menurut Haris (2004) dalam Ujiyantho dan Bambang
(2007: 8) manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan
keuangan akan mempengaruhi nilai saham yang selanjutnya akan
mempengaruhi nilai perusahaan.
Dari penelitian – penelitian sebelumnya, maka hipotesis
yang diajukan adalah:
Ha.1 : terdapat pengaruh earning management terhadap
nilai perusahaan.
35
2. Mekanisme Corporate Governance dan nilai perusahaan
Corporate governance merupakan seperangkat sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku
kepentingan. Menurut Nasution dan Setiawan (2007), Corporate
Governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan
kinerja perusahaan melalui supervis atau monitoring kinerja
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap
stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan.
Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya
pengelolaan perusahaan yang lebih transaparan bagi semua
pengguna laporan keuangan. Bank Dunia mendefinisikan
corporate governance sebagai aturan dan standar organisasi di
bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan,
direktur, dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan
wewenang serta pertanggungjawabannya kepada investor
(pemegang saham dan kreditur).
Penerap corporate governance dipercaya dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Kusumawati dan Riyanto (2005:
3) mengemukakan bahwa corporate governance yang efektif
dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan
dan menguntungkan pemegang saham. Tjager, et al (2003) dalam
Lastanti (2004: 25) menyatakan bahwa secara teoritis praktek
36
corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan
diantaranya meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko
yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cenderung
menguntungkan diri sendiri dan umumnya corporate governance
dapat meningkatkan kepercayaan investor.
Konflik kepentingan tersebut dapat diminimalkan dengan
suatu mekanisme yang mampu mensejajarkan kepentingan
pemegang saham selaku pemilik dengan kepentingan manajemen
(Lastanti, 2004: 25).
Gray dan Radebaugh (2009) menggambarkan sebuah
mekanisme corporate governance yang dibagi ke dalam dua
struktur. Mekanisme merupakan suatu aturan main, prosedur dan
hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan
dengan pihak yang melakukan kontrol terhadap keputuan
tersebut. Pertama adalah struktur mekanisme pengendalian
internal perusahaan. Pihak- pihak yang terlibat dalam mekanisme
internal ini adalah agent dan principal yang terdiri komposisi
board of directors dan executive manajer di dalam perusahaan.
Yang kedua adalah struktur mekanisme pengendalian eksternal.
Struktur mekanisme pengendalian external terdiri dari
stakeholder yang berkepentingan dan berhubungan dengan
perusahaan antara lain Pasar Modal, Pasar Uang, Auditor,
Paralegal dan regulator. Struktur mekanisme pengendalian
37
eksternal merupakan mekanisme pengendalian yang dibentuk
pihak dari luar perusahaan.
Penelitian ini menggunakan empat mekanisme corporate
governance yaitu dewan komisaris, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial dan ukuran KAP.
a. Jumlah dewan komisaris
Mas’ud dan Hamonangan (2006) yang menyatakan
bahwa jumlah dewan komisaris berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Rizal Tirta (2009) membuktikan bahwa good
corporate governance yang diukur dengan proporsi dewan
komisaris , mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas laba dan nilai perusahaan.
Dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan adalah:
Ha.2 : terdapat pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap
nilai perusahaan.
b. Kepemilikan institusional
Boediono (2005: 37) mengungkapkan bahwa
kepemilikan institusional memberi pengaruh signifikan
terhadap kualitas laba, yang berarti bahwa semakin tinggi
kepemilikan institusional maka laba yang dihasilkan
38
semakin berkualitas dan akan meningkatkan nilai
perusahaan tesebut.
Drs. Hanung Triatmoko dan Andri Rachamawati
(2007: 11) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh terhadap kualitas laba dan nilai
perusahaan.
Dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan adalah:
Ha.3 : terdapat pengaruh kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan.
c. Kepemilikan manajerial
Siallagan dan Machfoedz (2006: 19)
mengungkapkan bahwa semakin besar kepemilikan
manajerial maka nilai perusahaan semakin rendah.
Viola Herawaty (2008: 8) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial akan
menurunkan nilai perusahaan
Dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan adalah:
Ha.4 : terdapat pengaruh kepemilikan manjerial terhadap
nilai perusahaan.
39
d. Ukuran KAP
Herawaty (2008: 9) menyatakan bahwa klasifikasi
akuntan publik yang diukur dengan KAP Big 4 dan Non big
4 berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Viola Herawaty (2008: 9) juga menyatakan kualitas
audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan. kualitas audit akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan adalah:
Ha.5 : terdapat pengaruh earning management terhadap
nilai perusahaan.
3. Ukuran perusahaan dan nilai perusahaaan.
Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam
proses pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan dalam penelitian
ini diukur dengan melihat seberapa besar asset yang dimiliki oleh
sebuah perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan ini
menggambarkan hak & kewajiban serta permodalan perusahaan.
Darmawati (2004: 14) menyatakan bahwa perusahaan
besar pada dasarnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar
dalam menunjang kinerja, tetapi disisi lain, perusahaan
dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar. Hesti
40
(2010) dan Uyun (2010) dalam penelitiannya menemukan bukti
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan
perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan
perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan
keuangannya. Perusahaan diharapkan akan selalu berusaha
menjaga stabilitas kinerja keuangan mereka. Pelaporan kondisi
keuangan yang baik ini tentu tidak serta merta dapat dilakukan
tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini perusahaan.
Dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka hipotesis
yang diajukan adalah:
Ha.6 : terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan.
41
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Earning Management, Mekanisme Corporate
Governance dengan menggunakan proksi jumlah dewan komisaris,
kepemilikan institusional, kepemilikan managerial dan ukuran KAP
terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan. Tabel 2.1 menunjukan
hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai Earning management,
mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan.
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun)
Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
1. Shofwatul Uyun (2011)
Pengaruh Manajemen Risiko, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
1. Variabel Independen: Ukuran perusahaan.
2. Metode analisis data: regresi berganda.
1. Variabel independen: manajemen resiko, Leverage.
2. Variabel dependen: Kinerja keuangan perusahaan.
3. Sampel penelitian: 61 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010 dengan menggunakan metode sensus.
Ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan ROI, serta berpengaruh positif terhadap ROE.
42
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
2. Ujiantho dan Bambang (2007)
Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan.
1. Variable Independent: Corporate governance, kepemilikan institusional, kepemilikan managerial, jumlah dewan komisaris.
1. Variable dependent: kinerja keuangan.
2. sampel penelitian: perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2000-2004. Sedangkan dalam penelitian ini mengambil sampel di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2011.
Secara keseluruhan mekanisme corporate governance berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusi, jumlah dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan managerial dan proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
43
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
3. Andri Rahmawati dan Hanung Triatmoko (2007)
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.
1. Variabel independen: kepemilikan institusional dan managerial.
2. Variabel dependen: nilai perusahaan.
Sampel penelitian: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ
Kepemilikan institusional dan managerial tidak berpengaruh terhadap kualitas laba tetapi berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
4. Viola Herawaty (2008)
Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai perusahaan.
1. Variabel independen: Earning management.
2. Variable dependen: nilai perusahaan.
3. metode analisis data: regresi berganda.
Sampel penelitian: Perusahaan yang terdaftar di BEJ periode 2004, 2005, 2006 dengan menggunakan random sampling.
1. Earning management berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Variabel corporate governance mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan yang bervariasi tergantung model regresinya.
44
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
(Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
5. Permanasari (2010)
Pengaruh Kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan.
1. variable independen: kepemilikan managemen, kepemilikan institusi.
2. Variable dependen: nilai perusahaan.
3. Metode analisis data: regresi berganda.
1. Variable independen: Corporate Sosial Responsibility (CSR).
2. Populasi penelitian: Semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEJ periode 2007-2008.
Variable kepemilikan managerial dan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
45
H. Kerangka Berfikir
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dijelaskan pada bagan berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Analisis Pengaruh Earning Management, Mekanisme Corporate Gocernance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Bursa Efek Jakarta
Perusahaan Manufaktur
Variabel Independen Variabel Dependen
Earning Management
Dewan Komisaris
Nilai Perusahaan
Kepemilikan istitusional Mekanisme Corporate Governance
Ukuran kap
Kepemilikan manajerial
Ukuran Perusahaan
Analisis regresi berganda
Pembahasan dan Interprestasi
Kesimpulan dan Implikasi
46
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, objek yang diteliti adalah pengaruh
earning management, mekanisme Corporate Governance dan ukuran
perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008- 2011.
B. Metode Pengumpulan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
perusahaan manufaktur untuk periode pengamatan 2008-2011.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Dalam pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang telah listing di Bursa Efek Indonesia
tahun 2008 - 2011.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan secara konsisten
yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode
pengamatan 2008, 2009, 2010, dan 2011. Proses pengambilan
dilakukan secara purposive.
3. Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian.
4. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk
rupiah.
47
5. perusahaan yang secara konsisten menyajikan laporan keuangan
selama periode penelitian.
Periode dalam penelitian ini dibatasi antara tahun 2008 sampai
2011 dengan harapan akan diperoleh akurasi hasil penelitian. Data
time series sebanyak empat tahun diambil dari seluruh perusahaan
manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
sekunder, yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari situs bursa efek
Indonesia (www.idx.co.id). Data tersebut berupa laporan keuangan
yang dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Laporan keuangan bermanfaat dalam pengambilan keputusan
mengenai perusahaan, baik bagi manajemen ataupun bagi pihak
stakeholders.
D. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka
dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur,
artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik
pembahasan dari penelitian ini. Sedangkan dokumentasi adalah
penelitian arsip yang memuat kejadian masa lalu (Indriantoro dan
Supomo, 1999). Pengumpulan data dokumentasi dilakukan dengan
kategori dan klasifikasi data-data tertulis yang berhubungan dengan
48
masalah penelitian, baik dari sumber dokumen, buku-buku, koran,
majalah dan sebagainya.
E. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah bentuk analisa
yang menggunakan angka- angka dan dengan perhitungan statistik
untuk menganalisis suatu hipotesis dan memerlukan beberapa alat
analisis. Bila serangkaian observasi atau pengukuran data dalam
angka-angka, maka pengumpulan angka-angka hasil observasi atau
pengukuran sedemikian itu dinamakan data kuantitatif (Anto, Dajan
1996).
Analisa data kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan
data yang sudah ada kemudian mengolahnya dan menyajikannya
dalam bentuk tabel, grafik, dan dibuat analisis agar dapat ditarik
kesimpulan sebagai dasar pengambilan keputusan. Untuk
mempermudah dalam menganalisis digunakan SPSS (Statistical
Package for Social Science), yaitu software yang berfungsi untuk
menganalisis data dan melakukan perhitungan statistik baik
parametrik maupun non parametrik dengan basis Windows (Imam
Ghozali, 2005).
Teknik analisis statistika yang digunakan dalam penelitian ini
adalah statistik deskriptif dan regresi linier berganda. Metode analisis
yang digunakan adalah metode regresi berganda. Dalam melakukan
49
analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi
klasik agar memenuhi sifat estimasi regresi bersifat BLUES (Best
Linear Unbiased Estimator).
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari niali minimum, maksimum, nilai rata-
rata (mean), dan standar deviasi.
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui
gambaran mengenai earning management, mekanisme corporate
governance, ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel bebas dan variabel terikat
keduanya memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali,
2005). Model regresi yang baik adalah memiliki data
berdistribusi normal. Menurut suliyanto (2011: 67) Untuk
menguji apakah terdapat distribusi yang normal atau tidak
dalam model regresi maka digunakanlah pendekatan grafik
menggunakan normal probability plot, yaitu dengan
membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya
dengan distribusi kumulatif data dari distribusi normal.
50
dalam grafik yang dihasilkan jika data menyebar di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas data,
sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau
tidak mengikuti arah garis, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini
tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya masalah multikolinearitas, salah
satu metodenya ialah dengan melihat nilai korelasi parsial.
Uji multikolinearitas dengan korelasi parsial
dilakukan dengan membandingkan antara koefesien
determinasi keseluruhan dengan nilai koefesien korelasi
parsial semua variabel bebasnya. Jika nilai koefesien
determinasi keseluruhan lebih besar dari nilai koefesien
51
parsial semua variabel bebasnya maka model tersebut tidak
mengandung gejala multikolinearitas (Suliyanto, 2011: 88).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi (Ghozali dalam Puspita, 2011).
Untuk menguji keberadaan autokorelasi, penelitian ini
menggunakan metode Durbin-Watson d test. Pengujian
dengan Durbin-Watson statistik ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara kesalahan
pengganggu (error term) pada periode sebelumnya dengan
kesalahan pengganggu pada periode berikutnya. Dalam
metode Durbin-Watson menggunakan titik kritis yaitu batas
bawah dl dan batas atas du. Persyaratan uji dengan
menggunakan tabel Durbin-Watson adalah :
52
1. Jika nilai DW terletak antara dl dan (4 – dl) atau antara du
dan (4 – du) maka koefisien autokorelasi sama dengan 0
yang berarti tidak terdapat autokorelasi.
2. Jika nilai DW berada diluar dl atau diluar du maka
koefisien autokorelasi lebih besar daripada 0 yang berarti
terdapat autokorelasi positif.
3. Jika nilai DW lebih besar daripada (4 – dl), berarti ada
autokorelasi negatif.
4. Jika nilai DW terletak antara du dan dl atau nilai DW
terletak antara (4 – du) dan (4 – dl) maka hasilnya tidak
dapat disimpulkan.
Namun demikian secara umum biasa diambil patokan
(Santoso, 2000: 219) :
1. Angka D-W di bawah -2, berarti terdapat autokorelasi
positif.
2. Angka D-W diantara -2 dampai +2, berarti tidak terdapat
autokorelasi
3. Angka D-W diatas +2, berarti terdapat autokorelasi negatif
d. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan unutk menguji apakah
didalam model regeresi terdapat ketidaksamaan varians dari
residual suatu pengamatan. Jika varians dari residual suatu
pengamatan yang lain tetap berarti telah terjadi
53
homoskedastesitas. Jika terjadi homoskedastisitas dikatakan
mempunyai model yang baik, cara mendeteksi dengan
melihat diagram pancar (scater plot). Cara mendeteksi grafik
scater plot adalah sebagai berikut :
1. Jika data memiliki pola menyebar atau titik-titik berada
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak
membentuk suatu pola yang jelas, berarti data tersebut
baik atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika data memiliki pola mengumpul atau membentuk
suatu pola tertentu (misalnya bergelombang, melebar,
kemudian menyempit), dikatakan telah terjadi
heteroskedastisitas (Santoso, 2002)
3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda dimaksudkan untuk menguji
pengaruh simultan dari beberapa variabel bebas terhadap satu
variabel terikat. Analisis regresi digunakan oleh peneliti apabila
peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik-
turunnya) variabel dependen, dan apabila dua atau lebih variabel
independen sebagai prediktor dimanipulasi atau dinaik turunkan
nilainya (Sugiyono, 2002: 90).
Analisis regresi dapat memberikan jawaban mengenai
besarnya pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel
54
dependennya. Dalam penelitian ini model regresi berganda yang
akan dikembangkan adalah sebagai berikut :
Y = α + â1푋1 + â2푋2 + â3푋3 + â4푋4 퐷 + â5푋5 퐷 + â6퐷+ e
Keterangan :
Y = nilai perusahaan
α = Konstanta
푋1 = earning management
푋2 = jumlah dewan komisaris
푋3 = kepemilikan institusional
푋4 = kepemilikan manajerial (dummy)
푋5 = kualitas auditor (dummy)
푋6 = ukuran perusahaan (dummy)
â1 = Koefisien regresi earning management
â2 = Koefisien regresi jumlah dewan komisaris
â3 = Koefisien regresi kepemilikan institusional
â4 = Koefisien regresi kepemilikan manajerial
â5 = Koefisien Regresi kualitas auditor
â6 = Koefisien Regresi ukuran perusahaan
e = error term
55
4. Koefisien Determinasi (푹ퟐ)
Koefisien determinasi (푅2) ini digunakan untuk
menggambarkan kemampuan model menjelaskan variasi yang
terjadi dalam variabel dependen (Ghozali, 2005). Koefisien
determinasi ((푅2) dinyatakan dalam persentase. Nilai koefisien
korelasi (푅2) ini berkisar antara 0 < 푅2 < 1.
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependent. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah nilai
perusahaan, sedangkan variabel independent dalam penelitia ini
adalah earnings management, mekanisme corporate
governance, dan ukuran perusahaan.
a. Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh secara linier antara variabel bebas dan variabel
tergantung.
Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari
masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen.
Ha : β ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan dari masing-
masing variabel independen terhadapriabel
dependen,
56
Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual (parsial)
terdapat variabel dependen dengan melakukan uji t.
Apabila -푡 < −푡 ; 푡 > 푡 maka
Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
Apabila -푡 ≥ 푡 ≤ 푡 maka Ho
diterima dan Ha ditolak, artinya variabel independen secara
parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
b. Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk menguji signifikasi koefisien
regresi secara keseluruhan dan pengaruh variabel bebas
secara bersama-sama.
rumusan hipotesis:
Ho : βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh secara bersama-
sama antara variabel independen terhadap
variabel dependen
Ha : βi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secara bersama sama
antara variabel independen terhdap variabel
dependen
57
a. Apabila 퐹ℎ푖푡푢푛푔< 퐹푡푎푏푒푙 maka Ho diterima dan Ha ditolak
artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat.
b. Apabila 퐹ℎ푖푡푢푛푔> 퐹푡푎푏푒푙 maka Ha diterima dan Ho ditolak
artinya ada pengaruh antara variabel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat.
Uji F dapat dilakukan hanya dengan melihat nilai
signifikansi F yang terdapat pada output hasil analisis
regresi menggunakan SPSS v.16. jika angka signifikansi F
lebih kecil dari α (0,05) maka dapat dikatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat secara simultan.
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini digunakan berbagai variabel yang
digunakan untuk melakukan analisis data. Variabel tersebut terdiri
dari variabel dependent dan variabel independent. Variabel
independent dalam penelitian ini adalah earnings management,
mekanisme corporate governance, dan ukuran perusahaan. sedangkan
variabel dependent adalah nilai perusahaan.
a. Variabel Independent
Variabel independent merupakan variable bebas yang tidak
dipengaruhi oleh variabel apapun. Variabel independen
merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependent.
58
Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah
earning management yang dipromosikan dengan discretionary
accrual.
1. Earning management
Menurut Surifah (1999) earnings management dapat
mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan
untuk pengambilan keputusan, karena earnings management
merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan
yang menjadi sarana komunikasi antara manajer dan pihak
eksternal perusahaan. Earnings management diproksikan
dengan menggunakan discretionary accrual.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh dechow
et al (1995). Umumnya poin awal dalam pengukuran
discretionary accruals adalah total accruals, dimana total
accruals tersebut terdiri dari komponen non discretionary
accruals (NDAC) dan discretionary accruals (DAC).
Selanjutnya model yang digunakan oleh Jones digunakan
untuk menciptakan komponen non discretionary. Model
pengukuran dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
a. Total accruals
Total accruals dalam penelitian ini didefinisikan
sebagai selisih antara laba bersih operasi dengan arus kas
operasional.
59
TACᵼ/ TAᵼ-₁ = (NIᵼ - OFᵼ)/ TAᵼ-₁
Dimana :
TACᵼ : total accruals
NIᵼ : laba bersih operasi
OFCᵼ : aliran kas dari aktivitas operasi
TAᵼ-₁ : total aset tahun sebelumnya
( sumber : modified jones. 2001)
b. Non discretionary accruals
Model jones mengansumsikan bahwa komponen
non discretionary accruals adalah konstan (dechlow et
al. 1995).
Model tersebut mengontrol efek perubahan
perputaran ekomoni perusahaan terhadap non
discretionary accruals. Modelnya adalah sebagai berikut
NDAC = (1/ TAᵼ-₁) + (REV – REC)/ TAᵼ-₁ + PPE/TAᵼ-₁
Dimana :
NDAC : Non discretionary accruals
TAᵼ-₁ : total aset tahun sebelumnya
REV : pendapatan
REC : piutang
PPEᵼ-₁ : aktiva tetap
(sumber : modified jones. 2001)
60
c. Discretionary accruals
Discretionary accruals dapat dirumuskan sebagai
berikut :
DACᵼ = TACᵼ/ TAᵼ-₁ - NDACᵼ
Dimana :
DACᵼ : discretionary accruals
TACᵼ : total accruals
NDACᵼ : non discretionary accrulas
Tanpa earning management, maka total akrual
perusahaan 1 pada tahun t akan dapat dijelaskan oleh kondisi
perusahaan. Discretionary accruals mengindikasiakn tingkat
akrual hasil earning management. Rekayasa menaikkan laba
diindikasikan dengan nilai DACᵼ yang positif, sedangkan
rekayasa menurunkan laba diindikasiakn dengan nilai DACᵼ
yang negatif.
61
2. Mekanisme Corporate Governance
a. Jumlah dewan komisaris
Dewan komisaris diukur berdasarkan jumlah
dewan komisaris yang ada dalam suatu perusahaan.
Jumlah dewan komisaris digunakan sebagai alat ukur
karena adanya keterbatasan informasi mengenai
komisaris independen pada sampel dan belum adanya
peraturan yang mewajibkan komisaris independen dalam
perusahaan.
b. Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan
saham oleh semua jenis institusi, baik institusi keuangan
maupun non keuangan. Variabel ini diukur dari jumlah
persentase saham yang dimiliki oleh institusi.
c. Kepemilikan manajerial
Kepemilikikan manajerial adalah ada tidaknya
komisaris dan direksi yang memiliki saham pada
perusahaan dimana mereka menjabat sebgai komisaris
dan direksi. Jumlah kepemilikan manajerial sebagaian
besar kurang dari 1%, sehingga variasi jumlah
kepemilikan manajerial tidak banyak, sehingga variabel
ini menggunakan dummy, yaitu 0 jika tidak terdapat
62
kepemilikan manajerial dan 1 jika terdapat kepemilikan
manajerial.
d. Ukuran KAP
Kualitas audit diukur dengan menggunakan
ukuran KAP. Audit merupakan suatu proses untuk
mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat
antara manajer dan para pemegang saham dengan
menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan
terhadap laporan keuangan (Meutia, 2004).
Klasifikasi akuntan publik dalam penelitian ini
menggunakan dummy variable. Jika perusahaan diaudit
oleh KAP Big 4 maka akan dinilai satu, sedangkan jika
tidak diaudit oleh KAP Big 4 makan nilainya nol.
Laporan keuangan yang berkualitas merupakan salah
satu elemen penting dari corporate governance. Kategori
KAP Big 4 di Indonesia, yaitu:
1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang berkerjasama
dengan KAP Drs. Hadi Susanto dan rekan, dan KAP
Haryanto Sahari.
2. KAP KPMG (Klynveld peat Marwick Goerdeler),
yang bekerjasama dengan KAP Sidharta-Shidarta
dan Wijaya.
63
3. KAP Ernest and Young, yang bekerjasama dengan
KAP Drs. Sarwoko dan Sanjoyo, Prasetyo Purwanto.
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama
dengan KAP Drs. Hans Tuanoka dan Osaman Bing
Satrio.
3. Ukuran Perusahaan
Besar kecilnya ukuran perusahaan diukur
berdasarkan pada rata-rata total assets perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2008-
2011. Menurut Yenny Charlemagne (2005) dalam Asnawi
dan Wijaya (2006: 9), ukuran perusahaan berdasarkan total
assets dikategorikan menjadi dua kriteria, yaitu :
1. Perusahaan besar, kriterianya : total assets lebih besar
dari 400 milliar.
2. Perusahaan kecil, kriterianya : total assets lebih kecil dari
400 milliar.
Variabel ukuran perusahaan berdasarkan total assets
dibentuk menjadi variabel dummy, yaitu : perusahaan besar
dengan nilai dummy 1 dan perusahaan kecil dengan nilai
dummy 0.
64
b. Variabel Dependent
Variabel dependent merupakan variabel terikat dan
dipengaruhi oleh variabel lainnya (Ghozali, 2005). Variabel
dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
perusahaan.
Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kesejahteraan
pemegang saham. Semakin tinggi nilai perusahaan maka dapat
menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya.
Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya,
Jika harga saham perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan
bahwa nilai perusahaan tersebut juga baik.
Menurut Kesuma (2009: 40), harga saham adalah nilai
nominal penutupan (closing price) dari penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas yang berlaku secara reguler di pasar modal di Indonesia.
Menurut Weston dan Brigham (1993) dalam Sri Rahayu
(2010: 7), harga saham didefinisikan sebagai: ”The price at which
stock sells in the market.” Sedangkan, harga pasar saham adalah
nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor apabila
investor menjual atau membeli saham, yang ditentukan
berdasarkan harga penutupan atau closing price di bursa pada hari
yang bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau closing price
65
merupakan harga saham terakhir kali pada saat berpindah tangan
di akhir perdagangan.
66
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menguji pengaruh earning management yang
diproksikan dengan discretionary accrual, corporate governance yang
diukur dengan dewan komisaris, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional dan klasifikasi akuntan publik serta ukuran perusahaan
yang merupakan variabel independen terhadap nilai perusahaan yang
diukur dengan menggunakan harga saham penutupan yang merupakan
variabel dependen.
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan
laporan keuangan untuk periode 2008 - 2011. Sedangkan untuk
pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling
yang diakses melalui website seperti www.idx.com dan
www.duniainvestasi.com . Secara terperinci proses pemilihan sampel
adalah sebagai berikut :
67
Tabel 4.1 Penentuan Jumlah Sampel
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
selama tahun 2008-2011
116
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan
secara utuh
23
Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan
keuangan
7
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan
dalam bentuk rupiah
2
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 84
Sumber : sumber data diolah
Berdasarkan data dalam tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2008
sampai 2011 sebanyak 116 perusahaan. Dari 116 perusahaan tersebut
terdapat 23 perusahaan yang tidak secara utuh menyajikan laporan
keuangannya, 7 perusahaan tidak mempublikasikan laporan
keuangannya dan 2 perusahaan yang tidak menyajikan laporan
keuangan dalam bentuk rupiah. Berdasarkan perhitungan tersebut
diperoleh jumlah sampel sebanyak 84 perusahaan yang memenuhi
kriteria yang ditentukan. Dengan peggabungan data penelitian selama
4 tahun dalam satu analisis, maka jumlah observasi dalam penelitian
adalah 336 data observasi.
68
B. Hasil analisi dan pembahasan
1. Uji Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai
maksimum, minimum dan rata-rata masing-masing variabel
penelitian yang digunakan. Alat yang digunakan untuk
mendeskripsikan variabel dalam penelitian ini adalah nilai
minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi earning management yang diproksikan dengan
discretionary accrual, corporate governance yang diukur dengan
dewan komisaris, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional dan klasifikasi akuntan publik serta ukuran
perusahaan yang merupakan variabel independen terhadap nilai
perusahaan yang diukur dengan menggunakan harga saham
penutupan yang merupakan variabel dependen. Hasil pengujian
variabel-variabel tersebut secara deskriptif dijelaskan seperti
berikut ini :
a. Earning management
Berdasarkan perhitungan dengan rumus model Jones
yang dimodifikasi (Riahi-Belkoui, 2007) maka didapat hasil
perhitungan statistik deskriptif manajemen laba tahun 2008,
2009, 2010, dan 2011 dengan spss 16.0 sebagai berikut :
69
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil statistik deskriptif diatas, terlihat
bahwa nilai minimum dari earning management yang
diproksikan dengan discretionary accrual sebesar -1,19 yang
membuktikan besaran income descreasing (salah satu model
manajemen laba) dengan tujuan agar laba terlihat lebih kecil dari
yang seharusnya, sedangkan nilai maksimum 1,80 membuktikan
bahwa income increasing yang termasuk pola manajemen laba
telah dilakukan didalam perusahaan sampel, hal ini didukung
oleh bonus plan hypotesis, bahwa manjer meningkatkan laba
dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang dihitung atas
dasar laba. Standar deviasi pada tabel menunjukkan kemiringan
data pada nilai 0,27433 dengan nilai rata – rata populasi -0,0042
nilai mean ini dibawah nilai dari standar deviasi hal ini
menunjukkan bahwa data tidak terdapat outliet (Sujianto, 2009).
Tabel 4.2 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Earning 336 -1.19 1.80 -.0042 .27433
Valid N (listwise) 336
70
b. Jumlah Dewan komisaris
Dewan komisaris adalah proksi dari corporate
governance yang diukur berdasarkan jumlah dewan komisaris
yang ada dalam suatu perusahaan. Hasil perhitungan statistik
deskriptif untuk jumlah dewan komisaris selama tahun periode
penilitian dengan SPSS 16.0 adalah sebagai berikut :
Table 4.3 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Komisaris 336 2.00 11.00 4.3185 1.82595
Valid N (listwise) 336
Sumber : data sekunder diolah
Dari hasil pengujian table 4.3 menunjukkan bahwa nilai
minimum komisaris independen sebesar 2,00 atau 2 orang yang
dimiliki oleh PT. Inti Keramik Alam Asri Industri.Tbk dan PT
Beton Jaya Manunggal. Tbk selama periode 2008-2011 dan nilai
maksimum sebesar 11,00 atau 11 orang yang dimiliki oleh PT
Astra Internasional. Tbk pada tahun 2010 dan 2011. Nilai mean
sebesar 4,3185 atau 4 orang dan standar deviasi dari dewan
komisaris independen sebesar 1,82595 atau 2 orang.
71
c. Kepemilikan institusional
Kepemilikan saham institusioal diukur dari jumlah
persentase saham yang dimiliki oleh institusi disetiap
perusahaan. Maka hasil statistik deskriptif kepemilikan saham
institusional adalah sebagai berikut :
Table 4.4 Descriptive Statistics
Sumber : data diolah
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sampel yang
kepemilikan saham institusionalnya terbesar adalah PT. Bentoel
Internasional Investama Tbk ditahun 2010 yaitu sebesar 99,14%
dan sampel dengan proporsi kepemilikan saham institusional
terkecil adalah PT. Beton Jaya Manunggal Tbk pada tahun
2008-2009. Untuk besaran rata-rata komposisi saham yang
dimiliki oleh pihak institusional dari banyaknya jumlah data
yang diteliti sebesar 71,59%. standar deviasi dari kepemilikan
saham institusional sebesar 19,03245, nilai ini menunjukkan
besarnya keragaman dari kepemilikan saham instituonal yang
diteliti.
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
institusional 336 .00 99.14 71.5869 19.03245
Valid N (listwise) 336
72
d. Kepemilikan Manajerial
Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial diukur
dengan dummy variable, apabila ada kepemilikan manajerial
dalam perusahaan maka akan dinilai satu jika tidak maka nol.
hasil statistik deskriptif kepemilikan manajerial adalah sebagai
berikut :
Table 4.5
Sumber: data diolah
variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum
sebesar 0,00% dan nilai maksimum sebesar 100%. Nilai rata-
rata variabel ini adalah sebesar 0,2411 dengan standar deviasi
sebesar 0,42837. Hal ini berarti bahwa manajer perusahaan
memiliki 24% saham dari seluruh saham perusahaan.
e. Klasifikasi Akuntan Publik
Klasifikasi akuntan publik dalam penelitian ini
menggunakan dummy variable. Jika perusahaan diaudit oleh
KAP Big 4 maka akan dinilai satu, sedangkan jika tidak diaudit
oleh KAP Big 4 makan nilainya nol. hasil statistik deskriptif
klasifikasi akuntan publik adalah sebagai berikut :
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Manajerial 336 .00 1.00 .2411 .42837
Valid N (listwise) 336
73
Table 4.6 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kap 336 .00 1.00 .4077 .49215
Valid N (listwise) 336
Sumber : data sekunder diolah
Variabel klasifikasi akuntan publik memiliki nilai
minimum sebesar 0,00% dan nilai maksimum sebesar 100%.
Nilai rata-rata variabel ini adalah sebesar 0,4077 sedangkan nilai
standar devisasi sebesar 0,49215. Hal ini berarti bahwa
perusahaan sampel rata-rata menggunakan kalsifikasi akuntan
publik yang berkualitas sebesar 40%. Penggunaan akuntan
publik yang berkualitas akan mengurangi kesempatan
perusahaan untuk melakukan kecurangan dalam menyajikan
informasi yang tidak akurat.
f. Ukuran perusahaan
Menurut Yenny Charlemagne (2005) dalam Asnawi dan
Wijaya (2006), ukuran perusahaan berdasarkan total assets
dikategorikan menjadi dua kriteria, yaitu :
1. Perusahaan besar, kriterianya : total assets lebih besar dari
400 milliar.
2. Perusahaan kecil, kriterianya : total assets lebih kecil dari 400
milliar.
74
Variabel ukuran perusahaan berdasarkan total assets
dibentuk menjadi variabel dummy, yaitu : perusahaan besar
dengan nilai dummy 1 dan perusahaan kecil dengan nilai dummy
0. Hasil statistik deskriptif ukuran perusahaan adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.7 V
a
r
i
sumber: data diolah
Tabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum
sebesar 0,00% dan nilai maksimum sebesar 100%. Nilai rata-
rata variabel ini adalah sebesar 0,7411 sedangkan nilai standar
devisasi sebesar 0,4387. Hal ini berarti perusahaan sampel dapat
dikategorikan dalam perusahaan besar dengan tingkat
persebaran data sebesar 0,4387 karena memiliki nilai standar
deviasi yang lebih kecil dari nilai rata – rata (0,43870 < 0,7411),
sehingga dapat disimpulkan hampir semua perusahaan sampel
memiliki ukuran perusahaan yang sama.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Size 336 .00 1.00 .7411 .43870
Valid N (listwise) 336
75
g. Nilai perusahaan
Nilai perusahaan di-proksi-kan harga saham penutupan
sebagai dasar perhitungannya. Adapun hasil perhitungan
statistik deskriptif nilai perusahaan adalah sebagai berikut :
Table 4.8 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Nilai 336 1.06 1620.00 2.39722 292.33617
Valid N (listwise) 336
Sumber : data sekunder diolah
Dilihat dari tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa nilai
minimum nilai perusahaan sebesar 1,06 sedangkan nilai
maksimum sebesar 1620 dan mean sebesar 2,39722 dengan
standar deviasi 292,33617. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan yang digunakan sampel memiliki nilai positif
(meningkat). Homongan Siallagan dan Mas’ud Machfoedz
(2006).
2. Uji asumsi klasik
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
metode propability-plot (p-plot), pengujian ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal.
76
Pengujian normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini
untuk menguji apakah data telah berdistribusi normal atau
tidak, adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 P- plot
Dari gambar 4 memperlihatkan penyebaran data yang
ada disekitar dan mengikuti garis diagonal. Ini menunjukkan
bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikoloniearitas
Multikolonealitas menunjukkan apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(variabel independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi kolerasi antar variabel independennya. Terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi
77
adanya masalah multikolinearitas, salah satu metodenya ialah
dengan melihat nilai korelasi parsial.
Uji multikolinearitas dengan korelasi parsial
dilakukan dengan membandingkan antara koefesien
determinasi keseluruhan dengan nilai koefesien korelasi
parsial semua variabel bebasnya. Jika nilai koefesien
determinasi keseluruhan lebih besar dari nilai koefesien
parsial semua variabel bebasnya maka model tersebut tidak
mengandung gejala multikolinearitas (Suliyanto, 2011: 88).
Hasil uji multikolonieritas terhadap data ditunjukkan
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.9 Hasil uji multikolinearitas
Summaryb M
odel
Sumber : data diolah
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .772a .596 .589 .27104
78
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Correlations
B
Std.
Error Beta
Zero-
order Partial Part
1 (Constant) .394 .017
23.099 .000
Earning -.061 .028 -.114 -2.187 .029 .471 -.120 -.077
Komisaris -.059 .052 -.041 -1.124 .262 .082 -.062 -.039
Institusional .188 .025 .267 7.463 .000 .376 .380 .261
Manajerial -.011 .018 -.021 -.599 .549 .016 -.033 -.021
Kap -.167 .087 -.204 -1.929 .055 .659 -.106 -.068
Ukuran .778 .098 .954 7.958 .000 .721 .402 .279
Sumber : data sekunder diolah Berdasarkan output pada model summary terlihat
bahwa koefesien determinasi secara keseluruhan adalah
sebesar 0.596 sedangkan untuk nilai korelasi parsial yang
terlihat bahwa nilai-nilainya tidak ada yang lebih besar dari
koefesien determinasi keseluruhannya, hal ini menunjukkan
bahwa model regresi yang terbentuk tidak terjadi gejala
multikolinearitas.
c. Uji Autokolerasi
Untuk mengetahui ada tidaknya masalh autokorelasi
digunakan uji Durbin Watson. Uji D-W hanya digunakan
untuk autokorelasi tingkat stud an mensyaratkan adanya
intercept (konstanta) dalam model regersi dan tidak ada
79
variabel lagi diantara variabel independen (Ghozali, 2005:
96).
Panduan mengenai angka D-W untuk mendeteksi
autokorelasi biasa dilihat pada table D-W, yang biasa dilihat
pada buku stastistik yang relevan. Namun demikian secara
umum biasa diambil patokan (Santoso, 2000: 219) :
1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada Autokorelasi negatif
Tabel 4.10 Hasil uji autokolerasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .772a .596 .589 .27104 1.900
Sumber: Data Diolah
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
Durbin- Watson sebesar 1,900. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai Durbin –Watson berada diantara -2 sampai +2, artinya
tidak ada masalah autokorelasi dalam penelitia ini. Ukuran
yang diambil berdasarkan sumber Singgih Santoso (2000:
219).
80
d. Uji heterokedastisitas
Heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Hasil
pengujian dapat diamati dengan menggunakan grafik
scatterplot.
Gambar 4.2 Hasil uji heterokedastisitas
Gambar 4.2
Hasil uji heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplot diatas terlihat bahwa titik-
titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas
maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi yang dipakai.
81
3. Koefesien determinasi (adjusted R²)
Koefesien determinasi bertujuan untuk menerangkan
seberapa jauh kemampuan variabel-variabel independen
menjelaskan variabel dependen. Kelemahan dalam
menggunakan R² adalah adanya bias terhadap jumlah
variabel independen yang dimasukkan kedalam model.
Dalam penelitian ini digunakan nilai adjusted R² untuk
mengukur kemampuan variabel-variabel independen
menjelaskan variabel dependen.
Tabel 4.11 Hasil analisis adjusted R²
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .772a .596 .589 .27104
Sumber : data sekunder diolah
Tabel 4.11 menunjukkan nilai R² sebesar 0.723. hal
ini berarti nilai perusahaan sebagai variabel dependen yang
diproksikan dengan harga saham dapat dijelaskan oleh
variabel independen yang diproksikan dengan earning
management, kepemilikan institusional, kepemilikan
managerial, klasifikasi akuntan publik, jumlah komisaris
independen dan ukuran perusahaan sebesar 72%. sedangkan
sisanya 28% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diikutsertakan dalam model seperti manajemen resiko,
82
leverage (Uyun, 2011), bonus kompensasi, komite audit dan
ukuran dewan direksi (Praditha, 2011), serta corporate social
responsibility (Permanasari, 2010).
4. Uji hipotesis
a. Uji Individu (uji t)
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh
variabel-variabel independen secara individu menerangkan
variabel dependen (ghozali, 2005). Berikut pengujiannya :
Tabel 4.12 Hasil uji regresi variabel
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) .394 .017 23.099 .000
Earning -.061 .028 -.114 -2.187 .029
Komisaris -.059 .052 -.041 -1.124 .262
Institusional .188 .025 .267 7.463 .000
Manajerial -.011 .018 -.021 -.599 .549
Kap -.167 .087 -.204 -1.929 .055
Ukuran .778 .098 .954 7.958 .000
Sumber : data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.12 diatas maka persamaan
regresinya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = 0,394 – 0,061푋 − 0,059푋₂ + 0,188푋 D
− 0,011푋 D − 0,167 푋 + 0,778푋 D + e
83
Untuk menguji hipotesis yang diajukan diterima atau
ditolak dengan melihat tingkat signifikasi (pada kolom sig) di
tabel 4.12 maka hipotesis penelitian tentang pengaruh antar
variabel .dependen dan variabel independen secara individu
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Earning management terhadap nilai perusahaan
Hasil pengujian hipotesis 1 mengenai pengaruh
manajemen laba terhadap nilai perusahaan menunjukkan
koefesien 0,114 nilai t sebesar -2,187 dengan signifikansi
sebesar 0,029. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian variabel earnings
management mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, hipotesis 1
yang menyatakan bahwa earning management
berpengaruh terhadap nilai perusahaan diterima.
Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan
oleh Paramita (2008), Diah Ayu Pratiwi (2010) yang
menyatakan bahwa earning management mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan agency theory bahwa hubungan
keagenan dapat menimbulkan konflik kepentingan antara
pemilik (investor) dan manajer (agen). Kontrak dibuat
dengan harapan dapat meminimalisir konflik kepentingan
84
tersebut. Hasil penlitian ini menemukan bahwa tindakan
earning management yang dilakukan oleh manajer tidak
akan memberikan reaksi yang menguntungkan yang
nantinya akan berdampak pada penurunan nilai
perusahaan yang tercermin pada harga saham itu sendiri,
sehingga ketika tujuan yang dimiliki antara pihak
manajemen dan pihak pemodal berbeda maka konflik
keagenan tidak dapat dihindari dalam perusahaan tersebut.
Pihak manajemen akan merugikan pemilik modal
dengan berperilaku tidak etis dan opportunistic yang dapat
memberikan dampak pada kualitas labai. Laba yang
bersifat oportunis yang memiliki kualitas rendah tidak
akan mewakili informasi yang sebenarnya yang tentunya
akan sangat merugikan bagi para investor dan juga
perusahanan sebab hal ini berhubungan dengan nilai dari
perusahaan tersebut yang tercermin dari harga saham yang
ditransaksikan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Theresia (2005) Ujiyanto dan
Pramuka (2007). Earning management (discrecionary
accrual) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan.
85
2) Jumlah Dewan Komisaris terhadap nilai perusahaan
Dari hasil uji t pada tabel 4.12 menunjukkan nilai
koefesien sebesar 0,041 dengan nilai t sebesar -1,124 dan
nilai signifikan dewan komisaris sebesar 0,262. Nilai
signifikansi pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. yang
berarti dewan komisaris tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sylvia (2005) dan Rizal (2008) yang
menyatakan bahwa dewan komisaris tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Namun penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilaukuan oleh Mas’ud dan Hamonangan
(2006) yang menyatakan bahwa dewan komisaris
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
3) Kepemilikan institusional terhdap nilai perusahaan
Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan koefesien
0,267 nilai t sebesar 7,463 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih
kecil dari 0,05, yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak
sehingga dapat dikatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
86
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan, kartika (2007) Rizal (2008) dan Diah Ayu
Pratiwi (2010) serta Serli (2011) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hal ini mungkin dikarenakan pihak
institusional dapat mengontrol perusahaan dengan lebih
teliti sehingga kemungkinan manajemen melakukan
manajemen laba dapat dikurangi yang pada akhirnya akan
meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut.
Namun penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz
(2003) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
tidak berpengaruh sigtifikan terhadap nilai perusahaan.
4) Kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial memiliki tingkat koefesien 0,021. nilai t
sebesar -0,599 dan signifikansi sebesar 0,549. tingkat
signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho
diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Permanasari (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan
87
manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan, begitu juga dengan penelitian
Rustendi dan Jimmy (2008). Penolakan hipotesis ini
kemungkinan terjadi dikarenakan kepemilikan manajerial
terlalu rendah sehingga kinerja manajer dalam mengelola
perusahaan kurang optimal dan manajer sebagai pemegang
saham minoritas belum dapat berpartisipasi aktif dalam
membuat suatu keputusan diperusahaan, sehingga tidak
mempengaruhi nilai perusahaan.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gudono (2000) dan Mehran (1994). Kedua
peneliti tersebut menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
5) Klasifikasi akuntan publik terhadap terhadap nilai
perusahaan
Variabel klasifikasi akuntan publik memiliki nilai
koefesien sebesar 0, 204 dengan nilai t sebesar -1,929 dan
nilai signifikansi sebesar 0, 055. Nilai signifikansi
pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti
klasifikasi akuntan publik tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
88
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siregar dan Utama (2006) menyatakan
bahwa KAP tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Semakin tinggi atau bagusnya kualitas dari auditor tidak
berpengaruh terhadapi nilai perusahaan. Laporan
keuangan yang diaudit oleh auditor bereputasi dipercaya
lebih berkualitas sehingga dapat menampilkan nilai
perusahaan yang sebenarnya, namun investor tidak terlalu
merespon hal ini. Investor cenderung melihat peran
monitoring yang dilakukan dewan komisaris dalam
meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut.
Namun, Penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) yang
menyatakan bahwa klasifikasi akuntan publik yang diukur
dengan KAP Big 4 dan Non big 4 berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
6) Ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
Ukuran perusahaan memiliki nilai koefesien
sebesar 0, 954 dengan nilai t sebesar 7,958 dan nilai
signifikansi sebesar 0,000 Nilai signifikansi pengujian
tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa Ha
dierima dan Ho ditolak. hasil tersebut menunjukkan bahwa
89
variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi 0,05.
Ukuran perusahaan dapat diproksi melalui Total
Asset (TA) atau kekayaan perusahaan pada akhir tahun
(Taswan, 2003). Jika perusahaan memiliki total asset yang
besar maka pihak manajemen akan lebih leluasa dalam
menggunakan asset yang ada di perusahaan tersebut.
Kemudahan dalam mengendalikan asset perusahaan akan
meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga, investor
cenderung menyukai perusahaan yang dengan kemampuan
memunculkan dana yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan kecil.
Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rachmawati dan Hanung (2007) serta Herawaty
(2008), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dimana
semakin besar ukuran suatu perusahaan maka nilai
perusahaan akan semakin meningkat. Temuan ini
menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan ukuran
perusahaan dalam membeli saham. Ukuran perusahaan
dijadikan patokan bahwa perusahaan tersebut mempunyai
nilai perusahaan yang baik.
90
Namun hasil ini berbeda dengan penelitian
Darmawati (2005) maupun penelitian Siallagan dan
Mas’ud (2006) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
b. Uji simultan (uji F)
Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji
dengan melihat nilai signifikansi (pada kolom sig) dan
nilai F tabel. Hasil analisis regresi disajikan dalam tabel
berikut ini :
Tabel 4.13 Hasil uji simultan
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 35.723 6 5.954 81.046 .000a
Residual 24.169 329 .073
Total 59.892 335 Sumber : data sekunder yang diolah
Dari hasil analisis regresi tersebut, didapat nilai F
tabel adalah 81,046 dengan tingkat signifikansi 0,001 oleh
karna lebih kecil dari 0,05 maka model regresi panelitian
ini dapat dipakai untuk memprediksi nilai perusahaan.
Berdasarkan tingkat signifikansi dari tabel 4.13 tersebut
lebih kecil dari 0,05 bararti Ha diterima dan Ho ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara
simultan (bersama-sama) earning management, jumlah
91
dewan komisaris, kepemillikan institusional, kepemilikan
manajerial, klasifikasi akuntan publik dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dengan kata lain, model regresi yang terbentuk adalah
signifikan.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris
mengenai pengaruh variabel independen yaitu earning management
yang di proksikan dengan discrecionary accrual, mekanisme
corporate governance yang di proksikan dengan jumlah dewan
komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
klasifikasi akuntan publik serta ukuran perusahaan yang diproksikan
berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan terhadap nilai
perusahaan yang di proksikan dengan harga saham penutupan pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2008-2011.
Dari hasil analisa dan pembahasan dari bab sebelumnya, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Tindakan earnings management berpengaruh negatif signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa earnings
management dapat menurunkan nilai perusahaan.
2. Mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan
jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
3. Mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan
kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap
94
nilai perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa kepemilikan saham
institusional dapat meningkatkan nilai perusahaan.
4. Mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan
Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
5. Mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan
Klasifikasi akuntan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
6. Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa ukuran perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
B. Implikasi
Hasil keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa earning
management, kepemilikan saham institusional dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Artinya setiap penambahan
kepemilikan saham institusional dan ukuran perusahaaan akan
meningkatkan nilai perusahaan tersebut, sedangkan peningkatan
tindakan earning management akan menurunkan nilai dari perusahaan
tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penelitian ini dapat
di implikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti bagi:
95
1. Manajemen perusahaan
Manajemen perusahaan harus lebih jujur dalam melaporkan
laporan keuangan perusahaannya agar para pengguna laporan
keuangan tersebut tidak merasa dibohongi dan agar kepercayaan
pihak-pihak yang bersangkutan meningkat yang akhirnya akan
meningkatkan nilai dari perusahaan itu sendiri.
2. Investor dan kreditur
Para investor dan kreditur harus lebih berhati-hati dalam
melakukan investasi maupun memberikan pinjaman terhadap
perusahaan yang peran monitoringnya lemah sehingga
mengakibatkan mudahnya terjadi kecurangan-kecurangan di
dalam perusahaan tersebut.
3. Pemerintah
Pemerintah harus lebih teliti dan berhati-hati terhadap perusahaan
yang melaporkan labanya dalam jumlah yang tidak wajar karna
hal itu mengindikasikan terjadinya tindakan earning management
yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak yang menjadi
kewajiban perusahaan tersebut.
4. Pihak akademik
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi dunia akademik
khususnya ilmu pengetahuan sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan teori-teori yang berhubungan dengan nilai
96
perusahaan, faktor-faktor yang dapat meningkatkan maupun
menurunkan nilai dari sutu perusahaan
C. Saran
Beberapa saran yang dikemukakan dengan adanya
keterbatasan penelitian, antara lain:
1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperpanjang
periode penelitian dan menambahkan jumlah sampel sehingga data
yang digunakan semakin mendekati kondisi yang sebenarnya.
2. Bagi penelitian selanjutnya agar menggunakan proksi lain seperti
komite audit, dewan direksi, dewan komisaris independen sebagai
mekanisme corporate governance.
3. Bagi penelitian selanjutnya agar menambahkan variabel
independen lainnya yang mempengaruhi nilai perusahaan.
97
DAFTAR PUSTAKA
Ali Irfan 2002. Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002.
Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. 2005. Management Control System
Buku 2, Jakarta: Salemba Empat. Ardi Murdoko Sudarmadji & Lana Sularto: Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage Dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan keuangan Tahunan. PESAT. Vol. 2. 2007.
Anto Dajan, 1996, Pengantar Metode Statistik, Jilid Kedua, LP3ES, Jakarta. Aziz, Abdul Khalik, 2012. Pengaruh Growth, Manajemen Laba, dan Cahs Flow
Terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderating. Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Belkaoui, Ahmed.2007. Accounting Theory Teori akuntansi Buku dua, Salemba
Empat :Jakarta. Boediono, Gideon SB. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi Volume 8.
Brigham & Houston. 2006. Fundamentals Of Financials Managemen (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan), Jakarta: Salemba Empat.
Christiawan, Jogi Julius dan Tarigan, Josua. 2007. Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Keuangan. Volume 9 No.1:1-8.
Darmawati, Deni dkk. 2004. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Symposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004.
Dechow, P., Sloan, R., Sweeney, A., 1995, Detecting earnings management, The Accounting Review 70, 193-225.
Dwi, Theresia Hastuti. 2005. Hubungan Antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta). Unika Soegijapranata.
98
Eisenhardt, Kathleem. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of management Review, 14, hal 57-74.
Fama, Eguene, 1978, ‘The Effectof a Firm’s Investment and Financing Decisions on the Welfareof its Security Holders’, Investment and Financing, Vol. 68.
FCGI. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta. Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi
Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gideon, SB Boediono 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggubakan Analisis Jalur. Simposisum Nasional Akuntansi VII, IAI 2005.
Haris, wibisono. 2004. Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. Tesis S2 Magister Sains Akuntansi UNDIP.tidak dipublikasikan.
Hartini P. Pawestri 2005. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan : dengan Keputusan Keuangan sebagai variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.
Healy, P., Wahlen, J., 1999. A review of the earnings management literature and its implications for standard setting, Accounting Horizons 13, p. 365–383.
Indriantoro dan Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta.
Jeany Clarensia, Sri Rahayu dan Nur Azizah.2011.pengaruh likuiditas, rofitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan kebijakan dividen terhadap harga saham (studi empirik pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2007-2010).Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur Jakarta
Jensen, Michael C. dan W. H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. http://papers.ssrn.com
Kesuma, Ali. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Universitas Darwan Ali. Sampit Kalimantan Tengah.
99
Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto. LS 2005. Corporate Governance dan Kinerja : Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi VIII solo.
Larasati, A. 2009. Analisa Pengaruh Mekaisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.
Meutia,I. 2004. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7, No. 3. September.
Michael Barclay and Clifford G. Holderness, “Private Benefits from Block Ownership and Discounts on Closed-End Funds,” 1993, with Journal of Financial Economics, Volume 33, Number 3.
Midiastuty, Pratana Puspa dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan
Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI Surabaya.
Nasution, M dan Setiawan, D. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.
Permanasari, Mirra. 2010. Pengaruh Penerapan CSR Terhadap Tingakt
Profitabilitas, Besaran Pajak Penghasilan dan Biaya Operasi Pada Perusahaan Yng Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Depok. FE. Universitas Gunadharma.
Potter, G. 1992. Accounting Earnings Announcements, Institutional Investor
Concentration, and Common Stock Returns. Journal of Accounting Research. 30.1: 146-155.
Pratana Puspa Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz. 2003. Analisis Hubungan
Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI. IAI, 2003.
Pratiwi, Diah Ayu. 2010. Analisis Pengaruh Earning Management Terhadap
Nilai Perusahaan dengan Peranan Praktik Corporate Governance sebagai Moderating Variable. Semarang: Universitas Diponegoro.
Rachmawati, Andri. 2007. Pengaruh Investment Opportunity Set dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Tidak Dipublikasikan.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
100
Santoso .S., 2002, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sarjono, Haryadi dan Chandra, Steven dan Kartika Sarjono, Nessya. 2009. Model
Markov Chain untuk Pemilihan Universitas Favorit. Konferensi Nasional 1: Dampak Country Risk Terhadap Perusahaan Ditinjau dari Aspek Manajemen & Akuntansi. Diselenggarakan oleh Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis (PSEB) universitas Kristen Duta Wacana dan The University of New South Wales. 8 Agustus 2009, Yogyakarta.
Scott, W. R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Pearson Prentice
Hall: Toronto. Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory 2nd ed. Prentice Hall, New
Jersey.
Shleifer, Andrei. dan Vishny, R.W. 1988. “Management ownership and market valuation: An empirical analysis”. Journal of Financial Economics 20: 293-315.
Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang.
Siamat, Dahlan. 2005, Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan
Perbankan, edisi kelima, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Singgih, Santoso. 2000. SPSS Statistik Parametrik, PT. Elek Media Komputindo.
Jakarta. Soliha, Euis, Taswan, September 2002, “Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap
Nilai Perusahan serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, STIE STIKUBANK, Semarang.
Sri Lasanti, Hexana. 2005 ”Pengaruh Arus Kas Bersih dan Struktur Modal
Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Terbuka Indonesia.” Skripsi . Fakultas Ekoomi Universitas Sumatera Utara.
Sugiri, Slamet. 1998. “Earnings Management: Teori, Model, dan Bukti Empiris”, Telaah, hal 1-18.
Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan:Teori & Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta. Andi.
101
Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004. “Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan”. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali, 2 – 3 Desember.
Surifah. (Mei-September 1999), “Informasi Asimetri dan Pengaruh Manajemen Terhadap Pelaporan Keuangan dalam Perspektif Agency Theory”, Kajian Bisnis, hal 71-81.
Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama, Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management) Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.
Tedi Rustendi dan Farid Jimmi. 2008. Pengaruh Hutang dan Kepemilikan
Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur (Survey Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi FE Unsil.
Tunggal, Wijaya Amin. Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
Rhineka Cipta. 1995. Ujiantho, M. A. dan Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.
Utama, Siddharta, 2003. “Corporate Governance, Disclosure and its Evidence in
Indonesia”. Usahawan No.04 th XXXII. hal. 28-32
Uyun, Shofwatul 2011. Pengaruh Manajemen Risiko, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Undergraduate thesis (unpublished), Universitas Airlangga.
Vinola, Herawaty. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai
Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI 23-24 Juli 2008.
Wahidiyawati, 2002, Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif Theory Agency, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, volume 5 no 1.
Weston, J. Fred, Brigham, Eugene F. (1993). Dasar-dasar Manajemen Keuangan :
jilid 1. 9th edition.. Erlangga.
102
Wijaya, Asnawi. Metodologi Penelitian Keuangan. Graha Ilmu: Yogyakarta, 2006.
www. Duniainvestasi. com
www. idx. com
Yermack, D., 1996. Higher Market Valuation of Companies with Small Board of Directors. Journal of Financial Economics 40, 185-211.
103
Lampiran 1 Sampel perusahaan manufaktur
No kode nama perusahaan
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 2 SMCB Holcim Indonesia Tbk 3 SMGR Semen Gresik Tbk 4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 5 IKAI Inti Keramik AlamIndustri Tbk 6 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 7 MLIA Mulia Industrindo Tbk 8 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 9 ALKA Alaska Industrindo Tbk
10 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk 11 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk 12 CTBN Citra Turbindo Tbk 13 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 14 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 15 LION Lion Metal Works Tbk 16 LMSH Lionmesh Prima Tbk 17 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 18 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk 19 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 20 DPNS Duta Pertiwi Nusantara 21 EKAD Ekadharma International Tbk 22 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 23 SRSN Indo Acitama Tbk 24 TPIA Chandra Asri Petrochemical 25 AKKU alam karya unggul tbk 26 APLI Asiaplast Industries Tbk 27 BRNA Berlina Tbk 28 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk 29 TRST Trias Sentosa Tbk 30 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk 31 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 32 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 33 MAIN Malindo Feedmill Tbk 34 SIPD Siearad Produce Tbk 35 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 36 SPMA Suparma Tbk
104
37 ASII Astra International Tbk 38 AUTO Astra Auto Part Tbk 39 GJTL Gajah Tunggal Tbk 40 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 41 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 42 ADMG Polychem Indonesia Tbk 43 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk 44 HDTX Pan Asia Indosyntec Tbk 45 KARW Karwell Indonesia Tbk 46 PBRX Pan Brothers Tbk 47 POLY Asia Pasific Fibers Tbk 48 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 49 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk 50 UNTX Unitex Tbk 51 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 52 JECC Jembo Cable Company Tbk 53 KBLM Kabelindo Murni Tbk 54 SCCO Supreme Cable and Commerce Tbk 55 VOKS Voksel Electric Tbk 56 PTSN Sat Nusa Persada Tbk 57 ADES Akasha Wira International Tbk 58 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 59 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 60 DAVO Davomas Abadi Tbk 61 DLTA Delta Djakarta Tbk 62 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 63 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 64 MYOR Mayora Indah Tbk 65 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk 66 SKLT Sekar Laut Tbk 67 STTP Siantar Top Tbk 68 ULTJ Ultrajaya Milk, Trading Comp Tbk 69 GGRM Gudang Garam Tbk 70 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 71 RMBA Bentoel International Investama Tbk 72 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk 73 INAF Indofarma Tbk 74 KAEF Kimia Farma Tbk 75 KLBF Kalbe Farma Tbk
105
76 PYFA Pyridam Farma Tbk 77 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk 78 MRAT Mustika Ratu Tbk 79 TCID Mandom Indonesia Tbk 80 UNVR Unilever Indonesia Tbk 81 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk 82 KICI Kedaung Indag Can Tbk 83 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk 84 BRPT Barito pasific tbk
106
Lampiran 2 Hasil olah data variabel:
A. Earning Management
No kode nama perusahaan earning management
2008 2009 2010 2011
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk -0,91 -0,68 -0,74 -0,53
2 SMCB Holcim Indonesia Tbk -0,94 -0,87 -1,05 -0,95
3 SMGR Semen Gresik Tbk -0,57 -0,58 -0,48 -0,72
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk -0,76 -0,52 -0,79 -0,69
5 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk -0,02 -0,35 -0,49 -0,08
6 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 0,1 0,26 0,12 0,16
7 MLIA Mulia Industrindo Tbk -0,65 -0,9 -0,89 -0,81
8 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk -0,66 -0,25 -0,34 -0,42
9 ALKA Alaska Industrindo Tbk -0,05 -0,76 -0,91 -0,14
10 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk -0,06 -0,02 0,04 -0,33
11 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk -0,09 0,13 0,05 0,03
12 CTBN Citra Turbindo Tbk -0,86 -1,79 -0,92 -1,19
13 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 0,06 -0,03 0,33 0,13
14 JPRS Jaya Pari Steel Tbk -0,12 0,17 -0,01 0,01
15 LION Lion Metal Works Tbk -0,73 0,02 -0,06 -0,27
16 LMSH Lionmesh Prima Tbk 0,12 0,08 0,17 0,12
17 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 0,21 0,11 0,25 0,12
18 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk -0,01 0,03 0,14 0,05
19 BUDI Budi Acid Jaya Tbk -0,82 -0,82 -0,88 -0,46
20 DPNS Duta Pertiwi Nusantara -0,05 -0,01 -0,16 -0,14
21 EKAD Ekadharma International Tbk -1,17 -0,37 -0,53 -0,04
22 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 0,23 0,25 0,21 0,22
23 SRSN Indo Acitama Tbk -0,28 -0,16 -0,16 -0,2
24 TPIA Chandra Asri Petrochemical 0,09 0,12 0,01 0,07
25 AKKU Alam Karya Unggul Tbk -0,08 -0,79 -1,34 -0,43
26 APLI Asiaplast Industries Tbk -0,69 -0,73 -1,12 -0,85
27 BRNA Berlina Tbk -0,67 -0,48 -0,55 -0,47
28 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk -0,26 -0,18 -0,37 -0,06
29 TRST Trias Sentosa Tbk -0,81 -0,58 -0,67 -0,69
30 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk 0,22 0,15 0,17 0,18
31 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0,24 -0,52 -0,64 -0,33
32 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk -1,1 -0,71 -0,22 -0,68
107
33 MAIN Malindo Feedmill Tbk -1,1 -0,45 -0,56 -0,7
34 SIPD Siearad Produce Tbk -0,86 -1,01 -0,68 -0,85
35 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk -1,01 -0,43 -0,71 -0,72
36 SPMA Suparma Tbk 0,09 0,1 0,15 0,11
37 ASII Astra International Tbk -0,36 -0,3 -0,2 -0,01
38 AUTO Astra Auto Part Tbk -0,59 -0,16 -0,36 -0,12
39 GJTL Gajah Tunggal Tbk 0,03 0,08 0,11 0,07
40 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk -0,24 0,03 -0,06 -0,11
41 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 0,07 0,1 0,01 0,09
42 ADMG Polychem Indonesia Tbk 0 0,1 0,1 0,07
43 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk -0,03 0,07 0,16 0,52
44 HDTX Pan Asia Indosyntec Tbk 0 0,11 0,1 0,07
45 KARW Karwell Indonesia Tbk 0,06 0,06 -0,07 0,02
46 PBRX Pan Brothers Tbk 0,14 -0,04 0,15 0,08
47 POLY Asia Pasific Fibers Tbk 0,01 -0,21 -0,32 -0,17
48 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 0,09 -0,04 0,04 0,03
49 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk 0,15 0,22 0,21 0,19
50 UNTX Unitex Tbk 0,03 0,12 0,33 0,16
51 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0,14 0,08 0,13 0,12
52 JECC Jembo Cable Company Tbk -0,11 0,07 0,05 -0,08
53 KBLM Kabelindo Murni Tbk -1,1 -0,2 -1,17 -0,82
54 SCCO Supreme Cable Manufacturiand Commerce Tbk -0,11 0,21 -0,64 -0,32
55 VOKS Voksel Electric Tbk 0,17 0,13 0,01 0,1
56 PTSN Sat Nusa Persada Tbk -0,06 0,01 0 -0,02
57 ADES Akasha Wira International Tbk 0,08 0,04 0,17 0,07
58 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk -0,6 -0,48 -0,43 -0,5
59 CEKA Cahaya Kalbar Tbk -1,94 0,83 0,29 0,06
60 DAVO Davomas Abadi Tbk 1,68 1,8 0,52 0,32
61 DLTA Delta Djakarta Tbk -0,97 -0,32 0,17 -0,07
62 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk -0,63 -0,18 -0,4 -0,28
63 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 1,23 1,01 -0,23 -0,58
64 MYOR Mayora Indah Tbk -0,92 -0,64 -0,91 -0,82
65 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk -0,08 0,42 0,2 0,18
66 SKLT Sekar Laut Tbk -0,99 -0,4 -0,66 -0,68
67 STTP Siantar Top Tbk -0,62 -0,63 -0,62 -0,62
68 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Comp Tbk -0,8 -0,53 -0,73 -0,46
108
69 GGRM Gudang Garam Tbk -0,38 -0,29 -0,27 -0,31
70 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 0,1 0,21 0,12 0,14
71 RMBA Bentoel International Investama Tbk 0,12 0,07 0,02 0,07
72 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk -0,51 -0,31 0,27 -0,28
73 INAF Indofarma Tbk -0,13 0,33 -0,04 -0,17
74 KAEF Kimia Farma Tbk -0,46 -0,33 -0,44 -0,41
75 KLBF Kalbe Farma Tbk -0,23 -0,27 -0,25 -0,22
76 PYFA Pyridam Farma Tbk -0,85 -0,63 -0,58 -0,69
77 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk 0,04 0,01 0,04 0,03
78 MRAT Mustika Ratu Tbk -0,31 -0,12 -0,12 -0,18
79 TCID Mandom Indonesia Tbk -0,69 -0,57 -0,45 -0,57
80 UNVR Unilever Indonesia Tbk -0,98 -0,78 -0,83 -0,83
81 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk -0,67 0 -0,56 -0,41
82 KICI Kedaung Indag Can Tbk 0,01 -0,03 0,05 -0,32
83 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk -0,33 -0,34 -0,33 -0,37
84 BRPT Barito pasific tbk -0,04 0,14 0,1 0,07
109
Lampiran 3 B. Mekanisme corporate governance
Nama Perusahaan 2008 2009
Ins Man KAP Kom
ins man kap kom
Indocement Tunggal Prakasa Tbk 78.18 0 1 7
77.33 0 1 6
Holcim Indonesia Tbk 77.33 0 1 7 64.03 0 1 7
Semen Gresik Tbk 75.91 0 1 6 76.79 0 1 6
Asahimas Flat Glass Tbk 84.93 0 1 7 84.94 0 1 7
Inti Keramik Alam Industri Tbk 75.16 1 0 2 74.28 1 0 2
Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 67.80 0 0 4 98.38 0 0 2
Mulia Industrindo Tbk 67.25 0 1 3 67.25 0 1 3
Surya Toto Indonesia Tbk 94.80 0 1 3 94.80 0 1 3
Alaska Industrindo Tbk 94.92 0 0 4 94.92 0 0 4
Alumindo Light Metal Ind Tbk 80.93 1 0 5 80.99 1 0 5
Beton Jaya Manunggal Tbk 0 1 0 2 0 1 0 2
Citra Turbindo Tbk 69.16 0 0 3 94.00 0 0 4
Indal Aluminium Industry Tbk 65.85 0 0 5 65.85 0 0 5
Jaya Pari Steel Tbk 67.62 1 0 3 68.41 1 0 2
Lion Metal Works Tbk 57.67 0 0 3 57.70 0 0 3
Lionmesh Prima Tbk 32.20 0 0 3 32.20 0 0 3
Pelangi Indah Canindo Tbk 94.17 0 0 3 94.17 0 0 3
Tembaga Mulia Semanan Tbk 86.22 0 1 5 86.22 0 1 2
Barito Pasific Tbk 72.20 0 1 6 72.62 0 1 6
Budi Acid Jaya Tbk 67.48 0 0 5 51.42 0 0 5
Duta Pertiwi Nusantara 62.22 1 0 3 60.06 1 0 3
Ekadharma International Tbk 74.37 0 0 3 75.45 0 0 3
Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 69.91 1 1 3 87.27 1 1 3
Indo Acitama Tbk 73.55 0 0 9 78.91 0 0 9
Chandra Asri Petrochemical 64.65 0 1 4 61.34 0 1 3
110
Alam Karya Unggul Tbk 64.57 0 0 2 52.43 0 0 2
Asiaplast Industries Tbk 46.44 0 0 3 56.31 0 0 3
Berlina Tbk 51.42 0 0 4 51.42 0 0 4
Champion Pasific Indonesia Tbk 63.10 0 0 3 63.10 0 0 3
Trias Sentosa Tbk 42.20 0 1 4 59.46 0 1 3
Yana Prima Hasta Persada Tbk 89.47 1 0 3 89.47 1 0 3
Japfa Comfeed Indonesia Tbk 64.10 0 0 3 58.80 0 0 3
Malindo Feedmill Tbk 81.67 0 0 3 76.60 0 0 3
Siearad Produce Tbk 3.14 0 0 4 3.14 0 0 5
Fajar Surya Wisesa Tbk 77.70 0 1 3 77.70 0 1 3
Suparma Tbk 88.60 0 0 5 85.30 0 0 5
Astra International Tbk 50.11 1 1 10 50.11 1 1 10
Astra Auto Part Tbk 86.72 0 1 9 93.91 0 1 9
Gajah Tunggal Tbk 65.00 0 1 7 57.85 0 1 7
Multistrada Arah Sarana Tbk 59.92 0 1 5 63.10 0 1 5
Polychem Indonesia Tbk 89.92 0 1 5 89.92 0 1 5
Ever Shine Textile Industry Tbk 72.58 0 1 4 72.58 0 1 4
Pan Asia Indosyntec Tbk 84.38 1 0 3 84.38 1 0 4
Karwell Indonesia Tbk 56.75 0 0 4 56.75 0 0 4
Pan Asia Filament Inti Tbk 97.84 0 0 3 97.85 0 0 3
Pan Brothers Tbk 34.76 0 0 9 32.95 0 0 9
Asia Pasific Fibers Tbk 66.23 0 0 7 65.95 0 0 6
Ricky Putra Globalindo Tbk 40.41 0 0 3 48.04 0 0 3
Sunson Textile Manufacturer Tbk 69.53 1 0 6 69.53 1 0 6
Unitex Tbk 69.37 1 1 3 69.37 1 1 3
Sumi Indo Kabel Tbk 93.06 1 1 5 93.06 1 1 5
Jembo Cable Company Tbk 90.15 0 0 3 90.15 0 0 3
Kabelindo Murni Tbk 78.88 0 0 4 81.44 0 0 5
111
Supreme Cable Manufactur Tbk 67.26 0 0 4 67.26 0 0 4
Voksel Electric Tbk 38.97 0 0 6 38.97 0 0 6
Sat Nusa Persada Tbk 21.59 1 0 2 22.06 1 0 3
Akasha Wira International Tbk 94.82 0 0 3 94.53 0 0 3
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 51.56 0 0 6 72.89 0 0 6
Cahaya Kalbar Tbk 92.01 0 1 3 92.01 0 1 3
Davomas Abadi Tbk 78.24 0 0 3 79.83 0 0 3
Delta Djakarta Tbk 84.60 0 1 5 84.60 0 1 5
Indofood Sukses Makmur Tbk 51.53 0 1 10 50.05 0 1 10
Multi Bintang Indonesia Tbk 83.37 0 1 5 83.37 0 1 5
Mayora Indah Tbk 38.19 0 0 3 33.07 0 0 3
Prashida Aneka Niaga Tbk 92.40 0 0 6 92.40 0 0 6
Sekar Laut Tbk 96.00 0 0 3 96.00 0 0 3
Siantar Top Tbk 60.39 0 0 3 56.76 0 0 3
Ultrajaya Milk and Trading Tbk 48.21 1 0 3 37.32 1 0 3
Gudang Garam Tbk 72.12 1 1 5 73.06 1 1 5
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 97.95 0 1 5 98.04 0 0 6
Bentoel International Inves Tbk 65.87 0 1 3 85.13 0 1 3
Darya Varia Laboratoria Tbk 92.66 0 1 3 92.66 0 1 3
Indofarma Tbk 80.66 0 0 4 80.66 0 0 3
Kimia Farma Tbk 90.03 0 0 6 90.03 0 0 5
Kalbe Farma Tbk 51.18 0 1 6 53.56 0 1 6
Pyridam Farma Tbk 53.85 0 0 3 53.85 0 0 3
Taisho Pharmaceutical IndoTbk 98.00 0 0 3 98.00 0 0 3
Tempo Scan Pasific Tbk 71.35 0 0 3 95.14 0 0 3
Mustika Ratu Tbk 80.48 0 0 3 80.48 0 0 3
Mandom Indonesia Tbk 79.50 1 1 5 79.24 1 1 5
Unilever Indonesia Tbk 85.00 0 1 5 85.00 0 1 5
112
Kedawung Setia Industrial Tbk 74.81 0 0 4 74.81 0 0 4
Kedaung Indag Can Tbk 75.02 0 0 2 75.02 0 0 3
Langgeng Makmur Industry Tbk 77.53 0 0 3 77.53 0 0 3
Nama Perusahaan 2010 2011
ins man kap kom ins man Kap Kom
Indocement Tunggal Prakasa Tbk 64.03 0 1 7 51.00 0 1 7
Holcim Indonesia Tbk 77.33 0 1 7 80.64 0 1 7
Semen Gresik Tbk 51.01 0 1 5 51.01 0 1 6
Asahimas Flat Glass Tbk 44.53 0 1 6 84.69 0 1 6
Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk 74.28 1 0 2 78.00 0 0 2
Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 96.90 0 0 3 93.51 0 0 6
Mulia Industrindo Tbk 87.25 1 1 3 67.25 0 1 3
Surya Toto Indonesia Tbk 94.80 0 1 3 88.38 0 1 3
Alaska Industrindo Tbk 94.92 0 0 4 87.93 0 0 4
Alumindo Light Metal Industry Tbk 80.92 1 0 5 76.00 0 0 5
Beton Jaya Manunggal Tbk 34.31 1 0 2 89.45 1 0 2
Citra Turbindo Tbk 80.95 0 0 4 80.00 0 0 5
Indal Aluminium Industry Tbk 65.85 0 0 5 72.00 0 0 5
Jaya Pari Steel Tbk 68.42 1 0 2 68.42 1 0 2
Lion Metal Works Tbk 57.70 1 0 3 56.00 0 0 3
Lionmesh Prima Tbk 32.22 1 0 3 56.00 1 0 3
Pelangi Indah Canindo Tbk 91.00 0 0 3 91.00 0 0 3
Tembaga Mulia Semanan Tbk 86.22 0 1 5 84.00 0 1 5
Barito Pasific Tbk 72.20 0 1 5 59.00 0 1 5
Budi Acid Jaya Tbk 52.81 0 0 5 50.00 0 0 3
Duta Pertiwi Nusantara 61.58 1 0 3 66.55 1 0 3
Ekadharma International Tbk 75.45 0 0 3 75.45 0 0 3
Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 87.18 1 1 3 85.00 0 1 3
Indo Acitama Tbk 85.32 0 0 9 71.00 0 0 9
Chandra Asri Petrochemical 77.93 0 1 5 88.57 0 1 5
113
Alam Karya Unggul Tbk 78.89 0 0 2 95.07 0 0 3
Asiaplast Industries Tbk 66.66 0 0 3 79.99 0 0 3
Berlina Tbk 51.54 0 0 4 60.73 0 0 4
Champion Pasific Indonesia Tbk 70.51 0 0 3 85.94 0 0 3
Trias Sentosa Tbk 59.46 0 1 3 57.00 0 1 3
Yana Prima Hasta Persada Tbk 89.47 1 0 3 89.47 0 0 3
Japfa Comfeed Indonesia Tbk 58.32 0 0 4 58.32 0 0 4
Malindo Feedmill Tbk 59.00 0 0 3 59.00 0 0 3
Siearad Produce Tbk 41.23 0 0 3 41.23 0 0 3
Fajar Surya Wisesa Tbk 75.70 0 1 3 75.74 0 1 3
Suparma Tbk 85.25 0 0 5 85.25 0 0 5
Astra International Tbk 50.11 0 1 11 50.11 0 1 11
Astra Auto Part Tbk 95.65 0 1 10 95.66 0 1 9
Gajah Tunggal Tbk 56.35 0 1 8 59.70 0 1 8
Multistrada Arah Sarana Tbk 49.10 0 1 3 50.30 0 1 5
Polychem Indonesia Tbk 89.92 0 1 5 79.66 0 1 5
Ever Shine Textile Industry Tbk 72.58 0 1 3 72.58 0 1 3
Pan Asia Indosyntec Tbk 66.33 1 0 4 88.63 0 0 4
Karwell Indonesia Tbk 56.75 0 0 3 53.23 0 0 3
Pan Asia Filament Inti Tbk 90,31 0 0 3 97.50 0 1 2
Pan Brothers Tbk 40.21 0 0 3 48.64 0 0 3
Asia Pasific Fibers Tbk 65.95 0 0 6 71.70 0 0 6
Ricky Putra Globalindo Tbk 48.04 0 0 3 48.04 0 0 3
Sunson Textile Manufacturer Tbk 69.53 1 0 6 70.00 0 0 6
Unitex Tbk 69.37 1 1 4 69.37 0 1 4
Sumi Indo Kabel Tbk 93.06 1 1 5 93.00 0 1 5
Jembo Cable Company Tbk 90.15 0 0 5 90.15 0 0 3
Kabelindo Murni Tbk 84.68 0 0 4 75.68 1 0 3
Supreme Cable Manu and Commer Tbk 67.26 0 0 3 67.26 0 0 3
Voksel Electric Tbk 42.91 0 0 5 48.65 0 0 5
Sat Nusa Persada Tbk 22.07 1 0 3 22.07 0 0 3
114
Akasha Wira International Tbk 94.45 0 0 3 91.94 0 0 3
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 72.88 0 0 6 48.00 0 0 5
Cahaya Kalbar Tbk 87.02 0 1 3 87.02 0 1 3
Davomas Abadi Tbk 79.83 0 0 3 73.29 0 0 3
Delta Djakarta Tbk 84.60 0 1 5 81.00 0 1 4
Indofood Sukses Makmur Tbk 50.05 0 1 10 50.05 0 1 8
Multi Bintang Indonesia Tbk 82.00 0 1 7 82.00 0 1 6
Mayora Indah Tbk 33.07 0 0 3 32.93 0 0 5
Prashida Aneka Niaga Tbk 76.86 1 0 6 83.10 0 0 6
Sekar Laut Tbk 96.06 0 0 3 69.93 0 0 3
Siantar Top Tbk 56.76 1 0 2 56.76 0 0 2
Ultrajaya Milk and Trading Comp Tbk 46.82 1 0 3 45.00 1 0 3
Gudang Garam Tbk 73.06 1 1 4 75.55 0 1 5
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 98.18 0 0 6 98.00 0 0 5
Bentoel International Investama Tbk 99.14 0 1 4 98.96 0 1 4
Darya Varia Laboratoria Tbk 92.60 0 1 6 92.00 0 1 7
Indofarma Tbk 80.66 1 0 4 80.66 0 0 5
Kimia Farma Tbk 90.03 0 0 5 90.03 0 0 5
Kalbe Farma Tbk 56.66 0 1 6 59.97 0 1 6
Pyridam Farma Tbk 53.85 0 0 3 54.00 0 0 3
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 99.00 0 0 3 98.00 0 0 4
Tempo Scan Pasific Tbk 95.04 0 0 3 95.06 0 0 3
Mustika Ratu Tbk 79.24 1 0 3 80.24 0 0 3
Mandom Indonesia Tbk 73.78 1 1 5 71.00 0 1 5
Unilever Indonesia Tbk 85.00 0 1 4 85.00 0 1 4
Kedawung Setia Industrial Tbk 74.81 0 0 4 49.00 0 0 4
Kedaung Indag Can Tbk 75.02 0 0 3 73.00 0 0 3
Langgeng Makmur Industry Tbk 77.53 1 0 2 83.28 0 0 3
115
Lampiran 4 C. Ukuran Perusahaan
no kode 2008 2009 2010 2011 D D D D 1 ades 185.015.000.000 0 178.287.000.000 0 324.493.000.000 0 313.071.000.000 0 2 akku 42.858.281.932 0 32.495.688.928 0 28.379.813.055 0 11.767.293.414 0 3 amfg 1.998.986.000.000 1 1.972.397.000.000 1 2.372.657.000.000 1 2.690.595.000.000 1 4 auto 3.981.316.000.000 1 4.644.939.000.000 1 5.585.852.000.000 1 6.964.227.000.000 1 5 brna 432.191.714.490 1 507.226.402.680 1 550.907.476.933 1 586.501.041.978 1 6 brpt 17.234.721.000.000 1 16.375.286.000.000 1 16.015.188.000.000 1 18.843.727.000.000 1 7 bton 70.508.814.577 0 69.783.877.404 0 89.824.014.717 0 96.800.000.000 0 8 budi 1.698.750.000.000 1 1.598.824.000.000 1 1.967.633.000.000 1 2.123.285.000.000 1 9 ceka 605.545.222.668 1 568.362.939.854 1 850.469.914.144 1 1.027.692.718.504 1 10 davo 3.671.081.489.099 1 2.806.017.091.339 1 2.857.204.618.547 1 2.581.094.811.573 1 11 dpns 142.627.256.412 0 142.551.475.929 0 175.682.792.596 0 172.322.620.690 0 12 fasw 3.718.547.929.224 1 3.671.234.906.908 1 4.495.022.404.702 1 4.378.927.076.421 1 13 igar 305.782.633.658 0 317.808.701.451 0 347.473.064.455 0 355.580.000.000 0 14 ikai 784.499.131.712 1 764.903.018.446 1 643.787.995.738 1 659.927.134.890 1 15 inaf 964.143.569.150 1 728.034.877.647 1 733.957.862.391 1 1.114.902.000.000 1 16 inai 622.405.086.863 1 470.415.971.203 1 389.007.411.195 0 544.282.443.363 1 17 jprs 339.343.736.262 0 353.951.009.577 0 411.281.598.196 1 437.848.660.950 1 18 kaef 1.445.699.799.639 1 1.565.831.266.274 1 1.657.291.834.312 1 1.794.242.423.105 1 19 karw 152.433.874.007 0 101.933.384.330 0 73.647.754.655 0 13.173.379.520 0 20 kici 86.218.216.167 0 84.276.874.394 0 85.942.208.666 0 87.289.248.468 0 21 lmpi 560.078.203.949 1 540.513.720.495 1 608.920.103.517 1 685.895.619.326 1 22 lmsh 61.987.805.413 0 72.830.915.980 0 78.200.046.845 0 98.019.132.648 0 23 pbrx 957.742.296.102 1 819.565.245.320 1 887.284.106.449 1 854.927.127.349 1 24 pico 588.563.565.451 1 542.660.240.316 1 570.360.266.065 1 573.276.198.236 1 25 ricy 645.756.810.073 1 599.719.424.656 1 613.323.196.638 1 842.498.674.322 1 26 rmba 4.455.531.963.727 1 4.894.434.000.000 1 4.902.597.000.000 1 5.244.586.000.000 1 27 sipd 1.384.992.127.001 1 1.641.295.139.974 1 2.055.743.204.664 1 2.641.602.932.160 1 28 smgr 10.602.963.724.000 1 12.951.308.161.000 1 15.562.998.946.000 1 19.661.602.767.000 1 29 sobi 1.111.099.598.000 1 941.651.276.002 1 1.656.571.520.000 1 1.608.669.154.000 1 30 sttp 626.749.784.472 1 548.720.445.825 1 649.273.975.548 1 934.765.927.864 1 31 ultj 1.740.646.379.006 1 1.732.701.994.634 1 2.006.595.762.260 1 2.179.182.000.000 1 32 alka 134.685.876.000 0 158.624.432.000 0 150.963.890.000 0 75.257.194.000 0 33 almi 918.736.745.113 1 1.636.668.166.095 1 1.370.827.840.715 1 2.202.830.360.733 1 34 cfin 1.771.266.800.000 1 1.607.442.479.000 1 1.674.393.911.000 1 1.686.367.826.000 1 35 dvla 783.613.064.000 1 637.660.844.000 1 560.930.742.000 1 928.290.993.000 1 36 dlta 760.425.630.000 1 698.296.738.000 1 592.359.226.000 1 696.166.676.000 1 37 ekad 165.122.502.774 0 140.763.761.567 0 84.926.214.500 0 242.200.000.000 0 38 ggrm 27.230.965.000.000 1 24.072.959.000.000 1 23.779.951.000.000 1 39.088.705.000.000 1 39 intp 13.276.515.634.628 1 11.286.706.863.779 1 10.037.926.509.334 1 18.151.331.000.000 1 40 indf 40.382.953.000.000 1 40.594.264.000.000 1 47.706.895.000.000 1 53.055.095.000.000 1
116
41 jpfa 6.070.137.000.000 1 5.384.809.000.000 1 4.043.407.000.000 1 8.266.000.000.000 1 42 kblm 354.780.873.513 0 459.110.629.071 1 432.681.409.048 1 642.955.000.000 1 43 lion 271.366.371.297 0 253.141.852.363 0 216.129.508.805 0 365.815.749.593 0 44 main 885.347.531.000 1 859.934.901.000 1 956.242.799.000 1 1.327.801.000.000 1 45 myor 3.246.498.515.952 1 2.922.998.415.036 1 1.893.175.019.860 1 6.599.845.533.328 1 46 mlbi 993.465.000.000 1 941.989.000.000 1 621.835.000.000 1 1.220.813.000.000 1 47 lpin 137.909.659.938 0 182.939.871.224 0 139.252.657.007 0 157.371.466.252 0 48 masa 2.536.045.000.000 1 2.379.024.168.134 1 1.799.172.358.609 1 4.736.349.000.000 1 49 mrat 365.635.717.933 0 354.780.623.962 0 315.997.722.658 0 403.900.000.000 1 50 hdtx 1.089.713.245.320 1 1.253.264.609.293 1 1.242.648.026.517 1 1.216.873.917.331 1 51 admg 3.710.872.147.000 1 3.855.930.121.000 1 4.161.340.040.000 1 4.081.715.882.000 1 52 ptsn 899.685.312.962 1 964.585.323.095 1 858.360.710.539 1 756.919.614.745 1 53 toto 1.010.892.409.021 1 1.031.130.721.298 1 913.995.368.437 1 1.339.570.029.820 1 54 tbms 996.064.870.315 1 1.173.324.963.666 1 1.183.990.019.623 1 1.278.522.966.617 1 55 aisa 1.568.829.044.876 1 1.016.957.755.151 1 792.690.325.279 1 3.590.309.000.000 1 56 trst 1.921.660.087.991 1 2.158.865.645.281 1 2.138.990.664.786 1 2.132.449.783.092 1 57 untx 143.664.943.150 0 153.146.523.532 0 150.635.080.269 0 152.637.972.561 0 58 voks 1.237.957.685.071 1 1.165.127.832.542 1 805.073.969.614 1 1.573.039.000.000 1 59 srsn 413.776.708.000 1 392.937.045,00 0 334.128.209.000 0 361.182.186.000 0 60 sklt 196.186.028.659.000 1 201.003.449.401.000 1 182.697.462.917.000 1 214.237.879.424.000 1 61 kias 1.320.515.798.062 1 830.751.093.800 1 801.564.383.624 1 825.289.667.226 1 62 jecc 587.380.790.000 1 673.396.525.000 1 470.474.609.000 1 627.037.935.000 1 63 asii 3.981.316.000.000 1 4.644.939.000.000 1 5.585.852.000.000 1 5.823.927.000.000 1 64 smcb 7.674.980.000.000 1 7.265.366.000.000 1 10.437.249.000.000 1 10.050.051.000.000 1 65 kdsi 485.721.853.713 1 550.691.466.904 1 557.724.815.222 1 604.800.000.000 1 66 tcid 910.789.677.565 1 994.620.225.969 1 1.047.238.440.003 1 1.130.865.000.000 1 67 pyfa 98.655.309.435 0 99.937.383.195 0 100.586.999.230 0 106.955.334.922 0 68 scco 1.126.782.347.718 1 1.042.755.037.722 1 1.157.613.045.585 1 1.252.562.885.152 1 69 tpia 2.375.000.000.000 1 2.748.000.000.000 1 1.486.497.000.000 1 1.604.922.000 0 70 ypas 180.550.000.000 0 191.136.000.000 0 200.856.000.000 0 223.509.000.000 1 71 spma 1.246.873.000.000 1 1.365.936.000.000 1 1.490.033.000.000 1 1.551.777.000.000 1 72 gjtl 8.713.559.000.000 1 8.877.146.000.000 1 10.371.567.000.000 1 11.541.430.000.000 1 73 esti 535.017.210.838 1 518.857.361.261 1 583.252.944.571 1 636.930.474.525 1 74 poly 2.423.768.000.000 1 2.538.968.000.000 1 3.826.964.000.000 1 3.746.927.000.000 1 75 ikbi 636.408.514.847 1 561.948.871.968 1 600.820.329.651 1 635.399.146.504 1 76 psdn 224.367.000.000 0 353.628.000.000 0 414.611.000.000 1 421.366.000.000 1 77 hmsp 16.134.000.000.000 1 17.716.000.000.000 1 20.525.000.000.000 1 19.377.000.000.000 1 78 tspc 3.062.632.801.126 1 3.263.102.915.008 1 3.589.595.911.220 1 4.250.374.395.321 1 79 sstm 918.745.741.642 1 877.231.389.917 1 872.458.721.356 1 843.450.156.961 1 80 unvr 6.466.637.000.000 1 7.468.263.000.000 1 8.652.231.000.000 1 10.436.176.000.000 1 81 klbf 5.703.832.411.898 1 6.482.446.670.172 1 7.032.000.000.000 1 8.274.000.000.000 1 82 apli 236.668.166.095 0 284.661.477.019 0 306.370.156.218 0 333.352.457.870 0 83 ctbn 190.763.000.000 0 198.297.000.000 0 273.675.000.000 0 246.223.000.000 0
84 mlia 1.690.585.000.000 1 1.905.249.000.000 1 2.152.785.000.000 1 2.255.378.000.000 1
117
Lampiran 5 D. Nilai Perusahaan
No kode nama perusahaan
2008 2009 2010 2011
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 4.600 13.700 15.950 17.050
2 SMCB Holcim Indonesia Tbk 630 1.550 2.250 2.175
3 SMGR Semen Gresik Tbk 16.500 7.500 9.450 11.450
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 1.210 1.850 5.800 6.550
5 IKAI Inti Keramik AlamIndustri Tbk 1.530 1.100 147 142
6 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 339 138 99 79
7 MLIA Mulia Industrindo Tbk 225 330 330 445
8 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 800 850 3.900 5.000
9 ALKA Alaska Industrindo Tbk 800 800 800 850
10 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk 980 590 840 910
11 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk 335 275 340 335
12 CTBN Citra Turbindo Tbk 3.100 3.100 2.500 4.250
13 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 120 215 360 540
14 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 166 265 580 485
15 LION Lion Metal Works Tbk 3.075 2.100 3.800 5.250
16 LMSH Lionmesh Prima Tbk 3.600 2.400 4.800 5.000
17 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 430 220 190 193
18 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk 5.000 3.250 9.000 5.900
19 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 130 220 220 240
20 DPNS Duta Pertiwi Nusantara 300 460 430 710
21 EKAD Ekadharma International Tbk 116 100 204 204
22 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 900 1.640 3.350 2.275
23 SRSN Indo Acitama Tbk 99 67 60 54
24 TPIA Chandra Asri Petrochemical 1.690 2.200 3.425 2.600
25 AKKU alam karya unggul tbk 50 150 129 155
118
26 APLI Asiaplast Industries Tbk 65 81 90 75
27 BRNA Berlina Tbk 64 120 320 354
28 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk 58 139 210 475
29 TRST Trias Sentosa Tbk 165 220 270 390
30 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk 205 560 680 680
31 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 200 130 710 1.990
32 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 73 280 630 765
33 MAIN Malindo Feedmill Tbk 160 180 640 980
34 SIPD Siearad Produce Tbk 50 50 69 54
35 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 1.520 1.600 2.875 4.375
36 SPMA Suparma Tbk 87 205 230 240
37 ASII Astra International Tbk 1.055 3.470 5.455 7.400
38 AUTO Astra Auto Part Tbk 671 1.103 2.676 3.261
39 GJTL Gajah Tunggal Tbk 200 425 2.300 3.000
40 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 1.100 1.100 3.125 2.200
41 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 140 205 330 500
42 ADMG Polychem Indonesia Tbk 70 134 215 580
43 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk 50 51 100 160
44 HDTX Pan Asia Indosyntec Tbk 400 235 250 190
45 KARW Karwell Indonesia Tbk 104 180 145 145
46 PBRX Pan Brothers Tbk 67 74 875 440
47 POLY Asia Pasific Fibers Tbk 50 131 240 450
48 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 245 195 181 184
49 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk 240 250 225 180
50 UNTX Unitex Tbk 3.500 3.700 3.700 3.700
51 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 500 1620 1200 750
52 JECC Jembo Cable Company Tbk 295 490 620 600
53 KBLM Kabelindo Murni Tbk 120 115 110 114
119
54 SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk 1.450 1.310 1.950 3.125
55 VOKS Voksel Electric Tbk 300 410 450 820
56 PTSN Sat Nusa Persada Tbk 330 105 80 85
57 ADES Akasha Wira International Tbk 225 640 1620 1010
58 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 25 104 80 50
59 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 700 1490 1100 950
60 DAVO Davomas Abadi Tbk 50 58 74 50
61 DLTA Delta Djakarta Tbk 20.000 62.000 120.000 111.500
62 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 930 3.550 4.875 4.600
63 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 49.500 177.000 274.950 359.000
64 MYOR Mayora Indah Tbk 1.140 4.500 10.750 14.250
65 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk 100 110 80 310
66 SKLT Sekar Laut Tbk 90 150 140 140
67 STTP Siantar Top Tbk 150 250 385 690
68 ULTJ Ultrajaya Milk Ind & Trading CompTbk 800 580 1.210 1.080
69 GGRM Gudang Garam Tbk 4.250 21.550 40.000 62.050
70 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 8.100 10.400 28.150 39.000
71 RMBA Bentoel International Investama Tbk 520 650 800 790
72 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk 480 765 1.170 1.150
73 INAF Indofarma Tbk 50 83 80 163
74 KAEF Kimia Farma Tbk 76 127 159 340
75 KLBF Kalbe Farma Tbk 80 260 650 680
76 PYFA Pyridam Farma Tbk 50 110 127 176
77 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk 400 730 1.710 2.250
78 MRAT Mustika Ratu Tbk 153 395 650 500
79 TCID Mandom Indonesia Tbk 5.500 8.100 7.200 7.700
80 UNVR Unilever Indonesia Tbk 7.800 11.050 16.500 18.800
81 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk 98 155 235 245
120
82 KICI Kedaung Indag Can Tbk 100 76 185 180
83 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk 70 215 270 205
84 BRPT Barito pasific tbk 600 1.330 1.170 770
121
Lampiran 6 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Earning 336 -1.19 1.80 -.0042 .27433 Valid N (listwise) 336
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
earning 336 -1.19 1.80 -.0042 .27433 komisaris 336 2.00 11.00 4.3185 1.82595 Valid N (listwise) 336
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
komisaris 336 2.00 11.00 4.3185 1.82595 Valid N (listwise) 336
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
institusional 336 .00 99.14 71.5869 19.03245 Valid N (listwise) 336
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
manajerial 336 .00 1.00 .2411 .42837 Valid N (listwise) 336
122
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kap 336 .00 1.00 .4077 .49215 Valid N (listwise) 336
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Size 336 .00 1.00 .7411 .43870 Valid N (listwise) 336
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Nilai 336 1.06 1620.00 2.3972E2 292.33617 Valid N (listwise) 336
123
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas
124
Lampirann 8
Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Correlations
B
Std.
Error Beta Zero-order Partial Part
1 (Constant) .394 .017
23.099 .000
earning -.061 .028 -.114 -2.187 .029 .471 -.120 -.077
komisaris -.059 .052 -.041 -1.124 .262 .082 -.062 -.039
institusional .188 .025 .267 7.463 .000 .376 .380 .261
manajerial -.011 .018 -.021 -.599 .549 .016 -.033 -.021
Kap -.167 .087 -.204 -1.929 .055 .659 -.106 -.068
ukuran .778 .098 .954 7.958 .000 .721 .402 .279 Lampiran 9 Uji autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .772a .596 .589 .27104 1.900
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .772a .596 .589 .27104
125
Lampiran 10
Hasil Uji Hereroskedasitisitas
126
Lampiran 11 Hasil uji statistik: Koefesien Diterminasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .772a .596 .589 .27104 .596 81.046 6 329 .000 1.900 Hasil Uji Statistik: Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .394 .017 23.099 .000
earning -.061 .028 -.114 -2.187 .029
komisaris -.059 .052 -.041 -1.124 .262
institusional .188 .025 .267 7.463 .000
manajerial -.011 .018 -.021 -.599 .549
Kap -.167 .087 -.204 -1.929 .055
ukuran .778 .098 .954 7.958 .000 Hasil Uji Statistik: Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 35.723 6 5.954 81.046 .000a
Residual 24.169 329 .073
Total 59.892 335