28
1 ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KUALITAS FILM, EFEK KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON (Studi Kasus Pada Penonton Bioskop Entertaiment Plaza Semarang Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP Semarang) EMA MARDIASTIKA Drs. Ec. Ibnu Widiyanto, MA, PhD ABSTRACT This study aims to analyze influence the variable quality service, quality film, community effect and price perceptions and attitudes watching toward the influence of the variable watching interest. The use of these variable are expected to know the factors that influence a consumer’s attitudes watching directly affects the interest to watch a product(film). This study uses a sample of 150 respondents, namely the E-Plaza cinema audience at the Faculty of Economics and Business Diponegoro University Semarang through the dissemination of the quetionnaire by non random sampling method. Data analysis methods used in this study is a descriptive statistical analysis and regression analysis. Descriptive statistical analysis is the interpretation of data obtained in this study and the data processing which is executed by giving descriptions and explanations. Regression analysis include validity and reliability, the classical assumption test, multiple regression analysis, determination of test, test of Goodness of Fit via the F test and t test. The result of this study is quality service, quality film, community effect and price perceptions have a positive effect on attitudes watching and attitudes watching also has a positive effect on watching interest. Variable of quality film is the most influential of attitude watching and watching interest influenced by attitudes watching toward. Keywords : qualiy service, quality film, effect community and price perceptions, attitudes watching, watching interest

ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

  • Upload
    hahuong

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

1

ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KUALITAS FILM, EFEK

KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

(Studi Kasus Pada Penonton Bioskop Entertaiment Plaza Semarang Mahasiswa Fakultas

Ekonomika dan Bisnis UNDIP Semarang)

EMA MARDIASTIKA

Drs. Ec. Ibnu Widiyanto, MA, PhD

ABSTRACT

This study aims to analyze influence the variable quality service, quality film, community

effect and price perceptions and attitudes watching toward the influence of the variable watching

interest. The use of these variable are expected to know the factors that influence a consumer’s

attitudes watching directly affects the interest to watch a product(film).

This study uses a sample of 150 respondents, namely the E-Plaza cinema audience at the

Faculty of Economics and Business Diponegoro University Semarang through the dissemination

of the quetionnaire by non random sampling method. Data analysis methods used in this study is

a descriptive statistical analysis and regression analysis. Descriptive statistical analysis is the

interpretation of data obtained in this study and the data processing which is executed by giving

descriptions and explanations. Regression analysis include validity and reliability, the classical

assumption test, multiple regression analysis, determination of test, test of Goodness of Fit via

the F test and t test.

The result of this study is quality service, quality film, community effect and price

perceptions have a positive effect on attitudes watching and attitudes watching also has a positive

effect on watching interest. Variable of quality film is the most influential of attitude watching

and watching interest influenced by attitudes watching toward.

Keywords : qualiy service, quality film, effect community and price perceptions, attitudes

watching, watching interest

Page 2: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

2

PENDAHULUAN

Pada era saat ini, dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari terutama di kota-kota besar

seperti Semarang banyak orang selalu sibuk dengan pekerjaan dan rutinitas harian sehari-hari.

Hal ini menyebabkan banyak orang pasti membutuhkan suatu sarana untuk melepas ketegangan

akibat rutinitas yang mereka lakukan. Karena jika bekerja terlalu lama maka mereka akan jenuh

dengan pekerjaannya dan akan menyebabkan stres. Untuk menghindari hal tersebut, ketika

sudah merasa jenuh, dapat diantisipasi dengan melakukan hiburan menonton film. Menonton

film dapat dilakukan di dalam rumah dengan menonton acara di televisi, VCD, DVD.Menonton

film pun dapat dilakukan di luar yaitu di bioskop.

Bioskop di Indonesia ini berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kategori dari

bioskop di Indonesia adalah bioskop Cinema 21, XX1 dan the premiere. Mereka dibuat untuk

ditargetkan sesuai dengan pangsa pasar yang berbeda mulai dari yang menengah kebawah

sampai menengah keatas. Tetapi di Semarang hanya ada 21 dan XX1 saja dikarenakan untuk The

Premiere, masyarakat Semarang belum butuh karena harga yang dipatok mulai dari tiket,

makanan dan harga – harga penunjang lain sangat mahal. Cinema 21 memiliki jaringan bioskop

terbanyak di Indonesia karena Cinema 21 adalah bioskop yang pertama berdiri sebelum adalanya

XX1. Cinema 21 menguasai keseluruhan pangsa pasar penonton bioskop Indonesia dengan

memberlakukan harga tiket bervariasi dan jenis film yang diputar, sesuai dengan lokasi dan

target yang dituju. Cinema XXI yang diberi nama Studio XXI ini merupakan satu-satunya

Cinema XXI yang menggunakan sofa empuk di keseluruhan studionya, dan memiliki

sertifikat THX untuk semua studionya. Mayoritas film-film yang diputar di Cinema XXI

merupakan film-film Hollywood, baik yang terbaru, ataupun yang telah tersimpan lama.

Dengan banyaknya film-film yang masuk di bioskop membuat persaingan semakin

meninggi baik diantara perusahaan bioskop yang satu dengan perusahaan bioskop

lainnya.Sehingga mereka berusaha untuk meningkatkan serta menyempurnakan kualitas dan jasa

hiburan yang ditawarkan agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Adanya

persaingan yang terjadi menciptakan suatu keunggulan bersaing dimana perusahaan tidak hanya

memenuhi kebutuhan konsumen, melainkan juga menjadikan mereka lebih baik dari pesaingnya.

Demikian dengan bioskop 21 ternama di Semarang yaitu Entertaiment Plaza. Bioskop

Entertaiment Plaza atau yang biasa disebut dengan E-Plaza adalah satu-satunya bioskop lama

Page 3: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

3

yang masih bertahan hingga kini. Itupun setelah berganti konsep menjadi one stop entertainment,

yaitu dimana E-Plaza tidak hanya menyediakan cinema saja tetapi menyediakan Lounge, Resto,

dan Karaoke. Untuk itu, semakin berkembangnya bioskop-bioskop di Semarang maka E-Plaza

Cinema harus berjuang keras agar para penonton semakin berminat untuk menonton di bioskop

E-Plaza. Dan untuk meningkatkan minat menonton maka E-Plaza perlu meningkatkan kualitas

layanan, kualitas film, efek komunitas dan persepsi harga sehingga timbul sikap penonton untuk

ingin menonton di bioskop tersebut.

Pelayanan yang baik juga harus didukung dengan fasilitas yang baik pula. Maka dari itu

layanan yang diberikan mulai dari satpam, kasir sampai porter pun juga berpengaruh terhadap

penonton. Dengan adanya fasilitas yang dirasakan dari jasa bisa berupa fasilitas fisik, peralatan

yang dipergunakan, representasi fisik dari jasa, meliputi :kenyamanan ruangan, ketersediaan

fasilitas penunjang (komputer, ATM, dan lain-lain), ketersediaan tempat parkir, penampilan

pegawai serta kebersihan toilet. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang

diharapkan, maka kualitas layanan yang dipersepsikan buruk (Tjiptono , 2008).

Kesan kualitas memberikan nilai dalam beberapa bentuk diantaranya adalah alasan untuk

membeli. Menurut penelitian Boyd dan Mason (1999) dimana menekankan pada karakteristik

munculnya kategori produk yang akan mengakibatkan evaluasi konsumen potensial pada

kategori. Jika karakteristik menjadi lebih menarik untuk semua konsumen, maka daya tarik pada

kategori produk semakin bertambah pada mereka dan akan meningkatkan kemungkinan

bilamana konsumen tersebut mengadopsi pembaharuan dan melakukan pembelian. Semakin up

to date film yang ditawarkan kepada konsumen untuk ditonton, maka semakin banyak penonton

yang akan menonton di bioskop ini.

Selain itu keberadaan komunitas konsumen di sekitar kita merupakan suatu fenomena

yang menarik untuk diamati. Keberadaan komunitas konsumen ini sangatlah menarik untuk

dibahas karena ternyata memiliki dampak bagi dunia pemasaran. Komunitas bukanlah bahasa

baru dalam ruang lingkup sosial. Komunitas sendiri didefinisikan sebagai unit spasial atau unit

politik dari suatu organisasi sosial yang dapat memberikan individu perasaan kebersamaanatau

perasan saling memiliki (sense of belonging). Perasaaan kebersamaan ini bisa didasarkan atas

kebersamaan daerah tempat tinggal seperti kota tertentu atau hubungan ketetanggaan dan

perasaman kebersamaan ini juga didasarkan dengan adanya perasaan saling memiliki identitas

yang sama. Konsumen bioskop biasanya sangat menyukai adanya acara “nonton bareng”. Maka

Page 4: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

4

ketika konsumen menginginkan untuk menonton bioskop maka mereka lebih cenderung

memutuskan menonton bersama dengan komunitas atau orang-orang terdekat mereka.

Persepsi harga didefinisikan sebagai sesuatu yang diberikan atau dikorbankan untuk

mendapatkan jasa atau produk. Penonton film di bioskop biasanya sangat selektif memilih

tempat menonton bioskop berdasarkan harga, mahasiswa biasanya, lebih memilih hari senin

hingga kamis daripada hari libur dikarenakan pada hari itu harga tiket lebih murah.

Sikap menonton adalah evaluasi keseluruhan terhadap aktivitas menonton bioskop yang

dilakukan oleh konsumen dan merefleksikan respon konsumen untuk menonton di bioskop

tersebut. Sikap menonton sering mempengaruhi apakah konsumen akan kembali atau tidak untuk

menonton di bioskop yang sama.

Berdasarkan ulasan di atas, maka penelitian ini akan membahas tentang pengaruh

kualitas pelayanan, kualitas film, dan efek komunitas, dan persepsi harga terhadap sikap

menonton, serta pengaruhnya terhadap minat menonton pada penonton bioskop E-Plaza

Semarang.

TELAAH TEORI

Minat Menonton

Minat adalah rasa suka/senang dan rasa tertarik pada suatu objek atau aktivitas tanpa ada

yang menyuruh dan biasanya ada kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi. Minat

beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi.

Menurut Kinnear dan Taylor (2003), minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk

bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

Adapun minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat menonton. adalah suatu

proses yang disadari atau tidak disadari dimana penonton ditempatkan pada alam yang samara

yang dihadapkan pada tumpuan cahaya dan membantu menghasilkan ilusi di atas layer. Suasana

ini menimbulkan emosi, pikiran dan perhatian manusia dipengaruhi oleh film yang ditonton.

Dengan demikian, dari beberapa pengertian tentang minat dan menonton, dapat diambil

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan minat menonton dalam penelitian ini adalah suatu

keadaan dimana diri individu atau khalayak terbangkit untuk mengarahkan perhatiannya secara

sadar ingin melakukan pembelian produk (menonton film di bioskop).

Page 5: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

5

Penelitian yang dilakukan oleh Bachriansyah (2011) menunjukan bahwa minat beli akan

semakin kuat jika kualitas produk, daya tarik iklan, dan persepsi harga terhadap suatu produk

meningkat.

Kualitas Layanan

Menurut Parasuraman,et al, (1998), kualitas layanan mengidentifikasikan upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam

mengimbangi harapan konsumen. Kualitas layanan dapat diketahui dengan cara membandingkan

presepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima atau peroleh dengan

pelayanan yang sesuangguhnya mereka terima atau mereka harapkan terhadap atribut-atribut

pelayanan suatu perusahaan.

Dalam salah satu studi mengenai SERVQUAL menurut (Parasuraman, et al, 1988),

terdapat lima dimensi SERVQUAL sebagai berikut:

1. Realibilitas (reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai

yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan

yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,

sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi. Ini ditujukan oleh semua karyawan E-

Plaza bahkan satpam yang bekerja disana.

2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu suatu kemampuan untuk membantu dan memberikan

pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada konsumen, dengan penyampaian informasi

yang jelas. Pelayanan yang cepat dikhususkan kepada karyawan yang melayani tiket bioskop

di E-Plaza, sehingga tidak terjadi kejenuhan dan terlalu lama mengantri. Karena jika itu terjadi

maka penonton yang tadinya berminat untuk menonton akan malas kemudian membatalkan

minat tersebut.

3. Jaminan (assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai

perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan.

4. Empati (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi

yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.

5. Bukti fisik (tangibles), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya

kepada pihak eksternal. Yang meliputi fasilitas fisik (gedung, toilet, dan lain sebagainya),

perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

Page 6: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

6

Parasuraman, et al, (1998) berpendapat bahwa kualitas layanan merupakan hasil

penelitian pelanggan atas keunggulan atau keistimewaan layanan secara menyeluruh. Bila

penelitian yang dihasilkan merupakan penelitian yang positif, maka kualitas layanan ini akan

berdampak pada terjadinya sikap yang akan mempengaruhi minat beli.

H1 : kualitas layanan berpengaruh positif terhadap sikap menonton terhadap minat

menonton.

Kualitas Film

Menurut (Kotler dan Amstrong, 2001) kualitas produk mencerminkan kemampuan

produk untuk menjalankan tugasnya mencangkup daya tahan, kehandalan, atau kemajuan,

kekuatan, kemudahan, dalam pengemasan reparasi produk dan ciri-cirinya.

Tjiptono (2008), berpendapat bahwa dimensi kualitas produk (film) meliputi itu meliputi

:

1. Kinerja (performance)

Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli, misalnya

kenyamanan dalam menonton, sound system bioskop, gambar film.

2. Keistimewaan tambahan (features)

Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior

seperti AC, sound system, kursi bioskop, tempat meletakkan minuman di samping kursi

bioskop, dan sebagainya.

3. Keandalan (reliability)

Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau kecacatan, misalnya film terlambat

main dari jadwal yang ditentukan,kursi ada yang goyang,dan sebagainya.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications)

Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah

ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan, suara dari sound system yang bagus,

fasilitas memadai.

5. Daya tahan (durability)

Berkaitan dengan berapa lama film tersebut dapat terus ditonton. Dimensi ini mencakup

lamanya penayangan suatu film di bioskop.

Page 7: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

7

6. Estetika (asthethic)

Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Karena produk di penelitian ini adalah film

maka estetika yang bisa dilihat bagusnya bentuk gedung, gambar film, serta pencahayaan

yang pas .

Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan

media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan

direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi

lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau

proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan

sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya.

Kualitas film dibentuk oleh beberapa indikator antara lain, film yang ditayangkan up to

date, film menarik untuk dilihat dan tidak rusak atau putus-putus ketika ditayangkan. Menurut

Amstrong (2001) kualitas adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan yang ditentukan dan bersifat laten. Untuk mencapai kualitas produk yang

diinginkan maka diperlukan standarisasi kualitas yang akan menimbulkan sikap seseorang

terhadap minat menonton film di bioskop.

H2 : kualitas film berpengaruh positif terhadap sikap menonton terhadap minat

menonton.

Efek Komunitas

Efek komunitas adalah pengaruh sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain

lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar

para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values (Hermawan

Kertajaya, 2010).

Di dalam komunitas tersebut, terdapat individu-individu yang memiliki tujuan,

kebutuhan,dan kondisi lainnya yang serupa. Sedangkan menurut Syahyuti (2003), komunitas

adalah sekelompok orang hidup bersama pada lokasi yang sama, sehingga mereka telah

berkembang menjadi kelompok hidup (group lives) yang diikat oleh kesamaan kepentingan

(common interest). Kekuatan terbesar dalam suatu komunitas adalah kepentingan bersama

dalam memenuhi kebutuhan hidup sosial, yang biasanya didasarkan pada kesamaan latar

Page 8: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

8

belakang budaya, ideologi, dan sosial-ekonomi. Itu berarti adanya hubungan sosial yang kuat

antar individu di dalam komunitas tersebut. Tetapi dalam kasus keputusan menonton di boskop

E-Plaza ini, konsumen mungkin lebih terpengaruh pada efek komunitas dari lingkungan luar

terutama teman-teman dan pergaulan. Pengaruh pergaulan ketika suatu komunitas atau kelompok

organisasi ingin mengadakan acara “nonton bareng” maka penonton akan lebih tertarik sehingga

menumbuhkan sikap yang akan mempengaruhi minat untuk menonton di bioskop tersebut.

Penonton dalam komunitas yang puas terhadap terhadap film yang mereka tonton, juga tempat

menontonnya, mereka akan menceritakan pengalaman positif mereka terhadap kepada orang lain

dan selanjutnya akan merekomendasikan film dan tempat menonton tersebut. Penelitian yang

dilakukan oleh Octaviasari (2011) menunjukkan efek komunitas berpengaruh positif terhadap

sikap, semakin tinggi efek komunitas maka semakin tinggi sikap konsumen untuk mencapai

minat.

H3 : efek komunitas berpengaruh positif terhadap sikap menonton terhadap minat

menonton.

Persepsi Harga

Persepsi harga didefinisikan sebagai sesuatu yang diberikan atau dikorbankan untuk

mendapatkan jasa atau produk (Athanasopoulus, 2000; Cronin, Brudy and Hult, 2000; Voss,

Parasuraman and Grewal, 1998). Dalam memandang suatu harga konsumen mempunyai

beberapa pandangan berbeda. Harga yang ditetapkan di atas harga pesaing dipandang

mencerminkan kualitas yang lebih baik atau mungkin juga dipandang sebagai harga yang terlalu

mahal. Sementara harga yang ditetapkan di bawah harga produk pesaing akan dipandang sebagai

produk yang murah atau dipandang sebagai produk yang berkualitas rendah (Leliana dan

Suryandari, 2004).

Penonton bioskop terutama mahasiswa cenderung untuk lebih memilih tontonan yang

murah ketimbang yang mahal. Maka dari itu pihak manajemen E-Plaza perlu untuk

memperhatikan harga tiket yang dipatok. Biasanya banyak orang lebih memilih menonton

bioskop hari senin-kamis dikarenakan harga lebih murah. Harga penunjang yang lain pun juga

harus diperhatikan seperti harga cemilan, minuman, parker, dll. Penelitian yang dilakukan oleh

Page 9: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

9

Mandasari (2011) menunjukkan persepsi harga berpengaruh positif terhadap sikap yang akan

mempengaruhi minat beli.

H4 : persepsi harga berpengaruh positif terhadap sikap menonton terhadap minat

menonton.

Sikap Menonton

Pengertian sikap menurut (Gerungan : 1983) itu dapat kita terjemahkan dengan sikap

yang obyektif tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap

tersebut di sertai sikap kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap obyektif. Sikap

terhadap merek seperti sikap pada umumnya dibentuk dari beberapa aspek. Menurut Azwar

(2005) sikap memiliki tiga komponen, yaitu:

1. Komponen kognitif merupakan kepercayaan seseorang terhadap suatu merek produk.

2. Komponen afektif merupakan evaluasi emosional atau perasaan seseorang terhadap suatu

merek produk.

3. Komponen konatif merupakan kecenderungan seseorang untuk berperilaku atau melakukan

suatu tindakan.

Sikap menonton adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi

dan berperilaku terhadap suatu suatu tontonan di bioskop tertentu yang merupakan hasil dari

interaksi komponen kognitif, afektif dan konatif. Sikap menonton sering mempengaruhi minat

apakah konsumen ingin menonton atau tidak. Sikap positif terhadap film tertentu akan

memungkinkan konsumen melakukan menonton ulang di bioskop tersebut. Sebaliknya sikap

negatif akan menghalangi konsumen untuk menonton lagi (Sutisna, 2001). Oleh karena itu

pemasar perlu menciptakan aktivitas-aktivitas yang akan menumbuhkan sikap yang positif

terhadap bioskop. Menurut Kotler (2005) terdapat dua faktor yang mempengaruhi minat beli

seseorang dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu situasi tidak terduga

(Unexpected situation) dan sikap khalayak.

H5 : sikap menonton berpengaruh positif terhadap minat menonton terhadap bioskop EP

Semarang.

Page 10: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

10

Gambar 1

Model Penelitian

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : kualitas layanan berpengaruh positif terhadap sikap menonton.

H2 : kualitas film berpengaruh positif terhadap sikap menonton.

H3 : efek komunitas berpengaruh positif terhadap sikap menonton.

H4 : persepsi harga berpengaruh postif terhadap sikap menonton.

H5 : sikap menonton berpengaruh positif terhadap minat menonton suatu bioskop

METODE PENELITIAN

Variabel yang akan diteliti :

1. Kualitas layanan (X1)

Kualitas Layanan

(X1)

Kualitas Film

(X2)

Efek Komunitas

(X3)

Persepsi Harga

(X4)

Sikap Untuk

Menonton

(Y1)

Minat

Menonton

(Y2)

Page 11: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

11

Kualitas layanan adalah suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang

diterima (perceived service) dengan tingkat layanan yang diharapkan (Parasuraman 1988)

Indikator yang bisa dilihat yaitu :

- Toilet bioskop E-Plaza bersih

- Karyawan E-Plaza cepat dalam bekerja

- Tempat tunggu luas

2. Kualitas Film

Atraktivitas film (produk) yang mencerminkan kemampuan produk untuk menjalankan

tugasnya mencangkup daya tahan, kehandalan, atau kemajuan, kekuatan, kemudahan,

dalam pengemasan reparasi produk dan ciri-cirinya. Indikator yang bisa dilihat yaitu :

- film yang diputar selalu berganti mengikuti tren film yang ada

- film yang diputar popular di kangan nasional maupun internasional

- film yang ditayangkan selalu menjadi bahan perbincangan masyarakat

3. Efek Komunitas

Efek komunitas adalah pengaruh sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain

lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang

erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values

(Hermawan Kertajaya 2010). Indikator yang bisa dilihat yaitu :

- keluarga mengajak saya untuk menonton film bersama di E-Plaza Semarang.

- adanya acara nonton bareng dengan komunitas mempengaruhi saya untuk menonton fim

bersama di E-Plaza Semarang.

- saya dibujuk, diajak teman menonton bioskop di E-Plaza Semarang.

4. Persepsi Harga

Persepsi harga adalah sesuatu yang diberikan atau dikorbankan untuk mendapatkan suatu

produk atau film yang ingin ditonton. Indikator yang bisa dilihat yaitu :

- harga tiket E-Plaza lebih murah dibanding para pesaing

- harga tiket E-Plaza bersaing dengan bioskop lain

- harga makanan dan minuman untuk cemilan menonton terjangkau

5. Sikap Menonton

Sikap menonton adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi

dan berperilaku terhadap suatu suatu tontonan di bioskop tertentu yang merupakan hasil

Page 12: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

12

dari interaksi komponen kognitif, afektif dan konatif. (Azwar : 2007). Indikator yang bisa

dilihat yaitu :

- saya menyukai menonton film di bioskop E-Plaza.

- saya tertarik menonton di E-Plaza.

- bioskop E-Plaza memberikan kesan positif.

6. Minat Menonton

Minat menonton adalah tahap kecenderungan konsumen untuk bertindak sebelum

keputusan menonton bioskop benar-benar dilaksanakan. Indikator yang bisa dilihat yaitu

:

- Timbul keinginan untuk mengajak teman atau keluarga untuk menonton film di bioskop

E-Plaza.

- Mencari informasi harga tiket dan film di bioskop E-Plaza.

- Keinginan segera menonton film di E-Plaza.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro Semarang yang suka menonton fim di E-Plaza. Karena untuk lebih

mudah mendapatkan responden dan mahasiswa dianggap mandiri juga bisa mewakili penelitian

ini.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini denga metode non

random sampling adalah dengan cara mengambil sampel di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

dengan memberikan kuesioner kepada responden yaitu Mahasiswa Fakultas Ekomonika dan

Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.

Karena populasi dalam penelitian ini sangat banyak, maka diambil beberapa sampel

untuk mewakili populasi tersebut. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode Rao Purba (1996) sebagai berikut :

n =

n =

n = 97

Page 13: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

13

dimana :

n = jumlah sampel

Z = tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan sampel sebesar 95% ~ 1,96

moe = margin of error, atau kesalahan maksimal yang bisa ditoleransi. Biasanya sebesar

10%.

Sehingga, jumlah sampel yang dibutuhkan ialah sebanyak 97 orang. Menurut Hair et al

(2010) untuk metode penentuan sampel digunakan dengan menetukan jumlah variabel

indipenden dikalikan dengan 25, variabel indipenden pada penelitian ini sebanyak 5, maka

dengan metode Hair et al (2010) 5 x 25 = 125. Untuk memperoleh data yang lebih valid, maka

total responden yang diperlukan ialah 150 orang. Cara mendapatkan 150 responden tersebut

ialah dengan cara people assist method yaitu responden dibantu atau ditunggui ketika mengisi

kuesioner yang diberikanUntuk memudahkan penelitian, untuk mempermudah pengolahan data

maka peneliti mengambil sebanyak 150.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Statistik Deskriptif

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai responden

penelitian ini, khususnya variabel-variabel penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini,

kuesioner yang dibagikan menggunakan skala Agree-Disagree Scale 1-10. Maka perhitungan

indeks jawaban responden yang dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Nilai Indeks = ((F1 x 1) + (F2 x 2) + (F3 x 3) + (F4 x 4) + (F5 x 5) + (F6 x 6) + (F7 x 7) + (F8 x

8) + (F9 x 9) + (F10 x 10))/10

Dimana :

F1 adalah frekuensi jawaban responden yang menjawab 1

F2 adalah frekuensi jawaban responden yang menjawab 2

F3 adalah frekuensi jawaban responden yang menjawab 3

Dan seterusnya hingga F10 untuk menjawab skor 10 yang digunakan dalam kuesioner penelitian.

Page 14: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

14

Pengujian Instrumen

Uji Validitas

Untuk menguji valid dan tidaknya pertanyaan yang akan diajukan dengan

membandingkan nilai r hitung, dibandingkan dengan r tabel. Apabila r hitung > r tabel, maka

pertanyaan valid, sebaliknya apabila r hitung < r tabel, maka pertanyaan tidak valid.

Tabel 1

Uji Validitas

Variabel No. Item r hitung

r tabel Keterangan

Kualitas layanan X1.1

X1.2

X1.3

0,376

0,561

0,325

>

>

>

0,159

0,159

0,159

Valid

Valid

Valid

Kualitas film X2.1

X2.2

X2.3

0,412

0,563

0,387

>

>

>

0,159

0,159

0,159

Valid

Valid

Valid

Efek komunitas X3.1

X3.2

X3.3

0,560

0,506

0,497

>

>

>

0,159

0,159

0,159

Valid

Valid

Valid

Persepsi Harga X4.1

X4.2

X4.3

0,454

0,550

0,492

>

>

>

0,159

0,159

0,159

Valid

Valid

Valid

Sikap menonton

bioskop

Y1.1

Y1.2

Y1.3

0,358

0,560

0,344

>

>

>

0,159

0,159

0,159

Valid

Valid

Valid

Minat menonton

bioskop

Y2.1

Y2.2

Y2.3

0,403

0,547

0,344

>

>

>

0,159

0,159

0,159

Valid

Valid

Valid

Page 15: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

15

Dari hasil dapat dijelaskan nilai r hitung > r tabel (0,159) dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semua item dalam indikator variabel kualitas layanan, kualitas produk, efek

komunitas, persepsi harga, sikap menonton dan minat menonton adalah valid.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan pengujian terhadap konsistensi pertanyaan, apakah reliabel setiap

waktu. Adapun hasil uji reliabilitas antara kualitas layanan, kualitas produk, efek komunitas,

persepsi harga, sikap menonton dan minat menonton dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2

Uji Reliabilitas

No. Variabel Batas

Cronbach

Alpha

Nilai r

Alpha

Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kualitas pelayanan

Kualitas film

Efek komunitas

Persepsi harga

Sikap menonton bioskop

Minat menonton bioskop

0,6

0,6

0,6

0,6

0,6

0,6

<

<

<

<

<

<

0,606

0,641

0,704

0,683

0,607

0,618

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel antara kualitas

layanan, kualitas produk, efek komunitas, persepsi harga, sikap menonton dan minat menonton

ternyata diperoleh cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Dengan demikian, maka hasil uji

reliabilitas terhadap keseluruhan variabel adalah reliabel.

Uji Asumsi Klasik

Normalitas

Untuk menentukan normal tidaknya data pada variabel dependen dilakukan dengan

melihat grafik plot normal. Apabila data distribusi normal, maka penyebaran plot akan berada

disepanjang garis 45 o. Dari grafik plot normal (lampiran) dapat diketahui bahwa penyebaran plot

Page 16: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

16

berada di sepanjang garis 45 o sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara

normal. Keterangan diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Exp

ecte

d C

um

Pro

b

Dependent Variable: Sikap menonton

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 2 : Normalitas

Uji Multikolinearitas

Pada dasarnya model persamaan regresi ganda dengan menggunakan dua variabel bebas

atau lebih, hampir selalu terdapat kolinier ganda. Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk

mengetahui adanya hubungan yang sempurna antara variabel bebas dalam model regresi.

Apabila terjadi multikolinieritas maka variabel bebas yang berkolinier dapat dihilangkan.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier menurut perhitungan yang dilakukan

dengan program SPSS dapat diketahui dengan berpedoman bahwa nilai VIF < 10 dan Tolerance

> 0,1. (Imam Ghozali, 2005:92).

Mengacu pada kedua pendapat di atas maka berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat diperoleh nilai :

Page 17: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

17

Tabel 3

Multikolinearitas

No. Variabel VIF Tolerance

1. Kualitas pelayanan 4,148 0,241

2. Kualitas film 3,969 0,252

3. Efek komunitas 4,172 0,240

4. Persepsi harga 2,811 0,356

Berdasarkan hasil tersebut maka tidak terjadi hubungan yang sempurna antar variabel

(multikolinieritas) untuk variabel kualitas layanan, kualitas film, efek komunitas, persepsi harga,

karena VIF < 10 dan Tolerance > 0,1.

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila tidak ada kesamaan deviasi standar nilai variabel

dependen pada setiap variabel independen. Deteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu

pada grafik. Berdasarkan grafik hasil penelitian, deteksi yang ada adalah penyebaran, dan tidak

membentuk pola tertentu, sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas. Keterangan di atas dapat di

gambarkan sebagai berikut :

Gambar 3

Heteroskedastisitas

20-2-4

Regression Studentized Residual

2

1

0

-1

-2

-3

Reg

ress

ion

Sta

ndar

dize

d P

redi

cted

Val

ue

Dependent Variable: Sikap menonton

Scatterplot

Page 18: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

18

Analisis Regresi Persamaan Pertama

Koefisien Determinasi

Tabel 4

Model Summ aryb

,929a ,863 ,859 ,656

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), persepsi harga, Efek

komunitas, Kualitas produk, Kualitas layanan

a.

Dependent Variable: Sikap menontonb.

Nilai koefisien determinasi yang ditunjukan dengan nilai adjusted R square adalah

sebesar 0,859. Hal ini dapat di artikan bahwa variabel independen (kualitas layanan, kualitas

film, efek komunitas, persepsi harga) dapat menjelaskan variabel bebas (sikap menonton

bioskop) sebesar 85,90 %, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati

dalam penelitian ini.

Uji F (Uji Kebaikan Model)

Uji F dipergunakan untuk menguji apakah model regresi dalam penelitian ini adalah baik

atau layak atau tidak. Berikut ini hasil pengujian uji F.

Tabel 8

Uji F Model

ANOVAb

392,650 4 98,163 228,017 ,000a

62,423 145 ,431

455,073 149

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), persepsi harga, Efek komunitas , Kualitas produk, Kualitas

layanan

a.

Dependent Variable: Sikap menontonb.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan statistik manual diperoleh nilai F hitung =

228,017. Sedangkan dengan menggunakan tingkat signifikansi α =0,05 maka nilai F tabel dengan

df 1=4 dan df2 = 145 diperoleh F tabel sebesar 2,37, Maka F hitung > F tabel, yaitu 228,017 >

Page 19: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

19

2,37. Sedangkan dengan menggunakan SPSS 15 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,000 <

0,05. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini adalah baik.

Hasil Regeresi Persamaan Kedua

Berdasarkan perhitungan regresi antara sikap menonton terhadap minat menonton

dengan dibantu program SPSS dalam proses penghitungannya dapat diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 9

Coefficientsa

4,319 1,471 2,936 ,004

,813 ,056 ,765 14,460 ,000

(Constant)

Sikap menonton

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coeff icients

Beta

Standardized

Coeff icients

t Sig.

Dependent Variable: Minat menontona.

Y2 = 0,765Y1

Hasil persamaan regresi berganda tersebut di atas memberikan pengertian bahwa nilai

koefisien regresi sikap menonton bioskop bernilai positif, sebesar 0,765, hal ini dapat diartikan

bahwa apabila sikap menonton bioskop semakin baik, maka minat menonton bioskop semakin

meningkat. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung adalah 14,460 dan dengan

menggunakan level significance (taraf signifikan) sebesar 5 % diperoleh t tabel sebesar 1,6554

yang berarti bahwa nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel yaitu 14,460 > 1,661.

Signifikasi t kurang dari 5 % (0,000), menandakan bahwa sikap menonton bioskop

mempunyai pengaruh terhadap minat menonton bioskop. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan dugaan adanya

pengaruh sikap menonton bioskop terhadap minat menonton dapat diterima.

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Sikap Menonton

Kualitas layanan berpengaruh terhadap sikap menonton bioskop dengan arah koefisien

regresi positif, artinya apabila kualitas layanan semakin baik, maka sikap orang menonton

bioskop konsumen semakin meningkat. Berdasarkan hasil jawaban responden diperoleh hasil

tanggapan responden terhadap variabel kualitas pelayanan yang tinggi untuk indikator

Page 20: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

20

kebersihan toilet yang dimiliki Bioskop E-Plaza, kecepatan karyawan dalam melakukan

penjualan tiket, dan kenyamanan ruang tunggu.

Toilet E-Plaza memiliki toilet yang modern, bersih, tidak becek, tersedia tissue dan

pengharum ruangan sehingga tidak bau. Tempat sampah pun juga tersedia di tiap-tiap toilet. Dan

cleaning service juga akan selalu siap sedia jika tiba-tiba toilet kotor.

Karyawan juga cepat dalam menangani penjualan tiket. Sehingga antrian tiket dapat

teratur, petugas pelayanan juga berpengalaman dan mereka juga berpenampilan rapi. Selain itu

karyawan juga dituntut ramah agar penonton tidak merasa kecewa karena perlakuan karyawan

yang kasar.

Tempat tunggu di bioskop E-Plaza juga luas, ber-AC, ada TV LCD, sofa empuk dan

tentunya nyaman untuk menunggu. Kenyamanan inilah yang menjadi salah satu menonton untuk

berminat menonton kembali di bioskop E-Plaza.

Pengaruh Kualitas Film Terhadap Sikap Menonton bioskop

Kualitas berpengaruh terhadap sikap menonton bioskop dengan arah koefisien regresi

positif, artinya apabila kualitas film semakin baik, maka sikap orang menonton film di bioskop

akan meningkat. Berdasarkan hasil jawaban responden diperoleh hasil tanggapan responden

terhadap variabel kualitas film dengan indikator film yang diputar mengikuti perkembangan

jaman, film yang diputar selalu populer di kalangan masyarakat, dan film yang diputar selalu

dijadikan bahan pembicaraan oleh masyarakat adalah tinggi.

Pertimbangan orang paling banyak untuk menonton bioskop adalah karena filmnya. Film

di suatu bioskop itu dituntut untuk menayangkan film yang berkualitas, yang tentunya masuk

box office, dan minimal bintang 3. Sehingga orang-orang banyak yang berminat untuk

menonton. Begitu pula dengan E-Plaza, walaupun standart 21 tetapi E-Plaza tetap menayangkan

film yang sering masuk box office, ya walaupun masih kalah dengan XX1 Paragon. E-Plaza juga

menayangkan film-film lokal dan tentunya up to date.

Pengaruh Efek Komunitas Terhadap Sikap Menonton bioskop

Efek komunitas berpengaruh terhadap sikap menonton bioskop dengan arah koefisien

regresi positif, artinya apabila efek komunitas semakin meningkat, maka sikap orang menonton

bioskop konsumen terhadap suatu film akan meningkat. Berdasarkan hasil jawaban responden

Page 21: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

21

diperoleh hasil tanggapan responden terhadap variabel efek komunitas tentang indikator sering

diajak keluarga untuk menonton bioskop film di Bioskop E-Plaza, sering nonton bareng di

Bioskop E-Plaza, dan sering diajak teman untuk menonton bioskop film di Bioskop E-Plaza

adalah tinggi.

Ajakan teman, keluarga maupun pacar sangatlah menambah keinginan penonton untuk

menonton film di bioskop. Apalagi dengan adanya nonton bareng bersama para komunitas dalam

jumlah besar. Karena orang menonton sebagian besar pasti membawa teman maupun keluarga.

Jadi komunitas adalah salah satu pengaruh yang sangat besar untuk menonton bioskop.

Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Sikap Menonton Bioskop

Persepsi harga berpengaruh terhadap sikap menonton bioskop dengan arah koefisien

regresi positif, artinya apabila persepsi harga semakin meningkat, maka sikap orang menonton

bisokop akan semakin meningkat. Berdasarkan hasil jawaban responden diperoleh hasil

tanggapan responden terhadap variabel persepsi harga tentang indikator harga tiket yang

ditetapkan Bioskop E-Plaza, harga tiket dibandingkan bioskop XX1 Paragon, dan harga makanan

yang ditetapkan di Bioskop E-Plaza adalah tinggi.

Dalam harga, E-Plaza mematok harga 20.000-25.000 untuk harga tiket. Dan itu adalah

harga yang sangat murah untuk kalangan bioskop 21 dan tentunya kalangan pelajar maupun

mahasiswa. Tetapi E-Plaza juga wajib memperhatikan harga cemilan, minuman dan laian-lain.

Karena itu juga salah satu yang menarik perhatian penonton untuk menonton di E-Plaza.

Pengaruh Sikap Menonton bioskop Terhadap Minat Menonton Bioskop

Sikap orang menonton bioskop berpengaruh terhadap minat menonton bioskop dengan

arah koefisien regresi positif, artinya apabila sikap orang menonton bioskop semakin meningkat,

maka minat menonton bioskop akan meningkat. Berdasarkan hasil jawaban responden

diperoleh hasil tanggapan responden terhadap variabel sikap orang menonton bioskop tentang

indikator suka menonton bioskop film di Bioskop E-Plaza, tertarik menonton bioskop di Bioskop

E-Plaza, dan memiliki kesan positif terhadap Bioskop E-Plaza yang tinggi.

Apabila penonton sudah merasa suka, tertarik dan mempunya kesan positif pasti

penonton akan melakukan sesuatu untuk mendukung minat menontonnya seperti melihat jadwal

film di E-Plaza, membuka web E-Plaza, pada akhirnya mereka akan melakukan keputusan

Page 22: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

22

menonton untuk menonton di E-Plaza. Dan hal tersebut bisa berulang-ulang juka variabel-

variabel seperti kualitas layabab, kualitas film, efek komunitas dan persepsi harga juga variabel-

variabel lain yang tidak tertulis di dalam penelitian ini deperhatikan untuk dapat menjada sikap

positif konsumen akan E-Plaza sehingga mereka akan melakukan menonton ulang di bioskop

yang sama.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut

:

1. Kualitas layanan berpengaruh terhadap sikap menonton dengan arah positif, hal ini

ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi 0,287 dan nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Arah

koefisien regresi positif artinya apabila kualitas layanan semakin baik, yang ditunjukkan

dengan konsumen bioskop tidak pernah mengeluh soal toilet, pelayanan tiket cepat, ruang

tunggu nyaman, maka sikap menonton konsumen terhadap suatu produk akan meningkat.

2. Kualitas film berpengaruh terhadap sikap menonton dengan arah positif, hal ini ditunjukkan

dengan nilai koefisien regresi 0,353 dan nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Arah koefisien regresi

positif artinya apabila kualitas film semakin baik, yang ditunjukkan dengan menayangkan

film-film box office yang berbintang minimal 3, menampilkan film yang bergenre action,

drama dan horror sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Selain itu film selalu baru,

film yang diputar selalu popular, film selalu jadi bahan perbincangan, maka sikap menonton

konsumen terhadap film tersebut akan meningkat.

3. Efek komunitas berpengaruh terhadap sikap menonton dengan arah positif, hal ini

ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi 0,243 dan nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Arah

koefisien regresi positif artinya apabila efek komunitas semakin baik, yang ditunjukkan

dengan adanya bujukan keluarga, ajakan komunitas dan bujukan teman untuk menonton,

maka sikap menonton konsumen terhadap suatu produk akan meningkat.

Page 23: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

23

4. Persepsi harga berpengaruh terhadap sikap menonton dengan arah positif, hal ini

ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi 0,123 dan nilai signifikasi 0,019 < 0,05. Arah

koefisien regresi positif artinya apabila persepsi harga semakin baik, yang ditunjukkan

dengan harga tiket murah, harga tiket bersaing dan harga makanan terjangkau, maka sikap

menonton konsumen terhadap suatu produk akan meningkat.

5. Variabel dominan yang mempengaruhi sikap menonton adalah kualitas produk (film), hal ini

ditujukkan dengan nilai koefisien regresi standardized koefisien paling besar yaitu 0,353,

kemudian kualitas layanan sebesar 0,287, lalu efek komunitas sebesar 0,287 dan persepsi

harga sebesar 0,123. Kualitas produk (film) adalah variabel dominan yang mempengaruhi

sikap menonton.

6. Sikap menonton berpengaruh terhadap minat menonton film dengan arah positif, hal ini

ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi 0,765 dan nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Arah

koefisien regresi positif artinya apabila sikap menonton meningkat, maka yang ditunjukkan

oleh konsumen merasa suka menonton di E-Plaza, tertarik untuk menonton di E-Plaza, dan

memiliki kesan positif terhadap E-Plaza, maka minat menonton film akan meningkat.

Keterbatasan Penelitian

1. Responden di dalam penelitian ini hanya untuk mahasiswa Fakultas Ekomonika dan Bisnis

karena menggunakan non random sampling. Jadi tidak berlaku untuk yang lain.

2. Nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,859

yang menunjukkan bahwa antara kualitas layanan, kualitas produk (film), efek komunitas, dan

persepsi harga secara bersama-sama dapat menjelaskan sikap menonton film di E-Plaza

sebesar 85,90%, sedangkan sisanya 14,10% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti,

seperti perasaan emosional dan lain-lain. Sedangkan sikap menonton dapat menjelaskan minat

menonton di E-Plaza sebesar 58,60 %, sedangkan sisanya sebesar 61,40 % dijelaskan oleh

faktor lain yang tidak diteliti, seperti kepuasan, dan lain-lain.

3. Agenda penelitian yang akan datang dengan menambah variabel independen yaitu daya tarik

iklan, fasilitas, dan lain-lain.

Page 24: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

24

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang diberikan adalah :

1. Kualitas film dapat dimanfaatkan oleh bioskop E-Plaza untuk meningkatkan minat menonton

di E-Plaza dengan menampilkan tayangan film-film berbintang minimal 3 dan yang selalu

baru sesuai dengan peredaran film yang masuk di industri perfilman Indonesia, film juga

harus beragam dengan menampilkan film lokal maupun asing. Film yang diputar di E-Plaza

juga ada di bioskop lain, diputar di luar negeri, dan tentunya masuk box office dunia maupun

lokal. Film yang diputar juga setidaknya menjadi perbincangan khalayak karena kualitasnya

dan akan up to date nya film yang diputar di bioskop E-Plaza. Dan juga pada crosstab

terhadap jenis film menunjukkan total dari keseluruhan crosstab terhadap jenis kelamin, usia

maupun jurusan menunjukkan bahwa responden lebih banyak menyukai film action. Maka

dari itu pihak manajemen E-Plaza untuk lebih meningkatkan penayangan film-film bergenre

action dan tentunya masuk dalam box office.

2. Selain meningkatkan kualitas film, kualitas layanan di dalam E-Plaza pun dapat

meningkatkan sikap untuk menjadikannya minat menonton di E-Plaza dengan cara menjaga

kebersihan toilet yang meliputi selalu mengganti tissue toilet dan pewangi ruangan jika habis

dan selalu membersihkan toilet setiap hari agar tidak bau. Kecepatan dan ketepatan karyawan

dalam melayani penjualan tiket pun juga harus diperhatikan dengan cara berpenampilan rapi,

ramah kepada pengunjung dan penonton. Rungan tunggu yang bersih, bwe AC, tempat

duduk sofa, dan ruangan smooking maupun no smooking juga akan mempengaruhi penonton

untuk meningkatkan sikap sehingga menciptakan minat menonton.

3. Efek komunitas bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkan minat menonton, cara yang

bisa dilakukan ialah melakukan nonton bareng dengan teman-teman terdekat, karena semakin

banyak ajakan menonton di E-Plaza oleh teman maupun keluarga maka semakin mau orang

tersebut ingin menonton. Maka baiknya pihak manajemen E-Plaza memberikan suatu promo

atau voucher untuk siapa saja yang akan mengadakan nonton bareng dengan jumlah

penonton yang ditentukan.

4. Persepsi harga pun menjadi salah satu acuan orang untuk menonton. Semakin murah

harganya maka biasanya konsumen semakin ingin menonton. Tetapi harus dilengkapi dengan

film dan fasilitas yang bagus pula. Apalagi untuk ukuran mahasiswa, biasanya mahasiswa

Page 25: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

25

menyukai tontonan dengan harga yang murah dan fasilitas yang memadai. Harga tiket yang

ditawarkan pun jangan mau kalah bersaing dengan bioskop lain sesuai dengan standar

bioskopnya. Dan juga pihak E-Plaza perlu memperhatikan harga-harga penunjang lain seperti

harga makanan, cemilan maupun minuman yang dirasa masih mahal untuk masyarakat

Semarang terutama anak muda dan mahasiswa.

Page 26: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

26

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Gary. 2001. “Prinsip-Prinsip Pemasaran”. Jilid 2. Edisi 8. Jakarta : Erlangga

Azwar, Syaifuddin. 2007. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:Pustaka

Pelajar Offset.

Bachriansyah, Rizky Amalina. 2011. “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik Iklan, dan

Persepsi Harga Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Produk Ponsel Nokia (Studi Kasus

Pada Masyarakat di Kota Semarang)”. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro.

Basu Swastha, 2000, Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern,

Jakarta : Liberty.

Boyd, Thomas C.and Mason, Charlotte H., 1999, “The Link Between Attractiveness of

“Extranrand” Attributes and Adoption of Innovations”, Journal of Academy of

Marketing Research, Vol.27, No.3.

Ferdinand, Agusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Metode Penelitian Untuk Penulisan

Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen.Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

____________, (2002), Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen, Edisi ke 2,

BP UNDIP, Semarang.

Gerungan, W.A. 1991, Psikologi Sosial, Bandung:Eresco.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

____________. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Hair, J. F., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson, R.E. 2010. Multivariate Data Analysis. New

Jersey : Upper saddle river

Keller, K. L. 1993. Conceptualizing, measuring and managing customer-based brand equity.

Journal of Marketing, 57, 1–22.

Kinnear, Thomas C, dan Taylor, James R., (1998). Riset Pemasaran, Edisi 3, Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip dan Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran.Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok

Gramedia.

Kotler, Philip dan K. L, Keller. 2007. Manajemen Pemasaran Jilid 1 . Edisi 12. Jakarta: Indeks

Page 27: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

27

Kertajaya, Hermawan. 2010. Marketing Plus 2000, Siasat Memenangkan Persaingan Global.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Krajewski dan Ritzman, 1996. Operations Management: Strategi and Analysis, Addison-

Wesley, Massachusetts.

Lamb, Hair, Mc Daniel. 2001. Pemasaran. Jakarta : Salemba Empat.

Leliana dan Retno Tanding Suryandari. 2004. “Persepsi Harga dalam Perilaku Belanja

Konsumen (Studi Kasus pada Perusahaan Ritel di Surakarta).” Jurnal Bisnis &

Manajemen” Vol. 4

Loudon, Davis L & Bitta, Albert J. Della. 1993. Consumer Behavior . New York: Mc. Graw Hill.

Lucas, D.B & Britt, S.H, 2003. Advertising Psychology and Research, New York: Mc. Graw

Hill.

Mandasari, Kartika.2011. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen

Dalam Memilih Jasa Perhotelan (Studi kasus pada Hotel GRASIA Semarang)”.

Skripsi.Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Parasuraman, Zeithaml, dan A.A Berry. 1988. Delivery Service Quality : Balancing Customer

Perceptions and Expectation, The Free Press, New York.

Purwanto, Heri. 1999. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta : Kedokteran EGC

Robbins, Stephen P. Diterjemahkan Oleh Tim Index 2003. Perilaku Organisasi. Jilid 2. Edisi 9.

Jakarta : Gramedia.

Sukardi, Dewi Ketut. 1987. Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta:Galia Indonesia.

Super, Donald E. and Crites, John E. 1998 Appraising Vocational Fitness. New York : Harper &

Row

Susanto, Dwi. 2011.”Analisis Pengaruh Efek Komunitas dan Kualitas Produk terhadap Kepuasan

Konsumen dan Implikasinya terhadap Sikap terhadap Merek (Attitude Toward Brand)

Pada Konsumen Notebook Merek Acer di Kota Semarang“. Skripsi.Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: P.T Remaja

Rosdakarya Bandung.

Syahyuti, 2005. Pembangunan Pertanian dengan Pendekatan Komunitas, Forum Penelitian

Agro Ekonomi. Vol. 23.

Tjiptono, Fandy. 2006. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi.

____________. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

Page 28: ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, …eprints.undip.ac.id/35626/1/ARTIKEL_JURNAL_ema.pdf · KOMUNITAS DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP SIKAP MENONTON DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT MENONTON

28

Wenger, Etienne. 2004. Knowledge Management as A Doughnut: Shaping Your Knowledge

Strategy Through 95 Communities of Practice.