Upload
doannga
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH NILAI CADANGAN EMAS TERHADAP DINAR
DAN KEBUTUHAN DANA EMAS DALAM PEMBAYARAN ZAKAT DI
INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat–syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
LAILA FAJRIATUL RIZKI
NIM 1112086000005
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Laila Fajriatul Rizki
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Oktober 1995
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi/Berat : 163 cm / 52 kg
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTA / MAN
Alamat : Jalan Siaga Raya No.6 RT 03/014 Pejaten Barat, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan. 12510
No. HP : 085719599333 / 082114294727
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
2000 – 2006 : MI Unwanul Huda Jakarta
2006 – 2009 : MTs Negeri 1 Jakarta
2009 – 2012 : MA Negeri 4 Jakarta
2012 –2017 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Koordinator Departemen Seni dan Budaya HMJ Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis periode 2012-2013.
Seminar dan Workshop
1. Workshop Operasional Sharia Banking PT Bank Syariah Mandiri
diselenggarakan oleh LiSEnSi dan IAEI pada September 2012.
vi
2. Kajian Ekonomi Islam Syawal diselenggarakan oleh LiSEnSi dan IAEI
pada September 2012.
3. Seminar Nasional IAEI “Penyiapan SDM Berbasis Kompetensi Syariah
dalam Pengembangan Perbankan Syariah Era MEA 2015” pada Oktober
2014.
4. Seminar Internasional Ekonomi Islam “Building Strategic Alliance in
Islamic Economic, Finance, and Business Policies” pada April 2015.
vii
ABSTRACT
This study aims to determine the feasibility of the Gold Dinar against
Zakat Payment Application in Indonesia. The data used in this study is qualitative
data. The analytical method used in this research is to use interviews and refers to
the economic theories then be historical because many use histories currency and
dinar in the past and the present. The other method uses Descriptive statistics
using Microsoft Excel 2007 and SPSS version 23.0.
These results indicate that the gold reserves in Indonesia insufficient for
the use of the payment of zakat and charity use gold dinar worth being a means of
payment of Zakat in Indonesia.
Keywords: Money, Gold Dinar, Zakat and Descriptive Statistics.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kelayakan Dinar Emas
terhadap Penerapan Pembayaran Zakat di Indonesia. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan Wawancara dan merujuk pada teori-
teori ekonomi kemudian bersifat historis karena banyak menggunakan sejarah-
sejarah uang dan dinar pada masa lampau dan masa sekarang. Metode lainnya
menggunakan Statistik Deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan
SPSS versi 23.0.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Cadangan emas di Indonesia
mencukupi untuk penggunaan pembayaran zakat menggunakan dinar emas dan
zakat layak menjadi alat pembayaran zakat di Indonesia.
Kata Kunci: Uang, Dinar Emas, Zakat dan Statistik Deskriptif
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Analisis Kelayakan Dinar Emas Terhadap Penerapan Pembayaran Zakat di
Indonesia” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula shalawat dan salam tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan, bantuan, bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama pada:
1. Kedua orang tua, pembimbing sepanjang masa. (alm) Ayah H. Abdul
Rasyid dan Ibu Hj. Syarifah. Terima kasih telah mencintai, mendidik,
memberikan pelajaran dan motivasi serta do’a tanpa henti kepada
penulis. Serta, semua kakak-kakak ku tercinta dan tersayang Kak
Harun al Rasyid & Keluarga, Kak H. Nasrullah & Keluarga, Kak
Fathul Qorib, Kak Siti Makbullah & Keluarga, Kak Nur Makiyah &
Keluarga, Kak Siti Syarah & Keluarga, Kak Robiatul Awaliyah &
Keluarga, dan Kak Ahmad Athoillah yang telah memberikan
perhatian, motivasi, saran dan segala dukungan moril maupun materil
selama ini.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc,M.Si selaku Dekan FEB, Bapak
Dr.Amilin, SE., Ak.,M.Si., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid.
Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Wakil
Dekan II Bid Administrasi Umum dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin
M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang telah
memberikan jalan bagi saya dalam mengerjakan skripsi ini.
x
3. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Syariah dan Ibu Endra Kasni Laila Yuda, M.Si selaku sekretaris
Jurusan Ekonomi Syariah.
4. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin M.A selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak Zuhairan Yumni Yunan, M.Sc Selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I yang dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan pengarahan, ilmu yang bermanfaat, serta
masukan yang sangat berarti selama penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas
curahan ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami. Semoga
amalmu mendapat keberkahan dari Allah SWT.
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja
kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
8. Ridwan Hidayat Meha. Terima kasih selalu ada dalam suka maupun
duka dan sudah bersama-sama menjalani perkuliahan, menjadi partner
terbaik selama ini serta memberikan motivasi, saran, dan menjadi
pendengar terbaik kepada penulis, dan terimakasih untuk
kebahagiaannya selama ini.
9. Sahabat sepanjang masa, Iza Nur Aviva yang selalu ada, selalu
mendengarkan keluh kesah penulis, selalu memberikan saran, masukan
dan motivasinya selama ini, Terima kasih banyak bot, huhu luv Ibot.
10. Sahabat tersayang, “PPG” Ridhaoneti Kamiela dan Nina Astriana.
Terima kasih supportnya, terima kasih karena terus bersamasama dan
selalu ada dalam menjalani perkuliahan atau bersenda gurau. Terima
kasih kesayangan Della.
11. Sahabat kemana aja ayo, Siera Zahra Syawali, Sekar Ayu Dewinda
dan Mannik Manila. Terima kasih telah memberikan motivasi, terima
kasih selalu menemani penulis ketika sedang suntuk dan terima kasih
untuk kebahagiaannya selama ini.
xi
12. Ulfa Rianti, Terima kasih selalu mau membantu kalau lagi kesusahan
dan selalu ada dan mau ngebantu penulis. Makasih banyak ya paul!!
13. Terima kasih Kak Ja’far yang selalu membantu dan mensupport
penulis serta memberikan saran dan masukan selama ini.
14. Terakhir, teman-teman seperjuangan dari awal. Ekonomi Syariah FEB
UIN 2012. Terima kasih kebersamaannya selama ini, semoga kita
mendapat keberkahan atas ilmu yang kita dapat dan yang kita beri.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan, maupun kritikan yang konstruktif dengan penyempurnaan hasil penelitian
ini.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik
manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi dan para pembaca, yang tertarik
dengan Dinar emas dan Zakat
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Jakarta, 19 April 2017
Laila Fajriatul Rizki
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.............................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ v
ABSTRACT .................................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9
E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Landasan teori ..................................................................................... 12
1. Teori Uang Dalam Islam .............................................................. 12
2. Peran, Fungsi dan Karakteristik Uang ......................................... 17
xiii
3. Pendapat Ahli Ekonomi tentang Uang Kertas ............................ 18
4. Dinar Emas ................................................................................... 18
5. Zakat ............................................................................................. 25
B. Penelitian Sebelumnya ........................................................................ 43
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 49
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ......... ......................................................... 50
B. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 52
C. Metode Analisis Data ........ ................................................................. 52
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Perkembangan Zakat di Indonesia pada BAZNAS ............................. 61
B. Kecukupan Emas di Indonesia ............................................................ 64
C. Kelayakan Dinar Sebagai Alat Pembayaran Zakat ............................. 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 82
B. Saran ................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 84
LAMPIRAN ................................................................................................... 88
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Penelitian Terdahulu 45
2.1 Statistik Deskriptif 63
3.1 Cadangan Devisa Setara Uang Kartal 65
3.2 Cadangan Emas yang Harus Dimiliki Indonesia 66
3.3 Cadangan Dinar Emas yang Harus Dimiliki Indonesia 66
3.4 Harga Setiap Keping Dinar Emas (US$) 67
3.5 Harga Setiap Keping Dinar Emas (Rp) 67
3.6 Dinar yang Harus Dimiliki 68
3.7 Kesetaraan Rupiah dan US Dollar dengan Emas 69
3.8 Emas yang Harus Dimiliki 70
3.9 Emas yang didapatkan 71
3.10 Kebutuhan Cadangan Emas di Indonesia 72
4.1 Banyaknya Dinar Emas 74
4.2 Kecukupan Cadangan Emas di Indonesia 74
4.3 Nilai Rupiah Setara Emas 75
4.4 Kemampuan Cadangan Emas Indonesia Menjaga Rupiah 76
4.5 Jumlah Dinar yang Dizakatkan Sesuai Jenis Zakat 77
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Data Dinar di Gerai Dinar 19
2.1 Gambaran Dinar di Antam 22
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data BAZNAS 2010-2015 88
2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Data Keseluruhan 88
3 Hasil Uji Statistik per Zakat 89
4 Perhitungan Jumlah Dinar yang Dizakatkan 89
5 Perhitungan Rumus Tabel 3.2 92
6 Perhitungan Rumus Tabel 3.3 92
7 Perhitungan Rumus Tabel 3.4 93
8 Perhitungan Rumus Tabel 3.5 93
9 Perhitungan Rumus Tabel 3.6 93
10 Perhitungan Rumus Tabel 3.8 94
11 Perhitungan Rumus Tabel 3.9 94
12 Perhitungan Rumus Tabel 4.1 94
13 Perhitungan Rumus Tabel 4.3 94
14 Hasil Wawancara 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem ekonomi, keberadaan uang merupakan hasil inovasi besar
dalam perekonomian dunia. Sebagai salah satu variabel penting dalam
perekonomian, maka posisi uang dipandang sangat strategis fungsinya di
dalam sebuah bingkai sistem ekonomi dan sulit untuk diganti dengan variabel
lain. Oleh karena itu, uang merupakan bagian suatu fungsi yang terintegrasi
dalam suatu perekonomian. Dan uang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam suatu sistem ekonomi modern (Pujiyono, 2004)
Islam mengajarkan kepada umatnya, melalui kitab yang Allah turunkan
kepada nabi akhir zaman, Rasulullah Muhammad shalallahu „alaihi
wassalam, untuk berlaku adil dan tidak saling mezalimi (Q.S. Ali Imran / 3 :
(57) ). Salah satu bentuk kezaliman adalah dengan melanggar perintah Allah.
Seperti salah satu larangannya dalam surat al-Baqarah bahwa “Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Q.S. Al-Baqarah / 2 :
(275) ).
Menurut Antonio (2001) Pengertian riba sendiri adalah pengambilan
tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara
batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.Sebagaimana
praktiknya yang mendunia zaman ini, riba yang telah bercampur dengan
seluruh tata kehidupan manusia membuat manusia selalu dilanda ketakutan
2
akan kondisi ekonomi dunia yang tidak stabil. Ketidakstabilan perekonomian
tersebut dikarenakan sistem perekonomian dunia yang tidak terlepas dari
akibat adanya praktik riba dalam sistem penggunaan uang kertas, fiat money.
Uang fiat adalah komoditas yang diterima sebagai uang namun nilai
nominalnya jauh lebih besar dari nilai komoditas itu sendiri (nilai
intrinsiknya) dan diresmikan oleh pemerintah (Raharja et. Al, 2008).
Sebagaimana pernyataan Umar Ibn Khattab ra. bahwa penggunaan kuitansi
dan rama‟ (uang kertas) adalah riba. Uang kertas yang dimaksud adalah
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, uang kertas yang tidak memiliki
nilai intrinsik senilai dengan nominalnya dan tidak di-back up dengan
komoditi serupa emas dan perak sehingga menjadi uang hampa. Maka jelas
lah bahwa uang fiat adalah sumber dari riba (Jawi, 2012)
Menurut Raharja (2008) nilai dinar yang stabil dan memiliki standard
yang sama disetiap Negara, akan memberikan kemudahan bagi pengguna dan
masyarakat untuk melakukan transaksi. Dinar adalah mata uang yang
memiliki nilai tetap dan stabil, berbeda dengan mata uang fiat (fiat money)
yang masih membutuhkan pengesahan berupa hukum dari pemerintahyang
mencetak. Uang dinar tidak perlu ada penghalalan dan pengesahan sebagai
uang, namun perlu adanya sosialisasi dan dukungan dari pemerintah untuk
menggunakan Dinar.
Masalah yang senantiasa ditimbulkan uang kertas adalah inflasi. Inflasi
adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam periode waktu
3
tertentu. Inflasi merupakan fenomena moneter, karena telah terjadi penurunan
unit perhitungan moneter dalam suatu komoditas. Daya beli dinar tidak
pernah mengalami kenaikan maupun penurunan, selalu stabil dan menuju
keseimbangan. Dan ini yang menyebabkan satu dinar setara dengan satu
kambing. Ayat al-Qur‟an dan Hadist sudah sangat jelas bahwa daya beli
Dinar tidak pernah mengalami perubahan baik kekuatan maupun
kelemahannya terhadap suatu barang. Ini dikarenakan nilai instrinsiknya
benar-benar 100% (Yunan, 2012).
Menurut Iqbal (2009) penggunaan Dinar sebagai uang artinya
mengembalikan emas dan perak kepada fitrahnya. Fitrah emas dan perak
sebagai uang ditunjukkan oleh hadits berikut ini:
Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada
kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata : saya
mendengar penduduk bercerita tentang ‟Urwah, bahwa Nabi S.A.W
memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing
untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing,
kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa
satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi S.A.W. mendoakannya dengan
keberkatan dalam jual belinya. Seandainya „Urwah membeli tanahpun, ia
pasti beruntung” (H.R. Bukhari)
Seperti yang terjadi pada Rupiah, dari awal pencetakannya Rupiah telah
beberapa kali mengalami redenominasi atau yang lebih dikenal dengan
pengurangan tiga angka nol. Pada tahun 1965 rupiah pernah mengalami
4
redeneominasikarena antara tahun 1960-1965 terjadi hiperinflasi di
Indonesia, sehingga apabila tiga angka nol tetap dibiarkan ada lalu ketika
sewaktu-waktu angka nol itu bertambah dengan cepat dikhawatirkan
psikologi masyarakat tidak bisa menerima harga dengan nominal yang sangat
besar sehingga menimbulkan inflasi, begitu juga dengan pencatatan keuangan
yang lebih menyulitkan dengan penambahan sejumlah angka nol pada tiap
lembar uang, tetapi pada tahun 1968 tiga angka nol yang semula dihilangkan
dimunculkan kembali. Sistem uang hampa yang digunakan seluruh Negara
saat ini telah membuktikan bahwa sistem ini tidak dapat membuat
berkembang Negara berkembang bahkan juga tidak dapat membuat maju
Negara-negara maju.
Islam memberikan pedoman yang sangat lengkap untuk semua bidang
kehidupan, termasuk didalamnya bidang ekonomi.Islam memberikan aturan
mengenai hal tersebut.Sebagaimanadiketahui bahwa tutunan hidup bagi
manusia untuk menjalani kehidupan adalah Al Qur‟an dan As Sunnah.
Kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan tuntutan kehidupan.
Disamping itu juga merupakan anjuran yang memiliki dimensi ibadah
(Suhrawardi, 2000).
Seperti dikatakan oleh Imam Ghazali ”sebagai hakim yang adil” yaitu
emas dan perak sebagai penentu harga, standar nilai bagi semua jenis
komoditas dan jasa, bukan malah sebaliknya, yang nilainya ditetapkan
melalui fantasi yang dibubuhkan pada uang kertas (Saidi, 2011). Kehadiran
uang dalam ekonomi memberikan arti penting. Ketimpangan dari
5
ketidakstabilan nilai tukar uang dalam perekonomian tidak akan berjalan pada
titik keseimbangan. Ini akan lebih sulit untuk mewujudkan keseimbangan
kesejahteraan sosial ekonomi dan sosial (Chapra, 2000). Dalam Ekonomi
Mikro Islam, bahwa perbedaan antara konsep ekonomi islam dengan konsep
ekonomi konvensional terletak pada perbedaan konsep utilitas pada sisi
permintaan dan konsep produksi pada sisi penawaran. (Karim, 2003).
Dalam sejarah komoditi uang sebagai standar, terdapat dua standar yang
umum digunakan yaitu standar emas (gold currency standards) dan standar
perak (silver currency standards). Meski demikian secara umum dapat
didefinisikan sebagai satuan moneter dari emas dengan ukuran tertentu
terhadap satu satuan mata uang (termasuk perak) dan mendapat ijin penuh
dalam menkonversi antara emas dengan uang dan antara uang dengan emas.
Hubugan mekanis antara emas dan satuan moneter jelas akan mendorong
keyakinan akan nilai unit moneter (Pujiyono, 2004)
Alternatif untuk menyelesaikan masalah ekonomi yang sedang melanda
dunia saat ini adalah dengan mengganti instrumen moneter atau alat tukarnya
dengan menggunakan uang komoditi Bimetal, emas dan perak, selain karna
sunnatullah yang tercantum jelas didalam al-Qur‟an (Ali Imran / 3: (75) dan
Al Kahfi / 18 : (19) ) dan as- Sunnah, emas dan perak juga telah mengukir
sejarah sebagai uang yang diperkenalkan oleh Julius Caesar dari Romawi
sekitar tahun 46 SM. Bahkan selama tujuh abad dari abad ke-13 sampai awal
abad ke-20, uang emas dan perak yang dalam Islam dikenal dengan nama
Dinar adalah mata uang paling luas digunakan.Apabila ditambah dengan
6
masa kejayaan Islam sebelumnya yaitu mulai dari awal kenabian rasulullah
saw. (610 M) , maka secara keseluruhan Dinar adalah mata uang modern
yang dipakai paling lama (14 abad) dalam sejarah peradaban manusia (Iqbal,
M,. 2009)
Dinar dapat dipakai begitu lama karena Dinar dapat menjaga kestabilan
nilainya terhadap komoditas barang dan jasa, karena pada Dinar memiliki
nilai benda atau nilai instrinsik yang senilai dengan nominalnya sehingga
nilai diri Dinar sebanding dengan kemampuannya menilai harga komoditi
barang dan jasa. Imam Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin
mengunggkapkan bahwa Allah menciptakan emas dan perak agar keduanya
menjadi “Hakim” yang adil dalam memberikan nilai atau harga (Iqbal, M.,
2007). Yang dimaksud Imam Ghazali, emas adalah uang emas 4,25 gr (Dinar)
(Iqbal, M., 2009).
Karim (2008) mengatakan, Dinar layak untuk digunakan sebagai alat
transaksi karena koin mata uang tersebut memiliki nilai dan unsur yang stabil.
Ibnu Kholdun mengungkapkan dalam Ekonomi Makro Islam, bahwa suatu
negara tidak akan mungkin dapat melakukan pembangunan secara
sustanabletanpa adanya keadilan dalam sistem yang dianutnya. Artinya
bahwa stabilitas hargamemiliki jaminan keadilan uang dalam fungsinya,
sehingga perekonomian akan relatif berada dalam kondisi stabil.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa Allah telah menciptakan emas
dan perak sebagai hakim yang adil. Ibnu Khladun dalam Muqaddimah
7
menulis bahwa Allah menciptakan dua logam mulia itu untuk menjadi alat
pengukur harga atau nilai bagi segala sesuatu. Al Maqrizi dalam Ighatsah
menambahkan bahwa Allah menciptakan dua logam mulia itu bukan sekedar
alat pengukur nilai dan penyimpanan kekayaan, melaikan juga sebagai alat
tukar (Yunan, 2012).
Bagi Negara-negara mayoritas Muslim, menurut Pujiyono (2004)
fenomena untuk mempopulerkan penggunaan dinar sebagai alat tukar
pembayaran dan kegiatan transaksi ekonomi dilandasi oleh beberapa hal.
Pertama, dalam upaya menegakkan rukun islam yaitu membayar zakat dan
menegakkan hukum islam yaitu hukuman bagi pencuri yang ukuran
standartnya adalah dinar. Seorang muslim yang memiliki harta emas, uang
dan kekayaan lainnya yang telah mencapai nisab (ukuran berat) senilai 20
dinar wajib membayar zakat. Kedua, uang emas dapat digunakan sebagai alat
simpanan yang lainnya karena relative stabil. Dengan uang emas, nilainya
tidak mengalami fluktuasi yang tajam, karena nilai uang nominal sama
dengan nilai instrintiknya. Hal ini berbeda dengan uang kertas yang nilainnya
sangat fluktuatif dan berbeda antara nominal dengan nilai intirnsik uang.
Di Indonesia penerapan Dinar emas pada masa ini sudah semakin
berkembang.Dinar telah dicetak dan diedarkan kembali di Indonesia sejak
tahun 2000-an. Saat ini ada lebih dari 95 wakala, yaitu penukaran koin Dinar
ke uang kertas. Beberapa penerapan dan prasarana yang telah ada di
masyarakat antara lain: Pertama, (JAWARA) Jaringan Wirausaha dan
Penggunaan Dinar Nusantara. Jumlah para pedagang komoditas dan jasa yang
8
menerima koin tersebut serbagai alat tukar semakin bertambah. JAWARA
(www.jawaradinar.com) juga dikembangkan di kampung jawara, yakni
tempat-tempat yang banyak pedagangnya yang menerima Dinar. Kedua,
Festival Hari Pasaran (FHP) untuk mensosialiasikan pemakaian Dinar
masyarakat diberbagai tempat mengadakan pasar-pasar terbuka. Di FHP
selain ada uang kertas juga telah digunakan Dinar sebagai alat tukar dan
untuk memfasilitasi masyarakat memperoleh Dinar, pada tiap FHP beroperasi
sebuah wakala yang berperan layaknya (money changer). Ketiga, di luar
kegiatan bisnis, Dinar juga bersikulasi melalui kegiatan sosial, berkaitan
dengan sedekah, infaq, zakat, dan mahar. Setiap ada FHP zakat berupa Dinar
dibagikan kepada fakir miskin. Secara umum masyarakat juga sudah banyak
yang membayarkan zakatnya memalui berbagai saluran, dalam bentuk Dinar.
Keempat, uang emas diterapkan pada Pasar Madinah, Pasar Madinah ini
dikenal dengan nama Bazaar Madinah yang merupakan jenis pasar dengan
menjalankan kegiatan perdagangan berdasarkan prinsip-prinsip Syariah.
Konsep pasar ini merupakan konsep pasar pada zaman Nabi Muhammad saw.
dan diterapkan pada masa sekarang dengan menggunakan transaksi Dinar
(www.wakalanusantara.com)
Maka penggunaan Dinar kembali sebagai alat transaksi adalah penting.
Selain karna mendesaknya persoalan ekonomi yang harus segera menemukan
solusi, penggunaan Dinar juga sebagai salah satu bentuk Ibadah kepada Allah
berupa ketaatan dalam melaksanakan sunnah-Nya. Karena pentingnya maka
penulis tertarik untuk meneliti dengan judul ”Analisis Pengaruh Nilai
9
Cadangan Emas Terhadap Dinar dan Kebutuhan Dana Emas Dalam
Pembayaran Zakat di Indonesia”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan rumusan masalah penelitian diatas, maka
pertanyaan penelitian yang dapat diajukan adalah :
1. Bagaimana kecukupan emas di Indonesia untuk menggantikan
jumlah uang yang beredar di Indonesia?
2. Berapa kebutuhan emas untuk pembayaran zakat di Indonesia?
C. Tujuan Penelian
Tujuan penelitian ini adalah memberi jawaban atas pertanyaan
penelitian yang ada, yang menjadi tujuan penelitian antara lain :
1. Untuk mengetahui kecukupan emas di Indonesia untuk
menggantikan jumlah uang beredar di Indonesia.
2. Untuk mengetahui penerapan Dinar emas terhadap transaksi zakat
di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemertintah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pemerintah lebih mudah
menerapkan dinar emas sebagai mata uang.
2. Bagi Akademisi
10
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
keilmuan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang diperoleh
selama kuliah dan menambah pengetahuan serta wawasan khususnya
yang berkaitan dengan manajemen keuangan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan pemahaman dan
memberi gambaran kepada pembaca tentang penelitian yang diuraikan
oleh penulis.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab satu berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah
yang mendasari diadakannya penelitian, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKbA
Bab dua berisi tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang landasan
teori yang menjadi dasar dan bahan acuan dalam penelitian ini, penelitian
terdahulu, dan kerangka pemikiran.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
11
Bab tiga berisi metode penelitian yang terdiri dari variabel penelitian
dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab empat berisi hasil dan pembahasan yang menjelaskan deskripsi
objek penelitian, dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab lima berisi penutup yang berisi kesimpulan dari hasil kelayakan
dinar emas dan kelayakannya sebagai alat transaksi yang akan digunakan
dalam berzakat dan saran yang berupa tindakan-tindakan yang sebaiknya
dilakukan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Uang Dalam Islam
Secara umum uang di artikan sebagai alat pembayaran (mean of
payment) atau alat penukaran (medium of change). Dalam fiqh ekonomi
Umar r.a disebutkan bahwa uang adalah segala sesuatu yang dikenal
dan dijadikan sebagai alat pembayaran dan bermuamalah diantara
mereka (Ahmad, 2006).
Uang adalah standar untuk mengukur suatu barang dan jasa. Nilai
mata uang merupakan ukuran apa yang penting dalam perekonomian.
Penurunan nilai riil mata uang akan menyebabkan dampak buruk bagi
kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Stabilitas nilai mata uang
adalah prioritas utama dalam manajemen moneter. Stabilitas bisa dilihat
dari kestabilitasan harga karena mereka mempengaruhi realisasi
pembangunan ekonomi suatu negara dari pemenuhan kebutuhan dasar
seperti: distribusi pendapatan dan kekayaan, tingkat pertumbuhan
ekonomi riil, perluasan lapangan kerja dan stabilitas ekonomi (Siregar,
2001).
Pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhannya secara
mandiri. Mereka memperoleh makanan dari berburu atau memakan
buah-buahan. Masing-masing dari individu tersebut memnuhi
13
kebutuhan makanannya secara mandiri. Periode ini disebut sebagai
periode prabarter karena manusia belum mengenal transaksi
perdagangan atau kegiatan jual beli. Ketika jumlah manusia semakin
bertambah dan perdabannya semakin maju, kegiatan antarsesama
manusia kian meningkat. Jumlah dan jenis kebutuhan manusi juga
semakin beragam. Pada saat itulah, masing-masing individu mulai tidak
mampu memenuhi kebutuhannya. Mereka mulai bercocok tanam untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari (Huda, et al. 2008)
Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama
pada waktu yang bersamaan (double coincidence of wants) dari pihak-
pihak yang melakukan pertukaran ini. Tetapi semakin beragam dan
kompleks kebutuhan manusia, semakin sulit menciptakan situasi double
coincidence of wants. Misalnya, pada suatu ketika seseorang memiliki
beras membutuhkan minyak. Namun saat yang bersamaan, pemilik
minyak sedang tidak membutuhkan beras tetapi membutuhkan ikan,
sehingga barter tidak antara beras dan minyak tidak terjadi. Keadaan
yang seperti ini akan mempersulit mualamalah antar manusia. Itu
sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua
pihak. Alat tukar kemudian disebut uang. Uang pertama kali dikenal
dalam peradaban Sumeria dan Babylonia (Huda, et.al 2008).
Kehadiran uang dalam ekonomi memberikan sesuatu yang
penting. Ketimpangan dari ketidakstabilan nilai tukar uang dalam
perekonomian tidak akan berjalan dengan seimbang. Dan ini akan lebih
14
sulit untuk mewujudkan keseimbangan kesejahteraan ekonomi. Ibnu
khaldun mengatakan bahwa sebuah Negara mungkin dapat melakukan
pembangunan berkelanjutan tanpa adanya keadilan dalam system yang
digunakan (Chapra, 2000).
Ibnu Khaldun mengatakan bahwa uang tidak perlu mengandung
emas dan perak, tetapi emas dan perak yang menjadi standar nilai uang.
Uang tidak mengandung emas dan perak merupakan jaminan
pemerintah menetapkan nilainya. (Muqaddimah, 1:407). Dalam
keadaan nilai yang tidak berubah, kenaikan harga atau penurunan harga
semata-mata ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan.
Setiap barang akan mempunyai harga keseimbangannya (Muqaddimah,
2:240)
Karim (2008) mengatakan, Uang tidak mempunyai harga, tetapi
merefleksikan harga semua barang. dalam istilah ekonomi klasik
dikatakan bahwa uang tidak memberi kegunaan langsung (direct utility
function). Apabila uang itu digunakan untuk membeli barang, barang
tersebut akan memberi kegunaan. Dalam teori non-klasik dikatakan
uang timbul dari daya belinya. Jadi uang memberikan kegunaan tidak
langsung (indirect utility function).
Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya telah membahas fungsi
uang dalam perekonomian. Beliau menjelaskan bahwa, uang berfungsi
sebagai media penukaran, namun uang tidak dibutuhkan untuk uang itu
sendiri. Maksudnya, uang diciptakan untuk memperlancar pertukaran
15
dan menetapkan nilai yang wajar dari pertukaran tersebut dan uang
bukan sebuah komoditi. Menurut Al-Ghazali uang seperti cermin, tidak
memiliki warna, tetapi dapat mencerminkan semua warna. Penafsiran
ini berarti uang tidak memiliki harga tetapi mencerminkan harga semua
barang. Dalam hal ekonomi klasik disebutkan bahwa uang tidak
memberikan fungsi utilitas secara langsung yang berarti jika uang
tersebut digunakan untuk membeli barang, maka barang itu akan
memberikan kegunaanan (Yunan, 2012)
Setelah itu kemudian uang berkembang dan berevolusi mengikuti
perjalanan sejarah. Dan dari perkembangan inilah, uang kemudian bisa
dikategorikan dalam 3 jenis, yaitu uang barang, uang kertas dan uang
giral atau uang kredit (Huda, et al. 2008).
a. Uang Barang(Commodity Money)
Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau
bisa diperjualbelikan apabila barang tersebut di gunakan bukan sebagai
uang. Namun tidak semua barang bisa menjadi uang, ada 3 kondisi
utama agar suatu barang bisa dijadikan uang, antara lain:
Kelangkaan (scarity) yaitu persediaan barang harusterbatas.
Daya tahan (durability), barang tersebut harus tahan lama.
Nilai tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang
harusbernilai tinggi, sehingga tidak memerlukan jumlah yang
banyak dalam melakukan transaksi.
16
Dalam sejarah, pemakaian uang barang juga pernah disyaratkan
barang yang digunakan sebagai barang kebutuhan sehari-hari. Uang
barang tidak memiliki pecahan, sulit untuk disimpan dan sulit untuk
diangkut. Kemudian pilihan terhadap barang yang bisa digunakan
sebagai uang bisa menggunakan logam mulia, seperti emas dan perak.
Kedua logam tersebut memiliki nilai tinggi, langka dan dapat diterima
secara umum sebgai alat tukar. Kelebihan lainnya, emas dan perak
dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil dan tetap mempunyai
nilai yang utuh. Dan logam mulia ini tidak mudah susut ataupun rusak.
b. Uang Kertas (Token Money)
Ketika uang logam masih digunakan sebagai uang resmi dunia,
ada beberapa pihak yang melihat peluang meraih keuntungan dari
kepemilikan atas emas dan perak. Bank mengeluarkan uang kertas
dengan nilai yang besar dari emas atau perak dan masyarakat umum
bisa menerima uang kertas ini sebagai alat tukar. Jadi aspek penerimaan
masyarakat secara luas dan umum berlaku, sehingga uang kertas
menjadi alat tukar yang sah.
Keuntungan penggunaan uang kertas, diantaranya biaya
pembuatannya rendah, pengirimannya mudah, penambahan dan
pengurangan lebih mudah dan tepat, dan dapat dipecah-pecahkan dalam
jumlah berapapun. Dan kekurangan uang kertas juga cukup signifikan,
antara lain uang kertas ini tidak bisa dibawa dalam jumlah yang banyak
dan karena terbuat dari kertas, uang kertas ini mudah rusak.
17
c. Uang Giral (Deposit Money)
Uang giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank-bank
komersial melalui pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya.
Uang giral ini merupakan simpanan nasabah di bank yang dapat di
ambil setiap saat dan dapat dipindahkan kepada orang lain untuk
melakukan pembayaran. Artinya, cek dan giro yang dikeluarkan oleh
bank mana pun bisa di gunakan sebagai alat pembayaran barang, jas
dan utang.
2. Peran, Fungsi dan Karakterisktik Uang
Menurut Iqbal (2010) umumnya, uang berfungsi sebagai alat
tukar, sebagai penyimpan nilai, sebagai satuan perhitungan dan sebagai
standart pembayaran utang yang ditunda. Adapun fungsi dan
karakterisktik mata uang jauh sebelum itu telah dijelaskan oleh Ibnu
Taimiyah bahwa mata uang merupakan pengukur nilai dan media
pertukaran bagi sejumlah barang yang berbeda (Karim, 2010)
Sedangkan menurut Al-Maqrizi menjelaskan, “sebelum maupun
setelah kedatangan islam uang telah digunakan umat manusia untuk
mennetukan berbagai harga barang dan biaya tenaga kerja”.Artinya,
uang memmpunyai peranan sangat penting dalam kehidupan umat
manusia. Sebab, dengan menggunakan uang, manusia dapat memenuhi
kebutuhan hidup serta memperlancar aktifitas kehidupan dan untuk
mencapai tujuan ini, mata uang yang digunakan hanya terdiri dari emas
dan perak (Iqbal, 2010).
18
3. Pendapat Ahli Ekonomi tentang Uang Kertas
Menurut Iqbal (2010) secara efektif uang resmi yang dipakai saat
ini (rupiah, dollar) memang dapat digunakan sebagai alat tukar. Namun,
ia tidak memerankan fungsi store of value dan unit of account. Sebab,
uang kertas hanya memerankan fungsi store of value nilainya mudah
tergerus inflasi.
Hamidi (2007) juga menyatakan bahwa penggunaan uang kertas
sebagai alat transaksi moneter internasional telah membuka ruang
penjajahan baru dan sebagai salah satu biang ketidakadilan moneter
dunia. Dengan uang kertas itulah sebuah Negara bisa menjajah,
menguasai, bahkan melucuti kekayaan Negara lain. Dimana Negara
yang memiliki nilai uang kertas lebih kuat, ia menekankan Negara
lainnya lebih rendah. Maka jelas bahwa uang kertas tidak seperti dinar
dan dirham yang memiliki nilai stabil. Bahkan penerbitan uang kertas
yang berlebihan akan berakibat inflasi keuangan yang dapat
menyebabkan kenaikan harga-harga dan kiekacauan kondisi
masyarakat. Dengan demikian dinar merupakan alternatif mata uang
yang lebih baik dibandingkan uang kertas sekalipun (Febrianti, 2012)
4. Dinar (Emas)
a. Pengertian Dinar
Dinar berasal dari kata denarius (Romawi Timur). Uang dinar
yang dipergunakan adalah setara dengan 4,25 gram emas 22 karat
dengan diameter 23 milimeter. Standar ini juga telah ditetapkan pada
19
masa Rasulullah dan telah dipergunakan oleh World Islamic Trading
Organization (WTO) hingga saat ini. Dinar adalah mata uang yang
berfungsi sebagai alat tukar dan masih berkembang hingga saat ini
(Sanusi,2000).
Dinar emas selama ini sangat stabil. Penggunaan dinar emas
dalam system moneter Islam sangat membuat perokonomian lebih stabil
dan tidak terkena inflasi, meskipun pengunaan dinar emas sebagai alat
tular akan meniadakan suatu “riba” (Yunan, 2012). Dalam sejarah
Islam, uang merupakan sesuatu yang dinadopsi dari peradaban Romawi
dan Persia. Ini dimungkinkan karena penggunaan dan konsep uang
tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dinar adalah mata uang emas
yang diambil dari Romawi, dirham adalah mata uang perak dari Persia
(Huda, et al. 2008).
Gambar 1.1
Data Dinar di Gerai Dinar
Sumber: www.geraidinar.com
20
Berdasarkan ketetapan yang diputuskan Sayyidina Umar bin
Khattab, standar hubungan berat antara uang emas dan perak yaitu 7
dinar sama dengan berat 10 dirham. 1 berat dinar sama dengan 1
mitsqal atau kurang lebih setara dengan 72 butir gandum ukuran sedang
yang dipotong kedua ujungnya. Jika dikonversi dengan timbangan
gram, maka dinar emas memiliki kadar 22 karat emas (917) dengan
berat 4,25 gram (Iqbal. 2009)
b. Sejarah Dinar
Uang dalam berbagai bentuknya sebagai alat tukar perdagangan
telah dikenal ribuan tahun yang lalu seperti dalam sejarah mesir kuno
sekitar 4000 SM – 2000 SM. Uang emas diperkenalkan oleh Julius
Caesar dari Romawi sekitar tahun 46 SM. Julius juga memperkenalkan
standar konversi dari uang emas ke uang perak dan sebaliknya. Di
belahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dikenal dengan Dinar
yang digunakan sejak awal Islam sampai berakhirnya kekhalifahan
Usmaniyyah Turki tahun 1924. Selama 7 abad dari abad ke-13 sampai
awal abad ke-20, Dinar adalah mata uang yang paling luas digunakan.
Penggunaan Dinar meliputi seluruh wilayah kekuasaan Utsmaniyah
yang meliputi tiga benua yaitu Eropa bagian selatan dan timur, Afrika
bagian utara dan sebagian di Asia (Iqbal, 2009).
Dalam sejarah umat Islam, Rasulullah SAW dan para sahabat
menggunakan dinar sebagai mata uang mereka, selain sebagai alat
tukar, dinar juga digunakan sebagai standar hukum-hukum syar‟i.
21
seperti kadar zakat. Dinar pertama kali dicetak pada masa pemerintahan
khalifah Abdul Malik bin Marwan pada tahun 695 M/77 H. dalam
perjalanannya sebagai mata uang, Dinar cenderung stabil dan tidak
mengalami inflasi yang cukup besar selama kurang lebih 1500 tahun
(Huda, et al. 2008).
Dinar baru mulai dicetak di Kekhalifahan Islam pada zaman
Kekhalifahan Mu‟awiyah bin Abu Sufyan (41-60H), namun pada
zaman itu uang emas dari Byzantium tetap digunakan bersama Dinar
emas. Pada zaman Khalifah Abdul Malik bin Marwan (75-76H) barulah
melakukan reformasi finansial di mana hanya Dinar Islam yang di pakai
dalam Kekhalifahan. Sampai abad ke-19 koin-koin emas yang ada di
dunia hanya berkadar antara 0,900-0,9166 % atau paling mendekati
adalah 22 karat (22 karat = 22/24 = 0,917 %) (Iqbal, 2010).
Masyarakat Arab sebelum Islam juga mengenal dinar, mata uang
yang terbuat dari emas. Dinar diperoleh bangsa arab dari hasil
perdagangan yang mereka lakukan dengan bangsa-bangsa seputar
jazirah arab. Al-Ghazali berpendapat, dalam ekonomi barter sekalipun,
uang di butuhkan sebagai nilai suatu barang. misal 100 dinar dan kain
senilai sekian dinar. Dengan adanya uang sebagai ukuran nilai barang,
uang akan berfungsi pula sebagai media penukaran. Tetapi uang tidak
dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Uang diciptakan untuk melancarkan
pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar dari pertukaran tersebut.
Menurut Al-Ghazali, uang diibaratkan cermin yang tidak hanya
22
mempunyai warna, tetapi dapat merefleksikan semua warna (Ihya, 4:91-
93)
Gambar 2.1
Gambaran Dinar di Antam
Sumber: www.google.com
Nilai uang ditentukan oleh beratnya.Mata uang dinar mengandung
emas 22 karat dan terdiri atas pecahan setengah dinar dan sepertiga
dinar. Nilai tukar dinar dirham relative stabil pada jangka waktu yang
panjang.Perbandingan emas perak adalah 1:7 sehingga 1 dinar 20
karatsetara dengan 10 dinar 14 karat. Reformasi moneter pernah
dilakukan oleh Abdul Malik, yaitu dinar diubah menjadi 15 karat dan
dinar dikurangi berat emasnya dari 4,55 gram menjadi 4,25 gram
(Karim, 2008).
Pada masa Khalifah Ibnu Taimiyah banyak beredar jenis mata
uang dengan nilai kandungan logam mulia yang berlainan satu sama
lain. Saat itu, beredar 3 jenis uang: Dinar, Dirham dan Fulus
(Tembaga). Peredaran dinar sangat terbatas dan yang beredar saat ini
adalah fulus. Maka fenomena inilah yang dirumuskan oleh Ibnu
23
Taimiyah bahwa uang dengan kualitas rendah (Fulus) akan menendang
keluar uang kualitas yang baik (Dinar) (Karim. 2008)
Secara nilai, dinar bukanlah uang biasa, karena uang tersebut
terbuat dari emas sehingga membawa nilainya sendiri (inheret). Fakta
telah membuktikan bahwa ketika zaman Rasulullah dengan satu dinar
cukup membeli kambing, dan saat ini dengan satu dinar pun masih bisa
untuk membeli kambing di Jakarta. Nilai asal emas adalah tinggi
kalaupun tidak diintervensi oleh pihak-pihak dengan kepentingannya,
otomatis akan kembali bernilai tinggi. Dan memang benar,harga emas
pernah jatuh secara signifikan, namun ia dapat kembali ke tren jangka
panjangnya yaitu naik (Iqbal, 2010).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar pada berat dan
kadarnya, bukan pada tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk kepingnya,
maka berat dan kadar emas untuk dinar produksi Logam Mulia di
Indonesia, saat ini memenuhi syarat untuk disebut sebagai Dinar pada
zaman sekarang.Di Indonesia pada masa ini, Dinar hanya di produksi
oleh Logam Mulia, PT. Aneka Tambang TBK. Saat ini Logam Mulia-
lah yang secara teknologi dan penguasaan bahan mampu memproduksi
Dinar dengan kadar dan berat sesuai standart Dinar pada masa awal-
awal Islam (Iqbal, 2009).
24
c. Kelebihan dan Kekurangan Dinar
Menurut Iqbal (2009) Sebagai suatu komoditi, Dinar memiliki
kelebihan dan kekurangan dari berbagai sudut. Salah satunya dapat
dilihat dari kelebihan Dinar sebagai uang logam, diantaranya:
I. Kelebihan Dinar
1. Memiliki sifat unit account, mudah dijumlahkan dan dibagi.
2. Dinar merupakan logam yang dapat dilebur dan dicetak
kembali tanpa mengurangi berat dan nilainya.
3. Memiliki nilai dakwah tinggi karena sosialisasi Dinar akan
mendorong sosisalisasi syariat Islam itu sendiri. Nishab
zakat misalnyaditentukan dengan Dinar. Umat islam akan
sulit menghitung zakat dengan benar apabila tidak
mengetahui Dinar ini.
4. Mudah diperjualbelikan sesama pengguna karena tidak ada
kendala model dan ukuran.
5. Dapat langsung diproduktifkan dalam program Qirad
misalnya.
6. Uang emas tidak akan mengalami inflasi dan tidak dapat
didevaluasi oleh kebijakan suatu pemerintahan, karena emas
adlah asset nyata bukan merupakan hutang. Sehingga
akanmendorong penyebaran risiko moneter dan
menghidupkan sektor rill.
25
II. Kelemahan Dinar
1. Di Indonesia masih dianggap perhiasan, penjual terkena
PPn 10% (Sesuai Keputusan Menteri Republik Indonesia
Nomor 83/KMK.03/2002, bias diperhitungkan secara Netto
antara Pajak Keluaran dan Pajak Masukan Toko Emas maka
yang harus dibayar “Toko Emas” penjual Dinar adalah 2%)
2. Ongkos cetak masih relative tinggi yaitu berkisar antara 3-
5% dari nilai barang bergantung dari jumlah pesanan.
3. Risiko membawa dalam jumlah yang sangat besar.
5. Zakat
a. Pengertian Zakat
Zakat berarti tumbuh, bertambah, dan memurnikan. Dan
pembayaran zakat merupakan bentuk pemurnian dan penyucian harta
yang tersisa (setelah dikurangi zakat) semata-mata agar mendapat ridha
Allah swt. Zakat juga merupakan sedekah wajib yang harus diambil
dari setiap muslim yang berkewajiban zakat, untuk diberikan kepada
yang berhak (Iqbal, 2008).
Jika dikelola dengan baik dan amanah, zakat akan mampu
meningkatkan kesejahteraan umat, mampu meningkatkan etos kerja
umat serta sebagai institusi pemerataan ekonomi. Dari zaman
Rasulullah Muhammad SAW sampai pada zaman setelahnya, terbukti
bahwa zakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
26
kesejahteraan umat. Dan saat ini, sebuah kenyataan bahwa pelaksanaan
riba terbukti selalu menghancurkan perekonomian. Lain halnya dengan
zakat, selain mengangkat fakir miskin, juga akan menambah
produktifitas masyarakat sehingga meningkatkan lapangan kerja
sekaligus meningkatkan pula tabungan masyarakat (Muhammad, 2000).
Iqbal (2008) mengatakan, prinsip dasar dari pilar ketiga Islam ini
adalah untuk mendorong agar harta muslim berputar tidak hanya
dikalangan kaya. Zakat adalah bentuk ibadah khusus yang harus
dilakukan dengan tata cara yang dicontohkan. Dalam menegakkan
Islam, sholat membangun kekuatan spiritual, sedangkan zakat
membangun kekuatan financial.
Menurut Qardhawi (2002), bahwa peranan zakat tidak hanya
terbatas pada pengentasan kemiskinan. Akan tetapi, juga bertujuan
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan kemasyarakatan lainnya.
Di dalam al-qur‟an dan hadist, banyak ditemukan dalil-dalil yang
membahas tentang zakat:
كعين كىة وٱركعىا مع ٱلر لىة وءاتىا ٱلز وأقيمىاٱلص
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku‟ lah beserta
orang-orang yang ruku.” (QS. Al-baqarah [2]: 43)
Hafidhuddin (2002) menjelaskan zakat menurut terminologi
syariat (istilah) adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah
mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan
27
dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
persyaratantertentu pula. Zakat dalam pelaksanaannya dapat diartikan
sebagai sebuah mekanisme yang mampu mengalirkan kekayaan yang
dimiliki oleh kelompok masyarakat mampu kepada kelompok
masyarakat yang tidak mampu. Zakat juga bertindak sebagai
pendistribsuian pendapatan dari wajib zakat (muzakki) kepada penerima
zakat (mustahik).
b. Sejarah Zakat
Menurut Lapidus (2000)Rasulullah saw. pernah mengangkat dan
menginstruksikan kepada beberapa sahabat (Umar ibn al-Khattab, Ibnu
Qais Ubadah ibn Samit dan Mu„az ibn Jabal) sebagai „amil zakat
(pengumpul zakat) di tingkat daerah. Mereka bertanggung jawab
membina berbagai negeri guna mengingatkan para penduduknya
tentang kewajiban zakat. Zakat diperuntukkan untuk mengurangi
kemiskinan dengan menolong mereka yang membutuhkan.
Dalam bidang pengelolaan zakat Nabi Muhammad saw.
memberikan contoh dan petunjuk oprasionalnya. Manajemen
operasional yang bersifat teknis tersebut dapat dilihat pada pembagian
struktur amil zakat, yang terdiri dari: (1) Katabah, petugas yang
mencatat para wajib zakat, (2) Hasabah, petugas yang menaksir,
menghitung zakat, (3) Jubah, petugas yang menarik, mengambil zakat
dari para muzakki, (4) Khazanah, petugas yangmenghimpun dan
28
memelihara harta, dan (5) Qasamah, petugas yang menyalurkan zakat
pada mustahiq (orang yang berhak menerima zakat). Pada masa Nabi
Muhammad saw., ada lima jenis kekayaan yang dikenakan wajib
zakat, yaitu: uang, barang dagangan, hasil pertanian (gandum dan padi)
dan buah-buahan, dan rikaz (barang temuan). Selain lima jenis harta
yang wajib zakat di atas, harta profesi dan jasa sesungguhnya sejak
periode kepemimpinan Rasullah saw. juga dikenakan wajib zakat.
(Edwin, et, al, 2006)
Pola operasional aplikasi dan implementasi zakat pada masa
sahabat dapat dilihat dalam periode-periode berikut:
Pertama, periode Abu Bakar As-Saddiq ra.Pengelolaan zakat pada
masa Abu Bakar As-Saddiq ra.sedikit mengalami kendala. Pasalnya,
beberapa umat muslim menolak membayar zakat. Mereka meyakini
bahwa zakat adalah pendapat personal Nabi saw (Munif, 2002).
Kedua, periode Umar bin Khattab. Di antara ketetapan „Umar ra.
adalah menghapus zakat bagi golongan mu‟allaf, enggan memungut
sebagian „usyr (zakat tanaman) karena merupakan ibadah pasti,
mewajibkan kharraj (sewa tanah), menerapkan zakat kuda yang
tidak pernah terjadi pada masa Nabi Muhammad saw (Roy, 2004).
Ketiga, periode Usman bin Affan. Pengelolaan zakat pada masa Usman
dibagi menjadi dua macam: (1) Zakat al-amwal azzahirah (harta
benda yang tampak), seperti binatang ternak dan hasil bumi, dan (2)
29
Zakat al-amwal al-batiniyah (harta benda yang tidak tampak atau
tersembunyi), seperti uang dan barang perniagaan (Permono, 1995)
Keempat, periode Ali bin Abi Thalib, situasi politik pada masa
kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. berjalan tidak stabil,
penuh peperangan dan pertumpahan darah. Akan tetapi, Ali bin Abi
Thalib ra. tetap mencurahkan perhatiannya yang sangat serius dalam
mengelola zakat. Ia melihat bahwa zakat merupakan urat nadi
kehidupan bagi pemerintahan dan agama. Harta kekayaan yang wajib
zakat pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. ini sangat beragam.
Jenis barang-barang yang wajib zakat pada waktu itu berupa dirham,
dinar, emas dan jenis kekayaan apapun tetap dikenai kewajiban zakat.
(Qadir, 1994)
c. Manfaat dan Hikmah Zakat
Menurut El Madani (2013) ada Banyak hikmah dan manfaat
dibalik perintah berzakat, di antaranya ialah:
1. Zakat dapat membiasakan orang yang menunaikannya
memilki sifat dermawan, sekaligus menghilangkan sifat
pelit dan kikir;
2. Zakat dapat menguatkan benih persaudaraan, serta
menambah rasa cinta dan kasih sayang sesama muslim;
3. Zakat merupakan salah satu upaya dalam mengatasi
kemiskinan;
30
4. Zakat dapat mengurangi angka pengangguran dan
penyebab-penyebabnya. Sebab hasil zakat dapat digunakan
untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru;
5. Zakat dapat mensucikan jiwa dan hati dari rasa dendam,
serta menghilangkan iri hati dan kebencian dari orang-orang
miskin terhadap orang kaya;
d. Tujuan Zakat
Menurut Iqbal (2008), tujuan zakat dalam kehidupan sehari-hari
ada banyak, diantaranya ialah:
1. Melatih Kedermawanan,
2. Kebenaran,
3. Keberuntungan, Zakat merupakansarana untuk memperoleh
keberuntungan melalui pemenuhan hak kerabat, fakir
miskin, dalam mencari ridha Allah swt.
4. Perlindungan, Zakat melindungi pemiliknya dari hukuman
yang berat yang diancamkan Allah untuk orang-orang yang
menimbun harta.
5. Pengampunan, satu-satunya jalan untuk meningkatkan
kemakmuran dan memperoleh ampunan adalah dengan cara
berzakat.
31
e. Penyaluran Zakat
Zakat seharusnya dipungut oleh pemerintahan Islam. Tetapi
karena pemerintahan Islam saat ini tidak ada, maka umat islam secara
bersama dapat mendirikan Baitul Mal untuk pengumpulan dan
pendistribusian zakat. Di Indonesia bisa menghubungi Baznas, Rumah
Zakat, dan Lembaga-lembaga lain. Zakat juga dapat dikeluarkan
melalui barang atau uang tunai. Tetapi saat ini membayar zakat dengan
uang tunai, karena dapat memudahkan penerimanya untuk
memanfaatkan zakat tersebut (Iqbal, 2008).
f. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat
Orang – orang atau golongan yang berhak menerima zakat telah
diatur dalam ajaran syariat Islam, yakni ada delapan golongan (asnaf ).
Ketentuan ini diatur dalam Al Qur‟an surat At-Taubah: 60.
ين عليها والمؤلفت قلىبهمم وفي الرقاب والغارمين إنما الصدقاث للفقراء والمساكين والعامل
وفي سبيل هللا وابن السبيل فريضت من هللا وهللا عليم حكيم.
Artinya :
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang
berhutang, untuk yang berada di jalan Allah dan untuk orang yang
sedang di dalam perjalanan sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(At-Taubah 60.)
32
Menurut Iqbal (2008)Delapan golongan orang yang berhak
menerima zakat (mustahiq) ialah:
1) Fakir
2) Miskin
3) Amilin
4) Muallaf
5) Riqab
6) Gharim
7) Fi Sabilillah
8) Ibnu Sabil
g. Syarat Wajibnya Zakat
Dalam mengeluarkan zakat ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, dimana persyaratan tersebut telah ditentukan secara syariat
Islam. Persyaratan yang dimaksudkan adalah syarat yang harus
dipenuhi dari sisi wajib zakat (orang yang memberikan zakat) dan dari
sisi syarat harta yang dapat dikeluarkan zakatnya. Adapun syarat wajib
zakat (Iqbal, 2008) adalah:
a. Syarat wajib zakat
1. Seorang Dewasa
2. Seorang Muslim, karena zakat merupakan bagian dari
ibadah khusus yang diwajibkan hanya yang muslim.
Seorang non muslim tidak wajib membayar zakat.
33
3. Merdeka, karena budak tidak mempunyai kepemilikan.
4. Harta tersebut merupakan harta yang memang wajib
dizakati, seperti naqdaini (emas dan perak) termasuk
juga al-auraq al-naqdiyah (surat-suratberharga), barang
tambang dan barang temuan (rikaz), barang dagangan,
tanaman-tanaman dan buah-buahan, serta hewan
ternak.
5. Harta tersebut telah mencapai nisab (ukuran jumlah).
6. Harta tersebut adalah milik penuh (al-milk al-tam).
Dalam hal ini, harta tersebut berada di bawah kontrol
dan di dalam kekuasaan pemiliknya.
7. Telah berlalu satu tahun atau cukup haul (ukuran
waktu, masa). Haul adalah perputaran harta satu nisab
dalam 12 bulan qamariyah.
8. Tidak adanya hutang.
9. Melebihi kebutuhan dasar atau pokok.
10. Asset yang terkena nisab adalah asset yang tumbuh atau
mengalami kenaikan nilai.
11. Diniatkan untuk membayar zakat, bukan niat lainnya.
b. Syarat sah pelaksanaan zakat
1) Niat
34
Islam menjadikan niat sebagai syarat utama dan
pertama yang harus diucapkan dalam melaksanakan
semua ibadah, termasuk dalam melaksanakan zakat.
2) Tamlik
Tamlik menjadi syarat sahnyapelaksanaan zakat, yaitu
harta zakat yang diserahkan mustahik.
h. Dasar Hukum Zakat
Di dalam Al-Qur‟an banyak terdapat ayat yang secara tegas
memerintahkan pelaksanaan zakat.Perintah Allah SWT tentang zakat
tersebut seringkali beriringan dengan perintah salat. Perintah zakat
dalam Al-Qur‟an ditemukan sebanyak 32 kali, 26 kali diantaranya
disebutkan bersamaan dengan kata salat dan 80 kali diulang dengan
menggunakan istilah yang merupakan sinonim dari kata zakat, yaitu
kata shadaqah, dan infaq. Hal ini mengisyaratkan bahwa kewajiban
mengeluarkan zakat seperti halnya kewajiban mendirikan salat (Iqbal,
2009). Pengulangan tersebut mengandung maksud bahwa zakat
mempunyai kedudukan, fungsi, dan peranan yang sangat penting dalam
islam (Ali, 2006). Zakat diwajibkan berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadist
Nabi Muhammad. Dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur‟an antara
lain:
a. “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat apapun yang
diusahakan oleh dirimu, tentu kamu akan mendapat
pahalanya di sisi Allah, susungguhnya allah maha
35
mengetahui kegiatan apapun yang kamu kerjakan”.(Al-
Baqarah:110).
b. “Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat daan menunaikan
zakat, maka (mereka itu) adalah saudara –saudaramu
seagama. Dan kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum
yang mengetahui”.(At-Taubah: 11)
c. “Sesungguhnya zakat diperuntukan itu, hanya kepada orang
fakir, orang miskin, pengurus zakat, para muallaf untuk
(memerdekakan budak), perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah maha
mengetahui lagi maha bijaksana”.(At-Taubah: 60)
d. “Dari Ibnu Abbas r.a ia berkata: Aku diberitahu oleh Abu
Sufyan ra, lalu ia menyebutkan hadits Nabi Saw, ia
mengatakan: “Nabi Saw menyuruh kita mendirikan shalat,
menunaikan zakat, silaturahmi (menghubungi keluarga) dan
ifaf (yakni menahan diri dari perbuatan buruk)”.(Bukhari
II, 1993: 320)
e. “Dari Abu Ayyub ra, bahwasanya seseorang kepada Nabi
Saw: “beritakanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan
saya ke surga”. Ia berkata: “Apakah itu, apakah itu?” Nabi
Saw bersabda: “Apakah keperluannya? Kamu menyembah
Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, kamu
36
mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan menyambung
keluarga silaturahmi”. (Bukhari,1993).
f. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian
itulah agama yang lurus”(QS. al-Bayyinah[98]: 5).
g. Rasulullah saw bersabda, “Islam dibangun di atas lima
perkara: bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya; mendirikan salat;
melaksanakan puasa (di bulan Ramadan); menunaikan
zakat; dan berhaji ke Baitullah (bagi yang mampu)” (HR.
Muslim).
Kewajiban zakat menjadi jalan utama yang bisa menjembatani
kesenjangan tersebut.Ia juga mampu merealisasikan sifat-sifat gotong-
royong dan tanggung jawab sosial di dalam lingkungan masyarakat
muslim (Wawan 2013).
i. Sumber - sumber Zakat
Menurut Nasution (2003)Zakat secara umum terbagi kepada dua
bagian, yaitu zakat fitrah dan zakat mal.Dari zakat mal ini terbagi lagi
kepada beberapa bagian.
1. Zakat Fitrah
37
Zakat fitrah atau zakat badan adalah zakat yang wajib
dikeluarkan satu kali dalam setahun oleh setiap muslim mukallaf
(orang yang dibebani kewajiban oleh Allah) untuk dirinya sendiri
dan untuk setiap jiwa atau orang yang menjadi tanggungannnya.
Jumlah yang harus dikeluarkan adalah sebanyak satusha' (1.k 3,5
liter/2,5 Kg) per jiwa, yang didistribusikan pada tanggal 1 Syawal
setelah sholat subuh sebelum sholat Idul Fitri.
2. Zakat Maal
Zakat maal atau zakat harta benda, telah diwajibkan oleh
Allah SWT sejak permulaan Islam, sebelum Nabi Muhammad
SAW hijrah ke Madinah. Sehingga tidak heran jika ibadah zakat
ini menjadi perhatian utama islam, sampai-sampai diturunkan
pada masa awal islam diperkenalkan kepada dunia. Karena
didalam islam, urusan tolong menolong dan kepedulian sosial
merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun
peradaban sosial bermasyarakat islami yang berada didalam
naungan Allah SWT sang pengatur rezeki.
Zakat maal ini terdiri dari beberapa macam, yaitu: zakat
emas/perak/uang, zakat ziro'ah, zakat ma'adin, zakat rikaz, zakat
tijaroh.
a. Zakat Emas, Perak, dan Uang
Emas dan perak yang dimiliki seseorang wajib
dikeluarkan zakatnya. Dalilnya yaitu surat At-taubah ayat
38
34-35 yang artinya:"Orang-orang yang menimbun emas
dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Alloh,
peringatkanlah mereka tentang adzab yang pedih. Pada
hari emas dan perak dipanaskan dalam api neraka, lalu
dibakar dengannya dahi-dahi mereka, rusuk-rusuk, dan
punggung, maka dikatakan kepada mereka, "Inilah
kekayaan yang kalian timbun dahulu, rasakanlah oleh
kalian kekayaan yang kalian simpan itu". (Q.S. At-Taubah
ayat 34-35)
Lalu ada juga sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim dari Abu Hurairoh, bahwa Nabi SAW bersabda
yang artinya: "Tidak ada seorang pun yang mempunyai
emas dan perak yang dia tidak berikan zakatnya, melainkan
pada hari kiamat akan dijadikan hartanya itu beberapa
keping api neraka. Setelah dipanaskan didalam neraka
jahannam, kemudian digosokkan pada lambung, dahi, dan
punggungnya, dengan kepingan itu; setiap kepingan itu
dingin, akan dipanaskan kembali. Pada (hitungan) satu hari
yang lamanya 50 ribu tahun, sehingga Allah menyelesaikan
urusan dengan hambanya". (H.R Muslim)
Dari keterangan diatas, jelaslah bagi pemilik emas dan
perak, wajib mengeluarkan zakat, karena jika tidak,
ancaman dari Allah sudah menantinya. Nishab emas sebesar
39
20 dinar (90 gram), dan nishab perak sebesar 200 dirham
(600 gram), dan nishab uang yaitu jika sudah senilai dengan
emas 20 gram atau perak 200 dirham. Sementara kadar
zakatnya sebanyak 2,5%. Zakat emas ini dikeluarkan jika
sudah mencapai haul (setahun sekali). Perhatikan
keterangan dibawah ini: "Bila kau mempunyai 200 dirham
dan sudah cukup masanya setahun (haul), maka zakatnya
adalah 5 dirham (2,5%). Dan emas hanya dikenakan zakat
bila sudah mencapai 20 dinar. Apabila engkau memiliki 20
dinar dan telah sampai setahun kau miliki, maka zakatnya
setengah dinar, dan yang lebih sesuai perhitungannya".
(H.R. Abu Daud)
Apabila seseorang menyimpan emas dan perak (baik
dalam bentuk emas batangan maupun perhiasan) maka
wajib dikeluarkan zakatnya jika sudah mencapai nishab dan
haul.
b. Zakat Ziro'ah (pertanian/segala macam hasil
bumi)
Mengenai zakat tumbuh-tumbuhan, Allah SWT telah
menetapkannya dalam Al-Quran surat Al-An'am ayat 141
yang artinya: "Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun
yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma,
tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun,
40
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan yang
tidak sama (rasanya). Makanlah buahnya (yang bermacam-
macam itu) bila berbuah, dan tunaikanlah haknya dari hari
memetik hasilnya (dengan dikeluarkannya zakat); dan
jangan lah kamu berlebihan, sesungguhnya Alloh tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan". (Q.S. Al-An'am:
141)
Dan juga Q.S. Al-Baqarah: 267 yang artinya:"Hai orang
orang yang beriman, belanjakanlah (zakatkanlah) sebagian
yang baik-baik dari harta yang kamu usahakan dan dari
apa yang Kami keluarkan untuk kamu dari bumi.." (Q.S.
Al-Baqarah: 267)
Hasil bumi wajib dikeluarkan zakatnya jika sudah
mencapai nishab yaitu 5 wasaq (650 Kg). Adapun kadar
zakatnya ada dua macam, yaitu: Pertama, jika pengairannya
alamiah (oleh hujan atau mata air) maka kadar zakatnya
adalah 10%. Kedua, jika pengairannya oleh tenaga manusia
atau binatang maka kadar zakatnya adalah 5%.
c. Zakat Ma'adin (Barang Galian)
Yang dimaksud ma'adin (barang galian) yaitu segala
yang dikeluarkan dari bumi yang berharga seperti timah,
besi, emas, perak, dll. Adapula yang berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan ma'adin itu ialah segala sesuatu
41
yang dikeluakan (didapatkan) oleh seseorang dari laut atau
darat (bumi), selain tumbuh-tumbuhan dan makhluk
bernyawa. Zakat ma'adin dikeluarkan setiap
mendapatkannya tanpa nishab, kadar zakatnya adalah 2,5%.
Perhatikan dalil dibawah ini: "Bahwa Rasulullah SAW telah
menyerahkan ma'adin qabaliyah kepada Bilal bin Al-Harts
Al-Muzanny, ma'adin itu hingga kini tidak diambil darinya,
melainkan zakat saja." (H.R. Abu Daud dan Malik)
Hadits diatas menunjukkan bahwa ma'adin itu ada
zakatnya dan menyatakan bahwa dari ma'adin itu tidak
diambil melainkan zakat saja. Dari kedua keterangan
tersebut bisa dipahami bahwa zakat yang diambil dari
ma'adin itu adalah zakat emas dan perak, yaitu 2,5%.
d. Zakat Rikaz (Harta Temuan/Harta Karun)
Yang dimaksud Rikaz adalah harta (barang temuan)
yang sering dikenal dengan istilah harta karun. Tidak ada
nishab dan haul, besar zakatnya 20%. Perhatikan dalil
berikut: "Sesungguhnya Nabi SAW bersabda mengenai
harta kanzun (simpanan lama) yang didapatkan seseorang
ditempat yang tidak didiami orang: Jika engkau dapatkan
harta itu ditempat yang didiami orang, hendaklah engkau
beritahukan, dan jika engkau dapatkan harta itu ditempat
42
yang tidak didiami orang, maka disitulah wajib zakat, dan
pada harta rikaz, (zakatnya) 1/5". (H.R. Ibnu Majah)
Maksud dari hadits diatas adalah barang siapa yang
mendapatkan dalam suatu penggalian harta simpanan orang
bahari atau menemukannya di suatu desa yang tidak didiami
orang, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 1/5
atau 20%. Zakat rikaz dikeluarkan oleh penemunya sekali
saja, ketika ia menemukan rikaz tersebut.
e. Zakat Tijarah
Ketentuan zakat ini adalah tidak ada nishab, diambil
dari modal (harga beli), dihitung dari barang yang terjual
sebesar 2,5%. Adapun waktu pembayaran zakatnya, bisa
ditangguhkan hingga satu tahun, atau dibayarkan secara
periodik (bulanan, triwulan, atau semester) setiap setelah
belanja, atau setelah diketahui barang yang sudah laku
terjual. Rasulullah SAW bersabda: "Wahai para pedagang,
sesungguhnya jual beli itu selalu dihadiri (disertai)
kemaksiatan dan sumpah oleh karena itu kamu wajib
mengimbanginya dengan sedekah (zakat)", (H.R. Ahmad)
f. Zakat Profesi
Pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam.
Pertama, pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa
tergantung kepada orang lain. Kedua, pekerjaan yang
43
dikerjakan pihak lain, baik pemerintah, perusahaan, maupun
perorangan dengan memperoleh upah pencarian yang
dimiliki profesi yang dimiliki seseorang.Bentuk-bentuk
penghasilan dengan bentuknya yang modern, volumenya
yang besar, dan sumbernya yang luas, merupakan sesuatu
yang belum dikenal oleh para ulama fikih pada masa silam.
B. Penelitian Sebelumnya
Pelaksanaan penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk menggali
informasi tentang ruang penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
Penelitian terdahulu yang dipilih diantaranya seperti yang akan penulis
jabarkan pada pembahasan di bawah ini.
Penelitian pertama oleh Maya Asfarina (2008) dengan judul
“Mekanisme Substitusi Fiat Money dengan Dinar Emas di Indonesia”.
Variabel yang ditelitinya Dinar dan Jumlah uang Beredar. Hasil penelitian ini
menunjukkan cadangan emas di Indonesia terbukti mampu mencukupi
kebutuhan emas Indonesia terhadap uang kartal yang beredar.
Penelitian kedua oleh Anna Madania (2009) dengan judul “Analisis
Investasi Dinar (Studi pada Gerai Dinar)”. Variabel yang ditelitinya Dinar
Emas dan Investasi (SWBI). Hasil penelitian ini memunjukkan perbedaan
tingkat pengembalian yang di harapkan. Dinar yang cukup signifikan dengan
SWBI. Dinar memiliki tingkat pengembalian yang baik meski resiko pada
Dinar lebih besar daripada SWBI. Ini menunjukkan secara visual bahwa
Investasti Dinar dapat dikatakan lebih baik.
44
Penelitian ketiga oleh Muhammad Zaki Yamani (2015) dengan judul
“Penerapan Transaksi Jual Beli Dinar dan Dirham (Studi Kasus di BMT
Daarul Muttaqiin Depok)”. Variabel yang ditelitinya Jual Beli Dinar Dirham
dan BMT Daarul Muttaqiin. Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan.
Teknik pengumpulan datanya meliputi interview, dokumentasi. Sedangkan
teknis analisisnya deskriptif analitis. Deskriptif dimaksudkan untuk
menggambar objek penelitian apa adanya secara proporsional. Sedangkan
maksud analitis adalah berfikir tajam dan mendalam dengan berusaha
menemukan kelemahan dan kekurangannya.
Penelitian keempat oleh Rahmat Fauzi Iswan (2008) dengan judul
“Peluang Dinar Dalam Perdagangan Internasional dan Peluang
Pengaruhnya Terhadap Sistem Moneter Indonesia”. Variabel yang ditelitinya
Perdagangan Internasional dan Sistem Moneter Indonesia. Hasil penelitian ini
Indonesia merupakan Negara yang memiliki potensi yang cukup besar untuk
menerapkan dinar sebagai alat transaksi perdagangan luar negeri, khususnya
perdagangan secara bilateral dengan Negara-negara muslim sebagai mitra
dagangnya. Dengan menggunakan data perdagangan pada tahun 2007,
penggunaan dinar bisa mengurangi penguunaan dollar sebesar 12% untuk
mengekspor dan 6% untuk impor. Disamping itu, penggunaan dinar akan
memberikan surplus perdagangan dalam bentuk uang dinar yang akan
menjadi cadangan emas Indonesia yang tentunya akan berpengaruh kepada
jumlah mata uang rupiah yang beredar serta nilai rupiah itu sendiri, karena
rupiah dipotong dengan cadangan emas.
45
Tabel 1.1 Daftar Peneliti Terdahulu
Peneliti Tahun Judul Variabel Hasil
Maya
Asfarina
2008 Mekanisme
Substitusi Fiat
Money dengan
Dinar Emas di
Indonesia
Dinar dan JUB Hasil penelitian ini menunjukkan
cadangan emas di Indonesia
terbukti mampu mencukupi
kebutuhan emas Indonesia terhadap
uang kartal yang beredar.
Anna
Madania
2009 Analisis Investasi
Dinar (Studi pada
Gerai Dinar)
Dinar Emas dan
Investasi (SWBI)
Hasil penelitian ini memunjukkan
perbedaan tingkat pengembalian
yang di harapkan. Dinar yang
cukup signifikan dengan SWBI.
Dinar memiliki tingkat
pengembalian yang baik meski
46
resiko pada Dinar lebih besar
daripada SWBI. Ini menunjukkan
secara visual bahwa Investasti
Dinar dapat dikatakan lebih baik.
Muhammad
Zaki
Yamani
2015 Penerapan
Transaksi Jual
Beli Dinar dan
Dirham (Studi
Kasus di BMT
Daarul Muttaqiin
Depok.
Jual Beli Dinar
Dirham dan BMT
Daarul Muttaqiin
Penelitian ini adalah jenis
penelitian lapangan. Teknik
pengumpulan datanya meliputi
interview, dokumentasi. Sedangkan
teknis analisisnya deskriptif
analitis. Deskriptif dimaksudkan
untuk menggambar objek penelitian
apa adanya secara proporsional.
Sedangkan maksud analitis adalah
berfikir tajam dan mendalam
47
dengan berusaha menemukan
kelemahan dan kekurangannya.
Rahmat Fauzi
Iswan
2010 Peluang Dinar
Dalam
Perdagangan
Internasional dan
Peluang
Pengaruhnya
Terhadap Sistem
Moneter
Indonesia
Perdagangan
Internasional dan
Sistem Moneter
Indonesia.
Hasil penelitian ini Indonesia
merupakan Negara yang memiliki
potensi yang cukup besar untuk
menerapkan dinar sebagai alat
transaksi perdagangan luar negeri,
khususnya perdagangan secara
bilateral dengan Negara-negara
muslim sebagai mitra dagangnya.
Dengan menggunakan data
perdagangan pada tahun 2007,
penggunaan dinar bisa mengurangi
penguunaan dollar sebesar 12%
48
untuk mengekspor dan 6% untuk
impor. Disamping itu, penggunaan
dinar akan memberikan surplus
perdagangan dalam bentuk uang
dinar yang akan menjadi cadangan
emas Indonesia yang tentunya akan
berpengaruh kepada jumlah mata
uang rupiah yang beredar Sserta
nilai rupiah itu sendiri, karena
rupiah dipotong dengan cadangan
emas.
49
C. Kerangka Pemikiran
Standarisasi berat uang dinar dibakukan yaitu berat 7 dinar emas
dengan berat 10 dirham. Berta 1 dinar sama dengan 1 mitsqal atau kurang
lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong
kedua ujungnya. Dari dinar-dinar yang tersimpan di musium setelah
ditimbang dengan timbangan yang akurat, maka diketahui berat bahwa
timbangan berat uang 1 dinar islam yang diterbitkan pada masa Khalifah
Abdul Malik bin Marwan adalah 4,25 gram. Atas dasar rumusan hubungan
berat dinar dan hasil penimbangan dinar di musium ini, maka dapat pula
dihitung berat 1 dinar adalah 7/10 x 4,25 gram atau sama dengan 2,975 gram
(Iqbal, 2007)
Syekh Muhammad Ilyash, Mufti Al Azhar, pada 1900-an, mewakili
posisi Mazhab Maliki, secara tegas melarang uang kertas sebagai alat
pembayar zakat. Fatwanya: Kalau zakat menjadi wajib karena pertimbangan
substansinya sebagai barang berharga (merchan -dise), maka nisabnya tidak
ditetapkan berdasarkan nilai [nominal]-nya melainkan atas dasar sub -stansi
dan jumlahnya, sebagaimana pada perak, emas, biji-bijian atau buah-
buahan. Karena substansi (uang kertas) tidak relevan (dalam nilai) dalam hal
zakat, makaia harus diperlakukan sebagaimana tembaga, besi atau substansi
sejenis lainnya. Maksudnya, sama dengan posisi Imam Syafi‟i, (uang) kertas
disamakan dengan besi atau tembaga, hanya dapat dinilai berdasar beratnya,
50
sedang nilainya harus ditakar dengan nuqud (dinar). Ketiganya terkena zakat
hanya bila diperdagangkan, dan tidak sah dipakai sebagai pembayar zakat.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menulis tentang penerapan zakat di
Indonesia dengan dinar emas, yaitu menjabarkan cara-cara yang mungkin
dapat ditempuh oleh lembaga zakat bahkan oleh pemerintah dalam rangka
menerapkan pembayaran zakat di Indonesia menggunakan dinar emas dengan
meneliti kelayakan dinar emas dan kecukupan cadangan emas terhadap uang
yang beredar di Indonesia.
1. Pembatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada berapa
banyak emas yang dimiliki Indonesia, berapa banyak jumlah uang
kartal (uang kertas dan logam) yang beredar di masyarakat, dan
bagaimana kendala dinar emas dalam menggantikan jumlah uang yang
beredar yang dapat di gunakan sebagai pembayaran zakat di Indonesia.
2. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, data-data yang dibutuhkan sebagai berikut:
a. Data Jumlah Kartal di Indonesia
b. Kurs per gram terhadap rupiah harian
c. Data cadangan emas di Indonesia
d. Kurs Rupiah ke US$
e. Kurs per troy ounce emas dalam US$
f. Data Penerimaan Zakat 2015
52
3. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif digunakan karena pada penelitian ini penulis, melihat realita
yang ada bahwa dinar emas adalah uang yang stabil tetapi
penggunaannya sebagai uang belum dapat direalisasikan sedangkan
fenomena inflasi terus menghiasi kehidupan perekonomian dunia. Ciri
penelitian kualitatif adalah pengumpulan data menggunakan data
primer, wawancara dan dokumentasi. Selain itu jenis penelitian
kualitatif juga memperhatikan adanya informan dan kredibilitas.
Keberadaan informan yang memiliki kredibilitas dalam bidang ekonomi
khususnya yang paham mengenai dinar, untuk ditanyakan pendapatnya
tentang cara yang bisa dilakukan jika dinar emas memiliki peluang
sebagai mata uang Indonesia menggantikan pembayaran zakat di
Indonesia (Bungin, 2011)
Penelitian ini bersifat kualitatif juga karena merujuk pada teori-
teori ekonomi khususnya ekonomi makro yang membahas tentang uang
dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Serta bersifat historis,
karena banyak merujuk pada sejarah-sejarah penggunaan uang pada
masa lampau, kebingungan penggantian sistem uang gold standard –
fractional reserve. Sampai pada revolusi uang menjadi uang kertas serta
dampak-dampak yang ditimbulkan dari peralihan bentuk uang tersebut.
53
4. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif dan data kualtatif. Data kuantitatif adalah ukuran yang
dicatat berdasarkan skala numerik, sedangkan data kualitatif adalah
ukuran yang tdak dapat diukur berdasarkan skala numeric (Mcclave,
2011). Pada penelitian ini, data kuantitatif yang peneliti gunakan
adalah data uang kartal yang di dapat dalam satuan jutaan Rupiah dan
data cadangan emas yang didapat dalam satuan Dollar Amerika.
Sedangkan data kualitatif yang digunakan adalah informasi yang
peneliti butuhkan beraitan dengan penggunaan uang dinar emas dan
uang kertas pada masa lampau juga informasi mengenai penerapa dinar
sebagai alat pembayaran zakat di Indonesia.
B. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan kajian kepustakaan (library research) yang
berasal dari buku, jurnal, penelitian terdahulu, dan berita-berita yang
berkaitan dengan judul penelitian ini, mengumpulkan data-data dari beberapa
instansi terkait, seperti Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Wakala
Nusantara dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
C. Metode Analisa Data
Dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui kecukupan cadangan emas di Indonesia, peneliti memiliki
formula penghitungan sebagai berikut (Asfarina, 2008) :
54
1. Banyaknya dinar emas yang dibutuhkan Indonesia
Rumus yang digunakan dalam perhitungan tahap ini adalah sebagai
berikut:
Selanjutnya, untuk mengetahui harga dinar emas :
4,25 x harga per gram emas = Harga dinar emas
2. Pengadaan dinar emas
Peneliti mengasumsikan Indonesia, tidak memiliki cadangan emas
sehingga langkah yang dapat ditempuh pemerintah dalam upaya penerapan
zakat ini adalah:
a. Pemerintah membeli emas dari pasar domestik
Dengan asumsi sebagai berikut :
Emas yang dibutuhkan (Oz) x 31,1 = Emas yang dibutuhkan (gr)
55
b. Pemerintah membeli emas dari pasar Internasional
Jika pemerintah lebih memilih pasar internasional dalam
mencukupi kebutuhan emasnya, maka perhitungan yang terjadi akan
berbeda karena dalam pasar internasional satuan emas yang berlaku
secara internasional adalah troy ounce yang setara dengan 31,1 gr
emas. Untuk dapat membeli emas dalam satuan troy ounce pemerintah
memerlukan dollar Amerika (US$), karena emas dalam satuan troy
ounce di hargai menggunakan US$.
Oleh karena itu, perhitungan yang terjadi akan membutuhkan data
kurs dollar harian dan juga data harga emas per troy ounce pada hari
yang sama.
Rumus yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
Nilai Uang Kartal (Ozt) x 31,1 = Nilai Uang Kartal (gr emas)
3. Memperkuat Rupiah
Peneliti melakukan beberapa penelitian sebagai usaha untuk
mengetahui banyaknya cadangan emas yang dibutuhkan untuk dapat
56
memperkuat Rupiah terhadap US Dollar. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
4. Mengetahui Cadangan Emas Indonesia
Setelah peneliti mengasumsikan bahwa Indonesia tidak memiliki
emas sebagai cadangannya ternyata peneliti menemukan data
cadangan emas Indonesia. Dari data cadangan emas Indonesia ini,
peneliti berharap nilai cadangan emas Indonesia melebihi jumlah nilai
emas yang dibutuhkan atau paling tidak sama besar dengan nilai emas
yang dibutuhkan agar pemerintah tidak perlu membeli emas dari
dalam ataupun luar negeri.
Untuk dapat mengetahui besaran nilai cadangan emas Indonesia
mampu mencukupi kebutuhan yang ada atau tidak, maka peneliti perlu
melakukan perhitungan sebagai berikut :
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Nilai Cadangan Emas Indonesia (US$) X Kurs Dollar Nilai Cadangan Emas
Indonesia
57
Untuk mengetahui penerapan dan pengeloaan zakat dan Banyaknya
Jumlah Dinar yang harus di zakatkan di BAZNAS tahun 2015, peneliti
memiliki formula penghitungan sebagai berikut:
1. Mekanisme Penerapan dan Pengelolaan Zakat
Di Indonesia, zakat disalurkan pada lembaga-lemabaga yang
bergerak sebagai amil zakat. Yang dalam skripsi ini penulis
menggunakan data dari Lembaga Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dan juga merujuk pada Wakala Induk Bintan. Terdapat
dua model penerapan zakat yaitu secara Kontemporer dan Klasik.
Penerapan menggunakan model klasik mengacu pada penerapan zakat
pada masa Rasulullah SAW, sedangkan penerapan menggunakan
model Kontemporer mengacu pada zaman masa sekarang.
Menurut pendapat Imam abu yusuf, tentang haramnya fulus
sebagai alat pembayar zakat, “Haram hukumnya bagi seorang
Khalifah untuk mengambil uang selain emas dan perak, yakni koin
yang disebut sutuqa, dari para pemilik tanah sebagai alat
pembayaran kharaj dan ushr mereka. Sebab walaupun koin-koin ini
merupakan koin resmi dan semua orang menerimanya, ia tidak
terbuat dari emas, melainkan tembaga. Haram hukumnya menerima
uang yang bukan emas dan perak sebagai zakat dan kharaj.”
Menurut Shaykh Al- Banjari yang merujuk pada Al-Qur‟an surah
At-Taubah (QS 9 ayat :103 ) “Ambillah zakat dari kekayaan mereka
58
untuk membersihkan dan mensucikan mereka dengannya. Dan
berdoalah untuk mereka, sungguh doamu mendatangkan ketentraman
bagi mereka. Allah maha mendengar, maha mengetahui, sebagai
dasar perintah zakat.”
Sehingga telah ditetapkan bahwa, dalam ayat tersebut seruan
zakat tertulis dalam bentuk „amr khud (perintah) yang menunjukkan
bahwa zakat harus diambil dari, dan bukan diserahkan oleh muzaqqi.
Hal ini mensyaratkan adanya otoritas yang melakukannya, baik secara
langsung, atau dengan cara menunjuk seseorang sebagai petugas amil.
Dengan demikian seorang amil hanya sah sebagai amil jika dia
memiliki atau menerima delegasi atas perintah otoritas untuk menjadi
amil yaitu dari Amil atau Sultan.
Menurut Zaim (2015), Shaykh Al-Banjari dengan jelas
menyebutkan peran seorang Sultan dalam penetapan alat tukar, yaitu
Dinar dan Dirham, serta penarikan dan pembagian zakat atas
keduanya. Menjadi kewajiban Sultan untuk menjaga kemurnian kadar
dan timbangannya, demi memenuhi ketetapan pembayaran zakat.
Mengenai Amil, atau petugas pengelola zakat, Shaykh Al-Banjari
membaginya kedalam sembilan kelompok. Kesembilan kelompok
Amil, sebagaimana dirinci oleh Shaykh Al-Banjari dalam Sabil al-
Muhtadin, adalah petugas di bawah penunjukkan seorang sultan.Yang
bertindak sebagai Amil bukanlah seseorang yang menunjuk dirinya
59
sendiri. Jadi, penarik zakat adalah seseorang yang berpengetahuan
fikih zakat yang dipercaya sultan.
Sebagian umat Muslim di berbagai negeri berpenduduk Muslim
ini, termasuk Indonesia, kemudian mengambil inisiatif untuk
mengangkat drinya sebagai “amil zakat”. Para amil ini kemudian
mengumpulkan zakat atas dasar kesukarelaan, dalam bentuk uang
kertas dan melalui institusi perbankan. “Amil-amil” zakat ini
umumnya berbentuk organisasi-organisasi sedekah (charity
organizations). Pemakaian perantaraan pembayaran melalui institusi
perbankan juga menjadikan dana zakat mengalami penimbunan dalam
rekening-rekening bank, dan niscaya bercampur-aduk dengan riba
yang diharamkan. (Zaim, 2015)
Shaykh Al-Banjari menyatakan bahwa zakat hanya dapat di
bayarkan dengan „ayn dan bukan dengan dayn. Yang dimaksud „ayn
didalam harta moneter tiada lain adalah nuqud, yaitu Dinar emas dan
Dirham perak. Shaykh Al-Banjari juga menyatakan “Ketahui olehmu
bahwa zakat itu ada dua bagian: zakat badan yaitu zakat fitrah dan
zakat maal yakni zakat harta. Maka zakat harta itu ada kalanya
ta‟alluq (tergantung) pada diri harta, maka yaitu lima perkara” yaitu
zakat hewan, zakat nabati yakni tumbuhan, zakat naqd yakni emas
dan perak, zakat rikaz yakni zakat simpanan kafir pada zaman
jahiliyyah dan zakat ma‟din yaitu zakat emas dan perak perolehan
pembuatan pada tempat pembuatannya.”
60
Standar nishab zakat nuqud dan haulnya, bermula nishob emas itu
20 mitsqal dan nishob perak itu 200 dirham dengan timbangan
Makkah karena Sabda Nabi SAW “Gantang zakat itu gantang
Madinah dan timbangan itu timbangan Makkah. ”Maka wajib zakat
yang 20 mitsqal emas dan 200 dirham perak kemudian daripada
sempurna tahunnya rubu‟ (2,5%) „usyur. Maka „usyur yang 20 mitsqal
itu 2 mitsqal dan rubu‟ (2,5%) yang 2 mitsqal setengah mitsqal.
Jika mempunyai harta yang mengendap dan tidak digunakan
selama 1 Haul atau 1 tahun senilai 20 Dinar maka wajib dizakatkan
sebesar 2,5% sebanyak 0,5 dinar.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan Data dari Pengumpulan
Dana secara Nasional di BAZNAS pada tahun 2015. Berikut adalah
data yang digunakan peneliti untuk mengetahui banyaknya jumlah
Dinar yang harus di keluarkan:
a. Penerimaan Zakat Maal (Penghasilan Individu)
b. Penerimaan Zakat Maal (Badan)
c. Penerimaan Zakat Maal (Lainnya)
d. Penerimaan Zakat Fitrah (Ramadhan)
e. Penerimaan Zakat secara keseluruhan 2015
Untuk mencari hasil zakat yang dikeluarkan dalam bentuk Dinar
adalah mencari Banyaknya Jumlah Dinar yang harus di zakatkan.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut:
61
1. Banyaknya jumlah dinar dari zakat maal dan zakat fitrah:
2. Banyaknya jumlah dinar dari keseluruhan data BAZNAS 2015
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perkembangan Zakat di Indonesia pada BAZNAS
1. Analisis Deskriptif Antar Variabel di BAZNAS tahun 2010-2015
Hasil analisis deskriptif pada tabel 1menunjukkan bahwa jumlah
sampel (N) dari penelitian ini ada 6 sampel dari 3 jenis Zakat.
Berdasarkan 6 sampel ini, Zakat Profesi terkecil ada pada tahun 2011
dengan nilai 30 Milyar jika di konversi ke dalam kepingan dinar
sebanyak12.957 keping Dinar, nilai terbesar ada pada tahun 2015
sebanyak 1 Trilyun, jika dikonversi ke dalam kepingan dinar sebanyak
822.998 keping dinar. Dengan nilai rata-rata sebesar 353683,67 serta
nilai penyimpangan (deviasi standar) dari variabel tersebut adalah
767587,780.
Pada nilai zakat perdagangan, nilai terkecil ada pada tahun 2010
dengan nilai 76 Juta jika dikonversi kedalam kepingan dinar sebanyak
32.979 keping dinar, nilai terbesar ada pada tahun 2015 sebanyak 157
Milyar jika dikonversi kedalam kepingan dinar sebanyak 67.636 keping
dinar. Dengan nilai rata-rata sebesar 29117,17 serta nilai penyimpangan
(deviasi standar) dari variable tersebut adalah 63157,466.
Pada nilai zakat fitrah, nilai terkecil ada pada tahun 2010 dengan
nilai 17 juta jika dikonversi kedalam kepingan dinar sebanyak 7.661
keping dinar, nilai terbesar ada pada tahun 2015 sebanyak 168 milyar
63
jika dikonversi kedalam kepingan dinar sebanyak 72.069 keping dinar.
Dengan nilai rata-rata sebesar 28080,17 serta nilai penyimpangan
(deviasi standar) dari variable tersebut adalah 68627,773.
Keseluruhan dari data tersebut diketahui nilai maximum ada pada
Zakat Profesi di tahun 2015 sebanyak 1 Triliun dan terkecil ada pada
Zakat fitrah di tahun 2011 senilai 17 juta dengan nilai rata-rata
148452,00 serta nilai penyimpangan (deviasi standar) dari variable
tersebut adalah 431898,344.
Dari data tersebut BAZNAS membuat kebijakan sebagai berikut
(www.baznas.go.id):
1. Melakukan pembinaan, pengembangan dan penyadaran
kewajiban zakat dan meningkatkan kesejahteraan serta kualitas
kehidupan masyarakat.
2. Memberikan pelayanan yang terbaik untuk muzakki dan
mustahik BAZNAS.
3. Membuat program pemberdayaan yang terencana dan
berkesinambungan dengan meningkatkan taraf hidup mustahik
menjadi muzzaki.
4. Menyajikan data penerimaan dan pendayagunaan zakat yang
akurat karena di dukung oleh amil yang bekerja secara
profesional.
5. Fokus terhadap pembinaan dan pengembangan sumber daya
manusia sebagai amil yang menjalankan amanah.
64
Selanjutnya untuk menggali potensi zakat yang besar di Negara
Indonesia, paling tidak diperlukan empat langkah yang harus dilakukan
secara simultan:
Pertama, Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait hokum dan
hikmah zakat, harta objek zakat sekaligus tatacara perhitungannya, serta
kaitan zakat dengan pajak.
Kedua, Penguatan keamilan, karena kinerja amil akan menjadi
cerminan keberhasilan pengelolaan zakat.
Ketiga, Penyaluran zakat yang tepat sasaran sesuai dengan ketentuan
syariah dan memperhatikan aspek-aspek menejemen yang transparan.
Keempat, Sinergi dan koordinasi atau taawun baik antarsesama amil
zakat maupun dengan komponen umat yang lain.
Tabel 2.1
Statistik Deskriptif
Variabel N Tahun Minimum Tahun Maximum Mean Std.
Devaiasi
Zakat
Profesi 6 2011 30 Milyar 2015 1 Trilyun 353683,67 767587,780
Zakat
Perdagangan 6 2010 76 Juta 2015
157
Milyar 29117,17 63157,466
Zakat Fitrah 6 2010 17 Juta 2015 168
Milyar 28080,17 68627,773
Sumber: Data di olah SPSS 23.0
65
B. Kecukupan Emas di Indonesia
Dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui kecukupan cadangan emas di Indonesia, peneliti menggunakan
tahapan perhitungan sebagai berikut :
1. Banyaknya dinar emas yang dibutuhkan Indonesia
Untuk dapat mengetahui banyaknya dinar emas yang dibutuhkan
Indonesia, maka peneliti perlu mengetahui jumlah M1 (jumlah uang yang
beredar di masyarakat) yang terdiri dari uang kartal (uang kertas dan logam)
dan uang giral (cek dan giro). Pada penelitian ini peneliti membatasi
penelitiannya pada banyaknya uang kartal yang beredar di Indonesia untuk
mengetahui banyaknya dinar yang dibutuhkan Indonesia. Untuk itu peneliti
memerlukan data sebagai berikut :
Data jumlah M1 (per Januari 2015) : Rp. 918.079.000.000.000,-
Data uang kartal Indonesia (per Januari 2015) : Rp. 391.256.000.000.000,-
Dari data uang kartal sebesar tersebut di atas, maka pemerintah
diharapkan memiliki cadangan devisa paling tidak senilai dengan nilai uang
kartal tersebut atau setara dengan $ 27.934.885.050 (menggunakan kurs
dollar per tanggal 14 Desember 2015 sebesar Rp. 14.006,- per US$).
66
Tabel 3.1
Cadangan Devisa Setara Uang Kartal
No. Keterangan Nominal
1. Data Uang Kartal (Rp) 391.256.000.000.000
2. Kurs Dollar (Rp) 14.006
3. Cadangan Devisa Setara Uang Kartal
Yang Harus Dimiliki Indonesia (US$) 27.934.885.050
2. Pengadaan Dinar Emas
Melihat data di atas, maka Indonesia membutuhkan nilai cadangan
devisa sebesar $ 27.934.885.050 maka pemerintah dapat membeli emas yang
dibutuhkan di pasar domestik atau Internasional, dengan asumsi sebagai
berikut :
a. Pasar domestik
Selanjutnya, data yang diperlukan adalah per gram emas (per 14
Desember 2015) sebesar Rp. 548.000 atau setara dengan $ 39.2
(menggunakan kurs dollar per tanggal 14 Desember 2015 sebesar Rp.
14.006,- per US$).
Sehingga diperoleh data sebagai berikut :
Cadangan devisa yang harus dimiliki Indonesia (US$) : $ 27.934.885.050
Harga per gram emas (US$) : $ 39.2
Berat dinar : 4,25 gr
67
Dari data yang telah peneliti peroleh di atas, maka hasil perhitungan
yang didapat adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Cadangan Emas yang Harus Dimiliki Indonesia
Keterangan Nominal
Cadangan Devisa Setara Uang Kartal Yang
Harus Dimiliki Indonesia (US$) 27.934.885.050
:
Harga per Gram Emas (US$) 39.2
Cadangan Emas yang Harus Dimiliki Indonesia
(gr) 712.624.618
Sumber: Perhitungan Lampiran
Maka dinar emas yang dibutuhkan adalah sebanyak:
Tabel 3.3
Cadangan Dinar Emas yang Harus Dimiliki Indonesia
Keterangan Nominal
Cadangan Emas yang Harus Dimiliki
Indonesia (gr) 712.624.618
:
Berat per Keping Dinar Emas (gr) 4,25
Cadangan Dinar Emas yang Harus
Dimiliki Indonesia (Keping) 167.676.380
Sumber: Perhitungan Lampiran
Untuk mengetahui Harga setiap keping Dinar Emas (US$):
68
Tabel 3.4
Harga setiap Keping Dinar Emas (US$)
Keterangan Nominal
Berat Dinar Emas 4,25
X
Harga Per gm Emas (US$) 39,2
Harga setiap keping dinar emas (US$) 166,6
Sumber: Perhitungan Lampiran
Untuk mengetahui harga setiap keping Dinar Emas (Rp)
Tabel 3.5
Harga Setiap Keping Dinar Emas (Rp)
Keterangan Nominal
Harga setiap keping dinar emas (US$) 166,6
X
Kurs Dollar 14.006
Harga setiap keping dinar emas (Rp) 2.333.399
Sunber: Perhitungan Lampiran
Uang kartal senilai Rp. 391.256.000.000.000,- atau setara dengan
$27.934.885.050 akan dikonversi dengan emas sebesar Rp. 712.624.618 gr
atau sekitar 712 ton (1 ton = 1.000.000 gr) yang jika dipecah menjadi
kepingan dinar emas maka akan mendapatkan sekitar 167 juta keping dinar
dengan nilai setiap 1 dinar emas sebesar Rp. 2.333.399,- atau setara dengan $
166,6.
b. Pasar internasional
69
Pemerintah lebih memilih pasar internasional dalam mencukupi
kebutuhan emasnya atau pasar domestic yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan akan emas, maka perhitungan yang terjadi akan berbeda
karena dalam pasar internasional satuan emas yang berlaku secara
internasional adalah troy ounce (Oz) yang setara dengan 31,1 gr emas.
Oleh karena itu, perhitungan yang terjadi akan membutuhkan data
sebagai berikut :
Cadangan devisa Indonesia (per Januari 2015) : $ 27.934.885.050
Kurs per troy ounce emas (per 14 Desember 2015) : $ 1,069.20
Berat dinar : 4,25 gr
Dari data yang telah peneliti himpun di atas, maka perhitungan tersebut
menghasilkan nilai sebagai berikut :
Tabel 3.6
Dinar yang Harus Dimiliki
Keterangan Nominal
Cadangan Devisa Indonesia (US$) 27.934.885.050
:
Harga per Oz Emas (US$) 1.092,20
Emas yang harus dimiliki Indonesia
(Oz) 26.126.903,34
X
Berat per Keping Emas (Oz) 31,1
Emas yang dimiliki Indonesia (gr) 812.546.693,8
:
Berat Emas per Oz (gr) 4,25
Dinar yang Harus Dimiliki 191.187.457
Sumber: Perhitungan Lampiran
70
Uang kartal senilai Rp. 391.256.000.000.000,- atau setara dengan
27.934.885.050$ akan dikonversi dengan emas sebesar 812.546.693,8 gr atau
sekitar 812 ton (1 ton = 1.000.000 gr) yang apabila dipecah menjadi kepingan
Dinar emas maka akan mendapatkan sekitar 191 juta keping Dinar dengan
nilai setiap 1 dinar emas sebesarRp. 2.333.399 atau setara dengan $ 166,6.
3. Memperkuat Rupiah
Dengan cadangan emas yang harus dimiliki Indonesia sekitar 800 ton
lebih untuk menjaga nilai Rupiah sebesar lebih dari 300 triliyun maka
didapati setiap nilai Rupiah sebesar Rp. 2.333.399 akan dijaga oleh emas
sebesar 4,25 gr atau setara dengan setiap Rp. 548.000,- dijaga dengan emas
sebesar 1 gr. Artinya, dengan kondisi nilai 1 gr = $ 39,2 nilai $ 1 hanya
sebesar 0,025 gr emas ( $ 1 : $ 39,2 [harga per gr emas dalam …US$]),
sedangkan nilai Rp. 1,- hanya sebesar 0,0000019gr emas ( Rp. 1,- : Rp.
548.000,-) atau setara dengan Rp. 1,- = $ 7.13979 (Rp. 1,- : Rp. 14.006,-)
Tabel 3.7
Kesetaraan Rupiah dan US Dollar dengan Emas
No
. Nilai Rupiah Nilai Dollar Nilai Emas (gr)
1. 2.333.999 166,6 4,25
2. 548.000 39,2 1
3. 14.006 1 0,025
4. 1 7.13979 0,0000019
71
Untuk dapat menguatkan nilai Rupiah dari yang awalnya Rp. 14.006,-
per US$ menjadi Rp. 1.000,- per US$ maka diperlukan banyaknya emas
sebesar :
Cadangan devisa yang harus dimiliki Indonesia (Rp): Rp. 391.256.000.000.000,-
Diharapkan kurs US$ : Rp. 1.000,-
Harga emas per gram (US$) : $ 39,2
Dari data yang telah peneliti himpun di atas, maka perhitungan tersebut
menghasilkan nilai sebagai berikut :
Tabel 3.8
Emas yang Harus dimiliki
Keterangan Nominal
Cadangan Devisa Indonesia (US$) 391.256.000.000
:
Harga Per gm Emas (US$) 39,2
Emas yang Harus dimiliki (gr) 9.981.020.408
Sumber: Perhitungan Lampiran
Diperlukan emas sebesar 9.981.020.408 gr atau sekitar 9.000 ton untuk
menjadikan nilai Rupiah menjadi Rp. 1.000,- per US$.
Jika pemerintah menghendaki nilai Rupiah setara dengan US Dollar,
yang awalnya $ 1 = Rp. 14.006,- menjadi Rp. 1,- = $ 1, maka dibutuhkan
cadangan emas sebesar sebagai berikut :
Cadangan devisa sebesar nilai uang kartal x Kurs dollar = Devisa yang dibutuhkan
Rp. 391.256.000.000.000,- x Rp. 14.006,- = Rp.5.479.931.536.000.000.000,-
72
Nilai cadangan devisa sekitar 5 juta triliyun Rupiah yang dibutuhkan
harus dikonversi ke dalam emas sehingga mendapatkan emas sekitar :
Tabel 3.9
Emas yang di Dapatkan
Keterangan Nominal
Cadangan Devisa yang dibutuhkan 5.479.931.536.000.000.000
:
Harga Per gm Emas 548.000
Emas yang Harus dibutuhkan 9.999.875.065
Sumber: Perhitungan Lampiran
Nilai emas sekitar 9 triliyun gr atau setara dengan 9 juta ton emas ini
jika digunakan untuk menjaga nilai Rupiah setara dengan nilai US
Dollar.Artinya jika sewaktu-waktu nilai dollar menguat maka Rupiah ikut
menguat karna nilai emas yang menjaganya juga ikut bertambah. Dan ketika
nilai US Dollar melemah, nilai Rupiah belum tentu ikut melemah karena bisa
saja ketika nilai US Dollar melemah, masyarakat dunia lebih memilih emas
sebagai instrumen investasinya sehingga permintaan emas meningkat dan
harga emas justru menguat dan Rupiah ikut menguat.
Nilai Rp. 1,- = $ 1 artinya nilai Rp. 1,- terhadap emas hanya setara
dengan 0,025 gr emas, sebagaimana $ 1 = 0,025 gr emas. Jika Indonesia ingin
nilai Rupiahnya lebih kuat setara dengan Rp. 1,- = 1 gr emas, maka nilai
cadangan devisa yang dibutuhkan untuk menjaga nilai uang kartalnya sebesar
Rp. 391.256.000.000.000,- adalah sebesar 391.256.000.000.000 gr emas atau
sekitar 391 juta ton emas atau serata dengan nilai Rupiah per 14 Desember
2015 sebesar :
73
Cadangan Devisa x Harga per gr Emas = Devisa yang dibutuhkan
Rp. 391.256.000.000.000,- x Rp. 548.000,- = Rp. 214.813.237.960.000.000.000,-
Nilai cadangan devisa sekitar 214 juta triliyun Rupiah tersebut di atas
dapat menjadikan Rupiah menguat senilai Rp. 1,- = 1 gr emas. Atau
dibandingkan dengan nilai Rupiah untuk membeli seekor kambing yang
awalnya membutuhkan sekitar Rp. 2.000.000,- , setelah nilai Rupiah menguat
menjadi setara dengan 1 gr emas maka untuk membeli seekor kambing hanya
dibutuhkan sekitar Rp. 4,- saja (karna 1 kambing dinilai setara dengan 1 dinar
emas yang beratnya 4,25 gr).
Tetapi yang jauh lebih penting bukanlah banyaknya angka yang tertera
pada nominal uangnya, kestabilan nilai rupiah yang akan dicapai bila Rupiah
benar-benar dijaga dengan emas, bagaimanapun bergejolaknya nilai mata
uang dunia sewaktu-waktu, nilai Rupiah yang dijaga dengan emas tidak akan
banyak terpengaruhi, karna acuan Rupiah bukan lagi mata uang dunia.
Tabel 3.10
Kebutuhan Cadangan Emas Indonesia
No.
Jika Rupiah Di
Perkuat Menjadi
Kebutuhan Emas Yang Harus
Dimiliki Indonesia (gr)
Rupiah US$ Gr Sekitar Ton
1. 14.006 1 812.546.938,80 812
2. 1.000 1 9.981.020.408 9.981
3. 1 1 9.981.020.408.000,00 9.981.000
74
4. Mengetahui Cadangan Emas Indonesia
Setelah peneliti mengasumsikan bahwa Indonesia tidak memiliki emas
sebagai cadangannya ternyata peneliti menemukan data cadangan emas
Indonesia. Dari data cadangan emas Indonesia ini, peneliti berharap nilai
cadangan emas Indonesia melebihi jumlah nilai emas yang dibutuhkan atau
paling tidak sama besar dengan nilai emas yang dibutuhkan agar pemerintah
tidak perlu membeli emas dari dalam ataupun luar negeri.
Untuk dapat mengetahui besaran nilai cadangan emas Indonesia mampu
mencukupi kebutuhan yang ada atau tidak, maka peneliti perlu melakukan
perhitungan menggunakan data-data sebagai berikut :
Data cadangan emas Indonesia (US$) : $ 8.157.218.000.000
Kurs Rupiah ke US$ (per 14 Desember 2015) : Rp. 14.006,-
Harga per gr emas (per 14 Desember 2015) : Rp. 548.000,-
Berat dinar emas : 4,25 gr
Dari data tersebut di atas maka akan menghasilkan nilai sebagai berkut :
Nilai Cadangan Emas Indonesia X Kurs Dollar Nilai Cadangan Emas Indonesia
$ 8.157.218.000.000x Rp. 14.006,- = Rp. 114.249.995.308.000.000,-
Tabel 4.1
Banyaknya Dinar Emas
75
Keterangan Nominal
Nilai Cadangan Emas Indonesia (Rp) 114.249.995.308.000.000
:
Harga per gram Emas 548.000
Nilai Cadangan Emas Indonesia (gr) 208.485.392.897
:
Berat Dinar Emas 4,25
Banyaknya Dinar Emas 49.005.386.546
Sumber: Perhitungan Lampiran
Setelah peneliti melakukan perhitungan seperti tertulis di atas, maka
seharusnya cadangan emas yang dibutuhkan Indonesia sebesar
208.485.392.987 gr atau sekitar dengan 208.000 ton yang jika dipecah
menjadi keping Dinar maka memperoleh 49.055.386.546 dinar.
Tabel 4.2
Kecukupan Cadangan Emas Indonesia
No.
Cadangan Emas
yang Ada di
Indonesia (ton)
Jika Rupiah
Diperkuat Menjadi
Kebutuhan
Emas yang
Harus
Dimiliki
Indonesia
Keterangan
Rupiah US$
1.
208.485
14.006 1 812 Cukup
2. 1.000 1 9.981 Cukup
3. 1 1 9.981.020 Tidak
Nilai cadangan emas Indonesia sekitar 208.000 ton tersebut di atas
mampu menjaga nilai uang kartal Rupiah sekitar 300 triliyun Rupiah yang
hanya membutuhkan cadangan emas sekitar 800 ton. Tetapi nilai 208.000 ton
emas yang dimiliki Indonesia tidak mampu membuat nilai Rupiah setara
dengan US Dollar yang membutuhkan sekitar 8.000.000 ton (8 juta ton) emas
76
untuk menjaga nilai uang kartalnya. Dan juga nilai cadangan emas Indonesia
sebesar 208.000 ton beum mampu mencukupi nilai kebutuhan emas Indonesia
jika menginginkan nilai Rupiahnya setara Rp. 1,- = 1 gr emas, yang
membutuhkan sekitar 391.000.000 ton emas (391 juta ton emas).
Dari nilai cadangan emas Indonesia sekitar 208.000 ton ini berpotensi
menguatkan nilai uang kartal Rupiah sebesar:
Tabel 4.3
Nilai Rupiah Setara Emas
Keterangan Nominal
Cadangan Emas yang Dimiliki Indonesia 208.485.392.897
:
Nilai Uang Kartal Indonesia 391.256.000.000.000
Nilai Rupiah Setara Emas 0,0053
Sumber: Perhitungan Lampiran
Artinya, dengan cadangan emas yang dimiliki Indonesia sekitar 208.000
ton jika kesemuanya digunakan sebagai penjaga nilai uang kartal sekita 391
triliyun Rupiah maka, mampu membuat nilai Rupiah setara dengan Rp. 1,- =
0,0053 gr emas. Jika $ 1 = 0,025 gr, maka nilai Rupiah akan menjadi setara
dengan $ 1 = Rp. 4,72 (hasil bagi 0,025 : 0,0053) atau Rp. 1,- = $ 0.22 (hasil
bagi 0,0053 : 0,025).
Jika nilai cadangan emas semuanya digunakan untuk menjaga nilai
uang kartal yang beredar maka, nilai Rupiah tidak jauh berbeda dengan nilai
US Dollar.
Tabel 4.4
77
Kemampuan Cadangan Emas Indonesia Menjaga Rupiah
Cadangan Emas
Indonesia Sebesar
208.485.392.897
Rupiah US$ Emas (gr)
1 0,22 0,0027
4,72 1
5. Mekanisme Penerapan dan Pengelolaan Zakat
Banyaknya Jumlah Dinar yang Harus dizakatkan
Untuk dapat mengetahui banyaknya Jumlah Dinar yang
dizakatkan.Peneliti menggunakan data dari BAZNAS pada tahun 2015
dan perhitungannya mengacu pada perhitungan dari Wakala Induk
Bintan. Pada penelitian ini, peneliti membatasi pengambilan yang hanya
menggunakan data BAZNAS di tahun 2015. Jika mempunyai harta
yang mengendap dan tidak digunakan selama 1 Haul atau 1 tahun
senilai 20 Dinar maka wajib dizakatkan sebesar 2,5% sebanyak 0,5
Dinar.
Untuk itu peneliti memerlukan data sebagai berikut:
Data Penerimaan Zakat BAZNAS 2015 : Rp. 2.309.341.225.015
Harga 1 Dinar 2015 : Rp. 2.333.399
Penerimaan Zakat Maal (Profesi) : Rp. 1.920.384.584.026
Penerimaan Zakat Maal (Perdagangan) : Rp. 157.823.481.692
Penerimaan Zakat Maal (Lainnya) : Rp. 63.016.490.414
78
Penerimaan Zakat Fitrah (Ramadhan) : Rp. 168.166.668.883
Dari data BAZNAS di atas, maka di ketahui jumlah dinar yang
dizakatkan apabila nishab emasnya sudah mencapai 20 Dinar atau 85 gr dan
besar zakatnya 2,5% untuk Zakat Mal dan Zakat Fitrah.
Tabel 4.5
Jumlah Dinar yang Dizakatkan Sesuai Jenis Zakat
No. Jenis Zakat Jumlah Dinar yang
Dizakatkan Rupiah
1. Zakat Maal (Profesi) 329.199 Keping Dinar Rp. 768.152.617.401
2. Zakat Maal
(Perdagangan) 13.572 Keping Dinar Rp. 31.998.891.228
3. Zakat Maal (Lainnya) 10.802 Keping Dinar Rp. 25.205.375.998
4. Zakat Fitrah (Ramadhan) 28.827 Keping Dinar Rp. 67.264.892.973
Sumber : Hasil Perhitungan Lampiran
Zakat yang kita keluarkan tidak akan mengurangi harta kita, bahkan
akan menambah harta kita dengan berlipat ganda. Allah SWT berfirman
dalam surat Ar-Rum ayat 39 yang artinya:
“Dan suatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang
melipat gandakan.”
Dalam ayat ini Allah berfirman tentang zakat yang sebelumnya
didahului dengan firman tentang riba. Allah Maha Pemberi Rizki menegaskan
79
bahwa riba tidak akan pernah melipat gandakan harta manusia, yang
sebenarnya didapat melipat gandakannya adalah dengan menunaikan zakat.
Sesungguhnya Islam itu adil, memiliki nilai keberkahan, memberikan
manfaat dan tujuannya untuk mencapai mashalah. Apabila membayar zakat
menggunakan uang maka berapapun besaran zakat di anggap sama. Berbeda
dengan menunaikan zakat menggunakan emas yang sesuai dengan standard
syariat Islam. Dalam hal ini jika telah mencapai 85 gram emas atau 20 dinar
maka wajib dikenakan zakat.
Peneliti melakukan penelitian bahwa membayar zakat dengan
menggunakan Dinar emas ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan
menggunakan uang kertas, ini membuktikan bahwa Islam benar-benar adil
dalam menyalurkan zakat kepada mustahik dan memberikan mashlahat untuk
umat. Perbedaan yang mendasar mengenai uang fiat dengan Dinar adalah
tingkat kestabilan. Setiap mata uang dinar memiliki 4,25 gr emas. Dinar tidak
mengalami inflasi semenjak zaman Rasulullah SAW hingga sekarang karena
nilai emas nya memiliki nilai yang stabil dan konstan, sekalipun selama
waktu tersebut telah terjadi krisis, perang dan bencana, nilai emas tetap relatif
stabil.
Inflasi sesungguhnya merupakan suatu kemudlaratan ekonomi yang
sejatinya harus ditekan, karena dengan terjadinya inflasi berarti telah terjadi
sebuah fenomena yang signifikan terhadap meningkatnya kemiskinan
masyarakat. Dengan demikian, maka penerapan sistem mata uang dinar
80
dsecara luas, akan ikut mengurangi tingkat inflasi yang selama ini terus
membayangi sistem perekonomian berbagai negara akibat penerapan sistem
ekonomi konvensional (kapitalisme) yang menggunakan uang kertas (fiat
money) yang tak terkendali. Sehingga berkurangnya angka inflasi sebagai
dampak positif dari diterapkannya dinar emas, sesungguhnya merupakan
upaya menghilangkan belenggu kemiskinan masyarakat.
Dinar emas memiliki stabilitas tinggi yang nilainya tidak fluktuatif
sehingga jika dikomparasi dengan mata uang lainnya tidak akan terdepresiasi
bahkan terus terapresiasi. Hal ini membuktikan bahwa dinar emas
merupakan extra ordinary currency (anti inflasi). Sehingga pada masa
kerasulan Muhammad Saw yang dilanjutkan oleh Khulafaur-Rasyidin dan
para Khalifah sesudahnya dalam pengelolaan pemerintahannya sangat jarang
terjadi resesi ekonomi.
C. Kelayakan Dinar Emas Sebagai Alat Pembayaran Zakat
Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas bahwa uang adalah alat
tukar dalam muamalah, bukan komoditas. Dinar merupakan salah satu alat
transaksi yang cukup stabil karena pada Dinar memiliki nilai benda atau nilai
instrinsik yang senilai dengan nominalnyasehingga nilai dari Dinar sebanding
dengan kemampuannya menilai harga komoditi barang dan jasa.
Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan pada 15 Januari 2017
bahwa saat ini Dinar dan Dirham layak dijadikan alat pembayaran zakat.
terbukti di Pasar Muamalah, Depok. Pada zaman Rasulullah pembayaran
81
zakat menggunakan Dinar atau Dirham. Karena menggunakan uang kertas
haram hukumnya. Jadi, di pasar Muamalah ini selain ada transaksi jual beli
dan alat tukarnya menggunakan Dinar atau Dirham, di pasar ini menerima
dan menyalurkan zakat menggunakan Dinar dan Dirham.
Pasar Madinah ini masih dalam masa transisi mengembalikan rukun
zakat dan syariat Islam, maka Amirat Indonesia membuat pasar agar yang
menerima zakat dapat membelanjakan dinar dan dirham melalui Pasar
Madinah tersebut. Pasar madinah ini tidak ada biaya sewa, tidak ada pajak
dan terbuka untuk semua kalangan serta bebas biaya lapak. Pasar Madinah
juga menyediakan penukaran rupiah ke dinar maupun perak (wakala).
Zakat ditarik melalui Amir atau Sultan tugasnya hanya pada
kewenangan penarikan dan pembagian zakat. Setelah di tarik oleh Amir atau
Sultan, zakat tersebut langsung di salurkan kepada 8 golongan asnaf.
Cadangan Emas di Indonesia saat ini bisa mencukupi untuk dijadikan dinar
emas ataupun dirham perak. Karena emas dan perak sudah menjadi fitrahnya
untuk transaksi. Rasulullah sudah menetapkan nishab dari dinar dan dirham.
Perhitungan jika menggunakan dinar emas sebagai pembayaran zakat apabila
memiliki harta yang mengendap dalam waktu 1 tahun kemudian nishab
emasnya sudah mencapai 20 Dinar atau 85 gr dan besar zakatnya 2,5% untuk
Zakat Mal dan Zakat Fitrah.
Sudah banyak tempat-tempat untuk menukarkan rupiah ke dalam
bentuk dinar atau dirham seperti Pasar Muamalah ini. Pasar muamalah
82
dibentuk sebagai bentuk tanggung jawab dari penyaluran zakat menggunakan
dinar agar yang menerima zakat melalui dinar dapat menggunakan dan
membelanjakan dinar nya di Pasar Muamalah ini. Selain pasar muamalah,
tempat penukaran rupiah bisa di lakukan di Wakala Induk Bintan atau di
Gerai Dinar. Hal ini lebih memudahkan masyarakat jika ingin menunaikan
zakatnya melalui Dinar atau Dirham. Akan tetapi sampai saat ini masyarakat
lebih memilih untuk menunaikan zakatnya menggunakan uang kertas melalui
BAZNAS atau rumah zakat lainnya. Oleh karena itu perlu adanya sosialiasi
agar masyarakat lebih memahami pentingnya menggunakan dinar emas untuk
membayar zakat.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari rumusan masalah tentang kecukupan emas di Indonesia untuk
menggantikan jumlah uang beredar, diketahui nilai cadangan emas Indonesia
sekitar 208.000 ton mampu menjaga nilai uang kartal Rupiah sekitar 300
triliyun Rupiah yang hanya membutuhkan cadangan emas sekitar 800 ton.
Tetapi nilai 208.000 ton emas yang dimiliki Indonesia tidak mampu membuat
nilai Rupiah setara dengan US Dollar yang membutuhkan sekitar 8 juta ton
emas untuk menjaga nilai uang kartalnya. Dan juga nilai cadangan emas
Indonesia sebesar 208.000 ton beum mampu mencukupi nilai kebutuhan emas
Indonesia jika menginginkan nilai Rupiahnya setara Rp. 1,- = 1 gr emas, yang
membutuhkan 391 juta ton emas.
Dinar apabila di tinjau dari metode deskriptif dengan survey dan
wawancara, disimpulkan bahwa Dinar untuk masyarakat dari
kelompok/golongan tertentu dapat di gunakan sebagai transaksi seperti jual
beli, hutang piutang, mahar dan terpenting untuk penggunaan pembayaran
zakat.Saat ini sudah mulai banyak masyarakat menggunakan mata uang Dinar
untuk bertransaksi dan sudah banyak pengetahuan tentang Dinar. Tetapi
masih banyak pula yang masih ragu untuk memperolehnya dan bagaimana
cara menggunakannya kecuali hanya sebagai alat investasi.
84
Dinar sangat layak di gunakan sebagai alat pembayaran zakat di
Indonesia melihat kecukupan emas di Indonesia untuk menggantikan uang
kartal yang beredar di masyarakat, peneliti melakukan penelitian terhadap
jumlah data uang kartal yang beredar di masyarakat dengan
mengkonversikannya dalam bentuk emas sehingga didapat nilai emas yang
dibutuhkan Indonesia untuk dapat menjaga uang kartal yang beredar di
masyarakat dan jumlah cadangan emas di Indonesia ternyata mencukupi
kebutuhan jumlah emas yang dibutuhkan Indonesia untuk menjaga uang
kartal.
B. Saran
Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta
komprehensif maka ada beberapa rekomendasi bagi BAZNAS, Masyarakat,
dan peneliti selanjutnya maka penulis menyarankan beberapa hal:
Pertama, Berdasarkan hasil penelitian ini, BAZNAS dapat lebih
mengembangkan pembayaran zakat menggunakan Dinar Emas, BAZNAS
dapat mensosialisasikan Dinar agar tidak hanya digunakan untuk alat
investasi saja.
Kedua, dari hasil penelitian ini Masyarakat masih sedikit yang
berkeinginan membayar zakat menggunakan Dinar emas, Oleh karena itu,
bagi pengelola zakat atau lembaga yang menaungi Zakat agar
mensosialiasikan pembayaran zakat meggunakan Dinar ataupun Dirham.
Ketiga, untuk penelitian selanjutnya, bisa di lakukan dengan metode
kuesioner agar dapat memudahkan melakukan penelitian terhadap Dinar atau
85
Dirham dan Zakat. Pada penelitian ini peneliti hanya membatasi data
pengumpulan zakat pada zakat maal dan zakat fitrah di BAZNAS. Penelitian
selanjutnya agar lebih mendalami pengetahuan tentang Dinar Emas dan Perak
dan Zakat, karena peneliti hanya melakukan penelitian tentang Dinar emas
saja.
86
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Raharja, Pratama dkk. “Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar”, Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
Jawi, Al Sufyan. “Hidup Mapan Dengan Dinar dan Dirham”, Yogyakarta:
Delekomotif, 2012
Iqbal, Muhaimin. “Dinar The Real Money”, Jakarta: Gema Insani, 2009.
--------------------. “Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan
Dirham”, Depok: Spiritual Learning Center & Dinarclub, 2007.
--------------------. “Dinar Nominic: Membangun Keberkahan Usaha dengan
Uang yang Adil”. Depok: Sirergi, 2010.
--------------------. “Dinar Solution: Dinar Sebagai Solusi”. Depok: Gema
Insani, 2008.
Saidi, Zaim. “Euforia Emas: Mengupas Kekeliruan dan Cara yang benar
Pengembalian Dinar, Dirham, Fulus agar Sesuai dengan Al-Qur‟an
dan Sunnah”, Depok: Pustaka Adina, 2011.
--------------. “Tidak Syariahnya Bank Syariah”. Yogyakarta: Delekomotif,
2015.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua”, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2008.
------------------------. “Dinar dan Dirham Sebagai Alat Pembayaran Dalam
Perspektif Islam”, Jakarta: Majalah Ekonomi Syariah Vol. 2 No. 2,
2003
-----------------------. “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam”, Jakarta: Rajawali
Pres, 2010.
Suhrawardi K. Lubis. “Hukum Ekonomi Islam”. Jakarta: Bumi Aksara, 2000
Siregar, Mulya. “Alternative Monetary Management in: Gold Dinar –
Monetary Crisis Solution. Jakarta: SEM Institute, 2001.
Hamidi, Lutfi. “Gold Dinar: Sistem Moneter Global yang Stabil dan
Berkeadilan”, Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007.
Antonio, Syafi‟i. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Jakarta: Gema Insani,
2001.
87
Nasution, Lahmuddin. “Fiqh 1”, Jakarta: Logos, 2003
Ali, Nuruddin Mhd. “Zakat Sebagai Instrumen dan Kebijakan Fiskal”,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Huda, Nurul dkk. “Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis”, Jakarta:
Kencana, 2008.
Hafiduddin, Diddin. “Zakat Dalam Perekonomian Modern”, Jakarta: Gema
Insani Press, 2002.
Lapidus, Ira M. “Sejarah Sosial Umat islam”, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000.
Qardhawi, Yusuf. “Fiqh Daulah, cet ke-6”, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2000
Roy, Muhammad. “Ushul Fikih Mazhab Aristoteles”, Yogyakarta: Safiria
Insanea Press, 2004.
El-Madani. “Fiqh Zakat Lengkap: Segala Hal Tentang Kewajiban Zakat dan
Cara Membaginya”, Jakarta: Diva Press, 2003.
Permono, Sjechul Hadi. “Pemerintah Republik Indonesia Sebagai Pengelola
Zakat”, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.
Wawancara dengan Bapak Zaim Saidi Selaku Amir Amirat Indonesia, 2015
Burhan, Bungin dkk. “Metedologi Penelitian Kualitatif”, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011.
McClave. dkk. “Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi, terjemahan Bob
Sabran”, Jakarta: Erlangga, 2011.
Jurnal
Yunan, Zuhairan Yunmi. “Purchasing Power of Gold Dinar (Review on
Islamic Monetary System”. Jurnal, 2012.
--------------------------------. “Strategi Peningkatan Daya Saing BMT Dalam
Menggerakkan Sektor Riil Melalui Pembiayaan Modal Kerja Berbasis
Dinar Emas”. Jurnal, 2012.
88
-------------------------------. “Stabilitas Sistem Moneter: Antara Dinar Emas
dan Fiat Money”. Jurnal, 2012
Pujiyono, Arif. “Dinar dan Sistem Standar Tunggal Emas Ditinjau Menurut
Sistem Moneter Islami”. Jurnal, 2004.
Sanusi, Mahmud M. “Dinar Emas, Mata Uang Kertas dan Stabilitas
Moneter: Pandangan Islam” Jurnal, 2002.
Chapra, M. Umar. “Why has Islam Prohibited Interest?. Review of Islamic
Economics” Jurnal, 2000.
Hamid, Abdul. “Islamic Banking with Dinar & Dirham: Meeting the
Challanges to Uplift the Ummah Economy” Jurnal, 2002
Piliyanti, Indah. “Zakat Untuk Sektor Produktif: Sudut Pada Organisasi
Pengelola Zakat Di Surakarta” Jurnal, 2013
Ilmi, Muhammad Bahrul. “Analisis Kelayakan Dinar dan Dirham Sebagai
Mata Uang Terhadap Transaksi di Indonesia” Jurnal, 2012
Amalia, Fitri. “Implementasi Etika Bisnis Islam Pada Pedagang di Bazar
Madinah Depok” Jurnal, 2012
Skripsi
Asfarina, Maya. “Mekanisme Subtitusi Fiat Money dengan Dinar Emas di
Indonesia”. Skripsi, Fakultas Agama dan Islam Universitas Buya
Hamka (UHAMKA). 2008.
89
Yamani, Muhammad Zaki. “Penerapan Transaksi Jual Beli Dinar dan
Dirham (Studi Kasus di BMT Daarul Muttaqiin Depok”. Skripsi,
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta. 2015.
Iswan, Rahmat Fauzi. “Peluang Dinar Dalam Perdagangan Internasional
dan Peluang Pengaruhnya Terhadap Sistem Moneter Indonesia”.
Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Jakarta. 2008.
Madina, Anna. “Analisis Investasi Dinar (Studi pada Gerai Dinar)”. Skripsi.
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta. 2009.
Ahmad, Istikhori. “Pengaruh Penerapan Pengendalian Intern Peningkatan
Kepercayaan Pada Lembaga Amil Zakat”, Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Padjajaran, 2006.
Website
www.wakalanusantara.com
www.baznas.go.id
www.zaimsaidi.com
www.rumahzakat.com
www.jawaradinar.com
www.bps.id
www.google.com
90
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data BAZNAS 2010-2015
Tahun Zakat Profesi Zakat Perdagangan Zakat Fitrah
2010 35.350.060.299 76.954.463 17.878.500
2011 30.235.246.063 2.114.814.238 76.954.463
2012 38.410.838.966 1.680.305.371 18.113.700
2013 38.484.809.269 2.588.774.476 102.403.798
2014 59.238.750.000 10.452.590.000 102.800.000
2015 1.920.384.584.026 157.823.481.692 168.166.668.883
Lampiran 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Data Keseluruhan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
ZAKAT 19 1680 1920385 148452,00 431898,344
Valid N (listwise)
19
91
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif per Zakat
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
ZP 6 30235 1920385 353683,67 767587,780
ZPD 6 76 157823 29117,17 63157,466
ZF 6 17 168166 28080,17 68627,773
Valid N (listwise)
6
Lampiran 4 Perhitungan Jumlah Dinar yang di Zakatkan
Penerimaan Zakat Maal (Profesi)
92
Penerimaan Zakat Maal (Perdagangan)
Penerimaan Zakat Maal (Lainnya)
93
Penerimaan Zakat Fitrah (Ramadhan)
94
Penerimaan Zakat Secara keseluruhan 2015
Lampiran 5 Perhitungan Rumus Tabel 3.2
Indonesia
Lampiran 6 Perhitungan Rumus Tabel 3.3
95
Lampiran 7 Perhitungan Rumus Tabel 3.4
Lampiran 8 Perhitungan Rumus Tabel 3.5
Lampiran 9 Perhitungan Rumus Tabel 3.6
96
Lampiran 10 Perhitungan Rumus Tabel 3.8
Lampiran 11 Perhitungan Rumus Tabel 3.9
Lampiran 12 Perhitungan Rumus Tabel 4.1
Lampiran 13 Perhitungan Rumus Tabel 4.3
97
Lampiran 14 Hasil Wawancara dengan Zaim Saidi
Data dari hasil penelitian pada penelitian ini didapatkan melalui
wawancara yang dilakukan oleh Peneliti pada kurun waktu bulan
Januari 2017. Dimana seluruh informan yang melakukan wawancara
adalah Amir Amirat Indonesia dan pengelola Pasar Madinah di depok.
Berikut hasil pembahasan wawancara dengan Pak Zaim Saidi:
1. Apakah yang di maksdud dengan Pasar Muamalah?
“Pasar Muamalah merupakan suatu wadah atau tempat dimana
didalam pasar ini ada transaksi jual beli (bazaar) penukaran
Dinar dan Dirham. Dalam pasar madinah ini juga ada
penarikan dan penyaluran pembayaran zakat menggunakan
Dinar dan Dirham. Pasar ini tidak dikenakan biaya sewa, tidak
ada pajak dan gratis. Di pasar ini menggunakan Dinar dan
Dirham sebagai alat tukarnya. Pasar ini berlangsung setiap
pertengahan bulan atau akhir bulan. Intensifnya sudah
berlangsung dari 6 bulan yang lalu. Selain di Depok, pasar
Muamalah serupa juga ada di Tanjung Pinang, Banten,
Kepulauan Riau. Tetapi yang paling ramai di kunjungi yakni di
Pasar Muamalah Depok karena paling ditunggu-tunggu oleh
para warga dan mustahik.” (Wawancara 15 Januari 2017)
98
2. Menurut Pak Zaim, Dinar bisa atau tidak dijadikan alat
pembayaran zakat saat ini?
“Sangat bisa dijadikan alat pembayaran zakat dengan Dinar
ataupun Dirham. Sudah saatnya kita kembali mengikuti syariat
islam dengan membayar zakat menggunakan dinar ataupun
dirham, saat ini sudah ada moderenisasi pengelolaan zakat.
Dengan pengelolaannya dilakukan oleh sebuah otoritas yang
sah seperti BAZNAS atau rumah zakat dan lain-lain. Saat ini
juga banyak tempat penukaran dinar. Disini juga tersedia
tempat penukaran dinar atau dirham sehingga bisa langsung
digunakan untuk membayar zakat. Ada wakala intuk bintan,
wakala induk nusantara dan ada gerai dinar. Tinggal
masyarakatnya aja yang mungkin belum sadar pentingnya
mengembalikan syariat islam membayar zakat menggunakan
dinar” (Wawancara 15 Januari 2017)
3. Bagaimana cara perhitungan pembayaran zakat
menggunakan Dinar emas?
“Sesuai dengan nishabnya. Jika telah mencapai haul maka
yang dikeluarkan 20 dinar atau sama dengan 85gr emas. Dari
20 dinar yang wajib dikeluarkn 0,5 dinar karena itu 2,5% dari
20 dinar” (Wawancara 15 Januari 2017)
99
4. Bagaimana cara pengelolaan dan penarikan zakat
menggunakan Dinar?
“distribusi atau pengelolaan zakat harus diberikan kepada 8
golongan asnaf dan tidak bisa digunakan untuk program
apapun, kita disini masih dalam transisi mengembalikan rukun
zakat menggunakan dinar. Maka amirat Indonesia membuat
pasar agar orang yang menerima zakat dalam dinar ataupun
dirham bisa membelanjakan hartanya. Pernarikan zakat di tarik
oleh sultan atau amir, zakat berbeda dengan sedekah, sedekah
ini sukarela, kalau zakat ada otoritas. Salah satu tugas sultan
atau amir itu menarik zakat dan mendistribusikan kepaada 8
golongan asnaf. (Wawancara 15 Januari 2017)